Upload
dinhmien
View
258
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Imam Nur Muchlas
ANALISIS POTENSI DAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI
DANAU WAY JEPARA LAMPUNG TIMUR BERDASARKAN
PERSEPSI STAKEHOLDERS
(Skripsi)
Oleh
IMAM NUR MUCHLAS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
Imam Nur Muchlas
ABSTRAK
ANALISIS POTENSI DAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI
DANAU WAY JEPARA BERDASARKAN PERSEPSI
STAKEHOLDERS
Oleh
IMAM NUR MUCHLAS
Danau Way Jepara merupakan salah satu destinasi ekowisata di Kabupaten
Lampung Timur yang berpotensi untuk dikembangkan. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui potensi dan polarisasi persepsi stakeholders terhadap sumber
daya ekowisata. Penelitian dilakukan selama 2 bulan, yaitu bulan Januari–
Februari 2018. Potensi ekowisata dikumpulkan dengan cara survei langsung,
persepsi stakeholders dikumpulkan dengan wawancara menggunakan alat bantu
kuesioner. Sampel stakeholders dipilih secara random sampling, informasi
mendalam dikumpulkan dari informan kunci dengan teknik snowball sampling.
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan persepsi diolah menggunakan skala
likert skor 1-5. Hasil penelitian diketahui potensi sumber daya ekowisata di Danau
Way Jepara meliputi: potensi lanskap dengan view penyusunnya, sumber daya
flora dan fauna terdiri dari 29 spesies pohon, 26 spesies satwa liar dan 21 spesies
ikan. Kuliner khas masakan ikan dan kue tradisional, kegiatan seni budaya yang
Imam Nur Muchlas
menarik yaitu gotong royong dan malam 1 assuro. Infrastruktur, akomodasi,
fasilitas dan pelayanan tersedia di lokasi, namun kondisinya kurang baik. Persepsi
stakeholders sama, yaitu cukup baik dengan skor 3, namun standarisasi penilaian
pada objek yang sama mengalami perbedaan. Standar penilaian wisatawan lebih
tinggi dari pengelola dan masyarakat, sehingga polarisasi persepsi mendekati
kutub dan membentuk garis simetris bernilai positif. Meskipun seluruh aspek
bernilai positif, namun persepsi masyarakat assimetris pada aspek keindahan
lanskap dan fasilitas pelayanan.
Kata kunci: Danau, ekowisata, polarisasi persepsi, Way Jepara.
Imam Nur Muchlas
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE POTENTIAL AND DEVELOPMENT OF
ECOTOURISM AT LAKE WAY JEPARA BASED ON THE
PERCEPTIONS OF STAKEHOLDERS
By
IMAM NUR MUCHLAS
Lake Way Jepara was one of the destinations of ecotourism in East Lampung
district which can potentially be developed. The purpose of this research is to
know the potential and polarization of perceptions of stakeholders towards
ecotourism resources. Research carried out for 2 months, IE January – February
2018. The potential of ecotourism is collected by way of a direct survey,
perceptions of the stakeholders collected with interviews using questionnaire tool.
Sample of stakeholders selected by random sampling, in-depth information
gathered from key informants with snowball sampling technique. The data
analysis done in a descriptive and likert scale using perceptions score 1-5. Results
of the study known to potential resources of ecotourism at Lake Way Jepara
include: potential of the landscape with a view, the resources constituting the flora
and fauna consists of 29 species of trees, 26 species of wildlife and 21 species of
fish. Typical culinary fish dishes and traditional cakes, interesting art and cultural
Imam Nur Muchlas
activities, namely mutual and night 1 assuro. Infrastructure, accommodation,
facilities and services available at the site, but his condition is not good. The
perception of the same stakeholders, that is pretty good with a score of 3, but the
standardization of the assessment on the same object experiencing the difference.
The standard assessment of travelers is higher than managers and the public, so
that the polarization of the perception approach the pole to form a symmetric line
is positive. Although the whole aspect is positive, but the public perception
assimetris on aspects of the beauty of the landscape and facilities service.
Keywords: Ecotourism, lake, polarization perceptions, Way Jepara.
ANALISIS POTENSI DAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI
DANAU WAY JEPARA LAMPUNG TIMUR BERDASARKAN
PERSEPSI STAKEHOLDERS
Oleh
IMAM NUR MUCHLAS
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA KEHUTANAN
Pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Way Jepara Lampung Timur pada
tanggal 02 Februari 1996, sebagai anak pertama dari tiga
bersaudara, dari pasangan Bapak Juhdi Muhtasor dan Ibu
Siti Mutamimah. Pada tahun 2008 penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Dasar di MI Gunung Sari Sumur
Bandung, Sekolah Menengah Atas di SMP Negeri 1 Way
Jepara pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Way
Jepara pada tahun 2014.
Pada tahun 2014, penulis diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Penulis merupakan Anggota Utama dalam
Himpunan Mahasiswa Jurusan Kehutanan (Himasylva) Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
Pada tahun 2016 Penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Gunung
Sugih, Kecamatan Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Tengah. Penulis
melakukan Praktik Umum Kehutanan (PU) di Perum Perhutani, KPH Pekalongan
Barat, Divisi Regional Jawa Tengah, penulis juga pernah menjadi Asisten Dosen
Mata Kuliah Hidrologi Hutan pada tahun 2017, dan Mata Kuliah Ekowisata pada
tahun 2018.
Untuk Ayah, Ibu, dan Adikku Tersayang,
serta Untuk Calon Istriku Dyan Pertiwi
SANWACANA
Alhamdulillahhirabil’alamin puji syukur kepada Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat, nikmat beserta karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi berjudul “Analisis Potensi dan Pengembangan Ekowisata
di Danau Way Jepara Lampung Timur Berdasarkan Persepsi Stakeholders”,
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di
Universitas Lampung. Terselesaikannya penulisan skripsi ini tentunya berkat
seluruh bantuan, dukungan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu
dengan setulus hati penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada beberapa pihak sebagai berikut.
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku Dosen Pembimbing pertama
atas bimbingan, motivasi, saran dan kritik yang telah diberikan selama
penulisan skripsi.
3. Bapak Dr. Ir. Gunardi D. Winarno, M.Si., selaku pembimbing kedua atas
bimbingan, motivasi, saran dan kritik yang telah diberikan selama penulisan
skripsi.
4. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Pembahas sekaligus
Dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan, saran, dan motivasi yang
membangun dalam penyelesaian skripsi ini.
iii
5. Kepada Dinas Pariwisata Daerah, Dinas Pekerjaan Umum Daerah, KPD PU
Way Jepara dan seluruh pihak terkait yang memberikan izin dan kontribusi
dalam pengumpulan data sekunder penelitian.
6. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
7. Bapak Dr. Indra Gumay Febryano, S.Hut., M.Si., dan seluruh dosen
pembimbing dalam tim percepatan skripsi atas saran, dorongan dan motivasi
yang diberikan.
8. Ayah dan Ibu penulis yaitu Bapak Juhdi Muhtasor dan Ibu Siti Mutamimah,
serta dua adik saya, Ikhsan Irsyadi dan Tasya Fanisa yang telah memberikan
do’a, semangat, dukungan dan motivasi yang tak terhingga.
9. Calon istri saya Dyan Pertiwi yang selalu memberikan do’a, semangat,
dukungan dan motivasi.
10. Keluarga seperjuangan Lugosyl’ 14 yang tidak dapat saya sebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan saran, dukungan, bantuan dan semangat
selama perkuliahan hingga proses penulisan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi
penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para
pembaca.
Bandar Lampung, 05 Oktober 2018
Penulis
Imam Nur Muchlas
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 2
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 3
1.5 Kerangka Berfikir ............................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Ekowisata ....................................................................... 6
2.2 Ekowisata Berbasis Masyarakat ....................................................... 8
2.3 Jenis Danau dan Aspek Ekologis Ekowisata Danau ........................ 11
2.4 Pengertian Persepsi .......................................................................... 14
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi .............................................. 15
2.6 Manfaat Persepsi .............................................................................. 16
2.7 Dampak ekowisata ........................................................................... 17
2.8 Daya dukung lingkungan dan ekowisata .......................................... 18
2.9 Evaluasi ekowisata ........................................................................... 22
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................ 24
3.2 Objek dan Alat Penelitian ................................................................. 25
3.3 Jenis Data ......................................................................................... 25
3.3.1 Data Primer ............................................................................. 25
3.3.2 Data Sekunder ........................................................................ 25
3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 26
3.4.1 Survei Lokasi .......................................................................... 26
3.4.2 Wawancara (kuesioner) .......................................................... 26
3.4.3 Data sekunder .......................................................................... 27
3.5 Analisis Data .................................................................................... 28
3.5.1 Data Koordinat ....................................................................... 28
3.5.2 Data Survei .............................................................................. 28
3.5.3 Data wawancara ..................................................................... 29
3.5.4 Data Persepsi .......................................................................... 29
v
Halaman
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Danau Way Jepara .............................................. 32
4.2 Sumber Daya Ekowisata .................................................................. 33
4.3 Persepsi Stakeholders di Danau Way Jepara .................................... 36
4.3.1 Stakeholders Berdasarkan Pendidikan ................................... 36
4.3.2 Stakeholders Berdasarkan Daerah Asal ................................. 36
4.3.3 Persepsi Stakeholders Terhadap Sumber Daya Ekowisata .... 37
4.4 Polarisasi Persepsi Stakeholders ...................................................... 42
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 47
5.2 Saran ................................................................................................. 48
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 49-53
LAMPIRAN ............................................................................................... 54
Gambar 7-12............................................................................................... 55-58
Tabel 8-32 .................................................................................................. 59-75
Contoh Kuesioner ....................................................................................... 76-81
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Survey lembaga pengelola dan komponen data yang diharapkan ......... 28
2. Tabel Penilaian Skala Likert .................................................................. 29
3. Komponen sumber daya ekowisata di Danau Way Jepara ..................... 33
4. Stakeholders berdasarkan pendidikan .................................................... 36
5. Stakeholders berdasarkan daerah asal .................................................... 37
6. Tabel persepsi Stakeholders ................................................................... 38
7. Gap persepsi Stakeholders ..................................................................... 39
8. Keanekaragaman flora di Danau Way Jepara ........................................ 59
9. Survei keanekaragaman satwa di daratan ............................................... 60
10. Keanekaragaman ikan di danau ............................................................ 61
11. Aktivitas sosial budaya masyarakat ................................................................. 61
12. Rekapitulasi kueisioner pengelola Danau Way Jepara ......................... 62
13. Persepsi keindahan lanskap Danau Way Jepara oleh pengelola ........... 63
14. Persepsi keanekaragaman flora dan fauna di Danau Way Jepara
oleh pengelola ....................................................................................... 64
15. Persepsi luasan wilayah Danau Way Jepara oleh pengelola ................. 64
16. Persepsi infrastruktur di Danau Way Jepara oleh pengelola ................. 65
17. Persepsi fasilitas dan pelayanan di Danau Way Jepara oleh pengelola 65
vii
Tabel Halaman
18. Persepsi akomodasi di Danau Way Jepara oleh pengelola ................... 66
19. Rekapitulasi kueisioner masyarakat Danau Way Jepara ....................... 67
20. Persepsi keindahan lanskap Danau Way Jepara oleh masyarakat ....... 68
21. Persepsi keanekaragaman flora dan fauna di Danau Way Jepara oleh
masyarakat ........................................................................................... 69
22. Persepsi luasan wilayah Danau Way Jepara oleh masyarakat ............. 69
23. Persepsi infrastruktur di Danau Way Jepara oleh masyarakat ............. 70
24. Persepsi fasilitas dan pelayanan di Danau Way Jepara oleh masyarakat 70
25. Persepsi akomodasi di Danau Way Jepara oleh masyarakat ............... 71
26. Rekapitulasi kueisioner wisatawan Danau Way Jepara ....................... 71
27. Persepsi keindahan lanskap Danau Way Jepara oleh wisatawan ......... 73
28. Persepsi keanekaragaman flora dan fauna di Danau Way Jepara oleh
wisatawan ............................................................................................. 73
29. Persepsi luasan wilayah Danau Way Jepara oleh wisatawan .............. 74
30. Persepsi infrastruktur di Danau Way Jepara oleh wisatawan .............. 74
31. Persepsi fasilitas dan pelayanan di Danau Way Jepara oleh wisatawan 75
32. Persepsi akomodasi di Danau Way Jepara oleh wisatawan ................. 75
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan alir kerangka berpikir pada penelitian ........................................ 5
2. Peta lokasi penelitian di Danau Way Jepara .......................................... 24
3. Peta pesebaran sumber daya ekowisata di Danau Way Jepara............... 35
4. Grafik gap persepsi stakeholders ........................................................... 40
5. Polarisasi persepsi pengelola, masyarakat, dan wisatawan .................... 43
6. Diagram persepsi stakeholders di Danau Way Jepara ........................... 44
7. Pengambilan data kuesioner kepada wisatawan .................................... 55
8. Pengambilan data kuesioner kepada masyarakat dan informan kunci ... 55
9. Foto citra satelit dan areal pengelolaan Danau Way Jepara ................... 56
10. Infrastruktur yang tersedia di Danau Way Jepara ................................. 57
11. Akomodasi yang tersedia di Danau Way Jepara ................................... 57
12. Fasilitas ekowisata di Danau Way Jepara ............................................. 58
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ekowisata merupakan perjalanan ke kawasan alam yang relatif masih asli dan
tidak tercemar (Buckley, 2009). Terdapat prinsip dasar yang harus ditekankan
pada ekowisata yaitu prinsip ekologi, ekonomi, sosial dan budaya. Avenzora
(2008), mengemukakan bahwa secara menyeluruh ekowisata dipandang sebagai
prinsip yang bersifat implementatif dan tidak hanya bersifat retorika belaka serta
haruslah diterima sebagai obligatory task bagi setiap tourism stakehoders.
Kabupaten Lampung Timur mempunyai potensi wisata yang beragam, salah satu
destinasi ekowisata tersebut adalah Danau Way Jepara. Suarka (2010),
menjelaskan bahwa potensi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di suatu
daerah yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata, dapat berupa potensi
budaya dan potensi alamiah. Potensi sumber daya ekowisata di Danau Way Jepara
yang memiliki daya tarik yaitu lanskap danau dan sekitarnya, flora dan fauna serta
kebudayaan masyarakat. Aktivitas kunjungan telah ada selama ini, namun dilain
sisi timbul berbagai permasalahan di antaranya penurunan debit air danau dan
penurunan intensitas kunjungan.
Penurunan debit air danau dapat ditimbulkan dari faktor yang berasal dari
eksternal, menurut Hakim (2004), faktor eksternal dapat timbul akibat aktivitas
2
manusia, seperti polusi air, tanah dan udara, perusakan dan penggundulan hutan,
eksploitasi sumber daya secara berlebihan, konversi lahan dan sebagainya.
Menurunnya aktivitas kunjungan diduga sebagai akibat dari faktor keamanan,
kelembagaan yang belum terbentuk, pembangunan fasilitas pelayanan yang masih
minim dan kurangnya keterlibatan berbagai pihak stakeholders dalam
pengembangan kegiatan ekowisata. Untuk menemukan solusi dari permasalahan
yang terjadi saat ini, maka dibutuhkan perencanaan supaya pembangunan dapat
sesuai dengan kebutuhan di lokasi.
Penelitian lebih mendalam mengenai Analisis Potensi dan Pengembangan
Ekowisata di Danau Way Jepara Lampung Timur Berdasarkan Persepsi
Stakeholders perlu dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
potensi sumber daya ekowisata dan menganalisis persepsi stakeholders Danau
Way Jepara, guna mengetahui langkah strategis dalam perencanaan dan
pengembangan kegiatan ekowisata yang sesuai dengan karakteristik setempat.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu.
1. Bagaimana potensi sumber daya ekowisata di Danau Way Jepara?
2. Bagaimana persepsi masyarakat, pengelola dan wisatawan tentang potensi
sumber daya ekowisata di Danau Way Jepara?
3. Bagaimana polarisasi stakeholders terhadap ekowisata di Danau Way Jepara?
3
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui potensi sumber daya ekowisata yang ada di Danau Way Jepara dan
sekitarnya.
2. Mengetahui persepsi masyarakat, pengelola dan wisatawan mengenai potensi
sumber daya ekowisata di Danau Way Jepara.
3. Mengetahui polarisasi stakeholders terhadap ekowisata di Danau Way Jepara.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini yaitu: sebagai sumber informasi dan pengetahuan dalam
pembentukan kelembagaan masyarakat. Sebagai bahan pertimbangan
perencanaan pengembangan ekowisata oleh Dinas Pariwisata Daerah dan
stakeholders terkait, serta untuk mengoptimalkan potensi sumber daya ekowisata
di Danau Way Jepara dengan tetap memperhatikan ekologi, ekonomi, sosial dan
budaya.
1.5 Kerangka Berpikir
Danau Way Jepara merupakan salah satu destinasi wisata di Kabupaten Lampung
Timur. Letak administratif Danau Way Jepara adalah di Desa Labuhan Ratu
Danau, Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur. Fungsi utama danau
ini, adalah sebagai irigasi pertanian, namun dilain sisi danau ini juga memiliki
potensi sumber daya wisata yang cukup beragam dan memungkinkan
dikembangkan sebagai destinasi ekowisata.
4
Penelitian ini untuk mengetahui potensi sumber daya ekowisata, sumber daya
masyarakat dan persepsi stakeholders di Danau Way Jepara. Pengambilan data
potensi sumber daya ekowisata dilakukan dengan mengumpulkan data keindahan
lanskap, flora dan fauna, karakteristik danau, seni dan budaya masyarakat, kuliner
tradisional dan sejarah Danau Way Jepara. Data dan informasi potensi akan digali
lebih mendalam di lokasi penelitian melalui survei langsung dan wawancara
kepada stakeholders terkait dengan alat kuesioner.
Data sumber daya masyarakat yang dikumpulkan meliputi data kelembagaan dan
organisasi masyarakat di sekitar Danau Way Jepara. Informasi yang mendalam
dari informan kunci dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terbuka. Data
dan informasi kelembagaan dan organisasi masyarakat diolah dan dianalisis
secara deskriptif sebagai pendukung penelitian.
Data persepsi stakeholders dikelompokkan berdasarkan kelas pendidikan dan
daerah asal. Pembagian kelas stakeholders digali dengan metode kuesioner
tertutup. Butir pertanyaan dan jawaban telah disediakan berdasarkan aspek yang
diteliti, hal ini supaya memudahkan wisatawan memberikan scoring dan
memudahkan pengolahan data.
Data dan informasi yang relevan baik dari lembaga pengelola maupun literatur
jurnal digunakan sebagai pendukung penelitian. Data hasil survei dan penjelasan
informan kunci dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Data persepsi
stakeholders diolah dengan analisis persepsi menggunakan skala likert untuk
mengetahui persepsi stakeholders dan demand wisata terhadap potensi sumber
daya ekowisata di lokasi. Hasil akhir penelitian ini diketahui potensi dan
5
pengembangan ekowisata di Danau Way Jepara berdasarkan persepsi
stakeholders. Kerangka berpikir dalam penelitian ini disusun menjadi bagan alir
seperti pada Gambar 1.
Gambar 1. Bagan alir kerangka berpikir pada penelitian.
Ekowisata Danau
Way Jepara Lampung Timur
Potensi Sumber Daya
Ekowisata:
1. Keindahan lanskap.
2. Flora dan fauna.
3. Karakteristik danau.
4. Seni dan budaya
masyarakat
5. Kuliner tradisional.
6. Sejarah danau
Sumber Daya
Masyarakat:
Lembaga Masyarakat
Desa dan Organisasi
masyarakat di sekitar
danau.
Persepsi
Stakeholders:
1. Berdasarkan
pendidikan.
2. Berdasarkan
daerah asal.
Metode Survei
Metode wawancara
(kuesioner tertutup
dan kuesioner
terbuka)
Metode wawancara
(kuesioner tertutup)
Analisis:
Analisis deskriptif
Analisis demand
Analisis persepsi
Analisis skala likert
Potensi dan Pengembangan Ekowisata di Danau Way Jepara
Berdasarkan Persepsi Stakeholders
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekowisata dan Pengertiannya
Ekowisata saat ini didefinisikan sebagai perjalanan yang bertanggung jawab ke
daerah-daerah alami untuk melestarikan lingkungan, menopang kesejahteraan
masyarakat setempat dan melibatkan interpretasi dan pendidikan (The
International Ecotourism Society, 2015). Menurut Ceballos-Lascurain (1996),
ekowisata adalah suatu perjalanan dan kunjungan yang bertanggungjawab
terhadap kawasan alam dalam hal menikmati alam, studi dan apresiasi alam
termasuk aspek budayanya, untuk menunjang konservasi, mengurangi dampak
negatif aktivitas pengunjung, serta untuk mendukung kesejahteraan masyarakat
sekitar.
Ekowisata merupakan suatu kegiatan pariwisata yang menekankan pada konsep
kelestarian sumber daya pariwisata, kegiatan ekowisata difokuskan pada wisata
alam yang bertanggung jawab dengan cara mengonservasi lingkungan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Akhir dari perjalanan ekowisata
diharapkan para pengelola dan wisatawan dapat mengelola sumber wisata alam
secara ramah lingkungan (Oktavianti dan Hakim, 2013).
7
Objek daya tarik wisata merupakan daerah tujuan wisata yang memiliki daya tarik
bagi wisatawan untuk melakukan aktivitas kunjungan wisata. Salma dan
Susilowati, (2004), mengemukakan beberapa alasan orang melakukan wisata.
a. Pleasure tourism, pengunjung berorientasi untuk menikmati perjalanan
sehingga mereka ketika meninggalkan rumahnya untuk kepentingan berlibur
dan menghilangkan ketegangan yang dirasakan dengan melihat panorama dan
juga keindahan alam yang dikunjungi.
b. Recreation sites, wisatawan benar-benar berlibur dan meninggalkan semua
aktivitas kesehariannya supaya dapat memperoleh kebugaran secara fisik dan
batin.
c. Cultural tourism, yakni upaya wisatawan yang ingin belajar sebuah budaya,
untuk tujuan pengetahuan atau menyalurkan bakat dan minatnya.
d. Sport Tourism, kegiatan wisatawan yang lebih menonjolkan aktivitas untuk
menjaga kebugaran dan juga mencoba hal-hal baru yang mungkin tidak
terdapat di daerah asalnya.
e. Busines Tourism, aktivitas wisata yang dilakukan untuk kepentingan bisnis,
misalnya berdagang atau untuk membeli barang-barang yang ada di suatu
negara, untuk dijual kembali ke negara asalnya.
f. Conventions Tourism, jenis aktivitas pariwisata yang menekankan pada
bangunan-bangunan yang menopang kegiatan pariwisata, seperti hotel dan
bangunan lainnya.
Menurut Avenzora (2008), ekowisata dipandang sebagai prinsip yang secara
esensial gagasan ekowisata haruslah.
8
a. Dipandang sebagai prinsip atau bahkan roh dan jiwa bagi apa pun bentuk
kepariwisataan.
b. Bersifat implementatif dan tidak hanya bersifat retorika belaka.
c. Haruslah diterima sebagai obligatorry task bagi setiap tourism stakeholders.
Menurut Iskandar (2013), pemilihan lingkungan wisata, menurut ahli psikologi
Kaplan dipengaruhi oleh empat hal yaitu.
1. Coherence: jika lingkungan di destinasi terorganisasi dengan baik akan
membuat wisatawan merasa senang.
2. Legibility: Semakin mudah dipahami suatu obyek wisata semakin tinggi untuk
dipilih.
3. Complexity: keragaman suatu obyek akan mengajak wisatawan untuk
melakukan eksplorasi lebih lama.
4. Mistery: adanya informasi yang tersembunyi pada suatu obyek wisata, dapat
mengundang keingintahuan bagi wisatawan.
2.2 Ekowisata Berbasis Masyarakat
Ekowisata berbasis masyarakat merupakan suatu usaha ekowisata yang
menitikberatkan peran aktif masyarakat, pelibatan masyarakat secara mutlak
didasarkan pada kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam
serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata.
Partisipasi masyarakat dalam mengelola ekowisata dapat dilihat dari tahap
perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi kegiatan ekowisata (WWF Indonesia,
2009). Pola ekowisata berbasis masyarakat mengakui hak masyarakat lokal
dalam mengelola kegiatan wisata di kawasan yang mereka miliki secara adat
9
ataupun sebagai pengelola, adanya pola ekowisata berbasis masyarakat bukan
berarti masyarakat akan menjalankan usaha ekowisata sendiri (Hijriati dan
Mardiana, 2014).
Masyarakat adalah tujuan utama dalam sebuah pengembangan pariwisata.
Integrasi antara pengembangan pariwisata dengan kehidupan masyarakat lokal
akan menghadirkan berbagai manfaat antara lain dapat meningkatkan
kesejahteraan, membuka lapangan kerja baru, pembangunan ekonomi lokal, serta
pada akhirnya akan sampai pada perkembangan wilayah. Potensi pariwisata yang
dikelola dengan baik akan memberikan pengaruh baik pula bagi daerah tersebut.
Adanya pengelolaan dan koordinasi yang baik antara pemerintah dan masyarakat
akan memaksimalkan potensi wisata yang ada sehingga pengaruh yang diberikan
juga akan maksimal (Afandi dan Ali, 2015).
Menurut Avenzora (2008), terdapat tujuh pilar utama terminology ekowisata yang
terdiri dari.
1. Pilar ekologi.
2. Pilar sosial budaya.
3. Pilar ekonomi.
4. Pilar pengalaman.
5. Pilar kepuasan.
6. Pilar kenangan dan.
7. Pilar pendidikan.
Komponen-komponen yang terdapat dalam masyarakat memiliki fungsi sebagai
item produk kepariwisataan, sehingga menjadi rangkaian aktivitas wisata yang
10
terpadu sehingga menjadi karakteristik yang unik, sesuai dengan kondisi
masyarakat, geografis serta sosial budaya setempat (Winasis, 2016).
Dalam membangun ekowisata yang berkelanjutan, maka dinilai sangat perlu
adanya partisipasi seluruh stakeholders. Salah satu cara pelibatan seluruh elemen
stakeholders yaitu dengan adanya pembentukan kelembagaan yang kuat.
Kelembagaan atau institusi adalah tataran dan pola hubungan antar anggota
masyarakat, organisasi dan atau antar aktor pembangunan, bisnis dan politik yang
saling mengikat yang diwadahi dalam sebuah organisasi atau jaringan
(Kartodihardjo dan Jhamtani, 2006).
Menurut Hilman (2017), cara pelembagaan kepariwisataan desa harus mempunyai
sebuah kebijakan yang baik, dilakukan secara bersinergi antar lembaga dengan
masyarakat melalui para steakholders yang terlibat, guna menemukan kemitraan
dan juga pola organisasi pemerintahan yang relevan dengan kondisi desa.
Relevansi konsep tersebut ditekankan pada peranan masing-masing elemen,
dalam proses awal hingga akhir dalam sebuah kebijakan, sehingga dapat
dipadukan dan dijalankan secara bersinergi. Selain itu, aspek transparansi dan
proses yang partisipatif harus menjadi semangat dari pembuatan kebijakan,
sehingga kelembagaan yang terbentuk dapat di implementasikan secara
kontekstual dengan keadaan yang diharapkan bersama.
Aspek pembiayaan adalah faktor penting, sebuah keberhasilan dalam proses
pelaksanaan kebijakan pariwisata yang menekankan pada potensi lokal “local
wisdom” yang ada di suatu daerah. Pendanaan pariwisata menjadi tanggung
11
jawab bersama Pemerintah, Pemerintah Daerah, Pengusaha dan Masyarakat
(Raharjana, 2012).
2.3 Jenis Danau dan Aspek Ekologis Ekowisata Danau
Danau adalah suatu badan air alami yang selalu tergenang sepanjang tahun dan
mempunyai mutu air tertentu yang beragam dari satu danau ke danau yang lain
serta mempunyai produktivitas biologi yang tinggi (Satari, 2000 dan Marganof,
2007).
Danau berdasarkan proses terjadinya dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu
danau alami dan danau buatan (Odum, 1993). Danau alami merupakan danau
yang terbentuk sebagai akibat dari kegiatan alamiah, misalnya bencana alam,
kegiatan vulkanik dan kegiatan tektonik. Danau buatan adalah danau yang
dibentuk dengan sengaja oleh kegiatan manusia dengan tujuan tertentu dengan
cara membuat bendungan pada daerah dataran rendah.
Menurut Payne (1986); Goldman dan Horne (1983); dan Sumich, (1976), jenis
danau berdasarkan keadaan nutrisinya, dibagi menjadi tiga jenis yaitu danau
eutrofik danau oligotrofik dan danau mesotrofik.
a. Danau oligotrofik, adalah danau yang mengandung sedikit nutrien, biasanya
lebih dalam dan produktivitas primernya rendah. Sedimen pada bagian dasar
kebanyakan mengandung senyawa anorganik dan konsentrasi oksigen pada
bagian hipolimnion tinggi. Walaupun jumlah organisme pada danau ini
rendah tetapi keanekaragaman spesies tinggi.
b. Danau eutrofik, yaitu suatu danau yang mengandung banyak nutrien (kaya
nutrien), khususnya nitrat dan fosfor yang menyebabkan pertumbuhan alga
12
dan tumbuhan akuatik lainnya meningkat. Produktivitas primer pada danau
ini tinggi dan konsentrasi oksigen rendah. Walaupun jumlah dan biomassa
organisme pada danau ini tinggi tetapi keanekaragaman spesies rendah.
c. Danau distrofik, yaitu suatu danau yang memperoleh sejumlah bahan-bahan
organik dari luar danau, khususnya senyawa-senyawa asam yang
menyebabkan air berwarna coklat. Produktivitas primer pada danau ini
rendah, yang umumnya berasal dari fotosintesis plankton. Tipe danau
distrofik ini juga sedikit mengandung nutrien dan pada bagian hipolimnion
terjadi defisit oksigen. Suatu danau berlumpur mewakili bentuk danau
distrofik ini.
Ekowisata dalam beberapa tahun terakhir berkembang karena ada kejenuhan yang
melanda para wisatawan dengan model “replikatif” pariwisata yang terkesan tidak
alami. Kondisi tersebut bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
mengembangkan konsep pariwisata di wilayah pedesaan, karena berpotensi untuk
berkembang secara pesat (Satria, 2009).
Pengembangan ekowisata dari segi ekologis harus benar-benar dilakukan dengan
penuh kehati-hatian dan pengelolaan yang cermat, tidak terjebak atau tergiur pada
keuntungan ekonomi jangka pendek, tetapi harus berpedoman pada
pengembangan berkelanjutan. Artinya, generasi kini dapat memetik manfaatnya,
namun tanpa melupakan bahwa generasi berikutnya pun memiliki hak mendapat
manfaat SDA yang sama (Suwardjoko dan Warpani, 2007).
13
Ekowisata harus dijalankan secara berkesinambungan dengan menjunjung tinggi
rasa cinta terhadap lingkungan. Keuntungan yang akan diperoleh yaitu jalannya
roda perekonomian dan juga kelestarian lingkungan. Ditinjau dari sudut pandang
lainnya, kegiatan ini juga dapat menjaga eksistensi kearifan lokal “local wisdom”
sehingga ada penghormatan terhadap hak asasi manusia (Hilman, 2017).
Damanik dan Weber (2006), menyebutkan beberapa kebijakan dalam kaitannya
dengan ekowisata yang dilandasi oleh dimensi ekologi yaitu.
1. Penentuan dan konsistensi pada daya dukung lingkungan.
2. Pengelolaan limbah dan pengurangan penggunaan bahan baku hemat energi.
3. Prioritas pengembangan produk dan layanan jasa berbasis lingkungan.
4. Peningkatan kesadaran lingkungan dengan kebutuhan konservasi.
Hasil penelitian Agrawal dan Redford (2006), di negara-negara berkembang
mengindikasikan bahwa secara empiris ekowisata berperan dalam 4 indikator
konservasi yaitu: pembiayaan konservasi, pendidikan konservasi, etika konservasi
dan konservasi sumber daya. Kontribusi ekowisata pada ekonomi yaitu dapat
meningkatkan level pendapatan masyarakat lokal, peningkatan jumlah masyarakat
yang bekerja, perbaikan infrastruktur dan partisipasi lokal. Hasil penelitian
Pratiwi (2008), menunjukkan bahwa pengusahaan ekowisata dapat berperan
sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan konflik tidak pastian akses terhadap
kawasan.
14
2.4 Pengertian Persepsi
Untuk mengetahui pengembangan ekowisata yang sesuai dengan keadaan
lingkungan sekitar terutama dengan keadaan masyarakat, maka perlu diketahui
persepsi dari berbagai stakeholders. Robbins dan Judge (2008), menyatakan
bahwa persepsi (perception) adalah proses di mana individu mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan sensoris guna memberikan arti bagi lingkungan.
Kreitner dan Kinicki (2009), mendefinisikan persepsi sebagai suatu proses
kognitif yang memungkinkan seseorang dapat menafsirkan dan memahami
lingkungan sekitar.
Menurut Saputra (2015), persepsi adalah tanggapan langsung dari suatu serapan,
proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui pancaindranya. Definisi
persepsi dalam arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat
sesuatu, sedangkan dalam arti luas ialah pandangan atau pengertian, yaitu
bagaimana seseorang memandang dan mengartikan sesuatu. Hariyana dan
Mahagangga (2015), mengartikan persepsi sebagai pengalaman tentang objek,
peristiwa, hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi
dan menafsirkan pesan. Terkait dengan kondisi bermasyarakat, persepsi adalah
proses penilaian seseorang atau sekelompok orang terhadap objek, peristiwa, atau
stimulus dengan melibatkan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan
objek tersebut, melalui proses kognisi dan afeksi untuk membentuk objek tersebut
(Dimyati, 1989).
15
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut DeVito (1997), karakteristik seseorang merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Lionberger dan Gwin (1982),
berpendapat bahwa karakteristik personal dapat mempengaruhi penerimaan
individu terhadap perubahan unsur. Karakteristik tersebut dapat terdiri dari
pendidikan, tempat tinggal, kedudukan, usia dan jenis kelamin. Jenis kelamin dan
usia seseorang akan mempengaruhi bagaimana orang tersebut memberikan
persepsi mengenai suatu benda atau situasi, hal ini dikarenakan persepsi yang
diberikan antara pria dan wanita akan berbeda. Usia juga akan menentukan
persepsi seseorang. Orang tua dan anaknya akan memberikan persepsi yang
berbeda mengenai suatu benda yang sama.
Persepsi seseorang dipengaruhi antara lain oleh umpan balik, yaitu reaksi yang
diterima seorang individu atas tindakan yang dilakukannya. Umpan balik
dipengaruhi oleh interpretasi pemberi dan penerima. Terjadinya persepsi
keinginan-keinginan, kebutuhan, motif, perasaan, minat dan nilai-nilai yang
dimiliki (Stagner dan Solley, 1969). Faktor-faktor lain yang berpengaruh pada
persepsi seseorang dikemukakan oleh Morgan (1981), di antaranya yaitu
perhatian, kesediaan untuk memberikan respons, pengalaman belajar serta
kesempurnaan alat-alat indra.
16
Menurut Husein (2008), 3 faktor yang dapat mempengaruhi persepsi masyarakat
yaitu.
a) Pelaku persepsi, bila seseorang memandang suatu objek dan mencoba
menafsirkan apa yang dilihatnya dan penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individu itu.
b) Target atau objek, karakteristik-karakteristik dan target yang diamati dapat
mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Target tidak dipandang dalam keadaan
terisolasi, hubungan suatu target dengan latar belakangnya mempengaruhi
persepsi seperti kecenderungan kita untuk mengelompokkan benda-benda yang
berdekatan atau yang mirip.
c) Situasi, dalam hal ini penting untuk melihat konteks objek atau peristiwa sebab
unsur-unsur lingkungan sekitar mempengaruhi persepsi kita.
2.6 Manfaat Persepsi
Persepsi memiliki banyak manfaat dalam kegiatan ekowisata, terutama untuk
menganalisis permasalahan yang sedang dihadapi, mengetahui potensi sumber
daya ekowisata, penilaian terhadap destinasi ekowisata, untuk mengetahui strategi
pengembangan destinasi ekowisata serta manfaat yang lainnya. Salah satu
penelitian terkait analisis persepsi telah dilakukan oleh Wiradipoetra dan
Brahmanto (2016), untuk mengkaji persepsi wisatawan mengenai penurunan
kualitas daya tarik wisata serta pengaruhnya terhadap minat berkunjung yang
dilakukan di Destinasi Wisata Ciwangun Indah Camp, Jawa Barat. Hasil
penelitian mengindikasikan kualitas daya tarik wisata menurut persepsi wisatawan
dalam kondisi yang rendah atau kurang menarik. Minat berkunjung wisatawan
17
juga rendah. Penurunan kualitas daya tarik berpengaruh signifikan terhadap
turunnya minat berkunjung wisatawan.
2.7 Dampak Ekowisata
Kegiatan pariwisata erat kaitannya dengan pelibatan masyarakat lokal dalam
pengelolaannya, sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan
menimbulkan dampak bagi masyarakat tersebut. Dampak adalah suatu perubahan
yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas (Soemarwoto, 1989). Ekowisata dapat
menimbulkan dampak bagi lingkungan, dampak bagi sosial ekonomi dan dampak
bagi perekonomian. Dampak yang dirasakan tersebut ada yang bersifat positif
dan ada juga yang bersifat negatif.
Menurut Sedarmayanti (2005), kegiatan ekowisata yang banyak menarik minat
wisatawan telah memberikan sumbangan devisa untuk negara dan juga telah
membuka kesempatan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Masyarakat
tidak saja mendapatkan pekerjaan dan peningkatan pendapatan, tetapi juga dapat
menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru yang menunjang kegiatan pariwisata.
Yoeti (2008), menyatakan jika dilihat berdasarkan kacamata ekonomi makro,
ekowisata memberikan beberapa dampak positif yaitu.
1. Menciptakan kesempatan berusaha.
2. Menciptakan kesempatan kerja.
3. Meningkatkan pendapatan sekaligus mempercepat pemerataan pendapatan
masyarakat.
18
4. Mendorong peningkatan investasi dari sektor industri pariwisata dan sektor
ekonomi lainnya dan memperkuat neraca pembayaran.
Dampak negatif yang ditimbulkan antara lain yaitu.
1. Sumber-sumber hayati menjadi rusak, hal tersebut yang dapat menyebabkan
Indonesia akan kehilangan daya tariknya untuk jangka panjang.
2. Pembuangan sampah sembarangan yang selain menyebabkan bau tidak sedap
juga dapat membuat tanaman di sekitarnya mati.
3. Terjadi komersialisasi seni-budaya dan terjadi demonstration effect yang
menyebabkan kepribadian anak-anak muda rusak (Yoeti, 2008).
Pitana (2005), mengemukakan bahwa dampak pariwisata terhadap masyarakat dan
daerah tujuan wisata mencakup dampak terhadap sosial-ekonomi, dampak
terhadap sosial-budaya dan dampak terhadap lingkungan. Pengembangan
ekowisata harus benar-benar dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan
pengelolaan yang cermat, tidak terjebak atau tergiur pada keuntungan ekonomi
jangka pendek, tetapi harus berpedoman pada pengembangan berkelanjutan.
Artinya, generasi kini dapat memetik manfaatnya, namun tanpa melupakan bahwa
generasi berikutnya pun memiliki hak mendapat manfaat SDA yang sama
(Warpani, 2007).
2.8 Daya Dukung Lingkungan dan Ekowisata
Berdasarkan Undang-Udang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 1 ayat7,menjelaskan bahwa daya dukung
lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung peri
19
kehidupan manusia, makhluk hidup lain dan keseimbangan antar keduanya.
Kementerian Lingkungan Hidup (2014), menjelaskan daya dukung lingkungan
yaitu kemampuan suatu tempat dalam menunjang kehidupan makhluk hidup
secara optimum dalam periode waktu yang panjang. Daya dukung lingkungan
dapat diartikan sebagai kemampuan lingkungan memberikan kehidupan secara
sejahtera dan lestari bagi penduduk yang mendiami suatu kawasan.
Menurut Buckley (1999), daya dukung didefinisikan sebagai jumlah pengunjung
yang menghasilkan perubahan ekologi yang tidak dapat dideteksi. Esensi dasar
penentuan daya dukung lahan dilakukan dengan membandingkan ketersediaan
dan kebutuhan lahan. Ketersediaan lahan ditentukan berdasarkan data total
produksi aktual setempat dari setiap komoditas di suatu wilayah dengan
menjumlahkan produk dari semua komoditas yang ada di wilayah tersebut
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2014).
Menurut Hakim (2004), faktor internal dan eksternal dapat menyebabkan
penurunan daya dukung lingkungan.
1. Kerusakan karena faktor-faktor internal sering timbul dan berasal dari alam
sendiri, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, kebakaran alamiah, tanah
longsor serta gempa laut yang menyebabkan gelombang laut naik (tsunami)
dan badai.
2. Kerusakan karena faktor eksternal dapat terjadi karena manusia, seperti polusi
air, tanah dan udara, perusakan dan penggundulan hutan, eksploitasi sumber
daya secara berlebihan, konversi lahan dan sebagainya.
20
Pengelolaan wisata yang tidak memperhatikan daya dukung lingkungan juga
dapat menurunkan kualitas lingkungan dan menyebabkan rusaknya ekosistem
yang dipakai untuk pariwisata itu, sehingga akhirnya akan menghambat bahkan
menghentikan perkembangan pariwisata itu (Soemarwoto, 2004). Menurut
Bengen (2002), konsep daya dukung didasarkan pada pemikiran bahwa
lingkungan memiliki kapasitas maksimum untuk mendukung pertumbuhan suatu
organisme. Konsep ini dikembangkan untuk mencegah kerusakan atau degradasi
sumber daya alam dan lingkungan. Daya dukung dapat dibedakan sebagai
berikut.
1. Daya dukung ekologis, dinyatakan sebagai tingkat maksimum penggunaan
suatu kawasan atau ekosistem, baik berupa jumlah maupun kegiatan yang
diakomodasikan di dalamnya, sebelum terjadi suatu penurunan kualitas
ekologis kawasan atau ekosistem.
2. Daya dukung fisik, merupakan jumlah maksimum penggunaan atau kegiatan
yang dapat diakomodasikan dalam kawasan tanpa menyebabkan kerusakan
atau penurunan kualitas kawasan tersebut secara fisik.
3. Daya dukung ekonomi, merupakan tingkat produksi (skala usaha) yang
memberikan keuntungan maksimum dan ditentukan oleh tujuan usaha secara
ekonomi, dalam hal ini digunakan parameter kelayakan usaha secara ekonomi.
4. Daya dukung sosial, merupakan gambaran dari persepsi seseorang dalam
menggunakan ruang pada waktu yang bersamaan, atau persepsi pemakai
kawasan terhadap kehadiran orang lain secara bersama dalam memanfaatkan
suatu area tertentu. Konsep ini berkenaan dengan tingkat kenyamanan
21
(comfortability) dan apresiasi pemakai kawasan karena terjadinya atau
pengaruh over-crowding pada suatu kawasan.
Pertumbuhan wisata (pengunjung dan infrastruktur) tidak selalu berhubungan
positif terhadap industri wisata, bahkan melebihi ambang batas daya dukung
lingkungan berakibat kerusakan sosial dan ekonomi (Jurado dkk., 2012). Untuk
mencegah kerusakan lingkungan maka jumlah wisatawan dapat dibatasi pada area
tertentu. Pembatasan wilayah sensitif dan tidak sensitif dengan evaluasi
keanekaragaman, kerapuhan, reversibel dan kealamian dapat mengantisipasi
dampak negatif suatu aktivitas wisata (Ammar dkk., 2011), atau dikenal sebagai
metode zonasi berdasarkan kualitas lingkungan (Zhong dkk., 2011). Sehingga
nilai daya dukung menjadi batas-batas yang dapat diterima dalam pembangunan
sebagai ukuran kuantitatif dari pemanfaatan ruang yang sesuai ke tingkat
maksimalnya (Silva dkk., 2007).
Knudson (1980), menyebutkan hal yang mempengaruhi daya dukung kawasan
rekreasi menjadi tiga, yaitu.
1. Karakteristik sumber daya alam, seperti geologi dan tanah, topografi, vegetasi,
hewan, iklim dan air.
2. Karakteristik pengelolaan, seperti kebijakan dan metode pengelolaan.
3. Karakteristik pengunjung, seperti psikologi, peralatan, perilaku sosial dan pola
penggunaan.
22
2.9 Evaluasi Ekowisata
Agar ekowisata tetap memenuhi daya dukung, maka harus dilakukan pengawasan
dan evaluasi secara berkala, hal ini erat kaitannya dengan kelestarian lingkungan
yang dijadikan sebagai lokasi ekowisata dan keberlanjutan aktivitas ekowisata
(sustainable). Sehingga dalam suatu penentuan kebijakan pengembangan
ekowisata harus didasarkan aspek kelestarian lingkungan. Menurut Damanik dan
Weber (2006), kebijakan dalam kaitan dengan ekowisata dilandasi oleh dimensi
ekologi yaitu.
1. Penentuan dan konsistensi pada daya dukung lingkungan.
2. Pengelolaan limbah dan pengurangan penggunaan bahan baku hemat energi
3. Prioritas pengembangan produk dan layanan jasa berbasis lingkungan.
4. Peningkatan kesadaran lingkungan dengan kebutuhan konservasi.
Prinsip pengembangan ekowisata juga telah diatur oleh Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 33 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengembangan ekowisata di
Daerah, adapun prinsip tersebut meliputi.
1. Kesesuaian antara jenis dan karakteristik ekowisata.
2. Konservasi, yaitu melindungi, mengawetkan dan memanfaatkan secara lestari
sumber daya alam yang digunakan untuk ekowisata.
3. Ekonomis, yaitu memberikan manfaat untuk masyarakat setempat dan
menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya serta memastikan
usaha ekowisata dapat berkelanjutan.
23
4. Edukasi, yaitu mengandung unsur pendidikan untuk mengubah persepsi
seseorang agar memiliki kepedulian, tanggung jawab dan komitmen terhadap
pelestarian lingkungan dan budaya.
5. Memberikan kepuasan dan pengalaman kepada pengunjung.
6. Partisipasi masyarakat, yaitu peran serta masyarakat dalam kegiatan
perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian ekowisata dengan menghormati
nilai-nilai sosial budaya dan keagamaan masyarakat di sekitar kawasan.
7. Menampung kearifan lokal.
Menurut Soemarwoto (2004), pariwisata adalah industri yang kelangsungan
aktivitasnya sangat ditentukan oleh baik buruknya lingkungan. Aktivitas wisata
tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya kondisi lingkungan yang baik.
Beberapa yang perlu diperhatikan dalam aktivitas pariwisata adalah.
1. Daya dukung lingkungan.
2. Keanekaan (pilihan jenis wisata).
3. Keindahan alam.
4. Vandalisme (aktivitas manusia yang merusak lingkungan).
5. Pencemaran.
6. Dampak sosial ekonomi budaya dan.
7. Zonasi.
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Berdasarkan letak administratif lokasi penelitian ini berada di Desa Labuhan Ratu
Danau, Kecamatan Way Jepara, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung,
dan secara geografis terletak pada 5012’08’’ LS - 105
040’11’’ BT. Pengambilan
data dilakukan selama 2 bulan, dimulai Bulan Januari-Februari 2018. Peta lokasi
penelitian seperti pada Gambar 2.
Gambar 2. Peta lokasi Penelitian di Danau Way Jepara.
25
3.2 Objek dan Alat Penelitian
Objek pada penelitian ini yaitu potensi sumber daya ekowisata di Danau Way
Jepara dan persepsi stakeholders yang ada di sekitarnya. Sampel responden
stakeholders meliputi wisatawan, masyarakat Desa Labuhan Ratu Danau dan
pengelola di antaranya Dinas Pariwisata Daerah, Dinas Pekerjaan Umum dan
Perangkat Desa. Peralatan yang digunakan yaitu: alat tulis, tally sheet, kamera,
GPS, laptop, aplikasi Arc Gis 10.5, Microsoft Excell dan kuesioner terbuka dan
kuesioner tertutup berdasarkan kelas yang telah ditentukan.
3.3 Jenis Data
3.3.1 Data Primer
Data primer yang dikumpulkan pada penelitian ini yaitu.
1. Potensi sumber daya ekowisata, meliputi data keindahan lanskap, data flora
dan fauna, data karakteristik danau, data seni dan budaya masyarakat, data
kuliner dan informasi sejarah danau.
2. Data sumber daya masyarakat, meliputi data kelembagaan dan organisasi
masyarakat desa di Danau Way Jepara.
3. Data persepsi stakeholders berdasarkan pendidikan dan daerah asal.
3.3.2 Data Sekunder
Data sekunder yang mendukung penelitian ini antara lain data monografi desa
berupa letak dan luas, kondisi topografi, tata guna lahan, sarana dan prasarana,
serta data maupun jurnal yang mendukung penelitian.
26
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Survei Lokasi
Survei lokasi penelitian meliputi serangkaian kegiatan inventarisasi sumber daya
ekowisata di lokasi. Survei lokasi juga dilakukan untuk mengetahui kondisi
umum lapangan dan untuk melakukan penitikan lokasi sumber daya ekowisata
dengan GPS (Global Positioning Systim), untuk mengetahui dan memetakan
persebaran potensi sumber daya ekowisata. Data inventarisasi yang dikumpulkan
saat survei meliputi.
a. Data inventarisasi flora dan fauna, meliputi data kekayaan spesies flora dan
fauna, manfaatnya dan status perlindungannya.
b. Survei lembaga pengelola, survei tersebut ditujukan kepada pihak pengelola
Danau Way Jepara.
c. Survei potensi sosial dan budaya masyarakat, meliputi data kebudayaan dan
aktivitas masyarakat yang ada di lokasi penelitian.
3.4.2 Wawancara (kuesioner)
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk dijawab (Sugiyono, 2008). Sampel responden pada penelitian ini terbagi
menjadi 3 sub sampel stakeholders yaitu masyarakat sebanyak 30 responden,
pengelola sebanyak 30 responden dan wisatawan sebanyak 30 responden,
sehingga jumlah seluruh sampel sebanyak 90 responden. Penentuan sampel
responden mengacu pada teori Rescoe (1975) yang menyatakan jika sampel
27
dipecah ke dalam sub sampel, maka ukuran sampel minimum 30 untuk tiap
kategori, hal tersebut karena telah dianggap mewakili atau representative
Pemilihan sampel responden menggunakan teknik purposiv random sampling,
yaitu responden dipilih secara acak dengan menerapkan ciri-ciri atau kriteria
tertentu sesuai kebutuhan, kriteria yang digunakan yaitu berdasarkan kelas umur,
sedangkan informan kunci dipilih menggunakan snowball sampling, dengan
asumsi bahwa informan kunci merupakan orang yang paham mengenai keadaan
lokasi penelitian dan komponen data yang diharapkan.
Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian terbagi seperti berikut.
1. Kuesioner terbuka, untuk mengumpulkan data dan informasi yang mendalam
dari narasumber atau informan kunci mengenai informasi sejarah danau dan
informasi sosial budaya masyarakat.
2. Kuesioner tertutup, untuk mengumpulkan data persepsi wisatawan,
masyarakat setempat dan pengelola Danau Way Jepara.
3.4.3 Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengunjungi instansi pengelola
dan mengutip studi pustaka sesuai dengan jurnal ataupun penelitian lain yang
relevan dengan penelitian. Data yang diperlukan dari pengelola seperti dalam
Tabel 1.
28
Tabel 1. Survei lembaga pengelola dan komponen data yang diharapkan
No. Lembaga Data yang diharapkan
1 Dinas Pekerjaan Umum Data areal Danau Way Jepara dan data pemanfaatan
danau.
2 Dinas Pariwisata Daerah Data pengelolaan, data wisatawan dan data potensi.
3 Kantor Kecamatan Data monografi desa, luasan wilayah dan data sosial
ekonomi masyarakat.
3.5 Analisis Data
3.5.1 Data Koordinat
Data titik-titik koordinat pada lokasi objek ekowisata dalam GPS diolah dengan
menggunakan aplikasi Arc Gis 10.5 di laptop untuk mendapatkan peta persebaran
potensi sumber daya ekowisata. Peta tersebut dianalisis sebagai pendukung
pengembangan sumber daya dan atraksi ekowisata di Danau Way Jepara. Zonasi
potensi sumber daya ekowisata ditentukan dengan pertimbangan pengelompokan
lokasi yang berpotensi ditinjau dari jarak dan jenis atraksi ekowisata.
3.5.2 Data Survei
Data survei potensi sumber daya ekowisata dikumpulkan menggunakan tally
sheet, kemudian diolah menggunakan tabulasi data pada Microsoft Word sebagai
pendukung penelitian dan daya tarik ekowisata. Data potensi tersebut dianalisis
secara deskriptif sesuai keadaan di lokasi. Data dan informasi potensi sumber
daya ekowisata yang mendalam dari informan kunci, seperti informasi sejarah,
informasi sosial dan budaya masyarakat dikumpulkan dengan teknik snowball
29
sampling. Informan kunci adalah merupakan individu yang dianggap mengetahui
kondisi di lokasi penelitian. Data dari teknik snowball sampling diolah dengan
Microsoft Excel serta dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.
3.5.3 Data Wawancara (kuesioner)
Data dan informasi dari wawancara dengan alat bantu kuesioner dikelompokkan
berdasarkan sub stakeholders, terdiri dari masyarakat, pengelola dan wisatawan.
Penilaian scoring pada kuesioner oleh responden menggunakan 5 alternatif
jawaban seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Penilaian skala liert
Skala likert Keterangan
1 Sangat tidak baik
2 Kurang baik
3 Agak baik
4 Baik
5 Sangat baik
Hasil data persepsi stakeholder diolah dengan cara tabulasi data dalam Microsoft
Excel dan dikelompokkan sesuai dengan variabel permasalahan masing-masing
dengan jumlah butir pertanyaan dan jawaban yang telah ditentukan pada tabel
kuesioner.
3.5.4 Data Persepsi Stakeholders
Rumus perhitungan yang digunakan dalam analisis data skala likert pada
Microsoft Excel yaitu.
1. Rumus perhitungan skala likert menggunakan 5 alternatif jawaban.
30
NL =∑ (n1x 1)+(n2x 2)+(n3 x 3) +(n4 x 4)+(n5 x 5)
keterangan: NL = nilai scoring sekala likert
n = jumlah jawaban score (alternatif scorelikert1 sampai 5).
2. Rumus perhitungan rata-rata tiap aspek pertanyaan
Q = NL/30
keterangan: Q = rata-rata tiap aspek pertanyaan
NL = nilai scoring sekala likert
30 = jumlah sampel responden.
3. Rumus nilai akhir tiap aspek
𝑁𝐴 =Q1 + Q2 + Q3 + Q4 + Q5
𝑆𝑘𝑎𝑙𝑎 𝐿𝑖𝑘𝑒𝑟𝑡
keterangan: NA = nilai akhir
Q = Rata-rata tiap aspek pertanyaan (likert menggunakan skala 5).
Nilai rata-rata aspek pertanyaan dikelompokkan berdasarkan butir pertanyaan
yang sama, kemudian diolah untuk menghasilkan grafik dan tabel nilai persepsi
stakeholders di Danau Way Jepara. Nilai akhir tiap aspek diolah untuk
menghasilkan diagram batang dan diagram polarisasi (Kutub persepsi) untuk
melihat distribusi persepsi dan untuk melihat perbedaan nilai persepsi pada
variabel penilaian yang sama. Rentang persepsi dihasilkan dari pengolahan data
nilai persepsi dengan skema sosiometrik pada Microsoft Excel untuk melihat jarak
kesenjangan (gap) persepsi tiap stakeholders. Gap persepsi digunakan untuk
mengevaluasi standar penilaian yang diberikan oleh stakeholders.
Penentuan strategi pengembangan yang paling diprioritaskan dilakukan dengan
melihat total nilai scoring dari tiap variabel persepsi yang telah ditentukan dalam
31
skala likert. Total skor yang terbesar menjadi prioritas utama objek yang
disarankan untuk dikembangkan. Pengembangan objek pendukung lainnya
dipilih berdasarkan urutan total skor dari yang paling besar hingga yang paling
kecil.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian Analisis Potensi dan Pengembangan Ekowisata di
Danau Way Jepara Lampung Timur Berdasarkan Persepsi Stakeholders diperoleh
simpulan.
1. Potensi sumber daya ekowisata di Danau Way Jepara meliputi: potensi lanskap
dengan view penyusunnya. Sumber daya flora dan fauna terdiri dari 29 spesies
pohon, 26 spesies satwa liar dan 21 spesies ikan. Kuliner khas yang sering
dihidangkan seperti aneka masakan ikan air tawar dan berbagai jenis kue
tradisional. Kegiatan seni dan budaya yang dapat dijadikan atraksi ekowisata
yaitu gotong royong dan malam 1 assuro. Infrastruktur, akomodasi, fasilitas
dan pelayanan tersedia di lokasi, namun kondisinya kurang baik.
2. Persepsi stakeholders pada aspek sumber daya ekowisata mengalami
kesamaan, yaitu cukup baik dengan skor 3, namun standarisasi penilaian tiap
stakeholders pada objek yang sama mengalami perbedaan. Standar penilaian
wisatawan lebih tinggi dari pengelola dan masyarakat.
3. Polarisasi persepsi stakeholders relatif sama membentuk garis simetris pada
aspek keanekaragaman flora dan fauna, luasan wilayah, infrastruktur dan
akomodasi, seluruh polarisasi bernilai positif, namun persepsi masyarakat
menunjukkan assimetris pada aspek keindahan lanskap dan fasilitas pelayanan.
48
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan kepada stakeholders yaitu.
1. Dinas Pariwisata Daerah Lampung Timur sebagai pengelola Danau Way
Jepara harus melibatkan masyarakat setempat dalam pengelolaan sumber daya
ekowisata, komunikasi antar stakeholders sangat dibutuhkan, terutama untuk
menyiapkan masyarakat sebagai pengelola ekowisata.
2. Standar penilaian sumber daya ekowisata oleh pengelola dan masyarakat lebih
rendah dibandingkan standar penilaian wisatawan, sehingga standar
pengelolaan Danau Way Jepara oleh pengelola dan masyarakat perlu
ditingkatkan untuk mengedepankan kebutuhan dan kepuasan wisatawan.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, R.L. dan ali, M.M. 2015. Kajian pengaruh keberadaan kawasan wisata
sangiran terhadap aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial masyarakat.
J. Teknik PWK. 4 (2): 282-292.
Agrawal, A. dan Redford, K. 2006. Poverty, Development and Biodiversity
Conservation Shooting in the Dark. WCS Working Paper, No. 26.
Wildlife Conservation Society.New York. 50 hlm.
Ammar, M.S.A., Hasenin, M., Madkour, H.A. dan Abd-Elgawad, A.A. 2011.
Site suitability totourist use or management programs south marsa alam, red
sea, egypt. J. Nusantara Bioscience. 3 (1): 36-43.
Avenzora, R. 2008. Penilaian potensi objek wisata: aspek dan indikator
penilaian. J. Ecotourism: Teori dan Praktek. 240-270.
Bengen, D.G. 2002. Ekosistem dan Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut serta
Prinsip Pengelolaannya. Buku. Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan
Lautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 62 hlm.
Buckley, R. 1999. An ecological perspective on carrying capacity. J. Annals of
Tourism Research. 26 (3): 705–708.
Buckley, R. 2009. Ecotourism: Principles and Practices. Buku. Cambridge
University. United Kingdom (GB). 368 hlm.
Ceballos-Lascurain, H. 1996. Tourism, Ecotourism, and Protected Areas. Buku.
IUCN Collinge. Grand Switzerland. 301 hlm.
Damanik, J. dan Weber, H. 2006. Perencanaan Ekowisata dari Teori ke
Aplikasi. Buku. PUSPAR UGM. Yogyakarta. 142 hlm.
Devito, J.A. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Buku. Karisma Publishing
Group. Jakarta. 157 hlm.
Dimyati, M.M. 1989. Panduan Mengajar Mata Kuliah Dasar-Dasar Psikologi.
Buku. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi. Jakarta. 35 hlm.
50
Dinas Pekerjaan Umum. 2016. Pedoman Kerja Inventarisasi O&P. Buku. KPD
PU Way Jepara Kabupaten Lampung Timur. Lampung Timur. 84 hlm.
Goldman, C.R. dan Horne, A.J. 1983. Lymnology. Buku. McGraw Hill
International Book Company. New York. 464 hlm.
Hakim, L. 2004. Dasar-Dasar Ekowisata. Buku. Bayu Media. Malang. 194
hlm.
Hariyana, K. dan Mahagangga, A. 2015. Persepsi masyarakat terhadap
pengembangan kawasan goa peteng sebagai daya tarik wisata di desa
jimbaran kuta selatan kabupaten bandung. J. Destinasi Pariwisata. 3 (1):
112-123.
Hijriati, E. dan Mardiana, R. 2014. Pengaruh ekowisata berbasis masyarakat
terhadap perubahan kondisi ekologi, sosial dan ekonomi di kampung batu
suhunan sukabumi. J. Sosiologi Pedesaan. 2 (3): 146-159.
Hilman, Y. A. 2017. Kelembagaan kebijakan pariwisata di level desa. J. Ilmu
Pemerintahan. 2 (2): 150-163.
Husein, U. 2008. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Thesis Bisnis (Edisi
Kesatu). Buku. PT. Rajagrafindo Persada. Depok. 385 hlm.
Iskandar, Z. 2013. Psikologi Lingkungan. Metode dan Aplikasi. Buku. PT.
Refika Aditama. Bandung. 262 hlm.
Jurado, E.N., Tejada, M.T., Garcia, F.A., Gonzalez, J.C., Macias, R.C., Pena, J.D.,
Gutierrez, F.F., Fernandez, G.G., Gallego, M.L., Garcia, G.M., Gutierrez,
O.M., Concha, F.N., Rua, F.L., Sinoga, J.R. dan Becerra, F.S. 2012.
Carrying capacity assessment for tourist destinations. Methodology for the
creation synthetic indicators applied in a coastal area. J. Tourism
Management. 33 (6): 1337-1346.
Kartodihardjo, H. dan Jhamtani, H. 2006. Politik Lingkungan dan Kekuasaan di
Indonesia. Buku. Equinox Publishing. Jakarta. 288 hlm.
Kementerian Lingkungan Hidup. 2014. Pedoman Penentuan Daya Dukung dan
Daya Tampung Lingkungan Hidup. Kementerian Lingkungan Hidup Deputi
1 Bidang Tata Lingkungan Asisten Deputi Perencanaan Pemanfaatan SDA
& LH & Kajian Kebijakan LH Wilayah & Sektor. Jakarta. 50 hlm.
Knudson, D. M. 1980. Outdoor Recreation. Buku. Mac Millan Publishing Co,
Inc. London (GB). 655 hlm.
Kreitner, R. dan Kinicki, A. 2009. Organizational Behavior. Buku. McGraw-
Hill Education. New Jersey. 704 hlm.
51
Lionberger, H.F. dan Gwin, P.H. 1982. Communication Strategies: A Guide for
Agricultural Change Agents. Buku. The Interstate Printers & Publisher,
Inc. Illinois. 239 hlm.
Marganof. 2007. Model Pengendalian Pencemaran Perairan di Danau
Maninjau Sumatera Barat. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 163
hlm.
Masyono, S.A dan Suhada, B. 2015. Strategi pengembangan sektor
kepariwisataan di kabupaten lampung timur. J. Derivatif. 9 (1): 129-139.
Morgan, C.T. 1981. A Brief Introducation to Psycologi. Buku. Tata McGraw-
Hill Pub. Co. New Delhi. 418 hlm.
Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi Ketiga. Buku. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta. 697 hlm.
Oktavianti, E. dan Hakim L. 2013. Etnobotani pekarangan rumah inap
(homestay) di desa wisata tambaksari, purwodadi, pasuruan, jawa timur.
J. Indonesia Tour Dev Stud. 1 (1): 39-45.
Payne, A.I. 1986. The Ecology of Tropical Lakes and Rivers. Buku. John Wiley
& Sons. New York. 310 hlm.
Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Nomor 10 tahun 2009
tentang Kepariwisataan. Buku. Jakarta. 40 hlm.
Pemerintah Republik Indonesia. 2009. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Buku. Jakarta.
39 hlm.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 33 Tahun 2009 tentang Pedoman
Pengembangan Ekowisata di Daerah. Buku. Jakarta. 8 hlm.
Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam [PHKA]. 2003. Pedoman Analisis
Daerah Operasi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ADO-ODTWA).
Buku. Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.
Bogor. 60 hlm.
Pitana, I Gde. 2005. Sosiologi Pariwisata. Buku. Andi. Yogyakarta. 200 hlm.
Pratiwi, S.T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Buku. Erlangga. Yogyakarta. 176
hlm.
Raharjana D.T. 2012. Membangun pariwisata bersama rakyat, kajian partisipasi
lokal dalam membangun desa wisata di dieng plateau. J. Kawistara, 2 (3):
225-237.
52
Robbins, S.P. dan Judge, T.A. 2008. Perilaku Organisasi. Buku. Salemba
Empat. Jakarta. 540 hlm.
Sabir, L.O., Avenzora, R. dan Winarno, G.D. 2018. Polarisasi orientasi
distribusi manfaat pembangunan ekowisata di tntn. J. Media Konservasi
IPB. 23 (1): 1-8.
Salma, I.A. dan Susilowati, I. 2004. Analisis permintaan objek wisata alam curug
sewu, kabupaten kendal dengan pendekatan travel cost. J. Dinamika
Pembangunan. 1 (2): 153-165.
Satari, G. 2000. Pengelolaan dan pemanfaatan danau dan waduk. di dalam
pengelolaan dan pemanfaatan danau dan waduk. Proseding Semiloka
Nasional. Bandung. 3-47.
Satria, D. 2009. Strategi pengembangan ekowisata. J. of Indonesian Applied
Economics. 3 (1): 37–47.
Saputra, M.E. 2015. Persepsi Masyarakat Terhadap Manfaat Lingkungan Objek
Wisata Sungai Korumbadi Kawasan Tahura Nipa-Nipa Kelurahan Alolama
Kecamatan Mandonga Kota Kendari. Skripsi. Universitas Halu Oleo.
Kendari. 70 hlm.
Sedarmayanti. 2005. Membangun Kebudayaan dan Pariwisata (Bunga Rampai
Tulisan Pariwisata). Buku. Mandar Maju. Bandung. 173 hlm.
Silva, C.P., Alves, F. dan Rocha, R. 2007. The management of beach carrying
capacity: the case of northern portugal. J. Of Coastal Research. 50: 135-
139.
Soemarwoto, O. 1989. Analisis Dampak Lingkungan. Buku. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta. 378 hlm.
Soemarwoto, O. 2004. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Buku.
Djambatan Press. Jakarta. 365 hlm.
Stagner, R. dan Solley, C.M. 1969. Basic Psychology; A Perceptual-
Homeostatic Approach. Buku. Tata McGraw-Hill Pub. Co. New Delhi.
698 hlm.
Suarka, F.M. 2010. Strategi Pengembangan Ekowisata di Desa Jehem
Kecamatan Tembuku Kabupaten Bangli. Thesis. Universitas Udayana.
Denpasar. 80 hlm.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D. Buku. Alfabeta. Bandung. 456 hlm.
53
Sumich, J.L. 1976. An Introduction on the Biology of Marine Life. Buku. C.
Brown Company Publishers. Lowa. 348 hlm.
Suwardjoko dan Warpani, P.I. 2007. Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah.
Buku. ITB. Bandung. 264 hlm.
The International Ecotourism Society (TIES). 2015. What is Ecotourism?.
http.//www.ecotourism.org/what-is-ecotourism. Diakses pada bulan
November 2017.
Warpani S. 2007. Pariwisata dalam Tata Ruang Wilayah. Buku. Institut
Teknologi Bandung. Bandung. 264 hlm.
Winarno, G. D. 2015. Pengembangan Ekowisata Gajah di Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan Provinsi Lampung. Disertasi. IPB. Bogor. 162 hlm.
Winasis, A. 2016. Efektivitas program pengembangan desa wisata melalui
kelembagaan dalam peningkatan sumber daya alam. J. Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik JISIP. 5 (2): 12-16.
Wiradipoetra, F.A. dan Brahmanto, E. 2016. Analisis persepsi wisatawan
mengenai penurunan kualitas daya tarik wisata terhadap minat berkunjung.
J. Pariwisata. 3 (2):129-137.
WWF Indonesia. 2009. Prinsip dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat.
Buku. Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dan WWF-Indonesia.
Jakarta. 9 hlm.
Yoeti, O.A. 2008. Ekonomi Pariwisata: Introduksi, Informasi dan Aplikasi.
Buku. PT. Kompas Media Nusantara. Jakarta. 292 hlm.
Zhong, L., Deng, J., Song, Z. dan Ding, P. 2011. Review: research on
environmental impacts of tourism in china: progress and prospect. J. Of
Environmental Management. 92 (11): 2972-2983.