Upload
rizky-kurniawan
View
101
Download
8
Embed Size (px)
DESCRIPTION
LaporAN pkl
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG PROYEK
Dalam latar belakang proyek memuat alasan pembangunan proyek, alasan
penunjukkan lokasi proyek, fasilitas pendukung, aspek tata ruang, estetika dan
peraturan ketinggian bangunan.
1.1.1 Alasan Pembangunan Proyek
Jakarta sebagai salah satu pusat pemerintahan serta pusat ekonomi
dan bisnis merupakan kota yang sangat padat dan membutuhkan perencanaan
wilayah yang terencana dan terpadu antar berbagai kehidupan. Bapak Adi
Susilo selaku pemilik proyek membangun BELMONT RESIDENCE
TOWER 2 yang berfungsi sebagai apartemen di jakarta tepatnya jakarta
barat dan menujuk PT. Bina Buana Semesta sebagai kontraktor untuk
membangun apartemen tersebut. Saat ini PT. Bina Buana Semesta sedang
membangun proyek BELMONT RESIDENCE TOWER 2 yang berlokasi di
Jl. Lapangan bola meruya ilir Kel. Meruya, Kec. Kembangan, Jakarta Barat
dengan total luas bangunan 19.060,35 m2.
1.1.2 Alasan Penunjukan Lokasi
Lokasi pembangunan Apartement Belmont Residence Tower 2
terletak di Jl. Lapangan Bola meruya ilir, Jakarta Barat sudah berdasarkan
pertimbangan yang matang dari pihak konsultan dan owner pertimbangan-
1
pertimbangan tersebut antara lain dari letak daerahnya yang strategis dekat
dengan pusat kota serta mudah untuk mendapatkan akses jalan ke tempat
tempat lain disamping itu kawasan Meruya Ilir memiliki nilai ekonomi yang
tinggi karena dekat dengan pusat perekonomian dan bisnis.
1.1.3 Fasilitas Pendukung
Beberapa fasilitas pendukung yang terletak disekitar proyek
Belmont Residence Tower 2 yaitu :
Lantai Dasar : Ruko, Lobby Entrance, Core Lift dan
Service Area, Ruang Kontrol
Lantai 2 : Ruko, Unit, Building Management, Balai
Warga, Core Lift dan Service Area
Lantai 3 : Ruko, Unit, Ruang Bermain, Core Lift dan
Service Area
Lantai 4 : Kios, Unit, Kolam Renang, Gymnasium
Lantai 5 s/d 18 : Unit, Core Lift dan Service Area
Lantai 19 : Ruang Mesin Lift, Roof Tank, Gondola
1.1.4 Aspek Tata Ruang
a. Koefisien Dasar Bangunan ( KDB )
Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No 441/KPTS /
1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung. Koefisien Dasar
Bangunan (KDB) adalah koefisien perbandingan antara luas lantai dasar
2
bangunan terhadap luas lahan. Koefisien Dasar Bangunan juga
menggambarkan kepadatan dalam suatu bangunan. kepadatan tersebut
dinyatakan dalam Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sangat rendah, Koefisien
Dasar Bangunan (KDB ) rendah, Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sedang,
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) tinggi dan Koefisien Dasar Bangunan
(KDB) sangat tinggi.
Tabel 1.1 Klasifikasi Koefisien Dasar Bangunan ( KDB )
NO NILAI KDB SPESIFIKASI
1 >5 % Sangat Rendah
2 5 % - 20 % Rendah
3 20% - 50 % Sedang
4 50% - 75 % Tinggi
5 >75 % Sangat Tinggi
( Sumber : Kepmen PU No. 640/kpts/1986 tentang Perencanaan Tata
Ruang Kota )
Dalam Pembanguna Proyek Belmont Residence Tower 2 ini
besarnya Koefisien Dasar Bangunan ( KDB ) adalah :
KDB = luaslantai dasar bangunan
luaslahan x 100%
KDB=1091,443605
x100%
3
KDB : 30,28%
Interpretsi : Koefisien Dasar Bangunan pada proyek Belmont
Residence sebesar 30,28 % dari luas lahan digunakan untuk
bangunan dasar dan juga menyatakan bahwa Koefisien Dasar
Bangunan (KDB) tergolong dalam KDB sedang.
b. Koefisien lantai Bangunan ( KLB )
Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 441/
KPTS / 1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, yang dimaksud
dengan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah koefisien perbandingan
antara luas keseluruhan lantai bangunan terhadap luas lahan.
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) juga menggambarkan
ketinggian dari suatu bangunan. Ketinggian tersebut dinyatakan dalam
Koefisien Lantai Bangunan (KLB) sangat rendah, Koefisien Lantai Bangunan
(KLB) rendah, Koefisien Lantai Bangunan (KLB) sedang, Koefisien Lantai
Bangunan (KLB) tinggi, dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) sangat
tinggi.
4
NO NILAI KDB KLASIFIKASI
1 2 x KDB Sangat Rendah
2 4 x KDB Rendah
3 8 x KDB Sedang
4 9 x KDB Tinggi
5 20 x KDB Sangat Tinggi
Tabel 1.2 klasifikasi Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
(Sumber : Keputusan Peraturan menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun
1988)
Dalam Proyek Pembangunan Belmont Residence Tower 2
besarnya Koefisien Lantai Bangunan adalah :
KLB = Total luas lantaibangunan
luas lahan
KLB=19060,353605
x 100%
KLB = 528,72 %
Interpretasi : Koefisien Lantai Bangunan pada Proyek Belmont
Residence Tower 2 adalah sebesar 528,72 %, sehingga KLB/KDB =
17,46. Hal ini menandakan bahwa Koefisien Lantai Bangunan (KLB)
tersebut dalam kelas KLB 9x KDB, kalsifikasi Tinggi.
1.1.5 Peraturan Ketinggian Bangunan
Proyek Belmont Residence Tower 2 terletak di kawasan Jakarta
Barat yang mempunyai 20 lantai utama termasuk dalam kategori bangunan
tinggi berdasarkan UU No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung , pasal
20 ayat 3.
5
.
1.1.6 Peta Peruntukan Lahan
Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek
Batas Proyek
- Sebelah Barat : Taman kebon jeruk
- Sebelah Timur : Jl. Panjang raya
- Sebelah Utara : Gedung bussines park
- Sebelah Selatan : Gedung belleza
1.2 DATA UMUM PROYEK
1.2.1 Nama Proyek: PROYEK TOWER 2 MONT BLANC
BELMONT RESIDENCE JAKARTA BARAT
1.2.2 Lokasi Proyek: Jl. Lapangan Bola meruya ilir, Jakarta Barat
1.2.3 Fungsi Bangunan: Apartemen (bangunan tempat tinggal)
6
1.2.4 Jenis Konstruksi: Beton Bertulang
1.2.5 Pemilik Proyek: PT Mitra Abadi Sukses Sejahtera
1.2.6 Luas Lahan : 3,605 m2
1.2.7 Luas Bangunan: 19060,35 m2
1.2.8 Memiliki 1 Tower : 18 Lantai, 19 dengan lantai atap
1.2.9 Konsultan
a. Konsultan MK: PT. Atelier Enam PM
b. Konsultan Perencana Struktur: PT. Stadin Strukturindo
Konsultan:
c. Konsultan Perencana Arsitektur: PT. Megantika International
d. Konsultan perencana MEP : PT. Metakom Pranata
1.2.10 Kontraktor
a. Kontraktor Bore Pile : PT. Pakubumi Semesta
b. Kontraktor Struktur Atas : PT. Bina Buana Semesta
1.2.11 Supplier
a. Supplier Readymix : Adhimix dan Betamix
b. Supplier Besi : PT. Mitra Abadi Sukses
Sejahtera
c. Supplier Bekisting : PT. Sinar Powerindo Utama
1.2.12 Jenis Pelelangan : Pelelangan Terbuka
1.2.13 Waktu Pelaksanaan : 224 hari kerja
7
1.2.14 Periode Pelaksanaan : 15/04/2013 sampai
15/11/2013
1.2.15 Biaya Pelaksanaan : Rp. 22.000.000.000
1.2.16 Sifat Kontrak : Lumpsum
1.2.17 Sistem Pembayaran : Termin/Bertahap
1.2.18 Masa pemeliharaan : 6 Bulan
1.2.19 Instalasi Listrik : PLN dan Genset
1.2.20 Instalasi Air Bersih : Jet Pump dan Air Tanah
8
BAB II
TINJAUAN UMUM PROYEK
2.1 DATA TEKNIS PROYEK
Terdapat berbagai macam jenis pekerjaan dalam suatu pembuatan
konstruksi bangunan, antara lain ialah pekerjaan struktur. Pekerjaan struktur
adalah pekerjaan yang meliputi seluruh konstruksi suatu bangunan dan pekerjaan
ini merupakan pekerjaan yang utama. Pada proyek yang dikerjakan oleh PT Bina
Buana Semesta ini, yaitu Belmont Residence Tower 2 terdapat beberapa
pekerjaan seperti yang akan dijabarkan dibawah ini :
2.1.1 Pondasi
Pondasi adalah struktur pendukung bangunan terbawah yang
berfungsi meneruskan beban vertikal dan horizontal dari struktur bagian
atas bangunan ke dalam tanah. Dalam proyek pembangunan Belmont
Residence Tower 2 pondasi yang digunakan adalah pondasi bored pile Ø
1000 mm dan soldier pile Ø 600 dengan panjang netto tiang 23 m (elevasi
ujung Pile Toe pada -28,050 m). Dengan menggunakan mutu beton fc’ 35
MPa dan nilai slump 18 mempunyai 137 titik.
2.1.2 Pilecap
Pile cap merupakan bagian struktur yang berfungsi untuk
meratakan beban dari kolom ke pondasi, bagian ini berfungsi juga
9
menggabungkan beberapa pondasi sehingga pondasi tersebut mampu
menahan beban diatasnya. Dalam proyek pembangunan Belmont
Residence Tower 2, pile cap yang digunakan adalah dengan mutu beton fc’
35 MPa.
Tabel 2.1 Tipe Pile Cap
No.Tipe
Pile Cap
Jumlah
Pile CapPile
Jumlah
Tiang
Bentuk
Pile cap
1 P1 13 1 13 Persegi
2 P1 - A 42 1 42 Persegi
3 P2 7 2 14 Persegi panjang
4 P2 -A 1 2 2 Persegi panjang
5 P3 2 3 6 Persegi panjang
6 P4 3 4 12 Persegi panjang
7 P6 - A 1 6 6 Persegi panjang
8 P8 1 8 8 Persegi panjang
9 P8 - A 1 8 8 Persegi panjang
10 P - 24 1 24 24 Persegi panjang
2.1.3 Kolom
Kolom merupakan struktur vertikal yang berfungsi menahan
beban-beban dari balok untuk kemudian disalurkan ke pondasi. Dalam
proyek pembangunan Belmont Residence Tower 2 ini digunakan kolom
persegi dan persegi panjang.
10
Mutu beton yang digunakan pada kolom persegi adalah sebagaiberikut:
Fc’ 40 MPa untuk lantai basement sd lt.5
Fc’ 35 MPa untuk lt.6 sd lt.14
Fc’ 30 MPa untuk lt.15 sd lt.Atap
Tabel 2.2 Tipe Kolom dan Pembesian
Tipe KolomDimensi
Kolom (mm)
Tulangan
Pokok (mm)Sengkang
K12A 150 x 200 4D13 D10 – 100 / 150
K24 200 x 400 6D16 D10 – 100 / 150
K40 400 x 400 12D16 D10 – 100 / 150
K45 400 x 500 12D16 D10 – 100 / 150
K45A (KOMPOSIT) 450 x 500 12D16 D10 – 100 / 150
K50 500 x 500 16D16 D10 – 100 / 150
K46 400 x 600 14D16 D10 – 100 / 150
K48 400 x 800 18D19 D10 – 100 / 150
2.1.4 Balok
Balok adalah konstruksi horizontal yang berfungsi menahan gaya
vertikal dari pelat lantai termasuk berat sendiri balok, yang nantinya akan
diteruskan ke kolom.
Mutu beton untuk balok yang digunakan adalah :
Fc’ 40 MPa untuk lantai basement sd lt.5
11
Fc’ 35 MPa untuk lt.6 sd lt.14
Fc’ 30 MPa untuk lt.15 sd lt.Atap
Tabel 2.3a Tipe Balok dan Dimensi
NAMA BALOK
DIMENSI NAMA BALOK
DIMENSI
B13A 150 X 300 B36B 300 x 650B14 100 x 400 B36C 350 x 650B17 100 x 700 B38A 350 x 800
B17A 150 x 700 B44A 400 x 450B23 200 x 300 B45 400 x 500B24 200 x 400 B46 400 x 600
B24L 200 x 400 (LIFT) B48A 400 x 820B25A 250 x 500 B47B 400 x 750B26B 200 x 650 B57B 500 x 750B26C 200 x 650 B56 500 x 600B28A 200 x 820 B66 600 x 600B34 300 x 400 B86 800 x 600
B35A 350 x 500 B310 300 x 1000B35 300 x 500 B410 400 x 1000B36 300 x 600
2.1.5 Plat Lantai
Pelat adalah elemen bidang tipis yang menahan beban transversal
melalui aksi lentur masing-masing tumpuan. Pelat lantai direncanakan
untuk dapat menahan beban mati dan beban hidup yang bekerja pada pelat
lantai tersebut.
12
Pelat yang digunakan pada proyek pembangunan Belmont
Residence Tower 2 adalah pelat beton konvensional dengan menggunakan
mutu beton sebagai berikut:
Fc’ 40 MPa untuk lantai basement sd lt.5
Fc’ 35 MPa untuk lt.6 sd lt.14
Fc’ 30 MPa untuk lt.15 sd lt.Atap
Jenis tulangan yang dipakai adalah BJTD 40 diameter 10 mm dan 13 mm.
Tipe pelat lantai yang digunakan pada proyek pembangunan Belmont
Residences Tower 2 sebagai berikut:
Tabel 2.4 Tipe Pelat Lantai
NAMA PLAT TEBAL PLAT (mm)
S12 120
S15A 150
S20A 200
S20B 200
S15B 150
S25A 250
S25B 250
2.1.6 Tangga
Tangga adalah alat transportasi dan penghubung antara lantai satu
ke lantai berikutnya. Tangga berfungsi sebagai penghubung secara vertikal
(ke atas dan ke bawah) atau naik dan turun antara lantai satu dengan yang
13
lainnya. Tangga yang direncanakan mempunyai tebal pelat sebesar 150
mm, tinggi optrade 18 cm, lebar antrede 30 cm dan memakai tulangan
D13- 150 untuk tulangan utama dan D10 – 200 untuk tulangan pembagi.
Menggunakan mutu beton fc’ 40 Mpa, fc’ 35 MPa dan fc’ 30 MPa.
2.1.7 Atap
Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai
penutup seluruh ruangan yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas,
debu, hujan, angin atau untuk keperluan perlindungan.
Atap yang digunakan pada proyek pembangunan Belmont
Residence Tower 2 ini adalah pelat beton. Pelat beton tersebut diberi
lapisan waterproofing yang berfungsi agar air yang jatuh tidak merembes
pada beton.
2.1.8 Grand Water tank
Ground Water Tank (GWT) Merupakan suatu konstruksi bawah
tanah yang berfungsi sebagai tangki penyimpanan air sementara yang akan
dipompakan ke penampungan di atas, untuk dapat didistribusikan pada
setiap unit plumbing yang ada. GWT pada proyek ini terletak di basement
Belmont Residence Tower 2 dengan kedalaman 5 m. Mutu beton yang
14
digunakan dalam pembuatan GWT adalah mutu beton fc’ 35 MPa dan besi
D19.
2.1.9 Core Wall
Core Wall pada umumnya ditempatkan di tengah bangunan, ditepi
bangunan atau di luar bangunan selain sebagai inti bangunan, juga bisa
sebagai tempat transportasi vertikal seperti untuk tangga, lift dan lain- lain.
Core Wall yang ada lift di dalamnya disebut Core Lift. Core Wall dapat
memikul beban angin ataupun beban gempa yang bekerja padanya melalui
portal maupun lantai.
Pada proyek pembangunan Belmont Residence Tower 2, mutu
beton Core Wall yang digunakan adalah mutu beton f’c 40MPa, f’c 35
MPa f’c 30 MPa.
2.1.10 Konstruksi Podium
Konstruksi podium adalah bangunan yang dirancang untuk parkir
mobil dan dimana ada sejumlah lantai atau tingkat dimana parkir
berlangsung. Podium pada proyek pembangunan Belmont Residence
Tower 2 terdapat pada lantai 1. Podium ini berfungsi sebagai parkir
kendaraan bermotor dan area komersial. Podium termasuk dalam
konstruksi beton bertulang yang semuanya secara konvensional.
15
2.1.11 STP (Sewage Treatment Plant)
Seawage Treatment Plant (STP) Merupakan suatu unit pengelolaan
Limbah buangan dari aktivitas penggunaan gedung. Mengingat banyaknya
jumlah toilet pada gedung ini, maka diperlukan pengelolaan limbah
buangan untuk selanjutnya dibuang ke saluran air sekitar. Hal ini
dimaksudkan agar limbah yang dibuang ke pembuangan sekitar gedung
sudah menjadi limbah yang lebih ramah lingkungan. Mutu beton yang
digunakan dalam pembuatan STP ini adalah mutu beton fc’ 35 Mpa dan
besi D22.
2.2 Administrasi Proyek
Sistem administrasi proyek merupakan sarana yang dibuat untuk
memfasilitasi hubungan komunikasi antara pihak-pihak yang terkait dalam
pembanguan suatu proyek, dalam sistem administrasi terdapat informasi
yang berisi mengenai: pelelangan, struktur organisasi proyek, struktur
organisasi kontraktor, rencana waktu kerja (time schedule) yang di
dalamnya memuat master schedule, barchart, dan S-Curve, dan rencana
harian, Laporan Pekerjaan (harian, mingguan, bulanan ), dan tenaga kerja
(jenis dan keselamatan tenaga kerja).
16
2.2.1 Pelelangan
Pelelangan proses yang sering dilakukan dalam proses pengadaan
barang dan jasa. Dalam proses tersebut terdapat aturan-aturan yang
memiliki dasar hukum yang telah dibuat oleh pemerintah. Pada proyek
Belmont Residence Tower 2 dan PT Mitra Abadi Sukses Sejahtera sebagai
owner mengadakan pelelangan terbuka yang bertujuan untuk mencari
kontraktor yang nantinya akan membangun proyek Belmont Residence
Tower 2.
Pelelangan terbuka adalah pelelangan yang dapat diikuti oleh
rekanan yang tercantum dalam daftar rekan mampu sesuai dengan
bidang usaha, lingkup, ataupun klasifikasi kemampuannya. Perbandingan
peserta pelelangan dilakukan melalui negosiasi baik dari segi teknis
maupun dari segi harga.
Pelelangan dilakukan setelah pihak owner menunjuk panitia lelang
untuk membuat dokumen tender atau dokumen lelang, dilanjutkan dengan
mengadakan pelelangan terbuka yang diikuti oleh beberapa kontraktor
sebagai peserta lelang. Owner menunjuk konsultan perencana untuk
membuat perencanaan gedung sesuai dengan yang owner inginkan.
PT. BINA BUANA SEMESTA selaku kontraktor utama
mendapatkan proyek ini melalui pelelangan terbuka. Tata cara
pelelangannya sebagai berikut :
17
a. PT. Mitra Abadi Sukses Sejahtera selaku owner bersama Adi
Susilo & Partners selaku konsultan perencana membentuk panitia
lelang.
b. Panitia lelang berjumlah minimal 5 orang dari tim konsultan
dengan tugas sebagai berikut :
- Mengkoordinasikan penyusunan dokumen lelang yang
berisi rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) serta gambar
perencanaan, menyusun dan menentapkan tata cara
penilaian terhadap penawaran, syarat peserta lelang, serta
perkiraan harga.
- Mengumumkan segala sesuatunya mengenai pelelangan
melalui media massa dan elektronik.
- Mengundang peserta yang tidak termasuk dalam daftar
rekanan mampu untuk mengikuti prakualifikasi.
- Melaksanakan pembukaan dokumen penawaran.
- Mengadakan evaluasi dan penetapan calon pemenang dan
membuat laporan pertanggungjawaban hasil pelelangan.
c. Owner mengumumkan adanya pelelangan melalui media massa
dimana di dalam pengumuman tersebut tercantum :
- Latar belakang proyek : uraian singkat yang memuat nama
proyek, pemberi tugas, maksud dan tujuan, lingkup proyek,
lokasi dan jadwal mulai.
18
- Tanggal dan tempat pengambilan dokumen lelang/dokumen
prakualifikasi.
- Penggantian uang dokumen lelang.
d. PT. Mitra Abadi Sukses Sejahtera selaku owner mengundang
perusahaan jasa konstruksi.
e. Peserta lelang membeli dokumen lelang dari panitia lelang.
f. Peserta lelang mempelajari dokumen lelang yang berisi :
Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Gambar perencanaan,
Tata cara penilaian terhadap penawaran, dan Syarat peserta lelang.
g. Diadakan rapat penjelasan pelelangan. Dalam rapat ini dijelaskan
kepada peserta lelang mengenai hal-hal seperti metode
penyelanggaraan pelelangan, cara penyampaian penawaran,
dokumen yang harus diampirkan, sistem kontrak, dsb.
h. PT. BINA BUANA SEMESTA selaku peserta lelang membuat
harga penawaran.
i. Peserta lelang termasuk PT. BINA BUANA SEMESTA di
dalamnya memasukkan harga penawaran kepada panitia lelang.
j. Selanjutnya tahap pemasukkan dokumen yaitu membuka dokumen
bersama-sama, dokumen penawaran kontraktor diproses oleh
panitia lelang sebagai acuan untuk mendapatkan calon pemenang.
Penyampaian dan pembukaan penawaran oleh panitia lelang
dilakukan dihadapan para peserta lelang.
19
k. Setelah tahap pelelangan berlangsung, peserta lelang meng-upload
dokumen lelang ke situs resmi milik Summarecon bertujuan untuk
tidak adanya kekeliruan yang terjadi pada dokumen lelang.
l. Penetapan calon pemenang berdasarkan harga yang mendekati
harga owner dan disesuaikan dengan realita dan kondisi harga di
pasaran.
m. Penetapan pemenang dilakukan dengan nilai penawaran harga
terendah dan kompetitif yaitu PT. BINA BUANA SEMESTA.
n. Pemberian Surat Perintah Kerja (SPK) dari owner kepada
kontraktor pemenang untuk melaksanakan pembangunan fisik
bangunan.
2.2.2 Hubungan Kerja dan Tugas Institusi Terkait
1) Antara Owner dengan Konsultan Perencana, Konsultan MK.
Owner menunjuk Konsultan Perencana untuk merencanakan
pembangunan (Arsitektur, Stuktur, Mekanikal & Elektrikal). Konsultan
MK memberikan jasa pengawasan dan memanagement jalannya proses
konstruksi sehingga pembangunan yang dilaksanakan sesuai dengan
perencanaan yang telah ditentukan. Sedangkan owner membayar upah atas
semua jasa yang telah dikerjakan kepada semua konsultan sesuai dengan
kontrak yang telah disepakati.
20
2) Antara Pemilik Proyek (Owner) dengan Kontraktor.
Kontraktor berkewajiban melaksanakan pekerjaan sesuai
kontraknya dengan baik, tepat waktu, dan dapat dipertanggung jawabkan
pada waktu penyerahan pekerjaan. Sedangkan owner membayar biaya
pelaksanaan kepada kontraktor dan sub kontraktor sesuai dengan kontrak.
3) Antara Konsultan Perencana dengan Kontraktor.
Merupakan hubungan koordinasi, dimana setiap konsultan
mengkoordinasikan rencana pekerjaan kepada kontraktor, sehingga
pelaksanaan proyek dapat terlaksana sesuai rencana. Apabila terjadi
perbedaan, baik gambar, maupun metode kerja maka dapat
dikonsultasikan melalui konsultan MK.
4) Antara Kontraktor dan Sub Kontraktor
Kontraktor sebagai pelaksana dapat meng-subkan pekerjaannya
sesuai kesepakatan dalam kontrak kerja.
- Hak dan Kewajiban.
Dalam merealisasikan pekerjaan proyek yang telah direncanakan
banyak sekali pihak yang ikut terlibat, Hak dan kewajibannya adalah :
1) Pemilik Proyek (Owner)
21
a) Menunjuk penyedia jasa dan meminta laporan secara
periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan dilapangan yang telah
dilakukan penyedia jasa.
b) Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana, lahan,
dana yang dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran
pekerjaan dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan suatu
bangunan.
c) Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang
direncanakan dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu
badan atau orang untuk bertindak atas nama pemilik, menerima dan
mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh
penyedia jasa bila produknya telah sesuai dengan apa yang
dikehendaki.
2) Konsultan Management Konstruksi (MK)
a) Mengawasi dan mengendalikan jalannya proyek
agar pelaksanaan pekerjaan kontraktor sesuai dengan
spesifikasi, kualitas, biaya dan waktu yang telah ditetapkan
dalam kontrak kerja pekerjaan yang bersangkutan.
22
b) Memeriksa dan mempelajari rencana dan metode
kerja yang dibuat oleh kontraktor, Memberi persetujuan
terhadap tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan
kontraktor, seperti : pengesahan Shop Drawing, checklist
pekerjaan, dll.
c) Menyesuaikan jadwal pekerjaan yang harus diikuti
kontraktor.
d) Memantau dan mempertahankan jadwal,
Menciptakan jalinan kerja yang baik antara unsur-unsur
terkait dalam proyek, Menyelenggarakan rapat koordinasi
dengan kontraktor, serta mengundang pihak–pihak terkait
lainnya jika diperlukan (Owner, konsultan perencana).
e) Mengajukan dan mengusulkan kepada Owner jika
terjadi adanya perubahan atau penambahan pekerjaan atau
menampung keinginan Owner jika ada perubahan untuk
disampaikan kepada kontraktor.
3) Konsultan Perencana
a) Membuat perencana secara lengkap yang terdiri dari
gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat, perhitungan
struktur hingga rencana anggaran biaya, Memberikan usulan
23
serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak
kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.
b) Memberikan jawaban dan penjelasan kepada
kontraktor tentang hal-hal yang kurang jelas dalam gambar
rencana, rencana kerja dan syarat-syarat, membuat gambar
revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
c) Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.
4) Kontraktor Utama
a) Melaksanakan seluruh pekerjaan dengan syarat-
syarat dan peraturan yang sesuai dengan dokumen kontrak
yang telah disepakati.
b) Membuat laporan hasil pekerjaan secara berkala
yang memuat pelaksanaan pekerjaan, kemajuan pekerjaan
yang telah dicapai, jumlah bahan bangunan yang masuk serta
hal yang menghambat pekerjaan.
c) Menyerahkan gambar kerja dan metode kerja
sebelum pekerjaan dimulai, serta melaporkan kejanggalan-
kejanggalan yang terjadi antara perencana arsitek dengan
perencana struktur dan perencana ME.
d) Mengadakan perubahan-perubahan yang
dikehendaki owner atas persetujuan konsultan MK, dan
mengkonsultasikan gambar dan hal-hal yang tidak sesuai
dengan kondisi lapangan melalui konsultan MK serta mencari
jalan keluarnya.
e) Mempertanggungjawabkan hasil pelakanaan
pekerjaan secara keseluruhan termasuk membayar semua
24
ganti rugi akibat kecelakaan kerja, kecuali hal tersebut
diakibatkan oleh force majeur atau diluar jam kerja dan
biasanya diwakili oleh pihak asuransi.
2.2.3 Struktur Organisasi Kontraktor
Adapun Struktur Organisasi Kontraktor pada Proyek Belmont
Residence Tower 2 adalah sebagai berikut: terlampir dilampiran
Pada proyek ini yang mempunyai kedudukan sebagai kontraktor
adalah PT. Bina Buana Semesta. Adapun uraian pekerjaan tiap bagian
adalah :
a. Project Manager
Project manager mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut:
1) Bertanggung jawab secara umum terhadap seluruh aspek perencanaan
dan pelaksanaan proyek dalam hal biaya, mutu dan, waktu.
2) Menyelenggarakan rapat intern minimal satu kali dalam seminggu
untuk evaluasi setiap pekerjaan proyek demi kemajuan proyek.
3) Mengawasi administrasi proyek, pembukuan dan transaksi, alat dan
bahan, serta kinerja staff proyek.
25
4) Mengontrol time schedule proyek yang akan dilaksanakan.
b. Site Manager
Site manager mempunyai tugas dan wewenangnya sebagai berikut:
1) Membuat rencana proteksi, metode kerja, dan site plan proyek
2) Membuat rencana pemakaian tenaga kerja dan alat untuk kebutuhan
proyek.
3) Membuat evaluasi sistem mutu subkontraktor pada alat sewa yang
digunakan.
4) Membuat surat peminjaman alat dan surat permintaan material.
5) Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan
persyaratan waktu, mutu, dan biaya yang telah ditetapkan.
6) Mengkoordinir pendataan, penggunaan, dan realisasi pemakaian alat
yang digunakan serta sertifikat kalibrasi untuk alat ukur.
7) Membuat schedule aktivitas setelah 2 minggu dan schedule koordinasi
sub kontraktor, seperti schedule aktivitas pengecoran untuk direalisasi
ke lapangan dalam jangka waktu seminggu.
8) Membuat laporan harian dan laporan progress serta evaluasi setiap
pekerjaan.
26
9) Memimpin rapat koordinasi lapangan.
10) Melakukan tahapan sukontrol subkontraktor.
11) Dalam serah terima ikut terlibat dalam proses serah terima pekerjaan.
c. Site Engineering
Site Engineering mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:
1) Meninjau rencana metode kerja dan mengkoordinasikan dengan Project
Manager terhadap keefektifan dan efesiensi pekerjaan proyek.
2) Memeriksa shop drawing.
3) Memberikan penjelasan ke lapangan.
4) Melakukan monitoring dan evaluasi penyelesaian waktu pelaksanaan
pekerjaan proyek.
5) Memastikan semua spesifikasi teknis sudah tercantum didalam rencana
inspeksi dan test.
6) Mengkoordinasikan bersama dengan owner dan konsultan apabila
ditemukan perbedaan pelaksanaan di lapangan dengan shop drawing.
d. Surveyor
27
Surveyor mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:
1) Mengikuti kegiatan pada rapat sosialisasi.
2) Melakukan plotting site plan ke lapangan untuk menentukan titik
elevasi tanah asli.
3) Melaksanakan dan melakukan marking untuk menentukan elevasi/level,
as, vertikal, dan horizontal.
4) Melaksanakan verifikasi alat ukur, mengkoordinir dan mengawasi
penggunaan alat ukur.
5) Melakukan pengukuran kembali atas hasil setiap item pekerjaan.
e. Drafter
Drafter mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:
1) Membuat shop drawing.
2) Melakukan pengecekan dan melaporkan kepada konsultan atas
penyimpangan pelaksanaan terhadap gambar struktur dan arsitektur.
3) Membantu memecahkan masalah teknis di lapangan.
f. Quality Control
Quality Control mempunyai tugas dan wewenang sebgai berikut :
28
1) Mengecek semua pekerjaan bekisting
2) Mengecek semua pekerjaan pembesian sesuai ketentuan
3) Mengecek pekerjaan pengecoran
4) Menjaga kualitas dan mutu
g. Logistik
Logistik mempunyai tugas dan wewenang sebgai berikut :
1) Mengatur permintaan material ke pusat
2) Membuat laporan material mingguan dan bulanan
3) Mengatur kebutuhan material
4) Monitoring jadwal pengecoran
h. Mekanik
Mekanik mempuyai tugas dan wewenang sebagai berikut :
1) Membuat schedule pemeliharaan alat
2) Melakukan pemeliharaan alat
3) Evaluasi realisasi pemeliharaan alat
4) Memastikan kondisi keamanan alat
5) Melakukan tindakan pencegahan pada setiap pemakaian alat
i. Administrasi
Administrasi mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :
1) Membuat laporan surat masuk dan keluar
29
2) Membuat risalah rapat internal dan rapat dengan subkontraktor
3) Membuat laporan harian
4) Membuat izin pelaksanaan pekerjaan
j. General Affair
1) Building Management, Asset management
2) Pelaksanaan keamanan Satpam/Security dan ketertiban, kebersihan
3) Pengurusan kendaraan perusahaan dan fasilitas pool
4) Mengurus berbagai perijinan, dan kehumasan, operasional, dll
5) Pengurusan Tenaga Kerja Asing
6) Cleaning Service dan penanganan limbah
7) Recepsionist dan operator telepon, serta keluar masuk Tamu
8) Kantin, Laundry & Mess Perusahaan
9) Alat Tulis Kantor (ATK)
10) Pemeliharaan kesehatan, safety dan pelaksanaan K3 bagi seluruh
karyawan
11) Penanganan tamu Penting (Tamu VVIP, VIP, Instansi Pemerintah,
Auditor Perusahaan, Demonstrasi / Unjuk Rasa)
12) Penanganan Listrik, Air dll
13) Outsourcing Management / Labour Suply / Tenaga Kerja Kontrak
(Bagaimana melakukan, memilih dan membuat kerjasama
outsourcing
30
k. Supervisor
1) Memproduksi barang atau jasa (production)
2) Mempertahankan dan meningkatkan mutu hasil kerja dan mutu
suasana kerja (quality)
3) Mengendalikan biaya operasional agar harga produk tetap bersaing
(cost)
4) Mengembangkan cara kerja yang sederhana, mudah, sistematis,
fleksibel dan adaptabel yang mampu mendukung terwujudnya hasil
produksi yang bermutu tinggi, cepat dan murah (methods)
5) Mengupayakan dan mempertahankan semangat kerja yang tinggi
dan suasana kerja yang harmonis (morale)
6) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan kerja anak buah
(training)
7) Menekan seminimal mungkin resiko kerusakan dan kecelakaan di
tempat kerja (safety)
8) Menjaga dan memelihara lingkungan hidup (environment)
l. Site Engineer Arsitek
1) Jasa ini meliputi pekerjaan pra-disain/disain arsitektural untuk
bangunan dan struktur lain.
2) Jasa nasihat/pra disain mencakup kegiatan:
31
a) Jasa bantuan, nasehat dan rekomendasi yang bertkaitan
dengan masalah arsitektural dan hal lain yang terkait.
b) Jasa studi awal mengenai filosofi lokasi, maksud
pembangunan, tinjauan iklim dan lingkungan, kebutuhan hunian
(okupansi), kendala biaya, analisis pemilihan lokasi, skedul disain
dan konstruksi.
c) Jasa lainnya yang mempengaruhi keaslian rancangan dan
konstruksi sebuah proyek.
d) Jasa ini tidak perlu berkaitan dengan proyek konstruksi
baru. Misalnya, ini dapat berupa nasehat yang berkaitan dengan
cara untuk melaksanakan pemeliharaan, renovasi, jasa restorasi
bangunan, atau penilaian kualitas bangunan atau nasehat dalam hal-
hal arsitektural lainnya
3) Jasa disain dan administrasi kontrak meliputi:
a) Jasa rancangan skema yang berupa penentuan, dengan
klien, karakter utama dari proyek , penentuan maksud, kebutuhan
ruang, batasan pembiayaaan dan jadwal waktu.
b) Jasa penyiapan sket termasuk rencana lantai, rencana lokasi
dan pandangan luar.
c) Jasa pembuatan rancangan, yang memuat ilustrasi yang
lebih akurat tentang konsep disain berupa rencana lokasi, bahan
32
yang harus digunakan, struktur, sistem mekanikal dan elektrikal
dan perkiraan biaya konstruksi.
d) Jasa disain akhir, yang memuat gambar dan spesifikasi
tertulis yang cukup detail untuk submisi tender dan konstruksi, dan
nasehat ahli pada klien pada saat undangan dan pengumuman
tender.
m. HSE
1) Penetapan HSE Policy/Plan milik Perusahaan
2) Penyusunan HSE Manual System milik Perusahaan
3) Penyusunan standar prosedur untuk penggunaan material atau aktivitas-
aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan
4) Audit keselamatan kerja
5) Menjadi pihak yang paling bertanggung jawab untuk menelusuri motif,
asal-usul, dan segala hal yang berhubungan dengan kejadian
kecelakaan kerja
6) Menggalakkan awareness tentang keselamatan kerja terhadap seluruh
karyawan perusahaan
2.2.4 Time Schedule
Perencanaan waktu merupakan bagian penting untuk mencapai
keberhasilan suatu proyek konstruksi. Pengaruh dari Time Scedule terhadap
proyek konstruksi akan berdampak pada pendapatan dalam proyek itu sendiri.
33
Dari Time Schedule, kita akan mendapatkan gambaran lama pekerjaan yang
dapat diselesaikan serta bagian-bagian pekerjaan yang saling terkait antara
satu dengan yang lainnya keterlambatan pekerjaan yang dilakukan oleh
kontraktor akan menimbulkan dampak berupa denda keterlambatan yang
jumlahnya tidak sedikit. Melihat dari hal tersebut tentunya seluruh elemen
dalam suatu proyek konstruksi akan berusaha agar setiap bagian pekerjaan
dapat selesai tepat waktu tanpa mengurangi mutu yang disyaratkan. Sehingga
sebelum menyusun time schedule, harus diperhatikan bagian-bagian pekerjaan
yang terkait satu sama lain serta pekerjaan yang dapat dimulai tanpa
menunggu pekerjaan yang lain selesai.
Pada proyek Belmont Residence Tower 2 ini terdapat beberapa
macam schedule guna mendukung kelancaran jalannya pekerjaan :
2.2.4.1 Kurva – S
Merupakan suatu grafik yang menunjukan hubungan antar
bobot prestasi pekerjaan (bobot satuan pekerjaan dengan bobot
kumulatif pekerjaan). Sumbu X menunjukan skala waktu,
sedangkan sumbu Y menunjukan skala bobot prestasi pekerjaan
kumulatif yang telah dicapai dalam skala waktu yang ditunjukan.
(Kurva – S pada Lampiran ).
2.2.4.2 Rencana Harian
34
Merupakan rencana yang dibuat oleh pihak pelaksana
berdasarkan Kurva – S yang berisi item-item pekerjaan yang harus
dicapai selama 1 hari kerja.
2.2.4.3 Rencana Mingguan
Merupakan rencana yang dibuat oleh pihak pelaksana
berdasarkan Kurva – S yang berisi item-item pekerjaan yang harus
dicapai selama 7 hari kerja.
Rencana harian dan mingguan dibuat sebagai pedoman
pelaksanaan pekerjaan dihari yang bersangkutan sehingga target
keseluruhan proyek dapat terealisasi.
2.2.5 Laporan Pekerjaan
2.2.5.1 Laporan Harian
Laporan Harian berguna monitoring dan merupakan bentuk
pengawasan pada setiap jenis pekerjaan yang dilaporkan secara
tertulis dalam suatu format laporan. Pada proyek Belmont
Residence Tower 2 kegiatan dan aktivitas seputar pelaksanaan
pekerjaan dilapangan dicatat dalam suatu form laporan harian
proyek.
2.2.5.2 Laporan Mingguan
35
Laporan mingguan proyek merupakan rekapitulasi dari
laporan harian yang telah dibuat oleh kontraktor. Isi laporan
mingguan secara garis besar sama dengan laporan harian akan
tetapi pada laporan mingguan dicantumkan kemajuan-kemajuan
pekerjaan yang terjadi dalam jangka waktu satu minggu tersebut.
2.2.5.3 Laporan Bulanan
Laporan bulanan proyek merupakan rekapitulasi dari
laporan mingguan. Pada laporan bulanan turut dijelaskan, antara
lain:
a) Kemajuan pekerjaan dalam jangka waktu satu bulan
b) Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam
periode tersebut beserta penanggulangannya.
c) Kejadian penting lainya yang dirasa perlu untuk
dilaporkan.
d) Dokumentasi-dokumentasi proyek yang
bersangkutan baik dalam bentuk foto maupun berkas-
berkas.
Laporan ini diserahkan kepada pemilik proyek pada saat
rapat bulanan antara pihak kontraktor dengan pemilik proyek.
36
2.3 Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang ada dalam proyek Belmont Residence Tower 2 ini ada
tiga yaitu :
2.3.1 Tenaga kerja tetap
Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja yang ditunjuk oleh
pihak kantor divisi pusat untuk menduduki suatu jabatan dan
menjalankan tugasnya dalam mengelola dan mengatur jalannya proyek.
Tenaga kerja tetap umumnya terdiri dari individu-individu yang
menduduki jabatan penting atau vital dalam proyek ini seperti Project
Manager dan Manager dari tiap bagian yang ada dalam susunan
organisasi kontraktor.
2.3.2 Tenaga kerja borongan
Tenaga kerja borongan merupakan tenaga kerja yang dipasok oleh
mandor sesuai kebutuhan yang diminta oleh pihak kontraktor. Tenaga
kerja seperti ini umumnya merupakan tenaga kerja kasar yang
mendapatkan bayaran dari pihak mandor sesuai jumlah hari kerja mereka.
Pada proyek ini pada proyek ini terdapat tenaga kerja borongan yaitu :
a. mandor kayu memiliki jumlah tenaga kerja 30 orang
b. mandor besi memiliki jumlah tenaga kerja 25 orang
37
c. mandor beton memiliki jumlah tenaga kerja 18 orang
Prosedur Pembayaran Upah Pada proyek ini pembayaran upah terdiri atas:
a. Pembayaran upah pegawai tetap dibayarkan setiap akhir bulan.
b. Pembayaran upah mandor dibayarkan setiap dua minggu melalui
bagian administrasi di tempat proyek berlangsung.
c. Pembayaran upah kepada tenaga kerja di lapangan 1 minggu sekali
2.3.3 Keselamatan Tenaga Kerja
Untuk menjamin konstruksi dengan angka nol kecelakaan, PT.
Bina Buana Semesta sebagai kontraktor utama menggunakan standar
sistem managemen kualitas internasional ISO 18001-1999.
PT.Bina Buana Semesta menunjukkan komitmen keselamatan kerja dalam
kebijakan perusahaan. Adapun dalam pelaksanaan pekerjaan, kontrol dasar
dari K3 mengacu pada beberapa standar, yaitu:
a. OHSAS 18001-1999
b. Technical Specification of The Project
c. Safety Target of PT. Bina Buana Semesta.
d. Safety Management
38
Keselamatan kerja tersebut diwujudkan dalam bentuk penggunaan
alat proteksi diri, dibuatnya rambu-rambu peringatan dan tindakan
preventif lainnya yaitu sebagai berikut:
a. Pekerja wajib menggunakan pelindung kaki (Safety Shoe) yang
bebas dari oli, alasnya anti slip, anti karat, anti spark dan ada
pelindung baja serta sepatu karet bila tempatnya mengandung
bahan kimia.
b. Pekerja wajib menggunakan safety helmet sebagai alat pelindung
kepala yang digunakan di lokasi kerja.
c. Pekerja wajib menggunakan sarung tangan karet untuk bekerja
dengan bahan kimia atau alat listrik dan sarung tangan kulit/bahan
untuk memegang benda panas atau dingin atau untuk penggalian.
d. Pekerja wajib menggunakan pelindung mata dan atau pelindung
muka digunakan untuk pekerjaan memahat, menggerinda dan
mengelas.
e. Pekerja wajib menggunakan pelindung pernapasan digunakan
untuk bekerja di ruangan yang mengandung debu dan racun.
f. Pekerja wajib menggunakan safety belt untuk pekerjaan di tingkat
atas (pada ketinggian).
g. Memberikan rambu dan pagar pengaman pada daerah yang
potensial berbahaya.
39
h. Menyiapkan peralatan P3K dan pemadam kebakaran ditempat
tempat yang strategis.
i. Tidak meminum minuman keras dan merokok pada saat bekerja.
j. Tidak menggunakan narkotika dan obat – obatan terlarang.
Rambu-rambu keselamatan kerja (safety sign) yang terdapat di proyek
Apartemen Belmont residence sebagai berikut:
40
Gambar 2.13 Rambu Keselamatan Kerja
Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan kerja yang mungkin
terjadi dikategorikan menjadi 3 (tiga) jenis kecelakaan, yaitu:
a. Kecelakaan ringan
Jika terjadi kecelakaan ringan (tersandung, terinjak paku, sakit
pusing, dll) yang masih tergolong mudah ditangani, maka yang
bersangkutan melaporkan ke security atau petugas K3 untuk diberikan
tindakan P3K oleh petugas K3 dengan membawa tanda pengenal untuk
mempermudah pendataan.
b. Kecelakaan menengah/sedang
Jika terjadi kecelakaan (terjatuh, terinjak paku hingga sobek,
tertimpa potongan kayu, dll) yang masih masuk kategori
sedang/menengah, maka yang bersangkutan melaporkan ke security atau
41
petugas K3 untuk diberikan tindakan P3K oleh petugas K3 dengan
membawa tanda pengenal untuk mempermudah pendataan serta apabila
kondisi korban harus dibawa ke rumah sakit, maka security beserta
petugas K3 membawa korban ke rumah sakit rujukan dalam proyek ini
yaitu Apartemen Belmont Residence untuk diambil tindakan selanjutnya.
c. Kecelakaan berat
Jika terjadi kecelakaan berat (jatuh sampai luka berat, tertimpa
potongan kayu yang mengakibatkan kepala sobek, dll) yang tergolong
berat, maka korban bersama security dan petugas K3 langsung membawa
korban ke rumah sakit rujukan untuk selanjutnya ditindak lanjut. Petugas
K3 dan security wajib mendampingi dan membuat berita acara kejadian.
Petugas K3 berhak mengambil keputusan untuk tindakan yang harus
diambil dan kemudian melaporkan kepada Project Manager.
Seluruh pekerja dalam proyek Apartemen Belmont residence ini
sudah didaftarkan kepada Jamsostek sehingga terdapat jaminan yang pasti
apabila mungkin terjadi kecelakaan kerja di lokasi proyek.
42
BAB III
PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK
3.1 Pengamatan Pekerjaan Konstruksi
Dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang di laksanakan di proyek
Belmont Residence Tower 2 didapat beberapa pengamatan yang di amati oleh
penulis. Adapun pengamatan yang di amati oleh penulis adalah :
3.1.1 Konstruksi Plat Lantai
Pekerjaan konstruksi plat lantai diawali dengan pengukuran dengan
kolom setinggi 2,5 m. Setelah pengukuran, pasang bekisting lalu lakukan
pengecekkan elevasi. Setelah bekisting terpasang dilakukan pekerjaan
pembesian dengan urutan pemasangannya adalah tulangan bawah, beton
decking, tulangan kaki ayam, dan tulangan atas. Ikat semuanya dengan
menggunakan bendrat. Setelah pekerjaan pembesian selesai, lakukanlah
pembersihan area plat lantai yang akan di cor dengan menggunakan
compressor. Setelah selesai dibersihkan dilakukan pengecoran
menggunakan bucket yang diangkat menggunakan tower crane. Permukaan
plat lantai yang di cor diratakan dengan trowel. Jika beton sudah mengeras
bisa dilakukan proses curing dengan menggunakan sika. Pelepasan bekisting
dilakukan minimal 14 hari.
43
3.1.2 Konstruksi Balok
Secara garis besar, pekerjaan konstruksi balok hampir sama dengan
pekerjaan konstruksi plat lantai. Pertama dilakukan pengukuran dan elevasi
lantainya, lalu pasang bekisting. Plat lantai hanya dengan papan horizontal,
sedangkan balok membutuhkan juga sisi vertikal pada bekistingnya. Pada
proses pembesian, letakkan tulangan utama terlebih dahulu lalu masukkan
sengkang satu per satu. Setelah selesai, lakukan pembersihan area yang akan
di cor, hal ini bersamaan dengan pembersihan plat lantai karena balok dan
plat lantai di cor bersamaan. Sama seperti plat lantai, pelepasan bekesting
dilakukan minimal 14 hari.
3.1.3 Konstruksi Kolom
Pekerjaan konstruksi kolom dimulai dengan menentukan ketinggian
elevasi tiap lantainya. Untuk bekisting kolom di buat sendiri disesuaikan
dengan dimensi kolom-nya. Setelah tulangan selesai dirakit kemudian
diangkat menggunakan Tower Crane dan disambung dengan tulangan yang
sudah ada. Tulangan yang sudah ada terlebih dahulu ditopang dengan
menggunakan kayu agar ketika proses penyambungan besi baru dengan besi
lama tidak goyang. Panjang overlap untuk kolom adalah 40D. setelah selesai
besi terpasang lalu pasang bekisting yang diangkat menggunakan Tower
Crane dengan hati-hati dan perlahan. Pengecoran untuk kolom
menggunakan bucket yang diangkat menggunakan tower crane. Setelah
44
lebih dari 8 jam atau 12 jam dari proses pengecoran, maka bekisting sudah
dapat dibuka.
3.1.4 Struktur Corewall
Core wall merupakan inti dari struktur tower. Penulangan pada tiap
lantai berbeda menurut beban yang diterimanya, makin ke atas beban
semakin kecil sehingga jarak antara tulangan besi lebih renggang. Pada
perencanaan struktur suatu bangunan tinggi, gaya lateral yang berupa gaya
angin ataupun gaya gempa merupakan hal yang sangat penting dan dominan
dalam perencanaan bangunan tersebut. Salah satu struktur yang biasa
digunakan pada bangunan tinggi adalah core wall yang dapat mentransfer
beban angin ataupun beban gempa melalui portal maupun lantai ke
dindingnya.
Struktur tower pada Proyek Belmont Residences menggunakan
core wall sebagai struktur penahan gempa dan juga sebagai struktur
pendukung untuk lift.
a. Pembesian
Tahap -tahap pembesian core wall secara ringkas, yaitu:
1. Stek-stek tulangan yang telah ditanamkan pada struktur beton
dibawahnya disambungkan (saling overlap) dengan tulangan
arah vertikal dinding, dimana tulangan yang dipasang harus
lebih panjang dari tinggi dinding dengan tujuan untuk overlap
45
dinding sebelah atasnya dan/atau koneksi ke tulangan pelat
atau balok
2. setelah tulangan vertikal terpasang maka tulangan horizontal
diikat padanya dengan kawat
3. tulangan yang dipasang relatif rapat dan dirakit dari besi
tulangan ulir dengan diameter tulangan menurut gambar kerja
sehingga tulangan yang telah selesai relatif kaku dan tidak
memerlukan dukungan lateral untuk membantu berdiri tegak
4. tulangan dipasang dikedua sisi dinding
b. Bekisting
Bekisting untuk pekerjaan dinding core wall dibuat dari
plywood dan rangkanya terbuat dari besi.
Tahap pekerjaan fabrikasi bekisting core wall sama seperti dinding
beton bertulang.
c. Pengecoran
Pekerjaan pengecoran dilakukan dengan bantuan tower crane.
Selama pengecoran juga dilakukan pemadatan beton dengan
vibrator. Proses curing juga dilakukan setelah bekisting dibongkar,
yaitu dengan penyiraman secara berkala.
46
3.1.5 Struktur Shearwall
Dinding core pada bangunan tower adalah shear wall (dinding
geser) yang berfungsi sebagai penahan gaya geser yang terjadi. Gaya-gaya
dari pembebanan mati, berat balok sendiri, pelat lantai, serta gaya lateral
pada tiap lantai disalurkan ke shear wall yang terletak pada tengah
bangunan.
Pelaksanaan pekerjaan shearwall diawali dengan pekerjaan
pengukuran (marking) untuk menentukan elevasi dan as shearwall serta
menandai batas shearwall. Setelah itu dilakukan pemasangan pembesian
shearwall, pemasangan bekisting shearwall menggunakan baja, dan
dilanjutkan dengan proses checklist, setelah semua terpenuhi pengecoran
dapat dilaksanakan, lalu pembongkaran bekisting dan perawatan.
3.2 Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Plat
Salah satu pekerjaan konstruksi yang penulis amati adalah pekerjaan
konstruksi plat. Berikut ini akan dijelaskan peralatan dan bahan yang
dibutuhkan dalam pekerjaan konstruksi plat serta cara pemasangan
bekisting,pembesian dan pengecorannya.
47
3.2.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi
tangga meliputi tower crane, truck mixer, concrete bucket, vibrator, bar
bender, bar cutter dan scaffolding.
3.2.1.1 Tower Crane
Tower Crane atau yang biasa disebut dengan TC adalah
sebuah alat berat yang sering dijumpai dan hampir selalu ada di
semua proyek konstruksi skala besar. TC sangat cocok dipakai untuk
pelayanan bangunan tingkat tinggi untuk melayani daerah yang
cukup luas.
Pada proyek ini TC menjadi sentral atau alat yang paling
utama karena dalam proyek gedung bertingkat transportasi vertikal
maupun horizontal yang memegang peranan penting dan
menentukan terutama soal kecepatan kerja. TC digunakan untuk
mengangkat concrete bucket untuk pengecoran pada lokasi yang
tinggi serta mengangkat peralatan bantu dan bahan-bahan untuk
pekerjaan struktur seperti compressor, bekisting kolom, serta alat
dan bahan lainnya. Seluruh operasional proyek dipengaruhi oleh
berfungsinya TC, disebabkan peranannya yang dominan untuk
kelancaran jalannya pembangunan proyek. Untuk keperluan
operasional ketinggian TC minimal harus lebih yinggi 4-6 meter dari
ketinggian maksimum pekerjaan yang dilayani.
48
Gambar 3.1 Tower Crane
3.2.1.2 Truck Mixer
Truck Mixer adalah truk angkutan khusus beton yang dibuat
untuk transportasi dan campuran beton sampai ke lokasi
pembangunan. Truk ini dapat diisi dengan bahan kering dan air.
Dengan pencampuran yang terjadi selama transportasi.
Gambar 3.2 Truck Mixer
49
3.2.1.3 Concrete Bucket
Concrete Bucket berfungsi untuk mengangkut adukan beton
yang akan digunakan pada pengecoran dari Truck Mixer ke tempat
pengecoran. Bucket pada proyek ini berkapasitas 0.9 m3. Penggunaan
bucket untuk mengangkut adukan sangat membantu proses
pengecoran, dikarenakan bucket dapat menjangkau tempat-tempat
yang sulit dijangkau. Penggunaan bucket pada proyek ini dibantu
dengan bahan terpal yang dibentuk seperti pipa corong yang
dipasang pada ujung bucket untuk mempermudah pengeluaran
adukan dari bucket ke tempat yang akan di cor dan di angkat
menggunakan tower crane.
Gambar 3.3 Concrete Bucket
50
3.2.1.4 Vibrator
Vibrator adalah alat yang berfungsi untuk menggetarkan
atau memadatkan beton pada saat pengecoran agar beton dapat
mengisi seluruh ruangan dan tidak terdapat rongga-rongga udara di
antara beton yang dapat membuat beton keropos sehingga
mengurangi kekuatan struktur beton itu sendiri. Vibrator digerakkan
oleh mesin listrik dan mempunyai lengan sepanjang beberapa meter
untuk dapat menggetarkan beton di tempat yang agak jauh. Untuk
volume pengecoran yang sangat besar, alat ini sangat penting.
Gambar 3.4 Vibrator
51
3.2.1.5 Bar Cutter
Bar Cutter adalah alat yang untuk memotong besi tulangan
sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Alat ini menggunakan
tenaga mesin. Cara kerjanya yaitu pekerja mengatur posisi dimana
besi tersebut akan dipotong dan bila besi tersebut sudah pas, operator
menginjak pedal yang ada di bawah alat tersebut untuk memotong
besi tersebut.
Gambar 3.5 Bar Cutter
3.2.1.6 Bar Bender
Bar Bender adalah alat yang digunakan untuk
membengkokkan besi tulangan. Mesin ini akan membengkokkan
besi sesuai sudut yang telah direncanakan secara otomatis. Cara kerja
Bar Bender yaitu besi yang ingin dibengkokkan terlebih dahulu di
posisikan sesuai dengan alat, setelah itu atur sudut pada Bar Bender
sesuai dengan sudut yang diinginkan dan dibutuhkan di lapangan.
52
Setelah itu injak pedal yang terdapat pada Bar Bender untuk
membengkokkan besi tersebut.
Gambar 3.6 Bar Bender
3.2.1.7 Air Compressor
Air compressor adalah alat penghasil atau penghembus
udara bertekanan tinggi yang digunakan untuk membersihkan
kotoran-kotoran yang dapat mengurangi mutu dan daya lekatan
tulangan pada beton seperti: debu-debu, potongan-potongan kawat
bendrat, dan serbuk-serbuk kayu. Alat ini digunakan setelah proses
pembesian selesai. Air compressor sangat diperlukan untuk menjaga
agar hasil pengecoran tidak tercampur dengan sisa-sisa dari
pekerjaan pembesian maupun debu yang terdapat pada area
pengecoran.
Gambar 3.7 Air Compressor
53
3.2.1.8 Theodolite dan Waterpass
Theodolite adalah alat bantu dalam proyek untuk
menentukan as bangunan dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai,
sedangkan waterpass adalah alat yang digunakan untuk menentukan
elevasi bangunan. Alat bantu ini merupakan perlengkapan yang
digunakan oleh tim surveyor untuk melaksanakan tugas-tugas
pengukuran dilapangan seperti menentukan elevasi bangunan,
pembuatan garis marking, kerataan atau ketegakkan bekisting, kerataan
saat pengecoran, dan sebagainya.
Gambar 3.8 Theodolite
54
3.2.1.9 Bekisting
Bekisting berfungsi sebagai cetakan beton baik itu berupa
kolom, balok maupun pelat sesuai dengan ukuran beton yang
diinginkan. Pada proyek ini menggunakan bekisting konvensional.
Gambar 3.9 Bekisting
3.2.1.10 Perancah
Perancah adalah alat yang terdiri dari rangkaian besi yang
dapat dibongkar pasang maupun diatur ketinggiannya dengan
menambah rangkaian besi sampai ketinggian yang direncanakan.
Alat ini berfungsi untuk menyangga bekisting di atasnya seperti pada
bekisting balok, plat, dan tangga.
Gambar 3.10 Perancah
55
3.2.1.11 Mesin Genset
Mesin Genset adalah mesin yang menghasilkan arus listrik.
Mesin genset berfungsi untuk kebutuhan pekerja yang berhubungan
dengan masalah listrik selama belum adanya arus listrik dari PLN.
Mesin Genset dalam proyek ini sangat berperan sebagai sumber
listrik untuk menjalankan tower crane dan alat lainnya. Mesin
Genset membutuhkan solar untuk menghasilkan arus listrik.
3.2.2 Bahan-bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pengerjaan struktur
proyek Belmont Residence Tower 2 adalah sebagai Berikut :
3.2.2.1 Beton Adhi Mix
Beton yang digunakan dalam pekerjaan struktur pada
proyek ini adalah beton Adhi Mix yang diproduksi oleh PT. Adhi
karya beton.
56
3.2.2.2 Baja Tulangan / Besi Beton
Baja tulangan yang digunakan pada proyek Belmont
Residence Tower 2 adalah BJTD 40. Baja tulangan tersebut
digunakan untuk pembesian kolom, balok dan plat.
3.2.2.3 Beton Decking
Beton decking adalah beton atau spesi yang dibentuk sesuai
dengan ukuran selimut beton yang diinginkan. Biasanya berbentuk
kotak-kotak seperti tahu atau silinder. Beton decking berfungsi untuk
menjaga tulangan agar sesuai dengan posisi yang diinginkan. Bisa
dibilang berfungsi untuk membuat selimut beton sehingga besi
tulangan akan selalu diselimuti beton yang cukup, sehingga
didapatkan kekuatan maksimal dari bangunan yang dibuat. Selain
itu, selimut beton juga menjaga agar tulangan pada beton tidak
berkarat ( korosi ).
Gambar 3.11 Beton Decking
57
3.2.2.4 Kawat Pengikat ( Bendrat )
Kawat pengikat atau bendrat adalah kawat lunak yang
digunakan untuk mengikat baja tulangan dalam konstruksi beton
bertulang agar tulangan tidak bergerak atau berpindah tempat selama
proses pengecoran serta pemadatan dengan vibrator.
Gambar 3.12 Kawat Pengikat ( Bendrat )
3.2.2.5 Tulangan Kaki Ayam
Tulangan kaki ayam adalah potongan besi yang dipotong
sedemikian rupa sehingga dapat menjaga jarak antara tulangan atas
dengan tulangan bawah pelat.
Gambar 3.13 Tulangan Kaki Ayam
58
3.2.3 Tata Cara Pelaksanaan Konstruksi Plat
Pekerjaan struktur plat proyek Apartemen Belmont Residence ada
beberapa pekerjaan diantaranya:
3.2.3.1 Menentukan Elevasi Plat
Menggunakan waterpass dan pekerjaan ini dilakukan oleh 2
orang surveyor.
3.2.3.2 Pekerjaan Penulangan Plat
Sebelum pemasangan tulangan plat terlebih dahulu tulangan
balok sudah jadi, setelah itu barulah pemasangan dilakukan.
Langkah-langkah pada penulangan plat adalah:
1. Cara penulangan harus sesuai dengan metode kerja dan shop
drawing.
2. Angkat besi ukuran D10 dengan panjang 12 m dengan tower
crene dari pabrikasi ke temapt lokasi.
3. Perakitan dilakukan dilakukan 5 orang dengan rincian 3 orang
mengerjakan tulangan bawah dan atas 1 memasang tuangan
kaki ayam dan 2 orang memasang ikatan kawat besi dan
sambungan.
4. Gunakan beton decking 3 cm dan tebal 12 cm.
59
3.2.3.3 Pekerjaan bekisting plat
Pekerjaan pemasangan bekisting dilakukan setelah pemasangan
bekisting balok, dan pemasangan / perakitan dilakukan langsung
dilokasi lantai yang akan di cor. Langkah pemasangan bekisting :
i. Pengecekan penulangan pelat sesuai dengan shop drawing.
ii. Menyesuaikan posisi scaffolding dan plywood dangambar
kerja sebagai acuan bekisting.
iii. Scaffolding dipasang berdasarkan urutannya mulai dari
base jack hingga U Head Jackhingga ketinggian yang
diinginkan
iv. Setelah itu barulah pemasangan plywood dilakukan
v. Setelah bekisting selesai di pasang cek vertikal dan
horizontal plat dengan menggunakan unting-unting dan
meteran.
1.1.7.4 Pekerjaan Pengecoran Plat
Dibawah ini adalah langkah-langkah pengecoran pada plat
a) Lakukan perhitungan volume beton yang akan dicor dan
sesuai dengan yang direncanakan
b) Pengecoran menggunakan truck mixer dengan kapasitas 7 m3
yang berisi beton readymix dari PT. Adhimix. Proses
pengecoran menggunakan mobil concrete pump.
60
c) Melakukan pembersihan di plat dan sekitarnya agar terbebas
dari kotoran yg mengurangi kekuatan pada coran tersebut
d) Menggunakan marking untuk kaso yang mengalami
penurunan
e) Penempatan concret pump dititik/ditempat pertama yang akan
dilakukan pengecoran.
f) Tim surveyor mengawasi saat terjadinya pengecoran guna
untuk melakukan pengecekan level plat sudah sesuai atau
belum
g) Setelah itu melakukan perataan pada beton menggunakan
roskam kayu atau alat lainnya dan diadakan pengecekan
kembali pada permukaan beton yang telah diratakan.
3.3 Pengendalian Mutu
Pengendalian mutu beton merupakan bagian dari pelaksanaan pekerjaan
pengecoran yang dikerjakan baik sesudah pengecoran dan setelah pengecoran.
Pengujian yang pertama dilakukkan adalah pekerjaan pengujian tingkat kekentalan
beton saat tiba di lokasi proyek (slump test) dan uji kuat tekan (crushing test) yang
pengujian untuk mengetahui tingkat kuat tekan dari beton yang digunakan.
3.3.1 Uji Slump
Uji slump merupakan suatu cara untuk memantau homogenitas
adukan beton segar dengan suatu kekentalan tertentu yang dinyatakan
61
dengan satuan nilai slump sebelum pelaksanaan pengecoran. Dalam kondisi
laboratorium, dengan material beton yang terkendali secara ketat, nilai
slump umumnya meningkat sebanding dengan nilai kadar air campuran
beton, dengan demikian berbanding terbalik dengan kekuatan beton.
Pelaksanaan dalam lapangan haruslah hati-hati, karena banyak faktor yang
berpengaruh terhadap perubahan adukan beton pada pencapaian nilai slump
yang ditentukan. Misalnya, truk mixer yang membawa beton segar
mengalami hambatan selama perjalanan menuju proyek.
Cara uji slump ini sangatlah sederhana. Pengujian ini menggunakan
cetakan yang berbentuk kerucut terpancung atau disebut dengan kerucut
Abrams. Berikut adalah alat-alat yang digunakan dalam pengujian :
1. Kerucut Abrams dengan ukuran diameter atas 10 cm, diameter
bawah 20 cm, dan tinggi 30 cm.
2. Plat logam dengan permukaan rata dan kedap air.
3. Tongkat pemadat yang terbuat dari batang baja yang lurus,
dengan diameter 16 mm dan panjang sekitar 60 cm.
4. Sendok cekung
5. Meteran
62
Gambar 3.16 Peralatan uji slump
Bahan yang digunakan adalah beton segar sesuai dengan isi cetakan.
Prosedur percobaannya adalah :
1. Cetakan dan plat dibasahi dengan kain basah.
2. Letakkan cetakan di atas plat dan tahan dengan kuat di tempat
selama pengisian oleh operator yang berdiri diatas injakan.
3. Isi cetakan dengan beton segar sampai penuh dalam tiga lapis
kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat
pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata. Tongkat
pemadat harus tepat sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap
lapisan. Pada bagian pertama atau lapisan pertama, pemasukan
bagian tepi dilakukan dengan tongkat yang dimiringkan sesuai
dengan kemiringan dinding cetaka.
63
4. Setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji dengan
tongkat, tunggu selama kurang lebih 10 detik dan dalam jangka
waktu ini, semua lapisan kelebihan beton segar disekitar cetakan
harus dibersihkan.
5. Cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas.
6. Balikkan cetakan dan letakan disamping benda uji.
7. Setelah beton mengalami penurunan pada permukaan, ukur
segera slump dengan menentukan perbedaan ketinggian antara
bagian atas cetakan dengan bagian permukaan atas beton.
8. Selesaikan seluruh pekerjaan pengujian dari awal pengisian
hingga pelepasan cetakan tanpa gangguan dalam waktu tidak
lebih dari 21/2 menit.
Gambar 3.17 Hasil Uji Slump
9. Proses uji slump ini diawasi oleh konsultan pengawas dan quality
control dari pihak kontraktor utama dan pelaksana pengecoran.
Jika nilai slump yang didapat tidak memenuhi syarat maka
64
pengawas dan kontraktor berhak menolak beton adhi mix
tersebut.
10. Nilai slump diambil setiap mobil 1 mobil truk mixer, tetapi pada
pelaksanaan di lapangan pengujian slump dilakukan pada saat
mobil pertama datang dan dilanjutkan dengan mobil yang ketiga
dan seterusnya.
3.3.2 Uji Kuat Tekan
Pengujan ini dilakukan untuk menentukan kuat tekan beton
dengan benda uji berbentuk silinder atau kubus yang dibuat dan
dimatangkan (curing) di laboratorium maupun di lapangan. Pada
proyek Belmont Residence Tower 2 benda uji yang digunakan
adalah silinder.
Kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas
yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan
gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Pengujian
kuat tekan dilakukan pada Truck Mixer pertama dengan
pengambilan 4 benda uji dengan menggunakan cetakan benda uji
berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
Adapun prosedur pengujian kuat tekan beton sebagai berikut :
65
1. Pada saat di lapangan, cetakan berbentuk silinder dilapisi terlebih
dahulu dengan minyak untuk memudahkan proses pelepasan
beton dari cetakan nantinya.
2. Isi cetakan dalam 3 lapis, tiap lapis dipadatkan dengan 25 kali
tusukan secara merata dengan menggunakan tongkat pemadat.
3. Pengujian dilakukan setelah beton berumur 7 dan 28 hari.
4. Ambil benda uji yang akan ditentukan kuat tekannya dari bak
perendam, kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel
dengan kain pelembab.
5. Tentukan berat dan ukuruan benda uji
6. Lalu cetakan tersebut diangkut menuju laboratorium beton untuk
dilakukan pengujian.
7. Pada saat di laboratorium, letakan benda uji pada mesin sentries.
8. Jalankan benda uji atau mesin tekan dengan penambahan beban
konstan berdasar 2-4 kg/cm2 per detik.
9. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan
catatlah beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan
benda uji.
Gambar 3.18 Benda Uji
66
3.4 Perhitungan Struktur yang Diamati (Pelat Lantai)
Pada pengamatan kali ini, Penulis mengamati struktur pelat zona
as B-C/5-6 lantai 2 Apartemen Belmont Residence Tower 2.
4500
Diketahui:
Mutu Beton (f’c) = 35 MPa
Mutu Baja (fy) = 400 MPa
67
Tebal Pelat = 120 mm
Selimut Beton = 20 mm
Faktor reduksi kekuatan Φ = 0,8
Lx = 4500
Ly = 1700
Perhitungan Beban-beban
Beban Hidup / Life Load (LL) = 250 kg/m2
Beban Mati / Dead Load (DL)
Beban sendiri pelat = tebal pelat x b.j beton
= 0,12 m x 2400 kg/m3
= 288 kg/m2
Berat keramik (granit) = 24 kg/m2
Berat Plafond = 18 kg/m2
Mechanical Electrical = 10 kg/m2
Maka,
Total seluruh beban mati = 288 + 24 + 18 + 10
= 340 kg/m2
Wu = (1,2 x DL) + (1,6 x LL)
= (1,2 x 340) + (1,6 x 250)
= 462 + 400
= 862 kg/m2 = 8,62 KN/m2
68
Koefisien Momen yang menentukan
LyLx
=45001700
= 2,64
Berdasarkan analisa dimana pelat menahan beban pada keempat
sisinya, pada tabel SNI T-15-1991-03 (Tabel 4.2.b Pelat umum, Momen
di dalam pelat persegi yang keempat sisinya terjepit) maka pelat disini
termasuk dalam katagori keempat sisi merupakan jepit dengan rumus
perhitungan sebagai berikut:
Nilai x diperoleh dari nilai interpolasi LyLx
, antara nilai 2,5 dan 3,0
65
62
3 2,5
xy
. 3 = 0,140,5
. 3 = 0,84
MLx = 0,001 x 62,84 x total beban x l2
69
= 0,001 x 62,84 x 8,62 x 1,72 = 1,57 KNm
MLy = 0,001 x 14,84 x total beban x l2
= 0,001 x 14,84 x 8,62 x 1,72 = 0,38 KNm
MTx = 0,001 x 83,84 x total beban x l2
= 0,001 x 83,84 x 8,62 x 1,72 = 2,1 KNm
MTy = 0,001 x 50,44 x total beban x l2
= 0,001 x 50,44 x 8,62 x 1,72 = 1,26 KNm
Perhitungan Pembesian
Perkiraan diameter tulangan utama yang digunakan diperkirakan
dalam arah x dan arah y yaitu 10 mm, maka perhitungan pembesiannya
yaitu:
dx = h(tebal plat) – decking – ½ dx
= 120 – 20 – ½ . 10
= 95 mm = 0,095 m
dy = h(tebal plat) – decking – dy – ½ dx
= 120 – 20 – 10 – 1/2 . 10
= 85 mm = 0,085 m
Momen Lapangan Arah x
Mlxb .d ²
= 1,57
0,8 x(0,085)² = 217,75 kN/m²
ρ hit=0,85 x f ' cfy
¿
70
ρ hit=0,85 x35400
¿
= 0,00055
Dimana, ρ hitung < ρ min
ρ min memakai 0,0018 dari buku “ Gideon Kusuma “ dasar perencanaan beton
bertulang seri beton 1, tabel 7 hal 51. Dan ρ max memakai 0,0271, tabel 8 hal 52.
ρ min¿0,0018
ρ max ¿0,0271
Aslx = ρ .b .d . 106
= 0,0018 x 0,8 x 0,085 x 106
= 122,4 mm2
Digunakan tulangan Ø 8 – 200 mm2 (251 mm2)
Momen Lapangan Arah y
Mlyb .d ²
= 0,38
0,8 x(0,075)² = 84,44 kN/m²
ρ hit=0,85 x f ' cfy
¿
ρ hit=0,85 x35400
¿
= 0,0002156
71
Dimana, ρ hitung < ρ min
ρ min memakai 0,0018 dari buku “ Gideon Kusuma “ dasar perencanaan beton
bertulang seri beton 1, tabel 7 hal 51. Dan ρ max memakai 0,0271, tabel 8 hal 52.
ρ min¿0,0018
ρ max ¿0,0271
Asly = ρ .b .d . 106
= 0,0018 x 0,8 x 0,075 x 106
= 108 mm2
Digunakan tulangan Ø 8 – 225 mm2 (223 mm2)
Momen Tumpuan Arah x
Mtxb .d ²
= 2,1
0,8 x(0,085)² = 363,321 kN/m²
ρ hit=0,85 x f ' cfy
¿
ρ hit=0,85 x35400
¿
= 0,0009148
Dimana, ρ hitung < ρ min
72
ρ min memakai 0,0018 dari buku “ Gideon Kusuma “ dasar perencanaan beton
bertulang seri beton 1, tabel 7 hal 51. Dan ρ max memakai 0,0271, tabel 8 hal 52.
ρ min¿0,0018
ρ max ¿0,0271
Astx = ρ .b .d . 106
= 0,0018 x 0,8 x 0,085 x 106
= 122,4 mm2
Digunakan tulangan Ø 8 – 200 mm2 (251 mm2)
Momen Tumpuan Arah y
Mtyb .d ²
= 1,26
0,8 x(0,075)² = 280 kN/m²
ρ hit=0,85 x f ' cfy
¿
ρ hit=0,85 x35400
¿
= 0,0007065
Dimana, ρ hitung < ρ min
73
ρ min memakai 0,0018 dari buku “ Gideon Kusuma “ dasar perencanaan beton
bertulang seri beton 1, tabel 7 hal 51. Dan ρ max memakai 0,0271, tabel 8 hal 52.
ρ min¿0,0018
ρ max ¿0,0271
Asty = ρ .b .d . 106
= 0,0035 x 0,8 x 0,075 x 106
= 108 mm2
Digunakan tulangan Ø 8 – 225 mm2 (223 mm2)
Pilih Tulangan
Daftar Analisis Tulangan Pelat
M
b .d2
AS
( mm2)
Tulangan
Hasil
Perhitungan
ρ hit ρ min
MLX 238 mm2 8 – 200 0,00055 0,0018
MLY 210 mm2 8 – 225 0,0002156 0,0018
MTX 238 mm2 8 – 200 0,0009148 0,0018
MTY 210 mm2 8 – 225 0,0007065 0,0018
Detail tulangan plat
74
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 KESIMPULAN
Setelah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan di PT. BINA BUANA
SEMESTA banyak sekali hal-hal yang penulis temui di lapangan sehingga
menambah wawasan dan memperluas pola pikir penulis terhadap dunia
keteknikan dan suasana kerja di lapangan.
75
Dari tinjauan dan pengamatan serta informasi yang penulis dapat selama
melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat diambil kesimpulan bahwa :
1. Pelaksanaan proyek berjalan sesuai dengan jadwal pekerjaan, tetapi ada
beberapa faktor yang terjadi di lapangan yang mengakibatkan sedikit
keterlambatan atau tidak sesuai jadwal pekerjaan dikarenakan oleh
keadaan cuaca yang tidak mendukung seperti hujan dan kendala proyek
lainnya.
2. Secara umum proses pekerjaan struktur meliputi pekerjaan pengukuran,
pekerjaan bekisting, pekerjaan pembesian, pekerjaan pengecoran, dan
pekerjaan perawatan beton yang sacara langsung dilaksanakan di dalam
area proyek dan diawasi oleh bagian quality control dan konsultan
pengawas.
3. Penyimpangan yang terjadi dilapangan maupun gambar kerja segera
direvisi oleh kontraktor, hal ini menandakan pengawasan dalam proyek
berjalan dengan baik.
4. Pada pembangunan proyek Apartemen Belmont Residence Tower 2 mutu
beton plat menggunakan fc’ 40 Mpa, fc’ 35 Mpa dan fc’ 30 Mpa.
5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan komponen penting
dalam kelancaran suatu proyek karena sistem K3 yang baik dapat
menunjang keberhasilan proyek dan semua unsur yang terlibat di
dalamnya akan merasa aman.
76
6. Dalam proyek peralatan penunjang memiliki peranan yang penting dalam
pelaksaanaan kegiatan proyek sehari-hari. Tujuan penggunaan peralatan
penunjang ini untuk mempermudah pekerjaan yang dilakukan di peroyek
sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah pada
waktu yang relative lebih hemat
4.2 SARAN
Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan saran yang mudah-mudahan
dapat memberikan dorongan dan motivasi bagi mahasiswa maupun bagi penulis
sendiri, yaitu:
1. Bagi para mahasiswa yang hendak melakukan Praktek Kerja Lapangan
terlebih dahulu harus menyusun rencana belajar dan pengamatan yang
jelas dan terarah, sehingga waktu yang dimiliki selama di proyek lebih
efisien dan bermanfaat.
2. Mahasiswa harus lebih aktif dan disiplin dalam mengikuti rangkaian
kegiatan PKL. Mahasiswa juga harus lebih berani berkomunikasi dengan
pihak kontraktor dan menciptakan hubungan yang baik demi lancarnya
kegiatan PKL yang dilaksanakan.
3. Sebaiknya pada pembangunan gedung-gedung bertingkat perlu
memperhatikan konsep ramah lingkungan yang disebut green building
agar dapat mengurangi pemanasan global efek rumah kaca.
4. Setiap ada permasalahan yang menyimpang dari perencanaan, hendaknya
konsultan pengawas dan kontraktor berkomunikasi langsung dan
77
memberikan jalan keluar yang terbaik agar dapat menyelesaikan
permasalahan dengan cepat.
5. Pada pelaksanaan proyek Apartemen Belmont Residences dibutuhkan
kerja sama yang baik pada pihak-pihak yang terkait, yang berguna untuk
memperlancar dan menyelesaikan kegiatan sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
6. Dalam pelaksanaan pekerjaan hendaknya pekerja diberikan pengarahan
oleh pihak Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk memperhatikan
keselamatan dirinya dengan menggunakan peralatan dan pengaman
sewaktu bekerja yang sudah ditetapkan oleh pihak kontraktor.
7. Pentingnya dilakukan pemeriharaan peralatan yang ada agar
penggunaannya dapat dioptimalkan semaksimal mungkin, sebab bila
pemeliharaan tidak dilakukan hal ini dapat mengganggu pelaksanaan dan
akan meningkatkan biaya proyek.
78