66
87 BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1. Landasan Teori 3.1.1. Teori yang diperlukan untuk menjawab karakteristik kearifan lokal dan kendala- kendala dalam implementasinya (pethik laut, nyabis, andun, pangambak, onjhem, telasan, system kontrak kerja) di Selat Madura A. Definisi, Fungsi dan manfaat Kearifan Lokal Secara definitive kearifan lokal atau tradisional sesungguhnya merupakan bagian dari etika dan moralitas yang membantu manusia untuk menjawab pertanyaan moral apa yang harus dilakukan, bagai mana harus ber tindak khususnya dibidang pengelolaan lingkungan dan sumberdaya alam. Bahasan ini sangat membantu kita dalam hal mengembangkan perilaku, baik secara individu maupun secara kelompok dalam kaitan dengan lingkungan dan upaya pengelolaan sumberdaya alam.Selain itu membantu kita untuk mengembangkan system sosial politik yang ramah terhadap lingkungan serta mengambil keputusan dan kebijakan yang berdampak terhadap lingkungan atau sumberdaya alam termasuk sumberdaya alam pesisir dan laut. Etika yang berarti “adat istiadat” atau“ kebiasaan”, dalam arti kebiasaan hidup yang baik,tatacara hidup yang baik,baik pada diri seseorang atau pada kelompok masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi kegenerasi yang lain(Keraf,2002).Kebiasaan hidup yang baik ini kemudian dibakukan dalam bentuk kaidah, aturan, norma yang disebarluaskan, dikenal, dipahami dan diajarkan dalam masyarakat, oleh karena itu etika dipahami sebagai ajaran yang berisikan aturan tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia dan juga etika dipahami sebagai ajaran yang berisikan perintah dan larangan tentang baik- buruknya perilaku manusiaya itu perintah yang harus dipatuhi dan larangan yang harus dihindari.

BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

87

BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1. Landasan Teori 3.1.1. Teori yang diperlukan untuk menjawab karakteristik kearifan lokal dan kendala-

kendala dalam implementasinya (pethik laut, nyabis, andun, pangambak,

onjhem, telasan, system kontrak kerja) di Selat Madura

A. Definisi, Fungsi dan manfaat Kearifan Lokal

Secara definitive kearifan lokal atau tradisional sesungguhnya merupakan bagian

dari etika dan moralitas yang membantu manusia untuk menjawab pertanyaan moral apa

yang harus dilakukan, bagaimana harus bertindak khususnya dibidang pengelolaan

lingkungan dan sumberdaya alam. Bahasan ini sangat membantu kita dalam hal

mengembangkan perilaku, baik secara individu maupun secara kelompok dalam kaitan

dengan lingkungan dan upaya pengelolaan sumberdaya alam.Selain itu membantu kita

untuk mengembangkan system sosial politik yang ramah terhadap lingkungan serta

mengambil keputusan dan kebijakan yang berdampak terhadap lingkungan atau

sumberdaya alam termasuk sumberdaya alam pesisir dan laut.

Etika yang berarti “adat istiadat” atau“ kebiasaan”, dalam arti kebiasaan hidup

yang baik,tatacara hidup yang baik,baik pada diri seseorang atau pada kelompok

masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut dan diwariskan dari satu generasi

kegenerasi yang lain(Keraf,2002).Kebiasaan hidup yang baik ini kemudian dibakukan

dalam bentuk kaidah, aturan, norma yang disebarluaskan, dikenal, dipahami dan

diajarkan dalam masyarakat, oleh karena itu etika dipahami sebagai ajaran yang

berisikan aturan tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia dan juga

etika dipahami sebagai ajaran yang berisikan perintah dan larangan tentang baik-

buruknya perilaku manusiaya itu perintah yang harus dipatuhi dan larangan yang harus

dihindari.

Page 2: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

88

Definisi kearifan lokal (tradisional) merupakan semua bentuk pengetahuan,

keyakinan, pemahaman / wawasan dan adat kebiasaan atau etika yang menuntun

perilaku manusia dalam kehidupan didalam komunitas ekologis. Disebutkan pula bahwa

kearifan lokal/tradisional bukan hanya menyangkut pengetahuan dan pemahaman

masyarakat tentang manusia serta bagaimana relasi yang baik diantara manusia,

melainkan juga menyangkut pengetahuan, pemahaman dan adat kebiasaan tentang

manusia, alam juga bagaimana relasi diantara penghuni komunitas ekologis ini harus

dibangun (Keraf, 2002).

Pengertian diatas memberikan cara pandang bahwa manusia sebagai makhluk

integral dan merupakan satu kesatuan dari alam semesta serta perilaku penuh tanggung

jawab, penuh sikap hormat dan peduli terhadap kelangsungan semua kehidupan dialam

semesta serta mengubah cara pandang antroposentrisme ke cara pandang biosentrisme

dan ekosentrisme.

Manfaat kearifan lokal menurut riset yang mengkaji kondisi sosial budaya pada peran

kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman,

telah menghasilkan indikator awal kondisi sosial budaya dalam kerangka pemberdayaan

masyarakat nelayan (Nasution et al, 2004).Indikator awal dari kondisi sosial budaya yang

dimaksud dapat memperlihatkan kecenderungan bahwa perbedaan tipologi masyarakat

menunjukkan pengaruh berupa adanya perbedaan peranan dimensi kearifan lokal sosial

budaya masyarakat nelayan. Pada masyarakat nelayan di wilayah pesisir atau laut, dari

dimensi yang dijadikan ukuran kondisi sosial budaya masyarakat, yaitu dimensi pengetahuan

lokal akan lebih berperan.

Page 3: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

89 3.1.2. Teori yang diperlukan untuk menjawab bagaimana Model Ekonomi

Rumahtangga Nelayan Payang di Selat Madura,

A. Teori Ekonomi Rumahtangga ( Household Economic)

Berdasarkan konsep inti teori Chayanov dalam menganalisis ekonomi keluarga

adalah keseimbangan antara konsumen dan buruh dalam keluarga, yaitu ditunjukkan rasio

antara jumlah yang mengkonsumsi(C) dan yang bekerja mendapat gaji ( W ) dalam

keluarga tersebut ( C/ W ). Jika jumlah tanggungan meningkat, maka rasio C/W akan

meningkat pula. Untuk menurunkan rasio tersebut, berarti harus menambah jumlah jam atau

hari kerja keluarga yang bekerja, selain itu juga dapat menambah jumlah anggota keluarga

yang ikut bekerja. Dalam penelitian ini mengajukan perempuan tani dalam keluarga tani

tersebut ikut bekerja, supaya rasio C / W menurun. Berarti akan meningkatkan pendapatan

dalam rumah tangga petani untuk memenuhi kebutuhan konsumsi mereka.

Teori Chayanov tentang perilaku rumah tangga petani, dapat digambarkan dalam

ilustrasi berikut seperti terlihat pada gambar berikut :

Gambar 8. Perilaku Rumah Tangga Petani analogi dari Rumahtangga Nelayan

Y (output/Pendapatan) Keterangan :

I1 I2 TVP Y = pendapatan kotor( uang )

Ye A X = waktu(jam kerja buruh)

0 L = jumlah jam kerja

Ymin L 0 = waktu kegiatan lain

0 Le Lmax L (Buruh)

TVP = Total Variabel Produksi

TVP dapat dikatakan sebagai pendapatan keluarga, yang menggambarkan fungsi produksi ,

yaitu : Y = Py. F ( L ) . Sedangkan fungsi konsumsi digambarkan dalam bentuk kurva

indiffernce ( I1 dan I2 ) dengan fungsi utility , yaitu : U=f(Y,H), berarti terjadi pilihan antara

bekerja(Y) dan bersenang-senang(H). Sehingga rumah tangga petani harus pada posisi

Ymin, artinya tingkat pendapatan untuk bertahan hidup. Kemudian untuk mencapai Y max ,

Page 4: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

90 petani akan mencurahkan waktu bekerja maximum (Lmax), berarti akan mengorbankan

waktu bersenang-senang. Untuk dapat mencapai posisi keseimbangan pada Ye dan Le di

titik A, berarti selain waktunya digunakan untuk bekerja juga untuk bersenang-senang.

Dengan demikian titik A menunjukkan MVPL ( Marginal Product of Labor) merupakan

persamaan (dY/dH), selanjutnya dapat dibuat kesimpulan bahwa : MUH MUY = dY/dH =

MVPL , Teori mikroekonomi perilaku rumah tangga petani dalam model Chayanov adalah

memaximumkan utility dengan tiga constraints yaitu meliputi: fungsi produksi, tingkat

pendapatan minimum dan jumlah hari kerja maksimum yang tersedia.

Pendekatan Sistem : Model Ekonomi Rumahtangga menurut Becker (1965)

mengembangkan teori untuk mempelajari model ekonomi rumahtangga petani (Agricultural

Household Models), dimana kegiatan produksi dan konsumsi tidak terpisah dan

penggunaan tenaga kerja keluarga lebih diutamakan. Teori ini memandang rumahtangga

sebagai pengambil keputusan dalam kegiatan produksi dan konsumsi, serta hubungannya

dengan alokasi waktu dan pendapatan rumahtangga yang dianalisis secara simultan.

Asumsi yang digunakan adalah bahwa dalam mengkonsumsi, kepuasan rumahtangga

bukan hanya ditentukan oleh barang dan jasa yang dapat diperoleh di pasar, tetapi juga dari

berbagai komoditi yang dihasilkan dalam rumahtangga. Selain itu ada beberapa asumsi

yang dipakai dalam Agricultural Household Models, yaitu : (1) waktu dan barang atau jasa

merupakan unsur kepuasan; (2) waktu dan barang atau jasa dapat dipakai sebagai faktor

produksi dalam fungsi produksi rumahtangga; dan (3) rumahtangga bertindak sebagai

produsen dan sebagai konsumen.

Fungsi kepuasan rumahtangga diasumsikan mengkombinasikan barang yang dibeli di pasar

dengan waktu untuk memproduksi, sehingga dihasilkan barang yang siap dikonsumsi (Z).

Bentuk fungsi kepuasan rumahtangga yang dikemukakan Becker adalah :

U = U(Z1, Z2, ….. Zm) ……………............................ (1)

dimana :

Zi = barang yang dikonsumsi ( i = 1, 2, …., m).

Page 5: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

91

Dalam memaksimumkan kepuasan, rumahtangga dibatasi oleh kendala produksi,

waktu dan pendapatan. Setiap komoditi (Zi) tersebut dihasilkan menurut fungsi produksi

yang dirumuskan sebagai berikut :

Zi = Z (xi, ti ) ……………i = 1 ........ m.......................... (2)

m

Σ pi xi = I = W. Tw + V ....................................... (3)

i = 1

m

Σ ti = Tc = T - Tw ................................ (4)

i = 1

dimana :

xi = barang dan jasa ke i yang dibeli di pasar

ti = waktu yang digunakan untuk memproduksi barang Z ke i

pi. = harga barang dan jasa X ke i yang dibeli di pasar

Tw = waktu yang digunakan untuk bekerja

W = upah per unit Tw

Tc = jumlah waktu konsumtif

T = jumlah waktu yang tersedia

V = pendapatan selain upah, seperti warisan dan lain-lain

I = pendapatan rumahtangga.

Pendekatan ekonomi rumahtangga tersebut sebenarnya telah dimulai sejak tahun

1920 oleh Chayanov di Rusia, kemudian Becker (1965) menyusunnya dalam bentuk “new

home economics”. Dalam ekonomi rumahtangga, alokasi waktu dan konsumsi barang dapat

dibeli di pasar, atau dapat juga dihasilkan oleh rumahtangga. Ciri utama yang membedakan

perilaku individu dan perilaku rumahtangga sebagai konsumen, adalah bahwa pada perilaku

ekonomi rumahtangga, pada saat yang sama anggota rumahtangga juga sebagai produsen

sebagaimana suatu perusahaan (Evenson, 1976).

Page 6: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

92 Menurut Evenson (1976), formula yang disusun oleh Becker (1965) secara

mendasar melihat perilaku konsumsi rumahtangga sebagai proses dalam dua tingkat, yaitu:

(1) tingkat pertama, menjelaskan perilaku rumahtangga menghadapi fungsi produksi

rumahtangga, dimana waktu dan modal yang tersedia dalam rumahtangga digunakan untuk

memproduksi barang dan jasa yang dapat dikonsumsi rumahtangga, dan (2) tingkat kedua,

menjelaskan proses keputusan pilihan konsumsi, anggota rumahtangga berperilaku

sebagaimana perilaku individu konsumen, dimana aksioma perilaku konsumen

konvensional dapat diaplikasikan.

Dengan demikian, rumahtangga dalam memaksimumkan kepuasannya, dibatasi

oleh kendala produksi, waktu dan pendapatan. Pendapatan seluruhnya dibelanjakan untuk

konsumsi (persyaratan adding up). Barnum dan Squire (1978) menyatakan bahwa model

ekonomi rumahtangga adalah menjembatani ekonomi perusahaan pertanian yang

seluruhnya mempekerjakan tenaga yang diupah dan menjual hasilnya ke pasar, dengan

pertanian subsisten yang menggunakan hanya tenaga kerja keluarga dan tidak

menghasilkan “marketed surplus”.

Perilaku rumahtangga nelayan menurut Reniati (1998) dalam Muhammad, Sahri (2002) kita

dapat memasukkan peubah tingkat perkembangan perekonomian desa, yaitu dipilih desa

miskin dan tidak miskin yang mana dapat menganalisis perilaku rumahtangga nelayan

(juragan atau pandega) untuk kondisi ekonomi yang berbeda dan ini dapat menggambarkan

kondisi secara riilnya.Menurut Muhammad, Sahri (2002) dalam model ekonomi rumahtangga

nelayan, seperti halnya pada model ekonomi rumahtangga petani, terdapat empat (4)

komponen peubah yang menjadi unsur utama yang membentuk keterkaitan perilaku rumah

tangga nelayan, yaitu: kegiatan produksi, curahan kerja, pendapatan dan pengeluaran

rumahtangga.

1. Produksi Ikan

Dilihat dari fenomena ekonomi penangkapan ikan, terdapat beberapa peubah

endogen maupun eksogen, yang menunjukkan perbedaan jika dibandingkan dengan model

Page 7: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

93 ekonomi rumah tangga pertanian, yaitu: (1) kepemilikan aset (2) daerah penangkapan ikan

yang berubah (3) sistem bagi hasil dalam pengaturan upah (4) peubah kebijakan

(Muhammad, Sahri, 2002). Produksi hasil tangkapan ikan bergantung pada daerah

penangkapan, aset kapal, frekuensi melaut dan produktivitas (Muhammad, Sahri, 2002).

2. Curahan Kerja

Menurut Muhammad, Sahri (2002) bahwa curahan kerja nelayan sejak dari persiapan

untuk kebutuhan BBM, menyiapkan perbekalan, konsumsi melaut, berangkat operasi dilaut,

kembali kepangkalan, menjual ikan di tempat pelelangan ikan serta perawatan alat dan kapal

penangkapan di darat. Dengan demikian, yang dimaksud dengan curahan kerja melaut

dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu meliputi: (1) Curahan kerja yang dilakukan di

laut dan (b) Curahan kerja yang dilakukan di darat.

Dari hasil penelitian Reniati (1998) menunjukkan bahwa peluang suami maupun istri

untuk bekerja diluar sektor perikanan ditentukan oleh berbagai hal, antara lain faktor tingkat

pendapatan diluar sektor, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, kondisi ekonomi lokal,

umur, angkatan kerja keluarga, dan jumlah pemilikan aset. Menurut Muhammad, Sahri

(2002), curahan kerja dalam rumah tangga Juragan untuk kegiatan agroindustri dan non

perikanan merupakan peubah eksogen. Curahan kerja dalam rumah tangga juragan

merupakan penjumlahan curahan kerja melaut dari dalam rumah tangga juragan.

Sedangkan curahan kerja melaut dari dalam rumah tangga juragan berhubungan dengan

alokasi waktu yang tersedia dalam rumah tangga juragan untuk berbagai kegiatan produktif

seperti pada agroindustri dan non perikanan. Ketika skala usaha meningkat,

keberlangsungan usaha penangkapan melaut makin ditentukan oleh curahan kerja luar

rumah tangga, baik jumlah maupun mutunya.

.

Page 8: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

94 3. Pendapatan dan pengeluaran konsumsi

Pendapatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan dalam ekonomi

rumahtangga. Dengan dasar skema waktu pengamatan yang berbeda antara satuan waktu

per bulan dan per tahun, diperoleh kesimpulan yang sama antar Aryani (1994) dan Reniati

(1998) dalam Muhammad, Sahri (2002) yaitu berkaitan dengan: (1) penerimaan nelayan

juragan lebih tinggi dari penerimaan nelayan pandega, (2) anggota rumah tangga, yaitu istri

dan anak, disamping suami selaku kepala rumah tangga, memegang peranan penting dalam

berkontribusi untuk penerimaan rumah tangga nelayan, (3) dilihat dari curahan jam kerja,

peranan istri cukup tinggi, dan (4) penerimaan non melaut memegang peranan menentukan

dalam alokasi curahan kerja anggota keluarga dan kontribusinya terhadap penerimaan

rumah tangga nelayan. Perilaku rumah tangga yang demikian, menurut Roch, Luong dan

Clignet (1998) dalam Muhammad, Sahri (2002) merupakan strategi rumahtangga nelayan

dalam pemanfaatan ekonomi rumah tangga menghadapi berbagai resiko, yang selanjutnya

disebut sebagai “pluriactivity strategy”.Menurut Muhammad, Sahri (2002), pengeluaran

seluruh anggota rumah tangga nelayan dikelompokkan dalam dua kelompok, yaitu: (1)

Pengeluaran untuk konsumsi kebutuhan pokok, dan (2) Pengeluaran untuk konsumsi

kebutuhan non pokok. Sedangkan untuk pengeluaran konsumsi kebutuhan pokok

dikelompokkan menjadi 2 bagian yaitu; (1) Pengeluaran untuk konsumsi pokok pangan dan

(2) Pengeluaran untuk konsumsi pokok non pangan, seperti pakaian, perumahan dan

pendidikan.

Menurut Muhammad, Sahri (2002), pengeluaran konsumsi pangan dirumuskan

sebagai fungsi dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, jumlah anggota keluarga rumah

tangga dan tingkat pendidikan serta pengalaman juragan. Sedangkan konsumsi pokok non

pangan seperti untuk pakaian, perumahan, kesehatan dan pendidikan anggota rumahtangga

berhubungan dengan jumlah pendapatan yang dapat dibelanjakan, jumlah anggota rumah

tangga dan konsumsi non pokok rumahtangga juragan. Konsumsi non pokok antara lain

berupa berbagai pengeluaran untuk acara pernikahan, wisata dan pengeluaran barang

mewah. Sehingga pada dasarnya Konsumsi kebutuhan pokok merupakan penjumlahan

Page 9: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

95 pengeluaran untuk konsumsi kebutuhan pokok pangan rumahtangga dan konsumsi pokok

non pangan. Sedangkan konsumsi non pokok rumahtangga juragan berhubungan dengan

pendapatan yang dapat dibelanjakan, lama pendidikan dan pengalaman kerja juragan,

investasi dan tabungan rumahtangga juragan.

B. Teori Ekonomi Sumberdaya Manusia

Menurut Habibie (2004) bahwa keberhasilan suatu bangsa sangat erat kaitannya

dengan keunggulan sumberdaya manusia (SDM) yang dapat diperbaharui (renewable).

Menurut pengalaman di negara maju termasuk kawasan Asia menunjukkan bhwa mutu atau

kualitas sumberdaya manusia yang ada memungkinkan negara tersebut mampu secara

efisien mengaplikasikan dan mengendalikan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) dengan

produktivitas tinggi. Ahli strategi Michael Porter menyatakan bahwa MSDM (manajemen

sumberdaya manusia) merupakan syarat untuk mencapai keunggulan kompetitif,

sumberdaya manusia yang bermutu tinggi mendorong organisasi berkompetisi atas dasar

kepekaan terhadap pasar (market), inovasi teknologi, mutu produk dan service (pelayanan),

serta diferensiasi produk.

Tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam mengadopsi strategi manajemen

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berketerlibatan tinggi , seperti seleksi yang ketat,

partisipasi yang tinggi, pelatihan yang diperluas, kompensasi dan luasnya desain pekerjaan

berpengaruh positif terhadap kinerjanya. Sedangkan strategi manajemen Sumberdaya

Manusia (SDM) yang masih tradisional ditandai dengan rendahnya partisipasi pekerja,

pelatihan terbatas dan pekerjaan yang sangat terspesialisasi (Bae dan Lawler, 2000).

C. Teori Ekonomi Sumberdaya Alam

Pearce dan Turner, 1994, menyatakan bahwa pembangunan ekonomi yang

memanfaatkan sumberdaya alam (SDA) harus memperhatikan batasan-batasan sebagai

berikut : (1) selalu menggunakan SDA yang dapat pulih kembali ( renewable resources)

sedemikian rupa sehingga tingkat pemanfaatannya tidak lebih besar dari tingkat

regenerasinya, dan (2) selalu menjaga agar limbah yang dihasilkan dan dialirkan ke

Page 10: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

96 lingkungan pada tingkat yang sama atau dibawah dari kapasitas asimilatif lingkungan.

Khusus untuk SDA yang tidak dapat pulih (exhaustable resources), perlu ditambahkan

bahwa : (1) pengurangan stok atau ketersediaan sumberdaya alam karena deplesi harus

dikompensasi dengan meningkatnya sumberdaya yang dapat pulih kembali, dan (2)

pengurangan stok sumberdaya alam (SDA) harus dapat menjamin peningkatan

kesejahteraan dan standard hidup masyarakat. Bila tidak akan terjadi sebaliknya, yaitu :

ketika stok SDA dideplesi dengan memaksimalkan nilai kini bersih ( net present value), maka

fungsi SDA dan lingkungan sebagai jasa pendukung kehidupan akan hilang. Prinsip

sustainable (kebelanjutan) adalah dasar pengelolaan sumberdaya alam (SDA). Banyak

literatur yang menanyakan peran analisa ekonomi dan lingkungan, karena tidak yakin bahwa

ilmu ekonmi sampai pada terminologi kondisi ekologi untuk keberlanjutan.

Definisi tentang keselarasan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable),

maka perlu dikemukakan pendapat dari WECD ( World Commision on Environment and

Development), yaitu : bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan yang

memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengobankan kemampuan generasi yang akan

datang untuk memenuhi kebutuhan mereka. Menurut Glover dan Jessup, (1999), bahwa

setiap pembangunan ekonomi yang mengabaikan dampak lingkungan dapat dipastikan tidak

akan berkelanjutan. Kerusakan lingkungan akan menyebabkan berbagai gangguan terhadap

kesehatan manusia dan menurunnya tingkat produktivitas tenaga kerja serta kerugian lain

seperti menurunnya produksi, rusaknya keanekaragaman hayati, dan sebagainya. Sebagai

contoh dengan adanya kebakaran hutan yang terjadi di Indonesia (Sumatera dan

Kalimantan) pada tahun 1997 telah menyebabkan kerugian berupa gangguan kesehatan dan

produktivitas kerja di Indeonesia, Malaysia dan Singapura sebesar 924 juta US dolar,

produksi langsung ekosistem hutan sebesar 705 juta US dolar, kayu sebesar 494 juta US

dolar, pertanian sebesar 470 US dolar, emisi karbon 272 juta US dolar, pariwisata sebesar

59 juta US dolar dan penerbangan sebesar 7,5 juta US dolar.

Menurut Irham (2001), bahwa jika dinilai secara tepat, investasi tanpa

memperhatikan peran SDA dan lingkungan seringkali diperoleh hasil dengan tingkat

Page 11: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

97 pengembalian ekonomi (Economic Rate of Return) yang tidak sebanding dengan yang

diperoleh dari investasi modal konvensional. Sebagai contoh Revolusi Hijau, dimana

meskipun telah berhasil meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian secara nyata

dan spektakuler, tetapi biaya yang harus dibayar negara atas program ini juga sangat besar,

baik langsung maupun tidak langsung, seperti : musnahnya keanekaragaman sumberdaya

hayati, hilangnya institusi lokal, menurunnya kualitas tanah, pindahnya sumberdaya genetik

ke luar negeri, menurunnya kualitas lingkungan secara keseluruhan, kesejahteraan petani

yang tidak membaik, serta hilangnya kemandirian petani dan negara. Hal ini dapat dilihat

dari ketergantungan Indonesia terhadap industri pertanian dunia, mulai dari pengadaan

benih, pupuk, pestisida, sampai kepada mesin-mesin pertanian bahkan komoditas yang bisa

kita produksi sendiripun harus menimport dari negara lain. Untuk itu dalam upaya

mempertahankan stok SDA sepanjang waktu merupakan suatau keniscayaan. Menurut

Markandya et al (2002), dalam rangka mempertahankan Sumberdaya Alam (SDA) tersebut

perlu ditekankan betapa pentingnya mengoptimalkan efisiensi penggunaan Sumberdaya

Alam (SDA) tidak dapat pulih (unrenewable) dengan memperhatikan substitusinya, yaitu

SDA dapat pulih. Terkait dengan hal tersebut ada suatu Model Hartwick Rule yang

menekankan bahwa jika tujuan pemanfaatan SDA adalah untuk mencapai konsumsi

perkapita yang tetap tinggi maka masyarakat harus melakukan investasi pada modal buatan

(Man-Made capital/MMC) sejumlah sama dengan rent yang diperoleh dari deplesi SDA

(Investing Resource Rents for Sustainability/IRRS). Dalam persamaan sebagai berikut :

Man-Made Capital (MMC) = Investing Resource Rents for Sustainability (IRRS)

Terdapat berbagai jenis sumberdaya atau modal yang memberikan kontribusi bagi

kesejahteraan manusia, seperti : modal buatan (man-made capital/MMC), modal manusia

(human capital). Modal sosial (social capital) dan modal alam (natural capita). Atas dasar

hubungan substitusi antar jenis sumberdaya tersebut, Rennings dan Wiggering (1977)

membagi sustainabilitas menjadi 2 kategori, yaitu sustainabilitas kuat dan lemah.

Sustainabilitas lemah (Weak Sustainability) adalah sebagai upaya menjaga nilai stok modal

agregat pada jumlah yang sama mengingat keempat jenis stok modal tersebut dapat saling

Page 12: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

98 mensubstitusi. Sehingga deplesi to SDA dapat dikompensasi oleh investasi jenis modal yang

lain, (misalnya modal buatan ) dengan nilai yang sama atau lebih besar.

3.1.3.Teori yang diperlukan untuk menjawab apa saja kearifan lokal yang dapat

mempengaruhi perilaku rumahtangga nelayan payang agar dapat menjaga

kelestarian sumberdaya ikan diSelat Madura.

A. Teori Perilaku Produsen

Pada “Konsep Teori Ekonomi Produksi” menurut Budiono (1982) adalah bahwa

produsen harus memutuskan dua hal, yaitu : (1) berapa output yang harus diproduksi, dan

(2) berapa dan dalam kombinasi bagaimana faktor-faktor produksi dipergunakan. Semuanya

diputuskan dengan menganggap bahwa produsen selalu berusaha mencapai keuntungan

maksimal. Asumsi dasar lainnya adalah bahwa produsen beroperasi dalam pasar

persaingan sempurna, dalam pasar persaingan tidak sempurna dan pasar monopoli, ada

satu keputusan lagi yang harus diambil produsen, yaitu menentukan harga outputnya. Dalam

pasar persaingan sempurna harga output (dan input) ditentukan oleh pasar. Produsen tidak

mempunyai kekuasaan untuk mempengaruhi pasar.

Pada setiap proses produksi mempunyai landasan tekhnis yang dalam teori ekonomi

produksi dikatakan sebagai “Fungsi Produksi”, dimana merupakan suatu fungsi atau

persamaan yang menunjukkan hubungan antara tingkat produksi/output dan tingkat

penggunaan faktor produksi/input serta kombinasi input-input yang ada. Produsen dalam

teori ini dianggap memiliki suatu fungsi produksi sebagaimana persamaan berikut :

Q = f (X1 , X2 , X3 ............................, Xn )

Dimana, - Q : tingkat output (produksi)

- X1 , X2 , X3 ..........Xn : beberapa faktor produksi (input) yang dipakai

Perilaku produsen atau rumahtangga nelayan berbeda dengan komoditi lainnya

karena sumberdaya ikan yang bersifat akses terbuka (open acces) dan milik bersama

(common property). Sebagai sumberdaya yang open acces maka setiap orang akan dengan

bebas masuk kedalam usaha perikanan sejauh mana usaha perikanan tersebut masih

Page 13: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

99 menyediakan keuntungan supernormal yang dapat diupayakan. Sebagai sumberdaya yang

common property maka batas-batas tanggung jawab setiap orang yang ada dalam usaha

perikanan tersebut untuk melakukan pengawasan atau kontrol dalam pengelolaan

sumberdaya menjadi kabur. Hal ini disebabkan setiap individu cenderung menunggu dan

mengutamakan aksi bersama atau kolektif ( Supanto, S.2001). Dengan adanya sifat

sumberdaya tersebut dan juga harus mempertimbangkan keseimbangan bionomik, maka

pola fungsi produksi pada kegiatan perikanan mengikuti konsep Sustained Yield Curve.

Secara grafik penurunan fungsi produksi untuk perikanan laut sebagaimana gambar dibawah

ini. Dalam gambar tersebut terdiri atas 5 hal, yaitu : (1) Menunjukkan kurve pertumbuhan

ikan, (2) menunjukkan kurve keseimbangan populasi ikan (3) Kurve pembantu, (4)

menunjukkan kurve Sustained Yield, dan (5) menunjukkan kurve kondisi keseimbangan

pada kondisi open access resources. Oleh karena sumberdaya perikanan laut adalah bebas

masuk semua orang, dimana pengguna boleh masuk secara tidak terbatas untuk bersaing

yang dapat mengantarkan pada kondisi lebih tangkap (over fishing) atau over exploited dan

penggunaan sumberdaya yang tidak efisien (Subade dan Nik, 1993). Sehingga nelayan tidak

mampu memaksimalkan keuntungannya sesuai dengan usaha penangkapan ikan yang

dioperasionalkan nelayan (Panayotou, 1982).

Menurut Anderson (1986), hal ini disebabkan nelayan dalam sumberdaya perikanan

yang bersifat akses terbuka (open acces) akan tetap bertahan selama biaya rata-ratanya

sama dengan pendapatan rata-rata. Secara industri hal ini berarti bahwa keseimbangan

akses terbuka dicapai dimana biaya total sama dengan penerimaan total. Perilaku industri

seperti ini tidak berarti bahwa nelayan secara individu tidak ada yang mengalami

keuntungan.

Page 14: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

100

Gambar 9. Penurunan Kurva Hasil Tangkapan Lestari (Anderson, 1977).

Q (Catch)

TR TC

Growth

Growth Curve

E

E

E

E

E

(3)

(1)

(2)

(4)

(5)

E1 Ex

TR

TR

P=

P=TC

Sustained Yield Curve

Population

Population Equilibrium Curve

Page 15: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

101 Secara individu, setiap nelayan yang terlibat dalam industri berusaha

memaksimalkan keuntungan. Namun karena adanya kompetisi yang ketat akibat berlakunya

open acces, maka ada sebagian nelayan yang tidak meraih keuntungan super-normal. Hal

ini berakibat seolah-olah nelayan tidak memaksimalkan pendapatan. Perilaku nelayan dalam

industri, atau sebagai kolektif seolah-olah bertentangan dengan perilaku memaksimalkan

keuntungan dari produsen yang umumnya dijelaskan oleh teori ekonomi mikro, bahwa

produsen berusaha untuk menyamakan marginal revenue dan marginal cost. Sehingga

pendugaan produksi perikanan yang diintroduksikan adalah dalam bentuk jangka panjang

dengan mengikuti Bioeconomic Schaefer Model. Modelnya mengasumsikan bahwa

pertumbuhan ikan adalah fungsi dari populasinya dengan pertumbuhan logistik. Dengan

mengikuti model Cark (1985), model penurunan Fungsi Produksi Perikanan adalah sebagai

berikut :

Pertumbuhan Alami Ikan : PAIxt = LPI Xt (1-Xt/k)

Dimana :

PAIxt = Pertumbuhan Alami Ikan LPI = Laju Pertumbuhan Ikan Hidup

Xt = Populasi Biomass Ikan

k = Kapasitas Pembawaan Lingkungan (Enviromental Carrying Capacity).

Pengaruh usaha penangkapan adalah sebagai berikut :

Produksi Agregat Ikan : PIt = q.Ut. Xt

Dimana :

PIt = Produksi Agregat Ikan dari Usaha Penangkapan

q = Koefisien Teknologi Usaha Penangkapan

Ut = Usaha Penangkapan

Dalam keseimbangan bionomik, maka laju pertumbuhan adalah sama dengan laju

penangkapan, dan hasilnya adalah sebagai berikut :

Xt = k – (qk/r) Ut

Dengan mensubstitusikan persamaan diatas, diperoleh :

PIt = (qk) Ut – (q2 k/r) Ut2

Page 16: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

102 Jika (qk) = lamda 1 dan (q2 k/r) = lambda 2, maka

PIt = lambda1 Et – lambda 2 Et2

Atau PIt = f (Ut)

Untuk menjaga keseimbangan biologis ikan, maka usaha penangkapan ikan adalah

menangkap surplus pertumbuhan ikan bukan menangkap populasi ikan. Dengan demikian

tujuan penagkapan ikan adalah memaksimalkan pendapatan jangka panjang dengan tetap

mempertahankan hasil maksimum lestari (MSY : Maximum Sustainable Yield) dari

sumberdaya perikanan ( Schaefer 1954 ; O’Rourke, 1971).

B. Teori Sumberdaya Ikan

Menurut Fauzi, A (2001) bahwa sumber daya ikan (SDI) merupakan salah satu

komoditi yang berperan penting dalam kehidupan manusia. Pada beberapa negara

berkembang seperti Indonesia, Peru, Filipina dan Malaysia, produksi perikanan selain untuk

konsumsi pemenuhan protein hewani, juga sebagai sumber pendapatan negara atau devisa

berupa eksport produk perikanan. Pada banyak negara maju seperti Norwegia, Kanada,

Islandia dan Jepang, perikanan merupakan salah satu andalan, dimana perikanan

memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan kotor negara atau “Gross

Domestic Product”. Disamping itu juga sebagai pemenuhan kebutuhan pangan, sumber

pendapatan dan penyerapan tenaga kerja, sumberdaya ikan juga merupakan salah satu

komoditi yang memiliki nilai seremonial yang tinggi, seperti ikan bandeng yang cukup besar

konsumsinya pada saat “hari raya”, sedangkan di negara Kanada ikan salmon digunakan

untuk upacara khusus mereka. Perikanan sebagaimana sektor ekonomi lainnya, merupakan

salah satu aktivitas yang memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan suatu bangsa.

Sebagai salah satu sumberdaya alam yang bersifat dapat diperbaharui (renewable),

pengelolaan sumberdaya ini memerlukan pendekatan yang bersifat komprehensif.

Pada saat pertama, pengelolaan sumberdaya perikanan berdasarkan pada faktor

“biologis” saja, yang biasa disebut sebagai “Maximum Sustainable Yield” (MSY) atau

penangkapan ikan maksimum lestari. Pendekatan ini pada intinya adalah bahwa setiap

Page 17: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

103 spesies ikan mempunyai kemampuan untuk berproduksi melebihi kapasitas produksi

(surplus), sehingga bila surplus tersebut ditangkap, maka sumberdaya ikan akan mampu

bertahan secara berkelanjutan (sustainable). Selanjutnya pendekatan pengelolaan

sumberdaya ikan dengan konsep “Maximum Sustainable Yield” (MSY) banyak mengalami

kritikan dari berbagai pihak karena terlalu sederhana dan tidak memadai. Kritik yang

mendasar antara lain adalah konsep pendekatan MSY tidak mempertimbangkan aspek

“sosial ekonomi” dalam pengelolaan sumberdaya ikan. Menurut Conrad dan Clark (1987),

berpendapat bahwa beberapa kelemahan konsep MSY sebagai berikut : (a) tidak bersifat

stabil, karena perkiraan “stok ikan” yang meleset sedikit saja bisa mengarah kepada

pengurasan stok ikan (stock depletion). (b) didasarkan pada “konsep keseimbangan” (steady

state) semata, sehingga tidak berlaku pada kondisi non steady state. (c) tidak

memperhitungkan “nilai ekonomis” apabila stok ikan tidak dipanen atau imputed value. (d)

mengabaikan “aspek interdependensi” dari sumberdaya dan (e) sulit diterapkan pada kondisi

dimana perikanan memiliki ciri berbagai ragam jenis atau “multispecies”.

1. Aspek Biologi

Kegiatan perikanan terdiri dari sejumlah aktifitas dan ciri berbeda berkaitan dengan

jenis ikan dan alat tangkap yang berbeda. Disana banyak jenis ikan yang dipanen dengan

banyak jenis armada dan alat tangkap. Untuk memudahkan analisis, maka kita perlu

membuat asumsi penyederhanaan, bahwa jenis ikan yang ada dianggap satu jenis dan

ditangkap dengan satu alat yang sama..

Para ahli biologi ikan menggolong-golongkan jenis ikan menjadi dua kelompok, yaitu :

(a) jenis ikan demersal, yaitu ikan-ikan yang tinggal di dasar perairan dengan ruaya

terbatas di lokasi tertentu. (b) Jenis ikan pelagis yang ruayanya sangat luas, berpindah-

pindah dari satu wilayah perikanan tertentu ke wilayah perikanan yang lain.

Adanya perbedaan kelompok ikan demersal dan pelagis bukan saja penting

dipersoalkan karena ada kaitannya dengan alat tangkap yang dapat digunakan, tapi juga

berkaitan dengan pertimbangan pemilikan sumberdaya. Untuk menangkap ikan demersal

(dasar) dengan ruaya yang sangat terbatas sehingga pengembangan konsep pemilikan

Page 18: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

104 perorangan sangat tepat. Hal itu berbeda dengan penangkapan ikan pelagis yang terkadang

bergerak dan beruaya jauh, seperti ikan tuna.

Disamping itu, ikan adalah sumberdaya yang dapat diperbaharui. Dalam hal ini ada

dua konsep penting yang memerlukan perhatian kita, yaitu : (a) Jumlah “Stok atau Populasi

Ikan”, baik dalam satuan jumlah ikan atau biomassa secara agregat pada waktu tertentu. (b)

“Flow” yaitu perubahan dalam stok pada periode waktu tertentu yang terjadi karena faktor

biologis, seperti ikan baru masuk menjadi anggota populasi (recruitment), pertumbuhan

anggota populasi, kematian secara alami, dan faktor ekonomi seperti penangkapan/panen

ikan. Populasi bertambah karena ada penambahan jumlah ikan baru disamping itu karena

adanya pertumbuhan ikan. Namun populasi ikan akan menurun karena kematian alami dan

karena proses penangkapan ikan/dipanen.

Model ekonomi perikanan pada situasi dan kondisi ini akan menggambarkan empat

konsep dasar, yaitu :

(1) Dinamika biologi sumberdaya perikanan secara sederhana;

(2) Bagaimana dampak panen ikan terhadap populasi sumberdaya;

(3) Bagaimana kondisi open access berdampak terhadap panen dan kondisi populasi ikan;

dan

(4) Bagaimana dengan panen yang optimal secara sosial-ekonomi sumberdaya dalam

kondisi open access.

Kegiatan produksi untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan laut memiliki tiga

komponen saling berkaitan, yaitu : (a) komponen “biologis”, (2) adanya “Kebijakan

Pemanfaatan Sumberdaya”, dan (3) “Sosial-Ekonomi” perikanan. Ketiga komponen tersebut

saling berkaitan satu sama lain. Komponen biologis menjelaskan dinamika stok ikan,

komponen pemanfaatan sumberdaya menyajikan dinamika kebijakan melalui pengaturan

armada penangkapan ikan (fishing effort), dan komponen sosial ekonomi menyajikan

dinamika biaya dan keuntungan Juragan pemilik aset dan pendapatan pendega/ABK dalam

operasi penangkapan ikan. Oleh karena itu, satu hal yang harus diperhatikan bahwa ikan

bisa punah karena dilakukan penangkapan ikan melampaui batas stok ikan yang tersedia.

Page 19: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

105

Komponen biologi menjelaskan aspek dinamika populasi dan ketersediaan ikan

yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan akan menentukan jumlah ikan yang dapat

dipanen. Sejauh ini untuk mengevaluasi keberlanjutan dalam eksploitasi perikanan sebagai

signal early warning ( Fauzi dan Anna, 2002) didasarkan pada status ketersediaan ikan

relatif bagi terlampauinya tingkat eksploitasi dari yang seharusnya. Indikator yang digunakan

adalah hasil pendugaan Maximum Sustainable Yield (Smith, 1981; Panayotou, 1982;

Hilborn and Walters, 1992).

Adapun komponen sosial ekonomi menggambarkan tingkat keuntungan dan biaya

usaha perikanan. Dalam hal ini, harga ikan memegang peranan penting dalam menentukan

keuntungan Juragan maupun pendapatan Anak Buah Kapal (ABK). Sebagaimana

ditunjukkan pada Gambar , peubah sosial ekonomi, yaitu : keuntungan, surplus konsumen,

pendapatan ABK dan lapangan kerja perikanan berkaitan dengan aspek pengelolaan

sumberdaya perikanan.

Disamping itu, komponen pengelolaan menggambarkan hubungan aspek biologi

dengan kebijakan jumlah armada dan fishing effort yang dapat diijinkan, sehingga

berpengaruh secara langsung terhadap lapangan kerja perikanan dan stok ikan. Mengingat

terbatasnya data, dalam perumusan model menggunakan pendekatan Biomass Dynamic

Model (BDM) dari Schaefer.

Schaefer (1954) menyatakan bahwa pertumbuhan suatu populasi organisme hidup

dalam kondisi lingkungan konstan, dimana persediaan makanan terbatas, dapat digunakan

untuk menjelaskan pertumbuhan stok ikan. Ia menggunakan persamaan logistik Verhulst-

Pearl (3.1) sebagai berikut :

dP/dt = ki .P. (L – P) ....................... (3.1)

dimana :

P = stok dalam pertumbuhan

L = populasi maksimum sesuai dengan daya dukung

lingkungan

ki = konstante

Page 20: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

106

Persamaan logistik (3.1) menghasilkan kurva kenaikan populasi secara alami

dalam bentuk parabolik dengan kecepatan tumbuh sebesar nol pada tingkat populasi

maksimum sebesar L/2 (titik A) yang ditunjukkan Gambar berikut. Pada Gambar dibawah

ini, garis horisontal menunjukkan ukuran populasi, sedangkan garis vertikal menunjukkan

pertumbuhan stok ikan periode tertentu. Secara alami pertumbuhan stok ikan cenderung

mengarah ke L. Adapun pertumbuhan stok ikan (ΔX) adalah sama dengan pertumbuhan

alami (I), tambahan baru (recruitment, R) dikurangi kematian ikan (M), ditunjukkan

persamaan (3.2) .

Δ X = I + R - M ..............................................(3.2)

dP/dt !A (berat) ! ! Kurva pertumbuhan populasi ! ! ! ! ! ! ! L L/2 P (populasi) Gambar 10. Kurva Pertumbuhan Ikan dalam Keseimbangan untuk Lingkungan Konstan (Anderson, 1986) 2. Density-Dependent Process

Pada kondisi alami pertumbuhan stok atau biomassa ikan cenderung ke tingkat nol,

dimana kenaikan biomassa akibat tambahan individu baru (R) dan pertumbuhan ikan (I)

adalah sama dengan jumlah ikan yang mati (M). Oleh karena itu, stok ikan di suatu wilayah

akan terkendali secara alami melalui interaksi antara faktor lingkungan dan karateristik

pertumbuhan ikan itu sendiri. Stok ikan cenderung stabil. Pada kondisi lingkungan tertentu,

untuk setiap tingkat ukuran stok ikan tertentu akan tumbuh tertentu sesuai ukuran besarnya

stok yang ada. Kecenderungan tersebut kemudian dikenal sebagai fenomena : “density –

dependent process”.

Page 21: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

107 Sementara itu, perubahan kondisi lingkungan akan berpengaruh terhadap daya

dukung (carrying capacity) sumberdaya dan stok ikan. Perubahan tersebut berpengaruh

terhadap berbagai parameter biologis, seperti tambahan individu baru (recruitment),

pertumbuhan individu ikan dan mortalitasnya. Dalam hal ini, kecepatan tumbuh, mortalitas

alami dan tambahan individu baru dianggap konstan.

Kombinasi pertambahan “biomassa” sebagai akibat tambahan individu baru dan

pertumbuhan individu ikan merupakan output karena faktor input lingkungan. Oleh

karenanya kombinasi tersebut dapat dinyatakan dalam satu istilah, yaitu “produksi”.

Dengan dasar persamaan (3.1) jika produksi lebih besar dari “mortalitas”, maka stok ikan

akan tumbuh, namun jika lebih kecil dari “mortalitasnya”, maka stok ikan akan menurun.

3. Surplus Produksi dan Fishing Effort

Pada kondisi tanpa penangkapan ikan, perbedaan antara produksi dan mortalitas

tersebut dinyatakan dalam istilah yang disebut : “surplus produksi”. Pada tingkat

ketersediaan ikan maksimum, dimana tambahan biomassa sebagai akibat dari tambahan

individu baru dan pertumbuhan individu ikan hanya cukup untuk mengganti pengurangan

biomassa ikan karena kematian ikan (mortalitas), maka “surplus produksi” sebesar nol.

Pertumbuhan biomassa ikan pada periode waktu tertentu F(X) juga dapat dilihat

sebagai fungsi produksi perikanan secara biologis. Dengan dasar ukuran stok ikan tertentu,

X, kenaikan biomassa per satuan waktu ditentukan oleh besarnya stok. Oleh karena itu

persamaan (2.2) dapat juga dinyatakan sebagai fungsi produksi perikanan yang dapat ditulis

sebagaimana persamaan (3.3).

dX/dt = F(X) = I + R - M ........................ (3.3)

Menurut Graham (1935) hubungan antara tingkat pertumbuhan stok (biomassa) ikan

pada periode waktu tertentu, perbedaan antara ukuran stok (dalam berat) dan carrying

Page 22: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

108 capacity adalah berbentuk parabol (Hilborn and Walters, 1992) yang dinyatakan

sebagaimana persamaan (3.4).

dX/dt = F(X) = r X (1 – X/K) .......................... (3.4)

dimana : K = carrying capacity, r = tingkat pertumbuhan intrinsik individu ikan.

Dengan dasar persamaan logistik (3.1), Schaefer mengasumsikan bahwa

pertumbuhan stok ikan mengikuti persamaan (3.5).

K

X(t) = ------------- ............................................... (3.5)

(1 + C e –rt )

dimana : C = (K - Xo)/Xo, Xo adalah ketersediaan ikan pada tahun ke to (awal tahun)

dan X(t) = ketersediaan ikan pada tahun ke t.

Hubungan antara pertumbuhan dan ketersediaan ikan untuk periode waktu

disajikan pada Gambar dibawah ini . Mortalilitas ikan juga terjadi karena kegiatan

penangkapan. Mortalitas akibat penangkapan ikan bersifat relatif terhadap besarnya stok

ikan dan fishing effort. Oleh karena itu, pada ukuran besarnya stok tertentu, fishing effort

yang semakin tinggi, maka hasil tangkapan juga akan semakin besar. Semakin besar

populasi ikan, maka semakin besar hasil tangkapan.

Pengertian fishing effort secara sederhana mewakili berbagai peubah biologis, yaitu

pertumbuhan, mortalitas dan tambahan individu ikan baru ke dalam satu istilah, yaitu : “hasil

tangkap”. Dengan demikian fishing effort merupakan gambaran tentang jumlah armada

penangkapan ikan mencakup daya tangkap alat, lama operasi melaut, dan keterampilan

Anak Buah Kapal (ABK) (Anderson, 1986). Secara ekonomi, fishing effort mewakili

keterampilan ABK dan modal (kapal dan alat tangkap) yang digunakan. Menurut Anderson

Page 23: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

109 (1986) pengertian fishing effort merupakan konsep yang kompleks tergantung pada

karakteristik biologi ikan dan cakupan ekonomi.

Kenaikan fishing effort dapat berarti peningkatan jumlah jam atau hari kerja

melaut atau daya tangkap karena perbaikan teknologi alat yang digunakan. Oleh karena itu,

fungsi penangkapan ikan dinyatakan menurut persamaan (3.6).

(dX/dt) ! Pertumbuhan ! ! dX/dt = rX. (1 – X/K) ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! Ketersediaan Ikan (X) ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! Waktu (t) Xt = K/ (1 – C e –rt) ! dimana : C = (K – Xo)/Xo Gambar 11. Hubungan Biologis antara Pertumbuhan, Ketersediaan Ikan dan Waktu (Anderson, 1986)

Y = y(E,X) = q. X. E ...................... (3.6)

dimana :

Y = hasil tangkapan dalam satuan biomassa

E = fishing effort

X = ketersediaan ikan

q = daya tangkap (catchability coefficient)

Page 24: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

110

Hubungan fungsional (3.6) mengasumsikan bahwa daya tangkap (q) dan kondisi

biologis (X) adalah konstan. Dengan dasar persamaan (3.6), maka catch per unit effort

(CPUE, Y/E) adalah proporsional terhadap kepadatan stok ikan, sebagaimana ditunjukkan

pada persamaan (3.7).

Y/E = q.X ......................................................... (3.7)

Dengan demikian, pertumbuhan stok ikan dengan memasukkan mortalitas karena

penangkapan ikan, menurut Schaefer (1954) (Hilborn and Walters, 1992), akan diperoleh

persamaan (3.8).

dX/dt = F(X) – y(E,X) .................................... (3.8)

C. Teori Kelestarian Ikan

1. Hasil Penangkapan Berkelanjutan (Maximum Sustainable Yield, MSY) Dengan dasar persamaan (3.8) dapat diperoleh gambaran bahwa jika tingkat

eksploitasi penangkapan ikan, y(E,X), lebih kecil dari tingkat kenaikan stok secara alami,

F(X), maka stok ikan masih akan meningkat. Keseimbangan dapat dicapai, jika tingkat

eksploitasi penagkapan ikan tepat sama dengan tingkat pertumbuhan stok ikan secara

alami. Keadaan stok dalam keseimbangan disebut “hasil penangkapan berkelanjutan ”,

yaitu memenuhi persamaan (3.9).

dX/dt = F(X) - y(E,X) = 0 ........................................ (3.9)

Atau mengacu persamaan (3.4) diperoleh persamaan (3.10).

r.X (1 – X/K) - q.E.X = 0 ........................................ (3.10)

Nilai X diperoleh sebagaimana ditunjukkan pada persamaan (3.11).

X = K.(1 - q.X/r) ....................................... (3.11)

Page 25: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

111

Jika persamaan (3.11) disubstitusikan ke dalam persamaan (3.6), maka akan

diperoleh persamaan (3.12).

Y = q.E.K (1 – q.E/r) ..................................... (3.12)

Y = (qK)E – (q2.K/r) E2

Secara lebih sederhana, persamaan (3.12) dapat ditulis pada persamaan (3.13).

Y = a.E - b.E2 ................................................ (3.13)

dimana :

a = q.K

b = q2.K/r

Oleh karena itu, fungsi penangkapan ikan secara berkelanjutan (sustainable)

memiliki bentuk yang serupa dengan kurva pertumbuhan-stok ikan, yaitu berbentuk

parabolik. Persamaan (3.13) dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan CPUE(Catch Per

Unit Effort,Y/E) (3.14).

Y/E = a – b.E ................................................... (3.14)

Fox (1970) memodifikasi model dengan asumsi hubungan stok ikan dan produksi

mengikuti “Gompertz growth”, model Schaefer dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan

(3.15).

dX/dt = r.X - r/K. X2 - q.X.E ..................... (3.15)

Dengan dasar “Gompertz growth”, modifikasi model Schaefer yang bersifat linier,

selanjutnya dipersoleh persamaan fungsi logaritmik (3.16).

ln (Y/E) = a - b.E ........................... (3.16)

Page 26: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

112

Mengingat hasil tangkap bervariasi tergantung pada jumlah fishing effort,

sehingga akan diperoleh tingkat keseimbangan besarnya populasi ikan pada setiap tingkat

fishing effort. Dengan dasar persamaan hasil tangkapan dan CPUE ( 3.13 dan 3.14) dari

data hasil tangkapan (catch) pada periode waktu tertentu (time series), hasil tangkapan

maksimum dapat diperoleh, dimana keseimbangan penangkapan ikan tertinggi dapat diraih

tanpa mengurangi besarnya ketersediaan (stok) ikan yang ada. Tingkat pemanfaatan

maksimum tersebut selanjutnya dikenal sebagai titik Maximum Sustainable Yield (MSY)

sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 12. Dengan dasar fungsi produksi tersebut, maka

eksploitasi penangkapan ikan di suatu perairan tertentu menurut Panayotou (1982) dapat

digolongkan menjadi dua kategori, yaitu :

1. Tingkat eksploitasi sebelum puncak produksi, yang selanjutnya disebut : “under-exploited”,

dan

2. Tingkat eksploitasi sesudah puncak produksi, yang selanjutnya disebut : “over-exploited”.

Dalam keadaan “under-exploited” , pembangunan perikanan dapat ditempuh melalui strategi

penambahan fishing effort , namun ketika keadaan berada pada katagori “over-exploited”

perlu ditempuh strategi perbaikan pemanfaatan usaha penangkapan ikan untuk mencapai

tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan secara maksimum berkelanjutan. Pengertian

maksimum tergantung pada tujuan yang akan dicapai. Jika tujuannya untuk mencapai

tingkat panen ikan secara maksimum, maka tingkat eksploitasi tersebut merupakan hasil

penangkapan ikan (panen) maksimum berkelanjutan menurut kriteria ekologis (Panayotou,

1982).

2. Estimasi Panen dan Effort Maksimum

Dengan memasukkan peubah lingkungan, menurut O`Rourke (1971) fungsi panen

ikan dapat dinyatakan pula pada persamaan (3.17).

Y/E = b0 + b1E + b2 F + b3 T …………………… (3.17)

dimana :

Page 27: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

113 Y = jumlah ikan yang didaratkan

E = jumlah fishing effort

F = suhu lingkungan

T = peubah trend

Y !MSY Produksi ! (Ton) ! ! “under exploited”! “over exploited” ! ! ! ! ! ! E Fishing Effort Gambar 12. Hubungan Produksi (Y) dan Pertambahan Fishing Effort (E)

Dengan asumsi pada periode tertentu suhu konstan, maka fungsi panen ikan (3.15)

dapat ditulis sebagaimana yang dinyatakan oleh Schaefer (1954) pada persamaan (3.18),

yaitu :

Y/E = a - b1 E ................................ (3.18)

dimana :

a = b0 + b2 F + b3 T

Atas dasar persamaan (3.12) dapat diestimasi jumlah fishing effort optimum

untuk menghasilkan panen ikan maksimum dengan cara membuat turunan pertamanya,

sehingga diperoleh :

E maksimum = a/2b

Y maksimum = MSY = a2/ 4b …………………… (3.19)

Page 28: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

114 Dengan dasar persamaan (3.13 dan 3.14) jumlah armada atau fishing effort (E) yang

dibutuhkan untuk berbagai tingkat produksi secara matematis dapat diestimasi dengan

dasar persamaan (3.20) berikut (O`Rourke, 1971).

Y = a.E - b. E2

E2 – a/b (E) = -Y/b

(E - a/2b)2 = ( - a/ 2b)2 - Y / b

(E - a/2b) = [(a2 - 4 b.Y)/ 4 b2] ½

E = [ a + ( a2 - 4 b.Y) ½ ] / 2b …………... (3.20)

Dengan menggunakan “Model Schaefer”, dapat diestimasi tingkat MSY dan Effort

Maximum yang boleh diijinkan. Dalam perikanan multi alat tangkap terdapat “heterogenitas”

tipe alat tangkap yang digunakan. Ukuran kapal, kekuatan mesin kapal, peralatan lain,

seperti alat bantu untuk mengumpulkan ikan juga menunjukkan adanya “heterogenitas”.

Kombinasi faktor ukuran kapal tersebut dalam kegiatan penangkapan ikan akan berdampak

beda pada ketersediaan dan hasil penangkapan. Oleh karena itu diperlukan pembakuan

upaya penangkapan (fishing effort) yang mengkaitkan efektifitas penangkapan relatif

(relative fishing power).

Dalam suatu penelitan untuk perumusan kebijakan dapat digunakan salah satu jenis

alat tangkap baku. Untuk merumuskan kebijakan pengelolaan perikanan pelagis “multi

spesies” dan multi alat tangkap, dapat digunakan rata-rata Catch Per Unit Effort (CPUE)

purse seine sebagai ukuran baku untuk mengukur efektifitas penangkapan relatif (relative

fishing power). Transformasi effort menggunakan dasar perhitungan data total effort alat

tangkap purse seine (pu), dan alat tangkap lain seperti pancing (pc), gill net (gn) dan

payang (pa). Unit effort dalam “day fishing” atau frekuensi melaut (FQM) dari satu unit

armada penangkapan dengan alat tangkap tertentu dalam setahun, kemudian dijadikan

dalam satuan “boat-days”, yaitu dengan cara mengalikan jumlah armada penangkapan

tertentu dengan “fishing days” selama setahun.

Page 29: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

115 Untuk membuat satuan unit effort yang uniform dan standard (baku), maka semua

armada penangkapan dengan alat tangkap tertentu masing-masing ditransformasi ke

dalam satuan baku “one boat day” dari purse seine, karena pertimbangan : (1) respon

ketersediaan terhadap purse seine akan menentukan status sumberdaya, yang akan

berdampak terhadap status perikanan payang atau gill net maupun pancing, apakah terjadi

over fishing atau belum, (2) hasil tangkap purse seine mendominasi total effort dan total

hasil tangkap ikan di suatu wilayah perairan, dan (3) daerah penangkapan purse seine

meliputi atau berhubungan dengan daerah penangkapan alat tangkap payang, gill-net

maupun pancing.

Langkah awal adalah armada dengan alat tangkap payang, gill net dan pancing

ditransfer ke purse seine. Jika koeffisien transformasi telah didapat, selanjutnya dilakukan

estimasi dan analisis persamaan Catch Per Unit Effort baku purse seine. Konstante

transformasi untuk alat angkap payang (γ), gill net (δ) dan pancing (ε) ke alat tangkap purse

seine menggunakan pendekatan model Schaefer (1954) pada persamaan (3.21).

Q/E = α - β E atau

Q = α E - β E2 ………………………………… (3.21)

dimana :

E = fishing effort

Q = total hasil tangkap ikan yang didaratkan di suatu wilayah

perikanan

Mengingat kondisi perikanan tangkap di Indonesia adalah banyak jenis, maka dengan

dasar model Schaefer tersebut, estimasi indeks transformasi multi alat tangkap untuk

masing-masing armada penangkapan ikan tertentu ke dalam alat tangkap standard,

misalnya purse seine yang dilakukan dengan dasar persamaan (3.22).

Cpgc = α - β [ Epu +Epa/γ+Egn/δ+Epa/ε] [ Epu + Epa/γ + Egn/δ + Epc/ε]

………… (3.22)

Page 30: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

116 dimana :

Cpgc = total hasil tangkap dari purse seine dan payang/gillnet/pancing dalam ton/tahun Epu = total effort dari purse seine (boat days) Epa = total effort dari payang (boat days) Egn = total effort dari gill-net (boat days) Epc = total effort dari pancing dan lainnya (boat days) γ = koefisien tranfer dari payang ke purse seine δ = koefisien tranfer dari gill-net ke purse seine ε = koefisien transfer dari pancing dan alat lainnya ke purse seine α dan β = konstante dari model

Persamaan (3.22) dihitung menggunakan regresi linier ganda. Koefisien (indeks

konversi) transfer dari alat tangkap tertentu seperti payang, gill-net dan pancing masing-

masing ke purse seine, berturut-turut diestimasi menggunakan rumus sebagai berikut :

γ = α/ β1, β1 adalah slope regresi dengan alat tangkap payang

δ = α/β2, β2 adalah slope regresi dengan alat tangkap gill net

ε = α/β3, β3 adalah slope regresi dengan alat tangkap pancing

α = intercept masing-masing persamaan regresi yang dihasilkan

alat tangkap payang, gill-net dan pancing/alat lainnya

Jika data parameter populasi ikan kurang mencukupi, maka dinamika populasi

ketersediaan ikan disajikan melalui model surplus produksi. Hubungan fungsional untuk

menyajikan dinamika ketersediaan ikan dalam merespon dinamika effort, dengan asumsi

“equilibrium state” digunakan model Schaefer (1957). Secara umum fungsi produksi

penangkapan ikan, mengacu kerangka pemikiran O`Rourke (1971) pada persamaan

berikut.

Y/E = β0 + β1E +β2 F + β3T + e

dimana :

Y = total hasil tangkap ikan yang didaratkan per tahun (ton)

E = jumlah effort baku

Y/E = Catch Per Unit Effort (CPUE)

F = suhu perairan

Page 31: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

117 T = peubah trend

e = error term

β0 = intercept, β1, β2 dan β3 = koefisien regresi.

Peubah trend menampung berbagai perubahan ketenaga kerjaan dan kapasitas

kapal (kapital) . Jika diasumsikan dalam periode estimasi cadangan ikan ini, faktor suhu

dan trend adalah tetap, maka fungsi produksi tersebut dapat ditulis sebagaimana model

Schaefer (1954) berikut :

Y/E = α – β1E atau persamaan kuadratik Y = α E - β1 E2

dimana :

α = β0 + β2F + β3T

Tingkat produksi (Y) maksimum yang dapat dihasilkan adalah berupa titik Maximum

Sustainable Yield (MSY). Sedangkan koefisien β1 bertanda negatif sebagai konsekuensi dari

hukum pertumbuhan populasi dari organisme hidup yang memiliki keterbatasan, yaitu

tergantung pada besarnya cadangan makanan dan tingkat pemanfaatan sumberdaya

perikanan.

Ketika eksploitasi penangkapan ikan dilakukan, maka kematian yang akan

mempengaruhi besarnya cadangan ikan, disamping berlangsung secara alami, juga

ditentukan olah jumlah armada penangkapan ikan yang dioperasikan. Semakin banyak

armada yang dioperasikan yang berarti semakin tinggi fishing effort (E), maka Y/E (CPUE)

akan semakin menurun.

Untuk menduga catch maksimum (MSY) pada kondisi ketersediaan dalam

keseimbangan (equilibrium state) diperoleh dengan membuat turunan pertama , yaitu Q /

E = 0, yaitu :

Emax = ½ (α/β1)

Hasil tangkap maksimum (MSY) dapat diduga dengan Ye, yaitu :

Ymax = ¼ (α2/β1)

Page 32: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

118 D. Aspek Ekonomi

Pendapatan nelayan berkaitan dengan besarnya penerimaan dan biaya-biaya.

“Model Ekonomi Perikanan” yang sederhana pertama kali diperkenalkan oleh Gordon,

dimana biaya total (TC) dan penerimaan total (TR) perikanan dinyatakan sebagai fungsi dari

fishing effort . Biaya total terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap termasuk

seluruh biaya yang diperlukan sebelum biaya langsung yang dikeluarkan untuk tambahan

fishing effort. Sedangkan biaya tidak tetap diperlukan secara langsung untuk operasi

penangkapan ikan melaut, seperti bahan bakar minyak (BBM), umpan, makanan dan ABK.

Menurut pendekatan tersebut, jumlah fishing effort tidak mempengaruhi harga-harga faktor

produksi. Dengan dasar asumsi tersebut, maka biaya per fishing effort dianggap

tetap/constant (C). Oleh karena itu hubungan antara biaya total (TC) dan fishing effort

adalah “linier” (Anderson, 1986).

Atas dasar pendekatan fishing effort, secara matematis besarnya biaya

keseluruhan usaha penangkapan (TC), biaya marjinal (MC) dan biaya rata-rata (AC) dapat

ditulis sebagai persamaan (3.23) – (2.24) berikut :

TC = c.E

= c. [ a + ( a2 - 4 bY) ½ ] / 2b ……......……… (3.23)

MC = ∂TC/∂E = c

AC = TC/E = c

AC = MC = c ……………........……… (3.24)

Untuk menghindari kerancuan, formulasi TC dan AC dengan pendekatan fishing

effort sebagaimana model yang digunakan oleh Gordon-Schaefer perlu dikonversi ke dalam

pendekatan biaya yang lazim, yaitu atas dasar hasil tangkap. Pendekatan hasil tangkap

untuk pertama kali digunakan oleh Copes (1970). Model Copes tersebut, selanjutnya

dekenal sebagai “backward bending supply model” (Anderson, 1986).

Harga ikan dapat dinyatakan tetap atau berubah. Namun karena faktor cuaca dan

lingkungan yang tidak bisa dikendalikan, maka harga ikan diasumsikan sebagai peubah

Page 33: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

119 eksogen dengan nilai tertentu dan tetap. Dengan dasar asumsi tersebut, maka setiap

bentuk pengaturan perikanan hanya akan berpengaruh terhadap produksi. Dengan asumsi

kondisi sumberdaya perikanan dalam keadaan mantap (steady state), maka secara

ekonomi, kurva hasil tangkapan berkelanjutan dianggap sebagai fungsi produksi jangka

panjang. Ini berarti untuk setiap tingkatan fishing effort tertentu, produksi ikan dianggap

berbasis pada penangkapan ikan berkelanjutan (sustainable) (Anderson, 1986).

Dengan dasar asumsi harga ikan tertentu, maka fungsi penerimaan total (TR),

penerimaan marjinal (MR) dan penerimaan rata-rata (AR) dinyatakan dalam persamaan

(3.25) - (3.27).

TR = p.Y = p. (aE - bE2) ………………………….. (3.25)

MR = p.(a - 2b E) …………………… (3.26)

AR = p.(a - b E) ………………………………….. (3.27)

Atas dasar persamaan (3.23), maka biaya rata-rata (AC) dan biaya marjinal (MC)

atas dasar pendekatan hasil tangkapan ikan adalah sebagaimana persamaan (3.28) –

(3.29).

AC = TC/Y = c [ a + ( a2 - 4 bY) ½ ] / 2bY …… (3.28)

MC = dTC/dY = + c / ( a2 - 4 bY) ½ ………… (3.29)

Selanjutnya keuntungan naksimum dapat diestimasi, yaitu ketika nilai MR (marginal

revenus) = MC.(marginal cost) Atas dasar rumus 3.26 dan 3.29.

Dengan dasar persamaan (3.23), (3.25) dan (3.28) - (3.29), maka kurva biaya total

(TC), penerimaan total (TR) atas dasar harga ikan (p) tetap, biaya rata-rata (AC) dan biaya

marjinal (MC) disajikan pada Gambar 13 dan Gambar 14. Pada Gambar 14. ditunjukkan

Page 34: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

120 bahwa : (a) slope biaya marjinal (MC) adalah melengkung ke atas mendekati MSY,

sedangkan kurva biaya rata-rata (AC) melengkung ke belakang (backward bending).

Pada saat eksploitasi penangkapan ikan di bawah MSY, biaya rata-rata (AC)

meningkat sejalan dengan kenaikan fishing effort yang searah dengan kenaikan hasil

tangkapan total. Pada tahap selanjutnya, jika fishing effort meningkat, biaya rata-rata

meningkat, sementara produksi ikan menurun di bawah MSY, sehingga kurva AC

melengkung ke belakang (backward bending).

Kurva suplai ikan adalah serupa dengan kurva biaya rata-rata, yaitu berbentuk

melengkung ke belakang (backward bending). Kebijakan pemanfaatan sumberdaya

perikanan perlu memperhatikan karakteristik kurva penerimaan total (TR), biaya total (TC),

biaya rata-rata (AC), biaya marjinal (MC) dan kurva suplai ikan dari hasil tangkapan

sumberdaya milik umum tersebut (Smith, 1987).

Rp TR = p.Y TR = p.(aE – bE2) TC = c. E E Fishing Effort Gambar 13. Kurva Penerimaan (TR) dan Biaya (TC) pada Perikanan Open Access

Disamping itu, suplai ikan memiliki dua nilai untuk dua tingkat fishing effort yang

berbeda (O`Rourke, 1971 dan Anderson, 1986).

Page 35: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

121

AC MC ! ! Biaya ! (Rp) ! ! ! ! ! ! MSY ! ! ! ! ! Y Produksi Gambar 14. Kurva Biaya Rata-Rata (AC) dan Biaya Marjinal (MC) pada Perikanan Open Access Sebagaimana telah dijelaskan ada dua strategi pembangunan perikanan dalam

memanfaatkan sumberdaya perikanan secara maksimum berkelanjutan dalam upaya

meningkatkan pendapatan nelayan, yaitu :

(1) Strategi “ekspansi” , yaitu menambah jumlah ijin armada penangkapan ikan untuk

memanfaatkan sumberdaya perikanan kategori “under-exploited” dan

(2) Strategi “pengelolaan atau pengendalian” armada penangkapan ikan untuk katagori

sumberdaya perikanan “over-exploted”.

Kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan secara maksimum berkelanjutan

dianggap “open-access” dan telah diusahakan secara berlebihan dalam arti biologis

sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 17. Pada Gambar 17, E3 mewakili tingkat fishing

effort pada keseimbangan “open access” dimana jumlah penerimaan menyamai jumlah

biaya. Artinya nelayan berada pada tingkatan pendapatan nol atau miskin. E2 mewakili

tingkat fishing effort yang memberikan hasil panen maksimum (Maximum Sustainable Yield,

MSY). Sedangkan E1 mewakili tingkat fishing effort yang menghasilkan keuntungan

maksimum, ketika MC = MR (Maximum Economic Yield, MEY).

Page 36: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

122 Pada tingkat keseimbangan “open access” unit penangkapan milik perorangan

(rumahtangga nelayan) hanya cukup menutup biaya-biayanya. Biaya itu meliputi upah

bayangan untuk pendega/ABK. Upah nelayan didasarkan sistem bagi hasil, sehingga

besarnya tidak diketahui dengan jelas. Seringkali biaya ini dianggap sama dengan upah

yang mungkin diterima (upah opportunitas) nelayan dalam kegiatan curahan kerja terbaik

lainnya. Apabila nelayan tidak mempunyai alternatif lain, sebagaimana yang sering terjadi,

maka biaya atau upah opportunitas adalah sama dengan “nol”.

Dengan dasar pendekatan “Bio-Ekonomi” akan dapat mengestimasi :

(1) Tingkat produksi dan effort maksimum pada tingkat MSY.

(2) Tingkat keuntungan ekonomi maksimum (MEY) dan effort pada tingkat keuntungan

maksimum. Dengan mempertimbangkan kedua tingkat eksploitasi tersebut,

selanjutnya digunakan untuk menentukan tingkat produksi yang boleh ditangkap

(Total Allowble Catch) yang nilainya secara praktis ditetapkan sebesar 80% dari

tingkat MSY.

(3) Tingkat lapangan kerja maksimum, atau sering disebut sebagai “Maximum Social

Yield” (MSocY) yaitu pada tingkat keuntungan nol.

E. Panen Ikan Pada Kondisi Open Access

Sebagaimana telah dijelaskan dari uraian tersebut diatas, kita dapat meringkaskan

dampak panen terhadap stok sepanjang waktu pemanfaatan sumberdaya ikan sebagaimana

dinyatakan pada persamaan (3.30).

dX/dt = F(X) – H(t) ……………………………….. (3.30)

dimana :

F(X) = pertumbuhan stok ikan

H(t) = panen ikan pada waktu ke t.

dX/dt = perubahan stok ikan antar waktu (t).

Page 37: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

123 Dengan dasar persamaan (3.30), kita bisa menduga keseimbangan dimana stok

ikan tidak berubah, jika tingkat pertumbuhan stok adalah sama dengan tingkat panen ikan.

Kondisi demikian disebut steady state bionomic equilibrium, yaitu pada tingkat MSY.

Dalam kondisi industri perikanan bersaing sempurna, kurva permintaan ikan yang

dihadapi masing-masing perusahaan penagkapan ikan bersifat elastis sempurna, kurva

suplai faktor input juga bersifat elastis sempurna, maka fungsi panen industri penagkapan

ikan secara agregat dinyatakan pada persamaan (3.31). Diasumsikan juga, fungsi panen

H(t) hanya ditentukan oleh dua peubah, yaitu fishing effort E(t) dan stok ikan X(t).

H(t) = G[ E(t). X(t)] .....................................(3.31)

Dengan dasar persamaan (3.31) selanjutnya dapat kita lihat behwa interaksi antara

E dan X secara grafis dapat kita susun menurut dua cara, yaitu :

(1) Pertama, kita dapat menjelaskan bagaimana panen berubah akibat perubahan fishing

effort, stok ikan tetap;

(2) Kedua, kita dapat menjelaskan bagaimana panen berubah akibat perubahan stok ikan,

fishing effort tetap.

Hubungan-hubungan tersebut mengikuti prinsip hukum ekonomi yang lazim, yaiotu

law of the deminishing marginal product dari peubah faktor produksi, dimana faktor lain

dibuat tetap. Stok ikan pada keadaan tetap dapat diinterpretasikan bahwa populasi ikan

dalam kondisi mantap (steady state).

Hukum the deminishing marginal product mengindikasikan bahwa marginal product

dari fishing effort memiliki slope yang menunjukkan semakin menurun. Artinya penambahan

satu unit fishing effort menghasilkan kenaikan satu unit panen yang semakin menurun.

Setelah mencapai pada puncak produksi (panen agregat), maka peningkatan fishing effort

tidak diikuti oleh peningkatan produksi. Pada titik puncak ini selanjutnya kita sebut tingkat

MSY.

Page 38: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

124 Jika dapat dimisalkan harga ikan tetap pada Rp. 1,- per Kg, maka kurva penerimaan

persis sama dengan kurva produksi (panen) ikan. Ini berarti, jika dietapkan kurva panen (Q)

maksimum, maka pada titik yang sama merupakan tingkat penerimaan maksimum (TR

maksimum).

Pada perikanan open access nelayan akan berlomba memanfaatakan sumberdaya

sepanjang masih diperoleh keuntungan positif. Sampai pada tingkat keseimbangan ketika

keuntungan sama dengan nol. Untuk menggambarkan hubungan tersebut dapat dilihat pada

gambar 15.

Pada gambar 15 (a) , tingkat fishing effort pada E’ maka dapat dilihat tingkat

keuntungan peusahaan penengkapan ikan sangat berlebih, sehingga dalam kondisi open

access akan mendorong terjadinya kenaikan jumlah effort secara berlanjut sampai pada

tingkatan keseimbangan bio-ekonomi, yaitu pada tingkat penerimaan total (TR) = biaya total

(TC), atau pada tingkat keuntungan nol.

Dinamika keuntungan perusahaan penagkapan ikan juga dapat dilihat dengan

menggunakan Gambar 15 (b). Pada gambar ini ditunjukkan penerimaan rata-rata (AR)

dan mrginal revenue (MR) industri penangkapan ikan dinyatakan sebagai fungsi effort dari

penerimaan total ( AR = TR/E; MR = dTR/dE). Dengan dasar hukum kenikan produksi yang

semakin menurun, dimana AR dan MR memiliki slope negatif, AR berada diatas MR. Pada

perikanan open access akan mencapai keseimbangan pada saat AR = MC. Dengan asumsi

biaya per unit usaha konstan = c, maka MC = c (perhatikan persamaan 3.23 dan 3.24). Ini

berarti bahwa pada kondisi pemanfaatan sumberdaya open access, maka akan didapatkan

selalu MR < MC.

Common property equilibrium (CPE)(tingkat keuntungan nol) dapat juga kita lihat

dalam hubungannya dengan biaya panen rata-rata (AC = H/E) dan biaya panen marginal

(MR = dTR/dE). Pada tingkat keseimbangan open access, maka TR = TC, dimana TR = pH

( p = harga ikan; H = panen ikan), sedangkan TC = c E. Jika dibagi dengan H, maka akan

diperoleh persamaan sebagai berikut :

Page 39: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

125 p = c.E/H (c = biaya per unit effort)

Dengan dasar uraian tersebut diatas, maka keseimbangan sumberdaya perikanan

open access pada kondisi CPE menunjukkan dua ciri, yaitu :

(1) CPE berlangsung pada tingkat TR = TC, dengan implikasi AR = AC dari effort, sehingga

MR lebih kecil dari MC dari effort.

(2) Keseimbangan CPE secara ekonomi maupun bio-ekonomi adalah tidak efisien. Secara

ekonomi disebut tidak efisien, karena efisiensi ekonomi diperoleh jika MR = MC,

sedangkan pada kondisi CPE diperoleh MR < MC. Secara bio-ekonomi juga dikatakan

tidak efisien karena panen diperoleh setelah MSY, sehingga untuk tingkat produksi

yang sama memerlukan jumlah fishing effort yang lebih besar (Gambar 15 c).

Dengan demikian “Common Property Equilibrium” (CPE) dalam kondisi open access

menunjukkan kondisi tidak efisien, baik secara ekonomi maupun bioekonomi, karena

industri penagkapan ikan beroperasi setelah MSY dilampaui, dimana untuk memanen ikan

pada jumlah yang sama digunakan jumlah fishing effort yang lebih besar. Dalam hal ini

terjadi pemborosan kapital dan penggunaan SDM.

F. Common Property Equilibrium (CPE) Versus Private Property Equilibrium (PPE)

Pemanfaatan sumberdaya dengan pendekatan CPE dalam kondisi open access

sebagaimana telah diuraikan menunjukkan pemanfaatan yang tidak efisien, baik secara

ekonomi maupun bio-ekonomi. Para ahli ekonomi sumberdaya perikanan mempersoalkan

bagimana jika sumberdaya dikelola pada tingkat keuntungan maksimum pada tingkat

private property equilibrium (PPE) .

Page 40: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

126

Total penerimaan Dan biaya TC = c.E B A TR0………………………………………. H H TR = p. H.(E) E’ E0 Effort (E) (a) Rp Per unit effort c’ = MC’ = AC’ c = MC = AC AR MR E’ E0 Effort (E) (b) Pertumbuhan stok F(X) H0 = G(E0,X) H0 = G(E0,X) H0 ....................................................................... F(X) K X0 XMSY X0 Biomassa X (c)

Gambar 15. Keseimbangan “Common Property”

Pada kondisi “Open Access”

Page 41: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

127

Secara analisa perusahaan perikanan, “keuntungan maksimum” dapat diperoleh jika

“penerimaan marginal” atau Marginal Revenue (MR) sama dengan “biaya marginal” atau

Marginal Cost (MC), yaitu pada saat selisih antara “penerimaan total” atau Total Revenue

(TR) dan “biaya total” atau Total Cost (TC) masing-masing perusahaan perikanan pada

kondisi maksimum sebagaimana ditunjukkan pada gambar 15.

Perbandingan antara CPE dan PPE pada kondisi “Open Access” sebagaimana dapat

dilihat pada gambar 16 adalah sebagai berikut :

(1) CPE menunjukkan TR = TC, dimana ARE = ACE; yang berarti untuk tingkat produksi H0

yang sama, pada CPE memerlukan jumlah effort yang lebih banyak dari kondisi PPE;

dengan demikian secara “biologi” tidak efisien. Pada kondisi CPE pemanfaatan

sumberdaya yang dihadapi oleh masing-masing perusahaan, stok ikan dilihat sebagai

peubah ekternal, sehingga para pengusaha perikanan tangkap (nelayan) dihadapkan

pada kondisi “eksternalitas negatif”.

(2) PPE menunjukkan TR – TC maksimum, dimana MR = MC untuk tingkat produksi H0

dan dengan jumlah effort yang lebih sedikit, dengan demikian secara “biologi” dan

“ekonomi” adalah efisien. Para pengusaha perikanan tangkap (nelayan) dalam

pemanfaatan sumberdaya tidak menghadapi “ekternalitas”, sehingga bisa bekerja lebih

efisien. Dengan demikian dibawah kondisi pemilikan privat, nilai marginal product (MP)

dari effort ditetapkan = marginal cost (MC) dari fishng effort.

Dengan perbedaan kurva TC, maka pemanfaatan sumberdaya pada kondisi PPE

akan dapat memanen ikan pada jumlah lebih besar atau lebih rendah dari kondisi CPE.

Secara matematik pemanfataan sumberdaya perikanan pada kondisi keuntungan

maksimum telah disajikan pada persamaan (3.26) dan (3.29).

Page 42: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

128

Total penerimaan Dan biaya TC = c.E B A TR0………………………………………. H = rent max H TR = p. H.(E) E* E0 Effort (E) (a) Rp Per unit effort c = MC ARE MRE E* E0 Effort (E) (b) Pertumbuhan stok F(X) H0 = G(E0,X) H* = G(E0,X) H ....................................................................... PPE CPE F(X) K X0 XMSY X* Biomassa X (c)

Gambar 16. Keseimbangan “Private Property”

Pada kondisi “Open Access”

Page 43: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

129 G. Konsep Pembangunan Perikanan Berkelanjutan (sustainable)

1. Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Lebih Tangkap

Yang menjadi persoalan, bagaimana bentuk implimentasi kebijakan, jika

pemanfaatan sumberdaya open access telah berada pada kondisi pemanfaatan

sumberdaya pada tingkat over exploited pada tingkat CPE .Perikanan yang dipersoalkan

dalam pengertian pemanfaatan sumberdaya secara maksimum berkelanjutan seharusnya

diusahakan pada tingkat fishing effort E2 (tingkat MSY), sementara keseimbangan “open

access” adalah pada E3. Alternatif kebijakan apa saja yang diperlukan dengan harapan

dapat memberi peningkatan hasil tangkapan secara berkelanjutan dan pendapatan yang

lebih tinggi bagi nelayan.

Untuk mengurangi kemiskinan nelayan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan

secara maksimum berkelanjutan, mengacu pendapat Smith (1987), akan dibahas

beberapa skenario kebijakan pembangunan perikanan dan peningkatan pendapatan

nelayan dalam kerangka pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan

sebagai berikut :

1. Perbaikan mutu kapal dan alat penangkapan.

2. Subsidi BBM

3. Perbaikan pemasaran, koperasi dan teknologi pascapanen.

4. Pengembangan sumber pendapatan alternatif.

Y Produksi atau Nilai Y2 .............................!MSY Biaya (TC) Y1 ..............MEY ! Y3 ......................!......!...........................!.. (Keuntungan nol) ! ! ! ! ! ! Penerimaan (TR) ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! O E1 E2 E3 E Fishing effort (Jumlah Nelayan) Gambar 17. Model Ekonomi Perikanan Open Access Statis

Page 44: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

130

Asumsi yang digunakan pada Gambar 17 adalah :

1. Unit penangkapan dalam perikanan ini diasumsikan mempunyai biaya operasi yang

seragam dan tanpa biaya tetap.

2. Perubahan dalam produksi ikan tidak berpengaruh terhadap harga.

3. Unit penangkapan bebas untuk masuk dan keluar (open access) dalam pemanfaatan

sumberdaya perikanan.

Tiga skenario pertama masing-masing kebijakan dimaksudkan untuk mencapai salah

satu atau lebih sasaran sebagai berikut :

1. Meningkatkan produktivitas nelayan.

2. Meningkatkan harga ikan yang diterima nelayan.

3. Menekan biaya yang harus ditanggung nelayan.

Sedangkan pengembangan alternatif pendapatan tambahan berusaha

meningkatkan biaya penangkapan melalui peningkatan upah opportunitas bagi pekerjaan

menangkap ikan di laut.

a. Kebijakan Perbaikan Teknologi

Akibat perubahan teknologi armada pernangkapan kita anggap dapat

menghemat tenaga kerja atau peningkatan produktivitas pada tingkat tertentu dan dianggap

bahwa keseimbangan telah tercapai dengan jumlah penerimaan menyamai biaya (titik C)

(Gambar 18).

Untuk memberikan gambaran secara lebih sederhana, jumlah nelayan disajikan dan

dianggap sebagai proksi dari fishing effort (E). Semakin besar jumlah fishing effort , jumlah

nelayan dianggap semakin besar.

Pengenalan teknologi baru pertama-tama akan meningkatkan tingkat pemanfaatan

sumberdaya, yang berarti fishing effort dan jumlah nelayan ikut meningkat, sehingga jumlah

penerimaan melebih biaya-biaya. Pendapatan nelayan pengguna teknologi baru akan

Page 45: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

131 meningkat. Namun, para produsen kecil akan tergeser keluar dari industri perikanan, dari A

ke B. Dalam jangka pendek, pada periode tertentu keseimbangan baru akan tercapai (titik

D). Oleh karena itu teknologi baru yang menghemat tenaga kerja nelayan, disamping

berakibat jumlah nelayan pada keseimbangan yang baru akan berkurang, pada

keseimbangan baru tercapai, pendapatan nelayan yang bertahan akan turun mencapai nol

ke titik D.

Y Penerimaan dan hasil tangkapan baru Produksi atau Nilai MSY Biaya (TC) E ..........................................................!.C F ...........................................................!... Penerimaan awal (TR) ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! O B A Fishing Effort (Jumlah Nelayan) Gambar 18. Pengaruh Perbaikan Teknologi pada Panen dan Pendapatan Nelayan b. Kebijakan Subsidi Harga BBM

Akibat subsidi harga BBM, kita anggap dapat menghemat biaya bahan bakar atau

biaya rancang bangun kapal yang lebih murah, tetapi dengan kapasitas penangkapan ikan

yang sama. Dan dianggap bahwa keseimbangan telah tercapai dengan jumlah penerimaan

menyamai biaya (titik C) (Gambar 19).

Pengenaan subsidi harga BBM pertama-tama akan meningkatkan tingkat

pemanfaatan sumberdaya sehingga jumlah penerimaan melebih biaya-biaya. Pendapatan

nelayan pengguna dan penerima subsidiharga BBM akan meningkat. Namun, menurut

model ini, para produsen atau nelayan kecil akan bertambah dari A ke B , sehingga

eksploitasi sumberdaya perikanan akan semakin meningkat dan pada periode tertentu

keseimbangan baru akan tercapai , yaitu titik D. Oleh karena itu subsidi harga BBM yang

menghemat biaya, disamping berakibat jumlah nelayan dan armada penangkapan ikan

Page 46: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

132 pada keseimbangan “open access” yang baru akan semakin meningkat sehingga tekanan

terhadap keberlanjutan sumberdaya semakin tinggi, dan ketika keseimbangan baru tercapai,

maka dalam jangka pendek tingkat pendapatan nelayan yang bertahan akan turun

mencapai nol kembali.

Y Produksi atau Nilai MSY Biaya awal (TC) E .................................................................C F . ...............................................................!............D Biaya baru ! ! Penerimaan (TR) ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! O A B Fishing Effort (Jumlah Nelayan) Gambar 19. Pengaruh Pengurangan Biaya pada Panen dan Pendapatan Nelayan Namun, menurut model ini, para produsen atau nelayan kecil akan bertambah dari

A ke B , sehingga eksploitasi sumberdaya perikanan akan semakin meningkat dan pada

periode tertentu keseimbangan baru akan tercapai , yaitu titik D. Oleh karena itu subsidi

harga BBM yang menghemat biaya, disamping berakibat jumlah nelayan dan armada

penangkapan ikan pada keseimbangan “open access” yang baru akan semakin meningkat

sehingga tekanan terhadap keberlanjutan sumberdaya semakin tinggi, dan ketika

keseimbangan baru tercapai, maka dalam jangka pendek tingkat pendapatan nelayan yang

bertahan akan turun mencapai nol kembali.

c. Kebijakan Perbaikan Pemasaran / Koperasi untuk Memperbaiki Harga Ikan

Akibat perbaikan organisasi pemasaran melalui koperasi kita anggap dapat

meningkatkan harga ikan, karena kemampuan tawar nelayan akan semakin kuat atau

perbaikan teknologi pascapanen akan meningkatkan permintaan ikan (Gambar 20). Gambar

20, menggunakan anggapan bahwa keseimbangan telah tercapai dengan jumlah

penerimaan menyamai biaya (titik C). Kenaikan harga ikan pertama-tama akan

Page 47: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

133 meningkatkan tingkat pemanfaatan sumberdaya karena jumlah penerimaan melebih biaya-

biaya.

Pendapatan nelayan penerima harga ikan lebih tinggi akan meningkat. Namun,

menurut model ini, hasil penangkapan lestari tidak berubah. Sekalipun jumlah nelayan yang

dapat ditampung meningkat dari A ke B, namun produktivitas nelayan akan semakin

menurun, karena hasil penangkapan lestari tidak berubah, dan pada periode tertentu

keseimbangan baru a tercapai (titik D).

Oleh karena itu penguatan koperasi yang dapat meningkatkan harga ikan,

disamping berakibat jumlah nelayan yang dapat ditampung pada keseimbangan “open

access” yang baru akan semakin meningkat, tapi karena hasil tangkapan lestari tidak

meningkat, maka dalam jangka pendek produktivitas nelayan menurun, dan ketika

keseimbangan baru tercapai, maka tingkat pendapatan nelayan yang bertahan akan turun

mencapai nol kembali.

Y Penerimaan baru Nilai Penerimaan awal (TR) Produksi Biaya (TC) F.....................................................................!...D E ........................................................C! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! O A B Fishing Effort (Jumlah nelayan) Gambar 20. Pengaruh Kenaikan Harga Ikan pada Panen dan Pendapatan Nelayan d. Kebijakan Tambahan Pendapatan Alternatif

Akibat bertambahnya pembiayaan kita anggap dapat meningkatkan hasil tangkapan

dan pendapatan nelayan. Dengan naiknya kurva jumlah pembiayaan yang mungkin

disebabkan adanya sumber pendapatan dengan tingkat penghasilan yang lebih tinggi di

pedesaan pantai, maka nelayan akan meningggalkan industri penangkapan ikan, karena

Page 48: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

134 memperoleh kesempatan kerja di pedesaan pantai. Jumlah pendapatan naik, dan jumlah

nelayan berkurang (Gambar 21).

Gambar 21 menunjukkan bahwa keseimbangan telah tercapai dengan jumlah

penerimaan menyamai biaya (titik C). Kenaikan biaya pertama-tama akan menggeser

nelayan meninggalkan kegiatan eksploitasi penangkapan ikan dari dan akan menurunkan

tekanan terhadap eksploitasi sumberdaya karena jumlah armada penangkapan dan nelayan

berkurang dari A ke B.

Nelayan yang tetap melakukan penangkapan ikan akan bekerja lebih efisien,

sehingga pendapatannya akan meningkat. Menurut model ini, hasil penangkapan lestari

akan bergeser dari C ke D, yaitu menuju tingkat maksimum (MSY). Jumlah nelayan yang

dapat ditampung menurun dari A ke B. Akibatnya, produktivitas nelayan yang tetap

melakukan usaha penangkapan ikan akan semakin meningkat, karena hasil penangkapan

lestari bergeser kearah tingkat pemanfaatan MSY., keseimbangan baru akan tercapai pada

periode jangka panjang.

Oleh karena itu peningkatan alternatif pekerjaan bagi nelayan dapat meningkatkan

pendapatan nelayan yang meninggalkan kegiatan penangkapan ikan maupun yang masih

tetap bertahan dalam kegiatan penangkapan ikan tersebut. Jumlah nelayan yang dapat

ditampung pada keseimbangan “open access” yang baru akan semakin menurun dari A ke

B, dengan tingkat pendapatan yang meningkat, disamping pemanfatan sumberdaya

bergeser dari C ke D, yaitu kearah MSY. Adapun nelayan yang mendapatkan alternatif

pendapatan baru juga akan mendapatkan kenaikan pendapatannya. Dalam jangka panjang,

keseimbangan baru tercapai, dimana tingkat pendapatan nelayan yang bertahan pada

tahapan berikutnya juga akan turun kembali.

Page 49: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

135 Y Jumlah biaya baru Produksi atau Nilai MSY Biaya awal (TC) F ................................................!...D E ................................................!.........!..C Penerimaan (TR) ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! ! O B A Fishing Effort (Jumlah Nelayan) Gambar 21. Pengaruh Sumber Pendapatan Alternatif pada Panen dan Pendapatan Nelayan Dari berbagai skenario kebijakan tersebut menurut Smith (1987) pilihan kebijakan

pemanfaatan sumberdaya perikanan secara maksimum berkelanjutan pada tingkat MSY

untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Kebijakan jangka pendek, yaitu : perbaikan teknologi, subsidi faktor produksi atau

peningkatan harga ikan.

2. Kebijakan jangka panjang, yaitu : meningkatkan sumber pendapatan alternatif bagi

rumahtangga nelayan, sehingga tekanan penangkapan ikan dikurangi dengan cara

mengurangi jumlah nelayan atau armada penangkapan ikan.

H. Keterkaitan Aspek SEL (Sosial Ekonomi dan Lingkungan)

Menurut Purwanto (2003) bahwa ketersediaan (stok) sumberdaya ikan pada

beberapa daerah penangkapan (fishing ground) di Indonesia ternyata telah dimanfaatkan

melebihi daya dukungnya sehingga kelestariannya terancam.Beberapa spesies ikan bahkan

dilaporkan telah sulit didapatkan bahkan nyaris hilang dari perairan Indonesia.

Page 50: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

136 3.2. Kerangka Konseptual dan Hipotesis

Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan kerangka dasar teoritik yang melandasi

proses berfikir dalam penelitian ini. Dalam hal ini dilakukan dengan menggunakan teori-teori

yang ditelaah secara mendalam, sehingga dapat dipergunakan untuk melakukan analisis

secara interdisipliner. Proses ini merupakan studi teoritis yang memberikan inspirasi bagi

peneliti untuk berfikir secara deduktif, dimana merupakan proses berfikir dengan melakukan

penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum menjadi kesimpulan yang bersifat

khusus. Adapun proses berfikir yang menghasilkan kesimpulan melalui proses generalisasi

dari fakta yang ada disebut sebagai proses berfikir induktif.

Proses berfikir ilmiah pada hakekatnya merupakan gabungan dari penalaran deduktif

dan induktif. Oleh karena itu, proses berfikir dalam penelitian ini merupakan kombinasi

antara penalaran deduktif dan induktif, yaitu lebih merupakan interaksi antara keduanya,

sehingga dari interaksi tersebut dapat disusun hipotesis penelitian yang berdasarkan pada

penalaran deduktif sekaligus induktif. (Suriasumantri, 2001).

Dari proses tahapan tersebut, maka dihasilkan kerangka konsep penelitian disertasi

secara interdisipliner, didasar pemikiran bahwa : pengelolaan selat Madura yang berlebihan

telah mengakibatkan over fishing atau lebih tangkap selama ini dengan model Bio-Ekonomi

belum bisa menyelesaikan permasalahan quota alat tangkap yang direkomendasikan untuk

menjaga kelestarian sumberdaya perikanan di Selat Madura. Disamping itu kelemahan

metode tersebut adalah untuk satu spesies dan satu alat tangkap sedangkan fakta yang ada

adalah multi spesies dan multi alat tangkap, maka diperlukan satu telaah terkait antara

Ekonomi-Ekologi-Sosial yang akan mempunyai dampak Multiplier Effect, yaitu manfaat

secara ekonomi bagi stake holder, yaitu masyarakat pesisir dan manfaat ekologi bagi policy

maker dan investor. Agar terjaga kelestarian sumber daya perikanan laut di Selat Madura.

Sehingga Ekosistem yang ada akan tetap berfungsi dalam satu kesatuan system secara

interdisipliner.

Menurut Suhendang, 1996. Bahwa dalam pembahasan ekonomi, ekologi dan

pengelolaan sumberdaya , dijelaskan bahwa gabungan dari dua pendekatan ini (ekonomi-

Page 51: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

137 ekologi) secara parsial akan selalu berhadapan dengan pertanyaan : mana yang lebih

penting dan harus diprioritaskan dari kedua hal tersebut ? Oleh karena itu, paradigma baru

yang dianut dalam pendekatan ecological-economics sebagaimana diuraikan tersebut

dimungkinkan merupakan jalan tengah yang dapat dianggap sebagai hasil kompromi antara

konsep ekologi dengan konsep ekonomi klasik. Dalam pendekatan baru ini, setiap benda

dan makhluk dimuka bumi ini diyakini mempunyai nilai-nilai ekonomis dan ekologis pada

waktu yang sama, tidak ada yang lebih penting dan harus didahulukan, akan tetapi harus

dipandang secara serempak atau dengan kata lain hanya ada nilai ecological-economics

dari setiap benda dan makhluk tersebut.

Dari uraian diatas, maka kaidah-kaidah pengelolaan sumberdaya perikanan over

fishing di Selat Madura harus secara interdisipliner dengan memperhatikan hubungan Sosial

Ekologi sekaligus Ekonomi. Oleh karena itu diperlukan satu penelitian bagaimana kearifan

lokal pada perikanan payang dengan pendekatan ekonomi rumahtangga di Selat Madura

agar sumber daya yang ada dapat lestari dalam pengelolaannya dengan mengarah pada

perspektif social-ecological-economics. Maka dapat dirumuskan kerangka konseptual

penelitian sebagaimana diagram berikut ini, dengan penjelasan bahwa Model yang akan

dibangun diselaraskan dengan tujuan penelitian, supaya mampu mengestimasi kinerja

ekonomi rumahtangga nelayan payang di Selat madura, sehingga kebijakan yang tepat

sasaran dapat dirumuskan. Didalam membangun Model dimulai dengan mengkaji tingkat

pemanfaatan sumberdaya perikanan atas dasar effort baku payang dan kondisi umum pada

suatu wilayah, selanjutnya mengkaji fenomena perilaku ekonomi rumahtangga nelayan

payang (juragan dan Pandega) di Selat Madura atas dasar data yang ada maupun beberapa

hasil riset/penelitian sebelumnya. Serta dengan dukungan teori yang terkait dan relevan,

kemudian merumuskan model ekonomi rumahtangga nelayan payang di Selat madura

kedalam bentuk sistem persamaan simultan dengan mengacu pada karakteristik perilaku

ekonomi sumberdaya perikanan yang bersifat common property atau milik bersama. Estmasi

ketersediaan sumberdaya ikan dan status pemanfaatan sumberdaya perikanan secara

biologis dan teknis didasarkan pada data sekunder (time series), adapun untuk model

Page 52: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

138 ekonomi rumahtangga nelayan payang di Selat madura berdasarkan pada data primer

(cross-section). Ada beberapa tahapan dalam hal mengintegrasikan peubah ketersediaan

ikan dengan status sumberdaya perikanan yang ada kedalam Model Ekonomi Rumahtangga

Nelayan Payang di Selat Madura, sebagaimana tahapan berikut ini : (1) Melakukan

penilaian kondisi umum tentang keadaan sosial ekonomi dan ketersediaan ikan di Selat

madura. Selanjutnya dari hasil penilaian tersebut akan diperoleh gambaran antara lain

tentang keadaan umum perekonomian desa, apakah termasuk desa miskin atau kaya,

kemudian apakah status pemanfaatan sumberdaya perikanan sudah melampaui tingkat

pemanfaatan dari Maksimum Sustainable Yield (MSY), juga Teknologi atas dasar indeks

transformasi effort baku alat tangkap yang ada. (2). Melakukan integrasi hasil penilaian

status pemanfaatan sumberdaya perikanan pada tahap pertama kedalam data cross-section

untuk kepentingan penyusunan Model Ekonomi Rumahtangga Nelayan Payang di selat

Madura. (3). Melakukan estimasi atau peramalan dan evaluasi model sesuai tahapan

tersebut.

Proses Selanjutnya adalah menyusun hipothesis penelitian sebagaimana pada

diagram hipothesis, dimana dapat dijelaskan sebagai berikut : Model awal disusun dengan

asumsi bahwa perilaku ekonomi rumahtangga juragan payang terpisah dengan perilaku

ekonomi rumahtangga pandega atau ABK. Dengan melakukan spesifikasi model secara

berulang, kemudian dibuat model ekonomi rumahtangga nelayan payang di selat madura

dengan mengintegrasikan perilaku ekonomi rumahtangga juragan dan pandega nelayan

Payang berdasarkan pertimbangan berikut : (1) pendapatan nelayan juragan dan pandega

ditentukan oleh peubah produksi dalam satu unit kapal penangkapan ikan yang dioperasikan

bersama, (2) Perilaku nelayan pandega dalam pengaturan pembagian lawuhan ikan dari

melaut saling mempengaruhi pendapatan nelayan payang (juragan ataupun pandega), (3)

Pembagian pendapatan antara nelayan payang (juragan dan pandega) berdasarkan pada

sistem bagi hasil yang berlaku pada masyarakat nelayan di Selat Madura.

Page 53: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

139 Hipothesis Perilaku Produksi ,Curahan Kerja, Penerimaan dan Pengeluaran RT Nelayan

Keterangan :

= = Peubah endogen = Peubah eksogen

Gambar 22. Hipothesis Perilaku Produksi ,Curahan Kerja, Penerimaan dan Pengeluaran RT Nelayan

Nelaya

Curahan Kerja Nelayan

Juragan Pendega

Luar.

Melaut

Dalam Melaut

Pendapatan Nelayan

Juragan Pendega Melaut Melaut

Produksi Melaut

Frekuensi Melaut Produktifitas

Melaut

Aset kapal Daerah Penangkapan

Pelabu- han

Teknologi Alat

Harga Ikan

Sumber-daya

Teknologi

Pend. Pendega

Jumlah ABK

Curahan Kerja Jurag. Lainnya

Curahan Kerja Pend.

Agro

Angkatan

Kerja Jurg

Penerimaan Nelayan Melaut

Bagi Hasil

Pelabuhan

Pendidikan

Curahan Kerja

Jurag. Agro

Pendapatan Juragan

Kredit Harga BBM

PENERIMAAN

JURAGAN

Total Total

Curahan Kerja Pend.

Lainnya

Curahan Kerja Total

Biaya BBM

Biaya Trip

Lelang

Lawuhan

Pengeluaran RT. Nelayan

Juragan Pendega

Agro

Lain

Agro

Lain

Pokok

Non-Pokok

Investasi

Pokok

Non-Pokok

Tabungan Tabungan

Penerimaan Melaut lain

Kekayaan Juragan

Kekayaan Pendega

Harga Ikan

Agroind Non-Perik

Total (Pendega) Total (Juragan)

Page 54: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

140 Pengembangan Model Ekonomi Rumahtangga Nelayan Juragan-Pendega Payang dengan

Pemberdayaan Kearifan Lokal (Gambar 23).

Curahan Kerja Nelayan

Cura

Juragan Pendega

Luar.

Melaut

Dalam Melaut

Pendapatan Nelayan Juragan Pendega

Melaut Melaut

Produksi Melaut

Frekuensi Melaut Produkti

fitas

Aset Kapal Daerah Penangkapan

Pelabu- han

Teknologi Alat

Harga Ikan

Sumber-daya

Teknologi

Pend. Pandega

Jumlah ABK

Curahan Kerja Juragan

Curahan Kerja Pend.

Agro

Angkatan

Kerja Jurg

Penerimaan nelayan melaut

Bagi Hasil

Pelabuhan

Pendidikan

Curahan Kerja

Jurg. Agro

Pendapatan Juragan

Kredit Harga BBM

PENERIMAAN

JURAGAN

Total Total

Curahan Kerja Pend.

Lainnya

Curahan Kerja Total

Biaya BBM

Biaya Trip

Biaya Lelang

Lawuhan

Pengeluaran RT. Nelayan

Juragan Pandega

Agro

Lain

Agro

Lain

Pokok

Non-Pok

Invest

Pokok

Non-Pok

Tabung Tabung

Penerimaan Melaut lain

Kekayaan Juragan

Kekayaan Pendega

Harg Ikan

Agroind Non-Perik

Total (Pende) Total (Juragan)

Sistem kontrak kerja

Petik laut

Onjhem Nyabis

Pangambak

Telasan Juragan

Telasan Pandega

Andun

Page 55: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

141 3.3. Model Operasional Ekonomi Rumahtangga Payang Di Selat Madura

Model operasional ekonomi rumahtangga nelayan dibagi menjadi empat blok, yaitu :

(1) produksi ikan, (2) curahan kerja, (3) pendapatan, dan (4) pengeluaran rumahtangga

nelayan yang disajikan pada Tabel 2. Sedangkan untuk kerangka umum model dapat

dilihat pada gambar 23 , dimana dalam model ekonomi rumahtangga tersebut terdapat

beberapa peubah kebijakan maupun non kebijakan Dalam penelitian ini model tersebut

terdapat berbagai peubah kebijakan maupun non-kebijakan. Komponen Model Ekonomi

Rumahtangga Nelayan Payang di Selat Madura berjumlah 45 komponen yang sekaligus

merupakan peubah endogen dalam model. Jumlah komponen model dapat diperluas lagi.

Dalam penerapan model ekonomi rumahtangga nelayan, aspek kebijakan

pemanfaatan sumberdaya perikanan dan dampak terhadap keragaan ekonomi

rumahtangga nelayan sangat ditonjolkan, sehingga penelusuran dan analisis peningkatan

kesejahteraan nelayan yang berbasis pada pemanfaatan sumberdaya berkelanjutan dapat

dijadikan tolok ukur. Akibat terjadi perubahan produksi ikan dan curahan kerja nelayan

mengakibatkan terjadi perubahan pembiayaan dan keuntungan, pendapatan dan

pengeluaran nelayan Juragan dan Pendega dengan alat tangkap payang. Perubahan-

perubahan tadi akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung dan saling

mempengaruhi diantara peubah dalam blok produksi, curahan kerja, penerimaan dan

pendapatan serta pengeluaran pada rumahtangga nelayan. Adapun dampak kebijakan

pemanfaatan sumberdaya perikanan secara sustainable (berkelanjutan) dimulai dengan

terjadinya ukuran kapal (asset), daerah penangkapan, produktivitas dan frekuensi melaut,

sehingga mengakibatkan terjadinya perubahan pada produksi, biaya, pendapatan dan

pengeluaran rumahtangga nelayan.

Page 56: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

142 Tabel 2. Model Persamaan Ekonomi Rumahtangga Nelayan Payang di Selat Madura (45 buah)

No Bentuk Persamaan Variabel Penyelesaian

1 ASKJ = a0 + a1KRKJ + a2ITMJ + a3YJSPK + a4DESA + U1 ……....(4.26) ASKJ (Aset Kapal Juragan) KRKJ (Kredit Rumahtangga Juragan) ITMJ (Investasi Tangkap Milik Juragan) YJSPK (Jumlah Pendapatan RT. Juragan yang dapat Dibelanjakan) DESA (Prasarana Desa : Pelabuhan)

Dependent Independent Independent Independent Independent

Regesi Linier Berganda

2 DPI = b0 + b1ASKJ + b2PBM + b3PDPP + b4PDPJ + b5NY+b6ONJ+U2 .........(4.27) DPI (Daerah Penangkapan Ikan) ASKJ (Aset Kapal Juragan) PBM ((Harga Bakar Minyak/Solar) PDPP (Pendidikan dan Pengalaman Pendega) PDPJ (Pendidikan dan Pengalaman Juragan) NY (Nyabis : Kearifan Lokal) ONJ (Onjhem : Kerifan Lokal)

Dependent Independent Independent Independent Independent Independent Independent

Regesi Linier Berganda

3

4

PRM = c0 + c1TEK + c2DESA + c3SSDA +c4PL + U3....................... (4.28) PRM (Produktivitas Melaut) TEK (Teknologi yang digunakan) DESA (Prasarana Desa : Pelabuhan) SSDA (Status Sumberdaya Alam : MSY) PL (Petik Laut : Kearifan Lokal)

FQM = d0 + d1SSDA + d2DPI + d3CDJL + d4YJA + U4 .................. (4.29) FQM (Frekuensi Melaut) SSDA (Status Sumberdaya Alam : MSY) DPI (Daerah Penangkapan Ikan) CDL (Curahan Kerja non-perik. RT. Juragan) YJA (Penerimaan RT Juragan dari Agroindustri)

Dependent Independent Independent Independent Independent Dependent Independent Independent Independent Independent

Regesi Linier Berganda Regesi Linier Berganda

5 QNM = PRM*FQM ..................... (4.30) QNM (Produksi Ikan)

Perkalian biasa

6 CDJT = CDJM + CDJA + CDJL .....(4.31) CDJT (Curahan Kerja dalam RT Juragan)

Penjumlahan biasa

7 CDJM = e0 + e1CDJA + e2CDJL + e3FQM + e4TEL +U5..................(4.32) CDJM (Curahan Kerja Melaut RT Juragan) CDJA (Curaha Kerja Agroindustri RT Juragan) CDJL (Curahan Kerja non-perik. RT Juragan) FQM (Frekuensi Melaut) TEL (Telasan : Kearifan Lokal)

Dependent Independent Independent Independent Independent

Regesi Linier Berganda

Page 57: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

143 8 CLJM = f0 + f1JABK + f2ASKJ + f3AKJL + U6

................................ (4.33) CLJM (Curahan Kerja Melaut dr luar RT Jurgn) JABK (Jumlah ABK : Anak Buah Kapal) ASKJ (Aset Kapal Juragan) AKJL (Angkatan Kerja Laki-laki RT Juragan)

Dependent Independent Independent Independent

Regesi Linier Berganda

9 CTJM = CDJM + CLJM ............ (4.34) CTJM (Curahan Kerja Melaut Total RT Jrgn)

Penjumlahan biasa

10. CDPM = g0 + g1CDPA + g2CDPL + g3PDPP + g4TEL +U7 ..........(4.35) CDPM (Curahan Kerja Melaut RT Pendega) CDPA (Curaha Kerja Agroindustri RT Pendega) CDPL (Curahan Kerja non-perik. RT Pendega) PDPP (Pendidikan dan Pengalaman Pendega) TEL (Telasan : Kearifan Lokal)

Dependent Independent Independent Independent Independent

Regesi Linier Berganda

11 CDPT = CDPM + CDPA + CDPL…. (4.36) CDPT (Curahan Kerja Total RT Pendega)

Penjumlahan biasa

12 RJM = h0 + h1QNM + h2PIK + h3SSDA + h4AND+ U8 ............... (4.37) RJM (Penerimaan Kotor Juragan Melaut) QNM (Produksi Ikan) PIK (Harga Ikan) SSDA (Status Sumberdaya Alam :MSY) AND (Andun : Kearifan Lokal)

Dependent Independent Independent Independent Independent

Regesi Linier Berganda

13 BBM = i0 + i1TEK + i2DESA + i3FQM + i4PDPJ + U9 ................... (4.38) BBM ( Jumlah Bahan Bakar Minyak) TEK (Teknologi yang Digunakan) DESA (Prasarana Desa : Pelabuhan) FQM (Frekuensi Melaut) PDPJ (Pendidikan dan Pengalaman Juragan)

Dependent Independent Independent Independent Independent

Regesi Linier Berganda

14 PBBM = PBM*BBM ................... (4.39) PBBM (Jumlah biaya BBM)

Perkalian biasa

15 BTM = j0 + j1FQM + j2JABK + j3CTJM + U10 ................................ (4.40) BTM (Biaya Trip Melaut) FQM (Frekuensi Melaut) JABK (Jumlah ABK : Anak Buah Kapal) CTJM (Curahan Kerja Melaut Total RT Juragan)

Dependent Independent Independent Independent

Regesi Linier Berganda

16 BRPI = k0 + k1QNM + k2PIK + k3ASKJ + k4DESA + k5PDPJ + U11 ….....(4.41) BRPI (Biaya Retribusi Penangkapan Ikan) QNM (Produksi Ikan) PIK (Harga Ikan) ASKJ (Aset Kapal Juragan) DESA (Prasarana Desa : Pelabuhan) PDPJ (Pendidikan dan Pengalaman Juragan)

Dependent Independent Independent Independent Independent Independent

Regesi Linier Berganda

Page 58: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

144 17 LABK = l0 + l1QNM + l2PIK + l3SSDA + U12

.................................. (4.42) LABK (Lawuhan Hasil Penangkapan ABK) QNM (Produksi Ikan) PIK ( Harga Ikan) SSDA (Status Sumberdaya Alam : MSY)

Dependent Independent Independent Independent

Regesi Linier Berganda

18 BOM = PBBM + BTM + BRPI + LABK .................................. (4.43) BOM ( Biaya Opersional Melaut)

Penjumlahan biasa

19 PNM = RJM - BOM ............. (4.44) PNM (Penerimaan Nelayan Melaut)

Pengurangan biasa

20 PJMK = BGJ*PNM ...................(4.45) PJMK (Penerimaan Bagen Juragan)

Perkalian biasa

21 PJM = PJMK - BIPI .....................(4.46) PJM ( Penerimaan Juragan Melaut)

Pengurangan biasa

22

PJML = m0+m1JKJ+m2CDJM+m3PDPJ+ m4YJA + m5YJL + U13 ...................... (4.47) PJML (Penerimaan Juragan Melaut Lainnya) JKJ (Jumlah Kapal Juragan) CDJM (Curahan Kerja Melaut RT Juragan) PDPJ (Pendidikan dan pengalaman Juragan) YJA (Penerimaan RT Juragan dr Agroindustri) YJL (Penerimaan RT Juragan dr non-perik)

Dependent Independent Independent Independent Independent Independent

Regesi Linier Berganda

23 YJM = PJM + PJML ................ (4.48) YJM ( Pendapatan RT Juragan Melaut)

Penjumlahan biasa

24 YJT = YJM + YJA + YJL ........... (4.49) YJT (Pendapatan Total RT Juragan)

Penjumlahan biasa

25 YJSPK = YJT - BPKJ ……… (4.50) YJSPK (Pendapatan RT Juragan yang dapat dibelanjakan)

Pengurangan biasa

26 BABK = PNM - PJMK …………(4.51) BABK (Bagen Seluruh ABK : Anak Buah Kapal)

Pengurangan biasa

27 USPM = n0 + n1BABK + n2PIK + n3JABK + U14 ……..…………. (4.52) USPM (Penerimaan Bagen Pendega Melaut) BABK (Bagen Seluruh ABK : Anak Buah Kapal) PIK (Harga Ikan) JABK (Jumlah ABK : Anak Buah Kapal)

Dependent Independent Independent Independent

Regesi Linier Berganda

28 PPLM = o0 + o1BTM + o2FQM + o3ASKJ + o4SK + U15 …………. (4.53) PPLM (Penerimaan Pendega Lainnya Melaut) BTM (Biaya Perbekalan Trip Melaut) FQM (Frekuensi Melaut)

Dependent Independent Independent

Regresi Linier Berganda

Page 59: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

145

ASKJ (Aset Kapal Juragan) SK (Sistem Kontrak Kerja : Kearifan Lokal)

Independent Independent

29 PPM = LPABK + USPM + PPLM ..(4.54) PPM (Penerimaan Pendega Melaut)

Penjumlahan biasa

30 PPML = p0 + p1SSDA + p2USPM + p3PDPP + p4YPA + p5YPL + U16 …………. (4.55) PPML (Penerimaan RT Pendega Melaut Lain) SSDA (Status Sumberdaya Alam : MSY) USPM (Penerimaan Bagen Pendega Melaut) PDPP (Pendidikan dan pengalaman Pendega) YPA (Penerimaan RT Pendega dr Agroindustri) YPL (Penerimaan RT Pendega dr non-perik)

Dependent Independent Independent Independent Independent Independent

Regesi Linier Berganda

31 YPM = PPM + PPML ………. (4.56) YPM (Pendapatan RT Pendega Melaut)

Penjumlahan biasa

32 YPT = YPM + YPA + YPL ...… (4.57) YPT (Pendapatan Total RT Pendega)

Penjumlahan biasa

33 YPSPK = YPT - BPKP ….....…(4.58) YPSPK (Pendapatan RT Pendega yang dapat Dibelanjakan)

Pengurangan biasa

34 KKPPJ = q0 + q1YJSPK + q2AKRJ + q3PDPJ + U17 ……………… (4.59) KKPPJ (Konsumsi Kbthn Pangan RT Juragan) YJSPK (Pendapatan RT Juragan yang dapat Dibelanjakan) AKRJ (Anggota Keluarga RT Juragan) PDPJ (Pendidikan dan Pengalaman Juragan)

Dependent Independent Independent Independent

Regresi Linier Berganda

35 KKPNJ = r0 + r1YJSPK + r2AKRJ + r3KKNPJ + r4PNG + U18 …… (4.60) KKPNJ (Konsumsi Kebutuhan pokok non- pangan RT Juragan) YJSPK (Pendapatan RT Juragan yang dapat Dibelanjakan) AKRJ (Anggota Keluarga RT Juragan) KKNPJ (Konsumsi Kebutuhan non-pokok RT Juragan) PNG (Pangambak : Kearifan Lokal)

Dependent Independent Independent Independent Independent

Regresi Linier Berganda

36 KKPJ = KKPPJ + KKPNJ …… (4.61) KKPJ(Konsumsi Kebutuhan Pokok RT Juragan)

Penjumlahan biasa

37 KKPNJ = s0 + s1YJSPK + s2PDPJ + s3INVJ + s4TABJ + U19 ………(4.62) KKPNJ (Konsumsi Kebutuhan pokok non- pangan RT Juragan) YJSPK (Pendapatan RT Juragan yang dapat Dibelanjakan) PDPJ (Pendidikan dan Pengalaman Juragan) INVJ (Investasi RT Juragan) TABJ (Tabungan RT Juragan)

Dependent Independent Independent Independent Independent Independent Independent

Regresi Linier Berganda

Page 60: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

146 38 INVJ = t0 + t1YJSPK + t2KKPNJ + t3HKJ + U20

…………………. (4.63) INVJ (Investasi RT Juragan) YJSPK (Pendapatan RT Juragan yang dapat Dibelanjakan) KKPNJ (Konsumsi Kebutuhan pokok non- pangan RT Juragan) HKJ (Kekayaan RT Juragan)

Dependent Independent Independent Independent

Regresi Linier Berganda

39 TABJ = YJSPK – KKPJ – KKNPJ – INVJ ……………………….. (4.64) TABJ (Tabungan RT Juragan)

Pengurangan biasa

40 KKPPP = u0 + u1YPSPK + u2AKRP + u3PDPP + U21 …………. (4.65) KKPPP (Konsumsi Kebutuhan pokok pangan RT Pendega) YPSPK (Pendapatan RT Pendega yang dapat Dibelanjakan) AKRP (Anggota Keluarga RT Pendega) PDPP (Pendidikan dan Pengalaman Pendega)

Dependent Independent Independent Independent

Regresi Linier Berganda

41 KKPNP = v0 + v1YPSPK + v2AKRP + v3TTABP + v4 PNG +U22 ……………(4.66) KKPNP (Konsumsi Kebutuhan pokok non- pangan RT Pendega) YPSPK (Pendapatan RT Pendega yang dapat Dibelanjakan) AKRP (Anggota Keluarga RT Pendega) TTABP (Total Tabungan RT Pendega) PNG (Pangambak : Kearifan Lokal)

Dependent Independent Independent Independent Independent

Regresi Linier Berganda

42 KKPP = KKPPP + KKPNP ……. (4.67) KKPP (Konsumsi Kebutuhan Pokok RT Pndg)

Penjumlahan biasa

43 KKNPP = w0 + w1YPSPK + w2AKPP + w3TTABP + U23 ………… (4.68) KKNPP (Konsumsi Kebutuhan Pokok RT Pndg) YPSPK (Pendapatan RT Pendega yang dapat Dibelanjakan) AKPP (Angkatan Kerja Perempuan RT Pndg) TTABP (Total Tabungan RT Pendega)

Dependent Independent Independent Independent

Regresi Linier Berganda

44 TKKP = KKPP + KKNPP ……. (4.69) TKKP (Total Konsumsi RT Pendega)

Penjumlahan biasa

45 TTABP = YPSPK - KKPP - KKNPP .. (4.70) TTABP (Total Tabungan RT Pendega)

Pengurangan biasa

Page 61: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

147 3.4. Kerangka Analisis

Gambar 24. Kerangka Analisis

Potensi Perikanan Selat Madura

Sustainable

Ramah Lingkungan

Kearifan Lokal

Kearifan Lokal di Selat Madura Petik Laut, Onjhem, Nyabis, Andun, Pangambak, Sistem

Kontrak Kerja, danTelasan

Model Pemberdayaan nelayan untuk mengoptimalkan kearifan lokal yang mempengaruhi perilaku rumahtangga Nelayan untuk kelestarian sumberdaya perikanan

Kearifan Lokal yang mempengaruhi perilaku Rumahtangga Nelayan Payang

Produksi

Analisis Kuantitatif Pada Model Ekonomi Rumahtangga Nelayan Payang dengan

pendekatan system

Analisis Kualitatif Pada Kearifan Lokal

MIXED METHODS (Sequential Mixed

Methods)

Daerah Terpilih

Pengeluaran Penerimaan Curahan Kerja

Page 62: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

148 3.5. Kerangka Operasional Penelitian

Gambar 25. Kerangka Operasional Penelitian

Menentukan Tema dan Judul Penelitian

Menentukan Lokasi Penelitian

Menentukan Waktu Penelitian

Merumuskan : Latar Belakang, Permasalahan,

Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Hipothesis Penelitian

Pengumpulan Data

Survey Data Primer Survey Data Sekunder

Observasi Wawancara dan Kuesioner

Dokumentasi Visual

Data dari Key Informan dan Instansi Terkait Kab. Probolinggo

Data Penelitian

Analisis Data Penelitian

Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis In-Depth Kearifan Lokal

Analisis Ekonomi Rumahtangga (Household Economics)

Desain Model Pemberdayaan Nelayan berbasis Kearifan Lokal (PNBKL)

Hasil dan Pembahasan

Desain Model PNBKL

Page 63: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

149 3.6. Kebaruan Penelitian (Perilaku RT Nelayan beserta Kearifan Lokal Masyarakat Nelayan)

Model Ekonomi Rumahtangga Nelayan Juragan-Pendega Payang serta Kearifan Lokal

Curahan Kerja Nelayan

Cura

Juragan

Pendega

Luar.

Melaut

Dalam Melaut

Pendapatan Nelayan Juragan Pendega

Melaut Melaut

Produksi Melaut

Frekuensi Melaut Produkti

fitas

Aset Kapal Daerah Penangkapan

Pelabu- han

Teknologi Alat

Harga Ikan

Sumber-daya

Teknologi

Pend. Pandega

Jumlah ABK

Curahan

Curahan Kerja Pend.

Agro

Angkatan

Kerja Jurg

Penerimaan nelayan melaut

Bagi Hasil

Pelabuhan

Pendidikan

Curahan Kerja

Jurg. Agro

Pendapatan Juragan

Kredit Harga BBM

PENERIMAAN

JURAGAN

Total Total

Curahan Kerja Pend.

Lainnya

Curahan Kerja Total

Biaya BBM

Biaya Trip

Biaya Lelang

Lawuhan

Pengeluaran RT. Nelayan

Juragan Pandega

Agro

Lain

Agro

Lain

Pokok

Non-Pok

Invest

Pokok

Non-Pok

Tabung Tabung

Penerimaan Melaut lain

Kekayaan Juragan

Kekayaan Pendega

Harga Ikan

Agroind Non-Perik

Total (Pende) Total (Juragan)

Sistem kontrak kerja

Petik laut

Onjhem Nyabis

Pangambak

Telasan Juragan

Telasan Pandega

Andun

Page 64: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

150 Keterangan :

= = Peubah endogen = Peubah eksogen

Penelitian yang sudah pernah dilakukan adalah sebatas analisa Model Ekonomi

Rumahtangga Nelayan antara juragan dan pendega, namun belum terkait dengan

pemberdayaan kearifan lokal yang ada dan berlaku pada masyarakat nelayan Selat Madura

dalam rangka menjaga kelestarian sumberdaya perikanan, sekaligus dapat mengelola dan

memanfaatkan sumberdaya perikanan secara berkesinambungan (sustainable). Sehingga

penelitian yang dilakukan adalah suatu pengembangan model ekonomi rumahtangga

nelayan payang dengan pemberdayaan kearifan lokal di selat madura dan ini kebaruannya.

Kebaruan Penelitian ditandai dengan peubah eksogen yang diblok hitam, yaitu

penelitian tentang peranan 7 Kearifan lokal ( Petik Laut, Onjhem, Nyabis, Andun, Telasan,

Sistem Kontrak Kerja dan Pangambak) pada pengelolaan sumberdaya perikanan secara

berkelanjutan dengan pendekatan system melalui analisis Ekonomi Rumahtangga Nelayan

Payang. Adapun bentuk novelty (kebaruan) ada 8 hal yang dapat disajikan dalam bentuk

fungsi atau persamaan matematik sebagai berikut :

1. Fungsi daerah penangkapan ikan sebagaimana persamaan (4.27).

DPI = b0 + b1ASKJ + b2PBM + b3PDPP + b4PDPJ + b5NY+

b6ONJ + U2 ...........................................................................(4.27)

2. Fungsi produktivitas dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan (4.28).

PRM = c0 + c1TEK + c2DESA + c3SSDA +c4PL + U3....................... (4.28)

3. Fungsi curahan kerja dalam rumahtangga Juragan melaut dinyatakan dalam persamaan

(4.32).

CDJM = e0 + e1CDJA + e2CDJL + e3FQM + e4TEL +U5..................(4.32)

4. Fungsi curahan kerja dalam rumahtangga Pendega melaut dinyatakan dalam persamaan

CDPM = g0 + g1CDPA + g2CDPL + g3PDPP + g4TEL +U7 ..........(4.35)

5. Persamaan perilaku penerimaan kotor Juragan melaut (RJM) disusun dalam

persamaan (4.37).

Page 65: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

151 RJM = h0 + h1QNM + h2PIK + h3SSDA + h4AND+ U8 ............... (4.37)

6. Penerimaan Pendega lainnya ketika melaut (PPLM). Kesempatan tersebut berhubungan

dengan biaya trip melaut, frekuensi melaut dan aset kapal. Hubungan tersebut selanjutnya

dapat disusun dalam bentuk persamaan (4.53).

PPLM = o0 + o1BTM + o2FQM + o3ASKJ + o4SK + U15 …………. (4.53)

dimana :

PPLM = jumlah penerimaan Pendega lainnya melaut (Rp/tahun)

BTM = jumlah biaya perbekalan trip melaut (Rp/tahun)

FQM = frekuensi melaut (hari/tahun)

ASKJ = aset kapal (GT, ton)

SK = Kearifan Lokal Sistem Kontrak Kerja

Hipotesis parameter estimasi : o1, o2, o3 0.

7. Konsumsi kebutuhan pokok nonpangan (KKPNJ) seperti untuk pakaian, perumahan,

kesehatan dan pendidikan anggota rumahtangga berhubungan dengan jumlah pendapatan

yang dapat dibelanjakan, jumlah angggota rumahtangga dan konsumsi non-pokok

rumahtangga Juragan. Konsumsi kebutuhan non-pokok antara lain berupa berbagai

pengeluaran untuk acara pernikahan, wisata dan pengeluaran barang mewah, dinyatakan

dalam persamaan (4.60).

KKPNJ = r0 + r1YJSPK + r2AKRJ + r3KKNPJ + r4PNG + U18 …… (4.60)

8. Pengeluaran konsumsi kebutuhan pokok non-pangan rumahtangga Pendega Hubungan

tersebut dinyatakan dalam bentuk persamaan (4.66).

KKPNP = v0 + v1YPSPK + v2AKRP + v3TTABP + v4 PNG +

U22 ……………………………………………………………(4.66)

3.7. Strategi Publikasi Hasil Penelitian

Artikel Jurnal nasional dan jurnal internasional hasil penelitian yang akan dan sedang

dipublikasikan adalah :

1. Artikel Jurnal Internasional dengan judul : ” Fisheries Resources Managementby

Empowering the Local Wisdomin Madura Straits “, dengan status telah diterima dan

Page 66: BAB 3. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1.1. Teori yang ... · kearifan lokal masyarakat kelautan, baik dipesisir atau laut, maupun perairan pedalaman, telah menghasilkan indikator awal

152 dipublikasikan pada jurnal internasional : Research on Humanities and Social Sciences.

IISTE. ISSN 2222-1719 (Paper) ISSN 2222-2863 (Online). Vol.3,No.6, 2013.

2. Artikel Jurnal Internasional dengan judul : “ Economics of Household Analysis and

Influence on Poverty of Payang Fisherman at Madura Straits”, dengan status telah diterima

dan dipublikasikan pada jurnal internasional:Innovative Social Sciences and Humanities

Research SEAHIPUBLICATIONS. Vol.1, June Issue, 2013.

3. Artikel Jurnal Internasional dengan judul : “ A Study of Household Economics on Small

Scale Fisheries at Madura Strait “, dengan status telah diterima dan dipublikasikan pada

Jurnal Internasional European Journal of Economics and Development Bell Press ISSN

(online) 2668-3466. Vol.10, 2013. p : 95-101.

4. Artikel Jurnal Nasional dengan judul : “ Faktor yang Berpengaruh Terhadap Pendapatan

dan Pengeluaran Nelayan Payang Jurung di Selat Madura “, dengan status telah diterima

dan dipublikasikan pada Jurnal Nasional WACANA ISSN (online)2338-1884 Vol.16, No. 1

(2013). p : 15-23

5. Artikel Jurnal Internasional dengan judul : “ Study on Entrepreneurship Spirit and

Production Factors Affecting Sail Income Of Madura Strait Fishermen ”, dengan status telah

diterima dan dipublikasikan pada Jurnal International Journal of Civil & Enviromental

Engineering IJCEE-IJENS ISSN (online) 2077-1258 Vol.14 No: 01 (2014) p : 1-7.

6. Artikel Jurnal Internasional dengan judul : “ Fisheries Resource Management through

Local Institution in Empowering Community Based on Local Wisdom in Coastal Madura

Strait ”, dengan status telah diterima dan dipublikasikan pada jurnal Internasional IRSS

(International Review of Social Sciences) ISSN (online) : 2309-0081. Vol. 2, Issue : 5

(2014), p : 136-147