14
1 ANALISIS PELANGGARAN MAKSIM SEBAGAI STRATEGI PERSUASI DALAM FILM MADAGASCAR 3: EUROPE’S MOST WANTED: SEBUAH ANALISIS PRAGMATIK Ratih Winanti Rahayu dan Diding Fahrudin Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Sebagai makhluk sosial, kita tidak dapat dipisahkan dari komunikasi dan interaksi sosial dengan orang lain. Seperti yang telah kita ketahui, untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, kita membutuhkan bahasa. Bahasa merupakan elemen penting dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Sebagai alat komunikasi dalam interaksi sosial, bahasa juga berperan penting dalam menjaga hubungan sosial di antara pemakainya. Dalam berkomunikasi, terdapat prinsip-prinsip kerjasama yang mengatur kita dalam berkomunikasi. Prinsip-prinsip kerjasama tersebut terdiri dari beberapa maksim. Namun, dalam prosesnya, kita seringkali melanggar maksim-maksim tersebut dengan tujuan sebagai strategi menarik perhatian kawan bicara. Dalam film Madagascar 3: Europe’s Most Wanted terdapat banyak pelanggaran maksim sebagai strategi persuasi. Dengan menggunakan teori implikatur percakapan, teori retorik, dan teori-teori lain, seperti teori kesantunan, teori co-active persuasion, dan teori relasi kuasa, akan membantu untuk menganalisis pelanggaran maksim sebagai strategi persuasi. Temuan dari penelitian ini adalah pelanggaran maksim dapat digunakan sebagai strategi persuasi. The Analysis of Flouting Maxims as a Persuasion Strategy on Madagascar 3: Europe’s Most Wanted: A Pragmatic Analysis Abstract As social beings, we cannot be separated from social interaction and communication. We need to interact and communicate with other people. As we all know, to communicate and interact with other people, of course, we need a language. Language is foremost a means of communication and interaction. As a communication tool in social interaction, language is also important in keeping a good social relation among language users. There are cooperative principles which control us in the way we communicate with others. The cooperative principles contain some maxims. Yet, in the middle of conversation, we usually flout or violate the maxims in order to attract the hearers. In the movie Madagascar 3: Europe’s Most Wanted, there are so many flouts of maxims or exploit of maxims which is done by Alex, Marty, Melman, and Gloria as a persuasion strategy. Using conversational implicature theory, rhetoric theory, and some theories like politeness theory, co-active persuasion theory, and power relation theory will help to analyze this research on the use of flouting maxims and violating maxims as persuasion or rhetoric strategy. The finding of this research is that flout of maxims or exploit of maxims can be used as persuasion strategies. Keywords: pragmatics, communication, conversational implicature, rhetoric, persuasion Pendahuluan Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat dipisahkan dari komunikasi dan interaksi sosial. Kita selalu ingin berhubungan dengan manusia lainnya karena kita ingin mengetahui keadaan di lingkungan sekitarnya. Hal tersebut sesuai dengan pengertian komunikasi menurut Webster New Collogiate Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013

ANALISIS PELANGGARAN MAKSIM SEBAGAI STRATEGI …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS PELANGGARAN MAKSIM SEBAGAI STRATEGI …

1

ANALISIS PELANGGARAN MAKSIM SEBAGAI STRATEGI PERSUASI

DALAM FILM MADAGASCAR 3: EUROPE’S MOST WANTED: SEBUAH

ANALISIS PRAGMATIK

Ratih Winanti Rahayu dan Diding Fahrudin

Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus Universitas Indonesia, Depok,

16424, Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Sebagai makhluk sosial, kita tidak dapat dipisahkan dari komunikasi dan interaksi sosial dengan orang lain. Seperti

yang telah kita ketahui, untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, kita membutuhkan bahasa. Bahasa

merupakan elemen penting dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Sebagai alat komunikasi dalam interaksi sosial,

bahasa juga berperan penting dalam menjaga hubungan sosial di antara pemakainya. Dalam berkomunikasi, terdapat

prinsip-prinsip kerjasama yang mengatur kita dalam berkomunikasi. Prinsip-prinsip kerjasama tersebut terdiri dari

beberapa maksim. Namun, dalam prosesnya, kita seringkali melanggar maksim-maksim tersebut dengan tujuan sebagai

strategi menarik perhatian kawan bicara. Dalam film Madagascar 3: Europe’s Most Wanted terdapat banyak pelanggaran maksim sebagai strategi persuasi. Dengan menggunakan teori implikatur percakapan, teori retorik, dan

teori-teori lain, seperti teori kesantunan, teori co-active persuasion, dan teori relasi kuasa, akan membantu untuk

menganalisis pelanggaran maksim sebagai strategi persuasi. Temuan dari penelitian ini adalah pelanggaran maksim

dapat digunakan sebagai strategi persuasi.

The Analysis of Flouting Maxims as a Persuasion Strategy on Madagascar 3: Europe’s Most

Wanted: A Pragmatic Analysis

Abstract

As social beings, we cannot be separated from social interaction and communication. We need to interact and communicate with other people. As we all know, to communicate and interact with other people, of course, we need a

language. Language is foremost a means of communication and interaction. As a communication tool in social

interaction, language is also important in keeping a good social relation among language users. There are cooperative

principles which control us in the way we communicate with others. The cooperative principles contain some maxims.

Yet, in the middle of conversation, we usually flout or violate the maxims in order to attract the hearers. In the movie

Madagascar 3: Europe’s Most Wanted, there are so many flouts of maxims or exploit of maxims which is done by

Alex, Marty, Melman, and Gloria as a persuasion strategy. Using conversational implicature theory, rhetoric theory, and

some theories like politeness theory, co-active persuasion theory, and power relation theory will help to analyze this

research on the use of flouting maxims and violating maxims as persuasion or rhetoric strategy. The finding of this

research is that flout of maxims or exploit of maxims can be used as persuasion strategies.

Keywords: pragmatics, communication, conversational implicature, rhetoric, persuasion

Pendahuluan

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat

dipisahkan dari komunikasi dan interaksi sosial. Kita

selalu ingin berhubungan dengan manusia lainnya

karena kita ingin mengetahui keadaan di lingkungan

sekitarnya. Hal tersebut sesuai dengan pengertian

komunikasi menurut Webster New Collogiate

Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013

Page 2: ANALISIS PELANGGARAN MAKSIM SEBAGAI STRATEGI …

2

Dictionary yang dikutip oleh Riswandi dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi yaitu suatu proses

pertukaran informasi di antara individu – individu

melalui sistem lambang – lambang, tanda – tanda, atau

tingkah laku (2009).

Communication is a process by which information

is exchanged between individuals through a common

system of symbols, signs, or behavior (the function of

pheromones in insect communication)

(http://www.merriam-

webster.com/dictionary/communication)

Dengan kata lain, komunikasi adalah suatu transaksi

simbolik yang mendorong orang–orang untuk

mengatur lingkungannya dengan membangun

hubungan antar sesama manusia, melalui pertukaran

informasi, serta mengubah sikap dan tingkah laku itu

(Book dalam Cangara: 2006, 19). Komunikasilah yang

memungkinkan terjadinya suatu sistem sosial atau

masyarakat. Dalam proses komunikasi, terdapat suatu

proses hubungan timbal balik antara penutur (speaker)

dan pendengar (listener) yang mengakibatkan

terjadinya suatu proses interaksi. Kita mengetahui bahwa bahasa merupakan hal utama dalam

berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia

lainnya. Menurut para ahli linguistik, bahasa adalah

sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan

oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam

bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri

(Kridalaksana: 2007, 3).

Seperti yang telah disebutkan di atas, manusia

membutuhkan bahasa dalam berkomunikasi. Bahasa

adalah elemen penting dalam berkomunikasi, dan komunikasi sangat berhubungan dengan interaksi

sosial. Sebagai alat komunikasi dalam interaksi sosial,

bahasa juga berperan penting dalam menjaga hubungan

sosial di antara pemakainya. Sebagai pengguna bahasa,

manusia harus mengetahui cara berbahasa yang baik

supaya hubungan antar sesama pengguna bahasa dapat

tercipta dan terpelihara dengan baik. Selain itu, tujuan

komunikasi dapat tercapai dengan baik dan efektif.

“Language is foremost a means of communication, and

communication almost always takes place within some

sort of social context. This is why effective communication requires an understanding and

recognition of the connections between a language and

the people who use it.” (Amberg & Vause: 2010, p.2)

Konteks sosial merupakan faktor penting dalam

menentukan penggunaan sebuah bahasa. Hubungan

tersebut dapat terlihat ketika kita menggunakan bahasa

yang tepat kepada orang yang tepat, contohnya kita

seringkali menggunakan bahasa slang ketika kita

berbicara dengan teman atau sahabat kita.

Contoh: A : Eh, lo semalem ke mana? Whatsapp1 gue gak

dibales.

B : Gue semalem ketiduran. Lupa mau bales

whatsapp lo.

Contoh di atas menggambarkan bahwa kita

menggunakan bahasa yang lebih santai atau non formal

ketika lawan bicara kita adalah teman atau sahabat kita.

Namun, kita menggunakan bahasa yang lebih formal

ketika kita berbicara dengan atasan kita atau orang

yang lebih kita hormati.

Contoh:

(seorang anak berbicara kepada ibunya)

A : Ibu, hari ini aku pulang terlambat. Aku mau

belajar bersama.

B : Iya, Nak. Jangan pulang terlalu larut ya.

Contoh di atas menunjukkan bahwa kita menggunakan

bahasa yang lebih formal dan santun ketika lawan

bicara kita adalah orang yang lebih kita hormati. Jadi,

dapat kita simpulkan bahwa bahasa memiliki peraturan

dan fungsinya masing-masing.

Bahasa, sebagai media yang digunakan manusia untuk

berinteraksi dan berkomunikasi memiliki beberapa

fungsi. Fungsi bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu

fungsi transaksional dan fungsi interaksional. Fungsi

transaksional bahasa dapat dilihat ketika bahasa

berfungsi untuk menyampaikan pesan dari penutur

(speaker) kepada petutur (listener) sedangkan fungsi

interaksional bahasa dapat kita lihat ketika bahasa

berfungsi untuk menjalin hubungan sosial dengan

manusia lainnya (Brown & Yule dalam Muryatina:

2009, 1). Dalam berkomunikasi dan berinteraksi, fungsi bahasa yang dominan adalah fungsi

interaksional bahasa karena fungsi tersebut lebih lekat

dengan bahasa lisan.

Dalam bahasa lisan yang terkait dengan fungsi

interaksionalnya, manusia seringkali melanggar

prinsip–prinsip kerjasama yang ada. Prinsip-prinsip

kerjasama adalah aturan-aturan yang mengatur kita

dalam berkomunikasi sehingga maksud dari

percakapan tersebut dapat tersampaikan atau dengan

kata lain norma-norma berkomunikasi. “The

Cooperative Principle: Make your conversational contribution such as is required, at the stage at which

it occurs, by the accepted purpose or direction of the

talk exchange in which you are engaged” (Grice dalam

Yule: 1996, 37). Hal tersebut terjadi karena tidak

semua orang mempunyai aturan yang sama akibat

perbedaan budaya dan komunitas linguistik. Menurut

Grice, prinsip – prinsip kerjasama atau the cooperative

principle terdiri dari empat sub prinsip atau biasa

disebut maksim. Maksim atau bidal adalah prinsip-

1 Salah satu media sosial sejenis Blackberry Messenger

Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013

Page 3: ANALISIS PELANGGARAN MAKSIM SEBAGAI STRATEGI …

3

prinsip umum yang mendasari keefektifan penggunaan sebuah bahasa. Maxims of conversation is general

principles underlying the efficient co-operative use of

language, which jointly express a general co-operative

principle (Grice dalam Levinson: 1983, 101). Maksim-

maksim tersebut terdiri dari Maksim Quality, Maksim

Quantity, Maksim Relevance, dan Maksim Manner.

Penggunaan maksim dalam sebuah percakapan dapat

kita lihat dalam contoh berikut ini.

Contoh:

(suatu siang di Kota Tua Jakarta) A : Mbak, Museum Bank Indonesia ada di

mana ya?

B : Oh, museumnya ada di sebelahnya

Museum Bank Mandiri, mbak. Seberangnya

shelter Transjakarta.

A : Terima kasih ya, mbak.

Percakapan di atas merupakan contoh penggunaan

maksim yang tepat karena B menaati semua maksim

yang ada. B menjawab dengan benar (maxim of

quality) dan tanpa menambah-nambahkan informasi

yang ada (maxim of quantity). Selain itu, B menjelaskan kepada A dengan jelas, tidak bermakna

ganda, dan sesuai dengan pertanyaan yang ditanyakan

oleh A (maxim of manner and maxim of relevance).

Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa supaya

komunikasi kita dapat berjalan dengan efisien, kita

harus mematuhi keempat maksim tersebut. Namun,

terkadang manusia seringkali berkomunikasi secara

tidak langsung atau dengan menggunakan implikatur-

implikatur. Implikatur-implikatur tersebut dapat

tercipta melalui pelanggaran maksim-maksim yang ada

karena tanpa disadari manusia sering kali melanggar keempat maksim atau floutings or exploitations of the

maxims ketika berbicara dengan manusia lainnya.

Pelanggaran-pelanggaran maksim yang sering

dilakukan adalah pelanggaran maksim dalam

berkomunikasi.

Pelanggaran-pelanggaran maksim ini dapat terjadi

dengan sengaja maupun tidak disengaja. Pelanggaran

maksim yang disengaja pun memiliki tujuan yang

berbeda. Ada pelanggaran maksim yang disengaja agar

petutur memahami implikatur tertentu dibalik

pelanggaran tersebut (floutings of maxim). Selain itu, ada juga pelanggaran maksim yang disengaja agar

petutur terkecoh dalam menangkap implikatur yang

ada di balik pelanggaran maksim tersebut (violating

maxims).

Sebuah tindakan pelanggaran maksim dapat dilakukan

dengan maksud untuk sebuah tujuan komunikasi (Grice

dalam Levinson: 1983, 109). Ketika manusia

berkomunikasi dengan bahasa, mereka tidak hanya

menyampaikan informasi, tetapi juga mengekspresikan

perasaan dan citra diri mereka. Selain itu kita sebagai

manusia berkomunikasi dengan manusia lainnya dan dengan berkomunikasi itulah mereka juga dapat

menggambarkan karakter mereka sendiri. Seperti

contohnya apakah kita termasuk orang yang asyik

untuk diajak mengobrol atau tidak. “Do not be a

monotous speaker” adalah kata yang tepat ketika kita

ingin menjalin sebuah hubungan baru dengan orang

yang baru dikenal. Tentu saja kita tidak ingin dianggap

sebagai orang yang monoton. Hal tersebut dapat

membuat kita terlihat sangat membosankan dan lawan

bicara kita akan menjauhi kita.

“Monotony, the cardinal and most common sin of

the public speaker, is not a transgression – it is rather

a sin of omission, for it consists in living up to the

confession of the Prayer Book: “We have left undone

those things we ought to have done” (Carnegie: 1905)

Untuk menghindari hal-hal tersebut, kita memerlukan

beberapa strategi untuk berkomunikasi dengan lawan

bicara kita karena komunikasi yang baik tidak terjadi

dengan sendirinya. Kita harus mengatur,

mengembangkannya, dan membangun komunikasi

tersebut dengan baik.

“Communication does not just happen. It must be

organized, developed, and built. The first step in the

process is to define a communications strategy. A

good communications strategy allows you to exercise

better control over your work and to frame the issues

in a perspective other than research. A

communications strategy removes doubt, emphasizes

planning, and involves all the project participants in

raising the visibility of the research” <”Developing a

Communication Strategy”, http://idrc.org/uploads/user-

S/11606746331Sheet01_CommStrategy.pdf>

Oleh karena itu, manusia memerlukan teknik-teknik

persuasi atau teknik-teknik menarik perhatian lawan

bicara ketika berkomunikasi.

Dalam ilmu pragmatik, kita mengenalnya sebagai

Rhetoric. Retorik sangat berhubungan dengan ilmu

penggunaan bahasa yang efektif dalam berkomunikasi.

Retorik adalah sebuah seni penggunaan bahasa secara

efektif untuk menarik perhatian lawan bicara untuk

mengungkapkan sebuah ekspresi atau bagi para public speaker ketika sedang berbicara di depan umum.

Tujuan utama dari retorik adalah bagaimana

penggunaan sebuah bahasa dapat memengaruhi pikiran

orang yang mendengarnya.

“…whereas rhetoric has been understood, in

particular historical traditions, as the art of using

language skillfully for persuasion, or for literary

expression, or for public speaking. The point about

the term rhetoric, in this context, is the focus it places

on a goal-oriented speech situation, in which s uses

Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013

Page 4: ANALISIS PELANGGARAN MAKSIM SEBAGAI STRATEGI …

4

language in order to produce a particular effect in the mind” (Leech: 1983, 15).

Dalam ilmu komunikasi, kita juga mengenalnya

sebagai Persuasion. Istilah persuasi sudah ada sejak

jaman Yunani. Menurut orang Yunani dan Roma,

Rhetoric adalah hal yang sangat berkaitan dengan

tindak ujar yang memiliki tiga fungsi umum, yaitu

fungsi sebagai argumentasi ketika berada di pengadilan

(forensic oratory), ketika berpidato di sebuah acara

(epideictic oratory), dan ketika kita sedang

berpartisipasi dalam sebuah debat mengenai kebijakan-kebiijakan publik (deliberative oratory).

“The ancient Greeks and Romans identified rhetoric

with speech-making in the performance of three vital

public functions. Citizens in those days argued their

own legal cases in the courtroom (forensic oratory),

presented speeches on ceremonial occassions

(epideictic oratory), and participated in debates about

matters of public policy (deliberative oratory)”

(Simons: 1976, 4).

Sebagai seorang persuader atau orang yang melakukan teknik-teknik persuasi, mereka perlu melakukan

strategi-strategi untuk menarik perhatian lawan bicara.

Strategi-strategi tersebut dapat bermacam-macam,

salah satunya adalah dengan tidak mematuhi maksim-

maksim yang sudah ada, yaitu Maksim Quality,

Maksim Quantity, Maksim Relevance, dan Maksim

Manner. Salah satu strategi yang dikemukakan oleh

Simons adalah dengan memanipulasi kata-kata (1976:

35). Seorang persuader dapat melakukan manipulasi

terhadap lawan bicaranya untuk memengaruhi

pikirannya agar lawan bicaranya tersebut mau melakukan apa yang diinginkan. Sedianya sebuah

komunikasi dapat berjalan dengan baik dan efisien

apabila kita mematuhi maksim-maksim yang ada.

Namun, tanpa disadari, kita sering kali melanggar

maksim – maksim yang ada agar seseorang tertarik

kepada obrolan kita. Selain itu, pelanggaran maksim

dapat membuat proses komunikasi tersebut berjalan

lancar dan efektif. Hal inilah yang akhirnya menjadi

pokok permasalahan dalam penelitian ini.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang diterapkan dalam melakukan

penelitian ini adalah metode kepustakaan, yaitu dengan

melakukan studi yang mendalam atas bacaan – bacaan

yang dinilai relevan dengan topik penelitian ini.

Melalui metode ini, teori – teori yang digunakan

sebagai landasan dalam penelitian ini dikumpulkan dan digunakan sebagai alat untuk menganalisis data.

Data yang dikumpulkan berasal dari film kartun

populer bergenre drama komedi yang berjudul

Madagascar 3: Europe’s Most Wanted. Data yang

digunakan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer dalam penilitian ini berupa dialog yang

secara langsung didapat dari film Madagascar 3:

Europe’s Most Wanted. Penulis memilah – milah data

primer yang berupa dialog dari film tersebut untuk

kemudian dicatat dan dianalisis.

Alasan penulis menggunakan film Madagascar 3:

Europe’s Most Wanted karena pada film ini para tokoh

film, Alex, Marty, Melman, dan Gloria, tersebut sering

kali terlihat melakukan pelanggaran maksim ketika

berkomunikasi yang bertujuan sebagai strategi-strategi

persuasi yang ditujukan untuk memengaruhi pikiran kelompok hewan sirkus Zaragoza jika dibandingkan

dengan beberapa film Madagascar yang terdahulu.

Penelitian ini hanya mengambil 11 adegan yang

meliputi 25 ujaran dari para pemerannya. Hal ini

dikarenakan intensitas pelanggaran maksim yang

dilakukan oleh Alex, Marty, Melman, dan Gloria lebih

sering terlihat pada kesebelas adegan tersebut.

Penelitian ini dimulai dengan menonton film dan

mencatat setiap ujaran dari para tokoh film

Madagascar 3: Europe’s Most Wanted. Dari setiap

ujaran yang telah dicatat tersebut dibagi menjadi beberapa adegan yang menunjukkan pelanggaran

maksim ketika melakukan tindakan persuasi. Data

penelitian ini terdiri dari 11 adegan dari film tersebut.

Kemudian, dari 11 adegan tersebut, terbagi lagi

menjadi 25 ujaran yang mengandung pelanggaran

maksim di dalamnya. Setelah itu, data yang berupa

ujaran tersebut dianalisis dengan menganalisis terlebih

dahulu makna tersirat dari sebuah ujaran yang

diucapkan oleh si tokoh utama yaitu Alex, Marty,

Melman, dan Gloria. Kemudian penulis menentukan

pelanggaran – pelanggaran maksim apa saja yang dilakukan oleh Alex, Marty, Melman, dan Gloria.

Kemudian penulis menganalisis maksud dan tujuan

dilakukannya pelanggaran-pelanggaran maksim

tersebut di saat mereka berkomunikasi. Selain melihat

dari ujaran para tokoh utama dalam film ini, penulis

juga mencocokkan antara ujaran dengan adegan dari

para tokoh film tersebut sehingga penulis mengetahui

bahwa para tokoh tersebut sedang melakukan persuasi

kepada lawan bicaranya.

Penelitian mengenai pelanggaran maksim sebagai

strategi persuasi ini juga dikaitkan dengan beberapa teori yang sesuai dengan bahasan penulis, seperti teori

implikatur percakapan, teori retorik, teori kesantunan,

teori co-active persuasion, dan teori relasi kuasa.

Kemudian, penulis mendapatkan hasil dan temuan dari

analisis data yang sudah dikumpulkan. Dari hasil

analisis data itulah penulis dapat menarik kesimpulan

mengenai tujuan dilakukannya pelanggaran maksim

ketika Alex, Marty, Melman, dan Gloria

berkomunikasi dengan kelompok hewan sirkus

Zaragoza.

Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013

Page 5: ANALISIS PELANGGARAN MAKSIM SEBAGAI STRATEGI …

5

Analisis dan Interpretasi Data

Penelitian pada skripsi ini dilakukan dengan

menganalisis setiap dialog yang dilontarkan oleh para

pemain film Madagascar 3: Europe’s Most Wanted.

Data penelitian ini terdiri dari 11 adegan yang terdiri

dari 25 ujaran dari para pemerannya. Setiap adegan akan dicari ujaran yang mengandung pelanggaran

maksim yang dilakukan oleh para pemain film

Madagascar 3 ini. Kemudian, masing-masing ujaran-

ujaran dari adegan tersebut akan dibagi lagi

berdasarkan pelanggaran maksim yang mereka

lakukan. Masing-masing dari ujaran yang mengandung

pelanggaran maksim tersebut kemudian akan diteliti.

Penelitian akan dilakukan berdasarkan teori-teori yang

telah dijelaskan pada bab sebelumnya.

a. Analisis Dialog Adegan 1 a.1 Alex : What are we doing?

Here we are relying on the penguins to

come back for us.

But.. We should just go to Monte Carlo

and get them.

Melman : How do a lion, a zebra, a giraffe and a

hippo walk into a casino in Monte

Carlo?

Marty : I don’t know. Ask the rabbi!

Melman : Hey, I’m serious.

Alex : Come on! We can do it! We can do

anything! It’s us! Marty : We’re us!

a.2 Alex :Yeah, that’s right! We’ve gone

halfway around the world.

Compared with that, Monte Carlo’s just

a hop, skip, and a swim away.

All : Yeah! To home!

Pembahasan:

Pada adegan 1 ini, berlatar di Negara Afrika. Pada adegan ini, para penguin meninggalkan Alex, Marty,

Melman, Gloria, dan para lemur di Afrika untuk

bermain kasino di Monte Carlo supaya para penguin

tersebut mendapatkan uang untuk kembali ke New

York. Namun, pada kenyataannya para penguin

tersebut tidak akan kembali lagi untuk menjemput

Alex, Melman, Marty, dan Gloria. Kemudian, Alex

pun berencana untuk menyusul para penguin tersebut

menuju Monte Carlo.

Pada dialog (a.1), pelanggaran maksim yang terjadi adalah pelanggaran maksim relevance/ relevansi dan

maksim quantity/ kuantitas. Hal tersebut terjadi ketika

Melman bertanya kepada Alex, how do a lion, a zebra,

a giraffe and a hippo walk into a casino in Monte

Carlo? (00:04:49). Ketika itu, Alex tidak memberikan

jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh Melman. Alex pun menjawabnya dengan, “Come

on! We can do it! We can do anything! It’s us!”

(00:04:55). Jawaban Alex merupakan pelanggaran dari

maksim cara dan maksim kuantitas karena pada adegan

tersebut, Alex memberikan jawaban yang tidak sesuai

dengan pertanyaannya (maksim relevansi), dan tidak

informatif (maksim kuantitas). Selain itu, pelanggaran

maksim terjadi karena Alex sendiri tidak terlalu

mengetahui bagaimana cara mereka untuk sampai di

Monte Carlo. Kemudian, hal itu Alex lakukan agar ia

tidak merusak muka positif teman-temannya. Di sini, Alex membutuhkan dukungan dan persetujuan dari

para teman-temannya agar mereka semua mau ikut

Alex menuju Monte Carlo sehingga ia pun melakukan

strategi token agreement yang mengharapkan

persetujuan dan kerjasamanya dengan semua teman-

temannya.

Pada dialog (a.2), pelanggaran maksim yang terjadi

adalah pelanggaran maksim quality/ kualitas. Hal ini

terjadi ketika Alex berkata, “Yeah, that’s right! We’ve

gone halfway around the world. Compared with that,

Monte Carlo’s just a hop, skip, and a swim away” (00:04:59 & 00:05:01). Pada dialog tersebut, Alex

tidak berkata sesuatu dengan benar. Alex berkata

bahwa seakan-akan Monte Carlo itu memiliki jarak

yang tidak jauh dari Afrika sehingga dapat dicapai

hanya dengan lompat dan berenang. Pada

kenyataannya, Monte Carlo tidak sekecil yang

dikatakan oleh Alex. Pelanggaran maksim terjadi

karena ia tidak tahu harus berkata apa agar teman-

temannya tidak pasrah menerima kenyataan tersebut.

Selain itu, ia juga ingin mencari dukungan teman-

temannya dan berharap teman-temannya akan mengubah pikirannya dan mengikuti apa yang

diinginkan oleh Alex.

Melalui pelanggaran-pelanggaran maksim yang

dilakukan oleh Alex, ia berhasil menyemangati dan

mengubah pikiran teman-temannya yang awalnya

sudah pasrah untuk tetap tinggal di padang ilalang di

Afrika jika memang para penguin tersebut tidak akan

kembali untuk menjemput mereka. Pada kedua contoh

dialog tersebut, terbukti bahwa pelanggaran maksim

dapat menarik perhatian dan merubah pikiran lawan

bicara kita agar melakukan sesuatu yang kita harapkan (rhetoric & persuasion). Selain itu, Gloria, Melman,

dan Marty mau memercayai Alex dan mau melakukan

apa yang diinginkan Alex karena mereka menganggap

Alex memiliki peran yang lebih ketika mereka berada

di kebun binatang di New York (legitimate power).

Pelanggaran maksim yang dilakukan Alex berhasil

karena didukung oleh kemampuan Alex dalam

mengambil muka teman-temannya. Pada dialog ini,

Alex menggunkana token agreement untuk meminta

persetujuan dari teman-temannya. Token agreement

adalah strategi untuk mencari persetujuan atau

Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013

Page 6: ANALISIS PELANGGARAN MAKSIM SEBAGAI STRATEGI …

6

kesepahaman dengan mengharapkan petutur selalu setuju kepada penutur, dan menyembunyikan

ketidaksetujuan mereka. Oleh karena itu, dalam upaya

mengharapkan persetujuan dari teman-temannya, Alex

melanggar maksim-maksim yang ada. Kemudian, pada

kedua contoh dialog tersebut, intensitas pelanggaran

maksim yang dilakukan pada adegan pertama ini belum

terlalu sering dilakukan oleh penutur.

b. Analisis Dialog Adegan 2

b.1 Vitaly : Where are you coming from?

Alex : Please, you got to hide us. Just until the heat dies down.

Vitaly : Absolut no outsiders. So wipe the

Smirnoff your face and Popov!

Alex : Come on, man. You gotta do one cat a

solid. Cat to cat. Do a solid here,

buddy. Come on.

Pembahasan:

Adegan 2 ini berlatar di sebuah rel kereta api. Pada

adegan ini, Alex, Melman, Marty, Gloria, para

penguin, dan para monyet berusaha kabur dari kejaran polisi. Mereka berusaha mencari perlindungan kepada

rombongan sirkus Zaragoza dengan memohon untuk

ikut di dalam kereta bersama rombongan mereka.

Pelanggaran maksim yang terjadi pada adegan ini

adalah maksim kualitas, maksim kuantitas, dan maksim

relevansi. Pelanggaran maksim terjadi ketika Vitaly

bertanya “Where are you coming from?” (00:22:23),

kemudian Alex menjawabnya dengan “Please, you got

to hide us. Just until the heat dies down” (00:22:26).

Jawaban yang diberikan oleh Alex itulah yang termasuk melanggar keempat jenis maksim yang ada

karena Alex memberikan jawaban yang tidak benar

(maksim kualitas), tidak memberikan jawaban yang

informatif bagi Vitaly (maksim kuantitas), kemudian

Alex tidak memberikan jawaban yang sesuai/ relevan

dengan apa yang ditanyakan oleh Vitaly (maksim

relevan). Pelanggaran maksim terjadi dengan disengaja

karena Alex tidak ingin membuka asal usul mereka,

dan Alex pun bingung menjelaskan yang sebenarnya

kepada Vitaly. Oleh karena itu, Alex sengaja

mengalihkan pembicaraan Vitaly. Selain itu, Alex

melakukan strategi persuasi dengan melanggar maksim untuk mencoba beradaptasi dengan lawan bicaranya,

yaitu Vitaly, agar Vitaly mengijinkan Alex dan kawan-

kawan untuk masuk ke dalam kereta. Selain itu, untuk

mendapatkan muka dari Vitaly, Alex pun berusaha

dengan melakukan strategi address forms. Address

forms adalah penutur menggunakan kata-kata sapaan

seperti dear, babe, honey, pal, buddy, dan sebagainya.

Hal tersebut terlihat ketika Alex menggunakan kata

buddy kepada Vitaly. Disitu Alex berusaha mencari

kesamaan-kesamaan dengan Vitaly. Selain itu, Alex

pun menambahkan dengan mengatakan “You gotta do

one cat a solid. Cat to cat. Do a solid here, buddy.” Hal tersebut dia lakukan karena Alex merasa satu

keluarga dengan Vitaly, yaitu sama-sama berasal dari

keluarga kucing, sehingga Alex merasa bahwa satu

keluarga harus saling tolong menolong. Namun,

strategi ini kurang mendapatkan tanggapan dari Vitaly

karena Vitaly merasa memiliki kuasa lebih dari Alex

dan kawan-kawan sehingga ia tidak terlalu memercayai

omongan Alex. Pada adegan kedua ini, intensitas

pelanggaran maksim yang dilakukan belum terlalu

sering karena mereka masih mencoba beradaptasi

dengan para binatang sirkus Zaragoza tersebut.

c. Analisis Dialog Adegan 3

c.1 Vitaly : Only circus animal on this train.

Alex : Wait, listen! We are circus animals.

You got to let us in!

c.2 Gia : You are really a circus?

Alex : Yes. Full circus!

c.3 Marty : My momma was circus. My daddy

was circus.

Vitaly : Gia! Shut the door! Gloria : Please.

Gia : They are circus. Circus stick together.

Vitaly : (groans)

Pembahasan:

Latar dari adegan ketiga adalah di sebuah rel kereta api.

Pada adegan ini, Alex dan kawan-kawan tetap berusaha

untuk membujuk Vitaly dan kawan-kawannya agar

mereka memperbolehkan Alex dan kawan-kawan

untuk ikut bersama rombongan.

Pada dialog (c.1), pelanggaran maksim yang terjadi

adalah pelanggaran maksim kualitas. Hal tersebut

terjadi karena Alex mengatakan sesuatu yang tidak

sesuai dengan kenyataan dengan mengatakan bahwa

mereka adalah binatang-binatang sirkus, “Wait, listen!

We are circus animals. You got to let us in!”

(00:23:18). Pelanggaran maksim pada dialog ini terjadi

dengan disengaja karena Alex mendengar bahwa yang

boleh ikut bersama rombongan sirkus hanyalah hewan

sirkus, sehingga ia pun berbohong bahwa mereka juga

hewan-hewan sirkus.

Kemudian pada dialog (c.2), pelanggaran maksim yang

terjadi adalah pelanggaran maksim kualitas. Pada

dialog tersebut, Alex berkata, “Yes. Full circus.”

(00:23:28). Situasinya adalah Gia berusaha

meyakinkan kembali bahwa Alex dan kawan-kawan

adalah benar-benar hewan sirkus. Kemudian, Alex pun

mengatakan hal yang tidak sesuai dengan kenyataan

bahwa mereka adalah hewan sirkus. Pelanggaran

maksim sengaja dilakukan oleh Alex karena ia sudah

terdesak oleh keadaan pada saat itu. Pada saat itu kereta

Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013

Page 7: ANALISIS PELANGGARAN MAKSIM SEBAGAI STRATEGI …

7

sudah akan berangkat, namun mereka belum diperbolehkan untuk ikut bersama rombongan sirkus

tersebut sehingga ia pun terpaksa berbohong guna

meyakinkan Gia bahwa mereka benar-benar hewan

sirkus.

Pada dialog (c.3), terjadi pelanggaran maksim kualitas

yang dilakukan oleh Marty karena Marty mengatakan

sesuatu yang tidak benar. Marty mengatakan bahwa ia

berasal dari keluarga pemain sirkus “My momma was

circus. My daddy was circus” (00:23:31). Pelanggaran

maksim sengaja dilakukan oleh Marty dengan tujuan untuk lebih meyakinkan rombongan sirkus tersebut

bahwa mereka adalah benar-benar hewan-hewan

sirkus.

Pada adegan ketiga ini, intensitas pelanggaran maksim

mulai sering terlihat agar para rombongan sirkus

Zaragoza tersebut berubah pikiran dan akhirnya mau

mengajak mereka ke dalam kereta mereka. Pada

akhirnya, strategi persuasi mereka pun berhasil karena

Alex dan kawan-kawan memposisikan diri mereka

sama dengan para rombongan hewan-hewan sirkus

Zaragoza sehingga tidak ada tidak ada yang merasa memiliki kuasa yang lebih. Selain itu, untuk

mendapatkan muka dari rombongan hewan-hewan

sirkus Zaragoza, Alex dan kawan-kawan pun berusaha

mencari-cari kesamaan dengan rombongan hewan

sirkus Zaragoza. Alex dan kawan-kawan hanya

berusaha agar mereka terlihat menarik agar rombongan

hewan sirkus tersebut memercayai mereka dengan

mengatakan bahwa mereka adalah hewan sirkus dan

orang tua mereka juga hewan sirkus (intensify interest

to H). Intesify interest to H adalah penutur berusaha

agar ia selalu terlihat menarik di mata si petutur. Sehingga hal ini akan membuat si petutur semakin

percaya, dan membuat antara penutur dan petutur

semakin solid. Hasilnya adalah Gia akhirnya

mengijinkan mereka ikut ke dalam rombongan sirkus

mereka dengan mengatakan “Circus sticks together”

karena Gia merasa mereka merupakan sama-sama

hewan sirkus, dan sesama hewan sirkus harus saling

tolong menolong.

d. Analisis Adegan 4

d.4 Stefano : Wow! Circus Americano!

You must all be very famous! Alex : Yeah, we..

Gloria : Absolutely

Alex : We’re relatively well-known..

Marty : But Alex is really the star.

Alex : Well, I’m not.. I wouldn’t say “star.”

More like.. Well, star.

Pembahasan:

Pada adegan keempat ini, berlatar di sebuah kereta api

milik kelompok sirkus Zaragoza. Pada adegan ini,

kelompok sirkus mulai memercayai Alex dan kawan-kawan sehingga mereka diperbolehkan menumpang di

kereta mereka.

Pada adegan keempat ini, pelanggaran maksim yang

terjadi adalah pelanggaran maksim cara karena Alex

menjawab pertanyaan Stefano dengan tidak secara to

the point. Alex hanya menjawab pertanyaan dengan

kalimat yang menggantung, seperti “Yeah, we..”

(00:24:19), “We’re relatively well-known..”

(00:24:21), dan “Well. I’m not.. I wouldn’t say “star.”

More like.. Well, star” (00:24:25). Dialog pada adegan keempat ini sebenarnya mereka tidak sepenuhnya

berbohong karena mereka memang terkenal ketika di

New York, tapi bukan sebagai hewan sirkus seperti

yang mereka katakan kepada kelompok hewan

Zaragoza, melainkan hanyalah hewan atraksi untuk

kebun binatang saja.

Pelanggaran maksim terjadi dengan disengaja karena

Alex dan kawan-kawan tidak tahu harus berkata apa

untuk menceritakan mengenai asal usul kehidupan

mereka, sehingga Alex pun tidak memberikan jawaban

dengan jelas dan terkesan menggantung. Pelanggaran maksim ini ia lakukan sebagai strategi persuasi agar

hewan-hewan sirkus Zaragoza tidak berubah pikiran,

dan beralih untuk mengeluarkan mereka semua dari

rombongan sirkus. Kemudian, untuk mendapatkan

muka dari rombongan hewan-hewan sirkus Zaragoza,

Alex dan kawan-kawan pun melakukan strategi safe

topics, yaitu mengatakan atau membicarakan hal-hal

atau topik yang “aman” saja, seperti Alex dan kawan-

kawan mengatakan bahwa mereka adalah rombongan

sirkus yang terkenal. Pada adegan ini, pelanggaran

maksim yang dilakukan oleh Alex dan kawan-kawan terlihat semakin sering dan ternyata berhasil membuat

Stefano semakin antusias dengan kehadiran mereka.

e. Analisis Adegan 5

e.1 Stefano : What is your act, Alice?

Alex : Well.. I basically, uh, I jump up on

my rock..

Stefano : Rock?

Alex : Yeah. It’s a very high.. rock.

e.2 Melman : A really high rock!

Stefano : And then? Alex : And then, well, I roar like.. like a

serious “Rawrrr!”

e.3 Stefano : And then?

Alex : And then I jump off the rock.

Stefano : And then?!

Alex : And then.. And then what?

Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013

Page 8: ANALISIS PELANGGARAN MAKSIM SEBAGAI STRATEGI …

8

Pembahasan:

Latar dari adegan kelima ini masih di dalam sebuah

kereta api milik rombongan sirkus Zaragoza. Pada

adegan kelima ini, Stefano mulai mempertanyakan

aksi-aksi yang dilakukan oleh Alex dan kawan-kawan

ketika melakukan atraksi sirkus.

Pada dialog (e.1), pelanggaran maksim yang terjadi

adalah pelanggaran maksim quality/ kualitas karena

Alex mengatakan sesuatu hal yang tidak sesuai dengan

kenyataan yang ada atau berbohong. Hal tersebut dikarenakan ketika Alex berada di New York, ia tidak

melompat ke atas sebuah batu. Ia hanya berdiri di atas

batu agar pengunjung kebun binatang dapat

melihatnya, dan batunya tidak terlalu tinggi.

Kemudian, pada dialog (e.2) terdapat hiperbola dalam

sebuah kalimat tindak tutur yang termasuk ke dalam

pelanggaran maksim quality/ kualitas. Hiperbola

termasuk pelanggaran maksim karena melebih-

lebihkan ujaran yang diucapkan. Hiperbola tersebut

terjadi ketika Melman berkata “A really high rock”

(00:24:36). Pada dialog tersebut, Melman menanggapi ujaran Alex yang sebelumnya ketika Alex berusaha

menarik perhatian Stefano dengan cara yang sedikit

berlebihan/ hiperbola.

Pada dialog (e.3) terdapat pelanggaran maksim quality/

kualitas karena Alex tidak terlalu yakin dengan apa

yang ia ucapkan. Hal tersebut juga dapat kita lihat dari

ekspresi wajah Alex ketika mengucapkan “And then I

jump off the rock” (00:24:43).

Pelanggaran maksim yang pada adegan ini dilakukan dengan sengaja untuk menarik perhatian kelompok

hewan-hewan sirkus Zaragoza. Pelanggaran-

pelanggaran maksim yang mereka lakukan merupakan

strategi persuasi, dan strategi tersebut berhasil karena

Stefano dan kawan-kawan merasa mereka

mendapatkan “atmosfer” baru dengan kedatangan Alex

dan kawan-kawan. Selain itu, mereka juga sangat

mengagumi Alex dan kawan-kawan sehingga mereka

memercayai Alex dan kawan-kawan (referent power).

Hal itu terlihat dari Stefano yang antusias mendengar

cerita Alex, dan berusaha ingin mengenal lebih jauh

terhadap Alex dan kawan-kawan. Kemudian, untuk mendapatkan muka dari rombongan hewan sirkus

Zaragoza, Alex dan kawan-kawan berusaha mencari

kesamaan-kesamaan dengan memperhatikan hal-hal

yang disukai, diinginkan dan dibutuhkan oleh si petutur

(notice, attend to H) dan berusaha agar selalu terlihat

menarik di mata para rombongan hewan sirkus

Zaragoza tersebut (intensify interest to H). Dalam hal

ini, Alex dan kawan-kawan mengetahui bahwa yang

menjadi daya tarik si rombongan hewan sirkus

Zaragoza adalah segala sesuatu mengenai sirkus,

sehingga Alex dan kawan-kawan pun berusahan

membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan sirkus.

f. Analisis Dialog Adegan 6

f.1 Gia : That is all?

Gloria : Into a pool! (00:24:49)

Marty : Full of water! (00:24:50)

Melman : Full of cobras! (00:24:50)

f.2 Alex : Actually, it appears like I’m jumping

in to a pool.. (00:24:51) Melman : With cobras! (00:24:54)

Alex : Aquatic cobras.

For effect. But I actually pull up at the

last second. (00:24:55)

Pembahasan:

Latar pada adegan ini masih di dalam sebuah kereta api

milik rombongan sirkus Zaragoza. Adegan keenam ini

adalah ketika Gia meragukan aksi Alex ketika sirkus

seperti yang telah diceritakan oleh Alex sebelumnya.

Pelanggaran maksim yang terjadi pada dialog (f.1)

adalah pelanggaran maksim quality/ kualitas.

Pelanggaran maksim terjadi ketika Gia menanyakan

“That is all?” kepada Alex dan kawan-kawan.

Pelanggaran maksim terjadi karena Gloria (Into a

pool!), Marty (Full of water!), dan Melman (Full of

cobras!) mengatakan sesuatu yang tidak benar. Pada

kenyataannya, Alex tidak pernah melakukan hal seperti

yang telah teman-temannya katakan. Gloria, Marty,

dan Melman hanya menambahkan cerita yang

sebelumnya diceritakan oleh Alex. Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian Steffano, Gia, dan Vitaly.

Kemudian, pada dialog (f.2) terjadi pelanggaran

maksim quality/ kualitas. Pelanggaran maksim terjadi

pada saat Alex mengatakan “Actually, it appears like

I’m jumping in to a pool..”. Kemudian, pada saat

Marty mengatakan “With cobras!”, dan Alex

menanggapi perkataan Marty dengan “Aquatic cobras.

For effect. But I actually pull up at the last second.”

Pelanggaran maksim quality/ kualitas terjadi karena

Alex dan Marty mengatakan sesuatu yang tidak benar

atau tidak pernah ia lakukan. Alex memanipulasi cerita mengenai aksi sirkus yang ia lakukan. Pada

kenyataannya, Alex tidak pernah melakukan hal yang

ia katakan, dan bahkan ia pun bukan hewan sirkus.

Selain itu, pada dialog milik Alex yang mengatakan

“Aquatic cobras. For effect. But I actually pull up at

the last second”, Alex berusaha menetralkan keadaan

pada saat itu. Alex tidak ingin Gia dan kawan-kawan

terus bertanya mengenai aksi sirkus yang dilakukan

oleh Alex dan kawan-kawan karena ia bingung harus

bercerita apalagi. Namun di sisi lain, Alex tetap tidak

ingin kehilangan muka positifnya dengan mengakui

Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013

Page 9: ANALISIS PELANGGARAN MAKSIM SEBAGAI STRATEGI …

9

bahwa ia dan kawan-kawannya berbohong ketika ia tidak bisa lagi menjawab pertanyaan yang diajukan

oleh Gia dan kawan-kawan.

Pada adegan keenam ini, pelanggaran maksim

dilakukan dengan sengaja dan intensitas pelanggaran

maksim pun semakin sering Alex, Marty, Melman, dan

Gloria lakukan. Hal tersebut dapat terlihat bahwa

mereka memanipulasi cerita mengenai aksi sirkus yang

Alex lakukan agar Stefano, Gia, dan Vitaly semakin

percaya bahwa Alex dan kawan-kawan adalah benar-

benar hewan sirkus dari Amerika yang sangat handal. Strategi ini mereka lakukan karena mereka berusaha

mencari kesamaan-kesamaan dengan kelompok hewan

sirkus Zaragoza (claim common ground) dengan

melakukan strategi intensify interest to H, yaitu penutur

berusaha agar ia selalu terlihat menarik di mata si

petutur. Sehingga hal ini akan membuat si petutur

semakin percaya, dan membuat antara penutur dan

petutur semakin solid. Hal tersebut dilakukan agar

mereka terlihat menarik di depan rombongan hewan

sirkus tersebut, dan mereka semakin dipercaya oleh

kelompok hewan sirkus tersebut. Hasilnya, rombongan

hewan sirkus Zaragoza tersebut semakin tertarik dan memercayai Alex dan kawan-kawan karena mereka

mulai mengagumi Alex dan kawan-kawan (referent

power).

g. Analisis Dialog Adegan 7

g.1 Stefano : Pull up?

Alex : Yeah

Stefano : How do you do that?

Melman : Wire harness!

Gloria : Balloons!

Marty : Jet pack!

g.2 Alex : [chuckles] I flip off the wire harness,

ignite my jet pack, and then toss the

balloons to the children of the world.

Alex : Kids love it. Kids always love that.

Pembahasan:

Latar dari adegan ketujuh ini masih berada di dalam

kereta api bersama rombongan sirkus. Pada adegan

ketujuh ini, Stefano mencoba mengklarifikasi cerita

Alex dan kawan-kawan yang mengatakan bahwa Alex meluncur ke atas atau pull up.

Pelanggaran maksim yang terjadi pada dialog (g.1)

adalah pelanggaran maksim kualitas. Pelanggaran

maksim terjadi ketika Melman mengatakan “Wire

harness!”, Gloria mengatakan “Balloons!”, dan Marty

mengatakan “Jet pack!” pada saat menjawab

pertanyaan dari Stefano. Hal tersebut termasuk

pelanggaran maksim karena Melman, Gloria, dan

Marty mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan

kenyataan yang sebenarnya. Pada kenyataannya, wire

harness, balloons, dan jet pack adalah cerita rekayasa saja.

Pemanipulasian juga terjadi pada dialog (g.2) karena

pada saat itu Alex memanipulasi cerita mengenai

bagaimana ia menggunakan wire harness, balloons,

dan jet pack sebagai alat sirkusnya. Pada saat itu, Aex

mengatakan “I flip off the wire harness, ignite my jet

pack, and then toss the balloons to the children of the

world.” Pelanggaran maksim yang terjadi adalah

pelanggaran maksim kualitas karena Alex mengatakan

sesuatu yang tidak benar dan sesuatu yang ia sendiri tidak pernah melakukannya.

Pelanggaran-pelanggaran maksim tersebut dilakukan

dengan sengaja agar kelompok hewan sirkus Zaragoza

semakin percaya dan tertarik kepada Alex dan kawan-

kawan. Pada adegan ini, intensitas pelanggaran maksim

semakin tinggi dan hal tersebut, akhirnya, semakin

berhasil “merebut” hati Stefano dan Gia. Hal-hal yang

membuat Stefano dan Gia pada akhirnya memercayai

Alex dan kawan-kawan karena mereka merasa Alex

dan kawan-kawan adalah kelompok sirkus yang hebat,

dan mereka pun akhirnya mengagumi Alex dan kawan-kawan (referent power & expert power). Hal tersebut

terlihat saat Stefano mengajak Alex dan kawan-kawan

untuk bersama rombongannya menuju Roma dan New

York. Selain itu, dalam upaya menarik perhatian

rombongan hewan sirkus Zaragoza, Alex dan kawan-

kawan berusaha mencari persamaan-persamaan dengan

rombongan hewan sirkus tersebut dengan

menggunakan strategi intensify interest to H dan

membicarakan hal-hal yang dianggap “aman” dan

sesuai dengan kesehariannya rombongan sirkus

tersebut (safe topics).

h. Analisis Dialog Adegan 8

h.1 Alex : What is this place?

Stefano : I know you think we are a stinky,

poopy circus, but there is something

you must know.

There was a time when Circus

Zaragoza, we were a great circus.

Numero uno in all the Europe. And

Vitaly.. he was the biggest star of us

all. He was fearless. Taking risks.

Always new. He jump through the hoop like he could fly!

Stefano : It had never been done before because

it was physically impossible! And the

people.. they loved it! And the hoop,

she got smaller! Like the ring on a

finger of the tiniest lady with the

slimmest of fingers.

Stefano : He would not stop pushing. And one

fateful day.. he push too far. He fly too

close to the sun.. and he got burned.

Literaly. The extra virgin olive oil is

Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013

Page 10: ANALISIS PELANGGARAN MAKSIM SEBAGAI STRATEGI …

10

extra flammable. And he lost everything. His wife, she run off with a

musician. He lost his dignity, his fame,

his passion, and his fur. And when it

grows back, it is less soft. More like a

prickly beard. His only passion now is

the borscht.

Alex : Whoa.

Stefano : He was our inspiration. So when he

lost his passion, well.. as Vitaly goes,

so goes the circus. This is why we need

your help. Alex : What sort of help?

Stefano : You can teach us to do new circus.

Americano style! We find a new

passion. Make a new show. And we go

all the way to US and A!

Stefano : I know. It is stupido idea. We are lost

a cause.

Alex : No, no, this isn’t stupido. This could

work!

Pembahasan:

Latar dari adegan ini adalah di dalam sebuah gerbong

kereta yang berisi segala hal mengenai sirkus Zaragoza,

seperti piala, foto, poster, dan segala kenangan

mengenai sirkus Zaragoza.

Dialog (h.1) ini terjadi saat Stefano mengajak Alex ke

gerbong tersebut dan meminta Alex untuk

mengajarinya sirkus. Ia tahu bahwa Alex dan kawan-

kawan adalah rombongan hewan sirkus terkenal dari

Amerika. Oleh karena itu, ia meminta Alex agar

mengajarinya sirkus dengan gaya Amerika. Stefano hanya ingin sirkus Zaragoza kembali berjaya seperti

dahulu kala dan membuat teman-temannya kembali

bersemangat.

Pelanggaran maksim terjadi saat Stefano melakukan

persuasi agar Alex mau mengajarinya sirkus.

Pelanggaran maksim yang terjadi adalah pelanggaran

maksim relevansi/ relevance dan maksim cara/ manner.

Pelanggaran maksim relevansi terjadi karena Stefano

menjawab pertanyaan Alex dengan jawaban yang tidak

sesuai dengan pertanyaannya. Saat di gerbong tersebut,

Alex bertanya “What is this place?”, dan Stefano menjawabnya dengan bercerita mengenai masa lalu

dari sirkus Zaragoza (dialog 00:42:46 s/d 00:45:31).

Namun, hal tersebut bertujuan agar Alex mampu

menyimpulkan jawabannya sendiri dari cerita Stefano.

Kemudian, pelanggaran maksim cara terjadi karena

Stefano tidak secara to the point mengutarakan

maksudnya untuk meminta Alex mengajari ilmu sirkus

baru kepada sirkus Zaragoza. Stefano memulai

pembicaraan untuk meminta Alex megajarinya sirkus

dengan bercerita terlebih dahulu mengenai masa lalu

dan masa kejayaan sirkus Zaragoza. Dalam hal ini, Stefano melakukan syarat pertama dari sebuah

persuasi, yaitu mendapatkan perhatian dari lawan

bicara karena inti dari persuasi adalah berhasil

mendapatkan atau menarik perhatian lawan bicara

untuk memengaruhi pikirannya untuk melakukan apa

yang kita inginkan. Dalam adegan ini, Stefano berhasil

mendapatkan perhatian Alex dan berhasil membuat

Alex mau mengajari Stefano dan kawan-kawannya

sebuah gaya sirkus baru.

Pelanggaran maksim pada adegan ini terjadi dengan disengaja. Pelanggaran maksim yang terjadi dalam

adegan ini berhasil menarik perhatian Alex, dan

akhirnya membuat Alex mau membantu Stefano dan

kawan-kawan karena Alex merasa kagum akan

kehebatan Stefano dan kawan-kawan. Selain itu, Alex

merasa bahwa Stefano dan kawan-kawan merupakan

kelompok sirkus yang hebat dan handal. Dalam hal ini

terdapat referent power dan expert power yang

membuat Alex akhirnya mau melakukan apa yang

diinginkan oleh Stefano. Selain itu, untuk mendapatkan

muka dari Alex, Stefano melakukan strategi assert or

presuppose S’s knowledge of and concern for H’s wants, yaitu strategi yang bertujuan untuk mengetahui

apakah penutur dan petutur saling bekerjasama dan

dengan sedikit “menekan” si petutur agar mau

bekerjasama dengan si penutur. Dalam hal ini, Stefano

memohon kerjasama dari Alex untuk membantu

rombongan sirkus Zaragoza agar bisa bangkit kembali

dari keterpurukannya. Kemudian, agar tetap

mendapatkan simpati dari rombongan sirkus Zaragoza,

Alex pun tetap berupaya dengan melakukan strategi

offer, promise, yaitu apapun yang diinginkan oleh

petutur, penutur juga menginginkannya dan akan membantunya untuk mendapatkannya. Dalam hal ini,

Alex pun berjanji untuk membantu Stefano dan kawan-

kawan untuk bangkit dari keterpurukan dengan cara

mengajarinya ilmu sirkus baru walaupun sebenarnya

Alex pun juga tidak terlalu yakin akan usahanya

tersebut karena ia bukanlah hewan sirkus.

i. Analisis Dialog Adegan 9

i.1 Gia : I admire how you have inspired these

animals.

Alex : Oh, thanks.

Gia : And what you said about passion, it was like poetry.

Alex : I love passion and poetry. They got

together, really. I know they don’t

rhyme.

Gia : Trapeze is my passion.

Alex : Terrific. I look forwad to seeing you

up there.

Gia : You can teach me!

Alex : What?

Gia : Teach me.

Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013

Page 11: ANALISIS PELANGGARAN MAKSIM SEBAGAI STRATEGI …

11

Alex : Well, I’ve always been kind of a solo act. So that kind of rules that out.

Gia : I wonder if you actually do trapeze.

Alex : Oh, I actually do do trapeze.

Gia : Show me!

Alex : “Show me?” What are we, five?

Gia : I am five, yes.

Pembahasan:

Latar dari adegan kesembilan ini adalah di sebuah

taman tempat mereka berlatih sirkus. Dialog (i.1) ini terjadi pada saat Gia meminta Alex untuk

mengajarinya trapeze. Gia meminta kepada Alex untuk

mengajarkan teknik trapeze seperti yang selalu

dilakukan Alex ketika melakukan aksi sirkus, dan

sekaligus untuk membuktikan bahwa Alex benar-benar

hewan sirkus seperti yang Alex katakan pada awal

pertemuan.

Pada dialog (i.1) terjadi violating maxim ketika Alex

berkata “Well, I’ve always been kind of a solo act. So

that kind of rules that out.” Pada saat itu, Alex tidak

berbohong karena ia memang selalu melakukan aksinya seorang diri ketika berada di kebun binatang di

New York. Namun, ia dengan sengaja melakukan

violating maxim karena ia mengatakan seperti itu untuk

menutupi kebohongannya bahwa ia tidak dapat

melakukan aksi seperti yang ia ceritakan di awal

pertemuan. Hal tersebut dimaksudkan agar Gia tidak

penasaran dan berhenti meminta Alex untuk

mengajarinya. Namun, hal tersebut tidak berhasil

karena Gia terus saja meminta Alex untuk

mengajarinya.

Pada adegan ini, pelanggaran maksim yang dilakukan

oleh Alex tidak membuahkan hasil. Gia tetap tidak mau

mengubah pikirannya dan tetap memaksa Alex untuk

melakukan sekaligus mengajarinya teknik sirkus

trapeze. Selain itu, untuk menghindari ketidaksetujuan

dari dari Gia, Alex pun menggunakan strategi white

lies, yaitu strategi untuk menghindari ketidaksetujuan

dari si petutur dan untuk menghindari muka positif si

petutur. Dalam hal ini, Alex tidak ingin merusak muka

positif dari Gia. Namun, sayangnya, strategi yang

dilakukan Alex kurang berhasil.

j. Analisis Dialog Adegan 10

(Dialog sebelumnya, yaitu Alex dengan para

penguin)

j.1 Penguin : Psstt. Senorita Bell-bottoms.

Tenemos una problema grande.

Alex : Que? Que grande problema?

Alex : Oh, no! She’s onto us!

Penguin : Shh! Don’t make it any easier on the

psycho.

Alex : What are we gonna do?

Penguin : We’d better vamose..pronto.

Alex : But we’re not ready. We’re ini the middle of rehearsals.

Penguin : Then why don’t you lit over, grab

your peduncle, and kiss New York

good-bye?

(Dialog Alex dengan Stefano)

j.2 Stefano : Are you sure we are ready?

Alex : Of course we are ready! Born ready!

Ready steady! Come on, let’s go!

Pembahasan:

Latar dari adegan ini adalah di sebuah taman, namun

mereka bersiap untuk melanjutkan perjalanan menuju

London. Dialog (j.1) ini terjadi pada saat mereka

sedang latihan sirkus untuk persiapan aksi sirkus

mereka di London. Kemudian datanglah Kapten

Chantal Dubois. Lalu, Alex dan para penguin

melakukan perundingan, dan akhirnya Alex dan para

penguin memutuskan untuk pergi dari tempat itu untuk

menghindari Kapten Chantal Dubois, dan melanjutkan

perjalanan menuju London.

Pelanggaran maksim terjadi pada saat Stefano

menanyakan kesiapan mereka untuk melakukan sirkus.

Pelanggaran maksim yang terjadi pada dialog (j.2)

adalah pelanggaran maksim kualitas karena Alex

mengatakan hal yang Alex sendiri tidak yakin akan

kebenarannya. Dalam adegan itu, Stefano bertanya

“Are you sure we are ready?”, dan Alex pun

menjawab “Of course, we’re ready! Born ready!

Ready steady! Come on, let’s go!”. Pelanggaran

maksim terjadi karena Alex tidak ingin menceritakan

yang sebenarnya bahwa Dubois datang, dan mereka harus segera meninggalkan tersebut. Akhirnya, Alex

memilih untuk melanggar maksim bahwa mereka

sudah sangat siap untuk melakukan aksi sirkus di

London.

Pada dialog ini, sebenarnya Alex tidak yakin akan

kesiapan teman-temannya untuk melakukan sirkus. Hal

tersebut terlihat dari dialog sebelumnya antara Alex

dan para penguin. Namun, dia harus meyakinkan

teman-temannya bahwa mereka sudah siap melakukan

sirkus dan segera meninggalkan tempat tersebut untuk

menghindari Dubois. Akhirnya, Alex pun berhasil memengaruhi pikiran teman-temannya bahwa mereka

siap melakukan sirkus, dan mereka pun melanjutkan

perjalanan kembali. Stefano dan kawan-kawan lainnya

akhirnya memercayai Alex karena mereka menganggap

Alex lebih berpengalaman dan memiliki kemampuan

sirkus yang lebih dari mereka semua (expert power).

Selain itu, mereka juga sangat mengagumi Alex karena

Alex telah berhasil mengajari ilmu-ilmu sirkus yang

baru (referent power). Kemudian, Alex pun juga

melakukan strategi repetition, yaitu pengulangan

digunakan untuk memberikan penekanan secara

Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013

Page 12: ANALISIS PELANGGARAN MAKSIM SEBAGAI STRATEGI …

12

emosional terhadap suatu hal. Dalam hal ini, Alex melakukan pengulangan kata ready yang dimaksudkan

untuk memberikan penekanan bahwa mereka telah siap

melakukan aksi sirkus sekaligus untuk menambah

semangat teman-temannya.

k. Analisis Dialog Adegan 11

k.1 Alex : Vitaly, what are you doing?

Vitaly : You missed.

Alex : You’re leaving? You’re just gonna

walk out on everybody?

Vitaly : They have good show without me. Alex : Look, I got a good left foot, but

without my right foot, I can’t walk.

Vitaly : You get fake foot, then you walk.

Alex : I don’t want fake foot! OK?

Vitaly : (groans)

Alex : What happened to “circus stick

together” huh? “The show must go on.”

Vitaly : Cliché.

Alex : Come on, man. Stop being this guy!

Be the other guy!

Vitaly : What other guy?

Alex : The guy who was all circus! The guy who jumped through hoops!

Alex : Give me that! The guy everybody

looked up to.

Alex : Come on. Where is that Vitaly?

Vitaly : That Vitaly is no more.

Alex : Listen, man. You may have given up

on yourself. But, your friends haven’t

given up on you.

Alex : Are you just going to turn your back

on them, and sit and eat borscht the rest

of your life? Or are you gonna get out there and jump through that tiny little

hoop?

Vitaly : (groans) It is impossible.

Alex : It’s always impossible, Vitaly. That’s

why the people loved it.

Vitaly : That is why I loved it. Because I did

the impossible! I was once a brave

tiger. And if I go down in flames.. so

be it!

Alex : You know, I think I might have an

idea for you.

Pembahasan:

Latar dari adegan ini adalah backstage atau belakang

panggung tempat pementasan sirkus di London.

Adegan kesebelas ini adalah ketika Alex berusaha

memengaruhi Vitaly agar mau melakukan lompatan

melalui lingkaran api seperti yang dahulu pernah Vitaly

lakukan.

Pelanggaran maksim yang terjadi pada adegan

kesebelas ini tidak terlalu sering intensitasnya.

Pelanggaran maksim hanya terjadi pada saat Alex hanya ingin mengubah pikiran Vitaly agar mau

melakukan lompatan api. Pelanggaran maksim yang

terjadi adalah metafora, salah satu bentuk pelanggaran

maksim kualitas. Dalam hal ini, untuk kembali

menyemangati Vitaly yang sudah hampir putus asa,

Alex melakukan metafora dengan membandingkan

persahabatan dengan sepasang kaki. Pada saat itu Alex

mengatakan “Look, I got a good left foot, but without

my right foot, I can’t walk.” Kalimat tersebut

bermakna bahwa persahabatan mereka akan terasa

pincang jika kehilangan salah satu orang saja. Perkataan Alex tersebut mulai memengaruhi pikiran

Vitaly, walaupun Vitaly tidak terlalu menampakannya.

Kemudian, pelanggaran maksim terjadi pada saat Alex

menawarkan sebuah ide untuk Vitaly (dialog

01:03:05), yaitu “You know, I think I might have an

idea for you.”. Pelanggaran maksim yang terjadi pada

saat itu adalah pelanggaran maksim kualitas. Hal

tersebut terjadi karena Alex sebenarnya tidak terlalu

yakin bahwa kondisioner rambut dapat membantu

Vitaly ketika melakukan lompatan di lingkaran api.

Alex hanya mengetahui bahwa kondisioner tersebut bukanlah bahan yang mudah terbakar seperti olive oil.

Ide Alex tersebut berhasil memengaruhi Vitaly, dan

akhirnya Vitaly pun mau melakukan lompatan di

lingkaran api tersebut dan berhasil melompatinya tanpa

terbakar.

Pada adegan ini, Alex mempunyai kuasa yang lebih

terhadap Vitaly karena Alex mengetahui tentang masa

lalu Vitaly sehingga ia bisa memengaruhi pikiran

Vitaly untuk melakukan lompatan api pada aksi sirkus

mereka. Selain itu, Alex pun sudah dianggap sebagai ketua karena berhasil mengajarkan teknik-teknik sirkus

yang baru. Kemudian, yang membuat akhirnya Vitaly

mau menerima dan memercayai ide yang ditawarkan

oleh Alex karena Vitaly merasa Alex mengetahui hal-

hal yang tidak ia ketahui mengenai kondisioner yagn

ditawarkan oleh Alex. Oleh sebab itu, Alex mampu

mengubah pikiran Vitaly, dan membuat Vitaly mau

melakukan apa yang diinginkan oleh Alex (expert

power). Kemudian, untuk mendapatkan muka dari

Vitaly, Alex pun melakukan strategi safe topics, yaitu

penutur memilih untuk membicarakan hal-hal yang

dianggap “aman” dan tidak menyinggung satu sama lain. Dalam hal ini, Alex mengatakan hal-hal yang

berhubungan dengan sahabat-sahabat Vitaly dan

kehebatan-kehebatan Vitaly pada waktu itu. Hal

tersebut dimaksudkan agar semangat Vitaly yang

dahulu dapat bangkit kembali dan ia bisa kembali

tampil bersama para sahabatnya.

Kesimpulan

Dari hasil analisis data yang telah dibahas sebelumnya,

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pelanggaran-

Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013

Page 13: ANALISIS PELANGGARAN MAKSIM SEBAGAI STRATEGI …

13

pelanggaran maksim yang dilakukan oleh Alex dan kawan-kawan berhasil memengaruhi pikiran lawan

bicara mereka untuk melakukan hal-hal yang

diinginkan oleh Alex dan kawan-kawannya.

Pelanggaran maksim yang banyak terjadi dalam film

ini adalah pelanggaran maksim kualitas. Pelanggaran

maksim kualitas terjadi karena penutur mengatakan

sesuatu yang tidak benar. Selain itu, pelanggaran

maksim kualitas terjadi karena penutur tidak yakin

akan kebenaran dari ucapannya tersebut. Hal inilah

yang dilakukan oleh Alex, Marty, Melman, dan Gloria

untuk menarik perhatian dan memengaruhi pikiran lawan bicara. Namun, dalam melakukan pelanggaran-

pelanggaran maksim tersebut, yang dalam film ini

lebih banyak memanipulasi sebuah cerita, Alex tidak

asal dalam mengarang sebuah cerita. Alex dan kawan-

kawannya berbohong sesuai dengan situasi dan kondisi

pada saat itu.

Rasa solidaritas di antara keduanya dibangun dengan

menggunakan strategi positive politeness. Positive

politeness adalah sebuah tindakan yang dilakukan

untuk mencari kesamaan-kesamaan di antara penutur

dan petutur untuk membangun rasa solidaritas dan kerjasama di antara kedua belah pihak. Strategi-strategi

positive politeness yang sering mereka lakukan dalam

film ini adalah seperti notice, attend to H (his interests,

wants, needs, and goods), white lies, intensify interest

to H, dan token agreement. Semua itu mereka lakukan

untuk mencari kesamaan-kesamaan di antara keduanya

dan untuk mendapatkan muka agar Alex dan kawan-

kawan lebih dipercaya oleh kelompok hewan sirkus

Zaragoza, dan akhirnya mereka mau melakukan apa

yang menjadi keinginan dari Alex dan kawan-kawan.

Selain itu, hal tersebut dilakukan agar Alex dan kawan-kawan tetap terlihat menarik dan mendapat

kepercayaan dari rombongan hewan sirkus Zaragoza.

Faktor lain yang membuat kelompok hewan sirkus

Zaragoza akhirnya mau berubah pikiran adalah

mengenai relasi kuasa.

Relasi kuasa adalah sebuah tingkatan dalam kehidupan

sosial bermasyarakat sehingga dapat menentukan

bagaimana kita bersikap dan berbicara. Relasi kuasa

terbagi menjadi lima, yaitu legitimate power, referent

power, dan expert power. Relasi kuasa yang banyak

terdapat dalam film ini adalah referent power dan expert power. Pada film ini, Alex dan kawan-kawan

dianggap memiliki kuasa lebih terhadap kelompok

hewan Zaragoza karena Alex dan kawan-kawan

dianggap sudah ahli dalam melakukan aksi sirkus.

Selain itu, Alex dan kawan-kawan juga dikagumi oleh

kelompok hewan Zaragoza sehingga Alex dan kawan-

kawan dapat dengan leluasa memengaruhi pikiran

kelompok hewan Zaragoza agar mau melakukan apa

yang menjadi keinginan Alex dan kawan-kawan.

Selain itu, ketika kita melakukan persuasi dengan pelanggaran maksim, kita harus memperhatikan

intensitasnya. Dari analisis data yang telah dibuat, kita

dapat melihat bahwa semakin sering kita melakukan

strategi persuasi, semakin sering pula kita melakukan

pelanggaran maksim. Ketika kita ingin agar lawan

bicara kita semakin percaya kepada kita, intensitas

pelanggaran maksim semakin ditingkatkan. Namun,

pada saat kita telah mendapat kepercayaan dari lawan

bicara dan telah sedikit berhasil membangun rasa

solidaritas diantara lawan bicara, kita tidak terlalu

sering melakukan pelanggaran maksim karena lawan bicara kita sudah memercayai kita.

Kemudian, dari sisi komunikasi, terdapat lima syarat

bagi para persuader ketika melakukan sebuah strategi

persuasi. Lima syarat tersebut adalah, syarat pertama,

apapun pendekatan yang mereka ambil dan lakukan,

para persuader harus mendapatkan perhatian si lawan

bicara karena inti dari persuasion adalah berhasil

mendapatkan atau menarik perhatian lawan bicara

untuk memengaruhi pikirannya untuk melakukan apa

yang kita inginkan. Syarat kedua, para persuader harus

berusaha agar si lawan bicara mengerti pesan yang ingin disampaikan dari sebuah ujaran, sekecil apapun

pesan yang mereka dapatkan. Syarat ketiga, para

persuader harus mempelajari psikologi para lawan

bicaranya karena kita harus beradaptasi dengan lawan

bicara kita. Syarat keempat, para persuader harus

mengantipasi ketidak cocokan secara interpersonal.

Para persuader tidak boleh terlalu percaya terhadap apa

yang dianggap benar dan dirasakan oleh lawan bicara

kita. Para persuader harus membuat jarak antara apa

yang harus lawan bicara kita rasakan atau pikirkan

dengan apa yang dirasakan atau pikirkan oleh lawan bicara kita.

Dalam melakukan persuasi ini, Alex dan kawan-kawan

lebih sering memenuhi syarat pertama, kedua, dan

keempat. Dengan melanggar maksim-maksim yang

ada, Alex dan kawan-kawan berhasil melakukan

pendekatan kepada hewan-hewan kelompok sirkus

Zaragoza. Selain itu, kelompk hewan-hewan sirkus

Zaragoza juga mampu menangkap pesan-pesan yang

disampaikan oleh Alex dan kawan-kawan melalui

pelanggaran-pelanggaran maksim tersebut. Kemudian,

melalui pelanggaran maksim, Alex dan kawan-kawan berhasil melebur segala perbedaan-perbedaan yang

sangat terasa pada saat di awal pertemuan.

Sebagai co-active persuader, Alex dan kawan-kawan

mengikuti tiga dari lima hal penting dalam co-active

persuasion. Dalam hal ini, Alex dan kawan-kawan

sering kali melakukan rhetoric of identification. Para

co-active persuader mencari kesamaan-kesamaan

dengan si petutur atau target sasaran. Para co-active

persuader ini mencari kesamaan dengan

mengidentifikasi melalui kata-kata, sikap, pakaian, dan

Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013

Page 14: ANALISIS PELANGGARAN MAKSIM SEBAGAI STRATEGI …

14

penampilan. Hal tersebut untuk mengidentifikasi persamaan minat dan kepentingan. Hal inilah yang

dilakukan oleh Alex dan kawan-kawan. Mereka

mengetahui bahwa mereka akan sangat membutuhkan

kelompok hewan sirkus Zaragoza agar bisa lari dari

kejaran Dubois dan kembali ke asal mereka di New

York, sehingga mereka pun akhirnya memanipulasi

cerita bahwa mereka adalah kelompok hewan sirkus

yang terkenal dari New York. Lalu, sangat kebetulan

bahwa saat itu kelompok hewan Zaragoza sedang

bermasalah sehingga kehadiran Alex dan kawan-kawan

dapat memberikan sebuah semangat baru bagi kelompok sirkus mereka. Kemudian, dalam melakukan

strategi-strategi retorik ini, sangat penting bagi para

persuader untuk melakukan avoidance of threats or

acts of force. Dalam hal ini, Alex dan kawan-kawan

pun melakukan hal yang serupa. Alex dan kawan-

kawan melakukan pendekatan secara emosional.

Pada akhirnya, Alex dan kawan-kawan pun berhasil

mendapatkan equal access terhadap lawan bicaranya.

Seiring dengan semakin meningkatnya kepercayaan

kelompok hewan-hewan sirkus Zaragoza kepada Alex

dan kawan-kawan, dalam hal ini, Alex dan kawan-kawan pun akhirnya berhasil ikut gabung dalam kereta

milik kelompok hewan sirkus Zaragoza. Lalu,

kelompok hewan-hewan sirkus Zaragoza pun akhirnya

memercayai Alex untuk mengajarkan aksi sirkus

dengan gaya yang baru kepada mereka. Selain itu, Alex

dan kawan-kawan pun akhirnya berhasil merebut hati

kelompok hewan sirkus Zaragoza sehingga mereka pun

akhirnya diperbolehkan untuk ikut kelompok hewan

sirkus Zaragoza menuju ke Roma.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelanggaran maksim dapat dijadikan sebagai sebuah strategi persuasi atau

strategi untuk memengaruhi pikiran lawan bicara kita

agar mau melakukan apa yang kita harapkan. Sebagai

sebuah strategi persuasi, pelanggaran maksim

didukung dan diperkuat oleh beberapa teori seperti

teori persuasion, teori rhetoric, teori relasi kuasa, dan

teori positive politeness. Beberapa teori tersebut saling

mendukung untuk melakukan strategi persuasi dengan

cara melanggar maksim-maksim yang ada.

Daftar Acuan

Acuan dari buku:

Brown, P., & Levinson, S.C. (1978). Politeness: some

universals in language usage. Cambridge:

Cambridge University Press

Cangara, H. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Kridalaksana, H. (2005). Pragmatik. Dalam

Kushartanti, U. Yuwono., M.R.M.T Lauder (Ed.),

Pesona bahasa: langkah awal memahami linguistik (pp. 3-14). Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama

Kushartanti. (2005). Pragmatik. Dalam Kushartanti, U.

Yuwono., M.R.M.T Lauder (Ed.), Pesona

bahasa: langkah awal memahami linguistik (pp.

104-113). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Leech, G.N. (1983). Principles of Pragmatics. New

York: Longman Group Limited

Levinson, S.C. (1983). Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press

Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi. Yogyakarta:

Graha Ilmu

Simons, H.W. (1976). Persuasion: understanding,

practice, and analysis. United States of America:

Newbery Award Records, Inc

Thomas, J. (1995). Meaning in interaction: an

introduction to pragmatics. United States of

America: Longman Group Limited

Yule, G. (1996). Pragmatics. Oxford: Oxford

University Press

Acuan dari skripsi/tesis/artikel ilmiah:

Amberg, J.S., & Vause, D.J. (2010). What is

language?. American English: History, Structure,

and Usage. United Kingdom: Cambridge

University Press, 1-10. Diunduh dari:

http://assets.cambridge.org/97805218/52579/excerpt/9780521852579_excerpt.pdf. Diakses pada 1

Oktober 2011, pukul 22:56

Carnegie, D.B. (1905). The sin of monotony. The Art

of Public Speaking, 12-15. Diunduh dari:

http://www.gutenberg.org. Diakses pada 1

Oktober 2011, pukul 22:19

Muryatina, R. (2009). Dialog Alex dan Jonathan dalam

film Everything is illuminated: analisis tindak

tutur dan implikatur dalam perbedaan budaya

(Skripsi, Universitas Indonesia, 2009). Diunduh dari: http://lontar.ui.ac.id/opac/ui/index.jsp

Acuan dari internet:

”Developing a Communication Strategy”, diunduh

dari: http://idrc.org/uploads/user-

S/11606746331Sheet01_CommStrategy.pdf.

Diakses pada 25 April 2011 pukul 15.20

Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013