23
A. Definisi Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan). Anatominya juga sangat rumit . Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. (Roger watson, 2002, 102) Otitis media adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga tengah. Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan infeksi saluran tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran, mengakibatkan tersumbatnya saluran. (Mansjoer, 2001, 76).Otitis Media Akut adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya bakteri patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer, 2001).Otitis Media Akut adalah peradangan akut sebagian atau seluruh

Askep Otitis Medial

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Askep Otitis Medial

Citation preview

Page 1: Askep Otitis Medial

A. Definisi

Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks

(pendengaran dan keseimbangan). Anatominya juga sangat rumit . Indera

pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas

kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan

pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain

melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar.(Roger watson, 2002,

102)

Otitis media adalah peradangan akut atau seluruh pericilium telinga

tengah. Saat bakteri melalui saluran eustachius, bakteri bisa menyebabkan

infeksi saluran tersebut. Sehingga terjadilah pembengkakan di sekitar saluran,

mengakibatkan tersumbatnya saluran. (Mansjoer, 2001, 76).Otitis Media Akut

adalah suatu infeksi pada telinga tengah yang disebabkan karena masuknya

bakteri patogenik ke dalam telinga tengah (Smeltzer, 2001).Otitis Media Akut

adalah peradangan akut sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah

(Mansjoer, Arif, 2001).Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh

mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid

(Ahmad Mufti, 2005)

B. Anatomi Fisiologi

Secara anatomi telinga dibagi menjadi tiga bagian yaitu telinga luar,

tengah dan dalam. Dalam perkembangannya telinga dalam merupakan organ

yang pertama kali terbentuk mencapai konfingurasi dan ukuran dewasa pada

Page 2: Askep Otitis Medial

trimester pertengahan kehamilan. Sedangkan telinga tengah dan luar belum

terbentuk sempurna saat kelahiran, akan tumbuh terus dan berubah bentuk

sampai pubertas.  

1. Telinga dalam

Labirin mulai berdiferensiasi pada akhir minggu ketiga dengan

munculnya plakoda otik (auditori). Dalam waktu kurang dari satu minggu

plakoda tersebut mengalami invaginasi membentuk lekuk pendengaran,

kemudian berdilatasi membentuk suaru kantong, selanjutnya tumbuh

menjadi vesikula auditorius.

Suatu proses migrasi, pertumbuhan dan elongasi vesikula kemudian

berlangsung dan segera membuat lipatan pada dinding kantong yang

secara jelas memberi batas tiga divisi utama vesikula auditorius yaitu

sakus dan duktus endolimfarikus, utrikulus dengan duktus semi sirkuler

dan sakulus dengan duktus koklea. Dari utrikulus kemudian timbul tiga

tonjolan mirip gelang. Lapisan membran yang jauh dari perifer gelang

diserap meninggalkan tiga kanalis semisirkularis pada perifer gelang.

Sakulus kemudian membentuk duktus koklearis berbenruk spiral.Secara

filogenetik organ-organ akhir khusus berasal dari neuromast yang tidak

terlapisi yang berkembang dalam kanalis semisirkularis untuk membentuk

krista. Di dalam utrikulus dan sakulus membentuk makula dan dalam

koklea membentuk organon koiti. Diferensiasi ini berlangsung dari

minggu keenam sampai ke 10 fetus, pada saat itu hubungan definitive

seperfi telinga orang dewasa telah siap.

Page 3: Askep Otitis Medial

2. Telinga Luar dan Tengah

Ruang telinga tengah, mastoid, permukaan dalam membijana

timpani dan tuba. Eustachius berasal dari kantong faring pertama.

Perkembangan prgan ini dimulai pada minggu keempat dan berlanjut

sampai minggu ke 30 fetus, kecuali pneumatisasi mastoid yang terus

berkembang sampai pubertas.Osikel berasal dari mesoderm celah brankial

pertama dan kedua, kecuali basis stapes yang berasal dari kapsul otik.

Osikel berkembang mulai minggu kedelapan sampai mencapai bentuk-

komplet pada minggu ke 26 fetus.Liang telinga luar berasal dari ektoderm

celah brankial pertama.Membrana timpani mewakili membran penutup

celah tersebut. Pada awalnya liang telinga luar tertutup sama sekali oleh

suatu sumbatan jaringan padat, akan tetapi akan mengalami rekanalisasi.

C. Komplikasi

1. Peradangan telinga tengah (otitis media) yang tidak diberi terapi

secarabenar dan adekuat dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga

tengahtermasuk ke otak, namun ini jarang terjadi setelah adanya

pemberianantibiotik.

2. Mastoiditis

3. Kehilangan pendengaran permanen bila OMA tetap tidak ditangani

4. Keseimbangan tubuh terganggu

5. Peradangan otak kejang

Page 4: Askep Otitis Medial

D. Etiologi

1. Disfungsi atau sumbatan tuba eustachius merupakan penyebab utama dari

otitis media yang menyebabkan pertahanan tubuh pada silia mukosa tuba

eustachius terganggu, sehingga pencegahan invasi kuman ke dalam telinga

tengah juga akan terganggu

2. ISPA (infeksi saluran pernafasan atas), inflamasi jaringan di sekitarnya

(misal : sinusitis, hipertrofi adenoid), atau reaksi alergi (misalkan rhinitis

alergika). Pada anak-anak, makin sering terserang ISPA, makin besar

kemungkinan terjadinya otitis media akut (OMA). Pada bayi, OMA

dipermudah karena tuba eustachiusnya pendek, lebar, dan letaknya agak

horisontal.

3. Bakteri

Bakteri yang umum ditemukan sebagai mikroorganisme penyebab adalah

Streptococcus peumoniae, Haemophylus influenza, Moraxella catarrhalis,

dan bakteri piogenik lain, seperti Streptococcus hemolyticus,

Staphylococcus aureus, E. coli, Pneumococcus vulgaris.

E. Tanda Gejala

1. Otitis Media Akut

Gejala otitis media dapat bervariasi menurut beratnya infeksi dan

bisa sangat ringan dan sementara atau sangat berat. Keadaan ini biasanya

unilateral pada orang dewasa.Membrane tymphani merah, sering

menggelembung tanpa tonjolan tulang yang dapat dilihat, tidak bergerak

Page 5: Askep Otitis Medial

pada otoskopi pneumatic ( pemberian tekanan positif atau negative pada

telinga tengah dengan insulator balon yang dikaitkan ke otoskop ), dapat

mengalami perforasi.

a. Otorrhea, bila terjadi rupture membrane tymphani

b. Keluhan nyeri telinga ( otalgia )

c. Demam

d. Anoreksia

e. Limfadenopati servikal anterior

Stadium Otitis Media Akut. Perubahan mukosa telinga tengah sebagai

akibat infeksi dapat dibagi atas 5 stadium yaitu:

Stadium oklusi tuba eustakhius

Adanya gambaran retraksi akibat terjadinya tekanan negative di

dalam tekanan tengah, karena adanya absorbs udara. Efusi

mungkin telah terjadi, tetapi tidak dapat dideteksi. Stadium ini

sukar dibedakan dengan Otitis Media Serosa yang disebabkan oleh

virus atau alergi.

Stadium hiperemesis (stadium presupurasi)

Stadium ini tampak pembuluh daerah yang melebar di membrane

timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemesis serta

edema. Secret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat eksudat

yang serosa sehingga sukar terlihat.

Stadium supurasi

Page 6: Askep Otitis Medial

Edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel

epitel superficial, serta terbentuknya eksudat yang purulen di

kavum timpani, menyebabkan membrane timpani menonjol kea rah

liang telinga luar. Pada keadaan ini pasien tampak sakit, suhu

meningkat, rasa nyeri di telinga bertambah hebat. Apabila tekanan

nanah di cavum timpani tidak berkurang, maka terjadi ischemia

akibat tekanan pada kapiler dan timbulnya trombophlebitis pada

vena kecil dan nekrosis mukosa, dan submukosa. Nekrosis terlihat

sebagai daerah yang lebih lembek dan berwarna kekuningan dan di

tempat ini akan terjadi ruptur.

2. Stadium perforasi

Akibat terlambatnya pemberian antibiotika atau virulensi kuman

yang tinggi, maka dapat terjadi ruptur membran timpani dan nanah keluar

mengalir dari telinga tengah ke liang telinga luar, pada keadaan ini anak

yang tadinya gelisah menjadi tenang, suhu badan turun dan anak tidur

nyenyak. Keadaan ini disebut Otitis Media Akut Stadium Perforasi.

3. Stadium resolusi

Bila membran timpani utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali,

bila sudah perforasi maka secret akan berkurang dan akhirnya kering.

Bila daya tahanm tubuh baik atau virulensi kuman reda, maka resolusi

dapat terjadi, walaupun tanpa pengobatan.

4. Otitis Media Serosa

Page 7: Askep Otitis Medial

Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh atau gatal

dalam telinga atau perasaan bendungan, atau bahkan suara letup atau

berderik, yang terjadi ketika tuba eustachii berusaha membuka.

Membrane tymphani tampak kusam (warna kuning redup sampai abu-

abu pada otoskopi pneumatik, dan dapat terlihat gelembung udara dalam

telinga tengah. Audiogram biasanya menunjukkan adanya kehilangan

pendengaran konduktif.

5. Otitis Media Kronik

Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan

pendengaran dan terdapat otorrhea intermitten atau persisten yang berbau

busuk. Biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditis akut,

dimana daerah post aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan

edema. Kolesteatoma, sendiri biasanya tidak menyebabkan nyeri.

Evaluasi otoskopik membrane timpani memperlihatkan adanya perforasi,

dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih di belakang

membrane timpani atau keluar ke kanalis eksterna melalui lubang

perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidak terlihat pada pemeriksaan oleh

ahli otoskopi. Hasil audiometric pada kasus kolesteatoma sering

memperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran.

Komplikasi yang terjadi :

Sukar menyembuh

Cepat kambuh kembali setelah nyeri telingaa berkurang

Ketulian sementara atau menetap

Page 8: Askep Otitis Medial

Penyebaran infeksi ke struktur sekitarnya yang menyebabkan

mastoiditis akut, kelumpuhan saraf facialis, komplikasi

intracranial(meningitis, abses otak), thrombosis sinus lateralis.

F. Patofisiologi

Pada gangguan ini biasanya terjadi disfungsi tuba eustachii seperti

obstruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran nafas atas, sehingga timbul

tekanan negative di telinga tengah. Sebaliknya, terdapat gangguan drainase

cairan telinga tengah dan kemungkinan refluks sekresi esophagus ke daerah

ini yang secara normal bersifat steril. Cara masuk bakteri pada kebanyakan

pasien kemungkinan melalui tuba eustachii akibat kontaminasi secret dalam

nasofaring. Bakteri juga dapat masuk telinga tengah bila ada perforasi

membran tymphani. Eksudat purulen biasanya ada dalam telinga tengah dan

mengakibatkan kehilangan pendengaran konduktif.

1. Pengkajian Fokus

Pengumpulan pengkajian data melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan

fisik seperti di bawah ini :

a. Riwayat kesehatan : adakah baru-baru ini infeksi pernafasan atas

ataukah sebelumnya klien mengalami ISPA, ada nyeri daerah telinga,

perasaan penuh atau tertekan di dalam telinga, perubahan pendengaran.

b. Pemeriksaan fisik : tes pendengaran, memeriksa membran timpani.

c. Data yg muncul pada saat pengkajian

d. Sakit telinga/nyeri

Page 9: Askep Otitis Medial

e. Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua

telinga

f. Tinitus

g. Perasaan penuh pada telinga

h. Suara bergema dari suara sendiri

i. Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelan

j. Vertigo, pusing, gatal pada telinga

k. Penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga

l. Penggunanaan obat (streptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin)

m. Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40°C), demam

n. Kemampuan membaca bibir atau memakai bahasa isyarat

G. Pemeriksaan Diagnostik

1.

1.             Otoscope untuk melakukan auskultasi pada bagian telinga luar

2.             Timpanogram untuk mengukur kesesuaian dan kekakuan membran

timpani

3.             Kultur dan uji sensitifitas ; dilakukan bila dilakukan timpanosentesis

(Aspirasi jarum dari telinga tengah melalui membrane timpani).

Pemeriksaan Fisik

             1.     Otoskopi

Page 10: Askep Otitis Medial

Perhatikan adanya lesi pada telinga luar

Amati adanya oedema pada membran tympani Periksa adanya pus dan ruptur pada

membran tympani

Amati perubahan warna yang mungkin terjadi pada membran tympani

2.      Tes bisik

Dengan menempatkan klien pada ruang yang sunyi, kemudian dilakukan tes bisik,

pada klien dengan OMA dapat terjadi penurunan pendengaran pada sisi telinga

yang sakit

3.      Tes garpu tala

a.       Tes Rinne : pada uji rinne didapatkan hasil negatif

b.      Tes Weber : pada tes weber didapatkan lateralisasi ke arah telinga yang sakit

Terapi tergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal

ditujukan untuk mengobati infeksi-infeksi saluran nafas atas, dengan pemberian

antibiotik dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik.

1.      Stadium Oklusi, Tujuan : membuka kembali tuba eustachius, sehingga

tekanan berkurang di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung, HCl

efedrin 0,5% dalamlarutan fisiologik (anak <12 tahun) atau HCl efedrin 1% (di

atas 12 tahun danpada orang dewasa).

2.      Stadium Presupurasi : Obat tetes hidung dan analgetika, antibiotika

(biasanya dari golongan penisilin/ampisilin).

Page 11: Askep Otitis Medial

3.      Stadium Supurasi : Disamping antibiotika, idealnya harus disertai dengan

miringotomi bila membran tympani masih utuh.

4.      Stadium Resolusi : Membran tympani berangsur normal kembali, sekret

tidak ada lagi dan perforasi membran tympani menutup.

Diagnosa Keperawatan

1.   Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cidera fisik

2.   Gangguan persepsi sensori (pendengaran) b.d perubahan resepsi, transmisi dan

integritas sensori

3.   Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri

Intervensi Keperawatan

1.      Nyeri akut b.d agen penyebab cidera fisik

Kriteria Hasil NOC :

Menunjukkan Tingkat Nyeri yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut

(sebutkan 1-5 : sangat berat, berat, sedang, ringan atau tidak ada) :

a.       Ekspresi nyeri pada wajah

b.      Gelisah/ ketegangan otot

c.       Durasi episode nyeri

Page 12: Askep Otitis Medial

d.      Merintih dan menangis

e.       Gelisah

Intervensi NIC :

O : Lakukan pengkajian yang komprehensif meliputi lokasi, karakteristik, awitan

dan durasi, frekuensi, intensitas, kualitas atau keparahan nyeri dan factor

presipitasinya.

N : Gunakan pendekatan yang positif untuk mengoptimalkan respon pasien

terhadap analgesik.

E : Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri

dan tawarkan strategi koping yang disarankan.

C : Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil

2.      Gangguan persepsi sensori (pendengaran) b.d perubahan resepsi, transmisi

dan integritas sensori

Hasil NOC :

a.       Orientasi kognitif : Kemampuan untuk mengidentifikasi orang, tempat dan

waktu secara akurat

b.      Komunikasi : Reseptif : Resepsi dan interpretasi pesan verbal dan non verbal

Page 13: Askep Otitis Medial

c.       Perilaku kompensasi pendengaran : Tindakan pribadi untuk

mengidentifikasi, memantau, dan mengompensasi kehilangan pendengaran

Intervensi NIC :

Pemantauan Neurologis : Mengumpulkan dan menganalisis data pasien untuk

mencegah atau meminimalkan komplikasi neurologis

Stimulus Kognitif : Meningkatkan kesadaran dan pemahaman terhadap sekitar

melalui penggunaan stimulus terencana

Peningkatan Komunikasi : Defisit pendengaran : Membantu pembelajaran dan

penerimaan metode alternative untuk menjalani hidup dengan penurunan fungsi

pendengaran

Orientasi Realitas : Promosi kesadaran pasien terhadap identitas pribadi, waktu

dan lingkungan

3.      Ansietas b.d ancaman terhadap konsep diri

Kriteria Hasil NOC :

a.       Menunjukkan Pengendalian Diri Terhadap Ansietas yang dibuktikan oleh

indicator sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak pernah, jarang, kadang-kadang,

sering atau selalu) :

Merencanakan strategi koping untuk situasi penuh tekanan

Page 14: Askep Otitis Medial

Mempertahankan performa peran

Memantau distorsi persepsi sensori

Memantau manifestasi perilaku ansietas

Menggunakan teknik relaksasi untuk meredakan ansietas

Intervensi NIC :

O : Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien

N : Bantu pasien untuk memfokuskan pasien pada situasi saat ini, sebagai cara

untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang dibutuhkan untuk mengurangi

ansietas

E : Berikan informasi mengenai sumber komunitas yang tersedia, seperti teman,

tetangga, kelompok, tempat ibadah, lembaga kesukarelawanan dan pusat rekreasi

C : Berikan obat untuk menurunkan ansietas, jika perlu

Page 15: Askep Otitis Medial

DAFTAR PUSTAKA

Ari, Elizabeth. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem

Pendengaran dan Wicara. Editor: Dr. Ratna Anggraeni., Sp THT-KL., M.Kes.

Bandung : STIKes Santo Borromeus.

Brunner & Suddarth. 1997. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :

EGC

Page 16: Askep Otitis Medial

Brunner & Suddarth . 2000. Keperawatan Medikal Bedah, Buku II Edisi 9, Alih

Bahasa :

Agung Waluyo dkk. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta : Media

Aesculapius

Fakultas Kedokteran Indonesia.

Wilkinson, Judith M and Nancy R. Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis

Keperawatan, edisi 9.

Jakarta, EGC.