Upload
satria-kegelapan
View
92
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 1/40
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Matematika merupakan suatu disiplin ilmu yang mempunyai kekhususan
dibandingkan dengan disiplin ilmu lainnya yang harus memperhatikan hakekat
matematika dan kemampuan siswa dalam belajar. Tanpa memperhatikan faktor
tersebut tujuan kegiatan belajar tidak akan berhasil. Seorang dikatakan belajar
bila dapat diasumsikan dalam diri orang tersebut terjadi suatu proses kegiatan
yang mengakibatkan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut
dapat diamati dan berlangsung dalam waktu yang relatif lama disertai usaha yang
dilakukan sehingga orang tesebut dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi
mampu mengerjakannya (Hudojo.Herman, 1988).
Selain itu, matematika merupakan suatu mata pelajaran wajib yang
diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar
(SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). SMP Negeri 13 pontianak
adalah salah satu lembaga pendidikan yang mengajarkan pelajaran matematika.
Dari hasil observasi langsung kepada guru SMP N 13 pontianak, matematika
merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian besar siswa,
hal ini terlihat dari nilai ulangan harian siswa yang masih rendah.
Dari hasil wawancara pada guru bidang studi matematika diperoleh
informasi bahwa salah satu materi yang dianggap sulit bagi siswa kelas VIII SMP
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 2/40
Negeri 13 Pontianak adalah lingkaran. Hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan
harian 38 orang siswa kelas VIII tahun pelajaran 2008/ 2009, sebagai berikut:
Tabel 1.1. Nilai Ulangan Harian Siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Pontianak Tahun Pelajaran 2008/ 2009 pada materi lingkaran
No Rentang Nilai JumlahSiswa
Persentase(%)
1 40-49 8 21,05
2 50-59 14 36,84
Jumlah siswa yang tidak tuntas 22 57,89
3 60-69 9 23,68
4 70-79 5 13,165 80-89 2 5,26
Jumlah siswa yang tuntas 16 42,10
Dari tabel diatas menunjukan bahwa 57,89 % siswa yang tidak tuntas pada
materi Lngkaran dengan standar ketuntasan adalah 60. lebih lanjut diperoleh
informasi bahwa dalam mengajarkan materi ini guru menggunakan metode
ceramah, dimana guru menyampaikan materi, setelah itu diberikan contoh dan
latihan soal.
Hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika di SMP Negeri 13
Pontianak diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran selalu diawali
dengan penyampaian materi dari guru, kemudian diberikan contoh dan latihan soal.
Guru juga memaparkan bahwa siswa jarang bertanya saat proses belajar – mengajar
berlangsung. Lebih lanjut dari hasil observasi di kelas terhadap guru bidang studi
matematika diperoleh informasi sebagai berikut :
Tabel 1.1. Hasil Observasi Terhadap Guru SMP Negeri 13 Pontianak
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 3/40
GURU I GURU II- Guru dominan ceramah /
komunikasi verbal- Siswa cenderung pasif dan jarang
ada yang bertanya
- Siswa jarang menjawab
pertanyaan dari guru- Siswa cenderung bertanya kepada
temannya daripada kepada guru
- Guru dominan ceramah /
komunikasi verbal- Siswa kadang-kadang ribut
- Siswa hanya mendengarkan
penjelasan guru
- Siswa cenderung bertanyakepada temannya daripada kepada
guru
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi diatas, diperoleh informasi
bahwa dalam proses pembelajaran siswa cenderung pasif dan kurang terjadi
interaksi antar siswa dengan siswa serta siswa dengan guru. Pembelajaran lebih
didominasi oleh guru, pembelajaran terkesan kurang menarik. Menurut Sukarno
(1981), bahwa dalam menyajikan mata pelajaran matematika seorang pengajar
atau guru harus memiliki strategi belajar mengajar yang menarik dan dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Padahal dalam menyajikan mata
pelajaran matematika, seorang guru harus memiliki cara mengajar yang tepat
sehingga siswa tertarik dan merasa senang untuk belajar matematika lebih lanjut.
Hal ini sejalan dengan pendapat Hamalik (dalam supriyanto, 2003:41) bahwa siswa
lebih senang belajar jika perhatianya diarahkan pada penyajian yang baru dan
asing.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi
permasalahan–permasalahan di atas adalah model pembelajaran kooperatif tipe
STAD. Menurut Rosmini S., dkk (Endang. S.R., 2001) pembelajaran kooperatif
merupakan fondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan berprestasi siswa.
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 4/40
Dengan memiliki dorongan atau motivasi yang positif, seorang siswa akan
menunjukkan aktivitas dalam belajar matematika. Aktivitas merupakan salah satu
hal yang penting dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga guru dapat mengetahui
sejauh mana materi dapat dipamahami oleh siswa selama proses belajar – mengajar
berlangsung.
Dalam pembelajaran kooperatif, siswa akan berinteraksi dengan siswa lain
dalam suatu kelompok. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan salah satu
bentuk pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan konstruktivisme yang
dicirikan oleh suatu tugas, tujuan dan penghargaan kooperatif. Siswa bekerja sama
dalam situasi semangat pembelajaran kooperatif seperti membutuhkan kerjasama
untuk mencapai tujuan bersama dan mengkoordinasikan usahanya untuk
menyelesaikan tugas (Karuru, P., 2003:791).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan model kooperatif tipe STAD di
sekolah memberikan hasil yang positif, diantaranya adalah :
1. Kualitas belajar IPA siswa SLTP meningkat pada penerapan pendekatan
keterampilan proses dalam seting pembelajaran kooperatif tipe STAD (Karuru,
P., 2003).
2. Aktivitas mahasiswa meningkat dan hasil belajar menggunakan pembelajaran
kooperatif tipe STAD lebih baik daripada model konvensional pada materi
Kinetika Kimia (Hairida dan Masriani, 2006).
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 5/40
3. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar
dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan konvensional di
SMA Negeri 4 Pontianak pada materi Ikatan Kimia (Aprillia, R., 2007).
Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui
aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 13 Pontianak pada materi
lingkaran dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD.
B. MASALAH PENELITIAN
Secara umum masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa pada
materi Lingkaran dikelas VIII SMP N 13 pontianak?”
Untuk mempermudah dalam menjawab masalah tersebut penulis
merumuskan menjadi beberapa sub masalah atau pertanyaan penelitian sebagai
berikut :
1. Bagaimana rata – rata hasil belajar siswa yang diberikan menggunakan
model pembelajaran konvensional pada materi Lingkaran dikelas VIII SMP
Negeri 13 Pontianak ?
2. Bagaimana rata – rata hasil belajar siswa pada kelas yang diberikan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi
Lingkaran dikelas VIII SMP Negeri 13 Pontianak?
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 6/40
3. Apakah terdapat perbedaan rata – rata hasil belajar siswa yang diberikan
menggunakan model pembelajaran konvensioanal dengan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD pada materi Lingkaran dikelas VIII SMP Negeri 13
Pontianak?
4. Bagaimana aktivitas siswa terhadap pembelajaran menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi Lingkaran dikelas VIII SMP
Negeri 13 Pontianak?
C. TUJUAN PENELITIAN.
Secara umum tujuan dalam penelitian ini adalah “Untuk mengetahui
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar siswa
pada materi Lingkaran dikelas VIII SMP Negeri 13 pontianak ?”.
Secara spesifik tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui rata – rata hasil belajar siswa yang diberikan
menggunakan model pembelajaran konvensional pada materi Lingkaran
dikelas VIII SMP Negeri 13 Pontianak ?
2. Untuk mengetahui rata – rata hasil belajar siswa yang diberikan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi
Lingkaran dikelas VIII SMP Negeri 13 Pontianak?
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 7/40
3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata – rata hasil belajar siswa
yang diberikan menggunakan model pembelajaran konvensioanl dengan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi Lingkaran dikelas
VIII SMP Negeri 13 Pontianak?
4. Untuk mengetahui aktivitas siswa terhadap pembelajaran menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi Lngkaran dikelas
VIII SMP Negeri 13 Pontianak?
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1.Bagi siswa
Hasil penelitian ini bermanfaat melatih sikap dalam bekerjasama
untuk menyelesaikan suatu permasalahan belajar, serta mengembangkan
interaksi siswa yang satu dengan siswa yang lain.
2.Bagi guru
Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi atau masukkan
tentang model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan kualitas hasil
pembelajaran.
3.Bagi sekolah
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 8/40
Hasil penelitian ini bermanfaat untuk meningkatan mutu pembelajaran
yang berkualitas di SMP Negeri 13 Pontianak.
4.Bagi peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan dan keterampilan peneliti
khususnya yang terkait dengan penelitian yang menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD.
E. RUANG LINGKUP PENELITIAN
1.Variabel Penelitian
Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam – macam nilai
(Nazir, 2003 : 149). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah sejumlah gejala yang dimiliki sejumlah aspek
atau unsur didalamnya yang berfungsi menerima atau menyesuaikan diri
dengan kondisi variable lain (Nawawi H, 1994 : 45). Variabel bebas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah: Model pembelajaran konvensional
dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel – variabel yang tergantung atas
variabel lain (Nazir, 2003 : 124), Variabel terikat dalam penelitian ini
adalah :
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 9/40
1. Hasil belajar siswa dengan model pembelajaran konvensional pada
kelas kontrol.
2. Hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
pada kelas ekeperimen
3. Aktivitas siswa setelah diberikan model pelajaran kooperatif tipe STAD.
2.Definisi Operasional
a. Pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam penelitian ini adalah suatu
proses pembelajaran dimana siswa belajar bersama dalam kelompok kecil
(4–5 orang) dengan tingkat kemampuan yang berbeda untuk menguasai
atau menyelesaikan materi yang sedang dipelajari. Para siswa yang terbagi
menjadi beberapa kelompok, masing – masing terdiri atas anggota yang
heterogen baik dari jenis kelamin, ras, etnik, maupun kemampuan dengan
kategori tinggi, sedang, rendah. Tiap Siswa diberi Lembar Kegiatan Siswa
(LKS) dan kuis pendek dalam pelajaran yang direncanakan untuk diajarkan
secara bergantian. Setelah itu, Guru membacakan tugas-tugas yang harus
dikerjakan oleh setiap kelompok. Bagi Tiap anggota kelompok yang saling
membantu untuk menguasai bahan ajar melalui tanya jawab pada tiap 1 atau
2 pekan, dievaluasi oleh guru. Tiap siswa dan tiap kelompok diberi skor
atas penguasaan terhadap bahan ajar yang telah dipelajari. Diakhir
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 10/40
pembelajaran, tiap siswa atau kelompok yang meraih prestasi tinggi diberi
penghargaan.
b. Aktivitas Siswa
Aktivitas siswa adalah kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses
pembelajaran. Adapun aktivitas siswa dalam penelitian ini adalah:
1) Kehadiran siswa dikelas tepat waktu.
2) Mempersiapkan sumber belajar (buku pelajaran, buku catatan,
pensil, pulpen, dll.
3) Keseriusan siswa dalam menerima pelajaran.
4) Komunikasi dan interaksi antara siswa dengan siswa, siswa
dengan guru.
5) Mengikuti proses pembelajaran secara aktif.
c. Hasil belajar.
Hasil belajar dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh siswa
dari tes.
d. Model konvesional.
Pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah pengajaran yang biasa dilakukan oleh guru bidang studi matematika
SMP N 13 Pontianak. Pada proses pembelajaran, pertama – tama Guru
menyampaikan apersepsi tentang materi yang akan pelajari. Kemudian
Guru menjelaskan materi pokok dengan metode ceramah. Dalam
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 11/40
penerapanya, cenderung dimulai dengan orientasi dan penyajian informasi
yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari siswa, pemberian
contoh soal, dilanjutkan dengan memberikan tes. Dan diakhir pembelajaran
Guru membimbing siswa dalam membuat kesimpulan dan memberikan
pekerjaan rumah kepada siswa sebagai latihan dirumah.
e. Materi.
Materi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah materi Lingkaran
yang diajar di kelas VIII semester II. Menurut sudirman dalam cerdas aktif
(2007:32) menyatakan, Lingkaran adalah kumpulan titik- titik pada bidang
datar yang mempunyai jarak yang sama terhadap titik tetap. Titik tetap ini
disebut titik pusat lingkaran.
F. PROSEDUR PENELITIAN
1. Metode dan Bentuk Penelitian
Untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian diperlukan suatu
metode. Adapun metode pada penelitian ini adalah metode eksperimen.
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan
mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol
(Nazir, 1988:74). Pada kondisi yang telah dimanipulasi ini dibuat dua
kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kontrol. Kelompok eksperimen
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 12/40
diberikan treatmen atau stimulus tertentu sesuai dengan tujuan penelitian.
Hasil dari kedua kelompok itu yang akan dibandingkan (Bambang. P, dkk.
2005:49). Kelompok eksperimen menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, sedangkan kelompok kontrol menggunakan metode
konvensional.
Bentuk penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu
(Quasi eksperimen) yang tidak memungkinkan bagi kita untuk mengontrol
semua variabel yang relevan kecuali beberapa dari variabel tersebut
(Suryabrata, 1983:38).
Rancangan penelitian yang digunakan adalah post – test only control
design (Sugiyono, 2007:76), dengan rancangan sebagai berikut:
Tabel 11. Rancangan Penelitian post – test only control design
E X Q1
K Y Q2
Keterangan :
E = Kelas eksperimen
K = Kelas kontrol
X = Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe STAD
Y = perlakuan pada kelas kontrol menggunakan model
pembelajaran konvensional
Q1 dan Q2 = tes akhir
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 13/40
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2009:61). Sedangkan menurut Nazir (1998:325) : ”Populasi adalah
kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah
ditetapkan”. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa kelas VIII SMP negeri pontianak terdiri dari 7 kelas yaitu
VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, VIII E, VIII F dan VIII G, dimana jumlah
seluruh populasi adalah 276 siswa. Berdasarkan hasil wawancara dengan
guru diperoleh informasi bahwa kelas tersebut mempunyai kemampuan
yang hampir sama (homogen).
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (arikunto,
2006: 131). Menurut sugiyono (2009:62) “Sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Sampel dalam
penelitian ini adalah 2 (dua) kelas yang diambil dari 7 (tujuh) kelas pada
siswa kelas VIII SMP N 13 Pontianak. Sebelum pemilihan sampel, terlebih
dahulu dilakukan pengujian homegenitas populasi menggunakan uji –
bartlet. Jika ternyata populasi homogen, maka digunakan teknik cluster
sampling atau sampel gugus. Mustofa (2008:8) menyatakan,” Teknik
cluster sampling biasa diterjemahkan sebagai teknik dengan cara
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 14/40
pengambilan sampel berdasarkan gugus. Dalam sampel gugus, setiap gugus
boleh mengandung unsur yang karateristiknya berbeda – beda atau
heterogen.” Jika deketahui hasil pengujian homogenitas menunjukan
populasi tidak homogen, maka digunakan teknik non – probability sampling
(sampel tidak acak).
Dari perhitungan homogenitas dengan menggunakan uji-bartlet
diperoleh hasil yang menunjukan bahwa populasi mempunyai kemampuan
yang hampir sama (homogen). Karena populasi tersebut homogen maka
dalam penarikan sampel digunakan teknik cluster sampling melalui kegiatan
pengundian terhadap 7 kelas. Dari hasil pengundian terpilih dua kelas yaitu
kelas VIII B dengan jumlah sampel adalah 40 siswa dan kelas VIII D
dengan jumlah sampel adalah 39 siswa, dimana siswa kelas VIII B sebagai
kelas control dan VIII D sebagai kelas eksperimen.
3. Teknik dan Alat Pengumpul Data
Subana dan Sudrajat. dkk (2001:115) menyatakan mengumpulkan
data adalah proses diperolehnya data dari sumber data, sedangkan sumber
data adalah subjek dari penelitian dimaksud. Untuk mendapatkan data yang
diperlukan harus ada alat atau instrumennya dan teknik yang digunakan.
a. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1) teknik pengukuran.
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 15/40
Teknik pengukuran adalah cara mengumpulkan data yang
bersifat kuantitatif untuk mengetahui tingkat atau derajat aspek
tertentu dibandingkan dengan norma tertentu pula sebagai satuan
ukur yang relevan (Nawawi, 1995:95). Pengukuran dalam
penelitian ini dapat diartikan sebagai pemberian angka atau skor
terhadap hasil belajar siswa pada materi lingkaran pada post test.
Cara pengukuran yang dilakukan adalah dengan pemberian
skor tiap langkah jawaban siswa. Untuk setiap langkah jawaban
yang benar, diberi skor 1 (satu) dan setiap langkah jawaban yang
salah diberi skor 0 (nol). Skor total yang diperoleh dari jumlah
skor untuk seluruh butir soal yang dijawab benar oleh siswa.
2) Teknik observasi langsung.
Teknik observasi langsung digunakan untuk mengamati
aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menggunakan
metode stad pada pokok bahasan lingkaran dikelas VIII SMP N 13
Pontianak.
b. Alat pengumpul data
1) Tes hasil belajar
Tes hasil belajar digunakan untuk memperoleh data hasil belajar
siswa. Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis
dalam bentuk uraian (essay). Tes dilaksanakan setelah siswa diberi
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 16/40
perlakuan. Arikunto (2002:29) menyatakan “Tes adalah serententan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”.
Lebih lanjut Russefendi (1994:104) mengatakan “Pemilihan tes
berbentuk esai sebagai alat pengumpul data pada penelitian ini dengan
pertimbangan bahwa soal berbentuk esai dapat menimbulkan sifat
kreatif pada diri siswa dan hanya siswa yang telah menguasai materi
yang bisa memberikan jawaban yang baik dan benar”.
arikunto (2006: 163), mengungkapkan beberapa kelebihan tes
uraian antara lain adalah:
(a) Mudah disiapkan dan disusun.
(b) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau
untung – untungan.
(c) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta
menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus.
(d) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan
maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
(e) Dapat mengetahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu
masalah yang diteskan.
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 17/40
Pembuatan soal tes berdasarkan kisi – kisi soal yang telah
disusun. Soal tes dalam penelitian ini masing masing berjumlah 5
butir soal. Selanjutnya terhadap soal tes yang telah disusun oleh
peneliti divalidasi dan dilakukan realibilitas tes terlebih dahulu untuk
menilai kelayakan pemakaianya di lapangan.
a.Validitas
Menurut Arikunto (2006:168) “Validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalitan atau kesahihan suatu
instrument”. Validitas tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah
validitas isi. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas isi apabila
mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi
belajar yang diberikan (Arikunto, 2001:67). Untuk instrumen yang
berbentuk tes, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan
menyesuaikan tes dengan kisi-kisi tes. Pengujian validitas isi ini
menggunakan pendapat para ahli.
Untuk keperluan validditas, penulis akan meminta 2 orang
dosen dan 1 orang guru bidang studi matematika sebagai validator,
mengambil soal – soal dari beberapa buku paket yang digunakan, hal
yang divalidasi antara lain:
(a) Kesesuaian materi pada soal tes dengan jenjang
pendidikan.
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 18/40
(b) Kesesuaian materi dalam soal tes dengan aspek yang
hendak diukur pada kisi – kisi soal.
(c) Kesesuaian materi dalam soal tes dengan indikator pada
kisi – kisi soal.
(d) Kesesuaian kunci jawaban pada pedoman penskoran
dengan soal tes.
(e) Penggunaan bahasa pada soal tes.
(f) Kesesuaian lembar observasi dengan aktivitas yang
diamati.
Setelah soal divalidasi kemudian dikonsultasikan kembali
dengan dosen pembimbing untuk dilakukan perbaikan terhadap soal
tes berdasarkan komentar dan saran validator.
b.Reliabilitas
Reliabilitas menurut Kountur (2005:156) menyatakan bahwa
“Suatu instrumen penelitian disebut reliabel apabila instrumen
tersebut konsisten/tetap dalam memberikan penelitian atas apa yang
diukur sehingga memberikan jaminan bahwa instrumen tersebut dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data”. Sejalan
dengan itu Arikunto (2002:154) menyatakan bahwa “Reliabilitas
menunjuk salah satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat
dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 19/40
instrumen tersebut sudah baik”. Suatu tes dikatakan reliabel, apabila
tes sebagai alat ukur dapat memberikan hasil yang tetap, dimana tes
yang diberikan dua kali atau lebih pada kelompok yang sama.
Untuk menguji reliabilitas tes hasil belajar yang sudah
dinyatakan objektif, cocok dan valid dengan mengujicobakan tes
tersebut pada salah satu kelas yang telah mempelajari materi sistem
persamaan linier dua variabel di sekolah yang berbeda, tetapi
mempunyai kriteria yang sama atau hampir sama dengan sekolah
tempat penelitian akan dilakukan.
Reliabilitas tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus
alpha yang digunakan untuk menghitung koefisien reliabilitas tes
yang skornya lebih umum (Sutrisno, 1994:4). Peneliti menggunakan
rumus alpha karena sesuai dengan bentuk tes berupa tes esai/uraian.
Adapun rumus alpha yang digunakan adalah:
−
−= ∑
2
1
2
1
11 11 α
α
n
nr
Keterangan :
r 11 = reliabilitas instrumen
n = banyaknya butir soal
=∑ 2
1α jumlah varians skor
2
1α = varians total(Arikunto, 2002:171)
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 20/40
Dengan rumus varians yang digunakan dalam perhitungan
reliabilitas tes penelitian ini adalah :
N N
x x∑ ∑−
=
2
2
2
1
)(
α
Keterangan :
=2
1α varians total
( )
2
xΣ= kuadrat jumlah skor yang diperoleh siswa.
2 xΣ = jumlah kuadrat skor yang diperoleh siswa.
N = jumlah subjek (siswa)(Arikunto, 2002 : 171)
Implementasi tingkat reliabilitas menggunakan indeks korelasi
reliabilitas terdapat pada tabel berikut (Arikunto, 2002)
Tabel 13. Interpretasi Nilai r11 (reliabilitas)
Nilai r Interprestasi
0,800 – 1,000 Sangat tinggi
0,600 – 0,799 Tinggi
0,400 – 0,599 Cukup
0,200 – 0,399 Rendah
0,000 – 0,199 Sangat rendah
2) Lembar pengamatan aktivitas siswa.
Lembar pengamatan merupakan instrumen yang digunakan
dalam observasi langsung. Instrumen ini digunakan untuk
melihat tingkat aktivitas siswa selama proses pembelajaran
kooperatif tipe stad. Pada lembar pengamatan disediakan
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 21/40
beberapa indikator dari aktivitas yang diharapkan nampak pada
siswa. Adapun kategori pengamatan aktivitas siswa adalah
sebagai berikut:
(a) Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru.
(b) Menganalisis soal.
(c) Mengerjakan soal.
(d) Melakukan diskusi.
(e) Membuat kesimpulan.
G. HIPOTESIS PENELITIAN
Menurut Nazir (2003 : 151), hipotesis adalah pernyataan yang diterima
secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat
fenomena dikenal dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam ferifikasi.
Atau hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena – fenomena
yang kompleks. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
“Hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Student Team Achievement Division (STAD) lebih baik dibandingkan dengan
hasil belajar yang diberikan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru
pada materi Lingkaran pada siswa kelas VIII SMP N 13 Pontianak”.
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 22/40
H. TEKNIK PENGOLAHAN DATA
Untuk menganalisa data yang diperoleh dari hasil tes akhir, maka dilakukan
pengolahan data dengan langkah – langkah sebagai berikut:
1. Untuk menjawab sub masalah 1 dan 2 akan digunakan statistik deskriptif
dengan cara menentukan rata – rata skor dan standar deviasi.
2. Untuk menjawab sub masalah 3 akan digunakan uji – t dengan syarat data
berdistribusi normal.
3. Menguji populasi berdistribusi normal, dengan rumus chi – kuadrat:
Ei
EiOi x
)(2 −=
=2 x chi – kuadrat
=Oi frekuensi observasi
= Ei frekunsi ekspetasi
Menentukan nilai 2 x dari daftar nilai %5=α
Menentukan normalitas:
• Jika 2 x hitung < 2 x tabel, maka populasi berdistribusi normal.
• Jika 2 x hitung ≥ 2 x tabel, maka populasi tidak berdistribusi normal.
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 23/40
4. Jika populasi berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji – t;
)1(
22
−+
−=
N N
y x
M M t
y x
Keterangan;
x = deviasi setiap 1 x dan 2
x
y = deviasi setiap 1 y dan 2
y
x M = nilai rata – rata hasil test kelompok pembanding
y M = nilai rata – rata hasil test kelompok eksperimen
N = banyaknya subjek
(Arikunto, 2006:306)
5. Jika populasi tidak berdistribusi normal, maka menggunakan uji U Mann –
Whitney mengikuti langkah – langkah yang dilakukan Sidney siegel (1998:
158) sebagai berikut:
a. Menentukan harga n1 dan n2
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 24/40
b. Membuat rangking
nilai rangking nilai rangkingR 1=….. R 2=…..
c. Menentukan harga U dengan rumus
1
11
2112
)1( R
nnnnU −
++= dan
2
122
212
2
)( R
nnnnnU −
++=
Harga U yang diambil adalah yang lebih kecil.
d. Jika n2 > 20, maka menghitung harga Z menggunakan rumus:
12
)1(
2
2121
21
++
−=
nnnn
nnU
Z
U = Mann Whitney U test
1n = banyak subjek kelompok eksperimen
2n = banyak subjek kelompok kontrol
R 1= jumlah peringkat eksperimen
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 25/40
R 2= jumlah peringkat kelompok kontrol
e. Menentukan Ztable dengan α = 5%= 1,64
f. Menguji hipotesis dengan kriteria:
Zhitung > Ztable atau - Zhitung < - Ztable jika sebaliknya Ha diterima.
g. Menghitung effect size dengan mengetahui pengaruh pembelajaran
kooperatif tipe STAD.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. pembelajaran kooperatif.
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Eggen dan Kauchak (1993: 319) mendefinisikan pembelajaran
kooperatif sebagai sekumpulan strategi mengajar yang digunakan guru agar
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 26/40
siswa saling -membantu dalam mempelajari sesuatu. Oleh karena itu belajar
kooperatif ini juga dinamakan “Belajar teman sebaya.” Model pembelajaran
kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak – tidaknya tiga tujuan
penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap
keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).
Pendapat setara menyebutkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat
digunakan untuk mengajarkan materi yang agak kompleks, membantu
mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi sosial, dan hubungan antara
manusia. Belajar secara kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar
kognitif-konstruktivis dan teori belajar sosial (Kardi dan Nur, 2000:15).
Model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur
tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan (Arends, 1997: 110-111).
a. Struktur tugas mengacu pada cara pengaturan pembelajaran dan jenis
kegiatan siswa dalam kelas.
b. Struktur tujuan, yaitu sejumlah kebutuhan yang ingin dicapai oleh
siswa dan guru pada akhir pembelajaran atau saat siswa
menyelesaikan pekerjaannya. Ada tiga macam struktur tujuan, yaitu:
1) struktur tujuan individualistik, yaitu tujuan yang dicapai oleh
seorang siswa secara individual tidak memiliki konsekuensi
terhadap pencapaian tujuan siswa lainnya.
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 27/40
2) struktur tujuan kompetitif, yaitu seorang siswa dapat mencapai
tujuan sedangkan siswa lain tidak mencapai tujuan tersebut, dan
3) struktur tujuan kooperatif, yaitu siswa secara bersama-sama
mencapai tujuan, setiap individu mempunyai andil dalam
pencapaian tujuan.
c. Struktur penghargaan kooperatif, yaitu penghargaan yang diberikan
pada kelompok jika keberhasilan kelompok sebagai akibat
keberhasilan bersama anggota kelompok.
2. Ciri-ciri Pembelajaran kooperatif
Menurut Arends (1997: 111), pembelajaran yang menggunakan model
kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan
materi belajar,
b. kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,
sedang dan rendah,
c. jika mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang berbeda-beda,
d. penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu.
3. Langkah-langkah Pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif dilaksanakan mengikuti tahapan-tahapan
sebagai berikut (Ibrahim, M., dkk., 2000: 10).
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 28/40
Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif
Fase Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan danmotivasi belajar
Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai pada pembelajaran danmemotivasi siswa belajar
Fase 2Menyajikan Informasi
Guru menyajikan informasi pada siswa dengan jalandemonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok-kelompok
belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranyamembentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi yang efisien
Fase 4
Membimbing kelompok
bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
pada saat mereka mengerjakan tugas mereka
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya
Fase 6Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil individu maupun kelompok
(Ibrahim, dkk, 2000 :11)
4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif.
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai
setidaktidaknya tiga tujuan pembelajaran yang disarikan dalam Ibrahim,
dkk (2000:7-8) sebagai berikut:
a.Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan
sosial, tetapi juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini
unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.
Model struktur penghargaan kooperatif juga telah dapat meningkatkan
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 29/40
penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang
berhubungan dengan hasil belajar.
b.Penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya,
kelas sosial, kemampuan, maupun ketidakmampuan. Pembelajaran
kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda
latarbelakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama
lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur
penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.
c.Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan
kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Keterampilan
ini penting karena banyak anak muda dan orang dewasa masih kurang
dalam keterampilan sosial.
5. Keterampilan Kooperatif.
Pembelajaran kooperatif bukan hanya mempelajari materi saja, tetapi
siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan
khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Fungsi keterampilan
kooperatif adalah untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. Untuk
membuat keterampilan kooperatif dapat bekerja, guru harus mengajarkan
keterampilan-keterampilan kelompok dan sosial yang dibutuhkan.
Keterampilan-keterampilan itu menurut Ibrahim, dkk. (2000:47-55), antara
lain:
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 30/40
a.Keterampilan-keterampilan Sosial.
Keterampilan sosial melibatkan perilaku yang menjadikan
hubungan sosial berhasil dan memungkinkan seseorang bekerja secara
efektif dengan orang lain.
b.Keterampilan Berbagi
Banyak siswa mengalami kesulitan berbagi waktu dan bahan.
Komplikasi ini dapat mendatangkan masalah pengelolaan yang serius
selama pelajaran pembelajaran kooperatif. Siswa-siswa yang
mendominasi sering dilakukan secara sadar dan tidak memahami
akibat perilaku mereka terhadap siswa lain atau terhadap kelompok
mereka.
c.Keterampilan Berperan Serta
Sementara ada sejumlah siswa mendominasi kegiatan
kelompok, siswa lain tidak mau atau tidak dapat berperan serta.
Terkadang siswa yang menghindari kerja kelompok karena malu.
Siswa yang tersisih adalah jenis lain siswa yang mengalami kesulitan
berperan serta dalam kegiatan kelompok.
d.Keterampilan-keterampilan Komunikasi
Kelompok pembelajaran kooperatif tidak dapat berfungsi secara
efektif apabila kerja kelompok itu ditandai dengan miskomunikasi.
Empat keterampilan komunikasi, mengulang dengan kalimat sendiri,
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 31/40
memberikan perilaku, memberikan perasaan, dan mengecek kesan
adalah penting dan seharusnya diajarkan kepada siswa untuk
memudahkan komunikasi di dalam seting kelompok.
e.Keterampilan-keterampilan Kelompok
Kebanyakan orang telah mengalami bekerja dalam kelompok di
mana anggota-anggota secara individu merupakan orang yang baik
dan memiliki keterampilan sosial. Sebelum siswa dapat belajar secara
efektif di dalam kelompok pembelajaran kooperatif, mereka harus
belajar tentang memahami satu sama lain dan satu sama lain
menghormati perbedaan mereka.
B. Model kooperatif tipe STAD.
Salah satu bentuk pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan
konstruktivis adalah model kooperatif tipe STAD. STAD (Student Teams
Acievment Division) pertama kali dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-
temannya di Universitas John Hopkin dan merupakan pembelajaran kooperatif
yang paling sederhana. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa
bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama dan mengkoordinasikan usahanya
untuk menyelesaikan tugas. Dalam hal ini siswa bekerjasama dalam situasi
semangat pembelajaran kooperatif.
Model kooperatif tipe STAD dalam penelitian ini adalah suatu model
pembelajaran berkelompok untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien,
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 32/40
siswa dengan kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda dijadikan satu team
yang terdiri dari 4–5 orang siswa untuk menguasai atau menyelesaikan materi
yang diberikan guru (Slavin, 1995:14). Secara garis besar, pembelajaran
kooperatif tipe STAD menurut Slavin (Suparman, 2003:15) dibagi 6 tahapan
yaitu sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Penyajian Materi
3. Tahap Kegiatan Kelompok
4. Tahap Tes hasil Belajar
5. Tahap Perhitungan Skor Perkembangan
Siswa
6. Tahap Penghargaan Kelompok
Secara rinci, penjelasan dari keenam tahap di atas adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, guru mempersiapkan materi sedemikian rupa untuk
pembelajaran secara kelompok. Selanjutnya kelompok berdasarkan aturan
dalam pembelajaran kooperatif, yakni tiap kelompok beranggotakan 4–5
orang siswa yang terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan
rendah. Selain itu dipertimbangkan kriteria heterogenitas lainnya, yaitu jenis
kelamin, agama, ras dan lainnya. Salah satu petunjuk dalam menentukan
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 33/40
kelompok kooperatif adalah dengan merangking siswa berdasarkan prestasi
akademiknya dalam kelas awal (skor awal).
2. Tahap Penyajian Materi
Kegiatan penyajian materi dalam kegiatan pembelajaran tipe STAD
umumnya melalui pembelajaran langsung. Dalam tahapan ini guru memulai
pembelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran khusus dan
memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep yang akan dipelajari.
Selanjutnya guru memberikan apersepsi dengan tujuan mengingatkan siswa
akan materi prasyarat yang telah dipelajari agar siswa dapat menghubungkan
ide–ide yang akan disajikan dengan informasi yang telah dimiliki.
3. Tahap Kegiatan Kelompok
Untuk kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada masing- masing
kelompok siswa sebagai bahan yang akan dipelajari siswa. Di samping
untuk mempelajari konsep-konsep materi pelajaran, LKS juga untuk melatih
keterampilan kooperatif siswa. Dalam kegiatan kelompok, tiap kelompok
berbagi dalam mengerjakan tugas–tugas dan selanjutnya saling memberi
informasi hasil pekerjannya. Guru bertindak sebagai fasilitator yang
memonitoring kegiatan masing-masing kelompok. Guru juga harus
menekankan bahwa LKS untuk dipelajari, bukan hanya sekedar diisi dan
dikumpulkan.
4. Tahap Tes Hasil Belajar
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 34/40
Setelah satu atau dua periode penyajian pelajaran dan satu atau dua
kegiatan kelompok, guru memberikan tes kepada siswa. Dimana kuis
dikerjakan secara mandiri, agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah ia
pelajari secara individual selama bekerja dalam kelompok.
5. Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Siswa
Perhitungan skor perkembangan individu dan skor kelompok
berdasarkan rentang skor yang diperoleh setiap individu dalam kuis kemudian
dibandingkan dengan skor awal. Skor awal siswa ditetapkan berdasarkan tes
awal. Berdasarkan skor awal, setiap siswa memiliki kesempatan yang sama
untuk meraih prestasi maksimal serta memberi sumbangan skor maksimal
bagi kelompoknya. Berikut ini adalah pedoman untuk menentukan skor
perkembangan siswa :
Tabel 2.2. Patokan Nilai Perkembangan Siswa
Tahap Indikator Operasional
1 Menetapkan skor
dasar
Setiap siswa diberi skor berdasarkan
skor kuis yang lalu
2 Menghitung skor
kuis terkini
Siswa memperoleh poin untuk kuis
yang berkaitan dengan materi yang
telah diberikan
3 Menghitung skor perkembangan
Siswa mendapatkan poin
perkembangan yang besarnyaditentukan apakah skor dasar mereka
menyamai / melebihi skor dasar mereka.
Tabel 2.3. Pedoman Skor Perkembangan Siswa
Skor kuis Skor perkembangan
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 35/40
Lebih dari 10 point di bawah skor dasar
1-10 point di bawah skor dasar
1-10 point di atas skor dasar Lebih dari 10 point di atas skor dasar
0
10
2030
(Slavin, 1995:80)
Tabel 2.4. Lembar Rangkuman Kelompok
Kelompok Nama Skor dasar Skor kuis Skor
perkembangan
Total
Rata-rata
Penghargaan
(Slavin, 1995:82)
Tujuan skor dasar dan nilai perkembangan adalah untuk mendorong
semua siswa agar memberikan nilai maksimum pada kelompoknya, apapun
prestasi sebelumnya. Siswa akan mengetahui bahwa sangat adil untuk
membandingkan setiap nilai yang diperoleh dengan nilai sebelumnya, karena
siswa masuk kelas dengan tingkat keterampilan dan pengalaman yang
berbeda-beda.
6. Tahap Penghargaan Kelompok
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok jika memperoleh nilai
rata–rata melebihi atau sama dengan kriteria tertentu. Ada tiga macam
penghargaan yang diberikan yaitu :
1. Kelompok dengan rata-rata skor 15 sebagai kelompok kategori
baik.
2. Kelompok dengan rata-rata skor 20 sebagai kelompok kategori
hebat.
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 36/40
3. Kelompok dengan rata-rata skor 25 sebagai kelompok kategori
super.
C. Materi Lingkaran.
1. Pengertian lingkaran.
Lingkaran adalah kumpulan titik – titik pada bidang datar yang mempunyai
jarak yang sama terhadap titik tetap. Titik tetap ini disebut titik pusat lingkaran.
Contoh benda - benda yang berbentuk lingkaran;
2. Unsur – unsur lingkaran.
Perhatiakan gambar 1.2 dibawah ini;
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 37/40
• Pusat lingkaran adalah O
• Jari – jari lingkaran adalah OA, OB, OC, dan OE.
• Garis tengah lingkaran itu, yaitu AB adalah 2× panjang jari – jarinya.
• Garis lengkung AC dan CD disebut busur.
• Garis lurus CD disebut tali busur.
• Bangun yang dibatasi oleh tali busur CD dan busur CED disebut
tembereng.
• Bangun yang dibatasi oleh busur AC dan jari – jari OA dan OC disebut
juring.
• Perhatikan bahwa tembereng CED adalah tembereng kecil.
• Juring AOC adalah juring kecil.
• Garis OP yang tegak lurus tali busur disebut apotema.
3. Menghitung besaran pada lingkaran
a.Menentukan pendekatan nilai π (phi) dan Keliling Lingkaran
Sebuah taman berbentuk lingkaran memiliki diameter 5 meter. Ali
berlari mengelilingi taman itu satu kali putaran. Berapa meter jarak yang
telah ditempuh Ali? Jarak yang ditempuh Ali sama dengan keliling taman
yang berbentuk lingkaran tersebut. Dapatkah kamu mencari keliling
lingkaran jika diketahui diameternya? Agar kamu dapat menjawabnya,
lakukanlah kegiatan berikut.
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 38/40
Dari kegiatan tersebut, kamu akan mendapatkan bahwa perbandingan keliling
(K) dan diameter lingkaran (d) mendekati bilangan 3,14 atau 22/7 .
Selanjutnya, bilangan ini dinamakan π , dibaca phi .
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 39/40
Oleh karena panjang diameter sama dengan 2 kali panjang jari-jari, keliling lingkaran
dapat juga dirumuskan sebagai berikut;
r
d K
××=
×=
2π
π
r 214,3 ×= atau r 27
22×=
b. Luas Lingkaran
Kamu telah mengetahui cara menghitung keliling lingkaran. Sekarang,
bagaimanakah cara menghitung luas lingkaran? Pengertian luas lingkaran di
sini adalah luas daerah yang dibatasi oleh lingkaran tersebut. Luas lingkaran
dapat dihitung jika diketahui panjang diameter atau jari-jarinya. Akan tetapi,
bagaimana caranya? Perhatikanlah gambar berikut ini.
a) Sebuah lingkaran dibagi menjadi beberapa bagian. Pada gambar ini
tampak bahwa lingkaran dibagi menjadi 16 bagian.
5/17/2018 Desain Bab 1 Dan Bab 2 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/desain-bab-1-dan-bab-2 40/40
b) Bagian-bagian lingkaran disusun menyerupai persegi panjang dengan
lebar sama dengan jari-jari lingkaran, yaitu r. Adapun panjangnya
adalah setengah dari keliling lingkaran atau 1/2 K.
Dari gambar tersebut, diperoleh bahwa luas lingkaran mendekati luas
persegi panjang dengan panjang
1/2 K dan lebar r.
Luas lingkaran = luas persegi panjang ABCD
= p × l
=1/2 K × r
=1/2 × (π × 2 × r) × r
=1/2 × 2 × π × r × r
2r ×= π
Jadi, luas lingkaran adalah