Upload
trinhkhanh
View
257
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
IDENTIFIKASI PERSALINAN DENGAN SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM DEWI SARTIKA
TAHUN 2017
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan pada Program Studi Diploma III Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Kendari
Disusun Oleh :
RASNA RAIS P00324015068
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI DIII
TAHUN 2018
2
3
4
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Penulis
1. Nama : Rasna Rais
2. Tempat Tangal Lahir : Padalere, 16 Juni 1997
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Bangsa : Tolaki / Indonesia
6. Alamat : Desa Wawontoaho Kec. Wiwirano
Kabupaten Konawe Utara
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 2 Padalere, Tamat Tahun 2009
2. SMP Negeri 5 Asera, Tahun Tamat 2012
3. SMA Negeri 1 Wiwirano, Tamat Tahun 2015
4. Terdaftar sebagai Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan
Tahun 2015 sampai sekarang.
iv
5
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
dengan judul “Identifikasi Persalinan dengan Sectio Caesarea di Rumah Sakit
Umum Dewi Sartika Tahun 2017”.
Penulis menyadari bahwa semua ini dapat terlaksana karena dorongan
dan bimbingan dari berbagai pihak, secara langsung maupun tidak langsung
dalam memberikan bimbingan dan petunjuk sejak dari pelaksanaan kegiatan
awal sampai pada penyelesaian karya tulis ilmiah ini. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hj. Nurnasari P, SKM., M.Kes., selaku
Pembimbing I dan Ibu Hj. Syahrianti, S.Si.T., M.Kes., selaku Pembimbing II
yang telah meluangkan waktu dan pikiran dengan penuh kesabaran dan
tanggung jawab guna memberikan bimbingan dan petunjuk kepada penulis
dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada
yang terhormat:
1. Ibu Askrening, SKM., M.Kes., selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Kendari.
2. Bapak dr. H. Muh. Rinvil Amiruddin, M.Kes., selaku Direktur Rumah Sakit
Umum Dewi Sartika Kota Kendari dan staf yang telah membantu dalam
memberikan informasi selama pengambilan data awal penelitian ini
berlangsung.
3. Ibu Sultina Sarita, SKM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemenkes Kendari.
v
6
4. Ibu Sultina Sarita, SKM., M.Kes., selaku Penguji I, Ibu Hendra Yulita,
SKM., MPH., selaku Penguji II, dan Ibu Fitriyanti, SST., M.Keb., selaku
Penguji III.
5. Seluruh Dosen dan staf pengajar Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan yang telah banyak membantu dan memberikan ilmu
pengetahuan maupun motivasi selama mengikuti pendidikan di Poltekkes
Kemenkes Kendari.
6. Teristimewa kepada ayahanda Murais dan Ibunda Jamila tercinta yang
telah mengasuh, membesarkan dengan cinta dan penuh kasih sayang,
serta memberikan dorongan moril, material dan spiritual, terima kasih atas
pengertiannya selama ini.
7. Sahabatku: Samniati, Nurmilasari, Sumarni dan Jahratis, terima kasih atas
dukungan dan kebersamaannya selama ini.
8. Seluruh rekan-rekan mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan
Kebidanan angkatan 2015.
Tiada yang dapat penulis berikan kecuali memohon kepada Allah
SWT, semoga segala bantuan dan andil yang telah diberikan oleh semua
pihak selama ini mendapat berkah dari Allah SWT. Akhir kata penulis
mengharapkan semoga karya tulis ilmiah ini dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan serta dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Kendari, Juli 2018
Penulis
vi
7
ABSTRAK
Identifikasi Persalinan dengan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun 2017
Rasna Rais 1, Hj. Nurnasari P 2, Hj. Syahrianti 3
Latar Belakang: Sectio caesarea merupakan tindakan yang beresiko, dampak yang ditimbulkan antara lain, berupa pendarahan, infeksi, anesthesia, emboli paru-paru, kegagalan ginjal akibat hipotensi yang lama. Pasien yang menjalani persalinan dengan metode sectio caesarea biasanya merasakan berbagai ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan seperti, rasa nyeri dari insisi abdominal dan efek samping dari anestesi. Tujuan Penelitian: untuk mengidentifikasi persalinan dengan sectio caesarea di
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun 2017. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Kota Kendari. Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang melakukan persalinan dengan sectio caesarea di RSU Dewi
Sartika tahun 2017 sebanyak 312 kasus, dengan jumlah sampel sebanyak 76 responden. Variabel independen yakni umur, paritas dan indikasi, sedangkan variabel dependen yakni persalinan sectio caesarea. Hasil Penelitian: Menunjukkan bahwa persalinan sectio caesarea terbanyak
ditemukan pada ibu dengan kelompok umur 20-35 tahun yakni sebanyak 46 orang (60,5%). Persalinan sectio caesarea terbanyak ditemukan pada ibu dengan paritas I yakni sebanyak 41 orang (53,9%). Persalinan sectio caesarea terbanyak ditemukan pada ibu dengan indikasi waktu yakni sebanyak 36 orang (47,4%).
Kata Kunci : Sectio caesarea Daftar Pustaka : 33 (2007-2017) 1. Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan 2. Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan 3. Dosen Pembimbing Poltekkes Kemenkes Kendari Jurusan Kebidanan
vii
8
ABSTRACT
Identification of Childbirth with Sectio Caesarea at Dewi Sartika General Hospital in 2017
Rasna Rais 1, Hj. Nurnasari P 2, Hj. Syahrianti 3
Background: Sectio caesarea is a risky action, the impact caused, among others, in the form of bleeding, infection, anesthesia, pulmonary embolism, kidney failure due to prolonged hypotension. Patients who underwent childbirth with caesarean section usually feel various discomforts. Discomfort such as, pain from the abdominal incision and side effects of anesthesia. Research Objectives: to identify labor with sectio caesarea at Dewi Sartika General Hospital in 2017. Research Method: This type of research is descriptive. This research was conducted in the Nifas Room of Dewi Sartika General Hospital, Kendari City. The population of this study were all mothers who delivered labor with caesarean section in Dewi Sartika General Hospital in 2017 as many as 312 cases, with a total sample of 76 respondents. Independent variables are age, parity and indication, while the dependent variable is delivery of sectio caesarea. Results: The highest percentage of cesarean delivery was found in mothers with the age group of 20-35 years, as many as 46 people (60.5%). The highest percentage of caesarean delivery was found in mothers with parity I, namely 41 people (53.9%). The highest percentage of caesarean delivery was found in mothers with indications of time as many as 36 people (47.4%). Keyword : Sectio Caesarea Reference : 33 (2007-2017) 1. Students of the Kendari Health Ministry Polytechnic Department of Midwifery 2. Supervision of the Kendari Health Ministry Polytechnic Department of Midwifery 3. Supervision of the Kendari Health Ministry Polytechnic Department of Midwifery
viii
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. iv
KATA PENGANTAR .............................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................. vii
ABSTRACT ........................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 5
C. Tujuan Penelitian .............................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................ 6
E. Keaslian Penelitian ........................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka ............................................................... 8
1. Tinjauan Umum Tentang Persalinan .......................... 8
2. Tinjauan Umum Tentang Sectio Caesarea ................. 13
3. Faktor yang diteliti Berhubungan dengan Sectio
Caesarea ................................................................... 21
B. Landasan Teori ............................................................... 29
C. Kerangka Konsep ........................................................... 31
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................ 32
B. Tempat Penelitian ........................................................... 32
ix
10
C. Waktu Penelitian ............................................................. 32
D. Populasi dan Sampel Penelitian ....................................... 32
E. Variabel Penelitian .......................................................... 33
F. Definisi Operasional ........................................................ 33
G. Sumber Data ................................................................... 34
H. Pengolahan Data ............................................................. 35
I. Penyajian Data ................................................................ 35
J. Analisis Data ................................................................... 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ................................................................ 37
B. Pembahasan ................................................................... 44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................... 51
B. Saran ............................................................................... 51
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
11
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Distribusi Jumlah SDM di RSU Dewi Sartika Kota Kendari ................. 42
2. Distribusi Umur Ibu yang Melakukan Persalinan Sectio Caesarea
di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017 .................................. 43
3. Distribusi Paritas Ibu yang Melakukan Persalinan Sectio Caesarea
di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017 .................................. 43
4. Distribusi Indikasi Ibu yang Melakukan Persalinan Sectio Caesarea di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017 .................................. 44
xi
12
DAFTAR LAMPIRAN
1. Master Tabel Hasil Penelitian
2. Surat Ijin Penelitian
3. Surat Telah Selesai Melakukan Penelitian
xii
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan Ibu dan Anak menjadi target dalam tujuan Sustainable
Development Goals (SDGs), tepatnya pada target ke-3 kesehatan dan
kesejahteraan. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) menjadi sangat
penting karena merupakan unsur penting pembangunan, hal ini
mengandung pengertian bahwa dari seorang Ibu akan dilahirkan calon-
calon penerus bangsa yaitu anak yang dapat memberikan manfaat bagi
bangsa, maka harus diupayakan kondisi ibu dan anak yang sehat
(Prasetyawati, 2012).
Pertolongan operasi persalinan dengan sectio caesarea
mempunyai sejarah yang panjang. Bahaya infeksi merupakan ancaman
serius sehingga banyak terjadi kematian. Perkembangan teknologi sectio
caesarea demikian majunya sehingga bahayanya makin dapat ditekan.
Oleh karenanya pertolongan persalinan dengan sectio caesarea makin
banyak dilakukan dengan pertimbangan "well born baby and well health
mother". Pertolongan persalinan melalui vagina yang berat lebih baik
dengan sectio caesarea yang lebih aman bagi keduanya (Oxorn, 2010).
Sectio caesarea atau bedah cesar harus dipahami sebagai
alternatif persalinan ketika jalan normal tidak bisa lagi. Meski 90%
persalinan termasuk kategori normal atau alami, sebagian diantaranya
mengalami masalah sehingga perlu dilakukan tindakan bantuan. Prioritas
1
2
keselamatan ibu dan bayi. Untuk itu bila diperlukan adakalanya
dilakukan bantuan untuk mempercepat proses persalinan semacam
penyedotan janin atau penarikan janin, lebih dari itu, bila diperlukan akan
diambil tindakan mengeluarkan bayi secara langsung dengan membuka
bagian perut ibu. Inilah yang disebut sebagai bedah Caesar (Indriati,
2012).
Penyebab persalinan dengan bedah caesar ini bisa karena
masalah di pihak ibu maupun bayi. Terdapat dua keputusan bedah
caesar. Pertama, keputusan bedah caesar yang sudah didiagnosa
sebelumnya. Penyebabnya antara lain, ketidak-seimbangan ukuran kepala
bayi dan panggul ibu (panggul sempit, anak besar, letak dahi, letak muka
dsb), keracunan kehamilan yang parah, preeklampsia berat atau
eklampsia, kelainan letak bayi (sungsang, lintang), sebagian kasus mulut
rahim tertutup plasenta (plasenta previa), bayi kembar, kehamilan pada
ibu berusia lanjut, sejarah bedah Caesar pada kehamilan sebelumnya, ibu
menderita penyakit tertentu, infeksi saluran persalinan dan sebagainya.
Yang kedua adalah keputusan yang diambil tiba-tiba karena tuntutan
kondisi darurat. Meski sejak awal tidak ada masalah apapun dan
diprediksi persalinan bisa dilakukan dengan normal, ada kalanya karena
satu dan lain hal timbul selama proses persalinan. Contoh penyebab
kasus ini antara lain plasenta keluar dini, persalinan berkepanjangan, bayi
belum lahir lebih dari 24 jam sejak ketuban pecah, kontraksi terlalu
lemah dan sebagainya (Indriati, 2012).
3
World Health Organization (WHO), standar rata-rata sectio
caesarea di sebuah negara adalah 5-15% per 1000 kelahiran di dunia,
rumah sakit pemerintah rata-rata 11%, sementara di rumah sakit swasta
bisa lebih dari 30%. Jumlah tindakan sectio caesarea di Inggris sekitar
29,1% per 1000 kelahiran pada tahun 2008. Pada tahun 2006-2007,
angka kejadian sectio caesarea di Kanada adalah 22,5% per 1000
kelahiran. Permintaan sectio caesarea di sejumlah negara berkembang
melonjak pesat setiap tahunnya (Dewi, 2008).
Berbagai survei menemukan bahwa presentasi persalinan sectio
caesarea pada rumah sakit-rumah sakit di kota besar seperti Jakarta dan
Bali berada jauh di atas angka tersebut. Secara umum, jumlah persalinan
sectio caesarea di rumah sakit pemerintah adalah sekitar 30-35% dari total
persalinan sedangkan di rumah sakit swasta jumlahnya sangat tinggi yaitu
sekitar 30-80% dari total persalinan (Rasjidi, 2009).
Tingkat pesalinan sampel dari 20.591 ibu yang melahirkan dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir yang di survey dari 33 provinsi. Gambaran
adanya faktor resiko ibu saat melahirkan atau di operasi caesarea
adalah 13,4% karena ketuban pecah dini, 5,49% karena Preeklampsia,
5,14% karena Perdarahan, 4,40% Kelainan letak Janin, 4,25% karena
jalan lahir tertutup, 2,3% karena rahim sobek (Kemenkes RI, 2012).
Sekalipun terdapat kesan tindakan operasi persalinan makin liberal
tetapi bukan tanpa alasan medis atau indikasi yang tepat. Indikasi pada Ibu,
indikasi profilaksis seperti ibu dengan penyakit jantung, paru, ginjal, tekanan
darah tinggi, atau pre-eklampsi/eklampsi. Indikasi vital seperti, rupture uteri,
4
kehamilan dengan perdarahan, panggul sempit, kelainan letak janin,
persalinan lama. Indikasi pada janin seperti gawat janin, kematian janin
dalam kandungan, tali pusat menumbung, walaupun jarang tetapi fatal
adalah komplikasi emboli air ketuban yang dapat terjadi selama tindakan
operasi (Manuaba, 2010).
Sectio caesarea merupakan tindakan yang beresiko, dampak yang
ditimbulkan antara lain, berupa pendarahan, infeksi, anesthesia, emboli
paru-paru, kegagalan ginjal akibat hipotensi yang lama. Pasien yang
menjalani persalinan dengan metode sectio caesarea biasanya
merasakan berbagai ketidaknyamanan. Ketidaknyamanan seperti, rasa
nyeri dari insisi abdominal dan efek samping dari anestesi. Proses
persalinan yang dialami oleh ibu dengan sectio caesarea juga akan
berpengaruh pada respon fisiologis setelah melahirkan (Reeder, 2011).
Sebuah penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan antara
umur ibu, paritas dan komplikasi obstetrik terhadap tindakan sectio
caesarea. Sedangkan faktor resiko terbesar tindakan sectio caesarea
adalah usia ibu yang terlalu muda atau terlalu tua. Selain itu, terdapat
hubungan antara riwayat sectio caesarea terhadap tindakan sectio caesarea
berikutnya (Liu, 2008).
Studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika, persalinan
dengan sectio caesarea yaitu pada tahun 2015 terdapat 318 (35,1%) dari
907 persalinan, tahun 2016 yaitu 496 (34,8%) dari 1.427 persalinan dan
pada tahun 2017 yaitu 312 (25,8%) dari 1.209 persalinan (Rekam Medik
RSU Dewi Sartika, 2017).
5
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti telah melakukan
penelitian dengan judul “Identifikasi Persalinan dengan Sectio Caesarea di
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun 2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah identifikasi persalinan dengan
sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun 2017?”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengidentifikasi persalinan dengan sectio caesarea di Rumah
Sakit Umum Dewi Sartika Tahun 2017.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi persalinan dengan sectio caesarea
berdasarkan umur di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun
2017.
b. Untuk mengidentifikasi persalinan dengan sectio caesarea
berdasarkan paritas di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun
2017.
c. Untuk mengidentifikasi persalinan dengan sectio caesarea
berdasarkan indikasi di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun
2017.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai tambahan informasi
yang nantinya dapat dijadikan pertimbangan dan pengembangan
promosi kesehatan ibu dalam pembuatan kebijakan serta upaya
peningkatan kesehatan ibu bersalin.
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan
informasi pengetahuan khususnya mengenai sectio caesarea pada
masyarakat.
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan sarana untuk melatih diri dan berfikir
secara ilmiah khususnya masalah mengenai sectio caesarea pada ibu
bersalin.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang sudah dilakukan oleh
peneliti, hasil penelitian yang mirip dengan penelitian yang akan dilakukan
adalah: Salawati, L (2011). Profil Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum
Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2011. Penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif. sampel pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil
yang melahirkan di RSUD ZA Banda Aceh periode Februari 2011 sampai
dengan Maret 2011. Hasil pada penelitian ini adalah Ibu hamil yang
melahirkan secara sectio caesarea di RSUD Zainoel Abidin Banda Aceh
sebesar 13,90%, 41,30% oleh karena riwayat sectio caesarea sebelumnya,
7
distosia sebesar 6,52%, plasenta previa sebesar 4,35%, KPD sebesar
30,43% dan PEB sebesar 23,91%.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah Identifikasi Persalinan
dengan Sectio Caesare di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun 2017.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mengalami
persalinan dengan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
tahun 2017 sejumlah 312 orang. Variabel penelitian ini adalah umur,
paritas, dan indikasi.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Tinjauan Umum Tentang Persalinan
a. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
tetuban keluar dari uterus ibu (JNPK-KR, 2009). Persalinan dan
kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi
pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa
komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Wiknjosastro, 2010).
Persalinan adalah proses pembukaan dan penipisan serviks
dan janin turun ke dalam jalan lahir. Sedangkan kelahiran adalah
proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir
(Wiknjosastro, 2010).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks
dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi, baik ibu maupun
janin (Asri dan Cristine, 2010).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan
melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau
8
9
tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010). Sedangkan
menurut Varney (2009), persalinan adalah rangkaian proses yang
berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini
dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh
perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran
plasenta.
Menurut Norma dkk, (2013), berdasarkan proses
berlangsungnya persalinan dibedakan sebagai berikut yaitu (1)
Persalinan spontan adalah bila persalinan berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut; (2) persalinan
buatan adalah bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar
misalnya ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi sectio caesarea;
(3) persalinan anjuran yaitu persalinan yang tidak dimulai dengan
sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemberian pitocin atau prostaglandin.
b. Tahapan Persalinan
Menurut Rukiyah (2010), terdapat empat tahap persalinan,
yaitu sebagai berikut:
1) Kala I
Pada kala I, proses persalinan ditandai dengan adanya
kontraksi yang teratur, adekuat dan menyebakan perubahan
pada serviks hingga mencapai pembukaan lengkap. Fase kala I
terdiri dari:
10
a) Fase Laten
Dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan
mendekati 4 cm, kontraksi mulai teratur tetapi lamanya
masih diantara 20-30 detik, tidak terlalu mules.
b) Fase Aktif
Tanda-tanda kontraksi di atas 3 kali dalam 10 menit,
lamanya 40 detik atau lebih dan mules, pembukaan 4 cm
hingga lengkap, penurunan bagian bawah janij, waktu
pembukaan serviks sampai pembukaan lengkap 10 cm.
Pembukaan berlangsung selama 8 jam dan terjadi sangat
lambat sampai mencapai pembukaan 3 cm.
2) Kala II atau Kala Pengeluaran Janin
Gejala dan tanda kala II, telah terjadi pembukaan lengkap,
tampak bagian kepala janin melalui bukaan introitus vagina, ada
rasa ingin meneran saat kontraksi, ada dorongan pada rektum
atau vagina, perineum terlihat menonjol, vulva dan springter ani
membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah. Dimulai
dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi.
Pada kala pengeluaran janin telah turun masuk ruang panggul
sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang
secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan, karena
tekanan pada rectum ibu merasa seperti mau buang air besar
dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin
11
mulai kelihatan, vulva membuka, perineum membuka, perineum
meregang. Dengan adanya his ibu dipimpin untuk mengedan,
maka lahir kepala diikuti oleh seluruh badan janin.
3) Kala III
Batasan kala III, masa setelah lahirnya bayi dan
berlangsungnya proses pengeluaran plasenta. Tanda-tanda
lepasnya plasenta yakni terjadi perubahan bentuk uterus dan
tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang atau terjulur keluar
melalui vagina/vulva, adanya semburan darah secara tiba-tiba,
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir, uterus
teraba keras dengan fundus uteri agak di atas pusat beberapa
menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan
plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dari 6-15
menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan
tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai
dengan pengeluaran darah.
4) Kala IV
Satu jam segera setelah kelahiran membutuhkan
observasi yang cermat pada pasien. Tekanan darah, kecepatan
denyut nadi, dan kehilangan darah pada rahim harus dipantau
dengan cermat. Selama waktu inilah biasanya terjadi
perdarahan masa nifas, biasanya karena relaksasi rahim,
bertahannya fragmen plasenta atau laserasi yang tidak
terdiagnosis.
12
c. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Asri dan Cristine (2010), ada lima faktor yang
mempengaruhi persalinan yang biasa disingkat dengan 5P yaitu:
1) Power (Tenaga atau Kekuatan), meliputi kekuatan his atau
kontraksi uterus dan otot–otot abdomen serta tenaga mengejan
ibu. Bila terdapat kelainan pada salah satu dari kekuatan
tersebut maka persalinan akan mengalami kemacetan (partus
lama).
2) Passage (Jalan Lahir), meliputi jalan lahir keras (rangka
panggul dan ukuran–ukurannya) serta jalan lahir lunak (otot–
otot dasar panggul). Bila terjadi kesempitan ukuran panggul
maupun kelainan bentuk panggul, maka bayi tidak bisa lahir
secara normal melalui jalan lahir dan harus dilakukan operasi
caesar.
3) Passanger (Janin), meliputi sikap janin dalam rahim, letak,
posisi, persentasi (bagian terbawah) serta besar kecilnya janin.
Kelainan pada salah satu kondisi janin tersebut dapat berakibat
sulitnya kelahiran bayi yang mana harus dilakukan suatu
tindakan seperti vacum maupun caesar.
4) Psikis Ibu, tidak kalah pentingnya untuk lancarnya sebuah
proses persalinan. Ibu yang dalam kondisi stress, otot–otot
tubuhnya termasuk otot rahimnya mengalami spasme yang
dapat meningkatkan rasa nyeri persalinan, sehingga
menghambat proses persalinan (menjadi lama atau macet).
13
5) Penolong persalinan, memegang peranan yang sangat penting.
Oleh karena itu, kebersihan persalinan yang menghasilkan ibu
dan bayi yang sehat dan selamat ditentukan oleh penolong
2. Tinjauan Umum Tentang Sectio Caesarea
a. Pengertian Sectio Caesarea
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa Latin dari kata
Caedera yang artinya memotong. Sectio caesarea adalah suatu
cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding
uterus melalui dinding depan perut (Mochtar, 2012). Definisi lain
dari sectio caesarea adalah sebagai lahirnya janin melalui insisi di
dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi).
(Cuningham et al, 2010).
Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding
rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
di atas 5000 gr (Wiknjosastro, 2010). Sectio caesarea adalah suatu
tindakan pembedahan guna melahirkan anak dengan insisi/sayatan
pada dinding abdomen dan uterus. Sebelum keputusan untuk
melakukan sectio caesarea diambil, pertimbangkan secara teliti
indikasi dengan risiko yang mungkin terjadi (pendarahan, cedera
saluran kemih/usus, dan infeksi) (Wiknjosastro, 2011).
b. Klasifikasi
Menurut Mochtar (2013), sectio caesarea dapat
diklasifikasikan menjadi 4 (empat), yaitu:
14
1) Sectio Caesarea Transperitoneal Profunda
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf
pada segmen bawah rahim (low cervical transversal ) kira-kira
10 cm. Perdarahan yang terjadi tidak sebanyak yang terjadi
pada teknik klasik. Keuntungan lain adalah penjahitan luka lebih
mudah kecilnya kemungkinan terjadi ruptur uteri pada kelahiran
berikutnya. Namun karena sayatan dilakukan secara melintang,
jika tidak hati-hati maka menimbulkan risiko ikut terputusnya
arteri uterina yang menyebabkan perdarahan lebih banyak.
2) Sectio Caesarea Ekstraperitoneal
Suatu teknik yang dilakukan tanpa insisi peritoneum
melainkan dengan mendorong lipatan peritoneum ke atas dan
kandung kemih ke bawah atau ke garis-garis tengah, kemudian
uterus dibuka dengan insisi di segmen bawah.
3) Sectio Caesarea Klasik
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada
korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm. Keuntungannya dengan
teknik ini adalah janin dapat dikeluarkan lebih cepat dan tidak
mengakibatkan komplikasi kandung kemih yang tertarik. Akan
tetapi, kekurangannya bilamana terdapat infeksi, maka akan
dengan mudah menyebar secara intra abdominal, juga tidak
jarang ditemukan ruptur uteri pada persalinan selanjutnya.
15
4) Sectio Caesarea disertai Histerektomi
Pengangkatan uterus setelah tindakan sectio caesarea
oleh karena atonia uteri yang tidak dapat teratasi, pada
keadaan uterus miomato usus besar dan banyak, atau
keadaan ruptur uteri yang tidak dapat diatasi.
c. Kontraindikasi
Kontraindikasi sectio caesarea dilakukan baik untuk
kepentingan ibu maupun untuk kepentingan anak. Oleh sebab itu,
sectio caesarea tidak dilakukan kecuali tidak dalam keadaan
terpaksa. Sectio caesarea tidak boleh dilakukan pada kasus-kasus
seperti ini:
1) Janin sudah mati dalam kandungan. Dalam hal ini dokter
memastikan denyut jantung janin tidak ada lagi, tidak ada lagi
gerakan janin anak dan dari pemeriksaan USG untuk
memastikan keadaan janin,
2) Janin terlalu kecil untuk mampu hidup diluar kandungan,
3) Terjadi infeksi dalam kehamilan,
4) Anak dalam keadaan cacat seperti Hidrocefalus dan
anecepalus (Cunningham, et al, 2010).
d. Anestesi
Ada beberapa anestesi atau penghilang rasa sakit yang bisa
dipilih untuk operasi caesar, baik spinal maupun general. Pada
anestesi spinal atau epidural yang lebih umum digunakan, sang ibu
tetap sadar kala operasi berlangsung. Anestesi general bekerja
16
secara jauh lebih cepat, dan mungkin diberikan jika diperlukan
proses persalinan yang cepat (Nugroho & Utama, 2014).
1) Anestesi General
Anestesi general biasanya diberikan jika anestesi spinal
atau epidural tidak mungkin diberikan, baik karena alasan teksis
maupun karena dianggap tidak aman. Pada prosedur
pemberian anestesi ini akan menghirup oksigen melalui masker
wajah selama tiga sampai empat menit sebelum obat diberikan
melalui penetesan intravena. Dalam waktu 20 sampai 30 detik,
maka pasien akan terlelap. Saat pasien tidak sadar, akan
disisipkan sebuah selang ke dalam tenggorakkan pasien untuk
membantu pasien bernafas dan mencegah muntah. Pasien
yang menggunakan anestesi general harus dimonitor secara
konstan oleh seseorang ahli anestesi.
2) Anestesi Spinal
Dalam operasi caesar, pasien diberi penawaran untuk
menggunakan anestesi spinal atau epidural. Pilihan ini
membuat pertengahan ke bawah tubuh pasien mati rasa, tetapi
pasien akan tetap terjaga dan menyadari apa yang sedang
terjadi. Hal ini berarti pasien bisa merasakan kelahiran bayi
tanpa merasakan sakit, dan pasangan juga bisa mendampingi
untuk memberikan dorongan dan semangat.
17
e. Keuntungan dan Kerugian
Menurut Rabe (2012), keuntungan dari sectio caesarea yakni
membuat persalinan menjadi lebih singkat, tidak ada kompresi
jalan lahir, tidak ada sepsis dari jalan lahir, menurunkan resiko
rupture uterus setelah riwayat sectio caesarea. Sedangkan
kerugiannya yakni kemungkinan merusak kandung kemih dan
usus, thrombosis dan emboli, gangguan penyembuhan luka,
kekhawatiran terjadinya rupture uteri pada sectio caesarea
berikutnya.
f. Efek Samping
Sectio caesarea adalah pilihan teraman ketika masalah
tertentu muncul. Sebagian wanita berpikir bahwa persalinan akan
berjalan lebih cepat dan lebih mudah lewat sectio caesarea,
sekalipun tidak ada masalah. Namun, sectio caesarea sebenarnya
tidak mudah bagi sang ibu maupun bayinya. Adapun beberapa
risiko yang mungkin muncul dari sectio caesarea:
1) Bagi Ibu
a) Masalah-masalah yang berhubungan dengan anestesi yang
digunakan untuk pembedahan.
b) Rasa sakit selama beberapa minggu pasca persalinan.
c) Resiko infeksi dan kehilangan darah lebih besar daripada
kelahiran lewat vagina.
d) Lebih sulit bagi ibu untuk merawat bayi.
18
e) Lebih banyak masalah dengan kehamilan berukutnya
(termasuk untuk hamil kembali dan memiliki plasenta yang
sehat)
f) Risiko sectio caesarea yang lebih besar untuk persalinan
berikutnya (Nugroho & Utama, 2014).
2) Bagi Janin
a) Gangguan Pernafasan
TTNB (Transient Tachypnea of the New Born) adalah
gangguan pernapasan yang sering dikhawatirkan terjadi
pada bayi sesar. Gangguan ini terjadi akibat cairan yang
memenuhi paru-paru janin selama berada dalam rahim tidak
terkompresi mengingat bayi sesar tinggal “terima jadi”.
Padahal, proses persalinan pervaginam melewati jalan lahir
inilah yang memungkinkan cairan yang memenuhi paru-paru
semasa janin berada dalam rahim dipompa habis keluar.
Selain itu, proses kompresi juga terjadi berkat kontraksi
rahim ibu secara berkala. Kontraksi yang lama kelamaan
semakin kuat ini akan menekan tubuh bayi, sehingga
otomatis cairan dalam paru-parunya ikut keluar. Pada bayi
sesar, kedua proses kompresi tadi tidak terjadi dengan
sempurna.
b) Minim peluang IMD (Inisiasi Menyusu Dini)
Bayi sesar kurang mendapatkan kesempatan untuk
menjalani IMD. Ini karena kondisi bayi sesar berbeda
19
dengan kondisi bayi lahir normal yang bisa langsung
ditempelkan di dada ibunya dengan refleks yang cukup kuat
untuk mencapai payudara ibu (Alaudine, 2009).
g. Komplikasi
Menurut Wiknjosastro (2011), komplikasi dari sectio caesarea
meliputi:
1) Pada Ibu
Telah dikemukakan bahwa dengan kemajuan tekhnik
pembedahan, dengan adanya antibiotika dan dengan
persediaan darah yang cukup, maka sectio caesarea sekarang
jauh lebih aman daripada dahulu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi mortalitas dan
morbiditas pembedahan ialah kelainan atau gangguan yang
menjadi indikasi untuk melakukan pembedahan, dan lamanya
persalinan berlangsung. Tentang faktor pertama, niscaya
seorang wanita dengan plasenta previa dan perdarahan banyak
memikul resiko yang lebih besar daripada wanita lain yang
mengalami sectio caesarea elektif karena disproporsi
sefalopelvik. Demikian pula makin lama persalinan berlangsung,
makin meningkat bahaya infeksi postoperative, apalagi ketuban
pecah dini. Komplikasi-komplikasi yang yang bisa timbul adalah
sebagai berikut:
20
a) Infeksi Puerperal
Komplikasi ini bisa bersifat ringan seperti kenaikan
suhu selama beberapa hari dalam masa nifas, atau yang
bersifat berat seperti peritonitis, sepsi, dan sebagainya.
Infeksi postoperative terjadi apabila sebelum pembedahan
sudah ada gejala-gejala infeksi intrapartum atau faktor-faktor
yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus
lama khususnya setelah ketuban pecah, tindakan vaginal
sebelumnya).
Bahaya infeksi sangat diperkecil dengan pemberian
antibiotik, akan tetapi tidak dapat dihilangkan sama sekali,
terutama sectio caesarea klasik dalam hal ini lebih
berbahaya daripada sectio caesarea transperitonealis
profunda.
b) Perdarahan
Perdarahan banyak dapat timbul pada saat
pembedahan jika cabang-cabang arteri uteri ikut terbuka
atau karena atonia uteri.
c) Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing,
embolisme paru-paru dan sebagainya sangat jarang terjadi.
d) Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang
kuatnya parut pada dinding uterus, sehingga pada
kehamilan berikutnya bisa terjadi rupture uteri. Kemungkinan
21
peristiwa ini lebih banyak ditemukan pada sectio caesarea
klasik
2) Pada Anak
Anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea banyak
tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan
sectio caesarea.
3. Faktor yang Diteliti Berhubungan dengan Sectio Caesarea
a. Umur
Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai
saat ini. Umur merupakan periode terhadap pola-pola kehidupan
yang baru, semakin bertambahnya umur akan mencapai usia
reproduksi (Notoatmodjo, 2007).
Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan
perkembangan alat reproduksi. Hal ini berkaitan dengan keadaan
fisiknya dari organ tubuh ibu di dalam menerima kehadiran dan
mendukung perkembangan janin. Seorang wanita memasuki usia
perkawinan atau mengakhiri fase tertentu dalam kehidupannya
yaitu umur reproduksi (Fauziyah, 2012).
Kehamilan dikatakan berisiko tinggi adalah kurang dari 20
tahun dan diatas 35 tahun. Usia dibawah 20 tahun bukan masa
yang baik untuk hamil karena organ-organ reproduksi belum
sempurna, hal ini tentu menyulitkan proses kehamilan dan
persalinan. Sedangkan kehamilan di atas 35 tahun mempunyai
risiko untuk mengalami komplikasi dalam kehamilan dan persalinan
22
antara lain: perdarahan, gestosis, atau hipertensi dalam kehamilan,
distosia dan partus lama (Manuaba, 2010).
Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah umur 20-35
tahun. Kehamilan diusia kurang 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat
menyebabkan kesulitan dalam persalinan karena pada kehamilan
diusia kurang 20 secara biologis belum optimal emosinya,
cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah
mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya
perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama
kehamilanya. Sedangkan pada usia 35 tahun terkait dengan
kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh serta berbagai
penyakit yang sering menimpa di usia ini (Wiknjosastro, 2010).
Menurut Ningrum et al, (2011) menyimpulkan bahwa usia ibu
<20 tahun atau >35 tahun lebih beresiko terhadap tindakan
persalinan sectio caesarea dibanding berumur 21-34 tahun. Hal ini
terjadi karena pada usia 20 tahun rahim dan panggul belum
berkembang dengan baik.
Sementara itu Andriani (2012) menyatakan bahwa ibu yang
berumur dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun sangat beresiko
untuk persalinan patologis sebagai indikasi sectio caesarea. ibu
yang hamil terlalu mudah, keadaan tubuhnya belum siap
menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas serta merawat
bayinya, sedangkan ibu yang usianya 35 atau lebih akan
menghadapi resiko seperti kelainan bawaan dan penyulit pada
23
waktu persalinan yang disebabkan oleh karena jaringan otot rahim
kurang baik untuk menerima kehamilan.
b. Paritas
Menurut Saifuddin (2010), paritas adalah jumlah kehamilan
yamg menghasilkan janin yang mampu hidup diluar rahim (28 mg).
Paritas dapat dibedakan menjadi nullipara, primipara, multipara dan
grande multipara. Menurut Sulistyawati (2011), paritas adalah
riwayat reproduksi seorang wanita yang berkaitan dengan jumlah
kehamilan.
Saifuddin (2010), menyatakan bahwa paritas primipara dan
grande multipara lebih beresiko dibandingkan multipara. Jumlah
paritas lebih dari 4 keadaan rahim biasanya sudah lemah. Hal ini
dapat menimbulkan persalinan lama dan perdarahan saat
kehamilan.
Paritas 2-3 merupakan paritas aman ditinjau dari sudut
perdarahan pasca persalinan yang dapat mengakibatkan kematian
maternal. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari tiga) memiliki
angka kejadian perdarahan pasca persalinan lebih tinggi. Pada
paritas rendah (paritas satu) karena ketidaksiapan menghadapi
persalinan pertama merupakan faktor penyebab ketidakmampuan
ibu hamil dalam menangani komplikasi yang terjadi selama
kehamilan dan persalinan. Resiko untuk terjadinya persalinan
sectio caesarea pada primipara 2 kali lebih besar dari pada
multipara (Wirakusuma, 2010). Hal ini didukung penelitian Ningrum
24
(2011) menunjukkan adanya hubungan paritas dengan sectio
caesarea.
Menurut hasil penelitian Septa (2010) bahwa paritas I
menyebabkan ketidak siapan ibu dalam menghadapi persalinan
sehingga ibu hamil tidak mampu untuk menangani komplikasi yang
terjadi selama kehamilan, persalinan dan nifas. Pada paritas tinggi
(>III) fungsi reproduksi mengalami penurunan, otot uterus terlalu
regang dan kurang dapat berkontraksi dengan baik sehingga
kemungkinan persalinan sectio caesarea menjadi lebih besar.
Paritas yang berisiko mempersulit persalinan dengan
komplikasi, seperti persalinan yang tidak maju dan persalinan lama.
Persalinan lama adalah kesulitan dalam jalannya persalinan
distosia karena kelainan tenaga (his) yang tidak normal, baik
kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancaran
persalinan, kelainan his sering dijumpai pada primigravida tus
sedangkan inersia uteri sering dijumpai pada multigravida dan
grandemulti. Apabila persalinan sudah berlangsung lama dan
berlarut-larut, selesaikanlah partus menggunakan hasil
pemeriksaan dan evaluasi, dengan ekstraksi vakum, forsep atau
Sectio Caesaerea (Wiknjosastro, 2010).
c. Indikasi
Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan
keberhasilan suatu persalinan yaitu jalan lahir, janin, kekuatan ibu,
dan penolong. Apabila terdapat salah satu gangguan pada salah
25
satu faktor tersebut akan mengakibatkan persalinan tidak berjalan
dengan lancar bahkan dapat menimbulkan komplikasi yang dapat
membahayakan ibu dan janin (Mochtar, 2013).
Menurut Indiarti (2010) ibu yang mengalami pre eklamsi
(keracunan kehamilan, hipertensi kehamilan) atau eklampsia
(preeklampsia yang disertai kejang) harus dilakukan tindakan sectio
caesarea untuk perbaikan keadaan ibu dan mencegah kematian
janin dalam uterus. Pre eklampsi berat dan eklampsia dapat
menyebabkan komplikasi ibu dan janin. Dalam mencegah hal
tersebut, maka upaya yang dilakukan adalah dengan segera
menghakhiri kehamilnnya, untuk menjamin keselamatan ibu dan
janin maka induksi dan atau melalui sectio caesarea menjadi
indikasi profilaksis ibu untuk mengakhiri kehamilannya (Manuaba,
2010). Hal ini berakibat fatal jika tidak segera mendapat tindakan,
merusak plasenta sehingga menyebabkan bayi lahir dalam
keadaan tidak bernyawa, atau lahir prematur, penyakit ini juga
membahayakan ginjal ibu haml. Pada beberapa kasus, bisa
menyebabkan ibu hamil mengalami koma (Karundeng, 2014).
Indikasi janin yang paling berperan dalam meningkatnya
angka kejadian sectio caesarea adalah gawat janin. Gawat janin
merupakan salah satu indikasi yang banyak di temui pada ibu
dengan persalinan sectio caesarea, ibu dengan gawat janin tidak
dapat melakukan partus normal karena akan membahayakan
keselamatan ibu dan anak (Nugroho T, 2012).
26
Bedah sesar dilakukan pada persalinan pervaginam tidak
mungkin dilakukan atau akan menimbulkan resiko yang besar bagi
ibu dan bayi. Empat indikasi utama sering ditangani dengan bedah
sesar yaitu: bedah sesar berulang, distosia, presentase bokong
(presbo) dan fetal distress. Namun secara umum indikasi sectio
caesarea berdasarkan sifanya mencakup dua hal yaitu:
1) Indikasi bersifat absolute artinya persalinan pervaginam tidak
memungkinkan untuk dikerjakan seperti pada disproporsi kepala
panggul dan plasenta previa total.
2) Indikasi bersifat relative artinya risiko persalinan pervaginam
lebih besar daripada persalinan perabdominal seperti
presentase bokong pada primigravida (Angsar dan
Setjalikusumah, 2007).
Beberapa kriteria atau indikasi yang dapat dipakai pegangan
dilakukannya persalinan sectio caesarea, yaitu:
1) Indikasi Ibu
a) Usia ibu melahirkan pertama kali diatas usia 35 tahun atau
wanita usia 40 tahun ke atas.
b) Adanya ancaman robekan rahim.
c) Ibu kelelahan.
d) Penyakit ibu yang berat seperti penyakit jantung, paru,
demam tinggi, pre-eklampsia berat atau eklampsia.
27
e) Faktor hambatan jalan lahir, karena terdapat tumor atau
mioma yang menyebabkan persalinan terhambat atau tidak
maju.
f) Disproporsi sefalo-pelvis, yaitu ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin.
2) Indikasi Janin
a) Janin terlalu besar atau berat bayi sekitar 4000 gram atau
lebih.
b) Malpresentasi atau malposisi, yaitu letak bayi dalam rahim
tidak menguntungkan untuk persalinan pervaginam.
Misalnya pada posisi transversal dan presentasi sungsang.
c) Distress janin, terjadi perubahan kecepatan denyut
jantung janin yang dapat menunjukkan suatu masalah pada
bayi. Perubahan kecepatan denyut jantung, dapat terjadi jika
tali pusat tertekan atau berkurangnya aliran darah yang
teroksigenasi ke plasenta.
d) Faktor plasenta, misalnya pada kasus plasenta previa,
keadaan dimana plasenta menutupi sebagian leher rahim.
Pada saat leher rahim melebar, plasenta terlepas dari rahim
dan menyebabkan perdarahan, yang dapat mengurangi
pasokan oksigen ke janin. Tidak dimungkinkan dilakukan
persalinan pervaginam karena plasenta akan keluar sebelum
bayi lahir.
28
e) Kelainan tali pusat, misalnya pada prolaps tali pusat terjadi
bila tali pusat turun melalui leher rahim sebelum bayi,
maka kepala atau tubuh bayi dapat menjepit tali pusat dan
mengakibatkan kurangnya pasokan oksigen, sehingga
mengharuskan dilakukannya bedah sesar dengan segera.
f) Kehamilan ganda, pada kehamilan ganda terdapat risiko
terjadinya komplikasi kelahiran prematur dan terjadi pre-
eklamsia pada ibu sehingga memungkinkan untuk dilakukan
persalinan secara sectio caesarea.
3) Indikasi Waktu
a) Partus lama, yaitu persalinan yang berlangsung sampai 18
jam atau lebih.
b) Partus tidak maju, yaitu tidak ada kemajuan dalam
jalannya persalinan kala I baik dalam pembukaan serviks,
penurunan kepala atau saat putaran paksi.
c) Partus macet, yaitu bayi tidak lahir setelah dipimpin
mengejan (kala II) beberapa saat.
4) Indikasi Sosial
Selain indikasi berdasarkan faktor ibu, janin dan waktu
terdapat indikasi sosial untuk dilakukannya persalinan secara
sectio caesarea, yang timbul karena permintaan pasien
meskipun untuk dilakukan persalinan normal tidak ada masalah
atau kesulitan yang bermakna. Indikasi sosial biasanya sudah
29
direncanakan terlebih dahulu atau dapat disebut dengan sectio
caesarea efektif (Rasjidi, 2009)
B. Landasan Teori
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa Latin dari kata Caedera
yang artinya memotong. Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan
janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan
perut (Mochtar, 2012).
Menurut Saifuddin (2010) dikatakan bahwa usia 20-35 tahun
merupakan usia reproduksi wanita, dimana pada usia tersebut seorang ibu
mampu hamil dalam kondisi yang sehat baik fisik maupun psikologis. Ibu
yang berumur dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun sangat berisiko untuk
persalinan patologis sebagai indikasi sectio caesarea. Kehamilan ibu dengan
usia dibawah 20 tahun berpengaruh pada kematangan fisik dan mental
dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Rahim dan panggul ibu sering
kali belum tumbuh matang mencapai ukuran dewasa. Selain itu mental ibu
juga berpengaruh terhadap pada ketrampilan ibu dalam merawat diri ibu dan
bayinya. Sehingga pada usia ini ibu cenderung mengalami persalinan sectio
caesarea walaupun tanpa indikasi dengan pertimbangan kekhawatiran ibu
pada dirinya dalam menghadapi proses persalinan dan keselamatan janin
dalam kandungannya.
Paritas multigravida merupakan paritas paling aman bagi seorang ibu
untuk melahirkan dan masih digolongkan dalam kehamilan resiko
rendah. Meskipun demikian tetap ada faktor risiko yang menyebabkan
30
kemungkinan risiko atau bahaya terjadinya komplikasi pada persalinan
yang dapat menyebabkan kematian atau kesakitan pada ibu dan bayinya.
Misalnya pada ibu multi gravida yang pernah gagal kehamilan, pernah
melahirkan dengan vakum, transfusi darah atau uri dirogoh, serta riwayat
bedah sesar pada persalinan sebelumnya. Persalinan yang pertama sekali
biasanya mempunyai resiko yang relatif tinggi terhadap ibu dan anak, akan
tetapi resiko ini akan menurun pada paritas kedua dan ketiga, dan akan
meningkat lagi pada paritas keempat dan seterusnya. Paritas yang paling
aman jika ditinjau dari sudut kematian maternal adalah paritas 2 dan 3
(Wiknjosastro, 2011).
Faktor indikasi dilakukannya sectio caesarea antara lain CPD, Riwayat
sectio caesarea, PE, Plasenta Previa, Solusio Plasenta, PTM, KPD, Gawat
Janin, Malpresentasi, Permintaan sectio caesarea. Faktor Permintaan
dilakukan karena kemungkinan si ibu takut pada persalinan normal, dan
karena mitos-mitos yang berkembang dimasyarakat seputar persalinan
normal. Contoh mitos tersebut adalah bahwa persalinan normal akan
merusak vagina, dan bayi yang akan dilahirkan dengan sectio caesarea
akan lebih pintar karena kepalanya tidak terjepit jalan lahir (Jovany, 2012).
31
C. Kerangka Konsep
Berdasarkan uraian teori dalam rumusan masalah di atas, maka
penulis mengembangkan kerangka konsep sebagai berikut:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
Umur
Paritas
Indikasi
Persalinan Sectio Caesarea
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yaitu untuk mengidentifikasi
persalinan dengan sectio caesarea di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
Kota Kendari Tahun 2017.
B. Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum
Dewi Sartika Kota Kendari.
C. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 Juli – 10 Agustus 2018.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang melakukan
persalinan dengan sectio caesarea di RSU Dewi Sartika tahun 2017
sebanyak 312 kasus.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah sebagian ibu yang melakukan
persalinan dengan sectio caesarea di RSU Dewi Sartika Kota Kendari
tahun 2017. Besarnya sampel dapat dihitung dengan rumus:
2)(1 dN
Nn
32
33
Keterangan : n : Besar sampel N : Besar populasi d : Tingkat signifikasi (0,1) (Nursalam, 2013).
73,7512,4
312
)1,0(3121
3122
n ≈ 76 responden.
Jadi besar sampel penelitian ini adalah sebanyak 76 orang. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik purposive
sampling yaitu suatu teknik penentuan sampel diantara populasi
sesuai dengan yang dikehendaki peneliti, sehingga dapat mewakili
karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya.
E. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu:
1. Variabel independent atau variabel bebas dalam penelitian ini yaitu
umur ibu, paritas, dan indikasi.
2. Variabel dependent atau variabel terikat dalam penelitian ini yaitu
persalinan sectio caesarea.
F. Definisi Operasional
1. Persalinan Sectio Caesarea
Persalinan sectio caesarea yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada
dinding uterus melalui dinding depan perut (Mochtar, 2013).
34
2. Umur
Umur adalah usia responden pada saat dilakukan sectio
caesarea, dengan kategori:
a. < 20 tahun
b. 20 – 35 tahun
c. > 35 tahun (Depkes RI, 2009).
3. Paritas
Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan responden,
baik lahir hidup maupun mati, dengan kategori:
a. Paritas I
b. Paritas II - III
c. Paritas > III (Pudiastuti, 2012).
4. Indikasi Sectio Caesarea
Indikasi sectio caesarea adalah alasan yang dilakukan untuk
melakukan tindakan sectio caesarea, dengan kategori:
a. Indikasi Ibu
b. Indikasi Janin
c. Indikasi Waktu
d. Indikasi Sosial (Rasjidi, 2009).
G. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder bersumber dari laporan-laporan yang telah didokumentasikan
35
melalui buku registrasi ibu Hamil di Poli KIA dan gambaran umum lokasi
penelitian.
H. Pengolahan Data
Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data
mentah dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan
informasi yang diperlukan. Pengolahan data dilakukan dengan cara:
1. Pengeditan (editing)
Proses editing dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengecek kelengkapan data dari buku register di Poli KIA.
2. Pemasukan data (entry)
Entry data adalah proses memasukkan data-data dalam tabel
berdasarkan variabel penelitian.
3. Tabulasi (tabulating)
Tabulating dilakukan dengan memasukkan data ke dalam tabel
yang tersedia kemudian melakukan pengukuran masing-masing
variabel (Sugiyono, 2010).
I. Penyajian Data
Data dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi berdasarkan variabel yang diteliti disertai dengan narasi
secukupnya.
36
K. Analisis Data
Analisa data dilakukan secara manual dengan menggunakan
kalkulator, kemudian hasilnya disajikan dalam bentuk tabel frekuensi
disertai penjelasan-penjelasan. Sedangkan dalam pengolahan data maka
digunakan rumus:
%100N
fP
Keterangan:
f : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N : Number Of Cases (jumlah frekuensi atau banyaknya individu)
P : Angka persentase (Sugiyono, 2010).
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
a. Keadaan Geografis
Rumah Sakit Umum (RSU) Dewi Sartika Kendari terletak di
Jalan Kapten Piere Tandean No. 118 Kecamatan Baruga Kota
Kendari Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara. Lokasi ini sangat
strategis karena berada di tengah-tengah lingkungan pemukiman
penduduk dan mudah dijangkau dengan kendaraan umum. Adapun
batas-batas RSU Dewi Sartika Kota Kendari secara administratif
sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Kelurahan Wandudopi
2) Sebelah Timur : Kelurahan Lepo-Lepo
3) Sebelah Selatan : Kelurahan Baruga
4) Sebelah Barat : Kelurahan Watubangga.
b. Lingkungan Fisik
RSU Dewi Sartika Kendari berdiri di atas tanah seluas 1.624
m2 dengan luas bangunan 957,90 m2. RSU Dewi Sartika Kendari
selama kurun waktu 8 tahun sejak berdirinya tahun 2009 sampai
dengan tahun 2018 telah melakukan pengembangan fisik
bangunan sebagai bukti keseriusan untuk berbenah dan
37
38
memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat khususnya
masyarakat Kota Kendari.
c. Status
RSU Dewi Sartika Kendari yang mulai dibangun tahun 2009
dengan izin operasional sementara dari Walikota Kendari Nomor.
561/IZN/XI2010/001 tanggal 5 November 2010, maka rumah sakit
ini resmi berfungsi dan melakukan kegiatan-kegiatan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat pencari jasa kesehatan di bawah
naungan Yayasan Widya Ananda Nugraha Kendari yang sekaligus
sebagai pemilik rumah sakit. RSU Dewi Sartika Kendari telah
ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI menjadi Rumah Sakit
tipe D.
d. Tugas Pokok dan Fungsi
Tugas pokok RSU Dewi Sartika Kendari adalah melakukan
upaya kesehatan secara efisien dan efektif dengan mengutamakan
penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi dan
terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan serta
melaksanakan upaya rujukan.
Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana tersebut di
atas, RSU Dewi Sartika Kendari mempunyai fungsi:
1) Menyelenggarakan pelayanan medik
2) Menyelenggarakan pelayanan dan asuhan keperawatan
3) Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik
4) Menyelenggarakan pelayanan rujukan
39
5) Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
6) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan
e. Sarana dan Prasarana serta Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Sarana dan prasarana RSU Dewi Sartika Kendari adalah
sebagai berikut:
1) IGD dengan kapasitas tempat tidur 11 unit, VIP dengan
kapasitas tempat tidur 14 unit, Poliklinik Spesialis, Ruang
perawatan Kelas I dengan kapasitas tempat tidur 10 unit, Kelas
II dengan kapasitas tempat tidur 12 unit, Kelas III dengan
kapasitas tempat tidur 37 unit, serta ruang bersalin dengan
kapasitas tempat tidur sebanyak 7 unit.
2) Listrik dari PLN tersedia 5500 watt dibantu dengan 1 unit genset
sebagai cadangan.
3) Air yang digunakan di RSU Dewi Sartika adalah air dari sumur
bor yang ditampung dalam reservoir dan berfungsi 24 jam.
4) Sarana komunikasi berupa telepon, fax dan dilengkapi dengan
fasilitas internet (WiFi).
5) Alat pemadan kebakaran
6) Sarana pembuangan limbah
7) Untuk sampah disediakan tempat sampah di setiap ruangan
dan juga di luar ruangan, sampah akhirnya dibuang ke tempat
pembuangan sementara (2 bak sampah) sebelum diangkat oleh
mobil pengangkut sampah
40
8) Untuk limbah cair di tiap-tiap ruangan disediakan kamar mandi
dan WC dengan septic tank serta saluran pembuangan limbah
9) Pagar seluruh areal rumah sakit terbuat dari tembok.
Fasilitas pelayanan kesehatan yang ada di RSU Dewi Sartika
Kendari adalah sebagai berikut:
1) Pelayanan Medis
a) Instalasi Gawat Darurat
b) Instalasi Rawat Jalan, yang meliputi: Poliklinik Obsgyn,
Poliklinik Umum, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Mata,
Poliklinik Bedah, Poliklinik Anak, Poliklinik THT, Poliklinik
Radiologi, Poliklinik Jantung, dan Poliklinik Gigi Anak.
c) Instalasi Rawat Inap, meliputi: Rawat Inap
Dewasa/Anak/Umum dan Persalinan.
d) Kamar Operasi, meliputi: operasi obsgyn dan bedah umum.
e) High Care Unit (HCU)
2) Pelayanan Penunjang Medis
a) Intalasi Farmasi
b) Radiologi
c) Laboratorium
d) Instalasi Gizi
e) Ambulance
3) Pelayanan Non Medis
a) Sterilisasi
b) Loundry
41
f. Visi dan Misi Rumah Sakit
Visi RSU Dewi Sartika Kendari yaitu “terwujudnya rumah sakit
yang mandiri dan bersaing secara global”. Untuk mewujudkan visi
tersebut, maka misi yang diemban oleh RSU Dewi Sartika Kendari
adalah:
1) Memberikan pelayanan kesehatan prima kepada masyarakat
2) Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas
3) Memberikan pelayanan yang optimal dan terjangkau dengan
mengutamakan kepuasan pasien
4) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia
g. Program
Program kesehatan yang dilakukan di RSU Dewi Sartika
Kendari antara lain:
1) Umum: Pemeriksaan kesehatan umum kepada masyarakat
yang membutuhkan pertolongan, penyakit dalam, bedah dan
sebagainya.
2) KIA (Kesehatan Ibu dan Anak): Pemeriksaan ibu hamil. Ibu nifas
dan menyusui, Balita dan lain-lain.
3) Pelayanan dan Konseling Keluarga Berencana
4) Pelayanan Imunisasi
5) Pertolongan persalinan aman oleh dokter spesialis
6) Konsultasi bayi baru lahir oleh dokter spesialis/bidan
7) Pertolongan persalinan patologi, bila perlu tindakan operasi
42
8) Pemberian ASI eksklusif (bayi hanya diberi ASI saja tanpa
makanan cairan lainnya).
9) Kesehatan gigi dan lain-lain.
h. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia di RSU Dewi Sartika Kendari
berjumlah 160 orang yang terdiri dari 17 orang part time dan 143
full time dengan spesifikasi pendidikan sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Jumlah SDM di RSU Dewi Sartika Kota Kendari
No. Jenis Tenaga Status Ketenagaan
Jumlah Tetap Tidak Tetap
A. Tenaga Medis
1 Dokter Spesialis Obgyn 1 1 2
2 Dokter Spesialis Bedah - 1 1
3 Dokter Spesialis Interna - 1 1
4 Dokter Spesialis Anastesi
- 1 1
5 Dokter Spesialis PK - 1 1
6 Dokter Spesialis Anak - 1 1
7 Dokter Radiologi - 1 1
8 Dokter Spesialis THT - 1 1
9 Dokter Spesialis Mata - 1 1
10 Dokter Spesialis Jantung - 1 1
11 Dokter Gigi Anak - 1 1
12 Dokter Umum - 3 3
B. Paramedis
1 S1 Keperawatan/Ners 26 - 26
2 DIV Kebidanan 5 2 7
3 DIII Bidan 43 - 43
4 DIII Keperawatan 56 - 56
C. Tenaga Kesehatan Lain
1 SKM 1 1 2
2 Apoteker 1 2 3
3 DIII/Farmasi 1 1 2
4 S1 Gizi 1 - 1
5 DIII Analis Kesehatan 3 - 3
D. Non Medis 13 - 13
Sumber: Data Primer, 2018.
43
2. Variabel Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil
sebagai berikut:
a. Persalinan Sectio Caesarea Menurut Umur Ibu
Tabel 2. Distribusi Umur Ibu yang Melakukan Persalinan Sectio Caesarea di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017
Umur (Tahun) n %
< 20 8 10,5
20 – 35 46 60,5
> 35 22 29,0 Total 76 100
Sumber: Data Primer, 2018.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 76 responden
sebagian besar responden berumur 20 – 35 tahun, yakni sebanyak
46 orang (60,5%), dan yang paling sedikit berumur < 20 tahun
sebanyak 8 orang (10,5%).
b. Persalinan Sectio Caesarea Menurut Paritas
Tabel 3. Distribusi Paritas Ibu yang Melakukan Persalinan Sectio Caesarea di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017
Paritas n %
I 41 53,9
II - III 24 31,6
> III 11 14,5 Total 76 100
Sumber: Data Primer, 2018.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 76 responden
sebagian besar responden memiliki paritas I, yakni sebanyak 41
orang (53,9%), dan yang paling sedikit memiliki paritas > III
sebanyak 11 orang (14,5%).
44
c. Persalinan Sectio Caesarea Menurut Indikasi
Tabel 4. Distribusi Indikasi Ibu yang Melakukan Persalinan Sectio Caesarea di RSU Dewi Sartika Kota Kendari Tahun 2017
Indikasi n %
Ibu 21 27,6
Janin 17 22,4
Waktu 36 47,4
Sosial 2 2,6
Total 76 100
Sumber: Data Primer, 2018.
Tabel di atas menunjukkan bahwa dari 76 responden
sebagian besar responden melakukan sectio caesarea karena
indikasi waktu, yakni sebanyak 36 orang (47,4%), dan yang paling
sedikit melakukan sectio caesarea karena indikasi sosial sebanyak
2 orang (2,6%).
B. Pembahasan
1. Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Umur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden
berumur 20 – 35 tahun, yakni sebanyak 46 orang (60,5%), dan yang
paling sedikit berumur <20 tahun sebanyak 8 orang (10,5%). Hal ini
menunjukkan bahwa tindakan sectio caesarea di RSU Dewi Sartika
Kota Kendari lebih banyak dialami oleh ibu hamil yang berumur 20-35
tahun.
Menurut Saifuddin (2010) mengemukakan bahwa pada usia 20-
35 tahun merupakan usia reproduksi wanita dimana di usia tersebut
seorang ibu mampu hamil dalam kondisi yang sehat baik secara fisik
maupun secara psikologis. Pada ibu hamil usia ini dianggap ideal
45
untuk menjalani kehamilan dan proses persalinan. Direntang usia ini
kondisi fisik wanita dalam keadaan prima dan secara umum siap
merawat dan menjaga kehamilannya, rahim pun sudah mampu
memberi perlindungan atau kondisi yang maksimal untuk kehamilan.
Hal ini tidak sesuai teori menyatakan bahwa kelompok usia <20
tahun dan >35 tahun merupakan usia terbanyak dilakukan sectio
caesarea. Penyebab terjadinya sectio caesarea di umur 20-35 tahun
bisa karena faktor komplikasi pada persalinan yang dapat
menyebabkan kematian atau kesakitan pada ibu dan bayinya.
Komplikasi yang mungkin timbul saat kehamilan juga dapat
mempengaruhi jalannya persalinan sehingga sectio caesarea
dianggap sebagai cara terbaik untuk melahirkan janin. Komplikasi
tersebut antara lain Disproporsi Fetavelvik, persalinan tidak maju, pre
eklampsi, KPD, gawat janin, kelanan letak, dan bayi gameli. Penelitian
ini sesuai dengan Nurhasana (2010) yang mendapati mayoritas
kelompok umur 20-35 tahun (78,7%).
Sementara itu ibu yang berumur dibawah 20 tahun atau diatas 35
tahun sangat beresiko untuk persalinan patologis sebagai indikasi
sectio caesarea. Ibu yang hamil terlalu mudah, keadaan tubuhnya
belum siap menghadapi kehamilan, persalinan dan nifas serta
merawat bayinya, sedangkan ibu yang usianya 35 atau lebih akan
menghadapi resiko seperti kelainan bawaan dan penyulit pada waktu
persalinan yang disebabkan oleh karena jaringan otot rahim kurang
baik untuk menerima kehamilan (Andriani, 2012).
46
Umur ibu mempunyai pengaruh yang erat dengan perkembangan
alat reproduksi. Hal ini berkaitan dengan keadaan fisiknya dari organ
tubuh didalam menerima kehadiran dan mendukung perkembangan
janin. Seorang wanita memasuki usia perkawinan atau mengakhiri
fase tertentu dalam kehidupannya yaitu umur reproduksi.
Umur reproduksi yang ideal bagi wanita untuk hamil dan
melahirkan adalah 20-35 tahun, keadaan ini disebabkan karena pada
umur kurang dari 20 tahun rahim dan panggul ibu belum berkembang
dengan baik dan belum cukup dewasa untuk menjadi ibu sedangkan
pada umur 35 tahun keatas elastisitas otot-otot panggul dan sekitarnya
serta alat-alat reproduksi pada umumnya telah mengalami
kemunduran sehingga dapat mempersulit persalinan dan selanjutnya
dapat menyebabkan kematian pada ibu.
Sebaliknya seorang wanita dalam usianya yang semakin tua
akan mengakibatkan suatu proses penurunan fungsi fisiologi tubuh
termasuk organ-organ reproduksi sehingga ibu merasa takut terhadap
kehamilan dan persalinan yang dihadapi. Dengan demikian umur
seorang ibu yang merupakan penentu terjadi atau tidaknya penyulit
persalinan (Hidayanti, 2009).
2. Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Paritas
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 76 responden sebagian
besar responden memiliki paritas I, yakni sebanyak 41 orang (53,9%).
Paritas primipara dan grande multipara lebih beresiko dibandingkan
multipara.
47
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Saifuddin (2010), bahwa
paritas primipara dan grande multipara lebih berisiko dibandingkan
multipara. Jumlah paritas lebih dari 4 keadaan rahim biasanya sudah
lemah. Hal ini dapat menimbulkan persalinan lama dan perdarahan
saat kehamilan.
Paritas 2-3 merupakan paritas aman ditinjau dari sudut
perdarahan paska persalinan yang dapat mengakibatkan kematian
maternal. Paritas satu dan paritas tinggi (lebih dari tiga) memiliki angka
kejadian perdarahan pasca persalinan lebih tinggi. Pada paritas
rendah (paritas satu) karena ketidaksiapan menghadapi persalinan
pertama merupakan faktor penyebab ketidakmampuan ibu hamil
dalam menangani komplikasi yang terjadi selama kehamilan dan
persalinan. Risiko untuk terjadinya persalinan sectio caesarea pada
primipara 2 kali lebih besar dari pada multipara (Wirakusuma, 2010).
Hal ini didukung penelitian Ningrum (2011) menunjukkan adanya
hubungan paritas dengan sectio caesarea.
Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan Nurak (2012)
yang mendapati ibu bersalin sectio caesarea mayoritas paritas
multipara sebesar 196 responden (73,96%). Ini dikaitkan dengan
adanya faktor resiko yang menyebabkan bahaya komplikasi
persalinan. Misalnya pernah gagal kehamilan, pernah vakum, transfusi
darah serta riwayat bedah sesar sebelumnya. Hal ini ditunjang dengan
komplikasi yang mungkin terjadi misalnya anemia, malaria,
48
tuberkulosis paru, DM, hidramnion, serotinus, gammeli, kelainan letak,
pre eklampsi dan perdarahan sebelum lahir.
Paritas multigravida merupakan paritas paling aman bagi seorang
ibu untuk melahirkan dan masih digolongkan dalam kehamilan
resiko rendah. Meskipun demikian tetap ada faktor resiko yang
menyebabkan kemungkinan resiko atau bahaya terjadinya komplikasi
pada persalinan yang dapat menyebabkan kematian atau kesakitan
pada ibu dan bayinya. Misalnya pada ibu multi gravida yang pernah
gagal kehamilan, pernah melahirkan dengan vakum, transfusi darah
atau uri dirogoh, serta riwayat bedah sesar pada persalinan
sebelumnya (Trivonia, dkk, 2011).
Persalinan yang pertama sekali biasanya mempunyai resiko yang
relatif tinggi terhadap ibu dan anak, akan tetapi resiko ini akan menurun
pada paritas kedua dan ketiga, dan akan meningkat lagi pada paritas
keempat dan seterusnya. Paritas yang paling aman jika ditinjau dari
sudut kematian maternal adalah paritas 2 dan 3 (Wiknjosastro, 2011).
3. Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Indikasi
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 76 responden sebagian
besar responden melakukan sectio caesarea karena indikasi waktu,
yakni sebanyak 36 orang (47,4%), dan yang paling sedikit melakukan
sectio caesarea karena indikasi sosial sebanyak 2 orang (2,6%).
Responden di RSU Dewi Sartika Kota Kendari yang dilakukan
persalinan sectio caesarea karena indikasi waktu karena distosia.
49
Distosia merujuk pada kemajuan persalinan berlangsung lebih lama,
lebih nyeri, atau tidak normal karena adanya masalah pada
mekanisme persalinan, tenaga atau kekuatan, jalan lahir, atau
masalah psikis, hal ini sesuai dengan teori Reeder (2011) bahwa
distosia merupakan indikasi paling umum dilakukannya persalinan
sectio caesarea. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian Sitorus
(2010), yang menyatakan bahwa persalinan sectio caesarea di rumah
sakit negeri dan swasta di Medan mempunyai hubungan yang
signifikan dengan distosia.
Selain itu terdapat indikasi ibu sebanyak 21 orang (27,6%).
Menurut Indiarti (2010) ibu yang mengalami pre eklamsi (keracunan
kehamilan, hipertensi kehamilan) atau eklampsia (preeklampsia yang
disertai kejang) harus dilakukan tindakan sectio caesarea untuk
perbaikan keadaan ibu dan mencegah kematian janin dalam uterus.
Pre eklampsi berat dan eklampsia dapat menyebabkan
komplikasi ibu dan janin. Dalam mencegah hal tersebut, maka upaya
yang dilakukan adalah dengan segera menghakhiri kehamilnnya,
untuk menjamin keselamatan ibu dan janin maka induksi dan atau
melalui sectio caesarea menjadi indikasi profilaksis ibu untuk
mengakhiri kehamilannya (Manuaba, 2010). Hal ini berakibat fatal jika
tidak segera mendapat tindakan, merusak plasenta sehingga
menyebabkan bayi lahir dalam keadaan tidak bernyawa, atau lahir
prematur, penyakit ini juga membahayakan ginjal ibu haml. Pada
50
beberapa kasus, bisa menyebabkan ibu hamil mengalami koma
(Karundeng, 2014).
Selain itu, indikasi yang paling berperan dalam meningkatnya
angka kejadian sectio caesarea adalah gawat janin. Gawat janin
merupakan salah satu indikasi yang banyak di temui pada ibu dengan
persalinan sectio caesarea, ibu dengan gawat janin tidak dapat
melakukan partus normal karena akan membahayakan keselamatan
ibu dan anak. Hal ini sesuai dengan teori Nugroho (2012) yang
menyatakan bahwa, jika serviks tidak berdilatasi penuh dan kepala
janin berada lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis atau bagian teratas
tulang kepala janin berada di atas station 0, lakukan persalinan
dengan sectio caesarea. Gawat janin tidak menerima oksigen cukup,
sehingga mengalami resiko hiposia serius dapat mengancam
kesehatan janin (Wiknjosastro, 2010).
51
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dikemukakan di atas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Persalinan sectio caesarea terbanyak ditemukan pada ibu dengan
kelompok umur 20-35 tahun yakni sebanyak 46 orang (60,5%).
2. Persalinan sectio caesarea terbanyak ditemukan pada ibu dengan
paritas I yakni sebanyak 41 orang (53,9%).
3. Persalinan sectio caesarea terbanyak ditemukan pada ibu dengan
indikasi waktu yakni sebanyak 36 orang (47,4%).
B. Saran
1. Bagi tenaga kesehatan di RSU Dewi Sartika Kota Kendari diharapkan
dapat memberikan informasi dan meningkatkan upaya promosi
kesehatan dengan melakukan penyuluhan dan kegiatan promosi
kesehatan lainnya.
2. Bagi masyarakat, khususnya ibu bersalin agar meningkatkan
pengetahuannya tentang tanda-tanda bahaya kehamilan sehingga
dapat merubah perilaku kesehatan, utamanya kunjungan ke posyandu.
Karena informasi dalam mengantisipasi bahaya pada masa nifas dapat
diperoleh melalui media cetak/elektronik, petugas kesehatan,
penyuluhan, teman, kerabat dan sumber informasi lainnya.
51
52
3. Bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang serupa
dengan penelitian ini agar menambah jumlah variabel penelitian
sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.
53
DAFTAR PUSTAKA
Asri, DH., dan Cristie CP. 2010. Asuhan Persalinan Normal. Yogyakarta:
Nuha Medika. Cunningham, 2010. Obstetri Williams. Jakarta: EGC. Dewi, 2008. Operasi Caesar: Pengantar dari A sampai Z. Jakarta: EDSA
Mahkota. Fauziyah, Yulia. 2012. Obstetri Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika
Indriati, MT. 2012. Panduan Klinis Paling Komplit Kehamilan, Persalinan dan Perawatan Bayi. Jakarta: Pelangi Indonesia.
JNPK-KR. 2009. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR. Karundeng, dkk. 2014. Faktor-faktor yang Berperan Meningkatnya Angka
Kejadian Section Caesarae. (Diakses tanggal 1 Juni 2015). Kemenkes RI, 2012. Riset Kesehatan Dasar RI Tahun 2012. Jakarta: Dinas
Kesehatan. Liu, 2008. Manual Persalinan. Jakarta: EGC. Manuaba IBG, 2010. Pengantar Kuliah Obstetri, Jakarta: EGC. Manuaba IBG, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, Jakarta: YBP.
Mochtar, R. 2013. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC.
Norma, Nita dan Dwi, Mustika. 2013. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Nuha Medika.
Notoatmodjo S, 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Cetakan Kedua, Jakarta:
Rineka Cipta. Nugroho dan Utama, 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1: Kehamilan.
Yogyakarta: Nuha Medika. Nugroho, T. 2012. Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
54
Nurak, MT. 2011. Indikasi Persalinan Sectio Caesarea Berdasarkan Umur Dan Paritas Di Rumah Sakit DKT Gubeng Pojok Surabaya. Jurnal Kesehatan. Vol 5. No 1.
Nursalam. 2011. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Oxorn, H, 2010. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta: Yayasan Esentia Medika.
Poltekkes Kendari, 2014/2015. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Kendari: Jurusan Kebidanan Poltekkes Kendari.
Prasetyawati, 2012. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Yogyakarta: Nuha
Medika. Pudiastuti, RD., 2012. Asuhan Kebidanan pada Hamil Normal dan Patologi.
Yogyakarta: Nuha Medika. Rasjidi, 2009. Manual Seksio Sesarea dan Laparatomi Kelainan Adneksa.
Jakarta: Sagung Seto. Reeder, Martin, 2011. Keperawatan Maternitas. Alih Bahasa: Mochtar.
Jakarta: EGC. RSU Dewi Sartika Kota Kendari, 2017. Medical Record 2017. Kendari: RSU
Dewi Sartika Kota Kendari. Rukiyah, Ai Yeyeh. 2010. Asuhan Kebidanan IV (Patologi). Jakarta: CV.Trans
Info Media Saifuddin, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian. Bandung: CV. Alfa Beta.
Sulistyawati, Ari. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: CV. Andi Offset.
Varney, H. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Ed.4 vol 1. Jakarta: EGC. Wiknjosastro, 2010. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Edisi II. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo.
Winkjosastro, H. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
55
Wirakusuma, FF. 2010. Kehamilan dan Persalinan Dengan Parut Uterus. Dalam Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Edisi 4. Jakarta: PT. Bina Pustaka Saswono Prawirohardjo.
56
Lampiran 1.
MASTER TABEL PENELITIAN
Identifikasi Persalinan dengan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Tahun 2017
No. Nama
(Inisial) Umur (Tahun) Paritas
Indikasi
Ibu Janin Waktu Sosial
1 Ny. D 24 I √
2 Ny. M 27 I √
3 Ny. LI 19 I √
4 Ny. M 38 III √
5 Ny. S 32 II √
6 Ny. E 39 II √
7 Ny. S 24 I √
8 Ny. T 36 II √
9 Ny. S 39 III √
10 Ny. M 30 I √
11 Ny. S 37 I √
12 Ny. H 26 I √
13 Ny. R 23 I √
14 Ny. H 35 II √
15 Ny. S 19 I √
16 Ny. T 33 II √
17 Ny. Z 26 I √
18 Ny. N 37 III √
19 Ny. N 34 II √
20 Ny. S 28 I √
21 Ny. K 35 IV √
22 Ny. I 22 I √
23 Ny. K 37 II √
24 Ny. D 34 I √
25 Ny. J 36 II √
26 Ny, F 19 I √
27 Ny. G 30 II √
28 Ny. M 33 II √
29 Ny, W 39 I √
30 Ny. I 19 I √
31 Ny. K 40 II √
32 Ny, H 26 I √
33 Ny. Y 34 I √
34 Ny. W 37 I √
57
35 Ny. B 36 II √
36 Ny. P 27 I √
37 Ny. T 24 I √
38 Ny. F 35 II √
39 Ny. M 25 I √
40 Ny. S 29 I √
41 Ny. A 19 I √
42 Ny. S 34 III √
43 Ny. W 28 I √
44 Ny. D 25 I √
45 Ny. N 33 I √
46 Ny. S 35 I √
47 Ny. D 28 II √
48 Ny. K 43 V √
49 Ny. S 22 I √
50 Ny. W 35 IV √
51 Ny. A 35 IV √
52 Ny. E 33 I √
53 Ny. I 29 I √
54 Ny. A 35 III √
55 Ny. V 24 I √
56 Ny. J 33 II √
57 Ny. F 24 I √
58 Ny. L 32 III √
59 Ny. D 36 IV √
60 Ny. Y 38 III √
61 Ny. A 40 V √
62 Ny. R 19 I √
63 Ny. T 28 I √
64 Ny. R 41 IV √
65 Ny. W 29 III √
66 Ny. G 40 IV √
67 Ny. O 19 I √
68 Ny. J 28 I √
69 Ny. H 24 I √
70 Ny. M 19 I √
71 Ny. B 39 IV √
72 Ny. T 25 I √
73 Ny. R 40 IV √
74 Ny. N 38 III √
75 Ny. C 25 I √
76 Ny. F 42 V √
58
59
60
61
62
63
DOKUMENTASI PENELITIA