Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Nyeri Punggung Bawah
2.1.1 Definisi
Nyeri punggung bawah adalah kondisi yang tidak mengenakkan disertai
adanya keterbatasan aktivitas dan nyeri apabila melakukan pergerakan
atau mobilisasi. Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh
salah satu dari berbagai masalah muskuluskletal, misalnya. Regangan
lumbosakral akut, ketidak stabilan ligamen limbusakral dan kelemahan
otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang belakag, masalah
diskus intervertebra, ketidaksamaan panjang tungkai, dan penyebab
lainnya lansi ( perubahan struktur tulang belakang ), gangguan ginjal,
masalah pelvis, tumor retroperineal, aneurisma abdominal, dan masalah
psikosomatik. Dan kebanyakan nyeri punggung bawah terjadi akibat
gangguan muskuloskletal dan diperberat oleh aktivitas. Obesitas, stres,
dan terkadang deoresi dapat mengakibatkan LBP. Klien dengan LBP
kronis biasanya mengalami ketergantungan pada beberapa jenis
analgesik (Arif Muttaqin, 2012)
Nyeri punggung bawah adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah
punggung bawah atau daerah pinggang antara tulang rusuk bagian
bawah dan daerah glutealis / pantat dan sering menjelar ke daerah paha
belakang. Nyeri pinggang dapat terjadi karena adanya masalah struktur
neuromuskuloskletal di daerah pinggang bawah, termasuk otot dan
saraf tulang tulang belakang dan Diskus Intervertebralis
(Mujianto,2013)
Nyeri punggung bawah merupakan rasa nyeri yang dirasakan pada
punggung bawah yang sumbernya adalah tulang belakang daerah spinal
(punggung bawah), otot, saraf, atau struktur lainnya yang ada disekitar
9
tersebut. Nyeri punggung bawah dapat disebabkan oleh penyakit atau
kelainan yang berasal dari luar punggung bawah misalnya penyakit
atau kelainan pada testis atau ovarium (Marlene Hurst, 2016).
nyeri punggung bawah adalah suatu gejala dan bukan suatu diagnosis,
dimana pada beberapa kasus gejalanya sesuai dengan diagnosis
patologisnya dengan ketepatan yang tinggi , namun disebagian besar
kasus, diagnosis tidak pasti dan berlangsung lama. Dengan demikian
maka nyeri punggung bawah terjadi mendadak dan berat maka akan
membutuhkan pengobatan, walaupun pada sebagian besar kasus yang
terjadi pada pasien akan sembuh sendirinya (Eka, 2015).
2.2.2 Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah
Berdasarkan perjalanan klinisnya nyeri punggung bawah terbagi
menjadi dua jenis, yaitu:
2.2.2.1 Nyeri punggung bawah akut
Nyeri akut berlangsung tiba-tiba dan umumnya dengan
adanya suatu trauma atau cedera spesifik. Nyeri akut
mengindikasikan adanya suatu kerusakan atau cedera yang
baru saja terjadi. Sensasi dari suatu nyeri akut biasanya
menurun sejalan dengan adanya proses penyembuhan.
Nyeri akut memiliki tujuan untuk memperingatkan adanya
suatu cedera atau masalah. Nyeri akut umumnya
berlangsung kurang dari enam bulan (Arif Muttaqin, 2008)
Nyeri punggung bawah akut ditandai dengan rasa nyeri
yang menyerang secara tiba-tiba dan rentang waktunya
hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa
minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Nyeri
punggung bawah akut dapat disebabkan karena luka
traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa
10
nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian tersebut
selain dapat dapat merusak jaringan, juga dapat melukai
otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih
serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal masih
dapat sembuh sendiri. Sampai saat ini penanganan awal
nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik (Bimariotejo, 2014)
2.2.2.2 Nyeri punggung bawah kronis
Menurut (Arif Muttaqin, 2012) nyeri kronis adalah suatu
keadaan ketidak nyamanan yang dialami individu yang
berlangsung selama enam bulan atau lebih. Suatu episode
nyeri dapat mempunyai karakteristik nyeri kronis selama 6
bulan telah berlalu, atau beberapa jenis nyeri tetap bersifat
akut secara primer selama lebih 6 bulan. Nyeri kronis
disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol atau
pengobatan kanker tersebut, atau gangguan progresif lain
yang disebut nyeri yang membandel atau nyeri maligna.
Nyeri ini dapat berlangsung sampai kematian.
Nyeri nonmaligna seperti nyeri punggung bagian bawah
merupakan akibat dari cedera jaringan yang tidak sembuh
atau yang tidak progresif. Akan tetapi, nyeri tersebut
berlangsung terus dan sering kali tidak berespons terhadap
pengobatan yang dilakukan. Sering kali penyebab nyeri
nonmaligna tidak diketahui. Daerah yang mengalami
cedera mungkin telah memulih sejak lama tetapi nyeri
menetap. Gejala nyeri kronis meliputi kelihatan, insomnia,
anoreksia, penurunan berat badan, depresi, putus asa, dan
kemarahan.
11
(Bimariotejo,2014) mengatakan rasa nyeri pada nyeri
punggung bawah kronik bisa menyerang lebih dari 3
bulan. Rasa nyeri ini dapat berulang-ulang atau kambuh
kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya
dan sembuh pada waktu yang lama. Nyeri punggung
bawah kronik dapat terjadi karena osteoarthritis,
rheumatoid arthritis, proses degenerasi discus
intervetebralis dan tumor.
Keluhan nyeri dapat beragam pada pasien dengan keluhan
nyeri punggung bawah dan nyeri diklasifikasikan sebagai
nyeri yang bersifat lokal, radikular, dan menjalar (referred
pain) atau spasmodik, yaitu:
a. Nyeri yang bersifat lokal
Nyeri lokal berasal dari proses patologik yang merangsang
ujung saraf sensorik, umumnya menetap, namun dapat
pula intermitten, nyeri dipengaruhi perubahan posisi,
nyeri bersifat tajam atau tumpul.
b. Nyeri Radikular
Nyeri Radikular berkaitan erat dengan distribusi radiks
saraf spinal (spinal nerve root), dan keluhan ini lebih berat
dirasakan pada posisi yang mengakibatkan tarikan seperti
membungkuk dan berkurang dengan istirahat.
c. Nyeri menjalar (referred pain)
Nyeri alih atau menjalar dari pelvis visera umum
mengenai dermatom tertentu, bersifat tumpul dan terasa
lebih dalam.
12
Tabel 2.1 Karakteristik Nyeri Pungung Bawah Berdasarkan
Berbagai Sumber Nyeri
Sumber
Nyeri
Distribusi Sifat
Nyeri
Faktor yang
memperberat
Perubahan
Neurologis
Nyeri Spinal
Skelerotom
al local
Tajam,
tumpul
Pergerakan
Tidak ada
Nyeri
Radikular
Skelerotom
al
Dalam,
aching
Peningkatan
tekanan intradiskus
seperti
membungkuk,
duduk,
maneuver vulsava
Tidak ada
Nyeri Radiks
saraf
Radikular
Parastesi
a
Regangan akar
saraf
Ada
Multiple
lumbal spinal
sternosis
Radikulars
kelerotomal
Polaskala
dikasio
Ekstensi lumbal
berjalan
Ada
Nyeri alih
visera
Dermatoma
l
Dalam,
aching
Berkaitan dengan
organ yang terkena
Tidak ada
Sumber: Bimariotejo, 2009
2.2 Konsep Nyeri
2.2.1 Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial ( Smeltzer dan Bare 2002 dalam Wahid Iqbal Mubarak
2015 )
Nyeri adalah suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional
yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan
yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-
kejadian dimana terjadi kerusakan International Association For
13
Study Of Pain (IASP) (Potter dan Perry, 2006 dalam Wahid
Iqbal Mubarak 2015)
Menurut International Association For Study Of Pain (IASP),
nyeri adalah sensori subjek dan emosional yang tidak
menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan
aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi
terjadinya kerusakan. Menurut penelitian nyeri merupakan
kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat
subyektif karena perasaan nyeri berbeda-beda setiap orang
dalam skala atau tingkatnya, dan hanya orang-orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri.
2.2.2 Penyebab Nyeri
2.2.2.1 Trauma
a. Mekanis, yaitu rasa sakit timbul akibat unung-
ujung saraf bebas mengalami kerusakan. Misalnya
akibat benturan, gerakan, luka, dan lain-lain.
b. Termal, yaitu nyeri timbul karena ujung saraf
resptor mendapat rangsangan akibat panas dan
dingin. Misalnya karena api dan air.
c. Kimia, yaitu timbul karena kontak dengan zat
kimia yang bersifat asam atau basa kuat.
d. Elektrik, yaitu timbul karena pengaruh aliran listrik
yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri yang
menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar.
2.2.2.2 Peradangan, yakni nyeri terjadi karena kerusakan
ujung-ujung saraf reseptor akibat adanya peradangan
atau terjepit oleh pembengkakan, misalnya abses.
2.2.2.3 Gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah
14
2.2.2.4 Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema
akibat terjadinya penekanan pada reseptor nyeri
2.2.2.5 Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri
2.2.2.6 Iskemi pada jaringan, misalnya terjadi blokade pada arteri
koronaria yang menstimulasi reseptor nyeri akibat
pertumpukan asam laktat.
2.2.2.7 Spasme otot, dapat menstimulasi mekanik. ( Wahid Iqbal
Mubarak 2015)
Penyebab nyeri ada 7 yaitu trauma, peradangan, gangguan sirkulasi darah
dan kelainan pembuluh darah, gangguan pada jaringan tubuh, tumor,
iskemi pada jaringan, spasme otot.
2.3 Patofisiologi nyeri
Rangkaian proses terjadinya nyeri diawali dengan tahap transduksi,
dimana hal ini terjadi ketika nosireseptor terletak pada bagian perifer
tubuh distimulasi, seperti faktor biologis, mekanis, listrik, thermal,
radiasi, dan lain-lain. serabut saraf tertentu bereaksi atas stimulus
tertentu.
Fast pain disetuskan oleh reseptor tipe mekanis atau thermal (yaitu
serabut saraf A-Delta). Sedangankan slow pain ( nyeri lambat) biasanya
dicetuskan oleh serabut saraf C. Serabut saraf A-Delta mempunyai
karakteristik menghantarkan nyeri dengan cepat serta bermielinas, dan
serabut saraf C yang tidak berlieminasi, berukuran sangat kecil dan
bersifat lambat dalam menghantarkan nyeri.
Serabut A mengirim sensi yang tajam, terlokalisasi, dan jelas dalam
melokalisasi sumber nyeri. Serabut C yang menyampaikan impuls yang
tidak terlokalisasi (bersifat difusi), viseral dan terus menerus. Sebagai
contoh mekanisme kerja serabut A-Delta dan serabut C dalam trauma
15
adalah ketika seseorang menginjak paku, sesaat setelah kejadian orang
tersebut dalam waktu kurang 1 detik akan merasakan nyeri yang
terlokalisasi dan tajam, yang merupakan transmisi dari serabut A. Dalam
beberapa detik selanjutnya, nyeri menyebar sampai seluruh kaki terasa
sakit karena persarafan serabut C.
Tahap selanjutnya adalah transmisi, di mana implus nyeri kemudian di
transmisikan serat afferen ( A-Delta dan C ) ke medulla spinalis melalui
dorsal horn, di mana di sini impuls akan bersinapsis di subtansi
gelatinosa (lamina II dan III). Impuls kemudian menyeberang keatas
melewati traktus spinothalamus snterior dan lateral. Beberapa impuls
yang melewati traktus spinothalamus lateral di teruskan langsung ke
thalamus tanpa singgah di formatio retikulasi membawa impuls fast pain.
Bagian thalamus dan korteks serebri inilah individu dapat
mempersepsikan, menggambarkan, melokalisasi, menginterprestasi dan
mulai berespon terhadap nyeri. Beberapa impuls nyeri di transmisikan
melalui traktus paleospinothalamus pada bagian tengah medulla spinalis,
impuls ini memasuki formatio retikolasi dan sistem limbik yang
mengatur perilaku emosi dan kognitif, serta integrasi dari sistem saraf
otonom. Slow pain yang terjadi akan membangkitkan emosi, sehingga
timbul respon terkejut, marah, cemas, tekanan darah meningkat, keluar
keringat dingin dan jantung berdebar-debar.
2.3.1 Jenis Nyeri
2.3.1.1 Nyeri perifer
a. Nyeri suferpesial : Rasa nyeri muncul akibat
rangsangan pada kulit dan mukosa
b. Nyeri viseral ; Rasa nyeri timbul akibat rangsangan
pada reseptor nyeri dirongga abdomen, kranium, dan
toraks.
16
c. Nyeri alih : Rasa nyeri dirasakan di daerah lain yang
jauh dari jaringan penyebab nyeri
2.3.1.2 Nyeri sentral
Nyeri sentral adalah yang muncul akibat rangsangan pada
medula spinalis, batang otak. Dan talamus
2.3.1.3 Nyeri psikogenik
Nyeri psikogenik adalah nyeri yang penyebabnya fisiknya
tidak diketahui. Umumnya nyeri ini disebabkan oleh faktor
psikologis
Selain jenis-jenis nyeri yang telah disebutkan sebelumnya
terdapat juga beberapa jenis nyeri yang lain, contohnya :
a. Nyeri somatik : Nyeri yang berasal dari tendon, tulang,
saraf, dan pembuluh darah.
b. Nyeri menjalar : nyeri yang terasa dibagian tubuh yang
lain, umumnya disebabkan oleh kerusakan atau cedera
pada organ viseral.
c. Nyeri neurologis : bentuk nyeri tajam yang disebabkan
oleh spasme disepanjang atau beberapa jalur saraf.
d. Nyeri phantom : Nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh
yang hilang, misalnya pada bagian kaki yang sebenarnya
sudah diamputasi ( Dr.Lyndon Saputra, 2013)
Jenis nyeri ada 3 yaitu nyeri perifer (nyeri superfisial, nyeri viseral, nyeri
alih), nyeri sentral, nyeri psikogenik (nyeri somatik,nyeri menjalar,nyeri
neurologis,nyeri phantom)
2.3.2 Lokasi Nyeri
Nyeri dapat dirasakan pada salah satu tempat dan mudah
diidentifikasi. Nyeri dapat dirasakan di banyak area tubuh,
17
khususnya bila timbul dari organ internal. Kadang kala nyeri dapat
berpindah dari tempat cedera internal ke bagian tubuh yang lain
9nyeri alih). Beberapa pasien merasa apa yang disebut nyeri
fantom, yaitu nyeri pada bagian tubuh yang di amputasi. Nyeri ini
berlangsung setelah luka sembuh. Untuk membantu pasien
mengatakan dimana lokasi nyeri, dapat menggunakan gambar
tubuh atau gambar orang dan meminta pasien menunjukan rasa skit
tersebut. Hal ini secara khusus dapat membantu untuk mengetahui
lokasi nyeri pada anak-anak (WH0,2005:155)
2.3.3 Pengalaman Nyeri
Pengalaman nyeri seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal, yakni
2.3.3.1 Arti nyeri bagi individu
2.3.3.2 Persepsi nyeri individu
2.3.3.3 Toleransi nyeri
2.3.3.4 Reaksi individu terhadap nyeri
a. Makna nyeri
Nyeri memiliki makna yang berbeda bagi setiap orang, juga
untuk orang yang sama disaat yang berbeda. Umumnya,
manusia memandang nyeri sebagai pengalaman yang negatif,
walaupun juga nyeri mempunyai aspek positif. Beberapa makna
nyeri antara lain berbahaya atau merusak, menunjukan adanya
komplikasi ( misalnya, infeksi), memerlukan, penyembuhan,
menyebabkan ketidakmampuan, merupakan hukuman akibat
dosa, merupakan sesuatu yang harus ditoleransi. Faktor yang
memengaruhi makna nyeri bagi individu antara lain usia, jenis
kelamin, latar belakang, sosial budaya, lingkungan, serta
pengalaman nyeri masa kini dan masa lalu.
b. Persepsi nyeri
Pada dasarnya, nyeri merupakan salah satu bentuk refleks guna
menghindari rangsangan dari luar tubuh, atau melindungi tubuh
dari segala bentuk bahaya. Akan tetapi, jika nyeri itu tarlalu
18
berat atau berlangsung lama dapat berakibat tidak baik bagi
tubuh, dan hal ini akan menyebabkan penderita menjadi tidak
tenang dan putus asa. Bila nyeri cendrung tidak tertahankan,
penderita bisa sampai melakukan bunuh diri
( Setyanegara,1978)
c. Toleransi Terhadap Nyeri
Toleransi terhadap nyeri terkait dengan intensitas nyeri yang
membuat seseorang sanggup menahan nyeri sebelum mencari
pertolongan. Tingkat toleransi yang tinggi berarti bahwa
individu mampu menahan nyeri yang berat sebelum iya mencari
pertolongan. Meskipun setiap orang orang memiliki pola
penahan nyeri yang relatif stabil, tingkat toleransi berbeda
bergantung pada situasi yang ada. Toleransi terhadap nyeri tidak
dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, kelelahan, atau sedikit
perubahan sikap. Faktor-faktor yang memengaruhi toleransi
nyeri seperti seperti terlihat pada tabel
Tabel 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi toleransi
Toleransi Nyeri
Mengalami peningkatan Mengalami penurunan
Alkohol
Obat-obatan
Hipnosis
Panas
Gesekan atau garukan
Penglihatan perhatian
Kepercayaan yang kuat
Capai atau kelelahan
Marah
Kebosana
Cemas
Nyeri yang kronis
Sakit atau penderita
d. Reaksi terhadap Nyeri
Setiap orang membe rikan reaksi yang berbeda terhadap diri.
Ada orang yang menghadapinya dengan perasaan takut, gelisah,
19
dan cemas, ada pula yang menanggapinya dengan sikap yag
optimis dan penuh toleransi. Sebagian orang merespon nyeri
dengan menangis, mengerang, dan menjerit-jerit, meminta
pertolongan, gelisah ditempat tidur, atau berjalan mobdar
mandir tak tentu arah untuk mengurangi rasa nyeri. Sementara,
yang lainnya tidur sambil menggemertakan gigi, mengepalkan
tangan, atau mengeluarkan banyak keringat ketika mengelami
nyeri. Faktor-faktor yang memengaruhi reaksi nyeri adalah
sebagai berikut.
1) Arti nyeri terhadap individu
2) Tingkat persepsi nyeri
3) Pengalaman masalalu
4) Nilai kultural
5) Harapan social
6) Kesehatan fisik dan mental
7) Sikap orang tua terhadap nyeri
8) Menentukan dimana nyeri terjadi
9) Takut, cemas
10) Usaha-usaha untuk mengurangi respon terhadap stressor
11) Usia ( Wahid Iqbal Mubarak 2015)
2.3.4 Respon terhadap nyeri
2.3.4.1 Respon fisiologis
Pada saat impuls nyeri naik kemudala spinalis menuju
Kebatang otak dalam thalamus, system saraf otonom
menjadi terstimulasi sebagai bagian dari respon stress.
Nyeri dengan intensitas singan sehingga sedang dan nyeri
yang superficial menimbulkan reaksi flight atau fight, yang
merupakan sindrom adaptasi umum. Stimulasi pada cabang
simpatis pada system saraf otonom menghasilkan respon
fisiologis. Apabila nyeri berlangsung terus-menerus secara
tipikalakan menyebabkan organ-organ visceral, system
20
saraf parasimpatis menghasilkan suatuaksi. Respons
fisiologis terhadap nyeri sangat membahayakan individu.
Kecuali pada kasus-kasus nyeri berat yang menyebabkan
individu mengalami syok, kebanyakan individu mencapai
tingkat adaptasi, yaitu tanda-tanda fisik kembali normal.
Dengan demikian, klien yang mengalami nyeri tidak akan
selalu memperlihatkan tanda-tanda fisik.
a. Stimulasi simpatik (nyeri ringan, moderat, dan
superfisial) berupa dilatisi saluran brunkial dan
peningkatan tingkat respirasi, peningktan detak jantung,
vasokonstriksi perifer, peningkatan tekanan darah,
peningkatan nilai gula darah, diaforesis, peningkatan
kekuatan otot, dilatasi pupil, dan penurunan motilitas
gasrtointestinal.
b. Stimulasi parasimpatik (nyeri berat dan dalam) berupa :
muka pucat, otot mengeras, penurunan detak jantung dan
tekanan darah, nafas cepat dan tidak teratur, nause dan
vomitus, serta kelelahan dan keletihan.
2.3.4.2 Respons psikologis
Respons psikologis sangat berkaitan dengan pemahaman
klien terhadap nyeri yang terjadi atau arti nyeri bagi klien.
Pemahaman dan pemberian arti nyeri sangat dipengaruhi
oleh tingkat pengetahuan, persepsi, pengalaman masa lalu,
dan faktor sosial budaya.
2.3.4.3 Respons perilaku
Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri. Gerakan
tubuh yang khas dan ekspresi wajah yang
mengindikasikan nyeri dapat ditunjukan oleh klien sebagai
respons prilaku terhadap nyeri. Respons tersebut seperti
mengerutkan dahi, gelisah, memalingkan wajah ketika
21
diajak bicara. Pada respons prilaku dapat diamati dari hal
berikut :
a. Pernyataan verbal (mengaduh, menangis, sesak nafas,
mendengkur)
b. Ekspresi wajah (meringis,menggeletukan gigi,
mengigit bibir)
c. Gerakan tubuh (gelisah, imobilisasi, ketegangan otot,
peningkatan gerakan jari dan tangan)
d. Kontak dengan orang lain/interaksi sosial
(menghindari percakapan, menghindari kontak sosial,
penurunan rentan perhatian, fokus pada aktivitas
menghilangkan nyeri). Individu yang mengalami
nyeri dengan awitan mendadak dapat bereaksi sangat
berbeda terhadap nyeri yang berlangsung selama
beberapa menit atau menjadi kronis. Nyeri dapat
menyebabkan keletihan dan membuat individu terlalu
letih untuk merintih atau menangis. Klien dapat
tidur,bahkan dengan nyeri hebat. Klien dapat tampak
relaks dan terlibat dalam aktivitas karena menjadi
mahir dalam mengalihkan perhatian terhadap nyeri.
2.3.4.4 Pengukuran Intensitas Nyeri
Penilaian nyeri merupakan elemen yang penting untuk
menentukan terapi nyeri paska pembedahan yang efektif.
Skla penilaian nyeri dan terapi nyeri paska pembedahan
yang efektif. Skala penilaian nyeri dan keterangan pasien
digunakan untuk menilai derajat nyeri. Intensitas nyeri
harus dinilai sedini mungkin selama pasien dapat
berkomunikasi dan dapat menunjukan ekspresi nyeri yang
dirasakanya.
Ada beberapa skala penilaian nyeri pada pasien sekarang
ini
22
a. Wong-Baker Face Pain Rating Scala
Skala dengan enam gambar wajah dengan ekspresi
yang berbeda, dimulai dari senyuman sampai menangis
karena kesakitan. Skala ini berguna pada pasien dengan
gangguan komunikasi, seperti anak-anak, orang tua,
pasien yang kebingungan atau pada pasien yang tidak
mengerti dengan bahasa lokal setempat.
Gambar 1.1 Wong Baker Faces Pain Rating Scale
b. Verbal Rating Scale (VRS)
Pasien ditanya tentang derajat neyeri yang dirasakan
berdasarkan skala lima poin: tidak nyeri, ringan,
sedang, berat dan sangat berat.
Gambar 1.2 Verbal Rating Scale
c. Numerical Rating Scale (NRS)
Skala numerik atau Atau Numerical Rating Scale (NRS)
digunakan sebagai pengganti alat mendeskripsi kata.
23
Dalam hal ini pasien menilai nyeri dengan skala 0
sampai dengan 10 kala 0 mendeskripsikan sebagai tidak
nyeri, skala 1 samapai dengan 3 mendeskripsikan
sebagai nyeri ringan yaitu ada rasa nyeri (mulai terasa
tapi masih dapat ditahan), skala 4 sampai dengan 6
mendeskripsikan sebagai nyeri sedang yaitu ada rasa
nyeri terasa mengganggu dengan usaha yanag cukup
kuat untuk menahan, dan skala 7 sampai dengan 10
mendeskripsikan sebagai nyeri berat yaitu ada nyeri,
terasa sangat menggangu/ tidak tertahankan sebagai
harus menangis, menjerit atau berteriak. Skala ini
efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri
sebelum dan sesudah teraupetik (Prasetyo, 2010 ;
McCeffery dan Beebe 1993 dalam Novita, 2012)
Gambar 1.3 Numerical Rating Scale
d. Visual Analogue Scale (VAS)
Visual Analoge Scale (VAS) adalah alat ukur yang
digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri dan secara
khusus meliputi 10-15 cm garis, dengan setiap
ujungnya di tandai dengan level intensitas nyeri (ujung
kiri diberi tanda ‘’no pain’’dan ujung kanan diberi
tanda ‘’ bad pain’’ (nyeri hebat). Pasien diminta untuk
menandai disepanjang garis tersebut sesuai dengan
level intensitas nyeri yang dirasakan pasien (ukuran
24
mm), dan itulah skornya yang menunjukan level
intensitas nyeri. Kemudian score tersebut dicatat untuk
melihat kemajuan pengobatan/terapi selanjutnya.
Secara potensial VAS lebih sensitif terhadap intensitas
nyeri daripada pengukuran lainnya seperti VRS, Vas
skala 6- point karena responya yang leih terbatas.
Begitu pula, Vas lebih sensitif terhadap perubahan pada
nyeri kronik daripada nyeri akut. Ada beberapa
keterbatasan dari VAS yaitu pada beberapa pasien
khusunya orang tua akan mengalami kesulitan
merespon grafik VAS dari pad skala verbal nyeri
(VRS). Beberapa pasien mungkin sulit untuk menilai
nyerinya pada Vas karena sangata sulit skala VAS
sehingga supervisi yang lebih teliti dari dokter/terapis
dapat meminimalkan kesempatan error.
Pengukuran Intensitas Nyeri Ada beberapa skala
penilaian nyeri pada pasien yaitu Wong-Baker Pain
Rating Scale, Verbal Rating Scale (VRS), Numerical
Rating Scale ( NRS), Visual Analogue Scale (VAS)
2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Nyeri
2.3.5.1 Usia
Anak beum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat
harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa
kadang melporkan nyeri jika sudah patologis dan
mengalami kerusakan fungsi. Pada lansia cendrung
memendam nyeri adalah hal alamiah yang harus dijalani
dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau
meninggal jika nyeri diperiksakan.
25
2.3.5.2 Etnik dan nilai budaya
Beberapa kebudayaan yakni bahwa memperlihatkan nyeri
adalah sesuatu yang alamiah. Kebudayaan lain cendrung
untuk melatih perilaku yang tertutup (introvert). Sosialisasi
budaya menentukan perilaku psikologis seseorang. Dengan
demikian, hal ini dapat mempengaruhi pengeluaran
fisiologis opial endogen sehingga terjadilah persepsi nyeri.
Latar belakang etnik dan budaya merupakan faktor yang
memengaruhi reaksi terhadap nyeri dan ekspresi nyeri.
Sebagai contoh, individu dari budaya tertentu cendrung
ekspresif dalam mengungkapkan nyeri, sedangkan individu
dari budaya lain justru lebih memilih menahan perasaan
mereka dan tidak ingin merepotkan orang lain.
2.3.5.3 Tahap perkembangan
Usia dan tahap perkembangan seseorang memerlukan
variabel penting yang akan memengaruhi reaksi dan
ekspresi terhadap nyeri. Dalam hal ini, anak-anak cendrung
kurang mampu mengungkapkan nyeri yang mereka rasakan
dibandingkan orang dewasa, dan kondisi ini akan
menghambat penanganan nyeri untuk mereka. Dsisi lain
prevalensi nyeri individu lansia lebih tinggi karena penyakit
akut atau kronis dan degeneratif yang diderita. Walaupun
ambang batas nyeri tidak berubah karena penuaan, efek
analgetik yang diberikan menurun karena perubahan
fisiologis yang terjadi.
2.3.5.4 Lingkungan dan individu pendukung
Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi,
pencahayaan, dan aktivitas yang tinggi dilingkungan
tersebut dapat memperberat nyeri. Selain itu, dukungan dari
keluarga dan orang terdekat menjadi salah satu faktor
penting yang memengaruhi persepsi nyeri individu. Sebagai
26
contoh, individu yang sendirian, tanpa keluarga dan teman-
teman yang mendukungannya, cendrung merasakan nyeri
yang lebih berat dibandingkan mereka yang mendapat
dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat.
2.3.5.5 Pengalaman nyeri sebelunya
Pengalaman masa lalu biasanya juga berpengaruh terhadap
persepsi nyeri idividu dan kepekaannya terhadap nyeri.
Individu yang mengalami nyeri atau menyaksikan
penderitaan orang terdekatnya saat mengalami nyeri
cenderung merasa terancam dengan peristiwa nyeri yang
akan terjadi dibandingkan individu yang lain yang belum
pernah mengalaminya. Meinhart Mc. Caffery
mendeskripsikan tiga fase pengalaman nyeri sebagai
berikut.
a. Fase antisipasi (terjadi sebelum nyeri diterima)
Fase ini mungkin bukan merupakan fase yang penting,
karena fase yang ini bisa memengaruhi dua fase lain.
Pada fase inimemungkinkan seseorang belajar tentang
nyeri dan upaya untuk menghilangkan nyeri tersebut.
Peran perawat pada fase ini sangat penting terutama
dalam memberikan informasi pada klien
b. Fase sensasi (terjadi saat nyeri terasa)
Fase ini terjadi ketika klien merasakan nyeri. Oleh
karena itu bersifat subjektif, maka tiap orang dalam
menyikapi juga berbeda-beda. Toleransi terhadap nyeri
juga berbeda antara sattu orang lain. Orang yang
mempunyai nyeri dengan stimulus kecil, sebaiknya orang
yang toleransi tinggi terhadap nyeri mampu menahan
nyeri tanpa bantuan, sebaiknya orang yang toleransinya
terhadap nyerinya rendah sudah mencari upaya
mencegah nyeri, sebelum nyeri datang.
27
c. Fase akibat ( terjadi ketika nyeri berkurang atau berhenti)
Fase ini terjadi saat nyeri sudah berkurang atau hilang.
Pada fase ini klien masih membutuhkan kontrol dari
perawat, karena nyeri bersifat krisis, sehingga
dimungkinkan klien mengalami gejala sisa paca nyeri.
Apabila klien mengalami episode nyeri berulang, maka
respons akibat (aftermath) dapat menjadi masalah
kesehatan yang berat. Peraat berperan dalam membantu
memperoleh kontrol diri untuk meminimalkan rasa takut
akan kemungkinan nyeri berulang.
2.3.5.6 Ansietas dan stres
Ansietas sering kali menyertai peristiwa nyeri yang
terjadi. Ancaman yang tidak jelas asalnya dan ketidak
mampuan mengontrol nyeri atau peristiwa di
sekelilingnya dapat memperberat persepsi nyeri.
Sebaiknya, individu yang percaya bahwa mereka mampu
mengontrol nyeri yang mereka rasakan akan mengalami
penurunan rasa takut dan kecemasan yang akan
menurunkan persepsi nyeri mereka.
2.3.5.7 Jenis Kelamin
Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin
misalnya menganggap bahwa seseorang anak laki-laki
harus berani dan tidak boleh menangis, sedangkan anak
perempuan boleh menangis dalam kondisi yang sama.
Namun secara umum laki-laki dan perempuan tidak
berbeda secara tidak bermakna dalam berespons terhadap
nyeri.
2.3.5.8 Makna nyeri
28
Individu akan mempersepsikan nyeri berbeda-beda
apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu
kehilangan, hukuman, dan tantangan. Makana nyeri
memengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang
beradaptasi terhadap nyeri.
2.3.5.9 Perhatian
Tingkat seseorang klian memfokuskan perhatiannya pada
nyeri dapat memengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang
meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
sedang upaya pengalihan (distraksi) dihubungankan
dengan respons nyeri yang menurun
2.2.9.10. Keletihan
Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin
intensif dan menurunkan kemampuan koping sehingga
meningkat persepsi nyeri
2.2.9.11. Gaya Koping
Individu memiliki lokusbkendali internal memperepsikan
diri mereka sebagai individu yang dapat mengendalikan
lingkungan mereka dan akhir suatu peristiwa seperti
nyeri.
2.2.9.12.Dukungan keluarga dan sosial
Kehadiran orang-orang terdekat klien dan bagaimana
sikap mereka terhadap klien memengaruhi respons nyeri.
Klien dengan nyeri memerlukan dukungan, bantuan, dan
perlindungan walaupun nyeri tetap dirasakan, kehadiran
orang yang dicintai akan meminimalkan kesepian dan
kekuatan.
(Wahid Iqbal Mubarak, 2015)
29
Faktor yang mempengaruhi rasa nyeri ada usia, etnik dan nilai budaya tahap
perkembangan, lingkungan dan individu pendukung, ansietas dan setres, jenis
kelamin, perhatian, keletihan, gaya koping, dukungan keluarga dan sosial.
2.3.6 Mengatasi nyeri
2.3.6.1 Tunjukan bahwa anda mengenali nyeri pasien dan berespons
dengan sikap penuh perhatian
2.3.6.2 Dengarkan dengan cermat apa yang dikatakan pasien tenetang
nyeri
2.3.6.3 Bertindak untuk meredakan rasa nyeri
2.3.6.4 Beri peredaan nyeri sebelum nyeri meningkat
2.3.7 Manajemen nyeri
2.3.7.1 Farmakologis
Penanganan nyeri yang dialami oleh individu dapat melalui
intervensi farmakologis, diakukan oleh kolaborasi dengan dokter
atau pemberi perawat utama lainnya pada pasien. Obat-obat yang
biasanya digunakan adalah antiinflamasi nonsteroid. Obat-obatan
ini dapat menurunkan nyeri dan menghambat produksi
prostatglandin dari jaringan-jaringan yang engalami trauma dan
inflamasi yang menghambat reseptor nyeri untuk menjadi
sensitive terhadap stimulus penyakit sebelumnya ( Smelzer dan
Bare, 2002)
a. Stimulasi dan Massage
Massage adalah stimulasi tubuh secara umum, sering
dipusatkan pada pinggang dan bahu, massage menstimulasi
reseptor tidak nyeri, massage juga membantu lebih nyaman
karena membantu relaksasi otot.
30
b. Terapi Es dan Panas
Terapi Es dan panas menurunkan prostaglandin yang
memperkuat sensitifitas reseptor nyeri. Agar efektif es harus
diletakkan di area sekitar pembedahan. Penggunaan panas
dapat meningkatkan aliran darah yang dapat mempercepat
penyembuhan dan penurunan nyeri
c. Terapi musik
Terapi musik adalah proses interpersonal yang digunakan
untuk mempengaruhi keadaan fisik, emosionla, estetik, dan
spritual, untuk membentuk klien meningkatkan atau
mempertahankan kesehatannya.
d. Stimulasi Syaraf Elektris Transkutan (TENS)
TENS merupakan unit yang dijalankan oleh baterai dengang
elektrode yang dipasang pada kulit untuk menghasilkan
sensasi kesemutan atau menggetar pada area nyeri. Meknisme
ini sesuai dengan teori gate kontrol dimana mekanisme ini
akan menutup transmisi sinyal nyeri ke otak pada jarak
asenden sistem syaraf pusat untuk menurunkan intensitas
nyeri.
e. Tekhnik distraksi
Dilakukan dengan memfokuskan perhatian pasien pada
sesuatu selain nyeri. Distraksi diduga dapat menurunkan
nyeri. Distribusi diduga dapat menurunka persepsi nyeri
dengan menstimulasi sistem kontrol desenden, yang
mengakibatkan lebih sedikit stimulasi nyeri ditransmisikan ke
otak. Keefektifan tranmisi tergantung pada kemampuan
pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori
selain nyeri.
31
Manajemen nyeri ada farmakologi yaitu obat-obatan dan nonfarmakologi yaitu
stimulasi dan massage, terapi es dan panas,terapi musik, stimulasi syaraf
transkutan ( TENS), tekhnik distraksi, tekhnik relaksasi.
2.3.8 Tindakan keperawatan untuk peredaan nyeri
Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk meredakan nyeri, di
antaranya adalah :
a. Bicara dengan perlahan dan tentang kepada pasien
b. Ubah posisi pasien untuk membuatnya lebih nyaman
c. Tempatkan bantalan di atas area tinjolan tubuh sebelum memberikan
balutan
d. Tawarkan makanan yang sesuai
e. Berikan cairan yang cukup
f. Dorong pengunjung untuk mengalihkan atau menyamankan pasien
dengan cara percakapan yang bersahabat atau dengan memainkan
musik favorit dengan tenang.
g. Berikan pasien mandi hangat yang merilekskan
h. Berikan gosokan atau masase punggung
2.3.9 Penyebab Nyeri Punggung Bawah
Beberapa faktor menyebabkan terjadinya nyeri punggung bawah menurut
Bimariotejo (2014), antara lain:
2.3.9.1 Kelainan Tulang Belakang
Keadaan ini lebih dikenal dengan istilah hemi vertebrae.
Kelainan-kelainan kondisi tulang vertebra tersebut dapat
berupa tulang vertebra hanya setengah bagian karena tidak
lengkap pada saat lahir. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya
nyeri punggung bawah yang disertai dengan skoliosis ringan.
Selain itu ditandai pula adanya dua buah vertebra yang
melekat menjadi satu, namun keadaan ini tidak menimbulkan
nyeri. Terdapat lubang di tulang vertebra dibagian bawah
32
karena tidak melekatnya lamina dan keadaan ini dikenal dengan
spina bifida. Penyakit spina bifida dapat menyebabkan gejala-
gejala berat seperti club foot, rudimentair foot, kelayuan kaki,
dan sebagainya. Namun jika lubang tersebut kecil, tidak akan
menimbulkan keluhan.
Beberapa jenis kelainan tulang punggung (spine) sejak lahir
adalah:
a. Penyakit Spondylisthesis
Pada spondylisthesis merupakan kelainan pembentukan
korpus vertebrae, dimana arkus vertebrae tidak bertemu
dengan korpus vertebrae. Walaupun kejadian ini terjadi
sewaktu bayi, namun ketika berumur 35 tahun baru
menimbulkan nyeri akibat kelainan-kelainan degeneratif.
Nyeri pinggang ini berkurang atau hilang bila penderita
duduk atau tidur, dan akan bertambah bila penderita itu
berdiri atau berjalan (Bimariotejo, 2014).
Soeharso (2012) menyebutkan gejala klinis dari penyakit ini
adalah :
1) Penderita memiliki rongga badan lebih pendek dari
semestinya, antara dada dan panggul terlihat pendek.
2) Pada punggung terdapat penonjolan processus spinosus
vertebrae yang menimbulkan skoliosis ringan.
3) Nyeri pada bagian punggung dan meluas hingga ke
ekstremitas bawah.
4) Pemeriksaan X-ray menimbulkan adanya dislokasi,
ukuran antara ujung spina dengan garis depan korpus
pada vertebrae yang mengalami kelainan lebih panjang
dari garis spina korpus vertebrae yang terletak diatasnya.
b. Penyakit Kissing Spine
Penyakit ini disebabkan karena dua atau lebih processus
spinosus bersentuhan. Keadaan ini bisa menimbulkan
33
gejala dan tidak. Gejala yang ditimbulkan adalah Low
Back Pain. Penyakit ini hanya bisa diketahui dengan
pemeriksaan X-ray dengan posisi lateral.
c. Sacralisasi Vertebra Lumbal ke IV
Penyakit ini disebabkan karena processus transverses dari
vertebra lumbal ke V melekat atau menyentuh os sacrum
dan/atau os ileum.
2.3.9.2 Nyeri punggung bawah karena trauma
Trauma dan gangguan mekanis merupakan penyebab utamanya
nyeri punggung bawah. Pada orang-orang yang tidak biasa
melakukan aktivitas dengan beban yang berat dapat menderita
nyeri pinggang bawah yang kaku (Bimariotejo, 2014).
Gerakan bagian punggung belakang yang kurang baik dapat
menyebabkan kekakuan dan spasme yang tiba-tiba pada otot
punggung, mengakibatkan terjadinya trauma punggung sehingga
menimbulkan nyeri. Kekakuan otot cenderung dapat sembuh
dengan sendirinya dalam jangka waktu tertentu. Namun pada
kasus-kasus yang berat memerlukan pertolongan medis agar
tidak mengakibatkan gangguan yang lebih lanjut (Idyan, 2010)
Secara patologis anatomis pada nyeri punggung bawah
disebabkan karena trauma, dapat ditemukan beberapa keadaan,
seperti:
a. Perubahan pada sendi sacro-illiaca
Gejala yang timbul akibat perubahan sendi sacro-illiaca
adalah rasa nyeri pada os sacrum akibat adannya penekanan.
Nyeri dapat bertambah saat batuk dan saat posisi supine.
Pada pemeriksaan, lassague symptom positif dan pergerakan
kaki pada hip joint terbatas.
34
b. Perubahan pada sendi lumbal sacral
Trauma dapat menyebabkan perubahan antara vertebra
lumbal V dan sacrum, dan dapat menyebabkan robekan
ligament atau fascia. Keadaan ini dapat menimbulkan nyeri
yang hebat di atas vertebra lumbal V atau sacral I dan dapat
menyebabkan keterbatasan gerak.
2.3.9.3 Nyeri punggung bawah karena perubahan jaringan
Kelompok penyakit ini disebabkan karena terdapat perubahan
jaringan pada tempat yang mengalami sakit. Perubahan jaringan
tersebut tidak hanya pada daerah punggung bagian bawah, tetapi
juga terdapat disepanjang punggung dan anggota bagian tubuh
lain (Potter & Perry, 2010).
Beberapa jenis penyakit dengan keluhan nyeri punggung bawah
yang disebabkan oleh perubahan jaringan antara lain:
a. Osteoarthritis (Spondylosis Deformans)
Osteoarthritis adalah bentuk paling umum dari arthritis
yang disebabkan oleh pecahnya tulang rawan di persendian.
Dengan bertambahnya usia seseorang maka kelenturan
otot-ototnya juga menjadi berkurang sehingga sangat
memudahkan terjadinya kekakuan pada otot atau sendi.
Selain itu juga terjadi penyempitan dari ruang antar tulang
vertebra yang menyebabkan tulang belakang menjadi tidak
fleksibel seperti saat usia muda. Hal ini dapat menyebabkan
nyeri pada tulang belakang hingga ke pinggang (Idyan,
2014).
b. Penyakit Fibrositis
Penyakit ini juga dikenal dengan reumatism musculler.
Penyakit ini ditandai dengan nyeri dan pegal di otot,
khususnya di leher dan bahu. Rasa nyeri memperberat saat
35
beraktivitas, sikap tidur yang buruk dan kelelahan (Dieppe,
1995 dalam Idyan, 2010).
c. Penyakit Infeksi
Menurut Dieppee (1995) dalam Idyan (2010), infeksi pada
sendi terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu infeksi akut yang
disebabkan oleh bakteri dan infeksi kronis, seperti bakteri
tuberculosis. Infeksi kronis ditandai dengan pembengkakan
sendi, nyeri berat dan akut, demam serta kelemahan.
2.3.9.4 Nyeri punggung bawah karena pengaruh gaya berat
Gaya berat tubuh, terutama dalam posisi berdiri, duduk dan
berjalan dapat mengakibatkan rasa nyeri pada punggung dan
dapat menimbulkan komplikasi pada bagian tubuh yang lain,
misalnya genu valgum, genu varum, coxa valgum dan
sebagainya. Beberapa pekerjaan yang mengharuskan berdiri
dan duduk dalam waktu yang lama juga dapat mengakibatkan
terjadinya nyeri punggung bawah.
Kehamilan dan obesitas merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya nyeri punggung bawah akibat pengaruh
gaya berat. Hal ini disebabkan terjadinya penekanan pada tulang
belakang akibat penumpukan lemak, kelainan postur tubuh
dan kelemahan otot (Bimariotejo, 2014)
2.3.10 Patofisiologi
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastik yang
tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset,
berbagai ligamen dan otot paravertebralis.
36
Konstruksi punggung yang unik tersebut memungkinkan fleksibilitas
sementara di sisi lain tetap dapat memberikaan perlindungan yang
maksimal terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan tulang belakang
akan menyerap goncangan vertikal pada saat berlari atau melompat. Batang
tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot abdominal dan
thoraks sangat penting pada aktivitas mengangkat beban. Bila tidak
pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. Mengangkat
beban berat pada posisi membungkuk dan menyamping menyebabkan
otot tidak mampu mempertahankan posisi tulang belakang thorakal dan
lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas dan disertai tarikan dari
samping, terjadi gesekan pada kedua permukaan facet joint
mengakibatkan ketegangan otot di daerah tersebut yang akhirnya
menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang belakang. Obesitas,
masalah postur, masalah struktur dan perenggangan berlebihan dapat
berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralisakan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas
fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tidak teratur.
2.3.11 Tanda dan Gejala Nyeri Punggung Bawah
Berdasarkan pemeriksaan pemeriksaan yang cermat, nyeri punggung
bawah dapat dikategorikan ke dalam 3 (tiga) kelompok berikut ini, yaitu:
2.3.11.1 Nyeri punggung bawah sederhana dengan karakteristik :
a. Adanya nyeri pada daerah lumbal atau lumbosakral tanpa
penjalaran atau keterlibatan neurologis.
b. Nyeri mekanik, derajat nyeri bervariasi setiap waktu, dan
tergantung dari aktivitas fisik.
c. Kondisi kesehatan pasien secara umum baik.
37
2.3.11.2 Nyeri punggung bawah yang diakibatkan oleh adanya
keterlibatan neurologis, dibuktikan dengan adanya satu atau
lebih tanda gejala yang mengindikasikan adanya keterlibatan
neurologis.
Gejala : Nyeri yang menjalar ke lutut, tungkai, kaki, ataupun
;; adanya rasa baal di daerah nyeri.
Tanda : Adanya tanda iritasi radikular, gangguan motorik
maupun sensorik atau refleks
2.3.11.3 Nyeri punggung bawah dengan tanda-tanda kecurigaan mengenai
adanya cedera atau kondisi patologis yang berat pada spinal.
Karakteristik Umum :
a. Trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun
kecelakaan kendaraan bermotor.
b. Nyeri non-mekanik yang konstan dan progresif.
c. Ditemukan nyeri abdominal dan/atau thorakal.
d. Nyeri hebat pada malam hari yang tidak membaik dengan
posisi terlentang.
e. Riwayat atau ada kecurigaan kanker, HIV (Human
Imunodifiency Virus), atau keadaan patologis lainnya yang
dapat menyebabkan kanker.
f. Penggunaan kortikosteroid jangka panjang.
g. Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya,
menggigil, dan/atau demam.
h. Fleksi lumbal sangat terbatas dan persisten.
i. Saddle anesthesia, dan/atau adanya inkontenensia urin.
j. Risiko untuk terjadinya kondisi yang lebih berat adalah awitan
nyeri punggung bawah pada usia kurang dari 20 tahun atau
lebih dari 55 tahun.
2.3.12 Pencegahan Nyeri Punggung Bawah
38
Latif (2015) menuliskan bahwa tindakan pencegahan nyeri punggung
bawah dibagi ke dalam tiga besar, yaitu:
2.3.12.1 Pencegahan primer yang dilakukan untuk mencegah
timbulnyanyeri punggung bawah di tempat kerja.
2.3.12.2 Pencegahan sekunder untuk mengurangi kejadian nyeri
punggung bawah sejak dini.
2.3.12.3 Pencegahan tersier dilakukan untuk meminimalisir
konsekuensi atau disabilitas atau kecacatan yang mungkin
timbul dalam perjalanan penyakitnya.
Tindakan pencegahan terhadap nyeri punggung bawah tersebut dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Edukasi dan pelatihan
Edukasi dapat meliputi teknik mengangkat beban, posisi tubuh saat
bekerja, perenggangan, dan sebagainya. Lebih lanjut juga diberikan
exercise untuk meningkatkan kekuatan, fleksibilitas, dan ketahanan
punggung bawah.
b. Ergonomi dan Modifikasi
Bila memang ada faktor pekerjaan terhadap nyeri punggung bawah di
tempat kerja, maka perlu dilakukan upaya kontrol. Upaya ini dapat
meliputi pengadaan alat bantu dalam bekerja seperti: mesin pengangkat,
ban berjalan, gerobak, dan sebagainya.
c. Pemilihan Pekerja
Pemilihan pekerja dilakukan dengan skrining pra-kerja. Riwayat
kesehatan dan hasil pemeriksaan fisik harus diperhatikan dengan
seksama. Penggunaan rontgen dan tes kekuatan pada calon karyawan
sebagai salah satu alat skrining tidak dianjurkan karena
ketidakefektifannya dalam mendeteksi adanya nyeri punggung bawah.
2.3.13 Penanganan Nyeri Punggung Bawah
2.3.13.1 Penanganan Keperawatan
39
a. Pemberian informasi dan edukasi
b. Pada kondisi akut : bedrest (lamanya tergantung kasus),
pengaturan berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas
termal (terapi panas dan dingin), massage, traksi (untuk
distraksi tulang belakang), latihan: berjalan, naik sepeda,
berenang (tergantung kasus), dan alat bantu: tongkat,
pemakaian lumbal corset.
c. Pada kondisi kronis : modulasi nyeri (Trannscutaneous
Electrical Nerve Stimulation, akupuntur, modalitas termal),
latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat
badan, posisi tubuh dan aktivitas.
2.3.13.2 Penanganan Medis
a. Farmakoterapi
1) Kondisi akut: asetamenopen, NSAID, muscle relaxant,
opioid (untuk nyeri berat), injeksi epidural (steroid,
lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler
2) Kondisi kronis: antidepresan trisiklik (amitriptilin),
antikonvulsan (gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin,
fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opioid (jika
diperlukan).
b. Invasif Non Bedah
1) Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati).
2) Neurolitik (alkohol 100%, fenol 30%, untuk nyeri
punggung yang intractable).
c. Bedah
HNP (Hernia Nukleus Pulposus), dengan indikasi operasi:
1) Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat
minggu: nyeri berat/intractable/menetap/ progresif.
2) Defisit neurologik memburuk.
3) Sindroma kauda, stenosis kanal: setelah terjadi konservatif
tidak berhasil.
40
4) Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan
neurofisiologik dan radiologik.
2.3.13.3 Penanganan Fisioterapi
a. Sinar Infra Merah
Sinar infra merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik
dengan panjang gelombang 7.700 Ao – 4.000.000 Ao yang
digunakan untuk tujuan pengobatan berkisar antara 7.700 Ao –
120.000 Ao atau 150.000 Ao (Amstrong) dimana panjang
gelombang ini digolongkan menjadi:
1) Gelombang Panjang (Non Penetrating)
Panjang gelombang diatas 12.000 Ao – 150.000 Ao,
kedalaman penetrasinya sampai lapisan superficial
epidermis, yaitu sekitar 0,5mm.
2) Gelombang Pendek (Penetrating)
Panjang gelombang antara 7.700 Ao – 120.000 Ao,
kedalaman dan penetrasinya sampai jaringan subcutan,
yaitu kira-kira 5-10 mm dan dapat mempengaruhi secara
langsung terhadap pembuluh darah kapiler, pembuluh
limfe, ujung-ujung saraf dan jaringan lain dibawah kulit.
b. Massage
1. Stroking
Strokingadalah manipulasi gosokan yang ringan dan halus
dengan menggunakan seluruh permukaan tangan, sebaiknya
diberikan dari dagu ke atas pelipis dan dari tengah dahi
turun ke bawah menuju telinga.Tehnik harus dikerjakan
dengan gentle dan menimbulkan rangsangan pada otot-otot
wajah.
2. Effleurage
Effleurage adalah suatu pergerakan strokingdalam atau
dangkal, effleuragepada umumnya digunakan untuk
pengembalian kandungan getah bening dan pembuluh darah
41
di dalam ekstremitas tersebut. Effleurage juga digunakan
untuk memeriksa dan mengevaluasi area nyeri dan ketidak
teraturan jaringan lunak atau perenggangan kelompok otot
yang spesifik. Effleuragemenimbulkan efek yang bersifat
nyata.
3. Friction
Friction atau tekanan dalam adalah untuk menggerakkan
atau memisahkan jaringan lunak. Friction adalah memenuhi
pergerakan ke serabut, seperti di dalam urat daging atau
ligament, strukturnya: membujur atau gerak lingkar
bertujuan untuk melepas kekakuan otot dan untuk
mengurangi kerusakan jaringan lunak.
4. Vibration
Vibration adalah gerakan getaran mengendurkan jaringan
lunak atas dan tingkatkan peredaran. Vibration dapat
menenangkan atau merangsang menurut intensitas dan
kecepatan. Vibration pada umumnya digunakan pada otot
yang sangat lemah, gas dalam perut, atau luka sambungan
spesifik.
c. Terapi Latihan dengan metode William Flexion Exercise
Dr.Paul William pertama kali memperkenalkan program
latihan ini pada tahun 1973 untuk pasien dengan keluhan Low
Back Pain kronik yang masih dipakai hingga saat ini. Latihan
ini terdiri dari 6 (enam) bentuk gerakan yang dirancang untuk
mengurangi nyeri punggung dengan memperkuat otot-otot
yang memfleksikan lumbosacral spine terutama otot
abdominal dan otot gluteus maksimus dan merenggangkan
kelompok otot ekstensor (Basmajian, 1978 dalam Priyambodo,
2010).
42
Bentuk-bentuk latihan dengan metode William Flexion
Exercise adalah sebagai berikut:
a. William Flexion Exercise nomor 1
Posisi awal : terlentang, kedua lutut menekuk dan kedua
kaki rata pada permukaan matras.
Gerakan : pasien diminta meratakan pinggang ke bawah
melawan matras dengan mengontraksikan otot perut dan otot
gluteus maksimus. Setiap kontraksi ditahan selama 5 detik,
kemudian dilemaskan, ulangi gerakan sebanyak 10 kali.
Usahakan pada waktu lemas pinggang tetap rata.
b. William Flexion Exercise nomor 2
Posisi awal : sama dengan posisi awal nomor 1.
Gerakan : pasien diminta mengkontraksikan otot perut dan
memfleksikan kepala, sehingga dagu menyentuh dada dan
bahu terangkat dari matras. Setiap kontraksi ditahan 5 detik,
kemudian dilemaskan, ulangi gerakan sebanyak 10 kali.
c. William Flexion Exercise nomor 3
Posisi awal : sama dengan posisi awal nomor 1.
Gerakan : pasien diminta untuk memfleksikan satu lutut
kearah dada sejauh mungkin, kemudian kedua tangan
mencapai paha belakang dan menarik lututnya ke dada.
Pada waktu bersamaan angkat kepala hingga dagu
menyentuh dada dan bahu lepas dari matras, tahan gerakan
selama 5 detik. Kemudian lemaskan. Ulangi gerakan
sebanyak 10 kali.
d. William Flexion Exercise nomor 4
Posisi awal : sama dengan posisi awal nomor 1.
Geraka : pasien diminta untuk melakukan latihan yang sama
dengan latihan nomor 3, tetapi kedua lutut dalam posisi
menekuk, dinaikkan ke atas dan ditarik dengan kedua
tangan ke arah dada, naikkan kepala dan bahu dari matras,
43
ulangi gerakan sebanyak 10 kali. Pada waktu menaikan
kedua tungkai ke atas sejauh mungkin dengan rapat, baru
ditarik dengan kedua tangan mendekati dada.
e. William Flexion Exercise nomor 5
Posisi awal : exaggregated starter’s position.
Gerakan : kontraksikan otot perut dan gluteus maksimus
serta tekankan dada ke paha, tahan dalam 5 detik dan
rileks. Frekuensi 10 kali/sesi, pertahankan kaki depan rata
dengan lantai dan berat badan disangga oleh kaki bagian
depan tungkai yang belakang.
f. William Flexion Exercisenomor 6
Posisi awal : berdiri menempel dan membelakangi dinding
dengan tumit 10-15 cm di depan dinding, lumbal rata
dengan dinding.
Gerakan : satu tungkai melangkah ke depan tanpa merubah
posisi lumbal pada dinding, tahan dalam 10 detik dan
rileks. Frekuensi 10 kali/sesi. Bila latihan terlalu berat,
lamanya penahanan dapat dikurangi.
Latihan William Flexion Exercise ini disamping efektif
untuk nyeri punggung bawah, juga memperbaiki
fleksibilitas otot-otot punggung dan sirkulasi darah yang
membawa nutrisi ke discus intervertebralis (Basmajian,
1978 dalam Priyambodo 2010)
2.4 Definisi Mekanika Tubuh
Mekanika tubuh merupakan usaha koordinasi dari muskuloskeletal dan
sistem saraf untuk mempertahankan keseimbangan dengan tepat. Pada
dasarnya, mekanika tubuh adalah cara menggunakan tubuh secara efisien,
yaitu tidak banyak mengeluarkan tenaga, terkoordinasi, serta aman dalam
menggerakkan dan mempertahankan keseimbangan selama beraktivitas.
44
Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat meningkatkan fungsi
tubuh terhadap susunan muskuloskeletal, mengurangi energi yang
dikeluarkan, dan megurangi kelelahan. Kebutuhan bergerak sangat
dibutuhkan karena pergerakan dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia
dan melindungi diri dari kecelakaan, seperti jatuh (Potter & Perry, 2010)
Mekanika tubuh adalah suatu usaha mengkoordinasikan sistem
muskuloskletal dan sistem syaraf dalam mempertahankan keseimbangan,
postur dan kesejajaran tubuh selama mengangkat, membungkuk, bergerak,
dan melakukan aktivitas sehari-hari ( Potter & Perry, 2010 )
Mekanika tubuh melibatkan upaya terkoordinasi otot, tulang, dan sistem
saraf untuk menjaga keseimbangan, postur, dan keselarasan selama
memindahkan, memindahkan, dan memposisikan pasien. Mekanika tubuh
yang tepat memungkinkan individu untuk melakukan aktivitas tanpa
menggunakan energi berlebihan, dan membantu mencegah cedera untuk
pasien dan penyedia layanan kesehatan (Perry, Potter, & Ostendorf, 2014).
2.4.1 Prinsip Mekanika Tubuh
Menurut (Potter & Perry, 2015) Prinsip yang di gunakan dalam
mekanika tubuh adalah sebagai berikut:
2.4.1.1 Gravitasi
Merupakan prinsip yang pertama yang harus diperhatikan
dalam melakukan mekanika tubuh dengan benar, yaitu
memandang gravitasi sebagai sumbu dalam pergerakan
tubuh. Terdap at tiga faktor yang perlu di perhatikan
dalam gravitasi:
a. Pusat gravitasi (center of gravity), titik yang berada di
pertengahan tubuh
b. Garis gravitasi (line of gravity), merupakan garis
imajiner vertikal melalui pusat gravitasi.
45
c. Dasar diri tumpuan (base of suppert), merupakan
dasar tempat seseorang dalam posisi istirahat untuk
menopang/menahan tubuh
2.4.1.2 Keseimbangan
Keseimbangan dalam penggunaan mekanika tubuh dicapai
dengan cara mempertahankan posisi garis gravitasi di
antara pusat gravitasi dan dasar tumpuan
2.4.1.3 Berat
Dalam menggunaka mekanika tubuh, yang sangat
diperhatikan adalah berat atau bobot bendan yang akan
diangkat karena berat benda tersebut akan memengaruhi
mekanika tubuh
Tabel 2.3 menggambarkan prinsip-prinsip mekanika tubuh yang harus
diterapkan selama semua kegiatan penanganan pasien.
Prinsip MekanikaTubuh
Tindakan Prinsip
Menilai lingkungan
Kaji berat beban sebelum mengangkat dan tentukan
apakah bantuan diperlukan.
Rencanakan
pemindahan
Rencanakan langkah itu; kumpulkan semua persediaan
dan bersihkan area rintangan.
Hindari peregangan
dan puntir
Hindari meregangkan, menjangkau, dan memutar, yang
dapat menempatkan garis gravitasi di luar pangkal
penopang.
Pastikan posisi tubuh
yang benar
Jaga jarak (kaki) selebar bahu. Kencangkan otot perut,
gluteal, dan kaki sebagai antisipasi gerakan. Berdiri tegak
untuk melindungi punggung dan memberikan
46
keseimbangan.
Berdiri dekat dengan
objek yang sedang
dipindahkan
Tempatkan berat benda yang sedang dipindahkan dekat
dengan pusat gravitasi Anda untuk keseimbangan.
Ekuilibrium dipertahankan selama garis gravitasi
melewati basis dukungannya. Pegang benda-benda dekat
dengan pusat gravitasi Anda
Pegangbenda-bendadekat dengan pusat gravitasi Anda
Arah wajah gerakan
Menghadapi arah mencegah memutar memutar ulang
belakang secara abnormal.
Hindari mengangkat
Berputar, berguling, berputar, dan leverage membutuhkan
lebih sedikit pekerjaan daripa mengangkat. Jangan angkat
jika memungkinkan; gunakan lift mekanis sesuai
kebutuhan. Dorong pasien untuk membantu sebanyak
mungkin.
Bekerja di level
pinggang.
Jaga semua pekerjaan di tingkat pinggang untuk
menghindari membungkuk. Naikkan ketinggian tempat
tidur atau benda jika memungkinkan. Jangan
membungkuk di pinggang.
Kurangi gesekan antar
permukaan.
Kurangi gesekan antar permukaan sehingga lebih
sedikit gaya yang diperlukan untuk menggerakkan pasien.
Bertekuk lutut.
Menekuk lutut mempertahan kanpusat gravitasi Anda dan
memungkinkan otot-otot kuat kaki Anda melakukan
pengangkatan.
47
Dorong objek daripada
menariknya, dan
pertahankan gerakan
terus menerus.
Gunakanalat bantu.
Lebih mudah untuk Mendorong objek daripada
menariknya. Lebih sedikit energi diperlukan Untuk
membuat objek bergerak daripda berhenti dan
memulainya.
Gunakan alat bantu (gait belt, papangeser, lift mekanis)
yang diperlukan untuk memposisikan pasien dan
mentransfernya dari satu permukaan kelainnya.
Bekerja dengan orang
lain
Orang dengan beban terberat harus mengoordinasikan
semuau paya orang lain yang terlibat dalam teknik
penanganan.
Sumber data: Kozier,Erb,Berman & Snyder, 2011; Perry et al., 2014; WorkSafeBC, 2013
2.4.2 Pergerakan Dasar Dalam Mekanika Tubuh
Menurut Alimul ,Aziz 2012 Mekanika tubuh dan ambulasi merupakan
bagian dari kebutuhan aktivitas manusia. Sebelum melakukan
mekanika tubuh, terdapat beberapa pergerakan dasar yang harus
diperhatiakan, di antaranya:
2.4.2.1 Gerakan (ambulating)
Gerakan yang benar dapat membantu dalam mempertahankan
keseimbangan tubuh. Sebagai contoh, keseimbangan pada
saat orang berdiri dan saat orang berjalan akan berbeda.
Orang yang berdiri akan lebih mudah stabil dibandingkan
dengan orang yang berjalan karena pada saat berjalan terjadi
perpindahan dasar tumpuan dari sisi satu ke sisi lain dan
pusat gravitasi selalu berubah pada posisi kaki. Pada saat
berjalan terdapat dua fase, yaitu fase menahan berat dan fase
mengayun, yang akan menghasilkan gerakan halus dan
berirama.
2.4.2.2 Menahan (squatting)
Dalam melakukan pergantian, posisi menahan selalu berubah.
Sebagai contoh, posisi orang yang duduk akan berbeda
48
dengan orang yang jongkok, dan tentunya berbeda dengan
posisi membungkuk. Gravitasi adalah hal yang perlu
diperhatikan untuk memberikan posisi yang tepat dalam
menahan. Dalam menahan, sangat diperlukan dasar tumpuan
yang tepat untuk mencegah kelainan tubuh dan memudahkan
gerakan yang akan dilakukan.
2.4.2.3 Menarik (pulling)
Menarik dengan benar akan memudahkan dalam
memindahkan benda terdapat hal yang diperhatikan sebelum
menarik benda. Diantaranya ketinggian, letak benda
(sebaiknya berada didepan orang yang akan menarik), posisi
kaki dan tubuh dalam menarik (seperti condong ke depan dari
panggul), sodorkan telapak tangan dan lengan atas di bawah
pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku diletakkan pada
permukaan tempat tidur, seperti pinggul, lutut dan
pergelangan kaki ditekuk.
2.4.2.4 Mengangkat (lifting)
Mengangkat merupakan cara pergerakan dengan
menggunakan daya tarik ke atas. Ketika melakukan
pergerakan ini, gunakan otot-otot besar dari tumit, paha
bagian atas, kaki bagian bawah, perut dan pinggul untuk
mengurangi rasa sakit pada daerah tubuh bagian
belakang.Mengangkat barang dengan berjalan (memindahkan
barang), maka posisi badan dengan tulng belakang bertumpu
pada panggul, punggung agak di miringkan kebelakang,
maka pertut atas dada menerima sebagian berat beban ,
dimana tangan rapat ke badan menangga benda tersebut.
2.4.2.5 Memutar
Memutar merupakan gerakan untuk berputarnya anggota
tubuh dengan bertumpu pada tulang belakang. Gerakan
memutar yang baik adalah dengan memerhatikan ketiga
49
unsur gravitasi dalam pergerakan agar tidak memberi
pengaruh buruk dapa postur tubuh.Memindahkan barang dari
kiri ke kanan atau sebaliknya dengan cara memutar badan
sangat tidak dianjurkan dan berbahaya sekali. Hal tersebut
dapat memutar tulang belakang saat mengangkat dan
menurunkan barang . Yangperlu diperhatikan adalah posisi
berdiri, dimana benda yang akan dipindah berada didepan
kita, arah kaki lurus, sedang arah berputar, posisi kaki 90 0
tidak boleh lebih.
Menurut Mulaksono, Sonny (2013) tata cara mengangkat
beban dengan benar dan baik, Perhatikan sikap tubuh yang
benar di bawah ini :
a. Berdiri
Jika harus berdiri dalam tempo lama, istrirahatkan salah
satu kaki Anda secara bergantian. Letakkan salah satu
kaki di atas sesuatu yang letaknya sedikit lebih tinggi dari
kaki yang lain. Jika harus bekerja dalam posisi berdiri,
hindari posisi tubuh membungkuk atau miring ke
samping. Begitupun disaat anda berjalan , bagi wanita
hindari penggunaa sepatu berhak tinggi.
b. Duduk
Pilihlah kursi yang dapat mendukung bagian belakang
tubuh Anda pada posisi yang benar dan nyaman.
Sesuaikan posisi kursi agar kaki Anda dapat menapak di
lantai. Kosongkan isi kantong belakang celana Anda
(dompet, kunsi, notes, dan sebagainya) agar tidak
mengganggu keseimbangan bagian belakang tubuh Anda.
Selain itu kondisi isi dompet yang tebal di kantong celana
bagian belakang juga dapat membuat nyeri pinggang
50
karena adanya tekanan terhadap otot pantat secara terus
menerus dan tekanan yang lebih besar disaat anda sedang
duduk.
c. Mengangkat benda
Ada beberapa teknik yang digunakan dalam mengangkat
dan membawa suatu benda yang dapat melindungi
punggung anda dan dapat mencegah cidera.
Bagaimanapun, teknik terbaik dalam mengangkat adalah
pengangkatan secara diagonal. Kaki anda memisah,
dengan satu kaki sedikit ke depan dari kaki yang lain. Ini
memberikan basis penyangga yang lebar, lebih stabil,
lebih bertenaga, dan lebih kuat. Tekuk lutut anda dan
berjongkok; jaga punggung anda tetap lurus dan kepala
anda juga lurus selama mengangkat. Posisi ini
memberikan kekuatan yang lebih untuk otot-otot tungkai
yang lelih luas dan menjaga keseimbangan punggung
anda.
d. Membawa benda
Pastikan benda selalu menempel pada tubuh, selama
mengangkat dan membawanya. Semakin jauh anda
membawa suatu benda dari tubuh anda, semakin beresiko
untuk punggung anda. Jangan mendadak atau menyentak
selama anda mengangkat dan jangan memutar atau
menyamping. Ini adalah kebiasaan buruk yang
menyebabkan tekanan yang lebih untuk punggung anda,
terutama ketika mengangkat secara berulang-ulang, dan
akan menyebabkan cidera yang serius nantinya. Ketika
membawa suatu benda, gunakan postur yang tepat yaitu
berdiri tegak. Jangan terlalu membungkuk ketika
berjalan. Membawa dengan beban di depan dan
menempel ke tubuh, tetapi ketika membawa dengan jarak
51
yang jauh, bawalan benda dengan menggunakan bahu
anda, dan jika benda terlalu berat, carilah bantuan.
e. Mengambil sesuatu dengan berlutut ,jangan
membungkuk Hindari membungkuk setinggi pinggang
ketika mengambil sesuatu. Hal ini dapat menciptakan
ketegangan pada punggung dan memperbesar resiko
cedera.
f. Tidurlah di atas kasur yang agak keras
Kasur yang terlalu empuk dapat membuat punggung
dalam posisi melengkung , sehingga anda merasa tidak
nyaman jika saat bangun tidur. Pakailah tempat
tidur yang agak keras atau kasur dengan kekuatan pegas
yang masih kuat. Jika tidur miring usahakan merapatkan
lutut satu sama lain. Atau jika telentang letakkan bantal
dibawah lutut .
g. Bangun dari tidur.
Jika anda tidur telentang, jangan langsung bangun, tetapi
miringkan dahulu tubuh anda. Selanjutnya bangun
dengan cara mengangkat badan menyamping sehingga
posisi anda menjadi duduk di atas kasur. Setelah itu
pijakkan kaki anda kelantai untuk bangkit dari tempat
tidur.
2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi mekanika tubuh
MenurutAlimul ,Aziz 2012 adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
mekanika tubuh
2.4.3.1 Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat mepengaruhi sistem
muskuloskeletal dan sistem saraf berupa penurunan
koordinasi. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh
52
peyakit, berkurangnya kemampuan untuk melakukan aktifitas
sahari-hari, dan lain-lain.
2.4.3.2 Nutrisi
Salah satu fungsi nutrisi bagi tubuh adalah membantu proses
pertumbuhan tulang dan perbaikan sel. Kekurangan nutrisi
bagi tubuh dapat meyebabkan kelemahan otot dan
memudahkan terjadinya peyakit. Sebagai contoh, tubuh yang
kekurangan kalsium akan lebih mudah mengalami fraktur.
2.4.3.3 Emosi
Kondisi psikologis memengaruhi perubahan dalam perilaku
individu sehingga dapat menjadi penyebab menurunnya
kemampuan mekanika tubuh dan ambulasi yang baik.
Seseorang yang mengalami perasaan tidakl aman, tidak
bersemangat, dan harga diri yang rendah, akan mudah
mengalami perubahan dalam mekanika tubuh dan ambula.
2.4.3.4 Situasi dan kebiasaan
Situasi dan kebiasaan yang dilakukan seseorang, misalnya
sering mengangkat benda-benda berat, akan menyebabkan
perubahan mekanika tubuh dan ambulasi.
2.4.3.5 Gaya hidup
Perubahan pola hidup seseorang dapat menyebabkan setres
dan kemungkinan besar akan menimbulkan kecerobohan
dalam beraktivitas, sehingga dapat mengganggu koordinasi
antara sistem muskuloskeletal dan saraf. Hal tersebut pada
akhirnya akan mengakibatkan perubahan mekanika tubuh.
2.4.3.6 Pengetahuan
Pengetahuan yang baik terhadap mekanika tubuh akan
mrndorong seseorang untuk menggunakannya secara benar,
sehingga akan mengurangi energi yang telah dikeluarkan.
Sebaliknya, pengetahuan yang kurang memedai dalam
penggunaan mekanika tubuh akan menjadikan seseorang
53
berisiko mengalami gangguan koordinasi sistem
muskuloskeletal dan saraf.
2.4.4 Dampak Mekanika Tubuh
Penggunaan mekanika tubuh secara benar dapat mengurangi
pengeluaran energi secara berkelebihan. Kesalahan dalam penggunaan
mekanika tubuh dapat menimbulkan dampak sebagai berikut:
2.4.4.1 Terjadi ketegangan sehingga memudahkan timbulnya
kelelahan dan gangguan dalam sistem muskuloskeletal
2.4.4.2 Resiko terjadinya kecelakaan pada sistem muskuloskeletal.
Apabila seseorang salah dalam berjongkok atau berdiri, maka
akan memudahkan terjadinya gangguan dalam struktur
muskuloskeletal. Misalnya, kelainan pada tulang vertebrae
2.4.5 Postur ( Body Alignment )
Postur tubuh merupakan susunangeometris dari bagian-bagian tubuh
yang berhubungan dengan bagian tubuh lain.bagian yang di pelajari
dari postur tubuh adalah persendian, tendon, ligamen, dan otot.
Apabila ke empat bagian tersebut digunakan dengan benar dan terjadi
keseimbangan, maka dapat menjadikan fungsi tubuh maksimal, seperti
dalam posisi duduk, berdiri, dan berbaring yang benar ( Nugraha et
al.,2011)
Postur tubuh yang baik dapat meningkatkan fungsi tangan yang baik,
mengurangi jumlah energi yang di gunakan, mempertahankan
keseimbangan sirkulasi renal dan gastrointestinal.untuk mendapatkan
postur tubuh yang benar, terdapat beberapa prinsip yang perlu di
perhatikan, antara lain : ( Nugraha et al.,2013)
2.4.5.1 Keseimbangan dapat di pertahankan jika garis gravitasi (line of
gravity-garis imajiner vertikal) melewati pusat gravitasi (
54
center of gravity-titik yang berada di pertengahan garis tubuh)
dan dasar tumpuan (base of support-posisi menyangga atau
menopang tubuh)
2.4.5.2 Jika dasar tumpuan lebih luas dan pusat gravitasi lebih rendah,
kestabilan dan keseimbangan akan lebih besar.
2.4.5.3 Jika gravitasi berada di luar pusat dasar tumpuan, energi akan
lebih banyak di gunakan untuk mempertahankan
keseimbangan.
2.4.5.4 Dasar tumpuan yang luas dan bagian-bagian dari postur tubuh
yang baik akan menghemat energi dan mencegah kelelahan
otot.
2.4.5.5 Perubahan dalam posisi tubuh membantu mencegah
ketidaknyamanan otot
2.4.5.6 Memperkuat otot yang lemah dapat membantu mencegah
kekakuan otot dan ligamen.
2.4.5.7 Posisi dan aktifitas yang berfariasi dapat membantu
mempertahankan otot dan mencegah kelelahan.
2.4.5.8 Pergantian antara masa aktifitas dan istirahat dapat mencegah
kelelahan
2.4.5.9 Membagi keseimbangan antara aktifitas pada lengan dan kaki
untuk mencegah beban belakang.Postur yang buruk dalam
waktu yang lama dapat menimbulkan rasa nyeri, kelelahan
otot, dan kontraktur.
2.4.6 Faktor Yang Mempengaruhi Postur Tubuh
Anggraini & Pratama (2012) Pembentukan postur tubuh dapat di
pengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya:
2.4.6.1 Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat menimbulkan keadaan yang
tidak optimal pada organ atau bagian tubuh yang mengalami
kelelahan atau kelemahan sehingga memengaruhi
55
pembentukan postur tubuh. Hal ini dapat di jumpai pada orang
sakit yang banyak mengalami ketidakseimbangan dalam
pergerakan.
2.4.6.2 Nutrisi
Nutrisi merupakan bahan untuk menghasikan energi yang di
gunakan dalam membantu proses pengaturan keseimbangan
organ otot, tendon, ligamen, dan persendian. Apabila status
nutrusi kurang, kebutuhan energi pada organ tersebut akan
kurang sehingga memengaruhi proses keseimbangan.
2.4.6.3 Emosi
Emosi dapat menyebabkan kurangnya kendala dalam menjaga
keseimbngan tubuh. Hal tersebut dapat memengaruhi proses
koordinasi pada otot, ligamen, persendian, dan tulang
2.4.6.4 Gaya hidup
Perilaku gaya hidup dapat membuat seseorang menjadi lemah
baik atau bahkan sebaliknya, menjadi buruk. Seseorang yang
memiliki gaya hidup yang tidak sehat, misalnya selalu
menggunakan alat bantu dalam malakukan kegiatan sahari-
hari, dapat mengalami ketergantungan sehingga postur tubuh
tidak berkembang dengan baik.
2.4.6.5 Perilaku dan nilai
Adapun perubahan perilaku dan nilai seseorang dapat
memengaruhi pembentukan postur tubuh sebagai contoh,
perilaku dalam membuang sampah di sembarang tempat dapat
memengaruhi proses pembentukan postur tubuh orang lain
yang berupaya untuk selalu bersih dari sampah.
56
2.5 Kerangka Teori
: Diteliti
: Tidak Diteliti
Skema 2.5 kerangka konsep
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Hipotesis dari penelitian ini adalah “Ada hubungan mekanika tubuh
dengan keluhan nyeri punggung bawah pada pasien di ruang poli orthopedi
RSUD Ulin Banjarmasin”
Variabel independen :
Mekanika Tubuh
Variabel dependen :
Keluhan Nyeri Punggung
Bawah