Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil dan Perencanaan (KN-TSP) 2017 “Inovasi Teknologi Smart Building dan Green Construction untuk Pembangunan yang Berkelanjutan”
Pekanbaru, 9 Februari 2017. ISBN 978-602-61059-0-5
203
ANALISIS PENGARUH VARIASI BENTANG KOLOM
TERHADAP KINERJA STRUKTUR GEDUNG
(STUDI KASUS: WILAYAH TANAH LUNAK
DENGAN BEBAN GEMPA KUAT)
Widya Apriani, Muthia Anggraini, Virgo Trisep Haris
1,2,3Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Lancang Kuning
Jl.Yos Sudarso Km.8 Rumbai-Pekanbaru Email : [email protected]
Abstrak
Struktur gedung yang berada di wilayah gempa kuat pada tanah lunak akan memiliki
kerentanan lebih tinggi. Tanah lunak mempunyai sifat kohesif dimana getaran yang
dihasilkan tanah akan membawa efek kepada struktur atas yang lebih besar dibandingkan
dengan struktur tanah lainnya. Sehingga rendahnya ketahanan konstruksi di wilayah ini
masih menjadi permasalahan yang menjadi penelitian saat ini. Tujuan penelitian ini untuk
menganalisis pengaruh variasi bentang kolom terhadap kinerja struktur, sehingga diperoleh
bentang kolom yang paling opmal. Untuk memperoleh bentang yang optimal, tulisan ini
akan mengkaji korelasi antara bentang terhadap kekakuan struktur bangunan dan kekuatan
struktur. Metode penelitian adalah simulasi menggunakan bantuan program metode elemen
hingga pada gedung bertulang 3 lantai (12 meter) dengan bentang horizontal 20 meter.
Dalam studi ini dibuat tiga buah model struktur 3D dengan desain variasi bentang kolom
skema 1 (4,4,4,4,4 m), skema 2 (5,5,5,5 m) dan skema 3 (4,6,6,4 m). Hasil studi
menunjukkan dari faktor kekakuan struktur maka dapat di peroleh skema yang paling
optimal dari segi kekakuan yaitu skema bentang terpendek (skema 1) dengan bentang 4m-
4m-4m-4m-4m. Dari segi kekuatan struktur, skema bentang terpendek (skema 1) memiliki
persentase optimalisasi/ pengurangan dimensi yang paling besar dibandingkan dengan dua
skema lainnya. Dari segi kekuatan struktrur, skema 1 memiliki momen yang paling kecil
diantara skema lainnya.
Kata kunci : Variasi bentang kolom, Beban Gempa Kuat, tanah Lunak
Abstract
The structure of the building in the area of high seismic intensity on soft ground will have
a higher susceptibility for soft soil conditions affect the vibration generated to the ground
and took effect on larger structures compared to other soil structure. So that the low
resistance of constructions in the region and a high level of planning costs are still a
problem that became current research. The previous study revealed structures designed in
the area of high seismic intensity requires more concrete, namely 2.67% of the structures
in the quake zone intermediate (Fattah, 2012). To obtain optimal dimensions, this paper
will examine the correlation between variations of span and stiffness of the structure, the
strength of the structure and to determine the broad needs reinforcement. The research
method was simulated using finite element method program assistance in the building of
reinforced three floors (12 meters) with a horizontal span of 20 meters. Created three
models of 3D structures with variations landscape design scheme column 1 (4,4,4,4,4 m),
Scheme 2 (5,5,5,5 m) and 3 schemes (4,6,6,4 m ). The study shows From the structural
Apriani, dkk., ANALISIS PENGARUH VARIASI BENTANG KOLOM TERHADAP KINERJA STRUKTUR GEDUNG (STUDI KASUS: WILAYAH TANAH LUNAK DENGAN BEBAN GEMPA KUAT)
204
stiffness factor can be obtained most optimal scheme in terms of rigidity that the scheme 1
with span 4m-4m-4m-4m-4m. Form terms of power structure, scheme 1 has the percentage
of optimization / reduction compared greatest dimension with two terms of power structure
from other scheme.
Keywords: Variation of span coloumn, High Intensity Earthquake Territory, soft soil
structure,
1. PENDAHULUAN
Daerah gempa kuat pada kondisi tanah
lunak dialami oleh beberapa kota besar
yang ada di Indonesia seperti kota banda
aceh kecamatan syah kuala (Kusuma,
2015) dan di Jakarta Utara
(Asrurifak,dkk,2014). SNI 03- 2847-2002
menyatakan bangunan yang di bangun
pada wilayah gempa kuat harus
menggunakan sistem Struktur SRPMK
Untuk mendapatkan struktur tahan gempa
jenis struktur SRPMK yang ekonomis
dilakukan simulasi parameter struktur
bangunan untuk optimalisasi. Variasi
bentang antar kolom merupakan suatu
parameter yang berpengaruh terhadap
kekuatan dan kekauan struktur (Afred,
2012). Bentang yang besar akan
menghasilkan dimensi profil balok kolom
yang besar pula, namun mengurangi
jumlah balok dan kolomnya. Sebaliknya
bentang yang pendek akan menghasilkan
profil yang lebih kecil, tetapi memiliki
jumlah yang lebih banyak. Berdasarkan
latar belakang tersebut, maka pada
penelitian ini dilakukan simulasi terhadap
gedung struktur beton bertulang 3 lantai
(12 meter) dengan bentang total 20 meter.
Dalam studi ini dibuat tiga buah model
struktur 3D dengan desain variasi bentang
kolom skema 1 (4,4,4,4,4 m), skema 2
(5,5,5,5 m) dan skema 3 (4,6,6,4 m).
Tinjauan Pustaka
Wilayah gempa tinggi kondisi tanah
lunak
Kondisi tanah setempat mempunyai peran
yang sangat penting dalam menentukan
respons suatu lokasi (site) terhadap
gelombang gempa. Pengaruh efek tanah
lunak pada peningkatan gempa telah
dijabarkan pada ketentuan SNI 03-1726-
2012. Daerah dengan Intensitas Tinggi
akan gempa dengan kondisi tanah lunak
dialami oleh beberapa kota besar yang ada
di Indonesia contohnya di kota banda aceh
kecamatan syah kuala (Kusuma, 2015) dan
di Jakarta Utara (Asrurifak,dkk,2014). SNI
03- 2847-2002 menyatakan bangunan yang
di bangun pada wilayah intensitas tinggi
dengan beban gempa harus menggunakan
sistem Struktur SRPMK sehingga
kebutuhan biaya boleh jadi lebih besar dari
pada struktur lainnya.
Di dalam peta zonasi gempa indonesia
dapat diperoleh beban gempa sesuai lokasi
yang dipengaruhi oleh percepatan gerakan
tanah. Adapun peta gempa tersebut dapat
dilihat pada Gambar 1 dan 2.
Berdasarkan peta zonasi gempa tersebut
diperoleh nilai S1 dan Ss yang digunakan
untuk menghitung beban gempa respons
spektrum.
Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil dan Perencanaan (KN-TSP) 2017 “Inovasi Teknologi Smart Building dan Green Construction untuk Pembangunan yang Berkelanjutan”
Pekanbaru, 9 Februari 2017. ISBN 978-602-61059-0-5
205
Gambar 1. Peta respons spektra
percepatan 0,2 (Ss) detik untuk
probablititas terlampaui 2% dalam 50
tahun (redaman 55) berdasarkan
SNI 03-1762-2012.
Gambar 2. Peta respons spektra
percepatan 1 detik (S1) untuk probablititas
terlampaui 2% dalam 50 tahun (redaman
55) berdasarkan SNI 03-1762-2012
Metode respons spektrum
Untuk menentukan beban gempa terdapat
tiga metode yaitu analisis statik ekivalen,
metode Respons Spektrum, dan metode
time hystory. Metode respons spektrum
merupakan metode yang paling sesuai
digunakan pada bangunan dengan tipe
denah yang seragam. Metode ini lebih
menunjukkan keadaan sebenarnya karena
beban gempa dianggap dinamik. Pada
resposn spektrum dibutuhkan grafik beban
gempa. Beban gempa pada periode pendek
(0-1) yaitu untuk bangunan tingkat rendah
memiliki spektral percepatan (g yang lebih
tinggi) dari pada tanah batuan, tanah
sedang, dan tanah keras. Berikut ini adalah
grafik spektra gempa di wilayah yang
ditinjau pada penelitian ini:
Gambar 3. Grafik Spektra Gempa
Sumber : Peta respons spektra PU
Berdasarkan grafik spektra gempa di atas,
dapat dilihat untuk periode yang dimulai
dari 1 akan menghasilkan nilai spektral
percepatan yang lebih besar dimana
periode tersebut berhubungan dengan
tingkat lantai bangunan.
2. METODOLOGI
Penelitian diawali dengan melakukan
simulasi model model struktur
menggunakan program elemen hingga
(ETABS V13). Data penelitian yang
digunakan meliputi:
Deskripsi Model Struktur dan Lokasi
Perencanaan struktur eksisting pada
penelitian ini mengambil kasus gedung
perkantoran. Struktur direncanakan
berdasarkan kriteria berikut ini.
Sistem struktur : Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK)
Jumlah tingkat : 3 lantai
Tinggi tingkat tipikal : 4 m
Jenis Tanah : tanah lunak,
Wilayah :Jakarta Utara
(Ss=1,787 g dan S1=0,645 g) dengan
koordinat (L:-
7.00020358306189,106.85538258272058).
Untuk mengetahui peta desain spektra
pada koordinat tersebut:
Apriani, dkk., ANALISIS PENGARUH VARIASI BENTANG KOLOM TERHADAP KINERJA STRUKTUR GEDUNG (STUDI KASUS: WILAYAH TANAH LUNAK DENGAN BEBAN GEMPA KUAT)
206
Gambar 4. Respons Spektra Rencana
berdasarkan SNI 03-1726-2012
Skema Pemodelan
Skema 1 : variasi Jarak antar koloma
dalah sama untuk arah x dan arah y
yaitu 4m;4mm;4m;4m;4m
Gambar 5. Skema dengan variasi bentang
arah x dan y sejarak 4,4,4,4,4 meter
Skema 2
Skema 2 : variasi Jarak antar kolom adalah
sama untuk arah x dan arah y yaitu
5m;5m;5m;5m
Gambar 6. Skema dengan variasi bentang
arah x dan y sejarak 5,5,5,5 meter.
Skema 3 : variasi Jarak antar kolom adalah
sama untuk arah x dan arah y yaitu
4m;6m;6m;4m
Gambar 7. Skema dengan variasi bentang
arah x dan y sejarak 4,6,6,4 meter
Data Material
a. Mutu beton yang digunakan fc’=
30 MPa, baja tulangan fy=240
MPa,Baja tulangan :BJTD 39
(fy=390 MPa), BJTP 240 (fy 240
MPa)
b. Modulus Elastisitas (E) baja
tulangan : 2,1 x 105 MPa
c. Modulus elastisitas beton, Ec =
4700√fc’ = 25742,96 MPa =
25742960 kN/m²
d. berat jenis beton γt : 25 kN/m3
Analisis Data
Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil dan Perencanaan (KN-TSP) 2017 “Inovasi Teknologi Smart Building dan Green Construction untuk Pembangunan yang Berkelanjutan”
Pekanbaru, 9 Februari 2017. ISBN 978-602-61059-0-5
207
Proses desain dimulai dari pemodelan
struktur dari tiga skema yang
direncanakan. Dilakukan beberapa
simulasi dimensi profil balok dan kolom,
kemudian tahapan berikutnya adalah
memasukkan pembebanan pada
pemodelan. Beban-beban tersebut terdiri
dari beban mati, beban hidup, beban
gempa, dan analisis gaya dalam terhadap
kombinasi pembebanan. Selanjutnya
dilakukan analisis perencanaan dimensi
balok dan kolom setelah dimensi balok dan
kolom diefisiensi. Penelitian dilakukan
melalui tahapan berikut ini:
1. Melakukan preliminary design
(perencanaan awal) balok dan kolom
sebagai elemen-elemen dari gedung
sesuai dengan SNI 03-2847-2002.
2. Analisis perhitungan pembebanan pada
portal
3. Perencanaan bangunan tahan gempa
berdasarkan SNI 03-1726-2012
4. Analisis respon spektrum menurut SNI
03-1726-2012
5. analisis sifat kekakuan struktur 3 lantai
terhadap variasi bentang yang dirancang
di wilayah intensitas tinggi dan tanah
lunak.
6. Analisis sifat kekuatan struktur 3 lantai
terhadap variasi bentang yang dirancang
di wilayah intensitas tinggi dan tanah
lunak
7. menentukan variasi yang paling
optimal dari kedua segi kekakuan dan
kekuatan struktur tersebut.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kekakuan Struktur
Tingkat kekakuan struktur menjadi faktor
penting untuk dilihat. Tingkat deformasi
yang tinggi merupakan implikasi dari
kekakuan struktur yang rendah, begitu
sebaliknya. Deformasi akan terjadi pada
struktur akibat adanya gaya gempa.
Kekakuan struktur akan terimplementasi
dari periode struktur, displacement, story
drift dan gaya geser.
A. Periode Struktur
Faktor kekakuan struktur meliputi material
yang digunakan, dimensi elemen struktur,
penulangan, modulus elastisitas geser, dan
momen inersia polar Oleh karena pada
setiap skema memiliki kesamaan faktor
tersebut, maka tinjauan akan ditujukan
pada nilai periode struktur struktur pada
skema 1, 2, dan 3. Berikut ini ditampilkan
nilai periode struktur untuk ketiga skema
bangunan:
Gambar 8. Periode Struktur Bangunan
Berdasarkan analisis etabs, diperoleh nilai
periode untuk skema 1 sebesar 0.814,
skema 2 sebesar 1,067, dan skema 3
sebesar 0,93. Skema dengan bentang
terpendek (skema 1) memiliki nilai periode
terkecil dan skema dengan bentang
panjang-seragam (skema 2) memiliki
periode paling besar. Nilai Periode yang
besar akan mengakibatkan terjadinya
resonansi pada struktur. Resonansi inilah
yang akan menyebakan keruntuhan pada
struktur. Oleh karena itu struktur dengan
skema 1 lebih optimal dilihat dari periode
alaminya.
A. Simpangan Pusat Lantai
Maksimum (displacement)
Nilai ini merupakan simpangan lantai
maksimum pada lantai atap untuk ketiga
model gedung. Simpangan pusat lantai
maksimum ditampilkan dalam dua arah,
yaitu arah x dan arah y. Pada gambar 8
dapat dilihat lebih jelas variasi simpangan
Apriani, dkk., ANALISIS PENGARUH VARIASI BENTANG KOLOM TERHADAP KINERJA STRUKTUR GEDUNG (STUDI KASUS: WILAYAH TANAH LUNAK DENGAN BEBAN GEMPA KUAT)
208
lantai yang ditimbulkan oleh variasi
bentang (skema 1, skema 2, dan skema 3)
yang dapat diuraikan sebagai berikut:
Gambar 9. Displacement struktur
Bangunan rendah (3 lantai) memiliki
periode getar yang kecil, simpangan pusat
lantai (displacement) relatif kecil. Dari
grafik si atas diperoleh simpangan pada
skema 1 memiliki nilai displacement 31,9
mm paling kecil dibandingkan dengan
skema 2(42,8mm) dan 3(42.1 mm).
B. Simpangan Antar Lantai (Story Drift)
Menurut SNI 03-1726-2012 pasal 7.8.6,
simpangan antar lantai disebut kinerja
batas ultimate. Hal ini untuk menentukan
besarnya defleksi pada pusat massa
ditingkat teratas dan terbawah struktur
yang ditinjau. Simpangan antar lantai
desain tidak boleh melebihi simpangan
izinnya.
Simpangan antar lantai izin dirumuskan
sebagai berikut:
Δa = 0,02 hsx
Δa = 0,02 (4000) = 80 mm
Dimana =Δa = Simpangan antar lantai izin
(m) dan hsx = ketinggian lantai (mm)
Tabel berikut ini merupakan hasil
perhitungan simapangan antar lantai
berdasarkan SNI 03-1726-2012 pada
kondisi kinerja batas ultimate. Berikut ini
merupakan diagram perpindahan (total
drift) terhadap ketinggian gedung:
Dari diagram perbandingan total drift yang
ada diperoleh skema 2 dan 3 tidak
memenuhi karena telah melebihi
simpangan izinnya yaitu 80 mm Hal ini
terjadi karena pengaruh variasi bentang,
semakin panjang bentangnya maka
semakin besar story drift yang terjadi pada
struktur.
Gambar 10. Diagram Total drift terhadap
ketinggian banunan berdasarkan SNI 03-
1726-2012
C. Distribusi Gaya Geser
SNI 03-1726-2012 mensyaratkan besarnya
koefisien respons seismik minimum dari
nilai yang terbesar antara 0.044 SDS Ie dan
1%. Pemeriksaan terhadap gaya geser
untuk mengetahui peningkatan gaya geser
yang menyebabkan terjadinya defisiensi
kekuatan pada struktur.
Gambar 11. Diagram Gaya Geser Tingkat
Nominal
Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil dan Perencanaan (KN-TSP) 2017 “Inovasi Teknologi Smart Building dan Green Construction untuk Pembangunan yang Berkelanjutan”
Pekanbaru, 9 Februari 2017. ISBN 978-602-61059-0-5
209
Berdasarkan diagram di atas, dapat
disimpulkan bahwa gaya geser yang terjadi
tiap lantai untuk struktur skema 1 lebih
besar dari pada skema 2 dan 3, yaitu lebih
besar 4-8%. Gaya geser ini dipengaruhi
juga oleh berat struktur, bila dibandingkan
berat struktur skema 1 lebih besar dari
skema 2 dan skema 3.
Dari keempat faktor kekakuan struktur
yaitu periode, simpangan pusat lantai, total
drift dan gaya geser struktur maka dapat di
peroleh skema yang paling optimal dari
segi kekakuan yaitu skema 1 dengan
bentang 4m-4m-4m-4m-4m.
5.2.2 Kekuatan Struktur
Berikut ini adalah rekapitulasi dimensi
portal (balok dan kolom) yang telah
dikurang dimensinya/dioptimalisasikan.
Tabel 1 Tabel perbandingan dimensi awal
dan baru pada portal serta persentase
optimalisasi dimensi portal
dimensi awal dimensi baru dimensi awal dimensi baru
1 250x400 250x300 25 450x450 450x400 11.11
2 250x400 250x300 25 450x450 400x400 20.99
3 250x400 250x300 25 450x450 400x400 20.99
1 250x400 250x350 12.5 450x450 450x450 0.00
2 250x400 250x350 12.5 450x450 400x400 20.99
3 250x400 250x350 12.5 450x450 400x400 20.99
1 250x400 250x400 0 450x450 450x450 0.00
2 250x400 250x400 0 450x450 400x400 20.99
3 250x400 250x300 25 450x450 400x400 20.99
persentase
optimalisasi(
%)
persentase
optimalisasi(
%)
kolombalok
1
2
3
lantaiskema
dimensi awal dimensi baru dimensi awal dimensi baru
1 250x400 250x300 25 450x450 450x400 11.11
2 250x400 250x300 25 450x450 400x400 20.99
3 250x400 250x300 25 450x450 400x400 20.99
1 250x400 250x350 12.5 450x450 450x450 0.00
2 250x400 250x350 12.5 450x450 400x400 20.99
3 250x400 250x350 12.5 450x450 400x400 20.99
1 250x400 250x400 0 450x450 450x450 0.00
2 250x400 250x400 0 450x450 400x400 20.99
3 250x400 250x300 25 450x450 400x400 20.99
persentase
optimalisasi(
%)
persentase
optimalisasi(
%)
kolombalok
1
2
3
lantaiskema
Sumber: perhitungan
Dengan melakukan optimalisasi skema 1
terhadap dimensi balok sebesar 25% dan
kolom sebesar 11,11 % pada lantai 1,2, dan
3 diperoleh struktur yang memiliki
kekuatan yang cukup terhadap beban
gravitasi dan beban gempa yang diberikan.
Dengan melakukan optimalisasi skema 2
terhadap dimensi balok sebesar 12.5 %
dan kolom sebesar 20.99 % pada lantai 2
dan 3 diperoleh struktur yang memiliki
kekuatan yang cukup terhadap beban
gravitasi dan beban gempa yang diberikan.
Dengan melakukan optimalisasi skema 3
terhadap dimensi balok sebesar 25 % dan
kolom sebesar 20.99 % pada lantai 2 dan 3
diperoleh struktur yang memiliki kekuatan
yang cukup terhadap beban gravitasi dan
beban gempa yang diberikan.
Faktor variasi bentang kolom
mempengaruhi nilai momen dalam
perencanaan beton bertulang. Untuk
sampel diambil balok yang paling kritis
pada momen ujung kanan negatifnya,
dapat dilihat dalam grafik berikut ini:
Gambar 12. Perbandingan momen
tumpuan ujung kanan negatif pada tiap
skema gedung
Berdasarkan grafik momen diatas
diperoleh momen yang terbesar yaitu pada
skema 3 karena bentang paling
besar.Perhitungan nilai momen didapat
dari hasil kali jarak dengan gaya maka jika
jarak bentang kolom semakin pendek akan
210
didapatkan nilai momen yang semakin
kecil juga. Oleh karena itu, skema 1 yang
memiliki bentang 4m,4m,4m,4m,4m yang
paling kecil diantara skema lainya memiki
momen tumpuan balok yang paling kecil
pula.
4. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari
penelitian ini adalah sebagai berikut Dari
keempat faktor kekakuan struktur yaitu
periode, simpangan pusat lantai, total drift
dan gaya geser struktur maka dapat di
peroleh skema yang paling optimal dari
segi kekakuan yaitu skema 1 dengan
bentang 4m-4m-4m-4m-4m. Dari segi
kekuatan struktur, skema 1 memiliki
persentase optimalisasi/pengurangan
dimensi yang paling besar dibandingkan
dengan dua skema lainnya. Dari segi
kekuatan struktrur, skema 1 yang memiliki
bentang 4m,4m,4m,4m,4m memiliki
momen yang paling kecil diantara skema
lainnya. Perhitungan nilai momen didapat
dari hasil kali jarak dengan gaya maka jika
jarak bentang kolom semakin pendek akan
didapatkan nilai momen yang semakin
kecil juga. Dari segi kebutuhan material,
skema 2 memliki kebutuhan material beton
dan tulangan yang paling kecil.
Saran
Pada penelitian ini dilakukan dengan
meggunakan metode analisis dinamik
respons spektrum. Keterbatasan dari
metode analisis ini serta jumlah model
yang dianalisis untuk menggeneralisir
permasalahan dapat dianggap belum
cukup, olehkarena itu untuk
pengembangan selanjutnya perlu
dilakuakan penggunaan analisa time
history Untuk penyempurnaan studi
selanjutnya agar dapat digunakan analisis
dinamik non linier. Dalam desain model
yang di analisis, terutama dalam hal tinggi
bangunan disarankan untuk mengkaji
terhadap bangunan tinggi.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih kepada LPPM
Universitas Lancang Kuning yangg telah
mendukung penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Apriani,Widya (2016). Pelatihan SAP
2000 Dalam Perencanaan Konstruksi
Gedung Beton Bertulang Dan Baja
Tahan Gempa Berdasarkan Sni 03-
1726-2012. Padang. Prosiding
Konferensi Nasional PKM CSR ke 2
Oktober 22, 2016.
Apriani,Widya. (2015). Evaluasi Respons
Struktur Gedung Bertingkat Tinggi
Eksisting Menggunakan Peraturan
Kegempaan SNI 03-1726-2012.
Pekanbaru. Prosiding ACES (2015)
177–187. Novermber 21, 2015.
Budiono, Bambang. (2012).
Perkembangan Desain Struktur
Beton Bertulang Tahan Gempa di
Indonesia. Bandung: ITB Press
Hotma, L Purba. (2014). Analisis Kinerja
Struktur pada Bangunan Bertingkat
Beraturan dan Ketidakberaturan
Horizontal sesuai SNI 03-1726-2012.
Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan
Vol 2 No.4.
Nobel, Afret. (2012). Studi Perilaku
Struktur Gedung Dengan Kolom
Mirin Beton Bertulang Bentang
Panjang terhadap Beban Gempa
Studi Kasus Gedung Auditorium
Universitas Negeri X. Fakultas
Teknik Universitas Indonesia.
Jakarta.
Prabowo.Agung. (2014). Efisiensi
kebutuhan material pada perencanaan
portal tahan gempa wilayah 4 dengan
efisiensi elemen struktur balok dan
kolom. Prodi Teknik Sipil
Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Purwono, Rachmat. (2010). Perencanaan
Struktur Beton Bertulang Tahan
Gempa. ITS Press. Surabaya.
Apriani, dkk., ANALISIS PENGARUH VARIASI BENTANG KOLOM TERHADAP KINERJA STRUKTUR GEDUNG (STUDI KASUS: WILAYAH TANAH LUNAK DENGAN BEBAN GEMPA KUAT)
Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil dan Perencanaan (KN-TSP) 2017 “Inovasi Teknologi Smart Building dan Green Construction untuk Pembangunan yang Berkelanjutan”
Pekanbaru, 9 Februari 2017. ISBN 978-602-61059-0-5
211
Reza, Fatma. (2015). Analisis Kinerja
Struktur Beton Bertulang Di Wilayah
Gempa Indonesia Intensitas Tinggi
Dengan Kondisi Tanah Lunak.
Prosiding ACES (2015) 177–187.
Novermber 21, 2015.
http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desai
n_spektra_indonesia_2011/
Asrurifak, dkk. (2014). Pengembangan
Peta Klasifikasi Tanah dan
Kedalaman Batuan Dasar untuk
menunjang pembuatan Peta
Mikrozonasi Jakarta dengan
menggunakan Mikrotremor Array.
Jakarta. Prosiding pada 17th
Annual
Scientific Meeting..Tersedia pada
https://www.researchgate.net/publica
tion/259574916_Pengembangan_Pet
a_Klasifikasi_Tanah_dan_Kedalama
n_Batuan_Dasar_untuk_Menunjang_
Pembuatan_Peta_Mikrozonasi_Jakart
a_Dengan_Menggunakan_Mikrotrem
or_Array
Kusuma, Try Agus Yuni. (2015). Analisa
Dan Pemetaan Tingkat Kekerasan
Tanah Pada Wilayah Kecamatan
Syiah Kuala Kota Banda Aceh
Menggunakan Data Cone
Penetration Test. Di unduh
dihalaman :
http://etd.unsyiah.ac.id/pdf.php?id=1
7042