193
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIAMIS KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan (A.Md.Kep) pada Program Studi Diploma III Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung Oleh: MEDA SUSETHA AKX. 17. 047 PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG 2020

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL

DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS

DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH CIAMIS

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya

Keperawatan (A.Md.Kep) pada Program Studi Diploma III

Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung

Oleh:

MEDA SUSETHA AKX. 17. 047

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2020

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …
Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …
Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …
Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

ABSTRAK

Latar belakang: Asma adalah penyakit inflamasi kronik bersifat reversible dan berulang pada saluran pernapasan yang mengalami penyempitan karena hiperresponsivitas saluran pernapasan terhadap rangsangan tertentu. World Health Organisation (WHO, 2017) memperkirakan 235 juta penduduk dunia menderita asma dan paling sering terjadi pada anak. Tujuan: Memahami asuhan keperawatan pada anak Asma Bronkial dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas. Metode Penelitian: Studi kasus dengan wawancara, pemeriksaan fisik, observasi, rekam medik, dan studi dokumen. Subjeknya dua anak dengan Asma Bronkial. Hasil: Masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas: Setelah dilakukan intervensi keperawatan, pastikan asupan cairan adekuat (konsumsi air hangat), pada klien 1 masalah dapat teratasi dengan hasil klien tidak merasa sesak, tidak ada sianosis, bunyi napas bersih, tampak batuk sesekali saja, mampu mengeluarkan sputum, frekuensi napas 24x/menit. Pada klien 2, masalah dapat teratasi dengan hasil klien tidak sesak, tidak ada sianosis, bunyi napas bersih, tidak tampak batuk, mampu mengeluarkan sputum, frekuensi napas 29x/menit. Diskusi: Pasien dengan masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas Asma Bronkial, tidak selalu memiliki respon yang sama. Perawat harus melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk menangani masalah keperawatan setiap pasien.

Kata kunci: Asma Bronkial, Ketidakefektifan bersihan jalan napas, Konsumsi air hangat. Daftar pustaka: 27 Buku Sumber (2009-2019), 9 Jurnal (2014-2019), 8 Website.

ABSTRACT

Background: Asthma is a chronic inflammatory disease that is reversible and recurrent in the respiratory tract that experiences narrowing due to hyperresponsivity of the respiratory tract to certain stimuli. The World Health Organization (WHO, 2017) estimates that 235 million people in the world suffer from asthma and most common in children. Purpose: To understand nursing care for bronchial asthma children with the ineffectiveness of airway clearance. Research Methods: Case studies with interviews, physical examinations, observations, medical records, and document studies. The subjects are two children with bronchial asthma. Results: Problem of ineffectiveness of airway clearance: After nursing intervention, ensure adequate fluid intake (consumption of warm water), in client 1 the problem can be resolved with results: client isn’t feeling tightness, no cyanosis, clean breath sounds, looks coughing occasionally, able sputum release, breathing frequency 24 times per minute. In client 2, the problem can be resolved with results: client isn’t

tightness, no cyanosis, clean breath sounds, doesn’t seem cough, able to issue sputum, breathing frequency 29 times per minute. Discussion: Patients with the problem of ineffectiveness of bronchial asthma airway don’t always have the same response. Nurses must conduct comprehensive nursing care to deal with each patient's nursing problems. Keywords: Bronchial Asthma, Ineffectiveness of airway clearance, Consumption of warm water. Bibliography: 27 Source Books (2009-2019), 9 Journals (2014-2019), 8 Websites.

Page 6: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena atas

berkat rahmat dan karunia-Nya penulis masih diberi kekuatan dan pikiran

sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Asuhan

Keperawatan pada Anak Asma Bronkial dengan Ketidakefektifan Bersihan

Jalan Napas di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis” dengan

sebaik – baiknya.

Maksud dan tujuan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk

memenuhi salah satu tugas akhir dalam menyelesaikan Program Studi Diploma III

Keperawatan di Universitas Bhakti Kencana Bandung.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, terutama kepada :

1. H.A Mulyana SH.MPd.,MH.Kes. selaku Ketua Yayasan Universitas Bhakti

Kencana Bandung.

2. Dr. Entris Sutrisno, MH.Kes,. Apt selaku Rektor Universitas Bhakti Kencana

Bandung.

3. Rd. Siti Jundiah S.Kp., M.Kep. selaku Dekan Fakultas Keperawatan

Universitas Bhakti Kencana Bandung

4. Dede Nur Aziz M, M.Kep selaku Ketua Program Studi Diploma III

Keperawatan Universitas Bhakti Kencana Bandung.

5. Hj. Djubaedah,AMK.,Spd.,MM selaku Pembimbing Utama dan memotivasi

selama penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

6. Agus M.D,Spd.,S.Kep.,Ners.,M.Kes selaku Pembimbing Pendamping dan

memotivasi selama penulis menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

7. dr. H. Rizali Sofiyan, MM selaku Direktur Utama Rumah Sakit Umum

Daerah Ciamis yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menjalankan tugas akhir perkuliahan ini.

8. Nunung Patimah, S.kep.,Ners selaku pembimbing praktik lapangan Rumah

Sakit Umum Daerah Ciamis di Ruang Melati yang telah memberikan

Page 7: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

bimbingan, arahan, dan motivasi sehingga penulis dapat melakukan asuhan

keperawatan pada Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik selama praktek

lapangan di ruang anak.

9. Seluruh dosen dan staf Program Studi Diploma III Keperawatan Konsentrasi

Anestesi dan Gawat Darurat Medik yang telah memberikan dukungan,arahan

dan nasehat selama penulis mengikuti pendidikan dan penyusunan Karya

Tulis Ilmiah ini.

10. Orangtua tercinta papa Fransiskus Xaverius Sutono dan mama Maria

Fransiska Prapti Redjeki, saudara­saudaraku tersayang kakak Vinsensia

Yolanda Jenny Pratana, Meta Sagitha, Baba dan Kiki yang tidak pernah lelah

memberikan doa, pengorbanan, kasih sayang yang sangat tulus, serta

dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Seluruh Senior Penata Anestesi khususnya Vincen Pati Wulo Gawen, dan

teman-teman (Affan Ikhtiar Almadani, Dwi Mega Alfi Julianti, I Nyoman

Sudiarta Kusuma, dan M. Raffi Ardian) yang turut serta membantu penulis

dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, serta teman­teman

seperjuangan angkatan XIII yang telah memberikan motivasi dan doa kepada

penulis.

Semoga amal baik bapak/ibu/saudara/i diterima oleh Tuhan Yang Esa, dan

diberikan balasan yang lebih baik oleh-Nya. Penulis menyadari dalam penyusunan

Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan sehingga penulis sangat

mengharapkan segala masukan dan saran yang sifatnya membangun guna

penulisan Karya Tulis Ilmiah yang lebih baik.

Bandung, Mei 2020

Penulis,

Meda Susetha

Page 8: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

DAFTAR ISI

Halaman Lembar Halaman.......................................................................................................i

Lembar Pernyataan..................................................................................................ii

Lembar Persetujuan................................................................................................iii

Lembar Pengesahan................................................................................................iv

Abstrak.....................................................................................................................v

Kata Pengantar........................................................................................................vi

Daftar Isi...............................................................................................................viii

Daftar Tabel...........................................................................................................xii

Daftar Gambar......................................................................................................xiii

Daftar Bagan.........................................................................................................xiv

Daftar Lampiran.................................................................................................. ...xv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1. Latar Belakang.............................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah........................................................................................7

1.3. Tujuan Penelitian.........................................................................................7

1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................7

1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................7

Page 9: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

1.4. Manfaat........................................................................................................8

1.4.1. Manfaat Teoritis...............................................................................8

1.4.2. Manfaat Praktis................................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................10

2.1. Konsep Dasar Penyakit Diare....................................................................10

2.1.1. Pergertian.......................................................................................10

2.1.2. Klasifikasi .....................................................................................11

2.1.3. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan.....................................14

2.1.4. Etiologi...........................................................................................30

2.1.5. Patofisiologi...................................................................................31

2.1.6. Manifestasi Klinis..........................................................................33

2.1.7. Komplikasi.....................................................................................33

2.1.8. Pemeriksaan Penunjangan..............................................................34

2.1.9. Penatalaksanaan Medik..................................................................35

2.2. Konsep Tumbuh Kembang Anak...............................................................39

2.2.1. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan.....................................39

2.2.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Usia Pra Sekolah (4­5tahun)....40

2.2.3. Pertumbuhan dan Perkembangan Usia Sekolah (6­12tahun).........42

2.2.4. Hospitalisasi pada Anak.................................................................46

2.3. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan..........................................................49

2.3.1. Pengkajian......................................................................................49

2.3.2. Pengkajian pada Klien Asma Bronkial..........................................51

2.3.3. Diagnosis Keperawatan.................................................................59

Page 10: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

2.3.4. Rencanaan Keperawatan................................................................60

2.3.5. Implementasi..................................................................................63

2.3.6. Evaluasi..........................................................................................63

2.4. Masalah Keperawatan Kekurangan Volume Cairan..................................66

BAB III METODE PENULISAN KTI..................................................................71

3.1. Desain Penelitian........................................................................................71

3.2. Batasan Istilah............................................................................................71

3.3. Unit Analisis (Partisipan)...........................................................................73

3.4. Lokasi dan Waktu Penelitian.....................................................................73

3.5. Pengumpulan Data.....................................................................................74

3.6. Uji Keabsahan Data....................................................................................76

3.7. Analisis Data..............................................................................................76

3.8. Etik Penelitian............................................................................................78

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................83

4.1. Hasil............................................................................................................83

4.1.1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data.............................................83

4.1.2. Pengkajian......................................................................................84

4.1.3. Analisa Data...................................................................................95

4.1.4. Diagnosa Keperawatan.................................................................100

4.1.5. Intervensi......................................................................................103

4.1.6. Implementasi................................................................................105

4.1.7. Evaluasi........................................................................................110

Page 11: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

4.2. Pembahasan..............................................................................................110

1. Pengkajian..........................................................................................110

2. Diagnosa Keperawatan.......................................................................116

3. Intervensi............................................................................................125

4. Implementasi......................................................................................129

5. Evaluasi..............................................................................................130

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................132

A. Kesimpulan..............................................................................................132

B. Saran.........................................................................................................136

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................137

LAMPIRAN

Page 12: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Keparahan Asma pada Anak yang Tidak Mengonsumsi Obat Pengendali Asma Jangka Panjang........................................12

Tabel 2.2 Penilaian Derajat Serangan Asma pada Anak...............................13

Tabel 2.3 Faktor Risiko dan Pencetus Asma.................................................30

Tabel 2.4 Intervensi dan Rasional Diagnosa 1..............................................60

Tabel 2.5 Intervensi dan Rasional Diagnosa 2..............................................61

Tabel 2.6 Intervensi dan Rasional Diagnosa 3..............................................61

Tabel 2.7 Intervensi dan Rasional Diagnosa 4..............................................62

Tabel 2.8 Intervensi dan Rasional Diagnosa 5..............................................62

Tabel 2.9 Intervensi dan Rasional Diagnosa 6..............................................63

Tabel 4.1 Identitas Klien...............................................................................84

Tabel 4.2 Identitas Penanggungjawab...........................................................84

Tabel 4.3 Riwayat Kesehatan Sekarang........................................................85

Tabel 4.4 Riwayat Kehamilan dan Kelahiran................................................86

Tabel 4.5 Riwayat Kesehatan Dahulu dan Riwayat Kesehatan Keluarga.....87

Tabel 4.6 Pola Aktivitas Seharihari...............................................................87

Tabel 4.7 Pertumbuhan..................................................................................88

Tabel 4.8 Perkembangan................................................................................89

Tabel 4.9 Riwayat Imunisasi..........................................................................89

Tabel 4.10 Pemeriksaan Fisik..........................................................................90

Tabel 4.11 Pemeriksaan Psikologi...................................................................93

Tabel 4.12 Hasil Pemeriksaan Diagnostik.......................................................94

Tabel 4.13 Program dan Rencana Pengobatan...............................................94

Tabel 4.14 Analisa Data..................................................................................95

Tabel 4.15 Diagnosa Keperawatan................................................................100

Tabel 4.16 Intervensi Klien 1........................................................................103

Tabel 4.17 Intervensi Klien 2........................................................................104

Tabel 4.18 Implementasi Klien 1..................................................................105

Tabel 4.19 Implementasi Klien 2..................................................................107

Tabel 4.20 Evaluasi.......................................................................................110

Page 13: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi Saluran Pernapasan Atas...............................................15

Gambar 2.2 Anatomi Laring dan Trakea.........................................................20

Gambar 2.3 Anatomi Sistem Pernapasan........................................................24

Page 14: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Patofisiologi Asma........................................................................32

Page 15: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Lembar Konsultasi KTI

Lampiran II : Lembar Pernyataan Persetujuan Menjadi Pasien Kelolaan

(Informed Consent)

Lampiran III : Lembar Observasi

Lampiran IV : Lembar Justifikasi

Lampiran V : Jurnal

Lampiran VI : Format Riview Artikel

Lampiran VII : Satuan Acara Penyuluhan

Lampiran VIII : Leaflet

Lampiran IX : Catatan Revisi Ujian Karya Tulis Ilmiah

Lampiran X : Berita Acara Perbaikan Hasil Sidang Akhir Karya Tulis Ilmiah

Lampiran XI : Riwayat Hidup

Page 16: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Gangguan pernapasan merupakan penyebab tersering anak sakit dirawat

di rumah sakit. Gangguan kronik, seperti rinitis alergi atau asma, dapat

memengaruhi kualitas hidup, tetapi infeksi akut atau berulang yang sering

terjadi dapat mengganggu kesejahteraan beberapa anak (Kyle & Carman,

2019). Baik di negara maju maupun di negara berkembang, asma menjadi

salah satu masalah kesehatan utama. Menurut data dari laporan Global

Initiatif for Asthma (GINA) tahun 2017 disebutkan bahwa angka kejadian

asma dari berbagai negara adalah 1-18% dan dapat diperkirakan yang

menderita asma adalah sebanyak 300 juta penduduk di dunia (Fanny et al,

2019 diakses tanggal 11 Februari 2020). Prevalensi asma menurut World

Health Organization (WHO) tahun 2017 memperkirakan bahwa 235 juta

penduduk dunia saat ini menderita penyakit asma dan kurang terdiagnosis

dengan angka kematian lebih dari 80% di negara berkembang (diakses

tanggal 11 Februari 2020). World Health Organisation (WHO)

memperkirakan 235 juta penduduk dunia menderita asma dan kejadian asma

paling sering terjadi pada anak (diakses tanggal 12 Februari 2020).

Angka kejadian di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2013 kurang lebih mencapai 4,5% dari populasi, dengan

jumlah kumulatif kasus asma sekitar 11.179.032 dengan kejadian terbanyak

pada perempuan sebesar 4,6%. Asma berpengaruh pada disabilitas dan

Page 17: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

2

kematian dini terutama pada anak usia 10-14 tahun dan golongan orang tua

usia 75-79 tahun. Di luar usia tersebut kematian dini berkurang, namun

lebih banyak memberikan efek disabilitas. Sedangkan angka kejadian asma

di Indonesia berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional tahun 2014

(dikutip dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan

Anak, 2015) persentase Asma pada Balita di Perkotaan sekitar 2,15%

sedangkan di Pedesaan sekitar 2,42%. Prevalensi asma pada anak yang

tertinggi di usia 5-14 tahun sebesar 3,9% (Lochte L, et al, 2016). Saat ini,

asma menjadi salah satu dari 14 besar penyakit yang menyebabkan

disabilitas atau kecacatan di seluruh dunia. Untuk itulah kita harus selalu

mewaspadai penyakit asma dengan cara meningkatkan kesadaran setiap

orang untuk selalu mengetahui waktu yang tepat mengatasi penyakit saluran

pernapasan (Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan, 2018 diakses tanggal

11 Februari 2020). Prevalensi asma menurut provinsi pada tahun 2018

diantaranya adalah Daerah Istimewa Yogyakarta 4.5%, Kalimantan Timur

4%, Bali 3.9%, Kalimantan Tengah 3.4%, Kalimantan Utara 3.3%,

Kalimantan Barat 3.2%, Nusa Tenggara Barat 3.1%, Sulawesi Tengah 3%,

dan Jawa Barat 2.8% (diakses tanggal 12 Februari 2020).

Menurut data rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis Jawa

Barat pada bulan Juli 2019 sampai Desember 2019, didapatkan 10 besar

penyakit di ruang Melati yakni ruang rawat inap untuk pasien anak yang

diantaranya adalah Typhoid dengan jumlah pasien sebanyak 46 orang, Diare

dan Gastroenteritis dengan jumlah pasien sebanyak 40 orang, Febrile

Page 18: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

3

Convulsions dengan jumlah pasien sebanyak 23 orang, Dyspepsia dengan

jumlah pasien sebanyak 19 orang, Bronchopneumonia dengan jumlah pasien

12 orang, Tuberculosis dengan jumlah pasien sebanyak 7 orang, Infeksi

Saluran Pernapasan Akut dengan jumlah pasien sebanyak 7 orang, Demam

Berdarah dengan jumlah pasien sebanyak 6 orang, Demam typhoid dan

paratyphoid dengan jumlah pasien sebanyak 4 orang, serta Anemia Post

Haemorrhagic Akut dengan jumlah pasien sebanyak 4 orang (Sumber : Data

Rekam Medik RSUD Ciamis). Berdasarkan data bagian Rekam Medik di

atas, penyakit Asma Bronkial tidak termasuk salah satu dari 10 besar

penyakit terbanyak di Ruang Melati RSUD Ciamis. Meskipun demikian,

apabila anak menderita serangan asma terus-menerus, maka mereka akan

mengalami gangguan proses tumbuh kembang serta penurunan kualitas

hidup (Dharmayanti et al, 2015). Selain memberikan dampak fisik,

psikologis, ataupun fungsional, asma juga berpengaruh terhadap kualitas

hidup penderitanya bahkan meningkatkan angka morbiditas (To, et al, 2013

diakses tanggal 30 Maret 2020).

Menurut Suriadi dan Rita (2010), asma disebut juga sebagai Reactive

Airway Disease (RAD), adalah suatu penyakit obstruksi pada jalan napas

secara reversible yang ditandai dengan inflamasi dan peningkatan reaksi

jalan napas terhadap berbagai stimulan. Selama serangan asthmatik,

bronkiolus menjadi meradang dan peningkatan sekresi mukus. Hal ini

menyebabkan lumen jalan napas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan

resistensi jalan napas dan dapat menimbulkan distres pernapasan. Menurut

Page 19: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

4

Marni (2014), selama serangan asma, bronkiolus menjadi meradang dan

peningkatan sekresi mukus. Keadaan ini menyebabkan lumen jalan napas

menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan napas dan

menimbulkan distres pernapasan. Anak yang mengalami asma mudah untuk

inhalasi dan sukar untuk ekshalasi karena ada edema jalan napas. Kondisi

seperti ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan terjadi perubahan

pertukaran gas. Jalan napas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat

ventilasi dan saturasi oksigennya, sehingga terjadi penurunan PaO2

(hipoksia). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa masalah terhadap

bersihan jalan napas adalah masalah utama yang menjadi prioritas pada

Asma Bronkial. Masalah lain yang lazim muncul pada Asma diantaranya

adalah ketidakefektifan pola napas, gangguan pertukaran gas, intoleransi

aktivitas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan, dan ansietas

(Nurarif dan Kusuma, 2015). Lockey (2011, dikutip dari Dahlan et al, 2012)

mengemukakan bahwa asma adalah penyakit yang sangat bisa diobati dan

harus terus menerus untuk mencegah timbulnya gejala dan eksaserbasi.

Asma dapat berkembang menjadi kronik, mengalami remodelling dalam

progresifitas penyakitnya hingga dapat mencapai kondisi ireversibilitas

yang mendekati penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

Oleh karena itu, untuk mencegah meningkatnya angka disabilitas pada

anak diperlukan penerapan pengetahuan kepada masyarakat tentang

prognosis penyakit asma bronkial pada anak. Melihat berbagai angka

kejadian pada kasus asma pada anak di atas, maka diperlukan peran dan

Page 20: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

5

fungsi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yang sesuai melalui

berbagai upaya diantaranya adalah upaya promotif, preventif, kuratif, dan

rehabilitatif yang dilakukan secara menyeluruh atau komprehensif meliputi

aspek biologi, psikologi, sosial, dan spiritual sehingga muncul pentingnya

asuhan keperawatan pada anak yang mengalami Asma bronkial. Dengan

adanya peran serta perawat, diharapkan dapat mencegah komplikasi dan

menanggulangi masalah yang berkaitan dengan ketidakefektifan bersihan

jalan napas sehingga kematian pada anak akibat asma dapat dihindari.

Pengobatan farmakologis pada pasien asma dengan ketidakefektifan

bersihan jalan napas biasanya dengan oksigenisasi dan melibatkan

pengobatan beta 2 adrenergik, sedangkan pengobatan nonfarmakologis

biasanya dengan menghindari faktor penyebab dan menciptakan lingkungan

yang sehat (Hardina et al, 2019). Untuk mencapai sasaran di paru-paru,

partikel obat asma inhalasi harus berukuran sangat kecil (2-5 mikron).

Nebulizer digunakan dengan cara menghirup dengan cara menghirup larutan

obat yang telah diubah menjadi bentuk kabut. Nebulizer sangat cocok

digunakan untuk anak-anak, usila dan mereka yang sedang mengalami

serangan asma parah (Rihiantoro, 2014). Selain itu dalam mengurangi gejala

asma dan memperbaiki kualitas hidup, tindakan yang dilakukan diantaranya

adalah latih batuk efektif, posisi semifowler, dan konsumsi air hangat. Batuk

efektif adalah suatu metode batuk dengan benar, dimana pasien dapat

menghemat energi sehingga tidak mudah lelah mengeluarkan dahak secara

maksimal Hasil penelitian Tafdila dan Kurniawati (2019) yaitu ada

Page 21: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

6

pengaruh latihan batuk efektif terhadap intervensi nebulizer terhadap

penurunan frekuensi pernafasan pada asma. Selain itu dalam penelitian

Arifian (2018) menganjurkan posisi semifowler dan diperoleh hasil bahwa

ada pengaruh posisi fowler terhadap frekuensi pernafasan pada pasien asma

bronkial. Manfaat posisi semi fowler sendiri adalah mampu meredakan

penyempitan jalan napas dan memenuhi O2 dalam darah. Tindakan lain

seperti konsumsi air hangat dianjurkan untuk anak yang mengalami masalah

bersihan jalan napas seperti sputum yang berlebihan dan sputum yang sulit

untuk dikeluarkan. Journal of Nursing and Public Health

merekomendasikan untuk mengkonsumsi air hangat secara perlahan dalam

waktu 5 menit. Hal ini dikarenakan untuk memperlancar pernapasan

dibutuhkan suasana encer, cair, dan hangat. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pemberian air minum hangat

sebelum tindakan nebulizer terhadap kelancaran jalan nafas dan frekuensi

pernapasan pada pasien asma (Hardina et al, 2019). Oleh karena hasil

tersebut, penulis memilih tindakan pemberian air hangat sebagai fokus

dalam tindakan asuhan keperawatan pada masalah bersihan jalan napas,

meskipun dibutuhkan persiapan sarana dan prasarana dalam

pelaksanakannya. Sedangkan tindakan lain seperti latih batuk efektif dan

pemberian posisi semifowler dapat dilakukan untuk memaksimalkan hasil.

Berdasarkan angka kejadian di atas, maka dari itu sebagai perawat, kita

memiliki peranan penting dalam memberikan asuhan keperawatan dan

dalam memutuskan pemberian pelayanan kesehatan yang optimal kepada

Page 22: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

7

klien maupun keluarga klien. Berdasarkan berbagai pernyataan di atas,

penulis tertarik untuk mengangkat masalah tersebut dalam sebuah Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

ASMA BRONKIAL DENGAN KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN

JALAN NAPAS DI RUANG MELATI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH CIAMIS TAHUN 2019.”

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Anak Asma Bronkial dengan

Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas di Ruang Melati Rumah Sakit Umum

Daerah Ciamis tahun 2019?

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mampu memahami asuhan keperawatan pada anak Asma Bronkial

dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang Melati Rumah

Sakit Umum Daerah Ciamis tahun 2019

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada anak Asma

Bronkial dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang

Melati Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis tahun 2019

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada anak Asma

Bronkial dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang

Melati Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis tahun 2019

Page 23: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

8

c. Mampu menyusun rencana keperawatan pada anak Asma Bronkial

dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang Melati

Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis tahun 2019

d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada anak Asma

Bronkial dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang

Melati Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis tahun 2019

e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada anak Asma

Bronkial dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang

Melati Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis tahun 2019

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran dan informasi dalam melaksanakan “Asuhan keperawatan

pada anak Asma Bronkial dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas

di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis tahun 2019.”

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perawat

Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi sumber referensi bagi

perawat untuk melakukan asuhan keperawatan secara umum pada

anak Asma Bronkial dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas

melalui pemberian konsumsi air hangat.

Page 24: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

9

b. Bagi Rumah Sakit

Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi bahan pertimbangan sebagai

salah satu Standar Operasional Prosedur (SOP) yang dapat

meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di Rumah Sakit dalam

melakukan asuhan keperawatan pada anak Asma Bronkial dengan

ketidakefektifan bersihan jalan napas sehingga klien mendapatkan

pelayanan secara cepat, tepat, dan optimal. Khususnya melalui

tindakan pemberian konsumsi air hangat.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Karya Tulis Ilmiah ini dapat menjadi sumber referensi dalam

penelitian selanjutnya bagi rekan-rekan mahasiswa dan bagi civitas

akademik dapat menjadi salah satu dokumentasi untuk

mengembangkan ilmu dalam melakukan asuhan keperawatan

secara umum pada anak yang mengalami Asma Bronkial dengan

masalah keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas melalui

cara konsumsi air hangat.

d. Bagi Klien dan Keluarga Klien

Klien dan keluarga dapat lebih memahami tentang Asma Bronkial

dan dapat melakukan penanganan yang cepat, tepat, dan optimal

pada anak yang mengalami masalah terhadap bersihan jalan napas

saat klien dan keluarga jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan.

Selain itu, klien memperoleh penanganan optimal dari perawat

selama dilakukannya asuhan keperawatan di Rumah Sakit.

Page 25: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Penyakit

2.1.1. Pengertian

Asma merupakan salah satu penyakit saluran napas yang banyak

dijumpai, baik pada anak-anak maupun dewasa. Kata asma (asthma)

berasal dari bahasa Yunani yang berarti “terengah-engah”. Menurut

Global Initiative for Asthma (GINA) tahun 2008 (dikutip dari Ikawati,

2011), asma didefinisikan sebagai penyakit inflamasi kronik pada

saluran pernapasan di mana berbagai sel dan elemen seluler berperan,

terutama sel mast, eosinofil, limfosit T, makrofag, dan sel epithelial.

Inflamasi kronis ini berhubungan dengan hiperresponsivitas saluran

pernapasan terhadap stimulus yang menyebabkan kekambuhan sesak

napas (mengi), kesulitan bernapas, dada terasa sesak, dan batuk-batuk

yang terjadi pada malam hari atau dini hari. Sumbatan saluran napas ini

bersifat reversible, baik dengan atau tanpa pengobatan.

Sedangkan menurut Sylvia (dikutip dari Nurarif dan Kusuma,

2015), asma adalah suatu keadaan di mana saluran napas mengalami

penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang

menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat berulang namun

reversible, dan diantara episode penyempitan bronkus tersebut terdapat

keadaan ventilasi yang lebih normal.

Page 26: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

11

Berdasarkan pengertian asma diatas, maka penulis menyimpulkan

bahwa asma adalah penyakit inflamasi kronik yang bersifat reversible

dan berulang pada saluran pernapasan yang mengalami penyempitan

yang disebabkan oleh hiperresponsivitas saluran pernapasan terhadap

rangsangan tertentu.

2.1.2. Klasifikasi

Nurarif dan Kusuma (2015) membedakan asma menjadi dua, yaitu:

1. Asma bronkial

Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap

rangsangan dari luar seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan

bahan lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat

mendadak, sehingga gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba.

Jika tidak mendapat pertolongan secepatnya, risiko kematian bisa

datang. Gangguan asma bronkial juga bisa muncul lantaran adanya

radang yang mengakibatkan penyempitan saluran pernapasan bagian

bawah. Penyempitan ini akibat berkerutnya otot polos saluran

pernapasan, pembengkakan selaput lendir, dan pembentukan

timbunan lendir yang berlebihan.

2. Asma kardial

Asma yang timbul akibat adanya kelainan jantung. Gejala asma

kardial biasanya terjadi pada malam hari, disertai sesak napas yang

hebat. Kejadian ini disebut nocturnal paroxymul dyspnea. Biasanya

terjadi pada saat penderita sedang tidur.

Page 27: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

12

Menurut Mc Connel dan Holtage (dikutip dari Nurarif dan Kusuma,

2015) asma dibedakan menjadi:

1. Asma ekstrinsik : muncul pada waktu kanak-kanak

2. Asma intrinsik : ditemukan tanda-tanda reaksi hipersensitivitas

terhadap alergen

3. Asma yang berkaitan dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Tabel 2.1 Klasifikasi Keparahan Asma pada Anak yang Tidak Mengonsumsi Obat Pengendali Asma Jangka Panjang (Kyle dan Carman, 2019)

Klasifikasi Gejala Fungsi Paru Gangguan Aktivitas Normal

Penggunaan Agonis-ß2 Kerja Singkat untuk Pengendalian Gejala

Intermiten - 1 atau 2 kali per minggu. - Gejala di malam hari 1

atau 2 kali per bulan.

FEV 80% atau lebih dari perkiraan

Tidak ada 1 atau 2 hari per minggu

Menetap ringan

- Gejala lebih dari dua kali per minggu, tetapi kurang dari sekali sehari.

- Gejala di malam hari 3 atau 4 kali per bulan.

FEV 80% atau lebih dari perkiraan, variabilitas.

Hambatan minor

Lebih dari dua kali per minggu, tetapi tidak lebih dari sekali sehari

Menetap sedang

- Gejala setiap hari. - Gejala di malam hari >1

kali per minggu, tetapi tidak setiap malam.

FEV 60% sampai 80% perkiraan

Beberapa hambatan

Setiap hari

Menetap berat

- Sepanjang hari. - Gejala di malam hari

sering kali 7 kali per minggu.

FEV <60% perkiraan

Sangat terhambat

Beberapa kali per hari

Sumber: NAEPP 2007 dikutip dari Kyle dan Carman (2019)

Pada Tabel 2.1 dijelaskan bahwa National Asyhma Education and

Prevention Program (2007) membagi asma menjadi 4 klasifikasi

keparahan asma pada anak yang tidak mengonsumsi obat pengendali

asma jangka panjang

Page 28: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

13

Penilaian derajat serangan asma pada anak menurut Global Initiative

for Asthma (GINA) terdapat pada Tabel 2.2 dibawah ini.

Tabel 2.2 Penilaian Derajat Serangan Asma pada Anak Parameter klinis,

fungsi paru, Laboratorium

Ringan Sedang Berat

Tanpa ancaman henti napas

Ancaman henti napas

Sesak (breathless) Berjalan Bayi : menangis keras

Berbicara Bayi : - Tangis pendek

dan lemah - Kesulitan

menyusu dan lemah

Istirahat Bayi: tidak mau minum / makan

Posisi Bisa berbaring

Lebih suka duduk Duduk bertopang lengan

Bicara Kalimat Penggal kalimat Kata-kata Kesadaran Mungkin

irritable Biasanya irritable Biasanya irritable Kebingungan

Sianosis Tidak ada Tidak ada Ada Nyata Mengi Sedang,

sering hanya pada akhir ekspirasi

Nyaring, sepanjang ekspirasi + inspirasi

Sangat nyaring, terdengar tanpa stetoskop sepanjang ekspirasi dan inspirasi

Sulit / tidak terdengar

Penggunaan otot bantu respiratorik

Biasanya tidak

Biasanya ya Ya Gerakan paradox torako-abdominal

Retraksi Dangkal, retraksi interkostal

Sedang, ditambah retraksi suprasternal

Dalam, ditambah napas cuping hidung

Dangkal / hilang

Frekuensi napas Takipnea Takipnea Takipnea Bradipnea Pedoman nilai baku laju napas pada anak sadar:

< 2 bulan : < 60x/menit 2-12 bulan : < 50x/menit 1-5 tahun : < 40x/menit 6-8 tahun : < 30x/menit

Frekuensi nadi Normal Takikardi Takikardi Bradikardi Pedoman nilai baku frekuensi nadi pada anak:

2-12 bulan : < 160x/menit 1-2 tahun : < 120x/menit 3-8 tahun : < 110x/menit

Pulsus paradox (pemeriksaan tidak

praktis)

Tidak ada <10 mmHg

Ada 10-20 mmHg

Ada >20 mmHg

Tidak ada, tanda kelelahan otot napas

PEFR atau FEVI (% nilai prediksi / % nilai terbaik)

Prabronkodilator Pascabronkodilator

>60% >80%

40-60% 60-80%

<40% <60% Respon < 2jam

SaO2 % >95% 91-95% <90% PaO2 Normal >60 mmHg <60 mmHg

PaCO2 <45 mmHg <45 mmHg >45 mmHg Sumber: Buku Ajar Respirologi Anak (dikutip dari Nurarif dan Kusuma, 2015)

Page 29: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

14

2.1.3. Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan

2.1.3.1. Anatomi Sistem Pernapasan

Menurut drs. H. Syaifuddin (2013), respirasi adalah suatu peristiwa

ketika tubuh kekurangan oksigen (O2) dan O2 yang berada di luar tubuh

dihirup (inspirasi) melalui organ pernapasan. Pada keadaan tertentu

tubuh kelebihan karbon dioksida (CO2), maka tubuh berusaha untuk

mengeluarkan kelebihan tersebut dengan menghembuskan napas

(ekspirasi) sehingga terjadi suatu keseimbangan antara O2 dan CO2 di

dalam tubuh.

Mohamad Judha (2016) menyebutkan bagian dari sistem respirasi

sebagai berikut:

1. Saluran napas bagian atas, pada bagian ini udara yang masuk ke

rongga hidung akan dihangatkan, disaring, dan dilembapkan. Bulu

hidung berfungsi menyaring udara yang dihirup, mukosa hidung

berfungsi sebagai pelembap dan penyesuaian suhu udara dengan

suhu tubuh.

2. Saluran napas bagian bawah, bagian ini menghantarkan udara yang

masuk dari saluran bagian atas ke alveoli. Sebelum masuk ke

dalam alveoli, udara akan masuk pada bagian bronkus kanan dan

kiri melewati percabangan bronkus yang disebut carina.

3. Alveoli, pada alveoli terjadi pertukaran gas antara O2 dan CO2 di

mana CO2 sisa hasil metabolisme akan ditukar Oksigen dari udara

luar.

Page 30: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

15

4. Sirkulasi paru. Pembuluh darah arteri menuju paru, sedangkan

pembuluh darah vena meninggalkan paru.

5. Paru. Secara umum paru terbagi menjadi paru kanan dan kiri,

masing-masing paru memiliki jumlah lobus (segmen paru), pada

masing-masing paru memiliki selaput atau dinding pembatas yang

terbentuk dari dua selaput serosa, yang meliputi dinding dalam

rongga dada yang disebut pleura parietalis, dan yang meliputi paru

atau disebut pleura viseralis. Pada rongga dan dinding dada

merupakan pompa muskuloskeletal yang mengatur pertukaran gas

dalam proses respirasi.

Gambar 2.1 Anatomi Saluran Pernapasan Atas

Sumber: https://www.myrightspot.com/2018/11/organ-organ-penting-dalam-sistem-pernapasan-manusia.html diakses tanggal 19 Maret 2020

Page 31: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

16

Saluran pernapasan secara umum terdiri dari bagian-bagian sebagai

berikut ini: (Syaifuddin, 2010)

1. Hidung

Hidung (nasal) merupakan organ tubuh yang berfungsi sebagai alat

pernapasan (respirasi) dan indra penciuman (pembau). Bentuk dan

struktur hidung menyerupai piramid atau kerucut dengan alasnya

pada prosesus palatinus osis maksilaris dan pars horizontal osis

palatum. Dalam keadaan normal, udara masuk dalam sistem

pernapasan, melalui rongga hidung. Vestibulum rongga hidung

berisi serabut-serabut halus. Epitel vestibulum berisi rambut-

rambut halus yang mencegah masuknya benda-benda asing yang

mengganggu proses pernapasan.

Bagian-bagian dari hidung meliputi: (Syaifuddin, 2010)

a. Batang hidung: Dinding depan hidung yang dibentuk oleh ossa

nasalis

b. Cuping hidung: Bagian bawah dinding lateral hidung yang

dibentuk oleh tulang rawan

c. Septum nasi: Dinding yang membatasi dua rongga hidung

d. Dinding lateral rongga hidung (kavum nasi)

Fungsi hidung dalam proses pernapasan maliputi:

a. Udara dihangatkan, oleh permukaan konka dan septum nasalis

setelah melewati faring, suhu lebih kurang 36°C.

Page 32: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

17

b. Udara dilembapkan. Sejumlah besar udara yang melewati

hidung bila mencapai faring kelembapannya lebih kurang 75%.

c. Kotoran disaring oleh bulu-bulu hidung. Partikel di rongga

disaring oleh rambut vestibular, lapisan mukosiliar, dan

lisozim (protein dalam air mata). Fungsi ini dinamakan fungsi

air conditioning jalan napas atas.

d. Penciuman. Pada pernapasan biasa 5-10% udara pernapasan

melalui celah olfaktori. Dalam menghirup udara dengan keras,

20% udara pernapasan melalui celah olfaktori.

2. Faring

Faring (tekak) adalah suatu saluran otot selaput kedudukannya

tegak lurus antara basis kranii dan vertebrae servikalis VI.

Daerah faring dibagi atas tiga bagian: (Syaifuddin, 2010)

a. Nasofaring

Bagian faring terdapat di dorsal kavum nasi berhubungan

dengan kavum nasi melalui konka dinding lateral dibentuk

oleh otot M. tensor vili palatini, M. levator vili palatini yang

membentuk palatum mole, dan M. konstriktor peringis

superior. Bagian lateral dinding nasofaring terdapat dua lubang

yaitu lubang osteum faring di antara nasofaring dan orofaring

dibatasi istimus faringis yang dapat mencegah makanan dan

minuman masuk ke rongga hidung waktu menelan, dan lubang

medial (tuba faringeotimpanika eustachii). Pembesaran tonsil

Page 33: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

18

faring akan memperkecil konka, menyebabkan gangguan

bernapas melalui hidung atau keluhan tuli. Menurut Kyle dan

Carman (2019), pada usia sekolah awal, anak cenderung

mengalami pembesaran jaringan tonsil dan adenoid walaupun

tidak sedang sakit. Hal tersebut dapat mengakibatkan

peningkatan insidensi obstruksi jalan napas.

b. Orofaring

Orofaring mempunyai dua hubungan yaitu: (Syaifuddin, 2010)

1) Ventral dengan kavum oris, melalui batas istimus fausium.

Terdiri dari palatum mole, arkus glosopalatinus dekstra,

arkus glosopalatinus sinistra, dan dorsum lingua. Di antara

kedua arkus terdapat jaringan limfoid yaitu tonsil palatina

atau amandel yang terdapat di dalam suatu lekuk yang

disebut fossa tonsilaris. Tonsil palatina penting untuk

mencegah masuknya kuman melalui rongga mulut ke

faring. Radiks lingua merupakan lanjutan dari dorsum

lingua, merupakan dinding ventral orofaring. Kauda radiks

lingua terletak pada tulang rawan, dihubungkan dengan

epiglotis oleh tiga lipatan yaitu dua plika glosoepiglotika

lateralis dan satu plika glosoepiglotika mediana. Di antara

lipatan ini terletak bagian cekung yang disebut valekula

epiglotika.

Page 34: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

19

2) Kaudal terhadap radiks lingua. Terdapat lubang yang

merupakan batas antara laring dan faring, terdapat suatu

lipatan antara faring dan epiglotis yang merupakan batas

antara oral dan faring.

c. Laringofaring

Laringofaring mempunyai hubungan dengan laring melalui

mulut laring yaitu aditus laringues. Dinding depan

laringofaring terdapat plika laring-epiglotika. Lekuk ini

mempunyai dinding medial dan lateral. Kedua dinding bersatu

di daerah ventral.

Fungsi faring adalah memproduksi suara yang dihasilkan oleh

pita suara. Lipatan-lipatan vokal memproduksi suara melalui jalan

udara, glotis, serta lipatan produksi gelombang suara. Ketegangan

dari pita suara dikontol oleh otot kerangka dibawah kontrol korteks.

3. Laring

Laring atau pangkal tenggorok merupakan jalinan tulang

rawan yang dilengkapi dengan otot, membran, jaringan ikat, dan

ligamentum. Sebelah atas pintu masuk laring membentuk tepi

epiglotis, lipatan dari epiglotis aritenoid dan pita interaritenoid,

dan sebelah bawah membentuk tepi bawah kartilago krikoid. Tepi

tulang dari pita suara asli kiri dan kanan membatasi daerah

epiglotis. Bagian atas disebut supraglotis dan bagian bawah disebut

subglotis. Fungsi laring adalah vokalisasi yaitu berbicara

Page 35: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

20

melibatkan sistem respirasi yang meliputi pusat khusus pengaturan

bicara dalam korteks serebri, pusat respirasi di dalam batang otak,

dan artikulasi serta struktur resonansi dari mulut dan rongga hidung

(Syaifuddin, 2010).

4. Trakea

Trakea (batang tenggorok) adalah tabung berbentuk pipa

seperti huruf C yang dibentuk oleh tulang-tulang rawan yang

disempurnakan oleh selaput, terletak di antara vertebra servikalis

VI sampai ke tepi bawah kartilago krikoidea vertebra torakalis V

(Syaifuddin, 2010). Jalan napas anak sangat komplain sehingga

lebih rentan mengalami kolaps dinamis jika terdapat obstruksi jalan

napas. Otot yang menyokong jalan napas kurang fungsional jika

dibandingkan dengan otot pada orang dewasa. Anak memiliki

banyak jaringan lunak yang mengelilingi trake dan membran

mukosa yang melapisi jalan napas kurang melekat sempurna jika

dibandingkan dengan orang dewasa. Ini meningkatkan risiko

edema dan obstruksi jalan napas (Kyle dan Carman, 2019).

Gambar 2.2 Anatomi Laring dan Trakea

Sumber: https://slideplayer.com/slide/4921818/ diakses tanggal 19 Maret 2020

Page 36: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

21

5. Bronkus

Bronkus (cabang tenggorok) merupakan lanjutan dari trakea.

Bronkus terdapat pada ketinggian vertebra torakalis IV dan V.

Bronkus mempunyai struktur sama seperti trakea dan dilapisi oleh

sejenis sel yang sama dengan trakea dan berjalan ke bawah ke arah

tampuk paru.

Bronkus prinsipalis terdiri dari dua bagian: (Syaifuddin, 2010)

a. Bronkus prinsipalis dekstra

Pada waktu masuk ke hilus bercabang tiga menjadi bronkus

lobaris medius, bronkus lobaris inferior, dan bronkus lobaris

superior. Di atas terdapat V. Azigos dan di bawahnya A.

Pulmonalis Dekstra.

b. Bronkus prinsipalis sinistra

Lebih sempit dan lebih panjang serta lebih horizontal dibanding

bronkus dekstra. Berjalan ke bawah aorta dan di depan

esofagus, masuk ke hilus pulmonalis kiri bercabang menjadi

dua bagian yaitu bronkus lobaris superior dan bronkus lobaris

inferior.

Menurut Syaifuddin (2010) bronkus lobaris atau bronkioli

(cabang bronkus) merupakan cabang yang lebih kecil dari bronkus.

Pada ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau alveoli.

Pernapasan bronkiolus membuka dengan cara memperluas ruangan

pembuluh alveoli tempat terjadinya pertukaran udara antara

Page 37: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

22

oksigen dan karbon dioksida. Kyle dan Carman (2019)

mengemukakan bahwa diameter bronkus dan bronkiolus bayi dan

anak lebih sempit dibandingkan individu dewasa sehingga anak

berisiko lebih tinggi mengalami obstruksi jalan napas bawah.

Obstruksi jalan napas bawah saat ekshalasi sering kali terjadi akibat

bronkiolitis atau asma atau disebabkan oleh aspirasi benda asing ke

dalam jalan napas bawah.

6. Pulmo

Menurut Syaifuddin (2010), pulmo (paru) adalah salah satu

organ sistem pernapasan yang berada di dalam kantong yang

dibentuk oleh pleura parietalis dan pleura viseralis. Kedua paru

sangat lunak, elastis, dan berada dalam rongga torak. Sifatnya

ringan dan terapung di dalam air. Paru berwarna biru keabu-abuan

dan berbintik-bintik karena partikel-partikel debu yang masuk

termakan oleh fagosit.

Fasies kostalis yang konveks berhubungan dengan dinding

dada dan fasies mediastinalis yang konkaf membentuk

perikardium. Sekitar pertengahan permukaan kiri terdapat hilus

pulmonalis suatu lekukan tempat bronkus, pembuluh darah, dan

saraf masuk ke paru membentuk radiks pulmonalis. Dengan adanya

insisura atau fisura pada permukaan, paru dapat dibagi atas

beberapa lobus. Letak insisura dan lobus diperlukan dalam

penentuan diagnosis (Syaifuddin, 2010).

Page 38: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

23

Pada paru kiri terdapat suatu insisura yaitu insisura obligus.

Insisura ini membagi paru kiri atas dua lobus yaitu lobus superior

(bagian yang terletak di atas dan di depan insisura) dan lobus

inferior (bagian yang terletak di bawah dan di belakang insisura).

Pada paru kanan terdapat dua insisura yaitu insisura obliqua

(interlobularis primer) dan insisura horizontal (interlobularis

sekunder). Insisura obliqua memisahkan lobus inferior dari lobus

medius dan lobus superior. Insisura horizontal memisahkan lobus

medius dari lobus superior (Syaifuddin, 2010).

Gambar 2.3 Anatomi Sistem Pernapasan

Sumber: https://docnesia.com/id/anatomi-fisiologi-respirasi/

diakses tanggal 19 Maret 2020

Page 39: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

24

Pleura adalah suatu membran serosa yang halus, membentuk

suatu kantong tempat paru berada. Ada dua buah, kiri dan kanan

yang masing-masing tidak berhubungan. Pleura mempunyai dua

lapisan: (Syaifuddin, 2010)

a. Lapisan dalam pleura viseralis: lapisan pleura yang langsung

berhubungan dengan paru dan memasuki fisura paru,

memisahkan lobus-lobus dari paru.

b. Lapisan permukaan disebut permukaan parietalis: pleura yang

berhubungan dengan fasia endotorasika, merupakan

permukaan dalam dari dinding toraks. Sesuai letaknya, pleura

parietalis ada empat bagian yaitu pleura kostalis, pars

servikalis, pleura diafragmatika, dan pleura mediastinalis.

Menurut Kyle dan Carman (2019), setelah lahir, pertumbuhan

alveoli melambat hingga usia 3 bulan dan kemudian maju pesat

hingga anak usia 7 atau 8 tahun. Pada saat tersebut, alveoli

mencapai jumlah yang sama dengan alveoli pada orang dewasa

yaitu sekitar 300 juta. Sebagian besar jaringan paru adalah alveoli,

yang juga merupakan area utama pertukaran gas. Oksigen

bergerak dari udara alveoli ke dalam darah, sementara karbon

dioksida bergerak dari dalam darah ke dalam udara alveoli.

Semakin sedikit jumlah alveoli, terutama pada bayi prematur

dan/atau bayi yang masih kecil, semakin tinggi risiko mereka

Page 40: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

25

mengalami hipoksemia (penurunan konsentrasi oksigen di dalam

daerah arteri) dan retensi karbon dioksida.

2.1.3.2. Fisiologi Sistem Pernapasan

1. Volume paru

Ada empat volume paru bila semua dijumlahkan sama dengan

volume maksimal paru yang mengembang, masing-masing volume

itu adalah: (Syaifuddin, 2010)

a. Volume tidal, merupakan volume udara yang diinspirasikan dan

diekspirasikan di setiap pernapasan normal.

b. Volume cadangan inspirasi, merupakan volume tambahan udara

yang dapat diinspirasikan di atas volume tidal normal.

c. Volume cadangan ekspirasi, merupakan jumlah udara yang

masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi tidal yang normal.

d. Volume sisa, merupakan volume udara yang masih tersisa di

dalam paru setelah kebanyakan ekspirasi kuat.

2. Kapasitas paru

Dalam peristiwa siklus paru perlu menyatukan dua volume atau

lebih. Kombinasi seperti ini disebut kapasitas paru sebagai berikut:

(Syaifuddin, 2010)

a. Kapasitas inspirasi: volume tidal ditambah dengan volume

cadangan inspirasi.

b. Kapasitas sisa fungsional: volume cadangan ekspirasi ditambah

volume sisa.

Page 41: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

26

c. Kapasitas vital: volume cadangan inspirasi ditambah dengan

volume tidal dan volume cadangan ekspirasi.

d. Kapasitas total paru: volume maksimum pengembangan paru

dengan usaha inspirasi yang sebesar-besarnya.

3. Ventilasi mekanis

Udara mengalir dari tekanan tinggi ke bagian tekanan rendah.

Namun demikian bila tidak ada aliran udara masuk atau keluar dari

paru, tekanan alveolar dan atmosfer dalam keadaan seimbang.

Untuk memulai pernapasan aliran udara dalam paru harus

dicetuskan oleh turunnya tekanan dalam alveoli. Ventilasi mekanis

melibatkan adanya: (Syaifuddin, 2010)

a. Elastisitas: Kembalinya bentuk asli setelah perubahan karena

kekuatan dari luar. Paru dan dada bersifat elastis, memerlukan

energi untuk bergerak dengan cepat, dan kembali ke bentuk

awalnya bila energi tidak efektif lagi.

b. Komplain: Kemampuan mengembang paru, merupakan ukuran

elastisitas, ditunjukkan sebagai peningkatan volume dalam paru,

untuk tiap unit peningkatan tekanan intraalveolar.

c. Tekanan: Udara yang ditangkap jalan napas adalah campuran

nitrogen dan oksigen (99,5%) dan sejumlah kecil karbon

dioksida dan uap air (0,5%). Molekul berbagai gas

menunjukkan gerakan karena pelepasan molekul ini konstan.

Volume gas menimbulkan tekanan terhadap dinding penampung

Page 42: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

27

karena gas dan campuran gas berusaha untuk bergerak dari

batasan lingkungan yang ada.

d. Gravitasi: Akibat banyaknya pertukaran udara yang terjadi pada

bagian atas paru daripada dasar paru. Kekuatan gravitasi

meningkatkan jumlah upaya yang dibutuhkan untuk ventilasi

bagian paru yang tergantung, menyebabkan pertukaran dalam

ventilasi di mana ventilasi bagian ini menurun dan ventilasi lain

dari area yang kurang, meningkat.

4. Difusi gas melalui jaringan

Gas berdifusi melalui membran sel dengan rintangan. Pembatas

utama gerakan gas di dalam jaringan adalah kecepatan difusi

melalui cairan jaringan bukan melalui membran sel. Faktor-faktor

yang menentukan kecepatan difusi gas yakni: (Syaifuddin, 2010)

a. Ketebalan membran pernapasan: Ketebalan membran ini dapat

menghalangi pertukaran secara bermakna.

b. Luas permukaan membran pernapasan: Bila jumlah total

permukaan dikurangi pertukaran gas melalui membran tersebut

sangat terganggu.

c. Koefisien difusi gas dalam substansi membran: Memindahkan

masing-masing gas melalui membran pernapasan bergantung

pada kelarutannya, kecepatan difusi karbon dioksida melalui

membran 20 kali kecepatan oksigen.

Page 43: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

28

d. Perbedaan tekanan antara kedua sisi membran: Tekanan parsial

gas dalam alveoli lebih besar daripada tekanan gas dalam darah,

maka terjadi difusi netto dari alveoli ke dalam darah begitu juga

sebaliknya.

5. Transpor gas antara paru dan jaringan

Transpor oksigen melalui beberapa tahap: (Syaifuddin, 2010)

a. Tahap I. Oksigen dari atmosfer masuk ke dalam paru pada

waktu kita menarik napas. Tekanan parsial oksigen dalam

atmosfer 159 mmHg, dalam alveoli komposisi udara berbeda

dengan komposisi udara atmosfer. Tekanan parsial O2 dalam

alveoli 105 mmHg.

b. Tahap II. Darah mengalir dari jantung menuju ke paru untuk

mengambil oksigen, yang berada dalam alveoli. Dalam darah ini

terdapat oksigen yang mempunyai tekanan parsial 40 mmHg.

Krena adanya perbedaan tekanan parsial itu, bila tiba pada

pembuluh kapiler yang berhubungan dengan membran alveoli

maka oksigen yang berada dalam alveoli dapat berdifusi masuk

ke dalam pembuluh kapiler. Setelah terjadi proses difusi tekanan

parsial oksigen dalam pembuluh darah menjadi 100 mmHg.

c. Tahap III. Oksigen yang telah berada dalam pembuluh darah

diedarkan ke seluruh tubuh. Ada dua mekanisme peredaran

oksigen dalam darah, yaitu oksigen yang larut dalam plasma

darah merupakan bagian yang terbesar dan sebagian kecil

Page 44: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

29

oksigen yang terikat pada hemoglobin dalam darah. Derajat

kejenuhan hemoglobin dengan O2 bergantung pada tekanan

parsial CO2 atau pH dan jumlah O2 yang diangkut ke jaringan

bergantung pada jumlah Hb dalam darah.

d. Tahap IV. Sebelum sapai pada sel yang membutuhkan oksigen

dibawa melalui cairan interstisial lebih dahulu. Perbedaan

tekanan parsial oksigen dalam pembuluh darah arteri (100

mmHg) dengan tekanan parsial oksigen dalam cairan interstisial

(20 mmHg) menyebabkan terjadinya difusi oksigen yang cepat

dari pembuluh kapiler ke dalam cairan interstisial.

e. Tahap V. Tekanan parsial oksigen dalam sel kira-kira 0-20

mmHg. Oksigen dari cairan interstisial berdifusi masuk ke

dalam sel. Dalam sel oksigen ini digunakan untuk reaksi

metabolisme yaitu reaksi oksidasi senyawa yang berasal dari

makanan (karbohidrat, lemak, dan protein) menghasilkan H2O

dan CO2. Energi penggunaan oksigen oleh sel dan transpor CO2

keluar dari sel dan masuk ke dalam pembuluh vena.

Page 45: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

30

2.1.4. Etiologi

Faktor risiko asma terdiri dari penyebab pengembangan asma

(terutama host) dan faktor pencetus asma (faktor lingkungan) seperti

terlihat pada Tabel 2.3 dibawah ini (Dahlan, 2012).

Tabel 2.3 Faktor Risiko dan Pencetus Asma No. Faktor Penyebab Asma 1.

2.

Faktor Host: Genetik

- Gen predisposisi untuk atopi - Gen predisposisi untuk hiperresponsif bronkus

Obesitas Gender Faktor Lingkungan Alergen:

- Dalam rumah: kutu, debu rumah, bulu binatang piaraan, kecoak, jamur.

- Di luar rumah: serbuk sari, jamur Infeksi Asap rokok: perokok pasif, perokok aktif Bahan di tempat bekerja Polusi Udara Obat, makanan, bahan pengawet

Sumber: Dahlan (2012)

Faktor perinatal seperti prematuritas dan berat badan lahir rendah

diduga memiliki asosiasi positif dengan kejadian asma pada anak.

Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang berbeda. Penelitian yang

dilakukan di USA menunjukkan adanya hubungan antara usia

gestasional ≤ 37 minggu dengan kejadian asma. Munculnya asma pada

anak dengan riwayat BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan prematur

diduga berhubungan dengan gangguan suplai nutrien yang menyebabkan

terhambatnya pertumbuhan paru (dikutip dari Wahyudi, 2016).

Page 46: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

31

2.1.5. Patofisiologi

Asma pada anak terjadi adanya penyempitan pada jalan napas dan

hiperaktif dengan respon terhadap bahan iritasi dan stimulus lain. Bahan

iritasi atau allergen otot-otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi

tubuh muncul (immunoglobulin E atau Ig E) dengan adanya alergi. Ig E

muncul pada reseptor sel mast yang menyebabkan pengeluaran histamin

dan zat mediator lainnya yang akan memberikan gejala asma. Respon

asma terjadi dalam tiga tahap: pertama tahap immediate yang ditandai

dengan bronkokonstriksi (1-2 jam), tahap delayed di mana

bronkokonstriksi dapat berulang dalam 4-6 jam, tahap late ditandai

dengan peradangan dan hiperresponsif jalan napas beberapa

minggu/bulan. Selama serangan asma, bronkiolus menjadi meradang dan

peningkatan sekresi mukus. Keadaan ini menyebabkan lumen jalan

napas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan napas

dan menimbulkan distres pernapasan (Marni, 2014).

Anak yang mengalami asma mudah untuk inhalasi dan sukar untuk

ekshalasi karena ada edema jalan napas. Kondisi seperti ini

menyebabkan hiperinflasi pada alveoli dan terjadi perubahan pertukaran

gas. Jalan napas menjadi obstruksi yang kemudian tidak adekuat

ventilasi dan saturasi oksigennya, sehingga terjadi penurunan PaO2

(hipoksia), selama serangan karbondioksida tertahan dengan

meningkatnya resistensi jalan napas selama ekspirasi, dan menyebabkan

asidosis respiratorik dan hiperkapnea. Kemudian sistem pernapasan

Page 47: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

32

akan mengadakan kompensasi dengan meningkatkan pernapasan

(takipnea), yang bisa menimbulkan hiperventilasi dan dapat menurunkan

kadar karbondioksida dalam darah yang disebut sebagai hipokapnea

(Suriadi dan Yuliani, 2010: 14 dikutip dari Marni, 2014).

Bagan 2.1 Patofisiologi Asma

Sumber: Nurarif dan Kusuma (2015; 76)

Permeabilitas kapiler meningkat

Faktor Pencetus - Allergen - Stress - Cuaca

Antigen yang terikat Ig E pada permukaan sel

mast atau basofil

Mengeluarkan mediator:

histamine, platelet, bradikinin, dll

Edema mukosa, sekresi produktif, kontriksi otot

polos meningkat Spasme otot polos, sekresi kelenjar

bronkus ↑ Konsentrasi O2 dalam darah ↓ Penyempitan/

obstruksi proksimal dari bronkus pada

tahap ekspirasi dan inspirasi

Gelisah → Ansietas Hiperkapnea

Hipoksemia

Suplai O2 ke otak ↓ Koma

Asidosis Metabolik

Gangguan pertukaran gas

Suplai darah dan O2 ke

jantung berkurang

Tekanan partial

oksigen di alveoli ↓

- Mucus berlebih - Batuk - Wheezing - Sesak napas

Cardiac Output ↓

Perfusi jaringan perifer ↓

Suplai O2 ke jaringan ↓

Ketidakefektifan bersihan jalan

napas

Penyempitan jalan pernapasan

Tekanan darah ↓

Hiperventilasi Kebutuhan O2 ↑ Peningkatan kerja otot pernapasan

Kelemahan dan keletihan

↓ nafsu makan →

Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Asidosis Respiratorik

Retensi O2 Intoleransi Aktivitas

Ketidakefektifan pola napas

Page 48: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

33

2.1.6. Manifestasi Klinis

Penderita asma biasanya keluhan bisa dirasakan pada saat

serangan. Tanda dan gejala yang jelas terlihat pada saat serangan adalah

sesak napas. Sesak napas ini sangat menyiksa anak, anak akan terlihat

gelisah, cemas, labil, dan kadang-kadang bisa terjadi perubahan tingkat

kesadaran. Jika anak kita ajak komunikasi, anak akan terlihat sulit

berbicara, dan akan menjawab sepatah dua patah kata (Marni, 2014).

Gejala lain yang bisa kita lihat adalah takipnea, takikardi,

othopnea disertai wheezing, diaphoresis, dan bisa juga muncul nyeri

abdomen karena penggunaan otot abdomen dalam pernapasan. Gejala

diperberat apabila mengalami dyspnea dengan lama ekspirasi:

penggunaan otot-otot asesori pernapasan, cuping hidung, retraksi dada,

dan stridor. Keadaan tersebut menandakan adanya pneumonia, disertai

batuk berdahak dan demam tinggi. Pada saat serangan seperti ini pasien

tidak toleran terhadap aktivitas, baik makan, bermain, berjalan, bahkan

berbicara (Marni, 2014).

2.1.7. Komplikasi

Apabila penderita asma tidak segera mendapat pertolongan yang

cepat dan tepat, maka akan timbul komplikasi yang bisa membahayakan

kondisi pasien, diantaranya adalah terjadinya status asmatikus, gangguan

asam-basa, gagal napas, bronkhiolitis, hipoksemia, pneumonia,

pneumothoraks, emphysema, chronic persistent bronkhitis, atelektasis,

dan bahkan kematian (Marni, 2014).

Page 49: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

34

Menurut Ratcliffe dan Kiechefer (2010), komplikasi signifikan

jangka panjang, remodeling jalan napas kronik, dapat terjadi akibat

perburukan dan radang asma berulang. Anak penderita asma lebih

rentan terhadap infeksi pernapasan berat akibat bakteri dan virus

(dikutip dari Kyle dan Carman, 2019). Remodeling jalan napas terjadi

akibat radang kronik jalan napas. Setelah respons akut terhadap pemicu,

respons kontinu terhadap alergen mengakibatkan fase kronik. Selama

fase ini, sel epitel menggunduldan influks sel radang ke dalam jalan

napas berlanjut. Hal tersebut menyebabkan perubahan struktur jalan

napas yang ireversible dan kehilangan fungsi paru leih lanjut dapat

terjadi (Kyle dan Carman, 2019).

2.1.8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada anak yang

mengalami asma adalah: (Marni, 2014)

a. Foto rontgen, menyingkirkan infeksi atau penyebab lain yang

memperburuk status pernapasan;

b. Pemeriksaan fungsi paru akan terjadi penurunan volume tidal,

penurunan kapasitas vital, kapasitas bernapas maksimum juga

menurun;

c. Jumlah eosinofil biasanya meningkat dalam darah dan sputum

d. Jumlah leukosit akan meningkat pada infeksi;

Page 50: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

35

e. Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test; RAST) dilakukan

untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat

menimbulkan reaksi positif pada asma;

f. Analisa gas darah pada kasus berat akan meningkatkan pH, PaCO2

dan PaO2 turun, keadaan ini disebut alkalosis respiratori ringan

akibat hiperventilasi; kemudian penurunan pH, penurunan PaO2,

dan peningkatan PaCO2, keadaan ini disebut asidosis respiratori;

g. Pada pemeriksaan pulse oxymetry, jika hasilnya VEP1 < 50% dari

perkiraan : Asma berat, VEP1 50-70% : Asma sedang, VEP1 71-

80% : Asma ringan.

2.1.9. Penatalaksanaan Medik

Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan

mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat hidup normal

tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Nurarif dan

Kusuma, 2015). Pedoman Nasional Asma Anak (PNAA) membagi

penanganan serangan asma menjadi dua, tatalaksana di rumah dan di

rumah sakit. Pada panduan pengobatan di rumah, disebutkan terapi awal

berupa inhalasi -agonis kerja pendek hingga 3x dalam satu jam.

Kemudian pasien atau keluarganya diminta melakukan penilaian respons

untuk penentuan derajat serangan yang kemudian ditindaklanjuti sesuai

derajatnya. Pada awal serangan dapat diberikan bronkodilator saja.

Apabila belum membantu, dapat ditambahkan steroid oral. Bila hal ini

juga tidak berhasil, bawa segera ke klinik atau rumah sakit. Bila

Page 51: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

36

serangannya sedang, langsung berikan bronkodilator dan steroid.

Sedangkan jika serangannya berat, langsung bawa ke rumah sakit.

Terapi asma secara optimal meliputi 4 komponen yaitu terdiri dari:

(Widagdo, 2014)

1. Terapi medikamentosa dilakukan secara bertahap disesuaikan

dengan derajat keparahan penyakit dengan parameter:

a. Frekuensi keluhan pada siang hari

b. Frekuensi keluhan pada malam hari

c. Derajat obstruksi aliran udara menurut pengukuran dengan

spirometri, dan

d. PEF (Peak Expiratory Flow) atau FEV1 (Forced Expiratory

Volume in 1 sec) dalam % dari normal, yaitu terdiri dari derajat

ringan intermiten (step1), ringan persisten (step2), sedang

persisten (step3), dan asma berat persisten (step4).

Pada anak < 5 tahun karena pengukuran masih sulit dilakukan

maka parameter klasifikasi hanya berdasar atas keluhan saja.

Tujuan utama dari terapi ialah identifikasi dan mengobati semua

asma persisten dengan obat pengendali anti-inflamasi “anti-

inflamation controller medication”. Obat yang dipakai ialah

kortikosteroid inhalasi (ICS), kortikosteroid oral (OSC),

leukotriene pathway modifier (LPM) atau sustained-release

theophylline (SRT), long-acting-ß-agonist (LABA), dan short-

acting-ß-agonist (SABA). Adapun penggunaannya adalah ICS

Page 52: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

37

untuk asma semua tingkatan kecuali ringan intermiten. LPM atau

SRT (untuk anak >5 tahun) adalah untuk alternatif pengendalian

asma ringan persisten. Asma sedang persisten pada anak besar dan

dewasa dapat diberikan ICS dosis sedang, atau digabung dengan

LABA atau LPM atau SRT. Asma berat persisten harus mendapat

ICS dosis tinggi, LABA, dan OCS bila perlu diberikan secara rutin.

Asma ringan intermiten tidak perlu diberikan terapi pengendali

setiap hari. SABA dapat dianjurkan sebagai obat penghilang cepat

(quick-reliever) dan pretreatment exercise untuk asma semua

derajat. Asma kambuhan biasanya langsung akut/ subakut dengan

gejala memburuk secara progresif disertai obstruksi saluran napas

yang dapat bersifat ekstensif dan mengancam keselamatan hidup.

Penanganan awal adalah dengan pemberian inhalasi SABA 3

kali dalam 1 jam sebagai “rescue” program dari NAEPP, obat lini

pertama untuk gejala asma dan asma kambuhan, dengan dosis dan

frekuensi pemberian yang meningkat dapat meningkatkan aliran

darah paru melalui daerah yang mengalami obstruksi dan kurang

oksigenasi. Bila pemberian SABA tidak direspon (disebut sebagai

status asmatikus) maka asma kambuhan bersifat progresif dan berat

tersebut harus segera diberi oksigen dan dilakukan dengan

monitoring secara ketat untuk mengantisipasi komplikasinya yaitu

atelektasis dan kebocoran udara dalam toraks seperti

pneumomediastinum dan pneumotoraks. Pada umumnya pasien

Page 53: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

38

tersebut mengalami perbaikan dengan terapi berupa pemberian

bronkodilator dan kortikosteroid sistemik yang dilakukan secara

frekuen.

2. Pengendalian faktor yang memengaruhi beratnya asma, yaitu

dengan menghilangkan atau mengurangi faktor lingkungan yang

bermasalah, dan mengobati penyakit penyerta berupa rinitis,

sinusitis, dan refluks gastroesofagus.

3. Melakukan asesmen dan memonitor secara teratur, yaitu check up

teratur setiap 2-4 minggu sampai kondisi optimal tercapai, dan

mempertahankan kondisi optimal tersebut dalam waktu sampai 2-4

tahun, dan sementara itu dilakukan monitoring terhadap fungsi

paru.

4. Edukasi pasien

Peran edukasi pasien/ keluarga adalah penting untuk keberhasilan

penatalaksanaan asma. Edukasi adalah ditujukan agar pasien/

keluarga mempunyai kemampuan:

a. Memahami penyebab dari asma

b. Memahami mekanisme terjadinya penyakit

c. Mengenali gejala penyakit asma

d. Memahami akibat lanjut dari gejala penyakit asma

e. Memahami faktor pemicu terjadinya asma

f. Memahami cara menghindari atau meniadakan faktor pencetus

asma

Page 54: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

39

g. Memahami penatalaksanaan asma

h. Memberikan obat bila terjadi kekambuhan asma sesuai

petunjuk

i. Mematuhi petunjuk termasuk pemberian obat dan tindak lanjut

j. Memahami hal-hal terkait dengan perkembangan penyakit

2.2. Konsep Tumbuh Kembang Anak

2.2.1. Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan pertambahan jumlah dan

ukuran sel secara kuantitatif, di mana sel-sel tersebut mensintesis protein

baru yang nantinya akan menunjukkan (Maryunani, 2010 dikutip dari

Wulandari, 2016). Sedangkan perkembangan adalah peningkatan

kompleksitas fungsi dan keahlian (kualitas) dan merupakan aspek

tingkah laku pertumbuhan. (Marmi dan Rahardjo, 2012 dikutip dari

Wulandari, 2016). Menurut Wulandari (2016), istilah tumbuh kembang

terdiri atas dua peristiwa yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan

dan sulit untuk dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan ukuran,

besar, jumlah, atau dimensi pada tingkat sel, organ, maupun individu.

Pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dapat diukur dengan satuan

berat (gram, kilogram), satuan panjang (centimeter, meter), umur tulang

dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh)

Page 55: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

40

2.2.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Usia Pra Sekolah (4-5 tahun)

Pada usia 4 tahun pertumbuhan berat badan anak menurut Wong

(2008) dikutip dari Wulandari (2016) dapat naik 2-3kg/tahun dan

pertumbuhan tinggi badan naik mencapai dua kali panjang lahir,

penambahan 5-7,5cm/tahun. Menurut Alatas (2011), pada anak dengan

usia antara 1-6 tahun, dalam menentukan berat badan dapat

menggunakan rumus:

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.2 tahun 2020 tentang

standar antropometri anak, menyebutkan bahwa pada anak laki-laki usia

4 tahun 11 bulan atau 59 bulan, standar berat badan menurut usia adalah

18.2, standar tinggi badan menurut usia adalah 109.4, dan standar indeks

massa tubuh menurut usia adalah 15.2. Periode penting dalam tumbuh

kembang anak adalah pada masa balita. Pertumbuhan dasar yang

berlangsung pada masa balita akan memengaruhi dan menentukan

perkembangan anak selanjutnya.

Perkembangan motorik kasar pada anak usia 4 tahun adalah anak

mulai berjinjit, melompat, meloncat dengan satu kaki, menangkap bola

dan melempar dari atas kepala, sedangkan untuk motorik halus anak

mulai menggunakan gunting dengan lancar, menggambar kotak,

menggambar garis, membuka dan memasang kancing (Wulandari, 2016)

Perkembangan anak prasekolah menitik beratkan pada aspek

diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.

Berat badan= Usia (tahun) x2 + 8

Page 56: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

41

Motorik kasar, diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu

kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan

tumit ke jari kaki, menjelajah, dan membuat posisi merangkak (Hidayat,

2008 dikutip dari Wulandari 2016).

Perkembangan motorik halus mulai memiliki kemampuan

menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian,

memilih garis yang lebih panjang, dan menggambar orang, melepas

objek dengan jari lurus, mampu menjepit benda, makan sendiri, minum

dari cangkir dengan bantuan, membuat coretan di kertas, menunjukkan

keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan (Wulandari, 2016).

Perkembangan kognitif dapat berfokus pada lebih dari satu aspek

dan situasi, dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam

pemecahan masalah, dapat memberikan cara kerja dan melacak urutan

kejadian kembali sejak awal, dapat memahami konsep dahulu, sekarang,

dan yang akan datang (Wulandari, 2016).

Perkembangan bahasa mengerti kebanyakan kata-kata abstrak,

memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata

keterangan, kata penghubung dan kata depan, menggunakan bahasa

sebagai alat pertukaran verbal, dapat memakai kalimat majemuk dan

gabungan (Wulandari, 2016).

Tahap pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia 48-60

bulan, menurut Departemen Kesehatan RI dalam Marmi dan Rahardjo

(2012) dikutip dari Wulandari (2016) adalah berdiri 1 kaki 6 detik,

Page 57: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

42

melompat-lompat 1 kaki, menari, menggambar tanda silang,

menggambar lingkaran, menggambar orang dengan 3 bagian tubuh,

mengancing baju atau pakaian boneka, menyebut nama lengkap tanpa

dibantu, senang menyebut kata-kata baru, senang bertanya tentang

sesuatu, menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar, bicaranya

mudah dimengerti, bisa membandingkan atau membedakan sesuatu dari

ukuran dan bentuknya, menyebut angka, menghitung jari, menyebut

nama-nama hari, berpakaian sendiri tanpa dibantu, menggosok gigi

tanpa dibantu, serta bereaksi tenang dan tidak rewel ketika ditinggal ibu.

2.2.3. Pertumbuhan dan Perkembangan Usia Sekolah (6-12 tahun)

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa sekolah akan

mengalami proses percepatan pada umur 10-12 tahun, di mana

penambahan berat badan per tahun akan dapat 2,5 kg dan ukuran

penjang tinggi badan sampai 5 cm per tahunnya. Pada usia sekolah ini

secara umum aktivitas fisik pada anak semakin tinggi dan memperkuat

kemampuan motoriknya. Pertumbuhan jaringan limfatik pada usia ini

akan semakin besar bahkan melebihi jumlahnya orang dewasa.

Menurut Alatas (2011), antara usia 2-12 tahun, tinggi badan bisa

ditentukan dengan rumus:

Sedangan formula perkiraan berat badan untuk anak usia 6-12

tahun adalah sebagai berikut:

Tinggi badan= Usia (tahun) x6 + 77

Berat badan= [Usia (tahun) x7-5] :2

Page 58: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

43

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.2 tahun 2020 tentang

standar antropometri anak, menyebutkan bahwa pada anak perempuan

usia 8 tahun 9 bulan, standar indeks massa tubuhnya adalah 16.0.

Kemampuan kemandirian anak akan semakin dirasakan di mana

lingkungan luar rumah dalam hal ini adalah sekolah cukup besar,

sehingga beberapa masalah sudah mampu diatasi dengan sendirinya dan

anak sudah mampu menunjukkan penyesuaian diri dengan lingkungan

yang ada, rasa tanggung jawab dan percaya diri dalam tugas sudah mulai

terwujud sehingga dalam menghadapi kegagalan maka anak sering kali

dijumpai reaksi kemarahan atau kegelisahan, perkembangan kognitif,

psikososial, interpersonal, psikoseksual, moral, dan spiritual sudah mulai

menunjukkan kematangan pada masa ini (Hidayat, 2008 dikutip dari

Wulandari, 2016).

Perkembangan kognitif Piaget terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

(1) Tahap sensoris-motorik (0-2 tahun); (2) Praoperasional (2-7 tahun);

(3) Concrete operational (7-11 tahun); dan (4) Formal operation (11-15

tahun). Tahap pada anak usia 7-11 tahun adalah concrete operational.

Fase ini, pemikiran meningkat atau bertambah logis dan koheren. Anak

mampu mengklasifikasi benda dan perintah dan menyelesaikan masalah

secara konkret dan sistematis berdasarkan apa yang mereka terima dari

lingkungannya. Kemampuan berpikir anak sudah rasional, imajinatif,

dan dapat menggali objek atau situasi lebih banyak untuk memecahkan

masalah. Anak sudah dapat berpikir konsep tentang waktu dan

Page 59: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

44

mengingat kejadian yang lalu serta menyadari kegiatan yang dilakukan

berulang-ulang, tetapi pemahamannya belum mendalam, selanjutnya

akan semakin berkembang di akhir usia sekolah atau awal masa remaja

(Berman, & Snyder, 2011).

Perkembangan moral anak menurut Kohlberg didasarkan pada

perkembangan kognitif anak dan terdiri atas tiga tahapan utama, yaitu:

(1) preconventional; (2) conventional (; (3) postconventional. Menurut

Kohlberg, beberapa anak usia sekolah masuk pada tahap I tingkat pra-

konvensional Kohlberg (Hukuman dan Kepatuhan), yaitu mereka

berupaya untuk menghindari hukuman, akan tetapi beberapa anak usia

sekolah berada pada tahap 2 (Instumental–Relativist orientation) anak-

anak tersebut melakukan berbagai hal untuk menguntungkan diri mereka

(Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2011).

Menurut Fowler, anak usia sekolah berada pada tahap 2

perkembangan spiritual, yaitu pada tahapan mitos–faktual. Anak-anak

belajar untuk membedakan khayalan dan kenyataan. Kenyataan (fakta)

spiritual adalah keyakinan yang diterima oleh suatu kelompok

keagamaan, sedangkan khayalan adalah pemikiran dan gambaran yang

terbentuk dalam pikiran anak. Orangtua dan tokoh agama membantu

anak membedakan antara kenyataan dan khayalan. Orangtua dan tokoh

agama lebih memiliki pengaruh daripada teman sebaya dalam hal

spiritual (Berman, & Snyder, 2011).

Page 60: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

45

Teori Perkembangan Psikoseksual anak menurut Freud terdiri atas

fase oral (0–11 bulan), fase anak (1– 3 tahun), fase falik (3–6 tahun),

fase laten (6 – 12 tahun) dan fase genital (12 tahun-dewasa). Selama

periode laten, anak menggunakan energi fisik dan psikologis yang

merupakan media untuk mengkesplorasi pengetahuan dan

pengalamannya melalui aktivitas fisik maupun sosialnya. Pada fase

laten, anak perempuan lebih menyukai teman dengan jenis kelamin

perempuan, dan laki-laki dengan laki-laki (Berman, & Snyder, 2011).

Pendekatan Erikson dalam membahas proses perkembangan anak

adalah dengan menguraikan lima tahapan perkembangan psikososial,

yaitu: percaya versus tidak percaya (0–1 tahun), Otonomi versus rasa

malu dan ragu (1–3 tahun), Inisiatif versus rasa bersalah (3–6 tahun),

Industry versus inferiority (6–12 tahun), Identitas versus kerancuan

peran (12–18 tahun). Pada anak sekolah usia 6-12 tahun berada di tahap

industry versus inferiority. Anak akan belajar untuk bekerjasama dengan

bersaing dengan anak lainnya melalui kegiatan yang dilakukan, baik

dalam kegiatan akademik maupun dalam pergaulan melalui permainan

yang dilakukan bersama. Otonomi mulai berkembang pada anak di fase

ini, terutama awal usia 6 tahun dengan dukungan keluarga terdekat.

Perubahan fisik, emosi, dan sosial pada anak yang terjadi mempengaruhi

gambaran anak terhadap tubuhnya (body image). Interaksi sosial lebih

luas dengan teman, umpan balik berupa kritik dan evaluasi dari teman

atau lingkungannya mencerminkan penerimaan dari kelompok akan

Page 61: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

46

membantu anak semakin mempunyai konsep diri yang positif. Perasaan

sukses dicapai anak dengan dilandasi adanya motivasi internal untuk

beraktivitas yang mempunyai tujuan. Kemampuan anak untuk

berinteraksi sosial lebih luas dengan teman dilingkungannya dapat

memfasilitasi perkembangan perasaan sukses (sense of industry).

Perasaan tidak adekuat dan rasa inferiority atau rendah diri akan

berkembang apabila anak terlalu mendapat tuntutan dari lingkungannya

dan anak tidak berhasil memenuhinya. Harga diri yang kurang pada fase

ini akan mempengaruhi tugas-tugas untuk fase remaja dan dewasa.

Pujian atau penguatan (reinforcement) dari orangtua atau orang dewasa

terhadap prestasi yang dicapainya menjadi begitu penting untuk

menguatkan perasaan berhasil dalam melakukan sesuatu (Berman, &

Snyder, 2011).

2.2.4. Hospitalisasi pada Anak

2.2.4.1. Pengertian Hospitalisasi

Anak membutuhkan perawatan yang kompeten untuk

meminimalisasi efek negatif dari hospitalisasi dan mengembangkan

efek yang positif. Dalam membuat rencana asuhan keperawatan,

harus berdasarkan pemahaman tentang pertumbuhan dan

perkembangan anak. Hospitalisasi merupakan suatu proses yang

memiliki alasan yang berencana/darurat sehingga mengharuskan

anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan

sampai pemulangannya kembali ke rumah. Selama proses tersebut,

Page 62: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

47

anak dan orangtua dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut

beberapa penelitian ditunjukkan dengan pengalaman yang sangat

traumatik dan penuh dengan stres. Perasaan yang sering muncul

yaitu cemas, marah, sedih, takut, dan rasa bersalah (Wong, 2000

dikutip dari Wulandari 2016). Perawatan anak di rumah sakit

memaksa anak untuk berpisah dari lingkungan yang dirasanya aman,

penuh kasih sayang, dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah,

permainan, dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan

yang ditunjukkan anak usia prasekolah adalah dengan menolak

makan, sering bertanya, menangis walaupun perlahan, dan tidak

kooperatif terhadap petugas kesehatan. Perawatan di rumah sakit

mengharuskan adanya pembatasan aktivitas anak merasa kehilangan

kekuatan diri. Perawatan di rumah sakit sering kali dipersepsikan

anak prasekolah sebagai hukuman sehingga anak merasa malu,

bersalah, atau takut. Hal ini menimbulkan reaksi agresif dengan

marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata-kata

marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat, dan ketergantungan

pada orangtua (Deslidel dkk, 2011 dikutip dari Wulandari, 2016).

2.2.4.2. Stressor Umum pada Hospitalisasi

Menurut Wulandari (2016), stressor umum pada hospitalisasi

adalah perpisahan, kehilangan kendali, perubahan gambaran diri

(citra tubuh), nyeri, dan rasa takut.

Page 63: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

48

2.2.4.3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Hospitalisasi pada Anak

Adapun faktor-faktor yang memengaruhi hospitalisasi menurut

Wulandari (2016) adalah sebagai berikut:

1. Berpisah dengan orangtua dan sparing.

2. Fantasi-fantasi dan unrealistic anxieties tentang kegelapan,

monster, pembunuhan, dan binatang buas diawali dengan yang

asing.

3. Gangguan kontak sosial jika pengunjung tidak diizinkan.

4. Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit.

5. Prosedur yang menyakitkan dan takut akan cacat dan kematian.

2.2.4.4. Reaksi Hospitalisasi pada Usia Pra Sekolah

Dampak hospitalisasi pada anak usia prasekolah (Wulandari, 2016):

1. Menolak makan

2. Sering bertanya

3. Menangis perlahan

4. Tidak kooperatif dengan tenaga kesehatan

2.2.4.5. Reaksi Hospitalisasi pada Usia Sekolah

Perawatan di rumah sakit memaksakan anak meninggalkan

lingkungan yang dicintai, keluarga, kelompok sosial, sehingga

menimbulkan kecemasan. Kehilangan kontrol berdampak pada

perubahan peran dalam keluarga, kehilangan kelompok sosial,

perasaan takut mati, dan kelemahan fisik. Reaksi nyeri dapat

digambarkan dengan verbal dan non verbal (Wulandari, 2016).

Page 64: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

49

2.3. Konsep Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan merupakan pendekatan ilmiah dalam

menyelesaikan suatu masalah, yang terdiri dari melakukan identifikasi klien

dalam memilih data senjang dan data yang fokus, mampu membuat

diagnosis keperawatan, membuat rencana keperawatan, melaksanakan

tindakan sesuai rencana, serta mengevaluasi keberhasilan dari tindakan yang

telah di lakukan. Adapun tahapan dalam proses keperawatan ini antara lain

pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi

keperawatan (Rohmah dan Walid, 2010).

2.3.1. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan,

yang paling menentukan bagi tahap berikutnya. Kegiatan dalam

pengkajian adalah pengumpulan data. Pengumpulan data ini merupakan

kegiatan menghimpun informasi tentang stastus kesehatan klien

(Rohmah dan Walid, 2010).

2.3.1.1. Macam – macam data antara lain :

1. Data dasar

Data dasar merupakan seluruh informasi tentang status kesehatan

pasien, yang meliputi : data umum, data demografi, riwayat

keperawatan, pola fungsi kesehatan, dan pemeriksaan.

Page 65: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

50

2. Data Fokus

Data fokus adalah informasi tentang status kesehatan klien yang

menyimpang dari keadaan normal. Data ini dapat berupa ungkapan

klien maupun hasil pemeriksaan langsung oleh perawat.

3. Data Subjektif. Data ini merupakan ungkapan keluhan klien secara

langsung oleh klien sendiri maupun secara tak langsung oleh orang

lain yang mengetahui keadaan klien secara langsung dan

disampaikan kepada perawat.

4. Data Objektif. Data objektif merupakan data yang diperoleh secara

langsung melalui observasi dan pemeriksaan pada klien.

2.3.1.2. Sumber data

1. Sumber data primer

Sumber data primer adalah klien

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah keluarga, teman dekat, atau orang

lain yang mengetahui status kesehatan klien.

2.3.1.3. Teknik pengumpulan data

1. Anamnesis

Anamnesis adalah tanya jawab/komunikasi secara langsung dengan

klien maupun secara tak langsung oleh keluarganya untuk menggali

informasi tentang status kesehatan klien.

Page 66: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

51

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan secara umum terhadap perilaku dan

keadaan klien. Observasi ini memerlukan keterampilan, disiplin,

dan praktik klinik.

3. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik merupakan cara pengumpulan data melalui

pemeriksaan dengan 4 cara, yaitu : infeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi.

2.3.2. Pengkajian pada Klien Asma Bronkial

Pengkajian pada anak Asma Bronkial adalah sebagai berikut:

2.3.2.1. Identitas Klien

Pengkajian mengenai nama, umur, dan jenis kelamin perlu

dilakukan pada klien dengan asma. Serangan asma pada usia dini

memberikan implikasi bahwa sangat mungkin terdapat status atopik.

Tempat tinggal menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien

berada. Berdasarkan alamat tersebut, dapat diketahui pula faktor yang

memungkinkan menjadi pencetus serangan asma. Asma merupakan

salah satu penyakit saluran napas yang banyak dijumpai pada anak-anak

maupun dewasa (Dahlan, 2012). Penyakit asma bisa menyerang siapa

saja, kapan saja, etnis manapun, baik laki-laki maupun perempuan

tanpa terkecuali. Hasil survey pada anak sekolah di Indonesia

menunjukkan prevalensi asma pada anak SD (usia 6 sampai 12 tahun)

berkisar antara 3,7-6,4% (Rengganis, 2008 dikutip dari Marni, 2014).

Page 67: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

52

2.3.2.2. Riwayat Kesehatan Klien

1. Keluhan Utama

Widagdo (2014) menjelaskan bahwa manifestasi klinik dari

asma yang paling sering dijumpai ialah keluhan berupa batuk kering

intermiten dan atau wheezing ekspirasi. Anak besar dapat

melaporkan adanya napas pendek, dada sempit, dan anak lebih

muda menyebutkan adanya nyeri dada non-fokal dan hilang-timbul.

Klien dengan serangan asma datang dengan keluhan sesak napas

yang hebat dan mendadak, kemudian diikuti dengan gejala-gejala

lain seperti wheezing, penggunaan otot bantu pernapasan,

kelelahan, gangguan kesadaran, sianosis, dan perubahan tekanan

darah.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Merupakan pengembangan dari keluahan utama yang

dikembangkan secara PQRST yaitu:

P: Paliatif / Provokatif (Penyebab yang memperberat dan

mengurangi

Q: Quality / Quantity (dirasakan seperti apa, tampilannya,

suaranya, dan berapa banyak)

R: Region / Radiasi (lokasi di mana dan penyebarannya)

S: Scale (intensitasnya, pengaruh terhadap aktivitas)

T: Time (kapan keluhan tersebut muncul, berapa lama, dan

bersifat tiba-tiba, sering, atau bertahap).

Page 68: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

53

Gejala respiratori biasanya menjadi lebih berat pada waktu

malam hari terutama eksaserbasi yang lama dipicu oleh infeksi

respiratori dan alergi inhalan. Gejala pada siang hari biasanya

terkait dengan aktifitas fisik dan bermain (Widagdo, 2014). Kaji

deskripsi mengenai penyakit dan keluhan utama saat ini. Tanda dan

gejala yang umum dilaporkan selama pengkajian riwayat meliputi:

(Kyle dan Carman, 2019)

a. Batuk, terutama di malam: batuk menggonggong yang pada

awalnya kering, yang menjadi batuk berdahak dengan sputum

berbusa.

b. Pernapasan sulit: pendek napas, nyeri dada atau sesak, dispnea

saat beraktivitas.

c. Mengi

3. Riwayat Kesehatan Dahulu

Untuk mengetahui riwayat penyakit masa lalu, tanyakan pada

anak maupun orangtuanya tentang penyakit yang pernah diderita

anak, apakah pernah sakit asma sebelumnya, apakah ada riwayat

sakit infeksi saluran pernapasan atas, apakah ada alergi terhadap

hawa dingin, alergi debu, alergi asap rokok, alergi bau-bauan bahan

kimia, parfum, dan lain sebagainya. Riwayat pengobatan yang

pernah dilakukan untuk mengatasu penyakitnya, berobat kemana,

kapan, obat apa yang dipakai untuk mengatasi sakitnya, apakah

obat yang digunakan untuk mengobati asma saat ini (Marni, 2014).

Page 69: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

54

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Menurut Dahlan (2012), beberapa faktor risiko terjadinya asma

dapat dibagi menjadi dua, yaitu yang menyebabkan

berkembangnya asma pada individu dan yang memicu terjadinya

gejala asma. Faktor yang pertama utamanya berasal dari faktor

yang meliputi unsur genetik, obesitas, dan jenis kelamin. Asma

memiliki komponen herediter, di mana banyak gen terlibat dalam

perkembangan pathogenesis penyakit ini. Oleh karena itu Kyle dan

Carman (2019) mengatakan perlu dikaji riwayat atopi (asma,

rinitis, alergi, dermatitis atopik) di dalam keluarga.

5. Riwayat Kelahiran

a. Riwayat parental

Keadaan ibu selama hamil, keluhan pada saat hamil, apakah

ibu mendapatkan imunisasi TT, nutrisi ibu selama hamil apakah

ada makanan pantangan selama hamil, apakah ada riwayat

penyakit yang berhubungan dengan kehamilan pola. Kebiasaan

ibu yang mempengaruhi terhadap kehamilan.

b. Riwayat natal

Petugas yang menolong, jenis persalinan, kesehatan ibu

selama melahirkan posisi janin sewaktu melahirkan, apakah

bayi langsung menangis.

Page 70: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

55

c. Riwayat post natal

Faktor perinatal seperti prematuritas dan berat badan lahir

rendah diduga memiliki asosiasi positif dengan kejadian asma

pada anak. Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang

berbeda. Penelitian yang dilakukan di USA menunjukkan

adanya hubungan yang berarti antara usia gestasional ≤37

minggu dengan kejadian asma. Munculnya asma pada anak

dengan riwayat BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan

prematur diduga berhubungan dengan gangguan suplai nutrien

yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan paru (Wahyudi,

2016).

6. Riwayat Imunisasi

Anak penderita asma lebih rentan terhadap infeksi pernapasan

berat akibat bakteri dan virus (Ratcliffe dan Kiechefer, 2010

dikutip dari Kyle dan Carman, 2019). Oleh karena itu perlu dikaji

mengenai riwayat pemberian imunisasi terhadap anak.

2.3.2.3. Pola Aktivitas Sehari-hari

1. Pola makan dan minum, kaji frekuensi, jumlah, dan jenis asupan

makanan perhari, serta keluhan sebelum dan sesudah sakit.

2. Pola eliminasi, kaji tentang warna urine dan feses, frekuensi,

konsistensi, bau, serta keluhan sebelum dan sesudah sakit.

3. Pola istirahat dan tidur, kaji kualitas dan kuantitas tidur perhari

serta keluhan sebelum dan sesudah sakit.

Page 71: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

56

4. Personal hygiene, kaji tentang kebiasaan melakukan personal

hygiene seperti mandi, gosok gigi, keramas, gunting kuku, dan

ganti pakaian sebelum dan sesudah sakit.

5. Pola aktivitas, kaji tentang kebiasaan yang sering dilakukan anak,

stress, latihan, rutinitas, kira-kira faktor yang mencetus kambuhnya

penyakit asma (Marni, 2014).

2.3.2.4. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik anak yang menderita asma meliputi inspeksi,

auskultasi, dan perkusi (Kyle dan Carman, 2019).

1. Inspeksi

Observasi penampilan umum dan warna kulit anak. Selama

perburukan ringan, warna kulit anak dapat tetap merah muda. Akan

tetapi, seiring perburukan kondisi, sianosis dapat terjadi. Upaya

pernapasan beragam. Beberapa anak menunjukkan retraksi ringan,

sementara anak lain menunjukkan penggunaan otot tambahan dan

pada akhirnya gerakan kepala naik-turun jika tidak ditangani secara

efektif. Anak dapat tampak cemas dan ketakutan atau dapat letargi

dan iritabel. Mengi dapat terdengar jelas. Anak yang mengalami

asma menetap berat dapat memiliki dada tong dan selalu

menunjukkan sedikit upaya pernapasan (Kyle dan Carman, 2019).

a. Warna. Observasi warna kulit anak, perhatikan pucat atau

sianosis (sirkumoral atau sentral). Pucat terjadi akibat

vasokontriksi perifer sebagai upaya menghemat oksigen untuk

Page 72: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

57

fungsi vital. Sianosis (kulit dan membran mukosa kebiruan)

terjadi akibat hipoksia (defisiensi oksigen). Sianosis pertama

kali sirkumoral (hanya di sekitar mulut) dan berlanjut menjadi

sianosis sentral. Perhatikan kecepatan dan kedalaman

pernapasan, serta upaya pernapasan. Sering kali, tanda awal

penyakit pernapasan pada bayi dan anak adalah takipnea (Kyle

dan Carman, 2019).

b. Upaya pernapasan

Kaji kedalaman dan kualitas upaya pernapasan. Apakah

pernapasan sulit? Peningkatan upaya pernapasan, terutama jika

berkaitan dengan gelisah dan cemas, biasanya mengindikasikan

gangguan pada saluran napas bawah. Kaji adanya napas cuping

hidung, retraksi, atau pergerakan naik-turun kepala saat

bernapas. Cuping hidung dapat terjadi dini pada perjalanan

penyakit pernapasan dan merupakan upaya untuk menginhalasi

oksigen yang lebih banyak (Kyle dan Carman, 2019).

c. Retraksi

Retraksi (penarikan ke dalam jaringan lunak saat bernapas)

dapat terjadi pada regio interkosta, subkosta, substrenal,

supraklavikula, atau suprasternal. Dokumentasikan keparahan

retraksi: ringan, sedang, atau berat (Kyle dan Carman, 2019).

Page 73: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

58

d. Cemas dan Gelisah

Apakah anak cemas atau gelisah? Gelisah, iritabilitas, dan

cemas terjadi akibat kesulitan mempertahankan oksigen yang

adekuat. Ini dapat menjadi tanda paling awal gawat napas,

terutama jika disertai takipnea. Gelisah dapat berkembang

menjadi lesu dan letargi jika disfungsi pernapasan tidak diatasi

(Kyle dan Carman, 2019).

2. Auskultasi dan perkusi

Pengkajian menyeluruh terhadap lapang paru sangat penting.

Mengi merupakan penanda utama obstruksi jalan napas dan dapat

beragam di seluruh lapang paru. Serak juga dapat muncul. Kaji

keadekuatan pengisian udara. Suara napas dapat hilang di basal paru

atau diseluruh lapang paru. Dada yang tenang pada anak penderita

asma dapat menjadi tanda bahaya. Akibat onstruksi jalan napas

berat, gerakan udara dapat sangat buruk sehingga mengi dapat tidak

terdengar saat auskultasi. Saat melakukan perkusi, catat suara yang

tidak bersifat resonan. Pada anak yang menderita asma, perkusi

dapat mengungkap hiper-resonan (Kyle dan Carman, 2019).

2.3.2.5. Analisa Data

Analisa data adalah proses mencari dan menyusun secara

sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,

Page 74: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

59

menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan

dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri

sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2009 dikutip dari Gunawan dan

Sukarna, 2016).

2.3.3. Diagnosa Keperawatan

Setelah kita mengetahui masalah kesehatan prioritas yang dihadapi

klien, kita memilih masalah apa yang dapat diatasi dengan asuhan

keperawatan dan kemudian menetapkan diagnosis keperawatan (Ali,

2010). Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), diagnosa keperawatan

yang mungkin muncul pada pasien asma adalah sebagai berikut:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus

dalam jumlah berlebihan, peningkatan produksi mucus, eksudat

dalam alveoli, dan bronkospasme.

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot

pernapasan dan deformitas dinding dada.

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon

dioksida.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen (hipoksia), dan kelemahan.

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan laju metabolic, dispnea saat makan,

kelemahan otot pengunyah.

6. Ansietas berhubungan dengan keadaan penyakit yang diderita.

Page 75: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

60

2.3.4. Perencanaan Keperawatan

Setelah diagnosis keperawatan ditetapkan, langkah berikutnya

adalah perumusan rencana asuhan keperawatan. Rencana asuhan

keperawatan merupakan kesimpulan tindakan yang ditentukan oleh

perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah kesehatan

dan masalah/diagnosis keperawatan yang telah ditetapkan (Ali, 2010).

Rencana asuhan keperawatan pada anak yang mengalami asma adalah:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus

dalam jumlah berlebihan, peningkatan produksi mucus, eksudat

dalam alveoli, dan bronkospasme

Tabel 2.4 Intervensi dan Rasional Diagnosa 1

Tujuan NOC Intervensi Rasional Respiratory Status: Airway patency. Anak akan mempertahankan jalan napas paten . Kriteria Hasil: a. Bebas dari sekresi

atau obstruksi b. Bernapas mudah c. Frekuensi

pernapasan dalam parameter normal sesuai usia

Atur posisi agar jalan napas terbuka (posisi menghirup jika telentang)

Untuk memfasilitasi ventilasi adekuat

Lembapkan oksigen atau udara ruangan dan pastikan asupan cairan adekuat (intravena atau oral)

Untuk mengencerkan sekresi agar mudah dikeluarkan

Lakukan penghisapan menggunakan bulb syringe atau via kateter nasofaring jika perlu, terutama sebelum pemberian susu menggunakan botol

Untuk meningkatkan pengeluaran sekresi

Jika takipnea, pertahankan status puasa (NPO)

Untuk menghindari aspirasi

Pada anak yang lebih besar, dorong pengeluaran dahak melalui batuk

Untuk meningkatkan bersihan jalan napas

Lakukan fisioterapi dada jika diprogramkan

Untuk memobilisasi sekresi

Pastikan peralatan kedaruratan tersedia

Untuk menghindari keterlambatan jika jalan napas menjadi sulit dipertahankan

Sumber: Kyle dan Carman (2019)

Page 76: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

61

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot

pernapasan dan deformitas dinding dada.

Tabel 2.5 Intervensi dan Rasional Diagnosa 2

Tujuan NOC Intervensi Rasional Respiratory Status: Ventilation. Anak akan menunjukkan ventilasi adekuat. Kriteria Hasil: a. Frekuensi pernapasan

dalam parameter normal sesuai usia

b. Bernapas mudah (tidak mengalami retraksi, tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan, tidak mendengkur)

c. Suara napas bersih dengan penghirupan adekuat

d. Saturasi oksigen >94% atau dalam parameter yang ditentukan

Kaji frekuensi napas, suara napas, dan upaya pernapasan dengan sering

Untuk memastikan kemajuan terapi dan agar perburukan segera teridentifikasi.

Gunakan oksimetri nadi untuk memantau saturasi oksigen dalam cara yang tidak invasif

Untuk mencatat keadekuatan oksigenasi dan memastikan deteksi dini hipoksemia.

Ubah posisi demi kenyamanan agar jalan napas terbuka dan terhadap ruang untuk ekspansi paru. Gunakan bantal atau pengganjal jika perlu untuk mempertahankan posisi

Untuk memastikan ventilasi optimum melalui ekspansi paru maksimum.

Beri oksigen tambahan dan/atau kelembapan sesuai program

Untuk meningkatkan oksigenasi

Beri periode istirahat dan tidur yang adekuat

Untuk menghemat energi

Beri antibiotik sesuai program Dapat diindikasikan pada kasus infeksi pernapasan akibat bakteri

Dorong spirometri insentif dan batuk dengan napas dalam (dapat dilakukan lewat bermain)

Untuk memaksimalkan ventilasi (bermain meningkatkan keterlibatan anak)

Sumber: Kyle dan Carman (2019)

3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon

dioksida. Tabel 2.6

Intervensi dan Rasional Diagnosa 3 Tujuan NOC Intervensi Rasional

Respiratory Status: Gas Exchange. Pertukaran gas akan adekuat. Kriteria Hasil: a. Pembacaan oksimetri

nadi pada udara ruang berada dalam parameter normal sesuai usia

b. Gas darah dalam batas normal

c. Tidak mengalami sianosis

Beri oksigen sesuai program Untuk meningkatkan oksigenasi

Pantau saturasi oksigen melalui oksimetri nadi

Untuk mendeteksi perubahan pada oksigenasi

Dorong pembersihan sekresi melalui batuk, pengeluaran dahak, fisioterapi dada, dan penghisapan

Untuk memperbaiki pertukaran gas

Beri bronkodilator sesuai program (albuterol, levalbuterol, dan epinefrin rasemik)

Untuk mengatasi bronkospasme dan meningkatkan pertukaran gas

Lakukan kontak yang sering dan beri dukungan kepada anak dan keluarga

Untuk mengurangi kecemasan, yang meningkatkan kebutuhan oksigen anak

Page 77: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

62

Kaji dan pantau status mental (bingung, letargi, gelisah, menyerang)

Hipoksemia dapat mengakibatkan perubahan status mental

Sumber: Kyle dan Carman (2019)

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan

antara suplai dan kebutuhan oksigen (hipoksia), dan kelemahan.

Tabel 2.7 Intervensi dan Rasional Diagnosa 4

Tujuan NOC Intervensi Rasional Activity Tolerance Anak akan kembali memiliki aktivitas pada tingkat normal Kriteria Hasil: a. Aktivitas dapat

ditoleransi tanpa mengalami kesulitan bernapas

b. Pembacaan oksimetri nadi dan tanda vital dalam parameter normal sesuai usia dan tingkat aktivitas

Beri periode istirahat yang seimbang dengan periode aktivitas, dan kelompokkan aktivitas keperawatan dan kunjungan

Untuk memfasilitasi istirahat yang adekuat

Beri makan sedikit tapi sering Untuk mencegah keletihan berlebihan (energi dihabiskan saat makan)

Dorong aktivitas yang tenang yang tidak membutuhkan kekuatan fisik

Untuk mencegah bosan

Fasilitasi peningkatan aktivitas secara bertahap sesuai toleransi, pertahankan pembacaan hasil oksimetri nadi dalam parameter normal

Untuk meminimalkan risiko gangguan pernapasn lanjut.

Sumber: Kyle dan Carman (2019)

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan laju metabolic, dispnea saat makan,

kelemahan otot pengunyah.

Tabel 2.8 Intervensi dan Rasional Diagnosa 5

Tujuan NOC Intervensi Rasional Nutritional Status: Nutrien Intake. Anak akan mempertahankan asupan nutrisi adekuat Kriteria Hasil: a. Berat badan naik

atau stabil b. Anak

mengonsumsi diet yang adekuat sesuai usia

Timbang berat badan menggunakan timbangan yang sama setiap hari

Sehingga pengukuran konsisten

Lakukan hitung kalori selama periode 3 hari

Untuk menentukan apakah asupan kalori memadai

Dorong anak untuk memilih makanan berkalori lebih tinggi serta kaya protein

Untuk mengoptimalkan potensi pertumbuhan

Bujuk anak yang masih sangat kecil untuk makan lebih banyak dengan bermain dan memberi makanan kesukaan

Untuk meningkatkan asupan

Sumber: Kyle dan Carman (2019)

Page 78: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

63

6. Ansietas berhubungan dengan keadaan penyakit yang diderita.

Tabel 2.9 Intervensi dan Rasional Diagnosa 6

Tujuan NOC Intervensi Rasional Anxiety level. Ketakutan atau kecemasan akan berkurang Kriteria Hasil: a. Episode

menangis atau rewel berkurang

b. Bahagia dan senang

Bina hubungan saling percaya dengan anak dan keluarga

Untuk menurunkan kecemasan dan ketakutan

Jelaskan prosedur pada anak sesuai tingkat perkembangan mereka

Untuk mengurangi ketakutan terhadap sesuatu yang tidak diketahui

Beri selimut atau boneka beruang kesukaan serta tindakan kenyamanan yang disukai oleh anak seperti ditimang atau musik

Untuk menambah rasa aman

Libatkan orangtua dalam perawatan Untuk membuat anak nyaman dan mengurangi ketakutan

Sumber: Kyle dan Carman (2019)

2.3.5. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan

dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan

(Setiadi, 2012 dikutip dari Februanti, 2019). Oleh karena itu, jika

intervensi keperawatan yang telah dibuat dalam perencanaan

dilaksanakan atau diaplikasikan pada pasien, maka tindakan tersebut

disebut implementasi keperawatan (Februanti, 2019).

2.3.6. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah

dilakukan intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan

keperawatan yang telah diberikan (Deswani, 2009 dikutip dari Febuanti,

2019). Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus

dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan

bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana, atau

menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011 dikutip dari

Page 79: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

64

Februanti 2019). Perawat yang telah melakukan implementasi

keperawatan, maka tahap selanjutnya dalam proses keperawatan adalah

melakukan evaluasi keperawatan terhadap tindakan yang telah

diberikan. Evaluasi keperawatan merujuk pada tujuan keperawatan yang

telah ditetapkan sesuai jangka waktu yang dibuat (Februanti, 2019).

Menurut (Nikmatur dan Walid, 2010) jenis evaluasi :

1. Evaluasi formatif

Menyatakan evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan,

berorientasi pada etiologi.

2. Evaluasi sumatif

Merupakan evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan

keperawatan secara paripurna, berorientasi pada masalah

keperawatan, serta merupakan rekapitulasi dan kesimpulan status

kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.

Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau

perkembangan klien, digunakan komponen SOAP atau SOAPIE atau

SOAPIER. Penggunaanya tergantung dari kebijakan setempat, yang

dimaksud SOAPIER yaitu : Subjektif Data, Objektif Data, Analisa atau

Assesment, Planing, Implementasi, Evaluasi, Re-Asseement.

1. Data subjektif

Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan setelah

dilakukan tindakan keperawatan.

Page 80: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

65

2. Data objektif

Data objektif adalah data berdasarkan hasil pengukuran atau

observasi perawat secara langsung kepada klien, dan yang

dirasakan klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.

3. Analisa data

Interpretasi dari data subjektif dan data objektif. Analisa

merupakan suatu masalah atau diagnosa keperawatan yang masih

terjadi atau juga dapat dituliskan masalah atau diagnosis baru

yang terjadi akibat perubahan status kesehatan klien yang telah

teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif.

4. Planning

Perencanaan keperawatan yang akan dilakukan, dihentikan,

dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan

keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.

5. Implementasi

Merupakan suatu tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai

dengan instruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen P

(perencanaan), tuliskan tanggal dan jam perencanaan.

6. Evaluasi

Evaluasi adalah respon klien setelah dilakukan tindakan

keperawatan.

Page 81: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

66

7. Reassessment

Reassessment adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap

perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari rencana

tindakan perlu dilanjutkan, dimodifikasi, atau dihentikan.

2.4. Masalah Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas

2.4.1. Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas

Salah satu masalah yang diakibatkan oleh asma menurut Sari

(2016, dikutip dari Hardina et al, 2019) adalah adanya penumpukan

sputum pada saluran pernapasan. Beberapa gejala klinis akibat

penumpukan sputum ini adalah pernapasan cuping hidung,

peningkatan respiratory rate, dyspnea, timbul suara krekels saat

diauskultasi, dan kesulitan bernapas. Kesulitan bernapas akan

menghambat pemenuhan suplai oksigen dalam tubuh sehingga suplai

oksigen berkurang. Berkurangnya suplai oksigen dalam tubuh akan

membuat kematian sel, hipoksemia, dan penurunan kesadaran.

Penanganan pada pasien asma dengan masalah kebersihan jalan

napas bertujuan untuk membersihkan saluran pernapasan sehingga

suplai oksigen yang masuk ke dalam tubuh dapat terpenuhi dan

gangguan akibat berkurangnya suplai oksigen tidak terjadi.

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), ketidakefektifan bersihan

jalan napas merupakan ketidakmampuan untuk membersihkan

sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk

Page 82: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

67

mempertahankan kebersihan jalan napas. Batasan karakteristik dari

ketidakefektifan bersihan jalan napas diantaranya adalah: tidak ada

batuk, suara napas tambahan, perubahan frekuensi napas, perubahan

irama napas, sianosis, kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara,

penurunan bunyi napas, dyspneu, sputum dalam jumlah yang

berlebihan, batuk yang tidak efektif, orthopneu, gelisah, dan mata

terbuka lebar.

2.4.2. Penatalaksanaan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas

Penatalaksanaan pada penyakit asma dapat dilakukan dengan

cara farmakologi dan non farmakologi. Pengobatan farmakologis

pada asma biasanya dengan oksigenisasi dan melibatkan pengobatan

beta 2 adrenergik, sedangkan pengobatan nonfarmakologis biasanya

dengan menghindari faktor penyebab dan menciptakan lingkungan

yang sehat (Hardina et al, 2019).

2.4.2.1. Penatalaksanaan Farmakologi

Obat asma inhalasi yang memungkinkan penghantaran obat

langsung ke paru-paru, dimana saja dan kapan saja akan

memudahkan pasien mengatasi keluhan sesak napas. Untuk

mencapai sasaran di paru-paru, partikel obat asma inhalasi harus

berukuran sangat kecil (2-5 mikron). Nebulizer digunakan dengan

cara menghirup dengan cara menghirup larutan obat yang telah

diubah menjadi bentuk kabut. Nebulizer sangat cocok digunakan

untuk anak-anak, usila dan mereka yang sedang mengalami serangan

Page 83: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

68

asma parah (Rihiantoro, 2014). Secara teori pemberian bronkodilator

jenis salbutamol/ventolin dalam derivat isoprenalin merupakan

adrenergikan pertama yang pada dosis biasa memiliki daya kerja

yang lebih kurang spesifik terhadap reseptor b2. Selain berdaya

bronchodilatasi baik, salbutamol juga memiliki efek lemah terhadap

stabilisasi mastcell, maka sangat efektif mencegah maupun

meniadakan serangan asma. Teknik pengenceran dengan NaCl 0.9%

dalam prosedur pemberian bronkodilator berfungsi sebagai cairan

pengencer atau campuran untuk memberikan efek kelembaban pada

saluran pernapasan saat melakukan terapi inhalasi. Normal salin atau

NaCl merupakan cairan isotonik yang biasa digunakan sebagai

cairan pengganti cairan tubuh. Dengan demikian normal salin atau

NaCl 0.9% juga sangat baik digunakan sebagai pelarut

medikamentosa untuk pemakaian secara parenteral, menilai dari

keterangan kandungan NaCl 0.9% maka larutan dapat dipakai

sebagai bahan pembanding untuk pengenceran obat bronkodilator.

Pemberian inhalasi tanpa pengenceran NaCl 0.9% memungkinkan

respon tubuh menjadi cepat, sehingga menimbulkan dampak yang

sesuai dengan efek farmakologis obat tersebut. Sedangkan pada

pemberian inhalasi dengan pengenceran NaCl 0.9% komposisi obat

telah terlarut dalam NaCl 0.9% sehingga memperlambat respon

tubuh terhadap efek farmalologis obat. Namun, Rihiantoro (2014)

mencatat adanya respons psikologis yang didapatkan dari wawancara

Page 84: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

69

dengan responden bahwa dampak lain yang dirasakan oleh pasien

asma yang diterapi inhalasi bronkodilator dengan pengenceran NaCl

0.9% adalah diperolehnya kelembaban saluran pernapasan yang

lebih baik sehingga berdampak terhadap pengenceran dan

pengeluaran dahak yang lebih mudah (Rihiantoro, 2014). Namun

mengingat banyaknya efek samping dari pengobatan farmakologi

seperti sakit kepala dan pusing, gangguan tidur atau insomnia,

merasa nyeri pada otot, hidung yang meler atau tersumbat, mulut dan

tenggorokan terasa kering, batuk dan suara serak, dan sakit

tenggorokan.

2.4.2.2. Penatalaksanaan Non Farmakologis

Selain itu dalam mengurangi gejala asma dan memperbaiki

kualitas hidup yaitu dengan terapi pemberian air hangat (Hardina et

al, 2019). Pemberian minum air putih hangat memberikan efek

hidrostatik dan hidrodinamik dan hangatnya membuat sirkulasi

peredaran darah khususnya pada daerah paru-paru agar menjadi

lancar. Secara fisiologis, air hangat juga memberi pengaruh

oksigenisasi dalam jaringan tubuh (Hamidin, 2012 dikutip dari

Hardina et al, 2019). Hal serupa diungkapkan oleh Yuanita (2011

dikutip dari Hardina et al, 2019), minum air hangat dapat

memperlancar proses pernapasan, karena pada pernapasan pasien

asma membutuhkan suasana yang encer dan cair. Pada penderita

asma minum air hangat sangat tepat untuk membantu memperlancar

Page 85: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

70

pernapasan karena dengan minum air hangat partikel-partikel

pencetus sesak dan lendir dalam bronkioli akan dipecah dan

menyebabkan sirkulasi pernapasan menjadi lancar sehingga

mendorong bronkioli mengeluarkan lendir. Menurut penelitian yang

dilakukan oleh Hardina et al (2019) dalam Journal of Nursing and

Public Health, mengkonsumsi air hangat secara perlahan dalam

waktu 5 menit. Setelah selesai mengkonsumsi air hangat, 15 menit

setelah mengkonsumsi air hangat peneliti melakukan pengukuran

frekuensi pernafasan penderita asma. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat pengaruh pemberian air minum hangat sebelum

tindakan nebulizer terhadap kelancaran jalan nafas dan frekuensi

pernapasan pada pasien asma.

Page 86: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

71

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain

Menurut Prof. Dr. Buchari Lapau (2013; 36), desain penelitian adalah

rancangan penelitian yang terdiri atas beberapa komponen yang menyatu

satu sama lain untuk memperoleh data dan/atau fakta dalam rangka

menjawab pertanyaan atau masalah penelitian. Desain yang digunakan

adalah studi kasus, yaitu studi yang mengeksplorasi suatu masalah/

fenomena dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang

mendalam dan menyertakan berbagai sumber informasi. studi kasus dibatasi

oleh waktu dan tempat, serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa,

aktivitas atau individu (Buku Panduan KTI, 2020). Studi kasus ini adalah

studi kasus yang mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan pada anak

Asma Bronkial dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang

Melati Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis tahun 2019.

3.2. Batasan Istilah (Definisi Operasional)

Batasan istilah adalah pernyataan yang menjelaskan istilah-istilah kunci

yang menjadi fokus studi kasus (Buku Panduan KTI, 2020).Batasan istilah

atau definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Page 87: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

72

1. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan proses atau rangkaian kegiatan

pada praktik keperawatan yang diberikan secara langsung kepada klien/

pasien di berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Asuhan keperawatan

dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan substansi ilmiah yaitu logis,

sistimatis, dinamis, dan terstruktur (Muhlisin, 2011). Pada penyusunan

karya tulis ilmiah ini penyusun membatasi pada: Asuhan Keperawatan

pada anak yang mengalami Asma Bronkial dengan masalah

keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang Melati

Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis 2020.

2. Asma Bronkial

Menurut Muchammad Fahrul Udin (2019; 15), asma adalah

kelainan proses peradangan yang bersifat kronis pada saluran napas

yang ditandai oleh obstruksi jalan napas total atau parsial, dengan

banyak elemen selular yang berperan. Inflamasi kronis memiliki kaitan

dengan hiperresponsivitas jalan napas yang menyebabkan episode

berulang dari wheezing, dyspneu, nyeri dada, dan batuk, khususnya

pada malam hari atau dini hari. Konstriksi airway berhubungan dengan

gejala yang ditimbulkan. Kelainan ini biasanya bersifat reversible baik

secara spontan maupun dengan pengobatan.

3. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas

Definisi ketidakefektifan bersihan jalan napas menurut Nurarif &

Kusuma (2015; 303) adalah ketidakmampuan untuk membersihkan

Page 88: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

73

sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk mempertahankan

kebersihan jalan napas.

Menurut Marni (2014; 88) selama serangan asma, bronkiolus

menjadi meradang dan peningkatan sekresi mukus. Keadaan ini

menyebabkan lumen jalan napas menjadi bengkak, kemudian

meningkatkan resistensi jalan napas dan dapat menimbulkan distres

pernapasan.

3.3. Unit Analisis (Partisipan)

Unit analisis atau partisipan dalam keperawatan umumnya adalah klien

dan keluarganya. Subyek yang digunakan pada penelitian studi kasus ini

adalah 2 klien atau 2 kasus yaitu An. A sebagai klien 1 dan An. A sebagai

klien 2 dimana kedua klien tersebut memiliki diagnosa medis dengan

masalah keperawatan yang sama, yaitu Asma Bronkial dengan masalah

keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas.

3.4. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis, klien 1

dan klien 2 dirawat di ruang anak yaitu Ruang Melati. Klien 1 dirawat di

Ruang 6, sedangkan klien 2 dirawat di Ruang 2. Waktu pelaksanaan

penelitian yang diberikan adalah 18 November 2019 – 11 Januari 2020.

Sedangkan waktu penelitian yang digunakan sejak klien Masuk Rumah

Sakit sampai pulang adalah 19 Desember 2019-22 Desember 2019 untuk

Page 89: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

74

klien 1 dan 31 Desember 2019-3 Januari 2020 untuk klien 2. Waktu yang

digunakan untuk melakukan penyusunan Karya Tulis Ilmiah adalah Januari

2020-April 2020.

3.5. Pengumpulan Data

Pada penelitian ini dilakukan pengumpulan data dengan metode

pengumpulan data yang digunakan:

1. Wawancara

Pengumpulan data yang pertama dilakukan adalah dengan

wawancara, yaitu percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan

oleh kedua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,

2014).

Wawancara yang dilakukan pada kedua klien maupun masing-

masing keluarga dengan cara bertatap muka dan mengajukan beberapa

pertanyaan. Hasil wawancara berisi tentang identitas klien, keluhan

utama saat Masuk Rumah Sakit, keluhan utama saat dikaji, riwayat

penyakit sekarang – dahulu – keluarga, riwayat kehamilan dan

kelahiran, riwayat imunisasi, dan pola aktivitas sehari-hari sebelum dan

sesudah sakit seperti pola nutrisi, pola eliminasi, istirahat tidur, personal

hygiene, dan aktivitas.

Page 90: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

75

2. Observasi dan Pemeriksaan Fisik

Metode pengumpulan data selain wawancara adalah observasi dan

pemeriksaan fisik. Observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai

pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh

indera untuk mendapatkan data (Siyoto, 2015).

Observasi yang dilakukan pada kedua klien adalah keadaan umum,

tanda-tanda vital, pengamatan terhadap keluhan klien, serta pemantauan

terhadap perkembangan klien selama dirawat. Sedangkan pemeriksaan

fisik dilakukan dengan menggunakan pendekatan IPPA (Inspeksi,

Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi) pada semua bagian tubuh klien dari

atas kepala sampai ujung kaki “Head to Toe” untuk mendapatkan

sumber data mengenai masalah kesehatan dan masalah keperawatan

klien. Hasil dari observasi dan pemeriksaan fisik yaitu keadaan umum

kedua klien, tanda-tanda vital klien, dan respon klien terhadap asuhan

keperawatan yang telah dilakukan sesuai diagnosa keperawatan yang

ditemukan.

3. Studi Dokumentasi

Metode pengumpulan data yang terakhir adalah studi dokumentasi

dimana pengertian dokumen ialah setiap bahan tertulis sebagai sumber

data dan bukti untuk suatu pengujian (Moleong, 2014). Dokumentasi

yang dilakukan peneliti adalah dengan mengumpulkan dan melihat hasil

yang berkaitan dengan penelitian berupa pemeriksaan diagnostik yang

Page 91: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

76

berhubungan dengan kondisi klien sehingga dapat menjadi data

penunjang atau pendukung diagnosa yang sudah ditemukan.

Sumber dokumen yang digunakan sebagai studi dokumentasi

penelitian pada kedua klien adalah hasil laboratorium yang abnormal

pada leukosit dan hitung jenis leukosit.

3.6. Uji Keabsahan Data

Menurut Notoatmodjo (2018), pengelolaan data pada studi kasus

menggunakan teknik non-statistik, yaitu analisis kuantitatif yang dapat

dilakukan dengan cara naratif induktif yaitu pengambilan kesimpulan umum

berdasarkan hasil-hasil observasi dan wawancara khusus. Uji keabsahan

data dimaksudkan untuk mengkaji data/informasi yang diperoleh sehingga

menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti

(karena peneliti menjadi instrument utama), uji keabsahan data dilakukan

dengan memperpanjang waktu pengamatan / tindakan dan sumber informasi

tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu klien,

perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah yang diteliti

(Buku Panduan KTI, 2020).

3.7. Analisa Data

Analisa data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data. Sebab

data yang telah terkumpul, bila tidak dianalisis hanya menjadi berang yang

tidak bermakna. Oleh karena itu, analisa data ini berfungsi untuk memberi

Page 92: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

77

arti, makna, dan nilai yang terkandung dalam suatu data yang diperoleh

(Siyoto, 2015).

Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu

pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data

dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan

dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan.

Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban

yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan

untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara

observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk

selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai

bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut. Urutan

dalam analisis menurut Buku Panduan KTI (2020) adalah:

1. Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (Wawancara, Observasi,

Dokumen). Hasil dari wawancara, observasi, dan dokumen ditulis

dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk

transkip (catatan terstruktur).

2. Mereduksi Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan

lapangan dijadikan satu bentuk transkip dan dikelompokkan menjadi

data subyektif dan data obyektif, dianalisis berdasarkan hasil data

pengkajian yang dibandingkan dengan nilai normal (Buku Panduan

Page 93: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

78

KTI, 2020). Menurut Sugiyono (2010), reduksi data dapat diartikan

analisa data yang dilakukan dengan memilih ha-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting.

3. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan berupa tabel, gambar, bagan,

maupun teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan

mengaburkan identitas dari kedua kien maupun penanggungjawab dari

masing-masing klien (Buku Panduan KTI, 2020).

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan

perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode

induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian,

diagnosis, perencanaan, tindakan, dan evaluasi (Buku Panduan KTI,

2020).

3.8. Etik Penulisan KTI

Dalam melakukan penelitian, peneliti harus memperhatikan etika

penelitian sebagai upaya untuk melindungi hak responden dan peneliti

selama proses penelitian yaitu terdiri dari:

1. Informed Consent (Persetujuan menjadi klien)

Informed Consent (persetujuan dari klien) secara harafiah terdiri

dari dua kata yaitu informed yang berarti telah mendapatkan penjelasan

Page 94: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

79

atau informasi, dan consent yang berarti memberi persetujuan atau

mengizinkan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Informed Consent

adalah persetujuan bebas yang diberikan oleh klien terhadap suatu

tindakan medik, setelah klien memperoleh semua informasi penting

mengenai sifat serta konsekuensi tindakan tersebut. Informed Consent

dibuat berdasarkan prinsip autonomi, beneficience, dan non

maleficience, yang berakar pada mertabat manusia dimana otonomi dan

integrits klien harus dilindungi (Purnama, 2016).

Pada penelitian ini, Informed Consent diberikan sebelum dilakukan

penelitian pada masing-masing klien dengan memberikan lembar

persetujuan (terlampir) untuk menjadi responden dan ditandatngani oleh

klien atau keluarga sebagai bukti bahwa kedua klien atau keluarga

tersebut menyetujui menjadi responden dalam penelitian yang akan

dilakukan oleh penulis.

2. Anonimity (Tanpa nama)

Sebagian besar penelitian yang melibatkan manusia dapat

mengganggu kehidupan pribadinya. Peneliti harus memastikan untuk

tidak mengganggu privasi narasumber dengan menjaga privasi agar

dipertahankan terus menerus. Menurut Polit & Beck (2012), partisipan

memiliki hak bahwa segala informasi dan data mereka akan disimpan

dalam kerahasiaan (anonimity).

Untuk menjaga privasi klien, dalam penelitian yang dilakukan,

peneliti tidak akan mencantumkan nama kedua klien dan masing-masing

Page 95: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

80

penanggungjawab klien dengan menggunakan nama lengkap, namun

hanya menuliskan inisial nama klien dan penanggungjawab klien saja.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Setiap orang mempunyai hak dasar individu termasuk privasi dan

kebebasan individu dalam memberikan informasi. Setiap orang berhak

untuk tidak memberikan apa yang diketahuinya kepada orang lain. Oleh

sebab itu, peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai

identitas dan kerahasiaan identitas subyek (Notoatmodjo, 2018).

Pada penelitian ini, semua informasi yang telah terkumpul dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti dan hanya kelompok data tertentu dari

kedua klien yang akan dilaporkan pada hasil penelitian.

4. Justice (Keadilan)

Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subyek penelitian

memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan

gender, agama, etnis, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2018).

Dalam hal ini, peneliti berusaha bersikap adil pada kedua

responden dengan memberikan perlakuan/perawatan yang sama sesuai

masalah keperawatan yang ditemukan, yaitu ditemukannya masalah

keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas dengan dilakukan

pemberian konsumsi air hangat pada kedua responden.

5. Beneficience (Bermanfaat)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal

mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan subyek penelitian pada

Page 96: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

81

khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang

merugikan bagi subyek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus

dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stres,

maupun kematian subyek penelitian (Notoatmodjo, 2018).

Dalam penelitian ini, peneliti telah mengusahakan tidak ada pihak

yang dirugikan dengan menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian yang

akan dilakukan pada kedua responden. Dengan dilakukannya penelitian

ini, diharapkan mengurangi komplikasi akibat ketidakefektifan bersihan

jalan napas yang dialami kedua klien.

6. Veracity (Kejujuran)

Prinsip veracity ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini

diperlukan oleh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan

kebenaran pada setiap pasien dan untuk meyakinkan bahwa pasien

sangat mengerti. Prinsip veracitu berhubungan erat dengan kemampuan

seseorang untuk mengatakan kebenaran (Notoatmodjo, 2018).

Dalam hal ini peneliti menjamin keaslian dan kejujuran dengan

menjelaskan manfaat penelitian yang akan dilakukan secara tepat dan

berusaha menjawab pertanyaan klien dan keluarga yang berkaitan

dengan kesehatan klien secara jujur.

7. Non Maleficience

Non maleficience adalah tindakan untuk tidak membahayakan atau

tidak merugikan. Membahayakan dapat berarti dengan sengaja

menyebabkan kerusakan, menempatkan seseorang dalam bahaya atau

Page 97: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

82

secara tidak sengaja menyebabkan kerusakan (Berman, Synder, &

Frandsen, 2016).

Dalam hal ini peneliti berusaha untuk meminimalisasikan dampak

yang merugikan bagi kedua klien, yang merupakan pasien anak, dengan

lebih memperhatikan Sasaran Keselamatan Pasien seperti yang

dijelaskan oleh Setyawan dan Supriyanto (2019) mengenai 6 Sasaran

Keselamatan Pasien yaitu ketepatan identifikasi pasien; peningkatan

komunikasi yang efektif; peningkatan keamanan obat yang perlu

diwaspadai (high-alert); kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat-

pasien operasi; pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan;

dan pengurangan risiko pasien jatuh.

8. Fidelity

Menurut Berman, Synder, & Frandsen (2016), fidelity berarti setia

pada janji. Perawat sebagai advokat klien harus menjunjung tinggi

prinsip kesetiaan dan menepati janji untuk memberikan perawatan yang

terbaik untuk kliennya.

Dalam hal ini, peneliti berusaha melaksanakan persetujuan sesuai

dengan kesepakatan bersama dan etik yang berlaku. Hal ini diterapkan

peneliti dengan melakukan kontrak waktu kepada klien dan keluarga

setiap hendak melakukan tindakan asuhan keperawatan.

Page 98: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

83

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Gambaran Lokasi Pengambilan Data

RSUD Ciamis adalah Rumah Sakit Negeri Kabupaten Ciamis yang

berbentuk RSUD dengan akreditasi Tipe C. Rumah Sakit ini memberikan

pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas, sehingga RSUD

Ciamis dapat menjadi pilihan sebagai tempat untuk peneliti melakukan

Penelitian Studi Kasus di Ruang Anak (Melati) dengan jumlah 4 kamar

pasien dengan 1 kamar mandi di setiap ruang, 28 tempat tidur pasien, 1 ruang

tindakan, 2 ruang jaga perawat, dan 1 kamar dapur. Ruang Melati dikelola

oleh 21 tenaga kerja yaitu 19 orang perawat yang terdiri dari 6 orang perawat

Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan 13 orang perawat Tenaga Kerja Kontrak

(TKK), 1 orang Administrasi, serta 1 orang Cleaning Servis (CS). RSUD

Ciamis berlokasi di Jalan Rumah Sakit No.76, Kecamatan Ciamis, Kabupaten

Ciamis, Jawa Barat.

Page 99: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

84

4.1.2. Asuhan Keperawatan

4.1.2.1. Pengkajian

1. Pengumpulan data

a. Identitas Klien Tabel 4.1

Identitas klien Klien 1 Klien 2 Nama An. A An. A TTL Ciamis, 13 Maret 2011 Ciamis, 25 Januari 2015 Umur 8 tahun 9 bulan 4 tahun 11 bulan Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki Agama Islam Islam Suku/Bangsa Sunda Sunda Tanggal masuk RS 19 Desember 2019 Jam 20.39 31 Desember 2019 Jam 10.25 Tanggal pengkajian 20 Desember 2019 Jam 10.00 31 Desember 2019 Jam 20.00 No. Medrec 00490540 00409296 Diagnosa Medis Asma Bronkial Asma Bronkial Alamat Rancautama 09/11 Ciamis,

Kabupaten Ciamis Dusun Panoongan Desa Ciamis 02/15 Ciamis, Kabupaten Ciamis

b. Identitas Penanggungjawab

Tabel 4.2 Identitas penanggungjawab

Klien 1 Klien 2 Nama Tn. M Ny. W Umur 41 tahun 34 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan SMA Sarjana Ekonomi Pekerjaan Wirausaha Ibu rumah tangga Agama Islam Islam Hubungan dengan klien Ayah Ibu Alamat Rancautama 09/11 Ciamis,

Kabupaten Ciamis Dusun Panoongan Desa Ciamis 02/15 Ciamis, Kabupaten Ciamis

Page 100: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

85

c. Riwayat Kesehatan

1) Riwayat kesehatan sekarang

Tabel 4.3 Riwayat kesehatan sekarang

Klien 1 Klien 2

Keluhan utama saat masuk Rumah Sakit

Ibu klien mengatakan, klien merasa sesak setelah klien mengkonsumsi es sehingga pada tanggal 19 Desember 2019 klien dibawa ke IGD RSUD Ciamis bersama keluarga klien dengan keluhan sesak dan batuk-batuk. Dari hasil pemeriksaan dokter, terdengar suara napas tambahan wheezing. Tindakan yang diberikan selama klien di IGD diantaranya adalah pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil : denyut nadi 161 x/menit, respirasi 36 x/menit, suhu 36,1°C, dan saturasi oksigen 97%. Selain itu dilakukan pemberian nebulizer Combivent setiap 8 jam sekali, oksigenasi 2 liter/menit dengan nasal kanul, pemasangan intravenous line No.22 dengan pemberian KAEN 3B 20 tetes/menit jenis makrodrip. Pemberian Cefotaxime 3x1gram via intravena dan Ambroxol sirup 3x1,5 sendok teh via oral. Setelah itu klien dipindahkan ke Ruang Melati untuk menjalani rawat inap.

Ibu klien mengatakan, sejak 2 hari yang lalu klien merasa sesak didahului dengan demam, batuk, dan pilek sehingga pada tanggal 31 Desember 2019 ibu dan ayah klien membawa klien ke IGD RSUD Ciamis. Dari hasil pemeriksaan dokter, terdapat suara napas tambahan wheezing dan ronkhi disertai retraksi intercosta. Tindakan yang diberikan selama klien di IGD diantaranya adalah pemeriksaan tanda-tanda vital dengan hasil : denyut nadi 155 x/menit, respirasi 28 x/menit, suhu 37,5°C, dan saturasi oksigen 90%. Selain itu dilakukan pemasangan intavenous line No.24 dengan pemberian KAEN 3B 40ml/jam jenis mikrodrip, oksigenasi 3 liter/menit dengan nasal kanul, pemberian nebulizer Combivent setiap 8 jam sekali, pemberian Ambroxol sirup 3x1 sendok teh via oral, dan pemberian Cefixime sirup 2x1 sendok teh via oral. Klien disarankan untuk dirawat di rumah sakit lalu klien dipindahkan ke Ruang Melati.

Keluhan utama saat dikaji

Pada tanggal 20 Desember 2019, dilakukan pengkajian pada klien. Klien mengeluh sesak. Sesak bertambah saat dalam posisi berbaring dan saat beraktivitas namun berkurang saat dalam posisi duduk dan saat beristirahat. Klien mengatakan sesak dirasakan seperti memakai pakaian yang sangat ketat. Sesak di area dada dengan frekuensi napas 35x/menit. Sesak dirasakan sering terutama pada malam hari dan saat berbaring.

Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 31 Desember 2019 pukul 20.00, ibu klien mengatakan klien mengeluh sesak. Sesak bertambah ketika berbaring serta beraktivitas dan berkurang saat beristirahat. Klien mengatakan sesak dirasakan seperti tertimpa beban berat di dada. Frekuensi napas klien 42x/menit. Sesak dirasakan sering terutama pada malam hari saat hendak tidur dan saat bangun tidur.

Page 101: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

86

2) Riwayat kehamilan dan kelahiran

Tabel 4.4 Riwayat kehamilan dan kelahiran

Klien 1 Klien 2 Prenatal Ibu klien mengatakan bahwa

klien adalah anak kedua. Selama kehamilan ibu klien tidak pernah mengalami sakit yang berat maupun infeksi. Ibu klien sering melakukan kontol di klinik kebidanan terdekat yang dilakukan satu bulan sekali dan sudah mendapatkan imunisasi yang diberikan sebelum persalinan berupa imunisasi Tetanus Toxide (TT). Ibu klien juga mengatakan hanya meminum obat-obatan yang diberikan oleh bidan saja. Selain itu tidak ada keluhan-keluhan lain selama masa kehamilan.

Ibu klien mengatakan bahwa klien adalah anak kedua. Pada masa kehamilan, ibu klien sering mengalami mual muntah namun tidak pernah mengalami sakit yang berat. Ibu klien sering melakukan kontrol ke dokter kandungan sebanyak 7x. Selain itu ibu klien sudah memperoleh imunisasi Tetanus Toxide (TT) sebanyak 2x yaitu pada usia kehamilan trimester 1 dan trimester 2. Ibu klien hanya mengkonsumsi vitamin dan obat yang diberi dokter dan tidak pernah sembarangan meminum obat-obatan maupun jamu.

Intranatal Ibu klien mengatakan bahwa persalinan dilakukan secara normal tanpa pembedahan di klinik kebidanan terdekat. Saat persalinan, bayi yang lahir langsung menangis dan berat badan lahir bayi adalah 3500 gram. Ibu klien mengatakan bahwa klien lahir diusia kehamilan tepat 9 bulan atau 38 minggu dan tidak ada masalah selama proses persalinan.

Ibu klien mengatakan melahirkan klien melalui proses persalinan di RSUD Ciamis. Ibu klien menjalani Sectio Caesarea dengan indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD). Klien lahir dengan berat badan lahir rendah yaitu 1700 gram pada usia yang prematur yaitu 28 minggu dan bayi yang lahir tidak langsung menangis. Ibu klien mengatakan mengalami sedikit perdarahan namun tidak sampai dilakukan tranfusi darah.

Postnatal Ibu klien mengatakan klien lahir tanpa adanya kelainan. Selain itu, ibu klien juga mengatakan bahwa ibu mampu mengeluarkan ASI namun produksi ASI tidak lancar sehingga selain diberi ASI, bayi juga diberi susu formula.

Ibu klien mengatakan klien lahir tidak tampak adanya kelainan. Namun, ibu klien mengatakan bahwa hasil pemeriksaan dokter, bayi yang lahir mengalami gangguan pernapasan. Produksi ASI ibu lancar sehingga klien dapat langsung diberi ASI eksklusif.

Page 102: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

87

3) Riwayat kesehatan dahulu dan riwayat kesehatan keluarga

Tabel 4.5 Riwayat kesehatan dahulu dan riwayat kesehatan keluarga

Klien 1 Klien 2 Riwayat kesehatan dahulu

Keluarga klien mengatakan bahwa klien memiliki riwayat penyakit Asma yang mulai diketahui sejak klien berusia 5 tahun dan terakhir kambuh saat klien berusia 6 tahun. Ibu klien mengatakan bahwa asma selalu kambuh setiap kali klien mengkonsumsi es atau minuman dingin.

Keluarga klien mengatakan bahwa klien memiliki riwayat penyakit Asma yang sering kambuh saat cuaca dingin, saat sakit batuk pilek, dan saat terkena asap atau debu. Terakhir kali kambuh 1 tahun yang lalu dikarenakan cuaca dingin.

Riwayat kesehatan keluarga

Ibu klien menyebutkan bahwa kakek, paman, ibu klien sendiri, dan kakak klien memiliki riwayat penyakit Asma seperti yang diderita klien yang hanya kambuh di usia sekolah saja.

Ibu klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang pernah memiliki riwayat penyakit Asma maupun riwayat alergi sebelumnya. Dalam keluarga, penyakit Asma baru diderita oleh klien saja.

d. Pola aktivitas sehari-hari

Tabel 4.6 Pola aktivitas sehari-hari

Jenis Aktivitas Klien 1 Klien 2

Di Rumah Di Rumah Sakit Di Rumah Di Rumah Sakit Nutrisi

a. Makan Frekuensi Jenis Porsi Keluhan

b. Minum

Frekuensi Jumlah Jenis Keluhan

4-5 x/hari Nasi, lauk pauk 1 porsi Porsi makan banyak, mudah lapar 6-8 gelas/hari 1800 ml/hari Air putih, susu Tidak ada keluhan

3-4 x/hari Nasi, lauk pauk 1 porsi Porsi makan banyak, mudah lapar 6-8 gelas/hari 1800 ml/hari Air putih, susu Tidak ada keluhan

3 x/hari Nasi, lauk pauk ½ porsi Susah makan 3-4 gelas/hari 1600 ml/hari Air putih, susu Tidak ada keluhan

3 x/hari B TKTP ½ porsi Susah makan, sesak saat makan , sesekali tersedak 3-4 gelas/hari 1600 ml/hari Air putih, susu Tidak ada keluhan

Eliminasi a. BAB

Frekuensi Warna Konsistensi Bau Keluhan

b. BAK

Frekuensi Jumlah

1-2 x/hari Coklat Berbentuk Khas feses Tidak ada keluhan 6-8 x/hari 1800 ml/hari

1 x/hari Coklat Berbentuk Khas feses Tidak ada keluhan 6-8 x/hari 1800 ml/hari

1 x/ 2 hari Coklat Berbentuk Khas feses Tidak ada keluhan 3-4 x/hari 1600 ml/hari

Belum BAB sejak dilakukan pengkajian Tidak ada keluhan 3-4 x/hari 1600 ml/hari

Page 103: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

88

Warna Keluhan

Kuning jernih Tidak ada keluhan

Kuning jernih Tidak ada keluhan

Kuning jernih Tidak ada keluhan

Kuning jernih Tidak ada Keluhan

Istirahat Tidur a. Siang

Kuantitas Kualitas

b. Malam Kuantitas Kualitas

c. Keluhan

1-2 jam/hari Nyenyak 6-8 jam/hari Nyenyak Tidak ada keluhan

3-4 jam/hari Nyenyak 6-8 jam/hari Nyenyak Tidak ada keluhan

1 jam/hari Nyenyak 8-10 jam/hari Nyenyak Tidak ada keluhan

1-2 jam/hari Nyenyak 8-10 jam/hari Nyenyak Tidak ada Keluhan

Personal Hygiene

a. Mandi b. Gosok gigi c. Keramas d. Gunting

kuku

e. Ganti pakaian

f. Keluhan

2 x/hari 2 x/hari 3 x/minggu 1 x/minggu 2 x/hari Tidak ada keluhan

Belum pernah Belum pernah Belum pernah Belum pernah 1 x/hari Malas mandi karena air yang dingin dan lelah

2 x/hari 2 x/hari 1 x/hari 1 x/minggu 2 x/hari Tidak ada keluhan

Belum mandi, gosok gigi, keramas, dan gunting kuku sejak dilakukan pengkajian 1 x/hari Tidak mau mandi karena sesak saat kedinginan

Aktivitas Belajar, bermain, berjalan, berlari, beraktivitas dengan bebas dan mandiri

Berbaring di ranjang, bermain handphone, dan ke kamar mandi

Bermain, berlari, berjalan, beraktivitas dengan bebas dan aktif

Berbaring di ranjang dan ke kamar mandi

e. Pertumbuhan dan Perkembangan

Tabel 4.7 Pertumbuhan

Klien 1 Nilai Normal Klien 2 Nilai Normal 1) Antropometris

a) Berat badan (kg) b) Tinggi badan (cm) c) Lingkar kepala (cm) d) Lingkar dada (cm) e) Lingkar lengan atas (cm) f) Lingkar abdomen (cm)

43 139 53 83 27 85

29 131 - - - -

11 99 46 51 13 51

18.2 109.4 49.2-52.3 - - -

2) Body Mass Index / usia 22.2 16.0 11.2 15.2 3) Status Gizi Gizi Lebih (Overweight) Gizi Buruk (Severely Wasted)

Page 104: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

89

Tabel 4.8 Perkembangan

Klien 1 (8 tahun 9 bulan) Klien 2 (4 tahun 11 bulan) Kognitif Klien mampu mengambil

benda yang diinginkan lalu mengoperasikannya sesuai kegunaan benda tersebut.

Motorik halus

Klien mampu menggerakan semua jari tangan dan kaki. Klien juga mampu makan dan minum sendiri tanpa bantuan orang lain.

Moral Klien tampa patuh saat dilakukan pemberian obat setelah perawat menjelaskan dampak buruk jika tidak minum obat

Motorik kasar

Klien mampu mengancingkan pakaian tanpa bantuan, berjalan, dan melompat saat bermain.

Spiritual Klien tampak tetap menjalankan ibadahnya bersama dengan keluarganya sesuai dengan keyakinan klien dan keluarga.

Pengamatan Klien tampak selalu memperhatikan hal-hal yang dilakukan perawat namun sesekali klien tidak memperhatikan karena sedang bermain game dengan kakaknya.

Psikoseksual Klien cenderung selalu bermain dengan teman-teman yang berjenis kelamin sama seperti dirinya yaitu teman perempuan.

Bicara (bahasa)

Klien memberi respon dengan tersenyum dan hanya menjawab “ya” atau “tidak” ketika

diberikan pertanyaan.

Psikososial Klien tampak senang saat perawat memberikan pujian atas tindakan baik yang dilakukan klien.

Sosialisasi Klien tampak kooperatif saat dilakukan pengkajian. Selama klien dirawat, klien hanya bermain bersama kakaknya saja.

f. Riwayat imunisasi

Tabel 4.9 Riwayat imunisasi

Jenis Imunisasi

Klien 1 Klien 2 Usia Dosis Cara Usia Dosis Cara

Hepatitis 1 BCG Polio 1

1 bulan 0.5 cc 0.05 cc 2 tetes

IM IC Oral

1 bulan 0.5 cc 0.05 cc 2 tetes

IM IC Oral

Hepatitis 2 DPT 1 Polio 2

2 bulan 0.5 cc 0.5 cc 2 tetes

IM IM Oral

2 bulan 0.5 cc 0.5 cc 2 tetes

IM IM Oral

DPT 2 Polio 3

3 bulan 0.5 cc 2 tetes

IM Oral

3 bulan 0.5 cc 2 tetes

IM Oral

DPT 3 Polio 4

4 bulan 0.5 cc 2 tetes

IM Oral

4 bulan 0.5 cc 2 tetes

IM Oral

Hepatitis 3 Campak

9 bulan 0.5 cc 0.5 cc

IM SC

9 bulan 0.5 cc 0.5 cc

IM SC

Page 105: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

90

g. Pemeriksaan fisik

Tabel 4.10 Pemeriksaan fisik

Klien 1 Klien 2 1) Keadaan Umum

Penampilan

Kesadaran

Klien tampak tidak nyaman, berkeringat, lemah, dan kurang bersemangat. Compos Mentis PCS : 15 (E:4 M:6 V:5)

Klien tampak berkeringat dan lemah Compos Mentis PCS : 15 (E:4 M:6 V:5)

2) Pemeriksaan Tanda Tanda Vital Tekanan Darah Denyut Nadi Respirasi Suhu Saturasi Oksigen

110/70 mmHg 128 x/menit 35 x/menit 36,8°C 97%

100/60 mmHg 132 x/menit 42 x/menit 37,1 °C 93%

3) Pemeriksaan Head to Toe a) Kepala Bentuk proporsional, tidak ada

lesi, rambut tampak bersih, hitam, dan distribusi rambut merata. Kulit kepala bersih, tidak berminyak, berkeringat, ubun-ubun tidak cekung, tidak ada nyeri tekan.

Warna rambut hitam, distribusi rambut merata, bersih, tidak ada parasit. Bentuk kepala lonjong, tidak ada benjolan, kulit kepala berkeringat. Ubun-ubun tidak tampak cekung, tidak ada nyeri tekan.

b) Wajah Bentuk bulat, wajah bersih, berkeringat, warna kulit coklat, ekspresi wajah tampak tidak bersemangat, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan atau jejas, tidak terdapat edema.

Wajah oval bersih, warna kulit putih, berkeringat, bentuk simetris, tidak ada edema di wajah, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan.

c) Mata Bentuk simetris antara mata kanan dan kiri. Tidak tampak cekung. Sklera berwarna putih. Konjungtiva normal berwarna merah muda. Kelopak mata tidak tampak cekung. Bola mata dapat bergerak ke segala arah. Terdapat reflek pada pupil. Klien mampu membaca tulisan dengan jarak 1 meter.

Bentuk dan pergerakan mata simetris, sklera mata berwarna putih jernih, reflek pupil terhadap cahaya positif, konjungtiva merah muda, kelopak mata tidak tampak cekung. Klien belum bisa membaca, namun fungsi penglihatan normal dilihat dari klien mampu menunjuk jari perawat.

d) Telinga Bentuk telinga kiri dan kanan simetris. Pinna sejajar dengan sudut mata. Telinga tampak bersih. Tidak ada nyeri tekan dan kemerahan pada telinga. Fungsi pendengaran baik tampak dari klien mampu mendengarkan suara garputala saat dilakukan tes rinne, weber, dan swaba seimbang antara telinga kanan dan kiri.

Bentuk dan ukuran simetris kiri dan kanan, pinna sejajar dengan sudut mata. Tidak terdapat serumen, tidak ada lesi, dapat mendengar suara dengan baik dilihat dari klien menoleh saat di namanya panggil.

e) Hidung Lubang hidung simetris. Tampak adanya napas cuping hidung. Adanya keringat dibawah hidung. Rongga hidung tampak bersih.

Bentuk lubang hidung simetris, septum nasal ditengah, lubang hidung normal, tidak terdapat pembengkakan pada sinus

Page 106: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

91

Tidak terdapat nyeri tekan pada sinus maxilaris dan frontalis. Fungsi penciuman baik tampak dari klien mampu membedakan bau teh dan bau kopi.

maxilaris dan frontalis, terdapat pernapasan cuping hidung. Klien mampu mencium bau, namun tidak dapat menebak bau yang diberikan.

f) Mulut Bentuk mulut simetris. Tidak tampak kelainan seperti labioschizis atau palatoschizis. Warna bibir merah. Tidak tercium bau mulut. Mukosa tampak lembap. Gigi tampak bersih dengan jumlah 28 buah gigi. Terdapat reflek menelan. Fungsi pengecap baik tampak dari klien mampu membedakan rasa.

Bentuk mulut simetris dan tidak tampak adanya kelainan labiozhisis atau palatozhisis, warna bibir merah muda, mukosa bibir lembap. Jumlah gigi 20 buah tampak bersih. Klien belum mampu membedakan rasa. Klien hanya mampu mengucapkan rasa “enak” dan “tidak enak”.

g) Leher Tidak terdapat lesi. Tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid dan getah bening. Gerakan leher baik tampak dari klien mampu menoleh ke kanan dan ke kiri.

Tidak tampak kemerahan, biang keringat, dan lesi. Gerakan leher baik, tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan vena jugularis maupun kelenjar getah bening.

h) Dada Dada simetris saat respirasi. Respirasi tampak cepat dan dangkal. Orthopnea. Tidak tampak adanya retraksi otot saat bernapas. Tidak ada nyeri tekan saat dilakukan palpasi. Getaran seimbang saat klien berbicara. Bunyi resonan saat dilakukan perkusi di daerah paru-paru dan bunyi pekak saat dilakukan perkusi di daerah jantung. Frekuensi napas 35 x/menit. Suara napas wheezing saat klien melakukan ekspirasi. Suara napas ronkhi. Klien tampak batuk dan sulit mengeluarkan dahak. Denyut nadi reguler dengan frekuensi 128 x/menit dan tekanan darah 110/70 mmHg.

Bentuk dada simetris, tidak ada lesi atau bintik kemerahan, tidak ada benjolan, berkeringat, tidak ada nyeri tekan, pergerakan dinding dada saat inspirasi dan ekspirasi seimbang antara kiri dan kanan, tampak retraksi otot dada. Orthopnea. Saat di auskultasi terdengar suara napas tambahan wheezing dan ronkhi. Klien tampak sulit mengeluarkan dahak. Respirasi 42x/menit, napas tampak cepat dan dangkal, suara perkusi paru resonan. Auskultasi suara jantung S1 dan S2 reguler dengan frekuensi 132 x/menit dan tekanan darah 100/60 mmHg.

i) Abdomen Abdomen bersih, tidak tampak asites, tidak ada lesi, tampak berkeringat. Tidak tampak pernapasan dengan otot perut. Bising usus 12 x/menit. Bunyi pekak pada bagian hati, lambung, dan kandung kemih saat dilakukan perkusi. Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran hati.

Bentuk abdomen datar, tidak ada lesi atau bintik kemerahan, berkeringat. Tampak gerakan pada perut saat bernapas. Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, tidak adanya asites, tidak teraba pembesaran hati atau limpa, bising usus 8x/menit, turgor kulit kembali kurang dari 3 detik. suara perkusi hepar dullness, sedangkan suara perkusi pada lambung dan kandung kemih timpani.

j) Punggung dan bokong

Bentuk punggung simetris, tidak tampak kelainan pada tulang

Bentuk simetris, tidak terdapat kelainan tulang punggung seperti

Page 107: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

92

belakang seperti skoliosis, lordosis, maupun kifosis. Tidak tampak adanya lesi dan jejas. Punggung tampak berkeringat. Getaran simetris saat klien berbicara. Tidak ada nyeri tekan.

kifosis, lordosis, scoliosis atau spinabifida, tidak terdapat jejas ataupun nyeri tekan

k) Genitalia Tidak ada kelainan, genitalia tampak kering dan bersih. Ibu klien mengatakan klien selalu BAK setiap beberapa saat setelah minum. Selain itu klien selalu membersihkan genitalia setiap selesai BAK dengan air mengalir.

Tidak ada kelainan pada genetalia, tidak ada kemerahan, tidak ada lesi, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan, genitalia tampak bersih dan kering karena ibu klien selalu membersihkannya setiap klien selesai BAK.

l) Anus Tidak ada kelainan, anus tampak kering dan bersih. Ibu klien mengatakan klien BAB 1x dalam sehari dan selalu membersihkan anusnya setiap selesai BAB.

Ibu klien mengatakan klien belum BAB. Klien tidak BAB setiap hari dan hanya BAB 3 hari sekali. Anus klien tampak bersih dan kering.

m) Ekstermitas (1) Ekstermitas Atas: Bentuk simetris antara tangan kanan dan kiri, jumlah jari lengkap, kuku pendek dan kotor, tidak ada edema, turgor kulit elastis. CRT kurang dari 3 detik. Klien mampu menggerakkan tangan kiri dengan bebas dan aktif namun tidak dapat menggerakkan tangan kanannya dengan bebas karena terpasang intravenous line No.22 dengan cairan KAEN 3B 20 tetes/menit jenis makrodrip. Adanya refleks biseps dan triseps. Kekuatan otot 5 5

(2) Ekstermitas Bawah: bentuk simetris antara kaki kanan dan kiri, jumlah jari lengkap, tidak ada edema, adanya refleks patella, achiles, dan babinski, Klien mampu menggerakkan kakinya dengan bebas. Kekuatan otot 5 5

(1) Ekstremitas Atas: Tangan kanan dan kiri simetris, jumlah jari-jari lengkap, kuku tampak bersih dan pendek, tidak ada edema, CRT kurang dari 3 detik, tepasang intravenous line No.24 dengan pemberian KAEN 3B 40ml/jam jenis mikrodrip di tangan kiri dan terpasang cairan infus. Turgor kulit elastis. Ada refleks biseps dan triseps Klien mampu membawa benda. Kekuatan otot 5 5

(2) Ekstermitas Bawah: Kaki kiri dan kanan tampak simetris, tidak ada edema, turgor kulit elastis, jumlah jari-jari lengkap. Ada reflex patella dan Babinski. Kekuatan otot 5 5

Page 108: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

93

h. Pemeriksaan psikologi

Tabel 4.11 Pemeriksaan psikologi

Klien 1 Klien 2 Data Psikologis

1) Data psikologis klien

2) Data psikologis keluarga klien

Klien mengatakan takut jika penyakitnya kambuh lagi. Namun klien tampak tenang saat perawat melakukan pengkajian dan tindakan keperawatan. Ibu klien cemas saat asma klien kambuh. Ibu klien tidak mengetahui cara menangani keadaan tersebut saat jauh dari pelayanan kesehatan. Ibu klien menanyakan cara mencegah dan mengobati penyakit. Keluarga klien tampak bingung ketika ditanya mengenai apa saja penyebab terjadinya asma. Keluarga klien tampak bingung ketika ditanya mengenai proses terjadinya asma

Klien tidak tampak cemas dan tidak menangis saat dilakukan pengkajian karena sambil bermain game. Keluarga mengatakan cemas saat penyakit klien kambuh. Keluarga klien mengatakan ingin anaknya dirawat di Rumah Sakit untuk terakhir kalinya. Keluarga tampak tenang dan sabar saat merawat anaknya karena ingin anaknya lekas sembuh. Saat ditanya mengenai asma, keluarga mampu menyampaikan sedikit informasi yang diketahuinya dengan tepat.

Data Sosial Klien diasuh oleh kedua orangtuanya yaitu Tn M dan Ny. N. Hubungan klien dengan orangtua tampak baik dilihat dari kedua orangtuanya yang selalu memenuhi kebutuhan klien ketika klien membutuhkan sesuatu.

Selama klien menjalani rawat inap, klien ditemani oleh Ny.W bersama kakak laki-lakinya. Hubungan klien dengan keluarga tampak harmonis dilihat dari ibu klien merawat dan menjaga klien selama klien sakit kakaknya yang selalu bermain bersama klien.

Dara Spiritual Klien beragama islam dan klien tidak lupa untuk menjalankan ibadah sholat setiap hari sesuai dengan ajarannya bersama dengan keluarganya.

Klien dan keluarganya beragama islam namun belum mengetahui cara menjalankan ibadah sholat sehingga hanya keluarganya saja yang menjalankan ibadah sholat.

Data Hospitalisasi Klien tenang dan mengikuti perawatan serta pengobatan yang diberikan selama dirawat.

Klien tidak menangis setiap perawat mengunjungi klien. Klien tidak tampak bosan saat dirawat

Page 109: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

94

i. Hasil pemeriksaan diagnostik

Tabel 4.12 Hasil pemeriksaan diagnostik

No. Pemeriksaan Klien 1 19-12-2019

Klien 2 31-12-2019

Nilai Normal Satuan

1 2

HEMATOLOGI Hemoglobin Hematokrit Leukosit Trombosit Eritrosit Hitung Jenis Leukosit

Neutrofil Lymposit Monosit Eosinofil Basofil

KIMIA DARAH Gula Darah Sewaktu

14,8 41,7 17,1 533 5,28 68 16 9 7 0 86

11,4 31,7 20,7 472 6,47 71 13 10 6 0 104

12-16 35-45 7,0-17,0 150-450 4,0-5,5 50-70 25-40 3-7 2-6 0-1 70-200

g/dL % 103/uL 103/uL Juta/uL % % % % % mg/dL

j. Program dan rencana pengobatan

Tabel 4.13 Program dan rencana pengobatan

Jenis Terapi Dosis Cara Pemberian Waktu Klien 1 KAEN 3B 60 ml/jam Intravena 24 jam

Cefotaxime 3x1 gram Intravena 08.00, 16.00, 22.00 Dexamethasone 3 x 8 mg Intravena 08.00, 16.00, 22.00 Azytromicin 1x400 mg Intravena 08.00 Aminophilin 480 mg Intravena 16.30 (2ml/jam) Ambroxol Syrup 3x1½ cth Oral 08.00, 16.00, 22.00 Combivent 3x2,5 mg Inhalasi 10.00, 18.00, 02.00 Oksigen (nasal kanul) 3lt/menit Inhalasi 24 jam

Klien 2 KAEN 3B 40 ml/jam Intravena 24 jam Dexamethasone 3x3 mg Intravena 18.00, 02.00 Combivent 3x2,5 mg Inhalasi 10.00, 18.00, 02.00 Oksigen (nasal kanul) 2 lt/menit Inhalasi 24 jam Cefixime 2x1 cth Oral 08.00, 22.00 Ambroxol Syrup 3x1 cth Oral 08.00, 16.00, 22.00

Page 110: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

95

2. Analisa data

Tabel 4.14 Analisa data

Analisa data Etiologi Masalah Klien 1 DS:

a. Klien mengeluh sesak bertambah saat dalam posisi berbaring dan saat beraktivitas

b. Sesak dirasakan sering terutama pada malam hari dan saat berbaring.

DO: a. Klien tampak batuk

dan sulit mengeluarkan dahak

b. Orthopnea c. Frekuensi napas klien

cepat yaitu 35 x/menit d. Suara napas wheezing e. Suara napas ronkhi

Faktor pencetus (makanan dingin) ↓

Antigen yang terikat Imunoglobin E pada permukaan sel mast atau basofil

↓ Mengeluarkan mediator: histamine, platelet,

bradikinin, dll ↓

Permiabilitas kapiler meningkat ↓

Edema mukosa, sekresi produktif, kontraksi otot polos meningkat

↓ Spasme otot polos sekresi kelenjar bronkus ↑

↓ Penyempitan / obstruksi proksimal dari bronkus

pada tahap ekspirasi dan inspirasi ↓

Mucus berlebihan, batuk, wheezing, sesak napas ↓

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

DS: Klien mengeluh sesak bertambah saat dalam posisi berbaring dan saat beraktivitas DO:

a. Tampak napas cuping hidung

b. Respirasi tampak cepat dan dangkal

c. Orthopnea d. Tanda-tanda vital:

TD : 110/70 mmHg N : 128 x/menit RR : 35 x/menit S : 36,8°C SpO2: 97%

Faktor pencetus (makanan dingin) ↓

Antigen yang terikat Imunoglobin E pada permukaan sel mast atau basofil

↓ Mengeluarkan mediator: histamine, platelet,

bradikinin, dll ↓

Permiabilitas kapiler meningkat ↓

Edema mukosa, sekresi produktif, kontraksi otot polos meningkat

↓ Spasme otot polos sekresi kelenjar bronkus ↑

↓ Penyempitan / obstruksi proksimal dari bronkus

pada tahap ekspirasi dan inspirasi ↓

Mucus berlebihan, batuk, wheezing, sesak napas ↓

Tekanan partial oksigen di alveoli↓ ↓

Penyempitan jalan pernapasan ↓

Frekuensi napas meningkat ↓

Ketidakefektifan pola napas

Page 111: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

96

Ketidakefektifan pola napas

DS: Klien mengeluh sesak bertambah saat dalam posisi berbaring dan saat beraktivitas DO: a. Klien tampak tidak

nyaman, berkeringat, lemah, dan kurang bersemangat.

b. Tanda-tanda vital: TD : 110/70 mmHg N : 128 x/menit RR : 35 x/menit S : 36,8°C SpO2: 97%

Faktor pencetus (makanan dingin) ↓

Antigen yang terikat Imunoglobin E pada permukaan sel mast atau basofil

↓ Mengeluarkan mediator: histamine, platelet,

bradikinin, dll ↓

Permiabilitas kapiler meningkat ↓

Edema mukosa, sekresi produktif, kontraksi otot polos meningkat

↓ Konsentrasi O2 dalam darah menurun

↓ Hipoksemia

↓ Suplai darah dan O2 ke jantung berkurang

↓ Penurunan Cardiac Output

↓ Kelemahan dan keletihan

↓ Intoleransi aktivitas

Intoleransi aktivitas

DS: Ibu klien mengatakan klien makan dengan porsi makan banyak dan mudah lapar baik saat dirumah maupun di rumah sakit DO:

a. Berat badan 43 kg b. Tinggi badan 139 cm c. Body Mass Index 22.2 d. Status Gizi: Gizi Lebih e. Porsi 3-4 x/hari f. Klien tampak lemah g. Bising usus 12x/menit h. BAB 1x/hari

Faktor pencetus (makanan dingin) ↓

Antigen yang terikat Imunoglobin E pada permukaan sel mast atau basofil

↓ Mengeluarkan mediator: histamine, platelet,

bradikinin, dll ↓

Permiabilitas kapiler meningkat ↓

Edema mukosa, sekresi produktif, kontraksi otot polos meningkat

↓ Konsentrasi O2 dalam darah menurun

↓ Hipoksemia

↓ Suplai darah dan O2 ke jantung berkurang

↓ Kelemahan dan keletihan

↓ Aktivitas fisik yang rendah

↓ Kebutuhan energi meningkat, asupan makanan

meningkat ↓

Gangguan nutrisi

Gangguan nutrisi

Page 112: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

97

DS: a. Ibu klien mengatakan

klien belum mandi, gosok gigi, keramas, dan gunting kuku

b. Klien mengatakan malas mandi karena air yang dingin dan lelah

DO: a. Wajah berkeringat b. Adanya keringat

dibawah hidung c. Dada berkeringat d. Abdomen berkeringat e. Punggung berkeringat f. Kuku pendek dan kotor g. Klien tampak lemah

Faktor pencetus (makanan dingin) ↓

Antigen yang terikat Imunoglobin E pada permukaan sel mast atau basofil

↓ Mengeluarkan mediator: histamine, platelet,

bradikinin, dll ↓

Permiabilitas kapiler meningkat ↓

Edema mukosa, sekresi produktif, kontraksi otot polos meningkat

↓ Konsentrasi O2 dalam darah menurun

↓ Hipoksemia

↓ Suplai darah dan O2 ke jantung berkurang

↓ Penurunan Cardiac Output

↓ Kelemahan dan keletihan

↓ Defisit perawatan diri

Defisit perawatan diri

DS: Ibu klien menanyakan cara mencegah dan mengobati penyakit DO: a. Keluarga klien tampak

bingung ketika ditanya mengenai apa saja penyebab terjadinya asma.

b. Keluarga klien tampak bingung ketika ditanya mengenai proses terjadinya asma

Respon psikologis misinterpretasi pencegahan dan penatalaksanaan pengobatan

↓ Resiko kekambuhan asma

↓ Kurang informasi ibu tentang cara mencegah

dan mengobati asma ↓

Ibu menanyakan kepada perawat mengenai cara mencegah dan mengobati penyakit

↓ Defisiensi pengetahuan ibu

Defisiensi pengetahuan ibu

Klien 2 DS:

a. Ibu klien mengatakan sesak bertambah ketika berbaring serta beraktivitas

b. Sesak dirasakan sering terutama pada malam hari saat hendak tidur dan saat bangun tidur

DO: a. Klien tampak sulit

mengeluarkan dahak b. Orthopnea c. Frekuensi napas klien

cepat yaitu 42 x/menit

Faktor pencetus (infeksi) ↓

Antigen yang terikat Imunoglobin E pada permukaan sel mast atau basofil

↓ Mengeluarkan mediator: histamine, platelet,

bradikinin, dll ↓

Permiabilitas kapiler meningkat ↓

Edema mukosa, sekresi produktif, kontraksi otot polos meningkat

↓ Spasme otot polos sekresi kelenjar bronkus ↑

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Page 113: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

98

d. Suara napas tambahan wheezing dan ronkhi

Penyempitan / obstruksi proksimal dari bronkus pada tahap ekspirasi dan inspirasi

↓ Mucus berlebihan, batuk, wheezing, sesak napas

↓ Ketidakefektifan bersihan jalan napas

DS: Ibu klien mengatakan sesak bertambah ketika berbaring serta beraktivitas DO:

a. Terdapat pernapasan cuping hidung

b. Tampak retraksi otot dada

c. Napas tampak cepat dan dangkal

d. Orthopnea e. TTV

TD: 100/60 mmHg N : 132 x/menit RR: 42 x/menit S : 37,1 °C SpO2: 93%

Faktor pencetus (infeksi) ↓

Antigen yang terikat Imunoglobin E pada permukaan sel mast atau basofil

↓ Mengeluarkan mediator: histamine, platelet,

bradikinin, dll ↓

Permiabilitas kapiler meningkat ↓

Edema mukosa, sekresi produktif, kontraksi otot polos meningkat

↓ Spasme otot polos sekresi kelenjar bronkus ↑

↓ Penyempitan / obstruksi proksimal dari bronkus

pada tahap ekspirasi dan inspirasi ↓

Mucus berlebihan, batuk, wheezing, sesak napas ↓

Tekanan partial oksigen di alveoli↓ ↓

Penyempitan jalan pernapasan ↓

Frekuensi napas meningkat ↓

Ketidakefektifan pola napas

Ketidakefektifan pola napas

DS: Ibu klien mengatakan sesak bertambah ketika berbaring serta beraktivitas DO:

a. Klien tampak berkeringat dan lemah

b. TTV TD: 100/60 mmHg N : 132 x/menit RR: 42 x/menit S : 37,1 °C SpO2: 93%

Faktor pencetus (infeksi) ↓

Antigen yang terikat Imunoglobin E pada permukaan sel mast atau basofil

↓ Mengeluarkan mediator: histamine, platelet,

bradikinin, dll ↓

Permiabilitas kapiler meningkat ↓

Edema mukosa, sekresi produktif, kontraksi otot polos meningkat

↓ Konsentrasi O2 dalam darah menurun

↓ Hipoksemia

↓ Suplai darah dan O2 ke jantung berkurang

↓ Kelemahan dan keletihan

↓ Intoleransi aktivitas

Intoleransi aktivitas

Page 114: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

99

DS: Ibu klien mengatakan klien susah makan, sesak saat makan, dan sesekali tersedak. DO: a. Berat badan 11 kg b. Tinggi badan 99 cm c. Body Mass Index 11.2 d. Status Gizi: Gizi Buruk e. Porsi makan ½ porsi f. Klien tampak sulit

mengeluarkan dahak g. Bising usus 8x/menit h. Klien belum BAB sejak

dilakukan pengkajian

Faktor pencetus (infeksi) ↓

Antigen yang terikat Imunoglobin E pada permukaan sel mast atau basofil

↓ Mengeluarkan mediator: histamine, platelet,

bradikinin, dll ↓

Permiabilitas kapiler meningkat ↓

Edema mukosa, sekresi produktif, kontraksi otot polos meningkat

↓ Spasme otot polos sekresi kelenjar bronkus ↑

↓ Penyempitan / obstruksi proksimal dari bronkus

pada tahap ekspirasi dan inspirasi ↓

Mucus berlebihan, batuk, wheezing, sesak napas ↓

Tekanan partial oksigen di alveoli↓ ↓

Penyempitan jalan pernapasan ↓

Frekuensi napas meningkat ↓

Penurunan nafsu makan ↓

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

DS: a. Ibu klien mengatakan

klien belum mandi, gosok gigi, keramas, dan gunting kuku

b. Ibu klien mengatakan klien tidak mau mandi karena sesak saat kedinginan

DO: a. Kulit kepala

berkeringat b. Wajah berkeringat c. Dada berkeringat d. Abdomen berkeringat

Faktor pencetus (infeksi) ↓

Antigen yang terikat Imunoglobin E pada permukaan sel mast atau basofil

↓ Mengeluarkan mediator: histamine, platelet,

bradikinin, dll ↓

Permiabilitas kapiler meningkat ↓

Edema mukosa, sekresi produktif, kontraksi otot polos meningkat

↓ Konsentrasi O2 dalam darah menurun

↓ Hipoksemia

↓ Suplai darah dan O2 ke jantung berkurang

↓ Penurunan Cardiac Output

↓ Kelemahan dan keletihan

↓ Defisit perawatan diri

Defisit perawatan diri

Page 115: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

100

4.1.2.2. Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.15 Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan

Tanda tangan

Klien 1 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

peningkatan produksi mucus, ditandai dengan: DS: a. Klien mengeluh sesak bertambah saat dalam posisi

berbaring dan saat beraktivitas b. Sesak dirasakan sering terutama pada malam hari dan saat

berbaring. DO: a. Klien tampak batuk dan sulit mengeluarkan dahak b. Orthopnea c. Frekuensi napas klien cepat yaitu 35 x/menit d. Suara napas wheezing. e. Suara napas ronkhi

20 Desember 2019

Meda

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan, ditandai dengan: DS: Klien mengeluh sesak bertambah saat dalam posisi berbaring dan saat beraktivitas DO: a. Tampak napas cuping hidung b. Respirasi tampak cepat dan dangkal c. Orthopnea d. Tanda-tanda vital: TD : 110/70 mmHg

N : 128 x/menit RR : 35 x/menit S : 36,8°C SpO2: 97%

20 Desember 2019

Meda

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, ditandai dengan: DS: Klien mengeluh sesak bertambah saat dalam posisi berbaring dan saat beraktivitas DO: a. Klien tampak tidak nyaman, berkeringat, lemah, dan

kurang bersemangat. b. Tanda-tanda vital: TD : 110/70 mmHg

N : 128 x/menit RR : 35 x/menit S : 36,8°C SpO2: 97%

20 Desember 2019

Meda

4. Gangguan nutrisi berhubungan dengan pola makan yang salah, ditandai dengan: DS: Ibu klien mengatakan klien makan dengan porsi makan banyak dan mudah lapar baik saat dirumah maupun di rumah sakit

20 Desember 2019

Meda

Page 116: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

101

DO: a. Berat badan 43 kg b. Tinggi badan 139 cm c. Body Mass Index 22.2 d. Status Gizi: Gizi Lebih e. Porsi 3-4 x/hari f. Klien tampak lemah g. Bising usus 12x/menit h. BAB 1x/hari

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, ditandai dengan: DS: a. Ibu klien mengatakan klien belum mandi, gosok gigi,

keramas, dan gunting kuku b. Klien mengatakan malas mandi karena air yang dingin

dan lelah DO: a. Wajah berkeringat b. Adanya keringat dibawah hidung c. Dada berkeringat d. Abdomen berkeringat e. Punggung berkeringat f. Kuku pendek dan kotor g. Klien tampak lemah

20 Desember 2019

Meda

6. Defisiensi pengetahuan ibu berhubungan dengan kurang informasi ibu tentang cara mencegah dan mengobati asma, ditandai dengan: DS: Ibu klien menanyakan cara mencegah dan mengobati penyakit DO: a. Keluarga klien tampak bingung ketika ditanya mengenai

apa saja penyebab terjadinya asma. b. Keluarga klien tampak bingung ketika ditanya mengenai

proses terjadinya asma

20 Desember 2019

Meda

Klien 2 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

peningkatan produksi mucus, ditandai dengan: DS: a. Klien mengeluh sesak bertambah ketika berbaring dan

saat beraktivitas b. Sesak dirasakan sering terutama pada malam hari saat

hendak tidur dan saat bangun tidur DO: a. Klien tampak sulit mengeluarkan dahak b. Orthopnea c. Frekuensi napas klien cepat yaitu 42 x/menit d. Suara napas tambahan wheezing dan ronkhi

31 Desember 2019

Meda

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan, ditandai dengan: DS: Ibu klien mengatakan sesak bertambah ketika berbaring serta beraktivitas DO: a. Terdapat pernapasan cuping hidung b. Tampak retraksi otot dada

31 Desember 2019

Meda

Page 117: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

102

c. Napas tampak cepat dan dangkal d. Orthopnea e. Tanda-tanda vital: TD: 100/60 mmHg

N : 132 x/menit RR: 42 x/menit S : 37,1 °C SpO2: 93%

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, ditandai dengan: DS: Ibu klien mengatakan sesak bertambah ketika berbaring serta beraktivitas DO: a. Klien tampak berkeringat dan lemah b. Tanda-tanda vital: TD: 100/60 mmHg

N : 132 x/menit RR: 42 x/menit S : 37,1 °C SpO2: 93%

31 Desember 2019

Meda

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea saat makan, ditandai dengan: DS: Ibu klien mengatakan klien susah makan, sesak saat makan, dan sesekali tersedak. DO: a. Berat badan 11 kg b. Tinggi badan 99 cm c. Body Mass Index 11.2 d. Status Gizi: Gizi Buruk e. Porsi makan ½ porsi f. Klien tampak sulit mengeluarkan dahak g. Bising usus 8x/menit h. Klien belum BAB sejak dilakukan pengkajian

31 Desember 2019

Meda

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik, ditandai dengan: DS: a. Ibu klien mengatakan klien belum mandi, gosok gigi,

keramas, dan gunting kuku b. Ibu klien mengatakan klien tidak mau mandi karena sesak

saat kedinginan DO: a. Kulit kepala berkeringat b. Wajah berkeringat c. Dada berkeringat d. Abdomen berkeringat

31 Desember 2019

Meda

Page 118: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

103

4.1.2.3. Intervensi

Tabel 4.16 Intervensi Klien 1

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi Rasionalisasi

Klien 1 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi mucus, ditandai dengan: DS: a. Klien mengeluh

sesak bertambah saat dalam posisi berbaring dan saat beraktivitas

b. Sesak dirasakan sering terutama pada malam hari dan saat berbaring.

DO: a. Klien tampak

batuk dan sulit mengeluarkan dahak

b. Orthopnea c. Frekuensi napas

klien cepat yaitu 35x/menit

d. Suara napas wheezing.

e. Suara napas ronkhi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam diharapkan ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasi dengan kriteria hasil: a. Suara napas

bersih b. Tidak ada

sianosis dan dyspneu

c. Mampu mengeluarkan sputum

d. Frekuensi napas dalam rentang 20-30x/menit

Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas (Nurarif dan Kusuma, 2015)

Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat /tidak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius , misal : penyebaran, krekels basah (bronkitis), bunyi nafas reduk dengan ekspirasi mengi (efisema), atau tidak adanya bunyi nafas (asma berat) (Doenges, 2018)

Observasi tanda-tanda vital (Nurarif dan Kusuma, 2015)

Untuk mengetahui secara cepat apabila terjadi perubahan hemodinamik. (Doenges, 2018)

Berikan O2 dengan menggunakan nasal (Nurarif dan Kusuma, 2015)

Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas (Doenges, 2018)

Atur posisi agar jalan napas terbuka (semifowler) (Nurarif dan Kusuma, 2015)

Posisi semifowler mengurangi penekanan pada paru-paru sehingga memaksimalkan ventilasi (Doenges, 2018)

Pastikan asupan cairan adekuat (konsumsi air hangat) (Hardina et al, 2019)

Pemberian minum air hangat dapat memperlancar proses pernapasan, karena pada pernapasan pasien asma membutuhkan suasana yang encer dan cair (Hardina et al, 2019).

Berikan bronkodilator inhalasi dengan pengencer NaCl (Rihiantoro, 2014)

Merileksasikan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan nafas, menurunkan edama mukosa, menurunkan inflamasi jalan nafas, mencegah reaksi alergi/menghambat pengeluaran histamin. (Doenges, 2018)

Latih klien untuk melakukan batuk efektif (Kyle dan Carman, 2019)

Meningkatkan bersihan jalan napas (Doenges, 2018)

Page 119: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

104

Tabel 4.17 Intervensi Klien 2

Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi Rasionalisasi

Klien 2 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi mucus, ditandai dengan: DS: a. Klien mengeluh

sesak bertambah ketika berbaring dan saat beraktivitas

b. Sesak dirasakan sering terutama pada malam hari saat hendak tidur dan saat bangun tidur.

DO: a. Klien tampak

sulit mengeluarkan dahak

b. Orthopnea c. Frekuensi napas

klien cepat yaitu 45x/menit

d. Suara napas tambahan wheezing dan ronkhi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan dalam 3x24 jam diharapkan ketidakefektifan bersihan jalan napas teratasi dengan kriteria hasil: a. Suara napas

bersih b. Tidak ada

sianosis dan dyspneu

c. Mampu mengeluarkan sputum

d. Frekuensi napas dalam rentang 20-40x/menit

Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas (Nurarif dan Kusuma, 2015)

Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tidak dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, misal : penyebaran, krekels basah (bronkitis), bunyi nafas reduk dengan ekspirasi mengi (efisema), atau tidak adanya bunyi nafas (asma berat) (Doenges, 2018)

Observasi tanda-tanda vital (Nurarif dan Kusuma, 2018)

Untuk mengetahui secara cepat apabila terjadi perubahan hemodinamik (Doenges, 2018)

Berikan O2 dengan menggunakan nasal kanul (Nurarif dan Kusuma, 2015)

Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas (Doenges, 2018)

Atur posisi agar jalan napas terbuka (semifowler) (Nurarif dan Kusuma, 2015)

Posisi semifowler mengurangi penekanan pada paru-paru sehingga memaksimalkan ventilasi (Doenges, 2018)

Pastikan asupan cairan adekuat (konsumsi air hangat) (Hardina et al, 2019)

Pemberian minum air hangat dapat memperlancar proses pernapasan, karena pada pernapasan pasien asma membutuhkan suasana yang encer dan cair (Hardina et al, 2019)

Berikan bronkodilator inhalasi dengan pengencer NaCl (Rihiantoro, 2014)

Merileksasikan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan nafas, menurunkan edama mukosa, menurunkan inflamasi jalan nafas, mencegah reaksi alergi/menghambat pengeluaran histamin. (Doenges, 2018)

Latih klien untuk melakukan batuk efektif (Kyle dan Carman, 2019)

Meningkatkan bersihan jalan napas (Kyle dan Carman, 2019)

Page 120: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

105

4.1.2.4. Implementasi Tabel 4.18

Implementasi Klien 1 Diagnosa

Keperawatan Hari Ke-1 Hari Ke-2 Hari Ke-3

Klien 1 20 Desember 2019 21 Desember 2019 22 Desember 2019 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi mucus, ditandai dengan: DS: a. Klien

mengeluh sesak bertambah saat dalam posisi berbaring dan saat beraktivitas

b. Sesak dirasakan sering terutama pada malam hari dan saat berbaring.

Tanggal, Jam

Implementasi, Respon

Tanggal, Jam

Implementasi, Respon

Tanggal, Jam

Implementasi, Respon

09.40 Mengobservasi tanda-tanda vital Hasil: TD : 110/70 mmHg

N : 128 x/menit RR: 35 x/menit S : 36,8 °C SpO2: 97%

09.35 Mengobservasi tanda-tanda vital Hasil: TD : 120/75 mmHg

N : 105 x/menit RR: 29 x/menit S : 36,7 °C SpO2: 97%

08.00 Mengobservasi tanda-tanda vital Hasil: TD : 120/80 mmHg

N : 92 x/menit RR: 24 x/menit S : 36,8 °C SpO2: 98%

09.45 Melakukan auskultasi bunyi napas, mencatat adanya bunyi napas Hasil:

a. Frekuensi napas 35x/menit. b. Terdengar bunyi napas

wheezing dan ronkhi

09.40 Melakukan auskultasi bunyi napas, mencatat adanya bunyi napas Hasil:

a. Frekuensi napas 29x/menit. b. Terdengar bunyi napas

ronkhi

08.05 Melakukan auskultasi bunyi napas, mencatat adanya bunyi napas Hasil: a. Frekuensi napas 24x/menit. b. Bunyi napas bersih c. Klien tampak batuk sesekali d. Klien mampu mengeluarkan

sputum 09.48 Memberikan O2 dengan

menggunakan nasal kanul Hasil:

a. Pemberian oksigen 3 liter/menit dengan nasal kanul

b. Klien mengatakan merasa lebih enak saat bernapas namun masih sesak

09.43 Memberikan O2 dengan menggunakan nasal kanul Hasil:

a. Pemberian oksigen 3 liter/menit dengan nasal kanul

b. Klien mengatakan merasa lebih lega saat bernapas dibanding sebelumnya dan sesak berkurang

08.06 Memberikan O2 dengan menggunakan nasal kanul Hasil: a. Klien mengatakan tidak

ingin menggunakan oksigen karena sudah tidak merasa sesak

b. Tidak ada tanda-tanda sianosis

Page 121: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

106

DO: a. Klien tampak

batuk dan sulit mengeluarkan dahak Orthopnea

b. Frekuensi napas klien cepat yaitu 35x/menit

c. Suara napas wheezing.

d. Suara napas ronkhi

c. Tidak ada tanda-tanda sianosis

c. Tidak ada tanda-tanda sianosis

09.50 Mengatur posisi agar jalan napas terbuka (semifowler) Hasil: Klien mengatakan lebih enak saat bernapas dan sesak berkurang

09.45 Mengatur posisi agar jalan napas terbuka (semifowler) Hasil: Klien mengatakan lebih enak saat bernapas dan sesak berkurang

09.55 Memastikan asupan cairan adekuat (konsumsi air hangat) Hasil: Klien tampak batuk-batuk dan mengeluarkan sputum setelah minum air hangat

09.55 Memastikan asupan cairan adekuat (konsumsi air hangat) Hasil: Klien tampak batuk-batuk dan mengeluarkan sputum setelah minum air hangat

10.00 Memberikan bronkodilator inhalasi dengan pengencer NaCl Hasil:

a. Pemberian nebulizer Combivent 2,5mg dengan pengencer 3 ml NaCl 0.9% selama 10 menit menggunakan simple mask sesuai instruksi

b. Klien tampak batuk setelah dilakukan nebulizer

c. Klien mampu mengeluarkan sputum

d. Klien mengatakan masih merasakan sesak

10.00 Memberikan bronkodilator inhalasi dengan pengencer NaCl Hasil:

a. Pemberian nebulizer Combivent 2,5mg dengan pengencer 3 ml NaCl 0.9% selama 10 menit menggunakan simple mask sesuai instruksi

b. Klien mengatakan sudah tidak sesak

c. Klien mampu mengeluarkan sputum

10.10 Melatih klien untuk melakukan batuk efektif Hasil:

a. Klien mendemonstrasikan batuk efektif

b. Klien mampu mengeluarkan sputum

10.10 Melatih klien untuk melakukan batuk efektif Hasil:

a. Klien mendemonstrasikan batuk efektif

b. Klien mampu mengeluarkan sputum

Page 122: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

107

10.11 Mengobservasi tanda-tanda vital Hasil: TD: 120/70 mmHg

N : 102 x/menit RR: 33 x/menit S : 36,6 °C SpO2: 97%

10.11 Mengobservasi tanda-tanda vital Hasil: TD: 120/75 mmHg

N : 99 x/menit RR: 26 x/menit S : 36,6 °C SpO2: 98%

10.15 Melakukan auskultasi bunyi napas, mencatat adanya bunyi napas Hasil:

a. Frekuensi napas 33x/menit.

b. Terdengar bunyi napas wheezing dan ronkhi

10.15 Melakukan auskultasi bunyi napas, mencatat adanya bunyi napas Hasil:

a. Frekuensi napas 26x/menit.

b. Bunyi napas ronkhi berkurang

Tabel 4.19

Implementasi Klien 2 Diagnosa

Keperawatan Hari Ke-1 Hari Ke-2 Hari Ke-3

Klien 2 1 Januari 2020 2 Januari 2020 3 Januari 2020 Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan produksi mucus, ditandai dengan: DS: a. Klien

mengeluh sesak bertambah

Tanggal, Jam

Implementasi, Respon

Tanggal, Jam

Implementasi, Respon

Tanggal, Jam

Implementasi, Respon

08.30 Mengobservasi tanda-tanda vital Hasil: TD: 100/60 mmHg

N : 127 x/menit RR: 40 x/menit S : 37,3 °C SpO2: 93%

14.30 Mengobservasi tanda-tanda vital Hasil: TD: 100/65 mmHg

N : 122 x/menit RR: 34 x/menit S : 37,3 °C SpO2: 95%

08.00 Mengobservasi tanda-tanda vital Hasil: TD: 110/65 mmHg

N : 116 x/menit RR: 29 x/menit S : 37,5 °C SpO2: 97%

08.35 Melakukan auskultasi bunyi napas, mencatat adanya bunyi napas Hasil:

a. Frekuensi napas 40x/menit.

14.35 Melakukan auskultasi bunyi napas, mencatat adanya bunyi napas Hasil:

a. Frekuensi napas 34x/menit.

08.05 Melakukan auskultasi bunyi napas, mencatat adanya bunyi napas Hasil: a. Frekuensi napas 29x/menit.

Page 123: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

108

ketika berbaring dan saat beraktivitas

b. Sesak dirasakan sering terutama pada malam hari saat hendak tidur dan saat bangun tidur

DO: a. Klien tampak

sulit mengeluarkan dahak

b. Orthopnea c. Frekuensi

napas klien cepat yaitu 42x/menit

d. Suara napas tambahan wheezing dan ronkhi

b. Terdengar bunyi napas wheezing dan ronkhi

b. Terdengar bunyi ronkhi b. Bunyi napas bersih c. Klien tidak tampak batuk

08.37 Memberikan O2 dengan menggunakan nasal kanul Hasil:

a. Pemberian oksigen 2 liter/menit dengan nasal kanul

b. Tidak ada tanda-tanda sianosis

c. Klien mengatakan mampu merasakan oksigen saat bernapas

d. Klien mengatakan masih merasa sesak

14.37 Memberikan O2 dengan menggunakan nasal kanul Hasil:

a. Pemberian oksigen 2 liter/menit dengan nasal kanul

b. Tidak ada tanda-tanda sianosis

c. Klien mengatakan mampu merasakan oksigen saat bernapas

d. Klien mengatakan sudah tidak sesak

08.40 Mengatur posisi agar jalan napas terbuka (semifowler) Hasil: Klien mengatakan lebih nyaman dengan posisi duduk

14.40 Mengatur posisi agar jalan napas terbuka (semifowler) Hasil: Klien mengatakan tidak merasa sesak saat dalam posisi semifowler maupun berbaring

09.55 Memastikan asupan cairan adekuat (konsumsi air hangat) Hasil: Klien tampak batuk dan mengeluarkan sputum setelah minum air hangat

17.55 Memastikan asupan cairan adekuat (konsumsi air hangat) Hasil: Klien tampak batuk dan mengeluarkan sputum setelah minum air hangat

10.00 Memberikan bronkodilator inhalasi dengan pengencer NaCl Hasil:

a. Pemberian nebulizer Combivent 2,5mg dengan pengencer 3 ml NaCl 0.9% selama 10 menit menggunakan simple mask sesuai instruksi

18.00 Memberikan bronkodilator inhalasi dengan pengencer NaCl Hasil: a. Pemberian nebulizer

Combivent 2,5mg dengan pengencer 3 ml NaCl 0.9% selama 10 menit menggunakan simple mask sesuai instruksi

Page 124: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

109

b. Klien tampak batuk setelah dilakukan nebulizer

c. Klien mampu mengeluarkan sputum

b. Klien tampak batuk setelah dilakukan nebulizer

c. Klien mampu mengeluarkan sputum

10.10 Melatih klien untuk melakukan batuk efektif Hasil:

a. Klien mendemonstrasikan batuk efektif

b. Klien mampu mengeluarkan sputum

18.10 Melatih klien untuk melakukan batuk efektif Hasil: a. Klien mendemonstrasikan

batuk efektif b. Klien mampu mengeluarkan

sputum

10.11 Mengobservasi tanda-tanda vital Hasil:

TD: 110/60 mmHg N : 125 x/menit RR: 37 x/menit S : 37,1 °C SpO2: 93%

18.11 Mengobservasi tanda-tanda vital Hasil:

TD: 100/65 mmHg N : 121 x/menit RR: 31 x/menit S : 37,2 °C SpO2: 97%

10.15

Melakukan auskultasi bunyi napas, mencatat adanya bunyi napas Hasil:

a. Frekuensi napas 37x/menit. b. Terdengar bunyi napas

wheezing berkurang c. Terdengar bunyi napas

ronkhi

18.15 Melakukan auskultasi bunyi napas, mencatat adanya bunyi napas Hasil:

a. Frekuensi napas 31x/menit. b. Bunyi napas bersih

Page 125: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

110

4.1.2.5. Evaluasi

Tabel 4.20 Evaluasi

Tanggal Klien 1 Klien 2 Tanda

tangan 22 Desember 2019 3 Januari 2020 S: Klien mengatakan tidak ingin menggunakan oksigen karena sudah tidak merasa sesak O:

a. Tidak ada tanda sianosis b. Frekuensi napas 24x/menit. c. Bunyi napas bersih d. Klien tampak batuk sesekali e. Klien mampu mengeluarkan

sputum f. Tanda-tanda vital:

TD : 120/80 mmHg N : 92 x/menit RR: 24 x/menit S : 36,8 °C SpO2: 98%

A: Masalah teratasi P: Intervensi dihentikan, pasien pulang

S: Klien mengatakan tidak sesak saat dalam posisi semifowler maupun berbaring O:

a. Tidak ada tanda sianosis b. Frekuensi napas 29x/menit. c. Bunyi napas bersih d. Klien tidak tampak batuk e. Klien mampu mengeluarkan

sputum f. Tanda-tanda vital:

TD: 110/65 mmHg N : 116 x/menit RR: 29 x/menit S : 37,5 °C SpO2: 97%

A: Masalah teratasi P: Intervensi dihentikan, pasien pulang

4.2. Pembahasan

Dalam pembahasan ini, penulis menguraikan kesenjangan yang muncul

sebagai perbandingan antara asuhan keperawatan pada kedua klien dengan

diagnosa keperawatan yang sama, yaitu ketidakefektifan bersihan jalan

napas dengan mengacu pada teori dan opini yang disajikan oleh penulis, di

antaranya adalah sebagai berikut:

4.2.1. Pengkajian

Tahap ini merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang

menggunakan pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data.

Pengumpulan data digunakan dengan cara wawancara, observasi,

Page 126: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

111

pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi. Data objek adalah data yang

diperoleh melalui suatu pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan,

sedangkan data subjektif yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang

dirasakan pasien.

Faktor yang mendukung saat pengkajian adalah :

1. Adanya kerjasama yang baik antara klien, keluarga klien, dan

perawat ruangan.

2. Adanya arahan dan bimbingan baik langsung maupun tidak

langsung dari pembimbing ruangan.

Sedangkan faktor yang menghambat saat melakukan pengkajian

dan alternatif pemecahan masalahnya adalah kurangnya pengetahuan

penulis tentang asuhan keperawatan. Solusi dari hambatan tersebut

adalah penulis minta bimbingan dari pembimbing akademi maupun

perawat ruangan

Pada saat pengkajian, data-data yang didapatkan pada klien 1

adalah klien berumur 8 tahun 9 bulan dengan jenis kelamin perempuan.

Saat dikaji, klien mengeluh sesak. Sesak bertambah saat dalam posisi

berbaring dan saat beraktivitas namun berkurang saat dalam posisi

duduk dan saat beristirahat. Sesak dirasakan sering terutama pada

malam hari dan saat berbaring. Sedangkan pada klien 2, hasil yang

didapatkan saat pengkajian adalah klien berumur 4 tahun 11 bulan

dengan jenis kelamin laki-laki. Saat dikaji, klien mengeluh sesak. Sesak

bertambah ketika berbaring serta beraktivitas dan berkurang saat

Page 127: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

112

beristirahat. Sesak dirasakan sering terutama pada malam hari saat

hendak tidur dan saat bangun tidur. Hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan dalam Global Initiative for Asthma (GINA) tahun 2008

(dikutip dari Ikawati, 2011) bahwa asma didefinisikan sebagai penyakit

inflamasi kronik pada saluran pernapasan. Inflamasi kronis ini

berhubungan dengan hiperresponsivitas saluran pernapasan terhadap

stimulus yang menyebabkan kekambuhan sesak napas (mengi),

kesulitan bernapas, dada terasa sesak, dan batuk-batuk yang terjadi pada

malam hari atau dini hari.

Saat dilakukan pengkajian mengenai riwayat kesehatan klien dan

keluarga, didapatkan hasil pada klien 1 yaitu keluarga mengatakan

bahwa klien memiliki riwayat penyakit Asma yang mulai diketahui

sejak klien berusia 5 tahun dan terakhir kambuh saat klien berusia 6

tahun. Ibu klien menyebutkan bahwa kakek, paman, ibu klien sendiri,

dan kakak klien memiliki riwayat penyakit Asma seperti yang diderita

klien yang hanya kambuh di usia sekolah saja. Hal ini sesuai dengan

teori Dahlan (2014), asma memiliki komponen herediter, di mana

banyak gen terlibat dalam perkembangan pathogenesis penyakit ini.

Sedangkan pada klien 2, didapatkan hasil yaitu keluarga klien

mengatakan bahwa klien memiliki riwayat penyakit Asma yang sering

kambuh saat cuaca dingin, saat sakit batuk pilek, dan saat terkena asap

atau debu. Terakhir kali kambuh 1 tahun yang lalu dikarenakan cuaca

dingin. Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam teori bahwa anak

Page 128: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

113

penderita asma lebih rentan terhadap infeksi pernapasan berat akibat

bakteri dan virus (Ratcliffe dan Kiechefer, 2010 dikutip dari Kyle dan

Carman, 2019).

Selain itu, pada pengkajian riwayat persalinan klien 2, Ibu klien

menjalani Sectio Caesarea dengan indikasi Ketuban Pecah Dini (KPD).

Klien lahir dengan berat badan lahir rendah yaitu 1700 gram pada usia

yang prematur yaitu 28 minggu dan bayi yang lahir tidak langsung

menangis. Hal tersebut menunjukkan kesesuaian dengan teori yang

dikemukakan oleh Wahyudi (2016), munculnya asma pada anak dengan

riwayat BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dan prematur diduga

berhubungan dengan gangguan suplai nutrien yang menyebabkan

terhambatnya pertumbuhan paru.

Dalam teori yang dikemukakan oleh Marni (2014) bahwa gejala

lain yang bisa kita lihat adalah takipnea, takikardi, othopnea disertai

wheezing, diaphoresis, dan bisa juga muncul nyeri abdomen karena

penggunaan otot abdomen dalam pernapasan. Gejala diperberat apabila

mengalami dyspnea dengan lama ekspirasi: penggunaan otot-otot

asesori pernapasan, cuping hidung, retraksi dada, dan stridor. Keadaan

tersebut menandakan adanya pneumonia, disertai batuk berdahak dan

demam tinggi. Pada saat serangan seperti ini pasien tidak toleransi

terhadap aktivitas, baik makan, bermain, berjalan, bahkan berbicara.

Pada saat pemeriksaan fisik klien 1, didapat hasil pemeriksaan

diantaranya adalah frekuensi napas 35 x/menit yang menandakan

Page 129: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

114

takipnea, nadi 128 x/menit yang menandakan takikardi, suhu tubuh

36,8°C, saturasi oksigen 97%, orthopnea, suara napas wheezing saat

klien melakukan ekspirasi, klien tampak berkeringat, tampak adanya

napas cuping hidung, suara napas ronkhi, dan Klien tampak batuk dan

sulit mengeluarkan dahak. Klien 1 memiliki keluhan malas mandi

karena air yang dingin dan lelah, namun masih toleransi terhadap

makan. Pada klien 1 tidak ditemukan adanya nyeri abdomen dan

retraksi otot saat bernapas. Selain itu klien tidak mengalami demam

tinggi dikarenakan suhu tubuh 36,8°C. Sehingga menurut penulis

terdapat kesenjangan antara teori yang dikemukakan Marni (2014)

dengan kasus klien 1 di lapangan. Menurut penulis, tidak adanya nyeri

abdomen, retraksi otot saat bernapas, dan tidak adanya demam

dikarenakan penanganan yang cepat sehingga tidak ditemukan tanda

dari adanya pneumonia. Selain itu, penanganan yang cepat tersebut

menimbulkan perbaikan kondisi pada klien sehingga klien masih

toleransi terhadap makan.

Sedangkan hasil pemeriksaan fisik pada klien 2, didapatkan hasil

diantaranya adalah frekuensi napas 42 x/menit yang menandakan

takipnea, nadi 132 x/menit yang menandakan takikardi, dan suhu

37,1°C, saturasi oksigen 93%, respirasi tampak cepat dan dangkal,

orthopnea, suara napas tambahan wheezing dan ronkhi, klien tampak

berkeringat dan lemah, terdapat pernapasan cuping hidung, retraksi otot

dada, dan klien tampak sulit mengeluarkan dahak. Klien 2 memiliki

Page 130: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

115

keluhan susah makan, sesak saat makan, dan sesekali tersedak. Selain

itu klien tidak mau mandi karena sesak saat kedinginan. Pada klien 2

tidak ditemukan adanya nyeri abdomen dan demam tinggi. Hal ini

menunjukkan adanya kesenjangan antara teori Marni (2014) dengan

kasus pada klien 2 di lapangan. Menurut penulis, tidak adanya nyeri

abdomen kemungkinan dikarenakan klien tidak banyak menggunakan

otot tambahan saat bernapas. Selain itu tidak adanya demam tinggi

mungkin dikarenakan penanganan yang cepat sehingga tidak ditemukan

tanda adanya pneumonia.

Dari hasil pengkajian kedua klien, terdapat perbedaan yaitu tidak

adanya retraksi otot saat bernapas pada klien 1, namun ada retraksi otot

saat bernapas pada klien 2. Menurut penulis, hal ini terjadi karena

derajat serangan asma kedua klien yang berbeda. Klien 1 memiliki

derajat serangan asma yang ringan terlihat dari saturasi oksigen 97%

sedangkan klien 2 memiliki derajat serangan asma sedang terlihat dari

saturasi oksigen 93%. Selain itu adanya perbedaan derajat serangan

asma mungkin menyebabkan klien 1 masih toleransi terhadap makan

sedangkan klien 2 tidak toleransi terhadap makan. Hal ini sesuai

Penilaian Derajat Serangan Asma pada Anak menurut Global Initiative

for Asthma (Nurarif dan Kusuma, 2015).

Page 131: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

116

4.2.2. Diagnosa Keperawatan

Secara teori, menurut Nurarif dan Kusuma (2015), diagnosa

keperawatan yang mungkin muncul pada pasien asma adalah

ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus dalam

jumlah berlebihan, peningkatan produksi mucus, eksudat dalam alveoli,

dan bronkospasme; ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan

keletihan otot pernapasan dan deformitas dinding dada; gangguan

pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon dioksida; intoleransi

aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen (hipoksia), dan kelemahan; ketidakseimbangan

nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan laju metabolic,

dispnea saat makan, kelemahan otot pengunyah; dan ansietas

berhubungan dengan keadaan penyakit yang diderita.

Sedangkan berdasarkan kasus sesuai dengan prioritas masalah

setelah melakukan pengkajian, penulis merumuskan 6 diagnosa pada

klien 1 dan 5 diagnosa pada klien 2 yaitu pada klien 1 dengan diagnosa

keperawatan ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

peningkatan produksi mucus; ketidakefektifan pola napas berhubungan

dengan keletihan otot pernapasan; intoleransi aktivitas berhubungan

dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen;

gangguan nutrisi berhubungan dengan pola makan yang salah; defisit

perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik; dan defisiensi

pengetahuan ibu berhubungan dengan kurang informasi ibu tentang cara

Page 132: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

117

mencegah dan mengobati asma. Diagnosa keperawatan pada klien 2

adalah ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

peningkatan produksi mucus; ketidakefektifan pola napas berhubungan

dengan keletihan otot pernapasan; intoleransi aktivitas berhubungan

dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen;

ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan dispnea saat makan; dan defisit perawatan diri berhubungan

dengan kelemahan fisik.

Ada diagnosa keperawatan pada kedua klien yang tidak ditemukan

dalam teori yaitu defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

fisik yang ditemukan pada klien 1 dan klien 2, serta defisiensi

pengetahuan ibu berhubungan dengan kurang informasi ibu tentang cara

mencegah dan mengobati asma yang ditemukan pada klien 1. Ada pula

diagnosa keperawatan yang ada dalam teori namun tidak ditemukan

pada kedua klien yaitu gangguan pertukaran gas berhubungan dengan

retensi karbon dioksida dan ansietas berhubungan dengan keadaan

penyakit yang diderita. Diagnosa gangguan pertukaran gas berhubungan

dengan retensi karbon dioksida tidak diangkat oleh penulis dikarenakan

diagnosa ini muncul apabila penanganan asma tidak sesegera mungkin

dan tidak sesuai dengan prosedur sehingga anak dengan asma tersebut

akan mengalami sianosis (kulit dan membran mukosa kebiruan) akibat

hipoksia yang diawali dengan hipoksemia (defisiensi oksigen dalam

darah). Selain itu penulis tidak mengangkat diagnosa ansietas

Page 133: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

118

berhubungan dengan keadaan penyakit yang diderita karena menurut

penulis, klien akan mengalami ansietas apabila muncul serangan asma.

Diagnosa ansietas juga dapat muncul akibat defisiensi pengetahuan ibu

berhubungan dengan kurang informasi ibu tentang cara mencegah dan

mengobati asma. Sehingga defisiensi pengetahuan menjadi diagnosa

prioritas. Berikut adalah penjelasan tiap diagnosa yang sesuai dengan

teori pada kedua klien dengan asma yang ditemukan oleh penulis:

1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan

peningkatan produksi mucus.

Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), ketidakefektifan

bersihan jalan napas merupakan ketidakmampuan untuk

membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk

mempertahankan kebersihan jalan napas. Diagnosa ini ditemukan

pada kedua klien. Alasan diagnosa ini diambil karena saat penulis

melakukan pengkajian pada klien 1 dan klien 2, ditemukan data-

data hasil pengkajian seperti: pada klien 1 didapatkan hasil

pengkajian klien mengeluh sesak bertambah saat dalam posisi

berbaring dan saat beraktivitas. Sesak dirasakan sering terutama

pada malam hari dan saat berbaring. Klien tampak batuk dan sulit

mengeluarkan dahak, orthopnea, frekuensi napas klien cepat yaitu

35 x/menit, suara napas wheezing, dan suara napas ronkhi. Pada

klien 2 didapatkan hasil pengkajian Ibu klien mengatakan sesak

bertambah ketika berbaring serta beraktivitas. Sesak dirasakan

Page 134: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

119

sering terutama pada malam hari saat hendak tidur dan saat bangun

tidur. Klien tampak sulit mengeluarkan dahak, orthopnea, frekuensi

napas klien cepat yaitu 42 x/menit, suara napas tambahan wheezing

dan ronkhi.

Penulis menjadikan diagnosa tersebut sebagai masalah

prioritas karena menurut penulis, adanya peningkatan produksi

mucus dapat menyebabkan konsentrasi O2 dalam darah menurun

mengakibatkan peningkatan kerja otot, hipoksemia, dan

berkurangnya suplai oksigen ke jantung, ke otak, serta ke jaringan

yang berakibat pada masalah lain yaitu ketidakefektifan pola napas,

intoleransi aktivitas, gangguan pertukaran gas, dan ansietas.

(Nurarif dan Kusuma, 2015) Penanganan pada pasien asma dengan

masalah kebersihan jalan napas bertujuan untuk membersihkan

saluran pernapasan sehingga suplai oksigen yang masuk ke dalam

tubuh dapat terpenuhi dan gangguan akibat berkurangnya suplai

oksigen tidak terjadi.

2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot

pernapasan

Ketidakefektifan pola napas adalah inspirasi dan/atau ekspirasi

yang tidak memberi ventilasi (Nuraruf dan Kusuma, 2015).

Diagnosa ini ditemukan pada kedua klien. Alasan penulis

mengambil diagnosa ini karena saat dilakukan pengkajian pada

kedua klien, didapatkan hasil pengkajian seperti: pada klien 1

Page 135: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

120

didapat klien mengeluh sesak bertambah saat dalam posisi

berbaring dan saat beraktivitas, tampak napas cuping hidung,

respirasi tampak cepat dan dangkal, orthopnea, tekanan darah

110/70 mmHg, nadi 128 x/menit, respirasi 35 x/menit, suhu 36,8°C

dan saturasi oksigen 97%. Sedangkan pada klien 2 didapatkan hasil

ibu klien mengatakan sesak bertambah ketika berbaring serta

beraktivitas, terdapat pernapasan cuping hidung, tampak retraksi

otot dada, napas tampak cepat dan dangkal, orthopnea, tekanan

darah 100/60 mmHg, nadi 132 x/menit, respirasi 42 x/menit, suhu

37,1 °C, dan saturasi oksigen 93%.

Berdasarkan analisa penulis, ketidakefektifan pola napas

terjadi akibat penyempitan jalan napas yang menyebabkan

peningkatan kerja otot pernapasan (Nurarif dan Kusuma, 2015). Hal

ini tampak dari adanya pernapasan cuping hidung, retraksi otot

dada, dan peningkatan frekuensi pernapasan pada kedua klien.

Menurut penulis hal tersebut juga akan menghambat pemenuhan

suplai oksigen dalam tubuh sehingga suplai oksigen berkurang dan

menyebabkan kematian sel, hipoksemia, dan penurunan kesadaran.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara

suplai dan kebutuhan oksigen

Intoleransi aktivitas adalah ketidakcukupan energi psikologis

atau fisiologis untuk melanjutkan atau menyelesaikan aktivitas

kehidupan sehari-hari yang harus atau yang ingin dilakukan

Page 136: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

121

(Nurarif dan Kusuma, 2015). Diagnosa ini ditemukan pada kedua

klien. Alasan penulis mengangkat diagnosa ini karena saat

pengkajian didapat data-data pada kedua klien seperti: pada klien 1

yang mengeluh sesak bertambah saat dalam posisi berbaring dan

saat beraktivitas, klien tampak tidak nyaman, berkeringat, lemah,

dan kurang bersemangat, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 128

x/menit, respirasi 35 x/menit, suhu 36,8°C dan saturasi oksigen

97%. Sedangkan pada klien 2 didapatkan data ibu klien mengatakan

sesak bertambah ketika berbaring serta beraktivitas, klien tampak

berkeringat dan lemah, tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 132

x/menit, respirasi 42 x/menit, suhu 37,1 °C dan saturasi oksigen

93%.

Menurut analisa penulis, adanya penyempitan jalan napas

menghambat pemenuhan suplai oksigen dalam tubuh karena darah

kekurangan oksigen sehingga berdampak pada suplai oksigen ke

jantung berkurang dan oksigen yang dipompa dari jantung ke

seluruh tubuh bersama dengan darah juga berkurang sehingga sel-

sel tubuh tidak dapat menghasilkan energi untuk proses

metabolisme di dalam tubuh. Terjadilah kelemahan dan keletihan

yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan aktivitas sehari-

hari. Menurut Marni (2014), pada saat serangan seperti ini pasien

tidak toleransi terhadap aktivitas, baik makan, bermain, berjalan,

bahkan berbicara.

Page 137: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

122

4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan dispnea saat makan

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah

asupan nutrisi yang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

metabolik (Nurarif dan Kusuma, 2015). Diagnosa ini ditemukan

pada klien 2. Pada klien 2, ibu klien mengatakan klien susah makan,

sesak saat makan, dan sesekali tersedak, berat badan klien 11 kg,

tinggi badan 99 cm, Body Mass Index 11.2, Status gizi: gizi buruk,

porsi makan ½ porsi, Klien tampak sulit mengeluarkan dahak,

bising usus 8x/menit, klien belum BAB sejak dilakukan. Klien

sudah mengalami keluhan susah makan sebelum sakit sehingga

memiliki berat badan dibawah ideal. Sesuai teori Marni (2014),

pada saat serangan seperti ini pasien tidak toleransi terhadap

aktivitas, baik makan, bermain, berjalan, bahkan berbicara, menurut

penulis sendiri, adanya sesak saat makan menyebabkan klien

mengalami hambatan dalam menelan makanan karena adanya

resiko tersedak sehingga porsi makan klien menjadi ½ porsi saja.

Selain itu adanya gejala batuk berdahak memungkinkan klien

menjadi kurang minat pada makanan atau susah makan.

Penulis juga menemukan diagnosa pada kedua klien dengan asma

yang tidak terdapat dalam teori namun terjadi pada kasus di lapangan,

diantaranya adalah:

Page 138: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

123

1. Gangguan nutrisi berhubungan dengan pola makan yang salah

Diagnosa ini dirumuskan pada kasus klien 1 saja karena saat

pengkajian, ditemukan data: pada klien 1, ibu klien mengatakan

klien makan dengan porsi yang banyak dan mudah lapar baik saat

di rumah maupun di rumah sakit, berat badan 43 kg, tinggi badan

139 cm, Body Mass Index 22.2, status gizi: gizi lebih, porsi 3-

4x/hari, klien tampak lemah, bising usus 12x/menit, dan BAB

1x/hari. Menurut penulis, adanya asma pada klien 1 menyebabkan

klien tidak toleransi terhadap aktivitas. Selain itu asupan makanan

klien yang berlebihan dapat meningkatkan resiko obesitas. Hal ini

dijelaskan oleh Ramadhaniah (2014) bahwa penyebab obesitas

adalah ketidakseimbangan antara asupan dan pengeluaran energi.

Jumlah asupan yang tinggi dan aktivitas fisik yang rendah akan

menyebabkan terjadinya obesitas

Adanya diagnosa ini menunjukkan perbedaan antara kedua

klien dimana pada klien 1 masih toleransi terhadap makan,

sedangkan klien 2 tidak toleransi terhadap makanan. Menurut

analisa penulis, hal ini dikarenakan derajat serangan asma klien 1

yang ringan sedangkan derajat serangan asma klien 2 adalah

sedang menyebabkan klien 2 tidak toleransi terhadap makan.

2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik

Diagnosa ini diambil karena saat penulis melakukan

pengkajian pada kedua klien, didapatkan data: pada klien 1, ibu

Page 139: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

124

klien mengatakan klien belum mandi, gosok gigi, keramas, dan

gunting kuku. Selain itu, klien mengatakan malas mandi karena air

yang dingin dan adanya perasaan lelah. Saat pemeriksaan fisik

tampak wajah klien berkeringat, adanya keringat dibawah hidung,

dada berkeringat, abdomen berkeringat, punggung berkeringat,

kuku pendek dan kotor, klien tampak lemah, tekanan darah 100/70

mmHg, nadi 128 x/menit, respirasi 35 x/menit, dan suhu 36,8°C.

Sedangkan pada klien 2, didapat ibu klien mengatakan klien belum

mandi, gosok gigi, keramas, dan gunting kuku. Selain itu, ibu klien

mengatakan klien tidak mau mandi karena sesak saat kedinginan.

Saat pemeriksaan fisik, didapat wajah klien berkeringat, dada

berkeringat, abdomen berkeringat, tekanan darah 100/60 mmHg,

nadi 132 x/menit, respirasi 42 x/menit, dan suhu 37,1 °C.

3. Defisiensi pengetahuan ibu berhubungan dengan kurang informasi

ibu tentang cara mencegah dan mengobati asma

Diagnosa ini hanya ditemukan pada klien 1 saat penulis

melakukan wawancara mengenai psikologi keluarga klien, dan

didapat ibu klien menanyakan cara mencegah dan mengobati

penyakit. Keluarga klien juga tampak bingung ketika ditanya

mengenai penyebab terjadinya dan proses terjadinya asma.

Page 140: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

125

4.2.3. Intervensi

Intervensi keperawatan disusun sesuai dengan diagnosa yang

muncul pada kasus, berdasarkan Buku Ajar Keperawatan Pediatri

Volume 3 Edisi 2 (Kyle dan Carman, 2019) dengan diagnosa

ketidakefektifan bersihan jalan napas. Berdasarkan teori, intervensi

tersebut diantaranya adalah atur posisi agar jalan napas terbuka (posisi

menghirup jika telentang); lembapkan oksigen atau udara ruangan dan

pastikan asupan cairan adekuat (intravena atau oral); lakukan

penghisapan menggunakan bulb syringe atau via kateter nasofaring jika

perlu, terutama sebelum pemberian susu menggunakan botol; jika

takipnea, pertahankan status puasa (NPO); pada anak yang lebih besar,

dorong pengeluaran dahak melalui batuk; lakukan fisioterapi dada jika

diprogramkan; dan pastikan peralatan kedaruratan tersedia.

Intervensi yang disusun oleh penulis pada kedua klien dengan

ketidakefektifan bersihan jalan napas adalah auskultasi bunyi napas,

catat adanya bunyi napas; observasi tanda-tanda vital; berikan O2

dengan menggunakan nasal; atur posisi agar jalan napas terbuka

(semifowler); pastikan asupan cairan adekuat (konsumsi air hangat);

berikan bronkodilator inhalasi dengan pengencer NaCl; dan latih klien

melakukan batuk efektif.

Intervensi yang disusun oleh penulis pada kedua klien yang sesuai

dengan teori adalah dorong pengeluaran dahak melalui batuk. Alasan

penulis mengambil intervensi tersebut karena batuk dapat

Page 141: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

126

meningkatkan bersihan jalan napas. Sedangkan intervensi yang

dilakukan pada kedua klien yang tidak sesuai dengan teori adalah:

1. Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas. Intervensi ini

disusun berdasarkan teori NIC NOC (2015). Alasan penulis

menyusun intervensi ini dikarenakan beberapa derajat spasme

bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/ tidak

dimanifestasikan adanya bunyi napas adventisius, misal:

penyebaran, krekels basah (bronkitis), bunyi nafas reduk dengan

ekspirasi mengi (efisema), atau tidak adanya bunyi nafas (asma

berat) sehingga perlu dilakukan auskultasi bunyi napas.

2. Observasi tanda-tanda vital. Intervensi ini disusun berdasarkan

teori NIC NOC (2015). Alasan penulis menyusun intervensi ini

dikarenakan untuk mengetahui secara cepat apabila terjadi

perubahan hemodinamik. Takikardi, takipnea, dan perubahan pada

tekanan darah terjadi dengan beratnya hipoksemia dan asidosis.

3. Berikan O2 dengan menggunakan nasal. Intervensi ini disusun

berdasarkan teori NIC NOC (2015). Alasan penulis menyusun

intervensi ini dikarenakan untuk memaksimalkan bernapas dan

menurunkan kerja napas.

4. Atur posisi agar jalan napas terbuka (semifowler). Intervensi ini

berdasarkan teori NIC NOC (2015). Alasan penulis menyusun

intervensi ini karena posisi semifowler mengurangi penekanan

pada paru-paru sehingga memaksimalkan ventilasi.

Page 142: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

127

5. Pastikan asupan cairan adekuat (konsumsi air hangat). Intervensi

ini disusun berdasarkan jurnal Hardina et al (2019) yang sudah

melalui tahap justifikasi. Alasan penulis menyusun intervensi ini

karena pemberian minum air hangat dapat memperlancar proses

pernapasan, karena pada pernapasan pasien asma membutuhkan

suasana encer dan cair.

6. Berikan bronkodilator inhalasi dengan pengencer NaCl. Intervensi

ini disusun berdasarkan jurnal Rihiantoro (2014) yang sudah

melalui tahap justifikasi. Alasan penulis menyusun intervensi ini

karena bronkodilator dapat merileksasikan otot halus dan

menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan nafas,

menurunkan edama mukosa, menurunkan inflamasi jalan nafas,

dan mencegah reaksi alergi/menghambat pengeluaran histamin.

Selain itu, terdapat intervensi berdasarkan teori Kyle dan Carman

(2019), namun tidak disusun dalam intervensi kedua klien, yaitu:

1. Atur posisi agar jalan napas terbuka (posisi menghirup jika

telentang). Alasan penulis tidak menggunakan intervensi ini karena

pada kedua klien ditemukan keluhan sesak bertambah saat dalam

posisi berbaring dan saat beraktivitas namun berkurang saat dalam

posisi duduk.

2. Lembapkan oksigen atau udara ruangan dan pastikan asupan cairan

adekuat (intravena atau oral). Intervensi ini disusun untuk

mengencerkan sekresi agar mudah dikeluarkan. Alasan penulis

Page 143: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

128

tidak menggunakan intervensi ini karena intervensi ini sudah

digantikan dengan intervensi lain yang lebih sesuai dan

mempertimbangkan kenyamanan kedua klien yaitu dengan

konsumsi air hangat. Meski intervensi melembapkan oksigen atau

udara ruangan tidak dilakukan, penulis tetap memastikan asupan

cairan adekuat pada kedua klien dengan konsumsi air hangat.

3. Lakukan penghisapan menggunakan bulb syringe atau via kateter

nasofaring jika perlu, terutama sebelum pemberian susu

menggunakan botol. Alasan penulis tidak menggunakan intervensi

ini karena intervensi ini hanya dilakukan pada kondisi tertentu bila

diperlukan dan penulis mempertimbangkan kenyamanan kedua

klien saat intervensi tersebut dilaksanakan.

4. Jika takipnea, pertahankan status puasa (NPO). Intervensi ini

disusun untuk menghindari terjadinya aspirasi. Alasan penulis tidak

menggunakan intervensi ini karena pada klien 1 tidak ditemukan

hambatan saat makan karena klien 1 masih toleransi terhadap

makan, sedangkan pada klien 2 didapat bahwa klien memiliki berat

badan dibawah ideal sehingga menurut penulis, tidak diperlukan

status puasa untuk klien 2, melainkan meningkatkan asupan nutrisi

agar terjadi perbaikan status gizi.

5. Lakukan fisioterapi dada jika diprogramkan. Alasan penulis tidak

menggunakan intervensi ini karena kedua orangtua klien menolak

Page 144: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

129

dilakukannya tindakan fisioterapi dada setelah menerima

penjelasan dari penulis mengenai tatalaksana fisioterapi dada.

6. Pastikan peralatan kedaruratan tersedia. Alasan penulis tidak

menggunakan intervensi ini karena tidak tersedianya peralatan

kedaruratan di Ruang Anak Melati. Fasilitas tersebut hanya

disediakan di Ruang Pediatric Intensive Care Unit (PICU).

4.2.4. Implementasi

Implementasi yang dilakukan sama antara klien 1 dan klien 2,

dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas, sesuai dengan intervensi

yang telah disusun oleh penulis adalah Melakukan auskultasi bunyi

napas, mencatat adanya bunyi napas; mengobservasi tanda-tanda vital;

memberikan O2 dengan menggunakan nasal; mengatur posisi agar jalan

napas terbuka (semifowler); memastikan asupan cairan adekuat

(konsumsi air hangat); memberikan bronkodilator inhalasi dengan

pengencer NaCl; dan melatih klien untuk melakukan batuk efektif .

Pada klien 1 dan klien 2 dilakukan implementasi pemberian air

minum hangat sebelum tindakan nebulizer. Kedua klien mengkonsumsi

air hangat secara perlahan dalam waktu 5 menit. Setelah selesai

mengkonsumsi air hangat, dilakukan pemberian nebulizer Combivent

2,5mg dengan pengencer 3 ml NaCl 0.9% selama 10 menit

menggunakan simple mask sesuai instruksi. Hal yang perlu

diperhatikan dalam melakukan pemberian obat asma inhalasi adalah

Page 145: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

130

tata cara dalam mengoperasikan alat nebulizer secara tepat, dosis obat

dan jumlah pengencer NaCl 0.9%. Semakin banyak jumlah pengencer,

maka semakin lama respon tubuh terhadap efek farmakologis obat.

Dalam melakukan implementasi, penulis tidak mengalami

kesulitan karena adanya faktor-faktor yang mendukung seperti:

1. Orangtua klien yang kooperatif

2. Orangtua memahami penjelasan penulis mengenai tindakan yang

akan dilakukan kepada klien

3. Adanya arahan dan bimbingan dari pembimbing di Ruang Melati

4. Adanya kerjasama yang baik antara orangtua dengan petugas

kesehatan lainnya.

4.2.5. Evaluasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama tiga hari pada kedua

klien yaitu pada klien 1 dari tanggal 20 Desember 2019 – 22 Desember

2019 dan pada klien 2 dari tanggal 1 Januari 2020 – 3 Januari 2020,

maka masalah yang muncul pada klien 1 dan klien 2 dapat teratasi

sesuai kriteria hasil yang ditetapkan dalam intervensi yang sudah

ditentukan yaitu suara napas bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu,

mampu mengeluarkan sputum, dan frekuensi napas dalam rentang 20-

30x/menit. Pada klien 1 didapat hasil, klien mengatakan tidak ingin

menggunakan oksigen karena sudah tidak merasa sesak, tidak ada tanda

sianosis, bunyi napas bersih, klien tampak batuk sesekali, klien mampu

mengeluarkan sputum, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 92 x/menit,

Page 146: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

131

respirasi 24 x/menit, suhu 36,8 °C dan saturasi oksigen 98%. Pada klien

2 didapatkan klien mengatakan tidak sesak saat dalam posisi

semifowler maupun berbaring, tidak ada tanda sianosis, bunyi napas

bersih, klien tidak tampak batuk, klien mampu mengeluarkan sputum,

tekanan darah 110/65 mmHg, nadi 116 x/menit, respirasi 29 x/menit,

suhu 37,5°C dan saturasi 97%. Terdapat perbedaan antara kedua klien

yaitu pada klien 1 masih tampak batuk sesekali sedangkan klien 2 tidak

batuk. Hal ini karena klien 1 sudah mampu mengeluarkan sputum

sehingga menurut penulis masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas

sudah teratasi. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari

pada kedua klien, klien diperbolehkan untuk pulang.

Page 147: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

132

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian asuhan keperawatan pada klien 1 dan klien 2

asma bronkial dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di Ruang Melati

RSUD Ciamis, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1. Pengkajian

Selama melakukan pengkajian pada klien 1 dan klien 2, penulis

menemukan tanda dan gejala yang mengarah pada kasus asma bronkial

dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas di mana pada klien 1

didapatkan hasil pengkajian klien mengeluh sesak bertambah saat

dalam posisi berbaring dan saat beraktivitas. Sesak dirasakan sering

terutama pada malam hari dan saat berbaring, frekuensi napas

35x/menit, nadi 128 x/menit, suhu tubuh 36,8°C, saturasi oksigen 97%,

orthopnea, suara napas wheezing saat klien melakukan ekspirasi, klien

tampak berkeringat, tampak adanya napas cuping hidung, suara napas

ronkhi, dan klien tampak batuk dan sulit mengeluarkan dahak. Tanda

dan gejala tersebut menunjukkan derajat serangan asma ringan pada

klien 1. Sedangkan pada klien 2 didapatkan hasil pengkajian ibu klien

mengatakan sesak bertambah ketika berbaring serta beraktivitas. Sesak

dirasakan sering terutama pada malam hari saat hendak tidur dan saat

Page 148: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

133

bangun tidur, frekuensi napas 42 x/menit, nadi 132 x/menit, suhu

37,1°C, saturasi oksigen 93%, respirasi tampak cepat dan dangkal,

orthopnea, suara napas tambahan wheezing dan ronkhi, klien tampak

berkeringat dan lemah, terdapat pernapasan cuping hidung, retraksi otot

dada, dan klien tampak sulit mengeluarkan dahak. Tanda dan gejala

tersebut menunjukkan derajat serangan asma sedang pada klien 2.

5.1.2. Diagnosa Keperawatan

Dari hasil pengumpulan data saat pengkajian, ditetapkan diagnosa

keperawatan berdasarkan masalah yang muncul. Diagnosa keperawatan

antara klien 1 dan klien 2 yang memiliki kesamaan adalah

ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan peningkatan

produksi mucus, ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan

keletihan otot pernapasan, intoleransi aktivitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, dan defisit

perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik. Sementara

diagnosa keperawatan yang berbeda antara klien 1 dan klien 2 adalah

pada klien 1 ditemukan gangguan nutrisi berhubungan dengan pola

makan yang salah dan defisiensi pengetahuan ibu berhubungan dengan

kurang informasi ibu tentang cara mencegah dan mengobati asma yang.

Sedangkan pada klien 2 ditemukan ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea saat makan.

Page 149: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

134

5.1.3. Intervensi

Intervensi keperawatan yang disusun pada kedua klien yang sesuai

dengan teori yang dikemukakan Kyle dan Carman (2019) adalah latih

klien lakukan batuk efektif. Sedangkan intervensi keperawatan yang

disusun pada kedua klien yang tidak sesuai dengan teori Kyle dan

Carman (2019) namun mengunakan teori NIC NOC yang dikemukakan

oleh Nurarif dan Kusuma (2015) diantaranya adalah auskultasi bunyi

napas, catat adanya bunyi napas; observasi tanda-tanda vital; berikan O2

dengan menggunakan nasal; dan atur posisi agar jalan napas terbuka

(semifowler). Selain itu terdapat intervensi yang disusun pada kedua

klien dengan berdasarkan pada jurnal yang telah melalui tahap

justifikasi yakni pastikan asupan cairan adekuat (konsumsi air hangat)

yang diterapkan dalam jurnal penelitian Hardina et al (2019); dan

berikan bronkodilator inhalasi dengan pengencer NaCl yang diterapkan

dalam jurnal penelitian Rihiantoro (2014).

5.1.4. Implementasi

Implementasi yang dilakukan pada kedua klien sesuai dengan

intervensi yang telah disusun, diantaranya adalah melakukan auskultasi

bunyi napas, mencatat adanya bunyi napas; mengobservasi tanda-tanda

vital; memberikan O2 dengan menggunakan nasal; mengatur posisi agar

jalan napas terbuka (semifowler); memastikan asupan cairan adekuat

(konsumsi air hangat); memberikan bronkodilator inhalasi dengan

pengencer NaCl; dan melatih klien melakukan batuk efektif. Pada

Page 150: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

135

kedua klien dilakukan implementasi konsumsi air hangat sebelum

dilakukan nebulizer yang diminum secara perlahan dalam 5 menit.

Setelah kedua klien mengkonsumsi air hangat, dilakukan pemberian

nebulizer Combivent 2,5mg dengan pengencer 3 ml NaCl 0.9% selama

10 menit menggunakan simple mask sesuai instruksi.

5.1.5. Evaluasi

Pada tahap evaluasi, kedua klien sudah memenuhi kriteria hasil

yang disusun dalam intervensi dan ditemukan pada kedua klien yakni

pada klien 1 didapat hasil, klien mengatakan tidak ingin menggunakan

oksigen karena sudah tidak merasa sesak, tidak ada tanda sianosis,

bunyi napas bersih, klien tampak batuk sesekali, klien mampu

mengeluarkan sputum, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 92 x/menit,

respirasi 24 x/menit, suhu 36,8 °C dan saturasi oksigen 98%. Pada klien

2 didapatkan klien mengatakan tidak sesak saat dalam posisi

semifowler maupun berbaring, tidak ada tanda sianosis, bunyi napas

bersih, klien tidak tampak batuk, klien mampu mengeluarkan sputum,

tekanan darah 110/65 mmHg, nadi 116 x/menit, respirasi 29 x/menit,

suhu 37,5°C dan saturasi 97%. Terdapat perbedaan antara kedua klien

yaitu pada klien 1 masih tampak batuk sesekali sedangkan klien 2 tidak

batuk. Hal ini karena klien 1 sudah mampu mengeluarkan sputum

sehingga menurut penulis masalah ketidakefektifan bersihan jalan napas

sudah teratasi. Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari

pada kedua klien, klien diperbolehkan untuk pulang.

Page 151: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

136

5.2. Saran

5.2.1. Untuk Rumah Sakit

Pihak rumah sakit diharapkan agar meningkatkan sarana dan

prasarana yang menunjang untuk melakukan tindakan asuhan

keperawatan kepada klien terkhususnya pada anak asma bronkial

dengan ketidakefektifan bersihan jalan napas berupa penyediaan

peralatan kedaruratan agar perawat dapat melaksanakan tindakan darurat

yang berkaitan dengan gangguan jalan napas pada klien apabila muncul

keadaan gawat darurat di mana peralatan kedaruratan sangat diperlukan

sesegera mungkin.

5.2.2. Untuk Pendidikan

Seiring dengan kemajuan perkembangan teknologi terutama dalam

bidang kesehatan dan demi tercapainya asuhan keperawatan yang baik

tentunya harus didukung oleh banyaknya sumber atau literatur sehingga

pada pihak pendidikan diharapkan menambah dan memperbarui jumlah

literatur dengan tahun terbitan terbaru (10 tahun terakhir), khususnya

literatur mengenai asuhan keperawatan pada anak asma bronkial dengan

ketidakefektifan bersihan jalan napas.

Page 152: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

137

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Sarah.S. 2011. “Status Gizi Anak Usia Sekolah (7-12 tahun) dan Hubungannya dengan Tingkat Asupan Kalsium Harian di Yayasan Kampung Kids Pejaten Jakarta Selatan.” (diakses tanggal 20 April 2020). Tersedia dari: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314222-S_Sarah%20Salim%20S.%20Alatas.pdf

Ali, H.Zaidin. 2010. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Arifian, Luhur., Joko Kismanto. 2018. “Pengaruh Pemberian Posisi Semifowler terhadap Respiratory Rate pada Pasien Asma Bronkial di Puskesmas Air Upas Ketapang.” Jurnal Kesehatan Kusuma Husada 9(2);143-141. Tersedia dari: http://jurnal.ukh.ac.id/index.php/JK/article/view/272 (diakses tanggal 20 Mei 2020).

Berman, A., Snyder, S,J., Frandsen, G. 2011. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2 Edisi 7. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Berman, A., Snyder, S.J., Frandsen, G. 2016. Kozier and Erb’s Fundamentals of

Nursing. Concept, Process, and Practice. Tenth Edition. New York: Pearson Education, Inc.

Dahlan, Zulkarnain et al. 2012. Tatalaksana Penyakit Respirasi dan Kritis Paru. Bandung: CV. Sarana Ilmu.

Dharmayanti, Ika., Hapsari, Dwi., Khadijah, Azhar. 2015. “Asma pada Anak di

Indonesia: Penyebab dan Pencetus.” Jurnal Kesehatan Masyarakat

Indonesia, 9(4); hlm 321. (diakses tanggal 5 April 2020) Tersedia dari: https://media.neliti.com/media/publications/39928-ID-asma-pada-anak-indonesia-penyebab-dan-pencetus.pdf

Direktorat Jendral Pelayanan Kesehatan. 2018. Asma Penting Diwaspadai. (diakses tanggal 11 Februari 2020). Tersedia dari: http://yankes.kemkes.go.id/read-asma-penting-diwaspadai-never-too-early-never-too-late-4209.html

Doenges, Marilynn.E. 2018. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Asuhan Klien Anak-Dewasa Volume 1 Edisi 9. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Fanny, P.A., Yessy, S.S., Fenty, A. 2019. “Gambaran Karakteristik Tingkat Kontrol Penderita Asma.” Jurnal Kesehatan Andalas, 8(1); hlm 89-90. Tersedia dari: http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/view/975 (diakses tanggal 11 Februari 2020).

Februanti, Sofia. 2019. Asuhan Keperawatan pada Pasien Kanker Seviks. Yogyakarta: Deepublish.

Gunawan, Joko., Sukarna, R.Ade. 2016. Potret Keperawatan di Belitung Indonesia. Kendari: Yayasan Cipta Anak Bangsa.

Hardina, Sri., Septiyanti., Wulandari, Dwi. 2019. “Pengaruh Konsumsi Air

Hangat terhadap Frekuensi Napas pada Pasien Asma di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019.” Journal of Nursing and Public

Page 153: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

138

Health, 7(2); hlm 79-80. (diakses tanggal 22 Februari 2020). Tersedia dari: https://jurnal.unived.ac.id/index.php/jnph/article/view/901

Ikawati,Z. 2011. Penyakit Sistem Pernapasan dan Tatalaksana Terapinya.Yogyakarta: Bursa Ilmu.

Judha, Mohamad. 2016. Rangkuman Sederhana Anatomi & Fisiologi Untuk Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dengan Badan Pusat Statistik. 2015. “Profil Anak Indonesia 2015.” Tersedia dari:

https://www.kemenpppa.go.id/lib/uploads/slider/c7c3e-profil-anak-indonesia-2015.pdf (diakses tanggal 20 Mei 2020).

Kyle, Terri., Carman, Susan. 2019. Buku Ajar Keperawatan Pediatri Volume 3 Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Lapau, B. 2013. Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Marni. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Gangguan Pernapasan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Moleong, L.J. 2014. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Muhlisin, A. 2011. Dokumentasi Keperawatan. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Notoatmodjo, S. 2018. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2018. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurarif, Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction. Peraturan Menteri Kesehatan No. 2 tahun 2020. “Standar Antropometri Anak”.

(diakses pada 20 April 2020). Tersedia dari: http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__2_Th_2020_ttg_Standar_Antropometri_Anak.pdf

Polit & Beck. 2012. Resource Manual for Nursing Research. Generating and Assessing Evidence for Nursing Practice. Ninth Edition. USA: Lippincott.

Prevalensi Asma Menurut Provinsi. 2018. (diakses tanggal 12 Februari 2020). Tersedia dari: https://lokadata.beritagar.id/chart/preview/prevalensi-asma-menurut-provinsi-2018-1555042135

Purnama, S.G. 2016. Modul Etika dan Hukum Kesehatan. Tersedia dari: https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/a920a2d08689f26df3c42cbd437bc77e.pdf (diakses tanggal 12 Maret 2020).

Ramadhaniah., Julia, Madarina., Huriyati, Emy. 2014. “Durasi tidur, asupan energi, dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada tenaga kesehatan puskesmas.” Jurnal Gizi Klinik Indonesia 11(2); hlm 86. Tersedia dari:

https://journal.ugm.ac.id/jgki/article/viewFile/19011/12288 (diakses tanggal 20 April 2020).

Rihiantoro, Tori. 2014. “Pengaruh Pemberian Bronkodilator Inhalasi dengan

Pengenceran dan tanpa Pengenceran NaCl 0.9% terhadap Fungsi Paru pada Pasien Asma.” Jurnal Keperawatan, 10(1); hlm 130-136. Tersedia dari: https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/329 (diakses tanggal 12 April 2020).

Page 154: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

139

Rohmah, Nikmatur., Walid, Saiful. 2010. Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi di lengkapi dengan NOC-NIC dan aplikasi pada berbagai kasus. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Setyawan, Febri.E.B., Supriyanto, Stefanus. 2019. Manajemen Rumah Sakit. Sidoarjo: Zifatama Jawara.

Siyoto, S., Sodik, M.A. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Literasi Media Publishing.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Suriadi., Rita, Y. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Syaifuddin, H. 2013. Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Tafdhila, Ayu Kurniawati. 2019. “Pengaruh Latihan Batuk Efektif pada Intervensi Nebulizer terhadap Penurunan Frekuensi Pernapasan pada Asma di Instalasi Gawat Darurat” Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan, Volume 11; hlm 117-127. Tersedia dari: http://jurnal.stikes-aisyiyah-palembang.ac.id/index.php/Kep/article/download/263/240 (diakses tanggal 20 Mei 2020).

To, Teresa., Stanojevic, S., Feldman, R., Moineddin, R., Atenafu, E.G., Guan, Jun., Gershon, A.S. 2013. “Is asthma a vanishing disease? A study to forecast the burden of asthma in 2020.” BMC Public Health, 13(1); hlm 254. (diakses tanggal 30 Maret 2020). Tersedia dari: https://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/1471-2458-13-254

Udin, M.F. 2019. Buku Praktis Penyakit Respirasi pada Anak untuk Dokter Umum. Malang: UB Press.

Wahyudi, A., Yani, F.F., Erkadius. 2016. “Hubungan Faktor Risiko terhadap Kejadian Asma pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang.” Jurnal

Kesehatan Andalas, 5(2); hlm 314. Tersedia dari: http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/514/419 (diakses tanggal 4 Februari 2020)

Widagdo. 2013. Tatalaksana Masalah Penyakit Anak dengan Batuk/ Batuk Demam. Jakarta: Sagung Seto.

World Health Organization (WHO). Asthma. 2017 (diakses 11 Februari 2020). Tersedia dari: https://www.who.int/features/factfiles/asthma/en/

World Health Organization (WHO). Chronic Respiratory Diseases (diakses tanggal 12 Februari 2020). Tersedia dari: https://www.who.int/health-topics/chronic-respiratory-diseases#tab=tab_2

Wulandari, Dewi., Erawati, Meira. 2016. Buku Ajar Keperawatan Anak. Yogyakart: Pustaka Pelajar.

Page 155: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …
Page 156: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …
Page 157: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …
Page 158: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …
Page 159: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

Lampiran II

Lembar Pernyataan Persetujuan Menjadi Pasien Kelolaan

(Informed Consent) Klien 1

Page 160: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

Lembar Pernyataan Persetujuan Menjadi Pasien Kelolaan

(Informed Consent) Klien 2

Page 161: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

Lampiran III

Lembar Observasi Klien 1

Hari ke­1

Page 162: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

Lembar Observasi Klien 1

Hari ke­2

Page 163: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

Lembar Observasi Klien 1

Hari ke­3

Page 164: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

Lembar Observasi Klien 2

Hari ke­1

Page 165: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

Lembar Observasi Klien 2

Hari ke­2

Page 166: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

Lembar Observasi Klien 2

Hari ke­3

Page 167: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

Lampiran IV

Lembar Justifikasi

Page 168: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

JNPHVolume 7 No. 2 (Oktober 2019)

© The Author(s) 2019

PENGARUH KONSUMSI AIR HANGAT TERHADAP FREKUENSI NAFAS PADAPASIEN ASMA DI PUSKESMAS SUKAMERINDU KOTA BENGKULU TAHUN 2019

EFFECT OF WARM WATER CONSUMPTION OF BREATHING FREQUENCY INASMA PATIENTS AT SUKAMERINDU COMMUNITY HEALTH CENTERS OF

BENGKUL CITY IN 2019

SRI HARDINA, SEPTIYANTI, DWI WULANDARIFIKES UNIVED BENGKULU

ABSTRAK

Asma terjadi akibat gangguan pada sistem pernapasan yang menyebabkan penderitamengalami mengi (wheezing), sesak napas, batuk, dan sesak di dada tertama ketika malam hariatau dini hari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsumsi air hangatterhadap Frekuensi Nafas Pada pasien asma Di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun2019. Metode yang digunakan adalah Quasi Eksperimen, two group test design with controlgroup, sampel diambil sebanyak 24 orang dengan teknik purposive sampling. Hasil penelitiandengan analisis Uji Univariat Karakteristik penderita asma di Puskesmas Sukamerindu KotaBengkulu yaitu 19 orang (67,9%) berjenis kelamin laki-laki, 22 orang (78,6%) berusia ≥19tahun dan lama menderita asma 18 orang (64,3%) <5 tahun. Rata-rata frekuensi pernafasanpada kelompok kontrol sebelum (26,42) dan setelah (26,50), Rata-rata frekuensi pernafasanpada kelompok kasus sebelum (26,92) dan setelah (26,28). Hasil bivariat yaitu tidak adapengaruh frekuensi nafas pada pasien asma sebelum dan setelah pada kelompok kontrol (tidakkonsumsi air hangat), ada pengaruh frekuensi nafas pada pasien asma sebelum dan setelahpada kelompok intervensi (konsumsi air hangat). Ada pengaruh frekuensi nafas pada pasienasma kelompok post kasus dan kelompok post kontrol di Puskesmas Sukamerindu KotaBengkulu Tahun 2019 Peneliti menyarankan pihak Puskesmas diharapkan dapat memberikanpenyuluhan tentang manfaat konsumsi air hangat sebagai terapi alternative pada pengobatanasma.

Kata Kunci: Asma, Konsumsi Air Hangat

ABSTRACT

Asthma is caused by a disturbance in the respiratory system that causes sufferers to experiencewheezing, shortness of breath, coughing, and tightness in the chest especially at night or earlymorning. The purpose of this study was to determine the effect of consumption of warm wateron breath frequency in asthma patients at the Sukamerindu Public Health Center in BengkuluCity in 2019. The method used was Quasi Experiment, two group test design with controlgroup, samples were taken as many as 24 people with purposive sampling technique. Theresults of the study with the analysis of the Characteristics Univariate Test of asthma sufferersin the Sukamerindu Public Health Center in Bengkulu City were 19 people (67.9%) male sex,22 people (78.6%) aged ≥19 years and had asthma 18 people (64, 3%) <5 years. The average

ISSN: 2338-7033 77

Lenovo
Typewritten Text
Lenovo
Typewritten Text
Lenovo
Typewritten Text
Lenovo
Typewritten Text
Lenovo
Typewritten Text
Lampiran V
Lenovo
Typewritten Text
Lenovo
Typewritten Text
Lenovo
Typewritten Text
Lenovo
Typewritten Text
Lenovo
Typewritten Text
Lenovo
Typewritten Text
Lenovo
Typewritten Text
Lenovo
Typewritten Text
Page 169: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

respiratory frequency in the control group before (26.42) and after (26.50), the averagerespiratory frequency in the case group before (26.92) and after (26.28). The bivariate resultswere that there was no effect of breath frequency in asthma patients before and after in thecontrol group (no consumption of warm water), there was an influence of breath frequency inasthma patients before and after in the intervention group (warm water consumption). There isan influence of breath frequency on asthma patients in post case and post control groups inSukamerindu Public Health Center in Bengkulu City in 2019. Researchers suggest thatPuskesmas can provide counseling about the benefits of consuming warm water as analternative therapy in the treatment of asthma.

Keywords: Asthma, Consumption of Warm Water

PENDAHULUAN

Asma disebut sebagai penyakit kronisbronkial. Asma merupakan suatu keadaandimana saluran nafas mengalamipenyempitan karena hiperaktivitas terhadaprangsangan tertentu, yang menyebabkanperadangan, penyempitan ini bersifatberulang namun reversible dan diantaraepisode penyempitan bronkus. Asma terjadiakibat gangguan pada sistem pernapasanyang menyebabkan penderita mengalamimengi (wheezing), sesak napas, batuk, dansesak di dada tertama ketika malam hari ataudini hari (Amin dan Hardhi, 2016).

Laporan Organisasi Kesehatan Dunia(WHO) tahun 2016 dalam World HealthReport menyebutkan, lima penyakit paruutama merupakan 17,4% dari seluruhkematian di dunia, masing-masing terdiri dari infeksi paru 7,2%, PPOK (PenyakitParu Obstruksi Kronis) 4,8%, Tuberkulosis3,0%, kanker paru/trakea/bronkus 2,1% danAsma 0,3%. Menurut Global initiative forasthma (GINA) tahun 2016 memperkirakan300 juta penduduk dunia menderita asma.Prevalensi total asma di dunia diperkirakan6% pada dewasa dan 10% pada anak(Infodatin, 2017).

Berdasarkan Profil KementrianKesehatan RI Tahun 2017 menyebutkanbahwa 1 dari 22 orang di Indonesia menderitaasma. Namun, hanya 54% yang didiagnosisdengan hanya 30% kasus terkontrol denganbaik. Prevalensi asma di Indonesia mencapai4,5% atau setara dengan 11,8 juta pasien.Hanya 29% dari populasi penderita dewasa

penyakit asma yang dirawat, sisanya tidakterawat atau terawat sebagian. Prevalensiasma tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah(7,8%), diikuti Nusa Tenggara Timur (7,3%),D.I. Yogyakarta (6,9%), dan Sulawesi Selatan(6,7%). Sedangkan provinsi denganprevalensi terendah terdapat di Lampung(1,6%), Riau (2,0%) dan Bengkulu (2,0%)(Kemenkes RI, 2017).

Berdasarkan data dari Dinas KesehatanKota Bengkulu menyebutkan bahwa jumlahpenderita asma tertinggi yaitu PuskesmasPasar Ikan 43 orang, Puskesmas BasukiRahmad sebanyak 43 orang dan PuskesmasSukamerindu sebanyak 35 orang.Berdasarkan data tersebut salah satupuskesmas yang perawatan 24 jam yaitupuskesmas Sukamerindu pada usia 20-59tahun sebanyak 22 orang (Dinkes KotaBengkulu, 2018).

Penelitian yg dilakukan oleh NationalHealth Interview tahun 2012, mengatakanbahwa akibat dari asma yang tidak ditanganidengan tepat dapat menyebabkan kematian.Penelitian tersebut mengatakan bahwa asmamerupakan penyebab kematian kedelapan daridata yg ada di Indonesia prevalensi gejalapenyakit asma melonjak dari 4,2% jadi 5,4%(Ekarini, 2012).

Penyebab penyakit asma ada kaitannyadengan antibodi tubuh yang memilikikepekaan berlebih terhadap alergen dalam halini adalah Imunoglobulin (Ig) E. Sedangkanalergen yang dimaksud disini dapat berupaalergen intrinsik maupun ekstrinsik. Sehinggapenyakit asma ini dapat menurun dari orangtua kepada keluarganya (Kowalak et all,

78 Journal of Nursing and Public Health

Page 170: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

2011). Salah satu masalah yang diakibatkan

oleh asma menurut Sari (2016) adalah adanyapenumpukan sputum pada saluranpernapasan. Beberapa gejala klinis akibatpenumpukan sputum ini adalah pernapasancuping hidung, peningkatan respiratory rate,Dyspnea, timbul suara krekels saatdiauskultasi, dan kesulitan bernapas.Kesulitan bernapas akan menghambatpemenuhan suplai oksigen dalam tubuhsehingga suplai oksigen berkurang.Berkurangnya suplai oksigen dalam tubuhakan membuat kematian sel, hipoksemia danpenurunan kesadaran. Penanganan padapasien asma dengan masalah kebersihan jalannapas bertujuan untuk membersihkan saluranpernapasan sehingga suplai oksigen yangmasuk ke dalam tubuh dapat terpenuhi dangangguan akibat berkurangnya suplai oksigentidak terjadi.

Penatalaksanaan pada penyakit asmadapat dilakukan dengan cara farmakologi dannon farmakologi. Pengobatan farmakologispada asma biasanya dengan oksigenisasi danmelibatkan pengobatan beta 2 adrenergik,sedangkan pengobatan nonfarmakologisbiasanya dengan menghindari faktorpenyebab dan menciptakan lingkungan yangsehat, selain itu dalam mengurangi gejalaasma dan memperbaiki kualitas hidup yaitudengan terapi pemberian air hangat. Namunmengingat banyaknya efek samping daripengobatan farmakologi seperti sakit kepaladan pusing, gangguan tidur atau insomnia,merasa nyeri pada otot, hidung yang meleratau tersumbat, mulut dan tenggorokan terasakering, batuk dan suara serak dan sakittenggorokan. Jangka panjang dankenyataannya bahwa gangguan-gangguanpsikologis seperti cemas dan depresi berperandalam kekambuhan asma, maka terapikomplementer saat ini banyak dimanfaatkanoleh pasien asma (Kusumawati, 2012).

Pemberian minum air putih hangatmemberikan efek hidrostatik danhidrodinamik dan hangatnya membuatsirkulasi peredaran darah khususnya padadaerahparu-paru agar menjadi lancar. Secara

fisiologis, air hangat juga memberi pengaruhoksigenisasi dalam jaringan tubuh (Hamidin,2012). Hal serupa diungkapkan oleh Yuanita(2011), minum air hangat dapatmemperlancar proses pernapasan, karenapada pernapasan pasien asma membutuhkansuasana yang encer dan cair. Pada penderitaasma minum air hangat sangat tepat untukmembantu memperlancar pernapasan karenadengan minum air hangat partikel-partikelpencetus sesak dan lendir dalam bronkioliakan dipecah dan menyebabkan sirkulasipernapasan menjadi lancar sehinggamendorong bronkioli mengeluarkan lendir.

Penelitian yang dilakukan oleh Adiputra(2017) menyebutkan bahwa dari hasil ujiWilcoxon didapatkan p value sebesar 0,002,yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruhpemberian air minum hangat sebelumtindakan nebulizer terhadap frekuensipernapasan pada pasien asma. Hasil ujiMann Whitney didapatkan p value sebesar0.029, artinya terdapat perbedaan pengaruhpemberian air minum hangat sebelumtindakan nebulizer terhadap kelancaran jalannafas yang dilihat dari frekuensi nafas danderajat sesak nafas, perbedaan pada penelitianini ialah perlakuan konsumsi air hangat yangdiberikan saat akan melaukan terapifarmakologi nebulizer.

Berdasarkan survey awal yangdilakukan di Puskesmas Sukamerindu padatanggal 18 Desember 2018 jumlah pasienpenderita asma sebanyak 3 orang yangseluruh esponden belum mengetahui terapinonfarmakolgi air hangat dapat menurunkanfrekuensi sesak nafas pada penderita asma.

Berdasarkan latar belakang diatas, makapenulis tertarik dengan judul “PengaruhKonsumsi Air Hangat terhadap FrekuensiNafas Pada Pasien Asma Di PuskesmasSukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019”.

Rumusan masalah dalam penelitian iniadalah “Adakah Pengaruh Konsumsi AirHangat terhadap Frekuensi Nafas Pada PasienAsma Di Puskesmas Sukamerindu KotaBengkulu Tahun 2019?”. Tujuan penelitianadalah diketahui pengaruh konsumsi airhangat terhadap Frekuensi Nafas Pada pasien

ISSN: 2338-7033 79

Page 171: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

asma Di Puskesmas Sukamerindu KotaBengkulu Tahun 2019?

METODE PENELITIAN

Desain dalam penelitian inimenggunakan desain penelitian quasyexperiment menggunakan pendekatan twogroup test design with control group melaluipendekatan deskriptif kuantitatif. Populasidalam penelitian ini adalah seluruh penderitaasma di Puskesmas Sukamerindu KotaBengkulu yang berjumlah 34 orang padabulan Januari tahun 2019, sampel 13+1 =14orang per grup. Jadi sampel dalam penelitianini sampel sebanyak 28 orang yang terdiridari 14 responden pada kelompok kasus dan14 responden pada kelompok kontrol. Teknikpengambilan sampel yang digunakan penelitiadalah purposive sampling.

Untuk mendapatkan data dalampenelitian ini penulis menggunakan teknikpengumpulan data primer dan sekunderdengan proses penelitian sebelummengkonsumsi air hangat peneliti mengetahuipengukuran tingkat frekuensi pernafasan padapenderita asma. Mengkonsumsi air hangatsecara perlahan dalam waktu 5 menit. Setelahselesai mengkonsumsi air hangat 15 menitsetelah mengkonsumsi air hangat penelitimelakukan pengukuran frekuensi pernafasanpenderita asma.

HASIL PENELITIAN

1. Analisis Univariat

Analisis univariat untuk memperolehgambaran variabel, yang di gambarkan dalambentuk tabel dengan tujuan mengetahuigambaran jenis kelmain, usia dan lamamenderita asma pada pasien asma diPuskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu.

Tabel 1 Gambaran Karakteristik PasienPenderita Asma di PuskesmasSukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

No Variabel Frekuensi( f )

Persentase( % )

1 Laki-Laki 19 67,9

2 Perempuan 9 32,1

Jumlah 28 100

Usia

1 <19 tahun 6 21,4

2 ≥19 tahun 22 78.6

Jumlah 28 100

Lama Menderita Frekuensi( f )

Persentase( % )

1 <5 tahun 18 64,3

2 ≥5 tahun 10 35,7

Jumlah 28 100,0

Berdasarkan tabel 1 dapat diketahuibahwa karakteristik penderita asma diPuskesmas Sukamerindu Kota Bengkuluyaitu sebagian besar atau 19 orang (67,9%)berjenis kelamin laki-laki, pada umumnyaatau 22 orang (78,6%) berusia ≥19 tahun danlama menderita asma sebagian besar atau 18orang (64,3%) <5 tahun.

Tabel 2 Rata-rata frekuensi nafas sebelumdan sesudah pada kelompok control diPuskesmas Sukamerindu Kota BengkuluTahun 2019

FrekuensiNafas

KelompokKontrol

Mean Min-Mix SD

Sebelum 26,42 25,0-29,0 1,22

Setelah 26,50 25,0-29,0 1,22

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa padakelompok kontrol terdapat peningkatanfrekuensi pernafasan yaitu sebelum denganmean (26,4286) dan setelah dengan mean(26,50) di Puskesmas Sukamerindu KotaBengkulu Tahun 2019

Tabel 3. Rata-rata frekuensi nafas sebelumdan sesudah pada kelompok intervensi diPuskesmas Sukamerindu Kota BengkuluTahun 2019

80 Journal of Nursing and Public Health

Page 172: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

Frekuensi NafasKelompokIntervensi

Mean Min-Mix

SD 95%CI

Sebelum 26,92 25,0-30,0

1,63 25,98-27,87

Setelah 22,28 20,0-26,0

1,72 21,28-23,28

sudah diolah (2019)

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa padakelompok intervensi terdapat peniurunanfrekuensi pernafasan yaitu sebelum intervensidengan mean (26,92) dan setelah intervensidengan mean (26,28) di PuskesmasSukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahuihubungan antara variabel independen denganvariabel dependen yaitu perbedaan frekuensinafas pada pasien asma kelompok intervensidan kelompok kontrol di PuskesmasSukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Pengaruh Konsumsi Air Hangatterhadap Frekuensi Nafas Pada pasienasma Kelompok Kontrol Di PuskesmasSukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Variabel Mean Std.Deviatio

n

CI95%

PValue

Frekuensi Nafas sebelum-0,07 0,61

-.42- .28 0,671Frekuensi Nafas Setelah

Berdasarkan tabel 4 di atasmenunjukkan bahwa dari hasil uji t-dependennilai mean -0,07 dan SD=0,61. Dari hasil ujistatistic didapatkan nilai p value= 0,671,maka dapat disimpulkan bahwa tidak adapengaruh frekuensi nafas pada pasien asmasebelum dan setelah pada kelompok kontrol(tidak konsumsi air hangat) di PuskesmasSukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Tabel 5. Pengaruh Konsumsi Air Hangatterhadap Frekuensi Nafas Pada pasienasma Kelompok Intervensi Di Puskesmas

Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Variabel Mean Std.Deviation

CI 95% PValue

Frekuensi Nafassebelum

4,64 0,924.10-5.17 0,000Frekuensi Nafas

Setelah

Berdasarkan tabel 5 di atasmenunjukkan bahwa dari hasil uji t-dependenmean (4,64) dengan SD (0,92, sehingga hasiluji statistic didapatkan nilai p value= 0,000,maka dapat disimpulkan bahwa adapengaruh frekuensi nafas pada pasien asmasebelum dan setelah pada kelompokintervensi di Puskesmas Sukamerindu KotaBengkulu Tahun 2019.

Tabel 6. Pengaruh konsumsi air hangatterhadap frekuensi nafas pada pasien asmaantar kelompok intervensi dan kelompokkontrol di Puskesmas Sukamerindu KotaBengkulu Tahun 2019

Variabel Mean Std. Eror CI 95% PValue

Post Intervensi-4,21 0.56

-5.37--3.05

0,000

Post Kontrol

Berdasarkan Tabel di atas didapatkanbahwa dari uji t Independen di dapatkan nilaip value=0,000 maka Ha diterima, artinya adaperbedaan frekuensi nafas pada pasien asmakelompok intervensi dan kelompok kontrol diPuskesmas Sukamerindu Kota BengkuluTahun 2019, serta dapat dilihat bahwafrekuensi nafas pada kelompok intervensirata-rata 22,28 lebih rendah dibandingkankelompok kontrol sebesar 26,50 yangmenunjukkan bahwa terjadi penurunanfrekuensi nafas pada pasien asma setelahdiberikan air hangat.

PEMBAHASAN

1. Analisis Univariat

a. Gambaran Karakteristik Pasien

ISSN: 2338-7033 81

Page 173: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

Penderita Asma di PuskesmasSukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Hasil penelitian ini diketahui bahwakarakteristik penderita asma di PuskesmasSukamerindu Kota Bengkulu yaitu jeniskelamin penderita asma sebagian besar atau19 orang (67,9%) laki-laki dan 9 orangsebagian kecil atau (32,1%) perempuan,sebagian kecil atau 6 orang (21,4%) berusia≥19 tahun dan pada umumnya atau 22 orang(78,6%) berusia ≥19 tahun, lama menderitaasma sebagian besar atau 18 orang (64,3%)<5 tahun dan sebagian kecil atau 10 orang(35,7%) ≥5 tahun.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwalaki-laki lebih banyak mengalami asma yangdisebabkan karena faktor merokok danpaparan polusi udara, selain itu mayoritasberusia diatas 19 tahun hal ini disebabkankarena paparan polusi dengan tambahan umurakan semakin meningkat, di dukung denganhasil penelitian ini bahwa respondenmayoritas menderita asma <5 tahun hal inimenunjukkan bahwa paparan udara ataupolusi udara yang mempengaruhi terjadinyaasma pada penderita asma. MenurutKemenkes RI (2009) bahwa sebagian besarserangan asma dimulai sejak masa kanak-kanak dan menetap hingga usia lanjut. Namunbeberapa serangan asma justru muncul setelahdewasa karena faktor ekstrinsik di lingkungankerja maupun rumah yang paling utama ialahpolusi udara dari asap rokok, kenderaan danpembakaran hutan, limbah atau sampah.

Jenis asma yang paling sering dideritaoleh anak-anak berusia di bawah 3 tahun dandewasa berusia di atas 30 tahun. Infeksipernafasan karena virus merupakan pemicuutama pernafasan karena virus merupakanpemicu utama dan mempengaruhi, baik sarafdan atau saluran pernafasan (bronchi).Menurut Muttaqin (2008) Jumlah kejadianasma pada laki-laki lebih banyakdibandingkan dengan perempuan.

Hasil penelitian ini sejalan denganpenelitian yang dilakukan oleh Sri Hartati(2014) dengan judul karakteristik penderitaasma yang dirawat inap di Rumah Sakit

Umum Dr. Pirngadi Medan menyatakanbahwa sebagian besar penderita asma berjeniskelamin laki-laki (51,3%), berusia diatas 19tahun (60,8%), bekerja dipabrik (67%).

b. Rata-rata frekuensi nafas sebelum dansesudah pada kelompok control diPuskesmas Sukamerindu Kota BengkuluTahun 2019

Hasil penelitian ini diketahui bahwapada kelompok kontrol terdapat peningkatanfrekuensi pernafasan yaitu sebelum denganmean (26,42) dan setelah dengan mean(26,50) di Puskesmas Sukamerindu KotaBengkulu Tahun 2019, artinya pada penelitianini diketahui bahwa tidak ada perubahan padakelompok kontrol rata-rata pasien mengalamiasma sedang.

Menurut PDPI (2016) asma derajatsedang ditandai dengan frekuensi pernafasan26-30 x/menit dengan gejala sesak nafasmulai terasa pada saat beraktifitas terkadangterdapat gejala batuk dan produksi sputum.Biasanya pasien mulai memeriksakankesehatannya pada derajat ini. Asma ialahpenyakit paru dengan ciri khas yakni salurannapas sangat mudah bereaksi terhadapberbagai rangsangan atau pencetus denganmanifestasi berupa serangan asma (Ngastiyah,2011). Kalainan yang didapatkan adalah ototbronkus akan mengkerut (terjadipenyempitan) dan selaput lendir bronkusedema.Sejalan dengan penelitian Purwaningsih(2017) menyebutkan bahwa pada kelompokkontrol (tidak konsumsi air hangat) diketahuirata-rata derajat sesak napas pada pre testsebesar 26,53 yang berarti sesak napas sedangdan post test sebesar 26,40 yang berarti sesaknapas sedang artinya tidak mengalamiperubahan frekeunsi pernafasan di BalaiBesar Kesehatan Paru Masyarakat Surakarta

c. Rata-rata frekuensi nafas sebelum dansesudah pada kelompok intervensi diPuskesmas Sukamerindu Kota BengkuluTahun 2019

82 Journal of Nursing and Public Health

Page 174: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

Hasil penelitian ini diketahui bahwapada kelompok intervensi terdapatpeniurunan frekuensi pernafasan yaitusebelum intervensi dengan mean (26,92) dansetelah intervensi dengan mean (26,28) diPuskesmas Sukamerindu Kota BengkuluTahun 2019, artinya pada penelitian initerlihat adanya perubahan setelahmengkonsumsi air hangat.

Menurut Batmanghelidj (2012) sebuahaspek penting dari penemuan tentang airputih hangat dalam keperawatan merupakantindakan mandiri yang dapat dipergunakansebagai penatalaksanaan non farmakologisutuk mengobati masalah kesehatan pasiendengan tanpa bahan-bahan kimia atau tanpatindakan invasif. Termasuk dalam memberinutrisi pada pasien, yang tidak disertai dengankonsumsi air maka akan menghasilkankerentanan terhadap alergi. Darah yang kentaldalam tubuh akan menjadikan kerja makanansangat berat sehingga harus beredar melaluiparu-paru dan melepaskan beberapa lagimelalui penguapan di pernapasan.

Sejalan dengan penelitia Kusumawati(2012) bahwa pada kelompok intervensi(konsumsi air) hangat, terjadi penurunanfrekuensi pernafasan pada pasien penderitaasma setelah diberikan terapi air hangat,sedangkan pada kelompok kontrol (tidakkonsumsi air hangat) tidak ada penurunanfrekuensi pernafasan.

2. Analisis Bivariat

a. Pengaruh Konsumsi Air Hangatterhadap Frekuensi Nafas Pada pasienasma Kelompok Kontrol Di PuskesmasSukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Hasil penelitian ini diketahui dari hasiluji t-dependen nilai mean -0,07 dan SD=0,61.Dari hasil uji statistic didapatkan nilai pvalue= 0,671, maka dapat disimpulkanbahwa tidak ada pengaruh frekuensi nafaspada pasien asma sebelum dan setelah padakelompok kontrol (tidak konsumsi air hangat)di Puskesmas Sukamerindu Kota BengkuluTahun 2019.

Menurut Sari (2016) masalah yangdiakibatkan oleh asma jika tidak dilakukanpengobatan dan pencegahan adalah adanyapenumpukan sputum pada saluranpernapasan. Beberapa gejala klinis akibatpenumpukan sputum ini adalah pernapasancuping hidung, peningkatan respiratory rate,dyspnea, timbul suara krekels saatdiauskultasi, dan kesulitan bernapas.Kesulitan bernapas akan menghambatpemenuhan suplai oksigen dalam tubuhsehingga suplai oksigen berkurang.Berkurangnya suplai oksigen dalam tubuhakan membuat kematian sel, hipoksemia danpenurunan kesadaran. Penanganan padapasien asma dengan masalah kebersihan jalannapas bertujuan untuk membersihkan saluranpernapasan sehingga suplai oksigen yangmasuk ke dalam tubuh dapat terpenuhi dangangguan akibat berkurangnya suplai oksigentidak terjadi.

Sejalan dengan penelitian Rahayu(2015) menyebutkan bahwa dari hasil ujistatistik menggunakan Wilcoxon Sign RankTest dengan tingkat kepercayaan 95% danĮ=0,05, didapatkan nilai signifikan p-value=1,000 atau lebih besar dari 0,05. Nilaip-value lebih besar dari 0,05 yang berartitidak terdapat pengaruh yang signifikanterhadap kelancaran jalan nafas kelompokkontrol (pre test) dan (post test) sebelumtindakan nebulizer.

b. Pengaruh Konsumsi air hangat terhadapfrekuensi nafas Pada pasien asmaKelompok Intervensi Di PuskesmasSukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Hasil penelitian ini diketahui dari hasiluji t-dependen mean (4,64) dengan SD (0,92,sehingga hasil uji statistic didapatkan nilai pvalue= 0,000, maka dapat disimpulkanbahwa ada pengaruh frekuensi nafas padapasien asma sebelum dan setelah padakelompok intervensi di PuskesmasSukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019..

Didukung teori Doengos (2008)menyebutkan bahwa pengobatan secarasederhana atau non farmakologis,

ISSN: 2338-7033 83

Page 175: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

penatalaksanaan nonfarmakologis asma yaitudengan memberikan minum air putih hangat1500-2000 ml per hari. Air adalah zat atauunsur yang paling penting bagi semua bentukkehidupan didunia ini. yang kita ketahuisampai saat ini dibumi, air merupakan zat cairyang tidak mempunyai rasa, warna dan bau.Air sebagai sumber daya adalah air yangdibutuhkan oleh semua kehidupan, baiktumbuhan, mikroorganisme maupun manusia.Agar tetap dapat kita pakai air harus dijagasupaya tidak tercemar, karena sifat air yangmudah berubah baik dari segi bentuk, ukurandan rasa warna dari lingkungannya yangmempengaruhinya, apa lagi jika lingkunganyang tercemar maka air juga akan mudahsekali tercemar. Konsumisi air hangatmerupakan konsumsi air dengan suhu 38-40oC. Konsumsi air hangat dilakukanperlahan selama 5 menit dapat membebaskanjalan nafas, sehingga dapat menjadi terapipada penderita asma.

Sejalan dengan penelitian Majampoh(2013) menyebutkan bahwa frekuensipernapasan sebelum diberikan air hangattermasuk frekuensi sesak napas sedangsampai berat dan frekuensi pernapasan setelahdiberikan konsumsi air hangat termasukfrekuensi pernapasan normal. SimpulanTerdapat pengaruh pemberian konsumsi airhangat terhadap kestabilan pola napas padapasien sesak nafas dengan nilai p value =0,000.

c. Pengaruh konsumsi air hangat terhadapfrekuensi nafas pada pasien asmakelompok intervensi dan kelompok kontroldi Puskesmas Sukamerindu KotaBengkulu Tahun 2019

Berdasarkan Tabel di atas didapatkanbahwa dari uji Independen dengan nilai pvalue=0,000 maka Ho diterima, artinya adaperbedaan frekuensi nafas pada pasien asmakelompok intervensi dan kelompok kontrol diPuskesmas Sukamerindu Kota BengkuluTahun 2019, serta dapat dilihat bahwafrekuensi nafas pada kelompok intervensirata-rata 22,28 lebih rendah dibandingkan

kelompok kontrol sebesar 26,50 yangmenunjukkan bahwa terjadi penurunanfrekuensi nafas pada pasien asma setelahdiberikan air hangat.

Usaha yang dapat dilakukan dalampengobatan penyakit asma dapat dilakukandengan cara farmakologi dan nonfarmakologi. Pengobatan farmakologis padaasma biasanya dengan oksigenisasi danmelibatkan pengobatan beta 2 adrenergik,sedangkan pengobatan nonfarmakologisbiasanya dengan menghindari faktorpenyebab dan menciptakan lingkungan yangsehat, selain itu dalam mengurangi gejalaasma dan memperbaiki kualitas hidup yaitudengan terapi pemberian air hangat. Teknikfarmakologi memiliki banyak efek samping,sedangkan pengobatan dengan nonfarmakologi kurang memiliki efek samping(Doenges, 2010).

Pemberian minum air putih hangatmemberikan efek hidrostatik danhidrodinamik dan hangatnya membuatsirkulasi peredaran darah khususnya padadaerah paru-paru agar menjadi lancar. Secarafisiologis, air hangat juga memberi pengaruhoksigenisasi dalam jaringan tubuh (Hamidin,2012). Hal serupa diungkapkan oleh Yuanita(2011), minum air hangat dapatmemperlancar proses pernapasan, karenapada pernapasan pasien asma membutuhkansuasana yang encer dan cair. Pada penderitaasma minum air hangat sangat tepat untukmembantu memperlancar pernapasan karenadengan minum air hangat partikel-partikelpencetus sesak dan lendir dalam bronkioliakan dipecah dan menyebabkan sirkulasipernapasan menjadi lancar sehinggamendorong bronkioli mengeluarkan lendir.

Sejalan dengan penelitian yangdilakukan oleh Adiputra (2017) menyebutkanbahwa dari hasil uji Wilcoxon didapatkan pvalue sebesar 0,002, yang menunjukkanbahwa terdapat pengaruh pemberian airminum hangat sebelum tindakan nebulizerterhadap kelancaran jalan nafas danfrekuensi pernapasan pada pasien asma.Hasil uji Mann Whitney didapatkan p valuesebesar 0.029, artinya terdapat perbedaan

84 Journal of Nursing and Public Health

Page 176: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

pengaruh pemberian air minum hangatsebelum tindakan nebulizer terhadapkelancaran jalan nafas

KESIMPULAN

Karakteristik penderita asma diPuskesmas Sukamerindu Kota Bengkuluyaitu dari 28 responden sebagian besar atau19orang (67,9%) berjenis kelamin laki-laki,pada umumnya atau 22 orang (78,6%) berusia≥19 tahun dan lama menderita asma sebagianbesar atau 18 orang (64,3%) <5 tahun.

1. Rata-rata frekuensi pernafasan sebelum(26,4286) dan setelah (26,50) padakelompok kontrol di PuskesmasSukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

2. Rata-rata frekuensi pernafasan sebelum(26,92) dan setelah (26,28) pada kelompokintervensi di Puskesmas SukamerinduKota Bengkulu Tahun 2019

3. Ada pengaruh konsumsi air hangatterhadap frekuensi nafas pada pasien asmapada kelompok intervensi di PuskesmasSukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

4. Tidak ada pengaruh konsumsi air hangatterhadap frekuensi nafas pada pasien asmapada kelompok kontrol di PuskesmasSukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

5. Ada perbedaan frekuensi nafas pada pasienasma kelompok intervensi dan kelompokkontrol di Puskesmas Sukamerindu KotaBengkulu Tahun 2019

SARAN

Diharapkan kepada peneliti selanjutnyauntuk melakukan penelitian dengan metodedan desain yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina. 2015. Pengaruh Terapi BermainSuper Bubbles Terhadap KecemasanAkibat Hospitalisasi Pada AnakPenderita Asma Usia Prasekolah DiRSUD Surakarta. Darihttp://eprints.ums.ac.id.pdf. Jurnal [2

Desember 2018]Amin dan Hardhi. 2016. Asuhan

Keperawatan Berdasarkan DiagnosaMedis & NANDA Jilid I dan II.Jogjakarta. Mediaction Jogja.

Dinkes Kota Bengkulu. 2018. Profil DinasKesehatanKota Bengkulu Tahun 2018.Bengkulu

Doenges. 2010. Rencana AsuhanKeperawatan Alih Bahasa. (diakses 09Februari 2018), diunduh darihttp://eprints.ums.ac.id/21070/26/naskah _publikasi.pdf.

Ekarini. 2012. Analisis Faktor-Faktor PemicuDominan Terjadinya Serangan AsmaPada Paien Asma. FIK UI. 108.

Kemenkes. 2018. Profil data KesehatanIndonesia Tahun 2018. Jakarta

Infodatin. 2017. Pusat Data dan InformasiKesehatan RI. Jakarta: ISSN 2442-7659.

Irianto. 2014. Epidemiologi Penyakit Menulardan Tidak menular Panduan Klinis.Bandung; Penerbit Alfabeta

Kemenkes. 2016. Infodatin Asma. KemenkesRI: Jakarta

Kemenkes. 2017. Hasil Penelitian RisetKesehatan Dasar. Indonesia: KemenkesRI.

Kowalak et all. 2011. Buku Ajar Patofisiologi.Jakarta: EGC

Medicastore. 2013. Faktor-Faktor PemicuDominan Terjadinya Serangan AsmaPada Paien Asma. Darihttp://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20303000-T30663%20-%20Analisis%20faktor.pdf. Skripsi [2Februari 2019]

Ngastiyah. 2011. Perawatan Anak Sakit.Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGC.

Notoatmodjo, S. 2012. Metode PenelitianKesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Padila. 2013. Asuhan Keperawatan PenyakitDalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Riyanto, A. 2017. Aplikasi MetodologiPenelitian Kesehatan. Yogyakarta:Nuha Medika

Sari. 2014. Pengaruh Terapi Bermain

ISSN: 2338-7033 85

Page 177: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

Gelembung Super Terhadap TingkatKecemasan Pada Anak Usia PrasekolahYang Mengalami Hospitalisasi DiRuang Anak Rsud Pandan ArangBoyolali. Dari http://eprints.ums.ac.id /28788/17/NASKAH_PUBLIKASI.pdf. Jurnal[22 Desember 2018]

Sulistyaningsih. 2011. Metode PenelitianKebidanan Cetakan ke-2. Yogyakarta:Graha Ilmu

86 Journal of Nursing and Public Health

Page 178: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

Lampiran VI

FORMAT REVIEW ARTIKEL

Nama Pengarang,

Tahun

Judul Penerbit Metode Penelitian

Sample Hasil Kesimpulan

Sri Hardina, Septiyanti, Dwi Wulandari 2019

Pengaruh Konsumsi Air Hangat Terhadap Frekuensi Napas Pada Pasien Asma Di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Journal of Nursing and Public Health

Quasy experiment menggunakan pendekatan two group test design with control group melalui pendekatan deskriptif kuantitatif

28 orang yang terdiri dari 14 responden pada kelompok kasus dan 14 responden pada kelompok kontrol

1. Analisis Univariat Analisis univariat untuk memperoleh

gambaran variabel, yang di gambarkan dalam bentuk tabel dengan tujuan mengetahui gambaran jenis kelmain, usia dan lama menderita asma pada pasien asma di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu.

Tabel 1. Gambaran Karakteristik Pasien Penderita Asma di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

No Variabel Frekuensi Persentase (f) (%)

1 Laki•laki 19 67,9 2 Perempuan 9 32,1

Jumlah 28 100 No Usia Frekuensi Persentase

(f) (%) 1 <19 tahun 6 21,4 2 >19 tahun 22 78,6

Jumlah 28 100 No Lama Frekuensi Persentase

menderita (f) (%) 1 <5tahun 18 64,3 2 >5tahun 10 35,7

Jumlah 28 100 Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa

karakteristik penderita asma di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu yaitu sebagian besar atau 19 orang (67,9%) berjenis kelamin laki-laki,

Karakteristik penderita asma di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu yaitu dari 28 responden sebagian besar atau19 orang (67,9%) berjenis kelamin laki- laki, pada umumnya atau 22 orang (78,6%) berusia ≥19 tahun dan lama menderita

asma sebagian besar atau 18 orang (64,3%) <5 tahun.

1. Rata-rata frekuensi

pernafasan sebelum (26,4286) dan setelah (26,50) pada kelompok kontrol di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

2. Rata-rata frekuensi pernafasan sebelum (26,92) dan setelah (26,28) pada kelompok intervensi di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

3. Ada pengaruh konsumsi air hangat terhadap frekuensi nafas pada

Page 179: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

pada umumnya atau 22 orang (78,6%) berusia ≥19 tahun dan lama menderita asma sebagian

besar atau 18 orang (64,3%) <5 tahun.

Tabel 2. Rata-rata frekuensi nafas sebelum dan sesudah pada kelompok control di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Frekuensi Mean Min•mix SD Nafas

Kelompok Kontrol Sebelum 26,42 25,0-29,0 1,22 Sesudah 26,50 25,0-29,0 1,22

pasien asma pada kelompok intervensi di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

4. Tidak ada pengaruh konsumsi air hangat terhadap frekuensi nafas pada pasien asma pada kelompok kontrol di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Dari tabel 2 dapat diketahui bahwa pada kelompok kontrol terdapat peningkatan frekuensi pernafasan yaitu sebelum dengan mean (26,4286) dan setelah dengan mean (26,50) di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Tabel 3. Rata-rata frekuensi nafas sebelum dan sesudah pada kelompok intervensi di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Frekuensi Mean Min• SD 95%CI Nafas mix

Kelompok Kontrol

Ada perbedaan frekuensi nafas pada pasien asma kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Sebelum 26,92 25,0- 1,63 25,98- 30,0 27,87

Sesudah 22,28 25,0- 1,72 21,28- 30,0 23,28

Sudah diolah (2019) Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa pada

kelompok intervensi terdapat penurunan frekuensi

Page 180: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

pernapasan yaitu sebelum intervensi dengan mean (26,92) dan setelah intervensi dengan mean (26,28) di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yaitu perbedaan frekuensi nafas pada pasien asma kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4. Pengaruh Konsumsi Air Hangat terhadap Frekuensi Nafas Pada pasien asma Kelompok Kontrol Di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Variabel Mean Std. Devia tion

CI 95%

P value

Frekuensi

Napas

Sebelum •0,07 0,61 • .42

• .28 0,671 Frekuensi Napas

Setelah

Berdasarkan tabel 4 di atas menunjukkan bahwa dari hasil uji t-dependen nilai mean -0,07 dan SD=0,61. Dari hasil uji statistic didapatkan nilai p value= 0,671, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh frekuensi nafas pada pasien asma sebelum dan setelah pada kelompok kontrol (tidak konsumsi air hangat) di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Page 181: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

Tabel 5. Pengaruh Konsumsi Air Hangat terhadap Frekuensi Nafas Pada pasien asma Kelompok Intervensi Di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Variabel Mean Std. Devia tion

CI 95%

P value

Frekuensi

Napas

Sebelum 4,64 0,92 4,10•

5,17 0,000 Frekuensi Napas

Setelah

Berdasarkan tabel 5 di atas menunjukkan bahwa dari hasil uji t-dependen mean (4,64) dengan SD (0,92, sehingga hasil uji statistic didapatkan nilai p value= 0,000, maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh frekuensi nafas pada pasien asma sebelum dan setelah pada kelompok intervensi di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019.

Tabel 6. Pengaruh konsumsi air hangat terhadap frekuensi nafas pada pasien asma antar kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019

Variabel Mean Std. Error

CI 95%

P value

Post Intervensi

• 4,21

0,56

-5.37- -3.05

0,000

Post Kontrol

Berdasarkan Tabel di atas didapatkan bahwa dari uji t Independen di dapatkan nilai p

Page 182: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

value=0,000 maka Ha diterima, artinya ada perbedaan frekuensi nafas pada pasien asma kelompok intervensi dan kelompok kontrol di Puskesmas Sukamerindu Kota Bengkulu Tahun 2019, serta dapat dilihat bahwa frekuensi nafas pada kelompok intervensi rata-rata 22,28 lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol sebesar 26,50 yang menunjukkan bahwa terjadi penurunan frekuensi nafas pada pasien asma setelah diberikan air hangat.

Page 183: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

Lampiran VII

SATUAN ACARA PELAKSANAAN PENYULUHAN KESEHATAN

Nama Mahasiswa : Meda Susetha

NIM : AKX.17.047

Jurusan : Diploma III Keperawatan Konsentrasi Anestesi dan

Gawat Darurat Medik Universitas Bhakti Kencana Bandung

Pokok Bahasan : Asma

Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian Asma Bronkial

2. Mekanisme Asma Bronkial

3. Penyebab Asma Bronkial

4. Klasifikasi Asma Bronkial

5. Tanda dan Gejala Asma Bronkial

6. Akibat dari Asma Bronkial

7. Perawatan bagi Penderita Asma Bronkial

Waktu : 20 menit

Sasaran : Pasien dan Keluarga Pasien

Tempat : Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 20 menit, diharapkan

pasien dan keluarga mampu memahami tentang penyakit Asma Bronkial

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 20 menit, diharapkan

pasien dan keluarga mampu menjelaskan tentang:

a. Pengertian Asma Bronkial

b. Mekanisme Asma Bronkial

c. Penyebab Asma Bronkial

d. Klasifikasi Asma Bronkial

e. Tanda dan Gejala Asma Bronkial

f. Akibat dari Asma Bronkial

g. Perawatan bagi Penderita Asma Bronkial

Page 184: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

3. Kegiatan Pelaksanaan

No. Kegiatan Pelaksanaan Waktu Metode

1. Pendahuluan

a. Memperkenalkan diri

b. Menjelaskan topik dan tujuan

dilakukannya penyuluhan kesehatan

c. Menggali pengetahuan yang dimiliki

peserta mengenai Asma Bronkial

5 menit Diskusi atau

Tanya Jawab

2. Pelaksanaan

a. Menjelaskan pengertian Asma Bronkial

b. Menjelaskan mekanisme dari Asma

Bronkial

c. Menjelaskan penyebab terjadinya

Asma Bronkial

d. Menjelaskan siapa saja yang beresiko

mengalami Asma Bronkial

e. Menjelaskan Tanda dan Gejala dari

Asma Bronkial

f. Menjelaskan akibat dari Asma Bronkial

g. Menjelaskan perawatan bagi penderita

Asma Bronkial

10 menit Presentasi

3. Penutup

a. Membuka waktu untuk berdiskusi

b. Mengevaluasi hasil dari penyuluhan

kesehatan

c. Memberikan saran bagi peserta

d. Salam penutup

5 menit Diskusi atau

Tanya Jawab

4. Metode

Diskusi atau tanya jawab, dan presentasi materi penyuluhan kesehatan

5. Media

Leaflet mengenai materi penyuluhan kesehatan

Page 185: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

6. Materi

a. Pengertian Asma Bronkial

Kata asma (asthma) berasal dari bahasa Yunani yang berarti “terengah-

engah”. Asma adalah suatu keadaan di mana saluran napas mengalami

penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang

menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat berulang namun

reversible (Nurarif dan Kusuma, 2015).

b. Mekanisme Asma Bronkial

Selama serangan asma, bronkiolus menjadi meradang dan

peningkatan sekresi mukus. Keadaan ini menyebabkan lumen jalan

napas menjadi bengkak, kemudian meningkatkan resistensi jalan napas

dan menimbulkan distres pernapasan. Anak yang mengalami asma

mudah untuk inhalasi dan sukar untuk ekshalasi karena ada edema

jalan napas. Kondisi seperti ini menyebabkan hiperinflasi pada alveoli

dan terjadi perubahan pertukaran gas.

c. Penyebab Asma Bronkial

1) Faktor Host:

a) Genetik

b) Gen predisposisi untuk atopi

c) Gen predisposisi untuk hiperresponsif bronkus

d) Obesitas

e) Gender

2) Faktor Lingkungan

a) Alergen:

Dalam rumah: kutu, debu rumah, bulu binatang piaraan,

kecoak, jamur.

Di luar rumah: serbuk sari, jamur

b) Infeksi

c) Asap rokok: perokok pasif, perokok aktif

d) Bahan di tempat bekerja

e) Polusi Udara

Page 186: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

f) Obat, makanan, bahan pengawet

Faktor perinatal seperti prematuritas dan berat badan lahir rendah

diduga memiliki asosiasi positif dengan kejadian asma pada anak.

Munculnya asma pada anak dengan riwayat BBLR (Berat Badan Lahir

Rendah) dan prematur diduga berhubungan dengan gangguan suplai

nutrien yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan paru

d. Klasifikasi Asma Bronkial

1) Asma ekstrinsik : muncul pada waktu kanak-kanak

2) Asma intrinsik : ditemukan tanda-tanda reaksi hipersensitivitas

terhadap alergen

3) Asma yang berkaitan dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Derajat Serangan Asma pada Anak

1) Ringan

Sesak saat berjalan, pada bayi akan menangis keras. Tidak sesak

saat berbaring dan berbicara. Tidak ada sianosis, mengi sedang,

napas dangkal dan cepat.

2) Sedang

Sesak saat berbicara, pada bayi tangis pendek dan lemah, kesulitan

menyusu dan lemah. Lebih suka posisi duduk. Tidak ada sianosis,

mengi nyaring, napas cepat disertai gerakan otot tambahan.

3) Berat

Sesak saat istirahat, pada bayi tidak mau minum / makan. Lebih

suka posisi duduk dengan bertopang lengan. Ada sianosis, mengi

sangat nyaring, napas dalam dan cepat disertai napas cuping

hidung dan gerakan otot tambahan. 4) Ancaman Henti Napas

Anak tampak kebingungan. Sianosis nyata, mengi sulit atau tidak

terdengar, napas dangkal, lambat, dan mungkin hilang.

Page 187: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

e. Tanda dan Gejala Asma Bronkial

1) Sesak napas (dyspnea)

2) Napas cepat (takipnea)

3) Nadi cepat (takikardi)

4) Sesak saat berbaring (othopnea)

5) Mengi (wheezing)

6) Gelisah, cemas, labil, dan kadang-kadang bisa terjadi perubahan

tingkat kesadaran

7) Penggunaan otot-otot asesori pernapasan, cuping hidung, retraksi

dada bisa juga muncul nyeri abdomen karena penggunaan otot

abdomen dalam pernapasan.

8) Tidak toleran terhadap aktivitas, baik makan, bermain, berjalan,

bahkan berbicara.

f. Akibat dari Asma Bronkial

Komplikasi yang bisa membahayakan kondisi pasien, diantaranya

adalah terjadinya status asmatikus, gangguan asam-basa, gagal napas,

bronkhiolitis, hipoksemia, pneumonia, pneumothoraks, emphysema,

chronic persistent bronkhitis, atelektasis, dan bahkan kematian

g. Perawatan bagi Penderita Asma Bronkial

1) Terapi medikamentosa dengan pemberian obat pengendali anti-

inflamasi, bronkodilator, dan oksigenasi.

2) Edukasi mengenai petunjuk dalam pemberian obat serta cara

menghindari atau meniadakan faktor pencetus asma (menghindari

asap rokok, menjaga kebersihan lingkungan dari debu dan udara

dingin, menghindari makanan yang menyebabkan alergi, dsb)

3) Konsumsi air hangat

4) Latihan Batuk Efektif

5) Fisioterapi dada

6) Posisi semifowler

7) Penghisapan atau suction

8) Tatalaksana kedaruratan

Page 188: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

7. Evaluasi

a. Evaluasi Struktur

1) Peserta duduk menghadap ke arah pemberi materi penyuluhan

kesehatan

2) Peserta turut dalam kegiatan penyuluhan kesehatan

b. Evaluasi Proses

1) Peserta tidak meninggalkan tempat selama kegiatan penyuluhan

kesehatan

2) Peserta berperan aktif selama kegiatan penyuluhan kesehatan

3) Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan penyaji

c. Evaluasi Hasil

1) Peserta mampu menjelaskan pengertian Asma Bronkial

2) Peserta mampu menjelaskan Mekanisme Asma Bronkial

3) Peserta mampu menyebutkan penyebab Asma Bronkial

4) Peserta mampu menyebutkan Klasifikasi Asma Bronkial

5) Peserta mampu menyebutkan Tanda dan Gejala Asma Bronkial

6) Peserta mampu menyebutkan akibat dari Asma Bronkial

7) Peserta mampu menjelaskan mekanisme Asma Bronkial

8) Peserta mampu menjelaskan perawatan bagi penderita Asma

Bronkial

8. Daftar Pustaka

a. Marni. 2014. Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Gangguan Pernapasan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

b. Nurarif, Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 1. Yogyakarta: Mediaction.

c. Wahyudi, A., Yani, F.F., Erkadius. 2016. “Hubungan Faktor Risiko

terhadap Kejadian Asma pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang.”

Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2); hlm 314. Tersedia dari: http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/jka/article/download/514/419

d. Widagdo. 2013. Tatalaksana Masalah Penyakit Anak dengan Batuk/ Batuk Demam. Jakarta: Sagung Seto.

e. Kyle, Terri., Carman, Susan. 2014. Buku Ajar Keperawatan Pediatri Volume 3 Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Page 189: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

LampiranVIII

5. 6. 1.

Tanda dan Gejala Asma Bronkial

1) Gelisah, cemas, labil, dan kadang-kadang

bisa terjadi perubahan tingkat kesadaran

2) Penggunaan otot pernapasan tambahan

dan cuping hidung bisa memunculkan

nyeri abdomen karena penggunaan otot

abdomen dalam pernapasan.

3) Tidak toleran terhadap aktivitas, baik

makan, bermain, berjalan, bahkan

berbicara.

­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­(Marni, 2014)

Akibat dari Asma Bronkial

Komplikasi yang bisa membahayakan

pasien, diantaranya adalah terjadinya status

asmatikus, gangguan asam-basa, gagal napas,

bronkhiolitis, hipoksemia, pneumonia,

pneumothoraks, emphysema, chronic

persistent bronkhitis, atelektasis, dan bahkan

kematian.

­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­(Marni, 2014)

Tatalaksana Asma Bronkial

1) Terapi pemberian obat pengendali anti-

inflamasi, bronkodilator, dan oksigenasi.

2) Edukasi cara menghindari faktor pencetus

asma (menghindari asap, menjaga kebersihan

lingkungan dari debu dan suhu dingin,

menghindari makanan penyebab alergi)

3) Konsumsi air hangat

4) Batuk Efektif

5) Fisioterapi dada

6) Posisi semifowler

7) Penghisapan atau

suction

8) Tatalaksana

kedaruratan

­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­Terima Kasih­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­

HINDARKAN ANAK DARI BAHAYA

Oleh:

Meda Susetha AKX.17.047

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN KONSENTRASI ANESTESI DAN GAWAT

DARURAT MEDIK UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

ASMA

BRONKIAL

Page 190: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

2. 3. 4.

Apa itu Asma Bronkial?

Kata asma (asthma) berasal dari bahasa

Yunani yang berarti “terengah-engah”

Asma adalah suatu keadaan di mana

saluran napas mengalami penyempitan karena

hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu,

yang menyebabkan peradangan; penyempitan

ini bersifat berulang namun reversible.

­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­(Nurarif dan Kusuma, 2015)

Mekanisme Asma Bronkial

Selama serangan asma, bronkiolus

menjadi meradang dan peningkatan sekresi

mukus. Keadaan ini menyebabkan lumen jalan

napas menjadi bengkak, kemudian

meningkatkan resistensi jalan napas dan

menimbulkan distres pernapasan.

­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­(Marni, 2014)

Penyebab Asma Bronkial

Klasifikasi Asma Bronkial

1) Asma ekstrinsik : muncul saat kanak-kanak

2) Asma intrinsik : ditemukan tanda reaksi

hipersensitivitas terhadap alergen

3) Asma yang berkaitan dengan Penyakit Paru

Obstruktif Kronik

­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­(Nurarif dan Kusuma, 2015) Berdasarkan derajat serangan asma pada anak

1) Ringan

2) Sedang

3) Berat

4) Ancaman Henti Napas

­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­(Nurarif dan Kusuma, 2015)

Faktor Host: Genetik, obesitas, gender

Faktor Lingkungan: a) Alergen

­Dalam rumah: kutu, debu rumah, bulu

binatang piaraan, kecoak, jamur.

­Di luar rumah: serbuk sari, jamur

b) Infeksi

c) Asap rokok: perokok pasif, perokok aktif

d) Bahan di tempat bekerja

e) Polusi Udara

f) Obat, makanan, bahan pengawet

Faktor perinatal seperti prematuritas dan

berat badan lahir rendah diduga memiliki

asosiasi positif dengan kejadian asma pada

anak dan berhubungan dengan gangguan suplai

nutrien yang menyebabkan terhambatnya

pertumbuhan paru

­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­­(Wahyudi, 2016)

Sesak saat berjalan, pada bayi akan menangis keras.

Tidak sesak saat berbaring dan berbicara. Tidak ada

sianosis, mengi sedang, napas dangkal dan cepat.

Sesak saat berbicara, pada bayi tangis pendek dan

lemah, kesulitan menyusu dan lemah. Lebih suka

posisi duduk. Tidak ada sianosis, mengi nyaring,

napas cepat disertai gerakan otot tambahan.

Sesak saat istirahat, pada bayi tidak mau minum /

makan. Lebih suka posisi duduk dengan bertopang

lengan. Ada sianosis, mengi sangat nyaring, napas

dalam dan cepat disertai napas cuping hidung dan

gerakan otot tambahan.

Anak tampak kebingungan. Sianosis nyata, mengi

sulit atau tidak terdengar, napas dangkal, lambat,

dan mungkin hilang.

Page 191: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …
Page 192: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …
Page 193: ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK ASMA BRONKIAL …

Lampiran XI

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NAMA : MEDA SUSETHA

TEMPAT TANGGAL LAHIR : TEMANGGUNG, 25 APRIL 1999

AGAMA : KATOLIK

ALAMAT : LINGKUNGAN BENDO RT 003/ RW 002

KERTOSARI, TEMANGGUNG,

JAWA TENGAH

PENDIDIKAN :

TAHUN 2005 – 2011 : SD PANGUDI UTAMI TEMANGGUNG

TAHUN 2011 – 2014 : SMP MASEHI TEMANGGUNG

TAHUN 2014 – 2017 : SMA KOLESE LOYOLA SEMARANG

TAHUN 2017 – 2020 : PROGRAM STUDI DIPLOMA III

KEPERAWATAN KONSENTRASI

ANESTESI DAN GAWAT DARURAT

MEDIK, FAKULTAS KEPERAWATAN,

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA

BANDUNG