Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak
dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja sering dikenal dengan masa
pencarian jati diri ego identity. Masa remaja ditandai dengan sejumlah karakteristik
penting, diantaranya yaitu mencapai hubungan yang matang dengan teman
sebayanya (Desmita, 2016: 37). Yang dimaksud hubungan matang disini yaitu
mampu menerima kekurangan dan kelebihan teman sebayanya. Pada masa remaja
berkembang social cognition yaitu kemampuan memahami orang lain. Remaja
memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat
pribadi, minat, maupun perasannya. Pemahaman ini mendorong remaja menjalin
hubungan sosial dengan yang lebih akrab dengan mereka, terutama teman sebaya,
baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan (Daryanto, 2015: 85).
Yang termasuk karakteristik penting yang lain dalam masa remaja yaitu
mampu menerima fisik dan mampu menggunakannya secara efektif (Desmita,
2016: 37). Kegagalan mengalami perubahan bentuk tubuh menjadi salah satu
penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik selama remaja. Kebingungan
remaja dalam menyikapi kondisi fisik dan psikologis pada masa peralihan sering
menimbulkan perilaku yang kurang sesuai, yang ditampilkan dalam bentuk rasa
rendah diri, cemas yang berlebihan, dan pandangan diri yang cenderung negatif.
2
Keadaan fisik pada masa remaja merupakan sumber pembentukan identitas diri dan
konsep diri, maka remaja yang tidak percaya diri terhadap fisik yang dimilikinya
akan mengalami konsep diri yang negatif.
Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan belum mengenal akan dirinya,
belum memiliki konsep serta belum bisa menilai apapun yang ada pada dirinya.
Seiring dengan pertumbuhan dan perubahan fisik, kognitif, dan kemampuan sosial,
maka seseorang mulai mampu mengenal dirinya, mulai mengerti akan konsep diri
masing-masing.
Konsep tentang diri merupakan hal yang penting bagi kehidupan individu
karena konsep diri menentukan bagaimana individu bertindak dalam berbagai
situasi (Alex Sobur, 2003: 510). Konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri,
yang meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai
yang berhubungan dengan dirinya. Konsep diri terdiri atas bagaimana cara kita
melihat diri kita sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri,
dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang
kita harapkan. Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat dimaknai jika konsep
diri merupakan pandangan seseorang terhadap diri sendiri.
Menurut Sasse (dalam Suyuti, 2010: 72) mengelompokkan konsep diri
menjadi dua yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Semakin baik atau
positif konsep diri seseorang maka akan semakin mudah ia mencapai keberhasilan.
Sebab, dengan konsep diri yang baik atau positif, seseorang akan bersikap optimis,
berani mencoba hal-hal baru, berani sukses dan berani pula gagal, penuh percaya
3
diri, antusias, merasa diri berharga, berani menetapkan tujuan hidup, serta bersikap
dan berfikir positif. Sebaliknya, semakin jelek atau negatif konsep diri seseorang,
maka semakin sulit seseorang untuk berhasil. Sebab, dengan konsep diri yang jelek
atau negatif akan mengakibatkan tumbuh rasa tidak percaya diri, takut gagal
sehingga tidak berani mencoba hal-hal baru dan menentang, merasa diri bodoh,
rendah diri, merasa diri tidak berguna, psimis, serta berbagai perasaan dan perilaku
inferior lainnya (Desmita, 2016: 164). Karakteristik konsep diri negatif antara lain
yaitu peka terhadap kritik, kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari orang
lain sebagai proses refleksi diri. Begitu juga ketika seseorang mengalami hambatan
dalam interaksi dengan lingkungan sosialnya, merasa kurang mampu berinteraksi
dengan orang lain.
Dalam hal ini, perlu adanya metode yang digunakan untuk memperbaiki
konsep diri siswa, sehingga adanya peningkatan pemikiran siswa untuk lebih baik
yaitu dengan menggunakan konseling kelompok dengan teknik cognitive
restructuring. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mufidatin Anifah,
mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Jurusan Kependidikan Islam angkatan 2015 dengan judul skripsi
“Implementasi Teknik Cognitive Restructuring Dalam Menangani Konsep Diri
Rendah Pada Siswa X di SMP Negeri Ujungpangkah” membuahkan hasil bahwa
teknik Cognitive Restructuring mampu digunakan dalam menangani rendahnya
konsep diri siswa. Konseling kelompok merupakan interaksi antara konselor
dengan konseli secara kelompok. Adanya interaksi memberi dan menerima dalam
4
konseling kelompok diharapkan dapat menimbulkan rasa saling menolong,
menerima dan berempati tulus sehingga terbentuklah konsep diri yang positif pada
klien (Namora Lumongga Lubis, 2011: 200). Biasanya konselor profesional
menggunakan teknik cognitive restructuring dengan klien yang membutuhkan
bantuan untuk mengganti pikiran dan interpretasi negatif dengan pikiran dan
tindakan yang lebih positif. Teknik cognitive restructuring merupakan salah satu
teknik yang dapat digunakan dengan individu-individu yang pikirannya
terpolarisasi, menunjukkan ketakutan dan kecemasan dalam situasi-situasi tertentu,
atau bereaksi berlebihan terhadap masalah-masalah kehidupan biasa dengan
menggunakan langkah-langkah ekstrem (Bradley, 2017: 267).
Berdasarkan observasi pada tanggal 16 September 2019 dengan salah satu
guru Bimbingan dan Konseling SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu ada sebagian
siswa yang kurang percaya diri akan dirinya dalam aspek akademis, diantaranya
siswa kurang rajin dalam mengerjakan tugas dengan alasan belum bisa dan tidak
mau mencoba mengerjakan sesuai kemampuannya. Dalam aspek lain, siswa pun
ada yang kurang percaya diri dengan keadaan fisiknya, sehingga kurang bisa
bersosial dengan temannya. Konsep diri dapat mempengaruhi persepsi individu
tentang lingkungan sekitar dan perilakunya, sebagaimana dikemukakan oleh Jiang
(2000) bahwa perkembangan konsep diri dan percaya diri yang positif akan
berpengaruh positif terhadap perkembangan sosial. Siswa yang memiliki konsep
diri positif menjadi tidak cemas dalam menghadapi situasi baru, mampu bergaul
dengan teman-teman seusianya, lebih kooperatif dan mampu mengikuti aturan-
5
aturan dan norma-norma yang berlaku (Syamsul Bachri Thalib, 2017: 122). Dalam
hal ini pun masih ada sebagian siswa SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu yang
belum sadar akan peraturan yang tujuannya untuk meningktakan kedisiplinan,
yakni masih banyak yang telat, berpakaian tidak sesuai aturan, dan lain-lain. Dari
hasil observasi tersebut, maka siswa yang mengalami hal tersebut tergolong siswa
yang mengalami konsep diri negatif.
Berdasarkan fenomena yang ada, maka perlu dikaji mengenai Efektifitas
teknik cognitive restructuring untuk meningkatkan konsep diri siswa di SMA Ya
BAKII 2 Gandrungmangu dalam penelitian eksperimen kuasi.
B. Definisi Operasional
1. Efektivitas Teknik Cognitive Restructuring
Efektivitas berasal dari kata “efektif” yang artinya ada efeknya (ada
akibatnya, pengaruhnya, kesannya). Sedangkan yang dimaksud efektivitas
adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dengan hasil guna sesuai yang
diharapkan (Poerwadarminta, 2007: 311).
Teknik Cognitive Restructuring merupakan teknik yang melibatkan
penerapan prinsip-prinsip belajar pada pikiran. Cognitive restructuring biasa
digunakan untuk siswa yang membutuhkan bantuan untuk mengganti pikiran
dan interpretasi negatif dengan pikiran dan tindakan yang lebih positif. Strategi
Cognitive Restructuring tidak hanya membantu konseli belajar mengenal dan
menghentikan pikiran-pikiran negatif atau yang merusak diri, tetapi juga
mengganti pikiran-pikiran tersebut dengan pikiran yang lebih positif
6
(Mochamad Nursalim, 2013: 32). Jadi teknik Cognitive Restructuring dalam
penelitian ini yaitu peneliti memberikan konseling kepada siswa dengan cara
mengenalkan dan mengganti pemikiran siswa yang awalnya negatif dengan
pemikiran yang lebih positif, yang mana teknik Cognitive Restructuring ini
dilakukan melalui konseling kepada 4 – 8 siswa yang memiliki konsep diri
rendah.
2. Konsep diri
Konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita.
Persepsi tentang diri ini boleh bersifat psikologi, sosial, dan fisis (Jalaluddin
Rakhmat, 2012: 99). Konsep diri merupakan gagasan tentang diri sendiri yang
mencakup keyakinan, pandangan dan pemikiran seseorang terhadap dirinya
sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan
bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana yang
kita harapkan. Santrock (1987) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada
evaluasi bidang tertentu dari diri sendiri. Sementara itu, Atwater (1987)
menyebutkan konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi
persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang
berhubungan dengan dirinya (Desmita, 2016: 163).
Yang dimaksud konsep diri dalam penelitian ini adalah pandangan
seseorang terhadap dirinya sendiri, yang meliputi beberapa aspek yang ada
seperti fisik dan akademis dan sosial.
3. Siswa SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu
7
Siswa adalah mereka yang secara khusus diserahkan oleh kedua orang
tuanya untuk mengikuti pembelajaran yang diselenggarakan disekolah, dengan
tujuan menjadi manusia yang berilmu pengetahuan, berketrampilan,
berpengalaman, berkepribadian, berakhlak mulia dan mandiri.
SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu adalah suatu pendidikan
menengah atas yang berdiri di bawah naungan lembaga Ya BAKII yang
beralamat di Jl. Raya Gandrungmangu, Kecamatan Gandrungmangu,
Kabupaten Cilacap.
Jadi yang dimaksud dengan judul “Efektivitas teknik Cognitive
Restructuring untuk meningkatkan konsep diri siswa SMA Ya BAKII 2
Gandrungmangu” adalah hasil guna dari kegiatan konseling yang dilakukan
kepada 4 – 8 siswa yang memiliki konsep diri rendah dengan cara mengenalkan
dan mengganti pemikiran yang negatif dengan pemikiran yang positif.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dibahas, maka dapat
penulis rumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana gambaran umum konsep diri siswa SMA Ya BAKII 2
Gandrungmangu?
2. Bagaimana efektivitas teknik cognitive restructuring untuk meningkatkan
konsep diri siswa SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu?
8
D. Tujuan Penelitian
1. Memperoleh data konsep diri siswa SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu
2. Menguji efektivitas teknik Cognitive Restructuring untuk meningkatkan konsep
diri siswa SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Untuk mengetahui konsep diri siswa SMA YA BAKII dan lebih mendalami
terkait teknik Cognitive Restructuring.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pihak-pihak sebagai berikut.
a. Bagi peneliti
Menambahkan pengalaman dan pengetahuan mengenai teknik Cognitive
Restructuring untuk meningkatkan konsep diri.
b. Bagi guru Bimbingan dan Konseling
Guru BK SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu, dapat mempergunakan
teknik cognitive restructuring untuk meningkatkan konsep diri siswa,
sehingga mampu memaksimalkan potensi siswa dalam proses
pembelajaran, kehidupan pribadi sosial dan karir.
9
F. Telaah Pustaka
Sejauh penulis menelaah tentang buku-buku dan bacaan lainnya maka
peneliti menemukan buku yang berkaitan dengan judul diatas, diantaranya adalah:
Buku 40 Teknik yang Harus diketahui setiap konselor (2017) karangan
Bradley T. Erford menjelaskan tentang beberapa teknik-teknik yang harus diketahui
oleh para konselor dalam menjalankan konseling. Dari beberapa teknik yang ada,
disini peneliti mengambil teknik Cognitive Restructuring dalam praktik konseling
kelompok. Cognitive Restructuring adalah sebuah teknik yang lahir dari terapi
kognitif dan biasanya dikaitkan dengan karya Albert Ellis, Aaron Beck, dan Don
Meichenbaum. Cognitive Restructuring melibatkan penerapan prinsip-prinsip
belajar pada pikiran. Teknik ini dirancang untuk membantu mencapai respons
emosional yang lebih baik dengan mengubah kebiasaan penilaian habitual
sedemikian rupa sehingga tidak terlalu terbias (Dombeck & Wells-Moran,2014).
Buku Psikologi Perkembangan Peserta Didik (2016) Karangan Desmita
yang menjelaskan terkait tugas-tugas perkembangan peserta didik sesuai dengan
fase pertumbuhannya, dan menjelaskan terkait pengertian konsep diri. Didalam
buku ini dijelaskan bahwa karakteristik peserta didik SMA atau seusia remaja
diantaranya yaitu mampu mencapai hubungan yang matang dengan teman
sebanyanya, mampu menerima keadaan fisik dan mampu menggunakannya secara
efektif. Selain itu juga membahas terkait konsep diri peserta didik. Menurut Burns
(1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita
sendiri. Sedangkan Cawagas (1983) menjelaskan bahwa konsep diri mencakup
10
seluruh pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya,
motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya, dan
sebagainya.
Buku Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif (2017)
karangan Prof. Dr. Syamsul Bachri Thalib, M.Si yang membahas tentang
pengertian konsep diri, aspek-aspek konsep diri, dan beberapa faktor yang
mempengaruhi konsep diri. Didalam buku ini dijelaskan bahwa konsep diri seagai
gambaran tentang diri sendiri dipengaruhi oleh hubungan atau interaksi individu
dengan lingkungan sekitar, pengamatan terhadap diri sendiri dan pengalaman dalam
kehidupan keseharian. Sebagaimana halnya dalam perkembangan pada umunya,
keluarga, khususnya orang tua berperan penting dalam perkembangan konsep diri
anak. Konsep diri terbentuk dan atau berkembang secara gradual dalam proses
pengasuhan termasuk interaksi interpersonal antara ibu-anak.
Buku Strategi dan Intervensi Konseling (2013) karya Drs. Mochamad
Nursalim, M.Si yang menjelaskan tentang teknik yang akan peneliti gunakan yaitu
teknik Cognitive Restructuring. Disini dijelaskan bahwa strategi Cognitive
Restructuring ini membantu konseli untuk menetapkan hubungan antara persepsi
dan kognisinya dengan emosi dan perilakunya, dan untuk mengidentifikasi persepsi
atau kognisi yang salah atau merusak diri, dan mengganti persepsi atau kognisi
dengan persepsi yang lebih meningkatkan diri (Cormier dan Cormier, 1985). Dan
dibahas pula terkait beberapa prosedur Cognitive Restructuring dalam enam bagian
utama. Yaitu : rasional, identifikasi pikiran konseli dalm situasi problem,
11
pengenalan dan latian coping thought (CT), pindah dari pikiran-pikiran negatif ke
coping thought (CT), pengenalan dan latihan penguatan positif, tugas rumah dan
tindak lanjut.
Buku Psikologi Komunikasi (2012) karangan Drs. Jalaluddin
Rakhmat,M.Sc yang menjelaskan terkait pengertian konsep diri, faktor-faktor yang
mempengaruhi konsep diri, serta pengaruh konsep diri pada komunikasi
interpersonal. Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan dalam
komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat mungki
sesuai dengan konsep dirinya. Bila seorang siswa menganggap dirinya sebagai
orang yang rajin, ia akan berusaha menghadiri sekolahan secara teratur, membuat
catatan yang tepat, mempelajari pelajaran dengan sungguh-sungguh, sehingga
memperleh nilai akademis yang baik.
Buku Memahami Dasar-Dasar Konseling Dalam Teori Dan Praktik
(2011) karangan Dr. Namora Lumongga Lubis,M.Sc yang menjelaskan tentang
konseling kelompok meliputi pengertian dan tujuan dari konseling kelompok. Dari
buku ini dijelaskan bahwa konseling kelompok merupakan interaksi antara konselor
dengan konseli secara kelompok.
Buku Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah (2003) karangan Drs. Alex
Sobur, M.Si yang menjelaskan tentang pengertian konsep diri. Konsep diri
merupakan hal yang penting bagi kehidupan individu, karena konsep diri
menentukan bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi.
12
Buku Life Balance Ways (2010) karangan Eko Jalu Santoso yang
menjelaskan tentang konsep diri positif. Bahwasannya manusia memiliki banyak
pemikiran. Dalam menyikapi berbagai pikiran yang datang, maka diperlukan
orientasi yang ditentukan oleh diri kita sendiri. Semakin berpikir positif, maka
hasilnya pun akan positif, begitu juga sebaliknya.
Buku Mengapa Rendah Diri (2012) karangan Paul L Centi yang
menjelaskan terkait konsep diri negatif. Orang yang konsep dirinya negatif,
cenderung berpikir tentang diri sendiri dari segi negatifnya, dan sulit untuk
menemukan hal yang pantas untuk dihargai.
Penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Islam Negeri
Sunan Ampel Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Kependidikan Islam
angkatan 2015 bernama Mufidatin Anifah dengan judul skripsi “Implementasi
Teknik Cognitive Restructuring Dalam Menangani Konsep Diri Rendah Pada
Siswa X di SMP Negeri 1 Ujungpangkah” dari hasil penelitian yang Mufidatin
Anifah lakukan, bahwasannya teknik Cognitive Restructuring itu mampu
digunakan dalam menangani siswa yang mengalami konsep diri rendah, karena
teknik tersebut bertujuan untuk mengubah pandangan atau pola pikir seseorang
yang negatif dan melatih siswa dengan tegas untuk mengubah pandangan atau pola
pikir tersebut menjadi lebih baik atau pola pikir menjadi lebih meningkat.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti adalah pada variabel x dan variabel y. Keduanya sama yaitu variabel x-nya
Cognitive Restructuring dan variabel y-nya Konsep diri.
13
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti yaitu pada pendekatan penelitiannya. Pendekatan dari penelitian ini yaitu
menggunakan deskriptif-kualitatif, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan
menggunakan eksperiman-kuantitatif.
Penelitian dengan judul “Teknik Cognitive Restructuring Untuk
Mereduksi Prokrastinasi Akademik Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 2
Sukoharjo Tahun Ajaran 2016/2017” yang dilakukan oleh Agustin Merdeka Wati
Indramastuti mahasiswi Universitas Sebelas Maret Surakarta Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan angkatan 2017.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti
yaitu pada variabel X dan jenis pendekatan penelitian. Variabel X dalam penelitian
ini dan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah sama-sama menggunakan
teknik Cognitive Restructuring. Jenis pendekatan dalam penelitian ini dan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penelitian eksperimen kuasi.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti adalah pada variabel Y. Pada penelitian ini variabel Y-nya yaitu untuk
mereduksi Prokrastinasi akademik, sedangkan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti yaitu untuk meningkatkan konsep diri.
Penelitian dengan judul “Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif
Dalam Konseling Kelompok Untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa” yang
dilakukan oleh Mahasiswa sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Islam
program Studi Bimbingan dan Konseling Angkatan 2016 yang bernama Suwanto.
14
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti yaitu pada variabel Y dan pada pendekatan penelitian. Pada penelitian ini
dan penelitain yang akan dilakukan oleh peneliti variabel Y-nya yaitu sama-sama
untuk meningkatkan konsep diri. Jenis pendekatan dalam penelitian ini dan
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah eksperimen kuasi.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti yaitu pada variabel x-nya. Pada penelitian ini variabel x-nya yaitu
restrukturisasi kognitif, sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti yaitu cognitive restructuring.
G. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan merupakan sebuah kerangka yang menentukan
bentuk atau gambaran skripsi yang akan dibuat setelah penelitian selesai dilakukan.
Secara umum isinya terdiri dari bagian awal, tengah dan akhir. Bagian awal skripsi
adalah bagian permulaan skripsi yang terdiri halaman judul, halaman persembahan,
halaman motto, halaman kata pengantar, halaman daftar isi, halaman daftar tabel,
dan halaman gambar atau halaman bagan. Selanjutnya bagian kedua yaitu bagian
tengah yang terdiri dari lima bab, dari bab I sampai bab V:
1. Bab I, berupa pendahuluan : latar belakang masalah, definisi operasional,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, telaah pustaka, dan
sistematika penulisan skripsi.
15
2. Bab II, berupa landasan teori yaitu pendeskripsian dan analisis teori yang
dijadikan sebagai dasar peneliti dalam melakukan penelitian.
3. Bab III, penggunaan metode penelitian yang terdiri dari jenis dan pendekatan
penelitian, tempat dan waktu penelitian, variabel penelitian, subyek penelitian
(populasi, sampel, dan teknik sampling), metode pengumpulan data dan teknik
analisis data.
4. Bab IV, laporan hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari beberapa sub
yaitu sub pertama tentang gambaran umum SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu
Sub kedua berupa hasil penelitian dan pembahasan penelitian yang telah
dilakukan peneliti mengenai teknik Cognitive Restructuring untuk
meningkatkan konsep diri siswa SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu.
5. Bab V, merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran.
Bagian akhir memuat daftar pustaka dan lampiran – lampiran.
16
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN TENTANG KONSEP DIRI
1. Pengertian Konsep Diri
Konsep diri merupakan bagian penting dalam perkembangan
kepribadian. Konsep diri merupakan representasi diri yang mencakup identitas
diri yakni karakteristik personal, pengalaman, peran, dan status sosial.
Secara umum Greenwald et al., (dalam Campbell et al., 1996)
menjelaskan bahwa Konsep diri sebagai suatu organisasi dinamis didefinisikan
sebagai skema kognitif tentang diri sendiri yang mencakup sifat-sifat, nilai-nilai,
peristiwa-peristiwa, dan memori semantik tentang diri sendiri serta kontrol
terhadap pengolahan informasi diri yang relevan.
Konsep diri sebagai pandangan yang dimiliki setiap orang mengenai
dirinya sendiri yang terbentuk, baik melalui pengalaman maupun pengamatan
terhadap diri sendiri, baik konsep diri secara umum (general self-concept)
maupun konsep diri secara spesifik termasuk konsep diri dalam kaitannya
dengan bidang akademik, karier, atletik, kemampuan artistik, dan fisik. Konsep
diri merupakan verifikasi diri, konsistensi diri, dan kompleksitas diri yang
terbuka untuk interpretasi sehingga secara umum berkaitan dengan pembelajaran
dan menjadi mediasi variabel motivasi dan pilihan tugas-tugas pembelajaran
(Black & Bornholt, 2000) (Syamsul Bachri Thalib. 2017: 121-122).
17
Sebagai sebuah konstruk psikologi, konsep diri didefinisikan secara
berbeda oleh para ahli. Seifert dan Hoffnung (1994), misalnya mendefinisikan
konsep diri sebagai suatu pemahaman mengenai diri atau ide tentang diri sendiri.
Santrock (1996) menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang
tertentu dari diri sendiri. Sementara itu, Atwater (1987) menyebutkan bahwa
konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi seseorang
tentang diri, perasaan, keyakinan, dan nilai-nilai yang berhubungan dengan
dirinya. Selanjutnya, Atwater mengidentifikasi konsep diri atas tiga bentuk.
Pertama, body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana seseorang
melihat dirinya sendiri. Kedua, Ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan harapan-
harapan seseorang mengenai dirinya. Ketiga, social self, yaitu bagaimana orang
lain melihat dirinya.
Menurut Burns (1982), konsep diri adalah hubungan antara sikap dan
keyakinan tentang diri kita sendiri. Sedangkan Pemily (dalam Atwater, 1984),
mendefinisikan konsep diri sebagai sistem yang dinamis dan kompleks dari
keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dirinya, termasuk sikap, perasaan,
persepsi, nilai-nilai dan tingkah laku yang unik dari individu tersebut. Sementara
itu, Cawagas (1983), menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh
pandangan individu akan dimensi fisiknya, karakteristik pribadinya,
motivasinya, kelemahannya, kelebihannya atau kecakapannya, kegagalannya,
dan sebagainya (Desmita, 2016: 164).
18
Williarn D. Brooks mendefinisikan konsep diri sebagai “those
physical, social, and psycological perceptions of ourselves that we have derived
from experiences and our interaction with outhers” (1974:40). Jadi konsep diri
ini boleh bersifat psikologi, sosial, dan fisis. Perspsi tentang diri ini boleh
bersifat psikologi, sosial, dan fisis. Konsep diri bukan hanya sekedar gambaran
deskriptif, tapi juga penilaian anda tentang diri anda. Jadi, konsep diri meliputi
apa yang anda pikirkan dan apa yang anda rasakan tentang diri anda. Oleh
karena itu, Anita Taylor et al. Mendefinisikan konsep diri sebagai “all you think
and feel about you, the entire complex of beliefs and attitudes you hold about
yourself”(1977:98) (Jalaluddin Rakhmat, 2012: 98).
Gambaran penilaian tentang konsep diri dapat diketahui melalui
rentang respon dari adaptif sampai dengan maladaptif. Seperti yang
dikemukakan Stuart dan Sundeen tentang pembagian konsep diri sebagai
berikut:
a. Gambaran diri (Body Image)
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnyaa secara
sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi, perasaan tentang
ukuran, bentuk, fungsi penampilan serta potensi tubuh saat ini dan masa lalu
yang secara kesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap
individu.
Gambaran diri berhubungan dengan kepribadian. Cara individu
memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek
19
psikologisnya. Pandangan yang realistik terhadap dirinya menerima dan
mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman,sehingga terhindar dari
rasa fcemas dan meningkatkan harga diri.
b. Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi diri individu tentang bagaimana ia harus
berperilaku berdasarkan standart, aspirasi, tujuan atau penilaian personal
tertentu.
Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang
dipengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan keuntungan
dan harapan pada masa remaja, idela diri ini akan dibentuk melalu proses
identifikasi pada orang tua, guru dan teman. Agar individu mampu
berfungsi dan mendemonstrasikan kecocokan antara persepsi diri dan ideal
diri.
c. Harga diri
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai
dengan menganalisis seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri.
Banyaknya tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah dan harga diri
yang tinggi. Jika individu sering gagal, maka akan cenderung menjadi harga
diri rendah. Serta harga diri itu diperoleh dari diri sendiri dan orang lain.
Aspek yang utama adalah dicintai dan menerima penghargaan dari orang
lain.
20
d. Peran
Peran adalah sikap dan perilaku nilai serta tujuan yang diharapkan
dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat. Peran yang ditetapkan
adalah peran dimana seseorang tidak punya pilihan sedangkan peran yang
diterima adalah peran yang terpilij atau dipilih oleh individu sebagai
aktualisasi diri. Kemudian harga diri tinggi merupakan hasil dari peran yang
memenuhi kebutuhan dan cocok dengan ideal diri.
e. Identitas
Identitas adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep
diri sebagai satu kesatuan yang utuh (Mufidatin Anifah, 2015: 22-24).
2. Aspek-Aspek Konsep Diri
Secara umum, konsep diri dirumuskan dalam dimensi yang berbeda-
beda bergantung pada sudut pandang masing-masing ahli. Song dan Hattie
(1984) menyatakan bahwa aspek-aspek konsep diri dibedakan menjadi konsep
diri akademis dan konsep diri non akademis. Konsep diri non-akademis
dibedakan lagi menjadi konsep diri sosial dan penampilan diri. Jadi, pada
dasarnya konsep diri mencakup aspek konsep diri akademis, konsep diri sosial
dan penampilan diri.
Hattie (2000) menggolongkan konsep diri atas dua kategori utama,
yaitu: Konsep diri umum dan konsep diri khusus. Konsep diri khusus mencakup
konsep diri akdemik, konsep diri sosial, dan prestasi diri. Konsep diri akademik
21
mencakup kemampuan akademik, prestasi akademik, dan konsep diri berkelas.
Konsep diri sosial termasuk konsep diri dalam hubungannya dengan teman
sebaya dan keluarga. Presentasi diri mencakup kepercayaan diri dan penampilan
fisik (Syamsul Bachri Thalib, 2017: 123).
Sedangkan menurut Berzonsky (1986) konsep diri memiliki empat
aspek, yaitu:
a. Aspek fisik (physical self), meliputi penilaian individu terhadap segala
sesuatu yang dimilikinya, seperti tubuh, pakaian dan benda yang
dimilikinya.
b. Aspek psikis (psychological self), aspek psikis mencakup pikiran, perasaan
dan sikap yang dimiliki individu terhadap dirinya sendiri.
c. Aspek sosial (social self), meliputi bagaimana perasaan individu dalam
lingkup peran sosial dan penilaian individu terhadap peran tersebut.
d. Aspek moral (moral self), aspek moral merupakan nilai dan prinsip yang
memberi arti dan arah dalam hidup individu dan memandang nilai etika
moral dirinya. Seperti kejujuran, tanggungjawab atas kegagalan yang
dialami, religiusitas, serta perilakunya dengan norma-norma masyarakat
yang ada. (Krisna Susilowati, 2011: 36).
Berdasarkan uraian diatas, aspek-aspek yang dinyatakan oleh
Berzonsky (1986) lebih menyeluruh, sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep
diri memiliki empat aspek antara lain: aspek fisik, aspek psikis, aspek sosial dan
aspek moral.
22
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Konsep Diri
a. Orang Lain
Gabriel Marcel, filusuf eksistensialis, yang mencoba menjawab
misteri keberadaan, The Mystery of Being, menulis tentang peranan orang
lain dalam memahami diri kita, “The fact is that we can understand
ourselves by starting from the other, or from other,and only by starting from
them”. Kita mengenal diri kita dengan mengenal orang lain lebih dahulu.
Bagaimana anda menilai diri saya, akan membentuk konsep diri saya.
Harry Stack Sullivan (1953) menjelaskan bahwa jika kita diterima
orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita akan
cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kita. Sebaliknya, bila
orang lain meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kita, kita akan
cenderung tidak akan menyenangi diri kita. Tidak semua orang lain
mempunyai pengaruh yang sama terhadap diri kita. Ada yang paling
berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling dekat dengan diri kita
(Jalaluddin Rakhmat, 2010: 100).
b. Orang Tua
Secara umum, konsep diri sebagai gambaran tentang diri sendiri
dipengaruhi oleh hubungan atau interaksi individu dengan lingkungan
sekitar, pengamatan terhadap diri sendiri dan pengalaman dalam kehidupan
keseharian. Sebagaimana halnya dalam perkembangan pada umumnya,
keluarga, khususnya orang tua berperan penting dalam perkembangan
23
konsep diri anak. Konsep diri terbentuk dan atau berkembang secara gradual
dalam proses pengasuhan termasuk interaksi interpersonal antara ibu-anak.
Selanjutnya, Friedman (1997) menjelaskan bahwa pengasuhan
orang tua berdampak pada konstruk psikologis anak. Model pengasuhan
yang permisif dan otoriter cenderung mengakibatkan konsep diri dan
kompetensi sosial yang rendah. Pengasuhan dengan model otoritatif
cenderung menghasilkan konsep diri, kompetensi sosial dan independensi
yang tinggi. Orang tua sebagai model berpengaruh terhadap perkembangan
konsep diri anak. Sebagai contoh, orang tua yang senantiasa memandang
dirinya secara negatif dan mengekspresikan perasaan-perasaan negatifnya
akan berpengaruh negatif pula terhadap perkembangan konsep diri anak.
Demikian pula jika orang tua sering memberikan label negatif seperti jelek
atau bodoh, misalnya, maka pada akhirnya anak akan mempercayai
penilaian negatif tersebut dan memandang dirinya secara negatif.
Sebaliknya jika orang tua menekankan penilaian secara positif, maka
penilaian tersebut berpengaruh positif pula terhadap konsep diri, bahkan
dapat mereduksi sikap dan perilaku negatif anak. Hal ini dimungkinkan
karena pada umumnya anak akan merasa lebih senang dan puas dengan diri
mereka apabila mengetahui bahwa keberadaannya diterima dan
menyenangkan dalam kehidupan bersama orang tua (Syamsul Bachri
Thalib, 2017: 123).
24
4. Konsep diri positif
Jack Canfield dan Mark Victor Hansen dalam The Aladdin Factor
sebagaimana dikutip oleh Dr. Ibrahim Elfiky dalam bukunya Terapi Berpikir
Positif menuliskan bahwa setiap hari manusia menerima lebih dari 60.000
pikiran. Begitu banyaknya pikiran yang masuk setiap harinya, maka diperlukan
kepandaian untuk menyikapi. Dalam menyikapi berbagai pikiran yang datang itu
dibutuhkan adalah orientasi yang ditentukan oleh diri kita sendiri. Jika kita
memutuskan orientasi negatif, maka hasilnya akan negatif. Jika kita memilih
orientasi positif, maka hasilnya akan positif pula. Inilah hukum akal bawah
sadar, bahwa hukum akal bawah sadar membuat pikiran tertentu menyebar (ary
ginanjar. 2010: 69).
Oleh karena itu, bagaimana kita mengarahkan orientasi dalam diri kita
itulah yang akan sangat menentukan hasilnya. Setiap kalimat yang datang
kepada diri kita berarti positif atau negatif kepada diri kita, sesungguhnya
pilihannya ditentukan oleh dirikita sendiri. Semua yang datang kepada diri kita,
akan menjadi positif atau negatif sesungguhnya bergantung bagaimana kita
mengartikannya. Tanpa kita memberikan arti, maka setiap kalimat maupun
keadaan yang datang kepada kita tidak akan memiliki makna sama sekali
terhadap diri kita.
Dengan demikian kata kuncinya adalah bagaimana kita dapat mengembangkan
konsep diri positif, sehingga dapat menerima dan memandang sesuatu yang
datang dalam kehidupan kita dengan pikiran positif.
25
5. Konsep diri negatif
Mereka yang memiliki konsep diri negatif adalah orang yang tidak
dapat melihat dirinya secara utuh dan bijak, hanya sedikit tahu tentang ciri-ciri
dirinya, dan tidak wajar/objektif terhadap dirinya sendiri. Mereka yang kurang
menerima dirinya secara apa adanya sehingga kecewa terhadap kekurangan-
kekurangan yang ada pada dirinya. Mereka menilai diri tidak akurat, mengira
terlalu rendah sehingga akibatnya menjadi minder, rendah diri, atau interiority
complex atau sebaliknya terlalu tinggi sehingga menjadi sombong, berlebihan,
dan congkak.
orang yang konsep dirinya negatif biasanya berpikir tentang diri
sendiri terutama dari segi negatif, dan sulit menemukan hal-hal yang pantas
dihargai dalam diri mereka. Mereka cenderung menjadi terlalu kritis terhadap
diri sendiri., mudah mengecam dan menyalahkan diri sendiri karena merasa
kurang “cakap” atau bakat. Jalan pikiran dan pembicaraan mereka penuh dengan
gagasan dan kata-kata yang mengutuk diri.
Konsep diri yang negatif mendorong kita untuk membuat
perbandingan negatif dengan orang lain. Bila kita sebagai pelajar, misalnya,
terus meragukan kemampuan studi kita, kita cenderung menganggap guru kita
super hebat, teman sekelas lebih cemerlang dari pada kita, kita adalah anak
bodoh. Tetapi itu dalam bayangan kita. Sedang dalam kenyataan belum tentu
demikian. Guru kita mungkin biasa – biasa saja. Tidak semua teman sekelas
cemerlang, bahkan tidak sedikit yang lebih lemah dari diri kita, karena kita
26
dihantui oleh konsep diri kita yang negatif. Konsep dan pemahaman diri yang
negatif, dengan mendorong kita membandingkan diri dengan orang lain, menjadi
semakin kuat berakar dalam benak kita (Paul Centi, 2012: 26)
B. Tinjauan tentang Teknik Cognitive Restructuring
1. Pengertian Teknik Cognitive Restructuring
Menurut Cormier dan Cormier (1985), Cognitive Restructuring pada
awalnya diusulkan oleh Lazarus (1971), dan berakar pada Rational Emotive
Therapy (RET) yang dikembangkan oleh Ellis (1975). CR memusatkan
perhatian pada upaya mengidentifikasi dan mengubah pikiran-pikiran atau
pernyataan diri negatif dan keyakinan-keyakinan konseli yang tidak rasional. CR
menggunakan asumsi bahwa respons-respons perilaku dan emosional yang tidak
adaptif dipengaruhi oleh keyakinan, sikap, dan persepsi (kognisi) konseli.
Strategi ini membantu konseli untuk menetapkan hubungan antara
persepsi dan kognisinya dengan emosi dan perilakunya, dan untuk
mengidentifikasi persepsi atau kognisi yang salah atau merusak diri, dan
mengganti persepsi atau kognisi tersebut dengan persepsi yang lebih
meningkatkan diri (Cormier dan Cormier, 1985) (Mochamad Nursalim, 2013:
32).
Cognitive Restructuring adalah sebuah teknik yang lahir dari terapi
kognitif dan biasanya dikaitkan dengan karya Albert Ellis, Aaron Beck, dan
Meichenbaum. Kadang-kadang teknik ini disebut Correcting Cognitive
Distortions (mengoreksi distorsi kognitif). Cognitive Restructuring melibatkan
27
penerapan prinsip-prinsip belajar pada pikiran. Teknik ini dirancang untuk
membantu mencapai respons emosional yang lebih baik dengan mengubah
kebiasaan penilaian habitual sedemikian rupa sehingga menjadi tidak terlalu
terbias. Biasanya, konselor profesional menggunakan Cognitive Restructuring
dengan klien yang membutuhkan bantuan untuk mengganti pikiran dan
interpretasi negatif dengan pikiran dan tindakan yang lebih positif (Bradley
Erford, 2017: 255).
Cognitive Restructuring terkadang disebut juga sebagai teknik
correcting cognitive distortion (mengoreksi distorsi kognitif) yang
menitikberatkan pada perubahan pola pikir negatif konseli terhadap masalah
atau solusi permasalahan yang dialaminya. Beck (1976) dalam Barriyah (2009)
menambahkan bahwa terapi kognitif meliputi usaha memberi bantuan kepada
klien agar siswa dapat mengevaluasi perilaku siswa dengan kritis dengan
menitikberatkan pada hal pribadi yang negatif. Dengan merekontruksi pikiran
siswa terhadap hal-hal negatif yang bersifat pribadi tersebut diharapkan siswa
memiliki pola pikir baru yang lebih positif terhadap solusi pemecahan
permasalahan yang sedang dihadapi.
2. Prosedur Cognitive Restructuring
Banyak ahli mengusulkan bebrapa tahapan-tahapan prosedur CR
secara berbeda meskipun tujuannya sama. Berdasarkan reviu tentang
penggunaan CR dalam berbagai tujuan terapi, Cormier dan Cormier (1985)
28
merangkum tahapan-tahapan prosedur CR kedalam enam bagian utama, sebagai
berikut:
a. Rasional: tujuan dan tinjauan singkat prosedur
Rasional digunakan untuk memperkuat keyakinan konseli bahwa
“pernyataan diri” dapat mempengaruhi perilaku, dan khususnya pernyataan-
pernyataan diri negatif atau pikiran-pikiran menyalahkan diri dapat
menyebabkan tekanan emosional. Suatu rasional dapat berisikan penjelasan
tentang tujuan, gambaran singkat prosedur yang akan dilaksanakan, dan
pembahasan tentang pikiran-pikiran diri positif dan negatif. Setelah rasional
diberikan, konseli diminta persetujuan untuk bersedia mencoba melakukan
strategi ini.
b. Identifikasi pikiran konseli dalam situasi problem
Setelah konseli menerima rasional yang diberikan, langkah
berikutnya adalah melakukan suatu analisis terhadap pikiran-pikiran konseli
dalam situasi yang mengandung tekanan atau situasi yang menimbulkan
kecemasan. Tahapan ini dapat berisikan tiga kegiatan sebagai berikut:
a) Mendeskripsikan pikiran-pikiran konseli dalam situasi problem
b) Memodelkan hubungan antara peristiwa dan emosi
c) Pemodelan pikiran oleh konseli
c. Pengenalan dan latihan Coping Thought (CT)
Pada tahap ini terjadi perpindahan fokus dari pikiran-pikiran
konseli yang merusak diri/mengalahkan diri menuju kebentuk pikiran yang
29
lebih konstruktif (pikiran yang tidak merusak diri). Pikiran-pikiran yang
lebih konstruktif ini disebut sebagai pikiran yang menanggulangi (coping
thought = CT) atau pernyataan yang menangulangi (coping statement=CS),
atau instruksi diri menanggulangi (coping self-instruction =CSI). Semuanya
dikembangkan untuk konseli.
d. Pindah dari pikiran-pikiran negatif ke coping thought (CT)
Setelah konseli mengidentifikasi pikiran-pikiran negatif dan
mempraktikan CS alternatif, konselor selanjutnya melatih konseli untuk
pindah dari pikiran-pikiran negatif ke CS.
e. Pengenalan dan latihan penguatan positif
Bagian terakhir dari Cognitive Restructuring berisikan kegiatan
mengajar konseli tentang cara-cara memberikan penguatan bagi dirinya
sendiri untuk setiap keberhasilan yang dicapainya. Ini dapat dilakukan
dengan cara konselor memodelkan dan konseli mempraktikan pernyataan-
pernyataan diri yang positif. Maksud dari pernyataan diri positif ini adalah
untuk membantu konseli menghargai setiap keberhasilannya. Meskipun
konselor dapat memberikan penguatan sosial dalam wawancara, konseli tak
selalu dapat tergantung pada dorongan dari seseorang ketika ia dihadapkan
pada situasi yang sulit. Untuk mempermudah konseli, konselor dapat
menjelaskan maksud dan memberikan contoh tentang pernyataan diri
positif, kemudian meminta konseli untuk mempraktikannya.
f. Tugas rumah dan tindak lanjut
30
Meskipun tugas rumah merupakan bagian integral dari setiap
tahapan prosedur Cognitive Restructuring, konseli pada akhirnya dapat
mampu untuk menggunakan Cognitive Restructuring kapan pun diperlukan
dalam situasi yang menekan. Tugas rumah ini dimaksud untuk memberikan
kesempatan kepada konseli untuk mempraktikan ketrampilan yang
diperoleh dalam menggunakan CS dalam situasi yang sebenarnya. Jikan
pengunaan Cognitive Restructuring tidak mengurangi level penderitaan atau
kecemasan konseli, konselor dan konseli perlu membatasi kembali masalah
dan tujuan terapi (Mochamad Nursalim, 2013: 32-36).
3. Kegunaan teknik Cognitive Restructuring
Menurut Meinchenbeum, menyatakan bahwasannya, “teknik
pengubahan pola berpikir dapat membantu siswa untuk mengubah pandangan
negatif pada kegagalan, serta membuat siswa lebih bersedia untuk melaksanakan
kegiatan yang diinginkan”.
Selain itu Beck, menggunakan teknik kognitif untuk mengubah
kebiasaan-kebiasaan pemikiran otomatis yang negatif, dengan mengganti
menjadi pemikiran otomatis yang konstruktif.
Meinchenbeum juga menunjukna dengan jelas daya pengaruh
pemikiran dalam benak seseorang yang mampu membangkitkan keberfungsian
seseorang. Serta membantu para siswa untuk menghentikan pernyataan-
pernyataan yang negatif mengenai diri mereka, dan menggantinya dengan
31
pernyataan – pernyataan yang positif mengenai diri, serta dapat membantu
mengubah citra diri mereka.
Dari berbagai pendapat yang dipaparkan diatas, dapat disimpulkan
bahwa kegunaan teknik Cognitive Restructuring adalah untuk membantu
mengubah pandangan atau pola pikir seseorang yang negatif dan melatih siswa
dengan tegas untuk mengubah pandangan atau pola pikir tersebut menjadi lebih
baik (Mufidatin Anifah, 2015: 17).
4. Tujuan Cognitive Restructuring
Tujuan dari Cognitive Restructuring secara umum adalah untuk
merubah pikiran-pikiran negatif terhadap permasalahan yang dimiliki oleh
konseli menjadi pemikiran yang lebih positif, sehingga pemikiran tersebut
berimplikasi terhadap sikap dan perilaku yang diambil oleh konseli.
Secara lebih terperinci Barriyah (2009) menjelaskan tujuan dari teknik
Cognitive Restructuring, antara lain: (1) memberikan bantuan kepada klien agar
dapat mengevaluasi perilakunya dengan kritis dan menitik beratkan pada hal
pribadi yang negatif. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan
informasi berkaitan dengan latar belakang klien yang menangani masalah
dimasa lalu dan masa kini. (2)agar klien tampil dalam mengenali dan mengamati
sejauh mana pikiran dan perasaan pada saat itu. Konselor dapat membesar-
besarkan pemikira irasional untuk membuat poinnya lebih terlihat bagi konseli.
(3) mengubah cara berfikir klien yang salah. (4) agar klien dapat mengevaluasi
32
perilaku siswa, yang menitikberatkan pada pribadi negatif (Alfin Miftahul
Khairi dkk, 2017: 15).
C. Teknik Cognitive Restructuring untuk meningkatkan Konsep Diri Siswa
Layanan konseling kelompok pada hakekatnya adalah suatu proses pribadi
yang dinamis, terpusat pada pikiran dan perilaku yang disadari, dibina dalam suatu
kelompok kecil mengungkapkan diri kepada sesama anggota dan konselor, dimana
komunikasi antar pribadi tersebut dimanfaatkan untuk meningkatkan pemahaman
dan penerimaan diri terhadap nilai-nilai kehidupan dan segala tujuan hidup serta
untuk belajar perilaku tertentu kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Konseling
kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalm suasana kelompok
dengan jumlah anggota 4-8 anggota atau konseli untuk mendiskusikan atau
memecahkan masalah. Salah satu teknik konseling kelompok yang digunakan dalam
penelitian ini untuk meningkatkan Konsep diri siswa adalah teknik Cognitive
Restructuring.
Teknik Cognitive Restructuring merupakan teknik untuk merubah
pemikiran siswa dari yang negatif menuju pemikiran yang positif. Teknik cognitive
Restructuring ini memusatkan pada upaya mengidentifikasi dan mengubah pikiran-
pikiran ataupun pernyataan diri negatif dan keyakinan-keyakinan konseli yang tidak
rasional. Cognitive Restructuring ini melibatkan penerapan prinsip-prinsip belajar
pada pikiran.
Adapun yang menjadi sasaran utama dalam Cognitive Restructuring ini
yaitu dapat membantu siswa untuk menghentikan pernyataan-pernyataan yang
33
negatif mengenai diri mereka sendiri, dan menggantikannya dengan pernyataan-
pernyataan yang positif mengenai diri, serta dapat membantu mengubah citra diri
mereka.
Dengan demikian dengan teknik Cognitive Restructuring dapat membantu
siswa untuk meningkatkan konsep dirinya. Melalui pemberian layanan konseling
kelompok menggunakan teknik Cognitive Restructuring tersebut diharapkan dapat
meningkatkan konsep diri siswa.
Konsep diri sebagai bagian penting dalam perkembangan pribadi
seseorang. Dalam masa perkembangan remaja sering kali dikenal dengan masa
pencarian jati diri seseorang. Pada masa remaja, individu memiliki tugas
perkembangan penerimaan sosial yang baik dan tinggi akan tetapi tidak semua
individu mampu mencapai tugas perkembangan tersebut. Adapun yang menjadi
dasar dari perilaku dalam melakukan berbagai hal terdapat pada konsep diri
seseorang. Konsep diri merupakan hal yang penting bagi kehidupan individu karena
konsep diri menentukan bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi.
Konsep diri merupakan keseluruhan gambaran diri, yaitu meliputi persepsi
seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan dirinya. Konsep diri dibagi menjadi dua, yaitu konsep diri negatif dan
konsep diri positif. Seseorang yang mempunyai konsep diri negatif akan cenderung
melakukan hal-hal negitif. Sebaliknya, seseorang yang memiliki konsep diri positif,
maka akan cenderung melakukan hal yang positif. Oleh karena itu, bagaimana
seseorang mengarahkan orientasi dalam dirinya sendiri.
34
Siswa yang memiliki konsep diri rendah, perlu dinaikkan atau ditingkatkan
konsep dirinya. Karena, rendahnya konsep diri siswa dapat menyebabkan sulitnya
seseorang bergaul dengan temannya. Didalam sekolah maupun dilingkungan
masyarakat harus ada interaksi sosial yang baik antara seseorang dengan yang
lainnya.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka siswa yang memiliki konsep diri
rendah harus dibantu supaya konsep dirinya dapat meningkat menjadi positif.
Teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik
Cognitive Restructuring. Peneliti menggunakan teknik Cognitive Restructuring ini
dengan alasan bahwa teknik merupakan teknik yang cocok karena konsep diri
inimerupakan sebagian pemikiran yang rusak. Supaya tidak rusak, atau dapat
diperbaiki maka pemikirannya harus di tata kembali.
Dalam perkembangan, orang lain mempunyai pengaruh terhadap perilaku
seseorang atupun konsep diri seseorang. Orang lain tersebut meliputi semua orang
yangmempengaruhi perilaku, pikiran dan perasaan kita. Mereka mengarahkan
tindakan kita, membentuk pemikiran kita dan menyentuh kita secara emosional.
Ketika kita tumbuh dewasa, kita mencoba menghimpun penilaian semua orang yang
pernah berkomunikasi dan berhubungan dengan kita, terutama orang-orang yang
kita idolakan. Setelah kita mengamati, menghimpun, lalu kita meniru perilaku tokoh
teladan kita.
35
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan
pada teori yang relevan, belum didasarakan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh
melalui pengumpulan data (Sugiono, 2011: 64). Lazimnya hipotesis dalam
penelitian terdiri dari dua yaitu Ho (sebagai hipotesis nihil) dan Ha (sebagai
hipotesis kerja) (Umi Zulfa, 2014: 46). Selanjutnya mengenai pengertian dari Ho
dan Ha diuraikan sebagai berikut:
1. Hipotesis Nihil (Ho) merupakan hipotesis yang menyatakan tentang tidak ada
perbedaan atau tidak ada hubungan antara variabel yang menjadi interes si
peneliti.
2. Hipotesis alternatif (Ha) merupakan hipotesis yang menyatakan dalam kalimat
seperti halnya ada perbedaan atau ada hubungan antara variabel yang menjadi
interes si peneliti (Sukardi, 2014: 44).
Hipotesis alternatif (Ha) dalam penelitian ini adalah “Ada peningkatan
yang signifikan konsep diri siswa antara sebelum dan sesudah pelaksanaan
konseling kelompok dengan teknik Cognitive Restructuring”. Sedangkan hipotesis
nihil (Ho) adalah “Tidak ada peningkatan yang signifikan konsep diri siswa antara
sebelum dan sesudah pelaksanaan konseling kelompok dengan teknik Cognitive
Restructuring”.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan penelitian
1. Jenis Penelitian
Pendekatan dalam penelitian yang bejudul Efektifitas teknik kognitif
restructuring untuk meningkatkan konsep diri yaitu jenis penelitian Eksperimen.
Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan
kuasi) antar dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan
mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa
mengganggu. Jadi eksperimen dilakukan untuk mengetahui akibat dari suatu
perlakuan (Umi Zulfa, 2010: 21).
Penelitian yang paling memiliki derajat kepastian yang dianggap paling
tinggi (tidak mutlak) adalah penelitian eksperimen. Eksperimen melihat kedepan
sehingga bersifat prediktif. Kondisi diatur sedemikian rupa oleh peneliti,
perlakuan terhadap objek dilakukan, akibat suatu perlakuan diukur secara
cermat, faktor luar yang mungkin berpengaruh dikendalikan, dengan harapan
derajat kepastian jawaban semakin tinggi (Nana dan Ibrahim, 2014: 18)
Dalam penelitian eksperimen kondisi tertentu yang dimaksud adalah
kondisi yang mensyaratkan adanya dua kelompok, yaitu kelompok yang
diberikan perlakuan dan kelompok yang tidak diberikan perlakuan (Fajri Ismail,
2018: 51). Sedangkan desain yang dipilih dalam penelitian ini yaitu dengan
Nonequevalent Control Group Desain, eksperimen yang dilakukan dengan
37
menggunakan pengukuran pretest (sebelum) dan postest (sesudah) pemberian
treatmen pada dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,
hanya saja dalam pendekatan ini kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol tidak dipilih secara acak. Maksudnya, peneliti menggunakan hasil pretest
untuk menentukan kelompoknya. Secara rinci desain Nonequvalent Control
Group Desain sabagai berikut:
Tabel 3.1
Nonequvalent Control Group Desain
Keterangan:
X= perlakuan pada kelas eksperimen
O1= pretest kelompok eksperimen
O2= posttest kelompok eksperimen
O3= pretest pada kelompok kontrol
O4 = posttest pada kelompok kontrol
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O3 - O4
38
2. Pendekatan Penelitian
Peneliti disini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dalam
melakukan penelitian. Penelitian kuantitatif biasanya dipakai untuk menguji
satu teori, untuk menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk
menunjukan hubungan antar variabel, dan ada pula yang bersifat
mengembangkan konsep.
B. Waktu dan Tempat penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu bulan September sampai
bulan Desember 2019. Sebelum peneliti melakukan penelitian, peneliti
melakukan observasi pada tanggal 16 September 2019.
2. Tempat Penelitian
Tempat atau lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMA Ya BAKII 2
Gandrungmangu Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah. Letak SMA Ya
BAKII 2 Gandrungmangu di Jl. Raya Gandrungmangu, Kecamatan
Gandrungmangu, Kabupaten Cilacap.
C. Subjek dan Objek penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ialah segala sesuatu baik itu berupa manusia, tempat
atau barang / paper yang bisa memberikan informasi (data) yang diperlukan
39
penelitian (Umi Zulfa, 2011: 48). Yang menjadi subjek penelitian adalah siswa
SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu kelas XII IPA yang memiliki konsep diri
rendah.
2. Objek Penelitian
Obyek penelitian adalah sesuatu atau apa yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian. (Suharsimi, 1998: 99). Yang menjadi obyek dalam penelitian
ini adalah konsep diri siswa SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu.
D. Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu variabel terikat dan variabel bebas.
1. Variabel independen
Variabel Independen yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi penyebab atas munculnya sesuatu akibat. Dalam bahasa Indonesia
sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel ini biasanya disimbolkan dengan
huruf X sehingga seringkali disebut variabel X (Umi Zulfa, 2011: 47). Dalam
penelitian ini yang menjadi variabel Independen yaitu teknik Cognitive
Restructuring.
2. Variabel dependen
Variabel dependen yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang
mendapatkan pengaruh atau akibat (Umi Zulfa, 2011: 47). Variabel ini sering
disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia
sering disebut sebagai variabel terikat. Menurut Sugiono (2017) variabel terikat
40
merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas. Variabel ini disimbolkan dengan huruf Y, sehingga sering
disebut juga variabel Y. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel Y yaitu
konsep diri.
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Umi Zulfa, 2011: 49).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu
kelas XII IPA yang berjumlah 21 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari subyek penelitian yang ada dalam populasi
penelitian (Umi Zulfa, 2011: 50). Selanjutnya sampel dalam penelitian yaitu
sebagian dari siswa SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu. Adapun dalam
pengambilan sampel disini, peneliti menggunakan teknik purposive sampling.
Purposive artinya bertujuan atau tujuan. Maka yang dimaksud dengan purposive
sampling adalah cara pengambilan sampel dengan memilih secara khusus
berdasarkan tujuan tertentu yang sudah ditentukan sebelumnya (Umi Zulfa,
2011: 57). Jadi, dalam penelitian ini pemilihan siswa sebagai sampel dengan
memilih siswa yang benar-benar memiliki konsep diri yang rendah. Adapun
sampel dalam penelitian ini yaitu siswa SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu
kelas XII IPA yang mempunyai permasalahan konsep diri rendah sejumlah enam
siswa.
41
F. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Observasi
Metode observasi yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengamati atau mencatat secara sistematik gejala-gejala yang
diselidiki. Dari segi pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan
menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant
observation. Dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik observasi
berperan serta, yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data peneliti (Sugiono,
2015: 145). Pengamatan demikian memungkinkan peneliti mampu
mengungkapkan makna secara utuh. Adapun data yang dikumpulkan melalui
observasi adalah tentang konsep diri siswa.
2. Angket
Angket adalah suatu teknik atau alat pengumpulan data yang berbentuk
pernyataan-pernyataan atau pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara
tertulis pula (Sukmadinata, 2014: 271). Angket (Kuesioner) merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan
atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiono, 2017:
199). Angket dibagi menjadi angket tertutup dan terbuka. Namun yang
digunakan peneliti adalah angket tertutup, yaitu angket yang sudah diberikan
jawabannya sehingga responden tertutup kemungkinannya untuk memberikan
jawaban diluar jawaban yang sudah disediakan dalam angket (Umi Zulfa, 2011:
42
70). Metode ini digunakan untuk mencari dan menyaring data yang bersumber
dari responden. Adapun angket akan peneliti gunakan untuk mengukur konsep
diri siswa. Berikut ini dijabarkan mengenai variabel konsep diri siswa:
Tabel 3.2
Variabel Penelitian
Variabel No Aspek Indikator Item Jumlah
Konsep
diri
1 Fisik a. Cara pandang terhadap
kesehatan
b. Cara pandanag terhadap
penampilan
1, 2, 3, 4,
5, 6,
7, 8, 9, 10,
11, 12, 13,
14,
14
2 Psikis a. Pandangan terhadap
kemampuan akademis
b. Pandangan terhadap
perasaan sendiri
c. pandangan terhadap diri
sendiri
89, 90,
15, 22, 24,
34, 36,
37, 45, 57,
64, 82, 84,
85, 67
16, 17, 18,
19, 20, 21,
31, 32, 33,
35, 38, 39,
40, 41, 42,
58, 65, 66,
68, 86,
36
3 Sosial a. Pandangan sosial
terhadap lingkungan dan
49,50,51,
52, 53,54,
31
43
keluarga
b. Kemampuan melakukan
tugas (disekolah dan
dirumah)
55, 56, 59,
60, 62, 69,
70, 71, 72,
73, 74, 75,
81,
43, 44, 46,
47, 61, 79,
80, 88, 92,
93, 94, 95
4 Moral Pandangan terhadap nilai-
nilai yang berlaku
dilingkungan sekitar
23, 25, 26,
27, 28, 29,
30, 48, 63,
76, 77, 78,
83, 87, 91,
14
Jumlah total 95
Untuk mengukur konsep diri siswa, peneliti menggunakan instrumen
angket yang diberikan kepada siswa SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu yang
menjadi sampel penelitian. Instrumen penelitian angket untuk mengukur konsep
diri siswa terdiri dari empat jawaban alternatif yang sudah tersedia yaitu SS
(Sangat Setuju), S (Setuju), KS (Kurang Setuju), dan TS (Tidak Setuju).
G. Uji Instrumen
1. Uji Validitas
Validitas merupakan suatu ukuran ysng menunjukan tingkat kevalidan
atau kesahihan dari suatu instrumen (Arikunto, 2010: 211). Untuk menguji
validitas butir atau item pernyataan angket digunakan teknik korelasi product
44
moment dari Pearson yaitu dengan cara mengkorelasikan tiap butir dengan skor
totalnya. Berikut rumus yang akan digunakan:
Keterangan:
rxy : angka indeks “r” product moment
N : jumlah responden
∑XY : jumlah hasil kalian antara sektor X dan Y
∑Y : jumlah seluruh sektor Y
∑X
: jumlah seluruh sektor X
Uji validitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan SPSS
16. Analisis faktor dilakukan dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktor
dengan skor total.
Dalam penelitian ini, yang diuji hanya uji validitas butir angket. Standar
uji validitas butir angket dihitung menggunakan SPSS (Statistical Program For
Social Science) 16.0 for windows dengan hasil sebagai berikut :
45
Tabel 3.3
Uji Validitas Angket
No Corrected
Item – Total
Correlation
Simpulan
1 .116 Gugur
2 -.370 Gugur
3 .365 Gugur
4 .610 Sahih
5 .093 Gugur
6 .171 Gugur
7 .157 Gugur
8 .248 Gugur
9 .115 Gugur
10 .096 Gugur
11 .141 Gugur
12 .208 Gugur
13 .380 Gugur
14 .187 Gugur
15 .228 Gugur
16 -.617 Gugur
17 .413 Gugur
18 .450 Sahih
19 .435 Sahih
20 .467 Sahih
21 .419 Gugur
22 .153 Gugur
23 .406 Gugur
24 -.028 Gugur
25 .042 Gugur
26 .464 Sahih
27 -.198 Gugur
28 .378 Gugur
29 .612 Sahih
30 -.130 Gugur
31 .396 Gugur
32 .646 Sahih
33 .598 Sahih
34 -.098 Gugur
35 .353 Gugur
36 .178 Gugur
37 .318 Gugur
38 .381 Gugur
39 .175 Gugur
40 .040 Gugur
41 .406 Gugur
42 .435 Sahih
43 .521 Sahih
44 .430 Gugur
45 .241 Gugur
46 .353 Gugur
47 .579 Sahih
46
48 .424 Gugur
49 .440 Sahih
50 .352 Gugur
51 .175 Gugur
52 .151 Gugur
53 .424 Gugur
54 .268 Gugur
55 .618 Sahih
56 .459 Sahih
57 .181 Gugur
58 .182 Gugur
59 .437 Sahih
60 .556 Sahih
61 .436 Sahih
62 .600 Sahih
63 .366 Gugur
64 .464 Sahih
65 .352 Gugur
66 .194 Gugur
67 .349 Gugur
68 .328 Gugur
69 -.033 Gugur
70 .296 Gugur
71 .499 Sahih
72 .419 Gugur
73 .160 Gugur
74 .224 Gugur
75 .400 Gugur
76 .053 Gugur
77 .568 Sahih
78 .397 Gugur
79 .248 Gugur
80 .070 Gugur
81 .341 Gugur
82 .398 Gugur
83 .137 Gugur
84 .281 Gugur
85 .526 Sahih
86 .490 Sahih
87 .402 Gugur
88 .279 Gugur
89 .068 Gugur
90 .228 Gugur
91 .503 Sahih
92 .317 Gugur
93 .223 Gugur
94 .258 Gugur
95 .341 Gugur
47
Berdasarkan tabel diatas, butir soal angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah nilai Corrected Item – Total Correlation diatas 0,433 jadi
butir soal yang dibawah 0,433 dinilai gugur, dan yang diatas 0,433 dinilai sahih.
Dari 95 butir angket, terdapat 24 butir nilai soal yang sahih dan 66 butir
soal yang gugur. Jadi instrumen angket yang digunakan oleh peneliti dalam
mengungkap konsep diri siswa terdapat 24 butir soal pernyataan.
2. Uji Reliabilitas
Arikunto (2010:221) menjelaskan bahwa “Reliabilitas menunjukan
suatu instrumen cukup dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data karena
instrumen tersebut sudah baik”. Reliabilitas suatu tes pada umumnya
diekspresikan secara numerik dalam bentuk koefisien. Koefisien tinggi
menunjukan reliabilitas yang tinggi, sebaliknya jika koefisien suatu tes rendah
maka reliabilitas tes rendah. Uji reliabilitas angket konsep diri dalam penelitian
ini menggunakan alpha Cronbact, yaitu untuk menghitung koefisien reliabilitas
instrument.
(
) [
]
Keterangan:
: koefesian reliabilitas instrumen.
: banyaknya butir istrumen.
: variansi skor belahan ke-I atau variansi skor butir ke-I.
48
: jumlah variansi total soal.
Dalam instrumen ini akan dikatakan reliabel jika koefesien
relialibilitasnya sama atau lebih dari 0,70. Suatu instrumen dikatakan reliabel
apabila mempunyai koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0.7. Uji reliabilitas
penelitian ini dengan menggunakan bantuan SPSS 16.
Perhitungan uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan SPSS 16
for Windows. Perhitungan yang dilakukan adalah uji reliabilitas untuk semua
item yang gugur maupun yang valid dan uji reliabilitas hanya untuk item yang
valid serta digunakan dalam instrumen penelitian. Hasil uji reliabilitas instrumen
angket dari instrumen konsep diri siswa semua item baik yang valid maupun
yang tidak valid didapatkan nilai koefisien Alpa Cronbach’s sebesar 0,714.
Tabel 3.4
Reliabilitas Angket Uji Coba
Hasil uji reliabilitas menunjukan bahwa tingkat reliabilitasnya adalah 0,
714 ini menunjukan bahwa butir-butir pernyataan angket sudah Reliabel.
3. Instrumen angket
Angket merupakan alat untuk mencari data dengan cara memberikan
sejumlah pernyataan kepada responden. Angket yang digunakan dalam
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.714 96
49
penelitian ini disusun dari beberapa aspek. Aspek yang diambil adalah terkait
konsep diri. Masing-masing dari aspek konsep diri tersebut terdiri dari beberapa
indikator, yang kemudian mamasing-masing dari indikator dibuat pernyataan.
Adapun beberapa aspek konsep diri antara lain:
a. Fisik
Aspek fisik ini mencakup beberapa indikator, yaitu cara pandang terhadap
kesehatan dan cara pandang terhadap penampilan. Dari indikator tersebut,
ada pernyataan positif dan negatif. Pernyataan positif dan negatif itu disusun
menjadi 14 butir angket. Adapun jumlah butir angket yang valid dalam
aspek ini adalah satu. Satu butir angket ini mewakili aspek fisik.
b. Psikis
Aspek psikis ini mencakup beberapa indikator, yaitu pandangan terhadap
kemampuan akademis, pandangan terhadap perasaan sendiri, dan pandangan
terhadap diri sendiri. Dari tiga indikator tersebut, terdapat 36 butir
pernyataan. Kemudian dari 36 butir pernyataan itu terdapat sembilan
pernyataan yang valid, enam untuk pernyataan positif dan tiga untuk
pernyataan negatif.
c. Sosial
Aspek sosial ini mencakup beberapa indikator, yaitu pandangan sosial
terhadap lingkungan dan keluarga, dan kemampuan melakukan tugasbaik
disekolah maupun dirumah. Dari dua indikator tersebut, terdapat 31 butir
pernyataan. Kemudian dari 31 butir pernyataan tersebut terdapat 10
50
pernyataan yang valid, delapan untuk pernyataan positif dan dua untuk
pernyataan negatif.
d. Moral
Dari aspek moral ini ada satu indikator yaitu pandangan terhadap nilai-nilai
yang berlaku dilingkungan sekitar. Dari indikator tersebut ada 14 butir
pernyataan. Adapun yang valid yaitu empat pernyataan. tiga untuk
pernyataan positif dan satu untuk pernyataan negatif.
Berdasarkan penjelasan diatas, ada empat aspek konsep diri yang
masing-masing aspek terdiri dari beberapa indikator. Dari 4 aspek tersebut, ada
95 butir pernyataan angket yang disusun. Setelah dilakukan uji validitas, hanya
ada 24 butir pernyataan yang valid / sahih. Dari 24 butir pernyataan sahih
tersebut digunakan untuk untuk penelitian. Adapun angket yang digunakan
untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah terlampir.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah proses penyusunan, pengaturan dan
pengolahan data agar dapat digunakan untuk membenarkan atau menyalahkan
hipotesis setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul (Nana Sudjana, 2010: 76).
Selanjutnya adalah mengelola dan menganalisis data tersebut. Berdaskan masalah
yang diteliti disini yaitu teknik Cognitive Restructuring (variabel x) dan Konsep diri
(variabel y). Berikut ketentuan skor jawaban angket yang diberikan oleh responden
:
51
Tabel 3.5
Kriteria pilihan angket
Alternatif
jawaban
Skor
Favorable (+) Unfavorable (-)
Sangat setuju 4 1
Setuju 3 2
Kurang setuju 2 3
Tidak setuju 1 4
Teknik analisis data yang digunakan yaitu menganalisis data tersebut
yaitu menggunakan uji t. Dalam penelitian ini menggunakan uji t sampel
berpasangan (Paired Sampel T Test) untuk mengukur angket pre test dan post tes
dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sedangkan Independent Sampel
T Test mengukur gain skor angket pre test dan post tes dari kelompok eksperiman
dan kontrol.
Paired Sampel T Test adalah analisis untuk mengetahui perbedaan dua
sampel yang berpasangan. Independent Samples T Test adalah analisis untuk
mengetahui perbedaan dua sampel bebas (Sugiono, 2011:93). Jadi, Paired Sampel T
Test merupakan analisis data menggunkan uji t untuk sampel-sampel yang
berkorelasi yaitu nilai atau skor dari kedua sampel diambil dari subjek yang sama
atau dapat juga diambil dari subjek yang berbeda, akan tetapi harus memiliki
karakteristik yang sama. Sedangkan Independent Samples T Test merupakan
analisis uji t untuk sampel-sampel yang tidak berkorelasi ang nilai atau skor dari
kedua sampel diperoleh dari subjek yang berbeda (Hartono, 2010: 153).
52
Adapun rumus uji t adalah sebagai berikut:
Rumus paired samples T test (Supranto,2009:339) :
Keterangan :
= rata-rata beda
n = banyaknya data
Sd = standar deviasi dari beda
Rumus Independent samples T Test (Supranto, 2009:343):
Keterangan:
= Rata-rata skor kelompok eksperimen
= Rata-rata skor kelompok kontrol
= Banyaknya data kelompok eksperimen
= Banyaknya data kelompok kontrol
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini dipaparkan hasil penelitian yang meliputi : A). Profil SMA Ya
BAKII 2 Gandrungmangu, B). Deskripsi pelaksanaan konseling kelompok dengan
teknik Cognitive Restructuring untuk meningkatkan konsep diri siswa , C). Deskripsi
dan analisis data, D). Hasil penelitian dan pembahasan.
A. Profil SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu
1. Visi SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu
Terwujudnya peserta didik yang berakhlakul karimah, terampil, mandiri,
berdasarkan sainstek dan imtaq.
2. Misi SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu
a. Memberikan pengetahuan agama dengan menekankan pembentukan jiwa
muslim
b. Pelatihan ketrampilan dalam rangka menyiapkan life skill
c. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan seara optimal untuk menghadapi
era globalisasi
d. Menyeimbangkan fungsi otak kanan dan otak kiri, dengan mengembangkan
aktifitas berkarya dan berdzikir
54
B. Deskripsi Pelaksanaan Konseling Kelompok Dengan Teknik Cognitive
Restructuring Untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa
Deskripsi pelaksanaan konseling kelompok dengan teknik Cognitive
Restructuring untuk meningkatkan Konsep diri siswa, pada bagian ini akan
dipaparkan tentang (1) pelaksanaan konseling kelompok, (2) paparan evaluasi dan
indikator keberhasilan. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Konseling Kelompok
a. Tahap 1 identifikasi
Tahap identifikasi dilakukan dengan pengisian angket konsep diri oleh
21 siswa kelas XII IPA. Berdasarkan tahap identifikasi diperoleh 11 siswa
yang termasuk dalam kategori konsep diri rendah. Enam siswa mengikuti
konseling kelompok, sebagai kelompok eksperimen. Sedangkan yang lima
sebagai kelompok kontrol. Adapun yang lainnya tidak mengikuti konseling
kelompok.
b. Tahap 2 (pembentukan kelompok)
Tahap pembentukan kelompok dimulai dengan perkenalan antar
anggota kelompok dan diawali dengan menyebutkan nama, hobi, dan cita-
cita. Setelah semua berkenalan, kemudian peneliti menjelaskan apa maksud
dan tujuan dari konseling kelompok dan teknik Cognitive Restructuring.
Selanjutnya peneliti menjelaskan singkat mengenai konsep diri.
Kemudian peneliti menanyakan kejelasan apa yang dijelaskan terkait konsep
diri tersebut. Setelah semua anggota kelompok paham dengan gambaran
55
singkat konsep diri, kemudian peneliti memberikan kertas kosong kepada
konseli untuk diisikan konsep dirinya masing-masing yang menurut konseli
dianggap negatif maupun positif.
Pada saat konseli diminta untuk mengisi kertas kosong dengan konsep
dirinya masing-masing, masih ada dua konseli yang masih bingung dengan
konsep dirinya, sehingga peneliti menjelaskan dengan menggunakan contoh.
Dan setelah semuanya menuliskan konsep dirinya dikertas, kemudian
dikumpulkan kepada peneliti. Setelah itu peneliti dan anggota kelompok
mendiskusikan bersama-sama mengenai konsep diri yang telah dituliskan.
Setelah lebih dari 40 menit pembahasan terkait konsep diri, kemudian
anggota kelompok dimintai mengisi absensi proses konseling, dan sesi
perkenalan dan pembahasan konsep diri ditutup.
c. Tahap 3 (tahap kerja)
Tahap tiga ini dilakukan pada sesi kedua, ketiga, keempat, dan kelima.
Adapun pada tahap kerja ada beberapa tahapan teknik Cognitive
Restructring. Tahapannya yaitu sebagai berikut:
Tahap satu yaitu rasional. Tahap rasional ini digunakan untuk
memperkuat keyakinan konseli bahwa konsep diri negatif dapat
mempengaruhi perilaku seseorang untuk melakukan hal-hal yang negatif.
Peneliti menjelaskan terkait konsep diri negatif dan beberapa efek dari
seseorang yang mempunyai konsep diri negatif. Tidak hanya itu, peneliti
juga menjelaskan terkait konsep diri positif dan efek atau dampak dari
56
seseorang yang konsep dirinya positif serta memberikan contoh konsep diri
positif.
Selanjutnya, peneliti menanyakan kepada konseli apa yang menjadi
titik konsep diri negatif dari masing-masing konseli. Namun, masih ada
konseli yang belum bisa menyebutkan konsep diri negatifnya. Kemudian
peneliti memberikan contoh daftar konsep diri negatif, antara lain seseorang
yang kurang percaya diri, seseorang yang merasa dirinya bodoh, seseorang
yang merasa bahwa dirinya sangat rendah dihadapan orang lain. Setelah
sepuluh menit kemudian anggota kelompok mampu menuliskan konsep diri
negatifnya. Ada dari mereka menyebutkan bahwa dirinya tidak berani
berbicara didepan banyak orang, susah bergaul dengan orang yang belum
dikenal. Sebagian yang lain menyebutkan bahwa dirinya kurang bisa
mengendalikan emosi ketika marah, efeknya marah sama satu orang yang
terkena imbasnya bisa sampai beberapa teman yang lain.
Tahap dua yaitu peneliti mengidentifikasi pemikiran konseli dalam
situasi problem. Setelah peneliti memberikan kertas dan diisikan terkait
konsep diri terendahnya konseli, kemudian peneliti meminta konseli untuk
mengungkan apa yang dituliskan. Seperti yang disebutkan oleh UT dan ID ,
bahwasannya “Saya paling takut ketika saya dibentak, disalahkan. Hal itu
bisa mematahkan semangatku”. Lain dengan yang disebutkan oleh AS,
bahwasannya “ Saya sangat sulit bergaul dengan orang yang belum saya
kenal, rasanya saya kurang ada mental untuk bergaul dengan mereka”.
57
Disebutkan beda juga oleh NA, SH, dan LA bahwasannya, “saya kurang
berani ketika harus bicara didepan banyak orang, rasanya grogi, keringat
dingin, yang tadinya sudah terkonsep dipikiran tiba-tiba hilang entah
kemana”, dan untuk selanjutnya peneliti dalam membantu mengarahkan
supaya konsep dirinya konseli meningkat, peneliti mengelompokan dengan
permasalahan yang sama. Kemudian peneliti memberikan contoh ketika
konseli dalam situasi berbicara didepan banyak orang, yang disitu belum ada
orang yang dikenalnya. “Bagaimana ketika kalian berbicara didepan banyak
orang, sedangkan orang- orang didepan kalian belum ada yang kalian kenal?
Coba kalian pikirkan apa yang membuat kalian grogi? Apa yang membuat
kalian kurang berani?”. Kemudian sebagian konseli menjawab “saya takut
ditertawakan”. Sebagian yang lain menjawab “Saya takut, apa yang saya
katakan salah”. Sebagian yang lain pula menjawab “ Saya kalau sudah grogi,
bicaranya jadi kurang beraturan, jadi takut”. Dari jawaban-jawaban tersebut,
kemudian peneliti memberikan pertanyaan lagi “Kalian sudah pernahkah
maju, kemudian ditertawakan banyak orang?”. Konseli pun menjawab
“Belum, paling kalau salah temen – temen cuma diem”. Sebagian konseli
yang lain menjawab “belum pernah sih, cuma pikiranku saja begitu”.
Peneliti “nah, berati Cuma pemikiran kalian saja, coba hapus pemikiran itu
sebelum maju sebelum berbicara didepan banyak orang. Ganti pemikiran
kalian dengan pemikiran yang bisa membangkitkan keberanian kalian dan
kepercayaan diri kalian”.
58
Tahap tiga yaitu pengenalan dan latihan coping thought. Setelah
peneliti memahami titik rendahnya konsep diri konseli, kemudian peneliti
mengenalkan Coping Thought kepada konseli supaya konseli bisa
meningkatkan kepercayaan dirinya dan lebih berani menghadapi situasi
didepan banyak orang. Peneliti memberikan kalimat pendek yang mudah
dihafalkan yaitu “Saya pasti berani”. Kalimat itu diucapkan berkali-kali oleh
konseli, supaya benar-benar tertancap dipikirannya. Selain itu peneliti juga
meminta konseli praktik berbicara didepan banyak temannya, untuk
membuktikan apakah konseli sudah berani ataukah belum berbicara didepan
banyak temannya. Kemudian, masih ada dua anak yang kelihatan masih
grogi. Lalu, peneliti memberikan alternatif lain, yaitu konseli yang 2 itu
diminta untuk bercerita didepan teman-teman anggota kelompok tema sesuai
permintaan temannya.
Tahap keempat pindah dari pikiran negatif ke coping thought.
Setelah peneliti mengidentifikasi pikiran negatif konseli, kemudian peneliti
melatih konseli untuk pindah dari pikiran negatif ke coping though. Caranya
dengan cara, setiap kali konseli merasa dirinya kurang berani menghadapi
apapun atau kurang percaya diri dalam mengatasi situasi apapun, maka
peneliti menyarankan untuk mengingat “Saya pasti berani”. Dari hasil
praktik berbicara didepan banyak temannya, peneliti beranggapan bahwa
percaya diri dan keberanian konseli sudah meningkat, yang berarti konsep
diri konseli juga meningkat lebih baik.
59
Tahap kelima pada sesi ini peneliti mengenalkan dan melatih
penguatan positif. Peneliti memberikan penguatan positif, supaya dapat
membantu konseli menghargai setiap keberhasilannya. Selain itu juga agar
konseli lebih siap menghadapi situasi sulit dalam keadaan apapun, dan lebih
bisa mengatasi masalahnya.
d. Tahap 4 (tindak lanjut)
Pada tahap tindak lanjut ini, gunanya untuk meninjau kemajuan
konseli terkait konsep dirinya, setelah melakukan sesi-sesi konseling
kelompok dengan teknik Cognitive Restructuring. Dan pada sesi ini juga
dilakukan penyebaran angket pos test konsep diri.
2. Evaluasi dan indikator keberhasilan
Evaluasi dilakukan melalui pengukuran sesudah sesi konseling dan
dibandingkan dengan sebelum sesi konseling. Adapun aspek-aspek yang
menjadi indikator sebagai berikut:
a. Konseli memiliki kesadaran bahwa memahami konsep diri yang dimiliki itu
penting. Artinya bahwa, mengetahui pandangan baik dan buruk dalam diri
sendiri serta pandangan-pandangan tersebut dianggap sebagai nilai ositif
atau negatif.
b. Konseli memiliki kesadaran bahwa konsep diri yang negatif dapat
mengganggu perkembangan maupun perilaku konseli disekolah maupun
dilingkungan masyarakat.
60
Disisi lain juga dilakukan evaluasi proses konseling disetiap sesinya
sebagai berikut:
Tahap 1 (identifikasi)
Berjalan dengan baik, hal ini ditunjukkan dengan adanya keberhasilan siswa
dalam mengisi angket konsep diri sesuai dengan kondisi siswa yang sebenarnya.
Tahap 2 (pembentukan kelompok)
a. Kesungguhan siswa dalam mengikuti kegiatan rangkaian konseling
kelompok, hal ini ditunjukkan dengan kehadiran siswa dalam mengikuti
serangkaian kegiatan koseling tanpa terlewati pada setiap tahapnya.
b. Pemahaman siswa terhadap konsep diri
c. Terbentuknya kelompok yang dinamis
Tahap 3 (tahap kerja)
a. Pemahaman siswa mengenai konsep diri negatif dan positif hal ini
ditunjukkan bahwa siswa dapat menyebutkan ciri konsep diri negatifnya
b. Kesungguhan siswa dalam menerima penguatan positif
Tahap 4 (tindak lanjut)
Lancar, ditandai dengan peningkatan pada angket konsep diri
61
C. Deskripsi Data
1. Konsep Diri Siswa SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu
Untuk menguji tingkat konsep diri siswa dalam penelitian ini dibagi
menjadi lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah.
Pengkategorian ini didapatkan setelah peneliti menetapkan nilai frekuensi dari
masing-masing kategori dengan melihat besarnya nilai maksimum, nilai
minimum, dan standar deviasinya.
Norma yang digunakan untuk menentukan tingkat konsep diri siswa
beserta nilai maksimum, nilai minimum dan standar deviasnya yang dihasilkan
dengan menggunakan program SPSS 16 for Windows adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Descriptive Statistics Variabel Y
N Minimum
Maximu
m Mean
Std.
Deviation
Konsep diri 21 58 92 72.67 8.200
Valid N
(listwise) 21
62
Tabel 4.2
Kategori konsep diri
Kategori Skor
Sangat tinggi 86 – 92
Tinggi 79 – 85
Sedang 72 – 78
Rendah 65 – 71
Sangat rendah 58 – 64
Diolah dengan menggunakan statistik Deskriptif data uji coba
Dari tabel standar diatas, maka diperoleh hasil penghitungan konsep
diri siswa. Adapun penghitungan tersebut adalah siswa yang menjadi populasi
dalam penelitian yaitu kelas XII IPA. Berdasarkan hasil penghitungan, dapat
disimpulkan bahwa dari 21 siswa, yang memiliki konsep diri siswa sangat
rendah sebanyak 4 siswa, kategori rendah sebanyak 7 siswa, kategori sedang
sebanyak 5 siswa, kategori tinggi sebanyak 4 siswa, kategori sangat tinggi 1
siswa. Data tersebut diperoleh berdasarkan penyebaran angket pre test untuk
konsep diri. Jadi kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah 6 siswa,
sedangkan yang 5 siswa menjadi kelompok kontrol.
2. Kelompok Eksperimen
Kelompok eksperimen dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII
IPA SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu yang memiliki konsep diri rendah,
yaitu sebanyak 6 siswa antara lain: UT, NA, ID, SH, LA, dan AS.
Kelompok eksperimen diberikan treatment berupa layanan konseling
kelompok dengan teknik Cognitive Restructuring selama 3 sesi. Selanjutnya
63
mengenai istrumen yang diberikan adalah angket. Adapun angket diberikan
sebelum dan sesudah sesi konselinh yang berupa angket pre test dan pos test.
Dan hasil skor masing-masing siswa sebagai berikut:
Tabel 4.3
Hasil Angket Pre Test dan pos test kelompok eksperimen
No Nama Pre Test Pos Test
Skor Kategori Skor Kategori
1 UT 63 Sangat Rendah 73 Sedang
2 NA
58 Sangat Rendah 72 Sedang
3 ID 70 Rendah 81 Tinggi
4 SH 67 Rendah 83 Tinggi
5 LA 71 Rendah 87 Sangat Tinggi
6 AS 68 Rendah 72 Sedang
Dari tabel 4.3 didapati ada empat siswa yang memiliki konsep diri
rendah dan dua siswa yang memiliki konsep diri sangat rendah pada pre test, dan
setelah diberikan treatmen berupa konseling kelompok dengan menggunakan
teknik Cognitive Restructuring, yang didapati dari pos test menunjukkan ada
tiga siswa yang memiliki konsep diri sedang, dua siswa memiliki konsep diri
tinggi dan satu siswa memiliki konsep diri sangat tinggi.
3. Kelompok Kontrol
64
Dalam penelitian ini selain kelompok eksperimen, peneliti juga
menggunakan kelompok kontrol sebagai pembanding. Sedangkan untuk jumlah
kelompok kontrol hanya ada lima siswa, diambil dari kelas XII IPA SMA Ya
BAKII 2 Gandrungmangu yang juga memiliki konsep diri rendah, namun tidan
diberi treatmen. Untuk membandingkan dengan kelompok eksperimen,
kelompok kontrol juga diukur dengan menggunakan angket sebanyak dua kali
yaitu angket pre test dan pos test. Adapun hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4.4
Hasil angket pre test dan pos test kelompok kontrol
No Nama Pre Test Pos Test
Skor Kategori Skor Kategori
1 TI 64 Sangat Rendah 58 Sangat Rendah
2 AN 62 Sangat Rendah 60 Sangat Rendah
3 SE 68 Rendah 62 Sangat Rendah
4 AY 69 Rendah 69 Rendah
5 LU 71 Rendah 65 Rendah
Dari tabel 4.4 dari hasil pre test didapati ada tiga siswa yang memiliki
konsep diri rendah, dan ada dua siswa yang memiliki konsep diri sangat rendah.
Dan setelah diberikan angket pos test ada tiga siswa yang memiliki konsep diri
sangat rendah, dan dua siswa memiliki konsep diri rendah.
65
D. Analisis data
Analisis data menggunakan uji hipotesis data. Dan analisis data ini
menggunakan paired samples test dan independen samples test. Paired simples
test yaitu: analisis untuk mengetahui perbedaaan dua sampel yang berpasangan.
Dan pengujian ini dilakukan untuk angket pre test dan pos test dari kelompok
eksperimen dan kontrol. Dan untuk analisis data berupa independent samples
test yaitu : analisis untuk mengetahui perbedaan 2 samples bebas. Adapun
pengujian ini dilakukan mengukur pos test pada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Adapun t hitung yang dihasilkan dengan menggunakan
program SPSS 16.0 for windows sebagai berikut:
1. Paired samples t test pada angket kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol
a. Deskripsi pre test dan pos test dari kelompok eksperimen
Tabel 4.5
Output Paired samples statistics menampilkan jumlah subjek
pada masing-masing pre test dan pos test adalah 5, mean kelompok
eksperimen pre test 65.00, sedangkan pada pos test 78.00
Paired Samples Statistics angket pre test dan pos test
kelompok eksperimen
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pre test 65.80 5 5.357 2.396
Pos test 78.60 5 7.403 3.311
66
Tabel 4.6
Paired Samples Test angket pre test dan pos test kelompok eksperimen
Paired Differences
T df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviati
on
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pai
r 1
Pre test –
pos test -
12.800 2.950 1.319 -16.462 -9.138 -9.704 4
.
0
1
0
Dari tabel 4.6 bahwa output paired samples test dari kelompok
eksperimen menampilkan bahwa analisis output menampilkan mean -
12.800, standard deviasinya 2.950, mean standar errornya 1.319.
Perbedaan terendah keduanya -16.462, sementara perbedaan tertinggi -
9.138. sedangkan hasil uji test t taitu -9.704 dengan df 4 dan signifikasi
0.01 atau .010. Adapun deskripsi data dari tabel sebagai berikut:
1. Menentukan hipotesis
a. Ho: tidak ada perbedaan peningkatan signifikan pada konsep diri
sebelum dan sesudah dilakukan konseling kelompok dengan
teknik Cognitive Restructuring pada kelompok eksperimen
67
b. Ha : ada perbedaan peningkatan signifikan pada konsep diri
sebelum dan sesudah dilakukan konseling kelompok dengan
teknik Cognitive Restructuring pada kelompok eksperimen.
2. Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada =5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan
derajat kebedasan (df) n-1, adapun berdasarkan tabel menunjukan df
4 yang diperoleh dari 5-1. Dengan pengujian 2 sisi (signifikasi =
0.025) hasil diperoleh untuk t tabel sebesar 2,776. Adapun untuk
kriteria pengujian sebagai berikut:
a. Ho diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
b. Ha ditolak jika –t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
Berdasarkan tabel diatas menunjukan nilai –t hitung <-t tabel (-9.704
<-2.776) maka Ho ditolak, artinya bahwa ada perbedaan peningkatan
signifikan pada konsep diri siswa sebelum dan sesudah diberikan
layanan konseling kelompok dengan teknik Cognitive Restructuring.
Pada tabel diatas terlihat rata-rata untuk pre test 65.80 dan untuk pos
test adalah 78.60, hal ini menunjukkan bahwa mean atau rata-rata
pre test lebih rendah dari pada rata-rata atau mean pos test. Dengan
ini dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan yang signifikan antara
pre test dan pos test pada kelompok eksperiman.
68
b. Deskripsi pre test dari kelompok kontrol
Output Paired samples statistics menampilkan jumlah subjek
pada masing-masing pre test dan pos test adalah 5, mean kelompok
kontrol pre test 65.75, sedangkan pada pos test 62.25.
P
a
d
a
Dari tabel 4.8 bahwa output paired samples test dari kelompok
kontrol menampilkan hasil analisis yaitu output menampilkan mean
Tabel 4.7
Paired Samples Statistics angket pre test dan pos test
kelompok kontrol
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pre test 65.75 4 3.304 1.652
Pos test 62.25 4 4.787 2.394
Tabel 4.8
Paired Samples Test angket pre test dan pos test kelompok kontrol
Paired Differences
t Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Devia
tion
Std.
Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Pre
test
_po
s
test
3.500 3.000 1.500 -1.274 8.274 2.333 3 .102
69
3.500, standar deviasinya 3.000, mean standar errornya 1.500.
perbedaan terendah keduanya -1.274, sementara perbedaan tertinggi
8.274. sedangkan hasil uji tes t yaitu 2.333 dengan df 3 dan signifikasi
.102. adapun deskripsi data tabel diatas sebagai berikut:
1. Menentukan hipotesis
a. Ho : tidak ada perbedaan peningkatan signifikan pada konsep
diri siswa sebelum dan sesudah dilakukan konseling kelompok
dengan teknik Cognitive Restructuring pada kelompok kontrol
b. Ha : ada perbedaan peningkatan signifikan ada konsep diri
sebelum dan sesudah dilakukan konseling kelompok dengan
teknik Cognitive Restructuring pada kelompok kontrol.
2. Menentukan tingkat signifikasi
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikasi α =
5% : 2 = 2.5% yaitu 2,571. Output dari tabel menunjukan nilai
signifikasi 0.102 atau .102, dan untuk uji kriteria pengujian sebagai
berikut:
a. Ho diterima jika –t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel
b. Ha ditolak jika –tabel hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel
Berdasarkan tabel diatas menunjukan nilai signifikasi 2.333 <
2.571 maka Ha diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
perbedaan peningkatan pada konsep diri siswa sebelum dan
70
sesudah dilakukan konseling kelompok dengan teknik Cognitive
Restructuring.
c. Independent samples t test pada kelompok eksperimen dan kontrol
Pada bagian perhitungan ini akan mengukur pos test pada
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Namun, sebelum
melakukan independent samples t test, dilakukan uji homogenitas. Uji
homogenitas yaitu pengujian mengenai sama tidaknya variasi-variansi
dua buah distribusi atau lebih. Uji homogenitas biasanya digunakan
sebagai syarat dalam analisis independent samples T test. Adapun
perhitungannya sebagai berikut:
Tabel 4.9
Test of Homogeneity of Variances pos test
kelompok eksperimen dan kontrol
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.466 1 9 .096
Jika nilai signifikansi > 0,05 maka distribusi data adalah
homogen. Dan jika nilai signifikansi < 0,05 maka distribusi data adalah
tidak homogen. Dari hasil output diatas, nilai signifikansi adalah 0,096,
karena 0,096 > 0,05 maka distribusi data homogen.
71
Tabel 4.10
O
Output Group statistics menampilkan jumlah subjek pada
kelompok eksperimen 6, dan kelompok kontrol 5. Mean untuk kelompok
eksperimen pos test adalah 78.00, sedangkan mean untuk kelompok
kontrol pos test adalah 62,60.
Group Statistics kelompok eksperimen dan kontrol pos test
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
pos
test
Eksperimen 6 78.00 6.512 2.658
Kontrol 5 62.60 4.615 2.064
72
Tabel 4.11
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T Df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Equal
varianc
es
assume
d
2.656 .138 4.426 9 .002 15.400 3.480 7.528 23.272
Equal
varianc
es not
assume
d
4.576 8.833 .001 15.400 3.366 7.765 23.035
Pengujian berdasarkan signifikansi:
1. Menentukan hipotesis
Ho : tidak ada perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol pada saat pos test
Ha : ada perbedaan signifikan antara kelompok eksperimen dengan
kelompok kontrol pada saat pos test
2. Menentukan tingkat signifikansi
Pengujian uji dua sisi dengan tingkat signifikansi α = 5%
3. Nilai signifikansi
Dari output diatas didapat nilai signifikansi adalah 0,002
73
4. Kriteria pengujian
Ho diteriman jika signifikansi > 0,05
Ho ditolak jika signifikansi < 0,05
5. Membandingkan nilai signifikansi
Nilai signifikansi 0,002 lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak
6. Kesimpulan
Karena signifikansi (0,002), maka Ho ditolak, artinya bahwa ada
perbedaan signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol pada saat pos test.
E. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil penelitian
Pada penelitian efektivitas teknik Cognitive Restructuring untuk
meningkatkan konsep diri siswa SMA Ya BAKII 2 Gandrungmangu,
peneliti ingin melihat seberapa efektivas teknik Cognitive Restructuring
untuk meningkatkan konsep diri siswa. Peneliti menggunakan instrumen
angket pre test dan pos test yang diberikan pada subjek yang memiliki
konsep diri rendah dari kelompok eksperimen dan kontrol. Adapun
kelompok eksperimen berjumlah 6 siswa, dan kelompok kontrol berjumlah
5 siswa. Kemudian kelompok eksperimen diberikan treatmen dengan teknik
Cognitive Restructuring yang dilakukan pada konseling kelompok.
74
Konsep diri rendah merupakan fokus dalam penelitian ini. Hal ini
dikarenakan mereka yang memiliki konsep diri rendah berhak mendapat
bantuan agar dapat meningkatkan konsep dirinya.
Adapun hasil angket yang telah diuji menggunakan spss 16
menunjukan adanya peningkatan yang signifikan konsep diri antara sebelum
dan sesudah diberikannya perlakuan dengan teknik Cognitive Restructuring.
Hal ini dibuktikan dengan data tabel paired samples test bahwa nilai –t
hitung < -t tabel. Adapun t hitung dalam penelitian ini berjumlah (-9.704 <-
2.776), maka Ho ditolak. Dapat disimpulkan Ho ditolak, artinya bahwa ada
perbedaan signifikan pada konsep diri siswa sebelum dan sesudah
dilakukannya konseling kelompok dengan teknik Cognitive Restructuring.
Selain itu jyga dibuktikan dengan data tabel independent samples test pos
test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol bahwa nilai signifikasi <
dari 0,05. Adapun nilai signifikasi pada penelitian ini 0.002, karena 0,002<
0.05 maka Ho ditolak. Artinya, ada perbedaan signifikan antara pos test
pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen.
2. Pembahasan
Konsep diri sangatlah penting bagi siswa karena dengan konsep
diri positif dapat meningkatkan kualitas kehidupan siswa dalam berperilaku,
berpikir dan berinteraksi. Konsep diri siswa yang tadinya rendah, meningkat
setelah mengikuti layanan konseling kelompok dengan teknik Cognitive
75
Restructuring. Siswa menjadi lebih percaya diri, lebih berani berbicara
didepan banyak orang serta lebih bisa berpikir positif.
Jadi kesimpulannya berdasarkan hasil angket yang telah diuji
menggunakan program spss 16.0 bahwa ada peningkatan yang signifikan
konsep diri siswa antara sebelum dan sesudah pelaksanaan konseling
kelompok denga teknik Cognitive Resructuring.
76
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan mengenai “efektivitas teknik Cognitive
Restructuring untuk meningkatkan konsepdiri siswa” selanjutnya setelah data dari
hasil penelitian diolah dengan menggunakan SPSS 16.0 dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Konsep diri siswa kelompok eksperimen sebelum diberi layanan konseling
kelompok teknik Cognitive Restructuring adalah rendah. Hal ini dibuktikan
dengan skor angket yang diperoleh oleh siswa sebelum diberikan layanan
konseling kelompok dengan jumlah 58 sampai 70 yang masuk kategori sangat
rendah dan rendah.
2. Konsep diri siswa kelompok eksperimen setelah diberikan layanan konseling
kelompok teknik Cognitive Restructuring adalah menjadi sedang dan tinggi,
hal ini dibuktikan dengan skor pos test setelah dilakukan konseling kelompok
teknik Cognitive Restructuring yaitu dengan jumlah 72 – 83.
3. Analisis yang terakhir yaitu mengenai keefektifan konseling kelompok dengan
teknik Cognitive Restructuring untuk meningkatkan konsep diri siswa. Dari
hasil SPSS 16.0 menunjukan bahwa adanya efektivitas konseling kelompok
dengan teknik Cognitive Restructuring untuk meningkatkan konsep diri siswa.
Hal ini dibuktikan dengan hasil paired samples t test bawa nilai –t hitung <-t
tabel (-9.704 <-2.776), dan dibuktikan pula dengan hasil output independent
77
bahwa signifikasi < 0,005 (0,002<0,005) berarti Ho ditolak. Maka Ha diterima
artinya ada perbedaan antara sebelum dilakukan konseling kelompok dengan
sesudahnya.
B. SARAN
Saran penelitian ini bagi sekolah antara lain bahwa konsep diri
merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan terutama bagi siswa yang
sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan disekolah maupun di
masyarakat. Karena konsep diri sangatlah berpengaruh dalam perilaku dan
pemikiran. Oleh karena itu, diharapkan semua siswa dapat memiliki konsep diri
yang positif. Bagi sekolah dapat menggunakan teknik Cognitive Restructuring
untuk membantu meningkatkan konsep diri siswa.
C. PENUTUP
Alhamdulillahirobbil’alamin akhirnya peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini atas berkat usaha jerih payah, do’a dan motivasi dari keluarga, guru, dan
semua teman-teman yang telah memberikan semangat pada peneliti serta yang
paling utama atas pertolongan Alloh SWT. Harapan peneliti, semoga penelitian ini
dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan bagi dunia pendidikan. Peneliti juga
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian
skripsi ini. Banyak kesalahan dari penelitian ini, peneliti mengharap saran dan
kritik yang membangun demi penyempurnaan penelitian ini.
78
DAFTAR PUSTAKA
Anifah, Mufidatin, Implementasi Teknik Cognitive Restructuring Dalam
Menangani Konsep Diri Rendah Pada Siswa X Di SMP NEGERI 1
UJUNGPANGKAH. (Surabaya, Perpustakaan UINSBY, 2015).
http://digilib.uinsby.ac.id/id/eprint/3676
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta : Rineka Cipta
Daryanto, Farid M. (2015). Bimbingan Konseling Panduan Guru BK Dan
Guru Umum. Yogyakarta: Gava Media
Desmita.( 2014). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Erford, Bradley. (2017). 40 Teknik yang Harus Diketahui Setiap Konselor.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Ginanjar, Ary. (2010). Life Balance Ways. Jakarta : Kompas Gramedia
Hadi, Amirul Haryono.(1998). Metodologi Penelitian 2. Bandung : Pustaka
Setia
Hartono. (2010). SPSS 16.0 Analisis Data Statistik Dan Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Indramastuti, Agustin MW. Teknik Cognitive Restructuring Untuk Mereduksi
Prokrastinasi Akademik Pada Peserta Didik Kelas X SMA N 2
SUKOHARJO Tahun Ajaran 2016/2017. (Surakarta: Perpustakaan
UNS Surakarta, 2017). https://eprints.uns.ac.id/id/eprint/35599.
79
Nursalim, Mochamad.(2013). Strategi & Intervensi Konseling. Jakarta Barat:
Akademia Permata
Paul Centi. (2012). Mengapa Rendah Diri. Yogyakarta : Kanisius
Rakhmat, Jalaluddin. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung : Rosdakarya
Sobur, A. (2003). Psikologi Umum Dalam Lintas Sejarah. Bandung: Pusaka
Setia
Sudjana, Nana dan Ibrahim.(2014).Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru Algensindo
Sudjana, Nana. (2010). Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiyah. Bandung: Sinar
Baru Algesindo
Sugiono. (2011). Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sugiono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiono. (2017). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Sukardi. (2010). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Sukmadinata, Nana Syaodih.(2004). Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
Bandung: Remaja Rosdakarya
Supranto. (2009). Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga
Susilowati, Krisna. Hubungan Antara Konformitas Teman Sebaya Dan Konsep
Diri Dengan Kemandirian Pada Remaja Panti Asuhan
Muhammadiyah Karanganyar, (Surakarta: Perpustakaan UNS,
2011).
80
https://scholar.google.co.id/scholar?as_vis=1&q=hubungan+antara
+konformitas+teman+sebaya+dan+konsep+diri+dengan+kemandiri
an+pada+remaja+panti+asuhan+muhammadiyah+karanganyar&hl
=id&as_sdt=0,5
Suwanto. Efektivitas Teknik Restrukturisasi Kognitif Dalam Konseling
Kelompok Untuk Meningkatkan Konsep Diri Siswa, (Tasikmalaya:
Perpustakaan UPI Tasikmalaya, 2016).
http://repository.upi.edu/id/eprint/25207
W.J.S. Poerwadarminta.( 2007). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka
Zulfa, Umi. (2010). Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta : Cahaya Ilmu
81
LAMPIRAN-LAMPIRAN
82
Lampiran i
Variabel Penelitian
No Aspek Indikator
1 Fisik a. Cara pandang terhadap kesehatan
b. Cara pandanag terhadap penampilan
2 Psikis d. Pandangan terhadap kemampuan akademis
e. Pandangan pengembangan pengetahuan
f. Pandangan terhadap perasaan sendiri
g. Perlakuan terhadap diri sendiri
3 Sosial c. Peranan sosial terhadap lingkungan (masyarakat,
sekolah)
d. Kemampuan melakukan tugas (disekolah dan dirumah)
4 Moral Pandangan terhadap nilai-nilai yang berlaku dilingkungan
sekitar
83
Lampiran ii
KISI-KISI ANGKET KONSEP DIRI
No Aspek Indikator Item Jumlah
1 Fisik a. Cara pandang terhadap kesehatan
b. Cara pandanag terhadap
penampilan
1, 2, 3, 4, 5, 6,
7, 8, 9, 10, 11,
12, 13, 14,
14
2 Psikis a. Pandangan terhadap kemampuan
akademis
b. Pandangan terhadap perasaan
sendiri
c. pandangan terhadap diri sendiri
89, 90,
15, 22, 24, 34,
36, 37, 45, 57,
64, 82, 84, 85,
67
16, 17, 18, 19,
20, 21, 31, 32,
33, 35, 38, 39,
40, 41, 42, 58,
65, 66, 68, 86,
36
3 Sosial a. Pandangan sosial terhadap
lingkungan dan keluarga
b. Kemampuan melakukan tugas
(disekolah dan dirumah)
49,50,51, 52,
53,54, 55, 56,
59, 60, 62, 69,
70, 71, 72, 73,
74, 75, 81,
43, 44, 46, 47,
61, 79, 80, 88,
92, 93, 94, 95
31
4 Moral Pandangan terhadap nilai-nilai yang
berlaku dilingkungan sekitar
23, 25, 26, 27,
28, 29, 30, 48,
63, 76, 77, 78,
83, 87, 91,
14
Jumlah total 95
84
Lampiran iii
ANGKET UJI COBA TENTANG KONSEP DIRI
Nama :
Kelas :
No. Pernyataan SS S KS TS
1 Saya memiliki tubuh yang sehat
2 Saya sering sakit
3 Saya merasa tidak sesehat yang seharusnya
4 Saya menjaga kesehatan tubuh saya sebaik-baiknya
5 Saya malas berolahraga
6 Saya suka berolahraga
7 Saya senang tampak rapi sepanjang hari
8 Saya sesorang yang menarik
9 Saya puas dengan ukuran tubuh saya
10 Saya orang yang tidak menarik
11 Ada keinginan dalam hati saya untuk mengubah bagian-bagian
tertentu dari tubuh saya
12 Saya merasa penampilan fisik saya tidak sebagaimana yang
saya harapkan
13 Saya mencoba menjaga penampilan saya sebaik-baiknya
14 Saya tidak peduli dengan kerapihan penampilan saya
15 Saya sering merasa senang
16 Saya sering berperilaku seperti orang yang tau semuanya
17 Saya adalah seseorang yang sopan
18 Saya orang yang sholih
19 Saya orang yang jujur
85
20 Saya memiliki moral yang buruk
21 Saya adalah orang yang jahat
22 Saya memiliki daya juang yang lemah
23 Saya sangat puas dengan sopan santun dan perilaku saya
24 Saya merasa bahwa saya sangat sulit dipercaya
25 Saya sering berbohong
26 Saya suka melakukan hal yang benar
27 Saya akan berubah saat saya menyadari bahwa saya salah
28 Kadang-kadang saya melakukan cara yangcurang untuk
bergerak maju
29 Kadang-kadang saya melakukan hal buruk
30 Saya memiliki masalah dalam melakukan hal yang benar
31 Saya orang yang ceria
32 Saya memiliki kontrol diri yang tinggi
33 Saya adalah seseorang yang tenang dan mudah untuk berteman
34 Saya dibenci
35 Saya pribadi yang layak diremehkan
36 Pikiran saya kacau
37 Saya puas dengan diri saya sekarang
38 Saya secerdas yang saya inginkan
39 Saya orang yang baik
40 Saya benci diri saya sendiri
41 Saya mudah menyerah
42 Dalam situasi apapun, saya bisa menjaga diri
43 Saya bisa memecahkan masalah dengan mudah
44 Saya bersedia mengakui kesalahan saya tanpa merasa marah
45 Saya sering berubah pikiran
46 Saya sering bertindak tapa berpikir dahulu
47 Saya mencba melarikan diri dari masalah
86
48 Saya memiliki keluarga yang selalu siap membantu saya dalam
kesulitan
49 Saya penting bagi keluarga dan teman-teman saya
50 Saya berasal dari keluarga yang bahagia
51 Saya dibenci oleh keluarga saya
52 Teman-teman saya ragu kepada saya
53 Saya pikir keluarga saya tidak menaruh kepercayaan kepada
saya
54 Saya puas dengan hubungan dalam keluarga saya
55 Saya memperlakukan orang tua saya seperti seharusnya
56 Saya memahami keluarga saya
57 Saya sangan sensitif terhadap apa yang keluarga saya katakan
58 Saya harus meningkatlkan kepercayaan saya terhadap keluarga
saya
59 Seharusnya saya mencintai keluarga saya lebih dari saya
mencintai orang lain
60 Saya mencoba bersikap adil terhadap keluarga dan teman-
teman
61 Saya melakukan tugas saya dirumah
62 Saya memberikan perhatian penuh terhadap keluarga saya
63 Saya sering bertengkar dengan keluarga saya
64 Saya adalah seseorang yang ramah
65 Saya lebih populer dikalangan perempuan
66 Saya lebih populer dikalangan lelaki
67 Saya merasa marah tergadap semua orang
68 Saya masa bodoh ada apa yang orang lain lakukan
69 Saya merasa sulit untuk mengembangkan kedekatan dengan
orang lain
70 Saya bisa bersosialisasi dengan cara-cara yang saya inginkan
87
71 Saya puas dengan cara saya memperlakukan orang lain
72 Saya berusaha untuk disenangi, tapi saya tidak berlebihan
73 Saya harus lebih sopan kepada orang lain
74 Saya sulit dalam bergaul
75 Cara bergaul saya kurang memuaskan bagi saya
76 Saya mencoba untuk memahami pandangan orang lain
77 Saya memiliki kesan yang yang baik bagi semua orang
78 Saya bisa menjadi teman yang baik bagi semua orang
79 Saya merasa mudah berbicara dengan orang lain
80 Sulit bagi saya untuk mengampuni orang lain
81 Saya merasa sulit sulit untuk berbicara dengan seseorang yang
saya tidak kenal
82 Saya tidak selalu berbicara kebenaran
83 Kadang-kadang saya memikirkan hal buruk untuk dikatakan
84 Saya kadang-kadang marah
85 Kadang-kadang saya menjadi marah ketika saya tidak sehat
86 Saya tidak menyukai semua orang yang saya kenal
87 Kadang-kadang saya membicarakan kejelekan orang lain
88 Saya suka membolos
89 Saya suka dengan semua pelajaran sekolah
90 Saya mampu mengerjakan semua tugas sekolah dengan baik
91 Saya mematuhi peraturan sekolah
92 Saya suka keluar ketika jam pelajaran
93 Saya berangkat sekolah selalu tepat waktu
94 Saya berangkat sekolah sering telat
95 Saya suka mencontek
88
Lampiran iv
Angket Sahih dan Gugur
No Corrected
Item – Total
Correlation
Simpulan
1 .116 Gugur
2 -.370 Gugur
3 .365 Gugur
4 .610 Sahih
5 .093 Gugur
6 .171 Gugur
7 .157 Gugur
8 .248 Gugur
9 .115 Gugur
10 .096 Gugur
11 .141 Gugur
12 .208 Gugur
13 .380 Gugur
14 .187 Gugur
15 .228 Gugur
16 -.617 Gugur
17 .413 Gugur
18 .450 Sahih
19 .435 Sahih
20 .467 Sahih
21 .419 Gugur
22 .153 Gugur
23 .406 Gugur
24 -.028 Gugur
25 .042 Gugur
26 .464 Sahih
27 -.198 Gugur
28 .378 Gugur
29 .612 Sahih
30 -.130 Gugur
31 .396 Gugur
32 .646 Sahih
33 .598 Sahih
34 -.098 Gugur
35 .353 Gugur
36 .178 Gugur
37 .318 Gugur
38 .381 Gugur
39 .175 Gugur
40 .040 Gugur
41 .406 Gugur
42 .435 Sahih
43 .521 Sahih
44 .430 Gugur
45 .241 Gugur
46 .353 Gugur
47 .579 Sahih
48 .424 Gugur
49 .440 Sahih
89
50 .352 Gugur
51 .175 Gugur
52 .151 Gugur
53 .424 Gugur
54 .268 Gugur
55 .618 Sahih
56 .459 Sahih
57 .181 Gugur
58 .182 Gugur
59 .437 Sahih
60 .556 Sahih
61 .436 Sahih
62 .600 Sahih
63 .366 Gugur
64 .464 Sahih
65 .352 Gugur
66 .194 Gugur
67 .349 Gugur
68 .328 Gugur
69 -.033 Gugur
70 .296 Gugur
71 .499 Sahih
72 .419 Gugur
73 .160 Gugur
74 .224 Gugur
75 .400 Gugur
76 .053 Gugur
77 .568 Sahih
78 .397 Gugur
79 .248 Gugur
80 .070 Gugur
81 .341 Gugur
82 .398 Gugur
83 .137 Gugur
84 .281 Gugur
85 .526 Sahih
86 .490 Sahih
87 .402 Gugur
88 .279 Gugur
89 .068 Gugur
90 .228 Gugur
91 .503 Sahih
92 .317 Gugur
93 .223 Gugur
94 .258 Gugur
95 .341 Gugur
90
Lampiran v
Angket Pre Test Konsep Diri
Nama :
Kelas :
No. Pernyataan SS S KS TS
1 Saya mematuhi peraturan sekolah
2 Saya memperlakukan orang tua saya seperti seharusnya
3 Saya bisa memecahkan masalah dengan mudah
4 Saya memiliki kontrol diri yang tinggi
5 Dalam situasi apapun, saya bisa menjaga diri
6 Saya adalah seseorang yang tenang dan mudah untuk
berteman
7 Saya penting bagi keluarga dan teman-teman saya
8 Saya mencoba melarikan diri dari masalah
9 Kadang-kadang saya melakukan hal yang buruk
10 Seharusnya saya mencintai keluarga saya lebih dari saya
mencintai orang lain
11 Saya mencoba bersikap adil terhadap keluarga dan teman-
teman
12 Saya melakukan tugas saya dirumah
13 Saya adalah seseorang yang ramah
91
14 Saya memahami keluarga saya
15 Saya memberikan perhatian penuh terhadap keluarga saya
16 Saya menjaga kesehatan tubuh saya sebaik-baiknya
17 Saya orang yang sholihah
18 Saya orang yang jujur
19 Saya memiliki moral yang buruk
20 Saya puas dengan cara saya memperlakukan orang lain
21 Saya memiliki kesan yang baik bagi semua orang
22 Kadang-kadang saya menjadi marah ketika saya tidak sehat
23 Saya tidak menyukai semua orang yang saya kenal
24 Saya akan melakukan hal yang benar
92
Lampiran vi
ANGKET KONSEP DIRI POS TEST
Pos Test Konsep Diri
Petunjuk pengisian
Pernyataan-pernyataan berikut ini adalah untuk membantu saudara
menggambarkan diri saudara sendiri. Jawablah pernyataan-pernyataan tersebut seakan-
akan saudara sedang menggambarkan diri sendiri sebagaimana adanya saat ini.
Jawablah dengan respon pertama saudara. Jangan melewati satu nomorpun. Bacalah
baik-baik setiap pernyataan lalu pilihlah salah satu dari empat jawaban yang tersedia
dengan menuliskan tanda silang (X) pada kolom yang tersedia. Arti dari empat pilihan
jawaban :
Jawaban SS : Sangat Setuju
Jawaban S : Setuju
Jawaban KS : Kurang Setuju
Jawaban TS : Tidak Setuju
Nama :
Kelas :
No. Pernyataan SS S KS TS
1 Saya akan melakukan hal yang benar
2 Kadang-kadang saya melakukan hal yang buruk
3 Saya adalah seseorang yang tenang dan mudah untuk
berteman
4 Saya memiliki kontrol diri yang tinggi
93
5 Dalam situasi apapun, saya bisa menjaga diri
6 Saya bisa memecahkan masalah dengan mudah
7 Saya penting bagi keluarga dan teman-teman saya
8 Saya mencoba melarikan diri dari masalah
9 Saya memperlakukan orang tua saya seperti seharusnya
10 Seharusnya saya mencintai keluarga saya lebih dari saya
mencintai orang lain
11 Saya mencoba bersikap adil terhadap keluarga dan teman-
teman
12 Saya melakukan tugas saya dirumah
13 Saya adalah seseorang yang ramah
14 Saya memahami keluarga saya
15 Saya memberikan perhatian penuh terhadap keluarga saya
16 Saya menjaga kesehatan tubuh saya sebaik-baiknya
17 Saya orang yang sholihah
18 Saya orang yang jujur
19 Saya memiliki moral yang buruk
20 Saya puas dengan cara saya memperlakukan orang lain
21 Saya memiliki kesan yang baik bagi semua orang
22 Kadang-kadang saya menjadi marah ketika saya tidak sehat
23 Saya tidak menyukai semua orang yang saya kenal
24 Saya mematuhi peraturan sekolah
94
Lampiran vii
Pelaksanaan Penelitian
Tahap Tujuan Tema Metode Waktu
Pre – tes Untuk mengetahui tingkat
konsep diri siswa
Pengisian
angket
Angket konsep diri 45 menit
Perkenalan
dan program
1. Saling mengenal
2. Untuk menyampaikan
tujuan dan program
Lebih kenal
lebih sayang
1. Ceramah
singkat
2. Diskusi
45 menit
Rasional dan
identifikasi
pikiran konseli
dalam situasi
problem
1. memperkuat keyakinan
konseli
2. konseli lebih memahami
diri sendiri
Pemahaman diri
sendiri
1. ceramah
2. diskusi
3. pengisian
lembar
bagaimana diri
saya
45 menit
Pengenalan
dan latihan
coping thought
mengarahkan pemikiran
siswa
Coping thought 1. ceramah
2. diskusi
45 menit
Pengenalan
dan latihan
penguatan
positif serta
tugas rumah
Membantu siswa agar lebih
berpikir positif
Konsep diri
positif
1. pemutaran
video konsep
diri positif
2. ceramah
singkat
3. pemberian
tugas
45 menit
Tindak lanjut
dan post – tes
Menguatkan dan mendorong
anggota kelompok untuk
mempertahankan konsep diri
yang positif
How are you
today?
Pengisian post tes 45 menit
95
Lampiran viii
Rencana Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik Cognitive
Restructuring sesi 1
Yayasan Badan Amal Dan Kesejahteraan Ittihadul Islamiyah
SMA YA BAKII 2 Gandrungmangu – Cilacap
Alamat : Jalan Raya Gandrungmangu Cilacap - 53254
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
KONSELING KELOMPOK
1. Nama konseli :UT, NA, ID, SH, LA, AS
2. Hari / Tanggal : Senin, 9 Desember 2019
3. Pertemuan ke - : 1 (Satu)
4. Waktu : 45 Menit
5. Tempat : Ruang konseling
6. Topik : Lebih Kenal Lebih Sayang
7. Media yang digunakan : Kertas, Bolpoin
Cilacap, 7 Desember 2019
Konselor
Saiqotul Khoeriyah
96
Lampiran ix
Rencana Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik Cognitive
Restructuring sesi 2
Yayasan Badan Amal Dan Kesejahteraan Ittihadul Islamiyah
SMA YA BAKII 2 Gandrungmangu – Cilacap
Alamat : Jalan Raya Gandrungmangu Cilacap - 53254
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
KONSELING KELOMPOK
1. Nama konseli : UT, NA, ID, SH, LA, AS
2. Hari / Tanggal : Selasa, 10 Desember 2019
3. Pertemuan ke - : 2 (Dua)
4. Waktu : 45 Menit
5. Tempat : Ruang Konseling
6. Topik : Pemahaman Diri Sendiri
7. Media yang digunakan : Meja, Bolpoin, Kertas, Spidol
Cilacap, 7 Desember 2019
Konselor
Saiqotul Khoeriyah
97
Lampiran x
Rencana Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik Cognitive
Restructuring sesi 3
Yayasan Badan Amal Dan Kesejahteraan Ittihadul Islamiyah
SMA YA BAKII 2 Gandrungmangu – Cilacap
Alamat : Jalan Raya Gandrungmangu Cilacap - 53254
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
KONSELING KELOMPOK
1. Nama konseli : UT, NA, ID, SH, LA, AS
2. Hari / Tanggal : Kamis, 12 Desember 2019
3. Pertemuan ke - : 3 (Tiga)
4. Waktu :45 Menit
5. Tempat : Ruang Konseling
6. Topik : Coping Thought
7. Media yang digunakan : Papan tulis, Spidol
Cilacap, 7 Desember 2019
Konselor
Saiqotul Khoeriyah
98
Lampiran xi
Rencana Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik Cognitive
Restructuring sesi 4
Yayasan Badan Amal Dan Kesejahteraan Ittihadul Islamiyah
SMA YA BAKII 2 Gandrungmangu – Cilacap
Alamat : Jalan Raya Gandrungmangu Cilacap - 53254
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
KONSELING KELOMPOK
1. Nama konseli : UT, NA, ID, SH, LA, AS
2. Hari / Tanggal :Sabtu, 14 Desember 2019
3. Pertemuan ke - : 4 (Empat)
4. Waktu :45 Menit
5. Tempat : Ruang Konseling
6. Topik : Penguatan positif
7. Media yang digunakan : Laptop
Cilacap, 7 Desember 2019
Konselor
Saiqotul Khoeriyah
99
Lampiran xii
Rencana Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok Dengan Teknik Cognitive
Restructuring sesi 5
Yayasan Badan Amal Dan Kesejahteraan Ittihadul Islamiyah
SMA YA BAKII 2 Gandrungmangu – Cilacap
Alamat : Jalan Raya Gandrungmangu Cilacap - 53254
RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN
KONSELING KELOMPOK
1. Nama konseli : UT, NA, ID, SH, LA, AS
2. Hari / Tanggal : Senin, 16 Desember 2019
3. Pertemuan ke - : 5 (Lima)
4. Waktu : 45 Menit
5. Tempat : Ruang Konseling
6. Topik : How are you today?
7. Media yang digunakan : Alat tulis
Cilacap, 7 Desember 2019
Konselor
Saiqotul Khoeriyah
100
Lampiran xiii
SKOR PRE TEST DAN POS TEST KELAS EKSPERIMEN
No Nama Pre Test Pos Test
Skor Kategori Skor Kategori
1 UT 63 Sangat Rendah 73 Sedang
2 NA
58 Sangat Rendah 72 Sedang
3 ID 70 Rendah 81 Tinggi
4 SH 67 Rendah 83 Tinggi
5 LA 71 Rendah 87 Sangat Tinggi
6 AS 68 Rendah 72 Sedang
101
Lampiran xiv
SKOR PRE TEST DAN POS TEST KELAS KONTROL
No Nama Pre Test Pos Test
Skor Kategori Skor Kategori
1 TI 64 Sangat Rendah 58 Sangat Rendah
2 AN 62 Sangat Rendah 60 Sangat Rendah
3 SE 68 Rendah 62 Sangat Rendah
4 AY 69 Rendah 69 Rendah
5 LU 71 Rendah 65 Rendah
102
Lampiran xv
Item total statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
item_1 559.52 1469.262 .103 .714
item_2 559.76 1496.390 -.387 .719
item_3 559.90 1447.690 .343 .710
item_4 559.48 1444.062 .599 .709
item_5 559.90 1467.590 .067 .714
item_6 559.62 1464.748 .153 .713
item_7 559.38 1468.048 .144 .713
item_8 560.10 1459.290 .228 .712
item_9 560.10 1466.190 .090 .713
item_10 559.95 1468.848 .076 .714
item_11 559.43 1464.757 .117 .713
item_12 559.67 1461.233 .187 .712
item_13 559.38 1456.948 .366 .711
item_14 559.10 1467.090 .175 .713
item_15 559.71 1463.814 .213 .713
item_16 561.05 1500.648 -.626 .720
item_17 559.62 1458.848 .403 .711
103
item_18 560.00 1452.600 .437 .710
item_19 560.00 1456.100 .423 .711
item_20 559.10 1456.690 .457 .711
item_21 559.10 1458.490 .408 .711
item_22 559.43 1468.357 .140 .713
item_23 560.24 1453.090 .391 .710
itwm_24 559.95 1475.148 -.041 .715
itwm_25 559.52 1472.562 .031 .714
item_26 559.67 1451.933 .451 .710
item_27 561.43 1481.357 -.210 .716
item_28 559.86 1456.029 .364 .711
item_29 560.10 1443.290 .601 .708
item_30 560.38 1481.748 -.149 .716
item_31 559.57 1455.857 .383 .711
item_32 560.24 1437.190 .634 .707
item_33 559.71 1443.514 .587 .708
item_34 559.57 1479.357 -.115 .716
item_35 559.43 1456.357 .338 .711
item_36 560.00 1463.100 .157 .713
item_37 560.38 1449.848 .294 .710
item_38 560.52 1448.562 .361 .710
104
item_39 559.67 1466.833 .161 .713
item_40 559.19 1472.162 .023 .714
item_41 559.52 1452.462 .390 .710
item_42 559.71 1449.614 .419 .710
item_43 560.52 1449.162 .509 .710
item_44 559.86 1449.029 .413 .710
item_45 560.62 1458.748 .220 .712
item_46 560.14 1451.129 .333 .710
item_47 559.43 1452.557 .570 .710
item_48 559.14 1454.929 .412 .711
item_49 559.57 1456.757 .429 .711
item_50 559.33 1460.333 .341 .712
item_51 558.90 1469.090 .166 .713
item_52 559.67 1467.833 .137 .713
item_53 559.14 1454.929 .412 .711
item_54 559.33 1461.833 .254 .712
item_55 559.38 1446.148 .609 .709
item_56 559.38 1450.648 .445 .710
item_57 560.14 1463.229 .161 .713
item_58 559.10 1467.290 .169 .713
item_59 558.90 1461.890 .429 .712
105
item_60 559.33 1448.633 .545 .709
item_61 559.71 1454.414 .423 .711
item_62 559.67 1449.233 .591 .710
item_63 559.86 1458.929 .354 .712
item_64 560.00 1444.900 .446 .709
item_65 560.57 1448.257 .329 .710
item_66 560.81 1459.562 .169 .712
item_67 559.33 1456.133 .333 .711
item_68 558.86 1378.129 .214 .710
item_69 560.19 1476.262 -.053 .715
item_70 559.71 1462.714 .284 .712
item_71 560.05 1446.848 .484 .709
item_72 559.62 1458.648 .408 .711
item_73 559.10 1468.090 .148 .713
item_74 559.90 1460.790 .204 .712
item_75 560.00 1450.800 .383 .710
item_76 559.57 1471.957 .040 .714
item_77 560.38 1445.048 .556 .709
item_78 559.86 1452.929 .382 .710
item_79 560.10 1461.690 .232 .712
item_80 560.00 1469.800 .047 .714
106
item_81 560.33 1456.533 .326 .711
item_82 560.24 1455.790 .384 .711
item_83 560.14 1467.929 .122 .713
item_84 560.81 1465.662 .271 .713
item_85 560.29 1446.814 .513 .709
item_86 559.10 1452.390 .479 .710
item_87 560.62 1459.248 .392 .712
item_88 559.10 1463.690 .267 .712
item_89 560.33 1471.033 .052 .714
item_90 560.19 1465.162 .216 .713
item_91 559.86 1452.129 .520 .710
item_92 559.52 1458.962 .302 .712
item_93 559.67 1459.333 .201 .712
item_94 559.43 1459.857 .240 .712
item_95 560.24 1458.390 .327 .711
total 281.38 368.448 1.000 .836
107
Lampiran xvi
Reliabilitas
Scale: ALL VARIABLES
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 21 100.0
Excludeda 0 .0
Total 21 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.714 96
108
Lampiran xvii
Paired Simples T Test Angket Pre Test Dan Pos Test Kelompok Eksperimen
T-Test
[DataSet0]
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pre test 65.80 5 5.357 2.396
Pos test 78.60 5 7.403 3.311
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Pre test
dan pos
test
5 .943 .016
Paired Samples Test
Paired Differences
T df Sig. (2-tailed)
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Pair 1 Pre test –
pos test -12.800 2.950 1.319 -16.462 -9.138 -9.704 4 .001
109
Lampiran xviii
Paired Simples T Test Angket Pre Test Dan Pos Test Kelompok Kontrol
T-Test
[DataSet0]
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pre test 65.75 4 3.304 1.652
Pos test 62.25 4 4.787 2.394
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Pre test –
pos test 4 .785 .215
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std.
Deviation Std. Error Mean
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Pair 1 Pre test-
pos test 3.500 3.000 1.500 -1.274 8.274 2.333 3 .102
110
Lampiran xix
Test of Homogeneity of Variances pos test
kelompok eksperimen dan kontrol
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3.466 1 9 .096
111
Lampiran xx
Independent samples t test pos test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
T-Test
[DataSet0]
Group Statistics
pos test N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
pre test pre test 6 78.00 6.512 2.658
pos test 5 62.60 4.615 2.064
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
pre test Equal
variances
assumed
2.656 .138 4.426 9 .002 15.400 3.480 7.528 23.272
Equal
variances
not assumed
4.576 8.833 .001 15.400 3.366 7.765 23.035