31
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan jiwa manurut (WHO, 2009 dalam Direja, 2011) adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Kesehatan jiwa adalah kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri, serta terbebas dari stress yang serius (Kusumawati & Hartono, 2011). Adapun gejala-gejala gangguan jiwa merupakan hasil interaksi yang kompleks antara berbagai faktor somatis, psikologis dan sosial dan menandakan dekompensasi proses penyesuaian diri. Gejala gangguan jiwa tersebut dapat berupa gangguan pada penampilan, bahasa, proses pikir, sensorium dan fungsi kognitif: kewaspadaan/keterjagaan/kesadaran, perhatian dan konsentrasi, ingatan, orientasi, fungsi luhur, kemampuan abstraksi, afek dan emosi, persepsi, psikomotor, kemauan/dorongan kehendak, kepribadian dan pola hidup (Maramis & Maramis, 2009). Penyebab gangguan jiwa menurut Maramis dan Maramis (2009), dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu badani, psikologis, sosial, kultural dan spiritual. Pada bidang badani, setiap faktor yang mengganggu perkembangan fisik dapat menyebabkan gangguan mental. Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalahrepository.ump.ac.id/2268/2/ANNISA AFRILIANI BAB I.pdf · PENDAHULUAN . A. Latar Belakang Masalah . Kesehatan jiwa manurut (WHO, 2009 dalam

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan jiwa manurut (WHO, 2009 dalam Direja, 2011) adalah berbagai

karakteristik positif yang menggambarkan keselarasan dan keseimbangan

kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Kesehatan jiwa

adalah kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan

mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri, serta terbebas dari

stress yang serius (Kusumawati & Hartono, 2011).

Adapun gejala-gejala gangguan jiwa merupakan hasil interaksi yang

kompleks antara berbagai faktor somatis, psikologis dan sosial dan

menandakan dekompensasi proses penyesuaian diri. Gejala gangguan jiwa

tersebut dapat berupa gangguan pada penampilan, bahasa, proses pikir,

sensorium dan fungsi kognitif: kewaspadaan/keterjagaan/kesadaran, perhatian

dan konsentrasi, ingatan, orientasi, fungsi luhur, kemampuan abstraksi, afek

dan emosi, persepsi, psikomotor, kemauan/dorongan kehendak, kepribadian

dan pola hidup (Maramis & Maramis, 2009).

Penyebab gangguan jiwa menurut Maramis dan Maramis (2009),

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu badani, psikologis, sosial, kultural dan

spiritual. Pada bidang badani, setiap faktor yang mengganggu perkembangan

fisik dapat menyebabkan gangguan mental.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Perkembangan psikologis disebabkan oleh pola keluarga yang patogenik dan

masa remaja yang dilalui tidak secara baik. Faktor sosiologis misalnya adat-

istiadat dan kebudayaan yang kaku atau pun perubahan yang cepat dalam dunia

modern ini, sehingga menimbulkan stress pada individu. Suatu masyarakat pun,

seperti seorang individu, dapat juga berkembang ke arah yang tidak baik yang

dipengaruhi oleh lingkungan atau keadaan sosial masyarakat itu sendiri.

Keperawatan jiwa menurut American Nurses Assosiciation (ANA), dalam

Kusumawati dan Hartono, (2011) adalah area khusus praktik keperawatan yang

menggunakan tingkah laku manusia sebagai dasar dan menggunakan diri sendiri

secara terapeutik dalam meningkatkan, mempertahankan, serta memulihkan

kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada.

Prinsip keperawatan jiwa berdasarkan pada paradigma kesehatan yang dibagi

menjadi 4 komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan

(Riyadi & Purwanto, 2009). Sedangkan asuhan keperawatan jiwa merupakan

asuhan keperawatan spesialistik, namun tetap dilakukan secara holistik pada saat

melakukan asuhan keperawatan pada klien (Keliat, 2004).

Menurut data World Health Organization (WHO) (2001), masalah gangguan

kesehatan jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat

serius. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada satu dari empat orang didunia

mengalami masalah mental. WHO memperkirakan sekitar 450 juta orang didunia

mengalami gangguan kesehatan jiwa. Berdasarkan data Survei Kesehatan Rumah

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Tangga (SKRT), tahun 1995 saja, Indonesia diperkirakan sebanyak 264 dari 1000

anggota rumah tangga mengalami gangguan kesehatan jiwa.

Dalam hal ini Azrul Azwar, (2005) mengatakan, angka itu menunjukkan

jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi,

yakni satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa

cemas, depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja sampai

skizoprenia. Bukti lainnya, berdasarkan data statistik, angka penderita gangguan

kesehatan jiwa memang mengkhawatirkan. Secara global, dari sekitar 450 juta

orang mengalami gangguan mental, sekitar satu juta orang diantaranya meninggal

karena bunuh diri setiap tahunnya. Angka ini lumayan kecil jika dibandingkan

dengan upaya bunuh diri dari para penderita kejiwaan yang mencapai 20 juta

setiap tahunnya (Yosep, 2011).

Dari Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) tahun 2008, bahwa

185 dari 1.000 anggota rumah tangga mempunyai gejala gangguan jiwa. Angka

gangguan mental emosional penduduk usia >15 tahun adalah 140 per 1.000

anggota rumah tangga (ART). Pola usia penduduk semakin lanjut dengan angka

harapan hidup 66,2 tahun. Hal ini memerlukan penyediaan sarana pelayanan yang

baik termasuk pelayanan kesehatan mental. Angka tersebut diproyeksikan

menjadi 15% pada tahun 2020. Ketidakmampuan yang terjadi disebabkan oleh

depresi, cemas, gangguan penyalahgunaan zat atau napza, skizofrenia, epilepsi,

serta gangguan jiwa pada masa anak dan remaja.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Diperkirakan bahwa 2-3% dari jumlah penduduk Indonesia menderita

gangguan jiwa berat. Bila separuh dari mereka memerlukan perawatan di rumah

sakit dan jika Indonesia berpenduduk 203.460.000 orang, maka berarti ada

203.460 orang dengan gangguan jiwa berat yang memerlukan perawatan di rumah

sakit (Maramis & Maramis, 2009).

Berdasarkan data dari dokumen ruang Bima RSUD Banyumas penderita

penyakit jiwa pada bulan Januari-Juni tahun 2013 tercatat 452 orang. Diantara

data tersebut didapatkan klien yang mengalami gangguan jiwa Skizophrenia

indifferent 202 orang baik laki-laki maupun perempuan, Skizophrenia Residual

125 orang baik laki-laki maupun perempuan, Post Skizophrenia depression 65

orang baik laki-laki maupun perempuan, Skizophrenia Paranoid 29 orang baik

laki-laki maupun perempuan, serta Skizophrenia disorder depresive type 3 orang

baik laki-laki maupun perempuan. Sedangkan skizofrenia itu sendiri menurut

Melinda, (2008, dalam Yosep, 2011) merupakan penyakit neurologis yang

mempengaruhi persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan perilaku

sosialnya. Dari permasalahan tersebut dengan melihat akibat yang lebih dalam

dari meningkatnya angka kejadian penderita skizofrenia yang antara lain

berpengaruh terhadap gangguan risiko perilaku kekerasan.

Pengertian dari perilaku kekerasan adalah stressor yang dihadapi oleh

seseorang, yang ditunjukkan dengan perilaku aktual melakukan kekerasan, baik

pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan, secara verbal maupun non

verbal bertujuan untuk melukai orang lain secara fisik maupun psikologis

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

(Berkowitz, 2000 dalam Yosep, 2011). Perilaku kekerasan yang dilakukan oleh

klien skizofrenia paranoid dengan ciri-ciri yaitu kepekaan berlebihan terhadap

kegagalan dan penolakan, kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam,

misalnya menolak untuk memanfaatkan suatu penghinaan dan luka hati atau

masalah kecil, serta kecurigaan dan kecenderungan yang mendalam untuk

mendistorsikan pengalaman dengan menyalah-artikan tindakan orang lain yang

netral atau bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan (Tomb,

2003).

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melaksanakan dan mengelola asuhan

keperawatan jiwa pada klien dengan risiko perilaku kekerasan.

B. TUJUAN PENULISAN

1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan penerapan asuhan keperawatan jiwa pada Ny. R dengan

risiko perilaku kekerasan secara komprehensif di Rumah Sakit Umum Daerah

Banyumas.

2. Tujuan Khusus

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memaparkan asuhan keperawatan pada

Ny. R dengan risiko perilaku kekerasan meliputi :

a) Pengkajian masalah keperawatan pada klien.

b) Analisa data dan hasil pengkajian, serta merumuskan diagnosa

keperawatan dalam meningkatkan kesehatan mental klien.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

c) Rencana keperawatan dalam meningkatkan kesehatan mental klien.

d) lmplementasi berbagai intervensi yang telah disusun.

e) Evaluasi proses dan hasil dari tindakan yang telah dilakukan.

C. PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data tugas akhir ini menggunakan tehnik pengumpulan data

sebagai berikut:

1. Observasi partisipasi

Cara pengumpulan data dengan melakukan observasi terhadap klien, data

dapat ditemukan dengan melakukan asuhan keperawatan dimana terdapat

interaksi antara perawat-klien.

2. Wawancara

Melalui kegiatan tanya jawab (wawancara) penelitian akan memperoleh data

yang diperlukan. Saat wawancara diperlukan keahlian untuk menanyakan

hal-hal spesifik dari keadaan yang dihadapi klien saat ini, agar informasi

yang diperoleh merupakan informasi akurat dan memang benar-benar

diperlukan. Wawancara (anamnesis) dapat dilakukan klien dan keluarga

klien.

3. Studi literatur

Pengumpulan data yang dilakukan melalui pencarian sumber-sumber baik

berupa buku atau jurnal, mengakses (browsing internet) atau sumber lain yang

diperbolehkan terkait dengan asuhan keperawatan kepada klien.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

4. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelaah catatan-catatan tentang

kasus klien yang terdapat pada format-format dokumentasi maupun yang

terdapat pada rekam medis.

D. TEMPAT DAN WAKTU

Asuhan keperawatan ini dilakukan di RSUD Banyumas ruang Bima pada hari

Senin-Rabu, tanggal 11-13 Juni 2013.

E. MANFAAT PENULISAN

Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dalam

keperawatan khususnya keperawatan jiwa, yaitu sebagai panduan perawat dalam

pengelolaan kasus risiko perilaku kekerasan. Juga diharapkan menjadi informasi

bagi tenaga kesehatan lain terutama dalam pengelolaan kasus yang bersangkutan.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB I : Pendahuluan meliputi (Latar Belakang Masalah, Tujuan

penulisan, Pengumpulan Data, Tempat dan Waktu, Manfaat

Penulisan, serta Sistematika Penulisan).

BAB II : Tinjauan Teori.

BAB III : Tinjauan Kasus.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

BAB IV : Pembahasan meliputi (Pengkajian, Diagnosa, Perencanaan,

Implementasi, dan Evaluasi).

BAB V : Penutup (Kesimpulan dan Saran).

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Dari beberapa pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa perilaku

kekerasan adalah suatu tindakan dengan tenaga yang dapat membahayakan

diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan yang bertujuan untuk melukai

yang disebabkan karena adanya konflik dan permasalahan pada seseorang baik

secara fisik maupun psikologis.

B. Rentang Respons

Perilaku kekerasan dianggap suatu akibat yang ekstrem dari marah.

Perilaku agresif dan perilaku kekerasan sering dipandang sebagai rentang di

mana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku kekerasan di sisi yang lain.

Suatu keadaan yang menimbulkan emosi, perasaan frustasi, dan marah. Hal ini

akan mempengaruhi perilaku seseorang. Berdasarkan keadaan emosi secara

mendalam tersebut terkadang perilaku agresif atau melukai karena

menggunakan koping yang tidak baik.

Respons Adaptif Respons Maladaptif

Gambar 1. Rentang Respon

(Sumber : Stuart, 2007)

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

Perilaku yang ditampakkan mulai dari yang adaptif sampai maladaptif :

Keterangan:

1. Asertif : Individu dapat mengungkapkan marah tanpa menyalahkan orang

lain dan memberikan ketenangan.

2. Frustasi : Individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak

dapat menemukan alternatif.

3. Pasif : Individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.

4. Agresif : Perilaku yang menyertai marah dan bermusuhan yang kuat serta

hilangnya kontrol.

5. Amuk : Suatu bentuk kekerasan yang menimbulkan kerusuhan.

Menurut Tomb (2003) pasien gangguan mental yang menunjukkan

peningkatan terhadap risiko timbulnya perilaku kekerasan adalah :

- Sindrom otak organik : Khususnya dengan kebingungan atau

kurangnya pengendalian impuls (misalnya : demensia, penggunaan

obat-obatan pada usia lanjut, hipoglikemia, infeksi SSP, anoksia,

asidosis metabolik).

- Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terutama dengan intoksikasi.

- Skizofrenia, tipe paranoid dan katatonik.

- Dalam keadaan psikotik akut karena berbagai sebab.

- Retardasi mental tertentu.

- Gangguan pemusatan perhatian yang berat dan hiperaktivitas, pada

usia dewasa.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

C. Etiologi

1. Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi adalah faktor yang mendasari atau mempermudah

terjadinya perilaku yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, nilai-nilai

kepercayaan maupun keyakinan.

Berbagai pengalaman yang dialami tiap orang merupakan faktor

predisposisi artinya mungkin terjadi/mungkin tidak perilaku kekerasan

(Riyadi & Purwito, 2009).

a. Faktor biologis

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan perilaku

kekerasan yaitu sebagai berikut:

1) Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis

mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat

impuls agresif.

2) Pengaruh biokimia yaitu berbagai neurotransmitter (epineprin,

noreineprin, dopamine, asetil kolin, dan serotonin) sangat berperan

dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif.

3) Pengaruh genetik, menurut riset Kazua Murakami (2007) dalam

gen manusia terdapat domant (potensi) agresif yang sedang tidur

dan akan bangun jika terstimulasi oleh faktor external. Menurut

penelitian genetik type XYY, pada umumnya dimiliki oleh

penghuni penjara tindak kriminal (narapidana).

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

4) Gangguan otak, sindrom otak organik berhubungan dengan

berbagai gangguan cerebral, tumor otak, trauma otak, penyakit

ensefalitis, epilepsi terbukti berpengaruh pada perilaku agresif dan

tindak kekerasan.

b. Faktor Psikologis

1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai tujuan

mengalami hambatan akan timbul serangan agresif yang

memotivasi perilaku kekerasan.

2) Berdasarkan mekanisme koping individu yang masa kecil tidak

menyenangkan.

3) Rasa frustasi.

4) Adanya kekerasan dalam rumah tangga, keluarga, atau lingkungan.

5) Teori Psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak

terpenuhinya kepuasan dan rasa aman dapat mengakibatkan tidak

berkembangnya ego dan dapat membuat konsep diri yang rendah.

Agresi dan kekerasan dapat memberikan kekuatan yang dapat

meningkatkan citra diri serta memberi arti dalam kehidupannya.

6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang

dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik terhadap

perilaku kekerasan lebih cenderung untuk dipengaruhi oleh contoh

peran eksternal dibandingkan anak-anak tanpa faktor predisposisi

biologik.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

c. Faktor sosial kultural

1) Sosial environment theory (Teori Lingkungan)

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam

mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas terhadap

perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan

diterima.

2) Sosial learning theory (Teori belajar sosial)

Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui

proses sosialisasi.

(Direja, 2011).

2. Faktor Presipitasi

Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali

berkaitan dengan:

a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas

seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,

perkelahian masal, dan lain-lain.

b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial

ekonomi.

c. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan

ketidakmampuan menempatkan dirinya sebagai seorang yang dewasa.

d. Adanya riwayat perilaku anti-sosial meliputi penyalahgunaan obat dan

alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat

menghadapi rasa frustasi.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

e. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,

perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan

keluarga.

3. Mekanisme koping

Perawat perlu mengidentifikasi mekanisme orang lain. Mekanisme

koping klien sehingga dapat membantu klien untuk mengembangkan

mekanisme koping yang konstruktif dalam mengekspresikan marahnya.

Mekanisme koping yang umum digunakan adalah mekanisme pertahanan

ego seperti displacement, sublimasi, proyeksi, depresi, dan reaksi formasi.

a. Displacement

Melepaskan perasaan tertekannya bermusuhan pada objek yang begitu

seperti pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.

b. Proyeksi

Menyalahkan orang lain mengenai keinginannya yang tidak baik.

c. Depresi

Menekan perasaan yang menyakitkan atau konflik ingatan dari

kesadaran yang cenderung memperluas mekanisme ego lainnya.

d. Reaksi formasi

Pembentukan sikap kesadaran dan pola perilaku yang berlawanan

dengan apa yang benar-benar dilakukan orang lain.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

D. Tanda dan gejala

Menurut Direja (2011) tanda dan gejala perilaku kekerasan sebagai berikut :

1. Fisik

Mata melotot/pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah

merah dan tegang, serta postur tubuh kaku.

2. Verbal

Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kasar, bicara dengan nada

keras, kasar, dan ketus.

3. Perilaku

Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak

lingkungan, amuk/agresif.

4. Emosi

Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam,

jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi,

menyalahkan, dan menuntut.

5. Intelektual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, dan tidak jarang

mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.

6. Spiritual

Merasa dirinya berkuasa, merasa dirinya benar, keragu-raguan, tidak

bermoral, dan kreativitas terhambat.

7. Sosial

Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, dan sindiran.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

8. Perhatian

Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual.

E. Psikopathologi

Stress, cemas, harga diri rendah, dan bermasalah dapat menimbulkan

marah. Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun

internal. Secara eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku konstruktif

maupun destruktif.

Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku konstruktif dengan kata-kata

yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain. Selain

akan memberikan rasa lega, ketegangan pun akan menurun dan akhirnya

perasaan marah dapat teratasi.

Rasa marah yang diekspresikan secara destruktif, misalnya dengan

perilaku agresif dan menantang biasanya cara tersebut justru menjadikan

masalah berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang ditunjukkan pada

diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

Perilaku yang submisif seperti menekan perasaan marah karena merasa

tidak kuat, individu akan berpura-pura tidak marah atau melarikan diri dari

rasa marahnya, sehingga rasa marah tidak terungkap. Kemarahan demikian

akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama, pada suatu saat dapat

menimbulkan rasa bermusuhan yang lama, dan pada suatu saat dapat

menimbulkan kemarahan yang destruktif yang diajukan pada diri sendiri,

orang lain, dan lingkungan (Yosep, 2011).

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

F. Pathways

Gambar 1. Psikopathologi

(Sumber : Stuart, 2007)

- Mengungkapkan secara verbal

- Ketegangan menurun

- Rasa marah teratasi

- Merasa kuat - Menantang - Berkepanjan

gan

- Marah tidak terungkap

- Rasa bermusuhan menahun

- Hilang kontrol

Faktor Predisposisi - Faktor psikologis - Rasa frustasi - Kekerasan dalam rumah

tangga - Faktor sosial budaya - Faktor biologis

Faktor Presipitasi - Faktor eksternal:

interaksi dan lingkungan

- Faktor internal: putus asa, agresif

Mekanisme Koping

Konstruktif Destruktif Rentang respon

Adaptif

Maladaptif

- Ancaman kebutuhan - Stress - Cemas - Marah - Merasa terancam

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

G. Pohon Masalah

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan akibat

masalah utama

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah penyebab

Isolasi Sosial

Gambar 2. Pohon masalah risiko perilaku kekerasan

(Sumber : Keliat, 2006)

H. Masalah keperawatan

1. Risiko perilaku kekerasan

2. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.

3. Harga diri rendah.

4. Isolasi sosial.

Risiko perilaku kekerasan

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

I. Data yang perlu dikaji

Masalah: Risiko perilaku kekerasan.

Data Subyektif:

- Klien mengancam.

- Klien mengumpat dengan kata-kata kasar.

- Klien mengatakan dendam dan jengkel.

- Klien mengatakan ingin berkelahi.

- Klien menyalahkan dan menuntut.

- Klien meremehkan.

Data Objektif:

- Mata melotot/pandangan tajam.

- Tangan mengepal.

- Rahang mengatup.

- Wajah memerah dan tegang.

- Postur tubuh kaku.

- Suara keras.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan masalah perilaku kekerasan, antara

lain sebagai berikut :

1. Ketidakmampuan mengendalikan dorongan marah.

2. Stimulus lingkungan.

3. Status mental.

4. Putus obat.

5. Penyalahgunaan narkoba/alkohol (Direja, 2011).

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

J. Fokus Intervensi

1. Perilaku kekerasan

Tujuan umum

Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria hasil :

- Klien mau membalas salam

- Klien mau berjabat tangan

- Klien mau menyebutkan nama

- Klien mau tersenyum

- Klien mau mengetahui nama perawat

Intervensi :

- Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama

perawat dan jelaskan tujuan interaksi.

- Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

- Bicara dengan sikap tenang, rileks, dan tidak menantang.

- Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.

- Beri rasa aman dengan sikap empati.

- Lakukan kontak singkat tapi sering.

TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

Kriteria hasil :

- Klien mengungkapkan perasaannya.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

- Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan marah (dari diri

sendiri, lingkungan, atau orang lain).

Intervensi :

- Beri kesempatan mengungkapkan perasaan

- Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/kesal.

- Dengarkan ungkapan rasa kesal/marah dan perasaan bermusuhan klien

dengan sikap tenang.

TUK III : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan.

Kriteria hasil :

- Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah.

- Klien dapat menyimpulkan tanda dan gejala marah/kesal yang dialami.

Intervensi :

- Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat

jengkel/kesal.

- Observasi tanda perilaku kekerasan,

- Simpulkan bersama klien tanda-tanda kesal/jengkel yang dialami

klien.

TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan.

Kriteria hasil :

- Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

- Klien dapat bermain peran sesuai perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

- Klien dapat mengetahui cara yang biasa dilakukan untuk

menyelesaikan masalah.

Intervensi :

- Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang

biasanya dilakukan klien (verbal, pada orang lain, pada lingkungan,

dan pada diri sendiri).

- Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang

biasa dilakukan.

- Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan

hingga masalahnya selesai.

- Tanyakan apakah dengan cara yang dilakukan dapat menyelesaikan

masalah.

TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan

Kriteria hasil :

- Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.

- Akibat pada klien sendiri.

- Akibat pada orang lain.

- Akibat pada lingkungan

Intervensi :

- Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien.

- Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan klien.

- Tanyakan pada klien apakah ia ingin mempelajari cara baru yang

sehat.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

TUK VI : Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk

mencegah perilaku kekerasan.

Kriteria hasil :

- Klien dapat menyebutkan contoh pencegahan perilaku kekerasan

secara fisik.

- Tarik nafas dalam.

- Pukul kasur dan bantal.

- Kegiatan fisik yang lain.

- Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku

kekerasan.

- Klien mempunyai jadual untuk melataih cara pencegahan fisik yang

telah dipelajari sebelumnya.

- Klien mengevaluasi kemampuan dalam melakukan cara fisik, mental

sesuai jadual yang telah disusun.

Intervensi :

- Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.

- Beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.

- Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah dilakukan untuk

mencegah perilaku kekerasan yaitu : tarik nafas dalam dan pukul

kasur serta bantal.

- Diskusikan cara melakukan tarik nafas dalam dengan klien.

- Beri contoh kepada klien tentang cara menarik nafas dalam.

- Minta klien untuk mengikuti contoh yang diberikan sebanyak 5 kali.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

- Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara

menarik nafas dalam.

- Beri pujian positif atas kemampuan klien mendemonstrasikan cara

menarik nafas dalam.

- Tanyakan perasaan klien setelah selesai.

- Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat

marah/jengkel.

- Diskusikan dengan klien mengenai frekuensi yang akan dilakukan

sendiri oleh klien.

- Susun jadual kegiatan untuk melatih cara yang telah diajari.

- Klien mengevaluasi pelaksanaan pelatihan cara pencegahan perilaku

kekerasan yang telah dilakukan dengan mengisi jadual kegiatan

latihan.

- Validasi kemampuan klien dalam melakukan kegiatan latihan.

- Berikan pujian atas keberhasilan klien.

- Tanyakan pada klien apakah kegiatan cara pencegahan perilaku

kekerasan yang telah dilakukan dengan mengisi jadual yang telah

dibuat sebagai kegiatan harian.

- Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan.

- Berikan pujian atas keberhasilan klien.

- Tanyakan kepada klien : ”Apakah kegiatan cara pencegahan perilaku

kekerasan dapat mengurangi marah”.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

TUK VII : Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk

mencegah perilaku kekerasan.

Kriteria hasil :

- Klien dapat mendemonstrasikan dengan menyebutkan cara verbal

(bicara) yang baik dalam mencegah perilaku kekerasan.

- Meminta dengan baik.

- Menolak dengan baik.

- Mengungkapkan perasaan dengan baik.

- Klien dapat mendemonstrasikan cara verbal yang baik.

Intervensi :

- Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien.

- Beri contoh cara bicara yang baik.

- Meminta dengan baik.

- Menolak dengan baik.

- Mengungkapkan perasaan dengan baik.

- Meminta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik.

- Meminta dengan baik : “Saya minta uang untuk membeli makanan”.

- Menolak dengan baik : “Maaf saya tidak dapat melakukan karena

ada kegiatan yang lain”.

- Mengungkapkan perasaan dengan baik : “Saya kesal karena

permintaan saya tidak dikabulkan”. Disertai nada suara yang rendah.

- Minta klien untuk mengulang sendiri.

- Beri pujian atas keberhasilannya.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

TUK VIII : Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk

mencegah perilaku kekerasan.

Kriteria hasil :

- Klien dapat menyebutkan nama ibadah yang biasa dilakukan.

- Klien dapat mendemonstrasikan cara ibadah yang dipilih.

- Klien mempunyai jadual untuk melatih kegiata ibadah.

- Klien dapat mengevaluasi terhadap kemampuan melakukan kegiatan

ibadah.

Intervensi :

- Diskusikan dengan klien kegiatan ibadah yang pernah dilakukan.

- Bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapat dilakukan

- Bantu memilih kegiatan yang akan dilakukan.

- Minta klien mendemonstrasikan kegiatan ibadah yang dipilih.

- Beri pujian atas keberhasila klien.

- Diskusikan dengan klien tentang waktu pelaksanaan ibadah.

- Susun jadual kegiatan untuk melatih kegiatan ibadah.

- Klien mengevaluasi pelatihan kegiatan ibadah dengan mengisi

jadual.

- Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan.

- Beri pujian atas keberhasilan klien.

- Tanyakan kepada klien : ”Bagaimana perasaan setelah teratu

melakukan ibadah, apakah marah berkurang?”.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

TUK IX : Klien dapat mendemonstrasikan kepatuhan minum obat

untuk mencegah perilaku kekerasan.

Kriteria hasil :

- Klien dapat menyebutkan jenis, dosis, dan waktu minum obat serta

manfaatnya.

- Prinsip 5 benar : benar obat, orang, dosis, waktu, dan cara

pemberian.

- Klien dapat mendemontrasikan kepatuhan minum obat sesuai jadual

yang ditetapkan.

- Klien mengeveluasi kemempuan dalam mematuhi minum obat.

Intervensi :

- Diskusikan tentang jenis obat yang diminumnya dan waktu minum

obat.

- Diskusikan klien tentang manfaat minum obat secara teratur.

- Jelaskan mengenai akibat minum obat yang tidak teratur, contohnya :

penyakitnya kambuh.

- Diskusikan tentag proses minum obat.

- Susun jadual minum obat bersama klien.

- Klien mengevaluasi pelaksanaan minum obat sesuai jadual.

- Validasi pelaksanaan minum obat.

- Beri pujian atas keberhasilan klien.

- Tanyakan kepada klien bagaimana perasaan dengan minum obat

secara teratur.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya

Kriteria Hasil :

- Klien mau membalas salam.

- Klien mau berjabat tangan.

- Klien mau menyebutkan nama.

- Klien mau tersenyum.

- Klien mau mengetahui nama perawat.

Intervensi :

- Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama

perawat, dan jelaskan maksud tujuan interaksi.

- Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai.

- Bicara dengan sikap tenang, rileks, dan tidak menantang.

- Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.

- Beri rasa aman dan sikap empati.

- Lakukan kontak singkat tapi sering.

TUK II : Klien dapat mengidentifikasi aspek positif yang dimiliki.

Kriteria hasil : Klien dapat mengingat dan mengungkapkan kemampuan

positif yang dimiliki klien kepada perawat.

Intervensi :

- Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

- Setiap bertemu klien hindari penilaian yang negatif.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

- Utamakan beri pujian realistis.

TUK III : Klien dapat menilai kemampuan yang masih dapat

dilakukan.

Kriteria Hasil : Klien mampu mengungkapkan kemampuan yang masih

dapat digunakan selama sakit.

Intervensi :

- Diskusikan dengan klien kemampuan yang digunakan selama sakit.

- Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya.

TUK IV : Klien dapat menetapkan (merencanakan) kegiatan sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki.

Kriteria Hasil : Klien dapat memilih kegiatan yang masih dapat dilakukan

selama di rumah sakit (kegiatan mandiri, kegiatan dengan

bantuan sebagian, kegiatan yang membutuhkan total).

Intervensi :

- Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari

sesuai dengan kemampuan :

- Kegiatan mandiri

- Kegiatan dengan bantuan sebagian.

- Kegiatan yang membutuhkan bantuan total.

- Tingkatkan bantuan yang sesuai dengan toleransi kondisi klien.

- Beri contoh dalam cara pelaksanaan kegiatan yang boleh dilakukan

klien.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013

TUK V : Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan

kemampuan lainnya.

Kriteria Hasil :

- Klien dapat mendemonstrasikan kegiatan yang dipilih.

- Klien dapat mengevaluasi kemampuannya dalam melakukan kegiatan

yang dipilih.

Intervensi :

- Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah

direncanakan.

- Beri pujian atas keberhasilan klien.

- Diskusikan pelaksanaan di rumah.

Asuhan Keperawatan Pada..., ANNISA AFRILIANI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2013