Click here to load reader
Upload
yeri-holo
View
272
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sarapan Pagi
Manusia memerlukan energi untuk mempertahankan hidup, menunjang
pertumbuhan dan melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik merupakan gerakan yang
dilakukan oleh otot-otot tubuh dalam sistem penunjang (Almatsier, 2004). Untuk jam
pertama melakukan aktifitas, manusia membutuhkan sarapan pagi karena dalam
sarapan pagi diharapkan terjadinya ketersediaan energi.
Sarapan biasanya dilakukan seseorang setelah seseorang tersebut berpuasa 8,
10 atau bahkan 12 jam lamanya. Waktu sarapan dimulai dari pukul 06.00 pagi sampai
dengan pukul 10.00 pagi. Jadwal untuk sarapan pagi yang ditetapkan adalah untuk
makan pagi pukul 07.00-08.00 atau 08.00-09.00 atau 09.00-10.00; makan siang
pukul 12.00-13.00 atau 13.00 atau 14.00; makan malam 18.00-19.00 atau 19.00-
20.00 atau 20.00-21.00. Waktu makan disesuaikan menurut kebiasaan masing-masing
yang terpenting adalah konsisten setiap hari (Iping, 2006).
Berdasarkan yang direkomendasikan WHO, sarapan yang baik dan memenuhi
kriteria gizi adalah sarapan yang menyuplai karbohidrat (55-65 %), protein (12-15
%), lemak (24-30 %), vitamin, dan mineral yang bisa diperoleh dari sayur atau buah
(Almatsier, 2004).
Kebutuhan kalori pada masa remaja sangat tinggi, namun kebutuhan kalori
dalam sarapan pagi tidak memiliki standar yang tetap. Sebagian ahli mengatakan
bahwa sebaiknya makan pagi memiliki asupan kalori 1/3 dari kebutuhan sehari-hari,
sedangkan menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, mengungkapkan bahwa
makan pagi memiliki asupan kalori 1/5 dari jumlah kecukupan kalori sehari dengan
pertimbangan adanya masukan lain berupa snack (Lubis, 2007).
6
2.2. Makanan dan Zat Gizi
Konsumsi pangan adalah jenis dan banyaknya makanan yang digunakan
seseorang, serta dapat diukur dengan jumlah bahan makanan atau nilai gizinya.
Energi dalam bahan makanan biasanya diukur, ada juga yang menggunakan
satuan Kilojoule. Satu gram karbohidrat menghasilkan 4 Kalori; 1 gram protein
menghasilkan 4 Kalori; 1 gram lemak menghasilkan 9 Kalori. Ketiga zat gizi tersebut
termasuk dalam golongan makronutrien. Selain itu, 1 gram alkohol menghasilkan 7
Kalori. Kelebihan energi disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan energi
jangka pendek, dan dalam bentuk lemak sebagai cadangan energi jangka panjang
(Sayogo, 2006).
Departemen kesehatan RI menganjurkan agar seseorang perlu mengkonsumsi
aneka ragam makanan. Adapun yang dimaksud dengan keanekaragaman makanan
adalah hidangan yang paling tidak terdiri dari 4 kelompok bahan makanan yaitu
makanan pokok sebagai sumber karbohidrat, makanan lauk pauk sebagai sumber
protein, makanan kelompok sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral, dan
kelompok buah-buahan sebagai sumber vitamin dan mineral (Sayogo, 2006). Berikut
di bawah ini uraian tentang makanan dan zat gizi yang dikonsumsi setiap hari:
1. Karbohidrat
Karbohidrat menyediakan sumber energi utama yang tersedia dalam bentuk
yang sederhana dan kompleks. Gula sederhana seperti glukosa, fruktosa, dan
sukrosa mengandung energi tapi hanya sedikit nutrisi. Karbohidrat kompleks
ditemukan dalam kentang, jagung, kacang, beras, dan seluruh produk gandum
bersama dengan nutrisi penting dan serat (Sharkey, 2003).
Karbohidrat menjadi masalah ketika sering dikonsumsi dalam jumlah besar.
Konsumsi karbohidrat tinggi yang kronis dapat menimbulkan kecanduan;
ketidakseimbangan hormon insulin/glukagon, baik dalam jangka pendek
maupun pada beberapa kasus jangka panjang, dengan meningkatkan resistensi
insulin sehingga berisiko terhadap penyakit kelainan kardiovaskular (Sears,
1995).
7
Meskipun karbohidrat itu sendiri bebas lemak, kelebihan karbohidrat
akhirnya menjadi kelebihan lemak. Kunci yang sesungguhnya adalah kecepatan
dimana karbohidrat memasuki aliran darah, karena itulah yang mengontrol
kecepatan sekresi insulin. Angka kecepatan masuk karbohidrat ke dalam aliran
darah dikenal sebagai Indeks Glikemik (IG). Semakin rendah indeks glikemik,
semakin lambat penyerapannya. Beberapa penelitian telah menunjukkan
bahwa tipe pangan dengan IG rendah memiliki dua keunggulan khusus
mengurangi berat badan, yaitu:
1. Mengenyangkan dalam waktu yang cukup lama ( Ball, 2003).
2. Membantu membakar lebih banyak lemak tubuh dan lebih sedikit
massa otot ( Bazzano, 2005).
3. Meningkatkan toleransi glukosa (Liljeberg, 1999).
2. Protein
Protein adalah basis dari seluruh kehidupan karena bahan struktural utama
dari sel-sel tubuh kita. Pertumbuhan dan pertahanan hidup terjadi bila protein
cukup dikonsumsi. Ada dua puluh asam amino, sembilan diantaranya
merupakan asam amino essensial yang tidak disintesis oleh tubuh manusia.
Tanpa asam amino essensial yang secara terus-menerus dimasukkan kedalam
tubuh, tingkat pembentukan protein baru akan melambat dan bahkan dapat
berhenti dalam kasus ekstrim. Diet tinggi protein, rendah karbohidrat sering
menjadi dasar dari banyak program kilat penurunan berat badan karena dapat
menurunkan berat badan dengan cepat namun dapat menimbulkan suatu
keadaan metabolisme abnormal yang dikenal sebagai ketosis. Bahan makanan
sumber protein contohnya adalah daging, ikan, telur, susu, kacang-kacangan
dan biji-bijian (Sayogo, 2006).
Mengkonsumsi terlalu banyak protein juga akan mulai meningkatkan kadar
insulin. Dan terakhir juga telah diketahui bahwa diet ketogenik tinggi protein
bisa menyebabkan berbagai perubahan permanen dalam sel-sel lemak yang
8
justru meningkatkan akumulasi lemak tubuh di masa selanjutnya dan bisa
berisiko timbulnya penyakit jantung dan pembuluh darah (Sears, 1995).
3. Lemak
Lemak merupakan komponen yang penting dari dinding sel, insulasi vital
dalam sistem saraf prekursor untuk sintesis hormon, dan pelindung organ
dalam. Lemak terdapat dalam beberapa bentuk, termasuk trigliserida dan
kolesterol. Lemak trigliserida dibentuk oleh tiga asam lemak dan gliserol.
Asam lemak dapat berupa lemak jenuh atau lemak tidak jenuh dengan satu
ikatan ganda atau lebih (Sharkey, 2003).
Konsumsi lemak yang berlebih kurang menguntungkan karena dapat
mengakibatkan timbunan lemak dan salah satu faktor resiko kegemukan juga
gangguan jantung dan pembuluh darah. Namun, asupan lemak yang terlalu
rendah juga mengakibatkan energi yang dikonsumsi tidak mencukupi.
Pembatasan lemak hewani dapat mengakibatkan asupan Fe dan Zn, juga
rendah, karena bahan makanan hewani merupakan sumber Fe dan Zn. Bahan
makanan yang kaya lemak contohnya minyak, santan, coklat, kacang tanah,
kacang kedele (Sayogo, 2006).
4. Serat
Serat tidak diserap dan berperan sebagai tuas pengontrol kecepatan masuk
dan penyerapan karbohirat ke dalam aliran darah sehingga mencegah
meningkatnya laju kecepatan penyerapan karbohidrat. Pemerasan sari buah
justru menghilangkan serat yang mengakibatkan karbohidrat memasuki aliran
darah terlalu cepat. Jika karbohidrat memasuki aliran darah terlalu cepat,
pankreas meresponi dengan mengeluarkan insulin dalam kadar tinggi.
Sementara hal itu menyebabkan kadar gula turun, pada saat yang sama insulin
sekaligus memerintahkan tubuh untuk menyimpan lemak dan menjaganya tetap
tersimpan (Siagian, 2004).
9
5. Mikronutrien
Zat gizi yang tergolong dalam kelompok mkronutrien adalah vitamin dan
mineral. Fungsi utama kedua zat gizi ini adalah pelengkap dalam proses
metabolisme makronutrien. Selain itu berbagai vitamin dan mineral mempunyai
aneka peran lainya. Salah satu mineral yaitu Seng/Zn berperan untuk fungsi
biologis lebih dari 300 enzim dalam proses tumbuh kembang dan fungsi
kekebalan tubuh. Berbagai vitamin seperti vitamin A, β karoten, vitamin C, dan
vitamin E berperan sebagai antioksidan (Sayogo, 2006).
2.3. Manfaat Sarapan Pagi
Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, sarapan
pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh saat
bekerja dan meningkatkan produktifitas kerja. Bagi anak sekolah, sarapan pagi
meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan untuk menyerap pelajaran,
sehingga prestasi belajar lebih baik. Beberapa manfaat sarapan pagi antara lain:
1. Sarapan memenuhi nutrisi yang dibutuhkan.
Menunda sarapan membuat tubuh sulit memperoleh asupan nutrisi dan
vitamin yang direkomendasikan. Menu sarapan sereal dengan susu atau yogurt
rendah lemak akan memberi cukup kalsium dan serat. Individu yang rutin
sarapan pagi kebutuhan Fe, thiamin, dan kalsium tercukupi dibandingkan
remaja yang tidak teratur sarapan pagi. Hubungan antara asupan sarapan pagi
dengan status biokimia dilaporkan pada penelitian di Perancis dengan 1008
sampel. Level plasma tiamin, riboflavin, dan β karoten ditemukan lebih tinggi
sebagai persentase energi dari konsumsi sarapan pagi. Kebiasaan tidak sarapan
pagi yang berlama-lama juga akan mengakibatkan pemasukan zat gizi menjadi
berkurang dan tidak seimbang sehingga pertumbuhan anak menjadi terganggu
(Ruxton, 1997; Wyatt, 2002).
10
2. Sarapan meningkatkan kemampuan otak.
Bagi seseorang yang tidak sarapan, berarti perutnya kosong sekitar 14-16
jam sejak makan sebelumnya sampai makan siang nantinya. Dengan berpuasa
selama ini, kadar gula darahnya akan menurun bahkan bisa sampai di bawah
normal. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemampuan otak sebagai pusat
pengendali tubuh karena tubuh kita dapat berfungsi dengan normal jika
tersedia glukosa darah sebagai sumber energi utama bagi sel-sel otak.
Dengan demikian seseorang yang biasa tidak sarapan pagi bertahun-tahun
akan berakibat buruk pada penampilan intelektualnya, prestasinya disekolah
menurun, kemampuannya memecahkan suatu masalah menjadi sangat
menurun dan kemampuan sosialisasinya menjadi terganggu. Dua penelitian
randomized conrolled trials yang dilakukan oleh Powell melaporkan efek
positif sarapan pagi dalam prestasi dan tingkat kehadiran di sekolah
(Rampersaud, 2005).
3. Sarapan mengontrol berat badan.
Sarapan menjadi strategi pengontrolan berat badan remaja. Prilaku yang
sering menjadi target dalam program manajemen dan yang memberikan
kontribusi keberhasilan mempertahankan berat badan dalam jangka lama
adalah kebiasaan sarapan pagi. Pada umumnya, individu yang makan pagi
secara teratur memiliki intake mikronutrien yang cukup dan persentase kalori
dari lemak yang lebih rendah (Wyatt, 2002).
Berdasarkan penelitian Tuti (2006), yang dikutip oleh Lubis (2007), pada
3000 remaja putri SMA di Sumatera Utara menyebutkan bahwa sarapan
membuat remaja lebih langsing. Remaja yang diteliti telah menurunkan berat
badan dan mempertahankannya selama 6 tahun dengan menyempatkan
sarapan pagi.
Sarapan pagi juga bermanfaat pada orang yang obesitas. Penelitian
randomized conrolled trials terhadap 52 wanita (18-55 tahun) yang obesitas.
Setelah intervensi 12 minggu, kelompok yang sarapan kehilangan berat badan
11
8,9 kg sedangkan kelompok yang tidak sarapan kehilangan berat badan 6,2 kg
(Schlundt, 1992).
2.4. Remaja
2.4.1. Defenisi Remaja
Menurut pendidikan umum masa remaja pada wanita dalam rentang umur
10-18 tahun dan pada laki-laki antara umur 12-20 tahun. Menurut WHO masa remaja
dalam rentang umur 10-19 tahun. Menurut UU.No.1979 dibatasi sampai umur 21
tahun dan belum menikah (Suciningsih, 2002). Masa remaja ditandai oleh adanya
kematangan fungsi seksual dan tercapainya bentuk tubuh dewasa yang terjadi karena
pematangan fungsi endokrin. Pubertas diartikan sebagai saat anak sudah siap
menghadapi fungsi reproduksi, yang umumnya pada anak perempuan ditandai dengan
datangnya haid pertama dan pada anak lelaki dengan timbulnya ejakulasi pertama
(Markum, 1991; Nelson 1999).
2.4.2. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja
2.4.2.1. Perkembangan fisik masa remaja
Dalam Markum (1991) dijelaskan bahwa fase pertumbuhan
tercepat pada masa adolesen ini dikenal sebagai growth spurs dan
titik tertinggi dari growth spurs disebut masa puncak. Dalam proses
pematangan fisik, juga terjadi perubahan komposisi tubuh. Selama
masa pubertas, terjadi penambahan lemak lebih banyak pada remaja
putri. Pada umumnya tumbuh kembang masa remaja dibagi dalam
tiga tahap yaitu:
1. Masa remaja awal: selama masa awal maturasi pubertas
terjadi perubahan berat badan kurang lebih 2 kg dan
tinggi badan 6-8 cm setiap tahun.
2. Masa remaja menengah: masa remaja menengah
mencakup rentang umur kronologis antara 12-14 tahun
12
bagi perempuan dan antara 12,5-15 tahun. Pada masa ini
terlihat penambahan pertumbuhan yang sangat
mencolok. Pada masa ini terjadi deposit besar jaringan
lemak pada perempuan dan massa otot pada laki-laki.
Selama pertumbuhan cepat, golongan perempuan
mendapat pertambahan tinggi badan rata-rata 8 cm/tahun
sedangkan laki-laki mendapat penambahan tinggi badan
rata-rata 10 cm/tahun.
3. Masa remaja lanjut: pada masa ini proporsi dan ukuran
tubuh sudah menyerupai ukuran dewasa muda. Hanya
terjadi sedikit peningkatan linear setelah melewati
pertumbuhan cepat remaja menengah.
2.4.2.2. Perkembangan psikososial dan kognitif
Pada masa remaja juga terjadi perubahan
perkembangan psikososial, terjadi perubahan dalam hubungan
dengan ayah dan ibuya yaitu timbulnya konflik-konflik, mudah
tersinggung, ketidaktergantungan dalam proses pengambilan
keputusan dan sebagainya. Perkembangan kognitif juga
menunjukkan kemajuan berupa kemampuan berpikir dalam arti
dapat memahami akibat dari perbuatan/tingkah laku (Markum,
1991).
2.4.3. Kebutuhan Gizi Remaja
Menurut Arisman (2004), ada tiga alasan mengapa remaja
dikategorikan rentan dalam masalah gizi. Pertama, percepatan
pertumbuhan dan perkembangan tubuh memerlukan energi dan zat gizi
yang lebih banyak. Kedua, perubahan gaya hidup dan kebiasaan pangan
menuntut penyesuaian masukan energi dan zat gizi. Yang ketiga adalah
13
kehamilan, keikutsertaan dalam olahraga, kecanduan alkohol dan obat,
meningkatkan kebutuhan energi dan zat gizi.
Penentuan kebutuhan akan zat gizi secara umum didasarkan pada
Recommended Daily Allowances (RDA) yang disusun berdasarkan
perkembangan kronologis, bukan kematangan. WHO menganjurkan rata-
rata konsumsi energi makanan sehari adalah 10-15 % berasal dari protein,
15-30 % dari lemak, dan 55-75% dari karbohidrat (Almatsier, 2004).
Secara garis besar, remaja putra memerlukan lebih banyak energi daripada
remaja putri. Pada usia 16 tahun remaja putra membutuhkan 3.470 kkal per
hari, dan menurun menjadi 2.900 pada usia 16-19 tahun. Kebutuhan remaja
putri memuncak pada usia 12 tahun, kemudian menurun menjadi 2.200
kkal pada usia 18 tahun. Pehitungan ini didasarkan pada stadium
perkembangan fisiologis, bukan usia kronologis (Arisman, 2004).
2.4.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intake Makanan pada remaja
1. Peranan keluarga
Peranan keluarga sangat penting bagi remaja, bahkan dalam
pemilihan bahan makanan sekalipun. Makan bersama keluarga
dengan suasana yang akrab akan dapat meningkatkan nafsu makan
mereka di rumah dan tidak mencari makanan yang tidak bergizi dari
luar rumah (Birch, 1998). Orangtua yang memiliki kebiasaan sarapan
pagi di rumah merupakan faktor signifikan terhadap kebiasaan
sarapan pada remaja (Keski, 2003).
2. Teman sebaya
Remaja dengan sosial tinggi, memperlihatkan peran teman sebaya
menjadi tampak jelas. Tidak heran jika asupan makanan akan banyak
dipengaruhi oleh kebiasaaan makan teman-teman sebaya atau
kelompoknya. Apa yang diterima oleh kelompok juga dengan mudah
14
akan diterimanya, demikian pula halnya dengan pemilihan bahan
makanan.
3. Media Masa
Media masa lebih banyak berperan adalah media televisi, koran,
dan majalah. Disatu sisi banyak sekali iklan makanan yang kurang
memperhatikan perilaku yang baik terhadap pola makan (Birch,
1998). Oleh karena itu informasi tersebut harus juga ditunjang dengan
informasi ilmiah yang benar mengenai kesehatan dan gizi.
4. Sosial ekonomi
Kemampuan keluarga untuk membeli makanan tergantung pada
besar-kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan makanan itu sendiri
serta tingkat pengolahan sumber daya lahan dan pekarangan.
2.4.5. Masalah yang Sering Timbul pada Masa Remaja
Pada masa remaja ketegangan emosional yang bertambah dan
dorongan kebutuhan biologis harus disesuaikan dengan keinginan dan harapan
masyarakat. Masalah yang sering timbul pada masa remaja antara lain :
1. Makan tidak teratur
Aktivitas yang tinggi baik kegiatan di sekolah maupun di luar
sekolah menyebabkan makan menjadi tidak teratur (Sayogo, 2006).
Kebiasaan sarapan pagi pada remaja semakin berkurang walaupun
masih banyak remaja (89 %) meyakini kalau sarapan memang penting,
namun hanya 60 % dari mereka yang sarapan secara teratur(Arisman,
2004). Dan yang tidak sarapan pagi sering cenderung lebih banyak
mengkonsumsi makanan yang berlemak dan soft drink pada siang
harinya (Rampersaud, 2005; Ma, 2003; Keski, 2003).
Selain itu tidak jarang mereka makan di luar dengan komposisi
gizi tidak seimbang. Di kota besar sering kita melihat kelompok-
kelompok remaja bersama-sama makan di rumah makan yang
15
menyajikan makanan siap saji/fast food yang pada umumnya
mengandung kadar lemak maupun kalori tinggi, sehingga apabila
dikonsumsi setiap hari dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan
kegemukan (Maulana, 2008). Thompson (2004) meneliti 101 remaja
putri di Massachusets dan menyimpulkan remaja putri dengan
frekuensi makan siap saji > 2 kali per minggu akan cenderung lebih
meningkat Indeks MassaTubuhnya (F = 6,49, P < 0,01).
Proporsi remaja mengkonsumsi soft drink juga meningkat sekitar
65-74%, sebaliknya konsumsi susu berkurang pada remaja dalam
periode yang sama. Dan hampir semua anak dan remaja dilaporkan
minimal satu snack per hari dan 36 % mengkonsumsi snack > 4 kali
per hari (Nicklas, 2001).
2. Gangguan makan
Terdapat dua jenis gangguan makan yaitu anoreksia/tidak nafsu
makan dan bulimea nervosa. Remaja putri sering mempunyai body
image yang keliru. Mereka ingin tampak lebih menarik dengan cara
menurunkan berat badannya. Kadang- kadang mereka melakukan
rangsangan sendiri agar muntah dengan tujuan menurunkan berat
badan (Sayogo, 2006). Studi populasi terhadap 4.746 remaja dari
Minneapolis menyatakan 86,5 % remaja putri
overweight meyakini berat badan yang berlebih dari
berat yang sesungguhnya dan 63,8% remaja putri
berat normal yakin dirinya mengalami kelebihan berat badan. Hal
ini juga ditemukan pada remaja putra dengan persentase yang lebih
rendah yaitu 75,2 % pada remaja putra yang overweight tapi hanya
38,3 % pada remaja putra yang normoweight (Neumark, 2002).
Terlalu terpaku pada makanan dan bobot tubuh sejak dini bisa
memberi dampak buruk pada kebiasaan makan dan harga diri.
16
3. Diet restriktif
Studi prospektif Growing Up Today Study GUTS) tahun 1996
merekrut anak-anak dan remaja (9-14 tahun) menemukan bahwa 25 %
remaja putri dan 13,8 % remaja putra melakukan diet tidak teratur
dan 4.5 % remaja putri, 2,2 % remaja putra melakukan diet secara
teratur. Selama follow-up tiga tahun remaja yang diet berat badannya
bertambah dibandingkan remaja yang tidak diet. Frekuensi diet
berasosiasi secara positif dengan peningkatan umur dan peningkatan
Indeks Massa Tubuh (Field, 2003).
4. Obesitas
Pada manusia, obesitas dipengaruhi oleh beberapa faktor
lingkungan dan faktor-faktor dasar yaitu suatu kombinasi antara
kecenderungan herediter yang berinteraksi seimbang dengan kebiasaan
makan serta aktivitas fisik (Birch, 1998). Dan tubuh memiliki
kemampuan luar biasa terhadap perubahan-perubahan makanan dan
latihan fisik yang disebut adaptasi metabolisme untuk
mempertahankan homeostasis (Rosenbaum, 1998). Studi terhadap 66
pasangan kembar dengan estimasi 75%-80% pengaruh genetik
terhadap variasi fenotip. Tentu saja, variabilitas dalam berat badan
individu juga dipengaruhi faktor lingkungan yaitu pola makan dan
tingkat aktivitas. Analisis multivariat menyatakan korelasi genetik (r
=0,74) dan lingkungan ( r s= 0,67) terhadap persentase lemak tubuh
dan Indeks Massa Tubuh (Faith, 1999).