35
Antibiotik dapat dikelompokkan sebagai berikut : A. Pengelompokkan secara kimia a. Antibiotik turunan beta laktam, antibiotik beta laktam dibagi menjadi dua kelompok yaitu: 1. Turunan penisilin merupakan asam organik, terdiri dari satu siklik dengan satu rantai samping. Inti siklik terdiri dari cincin tiazolidin dan betalaktam. Rantai samping merupakan gugus amino bebas yang dapat mengikat berbagai jenis radikal. Dengan mengikat berbagai radikal pada gugus amino bebas tersebut akan diperoleh berbagai jenis penisilin, misalnya pada penisilin G radikalnya adalah gugus benzil. Penisilin G untuk suntikan biasanya tersedia sebagai garam Na atau K. Bila atom H pada gugus karboksil diganti dengan prokain, diperoleh Penisiln G prokain yang sukar larut dalam air, sehingga dengan suntikan IM akan didapatkan absorpsi yang lambat, dan masa kerjanya lambat.

Antibiotik Dapat Dikelompokkan Sebagai Berikut

  • Upload
    gear999

  • View
    27

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengelompokan antibiotik

Citation preview

Antibiotik dapat dikelompokkan sebagai berikut :

A. Pengelompokkan secara kimia

a. Antibiotik turunan beta laktam, antibiotik beta laktam dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

1. Turunan penisilin merupakan asam organik, terdiri dari satu siklik dengan satu rantai samping. Inti siklik terdiri dari cincin tiazolidin dan betalaktam. Rantai samping merupakan gugus amino bebas yang dapat mengikat berbagai jenis radikal. Dengan mengikat berbagai radikal pada gugus amino bebas tersebut akan diperoleh berbagai jenis penisilin, misalnya pada penisilin G radikalnya adalah gugus benzil. Penisilin G untuk suntikan biasanya tersedia sebagai garam Na atau K. Bila atom H pada gugus karboksil diganti dengan prokain, diperoleh Penisiln G prokain yang sukar larut dalam air, sehingga dengan suntikan IM akan didapatkan absorpsi yang lambat, dan masa kerjanya lambat.

Beberapa penisilin akan berkurang aktifitas antimikrobanya dalam suasana asam sehingga penisilin kelompok ini harus diberikan secara parenteral. Penisilin lain hilang aktifitasnya bila dipengaruhi oleh enzim betalaktamase yang memecah cincin betalaktamase. Radikal tertentu pada gugus amino inti 6-APA dapat mengubah sifat kerentanan terhadap asam, penisilinase, spektrum antimikroba.

Penisilin menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, penisilin akan menghasilkan efek bakterisid pada mikroba yang sedang aktif membelah. Mikroba dalam keadaan metabolik tidak aktif (tidak membelah), yang disebut juga persisters, praktis tidak dipengaruhi oleh penisilin; kalaupun ada pengaruhnya hanya bakteriostatik. Diantara semua penisilin, penisilin G mempunyai aktifitas terbaik terhadap kuman gram-positif yang sensitif. Penisilin merupakan senyawa pilihan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram-positif dan cocci gram-negatif, Streptococcus, Pneumococcus, Meningococcus, aktinomises yang bukan penghasil penisilinase. Penisilin G menghambat enterococcus (S. faecalis) tetapi untuk pengaruh daya (misalnya pada endokarditis enterococcus) perlu ditambahkan aminoglikosida.

Ampisilin merupakan prototip golongan aminopenisilin berspektrum luas, tetapi aktifitasnya terhadap kokus gram-positif kurang daripada penisilin G. Semua penisilin golongan ini dirusak oleh betalaktamase yang diproduksi oleh kuman gram-positif dan kuman gram-negatif. Kuman meningokokus, pneumokokus, gonokokus dan L. monocytogenes sensitif terhadap obat ampicilin ini. Selain itu H. influenzae, E. coli dan Pr. mirabilis merupakan kuman gram-negatif yang juga sensitif. Tetapi dewasa ini telah dilaporkan adanya kuman yang resisten di antara kuman yang semula sangat sensitif tersebut. Umumnya pseudomonas, Klebsiella, serratia, asinobakter dan proteus indol positif resisten terhadap ampisilin dan aminopenisilin lainnya.

Jumlah ampisilin dan senyawanya sejenisnya yang diabsorpsi pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya makanan dalam saluran cerna. Dengan dosis lebih kecil persentase yang diabsorpsi relatif lebih besar. Absorpsi ampisilin oral tidak lebih baik dari pada penisilin V atau fenetisilin. Adanya makanan dalam saluran cerna akan menghambat absorpsi obat. Perbedaan absorpsi ampisilin bentuk trihidrat dan bentuk anhidrat tidak memberikan perbedaan bermakna dalam penggunaan di klinik. Sering absorpsi ampisilin oral tidak tidak cukup memuaskan sehingga perlu meningkatkan dosis. Ampisilin juga didistribusi luas di dalam tubuh dan pengikatannya oleh protein plasma hanya 20 %. Ampisilin yang masuk ke dalam empedu mengalami sirkulasi enterohepatik, tetapi yang diekskresi bersama tinja jumlahnya cukup tinggi. Penetrasi ke CSS dapat mencapai kadar yang efektif pada keadaan peradangan meningen. Pada pneumonia ampisilin disekresi ke dalam sputum sekitar 10 % kadar serum.

Amoksisilin adalah turunan penisilin berspektrum luas, digunakan untuk pengobatan infeksi saluran nafas. Absorpsi amoksisilin di saluran cerna jauh lebih baik daripada amoisilin. Dengan dosis oral yang sama, amoksisilin mencapai kadar dalam darah yang tingginya kira-kira 2 kali lebih tinggi daripada yang dicapai oleh ampisilin, sedang masa paruh eliminasi kedua obat ini hampir sama. Penyerapan ampisilin terhambat oleh adanya makanan di lambung, sedang amoksisilin tidak. Distribusi amoksisilin secara garis besar sama dengan ampisilin. Keduanya adalah turunan penisilin yang tahan terhadap enzim penisilinase. Akan tetapi kelebihan amoksisilin dibandingkan dengan ampisilin adalah amoksisilin absorbsinya yang lebih baik.

2. Sefalosporin termasuk golongan antibiotik betalaktam. Sefalosporin berasal dari fungus Cephalosporium acremonium yang diisolasi pada tahun 1948 oleh Brotzu. Fungus ini menghasilkan tiga macam antibiotik, yaitu sefalosporin P, N dan C. Dari ketiga antibiotik tersebut kemudian dikembangkan berbagai derivat sefalosporin semisintetik antara lain sefalosporin C.

Inti dasar sefalosporin C adalah asam 7-amino sefalosporanat (7-ACA : 7-aminocephalosporanic acid) yang merupakan kompleks cincin betalaktam. Sefalosporin C resisten terhadap penisilinase, tetapi dirusak oleh sefalosporinase. Hidrolisis asam sefalosporin C menghasilkan 7-ACA yang kemudian dapat dikembangkan menjadi berbagai macam antibiotik sefalosporin. Modifikasi R1 pada posisi 7 cincin betalaktam dihubungkan dengan aktifitas mikroba, sedangkan substitusi R2 pada posisi 3 cincin dihidrotiazin mempengaruhi metabolisme dan farmakokinetiknya. Sefalosporin dibagi menjadi tiga generasi berdasarkan aktivitas mikrobanya yang secara tidak langsung juga sesuai dengan urutan masa pembuatannya. Dewasa ini sefalosporin yang lazim digunakan dalam pengobatan, telah mencapai generasi ketiga.

Seperi halnya antibiotik betalaktam lain, mekanisme kerja antibiotik sefalosporin menghambat sintesis dinding sel mikroba. Sefalosporin digunakan untuk pengobatan infeksi oleh bakteri yang telah tahan terhadap penisilin, terutama stafilokoki yang menghasilkan penisilinase dan basil gram-negatif.

a. Sefalosporin generasi pertama

Sefalosporin generasi pertama memperlihatkan spektrum antimikroba yang terutama aktif terhadap kuman gram-positif. Keunggulannya dari penisilin ialah aktivitasnya terhadap bakteri penghasil penisilinase. Golongan ini efektif terhadap sebagian besar Staphylococcus aureus dan Streptococcus termasuk Streptococcus pyogenes, Streptococcus viridans dan Streptococcus pneumoniae. Bakteri gram-positif yang juga sensitif adalah Streptococcus anaerob, Clostridium, perfringens, Listeria monocytogenes dan Corynebacterium diphteriae. Aktivitas antimikroba berbagai sefalosporin generasi pertama sama satu dengan lainnya, hanya sefalotin sedikit lebih aktif terhadap Staphylococcus aureus. Mikroba yang resisten antara lain ialah strain Staphylococcus aureus, resisten metisilin, Staphylococcus epidermis dan Streptococcus faecalis.

b. Sefalosporin generasi kedua

Golongan ini kurang aktif terhadap bakteri gram-positif dibandingkan dengan generasi pertama, tetapi lebih aktif terhadap kuman gram-negatif; misalnya H. influenzae, Pr. mirabilis, E. coli dan Klebsiella. Terhadap Ps. aerugonosa dan anterokokus golongan ini tidak efektif.

c. Sefalosporin generasi ketiga

Golongan ini umumnya kurang aktif dibandingkan dengan generasi pertama terhadap kokus gram-positif, tetapi jauh lebih aktif terhadap Enterobacteriaceae, termasuk strain penghasil penisilinase. Di antara sediaan golongan ini ada yang aktif terhadap Ps. aureginosa.

Sefotaksim termasuk dalam sefalosporin generasi ketiga dan berspektrum luas semisintetik yang diberikan secara parenteral. Setelah pemberian intramuskuler sefotaksim sebesar 500 mg atau 1 gram, kadar puncak serum tercapai sebesar 11,7 dan 20,5 g/ml yang tercapai dalam waktu 30 menit dan kemudian menurun dengan waktu paruh eliminasi kira-kira 1 jam. Pada pemberian intravena sebesar 500 mg, 1 gram, dan 2 gram terjadi peningkatan kadarnya dalam serum secara dose dependet yaitu sebesar 38,9; 101,7 dan 214,4 g/ml tanpa perubahan waktu paruh eliminasi. Kira-kira sebanyak 60 % dosis yang diberikan, ditemukan dalam urin dalam waktu 6 jam pertama setelah pemberian infus. Kira-kira 20-36 % sefotaksim yang diberikan secara intravena diekskresi melalui ginjal dalam bentuk yang tidak diubah dan 15-25 % sebagai metabolit utama yaitu turunan desacetyl. Metabolit desacetyl ini terbukti berpen terhadap aktivitas bakteri.

Aktivutas bakterisidal sefotaksim dihasilkan akibat penghambatannya terhadap sintesis dinding sel kuman. Secara in vitro, sefotaksim efektif terhadap berbagai mikroorganisme Gram-positif dan Gram-negatif. Sefotaksim mempunyai stabilitas yang tinggi terhadap betalaktame, baik penisilinase maupun cephalosporinase yang dihasilkan oleh kuman Gram-negatif dan Gram-positif.

Sefotaksim efektif terhadap berbagai mikroorganisme seperti: Kuman aerob, Gram-positif: Staphylococcus aureus, Staphilococus epidermis, Enterococcus species, Streptococcus pyogenes (grup Streptococcus beta-hemolytic A), Streptococcus agalactiae (grup Streptococcus B) dan Sterptococcus pneumoniae.

Kuman aerob, Gram-negatif: Citrobacter species, Enterobacter species, Escherichia coli, Haemophilus influenzae, Haemophilus parainfluenzae, Klebsiella species, Neiserria gonorrhoeae, Neiseria meningitides, Proteus mirabilis, Proteus rettgeri, Seraratia species dan Acinobacter species. Sefotaksim efektif terhadap beberapa strain Pseudomonas aeruginosa.

Kuman aerob: Bacteroides species (termasuk beberapa strain B. fragilis), Clostridium species, Peptococus species, Peptostreptococus spesies dan Fusobacterium species (termasuk F. nucleatum)

Sefotaksim diindikasikan untuk mengobati pasien dengan infeksi berat yang disebabkan oleh mikroorganisme yang sensitif terhadap berbagai infeksi seperti infeksi saluran pernapasan bawah termasuk pnmeumonia. Sefotaksim tidak bersifat nefrotoksik, tetapi disebabkan kemungkinan terjadinya kadar antibiotik serum yang tinggi dan berkepanjangan akibat pemberian dosis lazim pada pasien dengan insufisiensi ginjal, maka dosis total harian sefotaksim perlu dikurangi pada pasien-pasien tersebut, seperti dengan antibiotik batalaktam yang lain, granolusitopenia dan lebih jarang lagi agranolusitoksis dapat timbul selama pengobatan dengan sefotaksim, terutama jika diberikan untuk jangka panjang. Untuk pengobatan yang melebihi 10 hari, pemberian sefotaksim bersama-sama dengan antibiotika aminoglikosida dapat meningkatkan nefrotoksisitas.

Seftriakson juga termasuk dalam sefalosporin generasi ketiga, dimana spektrum antibakterinya lebih luas dibandingkan generasi sebelumnya. Secara umum turunan ini aktif terhadap bakteri gram-negatif yang telah resisten, lebih tahan terhadap beta laktamase tetapi kurang aktif terhadap bakteri gram-positif. Waktu paruhnya mencapai 8 jam. Untuk meningitis obat ini diberikan dua kali sehari sedangkan untuk infeksi lain umumnya cukup satu kali sehari. Jumlah seftriakson yang terikat pada protein plasma umumnya sekitar 83-96 %. Pada peningkatan dosis, persentase yang terikat pada protein menurun cepat. Dosis lazim obat ini adalah 1-2 g/hari IM atau IV dalam dosis tunggal atau dibagi dalam 2 dosis. Seftriakson tersedia dalam bentuk bubuk obat suntik 0,25; 0,5 dan 1 gram.

Efek bakterisidal seftriakson dihasilkan akibat penghambatan dinding sel kuman. Seftriakson mempunyai stabilitas yang tinggi terhadap beta-laktamase, baik terhadap penisilinase maupun sefalosporinase yang dihasilkan oleh kuman Gram-negatif dan kuman Gram-positif. Seftriakson efektif terhadap miroorganisme yang sensitif di bawah ini :

Kuman aerob Gram-negatif: Enterobacter aerogenes, Enterobacter cloacae, Escherichia coli, Haemophilus influenzae, Haemophilus parainfluenzae, Klebsiella species, Neisseria gonorrhoeae, Neiserria meningitidis, Proteus mirabilis, Proteus vulagaris, Morganella morganii dan Serratia marcescens. Seftriakson juga aktif terhadap kuman Pseudomonas aeroginosa.

Kuman aerob Gram-positif: Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermis, Streptococcus pyogenes, Streptococcus agalactiae dan Streptococcus pneumoniae.

Seftriakson diindikasikan untuk pengobatan pada infeks pneumonia, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran kemih dan infeksi ulang dan sendi. Seftriakson dapat menyebabkan peningkatan kreatinin serum secara transien. Seftriakson diekskresi melalui ekskresi bilier dan renal, karena itu pasien dengan gangguan fungsi ginjal tidak memerlukan penyesuaian dosis jika seftriakson diberikan dalam dosis lazim. Penyesuaian dosis juga tidak diperlukan pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Meskipun demikian, jika pasien mengalami gangguan fungsi hati dan fungsi ginjal yang bermakna, maka dosis seftriakson sehari tidak boleh melebih 2 gram tanpa disertai pengawasan kadarnya dalam serum secara ketat. Pasien dengan gangguan sintesis vitamin K atau cadangan vitamin K yang rendah (misalnya penyakit hati kronik dan malnutrisi) perlu dilakukanpengukuran waktu protrombin selama pengobatan seftriakson. Pemberian seftriakson jangka panjang dapat menyebabkan pertumbuhan secara berlebihan pada mikroorganisme yang tidak sensitif.

b. Antibiotik turunan aminoglikosida

Amnoglikosida merupakan senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat ikatan glikosid pada inti heksosa. Heksosa tersebut atau aminosiklitol, ialah streptidin, (pada streptomosin) atau 2-deoksistreptamin (ciri aminoglokosida lain); berbentuk senyawa polikation yang bersifat basa kuat dan sangat polar; baik dalam bantuk basa maupun dalam bentuk garam; bersifat mudah larut dalam air, Sediaan suntikan berupa garam sulfat, sebab paling kurang nyeri untuk suntikan intramuskuler. Stabilitasnya cukup baik pada suhu kamar, terutama dalam bentuk kering. lainnya. Aminoglikosida merupakan kelompok antibiotik yang mempunyai kemampuan membunuh bakteri. Aminoglikosida adalah obat-obat utama untuk pengobatan infeksi gram-negatif. Aminoglikosida bersifat bakterisid dengan menghambat sintesis protein.

Gentamisin merupakan antibiotik turunan aminoglikosida yang sangat berarti terutama karena peranannya terhadap mukosa gram-negatif. Senyawa ini digunakan pada pasien yang resisten terhadap antibiotik lain. Mekanisme kerja gentamicin adalah dengan mengikat secara ireversibel sub unit 30S dari kuman, yaitu dengan menghambat sintesis protein dan menyebabkan kesalahan translokasi kode genetik. Gentamicin bersifat bakterisidal. Gentamicin efektif terhadap berbagai strain kuman Gram-negatif termasuk spesies Escherichia, Enterobacter, Klebsiella, Proteus dan Pseudomonas. Terhadap mikroorganisme Gram-positif, gentamicin efektif terhadap Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermis.

Gentamisin tidak diserap pada pemberian oral, tetapi secara cepat diserap setelah suntikan intramuskuler dengan kadar puncak yang tercapai dalam waktu 0,5-1 jam. Waktu paruh plasmanya adalah 1-4 jam pada orang dewasa, 2,3-3,3 jam pada neonatus, 1,5-2,5 jam pada bayi diatas 20 bulan, dan 1 jam pada anak-anak yang lebih tua. Pada gangguan fungsi ginjal yang lanjut, peningkatan ini dapat mencapai 35 jam. Sejumlah kecil gentamicin diekskresi ke dalam empedu dan tidak ada bukti adanya sirkulasi enterohepatik pada antibiotik ini. Gentamicin menetap dalam jaringan untuk waktu yang lama. Gentamicin mengalami reabsorbsi pada lumen tubulus proksimal dan kadarnya dalam jaringan kortikal ginjal kadang-kadang mencapai 100 kali lebih tinggi ketimbang kadarnya dalam serum. Anribiotika ini didistribus i secara luas keseluruh tubuh, terutama ke dalam cairan ekstraseluler dengan volume distribusi 0,2 L/kg. Ikatan proteinya rendah yaitu berkisar antara 0-25 %. Ikatan protein serum gentamicin maupun aminoglikosida lain meningkat dengan meurunnya kadar magnesium dan kalisum.

Gentamicin yang masuk ke dalam cairan otak, kadarnya hanya kecil sekali pada pasien dimana selaput otaknya tidak mengalami peradangan, tetapi jika terjadi peradangan kadarnya dapat sedikit lebih tinggi, meskipun demikian tidak cukup mencapai kadar terapi. Difusinya kejaringan mata buruk Gentamisin disekresi ke dalam sekret bronkus dengan kadar 25-50 % kadarnya dalam serum. Gentamicin menembus plasenta dan mencapai kadar puncak dalam serum maternal. 10 % gentamicin terikat dalam sel darah merah dan juga masuk ke dalam leukosit polimorfonuklear dimana kadarnya dapat mencapai 80 % dari kadar obat dalam cairan ekstraseluler. Kadar tertinggi ditemui dalam jaringan ginjal.

c. Antibiotik turunan amfenikol

Turunan amfenikol adalah antibiotik yang terdiri kloramfenikol dan senyawa analognya. Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1947 dari Streptomyces venezuelae. Karena ternyata mempunyai daya antimikroba yang kuat maka penggunaan obat ini meluas dengan cepat sampai tahun 1950 diketahui bahwa obat ini dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal. Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sukar larut dalam air (1 : 400) dan rasanya sangat pahit. Rumus molekul kloramfenikol adalah sebagai berikut : Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Yang dihambat adalah enzim peptidil transferase yang berperan sebagai katalisator untuk membentuk ikatan-ikatan peptida pada proses sintesis protein kuman. Efek toksik kloramfeniol pada sel mamalia terutama terlihat pada sistem hemopoetik dan diduga berhubungan dengan mekanisme kerja obat ini. Kloramfenikol adalah antibiotik yang bersifat bakteriostatik dan mempunyai spektrum luas. Pada konsentrasi tinggi kadang-kadang bersifat bakterisid terhadap kuman-kuman tertentu. Spektrum antibakterial kloramfenikol meliputi D. pneumoniae, Str. pyogenes, Streptococus viridans, Neiserria, Haemophilus, Bacillus spp, Listeria, Bartonella, Mycoplasma dan kuman anaerob. Beberapa starin kuman D. Pneumoniae, H. influenzae, dan N. meningitidis bersifat resisten; Staphylococcus aureus umumnya sensitif, sedang Entero bacteriaceae banyak yang telah resiten.

Setelah pemberian oral, kloramfenikol diserap dengan cepat. Kadar puncak dalam darah tercapai dalam 2 jam. Untuk anak biasanya diberikan bentuk ester kloramfenikol palmitat atau stearat yang rasanya tidak pahit. Bentuk ester ini akan mengalami hidrolisis dalam usus dan membebaskan kloramfenikol. Masa paruh eliminasi pada orang dewasa kurang lebih 3 jam, pada bayi berumur kurang dari 2 minggu sekitar 24 jam. Kira-kira 50 % kloramfenkol dalam darah terikat dengan albumin. Obat ini didistribusikan secara baik ke berbagai jaringan tubuh, termasuk jarigan otak, cairan serebrospinal dan mata.

Di dalam hati kloramfenikol mengalami konjugasi dengan asam glukuronat oleh enzim glukuronil transferase. Oleh karena itu waktu paruh kloramfenikol memanjang pada pasien gangguan faal hati. Sebagian kecil kloramfenikol mengalami reduksi menjadi senyawa aril-amin yang tidak aktif lagi. Dalam waktu 24 jam, 80-90 % yang diberikan oral telah diekskresi melalui ginjal. Dari seluruh kloramfenikol yang diekskresi melalui urin,, hanya 5-10 %dalam bentuk aktif. Sisanya terdapat dalam bentuk glukuronat atau hidrolisis yang lain yang tidak aktif. Bentuk aktif kloramfenikol diekskresi terutama melaluifiltrat glomerulus sedang metabolitnya dengan sekresi tubukus. Pada gagal ginjal, masa paruh kloramfenikol bentuk aktif tidak banyak berubah tetapi metabolitnya yang nontoksik mengalami kumulasi. Dosis perlu dikurangi bila terdapat gangguan fungsi hepar yang menyertai gagal ginjal. Untuk pemberian secara parienteral digunakan kloramfenikol suksinat yang akan dihidrolisis dalam jaringan dan membebaskan kloramfenikol.

d. Antibiotik turunan tetrasiklin

Turunan tetrasiklin didapat dari hasil isolasi kultur streptomyces Sp dan kemudian dikembangkan secara sintetik. Tetrasiklin merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium atau garam HCL-nya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan garam HCL tetrasiklin bersifat relatif stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat stabil. Dalam larutan, kebanyakan tetrasiklin sangat labil jadi cepat berkurang potensinya.

Golongan tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya. Paling sedikit terjadi 2 proses dalam msuknya antibiotik ke dalam ribosom bakteri gram-negatif. Pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofolik, ke dua adalah sistem transpor aktif. Setelah masuk maka antibiotik berikatan dengan ribosom 30S dan menghalangi masuknya kompleks tRNA-asam amino pada lokasi asam amino.

Turunan ini bersifat bakteriostatik dengan spektrum antibakteri luas yang meliputi kuman gram-positif dan negatif, aerobik dan anerobik. Selain itu juga aktif terhadap spiroket, mikoplasma, riketsia, klamidia, legionela dan protozoa tertentu. Tetrasiklin dapat digunakan sebagai pengganti penisilin dalam pengobatan infeksi batang gram-positif, seperti B. anthracis, Erysipelothrix rhusiopathiae, Clostridium tetani dan Listeria monocytogenes. Efektifitasnya tinggi terhadap infeksi batang gram-negatif seperti Brucella, Francisella tularensis, Pseudomonas mallei, Pseudomonas pseudomallei, Vibrio cholerae, Camphylobacter fetus, Haemophylus ducreyi dan Calymmatobacterium granulomatis, Yersinia pestis, Pasteurella multocida, Spirillum minor, Leptotrichia buccalis, Bordetella pertusis, Acinetobacter dan Fusobacterium. Strain tertentu H. influenzae mungkin sensitif, tetapi E. coli, Klebsiella, Enterobacter, Proteus indol positif dan Pseudomonas umumnya resisten

Sekitar 30-80 % tetrasiklin diserap dalam saluran cerna. Absorbsi ini sebagian besar berlangsung di lambung dan usus halus bagian atas. Absorbsi berbagai jenis tetrasiklin dihambat dalam derajat tertentu oleh pH tinggi dan pembentukan kelat yaitu komplekstetrasiklin dengan suatu zat lain yang sukar diserap seperti aluminium hidroksid, garam kalsium dan magnesium yang biasanya terdapat dalam antasid dan juga ferum. Tetrasiklin diberikan sebelum makan atau 2 jam sesudah makan.

Dalam plasma semua jenis tetrasiklin terikat oleh protein plasma dalam jumlah yang bervariasi. Pemberian oral 250 mg tetrasiklin tiap 6 jam menghasilkan kadar sekitar 2,0-2,5 mcg/ml. Dalam cairan serebrospinal kadar golongan tetrasiklin hanya 10-20 % kadar dalam serum. Penetrasi ke serebrospinal ini tidak tergantung dari adanya meningitis. Penetrasi ke cairan tubuh lain dan jaringan tubuh cukup baik. Obat golongan ini ditimbun dalam sistem retikuloendotelial di hati, limpa dan sum-sum tulang. Golongan tetrasiklin diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerolus dan melalui empedu. Pada pemberian per oral kira-kira 20-55 % golongan tetrasilin diekskresi melalui urin. Golongan tetrasiklin yang diekskresi oleh hati ke dalam empedu mencapai kadar 10 kali kadar dalam serum. Sebagian besar obat yang diekskresi ke dalam lumen usus ini mengalami sirkulasi enterohepatik; maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk waktu lama setelah terapi dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu dan gangguan faal hati obat ini akan mengalami kumulasi darah. Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja.

e. Antibiotik turunan makrolida

Antibiotik golongan makrolid mempunyai persamaan yaitu terdapatnya cincin lakton yang besar dalam rumus molekulnya. Yang termasuk kelompok makrolida adalah eritromisin, spiramisin, linkomisin dan klindamisin. Senyawa ini di dapat dari streptomyces. Spektrum kerjanya terutama meliputi mikroba gram positif. Mekanisme kerjanya menghambat sintesis protein. Eritromisin merupakan antibiotik turunan makrolida yang aktif terhadap bakteri gram-positif dan bakteri gram-negatif. Antibiotik ini seringkali diberikan kepada pasien yang alergi terhadap penisilin.

B. Pengelompokkan berdasarkan mekanisme kerjanya. Berdasarkan mekanisme kerjanya, antibiotik dapat dikelompokkan dalam lima kelompok yaitu :

a. Antibiotik yang menginhibisi sintesis atau mengaktivasi enzim yang merusak dinding sel bakteri sehingga menghilangkan kemampuan berkembang biak dan sering kali lisis.

Penisilin, sefalosporin

Sikloserin, vankomisn, ristosetin, basitrasin

b. Antibiotik yang bekerja langsung terhadap membran sel, mempengaruhi permeabilitas sehingga menimbulkan kebocoran dan kehilangan senyawa intraselular.

Polimiksin, kolistimetat

Antifungus polien, nistatin, amfoterisin B

c. Antibiotik yang mengganggu fungsi ribosom bakteri, menyebabkan inhibisi sintesis protein secara reversibel. Senyawa bakteriostatik kloramfenikol : tetrasiklin, antibiotik makrolida, eritromisin, linkomisin, klindamisin

d. Antibiotik yang difiksasi pada subunit ribosom 30 S menyebabkan timbunan kompleks pemula sintesis protein.

Antibiotik aminoglikosida bakterisid

e. Antibiotik yang mengganggu metabolisme asam nukleat

Rifampisin, dapat dikatakan bahwa antibiotik ini dapat mempengaruhi perkembangan bakteri pada enam lokasi :

Dinding sel bakteri

Membran sitoplasma

Replikasi DNA

Transkripsi DNA

Translasi RNA

Metabolisme intermedier

C. Pengelompokkan berdasarkan manfaat dan sasaran kerjanya dapat dibedakan menjadi tiga. kelompok antibiotik yaitu :

a. Antibiotik yang terutama bermanfaat terhadap kokus gram positif dan basil, cenderung memilik spektrum aktivitas yang sempit.

Penisillin G; pensilin semi sintetik yang resisten terhadap penisilinase.

Makrolida, linkomisin, vankomisin, basitrasin

b. Antibiotik yang terutama efektif terhadap basil aerob gram negatif.

Polimiksin

Aminoglikosida

c. Antibiotik yang secara relatif memiliki spektrum kerja yang luas, bermanfaat terhadap kokus gram positif dan basil gram negatif.

Penisilin spectrum luas : ampisillin, karbesilin

Sefalosporin

Tetrasilkin-tetrasiklin

Kloramfenikol

D. Pengelompokkan berdasarkan daya kerjanya.

Dari segi daya kerjanya antibiotik dapat dibedakan dalam dua kelompok

yaitu :

a. Antibiotik bakteriostatik;

Antibiotik bakteriostatik menghambat pertumbuhan dan perkembangan bakteri dan menghambat sintesis protein bakteri. Contoh obat kelompok tetrasiklin, kloramfenkol, eritromisin dan linkomisin.

b. Antibiotik bakterisidik;

Antibiotik bakterisidik mematikan bakteri dan menghambat biosintesis dinding sel bakteri. Contoh obat : Penisilin dan derivatnya, basitrasin, kelompok aminoglikosida, polimiksin dan rimfapisin.

E. Pengelompokkan berdasarkan daya membunuh bakteri

Menurut daya membunuh bakteri antibiotik dibagi dalam tiga kelompok

yaitu:

a. Antibiotik spektrum sempit (narrow spectrum)

Obat kemoterapeutika yang bekerja hanya pada mikroorganisme tunggal atau grup mikroorganisme tertentu dikatakan memiliki spektrum sempit. Misalnya, izoniazid hanya aktif terhadap mikrobakteria.

b. Antibiotik spektrum sedang

Spektrum sedang adalah suatu terminologi yang dihasilkan pada antibiotik yang secara efektif melawan mikroorganisme gram positif dan sejumlah bakteri gram negatif. Misalnya, ampicillin dipertimbangkan sebagian spektrum sedang karena obat ini bekerja melawan bakteri gram positif dan bakteri gram negatif.

c. Antibiotik spektrum luas (broad spectrum)

Obat-obat seperti kloramfenikol dan tetrasiklin mempengaruhi spesies mikroba secara luas dan dirujuk sebagai antibiotik spektrum luas. Pemberian antibiotik spektrum luas secara drastis dapat merubah flora bakteral normal secara alamiah dan dapat mencetuskan superinfeksi suatu mikroorganisme seperti kandida yang perkembangannya secara normal dipengaruhi dengan adanya miroorganisme lain.

Pustaka :1.Tjay, T.H., 2002. Obat-Obat Penting, Edisi V. Departemen Kesehatan Republik Indonesia . Jakarta. 64

2. Watimenna, R., Farmakodinamika dan Terapi Antibiotik. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 203. Suryawati, S., 1995. Efek Samping Obat, Edisi II. Penerbit PT Karipta. Yogyakarta. 1754. Setiabudy dan Kurnadi., 2001. Farmakologi dan Terapi, Edisi V. Penerbit Gaya Baru. Jakarta. 651-6575. Mutschler, E., 1991. Dinamika Obat, Edisi V. Pewnerbit ITB. Bandung. 6346. Tandi Joni.., 2005. Farmasi Klinik II. 207. Mubin Halim., 2000. Panduan Praktis Ilmu Penyakit Dalam. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 688. Archer and Polk., 1995. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam, Edisi XIII. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. 666-669. Archer., 1999. Terapi dan Profilaksis Bakterial. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. 66. 10. Tessy, Ardaya dan Suwanto., 2001. Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi III. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 37

GOLONGAN OBAT ANTIBIOTIK Golongan Obat Antibiotika1.PenisilinPenisilin diperoleh dari jamur Penicilium chrysogeneum dari bermacam-macam jemis yang dihasilkan (hanya berbeda mengenai gugusan samping R ) benzilpenisilin ternyata paling aktif. Sefalosforin diperoleh dari jamur cephalorium acremonium, berasl dari sicilia (1943) penisilin bersifat bakterisid dan bekerja dengan cara menghambat sintesi dinding sel.Pensilin terdiri dari :a.Benzil Penisilin Dan Fenoksimetil Penisilin1)Benzil PenisilinIndikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.2)FenoksimetilpenisilinIndikasi : tonsillitis, otitis media, erysipelas, demam rematik, prpopiliaksisinfeksi pneumokokus.b.Pensilin Tahan Penisilinase1)KloksasilinIndikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.2)FlukoksasilinIndikasi : infeksi karena stapilokokus yang memproduksi pensilinase.Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.c.Pensilin Spectrum Luas1)AmpisilinIndikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.2)AmoksisilinIndikasi : infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis, bronchitis kronis, salmonelosis invasive, gonore.Peringatan : riwayat alergi, gangguan fungsi ginjal, lesi eritematous pada glandular fever, leukemia limfositik kronik, dan AIDS.Interaksi : obat ini berdifusi dengan baik dengan jaringan dan cairan tubuh. Tapi penetrasi ke dalam cairan otak kurang baik kecuali jika selaput otak mengalami infeksi.Kontraindikasi : hipersensitivitas ( alergi ) terhadap penisilin.Efek samping : reaksi alergi berupa urtikaria, demam, nyeri sendi, angioudem, leukopoia, trombositopenia, diare pada pemberian per oral.d.Penisilin Anti Pseudomona1)TikarsilinIndikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas dan proteus.2)PiperasilinIndikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.3)SulbenisilinIndikasi : infeksi yang disebabkan oleh pseoudomonas aerugenosa.2.SefalosforinSefalosforin merupakan antibiotic betalaktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding mikroba. Farmakologi sefalosforin mirip dengan penisilin, ekseresi terutama melalui ginjal dan dapat di hambat probenisid.Sefalosforin terbagi atas :a.SefadroksilIndikasi : infeksi baktri gram (+) dan (-)Interaksi : sefalosforin aktif terhadap kuman garm (+) dan (-) tetapi spectrum anti mikroba masing-masng derrivat bervariasi.efek samping : diare dan colitis yang disebabkan oleh antibiotic ( penggunaan dosis tinggi) mual dan mumtah rasa tidak enak pada saluran cerna sakit kepala, DllKontra indikasi : hipersensitivitas terahadap sefalosforin, porfiriab.SefrozilIndikasi : ISPA, eksaserbasi akut dari bronchitis kronik dan otitis media.c.SefotakzimIndikasi : profilaksis pada pembedahan, epiglotitis karena hemofilus, meningitis.d.SefuroksimIndikasi : profilaksis tindakan bedah,lebih aktif terhadap H. influenzae dan N gonorrhoeae.e.SefamandolIndikasi: profilaksis pada Tindakan 1 pembedahan.f.SefpodoksimIndikasi: infeksi saluran napas tetapi. Penggunaan ada faringitis dan tonsillitis, hanya yang kambuhan, infeksi kronis atau resisten terhadap antbiotika lain.3.TetrasiklinTetrasiklin merupakan antibiotik dengan spectrum luas. Penggunaannya semakin lama semakin berkurang karena masalah resistansi.Tetrasiklin terbagi atas :a.Tetrasiklin.Indikasi: eksaserbasi bronkitri kronis, bruselosis (lihat juga keterangan diatas) klamidia, mikoplasma, dan riketsia, efusi pleura karena keganasan atau sirosis, akne vulganis.Peringatan: gangguan fungsi hati (hindari pemberian secara i.v), gangguan fungsi ginjal (lihat Lampiran 3), kadang-kadang menimbulkan fotosintesis.Efek samping: mual, muntah, diare, eritema.b.Demeklosiklin HidrokloridaIndikasi: tetrasiklin. Lihat jugas gangguan sekresi hormone antidiuretikPerhatinak : kontaindikasi; efek samping lihat tetrasiklin. Fotositivtas lebih sering terjadi pernah dilaporkan terjadinya diabeters indipidus nefrogenik.c.DoksisiklinIndikasi: tetrasiklin.bruselosis (kombniasi dengan tetrasiklin), sinusitis kronis , pretatitis kronis, penyakit radang perlvis (bersama metronidazo)d.OksitetrasiklinIndikasi ; peringatan; kontaindikasi; efek samping; lihat tetrasilin; hindari pada porfiria.Dosis: 250-500 mg tiap 6 jamOxytetracycline ( generic ) cairan Inj. 50 mg/ vial (K)Teramycin (Pfizer Indonesia) cairan inj. 50 mg/ vial. Kapsul 250 mg (K).4.AminoglikosidaAminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap pseudomonas aeruginosa. Streptomisin aktif teradap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa.a.AmikasinIndikasi : infeksi generatif yang resisten terhadap gentamisin.b.GentamisinIndikasi : septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya. Infeksi bilier, pielonefritis dan prostates akut, endokarditis karena Str viridans. Atau str farcalis (bersama penisilin, pneumonia nosokomial, terapi tambahan pad meningitis karena listeria.Peringatan : gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut ( (sesuaikan dosso, awasi fungsi ginjal, pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma), hindari penggunaan jangka panjang.Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.Efek samping : gangguna vestibuler dan pendengaran, netrotoksista, hipomagnesemia pada pemberian jangka panjang colitis karena antibiotic.Dosis : injeksi intramuskuler, intravena lambat atau infuse, 2-5 mg/ kg/ hari ( dalam dosis terbagai tiap 8 jam) lihat juga keterangan diatas sesuaikan dosis terbagi tiap 8 jam ) lihat juga keterangan fungsi ginjal dan ukur kadar dalam plasma.c.Neomisin SulfatIndikasi: Sterilisasi usus sebelum operasid.NetilmisinIndikasi: infeksi berat kuman gram negative yang resisten terhadap gentainisin.5.KloramfenikolKloramfenikol merupakan antibiotic dengan spectrum luas, namun bersifat toksik. Obat ini seyogyanya dicadangkan untuk infeksi berat akibat haemophilus influenzae, deman tifoid, meningitis dan abses otak, bakteremia dan infeksi berat lainnya. Karena toksisitasnya, obat ini tidak cocok untuk penggunaan sistemik.Kontraindikasi: wanita hamil, penyusui dan pasien porfiriaEfeks samping : kelainan darah yang reversible dan irevesibel seperti anemia anemia aplastik ( dapat berlanjut mejadi leukemia), neuritis perifer, neuritis optic, eritem multiforme, mual, muntah, diare, stomatitis, glositits, hemoglobinuria nocturnal.6.MakrolidEritromisin memiliki spectrum antibakteri yang hamper sama dengan penisilin, sehingga obat ini digunakan sebagai alternative penisilin. Indikasi eritremisin mencakup indikasi saluran napas, pertusis, penyakit gionnaire dan enteritis karena kampilo bakteri.a.EritromisinIndikasi: sebagai alternative untuk pasien yang alergi penisilin untuk pengobatan enteritis kampilobakter, pneumonia, penyakit legionaire, sifilis, uretritis non gonokokus, protatitis kronik, akne vulgaris, dan rpofilaksis difetri dan pertusis.b.AzitromisinIndikasi: infeksi saluran napas, otitis media, infeksi klamida daerah genital tanpa kompliasi.c.KlaritromisinIndikasi : infeksi saluran napas, infeksi ringan dan sedang pada kulit dan jaringan lunak; terapi tambahan untuk eradikasi helicobacter pylori pada tukak duodenum ( lihat bagian 1.1)7.PolipeptidaKelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan gramisidin, dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino bebas. Berlainan dengan antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur, antibiotika ini dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif terhadap basil Gram-negatif termasuk Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin terhadap kuman Gram-positif.Khasiatnya berupa bakterisid berdasarkan aktivitas permukaannya (surface-active agent) dan kemampuannya untuk melekatkan diri pada membran sel bakteri, sehingga permeabilitas sel diperbesar dan akhirnya sel meletus. Kerjanya tidak tergantung pada keadaan membelah tidaknya bakteri, maka dapat dikombinasi dengan antibiotika bakteriostatik seperti kloramfenikol dan tetrasiklin.Resorpsinya dari usus praktis nihil, maka hanya digunakan secara parenteral, atau oral untuk bekerja di dalam usus. Distribusi obat setelah" injeksi tidak merata, ekskresinya lewat ginjal.Antibiotika ini sangat toksis bagi ginjal, polimiksin juga untuk organ pendengar. Maka penggunaannya pada infeksi dengan Pseudomonas kini sangat berkurang dengan munculnya antibiotika yang lebih aman (gentamisin dan karbenisilin).8.GolonganAntimikobakteriumGolongan antibiotika dan kemoterapetka ini aktif te rhadap kuman mikobakterium. Termasuk di sini adalah obat-obat anti TBC dan lepra, misalnya rifampisin, streptomisin, INH, dapson, etambutol dan lain-lain.