27
IR PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 9 SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISONFITRINIA PS BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata lain (adolescene), kata bendanya adolescentia yang berarti remaja, kata ini berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Menurut Harlock (1980) remaja adalah masa dimana individu mengalami perubahan secara fisik dan psikologi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Menurut Hall (dalam Santrock, 2017) terdapat 4 tahap perkembangan yaitu masa balita (infancy), masa anak (childhood), masa pemuda (youth), dan remaja (adolescence). Masa remaja adalah masa antara usia 12-23 tahun dan merupakan masa topan badai (strum and drang) yang mencerminkan kebudayaan modern penuh gejolak akibat pertentangan dari berbagai nilai sehingga dalam tahap perkembangannya, remaja akan mengalami banyak perubahan dalam diri. Seorang wajar jika cenderung menunjukkan sikap yang labil, hal tersebut disebabkan karena mahasiswa berada dalam upaya pencarian identitas atau jati diri mereka. Perubahan fisik pada remaja merupakan permasalahan yang paling menonjol dan merupakan salah satu sumber utama permasalahan remaja. Menurut (Santrock, 2007) menyatakan bahwa perhatian terhadap citra tubuh sangat kuat terjadi pada remaja akhir, seorang mahasiswa dikategorikan pada tahap masa remaja akhir ini berlomba-lomba untuk dapat memuaskan penampilan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 9

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Remaja

2.1.1 Definisi remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata lain (adolescene), kata

bendanya adolescentia yang berarti remaja, kata ini berarti “tumbuh” atau

“tumbuh menjadi dewasa”. Menurut Harlock (1980) remaja adalah masa dimana

individu mengalami perubahan secara fisik dan psikologi dari masa kanak-kanak

menuju masa dewasa.

Menurut Hall (dalam Santrock, 2017) terdapat 4 tahap perkembangan yaitu

masa balita (infancy), masa anak (childhood), masa pemuda (youth), dan remaja

(adolescence). Masa remaja adalah masa antara usia 12-23 tahun dan merupakan

masa topan badai (strum and drang) yang mencerminkan kebudayaan modern

penuh gejolak akibat pertentangan dari berbagai nilai sehingga dalam tahap

perkembangannya, remaja akan mengalami banyak perubahan dalam diri.

Seorang wajar jika cenderung menunjukkan sikap yang labil, hal tersebut

disebabkan karena mahasiswa berada dalam upaya pencarian identitas atau jati

diri mereka.

Perubahan fisik pada remaja merupakan permasalahan yang paling

menonjol dan merupakan salah satu sumber utama permasalahan remaja.

Menurut (Santrock, 2007) menyatakan bahwa perhatian terhadap citra tubuh

sangat kuat terjadi pada remaja akhir, seorang mahasiswa dikategorikan pada

tahap masa remaja akhir ini berlomba-lomba untuk dapat memuaskan penampilan

Page 2: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 10

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

yang dimiliki dengan berbagai cara untuk menyembunyikan perubahan-

perubahan yang terjadi dalam tubuhnya yang mereka tidak inginkan atau tidak

disukai.

Tugas-tugas dalam masa perkembangan remaja secara tidak langsung

menyebabkan remaja menjadi lebih terpengaruh oleh lingkungan dan orang lain

di sekitarnya. Selain itu, pada masa ini seorang remaja akan mulai belajar begaul

dengan kelompok yang sesuai dengan jenis kelamin mereka yang akan

menyebabkan remaja menjadi lebih muda dipengaruhi oleh factor lain di luar

dirinya (Sumanto, 2014)

2.1.2 Ciri-ciri remaja

Menurut (Hurlock, 1980), masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang

membedakan antara periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut antara

lain:

1. Masa remaja sebagai periode yang penting

Pada periode remaja, baik akibat langsung maupun akibat jangka

panjang tetaplah penting. Perubahan fisik dan psikologis dan keduanya

sama-sama penting. Perkembangan fisik yang cepat dan disertai

perkembangan mental yang cepat juga. Semua perkembangan

menimbulkan perlunya penyesuan mental dan perlunya membentuk sikap,

nilai, dan minat yang baru.

2. Masa remaja sebagai periode peralihan

Page 3: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 11

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

Masa peralihan ini merupakan masa yang tidak terputus atau berubah

dari apa yang sudah terjadi sebelumnya, namun peralihan yang dimaksud

adalah masa yang meneruskan dari masa yang sekarang dan yang akan

datang. Artinya jika anak beralih dari masa kanak-kanak menuju masa

dewasa, anak akan meninggalkan segala sesuatu yang masih bersifat

kekanak-kanakan dan mempelajari pola perilaku dengan mencoba gaya

hidup yang berbeda yang sudah ditinggalkan pada masa kanak-kanak.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan

Ada lima perubahan yang sama dan hampir bersifat universal.

Pertama, meningginya emosi yang memiliki intensitas bergantung pada

perubahan fisik dan psikologis. Kedua, perubahan tubuh, minat, dan peran

yang diharapkan oleh kelompok social. Ketiga, menimbulkan masalah

baru, remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah sampai ia

menyelesaikan sendiri menurut kepuasannya. Keempat, berubahnya minat

dan pola perilaku, maka nilai-nilai juga berubah. Kelima, sebagian besar

remaja bersifat ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menuntut

kebebasan namun takut untuk bertanggung jawab.

4. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi, alasannya

adalah masalah pada masa masa anak-anak sebagian diselesaikan oleh

orang tua sehingga mereka menjadi tidak berpengalaman. Lalu, karena

remaja tersebut merasa mandiri, sehingga menolak bantuan orang tua atau

guru. Karena hal tersebut banyak remaja yang akhirnya menemukan

bahwa penyelesainnya tidak sesuai harapan mereka.

Page 4: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 12

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Penyesuaian diri dengan kelompok masih penting bagi anak laki-laki

maupun perempuan. Lambat laun mereka mulai mendambakan identitas

diri dengan menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala al. lalu

remaja menarik perhatian pada diri sendiri agar dipandang sebagai

individu, dan pada saat yang sama ia mempertahankan identitas dirinya

terhadap kelompok sebaya.

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

Biasanya mereka sulit untuk diatur, cenderung berperilaku yang

kurang baik sehingga membuat banyak orang tua khawatir akan

perilakunya tersebut.

7. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Menjelang berakhirnya masa remaja, umunya mereja sering terganggu

oleh idealism berlebihan bahwa mereja harus melepaskan kehidupan

mereka yang bebas bila telah mencapai kedewasaan. Lalu terdapat

kecenderungan mengagungkan saat masa remaja dan merasa bahwa masa

remaja yang bebas dan Bahagia akan hilang.

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Remaja mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan

dengan kedewasaan, contohnya merokok, minum-minuman keras, obat-

obatan dan seks. Mereka menganggap perilaku tersebut akan memberikan

citra yang mereka inginkan.

Page 5: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 13

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

2.1.3 Tugas perkembangan remaja

Menjadi remaja memiliki beberapa tugas perkembangan yang harus

dijalani, menurut Gunarsa (2003) antara lain:

1. Menerima keadaan fisiknya

Remaja mengalami berbagai macam perubahan fisik yang

berhubungan dengan pertumbuhannya dan kematangan seksual. Perubahan

fisik menghasilkan Panjang lengan dan tungkai maupun tinggi badan yang

tidak sesuai dengan harapan remaja maupun lingkungan. Selain itu,

penampilan juga bisa menjadi sumber kesulitan. Penampilan yang dianggap

mengecewakan diri ini biasanya menjadi kurangnya percaya diri sehingga

merintangi usaha memperluas ruang gerak pergaulan.

2. Memperoleh kebebasan emosional

Remaja perlu merenggangkan ikatan emosional dengan orang tua,

supaya belajar memilih sendiri dan menambil keputusan sendiri. Usaha

memperoleh kebebasan ini biasanya disertai pemberontakan atau melawan

keinginan orang tua dan menimbulkan pertentangan keluarga. Dengan bekal

kebebasan emosional yang baik, remaja dapat bergaul dan menjalankan

tugas perkembangan selanjutnya.

3. Mampu bergaul

Dalam usaha memperluas pergaulan, remaja sering menghadapi

berbagai keadaan, mendapat pengaruh lingkungan baik yang mengarahkan

maupun menjerumuskan. Pada masa remaja bekal pegangan hidup dari

orang tua sudah diacuhkan. Hingga pada akhirnya tidak dapat menempatkan

diri sehingga perlu melaksanakan tugas perkembangan selanjutnya.

Page 6: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 14

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

4. Menemukan model untuk identifikasi

Pada masa ini remaja harus menemukan identitas dirinya. Remaja

mempertanyakan pandangan orang tentang dirinya maupun pandangan

dirinya mengenai dirinya sendiri. Masalah yang sering timbul dalam tugas

perkembangan ini terletak pada langkangnya tokoh identifikasi yang patut

dijadikan model bagi remaja.

5. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri

Pada masa ini terlihat perubahan cara berpikir dengan bertambahnya

minat terhadap peristiwa tidak langsung dan hal yang tidak konkrit. Untuk

mencegah timbulnya perilaku menghambat, maka diperlukan refleksi diri

untuk mengetahui kemampuan, jangkauan mencapai kemungkinan dan

menerima apa yang didapatkan sebagai hasil refleksi.

6. Memperkuat pengusaan diri atas dasar skala nilai dan norma

Remaja sangat mudah terpengaruh dengan lingkungan. Lingkungan

remaja penuh gejolak perasaan, keinginan dan dorongan yang tersalur dalam

perilaku. Orang tua turut berperan dalam pembentukannya. Masalah remaja

dalam usaha memperkuat penguasaan diri berlandaskan system nilai dan

norma sering berpangkal pada kurang jelasnya nilai dan norma yang berlaku

pada masyarakat tersebut. Untuk mencapai tahap tertentu perlu

perangsangan sosial baik dari keluarga atau masyarakat.

7. Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan

Remaja masih bersifat egosentris, sehingga sulit menangguhkan

terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu. Remaja harus menyesuaikan dirinya

dalam hubungan sosial yang lebih luas, dan apabila remaja sudah

Page 7: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 15

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

menemukannya, dapat dikatakan bahwa remaja tidak akan bereaksi secara

kekanak-kanakan. Komunikasi antara orang tua, penduduk, orang dewasa

lain dan remaja harus tetap terpelihara.

2.2 Konsep Social Comparison

2.2.1 Definisi social comparison

Teori social comparison adalah proses dimana orang dapat mengenal diri

mereka sendiri dengan mengevaluasi sikap mereka sendiri, kemampuan,

keyakinan dibandingkan dengan orang lain. Teori social comparison (Festinger,

1954) menjelaskan bahwa setiap orang cenderung membandingkan dirinya

dengan orang lain ketika mereka membutuhkan standart eksternal untuk menilai

kemampuan dan opini mereka. Social comparison dilakukan dimana seseorang

membandingkan kemampuan dan penampilan dirinya dengan orang ain yang

berada dalam lingkungannya. Individu membandingkan diri mereka dengan

orang lain untuk mendorong self-improvement, self-motivation, dan self image

yang positif.

Menurut Jones (2001) mendefinisikan perbandingan sosial sebagai

penilaian kognitif yang dibuat oleh individu tentang atribut tertentu yang

dimilikinya dibandingkan dengan orang lain. Perbandingan merupakan

mekanisme sentral dari penilaian sosial dan dilakukan sebagai bentuk dari

kognisi sosial. Aktivasi otak sebagai prediktor hasil emosional atau perilaku

selanjutnya yang dihasilkan dari upward dan downward comparison (Swencionis

and Fiske, 2014).

Page 8: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 16

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

Seseorang berpikir untuk membuat evaluasi terhadap dirinya serta

peningkatan diri yang bertujuan agar dirinya lebih baik. Selain itu, dalam konteks

objek perbandingan individu melakukan perbandingan tergantung dengan jenis

kelamin mereka. Dimana setiap wanita akan membandingkan dirinya dengan

sesama wanita, begitu juga pula dengan laki-laki akan membandingkan dirinya

dengan sesama laki-laki. Bahkan perbandingan dilakukan dengan objek yang

lebih spesifik (Wheeler, dalam Van Lange, Kruglanski, & Higgins, 2012)

Gambaran variabel peneliti sesuai dengan telaah jurnal, perbandingan

sosial itu sendiri ialah masing-masing orang yang memiliki konsep diri yang

berbeda-beda sehingga menyebabkan dirinya melakukan perbandingan diri.

Terdapat 2 dimensi yang dapat menjelaskan social comparison menurut (Gibbons

and Buunk, 1999) antara lain ability dan opinion. Ability merupakan

perbandingan yang dilakukan individu ketika seseorang ingin mengetahui

seberapa akurat penilaian tentang performanya sedangkan opinion merupakan

perbandingan yang dilakukan individu yang mengacu bagaimana individu

tersebut sebenarnya berfikir.

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa individu yang sering

melakukan perbandingan diri dengan orang lain akan lebih sering mengalami

perasaan negative seperti kekecewaan, ketidakpuasan perasaan bersalah,

penyesalan mendalam, muncul perilaku seperti gangguan makan (Corcoran, K.

dkk, 2011)

2.2.2 Jenis-jenis social comparison

Menurut Festinger (1954) terdapat dua jenis social comparison yaitu:

Page 9: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 17

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

1. Upward comparison adalah ketika individu membandingkan dirinya dengan

orang lain yang dipercaya lebih baik daripada dirinya. Kasus terbanyak yang

ditemukan pada orang melakukan upward social comparison ialah efek

negative yang pada harga diri seseorang (Vogel, dkk, 2015). Menurut meta-

analisa sebelumnya dACC merupakan bagian pengaruh negative dan control

kognitf serta mencerminkan evaluasi subjektif (Kedia, Mussweiler and

Linden, 2014). Selain itu AI juga bertugas terkait kognisi, emosi atau

interaksi diantara mereka.

2. Downward comparison adalah perbandingan yang dilakukan seseorang

dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang mereka percaya

lebih buruk daripada dirinya. Downward comparison merupakan suatu

perbandingan yang bersifat postif atas harga diri seseorang. VS dan mPFC

merupakan mekanisme bertahan yang memungkinkan social comparison

penyesuaian perilaku seseorang dengan perilaku orang lain terkait dengan

kognisi sosial dan pemprosesan emosional. Dengan demikian, merangsang

peningkatan diri dengan aktivitas jaringan saraf dan motivasi yang saling

berhubungan. Sehingga individu yang melakukan downward comparison

akan lebih merasa bersyukur dengan cara menerima diri sendiri atas

kelebihan dan kekurangan yang dimiliki atau self acceptance (Putra, 2018).

2.2.3 Kategori social comparison

Masters & Keil (dalam Amalia, 2004) membagi komparasi sosial menjadi enam

kategori yaitu:

1. Subjective-social

Page 10: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 18

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

Komparasi social yang dilakukan dengan membandingkan diri dengan orang

lain.

2. Objective-social

Komparasi social yang dilakukan dengan membandingkan orang dengan orang

lain.

3. Subjective-personal

Komparasi social yang dilakukan dengan membandingkan diri sendiri dengan

diri sendiri.

4. Referent-personal

Komparasi social yang dilakukan dengan membandingkan diri dengan standar

referensi.

5. Objective-referent

Komparasi social yang dilakukan dengan memandingkan standar referensi

dengan standar referensi.

2.2.4 Aspek-Aspek dalam melakukan Social Comparison

Perilaku social comparison diukur dari segi aspek ketidakpuasan terhadap

fisik tubuh. Lima aspek fisik menjadi objek perbandingan individu (Schaefer and

Thompson, 2014), yaitu:

1. Penampilan fisik (physical appearance)

Individu membandingkan penampilan fisiknya terhadap penampilan

individu lain.

Page 11: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 19

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

2. Berat tubuh (weight)

Individu membandingkan berat tubuhnya dengan berat tubuh individu

lainnya.

3. Bentuk tubuh (body shape)

Individu membandingkan bentuh tubuhny dengan bentuk tubuh individu

lain. Seorang perempuan cenderung membandingkan tubuh langsing yang

dimiliki perempuan lainnya sedangkan seorang laki-laki cenderung

membandingkan tubuhnya dengan otot yang dimiliki laki-laki lainnya.

4. Ukuran tubuh (body size)

Individu membandingkan ukuran dari bagian-bagian tubuh yang dimiliki

dengan bagian tubuh yang dimiliki individu lain.

5. Lemak tubuh (body fat)

Individu mebandingkan bagian-bagian tubuh yang cenderung memiliki

lemak berlebih dengan bagian-bagian tubuh indvidu lain. Perempuan

cenderung membandingkan lemak pada bagian pipi dan perut.

2.2.5 Faktor yang mempengaruhi social comparison

Terdapat 3 faktor yang mempengaruhi social comparison menurut Festinger

(1954), yaitu:

1. Evaluasi diri yang akurat, orang-orang cenderung menginginkan informasi

tentang dirinya yang benar, meskipun informasi yang diperoleh buruk.

2. Self-enhancement, orang yang melakukan perbandingan social bertujuan

untuk menonjolkan dirinya, bukan dengan tujuan untuk mengevaluasi

dirinya.

Page 12: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 20

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

3. Perbaikan diri, seseorang yang melakukan upward comparison dengan orang

yang lebih berhasil, berharap dapat memperbaiki dan meningkatkan keadaan

dirinya. Dengan demikian, individu yang melakukan dirinya dengan orang

lain adalah belajar lebih banyak tentang kemampuan mereka, sehingga

mereka semakin baik

2.3 Konsep Body Dissatisfaction

Sebelum menjelaskan tentang body dissatisfaction, akan dibahas sedikit

mengenai body image terlebih dahulu karena body dissatisfaction merupakan

bagian dari body image.

2.3.1 Definisi Body Image

Citra tubuh (body image) merupakan cara berfikir seseorang untuk

melihat mengenai diri yang sekarang (Marhamah and Okatiranti, 2014). Selain

itu menurut (Solistiawati and Novendawati, 2015) citra tubuh yaitu pemikiran

secara rasional mengenai persepsi tubuhnya serta penampilan terhadap dirinya.

2.3.2 Dimensi Body Image

1. Positive body image

Positive body image adalah pandangan diri mengenai tubuh bahwa tubuh

yang dimiliki sudah sesuai dengan kondisi tubuh yang diharapkan. Selain itu

pada positive body image adanya kepuasan mengenai kondisi tubuh yang

dimiliki. Menurut (Grogan, 2007) kepuasan atas tubuh dapat meningkatkan

self-esteem, kepercayaan diri, serta Kesehatan. Individu yang memiliki

kepuasan terhadap tubuhnya akan memiliki rasa menghargai atas tubuh yang

dimilikinya.

Page 13: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 21

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

2. Negative body image

National eating disorder association (2003), negative body image yaitu

adanya persepsi terhadap bentuk tubuh sendiri yang menyakini bahwa kondisi

bentuk tubuh tidak lebih menarik dari tubuh orang lain (Sunartio, Sukamto

and Dianovinina, 2012). Kondisi tersebut dapat menyebabkan munculnya

kegagalan personal, perasaan cemas terhadap tubuh, rasa aneh dan tidak

nyaman dengan tubuh yan dimiliki hingga merasa malu terhadap tubuh

sendiri.

2.3.3 Definisi Body Dissatisfaction

Body dissatisfaction merupakan bagian dari body image karena dari definisi

body image itu sendiri merupakan gambaran atau persepsi seseorang mengenai

tubuhnya, apabila seseorang mempunyai pemikiran tentang dirinya yang positif

tidak mungkin ia mengalami ketidakpuasan tubuh atau yang disebut dengan body

dissatisfaction (Solistiawati and Novendawati, 2015). Menurut Ogden (2007)

mengatakan bahwa body dissatisfaction merupakan perbedaan konsep antara

persepsi individu dengan ukuran tubuh mereka dan persepsi tubuh ideal yang

mereka inginkan, atau hanya perasaan tidak puas dengan bentuk dan ukuran

tubuh individu.

Menurut Freedman (Sumali, dkk, 2008) body dissatisfaction dapat

menyebabkan timbulnya permasalahan kesehatan fisik, permasalahan yang

mungkin timbul meliputi gangguan makan, diet yang ternyata justru

menimbulkan kelebihan berat badan dan timbulnya perilaku-perilaku

menghukum diri. Ketidakpuasan bentuk tubuh yang tinggi dapat memberikan

Page 14: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 22

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

efek negative yaitu depresi, rendahnya harga diri, penyimpangan makan, serta

bunuh diri atau kematian.

2.3.4 Dimensi Body Dissatisfaction

Cooper, Taylor, dan Fairburn (dalam Pietro & Silveira, 2008) menyatakan

beberapa persepsi dan sikap yang berhubungan dengan body disaatisfaction

sebagai berikut:

1. Self perception of body shape

Persepsi yang dimiliki individu tentang bentuk tubuhnya. Individu ingin

mengurangi berat badan melalui diet maupun hanya dengan membayangkan

mampu menghilangkan beberapa lemak di bagian tubuhnya.

2. Comparative perception of body image

Individu membandingkan persepsi tubuhnya dengan orang lain. Individu

berpikir menjadi gemuk maupun terlalu gemuk. Individu lebih focus terhadap

ranah kognitifnya terkait pikiran menjadi semakin gemuk.

3. Severe alterations in body perception

Individu mengalami persepsi yang buruk atau parah terhadap tubuhnya.

Individu merasa lebih buruk dari orang lain. Individu menarik diri dan

menghindar dari lingkungan yang mengekspos tubuhnya secara berlebih.

4. Attitude concerning body image alteration

Sikap yang ditunjukkan oleh individu terhadap citra tubuhnya. Individu

merasa gemuk setelah makan, sehingga sikap yang ditunjukkan oleh individu

menjadi merasa bersalah setelah makan.

Page 15: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 23

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

Menurut (Shroff, Calogero and Thompson, 2009) body dissatisfaction

dalam pengukurannya dapat diasosiakan dengan 3 kategori (komponen afektif,

kognitif, dan perilaku) yaitu:

1. Komponen afektif

Komponen ini berbicara tentang perasaan dan emosi individu terhadap

penampilan dan bentuk fisiknya. Seseorang yang mengalami body

dissatisfaction mempunyai perassan negatif terhadap bentuk tubuhnya. Ia

tidak menyukai bentuk tubuhnya.

2. Komponen kognitif

Komponen ini merupakan persepsi dan pemikiran individu tentang

penampilan tubuhnya. Di dalam komponen ini terdapat pengetahuan dan

informasi yang berkaitan dengan citra tubuh disimpan dan diproses.

Informasi-informasi tersebut berupa pengetahuan mengenai bentuk dan

ukuran tubuhnya sendiri dengan bentuk dan ukuran tubuh yang dianggap

positif atau negatif oleh lingkungan sosial.

3. Komponen perilaku

Komponen ini muncul berdasarkan pengaruh komponen kognitif dan afektif.

Komponen ini menitikberatkan pada penghindaran situasi yang menyebabkan

individu mengalami ketidaknyamanan yang berhubungan dengan penampilan

fisik.

2.3.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi body dissatisfaction

Menurut Thompson, Heinberg, and Tantleff-Dunn, 1999, faktor yang

mempengaruhi body dissatisfaction, yaitu:

Page 16: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 24

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

1. Sosio-kultultural

a. Media

Hal yang paling umum yang sudah diyakini bahwa body

dissatisfaction disebabkan oleh media sosial. Oleh karena itu media sosial

memegang peranan penting. Ketidakpuasan tubuh dapat dipresentasikan

melalui public figure yang mempumyai tubuh ideal karena dianggap

representasi figur ideal yang sesuai. Adapun tren bentuk tubuh pada

remaja akhir khusus laki-laki yang berkembang pada masa sekarang

khsusnya di Indonesia. Tren tersebut akibat dari paparan media iklan di

televisi produk nutrisi untuk pria seperti iklan L-Men, sehingga mereka

menganggap bahwa bagi seorang remaja akhir laki-laki dikatakan

menarik dan dianggap ideal jika memliki bentuk tubuh atelitis

proposional, dengan tubuh kurus namun dengan bentuk tubuh otot yang

tidak berlebihan yang ditandai dengan indeks massa tubuh yang ideal bagi

remaja akhir laki-laki (Maharani, 2016)

Sedangkan bagi perempuan mereka mempercayai bahwa thinness

(konsep kurus) merupakan bentuk tubuh yang diinginkan sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Brown dan Tiggemann (2016) menyatakan

bahwa paparan gambar selebriti dengan tubuh ideal dan menarik dapat

merusak citra tubuh (body image) individu tersebut.

b. Faktor lingkungan dan keluarga

Menurut Grogan (dalam Pratiwi, 2016) kelas sosial berpengaruh

terhadap ketidakpuasan terhadap citra tubuh. Hal ini dibuktikan dalam

penelitian Wardle dan Marslan, bahwa individu dengan kelas sosial yang

Page 17: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 25

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

tinggi cenderung tidak puas dengan citra tubuh yang dimiliki. Individu

yang memiliki kelas sosial tinggi mudah mengakses segala bentuk

informasi. Sedangkan pada kalangan kelas sosial yang lebih rendah

cenderung terbatas dalam mengakses informasi yang modern.

c. Peer group

Peer group atau kelompok teman sebaya dapat diartikan sebagai

kumpulan orang yang berada dalam lingkungan yang sama dan saling

berinteraksi dan melakukan aktivitas bersama. Kelompok teman sebaya

merupakan lingkungan sosial yang terdekat kedua setelah orang tua dan

keluarga. Kelompok teman sebaya juga merupakan kumpulan individu

yang ingin mengekspresikan diri pada orang-orang yang memiliki tujuan

yang sama (Santrock, 2011). Ketika mereka sering berinteraksi termasuk

bertukar pendapat maka mereka akan mempunyai suatu pemikiran yang

sama mengenai termasuk mengenai fisik. Budaya ini disebut peer

appearance culture yaitu budaya yang terbentuk dalam kelompok teman

sebaya karena pengalaman serta interaksi yang brulang-ulang mengenai

penampilan masing-masing. Peer appearance culture ini dapat terbentuk

gambaran ideal yang dimiliki oleh kelompok teman sebaya (Wardani,

2019)

Penelitian yang dilakukan Jones (2002) menunjukkan bahwa

perbandingan social mengenai fisik pada teman sebaya, model, selebriti

berhubungan dengan ketidakpuasan tubuh remaja. Kritik dan evaluasi dari

teman sebaya mengenai tubuh dapat mempengaruhi stategi perubahan

Page 18: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 26

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

tubuh dan membuat mereka melakukan penurunan berat badan (McCabe

and Ricciardelli, 2003).

2.3.6 Dampak Body Dissatisfaction

Menurut Brehm (1999) body dissatisfaction berdampak antara lain:

1. Individu merasa tidak percaya diri dan cenderung memiliki harga diri yang

rendah karena merasa masih tidak puas dengan keadaaan dirinya, ia belum

mampu menerima kelebihan dan kekurangan pada dirinya.

2. Depresi yang dirasakan individu karena merasa masih belum puas dengan

dirinya sehingga lama-kelamaan menimbulkan depresi pada individu itu

sendiri.

3. Eating disorder dan masalah kesehatan pada mereka yang mengalami body

dissatisfaction akan terus menerus merasa bahwa tubuhnya tidak pernah

langsing dan merasa selalu gemuk.orang merasa body dissatisfaction ini akan

mengurangi jumlah makannya, bahkan bisa saja memuntahkan kembali

makanan yang sudah dimakan karena akut mengalami kenaikan berat badan.

4. Kematian individu yang mengalami body dissatisfaction akan memikirkan

berbagai cara yang terkadang membahayakan diri. Seperti gangguan makan

anorexia nervosa dan bulimia nervosa yang apabila terjadi berlarut dan

semakin parah akan menyebabkan kematian.

Selain hal di atas, ada dampak lain dari body dissatisfaction menurut (Forbes, et.

al, 2012) yaitu:

5. Melakukan olahraga berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan individu.

Olaraga harus disesuaikan dengan kemampuan dan dibatasi sesuai kebutuhan.

Page 19: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 27

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

2.4 Teori Calista Roy

Model konsep adatasi pertama kalidikemukakan oleh Sister Callista Roy

(1969). Roy mengungkapkan bahwa manusia adalah suatu system adaptif.

System merupakan satu set dari beberapa bagian yang berhubungan dengan

keseluruhan fungsi yang berfungsi untuk beberapa tujuan dan juga keterkaitan

dari beberapa bagian yang lain.

1. Input (masukan)

Roy mengidentifikasi bahwa input sebagai stimulus, merupakan kesatuan

informasi, bahan-bahan atau energi dari lingkungan yang dapat menimbulkan

respon, dimana dibagi dalam 3 tingkatan yaitu stimulus fokal, konstektual,

dan stimulus residual.

1) Stimulus fokal yaitu stimulus internal atau eksternal bagi system manusia

yang muncul dengan tiba-tiba.

2) Stimulus konstektual yaitu semua stimulus lain yang dialami seseorang

baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi situasi dan dapat

diobservasi, diukur dan secara subyektif dilaporkan.

3) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan relevan dengan

situasi yang ada tetapi sukar untuk diobservasi meliputi kepercayan,

sikap, sifat individu berkembang sesuai pengalaman yang lalu, hal ini

memberi proses belajar untuk toleransi.

2. Mekanisme koping

Manusia sebagai suatu system yang dapat menyesuaikan diri disebut

mekanisme koping. Mekanisme koping dibedakan menjadi 2 yaitu

mekanisme koping bawaan dan mekanisme koping dipelajari. Mekanisme

Page 20: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 28

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

koping bawaan ditentukan oleh sifat genetik yang dimiliki, umunya

dipandang sebagai proses yang terjadi secara otomatis. Sedangkan

mekanisme koping yang dipelajari dikembangkan melalui strategi seperti

pembelajaran atau pengalaman yang dialami selema menjadi kehidupan

berkontribusi terhadap respon yang biasanya diperguanakan kepada stimulus

yang dihadapi.

Sistem adaptasi memiliki empat mode adaptasi diantaranya:

1. Fungsi fisiologis, komponen sistem adaptasi ini yang adaptasi fisiologis

diantaranya oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat,

integritas kulit, indera, cairan dan elektrolit, fungsi neurologis dan fungsi

endokrin.

2. Konsep diri yang mempunyai pengertian bagaimana seseorang mengenal

pola-pola interaksi social dalam berhubungan dengan orang lain.

3. Fungsi peran merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan

bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi social

dalam berhubungan dengan orang lain.

4. Interdependent merupakan kemampuan seseorang mengenal pola-pola

tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan secara

interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok.

5. Kontrol

Proses kontrol seseorang menurut Roy adalah bentuk mekanisme koping

yang di gunakan. Mekanisme kontrol ini dibagi atas regulator dan kognator

yang merupakan subsistem.

1) Subsistem regulator

Page 21: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 29

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

Subsistem regulator mempunyai komponen-komponen : input-proses

dan output. Input stimulus berupa internal atau eksternal. Transmiter

regulator sistem adalah kimia, neural atau endokrin. Refleks otonom

adalah respon neural dan brain sistem dan spinal cord yang diteruskan

sebagai perilaku output dari regulator sistem. Banyak proses fisiologis

yang dapat dinilai sebagai perilaku regulator subsistem.

2) Subsistem kognator yaitu gambaran respon yang kaitannya dengan

perubahan kognitif dan emosi termasuk proses persepsi dan informasi,

belajar, menilai, dan emosi.

Persepsi merupakan interpretasi dari suatu stimulus. Persepsi

menghubungkan regulator dengan kognator, input-input untuk regulator

diubah menjadi persepsi. Persepsi adalah proses kognator. Respon-respon

yang mengikuti suatu persepsi adalah umpan balik bagi kognator maupun

regulator.

6. Output (keluaran)

Output dari suatu sistem adalah perilaku yang dapt di amati, diukur atau

secara subyektif dapat dilaporkan baik berasal dari dalam maupun dari luar .

Perilaku ini merupakan umpan balik untuk sistem. Roy mengkategorikan

output sistem sebagai respon yang adaptif atau respon yang tidak mal-adaptif.

Respon yang adaptif dapat meningkatkan integritas seseorang yang secara

keseluruhan dapat terlihat bila seseorang tersebut mampu melaksanakan

tujuan yang berkenaan dengan kelangsungan hidup, perkembangan,

reproduksi dan keunggulan. Sedangkan respon yang mal adaptif perilaku

yang tidak mendukung tujuan ini.

Page 22: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 30

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

Input Proses Efektor Output

Control

Tingkat

Adaptasi

Stimulus

Feedback

Gambar 1.2 Skema manusia sebagai system adaptif. (Diambil dari Roy, C.. [1984].

Introduction to nursing: An adaptation model [Edisi ke-2, hal. 30]. Englewood Cliffs,

NJ: Prentice Hall.)

2.5 Keaslian Penelitian

untuk keaslian penelitian, peneliti mencari literature menggunakan e-repository

Universitas Airlangga, Google Schoolar, NCBI, dan RecearchGate. Di dalam

pencarian tersebut peneliti memasukkan kata kunci seperti perbandingan sosial

atau social comparison, body dissatisfaction, ketidakpuasan bentuk tubuh, dan

sociocultural influence.

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian “Hubungan antara Social Comparison dengan

Body Dissatisfaction dari lingkungan sosiokultural pada Mahasiswa

Universitas Airlangga”

No Judul Karya Ilmiah, Penulis,

dan Tahun

Metode (Desain, Sampel,

Variabel, Instrumen,

Analisis)

Hasil Penelitian

1. Dissatisfaction dan Perilaku

Diet pada Mahasiswa

Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang

Desain: Cross sectional

Sampel: 379 mahasiswa

Variabel Independen:

- Body Dissatisfaction

Variabel Dependen:

Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa

sebagian besar status gizi

yang normal tetapi merasa

Mekanisme

Koping

Regulator

Kognator

Fungsi fisiologis

Konsep diri

Fungsi peran

Interdependensi

Respons

adaptif dan

inefektif

Page 23: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 31

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

No Judul Karya Ilmiah, Penulis,

dan Tahun

Metode (Desain, Sampel,

Variabel, Instrumen,

Analisis)

Hasil Penelitian

(Meiliana, Valentina and

Retnaningsih, 2018) - Perilaku Diet

Instrumen: Menggunakan

skala adaptasi dari Body

Shape quisionnaire (BSQ-34)

dan memperoleh informasi

mengenai berat dan tinggi

badan responden, alasan diet,

metode diet,perilaku diet

Analisis: Uji Kendall Tau-b

tidak puas dengan bentuk

tubuhnya sehingga mereka

memiliki perilaku diet

yang cenderung ke arah

tidak baik

2. Prediction of Body Image

Dissatisfaction from Self-

esteem, Thin-ideal

Internalization and

Appearance-related Social

Comparison (Shahyad,

Pakdaman and Shokri, 2015)

Desain: Studi kolerasi

Sampel: 477 siswa SMA

Teheran

Variabel Independen:

- Body Image

Dissatisfaction from Self-

esteem, Thin-ideal

Internalization

Variabel Dependen:

- Appearance-related Social

Comparison

Instrumen: Skala Rosenberg-

Selfesteem, Skala Appearance

Evaluation, Skala Physical

Comparison

- Analisis: Korelasi Pearson

Bersama dengan rgresi

bertahap

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa harga

diri memainkan peran

dalam memprediksi

ketidakpuasan citra tubuh.

Internalisasi kurus-ideal

membuat orang

menetapkan standar tinggi

yang tidak disukai untuk

dipenuhi. Akibatnya,

perbedaan bentuk tubuh

saat ini dan bentuk ideal

menyebabkan

ketidakpuasan tubuh serta

kesehatan mental lainnya ,

dengan kata lain, jika

perbandingan sosial

berkaitan dengan

penampilan meningkat

maka ketidakpuasan tubuh

juga akan semakin

meningkat.

3. Hubungan Antara Social

Comparison dan Harga Diri

Terhadap Citra Tubuh pada

Remaja Perempuan (Sari and

Suarya, 2018)

Desain: kuantitatif

Sampel: 100 orang remaja

Variabel Independen:

- Social comparison

- Harga diri

Variabel Dependen:

- Citra tubuh

Instrumen: Menggunakan

instrument Skala Citra Tubuh,

Skala Social Comparison, dan

Skala Harga Diri

Analisis: Uji regresi ganda

Adanya hubungan antara

social comparison dan

harga diri terhadap citra

tubuh pada remaja

perempuan dapat

disebabkan karena citra

tubuh merupakan evaluasi

atau sikap yang dimiliki

oleh seseorang terhadap

tubuhnya. Evaluasi atau

sikap tersebut bisa berupa

perasaan suka, puas,

atau positif yang

Page 24: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 32

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

No Judul Karya Ilmiah, Penulis,

dan Tahun

Metode (Desain, Sampel,

Variabel, Instrumen,

Analisis)

Hasil Penelitian

ditunjukan dengan

penerimaan terhadap

bentuk tubuh yang

dimiliki atau juga bisa

berupa perasaan tidak

suka, tidak puas, atau

negatif terhadap terhadap

bentuk fisik seperti

ukuran tubuh, berat

badan, dan bentuk tubuh.

4. The effect of Instagram “likes”

on women’s social comparison

dissatisfaction (Tiggemann et

al., 2018)

Desain: Eksperimen

Sampel: 220 mahasiswa

wanita sarjana

Variabel Independen:

- Pengaruh ‘like’ instagram

Variabel Dependen:

- Perbandingan social

perempuan

- Body dissatisfaction

Instrumen: Menggunakan

visual analogue scales (VAS),

comparison scales

Analisis: Menggunakan uji

ANOVA

Hasil penelitian yaitu

dengan menunjukkan

dengan menunjukkan

gambar orang yang kurus-

ideal ‘like’ di Instagram

dikaitkan dengan lebih

banyak perbandingan

penampilan dan

ketidakpuasan wajah.

Hasil menggambarkan

bagaimana aspek interaksi

social yang unik dari

media social dapat

mempengaruhi citra tubuh

5. Social comparisons with media

images are cognitively

inefficient even for women who

say they feel pressure from the

media (Want and Saiphoo,

2017)

Desain: Eksperimen

Sampel: 151 mahasiswi

Variabel Independen:

- Perbandingan sosial

Variabel Dependen:

- Tidak efisien secara

kognitif

Instrumen:

Analisis: Uji ANOVA

Banyak dilaporkan

khususnya mahasiswi

merasa sangat tertekan

dengan penampilannya di

social media. Partisipan

dibebaskan

mendemonstrtasikan

peningkatan perasaan

negatif dan kurangnya

kepuasan akan diri sendiri

sebelum terekspose ke

media.

6. Social media is not real: The

effect of ‘Instagram vs reality’

images on women’s social

comparison and body image

(Fardouly and Holland, 2018)

Desain: Eksperimen

Sampel: 305 perempuan

Variabel Independen:

- Efek instagram

Variabel Dependen:

- Perbandingan sosial

Gambar yang kontras

berfungsi untuk

mengingatkan wanita

bahwa media sosial itu

palsu, bahwa tidak ada

yang sempurna, bahwa itu

Page 25: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 33

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

No Judul Karya Ilmiah, Penulis,

dan Tahun

Metode (Desain, Sampel,

Variabel, Instrumen,

Analisis)

Hasil Penelitian

normal untuk memiliki

kekurangan dan bahwa

mereka tidak boleh

membandingkan diri

mereka dengan orang lain

di media social. Logika

yang mendasarinya adalah

dicegah untuk

membandingkan diri

mereka dengan gambar

yang tidak realistis dan

ideal yang disajikan di

Instagram, maka kepuasan

tubuh akan dipertahankan

7.

Sociocultural and identity

predictors of body

dissatisfaction in ethnically

diverse college women

(Rakhkovskaya and Warren,

2016)

Desain: Korelasi

Sampel: 1.018 mahasiswi

Variabel Independen:

- Thin-ideal internalization

or pressures for thinnes

- Ethnic identitiy

Variabel dependen:

- Body Dissatisfaction

Instrumen: Skala SATAQ-4,

MEIM (Multigroup Ethnic

Identity), AIM (The

American Identify Measure),

EDEQ (The Eating Disorder

Examination Questionnaire)

Analisis: Analisis ANOVA,

korelasi Pearson, dan hierarki

regresi

Hasil penelitian yang

muncul menunjukkan

bahwa identitas etnis dan

identitas Amerika

dikaitkan dengan

Kesehatan mental di etnis

minoritas dan Eropa

Amerika. Selain itu,

meskipun identitas etnis

dikaitkan dengan

ketidakpuasan tubuh yang

berkurang pada wanita

minoritas. Temuan

menunjukkan identitas

etnis itu mungkin

merupakan factor

pelindung terhadap

patologi makan untuk

wanita Asia Amerika dan

Afrika Amerika.

8. Hubungan Antara Komparasi

Sosial dengan Citra Tubuh pada

Remaja Laki-laki di Denpasar

(Ayu et al., 2019)

Desain: Korelasi

Sampel: 100 remaja laki-laki

Variabel Independen:

- Komparasi sosial

Variabel dependen:

- Citra tubuh

Instrumen: Skala komparasi

sosial dan skala citra tubuh

Analisis: Analisis Pearson

Product

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa

remaja laki-laki yang

memiliki komparasi social

yang tinggi maka akan

semakin tidak puas

terhadap citra tubuhnya

sedangkan remaja laki-laki

yang memiliki komparasi

Page 26: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 34

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

No Judul Karya Ilmiah, Penulis,

dan Tahun

Metode (Desain, Sampel,

Variabel, Instrumen,

Analisis)

Hasil Penelitian

sosial yang rendah akan

memiliki citra tubuh yang

rendah.

9. Sociocultural Influences, Drive

for thinness, Drive for

Muscularity, and Body

Dissatisfaction Among Korean

Undergraduates (You and Shin,

2020)

Desain: Korelasi

Sampel: Mahasiswa dari 3

universitas swasta di Seoul,

Korea

Variabel Independen:

- Sociocultural Influences,

Drive for thinness, Drive

for Muscularity

Variabel dependen:

- Body Dissatisfaction

Instrumen: Subskala The

Drive for Thinnes dari Eating

Disorder Inventory, Skala The

Drive for Muscularity,

Subskala The Body

Dissatisfaction dari Eating

Disorder Inventory, Skala

pengaruh tripartite, Kuesioner

Leisure Time Exercise

Analisis: Analisis Structural

Equation Modeling (SEM)

Penelitian ini bertujuan

memperluas literature

tentang citra tubuh dengan

meneliti hubungan antara

masing-masing domain

tekanan sosiokultural

(media, orang tua, dan

teman sebaya). Pengaruh

tiga pihak mencakup

model pengaruh langsung

(tekanan sosial budaya)

dan hubungan perantara

(internalisasi standar tubuh

masyarakat) sebagai faktor

yang menyebabkan

ketidakpuasan tubuh.

Ketidakpuasan tubuh

diketahui secara signifikan

mempengaruhi kesehatan

fisik dan mental

seseorang, penelitian

selanjutnya perlu

mengidentifikasi faktor-

faktor yang berpengaruh

di area ini, serta apa yang

menyebabkan

ketidakpuasan tubuh

meningkat.

10. Social Comparison as a

Predictor of Body

Dissatisfaction: A Meta-

Analytic Review (Myers and

Crowther, 2009)

Desain: Korelasional dan

eksperimental

Sampel: mengumpulkan

artikel yang menghasilkan

271 artikel dan disertasi yang

tampaknya meneliti hubungan

antara sosial perbandingan

dan citra tubuh

Variable Independen:

Social comparison

Membandingkan diri

dengan seseorang

berdasarkan penampilan

terkait dengan tingkat

ketikdapuasan tubuh lebih

tinggi.

11. Social Comparison and

Women's Body Satisfaction (Lin

and Kulik, 2002)

Desain: Eksperimental

Sampel: 67 mahasiswi di

Universitas California

Wanita yang

membandingkan dirinya

dengan teman yang kurus

Page 27: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Remaja 2.1.1 Definisi …

IR – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 35

SKRIPSI HUBUNGAN SOCIAL COMPARISON… FITRINIA PS

No Judul Karya Ilmiah, Penulis,

dan Tahun

Metode (Desain, Sampel,

Variabel, Instrumen,

Analisis)

Hasil Penelitian

Desain: Eksperimental

Sampel: 67 mahasiswi di

Universitas California

Variabel Independen:

Social comparison

Variabel Dependen:

Women’s body satisfaction

Instrumen:Skala harga diri,

skala kepuasan bagian tubuh,

Analisis: Analisis ANOVA

mungkin mengalami

kehilangan harga diri dan

kepercayaan diri tetapi

mungkin juga menjadi

lebih cenderung melihat

dirinya lebih baik daripada

rekan pembanding di

dimensi lain (misalnya,

lebih sukses, cerdas, lucu,

dll). Efek asimetris dari

perbandingan sosial ini

dapat berkontribusi

langsung pada tingginya

prevalensi ketidakpuasan

tubuh yang dilaporkan di

antara wanita