30
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi. Tingginya angka kematian ibu yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas, bukan saja dipengaruhi oleh faktor kesehatan tetapi juga faktor diluar kesehatan. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya angka kematian ibu (AKI) diantaranya dari faktor kurangnya memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan yang ada dan faktor kurangnya pengetahuan ibu.Tetapi penyebab utama dari faktor kematian Ibu dan bayi yang sudah teridentinfikasi adalah perdarahan, infeksi, preeklamsi, partus tak maju dan fetal distress. Oleh sebab itu diagnosa dini partus tak maju serta penanganannya perlu segera dilakukan untuk menjaga kelangsungan hidup ibu dan bayi. Menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia), standar rata-rata operasi caesar di sebuah negara adalah sekitar 5–15%. Di Indonesia sendiri, persentase operasi caesar sekitar 5%. Di rumah sakit pemerintah

askep sectio caesarea

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan kasus

Citation preview

1

 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih cukup tinggi.

Tingginya angka kematian ibu yang berhubungan dengan kehamilan,

persalinan dan nifas, bukan saja dipengaruhi oleh faktor kesehatan tetapi juga

faktor diluar kesehatan. Banyak hal yang menyebabkan terjadinya angka

kematian ibu (AKI) diantaranya dari faktor kurangnya memanfaatkan sarana

pelayanan kesehatan yang ada dan faktor kurangnya pengetahuan ibu.Tetapi

penyebab utama dari faktor kematian Ibu dan bayi yang sudah teridentinfikasi

adalah perdarahan, infeksi, preeklamsi, partus tak maju dan fetal distress.

Oleh sebab itu diagnosa dini partus tak maju serta penanganannya perlu

segera dilakukan untuk menjaga kelangsungan hidup ibu dan bayi.

Menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia), standar rata-rata operasi

caesar di sebuah negara adalah sekitar 5–15%. Di Indonesia sendiri,

persentase operasi caesar sekitar 5%. Di rumah sakit pemerintah rata-rata

11%, sementara di rumah sakit swasta bisa lebih dari 30%. (Prof. dr. Gulardi

Wiknyosastro, Sp.OG, Guru Besar di Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta) .

1

2

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan asuhan keperawatan pada Ibu dengan post sectio

caesarea atas indikasi fetal distress berdasarkan proses keperawatan, meliputi

aspek: bio, psiko, sosial dan spiritual secara komprehensif berdasarkan ilmu

dan kiat keperawatan di ruang flamboyan RSMS.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melaksanakan pengkajian pada Ny.K dengan post sectio

caesarea atas indikasi fetal distress di Ruang flamboyan RS. Margono

Soekarjo.

b. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny.K dengan

post sectio caesarea atas indikasi fetal distress di Ruang flamboyan

RS. Margono Soekarjo.

c. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada Ny.K dengan post

sectio caesarea atas indikasi fetal distress di Ruang flamboyan RS.

Margono Soekarjo.

d. Mampu melakukan evaluasi pada Ny.K dengan post sectio caesarea

atas indikasi fetal distress di Ruang flamboyan RS. Margono Soekarjo.

BAB II

3

 TINJAUAN TEORI

A. Sectio Caesarea

1. Pengertian

Sectio Caesarea ( SC ) adalah pembedahan untuk melahirkan janin

dengan membuka dinding perut dan uterus ( sarwono, 2005 )

Sectio Caesarea ( SC ) adalah tindakan untuk melahirkan janin

dengan berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus

yang utuh ( Gulardi A. Wiknjo Sastro, 2006 )

Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin

dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan

syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram

( Prawiro Hardjo, 2002 )

2. Etiologi

a. Indikasi Ibu

1) Panggul sempit absolute

2) Plasenta previa

3) Rupture uteri mengancam

4) Partus lama

5) Partus tak maju

6) Pre-eklamsia dan hipertensi

b. Indikasi Janin

1) Kelainan letak : letak melintang, letak belakang

2) Gawat janin

3) Janin besar

c. Kontra indikasi

1) Janin mati

2) Syok, anemia berat

3) Kelainan congenital berat3

4

3. Tujuan sectio caesarea

Adalah untuk mempersingkat lamanya pendarahan dan mencegah

terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim. SC dilakukan pada

Plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya jika pendarahan hebat.

Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa SC juga

dilakukan pada plasenta previa walaupun anak sudah mati.

4. Manifestasi klinis Post SC

a. Nyeri akobat ada luka pembedahan

b. Adanya luka insisi pada bagian luka pembedahan

c. Fundus uterus kontraaksi kuat dan terletak diumbilikus

d. Aliran lokhea sedang dan bebas keluaran yang berlebihan

e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira – kira 600 – 900

ml

f. Bising usus tidak terdengar

5. Klasifikasi SC

a. Abdomen ( CS Abdominalis )

1) SC transperitonealis

2) SC profunda

3) SC ekstraperitonealis

b. Vagina ( SC Vaginalis )

1) Sayatan memanjang ( Longitudinal )

2) Sayatan melintang ( transversal )

3) Sayatan huruf T ( T insision )

c. Sectio Caesarea klasik ( karparal )

6. Komplikasi

a. Infeksi peurpuralis

b. Pendarahan

c. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih

bila reperitonealisasi terlalu tinggi

5

d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya

perut pada dinding uterus sehingga pada kehamilan berikutnya bias

terjadi ruptum uteri. Kemungkinan hal ini ebih banyak ditemukan

sesudah SC klasik

7. Patofisiologi

Adanya beberapa kelainan atau hambatan pada proses persalinan yang

menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan. Misalnya

plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi

chepalo pelfic, rupture uterimengancam. Kondisi tersebut menyebabkan

perlu adanya suatu tindakan pembedahan Sectio Caesarea.

Dalam prosesnya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan

pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah

intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik

akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan aktifitas perawatan

diri sehingga timbul masalah devisit perawatan.

Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan

dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada

pasien. Selain itu dalam proses pembedahan juga akan dilakukan

tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan

terputusnya inkontinuitas jaringan pembuluh darah dan saraf – saraf

disekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsanag pengeluaran histamine

dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri ( nyeri akut ).

Setelah proses pembedahan berakhir daerah insisi akan ditutup dan akan

menimbulkan luka post operasi yang bila tidak dirawat dengan baik akan

menimbulkan masalah resiko infeksi.

8. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

6

b. Urinalisasi

c. Pemeriksaan elektronik

9. Penatalaksanaan

a. Pemberian cairan intravena yang mengandung elektrolit agar tidak

terjadi dehidrasi hipotermi, atau komplikasi pada organ lain. Cairan

yang bias diberikan DS 10 %, garam fisiologis dan RL. Bila HB

rendah diberikan transfuse darah.

b. Diit diberikan setelah klien flatus. Pemberian minuman dengan

jumlah sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 – 10 jam pasca operasi.

Berupa air putih atau the.

c. Mobilitas dilakukan bertahap, miring kanan dan kiri dimulai 6 -10

jam post operasi. Duduk selama 5 menit dilakukan dihari kedua post

op, untuk selanjutnya secara berturut – turut hari demi hari klien

dapat belajar berjalan dimulai dihari ketiga post op.

d. Kateterisasi dilakukan untuk menegurangi rasa nyeri dan tidak enak

karena kandung kemih penuh dan untuk mencegah pendarahan yang

disebabkan terhalangnya involusi uteri

e. Pemberian terapi medinasi seperti antibiotic, analgetik dan obat –

obatan lain untuk meningkatkan vitalitas

f. Perawatan luka

g. Perawatan payudara

h. Pemantauan TTV.

B. Fetal Distres

1. Pengertian

Keadaan Secara tiba-tiba bila janin tidak menerima O2 cukup

sehingga mengalami hipoksia (Buku acuan nasional, pelayanan kesehatan

maternal dan neonatal 2006, hal : 334) Janin yang beresiko tinggi untuk

mengalami kegawatan adalah :

7

a. Janin yang pertumbuhannya terhambat

b. Janin dari ibu dengan diabetes

c. Janin preterm dan post term

d. Janin dengan kelainan letak

e. Janin kelainan bawaan atau infeksi

2. Etiologi

a. Persalinan yang berlangsung lama

b. Induksi persalinan dengan oksitosin

c. Ada perdarahan atau infeksi

d. Insufisiensi plasenta posterm, preeklamsia

e. Penyakit hipertensi

f. Penyakit jantung

g. Malnutrisi ibu, anemia, iso imunisasi RH dan penyakit ginjal

h. Posisi tidur ibu (Posisi terlentang)

i. Anastesi epidural (obat-obatan) : Mepivacaine, lidocaine, bupivacaine

3. Tanda gawat janin

a. DJJ abnormal

1) Bradikardi : DJJ kurang dari 110 x/menit

Terjadi saat kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi

menunjukan adanya kegawatan janin

2) Taki Kardi : DJJ lebih dari 160 x/menit

Dapat merupakan reaksi terhadap adanya : demam pada ibu,obat-

obatan yang dapat menyebabkan takhikardi,misalnya :obat

tokolitik,amnionitis,bila ibu tidak mengalami takhikardi,DJJ lebih

dari 160 x/menit menunjukan adanya anval hipoksia

b. Mekoneum

8

Cairan amnion yang hijau kental menandakan jumlah air ketuban yang

sedikit

4. Penatalaksanaan

a. Posisi tidur ibu berbaring miring ke kiri

b. Berikan oksigenasi 4-6 Liter/menit

c. Bila sedang dalam infus oksitosin,stop infus

d. Cari penyebab DJJ abnormal misalnya :Ibu demam,efek obat

tertentu,Bila penyebabnya diketahui atasi permasalahannnya

e. Lakukan pemeriksaan dalam untuk mengetahui :kemajuan

persalinan,kompresi tali pusat,air ketuban sedikit

f. Bila DJJ tetap abnormal segera akhiri persalinan dengan cara :

1) Induksi, vakum ekstraksi, sectio caesarea

2) Pada kala 2 sebanyak 30-40% dapat terjadi Bradikardia akibat

kompresi, bila persalinan lancar tidak perlu tindakan

C. Konsep Dasar Keperawatan

1. Pengkajian

1. Identitas

2. Keluhan utama

3. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas

4. Data riwayat penyakit

5. Keadaan umum klien

2. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi

1. Nyeri akut

Tujuan : setelah dilakukan tindakan nyeri dapat

berkurang dan terkontrol.

Criteria hasil :

a. Skala nyeri 0

b. TTV dalam batas normal

9

Intervensi :

a. Lakukan pengkajian secara komprehensif tentang nyeri

( PQRST )

b. Observasi respon nonverbal dari ketidak nyamanan

c. Kaji efek pengalaman nyeri

d. Ajarkan pengunaan teknik non analgetik

e. Kolaborasi penggunaan analgetik

2. Hambatan mobilitas fisik

Tujuan : Klien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya

komplikasi

Kriteria Hasil : Klien mampu melakukan aktivitas secara

mandiri

Intervensi :

a. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas

b. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi klien

c. Bantu klien beraaktivitas

d. Evaluasi perkembangan kemampuan klien

3. Resiko Tinggi Terhadap Infeksi

Tujuan : tidak mengalami infeksi

Kriteria Hasil : tidak ada tanda – tanda infeksi

Intervensi :

a. Kaji adanya tanda inveksi

b. Lakukan perawatan luka

c. Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang cukup

10

d. Anjurkan untuk menjagan personal hygiene ( tidak menyentuh

luka )

e. Kolaborasi dalam pemberian antibiotic

11

BAB II

TINJAUAN KASUS

Bab ini akan membahas tentang asuhan keperawatan pada Ny.K

dengan post sectio caesarea atas indikasi fetal distress di Ruang flamboyan

RS. Margono Soekarjo. Pada Bab ini akan dijabarkan tentang pengkajian,

analisa data, rencana keperawatan, implementasi dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian Keperawatan dilakukan pada hari Sabtu, 14 Desember

2013 pukul 08.00 WIB dengan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi

catatan keperawatan pasien. Inisial pasien : Ny.K umur 38 th, Jenis kelamin

perempuan, agama Islam, beralamat di wangon, Pendidikan SD, Tanggal

masuk 13 Desember 2013, No. RM 3948xx.

Penanggung Jawab adalah suami pasien, nama Tn.M, jenis kelamin

laki-laki, beralamat di wangon. Pasien dibawa ke Rumah sakit karena

mengeluh gerakan janin berkurang.

Pasien datang ke RS. Margono Soekarjo membawa surat rujukan dari

puskesmas dengan riwayat obstetri G7P6A0, umur kehamilan 39 minggu,

dengan keluhan gerakan janin berkurang.

Pasien mulai kenceng-kenceng pukul 20.00 wib (12 /12 /2013), pasien

mempunyai riwayat KB suntik, haid teratur. Riwayat pasien dioperasi tanggal

13 desember 2013, operasi dimulai pukul 07.58 wib dan selesai pukul 08.40

wib dengan menggunakan anastesi jenis RA (Regional Anastesi). Bayi Ny.K

lahir pukul 08.03 wib dengan apgar score 2 pada menit pertama, 5 pada menit

kelima, dan 7 pada menit ke sepuluh. Berat badan bayi 2200gr, panjang badan

45 cm, lingkar kepala 32 cm, dan lingkar dada 28 cm. Bayi dirawat terpisah

dengan ibu yaitu di ruang melati dikarenakan bayi memerlukan perawatan

yang lebih intensif.

11

12

Saat dikaji Ny.K mengeluh nyeri pada luka post operasi SC (P:luka

post sc, Q:seperti dipukul, R:perut bawah, S:skala 4, T:jika bergerak), dan

mengalami kesulitan dalam beraktifitas serta ASI belum keluar.

Dalam pemeriksaan fisik didapatkan hasil, kesadaran pasien

composmetis, tekanan darah 120/80 mmHg, respirasi rate : 20x/menit, nadi :

86x/menit, suhu :36.7 C. Terdapat luka dengan jahitan post operasi SC

sepanjang 15 cm vertikal dibawah pusat, keadaan luka kering dan tidak

bernanah. TFU 2 jari dibawah pusat, diastasis rectus abdominalis 3jari.

Lokhea jenis rubra berwarna merah muda, satu pembalut penuh (30cc).

Dari pengkajian psikologis didapatkan pasien masuk dalam fase

taking-in, yaitu fase dimana seorang ibu baru melahirkan masih tergantung

kepada perawat maupun keluarga atau orang lain.

B. Analisa Data

Pada analisa data yang telah dilakukan tanggal 14 desember 2013 pukul

09.00 wib didapatkan hasil :

No Data Fokus Etiologi Problem

1 S : pasien mengatakan nyeri pada perut

bagian bawah jika bergerak.

P : luka post op SC

Q : seperti dipukul

R : abdomen

S : skala 4

T : jika bergerak

O : terdapat luka post SC vertical

dibawah pusat ± 15 cm, luka kering dan

tidak bernanah. Pasien tampak menahan

sakit jika menggerakkan tubuhnya.

Terputusnya

kontinuitas

jaringan

Nyeri akut

13

2 S : klien mengatakan belum bias miring

dan duduk.

O : terdapat luka post SC vertical

dibawah pusat ± 15 cm, aktivitas klien

masih dibantu, klien hanya tiduran di

tempat tidur.

Gangguan

neuromuskular

(nyeri)

Hambatan

mobilitas

fisik

3 S : klien mengatakan ASI belum keluar

O : ASI belum keluar, payudara belum

terisi ASI, bayi dirawat terpisah.

Diskontinuitas

pemberian ASI

Ketidakefe

ktifan

pemberian

ASI

C. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

jaringan

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

neuromuscular

3. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan

diskontinuitas pemberian ASI

D. Intervensi

1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

a. Kriteria evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24jam diharapkan

nyeri berkurang dengan kriteria hasil :

1) Skala nyeri 0

2) Paasien dapat mengontrol nyeri yang timbul

b. Intervensi

1) Kaji nyeri pasien

2) Lakukan pain management

14

a) Ajarkan teknik nafas dalam

b) Ajarkan teknik relaksasi distraksi

3) Monitor vital sign

4) Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian analgetik

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuro muskular

(nyeri)

a. Kriteria evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan

mobilitas pasien meningkat dengan kriteria hasil :

1) Pasien dapat miring dan duduk ditempat tidur

2) Pasien dapat melakukan aktivitas secara mandiri

b. Intervensi

1) Kaji mobilitas pasien

2) Ajarkan / bantu pasien meningkatkan mobilitasnya

a) Ajarkan / bantu miring kanan dan kiri ditempat tidur

b) Ajarkan / bantu duduk ditempat tidur >24 jam post op

3) Anjurkan kepada pasien untuk berlatih mobilisai mandiri

4) Informasikan kepada keluarga untuk membantu pasien

3. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan diskontinuitas

pemberian ASI

a. Kriteria evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam ASI dapat

keluar dengan kriteria hasil

1) ASI keluar

2) Tidak ada pembendungan

b. Intervensi

1) Kaji payudara pasien

15

2) Ajarkan pasien teknik breast care

3) Motivasi keluarga / suami untuk membantu dalan breast care

E. Implementasi

Implementasi keperawatn dilaksanakan dalam 2 sift selama 1 hari yaitu

pagi dan sore pada tanggal 14 desember 2013. Pada sift pagi dilakukan

implementasi antara lain yang pertama adalah mengkaji nyeri yang dialami

pasian kemudian untuk selanjutnya menerapkan pain management pada

pasien yang mencakup mengajarkan teknik nafas dalam dan teknik relaksasi

distraksi. Melakukan kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian

analgetik jenis ketorolac sebanyak 1 ampul yang diberikan secara intravena

melalui selang infus. Mengajarkan dan melatih pasien dalam meningkatkan

mobilisasinya yaitu dengan membantu pasien untuk miring kanan dan kiri

ditempat tidur kemudian duduk. Untuk sift kedua ( sore ) dilaksanakan

implementasi : menciptakan lingkungan yang senyaman mungkin untuk

pasien, mengajarkan teknik breast care pada pasien yang berguna untuk

merangsang produksi ASI. Memonitor vital sign, memberikan terapi analgetik

ketorolac 1 ampul pada pasien. Memotivasi keluarga untuk membantu pasien

dalam meningkatkan mobilisasinya.

F. Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada akhir sift 2 (sore) tanggal 14 desember 2013.

Hasil evaluasi : untuk data subyektif didapatkan hasil pasien mengatakan

nyeri sudah berkurang (P:luka post sc, Q:seperti dipukul, R:perut bawah,

S:skala 2, T:jika bergerak), pasien sudah bisa duduk sebentar di tempat tidur,

ASI masih belum keluar. Untuk data obyektif didapatkan hasil ASI pasien

masih belum keluar, payudara belum terisi ASI, pasien terlihat bisa duduk

meskipun hanya sebentar. Dari hasil data tersebut dapat disimpulkan masalh

baru teratasi sebagian. Untuk rencana selanjutnya dapat dilakukan intervensi :

1) Kaji psikologis pasien

16

2) Anjurkan meningkatkan intake nutrisi

3) Motivasi pasien untuk terus meningkatkan mobilisasinya.

BAB III

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas pelaksanaan asuhan keperawatan

pada Ny.K yang dihubungkan dengan teori atau konsep teori yang telah ada.

Dalam memberikan asuhan keperawatan Tn.D penulis hanya

mempunyai waktu 1 hari, sehingga intervensi yang penulis buat disesuaikan

dengan waktu, kemampuan penulis, dan kondisi pasien tanpa

mengesampingkan teori yang ada. Intervensi yang penulis buat didasarkan

pada prioritas masalah.

A. Pengkajian.

Pengkajian adalah penilaian dasar dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien, agar dapat

mengindentifikasi mengenai masalah-masalah keperawatan pasien secara

menyeluruh meliputi aspek; bio, psiko, sosial, dan spiritual.

Dari hasil anamnesa didapatkan ibu mengatakan masih terasa nyeri pada daerah

luka post sectio caesarea, kesadaran pasien composmetis, tekanan darah

120/80 mmHg, respirasi rate : 20x/menit, nadi : 86x/menit, suhu :36.7 C,

Terdapat luka dengan jahitan post operasi SC sepanjang 15 cm vertikal

dibawah pusat, keadaan luka kering dan tidak bernanah. TFU 2 jari dibawah

pusat, diastasis rectus abdominalis 3jari. Lokhea jenis rubra, keadaan tersebut

sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Winka Josastro (2005) pada hari

pertama post partum kira-kira TFU berada 1-2 jari dibawah pusat, lochea rubra.

Hal ini sesuai dengan teori Mochatar 1998 bahwa Lochea rubra terjadi selama 2

hari Post Partum.

17

B. Diagnosa Keperawatan

Masalah yang ada pada tinjauan kasus yang penulis lakukan, ternyata

diagnosa keperawatan yang didapatkan pada Ny. K dengan post sectio

caesarea atas indikasi Fetal distresa hari ke 1 diruang Flamboyan RS.

Margono Soekarjo Purwokerto yaitu ada tiga diagnosa. Antara lain :

1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular

3. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan diskontinuitas

pemberian ASI

Sedangkan pada tinjauan teoritis ditemukan 3 diagnosa keperawatan

antara lain :

1. Nyeri akut

2. Hambatan mobilitas fisik

3. Resiko tinggi infeksi

Melihat adanya kesenjangan antara teori dan kenyataan mengenai

diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. K dengan post operasi

Sectio caesarea atas indikasi fetal distres hari ke-1 maka penulis akan

mengungkapkan mengapa kesenjangan itu terjadi.

1. Saat dikaji tidak ditemukan tanda-tanda infeksi

2. Luka pasien kering dan tidak bernanah

18

BAB IV

PENUTUP

A. Kekuatan dan kelemahan selama pengelolaan kasus

Kekuatan mahasiswa dalam melakukan pengelolaan kasus adalah pasien

kooperatif, peralatan yang mendukung, serta bantuan dari CI dan perawat

ruangan dalam melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Selain itu juga

kami mendapatkan banyak informasi yang sebelumnya belum kami dapatkan

di institusi, hal tersebut sangat membantu kami dalam melaksanakan tugas-

tugas keperawatan setiap hari.

Kelemahan kami ketika melakukan pengelolaan kasus adalah masih

banyak pasien yang belum percaya dengan mahasiswa praktek, terutama

pasien kelas atas. Selain itu hambatan juga ada ketika ada perawat ruang yang

tidak melaksanakan tindakan sesuai prosedur dengan alasan untuk

mempersingkat waktu.

B. Saran

1. Untuk pihak RS

Saran dari kami adalah selalu bimbing mahasiswa dalam

memberikan pelayanan kepada pasien, dan jika kami melakukan

kesalahan mohon ditegur dan diberi arahan bagaimana yang seharusnya.

2. Untuk Institusi

Saran dari kami adalah dengan memperbanyak literature panduan

untuk praktek, karena masih ada beberapa tindakan yang belum diajarkan

dikelas ternyata ditemukan dilahan praktek.

3. Untuk Mahasiswa

19

Saran untuk teman – teman mahasiswa adalah selalu berhati – hati

dalam melaksanakan tugas karena masih banyak ilmu yang belum kita

kuasai, dan hendaknya jika menemui kesulitan dalam melakukan

tindakan segera menghubungi perawat ruang untuk mendapatkan arahan.

Selain itu jangan sungkan untuk bertanya jika menemui hal yang baru

dan belum kita ketahui.

20

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, IJ. 2001. Diagnose Keperawatan, Edisi 8. Jakarta : EGC

Doengoes, Marvin. 2001. Rencana Asuhan Keperwatan Maternal / Bayi.

Jakarta : EGC

Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan

Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka