22
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman industri penghasil minyak masak, minyak industri, bahan baku industri dan bahan bakar. Produktivitas dari perkebunan kelapa sawit merupakan keuntungan besar sehingga banyak hutan dan perkebunan yang sudah lama terbengkalai dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Beberapa varietas unggul kelapa sawit yang umumnya banyak ditanam diantaranya dura, pisifera dan tenera (Lubis dan Agus W,2011). 2.2 Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Menurut Wahyuni (2007), tanaman kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut : Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Klas : Monocotyledonae Ordo : Palmales Famili : Palmae Sub Famili : Cocoideae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Jacq Varietas kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan ketebalan cangkang, varietas dura memiliki ketebalan cangkang 2-5 mm, sementara varietas tenera 1-2,5 mm, sedangkan varietas pisifera tidak memiliki cangkang. Lebih lengkapnya dapat melihat pada Tabel 2.1.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman industri

penghasil minyak masak, minyak industri, bahan baku industri dan bahan

bakar. Produktivitas dari perkebunan kelapa sawit merupakan keuntungan

besar sehingga banyak hutan dan perkebunan yang sudah lama terbengkalai

dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit. Beberapa varietas unggul

kelapa sawit yang umumnya banyak ditanam diantaranya dura, pisifera dan

tenera (Lubis dan Agus W,2011).

2.2 Botani Dan Morfologi Kelapa Sawit

Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan

dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (latin) ini

dikembangkan oleh Carolus Linnaeus. Menurut Wahyuni (2007), tanaman

kelapa sawit diklasifikasikan sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Klas : Monocotyledonae

Ordo : Palmales

Famili : Palmae

Sub Famili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq

Varietas kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan ketebalan cangkang,

varietas dura memiliki ketebalan cangkang 2-5 mm, sementara varietas tenera

1-2,5 mm, sedangkan varietas pisifera tidak memiliki cangkang.

Lebih lengkapnya dapat melihat pada Tabel 2.1.

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

5

Tabel 2.1 Perbedaan Beberapa Varietas Berdasarkan Tabel Cangkang Dan

Mesocarp

Varietas Cangkang

(mm)

Pericarp

(mm)

Cangkang

(% buah)

Mesocarp

(% buah)

Inti

(% buah)

Dura 2-5 2-6 25-50 20-65 4-20

Tenera 1-2,5 3-10 3-20 60-90 3-15

Pisifera - 5-10 - 92-97 3-8

Sumber : Lubis, 2008.

Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian vegetatif dan

bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun.

Sedangkan bagian generatif yang merupakan alat perkembangbiakan terdiri

dari bunga dan buah. Berikut ini akan diberikan penjelasan lebih lanjut tentang

bagian vegetatif dan generatif tanaman kelapa sawit.

a. Akar

Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar

tunggang. Akar pertama yang muncul dari biji yang berkecambah disebut

Radikula (bakal akar) dan Plumula (bakal batang). Selanjutnya akar ini

akan mati dan kemudian disusul dengan sejumlah akar yang berasal dari

pangkal batang. Akar ini disebut akar serabut atau radic adventicia.

Berdasarkan diameter akar dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Diameter Akar Kelapa Sawit

Nama akar Diameter (mm)

Primer 5-10

Skunder 2-4

Tersier 1-2

Kuarter 0,1-0,3

Sumber data : LPP, 2010

Akar primer tumbuh kebawah sampai kedalaman 1,5 m, Pertumbuhan

kesamping akar ini sampai akar ini sampai kurang lebih 6 m dari pangkal

pohon. Jumlah terbanyak terdapat pada jarak 2-2,5 m dari pohon dan pada

kedalaman 20-25 cm. Akar yang paling aktif menyerap air dan unsur hara

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

6

adalah akar tertier dan kuarter yang berada pada kedalaman 0-60 cm dan

jarak 2-2,5 m dari pangkal pohon (Wahyuni, 2007).

b. Batang

Tanaman kelapa sawit umumnya memiliki batang yang tidak bercabang.

Pada pertumbuhan awal setelah fase muda (seedling) terjadi pembentukan

batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia (ruas). Titik

tumbuh batang kelapa sawit terletak di pucuk batang, terbenam di dalam

tajuk daun, berbentuk seperti kubis dan enak dimakan (Sunarko, 2012).

Dalam satu tahun pertama perkembangan batang lebih mengarah kesamping,

diameter batang dapat mencapai 60 cm. Setelah itu mengarah ke atas,

sehingga diameter batang hanya sekitar 40 cm, dan pertumbuhan meninggi

berlangsung lebih cepat. Pohon kelapa sawit hanya memiliki satu titik

terminal. Percabangan jarang sekali terjadi (Mangoensoekarjo

dkk, 2008).

Kecepatan tumbuh 35-75 cm/tahun, sampai tanaman berumur 3 tahun batang

belum terlihat karena masih terbungkus pelepah belum ditunas. Pada umur

25 tahun tinggi batang mencapai 13-18 m (BPM,

2010).

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

7

Tabel 2.3 Perkembangan Tinggi batang kelapa Sawit Berdasarkan Umur

Umur (tahun) Tinggi (meter) Umur (tahun) Tinggi (meter)

3 1,6 15 10,0

4 2,2 16 10,5

5 2,6 17 11,0

6 3,8 18 11,3

7 4,5 19 11,5

8 5,4 20 11,9

9 5,7 21 12,2

10 6,7 22 12,4

11 7,5 23 13,0

12 8,4 24 13,3

13 8,9 25 14,0

14 9,8

Sumber data : PPKS, 2008.

c. Daun

Tanaman kelapa sawit memiliki daun (frond) yang menyerupai bulu burung

atau ayam. Di bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri yang

sangat tajam dan keras di kedua sisisnya. Anak-anak daun (foliage leaflet)

tersusun berbaris dua sampai ke ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak

daun terbentuk lidi sebagai tulang daun.

Menurut Wahyuni (2007) tahap perkembangan daun pada tanaman kelapa

Sawit dimulai dari Lanceolate: daun awal yang keluar pada masa pembibitan

berupa helaian yang utuh, Bifurcate: bentuk daun dengan helaian daun

sudah pecah tetapi bagian ujung belum terbuka. Pinnate: bentuk daun

dengan helaian yang sudah membuka sempurna dengan arah anak daun

keatas dan kebawah. Pada tanaman muda mengeluarkan 30 daun

(umumnya disebut pelepah) per tahun dan pada tanaman tua antara

18-24 pelepah per tahun.

d. Bunga

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

8

Kelapa sawit termasuk tumbuhan berumah satu (monoceous) yaitu dalam

satu pohon terdapat bunga jantan dan bunga betina. Bunga jantan dan bunga

betina berada pada rangkaian yang terpisah. Terkadang dijumpai bunga

hermafrodit yaitu dalam satu rangkaian terdapat bunga jantan dan bunga

betina (Wahyuni, 2007).

Bunga Jantan

Menurut Lubis (2008) Tandan bunga jantan (Infloressina) juga dibungkus

oleh seludang bunga yang pecah jika akan anthesis seperti seperti bunga

betina. Tiap tandan bunga 100-200 spikelet panjang spikelet 10-20 cm.

Spikelet berisi 500-1500 bunga kecil yang akan menghasilkan tepung sari

jutaan banyaknya. Tandan ini berbau amis (kas). Tiap tandan bunga jantan

akan dapat menghasilkan tepung sari sebanyak 40-60 gr. Pada tanaman

muda jumlah bunga jantan perpokok sedikit dibanding dengan tandan bunga

betina dan perbandingan ini akan berubah sesuai peningkatan umur

tanaman. Tersusun dari banyak tonjolan-tonjolan berbentuk seperti jari yang

disebut spikelet, Jumlah spikelet 100-250, Panjang spikelet 12-20 cm.

Kuntum bunga yang sangat kecil berwarna putih kekuningan. Bunga jantan

ketika membuka berbau harum yang khas untuk memikat serangga

penyerbuk (Elaedobius kemerunicus).

Bunga jantan masak dari arah pangkal ke ujung spikelet. Satu tandan bunga

jantan menghasilkan tepung sari sebesar 25-50 g. Masa masak bunga jantan

berlangsung 2-3 hari setelah warnanya menjadi keabu-abuan dan tidak

berfungsi lagi. Dalam satu tahun jumlah bunga betina dan jantan adalah

15-25 pada tanaman muda dan 8-15 pada tanaman dewasa.

Bunga Betina

Tandan bunga betina terbungus dalam seludang (spadiks), panjangnya

24-45 cm, yang terdiri atas ribuan bunga yang tersusun secara spiral pada

sumbu sentral. Bila bunga reseptif warnanya putih hingga kuning pucat,

garis merah berkembang sepanjang tiga tingkat (lob) dari kepala putik

(stigma), kemudian bunga-bunga berubah menjadi kemerah-merahan dan

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

9

akhirnya berwarna keungu-unguan setelah melewati masa reseptif. Tandan

bunga betina yang terbungkus dalam seludang berserat dan terbuka sebaik

bunga-bunga telah dewasa.

Pengaruh biologi bunga terhadap produktivitas adalah sebagai berikut:

Sex Ratio

Susunan buah terdiri dari karangan bunga yang terdiri dari bunga jantan

(Tepung sari) dan bunga betina (Putik). Namun ada juga tanaman kelapa

sawit yang hanya memproduksi bunga jantan saja. Kelapa sawit yang

berumur tiga tahun sudah mulai dewasa dan mengeluarkan bunga jantan

atau bunga betina. Bunga tersebut keluar dari ketiak atau pangkal pelepah

daun bagian dalam, bunga jantan berbentuk lonjong memanjang, sedangkan

bunga betina agak bulat, kelapa sawit mengadakan penyerbukan bersilang

(croospollination) artinya, bunga betina dari pohon yang satu di buahi oleh

bunga jantan dari pohon yang lainya dengan perantaran angin dan atau

serangga penyerbuk.

Masa reseptif (masa putik menerima tepung sari) adalah 3 X 24 jam, setelah

itu putik akan berwarna hitam dan mengering, jika selubung bunga (Spatha)

bunga jantan baru terbuka akan tercium bau harum, tepung sarinya baru dan

masih segar. Dalam keadaan alami tepung sari hanya dapat hidup

(membuahi putik) selama 24 jam saja, tepung sari dapat bertahan 10 minggu

apabila diawetkan dengan cara di oven dengan suhu konstan 60°C selama

24 jam. Tepung sari awetan biasanya digunakan dalam penyerbukan

bantuan (Assisted pollination).

Perbandingan bunga betina dan bunga jantan (sex ratio) sangat di pengaruhi

oleh pupuk dan air, jika tanaman kekurangan pupuk dan kekurangan air,

bunga jantan akan lebih banyak keluar, produktivitas tanaman menjadi baik

jika unsur hara dan air dapat tercukupi dan tersedia. Dalam jumlah yang

cukup dan seimbang, kecukupan unsur hara dan air didasarkan pada analisis

tanah, air dan daun sesuai dengan umur tanaman, sex ratio mulai terbentuk

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

10

24 bulan sebelum di panen, artinya, calon bunga (primordial) telah terbentuk

dua tahun sebelum panen, karena itu, perencanaan produksi di hitung

minimal tiga tahun sebelumnya, sehingga perencanaan pemupukan dapat di

jadwalkan (Aditya, 2012).

Penyerbukan Bantuan

Bunga jantan dan bunga betina tanaman kelapa sawit letaknya terpisah.

Karena itu, waktu masak bunga biasanya tidak bersamaan. Penyerbukan

secara alami yang terjadi apabila tepung sari sampai ke kepala putik dengan

bantuan angin atau serangga. Namun, hal tersebut biasanya kurang intensif

sehingga jumlah buah yang dihasilkan relatif sedikit di setiap tandannya.

Untuk memperoleh tandan dengan jumlah buah yang optimal, penyerbukan

bantuan atau penyerbukan buatan (assisted pollination) perlu dilakukan.

Penyerbukan buatan umumnya mulai dari enam bulan sebelum panen

perdana. Selanjutnya, diteruskan hingga umur tujuh tahun. Penyerbukan

buatan tidak perlu dilaksanakan di semua lokasi penanaman. Jika rasio

ketersediaan bunga jantan yang matang dan bunga betina yang siap serbuk

(reseptif) sekitar 1 :7, penyerbukan bantuan tidak perlu dilakukan.

Penyerbukan bantuan sebenarnya sudah mulai ditinggalkan karena biayanya

cukup mahal. Penyerbukan bantuan biasanya hanya selektif untuk tanaman

yang pertumbuhannya terlambat. Saat ini, penyerbukan sudah dapat

menggunakan serangga penyerbuk kelapa sawit. Serangga penyerbuk

kelapa sawit (SPKS) adalah sejenis kumbang, yaitu kumbang

Elaeidobius kamerunicus. Serangga penyerbuk kelapa sawit ini mulai

dikenalkan pada tahun 1983 oleh Puslitbun Marihat.

Elaeidobius kamerunicus berukuran kecil dengan panjang 4 mm dan lebar

1,5 mm serta berwarna cokelat kehitaman. Peranan kumbang SPKS dalam

penyerbukan kelapa sawit terjadi karena jenis kumbang ini tertarik pada bau

bunga jantan. Mereka terbang mendekati, mengitari, dan hinggap di bunga

jantan dan serbuk sari akan melekat di bunga betina yang sedang mekar

(reseptif). Serbuk sari yang melekat di tubuhnya akan terlepas dan

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

11

menyerbuki bunga betina di tandan yang bersangkutan. Berdasarkan

pengalaman di lapangan, penyerbukan dengan bantuan kumbang SPKS

sangat efektif dan hasilnya baik sekali (Lubis dan Agus, 2011).

Fruit Set Kelapa Sawit

Fruit set (tatanan buah) adalah istilah yang sering digunakan dalam bidang

kelapa sawit untuk menggambarkan perbandingan/rasio buah yang jadi

(hasil dari penyerbukan) terhadap keseluruhan buah pada satu tandan

termasuk buah yang partenokarpi/mantel. Buah yang jadi dicirikan dengan

adanya inti buah (kernel) yang merupakan hasil akhir dari perkawinan polen

(tepung sari) dari bunga jantan dengan sel telur di dalam bunga betina

kelapa sawit, sedangkan buah partenokarpi tidak memiliki kernel. Buah

yang jadi umumnya akan berkembang dan mempunyai daging buah

(mesocarp) yang mengandung minyak. Buah partenokarpi cenderung tidak

berkembang dan sangat sedikit mengandung minyak, walaupun terkadang

dijumpai buah partenokarpi dengan daging yang tebal tetapi tidak

mempunyai kernel namun berjumlah kurang dari 0,1 % per tandan.

Fruit set suatu tandan adalah 80%, artinya dalam satu tandan tersebut

persentase buah yang jadi adalah 80% sedangkan buah yang partenokarpi

adalah 20%. Fruit set yang baik pada tanaman kelapa sawit adalah diatas

75%. Semakin tingginilai fruit set, maka berat, kualitas dan ukuran tandan

akan semakin meningkat, sedangkan ukuran buah semakin kecil. Persentase

kernel/tandan, mesokarp buah/tandan ataupun minyak/tandan akan

meningkat juga (Susanto dkk, 2007). Berat tandan buah tergantung pada

jumlah spikelet, jumlah bunga per spikelet, fruit set, berat buah dan efisiensi

penyerbukan.

e. Buah

Dibutuhkan waktu 5,5 bulan sejak penyerbukan untuk menjadi buah yang

dewasa dan matang, sedikit berfluktuasi sesuai dengan variasi iklim. Iklim

kering yang panjang biasanya memperlambat laju pemasakan. Jumlah buah

rata-rata 1.600 buah per tandan. Ukuran dan bentuk buah bervariasi

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

12

menurut posisinya dalam tandan, bisa mencapai panjang 5 cm dan berat

30 gram.

Perkembangan jumlah tandan dan berat tandan berbanding terbalik. Semakin

bertambah umur tanaman maka jumlah tandan yang dihasilkan semakin

menurun. Akan tetapi, berat tandan yang dihasilkan semakin bertambah

seiring dengan bertambahnya umur tanaman.

Kematangan buah masih dibedakan yaitu matang morfologis dimana buah

telah sempurna bentuknya serta kandungan minyak sudah optimal. Matang

pisiologis adalah kematangan buah yang sudah lebih lanjut yaitu telah siap

untuk tumbuh dan berkembang biasanya 1 bulan sesudah matang morfologis

(Lubis, 2008).

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit tumbuh baik di tropik, dataran rendah yang panas dan

lembab. Produktivitas tanaman menjadi lebih baik jika unsur hara dan air

tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Selain itu, tanaman kelapa

sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk

melakukan proses fotosintesis. Hal yang penting untuk pertumbuhan

tanaman sawit adalah distribusi hujan yang merata. Temperatur yang

optimum bagi kelapa sawit 240C-28

0C. Akan tetapi, kelapa sawit masih

dapat tumbuh dengan baik pada temperatur terendah 180C dan temperatur

tertinggi 320C dengan kelembaban 80% dan penyinaran matahari

5-7 jam/hari. Kelembaban rata-rata yang tinggi akan merangsang

perkembangan penyakit. Kecepatan angin 5-6 km/jam, sangat baik untuk

membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan

menyebabkan tanaman miring (Lubis, 2008).

2.3.1 Iklim

Tanaman kelapa sawit dibudidayakan, tumbuh dan berkembang baik pada

daerah tropis yang beriklim basah (12o

LU - 12o

LS), dengan tipe iklim

Af dan Am (koppen) maupun A, B, dan C (Schmidt & Ferguson) dengan

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

13

elevasi 0 – 600 m. Adapun persyaratan untuk tumbuh pada tanaman kelapa

sawit adalah sebagai berikut :

Curah hujan ≥ 2.000 mm/tahun dan merata sepanjang tahun dengan

periode bulan kering (< 100 mm/bulan) tidak lebih dari 3 bulan.

Temperature siang hari rata-rata 29o – 33

o C dan malam hari 22

o – 24

o C.

Ketinggian tempat dari permukaan laut < 500 M dpl.

Matahari bersinar sepanjang tahun, minimal 5 jam per hari.

a. Curah Hujan

Curah hujan optimum rata-rata yang diperlukan tanaman kelapa sawit adalah

2000-2500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan

kering (defisit air) yang berkepanjangan. Curah hujan yang merata dapat

menurunkan penguapan dari tanah dan tanaman kelapa sawit. Namun yang

terpenting tidak terjadi defisit air di atas 250 mm. Bila tanah dalam keadaan

kering, akar tanaman sulit menyerap mineral dari dalam tanaman

(Fauzi dkk, 2012).

Tabel 2.4 Klasifikasi Defisit Air Tahunan Pada Budidaya Kelapa Sawit

Defisit air Keterangan

0-150 Optimum

150-250 Masih sesuai (favourable)

250-350 Intermediär

350-400 Limit

400-500 Kritis (marginal)

>500 Tidak sesuai (unfavorable)

Sumber : PPKS

Pengaruh curah hujan terhadap produktivitas kelapa sawit adalah Curah

hujan berpengaruh nyata dalam meningkatan produksi TBS sedangkan hari

hujan berpengaruh nyata terhadap penurunan produksi TBS pada tanaman

kelapa sawit berumur 5 tahun di kebun Begerpang Estate PT.PP London

Sumatra Indonesia, Tbk. Sedangkan curah hujan dan hari hujan

berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan produksi TBS pada tanaman

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

14

kelapa sawit berumur 10 dan 15 tahun di kebun Begerpang Estate

PT.PP London Sumatra Indonesia, Tbk.

b. Sinar Matahari

Tanaman kelapa sawit membutuhkan penyinaran matahari yang cukup,

penyinaran yang cukup adalah lebih dari 1600 jam/tahun dengan rata-rata

5–7 jam/hari (Ferwerda, 1977). Tanaman kelapa sawit membutuhkan

intensitas cahaya yang tinggi untuk berfotosintesis, kecuali saat kondisi

Juvenile saat pembibitan pre nursery. Sinar matahari di perlukan untuk

memproduksi karbohidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah.

c. Suhu

Suhu optimum yang dibutuhkan agar tanaman kelapa sawit dapat tumbuh

dengan baik adalah 24-28 C, sementara itu, untuk produksi yang tinggi

diperlukan suhu rata-rata tahunan antara 25-27 C. Meskipun demikian,

tanaman masih bisa tumbuh pada suhu terendah yaitu 18 C dan tertinggi

32 C. Beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya suhu adalah

lamanya penyinaran matahari dan ketinggian tempat. Suhu secara tidak

langsung berpengaruh terhadap masa pembungaan dan proses kematangan

buah. Tanaman kelapa sawit yang ditanam pada ketinggian tempat

>500 mdpl akan berbunga lebih lambat satu tahun dibanding dengan yang di

tanam pada dataran rendah.

d. Kelembaban Udara dan Angin

Kelembaban udara dan angin adalah faktor penting yang menunjang

pertumbuhan tanaman kelapa sawit. Kelembaban yang optimum untuk

pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Faktor-faktor yang mempengaruhi

kelembaban udara adalah suhu, sinar matahari, curah hujan, dan

evapotranspirasi. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu

proses penyerbukan bunga kelapa sawit.

e. Ketinggian Tempat

Tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh dan berbuah sampai ketinggian

1000 m di atas permukaan laut, namun secara ekonomis tanaman kelapa

sawit diusahakan pada daerah sampai ketinggian 400 m di atas permukaan

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

15

laut. Areal dengan ketinggian tempat lebih dari 400 m dpl tidak disarankan

lagi untuk pengembangan kelapa sawit.

2.3.2 Tanah

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh di berbagai jenis tanah diantaranya

pedsolik, latosol, hidromorfik kelabu, alluvial dan regosol. Namun,

kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing tanah tersebut tidak

sama. Ada dua sifat utama tanah sebagai media tumbuh, yaitu sifat fisik dan

sifat kimia tanah. Berikut data kriteria kesesuaian lahan untuk kelapa sawit

dapat dilihat pada Tabel 2.5

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

16

Tabel 2.5 Kriteria Kesesuaian Lahan Untuk Kelapa Sawit

NO. Karakteristik

Lahan

Sim-

bol

Intensitas Faktor Pembatas

Tanpa (0) Ringan (1) Sedang (2) Berat (3)

1. Curah hujan (mm) H 1750-3000 1750-3000

>3000 1500-2500 <1250

2. Bulan kering (bln) K <1 1-2 2-3 >3

3. Ketingian di atas

Permukaan laut (m) L 0-200 200-300 300-400 >400

4.

Bentuk wilayah/

kemiringan lereng

(%)

W Datar

berombak <8

Berombak

Bergelom-

bang

8-15

Bergelomba

ng –

berbukit

15-30

Berbukit

bergunung

5.

Bantuan dipermukaan

dan didalam tanah

(%-volume)

B <3 3-15 15-40 >40

6. Kedalaman efektif

(cm) S >100 100-75 75-50 <50

7. Tekstur T

Lempung

berdebu;

lempung liat

berpasir;

lempung liat

berdebu;

lempung

berliat

Liat; liat

berpasir,

lempung

berpasir,

lempung

Pasir

berlempung

; debu

Liat berat;

pasir

8. Kelas drainase D Baik; Sedang

Agak

terhambat,

agak cepat

Cepat;

Terhambat

Sangat

cepat;

sangat

terhabat;

tergenang

9. Keasaman tanah (pH) A 5,0-6,0 4,0-5,0

6,0-6,5

3,5-4,0

6,5-7,0

<3,5

>7,0

Sumber : Lubis (2008) : Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Indonesia

Kelas kesesuaian lahan (KKL) ditetapkan berdasarkan jumlah dan

intensitas faktor pembatas. Kelas lahan dibagi menjadi dua yaitu sesuai (S)

dan tidak sesuai (N). Kelas sesuai dibagi menjadi tiga sub kelas yaitu

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

17

sangat sesuai (S1), sesuai (S2), dan agak sesuai (S3), sedangkan kelas

tidak sesuai dibagi menjadi dua yaitu tidak sesuai bersyarat (N1) dan tidak

sesuai permanen (N2).

Setiap sub kelas terdiri dari satu atau lebih unit kesesuaian yang lebih

menjelaskan tentang jumlah dan intensitas faktor pembatas. Segala

tindakan pengolahan tanah tanaman harus didasarkan pada sifat atau

penyebaran dari unit kesesuaian lahan tersebut. Contoh kelas, sub kelas,

dan unit adalah sebagai berikut :

Kelas : S

Sub kelas : S3

Unit :S3-d2.a3

Tabel 2.6 Klasifikasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit Kelas Kesesuaian Lahan Kriteria

Kelas S1 (Sangat Sesuai) Unit lahan yang memiliki tidak lebih dari

satu pembatas ringan (optimal)

Kelas S2 ( Sesuai)

Unit lahan yang memiliki lebih dari 2

pembatas ringan dan tidak memiliki lebih

dari satu pembatas sedang.

Kelas 3 (Agak Sesuai)

Unit lahan yang meilkiki lebih dari satu

pembatas sedang dan atau tidak memiliki

lebih dari satu pembatas berat.

Kelas N1 (Tidak sesuai bersyarat) Unit lahan yang memiliki dua atau lebih

pembatas berat yang masih dapat diperbaiki.

Kelas N2 (Tidak Sesuai

Permanen)

Unit lahan yang memiliki banyak pembatas

berat yang tidak dapat diperbaiki

Sumber data : PPKS

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

18

Tiap kelas kesesuaian lahan dapat dikaitkan dengan produksi tandan buah

segar (TBS) kelapa sawit yang dapat dicapai.

a. Topografi

Tinggi rendahnya sebuah area merupakan karakteristik tanah yang penting

karena menentukan kesesuaian untuk budidaya kelapa sawit. Seperti yang

telah disebutkan sebelumnya, penurunan suhu dan penebalan kabut/awan

akan semakin tinggi seiring bertambahnya ketinggian tempat. Karena

alasan ini, budidaya kelapa sawit tidak direkomendasikan di wilayah

dengan ketinggian >200 mdpl (di atas rata-rata permukaan laut), selain

alasan rendahnya hasil yang akan diperoleh (S. Paramananthan 2011).

2.4 Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit

Umur ekonomis kelapa sawit yang dibudidayakan umumnya 25 tahun. Pada

umur lebih 25 tahun tanaman sudah tinggi sehingga sulit dipanen, jumlah

tandan buah juga sedikit sehingga tidak ekonomis lagi. Produktivitas

tanaman dipengaruhi oleh umur tanaman. Pengelompokan tanaman

berdasarkan umur tanaman dikelompokan menjadi empat bagian yaitu:

3-8 tahun : Tanaman Muda

9-13 tahun : Tanaman Remaja

14-20 tahun : Tanaman Dewasa

> 20 tahun : Tanaman Tua

Tanaman kelapa sawit sangat toleran terhadap kondisi lingkungan yang

kurang baik. Kondisi iklim, tanah, dan bentuk wilayah merupakan faktor

lingkungan utama yang mempengaruhi keberhasilan pengembangan tanaman

kelapa sawit, selain faktor lainnya seperti bahan tanaman dan perlakuan

kultur teknis yang diberikan (Sulistyo dkk, 2010).

Potensi produksi tanaman kelapa sawit juga ditentukan oleh jumlah curah

hujan setahun. Jika terjadi kemarau panjang akan menyebabkan gagalnya

pembentukan bakal bunga 19-21 bulan berikutnya (abortus bunga) dan

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

19

keguguran buah 5-6 bulan berikutnya. Persentase potensi produksi sangat

dipengaruhi oleh curah hujan hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.7

Tabel 2.7 Pengaruh Curah Hujan Terhadap Persentase Potensi Produksi Curah Hujan / Tahun (mm) Potensi Produksi (%)

>2500 100%

2500-2000 80%

2000-1500 70%

<1500 60%

Produktivitas tanaman kelapa sawit tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.8

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

20

Tabel 2.8 Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Umur

(tahun)

Kelas S1 Kelas S2 Kelas S3

TBS JT RBT TBS JT RBT TBS JT RBT

3 9 22 3,2 7 18 3,0 7 17 3,0

4 15 9 6,0 14 18 6,0 12 17 5,0

5 18 19 7,5 16 17 7,0 14 16 7,0

6 21 16 10,0 18 15 9,4 17 15 8,5

7 26 16 12,5 23 15 11,8 22 15 11,1

8 30 15 15,1 26 15 13,2 25 15 13,0

9 31 14 17,0 28 13 16,5 26 13 15,5

10 31 13 18,5 28 12 17,5 26 12 16,0

11 31 12 19,6 28 12 18,5 26 12 17,0

12 31 12 20,5 28 11 19,5 26 11 18,5

13 31 11 21,1 28 11 20,0 26 10 20,0

14 30 10 22,5 27 10 21,8 25 10 20,0

15 28 9 23,0 26 9 23,1 24 9 21,0

16 27 8 24,5 25 8 23,1 24 8 22,0

17 26 8 25,0 25 8 24,1 22 7 23,0

18 25 7 26,0 24 7 25,2 21 7 24,0

19 24 7 27,5 22 7 26,4 20 6 25,0

20 23 6 28,5 22 6 27,8 19 5 27,0

21 22 6 29,0 22 6 28,6 18 5 27,0

22 20 5 30,0 19 5 29,4 17 5 28,0

23 19 5 30,5 18 5 30,1 16 4 39,0

24 18 4 31,9 17 4 31,0 15 4 30,0

25 17 4 32,4 16 4 32,0 14 4 34,0

Rata-rata 24 11 21 22 10 20 20 10 19

Sumber data : PPKS 2008

Keterangan : JT = Jumlah tandan/ph/thn,

RBT = Rata-rata Berat Tandan (Kg)

TBS = Ton TBS/ha/thn

2.5 Ramalan Produksi

Ramalan produksi sangat penting dilakukan dan ketepatannya akan

meningkatkan efisiensi dibidang pemakaian tenaga permanen, angkutan dan

pelaksanaan tugas lainnya. Ramalan produksi dilakukan untuk satu tahun, 6

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

21

bulan, 1 bulan, seminggu dan harian. Untuk ramalan tahunan maka data

– data berikut perlu diketahui :

Produksi 5 tahun terakhir

Umur atau komposisi umur tanaman

Iklim 2 tahun terakhir dan tahun mendatang (ramalan)

Potensi bahan tanaman

Pelaksanaan pemupukan

Pemeliharaan tanaman

Kondisi atau topografi areal

2.5.1 Ramalan Harian

Untuk ramalan harian harus dilakukan di lapangan oleh Mandor panen satu

hari sebelum panen yaitu dengan menghitung angka kerapatan panen (AKP)

berupa penyebaran pokok yang memiliki tandan yang akan dapat dipanen

esok harinya didasarkan kriteria panen yang telah ditentukan (Lubis, 2008).

2.5.2 Ramalan Bulanan

Pada kelapa sawit telah diketahui adanya musim panen puncak yang

berlangsung 2-3 bulan dalam setahun dan biasanya pada bulan panen puncak

itu produksinya adalah 12-13% dari produksi setahun. Angka ini selalu

dipakai untuk memperhitungkan kapasitas pabrik. Ramalan satu tahun ini

kemudian didistribusikan pada bulan Januari-Desember, dan dikelompokkan

antara semester 1 dan semester 2. Distribusi bulanan ini atau dikenal sebagai

sebaran panen bulanan sangat penting sekali untuk penyusunan target

produksi, perencanaan pembiayaan, pemakaian tenaga dan lain-lain. Bulan

Januari merupakan bulan pendek karena dihitung hanya 20 hari kerja yaitu

mulai tanggal 1-20 karena pembukuan biasanya ditutup tiap tanggal 21.

Bulan Desember merupakan bulan terpanjang karena dihitung mulai tanggal

21 November sampai 31 Desember. Tanggal 15-20 Desember untuk

peramalan produksi Januari-Juni. 15-30 Maret untuk peramalan produksi

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

22

April-September. 15-30 Juni untuk peramalan produksi Juli-Desember. 15-30

September untuk peramalan produksi Oktober-Maret (Lubis, 2008).

2.5.3 Ramalan Semester

Untuk menetapkan rencana produksi 6 bulan dilakukan dengan sensus bunga

dan buah. Produksi TBS ditentukan oleh jumlah buah dan bunga yang dapat

berkembang menjadi buah. Matang nya buah sejak seludang terbuka

rata – rata 180 hari (6 bulan). Dengan menghitung jumlah bungadan tandan

pada suatu saat dapat diramalkantingkat produksi TBS yang akan diperoleh

selama 6 bulan mendatang. Sensus dilakukan dengan mengambil sampel

secara random (yang mewakili) antara 150 - 200 pohon per blok. Waktu

pengamatan 2 kali setahun, biasanya pada bulan Desember

(untuk rencana produksi semester I) dan pada bulan Juni

(untuk rencana produksi semester II). Hasil perhitungan berupa jumlah

bunga dan tandan dikalikan dengan berat janjang rata- rata (BJR) akan

didapat produksi selama 6 bulan. Pembagian produksi perbulannya

didasarkan pada pembagian pola penyebaran produksi bulanan dan data

minimal 5 tahun terakhir. Bila kebun tidak/belum memiliki data minimal

5 tahun terakhir dapat menggunakan data dari kebun sekitar yang sudah ada

atau yang mendekati kelas wilayahnya. (Anonim, 1998).

2.5.4 Ramalan 1 Tahun

Penetapan target produksi tahunan didasarkan pada umur tanaman sesuai

dengan kelas wilayahnya. Bagi kebun yang sudah memiliki data produksi

beberapa tahun terakhir juga bias dijadikan dasar dalam menetapkan target

produksi tahunan. Target produksi setahun kedepan harus sudah dibuat

sebelum dilaksanakan Rapim Administrasi tingkat AAN

(bulan September). Dengan demikian Ka. Afdeling juga harus sudah

membuat estimasi produksi jauh sebelum bulan Juli (Anonim, 1998).

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

23

2.6 Faktor Penentu Produksi

Menurut Agus W (2011), kualitas bahan tanaman sangat mempengaruhi hasil

atau produktivitas kelapa sawit dan produktivitas tanaman dipengaruhi oleh

umur tanaman. Tanaman tua berumur lebih dari 15 tahun memiliki tandan

yang lebih berat dibandingkan dengan tanaman yang muda. Untuk kelapa

sawit yang berumur di atas 10 tahun, berat tandan rata-rata sama untuk setiap

tahunnya. Faktor lain yang mempengaruhi potensi produksi tanaman kelapa

sawit adalah gangguan hama dan penyakit. Berikut yang menjadi faktor

penentu produksi adalah sebagai berikut:

2.6.1 Jenis Bahan Tanam

Varietas unggul kelapa sawit dihasilkan melalui program pemuliaan yang

panjang, sistematis dan berkelanjutan. Penemuan cara pewarisan sifat

ketebalan cangkang menjadi dasaruntuk penyusunan program perakitan

bahan tanaman. Secara garis besar, program pemuliaan kelapa sawit memiliki

tujuan utama untuk menghasilkan varietas kelapa sawit yang memiliki

keunggulan dalam produksi CPO, dan keunggulan pada karakter-karakter

sekunder, seperti kualitas minyak yang tinggi, toleran terhadap serangan

hama dan penyakit, serta adaptif terhadap cekaman lingkungan. Beberapa

pendekatan pemuliaan telah dilakukan, baik melalui metode pemuliaan klasik

seperti program reciprocal recurrent selection dan K.vAvm&s, maupun

melalui pendekatan non konvensional, seperti teknologi kultur jaringan,

molecular breeding dan rekayasa genetik.

Program seleksi yang diterapkan di PPKS mengacu pada hasil pengamatan

pengujian keturunan (projeni test). Metode seleksi yang digunakan adalah

reciprocal recurrent selection (RRS) dengan fokus mengeksploitasi

karakter- karakter yang diinginkan dari individu- individu terbaik. Setelah

melalui tahapan pengujian projeni, tetua terbaik diseleksi untuk keperluan

reproduksi benih komersial. Selain itu, tetua-tetua terbaik akan saling

direkombinasikan untukmencari materi persilangan potensial yang akan

digunakan pada siklus pemuliaan berikutnya. Penggunaan metode RRS

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

24

siklus pertama di PPKS dimulai tahun 1973. Sebanyak 410 persilangan dari

139 tetua Tenera/Pisifera yang berbeda disilangkan 161 tetua Dura. Pengujian

dilakukan pada 1974 - 1985, dan menghasilkan 6 (enam) varietas kelapa

sawit.Siklus kedua RRSdimulai sejak tahun 1986 dan direvisi pada tahun

1992. Dari hasil seleksi siklus kedua telah dihasilkan 4 (empat) varietas baru

dari RRS siklus kedua ini, yakni varietas DxP Simalungun, DxP Langkat,

DxP PPKS 540 dan DxP PPKS 718 yang mampu berproduksi sampai

rata-rata 8-9 ton CPO/ha/tahun. Sementara itu, program pemuliaan berbasis

seleksi famili telah menghasilkan dua varietas kelapa sawit, DxP SP1 dan

DxP SP 2(PPKS,2009).

2.6.2 Umur Tanaman

Variabel umur tanaman berpengaruh nyata terhadap produktivitas tanaman

kelapa sawit dan memiliki nilai koefisien regresi yang negative

sebesar -0.0048 yang berarti bahwa setiap bertambahnya 1 bulan umur

tanaman, produktivitas kelapa sawit akan menurun sebesar 0.0048 ton/ha

dengan asumsi variabel lain dianggap konstan (ceteris paribus). Rataan umur

tanaman kelapa sawit di Kebun Sei Air Hitam pada tahun 2012 adalah

17 tahun. Menurut Corley (2003) produktivitas tandan kelapa sawit

meningkat dengan cepat dan mencapai maksimum pada umur tanaman

8-12 tahun, kemudian menurun secara perlahan-lahan sesuai dengan umur

tanaman yang semakin tua hingga umur ekonomis 25 tahun

(Yohansah dan Lubis,2014).

2.6.3 Pemupukan

Salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan. Tujuan pemupukan

adalah menambah unsur hara tanaman untuk tumbuhan dan perkembangan

vegetatif, menyediakan kebutuhan hara bagi tanaman sehingga tanaman dapat

tumbuh dengan baik dan mampu berpotensi secara maksimal. Dalam

pelaksanaan pemupukan harus diperhatikan curah hujan, untuk menghindari

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kelapa Sawit

25

kehilangan unsur hara pupuk. Pupuk yang diberikan harus tepat waktu, tepat

jenis, tepat dosis dan tepat cara aplikasinya.

Penaburan pupuk dengan menggunakan mangkok takaran yang telah

dilubangi, dilakukan secara ditebar merata didalam piringan dengan jarak 1 m

(Urea) dari batang pokok kelapa sawit atau setengah tajuk dari pelepah

kelapa sawit. Pupuk urea diberikan pada tanaman yang sudah berumur

maksimal 7 tahun (TM>3). Rotasi pemupukan dilakukan setiap semester atau

setiap 6 bulan atau sesuai rekomendasi dari manajemen. Pupuk K (MOP)

diberikan dengan cara tabur. Target yang harus dihabiskan oleh 1 HK adalah

10 sak atau setara dengan 500 kg (Hakim,2015).