Upload
others
View
31
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA FLAVONOID DAUN
TANAMAN PECUT KUDA (Stachytarpheta jamaicensis) SERTA
PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN METODE
VOLTAMMETRI SIKLIK
(Skripsi)
Oleh
FENDI SETIAWAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA FLAVONOID DAUN
TANAMAN PECUT KUDA (Stachytarpheta jamaicensis) SERTA
PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN
VOLTAMMETRI SIKLIK
Oleh
FENDI SETIAWAN
Telah dilakukan isolasi senyawa flavonoid dan uji aktivitas antioksidan daun
tanaman pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis) menggunakan metode
voltammetri siklik. Proses isolasi meliputi tahapan maserasi, pemisahan secara
kromatografi kolom, dan MPLC dengan variasi pelarut, serta penentuan rumus
molekul senyawa menggunakan Liquid Chromatography-Mass
Spectrophotometry Xevo G2-S QTof-MS. Berdasarkan hasil pengujian LC qTOF-
MS menunjukkan adanya nilai m/z 811 dengan pola fragmentasi ion pada m/z
740, m/z 451, m/z 290, m/z 169, dan m/z 122. Hal ini mengindikasikan senyawa
flavonoid jenis katekin dimer yang tersubstitusi oleh dihidroksi fenilpropanoid
dengan rumus molekul (C42H34O17). Lalu, hasil uji antioksidan isolat FdA4m4KB
yang dilakukan pada konsentrasi 2000 ppm memperlihatkan adanya puncak
oksidasi pada nilai Epa1 = 0,3 V dan Epa2 = 0,6 V. Hal ini mengindikasikan bahwa
isolat FdA4m4KB memiliki kapasitas sebagai agen antioksidan.
Kata kunci : antioksidan, flavonoid, kromatografi, pecut kuda, voltammetri
siklik.
ii
ABSTRACT
ISOLATION AND CHARACTERIZATION OF FLAVONOID
COMPOUND FROM PECUT KUDA LEAVE PLANT (Stachytarpheta
jamaicensis) AND DETERMINATION OF ANTIOXIDANT ACTIVITY
USING CYCLIC VOLTAMMETRY METHOD
By
FENDI SETIAWAN
In this research has been conducted the isolation of flavonoid and determination
of antioxidant activity from Pecut Kuda plant leaves (Stachytarpheta jamaicensis)
using cyclic voltammetry method. Isolation processes include the following stages
of maceration, column chromatography, separation and MPLC with solvent
variation, structure determination using Liquid Chromatography-Mass
Spectrophotometry Xevo G2 QTof-MS. The result of LC QTof-MS showed the
presence of m/z 811 with fragmentations ions at m/z 740, m/z 451, m/z 290, m/z
169, and m/z 122. It indicated to constitute a type of dimeric catechin substituted
by dihydroxyphenyl propanoid with molecular formula (C42H34O17). Then, the
result of antioxidant activity assay isolate FdA4m4KB at concentration 2000 ppm
showed the presence of two oxidation peaks value at Epa1= 0.3V and Epa1= 0.3V
Epa2 = 0.6V. It indicated that isolate of FdAm4KB has capacity as antioxidant
agent.
Key words : antioxidant, chromatography, cyclic voltammetry, flavonoid, pecut
kuda
iii
ISOLASI DAN KARAKTERISASI SENYAWA FLAVONOID DAUN
TANAMAN PECUT KUDA (Stachytarpheta jamaicensis) SERTA
PENENTUAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN METODE
VOLTAMMETRI SIKLIK
Oleh
Fendi Setiawan
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Lampung
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Fendi Setiawam dilahirkan di
Bandar Lampung pada tanggal 5 Desember 1996. Penulis
merupakan anak kedua dari dua bersaudara pasangan
Bapak Samijan dan Ibu Bariyah. Penulis menyelesaikan
pendidikan di TK Melati Puspa pada tahun 2002, lalu
melanjutkan ke SD Negeri 1 Tanjung Senang dan lulus
pada tahun 2008, kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 20 Bandar Lampung
lulus pada tahun 2011, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di MAN 1
Bandar Lampung lulus pada tahun 2014. Pada tahun 2014 penulis terdaftar
sebagai mahasiswa Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan
Tinggi Negeri (SBMPTN). Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi
asisten praktikum mata kuliah Kimia. Penulis pernah mengikuti serangkaian studi
lapangan bertajuk “Kunjungan Industri” ke PT Great Giant Pineapple di
Lampung. Penulis juga mengikuti aktivitas organisasi, AIESEC (Association
Internationale des Etudiants en Sciences Economiques et Commerciales) dimulai
dengan menjadi Staff of External Relations and Business Development
2015/2016, lalu terpilih menjadi Manager of Lead and Nurturing Marketing
AIESEC Unila 2017/2018. Pada tahun 2016 penulis menjalankan AIESEC Unila
summer project bertemakan kewirausahaan dengan tema Youth Entrepreneurship
Project sebagai Organizing Commitee of Logistic. Kemudian di tahun yang sama
ii
penulis menjadi Liasion Organization of Program pada Youth Speak Forum yang
diadakan AIESEC Unila.
Pada tahun 2018 penulis menyelesaikan kerja praktik dengan topic pemisahan
senyawa bahan alam pada tanaman. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) di Desa Kemukus, Kecamatan Ketapang, Lampung Selatan pada juli-
Agustus 2017.
iii
MOTTO
Talkless Do More ! (Fendi Setiawan)
BREAK THE LIMIT (Gussion)
Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Itu Ada
Kemudahan (Al-Insyirah : 6)
iv
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Dengan mengucap Alhamdulillahirabbilalamin
Ku Persembahkan karya kecilku ini kepada
Ayahanda dan Ibundaku tercinta yang tak pernah mengeluh berpeluh tenaga, berlelah pikiran, berlimang kata-kata, dan menengadahkan
tangan seraya berdo’a, untuk anak yang kalian percaya akan menjadi “seseorang” nantiya, maka aku tidak akan mengecewakan kasih
sayang kalian yang tak ternilai. Melalui karya kecil ini, anakmu mengucapkan terimakasih atas
segalanya.
Kakaku tersayang serta seluruh keluarga yang selalu mendoakan keberhasilanku.
Dengan segala rasa hormat kepada Andi Setiawan, Ph. D. dan Prof. Tati Suhartati, M.S. serta seluruh Dosen Pengajar yang telah
membimbing dan mendidikku sampai menyelesaikan pendidikan sarjana.
Sahabat dan seluruh teman-temanku yang telah memberikan semangat, kebahagiaan dan pelajaran hidup
Almamater tercinta Universitas Lampung
v
SANWACANA
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT Tuhan semesta alam yang telah
memberikan segala bentuk rahmat dan nikmat-Nya, sehingga Penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Baginda
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat, semoga kita termasuk
umat yang beliau cintai dan mendapatkan syafa’at beliau di yaumil akhir nanti,
aamiin yarabbal’alamin.
Skripsi dengan judul “Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Flavonoid Daun
Tanaman Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis) Serta Penentuan
Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode Voltammetri Siklik”merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains (S.Si) padaJurusan Kimia
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
Teriring doa yang tulus, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Kedua orang tua Penulis, Bapak Samijan dan Ibu Bariah yang telah
memberikan segala usaha dan do’a, cinta dan kasih, dukungan moral dan
spiritual yang sampai saat ini tak pernah berhenti. Bapak, Ibu terimakasih atas
segala kasih sayang yang tak terhingga untuk penulis. Semoga Allah selalu
vi
memberikan kesehatan, rezeki dan kebahagiaan dunia dan akhirat kepada
kalian aamiin Allahumma aamiin;
2. Kakakku tersayang, Fatmawati, S.E terimakasih atas support yang kadang tak
terlihat namun memberi motivasi sendiri kepada penulis.
3. Kakak Iparku Fajar Kurnianto, S.H terimakasih atas doa dan dukungan yang
diberikan dan Keponakanku tercinta Al-Falil Azka Kurnia, terimakasih telah
hadir di dunia ini sebagai keponakan pertamaku, make your parents proud of
you broo!
4. Bapak Andi Setiawan, Ph. D. selaku pembimbing akademik sekaligus
pembimbing I atas segala kebaikan, ilmu, motivasi, kritik, saran, kesabaran
dan bimbingan sehingga penulis bisa menyelesaikan penelitian dan skripsi ini
dengan baik. Atas semua yang telah beliau berikan, semoga Allah SWT
senantiasa memberikan keberkahan atas semua yang beliau berikan. Aamiin.
5. Ibu Prof. Tati Suhartati, M.S selaku pembimbing II atas segala saran, nasehat,
kesabaran, keikhlasan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat kepada penulis
dalam perencanaan dan penyelesaian penelitian serta skripsi ini. Semoga Allah
senantiasa memberikan ridho-Nya dan membalas semuanya dengan kebaikan.
6. Bapak Dr. Hardoko Insan Qudus, M.S., selaku pembahas atas segala
bimbingan, kritik, saran, dan ilmu bermanfaat yang telah diberikan kepada
penulis, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa memberikan keberkahan atas semua yang sudah diberikan.
7. Bapak Dr. Eng. Suripto Dwi Yuwono, M.T. selaku Ketua Jurusan Kimia
FMIPA Unila yang telah memberi banyak masukan dan saran.
vii
8. Bapak Prof. Warsito, D.E.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung beserta jajarannya.
9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia FMIPA Unila atas seluruh
ilmu,bimbingan, perhatian dan pengalaman yang telah diberikan sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi ini dengan baik berkat ilmu yang telah
diberikan, serta terimakasih kepada staff administrasi Jurusan Kimia FMIPA
Unila yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan persyaratan
administrasi selama kuliah. Semoga Allah SWT senantiasa membalas
kebaikan-kebaikan bapak dan ibu.
10. Sahabatku tercinta dan tersayang Fikri Muhammad, S.Si., Muhammad Firza
Ersa, S.Si., Muhammad Firdaus, S.Si., dan Hafid Darmais Halan, S.Si (HF4).
Terimakasih atas setiap waktu yang kalian berikan, canda, tawa, sedih,
senang, kalian adalah keluarga terbaruku yang tak akan pernah aku lupakan
sampai kapanpun.
11. UPT LTSIT Universitas Lampung yang telah memberikan kesempatan untuk
saya belajar dan melakukan penelitian. Bu Nurul, Mbak Puji, Kak Mifta, Kak
Wagiran, Kak Rado, Mbak Lina, Mbak Rani, terimakasih atas segalanya.
12. Pak Andi Research 14, Berliana Anastasia Purba, Fitri Oktavianica, Rahma
Hanifah, dan Erien Ratna Putri atas support, saling mengingatkan untuk tidak
hilang-hilangan, saling menguatkan disaat bimbingan, perjuangan kita di lab
menghadapi pembimbing yang hebat, mengharuskan kita kuat agar menjadi
orang yang tangguh suatu saat di dunia kerja nanti. Love you 3000 guys.
13. Adik-adik Pak Andi Research 15, Rosyidatul Lutfiah, Oklis Syahrin Wijaya,
Jevi Muhammad, Fitri Nuraini, dan M. Trijatmiko terimakasih atas canda dan
viii
tawa kalian semasa perjuangan di lab, kalian adalah adik-adikku yang hebat,
tetap kompak, always remember anak bimbingan pak Andi adalah anak-anak
terpilih.
14. Adik-adik Mikroalga Squad 15, Meynisa, Vina, Rita, Anisa terimakasih telah
menjadi bagian dalam perjuanganku semasa penelitian di lab tercinta.
Semangat, jangan lupa barengi dengan sabar selama memelihara mikroalga !
15. Dicky Sildianto, si makhluk kotor. Terimakasih telah menjadi patner yang
baik dalam mengurus segala sesuatu hingga wisuda. See you on top brother !
16. AIESEC Unila 2015-2017, terimakasih atas kesempatan yang kalian berikan
untuk saya menjadi bagian dari kalian, organisasi internasional yang tak akan
pernah saya lupakan, betapa beruntungnya saya menjadi bagian dari kalian.
Love you Krakatoa !
17. External Relations and Business Development (ERBD) AIESEC Unila 15/16,
terimakasih atas ilmu dan keceriaan yang telah kalian berikan, Kak Jupe,
Farid, Kak Vio, Kak Rendi, Kei, dan Probo, keluarga pertamaku di AIESEC
Unila. Berkat kalian i learn how to be a good sales person, brave enough to
speak up in front of our partner. Thank you guys.
18. Marketing AIESEC Unila 2016/2017, EmKiTi !!! Terimakasih atas segala
keceriaan, dan support kalian, terimakasih telah mempercayai saya sebagai
LEAD Nurturing Manager 2016/2017. You guys are awesome! Thank you
Aby, Futra, Tiara, Clodina, Dessy, Dwi, Jenny, EmJe, Adel, Andriko!
19. Summer Troops ! ( Farid, Witri, Clodina, Futra, Ani, Olvy, Murtika, dan
Andriko ) terimakasih atas segala pembelajaran menjadi team yang baik dalam
held the project, our lovely summer project at AIESEC Unila 2017 (Youth
ix
Entrepreneurial Project 2.0) dari sini saya belajar banyak tanggung jawab
dalam suatu tim, terimakasih atas segala canda tawa suka duka selama project,
BRING THE HYPE, LEAD THE SUMMER !!!!!
20. Keluarga besar kimia 2014, terimakasih atas kebersamaan selama perkuliahan
dan sudah menjadi keluarga baru bagi penulis.
21. Almamater tercinta Universitas Lampung
22. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Terimakasih
atassegala ketulusan, bantuan, dan doa. Semoga kebaikan yang sudah
diberikanselama ini mendapat balasan dari Allah SWT.
Bandar Lampung, Juli 2019
Penulis,
Fendi Setiawan
x
DAFTAR ISI
Halaman
x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii
I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3
C. Manfaat Penelitian .................................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 4
A. Pecut Kuda (Stachytarpetha jamaicensis) ................................................ 4
B. Manfaat Tanaman Pecut Kuda .................................................................. 6
C. Stress Oksidatif ......................................................................................... 7
D. Radikal Bebas ........................................................................................... 7
E. Antioksidan ............................................................................................... 9
F. Flavonoid ................................................................................................ 11
G. Voltammetri ............................................................................................ 13
H. Voltammetri Siklik.................................................................................. 15
I. Voltammetri Siklik Flavonoid ................................................................ 16
J. Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder ...................................................... 19
1. Ekstraksi ........................................................................................... 19
2. Metode Pemisahan dan Pemurnian .................................................. 19
2.1. Kromatografi Lapis Tipis ( KLT ) .......................................... 19
2.2. Medium Pressure Liquid Chromatography (MPLC) ............. 21
K. Karakterisasi Senyawa ............................................................................ 22
1. Liquid Chromatography Mass Spectrophotometer (LC-MS) .......... 22
III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 25
A. Waktu dan Tempat .................................................................................. 25
B. Alat dan Bahan ........................................................................................ 25
C. Prosedur Penelitian ................................................................................. 26
1. Persiapan Sampel ............................................................................. 26
2. Ekstraksi ........................................................................................... 26
3. Kromatografi Lapis Tipis ................................................................. 26
xi
4. Partisi ............................................................................................... 27
5. Fraksinasi Menggunakan Kromatografi Kolom ............................... 27
D. Pengukuran Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode Voltammetri
Siklik ....................................................................................................... 28
E. Karakterisasi Senyawa Flavonoid ........................................................... 29
1. LC-MS ............................................................................................. 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 31
A. Isolasi Senyawa Flavonoid ..................................................................... 31
B. Partisi Ekstrak Pekat ............................................................................... 33
C. Pemisahan Menggunakan Kolom Kromatografi .................................... 34
D. Karakterisasi Menggunakan LC-MS ...................................................... 39
E. Uji Antioksidan Menggunakan Voltammetri Siklik ............................... 42
V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 46
LAMPIRAN ......................................................................................................... 52
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Berat sampel hasil pemisahan menggunakan kolom ..................................... 34
2. Hasil uji KLT fraksi hasil pemisahan ............................................................ 35
3. Nilai voltammogram kristal FdA4m4KB 2000 ppm ..................................... 44
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Daun tanaman pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis) ................................ 5
2. Mekanisme reaksi katekol sebagai antioksidan ............................................... 9
3. Kerangka dasar flavon (Manitto, 1992). ........................................................ 11
4. Sel Voltammetri, W: Elektroda kerja,R :Elektroda Pembanding,
A: Elektroda bantu. ........................................................................................ 14
5. Voltammogram siklik reaksi reduksi–oksidasi .............................................. 16
6. Voltammogram flavonoid .............................................................................. 18
7. Skema prosedur penelitian ............................................................................. 30
8. Tanaman pecut kuda berdasarkan literatur (a) Sampel Tanaman
Stachytarpheta jamaicensis (b) ...................................................................... 31
9. Kromatogram KLT Ekstrak Kasar Daun Pecut Kuda menggunakan
AlCl3-MeOH (a) UV 254 nm (b) dan Ce(SO4)2 (c) ....................................... 32
10. Hasil Uji KLT menggunakan Ce(SO4)2 (a) UV 254 nm (b) AlCl3-MeOH
dideteksi UV 366nm (c) ................................................................................. 33
11. Proses pemisahan menggunakan kolom silika terbuka .................................. 34
12. Hasil kromatogram KLT mengguakan n heksana/IPA (4:6) dan pereaksi
AlCl3-MeOH dibawah sinar UV 366nm (a) Ce(SO4)2 (b) ............................. 35
13. Kromatogram MPLC FdA4 ........................................................................... 36
14. Hasil uji KLT fraksi hasil MPLC pada UV 366 nm (a) UV 254 nm (b)
Ce(SO4)2(c) .................................................................................................... 37
15. Kromatogram KLT hasil pemisahan FdA4m4 (CeSO4)2 (a) dan
UV 254 nm (b) ............................................................................................. 38
v
16. Hasil Uji KLT FdA4m4KB menggunakan AlCl3-MeOH UV 366nm (a)
UV 254 nm (b) Ce(SO4)2 (c)....................................................................... 39
17. Kromatogram LC-MS FdA4m4KB ............................................................... 40
18. Spektrum LC-MS FdA4m4KB ...................................................................... 40
19. Struktur Senyawa m/z 740 (a) dan struktur senyawa hasil analisis
LCMS m/z 811 (b) Struktur Cinchonain I m/z 451 (c) .................................. 41
20. Voltammogram Fraksi FdA ........................................................................... 42
21. Voltammogram kristal FdA4m4KB .............................................................. 43
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keanekaragaman struktur dan aktivitas biologis pada tanaman, menjadikan
tanaman sebagai sumber potensial senyawa bahan aktif obat. Sekitar 500.000 jenis
tanaman telah diketahui sebanyak 20-30% telah dilakukan penelitian mengenai
kandungan fitokimianya (McChesney et al., 2007). Hingga saat ini, lebih dari
80% populasi di dunia menggunakan tanaman sebagai sumber utama untuk
kesehatan.Kebutuhan tanaman obat hingga saat ini telah mengalami peningkatan
secara signifikan, tanaman obat tidak diragukan manfaatnya sejak jaman dahulu.
Penggunaan tanaman sebagai senyawa bahan obat, menjadi daya tarik tersendiri
dalam pencegahan dan pengobatan berbagai jenis penyakit. Lebih dari se tengah
jumlah tanaman di dunia telah diketahui memiliki aktivitas sebagai senyawa obat,
namun belum dikaji lebih lanjut. Untuk itu, perlu adanya kajian lebih lanjut
mengenai tanaman sebagai bahan obat untuk sekarang dan masa yang akan datang
(Singh, 2015).
Penelitian tanaman sebagai sumber senyawa antioksidan menjadi ketertarikan
dalam bidang kesehatan dalam dekade ini (Yeung at al., 2019). Senyawa
antioksidan yang berasal dari tanaman dapat membantu dalam mengurangi tingkat
2
stres oksidatif yang menyebabkan berbagai macam jenis penyakit degeneratif.
Menurut World Health Organization (2018) sekitar 17 juta orang meninggal dunia
akibat penyakit degeneratif setiap tahun, dan menyumbangkan 70% tingkat
penyebab kematian di berbagai negara. Stres oksidatif disebabkan karena
tingginya konsentasi radikal bebas dalam sel dan jaringan (Bi et al., 2017).
Radikal bebas yang berlebih dalam tubuh dapat dinetralisir dengan adanya
senyawa antioksidan alami dari tanaman seperti flavonoid (Wu et al., 2014). Saat
ini, terdapat peningkatan dalam penggunaan antioksidan alami yang berasal dari
tanaman sebagai obat tradisional atau olahan produk tanaman seperti jamu.
Tanaman pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis) merupakan jenis tanaman liar
yang dapat dengan mudah dijumpai. Menurut Alvarez et al., (2004) menjelaskan
bahwa ekstrak daun tanaman pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis)
mempunyai aktivitas antioksidan yang mampu menghambat Reactive Oxygen
Species dalam tubuh. Tanaman pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis) banyak
dijadikan sebagai obat alternatif pengobatan alergi, masalah pernafasan, batuk,
demam, konstipasi, masalah pencernaan, disentri, hingga penyakit pada
kewanitaan (Sivaranjani, 2014). Aktivitas antioksidan ini ditunjukkan oleh
adanya flavonoid pada tanaman ini. Kemudian Ju et al., (2015) telah melakukan
ekstraksi senyawa bioaktif pada tanaman pecut kuda Stachytarpheta jamaicensis
yang mengindikasikan adanya senyawa flavonoid jenis katekin.
Untuk menentukan aktivitas antioksidan senyawa flavonoid, hingga saat ini
metode yang paling banyak digunakan adalah dengan menggunakan uji DPPH
(2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). Berdasarkan Mikelova et al., (2005) penentuan
3
aktivitas antioksidan secara voltammetri silik masih tergolong langka.
Voltammetri siklik menggambarkan lebih jelas mengenai reaksi oksidasi dan
reduksi yang terjadi pada senyawa antioksidan. Voltammetri siklik cenderung
memiliki sensitifitas dan selektivitas yang tinggi. Metode voltammetri siklik
relatif sederhana, lebih akurat, dan ramah lingkungan (Masek et al., 2014).
Berdasarkan uraian di atas, pada penelitian ini akan dilakukan isolasi senyawa
flavonoid dari daun tanaman pecut kuda (Stachytarpetha jamaicensis) dan
dilanjutkan analisis aktivitas antiokosidan menggunakan metode voltammetri
siklik.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengisolasi senyawa flavonoid dari tanaman
pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis), melakukan karakterisasi struktur
senyawa serta menentukan aktivitas antioksidannya menggunakan metode
voltammetri siklik.
C. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai aktivitas
antioksidan daun tanaman pecut kuda secara voltammetri siklik dan mampu
memberikan informasi mengenai hubungan struktur flavonoid yang di dapat
terhadap sifat oksidasi dan reduksi sebagai senyawa antioksidan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pecut Kuda (Stachytarpetha jamaicensis)
Pecut kuda dengan nama daerah disebut jarong, jarongan, jaronglalaki, daun
sangketan, ki meurit beureum (Sunda); biron, karomenal, nyarang, sekar laru,
ngadirenggo, remek getih, rumjarum, laler mengeng (Jawa); sui in sui, sangko
hidung (Sulawesi); Rai rai, dodinga (Maluku).
Jenis tumbuhan termasuk terna menahun dengan tinggi tumbuhan mencapai 1 m
dan tumbuh melebar sampai 2 m. Batang mula-mula tegak kemudian bercabang-
cabang, batang utama berwarna hijau, bentuk batang bersegi empat, cabang
batang yang dekat dengan tanah berwarna hijau keabu-abuan sampai hijau
kecokelatan. Daun tunggal berhadapan bentuk helaian daun bulat telur sampai
lanset, pertulangan daun menyirip, dan sedikit melengkung di ujung tulang daun.
Panjang daun 1 - 4,5 inchi dan lebar daun 0,75 – 2,5 inchi, pangkal runcing, tepi
bergerigi, ujung runcing sampai meruncing. Bunga majemuk bulir, panjang ibu
tangkai bunga sampai 30 cm. Setiap bunga duduk pada ibu tangkai bunga dengan
tangkai bunga yang sangat pendek. Ibu tangkai bunga berbentuk panjang dan
melengkung seperti bentuk pecut kuda. Kelopak bunga terdiri atas lima helai
berbentuk tabung yang menempel pada ibu tangkai bunga, berwarna hijau.
5
Mahkota bunga berlekatan membentuk tabung mahkota, berwarna biru-ungu,
dengan bagian tengahtabung berwarna putih, ujung tabung mahkota bunga terbagi
menjadi 5 lobus (cuping). Tinggi tabung 0,5 – 1,0 cm. Benang sari 5 berseling
dengan lobusnya, kepala sari berwarna kuning kecokelatan. Putik berjumlah 1,
terletak di bagian tengah helaian mahkota bunga. Berbunga sepanjang tahun
(Backer and Brink, 1965).
Kedudukan taksonomi untuk jenis pecut kuda di dalam sistematika tumbuhan
adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Lamiales
Suku : Verbenaceae
Marga : Stachytarpheta
Jenis : Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl
Gambar 1. Daun tanaman pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis)
6
B. Manfaat Tanaman Pecut Kuda
Tanaman pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis)diindikasikan memiliki efek
farmakologi karena terdapat senyawa bioaktif didalamnya dalam pengobatan, S.
jamaicensis telah diketahui memiliki efek pada anatsida, analgesik Jagadish dan
Gopalkrishna (2008), anti inflamasi Sulaiman et al., (2009), hipotensi,
antihelmintik, diueretik, laksatif, pencahar, obat penenang Putera et al., (2013). S
jamaicensis sering juga digunakan untuk masalah perut sebagai obat luar dalam
bentuk tonik. Ekstrak daun dan batang seringkali digunakan dalam bentuk
kantong teh sebelum dikonsumsi untuk menobati masalah perut seperti asam
lambung dan masalah pencernaan Idu et al., (2007). Selain itu, S.jamaicensis juga
sering digunakan untuk pengobatan seperti alergi dan masalah pernafasan seperti
asma, demam, flu, bronkitis, dan batuk, hingga kirosis dan hepaitits. Ekstrak daun
S. jamaicensis dapat digunakan untuk mengobati luka. Penduduk Nigeria,
menjadikan tanaman ini sebagai pereda masalah haid dan penyakit kewanitaan.
Tanaman ini juga dapat mengatur sistem hormon dan memperbanyak jumlah ASI.
Daun tanaman ini juga dikonsumsi secara oral untuk meringankan disentri dan
usus halus sebagai jus. Selain itu berdasarkan penelitian Okoronkwo and Echeme
(2015), ekstrak air daun tanaman ini memiliki aktivitas antibakteri pada berbagai
jenis bakteri meliputi Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Proteus mirabilis,
Pseudomonas aeruginosa, dan Klebsiella pneumonia dengan level zona hambat
yang bervariasi berkisar antara (14.0-25.0mm). Beberapa laporan mengenai
manfaat daun tanaman ini telah diketahui sebagai kardioprotektif, anti inflamasi,
dan antivirus.
7
C. Stress Oksidatif
Sress oksidatif merupakan kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan antara
keberadaan antioksidan dengan oksidan yang ada dalam tubuh sehingga keadaan
ini akan menyebabkan kerusakan jaringan atau disfungsi organ. Stress oksidatif
diakibatkan oleh 2 hal, yaitu berkurangnya kadar antioksidan dan meningkatnya
jumlah ROS yang merupakan oksidan. Stress oksidatif juga dapat terjadi akibat
adanya peningkatan produksi ROS (Reactive Oxygen Species) akibat paparan
terhadap oksigen yang meningkat, dan adanya toksin-toksin yang menghasilkan
spesies reaktif, seperti pestisida (Abdollahi et al., 2004). Kondisi stress oksidatif,
sangat terkait dengan adanya radikal bebas. Peningkatan stress oksidatif yang
diperburuk karena jumlah radikal bebas yang melebihi sistem pertahanan tubuh
dan menyebabkan kerusakan jaringan. Kerusakan ini seringkali disebut dengan
kerusakan oksidatif, yaitu kerusakan biomolekul penyusun sel akibat reaksinya
dengan radikal bebas sehingga dapat menyebabkan berbagai penyakit dan
gangguan dalam tubuh, seperti terjadinya peningkatan proliferasi, kerusakan sel,
penuaan sel, bahkan menginduksi sel ke arah apoptosis. Selain itu stress oksidatif
juga dapat menyebabkan berbagai penyakit dalam tubuh seperi kencing manis
atau diabetes mellitus, kanker, penyakit kardiovaskuler, kartarak, penyakit
parkinson, dan berbagai kondisi patologis lainnya (Dalaen dan Aiman, 2014).
D. Radikal Bebas
Radikal bebas dihasilkan sel normal dan merupakan bagian dari proses fisiologis
alami semua makhluk hidup (Valko et al., 2007). Radikal bebas biasanya dapat
8
bertindak sebagai senyawa yang bermanfaat dan beracun (Pham Huy and Pham
Huy, 2008). Ketika kelebihan radikal bebas tidak dapat ditindaklanjuti atau
keterbatasan senyawa antioksidan alami pada tubuh, dapat terjadi akumulasi
senyawa radikal bebas yang disebut kerusakan oksidatif (stress oxidative). Hal ini
menyebabkan terjadinya kerusakan hingga tingkat biomolekuler (Halliwell,
2007). Stres oksidatif umumnya dianggap sebagai awal terjadinya beberapa
penyakit dan tentu saja memainkan peran utama dalam perkembangan penyakit
degeneratif dan penuaan dini, serta kronis seperti radang sendi, gangguan
autoimun, kardiovaskular dan penyakit neurodegeneratif, peradangan dan kanker
(Phull et al., 2017). Reaktif oksigen spesies (ROS) dan spesies Nitrogen reaktif
(RNS) adalah istilah yang menggambarkan secara kolektif radikal dan derivatif
reaktif radikal bebas lainnya. Tingkat tinggi ROS dalam tubuh dapat mematikan
sel-sel. Antioksidan eksogen telah terbukti dalam mencegah atau mengurangi stres
oksidatif (Wu et al., 2017). Antioksidan eksogen yang paling dikenal adalah
tokoferol (vitamin E), asam askorbat (vitamin C), karotenoid (β-karoten),
ubiquinone dan polifenol seperti flavonoid (Pingitore et al., 2015).
Flavonoid ini dikenal menangkal atau meredam radikal bebas karena aktivitas
antioksidannya (Wu et al., 2017). Sifat antioksidan dari flavonoid yang dikaitkan
dengan struktur kimianya, terutama karena adanya gugus hidroksil (-OH), gugus
ini berperan dalam peredaman senyawa radikal bebas (Santos dan Mira, 2004).
Gugus katechol pada flavonoid memberi peran dalam meredam radikal bebas,
gugus ini memiliki dua gugus hidroksi (-OH) pada posisi orto. Berikut ini
merupakan reaksi donor elektron yang terjadi
9
Gambar 2. Mekanisme reaksi katekol sebagai antioksidan
E. Antioksidan
Antioksidan merupakan senyawa pemberi electron (elektron donor) atau reduktan.
Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi
berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal
(Winarsi, 2007). Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat
reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif.
Sehingga kerusakan dalam sel akan terhambat. Berkaitan dengan reaksi oksidasi
didalam tubuh, keberadaan antioksidan merupakan parameter penting untuk
memantau kesehatan seseorang. Tubuh manusia memiliki sistem antioksidan
untuk menangkal reaktivitas radikal bebas, yang secara kontinu dibentuk sendiri
oleh tubuh. Bila jumlah senyawa oksigen reaktif ini melebihi jumlah antioksidan
dalam tubuh, kelebihannya akan menyerang komponen lipid, protein maupun
DNA sehingga menyebabkan kerusakan-kerusakan yang disebut dengan stress
oksidatif. Antioksidan dapat berupa enzim (misalnya superoksida dismutase atau
SOD, katalase dan Glutation peroksidase), vitamin (misalnya vitamin E, C,A,
10
danβ-karoten), dan senyawalain (misalnya flavonoid, albumin, bilirubin,
seruloplasmin, dan lain-lain).
Antioksidan enzimatis merupakan sistem pertahanan utama (primer) dalam tubuh
terhadap kondisi stress oksidatif. Selain antioksidan enzimatis, terdapat juga
antioksidan non-enzimatis yaitu berupa senyawa nutrisi dan senyawanon-
nutrisi.Kedua kelompok antioksidan non-enzimatis disebut sebagai antioksidan
sekunder karena dapat diperoleh dari asupan bahan makanan (Winarsi,2007).
Antioksidan bekerja dengan cara mencegah terbentuknya radikal hidroksil.
Radikal hidroksil merupakan radikal bebas yang paling berbahaya bagi tubuh,
karena dapat menginisiasi terjadinya peroksidasi lemak. Antioksidan berperan
penting dalam menjaga keseimbangan oksidan dalam jaringan. Antioksidan
berfungsi dalam pencegahandan pengobatan berbagai jenis kerusakan jaringan
yang diperburukoleh stress oksidatif (Abbasoglu et al., 2001).
Berdasarkan penelitian Ololade et al., (2017) ekstrak metanol daun
S.jamaicensis diindikasikan memiliki IC50 dengan jumlah 5,0 µgml-1
lebih
rendah daripada senyawa pembanding yaitu asam askorbat, yang memiliki IC50
sebesar 9,0 µgml-1
. Ekstrak daun memiliki nilai IAA (Indeks Aktivitas
Antioksidan) yang sangat kuat. Oleh karena itu ekstrak daun tanaman pecut
kuda memiliki nilai antioksidan yang lebih tinggi dibandingkan dengan senyawa
pembanding yaitu asam askorbat.
11
F. Flavonoid
Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiridari 15 atom karbon.
Atom karbon ini membentuk dua cincin benzene dan satu rantai propane
dengan susunan C6-C3-C6.Susunan inidapat menghasilkan tiga jenis
struktur,yaitu flavonoid (1,3-diaril propana), isoflavonoid (1,2-diaril propana),
neoflavonoid (1,1-diarilpropana)(Achmad, 1986).
Terdapatorto-hidroksilasi pada cincin B dari senyawa flavonoid, gugus
hidroksil bebas, ikatan rangkap C2-C3 di cincin C, atau terdapat gugus 3-OH
yang merupakan suatu antioksidan dan antiradikal (Bors et al, 1990). Istilah
flavonoid yang diberikan untuk senyawa fenolik ini berasal dari kata flavon,
yaitu nama dari salah satu jenis flavonoid yang terbesar jumlahnya dan yang
paling umum ditemukan. Flavon mempunyai tingkat oksidasi yang terendah
sehingga senyawa ini dianggap sebagai senyawa induk dalam tata nama
senyawa-senyawa turunan flavon.
Gambar 3. Kerangka dasar flavon (Manitto, 1992).
Flavonoid merupakan jenis senyawa polifenol yang banyak tersebar pada
tanaman. hingga saat ini banyak literatur menyatakan bahwa flavonoid
12
merupakan senyawa yang mampu bertindak sebagai agen antioksidan.
Flavonoid efektif untuk menekan lipid peroksidasi dalam tubuh meliputi
bagian sel dan jaringan seperti mitokondria, mikrosom, liposom, low-density
lipoprotein (LDL), dan membran eritrosi. Flavonoid juga berperan sebagai
antiproliferatif untuk menghambat pertumbuhan sel tumor. Semua flavonoid
memiliki sifat elektroaktif, sebagai senyawa yang bertidak pada proses
oksidasi dan reduksi pada reaksi transfer elektron, oleh karena itu
kemampuan flavonoid sebagai agen reduksi dan oksidasi dapat diperkirakan
menggunakan metode elektrokimia (Ghica dan Brett, 2004). Flavonoid
memiliki beberapagugus untuk peredaman reduksi oksigendan nitrogen
(Jovanovic et al., 1994).
Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder pada tanaman jenis
terbesar dari senyawa polifenol, senyawa ini mampu mengadakan reaksi
reduksi dan oksidasi pada sistem biologis. Kemampuan flavonoid untuk
menangkal radikal bebas seperti fenomena Reactive Oxygen Species (ROS)
dan kemampuannya untuk mencegah serangan oksidatif pada biomolekul
telah dikenal secara umum sebagai keutamaan flavonoid sebagai senyawa
bioaktivitas. Metode elektrokimia merupakan metoden yang mampu
menjelaskan tentang reaksi-reaksi radical-scavenging hal ini dikarenakan
reaksi antara senyawa antioksidan dengan radikal bebas serta oksidasi secara
elekrokimia suatu antioksidan meliputi donor proton dari ikatan O-H (Acker
et al., 1996). Pengukuran secara elektrokimia mampu menentukan parameter
sifat fisika kimia dari berbagai kelas flavonoid. Parameter yang dapat
diketahui meliputi informasi reduksi dan oksidasi dan pengukuran kapasitas
13
antioksidan. Pada reaksi suatu antioksidan dengan radikal bebas dapat diduga
berdasarkan transfer proton atau elektron, keduanya berlangsung secara
bersamaan. Reaksi ini bergantung pada kemampuan ionisasi suatu proton dan
pemutusan ikatan O-H. Gugus nukleofil yang bersifat radikal akan diredam
dengan adanya transfer atom Hidrogen, kemudian gugus elektrofil bebas
radikal akan di deaktifkan melalui transfer elektron tunggal (Lovrić dan
Jovanović, 2016). Hingga saat ini, banyak usaha telah dilakukan untuk
menenentukan faktor dari peredaman radikal bebas dan potensi flavonoid
sebagai agen pengoksidasi. Keberadaan suatu gugus katecol dari struktur
flavonoid pada cincin B dan gugus hidroksi pada C-3 menjadi faktor utama
yang mempengaruhi keberhasilan peredaman radikal suatu flavonoid (32).
Lemanska et al., (2001) menjelaskan bahwa aktivitas antioksidan semakin
tinggi apabila adanya dua gugus ortho fenol yang berada pada cincin A dan B
suatu flavonoid. Keberadaan ikatan rangkap pada C2-C3 dengan penambahan
gugus 3-OH dan 4-okso juga berkontribusi pada aktivitas antioksidan suatu
flavonoid (Lien et al., 1999).
G. Voltammetri
Pengujian anti oksidan senyawa bahan alam dapat dilakukan secara voltammetri.
Analisis voltammetri relatif lebih sensitif serta efektif untuk penentuan aktivitas
antioksidan dengan merekam reduksi oksigen elektrokimia pada elektroda kerja
(Korotkova et al., 2002).
Voltammetri adalah metode elektrokimia dengan pengukuran arus sebagai fungsi
potensial. Metode voltammetri mengaplikasikan suatu potensial pada sebuah sel
14
elektrokimia dan arus yang mengalir melalui sel diukur sebagai fungsi dari
potensial. Plot arus sebagai fungsi potensial disebut voltammogram.
Voltammogram menampilkan informasi kualitatif dan kuantitatif tentang spesi
yang terlibat pada reaksi oksidasi dan reduksi (Harvey, 2000). Dalam
voltammetri, potensial divariasikan secara sistematis menggunakan potensiostat
sehingga zat kimia mengalami oksidasi atau reduksi dipermukaan elektroda.
Salah satu elektroda pada sel elektrolisis mengalami polarisasi. Metode ini
umum digunakan untuk menentukan komposisi dan analisis kuantitatif larutan.
Kelebihan dari teknik ini adalah sensitifitasnya yang tinggi, limit deteksi yang
rendah dan memiliki daerah linier yang lebar. Selama proses pengukuran,
konsentrasi analit praktis tidak berubah karena hanya sebagian kecil analit yang
dielektrolisis. Potensial elektroda kerja diubah selama pengukuran, dan arus yang
dihasilkan dialurkan terhadap potsensial yang diberikan pada elekroda kerja.
Arus yang diukur pada analisis voltammetri terjadi akibat adanya reaksi redoks
pada permukaan elektroda (Burns et al., 2000).
Gambar 4. Sel Voltammetri, W = Elektroda kerja, R = Elektroda Pembanding,
A = Elektroda bantu.
R
W
A
15
Sel voltammetri (Gambar 4) terdiri dari tiga elektroda, yaitu elektroda kerja,
elektroda pembanding, dan elektroda bantu. Metode voltammetri secara umum
dilakukan dengan menggunakan dua elektroda. Namun, metode voltammetri
modern yang berkembang menggunakan tiga elektroda. Sinyal eksitasi dari
potensial diaplikasikan pada elektroda kerja, mengubah potensialnya relative
terhadap potensial tetap dari elektroda rujukan. Arus yang dihasilkan antara
elektroda kerja dan pembantu diukur.
Elektroda bantu yang digunakan secara umum adalah kawat platina dan
elektroda SCE, serta Ag/AgCl adalah elektroda rujukan yang sering digunakan
(Harvey, 2000). Kelebihan analisis menggunakan metode voltammetri antara
lain sensitif dan selektif, sederhana dan mudah. Sedangkan kelemahan analisis
menggunakan metode voltammetri adalah hanyadapat diterapkan untuk analisis
reduksi dan oksidasi pada potensial positif saja. Terdapat beberapa aplikasi
voltammetri dimana salah satunya adalah menentukan aktivitas antioksidan dan
nilai koefisien antioksidan (Harvey, 2000).
H. Voltammetri Siklik
Voltammetri siklik merupakan teknik voltammetri berdasarkan pengukuran
arus selama penyapuan potensial dari potensial awal kepotensial akhirdan
kembali lagi kepotensial awal atau disebut juga penyapuan (scanning) dapat
dibalik kembali setelah reduksi berlangsung. Dengan demikian arus katodik
maupun anodik dapat terukur. Arus katodik adalah arus yang digunakan pada
16
saat penyapuan dari arus yang paling besar menuju arus yang paling kecil dan
arus anodik adalah sebaliknya (Khopkar, 2002).
Hasil dari voltammetri siklik ini adalah hubungan antara arus dan potensial
disebut voltammogram siklik. Pada kurva voltammogram siklik (Gambar 4),
memiliki puncak arus katoda Ipa dan puncak arus anoda Ipc.
Gambar 5.Voltammogram siklik reaksi reduksi–oksidasi
I. Voltammetri Siklik Flavonoid
Reaksi elektroda yang mencirikan reaksi elektrokimia dari beberapa flavonoid
menggunakan elektrode kaca karbon (GCE) telah dilakukan menggunakan metode
voltammetri siklik. Semua flavonoid memiliki setidaknya dua puncak oksidasi
pada gelombang anodik. Puncak sesuai dengan oksidasi berturut-turut dari
kelompok hidroksil pada posisi yang berbeda (Zhou et al., 2007). Pola
voltammetri beberapa flavonoid dapat dilihat pada Gambar 6. Bagian A,
kelompok flavonols, termasuk kuarsetin dan isorhamnetin, menunjukkan tiga
karakteristik puncak dalam gelombang anodik. Tengah puncak (puncak 2)
17
berkaitan dengan oksidasi dari kelompok hidroksil pada cincin C (Markovic et
al.,2007).
Dalam kelompok Flavon (Gambar 6b), luteolin memiliki dua puncak anodik;
puncak pertama terlihat jelas, sedangkan puncak kedua adalah tidak jelas.
Apigenin memiliki dua puncak yang tumpang tindih. Hal tersebut
menggambarkan puncak ireversibel, yang menandakan laju reaksi relatif lambat
dan reaktivitas substituen hidroksil relatif rendah.
Flavanon, flavanol dan isoflavon digambarkan pada bagian C, D, dan E masing-
masing pada (Gambar 6). Katechin dan epikatechin memiliki gelombang anodik
yang mirip, dengan puncak oksidasi pertama potensi epicatechin lebih rendah
daripada katechin. Dalam Gambar 2C, hesperetin menunjukkan dua puncak
anodik berbeda, sedangkan dua puncak-puncak ireversibel oksidasi naringenin
yang lebih dekat. Perbedaan antara dua flavanones adalah substituen tambahan 4-
methoxy di hesperetin, yang dapat menstabilkan semiquinone radikal melalui
ikatan hidrogen intramolekular (Acker et al., 1996). Selain itu, pada kelompok
isoflavon, perbedaan antara daidzein dan genistein adalah bahwa daerah anodik
genistein lebih tinggi daripada daidzein dalam kisaran potensi 0,6V – 1,4V.
Hal ini dihasilkan dari oksidasi tambahan 5-hidroksil grup dalam genistein. Dari
gelombang anodik flavonoid masing-masing, puncak potensi oksidasi (Epa1, Epa2)
dari flavonoid.. Kelompok flavonol memiliki Epa1 yang lebih rendah daripada
flavonoid lain. Isorhamnetin dan myricetin memiliki Epa1 terendah (0,116 dan
0,119 V pada Ag/AgCl), diikuti oleh kaempferol dan quercetin (0,194 dan
0,202V).
18
Urutan puncak potensi oksdiasi adalah sebagai berikut: ()-epicatechin < taxifolin
< luteolin < (+)-katekin < kuarsetin < hesperetin < daidzein < genisten < apigenin
< naringenin. Selain itu, nilai-nilai Epa2 juga sangat bervariasi antara masing-
masing kelompok flavonoid.
Semua flavonols memiliki Epa2 nilai-nilai yang lebih rendah daripada 0,6 V,
sedangkan potensi puncak kedua flavonoids lainnya yang lebih tinggi dari 0,6 V,
yang didonorkan oleh oksidasi dari cincin A flavonoid (Zielinska and Pierozynski,
2009).
Gambar 6. Voltammogram flavonoid
Aru
s (A
)
Aru
s (A
)
Aru
s (A
)
Aru
s (A
)
Aru
s (A
)
Potensial (V) Potensial (V)
Potensial (V)
Potensial (V) Potensial (V)
19
J. Isolasi Senyawa Metabolit Sekunder
1. Ekstraksi
Ekstraksi merupakan proses penarikan komponen atau senyawa aktif pada
suatu simplisia dengan menggunakan pelarut tertentu. Prinsip ekstraksi
didasarkan pada distribusi senyawa yang terlarut (Khopkar, 2002). Menurut
Steve dan Russell (2008) bahwa metode ekstraksi yang umum digunakan
maserasi, sokletasi, refluks, dan ekstraksi cair – cair (partisi). Metode ekstraksi
yang dilakukan pada penelitian ini merupakan metode ekstraksi maserasi.
2. Metode Pemisahan dan Pemurnian
2.1. Kromatografi Lapis Tipis ( KLT )
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) digunakan untuk mengidentifikasi komponen
dan mendapatkan eluen yang tepat untuk kromatografi kolom dan kromatografi
cair kinerja tinggi (KCKT). Pada dasarnya KLT melibatkan dua fase yaitu fase
diam atau sifat lapisan, dan fase gerak atau campuran pelarut pengembang. Fasa
diam (penyerap) dapat dibagi dua, jenis polar dan nonpolar. Penyerap polar
meliputi berbagai oksida organik seperti silika, alumina, magnesia, magnesia
silikat. Penyerap non polaryang biasa digunakan adalah arang. Fasa diam
ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas, logam, atau lapisan yang cocok.
Campuran yang akan dipisahkan berupa larutan yang ditotolkan berupa bercak
atau pita. Setelah plat diletakkan didalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan
pengembang yang cocok (fasa gerak), pemisahan terjadi selama pengembangan.
20
Selanjutnya senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan/dideteksi (Gritter,
dkk, 1991).
Pada KLT yang penting diperhatikan dari penyerapnya adalah ukuran partikel
dan homogenitasnya. Ukuran partikel yang biasa digunakan adalah 1-25 mikron.
Beberapa contoh penyerap yang biasa digunakan untuk pemisahan dalam KLT
adalah silica gel, alumina, selulosa, dan pati (Sastrohamidjojo, 1990). Pada
kromatografi lapis tipis, fasa diam (adsorben) yang sering digunakan adalah
serbuk silikagel, alumina dan selulosa yang mempunyai ukuran butir sangat kecil,
yaitu 0,063-0,125 mm. Fasa diam yang umum digunakan adalah silica gel yang
dapat dipakai untuk memisahkan campuran senyawa lipofil maupun campuran
senyawa hidrofil (Hostettman and Terreaux, 1995).
Komponen-komponen senyawa yang dianalisis dapat dipisahkan dan dibedakan
berdasar harga Rf (Retention Factor/Faktor retensi). Faktor retensi
didefinisikan sebagai perbandingan jarak migrasi suatu senyawa dengan jarak
migrasi suatu pelarut (eluen) pada suatu waktu yang sama.
................................... (1)
Harga Rf ini bergantung pada beberapa parameter yaitu sistem pelarut, adsorben
(ukuran butir, kandunganair, ketebalan), jumlah bahan yang ditotolkan pada
plat, dan suhu (Khopkar, 2002).
Secara teori senyawa flavanoid akan menghasilkan bercak warna kuning pada
hasil penotolan apabila diamati pada sinar tampak dan akan menghasilkan noda
21
kuning yang berfluorens apabila dideteksi menggunakan sinar UV254 dan
bercak warna kuning pada sinar UV360. Nilai Rf dari senyawa flavonoidyaitu
antara 0,2–0,75 (Mursidi, 1990).
Berikut ini merupakan urutan eluen pada kromatografi berdasarkan
tingkat kepolarannya:
Air > Metanol > Etanol > Propanol > Aseton > Etil Asetat > Kloroform
>Metilenklorida > Benzena> Sikloheksana > n-heksana (Gritter,1991).
2.2. Medium Pressure Liquid Chromatography (MPLC)
MPLC merupakan salah satu teknik kromatografi tekanan sedang yang umum
digunakan dalam isolasi senyawa bahan alam dan uji kemurnian senyawa bahan
alam.
Pada dasarnya MPLC memiliki prinsip yang sama dengan Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT), tetapi besarnya tekanan yang digunakan berbeda.
MPLC menggunakan tekanan antara 5-20 barsedangkan KCKT menggunakan
tekanan yang lebih tinggi yaitu >20 bar (Claeson et al.,1993). Morfologi partikel
dalam kolom MPLC di desain untuk memiliki kapasitas muatan yang besar serta
mampu memisahkan senyawa hingga menghasilkan senyawa dengan kemurnian
yang lebih tinggi baik menggunakan metode fasa terbalik atau pun fasa normal.
Metode pemisahan sampel yang paling umum digunakan adalah fasa terbalik
(fasa gerak lebih polar dari fasa diam), meskipun mekanisme pemisahan fasa
normal (fasa diam lebih polar dari fasa gerak) juga bias digunakan (Aguilar,
2008).
22
K. Karakterisasi Senyawa
1. Liquid Chromatography Mass Spectrophotometer (LC-MS)
Spekrofotometer massa dianggap sebagai alat standar di laboratorium analitis
untuk mengkarakterisasi struktural dan menghitung nilai-nilai berat molekul (m/z)
hadir dalam sampel tanaman senyawa yang dikenal dan tidak diketahui. Analisis
secara kualitatif dilakukan oleh menghitung massa dan informasi struktural yang
relevan mereka sedangkan kuantifikasi dicapai oleh hubungan antara puncak dan
kandungan senyawa yang mewakili puncak (Pang et al., 2016). MS dibagi
menjadi tiga langkah: ionisasi, massa analisis dan deteksi. Sampel terionisasi
ketika diinjeksi ke spektrometer massa dan massa molekul senyawa dihitung
berdasarkan rasio m/z. Resolusi, kisaran massa, tingkat pemindaian dan batas
deteksi adalah komponen kunci yang diperlukan untuk pemilihan saat
menganalisis berat senyawa.
Pola fragmentasi ion-ion sebagian besar ditentukan oleh electron spray ionization
(ESI) dan tekanan atmosfer ionisasi kimia (APCI). Kedua mode ionisasi
menyediakan pola fragmentasi cepat dan lengkap dengan hasil yang komprehensif
terhadap komposisi senyawa metabolit yang dianalisis. ESI adalah metode
pilihan dalam analisis produk alami. Mode ESI kebanyakan digunakan untuk
analisis LC-MS Metabolit sekunder dari tanaman. Mode ini merupakan teknik
ionisasi yang mampu menghasilkan pola fragmentasi melalui energi listrik, yang
memungkinkan ion-ion itu untuk mentransfer dari cair ke fase gas sebelum
dianalisis dalam spektrometer massa. Kedua mode ionisasi positif dan negatif
23
yang digunakan dalam analisis produk alam seperti flavonoid. (Cuyckens and
Cleys, 2006).
LC-MS menjadi pilihan yang paling banyak digunakan pada penelitian produk
bahan alam karena dapat mengidentifikasi dan memprediksi secara tepat berat
molekul senyawa dari sejumlah kecil sampel ekstrak dengan konsentrasi rendah
(Harbone, 1998). Asam hidroksi benzoat dan hidroksi sinamat adalah asam
fenolik yang paling umum dalam sebagian besar spesies tanaman. Asam-asam ini
memiliki struktur dasar yang sama, tetapi memiliki perbedaan dalam hal jumlah
gugus hidroksi yang menempel pada cincin benzena. Perbedaan letak gugus
hidroksi menyebabkan perbedaan polaritas dan kelarutan senyawa. Asam hidroksi
sinamat ditemukan berkonjugasi dengan amida, amina, asam amino, Ester,
terununan gula dan glikosida. Komponen tanaman mengandung senyawa-senyawa
ini dengan tingkat kemiripan struktural yang membuat pemisahan menjadi lebih
sulit. Oleh karena itu, diperlukan ketelitian dalam memilih fase gerak dan fase
diam (Teixeira et al., 2013).
MS sangat berguna untuk menentukan ketepatanberat molekul asam fenolik yang
dipisahkan dari RP-HPLC. Metode ini memungkinkan simultan waktu retensi
puncak senyawa yang terisolasi dan penentuan data MS selama analisis.
Pemisahan flavonoid pada RP-HPLC didasarkan pada hydrophobicity. Variasi
selektivitas diamati berdasarkan sifat fase stasioner, jumlah karbon, dan muatan
senyawa. Perbedaan kelasflavonoid terelusi menurut urutan sebagai berikut:
flavanols < flavanones < flavonols < flavones. Waktu retensi meningkat dengan
sejumlah besar kelompok-kelompok metoksi dan menurun dengan sejumlah besar
24
kelompok hidroksil melekat pada rangka flavonoid. Kedua sistem gradien elution
(biner dan Isocratic) yang digunakan dalam analisis flavonoids, tetapi sistem
isocratik gradien memiliki keterbatasan. Jenis flavonoid glikosilasi sedikit
mengurangi waktu retensi, dimana senyawa teralisasi meningkatkan waktu elusi
selama proses analisis RP-HPLC (Annie et al., 2013).
Deteksi flavonoid tergantung pada sifat kimia dan kepekaan analit yang
digunakan. Beberapa senyawa yang teridentifikasi berdasarkan waktu retensi
referensi standar dan UV penyerapan spektrum. Dua senyawa mungkin
berhubungan dekat dan terelusi pada waktu yang sama tetapi dipisahkan
berdasarkan perbedaannya di spektra penyerapan melalui beberapa sistem deteksi
panjang gelombang. Asetonitril dan metanol tidak bersifat mengganggu selama
deteksi UV-Vis penyerapan pita 240– 285 nm dan 300-560 nm dan cincin B
flavonoid. Dalam kasus flavones, pola substitusi hidroksi dan kelompok-kelompok
metoksi dan jenis-jenis glikosida (C atau O-glikosida) memiliki variasi rentang
panjang gelombang kedua pita (Annie et al., 2013).
MS menyediakan informasi struktur senyawa fenolik dengan mengidentifikasi
pola substituen antara cincin A dan B (Mandal et al., 2010). LC-MS menjadi
metode yang efisien terhadap analisis flavonoid, terutama bagi flavonoid glikosida
dan senyawa terasilasi. Identifikasi senyawa ini dicapai melalui karakterisasi
struktural dengan menghitung massasenyawa untuk rasio (m/z). ESI dan APCI
adalah sumber ideal ionisasi yang digunakan dalam analisis flavonoid. Kopling
HPLC dengan MS dimungkinkan melalui sumber-sumber ionisasi ini (Villers et
al.,2016).
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli 2018 – Mei 2019 di Unit Pelaksana
Teknis Laboratorium Terpadu dan Sentra Inovasi Teknologi (UPT-LTSIT),
Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah gelas kimia, Erlenmeyer,
gelas ukur, pipet tetes, seperangkat alat KLT dengan plat kaca Silika Gel 60 F254,
lampu UV Kohler, serta alat instrumentasi seperti neraca analitik Kern ABJ,
seperangkat alat Vacuum Rotary Evaporator Buchi Vacum Pump V-700
Buchi/R205, MPLC (Medium Pressure Liquid Chromatography)
(Buchi/Sepacoterm) dengan kolom Silika Gel 60 F254 (0.063-0.200 mm) Merck
dan kolom Sephadex LH-20, MPLC dilengkapi dengan detektor photo diodearray
(PDA),satu set alat potensiostat (eDAQ Pty Ltd) yang terdiri dari elektrodakerja
emas (Au), elektroda referensi Ag/AgCl, elektroda bantu platina (Pt), dan
selelektrokimia berukuran 2,5 mL dan karakterisasi struktur menggunakan Liquid
Chromatography Mass Spectrophotometry (LCMS).
26
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah daun tanaman pecut kuda
(Stachytarpheta jamaicensis), etanol (EtOH), etil asetat (EtOAc), isopropil
alkohol (IPA), n-heksana, metanol (MeOH), akuades, akuapure, AlCl3, pereaksi
serium sulfat Ce(SO4)2.
C. Prosedur Penelitian
Adapun skema dari prosedur penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 7.
1. Persiapan Sampel
Sampel daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis) diambil di daerah Way
Kandis dibersihkan kemudian sampel dikering-anginkan tanpa dikenai sinar
matahari secara langsung.
2. Ekstraksi
Sampel daun pecut kuda (Stachytarpheta jamaicensis)kering kemudian dimaserasi
menggunakan EtOH (Ololade, 2017) hinga terendam seluruhya di dalam wadah
kaca besar. Proses maserasi ini dilakukan selama 24 jam. Maserat hasil maserasi
digabung dan dipekatkan dengan VacuumRotary Evaporator sampai terbentuk
ekstrak pekat pada tekanan 60 mbar dan suhu 400C dan dihitung berat ekstrak
yang terbentuk.
3. Kromatografi Lapis Tipis
Analisis komponen flavonoid dalam ekstrak etanol daun pecut kuda
(Stachytarpheta jamaicensis) ditentukan dengan menggunakan kromatografi lapis
27
tipis. Pada tahap awal, ekstrak pekat sampel ditotolkan pada plat KLT jenis Silika
Gel F254, kemudian dielusi menggunakan variasi pelarut. Hasil elusi selanjutnya
diuji dengan pereaksi spesifik meliputi AlCl3 dalam 1% MeOH untuk deteksi
flavonoid (Markham, 1988), dan Ce(SO4)2 untuk mengetahui komponen lain yang
terdapat didalam sampel. Hasil bercak yang teramati dari masing-masing pereaksi
tersebut kemudian ditentukan nilai Rf nya.
4. Partisi
Ekstrak etanol daun pecut kuda dipartisi menggunakan modifikasi metode (Abu,
2017) ekstrak pekat daun mula-mula dipartisi menggunakan pelarut n-heksana
dan air untuk memisahkan komponen nonpolar dan polar. Kemudian fraksi air
yang diperoleh dipartisi lebih lanjut menggunakan EtOAc untuk memisahkan
komponen semipolar dan polar. Setelah diperoleh ketiga fraksi, masing-masing
fraksi dipekatkan menggunakan rotary evaporator buchi/R210 dan ditimbang.
Identifikasi flavonoid masing-masing fraksi dilakukan menggunakan uji KLT
dengan pereaksi AlCl3-MeOH yang dideteksi dibawah lampu UV 366nm
(Markham, 1988). Fraksi yang menunjukan hasil positif flavonoid selanjutnya
difraksinasi menggunakan kromatografi kolom.
5. Fraksinasi Menggunakan Kromatografi Kolom
Fraksinasi dilakukan menggunakan silika sebagai fase diam dan variasi pelarut n-
heksana dan IPA. Untuk memonitoring adanya senyawa flavonoid pada masing-
masing fraksi, dilakukan uji KLT menggunakan AlCl3-MeOH yang dideteksi
dibawah lampu UV 366nm (Markham, 1988) dan Ce(SO4)2 untuk mengetahui
28
adanya komponen lain selain flavonoid. Fraksi yang menunjukan uji positif
flavonoid selanjutnya dilakukan pemurnian lebih lanjut dilakukan menggunakan
MPLC dengan kolom Sephadex LH-20 (Naumann et al., 2014).
D. Pengukuran Aktivitas Antioksidan Menggunakan Metode Voltammetri
Siklik
Fraksi positif flavonoid yang diperoleh diuji aktivitas antioksidan menggunakan
voltammetri siklik berdasarkan modifikasi metode Masek et al., (2011).
Pengukuran antioksidan dilakukan menggunakan metode voltammetri siklik pada
alat potensiostat-galvanostat (eDAQ Pty Ltd) dengan sistem tiga elektroda, yang
terdiri dari elektroda Au, elektroda referensi Ag/AgCl, elektroda bantu platina
(Pt), dan selelektrokimia berukuran 2,5 mL. Mula-mula elektroda kerja dipelitur
menggunakan bubuk alumina lalu dibersihkan menggunakan metalographic
polishing cloth. Masing-masing elektroda kemudian dibilas menggunakan MeOH
Pa, untuk sel elektrokimia 2,5 mL dilakukan pencucian menggunakan MeOH Pa
dan disonikasi selama 5 menit.
1. Pembuatan Larutan Uji 2000 ppm
Larutan uji 2000 ppm (2 mg/mL) dibuat dengan cara mengambil 0,5 mL
larutan stok 10 mg/mL, kemudian ditambahkan MeOH hingga volume
menjadi 2,5 mL.
29
E. Karakterisasi Senyawa Flavonoid
1. LC-MS
Sampel dianalisis berdasarkan modifikasi metode Molyneux et al., (2002),
senyawa flavonoid dapat diidentifikasi dengan Electrospray Ionization (EI)
dalam mode filament-ion. Instrumen LC MS yang digunakan dengan jenis
XEVO-G2SQ TOF dengan gradien pelarut air dan asetonitril. Pengukuran diukur
menggunakan metode negative mode.
30
Gambar 7. Skema prosedur penelitian
Daun Kering
- Maserasi EtOH 24 jam
- Pemekatan menggunakan
- Rotary evaporator
- Uji KLT
- Pemisahan menggunakan kolom SiO2
Fraksi Heksana Fraksi Air Fraksi Etil Asetat
- Uji KLT
- Partisi
F1, F2, F3,.....Fn
F1, F2, F3,.....Fn
- Uji KLT
- Pemisahan menggunakan MPLC
- Uji KLT
- Pemisahan menggunakan kolom
SiO2
Nilai Oksidasi
Berat Molekul
Ekstrak Pekat EtOH
Isolat Flavonoid
Voltammetri
LC-MS
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa
ekstrak air daun tanaman pecut kuda mengandung senyawa Flavonoid.
Kemudian, berhasil dilakukan isolasi senyawa flavonoid dari daun tanaman pecut
kuda Stahytarpheta jamaicensis diduga dimer jenis katekin berdasarkan infomasi
LC-MS m/z 811 (C42H34O17). Ekstrak air daun tanaman memiliki aktivitas
antioksidan ditunjukkan pada voltammetri siklik pada nilai Epa= 0,5 V pada
konsentrasi 2000 ppm. Isolat flavonoid akhir memiliki aktivitas antioksidan pada
Epa1 0,3 V dan Epa2 0,6 V pada konsentrasi 2000 ppm. Hal ini mengindikasikan
bahwa ekstrak air dan isolat FdA4m4KB memiliki kapasitas sebagai agen
antioksidan.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan perlu adanya kajian lebih lanjut
analisis struktur menggunakan NMR, serta perlu dilakukan uji antioksidan lebih
lanjut menggunakan variasi metode.
DAFTAR PUSTAKA
Abbasoglu, S.D., Kanbagli, J., Balkan, G.A., Toker., and Uysal. 2001. The
Protective Effect Of Taurine Against Thioacetamide Hepatotoxicity Of
Rats. Human and experimental Toxicology. 20: 23-27
Abdollahi, M., Akram, R., Shanin, S., Shekoufeh, N., and Ali, R. 2004. Pesticides
and Oxidative Stress: A Review. Med.Sci.Monit. 10(6): 141-147.
Abu, F., Taib, C.N.M., Moklas, M.A.M., and Akhir, S.M. 2017.Antioxidant
Properties of Crude Extract, Partition Extract, and Fermented Medium of
Dendrobium sabin Flower. Evidance-Based Complementary and Alternative
Medicine. 2907219:1-9.
Achmad, S. 1986. Kimia Organik Bahan Alam, Materi 4: Ilmu Kimia. Flavonoid.
Karunika Universitas Terbuka. Jakarta.
Acker, V.S., Berg, D.J., Tromp, M.N., Griffioen, D.H., and Bast, A. 1996.
Structural Aspects Of Antioxidant Activity Of Flavanoids. Free Radic. Biol.
Med. 20(3): 331-342
Aguilar, M. 2008. Reversed-Phase High-Performance Liquid Chromatography.
Springer-Verlag. New York. Pp 395.
Alvarez, J. M., Leiro., Rodriguez, M., and Orallo, F. 2004. Inhibitory Effects Of
Leaf Extracts Of Stachytarpheta Jamaicensis (Verbenaceae) On The
Respiratory Burst Of Rat Macrophages.PhytotherapyResearch. 18(6)457–
462.
Annie, B., Ogegbo, Z.T., and Wang. 2013. Flavonoids by HPLC. Natural
Products. 21072144.
Awouafack, M.D., Tane, P., and Morita, H. 2017. Tricalycoside, a New
Cerebroside from Tricalysia coriacea (Rubiaceae). Chemistry and
Biochemistry. 15(1) 1-5.
Backer, A and Brink, V.D. 1965. Flora of Java (Spermatophytes Only) Volume
I.N.V.P. The Nederlands, Noordhoff-Groningen.
47
Bi W., He, C., Ma, Y., Shen, J., Zhang, L. H., Peng, Y., and Xiao, P. 2016.
Investigation of Free Amino Acid, Total Phenolics, Antioxidant Activity
and Purine Alkaloids To Assess The Health Properties Of Non-Camellia
Tea. Acta Pharmaceutica Sinica B. 6(2) 170181.
Bors, W., Heller, C., Michel and M. Sara. 1990. Flavonoids asAntioxidants :
Determination On Radical Scavenging. Meth.enz.mol. 343-355.
Burns, J., Gardner , P.T., O’Neil, J., Crawford, S., Morecroft, I., McPhail, D.B.,
Lister, C., Matthews, D., MacLean, M.R., Lean, M.E., Duthie, G.G., and
Crozier. 2000. Relationship Among Antioxidant Activity, Vasodilation
Capacity, and Phenolic Content Of Red Wines. J Agric Food Chem. 48:220.
Claeson, P., Tuchinda, P., and Reutrakul, V. 1993. Some Empirical Aspect Use of
Flash Chromatography and Medium Pressure Liquid Chromatography for
the Isolation of Biologically Active Compounds from Plants.
J.Sci.Soc.Thailand.19:73-86.
Cuyckens, M., and Claeys. 2004. Mass Spectrometry in The Structural Analysis
of Flavonoids, J. Mass. Spectrom.39:1–15.
Dalaen, S.M.A., and Aiman, I. 2014. Oxidative stress versus antioxidants.
American Journal of Bioscience and Bioengineering. 2(5):60-71.
Fernandes, I., Perez, G.R., Soaeres, S., Mateus, N., and Freitas, V. 2017. Wine
Flavonoids in Health and Disease Prevention. molecules. 22:229.
Ghica, M.E and Brett, A.M. 2003. Electrochemical Oxidation of Quercetin.
Electroanalysis.15:1745–1750.
Gritter, R.J., Bobbitt dan Schwarting, A.E. 1991. Pengantar Kromatografi. Alih
Bahasa Kosasih Padmawinata.ITB.Bandung.
Halliwell, B. 2007. Biochemistry of Oxidative Stress. Biochem Soc Trans.
35:1147–1150.
Harborne, J. 1998. Phytochemical Methods: a Guide to Modern Techniques of
Plant Analysis, Chapman and Hall.
Harvey, D. 2000. Modern Analytical Chemistry. McGraw-Hill.New York
Hostettmann, K., and Terreaux C. 2000. Medium-Pressure Liquid
Chromatography. Academic Press. University of Lausanne.
Idu, J. E., Ataman, A., Akhigbe, O.E., Omogbai, K.I., Amaechina, F., and Odia,
E.A. 2006. Effect of Stachytarpheta jamaicensis L. (Vahl.) on Wistar rats:
Serum Biochemistry and Ultrasonography. Journal of Medical Sciences.
64:646–649.
48
Jagadish and Gopalkrishna, B. 2008. Evaluation Of Analgesic Activity Of
Different Extracts of Stachytarpheta indica L. (Vahl).Biomed. 3(3-4):229–
233.
Jovanovic, S., Steeden, S., Mihajlo, T., Marjanovic, B., and Michael, G. 1994.
Flavonoid as Antioxidant .J. Am.Chem. 116:4846-4851.
Ju, Y.H., Calista, T., Putro, J.N., Nugraha, A.T., and Ismadji, S. 2015.
Supercritical CO2 Extraction Of Bioactive Compounds From
Stachytarpheta Jamaicensis (L) Vahl. Int.Food.Res.Jour. 23 (5): 2144-2150.
Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Diterjemahkan oleh A.
Saptorahardjo.Universitas Indonesia.Jakarta. 84-311
Korotkova, E.I., Avramchik, O.A, Plotnikov, E.V, Lukina, A.N, and Karbainov,
Y.A. 2005. Antioxidant and Electrochemical Properties of Calcium and
Lithium Ascorbates. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis.
37:1149–1154.
Korotkova, E.I., Karbanov, Y.A., and Shevchuk, A.V. 2002. Study of Antioxidant
Properties by Voltammetri. Journal of Electronical Chemistry. Polandia.
Kosanovic, M.M., Seruga, M., Jakobek, L., and Novak, I. 2010. Electrochemical
and Antioxidant Properties of (+)-Catechin, Quarcetin and Rutin. Croat.
Chem. Acta. 83(2):197-207.
Lemanska, K., Szymusiak, H., Tyrakowska, B., Zielinski, R., Soffers, A.E.M.F.,
and Rietjens, I.M.C.M. 2001. The Influence of pH On The Antioxidant
Properties And The Mechanism Of Antioxidant Action Of
Hydroxyflavones. Free Radic Biol Med. 31:869–881
Lien, E., Ren, S., Bui, H., and Wang, R. 1999. Quantitative Structure-Activity
Relationship Analysis Of Phenolic Antioxidants. Free Radical Biology and
Medicine. 26: 285–294.
Lovrić, K.Š., and Jovanović, N.I. 2016. Abrasive Stripping Square Wave
Voltammetri Of Some Natural Antioxidants. Int J Electrochem Sci.11:836-
42.
Macedo, J.A., Battestin, V., Ribeiro, M.L., and Macedo, G.A. 2017. Increasing
The Antioxidant Power Of Tea Extracts By Biotransformation Of
Polyphenols. Food Chemistry. 126(2): 491-497.
Mandal, D., Chakraborty, S., and Dey. 2010. Phenolic Acids As A Signalling
Molecule In Plant-Microbe Symbioses. Plant Signal Behav. 5:359–368.
49
Manitto, P. 1992. Biosintesis Produk Alami. Alih Bahasa Koensoemardiyah IKIP
Semarang Press. Semarang.
Markham, K.R.1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid, diterjemahkan oleh
Kosasih Padmawinata. Penerbit ITB. Bandung.
Markovic, Z.S., Mentus, S., and Markovic. J. M. D. 2007. Electrochemical and
Density Functional Theory Study on The Reactivity of Fisetin and Its
Radicals: Implications On In Vitro Antioxidant Activity. J. Phys. Chem. A.
113:14170–14179.
Masek, A., Zaborski, M., and Chrzescijanska, E. 2011. Electrooxidation of
Flavonoids At Platinum Electrode Studied By Cyclic Voltammetri. Food
Chem. 127: 699-704.
Masek, A., Chrzescijanska, E., and Zaborski, M. 2014. Electrochemical Properties
of Catechin in Non-Aqueous Media. Int. J. Electrochem. Sci. 10:2504 –
2514.
Matsuo, Y., Tanaka, T., and Kuono, I. 2010. Chemistry of Secondary Polyphenols
Produced During Processing of Tea and Selected Foods. Int.J.Mol.Sci.
11:14-40.
McChesney, J.D., Venkataraman, S.K., and Henri, J.T. 2007. Plant Natural
Products: Back To The Future Or Into Extinction. Journal of Phytochem.
68:2015-2022.
Mikelova, R., Hodek, P., Hanustiak, P., Adam, V., Krizkova, S., Havel, L.,
Stiborova, M., Horna, A., Beklova, M., Trnkova, L., and Kizek, R. 2005.
Determination Of Isoflavones Using Liquid Chromatography With
Electrochemical Detection. Acta Chim. Slov. 54:92–97.
Molyneux, R. J., Gardner, D. R., James, L. F., and Colegate, S. M. 2002.
Polyhydroxy Alkaloids: Chromatographic Analysis. Journal of
Chromatography A, 967(1), 57–74.
Mursidi, A. 1990. Analisis Metabolit Sekunder Cetakan I. PAO Bioteknologi.
Universitas Gadja Mada.Yogyakarta.
Naumann, H.D., Hagerman, A.E., Lambert, B.D., Muir, J.P., Tedeschi, L.O., and
Kothmann, M.M. 2014. Molecular Weight and Protein-Precipitating Ability
Of Condensed Tannins From Warm-Seasonperennial Legumes. Journal of
Plant Interactions. 9(1), 212-219.
Okoronkwo and Echeme, J. 2015. Isolation and Characterization of Compound
from Stachytarpheta cayannensis Leaves.Chemistry Journal. 1(3). 74-80.
Ololade, Z.S., Ogunmola, O.O., Kuyooro, S.E. and Abiona, O.O. 2017.
Stachytarpheta jamaicensis Leaf Extract: Chemical Composition,
50
Antioxidant, Anti-Arthritic, Anti-Inflammatory and Bactericidal Potentials.
Journal of Scientific and Innovative Research. 6(4), 119-125.
Pang, Y., Zhu, L., and Lu, Z. 2016. The Applications and Features of Liquid
Chromatography-Mass Spectrometry in The Analysis Of Traditional
Chinese Medicine.Evid. Based Complement. Altern. Med. 3837270.
Pham-Huy, L.A., He, H., and Pham-Huy, C. 2008. Free radicals, Antioxidants In
Disease And Health. Int J Biomed Sci. 4:89–96.
Phull, A.R., Nasir, B., Haq, I.U., and Kim, S.J. 2017. Oxidative Stress,
Consequences and ROS Mediated Cellular Signaling In Rheumatoid
Arthritis. Chem Biol Interact. 281:121–136.
Pingitore, A., Lima, G.P., Mastorci, F., Quinones, A., Iervasi, G,. And Vassalle C.
2015. Exercise And Oxidative Stress: Potential Effects of Antioxidant
Dietary Strategies in Sports. Nutrition. 31:916–922.
Putera and Shazura, K.A. 2010. Antimicrobial Activity and Cytotoxiceffects Of
Stachytarpheta Jamaicensis (L.) Vahl Crude Plant Extract.Universiti
Teknologi Malaysia. Malaysia.
Rene, A., Abasq, M.L., Hauchard, D., and Hapiot, P. 2010. How Do Phenolic
Compounds React Toward Superoxide Ion? A Simple Electrochemical
Method For Evaluating Antioxidant Capacity. Anal Chem. 82: 8703-8710.
Rosende, C.G., Diaz, L.S., and Antunez, M.I. 2011. Spectrophotometric
Identification Of Anthocyanin Pigments From “Maqui” Fruits (Aristotelia
chilensis, Mol, Stuntz). Food Chem. 24:538-550.
Santos, M.R., and Mira, L.2004.Protection By Flavonoids Against The
Peroxynitrite-Mediated Oxidation Of Dihydrorhodamine. Free Radic Res.
38:1011–1018.
Sastrohamidjojo, H. 1990. Kromatografi. Liberty. Yogyakarta.
Sendker, J., Petereit, F., Lautenschlager, M., Hellenbrand, N., and Hensel, A.
2013. Phenylpropanoid-Substituted Procyanidins and Tentatively Identified
Procyanidin Glycosides From Hawthorn (Crataegus spp.). Planta
med.79(01):45-51.
Seyit, Y., James, B., and Xie, D.Y. 2018.HPLC-qTOF-MS/MS-Based Profiling of
Flavan-3-ols and Dimeric Proanthocyanidins in Berries of Two Muscadine
Grape Hybrids FLH 13-11 and FLH. molecules. 8.57.
Singh, R. 2015. Medicinal Plants: A Review. Journal of Plant Sciences. 3:1-5.
Sivaranjani, K., Ramakrishnan and Bhuvaneswari, G. 2014. Pharmacognostic
Studies On Root Of Stachytarpheta jamaicensis. International Letters of
Natural Sciences. 8(2):100–105.
51
Steve, M.C and Russell, J.M. 2008.Bioactive Natural Products. 2nd edition.CRC
Press.
Sulaiman, Z.A., Zakaria, H.S., Chiong, S.K., Lai, D.A., Israf, and Azam, T.M.
2009. Antinociceptive and Anti-Inflammatory Effects of Stachytarpheta
jamaicensis (L.) Vahl (Verbenaceae) In Experimental Animal Models.
Medical Principles and Practice. 18(4)272–279.
Teixeira, A., Gaspan, E.M., and Garrido. 2013. Hydroxycinnamic Acid
Antioxidants: an Electrochemical Overview. Biomed. Res. Int. 251754.
Valko, M., Leibfritz, D., Moncol, J., Cronin, M.T., Mazur, M., and Telser, J.
2007. Free radicals and Antioxidants In Normal Physiological Functions
and Human Disease. Int J Biochem Cell Biol.39:44–84.
Villiers, P., Venter. H., and Pasch. 2016. Recent Advances and Trends in The
Liquid Chromatography-Mass Spectrometry Analysis of Flavonoids, J.
Chromatogr. A. 1430:16–78.
Wagner, H and Bladt, S.1996. Plant Drug Analysis A Thin Layer
Chromatography Atlas 2nd Edition. Springer-Verlag. Berlin.
Wan-Yi, Gu., Na, Li., Elaine, L.H., Hua, Z.,Guo, A.L., Liang, L., and Jian, W.
2015. Metabolites Software-Assisted Flavonoid Hunting in Plants Using
Ultra-High Performance Liquid Chromatography Quadrupole-Time of
Flight Mass Spectrometry. molecules. 20.3955-3971.
Wikanta, T., Januardan, H.D., and Nursed, M. 2005. Uji Aktivitas Antioksidan,
Toksisitas dan Sitotoksisitas Ekstrak Alga Merah Rhodymenia Palmate.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia.11(4): 12-25.
Winarsi, H.2007. Antioksidan alami dan Radikal Bebas.Kanisius.Yogyakarta.
Wu, C., Zhao, W., Yu, J., Li, S., Lin, L., and Chen, X. 2014. Induction of
Ferroptosis and Mitochondrial Dysfunction By Oxidative Stress In PC12
cells. Sci Rep. 8:574.
Wu, Q., Wang, X., Nepovimova, E., Wang, Y., Yang, H., Li, L., Zhang, X., and
Kuca K. 2017. Antioxidant Agents Against Trichothecenes: New Hints For
Oxidative Stress Treatment. Oncotarget. 8:110708–110726
Yeung, A.W.K., Tzvetkov, N.T., Bungau S.G., Daim M.A., and Atanasov, A.G.
2019. Antioxidants: Scientific Literature Landscape Analysis. Oxidative
Med and Cell Longevity. pp 1-11.
Yoshikawa, T and Naito, Y. 2002. What Is Oxidative Stress. JMAJ. 45(7) : 271-
276.
52
Yosuke, M., Yusuke, F., Sachiko, O., Takashi, T., Hideaki, H., Takanori, K.,
Hiroshi, S., Shoko, N., and Isao, K. 2010. Chemical Constituents Of The
Leaves Of Rabbiteye Blueberry (Vaccinium Ashei) and Characterization Of
Polymeric Proanthocyanidins Containing Phenylpropanoid Units and A-
Type Linkages.Food Chemistry. 121(4).1073-1079.
Zhang, D., Chu, L., Liu, Y., Wang, A., Ji, B., Wu, W., Zhou, F., Wei, Y., Cheng,
Q., Cai, S., Xie, L., and Jia, G. 2011. Analysis Of The Antioxidant Activity
Capacities Of Flavonoids Under Different Spectrophotometric Assays Using
Cyclic Voltammetri and Density Functional Theory. J Agr Food Chem. 59:
10277-10285.
Zhou, A., Kikandi, S., and Sadik, O. 2007. Electrochemical Degradation Of
Quercetin: Isolation and Structural Elucidation Of The Degradation
Products. Electrochem. Commun. 9:2246–2255.
Zielinska, D., and Pierozynski B. 2009. Electrooxidation of Quercetin at Glassy
Carbon Electrode Studied by a.c. Impedance Spectroscopy. J.
Electroanal.Chem. 625:149–155.