27
ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKIAL A. KONSEP MEDIS 1. Pengertian Asma Bronchial adalah penyakti jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society) 2. Klasifikasi Berdasarkan penyebabnya, asma bronchial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu: a. Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. b. Intrinsic (non alergik) Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bias juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. c. Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik. 3. Etiologi Adanya beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronchial. a. Faktor predisposisi - Genetik

Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Asuhan Keperawatan Asma Bronkial

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKIAL

ASUHAN KEPERAWATAN ASMA BRONKIALA. KONSEP MEDIS

1. PengertianAsma Bronchial adalah penyakti jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society)2. Klasifikasi

Berdasarkan penyebabnya, asma bronchial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu:a. Ekstrinsik (alergik)

Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur.

b. Intrinsic (non alergik)

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bias juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi.

c. Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik.3. Etiologi Adanya beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronchial.

a. Faktor predisposisi

Genetik

b. Faktor presipitasi

Allergen

Perubahan cuaca

Stress

Lingkungan kerja

Olah raga / aktivitas jasmani yang berat

4. Patofisiologi Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronchiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronchoiulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibody ini menyebabkan reaksi alergi reaksi dengan antigen spesifikasnya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan bronkhiolus dan bronchus kecil. Bila seseorang menghirup allergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, allergen bereaksi dengan antibody yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengerluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamine, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema local pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhioulus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.Pada asma, diameter bronkhiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkioulus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.5. Manifestasi KlinikBiasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras.Gejala klasik dari asma bronchial ini adalah sesak nafas, mengi (wheezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu di jumpai bersamaan.Pada serangan asma yang lebih berat, gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain: silent chest, sianosis gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal. Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.6. Pemeriksaan Laboratorium1. Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:

Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari Kristal eosinopil.

Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang bronkus.

Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputu, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

2. Pemeriksaan darah Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.7. Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukkan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga interconstalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:

Bila disertai dengan bronchitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.

Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.

Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis local.

Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.2. Pemeriksaan tes kulitDilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai allergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.3. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :

Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantun, yakni terdapat RBB (Right Bundle Branch Block).

Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

4. Scanning paruDengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

5. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenegik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.8. Komplikasi

Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah:

1. Status asmatikus

2. Atelektasis

3. Hipoksemia

4. Pnuemotoraks

5. Empisema

6. Deformitas thoraks

7. Gagal nafas9. Penatalaksanaan Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :

1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.

2. Mengenal dan menghindari factor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma.

3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau perawat yang merawatnya.

Pengobatan pada asma bronchial terbagi 2, yaitu :1. Pengobatan non farmakologik :

Memberikan penyuluhan

Menghindari factor pencetus

Pemberian cairan

Fisiotherapy

Beri O2 bila perlu.

2. Pengobatan farmakologik : Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :

a. Simpatomimetik / andrenergik (Adrenalin dan efedrin)

Nama obat :

Orsiprenalin (Alupent)

Fenoterol (berotec)

Terbutalin (bricasma)

b. Santin (teofilin)

Nama Obat :

Aminofilin (American supp)

Aminofilin (Euphilin Retard)

Teofilin (Amilex)

Ketolifen Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral.

TABULASI DATA

1. Klien mengeluh sesak nafas.

2. Klien mengeluh batuk berlendir

3. Klien mengeluh sulit bernafas jika batuk

4. Klien mengatakan sering terbangun saat tidur karena sesak dan batuk

5. Klien mengatakan belum pernah mandi sejak 3 hari yang lalu

6. Klien mengatakan malas makan

7. Klien mengeluh nyeri pada dada saat batuk

8. Klien mengatakan alergi terhadap cuaca

9. Klien mengatakan alergi terhadap makanan yang berminyak10. Terdengar penumpukan secret pada jalan nafas saat klien batuk

11. Tanpa adanya secret pada hidung

12. Kulit Nampak kotor

13. Kulit teraba lembab dan lepek

14. Klien Nampak lemah

15. Klien Nampak sesak

16. Ekspresi wajah meringis jika batuk

17. Bibir Nampak pucat

18. Kuku Nampak kebiruan

19. Kuku Nampak kotor

20. Pernapasan 36 x /menit

21. Kungjugtiva Nampak pucat

22. Terdengar suara nafas tambahan seperti wheezing dan ralesKLASIFIKASI DATA

DATA SUBYEKTIF DATA OBJEKTIF

1. Klien mengeluh sesak nafas.

2. Klien mengeluh batuk berlendir

3. Klien mengeluh sulit bernafas jika batuk

4. Klien mengatakan sering terbangun saat tidur karena sesak dan batuk

5. Klien mengatakan belum pernah mandi sejak 3 hari yang lalu

6. Klien mengatakan malas makan

7. Klien mengeluh nyeri pada dada saat batuk

8. Klien mengatakan alergi terhadap cuaca

9. Klien mengatakan alergi terhadap makanan yang berminyak1. Terdengar penumpukan secret pada jalan nafas saat klien batuk

2. Tanpa adanya secret pada hidung

3. Kulit Nampak kotor

4. Kulit teraba lembab dan lepek

5. Klien Nampak lemah

6. Klien Nampak sesak

7. Ekspresi wajah meringis jika batuk

8. Bibir Nampak pucat

9. Kuku Nampak kebiruan

10. Kuku Nampak kotor

11. Pernapasan 36 x /menit

12. Kungjugtiva Nampak pucat

13. Terdengar suara nafas tambahan seperti wheezing dan rales

ANALISA DATA

No.DATAETIOLOGIMASALAH

1. DS:

Klien mengeluh sesak nafas

Klien mengeluh sulit bernafas jika batuk

Klien mengeluh batuk berlendir

Klien mengeluh nyeri pada dada saat batuk

Klien mengatakan alergi terhadap cuaca dan makanan yang berminyak

DO:

Pernafasan 36 x /menit

Terdengar suara nafas wheezing

Nampak adanya secret pada hidung

Terdengar suara penumpukan secret pada jalan nafas saat klien batukAdanya zat allergen masuk k ejalan nafas

Antibody Ig E

Menempel di sel mastoid

Saluran pernafasan

Reaksi antigen antibody

Melepaskan mediator kimia (histamine, bradikinin, prostaglandin)

Hipersekresi mucus

Bersihkan jalan nafas tidak efektif

Bersihkan jalan nafas tidak efektif

2. DS: Klien mengeluh sesak nafas

Klien mengeluh nyeri pada dada saat batuk

DO:

Pernafasan 36 x /menit

Terdengar bunyi nafas tambahan seperti whwzing

Ekspresi wajah meringis jika batuk

Klien Nampak sesak

Tampak adanya secret pada hidungAdanya zat allergen masuk ke jalan napas

Menempel di sel mastoid saluran pernafasan

Reaksi antigen-antibody

Melepaskan mediator kimia (histamine, brandikinin, prostaglandin)

Mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas

Pembengkakan membrane mukosa

Broncho kontriksi

Pertukaran O2 dan CO2 terganggu

Pola napas tidak efektifPola nafas tidak efektif

3.DS: Klien mengeluh sesak nafas

Klien mengeluh batuk berlendir

DO:

Bibir Nampak kebiruan

Klien Nampak sesak

Kuku Nampak pucat

Pernafasan 36 x /menitAdanya zat allergen masuk ke jalan nafas

Konstraksi otot yang mengelilingi bronchi

Penyempitan saluran nafas

Volume residu meningkat

CO2 dalam darah meningkat

Gangguan pertukaran gas

Hipersekresi mucus

Malas makan

Intake kurang

Gangguan pemenuhan nutrisi

Gangguan pertukaran gas

4.DS:

Klien mengatakan malas makan

Klein mengeluh batuk berlendir

DO:

Klien Nampak lemah

Terdengar suara penumpukan secret pada jalan nafas saat klien batukPola nafas tidak efektif

Merangsang kortikoserebral dan perifer

Umpan balik pada RAS

RAS aktif

Klien terjaga

Gangguan istirahat tidurGangguan pemenuhan nutrisi

5.DS:

Klien mengatakan sering terbangun saat tidur karena sesak dan batuk

DO:

Kunjungtiva Nampak pucatGangguan pemenuhan istirahat tidur

B. ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian

Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut :

a. Riwayat kesehatan yang lalu :

Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.

Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat / factor linkungan.

Kaji riwayat pekerjaan pasien.

b. Aktivitas Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernafas.

Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari.

Tidur dalam posisi duduk tinggi.

c. Pernafasan Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan. Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur. Menggunakan obat bantu pernafasan, misalnya: menimggikan bahu, melebarkan hidung. Adanya bunyi nafas mengi. Adanya batuk berulang.d. Sirkulasi Adanya peningkatan tekanan darah.

Adanya peningkatan frekuensi jantung.

Warna kulit atau membrane mukosa normal/abu-abu/sianosis.

Kemerahan atau berkeringat.

e. Integritas ego Ansietas Ketakutan

Peka rangsangan

Gelisah

f. Asupan Nutrisi Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan.

Penurunan berat badan karena anoreksia.

g. Hubungan Sosial Keterbatasan mobilitas fisik.

Susah bicara atau bicara terbata-bata

Adanya ketergantungan pada orang lain.

B. Diagnosa Keperawatan1. Bersihkan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi mukus

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan napas

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum

4. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang kurang

5. Gangguan pemenuhan istirahat dan tidur berhubungan dengan sesak

C. IntervensiI. Bersihkan jalan nafas tidak efektif b/d peningkatan produksi secret.TUJUAN: Bersihkan jalan nafas efektif dengan criteria :

Klien tidak sesak

Batuk hilang

Tidak terdengar suara nafas tambahan

INTERVENSI 1. Kaji frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi.2. Dengarkan bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas tambahan.3. Beri posisi semifowler.4. Anjurkan pada klien untuk menghindari factor pencetus.5. Anjurkan klien agar minum air hangat.6. Penatalaksanaan tentang pemberian O2

7. Penatalaksanaan obat bronchodilator Amixillin 1 gr/IV/8 jam

Salbutamo 1 3 x 1

Dexa 1 Amp/IV/8 jam

R/: 1. Mengetahui apakah frekuensi memanjang dibanding inspirasi.2. Data dasar bagi perawat untuk mengetahui bunyi nafas klien sehingga kita bisa manifestasikannya adanya bunyi nafas tambahan.3. Posisi semifowler mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi bumi.4. Faktor pencetus tipe reaksi alergi dapat mentriger episode akut.5. Air hangat dapat memobilitas pengeluaran secret.6. Sebagai upaya dalam mengantisipasi terjadinya serangan asma mendadak.7. Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti local, menurunkan spame jalan nafas, mengi dan produksi mokusa.II. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan jalan.TUJUAN : Pola nafas efektif dengan criteria:

Klien sesak

Pernafasan normal 18 x /menit

Klien mengeluh nyeri dada pada saat batuk

INTERVENSI

1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan.2. Observasi frekuensi batuk dan adanya secret.3. obervasi karakteristik secret.

4. Tinggikan kepala dan Bantu mengubah posisi.

5. Dorong Bantu klien dalam nafas dalam dan latihan batuk.

R/: 1. Dapat mengetahui frekuensi pernafasan, kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas.

2. Mengetahui apakah batuk kering atau berlendir.3. Mengetahui apakah sputum berdarah yang diakibatkan oleh kerusakan jaringan.

4. Memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan.

5. dapat meningkatkan produksi sputum yang mengganggu ventilasi sehingga pola nafas efektif.

III. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.TUJUAN : Gangguan pertukaran gas teratasi dengan kriteria : Sesak nafas hilang

Warna bibir merah mudah

Kuku tidak pucat

Pernafasan 18 x /menit

INTERVENSI

1. Kaji tanda-tanda vital.

2. Observasi adanya sianosis dan warna keabu-abuan pada jaringan perifer seperti: daun telinga, bibir, lidah dan kuku.3. Tinggikan kepala tempat tidur sesui kebutuhan / toleransi klien.4. Lakukan tindakan untuk memperbaiki / mempertahankan jalan nafas seperti: mengajarkan klien batuk efektif.R/: 1. Data dasar untuk mengetahui apakah klien mengalami takikardia, takipnea.2. Adanya perubahan warna pada jaringan menunjukkan hipoksemia sistemik.3. Meningkatkan ekspansi dada maksimal, membuat mudah bernafas sehingga meningkatkan kenyamanan fisiologis / psikologi.

4. Jalan nafas lengket / kolaps menurunkan jumlah alveoli yang berfungsi secara negatif mempengaruhi pertukaran gas.IV. Gangguan pemenuhan nutrisi berhubungan dengan peningkatan produksi sputum.TUJUAN : Nutrisi terpenuhi dengan criteria :

Napsu makan bertambah.

Klien tidak lemah.

INTERVENSI

1. Kaji pola nutrisi klien.2. Timbang berat badan setiap hari.3. Anjurkan klien makan sedikit tapi sering.

4. Sajikan makanan yang hangat.5. penatalaksanaan pemberian cairan parental

6. penatalaksanaan pemberian obat raboransia (Vitamin)R/: 1. Mengetahui sejuah mana tingkat status nutrisi klien sehingga memudahkan dalam intervensi selanjutnya.

2. Berguna untuk menentukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi.3. Sering makan mempertahankan netralisasi HCI, melarutkan isi lambung pada kerja menimal asam mukosa lambung yang akan mencegah distensi gaster yang berlebih.4. Makanan yang di sajikan dalam keadaan hangat dapat merangsang klien untuk makan.5. Salah satu pengganti makanan dan minuman melalui oral, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien.

6. Salah satu sumber dalam pemantauan status nutrisi klien sekaligus penambah selara makan.V. Gangguan pola tidur b/d sesak.TUJUAN : Pola tidur normal dengan criteria :

Klien tidak sesak.

Klien tidak mudah terjaga saat tidur.

Klien tidak mudah batuk.

INTERVENSI

1. Kaji pola tidur klien.

2. Anjurkan klien untuk tidur tepat waktu

3. Anjurkan klien untuk membaca Koran / Nonton TV sebelum tidur. 4. Atur posisi yang nyaman bagi klien.

5. Anjurkan klien untuk menghindari makanan / minuman yang mengandung kafein sebelum tidur.R/: 1. Mengetahui jam tidur klien dan sebagai data untuk menilai sejauh mana gangguan yang dialami klien.2. Tidur tepat waktu dapat membantu klien memenuhi kebutuhan istirahat tidur dalam 24 jam.

3. Membaca / nonton TV akan melelahkan mata sehingga klien bisa tidur.4. Posisi yang nyaman dapat membantu klien beristirahat dengan nyaman.

5. Kafein dapat menghambat rasa ngantuk.D. Implementasi

I. Tgl. 09/02/2009Jam 12:00

IMPELEMENTASI / HASIL

1. Mendengarkan dan mencatat adanya bunyi nafas tambahan.

Hasil : bunyi nafas tambahan wheezing dan rales.

2. Menkaji frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi / ekspansi.

Hasil : bronchvesikuler

3. Memberikan posisi semi fowler.

Hasil : sesak berkurang

4. Menganjurkan pada klien untuk menghidari factor pencetus.

5. Menganjurkan klien agar minum air hangat

6. Penatalaksanaan pemberian obat oral.

Amoxillin 500 mg 3 x 1

Salbutamol 3 x 1

II. Tgl. 09/02/2009Jam 12:10

1. Mengkaji frekuensi dan kedalaman pernafasan.

Hasil : pernafasan cepat

2. Mengobservasi frekuensi batuk dan adanya secret.

Hasil : dalam waktu 10 menit klien batuk sebanyak 3 kali

3. Mengobservasi karakter secret.

Hasil : batuk Berlendir

4. Meninggikan kepala klien dan membantunya mengubah posisi.

Hasil : sesak berkurang

5. Membantu klien dalam melakukan latihan batuk efektif.

Hasil : sputum dapat keluar saat di batukkan

III. Tgl. 09/02/2009Jam 12:15

1. Mengkaji tanda-tanda vital

Hasil : P : 36 x /menit

N : 96 x /menit

S : 37oC

TD : 120 / 70 mmHg2. Mengobservasi adanya sianosis dan warna keabu-abuan pada jaringan perifer seperti daun telinga, bibir, lidah, dan kuku

Hasil : Nampak sianosis pada kuku

3. Meninggikan kepala tempat tidur sesuai kebutuhan / toleransi klien.

Hasil : Ekspansi dada meningkat

4. Mengajarkan klien latihan batuk efektif.

Hasil : klien mengerti dan mau melakukan

IV. Tgl. 09/02/2009Jam 12:20

1. Mengkaji pola nutrisi klien

Hasil : sebelum sakit asupan makan klien baik

2. Menimbang barat badan klien setiap hari.

Hasil : berat badan klien belum bertambah

3. Menganjurkan klien makan sedikit tapi sering.

4. Menyajikan makanan yang hangat dan bervariasi.

5. Penatalaksanaan pemberian cairan parenteral.

6. Penatalaksanaan pemberian obat raboransia.

V. Tgl. 09/02/2009Jam 12:25

1. Mengkaji pola tidur klien

Hasil : klien sering terjaga saat tidur malam karena sesak dan batuk.

2. Menganjurkan klien untuk tidur tepat waktu.

Hasil : klien mau melakukan

3. Menganjurkan klien untuk membaca Koran sebelum tidur.

4. Mengatur posisi tangan nyaman bagi klien.

5. Menganjurkan kepada keluarga untuk menciptakan lingkungan yang tenan.

6. Menganjurkan klien untuk menghindari makanan dan minuman yang mengandung kafein.

Hasil : klien tidak minum kopi

7. Penatalaksanaan pemberian obat sedatifE. Evaluasi I. Tgl. 09/02/2009Jam 13:00

S : - Klien mengatakan masih sesak

Klien mengeluh berlendir

O : - Masih terdengar akumulasi secret saat batuk

Klien mengeluh nyeri pada dada saat batuk

Pernafasan 36 x /menit

A : Bersihkan jalan nafas belum efektif

P : Intervensi 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7 dilanjutkan Jam 13:05

S : - Klien mengatakan masih sesak

- Klien masih mengeluh batuk berlendir

O: - Masih terdengar akumulasi secret saat batuk

- Ekspresi wajah masih meringis jika batuk

- Klien Nampak sesak

A: - Pola nafas belum efektif

P: Intervensi 1, 2, 3, 4, 5 dilanjutkan

Jam 13:10

S : - Klien masih mengeluh sesak

- Klien masih mengeluh nyeri pada dada saat batuk

O: - Ekspresi wajah masih meringis jika batuk

- Kuku Nampak kebiru-biruan

- warna bibir Nampak kebiru-biruan

- Klien Nampak lemah

- Tanda-tanda vital :

S : 37o C

N : 96 x /menit

P : 36 x/menit

TD : 120 / 70 mmHg

A : Gangguan pertukaran gas belum teratasi

P : Intervensi 1, 2, 3, 4, di lanjutkan S : - Klien mengatakan sesak sudah mulai berkurang - Klien mengeluh batuk berlendir

O: - Masih terdengar akumulasi secret saat batuk.

- Klien nyeri pada dada saat batuk mulai berkurang

- Pernafasan 27 x/menit

A: - Bersihkan jalan nafas mulai teratasi

P: - Intevensi 1, ,2, 3, 4, 5, 6, dan 7 dilanjutkan

II. Tgl, 09/02/2009Jam 13: 05

S : - KLien mengatakan sesak sudah mulai berkurang

- klien masih mengeluh batuk berlendir

O: - Masih terdengar akumulasi secret saat bauk

- Ekspresi wajah masih meringis jika batuk

A: - Nafas mulai teratasi

P: Intervensi 1, 2,3,4,5, dilanjutkan

III. Tgl. 09/02/2009

Jam 13:10

S : - Klien mengatakan sesak sudah mulai berkurang

- Klien mengatakan nyeri pada dada saat batuk sudah mulai berkurang

O: - Ekpresi wajah tidak lagi meringis jika batuk - tidak Nampak kebiru-biruan pada kuku dan bibir

- klien Nampak lemah

- Tanda-tanda Vital :

S : 37oC

N : 96 x /menit

P : 27 x /menit

TD: 120 /mmHg

A: Gangguan pertukaran gas mulai teratasi

P: Intervensi 1,2,3,4, dilanjutkaIV. Tgl. 09/02/2009Jam 13:15

S : - Klien masih mengeluh malas makan

- Klien mengeluh batuk berlendir

O: - Klien Nampak lemah

- Terdengar suara penumpukan secret pada jalan nafas

A: Gangguan pemenuhan nutrisi belum terpenuhi

P: Intervensi 1,2,3,4,5,6 di lanjutkan

V. Tgl. 09/02/2009

Jam 13:20

S : - Klien mengatakan tidurnya hanya 5 jam

O: - Kunjungtiva Nampak pucat

A: Instirahat belum terpenuhi

P: Intervensi 1,2,3,4,5,6,7 dilanjutkan

Visitkatamiqhnur.com

yaaa....