26
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi modalitas sebagai bentuk psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok klien dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin dan diarahkan seorang terapis atau petugas kesehatan jiwa yang terlatih. Salah satu jenis terapi aktivitas kelompok untuk klien gangguan interaksi sosial : menarik diri adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi semua pancaindra (sensori) agar memberi respon yang adekuat. (Kelliat B.A & Akemat,2004). Terapi ini diberikan karena klien tidak mampu berespon dengan lingkungan sosialnya. Kerusakan interaksi sosial merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain atau suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (Rawlins, 1993). Kerusakan interaksi sosial terjadi apabila individu menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakpuasan individu terhadap proses hubungan yang 1

BAB 1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

proposal TAK

Citation preview

Page 1: BAB 1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan salah satu terapi modalitas

sebagai bentuk psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok klien dengan jalan

berdiskusi satu sama lain yang dipimpin dan diarahkan seorang terapis atau petugas

kesehatan jiwa yang terlatih. Salah satu jenis terapi aktivitas kelompok untuk klien

gangguan interaksi sosial : menarik diri adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi

sensori. Terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori adalah upaya menstimulasi

semua pancaindra (sensori) agar memberi respon yang adekuat. (Kelliat B.A &

Akemat,2004). Terapi ini diberikan karena klien tidak mampu berespon dengan

lingkungan sosialnya.

Kerusakan interaksi sosial merupakan percobaan untuk menghindari interaksi

dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain atau suatu tindakan

melepaskan diri baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara

langsung (Rawlins, 1993). Kerusakan interaksi sosial terjadi apabila individu

menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain.

Pemutusan proses hubungan terkait erat dengan ketidakpuasan individu terhadap

proses hubungan yang disebabkan oleh kurangnya peran serta dan tidak mampu

berespon dengan lingkungan sosialnya, kondisi ini dapat mengembangkan rasa tidak

percaya diri dan keinginan menghindar dari orang lain. Apabila tingkah laku tersebut

tidak segera ditanggulangi dapat menyebabkan klien mengalami gangguan jiwa yang

lebih berat seperti munculnya halusinasi, risiko mencederai diri dan orang lain dan

penurunan minat kebutuhan dasar psikologis. Asuhan keperawatan klien dengan

kerusakan interaksi sosial dilakukan dengan pendekatan individu dan pendekatan

kelompok. Hal ini dapat dilakukan terapi aktivitas kelompok, penggunaan kelompok

dalam praktek keperawatan jiwa memberikan dampak positif dalam upaya

pencegahan kekambuhan serta pemulihan harga diri klien selama dirawat di Rumah

1

Page 2: BAB 1

Sakit. Dinamika kelompok membantu klien meningkatkan perilaku adaptif serta

mengurangi perilaku maladaptif.

Berdasarkan uraian diatas penggunaan terapi aktivitas kelompok dapat

memberikan dampak positif dan dapat membantu klien meningkatkan perilaku

adaptif serta mengurangi perilaku maladaptif terutama pada pasien dengan kerusakan

interaksi sosial yang salah satunya disebabkan oleh ketidakmampuan berespon

dengan lingkungan sosialnya.

Salah satu terapi aktivitas kelompok yang mempunyai tujuan agar klien

mampu memberikan respon dan dapat mengekspresikan perasaan adalah terapi

aktivitas kelompok stimulasi sensori. Dengan terapi aktivitas kelompok stimulasi

sensori klien dapat menggunakan semua panca inderanya untuk merespon stimulus

yang diberikan, sehingga klien dapat memberi respon yang adekuat, dengan

kemampuan memberi respon terutama terhadap lingkungan diharapkan klien mampu

meningkatkan hubungan sosial dengan orang lain.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana prinsip terapi aktivitas kelompok: stimulasi sensori sebagai

tindakan terapeutik asuhan keperawatan jiwa?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui prinsip terapi aktivitas kelompok: stimulasi sensori sebagai

tindakan terapeutik dalam asuhan keperawatan jiwa

2

Page 3: BAB 1

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Terapi aktivitas kelompok : Stimulasi sensori adalah upaya untuk

menstimulasi semua pancaindera (sensori) agar memberi respon yang adekuat

(Keliat, 2009)

Terapi aktivitas kelompok:stimulasi sensori merupakan aktivitas yang

digunakan untuk memberikan stimulasi pada sensori klien, kemudian diobservasi

reaksi sensori klien berupa ekspresi emosi atau perasaan melalui gerakan tubuh,

ekspresi muka, ucapan. Terapi aktivitas kelompok untuk menstimulasi sensori pada

penderita yang mengalami kemunduran fungsi sensoris. Teknik yang digunakan

meliputi fasilitas penggunaan pancaindera dan kemampuan mengekpresikan stimulus

baik dari internal maupun eksternal (Purwaningsih, 2009).

2.2 Tujuan

2.2.1 Tujuan Umum

Klien dapat berespons terhadap stimulus pancaindra yang diberikan.

2.2.2 Tujuan Khusus

a) Klien mampu berspons terhadap suara yang didengar.

b) Klien mampu berespons terhadap gambar yang dilihat.

c) Klien mampu mengekpresikan perasaan melalui gambar.

2.3 Aktivitas dan Indikasi

Aktivitas TAK stimulasi sensori dilaksanakan dalam 2 sesi yang melatih

kemampuan klien dalam berespons terhadap stimulasi sensori dan menyediakan

kegiatan mengekspresikan perasaan. Klien yang mempunyai indikasi TAK-Stimulasi

Sensori adalah klien isolasi sosial, menarik diri, harga diri rendah yang disertai

dengan kurang komunikasi verbal. Aktivitas Stimulasi sensori dapat berupa stimulus

terhadap penglihatan, pendengaran dan lain-lain, seperti gambar, video, tarian, dan

3

Page 4: BAB 1

nyanyian. Jika hobi klien telah diketahui sebelumnya, dapat digunakan sebagai

stimulus, misalnya lagu kesukaan klien yang dapat digunakan sebagai stimulus.

2.4 Tahap tahap dalam TAK

Pemimpin akan mengembangkan kelompok dalam empat fase, yaitu : fase pra

kelompok, fase awal kelompok, fase kerja kelompok, fase terminasi kelompok.

(Stuart dan Laraia, 2001)

a) Fase pra kelompok

Hal terpenting adalah tujuan dari kelompok. Ketercapaian tujuan sangat

dipengaruhi oleh perilaku pimpinan dan pelaksanaan kegiatan kelompok untuk

mencapai tujuan tersebut. Untuk itu, perlu disusun proposal atau panduan

pelaksanaan kegiatan kelompok yang terdiri dari daftar tujuan umum dan khusus,

daftar pemimpin kelompok serta keahliannya, daftar kerangka teoritis yang akan

digunakan pemimpin untuk mencapai tujuan, daftar kriteria anggota kelompok, uraian

struktur kelompok, uraian tentang proses evaluasi anggota, uraian alat dan sumber

yang diperlukan.

b) Fase awal kelompok

Fase ini dibagi menjadi tiga, yaitu : Tahap orientasi , tahap konflik, dan tahap

kohesif

o Orientasi

Pada tahap ini pemimpin kelompok lebih aktif dalam memberi pengarahan.

Pemimpin mengorientasikan anggota pada tugas utama dan melakukan kontrak yang

terdiri dari tujuan, kerahasiaan, waktu pertemuan, struktur, kejujuran dan aturan

komunikasi.

o Konflik

Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai memikirkan

siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana peran dan tugas anggota, dan

ketergantungan yang akan terjadi.

4

Page 5: BAB 1

o Kohesif

Anggota kelompok merasakan ikatan yang kuat satu sama lain, perasaan

positif akan sering diungkapkan. Anggota mulai bekerja sama untuk mengatasi

masalah.

c) Fase kerja kelompok

Pada fase ini, kelompok sudah menjadi tim. Kelompok menjadi stabil dan

realistis. Perasaan positif dan negative dikoreksi dengan hubungan saling percaya

yang telah dibina. Bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati,

kecemasan menurun, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan dan tugas

kelompok, penyelesaian masalah yang kreatif. Pada akhir fase ini, anggota kelompok

menyadari produktivitas, kemampuan yang bertambah disertai rasa percaya diri dan

kemandirian.

d) Fase terminasi

Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Terminasi juga dapat terjadi

karena anggota kelompok atau pemimpin kelompok keluar dari kelompok. Evaluasi

umumnya difokuskan pada jumlah pencapaian baik kelompok maupun individu. Pada

akhir sesi , perlu dicatat atau didokumentasikan proses yang terjadi. Juga

didokumentasikan pada catatan implementasi tindakan keperawatan tentang

pencapaian dan perilaku yang perlu dilatih pada klien diluar sesi.

2.5 Peran Perawat dalam Terapi Aktivitas Kelompok

a) Mempersiapkan program terapi aktivitas kelompok

b) Sebagai leader dan co leader

c) Sebagai fasilitator

d) Sebagai observer

e) Mengatasi masalah yang timbul pada saat pelaksanaan

2.6 Uraian Struktur Kelompok

a) Hari/Tanggal :

5

Page 6: BAB 1

b) Tempat : di ruang puri mitra

c) Waktu : 10.00 – 10.45WIB

d) Lama kegiatan : 45 menit

o Perkenalan dan pengarahan : 5 menit

o Role play : 10 menit

o Permainan dan diskusi : 15 menit

o Evaluasi : 10 menit

o Penutup : 5 menit

e) Jumlah Peserta : 5 orang

f) Perilaku yang diharapkan dari kelompok

Klien dapat melakukan permainan

Klien dapat memberikan respons terhadap suara yang di dengar

(seperti bertepuk tangan, menggelengkan kepala, atau bahkan

berjoget).

Klien dapat memberikan pendapat tentang isi lagu dan perasaannya

setelah mendengarkan lagu

Klien dapat memberikan respons terhadap gambar yang dilihat

Klien dapat mengontrol emosinya selama kegiatan berlangsung

Klien tidak meninggalkan kelompok pada saat permainan

2.7 Metode dan Media

Metode : diskusi kelompok

Media : speaker, handphone, kertas gambar, pensil, crayon

2.8 Pengorganisasian

a) Leader : Yessy Trigathi Pratiwi

Tugas :

o Menyusun rencana TAK (proposal)

o Mengarahkan kelompok dalam pencapaian tujuan

6

Page 7: BAB 1

o Memotivasi dan memfasilitasi anggota untuk mengekspresikan perasaan,

mengajukan pendapat dan memberikann umpan balik

o Sebagai role model

o Menjelaskan jalannya permainan dan melakukan kontrak waktu

b) Co-leader : Siti Zulichah

Tugas :

o Membantu leader mengatur anggota kelompok

o Mengingatkan leader jika leader menyimpang.

c) Fasilitator : Rully Setyawan, Syaiful Arif dan Tina Anggraeni

Tugas :

o Membantu leader dalam memfasilitsi anggota untuk berperan aktif dan

memotifasi anggota

o Memfokuskan kegiatan

o Membantu mengkoordinasi anggota kelompok

d) Observer : Rivenski Sesutianingsih, Virnadia Ekasari Andriani

Tugas :

o Mengobservasi semua respon klien

o Mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan prilaku klien

o Mengevaluasi setiap keaktifan pasien

o Mengevaluasi tugas leader, fasilitator, dan co leader

2.9 Strategi tempat duduk peserta TAK stimulasi sensori

7

Co Leader

Pasien

Pasien

Fasilitator

PasienFasilitator

Page 8: BAB 1

2.10 Proses pelaksanaan

a) Perkenalan dan pengarahan

o Mempersiapkan lingkungan (suasana tenang dan nyaman)

o Mempersiapkan tempat : pengaturan posisi tempat duduk, leader

berdiri di depan dan berkomunikasi dengan seluruh anggota.

o Mempersiapkan anggota kelompok.

b) Pembukaan

o Leader memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama, asal dan

tempat tinggal

o Leader menjelaskan tujuan TAK stimulasi sensori

o Leader menjelaskan peraturan kegiatan dalam kelompok antara lain

jika klien ingin ke kamar mandi atau toilet harus minta ijin kepada

leader, jika ingin menjawab pertanyaan klien diminta untuk

mengacungkan tangan dan diharapkan klien mengikuti kegiatan dari

awal sampai akhir.

c) Role play

Permainan dimulai dengan bermain peran oleh fasilitator sesuai

petunjuk leader. Setelah itu observer menghidupkan tape recorder dan

memulai permainan, semua fasilitator memberikan respons terhadap lagu

tersebut dan menceritakan apa isi dari lagu tersebut.

d) Permainan

Klien diminta untuk mengambil tempat yang disediakan. Selanjutnya

klien bermain sesuai role play sebelumnya.

8

Pasien

Leader

Observer

Fasilitator

Pasien

Observer

Page 9: BAB 1

e) Evaluasi

o Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah melakukan permainan

o Klien dapat menyebutkan keuntungan dari permainan tersebut

o Klien dapat mengungkapkan usul atau pendapat kegiatan bermain.

f) Penutup

o Leader menyampaikan apa yang telah dicapai anggota kelompok setelah

mengikuti permainan.

o Perawat memberikan reinforcement positif pada setiap klien yang

mengikuti permainan.

2.11 Antisipasi masalah

a) Klien yang tidak aktif saat aktivitas kelompok penanganannya adalah dengan

memberikan motivasi oleh fasilitator

b) Bila klien meninggalkan permainan tanpa ijin, panggil nama klien, tanyakan

alasan klien meninggalkan permainan, berikan motivasi agar klien kembali mengikuti

permainan.

c) Klien lain yang ingin mengikuti permainan, beri penjelasan pada klien

tersebut bahwa permainan ini ditunjukkan pada klien yang terpilih, katakana pada

klien lain tersebut bahwa aka nada waktu khususnya untuk mereka.

2.12 Kriteria evaluasi

a) Evaluasi input

1) Tim terdiri dari leader, co-leader, fasilitator, dan observer

2) Lingkungan memiliki syarat cukup luas dan sirkulasi baik.

3) Peralatan speaker dan handphone (mp3 player) berfungsi dengan baik

b) Evaluasi proses

1) Leader menjelaskan aturan main dengan jelas

9

Page 10: BAB 1

2) Fasilitator menempatkan diri di tempat yang memungkinkan untuk

dapat mengawasi jalannya permainan.

3) 70 % klien yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan

dengan aktif dari awal sampai selesai.

c) Evaluasi output

Setelah mengadakan terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori dengan 4

klien yang diamati, hasil yang diharapkan adalah sebagai berikut :

1) 70 % klien yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan dengan

aktif dari awal hingga selesai.

2) 70 % klien dapat meningkatkan respom terhadap stimulus yang diberikan

(seperti bertepuk tangan, berjoget, ikut menyanyi dan lain-lain)

3) 70 % klien dapat menceritakan makna lagu dan gambar

4) 70 % klien dapat mengungkapkan perasaannya

10

Page 11: BAB 1

Terapi Aktivitas Kelompok : Stimulasi Sensori

Terapi aktivitas kelompok (TAK) : stimulasi sensoris adalah upaya

menstimulasi semua pancaindra (sensori) agar memberi respons yang adekuat.

Tujuan

Tujuan umum : klien dapat berespons terhadap stimulus panca indra yang diberikan,

dan tujuan khususnya adalah :

1. Klien mampu berespons terhadap suara yang didengar

2. Klien mampu berespons terhadap gambar yang dilihat

3. Klien mampu mengekspresikan perasaan melalui gambar

Aktivitas dan Indikasi

Aktivitas stimulasi sensoris dapat berupa stimulus terhadap penglihatan,

pendengaran, dan lain-lain, seperti gambar, video, tarian, dan nyanyian. Klien yang

mempunyai indikasi TAK-stimulasi sensoris adalah klien isolasi social, menarik diri,

harga diri rendah yang disertai dengan kurangnya komunikasi verbal.

TAK stimulasi sensori suara

Sesi 1 : Mendengarkan music

Tujuan :

1. Klien mampu mengenali music yang didengar

2. Klien mampu memberikan respon terhadap music

11

Page 12: BAB 1

3. Klien mampu menceritakan perasaannya setelah mendengarkan music

Setting:

1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

2. Ruangan nyaman dan tenang.

Alat :

1. Tape recorder (atau speaker)

2. Kaset lagu melayu (dipilih lagu yang memiliki cerita yang bermakna atau

lagu-lagu yang bermakna religious) atau mp3 player atau handphone

Metode :

1. Diskusi

2. Sharing persepsi

Langkah kegiatan :

1. Persiapan

a) Membuat kontrak dengan klien yang sesuai dengan indikasi : menarik

diri, harga diri rendah, dan tidak mau bicara.

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a) Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada klien

b) Evaluasi / validasi

Menanyakan perasaan klien saat ini

c) Kontrak

1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mendengarkan music

2) Terapis menjelaskan aturan main berikut.

Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, maka harus minta izin

pada terapis

Lama kegiatan 45 menit.

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

12

Page 13: BAB 1

3. Kerja

a) Terapis mengajak klien untuk saling memperkenalkan diri (nama dan

nama panggilan) dimulai dari terapis secara berurutan searah jarum jam.

b) Setiap kali seorang klien selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak

semua klien untuk bertepuk tangan.

c) Terapis dan klien memakai papan nama

d) Terapis menjelaskan bahwa akan diputar lagu, klien boleh tepuk tangan

atau berjoget sesuai dengan irama lagu. Setelah lagu selesai klien akan

diminta menceritakan isi dari lagu tersebut dan perasaan klien setelah

mendengar lagu.

e) Terapis memutar lagu, klien mendengar, boleh berjoget atau tepuk tangan

(kira-kira 15 menit). Musik yang diputar boleh diulang beberapa kali.

Terapis mengobservasi respons klien terhadap music.

f) Secara bergiliran klien diminta menceritakan isi lagu dan perasaannya.

Sampai semua klien mendapat giliran.

g) Terapis memberikan pujian, setiap klien selesai menceritakan

perasaannya, dan mengajak klien lain bertepuk tangan.

4. Tahap terminasi

a) Evaluasi

1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK

2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok

b) Tindak lanjut

Terapis menganjurkan klien untuk mendengarkan music yang disukai dan

bermakna dalam kehidupannya.

c) Kontrak yang akan datang

1) Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu menggambar

2) Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

13

Page 14: BAB 1

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja.

Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk

TAK stimulasi sensoris mendengar music, kemampuan klien yang diharapkan adalah

mengikuti kegiatan, respons terhadap music, memberi pendapat tentang music yang

didengar, dan perasaan saat mendengar music. Formulir evaluasi sebagai berikut :

NO Aspek yang dinilaiNama Klien

1. Mengikuti kegiatan dari awal sampai

akhir

2. Memberi respon (ikut

bernyanyi/menari/joget/menggerakkan

tangan-kaki-dagu sesuai irama)

3. Memberi pendapat tentang music yang

didengar

4. Menjelaskan perasaan setelah mendengar

lagu

Petunjuk:

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

2. Untuk tiap klien,beri penilaian tentang kemampuan klien

mengikuti,merespons,memberi pendapat,menyampaikan perasaan tentang

musikyang didengar.Beri tanda √ jika klien mampu dan tanda × jika klien

tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses

keperawatan tiap klien.Contoh: Klien mengikuti sesi 1,TAK stimulasi sensori

mendengar musik.Klien mengikuti kegiatan sampai akhir dan menggerakkan jari

14

Page 15: BAB 1

sesuai dengan irama musik,namun belum mampu memberi pendapat dan perasaan

tentang musik.Latih klien untuk mendengarkan musik di ruang rawat.

Sesi 2: Menggambar

Tujuan

1. Klien dapat mengekspresikan persaan melalui gambar

2. Kilen dapat memberi makna gambar

Setting

1. Klien dapat terapis duduk dalam lingkaran

2. Ruang nyaman dan tenang

Alat

1. Kertas HVS

2. Pensil 2B (bila tersedia krayon juga dapat di gunakan)

Metode

1.dinamika kelompok

2. diskusi

Langkah kegitan

1. Pesiapan

a. Meningkatkan kontrak dengan klien yang telah mengikuti sesi 1

b. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan

2. Orientasi

a. Salam terapeutik

1.salam dari terapis kepada klien

15

Page 16: BAB 1

2.Terapis dan klien memakai papan nama

b. evaluasi atau validasi

menanyakan prasaan klien saat ini.

b. Kontrak

1. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menggambar dan

menceritakan kepada orang lain.

2. Terapis menjelaskan aturan main berikut:

Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok harus

meminta izin kepada terapis.

Lama kegiatan 45 menit.

Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3. Tahap kerja

a. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan,yaitu

menggambarkan dan menceritakan hasil gambar kepada klien lain.

b. Terapis membagikan kertas danpensil,untuk tiap klien.

c. Terapis meminta klien menggambar apa saja sesuai dengan yang di

inginkan saat ini.

d. Sementara klien memulai menggambar,terapis berkeliling dan memberi

penguatan kepada klien untuk terus menggambar.jangan mencela klien

e. Setelah semua klien selesai menggambar,terps meminta masing-masing

klien untuk memperhatikan dan menceritakan gambar yang telah dibuat

nya kepada klien lain.Yang harus di ceritakan adalah gambar apa dan apa

makna gambar tersebut menurut klien.

f. Kegiatan poin e.terus dilakukan sampai semua klien dapat giliran.

g. Setiap kali klien selesai menceritakan gambarnya,terapis mengajak klien

bertepuk tangan.

4. Tahap terminasi

a. Evaluasi

1. Terapis menanyakan persaan klie setelah mengikuti TAK.

16

Page 17: BAB 1

2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b. Tindak lanjut

Terapis menganjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan melalui

gambar.

c. Kontrak yang akan datang

1. Menyepakati TAK yang akan datang,yaitu menonton Tv.

2. Menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi dan Dokumentasi

Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,khusus nya pada tahap

kerja.aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan

TAK.Untuk TAK stimulisasi sensoris menggambar, kemampuan klien yang

diharapkan adalah mampu mengikti kegiatan, menggambar, menyebutkan apa yng di

gambar dan menceritakan makna gambar.

Sesi 2: TAK

Stimulasi sensori menggambar

Kemampuan memberi respon terhadap menggambar

No Aspek yang dinilaiNama Klien

1 Mengikuti kegiatan dari awal sampai

akhir

2 Menggambar sampai selesai

3 Menyebutkan gambar apa

4 Menceritakan makna gambar

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.

17

Page 18: BAB 1

2. Untuk tiap klien, memberi penilaian tentang kemapuan klien mengikuti,

menggambar, menyebutkan gambar, menceritkakan makna gambar. Beritanda

√ jika klien mampu dan tanda x jika kien tidak mampu.

Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses

keperawatan tiap klien. Contoh : klien mengikuti sesi 2 TAK stimulasi sensori

menggambar. Klien mengikuti sampai selesai. Klien mampu menggambar,

menyebutkan nama gambar, dan menceritakan makna gamabar. Anjurkan klien untuk

mengungkapkan perasaan melalui gambar.

18