51
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang kaya dengan hasil rempah-rempah yang dibutuhkan oleh bangsa eropa untuk. Dalam perjalanannya mengumpulkan rempah rempah dari bangsa Indonesia masyarakat eropa khususnya belanda berbaur dengan masyarakat loKal yang menyebabkan terjadinya akulturasi budaya antara belanda dan Indonesia salah satunya di bidang arsitektur yang memeberikan corak berbeda terhadap perkembangan arsitektur di Indonesia. Dalam mata kuliah arsitektur Indonesia mahasiswa diarahkan untuk memahami lebih dalam pengaruh arsitektur di masa penjajahan belanda atau yang dikenal dengan arsitektur kolonial terhadap perkembangan arsitektur di Indonesia. Dalam pembuatan makalah ini mahasiswa ditugaskan untuk memilih salah satu objek di seluruh Indonesia untuk digali penaru kolonial pada arsitektur tersebut, pada makalah ini akan dijelaskan mengenai pengaruh arsitektur kolonial terhadap arsitektur di indoneisa yang menggunakan objek kajian puri kanginan yang terletak di kabupaten buleleng, bali. Puri kanginan merupakan salah satu dari beberapa puri yang terdapat di kabupaten buleleng yang memiliki cerita ejarah panjang pada jaman kolonial dari wilayah yang dimiliki kabupaten buleleng dapat dikatakan kabutaen ini sebagai daerah yang strategis untuk lokasi perdagangan karena daerahnya yang 1

arsitektur indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas arsitektur indonesia

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan Negara kepulauan yang kaya dengan hasil rempah-rempah yang

dibutuhkan oleh bangsa eropa untuk. Dalam perjalanannya mengumpulkan rempah rempah

dari bangsa Indonesia masyarakat eropa khususnya belanda berbaur dengan masyarakat

loKal yang menyebabkan terjadinya akulturasi budaya antara belanda dan Indonesia salah

satunya di bidang arsitektur yang memeberikan corak berbeda terhadap perkembangan

arsitektur di Indonesia. Dalam mata kuliah arsitektur Indonesia mahasiswa diarahkan untuk

memahami lebih dalam pengaruh arsitektur di masa penjajahan belanda atau yang dikenal

dengan arsitektur kolonial terhadap perkembangan arsitektur di Indonesia. Dalam pembuatan

makalah ini mahasiswa ditugaskan untuk memilih salah satu objek di seluruh Indonesia

untuk digali penaru kolonial pada arsitektur tersebut, pada makalah ini akan dijelaskan

mengenai pengaruh arsitektur kolonial terhadap arsitektur di indoneisa yang menggunakan

objek kajian puri kanginan yang terletak di kabupaten buleleng, bali.

Puri kanginan merupakan salah satu dari beberapa puri yang terdapat di kabupaten

buleleng yang memiliki cerita ejarah panjang pada jaman kolonial dari wilayah yang dimiliki

kabupaten buleleng dapat dikatakan kabutaen ini sebagai daerah yang strategis untuk lokasi

perdagangan karena daerahnya yang dekat dengan pesisirpantai sehingga menjadi incaran

para penjajah belanda untuk dijadikan daerah kekuasaan sehingga meberikan keuntungan

bagi pemerintahan belanda,

Di bali rumah tinggal memiliki beberapa tipologi yang diperuntukan menurut profesi di

masyarakat yang digolongkan menjadi empat warna atau kasta yaitu : kasta brahmana( orang

suci, pendeta di bali), kasta ksatria( perofesi di bidang pemerintahan maupun kerajaan), kasta

waisya( profesi sebagai pedagang ), kasta sudra( profesi sebagai petani) dari penggolongan

tersebut akan berpengaruh kepada tampilan bangunan yang akan memberikan informasi

profesi dari pemilik rumah tersebut mulai dari pintu masuk sampai susunan bangunan di

dalam site yang bertujuan untuk menciptakan keharmonisan dengan alam maupun

lingkungan sekitar site. proporsi bangunan di bali berbeda dengan di eropa yang

mengutamakan kemegahan sedangkan di bali lebih mengutamakan kesesuaian ukuran antara

1

penghuni dengan bangunan fungsional.dengan konsep konsep yang diterapkan pada tapak

maupun pada bangunan, hal ini tentu akan meberi warna berbeda pada arsitektur

setempat.fungsi puri yang paling penting adalah sebagai pusat pemerintahan sehingga

memiliki ruangan yang berbeda dari masyarakat pada umunya.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas , maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh arsitektur kolonial terhadap fasad bangunan puri kanginan?

2. Elemen apakah yang masih dipertahankan pada bangunan puri kanginan?

1.3 Tujuan penulisan

Adapun tujuan dilakukannya penulisan pada puri kanginan yaitu :

1. Untuk mengetahui pengaruh arsitektur kolonial pada puri kanginan

2. Sebagai studi banding dalam menggabungkan arsitektur bali dengan arsitektur luar bali

sehingga menghasilkan desain yang baik.

1.4 Manfaat penulisan

Adapun manfaat yang didapat dengan dilakukannya penulisan ini yaitu :

1. Lebih memahami arsitektur kolonial.

2. Dapat mengetahui unsure arsitektur bali yang dipengaruhi arsitektur kolonial.

2

BAB II

ARSITEKTUR KOLONIAL

2.1 Pengertian arsitektur kolonial

Arsitektur kolonial merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang

berkembang selama masa pendudukan Belanda di tanah air. Masuknya unsur Eropa ke

dalam komposisi kependudukan menambah kekayaan ragam arsitektur di nusantara.

Seiring berkembangnya peran dan kuasa, kamp-kamp Eropa semakin dominan dan

permanen hingga akhirnya berhasil berekspansi dan mendatangkan tipologi baru.

Semangat modernisasi dan globalisasi (khususnya pada abad ke-18 dan ke-19)

memperkenalkan bangunan modern seperti administrasi pemerintah kolonial, rumah sakit

atau fasilitas militer. Bangunan – bangunan inilah yang disebut dikenal dengan bangunan

kolonial

2.1.1 Awal kolonial

Kolonialisme di Indonesia dan bangsa Belanda dimulai ketika ekspedisi Cornelis de

Houtman berlabuh di pantai utara Jawa guna mencari rempah-rempah. Pada

perkembangan selanjutnya terjadi hubungan dagang antara bangsa Indonesia dengan

orang-orang Belanda. Hubungan perdagangan tersebut lambat laun berubah drastis

menjadi hubungan antara penjajah dan terjajah, terutama setelah didirikannya VOC.

Penjajahan Belanda berlangsung sampai tahun 1942, meskipun sempat diselingi oleh

Inggris selama lima tahun yaitu antara 1811-1816. Selama kurang lebih 350 tahun bangsa

Belanda telah memberi pengaruh yang cukup besar terhadap kebudayaan Indonesia.

2.1.2 Perkembangan kolonial

Sejarah mencatat, bahwa bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Indonesia adalah

Portugis, yang kemudian diikuti oleh Spanyol, Inggris dan Belanda. Pada mulanya

kedatangan mereka dengan maksud berdagang. Mereka membangun rumah dan

pemukimannya di beberapa kota di Indonesia yang biasanya terletak dekat dengan

pelabuhan. Dinding rumah mereka terbuat dari kayu dan papan dengan penutup atap ijuk.

Namun karena sering terjadi konflik mulailah dibangun benteng. Hampir di setiap kota

3

besar di Indonesia. Dalam benteng tersebut, mulailah bangsa Eropa membangun beberapa

bangunan dari bahan batu bata. Batu bata dan para tukang didatangkan dari negara Eropa.

Mereka membangun banyak rumah, gereja dan bangunan-bangunan umum lainnya

dengan bentuk tata kota dan arsitektur yang sama persis dengan negara asal mereka. Dari

era ini pulalah mulai berkembang arsitektur kolonial Belanda di Indonesia. Setelah

memiliki pengalaman yang cukup dalam membangun rumah dan bangunan di daerah

tropis lembab, maka mereka mulai memodifikasi bangunan mereka dengan bentuk-

bentuk yang lebih tepat dan dapat meningkatkan kenyamanan di dalam bangunan

2.1.3 Peroidesasi arsitektur kolonial

Abad 16 sampai tahun 1800 – an Waktu itu Indonesia masih disebut sebagai Nederland

Indische (Hindia Belanda) di bawah kekuasaan perusahaan dagang Belanda, VOC. Arsitektur

Kolonial Belanda selama periode ini cenderung kehilangan orientasinya pada bangunan

tradisional di Belanda. Bangunan perkotaan orang Belanda pada periode ini masih bergaya

Belanda dimana bentuknya cenderung panjang dan sempit, atap curam dan dinding depan

bertingkat bergaya Belanda di ujung teras. Bangunan ini tidak mempunyai suatu orientasi

bentuk yang jelas, atau tidak beradaptasi dengan iklim dan lingkungan setempat. Kediaman

Reine de Klerk (sebelumnya Gubernur Jenderal Belanda) di Batavia.

Tahun 1800-an sampai tahun 1902 Pemerintah Belanda mengambil alih Hindia Belanda

dari VOC. Setelah pemerintahan tahun 1811-1815 wilayah Hindia Belanda sepenuhnya

dikuasai oleh Belanda. Pada saat itu, di Hindia Belanda terbentuk gaya arsitektur tersendiri

yang dipelopori oleh GubernurJenderal HW yang dikenal engan the Empire Style, atau The

Ducth Colonial Villa: Gaya arsitektur neo-klasik yang melanda Eropa (terutama Prancis)

yang diterjemahkan secara bebas. Hasilnya berbentuk gaya Hindia Belanda yang bercitra

Kolonial yang disesuaikan dengan ingkungan lokal, iklim dan material yang tersedia pada

masa itu. Bangunan-bangunan yang berkesan grandeur (megah) dengan gaya arsitektur Neo

Klasik dikenal Indische Architectuur karakter arsitektur seperti : 1. Denah simetris dengan

satu lantai, terbuka, pilar di serambi depan dan belakang (ruang makan) dan didalamnya

terdapat serambi tengah yang mejuju ke ruang tidur dan kamar-kamar lainnya. 2. Pilar

menjulang ke atas (gaya Yunani) dan terdapat gevel atau mahkota di atas serambi depan dan

belakang. 3. Menggunakan atap perisai.

4

Tahun 1902 sampai tahun 1920-an Secara umum, ciri dan karakter arsitektur kolonial di

Indonesia pada tahun 1900-1920-an : 1. Menggunakan Gevel (gable) pada tampak depan

bangunan 2. Bentuk gable sangat bervariasi seperti curvilinear gable, stepped gable, gambrel

gable, pediment (dengan entablure). 3. Penggunaan Tower pada bangunan 4. Tower pada

mulanya digunakan pada bangunan gereja kemudian diambil alih oelh bangunan umum dan

menjadi mode pada arsitektur kolonial Belanda pada abad ke 20. 5. Bentuknya bermacam-

macam, ada yang bulat, segiempat ramping, dan ada yang dikombinasikan dengan gevel

depan. 6. Penggunaaan Dormer pada bangunan 7. Penyesuaian bangunan terhadap iklim

tropis basah -> Ventilasi yang lebar dan tinggi. Membuat Galeri atau serambi sepanjang

bangunan sebagai antisipasi dari hujan dan sinar matahari.

Tahun 1920 sampai tahun 1940-an Gerakan pembaharuan dalam arsitektur baik di tingkat

nasional maupun internasional. Hal ini mempengaruhi arsitektur kolonial Belanda di

Indonesia. Pada awal abad 20, arsitek-arsitek yang baru datang dari negeri Belanda

memunculkan pendekatan untuk rancangan arsitektur di Hindia Belanda. Aliran baru ini,

semula masih memegang unsur-unsur mendasar bentuk klasik, memasukkan unsur-unsur

yang terutama dirancang untuk mengantisipasi matahari hujan lebat tropik. Selain unsur-

unsur arsitektur tropis, juga memasukkan unsur-unsur arsitektur tradisional (asli) Indonesia

sehingga menjadi konsep yang eklektis. Konsep ini nampak pada karya Maclaine Pont

seperti kampus Technische Hogeschool (ITB), Gereja Poh sarang di Kediri.

2.2 Aliran yang mempengaruhi arsitektur kolonial

2.2.1 Gaya Neo Klasik (the Empire Style / the Dutch Colonial Villa) (tahun 1800)

Ciri – Ciri dan Karakteristik :

1. Denah simetris penuh dengan satu lanmtai atas dan ditutup dengan atap perisai.

2. Temboknya tebal

3. Langit – langitnya tinggi

4. Lantainya dari marmer

5. Beranda depan dan belakang sangat luas dan terbuka

6. Diujung beranda terdapat barisan pilar atau kolom bergaya Yunani (doric, ionic,

korinthia)

7. Pilar menjulang ke atas sebagai pendukung atap

5

8. Terdapat gevel dan mahkota diatas beranda depan dan belakang

9. Terdapat central room yang berhubungan langsung dengan beranda depan dan

belakang, kiri kananya terdapat kamar tidur

10. Daerah servis dibagian belakang dihubungkan dengan rumah induk oleh galeri.

Beranda belakang sebagai ruang makan.

11. Terletak ditanah luas dengan kebun di depan, samping dan belakang.

2.2.2 Bentuk Vernacular Belanda dan Penyesuaian Terhadap Iklim Tropis (sesudah

tahun 1900)

Ciri dan karakteristik

1. Penggunaan gevel(gable) pada tampak depan bangunan

2. Penggunaan tower pada bangunan

3. Penggunaan dormer pada bangunan

Beberapa penyesuaian dengan iklim tropis bsaah di Indonesia:

1. Denah tipis bentuk bangunan rampingBanyak bukaan untuk aliran udara

memudahkan cross ventilasi yang diperlukan iklim tropis basah

2. Galeri sepanjang bangunan untuk menghindari tampias hujandan sinar matahari

langsung

3. Layout bangunan menghadap Utara Selatan dengan orientasi tepat terhadap sinar

matahari tropis Timur Barat

2.2.3 Gaya Neogothic ( sesudah tahun 1900)

Ciri-ciri dan karakteristik

1. Denah tidak berbentuk salib tetapi berbentuk kotak

2. Tidak ada penyangga( flying buttress)karena atapnya tidak begitu tinggi tidak runga

yang dinamakan double aisle atau nave seperti layaknya gereja gothic

3. Disebelah depan dari denahnya disisi kanan dan kiri terdapat tangga yang dipakai

untuk naik ke lantai 2 yang tidak penuh

4. Terdapat dua tower( menara ) pada tampak mukanya, dimana tangga tersebut

ditempatkan dengan konstruksi rangka khas gothic

6

5. Jendela kacanya berbentuk busur lancip 6. Plafond pada langit-langit berbentuk

lekukan khas gothic yang terbuat dari besi.

2.2.5 Nieuwe Bouwen / International Style( sesudah tahun 1900-an)

Ciri-ciri dan karakteristik ;

1. Atap datar

2. Gevel horizontal

3. Volume bangunan berbentuk kubus

4. Berwarna putih

Nieuwe Bouwen / International Style di Hindia Belanda mempunyai 2 aliran utama ;

A. Nieuwe Zakelijkheid

Ciri-ciri dan karakteristik ;

Mencoba mencari keseimbangan terhadap garis dan massa Bentuk-bentuk asimetris

void saling tindih ( interplay dari garis hoeizontal dan vertical) Contoh ;

B. Kantor Borsumij ( GC. Citroen) B. Ekspresionistik ;

Ciri-ciri dan karakteristik ;

Wujud curvilinie Contoh : villa Isola ( CP.Wolf ), Hotel Savoy Homann( AF aalbers

2.2.6 Art Deco Ciri – ciri dan karakteristik :

1. Gaya yang ditampilkan berkesan mewahdan menimbulkan rasa romantisme

2. Pemakaian bahan – bahan dasar yang langka serta material yang mahal

3. Bentuk massif

4. Atap datar

5. Perletakan asimetris dari bentuka

7

BAB III

KARAKTER ARSITEKTUR DI INDONESIA

3.1 Perkembangan arsitektur di indonesia

3.1.1 Budaya Setempat

Arsitektur di Indonesia dipengaruhi oleh iklim lingkuangan sekitar yang merupakan

daerah dengan iklim tropis sehingga bangunan harus tahan terhadap iklim , selain itu

wilayah Indonesia juga merupakan daerah yang terdiri memiliki hutan produktif

sehingga juga dihuni binatang buas.sehingga bangunan juga harus mampu melindungi

penghuni dari serangan hewan buas, untuk membangun yang sesuai dengan kondisi

lingkungan masyarakat sekitar menggunakan bahan-bahan di sekitar lingkungan

tempat mereka tinggal yang memiliki potensi berbeda pada setiap daerah dan pada

setiap pulau di Indonesia, sebagaian besar masih menggunakan kayu dari hasil hutan

sebagai bahan bangunan, sebagian juga telah menggunakan batu alam sebagai bahan

dasar bangunan dan di bagian atas menggunakan kayu, alang-alang , daun kelapa dan

sebaginya, terbukti bangunan yang digunakan menggunakan bahan-bahan di

lingkungan sekitar mampu bertahan hingga puluhan tahun. Sehingga Indonesia kaya

akan keanekaragaman arsitekturnya mulai dari wilayah sabang di bagian barat,

hingga wilayah merauke di bagian timur yang memiliki cirri-ciri yang berbeda dalam

penerapan bahan hingga bentuk bangunan, khusus di bali arsitektur sebelum

datangnya penjajahan sudah dipengaruhi oleh kedatangan majapahit dari wilayah

jawa yang mempengaruhi budaya masyarakat dataran, dan beberapa daerah di

pegununungan atau masyarakat bali mula masih menerapkan arsitektur leluhur

mereka. Wilayah dataran meliputi Sembilan kabupaten yang ada di bali meliputi

buleleng, badung, gianyar, jembrana, karangasem , kelungkung, tabanan, bangle.

Yang secara umum meliki tipologi bangunan yang sama dengan penerapan konsep

ruang terbuka di tengah atau disebut .

8

3.1.2 Arsitektur Klasik Indonesia 

Ciri khas arsitektur klasik Indonesia dapat dilihat paada bangunan candi dengan

struktur menaranya. Candi Buddha dan Hindu dibangun dari batu, yang dibangun di

atas tanah dengan cirikhas piramida dan dihiasi dengan relief. Secara simbolis,

bangunan adalah sebagai representasi dari Gunung Meru yang legendaris, yang dalam

mitologi Hindu-Buddha diidentifikasi sebagai kediaman para dewa. Candi Buddha

Borobudur yang terkenal dari abad ke-9 dan Candi Prambanan bagi umat Hindu di

Jawa Tengah juga dipenuhi dengan gagasan makro kosmos yang direpresentasiken

dengan sebuah gunung. Di Asia Timur, walau dipengaruhi oleh budaya India, namun

arsitektur Indonesia (nusantara) lebih mengedapankan elemen-elemen masyarakat

lokal, dan lebih tepatnya dengan budaya petani. 

Budaya Hindu paling tidak 10 abad telah mempengaruhi kebudayaan Indonesia

sebelum pengaruh Islam datang. Peninggalan arsitektur klasik (Hindu-Buddha) di

Indonesia sangat terbatas untuk beberapa puluhan candi kecuali Pulau Bali yang masih

banyak karena faktor agama penduduk setempat.

3.1.3 Arsitektur vernakular di Indonesia.

 

Arsitektur tradisional dan vernakular di Indonesia berasal dari dua sumber. Pertama

adalah dari tradisi Hindu besar dibawa ke Indonesia dari India melalui Jawa. Yang

kedua adalah arsitektur pribumi asli. Rumah-rumah vernakular yang kebanyakan

ditemukan di daerah pedesaan dibangun dengan menggunakan bahan-bahan alami

seperti atap ilalang, bambu, anyaman bambu, kayu kelapa, dan batu. Bangunan adalah

penyesuain sepenuhnya selaras dengan lingkungan sekitar. Rumah-rumah di

pedalaman di Indonesia masih banyak yang menggunakan bambu, namun dengan

seiring dengan proses modernisasi, bangunan-bangunan bambu ini sedikit demi sedikit

diganti dengan bangunan dinding bata.

9

Arsitektur tradisional di Indonesia 

 Bangunan vernakular yang tertua di Indonesia saat ini tidak lebih dari sekitar 150

tahun usianya. Namun dari relief di dinding abad ke-9 di candi Borobudur di Jawa

Tengah mengungkapkan bahwa ada hubungan erat dengan arsitektur rumah vernakular

kontemporer yang ada saat ini. Arsitektur vernakular Indonesia juga mirip dengan

yang dapat ditemukan di seluruh pulau-pulau di Asia Tenggara. Karakteristik

utamanya adalah dengan digunakannya lantai yang ditinggikan (kecuali di Jawa), atap

dengan kemiringan tinggi menyerupai pelana dan penggunaan material dari kayu dan

bahan organik tahan lama lainnya. 

3.1.4 Pengaruh Islam dalam Arsitektur 

Budaya Islam di Indonesia dimulai pada tahun 13 Masehi ketika di Sumatra bagian

utara muncul kerajaan Islam Pasai di 1292. Dua setengah abad kemudian bersama-

sama juga dengan orang-orang Eropa, Islam datang ke Jawa. Islam tidak menyebar ke

kawasan Indonesia oleh kekuatan politik seperti di India atau Turki namun lebih

melalui penyebaran budaya. Budaya Islam pada arsitektur Indonesia dapat dijumpai di

masjid-masjid, istana, dan bangunan makam. 

Menurunnya kekuatan kerajaan Hindu Majapahit di Jawa menandai bergantinya

periode sejarah di Jawa. Kebudayaan Majapahit tersebut meninggalkan kebesarannya

10

dengan dengan serangkaian candi-candi monumental sampai abad keempat belas.

Meskipun demikian, tidak berarti bahwa "Zaman Klasik" di Jawa ini kemudian diganti

dengan zaman "biadab" dan juga bukanlah awal dari "Abad Kegelapan". Selanjutnya

kerajaan-kerajaan Islam melanjutkan budaya lama Majapahit yang mereka adopsi

secara jenius. "New Era" selanjutnya menghasilkan ikon penting seperti masjid-masjid

di Demak, Kudus dan Banten pada abad keenam belas. Juga dengan situs makam

Imogiri dan istana-istana Yogyakarta dan Surakarta pada abad kedelapan belas. Fakta

sejarah menunjukkan bahwa Islam tidak memperkenalkan bentuk-bentuk fisik baru

dan ajaran-ajarannyapun diajarkan lebih dalam cara-cara mistis oleh para sufi, atau

dengan kata lain melalui sinkretisme, sayangnya hal inilah yang mempengaruhi

‘gagal’nya Islam sebagai sebuah sistem baru yang benar-benar tidak menghapuskan

warisan Hindu ( lihat Prijotomo, 1988).

Masjid Kudus dengan Gaya Hindu untuk Drum Tower dan Gerbang 

 Penyebaran Islam secara bertahap di kawasan Indonesia dari abad ke-12 dan

seterusnya dengan memperkenalkan serangkaian penting pengaruh arsitektur. Namun,

perubahan dari gaya lama ke baru yang lebih bersifat ideologis baru kemudian

teknologi. Kedatangan Islam tidak mengarah pada pengenalan bangunan yang sama

sekali baru, melainkan melihat dan menyesuaikan bentuk-bentuk arsitektur yang ada,

yang diciptakan kembali atau ditafsirkan kembali sesuai persyaratan dalam Islam.

Menara Kudus, di Jawa Tengah, adalah contoh dalam kasus ini. Bangunan ini sangat

mirip dengan candi dari abad ke-14 di era kerajaan Majapahit, menara ini diadaptasi

untuk kepentingan yang lebih baru dibangun masjid setelah runtuhnya kerajaan

11

Majapahit. Demikian pula, masjid-masjid di awal perkembangan Islam di Indonesia

murni terinspirasi dari tradisi bangunan local yang ada di Jawa, dan tempat lain di

Nusantara, dengan empat kolom utama yang mendukung atap tengahnya. Dalam kedua

budaya ini empat kolom utama atau Saka Guru mempunyai makna simbolis

12

3.2 Struktur , Fungsi , Estetika

3.2.1 Struktur bangunan

Struktur bangunan di Indonesia umumnya menggunakan bahan-bahan lokal hasil dari

daerah dimana arsitektur berkembang yang terbagi atas bagian pondasi, bagian dinding,

dan bagian atap bangunan yang masih menggunakan bahan bahan berupa kayu. Batu

alam dan daun-daun sebagai bahan penutup atap yang kemudian berkembang dipengaruhi

kerajaan-kerajaan yang berkuasa di Indonesia kemuadia muncul bahan seperti bata merah

dan teknologi perekatnya yang masih alami berupa tanah.

struktur bawah bangunan

struktur bawah bangunan di Indonesia berneka ragam yang menyesaikan dengan

kondisi lingkungan pada kondisi lingkungan sekitar jika bangunan berada pada

lahan yang tergenang air maka menggunakan struktur banguan terapung, jika

bangunan berapa pada lahan berkontur dan daerah dataran yang banyak terdapat

hewan buas makan menggunakan struktur bangunan panggung. Dan struktur

pondasi batu kali pada lahan datar, beberapa contoh penerapan struktur pondasi

pada bangunan di Indonesia :

Gambar 2.1 struktur panggung

Sumber : www.google.co.id/ struktur bangunan Indonesia

Struktur panggung bertujuan untuk mencegah air tanah naik ke bangunan

sehingga kelembaban bangunan tetap terjaga dan terciptanya ruang di bawah

bangunan juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat menyimpan ternak. Bahan

untuk struktur panggung menggunakan bahan kayu dan pada bagian pertemuan

dengan tanah menggunakan batu.

13

Gambar 2.2 struktur pondasi batu kali

(rumah joglo)

Sumber : www.google.co.id/ struktur

bangunan Indonesia.

Struktur bangunan yang menggunakan batu kali menjadikan bangunan tahan

terhadap gempa yang sering terjadi di Indonesia, struktur ini banyak digunakan

untuk banguan di daerah dataran.pada mulanya perekat pondasi menggunakan

bahan tanah liat.

Gambar 2.3 struktur terapung

Sumber : www.google.co.id/ struktur bangunan Indonesia.

Struktur bangunan terapung banyak di temukan di daerah sungai musi

Kalimantan . ketinggian bangunan akan mengikuti pasang surut air. Suhu di sekita

bangunan akan terjaga karena penguapan air di bawah dan sekitar bangunan

sehingga tetap pada suhu optimum.

Struktur dinding

Struktur dinding bangunan menggunakan bahan-bahan alami seperti bambu, kayu,

dan batu alam, untuk bahan batu alam perekat menggunakan tanah liat .pada

14

penggunaan bahan bambu.penggunaan bahan lebih singkat karena umur bamboo

yang lebih pendek daripada kayu dan lebih cepat dimakan rayap jika tidak

memperhatikan masim saat mengambil bamboo dari alam.

Gambar 2.4 struktur kayu

Sumber : www.google.co.id/ struktur bangunan Indonesia.

Gambar 2.5 struktur bambu

Sumber : www.google.co.id/ struktur bangunan Indonesia.

Gambar 2.6 struktur

batu / bata

15

Sumber : www.google.co.id/ struktur bangunan Indonesia.

Struktur bata pada bangunan diperkenalkan pada masa kerajaan majapahit di jawa

yang kemudian digunakan untuk bangunan rakyat.

Struktur atap.

Struktur atap bangunan mengikuti bentuk atap yang umumnya berbentuk limas

an, pelana dan kerucut sebagai tanggapan terhadap iklim tropis sudut yang

digunakan juga di atas 35 sehingga air hujan cepat di bawa ke tanah. Hal ini

mempengaruhi bahan yang dgunakan untuk bahan penutup atap yang umumnya

menggunakan bahan sperti alang-alang, daun kelapa, bamboo dan sebagainya,

untuk menopang penutup atap digunakan bahan dambu dan kayu dengan

sambungan tradisional atau menggunakan tali bamboo sebagai pengikat

tergantung dari dimensi struktur bangunan

Gambar 2.7 struktur bambu

dengan penutup atap alang-

alang

Sumber : www.google.co.id/ struktur bangunan

Indonesia.

Gambar 2.8 struktur kuda-

kuda kayu dengan penutup

atap sirap kayu

Sumber : www.google.co.id/

struktur bangunan

Indonesia.

Gambar 2.9 penutup atap daun kelapa

Sumber : www.google.co.id/ struktur bangunan Indonesia.

16

Dari penggunaan bahan struktur atap dan bahan penutup atap semuanya berasal dari

lingkungan sekitar dan merupakan bahan-bahan yang masih alami dengan sedikit

pengolahan tangan manusia.sehingga tahan terhadap iklim setempat.

3.2.2 Fungsi bangunan

Fungsi bangunan rakyat Indonesia mengikuti kegiatan aktifitas sehari-hari yang sebagian

besar berprofesi sebagai petani dan nelayang sehingga terdapat fungsi seperti tempat

menyimpan beras dan hasil panen. Masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan memiliki

ruang yang digunakan untuk tempat menyimpan jala. Dan fungsi umum bangunan seperti

ruang tidur, ruang keluarga, ruang tamu dan ruang dapur. Dan beberapa daerah memiliki

ruang suci sebagai tempat pemujaan. Fungsi tersebut ada yang menjadi satu masa

bangunan dan ada yang menjadi beberapa masa bangunan sehingga menjadikan arsitektur

Indonesia beranekaragam.

3.2.3 Estetika/ keindahan

Estetika terbentu dari bentuk bentuk bangunan yang beraneka ragam. Bentuk atap yang

bebrbeda pada setiap daerah menjadikan arsitektur Indonesia tidak bosan untuk dinikmati

namun tetap terlahir dari tanggapan terhadap iklim. Ornament yang bersatu dengan

struktur bangunan juga memberikan sentuhan magis pada bangunan yang dapat

digunakan sebagai status soial pemilik rumah

Gambar 2.10 rumah panggung di

bagian barat indonesia

Sumber : www.google.co.id/

struktur bangunan Indonesia.

17

Ruamah tradisional Indonesia ini menampilkan bentuk atap yang unik dan memberikan

identitas daerah setempat.selain meampilkan bentuk bangunan bagian struktur juga

dihiasi dengan ornament dan elemt dekorasi yang menjadikan bangunan ini terlihat

agung.

Gambar 2.11 rumah tradisional bali

Sumber : www.google.co.id/ struktur

bangunan Indonesia.

Pada bangunan tradisional bali mnampilkan ukiran yang merupakan konsep trihita karana

sehingga memberikan kesan bahwa bangunan menyatu dengan lingkungan yang dapat dilihat

dari motif flora dan fauna yang terdapat pada element dekorasi dan ornament bangunan.

18

3.3 Pengaruh kolonoal terhadap arsitektur di Indonesia

Arsitektur kolonial merupakan langgam arsitektur yang datang dari daerah barat atau

eropa yang merupakan perkembangan dari arsitektur clasik di jama yunani dan romawi

sehingga memiliki perbedaan yang menciolok dengan arsitektur di belahan bumi timur

yang dapat dilihat dari penerapan skala manusia . selain itu iklim di wilayah eropa

berbeda jauh dengan iklim tropis di Indonesia. Jika di Indonesia menghindari atau

meminimalisir masuknya panas matahari ke dalam bangunan sedangkan di eropa

memasukkan sebanyak-banyaknya matahari ke dalam bangunan sehingga memiliki

bentuk dan penerapan bahan yang berbeda.

Perkembangan industry di eropa jauh lebih maju dari Indonesia sehingga bahan

bangunana sudah memerapkan teknologi modern yang di bawa ke Indonesia oleh para

penjajah. Pada perkembangannya beberapa bahan yang dianggap kualitasnya kurang pada

bangunana di Indonesia diganti dengan bahan dengan teknologi terbaharukan yang di

bawa kaum kolonial dari belanda sehingga memiliki corak yang berbeda, selain itu

masyarakat eropa yang telah mengenal arsitektur clasik sejak lahir tidak dapat lepas dari

bentuk-bentuk clasik yang sudah berkembang di Negara mereka , sehingga itu juga

diterapkan pada arsitektru di Indonesia yang mencolok pada penggunaan kolom dan

pemasangan jendela atau bukaan yang memiliki pola monoton dan simetris.

a. Struktur bangunan

Struktur atap

Bangunan yang di bawa bangsa kolonial merupakan pengembangan dari budaya

di eropa yang berkar dari bangunan classic. Yang berkemmbang sesaui dengan

kondisi lingkungan di eropa yang tanggap terhapad salju yang jatuh ke atap

sehingga atap bangunan memiliki sudut yang besar .sedangkan tritisan lebih

pendek agar matahari lebih maksimal masuk ke dalam dinding dan

menghangatkan bangunan .hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan kondisi

di Indonesia yang meminimalisir panas matahari mengenai dinding

bangunan.struktur penahan penutup atap sudah menggunakan baut sebagai system

19

penyambung struktur sehingga menghasilkan struktur yang lebih kuat dan

bentang yang lebih besar. Penutup atap diperkenalkan bahan tanah liat

Super Structure

Pada struktur yang memegang dinding sudah menggunakan bahan bahan besi dan

baja sebagai pendukung struktur tradisional di Indonesia. Perekat dinding sudah

berkembang menggunakan bahan semen . dan pewarnaan dinding sudah

menggunakan bahan kimia sehingga menghasilkan warna putih. Abu. Merah dan

sebagainya.

Pondasi /struktur bawah

Pondasi bangunan yang awalnya menggunakan tanah liat sebagai perekat(struktur

batu kali) kini dipengaruhi dengan bahan yang menghasilkan beton sperekat yang

menjadikan struktur bangunan lebih kokoh dan stabil terhadap cuaca . pertemuan

dengan elemen dinding juga terdapat keramik yang sudah berkembang seperti

keramik yang kita jumpai sekarang.

b. Fungsi bangunan

Fungsi bangunan berkembang dengan bertmbahnya aktifitas yang dilakukan kaum

kolonial fungsi baru seperti kantor, pabrik dan sebagainya memberikan warna baru

terhadap arsitektur di Indonesia. Fungsi seperti pabrik dan kantor membutuhkan

ruang bebas di dalamnya yang lebih luas sehingga memunculkan tipologi bangunan

baru di Indonesia. Fungsi ruang yang lebih besar berpengaruh pada struktur bangunan

karena dibutuhkan bentang yang lebih lebar.

c. Estetika

Pada bangunan kolonial menonjolkan permainan skala seperti bangunan di masa

romawi dengan menampilkan kolom kolom yang bercirikan arsitektur eropa. Denah

bangunan pada bangunan eropa memiliki bentuk yang simetris sehingga pada

tampilan bangunan memiliki sisi yang sama.penempatan jendela dengan pola

monoton juga menjadi cirri khas arsitektur reopa. pada kondisi reopa yang dingin

masyarakat skitar memnfatkan ruang antara plafond an dinding sebagai ruang pribadi

20

karena memiliki suhu yang tinggi sehinnga terdapat jendela di bagian atap bangunan .

perapian yang terdapat di dalam rumah juga berkahir di bagian atap yang memberikan

tambahan bentuk pada atap bangunan.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Studi kasus 1

Pada bagian ini penulis mengambil objek kajian di wilayah buleleng dengan tipologi

banguna puri.alasan di gunakan objek puri karena pada masa penjajahan golongan kerajaan

memiliki kaitan erat dengan kaum kolonial.karena dalam merebut kekuaaan di wilayah jajahan

para penjajah mempengaruhi raja setempat untuk di ajak kerjasama. Pada bangunana puri

kanginan sangat kental nuansa erpa mulai dari penerapan bahan. Kaidah estetika dan furniture

bangunan, beberapa unsure masih dipertahankan pada bangunan puri kanginan yaitu konsep

natah dan perletakan masing-masing masa bangunan yang masih menerapkan konsep tradisional

bali. Berikut ini beberapa unsure yang dipengaruhi oleh arsitektur kolonial.

21

Gambar 3.1 siteplan puri kanginan

Sumber : sketsa pribadi tahun 2015

1 2 3

1-3 5 6

22

7

Gambar (1, 2, 3, 1-3, 5, 6, 7) penjelasan siteplan

Sumber : dokumentasi sakhapradnya tahun 2015

4.1.1 FUNGSI

A. Pintu masuk

pada pintu masuk puri kanginan terlihat saka-saka disertai dengan elemen atas yang

membentuk ruang yang memberikan kesan terdapat fungsi tertentu pada ruang tersebut

sedangkan pada fungsi sesungguhnya pada puri , fungsi pintu masuk( kori agung) sebagai

petunjuk yang membedakan antara profesi ksatria, brahmana, sudra dan waisya. pada fungsinya

23

Gambar 3.4 : pintu masuk panglipuran

Sumber : google ,panglipuran)

Gambar 3.2 : pintu masuk puri kanginan

Sumber : dokumentasi( sakhapradnya, 2014)

Gambar 3.3 : pintu masuk puri

Sumber : google ,panglipuran)

tetap sebagai fungsi pintu masuk dari ruang luar menuju ruang dalam atau jaba tengah puri

namun terjadi penurunan makna terhadap fungsi kori agung.

4.1.2 STRUKTUR

Tri angga merupakan konsep yang menunjukkan tata nilai dari bagian bangunan mulai dari

bagan kepala( utama), bagian badan ( madya) ,mdan bagian kaki ( nista ) pembagian tiga bagian

tersebut mengandung nilai filosofi yang diturunkan dari konsep tri loka.

Struktur bangunan rumah ringgal di bali umunya menggunakan bahan kayu, bamboo, dan

bahan alam lainnya. Sedangkan beton, dan bebatuan yang terdapat di dinding bangunan hanya

sebagai elemen pengisis atau elemen pembatas fungsi bangunan. Pada fungsi bangunan di puri

kanginan sub struktu menggunakana kolom dengan style eropa yang menyerupai kolom Doric

24

Utama angga

Bagian atap, kepala

Madya angga

Bagian dinding, badan

Nista angga

Bagian pondasi, kaki

pada bangunan yunani, namun pada bangunan ini proporsi kolom memiliki proporsi yang lebih

kecil karena menyesuaikan dengan proporsi rumah tinggal di bali.

Pembesaran di bagian bawah kolom jikan dibandingkan dengan sesaka ATB menyerupai

jongkok asu yang menghubungkan antara saka dengan bebaturan atau pondasi bangunan

sehingga konep lanang wadon masih muncul pada kolom yang digunaka

25

Gambar 3.5 : penerapn orden yunani

Sumber : dokumentasi( sakhapradnya, 2014)

Gambar 3.6& 3.7 : gambar MA yang di bagung masa kolonial menggunakan kolom yunani

Sumber : google ,gedung ma)

4.1.3 Estetika

a. Ornament

Onamen merupakan elemen dekoratif yang mempengaruhi struktur bangunan , pada

bangunan bali dekorasi menerapkakan konsep trihita krana yaitu palemahan dengan mengambil

bentuk-bentuk alam beruapa hewan dan tumbuhan yang disajikan ke fasad bangunan.pada

pengaruh kolonial menyebabkan berkurangnya dekorasi yang digunakan pada struktur bangunan

sehingga bangunan trlihat minimalis.penggunaan kolom-kolom dengan corak garis searah kolom

banyak digunakan pada banguna di eropa yang memberikan kesan megah pada bangunan

tersebut. Kolom pada bangunan ini terlihat meberikan irama pada tampilan bangunan dengan

jarak, ukran dan posisis yang sejajar kesan yang ditimbulkan pada bangunan ini terlihat

monoton. Dengan proporsinya yanga terlihat besar kolom ini terlihat mendominasi bangunan di

belkangnya sehingga kesan kolonian menjadi lebih dominan.

Penggunaan material alam khususnya alam sekitar merupakan salah satu penerapan konsep tri

hita karana. Pada sesaka puri kanginan warna putih digunakan pada beberapa bagian saka

26

Gambar 3.8 : sesaka pada bangunan tradisional bali

Sumber : google ,rumahtradisional bali)

sehingga memberikan kesan kontras , warna putih meruapaka cirri dari bangunan di eropa

sehingga pada ssesaka gambar di samping terjadi perpaduan, warna putih juga member kejelasan

pada bagian kekupakan saka yang pada saka yang tidak diberikan warna putih bias terlihat jelas

jika dipandang pada jarak dekat. Warna putih memberikan kesan kolonial pada saka yang tetap

mepertahankan konsep aslinya dengan jongkok asu pada bagian bawah yang masih

menggunakan bata merah sebagai ciri

4.1.4 Unsur yang dipertahankan

B. dekorasi

27

Gambar 3.11 : sesaka pada bangunan puri kanginan

Sumber : dokumentasi( sakhapradnya,

Gambar 3.13 :penggunaan warna putih pada bahan kayu mengasilkan kontras antara alami dan sintetis

Dekorasi pada emenet bangunan untuk mempersatukan dengan alam sekitar sehingga terjadi

keharminsan antara alam dengan manusi sebagi penghuni bangunan dekorasi berpa ukiran pada

kayu maupun pada batu yang dibuat permanen dengan motif flora maupun fauna, motif juga

dapat berupa kisah pewayangan yang terdapat di dalam kitab suci weda.

4.2 Studi kasus 2

( Detasemen Markas KODAM III Siliwangi)

28

Gambar 3.15 suasan depan gedung

Sumber : www.google.co.id/ struktur bangunan Indonesia.

4.2.1 Struktur bangunan

Upper structure (struktur atas, struktur atap )

Struktur bangunan terlihat memiliki kemiringan dengan sudut yang besar yang

merupakan cirri dari arsitektur kolonial, pengaruh kolonial juga terlihat pada

bahan penutup atap yang sudah menggunakan bahan modern dan juga terdapat

penambahan bukaan di bagian atapdengan bentuk segitiga yang mirib dengan

bangunan panteon di zaman romawi.dengan struktur atap dengan bentang yang

besar tentu harus digukung dengan teknologi minimal pada bagian sambungan

kuda-kuda sehingga kolonial mempengaruhi budaya masyarakat Indonesia di

bidang teknologi khususnya di bidang arsitektur.

Super structure (dinding bangunan )

29

Struktur pada dinding bangunan pada bagian terluar sudah dilapisis pewarna yang

sekilas terlihat tidak menggunakan bahan alami seperti arsitektur tradisional di

Indonesia yang menggunakan bahan-bahan alami pada bagian berikutnya dinding

bangunan yang terlihat sangat mulus sangat tidak mungkin menggunakan bahan

bamboo atau anyaman bambu untuk menciptakan tektur yang halus sehingga

teknologi yang di bawa bangsa kolonial telah menciptakan wajah baru pada

bangunan di Indonesia. Pada bukaan bangunan terlihat sudah menggunakan

bahan-bahan seperti kaca yang pada awalnya tidak diproduksi di Indonesia

dengan penambahan bahan kaca juga sangat derastis mempengaruhi tampilan

bukaan yang membedakan dengan bangunan tradisional di Indonesia.pada bagian

atas bukaan yang kini dikenal dengan ventilasi menggunakan bentuk lengkung

dengan gaya spanyol(daerah di eropa ) dengan lantai banguan bertingkat tentu

sudah menggunakan bahan beton bertulang dan plat lantai dengan bahan beton

Sub structure (struktur bawah, pondasi)

Dengan bangunan yang bertingkat dan dimensi yang besar bangunan tidak cukup

hanya menggunakan bahan pondasi batu kali sehingga bahan bangunan di

bangunan ini sudah didukung dengan teknologi terbaharukan yang di bawa

bangsa kolonial.pada gambar terlihat tipe pondasi yang digunakan masih mirib

dengan pondasi batu kali pada tipologi arsitektur di Indonesia.

4.3.1 Fungsi bangunan

Aktifitas yang dilakukan bangsa kolonial saat menjajah di Indonesia

memunculkan fungsi fungsi bangunan baru. Pada gedung kasus 2 ini fungsi nya sebagai

gedung kantor pada awalnya tidak terdapat pada tipologi bangunan tradisional di

Indonesia .dan penambahan bukaan di bagian atas bangunan juga menunjukkan terdapat

fungsi tertetntu di bagian atas banguan baik ruang yang fungsional maupun ruang pasif.

4.4.1 Estetika

Unity

30

Gambar 3.16 suasan dena gedung dari seberang jalan

Sumber : www.google.co.id/ struktur bangunan Indonesia.

Pada gambar di atas terlihat tiga gubahan masa besar yang dihubungkan sebuah bagunan

memperlihatkan keterpaduan fungsi yang terdapat pada bangunan ini. Pola seperti ini

31

tidak dijumpai pada bangunan di Indonesia.jika dibandingkan dengan rumah gadang yang

di dalamnya ditempati banyak kepala keluarga namun dari tampilan masih terlihat sebuah

gubahan yang mencerminkan satu fungsi namun pada gedung ini tiga fungsi yang

dihubungkan menjadi bangunan monolit seolah-olah mengisyaratkan mamiliki 3 fungsi

yang berhubungan.

Skala

Bangunan di jaman eopa yang dimulai pada masa romawi dikelan memiliki

proporsi yang besar sehingga orang yang berada di dalamnya seolah-olah menjadi

terlihat kecil dari gambar d atas juka dibandingkan dengan pohon di sekitar

bangunan memperlihatkan skala yang besar seperti cirri banguan di eropa jika

dibandingkan dengan rumah minang di Indonesia bangian dinding rumah minang

tetap mencerminkan skala manusia hanya terlihat besar pada bagian atap

Gambar 3.17 perbandingan skala manusia

Sumber : www.google.co.id/ struktur bangunan Indonesia.

Terlihat perbandingan antara manusia dengan bangunan

32

Gambar 3.18 sketsa tampak depan gedung

Sumber : www.google.co.id/ gedung kolonial di malang

Keseimbangan

Pada gambar terlihat 3 bagian dominan dengan 1 masa ditengan jika dilihat

memiliki keseimbangan antara di bagian kiri dan kanan, dari segi tampak

bangunan ini terlihat simetris yang merupaka cirri bangunan eropa.

Gambar 3.19

tampak atas

gedung

Sumber : sketsa

jayantara tahun

2015

33

Dari sketsa tampak di atas dapat dibayangkan bentuk denah bangunan yang kemungkinan besar

memiliki komposisi yang simetris seperti pada sketsa di atas

Irama

Pada tampilan jendela bangunan yang berjejer dari ujung ke ujung bangunan

memberikan irama yang monoton bukaan yang banyak merupakan cirri arsitektur

di eropa karena pada iklim dingin memerlukan banyak masukan sinar matahari

Gaya arsitektur

Gaya arsitektur yang mempengaruhi banguann kantor di atas dapat dikatakan indisce

empire “Indische”, secara harfiah berarti seperti “Indies” atau Hindia. “Indischgast”

atau “Indischman”,dalam bahasa Belanda berarti orang Belanda yang dulu tinggal

lama di Indonesia. “Hij is Indisch”, berarti dia mempunyai darah Indonesia.

Kebudayaan “Indisch”, adalah percampuran antara kebudayaan Eropa, Indonesia dan

sedikit kebudayaan tertentu dari orang Cina peranakan yang menyesuaikan dengan

iklim di Indonesia sumber : portfolio.petra.ac.id

34

BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan :

Arsitektur eropa yang di bawa bangsa kolonial banyak mempenngaruhi arsitektur di

Indonesia yang terlihat dari tampilan arsitektur di daerah yang terkena jajahan belanda dari

negative arsitektur kolonial mengkaburkan cirri khas arsitektur di Indonesia yang berbeda di

setiap daerah sehingga masyarakat terpengaruh untuk mengikuti budaya bangsa

eropa ,sedangkan dari sisi positif bangsa belanda memperkenalkan teknologi terbaharukan

kepada masyarakat sekitar sehingga masyarakat lebih efisien tenaga waktu dan biaya dalam

berarsitektur , bangsa belanda juga menbah keragaman fungsi arsitektur di Indonesia yang

menambah fungsi kantor pabrik dan sebagainya. Dengan teknologi yang diperkenalkan pada

masa kolonial, bangsa Indonesia mampu menciptakan bangunan yang megah bahkan

mengalahkan bangsa-bangsa di asia tenggara

Kesimpulan kasus 1

Arsitektur kolonial memberikan wajah yang berbeda pada tampilan bangunan dan

struktur bangunan, pada fungsi bangunan tetap sebagai fungsi puri pada umunya yang digunakan

sebagai tempat tinggal golongan ksatria yang terlibat dalam pemerintahan, pengaruh kolonial

terlihat pada penggunaan warna dan kolom-kolom klasik, namun konsp natah tetap

dipertahankan yang merupa cirri utama bangunan rumah tinggal di bali dan beberapa bangunan

masih menggunakan sesaka, ragam hias seperti pepatran , ikut celedu dan unsur lain yang

merupakan cirri khas bali.

Kesimpulan kasus 2

Arsitektur kolonial memunculkan fungsi fungsi bangunan baru yang sebelumnya belum

ada di Indonesia dan mempengaruhi dari segi, skala, propossi, Tampilan , teknologi bahan pada

kasus 2 lebih diminan terlihat gaya arsitektur kolonial dari susunan jendela bahan material kaca,

warna bangunan dan yang paling menonjol adalah bentuk atap yang curam dan terdapat bukaan.

35

5.2 saran :

Dengan kekayaan yang dimili indonesi sebagai Negara bekas jajalah bangsa eropa

sebaginya merapat penginggalan peninggalan sejarah agar tidak terputus antara masa depan

dengan masa lalu sehingga rancangan bergerak kearah yang lebih baik yang menghasilkan desain

yang inovatif dan kreatif.

36