79
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sectio caesarea berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh melalui operasi abdomen. Di negara-negara maju, angka sectio caesarea meningkat dari 5 % pada 25 tahun yang lalu menjadi 15 %. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh “mode”, sebagian karena ketakutan timbul perkara jika tidak dilahirkan bayi yang sempurna, sebagian lagi karena pola kehamilan, wanita menunda kehamilan anak pertama dan membatasi jumlah anak (Jones, 2002). Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh Peel dan Chamberlain, indikasi untuk sectio caesaria adalah disproporsi janin panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11% pernah sectio caesaria 11%, kelainan letak janin 10%, pre eklamsi dan hipertensi 7% dengan angka kematian ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin 14,5% (Winkjosastro, 2005). Menurut Andon dari beberapa penelitian terlihat bahwa sebenarnya angka kesakitan dan kematian ibu pada tindakan operasi sectio caesarea lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Angka kematian langsung pada operasi sesar adalah 5,8 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kesakitan sekitar 27,3 persen dibandingkan dengan persalinan normal hanya sekitar 9 per 1000 kejadian. WHO (World Health Organization)

sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pharmacy

Citation preview

Page 1: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sectio caesarea berarti bahwa bayi dikeluarkan dari uterus yang utuh

melalui operasi abdomen. Di negara-negara maju, angka sectio caesarea

meningkat dari 5 % pada 25 tahun yang lalu menjadi 15 %. Peningkatan ini

sebagian disebabkan oleh “mode”, sebagian karena ketakutan timbul perkara

jika tidak dilahirkan bayi yang sempurna, sebagian lagi karena pola

kehamilan, wanita menunda kehamilan anak pertama dan membatasi jumlah

anak (Jones, 2002).

Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun oleh

Peel dan Chamberlain, indikasi untuk sectio caesaria adalah disproporsi janin

panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11% pernah sectio caesaria 11%,

kelainan letak janin 10%, pre eklamsi dan hipertensi 7% dengan angka kematian

ibu sebelum dikoreksi 17% dan sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian

janin 14,5% (Winkjosastro, 2005).

Menurut Andon dari beberapa penelitian terlihat bahwa sebenarnya

angka kesakitan dan kematian ibu pada tindakan operasi sectio caesarea lebih

tinggi dibandingkan dengan persalinan pervaginam. Angka kematian langsung

pada operasi sesar adalah 5,8 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka

kesakitan sekitar 27,3 persen dibandingkan dengan persalinan normal hanya

sekitar 9 per 1000 kejadian. WHO (World Health Organization)

Page 2: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

2

menganjurkan operasi sesar hanya sekitar 10-15 % dari jumlah total kelahiran.

Anjuran WHO tersebut tentunya didasarkan pada analisis resiko-resiko yang

muncul akibat sesar. Baik resiko bagi ibu maupun bayi. (Nakita, 2008).

Pada tahun 2007-2008 jumlah persalinan dengan tindakan sectio

caesarea di Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh berjumlah 145 kasus

dari 745 persalinan keseluruhannya atau 19,46 %. Dari data diatas dapat

disimpulkan bahwa angka tersebut sudah melebihi batas yang ditetapkan oleh

WHO yaitu 10-15 % (Iqbal, 2002).

Post partum dengan sectio caesaria dapat menyebabkan perubahan

atau adaptasi fisiologis yang terdiri dari perubahan involusio, lochea, bentuk

tubuh, perubahan pada periode post partum terdiri dari immiediate post

partum, early post partum, dan late post partum, proses menjadi orang tua dan

adaptasi psikologis yang meliputi fase taking in, taking hold dan letting go.

Selain itu juga terdapat luka post op sectio caesarea yang menimbulkan

gangguan ketidaknyamanan : nyeri dan resiko infeksi yang dikarenakan

terputusnya jaringan yang mengakibatkan jaringan terbuka sehingga

memudahkan kuman untuk masuk yang berakibat menjadi infeksi.

Dengan demikian klien dan keluarga dapat menerima info untuk

menghadapi masalah yang ada, perawat juga diharapkan dapat menjelaskan

prosedur sebelum operasi sectio caesarea dilakukan dan perlu diinformasikan

pada ibu yang akan dirasakan selanjutnya setelah operasi sectio caesarea.

Selain itu perawat diharapkan untuk dapat mengatasi masalah keperawatan

yang timbul agar tidak timbul infeksi silang.

Page 3: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

3

Dalam mencermati masalah-masalah tersebut maka penulis tertarik

untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Post

Sectio Caesarea dengan indikasi Panggul Sempit”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu mendiskripsikan Asuhan Keperawatan Post Sectio

Caesarea dengan indikasi Panggul Sempit dengan pendekatan proses

keperawatan dari tahap pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi

dan evaluasi.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menggambarkan hasil pengkajian pada klien Post SC dengan

indikasi panggul sempit.

b. Menggambarkan diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Post

SC dengan panggul sempit.

c. Mengggambarkan respon klien Post SC dengan panggul sempit.

d. Menggambarkan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi masalah

diagnosa keperawatan klien Post SC dengan panggul sempit.

e. Menggambarkan hasil evaluasi.

f. Menggambarkan faktor pendukung dan penghambat dalam

pengelolaan Post SC dengan panggul sempit.

Page 4: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

4

C. Metode Penulisan

Metode yang dipakai adalah dengan proses keperawatan yang terdiri

dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan

evaluasi. Adapun teknik penulisannya adalah deksriptif. Deskriptif merupakan

gambaran kasus yang dikelola dengan cara pengumpulan data yang diperoleh

saat pengkajian.

1. Wawancara

Mengadakan tanya jawab dengan pihak terkait klien maupun tim

kesehatan mengenai data klien dengan post sectio caesarea. Wawancara

dilakukan selama proses keperawatan berlangsung.

2. Observasi

Dengan mengadakan pengamatan dan melaksanakan asuhan keperawatan

secara langsung pada klien dengan post sectio caesarea dengan indikasi

panggul sempit.

3. Studi dokumentasi

Dokumentasi ini diambil dan dipelajari dari catatan medis, catatan

perawatan untuk mendapatkan data-data mengenai perawatan dan

pengobatan.

4. Studi kepustakaan

Menggunakan dan mempelajari literatur medis maupun perawatan yang

menunjang sebagi teoritis untuk menegakkan diagnosa dan perencanaan

keperawatan.

Page 5: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

5

D. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai karya tulis

ilmiah ini, penulis menggunakan sistematika penulisan yang terdiri dari lima

bab, yaitu :

BAB I : berisi tentang pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan

penilaian, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : berisi tentang konsep dasar yang meliputi : pengertian, anatomi

fisiologi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinik, komplikasi,

pentalaksanaan, pengkajian fokus, pathways keperawatan,

diagnosa keperawatan, fokus investasi dan rasional.

BAB III : berisi tentang tinjauan kasus yang membahas kasus pasien,

meliputi : pengkajian, ananlisa data, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi.

BAB IV : berisi tentang pembahasan kasus yang bertujuan untuk menemukan

kesenjangan antara teori dan fakta yang ada mulai dari pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

BAB V : berisi kesimpulan dan saran tentang kasus yang dibahas dan dapat

menjadi pemikiran selanjutnya.

Page 6: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

6

BAB II

KONSEP DASAR

A. Pengertian

Yusmiati (2007) menyatakan bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan

anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen

seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara ini biasanya

dilakukan ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-

komplikasi, kendati cara ini semakin umum sebagai pengganti kelahiran normal.

Sectio caesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan

berat di atas 500 gr, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh

(intact) (Syaifuddin, 2006).

Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan

membuka perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu histerektomi untuk

melahirkan janin dari dalam rahim. Jenis-jenis operasi sectio caesarea, terdiri

atas :

1. Abdomen (sectio caesarea abdominalis)

a. SC klasik atau corporal, dilakukan dengan membuat sayatan

memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm. Kelebihannya antara

lain : mengeluarkan janin dengan cepat, tidak mengakibatkan

komplikasi kandung kemih tertarik, dan sayatan bisa diperpanjang

proksimal dan distal. Sedangkan kekurangannya adalah infeksi mudah

Page 7: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

7

menyebar secara intraabdominal karena tidak ada peritonealis yang

baik, untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi ruptur uteri

spontan.

b. SC ismika atau profundal, dilakukan dengan melakukan sayatan

melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servikal transversal)

kira-kira 10 cm. Kelebihan dari sectio caesarea ismika, antara lain :

penjahitan luka lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi

yang baik, tumpang tindih dari peritoneal flop baik untuk menahan

penyebaran isi uterus ke rongga peritoneum, dan kemungkinan ruptur

uteri spontan berkurang atau lebih kecil. Sedangkan kekurangannya

adalah luka melebar sehingga menyebabkan uteri pecah dan

menyebabkan perdarahan banyak, keluhan pada kandung kemih post

operasi tinggi.

c. SC ekstra peritonealis, yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dan

tidak membuka cavum abdominal.

2. Vagina (sectio caesarea vaginalis)

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan dengan

sayatan memanjang (longitudinal), sayatan melintang (transversal), atau

sayatan huruf T (T insision) (Rachman, M, 2000; Winkjosastro, Hanifa,

2007).

Page 8: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

8

B. Panggul Sempit

Menurut morfologinya, jenis-jenis panggul dibedakan menjadi 4, yaitu:

1. Panggul Ginekoid, dengan pintu atas panggul yang bundar atau dengan

diameter transversal yang lebih panjang sedikit daripada diameter

anteroposterior dan dengan panggul tengah serta pintu bawah panggul

yang cukup luas.

2. Panggul Anthropoid, dengan diameter anteroposterior yang lebih panjang

daripada diameter transversa dan dengan arkus pubis menyempit sedikit.

3. Panggul Android, dengan pintu atas panggul yang berbentuk sebagai

segitiga berhubungan dengan penyempitan ke depan, dengan spina

iskiadika menonjol ke dalam dan dengan arkus pubis yang menyempit.

4. Panggul Platipelloid, dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih

pendek daripada diameter transversa pada pintu atas panggul dan dengan

arkus pubis yang luas.

Dalam Obstetri yang dimaksud panggul sempit secara fungsional yang

artinya perbandingan antara kepala dan panggul. Kesempitan panggul dibagi sebagai

berikut:

1. Kesempitan Pintu Atas Panggul

Pintu atas panggul dianggap sempit bila conjugata vera kurang dari 10 cm atau

kalau diameter transversa kurang dari 12 cm. Penyebab yang dapat menimbulkan

kelainan panggul antara lain :

a. Kelainan karena gangguan pertumbuhan, terdiri atas : 1) panggul

sempit seluruh : semua ukuran kecil; 2) panggul picak : ukuran muka

Page 9: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

9

belakang sempit, ukuran melintang biasa; 3) panggul sempit picak :

semua ukuran kecil tapi berlebihan ukuran muka belakang; 4) panggul

corong : pintu atas panggul biasa, pintu bawah panggul sempit; 5)

panggul belah : simpisis terbuka.

b. Kelainan karena penyakit tulang panggul dan sendi-sendinya, terdiri

atas : 1) panggul rachitis : panggul picak, panggul sempit, seluruh

panggul sempit picak; 2) panggul osteomalacci : panggul sempit

melintang; 3) radang articulation sacroiliaca : panggul sempit miring.

c. Kelainan panggul disebabkan kelainan tulang belakang, terdiri atas :

1) kiposis di daerah tulang pinggang menyebabkan panggul corong; 2)

sciliose di daerah tulang punggung menyebabkan panggul sempit.

d. Kelainan panggul disebabkan kelainan anggota bawah, antara lain :

coxitis, luxatio, dan atrofia menyebabkan panggul sempit.

2. Kesempitan Bidang Tengah Panggul

Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina os

ischii dan memotong sakrum kira-kira pada pertemuan ruas sakral ke-4 dan ke-5.

Dikatakan bidang tengah panggul sempit jika jumlah diameter transversa dan

diameter sagitalis posterior 13,5 cm atau kurang dari 15,5 cm dan diameter antara

spina kurang dari 9 cm.

3.Kesempitan Pintu Bawah Panggul

Pintu bawah panggul terdiri atas 2 segitiga dengan jarak antar kedua tuber

isiadika sebagai dasar. Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara

tubera ossis ischii ≥ 8 cm dengan sendirinya arcus pubis akan meruncing

(Bratakoesoema, Dinan S., 2005).

Page 10: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

10

C. Anatomi dan Fisiologi

1. Alat Genetalia Eksterna

Gambar 1

Alat Genetalia Eksterna

Sumber : Elaine N. Marrieb, 2001

a. Mons Pubis

Adalah bantalan berisi lemak yang terletak di permukaan anterior

simfisis pubis. Mons pubis berfungsi sebagai bantalan pada waktu

melakukan hubungan seks.

b. Labia Mayora (bibir besar)

Labia mayora ialah dua lipatan kulit panjang melengkung yang

menutupi lemak dan jaringan ikat yang menyatu dengan mons pubis.

Keduanya memanjang dari mons pubis ke arah bawah mengelilingi

labia monora, berakhir di perineum pada garis tengah. Labia mayora

Page 11: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

11

melindungi labia minora, meatus urinarius, dan introitus vagina

(muara vagina).

c. Labia Minora (bibir kecil)

Labia minora, terletak di antara dua labia mayora, merupakan lipatan

kulit yang panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang ke

arah bawah dari bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette.

Sementara bagian lateral dan anterior labia biasanya mengandung

pigmen, permukaan medial labia minora sama dengan mukosa vagina;

merah muda dan basah. Pembuluh darah yang sangat banyak

membuat labia berwarna merah kemurahan dan memungkinkan labia

minora membengkak, bila ada stimulus emosional atau stimulus fisik.

d. Klitoris

Klitoris adalah organ pendek berbentuk silinder dan erektil yang

terletak tepat dibawah arkus pubis. Dalam keadaan tidak terangsang,

bagian yang terlihat adalah sekitar 6 x 6 mm atau kurang. Ujung

badan klitoris di namai glans dan lebih sensitif daripada badannya.

Saat wanita secara seksual terangsang, glans dan badan klitoris

membesar.

e. Vulva

Adalah bagian alat kandungan luar yang berbentuk lonjong,

berukuran panjang mulai dari klitoris, kanan kiri dibatasi bibir kecil,

sampai ke belakang dibatasi perineum.

Page 12: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

12

f. Vestibulum

Vestibulum ialah suatu daerah yang berbentuk seperti perahu atau

lonjong, terletak di antara labia minora, klitoris dan fourchette.

Vestibulum terdiri dari muara utetra, kelenjar parauretra (vestibulum

minus atau skene), vagina dan kelenjar paravagina (vestibulum

mayus, vulvovagina, atau Bartholini). Permukaan vestibulum yang

tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia (deodoran

semprot, garam-garaman, busa sabun), panas, rabas dan friksi (celana

jins yang ketat).

g. Fourchette

Fourchette adalah lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis,

terletak pada pertemuan ujung bawah labia mayora dan minora di

garis tengah dibawah orifisium vagina. Suatu cekungan kecil dan

fosa navikularis terletak di antara fourchette dan himen.

h. Perineum

Perineum terletak diantara vulva dan anus, panjangnya rata-rata 4 cm.

Jaringan yang menopang perineum adalah diafragma pelvis dan

urogenital. Perineum terdiri dari otot-otot yang dilapisi, dengan kulit

dan menjadi penting karena perineum dapat robek selama melahirkan.

Page 13: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

13

2. Alat Genetalia Interna

Gambar 2

Alat Genetalia Interna

Sumber : Winkjosastro, 2007

a. Ovarium

Ovarium merupakan organ yang berfungsi untuk

perkembangan dan pelepasan ovum, serta sintesis dari sekresi hormon

steroid. Ukuran ovarium, panjang 2,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 3 cm, dan

tebal 0,6 – 1 cm. Normalnya, ovarium terletak pada bagian atas

rongga panggul dan menempel pada lakukan dinding lateral pelvis di

antara muka eksternal yang divergen dan pembuluh darah hipogastrik

Fossa ovarica waldeyer. Ovarium melekat pada ligamentum latum

melalui mesovarium. Dua fungsi ovarium ialah menyelenggarakan

ovulasi dan memproduksi hormon. Ovarium juga merupakan tempat

utama produksi hormon seks steroid (estrogen, progesteron, dan

Page 14: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

14

androgen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,

perkembangan dan fungsi wanita normal.

b. Vagina

Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rektum

dan di belakang kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus

(muara eksterna di vestibulum di antara labia minora vulva) sampai

serviks (portio). Vagina merupakan penghubung antara genetalia

eksterna dan genetalia interna. Bagian depan vagina berukuran 6,5

cm, sedangkan bagian belakang berukuran 9,5 cm. Vagina

mempunyai banyak fungsi yaitu sebagai saluran keluar dari uterus

dilalui sekresi uterus dan kotoran menstruasi sebagai organ kopulasi

dan sebagai bagian jalan lahir saat persalinan.

Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat

dan mampu meregang secara luas. Ceruk yang terbentuk di sekeliling

serviks yang menonjol tersebut disebut forniks: kanan, kiri, anterior

dan posterior.

Mukosa vagina berespons dengan cepat terhadap stimulasi

estrogen dan progesteron. Sel-sel mukosa tanggal terutama selama

siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel-sel yang diambil dari

mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar hormon seks

steroid.

Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas atau bawah.

Cairan sedikit asam. Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen

Page 15: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

15

mempertahankan keasaman. Apabila pH naik di atas lima, insiden

infeksi vagina meningkat (Bobak, Lowdermilk, Jensen, 2004).

c. Uterus

Uterus merupakan organ muskular yang sebagian tertutup oleh

peritoneum / serosa. Bentuk uterus menyerupai buah pir yang gepeng.

Uterus wanita nullipara panjang 6-8 cm, dibandingkan dengan

9-10 cm pada wanita multipara. Berat uterus wanita yang pernah

melahirkan antara 50-70 gram. Sedangkan pada yang belum pernah

melahirkan beratnya 80 gram / lebih. Uterus terdiri dari:

a) Fundus uteri, merupakan bagian uterus proksimal, kedua tuba fallopi

berinsensi ke uterus.

b) Korpus uteri, merupakan bagian uterus yang terbesar. Rongga yang

terdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri. Dinding korpus uteri

terdiri dari 3 lapisan: serosa, muskula dan mukosa. Mempunyai fungsi

utama sebagai janin berkembang.

c) Serviks, merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus, terletak

dibawah isthmus. Serviks memiliki serabut otot polos, namun terutama

terdiri atas jaringan kolagen, ditambah jaringan elastin serta pembuluh

darah.

d) Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan: endometrium, miometrium, dan

sebagian lapisan luar peritoneum parietalis.

d. Tuba Falopii

Tuba falopii merupakan saluran ovum yang terentang antara

kornu uterine hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan

Page 16: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

16

jalan ovum mencapai rongga uterus. Panjang tuba fallopi antara 8-14

cm. Tuba falopii oleh peritoneum dan lumennya dilapisi oleh

membran mukosa.

Tuba fallopi terdiri atas: pars interstialis : bagian tuba yang

terdapat di dinding uterus, pars ismika : bagian medial tuba yang

sempit seluruhnya, pars ampularis : bagian yang terbentuk agak lebar

tempat konsepsi terjadi, pars infudibulum : bagian ujung tuba yang

terbuka ke arah abdomen mempunyai rumbai/umbul disebut fimbria.

e. Serviks

Bagian paling bawah uterus adalah serviks atau leher. Tempat

perlekatan serviks uteri dengan vagina, membagi serviks menjadi

bagian supravagina yang panjang dan bagian vagina yang lebih

pendek. Panjang serviks sekitar 2,5 sampai 3 cm, 1 cm menonjol ke

dalam vagina pada wanita tidak hamil. Serviks terutama disusun oleh

jaringan ikat fibrosa serta sejumlah kecil serabut otot dan jaringan

elastic (Evelyn, 2002).

Page 17: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

17

3. Anatomi Tulang Panggul

Gambar 3

Anatomi Tulang Panggul

Sumber : Syaifuddin, 2007

Tulang panggul (os sakrum) terdiri atas kiri dan kanan yang

melekat satu sama lain di garis medianus persambungan tulang rawan

disebut simpisis oseum pubis sehingga terbentuk gelang panggul yang

disebut singulum ekstremitas inferior.

Os sakrum dibentuk oleh os ileum (tulang usus), os pubis (tulang

kemaluan), dan os iskii (tulang duduk). Di dalam os ileum terdapat lekuk

besar yang disebut fossa iliaka, di depan krisna iliaka terdapat tonjolan

spina iliaka anterior superior dan di belakang spina iliaka posterior

superior. Os iskii terdiri atas korpus ossis iskii, di belakang asetabulum

korpus ossis iskii mempunyai taju yang tajam disebut spina iskiadika

yang terdapat insisura iskiadika mayor dan dibawahnya spina iskiadika

Page 18: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

18

minor. Os pubis terdiri dari pubis kanan dan kiri yang terdapat tulang

rawan disebut simpisis pubis. (Syaifuddin, 2007).

4. Anatomi Konjugata Obstetrika

Gambar 4

Konjugata Obstetrika

Sumber : Harry, 2003

Konjugata vera yaitu jarak dari pinggir atas simfisis ke

promontorium panjangnya lebih kurang 11 cm. Jarak terjauh garis

melintang pada pintu atas panggul disebut diameter tranversa. Bila ditarik

garis dari artikulasio sakroiliaka ke titik persekutuan antara diameter

transversa dan konjugata vera dan diteruskan ke linea innominata, disebut

diameter oblikua. Konjugata vera sama dengan konjugata diagonalis

dikurangi 1,5 cm. Konjugata obstetrika merupakan konjugata yang

paling penting yaitu jarak antara bagian tengah dalam simfisis dengan

promontorium.

Page 19: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

19

5. Anatomi Kulit Abdomen

Gambar 5

Anatomi Kulit Abdomen

Sumber : Winkjosastro, 2005

Kulit terdiri dari 2 lapisan, yaitu :

1) Lapisan epidermis, merupakan lapisan luar, terdiri dari epitel skuamosa

bertingkat. Sel-sel yang menyusunnya dibentuk oleh lapisan germinal

dalam epitel silindris dan mendatar, ketika didorong oleh sel-sel baru ke

arah permukaan, tempat kulit terkikis oleh gesekan. Lapisan luar terdiri

dari keratin, protein bertanduk, Jaringan ini tidak memiliki pembuluh

darah dan sel-selnya sangat rapat.

2) Lapisan dermis adalah lapisan yang terdiri dari kolagen, jaringan fibrosa

dan elastin. Lapisan superfasial menonjol ke dalam epidermis berupa

sejumlah papila kecil. Lapisan yang lebih dalam terletak pada jaringan

subkutan dan fasia. Lapisan ini mengandung pembuluh darah, pembuluh

limfe dan saraf.

3) Lapisan subkutan mengandung sejumlah sel lemak, berisi banyak

pembuluh darah dan ujung saraf. Lapisan ini mengikat kulit secara

Page 20: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

20

longgar dengan organ-organ yang terdapat dibawahnya. Dalam

hubungannya dengan tindakan SC, lapisan ini adalah pengikat organ-

organ yang ada di abdomen, khususnya uterus. Organ-organ di abdomen

dilindungi oleh selaput tipis yang disebut peritonium. Dalam tindakan

SC, sayatan dilakukan dari kulit lapisan terluar (epidermis) sampai

dinding uterus.

6. Anatomi Otot Perut dan Fasia

Gambar 6

Otot Perut dan Fasia

Sumber :

Page 21: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

21

a. Fasia

Di bawah kulit, fasia superfisialis dibagi menjadi lapisan lemak

yang dangkal, Camper's fasia, dan yang lebih dalam lapisan fibrosa,.

Fasia profunda terletak pada otot-otot perut. menyatu dengan fasia

profunda paha. Susunan ini membentuk pesawat antara Scarpa's fasia

dan perut dalam fasia membentang dari bagian atas paha bagian atas

perut. Di bawah lapisan terdalam otot abdominis transverses, terletak

fasia transversalis. Para fasia transversalis dipisahkan dari peritoneum

parietalis oleh variabel lapisan lemak.. Fascias adalah lembar

jaringan ikat atau mengikat bersama-sama meliputi struktur tubuh.

b. Otot Perut

Otot perut terdiri dari : otot dinding perut anterior dan lateral,

serta otot dinding perut posterior.

Otot dinding perut anterior dan lateral (rectus abdominis)

meluas dari bagian depan margo costalis di atas dan pubis di bagian

bawah. Otot itu disilang oleh beberapa pita fibrosa dan berada

didalam selubung. Linea alba adalah pita jaringan yang membentang

pada garis tengah dari procecuss xiphodius sternum ke simpisis pubis,

memisahkan kedua musculus rectus abdominis. Obliquus externus,

obliquus internus dan transverses adalah otot pipih yang membentuk

dinding abdomen pada bagian samping dan depan. Serat obliquus

externus berjalan ke arah bawah dan atas, serat obliquus internus

berjalan ke atas dan ke depan ; serat transverses (otot terdalam dari

Page 22: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

22

otot ketiga dinding perut) berjalan transversal di bagian depan ketiga

otot terakhir otot berakhir dalam satu selubung bersama yang

menutupi rectus abdominis.

Otot dinding perut posterior (Quadrates lumbolus) adalah otot

pendek persegi pada bagian belakang abdomen, dari costa keduabelas

diatas ke krista iliaca (Gibson, J. 2002).

D. Pelvimetri

1. Pelvimetri Luar

Cara ini dapat ditentukan secara garis besar jenis, bentuk, dan ukuran-ukuran

panggul apabila dilakukan dengan pemeriksaan dalam. Alat-alat yang dipakai

antara lain : jangkar-jangkar panggul Martin, Oseander, Collin, Boudeloque dan

sebagainya. Yang diukur adalah :

a. Distansia spinarum (± 24-26 cm), jarak anatar kedua spina iliaka anterior

superior sinistra dan dekstra.

b. Distansia kristarum (± 28-30 cm), jarak yang terpanjang antara dua tempat

yang simetris pada krisna iliaka sinistra dan dekstra.

c. Distansia oblikua eksterna (ukuran miring luar), jarak antara spina iliaka

posterior sinistra dan spina iliaka anterior superior dekstra dan dari spina

iliaka posterior dekstra dan spina iliaka anterior superior sinistra.

d. Distansia intertrokanterika, jarak antara kedua trokanter mayor.

e. Konjugata eksterna (Boudeloque) ± 18 cm, jarak antara bagian atas

simfisis ke profesus spinosus lumbal 5.

f. Distansia tubernum (± 10,5 cm), jarak antara tuber iskii kanan dan kiri.

Page 23: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

23

2. Pelvimetri Dalam

Memasukkan dua jari (telunjuk dan jari tengah) ke jalan lahir hingga menyentuh

bagian tulang belakang / promotorium. Hitung jarak dari tulang kemaluan

hingga promotorium untuk mengetahui ukuran pintu atas panggul dan pintu

tengah panggul. Pemeriksaan ini mendapatkan konjugata diagonal (Aflah Nur,

2010).

3. Pelvimetri roentgenologik, untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang

bentuk panggul dan ditemukan angka-angka mengenai ukuran-ukuran dalam

ketiga bidang panggul.

E. Macam-Macam Anestesi

Anestesi adalah suatu tindakan untuk menghilangkan kesadaran disertai

hilangnya rasa sakit yang sifatnya sementara. Anestesi pada setiap keadaan

membawa problema-problema tersendiri sesuai dengan kondisi penderita, sebab

obat-obat anestesi bersifat depresi pada organ-organ vital.

1. Aspek farmakologik anestesi yaitu :

a. Narkotik dan analgesik;

b. Sedatif, hipnotik, dan neuroleptik;

c. Relaksasi otot-otot;

d. Vasokonstriktor dan vasopresor; dan

e. Oksitosik.

2. Teknik anestesi

a. Anestesi Umum adalah menghilangkan rasa nyeri secara sentral yang

disertai dengan hilangnya kesadaran.

Page 24: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

24

1) Fisiologi terjadinya anestesi

Obat anestetika masuk ke pembuluh darah atau sirkulasi kemudian

menyebar ke jaringan, yang pertama terpengaruh adalah jaringan yang

kaya akan pembuluh darah yaitu otak sehingga kesadaran menurun atau

hilang, disertai hilangnya rasa nyeri dan lain-lain.

2) Cara pemberian obat :

a) Melalui rectum : Tiopental 10%, kloralhidrat

b) Intramuskular : ketamin HCl, diazepam

c) Intra vena : Tiopental 5%, 2,5% diazepam, ketamin

d) Perinhalasi : N2O, halotan, sevofluran

3) Kontra indikasi :

a) Kontra indikasi mutlak payah jantung.

b) Kontra indikasi relatif, tergantung kepada efek farmakologis dari

obat yang dipakai yaitu :

(1) Kelainan jantung : hindarkan pemakaian obat yang mendepresi

miokard, misalnya eter, tiopental dan halotan.

(2) Kelainan hepar : hindarkan obat yang dimetabolisme di hepar

(3) Kelainan ginjal : hindarkan obat yang diekresi di ginjal, misal

petidin atau gallarmin, morfin.

(4) Kelainan paru : hindarkan obat-obat yang menyebabkan

hipersekresi saluran pernafasan yang mengakibatkan pengentalan

sekresi dalam paru misal : eter.

(5) Kelainan endokrin : pada diabetes melitus hindarkan pemakaian

obat yang merangsang simpatis karena menyebabkan peninggian

gula darah misal eter. (Latief, 2009).

Page 25: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

25

b. Anestesi regional dan lokal adalah untuk menghilangkan impuls rasa nyeri

dari bagian tubuh tertentu dengan cara memblokir hantaran syaraf sensorik

untuk sementara. Fungsi motorik dapat terkena atau tidak sama sekali, dan

penderita tidak kehilangan kesadarannya. Yang termasuk anastesi regional

adalah :

a) Topikal : obat anestesi diberikan pada akhir serabut saraf di

mukosa dengan cara menyemprot atau mengoles.

b) Infiltrasi : obat anestesi regional dengan cara infiltrasi langsung

pada garis insisi atau luka.

c) Field block : obat anestesi regional dengan cara membentuk

dinding anestesi sekitar daerah operasi.

d) Blok syaraf : obat anestesi regional dengan cara suntikan langsung

ke saraf atau sekitar saraf yang mempersarafi bagian

badan tertentu. Misal anestesi spinal, epidural atau

peridural.

Cara kerja obat anestesi regional adalah bergabung dengan

protoplasma sel saraf dan menghasilkan anestesi dengan cara mencegah

depolarisasi yang ditimbulkan oleh impuls transmisi. Syaraf-syaraf motorik,

karena penampang yang lebih kecil dan selubung mielin saraf sensorik yang

lebih tipis.

1) Kontra indikasi menurut Mochtar, Rustam, 1998

a) Kelainan daerah punggung : spondilitis, infeksi kulit.

b) Kelainan kardiovaskuler : arrythmia, hypertensi, anemia berat

(Mochtar Rustam, 2002).

Page 26: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

26

F. Fase Penyembuhan Luka

1. Fase Inflamasi

Respons vascular dan selular terjadi ketika jaringan terpotong atau

mengalami cedera. Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan bekuan

fibrinoplatelet. Ketika mikrosirkulasi mengalami kerusakan, elemen

darah seperti antibodi, plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air

menembus edema, teraba hangat, kemerahan dan nyeri. Netrofil adalah

leukosit pertama yang bergerak ke dalam jaringan yang rusak. Antigen-

antibodi juga timbul. Sel-sel basal pada pinggir luka mengalami mitosis

dan menghasilkan sel baru

2. Fase Proliferatif

Fibrosis memperbanyak diri dan membentuk jaring-jaring untuk sel-sel

yang bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka;

kuncup ini berkembang menjadi kapiler, yang merupakan sumber

nutrisi bagi jaringan granulasi yang baru.

3. Fase Maturasi

Sekitar 3 minggu setelah cedera, fibroplas mulai meninggalkan luka.

Jaringan parut tampak besar, sampai fibril kolagen menyusun ke dalam

posisi yang lebih padat. Hal ini, sejalan dengan dehidrasi, mengurangi

jaringan parut tetapi meningkatkan kekuatannya. Maturasi jaringan

seperti ini terus berlanjut dan mencapai kekuatan maksimum dalam 10

atau 12 minggu, tetapi tidak pernah mencapai kekuatan asalnya dari

jaringan sebelum luka.

Page 27: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

27

Fase penyembuhan luka menurut Sjamsuhidajat R, 1997

Fase Proses Gejala dan tanda

I Inflamasi Reaksi radang Dolor, rubor, kalor, tumor

II Proliferasi Regenerasi /

fibroplasias

Jaringan granulasi / kalus

tulang penutupan: epitel /

endotel / mesotel

III Penyudahan Pematangan dan

perupaan kembali

Jaringan parut / fibrosis

G. Adaptasi Post Partum

Perubahan fisiologis pada post partum menurut Fahrer Helen (2001)

meliputi :

1. Involusio, yaitu suatu proses fisiologis pulihnya kembali alat kandungan ke

keadaan sebelum hamil, terjadi karena masing-masing sel menjadi lebih kecil

karena sitoplasmanya yang berlebihan dibuang.

a. Involusio Uterus

Terjadi setelah plasenta lahir, uterus akan mengeras karena

kontraksi dan reaksi pada otot-ototnya, dapat diamati dengan

pemeriksaan TFU yaitu setelah plasenta lahir hingga 12 jam

pertama TFU 1 - 2 jari dibawah pusat. Pada hari ke-6 TFU

normalnya berada di pertengahan simfisis pubis dan pusat. Pada

hari ke- 9atau 12 TFU sudah tidak teraba.

Page 28: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

28

b. Involusio tempat melekatnya plasenta

Setelah plasenta dilahirkan, tempat melekatnya plasenta menjadi

tidak beraturan dan ditutupi oleh vaskuler yang kontraksi serta

trombosis pada endometrium terjadi pembentukan scar sebagai

proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka pada

endometrium ini memungkinkan untuk implantasi dan

pembentukan plasenta pada kehamilan yang akan datang.

2. Lochea, yaitu kotoran yang keluar dari liang senggama dan terdiri dari

jaringan-jaringan mati dan lendir berasal dari rahim dan liang senggama.

Lochea terbagi menjadi 4 jenis, yaitu :

a. Lochea rubra, berwarna merah yang terdiri dari lendir dan darah,

terdapat pada hari kesatu dan kedua.

b. Lochea sanguinolenta, berwarna coklat yang terdiri dari cairan

bercampur darah dan pada hari ke 3 - 6 post partum.

c. Lochea serosa, berwarna merah muda agak kekuningan yang

mengandung serum, selaput lendir, leukosit dan jaringan yang telah mati,

pada hari ke 7 - 10.

d. Lochea alba, berwarna putih / jernih yang berisi leukosit, sel epitel,

mukosa serviks dan bakteri atau kuman yang telah mati, terdapat pada

hari ke-1 hingga 2 minggu setelah melahirkan.

3. Adaptasi Fisik

a. Tanda-tanda vital

Suhu meningkat karena perubahan hormonal tetapi bila suhu diatas 38C

dan selama 2 hari dalam 10 hari pertama post partum perlu dipikirkan

kemungkinan adanya infeksi saluran kemih, endometritis dan

Page 29: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

29

sebagainya. Pembengkakan buah dada pada hari ke 2 atau 3 setelah

melahirkan dapat menyebabkan kenaikan suhu, walaupun tidak selalu.

b. Adaptasi cardiovaskuler

1) Tekanan darah stabil, penurunan tekanan darah sistolik 20 mmHg

dapat terjadi pada saat ibu berubah posisi berbaring - duduk.

Keadaan sementara ini sebagai kompensasi cardiovaskuler terhadap

penurunan dalam rongga panggul dan perdarahan.

2) Denyut nadi berkisar antara 60 - 70 /menit, berkeringat dan

menggigil mengeluarkan cairan yang berlebihan sering terjadi

terutama pada malam hari.

c. Adaptasi sistem gastro intestinal

Diperlukan waktu 3 - 4 hari sebelum faal usus kembali normal meskipun

kadar progesteron menurun setelah melahirkan namun asupan makanan

juga mengalami penurunan selama 1 - 2 hari.

d. Adaptasi traktus urinarius

Selama proses persalinan kandung kemih mengalami trauma yang dapat

mengakibatkan oedem dan menghilangkan sensifitas terhadap tekanan

cairan. Perubahan ini dapat menyebabkan tekanan yang berlebihan dan

pengosongan yang tidak sempurna, biasanya ibu mengalami

ketidakmampuan untuk buang air kecil selama 2 hari pertama setelah

melahirkan.

e. Adaptasi sistem endokrin

Perubahan buah dada, umumnya produksi air susu baru berlangsung pada

hari ke 2 - 3 post partum, buah dada nampak membesar, keras dan nyeri.

Page 30: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

30

f. Adaptasi sistem muskuloskeletal

Otot dinding abdomen teregang secara bertahap selama kehamilan,

mengakibatkan hilangnya kekenyalan otot. Keadaan ini terlihat jelas

setelah melahirkan dinding perut tampak lembek dan kendor.

g. Perineum

Setelah melahirkan perinuem menjadi kendur karena sebelumnya

teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju, pada post partum

hari ke-5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya

sekalipun tetap lebih kendur daripada keadaan sebelum melahirkan

(nuliparia).

h. Laktasi

Setelah partus, pengaruh penekanan dari estrogen dan progesteron

terhadap hipofisis hilang timbul. Pengaruh hormon-hormon hipofisis

kembali antara lain lactogenic hormon (prolaktin) yang akan

menghasilkan mammae yang telah dipersiapkan pada masa hamil,

terpengaruhi akibat kelenjar-kelenjar susu berkontraksi sehingga

mengeluarkan air susu. Umumnya produksi air susu baru berlangsung

betul pada hari ke-2 - 3 post partum.

4. Periode Post Partum

Berdasarkan waktu periode post partum dibagi menjadi tiga, yaitu:

a. Immidiate post partum, dihitung 24 jam pertama setelah plasenta lahir,

ditandai dengan ibu hanya memperhatikan diri sendiri tidak peduli

lingkungan dan ingin dirawat.

Page 31: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

31

b. Early post partum, pada hari ke 2-7 setelah melahirkan mulai dengan

perawatan bayi, memandikan dan perawatan tali pusat

c. Late Post Partum, pada minggu ke 2-6 setelah melahirkan, ditandai

dengan ibu telah melaksanakan peran barunya dan mulai memperhatikan

tubuhnya.

5. Proses menjadi orang tua

Steele dan Pollack (1968) menyatakan bahwa menjadi orang tua

merupakan suatu proses yang terdiri dari dua komponen. Komponen pertama

bersifat praktis atau mekanis yang melibatkan ketrampilan kognitif dan

motorik, dan komponen kedua bersifat emosional yang melibatkan

ketrampilan afektif dan kognitif. Kedua komponen tersebut penting untuk

perkembangan dan keberadaan bayi.

a. Ketrampilan Kognitif-Motorik

Komponen ini melibatkan orang tua dalam aktivitas perawatan

anak, seperti memberikan makan, menggendong, menenakan pakaiaan,

dan membersihkan bayi, menjaganya dari bahaya, dan memungkinkan

untuk bergerak (Steele, Pollack,1968).

Kemampuan orang tua dalam hal ini dipengaruhi oleh pengalaman

pribadinya dan budayanya. Banyak orang tua harus belajar untuk

melakukan tugas ini dan proses belajar mungkin sukar bagi mereka.

Akan tetapi, hampir semua orang tua yang memiliki keinginan untuk

belajar dan dibantu dukungan orang lain menjadi terbiasa dengan

aktivitas merawat anak.

Page 32: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

32

b. Ketrampilan Kognitif-Afektif

Komponen psikologis dalam menjadi orang tua, sifatnya keibuan

atau kebapakan tampaknya berakar dari pengalaman orang tua di masa

kecil saat mengalami dan menerima kasih sayang dari ibunya. Dalam

hal ini orang tua bisa dikatakan mewarisi kemampuan untuk menunjuk

perhatian dan kelembutan serta menyalurkan kemampuan ini ke

generasi berikutnya dengan meniru hubungan orangtua-anak yang

pernah dialaminya.

Ketrampilan ini meliputi sikap yang lembut, waspada, dan

memberikan perhatian terhadap kebutuhan dan keinginan anak.

Komponen menjadi orang tua ini memiliki efek yang mendasar pada

cara perawatan anak yang dilakukan dengan praktis dan pada respon

emosionl anak terhadap asuhan yang diterimanya. Suatu hubungan

orangtua-anak yang positif adalah saling memberi satu sama lain yang

dapat mendasari dalam memberikan bantuan mempunyai arti bahwa

orang tersebut berharga untuk menerima bantuan.

Konsep Erikson (1959-1964) mengatakan tentang dasar

kepercayaan perkembangan rasa percaya ini akan menentukan respon

bayi seumur hidupnya. Orang-orang yang mengalami hubungan orang

tua-anak yang positif cenderung lebih mudah bersosialisasi dan terbuka

serta mampu meminta bantuan dan menerima bantuan dari orang lain.

Sebaliknya, mereka yang kurang rasa percaya cenderung

mengasingkan diri dan menyendiri. Mereka memiliki kemungkinan

yang lebih besar untuk mengalami krisis karena ketidakmampuanya

Page 33: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

33

menggunakan dukungan orang lain ketika menghadapi masalah (Bobak,

Lowdermilk, Jensen, 2004).

6. Adaptasi Psikososial

a. Fase “taking in” (Fase Dependen)

Selama 1 - 2 hari pertama, dependensi sangat dominan pada ibu

dan ibu lebih memfokuskan pada dirinya sendiri. Beberapa hari setelah

melahirkan akan menangguhkan keterlibatannya dalam tanggung jawab

sebagai seorang ibu dan ia lebih mempercayakan kepada orang lain dan

ibu akan lebih meningkatkan kebutuhan akan nutrisi dan istirahat.

Menunjukkan kegembiraan yang sangat, misalnya menceritakan tentang

pengalaman kehamilan, melahirkan dan rasa ketidaknyamanan.

b. Fase “taking hold” (Fase Independen)

1) Ibu sudah malu menunjukkan perluasan fokus perhatiannya yaitu

dengan memperlihatkan bayinya.

2) Ibu mulai tertarik melakukan pemeliharaan pada bayinya.

3) Ibu mulai terbuka untuk menerima pendidikan kesehatan bagi dirinya

dan bayinya.

c. Fase “letting go” (Fase Interdependen), merupakan suatu kemajuan

menuju peran baru, ketidaktergantungan dalam merawat diri dan bayinya

lebih meningkat. Dan mampu mengenal bahwa bayi terpisah dari dirinya

(Farrer, 2001).

Page 34: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

34

H. Penatalaksaan

Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung berbagai faktor,

antara lain : bentuk panggul, ukuran panggul, pergerakan sendi-sendi panggu;,

besarnya kepala janin, persentasi dan posisi kepala, serta his. Secara pasti, sebelum

persalinan berlangsung hanya dapat ukuran-ukuran panggul. Oleh karena itu, jika

CV < 8 ½ cm dilakukan sectio caesarea primer sedangkan CV > 8 ½-10 cm dapat

dilakukan persalinan percobaan.

Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang kepala, tidak

dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak muka, atau kelainan letak lainnya.

Ada 2 macam persalinan percobaan, yaitu :

1. Trial of labor, dimulai pada permulaan persalinan dengan pervaginam secara

spontan atau dibantu dengan ekstraksi (forceps atau vakum) dan anak serta ibu

dalam keadaan baik (dikatakan berhasil).

2. Test of labor, dimulai pada saat pembukaan lengkap dan berakhir 1 jam

sesudahnya. Setelah 1 jam kepala turun sampai H III, test of labor berhasil.

Persalinan percobaan dihentikan jika pembukaan tidak atau kurang sekali

kemajuan, keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik, ada lingkaran retraksi yang

patologis, dan forceps/vakum ekstraksi gagal. Dalam keadaan-keadaan tersebut,

dilakukan sectio caesarea (Dinan S. Bratakoesoema, 2005).

Penatalaksanaan post operasi sectio caesarea, antara lain :

1. Periksa dan catat tanda – tanda vital setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan 30

menit pada 4 jam kemudian.

2. Perdarahan dan urin harus dipantau secara ketat.

3. Pemberian tranfusi darah, bila terjadi perdarahan post partum.

Page 35: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

35

4. Pemberian antibiotika.

Walaupun pemberian antibiotika sesudah sesar efektif dapat dipersoalkan,

namun pada umumnya pemberiannya dianjurkan.

5. Mobilisasi.

Pada hari pertama setelah operasi penderita harus turun dari tempat tidur

dengan dibantu paling sedikit 2 kali.

Pada hari kedua penderita sudah dapat berjalan ke kamar mandi dengan

bantuan.

6. Pemulangan

Jika tidak terdapat komplikasi penderita dapat dipulangkan pada hari kelima

setelah operasi (Mochtar Rustam, 2002).

I. Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada post sectio caesarea, antara lain :

1. Infeksi puerperal (nifas). Tahapan ringan suhu meningkat beberapa hari; tahapan

sedang suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit

kembung; sedangkan pada tahapan berat terjadi peritonealis, sepsis, dan usus

paralitik.

2. Perdarahan karena banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka serta

perdarahan pada plasenta bed.

3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila

peritonealisasi terlalu tinggi.

4. Kemungkinan ruptur uteri pada kehamilan berikutnya (Bobak, 2002).

Page 36: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

36

J. Pengkajian Fokus

1. Riwayat kesehatan keluarga

Adakah keluarga yang menderita hipertermia malignan atau reaksi anastesi?

2. Riwayat penyakit hepatik, alergi terhadap obat, makanan, plester, dan larutan.

3. Pengkajian Kata Dasar

a. Sirkulasi

Riwayat masalah jantung, edema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau

stasis vaskuler (peningkatan pembentukan trombus).

b. Integritas ego

Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya faktor stres multipel.

Dengan tanda tidak dapat beristirahat dan peningkatan tegangan.

c. Makanan/cairan

Malnutrisi, membran mukosa yang kering, pembatasan puasa praoperasi.

d. Pernafasan

Adanya kondisi kronik/batuk, merokok.

e. Keamanan

Riwayat transfusi darah dan tanda munculnya proses infeksi.

4. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, dan pencocokan silang, tes

Coombs.

b. USG : melokalisasi plasenta, menentukan pertumbuhan, kedudukan, dan

presentasi janin.

c. Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukosa.

Page 37: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

37

d. Kultur : mengidentifikasi adanya virus herpes simpleks tipe II.

e. Pelvimetri : menentukan CPD.

f. Amniosentesis : mengkaji maturitas paru janin.

g. Tes stres kontraksi atau tes nonstres : mengkaji respon janin terhadap

gerakan/stres dari pola kontraksi uterus atau pola abnormal.

h. Pemantauan elektronik kontinue : memastikan status janin atau aktivitas

uterus (Doengoes, 2001).

Page 38: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

40

K. Pathways Keperawatan Hamil

Sumber : Bobak, 2004

Judith, 2007

Doengoes, 2001

Sarwono Prawirohardjo, 1999

Panggul sempit

Section caesarea

Perubahan fisiologisAdaptasi psikologis

Taking in Taking holdLetting go

Efek anastesi Sistem endokrinLuka operasi Sistem reproduksi

Dependent, perlu

pelayanan dan

perlindungan

Belajar

mengalami

perubahan

Mampu

menyesuaikan

dengan keluarga

Penurunan kerja

medulla oblongataJaringan

terputus

Penurunan

progesteron

dan

Uterus

Jaringan

terbuka

Penurunan

kerja saraf

pernafasan

Penurunan

reflek batuk

Bersihan jalan

nafas tidak efektif

Proteksi

tubuh

Pintu

masuk

kuman

Nyeri

Imobilisasi

Kontraksi

Peningkatan

produksi ASI

Peningkatan

prolaktin dan

oksitosin

Lemah Kuat

Pelepasa

nlochea

Perdarahan

Ovarium

Peningkatan

FSH dan LH

Resiko syok

hipovolemik

Resti

infeksi

Lochea

statis

Menstruasi

Isapan

bayi

Perawata

n

payudara

Perawatan

payudara

tidak adekuat

Hambatan

mobilitas

Inefektif

laktasi

Efektif

laktasi

Kurang

informasi

Adanya

kelemahan fisik

(lemah, pusing)

Kurang

pengetahua

Perubahan

peran

Defisit

perawatan diri

Ansietas

Hambatan

mobilitas fisik

Page 39: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

41

L. Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi

(Doenges, 2002).

2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan,

efek anestesi, efek hormonal, distensi kandung kemih (Doenges, 2001).

3. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dalam

pembedaran (Doenges, 2001).

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas dan

nyeri (Judith, 2007).

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik (Doenges,

2002).

6. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh

terhadap bakteri sekunder pembedahan (Doenges, 2001).

7. Ansietas berhubungan dengan perubahan peran atau transmisi

interpersonal (Doenges, 2001).

8. Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan perpisahan dengan bayi.

(Carpenito, 2006).

9. Kurang pengetahuan berhubungan dengan mengenai perubahan fisiologis,

periode pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan diri

(Doenges, 2001).

Page 40: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

42

M. Fokus Intervensi dan Rasional

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi.

Hasil yang diharapkan : mempertahankan kepatenan jalan nafas dengan kriteria

hasil tidak mengalami penumpukan sekret, bunyi

nafas bersih, dan dapat melakukan batuk efektif.

Intervensi

a. Kaji faktor–faktor penyebab (sekret, penurunan kesadaran, reflek batuk).

Rasional : penumpukan sekret, penurunan kesadaran dan reflek batuk

menurun dapat menghalangi jalan nafas.

b. Pertahankan klien pada posisi miring, maka sekret dapat mengalir ke

bawah.

Rasional : dengan memberikan posisi miring, maka sekret dapat mengalir

ke bawah.

c. Kaji posisi lidah, yakinkan tidak jatuh ke belakang dan menghalangi nafas.

Rasional : posisi lidah yang jatuh ke belakang dapat menghalangi jalan

nafas.

d. Tinggikan kepala tempat tidur.

Rasional : pengembangan paru lebih maksimal.

e. Ajarkan batuk efektif.

Rasional : untuk pengeluaran sekret dan jalan nafas.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan insisi,

peningkatan/kontraksi otot yang lebih lama.

Page 41: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

43

Hasil yang diharapkan : dapat mengontrol rasa nyerinya dengan kriteria hasil

mampu mengidentifikasikan cara mengurangi nyeri,

mengungkapkan keinginan untuk mengontrol

nyerinya, dan mampu untuk tidur/istirahat dengan

tepat.

Intervensi

a. Kaji nyeri, perhatikan lokasi, intensitas, dan lamanya.

Rasional : memberikan informasi untuk membantu memudahkan tindakan

keperawatan.

b. Ajarkan dan catat tipe nyeri serta tindakan untuk mengatasi nyeri.

Rasional : meningkatkan persepsi klien terhadap nyeri yang di dalamnya.

c. Ajarkan teknik relaksasi.

Rasional : meningkatkan kenyamanan klien.

d. Pertahankan tirah baring bila diindikasikan.

Rasional : tirah baring diperlukan pada awal selama fase reteksi akut.

e. Anjurkan menggunakan kompres hangat.

Rasional : membantu mengurangi nyeri dan meningkatkan kenyamanan

klien.

f. Berikan obat sesuai indikasi

Rasional : mengurangi nyeri.

g. Masukan kateter dan dekatkan untuk kelancaran drainase.

Rasional : pengaliran kandung kemih menurunkan tegangan.

Page 42: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

44

3. Defisit volume cairan berhubungan dengan pengeluaran integritas pembuluh

darah, perubahan dalam kemampuan pembekuan darah.

Hasil yang diterapkan : adanya tanda-tanda vital yang stabil, palpasi denyut

nadi dengan kualitas baik, turgor kulit normal,

membran mukosa lembab, dan pengeluaran urine

yang sesuai.

Intervensi

a. Ukur dan catat pemasukan dan pengeluaran. Tinjau ulang catatan

intraoperasi.

Rasional : membantu mengidentifikasi pengeluaran cairan atau kebutuhan

penggantian.

b. Kaji pengeluaran urinarius.

Rasional :mengindikasikan malfungsi atau obstruksi sistem urinarius.

c. Awasi TD, nadi, dan tekanan hemodinamik.

Rasional : hipoteksi, takikardia penurunan tekanan hemodinamik

menunjukan kekurangan cairan.

d. Catat munculnya mual/muntah.

Rasional : mual yang terjadi 12–24 jam pascaoperasi dihubungkan dengan

anestesi; mual lebih dari tiga hari pascaoperasi dihubungkan

dengan narkotik untuk mengontrol rasa sakit atau terapi obat-

obatan lainnya.

e. Periksa pembalut atau drain pada interval reguler. Kaji luka untuk

terjadinya pembengkakan.

Page 43: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

45

Rasional : pendarahan yang berlebihan dapat mengacu kepada

hipovolemia/hemoragi. Pembengkakan lokal mengindikasikan

formasi hematoma/pendarahan.

f. Pantau suhu kulit, palpasi denyut perifer.

Rasional : kulit dingin/lembab, denyut lemah mengindikasikan penurunan

sirkulasi perifer.

g. Pasang kateter urinarius sesuai kebutuhan.

Rasional : memberikan mekanisme untuk memantau pengeluaran urinarius

yang adekuat.

h. Berikan cairan parental, produksi darah dan/ atau plasma ekspander sesuai

petunjuk.

Rasional : gantikan kehilangan cairan. Catat waktu penggunaan volume

sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi.

i. Awasi pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi.

1) Hb/Ht

Rasional : menurun karena anemia atau kehilangan darah aktual.

2) Elektrolit serum dan pH.

Rasional : ketidakseimbangan dapat memerlukan perubahan dalam

cairan atau tambahan pengganti untuk mencapai

keseimbangan.

j. Berikan darah atau kemasan SDM bila diperlukan sesuai indikasi.

Rasional : kehilangan pendarahan, penurunan produksi SDM dapat

mengakibatkan anemia berat atau progresif.

Page 44: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

46

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas dan nyeri.

Hasil yang diharapkan : mempertahankan posisi fungsi dibuktikan tidak adanya

kontraktur, meningkatkan kekuatan bagian tubuh

yang sakit / kompensasi, dan mendemonstrasikan

teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan

kembali aktivitas.

Intervensi

a. Kaji fungsi motorik dengan menginstruksikan pasien untuk melakukan

gerakan.

Rasional : mengevaluasi keadaan khusus.pada beberapa lokasi trauma

mempengaruhi tipe dan pemilihan intervensi.

b. Catat tipe anestesi yang diberikan pada saat intra partus pada waktu klien

sadar.

Rasional : pengaruh anestesi dapat mempengaruhi aktifitas klien.

c. Berikan suatu alat agar pasien mampu untuk meminta pertolongan, seperti

bel atau lampu pemanggil.

Rasional : Membuat pasien memiliki rasa aman, dapat mengatur diri dan

mengurangi ketakutan karena ditinggal sendiri.

d. Bantu / lakukan latihan ROM pada semua ekstremitas dan sendi, pakailah

gerakan perlahan dan lembut.

Rasional : meningkatkan sirkulasi, meningkatkan mobilisasi sendi dan

mencegah kontraktur dan atrofi otot.

Page 45: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

47

e. Anjurkan klien istirahat.

Rasional : mencegah kelelahan.

f. Tingkatkan aktifitas secara bertahap.

Rasional : aktifitas sedikit demi sedikit dapat dilakukan oleh klien sesuai

yang diinginkan, memberikan rasa tenang dan aman pada klien

emosional.

5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

Hasil yang diharapkan :mampu mendemonstrasikan teknik-teknik untuk

memenuhi kebutuhan perawatan diri, dan

mengidentifikasi / menggunakan sumber-sumber

yang tersedia.

Intervensi :

a. Pastikan berat / durasi ketidaknyamanan.

Rasional : nyeri dapat mempengaruhi respons emosi dan perilaku,

sehingga klien mungkin tidak mampu berfokus pada perawatan

diri sampai kebutuhan fisik.

b. Tentukan tipe-tipe anastesi.

Rasional : Klien yang telah menjalani anestesia spinal dapat diarahkan

untuk berbaring datar.

c. Ubah posisi klien setiap 1-2 jam.

Rasional : membantu mencegah komplikasi bedah seperti flebitis.

d. Berikan bantuan sesuai kebutuhan (perawatan mulut, mandi, gosokan

punggung dan perawatan perineal).

Page 46: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

48

Rasional :memperbaiki harga diri, meningkatkan perasaan kesejahteraan.

e. Berikan pilihan bila mungkin (jadwal mandi, jarak selama ambulasi).

Rasional :mengizinkan beberapa otonomi meskipun tergantung pada

bantuan profesional.

f. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.

Rasional :menurunkan ketidaknyamanan, yang dapat mempengaruhi

kemampuan untuk melaksanakan perawatan diri.

6. Resti infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, kerusakan kulit, pemajanan

pada patogen.

Hasil yang diharapkan : tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor, kalor, dolor,

tumor dan fungsio laesa), tanda-tanda vital normal

terutama suhu (36-370C), dan pencapaian tepat

waktu dalam pemulihan luka tanpa komplikasi.

Intervensi :

a. Monitor tanda-tanda vital.

Rasional : suhu yang meningkat, dapat menunjukkan terjadinya infeksi

(color).

b. Kaji luka pada abdomen dan balutan.

Rasional :mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya pus.

c. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan klien, rawat luka dengan

teknik aseptik.

Rasional :mencegah kontaminasi silang/penyebaran organisme infeksius.

Page 47: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

49

d. Dapatkan kultur darah, vagina, dan plasenta sesuai indikasi.

Rasional : mengidentifikasi organisme yang menginfeksi dan tingkat

keterlibatan.

e. Catat hemoglobin dan hematokrit. Catat perkiraan kehilangan darah selama

prosedur pembedahan.

Rasional : risiko infeksi pasca melahirkan dan penyembuhan buruk

meningkat bila kadar hemoglobin rendah dan kehilangan darah

berlebihan.

f. Berikan antibiotik pada praoperasi.

Rasional : mencegah terjadinya proses infeksi.

7. Ansietas berhubungan dengan perubahan peran atau transmisi interpersonal.

Hasil yang diharapkan : mampu mengungkapkan perasaan takut, tampak rileks,

dan menggunakan sumber / sistem pendukung

dengan efektif.

Intervensi

a. Kaji respon psikologis pada kejadian dan ketersediaan sistem pendukung.

Rasional : semakin klien merasakan ancaman, semakin besar tingkat

ansietas.

b. Tetap bersama klien dan tenang. Bicara perlahan. Tunjukkan empati.

Rasional :membantu membatasi transimisi ansietas interpersonal, dan

mendemonstrasikan perhatian terhadap klien/pasangan.

Page 48: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

50

c. Beri penguatan aspek positif dari ibu dan kondisi janin.

Rasional : memfokuskan pada kemungkinan keberhasilan hasil akhir dan

membantu membawa ancaman yang dirasakan / aktual ke

dalam perspektif.

d. Anjurkan klien / pasangan mengungkapkan dan/atau mengekspresikan

perasaan (menangis).

Rasional : membantu mengidentifikasi perasaan/masalah negative dan

memberikan kesempatan untuk mengatasi perasaan ambivalen

atau teratasi/berduka.

e. Dukung / arahkan kembali mekanisme koping yang diekspresikan.

Rasional :mendukung mekanisme koping dasar meningkatkan

kepercayaan diri dan penerimaan serta menurunkan ansietas.

f. Berikan masa privasi. Kurangi rangsang lingkungan, seperti jumlah orang

yang ada, sesuai keinginan klien.

Rasional : untuk menginternalisasi informasi, menyusun sumber-sumber,

dan mengatasi dengan efektif.

8. Tidak efektifnya laktasi berhubungan dengan perpisahan dengan bayi.

Hasil yang diharapkan : dapat mengidentifikasi aktivitas yang menentukan

atau meningkatkan menyusui yang berhasil.

Intervensi

a. Kaji isapan bayi, jika ada lecet pada putting.

Rasional : menentukan kermampuan untuk memberikan perawatan yang

tepat.

Page 49: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

51

b. Anjurkan klien breast care dan menyusui yang efektif.

Rasional : mempelancar laktasi.

c. Anjurkan klien memberikan asi esklusif.

Rasional : ASI dapat memenuhu kebutuhan nutrisi bagi bayi sehingga

pertumbuhan optimal.

d. Berikan informasi untuk rawat gabung.

Rasional : menjaga meminimalkan tidak efektifnya laktasi.

e. Anjurkan bagaimana cara memeras, menyimpan, dan mengirim atau

memberikan ASI dengan aman.

Rasional : menjaga agar ASI tetap bisa digunakan dan tetap higienis bagi

bayi.

9. Kurang pengetahuan berhubungan dengan mengenai perubahan fisiologis,

periode pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan diri.

Hasil yang diharapkan : mampu mengungkapkan pemahaman tentang

perubahan fisiologis, kebutuhan-kebutuhan

individu, hasil yang diharapkan.

Intervensi :

a. Kaji kesiapan dan motivasi klien untuk belajar.

Rasional : penyuluhan diberikan untuk membantu mengembangkan

pertumbuhan ibu, maturasi dan kompetensi.

b. Kaji keadaan fisik klien.

Rasional : ketidaknyamanan dapat mempengaruhi konsentrasi dalam

menerima penyuluhan.

Page 50: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

52

c. Berikan informasi tentang perubahan fisiologis dan psikologis yang

normal.

Rasional : membantu klien mengenali perubahan normal.

d. Diskusikan program latihan yang tepat, sesuai ketentuan.

Rasional : program latihan dapat membantu tonus otot-otot,

meningkatkan sirkulasi, menghasilkan gambaran

keseimbangan tubuh dan meningkatkan perasaan sejahtera.

e. Demonstrasikan teknik-teknik perawatan diri.

Rasional : Membantu orang tua dalam penguasaan tugas-tugas baru.

Page 51: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

53

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. BIODATA

Pada bab ini penulis melakukan pengkajian pada tanggal 27 april 2011

1. Identitas psien

Nama : Ny A

Umur : 18 th

Jenis : Perempuan

Suku bangsa : Jawa

Agama : Islam

Status perkawinan : Kawin

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Swasta

Alamat : dempet demak

Tanggal Masuk : 26 april 2011

No. Register : 10-16-80

Diagnosa medis : Post sectio caesaria hari ke 1

Penanggung jawab

Nama : Tn M

Umur : 56 th

Jenis kelamin : Laki - Laki

Pendidikan : SMP

Page 52: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

54

Pekerjaan : Swasta

Hubungan dengan pasien : Ayah

B. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang

Pengkajian dilakukan pada tanggal 27 april 2011 dan didapatkan

hasil pengkajian Ny. A dirawat di RSUD Sunan Kalijaga Demak dengan

rujukan bidan atas indikasi panggul sempit, maka di rumah sakit

dilakukan operasi sectio caesarea. Saat dirawat di rumah sakit klien

sudah mengalami pecahnya ketuban (KPD) dan his yang tidak teratur dan

kuat.

2. Riwayat kesehatan lalu

Awal menstruasi umur 12 tahun dengan lama menstruasi 7-10 hari.

Setiap bulan rutin menstruasi sesuai jadwal. Selama kehamilan klien

minum obat-obatan dari bidan untuk mencegah anemia dan menguatkan

rahim. Klien mengaku tidak pernah mengalami hipertensi baik saat

kehamilan maupun sebelum kehamilan, klien juga mengaku tidak

mengalami DM pada saat kehamilan maupun sebelum kehamilan.

3. Riwayat kesehatan kluarga

Klien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang mengalami

persalinan secara sectio caesaria seperti dirinya. Klien juga mengatakan

tidak ada keluarganya yang mengalami panggul sempit seperti klien

maupun riwayat penyakit DM, hipertensi, dan Hepatitis B.

C. Pola Fungsional Gordon

Page 53: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

55

1. Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan

Klien memahami bahwa dirinya dioperasi dan harus lebih hati-hati.

Saat hamil klien selalu kontrol rutin di bidan terdekat. Selama masa

kehamilan klien mengatakan mengkonsumsi obat-obatan dari bidan

berupa obat penambah darah dan obat penguat kandungan.

2. Pola Nutrisi dan Metabolik

Saat dilakukan pengkajian klien sudah mulai makan sedikit-sedikit,

dengan makanan bubur halus.

3. Pola Eliminasi

Saat dilakukan pengkajian klien sudah bisa flatus, dan klien

menggunakan kateter dengan ukuran 14, warna urin klien yaitu kuning

jernih.

4. Pola Aktivitas dan Latihan

Pada saat dilakukan pengkajian pasien masih takut untuk ber gerak,

pasien juga mengaku masih lemas.

5. Pola Istirahat dan Tidur

Klien mengalami sulit tidur karena masih merasakan nyeri disekitar

luka jahitan.

6. Pola Persepsi Sensori dan Kognitif

Sebelum dan setelah operasi, klien tidak mengalami penurunan

kemampuan sensasi (penglihatan, pendengaran, penghidung,

pengecapan, dan perabaan). Klien tidak menggunakan alat bantu

Page 54: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

56

dengar maupun alat bantu penglihatan seperti kacamata. Saat sebelum

dan setelah operasi tidak ada masalah dengan kemampuan mengingat.

Karakteristik nyeri

P = dirasa meningkat saat bergerak

Q = nyeri terasa ditusuk-tusuk

R = nyeri terasa di abdomen

S = skala 6

T = nyeri timbul tidak teratur, lama 10-15 detik

7. Pola Hubungan dengan Orang Lain

Pada saat sebelum dan setelah menjalani operasi ini klien masih dapat

bergaul baik dengan lingkungan sekitar, klien berbicara dengan jelas

dan dapat menempatkan situasi yang ada.

8. Pola Reproduksi dan Seksual

Klien mengerti mengenai fungsi seksual maupun reproduksinya,

karena klien mengatahuinya dari orang tua dan sumber lainnya. Saat

hamil klien mengatakan ada gangguan pada hubungan seksual namun

itu tidak terlalu mengganggu.

9. Persepsi Diri dan Konsep Diri

Klien berharap bisa cepat sembuh. Perasaan klien saat ini adalah

merasa senang dan bahagia karena bertambahnya anggota baru di

dalam keluarga. Status dan posisi klien sebelum dirawat adalah sebagai

seorang istri, namun sekarang berubah menjadi seorang ibu. Klien

Page 55: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

57

menerima apa yang terjadi pada dirinya dan tidak merasa rendah diri

dengan keadaannya sekarang.

10. Pola Mekanisme Koping

Dalam mengambil keputusan di keluarga Ny. A selalu

memusyawarahkan terlebih dahulu kepada suaminya dalam

menetapkan keputusan. Jika menghadapi masalah klien berusaha

memecahkan masalah tersebut dan memusyawarahkan dengan

keluarga. Upaya dalam menghadapi masalah sekarang ini, yaitu klien

mentaati anjuran dari tim kesehatan dan bantuan dari keluarga.

Menurut klien banyak yang telah dilakukan oleh perawat dalam

membantu terpenuhinya kebutuhan yang diperlukan selama dirumah

sakit.

11. Pola Nilai Kepercayaan/Keyakinan

Menurut pasien sumber kekuatan bagi dirinya adalah Allah SWT.

Tidak ada pertentangan dengan nilai/kebudayaan yang dianut terhadap

pengobatan yang dijalani saat ini.

D. PENGKAJIAN FISIK IBU

1. Keadaan umum :Tampak lemah

2. Kesadaran :Composmentis

3. TTV

4. TD :110/70 mmHg

5. Nadi :84x/menit

Page 56: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

58

6. Suhu :37,2C

7. Respirasi :20x/menit

8. Kepala :Bentuk kepala mesochepal,tidak ada luka,warna

rambut hitam,tebal,dan bersih,tidak ada ketombe.

a. Mata :Konjungtiva tidak anemis,sklera tidak ikterik,tidak

terjadi penurunan kemampuan penglihatan

b. Hidung : Bersih,tidak ada polip,tidak ada penggunaan

oksigen

c. Telinga : Bersih,tidak ada serumen,pendengaran jelas

d. Mulut : Bersih,mukosa bibir kering,tidak sianosis

9. Leher dan tenggorok : ada nyeri menelan,tidak ada pembesaran

tiroid

10. Dada : Simetris

11. Payudara :Putting menonjol, areola menghitam, ASI keluar

hanya sedikit.

12. Paru-paru :

a. Inspeksi : Simetris,tidak menggunakan alat

bantu pernafasan

b. Palpasi :Vocal fremitus kanan dan kiri sama

c. Perkusi :Sonor seluruh lapang paru

d. Auskultasi :Vesikuler

13. Jantung

a. Inspeksi :Ictus cordis tidak tampak

Page 57: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

59

b. Palpasi :Ictus cordis teraba pada ics 5

c. Perkusi :Pekak

d. Auskultasi :Tidak ada suara gallop

14. Abdomen

a. Inspeksi :Terdapat luka jahitan post sectio

caesaria ±12cm(luka tertutup)

b. Auskultasi :bising usus (+)14x per menit

c.Palpasi :Terdapat nyeri tekan pada daerah

bawah pusat,tinggi fundus uteri

adalah 28cm

d. Perkusi :Supel

15. Ekstremitas atas : Tidak ada edema,tangan kanan terpasang

infus RL 20tetes/ menit,tidak ada

kemerahan

16. Ekstremitas bawah :Tidak ada edema

17. Genitalia :Lochea rubra (±40cc),warna merah

segar,terpasang kateter

18. Kulit :Bersih,warna kuning langsat,turgor kulit

baik

E. PENGKAJIAN FISIK BAYI

1. Keadaan umum :Baik

2. Kesadaran :Composmentis

3. Jenis kelamin :Laki-laki

Page 58: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

60

4. Berat badan :3400 gram

5. Panjang badan :43cm

6. Lingkar dada :32cm

7. Lingkar kepala :35cm

8. Lingkar perut :30cm

9. suhu :370 C

10. Kepala :bentuk molding,sutura kecil simetris,rambut

sedikit

11. Mata :Tidak juling,tidak ada perdarahan,tidak ikterik

12. Telinga :Simetris,terdapat lubang telinga

13. Hidung :Tidak ada pernafasan cuping hidung,simetris,tidak

ada polip dan sekret

14. Leher :tidak ada pembesaran tiroid

15. Dada :Pergerakan dada simetris

16. Abdomen :Tidak ada lesi,masih terdapat lanugo tipis dan

sedikit,utuh,hepar dapat diraba,ginjal dapat diraba

17. Genitalia : Laki-laki,terdapat sepasang testis,adanya lubang

penis dan anus

18. Ekstremitas :Tidak ada edema,akral dingin

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium,tanggal 27 april 2011 sebagai berikut :

Hemoglobin :12g/dL dengan nilai normal 11-16 g/dl

Leukosit :13500 dengan nilai normal 4000-11000 /mm3

Page 59: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

61

Trombosit :265000 dengan nilai normal 150000-450000 /mm

Hematokrit :30,3 dengan nilai normal 34-40 %

2. Terapi tanggal 27 april 2011

Injeksi : Ceftriaxone 1x1g

Ranitidine 1x1 ampul(jika perlu)

Oral : Sulfas Ferosus 3x1 tab

Metergine 3x1 tab

G. ANALISA DATA

DATA MASALAH ETIOLOGI

Data Subjektif :

Klien mengatakan belum berani untuk

bergerak dan masih lemas

Data Objektif :

a. Kaki dan tangan masih sulit

digerakkan.

b. Keterbatasan rentang gerak.

c. Tremor

d. Melambatnya gerakan

e. Klien lemah

Intoleransi

aktivitas

Kelemahan fisik

Data Subjektif :

Klien mengatakan nyeri pada luka

sekitar jahitan

Data Objektif :

Karakteristik nyeri :

Gangguan rasa

nyaman (nyeri)

Kontraksi uterus

dan luka jahitan

Page 60: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

62

P = dirasa meningkat saat bergerak

Q = nyeri terasa ditusuk-tusuk

R = nyeri terasa di abdomen

S = skala 6

T = nyeri timbul tidak teratur, lama 10-

15 detik

Data subjektif : --

Data Objektif :

a. Adanya luka insisi sepanjang 12 cm

- R: tidak adanya kemerahan

- E : tidak ada edema

- E : tidak ada kebiruan

- D: keluar lochea rubra ±40

cc, cairan berwarna merah

- A : jahitan berbentuk jelujur

b. Balutan bersih

c. Terpasang kateter dan infus

d. Hasil laboratorium

Hemoglobin = 12 g/dL

Leukosit = 13500

Trombosit = 265000

Hematokrit = 30,3

e. Tanda vital

Resti infeksi Prosedur invasif,

kerusakan kulit

Page 61: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

63

S = 37,20C

N = 84x/menit

Data Subjektif : --

Data Objektif :

a. Puting menghitam.

b. Payudara membengkak.

c. Bayi dirawat di ruang khusus bayi.

Resiko inefektif

laktasi

Perpisahan

dengan bayi

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kontraksi otot dan

luka jahitan.

3. Resti infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, dan kerusakan kulit.

4. Resiko inefektif laktasi berhubungan dengan perpisahan dengan bayi.

I. INTERVENSI

NODIAGNOSA

KEPERAWATAN

TUJUAN DAN

KRITERIA

HASIL

INTERVENSI RASIONAL

1 Intoleransi

aktivitas

berhubungan

dengan kelemahan

fisik.

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

3x24 jam,

hambatan

mobilitas fisik

tidak terjadi.

a. Kaji rentang

gerak.

b. Anjurkan klien

untuk istirahat.

Untuk

mengetahui

perubahan

yang terjadi

pada klien.

.

Istirahat dapat

mempercepat

Page 62: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

64

Kriteria hasil :

a. Peningkatan

rentang

pergerakan.

c. Bantu dalam

pemenuhan

aktifitas sehari-

hari sesuai

kebutuhan.

pemulihan

tenaga.

Memberikan rasa

tenang dan

aman pada

klien.

2. Gangguan rasa

nyaman (nyeri)

berhubungan

dengan kontraksi

otot dan luka

jahitan

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

2x24 jam,

gangguan rasa

nyaman teratasi.

kriteria Hasil :

a. Klien

mengatakan

nyeri

berkurang

b. Klien merasa

nyaman

a. Monitor

keadaan umum

dan tanda vital.

b. Kaji

karakteristik

nyeri.

c. Berikan posisi

yang nyaman.

d. Berikan

lingkungan

yang nyaman.

e. Ajarkan teknik

relaksasi.

f. Kolaborasi

pemberian obat

Mengetahui

perkembangan

klien.

Menandakan

ketepatan

tindakan.

Memberikan

relaksasi

tubuh.

Meminimalisir

pencetus nyeri.

Meningkatkan

kenyamanan.

3. Resti infeksi

berhubungan

dengan prosedur

invasif, kerusakan

kulit, dan ketuban

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

3x24 jam, resti

a. Monitor

keadaan umum

dan tanda vital.

b. Kaji tanda dan

gejala infeksi.

Mengetahui

perkembangan

klien.

Mempengaruhi

penyembuhan

Page 63: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

65

pecah dini (KPD) infeksi tidak

terjadi. Kriteria

hasil :

a. Pencapaian

tepat waktu

dalam

pemulihan

luka.

b. Tidak terjadi

komplikasi.

c. Bebas dari

infeksi.

c. Kolaborasi

pemeriksaan

laboratorium.

d. Kolaborasi

pemberian obat

luka.

Mendeteksi dini

terjadinya

infeksi.

4. Resiko inefektif

laktasi

berhubungan

dengan kurang

pengetahuan dan

perpisahan dengan

bayi

Setelah

dilakukan

tindakan

keperawatan

1x24 jam,

inefektif laktasi

tidak terjadi.

Kriteria hasil :

a. mengidentifi

kasi aktivitas

yang

meningkatka

n menyusui.

b. Mengetahui

cara

menyusui

yang benar.

a. Anjurkan klien

memberikan

asi esklusif.

b. Kaji isapan

bayi.

c. Jika ada lecet

pada putting.

Berikan

perawatan

payudara dan

ASI dapat

memenuhi

kebutuhan

nutrisi bagi

bayi sehingga

pertumbuhan

optimal.

Menentukan

kermampuan

untuk

memberikan

perawatan

yang tepat.

Untuk mencegah

terjadinya

penyebaran

infeksi

Page 64: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

66

anjurkan

istirahat.

d. Anjurkan klien

breast care dan

menyusui yang

efektif.

e. Berikan

informasi untuk

rawat gabung.

Mempelancar

laktasi.

Menjaga

meminimalkan

tidak

efektifnya

laktasi.

J. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO

DIAGNOSAWAKTU IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TT

1

1

2

27-4-2011

09.30

27-4-2011

11.00

28-4-2011

14.30

1. Mengkaji respon

pergerakan klien.

1. Membantu klien

untuk beraktivitas.

1. Mengkaji

karakteristik nyeri.

2. Memberikan posisi

S = klien mengatakan

lemas

O = pergerakan

masih sangat

lambat, aktivitas

dibantu keluarga

S = klien mengatakan

sudah mampu

menggerakan

anggota tubuhnya

O = klien sudah

mampu duduk

S = klien mengatakan

nyeri berkurang

O= karakteristik nyeri

Page 65: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

67

3

4

28-4-2011

14.50

27-4-2011

13.00

yang nyaman.

3. Mengajarkan teknik

relaksasi.

1. Mengkaji tanda /

gejala infeksi

1. Melakukan breast

care

P :gerakan pada

perut

Q : nyeri seperti

ditusuk-tusuk

R : nyeri terasa di

abdomen

S : sekitar skala 6

T :setelah gerakan

S = -

O = tidak terdapat

tanda kemerahan,

tidak ada edema,

tidak ada

kebiruan, keluar

lochea rubra ±40

cc, cairan

berwarna merah,

jahitan berbentuk

jelujur

S = klien mengatakan

akan menyusui

bayinya

O = puting

menghitam dan

menonjol, ASI

keluar hanya

sedikit.

Page 66: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

68

K. EVALUASI

NO

DIAGNOSAWAKTU EVALUASI TT

1

2

3

4

29-4-2011

08.00

30-4-2011

09.45

30-4-2011

11.00

29-4-2011

S = klien mengatakan belum mampu

berakvitas dan masih memerlukan

bantuan

O = klien belum mampu berdiri secara

mandiri

A = masalah belum teratasi.

P = lanjutkan intervensi

Anjurkan klien berlatih perlahan-lahan

S = klien mengatakan nyeri berkurang.

O = karakteristik nyeri

P : di sekitar perut

Q : sering

R : daerah abdomen

S : skala 4

T : sekitar 10 detik

A = masalah teratasi.

P = lanjutkan intervensi

Motivasi klien untuk manajemen nyeri,

ajarkan klien teknik relaksasi.

S = klien mengatakan merasakan nyaman.

O = perineal bersih, balutan bersih, pembalut

bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi.

A = masalah teratasi sebagian.

P = optimalkan intervensi

Motivasi klien untuk perineal hygiene.

S = klien mengatakan akan berusaha

Page 67: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

69

14.00 menyusui bayinya sendiri

O = produksi ASI meningkat, payudara

bersih.

A = masalah teratasi.

P = optimalkan intervensi

Motivasi pasien untuk memberi ASI

selama 2 tahun,anjurkan klien breast care

setiap hari setelah mandi.

Page 68: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

70

BAB IV

PEMBAHASAN

Pembahasan kasus post sectio caesaria dengan indikasi panggul sempit

pada Ny A dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi

keperawatan. Kesenjangan antara faktor kendala dan faktor pendukung selama

melakukan asuhan keperawatan sering di jumpai oleh penulis sejak pengkajian

sampai dengan evaluasi. Hal tersebut menjadi fokus utama penulis dalam

pembahasan ini.

Penulis akan membahas asuhan keperawan pada Ny A dengan post sectio

caesaria dengan indikasi panggul sempit beserta faktor pendukung dan faktor

penghambat yang ditemukan. Pembahasan akan dimulai tentang diagnosa yang

muncul pada kasus Ny A.

A. Pengkajian

Dalam pengkajian penulis tidak mengalami kesulitan dalam berinteraksi

dengan pasien dan keluarga karena pasien dan keluarga komunikatif dan

kooperatif. Penulis mendapatkan hasil data pengkajian pasien dari keluarga dan

pasien sendiri dengan cara wawancara, pengkajian fisik pada pasien. Penulis tidak

menguraikan pengkajian bayi secara lengkap karena bayi ada diruang bayi dan

yang perlu penulis kaji lebih lengkap adalah ibu.

Page 69: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

71

B. Diagnosa Keperawatan

Setelah dilakukan analisis data, masalah atau diagnosa keperawatan

yang muncul 4 diagnosa dan semua sesuai dengan teori.

Diagnosa yang muncul pada kasus dan ada pada bab I antara lain :

1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik

Intoleransi aktivitas merupakan suatu keterbatasan dalam

kemandirian pergerakan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu

ekstremitas atau lebih (Judith, 2007). Diagnosa hambatan mobilitas

fisik pada Ny. A ditegakkan, karena terdapat data-data : klien

kesulitan bergerak, klien lemah, keterbatasan rentang gerak, tremor,

dan melambatnya gerakan.

Intoleransi aktivitas diangkat sebagai prioritas diagnosa pertama

pada Ny. A, karena mobilisasi fisik merupakan keluhan utama pasien

dan merupakan masalah aktual yang memerlukan intervensi paling

cepat. Disamping itu penatalaksaan dengan klien merupakan hari

pertama post operasi. Sehingga diperlukan untuk mencegah

kekakuan pergerakan tubuh.

Dalam mengatasi gangguan mobilisasi fisik dilakukan tindakan,

antara lain : mengkaji respon klien terhadap aktivitas dan mencatat

tipe anestesi yang diberikan pada saat intra partus pada waktu klien

sadar untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada klien,

Page 70: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

72

menganjurkan klien untuk istirahat agar memulihkan tenaga,

membantu dalam pemenuhan aktifitas sehari-hari sesuai kebutuhan,

serta meningkatkan aktifitas secara bertahap agar mampu

memberikan rasa tenang dan aman.

Untuk mengalami masalah gangguan mobilisasi telah dilakukan

tindakan selama 2 hari, dan hasilnya terjadi peningkatan pergerakan

secara perlahan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa diagnosa

keperawatan telah dapat diatasi dengan intervensi yang dilakukan.

2. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan efek pembedahan .

Nyeri yaitu keadaan dimana individu mengalami dan

melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau sensasi

yang tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang

aktual atau potensial pada abdomen (Judith, 2007). Pada diagnosa ini

diakibatkan oleh adanya inkontinuitas jaringan. Diagnosa nyeri dapat

ditegakkan apabila terdapat data-data individu melaporkan

ketidaknyamanan, adanya respon autonomik pada nyeri, raut wajah

kesakitan, merintih (Carpenito, 2000). Diagnosa nyeri pada Ny. A

ditegakkan, karena terdapat data-data : pasien mengatakan nyeri

pada luka operasi, skala nyeri 6, maka dari data tersebut dapat

diangkat diagnosa nyeri.

Nyeri diangkat sebagai prioritas diagnosa kedua pada Ny. A,

karena nyeri merupakan keluhan utama pasien dan merupakan

Page 71: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

73

masalah aktual yang memerlukan intervensi paling cepat. Disamping

itu menurut hirarki Kalish penghindaran nyeri merupakan kebutuhan

bertahan hidup yang berada pada tingkat dasar (Doenges,1995).

Dalam mengatasi nyeri dilakukan intervensi antara lain,

mengkaji skala nyeri pasien, akan membantu dalam menentukan

intervensi yang tepat, monitor nadi, respirasi yang berhubungan

dengan keluhan atau penghilangan nyeri. Mengamati keadaan pasien

saat nyeri muncul, menginformasikan pada pasien tentang penyebab

nyeri. Melatih relaksasi diharapkan dapat menurunkan rasa nyeri dan

menurunkan ketegangan otot dan melepaskan perasaan kontrol yang

mungkin dapat meningkatkan kemampuan koping terhadap nyeri

(Doenges, 2000). Penulis menggunakan kriteria waktu 4 x 24 jam.

Karena nyeri yang dirasakan disebabkan efek pembedahan yang

sudah merupakan hari keempat dan frekuensi nyeri hilang timbul,

seseorang sering mengalami ambang nyeri yang rendah karena

faktor psikis dan ketidaktahuan (Depkes RI, 1999).

Untuk mengalami masalah nyeri telah dilakukan tindakan

selama 2 hari, dan hasilnya terjadi penuruan skala 6 menjadi 4,

pasien telah mampu mengurangi nyeri dengan teknik relaksasi.

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa keperawatan nyeri telah

dapat diatasi dengan intervensi yang dilakukan.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan efek pembedahan

Page 72: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

74

Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari reservoir ke

penjamu (host). Luka merupakan salah satu pintu masuknya kuman

kedalam tubuh. Begitu pula dengan adanya benda yang terpasang di

dalam tubuh merupakan pintu masuk kuman. Dengan adanya

luka/terbukanya jaringan maka tubuh tidak mempunyai perisai untuk

mencegah masuknya kuman/bakteri ke dalam tubuh sehingga kuman

yang masuk akan beredar dalam pembuluh darah dan akhirnya dapat

menimbulkan reaksi peradangan yang merupakan tanda awal dari

infeksi (Perry, Potter, 2005). Masalah infeksi dapat diangkat bila

terdapat data-data sebagai berikut : timbul dolor, rubor, kalor, tumur

dan fungsiolaesa, terdapat demam, suhu tubuh per axila lebih dari

370C, leukosit lebih dari 11.000 ul, terdapat pus, luka basah.

Data yang diperoleh dari pasien meliputi : luka insisi pada

abdomen, panjang luka 12 cm, leukosit : 13.500 ul, hanya data

tersebut belum dapat diangkat sebagai diagnosa infeksi karena tidak

ditemukan tanda-tanda infeksi lain seperti, adanya pus, suhu per

axila pasien 370C, luka bersih, selain itu data leukosit dalam batas

normal.

Resiko terhadap infeksi menggambarkan situasi bila pertahanan

pejamu lemah, dan membuat pejamu lebih mudah terserang oleh

patogen-patogen yang ada dilingkungan (Perry, 2000).

Page 73: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

75

Diagnosa resiko tinggi infeksi diangkat menjadi prioritas ketiga

dalam kasus ini karena masalah bukan merupakan masalah aktual

yang memerlukan penanganan dengan segera, meskipun demikian

penanganan yang tepat sangat diperlukan untuk mencegah masalah

menjadi aktual, sehingga diagnosa resiko infeksi tidak menjadi

masalah utama.

Untuk mencegah terjadinya infeksi telah dilakukan beberapa

intervensi diantaranya : mengamati luka dan tanda-tanda infeksi,

agar dapat segera mendeteksi bila terjadi infeksi, sehingga akan

membantu dalam menentukan intervensi yang tepat dan

mengevaluasi keefektifan antibiotik, merawat luka, mengangkat

jahitan dengan septik dan aseptik betujuan untuk mencegah infeksi

dan agar luka mengalami penyembuhan dengan baik, menganjurkan

pasien selalu menjaga kebersihan dengan tujuan meminimalkan

masuknya kuman, memberikan antibiotik sesuai program terapi

untuk mengontrol mencegah infeksi (Doenges, 2000).

Dari intervensi yang telah dilakukan diperoleh hasil, yaitu pada

hari keempat pengelolaan, didapat luka jahitan bersih, jahitan

menutup tidak ada pus, tidak ada tanda-tanda peradangan pada luka,

dan kateter dilepas. Kriteria hasil yang ditetapkan, maka dapat

ditarik kesimpulan masalah teratasi sebagian, karena masih

memerlukan perawatan luka jahitan.

Page 74: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

76

4. Resiko inefektif laktasi berhubungan dengan perpisahan dengan

bayi.

Tidak efektif menyusui merupakan keadaan dimana ibu, bayi

atau anak mengalami atau beresiko mengalami ketidakpuasan atau

kesukaran dengan proses menyusui (Carpenito, 1998). Data yang

diperlukan untuk mendukung diagnosa tidak efektif menyusui adalah

asi belum keluar, bayi tidak menghisap terus menerus, masuknya

mulut bayi tidak adekuat, bayi menangis saat disusui dan menolak

hisapan (Carpenito, 1998).

Pada Ny. A diperoleh data : pada saat dikaji pasien mengatakan

ASI belum lancar dan hanya keluar sedikit,dan belum disusukan

kebayinya, payudara membengkak, dan bayi dirawat di ruang lain

(tidak roming in). Pasien juga mengatakan belum pernah melakukan

perawatan payudara karena tidak tahu caranya.

Pada hari 2-3 post partum payudara akan membengkak, keras,

lembut dan hangat bila disentuh, terjadi karena akumulasi air susu

(Bobak, 2000). Pengkajian dilakukan pada hari pertama post sectio

caesarea dan didapatkan data asi keluar sedikit. Maka perlu

dilakukan perawatan payudara untuk menstimulasikan duktus-duktus

pada mamae.

Diagnosa ketidakefektifan menyusui menjadi prioritas terakhir

dari diagnosa yang diangkat penulis, meskipun merupakan masalah

Page 75: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

77

aktual namun tidak memerlukan penanganan yang segera dan tidak

mengancam jiwa.

Untuk mengatasi ketidakefektifan menyusui pada pasien dikaji

terlebih dahulu keefektifan menyusui pasien untuk merumuskan

intervensi lebih lanjut, juga dikaji pengetahuan pasien mengenai

perawatan payudara yang dapat merupakan salah satu penyebab

menyusui menjadi tidak efektif. Mendemonstrasikan perawatan

payudara dan mengevaluasi pengetahuan dan ketrampilan pasien

dalam perawatan payudara, agar selanjutnya pasien dapat melakukan

sendiri tanpa bantuan (Doenges, 2001).

Setelah dilakukan perawatan payudara selama 30 menit, pasien

dapat melakukan perawatan payudara secara mandiri dan asi keluar,

jadi dapat ditarik kesimpulan masalah teratasi.

Beberapa diagnosa yang muncul pada bab II atau pada tinjauan

teori namun tidak muncul pada kasus diantaranya

1. Resiko syok hipovolemik berhubungan dengan pendarahan

Diagnosa perawatan ini tidak muncul karena tidak ada

data yang mendukung. Kontraksi uterus baik, pendarahan

per vagina sedang 50 cc. Tekanan darah 110/70 mmHg,

RR= 24 x/menit, nadi = 84 x/menit, akral hangat, sehingga

diagnosa diatas tidak muncul.

Page 76: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

78

2. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan

umum.

Diagnosa ini tidak muncul karena tidak ada keluhan

dari klien dan tidak didapat data yang mendukung.

3. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek

anestesi.

Diagnosa ini tidak muncul karena pasien post operasi

hari pertama dan tidak didapat data yang mendukung. T =

110/70 mmHg, RR = 24 x/menit, nadi = 84 x/menit.

C. Evaluasi

Dari empat diagnosa yang penulis angkat, tiga diagnosa dari masalah

keperawatan dapat teratasi sesuai dengan waktu dan kriteria hasil yang

telah ditetapkan, yaitu : intoleransi aktivitas, nyeri, dan inefektif laktasi.

Sedangkan diagnosa keperawatan resiko tinggi infeksi, masalah teratasi

sebagian karena jahitan pada luka operasi belum diangkat sehingga

masih melanjutkan intervensi angkat jahitan dan ganti balut. Dan

diagnosa resiko tinggi infeksi penulis mencantumkan waktu 4x24 jam

dalam rencana tindakan karena jahitan baru diangkat semua pada hari ke-

5, namun penulis hanya melakukan pengelolaan selama 3 hari,

disimpulkan infeksi tidak terjadi selama pengelolaan.

Page 77: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

79

BAB V

PENUTUP

Setelah penulis melakukan Asuhan Keperawatan langsung pada Ny. A

dengan post sectio caesarea indikasi panggul sempit di Ruang Melati Rumah

Sakit Umum Daerah Kalijaga Demak dari tanggal 27 – 30 April 2011, maka

sebagai langkah terakhir dalam penyusunan Karya Tulis ini dapat diambil

beberapa kesimpulan dan memberikan saran yang dapat dipergunakan sebagai

bahan pertimbangan bagi pemberian Asuhan Keperawatan pada pasien khususnya

pasien post operasi sectio caesarea.

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama empat hari dapat

disimpukan :

1. Pengkajian yang dilakukan sejak tanggal 27 April 2011 didapatkan data

subjektif sebagai berikut : Klien mengatakan belum berani bergerak dan

masih lemas, mengatakan nyeri pada lukanya, dan mengatakan ASI hanya

keluar sedikit. Sedangkan data objektif, antara lain : kesulitan bergerak,

lemah, keterbatasan rentang gerak, tremor, melambatnya gerakan, nyeri

bila gerakan pada daerah perut di daerah sekitar jahitan dengan skala 6

dengan waktunya sekitar 15 menit setelah gerakan, adanya luka insisi

sepanjang 12 cm, balutan bersih, terpasang kateter dan infus, Hemoglobin

= 12 g/dL, Leukosit = 13500 ul, Trombosit = 265000 ul, Hematokrit =

Page 78: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

80

30,3, Suhu 37,20C, Nadi 84x/menit, puting menghitam, dan payudara

membengkak.

2. Diagnosa keperawatan, yaitu : intoleransi aktivitas berhubungan dengan

kelemahan fisik dan nyeri; gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan

dengan kontraksi uterus dan luka jahitan; resti infeksi berhubungan dengan

prosedur invasif, dan kerusakan kulit; serta inefektif laktasi berhubungan

dengan kurang pengetahuan dan perpisahan dengan bayi.

3. Rencana keperawatan, antara lain : kaji rentang pergerakan, bantu dalam

pemenuhan aktifitas sehari-hari sesuai kebutuhan, ajarkan latihan ROM

aktif/pasif, kaji karakteristik nyeri, berikan posisi yang nyaman, ajarkan

teknik relaksasi, kaji tanda dan gejala infeksi, berikan perawatan perineal,

kolaborasi pemeriksaan laboratorium, kolaborasi pemberian obat, kaji

isapan bayi, jika ada lecet pada putting, anjurkan klien breast care dan

menyusui yang efektif, dan berikan informasi untuk rawat gabung.

4. Implementasi yang sudah dilakukan, antara lain : mengkaji respon

pergerakan klien, mengajarkan klien ROM aktif, membantu klien untuk

beraktivitas, mengkaji karakteristik nyeri, memberikan posisi yang

nyaman, mengajarkan teknik relaksasi, mengkaji tanda / gejala infeksi,

melakukan perawatan perineum, dan melakukan breast care.

5. Dari tindakan yang dilakukan didapatkan evaluasi, yaitu : klien

mengatakan sudah mampu berakvitas namun masih memerlukan bantuan,

klien sudah mampu berdiri secara perlahan dan berjalan pelan-pelan, klien

Page 79: sectio caesarea, bedah caesar, operasi persalinan

81

mengatakan nyeri berkurang di sekitar perut, skala 4, klien mengatakan

merasakan nyaman, perineal bersih, balutan bersih, pembalut bersih, tidak

ada tanda-tanda infeksi, klien mengatakan akan berusaha menyusui

bayinya sendiri, payudara membengkak, produksi ASI meningkat, dan

payudara bersih.

B. Saran

1. Perawat

Hubungan antara perawat dan tim kesehatan lain, serta kerjasama perawat

dengan keluarga sangat diperlukan untuk membantu perkembangan

kondisi pasien ke arah lebih baik..

2. Mahasiswa

Sebelum ke lahan praktek hendaknya lebih memahami konsep kasus yang

terjadi di lapangan sehingga dapat lebih siap dalam menghadapi kasus dan

mengelola pasien berdasarkan konsep keperawatan.

3. Rumah Sakit

Rumah sakit sebaiknya memberikan atau menyediakan fasilitas alat-alat

pelaksanaan tindakan keperawatan yang lebih baik dan lebih lengkap.

Selain itu juga Rumah Sakit bisa memberikan pelayanan yang lebih baik.