29
BAHAN AJAR.02.Epid.Bid KONSEP PENYEBAB PENYAKIT Disusun Oleh : Murwati, SKM, M.Kes.Epid Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 1

Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

  • Upload
    blvck29

  • View
    236

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Konsep Penyakit

Citation preview

Page 1: Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

BAHAN AJAR.02.Epid.Bid

KONSEP PENYEBAB PENYAKIT

Disusun Oleh :

Murwati, SKM, M.Kes.Epid

POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA

JURUSAN KEBIDANAN KLATEN

2013

Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 1

Page 2: Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

A. Mata Kuliah : Epidemiologi

B. Semester : IV

C. Metode : Kelas dan Belajar mandiri

D. Waktu : Kelas : 3 X 50 menit

Kompetensi Dasar : Pada bab ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan konsep

penyebab penyakit berbagai model .

1. Model The epidemiologic triangle/triads(segitiga epidemiologi)

2. The web of causation (jaring-jaring sebab akibat)

3. The wheel (roda).

Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 2

Page 3: Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

A. SEGITIGA EPIDEMIOLOGI ( The Epidemiologic Triagle)

Gordon pada tahun 1950 menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit

pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yakni:

1. Agen Penyakit

Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis.

Kadang- kadang untuk penyakit tertentu, penyebabnya tidak diketahui seperti

penyakit ulkus peptikum, coronary hearts dan lain-lain. Agen penyakit dapat

diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu :

a. Agen Biologis, misalnya : Virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa dan

metazoa

b. Agen nutrien, misalnya : Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan

air

c. Agen fisik, misalnya : Panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan

d. Agen chemis, misalnya : Dapat bersifat endogenous seperti asidosis, diabetes

(hiperglikemia), uremia, dan eksogenous seperti zat kimia, alergen, gas,

debu, dan lain-lain.

e. Agen Mekanis, misalnya : Gesekan, benturan, pukulan yang dapat

menimbulkan kerusakan jaringan tubuh.

2. Host (Pejamu)

Adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat

mempengaruhi timbulnya serta perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut

banyak macamnya antara lain :

a. Umur

Angka kesakitan dan kematian dalam hampir semua keadaan

menunjukkan hubungan dengan umur. Keadaan ini berkaitan dengan :

1) Fungsi dari proses umur, perkembangan, immunitas, dan keadaan

fisiologis.

2) Perubahan kebiasaan makan dari tiap-tiap golongan umur atau dengan

perjalanan waktu

3) Perubahan daya tahan tubuh

Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 3

Page 4: Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

4) Penyakit-penyakit tertentu yang menyerang umur-umur tertentu seperti

penyakit smallpox pada anak-anak, penyakit kanker pada usia

pertengahan, dan penyakit artelosklerosis pada usia lanjut.

b. Jenis Kelamin

Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa adanya penyakit-penyakit

yang menyerang jenis kelamin tertentu. Misalnya pada perempuan seperti,

kanker payudara, risiko kehamilan dan penyakit hipertrifi prostat hanya

dijumpai pada laki-laki. Perbedaan faktor ini sangat dipengaruhi oleh :

1) Faktor dari dalam diantaranya adalah :

(a) Keturunan (herediter)

(b) Perbedaan hormonal

2) Faktor dari luar diantaranya adalah:

(a) Perokok

(b) Peminum alkohol

(c) Pekerja berat

(d) Pekerjaan-pekerjaan yang berbahaya

c. Ras

Hubungan antara ras dengan penyakit berkaitan dengan kebiasaan

makan, susunan genetika, gaya hidup, perkembangan adat-istiadat dan

kebudayaan, sehingga terdapat penyakit yang hanya dijumpai pada ras

tertentu seperti sikle cell anemia pada ras negro.

d. Genetik

Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara hederiter seperti:

mongolism, fenilketonuria, buta warna, hemofilia, dan lain-lain

e. Pekerjaan

Jenis pekerjaan tertentu mempunyai hubungan erat dengan penyakit

tertentu, diantaranya adalah:

1) Faktor lingkungan yang berhubungan dengan penyakit, misalnya bahan

kimia, gas-gas beracun, benda-benda fisik yang menimbulkan

kecelakaan antara lain silikosis, asbestosis dan lain-lain.

2) Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress,misalnya ulkus peptikum,

hipertensi dan sebagainya.

Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 4

Page 5: Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

f. Status kekebalan

Reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung dari status kekebalan yang

dimiliki sebelumnya, seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan

lama dan seumur hidup.

g. Kebiasaan hidup

Seseorang yang terbiasa hidup kurang bersih, tentunya lebih mudah

terkena penyakit infeksi, dan seseorang dengan gaya hidup sedentary (tidak

banyak gerak), akan lebih mudah terkena risiko penyakit-penyakit

degeneratif.

h. Penghasilan

Penghasilan akan erat kaitannya dengan kemampuan orang untuk

memenuhi kebutuhan gizi, perumahan yang sehat, pakaian dan kebutuhan

lain, yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.

i. Status perkawinan

Dari penelitian-penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara angka

kesakitan dan angka kematian dengan status perkawinan, kematian yang

lebih tinggi bagi orang yang tidak kawin, keadaan ini disebabkan karena :

1) Orang-orang yang tidak kawin kebanyakan kurang sehat.

2) Orang-orang yang tidak kawin lebih banyak berhubungan dengan

penyebab penyakit

3) Perbedaan-perbedaan dalam gaya hidup.

3. Lingkungan (environment)

Lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-pengaruh luar

yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi.

Lingkungan hdup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu

lingkungan hidup internal berupa keadaan yang dinamis dan seimbang yang

disebut homeostatis, dan lingkungan hidup eksternal di luar tubuh manusia yang

terdiri dari tiga komponen yaitu :

a. Lingkungan fisik

Bersifat abiotik atau benda mati seperti udara, tanah, cuaca, makanan,

sinar, radiasi dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan

Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 5

Page 6: Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

dengan manusia sepanjang waktu dan masa, serta memegang peranan penting

dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat.

b. Lingkungan non fisik

Yaitu lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya interaksi antar

manusia, antara lain faktor sosial budaya, norma, nilai dan adat istiadat.

Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbul tidaknya penyakit dapat

bermacam-macam. Salah satunya sebagai reservoir yaitu tempat hidup yang

dipandang paling sesuai bagi penyakit. Dikenal dengan istilah environment

reservoir, jenis reservoir yang lain yaitu : human reservoir, animal reservoir,

anthropode reservoir.

Selain sebagai reservoir lingkungan juga dapat memberikan efek

terhadap kesehatan. Efek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Efek adalah respon umum suatu organisme terhadap pajanan, yang salah

satunya dapat berupa penyakit, dan dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:

1) Stochastic Effect

Probabilitas (kemungkinan) terjadinya efek kesehatan baik bersifat

ringan sampai terberat, tergantung pada besarnya dosis agent yang

diabsorsi, namun demikian belum mempunyai batas ambang threshold.

Misalnya, carsinogenesis akibat radiasi tanpa melampaui nilai ambang

batas (NAB)

2) Non Stochastic Effect

Derajat tingkat keparahan yang ditimbulkan, tergantung pada

besarnya dosis agent yang diabsorsi, dan dapat ditentukan atau

ditemukan nilai ambang batas yang menyebabkan gangguan kesehatan.

Misalnya kerusakan lensa mata akibat radiasi gelombang

elektromagnetik.

Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 6

Page 7: Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

Berdasarkan manifestasinya, efek kesehatan yang timbul akibat faktor

lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam 3 bagian, yakni:

1) Kelompok penderita akut

Penderita yang masuk kelompok ini jumlahnya relatif

sedikit, memiliki gejala yang jelas, dan membutuhkan tindakan yang

cepat dalam penanganan dan sering diklasifikasikan sebagai kecelakaan,

misalnya penderita keracunan pestisida dengan dosis besar, penderita

demam typus dll.

2) Kelompok penderita sub klinik

Jumlah penderita relatif banyak, memiliki gejala klinis yang tidak

jelas namun memiliki tanda (indikator) laboratorium yang jelas,

umumnya dihubungkan dengan penyakit yang diperoleh dari tempat

kerja. Misalnya keracunan pestisida tingkat sedang pada para petani,

anemia pada pekerja pompa bensin, meningkatnya kadar Pb dalam darah

para petugas polisi lalu lintas, dll.

3) Kelompok penderita dengan gejala samar

Jumlah penderita sangat banyak, dengan gejala-gejala yang tidak

khas baik secara klinis maupun laboratorik. Efek ini timbul akibat

pemajanan suatu bahan kimia dengan intensitas yang rendah (dosis yang

kecil) dan pemajanan yang cukup lama. Misalnya sekelompok orang

yang mengkonsumsi makanan yang mengandung pestisida, bahan

pewarna sintesis atau bahan pengawet dsb dengan dosis yang rendah.

Kelompok penderita ini dapat berkembang menjadi faktor penyebab

timbulnya gangguan kesehatan lainnya, contoh, terjadinya kanker

(carsinogenik).

Secara skematis distribusi penderita secara proporsional pada tiap-tiap

kategori dapat digambarkan sebagai bentuk piramida.

I. Kelompok penderita akut

II. Kelompok penderita sub klinis

III. Kelompok penderita samar

Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 7

Page 8: Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

Untuk menentukan efek/kasus/penyakit tertentu diperlukan beberapa

kriteria yang jelas, menurut beberapa ahli antara lain :

1) Robert Koch

Menurut robert koch dalam teorinya yang dikenal sebagai postulat

dikemukakan bahwa untuk menentukan penyebab penyakit atau efek yang

bersumber dari suatu agent hidup, harus memenuhi kriteria sebagai berikut:

(a) Penyebab harus dapat ditemukan pada setiap kasus penderita

(b) Penyebab tersebut tidak didapatkan pada penyakit lain

(c) Penyebab tersebut harus dapat diisolasi dari penderita, dapat

dikembangbiakan secara murni, dan dapat menyebabkan penyakit yang

sama pada binatang percobaan.

(d) Penyebab tersebut harus dapat diisolasi kembali dari binatang yang sakit

tersebut.

2) Hill

Dalam epidemiologi seringkali diperlukan mencari penyebab sekaligus

efeknya yang belum pernah diketahui, oleh karena itru Hill mengemukakan

beberapa kriteria antara lain :

(a) Harus ada kekuatan asosiasi statistik yang kuat antara efek dengan potensial

agent. Dilihat dari risiko relatif atau estimasinya antar mereka yang

terpajan dengan yang tidak terpajan. Semakin kuat, semakin besar

kemungkinan ada hubungan kausal.

(b) Asosiasi tersebut konsisten yakni selalu ditemukan adanya hubungan

meskipun diteliti dengan desain yang berbeda pada populasi yang berbeda.

(c) Harus ada hubungan yang temporal antar penyebab dengan penyakit/efek,

atau sebab mendahului akibat.

(d) Dose-respon-relatioship : hubungan antara dosis dengan akibat yang

ditimbulkannya. Dosis dapat diukur dari besar atau lama pemajanan.

(e) Asosiasi tersebut harus spesifik: satu penyebab hanya menimbulkan satu

akibat

(f) Biological plausibility : asosiasi tersebut dapat diterangkan dengan proses

patologis yang diakui atau dapat diterima secara ilmiah.

(g) Coherent : sesuai dengan pengetahuan atau penelitian yang ada.

Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 8

Page 9: Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

(h) Experiment : hubungan yang ada dapat dilakukan dengan melakukan

intervensi

3) Evans

Menurut tokoh ini banyak gejala yang sama yang dapat ditimbulkan dari

berbagai penyebab, sehingga evans menambah beberapa kriteria yang ada

sebelumnya, yakni:

(a) Faktor preventif harus ada pada tubuh orang yang sehat.

(b) Faktor tersebut harus dapat diisolasi secara murni

(c) Bertambahnya faktor akan menambah pula kesehatan secara paralel

(d) Experimen pada suatu populasi dengan faktor preventif harus meningkatkan

kesehatan secara signifikan apabila dibandingkan dengan populasi kontrol.

(e) Pengurangan faktor preventif akan meningkatkan penderita

(f) Efek faktor dapat diukur dengan terjadinya penurunan morbiditas, mortalitas,

peningkatan usia harapan hidup, dan penurunan biaya pengoabatan.

Langkah selanjutnya adalah kasus diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok,

yaitu:

1) Kelompok yang mungkin menunjukkan gejala/kasus

2) Kelompok yang mungkin sekali penderita

3) Kelompok yang secara definitif merupakan kasus, karena memenuhi semua

kriteria yang telah ditetapkan.

Misalnya seseorang mengalami sakit kepala, demam dan menggigil, dapat

dikelompokan sebagai kasus gejala malaria, dan apabila kasus ini mengalami

kesembuhan setelah dilakukan terapi malaria, maka kemungkinan besar ia

adalah penderita malaria, tetapi apabila ia ternyata mengandung parasit malaria

di dalam darahnya maka ia merupakan kasus definitif malaria. Secara historis,

dalam epidemiologi, umumnya digunakan kasus yang secara klinis sudah jelas.

Akan tetapi apabila ketelitian ingin dikembangkan secara mendalam lagi, maka

diagnosis ini perlu didukung oleh gambaran histologis (pemeriksaan

mikroskopis anatomi). Saat ini sudah dikembangkan gejala-gejala dini

perubahan fungsi dari yang normal menjadi tidak normal. Hal ini dirasa perlu,

untuk meningkatkan pencegahan, sehingga penyakit dapat terdeteksi sedini

mungkin.

Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 9

Page 10: Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

Secara klinis, efek kesehatan dapat digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu:

1) Efek akut, dapat terjadi akibat pajanan dengan dosis yang tinggi dalam

jangka waktu yang singkat.

2) Efek kronis, terjadinya pajanan dengan dosis rendah dalam waktu yang

lama, pada efek kronis ini, pajanan tersebut tidak menimbulkan efek yang

nyata, tetapi hanya dapat diketahui apabila dilakukan pemeriksaan khusus

terhadap spesimen biologis.

Respon organisme terhadap pajanan sangat bervariasi dan biasanya

seringkali sulit untuk dibedakan, tergantung pada :

1) Susceptibel/vulnerable

Adalah tahapan dimana seseorang atau populasi yang mudah

menderita/tertular penyakit dalam kadar tertentu. Pada orang yang

hipersuseptibility, normal diharapkan efek tersebut muncul, tetapi dalam

pajanan dengan dosis yang rendah pada populasi yang khusus. Misalnya

kebanyakan orang tidak akan menderita sakit, tetapi bagi orang yang

susceptibility/vulnerable sudah menimbulkan dampak/gangguan kesehatan,

contohnya : pada masyarakat yang kurang gizi akan mudah terserang

penyakit infeksi, seperti TB Paru.

2) Hiper-reaktivity

Adalah reaksi tubuh yang berlebihan dari orang/kelompok masyarakat

tertentu terhadap lingkungan. Misal pada penderita asma, banyak yang hiper-

reaktif terhadap komponen pencemar, misalnya SO2, sehingga mengalami

sesak nafas.

3) Hipersensitif

Adalah cara tubuh yang menghadapi bahan/komponen lingkungan yang

berlebihan dengan mekanisme yang dimiliki dalam tubuh. Manifestasinya

adalah untuk menimbulkan suatu reaksi terhadap efek alergi yang mengikuti

terjadinya pajanan kembali menjadi suatu keadaan alergan setelah terpajan

pada keadaan yang sama.

4) Risiko tinggi

Jumlah frekuensi terkena efek yang tidak diinginkan yang timbul akibat

terpajan suatu polutan.

Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 10

Page 11: Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

Pengukuran efek kesehatan sebaiknya dilakukan sesuai standar,

menggunakan uji fisik/klinis, uji fisis, biokimia dan menggunakan angka

frekuensi dan atau mortalitas. Pengukuran dapat juga dilakukan dengan

menggunakan instrumen penelitian berupa kuisioner, dan uji berbagai fungsi

tubuh.

B. INTERAKSI ANTARA AGENT, HOST DAN ENVIRONMENT

Interaksi antara Agent, Host dan lingkungan dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Interaksi agent - environment

Keadaan dimana agent dipengaruhi secara langsung oleh lingkungan (tanpa

menghiraukan karakteristik dari host), umumnya pada periode prepatogenesa

yang seringkali dilanjutkan sampai pada tahap patogenesa. Keadaan tersebut

misalnya ketahanan dari suatu bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin

di dalam lemari pendingin dan seterusnya.

2. Interaksi host - environment

Keadaan dimana suatu agent dipengaruhi oleh lingkungan (tanpa

menghiraukan faktor agent), terjadi pada saat prepatogenesa dan patogenesa.

Misalnya : kerentanan terhadap salah satu agent, ketersediaan fasilitas kesehatan

dan lain sebagainya.

3. Interaksi host- agent

Keadaan dimana salah satu agent telah berada di diri host, bermukim

dengan baik, berkembangbiak, dan mungkin telah menstimulasi respon dari

host, dengan timbulnya tanda-tanda dan gejala-gejala klinis seperti demam,

perubahan jaringan dst, termasuk produksi zat-zat kekebalan atau mekanisme

pertahanan lainnya. Interaksi ini dapat berakhir dengan kesembuhan, gangguan

sementara, kematian, atau hilangnmya tanda-tanda dan gejala-gejala klinis tanpa

eliminasi dari agent (menjadi carier).

4. Interaksi agent-host-environment

Keadaan dimana agent, host, dan lingkungan saling mempengaruhi satu

dengan yang lainnya terhadap timbulnya proses penyakit, terjadi baik pada tahap

prepatogenesa maupun patogenesa. Misalnya pada kontaminasi feses dari

penderita tipus pada sumber air minum dst.

Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 11

Page 12: Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

Dari hal tersebut di atas terlihat bahwa interaksi Agent (bibit penyakit),

Host (pejamu) dan Environment (lingkungan) dalam menimbulkan penyakit

amat komplek dan majemuk. Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi,

dimana pejamu dan bibit penyakit saling berlomba untuk menarik kemungkinan

lingkungan. Untuk memberikan gambaran lebih lanjut mengenai hal ini.John

Gordon menggambarkan dengan timbangan keseimbangan. Disini pejamu dan

bibit penyakit berada di ujung masing-masing tuas, sedangkan lingkungan

sebagai penumpunya. Seseorang disebut dalam kedaan sehat, jika tuas pejamu

berada dalam keadaan seimbang dengan tuas bibit penyakit. Sebaliknya bila

bibit penyakit lebih berhasil menarik keuntungan dari lingkungan, maka orang

tersebut berada dalam keadaan sakit.

Hubungan antara ketiga faktor ini secara sederhana dapat digambarkan

sebagai berikut:

Pejamu Bibit Penyakit

Lingkungan

Sehat. Dimana keadaan penjamu,

lingkungan dan bibit penyakit

dalam keseimbangan.

Pejamu

Bibit Penyakit

Lingkungan

Menderita penyakit karena daya

tahan pejamu berkurang.

Contoh : Peningkatan jumlah

anak yang rentan terhadap

campak.

Pejamu Bibit Penyakit

Lingkungan

Menderita penyakit karena

kemampuan bibit penyakit

meningkat. Contoh :

Mutasi avian influenza virus

Pejamu Bibit Penyakit

Lingkungan

Menderita penyakit karena

lingkungan berubah

Contoh : Akibat banjir banyak

terkena diare

Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 12

Page 13: Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

Disamping itu John Gordon mengemukaan bahwa penyakit menular mengikuti

konsep ”Biologic Law” yaitu sebagai berikut :

1. Bahwa suatu penyakit timbul karena terjadi ketidakseimbangan antara agent

penyakit tersebut dengan host.

2. Bahwa keadaan keseimbangan tersebut tergantung pada sifat alami dan

karakteristik dari agent dan pejamu (secara individual maupun secara kelompok)

Berikut interaksinya yang secara langsung berhubungan dengan dan tergantung pada

keadaan alami dari lingkungan sosial, fisik, ekonomi dan juga lingkungan

biologis.

Adapun proses terjadinya penyakit menular karena interaksi antara

pejamu, agent dan lingkungan, meliputi 6 komponen, yaitu:

a Penyebab penyakit

Ada 6 golongan penyebab penyakit yang bersifat biologis, yaitu:

(1) Protozoa

Binatang bersel satu yang dapat menimbulkan penyakit antara

lain malaria, disentri amuba dan lain-lain, memerlukan perkembangan di

luar tubuh manusia yang ditularkan melalui vektor.

(2) Metazoa

Jenis parasit jenis multiseluler yang menyebabkan penyakit

trikinosis, cacing tambang dan sebagainya, memerlukan perkembangan

di luar tubuh manusia, sehingga penularannya terjadi secara tidak

langsung.

(3) Bakteria

Merupakan tumbuh-tumbuhan bersel tunggal yang menyebabkan

bermacam-macam penyakit seperti TBC, Tipus abdominatis, miningitis

dan sebagainya. Berkembangbiak di lingkungan sekitar manusia, dapat

ditularkan dari orang ke orang atau mendapatkannya dari lingkungan

orang tersebut.

(4) Virus

Penyebab penyakit yang mempunyai ukuran yang sangat kecil,

dapat menimbulkan penyakit cacar, morbili, hepatitis, rabies dan

sebagainya. Penyakit tersebut umumnya ditularkan secara langsung.

Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 13

Page 14: Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

(5) Fungi (jamur)

Tumbuhan yang bersifat uniseluler maupun multiseluler yang

dapat menimbulkan penyakit seperti jamur kulit, histoplamosis,

blastomikosis. Reservoir dari penyakit jamur adalah tanah dan tidak

ditularkan langsung dari orang ke orang.

(6) Riketsia

Parasit yang sifatnya intraseluler dengan ukuran besar berada

diantara bakteri dan virus, sifatnya sama dengan virus, ia membutuhkan

sel hidup untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Misalnya penyakit

scrub tifus yang ditularkan oleh pinjal tikus.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kemampuan mikroorganisme untuk

menimbulkan penyakit adalah :

(1) Kerentanan pejamu

(2) Kemampuan mikroba untuk hidup dan berkembang biak

(3) Tingkat virulensinya

b Reservoir dari penyebab penyakit

Reservoir adalah habitat normal bagi agent penyebab penyakit dimana ia

hidup, berkembangbiak dan tumbuh dengan baik. Habitat tersebut dapat

berupa:

(1) Manusia

(2) Binatang

(3) Lingkungan (tumbuh-tumbuhan, tanah, air di lingkungan sekitar kita).

c Tempat keluarnya penyakit-penyakit tersebut dari pejamu

Disebut juga dengan portal of exit. Yang dimaksudkan disini adalah cara

keluarnya dari reservoir manusia dan binatang, dapat melalui:

(a) Saluran pernafasan, seperti penyakit TBC, pilek atau influenza,

bronkopneumonia dan sebagainya

(b) Saluran pencernaan, seperti penyakit tifus abdominalis, kolera, desentri

hepatitis dan sebagainya

(c) Saluran perkemihan, seperti penyakit gonore, sifilis, leptospirosis dan

sebagainya

Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 14

Page 15: Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

(d) Melalui kulit, seperti cacar, hepatitis serum melalui suntikan, gigitan

antropoda seperti demam berdarah.

d Cara trasmisi dari orang ke orang

Penularan penyakit dapat terjadi melalui 2 cara yaitu:

(1) Secara langsung

(2) Secara Tidak langsung

e Tempat masuknya penyebab penyakit tersebut ke pejamu yang baru

Tempat masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh manusia sama dengan

tempat keluarnya bibit penyakit yaitu melalui saluran pernafasan, saluran

pencernaan, saluran perkemihan, kulit dan sebagainya.

f Kerentanan pejamu

Kerentanan atau kepekaan pejamu terhadap penyakit sangat tergantung

kepada:

1) Faktor genetik (keturunan)

2) Daya tahan tubuh pejamu terhadap penyakit

3) Keadaan gizi

4) Pola hidup dan sebagainya.

C. KONSEP PENYEBAB GANDA DAN TUNGGAL

Timbulnya suatu penyakit karena salah satu unsur saja dikenal dengan istilah

penyebab tunggal (one causation of desease), namun dalam kenyataan sehari-hari,

dalam mempengaruhi timbulnya penyakit, unsur-unsur yang terdapat dalam 3 faktor

(host, agent, environment) memegang peranan yang amat penting, dan saling

mempengaruhi satu dengan lainnya, sehingga dalam kenyataannya penyebab

tersebut tidak hanya satu unsur saja, melainkan dapat sekaligus dari beberapa unsur

yang dikenal dengan istilah multiple causation of deseases (penyebab ganda).

D. JARING-JARING SEBAB AKIBAT (The Web of causation)

Konsep lain penyebab penyakit ditinjau dari aspek epidemiologi tidak

berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu rangkaian atau jalinan dari berbagai

penyebab atau faktor risiko yang saling berhubungan satu dengan yang lain.

Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 15

Page 16: Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

Hubungan yang diperlihatkan bagaikan jaringan jala penyebab sehingga

populer dikenal dengan istilah web of causation.

Dengan demikian timbulnya suatu penyakit dapat dicegah atau dihentikan

dengan memotong mata rantai di berbagai faktor. Contoh dari penyebab penyakit

yang majemuk (multiple causation of deseases) dan rangkaian jala penyebab

penyakit (web of causation) dapat dilihat dalam bagan berikut ini:

1. Web of causation dari kurang gizi (model 1)

Pendidikan rendah pengetahuan gzi rendah

Konsumsi makanan

Tidak memadai

Produksi bahan

makanan rendah

Kemiskinan Penyakit kurang

Daya beli rendah Gizi

Fasilitas kesehatan kurang Kesehatan kurang Daya tahan

dan penyerapanzat gizi terganggu

Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 16

Page 17: Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

2. Web of causation Kurang Gizi (model 1)

Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan

Sumber : UNICEF (1988) DENGAN PENYESUAIAN

Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 17

Makanan tidak seimbang Infeksi

Tidak cukup Persediaan pangan

Sanitasi dan air bersih/pelayanan kesehatan dasar tidak memadai

Kurang pendidikanPengetahuan dan

ketrampilan

Penyebab langsung

Kurang Gizi Dampak

Pola asuh anak tidak memadai

Kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga, kurang pemanfaatan

sumberdaya masyarakat

Krisis Ekonomi, Politik, dan Sosial

Penyebab tidak

langsung

Akar masalah

Pokok masalah di masyarakat

Page 18: Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

3. Web of causation dari penyakit Aids

Wanita

Faktor sosial ekonomi Faktor keluarga

Lapangan kerja terbatas Pergaulan bebas

Gaya hidup kota Ganti-ganti pasangan

Frustrasi

Pekerja seks

Penyakit AIDS

Laki-laki

Gambar Model Web of causation dari penyakit AIDS

Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 18

Hubungan seksual

Iseng/hobi

Page 19: Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

E. THE WHEEL (model roda)

Model ini menggambarkan bahwa penyakit timbul akibat hubungan manusia dan

lingkungannya sebagai roda. Terlihat pada gambar berikut :

Gambar Model roda menggambarkan Hubungan manusia dengan lingkungan.

Terlihat pada gambar di atas, roda tersebut terdiri atas manusia dengan substansi

genetik pada bagian intinya, dan komponen lingkungan biologi, sosial, fisik

mengelilingi manusia. Ukuran komponen model roda bersifat relatif, tergantung

problem spesifik penyakit bersangkutan. Contoh : pada penyakit herediter

proporsi inti genetik relatif besar, sedang pada penyakit campak, status imunitas

penjamu serta lingkungan biologik lebih berperan daripada faktor genetik.

Peranaan lingkungan sosial lebih besar daripada yang lainnya pada stress

mental, dan peranan lingkungan biologis lebih besar daripada yang lainnya pada

penyakit malaria.

-oOo-

Kepustakaan :

Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 19

LingkunganBiologis

Host

Inti genetik

Lingkungan sosial

Lingkungan Fisik

Page 20: Bab 2 Konsep Timbulnya Pykt

Chandra, Budiman,1996. Pengantar, Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta : EGC.

Murti, Bhisma. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta : Gadjahmada University Press.

Notoatmojo, Soekidjo,1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.

Soemirat, Juli. 2000. Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta : Gadjahmada University Press.

Sutrisna, Bambang.1986. Pengantar Metoda Epidemilogi. Jakarta ; Binarupaaksara.

Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 20