Upload
al-inal
View
57
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kalorimeter
Citation preview
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 16
BAB 2
COLORIMETER AND ABSORBTIONSPECTROPHOTOMETER (UV-Vis)
Oleh : Jubaidah
2.1Pendahuluan
Metode serapan radiasi elektromagnetik dalam interval cahaya tampak,
ultraviolet dan inframerah, adalah metode terpenting dalam instrumentasi analitik.
Metode ini dikenal sebagai spetroskopy serapan (absorbtion spectroscopy). Keuntungan
utama dari metode spektrometrik ini adalah kecepatan, sensitifitas dan penggunaannya
yang sederhana. Absorbtion Spectroscopy sudah meluas penerapan analitiknya dan
terus mengalami peningkatan yang sangat bermanfaat untuk menganalisis bahan bahkan
yang sangat halus sekalipun.
Gambar 2.1 Gelombang elektromagnetik(http://www2.astro.psu.edu)
Radiasi elektromagnetik merupakan suatu tipe energi yang menjalar dengan
kecepatan sekitar 3x1010 cm/s. Radiasi gelombang ini tidak membutuhkan medium
untuk menjalar dan dapat menjalar dalam ruang vakum (gambar 2.1). Panjang
gelombang elektromagnetik dapat dikelompokkan menjadi beberapa wilayah energi
yang disebut juga “spektrum elektromagnetik”. Spektrum elektromagnetik memiliki
beberapa daerah variasi yang dapat digunakan untuk alat-alat spektroskopi. Pada
dasarnya foton-foton pada semua wilayah panjang gelombang ini terdapat pada
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 17
gelombang elektromagnetik alami, tetapi karena masing-masing memiliki tingkat energi
yang berbeda, semuanya berbeda ketika berinteraksi dengan bahan, seperti pada gambar
2.2.
Gambar 2.2 Spektrum radiasi elektromagnetik(http://www.mpoweruk.com)
2.2Hukum Serapan Radiasi
Ketika sebuah berkas energi radiasi menumbuk suatu permukaan bahan (padat,
cair, gas), radiasi tersebut berinteraksi dengan atom dan molekul dari suatu substansi
atau padatan. Radiasi tersebut memungkinkan untuk ditransmisi, diserap, dipantulkan,
dihamburkan atau mungkin menjadi rangsangan fluorosensi tergantung pada struktur
bahan seperti pada gambar 2.3. Namun interaksi tersebut tidak menyebabkan
perpindahan energi secara permanen.
Gambar 2.3 Interaksi radiasi dengan materi (RS Khandpur, 2006)
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 18
Dari beberapa energi gelombang elektromagnetik, dua diantaranya adalah sinar
ultraviolet dan cahaya tampak. Panjang gelombang untuk ultraviolet adalah sekitar 400
nm – 1 nm dengan frekuensi 1015 – 1017 Hz. Sedangkan, untuk cahaya tampak adalah
sekitar 750 nm – 350 nm dengan frekuensi 4 – 7,4x1010 Hz. Pada daerah energi
elektromagnetik ini, molekul mengalami transisi energi. Teknik ini merupakan teknik
pada spektroskopi fluoresensi, proses fluorosensi adalah proses terjadinya transisi dari
keadaan tereksitasi ke keadaan dasar, setelah menyerap sejumlah energi yang
menjadikan keadaan tereksitasi.
2.2.1Hukum Beer – Lambert
Lambert (1760) menyelidiki hubungan terhadap intensitas cahaya mula-mula
sebelum melewati sampel (Io) dan intensitas cahaya yang di transmisikan ketika
melewati sampel (I) terhadap tebal media dan memberikan suatu hukum yang bunyi :
“Bila suatu cahaya monokromatik melalui suatu media yang transparan maka
bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan sebanding dengan
bertambahnya tebal media atau panjang lintasan (b)”.
Beer (1852), memberikan suatu hukum yang menunjukan hubungan antara I dan
Io terhadap kepekatan (c), yaitu : “Bila suatu cahaya monokromatis melalui suatu media
yang transparan maka bertambah turunnya intensitas cahaya yang dipancarkan
sebanding dengan bertambahnya kepekatan (c)”.
Gabungan hukum Lambert-beer (gambar 2.4) menjadi: “Bila suatu cahaya
monokromator melalui suatu media yang transparan maka bertambah turunnya
intensitas cahaya yang ditruskan sebanding dengan ketebalan dan kepekatan media”.Absorbansi dalam setiap daerah energi tergantung pada hukum Lambert-Beer, yaitu :
A = ɛ l c (2.1)
A : absorbansi,
ɛ : absortivitas
α : koefisien absorbsi
l : panjang lintasan
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 19
c : konsentrasi dari zat yang mengabsorpsi
Nilai suatu absorbansi dan absortivitas tergantung pada panjang gelombang. Oleh
sebab itu, suatu alat energi tidak mengukur nilai penyerapannya secara langsung,
melainkan harus dihitung menggunakan perbandingan intensitas dari sebagian kecil dari
cahaya yang ditransmisikan melewati sampel. Jika I adalah intensitas cahaya setelah
melewati sampel dan Io adalah besarnya intensitas cahaya yang terdeteksi ketika
konsentrasi dari bahan yang menyerap bernilai nol, fraksi cahaya yang ditransmisikan
(T) dirumuskan oleh:
Gbr. 2.4 Hukum Lambert-Beer(http://sciencefair.math.iit.edu)
= = 10 = 10 ɛ (2.2)
Nilai Absorpsi (A) diberikan oleh:= − = = ɛ l c (2.3)
Nilai kuantitas dari I dan Io dapat diukur secara berurutan pada sampel dan blangko, atau nilai
pada dua blangko yang diisi dengan sampel dan cuvet referensi. Hal ini perlu diketahui bahwa A
dihitung dari T, walaupun noise muncul ketika pengukuran I, sehingga hubungan antara nilai
absorbansi dan konsentrasi berbentuk logaritma.
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 20
2.2.2Transisi Elektron
Transisi elektronik dapat diartikan sebagai perpindahan elektron dari satu orbital
ke orbital yang lain. Energi yang dimiliki sinar UV mampu menyebabkan perpindahan
elektron (transisi elektron). Disebut transisi elektronik karena elektron yang menempati
satu orbital dengan energi terendah dapat berpindah ke orbital lain yang memiliki
energi lebih tinggi jika menyerap energi, begitupun sebaliknya elektron dapat berpindah
dari orbital yang memiliki energi lebih rendah jika melepaskan energi. Energi yang
diterima atau diserap berupa radiasi elektromagnetik.
Berdasarkan mekanika kuantum transisi elektronik yang dibolehkan atau tidak
dibolehkan (terlarang) disebut kaidah seleksi. Berdasarkan kaidah seleksi, suatu transisi
elektronik termasuk:
1. Transisi diperbolehkan bila nilai ε sebesar 103 sampai 106.
2. Transisi terlarang bila nilai ε sebesar 10-3 sampai 103.
Selain dengan melihat harga ε kaidah seleksi dapat dapat dinyatakan dengan
simetri dan spin. Berdasarkan simetri dan spin suatu transisi elektronik diperbolehkan
bila:
1. Berlangsung antara orbital-orbital dalam bidang yang sama.
2. Selama transisi orientasi spin harus tetap.
Dalam satu molekul terdapat dua jenis orbital yakni orbital ikatan (bonding
orbital) dan orbital anti-ikatan (antibonding orbital). Orbital ikatan di bagi menjadi
beberapa jenis yakni orbital ikatan sigma (σ, = ikatan tunggal) dan orbital phi (π, =
ikatan rangkap), sedangkan orbital nonikatan berupa elektron bebas yang biasanya
dilambangkan dengan n. Orbital nonikatan umumnya terdapat pada molekul-molekul
yang mengandung atom nitrogen, oksigen, sulfur dan halogen.
Orbital ikatan sigma (σ) dan orbital phi (π) terbentuk karena terjadinya tumpang
tindih dua orbital atom atau orbital-orbital hibrida. Dari dua orbital atom dapat dibentuk
dua orbital molekul yakni orbital ikatan dan orbital anti ikatan. Dengan demikian jika
suatu molekul mempunyai orbital ikatan maka molekul tersebut mempunyai orbital anti
ikatan. Orbital anti-ikatan biasanya diberi notasi atau tanda asterisk atau bintang (*)
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 21
pada setiap orbital yang sesuai. Orbital ikatan α orbital anti-ikatannya adalah α*,
sedangkan orbital ikatan π orbital anti-ikatannya adalah π*.
Transisi elektronik atau perpindahan elektron dapat terjadi dari orbital ikatan ke
orbital anti-ikatan atau dari orbital non-ikatan (nonbonding orbital) ke orbital anti-
ikatan. Terjadinya transisi elektronik atau promosi elektron dari orbital ikatan ke orbital
antiikatan tidak menyebabkan terjadinya disosiasi atau pemutusan ikatan, karena
transisi elektronik terjadi dengan kecepatan yang jauh lebih tinggi dari pada vibrasi inti.
Pada transisi elektronik inti-inti atom dapat dianggap berada pada posisi yang
tepat. Hal ini dikenal dengan prinsip Franck-Condon. Disamping itu dalam proses
transisi ini tidak semua elektron ikatan terpromosikan ke orbital antiikatan. Untuk
memberikan gambaran dan memudahkan pemahaman tentang jenis transisi beserta
perbandingan energi yang diperlukan dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut:
Gambar 2.5 Transisi elektron(http://wanibesak.wordpress.com)
Keterangan
σ : senyawa-senyawa yang memiliki ikatan tunggal
π : senyawa-senyawa yang memiliki ikatan rangkap
n menyatakan orbital non-ikatan: untuk senyawa-senyawa yang memiliki elektron
bebas.
σ* dan π* merupakan orbital yang kosong (tanpa elektron), orbital ini akan terisi
elektron ketika telah atau bila terjadi eksitasi elektron atau perpindahan elektron
atau promosi elektron dari orbital ikatan.
Pada gambar di atas transisi dari σ ke π* sebenarnya tidak ada. Transisi demikian
dapat pula terjadi tapi sangat kecil sehingga tidak dapat diamati pada spektrum atau
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 22
spektra. Karena bertolak belakang dengan kaidah seleksi. Sehingga berdasarkan jenis
orbital tersebut maka, jenis-jenis transisi elektronik hanya dibedakan menjadi empat
macam, yakni:
1. Transisi σ – σ* : Jauh, energi >, λ maks kecil < 150 nm, UV vakum, sukar diamati.
Contohnya adalah CH4. Pada transisi ini energi yang diperlukan besarnya sesuai
dengan energi sinar yang frekuensinya terletak di antara UV vakum (kurang dari 180
nm). Misal jenis ikatan C-H mempunyai pita serapan elektron sigma pada panjang
gelombang 125 nm, sementara etana mempunyai pita serapan 135 nm yakni untuk
transisi elektron C-C. Kekuatan ikatan C-C pada etana lebih kecil dibanding dengan
C-H pada metana sehingga energi yang diperlukan juga lebih kecil. Akibatnya pita
serapan terjadi pada panjang gelombang yang besar (ingat panjang gelombang
berbanding terbalik dengan energi). Jenis transisi ini kurang bermanfaat untuk
analisis dengan spektrofotometri UV-Vis
2. Transisi π - π* : Senyawa organik tak jenuh. ɛ = 1000 – 10.000, terjadi pada
senyawa organik jenuh yang mengandung atom-atom yang memiliki elektron bukan
ikatan (elektron n). energi yang diperlukan untuk transisi ini lebih kecil dari pada
transisi σ – σ*. Sehingga sinar yang diserap mempunyai panjang gelombang lebih
panjang yaitu 150-250 nm.
3. Transisi n - σ* : Senyawa jenuh, elektron tidak berpasangan, energi <, λ 150 – 250
nm, ɛ rendah. Contoh : metanol λ maks = 184nm, ɛ = 15.
4. Transisi n – π* : energi kecil, λ panjang, 200 – 700 nm, ɛ = 10 – 100, untuk
memungkinkan terjadinya transisi ini (3 dan 4) senyawa kimia harus mempunyai
gugus fungsional yang tidak jenuh sehingga ikatan rangkap dalam gugus tersebut
memberikan orbital π yang diperlukan. Jenis transisi ini yang paling cocok untuk
analisis obat sebab sesuai dengan panjang gelombang antara 200-700 nm, dan
panjang gelombang ini dapat diaplikasikan pada spektrofotometer.
Dapat diketahui bahwa transisi σ – σ* dan transisi π - π* kuat, sedangkan transisi
n - σ* dan transisi n – π* relatif lebih lemah karena terletak pada panjang gelombang
yang lebih panjang. Umumnya dalam molekul poliatomis terutama dalam molekul
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 23
organik, orbital pengikatan atom bukan pengikatan di isi sehingga transisi elektron
dengan panjang gelombang terpanjang melibatkan pengikatan elektron dari orbital
molekul tidak terisi yang tertinggi ke orbital molekul tidak terisi yang terendah.
Dalam penentuan struktur molekul, tansisi σ → σ* tidak begitu penting karena
puncak absorbsi berada pada daerah ultraviolet vakum yang berarti tidak terukur oleh
peralatan atau instrumen pada umumnya. Walaupun transisi π→π* pada ikatan ganda
terisolasi mempunyai puncak absorbsi di daerah UV vakum tetapi transisi π→π*
tergantung pada konjugasi ikatan ganda dengan suatu gugus fungsi substituen.
Akibatnya transisi π→π* pada ikatan ganda terkonjugasi mempunyai puncak absorbsi
pada daerah ultraviolet dekat, dengan panjang gelombang lebih besar dari 200 nm.
Dengan demikian transisi yang penting dalam penentuan struktur molekul adalah
transisi π→π* serta beberapa transisi n→π* dan n→σ*.
2.3Instrumen Absorbsi
Gambar 2.6 Variasi komponen instrumen absorpsi(RS Khandpur, 2006)
Instrumen absorbsi umumnya terdiri dari enam komponen utama; sumber radiasi,
perangkat filter, perangkat optik, wadah sampel, sistem deteksi dan sistem tampiran.
Berikut adalah penjelasan dari masing-masing komponen.
1. Sumber cahaya
Pada prinsipnya sumber cahaya yang dibutuhkan adalah yang mampu
memancarkan intensitas yang cukup untuk wilayah spektra yang dibutuhkan dalam
pengukuran. Beberapa sumber yang memungkinkan adalah dengan menggunakan
lampu tungsten, lampu halogen, lampu xenon, lampu xenon-merkuri, lampu hidrogen
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 24
atau deuterium. Gambar 2.7 di bawah ini menunjukkan wilayah spektra untuk berbagai
jenis lampu.
(a) (b)
Gambar 2.7 Perbandingan spektrum berbagai jenis lampu((a) http://www.olympusmicro.com, (b) http://www.photonics.com)
Sumber yang umum digunakan adalah berasal dari lampu tungsten untuk
spektrum cahaya tampak (350 – 750 nm) dan lampu deuterium untuk spektrum sinar
ultraviolet (1 – 350 nm). Skema penggunakan kedua lampu tersebut seperti gambar 2.8.
Gambar 2.8 Skema absorbance spectrophotometer menggunakan dua sumber cahaya(http://www.public.asu.edu/~laserweb/)
2. Perangkat filter
Untuk menyeleksi berkas yang dibutuhkan dari sumber cahaya diperlukan
perangkat filter seperti; absorpsi panjang gelombang tunggal (gambar 2.9a), filter
interferensi (gambar 2.9b), kisi difraksi (gambar 2.9c) atau prisma (gambar 2.9d).
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 25
Selain itu digunakan juga pembelah sinar (gambar 2.9e) dan penerus cahaya fiber optic
(gambar 2.9f).
3. Perangkat Optik
Sejumlah perangkat optik untuk memproduksi berkas paralel dari cahaya terfilter
untuk dilewatkan pada cuvet, misalnya cermin, lensa, slit diafragma, dan lain-lain.
Material optik yang digunakan disesuaikan dengan daerah spektrum yang dipakai.
Tabel 2.1 Material optik untuk spektrum elektromagnetik (RS Khandpur, 2006)
Daerah Spektrum Cermin Lensa WindowsX-ray - - BerylliumUltraviolet Aluminium Fused silica (synthetic
quartz), SapphireFused silica ,Glass,Sapphire
Visible Aluminium Glass, Sapphire Glass, SapphireNear-infrared Emas Glass, Sapphire Glass, SapphireInfrared Tembaga,
EmasCaF2, ZnSe NaCl, BaF2, CaF2,
SnZe
(c) Kisi difraksi (grattings)
(d) Prisma
(b) Interference filter(a) Optical filter
Gambar 2.9 Perangkat Filter Gambar 2.13. Fiber Optic
(e) Beam splitter block (f) Fiber optic
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 26
4. Detektor
Sistem foto deteksi untuk mengukur dari cahaya yang diteruskan oleh sampel,
misalnya mata manusia, barrier layer cell, phototube/photodiode (gambar 2.10a) atau
tabung photomultiplier (gambar 2.10b).
Phototube (Photo Emissive Cell) bentuknya sederhana terdiri dari suatu bola
gelas yang hampa udara atau berisi gas mulia pada tekanan rendah, misalnya argon
pada 0,2 mmHg. Di dalam bola terdapat katoda yang berbentuk lempeng setengah
lingkaran dan bagian dalamnya dilapisi zat yang sangat peka terhadap cahaya, misalnya
campuran cesium oksida atau kalium oksida dan perak oksida. Phototube terdiri dari
anode dan cathode, apabila sinar UV-Vis ditembakan ke cathode (-), maka akan terjadi
emisi/pergerakan electron dari cathode ke anode sebagai akibat dari efek photoelectric.
Pergerakan electron ini akan diukur sebagai arus listrik yang sebanding dengan
intensitas UV-Vis yang mengenai cathode tersebut.
Photomulitplier tube (PMT) terdiri dari photocathode dan beberapa buah anode
(tidak seperti pada phototube yang hanya terdiri dari satu buah anode) yang disusun
secara serie (disebut dynode). Sinar UV-Vis (photons) yang ditembakan ke cathode
akan menyebabkan emisi electron dari cathode ke anode. Anode yang satu dengan yang
lainya diberi beda potensial, sehingga apabila emisi electron dari cathode sampai di
dynode pertama, akan ada tambahan electron yang diteruskan ke dynode berikutnya,
dan seterusnya sehingga secara akumulasi jumlah electron yang emisi di dynode
(b) Photomultiplier tube(www.olympusconfocal.com)
Gambar 2.10 Jenis Foto detektor
(a) Phototube(http://kids.britannica.com)
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 27
terakhir semakin banyak (arusnya semakin besar), itu sebabnya mengapa PMT lebih
sensitif dibandingkan dengan phototube. Maka untuk setiap foton sinar yang jatuh pada
katoda pada akhirnya akan dibebaskan 106 – 107 elektron yang terkumpul di anoda.
5. Wadah sampel
Wadah sampel atau disebut cuvvet adalah suatu tabung kecil penampang
lingkaran atau persegi, tertutup di salah satu ujung, terbuat dari plastik, kaca, atau
kuarsa (untuk cahaya UV) dan dirancang untuk menahan sampel untuk percobaan
spektroskopi. Cuvettes yang baik harus sejelas mungkin, tanpa kotoran yang dapat
mempengaruhi pembacaan spektroskopi. Seperti tabung reaksi, kuvet ada yang terbuka
ke atmosfer di atas atau memiliki topi sebagai penutupnya.
6. Sistem tampilan yang digunakan sebagai ukuran suatu indikasi atau tampilan
jumlah, seperti meter, plotter atau printer, atau komputer. Data yang ditampilkan
dapat berupa angka-angka ataupun grafik.
2.4Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi untuk menguraikan cahaya
polikromatis menjadi beberapa komponen panjang gelombang tertentu (monokromatis)
yang bebeda (terdispersi). Ada 2 macam monokromator yaitu :
1. Prisma 2. Gratting (Kisi Difraksi)
Monokromator umumnya terdiri dari; (1) celah masukan yang sempit (slit),
yang berfungsi mempersempit radiasi masuk dari sumber radiasi ke zat. Pengaturan slit
berpengaruh terhadap terbentuknya radiasi monokromatis dan resolusi panjang
gelombang. (2) Filter, berfungsi mengubah sinar menjadi sinar sejajar. (3) Kisi difraksi
atau prisma. Pada kisi difraksi terjadi proses dispersi, sedangkan pada prisma terjadi
Gambar 2.12 Monokromator kisi difraksi(http://seratoptik.blogspot.com)
Gambar 2.11 Monokromator prisma(http://valdisreinaldo.blogspot.com)
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 28
proses pembiasan cahaya. (4) Celah keluar, berfungsi mengisolasi sinar, menghalangi
sinar lain dan membiarkan sinar yang diinginkan melewati zat. Ketelitian dari
monokromator dipengaruhi juga oleh lebar celah (slit width) yang dipakai. Keuntungan
menggunakan kisi difraksi adalah dispersi sinar merata, dispersi lebih baik dengan
ukuran pendispersi yang sama, dan dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spectrum.
2.5Spectroscopy UV-Vis
Spektroscopy UV-Vis merupakan sebuah spektroskopi absorpsi atau spektroskopi
reflektansi pada daerah kerja ultraviolet - visible. Itu berarti alat tersebut menggunakan
cahaya dalam daerah cahaya tampak dan sekitarnya daerahnya (near-UV dan near-
infrared (NIR)) seperti pada gambar 2.13. Penyerapan atau reflektansi dalam daerah
visible dapat secara langsung menggambarkan sifat bahan kimia yang diteliti. Sejarah
terbentuknya spektroscopy UV-Vis dimulai pada tahun 1941, saat suatu perusahaan
mempublikasikan Beckman DU spektrophotometer, para ahli kimia untuk pertama
kalinya mampu memperoleh energi absorpsi sederhana. Selanjutnya, penelitian tentang
spektrophotometer terus dikembangkan. Dengan ditemukannya suatu rekorder otomatis
yang terus dikembangkan, saat ini banyak jenis spektrophotometer canggih yang
beredar dipasaran dan sangat membantu dalam bidang analisis kimia.
Panjang gelombang untuk ultraviolet adalah sekitar 400 nm – 1 nm dengan
frekuensi 1015 – 1017 Hz yang dapat diperoleh dari sumber cahaya deuterium lamp.
Analisis menggunakan sinar ultraviolet biasanya dilakukan menggunakan ultraviolet
dekat, sedangkan bila analisis menggunakan ultraviolet jauh maka instrumen yang
digunakan harus dalam keadaan vakum. Hal ini disebabkan jika digunakan ultraviolet
jauh maka udara akan ikut menyerap panjang gelombang yang digunakan. Akbatnya
Gambar 2.13 Rentang spektrum cahaya ultraviolet dan cahaya tampak(http://www.windows2universe.org/physical_science)
Gambar 2.17. Monokromator Prisma
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 29
kesalahan yang dilakukan makin fatal, karena jika udara ikut menyerap maka
absorbansi yang dihasilkan akan makin besar, jika hal ini dihubungkan dengan hukum
Lamber-Beer maka konsentrasi zat yang dianalisis lebih tinggi dari yang seharusnya.
Panjang gelombang untuk cahaya tampak adalah sekitar 750 nm – 400 nm
dengan frekuensi 4 – 7,4x1010Hz yang dapat dihasilkan dari sumber cahaya tungsten
lamp. Zat yang dapat dianalisis menggunakan spektrofotometri UV adalah zat dalam
bentuk larutan dan zat tersebut tidak tampak berwarna. Jika zat tersebut berwarna maka
perlu direaksikan dengan reagen tertentu sehingga dihasilkan suatu larutan tidak
berwarna. Zat yang berwarna lebih banyak dianalisis menggunakan spektrofotometri
sinar tampak.
Ketika sebuah berkas gelombang cahaya dari UV – Vis menumbuk suatu
permukaan sampel, gelombang cahaya tersebut berinteraksi dengan atom dan molekul
dari suatu substansi atau padatan. Cahaya yang masuk memungkinkan untuk
ditransmisikan (diteruskan), diserap (panjang gelombang yang sesuai dengan molekul
sampel diserap, seperti pada tabel 2.2), atau dipantulkan atau mungkin menjadi
rangsangan fluorosensi tergantung pada struktur bahan. Namun interaksi tersebut tidak
menyebabkan perpindahan energi secara permanen.
Tabel 2.2 Panjang gelombang cahaya tampak yang diserap
Panjanggelombang (nm)
Warna-warnayang diserap
Warna komplementer(warna yg terlihat)
400 – 435 Ungu Hijau kekuningan435 – 480 Biru Kuning480 – 490 Biru Kehijauan Jingga490 – 500 Hijau Kebiruan Merah500 – 560 Hijau Ungu kemerahan560 – 580 Hijau Kekuningan Ungu580 – 595 Kuning Biru595 – 610 Jingga Biru kehijauan610 – 800 Merah Hijau kebiruan
Warna-warna yang nampak adalah akibat serapan energi oleh senyawa organik
maupun anorganik. Energi cahaya pada panjang gelombang tertentu yang diserap oleh
suatu senyawa tergantung pada struktur senyawa tersebut. Oleh karena itu, teknik-
teknik spektroskopi dapat digunakan untuk menentukan struktur senyawa yang tidak
diketahui (analisis kualitatif)
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 30
2.6Kolorimeter/Fotometer
Metode kolorimeter /Fotometer merupakan cara yang sederhana dengan
menggunakan mata manusia sebagai instrumen pengukuran. Cara ini melibatkan
perbandingan dari penampakan warna dari larutan yang tidak diketahui, melalui warna
yang dihasilkan dari sebuah cairan standar atau series standar. Perbandingan dilakukan
antara warna yang dihasilkan oleh sampel yang tidak diketahui dan sampel yang
diketahui. Tingkat kesalahannya mulai 5-20 % dikarenakan batasan relatif dari mata
manusia. Pada kolorimeter, sampel umumnya berupa cairan. Sampel ditempatkan pada
suatu holder yang di dalamnya terdapat cuvet yang merupakan tempat peletakan sampel
cairan. Photometer ada dua jenis, single-beam dan double-beam (gambar 2.14 dan
2.15). Pada single-beam photometer, hanya dapat mengukur cahaya yang diteruskan
oleh sample. Sedangkan pada double-beam photometer, cahaya sebelum dan sesudah
melewati sample dapat dibandingkan sehingga hasilnya lebih akurat.
Gambar 2.14 Skema komponen single-beam photometer (RS Khandpur, 2006)
Gambar 2.15 Skema komponen fotometer double-beam (RS Khandpur, 2006)
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 31
2.7Spectrophotometer UV-Vis
Sesuai dengan namanya spectrophotometer UV-Vis merupakan gabungan antara
spectrophotometer UV dan Visible. Pada spectrophotometer UV-Vis menggunakan dua
buah sumber cahaya berbeda yakni sumber cahaya UV dan sumber cahaya visible.
Spectrophotometer adalah instrumen yang mengisolasi radiasi monokromatis dalam
cara yang lebih efisien dan efektif dibanding colour filter yang digunakan pada filter
fotometer. Pada instrumen ini, cahaya dari sumber dibentuk menjadi berkas paralel dan
dilewatkan pada prisma atau kisi difraksi, dimana cahaya dari beberapa panjang
gelombang akan terdispersi dalam beberapa sudut. Gambar 2.16 adalah gambar dari
salah satu jenis Spectrophotometer UV-Vis yang ada dipasaran.
Gambar 2.16 Spectrophotometer UV-Vis
Spectrophotometer UV-Vis juga terdiri dari dua jenis, single-beam dan double-
beam. Pada spectrophotometer UV-Vis single-beam, hanya ada satu sample yang bisa
digunakan dalam satu kali pengukuran. Sedangkan pada spectrophotometer UV-Vis
double-beam, sample dan referece dapat diukur bersamaan. Gambar 2.17 dan 2.18
menunjukkan skema keduanya.
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 32
Gambar 2.17 Skema spektophotometer UV-Vis single beam (RS Khandpur, 2006)
Gambar 2.18 Skema Spektofotometer double-beam (RS Khandpur, 2006)
Cahaya yang masuk ke phototube detector diubah menjadi sinyal listrik
(elektron). Jumlah elektron yang terbentuk masih sangat lemah (sedikit) dan sulit untuk
dibaca. Sehinga memerlukan photomultipliyer-tube untuk melipatgandakan elektron
yang masuk. Kemudian pulsa yang terbentuk dikuatkan menggunakan sistem penguat
operasional (op-amp) agar dapat dibaca dengan jelas. Adapun rangkaian dasar
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 33
Gambar 2.19 Rangkaian dasar pengukuran padaspektrofotometer double-beam
(RS Khandpur, 2006)
Gambar 2.20 Rangkaian pengukuran logaritmapembanding 2 arus atau tegangan pada spektrofotometer
double-beam (RS Khandpur, 2006)
Gambar 2.21 Rangkaian direct reading Spectrocolorimeter/Spektrophotometer(RS Khandpur, 2006)
pengukuran pada double-beam spectrophotometer dan rangkaian pengukuran analog
pembanding pada 2 arus atau teganan ditunjukkan pada gambar 2.19 dan 2.20 berikut.
Banyaknya cahaya yang sampai pada detektor dari spectrophotometer secara
umum lebih kecil dibanding dengan yang dihasilkan oleh colorimeter/photometer. Hal
itu karena pita spektra yang digunakan kecil. Oleh karena itu, harus menggunakan
detektor yang lebih sensitif. Sinyal elektrik dari detektor fotoelektrik dapat terukur
dibaca secara langsung dengan menggunakan mikroamperemeter, seperti pada gambar
2.21 berikut.
Mikroprosesor-based Spektrophotometer adalah instrumen mikrokontroler yang
dirancang untuk analisis spektrofotometri cepat dan akurat. Instrumen yang
menggunakan teknologi terbaru mikroprosesor dan teknik rekayasa canggih ini mampu
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 34
Gambar 2.22 Diagram Blok MicropocessorControlled Spectrophotometer
(RS Khandpur, 2006)
Gambar 2.23 Grafik Perbandingan AbsorbansiNAD+ dan NADH
(http://chemwiki.ucdavis.edu)
memberikan peningkatan akurasi dan reproducibility. Gambar 2.22 menunjukkan
diagram blok dari alat ini. Outputnya dapat berupa grafik persentasi Transmisi (% T),
Absorbance, dan Konsentrasi seperti gambar 2.23.
2.8Aplikasi
Aplikasi (penerapan) yang paling umum dalam memanfaatkan instrumen
spektrophotometer adalah menentukan konsentrasi suatu analit dalam larutan tertentu.
Dengan mengetahui konsentrasi dan kandungan suatu analit dalam larutan tertentu
(seperti berwarna, tidak berwarna, alam, sintetis, anorganik, dan analit organik) yang
dapat dimanfaatkan untuk kegiatan riset dan industri. Pada kegiatan riset, seperti riset
bioteknologi dan farmasetika. Pada kegiatan industri, seperti menentukan konsentrasi
optimal bahan pewarna pakaian pada industri tekstil atau menentukan konsentrasi zat
aditif pada makanan dalam tinjauan keamanan konsumsi pangan pada industri
makanan.
Dalam dunia medis, banyak alat tes diagnostik menggunakan pengukuran
fotometri. Penderita diabetes biasanya menggunakan seperangkat alat analisis blood
glucose yang proses kerjanya didasarkan pada reaksi glukosa oksidasi enzim yang
secara sekunder menghasilkan produk berwarna. Selain itu, sebagai alat tes umum
lapangan untuk mengukur kadar klorin di kolam renang, air minum, atau air limbah
didasarkan pada warna yang dihasilkan oleh aksi klorin pada o-tolidine.
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 35
2.9Kelebihan dan Kekurangan
Keuntungan dari penggunaan spektroskopi UV-Vis yaitu, (1) alat yang sederhana
(portable) dan relatif murah jika dibandingkan dengan instrumentasi spektroskopi yang
lain, (2) pada aplikasinya sebagian besar molekul organik menyerap sinar UV-Vis
sehingga memudahkan dalam pengukuran, (30 pengunaan untuk pengukuran kuantitatif
(hukum Beer).
Kerugian dari penggunan spektroskopi UV-Vis adalah ; (1) sampel yang
merupakan campuran molekul dapat menjadi masalah karena tumpang tindih sehingga
secara rutin memerlukan persiapan sampel signifikan. (2) Terkadang sumber cahaya
menghasilkan spektrum yang sangat tidak spesifik untuk molekul tertentu. (3) Masih
berpengaruh pada kondisi sampel larutan. Dan (4) jika kita menggunakan sumber UV,
masih ada kemungkinan udara menyerap UV, sehingga kita perlu melakukan seluruh
percobaan dalam ruang hampa.
REFERENSI
Electropaedia. (2013). Electromagnetic Radiation and Radio Waves : Natural and Man-Made Miracles
Encyclopædia Britannica, Inc. (2013). Photoelectric Device: Phototub. [online](http://kids.britannica.com/comptons/art-53788/Phototube di akses tanggal 20Mei 2013)
Hobart at.all (1974). Instrumental Method of Analysis. D. Van Norstrand Company,New York
Interactive Simullation, University of Colorado. (2013). Beer’s Law Lab.
Khandpur, R.S. (2006). Handbook Analitical Instruments. McGraw-Hill. New Delhi
Michael W. Davidson (2013). Tungsten-Halogen Incandescent Lamps.
Qodariah, RN. (2006) Analisis Fungsi Hati dan Ginjal Manusia dengan Photometer4010. Skripsi. Program Studi Fisika FMIPA. Institut Pertanian Bogor.
Spring, KR dan Davidson MW, (2010), Theory of Confocal: Microscopy ElectronicLight Detectors.
Bab 2 Colorimeter and Absorption Spectrometer (UV-Vis) 36
Sahodo, Yasin Agung. (2012). Pengendali Kisi Difraksi pada Monokromator. [online](http://seratoptik.blogspot.com/2012/06/pengendali-kisi-difraksi-pada.html,diakses tanggal 20 Mei 2013)
Travis Iguchi, Samir Patel, dan Maridel Lares, (2013), A Guide to Selecting Lamps.(http://www.photonics.com/Article.aspx?AID=44487, di akses tanggal 20 Mei2013)
Photomultipliershttp://www.olympusconfocal.com/theory/pmtintro.html, diaksestanggal 20 Mei 2013)
(http://www.mpoweruk.com/radio.htm#top, diakses tanggal 21 April 2013)
(http://www.windows2universe.org/physical_science/magnetism/images/uv_spectrum_regions_big_gif_image.html, diakses tanggal 20 April 2013)
(http://sciencefair.math.iit.edu/techniques/spectrophotometer/, diakses tanggal 20 April2013)
(http://www.public.asu.edu/~laserweb/woodbury/classes/chm467/bioanalytical/spectroscopy/absflr.html, diakses tanggal 21 April 2013)
(http://anna-permanasari.staf.upi.edu/files/2011/03/Spektro-UV-Vis.pdf, diakses tgl 4Pebruari 2013)
(http://wanibesak.wordpress.com/2011/07/07/spektrofotometri-uv-ultraviolet/, diaksestanggal 19 Mei 2013)
(http://www.olympusmicro.com/primer/lightandcolor/lightsourcesintro.html, di aksestanggal 20 Mei 2013)
(http://valdisreinaldo.blogspot.com/2011/05/spektrofotometer-uv-vis.html, diaksestanggal 20 Mei 2013)
(http://zeiss-campus.magnet.fsu.edu/articles/lightsources/tungstenhalogen.html, diaksestanggal 14 April 2013)
(http://phet.colorado.edu/en/simulation/beers-law-lab, diakses tanggal 21 Januari 2013)