40
TUGAS MATAKULIAH BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN KELAS B (PNA3248B) PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) Disusun oleh: 1. Citra Recha Sari (12008) 2. Restiyana Vita W. (12075) 3. Zulham Aaron Mochamad (12172) 4. Rivandi Pranandita Putra (12175) Dosen Pengampu : Prof. (Emer) Dr. Ir. Woerjono Md., M.Sc PROGRAM STUDI AGRONOMI JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Merupakan makalah tugas kelompok matakuliah Budidaya Tanaman Tahunan, menjelaskan mengenai teknik pengelolaan/manajemen tanaman sawit dalam fase belum menghasilkan (TBM/ Tanaman Belum Menghasilkan).

Citation preview

Page 1: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

TUGAS MATAKULIAH

BUDIDAYA TANAMAN TAHUNAN KELAS B

(PNA3248B)

PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

Disusun oleh:

1. Citra Recha Sari (12008)

2. Restiyana Vita W. (12075)

3. Zulham Aaron Mochamad (12172)

4. Rivandi Pranandita Putra (12175)

Dosen Pengampu : Prof. (Emer) Dr. Ir. Woerjono Md., M.Sc

PROGRAM STUDI AGRONOMI

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2013

Page 2: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

DAFTAR ISI

Konsolidasi atau Sensus Tanaman………………………………………………………….

Penyisipan Tanaman……………………………………………………………………….

Pengukuran Pertumbuhan Tanaman, Analisa Daun, dan Monitoring Pembungaan……….

Pemeliharaan Piringan, Jalan Rintis dan Gawangan…………………………………….

Pembuatan Jalan Pikul………………………………………………………………….

Pemasangan Titi Panen dan TPH………………………………………………………….

Pemupukan Tanaman……………………………………………………………………..

Tunas Pasir dan Kastrasi…………………………………………………………………..

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Sawit…………………………………………

Daftar Pustaka……………………………………………………………………………….

Page 3: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman Kelapa Sawit…………………………………………………………..

Gambar 2. Piringan Kelapa Sawit yang Dibersihkan Gulmanya Secara Manual…………….

Gambar 3. Piringan Kelapa Sawit yang Dibersihkan Gulmanya Secara Kimia……………..

Gambar 4.

Gambar 4 a. Gulma Pakis Raja…………………………………………………….

Gambar 4 b. Gulma Rumput Bendera………………………………………………

Gambar 4 c. Gulma Pohon………………………………………………………….

Gambar 5.

Gambar 5 a.Colapogonium Caeruleum (CC)………………………………………..

Gambar 5 b.Colapogonium Muconoides (CM)……………………………………..

Gambar 5 c. Wedelia trilobata L, Penutup Tanah pada Lahan Gambut…………….

Gambar 6. Pemupukan Tanaman Sawit Harus Mengandung Nitrogen dan Kalium……….

Gambar 7. Pembersihan Daerah Piringan…………………………………………………..

Gambar 8. Penempatan Pupuk pada Kelapa Sawit Kotoran Lain………………………….

Gambar 9. Tunas Pasir Kelapa Sawit……………………………………………………..

Gambar 10. Ulat Api………………………………………………………………………..

Gambar 11. Kelapa Sawit (TBM) Terserang Tikus……………………………………….

Gambar 12. Kumbang Penggerek Pucuk Oryctes rhinoceros………………………………

Gambar 13 Kerusakan Titik Tumbuh Akibat Serangan Hama Kumbang Penggerek Pucuk

(Oryctes rhinoceros)……………………………………………………………………….

Gambar 14. Penyakit Busuk Pangkal Batang Disebabkan oleh Ganoderma boninense……

Page 4: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rekomendasi Pupuk Tunggal yang Digunakan Perkebunan dalam Memenuhi

Kebutuhan Hara Makro Bagi Tanaman Kelapa Sawit…………………………………….

Tabel 2. Dosis Pemupukan TBM Kelapa Sawit……………………………………………

Page 5: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

Manajemen Pemeliharaan Tanaman Sawit dari Segi Agronomis

Gambar 1. Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

Pemeliharaan tanaman pada komoditas perkebunan yang bersifat tahunan, biasanya

dikelompokkan ke dalam tanaman belum menghasilkan atau di singkat (TBM) dan tanaman

menghasilkan disingkat (TM). TBM pada kelapa sawit adalah masa sebelum panen (dimulai

dari saat tanam sampai panen pertama) yaitu berlangsung 30-36 bulan. Periode waktu TBM

pada tanaman kelapa sawit terdiri dari:

TBM 0 : menyatakan keadaan lahan sudah selesai dibuka, ditanami kacangan penutup tanah

dan kelapa sawit sudah ditanam pada tiap titik panjang.

TBM 1 : tanaman pada tahun ke I (0-12 bulan)

TBM 2 : tanaman pada tahun ke II (13-24 bulan)

TBM 3 : tanaman pada tahun ke III (25-30 atau 36 bulan)

Berikut ini akan dibahas tentang manajemen pemeliharaan kelapa sawit pada periode

waktu 0 tahun di lapangan sampai dengan tanaman menjelang berbunga pertama (sekitar

umur 3 tahun-an). Di antara tahapan penting dalam manajemen pemeliharaan tanaman kelapa

sawit yaitu perencanaan, pengorganisasian pelaksanaan, pengawasan pelaksanaan

pemeliharaan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM).

Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit, sejak bibit sawit selesai ditanam di

lahan sampai tanaman mulai pertama kali berbunga meliputi:

1. Konsolidasi atau Sensus Tanaman.

2. Penyisipan Tanaman.

3. Pengukuran Pertumbuhan Tanaman.

4. Pemeliharaan Piringan, Jalan Rintis dan Gawangan.

5. Pembuatan Jalan Pikul

Page 6: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

6. Pemasangan Titi Panen dan TPH.

7. Pemupukan Tanaman.

8. Tunas Pasir dan Kastrasi.

9. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Sawit.

10. Manajemen Irigasi/ Pengairan.

1) KONSOLIDASI ATAU SENSUS TANAMAN

Konsolidasi atau disebut juga sensus adalah kegiatan yang dilakukan untuk

menginventarisasi tanaman yang mati, tumbang, atau terserang hama atau penyakit. Selain itu

dilakukan pula menegakkan tanaman yang tampak miring dan memadatkan tanah setelah

selesai kegiatan penanaman. Kerapatan tanaman kelapa sawit sesuai standar pohon yang

sehat harus dicapai pada bulan ke 12 setelah penanaman. Sensus pada TBM 1 dengan

penyisipan menjadi prioritas utama. Sensus pada TBM 1 dilakukan pada umur 2, 6 dan 10

bulan setelah tanam.

Tanaman yang tidak normal diberi tanda silang cat berwarna putih. Sensus

selanjutnya adalah sensus tanaman tidak produktif yaitu dilakukan pada saat dimulai kastrasi

pada bulan ke 14 dan 18. Oleh karena itu, untuk kegiatan kastrasi bunga betina yang ada di

pohon non produktif (sensus ke 1 s.d sensus ke 4) tidak dibuang.

Berikutnya adalah sensus tanaman produksi rendah yaitu dilakukan 4 kali pada umur

14, 17, 20, dan 23 bulan setelah tanama dengan cara:

• Sensus pertama pada umur 14 bulan (Ss 1) yaitu dilakukan pada pohon yang

berbunga betina ≤ 4 diberi tanda dot pada pelepah ketiga dengan cat warna putih

• Sensus kedua pada umur 17 bulan (Ss 2) yaitu pohon hasil Ss 1 dilihat kembali, dan

apabila jumlah bunga betina ≤ 3 maka diberi tanda dot pada pelepah yang sama

sehingga jumlah dotnya ada dua.

• Sensus ketiga pada umur 20 bulan (Ss 3) yaitu pohon hasil Ss 2 dilihat kembali, dan

apabila jumlah bunga betina ≤ 3 maka diberi tanda dot lagi sehingga jumlah dotnya

ada tiga.

• Sensus keempat pada umur 23 bulan (Ss 4) yaitu pohon hasil Ss 3 dilihat kembali,

dan apabila jumlah bunga betina ≤ 3 maka diberi tanda dot lagi sehingga jumlah

dotnya ada empat. Pohon-pohon hasil sensus keempat dengan tanda dot 4 dianggap

tanaman kelapa sawit tidak produktif dan harus dilakukan

pembongkaran serta penyisipan pada 3 bulan berikutnya (tanaman berumur 26 bulan).

Page 7: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

2) PENYISIPAN TANAMAN/ PENYULAMAN

Kegiatan penyisipan tanaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang telah mati,

hilang atau kemungkinan besar tanaman tidak akan berproduksi optimal. Kedua kegiatan

sensus dan penyisipan bertujuan untuk memastikan bahwa tanaman-tanaman yang ada di

lapangan adalah tanaman produktif. Pelaksanaan penyisipan tanaman yaitu 3-6 bulan setelah

tanam, sehingga dimungkinkan terjadinya keseragaman panen. Frekuensi waktu penyisipan

tanaman dilakukan dengan ketentuan 2-4 rotasi per tahun selama 18 bulan sejak tanam.

Cara penyisipan tanaman yaitu tanaman yang mati dicabut dan ditempatkan dalam

gawangan. Kemudian penyisipan tanaman dilakukan dengan diawali pembuatan titik tanam.

Penanaman dilakukan dengan mengikuti prosedur biasa, kecuali bibit yang digunakan bibit

yang lebih besar (umur ≥ 12 bulan) sehingga dimungkinkan dilakukan pemotongan pelepah

bibit. Pupuk pada saat penyisipan tanaman, diberikan sebanyak 1,5 kali dosis pupuk per

lubang dari pada penanaman awal. Selanjutnya diperlakukan sama seperti pada tanaman lain

di sekitarnya.

Peralatan yang digunakan dalam penyisipan tanaman yaitu:

• Truk dengan bak rata dan terbuka atau traktor trailer.

• Sekop bertangkai panjang.

• Kaleng yang telah ditera untuk pemupukan lubang tanam.

• Kereta dorong untuk angkutan dalam kebun.

• Pisau tajam.

Bahan yang digunakan dalam penyisipan tanaman yaitu:

• Kayu untuk menopang pohon yang miring.

• Pupuk dasar.

3) PENGUKURAN PERTUMBUHAN TANAMAN, ANALISA DAUN, DAN

MONITORING PEMBUNGAAN TANAMAN

Kegiatan pengukuran pertumbuhan TBM sawit merupakan upaya untuk memperoleh

data tingkat pertumbuhan dan kondisi tanaman. Caranya yaitu mengukur panjang pelepah

pada berbagai umur. Data hasil pengukuran tersebut akan dibandingkan dengan standar yang

telah ditetapkan. Pada analisa daun, contoh daun mulai diambil pada masa TBM 3. 1x/bln.

0,04 -0,06 HK/ha, dimana 1 KCD (Kesatuan Contoh Daun) diambil dari setiap blok (16-25

ha).  Mencatat pohon-pohon yang telah mengeluarkan bunga. 1x/ bulan. Monitoring

oembungaan TBM sawit dilakukan dengan cara mengamati tiap pohon dan hasilnya

digambarkan pada peta sensus. 1 HK/ha.

Page 8: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

4) PEMELIHARAAN PIRINGAN, JALAN RINTIS, DAN GAWANGAN

Piringan (circle weeding) yaitu daerah yang berada di sekitar pokok kelapa sawit yang

berbentuk lingkaran. Diameter masing-masing piringan berbeda, tergantung dari umur

tanaman. Tanaman umur 2-6 bulan lebar piringan jari-jari60 cm, 6-12 bulan lebar piringan

jari-jari 75 cm, 12-24 bulan lebar piringan jari-jari 100 cm, 24-36 bulan lebar piringan jari-

jari 100-125 cm, dan umur lebih dari 24 bulan lebar piringan jari-jari 200 cm. Tujuan adanya

piringan pada pertanaman kelapa sawit yaitu memudahkan proses pemanenan, memudahkan

dalam pengutipan brondolan dan perawatan tanaman dan mencegah adanya hama dan

penyakit tanaman. Oleh sebab itu, pada areal ini tidak boleh adanya gulma dan LCC (kriteria

W0) yang akan mengganggu kegiatan pemupukan, pemanenan dan dapat menjadi inang bagi

hama dan penyakit. Selain itu, piringan juga berfungsi sebagai tempat untuk menyebarkan

pupuk. Oleh karena itu, kondisi piringan senantiasa bersih dari gangguan gulma.

Pemeliharaan piringan dan gawangan bertujuan antara lain untuk:

• Mengurangi kompetisi gulma terhadap tanaman dalam penyerapan unsur hara, air,

dan sinar matahari.

• Mempermudah pekerja untuk melakukan pemupukan dan kontrol di lapangan.

Pemeliharaan piringan dan gawangan bebas dari gulma dapat dilakukan secara

manual atau secara kimia. Pemeliharaan piringan dan gawangan secara manual yaitu tenaga

manusia dengan menggunakan cangkul. Pemeliharaan piringan dan gawangan secara kimia

dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida.

Gambar 2. Piringan Kelapa Sawit yang Dibersihkan Gulmanya Secara Manual

Page 9: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

Gambar 3. Piringan Kelapa Sawit yang Dibersihkan Gulmanya Secara Kimia

Pelaksanaan pemeliharaan piringan dan gawangan, harus memperhatikan beberapa

ketentuan sebagai berikut:

• P 0 = menyingkirkan semua gulma, kacangan bersih dari gulma (kacangan 100%)

umur 0-6 bulan, rotasi 2 minggu;

• P 1 = kacangan 85%, rumput lunak 15%, umur 7-12 bulan, rotasi 3 minggu

• P 2 = kacangan 70%, rumput lunak 30%, umur 12- 18 bulan, rotasi 3 minggu;

• P 3 = kacangan bercampur dengan rumput lunak, bebas dari lalang dan anakan kayu,

umur > 18 bulan rotasi 4 minggu.

Standar pembuatan dan pemeliharaan piringan dan jalan rintis dilakukan dengan cara:

• Piringan bebas dari gulma sampai radius 30 cm di luar tajuk daun atau maksimal

180 cm dari pohon;

• Pembuatan jalan rintis dilakukan pada umur tanaman 1-12 bulan dengan

perbandingan 1:8, dan waktu tanaman berumur lebih dari 12 bulan. Jalan rintis dibuat

dengan perbandingan 1:2 dengan lebar 1,2 m.

• Perawatan jalan rintis/tengah dilakukan bersamaan dengan perawatan piringan.

Pekerjaan penyiangan (P) atau weeding (W) pada TBM dilakukan dengan kriteria sebagai

berikut:

TBM 1 : W1 penutup tanah seluruhnya (100%) kacangan. Rumput-rumput gulma

lain dibersihkan semuannya dan

TBM 2 : W1 seperti pada TBM 1

TBM 3 : W3 yaitu 70% kacangan + 30% gulma lunak; bebas lalang.

Gulma yang diberantas adalah jenis gulma yang bersifat negatif bagi tanaman budidaya

yakni: Alang-alang, mikania, pahitan, pakis, dan teki. Gulma kacangan yang merambat ke

Page 10: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

pohon diturunkan. Gulma lunak yang tidak perlu diberantas adalah jenis wedusan, sintrong.

Contoh jenis-jenis gulma dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 a. Gulma Pakis Raja Gambar 4 b. Gulma Rumput Bendera

Gambar 4 c. Gulma Pohon

Sedangkan contoh tanaman penutup tanah dapat dilihat pada Gambar 5.

Page 11: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

Gambar 5 a.Colapogonium Caeruleum (CC) 5 b. Colapogonium Muconoides (CM)

Gambar 5 c. Wedelia trilobata L, Penutup Tanah pada Lahan Gambut

Pekerjaan penyiangan/ weeding penutup tanah dilakukan dengan periode waktu

sebagai berikut:

Bulan ke 1 s.d 4 : Penyiangan intensif dengan interval 2-2-2-3-4 minggu

Bulan ke 5 s.d 7 : Satu kali per 2 bulan

Bulan ke 8 s.d 22 : Satu kali per 1 bulan

Pekerjaan penyiangan pada gawangan yaitu dilakukan dengan dua cara, yaitu secara

manual dan kimia. Penyiangan secara manual dilakukan dengan cara mencabut atau

menggaruk gulma. Jika tinggi gulma/vegetasi > 70 cm, penyiangan dilakukan dengan cara

dibabat (baik menggunakan sabit atau menggunakan mesin pemotong rumput).

5) PEMBUATAN JALAN PIKUL

Pembuatan jalan pikul dilakukan sebagai jalan untuk pemeliharaan tanaman. Lebanya 80-

100 cm. Alat yang digunakan untuk membuat jalan pikul adalah cangkul dan parang babat.

Tanaman penutup tanah yang berada ditengah gawangan dibuka bersih menjadi jalan

kontrol/pasar pikul.

Page 12: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

TBM 1 : 1 jalan pikul untuk 8 baris tanaman. 400 m/HK.

TBM 2 : 1 jalan pikul untuk 4 baris tanaman. 400 m/HK.

TBM 3 : 1 jalan pikul untuk 2 baris tanaman. 400 m/HK.

6) PEMASANGAN TITI PANEN DAN TPH

Titi panen merupakan pembuatan jembatan pada setiap jalan rintis yang melewati

parit atau saluran air, sehingga jalan rintis dapat dilalui tanpa hambatan. Tujuan titi panen

adalah mempermudah pekerja panen dalam mengambil/mengangkut buah sawit. Titi panen

harus segera dibuat setelah jalan rintis tersedia. Pemasangan titi panen dilakukan dengan

ketentuan sebagai berikut:

• TBM 1 dipasang titi panen pada rintis = 25%

• TBM 2 dipasang titi panen pada rintis = 25%

• TBM 3 dipasang titi panen pada rintis = 50%

Titi panen dapat dibuat dari kayu atau beton. Penggantian titi panen berbahan kayu ke

bahan beton sebaiknya sudah dimulai pada TBM 3 dan telah selesai TM. Jumlah titi panen

tergantung dari jumlah parit dan saluran air. Untuk menentukan jumlah dan panjang titi panen

harus didasarkan data sensus yang akurat. Ukuran lebar titi panen tegantung pada kebutuhan

dan harus dapat dilalui angkong dengan lebar titi panen sekitar 20 cm. TPH merupakan

tempat pengumpulan hasil panen kelapa sawit. TPH harus dibuat /dipersiapkan sejak 3-6

bulan sebelum panen. Caranya yaitu memiilih tempat yang datar kemudian membersihkan

penutup tanah/rumput dengan menggunakan cangkul. Ukuran TPH adalah 2 meter x 2 meter.

Jarak antara TPH satu dengan TPH yang lain adalah sekitar 50 meter (tiap 6 gawangan).

7) PEMUPUKAN TANAMAN

Pohon kelapa sawit memerlukan banyak unsur hara tanaman untuk pertumbuhan daun

dan pembentukan tandan buah. TBM lebih memerlukan nitrogen untuk pertumbuhan

vegetatifnya. Sasaran utama pemupukan TM kelapa sawit adalah memberikan tanaman sawit

unsur hara yang memadai sehingga pertumbuhan vegetatif-nya sehat agar memiliki ketahanan

terhadap serangan hama dan penyakit. Perencanaan pemupukan tanaman kelapa sawit belum

menghasilkan (TBM) berpedoman pada Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP) dan

RAB. Rencana pemupukan kelapa sawit (TBM) meliputi:

• Blok tanaman yang akan dipupuk

• Jumlah kebutuhan pupuk per blok

• Permintaan kendaraan

Page 13: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

• Tempat pengeceran pupuk

• Jenis dan jumlah peralatan pemupukan

Pemberian pupuk harus terintegrasi antara pupuk mineral dan pupuk organik.

Perencanaan pelaksanaan pemupukan harus memperhatikan prinsip-prinsip yang telah

ditetapkan. Rekomendasi pemupukan tanaman kelapa sawit didasarkan pada prinsip 4T, yaitu

(tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat metode). Dosis pupuk ditentukan berdasarkan

umur tanaman, hasil analisis daun, jenis tanah, produksi tanaman, jenis tanah, hasil

percobaan, dan kondisi visual tanaman.

Gambar 6. Pemupukan Tanaman Sawit Harus Mengandung Nitrogen dan Kalium

a. Metode Pemupukan

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memupuk tanaman sebagai berikut:

• Membersihkan terlebih dahulu piringan dari rumput, alang-alang dan pada areal

datar semua pupuk ditabur merata mulai 0,5 m dari pohon sampai pinggir piringan;

• Pada areal yang berteras, pupuk disebar pada piringan kurang lebih 2/3 dari dosis di

bagian dalam teras dekat dinding bukit, sisanya (1/3 bagian) diberikan pada bagian

luar teras.

Page 14: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

Gambar 7. Pembersihan Daerah Piringan

Gambar 8. Penempatan Pupuk pada Kelapa Sawit Kotoran Lain.

b. Waktu Pemupukan

Pupuk harus tersedia pada waktu yang ditentukan, sehingga keberadaannya tidak

menjadikan suatu hambatan bagi tanaman yang akan dipupuk. Adapun waktu yang terbaik

untuk melakukan pemupukan adalah pada saat musim penghujan, yaitu pada saat keadaan

tanah berada dalam kondisi sangat lembab, tetapi tidak sampai tergenang air. Dengan

demikian, pupuk yang diberikan di masing-masing tanaman dapat segera larut dalam air,

sehingga lebih cepat diserap oleh akar tanaman. Jumlah air tanah yang sangat baik untuk

melarutkan pupuk adalah sekitar 75% dari kapasitas lapang. Hal ini dapat dicapai jika sehari

sebelumnya telah terjadi hujan sebanyak sekitar 20 mm serta pada bulan-bulan sebelumnya

tidak terjadi defisit air. Pemupukan dilakukan pada waktu hujan kecil, namun >60 mm/bln.

Pemupukan ditunda jika curah hujan kurang dari 60 mm per bulan.

Page 15: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

• Pupuk dolomit dan Rock Phosphate (RP) diusahakan diaplikasikan lebih dulu untuk

memperbaiki kemasaman tanah dan merangsang perakaran, diikuti oleh MOP/KCl

dan urea/ZA.

• Jarak waktu penaburan dolomit/RP dengan urea/ ZA minimal 2 minggu.

• Seluruh pupuk agar diaplikasikan dalam waktu dua bulan.

Adakalanya berdasarkan rekomendasi pemupukan pada masa TBM, pupuk

diaplikasikan sebanyak 3 kali dalam setahun, dimana untuk pupuk N, P, K, Mg, dan Bo dapat

diberikan menjelang dan pada akhir musim hujan. Untuk pupuk N dapat diberikan ¾ bagian

pada saat menjelang (awal) musim hujan dan ¼ bagian diberikan pada akhir musim hujan.

Untuk pupuk P dan k dapat diberikan sebanyak ¼ bagian pada saat menjelang (awal) musim

hujan dan ¾ bagian lagi pada akhir musim hujan. Untuk pupuk Mg diberikan sebanyak 2/3

bagian pada saat menjelang (awal) musim hujan dan 1/3 bagian lagi dapat diberikan pada

akhir musim hujan. Untuk pupuk boraks dapat diberikan sebanyak ½ bagian pada saat

menjelang (awal) musim hujan dan ½ bagian lagi dapat diberikan pada saat akhir musim

hujan. Namun, kadangkala diperoleh rekomendasi yng menganjurkan aplikasi pemupukan

pada masa TBM I setiap 2 atau 3 bulan sekali, pada masa TBM II setiap 6 bulan sekali dan

masa TBM III hanya satu kali setahun.

c. Frekuensi Pemupukan

Pemupukan dilakukan 2 - 3 kali tergantung pada kondisi lahan, jumlah pupuk, dan

umur kondisi tanaman. Pemupukan pada tanah pasir dan gambut perlu dilakukan dengan

frekuensi yang lebihbanyak. Frekuensi pemupukan yang tinggi mungkin baik bagi tanaman,

namun tidak ekonomis dan mengganggu kegiatan kebun lainnya.

d. Jenis dan Dosis Pupuk

Jenis pupuk untuk kelapa sawit dapat berupa pupuk tunggal, pupuk campuran, pupuk

majemuk, dan pupuk organik. Pemilihan jenis pupuk, disarankan agar hati-hati karena banyak

beredar di pasaran berbagai bentuk dan komposisi hara. Berbagai jenis pupuk diuraikan

sebagai berikut.

d.1. Pupuk tunggal

Pupuk tunggal merupakan pupuk yang mengandung satu jenis hara utama. Pupuk

tunggal yang dipergunakan perkebunan kelapa sawit dalam memenuhi kebutuhan hara makro

bagi tanaman kelapa sawit dan direkomendasikan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS)

disajikan pada Tabel 1.

Page 16: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

Tabel 1. Rekomendasi Pupuk Tunggal yang Digunakan Perkebunan dalam Memenuhi

Kebutuhan Hara Makro Bagi Tanaman Kelapa Sawit

Hara Pupuk Spesifikasi

N Urea 46%

ZA 21% N, 23% S

SP-36 P205 total: 36%

P2O5 (larut dalam asam sitrat 2%): 34%

S: 5%

RP P2O5 total: min 36%

P2O5 (larut dalam asam sitrat 2%): 34%

Ca + Mg (setara CaO): min 40%

Al2O3 + Fe2O3: maks 3%

Kadar air: maks 3%

Kehalusan (lolos saringan 80 mesh): min 50%

Kehalusan (lolos saringan 25 mesh): min 80%

K MOP (KCl) K2O: 60%

Mg Kleserit MgO: 26%

S: 21%

Dolomit MgO: min 18%

CaO: min 30%

Al2O3 + Fe2O3: maks 3%

SiO2: maks 5%

Kadar air: maks 5%

Ni: maks 5 ppm

Kehalusan (lolos saringan 100 mesh)

d.2. Pupuk campuran

Untuk memenuhi kebutuhan hara secara khusus dan mengurangi biaya aplikasi, beberapa

pupuk tunggal dapat dicampur menjadi pupuk campuran.

d.3. Pupuk majemuk

Pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung beberapa unsur hara yang

dikombinasikan dalam satu formulasi Keuntungan penggunaan pupuk majemuk adalah

semua unsur hara utama diaplikasikan dalam satu rotasi pemupukan.

Page 17: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

d.4. Pupuk organik

Akibat terjadinya kelangkaan pupuk dan mahalnya pupuk anorganik serta

meningkatnya kesadaran masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan, maka beberapa

perusahaan perkebunan kelapa sawit telah menggunakan pupuk organik untuk kegiatan

pemupukan tanaman sawit. Caranya yaitu memanfaatkan hasil potongan pelepah daun kelapa

sawit, potongan hasil tanaman penutup tanah, atau tandan kosong kelapa sawit. Pemberian

bahan organik sebagai pupuk memberikan pengaruh sangat kompleks terhadap pertumbuhan

tanaman. Pengaruh bahan organik terhadap pertumbuhan tanamanm terutama karena

kemampuannya memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Hal ini terjadi karena meningkatnya

kegiatan mikroorganisme di dalam tanah sehingga struktur tanah menjadi lebih baik (lebih

remah), aerasi tanah dan kapasitas menahan air meningkat, serta adanya bahan organik akan

berfungsi sebagai mulsa yang melindungi permukaan tanah dari erosi dan pencucian hara.

Setelah dibahas berbagai jenis pupuk di atas, berikut diuraikan kebutuhan pupuk

tanaman kelapa sawit belum menghasilkan (TBM). Jenis dan dosis pupuk yang digunakan

disesuaikan dengan umur tanaman, jenis tanah dan waktu pemberiannya. Secara umum dosis

pupuk yang digunakan berdasarkan umur tanaman yaitu disajikan pada Tabel 2. Namun,

untuk memperoleh ketentuan dosis pupuk secara akurat dapat dilakukan melalui analisa tanah

dan analisa daun di suatu areal perkebunan.

Page 18: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

Tabel 2. Dosis Pemupukan TBM Kelapa Sawit

Umur Tanaman

(bulan)

Dosis Pupuk (kg/pohon)

ZA atau Urea RP MoP (Kc) Kleserite HGF Borate

Saat Tanam - 0,50 - - -

1 0,10 - - - -

3 0,25 - - - -

5 0,25 0,50 0,15 0,10 -

8 0,25 - 0,35 0,15 0,02

12 0,50 0,75 0,35 0,25 -

Jumlah TBM 1 1,35 1,75 1,00 0,70 0,02

16 0,50 - 0,50 0,50 0,03

20 0,50 1,00 0,50 0,50 -

24 0,50 - 0,75 0,50 0,05

Jumlah TBM 2 1,50 1,00 1,75 1,50 0,08

28 0,75 1,00 0,75 0,75 -

32 0,75 - 1,00 0,75 -

Jumlah TBM 3 1,50 1,00 1,75 1,50 -

Total 4,35 3,75 4,50 3,70 0,10

8) TUNAS PASIR DAN KASTRASIa. Tunas Pasir

Sebelum areal/blok masuk dalam kategori TM tidak diperbolehkan melakukan

pekerjaan tunas apapun karena pada waktu tersebut jumlah pelepah belum optimum.

Sehingga pelepah produktif tidak boleh dibuang. Prinsip tunas pasir adalah hanya membuang

pelepah yang berada satu lingkaran paling bawah (dekat tanah) dan pelepah kering.

Pekerjaan tunas pasir dilakukan dengan cara membuang pelepah satu lingkaran paling

bawah (dekat tanah) dan juga pelepah kering. Dilakukan 6 bulan sebelum TM. Pelepah

kering dipotong memakai dodos. Pelepah dipotong rapat ke pangkal dengan memakai dodos

kecil (mata dodos 8 cm), kemudian pelepah-pelepah tersebut dikeluarkan dari piringan dan

disusun di gawangan mati. Sesudah pekerjaan tunas pasir selesai, maka dilarang keras

memotong/ memangkas pelepah untuk tujuan apa pun, kecuali untuk analisis daun, ini pun

hanya dibenarkan mengambil anak daunnya saja. Tunas pasir dapat dilihat pada Gambar 9.

Page 19: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

Gambar 9. Tunas Pasir Kelapa Sawit

b. Kastrasi

Kastrasi atau disebut juga ablasi merupakan pekerjaan penting pada kelapa sawit sebelum

tanaman beralih dari TBM ke TM. Oleh karena itu, sebelum melakukan kastrasi terlebih

dahulu dilakukan monitoring pembungaan. Caranya yaitu mencatat pohon-pohon yang telah

berbunga. Hasil catatan tersebut kemudian digambarkan pada peta sensus.

Tanaman kelapa sawit mulai mengeluarkan bunga setelah berumur 9 bulan,

tergantung pertumbuhannya. Pada saat tersebut, bunga yang dihasilkan masih belum

membentuk buah sempurna sampai tanaman berumur sekitar 24 bulan sehingga tidak

ekonomis untuk diolah. Oleh sebab itu, semua bunga maupun buah yang keluar sampai

dengan umur 24 bulan perlu dibuang atau diablasi.

Ablasi merupakan aktivitas membuang semua produk generatif,yaitu bunga jantan,

betina, dan seluruh buah (yang terlanjur jadi) guna mendukung pertumbuhan vegetatif kelapa

sawit. Pelaksanaan ablasi terakhir dilakukan enam bulan sebelum pokok dipanen. Tujuan

utama dilakukannya ablasi adalah mengalihkan nutrisi untuk produksi buah yang tidak

ekonomis ke pertumbuhan vegetatif sehingga pokok sawit yang telah diablasi akan lebih kuat

dan pertumbuhannya seragam. Dengan demikian, pertumbuhan buah akan lebih besar dan

seragam, serta menghambat perkembangan hama dan penyakit.

Ablasi biasanya dilakukan pada umur 18 bulan sejak tanam dilapangan sampai

dengan 24 bulan. Setelah itu, bunga betina yang keluar dibiarkan sehingga tanaman sudah

dapat dipanen pada umur 30 bulan. Ablasi mulai dilaksanakan jika lebih dari 50% pokok

kelapa sawit dalam satu blok telah mengeluarkan bunga jantan dan atau betina. Umumnya,

ablasi mulai dilakukan saat tanaman berumur 18 bulan di lapangan. Pelaksanaan ablasi

Page 20: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

dilakukan setiap dua bulan sekali sampai tanaman berumur 24 bulan. Alat yang digunakan

untuk ablasi yaitu dosis dengan lebar mata 8 cm dan arit kecil.

9) PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN SAWIT

Hama dan penyakit pada pkelapa sawit belum menghasilkan dan sudah menghasilkan

adlaah tidak berbeda. Terkait dengan tugas manajemen pengendalian maka perlu jenis hama

dan penyakit dominan.

a. Hama Tanaman Kelapa Sawit

Beberapa jenis hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit yaitu:

Ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS)

UPDKS antara lain ulat api, ulat kantong (Mahasena corbett), ulat bulu merupakan

hama utama yang dapat menurunkan produksi 30-40% dalam 2 tahun setelah kehilangan

daun sebanyak 50%. Contoh ulat api yang menyerang pohon muda terdapat pada Gambar 10.

Gambar 10. Ulat Api

Hama ini biasanya menyerang daun mulai dari bagian bawah. Daun-daun yang

terserang biasanya berlubang atau sobek hingga tinggal tulang-tulang daun, ada serangan

hebat, daun akan habis. Pengendalian UPDKS dilaksanakan dengan sistem pngendalian hama

terpasu (PHT) yaitu berdasarkan monitoring populasi kritis, mengutamakan pelestarian, dan

pemanfaatan musuh alami. Penentuan populasi diterapkan dengan mengamati 1 poon

contoh/ha kelapa sawit setiap bulan sekali. Setiap pohon diambil 2 pelepah yang telretak pada

bagian bawah dan tengah tauk kelapa sawit. Apabila terjadi serangan UPDKS, maka jumlah

pohon contoh ditambah menjadi 5 pohon/ha dan diamati setiap 2 minggu sekali. Pengamatan

dilakukan terhadap 1 pelepah/pohon contoh, yakni pada pelepah yang diduga paling banyak

dijumpai UPDKS. Apabila perlu dilakukan tindakan pengendalian, maka pada saat sebelum

pengendalian, populasi UPDKS harus dihitung, begitu pula 1 minggu setelah pengendalian.

Page 21: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

Hal ini dimaksudkan untuk menentukan perlu tidaknya pengendalian ulangan. Penggunaan

insektisida sistemik diupayakan sebagai tindakan terakhir dan dipilih jenis yang aman

terhadap lingkungan, parasitoid, dan predator.

Tanaman yang bermanfaat bagi tanaman kelapa sawit adalah:

• Euphorbia heterophylla L (patik emas).

• Borreria alata L (Setawar/Jukut minggu/Emprah/Goletrak).

• Cassia tora L.

• Turnera subulata L.

Tikus ( Rattus tiomanicus, Rattus sp.)

Jenis tikus yang sering ditemukan di areal kebun kelapa sawit adalah tikus belukar

(Rattus tiomanicus), tikus sawah (Rattusrattus argentiventer), tikus rumah (Rattus rattus

diardii) dan tikushuma (Rattus exulans). Dari keempat jenis tikus di atas, tikus belukar

merupakan dominan di perkebunan kelapa sawit. Contoh kelapa sawit yang terserang tikus

dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Kelapa Sawit (TBM) Terserang Tikus

Tikus menyerang tanaman kelapa sawit yang berumur 0-1 tahun pada bagian titik

tumbuh/umbut, merusak bunga jantan dan bunga betina, menggigit dan mengerek buah

tanaman kelapa sawit. Pada pembibitan tanaman umumnya hama tikus ini menyerang titik

tumbuh. Pada bibit tanaman yang terserang hama ini tumbuh tidak normal karena jaringan-

jaringan titik tumbuh rusak. Pada serangan berat dapat menyebabkan bibit tanaman tidak

dapat berkembang dan akhirnya mati. Hama ini dapat menimbulkan kehilangan produksi

mencapai 5 %. Perlukaan buah akibat keratan tikus dapat meningkatkan kadar asam lemak

bebas minyak kelapa sawit. Oleh karena itu hama ini perlu dikendalikan. Hama tikus ini pada

Page 22: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

umumnya agak sulit untuk diberantas, karena tempat hidupnya luas dan sering berpindah-

pindah. Pengendalian hama tikus dapat dilakukan dengan cara antara lain:

• secara mekanis yakni dengan cara merusak sarangnya dan pengasapan/ emposan

serta membunuhnya pada saat hama tikus keluar dari sarangnya.

• secara biologis yakni menggunakan masuh alami atau predator seperti burung hantu,

kucing, ular.

Kumbang penggerek (Oryctes sp)

Kumbang penggerek pucuk merupakan hama yang menimbulkanmasalah pada

seluruh perkebunan kelapa sawit di Indonesia yaitu dari Oryctes rhinoceros. Kumbang ini

secara morfologi berukuran panjang 4 cm berwarna coklat tua kehitaman. Pada bagian kepala

memiliki tanduk kecil sehingga sering disebut kumbang tanduk atau kumbang badak

(Gambar 12).

Gambar 12. Kumbang Penggerek Pucuk Oryctes rhinoceros

Kumbang betina mempunyai bulu lebat pada bagian ujung perutnya, sedangkan yang

jantan tidak berbulu. Kumbang yang baru keluar langsung menyerang kelapa sawit,

kemudian kawin.selanjutnya kumbang betina meletakkan telur pada bahan organik yang

sedang mengalami pembusukan seperti batang kelapa sawit mati, kotoran kerbau/sapi,

kompos/sampah dan lain-lain. Telur menetas dalam waktu 9 -14 hari. Kumbang terbang dari

tempat persembunyiannya menjelang senja sampai agak malam (sampai dengan jam 21.00

WIB), dan jarang dijumpai pada waktu larut malam. Dari pengalaman diketahui, bahwa

kumbang banyak menyerang kelapa pada malam sebelum turun hujan. Keadaan tersebut

ternyata merangsang kumbang untuk keluar dari persembunyiannya. Kumbang O. rhinoceros

menyerang tanaman kelapa sawit yang baru ditanam di lapangan sampai berumur 2,5 tahun.

Kumbang jantan maupun betina menyerang kelapa sawit. Kumbang tanduk hinggap

pada pelepah daun yang agak muda, kemudian mulai menggerek ke arah titik tumbuh kelapa

sawit. Panjang lubang gerekan dapat mencapai 4.2 cm dalam sehari, jika titik tumbuhnya

Page 23: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

habis maka tanaman akan mati. Pucuk kelapa sawit yang terserang, bila membuka daunnya

tampak seperti kipas atau bentuk lain yang abnormal (Gambar 13)

Gambar 13. Kerusakan Titik Tumbuh Akibat Serangan Hama Kumbang Penggerek

Pucuk (Oryctes rhinoceros)

Metode pengendalian dilakukan dengan monitoring secara teratur setiap bulan,

terhadap 15 % jumlah seluruh tanaman (sampel tanam; setiap 6 baris diambil 1 baris

tanaman). Selama 2 tahun pertama setelah kelapa sawit dipindah tanam ke lapangan, apabila

ditemukan 3-5 ekor kumbang/ha, maka pemberantasan harus dilakukan. Pada kelapa sawit

yang berumur lebih dari dua tahun, akibat serangan hama ini menjadi kurang berbahaya.

Dengan demikian, padat populasi kritis dinaikkan menjadi 15-20 ekor/ha.

Upaya pencegahan yang dapat menghambat perkembangan larva Oryctes rhinoceros

adalah penutupan batang kelapa sawit bekas replanting dengan kacangan penutup tanah

secepat mungkin. Hal ini dapat mencegah serangga untuk meletakkan telurnya pada batang

mati tersebut. Tindakan pemberantasan yang dapat dilakukan:

- pengumpulan kumbang secara manual dari lubang gerekan pada kelapa sawit, dengan

menggunakan alat kail dari kawat. Tindakan ini dilakukan tiap bulan apabila populasi

kumbang 3-5 ekor/ha, setiap dua minggu jika populasi kumbang 5-10 ekor/ha, dan setiap

minggu jika populasi kumbang lebih dari 10 ekor.

- penghancuran tempat peletakkan telur secara manual dan dilanjutkan dengan pengumpulan

larva untuk dibunuh, apabila jumlahnya masih terbatas.

- pemberantasan secara kimiawi menaburkan insektisida butiran karbosulfan sebanyak (0.05-

0.10 g bahan aktif per pohon, setiap 1-2 minggu) atau 3 butir kapur barus/pohon, setiap1-2

kali/bulan pada pucuk kelapa sawit.

Page 24: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

- pemerangkapan kumbang O. rhinoceros dengan menggunakan ferotrap. Ferotrap tersebut

terdiri atas satu kantong feromonsintetik (etil-4 metil oktanoat) yang digantungkan dalam

ember plastik kapasitas 12 liter. Tutup ember plastik diletakkan terbalik dan dilubangi 5 buah

dengan diameter 55 mm. Pada dasar ember plastik dibuat 5 lubang dengan diameter 2 mm

untuk pembuangan air hujan. Ferotrap tersebut kemudian digantungkan pada tiang kayu

setinggi 4 m dan dipasang di dalam areal kelapa sawit. Selain ember plastik dapat juga

digunakan pelengkap PVC diameter 10 cm, panjang 2 m. Satu ferotrap cukup efektif untuk 1

ha dan satu kantong feromon sintetik dapat digunakan selama sekitar 60 hari. Setiap 2

minggu dilakukan pengumpulan kumbang yang terperangkap dan dibunuh.

b. Penyakit Tanaman Kelapa Sawit

Beberapa penyakit dominan pada tanaman kelapa sawit sebelum menghasilkan buah adalah:

Penyakit Busuk Pangkal Buah (BPB)

Penyakit ini disebabkan oleh Ganoderma boninense. Ganoderma boninense

merupakan jamur tanah hutan hujan tropis. Jamur G. boninense bersifat saprofit (dapat hidup

pada sisa tanaman) dan akan berubah menjadi patogenik apabila bertemu dengan akar

tanaman kelapa sawit yang tumbuh di dekatnya. Serangan BPB dapat terjadi sejak bibit

sampai tanaman tua, tetapi gejala penyakit biasanya baru terlihat setelah bibit ditanam di

lapangan. Penyakit ini dijumpai pada tanaman berumur 5 tahun. Serangan penyakit ini yang

paling tinggi dijumpai pada umur 10-15 tahun, tetapi hal ini bervariasi tergantung pada

kebersihan kebun dan sejarah tanaman di kebun tersebut. Kehilangan tanaman sampai dengan

80% telah dilaporkan padatempat-tempat yang berasal dari konversi kelapa. Patogen ini

umumnya menyerang pangkal batang tanaman. Gejala yang tampak pertama kali adalah

adanya bercak kekuningan pada pelepah muda. Begitu penyakit berkembang warna kuning

semakin jelas. Daun yang tua menjadi layu, patah pada pelepahnya dan menggantung pada

batang. Sedang pangkal batang menghitam, getah keluar dari tempat yang terinfeksi dan

akhirnya batang membusuk dengan warna coklat muda. Tanda pertama adanya infeksi adalah

munculnya bagian busuk pada pangkal batang. Bagian yang busuk kemudian berkembang ke

atas dan sekitar batang (Gambar 14).

Page 25: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

Gambar 14. Penyakit Busuk Pangkal Batang Disebabkan Oleh Ganoderma boninens)

Serangan penyakit ini pada bagian atas tanaman dapat terjadi dimana saja pada batang

tanaman. Gejala pertama yang dapat dilihat adalah adanya bagian atas tajuk patah. Beberapa

tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyakit busuk pangkal batang sebagai

berikut:

- Melakukan pembersihan lahan terutama terhadap sisa-sisa tanaman kelapa atau

kelapa sawit.

- Menghindari penanaman kelapa sawit dekat dengan perkebunan kelapa (Cocos

nucifera L.).

- Melakukan sensus terhadap tanaman setiap 6 bulan sekali untuk mengidentifikasi

tanaman yang terserang/terinfeksi jamur.

Tindakan pengendalian dapat dilakukan, antara lain:

- Pengendalian secara mekanis yakni membongkar, mengumpulkan dan membakar

tanaman yang terserang penyakit, terutama bagi tanaman yang terinfeksi ada jamur.

- Pangkal batang dan perakarannya dibongkar hingga kedalaman 15 -20 cm serta

dikeluarkan dari lahan perkebunan kelapa sawit.

- Tanaman yang terinfeksi tanpa ada jamur, tetapi masih tetap berproduksi, harus

dimonitor / kontrol terus.

- Pengendalian secara kimiawi yakni sekitar pohon yang terserang dibuat parit selebar

30 cm, dalam 1 m (parit isolasi),kemudian pinggir parit disemprot dengan fungisida.

- Menggunakan biofungisida Marfu-PBahan aktif yang digunakan untuk biofungisida

Marfu-P adalahsporakonidia dan klamidospora jamur Trichoderma koningii.

Page 26: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

10) MANAJEMEN IRIGASI/ PENGAIRAN

Ketersediaan air merupakan salah satu faktor pembatas utama bagi produksi kelapa

sawit. Kekeringan menyebabkan penurunan laju fotosintesis dan distribusi asimilat

terganggu, berdampak negatif pada pertumbuhan tanaman baik fase vegetatif maupun fase

generatif. Pada fase vegetatif kekeringan pada tanaman kelapa sawit ditandai oleh kondisi

daun tombak tidak membuka dan terhambatnya pertumbuhan pelepah. Pada keadaan yang

lebih parah kekurangan air menyebabkan kerusakan jaringan tanaman yang dicerminkan oleh

daun pucuk dan pelepah yang mudah patah. Pada fase generatif kekeringan menyebabkan

terjadinya penurunan produksi tanaman akibat terhambatnya pembentukan bunga,

meningkatnya jumlah bunga jantan, pembuahan terganggu, gugur buah muda, bentuk buah

kecil dan rendemen minyak buah rendah. Pengairan pada perkebunan kelapa sawit untuk

TBM harus memperhatikan hal-hal berikut :

1. Air yang digunakan tidak berasal dari sungai yang tercemar limbah

2. Air yang digunakan tidak berasal dari rawa karena air rawa memiliki derajad

keasaman rendah dan mengandung asam organik tinggi sehingga dapat meracuni

tanaman

3. Air yang digunakan harus sehat, tidak mengandung asam-asam, garam-garam, zat-zat

beracun dll

4. Kualitas dan kesehatan air untuk penyiraman sebaiknya diuji laboratorium, terutama

yang berasal dari sungai

Secara garis besar ada 3 macam sistem pengairan yang digunakan di pembibitan,

yaitu:

A. Penyiraman Manual

Sistem manual sering digunakan pada lahan yang luasnya kurang dari 2 hektar. Sistem

ini banyak membutuhkan tenaga kerja, sehingga untuk lahan skala besar tidak efisien bila

menggunakan sistem ini. Ada beberapa macam yang termasuk dalam sistem manual ini, yaitu

1. Sistem Penampungan Air (Watercan System)

2. Sistem Selang Air

Sistem irigasi manual kalau dilihat dari sisi kebutuhan bahan memang tidak banyak

membutuhkan material, namun dilihat dari tenaga kerja, yang dibutuhkan cukup besar. Oleh

sebab itu sistem ini tidak direkomendasikan untuk pembibitan dengan skala besar.

Page 27: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

B. Sistem Sprinkler

Perlengkapan dari sistem ini mampu bertahan dan bisa diperbaiki sehingga bisa

dipakai bertahun-tahun. Bahkan dapat dibongkar dan kemudian dipasang lagi di lokasi lain.

Pemasangan jaringan sprinkler membagi areal pembibitan menjadi dua bentuk segi empat

yang sama luasnya. Parit digali di tengah-tengah areal kemudian pipa utama ditanam di

dalam parit tersebut. Besar pipa utama diameternya 10 cm bila luas lahan 8 hektar atau

kurang. Bila luas pembibitan lebih dari 8 hektar besar pipa utama yang dipasang lebih besar

lagi.

Penggunaan sprinkler dengan sistem permanen terbukti membutuhkan biaya yang

cukup besar dibanding dengan penggunanaan sprinkler dengan sistem yang dapat dipindah-

pindahkan, walaupun sistem yang terakhir lebih banyak membutuhkan tenaga kerja yang

lebih banyak. Keuntungan dengan penggunaan sistem sprinkler baik yang permanen maupun

yang dapat dipindah-pindahkan adalah air yang diterima tanaman pada saat penyiraman dapat

stabil dan seragam volumenya antara tanaman satu dengan tanaman lainnya.

C. Selang Politen Perforasi (Perforated Polythene Layflat Tube)

Sistem ini menggunakan selang politen perforasi bagian permukaan atas diberi

lubang. Antara lubang satu dengan yang lainnya berjarak 15 cm dan membentuk dua baris

sepanjang selang. Selang biasanya dikemas dalam bentuk rol, satu rol panjang 100 m, dengan

berat lebih kurang 2,5 kg. Dengan bentuk dan berat tersebut selang sangat mudah untuk

diangkat dan dipindah-pindahkan. Untuk pipa utamanya menggunakan pipa jenis PVC,

sehingga cukup ringan dan mudah untuk diangkut.

Page 28: PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN (TBM) KOMODITAS KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Perawatan Tanaman Belum Menghasilkan. <http://membangunkebun

kelapasawit.webs.com/perawatantbm.htm>. Diakses pada tanggal 20 Mei 2013.

Mangunsong, I. 2013. Perawatan Pohon Kelapa Sawit. <http://daunhijau.com/category/

kelapa-sawit/perawatan-pohon-kelapa-sawit/>. Diakses pada tanggal 20 Mei 2013.

Pahan, I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Jakarta.

Pardemean, M. 2008. Panduan Lengkap Pengelolaan Kebun dan Pabrik Kelapa Sawit. Agro

Media Pustaka, Jakarta.

Risza, S. 1994. Kelapa Sawit, Upaya Peningkatan Produktivitas. Kanisius, Yogyakarta.

Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit: Teknik Budidaya, Panen, dan Pengolahan.

Kanisus, Yogyakarta.

Sundari. 2013. Babat Gulma Piringan Kelapa Sawit TBM. <http://sundari075210.

student.ipb.ac.id/2013/03/03/babat-gulma-piringan-kelapa-sawti-tbm/>. Diakses pada

tanggal 20 Mei 2013.

Wikipedia. 2013. Kelapa Sawit. <http://ms.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit>. Diakses pada

tanggal 20 Mei 2013.