109
GERAKAN SAEMAUL UNDONG DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT OLEH SAEMAUL GLOBALIZATION FOUNDATION DI DESA BLEBERAN, KECAMATAN PLAYEN, KABUPATEN GUNUNGKIDUL TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Konsentrasi Pemerintahan Daerah oleh : AZIS AHMAD 17610039 Kepada PROGRAM MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD” YOGYAKARTA 2019

AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

  • Upload
    others

  • View
    32

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

GERAKAN SAEMAUL UNDONG DALAM PEMBERDAYAANEKONOMI MASYARAKAT OLEH SAEMAUL GLOBALIZATIONFOUNDATION DI DESA BLEBERAN, KECAMATAN PLAYEN,

KABUPATEN GUNUNGKIDUL

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai DerajatMagister pada Program Studi Ilmu Pemerintahan

Konsentrasi Pemerintahan Daerah

oleh :

AZIS AHMAD

17610039

Kepada

PROGRAM MAGISTER ILMU PEMERINTAHAN

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD”

YOGYAKARTA

2019

Page 2: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id
Page 3: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id
Page 4: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

iv

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah

melimpahkan Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya kepada saya sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan tesis sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Program Studi Magister Ilmu Pemerintahan di Sekolah Tinggi Pembangunan

Masyarakat Desa STPMD “APMD” Yogyakarta.

Dalam penulisan tesis ini banyak pihak yang telah memberikan bimbingan,

motivasi serta dukungan. Atas segala bantuan yang diterima, dalam kesempatan

ini saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT Atas segala kebesaran, kuasa, ridho dan petunjuk serta

kesehatan yang selalu Engkau berikan. Nabi Muhammad SAW, atas

cahaya kebenaran yang disampaikan kepada kami.

2. Kedua Orang tua tercinta, Bapak Mr. Surono dan Ibu Mrs. Siti Aminah

beserta anak, menantu, dan cucu-cucunya dengan doa yang selalu

mengiringi saya dalam tahapan kuliah S2 ini. Semoga kesehatan selalu

menyertai langkah Bapak dan Ibu beserta keluarga besarku tercinta.

Page 5: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

v

3. Bapak Dr. H. Supardal, Dr. R. Widodo Tri Putro dan Bapak Dr. Tri

Nugroho selaku pimpinan Prodi Magister Ilmu Pemerintahan STPMD

“APMD” Yogyakarta

4. Ibu Rr. Leslie Retno Angeningsih, Ph.D selaku dosen pembimbing utama

sekaligus Pembimbing Akademik, terimakasih atas segala tempaan,

bimbingan, motivasi dan kepercayaan diri yang ibu berikan dalam proses

penyelesaian tesis ini.

5. Bapak Drs. Suharyanto, M.M selaku dosen penguji 1 dan Bapak Drs. Jaka

Triwidaryanta, M.Si selaku dosen penguji II, terimakasih banyak atas

segala saran, bimbingan, dan share diskusi selama menjadi mahasiswa

dan selama proses penyelesaian tesis ini.

6. Terimakasih banyak kepada seluruh dosen-dosen dan bagian administrasi

Program Pascasarjana Magister Ilmu Pemerintahan STPMD “APMD”

Yogyakarta yang telah banyak memberikan ilmu dan inspirasi besar dalam

hidup saya. Terimakasih untuk setiap pengetahuan dan motivasi baru yang

saya peroleh setiap harinya selama kuliah.

7. Jajaran Pemerintah, Masyarakat, Pengurus Lembaga di Desa Bleberan,

yang selalu terbuka dan dengan ikhlas menjadi informan sehingga

memberikan berbagai informasi tentang program-program SGF di Desa

Bleberan.

8. Yayasan Saemaul Globalization Foundation (SGF) yang memberikan

informasi, dokumen dan kesempatan kepada peneliti untuk bergabung

dalam berbagai program pemberdayaan di Desa Bleberan.

Page 6: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

vi

9. Bapak Soleh Anwari (BPPM DIY) dan Bapak Suharto (Dinas

P3AKBPMD Kabupaten Gunungkidul yang bersedia menerima dan

memberikan informasi terkait program SGF di Desa Bleberan.

10. Rekan-rekan kesebelasan angkatan 20A yang selalu memberikan

dukungan dan saling mendukung, dari awal proses penelitian hingga

terselesaikannya proses penelitian ini. Terimakasih atas kesediaan

kehadirannya saat ujian tesis. Terimakasih atas segala masukan dan

keakrabannya selama proses kuliah.

11. Kosan Darussalam dan Trenlish Al-fatih yang memberikan warna

tersendiri bagi saya untuk terus berbuat terbaik di DIY.

12. Untuk pendampingku dan keturunanku kelak kupersembahkan kesuksesan

ini untuk kalian.

Semoga kebaikan dan bantuan semua pihak yang telah membantu saya mendapat

pahala dari Tuhan Yang Maha Esa.

Saya menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saya

ucapkan maaf atas segala kekurangan saya. Harapan saya semoga tesis ini

bermanfaat, bermanfaat bagi masyarakat dan dapat memberikan informasi untuk

seluruh pihak. Akhir kata, semoga kita semua selalu dalam lindungan-Nya dan

senantiasa menjadi orang-orang yang istiqomah berada di jalan-Nya. Amin.

Wassalamua ‘alaikum Wr. Wb

Yogyakarta, 4 Maret 2019Peneliti,

Azis Ahmad

Page 7: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

vii

MOTO

Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,

Pengetahuan adalah kekuatan untuk berubah

(Azis Ahmad)

“Siapa yang meginginkan kebahagiaan dunia maka harus dengan

ilmu, dan siapa yang menginginkan kebahagiaan akherat maka

harus dengan ilmu.”(Imam Syafi”i)“Ilmu itu bukan sesuatu yang dijaga tapi sesuatu yang menjaga

dan bermanfaat”(Imam Syafi”i)

Page 8: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

viii

Persembahan

Kupersembahkan karyaku ini untuk bapakku Mr.

SURONO dan ibuku Mrs. AMINAH tersayang yang

tiada hentinya memberikan cinta, doa, dan dukungan

untuk keberhasilanku,

Abang-abangku, Adinda, Keponakan, dan keluarga

Besar yang memberikan semangat berkarya dan

doa kesuksesanku

Orang orang yang menjadi background semangatku untuk

terus berkarya dan menempa diri menjadi mandiri

Sahabat-sahabat terbaikku di Angkatan 20A yang

keren-keren

Almamaterku tercinta Kampus Pembangunan

PASCASARJANA STPMD “APMD”YOGYAKARTA

Page 9: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................ ii

HALAMAN PERNYATAAN................................................................................iii

KATA PENGANTAR............................................................................................iv

MOTTO.................................................................................................................vii

HALAMAN PERSEMBAHAN...........................................................................viii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL................................................................................................. xii

DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiii

DAFTAR ISTILAH ............................................................................................. xiv

INTISARI............................................................................................................. xvi

ABSTRACT........................................................................................................ xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang............................................................................................... 1

B. Fokus Penelitian........................................................................................... 15

C. Rumusan Masalah........................................................................................ 16

D. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 16

E. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 17

F. Kerangka Konseptual................................................................................... 17

Page 10: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

x

1. Konsep Saemaul Undong .......................................................................... 17

2. Pemberdayaan Masyarakat........................................................................ 25

3. Peranan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa ................................... 40

G. Metode Penelitian ........................................................................................ 49

1. Jenis Penelitian.......................................................................................... 49

2. Objek Penelitian ........................................................................................ 51

3. Subjek Penelitian....................................................................................... 51

4. Lokasi Penelitian ....................................................................................... 53

5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 54

6. Teknik Analisis Data ................................................................................. 58

BAB II GAMBARAN DESA BLEBERAN DAN GERAKAN SAEMAUL

UNDONG .................................................................................................... 61

A. Gambaran Desa Bleberan ............................................................................ 61

1. Kondisi Geografis Desa Bleberan ............................................................. 62

2. Kondisi Demografis .................................................................................. 63

3. Potensi Alam Desa Bleberan..................................................................... 66

4. Perekonomian Desa................................................................................... 70

5. Kondisi Kelembagaan Desa ...................................................................... 72

6. Pemerintah Desa Bleberan ....................................................................... 74

B. Gambaran Gerakan Saemaul Undong di DIY ............................................ 77

1. Tahapan Kerjasama Pemerintah DIY – Gyeongsangbuk-Do dalam

Gerakan Saemaul Undong......................................................................... 77

2. Program Kerjasama yang Terlaksana antara Pemerintah DIY–

Gyeongsangbuk-Do................................................................................... 79

3. Desa Bleberan Sebagai Desa Percontohan............................................ 82

Page 11: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

xi

4. Realisasi Kerjasama Gerakan Saemaul Undong oleh Saemaul

Globalization Foundation di Bleberan 2015 – 2018................................. 84

BAB III STRATEGI DAN PERANAN PEMERINTAH DALAM

PEMBERDAYAAN MELALUI GERAKAN SAEMAUL UNDONG........ 89

A. Strategi Pemberdayaan Gerakan Saemaul Undong .................................... 89

1. Penyadaran dan Pembentukan Perilaku Masyarakat................................ 90

2. Transformasi Kemampuan dan Wawasan Ekonomi Masyarakat.............. 97

3. Proses Pemberdayaan .............................................................................. 104

B. Peranan Pemerintah Dalam Pemberdayaan Melalui Gerakan Saemaul

Undong ...................................................................................................... 117

1. Peran Pemerintah DIY ............................................................................ 118

2. Peran Pemerintah Desa Bleberan ........................................................... 123

BAB IV DAMPAK PEMBERDAYAAN EKONOMI GERAKAN SAEMAUL

UNDONG .................................................................................................. 129

A. Budidaya Jamur Sebagai Sumber Pendapatan Baru

Masyarakat Desa Bleberan ....................................................................... 130

B. Berkurangnya Pengeluaran Masyarakat Untuk Mencukupi

Kebutuhan Air ........................................................................................... 139

C. Perbaikan Akses Jalan Sebagai Infrastruktur Penunjang Pertanian .......... 143

D. Pemanfaatan Gedung Saemaul Sebagai Unit Usaha Baru BUMDesa....... 147

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 151

A. Kesimpulan ................................................................................................ 151

B. Saran .......................................................................................................... 152

Daftar Pustaka ................................................................................................ 155

LAMPIRAN

Page 12: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kesejahteraan Penduduk Desa Bleberan................................................. 7

Tabel 1. 2 Data Identitas Informan ....................................................................... 52

Tabel 1. 3 Pengumpulan Data dengan Key Informan Penelitian ....................... 55

Tabel 1. 4 Pengumpulan Data dengan Dokumen Penelitian.............................. 56

Tabel 1. 5 Pengumpulan Data dengan Observasi Penelitian................................ 58

Tabel 2. 1 Batas Wilayah Desa Bleberan.............................................................. 62

Tabel 2. 2 Jumlah RT dan RW Desa Bleberan ..................................................... 63

Tabel 2. 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pedukuhan Desa Bleberan................. 64

Tabel 2. 4 Penduduk Berdasarkan Usia ................................................................ 65

Tabel 2. 5 Penduduk Berdasarkan Pekerjaan........................................................ 66

Tabel 2. 6 Kelompok dan Jenis Budidaya............................................................. 68

Tabel 2. 7 Tingkat Pendidikan Pegawai Desa Bleberan ....................................... 75

Tabel 2.8 Laporan Laba-Rugi BUMDesa Tahun 2016......................................... 83

Tabel 2.9 Kegiatan SGF di Bleberan 2015-2018 .................................................. 84

Tabel 3.1 Kegiatan Transformasi Kemampuan dan Wawasan Ekonomi ............. 99

Tabel 3 2 Timeline Pelaksanaan Budidaya Jamur .............................................. 108

Tabel 3.3 Fasilitasi Membuat Makanan Berbahan Dasar Jamur......................... 113

Tabel 4. 1 Elemen Biaya Awal Bisnis Jamur Tiram........................................... 134

Tabel 4. 2 Penghasilan/Bulan Budidaya Jamur Perkelompok Usaha ................. 136

Tabel 4. 3 Penghasilan/Bulan Anggota Kelompok Budidaya Jamur.................. 137

Tabel 4. 4 Perbandingan Pengeluaran Setelah Adanya Teknologi PAB ............ 141

Tabel 4. 5 Perbandingan Pengeluaran Petani ...................................................... 146

Page 13: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1. 1 Kunci Sukses Gerakan Saemaul Undong ........................................... 22

Bagan 1. 2 Peranan Pemerintah Desa ................................................................... 46

Bagan 2. 1 Struktur Organisasi Pemerintah Desa Bleberan.................................. 74

Bagan 2. 2 Alur Proses Kerjasama Provinsi DIY – Gyeongsanbuk-Do ............... 77

Bagan 4. 1 Alur Implementasi Semangat Saemaul Undong dalamBudidaya Jamur................................................................................ 138

Page 14: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

xiv

DAFTAR ISTILAH

ASN : Aparatur Sipil NegaraBAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan DaerahBBM : Bahan Bakar MinyakBLT : Bantuan Langsung TunaiBP2KP : Badan Pelaksana Penyuluh dan Ketahanan PanganBP3K : Badan Penelitian Pengembanan Pendidikan dan KebudayaanBPD : Badan Pemusyawaratan DesaBPMPKB : Badan Pemberdayaan Masyarakat, Perempuan dan Keluarga

BerencanaBPPM : Badan Perempuan dan Pemberdayaan MasyarakatBPS : Badan Pusat StatistikDIY : Daerah Istimewa YogyakartaDP3AKBPMD: Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Keluarga

Berencana dan Pemberdayaan Masyarakat DesaDPRD : Dewan Perwakilan Rakyat DaerahDPTPH : Dinas Pertanian Tanaman Pangan HortikulturaGapoktan : Gabungan Kelompok TaniGSG : Gedung Serba GunaHa : Hekto AreIDM : Indeks Desa membangunINGO : International Non-Government OrganizationInpres : Instruksi PresidenKades : Kepala DesaKBBI : Kamus Besar Bahasa IndonesiaKK : Kepala KeluargaKm : Kilo meterKSU : Koperasi Serba UsahaKWT : Kelompok Wanita TaniLPM : Lembaga Pemberdayaan MasyarakatLPPD : Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan DesaMDG’s : Millenium Development Goal’sMNCs : Multi-National CorporationMOU : Memorandum Of UnderstandingODA : Official Development AssistanceP4S : Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan SwadayaPAB : Pelayanan Air Bersih

Page 15: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

xv

PADes : Pendapatan Asli DesaPAUD : Pendidikan Anak Usia DiniPemdes : Pemerintah DesaPHBS : Perilaku Hidup Bersih dan SehatPKK : Pendidikan Kesejahteraan KeluargaPLN : Perusahaan Listrik NegaraPNPM : Program Nasional Pemberdayaan MasyarakatPPL : Penyuluh Pertanian LapanganPSTS : Pusat Studi Trisakti dan Saemaul UndongRPJM : Rencana Pembangunan Jangka MenengahRT : Rukun TetanggaRW : Rukun WargaSD : Sekolah DasarSDM : Sumber Daya ManusiaSGF : Saemaul Globalization FoundationTK : Taman Kanak-KanakUKM : Usaha Kecil MenengahUGM : Universitas Gadjah MadaUU : Undang-UndangYGSI : Yayasan Globalisasi Saemaul Indonesia

Page 16: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

xvi

INTISARI

Implementasi Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 yang bertujuanmewujudkan desa otonom dalam mengelola pemerintahan dan kemasyarakatanmenimbulkan kontradiktif dengan masih adanya ketidakberdayaan SDM terhadapkondisi lingkungan desa. Hal tersebut menjadikan kemiskinan, pengangguran, danpartisipasi pembangunan yang rendah masih melekat pada masyarakat pedesaan.Permasalahan ketahanan ekologi dan sosial yang dihadapi Desa Bleberan dalampembangunan desa mengakibatkan kemiskinan masih menjadi permasalahan desa.Pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui Gerakan Saemaul Undongmenghadirkan alternatif untuk menyelesaikan kemiskinan di desa.

Penelitian mengenai Gerakan Saemaul Undong dalam PemberdayaanEkonomi Masyarakat oleh SGF ini mendeskripsikan dan menggambarkanbagaimana strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat oleh SGF, bagaimanaperanan Pemerintah DIY dan Pemerintah Desa Bleberan dalam gerakan SaemaulUndong apa saja dampak ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat DesaBleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

Penelitian dilaksanakan di Desa Bleberan dengan menggunakan studikasus melalui pendekatan deskriptif kualitatif dan pengumpulan data melaluiwawancara, observasi, dan dokumentasi. Penunjukan informan dengan teknikpurposive terdiri dari unsur pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten,pemerintah desa, pengurus BPD, Gapoktan, Karang Taruna, PKK, KWT, TarunaTani, BUMDesa, tokoh masyarakat, pengurus dan fasilitator SGF di Bleberandengan jumlah informan 17 orang. Teknik analisa data dilakukan denganmenyusun kajian data dalam bentuk konsep maupun interpretasi dan penarikankesimpulan dilakukan setelah dilakukan triangulasi data.

Strategi pemberdayaan dilakukan dengan pendekatan penyadaran,transformasi kemampuan dan wawasan ekonomi dan proses pemberdayaanmasyarakat. Strategi tersebut dibarengi dengan pendampingan dari SGF dibantudengan peran dari pemerintah daerah dan pemerintah desa melalui regulasi,monitoring dan evaluasi, keberlanjutan program, pembiayaan program, sosialisasi,dan dukungan teknis fasilitasi program pemberdayaan. Gerakan Saemaul Undongtelah memberikan dampak positif secara ekonomi yaitu menambah sumberpendapatan baru masyarakat melalui budidaya jamur, mengurangi pengeluaranmasyarakat dalam mencukupi kebutuhan air bersih, perbaikan infrastrukturpenunjang pertanian, dan penambahan unit usaha baru BUMDesa. Berdasarkankesimpulan, maka penelitian ini menyarankan kepada pemerintah daerah danpemerintah desa untuk memikirkan keberlangsungan pemasaran, melibatkanGapoktan dalam pemberdayaan pertanian, perbaikan proses adopsi program,keberlanjutan program di desa, melakukan monitoring dan evaluasi kemampuanmasyarakat, dan perbaikan komunikasi antara lembaga desa dengan elemenmasyarakat.

Kata kunci : Saemaul Undong, Pemberdayaan Ekonomi, Masyarakat Desa

Page 17: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

xvii

ABSTRACT

The implementation of Law 6/2014 which aims to realize an autonomousvillage in managing government and society is still contradictory to the lack ofhuman resources considering the village environment. This makes poverty,unemployment, and low development participation still inherently occur in ruralsociety. The problems of the ecological and social security faced by BleberanVillage in rural development have resulted in poverty still being a problem for thevillage. Community economic empowerment through the Saemaul UndongMovement presents an alternative to resolving poverty in the village.

The research on the Saemaul Undong movement in the economicempowerment program made by SGF describes the economic empowermentstrategy, the role of the Government, either in the DIY and Bleberan village level,in supporting this movement, and what are the economic impacts.

The research was conducted in Bleberan village through used a casestudy with a qualitative descriptive approach and data collection throughinterviews, observation, and documentation. Appointment of informants with apurposive technique consists of many elements from the provincial, district,village government, BPD managers, Gapoktan, Karang Taruna, PKK, KWT,Taruna Tani, BUMDesa, community leaders, SGF administrators and facilitatorsin Bleberan with the informants 17 people. Meanwhile, data analysis technique isthrough compiling data into concepts, interpretations and conclusion after datatriangulation.

Meanwhile, the empowerment strategies are carried out with awareness,transformation capabilities and economic insights and community empowermentprocesses. The strategy was accompanied by assistance from SGF and alsosupported by the local and village government through regulation, monitoring andevaluation, program sustainability, program funding, socialization, and technicalsupport for facilitation of empowerment programs. The Saemaul Undongmovement, in fact, had a positive economic impact. These are including providingmany new income resources for the community through mushroom cultivation,reducing public expenditure in meeting clean water needs, improving agriculturalby supporting infrastructure, and adding new BUMDesa business units. Based onthe conclusions, this study suggests to the local and village government to thinkabout marketing sustainability, involves Gapoktan in empowering agriculture,improving the program adoption process, program sustainability in the village,monitoring and evaluating community capabilities, and improving communicationbetween village institutions and community elements

Keywords: Saemaul Undong, Economic Empowerment, Village Community

Page 18: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintahan desa lambat laun menjadi titik perhatian pemerintah pusat

dalam upaya mempercepat pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan

masyarakat. Lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014

tentang desa menjadi pintu masuk untuk mewujudkan desa yang otonom dalam

mengelola pemerintahan dan kemasyarakatan. Undang-Undang tersebut

menempatkan masyarakat desa sebagai sasaran sekaligus pelaku pembangunan

desa, sedangkan pemerintah desa berperan sebagai penggerak pembangunan dan

pemberdayaan desa guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Aspek normatif

undang-undang tersebut mengandung nilai dan unsur-unsur demokrasi,

kemandirian, partisipasi, kegotongroyongan, kekeluargaan dan musyawarah.

Diakuinya nilai dan unsur masyarakat tersebut memperlihatkan bahwa modal

sosial dan kultural diperhitungkan sebagai potensi desa dalam pembangunan.

Posisi ini cukup strategis dalam melakukan perubahan struktural dan kultural bagi

kesejahteraan masyarakat desa. Untuk itu tumpuan dinamika kehidupan desa

sangat bergantung pada partisipasi masyarakat dalam mendorong terbangunnya

kesepakatan pengelolaan desa, mampu menumbuhkan dan mengembangkan nilai

sosial, budaya, ekonomi, dan pengetahuan.

Page 19: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

2

Wewenang yang sudah diberikan pemerintah melalui undang-undang

desa belum serta-merta dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah desa.

Berdasarkan data potensi desa (Podes) BPS tahun 2018, tercatat ada 75.436 desa

di Indonesia, dimana 14.461 desa masuk dalam kategori desa tertinggal. Artinya,

masih ada sekitar 19,17% dari total jumlah desa di Indonesia yang tergolong

dalam desa tertinggal. Kondisi ini kontradiktif dengan tujuan otonomi desa yang

seharusnya menjadi ajang unjuk kekuatan desa dalam memperluas kesejahteraan

masyarakat desa. Hal ini menimbulkan stigma desa masih identik dengan berbagai

predikat negatif.

Permasalahan klasik mengiringi keberadaan desa hingga saat ini,

beberapa diantaranya yaitu: Pertama, masih melekatnya predikat penduduk desa

dengan kemiskinan, pengangguran, kualitas sumber daya manusia (SDM) yang

rendah, infrastruktur yang terbatas. Pengangguran sebagian masyarakat membuat

sulitnya masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga angka

kemiskinan selalu ada. Ketidakberdayaan SDM akan kondisi lingkungan desa

membuat predikat ini terus menjadi panggilan yang melekat. Masalah kemiskinan

ini juga menjadi perhatian utama Pemerintah Indonesia. Adanya kesadaran

pemerintah bahwa kegagalan mengatasi persoalan kemiskinan akan menyebabkan

munculnya berbagai persoalan sosial, ekonomi, dan politik di tengah masyarakat

desa membuat pemerintah terus bergerak. Kesadaran pemerintah itu diwujudkan

dalam 17 fokus SDG’s 2016-2030 yang menempatkan pengentasan kemiskinan

dan kelaparan ekstrim menjadi poin pertamanya. Dari segi teknis, ada 3 program

utama yang dilaksanakan pemerintah dalam upaya pengentasan kemiskinan ini

Page 20: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

3

yaitu program subsidi, stabilitas harga dan pemaksimalan penggunaan dana desa.

Namun program tersebut belum mampu mengurangi angka kemiskinan secara

signifikan.

Kondisi saat ini, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang

dikeluarkan pada bulan Juli 2018 (kondisi survei sosial ekonomi nasional hingga

Maret 2018), jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 25,95 juta jiwa atau

9,82% dari total jumlah penduduk Indonesia. Memang, angka ini mengalami

sedikit penurunan dibandingkan 6 bulan sebelumnya (September 2017) yang

mencapai 26,58 Juta jiwa atau 10,12%. Berdasarkan daerah tempat tinggal,

menurut data BPS bulan Juli 2018 jumlah penduduk miskin di perkotaan

mencapai 10,14 juta jiwa (7,02 %), sedangkan untuk daerah pedesaan mencapai

15,81 juta jiwa (13,20%). Berdasarkan daerah tempat tinggal, data kemiskinan

tersebut menunjukkan jumlah kemiskinan masyarakat Indonesia yang berdomisili

di pedesaan lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah masyarakat miskin di kota,

bahkan persentasenya diatas persentase kemiskinan secara nasional.

Kedua, dana desa yang langsung mengalir ke desa sebagai upaya

percepatan pengentasan kemiskinan sesuai amanat UU N0.6/2014 berdasarkan

korelasi distribusi dana desa dengan jumlah penduduk miskin desa dan indeks

kesulitan geografis (IKG) menunjukkan bahwa distribusi dana desa masih belum

berkeadilan. Desa-desa yang berpenduduk miskin tinggi justru mendapatkan dana

desa yang relatif sama atau lebih kecil dibandingkan dengan desa yang jumlah

penduduk miskinnya lebih rendah. Demikian pula halnya dengan korelasi

distribusi dana desa dengan tingkat kesulitan geografis desa yang menunjukkan

Page 21: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

4

bahwa desa-desa dengan tingkat kesulitan geografis tinggi justru mendapatkan

dana desa yang relatif sama atau lebih kecil dibandingkan dengan desa yang

tingkat kesulitan geografisnya lebih rendah. Sebagai contoh, ketimpangan

distribusi dana desa di wilayah Maluku dan Papua tergolong tinggi karena

terdapat gap yang cukup besar antara desa yang memiliki jumlah penduduk

miskin tinggi dan rendah namun mendapatkan distribusi dana desa yang relatif

sama. Untuk wilayah Jawa, sebaran distribusi dana desa dilihat dari jumlah

penduduk miskin relatif lebih merata dan adil dibandingkan wilayah lainnya

meskipun masih terdapat ketimpangan distribusi dan alokasi dana desa dari pusat.

(http://www.fiskal.kemenkeu.go.id/dw-konten diakses pada 31 Januari 2019).

Ketiga, rendahnya keterlibatan masyarakat dan munculnya sikap apatis

dan ketidakpedulian masyarakat terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa.

Sebagaimana dikemukakan oleh Asariansyah,dkk (2016:1144-1146) bahwa dari

tahun ke tahun, proses pembangunan yang dilakukan pemerintah di satu sisi

semakin dikritisi oleh masyarakat, dan dampaknya, tumbuh bias-bias negatif dari

masyarakat terhadap proses pembangunan yang sedang dilakukan. Di sisi lain,

ternyata masyarakat ada yang tidak peduli dengan proses pembangunan yang

sedang dilakukan. Hal ini jelas menunjukkan adanya sebuah gejala kurangnya

partisipasi masyarakat terhadap agenda pembangunan desa.

Amanat untuk pengembangan partisipasi masyarakat yang tertuang

dalam UU desa memuat banyak kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi

di dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa. Pasal 3 secara

tegas menyebutkan bahwa pengaturan desa salah satunya berasaskan pada asas

Page 22: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

5

partisipasi yaitu turut berperan aktif masyarakat dalam suatu kegiatan, kemudian

di dalam Pasal 4 (huruf d) mencantumkan bahwa pengaturan tentang desa

bertujuan mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat desa untuk

pengembangan potensi dan aset desa guna kesejahteraan bersama, bahkan di

dalam Pasal 68 ayat 2 (huruf e) bahwa masyarakat wajib berpartisipasi dalam

berbagai kegiatan di desa. Pasal 82 ayat 5 menyebutkan bahwa dalam rangka

pengawasan pelaksanaan pembangunan desa, maka masyarakat desa berpartisipasi

dalam musyawarah desa untuk menanggapi laporan pelaksanaan pembangunan

desa. Musyawarah desa merupakan instrumen yang sangat penting dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di desa. Baik UU No.6/2014

maupun peraturan pelaksananya mencantumkan bahwa roda penyelenggaraan

pemerintahan dan pembangunan desa diawali dengan musyawarah desa.

Kebuntuan partisipasi masyarakat dalam berbagai kesempatan ini menjadi salah

satu faktor penghambat kemajuan desa.

Ketiga uraian permasalahan di atas telah menggambarkan masih belum

maksimalnya semangat “desa membangun” yang mengharapkan desa sebagai

pusat pembangunan Indonesia dengan berkurangnya kemiskinan, perluasan,

pemerataan dan keadilan ekonomi masyarakat desa, serta mengembangkan sektor

pertanian (Erani, 2015:2-3). Pendekatan desa membangun dikonsepkan sebagai

salah satu dari karakter pembangunan desa di Indonesia yang memberi ruang lebih

luas bagi masyarakat ikut menentukan keputusan untuk masa depan desa serta

berpartisipasi dalam membangun desanya. Desa membangun meletakkan prakarsa

dan penguatan kapasitas masyarakat sebagai basis utama dalam proses kemajuan

Page 23: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

6

dan keberdayaan desa yaitu meliputi aspek ketahanan sosial (kesehatan,

pendidikan, modal sosial, pemukiman), ekonomi dan ekologi. Desa membangun

fokus pada upaya penguatan otonomi dan peningkatan kualitas kehidupan

masyarakat melalui pemberdayaan, dan pemberdayaan masyarakat desa inilah

yang akan menjadi tumpuan utama terjadinya proses peningkatan kapasitas dan

kapabilitas masyarakat melalui partisipasi, pengetahuan, dan keterampilan yang

berkualitas ( Marwan dalam Erani, 2015:vii).

Dalam rangka mewujudkan desa membangun, dibutuhkan gagasan dan

perhatian khusus yang komprehensif dan inovatif terhadap usaha mikro di desa

melalui dukungan dalam hal penguatan teknologi yang ramah lingkungan,

pemasaran, permodalan dan akses pasar (Erani, 2015:2-3). Pemberdayaan yang

berfokus ke desa dalam hal menggerakkan penguatan lembaga ekonomi desa,

lembaga desa, mengatur tata kelola pemerintahan desa dan menggelorakan

semangat partisipasi masyarakat melalui lembaga desa adalah jalan alternatif yang

bisa ditempuh untuk mempercepat penyelesaian berbagai permasalahan desa.

Pemberdayaan diarahkan untuk melakukan pembenahan lembaga desa seperti

BPD, pemerintah desa, BUMDesa, Gapoktan, Karang Taruna, PKK, KWT dan

lembaga sejenisnya sebagai wadah partisipasi masyarakat desa guna mencapai

kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan dilahirkannya UU No.6/2014.

Cara inovatif yang dilakukan oleh pemerintah desa bersama dengan kelembagaan

sosial desa ini diharapkan menjadi peluang dan solusi atas beragamnya

problematika sosial masyarakat desa. Sinergi berbagai lembaga desa tersebut akan

membangkitkan kembali nilai sosial yang selama ini mulai tergerus dan

Page 24: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

7

terkontaminasi oleh kemajuan zaman seperti budaya gotong-royong yang saat ini

mulai tergantikan dengan sistem penghargaan yang bersifat materiil.

Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul berdasarkan

indikator desa membangun (IDM) tahun 2015 masuk dalam kategori desa

berkembang dengan nilai IDM 0,704. Beberapa dimensi IDM belum terpenuhi

dalam aspek ketahanan ekologi dan ketahanan sosial. Berdasarkan indeks ekologi

yaitu pada aspek potensi rawan bencana. Secara topografi Desa Bleberan

merupakan daerah pegunungan yang sering dilanda kekeringan dan rawan

bencana. Kondisi ini berdampak pada hasil pertanian yang kurang baik dan

menyebabkan sebagian masyarakat berada pada garis kemiskinan. Hal ini

dikarenakan perekonomian Desa Bleberan sebagian besar ditopang oleh aktivitas

pertanian, disusul sektor peternakan dan pariwisata sehingga jika kebutuhan air

tidak terpenuhi akan mengganggu mata pencaharian masyarakat.

Berdasarkan indeks ketahanan sosial, aspek permukiman dan pendidikan

menjadi permasalahan. Data monografi Desa Bleberan tahun 2016 menunjukkan

tingkat kesejahteraan masyarakat Desa Bleberan sebagai berikut :

Tabel 1.1 Kesejahteraan Penduduk Desa Bleberan

No Tipe KeluargaJumlah(KK)

Persentase(%)

1 Keluarga prasejahtera 830 58

2 Keluarga sejahtera 1 348 24

3 Keluarga sejahtera 2 167 12

4 Keluarga sejahtera 3 74 55 Keluarga sejahtera 3 plus 6 1

Total kepala keluarga 1.425 100Sumber: Data Monografi Desa Bleberan, tahun 2016

Dilihat dari tabel di atas, terdapat total 1.425 KK di Bleberan yang mana 830 KK

(58%) diantaranya masih tergolong dalam keluarga prasejahtera. Artinya,

Page 25: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

8

sebagian masyarakat Bleberan hidup dalam kondisi prasejahtera. Aspek

pemukiman dalam kondisi masyarakat prasejahtera ini dapat dilihat dari akses ke

air bersih dan air minum layak yang belum dimiliki oleh masyarakat karena

kondisi topografi desa pegunungan sehingga untuk mencukupi kebutuhan air,

masyarakat harus mengeluarkan biaya. Selain itu kelayakan kondisi rumah yang

ditempati masyarakat belum terpenuhi sesuai standar rumah keluarga sejahtera

dilihat dari kondisi atap, lantai dan dinding. Hal ini berpengaruh terhadap kualitas

SDM di desa dilihat dari aspek pendidikan yang mana berdasarkan data

monografi desa tahun 2016, dari 3.367 orang penduduk usia 18-56 tahun, 38%

tamat SD, 31% tamat SMP, 25% tamat SMA, 4% tamat perguruan tinggi. Kedua

data di atas menunjukkan, bermula dari tingkat kesejahteraan keluarga yang

masuk dalam prasejahtera, berbanding lurus dengan kualitas SDM yang

dihasilkan oleh kondisi tersebut.

Kondisi keluarga prasejahtera yang dibarengi dengan kualitas SDM yang

rendah memunculkan tingkat mata pencaharian yang kurang kondusif di Desa

Bleberan. Berdasarkan data inventarisir desa tahun 2016, dari 5.319 penduduk

usia produktif (18-56 tahun), 36% masuk kategori angkatan kerja, disusul 24%

bekerja tidak menentu, 17% bekerja penuh, 13% masih sekolah dan tidak bekerja,

sisanya 10% kategori ibu rumah tangga dan cacat tidak bekerja. Kondisi

ketidakberdayaan masyarakat desa seperti ini memerlukan pendekatan khusus

agar bisa efektif dalam percepatan penyelesaiannya. Berdasarkan penelitian

Gabriella (2016:31) masyarakat Desa Bleberan memerlukan peningkatan

Page 26: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

9

kapasitas dalam hal berwirausaha, pendampingan bagi wirausaha mulai dari hulu

ke hilir, mulai dari tahap produksi sampai dengan tahap pemasaran produk.

Apabila kita melihat ke negara lain, ada beberapa negara yang sudah

berhasil keluar dari permasalahan kemiskinan desa dan merubah kondisi

negaranya dari negara berkembang menjadi negara maju. Salah satu negaranya

adalah Korea Selatan dengan program Saemaul Undong. Sistem pembangunan

desa melalui gerakan Saemaul Undong ini terbukti bisa meningkatkan

pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa serta

memberikan kontribusi pada pertumbuhan perekonomian negara. Sistem ini

berfokus pada pemberdayaan masyarakat sebagai jantung pembangunan desa. Hal

ini sesuai dengan prinsip desa membangun di Indonesia yang kita kenal dengan

istilah gotong-royong.

Saemaul Undong merupakan gerakan untuk memodernisasikan

masyarakat sekaligus mengatasi masalah perekonomian pedesaan yang

diimplementasikan untuk desa tertinggal dan mengalami kesulitan untuk keluar

dari kemiskinan. Program kerja tersebut dicanangkan oleh mantan Presiden

Korea Selatan Park Chung Hee yang memimpin pada periode 1961-1979.

Saemaul Undong mulai direaliasikan pada tahun 1970 dengan program renovasi

desa. Setelah program renovasi desa yang diprakarsai Park Chung Hee sukses,

pada tahun 1971 Saemaul Undong mulai dipromosikan kepada seluruh

masyarakat di penjuru Korea Selatan.

Saemaul Undong memiliki 3 prinsip utama yang mendukung nilai

gerakan, yaitu kerja keras, mandiri, dan gotong-royong. Ketiga prinsip tersebut

Page 27: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

10

ditekankan oleh Pemerintah Korea Selatan untuk diadopsi masyarakat sehingga

dapat menghilangkan kebiasaan buruk yang melekat pada masyarakat di daerah

pedesaan. Gerakan ini dapat juga dikatakan sebagai gerakan “Revolusi Mental”

yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat, memperbaiki lingkungan fisik

dan kondisi sosial masyarakat pedesaan dengan melibatkan semua elemen, baik

dari pemerintah maupun non-pemerintah yang dijabarkan dalam serangkaian

tahapan kegiatan yaitu penanaman nilai dan pembekalan keterampilan melalui

pendidikan dan pelatihan, perbaikan lingkungan dan pembangunan infrastruktur

penunjang kegiatan sosial dan usaha ekonomi lokal, inisiasi dan pengembangan

usaha ekonomi lokal yang nantinya diharapkan dapat berkembang menjadi salah

satu unit usaha BUMDesa dan pada akhir masa pemberdayaan akan sepenuhnya

diserahkan ke desa.

Ada persamaan dan perbedaan antara gerakan Saemaul Undong di Korea

Selatan dan gerakan gotong-royong di Indonesia yaitu sama-sama mengandalkan

semangat dan peran serta masyarakat secara aktif untuk menyelesaikan

permasalahan di desanya. Selain itu, persamaan keduanya adalah peran serta

pemerintah desa dalam mengayomi, meneladani, dan menjadi pemimpin di

lingkungannya membuat permasalahan di desa bisa segera diselesaikan.

Perbedaan terletak pada penekanan aspek kehidupan yang dianggap penting yaitu

Saemaul Undong memusatkan perhatian pada self help dan self relience, sehingga

menganggap penting untuk menanamkan semangat Saemaul Undong dengan

internalisasi. Sementara pendekatan desa membangun “gotong-royong”

menekankan pentingnya masyarakat menjadi subjek dalam pembangunan desa

Page 28: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

11

sehingga partisipasi masyarakat menjadi amat penting dalam seluruh proses

pembangunan desa (institusionalisasi).

Gerakan Saemaul Undong yang merupakan kerjasama Pemerintah

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan Provinsi Gyeongsangbuk-Do Korea

Selatan dalam kerangka sister city ini mulai ikut ambil bagian dalam

pembangunan Desa Bleberan sejak akhir tahun 2015. Gerakan ini lebih sering

disampaikan sebagai sebuah kegiatan pada level desa. Namun, gerakan ini perlu

juga dipahami dari perspektif struktural yaitu sebuah kegiatan yang didalamnya

terdapat dimensi kebijakan yang memfasilitasi suksesnya transformasi Korea

menjadi negara industri yang modern. Gerakan ini dimulai dengan

mengikutsertakan masyarakat dalam mengidentifikasi permasalahan di desanya

bersama pemerintah desa hingga tingkat rukun tetangga (RT). Gerakan tersebut

dipraktikan dalam berbagai kegiatan-kegiatan seperti peningkatan kapasitas

aparatur desa, peningkatan kapasitas lembaga desa, pemberdayaan ekonomi

masyarakat desa, hingga pembangunan fisik berupa bangunan gedung dan

instalasi sarana air bersih. Keterlibatan berbagai elemen masyarakat ini

merupakan salah satu wujud semangat Saemaul Undong yang harus dipelihara.

Gerakan di atas di koordinir oleh Saemaul Globalization Foundation (SGF). Ada

4 desa yang menjadi desa percontohan yaitu Desa Bleberan dan Desa Ponjong di

Gunungkidul, Desa Sumber Mulyo di Bantul, DIY dan Desa Tanjungwangi di

Subang, Jawa Barat. Keempat desa di atas memiliki karakteristik potensi desa

yang berbeda. Keempat desa percontohan ini menjadi model bagi desa-desa

Page 29: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

12

lainnya, yang mana diharapkan program lanjutan akan dibawahi oleh pemerintah

daerah masing-masing dengan dukungan pemerintah pusat.

Berbagai penelitian terkait Saemaul Undong pernah dilakukan beberapa

peneliti. Penelitian Seunghoon Hong (2017) yang berjudul “Praktek Saemaul

Undong di Indonesia dan Kerjasama Sister Province Gyeongsangbuk-Do–Daerah

Istimewa Yogyakarta (Studi kasus Community Development oleh Saemaul

Globalization Foundation di Desa Ponjong Kabupaten Gunungkidul DIY)”

menggambarkan bahwa fokus program pemberdayaan yang dilaksanakan SGF di

Desa Ponjong adalah di sektor pertanian dan peternakan, direalisasikan dalam

bentuk budidaya tanaman padi dan peternakan sapi yang terintegrasi. Penelitian

ini menjelaskan model interaksi yang terjalin dalam proyek Saemaul Undong

adalah model hubungan transnasional. Menurutnya, model hubungan

transnasional sangat merepresentasikan proses masuknya praktik Saemaul

Undong di Indonesia. Penelitian ini menjelaskan bagaimana pada era globalisasi

negara tidak lagi menjadi satu-satunya main actor dalam hubungan internasional.

Posisi negara telah digantikan oleh banyak aktor baru seperti Pemda, MNCs,

INGO, hingga individu swasta. Aktor dominan yang berperan dalam proyek ini

adalah SGF. SGF adalah INGO yang bertindak sebagai institusi perwakilan

pemerintah daerah Gyeongsangbuk-Do.

Penelitian di atas juga menjelaskan SGF berkoordinasi dengan Badan

Perempuan dan Pemberdayaan Masyarakat (BPPM) yang bertindak sebagai

institusi perwakilan DIY. Dalam pelaksanaan proyek di lapangan, SGF juga

bekerjasama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan bersama-sama

Page 30: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

13

mendirikan Pusat Studi Trisakti dan Saemaul Undong (PSTS). Selain itu, SGF

juga terlibat kerjasama dengan yayasan setempat, yaitu Yayasan Penabulu dan

Pemerintah Desa Ponjong. Bantuan ODA Saemaul di Indonesia memiliki

kepentingan politik promosional yaitu untuk meningkatkan image negara Korea

Selatan, memperkuat nation branding, dan mengukuhkan identitas kompetitif

serta diplomasi publik melalui kebijakan ODA guna kemitraan jangka panjang.

Program percontohan desa Saemaul yang dijalankan oleh SGF di Indonesia

diharapkan dapat menjadi contoh dan model tentang bagaimana semestinya

pembangunan desa itu dilakukan. Revolusi mental masyarakat desa adalah poin

krusial dari keberhasilan program, karena nantinya program yang dijalankan harus

berasal dari ide masyarakat desa sendiri. Masyarakat harus bisa menyusun

program yang sesuai dengan kapasitas dan potensi desa, dengan kepercayaan

bahwa masyarakat bisa dan pasti berhasil dalam menjalankan program. Dalam

penelitian tersebut, fokus penelitian ditujukan pada kerjasama transnasional antara

Gyeongsangbuk-Do – Daerah Istimewa Yogyakarta beserta aktor yang terlibat di

dalamnya. Walaupun pemerintah daerah dan pemerintah desa termasuk dalam

aktor yang terlibat, penelitian ini belum secara spesifik menguraikan peran

pemerintah daerah dan pemerintah desa dalam gerakan Saemaul Undong.

Disinilah peneliti menjelaskan secara spesifik terkait peran pemerintah daerah dan

pemerintah desa dalam berbagai program gerakan Saemaul Undong beserta apa

saja dampak ekonomi yang diperoleh dari berjalannya peran dari SGF maupun

dari pemerintah daerah dan desa.

Page 31: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

14

Penelitian Indah lestari (2016) yang bertema “Kerja Sama Pembangunan

Korea Selatan di Vietnam dalam Pengembangan Area Pedesaan Melalui Model

Saemaul Undong” menerangkan bahwa dalam konteks kerja sama pembangunan

desa, terbentuk kerja sama yang istimewa diantara Korea dan Vietnam yang

direfleksikan melalui tindakan Korea Selatan yang memposisikan Vietnam

sebagai negara prioritas dalam strategi internasionalisasi Saemaul Undong. Di

satu sisi Vietnam memberikan dukungan terhadap Saemaul Undong dalam level

internasional Penelitian juga menjelaskan internasionalisasi Saemaul Undong

dapat menjadi jalan bagi Korea Selatan selaku emerging donor untuk memperoleh

posisi dalam sistem pembangunan internasional. Sementara itu, dengan

menggarisbawahi persoalan utama pembangunan desa di Vietnam, yakni

pendanaan dan ketidakmampuan menggerakkan partisipasi penduduk lokal,

Vietnam turut memiliki tujuan yang rasional. Pasalnya, kesuksesan pembangunan

desa dapat menjadi kunci pengentasan persoalan ekonomi nasional Vietnam.

Kerja sama yang telah terbentuk mampu memfasilitasi masing-masing pihak

untuk membantu pihak lain mencapai tujuan. Korea Selatan menyokong

pembangunan desa Vietnam melalui pendanaan serta pengalaman dan

pengetahuan dalam menggerakkan partisipasi penduduk desa. Di sisi lain,

Vietnam mampu memberikan justifikasi terhadap posibilitas pengadopsian

Saemaul Undong oleh negara berkembang melalui keberhasilan praktik

pengadopsian Saemaul Undong serta dukungan atas keunggulan Saemaul Undong

di level global. Penelitian di atas berfokus pada implementasi kerjasama kedua

negara antara Korea Selatan dengan Vietnam mulai dari pendanaan, pemberian

Page 32: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

15

ilmu pengetahuan, dan pemberdayaan partisipasi masyarakat. Penelitian ini belum

mendeskripsikan strategi Korea Selatan dalam implementasi bantuan dan

kerjasama dengan Vietnam dalam gerakan Saemaul Undong. Sebagai representasi

kerjasama Indonesia dengan Korea Selatan, penelitian ini menjelaskan strategi

pemberdayaan yang dilakukan kedua negara dalam gerakan Saemaul Undong

yang diwujudkan di Desa Bleberan.

Berdasarkan ringkasan dari penelitian yang telah dihimpun, dengan

berbagai pertimbangan plus dan minus yang harus dipilih dan diperhatikan maka

tesis ini berupaya memberikan sekaligus menjawab strategi pemberdayaan

ekonomi masyarakat desa melalui gerakan Saemaul Undong dan peranan aparatur

pemerintah daerah dan pemerintah desa dalam melaksanakan gerakan Saemaul

Undong, serta dampak ekonomi yang dihasilkan dari gerakan Saemaul Undong.

B. Fokus Penelitian

Berdasarkan uraian-uraian pada latar belakang di atas, maka penelitian ini

memfokuskan kepada:

1. Strategi pemberdayaan ekonomi melalui gerakan Saemaul Undong di Desa

Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

2. Peranan Pemerintah DIY dan Pemerintah Desa Bleberan, Kecamatan Playen,

Kabupaten Gunungkidul dalam gerakan Saemaul Undong.

3. Dampak ekonomi dari gerakan Saemaul Undong di Desa Bleberan,

Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

Page 33: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

16

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dan uraian latar belakang dan fokus penelitian di

atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang dikaji yaitu:

1. Bagaimana strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui gerakan

Saemaul Undong di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten

Gunungkidul?

2. Bagaimanakah peranan Pemerintah DIY dan Pemerintah Desa Bleberan,

Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul dalam gerakan Saemaul

Undong?

3. Apa saja dampak ekonomi dari gerakan Saemaul Undong di Desa Bleberan,

Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka tujuan dari

penelitian ini, sebagai berikut :

1. Untuk mendeskripsikan strategi pemberdayaan ekonomi melalui gerakan

Saemaul Undong di Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten

Gunungkidul.

2. Untuk menggambarkan peranan Pemerintah DIY dan Pemerintah Desa

Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul dalam gerakan

Saemaul Undong.

3. Untuk mendeskripsikan dampak ekonomi dari gerakan Saemaul Undong di

Desa Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul.

Page 34: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

17

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, maka manfaat dari

penelitian ini sebagai berikut:

1. Secara Akademis.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan referensi bagi

penelitian tentang implementasi gerakan Saemaul Undong di desa/penelitian

yang sejenis serta memperkaya dunia akademis di bidang pemberdayaan

ekonomi masyarakat desa secara mandiri.

2. Secara Praktis

a) Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan evaluasi

pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui gerakan Saemaul Undong di

desa dan mendorong timbulnya keinginan yang kuat dari Pemerintah Desa

Bleberan untuk terus memperbaiki pembagian peran antara pemerintah itu

sendiri dengan masyarakat yang diberdayakan dalam gerakan Saemaul

Undong.

b) Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan penilaian yang objektif

mengenai keberlangsungan dan efektifitas pihak ketiga dalam strategi

pemberdayaan ekonomi desa dalam gerakan Saemaul Undong di Bleberan.

F. Kerangka Konseptual

1. Konsep Saemaul Undong

Saemaul Undong adalah program pembangunan ekonomi di Korea

Selatan yang muncul pada periode tahun 1970-an. Park Chung Hee, Presiden

Korea Selatan sekaligus sebagai pencetus gerakan ini meresmikan Saemaul

Page 35: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

18

Undong pada tahun 1970. Saemaul Undong adalah sebuah gerakan untuk

mendapatkan kehidupan dengan kondisi yang lebih baik untuk semua orang,

khususnya untuk daerah pedesaan. Gerakan ini juga sebagai pendorong untuk

menjadikan Korea Selatan sebagai negara yang kaya dan kuat dengan cara

menggabungkan energi dan keterampilan-keterampilan masyarakat. (Korean

Overseas Information Center dalam Bimantoro 2017: 35).

Para pengamat berpendapat bahwa gerakan Saemaul Undong tercipta

pertama kali ketika Korea Selatan mendapatkan surplus atau kelebihan produksi

semen. tahun 1971, produksi semen di Korea Selatan melebihi permintaan pasar

yang menyebabkan ketersediaan semen melebihi batas. Melihat kondisi tersebut

maka ketika itu Park Chung Hee mengadakan rapat antar kementerian untuk

membahas hal ini dan menghasilkan keputusan bahwa kelebihan semen tersebut

akan didistribusikan ke wilayah pedesaan (Moon dalam Bimantoro 2017:36).

Pemerintah Korea Selatan akhirnya mendistribusikan 355 sak semen untuk

masing-masing desa yang berjumlah sekitar 34.665 desa secara gratis.

Penggunaan semen tersebut hanya untuk membangun infrastruktur pedesaan

seperti jalan, perbaikan rumah masyarakat, sistem pengairan, memperbaiki

saluran pembuangan limbah, membangun tanggul sungai, membuat fasilitas

pencucian umum, dan sarana prasarana lainnya. Ternyata, keputusan itu

menghasilkan keberhasilan yang di luar prediksi pemerintah. Biaya produksi 355

sak semen adalah 6,8 juta Dolar AS sedangkan hasil pendapatan dari

produktifitas masyarakat pedesaan mencapai angka 20,3 juta Dolar AS.

Didorong oleh kinerja masyarakat pedesaan yang sangat baik, pemerintah Korea

Page 36: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

19

Selatan saat itu memilih 16.600 desa yang dianggap sangat berhasil dalam

mendayagunakan bantuan semen.

a. Definisi Gerakan Saemaul Undong

Saat pertama kali Saemaul Undong diciptakan hingga tahun 1973, tidak

ada definisi resmi mengenai arti dari Saemaul Undong. Setelah tahun 1973,

barulah ada definisi yang mendekati makna sebenarnya dari Saemaul Undong

ini. Park Chung Hee, sang penginisiasi gerakan ini dengan spontan

menyebutnya sebagai gerakan untuk mendapatkan hidup yang lebih baik.

Saemaul Undong menurut Yoo Hung-Tae (dalam Bimantoro, 2017:38)

merupakan sebuah gerakan komunitas baru di mana orang-orang berkerja sama

dalam rangka menciptakan desa-desa yang lebih baik dan lebih kaya, dengan

hasil membuat bangsa lebih kaya dan lebih kuat. Saemaul Undong memiliki

simbol yakni tiga daun berwarna hijau yang masing-masing daun

melambangkan tiga komponen kunci dari Saemaul Undong itu sendiri, yakni

ketekunan, kerjasama, dan mandiri.

b. Tujuan Gerakan Saemaul Undong

Saemaul Undong memiliki beberapa tujuan yang dibagi menjadi tujuan

jangka menengah dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka menengahnya

yakni meningkatkan taraf kehidupan dan kesejahteraan masyarakat pedesaan

dan tujuan jangka panjangnya yakni menciptakan pondasi yang kuat yang

terdiri dari komunitas-komunitas masyarakat modern yang mempunyai tujuan

sama sehingga bisa menciptakan bangsa yang kuat (Saemaul academy,2008).

Page 37: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

20

Tujuan-tujuan tersebut kemudian dituangkan dalam beberapa tahap menurut

Saemaul academy (2008) yakni:

1) Peningkatan pendapatan rumah tangga petani untuk meningkatkan

pendapatan petani, bisa dilakukan dengan meningkatkan produktifitas

varietas unggulan, memperbaiki saluran irigasi, teknologi pemanenan,

hingga melakukan pemasaran yang efektif

2) Pembangunan infrastruktur desa termasuk sarana dan prasarana dengan

tujuan untuk mempermudah produktifitas pertanian dan bisa juga

menambah kesejahteraan masyarakat desa. Infrastruktur desa ini juga bisa

digolongkan menjadi dua yakni infrastruktur untuk produksi pertanian dan

infrastruktur untuk sosial pedesaan.

3) Perbaikan lingkungan tempat tinggal dengan membangun dapur, sistem

pembuangan limbah, termasuk juga fasilitas mandi cuci kaki demi

terciptanya kenyamanan tempat tinggal yang memenuhi standar sanitasi.

Selain itu, membangun taman atau ruang terbuka hijau untuk tempat

berkumpulnya masyarakat pedesaan, melestarikan hutan, serta menjaga

keseimbangan ekosistem, memperbaiki lingkungan tempat tinggal demi

kondisi kerja yang nyaman.

4) Pencerahan spiritual dan perbaikan sistem sosial masyarakat pedesaan harus

didorong untuk sadar bahwa untuk menjadi sejahtera harus berkerja keras,

bergotong-royong dengan sesama masyarakat, dan kemandirian yang tinggi.

Pemerintah Korea Selatan juga menyediakan pelatihan-pelatihan kepada

masyarakat pedesaan untuk melatih jiwa kepemimpinan, melatih bagaimana

Page 38: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

21

cara mengelola sumber daya sehingga menjadi barang yang bernilai jual

tinggi, termasuk memberi ilmu mengenai kelembagaan atau organisasi

masyarakat yang lebih efisien untuk meningkatkan kinerja masyarakat

pedesaan.

Saemaul Undong dengan slogan kunci, tekun, mandiri, dan

kerjasama dalam praktiknya ditarik ke dalam tiga area utama: reformasi

pedesaan, pengembangan sosial, dan pembangunan ekonomi. Tujuan terakhir

dari gerakan Saemaul Undong ini adalah pembangunan ekonomi yang mana

untuk meningkatkan produktifitas dan pendapatan perkapita masyarakat Korea

Selatan. Hal ini akan menjamin setiap individu dan lingkungan sosialnya

dengan jaminan hidup yang lebih baik, mengecilkan jarak antara

perkotaan dan pedesaan dalam hal kesempatan kerja dan kapasitas produksi.

c. Kunci Sukses Gerakan Saemaul Undong di Korea Selatan

Saemaul Undong merupakan sebuah paradigma alternatif pembangunan

yang telah diakui seluruh dunia sebagai contoh sukses pembangunan

masyarakat pedesaan melalui pemberdayaan masyarakat. Gerakan Saemaul

Undong ini asli berasal dari cara berpikir masyarakat Korea Selatan yang

diinisiasi oleh kemauan pemimpin-pemimpin nasionalnya untuk menjauhkan

negaranya dari kemiskinan. Beberapa kunci sukses gerakan Saemaul Undong

dalam membangun perekonomian Korea Selatan adalah adanya peran

pemerintah dan kemauan yang kuat dari masyarakat pedesaan untuk menaati

slogan gerakan ini yaitu ketekunan, mandiri, dan kerjasama.

Page 39: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

22

Bagan 1. 1 Kunci Sukses Gerakan Saemaul Undong

Sumber data: Hyeon, 2015

1) Land Reforms (Reformasi Tanah)

Hal pertama yang menjadi kunci sukses gerakan Saemaul Undong adalah

adanya reformasi tanah yang dilakukan oleh pemerintahan Sygman Rhee pada

tahun 1948. Walaupun reformasi tanah itu terjadi beberapa dekade sebelum

munculnya gerakan Saemaul Undong, hal tersebut bisa jadi sebagai cikal bakal

untuk mentransformasikan ekonomi pedesaan dan struktur sosial. Reformasi

tanah ini juga penting dalam membawa kestabilan politik di area pedesaan

tahun 1950-1960-an sehingga memungkinkan pemerintah untuk melakukan

pembangunan ekonomi di sektor industri terlebih dahulu (Hyeon, 2015).).

Hal yang terpenting adalah reformasi tanah ini berkontribusi untuk

meratakan pendapatan dan menyamakan masyarakat pedesaan. Lebih dari itu,

reformasi tanah menyediakan dua kondisi penting bagi kesuksesan gerakan

Saemaul Undong. Pertama, masyarakat pedesaan yang sekarang mempunyai

hak milik atas tanah mereka akan langsung merasakan dampak dari

Page 40: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

23

peningkatan produktifitas lahan mereka yang mana ini adalah tujuan dari

gerakan Saemaul Undong. Akhirnya, masyarakat pedesaan pun dengan

sukarela bekerja untuk kehidupan mereka sendiri dan tidak perlu lagi

dimobilisasi oleh pemerintah. Kedua, dengan adanya reformasi tanah ini,

peningkatan pendidikan juga didorong untuk pemimpin-pemimpin Saemaul

supaya mereka mampu untuk mengatur sendiri desa mereka. (Kwon dalam

Bimantoro 2017: 46).

2) Hadirnya Kepemimpinan Masyarakat

Suksesnya gerakan Saemaul Undong tidak bisa lepas dari peran para

pemimpinnya. Pemimpin Saemaul ditunjuk langsung oleh masyarakat

kemudian diberikan pelatihan dan pendidikan oleh Pemerintah Korea Selatan

untuk memastikan bahwa gerakan Saemaul Undong berjalan dengan

semestinya. Pemimpin Saemaul di setiap desa tidak digaji dan mereka

melakukan pekerjaannya dengan sukarela demi memajukan desanya. Salah

satu tugas pemimpin Saemaul adalah membuat program-program bersama

dengan kepala desa untuk masyarakat (Hyeon, 2015).

Dalam pelaksanaannya banyak kendala yang harus dihadapi oleh

pemimpin Saemaul, salah satunya adalah membujuk masyarakat pedesaan

yang rumah atau lahannya terkena dampak perluasan jalan atau perbaikan atap

rumah. Pemimpin Saemaul harus membujuk pemilik lahan untuk merelakan

lahannya demi jalan desa. Pemimpin Saemaul juga bertanggung jawab

langsung kepada Presiden mengenai laporan program Saemaul di desanya. Jika

tidak mencapai apa yang diharapkan atau ditargetkan, maka akan mendapat

Page 41: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

24

teguran dari presiden, dan sebaliknya jika melebihi apa yang ditargetkan maka

akan mendapatkan penghargaan berupa menambah bantuan dana untuk

program-program Saemaul berikutnya di desa itu.

Dengan adanya pemimpin Saemaul ini, masyarakat pedesaan secara

umum juga diberikan pengetahuan mengenai kepemimpinan masyarakat. Di

bawah ikatan kebersamaan dan rasa kepemilikan yang kuat, gerakan Saemaul

Undong bisa menciptakan pembangunan dan kemajuan bersama bagi seluruh

masyarakat. Dalam kepemimpinan masyarakat ini juga banyak pihak yang

secara otomatis saling berhubungan, seperti masyarakat kelas atas, profesor,

organisasi-organisasi pendidikan, pebisnis atau investor, sukarelawan, dan

organisasi petani yang memberikan manfaat dan nilai di jalan masing-masing.

(Hyeon, 2015).

3) Dukungan dan Intervensi Pemerintah

Gerakan Saemaul Undong telah direncanakan dan dilakukan dibawah

naungan dari pemerintah Korea Selatan. Menurut Hyeon (2015) Salah satu

pemasok bantuan yang paling krusial dan penting adalah pemerintah yang bisa

mengintervensi jalannya program sekaligus memberikan dukungan berupa

bantuan dana dan pelatihan-pelatihan. Sejak gerakan Saemaul Undong lahir,

pemerintah Korea Selatan selalu mendukung dan memberi berbagai jenis

pelayanan dan bantuan yang ditujukan untuk memperbaiki sistem komunitas

di setiap desa di Korea Selatan.

4) Partisipasi Masyarakat Pedesaan yang Tinggi

Partisipasi masyarakat pedesaan menjadi salah satu faktor kunci suksesnya

gerakan Saemaul Undong. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa gerakan

Page 42: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

25

Saemaul Undong ini dilakukan dengan pendekatan top-down, namun beberapa

peneliti juga meyakini bahwa gerakan ini dilakukan dengan dua pendekatan

yakni top-down dan bottom-up. Studi terakhir mengatakan bahwa gerakan

Saemaul Undong mempromosikan gerakan dan programnya dengan cara

meningkatkan partisipasi masyarakat yang ikut di dalamnya. Partisipasi

masyarakat dalam gerakan ini mulai dari tahap perencanaan program,

pengimplementasian program, dan pendistribusian keuntungan dari program itu

sendiri (Hyeon, 2015).

5) Reformasi Spiritual

Masyarakat pedesaan di Korea Selatan banyak yang masih mempunyai

kepercayaan primitif dan sikap-sikap yang kurang mampu untuk meningkatkan

potensi diri. Dengan hadirnya gerakan Saemaul Undong, kepercayaan dan

sikap tersebut perlahan bisa lepas dari masyarakat pedesaan Korea Selatan,

sikap malas berganti dengan rajin, dari ketergantungan menjadi mandiri, dan

dari egois menjadi saling berkerja sama dengan yang lain (Hyeon, 2015).

2. Pemberdayaan Masyarakat

a. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Suharto (2010:57) pemberdayaan adalah sebuah proses

dan tujuan. Pemberdayaan sebagai proses dimaknai sebagai serangkaian

kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok-kelompok

lemah dalam masyarakat, terutama individu-individu yang mengalami

kemiskinan. Pemberdayaan sebagai tujuan merujuk pada keadaan atau hasil

yang ingin dicapai oleh perubahan sosial yaitu mewujudkan masyarakat yang

Page 43: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

26

berdaya, memiliki kekuasaan, pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya mulai dari kebutuhan fisik, ekonomi, maupun sosial

seperti memiliki kepercayaan diri, dapat menyampaikan aspirasi, mempunyai

mata pencaharian secara tetap, berpartisipasi dalam berbagai kegiatan sosial,

dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya.

Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya”

yang berarti kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut,

maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya,

kemampuan atau kekuatan, dan proses pemberian daya, kemampuan atau

kekuatan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau

belum berdaya (Sulistiyani, 2004:7). Terkait definisi pemberdayaan

masyarakat menurut Widjaja (2004:169) adalah:

“Pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan kemampuan danpotensi masyarakat, sehingga masyarakat dapat mewujudkan jati diri, harkatdan martabatnya secara maksimal untuk bertahan dan mengembangkan dirisecara mandiri baik dibidang ekonomi, sosial, agama, dan budaya.Pemberdayaan masyarakat terutama di pedesaan tidak cukup hanya denganupaya meningkatkan produktivitas, memberikan kesempatan usaha yangsama atau modal saja, tetapi harus diikuti dengan perubahan struktur sosialekonomi masyarakat, mendukung berkembangnya potensi masyarakatmelalui peningkatan peran masyarakat, produktivitas dan efisiensi.”

Lebih lanjut dikatakan bahwa pemberdayaan harus ditujukan pada

kelompok atau lapisan masyarakat yang tertinggal. Sementara itu

Sulistiyani (2004:36) menjelaskan bahwa pemberdayaan dipandang sebagai

bagian atau sejiwa sedarah dengan aliran yang muncul pada pertengahan abad

ke-20 yang lebih dikenal sebagai aliran postmodernisme. Aliran

postmodernisme menitikberatkan pada sikap dan pendapat yang berorientasi

Page 44: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

27

pada semboyan anti-sistem, anti-struktur, dan anti-determinisme yang

diaplikasikan pada dunia kekuasaan. Pemahaman tentang pemberdayaan oleh

individu-individu secara selektif dan kritis dirasa penting, karena pandangan ini

mempunyai akar historis dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan

kebudayaan barat.

Menurut Hikmat (2001:85) Sebagai gerakan sosial, pemberdayaan

masyarakat tidak hanya sekedar membantu masyarakat dalam mengatasi

kesulitan-kesulitan atau masalah-masalah yang mereka hadapi. Selain itu,

pemberdayaan masyarakat dimaksudkan sebagai usaha untuk membangun

kemandirian masyarakat. Kemandirian dalam konteks ini mempunyai makna

bahwa masyarakat mampu menformulasikan sendiri kebutuhan, perencanaan,

pelaksanaan, monitoring atas penyelenggaraan aktivitas kehidupan mereka,

sehingga mereka mampu mengatasi permasalahan mereka sendiri. Singkatnya,

orientasi pemberdayaan masyarakat adalah membangun kemandirian

masyarakat agar mereka semua terbebas dari kemiskinan, keterbelakangan, dan

aneka bentuk diskriminasi sosial.

Dalam Undang–Undang No 6 tahun 2014 pasal 1 ayat 12 pemberdayaan

masyarakat desa adalah upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan

masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku,

kemampuan, kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya melalui penetapan

kebijakan, program, kegiatan, dan pendampingan yang sesuai dengan esensi

masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa.

Page 45: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

28

Berdasarkan beberapa pengertian pemberdayaan yang dikemukakan

tersebut, dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya pemberdayaan adalah

suatu proses dan upaya untuk memperoleh atau memberikan daya, kekuatan,

atau kemampuan kepada individu masyarakat lemah agar dapat

mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan kebutuhan dan potensi serta

masalah yang dihadapi dan sekaligus memilih alternatif pemecahannya dengan

mengoptimalkan sumber daya dan potensi yang dimiliki secara mandiri. Hal ini

sejalan dengan konsep Saemaul Undong yang fokus menitikberatkan pada

pemberdayaan berbasis kemandirian, kerjasama, dan berdikari.

b. Perspektif Pemberdayaan

Soetomo (2015:53) memperkenalkan pendekatan pemberdayaan

perspektif people centered development. Pendekatan ini merupakan pendekatan

yang mengutamakan pemberian kewenangan masyarakat mulai dari

pengambilan keputusan sejak identifikasi masalah dan kebutuhan,

perencanaan, dan dilibatkan dalam pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil

pembangunan. Karena dalam pendekatan sebelumnya diidentifikasi kegagalan

pendekatan dan strategi yang digunakan dalam pembangunan ialah kurangnya

keterlibatan masyarakat secara banyak, jika itu ada, maka masih bersifat semu.

Sebagai paradigma alternatif dan merupakan reaksi dari paradigma

pertumbuhan yang mengakibatkan penetrasi dan dominasi negara yang terlalu

jauh dalam kehidupan masyarakat, perspektif ini dianggap lebih baik dari

perspektif sebelumnya.

Page 46: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

29

Menurut Eko (2004:250) memberdayakan dimaknai dalam konteks

menempatkan posisi berdiri masyarakat. Posisi masyarakat bukan objek

penerima manfaat (beneficiares) yang tergantung pada pemberian dari pihak

luar seperti pemerintah, melainkan dalam posisi sebagai subjek (agen atau

pastisipan yang bertindak) yang berbuat secara mandiri. Berbuat mandiri bukan

berarti lepas dari tanggungjawab negara. Pemberian layanan publik (kesehatan,

pendidikan, perumahan, dan seterusnya) kepada masyarakat tentu merupakan

tugas negara secara given. Masyarakat yang mandiri sebagai partisipan berarti

terbukanya ruang dan kapasitas mengembangkan potensi-kreasi, mengontrol

lingkungan dan sumber dayanya sendiri, menyelesaikan masalah secara

mandiri, dan ikut menentukan proses politik di ranah negara

Menurut Tjokrowinoto dalam Soetomo (2015:51-52) pendekatan yang

bersifat top-down dan sentralistis yang digunakan dalam perspektif

pertumbuhan telah memberikan kewenangan terlalu besar kepada negara dari

proses pangkal hingga ujung, karena menganggap kapasitas masyarakat kurang

mampu, sebaliknya dalam perspetif people centered development beranggapan

bahwa masyarakat sendiri yang lebih mengetahui persoalan dan kebutuhan dan

potensinya, disamping memiliki kewenangan serta kemampuan untuk

mengelola proses pembangunannya. Sedangkan dalam perspektif basic needs,

walaupun lebih manusiawi dalam pengertian mengakui kapasitas manusia

untuk menentukan hari depannya, perbedaaanya pada perspektif basic needs

cenderung fokus pada pelayanan, dilandasi nilai yang berorientasi pada

manusia, sementara perspektif people centered development fokus pada

Page 47: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

30

manusia dan mengusung nilai yang berpusat pada manusia. Perspektif people

centered development ini sesuai dengan konsep Saemaul Undong dengan

melibatkan masyarakat mulai dari awal hingga akhir program kegiatan yang

dijalankan.

c. Tujuan Pemberdayaan Masyarakat

Pada hakekatnya pemberdayaan kepada masyarakat bertujuan untuk

memampukan dan memandirikan masyarakat terutama dari kemiskinan,

keterbelakangan, kesenjangan, dan ketidakberdayaan. Kemiskinan dapat dilihat

dari beberapa indikator, dan salah satu indikatornya adalah pemenuhan

kebutuhan dasar yang belum tercukupi. Kebutuhan dasar tersebut diantaranya

mencakup kebutuhan pangan, pakaian, papan, kesehatan, pendidikan, dan

transportasi. Keterbelakangan, misalnya produktivitas SDM yang rendah, SDM

yang lemah, terbatasnya akses pada tanah, melemahnya pasar-pasar

lokal/tradisional karena dipergunakan untuk memasok kebutuhan perdagangan

internasional. Dengan kata lain masalah keterbelakangan menyangkut

struktural (kebijakan) dan kultural (Usman, 2004:32).

Dalam upaya pemberdayaan, pelaku/aktor pemberdayaan harus dapat

berperan sebagai mediator, motivator, dan fasilitator yang baik. Pelaku

pemberdaya tidak hanya dituntut untuk memperdaya pengetahuannya,

melainkan mereka dituntut meningkatkan keterampilannya dalam mendesain

pemberdayaan. Terkait dengan tujuan pemberdayaan, Sulistiyani (2004:43)

menjelaskan bahwa tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan masyarakat

adalah untuk membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri.

Page 48: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

31

Kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, kemandirian bertindak

dan kemampuan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Kemandirian

masyarakat merupakan kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai

dengan kemampuan memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang

dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah yang dihadapi dengan

mempergunakan daya/kemampuan yang dimiliki.

d. Proses Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Suharto (2010:59) pemberdayaan adalah sebuah proses

dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan merupakan serangkaian kegiatan

untuk memperkuat kekuasaan/keberdayaan kelompok lemah dalam

masyarakat, terutama individu-individu yang mengalami kemiskinan. Sebagai

tujuan, pemberdayaan merujuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh

perubahan sosial, diantaranya masyarakat yang berdaya, memiliki

kekuasaan/pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

baik yang bersifat ekonomi, fisik, maupun sosial seperti memiliki mempunyai

mata pencaharian, kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi,

berpartisipasi dalam kegiatan sosial, dan mandiri dalam melaksanakan tugas-

tugas kehidupannya.

Dalam pelaksanaanya, proses pemberdayaan memang dapat dilakukan

secara kolektif (kelompok) maupun individual. Proses ini merupakan

perwujudan dari perubahan sosial yang menyangkut relasi atau hubungan

antara lapisan sosial yang dicirikan dengan adanya polarisasi ekonomi. Dengan

demikian kemampuan individu “senasib” untuk saling berkumpul dalam suatu

Page 49: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

32

kelompok cenderung dinilai sebagai bentuk pemberdayaan yang paling efektif.

Hal tersebut bisa dicapai melalui proses dialog dan diskusi dalam kelompoknya

masing-masing, yaitu individu-individu dalam kelompok belajar untuk

mendeskripsikan suatu situasi/masalah dalam dirinya, mengekspresikan opini

dan emosi mereka atau dapat juga dimaknai mereka belajar untuk

mendefinisikan masalah, menganalisis, kemudian mencari solusinya

Kartasasmita (1996:22) mengatakan bahwa proses pemberdayaan dapat

dilakukan melalui tiga proses yaitu:

1) Menciptakan suasana/iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang (enabling). Maksudnya adalah setiap manusia memiliki potensi di

dalam dirinya yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada sumber daya

manusia atau masyarakat tanpa daya. Dalam konteks ini, pemberdayaan adalah

membangun daya, kekuatan atau kemampuan, dengan mendorong dan

membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya

mengembangkannya.

2) Memperkuat potensi daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering),

sehingga diperlukan langkah yang lebih positif, selain dari iklim atau suasana.

3) Memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dalam proses ini,

pemberdayaan harus dapat mencegah masyarakat yang lemah menjadi

bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaannya dalam menghadapi

masyarakat yang kuat. Proses pemberdayaan masyarakat diharapkan dapat

menjadikan masyarakat menjadi lebih berdaya, berkekuatan serta

berkemampuan.

Page 50: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

33

e. Strategi Pemberdayaan Masyarakat

Arifin (1989:55) mengartikan strategi sebagai keseluruhan keputusan

kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai suatu

tujuan. Dengan mengetahui beberapa arti kata strategi di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pendekatan strategi pada hakekatnya mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut:

a. Memusatkan perhatian pada kekuatan.

b. Memusatkan perhatian pada analisis dinamik, analisis gerak dan analisis

aksi.

c. Memusatkan perhatian pada tujuan yang ingin dicapai serta gerak untuk

mencapai tujuan tersebut.

d. Memperhatikan faktor-faktor lingkungan.

e. Berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi dari peristiwa yang

ditafsirkan berdasarkan konsep kekuatan, kemudian mengadakan analisa

mengenai kemungkinan-kemungkinan serta menghubungkan pilihan-

pilihan dan langkah-langkah yang dapat diambil dalam rangka mencapai

tujuan tersebut.

Apabila fokus dari strategi adalah tujuan, dengan sendirinya strategi

pemberdayaan pada hakikatnya merupakan program umum kegiatan

pemberdayaan dengan karakteristik:

a. Sasaran yang dituju jelas.

b. Faktor-faktor pendukung yang dimiliki mendukung terutama sumber daya

manusia dan dananya.

c. Cara penggunaan sumberdaya terumuskan secara tepat, sehingga dapat

mendukung tujuan yang hendak dicapai.

Page 51: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

34

Dalam upaya mengatasi tantangan itu diletakkan strategi pemberdayaan

masyarakat. Menurut Arifin (1989:56) strategi pemberdayaan yang

berkesinambungan, mensyaratkan tiga kriteria, yaitu:

a. Mengikutsertakan semua anggota masyarakat dalam setiap tahap

pembangunan. Kriteria ini mengharapakan bahwa setiap anggota

masyarakat harus mendapatkan kesempatan kerja dan kesempatan

berusaha sesuai bidang dan kemampuannya.

b. Setiap anggota masyarakat harus mendapatkan imbalan yang sesuai

dengan pengorbanannya yang menghasilkan, menikmati, dan mendapatkan

manfaat, sesuai dengan kemampuannya dalam menghasilkan.

c. Adanya tenggang rasa diantara anggota masyarakat dan selalu menjaga

keseimbangan antara yang kuat dan yang lemah, yang kaya dengan yang

miskin serta adanya kontrol sosial dari setiap anggota masyarakat terhadap

pelaksanaan pemberdayaan

Menurut Sumodingningrat (2004:41) pemberdayaan tidak bersifat

selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, dan

kemudian dilepas untuk mandiri, meski dari jauh dijaga agar tidak jatuh lagi.

Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu strategi

hingga dapat mencapai status mandiri. Strategi intervensi sosial dalam program

pemberdayaan masyarakat merupakan suatu siklus perubahan yang berusaha

mencapai ke taraf yang lebih baik

Page 52: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

35

Menurut Sulistiyani (2004:83-84) menyatakan bahwa proses belajar

dalam rangka pemberdayaan masyarakat akan berlangsung secara bertahap.

Tahapan strategi yang harus dilalui tersebut meliputi:

1) Penyadaran dan pembentukan perilaku masyarakat menuju perilaku sadar

dan peduli sehingga masyarakat merasa membutuhkan peningkatan

kapasitas diri dan sadar akan kekurangannya.

2) Transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan

keterampilan agar terbuka wawasan dan pemberian keterampilan dasar

sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.

3) Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan

sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan untuk mengantarkan pada

kemandirian.

Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007:3), dengan menekankan

pada proses, maka pemberdayaan masyarakat memiliki tahapan strategi

sebagai berikut:

1) Penyadaran. Pada tahap ini, dilakukan sosialisasi terhadap komunitas agar

mereka mengerti bahwa kegiatan pemberdayaan ini penting bagi peningkatan

kualitas hidup mereka, dan dilakukan secara mandiri (self help)

2) Pengkapasitaan. Sebelum diberdayakan, komunitas perlu diberikan

kecakapan dalam mengelolanya. Tahap ini sering disebut sebagai capacity

bulding, yang terdiri atas pengkapasitasan, organisasi, dan system nilai.

3) Pendayaan. Pada tahap ini, target diberikan kekuasaan, daya, dan peluang

sesuai dengan kecakapan yang sudah diperolehnya.

Page 53: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

36

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan strategi pemberdayaan yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah tindakan yang akan dijalankan guna

mencapai suatu tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dengan memperhatikan

aspek SDM, dana, kekuatan, lingkungan dan berusaha menemukan masalah-

masalah yang terjadi dengan mengikutsertakan semua anggota masyarakat

dalam setiap tahap pembangunan, memberikan timbal balik sesuai dengan

pengorbanan masyarakat, tenggang rasa dan keseimbangan dalam masyarakat,

serta adanya kontrol sosial dari anggota masyarakat. Tahapan strategi

pemberdayaan masyarakat melalui penyadaran, pengkapasitasan, dan

pendayaan sehingga masyarakat mampu mandiri dalam meningkatkan taraf

hidup yang lebih baik.

f. Program dan Dampak Pemberdayaan

Pemberdayaan harus dilakukan secara terus menerus, komprehensif,

dan simultan sampai ambang batas tercapainya keseimbangan yang dinamis

antara pemerintah dan semua segmen yang diperintah. Menurut Talizidu

(2003:132) diperlukan berbagai program pemberdayaan diantaranya:

1. Pemberdayaan politik, yang bertujuan meningkatkan daya tawar yang

diperintah terhadap pemerintah. Bargaining ini dimaksud agar yang

diperintah mendapatkan apa yang merupakan haknya dalam bentuk

barang, jasa, layanan, dan kepedulian tanpa merugikan pihak lain. Utomo

menyatakan bahwa birokrasi yang berdaya dan tangguh adalah yang

memiliki kualitas kehidupan kerja (quality of work life) yang tinggi dan

berorientasi kepada:

Page 54: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

37

a. Partisipasi dalam pengambilan keputusanb. Program pengembangan karirc. Gaya kepemimpinand. Derajat tekan yang dialami oleh karyawane. Budaya organisasi

2. Pemberdayaan ekonomi, diperuntukan sebagai upaya meningkatkan

kemampuan yang diperintah sebagai konsumen agar dapat berfungsi

sebagai penanggung dari dampak negatif pertumbuhan, pembayaran resiko

salah urus, pemikul beban pembangunan, kegagalan program, akibat

kerusakan lingkungan. Pemberdayaan masyarakat diarahkan guna

meningkatkan ekonomi masyarakat secara produktif sehingga mampu

menghasilkan nilai tambah yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar.

Upaya peningkatan kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah paling

tidak harus ada perbaikan akases terhadap empat hal, yaitu akses terhadap

sumber daya, akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar dan akses

terhadap permintaan.

Ekonomi masyarakat adalah segala kegiatan ekonomi dan upaya

masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (basic need) yaitu

sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan. Dengan demikian bisa

dipahami bahwa pemberdayaan ekonomi masyarakat merupakan upaya

untuk meningkatkan kemampuan atau potensi masyarakat dalam kegiatan

ekonomi guna memenuhi kebutuhan hidup serta meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan dapat berpotensi dalam proses

pembangunan nasional

Page 55: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

38

3. Pemberdayaan lingkungan, dimaksud sebagai program perawatan dan

pelestarian lingkugan, agar pihak yang diperintah dan lingkungannya

mampu beradaptasi secara kondusif dan saling menguntungkan.

Dari konsep pemberdayaan masyarakat, maka secara umum kegiatan

pemberdayaan masyarakat menurut Hutomo (2009:7-10) dapat dikelompokkan

dalam beberapa kegiatan yaitu:

1. Bantuan Modal

Salah satu aspek yang dihadapi oleh masyarakat yang tidak berdaya

adalah permodalan. Tidak adanya modal mengakibatkan masyarakat tidak

mampu berbuat sesuatu untuk dirinya sendiri dan lingkungannya.

Pemberdayaan dalam aspek ekonomi menjadi faktor penting yang harus

dilakukan. Dalam konteks ini, ada dua hal penting yang perlu dicermati,

yaitu pertama, lemahnya ekonomi masyarakat ini bukan hanya terjadi oleh

masyarakat yang memiliki usaha. Tetapi juga masyarakat yang tidak

mempunyai faktor produksi atau masyarakat yang pendapatanya bergantung

pada gaji. Dalam pemberdayaan aspek ini, nampak pemberdayaan

masyarakat perlu dipikirkan bersama. Kedua, perlunya mencermati usaha

pemberdayaan masyarakat melalui aspek pemodalan ini adalah :

a. Bagaimana pemberian bantuan modal ini tidak menimbulkan

ketergantungan masyarakat.

b. Bagaimana pemecahan aspek modal ini dilakukan melalui penciptaan

sistem yang kondusif baru melalui usaha mikro, kecil, dan menegah

untuk mendapatkan akses dilembaga keuangan

c. Bagaimana skema penggunaan atau kebijakan pengalokasian modal ini

tidak terjebak pada perekonomian subsistem.

Page 56: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

39

2. Bantuan Pembangunan Prasarana

Usaha untuk mendorong masyarakat berdaya, maka perlu ada sebuah

bantuan untuk pembanguanan prasarana. Prasarana di tengah-tengah

masyarakat yang tidak berdaya akan mendorong dan menggali potensi yang

dimiliki masyarakat dan mempermudah mereka melakukan aktifitasnya.

3. Bantuan Pendampingan

Pendampingan masyarakat memang perlu dan penting. Tugas utama

pendamping adalah memfasilitasi proses belajar atau refleksi, dan menjadi

mediator untuk masyarakat.

4. Kelembagaan

Keberadaan sebuah lembaga atau organisasi di tengah-tengah

masyarakat merupakan salah satu aspek penting untuk menciptakan

keberdayaan. Adanya lembaga akan mempermudah masyarakat untuk

berkoordinasi, selain mereka dilatih untuk hidup tertib. Fungsi lembaga

tersebut untuk memfasilitasi masyarakat dan memberikan kemudahan dalam

melakukan akses-akses yang diinginkan seperti, pemodalan, media

musyawarah.

Menurut Suharto (2010:58) pemberdayaan merujuk pada kemampuan

orang, khususnya kelompok renta dan lemah sehingga mereka mempunyai

kekuatan dan kemampuan dalam:

a. Memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan

dalam arti bebas dari kebodohan, bebas dari kesakitan.

Page 57: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

40

b. Menjangkau sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat

meningkatkan pendapatan dan memperoleh/memenuhi barang-barang dan

jasa-jasa yang mereka perlukan.

c. Berpartisipasi dalam setiap proses pembangunan dan keputusan-keputusan

yang mempengaruhi mereka.

Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil pemberdayaan

dapat dilihat dari tingkat pemenuhan kebutuhan, peningkatan pendapatan, dan

partisipasi.

3. Peranan Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa

a. Pemerintah Daerah

Pemerintahan daerah menurut Pasal 1 ayat 2 Undang–Undang Nomor 23

tahun 2014 tentang pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah

menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-

luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945. Dalam menyelenggarakan urusan

pemerintahan, pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya dengan

tujuan untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan

asas otonomi dan tugas pembantuan. Untuk mewujudkan pembagian urusan

pemerintahan yang bersifat konkuren antara pemerintah, pemerintahan daerah

provinsi, dan pemerintahan daerah kabupaten/kota ditetapkan kriteria

pembagian urusan pemerintahan yang meliputi eksternalitas, akuntabilitas, dan

efisiensi. Penggunaan ketiga kriteria tersebut diterapkan secara kumulatif

Page 58: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

41

sebagai satu kesatuan dengan mempertimbangkan keserasian dan keadilan

hubungan antar tingkatan dan susunan pemerintahan

Pemerintah daerah sebagai ‘agen perubahan’ dapat menerapkan kebijakan

pemberdayaan masyarakat dengan tiga arah tujuan, yaitu enabling,

empowering, dan protecting. Enabling dimaksudkan untuk menciptakan

suasana atau iklim yang dapat memungkinkan potensi masyarakat

untuk berkembang. Sedangkan empowering, ditujukan untuk memperkuat

potensi atau daya yang dimiliki oleh rakyat dengan menerapkan langkah-

langkah nyata, yakni dengan menampung berbagai masukan dan menyediakan

prasarana dan sarana yang diperlukan. Protecting, artinya melindungi dan

membela kepentingan masyarakat lemah. Adapun peranan pemerintah daerah

sebagai berikut :

1. Fungsi Pelayanan

Fungsi utama pemerintah daerah adalah memberikan pelayanan

terbaik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di semua sektor. Masyarakat

tidak akan dapat berdiri sendiri memenuhi kebutuhannya tanpa adanya

pemerintah daerah yang memberikan pelayanan. Ini merupakan fungsi yang

bersifat umum dan dilakukan oleh seluruh daerah di Indonesia. Sebagai

contoh fungsi pelayanan dalam pemberdayaan ini adalah pemerintah harus

mampu menampung aspirasi dari masyarakat akan ketidakberdayaan

mereka dan menanggapinya dengan perencanaan program yang sesuai

dengan ketidakberdayaan masyarakat tersebut.

Page 59: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

42

2. Fungsi Pengaturan

Pemerintah daerah memiliki fungsi pengaturan (regulating) untuk

mengatur seluruh sektor dengan kebijakan-kebijakan dalam bentuk

peraturan pemerintah daerah, dan peraturan lainnya. Maksud dari fungsi ini

adalah agar stabilitas daerah terjaga, dan pertumbuhan daerah sesuai dengan

yang diinginkan. Sebagai contoh fungsi pengaturan ini adalah produk

kebijakan peraturan daerah, peraturan bupati yang mengacu pada upaya

mengurangi ketidakberdayaan masyarakat.

3. Fungsi Pemberdayaan

Fungsi ini dilaksanakan jika masyarakat tidak mempunyai skill dan

kemampuan untuk bisa keluar dari comfort zone atau zona aman. Contohnya

masyarakat bodoh, miskin, tertindas, dan sebagainya. Pemerintah daerah

wajib mampu membawa masyarakat keluar dari zona ini dengan cara

melakukan pemberdayaan. Pemberdayaan dimaksud agar dapat

mengeluarkan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat sehingga tidak

menjadi beban pemerintah daerah. Pemberdayaan dilakukan untuk

meningkatkan kualitas SDM atau masyarakat. Ketergantungan terhadap

pemerintah akan semakin berkurang dengan pemberdayaan masyarakat

sehingga hal ini akan mempermudah pemerintah daerah mencapai tujuan

daerahnya. Pelaksanaan fungsi pemerintah daerah tersebut dikatakan

berhasil apabila masyarakat di daerah setempat telah berdaya dari aspek

pendidikan, ekonomi, sosial-budaya. Peranan pemerintah daerah dalam

pemberdayaan masyarakat digambarkan seperti di bawah ini

Page 60: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

43

1. Pemberdayaan pendidikan merupakan kunci pemberdayaan masyarakat.

Oleh karena pendidikan dapat meningkatkan pendapatan, kesehatan, dan

produktivitas. Seringkali masyarakat berpendidikan rendah yang salah

satu penyebabnya adalah faktor ekonomi, karena dalam pendidikan itu

sendiri membutuhkan biaya yang cukup banyak. Dalam kaitan itu,

Koswara (dalam Sugiri 2010:61) menyatakan bahwa hal-hal yang perlu

diperankan oleh pemerintah daerah dalam konteks pemberdayaan

pendidikan masyarakat adalah:

a. Melakukan upaya peningkatan pengetahuan rakyat melalui suatu

program yang ditunjang dengan penyiapan/penyediaan sarana

pendidikan formal yang memadai;

b. Melakukan upaya peningkatan keterampilan rakyat melalui suatu

program, peningkatan keterampilan yang ditunjang dengan

penyiapan/penyediaan sarana pendidikan non-formal yang memadai;

c. Menstimulasi, mendorong, atau memotivasi rakyat agar mereka mau

meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya melalui dialog dan

kampanye pendidikan.

2. Pemberdayaan ekonomi bagi setiap orang merupakan hal yang penting

karena menyangkut otonominya (kemandirian). Faktor ekonomi tersebut

memungkinkan manusia untuk mengontrol dan mengendalikan

kehidupannya sesuai dengan yang mereka inginkan. Menurut Supriatna

(dalam Sugiri 2010:62) hal-hal yang perlu diperankan oleh pemerintah

daerah dalam konteks pemberdayaan ekonomi masyarakat adalah :

Page 61: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

44

a. Membantu masyarakat menyediakan program-program pemberdayaan

dibidang perekonomian dan kesejarteraan masyarakat.

b. Membantu masyarakat memfasilitasi kegiatan ekonomi masyarakat

(penyediaan sarana ekonomi);

c. Membantu peningkatan pendapatan masyarakat melalui dorongan

akses dan bantuan permodalan.

3. Pemberdayaan sosial-budaya dalam kehidupan masyarakat hendaknya

tidak ada pembeda-bedaan peran dan tanggung jawab dalam kehidupan

bermasyarakat. Setiap manusia memiliki peran dan tanggung jawab yang

sama, sehingga dapat berpartisipasi dalam kehidupan bermasyankat secara

bersama-sama. Hal-hal yang perlu diperankan oleh pemerintah daerah

dalam konteks pemberdayaan sosial budaya menurut Supriatna (dalam

Sugiri 2010:62) adalah :

a. Membantu dalam penyediaan sarana dan prasarana sosial budaya bagi

masyarakat (sarana keagamaan, kesenian, olahraga, kesehatan, dan

sarana dan prasarana umum yang diperlukan warga);

b. Memberikan bantuan/dana sosial dan juga mendorong partisipasi

warga dalam berswadaya;

c. Melakukan pembinaan dalam kegiatan-kegiatan sosial budaya yang

berkembang di masyarakat.

Dari ketiga komponen pemberdayaan masyarakat diatas, pemberdayaan

pendidikan merupakan faktor kunci, sedangkan pemberdayaan yang lainnya

Page 62: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

45

yaitu pemberdayaan ekonomi, pemberdayaan sosial-budaya adalah faktor

penunjang.

b. Pemerintah Desa

Pemerintahan desa menurut UU No 6/2014 adalah penyelenggaraan

urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem

pemerintahan NKRI dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan

mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat

istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan NKRI.

Menurut Adisasmita (2006:38-39) aparatur pemerintah desa sebagai pemimpin

juga sebagai penyelenggara pembangunan harus memiliki tanggung jawab atas

perubahan yang akan terjadi, baik perubahan yang terjadi di dalam masyarakat

maupun perubahan sosial kemasyarakatan. Untuk itu pemerintah desa selaku

kepala pemerintahan dalam usaha mengantisipasi perubahan-perubahan

tersebut harus memiliki kemampuan untuk berpikir atau berbuat secara rasional

dalam mengambil keputusan yang akan terjadi ditengah-tengah masyarakat.

Pemerintah desa memiliki hak dan kewajiban yang tertuang dalam UU No

6/2014 yakni, Pemerintah desa berhak:

1) Mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat berdasarkan hak asal-usul,

adat-istiadat, dan nilai sosial budaya masyarakat desa;

2) Menetapkan dan mengelola kelembagaan desa;

3) Mendapatkan sumber pendapatan;

Selain hak, pemerintah desa berkewajiban;

Page 63: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

46

1) Melindungi dan menjaga persatuan, keatuan serta kerukunan masyarakat

desa dalam rangka kerukunan nasional dan keutuhan Negara Kesatuan

Republik Indonesia;

2) Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat desa;

3) Mengembangkan kehidupan demokrasi;

4) Mengembangkan pemberdayaan masyarakat desa; dan

5) Memberikan dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat desa

Berdasarkan hak dan kewajiban tersebut, pemerintah desa mempunyai

peranan yang lebih penting terhadap kemajuan dan perkembangan desa dalam

meningkatkan pembangunan desa. Menurut Mondong (2011:8) dapat

dijabarkan sebagai berikut :

Bagan 1. 2 Peranan Pemerintah Desa

Sumber data: Mondong, 2011

1. Pembinaan Terhadap Masyarakat

a) Pembinaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi

Peranan dan prakarsa pemerintah masih dominan dalam perencanaan dan

pelaksanaan maupun untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan

teknis warga desa dalam pembangunan desa. Berbagai teori mengatakan

bahwa kesadaran dan partisipasi warga desa menjadi kunci keberhasilan

warga desa. Sedangkan untuk menumbuhkan kesadaran warga desa akan

Page 64: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

47

pentingnya usaha-usaha pembangunan sebagai sarana untuk memperbaiki

kondisi sosial dan meningkatkan partisipasi warga desa dalam

pembangunan banyak tergantung pada kemampuan pemerintah desa

khususnya pimpinan atau kepala desa.

b) Pembinaan Masyarakat Desa pada Bidang Hukum

Pembinaan di bidang hukum dilakukan oleh pemerintah desa

dengan bekerja sama dengan dinas terkait dan pihak kepolisian yang

dimaksudkan agar kepolisian dapat memberikan bimbingan kepada

masyarakat terkait peraturan hukum yang berlaku di Indonesia.

c) Pembinaan Masyarakat pada Bidang Agama

Pembinaan ini untuk meningkatkan kehidupan beragama dikalangan

masyarakat. Contohnya kerja bakti untuk membangun atau membersihkan

tempat ibadah. memberikan fasilitas kegiatan keagaman seperti

pembuatan masjid, penambahan alat-alat ceramah keagamaan,

pembentukan ikatan remaja masjid, pengadaan yasinan yang diikuti ibu-

ibu dan Bapak-Bapak

2. Pelayanan Terhadap Masyarakat

Pelayanan terhadap masyarakat merupakan tugas perangkat desa

untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Pelayanan

diharapkan menjadi lebih responsive terhadap kepentingan masyarakat itu

sendiri, dimana paradigma pelayanan masyarakat yang telah berjalan

selama ini beralih dari pelayanan yang sifatnya sentralistik kepada

pelayanan yang lebih memberikan fokus pada pengelolaan yang

berorientasi pada masyarakat.

Page 65: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

48

3. Pengembangan Terhadap Masyarakat

Pengembangan terhadap masyarakat dapat berbentuk efektifnya

masyarakat dalam suatu program atau suatu kebijakan. Hal ini dapat

terlihat dalam pelaksanaan kebijakan dalam upaya meningkatkan

pembangunan desa tidak terlepas dari dukungan atau partisipasi dari

masyarakat untuk menaati atau melaksanakan peraturan yang ada.

Peraturan dalam hal ini pada dasarnya memiliki tujuan pada dua aspek

yakni bagi pemerintah desa dan bagi masyarakat itu sendiri.

Dari uraian peranan daerah dan desa dapat kita ketahui begitu

pentingnya kerjasama pemerintah daerah dan desa serta keterlibatan

masyarakat dalam proses pembangunan dan pemberdayaan sehingga proses

pemberdayaan berjalan baik. Masyarakat terlebih dahulu diberikan dasar yang

kokoh agar tingkat partisipasi masyarakat bisa maksimal. Menempatkan

masyarakat sebagai subjek pembangunan memberikan arti bahwa masyarakat

diposisikan sebagai salah satu pilar penting dan strategis disamping pemerintah

daerah dan swasta. Posisi ini juga sekaligus menunjukan bahwa masyarakat

bukan hanya sebagai pelaksana pembangunan, tetapi disamping itu masyarakat

juga berperan sebagai perencana dan pengontrol berbagai program

pembangunan baik program yang datang dari pemerintah maupun program

yang lahir dan dikembangkan oleh masyarakat itu sendiri.

Page 66: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

49

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian mengenai “Gerakan Saemaul Undong dalam Pemberdayaan

Ekonomi Masyarakat Oleh Saemaul Globalization Foundation di Desa

Bleberan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul” ini menggunakan

metode studi kasus dan deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode

studi kasus menurut Rahardjo (2017:3) merupakan serangkaian kegiatan

ilmiah yang dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu

program, peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok

orang, lembaga, atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan mendalam

tentang peristiwa. Metode ini tidak hanya menangkap makna dari sesuatu

yang tersurat, tetapi juga yang tersirat. Dengan kata lain, penelitian ini

diharapkan dapat mengungkap hal-hal mendalam yang tidak dapat diungkap

oleh orang biasa sehingga dibutuhkan kepekaan teoritik mengenai topik atau

tema yang diteliti.

Creswell dalam Ahmad (2015:52) menjelaskan proses penelitian kualitatif

melibatkan upaya-upaya penting, seperti mengajukan pertanyaan beserta

prosedur-prosedur, mengumpulkan data yang spesifik dari para informan,

menganalisis data secara induktif mulai dari tema khusus ke tema-tema yang

umum dan menafsirkan makna data yang diperoleh tersebut. Penelitian

kualitatif mempunyai karakteristrik seperti yang dijelaskan oleh Creswell

(dalam Ahmad 2015:55) :

Page 67: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

50

(1) Konsepnya immatur karena kurangnya teori dan penelitian sebelumnya;

(2) Teori yang ada mungkin saja kurang akurat;

(3) Ada kebutuhan untuk mengeksplorasi dan mendeskripsikan fenomena-

fenomena dan mengembangkan teori;

(4) Bentuk fenomena yang ada mungkin kurang sesuai dengan pengukuran

kuantitatif yang sedang diteliti.

Data yang diperoleh dalam penelitian kualitatif bukan data yang berupa

angka-angka, melainkan kata-kata yang bersifat kualitatif. Menurut Bogdan

dan Taylor (Moleong, 2013:12) metode kualitatif adalah prosedur penelitian

yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Berkaitan dengan penjelasan di

atas dan kesesuaian terhadap topik penelitian maka pendekatan kualitatif

digunakan untuk menemukan strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat

desa melalui gerakan Saemaul Undong, peranan pemerintah dalam gerakan

Saemaul Undong, dan dampak ekonomi yang timbul dari gerakan Saemaul

Undong tersebut.

Adapun alasan menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini

karena sifat dari masalah penelitian yang menyajikan fenomena, praktek,

implementasi, dan pengalaman gerakan Saemaul Undong dari Saemaul

Globalization Foundation (SGF) dalam melakukan pemberdayaan masyarakat

di Desa Bleberan dan adanya kemudahan penyesuaian pendekatan kualitatif

apabila berhadapan dengan fakta yang sama. Selain itu, dari segi data, data

yang didapat akan kredibel, lebih mendalam, lebih lengkap, dan bermakna

Page 68: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

51

sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Metode ini juga memberikan

kemudahan pada peneliti untuk menyesuaikan diri secara langsung dengan

objek penelitian, sehingga secara mudah juga menyesuaikan diri dengan

aturan dan norma di lapangan. Ikatan emosional diantara peneliti dengan

informan dapat diketahui, sehingga dengan mudah menumbuhkan tingkat

kepercayaan.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini yaitu gerakan Saemaul Undong dalam

pemberdayaan ekonomi masyarakat di Desa Bleberan, Kecamatan Playen,

Kabupaten Gunungkidul yang terdiri dari strategi pemberdayaan ekonomi

melalui gerakan Saemaul Undong, peran pemerintah daerah dan pemerintah

desa dalam gerakan Saemaul Undong, dan dampak ekonomi yang

ditimbulkan dari gerakan tersebut.

3. Subjek Penelitian

Penunjukan informan dengan teknik purposive yaitu informan diambil

dengan kriteria tertentu. Menurut Lexi Moleong (2013:72) informan adalah

orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan

kondisi latar penelitian, jadi informan harus mempunyai pengalaman tentang

latar penelitian dan sukarela menjadi anggota tim penelitian walaupun

perannya hanya bersifat informal. Dengan demikian, informan dipilih

berdasarkan pertimbangan tertentu yakni mereka yang dianggap berkompeten

untuk menjawab pertanyaan peneliti. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai

informan karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut

Page 69: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

52

memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian. Dalam penelitian ini

informan dipilih karena faktor:

1) Pelaksana kegiatan terkait program Saemaul Undong

2) Pengambil keputusan dan penanggungjawab program.

3) Penerima manfaat dari program Saemaul Undong

4) Inisiator dan pendamping program

Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang keberadaan informan,

maka berikut ini peneliti menyajikan data-data tentang identitas informan

sebagai berikut :

Tabel 1. 2 Data Identitas Informan

No Nama Jabatan / Pekerjaan Umur(Tahun) J.K Alamat Pendidikan

LamaBekerja(Tahun)

1 2 3 4 5 6 7 8

1SolehAnwari

Kasubid Penguatan danPotensi MasyarakatBPPM DIY

46 LBangunjiwoBantul

S1 9

2 Suharto

Kasi Kelembagaan danPemberdayaan MasyarakatDP3AKBPD KabupatenGunungkidul

52 LBleberan,Playen

S1 6

3 Supraptono Kepala Desa 44 LPedukuhanPeron

SMA 3

4 Indardi Sekretaris Desa 29 LPedukuhanSawahan 1

SMA 2

5 Kartono Ketua BPD 62 LPedukuhanSawahan 1

S1 4

6 Tri Harjono Tokoh Desa Bleberan 54 LPedukuhanBleberan

SLTA 4

7 Wasidi Ketua BUM Desa 62 LPedukuhanBleberan 1

SMK 1

8 SardjanaBendahara BUMDesa

66 LPedukuhanBleberan

SPG 12

9 Sumari Citro Ketua Gapoktan 52 LPedukuhanSawahan 1

SLTA 15

10 Sri Kustini Ketua KWT 57 PPedukuhanSrikoyo

S1 3

11 Suwarni Ketua PKK 42 PPedukuhanPeron

SMP 3

12 ParniAnggota PKK danKWT

45 PPedukuhanSawahan 1

SD 10

13 Harmanto Ketua Karang Taruna 39 LPedukuhanTanjung 1

STM 1

Page 70: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

53

1 2 3 4 5 6 7 8

14MisbahulMunir F

Anggota KarangTaruna / Taruna Tani

32 LPedukuhanBleberan

S1 1

15 WaluyoPetani / AnggotaGapoktan

46 LPedukuhanSawahan 2

SLTA 4

16PraditaNurmaya

Ketua YGSI/ ProgramSGF

28 PKretek,Bantul

S1 3

17DebbyPranung S

Fasilitator SGF 34 PBaciro,Gondokusuman

S1 1

Sumber data : Hasil olah data peneliti, 2018Dari data di atas, yang peneliti jadikan informan adalah sebanyak 17

orang yang terdiri dari masyarakat desa, berbagai perwakilan lembaga

masyarakat, Yayasan SGF, pemerintah desa dan pemerintah daerah. Semua

informan di atas terlibat dalam gerakan Saemaul Undong di Desa Bleberan

sehingga mereka memahami apa yang menjadi objek utama dalam melakukan

penelitian dan memudahkan peneliti dalam mendapatkan data dan informasi

yang dibutuhkan.

4. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bleberan, Kecamatan Playen,

Kabupaten Gunungkidul. Peneliti memilih lokasi penelitian di daerah ini

dengan alasan Desa Bleberan merupakan salah satu dari 4 desa yang menjadi

desa percontohan Saemaul Undong di Indonesia dan hingga tahun ke-3

pelaksanaan program, berdasarkan laporan berkala, desa ini termasuk desa

yang mengalami peningkatan dibidang ekonomi yang signifikan dalam

pelaksanaan program Saemaul Undong.

Page 71: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

54

5. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2011:308) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena

tujuan utama penelit ian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data

dapat dilakukan dengan sumber dan cara. Dilihat dari sumber datanya,

pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer yaitu sumber data

yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber

sekunder yang merupakan sumber data yang tidak secara langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain

atau dokumen yang menyertai . Dilihat dari segi cara, teknik

pengumpulan data dapat dilaksanakan dengan wawancara, dokumentasi,

observasi (pengamatan). Data yang dihimpun oleh peneliti dengan

menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a) Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam dilakukan dengan melakukan wawancara

langsung dengan informan mengenai pokok bahasan penelitian menggunakan

daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan (Esterberg dalam Sugiyono,

2011:316). Peneliti mendatangi informan ke tempat tugas/tempat tinggal

informan. Wawancara mendalam ini dilakukan dengan menggunakan

pedoman wawancara dengan tujuan mendapatkan keterangan secara

mendalam dari permasalahan yang dikemukakan. Wawancara mendalam ini

dilakukan melalui berbincang-bincang secara langsung atau berhadapan muka

dengan yang diwawancarai.

Page 72: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

55

Untuk memandu proses wawancara, peneliti menggunakan key

informan penelitian sesuai dengan tujuan penelitian ini dengan penyusunan

pedoman wawancara. Pedoman wawancara merupakan hal-hal utama

dalam bentuk pertanyaan yang dijadikan acuan oleh peneliti untuk

mengajukan pertanyaan kepada informan. Alat wawancara yang

dipergunakan dalam penelitian ini adalah buku catatan, alat perekam, serta

kamera. Key informan dalam penelitian ini adalah:

Tabel 1. 3 Pengumpulan Data dengan Key Informan Penelitian

NO PERSONIL HASIL WAWANCARA LOKASI1 2 3 4

2B1

1B-0

Pemerintah DIY danDesa Bleberan :- BPPM DIY- DP3AKBPMD

Kabupaten Gunungkidul- Kepala Desa Bleberan- Ketua BPD Bleberan- Sekretaris Desa

Bleberan

Peran Pemerintah DIY, Pemerintah DesaBleberan dalam pemberdayaan ekonomimasyarakat melalui gerakan SaemaulUndong

Pelaksanaan pemberdayaan ekonomimasyarakat melalui gerakan SaemaulUndong oleh SGF di Desa Bleberan

- Kantor BPPMDIY,- Kantor

DP3AKBPMDKabupatenGunungkidul- Kantor Desa

Bleberan

2C-

Saemaul GlobalizationFoundation (SGF)- Ketua YGSI /

Koordinator SGF- Fasilitator SGF di

Desa Bleberan

Proses kerjasama Pemerintah DIY denganSGF dalam pemberdayaan masyarakatmelalui gerakan Saemaul Undong

Pemberdayaan ekonomi masyarakat melaluigerakan Saemaul Undong oleh SGF di DesaBleberan

Program Kerja SGF di Desa Bleberan Strategi pemberdayaan ekonomi melalui

gerakan Saemaul Undong di Bleberan

Kantor SGFdi Bleberandan FakultasFilsafat UGM

3

D-

BUM Desa “ Sejahtera”Bleberan: Pengurus danAnggota BUM Desa“Sejahtera” DesaBleberan

Program kerja BUMDesa “Sejahtera”Desa Bleberan

Pengelolaan BUMDesa “Sejahtera” DesaBleberan

Dampak ekonomi dari kerjasamapemerintah desa (BUMDesa) denganSGF di Desa Bleberan

KantorBUMDesa“ Sejahtera”DesaBleberan

4

4

Lembaga Desa:PKK,KWT, BUMDesa,BPD, Karang Taruna,Gapoktan, Taruna Tani,dan tokoh DesaBleberan

Dampak ekonomi kerjasama dengan SGFdi Desa Bleberan

Peran masyarakat dalam gerakan SaemaulUndong

Program kerja SGF di Desa Bleberan

DesaBleberan

Sumber data: Disusun oleh peneliti, 2018

Page 73: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

56

Informan di atas adalah orang-orang yang sudah diwawancara sebagai data

penelitian. Pimpinan dari lembaga desa di atas juga mewakili para pemangku

kepentingan yang terlibat dalam pemberdayaan masyarakat melalui gerakan

Saemaul Undong di Desa Bleberan.

b) Dokumentasi

Teknik pengumpulan data lainnya dalam penelitian ini adalah

dokumentasi dan kepustakaan. Dokumen adalah catatan peristiwa yang

sudah berlalu, berupa tulisan, gambar, atau karya monumental seseorang

(Sugiyono,2011:326). Dengan demikian, data yang dikumpulkan merupakan

suatu data yang telah ada sebelumnya dan tidak melalui penelitian langsung

pada objek penelitiannya. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh keterangan

yang terkait dengan masalah yang diteliti demi memperkaya informasi.

Dalam penelitian ini, data-data yang dijadikan informasi yaitu data-data yang

ada kaitannya dengan Gerakan Saemaul Undong di Desa Bleberan,

Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. Adapun dokumen yang

dijadikan sebagai referensi diantaranya :

Tabel 1. 4 Pengumpulan Data dengan Dokumen Penelitian

No Jenis Dokumen Hasil PenelitianSumber

Dokumen1 2 3 4

1 Kebijakan kerjasamapemberdayaan ekonomimasyarakat melaluigerakan Saemaul Undongdi Desa Bleberan (MSP,MOU, Surat Perjanjian)

Urgensi kerjasamaPemerintah dengan pihakketiga.

Website, ArsipDesa, ArsipPemda DIY danPemdaGunungkidul

2 Profil Desa Bleberan Gambaran umum DesaBleberan

Arsip LPPDDesa Bleberan2017

3 Profil BUM Desa“Sejahtera” Bleberan

Mengetahui gambaranumum BUM Desa“Sejahtera” Desa Bleberan

Arsip LaporanBUMDesaBleberan 2016

Page 74: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

57

1 2 3 4

4 Laporan Berkala SGF2015-2018

Mengetahui gambaranumum SGF melaluiberbagai kegiatan

Website, ArsipDesa, ArsipSGF, foto

5 Hasil kajian / penelitianmengenai pemberdayaanmasyarakat melalui gerakanSaemaul Undong

Mengetahui manfaat yangdi dapatkan daripemberdayaan masyarakatmelalui gerakan SaemaulUndong

Website, jurnal

Sumber data: Disusun oleh peneliti, tahun 2018

Dokumen di atas merupakan dokumen yang menjadi referensi dalam

memperoleh data. Pada penelitian ini, peneliti sebagai key instrument terjun ke

lapangan sendiri, baik pada pengumpulan data, analisis dan membuat

kesimpulan dokumen.

c) Observasi (Pengamatan)

Secara singkat observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan

pencatatan secara sistematis terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu

gejala pada objek penelitian, dan unsur-unsur yang tampak itulah yang di

sebut data atau informasi yang harus diamati dan dicatat secara langsung di

lapangan sehingga diperoleh data atau fakta yang berhubungan dengan

masalah yang dikaji (Nasution dalam Sugiyono, 2011:309). Hal terpenting

dalam kegiatan observasi adalah merekam proses aktivitas pemberdayaan,

melihat dokumen pendukung pemberdayaan masyarakat, memetakan pihak-

pihak yang terlibat.

Peneliti melakukan observasi aktif dimana peneliti datang di

tempat kegiatan informan yang diamati, dan ikut terlibat dalam kegiatan

tersebut. Sedangkan objek penelitian yang di observasi menurut Spradley

(Sugiyono, 2011:310) terdiri dari tiga komponen yaitu tempat, pelaku dan

Page 75: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

58

aktivitas. Data observasi dalam penelitian ini adalah data pelengkap setelah

wawancara. Artinya selain mendengarkan secara objektif maka perlu

pengamatan secara objektif. Dalam kegiatan observasi peneliti mengambil

foto, gambar. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini melalui observasi

meliputi :

Tabel 1. 5 Pengumpulan Data dengan Observasi PenelitianNo Objek / Kegiatan yang di Observasi Data yang diperoleh

1 2 3

1 Gedung Saemaul Bleberan, Tempat

Pengelolaan Air (PAB), green house,

infrastruktur jalan hasil gotong-royong,

balai pedukuhan, pekarangan warga,

kumbung jamur

Dampak ekonomi dari Gerakan

Saemaul Undong

2 Kegiatan rapat rutin / evaluasi bulanan

SGF dengan lembaga desa (Aparatur

Desa, PKK, KWT, BUMDesa, BPD,

Karang Taruna, Gapoktan, Taruna Tani.

Interaksi antar anggota SGF dengan

lembaga yang terlibat dalam gerakan

Saemaul Undong

3 Kegiatan pembinaan SGF dengan

Pemerintah Desa Bleberan, serta

lembaga-lembaga yang terlibat dalam

gerakan Saemaul Undong di Desa

Bleberan.

Interaksi antara SGF dengan

Pemerintah Desa Bleberan, serta

lembaga-lembaga yang terlibat dalam

gerakan Saemaul Undong di Desa

Bleberan.

Sumber data: Disusun oleh peneliti, 2018

6. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan selama penelitian. Dalam penelitian ini data

dianalisis secara kualitatif, yang menggambarkan, menjelaskan, dan

menafsirkan data dan keterangan yang diperoleh dari hasil penelitian dengan

susunan kata dan kalimat sebagai jawaban terhadap permasalahan yang

diteliti sehingga data yang diperoleh dapat dipahami dan tergambar oleh

pembaca.

Page 76: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

59

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono 2011:334) menyatakan bahwa

yang paling serius dan sulit dalam analisa data kualitatif adalah karena

metode analisanya belum dirumuskan dengan baik. Analisa data adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari

wawancara, catatan lapangan, observasi, dokumentasi dan bahan lain

sehingga dapat mudah pahami, dan temuannya dapat diinformasikan

kepada orang lain. Aktivitas dalam analisis data penelitian kualitatif

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai

tuntas, sehingga data penelitian menjadi jenuh. Aktivitas dalam menganalisis

data kualitatif yaitu :

a) Reduksi Data

Reduksi dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar

yang muncul dari data-data yang tertulis dilapangan. Data yang perlu

direduksi sangat memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus

penelitian, sehingga memberikan gambaran yang tajam dan mempermudah

peneliti untuk mencari jika sewaktu-waktu diperlukan. Dalam proses

mereduksi data, peneliti melakukan pengelompokan informasi yang

diperoleh berdasarkan fokus penelitian. Informasi dari setiap informan

dipilih dan dipisah-pisahkan berdasarkan pokok permasalahan masing-

masing sehingga kesimpulan finalnya dapat diverifikasi. Reduksi data

dalam penelitian ini berlangsung secara terus-menerus selama proses

penelitian berlangsung dan merupakan bagian dari analisis. Adapun data

Page 77: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

60

yang direduksi dalam penelitian ini yaitu data berdasarkan transkrip

wawancara dengan informan penelitian.

b) Penyajian Data ( Data Display)

Penyajian data penelitian dibatasi sebagai sekumpulan informasi

tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan

dan pengambilan tindakan. Penyajian data berupa sekumpulan informasi

dalam bentuk teks naratif yang di bantu dengan grafik, tabel atau bagan,

teks naratif yang dapat menjelaskan tentang gerakan Saemaul Undong di

Desa Bleberan untuk menerangkan hasil penelitian secara lebih ringan,

mudah dipahami yang bertujuan mempertajam pemahaman peneliti

terhadap informasi yang diperoleh. Penyajian data dalam penelitian ini

sangat membutuhkan kemampuan interpretatif yang baik pada peneliti

sehingga dapat menyajikan data secara lebih baik. Penyajian data

ditempuh dengan mereview data, menyatukan data, memberikan kode

berdasarkan tema.

c) Penarikan Kesimpulan (Concluding Drawing)

Proses penarikan kesimpulan dilakukan dengan memverifikasi secara

terus menerus saat tahap penelitian berlangsung, karena kesimpulan akan

diambil dengan dukungan bukti dan sampai pada kesimpulan yang

kredibel. Proses penarikan kesimpulan pada penelitian ini dilakukan

dengan mendiskusikan data yang telah diperoleh dari lapangan dengan

teori yang dikemukakan pada kerangka teori. Selain itu juga dengan

mengambil inti dari berbagai rangkaian hasil penelitian yang dilakukan

baik melalui wawancara, dokumentasi, maupun observasi.

Page 78: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

61

BAB II

GAMBARAN DESA BLEBERAN DAN GERAKAN SAEMAUL UNDONG

A. Gambaran Desa Bleberan

Desa Bleberan merupakan bagian dari 13 desa di wilayah Kecamatan

Playen Kabupaten Gunungkidul. Jarak desa dengan ibukota Kecamatan Playen 4

km, sedang untuk jarak tempuh dengan ibukota Kabupaten Gunungkidul adalah

10 km, serta jarak dengan ibukota DIY adalah 40 km. Desa Bleberan dapat

digambarkan melalui peta di bawah ini :

Gambar 2. 1 Peta Desa Bleberan

Sumber: LPPD Desa Bleberan tahun 2017

Page 79: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

62

1. Kondisi Geografis Desa Bleberan

a) Luas Wilayah

Letak geografis Desa Bleberan berada di ketinggian 188,20 m di atas

permukaan laut dengan suhu 23-33 derajat dan dengan kelembapan berkisar

antara 80%-85%. Luas wilayah Desa Bleberan secara keseluruhan

adalah 16.262.170 ha yang terdiri dari tanah sawah tadah hujan seluas

49.3000 ha, tegalan seluas 489.2170 ha, dan sawah irigasi seluas 15.0000

ha. Desa Bleberan 90% merupakan daerah datar yang terdapat di 7

pedukuhan dan 10% tanah berbukit yang terdapat di 3 pedukuhan. Secara

kondisi wilayah, Desa Bleberan menyerupai daerah Gyeongsanbuk-Do di

Korea Selatan dengan daerah yang kering dan sebagian lahannya adalah

untuk areal persawahan.

b) Batas Wilayah Desa Bleberan

Adapun batas-batas wilayah Desa Bleberan antara lain dapat dilihat pada

tabel 2.1 di bawah ini:

Tabel 2. 1 Batas Wilayah Desa Bleberan

Sumber data : LPPD Desa Bleberan 2017

Sebagian daerah di Bleberan berbatasan langsung dengan area hutan,

termasuk sumber air yang di kelola BUMDesa berasal dari hutan

No Batas Wilayah1 Utara Desa Getas dan Desa Dengok

2 Barat Desa Banyusoco dan Kehutanan

3 Selatan Wilayah Kehutanan RPH Karang Mojo

4 Timur Desa Dengok dan Desa Plembutan

Page 80: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

63

karangmojo sehingga memerlukan perizinan dari provinsi dalam

pengelolaan areanya.

c) Pembagian Wilayah Pedukuhan

Tabel 2. 2 Jumlah RT dan RW Desa Bleberan

Sumber data : LPPD Desa Bleberan 2017

Dari 11 pedukuhan tersebut 8 pedukuhan menjadi satu hamparan wilayah

dan untuk 3 pedukuhan dipisahkan oleh tanah kehutanan sehingga terlihat

berpulau-pulau.

2. Kondisi Demografis

a) Jumlah Penduduk

Desa Bleberan terdiri dari 1.745 kepala keluarga (KK) dengan jumlah

penduduk sebanyak 5.539 jiwa yang terdiri dari 2.764 jiwa penduduk laki-

laki dan 2.775 jiwa penduduk perempuan. Jumlah penduduk per-

pedukuhan tersebut dipaparkan secara lengkap dalam tabel dibawah ini :

No PedukuhanJumlah

RTJumlah

RW

1 Peron 5 1

2 Tanjung I 6 1

3 Tanjung II 6 14 Bleberan 10 1

5 Sawahan I 9 1

6 Sawahan II 5 1

7 Putat 7 1

8 Srikoyo 7 1

9 Menggoran I 11 1

10 Menggoran II 11 1

11 Ngrancang 8 1

Jumlah 85 11

Page 81: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

64

Tabel 2. 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pedukuhan Desa Bleberan

No PedukuhanJumlah (Jiwa) Jumlah

(Jiwa) Persentase(%)

Laki -Laki Perempuan

1 Peron 156 146 302 5,52 Tanjung I 165 191 356 6,43 Tanjung II 126 138 264 4,84 Bleberan 264 308 572 10,35 Sawahan I 240 244 484 8,76 Sawahan II 226 195 421 7,67 Putat 210 201 411 7,48 Srikoyo 250 264 514 9,39 Menggoran I 399 417 816 14,710 Menggoran II 442 418 860 15,511 Ngrancang 286 253 539 9,7

Jumlah 2764 2775 5539 100Sumber data : LPPD Bleberan 2017

Persebaran penduduk di Desa Bleberan secara umum dipengaruhi oleh

tekstur wilayahnya. Desa Bleberan terdiri dari 11 pedukuhan, 4 diantaranya

merupakan pedukuhan kepadatan penduduk tinggi, yaitu Pedukuhan

Bleberan, Pedukuhan Menggoran I, Menggoran II, dan Pedukuhan

Ngerancang

a) Penduduk Berdasarkan Usia

Secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk Desa

Bleberan berdasarkan klasifikasikan usia sedikit ada perbedaan dilihat dari

tingkat usia. Hal tersebut dipaparkan dalam tabel dibawah ini:

Page 82: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

65

Tabel 2. 4 Penduduk Berdasarkan Usia

NoKelompok

UmurLaki-laki

Perempuan JumlahPersentase

(%)

1 00 – 09 455 476 931 16,8

2 10 – 19 451 396 847 15,3

3 20 – 29 430 379 809 14,6

4 30 – 39 428 428 856 15,5

5 40 – 49 383 394 777 14,0

6 50 – 59 299 332 631 11,4

7 60 – 69 194 236 430 7,8

8 70 – 74 75 66 141 2,5

9 75 - keatas 49 68 117 2,1

Jumlah 2764 2775 5539 100Sumber : Data LPPD Bleberan 2017

Tabel di atas menggambarkan bahwa persebaran jumlah penduduk

Desa Bleberan berdasarkan usia ada sedikit perbedaan, tetapi jumlah

penduduk laki-laki dan perempuan berdasarkan usia cukup merata pada

range 0-59 tahun.

b) Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian

Lahan di pedesaan umumnya dimanfaatkan untuk kehidupan sosial

dan kegiatan ekonomi. Penggunaan lahan untuk kegiatan ekonomi,

misalnya dibidang pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan,

perindustrian, dan perdagangan. Masyarakat Bleberan pada umumnya

bermata pencaharian sebagai petani dan berwiraswasta, dapat diketahui

pada tabel di bawah ini :

Page 83: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

66

Tabel 2. 5 Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

No Jenis PekerjaanLaki-laki(Orang)

Perempuan(Orang)

Jumlah(Orang)

Persentase(%)

1 Petani 946 1.216 2.162 61,6

2 Buruh Tani 255 138 393 11,23 (PNS) 53 33 86 2,5

4 Karyawan Swasta 185 104 289 8,2

5 Wiraswasta 353 145 498 14,2

6 Pedagang Keliling 2 14 16 0,5

7 Pengrajin IndustriRumah Tangga lainnya

9 57 66 1,9

Jumlah 1803 1707 3510 100Sumber data: Prodeskel.pmd.Kemendagri, 2016

Tabel di atas menggambarkan bahwa hampir separuh penduduk Desa

Bleberan paling dominan bermatapencaharian sebagai petani, buruh tani,

pengrajin, dan karyawan swasta. Hal tersebut dipengaruhi kultur atau

kebudayaan masyarakat pedesaan yang lekat dengan aktivitas pertanian.

Sebagian dari masyarakat Desa Bleberan, selain sebagai petani juga ada

yang menjadi pekerja sebagai PNS atau pamong desa yang sehari-hari

bekerja di kantor pada sore hari rata-rata mereka juga bertani setelah

mereka selesai dengan pekerjaan mereka di kantor.

3. Potensi Alam Desa Bleberan

Beberapa potensi alam Desa Bleberan yang dapat di kembangkan

diantaranya :

a) Lahan Pertanian

Lahan pertanian di Desa Bleberan 90% adalah merupakan lahan

kering, dimana lahan tersebut mengandalkan dari datangnya curah hujan.

Sedang 10% adalah sawah irigasi yang terdapat di sekitar Air Terjun Sri

Page 84: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

67

Gethuk Pedukuhan Menggoran. Lebih rinci, penggunaan lahan tersebut

antara lain :

1. Sawah Tadah Hujan : 49.3000 Ha pola tanam padi-jagung/kedelai;

2. Sawah Irigasi : 15.000 Ha pola tanam padi untuk sepanjang tahun;

3. Pekarangan : 181.6000 Ha tanaman kedelai, jagung dan ketela;

4. Tegal : 489.2170 Ha tanaman kedelai, jagung, ketela dan

b) Potensi Hutan dan Perkebunan

Desa Bleberan dikelilingi wilayah kehutanan yang mempunyai luasan

1626 ha yang terdiri tanaman kayu putih 475 ha, tanaman kayu jati 250 ha,

sisanya 901 ha merupakan lahan kritis yang pada tahun 1997 dikarenakan

maraknya penjarahan kayu yang mengakibatkan rusaknya kawasan hutan di

Desa Bleberan. Namun, saat ini dengan adanya gerakan rehabilitasi hutan,

lahan kritis tersebut kembali menjadi lahan produktif dengan macam

tanaman holtikultura seperti padi, ketela, umbian, kacang-kacangan dan

terong. Dengan dilakukannya kerjasama masyarakat dan Dinas Kehutanan

yang diperkuat dengan MOU Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKM).

Kerjasama yang sifatnya non-formal berupa pengelolaan hutan bersama

masyarakat, cukup mendongkrak pendapatan masyarakat dalam mendukung

swasembada pangan. Pengelolaan lahan dengan mendukung sektor

pertanian antara lain bertujuan untuk meningkatkan komoditas kedelai, padi,

ketela, jagung, serta holtikultura seperti : kacang panjang, ketimun, cabe,

dan terong. Untuk perkebunan tanaman perkebunan yang ada di Desa

Bleberan cukup beragam, antara lain : melinjo, mangga, kelapa, dan pete.

Page 85: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

68

c) Potensi Peternakan dan Perikanan

1) Peternakan

Untuk sektor peternakan, masyarakat Desa Bleberan mayoritas

memelihara sapi, kambing dan ayam. Peternakan bagi masyarakat

Gunungkidul pada umumnya, dan Desa Bleberan khususnya merupakan

pendukung pertanian, dengan memanfaatkan limbah/kotoran sebagai

pupuk. Selain itu, memelihara sapi, kambing dan ayam merupakan

tabungan atau investasi petani dalam menghadapi masa kebutuhan

mendesak.

2) Perikanan

Sektor perikanan darat di Desa Bleberan mulai Tahun 2012

mengalami perkembangan yang cukup baik. Pemeliharaan yang awal

mulanya masih konsep tradisional, saat ini mulai beralih teknologi dalam

pengelolaannya. Baik pengelolaan/budidaya menggunakan kolam

permanen, kolam tanah, sistem terpal, keramba dan pemanfaatan sungai.

Tercatat di tahun 2012, di beberapa pedukuhan terdapat kelompok

pembudidaya ikan dengan berbagai jenis ikan, diantaranya Lele, Bawal,

Nila, Patin dan Tombro.

Tabel 2. 6 Kelompok dan Jenis Budidaya

NoKelompokPembudidaya Pedukuhan

SistemBudidaya Jenis Ikan

1 Ubet Manunggal Tanjung ITerpal,Keramba,Sungai

Patin, Bawal,Lele, Gurami,Tombro, nila

2 Tanjung Sari Tanjung II Terpal Lele

3Mina Sawahan II

SawahanII Terpal Lele

Sumber data: Profil Desa Bleberan, 2016

Page 86: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

69

d) Potensi Air

Di Desa Bleberan ketersediaan air bawah tanah sebenarnya sangat

cukup karena adanya 4 sumber mata air yang mempunyai debit cukup

besar yaitu:

1) Sumber mata air “Jambe” dengan debit 40 – 60 L/dtk. Sumber mata

air Jambe terletak di tanah kehutanan. Saat ini telah di kelola oleh

BUMDesa guna memenuhi kebutuhan air masyarakat Desa Bleberan

wilayah tengah dan timur yang terdiri dari 7 pedukuhan. Dengan

menggunakan teknologi pompa groundforce 2 buah yang bertenaga

Listrik PLN sebesar 11.000 wat dan mesin diesel mampu menopang

kebutuhan air bersih ± 800 Kepala Keluarga.

2) Sumber mata air “Dong Poh” debit 10 – 15 L/Dtk. Sumber mata air

tersebut juga terletak di tanah kehutanan. Saat ini telah di manfaatkan

untuk kebutuhan air bersih khususnya masyarakat Pedukuhan

Menggoran, dengan fasilitas pompa listrik yang di kelola oleh

kelompok masyarakat setempat dengan konsumen 350 KK.

3) Sumber mata air “Ngandong” dengan debit 20 – 30 L/detik. Sumber

mata air ini lebih banyak di manfaaatkan untuk keperluan mandi cuci

masyarakat di Pedukuhan Menggoran dan sebagian dipompa untuk

memenuhi kebutuhan air bersih di tempat Wisata Gua Rancang

Kencono.

4) Sumber mata air “Ngumbul” dengan Debit 40–60 L/detik Mata air

Ngumbul belum termanfaatkan dengan optimal. Sumber mata air ini

Page 87: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

70

baru dipergunakan untuk kebutuhan irigasi sawah seluas 25 ha di

lokasi Wisata Sri Gethuk.

e) Potensi Pariwisata.

Sektor pariwisata Desa Bleberan sangat potensial untuk dapat ditumbuh

kembangkan. Hal ini untuk mendukung bagian dari potensi Kecamatan

Playen yang merupakan kaya akan tempat wisata. Bahkan di tahun 2013

mulai dibangun dan dikembangkan kawasan hutan Wanagama, dengan

dilengkapi rest area, penangkaran rusa, bumi perkemahan dan fasilitas

lain. Desa Bleberan yang kaya akan potensi alam turut berperan dalam

pengembangan wisata yang ada di Kabupaten Gunungkidul. Desa yang

terdiri dari daratan permukiman, pertanian dan kehutanan ini mempunyai

kekayaan wisata alam, antara lain: Gua Rancang Kencana; Gua Song

Oya dan Gua Cabak; Air Terjun Sri Gethuk; Wisata Pendidikan Surya

Sell, Situs Purbakala, Bendung Tanjung.

4. Perekonomian Desa

Perekonomian masyarakat Desa Bleberan dan perkembangan dari tahun

2010 s.d 2016 mengalami peningkatan kesejahteraannya. Secara visual, hal ini

dapat dilihat pada meningkatnya daya beli masyarakat. Peningkatan tersebut di

dominasi pada sektor pertanian 50%, diikuti sektor wisata 30%, sektor

peternakan sapi dan kambing 30%, perikanan 10% dan jasa 10%.

a) Sektor Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan

Kerjasama yang sifatnya non-formal berupa pengelolaan hutan bersama

masyarakat, serta kerjasama antara masyarakat dan Dinas Kehutanan yang

Page 88: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

71

diperkuat dengan MOU Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan (HKM) cukup

mendongkrak pendapatan masyarakat dalam mendukung swasembada

pangan. Pengelolaan dengan mendukung sektor pertanian antara lain

bertujuan meningkatkan komoditas jagung, kedelai, padi, ketela serta

holtikultura seperti: kacang panjang, mentimun, cabe dan terong. Kondisi

ini menunjukan bahwa sektor pertanian sampai saat ini masih menjadi

andalan masyarakat Desa Bleberan yang memang mayoritas petani dengan

berusaha untuk meningkatkan taraf hidup. Namun, hal ini terkendala dalam

kepemilikan lahan petani yang rata-rata hanya memiliki lahan 0,25 Ha/KK,

sehingga dimasa mendatang perlu meningkatkan aspek manajemen

kelembagaan. Selain itu, kedepan dalam hal pertanian, perkebunan dan

kehutanan perlu mengoptimalkan sumber daya alam dan manusia dengan

didukung teknologi, memperluas daya dukung lahan, dan pendampingan

kelompok-kelompok tani agar menjadi lebih mandiri.

b) Sektor Industri Masyarakat

Mulai tahun 2013 minat masyarakat terhadap usaha kecil menengah

(UKM) mulai nampak seiring dengan geliat dan perkembangan pariwisata

di Desa Bleberan. Pengelolaan hasil pertanian merupakan andalan usaha

yang dijalankan oleh masyarakat untuk mendukung sektor pariwisata.

Melalui berbagai pelatihan dan pendampingan kekelompok, usaha

masyarakat mulai dikenal oleh instansi guna mendukung perekonomian

daerah. Beberapa kelompok industri tersebut antara lain: makanan hasil

Page 89: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

72

olahan pertanian, perikanan, kerajinan alat pertanian, kerajinan kulit,

mebel dan pande besi.

c) Sektor Pariwisata

Di Desa Bleberan pada tahun 2018 ini mengalami perkembangan

yang sangat signifikan. Hal ini dapat dilihat dari bertambahnya sarana

prasarana wisata, perdagangan umum, jumlah pengunjung, dan pendapatan

asli desa (PADes). Arah pengembangan pariwisata Desa Bleberan,

pembangunan sarana dan prasarana pendukung potensi alam yang sudah

ada, diharapkan lebih mempunyai daya tarik wisatawan.

5. Kondisi Kelembagaan Desa

Kelembagaan atau organisasi merupakan faktor yang penting dalam

mengembangkan dinamika desa dan pemberdayaan masyarakat. Lembaga yang

ada di desa tersebut merupakan penjelmaan dari aspirasi dan kebutuhan

masyarakat. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kelembagaan di Desa

Bleberan dibedakan dalam 5 (lima) jenis, sebagai berikut:

a) Lembaga Pemerintah Desa

Merupakan lembaga formal yang terdapat di Desa Bleberan. Lembaga

pemerintahan tersebut antara lain Pemerintah Desa Bleberan, yang terdiri

dari Kepala Desa, Seketaris Desa, 3 orang Kepala Urusan (Kaur), Staf

Umum, Kepala Bagian dan 11 Kepala Pedukuhan; dan Badan Perwakilan

Desa (BPD) Bleberan yang berkependudukan setara dengan kepala desa.

Page 90: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

73

b) Lembaga Kemasyarakatan

Lembaga kemasyarakatan di Bleberan merupakan lembaga yang

dibentuk berdasarkan kebutuhan dan kepentingan masyarakat. Lembaga

kemasyarakatan di Desa Bleberan meliputi :

1) PKK, meliputi PKK desa dan PKK dusun,

2) 85 Rukun Tangga (RT) dan 11 Rukun Warga (RW)

3) Karang Taruna, merupakan organisasi pemuda di Desa Bleberan

4) Kelompok Tani dan Wanita Tani, terbentuk karena banyak dari penduduk

Desa Bleberan bermatapencaharian sebagai petani, baik sebagai

penggarap maupun buruh tani.

5) Kelompok peternak, merupakan organisasi yang beranggotakan para

peternak dan membawahi pengelolaan ternak sapi di Desa Bleberan;

6) Kelompok masyarakat peduli Desa Bleberan yang sadar akan

pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Bleberan;

7) Kelompok perikanan, kelompok ini mulai membudidayakan ikan-ikan air

tawar.

c) Lembaga Ekonomi

Merupakan lembaga yang dibentuk masyarakat untuk menompang

perekonomian. Lembaga perekonomian tersebut meliputi KSU Trisno

Sapodo (Pedukuhan Bleberan), Koperasi Tani Manunggal (Pedukuhan

Menggoran) dan BUMDesa “Sejahtera”..

d) Lembaga Keamanan

Untuk menjaga keamanan, selain dengan menggalakan kesadaran warga

desa secara mandiri, Desa Bleberan juga mempunyai Hansip dan Linmas

yang berpendudukan sebagai lembaga keamanan desa. Berfungsi menjaga

ketertiban dan keamanan yang ada di desa.

Page 91: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

74

6. Pemerintah Desa Bleberan

a) Struktur Pemerintah Desa

Pemerintah desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat

yang memiliki peran strategis dalam pengaturan masyarakat desa/kelurahan

dan keberhasilan pembangunan nasional. Sistem kelembagaan Desa

Bleberan dapat dilihat dari Struktur Pemerintahan Desa Bleberan

selengkapnya adalah sebagai berikut :

Bagan 2. 1 Struktur Organisasi Pemerintah Desa Bleberan

Sumber data : LPPD Desa Bleberan, 2017

b) Tingkat Pendidikan Pemerintah Desa Bleberan

Pendidikan aparatur perangkat desa juga menjadi hal yang penting

dalam kelembagaan desa untuk memaksimalkan pelayanan kepada

masyarakat desa. Berikut ini merupakan tingkat pendidikan aparatur Desa

Bleberan pada tahun 2015-2021 yang disajikan dalam tabel berikut:

Kepala DesaSupraptono

Kaur. Keuangan

S. NurhayatiKaur. Perencanaan

TF. Ary WKaur. TU & Umum

Sudono

Sekretaris DesaIndardi

Kasi. Kesejahteraan

HartonoKasi Pelayanan

ArifinKasi Pemerintahan

Marmoyato

Ka. DukuhBowo S.

Ka. DukuhSuprap D

Ka. DukuhWakidi

Ka. DukuhSumiyarto

Ka. DukuhSudadi

Ka. DukuhSumarno

Ka. DukuhRusikin

Ka. DukuhRohmadi

Ka. DukuhPurwanto

Ka. DukuhSuharno

Ka. DukuhJamrozi

Page 92: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

75

Tabel 2. 7 Tingkat Pendidikan Pegawai Desa BleberanNo Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SD/Sederajat 0 0

2 SMP/Sederajat 1 5

3 SMA/Sederajat 17 85

4 Perguruan Tinggi/Sederajat

2 10

Jumlah 20 100

Sumber data : LPPD Desa Bleberan, 2017

Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan

yang paling banyak SMA sederajat atau mencapai 85% dari seluruh aparat

desa yang ada. Hal ini menunjukan bahwa tingkat pendidikan aparatur

desa cukup memadai.

c) Visi dan Misi

Sesuai dengan RPJM Desa Bleberan, tertuang Visi dan Misi Desa

Bleberan dengan rincian sebagai berikut :

Visi : Terwujudnya desa wisata yang produktif, indah, tertib, aman, dan

religi (pintar)

Misi :

a. Membangun pemerintah desa, lembaga-lembaga desa, lembaga

pedukuhan dan lembaga kemasyarakatan yang produktif, bersih,

aspiratif, serta berkemampuan.

b. Membangun desa wisata yang indah tertib aman dan agamis.

c. Mengembangkan sumber daya manusia.

d. Kebijakan Pembangunan

Page 93: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

76

d) Sasaran Akhir yang Diharapkan

Berdasarkan analisis strategi dan untuk mewujudkan visi dan misi

Desa Bleberan sebagai desa tujuan wisata, untuk enam tahun kedepan

mengharapkan dapat terealisasi kondisi sebagai berikut :

1) Meningkatnya sumber daya masyarakat pedesaan baik SDM

pemerintah maupun masyarakat pedesaan secara umum melalui

sekolah dan pelatihan bagi aparatur desa.

2) Optimalisasi potensi sumber daya alam pertanian melalui

pemanfaatan teknologi unggulan spesifikasi lokasi agar

memiliki daya saing dan nilai komersial.

3) Memperkuat koperasi sebagai lembaga/organisasi keuangan

mikro di pedesaan.

4) Pemberdayaan secara maksimal potensi wisata alam dan budaya

yang ada, melalui perbaikan dan peningkatan kualitas

infrastruktur, sarana dan prasarana serta pemenuhan air bersih.

5) Tertatanya ruang ibukota desa untuk mendukung desain desa

wisata.

6) Meningkatkan kualitas produk, kemampuan, keterampilan

teknologi dan kemandirian industi kecil, untuk mendukung

program wisata.

7) Peningkatan ketaatan Kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui

peningkatan kualitas kesehatan masyarakat dengan pengetahuan,

kebersihan lingkungan dan kesehatan.

8) Peningkatan kualitas masyarakat dan sarana prasarana untuk

keagamaan.

Page 94: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

77

B. Gambaran Gerakan Saemaul Undong di DIY

1. Tahapan Kerjasama Pemerintah DIY – Gyeongsangbuk-Do dalam GerakanSaemaul Undong

Bagan 2. 2 Alur Proses Kerjasama Pemerintah DIY–Gyeongsanbuk-Do

Sumber data : Hasil wawancara dengan BPPM DIY, 2018

Gerakan Saemaul Undong di Yogyakarta tidak lepas dari hubungan yang

baik antara Pemerintah DIY dengan Pemerintah Provinsi Gyeongsangbuk-Do

(Korea Selatan) dalam sister city. Menurut Surwandono (2017:113-116)

Kerjasama antara DIY dan Gyeongsangbuk-Do bermula saat staf dari Provinsi

Gyeongsangbuk-Do melakukan kunjungan ke BAPPEDA DIY pada tahun

2001. Kedatangan dua perwakilan Gyeongsangbuk-Do tersebut bertujuan

untuk menyampaikan surat dari Gubernur Gyeongsangbuk-Do kepada

Gubernur DIY yang isinya berupa perkenalan dan rencana adanya

kemungkinan kerjasama. Kedatangan dua perwakilan Gyeongsangbuk-Do

tersebut ditindaklanjuti dengan peninjauan yang dilakukan oleh Mr. Sang-Gon

Kim beserta krunya ke proyek pembangunan Pantai Selatan. Setelah

Page 95: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

78

melakukan peninjuan, Mr. Sang-Gon Kim menyatakan rasa tertariknya untuk

bergabung dalam program pengembangan Pantai Selatan tersebut.

Setelah berbagai proses negosiasi, delegasi DIY bertolak ke

Gyeongsangbuk-Do untuk menandatangani Letter of Intent (Lol) pada Bulan

September 2003. Penandatanganan tersebut dilakukan oleh Paku Alam IX

selaku Wakil Gubernur DIY dan Gubernur Gyeongsangbuk-Do pada waktu itu,

Lee, Eui Geun. Proses selanjutnya terjadi pada bulan Februari 2004, Gubernur

Gyeongsangbuk-Do menyampaikan keinginannya untuk melakukan kunjungan

balasan ke Yogyakarta pada bulan Maret 2004 guna membicarakan dan

menandatangani kerjasama sister city. Hal tersebut terealisasi bulan Januari

2005 ditandai dengan kunjungan delegasi tim Advance Gyeongsangbuk-Do ke

DIY guna membahas draf MoU.

Penandatanganan MoU dilakukan pada bulan Februari 2005 di Kraton

Yogyakarta, oleh masing-masing gubernur dari kedua belah pihak, yaitu Sri

Sultan Hamengku Buwono X dan Lee, Eui Geun. Kerjasama antara Pemerintah

DIY dengan Provinsi Gyeongsangbuk-Do didasarkan pada berbagai peluang

yang baik di bidang ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan seni, pertanian,

pariwisata, perdagangan, industri dan investasi. Gyeongsangbuk-Do

merupakan provinsi yang kaya dan memiliki kemajuan industri yang pesat.

Selanjutnya Pemerintah DIY menunjuk BPPM DIY dan DP3AKBPMD

Kabupaten Gunungkidul untuk menjadi pelaksana teknis program desa

percontohan. Sementara itu, pihak Provinsi Gyeongsanbuk-Do menunjuk SGF

menjadi pelaksana teknis desa percontohan Saemaul di Indonesia. Untuk

Page 96: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

79

memudahkan administrasi di Indonesia, SGF membentuk Yayasan Globalisasi

Saemaul Indonesia (YGSI) sebagai bagian dari SGF yang berada di Indonesia.

Desa Bleberan dipilih dari 144 desa yang diajukan oleh DP3AKBPMD

Kabupaten Gunungkidul. Salah satu latar belakang dipilihnya Desa Bleberan

adalah karena adanya BUMDesa (Pradita, 2018) dan adanya kesamaan

demografi antara Desa Bleberan dengan desa yang ada di Provinsi

Gyeongsanbuk-Do Korea Selatan (Soleh,2018).

Perkembangan ekonomi tumbuh dengan cepat di daerah Gyeongsanbuk-

Do setelah diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 1988. Adapun hal

positif yang dapat diperoleh Pemerintah DIY diantaranya adalah mempelajari

dan meniru sistem pemerintahan daerah Gyeongsangbuk-do, yaitu gerakan

Saemaul Undong yang sukses menghantarkan provinsi ini maju dengan sangat

pesat. Di sisi lain, Yogyakarta adalah provinsi yang juga mampu

mendatangkan keuntungan bagi Gyeongsangbuk-Do dengan nilai-nilai budaya,

sumber daya alam serta sumber daya manusia yang sangat berpotensi untuk

dijadikan rekan dalam sister city.

2. Program Kerjasama yang Terlaksana antara Pemerintah DIY–Gyeongsangbuk-Do

Nilai Saemul Undong menjadi unsur penting dalam kerja sama sister city

antara Pemerintah DIY dan Provinsi Gyeongsangbuk-do. Konsep

pembangunan Saemaul Undong yang ada di Korea pada prinsipnya tidak jauh

berbeda dengan konsep gotong-royong yang ada di Indonesia. Semangat

Saemaul Undong menitikberatkan pada prinsip ketekunan, swadaya, dan

Page 97: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

80

kerjasama. Hal inilah yang berhasil membawa Korea Selatan berada di titik

sukses seperti saat ini.

Berdasarkan perjanjian yang telah ditandatangani oleh Pemerintah DIY

dan Gyeongsangbuk-Do dalam Memorandum of Understanding (MoU) pada

Februari 2005, terdapat berbagai program kerjasama yang disepakati, yaitu

dalam bidang ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan seni, pertanian,

pariwisata, perdagangan, industri serta investasi. Akan tetapi, setelah

penandatanganan tersebut, DIY mengalami bencana gempa bumi. Hal ini

berdampak pada tertundanya pelaksanaan kerjasama. Berbagai rencana

kegiatan yang telah disusun oleh tim teknis terpaksa ditunda selama dua tahun

hingga keadaan Yogyakarta pulih kembali. Meski demikian, terdapat beberapa

kerjasama Yogyakarta dan Gyeongsangbuk-Do yang sejauh ini sudah berhasil

terlaksana menurut Surwandono (2017:110-112), yaitu:

1. Pemerintah DIY mengirim 16 orang pada bulan Mei hingga Juni untuk

mengikuti kegiatan Saemaul International Academy 2008 dan 2011 di

Kyungwoon University, Gyeongsangbuk-Do dan mengirim Sdr. Imam,

seorang tenaga PNS dari biro kerjasama untuk mengikuti kursus bahasa

Korea selama 6 bulan di Korea Selatan

2. Pada tahun 2009, mahasiswa dari Korea Selatan melakukan bakti sosial di

bidang kesehatan dalam kegiatan Korean Youth Saemaul Volunteer di

Desa Kampung, Gunungkidul. Kegiatan ini juga sekaligus meresmikan

penggunaan gedung Saemaul di desa tersebut.

Page 98: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

81

3. Tahun 2011, Kegiatan bakti sosial oleh para mahasiswa dari Korea Selatan

dalam Korean Youth Saemaul Volunteer kembali diadakan pada 18 hingga

30 Juli 2011 di Desa Karangtalun, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul,

Yogyakarta.

4. DPRD DIY menerima kunjungan delegasi DPRD Gyeongsangbuk-Do

pada 20 September 2011 dan menghasilkan nota kesepahaman antara

kedua lembaga parlemen daerah tersebut.

5. Fasilitasi kerjasama dan bisnis antara pengusaha di Yogyakarta dan Korea

Selatan yang menghasilkan investasi dari Korea Selatan seperti pabrik

rambut palsu, industri lingerie dan real estate. Para pengusaha yang

berasal dari Korea Selatan dan Pemerintah DIY saling berinteraksi melalui

inisiasi kontak-kontak bisnis.

6. Provinsi Gyeongsangbuk-Do memberikan bantuan dalam bentuk prasarana

fisik, yaitu gedung Saemaul di Desa Kampung, Kecamatan Ngawen,

Kabupaten Gunungkidul yang juga digunakan untuk program

pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan di gedung Saemaul tersebut.

Selain kerjasama yang telah dipaparkan dalam poin-poin di atas, pada

tahun 2015, Pemerintah DIY melalui Universitas Gadjah Mada (UGM) dan

Provinsi Gyeongsangbuk-Do melakukan kerjasama. UGM dengan mendirikan

Pusat Studi Tri Sakti dan Saemaul Undong. Saat kegiatan peresmian lembaga

tersebut, dijalin juga kerjasama dengan penandatanganan reafirmasi kerjasama

antara Pemerintah DIY dengan Provinsi Gyeongsangbuk-Do yang mana

penandatanganan reafirmasi ini menandai program Saemaul Undong periode

Page 99: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

82

kedua dengan melibatkan 3 desa dari 2 kabupaten sebagai sasaran program,

yaitu Desa Sumber Mulyo di Bantul serta Desa Ponjong dan Desa Bleberan di

Gunungkidul. Kerjasama ini berdurasi 5 tahun dengan di koordinir oleh

Yayasan SGF. Yayasan SGF merupakan lembaga yang dibentuk oleh

Pemerintah Provinsi Gyeongsanbuk-do dalam menyebarkan Saemaul Undong

di berbagai negara berkembang. Awalnya SGF melaksanakan program tahun

2005 berdasarkan inisiatif pemerintah provinsi bersama komunitas Saemaul di

Provinsi Gyeongsangbuk (Ji-ha, 2014).

3. Desa Bleberan Sebagai Desa Percontohan

SGF mulai hadir ke Desa Bleberan di akhir tahun 2015 diawali dengan

komunikasi dengan berbagai instansi Pemerintah DIY mulai dari tingkat

provinsi (BPPM DIY) dan tingkat kabupaten (Dinas P3AKBPM&D). Pada

awalnya SGF meminta kepada dinas terkait untuk merekomendasikan desa

yang bisa dijadikan percontohan program Saemaul Undong seperti di Korea

Selatan. Ada beberapa persyaratan khusus yang diberikan oleh SGF untuk

dijadikan desa percontohan yaitu desa tersebut harus memiliki unit usaha

sebagai pondasi ekonomi desa..

Proses seleksi dalam pemilihan Desa Bleberan dilakukan melalui survei

yang dilaksanakan di awal tahun 2016. Survei yang dibuat oleh Tim SGF fokus

pada potensi desa dari segi ekonominya, sehingga kekuatan BUMDesa-lah

yang menjadi sasaran utamanya. Berdasarkan survei itulah akhirnya ditetapkan

desa yang layak dijadikan percontohan untuk diberdayakan oleh SGF. Dari 144

desa yang diajukan oleh Pemkab Gunungkidul kepada SGF, berdasarkan hasil

Page 100: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

83

seleksi dan analisa desa yang dilakukan oleh Tim SGF terpilihlah 2 desa untuk

dijadikan desa percontohan, dan salah satunya adalah Desa Bleberan. Hasil dari

analisa Tim SGF, terpilihnya Desa Bleberan karena dipenuhinya kriteria desa

percontohan (Suharto:2018) yaitu Adanya potensi SDA yang dimiliki desa

seperti pertanian dan wisata alam. Selain itu, sumber daya masyarakat dan

aparatur desa yang sudah mencerminkan sikap gotong-royong dan mulai

partisipatif dalam menerima pihak-pihak dari luar. Adanya keragaman mata

pencaharian dan kesejahteraan masyarakat juga menjadi dasar pertimbangan

SGF dalam memilih Desa Bleberan.

Dilihat dari segi perekonomian desa, BUMDesa “Sejahtera” Bleberan

dianggap oleh Tim SGF sudah berjalan baik. Hal ini dibuktikan dengan

berjalannya unit-unit usaha BUMDesa Bleberan yang bergerak di 3 unit usaha

yaitu unit desa wisata, unit PAB dan unit simpan pinjam. Seiring berjalannya

program SGF, saat ini unit usaha akan diupayakan bertambah yaitu unit sewa

gedung dan unit “BUMDesa-mart”. Berdasarkan laporan laba-rugi tahun 2016,

BUMDesa “Sejahtera” Bleberan memiliki keuntungan sebesar Rp. 208.529.436

dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 2.8 Laporan Laba-Rugi BUMDesa Tahun 2016

Sumber data: Presentasi Profil BUMDesa Bleberan, 2018

No Pendapatan Rp No Biaya Rp

1 Pendapatan Unit Wisata 1.902.082.276 1 Biaya Unit Wisata 1.608.306.2982 Pendapatan Unit PAB 262.949.000 2 Biaya Unit PAB 176.553.3003 Pendapatan Unit UED- 18.581.412 3 Biaya Unit UED SP 3.700.0004 Pendapatan Lain 1.940.000 4 Listrik 9.927.8405 Bunga Bank 1.515.124 5 Rapat-rapat 5.749.550

6 Biaya lain-lain 12.175.000

208.529.4362.187.067.812 Jumlah Biaya 2.187.067.812

Hasil usaha/labaJumlah Pendapatan

Page 101: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

84

Dengan memastikan kekuatan dan ketahanan ekonomi desa yang tergambarkan

melalui usaha BUMDesa maka hal tersebut menjadi rujukan Tim SGF dalam

memastikan Desa Bleberan sebagai desa percontohan program Saemaul

Undong di DIY.

4. Realisasi Kerjasama Gerakan Saemaul Undong oleh Saemaul GlobalizationFoundation di Bleberan 2015 – 2018

Reafirmasi kerjasama antara Pemerintah DIY - Provinsi Gyeongsanbuk-do

pada tahun 2015 menandai dimulainya kembali gerakan Saemaul Undong di

Yogyakarta dengan semangat yang lebih baru. Sejak 2015-2018 atau memasuki

tahun ke 3 kerjasama, berbagai kegiatan Saemaul Undong melalui Yayasan

Globalization Saemaul Indonesia (YGSI) terlaksana dengan melibatkan

berbagai lapisan masyarakat dan stakeholder mulai dari daerah provinsi,

kabupaten, kecamatan dan desa yang dapat dirangkum dalam tabel berikut:

Tabel 2.9 Kegiatan SGF di Bleberan 2015-2018

No. Waktu Kegiatan Lokasi Pihak Terlibat1 2 3 4 5

117 Januari2016

Bersih SungaiDusun Tanjung

Sungai DusunTanjung

Masyarakat Dusundan relawan SGF

2Februari2016

Perwakilan danKampanye DesaRamah anak danPerempuan

Balai DesaBleberan

BPMPKB GK,Masyarakat DesaBleberan

321-23Maret2016

PelatihanPenguatanKapasitasGapoktan danpengenalanpertanian organik

P4S AmulatKWT, Taruna Tani,DPTPH GK,BP2KP GK,

Page 102: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

85

1 2 3 4 5

44-5 April2016

PelatihanPemanfaatanBarang Bekasbagi PKK danGuru PAUD

Balai DesaBleberan

PKK, PAUD,Praktisi Sampah,SGF, Penabulu,

526-27 Juli2016

Pelatihanpembuatan pakanternak

P4S AmulatBP3K, PPL Kec.Playen, SGF

621-28 Juli2016

KunjunganRelawan Sosial Didesa PercontohanSaemaul

Sumbermulyodan Bleberan

TK, SGF, Relawanmahasiswa,

710-11Agustus2016

PelatihanPembuatanMakananBerbahan DasarLokal

Balai DesaBleberan

PKK, KWT, BP3K,PPL Playen,

817Oktober2016

SosialisasiRelawan BaruSGF

BleberanKepala Desa,Pengurus PABBumdes,

912, 15Januari2017

Kerjabaktiperbaikan fasilitasLingkunganramah anak Desa

Bleberan YGSI, Masyarakat

1021 Maret2017

Pelatihanpegolahanmakanan darisumber lokal

Bleberan YGSI, PKK,

1130 Mei2017

Penandatanganandan pembangunanGSG SaemaulBleberan

Balai DesaBleberan

Relawan SGF,Pemdes Bleberan,Sekcam Playen,DP3AKBPMD GK,Tokoh desaBleberan,

1220 Juli2017

Pemasanganjaringan listrikPAB BUMDesa

Balai DesaBleberan

Pemdes, SGF,BUMDesa,

1310September2017

SurveiPengembanganBudidaya Jamur

Desa Bleberan

Praktisi DesaWisata Bisnis HalalRambe anak,Pelaku budidayajamur,

Page 103: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

86

1 2 3 4 5

1412-13September2017

PelatihanPemanfaatanLahan PekaranganDesa Bleberan

Desa Bleberan

PPL Pertanian GK,PraktisiPembenihansayuran,

1514September2017

Penanaman TiangListrik PABBUMDesa

Desa BleberanPemdes, SGF,BUMDES,

163 Januari2018

PeresmianJaringan ListrikPAB BUMDesa

Desa Bleberan

Camat Playen,Pemerintah Desa,BUMDesa, TPKPAB DesaBleberan, KepalaDP3AKBPMD,Direktur SGF.

1721Februari2018

Peresmian GSGSaemaul DesaBleberan

Desa Bleberan

AsistenKeistimewaan DIY,BupatiGunungkidul,Relawan SGF,Pemerintah DesaBleberan.

18Maret2018

PersiapanBudidaya JamurTiram

Desa Bleberan

Kelompok PKK,KWT, KarangTaruna DesaBleberan

1924 April, 4Mei 2018

Sekolah LapangKelompok GreenHouse

Desa Bleberan

Penyuluh PertanianGunungkidul,Anggota PKK danKWT Bleberan

206 Juni2018

Rapat JaringanKantor BPPMDIY

Perwakilan BPPMDIY, BKPM DIY,DP3AKBPMDGunungkidul,DPPKBPMDBantul, KecamatanPonjong, Playen,Bambanglipuro,PSTS UGM,Pemerintah DesaBleberan, Ponjong,Sumbmulyo, StafYGSI.

Page 104: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

87

1 2 3 4 5

21 Juli 2018Program BudidayaJamur

Desa Bleberan

Tim ahli jamur“Sedyo Lestari”,Mina Jamur GK,PKK, KWT DesaBleberan

2228Agustus2018

Studi BandingAgro WisataJejamuran Sleman

Sleman

Tim Ahli Jamur,PKK, KWT, StafYGSI, timJejamuran Sleman.

2322September2018

Pelatihan OlahanMakananBerbahan dasarJamur

Desa Bleberan

Mitra tim ahlijamur, PKK, KWT,Karang Taruna,Tim YGSI.

2426September2018

Kunjungan BKPMDIY ke DesaBleberan

Desa Bleberan

BKPM DIY,Pemerintah Desa,Tim SGF,kelompok jamur,tim PAB, kelompokgreen house

257-9Agustus2018

Evaluasi danPerencanaanProgrampartisipatif

Kulonprogo

Staf YGSI, YayasanPenabulu,perwakilankelompokGapoktan, KWT,PKK, Karangtaruna, BPD,BUMDesa,Pemerintah desa,

Sumber data : Laporan berkala SGF 2015-2018

Dari tabel di atas, gerakan Saemaul Undong melalui SGF sudah terlaksana

sejak bulan Januari 2016 diawali dengan memantik kepedulian masyarakat

Desa Bleberan melalui kegiatan bersih sungai yang melibatkan warga berbagai

dusun dan relawan SGF. Begitu juga dengan kegiatan-kegiatan lain dalam

pelaksanaan kegiatan melibatkan berbagai pihak baik lembaga maupun

perseorangan, diantaranya dari dinas terkait di DIY dan Gunungkidul,

Kecamatan Playen, Pemerintah Desa Bleberan, lembaga-lembaga desa,

Page 105: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

88

masyarakat Desa Bleberan, praktisi perguruan tinggi serta LSM. Pelibatan

lembaga-lembaga tersebut sesuai dengan semangat gotong-royong yang

menjadi ciri khas dari Saemaul Undong.

Page 106: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

155

Daftar Pustaka

Buku, Jurnal.

Adisasmita, Rahardjo., 2006. Membangun Desa Partisipatif, Yogyakarta :Graha Ilmu

Ahmad, Jamaluddin. 2015. Metode Penelitian Administrasi Publik Teori danAplikasi. Yogyakarta : Gava Media.

Arifin, Anwar. 1989. Strategi Komunikasi. Bandung : Armico.

Asariansyah, Muhammad Faisal. Choirul,Saleh. Stefanus, Pani Rengu. 2016.Partisipasi Masyarakat Dalam Pemerataan Pembangunan. Malang:Jurusan Administrasi Publik Universitas Brawijaya.

Bimantoro. Bryan. 2017. Faktor-Faktor Korea Selatan Menerapkan ‘GerakanSaemaul Undong’ Sebagai Paradigma Alternatif Pembangunan.Yogyakarta : UMY.

Departemen pendidikan dan kebudayaan, 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia,Edisi kedua, Jakarta : Balai Pustaka

Eko, Sutoro, Titik Istiyawatun Khasanah, Dyah Widuri, Suci Handayani, NinikHandayani, Puji Qomariyah, Sahrul Aksa, Hastowiyono, Suharyanto,Borni Kurniawan. 2014, Desa Membangun Indonesia. Yogyakarta :Forum Pengembangan Pembaharuan Desa (FPPD).

Eko, Sutoro. 2004. Reformasi Politik dan pemberdayaan Masyarakat,Yogyakarta: APMD Press.

Erani Yustika, Ahmad. 2015. Indeks Desa Membangun. Jakarta : KementerianDesa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

Hikmat, Harry.2001.Strategi Pemberdayaan Masyarakat , Bandung : Humaniora.

Hong, Seunghoon. 2017. Praktek Saemaul Undong di Indonesia dan KerjasamaSister Province Gyeongsangbuk-Do–Daerah Istimewa Yogyakarta (Studikasus Community Development oleh Saemaul Globalization Foundationdi desa Ponjong Kabupaten Gunungkidul DIY). Yogyakarta : UGM.

Page 107: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

156

Hutomo, Mardiyatmo. 2009. Pemberdayaan Masyarakat dalam Bidang Ekonomi: Tinjauan Teoritis dan Implementasi. Jakarta : Bappenas.

Hyeon, J. S. 2015. Saemaul Undong A Hope for The World. Gumi City: SaemaulGlobalization Foundation.

Kartasasmita. Ginanjar.1996. Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunanyang berakar pada Masyarakat. Jakarta : Bappenas.

Korean Overseas Information Center. 1983. Facts About Korea. Seoul : KoreanOverseas Information Center

Kusuma, Gabriella Hanny. Nurul. Purnamasari. 2016. BUMDES: KewirausahaanSosial yang Berkelanjutan (Analisis Potensi dan Permasalahan yangdihadapi Badan Usaha Milik Desa di Desa Ponjong, Desa Bleberan, danDesa Sumbermulyo). Yogyakarta : Penabulu Foundation.

Lestari, Indah. 2016. Kerjasama Pembangunan Korea Selatan di Vietnam dalamPengembangan Area Pedesaan Melalui Model Saemaul Undong. Global:Jurnal Politik Internasional Vol. 18 No. 2 Hlm. 177-20. Jakarta:Universitas Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : PT RemajaRosdakarya.

Mondong, Hendra. 2011. Peran Pemerintah Desa Dalam MeningkatkanPartisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa. Medan : USU

Pusat Studi Saemaul Undong. 2018. Proceedings : International Conference ofSaemaul Undong Implementation for Social Empowerment in Indonesia.Yogyakarta : Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada.

Rahardjo, Mudjia. 2017. Studi Kasus Dalam Penelitian Kualitatif: Konsep DanProsedurnya. Malang : Program Pascasarjana Universitas Islam NegeriMaulana Malik Ibrahim Malang

Saemaul Academy Kyungwon University. 2008. Panduan Saemaul Undong diabad 20. Gyeongsangbuk-do: Akademi Saemaul Universitas Kyungwon.

Soetomo. 2015. Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiri, Lasiman. 2010. Peranan Pemerintah Daerah Dalam PemberdayaanMasyarakat. Metro : Jurusan Administrasi Negara STISIPOL DharmaWacana Metro

Page 108: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

157

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :Alfabeta.

Suharto. Edi. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: KajianStrategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.Bandung : PT Refika Aditama.

Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan.Yogyakarta : Gava Media.

Sumodiningrat.Gunawan.1999. Pemberdayaan Masyarakat dan JaringanPengaman Sosial, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Surwandono,Dkk. 2017. Bunga Rampai Hubungan Internasional MasaKini.Yogyakarta : Magister Ilmu Hubungan Internasional, UMY

Taliziduhu, Ndraha. 2003. Kronologi ; Ilmu Pemerintahan Baru. Jakarta : DireksiCipta

Usman.Sunyoto.2004. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat.Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Widjaja. 2004. Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat danUtuh. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Winardi, 2000. Kepemimpinan dalam Managemen. Jakarta : Rineka Cipta

Wrihatnolo dan Dwidjowijoto. 2007. Manajemen Pemberdayaan: SebuahPengantar dan Panduan untuk Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta : PT.Elek Media Komputindo.

Peraturan dan Undang- Undang

Sekretariat Tim Pengembangan Kebijakan Nasional Tata Kepemerintahan yang

Baik- Bappenas, (2007), Modul Penerapan Prinsip – Prinsip Tata

Pemerintahan yang Baik. Jakarta : Bappenas.

Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah

Page 109: AZIS AHMAD - repo.apmd.ac.id

158

Laporan, Dokumen Desa

Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. 2017. LPPD. Yogyakarta: Pemdes

Bleberan

Monografi Desa Bleberan. 2016. Monografi. Yogyakarta: Pemdes Bleberan

Profil Desa Bleberan. 2016. Profil. Yogyakarta: Pemdes Bleberan

Internet

http://bleberan-playen.desa.id/index.php/first/index/3 diakses pada 9 Juli 2018

pukul 19.40

https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/07/16/1483/persentase-penduduk-

miskin-maret-2018-turun-menjadi-9-82-persen.html diakses pada 1 Agustus 2018

pukul 22.00

http://www.fiskal.kemenkeu.go.id/dw-konten diakses pada 31 Januari 2019

https://www.bps.go.id/pressrelease/2018/12/10/1536/hasil-pendataan-potensi-

desa--podes--2018.html diakses pada 31 Januari 2019