Upload
inty-defly-nand
View
60
Download
15
Embed Size (px)
Citation preview
ASKEP HIPERTENSI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB II
Disusun oleh:
Ayu Marvitasari
Inti Lestari
Nur Atmi Astuti
Sevti Ardina
Agustina
Fihuna Dicki D
AKPER NOTOKUSUMO
YOGYAKARTA
2011/ 2012
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah istilah medis untuk penyakit tekanan darah tinggi dan
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak diderita di seluruh
dunia, termasuk Indonesia (Sani, 2008). Hipertensi bisa menyerang siapa saja baik
muda maupun tua. Namun, hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh
penderitanya, melainkan dapat memicu terjadinya penyakit lain yang dapat
menyebabkan kematian. Jika seorang telah divonis menderita hipertensi, sebaiknya
lebih berhati-hati dengan pola makan dan gaya hidup (Indriyani, 2009). Berjuang
melawan tekanan darah tinggi tidak membutuhkan cara-cara yang luar biasa.
Penderita hanya diminta untuk minum obat secara teratur dan mungkin membuat
beberapa perubahan dalam kebiasaan makan dan hidup. Tetapi sebagian penderita
hipertensi bermasalah untuk mentaati peraturan yang ditetapkan. Pengendalian diri
dan disiplin diri dibutuhkan, terutama jika penderita diminta untuk meninggalkan
sesuatu, misalnya makanan kesukaan atau merokok (Wolff, 2008). Penderita
hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga
menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Meningkatkan ilmu pengetahuan mahasiswa tentang penyakit hipertensi dan
meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menjaga kesehatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui arti hipertensi, penyebab, gejala dan penatalaksanaan yang tepat.
b. Menentukan asuhan keperawatan yang tepat untuk mengatasi hipertensi.
c. Memelihara lingkungan baik fisik, psikis maupun social sehingga dapat
menunjang peningkatan kesehatan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persistem dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolic diatas 90 mmHg (Brunner dan
Suddarth, 2002 : 896).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah sistolik ≥ 90
mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi (Arief Mansjoer, 2001).
Hipertensi atau penyakit darah tinggi adalah suatu gangguan pada pembuluh darah
yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah, terhambat
sampai kejaringan tubuh yang membutuhkan, sering kali disebur sebagai pembuluh
gelap karena termasuk penyakit yang mematikan.(http://www.hipertensi/2007.com.).
Hipertensi menurut penyebabnya dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Hipertensi essensial atau primer adalah hipertensi yang tidak / belum diketahui
penyebabnya, sekitar 90% penderita hipertensi primer.
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang menyebabkan dapat diketahui antara
lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hiperfitiroid),
penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme).
B. Anatomi dan fisiologi
1. Anatomi
Jantung adalah organ berongga berotot, yang terletak di tengah toraks, dan ia
menempati rongga antara paru dan diafragma. Beratnya sekitar 300 gram. Agar
dapat berfungsi dengan baik, jantung dilindungi oleh perikardium. Perikardium
terdiri dari 2 lapisan; lapisan dalam disebut perikardium viseralis dan lapisan luar
disebut perikardium parietalis. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh sedikit cairan
pelumas yang berfungsi mengurangi gesekan pada gerakan memompa dari
jantung itu sendiri.
Lapisan jantung terdiri atas:
a. Apikardium, yaitu lapisan terluar
b. Miokardium, yaitu lapisan tengah merupakan lapisan otot
c. Endokardium yaitu lapisan terdalam
Ruang jantung terdiri atas:
a. Atrium kanan
Atrium kanan berdinding tipis berfungsi untuk penyimpanan darah, dan
sebagai penyalur darah dari vena-vena sirkulasi sistemik ke dalam ventrikel
kanan dan kemudian paru-paru. Darah masuk melalui vena kavasuperior,
inferior dan sinus koronarius. Yang memisahkan vena kava dari atrium
jantung hanyalah lapisan katub; karena itu peningkatan tekanan atrium kanan
akibat bendungan darah di bagian kanan jantung akan dikembalikan akibat ke
dalam sirkulasi sistemik.
b. Ventrikel kanan
Pada kontraksi ventrikel, maka tiap ventrikel harus menghasilkan kekuatan
yang cukup besar untuk dapat memompakan darah yang diterimanya dari
atrium ke sirkulasi pulmonal ataupun sirkulasi sistemik. Ventrikel kanan
menghasilkan kontraksi bertekanan rendah, yang cukup untuk mengalirkan
darah ke dalam arteria pulmonaris. Beban kerja dari ventrikel kanan jauh lebih
ringan daripada ventrikel kiri. Akibatnya tebal dinding ventrikel kanan hanya
sepertiga dari tebal dinding ventrikel kiri.
c. Atrium kiri
Atrium kiri menerima darah yang sudah dioksigenisasi dari paru-paru melalui
keempat vena pulmonalis. Antara vena pulmonalis dan atrium kiri tidak ada
katup sejati. Karena itu perubahan tekanan darah atrium kiri mudah sekali
membalik retrograde ke dalam pembuluh paru-paru. Peningkatan tekanan
atrium kiri yang akan menyebabkan bendungan paru-paru. Darah mengalir
dari atrium kiri ke dalam ventrikel kiri melalui katup mitral.
d. Ventrikel kiri
Ventrikel kiri harus menghasilkan tekanan yang cukup tinggi untuk mengatasi
tahanan sirkulasi sistematik, dan mempertahankan darah ke jaringan perifer.
Pada kontraksi, tekanan ventrikel kiri meningkatkan sekitar 5 kali lebih tinggi
dari pada tekanan ventrikel kanan. Ventrikel kiri mempunyai otot-otot yang
tebal dan sekat pembatas kedua ventrikel juga memperkuat tekanan yang
ditimbulkan oleh seluruh ventrikel pada kontraksi.
e. Katub Jantung
Jantung mempunyai empat katup jantung yang berfungsi mempertahankan
aliran darah searah melalui bilik-bilik jantung.
f. Katup Atrioventrikularis (Katub AV)
Katup ini memisahkan antara atrium dan ventrikel. Katup ini terdiri atas 2
katup, yaitu katub trikuspidalis yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel
kanan yang mempunyai tiga buah daun katub mitralis memisahkan atrium dan
ventrikel kiri yang mempunyai 2 buah daun katup.
g. Katup semilunaris
Katup semilunaris. Terdiri dari katub aorta yang terletak antara ventrikel kiri
dan aorta, sedang katup pulmonalis terletak antara ventrikel kanan dan arteria
pulmonalis. Katup semilunaris mencegah aliran kembali darah dari aorta atau
arteria pulmonalis ke dalam ventrikel sewaktu ventrikel istirahat.
2. Fisiologi
Jantung merupakan organ pemompa yang besar yang memelihara peredaran
melalui seluruh tubuh. Arteri membawa darah dari jantung. Vena membawa darah
kejantung. Kapiler menggabungkan arteri dan vena, terentang di antaranya dan
merupakan jalan lalu lintas antara makanan dan bahan buangan. Di sini juga
terjadi pertukaran gas dalam cairan extraselluler / intertisiil. Atrium kanan
berfungsi sebagai tempat penyimpanan darah, dan sebagai penyalur darah dari
vena sirkulasi sistemik ke dalam ventrikel kanan dan kemudian ke paru-paru.
Ventrikel kanan berfungsi menyimpan darah dari atrium kanan dan
menyalurkannya ke paru-pary melewati arteri pulmonalis. Atrium kiri berfungsi
menerima darah dari apru-paru dan penyalur darah ke ventrikel kiri. Ventrikel kiri
berfungsi menerima dari atrium kiri dan menyalurkannya ke seluruh tubuh melalui
aorta.
Sirkulasi peredaran darah
a. Peredaran sistemik
Darah meninggalkan ventrikel kiri jantung aorta arteri arteriola
kapiler bergabung membentuk venula vena vena cava superior /
inferior jantung.
b. Peredaran darah pulmonal
Darah dari vena atrium kanan ventrikel kanan arteri pulmonalis
paru-paru kanan dan kiri arteri arteriola kapiler pulmonal yang
mengitari alveoli untuk memungut O2 dan melepaskan CO2 vena pulmonar
jantung.
(Evelyn C Pearce, 2002)
C. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
( Mansjoer Arif,dkk,2001 )
Menurut penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
1. Hipertensi Primer atau Esensial.
Hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi
Taropatik terdapat sekitar 95 % kasus. Banyak factor yang mempengaruhi seperti
genetic, lingkungan, hiperaktivitas, susunan saraf simpatis, sistim rennin
angiostensin, defek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Ca Intraseluler dan
factor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alcohol, merokok serta
polisetemia.
2. Hipertensi Sekunder atau Hipertensi Renal
Hipertensi ini dapat diketahui penyebabnya dan biasnya disertai keluhan atau
gejala-gejala dari penyakit yang menyebabkan hipertensi tersebut. Penyakit yang
dapat menyebabkan hipertensi ini misalnya :
a. Kelainan Hormon
1) Pil KB: kontrasepsi oral yang mengandung estrogen menyebabkan
peningkatan angiostensinogen dan kemudian akan meningkatkan
angiostensin II. Peningkatan angiostensin II ini juga dirangsang oleh
pengeluaran rennin akibart peningkatan stimulasi syaraf simpatis. Akibat
peningkatan angiostensin II ada 2 hal yaitu : aspek konstriktor arteriola
perifer dan peningkatan sekresi aldosteron yang mengakibatkan reasorbsi
Na dan air.
2) Neokromositoma/Tumor Medulla Adrenal atau jaringan pensekresi
ketoalamin di bagian lain tubuh: tumor ini mensekresi epinefrin yang
menyebabkan kadar glukosa plasma dan tingkat metabolisme meningkat
sehinngga memungkinkan terjadinya hipertensi.
3) Sindrom Chusing, hipertensi pada penyakit ini diakibatkan oleh
peningkatan ACSH yang kemudian merangsang peningkatan glukortikod
(kortisol) sehingga menyebabkan glukonegenesis dan perubahan dalam
distribusi jaringan adipose. Dua hal tersebut meningkatkan obesitas.
b. Penyakit Metabolic
Diabetes mellitus : pada DM terjadi netropati diabetic mikroangiopati diabetic
sehingga mengakibatkan nefropati diabetic dan disfungsi filtrasi glomerulo.
c. Penyakit Ginjal
1) Glomerulo nefritis akut : lesi pada glomerulus menyebabkan retensi air
dan garam sehingga menyebabkan hipertensi.
2) penyempitan arteri renalis
d. Lain-Lain
1) Koarktasio aorta/penyempitan congenital suatu segmen aorta torakalis hal
ini meningkatkan resistensi aliran darah aorta sehingga mengakibatkan
hipertensi berat.
2) Pre eklamsia, pada pre eklamsia terjadi retensi pembuluh darah disertai
dengan retensi garam dan air.
D. Pathofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke kardo spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ke ganggria simpatis di toraks dan abdomen rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke gonalis simpatis.
Pada titik ini, neuron perganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah dimana dengan
melepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai
faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstritor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut
bisa terjadi. (Brunner & Suddarth, 2002).
E. Klasifikasi
Klasifikasi sesuai WHO/ISH
Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolic (mmHg)
Normotensi <140 <90
Hipertensi ringan 140-180 90-105
Hipertensi perbatasan 140-160 90-95
Hipertensi sedang dan
berat>180 >105
Hipertensi sistolik
terisolasi>140 >90
Hipertensi sistolik
perbatasan140-160 <90
Hipertensi sistolik terisolasi adalah hipertensi dengan tekanan sistolik sama atau lebih
dari 160 mmHg. Keadaan ini berbahaya dan memiliki peranan sama dengan hipertensi
diastolic, sehingga harus diterapi.
Klasifikasi pengukuran tekanan darah berdasarkan The Sixth Of The Joint National
Commite On Prevention, Detection, Evaluation, And Treatment Of High Blood
Presure, 1997.
F.
M
anifestasi klinis
Gejala yang timbul bervariasi, tergantung dari tinggi rendahnya derajat hipertensi.
Pada hipertensi esensial dapat berjalan gejala dan pada umumnya baru timbul gejala
terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung yang
sering dijumpai berupa:
1. Sakit kepala
2. Vertigo
3. Perdarahan retina
4. Gangguan penglihatan
5. Proteinuria
6. Hematuria
7. Tachhicardi
8. Palpitasi
9. Pucat dan mudah lelah
Katagori Sistolik(mmHg) Diastolic(mmHg) Rekomendasi
Normal <130 <85 Periksa ulang dalam 2 tahun
Perbatsan 130-139 85-89 Periksa ulang dalam 1 tahun
Hipertensi
tingkat 1140-159 90-99
Konfirmasi dalam 1 atau 2
bulan
Anjuarkan modifikasi gaya
hidup
Hipertensi
tingkat 2160-179 100-109
Evaluasi atau rujuk dalam 1
bulan
Hipertensi
tingkat 3 ≥ 180 ≥ 110
Evaluasi atau rujuk segera
dalam 1 mingguberdasrkan
kondisi klinis
Tetapi kebanyakan pula pasien yang menderita hipertensi tidak mempunyai
keluhan. Dan ada juga beberapa pasien mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, sesak
nafas, kelelahan, kesadaran menurun, gelisah, mual, muntah, epistaksis, kelemahan
otot atau perubahan mental.
G. Penatalaksanaan
Tujuan deteksi dan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan risiko penyakit
kardiovaskuler dan mortalitas serta morbiditas yang berkaitan. Tujuan terapi adalah
mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik di bawah 140 mmHg dan tekanan
diastolic di bawah 90 mmHg dan mengontrol faktor risiko. Hal ini dapat dicapai
melalui modifkasi gaya hidup saja, atau dengan obat antihipertensi.
Penatalaksanaan berdasarkan klasifikasi risiko :
Tekanan
darahKelompok risiko A Kelompok risiko B Kelompok risiko C
130-139/85-89 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat
140-159/90-99 Modifikasi gaya hidup Modifikasi gaya hidup Dengan obat
≥160/≥100 Dengan obat Dengan obat Dengan obat
Modifikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan risiko kardiovaskuler dengan
biaya sedikit dan risiko minimal. Tata laksana ini tetap dianjurkan meski harus
disertai obat antihipertensi karena dapat menurunkan jumlah dan dosis obat.
Langkah-langkah yang dianjurkan untuk :
1. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indeks massa tubuh ≥ 27)
2. Membatasi alcohol
3. Meningkatkan aktivitas fisik aerobic (30 – 45 menit /hari).
4. Mengurangi asupan natrium (<100>
5. Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat.
6. Mempertahankan asupan kalium yang adekuat (90 mmol/hari).
7. Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam
makanan.
Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien dimulai
dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan umur,
kebutuhan dan usia. Terapi yang optimal harus efektif selama 24 jam, dan lebih
disukai dalam dosis tuggal karena kepatuhan lebih baik, lebih murah, dapat
mengontrol hipertensi terus-menerus dan lancar dan melindungi pasien terhadap
berbagai faktor risiko dari kematian mendadak, serangan jantung, atau strok akibat
peningkatan tekanan darah mendadak saat bangun tidur. Sekarang terdapat pula obat
yang berisi kombinasi dosis rendah dua obat dari golongan yang berbeda. Kombinasi
ini terbukti memberikan efektivitas tambahan dan mengurangi efek samping.
Setelah diputuskan untuk memakai obat antihipertensi dan bila tidak terdapat
indikasi untuk memilih golongan tertentu, diberikan diuretic atau betabloker. Jika
respons tidak baik dengan dosis penuh. Dilanjutkan sesuai algoritma. Diuretic
biasanya menjadi tambahan karena dapat meningkatkan efek obat yang lain. Jika
tambahan obat kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik minimal setelah 1
tahun, dapat dicoba menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis secara
perlahan dan progresif.
Pada beberapa pasien mungkin dimulai terapi dengan lebih dari satu obat secara
langsung. Pasien dengan tekanan darah ≥ 200 / ≥ 120 mmHg harus diberikan terapi
dengan segera dan jika terdapat gejala kerusakan organ harus dirawat di rumah sakit.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada hipertensi (Arif Mansjoer, 2000):
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan(viskositas) dan dapat mengindikasikan factor resiko seperti :
hipokoagulabilitas, anemia.
2) BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal.
3) Glucosa: Hiperglikemi (DM adalah pencetus hipertensi) dapatdiakibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalis : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada
DM.
b. CT ScaN : Mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
c. EKG: Dapat menunjukan pola regangan, dimana luas, peninggian
gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP: Mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu
ginjal,perbaikan ginjal.
e. Foto dada: Menunjukan destruksi kalsifikasi pada area katup,pembesaran
jantung.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas/ Istirahat
Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.
Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat Hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup
dan penyakit cebrocaskuler, episode palpitasi,perspirasi.
Tanda : Kenaikan TD, Nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis,radialis,
tikikardi, murmur stenosis valvular, distensi vena jugularis,kulit pucat,
sianosis, suhu dingin (vasokontriksi perifer) pengisian kapiler mungkin
lambat/ bertunda.
3. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, faktor stress
multiple(hubungan, keuangan, yang berkaitan dengan pekerjaan.
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan continue
perhatian,tangisan meledak, otot muka tegang, pernafasan menghela,
peningkatan pola bicara.
4. Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau (seperti obstruksi atau riwayat penyakit
ginjal pada masa yang lalu).
5. Makanan/cairan
Gejala : Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, lemak
serta kolesterol, mual, muntah dan perubahan BB akhir akhir ini
( meningkat/turun ) Riwayat penggunaan diuretic
Tanda : Berat badan normal atau obesitas,, adanya edema, glikosuria.
6. Neurosensori
Gejala : Keluhan pening /pusing,sakit kepala,subojksipital ( terjadi saat
bangun dan menghilangkan secara spontan setelah beberapa jam )
Gangguan penglihatan ( diplobia, penglihatan kabur, epistakis ).
Tanda : Status mental, perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara,efek,
proses pikir, penurunan keuatan genggaman tangan.
7. Nyeri/ ketidaknyaman
Gejala : Angina (penyakit arteri koroner/ keterlibatan jantung),sakitkepala.
8. Pernafasan
Gejala: Dispnea yang berkaitan dari aktivitas /kerja takipnea,ortopnea,dispnea,
batuk dengan/tanpa pembentukan sputum, riwayat merokok.
Tanda: Distress pernafasan/penggunaan otot aksesori pernafasan buny inafas
tambahan (krakties/mengi), sianosis.
9. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan, hipotensi postural
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
2. Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
3. Nyeri ( sakit kepala ) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral
4. Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d masukan berlebih
5. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan
perawatan diri
C. Perencanaan Keperawatan
Dx 1 : Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b.d peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan
asuhan
keperawatan
diharapkan klien
mau berpartisipasi
dalam aktivitas
yang menurunkan
TD/beban kerja
jantung dengan
KH :
- TD dalam
rentang individu
-Pantau TTD -Perbandingan dari tekanan
memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan/bidang
masalah vascular.
-Catat keberadaan,kualitas
denyutan sentraldan perifer
-Denyutan karotis,jugularis,radialis
dan femolarismungkin
teramati/terpalpasi.Denyut pada
tungkai mungkin
menurun,mencerminkan efek dari
vasokontriksi(peningkatan SVR) dan
yang dapat
diterima
- Irama dan
frekuensi jantung
stabil dalam
rentang normal
-Auskultasi tonus jantung
dan bunyi nafas
-Amati warna
kulit,kelembaban,suhu,dan
masa pengisian kapiler
-Catat edema
umum/tertentu
-Berikan lingkungan tenang
dan nyaman,kurangi
aktivitas/keributan
lingkungan .batasi jumlah
pengunjung dan lamanya
tinggal.
-Pertahankan pembatasan
aktivitas seperti istirahat
ditempat tidur/kursi;jadwal
periode istirahat tanpa
gangguan;bantu pasien
melakukan perawatan diri
kongesti vena.
-S4 umumnya terdengar pada pasien
hipertensi berat karena adanya
hipermetrofi atrium(peningkatan
volume/tekananatrium)Perkembangan
S3 menunjukkan hipertrofi ventrikel
dan kerusakan fungsi,adanya
krakles,mengi dapat mengindikasikan
kongesti paru skunder terhadap
terjadinya atau gagal ginjal kronik.
-adanya pucat,dingin,kulit lembab
dan masa pengisian kapiler lambat
mungkin berkaitan dengan
vasokontriksi atau mencerminkan
dekompensasi/penurunan curah
jantung
-Dapat mengindikasikan gagal
jantung,kerusakan ginjal atau
vascular.
-Membantu untuk menurunkan
rangsang simpatis;meningkatkan
relaksasi
-Menurunkan stress dan ketegangan
yang mempengaruhi tekanan darah
dan perjalanan penyakit hipertensi.
Dx 2 : Intoleran aktivitas b.d kelemahan umum ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
klien klien mampu
melakukan aktivitas yang
ditoleransi KH :
-Klien berpartisipasi dalam
aktivitas yang
diinginkan/diperlukan
-melaporkan peningkatan
dalam toleransi aktivitas
yang dapat diukur
-menunjukkan penurunan
dalam tanda – tanda
intoleransi fisiologi
-Kaji respon klien terhadap
aktivitas,perhatian frekuensi
nadi lebih dari20 X per menit
di atas frekuensi
istirahat ;peningkatan TD
yang nyata selama/sesudah
aktivitas,dispnea,nyeri
dada;keletihan dan
kelemahan yang
berlebihan;diaphoresis;pusing
atau pingsan.
-Intruksikan pasien tentang
tehnik penghematan
energi,mis; menggunakan
kursi saat mandi,duduk saat
menyisir rambut atau
menyikat gigi,melakukan
aktifitas dengan perlahan.
-Berikan dorongan untuk
melakukan
aktivitas/perawatan diri
bertahap jika dapat ditoleransi
.berikan bantuan sesuai
kebutuhan.
-menyebutkan parameter
membantu dalam
mengkaji respons fisiologi
terhadap stres aktivitas
dan bila ada merupakan
indikator dari kelebihan
kerja yang berkaitan
dengan tingkat aktivitas.
-Tehnik menghemat
energi mengurangi
penggurangan energy juga
membantu keseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen.
-kemajuan aktifitas
bertahap mencegah
peningkatan kerja jantung
tiba- tiba.memberikan
bantuan hanya sebatas
kebutuhan akan
mendorong kemandirian
dalam melakukan
aktivitas.
Dx 3 : Nyeri ( sakit kepala ) b.d peningkatan tekanan vaskuler serebral
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan
asuhan keperawatan
diharapkan nyeri
berkurang dengan
KH :
-Klien melaporkan
nyeri/ketidaknyamana
n hilang/terkontrol
-mempertahankan tirah baring selama
fase akut
-berikan tindakan non farmakologi
untuk menghilangkan sakit kepala
mis; kompres dingin pada dahi,pijat
punggung dan leher,tenang,redupkan
lampu kamar lampu kamar,tehnik
relaksasi(panduan
imajinasi,diktraksi) dan aktifitas
waktu senggang.
-Hilangkan/minimalkan aktivitas
vasokontriksi yang dapat
meningkatkan sakit kepala mis;
mengejan saat BAB,batuk panjang
dan membungkuk.
-Bantu pasien dalam ambulasi sesuai
kebutuhan
-berikancairan,makanan
lunak,perawatan mulut yang teratur
bila terjadi pendarahan hidung atau
kompres hidung telah dilakukan
untuk menghentikan pendarahan
-meminimalkan
stimulasi/meningkatkan
relaksasi
-tindakan yang
menurunkan tekanan
vaskuler serebral dan
yang
memperlambat/memblo
k respon simpatis
efektif dalam
menghilangkan sakit
kepala dan
komplikasinya.
-Aktivitas yang
meningkatkan
vasokontriksi
menyebabkan sakit
kepala pada adanya
peningkatan tekanan
vascular serebral.
-pusing dan penglihatan
kabur sering
berhubungan dengan
sakit kepala.pasien juga
dapat mengalami
episode hipotensi
postural.
-meningkatkan
kenyamanan
umum.kompres hidung
-kolaborasi pemberian obat
analgesik,
dapat mengganggu
proses menelan atau
membutuhkan napas
dengan
mulut ,menimbulkan
stagnasi sekresi oral dan
mengeringkan
membrane mukosa.
-munurunkan/
mengontrol nyeri dan
menurunkan rangsang
system saraf simpatis.
-dapat mengurangi
ketegangan dan
ketidaknyamanan yang
diperberat oleh stress.
- kolaberasi pemberian obat
Antiansietas mis;
lorazepanm(ativan),diazepam,
(valium)
Dx 4 : Nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh b.d masukan berlebih
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
nutrisi klien cukup/optimal
sesuai kebutuhan dengan
KH :
-Kaji pemahaman pasien
tentang hubungan langsung
antara hipertensi dan
kegemukan
-kegemukan adalah resiko
tambahan pada tekanan
darah tinggi karena
disproporsi antara
kapasitas aorta dan
- Berat badan klien dalam
batas ideal
-Bicarakan pentingnya
menurunkan masukan kalori
dan batasi masukan
lemak,garam,dan gula,sesuai
indikasi.
peningkatan curah jantung
berkaitan dengan
peningkatan massa tubuh.
-Kesalahan kebiasaan
makan makan menujang
terjadinya ateroskerosis
dan kegemukan.
Dx 5 : Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit dan
perawatan diri
Tujuan Intervensi Rasional
Setelah diberikan asuhan
keperawatan diharapkan
terjadi peningkatan
pengetahuan pada klien
dengan KH :
-Klien paham dengan
tentang proses penyakit
dan regimen pengobatan
-Kaji kesiapan dan hambatan
dalam belajar.termasuk orang
terdekat.
-kesalahan konsep dan
menyangkal diagnose
karena perasaan sejahtera
yang sudah lama dinikmati
mempengaruhi minat
pasien dan/orang terdekat
untuk mempelajari
penyakit,kemajuan,dan
prognosis.bila pasien tidak
menerima realitas bahwa
membutuhkan pengobatan
continue,maka perubahan
prilaku tidak akan
dipertahankan.
-Terapkan dan nyatakan batas
TD normal.jelaskan tentang
hipertensi dan efeknya pada
jantung,pembuluh
darah ,ginjal dan otak.
Memberikan dasar untuk
pemahaman tentang
peningkatan TD dan
mengklarisifikasi istilah
medis yang sering
digunakan.pemahaman
bahwa TD tinggi dapat
terjadi tanpa gejala adalah
ini untuk memungkinkan
pasien melanjutkan
pengobatan meskipun
ketika merasa sehat.
-Hindari mengatakan TD
normal dan gunakan
istilah”terkontrol dengan baik
“saat menggambarkan
tekanan darah pasien TD
pasien dalam batas yang
normal.
-Karena pengobatan untuk
pasien hipertensi adalah
sepanjang kehidupan,maka
dengan penyampaian
ide”terkontrol”akan
membantu pasien untuk
memahami kebutuhan
untuk melanjutkan
pengobatan/medikasi.
D. Evaluasi
Dx 1: Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia
miokard
Dx 2 : Sirkulasi tubuh tidak terganggu
Dx 3:Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Dx 4 :Nutrisi seimbang
Dx5:Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medical Bedah. edisi 8 volume 2. jakarta :
EGC.
Doengoes, ME, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.
Mansjoer Arif, 2000, kapita Selekta kedokteran, Jilid 2, Edisi 3, EGC. Jakarta
R. Sjamsuhidayat, dkk, 2003, Ilmu Bedah, Edisi 2, EGC, Jakarta
Black, Joyce M. (1997). Medical Surgical Nursing: Clinical Management for Continuity
of Care, Fifth Edition, WB. Saunders Company.
Brunner and Suddarth (2000). Text book of Medical Surgical Nursing; alih bahasa:
Agung Waluyo. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, vol. 2. Jakarta: EGC.
Doenges, Marilynn E. (1999). Nursing Care Plans: Guidelines for Planning and
Documenting Patient Care; Alih bahasa: I Made Kariasa. Rencana Asuhan Keperawatan.
Edisi 3. Jakarta: EGC.
http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?idktg=1&iddtl=4
Lewis, Sharon Mantik (2000). Medical Surgical Nursing: Assessment and Management
of Clinical Problem, Fifth edition Mosby.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah: Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan. Jilid 2. Cetakan 1. Jakarta: EGC.
Price, Sylvia Anderson (1995). Phatophysiology: Clinical Concept of Disease Process;
alih bahasa: Peter Anugerah; Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Edisi
4. Vol 2. Jakarta: EGC.
http: //Ns. Nining. Blogspot.com/ 2008/08/ Asuhan Keperawatan. Apendicitis. Html