12
Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas untuk Eksplorasi Situs Purbakala di Candi Deres Nurul Priyantari 1 dan Arika F 2 Abstract: This research was carried out by using the Wenner configuration of 2D Resistivity method. The object from this research was the archeology rock that came from the Deres Temple, one of the available cultural inheritances in the Jember Regency territory. This rock the possibility was under the surface and could be detected from the resistivity value. From results of the research, was expected still had parts of the Deres Temple that was buried under the surface of the land. With the depth of the revolving object between 0,50 m. up to 7,91 m.. The data that was received from the calculation showed the bricks resistivity value were identical to the brick resistivity value that referred to the rock table of Roy E, 1984. Keywords: Resistivity, the Deres Temple PENDAHULUAN Bangsa Indonesia terkenal sebagai suatu bangsa yang memiliki kekayaan seni budaya yang bernilai tinggi. Warisan budaya nasional itu ada yang berupa bangunan atau monumen, kesenian, naskah-naskah kuno dan jenis-jenis budaya lainnya (Sumarsih, 1985). Pada abad ke-16 di Jawa terdapat beberapa negara yang berbentuk kerajaan, antara lain Majapahit, Demak, Pajang, Banten, Cirebon dan Mataram-Islam (Marwati dan Nugroho, 1993). Kerajaan-kerajaan tersebut mempu- nyai arti historis tersendiri. Misalnya saja sekitar 700 tahun yang lalu di Mojokerto tepatnya di Desa Trowulan, merupakan pusat keraja- an besar yaitu Kerajaan Mojopahit. Menurut sejarah, sebagai kota kerajaan di sana banyak terdapat bangunan-bangunan dan benda- benda peninggalan yang di masa sekarang sudah dianggap mempu- nyai nilai sejarah tinggi. Seiring dengan berjalannya waktu, dan diakibatkan oleh proses-proses geo- logi akhirnya bangunan-bangunan tersebut tertutup oleh tanah. Salah satu dari bangunan adalah komplek Candi Gentong yang ditemukan pada tahun 1986 dalam keadaan tertutup tanah, alang-alang dan rerumputan. Penggalian candi ini baru dilakukan oleh Mundarjinto dan kawan-kawan pada tahun 1986 (Triharyanto, 1997). Didasarkan pada bentuk dan kedudukan candi, para arkeolog menduga bahwa di 1 ) Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Jember 2 ) Alumni Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Jember 101

Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas untuk Eksplorasi

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas untuk Eksplorasi

Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas untuk Eksplorasi Situs Purbakala di Candi Deres

Nurul Priyantari1 dan Arika F2

Abstract: This research was carried out by using the Wenner configuration of 2D Resistivity method. The object from this research was the archeology rock that came from the Deres Temple, one of the available cultural inheritances in the Jember Regency territory. This rock the possibility was under the surface and could be detected from the resistivity value. From results of the research, was expected still had parts of the Deres Temple that was buried under the surface of the land. With the depth of the revolving object between 0,50 m. up to 7,91 m.. The data that was received from the calculation showed the bricks resistivity value were identical to the brick resistivity value that referred to the rock table of Roy E, 1984. Keywords: Resistivity, the Deres Temple

PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia terkenal

sebagai suatu bangsa yang memiliki

kekayaan seni budaya yang bernilai

tinggi. Warisan budaya nasional itu

ada yang berupa bangunan atau

monumen, kesenian, naskah-naskah

kuno dan jenis-jenis budaya lainnya

(Sumarsih, 1985). Pada abad ke-16

di Jawa terdapat beberapa negara

yang berbentuk kerajaan, antara lain

Majapahit, Demak, Pajang, Banten,

Cirebon dan Mataram-Islam

(Marwati dan Nugroho, 1993).

Kerajaan-kerajaan tersebut mempu-

nyai arti historis tersendiri. Misalnya

saja sekitar 700 tahun yang lalu di

Mojokerto tepatnya di Desa

Trowulan, merupakan pusat keraja-

an besar yaitu Kerajaan Mojopahit.

Menurut sejarah, sebagai kota

kerajaan di sana banyak terdapat

bangunan-bangunan dan benda-

benda peninggalan yang di masa

sekarang sudah dianggap mempu-

nyai nilai sejarah tinggi. Seiring

dengan berjalannya waktu, dan

diakibatkan oleh proses-proses geo-

logi akhirnya bangunan-bangunan

tersebut tertutup oleh tanah. Salah

satu dari bangunan adalah komplek

Candi Gentong yang ditemukan

pada tahun 1986 dalam keadaan

tertutup tanah, alang-alang dan

rerumputan. Penggalian candi ini

baru dilakukan oleh Mundarjinto dan

kawan-kawan pada tahun 1986

(Triharyanto, 1997). Didasarkan

pada bentuk dan kedudukan candi,

para arkeolog menduga bahwa di

1) Staf Pengajar Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Jember

2) Alumni Jurusan Fisika, FMIPA, Universitas Jember

101

Page 2: Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas untuk Eksplorasi

sekitar lokasi Candi Gentong masih

banyak terdapat bagian-bagian dari

Candi Gentong, baik berupa

bangunan maupun benda-benda

yang masih tertimbun tanah.

Salah satu warisan budaya

yang ada di wilayah Kabupaten

Jember adalah Candi Deres. Candi

tersebut terletak di Desa Deres,

Kecamatan Gumukmas Jember.

Candi ini terletak di atas gumuk

(seperti bukit) dan berada di tengah-

tengah area persawahan penduduk.

Batuan penyusun candi tersebut

adalah batu bata. Keberadaan candi

ini kurang diperhatikan oleh Dinas

Kepariwisataan Pemkab Jember.

Hal ini terlihat dari kodisi fisik

bangunan yang sudah mulai hancur

sedikit demi sedikit dan sudah

terpisah menjadi dua bagian akibat

kurang perawatan.

Dari ratusan candi yang

pernah ada di Indonesia, kini hanya

seratus sampai dua ratus saja yang

tampak. Selebihnya masih

terpendam di dalam tanah karena

berbagai faktor penyebab, seperti

tertimbun lahar akibat letusan

gunung berapi dan gempa bumi.

Sementara itu, yang sudah muncul

ke permukaan, sebagian ditemukan

dalam keadaan berantakan atau

tidak utuh lagi, bahkan lebih

menyerupai onggokan batu. Hal ini

disebabkan pengrusakan besar-

besaran yang dialami oleh tanah

tempat candi itu berdiri, misalnya,

gembur dan longsor karena hujan.

Ulah manusia juga memperparah

keadaan itu. Banyak batu candi

(yang berbahan batu andesit)

diambil masyarakat sekitar untuk

berbagai keperluan, seperti tembok,

sumur, pondasi rumah, pagar

halaman dan pengganjal tiang. Oleh

karena itulah penelitian ini ingin

memetakan situs purbakala di

sekitar Candi Deres, Kabupeten

Jember dengan menggunakan

metode geolistrik resistivitas 2D

konfigurasi Wenner.

METODE

Penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan metode

geolistrik resistivitas 2D konfigurasi

Wenner. Obyek dari penelitian ini

adalah batuan purbakala yang

berasal dari Candi Deres. Batuan

tersebut kemungkinan berada di

bawah permukaan dan dapat

terdeteksi dari nilai resistivitasnya.

Pengambilan data pada obyek

penelitian tersebut dilakukan dengan

cara mengalirkan arus ke dalam

tanah melalui titik elektroda, dan

102 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 5 No. 2, Agustus 2008 (101 – 112)

Page 3: Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas untuk Eksplorasi

kemudian mengukur harga potensial

dengan elektroda lain yang segaris

atau dekat dengan titik arus yang

dialirkan. Kemudian dapat dihitung

harga resistivitas berdasarkan besar

arus dan potensial yang terukur.

Kedalaman pengukuran dapat

ditambah dengan menambah jarak

(spasi) elektroda. Semakin besar

spasi elektroda maka semakin

dalam efek penembusan ke dalam

medium.

Candi Deres terletak di

Dusun Deres, Desa Deres, Keca-

matan Gumuk Mas Kabupaten

Jember. Kecamatan Gumukmas

mempunyai luas wilayah 82,96 Km2

dengan ketinggian rata-rata 141 m

dari atas permukaan laut. Keca-

matan Gumukmas terdiri dari 7 desa

yaitu: Mayangan, Menampu, Bago-

rejo, Gumukmas, Tembokrejo,

Kepanjen, Purwosari. Batas Keca-

matan Gumukmas yaitu sebelah

Utara Kecamatan Umbulsari, di

sebelah Timur Kecamatan Puger,

sebelah Selatan Lautan Indonesia

dan sebelah Barat Kecamatan

Kencong.

Luas lokasi candi tersebut

kurang lebih 572 m2

. Candi tersebut

terletak di lokasi area persawahan

penduduk. Kondisi fisik bangunan

candi tersebut telah terpisah menjadi

dua bagian, seperti yang terlihat

pada gambar (1a dan1b).

Gambar 1a. Foto lokasi Candi Deres

Priyantari. N, Aplikasi Metode Geolistrik.............. 103

Page 4: Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas untuk Eksplorasi

Gambar 1b. Foto lokasi Candi Deres

Gambar 2. Denah Lokasi dan lintasan penelitian

Gambar 2 adalah gambar

denah lokasi penelitian di Gumuk-

mas Jember. Luas lokasi/area pene-

litian adalah 3596 m2 dengan

panjang lokasi adalah 62 m dan

lebarnya 58 m. Di lokasi ini terdapat

58 m

62 m

Candi A, B

Tanah

Makam

Sungai

Lintasan Wenner I,II,III dan IV

Kebun

Jalan Setapak

Keterangan : 58 m

T

U

B

S

I

II

III

104 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 5 No. 2, Agustus 2008 (101 – 112)

Page 5: Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas untuk Eksplorasi

dua buah candi. Jarak kedua candi

tersebut adalah 14 m. Di lokasi candi

tersebut juga terdapat area makam

dengan luas kurang lebih 216 m2.

Sedangkan luas area candi tersebut

kurang lebih 572 m2. Pengukuran

ini dilakukan dengan menggunakan

spasi pertama 2 m (n 1 = 2m) sampai

dengan n 8 = 16 m. Pengukuran

dilakukan dari arah barat ke timur.

Lintasan yang digunakan yaitu 4

lintasan. Lintasan I berada di antara

kedua candi, lintasan II berada di

sebelah utara candi B, lintasan III

berada di antara candi A dan makam

dan lintasan IV berada di sebelah

timur kedua candi tersebut. Untuk

lintasan I diperoleh data 132 data,

begitu juga dengan lintasan II, III

dan IV, masing-masing 132 data.

Sehingga total data yang diperoleh

dalam pengukuran tersebut adalah

528 data.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

A. Lintasan I

Lintasan I merupakan lintasan

yang berada di antara kedua

candi, dan diperoleh gambar

pencitraan bawah permukaan

tanahnya pada gambar 3.

Gambar 3. Penampang lintang resistivitas lintasan I Candi Deres

Berdasarkan hasil pengukur-

an dan perhitungan, diperoleh nilai

resistivitas semu (ρa) berkisar

antara 11,175 Ωm sampai dengan

35,191 Ωm. Setelah diolah dengan

software Res2Dinv diperoleh nilai

resistivitas berkisar antara 1,46 Ωm

sampai dengan 54,1 Ωm.

Berdasarkan tabel Roy E, (1984),

diperoleh jenis batuan (tanah) yang

diperlihatkan pada tabel 1.

Priyantari. N, Aplikasi Metode Geolistrik.............. 105

Page 6: Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas untuk Eksplorasi

Tabel 1. Distribusi lapisan permukaan bawah tanah lintasan I

No Warna Kontur Jenis Tanah Kedalaman Nilai Resistivitas

1 Biru tua Lempung yang sangat basah dan lembek

3,70 1,45

2 Biru Lempung lembek 2,55 2,45

3 Biru muda Lempung lanauan dan lempung basah lembek(Lanauan lempung debuan)

1,8-7,91 4,11

4 Hijau Lanauan pasiran 0,5-7,91 6,88-11,5

5 Kuning Lanauan pasiran 0,5-7,91 19,3

6 Merah Lanauan pasiran/Batu bata 0,5-7,91 32,3-54,1

B. Lintasan II

Lintasan II merupakan lintas-

an yang berada di sebelah utara

candi B, dan diperoleh gambar

pencitraan bawah permukaan

tanahnya pada gambar 4.

Gambar 4. Penampang lintang resistivitas lintasan II Candi Deres

Berdasarkan hasil pengukur-

an dan perhitungan, diperoleh nilai

resistivitas semu (ρa) 8,179 Ωm

sampai dengan 28,015 Ωm. Setelah

diolah dengan software Res2Dinv

diperoleh nilai resistivitas berkisar

antara 8,31 Ωm sampai dengan 35,0

Ωm. Berdasarkan tabel (Roy E,

1984), diperoleh jenis batuan (tanah)

yang diperlihatkan pada tabel 2.

Tabel 2. Distribusi lapisan permukaan bawah tanah lintasan II

No Warna Kontur Jenis Tanah Kedalaman Nilai Resistivitas

1 Biru Lempung lanauan dan lempung basah lembek (lanauan lempung debuan)

0,5-6,5 8,31-12,5

2 Hijau Lanauan pasiran 0,5-7,91 15,4-18,9

3 Kuning Lanauan pasiran 0,5-7,91 23,2

4 Merah Lanauan pasiran/batubata 0,5-7,91 28,8-35,5

106 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 5 No. 2, Agustus 2008 (101 – 112)

Page 7: Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas untuk Eksplorasi

C. Lintasan III

Lintasan III merupakan

lintasan yang berada di antara candi

A dan makam (gambar 2), dan

diperoleh gambar pencitraan bawah

permukaan tanah pada gambar 5.

Gambar 5. Penampang lintang resistivitas lintasan III Candi Deres

Berdasarkan hasil pengukur-

an dan perhitungan, diperoleh nilai

resistivitas semu (ρa) 9,005 Ωm

sampai dengan 29,553 Ωm. Setelah

diolah dengan software Res2Dinv

diperoleh nilai resistivitas berkisar

antara 6,36 Ωm sampai dengan 30,7

Ωm. Berdasarkan tabel (Roy E,

1984), diperoleh jenis batuan (tanah)

seperti yang diperlihatkan pada tabel

3.

Tabel 3. Distribusi lapisan permukaan bawah tanah lintasan III

No Warna Kontur Jenis Tanah Kedalaman Nilai Resistivitas

1 Biru Lempung lanauan dan lempung basah lembek(Lanauan lempung debuan)

0,5-7,91 6,36-9,97

2 Hijau muda Lempung lanauan dan lempung basah lembek(Lanauan lempung debuan)

0,5-7,91 12,5

3 Hijau tua Lanauan pasiran 0,5-7,91 15,6

4 Kuning Lanauan pasiran 0,5-7,91 19,6

5 Merah Lanauan pasiran/Batu bata 5,0-7,91 24,5-30,7

D. Lintasan IV

Lintasan IV merupakan

lintasan yang berada di sebelah

timur kedua candi tersebut (gambar

2), dan diperoleh gambar pencitraan

bawah permukaan tanahnya pada

gambar 6.

Priyantari. N, Aplikasi Metode Geolistrik.............. 107

Page 8: Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas untuk Eksplorasi

Gambar 6. Penampang lintang resistivitas lintasan IV Candi Deres

Berdasarkan hasil pengukur-

an dan perhitungan, diperoleh nilai

resistivitas semu (ρa) 10,634 Ωm

sampai dengan 57,112 Ωm. Setelah

diolah dengan software Res2Dinv

diperoleh nilai resistivitas berkisar

antara 8,70 Ωm sampai dengan

59,80 Ωm. Berdasarkan tabel (Roy

E, 1984), diperoleh jenis batuan

(tanah) seperti yang diperlihatkan

pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi lapisan permukaan bawah tanah lintasan IV

No Warna Kontur Jenis Tanah Kedalaman Nilai Resistivitas

1 Biru Lempung lanauan dan lempung basah lembek (lanauan lempung debuan)

0,5-6,0 8,7-15,1

2 Hijau Lanauan pasiran 0,5-7,91 19,9-26,2

3 Kuning Lanauan pasiran 0,5-1,7 dan

1,8-7,91 34,5

4 Merah Lanauan pasiran/batubata 0,5-1,7 dan

5,9-7,91 45,4-59,8

PEMBAHASAN

Pengolahan data mengguna-

kan software Res2Dinv menghasil-

kan citra warna yang berbeda untuk

menunjukkan distribusi resistivitas

bawah permukaan. Berdasarkan

Roy E. Hunt, citra warna yang

ditunjukkan pada gambar 3 - 6

tersebut menentukan jenis batuan-

nya. Secara umum jenis batuan

(tanah) yang ada pada bawah

permukaan di Candi Deres, Kab.

Jember dapat dikelompokkan yang

ditunjukkan pada tabel 5.

108 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 5 No. 2, Agustus 2008 (101 – 112)

Page 9: Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas untuk Eksplorasi

Tabel 5. Jenis batuan (tanah) Candi Deres

Jenis Batuan (Tanah) Resistivitas (Ωm)

Lempung yang sangat basah dan lembek < 1,5

Tanah lempung basah lembek 1,5 – 3,0

Lempung lanauan dan lanauan basah lembek 3,0 – 15

Tanah lanauan pasiran 15 – 150

Untuk melihat gambaran yang lebih

detail mengenai kondisi lapisan

bawah permukaan tanah yang

berada di Candi Deres, maka

penulis melakukan penggabungan

lintasan pengukuran.

Gambar 7. Penampang vertikal dari hasil perpotongan antara lintasan I dengan lintasan IV

Gabungan antara lintasan I

dengan lintasan IV, yaitu daerah

pengukuran yang berada di antara

candi dan lintasan yang berada di

sebelah kedua candi tersebut

menghasilkan kontur yang ada pada

gambar 7. Pada gambar 7 tersebut

menunjukkan bahwa perpotongan

yang terjadi pada spasi kurang lebih

antara 28 m untuk lintasan I sampai

dengan 30 m untuk lintasan IV (dari

arah utara) memiliki rentang nilai

resistivitas rendah, yaitu 1,46-8,7

Ωm diwakili oleh warna biru tua yang

berada pada kedalaman 1-7,91 m.

Pada titik perpotongan tersebut,

diduga bahwa lapisan batuannya

(tanahnya) berupa tanah lempung

basah lembek, karena daerah ini

merupakan area persawahan pendu-

duk dengan kandungan air yang

sangat tinggi, salah satu penyebab-

nya karena tidak ada tumbuhan

yang menyerap air.

Priyantari. N, Aplikasi Metode Geolistrik.............. 109

Page 10: Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas untuk Eksplorasi

Gambar 8. Penampang vertikal dari hasil perpotongan antara lintasan II dengan lintasan IV

Berikutnya ini merupakan

gabungan antara lintasan II dengan

lintasan IV, yaitu daerah pengukuran

yang berada di sebelah utara candi

A dan lintasan yang berada di

sebelah kedua candi tersebut

menghasilkan kontur yang ada pada

gambar 8. Pada gambar 8 tersebut

menunjukkan bahwa perpotongan

yang terjadi pada spasi kurang lebih

antara 20 m untuk lintasan II sampai

dengan 28 m untuk lintasan IV (dari

arah utara) memiliki rentang nilai

resistivitas rendah, yaitu 8,7-18,9

Ωm diwakili oleh warna biru tua dan

hijau yang berada pada kedalaman

0,50-7,91 m. Pada titik perpotongan

tersebut, diduga bahwa lapisan

batuannya (tanahnya) berupa

lempung lanauan dan lanauana

basah lembek (mewakili warna biru)

dan tanah lanauan pasiran (mewakili

warna hijau). Daerah ini juga

merupakan area persawahan

penduduk dengan kandungan air

yang sangat tinggi karena tidak ada

tumbuhan yang menyerap air serta

merupakan lahan basah yang sering

ditanami oleh padi.

Perpotongan yang terakhir

merupakan gabungan antara

lintasan III dengan lintasan IV, yaitu

daerah pengukuran yang berada di

antara candi A dan makam dengan

lintasan yang berada di sebelah

kedua candi tersebut menghasilkan

kontur yang ada pada gambar 9.

Pada gambar 9 tersebut menunjuk-

kan bahwa perpotongan yang terjadi

pada spasi kurang lebih antara 28 m

untuk lintasan III sampai dengan 39

m untuk lintasan IV (dari arah utara)

110 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 5 No. 2, Agustus 2008 (101 – 112)

Page 11: Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas untuk Eksplorasi

memiliki rentang nilai resistivitas

rendah, yaitu 7,96-8,70 Ωm diwakili

oleh warna biru yang berada pada

kedalaman 2,00-7,91 m. Pada titik

perpotongan tersebut, diduga bahwa

lapisan batuannya (tanahnya) beru-

pa lempung lanauan dan lanauan

basah lembek (mewakili warna biru).

Daerah ini juga merupakan area

persawahan penduduk dengan

kandungan air yang sangat tinggi

karena tidak ada tumbuhan yang

menyerap air serta merupakan lahan

basah yang sering ditanami padi.

Gambar 9. Penampang vertikal dari hasil perpotongan antara lintasan III dengan lintasan IV

Dari empat lintasan tersebut,

lintasan yang menunjukkan bahwa di

bawah permukaan tanah diduga

masih ada peninggalan situs/batu

bata adalah lintasan I. Situs tersebut

diperkirakan berada pada kedalam-

an sekitar 0.5-7.91m.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian

di lapangan, ternyata metode

geolistrik resistivitas 2D dapat

digunakan untuk memetakan ada-

nya situs purbakala di sekitar Candi

Deres. Dari hasil penelitian tersebut,

diduga masih ada bagian-bagian

dari Candi Deres yang terkubur di

bawah permukaan tanah. Dengan

kedalaman obyek berkisar antara

0,50-7,91m. Data yang diperoleh

dari perhitungan menunjukkan nilai

resistivitas batu bata identik dengan

nilai resistivitas batu bata yang

mengacu pada tabel batuan Roy E,

1984.

Priyantari. N, Aplikasi Metode Geolistrik.............. 111

Page 12: Aplikasi Metode Geolistrik Resistivitas untuk Eksplorasi

DAFTAR PUSTAKA

Loke, M. H. 1997. A practical guide to 2-D and 3-D survey (Online). http://www.geophysik.unikoeln.de/studium/WS04/verlesung/env geoscie nce/chapter2.pdf. Diakses pada bulan Maret

Marwati, D. dan Nugroho, N. 1993. Sejarah Nasional Indonesia, IV. Balai Pustaka: Jakarta

Roy, E. 1984. Geotechnical Engineering Investigation Manual. Mc Graw Hill. New York

Sumarsih, S. 1985. Risalah Sejarah dan Budaya. Seri Terjemahan Naskah Kuno. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jendral Kebudayaan. Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional. Yogyakarta

Telford, W. M., Geldart, L. P., Sherif, R. E., Keys, D. D., 1976, Applied Geophysics First Edition, New York, Cambridge University Press. Cambridge

Triharyanto E. dan Rochmani S. K. 1997. Candi Gentong : Mandala Stupa Masa Majapahit. Cinandi, 186-191. UGM. Yogyakarta

112 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 5 No. 2, Agustus 2008 (101 – 112)