111
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PROYEK Dalam latar belakang proyek memuat alasan pembangunan proyek, alasan penunjukkan lokasi proyek, fasilitas pendukung, aspek tata ruang, estetika dan peraturan ketinggian bangunan. 1.1.1 Alasan Pembangunan Proyek Jakarta sebagai salah satu pusat pemerintahan serta pusat ekonomi dan bisnis merupakan kota yang sangat padat dan membutuhkan perencanaan wilayah yang terencana dan terpadu antar berbagai kehidupan. Bapak Adi Susilo selaku pemilik proyek membangun BELMONT RESIDENCE TOWER 2 yang berfungsi sebagai apartemen di jakarta tepatnya jakarta barat dan menujuk PT. Bina Buana Semesta sebagai kontraktor untuk membangun apartemen tersebut. Saat ini PT. Bina Buana Semesta sedang membangun proyek BELMONT 1

BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

LaporAN pkl

Citation preview

Page 1: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG PROYEK

Dalam latar belakang proyek memuat alasan pembangunan proyek, alasan

penunjukkan lokasi proyek, fasilitas pendukung, aspek tata ruang, estetika dan

peraturan ketinggian bangunan.

1.1.1 Alasan Pembangunan Proyek

Jakarta sebagai salah satu pusat pemerintahan serta pusat ekonomi

dan bisnis merupakan kota yang sangat padat dan membutuhkan perencanaan

wilayah yang terencana dan terpadu antar berbagai kehidupan. Bapak Adi

Susilo selaku pemilik proyek membangun BELMONT RESIDENCE

TOWER 2 yang berfungsi sebagai apartemen di jakarta tepatnya jakarta

barat dan menujuk PT. Bina Buana Semesta sebagai kontraktor untuk

membangun apartemen tersebut. Saat ini PT. Bina Buana Semesta sedang

membangun proyek BELMONT RESIDENCE TOWER 2 yang berlokasi di

Jl. Lapangan bola meruya ilir Kel. Meruya, Kec. Kembangan, Jakarta Barat

dengan total luas bangunan 19.060,35 m2.

1.1.2 Alasan Penunjukan Lokasi

Lokasi pembangunan Apartement Belmont Residence Tower 2

terletak di Jl. Lapangan Bola meruya ilir, Jakarta Barat sudah berdasarkan

pertimbangan yang matang dari pihak konsultan dan owner pertimbangan-

1

Page 2: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

pertimbangan tersebut antara lain dari letak daerahnya yang strategis dekat

dengan pusat kota serta mudah untuk mendapatkan akses jalan ke tempat

tempat lain disamping itu kawasan Meruya Ilir memiliki nilai ekonomi yang

tinggi karena dekat dengan pusat perekonomian dan bisnis.

1.1.3 Fasilitas Pendukung

Beberapa fasilitas pendukung yang terletak disekitar proyek

Belmont Residence Tower 2 yaitu :

Lantai Dasar : Ruko, Lobby Entrance, Core Lift dan

Service Area, Ruang Kontrol

Lantai 2 : Ruko, Unit, Building Management, Balai

Warga, Core Lift dan Service Area

Lantai 3 : Ruko, Unit, Ruang Bermain, Core Lift dan

Service Area

Lantai 4 : Kios, Unit, Kolam Renang, Gymnasium

Lantai 5 s/d 18 : Unit, Core Lift dan Service Area

Lantai 19 : Ruang Mesin Lift, Roof Tank, Gondola

1.1.4 Aspek Tata Ruang

a. Koefisien Dasar Bangunan ( KDB )

Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No 441/KPTS /

1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung. Koefisien Dasar

Bangunan (KDB) adalah koefisien perbandingan antara luas lantai dasar

2

Page 3: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

bangunan terhadap luas lahan. Koefisien Dasar Bangunan juga

menggambarkan kepadatan dalam suatu bangunan. kepadatan tersebut

dinyatakan dalam Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sangat rendah, Koefisien

Dasar Bangunan (KDB ) rendah, Koefisien Dasar Bangunan (KDB) sedang,

Koefisien Dasar Bangunan (KDB) tinggi dan Koefisien Dasar Bangunan

(KDB) sangat tinggi.

Tabel 1.1 Klasifikasi Koefisien Dasar Bangunan ( KDB )

NO NILAI KDB SPESIFIKASI

1 >5 % Sangat Rendah

2 5 % - 20 % Rendah

3 20% - 50 % Sedang

4 50% - 75 % Tinggi

5 >75 % Sangat Tinggi

( Sumber : Kepmen PU No. 640/kpts/1986 tentang Perencanaan Tata

Ruang Kota )

Dalam Pembanguna Proyek Belmont Residence Tower 2 ini

besarnya Koefisien Dasar Bangunan ( KDB ) adalah :

KDB = luaslantai dasar bangunan

luaslahan x 100%

KDB=1091,443605

x100%

3

Page 4: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

KDB : 30,28%

Interpretsi : Koefisien Dasar Bangunan pada proyek Belmont

Residence sebesar 30,28 % dari luas lahan digunakan untuk

bangunan dasar dan juga menyatakan bahwa Koefisien Dasar

Bangunan (KDB) tergolong dalam KDB sedang.

b. Koefisien lantai Bangunan ( KLB )

Berdasarkan Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No. 441/

KPTS / 1998 tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung, yang dimaksud

dengan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah koefisien perbandingan

antara luas keseluruhan lantai bangunan terhadap luas lahan.

Koefisien Lantai Bangunan (KLB) juga menggambarkan

ketinggian dari suatu bangunan. Ketinggian tersebut dinyatakan dalam

Koefisien Lantai Bangunan (KLB) sangat rendah, Koefisien Lantai Bangunan

(KLB) rendah, Koefisien Lantai Bangunan (KLB) sedang, Koefisien Lantai

Bangunan (KLB) tinggi, dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) sangat

tinggi.

4

NO NILAI KDB KLASIFIKASI

1 2 x KDB Sangat Rendah

2 4 x KDB Rendah

3 8 x KDB Sedang

4 9 x KDB Tinggi

5 20 x KDB Sangat Tinggi

Page 5: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

Tabel 1.2 klasifikasi Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

(Sumber : Keputusan Peraturan menteri Dalam Negeri No. 59 Tahun

1988)

Dalam Proyek Pembangunan Belmont Residence Tower 2

besarnya Koefisien Lantai Bangunan adalah :

KLB = Total luas lantaibangunan

luas lahan

KLB=19060,353605

x 100%

KLB = 528,72 %

Interpretasi : Koefisien Lantai Bangunan pada Proyek Belmont

Residence Tower 2 adalah sebesar 528,72 %, sehingga KLB/KDB =

17,46. Hal ini menandakan bahwa Koefisien Lantai Bangunan (KLB)

tersebut dalam kelas KLB 9x KDB, kalsifikasi Tinggi.

1.1.5 Peraturan Ketinggian Bangunan

Proyek Belmont Residence Tower 2 terletak di kawasan Jakarta

Barat yang mempunyai 20 lantai utama termasuk dalam kategori bangunan

tinggi berdasarkan UU No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung , pasal

20 ayat 3.

5

Page 6: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

.

1.1.6 Peta Peruntukan Lahan

Gambar 1.1 Peta Lokasi Proyek

Batas Proyek

- Sebelah Barat : Taman kebon jeruk

- Sebelah Timur : Jl. Panjang raya

- Sebelah Utara : Gedung bussines park

- Sebelah Selatan : Gedung belleza

1.2 DATA UMUM PROYEK

1.2.1 Nama Proyek: PROYEK TOWER 2 MONT BLANC

BELMONT RESIDENCE JAKARTA BARAT

1.2.2 Lokasi Proyek: Jl. Lapangan Bola meruya ilir, Jakarta Barat

1.2.3 Fungsi Bangunan: Apartemen (bangunan tempat tinggal)

6

Page 7: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

1.2.4 Jenis Konstruksi: Beton Bertulang

1.2.5 Pemilik Proyek: PT Mitra Abadi Sukses Sejahtera

1.2.6 Luas Lahan : 3,605 m2

1.2.7 Luas Bangunan: 19060,35 m2

1.2.8 Memiliki 1 Tower : 18 Lantai, 19 dengan lantai atap

1.2.9 Konsultan

a. Konsultan MK: PT. Atelier Enam PM

b. Konsultan Perencana Struktur: PT. Stadin Strukturindo

Konsultan:

c. Konsultan Perencana Arsitektur: PT. Megantika International

d. Konsultan perencana MEP : PT. Metakom Pranata

1.2.10 Kontraktor

a. Kontraktor Bore Pile : PT. Pakubumi Semesta

b. Kontraktor Struktur Atas : PT. Bina Buana Semesta

1.2.11 Supplier

a. Supplier Readymix : Adhimix dan Betamix

b. Supplier Besi : PT. Mitra Abadi Sukses

Sejahtera

c. Supplier Bekisting : PT. Sinar Powerindo Utama

1.2.12 Jenis Pelelangan : Pelelangan Terbuka

1.2.13 Waktu Pelaksanaan : 224 hari kerja

7

Page 8: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

1.2.14 Periode Pelaksanaan : 15/04/2013 sampai

15/11/2013

1.2.15 Biaya Pelaksanaan : Rp. 22.000.000.000

1.2.16 Sifat Kontrak : Lumpsum

1.2.17 Sistem Pembayaran : Termin/Bertahap

1.2.18 Masa pemeliharaan : 6 Bulan

1.2.19 Instalasi Listrik : PLN dan Genset

1.2.20 Instalasi Air Bersih : Jet Pump dan Air Tanah

8

Page 9: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

BAB II

TINJAUAN UMUM PROYEK

2.1 DATA TEKNIS PROYEK

Terdapat berbagai macam jenis pekerjaan dalam suatu pembuatan

konstruksi bangunan, antara lain ialah pekerjaan struktur. Pekerjaan struktur

adalah pekerjaan yang meliputi seluruh konstruksi suatu bangunan dan pekerjaan

ini merupakan pekerjaan yang utama. Pada proyek yang dikerjakan oleh PT Bina

Buana Semesta ini, yaitu Belmont Residence Tower 2 terdapat beberapa

pekerjaan seperti yang akan dijabarkan dibawah ini :

2.1.1 Pondasi

Pondasi adalah struktur pendukung bangunan terbawah yang

berfungsi meneruskan beban vertikal dan horizontal dari struktur bagian

atas bangunan ke dalam tanah. Dalam proyek pembangunan Belmont

Residence Tower 2 pondasi yang digunakan adalah pondasi bored pile Ø

1000 mm dan soldier pile Ø 600 dengan panjang netto tiang 23 m (elevasi

ujung Pile Toe pada -28,050 m). Dengan menggunakan mutu beton fc’ 35

MPa dan nilai slump 18 mempunyai 137 titik.

2.1.2 Pilecap

Pile cap merupakan bagian struktur yang berfungsi untuk

meratakan beban dari kolom ke pondasi, bagian ini berfungsi juga

9

Page 10: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

menggabungkan beberapa pondasi sehingga pondasi tersebut mampu

menahan beban diatasnya. Dalam proyek pembangunan Belmont

Residence Tower 2, pile cap yang digunakan adalah dengan mutu beton fc’

35 MPa.

Tabel 2.1 Tipe Pile Cap

No.Tipe

Pile Cap

Jumlah

Pile CapPile

Jumlah

Tiang

Bentuk

Pile cap

1 P1 13 1 13 Persegi

2 P1 - A 42 1 42 Persegi

3 P2 7 2 14 Persegi panjang

4 P2 -A 1 2 2 Persegi panjang

5 P3 2 3 6 Persegi panjang

6 P4 3 4 12 Persegi panjang

7 P6 - A 1 6 6 Persegi panjang

8 P8 1 8 8 Persegi panjang

9 P8 - A 1 8 8 Persegi panjang

10 P - 24 1 24 24 Persegi panjang

2.1.3 Kolom

Kolom merupakan struktur vertikal yang berfungsi menahan

beban-beban dari balok untuk kemudian disalurkan ke pondasi. Dalam

proyek pembangunan Belmont Residence Tower 2 ini digunakan kolom

persegi dan persegi panjang.

10

Page 11: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

Mutu beton yang digunakan pada kolom persegi adalah sebagaiberikut:

Fc’ 40 MPa untuk lantai basement sd lt.5

Fc’ 35 MPa untuk lt.6 sd lt.14

Fc’ 30 MPa untuk lt.15 sd lt.Atap

Tabel 2.2 Tipe Kolom dan Pembesian

Tipe KolomDimensi

Kolom (mm)

Tulangan

Pokok (mm)Sengkang

K12A 150 x 200 4D13 D10 – 100 / 150

K24 200 x 400 6D16 D10 – 100 / 150

K40 400 x 400 12D16 D10 – 100 / 150

K45 400 x 500 12D16 D10 – 100 / 150

K45A (KOMPOSIT) 450 x 500 12D16 D10 – 100 / 150

K50 500 x 500 16D16 D10 – 100 / 150

K46 400 x 600 14D16 D10 – 100 / 150

K48 400 x 800 18D19 D10 – 100 / 150

2.1.4 Balok

Balok adalah konstruksi horizontal yang berfungsi menahan gaya

vertikal dari pelat lantai termasuk berat sendiri balok, yang nantinya akan

diteruskan ke kolom.

Mutu beton untuk balok yang digunakan adalah :

Fc’ 40 MPa untuk lantai basement sd lt.5

11

Page 12: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

Fc’ 35 MPa untuk lt.6 sd lt.14

Fc’ 30 MPa untuk lt.15 sd lt.Atap

Tabel 2.3a Tipe Balok dan Dimensi

NAMA BALOK

DIMENSI NAMA BALOK

DIMENSI

B13A 150 X 300 B36B 300 x 650B14 100 x 400 B36C 350 x 650B17 100 x 700 B38A 350 x 800

B17A 150 x 700 B44A 400 x 450B23 200 x 300 B45 400 x 500B24 200 x 400 B46 400 x 600

B24L 200 x 400 (LIFT) B48A 400 x 820B25A 250 x 500 B47B 400 x 750B26B 200 x 650 B57B 500 x 750B26C 200 x 650 B56 500 x 600B28A 200 x 820 B66 600 x 600B34 300 x 400 B86 800 x 600

B35A 350 x 500 B310 300 x 1000B35 300 x 500 B410 400 x 1000B36 300 x 600

2.1.5 Plat Lantai

Pelat adalah elemen bidang tipis yang menahan beban transversal

melalui aksi lentur masing-masing tumpuan. Pelat lantai direncanakan

untuk dapat menahan beban mati dan beban hidup yang bekerja pada pelat

lantai tersebut.

12

Page 13: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

Pelat yang digunakan pada proyek pembangunan Belmont

Residence Tower 2 adalah pelat beton konvensional dengan menggunakan

mutu beton sebagai berikut:

Fc’ 40 MPa untuk lantai basement sd lt.5

Fc’ 35 MPa untuk lt.6 sd lt.14

Fc’ 30 MPa untuk lt.15 sd lt.Atap

Jenis tulangan yang dipakai adalah BJTD 40 diameter 10 mm dan 13 mm.

Tipe pelat lantai yang digunakan pada proyek pembangunan Belmont

Residences Tower 2 sebagai berikut:

Tabel 2.4 Tipe Pelat Lantai

NAMA PLAT TEBAL PLAT (mm)

S12 120

S15A 150

S20A 200

S20B 200

S15B 150

S25A 250

S25B 250

2.1.6 Tangga

Tangga adalah alat transportasi dan penghubung antara lantai satu

ke lantai berikutnya. Tangga berfungsi sebagai penghubung secara vertikal

(ke atas dan ke bawah) atau naik dan turun antara lantai satu dengan yang

13

Page 14: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

lainnya. Tangga yang direncanakan mempunyai tebal pelat sebesar 150

mm, tinggi optrade 18 cm, lebar antrede 30 cm dan memakai tulangan

D13- 150 untuk tulangan utama dan D10 – 200 untuk tulangan pembagi.

Menggunakan mutu beton fc’ 40 Mpa, fc’ 35 MPa dan fc’ 30 MPa.

2.1.7 Atap

Atap adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai

penutup seluruh ruangan yang ada di bawahnya terhadap pengaruh panas,

debu, hujan, angin atau untuk keperluan perlindungan.

Atap yang digunakan pada proyek pembangunan Belmont

Residence Tower 2 ini adalah pelat beton. Pelat beton tersebut diberi

lapisan waterproofing yang berfungsi agar air yang jatuh tidak merembes

pada beton.

2.1.8 Grand Water tank

Ground Water Tank (GWT) Merupakan suatu konstruksi bawah

tanah yang berfungsi sebagai tangki penyimpanan air sementara yang akan

dipompakan ke penampungan di atas, untuk dapat didistribusikan pada

setiap unit plumbing yang ada. GWT pada proyek ini terletak di basement

Belmont Residence Tower 2 dengan kedalaman 5 m. Mutu beton yang

14

Page 15: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

digunakan dalam pembuatan GWT adalah mutu beton fc’ 35 MPa dan besi

D19.

2.1.9 Core Wall

Core Wall pada umumnya ditempatkan di tengah bangunan, ditepi

bangunan atau di luar bangunan selain sebagai inti bangunan, juga bisa

sebagai tempat transportasi vertikal seperti untuk tangga, lift dan lain- lain.

Core Wall yang ada lift di dalamnya disebut Core Lift. Core Wall dapat

memikul beban angin ataupun beban gempa yang bekerja padanya melalui

portal maupun lantai.

Pada proyek pembangunan Belmont Residence Tower 2, mutu

beton Core Wall yang digunakan adalah mutu beton f’c 40MPa, f’c 35

MPa f’c 30 MPa.

2.1.10 Konstruksi Podium

Konstruksi podium adalah bangunan yang dirancang untuk parkir

mobil dan dimana ada sejumlah lantai atau tingkat dimana parkir

berlangsung. Podium pada proyek pembangunan Belmont Residence

Tower 2 terdapat pada lantai 1. Podium ini berfungsi sebagai parkir

kendaraan bermotor dan area komersial. Podium termasuk dalam

konstruksi beton bertulang yang semuanya secara konvensional.

15

Page 16: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

2.1.11 STP (Sewage Treatment Plant)

Seawage Treatment Plant (STP) Merupakan suatu unit pengelolaan

Limbah buangan dari aktivitas penggunaan gedung. Mengingat banyaknya

jumlah toilet pada gedung ini, maka diperlukan pengelolaan limbah

buangan untuk selanjutnya dibuang ke saluran air sekitar. Hal ini

dimaksudkan agar limbah yang dibuang ke pembuangan sekitar gedung

sudah menjadi limbah yang lebih ramah lingkungan. Mutu beton yang

digunakan dalam pembuatan STP ini adalah mutu beton fc’ 35 Mpa dan

besi D22.

2.2 Administrasi Proyek

Sistem administrasi proyek merupakan sarana yang dibuat untuk

memfasilitasi hubungan komunikasi antara pihak-pihak yang terkait dalam

pembanguan suatu proyek, dalam sistem administrasi terdapat informasi

yang berisi mengenai: pelelangan, struktur organisasi proyek, struktur

organisasi kontraktor, rencana waktu kerja (time schedule) yang di

dalamnya memuat master schedule, barchart, dan S-Curve, dan rencana

harian, Laporan Pekerjaan (harian, mingguan, bulanan ), dan tenaga kerja

(jenis dan keselamatan tenaga kerja).

16

Page 17: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

2.2.1 Pelelangan

Pelelangan proses yang sering dilakukan dalam proses pengadaan

barang dan jasa. Dalam proses tersebut terdapat aturan-aturan yang

memiliki dasar hukum yang telah dibuat oleh pemerintah. Pada proyek

Belmont Residence Tower 2 dan PT Mitra Abadi Sukses Sejahtera sebagai

owner mengadakan pelelangan terbuka yang bertujuan untuk mencari

kontraktor yang nantinya akan membangun proyek Belmont Residence

Tower 2.

Pelelangan terbuka adalah pelelangan yang dapat diikuti oleh

rekanan yang tercantum dalam daftar rekan mampu sesuai dengan

bidang usaha, lingkup, ataupun klasifikasi kemampuannya. Perbandingan

peserta pelelangan dilakukan melalui negosiasi baik dari segi teknis

maupun dari segi harga.

Pelelangan dilakukan setelah pihak owner menunjuk panitia lelang

untuk membuat dokumen tender atau dokumen lelang, dilanjutkan dengan

mengadakan pelelangan terbuka yang diikuti oleh beberapa kontraktor

sebagai peserta lelang. Owner menunjuk konsultan perencana untuk

membuat perencanaan gedung sesuai dengan yang owner inginkan.

PT. BINA BUANA SEMESTA selaku kontraktor utama

mendapatkan proyek ini melalui pelelangan terbuka. Tata cara

pelelangannya sebagai berikut :

17

Page 18: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

a. PT. Mitra Abadi Sukses Sejahtera selaku owner bersama Adi

Susilo & Partners selaku konsultan perencana membentuk panitia

lelang.

b. Panitia lelang berjumlah minimal 5 orang dari tim konsultan

dengan tugas sebagai berikut :

- Mengkoordinasikan penyusunan dokumen lelang yang

berisi rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) serta gambar

perencanaan, menyusun dan menentapkan tata cara

penilaian terhadap penawaran, syarat peserta lelang, serta

perkiraan harga.

- Mengumumkan segala sesuatunya mengenai pelelangan

melalui media massa dan elektronik.

- Mengundang peserta yang tidak termasuk dalam daftar

rekanan mampu untuk mengikuti prakualifikasi.

- Melaksanakan pembukaan dokumen penawaran.

- Mengadakan evaluasi dan penetapan calon pemenang dan

membuat laporan pertanggungjawaban hasil pelelangan.

c. Owner mengumumkan adanya pelelangan melalui media massa

dimana di dalam pengumuman tersebut tercantum :

- Latar belakang proyek : uraian singkat yang memuat nama

proyek, pemberi tugas, maksud dan tujuan, lingkup proyek,

lokasi dan jadwal mulai.

18

Page 19: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

- Tanggal dan tempat pengambilan dokumen lelang/dokumen

prakualifikasi.

- Penggantian uang dokumen lelang.

d. PT. Mitra Abadi Sukses Sejahtera selaku owner mengundang

perusahaan jasa konstruksi.

e. Peserta lelang membeli dokumen lelang dari panitia lelang.

f. Peserta lelang mempelajari dokumen lelang yang berisi :

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS), Gambar perencanaan,

Tata cara penilaian terhadap penawaran, dan Syarat peserta lelang.

g. Diadakan rapat penjelasan pelelangan. Dalam rapat ini dijelaskan

kepada peserta lelang mengenai hal-hal seperti metode

penyelanggaraan pelelangan, cara penyampaian penawaran,

dokumen yang harus diampirkan, sistem kontrak, dsb.

h. PT. BINA BUANA SEMESTA selaku peserta lelang membuat

harga penawaran.

i. Peserta lelang termasuk PT. BINA BUANA SEMESTA di

dalamnya memasukkan harga penawaran kepada panitia lelang.

j. Selanjutnya tahap pemasukkan dokumen yaitu membuka dokumen

bersama-sama, dokumen penawaran kontraktor diproses oleh

panitia lelang sebagai acuan untuk mendapatkan calon pemenang.

Penyampaian dan pembukaan penawaran oleh panitia lelang

dilakukan dihadapan para peserta lelang.

19

Page 20: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

k. Setelah tahap pelelangan berlangsung, peserta lelang meng-upload

dokumen lelang ke situs resmi milik Summarecon bertujuan untuk

tidak adanya kekeliruan yang terjadi pada dokumen lelang.

l. Penetapan calon pemenang berdasarkan harga yang mendekati

harga owner dan disesuaikan dengan realita dan kondisi harga di

pasaran.

m. Penetapan pemenang dilakukan dengan nilai penawaran harga

terendah dan kompetitif yaitu PT. BINA BUANA SEMESTA.

n. Pemberian Surat Perintah Kerja (SPK) dari owner kepada

kontraktor pemenang untuk melaksanakan pembangunan fisik

bangunan.

2.2.2 Hubungan Kerja dan Tugas Institusi Terkait

1) Antara Owner dengan Konsultan Perencana, Konsultan MK.

Owner menunjuk Konsultan Perencana untuk merencanakan

pembangunan (Arsitektur, Stuktur, Mekanikal & Elektrikal). Konsultan

MK memberikan jasa pengawasan dan memanagement jalannya proses

konstruksi sehingga pembangunan yang dilaksanakan sesuai dengan

perencanaan yang telah ditentukan. Sedangkan owner membayar upah atas

semua jasa yang telah dikerjakan kepada semua konsultan sesuai dengan

kontrak yang telah disepakati.

20

Page 21: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

2) Antara Pemilik Proyek (Owner) dengan Kontraktor.

Kontraktor berkewajiban melaksanakan pekerjaan sesuai

kontraknya dengan baik, tepat waktu, dan dapat dipertanggung jawabkan

pada waktu penyerahan pekerjaan. Sedangkan owner membayar biaya

pelaksanaan kepada kontraktor dan sub kontraktor sesuai dengan kontrak.

3) Antara Konsultan Perencana dengan Kontraktor.

Merupakan hubungan koordinasi, dimana setiap konsultan

mengkoordinasikan rencana pekerjaan kepada kontraktor, sehingga

pelaksanaan proyek dapat terlaksana sesuai rencana. Apabila terjadi

perbedaan, baik gambar, maupun metode kerja maka dapat

dikonsultasikan melalui konsultan MK.

4) Antara Kontraktor dan Sub Kontraktor

Kontraktor sebagai pelaksana dapat meng-subkan pekerjaannya

sesuai kesepakatan dalam kontrak kerja.

- Hak dan Kewajiban.

Dalam merealisasikan pekerjaan proyek yang telah direncanakan

banyak sekali pihak yang ikut terlibat, Hak dan kewajibannya adalah :

1) Pemilik Proyek (Owner)

21

Page 22: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

a) Menunjuk penyedia jasa dan meminta laporan secara

periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan dilapangan yang telah

dilakukan penyedia jasa.

b) Memberikan fasilitas berupa sarana dan prasarana, lahan,

dana yang dibutuhkan oleh pihak penyedia jasa untuk kelancaran

pekerjaan dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa

sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan suatu

bangunan.

c) Ikut mengawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang

direncanakan dengan cara menempatkan atau menunjuk suatu

badan atau orang untuk bertindak atas nama pemilik, menerima dan

mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh

penyedia jasa bila produknya telah sesuai dengan apa yang

dikehendaki.

2) Konsultan Management Konstruksi (MK)

a) Mengawasi dan mengendalikan jalannya proyek

agar pelaksanaan pekerjaan kontraktor sesuai dengan

spesifikasi, kualitas, biaya dan waktu yang telah ditetapkan

dalam kontrak kerja pekerjaan yang bersangkutan.

22

Page 23: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

b) Memeriksa dan mempelajari rencana dan metode

kerja yang dibuat oleh kontraktor, Memberi persetujuan

terhadap tahapan-tahapan pekerjaan yang dilakukan

kontraktor, seperti : pengesahan Shop Drawing, checklist

pekerjaan, dll.

c) Menyesuaikan jadwal pekerjaan yang harus diikuti

kontraktor.

d) Memantau dan mempertahankan jadwal,

Menciptakan jalinan kerja yang baik antara unsur-unsur

terkait dalam proyek, Menyelenggarakan rapat koordinasi

dengan kontraktor, serta mengundang pihak–pihak terkait

lainnya jika diperlukan (Owner, konsultan perencana).

e) Mengajukan dan mengusulkan kepada Owner jika

terjadi adanya perubahan atau penambahan pekerjaan atau

menampung keinginan Owner jika ada perubahan untuk

disampaikan kepada kontraktor.

3) Konsultan Perencana

a) Membuat perencana secara lengkap yang terdiri dari

gambar rencana, rencana kerja dan syarat-syarat, perhitungan

struktur hingga rencana anggaran biaya, Memberikan usulan

23

Page 24: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak

kontraktor tentang pelaksanaan pekerjaan.

b) Memberikan jawaban dan penjelasan kepada

kontraktor tentang hal-hal yang kurang jelas dalam gambar

rencana, rencana kerja dan syarat-syarat, membuat gambar

revisi bila terjadi perubahan perencanaan.

c) Menghadiri rapat koordinasi pengelolaan proyek.

4) Kontraktor Utama

a) Melaksanakan seluruh pekerjaan dengan syarat-

syarat dan peraturan yang sesuai dengan dokumen kontrak

yang telah disepakati.

b) Membuat laporan hasil pekerjaan secara berkala

yang memuat pelaksanaan pekerjaan, kemajuan pekerjaan

yang telah dicapai, jumlah bahan bangunan yang masuk serta

hal yang menghambat pekerjaan.

c) Menyerahkan gambar kerja dan metode kerja

sebelum pekerjaan dimulai, serta melaporkan kejanggalan-

kejanggalan yang terjadi antara perencana arsitek dengan

perencana struktur dan perencana ME.

d) Mengadakan perubahan-perubahan yang

dikehendaki owner atas persetujuan konsultan MK, dan

mengkonsultasikan gambar dan hal-hal yang tidak sesuai

dengan kondisi lapangan melalui konsultan MK serta mencari

jalan keluarnya.

e) Mempertanggungjawabkan hasil pelakanaan

pekerjaan secara keseluruhan termasuk membayar semua

24

Page 25: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

ganti rugi akibat kecelakaan kerja, kecuali hal tersebut

diakibatkan oleh force majeur atau diluar jam kerja dan

biasanya diwakili oleh pihak asuransi.

2.2.3 Struktur Organisasi Kontraktor

Adapun Struktur Organisasi Kontraktor pada Proyek Belmont

Residence Tower 2 adalah sebagai berikut: terlampir dilampiran

Pada proyek ini yang mempunyai kedudukan sebagai kontraktor

adalah PT. Bina Buana Semesta. Adapun uraian pekerjaan tiap bagian

adalah :

a. Project Manager

Project manager mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai

berikut:

1) Bertanggung jawab secara umum terhadap seluruh aspek perencanaan

dan pelaksanaan proyek dalam hal biaya, mutu dan, waktu.

2) Menyelenggarakan rapat intern minimal satu kali dalam seminggu

untuk evaluasi setiap pekerjaan proyek demi kemajuan proyek.

3) Mengawasi administrasi proyek, pembukuan dan transaksi, alat dan

bahan, serta kinerja staff proyek.

25

Page 26: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

4) Mengontrol time schedule proyek yang akan dilaksanakan.

b. Site Manager

Site manager mempunyai tugas dan wewenangnya sebagai berikut:

1) Membuat rencana proteksi, metode kerja, dan site plan proyek

2) Membuat rencana pemakaian tenaga kerja dan alat untuk kebutuhan

proyek.

3) Membuat evaluasi sistem mutu subkontraktor pada alat sewa yang

digunakan.

4) Membuat surat peminjaman alat dan surat permintaan material.

5) Memimpin dan mengendalikan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan

persyaratan waktu, mutu, dan biaya yang telah ditetapkan.

6) Mengkoordinir pendataan, penggunaan, dan realisasi pemakaian alat

yang digunakan serta sertifikat kalibrasi untuk alat ukur.

7) Membuat schedule aktivitas setelah 2 minggu dan schedule koordinasi

sub kontraktor, seperti schedule aktivitas pengecoran untuk direalisasi

ke lapangan dalam jangka waktu seminggu.

8) Membuat laporan harian dan laporan progress serta evaluasi setiap

pekerjaan.

26

Page 27: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

9) Memimpin rapat koordinasi lapangan.

10) Melakukan tahapan sukontrol subkontraktor.

11) Dalam serah terima ikut terlibat dalam proses serah terima pekerjaan.

c. Site Engineering

Site Engineering mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

1) Meninjau rencana metode kerja dan mengkoordinasikan dengan Project

Manager terhadap keefektifan dan efesiensi pekerjaan proyek.

2) Memeriksa shop drawing.

3) Memberikan penjelasan ke lapangan.

4) Melakukan monitoring dan evaluasi penyelesaian waktu pelaksanaan

pekerjaan proyek.

5) Memastikan semua spesifikasi teknis sudah tercantum didalam rencana

inspeksi dan test.

6) Mengkoordinasikan bersama dengan owner dan konsultan apabila

ditemukan perbedaan pelaksanaan di lapangan dengan shop drawing.

d. Surveyor

27

Page 28: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

Surveyor mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

1) Mengikuti kegiatan pada rapat sosialisasi.

2) Melakukan plotting site plan ke lapangan untuk menentukan titik

elevasi tanah asli.

3) Melaksanakan dan melakukan marking untuk menentukan elevasi/level,

as, vertikal, dan horizontal.

4) Melaksanakan verifikasi alat ukur, mengkoordinir dan mengawasi

penggunaan alat ukur.

5) Melakukan pengukuran kembali atas hasil setiap item pekerjaan.

e. Drafter

Drafter mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:

1) Membuat shop drawing.

2) Melakukan pengecekan dan melaporkan kepada konsultan atas

penyimpangan pelaksanaan terhadap gambar struktur dan arsitektur.

3) Membantu memecahkan masalah teknis di lapangan.

f. Quality Control

Quality Control mempunyai tugas dan wewenang sebgai berikut :

28

Page 29: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

1) Mengecek semua pekerjaan bekisting

2) Mengecek semua pekerjaan pembesian sesuai ketentuan

3) Mengecek pekerjaan pengecoran

4) Menjaga kualitas dan mutu

g. Logistik

Logistik mempunyai tugas dan wewenang sebgai berikut :

1) Mengatur permintaan material ke pusat

2) Membuat laporan material mingguan dan bulanan

3) Mengatur kebutuhan material

4) Monitoring jadwal pengecoran

h. Mekanik

Mekanik mempuyai tugas dan wewenang sebagai berikut :

1) Membuat schedule pemeliharaan alat

2) Melakukan pemeliharaan alat

3) Evaluasi realisasi pemeliharaan alat

4) Memastikan kondisi keamanan alat

5) Melakukan tindakan pencegahan pada setiap pemakaian alat

i. Administrasi

Administrasi mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut :

1) Membuat laporan surat masuk dan keluar

29

Page 30: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

2) Membuat risalah rapat internal dan rapat dengan subkontraktor

3) Membuat laporan harian

4) Membuat izin pelaksanaan pekerjaan

j. General Affair

1) Building Management, Asset management

2) Pelaksanaan keamanan Satpam/Security dan ketertiban, kebersihan

3) Pengurusan kendaraan perusahaan dan fasilitas pool

4) Mengurus berbagai perijinan, dan kehumasan, operasional, dll

5) Pengurusan Tenaga Kerja Asing

6) Cleaning Service dan penanganan limbah

7) Recepsionist dan operator telepon, serta keluar masuk Tamu

8) Kantin, Laundry & Mess Perusahaan

9) Alat Tulis Kantor (ATK)

10) Pemeliharaan kesehatan, safety dan pelaksanaan K3 bagi seluruh

karyawan

11) Penanganan tamu Penting (Tamu VVIP, VIP, Instansi Pemerintah,

Auditor Perusahaan, Demonstrasi / Unjuk Rasa)

12) Penanganan Listrik, Air dll

13) Outsourcing Management / Labour Suply / Tenaga Kerja Kontrak

(Bagaimana melakukan, memilih dan membuat kerjasama

outsourcing

30

Page 31: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

k. Supervisor

1) Memproduksi barang atau jasa (production)

2) Mempertahankan dan meningkatkan mutu hasil kerja dan mutu

suasana kerja (quality)

3) Mengendalikan biaya operasional agar harga produk tetap bersaing

(cost)

4) Mengembangkan cara kerja yang sederhana, mudah, sistematis,

fleksibel dan adaptabel yang mampu mendukung terwujudnya hasil

produksi yang bermutu tinggi, cepat dan murah (methods)

5) Mengupayakan dan mempertahankan semangat kerja yang tinggi

dan suasana kerja yang harmonis (morale)

6) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan kerja anak buah

(training)

7) Menekan seminimal mungkin resiko kerusakan dan kecelakaan di

tempat kerja (safety)

8) Menjaga dan memelihara lingkungan hidup (environment)

l. Site Engineer Arsitek

1) Jasa ini meliputi pekerjaan pra-disain/disain arsitektural untuk

bangunan dan struktur lain.

2) Jasa nasihat/pra disain mencakup kegiatan:

31

Page 32: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

a) Jasa bantuan, nasehat dan rekomendasi yang bertkaitan

dengan masalah arsitektural dan hal lain yang terkait.

b) Jasa studi awal mengenai filosofi lokasi, maksud

pembangunan, tinjauan iklim dan lingkungan, kebutuhan hunian

(okupansi), kendala biaya, analisis pemilihan lokasi, skedul disain

dan konstruksi.

c) Jasa lainnya yang mempengaruhi keaslian rancangan dan

konstruksi sebuah proyek.

d) Jasa ini tidak perlu berkaitan dengan proyek konstruksi

baru. Misalnya, ini dapat  berupa nasehat yang berkaitan dengan

cara untuk melaksanakan pemeliharaan, renovasi, jasa restorasi

bangunan, atau penilaian kualitas bangunan atau nasehat dalam hal-

hal arsitektural lainnya

3) Jasa disain dan administrasi kontrak meliputi:

a) Jasa rancangan skema yang berupa penentuan, dengan

klien, karakter utama dari proyek , penentuan maksud, kebutuhan

ruang, batasan pembiayaaan dan jadwal waktu.

b) Jasa penyiapan sket termasuk rencana lantai, rencana lokasi

dan pandangan luar.

c) Jasa pembuatan rancangan, yang memuat ilustrasi yang

lebih akurat tentang konsep disain berupa rencana lokasi, bahan

32

Page 33: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

yang harus digunakan, struktur, sistem mekanikal dan elektrikal

dan perkiraan biaya konstruksi.

d) Jasa disain akhir, yang memuat gambar dan spesifikasi

tertulis yang cukup detail untuk submisi tender dan konstruksi, dan

nasehat ahli pada klien pada saat undangan dan pengumuman

tender.

m. HSE

1) Penetapan HSE Policy/Plan milik Perusahaan

2) Penyusunan HSE Manual System milik Perusahaan

3) Penyusunan standar prosedur untuk penggunaan material atau aktivitas-

aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan

4) Audit keselamatan kerja

5) Menjadi pihak yang paling bertanggung jawab untuk menelusuri motif,

asal-usul, dan segala hal yang berhubungan dengan kejadian

kecelakaan kerja

6) Menggalakkan awareness tentang keselamatan kerja terhadap seluruh

karyawan perusahaan

2.2.4 Time Schedule

Perencanaan waktu merupakan bagian penting untuk mencapai

keberhasilan suatu proyek konstruksi. Pengaruh dari Time Scedule terhadap

proyek konstruksi akan berdampak pada pendapatan dalam proyek itu sendiri.

33

Page 34: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

Dari Time Schedule, kita akan mendapatkan gambaran lama pekerjaan yang

dapat diselesaikan serta bagian-bagian pekerjaan yang saling terkait antara

satu dengan yang lainnya keterlambatan pekerjaan yang dilakukan oleh

kontraktor akan menimbulkan dampak berupa denda keterlambatan yang

jumlahnya tidak sedikit. Melihat dari hal tersebut tentunya seluruh elemen

dalam suatu proyek konstruksi akan berusaha agar setiap bagian pekerjaan

dapat selesai tepat waktu tanpa mengurangi mutu yang disyaratkan. Sehingga

sebelum menyusun time schedule, harus diperhatikan bagian-bagian pekerjaan

yang terkait satu sama lain serta pekerjaan yang dapat dimulai tanpa

menunggu pekerjaan yang lain selesai.

Pada proyek Belmont Residence Tower 2 ini terdapat beberapa

macam schedule guna mendukung kelancaran jalannya pekerjaan :

2.2.4.1 Kurva – S

Merupakan suatu grafik yang menunjukan hubungan antar

bobot prestasi pekerjaan (bobot satuan pekerjaan dengan bobot

kumulatif pekerjaan). Sumbu X menunjukan skala waktu,

sedangkan sumbu Y menunjukan skala bobot prestasi pekerjaan

kumulatif yang telah dicapai dalam skala waktu yang ditunjukan.

(Kurva – S pada Lampiran ).

2.2.4.2 Rencana Harian

34

Page 35: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

Merupakan rencana yang dibuat oleh pihak pelaksana

berdasarkan Kurva – S yang berisi item-item pekerjaan yang harus

dicapai selama 1 hari kerja.

2.2.4.3 Rencana Mingguan

Merupakan rencana yang dibuat oleh pihak pelaksana

berdasarkan Kurva – S yang berisi item-item pekerjaan yang harus

dicapai selama 7 hari kerja.

Rencana harian dan mingguan dibuat sebagai pedoman

pelaksanaan pekerjaan dihari yang bersangkutan sehingga target

keseluruhan proyek dapat terealisasi.

2.2.5 Laporan Pekerjaan

2.2.5.1 Laporan Harian

Laporan Harian berguna monitoring dan merupakan bentuk

pengawasan pada setiap jenis pekerjaan yang dilaporkan secara

tertulis dalam suatu format laporan. Pada proyek Belmont

Residence Tower 2 kegiatan dan aktivitas seputar pelaksanaan

pekerjaan dilapangan dicatat dalam suatu form laporan harian

proyek.

2.2.5.2 Laporan Mingguan

35

Page 36: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

Laporan mingguan proyek merupakan rekapitulasi dari

laporan harian yang telah dibuat oleh kontraktor. Isi laporan

mingguan secara garis besar sama dengan laporan harian akan

tetapi pada laporan mingguan dicantumkan kemajuan-kemajuan

pekerjaan yang terjadi dalam jangka waktu satu minggu tersebut.

2.2.5.3 Laporan Bulanan

Laporan bulanan proyek merupakan rekapitulasi dari

laporan mingguan. Pada laporan bulanan turut dijelaskan, antara

lain:

a) Kemajuan pekerjaan dalam jangka waktu satu bulan

b) Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam

periode tersebut beserta penanggulangannya.

c) Kejadian penting lainya yang dirasa perlu untuk

dilaporkan.

d) Dokumentasi-dokumentasi proyek yang

bersangkutan baik dalam bentuk foto maupun berkas-

berkas.

Laporan ini diserahkan kepada pemilik proyek pada saat

rapat bulanan antara pihak kontraktor dengan pemilik proyek.

36

Page 37: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

2.3 Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang ada dalam proyek Belmont Residence Tower 2 ini ada

tiga yaitu :

2.3.1 Tenaga kerja tetap

Tenaga kerja tetap merupakan tenaga kerja yang ditunjuk oleh

pihak kantor divisi pusat untuk menduduki suatu jabatan dan

menjalankan tugasnya dalam mengelola dan mengatur jalannya proyek.

Tenaga kerja tetap umumnya terdiri dari individu-individu yang

menduduki jabatan penting atau vital dalam proyek ini seperti Project

Manager dan Manager dari tiap bagian yang ada dalam susunan

organisasi kontraktor.

2.3.2 Tenaga kerja borongan

Tenaga kerja borongan merupakan tenaga kerja yang dipasok oleh

mandor sesuai kebutuhan yang diminta oleh pihak kontraktor. Tenaga

kerja seperti ini umumnya merupakan tenaga kerja kasar yang

mendapatkan bayaran dari pihak mandor sesuai jumlah hari kerja mereka.

Pada proyek ini pada proyek ini terdapat tenaga kerja borongan yaitu :

a. mandor kayu memiliki jumlah tenaga kerja 30 orang

b. mandor besi memiliki jumlah tenaga kerja 25 orang

37

Page 38: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

c. mandor beton memiliki jumlah tenaga kerja 18 orang

Prosedur Pembayaran Upah Pada proyek ini pembayaran upah terdiri atas:

a. Pembayaran upah pegawai tetap dibayarkan setiap akhir bulan.

b. Pembayaran upah mandor dibayarkan setiap dua minggu melalui

bagian administrasi di tempat proyek berlangsung.

c. Pembayaran upah kepada tenaga kerja di lapangan 1 minggu sekali

2.3.3 Keselamatan Tenaga Kerja

Untuk menjamin konstruksi dengan angka nol kecelakaan, PT.

Bina Buana Semesta sebagai kontraktor utama menggunakan standar

sistem managemen kualitas internasional ISO 18001-1999.

PT.Bina Buana Semesta menunjukkan komitmen keselamatan kerja dalam

kebijakan perusahaan. Adapun dalam pelaksanaan pekerjaan, kontrol dasar

dari K3 mengacu pada beberapa standar, yaitu:

a. OHSAS 18001-1999

b. Technical Specification of The Project

c. Safety Target of PT. Bina Buana Semesta.

d. Safety Management

38

Page 39: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

Keselamatan kerja tersebut diwujudkan dalam bentuk penggunaan

alat proteksi diri, dibuatnya rambu-rambu peringatan dan tindakan

preventif lainnya yaitu sebagai berikut:

a. Pekerja wajib menggunakan pelindung kaki (Safety Shoe) yang

bebas dari oli, alasnya anti slip, anti karat, anti spark dan ada

pelindung baja serta sepatu karet bila tempatnya mengandung

bahan kimia.

b. Pekerja wajib menggunakan safety helmet sebagai alat pelindung

kepala yang digunakan di lokasi kerja.

c. Pekerja wajib menggunakan sarung tangan karet untuk bekerja

dengan bahan kimia atau alat listrik dan sarung tangan kulit/bahan

untuk memegang benda panas atau dingin atau untuk penggalian.

d. Pekerja wajib menggunakan pelindung mata dan atau pelindung

muka digunakan untuk pekerjaan memahat, menggerinda dan

mengelas.

e. Pekerja wajib menggunakan pelindung pernapasan digunakan

untuk bekerja di ruangan yang mengandung debu dan racun.

f. Pekerja wajib menggunakan safety belt untuk pekerjaan di tingkat

atas (pada ketinggian).

g. Memberikan rambu dan pagar pengaman pada daerah yang

potensial berbahaya.

39

Page 40: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

h. Menyiapkan peralatan P3K dan pemadam kebakaran ditempat

tempat yang strategis.

i. Tidak meminum minuman keras dan merokok pada saat bekerja.

j. Tidak menggunakan narkotika dan obat – obatan terlarang.

Rambu-rambu keselamatan kerja (safety sign) yang terdapat di proyek

Apartemen Belmont residence sebagai berikut:

40

Page 41: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

Gambar 2.13 Rambu Keselamatan Kerja

Tindakan pertolongan pertama pada kecelakaan kerja yang mungkin

terjadi dikategorikan menjadi 3 (tiga) jenis kecelakaan, yaitu:

a. Kecelakaan ringan

Jika terjadi kecelakaan ringan (tersandung, terinjak paku, sakit

pusing, dll) yang masih tergolong mudah ditangani, maka yang

bersangkutan melaporkan ke security atau petugas K3 untuk diberikan

tindakan P3K oleh petugas K3 dengan membawa tanda pengenal untuk

mempermudah pendataan.

b. Kecelakaan menengah/sedang

Jika terjadi kecelakaan (terjatuh, terinjak paku hingga sobek,

tertimpa potongan kayu, dll) yang masih masuk kategori

sedang/menengah, maka yang bersangkutan melaporkan ke security atau

41

Page 42: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

petugas K3 untuk diberikan tindakan P3K oleh petugas K3 dengan

membawa tanda pengenal untuk mempermudah pendataan serta apabila

kondisi korban harus dibawa ke rumah sakit, maka security beserta

petugas K3 membawa korban ke rumah sakit rujukan dalam proyek ini

yaitu Apartemen Belmont Residence untuk diambil tindakan selanjutnya.

c. Kecelakaan berat

Jika terjadi kecelakaan berat (jatuh sampai luka berat, tertimpa

potongan kayu yang mengakibatkan kepala sobek, dll) yang tergolong

berat, maka korban bersama security dan petugas K3 langsung membawa

korban ke rumah sakit rujukan untuk selanjutnya ditindak lanjut. Petugas

K3 dan security wajib mendampingi dan membuat berita acara kejadian.

Petugas K3 berhak mengambil keputusan untuk tindakan yang harus

diambil dan kemudian melaporkan kepada Project Manager.

Seluruh pekerja dalam proyek Apartemen Belmont residence ini

sudah didaftarkan kepada Jamsostek sehingga terdapat jaminan yang pasti

apabila mungkin terjadi kecelakaan kerja di lokasi proyek.

42

Page 43: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

BAB III

PELAKSANAAN PEKERJAAN PROYEK

3.1 Pengamatan Pekerjaan Konstruksi

Dalam kegiatan Praktek Kerja Lapangan yang di laksanakan di proyek

Belmont Residence Tower 2 didapat beberapa pengamatan yang di amati oleh

penulis. Adapun pengamatan yang di amati oleh penulis adalah :

3.1.1 Konstruksi Plat Lantai

Pekerjaan konstruksi plat lantai diawali dengan pengukuran dengan

kolom setinggi 2,5 m. Setelah pengukuran, pasang bekisting lalu lakukan

pengecekkan elevasi. Setelah bekisting terpasang dilakukan pekerjaan

pembesian dengan urutan pemasangannya adalah tulangan bawah, beton

decking, tulangan kaki ayam, dan tulangan atas. Ikat semuanya dengan

menggunakan bendrat. Setelah pekerjaan pembesian selesai, lakukanlah

pembersihan area plat lantai yang akan di cor dengan menggunakan

compressor. Setelah selesai dibersihkan dilakukan pengecoran

menggunakan bucket yang diangkat menggunakan tower crane. Permukaan

plat lantai yang di cor diratakan dengan trowel. Jika beton sudah mengeras

bisa dilakukan proses curing dengan menggunakan sika. Pelepasan bekisting

dilakukan minimal 14 hari.

43

Page 44: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

3.1.2 Konstruksi Balok

Secara garis besar, pekerjaan konstruksi balok hampir sama dengan

pekerjaan konstruksi plat lantai. Pertama dilakukan pengukuran dan elevasi

lantainya, lalu pasang bekisting. Plat lantai hanya dengan papan horizontal,

sedangkan balok membutuhkan juga sisi vertikal pada bekistingnya. Pada

proses pembesian, letakkan tulangan utama terlebih dahulu lalu masukkan

sengkang satu per satu. Setelah selesai, lakukan pembersihan area yang akan

di cor, hal ini bersamaan dengan pembersihan plat lantai karena balok dan

plat lantai di cor bersamaan. Sama seperti plat lantai, pelepasan bekesting

dilakukan minimal 14 hari.

3.1.3 Konstruksi Kolom

Pekerjaan konstruksi kolom dimulai dengan menentukan ketinggian

elevasi tiap lantainya. Untuk bekisting kolom di buat sendiri disesuaikan

dengan dimensi kolom-nya. Setelah tulangan selesai dirakit kemudian

diangkat menggunakan Tower Crane dan disambung dengan tulangan yang

sudah ada. Tulangan yang sudah ada terlebih dahulu ditopang dengan

menggunakan kayu agar ketika proses penyambungan besi baru dengan besi

lama tidak goyang. Panjang overlap untuk kolom adalah 40D. setelah selesai

besi terpasang lalu pasang bekisting yang diangkat menggunakan Tower

Crane dengan hati-hati dan perlahan. Pengecoran untuk kolom

menggunakan bucket yang diangkat menggunakan tower crane. Setelah

44

Page 45: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

lebih dari 8 jam atau 12 jam dari proses pengecoran, maka bekisting sudah

dapat dibuka.

3.1.4 Struktur Corewall

Core wall merupakan inti dari struktur tower. Penulangan pada tiap

lantai berbeda menurut beban yang diterimanya, makin ke atas beban

semakin kecil sehingga jarak antara tulangan besi lebih renggang. Pada

perencanaan struktur suatu bangunan tinggi, gaya lateral yang berupa gaya

angin ataupun gaya gempa merupakan hal yang sangat penting dan dominan

dalam perencanaan bangunan tersebut. Salah satu struktur yang biasa

digunakan pada bangunan tinggi adalah core wall yang dapat mentransfer

beban angin ataupun beban gempa melalui portal maupun lantai ke

dindingnya.

Struktur tower pada Proyek Belmont Residences menggunakan

core wall sebagai struktur penahan gempa dan juga sebagai struktur

pendukung untuk lift.

a. Pembesian

Tahap -tahap pembesian core wall secara ringkas, yaitu:

1. Stek-stek tulangan yang telah ditanamkan pada struktur beton

dibawahnya disambungkan (saling overlap) dengan tulangan

arah vertikal dinding, dimana tulangan yang dipasang harus

lebih panjang dari tinggi dinding dengan tujuan untuk overlap

45

Page 46: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

dinding sebelah atasnya dan/atau koneksi ke tulangan pelat

atau balok

2. setelah tulangan vertikal terpasang maka tulangan horizontal

diikat padanya dengan kawat

3. tulangan yang dipasang relatif rapat dan dirakit dari besi

tulangan ulir dengan diameter tulangan menurut gambar kerja

sehingga tulangan yang telah selesai relatif kaku dan tidak

memerlukan dukungan lateral untuk membantu berdiri tegak

4. tulangan dipasang dikedua sisi dinding

b. Bekisting

Bekisting untuk pekerjaan dinding core wall dibuat dari

plywood dan rangkanya terbuat dari besi.

Tahap pekerjaan fabrikasi bekisting core wall sama seperti dinding

beton bertulang.

c. Pengecoran

Pekerjaan pengecoran dilakukan dengan bantuan tower crane.

Selama pengecoran juga dilakukan pemadatan beton dengan

vibrator. Proses curing juga dilakukan setelah bekisting dibongkar,

yaitu dengan penyiraman secara berkala.

46

Page 47: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

3.1.5 Struktur Shearwall

Dinding core pada bangunan tower adalah shear wall (dinding

geser) yang berfungsi sebagai penahan gaya geser yang terjadi. Gaya-gaya

dari pembebanan mati, berat balok sendiri, pelat lantai, serta gaya lateral

pada tiap lantai disalurkan ke shear wall yang terletak pada tengah

bangunan.

Pelaksanaan pekerjaan shearwall diawali dengan pekerjaan

pengukuran (marking) untuk menentukan elevasi dan as shearwall serta

menandai batas shearwall. Setelah itu dilakukan pemasangan pembesian

shearwall, pemasangan bekisting shearwall menggunakan baja, dan

dilanjutkan dengan proses checklist, setelah semua terpenuhi pengecoran

dapat dilaksanakan, lalu pembongkaran bekisting dan perawatan.

3.2 Pengamatan Pekerjaan Konstruksi Plat

Salah satu pekerjaan konstruksi yang penulis amati adalah pekerjaan

konstruksi plat. Berikut ini akan dijelaskan peralatan dan bahan yang

dibutuhkan dalam pekerjaan konstruksi plat serta cara pemasangan

bekisting,pembesian dan pengecorannya.

47

Page 48: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

3.2.1 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi

tangga meliputi tower crane, truck mixer, concrete bucket, vibrator, bar

bender, bar cutter dan scaffolding.

3.2.1.1 Tower Crane

Tower Crane atau yang biasa disebut dengan TC adalah

sebuah alat berat yang sering dijumpai dan hampir selalu ada di

semua proyek konstruksi skala besar. TC sangat cocok dipakai untuk

pelayanan bangunan tingkat tinggi untuk melayani daerah yang

cukup luas.

Pada proyek ini TC menjadi sentral atau alat yang paling

utama karena dalam proyek gedung bertingkat transportasi vertikal

maupun horizontal yang memegang peranan penting dan

menentukan terutama soal kecepatan kerja. TC digunakan untuk

mengangkat concrete bucket untuk pengecoran pada lokasi yang

tinggi serta mengangkat peralatan bantu dan bahan-bahan untuk

pekerjaan struktur seperti compressor, bekisting kolom, serta alat

dan bahan lainnya. Seluruh operasional proyek dipengaruhi oleh

berfungsinya TC, disebabkan peranannya yang dominan untuk

kelancaran jalannya pembangunan proyek. Untuk keperluan

operasional ketinggian TC minimal harus lebih yinggi 4-6 meter dari

ketinggian maksimum pekerjaan yang dilayani.

48

Page 49: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

Gambar 3.1 Tower Crane

3.2.1.2 Truck Mixer

Truck Mixer adalah truk angkutan khusus beton yang dibuat

untuk transportasi dan campuran beton sampai ke lokasi

pembangunan. Truk ini dapat diisi dengan bahan kering dan air.

Dengan pencampuran yang terjadi selama transportasi.

Gambar 3.2 Truck Mixer

49

Page 50: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

3.2.1.3 Concrete Bucket

Concrete Bucket berfungsi untuk mengangkut adukan beton

yang akan digunakan pada pengecoran dari Truck Mixer ke tempat

pengecoran. Bucket pada proyek ini berkapasitas 0.9 m3. Penggunaan

bucket untuk mengangkut adukan sangat membantu proses

pengecoran, dikarenakan bucket dapat menjangkau tempat-tempat

yang sulit dijangkau. Penggunaan bucket pada proyek ini dibantu

dengan bahan terpal yang dibentuk seperti pipa corong yang

dipasang pada ujung bucket untuk mempermudah pengeluaran

adukan dari bucket ke tempat yang akan di cor dan di angkat

menggunakan tower crane.

Gambar 3.3 Concrete Bucket

50

Page 51: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

3.2.1.4 Vibrator

Vibrator adalah alat yang berfungsi untuk menggetarkan

atau memadatkan beton pada saat pengecoran agar beton dapat

mengisi seluruh ruangan dan tidak terdapat rongga-rongga udara di

antara beton yang dapat membuat beton keropos sehingga

mengurangi kekuatan struktur beton itu sendiri. Vibrator digerakkan

oleh mesin listrik dan mempunyai lengan sepanjang beberapa meter

untuk dapat menggetarkan beton di tempat yang agak jauh. Untuk

volume pengecoran yang sangat besar, alat ini sangat penting.

Gambar 3.4 Vibrator

51

Page 52: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

3.2.1.5 Bar Cutter

Bar Cutter adalah alat yang untuk memotong besi tulangan

sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan. Alat ini menggunakan

tenaga mesin. Cara kerjanya yaitu pekerja mengatur posisi dimana

besi tersebut akan dipotong dan bila besi tersebut sudah pas, operator

menginjak pedal yang ada di bawah alat tersebut untuk memotong

besi tersebut.

Gambar 3.5 Bar Cutter

3.2.1.6 Bar Bender

Bar Bender adalah alat yang digunakan untuk

membengkokkan besi tulangan. Mesin ini akan membengkokkan

besi sesuai sudut yang telah direncanakan secara otomatis. Cara kerja

Bar Bender yaitu besi yang ingin dibengkokkan terlebih dahulu di

posisikan sesuai dengan alat, setelah itu atur sudut pada Bar Bender

sesuai dengan sudut yang diinginkan dan dibutuhkan di lapangan.

52

Page 53: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

Setelah itu injak pedal yang terdapat pada Bar Bender untuk

membengkokkan besi tersebut.

Gambar 3.6 Bar Bender

3.2.1.7 Air Compressor

Air compressor adalah alat penghasil atau penghembus

udara bertekanan tinggi yang digunakan untuk membersihkan

kotoran-kotoran yang dapat mengurangi mutu dan daya lekatan

tulangan pada beton seperti: debu-debu, potongan-potongan kawat

bendrat, dan serbuk-serbuk kayu. Alat ini digunakan setelah proses

pembesian selesai. Air compressor sangat diperlukan untuk menjaga

agar hasil pengecoran tidak tercampur dengan sisa-sisa dari

pekerjaan pembesian maupun debu yang terdapat pada area

pengecoran.

Gambar 3.7 Air Compressor

53

Page 54: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

3.2.1.8 Theodolite dan Waterpass

Theodolite adalah alat bantu dalam proyek untuk

menentukan as bangunan dan titik-titik as kolom pada tiap-tiap lantai,

sedangkan waterpass adalah alat yang digunakan untuk menentukan

elevasi bangunan. Alat bantu ini merupakan perlengkapan yang

digunakan oleh tim surveyor untuk melaksanakan tugas-tugas

pengukuran dilapangan seperti menentukan elevasi bangunan,

pembuatan garis marking, kerataan atau ketegakkan bekisting, kerataan

saat pengecoran, dan sebagainya.

Gambar 3.8 Theodolite

54

Page 55: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

3.2.1.9 Bekisting

Bekisting berfungsi sebagai cetakan beton baik itu berupa

kolom, balok maupun pelat sesuai dengan ukuran beton yang

diinginkan. Pada proyek ini menggunakan bekisting konvensional.

Gambar 3.9 Bekisting

3.2.1.10 Perancah

Perancah adalah alat yang terdiri dari rangkaian besi yang

dapat dibongkar pasang maupun diatur ketinggiannya dengan

menambah rangkaian besi sampai ketinggian yang direncanakan.

Alat ini berfungsi untuk menyangga bekisting di atasnya seperti pada

bekisting balok, plat, dan tangga.

Gambar 3.10 Perancah

55

Page 56: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

3.2.1.11 Mesin Genset

Mesin Genset adalah mesin yang menghasilkan arus listrik.

Mesin genset berfungsi untuk kebutuhan pekerja yang berhubungan

dengan masalah listrik selama belum adanya arus listrik dari PLN.

Mesin Genset dalam proyek ini sangat berperan sebagai sumber

listrik untuk menjalankan tower crane dan alat lainnya. Mesin

Genset membutuhkan solar untuk menghasilkan arus listrik.

3.2.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam proses pengerjaan struktur

proyek Belmont Residence Tower 2 adalah sebagai Berikut :

3.2.2.1 Beton Adhi Mix

Beton yang digunakan dalam pekerjaan struktur pada

proyek ini adalah beton Adhi Mix yang diproduksi oleh PT. Adhi

karya beton.

56

Page 57: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

3.2.2.2 Baja Tulangan / Besi Beton

Baja tulangan yang digunakan pada proyek Belmont

Residence Tower 2 adalah BJTD 40. Baja tulangan tersebut

digunakan untuk pembesian kolom, balok dan plat.

3.2.2.3 Beton Decking

Beton decking adalah beton atau spesi yang dibentuk sesuai

dengan ukuran selimut beton yang diinginkan. Biasanya berbentuk

kotak-kotak seperti tahu atau silinder. Beton decking berfungsi untuk

menjaga tulangan agar sesuai dengan posisi yang diinginkan. Bisa

dibilang berfungsi untuk membuat selimut beton sehingga besi

tulangan akan selalu diselimuti beton yang cukup, sehingga

didapatkan kekuatan maksimal dari bangunan yang dibuat. Selain

itu, selimut beton juga menjaga agar tulangan pada beton tidak

berkarat ( korosi ).

Gambar 3.11 Beton Decking

57

Page 58: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

3.2.2.4 Kawat Pengikat ( Bendrat )

Kawat pengikat atau bendrat adalah kawat lunak yang

digunakan untuk mengikat baja tulangan dalam konstruksi beton

bertulang agar tulangan tidak bergerak atau berpindah tempat selama

proses pengecoran serta pemadatan dengan vibrator.

Gambar 3.12 Kawat Pengikat ( Bendrat )

3.2.2.5 Tulangan Kaki Ayam

Tulangan kaki ayam adalah potongan besi yang dipotong

sedemikian rupa sehingga dapat menjaga jarak antara tulangan atas

dengan tulangan bawah pelat.

Gambar 3.13 Tulangan Kaki Ayam

58

Page 59: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

3.2.3 Tata Cara Pelaksanaan Konstruksi Plat

Pekerjaan struktur plat proyek Apartemen Belmont Residence ada

beberapa pekerjaan diantaranya:

3.2.3.1 Menentukan Elevasi Plat

Menggunakan waterpass dan pekerjaan ini dilakukan oleh 2

orang surveyor.

3.2.3.2 Pekerjaan Penulangan Plat

Sebelum pemasangan tulangan plat terlebih dahulu tulangan

balok sudah jadi, setelah itu barulah pemasangan dilakukan.

Langkah-langkah pada penulangan plat adalah:

1. Cara penulangan harus sesuai dengan metode kerja dan shop

drawing.

2. Angkat besi ukuran D10 dengan panjang 12 m dengan tower

crene dari pabrikasi ke temapt lokasi.

3. Perakitan dilakukan dilakukan 5 orang dengan rincian 3 orang

mengerjakan tulangan bawah dan atas 1 memasang tuangan

kaki ayam dan 2 orang memasang ikatan kawat besi dan

sambungan.

4. Gunakan beton decking 3 cm dan tebal 12 cm.

59

Page 60: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

3.2.3.3 Pekerjaan bekisting plat

Pekerjaan pemasangan bekisting dilakukan setelah pemasangan

bekisting balok, dan pemasangan / perakitan dilakukan langsung

dilokasi lantai yang akan di cor. Langkah pemasangan bekisting :

i. Pengecekan penulangan pelat sesuai dengan shop drawing.

ii. Menyesuaikan posisi scaffolding dan plywood dangambar

kerja sebagai acuan bekisting.

iii. Scaffolding dipasang berdasarkan urutannya mulai dari

base jack hingga U Head Jackhingga ketinggian yang

diinginkan

iv. Setelah itu barulah pemasangan plywood dilakukan

v. Setelah bekisting selesai di pasang cek vertikal dan

horizontal plat dengan menggunakan unting-unting dan

meteran.

1.1.7.4 Pekerjaan Pengecoran Plat

Dibawah ini adalah langkah-langkah pengecoran pada plat

a) Lakukan perhitungan volume beton yang akan dicor dan

sesuai dengan yang direncanakan

b) Pengecoran menggunakan truck mixer dengan kapasitas 7 m3

yang berisi beton readymix dari PT. Adhimix. Proses

pengecoran menggunakan mobil concrete pump.

60

Page 61: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

c) Melakukan pembersihan di plat dan sekitarnya agar terbebas

dari kotoran yg mengurangi kekuatan pada coran tersebut

d) Menggunakan marking untuk kaso yang mengalami

penurunan

e) Penempatan concret pump dititik/ditempat pertama yang akan

dilakukan pengecoran.

f) Tim surveyor mengawasi saat terjadinya pengecoran guna

untuk melakukan pengecekan level plat sudah sesuai atau

belum

g) Setelah itu melakukan perataan pada beton menggunakan

roskam kayu atau alat lainnya dan diadakan pengecekan

kembali pada permukaan beton yang telah diratakan.

3.3 Pengendalian Mutu

Pengendalian mutu beton merupakan bagian dari pelaksanaan pekerjaan

pengecoran yang dikerjakan baik sesudah pengecoran dan setelah pengecoran.

Pengujian yang pertama dilakukkan adalah pekerjaan pengujian tingkat kekentalan

beton saat tiba di lokasi proyek (slump test) dan uji kuat tekan (crushing test) yang

pengujian untuk mengetahui tingkat kuat tekan dari beton yang digunakan.

3.3.1 Uji Slump

Uji slump merupakan suatu cara untuk memantau homogenitas

adukan beton segar dengan suatu kekentalan tertentu yang dinyatakan

61

Page 62: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

dengan satuan nilai slump sebelum pelaksanaan pengecoran. Dalam kondisi

laboratorium, dengan material beton yang terkendali secara ketat, nilai

slump umumnya meningkat sebanding dengan nilai kadar air campuran

beton, dengan demikian berbanding terbalik dengan kekuatan beton.

Pelaksanaan dalam lapangan haruslah hati-hati, karena banyak faktor yang

berpengaruh terhadap perubahan adukan beton pada pencapaian nilai slump

yang ditentukan. Misalnya, truk mixer yang membawa beton segar

mengalami hambatan selama perjalanan menuju proyek.

Cara uji slump ini sangatlah sederhana. Pengujian ini menggunakan

cetakan yang berbentuk kerucut terpancung atau disebut dengan kerucut

Abrams. Berikut adalah alat-alat yang digunakan dalam pengujian :

1. Kerucut Abrams dengan ukuran diameter atas 10 cm, diameter

bawah 20 cm, dan tinggi 30 cm.

2. Plat logam dengan permukaan rata dan kedap air.

3. Tongkat pemadat yang terbuat dari batang baja yang lurus,

dengan diameter 16 mm dan panjang sekitar 60 cm.

4. Sendok cekung

5. Meteran

62

Page 63: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

Gambar 3.16 Peralatan uji slump

Bahan yang digunakan adalah beton segar sesuai dengan isi cetakan.

Prosedur percobaannya adalah :

1. Cetakan dan plat dibasahi dengan kain basah.

2. Letakkan cetakan di atas plat dan tahan dengan kuat di tempat

selama pengisian oleh operator yang berdiri diatas injakan.

3. Isi cetakan dengan beton segar sampai penuh dalam tiga lapis

kira-kira 1/3 isi cetakan. Setiap lapis dipadatkan dengan tongkat

pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara merata. Tongkat

pemadat harus tepat sampai lapisan bagian bawah tiap-tiap

lapisan. Pada bagian pertama atau lapisan pertama, pemasukan

bagian tepi dilakukan dengan tongkat yang dimiringkan sesuai

dengan kemiringan dinding cetaka.

63

Page 64: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

4. Setelah selesai pemadatan, ratakan permukaan benda uji dengan

tongkat, tunggu selama kurang lebih 10 detik dan dalam jangka

waktu ini, semua lapisan kelebihan beton segar disekitar cetakan

harus dibersihkan.

5. Cetakan diangkat perlahan-lahan tegak lurus ke atas.

6. Balikkan cetakan dan letakan disamping benda uji.

7. Setelah beton mengalami penurunan pada permukaan, ukur

segera slump dengan menentukan perbedaan ketinggian antara

bagian atas cetakan dengan bagian permukaan atas beton.

8. Selesaikan seluruh pekerjaan pengujian dari awal pengisian

hingga pelepasan cetakan tanpa gangguan dalam waktu tidak

lebih dari 21/2 menit.

Gambar 3.17 Hasil Uji Slump

9. Proses uji slump ini diawasi oleh konsultan pengawas dan quality

control dari pihak kontraktor utama dan pelaksana pengecoran.

Jika nilai slump yang didapat tidak memenuhi syarat maka

64

Page 65: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

pengawas dan kontraktor berhak menolak beton adhi mix

tersebut.

10. Nilai slump diambil setiap mobil 1 mobil truk mixer, tetapi pada

pelaksanaan di lapangan pengujian slump dilakukan pada saat

mobil pertama datang dan dilanjutkan dengan mobil yang ketiga

dan seterusnya.

3.3.2 Uji Kuat Tekan

Pengujan ini dilakukan untuk menentukan kuat tekan beton

dengan benda uji berbentuk silinder atau kubus yang dibuat dan

dimatangkan (curing) di laboratorium maupun di lapangan. Pada

proyek Belmont Residence Tower 2 benda uji yang digunakan

adalah silinder.

Kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas

yang menyebabkan benda uji beton hancur bila dibebani dengan

gaya tekan tertentu, yang dihasilkan oleh mesin tekan. Pengujian

kuat tekan dilakukan pada Truck Mixer pertama dengan

pengambilan 4 benda uji dengan menggunakan cetakan benda uji

berbentuk silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.

Adapun prosedur pengujian kuat tekan beton sebagai berikut :

65

Page 66: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

1. Pada saat di lapangan, cetakan berbentuk silinder dilapisi terlebih

dahulu dengan minyak untuk memudahkan proses pelepasan

beton dari cetakan nantinya.

2. Isi cetakan dalam 3 lapis, tiap lapis dipadatkan dengan 25 kali

tusukan secara merata dengan menggunakan tongkat pemadat.

3. Pengujian dilakukan setelah beton berumur 7 dan 28 hari.

4. Ambil benda uji yang akan ditentukan kuat tekannya dari bak

perendam, kemudian bersihkan dari kotoran yang menempel

dengan kain pelembab.

5. Tentukan berat dan ukuruan benda uji

6. Lalu cetakan tersebut diangkut menuju laboratorium beton untuk

dilakukan pengujian.

7. Pada saat di laboratorium, letakan benda uji pada mesin sentries.

8. Jalankan benda uji atau mesin tekan dengan penambahan beban

konstan berdasar 2-4 kg/cm2 per detik.

9. Lakukan pembebanan sampai benda uji menjadi hancur dan

catatlah beban maksimum yang terjadi selama pemeriksaan

benda uji.

Gambar 3.18 Benda Uji

66

Page 67: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

3.4 Perhitungan Struktur yang Diamati (Pelat Lantai)

Pada pengamatan kali ini, Penulis mengamati struktur pelat zona

as B-C/5-6 lantai 2 Apartemen Belmont Residence Tower 2.

4500

Diketahui:

Mutu Beton (f’c) = 35 MPa

Mutu Baja (fy) = 400 MPa

67

Page 68: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

Tebal Pelat = 120 mm

Selimut Beton = 20 mm

Faktor reduksi kekuatan Φ = 0,8

Lx = 4500

Ly = 1700

Perhitungan Beban-beban

Beban Hidup / Life Load (LL) = 250 kg/m2

Beban Mati / Dead Load (DL)

Beban sendiri pelat = tebal pelat x b.j beton

= 0,12 m x 2400 kg/m3

= 288 kg/m2

Berat keramik (granit) = 24 kg/m2

Berat Plafond = 18 kg/m2

Mechanical Electrical = 10 kg/m2

Maka,

Total seluruh beban mati = 288 + 24 + 18 + 10

= 340 kg/m2

Wu = (1,2 x DL) + (1,6 x LL)

= (1,2 x 340) + (1,6 x 250)

= 462 + 400

= 862 kg/m2 = 8,62 KN/m2

68

Page 69: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

Koefisien Momen yang menentukan

LyLx

=45001700

= 2,64

Berdasarkan analisa dimana pelat menahan beban pada keempat

sisinya, pada tabel SNI T-15-1991-03 (Tabel 4.2.b Pelat umum, Momen

di dalam pelat persegi yang keempat sisinya terjepit) maka pelat disini

termasuk dalam katagori keempat sisi merupakan jepit dengan rumus

perhitungan sebagai berikut:

Nilai x diperoleh dari nilai interpolasi LyLx

, antara nilai 2,5 dan 3,0

65

62

3 2,5

xy

. 3 = 0,140,5

. 3 = 0,84

MLx = 0,001 x 62,84 x total beban x l2

69

Page 70: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

= 0,001 x 62,84 x 8,62 x 1,72 = 1,57 KNm

MLy = 0,001 x 14,84 x total beban x l2

= 0,001 x 14,84 x 8,62 x 1,72 = 0,38 KNm

MTx = 0,001 x 83,84 x total beban x l2

= 0,001 x 83,84 x 8,62 x 1,72 = 2,1 KNm

MTy = 0,001 x 50,44 x total beban x l2

= 0,001 x 50,44 x 8,62 x 1,72 = 1,26 KNm

Perhitungan Pembesian

Perkiraan diameter tulangan utama yang digunakan diperkirakan

dalam arah x dan arah y yaitu 10 mm, maka perhitungan pembesiannya

yaitu:

dx = h(tebal plat) – decking – ½ dx

= 120 – 20 – ½ . 10

= 95 mm = 0,095 m

dy = h(tebal plat) – decking – dy – ½ dx

= 120 – 20 – 10 – 1/2 . 10

= 85 mm = 0,085 m

Momen Lapangan Arah x

Mlxb .d ²

= 1,57

0,8 x(0,085)² = 217,75 kN/m²

ρ hit=0,85 x f ' cfy

¿

70

Page 71: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

ρ hit=0,85 x35400

¿

= 0,00055

Dimana, ρ hitung < ρ min

ρ min memakai 0,0018 dari buku “ Gideon Kusuma “ dasar perencanaan beton

bertulang seri beton 1, tabel 7 hal 51. Dan ρ max memakai 0,0271, tabel 8 hal 52.

ρ min¿0,0018

ρ max ¿0,0271

Aslx = ρ .b .d . 106

= 0,0018 x 0,8 x 0,085 x 106

= 122,4 mm2

Digunakan tulangan Ø 8 – 200 mm2 (251 mm2)

Momen Lapangan Arah y

Mlyb .d ²

= 0,38

0,8 x(0,075)² = 84,44 kN/m²

ρ hit=0,85 x f ' cfy

¿

ρ hit=0,85 x35400

¿

= 0,0002156

71

Page 72: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

Dimana, ρ hitung < ρ min

ρ min memakai 0,0018 dari buku “ Gideon Kusuma “ dasar perencanaan beton

bertulang seri beton 1, tabel 7 hal 51. Dan ρ max memakai 0,0271, tabel 8 hal 52.

ρ min¿0,0018

ρ max ¿0,0271

Asly = ρ .b .d . 106

= 0,0018 x 0,8 x 0,075 x 106

= 108 mm2

Digunakan tulangan Ø 8 – 225 mm2 (223 mm2)

Momen Tumpuan Arah x

Mtxb .d ²

= 2,1

0,8 x(0,085)² = 363,321 kN/m²

ρ hit=0,85 x f ' cfy

¿

ρ hit=0,85 x35400

¿

= 0,0009148

Dimana, ρ hitung < ρ min

72

Page 73: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

ρ min memakai 0,0018 dari buku “ Gideon Kusuma “ dasar perencanaan beton

bertulang seri beton 1, tabel 7 hal 51. Dan ρ max memakai 0,0271, tabel 8 hal 52.

ρ min¿0,0018

ρ max ¿0,0271

Astx = ρ .b .d . 106

= 0,0018 x 0,8 x 0,085 x 106

= 122,4 mm2

Digunakan tulangan Ø 8 – 200 mm2 (251 mm2)

Momen Tumpuan Arah y

Mtyb .d ²

= 1,26

0,8 x(0,075)² = 280 kN/m²

ρ hit=0,85 x f ' cfy

¿

ρ hit=0,85 x35400

¿

= 0,0007065

Dimana, ρ hitung < ρ min

73

Page 74: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

ρ min memakai 0,0018 dari buku “ Gideon Kusuma “ dasar perencanaan beton

bertulang seri beton 1, tabel 7 hal 51. Dan ρ max memakai 0,0271, tabel 8 hal 52.

ρ min¿0,0018

ρ max ¿0,0271

Asty = ρ .b .d . 106

= 0,0035 x 0,8 x 0,075 x 106

= 108 mm2

Digunakan tulangan Ø 8 – 225 mm2 (223 mm2)

Pilih Tulangan

Daftar Analisis Tulangan Pelat

M

b .d2

AS

( mm2)

Tulangan

Hasil

Perhitungan

ρ hit ρ min

MLX 238 mm2 8 – 200 0,00055 0,0018

MLY 210 mm2 8 – 225 0,0002156 0,0018

MTX 238 mm2 8 – 200 0,0009148 0,0018

MTY 210 mm2 8 – 225 0,0007065 0,0018

Detail tulangan plat

74

Page 75: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KESIMPULAN

Setelah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan di PT. BINA BUANA

SEMESTA banyak sekali hal-hal yang penulis temui di lapangan sehingga

menambah wawasan dan memperluas pola pikir penulis terhadap dunia

keteknikan dan suasana kerja di lapangan.

75

Page 76: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

Dari tinjauan dan pengamatan serta informasi yang penulis dapat selama

melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Pelaksanaan proyek berjalan sesuai dengan jadwal pekerjaan, tetapi ada

beberapa faktor yang terjadi di lapangan yang mengakibatkan sedikit

keterlambatan atau tidak sesuai jadwal pekerjaan dikarenakan oleh

keadaan cuaca yang tidak mendukung seperti hujan dan kendala proyek

lainnya.

2. Secara umum proses pekerjaan struktur meliputi pekerjaan pengukuran,

pekerjaan bekisting, pekerjaan pembesian, pekerjaan pengecoran, dan

pekerjaan perawatan beton yang sacara langsung dilaksanakan di dalam

area proyek dan diawasi oleh bagian quality control dan konsultan

pengawas.

3. Penyimpangan yang terjadi dilapangan maupun gambar kerja segera

direvisi oleh kontraktor, hal ini menandakan pengawasan dalam proyek

berjalan dengan baik.

4. Pada pembangunan proyek Apartemen Belmont Residence Tower 2 mutu

beton plat menggunakan fc’ 40 Mpa, fc’ 35 Mpa dan fc’ 30 Mpa.

5. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan komponen penting

dalam kelancaran suatu proyek karena sistem K3 yang baik dapat

menunjang keberhasilan proyek dan semua unsur yang terlibat di

dalamnya akan merasa aman.

76

Page 77: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

6. Dalam proyek peralatan penunjang memiliki peranan yang penting dalam

pelaksaanaan kegiatan proyek sehari-hari. Tujuan penggunaan peralatan

penunjang ini untuk mempermudah pekerjaan yang dilakukan di peroyek

sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai dengan lebih mudah pada

waktu yang relative lebih hemat

4.2 SARAN

Dari kesimpulan di atas, penulis memberikan saran yang mudah-mudahan

dapat memberikan dorongan dan motivasi bagi mahasiswa maupun bagi penulis

sendiri, yaitu:

1. Bagi para mahasiswa yang hendak melakukan Praktek Kerja Lapangan

terlebih dahulu harus menyusun rencana belajar dan pengamatan yang

jelas dan terarah, sehingga waktu yang dimiliki selama di proyek lebih

efisien dan bermanfaat.

2. Mahasiswa harus lebih aktif dan disiplin dalam mengikuti rangkaian

kegiatan PKL. Mahasiswa juga harus lebih berani berkomunikasi dengan

pihak kontraktor dan menciptakan hubungan yang baik demi lancarnya

kegiatan PKL yang dilaksanakan.

3. Sebaiknya pada pembangunan gedung-gedung bertingkat perlu

memperhatikan konsep ramah lingkungan yang disebut green building

agar dapat mengurangi pemanasan global efek rumah kaca.

4. Setiap ada permasalahan yang menyimpang dari perencanaan, hendaknya

konsultan pengawas dan kontraktor berkomunikasi langsung dan

77

Page 78: BAB 1 - 4 - Halaman Di Bawah

memberikan jalan keluar yang terbaik agar dapat menyelesaikan

permasalahan dengan cepat.

5. Pada pelaksanaan proyek Apartemen Belmont Residences dibutuhkan

kerja sama yang baik pada pihak-pihak yang terkait, yang berguna untuk

memperlancar dan menyelesaikan kegiatan sesuai dengan waktu yang

ditentukan.

6. Dalam pelaksanaan pekerjaan hendaknya pekerja diberikan pengarahan

oleh pihak Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk memperhatikan

keselamatan dirinya dengan menggunakan peralatan dan pengaman

sewaktu bekerja yang sudah ditetapkan oleh pihak kontraktor.

7. Pentingnya dilakukan pemeriharaan peralatan yang ada agar

penggunaannya dapat dioptimalkan semaksimal mungkin, sebab bila

pemeliharaan tidak dilakukan hal ini dapat mengganggu pelaksanaan dan

akan meningkatkan biaya proyek.

78