37
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. 1 Tindakan seksio sesarea mempunyai resiko yang tinggi baik selama pembedahan maupun sesudahnya bahkan pada kehamilan dan persalinan berikutnya. Persalinan dengan seksio sesarea memiliki kemungkinan resiko 5 kali lebih besar terjadi komplikasi dibandingkan persalinan normal. 2 Sejak tahun 1970 hingga 2007, angka pelahiran caesar di Amerika Serikat meningkat dari 4,5 % pada semua pelahiran menjadi 31,8 1

Proposal Sectio caesarea

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.1Tindakan seksio sesarea mempunyai resiko yang tinggi baik selama pembedahan maupun sesudahnya bahkan pada kehamilan dan persalinan berikutnya. Persalinan dengan seksio sesarea memiliki kemungkinan resiko 5 kali lebih besar terjadi komplikasi dibandingkan persalinan normal. 2Sejak tahun 1970 hingga 2007, angka pelahiran caesar di Amerika Serikat meningkat dari 4,5 % pada semua pelahiran menjadi 31,8 % .3Berdasarkan data WHO pada tahun 2001 sampai dengan tahun 2003 terus mengalami peningkatan, proporsi seksio sesarea di Kanada 22,5%. Sedangkan tahun 2004, proporsi seksio sesarea di Inggris mencapai angka 24,5%.4Meningkat tajamnya kelahiran dengan cara seksio sesarea ini, sebagian besar karena meluasnya pengenalan gawat janin dan kemajuan dalam teknik operasi dan anastesi serta penggunaan obat-obat antibiotika.2Peningkatan angka seksio sesarea terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Peningkatan angka seksio sesarea di negara berkembang seperti Indonesia juga sangat signifikan, terutama pada rumah sakit swasta penuh. Menurut Bagus (2001) angka seksio sesarea di rumah sakit pemerintah berkisar 12-15%, rumah sakit semiswasta antara 12-15%, dan di rumah sakit swasta penuh mencapai 25-30%. Menurut Health Reserach Group di dalam majalah News Week edisi Desember 2000 telah menentukan batasan persentase seksio sesarea yang diperbolehkan hanya 15%. Apabila di atas angka tersebut diduga terjadi penyimpangan indikasi dari medis ke arah non medis.5Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun telah membuat batas ketetapan Seksio sesarea adalah 15% dari seluruh persalinan,6 sedangkan batas ketetapan seksio sesarea di Indonesia adalah 20% dari seluruh persalinan.2 Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2008) tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit juga telah menetapkan bahwa pertolongan persalinan melalui seksio sesarea adalah adalah 20%.6Oleh karena itu berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti Prevalensi Persalinan Melalui Metode Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura Tahun 2012.1.2 Rumusan MasalahBagaimana Prevalensi Persalinan Melalui Metode Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura Tahun 2012 ?1.3 Tujuan Penelitian1.3.1Tujuan Umum Untuk mengetahui Prevalensi Persalinan Melalui Metode Seksio Sesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura Periode Tahun 20121.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui distribusi ibu bersalin dengan seksio sesarea berdasarkan faktor sosio demografi, meliputi : umur, agama, tingkat pendidikan dan pekerjaan.2. Untuk mengetahui distribusi ibu bersalin dengan seksio sesarea berdasarkan mediko obstetri meliputi : paritas, jarak persalinan, riwayat penyakit, dan riwayat persalinan.1.4 Mantaat Fenelitian 14.1Untuk Rumah Sakit Dapat dipakai sebagai informasi atau masukan dalam meningkatkan pelayanannya khususnya pada perencanaan pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), terutama dalam menangani masalah seksio sesarea. 1.4.2Untuk Peneliti Lain Dapat dipakai sebagai sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan penulis. 1.4.3Untuk Penulis sendiri Dapat menambah wawasan dan kesempatan untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh penulis selama kuliah di FK dan juga sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Jenis Persalinan 2.1.1. Pengertian Persalinan Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri), yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan Whir atau dengan jalan lain.22.1.2. Jenis Persalinan 1. Persalinan biasa (normal) Persalinan biasa disebut juga partus spontan, adalah proses lahimya bayi pada Letak Belakang Kepala (LBK) dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.22. Persalinan luar biasa (Abnormal) Persalinan luar biasa adalah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan seksio sesarea.22.2. Pengertian dan Jenis Seksio sesarea 2.2.1. Pengertian seksio sesarea Asal istilah caesar tidak jelas, dan tiga prinsip telah dikemukakan, yaitu: Pertama, menurut legenda, Julius Caesar dilahirkan dengan cara ini, sehingga prosedur tersebut dikenal sebagai bedah Caesar. Beberapa keadaan melemahkan penjelasan ini. Pertama, ibu Julius Caesar pada tahun 100 SM, dan hingga akhir abad ke-17, operasi itu hampir selalu berakibat fatal. Kedua, operasi yang dilakukan pada orang hidup atau mati ini tidak disebut oleh penulis medis sebelum abat pertengahan. Perincian bersejarah mengenai asal nama Caesar ditemukan dalam monograf yang ditulis oleh Pickrell (1935).3Kedua, bahwa nama operasi ini berasal dari hukum Romawi, yang kemungkinan dibuat pada abad ke-8 SM leh Numa Pompilius, memerintahkan untuk melakukan prosedur ini pada wanita yang sekarat pada beberapa minggu terakhir kehamilan dengan harapan dapat menyelamatkann anak. Lex regia hukum atau peraturan raja ini selanjutnya menjadi Lex caesar dibawah pemerintahan raja, dan operasi tersebuut menjadi dikenal sebagai operasi caesar. Istilah Jerman Kaiserchnitt- potongan Kaisar mencerminkan asal istilah ini.3Ketiga adalah bahwa kata caesar bahasa dari bahasa Latin caedere pada abad pertengahan, yang artinya memotong. Penjelasan ini yang tampaknya paling masuk akal, tetapi kapan istilah ini dipakai pertama kali masih belum pasti. Karena seksio berasal dari bahasa latin seco, yang juga berarti memotong, istilah seksio caesar tampak tautologi sehingga digunakan istilah pelahiran caesar.3Seksio sesarea adalah melahirkan janin yang sudah mampu hidup (bersama plasenta dan selaput ketuban) secara transabdominal melalui insisi uterus. Jika janin belum mampu hidup, tindakan yang sama disebut histerotomi abdominal.72.2.2. Jenis Seksio sesarea 1. Insisi AbdomenBiasanya digunakan insisi vertikel linea mediana atau transversal suprapubik. Insisi paramedian atau midtransversal digunakan hanya pada keadaan khusus. 3a. Insisi VertikalInsisi vertikal linea mediana infraumbilikal adalah insisi yang paling cepat dilakukan. Insisi harus cukup panjang supaya bayi dapat dilahirkan dengan mudah. Karena itu, panjang insisi harus sesuai dengan perkiraan ukuran janin. Diseksi tajam dilakukan setinggi selubung rektus anterior, yang dibebasakan dari lemak subkutan untuk memperlihatkan fascia selebar 2cm dilinea mediana. Beberapa dokter ahli memilih insisi membuat luka kecil kemudian menginsisi lapisan fascia dengan gunting. M. Rectus dan pyramidalis dipisahkan digaris tengah dengan diseksi tajam dan tumpul untuk memperlihatkan fascia transveralis dan peritonium. 3Fascia transveralis dan lemak paraperitoneal diseksi dengan hati-hati untuk mencapai peritoneum dibawahnya. Peritoneum yang dekat dengan bagian ujung atas insisi dibuka dengan hati-hati, baik secara tumpul atau mengelevasinya dengan dua hemostat yang berjarak sekitar 2 cm. Lipatan peritonium yang teregang diantara klem kemudian diperiksa dan dipalpasi untuk memastikan omentum, usus dan kandung kemih terletak tidak melekat. Pada wanita yang memiliki riwayat pembedahan intraabdomen termaksud pelahiran caesar, omentum atau usus mungkin melekat pada permukaan bawah peritonium. Pada wanita dengan persalinan terhambat, kandung kemih dapat terdorong keatas hingga setinggi umbilikus. Peritoneum didinding pada bagian superior dari ujung atas insisi dan turun hingga tepat diatas bayangan peritoneum yang menutupi kandung kemih. 3b. Insisi TranversalDengan insisi Pfannenstiel yang dimodifikasi, kulit dan jaringan subkutan diinsisi menggunakan insisi kurvaliniear transversal rendah. Insisi dilakukan setinggi garis rambut pubis dan diperluas melewati batal lateral M.rectus. diseksi tajam dilanjutkan melalui lapisan subcutan hingga fascia. Pembuluh darah epigastrika superfisial biasanya dapat ditemukan sebagian diantara kulit dan fascia, beberapa sentimeter dari linea mediana. Bila terpotong pembuluh darah dapat diligasi dengan jahitan atau dikoagulasi dengan pisau elektrobedah. Setelah jaringan subkkutan dipisahkan dari fascia dibawahnya sepanjang 1cm atau lebih pada setiap sisi, maka fascia diinsisi. Pada tahap ini, fascia abdomen anterior tersusun dari dua lapisan yang terlihat, aponeurosis dari M. Obliquus eksternus dan penyatuan lapisan yaitu aponeurosis dari M. Transveresus obliquus M. Transversus abdominis. Idealnya dua lapisan itu diinsisi tersendiri selama perluasan kelateral pada insisi fascia. Pembuluh darah epigastrika inferior terletak diluar tepi lateral dari M.rectus abdominis dan dibawah penyatuan aponeurosis M. Obliquus internus dan M. Transversus abdominis. Maka perluasan insisi fascia yang jauh ke lateral apat memotong pembuiluh darah ini. Karena itu, jika perluasan ke lateral diperlukan, pembuluh darah ini harus dicari dan dikauter atau diligasi untuk mencegah perdarahan retraksi pembuluh darah jika terpotong. 3Secara berurut, pertama tepi superior fascia lalu tepi inferior dipegang dengan klem dan dielevasi oleh asisten sedangkan operator memisahkan selubung fascia dari M. Rectus dibawahnya secara tumpul atau tajam. Pembuluh yang jalan diantara otot dan fascia di klem, dipotong dan diligasi, atau di kateurisasi dengan elektrokauter. Hemostatis yang teliti sangat penting dilakuakn untuk menurunkan angka kejadian infeksi dan pendarahan. Pemisahan fascia ditarik cukup dekat ke umbilikus untuk melakukan insisi longitudinal linea mediana yang adekuat pada peritoneum dibawahnya. Peritoneum dibuka seperti yang telah dibahas sebelumnya. 3Insisi Pfannenstial mengikuti garis langer dari tegangan kulit, supaya didapatkan hasil kosmetik yang memuaskan. Insisi tersebut juga menurunkan angka nyeri pascaoperasi , dehisensi luka fascia, dan hernia insisi fungsional. Insisi Pfannenstiel sering dilakukan pada kasus yang memerlukan rongga operasi luas atau membutuhkan akses keabdomen bagian atas. Pada pelahiran caesar berulang, operasi kembali dengan insisi Pfannenstial biasanya lebih memakan waktu dan sulit karena telah terbentuk parut. 3Bila insisi transversal diinginkan dan diperlukan rongga yang lebih luas, insisi Maylard memberi pilihan yang lebih aman. Pada insisi ini, M. Ructus dipotong secara tajam atau dengan elektrokauter. Insisi ini juga bermanfaat terutama pada wanita dengan jaringan parut akibat insisi transversal sebelumnya.32. Insisi UterusSegmen paling bawah uterus paling sering diinsisi secara transversal. Kadang-kadang digunakan insisi vertikal segmen bawah. Insisi itu disebut insisi klasik yaitu insisi vertikal kedalam korpus uteri diatas segmen bawah uterus mencapai fundus uteri. Insisi ini sekarang jarang digunakan dan diindikasikan. Untuk sebagian besar pelahiran caesar, insisi transversal paling disukai. Dibandingkan dengan insisi klasik, insisi transversal paling mudah dijahit, terletak pada lokasi yang tidak mudah ruptur selama kehamilan berikutnya, dan tidak menyebabkan perlekatan usus atau omentum pada garis insisional.32.3. Epidemiologi Seksio sesarea profesional untuk pertama kali dilakukan di Amerika Serikat. Sebelum tahun 1800 seksio sesarea jarang dilakukan dan biasanya fatal. Proporsi persalinan dengan seksio sesarea bertambah dengan pesat kira-kira sejak 20 tahun yang lalu di Amerika Serikat dan di negara berkembang lainnya.5 Di Amerika Serikat proporsinya bertambah dari 5% tahun 1960-an menjadi 25-30% pada tahun 1988, dan kenaikan ini tercatat di semua negara bagian.2Di RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, 30% dari 404 persalinan pada tahun 1999-2000 adalah persalinan dengan seksio sesarea. Proporsi persalinan dengan seksio sesarea di RSIA Sri Ratu Medan pada tahun 1999 sebesar 398 (42,3%) dari 940 persalinan, pada tahun 2000 proporsi persalinan dengan seksio sesarea sebesar 460 (43%) dari 1069 persalinan.2Meskipun data ini tidak bisa mencerminkan seluruh kondisi yang ada di Indonesia, tetapi dapat menggambarkan bahwa angka persalinan dengan operasi seksio sesarea cukup tinggi terjadi di Indonesia.2Kini ada kecendrungan untuk melakukan seksio sesarea tanpa dasar yang cukup kuat. Perlu diingat bahwa seorang ibu yang telah mengalami pembedahan itu merupakan seorang yang mempunyai parut dalam uterus dan setiap kehamilan serta persalinan berikutnya memerlukan pengawasan yang cermat karena berhubungan dengan bahaya ruptura uteri.62.4 Faktor Determinan Seksio Sesarea Faktor determinan seksio sesarea adalah faktor-faktor yang mempengaruhi atau faktor yang memberi resiko atas tindakan seksio sesarea. 21. Faktor Sosio Demografi a. Umur Ibu Umur adalah individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun.8 Umur reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara 20-35 tahun, dibawah dan diatas umur tersebut akan meningkatkan resiko kehamilan dan persalinan. Pada wanita usia muda organ-organ reproduksi belum sempurna secara keseluruhan maka kehamilan dan persalinan sering diakhiri dengan komplikasi obstetrik seperti toksemia, eklamsia, solutio placenta, inertia uteri, perdarahan postpartum, BBLR, kematian neonatus dan perinatal, serta sering dilakukan tindakan ekstraksi vakum dan seksio sesarea.2Sedangkan pada ibu-ibu yang berumur diatas 35 tahun mempunyai resiko 2 atau 3 kali untuk mengalami komplikasi kehamilan dan persalinan seperti perdarahan, gestasi dan hipertensi dalam kehamilan, distosia dan partus lama.Dengan demikian diketahui bahwa umur ibu pada saat melahirkan turut berpengaruh pada saat morbiditas dan mortalitas ibu maupun anak yang akan dilahirlkan.2 b. AgamaAgama merupakan salah satu faktor sosio demografi dari pasien yang yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan termasuk pelayanan obstetri.2Melahirkan merupakan suatu peristiwa yang dianggap penting dan sakral, sehingga dalam pelaksanaannya biasanya disesuaikan dengan ajaran agama yang dianut oleh ibu, mulai dari awal kehamilan sampai waktu persalinan nanti.2c. Tingkat PendidikanIbu dengan pendidikan relatif tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan selama hamil dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya rendah. Pendidikan ibu merupakan salah satu faktor penting dalam usaha menjaga kesehatan ibu, anak dan keluarga. Semakin tinggi pendidikan formal seorang ibu diharapkan semakin meningkat pengetahuan dan kesadarannya dalam mengantisipasi kesulitan dalam kehamilan dan persalinannya, sehingga timbul dorongan untuk melakukan pengawasan kehamilan secara berkala dan teratur.2d. PekerjaanDerajat sosio ekonomi masyarakat akan menunjukkan tingkat kesejahteraannya dan kesempatannya dalam menggunakan dan menerima pelayanan kesehatan. Pekerjaan ibu maupun suaminya akan mencerminkan keadaan sosio ekonomi keluarga. Berdasarkan jenis pekerjaan tersebut dapat dilihat kemampuan mereka terutama dalam menentukan makanan yang bergizi. khususnya bagi ibu hamil, pemenuhan makanan yang bergizi berpengaruh terhadap perkembangan kehamilannya. 2Kekurangan gizi berdampak kurang baik bagi ibu dan anak. Pada ibu dapat terjadi anemia, keguguran, perdarahan pada saat dan sesudah hamil, infeksi, persalinan macet dan lain-lain. Sedangkan pada anak manifestasi kekurangan gizi adalah dapat terjadinya BBLR.22. Faktor Mediko-ObstetriHal-hal yang perlu diperhatikan pada faktor Mediko-Obstetri adalah paritas,jarak persalinan, riwayat penyakit, riwayat kehamilan dan riwayat persalinan yang terdahulu. Hal tersebut akan memberi gambaran atau prognosa pada kehamilan dan persalinan berikutnya.1. ParitasParitas adalah jumlah persalinan yang pernah dialami oleh ibu sebelum kehamilan atau persalinan saat ini, paritas dapat dikelompokkan menjadi 4 kelompok yaitu:a. Nullipara, ibu dengan paritas 0b. Primipara, ibu dengan paritas 1c. Multipara, ibu dengan paritas 2-5d. Grandemultipara, ibu dengan paritas >5Persalinan pertama kali biasanya mempunyai resiko yang relatif tinggi terhadap ibu dan anak, akan tetapi resiko ini akan menurun pada persalinan kedua dan ketiga, dan resiko akan meningkat lagi pada persalinan keempat dan seterusnya. Ibu pada paritas tinggi terutama pada kehamilan grandemultipara dapat menimbulkan kelainan letak, anemia dalam kehamilan, kelainan endokrin dengan kardiovaskuler (hipertensi), plasenta previa, solutio plasenta dan ruptura uteri.2Paritas berpengaruh pada ketahanan uterus. Pada Grande Multipara yaitu ibu dengan kehamilan/melahirkan 4 kali atau lebih merupakan risiko persalinan patologis. Keadaan kesehatan yang sering ditemukan pada ibu grande multipara adalah kesehatan terganggu karena anemia dan kurang gizi, kekendoran pada dinding perut dan dinding rahim.82. Jarak PersalinanSeorang wanita setelah melahirkan membutuhkan 2 sampai 3 tahun untuk memulihkan tubuhnya dan mempersiapkan din untuk persalinan berikutnya. Resiko kematian anak akan meningkat 50% bila persalinan berlangsung kurang dari 2 tahun, jarak persalinan yang pendek akan meningkatkan resiko terhadap ibu dan anak.23. Riwayat PenyakitPenyakit yang pernah diderita oleh ibu terutama penyakit kronis dan penyakit yang menyertai kehamilan maupun persalinan perlu diperhatikan. Karena penyakit tersebut dapat membahayakan keselamatan ibu dan anak pada saat persalinan.2Adapun penyakit-penyakit yang sering timbul kembali dan menyertai ibu hamil dan ibu bersalin adalah hepatitis, Asma, TBC, penyakit jantung, diabetes mellitus, penyakit ginjal kronis dan lain-lain. Bila penyakit ini sudah menyertai kehamilan ibu maka ibu termasuk kelompok ibu hamil beresiko tinggi yang tentunya akan mempengaruhi persalinan ibu.24. Riwayat PersalinanRiwayat persalinan yang beresiko tinggi adalah persalinan yang pernah mengalami seksio sesarea sebelumnya, ekstraksi oakum forcep, melahirkan prematur, BBLR, partus lama, ketuban pecah dini dan melahirkan bayi lahir mati. Dengan mengetahui riwayat persalinan sebelumnya maka upaya-upaya pencegahan dan pengobatan dapat dilakukan sedini mungkin.22.5 Kerangka TeoriFaktor Determinan Seksio Sesarea Sosio Demografi Umur Agama Tingkat Pendidikan Pekerjaan Mediko Obstetrik Paritas Jarak Persalinan Riwayat Penyakit Riwayat Kehamilan Riwayat Persalinan

PrevalensiSeksioSesarea

BAB IIIMETODE PENELITIAN3.1. Jenis PenelitianJenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif retropektif dengan melihat data sekunder dari rekam medis di RSUD Jayapura pada Tahun 2012.3.2. Lokasi dan Waktu PenelitianPenelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura mulai pada bulan Juni Agustus Tahun 2013.3.3. Populasi dan Sampel3.3.1 PoulasiPopulasi untuk penelitian ini adalah semua ibu yang bersalin dengan seksio sesarea yang tercatat dalam rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura pada pada Tahun 2012.3.3.2 SampelSampel adalah semua ibu yang bersalin dengan metode seksio sesarea di Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura pada Tahun 2012.3.4. Variabel PenelitianVariabel yang digunakan adalah :a. Umurb. Agamac. Tingkat Pendidikand. Pekerjaane. Paritasf. Jarak Persalinang. Riwayat Penyakith. Riwayat Kehamilani. Riwayat Persalinan3.5 Defenisi Operasional1. Seksio sesarea adalah persalinan dengan tindakan operatif untuk mengakhiri kehamilan ibu baik karena indikasi medis ataupun karena indikasi non-medis sesuai dengan catatan yang ada pada kartu status ibu.2. Umur adalah usia ibu pada saat melahirkan sekarang ini, yang terdapat pada kartu status ibu yang dikategorikan atas:a. Umur resiko rendah (20-35 tahun)b. Umur resiko tinggi ( 35 tahun)3. Agama adalah kepercayaan yang dianut ibu yang terdapat pada kartu status ibu:a. Islamb. Kristen Katolikc. Kristen Protestand. Budhae. Hindu4. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal yang tertinggi yang pernah ditempuh ibu dan berhasil diselesaikan yang terdapat pack kartu status ibu, yang dikelompokkan atas:a. Sekolah Dasar (SD)b. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)c. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)d. Akademi/Sarjana (AKA/S-1)5. Pekerjaan adalah aktivitas utama yang dilakukan ibu sehari-hari, yang terdapat dalam kartu status ibu. Dapat dikategorikan atas:a. Ibu rumah tanggab. PNSc. Pegawai swastad. Wiraswastae. Lainnya6. Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dilalui ibu sebelum kehamilan dan persalinan ini, yang terdapat dalam kartu status ibu. Dapat dikategorikan atas:a. Nullipara (jumlah persalinan = 0)b. Primipara (jumlah persalinan = 1)c. Multipara (jumlah persalinan = 2-5)d. Grandemultipara (jumlah persalinan >5)7. Riwayat penyakit adalah penyakit yang pernah diderita ibu yang mempunyai resiko terhadap kehamilan dan persalinan ini, yang terdapat pada kartu status ibu. Dapat dikategorikan atas:a. Malariab. Hepatitisc. Diabetes mellitusd. TBCe. Asmaf. lainnyag. Tidak ada8. Riwayat Persalinan adalah jenis persalinan yang pernah dilalui ibu pada saat persalinan yang sebelumnya yang terdapat pada kartu status ibu, yang dikelompokkan atas:a. Normalb. Seksio sesareac. Ekstraksi Vakum/forcefd. Tidak ada

3.6 Metode Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan dengan memakai data skunder yang diperoleh dari rekam medik di RSUD Jayapura tahun 2012 .Kartu status ibu dengan seksio sesarea yang dipilih sebagai sampel dikumpulkan dan dilakukan pencatatan / tabulasi sesuai dengan variabel yang akan diteliti. 3.7 Teknik Analisis DataTeknik analisis data dilakukan secara deskriptif dimana data akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

DAFTAR PUSTAKA1. Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta: PT. Bina Pustaka2. Ramadhani, Juli. 2004. Karakteristik Ibu bersalin Dengan Seksio Sesarea. Http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/32178 [ on line ] Diakses pada tanggal 04 Juli 20133. Cuningham F. Gary. 2012. Obstetri Williams jilid 1 Edisi 23 . Jakarta: EGC4. Azman, Radhillah. .2010. Karakteristik Ibu Hamil yang Melahirkan dengan Seksio Sesarea di RSUD Selasih. http://medicine.uii.ac.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=426 [ on line ] Diakses pada tanggal 04 Juli 20135. Jovany, merlyn. 2012. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan ibu dilakukan seksio sesarea yang kedua. http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20311192-S42790-Faktor-faktor.pdf [ on line ] Diakses pada tanggal 04 Juli 20136. Kepmenkes no. 129. 2008. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.http://www.pelkesi.or.id/index.php?option=com_jotloader&section=files&task=download&cid=16_7c615c64254e8d50eb26646be44271fa&Itemid=123 [ on line ] Diakses pada tanggal 04 Juli 20137. Benson C. Ralp. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi Edisi 9. Jakarta: EGC8. Trivonia Nurak, Maria.2012. Jurnal Penelitian seksio sesarea. http://library-griyahusada.com/library/images/files/Jurnal%20Penelitian%20Persalinan%20Sectio%20Caesarea.PDF [ on line ] Diakses pada tanggal 04 Juli 201321