30
26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam Perspekif Sosiologi Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir di dalam kehidupan sosial, sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan ini, masyarakat merupakan arena konflik atau arena pertentangan dan integrasi yang senantiasa berlangsung. Oleh sebab itu, konflik dan integrasi sosial merupakan gejala yang selalu mengisi setiap kehidupan sosial, adapun hal-hal yang mendorong timbulnya konflik dan integrasi adalah adanya persamaan dan perbedaan kepentingan sosial dari setiap individu ataupun kelompok tertentu. Longman Dictionary of Contemporary English, mengartikannya sebagai ketidak pahaman atau ketidak sepakatan antara kelompok atau gagasan-gagasan yang berlawanan. konflik sosial adalah salah satu bentuk interaksi sosial antara satu pihak dengan pihak lain didalam masyarakat yang ditandai dengan adanya sikap saling mengancam, menekan, hingga saling menghancurkan. Konflik sosial sesungguhnya merupakan suatu proses bertemunya dua pihak atau lebih yang mempunnyai kepentingan yang relatif sama terhadap hal yang sifatnya terbatas, konflik sosial sendiri bisa diartikan sebagai suatu pertentangan antar anggota masyarakat yang

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

26

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Konflik Dalam Perspekif Sosiologi

Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir di dalam kehidupan

sosial, sehingga konflik bersifat inheren artinya konflik akan senantiasa

ada dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam

pandangan ini, masyarakat merupakan arena konflik atau arena

pertentangan dan integrasi yang senantiasa berlangsung. Oleh sebab itu,

konflik dan integrasi sosial merupakan gejala yang selalu mengisi setiap

kehidupan sosial, adapun hal-hal yang mendorong timbulnya konflik dan

integrasi adalah adanya persamaan dan perbedaan kepentingan sosial dari

setiap individu ataupun kelompok tertentu.

Longman Dictionary of Contemporary English, mengartikannya

sebagai ketidak pahaman atau ketidak sepakatan antara kelompok atau

gagasan-gagasan yang berlawanan. konflik sosial adalah salah satu bentuk

interaksi sosial antara satu pihak dengan pihak lain didalam masyarakat

yang ditandai dengan adanya sikap saling mengancam, menekan, hingga

saling menghancurkan. Konflik sosial sesungguhnya merupakan suatu

proses bertemunya dua pihak atau lebih yang mempunnyai kepentingan

yang relatif sama terhadap hal yang sifatnya terbatas, konflik sosial sendiri

bisa diartikan sebagai suatu pertentangan antar anggota masyarakat yang

Page 2: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

27

bersifat menyeluruh dalam setiap aspek kehidupan (Wordpress, 2017: 28

Nov).

Ihsan Ali Fauzi mengartikan konflik keagamaan sebagai sebuah

perseteruan yang menyangkut nilai, klaim dan identitas dengan melibatkan

isu-isu keagamaan atau isu-isu yang dibingkai dalam slogan atau

ungkapan keagamaan (Fauzi, 2009: 28). Dalam bentuknya yang ekstrem,

konflik itu dilangsungkan tidak hanya sekedar untuk mempertahankan

hidup dan eksistensi, akan tetapi juga bertujuan sampai ketaraf

pembinasaan eksistensi orang atau kelompok lain yang dipandang sebagai

lawan atau saingannya.

2.1.2 Bentuk-Bentuk Konflik

Secara garis besar berbagai konflik dalam masyarakat dapat

diklasifikasikan ke dalam beberapa bentuk konflik berikut:

A. Berdasarkan Sifatnya.

Berdasarkan sifatnya, konflik dapat dibedakan menjadi konflik

destruktuif dan konflik konstruktif.

1. Konflik Destruktif

Merupakan konflik yang muncul karena adanya perasaan tidak senang,

rasa benci dan dendam dari seseorang ataupun kelompok terhadap

pihak lain. Pada konflik ini terjadi bentrokan-bentrokan fisik yang

mengakibatkan hilangnya nyawa dan harta benda seperti konflik Poso,

Ambon, Kupang, Sambas, dan lain sebagainya.

2. Konflik Konstruktif

Page 3: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

28

Merupakan konflik yang bersifat fungsional, konflik ini muncul karena

adanya perbedaan pendapat dari kelompok-kelompok dalam

menghadapi suatu permasalahan. Konflik ini akan menghasilkan suatu

konsensus dari berbagai pendapat tersebut dan menghasilkan suatu

perbaikan, misalnya perbedaan pendapat dalam sebuah organisasi

(Lauer, 2001: 98).

B. Posisi Konflik

1. Konflik Vertikal

Merupakan konflik antar komponen masyarakat di dalam satu struktur

yang memiliki hierarki. Contohnya, konflik yang terjadi antara atasan

dengan bawahan dalam sebuah kantor.

2. Konflik Horizontal

Merupakan konflik yang terjadi antara individu atau kelompok yang

memiliki kedudukan yang relatif sama. Contohnya konflik yang terjadi

antar organisasi massa

3. Konflik Horizontal

Merupakan konflik yang terjadi karena adanya ketidakadilan alokasi

sumber daya ke seluruh organisasi sehingga menimbulkan pertentangan

yang ekstrim.

Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat dibedakan atas empat

macam, yaitu sebagai berikut:

1. Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau biasa disebut

dengan konflik peran. Konflik peran adalah suatu keadaan di mana

Page 4: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

29

individu menghadapi harapanharapan yang berlawanan dari bermacam-

macam peranan yang dimilikinya.

2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial.

3. Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisir dan tidak

terorganisir.

4. Konflik antara satuan nasional, seperti antar partai politik, antar negara,

atau organisasi internasional (Lauer, 2001: 102).

2.1.3 Religious (Agama)

Agama merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia. Agama

sendiri merupakan fenomena universal karena mudah untuk ditemukan di

dalam setiap elemen masyarakat. Eksistensisnya pun juga telah ada sejak

zaman prasejarah, yang mana pada saat itu orang-orang sudah menyadari

bahwa ada kekuatan-kekuatan lain di luar dirinya, dan kekuatan tersebut

juga telah mempengarui dalam setiap lini kehidupannya, seperti pada

zaman orang-orang yunani kuno mereka sudah mulai memikirkan berbagai

fenomena alam yang melingkupi dirinya dan mempertanyakan mengenai

faktor-faktor penyebab terjadinya sesuatu, dimana para filusuf pada waktu

itu sudah mempertanyakan mengenai penyebab utama (causa prima) alam

semesta, dimana hasil dari perenungan yang dilakukan secara spekulatif

mengenai permasalahan mitos dan legenda, yang diyakini kebenaranya

oleh masyarakat (Haryanto, 2016:21).

Agama pada umumnya memberikan jawaban terhadap pertanyaan-

pertanyaan yang sulit untuk dijawab dan perlu didekati dengan

pengetahuan ilmiah. Pertanyaan-pertanyaan tersebut, misalnya mengapa

Page 5: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

30

manusia berada di dunia, apa saja tujuan hidup manusia, mengapa manusia

hidup dan mati, dan apa yang terjadi ketika manusia meninggal. Oleh

karena itu agama sendiri mengendung inti dari seperangkat kepercayaan,

simbol, dan ritual. Kepercayaan tersebut mengikat individu dan dijadikan

sebagai pedoman di dalam kehidupan bersama. Ritual secara regular

diulang-ulang dan merupakan bentuk dari suatu perilaku yang di tentukan

secara berhati-hati, serta yang melambangkan nilai-nilai atau kepercayaan

yang dihargai. Dalam pandangan Turner (Turner, 2006:284 dalam

Haryanto, 2016:27), bahwa agama menunjukkan kepada proses-proses dan

institusi-institusi sosial yang mengikat individu secara otoritatif ke dalam

tatanan sosial. Pandangan Turner ini sejalan dengan Aguste Comte

(Denison, 2011: dalam Haryanto, 2016:28) yang mengeklaim bahwa

agama merupakan akar dari tatanan sosial.

Menurut Durkheim dalam karyanya The Elementary Forms of the

Religious Life (sebagaimana dikutip Vigilant dan Wiliamson, 2007:148

dalam Haryanto, 2016:22) mendefinisikan bahwa agama sebagai

seperangkat kepercayaan dan praktik-praktik yang mendasari

perkembangan moral komunitas. Durkheim melihat bahwa agama sebagai

suatu kreasi sosial “nyata” yang memperkuat solidaritas melalui kesamaan

pandangan masyarakat mengenai moral.

Konsepsi agama menurut Durkheim meliputi dua kategori yang saling

berlawanan (oposisi biner), yakni antara yang sakral dan yang profan

dimana keduanya juga memiliki pembedaan antara kolektif dan individual.

Adapun konsepsi mengenai sakral (sacred) merujuk pada sesuatu yang

Page 6: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

31

bersifat suci, ketuhanan, dan berada di luar jangkauan alam pikiran

manusia. Sementara profan merupakan dunia nyata, dunia kehidupan

sehari-hari yang berbeda di bawah kendali manusia. agama merupakan

domain masyarakat (kolektif) sperti ritual-ritual yang dilakukan secara

bersama-sama, sedangkan magis merupakan praktik yang dilakukan secara

indivual (Haryanto, 2016:22). Dalam konteks masyarakat Indonesia, magis

dapat diartikan dengan ritus-ritus yang dilakukan oleh dukun atau

paranormal di dalam melayani sebuah permintaan dari pasien atau

kliennya. Adapun yang berkaitan dengan oposisi biner antara yang sakral

dan yang profan, adalah agama dihadirkan sebagai jembatan yang

menghubungkan antara keduanya, hal tersebut di perlukan karena manusia

membutuhkan kepastian di tengah-tengah kebimbangan dan ketidak

pastian akan masa depannya.

Menurut Durkheim, fungsi utama agama ialah meningkatkan kohesi

dan solidaritas sosial. Unsur kohesi dan solidaritas sosial yang tinggi akan

menyebabkan kontrol sosial yang kuat juga. Setiap individu memiliki

sense of belonging terhadap komunitasnya sehingga hal tersebut dapat

berfungsi ganda baik dalam meningkatkan self control maupun social

control. Selain itu, karena individu memiliki sense of belonging yang

tertinggi baik terhadap komunitas maupun agama yang dianutnya, individu

juga akan merasa mempunyai kewajiban untuk mempertahankan

kepercayaan yang dianutnya.

Karakteristik utama dari semua agama dalam pandangan Durkheim

ialah kolektivitas baik dalam pandangannya terhadap dunia (world of

Page 7: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

32

view), sistem simbol yang digunakan (totem), ritual yang dilakukan,

maupun dalam mempertahankan kesucian (secred). Pada level individual,

agama mempunyai fungsi yang mengarah pada tujuan hidup manusia.

2.1.4 Sosial Keagamaan

Berbicara mengenai sosial keagamaan tentu tidak terlepas dari unsur

kata sosial dan agama, yang mengandung unsur masyarakat, budaya,

ideologi, dan politik. Begitu pula manusia dikatakan makhluk sempurna

karena dianugerahi nurani, kemampuan berfikir, akal, dan ketereampilan,

hal tersebut dimiliki manusia demi memperjuangkan eksistensi

pertumbuhan dan kelangsungan hidup, dan untuk memenuhi kebutuhannya

baik secara materi maupun spiritual. Oleh karena itu manusia yang

berbudaya akan selalu menjalin hubungan-hubungan dengan sosial atau

masyarakat, agama, ideologi, politik, dan budaya.

Untuk mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya

manusia perlu mengadakan hubungan antara lain:

a. Hubungan manusia dengan Tuhan yang kemudian melahirkan

agama

b. Hubungan manusia dengan manusia yang kemudian melahirkan

sosial

c. Hubungan manusia dengan kekuatan yang kemudian melahirkan

politik.

d. Hubungan manusia dengan keindahan yang kemudian melahirkan

budaya.

Page 8: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

33

Dunia bagi orang beriman adalah penjara, dalam arti harus

menanggung kepahitan dengan pasif, sehingga dengan keyakinan iman

seperti itu mereka merasa harus menemukan dunia baru yang

menentramkan, yaitu dunia dengan intensitas ritual yang tinggi. Bagi

mereka agama memungkinkan untuk melakukan aktualisasi dalam konteks

kesalehan pribadi, tetapi jelas tidak fungsional jika keikut sertaan dalam

menyelesaikan urusan dunia (sosial) tersebut juga dalam keadaan yang

rumit ini.

Perubahan ini memang meresahkan, tetapi yang penting bagaimana

perubahan sosial itu diangkat menjadi sebuah kesadaran. Memang setiap

transformasi sering dimulai dari keresahan yang positif dan akan menjadi

basis kesadaran potensial dalam menegakkan tatanan baru yang lebih baik,

termasuk di dalamnya tatanan moral dan tatanan sosial keagamaan

(Abdurrahman, 1995: 228).

Jika ingin bersikap aktual dalam perubahan kemanusiaan, agama tidak

bisa hanya berbicara tentang “dunia nanti” yang memang akan dihadapi

setiap manusia, tetapi juga mengenai “dunia sekarang” yang sedang dan

segera dihadapinya. Untuk itu agama harus mampu menumbuhkan etos

dan etik pembangunan harkat kehidupan yang lebih baik. Dalam kaitan ini

inti konsep dosa dan pahala, moralitas (morality) dan inmortalitas

(immortality) setelah kematian, harus menumbuhkan tanggung jawab

sosial pada diri setiap orang. Dari sini dapat diciptakan orde yang stabil

dan berbudaya.

Page 9: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

34

Pemahaman tentang bagaimana agama memberikan jawaban dan

sumbangan terhadap tatanan sosial masyarakat sangat tergantung pada

sistem pendidikan. Sistem belajar yang berorientasi pada pembentukan

masyarakat belajar dilingkungan keluarga dan masyarakat (the religius

learning society) sehingga agama dapat berfungsi sebagai basis

penghayatan yang menumbuhkan etos dan etik sosial keagamaan

(Abdurrahman, 1995: 23i).

2.1.5 Salafi

Salafi menurut istilah ialah setiap orang yang berada di atas Manhaj

Salaf dalam aqidah, syari’at, akhlak dan dakwah. Secara bahasa Salaf

berasal dari kata salaf-yaslufu-salafan, yang artinya terdahulu. Secara

lebih luas, arti kata salaf sendiri berarti seseorang yang telah mendahuli

atau terdahulu dalam ilmu, iman, keutamaan dan kebaikan. Adapun salaf

menurut istilah yang lebih kusus adalah sifat yang khusus dimutlakkan

kepada tiga generasi umat terbaik yaitu orang-orang yang mengikuti

sunnah Rosulullah S.A.W, yang mana meraka adalah para sahabat, tabi’in,

tabi’ut at-tabi’in (Jawas, 2009: 22).

Kata salaf sering sekali dikaitkan dengan kata ulama, diamana kata

ulama salaf disini diartikan sebagai ulama yang lama yang berlawanan

dengan ulama baru atau khalaf atau kontemporer. Salafi dalam konteks

faham keagamaan adalah penisbatan kelompok orang, atau komunitas

yang mempraktekkan Islam berdasarkan teks Al-qur’an dan As-sunnah

sebagaimana yang di contohkan oleh para sahabat Nabi Muhammad

S.A.W. salafi atau shalufush shaleh yaitu tiga generasi umat terbaik Islam,

Page 10: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

35

yaitu golongan para sahabat, tabi’in, tabi’ at-tabi’in. yang mana mereka

dianggap sebagai orang-orang yang telah memahami dan mempraktekkan

Islam secara benar. Pada era awal perkembangan Islam, salafi bukan

faham, aliran, ataupun sebuah ideologi. Salafi sendiri merupakan sebuah

praktik keberagamaan yang sangat berbeda dengan praktik keagamaan

yang dilakukan oleh kelompok-kelompok seperti Syi’ah, Khawarij,

Mu’tazilah, Qodariyah, dan Jabariyah (Syafi’I maufid, 2009:16)

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa, faham dan

ajaran yang di bawa oleh orang-orang salafi merupakan dakwah Islam

yang berpedoman pada Al-qur’an dan Sunnah Rosululloh S.A.W dengan

bermanhaj shalufush shaleh. Oleh karena itu salafiah merupakan gerakan

tentang pemikiran ajaran Islam yang berusaha menghidupkan kembali atau

memurnikan ajara Islam yang berlandaskan pada Al-qur’an dan hadis Nabi

S.A.W, sebagaimana yang telah di amalkan oleh para salaf (tiga generasi

umat terbaik). Adapun tujuan dari gerakan tersebut ialah, agar umat Islam

kembali kepada kedua sumber utama pemikiran Islam, yaitu Al-qur’an dan

As-sunnah, serta meninggalkan pendapat ulama mazhab yang tidak

berlandaskan pada kedua sumber ajaran tersebut. Gerakan tersebut juga

bertujuan untuk mengembalikan keotentitasan ajaran Islam dari pengaruh-

pengaruh kepercayaan dan tasawuf yang menyesatkan, serta ingin

menghilangkan tentang ajaran tasawuf yang mengkultuskan para ulama

dan pemujaan terhadap kuburan para wali ataupun tokoh-tokoh agama

(Tholhah, 2003:33).

Page 11: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

36

Salafi sendiri merupakan salah satu kelompok keagamaan

transnasional, yang mama gerakan transnasional tersebut merupakan

gerakan keagamaan yang memiliki tingkat jaringan internasional.

Kelompok atau gerakan keagamaan tersebut datang kesuatu negara dengan

membawa paham keagamaan (ideologi) baru dari negeri seberang (timur

tengah) yang di nilai berbeda dari paham keagamaan lokal yang lebih

dahulu eksis seperti paham keagamaan lokal di negeri ini yaitu NU,

Muhammadiyah, PERSIS, dan lain sebagainya.

Kelompok salafi muncul pertama kali pada akhir abad ke-19 di Saudi

Arabia. Pengaruh Saudi Arabia mengalir ke Indonesia melalui Dewan

Dakwah Islam Indonesia (DDII)1. Ajaran Salafi masuk ke Indonesia

melalui para sarjana alumni Timur Tengah, terutama mereka yang

bersekolah di Universitas-Universitas di Arab Saudi dan Kuwait, dimana

dua negara ini merupakan basis utama atau sentral gerakan salafi di

seluruh dunia. Selain itu, dua negara kayak minyak tersebut juga

merupakan sumber utama pendanaan bagi kelangsungan aktivitas gerakan

salafi, dan bukan hanya itu saja dukungan yang diberikan juga langsung

dari tokoh-tokoh intelektual bangsa Arab di antaranya ialah Arab Saudi,

Kuwait, dan Yaman (Mubarak, 2007:119, dalam Mufid, 2011:217).

2.1.6 Kelompok Salafi yang ada di Desa Kembiritan

Awal mula dakwa salfi masuk dan mulai berkembang di Dusun

Tebuan Desa Kembiritan di mulai sejak tahun 2000, dimana pada waktu

itu ada salah satu tokoh masyarakat yang menjembatani masuknya dakwah

1 DDII adalah Dewan Dakwah Islam Indonesia, merupakan organisasi dakwah yang

didirikan oleh Muhammad Natsir (1908-1993) dan para mantan Masyumi lainnya 1967.

Page 12: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

37

Islamiyah yang beridiologi Salaf untuk masuk pada salah satu masjid yang

ada di Dusun Tebuan (Masjid Mujahiddin), dan berdasarkan dari latar

belakang masjid yang di gunakan sebagai tempat penyebaran dakwah

tersebut dapat kita ketahui bahwa masjid tersebut merupakan masjid milik

dari mayoritas jama’ah yang berideologikan faham Muhammadiyah.

Dusun Tebuan atau yang biasa kita kenal dengan Dusun Kerajan II ini

merupan salah satu dusun yang ada di Desa Kembiritan Kecamatan

Genteng Kabupaten Banyuwangi, dengan letak geografis nya yang

berbatasan dengan Desa Karang Sari di sebelah utara, Desa Wringin Rejo

di sebelah selatan, Desa Sumber Sari di sebelah timur, dan Desa Genteng

wetang di sebelah barat.

Dakwah salafi masuk ke Dusun Tebuan di perantarai oleh salah satu

tokoh masyrakat yang bernama bapak Sutaji, dengan berdasarkan

kesepakatan bersama yang di lakukan oleh warga masyarakat yang

menginginkan sosok da’i atau ustadz yang tulen dengan mengajarkan

ilmu-ilmu tentang keislman yang hakiki (ideologi Salaf).

Masjid Mujahiddin sebagai masjid pertama yang di bangun dan berdiri

di Dusun Tebuan ini secara tidak langsung tentu memiliki pengikut atau

jama’ah yang dominan, artinya lebih banyak jama’ahnya ketimbang

masjid-masjid yang lainnya. Hal tersebut tentu menjadi peluang bagi

kelangsungan dakwah salafi untuk menyebarkan ideologi keislaman

mereka, dimana hal tersebut juga berdasarkan dari permintaan masyarakat

yang menginginkan adanya aktivitas keagamaan yang di lakukan di masjid

Mujahiddin. Peluang untuk menyebarkan dakwah tersebut bukan berarti

Page 13: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

38

berjalan lancar tanpa adanya kendala, namun hal tersebut justru

merupakan awal dari permasalahan baru yang muncul, meskipun aktivitas

dakwah tersebut awalnya di inginkan oleh warga masyarakat dusun namun

selang berjalannya waktu, sebagian masyarakat menilai bahwa

pemahaman yang di bawa oleh kelompok muslim salafi ini berbeda

dengan cara pandang keislaman warga masyarakat yang ada, sehinga

permasalahan ini menimbulkan gejolak di tengah-tengah masyarakat.

Permasalahan tersebut dilatar belakangi oleh keadaan sebagian

masyarakat yang pro atau masyarakat yang mendukung aktivitas dakwah

yang di bawa oleh kelompok salafi dengan masyarakat yang kontra atau

yang menolak dengan aktivitas dakwah tersebut, sehingga perbedaan

pendapat ini menimbulkan konflik di tengah-tengah masyarakat.

Dakwah keagaman merupakan salah satu cara educations yang

dilakukan oleh seorang Ustadz atau Mubalihg (orang yang berdakwah)

kepada masyarakat mengenai tatacara keagamaan, yang mana educations

ini berisi tentang bagaimana seharusnya manusia itu beribadah atau

berinteraksi kepada Tuhannya dengan cara yang baik dan benar. Selain itu

dakwah adalah suatu kegiatan yang secara langsung menyentuh dan

melibatkan masyarakat setempat, bahkan dakwah tersebut dapat dikatakan

mempunyai energi trigger yang luar biasa bila mana mampu membuat

masyarakat setempat mengalami metemorfose yang positif dalam berbagai

aspek kehidupannya. Di samping berbagai dampak yang dinilai positif,

hampir semua penelitian juga menunjukkan adanya berbagai dampak yang

tidak diharapkan, seperti semakin buruknya kesenjangan sosial antar

Page 14: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

39

kelompok masyarakat, memburuknya kualitas integrasi, dan hal-hal yang

mengancam keharmonisan sosial keagamaan.

Dampak negatif yang disebabkan karena adanya pola ideologi atau

faham yang bersifat primordialisme, yaitu menganggap bahwa kebenaran

idologi kelompok tersebut lebih benar ketimbang ideologi kelompok

lainnya. Sementara itu banyak pakar juga yang telah menyadari bahwa

dakwah merupakan salah satu cara yang baik untuk menyatukan

masyarakat, bila mana dalam menyebarkan ideologi tersebut tidak di

tunggangi oleh kepintingan-kepentingan sebagian kelompok tertentu yang

dapat merugikan kelompok lainnya, sehingga keharmonisaan di dalam

kerebagaman mampu terwujud.

2.1.7 Muhammadiyah

Muhammadiyah berdiri pada tanggal 18 november 1912 yang

bertepatan dengan tanggal 18 dzulhijah 1330, yang di rintis oleh K.H

Ahmad Dahlan di Yogyakarta. Beliau mempunyai nama asli yang bernama

Muhammad Darwis, dan kedua orang tua beliau bernama K.H Abu Bakar

dan Siti Aminah (Darban dan Pasha, 2000: 76). Pada mulanya

Muhammadiyah merupakan kelompok kecil dengan mempunyai misi yang

sedikit bertentangan dengan kebiasaan-kebiasaan penduduk Bumi Putera

yaitu masyarakat yang ada di sekitar keraton Yogyakarta.

Muhammadiyah sebagai kelompok Islamik yang Modernis lebih

memfokuskan untuk membangun Islamic-Society (Masyarakat Islam) dari

pada Islamic-State (Negara Islam), yaitu organisasi yang lebih

memfokuskan di bidang pendidikan, kesejahteraan sosial, dan kesehatan

Page 15: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

40

(Shepard, 2004: 74). Pandangan modernis tersebut tentu berbeda dengan

pandangan sekuler yang bermakna antara memisahkan agama dengan

negara atau pun sebaliknya negara dengan agama. Pandangan

Muhammadiyah dalam konteks sejarah Indonesia menjadi sangat penting

bila di telisik lebih jauh lagi, dimana organisasi tersebut juga pernah ikut

berjuang di dalam kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah, dan hal

tersebut sebagaimana yang terdapat di dalam piagam Jakarta.

Kontribusi Muhammadiyah tentu bukan hanya saja ikut serta dalam

merebut kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah saja, namun juga

telah berkontribusi memberikan solusi dalam mengatur undang-undang

kenegaraan sebagaimana yang telah bersumber dari Pancasila sebagai

sumber yang memiliki legitimasi secara teologis dan sosiologis yang kuat

untuk menjadi lahan persemaian baldatun thoibah wa robbun ghofur tanpa

harus menjadi negara Islam sebagaimana butir terakhir dalam pernyataan

Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM).

Kesadaran berorganisasi khususnya dikalangan intelektual muslim

indonesia selain untuk meningkatkan mutu keagamaan, disisi lain muncul

pengaruh dari Ethische Politiek “Politik Etis” (Republika, 2005: 12),

keadaan pendidikan tersebut di prakarsai oleh pemerintah kolonial

Belanda yang bertujuan untuk menjauhkan kurikulum pendidikan dari

pelajaran-pelajaran agama dan mengganti pendidikan tersebut dengan

basis sekuler dan lebih memuja-muja barat (Lubis, 2005:26).

Pada tanggal 20 desember 1912 organisasi Muhammadiyah

mengajukan permohonan hukum (recthtspersoom) kepada pemerintah

Page 16: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

41

kolonial Belanda dengan di lengkapi Rancangan Anggaran Dasarnya

untuk meminta ujin dalam malakukan gerakan pendidikan, hingga

akhirnya Gubernur Jendral Hindia Belanda mengeluarkan Besluit No. 8,

tanggal 22 Agustus 1914 sebagai pengakuan secara legal atas berdirinya

Muhammadiyah dengan wilayah operasinya terbatas pada residentsi

Yogyakarta (Darban, 2000:76). Setelah Muhammadiyah menerima Besluit

tersebut selanjutna organisasi itu merumuskan tujuannya sebagaimana

berikut:

1. Menyebarkan pengajaran Kanjeng Nabi Muhammad S.A.W.

kepada bumiputera di dalam residensi Yogyakarta

2. Memajukan hal agama kepada anggota-anggotanya

Bertepatan menjelang diselenggarakannya kongres ke-9 Budi Utomo

pada tahun 1917, pembenahan administrasinya pun di mulai untuk

menyongsong pengembangan Muhammadiyah ke luar Yogyakarta, hal

tersebut merupakan momentum yang sangat tepat karena ketika K.H

Ahmad Dahlan tersebut mendapat kesempatan untuk bertabligh dalam

kongres Budi Utomo. Tabligh K.H Ahmad Dahlan tersebut secara tidak

langsung telah menarik para peserta kongres yang ada sehingga hal

tersebut mendapat banyak perhatian dan permintaan terhadap organisasi

Muhammadiyah untuk mengisi di tempat-tempat mereka seperti beberapa

wilayah di Jawa (Ibid: 76).

Setelah keluarnya izin dari pemerintah Hindia Belanda Muhammadiyah

mulai mendirikan cabang di luar Jawa sejak tahun 1921, seperti mulai di

daerah Solo, Purwokerto, Pekalongan, Pekajangan, Banyuwangi, Jakarta,

Page 17: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

42

Kudus dan Garut. Pada tahun 1925 berdiri Muhammadiyah di Kudus dan

pada tahun itu juga Muhammadiyah telah mendirikan cabang di luar jawa

seperti di Padang Panjang, Sumatra barat hingga tahun 1938 cabang

Muhammadiyah telah merata ke seluruh daerah Hindia Belanda. Adapun

Pemberian nama Muhammadiyah oleh K.H Ahmad Dahlan sendiri

mempunyai arti bahwa diharapkan organisasi tersebut mampu mengikuti

Nabi Muhammad S.A.W tentang segala tindakan dan prilakunya (Ibid:

44).

2.1.8 Nahdhotul Ulama

Nahdlatul Ulama lahir pada tanggal 31 Januari 1926 sebagai

reprensentatif dari ulama tradisionalis, dengan haluan ideologi ahlus

sunnah waljamaah, adapun tokoh-tokoh yang ikut berperan diantaranya

adalah K.H. Hasyim Asy’ari. K.H. Wahab Hasbullah dan para ulama pada

masa saat kegiatan reformasi masih mulai berkembang luas, dimana ulama

pada saat itu belum begitu terorganisasi namun mereka sudah saling

mempunyai hubungan yang sangat kuat (Hasyim, 2002: 66).

Berdirinya Nahdhotul Ulama sendiri tidak terlepas dari upaya dalam

mempertahankan ajaran ahlus sunnah wal jamaah (aswaja), dan ajaran-

ajaran yang bersumber dari Al-qur’an, Sunnah, Ijma’ (keputusan-

keputusan para ulama sebelumnya), dan Qiyas (kasus-kasus yang ada

dalam cerita al Qur’an dan Hadits) seperti yang dikutip oleh Marijan dari

K.H. Mustofa Bisri ada tiga substansi, yaitu (1) dalam bidang-bidang

hukum-hulum Islam menganut salah satu ajaran dari empat madzhab

(Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hanbali), yang dalam praktiknya para Kyai

Page 18: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

43

NU menganut kuat madzhab Syafi’i. (2) dalam soal tauhid (ketuhanan),

menganut ajaran Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam Abu Mansur Al-

Maturidzi. (3) dalam bidang tasawuf, menganut dasar-dasar ajaran Imam

Abu Qosim Al Junaidi.

Proses konsulidasi faham Sunni berjalan secara evolutif, pemikiran

Sunni dalam bidang teologi bersikap elektik, yaitu memilih salah satu

pendapat yang benar. Hasan Al-Bashri (w. 110 H/728) seorang tokoh

Sunni yang terkemuka dalam masalah Qada dan Qadar yang menyangkut

soal manusia, memilih pendapat Qodariyah, sedangkan dalam masalah

pelaku dosa besar memilih pendapat Murji’ah yang menyatakan bahwa

sang pelaku menjadi kufur, hanya imannya yang masih (fasiq). Pemikiran

yang dikembangkan oleh Hasan AL-Basri inilah yang sebenarnya

kemudian direduksi sebagai pemikiran Ahlus sunnah waljama’ah (Ridwan,

2004: 95).

Nahdlatul Ulama’ berasal dari bahasa arab, yaitu Nahdlatul yang

artinya bangkit atau bergerak, dan Ulama adalah orang-orang yang alim

atau orang yang mengetahui tentang ilmu agama, sehingga nama

Nahdlatul Ulama’ adalah merupakan usulan dari Ulama’-ulama’ pada

zaman dahulu. Nahdlatul Ulama’ sebagai organisasi masyarakat dan

keagamaan yang mempunyai lambaga yang menggambarkan dasar tujuan

dan cita-cita dari keberadaan organisasi.

Lambing Nahdlatul Ulama’ diciptakan oleh KH. Ridwan Abdullah,

setelah melalui proses perenungan dan hasil sholat istikharah sebagai

Page 19: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

44

petunjuk dari Allah S.W.T, sehingga lambang Nahdlatul Ulama’ adalah

sebagai berikut:

1. Globe (bola dunia) melambangkan bumi, dimana hal

tersebut mempunyai filosofi bahwa tanah merupakan

tempat manusia hidup dan tempat mencari kehidupan

yaitu dengan berjuang, beramal, dan berilmu. Bumi

mengingatkan bahwa manusia berasal dari tanah dan

akan kembali ke tanah.

2. Peta Indonesia yang terlihat pada globe (bola dunia),

melambangkan bahwa NU berdiri di Indonesia dan

berjuang untuk kekayaan Negara RI.

3. Tali bersimpul yang melingkari globe (bola dunia),

melambangkan persatuan yang kokoh dan ikatan di

bawahnya melambangkan hubungan manusia dengan

Allah SWT. Untaian tali berjumlah 99. Melambangkan

asmaul husna agar manusia hidup bahagia di dunia dan

akhirat.

4. Bintang besar, melambangkan kepemimpinan Nabi

Muhammad Saw, dan empat bintang di atas garis

katulistiwa melambangkan kepemimpinan Khulafaur

Rosyidin yaitu Abu Bakar, Umar bin Khottob, Usman

bin Affan, Ali bin Abi Tholib, serta empat di bawah

garis katulistiwa melambangkan empat madzhab yaitu:

Imam Syafi’I, Maliki, Hanafi, dan Hanbali.

Page 20: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

45

5. Tulisan arab “Nahdlatul Ulama” membentang dari

kanan ke kiri, hal tersebut menunjukkan bahwa ke

organisasian yang berarti kebangkitan para ulama’.

6. Warna dasar hiijau melambangkan kesuburan tanah air

Indonesia sedangkan tulisan yang berwarna putih

melambangkan kesucian.

Berdasarkan uraiaan di atas dapat disimpulkan NU adalah organisasi

keagamaan yang setia mengikuti ajaran Nabi Muhammad S.A.W.

Nahdlatul Ulama merupakan organisasi terbesar di Indonesia, dan

mempunyai peran strategis dalam membentuk struktur sosial yang ideal.

Struktur organisasi Nahdlatul Ulama sendiri terdiri dari para kiai yang

merupakan simbiosis dari ulama-ulama Indonesia yang ada, dan posisi kiai

merupakan sentral figur dalam kehidupan masyarakat.

Menghadapi problem yang menghimpit masyarakat, seperti kemiskinan

kebodohan, imperialisme budaya dan kesewenang-wenangan penguasa,

ulama harus tampil digarda depan. Sangat naif jika ulama hanya bertugas

memberi contoh dalam ritual-ritual keagamaan semata. Sebab esensi

ibadah adalah mencakup dua dimensi, yaitu, dimensi ubudiyah, hubungan

individu dengan tuhan, dan dimensi mu’amalah, hubungan manusia

dengan manusia yang lain (sosial), jadi keduanya harus berjalan secara

simultan tanpa menyisihkan salah satunya, menyisihkan salah satu

dimensi, berarti suatu kepincangan dalam memahami nilai-nilai Tuhan.

Ulama adalah pewaris nabi, warasatul anbiya’ wal mursalin, maka yang

Page 21: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

46

bertanggungjawab digarda depan dalam mengemban misi kenabian adalah

para ulama (Burhan, 1981: 21).

2.2 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membantu melakukan

penelitian dalam relasi sosial keagamaan kelompok salafi dengan

masyarakat dusun. Yaitu antara lain terdapat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 0.1 Penelitian Terdahulu

No Penulis Dan Judul Hasil Relevansi

1. Konflik sosial dalam

Hubungan Umat

Beragama. St. Aisyah

Bm, UIN Alauddin

Makasar. 2014

Konflik sosial dalam

hubungan antar umat

beragam terjadi karena

terjadi ketidak mampuan

untuk menenterjemahkan

pesan dari wahyu, yang

mengakibatkan keputus

asaan dari ketidak pastian

dalam beragama. Penyebab

konflik dapat berupa

politik, kesenjangan

ekonomi, kesenjangan

budaya, sentimen etnis dan

agama

Relevansi dari penelian

terseut dengan penelitian

yang peneliti lakukan

adalah sama-sama ingin

menguak penyebab di

balik konflik yang terjadi,

meskipun dalam metode

penggunaannya penelitian

yang di lakukan oleh

Aisyah dengan yang

peneliti lakukan berbeda

namun cakupan

permasalahan yang ingin

di kaji menunjukkan

adanya persamaan.

2. Anatomi Konflik dan

Solidaritas Masyarakat

Pedesaan Jawa (Studi

Fenomenologis

Terhadap Dinamika

Keberagamaan

Masyarakat Lokal Desa

Hasil dari penelitian yang

dilakukan oleh Mohammad

Irfan yang menjelaskan

mengenai dinamika konflik

keberagamaan masyarakat

Desa Pakuncen,

menunjukkan karakteristik

Kesamaan dari penelitian

yang peneliti angkat

adalah sama-sama ingin

menguak dinamika

konflik yang terjadi pada

masing-masing

permasalahan yang

Page 22: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

47

Pakuncen). Muhammad

Irfan, UIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta.

2015

keislaman pada masyarakat

Pakuncen yang dikenal

dengan sebutan Islam adat

(Islam Kejawen) dan Islam

Masjid, yang mana pada

corak pada kelompok Islam

Masjid ada beberapa jenis

yaitu NU, Jama’ah Tablig,

dan Salfi. Permasalahan

yang terjadi pada kedua

kelompok tersebut adalah

masalah sengketa pendirian

masjid, diamana menurut

kelompok Islam Kejawen

area pendirian masjid itu

berdiri di kawasan yang di

keramatkan, sementara bagi

kelompok Islam Masjid

pendirian masjid

merupakan kebutuhan

untuk mengaktualisasi

ajaran keagamaan dan tidak

memaknai wilayah itu

sebagai bagian kesakralan.

muncul, dimana dalam

penelitian yang peneliti

angkat kali ini berusaha

untuk menggali lebih

dalam mengenai faktor

dan latar belakang

terjadinya konflik dalam

prespektif Ralf

Dahrendorf, yang dilatar

belakangi oleh

kepentingan-kepentingan

tertentu sehingga

memunculkan konflik.

3 Gerakan Purifikasi

Islam di Surakarta

(Studi tentang Al-Islam

1928-1960). Almuntaqo

Zainuddin, UIN Sunan

Kali Jaga Yogyakarta.

2009

Gerakan purifikasi Islam di

Surakarta berupaya

menciptakan keharmonisan

di tengah-tengah

perbedaan, perbedaan

ideologi tersebut di tengarai

memiliki dua arus yang

besar sehingga berpotensi

menimbulkan konflik yang

berkelanjutan,

permasalahan yang terjadi

Relevansi penelitian ini

dengan penelitian saya

terletak pada kesamaan

dalam membangun

kehamonisan di tengah-

tengah perbedaan di

dalam keberagamaan.

Penelitian ini menemukan

bahwa di dalam

menciptakan hubungan

interaksi yang bersifat

Page 23: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

48

adalah perbedaan cara

pandang kelompok

keagamaan Islam modernis

dengan kelompok

keagamaan Islam

tradisionalis. Berdasarkan

dengan kondisi tersebut

masyarakat islam di

Surakarta seara umum di

sarankan untuk netral,

artinya tidak perlu

memihak diantara

keduanya, dan sebagai jalur

alternativinya adalah

dengan kembali kepada

keotentitasan suatu ajaran

agama Islam yaitu Al-

qur’an dan As-sunnah

asosiatif maka di

perlukannya tindakan

yang netral, artinya adalah

dengan melakukan kerja

sama yang bersifat tidak

memihak dalam ruang-

ruang muamalah.

4 Anatomy of the Salafi

Movement (Studies in

Conflict and Terrorism).

Quintan Wiktorowicz,

Jurnal Society of

Religions, 10 January

2005

Gerakan salafi atau yang

sering disebut dengan

Wahabi, menggambarkan

keberagaman tokoh sebagai

dasar panutannya, seperti

halnya disini adalah Osama

bin Laden dan Mufti Arab

Saudi, serta mencerminkan

suatu kelompok yang luas,

posisi terkait isu politik,

dan kekerasan (Jihad).

Dimana pada Jurnal ini

menjelaskan mengenai

sumber persatuan yang

menghubungkan ekstrimis

kekerasan dengan orang-

orang puritan tanpa melalui

Relevansi penelitian ini

dengan penelitian yang

saya angkat adalah

terletak pada kesamaan

dalam mengupas masalah

konflik yang terjadi di

tengah-tengah masyarakat

multi religions, dimana

pada jurnal tersebut juga

telah membahas masalah

jihad (dakwah) yang

berhubungan dengan

tujuan terciptanya

integrasi

Page 24: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

49

konflik destruktif. Dimana

pada jurnal ini di jelaskan

bahwa Salafi memiliki

kepercayaan agama yang

sama namun juga memiliki

segi perbedaan atas

penilaian terhadap masalah

kontemporer yang berlaku

2.3 Landasan Teori Konflik Kepentingan Ralf Dahrendorf

Fenomena Konflik sosial keagamaan kelompok muslim salafi dengan

identitas keagamaan (NU dan Muhammadiyah) masyarakat yang terjadi di

Dusun Tebuan Desa Kembiritan Kecamatan Genteng Kabupaten

Banyuwangi ini merupakan suatu fakta yang riil dan benar-benar terjadi di

tengah-tengah realitas masyarakat yang majemuk. Bukti-bukti nyata secara

empiris dan berdasarkan subjektivitas narasumber dalam memberikan

informasi yang berkaitan mengenai dinamika konflik sosial keagamaan

yang terjadi dalam masyarakat di Dusun Tebuan tersebut akan di uraikan

pada bab-bab selanjutnya.

Dalam hal ini peneliti akan mencoba menggunakan pendekatan

berdasarkan dari rumusan masalah, “bagaiamana dinamika konflik

keagamaan yang terjadi pada masyarakat di Dusun Tebuan, Desa

Kembiritan, Kecamatan Genteng, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur?”,

dengan teori sebagai sandaran dalam menganalisis serta untuk

menerangkan dari permasalahan yang di teliti. Maka peneliti akhirnya

menggunakan teori konflik Ralf Dahrendrof yang akan di jabarkan di

bawah ini.

Page 25: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

50

Pengertian tentang konflik sering di fahami sebagai suatu kondisi yang

menunjukkan adanya pertentangan antara dua belah pihak atau lebih, yang

memiliki perbedaan mengenai cara pandang atau pun kepentingan-

kepentingan yang ingin di capai, menurut Gamble sebagaimana yang telah

dikutip oleh Sabian Utsman, konflik adalah suatu bentrok sikap, pendapat,

perilaku, tujuan dan kebutuhan yang saling bertentangan. Termasuk juga

perbedaan terhadap asumsi-asumsi, keyakinan dan nilai-nilai yang dianut.

Lebih lanjut Sabian Utsman menyebutkan bahwa konflik akan muncul

apabila ada beberapa aktivitas individu atau kelompok yang saling

bertentangan. pertentangan itu jika menyebabkan adanya suatu tindakan

atau aktivitas yang di lakukan oleh orang lain menjadi tidak atau kurang

berarti (Utsman, 2007: 16).

Adapun yang dimaksud dengan konflik di sini ialah suatu keadaan

dimana sekelompok orang dengan identitas berbeda terlibat dalam

pertentangan yang di lakukan secara sadar dari suatu kelompok tertentu

terhadap suatu kelompok lainnya, hal tersebut di latar belakangi oleh

keinginan dalam menggapai suatu tujuan tetapi di balut dengan suatu

kepentingan yang saling bertentangan, baik dalam masalah penetapan

nilai-nilai ideologi, keyakinan (trust), agama dan lain sebagainya, serta

klaim terhadap status, kekuasaan, ataupun sumber daya. Dahrendrof

menyebutkan bahwa konflik atau pertentangan kepentingan tersebut dapat

bersifat laten maupun bersifat manifest. Dikatakan bersifat laten apabila

bentuk kepentingan-kepentingan itu tidak atau belum disadari oleh

individu ataupun kelompok yang sedangkan melakukan konflik, dan

Page 26: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

51

konflik akan bersifat manifest jika bentuk konflik kepentingan tersebut

terjadi dan telah di sadari oleh individu maupun kelompok yang berkonflik

atau “sedang berkonflik”. (Dahrendrof, 1956: 173).

Dalam perspektif konflik dahrendorf tersebut sebagaimana yang telah

dijelaskan oleh Johnson, mentengahkannya dengan premis-premis utama

konsepsi konflik, yaitu: pertama, setiap masyarakat senantiasa berbeda di

dalam proses perubahan yang tidak pernah berakhir atau dengan kata lain

bahwa perubahan sosial merupakan gejala yang melekat dalam setiap

masyarakat. Kedua, setiap masyarakat di dalam dirinya terkandung konflik

atau dengan kata lain bahwa konflik merupakan gejala yang melekat

dalam setiap masyarakat. Ketiga, setiap unsur dalam suatu masyarakat

memberikan sumbangan bagi terjadinya disintegrasi dan perubahan-

perubahan sosial. Keempat, setiap masyarakat terintegrasi di atas penguasa

yang mendominasi sejumblah orang (kebebasan yang di paksakan)

(Johnson,:194).

Jika hal tersebut dikaitkan dengan agama sebagai kondisi dan motivasi

penyebabkan dari lahirnya kekerasan, permusuhan bahkan konflik

destruktif, maka dapat kita ketahui jika hal tersebut didasarkan dengan

beberapa kreteria berikut, yaitu: Pertama, ketika individu maupun

kelompok mengklaim kebenaran dari agamanya merupakan kebenaran

yang mutlak dan satu-satunya keyakinan yang harus di peluk. Kedua,

agama bisa melahirkan tindak kekerasan ketika dibarengi dengan ketaatan

terhadap suatu pemimpin agama secara membabi buta (Fanatisme).

Ketiga, agama bisa berintegrasi dengan kekerasaan, ketika pemeluk agama

Page 27: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

52

mulai merindukan sebuah keadaan yang ideal seperti di masa lalu dan

bertekat merealisasikannya di masa sekarang (Jihad). Keempat, agama

bisa berintegrasi dengan kekerasan ketika perang suci (holy war) sudah

disuarakan. Maka hal tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa agama

merupakan salah satu sumber utama dari penyebab terjadinya konflik.

Terjadinya konflik tersebut juga bisa dimotivasi dari suatu

kepentingan-kepentingan yang ingin di capai seperti (a) karena

mempertahankan tempat suci, (b) untuk melindungi ajaran agama yang

dirasa sedang dalam bahaya, (c) untuk mempertegas identitas kelompok

dari dalam dan melawan orang dari luar kelompok.

Sedangkan Hayanto menyebutkan paling tidak ada tiga alasan

mengapa agama memiliki kemungkinan untuk dijadikan sebagai landasan

dan pembenaran prilaku tindak kekerasan. Pertama, karena agama dapat

berfungsi sebagai ideologi, dimana fungsi agama ini dijadikan perekat

suatu masyarakat di karenakan hal tersebut mampu untuk memberikan

kerangka penafsiran dalam pemaknaan mengenai pola relasi antar umat

manusia atau dalam artian sejauh mana tatanan sosial dianggap sebagai

representasi religius yang di kehendaki Tuhan. Kedua, adalah fungsi

agama sebagai faktor identitas, dalam hal ini agama secara spesifik dapat

diidentikkan dalam kepemilikannya pada manusia atau terhadap suatu

kelompok manusia tertentu, dimana pada kepemilikan identitas tersebut

dianggap mampu untuk memberikan stabilitas, status, pandangan hidup,

cara berfikir, etos, dan lain sebagainya. Ketiga, fungsi agama sebagai

legitimasi etis dalam hubungan antar manusia, berbeda halnya dengan

Page 28: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

53

agama yang sebagai kerangka penafsiran saja, dimana mekanisme ini tentu

bukan sakralisasi antar manusia melainkan suatu hubungan antar manusia

yang mendapat dukungan dan legitimasi dari agama (Haryatmoko,

2000:17).

Peter Suwarno menyebutkan timbulnya konflik sosial bernuansa

agama dapat dipicu atau disebabkan oleh beberapa faktor yang melatar

belakangi diantaranya adalah polarisasi masyarakat yang berdasarkan dari

garis identitas keagamaan yang semakin meningkat, serta dibarengi juga

oleh menguatnya keyakinan akan adanya kebenaran dan interpretasi teks

agama yang tunggal. Terlebih lagi pimpinan atau tokoh agama cenderung

menekankan pentingnya figh dari pada akhlak, religious purification dari

pada religious compassion. Disamping itu, kurangnya public sharing yang

sejalan dengan semakin meningkatnya polarisasi keagamaan tersebut.

Kondisi ini dapat dilihat dalam konteks, semisalkan pembangunan atau

pendirian tempat ibadah ataupun organisasi yang bercirikan agama tertentu

dalam mengambil ruang lingkup interaksi umum (Suwarno, 2007: 21-26).

Menurut Dahrendorf, konsep kepentingan tersembunyi, kepentingan

nyata, kelompok semu, kelompok kepentingan, dan kelompok-kelompok

konflik adalah konsep dasar untuk menerangkan konflik sosial. Di bawah

kondisi yang ideal tak ada lagi variabel lain yang diperlukan. Tetapi,

karena kondisi tak pernah ideal, maka banyak faktor lain yang ikut

berpengaruh dalam proses konflik sosial. Dahrendorf menyebut kondisi-

kondisi teknis seperti personil yang cukup, kondisi dan situasi politik

secara keseluruhan, dan kondisi sosial seperti keberadaan hubungan

Page 29: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

54

komunikasi dan lain sebagainya, maka hal tersebut juga telah

mempengarui dalam kondisi penyebab terjadinya konflik. Menurut

Dahrendorf cara orang direkrut ke dalam suatu kelompok semu merupakan

kondisi sosial yang penting, dia menganggap bahwa jika rekruitmen

berlangsung secara acak dan ditentukan oleh peluang, maka akan

menjadikan kelompok kepentingan, dan kelompok kepentingan tersebut

akhirnya berubah menjadi kelompok konflik.

Dari uraian tentang konflik dan faktor-faktor penyebabnya, maka bila

ditinjau dari segi sifatnya, konflik dapat muncul dalam dua bentuk yang

berbeda, yaitu: konflik bersifat laten dan konflik bersifat manifes. Konflik

yang bersifat laten cenderung tertutup tersembunyi dan tidak terlihat di

permukaan), sehingga sulit terdeteksi dan diprediksi. Sedangkan konflik

bersifat manifes adalah konflik terbuka dan mudah diketahui. Suatu bentuk

konflik manifes bisa saja merupakan ledakan konflik laten yang

tersembunyi sebelumnya (Kartodirjo, 1984:24).

Berkaitannya dengan itu, Johan Galtung mengajukan sebuah model

untuk menganalisis sebuah konflik yang bersifat laten dan manifes

tersebut. Galtung menyatakan bahwa konflik dapat dilihat dalam sebuah

segitiga konflik, yang didalamnya terdapat, pertama, sikap (S); kedua,

perilaku (P); dan ketiga, kontradiksi (K). Kontradiksi dapat berupa

frustasi, suatu tujuan atau kebutuhan yang terhalang, yang mengarah pada

agresif sebagai sikap, dan agresi sebagai perilaku (Galtung, 2003: 160).

Lebih lanjut Galtung menjelaskan bahwa sebuah struktur konflik

tanpa sikap (S) dan kontradiksi (K) merupakan sebuah konflik laten yang

Page 30: BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam …eprints.umm.ac.id/39694/3/BAB 2.pdf · 2018-11-09 · 26 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Konflik Dalam

55

bersifat teoritis, dugaan. Sedangkan konflik manifes diidentifikasi dengan

perilaku (P) yang empiris dan terlihat. Pada tataran perilaku, partisipan

konflik dapat mengalami, mengamati perilaku dari konflik yang terjadi.

Sebuah konflik merupakan proses yang dinamis dimana sikap (S) dan

perilaku (P) serta kontradiksi (K) secara konstan dapat berubah dan saling

mempengaruhi satu sama lain. Ketika ketiga komponen tersebut muncul

secara bersamaan, maka hal ini yang disebut konflik total (manifes).

Ketiganay secara bersamaan membentuk segitiga konflik (Galtung, 2003:

161). Sebagaimana tergambar pada bagan di bawah ini.

Berdasarkan uraian diatas, maka teori konflik ini digunakan untuk

menjelskan dan menganalisis fenomena konflik yang terjadi dalam

kehidupan keberagamaan masyarakat Dusun Tebuan. Teori konflik ini

akan memandu untuk melihat bentuk konflik, faktor penyebabnya atau

kepentingan-kepentingan yang melatarbelakangi kemunculan konflik,

serta menjelaskan dampak atau akibat yang ditimbulkan dari konflik

tersebut. Disamping itu juga digunakan untuk melihat bagaimana potensi

konflik manifes masyarakan Dusun Tebuan yang multi keyakinan dan

multi ideologi keagamaan.