Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
ANALISIS PELANGGARAN MAKSIM SEBAGAI STRATEGI PERSUASI
DALAM FILM MADAGASCAR 3: EUROPE’S MOST WANTED: SEBUAH
ANALISIS PRAGMATIK
Ratih Winanti Rahayu dan Diding Fahrudin
Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Kampus Universitas Indonesia, Depok,
16424, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Sebagai makhluk sosial, kita tidak dapat dipisahkan dari komunikasi dan interaksi sosial dengan orang lain. Seperti
yang telah kita ketahui, untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, kita membutuhkan bahasa. Bahasa
merupakan elemen penting dalam berkomunikasi dan berinteraksi. Sebagai alat komunikasi dalam interaksi sosial,
bahasa juga berperan penting dalam menjaga hubungan sosial di antara pemakainya. Dalam berkomunikasi, terdapat
prinsip-prinsip kerjasama yang mengatur kita dalam berkomunikasi. Prinsip-prinsip kerjasama tersebut terdiri dari
beberapa maksim. Namun, dalam prosesnya, kita seringkali melanggar maksim-maksim tersebut dengan tujuan sebagai
strategi menarik perhatian kawan bicara. Dalam film Madagascar 3: Europe’s Most Wanted terdapat banyak pelanggaran maksim sebagai strategi persuasi. Dengan menggunakan teori implikatur percakapan, teori retorik, dan
teori-teori lain, seperti teori kesantunan, teori co-active persuasion, dan teori relasi kuasa, akan membantu untuk
menganalisis pelanggaran maksim sebagai strategi persuasi. Temuan dari penelitian ini adalah pelanggaran maksim
dapat digunakan sebagai strategi persuasi.
The Analysis of Flouting Maxims as a Persuasion Strategy on Madagascar 3: Europe’s Most
Wanted: A Pragmatic Analysis
Abstract
As social beings, we cannot be separated from social interaction and communication. We need to interact and communicate with other people. As we all know, to communicate and interact with other people, of course, we need a
language. Language is foremost a means of communication and interaction. As a communication tool in social
interaction, language is also important in keeping a good social relation among language users. There are cooperative
principles which control us in the way we communicate with others. The cooperative principles contain some maxims.
Yet, in the middle of conversation, we usually flout or violate the maxims in order to attract the hearers. In the movie
Madagascar 3: Europe’s Most Wanted, there are so many flouts of maxims or exploit of maxims which is done by
Alex, Marty, Melman, and Gloria as a persuasion strategy. Using conversational implicature theory, rhetoric theory, and
some theories like politeness theory, co-active persuasion theory, and power relation theory will help to analyze this
research on the use of flouting maxims and violating maxims as persuasion or rhetoric strategy. The finding of this
research is that flout of maxims or exploit of maxims can be used as persuasion strategies.
Keywords: pragmatics, communication, conversational implicature, rhetoric, persuasion
Pendahuluan
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat
dipisahkan dari komunikasi dan interaksi sosial. Kita
selalu ingin berhubungan dengan manusia lainnya
karena kita ingin mengetahui keadaan di lingkungan
sekitarnya. Hal tersebut sesuai dengan pengertian
komunikasi menurut Webster New Collogiate
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
2
Dictionary yang dikutip oleh Riswandi dalam bukunya yang berjudul Ilmu Komunikasi yaitu suatu proses
pertukaran informasi di antara individu – individu
melalui sistem lambang – lambang, tanda – tanda, atau
tingkah laku (2009).
Communication is a process by which information
is exchanged between individuals through a common
system of symbols, signs, or behavior (the function of
pheromones in insect communication)
(http://www.merriam-
webster.com/dictionary/communication)
Dengan kata lain, komunikasi adalah suatu transaksi
simbolik yang mendorong orang–orang untuk
mengatur lingkungannya dengan membangun
hubungan antar sesama manusia, melalui pertukaran
informasi, serta mengubah sikap dan tingkah laku itu
(Book dalam Cangara: 2006, 19). Komunikasilah yang
memungkinkan terjadinya suatu sistem sosial atau
masyarakat. Dalam proses komunikasi, terdapat suatu
proses hubungan timbal balik antara penutur (speaker)
dan pendengar (listener) yang mengakibatkan
terjadinya suatu proses interaksi. Kita mengetahui bahwa bahasa merupakan hal utama dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan manusia
lainnya. Menurut para ahli linguistik, bahasa adalah
sistem tanda bunyi yang disepakati untuk dipergunakan
oleh para anggota kelompok masyarakat tertentu dalam
bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri
(Kridalaksana: 2007, 3).
Seperti yang telah disebutkan di atas, manusia
membutuhkan bahasa dalam berkomunikasi. Bahasa
adalah elemen penting dalam berkomunikasi, dan komunikasi sangat berhubungan dengan interaksi
sosial. Sebagai alat komunikasi dalam interaksi sosial,
bahasa juga berperan penting dalam menjaga hubungan
sosial di antara pemakainya. Sebagai pengguna bahasa,
manusia harus mengetahui cara berbahasa yang baik
supaya hubungan antar sesama pengguna bahasa dapat
tercipta dan terpelihara dengan baik. Selain itu, tujuan
komunikasi dapat tercapai dengan baik dan efektif.
“Language is foremost a means of communication, and
communication almost always takes place within some
sort of social context. This is why effective communication requires an understanding and
recognition of the connections between a language and
the people who use it.” (Amberg & Vause: 2010, p.2)
Konteks sosial merupakan faktor penting dalam
menentukan penggunaan sebuah bahasa. Hubungan
tersebut dapat terlihat ketika kita menggunakan bahasa
yang tepat kepada orang yang tepat, contohnya kita
seringkali menggunakan bahasa slang ketika kita
berbicara dengan teman atau sahabat kita.
Contoh: A : Eh, lo semalem ke mana? Whatsapp1 gue gak
dibales.
B : Gue semalem ketiduran. Lupa mau bales
whatsapp lo.
Contoh di atas menggambarkan bahwa kita
menggunakan bahasa yang lebih santai atau non formal
ketika lawan bicara kita adalah teman atau sahabat kita.
Namun, kita menggunakan bahasa yang lebih formal
ketika kita berbicara dengan atasan kita atau orang
yang lebih kita hormati.
Contoh:
(seorang anak berbicara kepada ibunya)
A : Ibu, hari ini aku pulang terlambat. Aku mau
belajar bersama.
B : Iya, Nak. Jangan pulang terlalu larut ya.
Contoh di atas menunjukkan bahwa kita menggunakan
bahasa yang lebih formal dan santun ketika lawan
bicara kita adalah orang yang lebih kita hormati. Jadi,
dapat kita simpulkan bahwa bahasa memiliki peraturan
dan fungsinya masing-masing.
Bahasa, sebagai media yang digunakan manusia untuk
berinteraksi dan berkomunikasi memiliki beberapa
fungsi. Fungsi bahasa dibedakan menjadi dua, yaitu
fungsi transaksional dan fungsi interaksional. Fungsi
transaksional bahasa dapat dilihat ketika bahasa
berfungsi untuk menyampaikan pesan dari penutur
(speaker) kepada petutur (listener) sedangkan fungsi
interaksional bahasa dapat kita lihat ketika bahasa
berfungsi untuk menjalin hubungan sosial dengan
manusia lainnya (Brown & Yule dalam Muryatina:
2009, 1). Dalam berkomunikasi dan berinteraksi, fungsi bahasa yang dominan adalah fungsi
interaksional bahasa karena fungsi tersebut lebih lekat
dengan bahasa lisan.
Dalam bahasa lisan yang terkait dengan fungsi
interaksionalnya, manusia seringkali melanggar
prinsip–prinsip kerjasama yang ada. Prinsip-prinsip
kerjasama adalah aturan-aturan yang mengatur kita
dalam berkomunikasi sehingga maksud dari
percakapan tersebut dapat tersampaikan atau dengan
kata lain norma-norma berkomunikasi. “The
Cooperative Principle: Make your conversational contribution such as is required, at the stage at which
it occurs, by the accepted purpose or direction of the
talk exchange in which you are engaged” (Grice dalam
Yule: 1996, 37). Hal tersebut terjadi karena tidak
semua orang mempunyai aturan yang sama akibat
perbedaan budaya dan komunitas linguistik. Menurut
Grice, prinsip – prinsip kerjasama atau the cooperative
principle terdiri dari empat sub prinsip atau biasa
disebut maksim. Maksim atau bidal adalah prinsip-
1 Salah satu media sosial sejenis Blackberry Messenger
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
3
prinsip umum yang mendasari keefektifan penggunaan sebuah bahasa. Maxims of conversation is general
principles underlying the efficient co-operative use of
language, which jointly express a general co-operative
principle (Grice dalam Levinson: 1983, 101). Maksim-
maksim tersebut terdiri dari Maksim Quality, Maksim
Quantity, Maksim Relevance, dan Maksim Manner.
Penggunaan maksim dalam sebuah percakapan dapat
kita lihat dalam contoh berikut ini.
Contoh:
(suatu siang di Kota Tua Jakarta) A : Mbak, Museum Bank Indonesia ada di
mana ya?
B : Oh, museumnya ada di sebelahnya
Museum Bank Mandiri, mbak. Seberangnya
shelter Transjakarta.
A : Terima kasih ya, mbak.
Percakapan di atas merupakan contoh penggunaan
maksim yang tepat karena B menaati semua maksim
yang ada. B menjawab dengan benar (maxim of
quality) dan tanpa menambah-nambahkan informasi
yang ada (maxim of quantity). Selain itu, B menjelaskan kepada A dengan jelas, tidak bermakna
ganda, dan sesuai dengan pertanyaan yang ditanyakan
oleh A (maxim of manner and maxim of relevance).
Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa supaya
komunikasi kita dapat berjalan dengan efisien, kita
harus mematuhi keempat maksim tersebut. Namun,
terkadang manusia seringkali berkomunikasi secara
tidak langsung atau dengan menggunakan implikatur-
implikatur. Implikatur-implikatur tersebut dapat
tercipta melalui pelanggaran maksim-maksim yang ada
karena tanpa disadari manusia sering kali melanggar keempat maksim atau floutings or exploitations of the
maxims ketika berbicara dengan manusia lainnya.
Pelanggaran-pelanggaran maksim yang sering
dilakukan adalah pelanggaran maksim dalam
berkomunikasi.
Pelanggaran-pelanggaran maksim ini dapat terjadi
dengan sengaja maupun tidak disengaja. Pelanggaran
maksim yang disengaja pun memiliki tujuan yang
berbeda. Ada pelanggaran maksim yang disengaja agar
petutur memahami implikatur tertentu dibalik
pelanggaran tersebut (floutings of maxim). Selain itu, ada juga pelanggaran maksim yang disengaja agar
petutur terkecoh dalam menangkap implikatur yang
ada di balik pelanggaran maksim tersebut (violating
maxims).
Sebuah tindakan pelanggaran maksim dapat dilakukan
dengan maksud untuk sebuah tujuan komunikasi (Grice
dalam Levinson: 1983, 109). Ketika manusia
berkomunikasi dengan bahasa, mereka tidak hanya
menyampaikan informasi, tetapi juga mengekspresikan
perasaan dan citra diri mereka. Selain itu kita sebagai
manusia berkomunikasi dengan manusia lainnya dan dengan berkomunikasi itulah mereka juga dapat
menggambarkan karakter mereka sendiri. Seperti
contohnya apakah kita termasuk orang yang asyik
untuk diajak mengobrol atau tidak. “Do not be a
monotous speaker” adalah kata yang tepat ketika kita
ingin menjalin sebuah hubungan baru dengan orang
yang baru dikenal. Tentu saja kita tidak ingin dianggap
sebagai orang yang monoton. Hal tersebut dapat
membuat kita terlihat sangat membosankan dan lawan
bicara kita akan menjauhi kita.
“Monotony, the cardinal and most common sin of
the public speaker, is not a transgression – it is rather
a sin of omission, for it consists in living up to the
confession of the Prayer Book: “We have left undone
those things we ought to have done” (Carnegie: 1905)
Untuk menghindari hal-hal tersebut, kita memerlukan
beberapa strategi untuk berkomunikasi dengan lawan
bicara kita karena komunikasi yang baik tidak terjadi
dengan sendirinya. Kita harus mengatur,
mengembangkannya, dan membangun komunikasi
tersebut dengan baik.
“Communication does not just happen. It must be
organized, developed, and built. The first step in the
process is to define a communications strategy. A
good communications strategy allows you to exercise
better control over your work and to frame the issues
in a perspective other than research. A
communications strategy removes doubt, emphasizes
planning, and involves all the project participants in
raising the visibility of the research” <”Developing a
Communication Strategy”, http://idrc.org/uploads/user-
S/11606746331Sheet01_CommStrategy.pdf>
Oleh karena itu, manusia memerlukan teknik-teknik
persuasi atau teknik-teknik menarik perhatian lawan
bicara ketika berkomunikasi.
Dalam ilmu pragmatik, kita mengenalnya sebagai
Rhetoric. Retorik sangat berhubungan dengan ilmu
penggunaan bahasa yang efektif dalam berkomunikasi.
Retorik adalah sebuah seni penggunaan bahasa secara
efektif untuk menarik perhatian lawan bicara untuk
mengungkapkan sebuah ekspresi atau bagi para public speaker ketika sedang berbicara di depan umum.
Tujuan utama dari retorik adalah bagaimana
penggunaan sebuah bahasa dapat memengaruhi pikiran
orang yang mendengarnya.
“…whereas rhetoric has been understood, in
particular historical traditions, as the art of using
language skillfully for persuasion, or for literary
expression, or for public speaking. The point about
the term rhetoric, in this context, is the focus it places
on a goal-oriented speech situation, in which s uses
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
4
language in order to produce a particular effect in the mind” (Leech: 1983, 15).
Dalam ilmu komunikasi, kita juga mengenalnya
sebagai Persuasion. Istilah persuasi sudah ada sejak
jaman Yunani. Menurut orang Yunani dan Roma,
Rhetoric adalah hal yang sangat berkaitan dengan
tindak ujar yang memiliki tiga fungsi umum, yaitu
fungsi sebagai argumentasi ketika berada di pengadilan
(forensic oratory), ketika berpidato di sebuah acara
(epideictic oratory), dan ketika kita sedang
berpartisipasi dalam sebuah debat mengenai kebijakan-kebiijakan publik (deliberative oratory).
“The ancient Greeks and Romans identified rhetoric
with speech-making in the performance of three vital
public functions. Citizens in those days argued their
own legal cases in the courtroom (forensic oratory),
presented speeches on ceremonial occassions
(epideictic oratory), and participated in debates about
matters of public policy (deliberative oratory)”
(Simons: 1976, 4).
Sebagai seorang persuader atau orang yang melakukan teknik-teknik persuasi, mereka perlu melakukan
strategi-strategi untuk menarik perhatian lawan bicara.
Strategi-strategi tersebut dapat bermacam-macam,
salah satunya adalah dengan tidak mematuhi maksim-
maksim yang sudah ada, yaitu Maksim Quality,
Maksim Quantity, Maksim Relevance, dan Maksim
Manner. Salah satu strategi yang dikemukakan oleh
Simons adalah dengan memanipulasi kata-kata (1976:
35). Seorang persuader dapat melakukan manipulasi
terhadap lawan bicaranya untuk memengaruhi
pikirannya agar lawan bicaranya tersebut mau melakukan apa yang diinginkan. Sedianya sebuah
komunikasi dapat berjalan dengan baik dan efisien
apabila kita mematuhi maksim-maksim yang ada.
Namun, tanpa disadari, kita sering kali melanggar
maksim – maksim yang ada agar seseorang tertarik
kepada obrolan kita. Selain itu, pelanggaran maksim
dapat membuat proses komunikasi tersebut berjalan
lancar dan efektif. Hal inilah yang akhirnya menjadi
pokok permasalahan dalam penelitian ini.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang diterapkan dalam melakukan
penelitian ini adalah metode kepustakaan, yaitu dengan
melakukan studi yang mendalam atas bacaan – bacaan
yang dinilai relevan dengan topik penelitian ini.
Melalui metode ini, teori – teori yang digunakan
sebagai landasan dalam penelitian ini dikumpulkan dan digunakan sebagai alat untuk menganalisis data.
Data yang dikumpulkan berasal dari film kartun
populer bergenre drama komedi yang berjudul
Madagascar 3: Europe’s Most Wanted. Data yang
digunakan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer dalam penilitian ini berupa dialog yang
secara langsung didapat dari film Madagascar 3:
Europe’s Most Wanted. Penulis memilah – milah data
primer yang berupa dialog dari film tersebut untuk
kemudian dicatat dan dianalisis.
Alasan penulis menggunakan film Madagascar 3:
Europe’s Most Wanted karena pada film ini para tokoh
film, Alex, Marty, Melman, dan Gloria, tersebut sering
kali terlihat melakukan pelanggaran maksim ketika
berkomunikasi yang bertujuan sebagai strategi-strategi
persuasi yang ditujukan untuk memengaruhi pikiran kelompok hewan sirkus Zaragoza jika dibandingkan
dengan beberapa film Madagascar yang terdahulu.
Penelitian ini hanya mengambil 11 adegan yang
meliputi 25 ujaran dari para pemerannya. Hal ini
dikarenakan intensitas pelanggaran maksim yang
dilakukan oleh Alex, Marty, Melman, dan Gloria lebih
sering terlihat pada kesebelas adegan tersebut.
Penelitian ini dimulai dengan menonton film dan
mencatat setiap ujaran dari para tokoh film
Madagascar 3: Europe’s Most Wanted. Dari setiap
ujaran yang telah dicatat tersebut dibagi menjadi beberapa adegan yang menunjukkan pelanggaran
maksim ketika melakukan tindakan persuasi. Data
penelitian ini terdiri dari 11 adegan dari film tersebut.
Kemudian, dari 11 adegan tersebut, terbagi lagi
menjadi 25 ujaran yang mengandung pelanggaran
maksim di dalamnya. Setelah itu, data yang berupa
ujaran tersebut dianalisis dengan menganalisis terlebih
dahulu makna tersirat dari sebuah ujaran yang
diucapkan oleh si tokoh utama yaitu Alex, Marty,
Melman, dan Gloria. Kemudian penulis menentukan
pelanggaran – pelanggaran maksim apa saja yang dilakukan oleh Alex, Marty, Melman, dan Gloria.
Kemudian penulis menganalisis maksud dan tujuan
dilakukannya pelanggaran-pelanggaran maksim
tersebut di saat mereka berkomunikasi. Selain melihat
dari ujaran para tokoh utama dalam film ini, penulis
juga mencocokkan antara ujaran dengan adegan dari
para tokoh film tersebut sehingga penulis mengetahui
bahwa para tokoh tersebut sedang melakukan persuasi
kepada lawan bicaranya.
Penelitian mengenai pelanggaran maksim sebagai
strategi persuasi ini juga dikaitkan dengan beberapa teori yang sesuai dengan bahasan penulis, seperti teori
implikatur percakapan, teori retorik, teori kesantunan,
teori co-active persuasion, dan teori relasi kuasa.
Kemudian, penulis mendapatkan hasil dan temuan dari
analisis data yang sudah dikumpulkan. Dari hasil
analisis data itulah penulis dapat menarik kesimpulan
mengenai tujuan dilakukannya pelanggaran maksim
ketika Alex, Marty, Melman, dan Gloria
berkomunikasi dengan kelompok hewan sirkus
Zaragoza.
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
5
Analisis dan Interpretasi Data
Penelitian pada skripsi ini dilakukan dengan
menganalisis setiap dialog yang dilontarkan oleh para
pemain film Madagascar 3: Europe’s Most Wanted.
Data penelitian ini terdiri dari 11 adegan yang terdiri
dari 25 ujaran dari para pemerannya. Setiap adegan akan dicari ujaran yang mengandung pelanggaran
maksim yang dilakukan oleh para pemain film
Madagascar 3 ini. Kemudian, masing-masing ujaran-
ujaran dari adegan tersebut akan dibagi lagi
berdasarkan pelanggaran maksim yang mereka
lakukan. Masing-masing dari ujaran yang mengandung
pelanggaran maksim tersebut kemudian akan diteliti.
Penelitian akan dilakukan berdasarkan teori-teori yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya.
a. Analisis Dialog Adegan 1 a.1 Alex : What are we doing?
Here we are relying on the penguins to
come back for us.
But.. We should just go to Monte Carlo
and get them.
Melman : How do a lion, a zebra, a giraffe and a
hippo walk into a casino in Monte
Carlo?
Marty : I don’t know. Ask the rabbi!
Melman : Hey, I’m serious.
Alex : Come on! We can do it! We can do
anything! It’s us! Marty : We’re us!
a.2 Alex :Yeah, that’s right! We’ve gone
halfway around the world.
Compared with that, Monte Carlo’s just
a hop, skip, and a swim away.
All : Yeah! To home!
Pembahasan:
Pada adegan 1 ini, berlatar di Negara Afrika. Pada adegan ini, para penguin meninggalkan Alex, Marty,
Melman, Gloria, dan para lemur di Afrika untuk
bermain kasino di Monte Carlo supaya para penguin
tersebut mendapatkan uang untuk kembali ke New
York. Namun, pada kenyataannya para penguin
tersebut tidak akan kembali lagi untuk menjemput
Alex, Melman, Marty, dan Gloria. Kemudian, Alex
pun berencana untuk menyusul para penguin tersebut
menuju Monte Carlo.
Pada dialog (a.1), pelanggaran maksim yang terjadi adalah pelanggaran maksim relevance/ relevansi dan
maksim quantity/ kuantitas. Hal tersebut terjadi ketika
Melman bertanya kepada Alex, how do a lion, a zebra,
a giraffe and a hippo walk into a casino in Monte
Carlo? (00:04:49). Ketika itu, Alex tidak memberikan
jawaban yang sesuai dengan pertanyaan yang diajukan oleh Melman. Alex pun menjawabnya dengan, “Come
on! We can do it! We can do anything! It’s us!”
(00:04:55). Jawaban Alex merupakan pelanggaran dari
maksim cara dan maksim kuantitas karena pada adegan
tersebut, Alex memberikan jawaban yang tidak sesuai
dengan pertanyaannya (maksim relevansi), dan tidak
informatif (maksim kuantitas). Selain itu, pelanggaran
maksim terjadi karena Alex sendiri tidak terlalu
mengetahui bagaimana cara mereka untuk sampai di
Monte Carlo. Kemudian, hal itu Alex lakukan agar ia
tidak merusak muka positif teman-temannya. Di sini, Alex membutuhkan dukungan dan persetujuan dari
para teman-temannya agar mereka semua mau ikut
Alex menuju Monte Carlo sehingga ia pun melakukan
strategi token agreement yang mengharapkan
persetujuan dan kerjasamanya dengan semua teman-
temannya.
Pada dialog (a.2), pelanggaran maksim yang terjadi
adalah pelanggaran maksim quality/ kualitas. Hal ini
terjadi ketika Alex berkata, “Yeah, that’s right! We’ve
gone halfway around the world. Compared with that,
Monte Carlo’s just a hop, skip, and a swim away” (00:04:59 & 00:05:01). Pada dialog tersebut, Alex
tidak berkata sesuatu dengan benar. Alex berkata
bahwa seakan-akan Monte Carlo itu memiliki jarak
yang tidak jauh dari Afrika sehingga dapat dicapai
hanya dengan lompat dan berenang. Pada
kenyataannya, Monte Carlo tidak sekecil yang
dikatakan oleh Alex. Pelanggaran maksim terjadi
karena ia tidak tahu harus berkata apa agar teman-
temannya tidak pasrah menerima kenyataan tersebut.
Selain itu, ia juga ingin mencari dukungan teman-
temannya dan berharap teman-temannya akan mengubah pikirannya dan mengikuti apa yang
diinginkan oleh Alex.
Melalui pelanggaran-pelanggaran maksim yang
dilakukan oleh Alex, ia berhasil menyemangati dan
mengubah pikiran teman-temannya yang awalnya
sudah pasrah untuk tetap tinggal di padang ilalang di
Afrika jika memang para penguin tersebut tidak akan
kembali untuk menjemput mereka. Pada kedua contoh
dialog tersebut, terbukti bahwa pelanggaran maksim
dapat menarik perhatian dan merubah pikiran lawan
bicara kita agar melakukan sesuatu yang kita harapkan (rhetoric & persuasion). Selain itu, Gloria, Melman,
dan Marty mau memercayai Alex dan mau melakukan
apa yang diinginkan Alex karena mereka menganggap
Alex memiliki peran yang lebih ketika mereka berada
di kebun binatang di New York (legitimate power).
Pelanggaran maksim yang dilakukan Alex berhasil
karena didukung oleh kemampuan Alex dalam
mengambil muka teman-temannya. Pada dialog ini,
Alex menggunkana token agreement untuk meminta
persetujuan dari teman-temannya. Token agreement
adalah strategi untuk mencari persetujuan atau
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
6
kesepahaman dengan mengharapkan petutur selalu setuju kepada penutur, dan menyembunyikan
ketidaksetujuan mereka. Oleh karena itu, dalam upaya
mengharapkan persetujuan dari teman-temannya, Alex
melanggar maksim-maksim yang ada. Kemudian, pada
kedua contoh dialog tersebut, intensitas pelanggaran
maksim yang dilakukan pada adegan pertama ini belum
terlalu sering dilakukan oleh penutur.
b. Analisis Dialog Adegan 2
b.1 Vitaly : Where are you coming from?
Alex : Please, you got to hide us. Just until the heat dies down.
Vitaly : Absolut no outsiders. So wipe the
Smirnoff your face and Popov!
Alex : Come on, man. You gotta do one cat a
solid. Cat to cat. Do a solid here,
buddy. Come on.
Pembahasan:
Adegan 2 ini berlatar di sebuah rel kereta api. Pada
adegan ini, Alex, Melman, Marty, Gloria, para
penguin, dan para monyet berusaha kabur dari kejaran polisi. Mereka berusaha mencari perlindungan kepada
rombongan sirkus Zaragoza dengan memohon untuk
ikut di dalam kereta bersama rombongan mereka.
Pelanggaran maksim yang terjadi pada adegan ini
adalah maksim kualitas, maksim kuantitas, dan maksim
relevansi. Pelanggaran maksim terjadi ketika Vitaly
bertanya “Where are you coming from?” (00:22:23),
kemudian Alex menjawabnya dengan “Please, you got
to hide us. Just until the heat dies down” (00:22:26).
Jawaban yang diberikan oleh Alex itulah yang termasuk melanggar keempat jenis maksim yang ada
karena Alex memberikan jawaban yang tidak benar
(maksim kualitas), tidak memberikan jawaban yang
informatif bagi Vitaly (maksim kuantitas), kemudian
Alex tidak memberikan jawaban yang sesuai/ relevan
dengan apa yang ditanyakan oleh Vitaly (maksim
relevan). Pelanggaran maksim terjadi dengan disengaja
karena Alex tidak ingin membuka asal usul mereka,
dan Alex pun bingung menjelaskan yang sebenarnya
kepada Vitaly. Oleh karena itu, Alex sengaja
mengalihkan pembicaraan Vitaly. Selain itu, Alex
melakukan strategi persuasi dengan melanggar maksim untuk mencoba beradaptasi dengan lawan bicaranya,
yaitu Vitaly, agar Vitaly mengijinkan Alex dan kawan-
kawan untuk masuk ke dalam kereta. Selain itu, untuk
mendapatkan muka dari Vitaly, Alex pun berusaha
dengan melakukan strategi address forms. Address
forms adalah penutur menggunakan kata-kata sapaan
seperti dear, babe, honey, pal, buddy, dan sebagainya.
Hal tersebut terlihat ketika Alex menggunakan kata
buddy kepada Vitaly. Disitu Alex berusaha mencari
kesamaan-kesamaan dengan Vitaly. Selain itu, Alex
pun menambahkan dengan mengatakan “You gotta do
one cat a solid. Cat to cat. Do a solid here, buddy.” Hal tersebut dia lakukan karena Alex merasa satu
keluarga dengan Vitaly, yaitu sama-sama berasal dari
keluarga kucing, sehingga Alex merasa bahwa satu
keluarga harus saling tolong menolong. Namun,
strategi ini kurang mendapatkan tanggapan dari Vitaly
karena Vitaly merasa memiliki kuasa lebih dari Alex
dan kawan-kawan sehingga ia tidak terlalu memercayai
omongan Alex. Pada adegan kedua ini, intensitas
pelanggaran maksim yang dilakukan belum terlalu
sering karena mereka masih mencoba beradaptasi
dengan para binatang sirkus Zaragoza tersebut.
c. Analisis Dialog Adegan 3
c.1 Vitaly : Only circus animal on this train.
Alex : Wait, listen! We are circus animals.
You got to let us in!
c.2 Gia : You are really a circus?
Alex : Yes. Full circus!
c.3 Marty : My momma was circus. My daddy
was circus.
Vitaly : Gia! Shut the door! Gloria : Please.
Gia : They are circus. Circus stick together.
Vitaly : (groans)
Pembahasan:
Latar dari adegan ketiga adalah di sebuah rel kereta api.
Pada adegan ini, Alex dan kawan-kawan tetap berusaha
untuk membujuk Vitaly dan kawan-kawannya agar
mereka memperbolehkan Alex dan kawan-kawan
untuk ikut bersama rombongan.
Pada dialog (c.1), pelanggaran maksim yang terjadi
adalah pelanggaran maksim kualitas. Hal tersebut
terjadi karena Alex mengatakan sesuatu yang tidak
sesuai dengan kenyataan dengan mengatakan bahwa
mereka adalah binatang-binatang sirkus, “Wait, listen!
We are circus animals. You got to let us in!”
(00:23:18). Pelanggaran maksim pada dialog ini terjadi
dengan disengaja karena Alex mendengar bahwa yang
boleh ikut bersama rombongan sirkus hanyalah hewan
sirkus, sehingga ia pun berbohong bahwa mereka juga
hewan-hewan sirkus.
Kemudian pada dialog (c.2), pelanggaran maksim yang
terjadi adalah pelanggaran maksim kualitas. Pada
dialog tersebut, Alex berkata, “Yes. Full circus.”
(00:23:28). Situasinya adalah Gia berusaha
meyakinkan kembali bahwa Alex dan kawan-kawan
adalah benar-benar hewan sirkus. Kemudian, Alex pun
mengatakan hal yang tidak sesuai dengan kenyataan
bahwa mereka adalah hewan sirkus. Pelanggaran
maksim sengaja dilakukan oleh Alex karena ia sudah
terdesak oleh keadaan pada saat itu. Pada saat itu kereta
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
7
sudah akan berangkat, namun mereka belum diperbolehkan untuk ikut bersama rombongan sirkus
tersebut sehingga ia pun terpaksa berbohong guna
meyakinkan Gia bahwa mereka benar-benar hewan
sirkus.
Pada dialog (c.3), terjadi pelanggaran maksim kualitas
yang dilakukan oleh Marty karena Marty mengatakan
sesuatu yang tidak benar. Marty mengatakan bahwa ia
berasal dari keluarga pemain sirkus “My momma was
circus. My daddy was circus” (00:23:31). Pelanggaran
maksim sengaja dilakukan oleh Marty dengan tujuan untuk lebih meyakinkan rombongan sirkus tersebut
bahwa mereka adalah benar-benar hewan-hewan
sirkus.
Pada adegan ketiga ini, intensitas pelanggaran maksim
mulai sering terlihat agar para rombongan sirkus
Zaragoza tersebut berubah pikiran dan akhirnya mau
mengajak mereka ke dalam kereta mereka. Pada
akhirnya, strategi persuasi mereka pun berhasil karena
Alex dan kawan-kawan memposisikan diri mereka
sama dengan para rombongan hewan-hewan sirkus
Zaragoza sehingga tidak ada tidak ada yang merasa memiliki kuasa yang lebih. Selain itu, untuk
mendapatkan muka dari rombongan hewan-hewan
sirkus Zaragoza, Alex dan kawan-kawan pun berusaha
mencari-cari kesamaan dengan rombongan hewan
sirkus Zaragoza. Alex dan kawan-kawan hanya
berusaha agar mereka terlihat menarik agar rombongan
hewan sirkus tersebut memercayai mereka dengan
mengatakan bahwa mereka adalah hewan sirkus dan
orang tua mereka juga hewan sirkus (intensify interest
to H). Intesify interest to H adalah penutur berusaha
agar ia selalu terlihat menarik di mata si petutur. Sehingga hal ini akan membuat si petutur semakin
percaya, dan membuat antara penutur dan petutur
semakin solid. Hasilnya adalah Gia akhirnya
mengijinkan mereka ikut ke dalam rombongan sirkus
mereka dengan mengatakan “Circus sticks together”
karena Gia merasa mereka merupakan sama-sama
hewan sirkus, dan sesama hewan sirkus harus saling
tolong menolong.
d. Analisis Adegan 4
d.4 Stefano : Wow! Circus Americano!
You must all be very famous! Alex : Yeah, we..
Gloria : Absolutely
Alex : We’re relatively well-known..
Marty : But Alex is really the star.
Alex : Well, I’m not.. I wouldn’t say “star.”
More like.. Well, star.
Pembahasan:
Pada adegan keempat ini, berlatar di sebuah kereta api
milik kelompok sirkus Zaragoza. Pada adegan ini,
kelompok sirkus mulai memercayai Alex dan kawan-kawan sehingga mereka diperbolehkan menumpang di
kereta mereka.
Pada adegan keempat ini, pelanggaran maksim yang
terjadi adalah pelanggaran maksim cara karena Alex
menjawab pertanyaan Stefano dengan tidak secara to
the point. Alex hanya menjawab pertanyaan dengan
kalimat yang menggantung, seperti “Yeah, we..”
(00:24:19), “We’re relatively well-known..”
(00:24:21), dan “Well. I’m not.. I wouldn’t say “star.”
More like.. Well, star” (00:24:25). Dialog pada adegan keempat ini sebenarnya mereka tidak sepenuhnya
berbohong karena mereka memang terkenal ketika di
New York, tapi bukan sebagai hewan sirkus seperti
yang mereka katakan kepada kelompok hewan
Zaragoza, melainkan hanyalah hewan atraksi untuk
kebun binatang saja.
Pelanggaran maksim terjadi dengan disengaja karena
Alex dan kawan-kawan tidak tahu harus berkata apa
untuk menceritakan mengenai asal usul kehidupan
mereka, sehingga Alex pun tidak memberikan jawaban
dengan jelas dan terkesan menggantung. Pelanggaran maksim ini ia lakukan sebagai strategi persuasi agar
hewan-hewan sirkus Zaragoza tidak berubah pikiran,
dan beralih untuk mengeluarkan mereka semua dari
rombongan sirkus. Kemudian, untuk mendapatkan
muka dari rombongan hewan-hewan sirkus Zaragoza,
Alex dan kawan-kawan pun melakukan strategi safe
topics, yaitu mengatakan atau membicarakan hal-hal
atau topik yang “aman” saja, seperti Alex dan kawan-
kawan mengatakan bahwa mereka adalah rombongan
sirkus yang terkenal. Pada adegan ini, pelanggaran
maksim yang dilakukan oleh Alex dan kawan-kawan terlihat semakin sering dan ternyata berhasil membuat
Stefano semakin antusias dengan kehadiran mereka.
e. Analisis Adegan 5
e.1 Stefano : What is your act, Alice?
Alex : Well.. I basically, uh, I jump up on
my rock..
Stefano : Rock?
Alex : Yeah. It’s a very high.. rock.
e.2 Melman : A really high rock!
Stefano : And then? Alex : And then, well, I roar like.. like a
serious “Rawrrr!”
e.3 Stefano : And then?
Alex : And then I jump off the rock.
Stefano : And then?!
Alex : And then.. And then what?
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
8
Pembahasan:
Latar dari adegan kelima ini masih di dalam sebuah
kereta api milik rombongan sirkus Zaragoza. Pada
adegan kelima ini, Stefano mulai mempertanyakan
aksi-aksi yang dilakukan oleh Alex dan kawan-kawan
ketika melakukan atraksi sirkus.
Pada dialog (e.1), pelanggaran maksim yang terjadi
adalah pelanggaran maksim quality/ kualitas karena
Alex mengatakan sesuatu hal yang tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada atau berbohong. Hal tersebut dikarenakan ketika Alex berada di New York, ia tidak
melompat ke atas sebuah batu. Ia hanya berdiri di atas
batu agar pengunjung kebun binatang dapat
melihatnya, dan batunya tidak terlalu tinggi.
Kemudian, pada dialog (e.2) terdapat hiperbola dalam
sebuah kalimat tindak tutur yang termasuk ke dalam
pelanggaran maksim quality/ kualitas. Hiperbola
termasuk pelanggaran maksim karena melebih-
lebihkan ujaran yang diucapkan. Hiperbola tersebut
terjadi ketika Melman berkata “A really high rock”
(00:24:36). Pada dialog tersebut, Melman menanggapi ujaran Alex yang sebelumnya ketika Alex berusaha
menarik perhatian Stefano dengan cara yang sedikit
berlebihan/ hiperbola.
Pada dialog (e.3) terdapat pelanggaran maksim quality/
kualitas karena Alex tidak terlalu yakin dengan apa
yang ia ucapkan. Hal tersebut juga dapat kita lihat dari
ekspresi wajah Alex ketika mengucapkan “And then I
jump off the rock” (00:24:43).
Pelanggaran maksim yang pada adegan ini dilakukan dengan sengaja untuk menarik perhatian kelompok
hewan-hewan sirkus Zaragoza. Pelanggaran-
pelanggaran maksim yang mereka lakukan merupakan
strategi persuasi, dan strategi tersebut berhasil karena
Stefano dan kawan-kawan merasa mereka
mendapatkan “atmosfer” baru dengan kedatangan Alex
dan kawan-kawan. Selain itu, mereka juga sangat
mengagumi Alex dan kawan-kawan sehingga mereka
memercayai Alex dan kawan-kawan (referent power).
Hal itu terlihat dari Stefano yang antusias mendengar
cerita Alex, dan berusaha ingin mengenal lebih jauh
terhadap Alex dan kawan-kawan. Kemudian, untuk mendapatkan muka dari rombongan hewan sirkus
Zaragoza, Alex dan kawan-kawan berusaha mencari
kesamaan-kesamaan dengan memperhatikan hal-hal
yang disukai, diinginkan dan dibutuhkan oleh si petutur
(notice, attend to H) dan berusaha agar selalu terlihat
menarik di mata para rombongan hewan sirkus
Zaragoza tersebut (intensify interest to H). Dalam hal
ini, Alex dan kawan-kawan mengetahui bahwa yang
menjadi daya tarik si rombongan hewan sirkus
Zaragoza adalah segala sesuatu mengenai sirkus,
sehingga Alex dan kawan-kawan pun berusahan
membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan sirkus.
f. Analisis Dialog Adegan 6
f.1 Gia : That is all?
Gloria : Into a pool! (00:24:49)
Marty : Full of water! (00:24:50)
Melman : Full of cobras! (00:24:50)
f.2 Alex : Actually, it appears like I’m jumping
in to a pool.. (00:24:51) Melman : With cobras! (00:24:54)
Alex : Aquatic cobras.
For effect. But I actually pull up at the
last second. (00:24:55)
Pembahasan:
Latar pada adegan ini masih di dalam sebuah kereta api
milik rombongan sirkus Zaragoza. Adegan keenam ini
adalah ketika Gia meragukan aksi Alex ketika sirkus
seperti yang telah diceritakan oleh Alex sebelumnya.
Pelanggaran maksim yang terjadi pada dialog (f.1)
adalah pelanggaran maksim quality/ kualitas.
Pelanggaran maksim terjadi ketika Gia menanyakan
“That is all?” kepada Alex dan kawan-kawan.
Pelanggaran maksim terjadi karena Gloria (Into a
pool!), Marty (Full of water!), dan Melman (Full of
cobras!) mengatakan sesuatu yang tidak benar. Pada
kenyataannya, Alex tidak pernah melakukan hal seperti
yang telah teman-temannya katakan. Gloria, Marty,
dan Melman hanya menambahkan cerita yang
sebelumnya diceritakan oleh Alex. Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian Steffano, Gia, dan Vitaly.
Kemudian, pada dialog (f.2) terjadi pelanggaran
maksim quality/ kualitas. Pelanggaran maksim terjadi
pada saat Alex mengatakan “Actually, it appears like
I’m jumping in to a pool..”. Kemudian, pada saat
Marty mengatakan “With cobras!”, dan Alex
menanggapi perkataan Marty dengan “Aquatic cobras.
For effect. But I actually pull up at the last second.”
Pelanggaran maksim quality/ kualitas terjadi karena
Alex dan Marty mengatakan sesuatu yang tidak benar
atau tidak pernah ia lakukan. Alex memanipulasi cerita mengenai aksi sirkus yang ia lakukan. Pada
kenyataannya, Alex tidak pernah melakukan hal yang
ia katakan, dan bahkan ia pun bukan hewan sirkus.
Selain itu, pada dialog milik Alex yang mengatakan
“Aquatic cobras. For effect. But I actually pull up at
the last second”, Alex berusaha menetralkan keadaan
pada saat itu. Alex tidak ingin Gia dan kawan-kawan
terus bertanya mengenai aksi sirkus yang dilakukan
oleh Alex dan kawan-kawan karena ia bingung harus
bercerita apalagi. Namun di sisi lain, Alex tetap tidak
ingin kehilangan muka positifnya dengan mengakui
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
9
bahwa ia dan kawan-kawannya berbohong ketika ia tidak bisa lagi menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh Gia dan kawan-kawan.
Pada adegan keenam ini, pelanggaran maksim
dilakukan dengan sengaja dan intensitas pelanggaran
maksim pun semakin sering Alex, Marty, Melman, dan
Gloria lakukan. Hal tersebut dapat terlihat bahwa
mereka memanipulasi cerita mengenai aksi sirkus yang
Alex lakukan agar Stefano, Gia, dan Vitaly semakin
percaya bahwa Alex dan kawan-kawan adalah benar-
benar hewan sirkus dari Amerika yang sangat handal. Strategi ini mereka lakukan karena mereka berusaha
mencari kesamaan-kesamaan dengan kelompok hewan
sirkus Zaragoza (claim common ground) dengan
melakukan strategi intensify interest to H, yaitu penutur
berusaha agar ia selalu terlihat menarik di mata si
petutur. Sehingga hal ini akan membuat si petutur
semakin percaya, dan membuat antara penutur dan
petutur semakin solid. Hal tersebut dilakukan agar
mereka terlihat menarik di depan rombongan hewan
sirkus tersebut, dan mereka semakin dipercaya oleh
kelompok hewan sirkus tersebut. Hasilnya, rombongan
hewan sirkus Zaragoza tersebut semakin tertarik dan memercayai Alex dan kawan-kawan karena mereka
mulai mengagumi Alex dan kawan-kawan (referent
power).
g. Analisis Dialog Adegan 7
g.1 Stefano : Pull up?
Alex : Yeah
Stefano : How do you do that?
Melman : Wire harness!
Gloria : Balloons!
Marty : Jet pack!
g.2 Alex : [chuckles] I flip off the wire harness,
ignite my jet pack, and then toss the
balloons to the children of the world.
Alex : Kids love it. Kids always love that.
Pembahasan:
Latar dari adegan ketujuh ini masih berada di dalam
kereta api bersama rombongan sirkus. Pada adegan
ketujuh ini, Stefano mencoba mengklarifikasi cerita
Alex dan kawan-kawan yang mengatakan bahwa Alex meluncur ke atas atau pull up.
Pelanggaran maksim yang terjadi pada dialog (g.1)
adalah pelanggaran maksim kualitas. Pelanggaran
maksim terjadi ketika Melman mengatakan “Wire
harness!”, Gloria mengatakan “Balloons!”, dan Marty
mengatakan “Jet pack!” pada saat menjawab
pertanyaan dari Stefano. Hal tersebut termasuk
pelanggaran maksim karena Melman, Gloria, dan
Marty mengatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan
kenyataan yang sebenarnya. Pada kenyataannya, wire
harness, balloons, dan jet pack adalah cerita rekayasa saja.
Pemanipulasian juga terjadi pada dialog (g.2) karena
pada saat itu Alex memanipulasi cerita mengenai
bagaimana ia menggunakan wire harness, balloons,
dan jet pack sebagai alat sirkusnya. Pada saat itu, Aex
mengatakan “I flip off the wire harness, ignite my jet
pack, and then toss the balloons to the children of the
world.” Pelanggaran maksim yang terjadi adalah
pelanggaran maksim kualitas karena Alex mengatakan
sesuatu yang tidak benar dan sesuatu yang ia sendiri tidak pernah melakukannya.
Pelanggaran-pelanggaran maksim tersebut dilakukan
dengan sengaja agar kelompok hewan sirkus Zaragoza
semakin percaya dan tertarik kepada Alex dan kawan-
kawan. Pada adegan ini, intensitas pelanggaran maksim
semakin tinggi dan hal tersebut, akhirnya, semakin
berhasil “merebut” hati Stefano dan Gia. Hal-hal yang
membuat Stefano dan Gia pada akhirnya memercayai
Alex dan kawan-kawan karena mereka merasa Alex
dan kawan-kawan adalah kelompok sirkus yang hebat,
dan mereka pun akhirnya mengagumi Alex dan kawan-kawan (referent power & expert power). Hal tersebut
terlihat saat Stefano mengajak Alex dan kawan-kawan
untuk bersama rombongannya menuju Roma dan New
York. Selain itu, dalam upaya menarik perhatian
rombongan hewan sirkus Zaragoza, Alex dan kawan-
kawan berusaha mencari persamaan-persamaan dengan
rombongan hewan sirkus tersebut dengan
menggunakan strategi intensify interest to H dan
membicarakan hal-hal yang dianggap “aman” dan
sesuai dengan kesehariannya rombongan sirkus
tersebut (safe topics).
h. Analisis Dialog Adegan 8
h.1 Alex : What is this place?
Stefano : I know you think we are a stinky,
poopy circus, but there is something
you must know.
There was a time when Circus
Zaragoza, we were a great circus.
Numero uno in all the Europe. And
Vitaly.. he was the biggest star of us
all. He was fearless. Taking risks.
Always new. He jump through the hoop like he could fly!
Stefano : It had never been done before because
it was physically impossible! And the
people.. they loved it! And the hoop,
she got smaller! Like the ring on a
finger of the tiniest lady with the
slimmest of fingers.
Stefano : He would not stop pushing. And one
fateful day.. he push too far. He fly too
close to the sun.. and he got burned.
Literaly. The extra virgin olive oil is
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
10
extra flammable. And he lost everything. His wife, she run off with a
musician. He lost his dignity, his fame,
his passion, and his fur. And when it
grows back, it is less soft. More like a
prickly beard. His only passion now is
the borscht.
Alex : Whoa.
Stefano : He was our inspiration. So when he
lost his passion, well.. as Vitaly goes,
so goes the circus. This is why we need
your help. Alex : What sort of help?
Stefano : You can teach us to do new circus.
Americano style! We find a new
passion. Make a new show. And we go
all the way to US and A!
Stefano : I know. It is stupido idea. We are lost
a cause.
Alex : No, no, this isn’t stupido. This could
work!
Pembahasan:
Latar dari adegan ini adalah di dalam sebuah gerbong
kereta yang berisi segala hal mengenai sirkus Zaragoza,
seperti piala, foto, poster, dan segala kenangan
mengenai sirkus Zaragoza.
Dialog (h.1) ini terjadi saat Stefano mengajak Alex ke
gerbong tersebut dan meminta Alex untuk
mengajarinya sirkus. Ia tahu bahwa Alex dan kawan-
kawan adalah rombongan hewan sirkus terkenal dari
Amerika. Oleh karena itu, ia meminta Alex agar
mengajarinya sirkus dengan gaya Amerika. Stefano hanya ingin sirkus Zaragoza kembali berjaya seperti
dahulu kala dan membuat teman-temannya kembali
bersemangat.
Pelanggaran maksim terjadi saat Stefano melakukan
persuasi agar Alex mau mengajarinya sirkus.
Pelanggaran maksim yang terjadi adalah pelanggaran
maksim relevansi/ relevance dan maksim cara/ manner.
Pelanggaran maksim relevansi terjadi karena Stefano
menjawab pertanyaan Alex dengan jawaban yang tidak
sesuai dengan pertanyaannya. Saat di gerbong tersebut,
Alex bertanya “What is this place?”, dan Stefano menjawabnya dengan bercerita mengenai masa lalu
dari sirkus Zaragoza (dialog 00:42:46 s/d 00:45:31).
Namun, hal tersebut bertujuan agar Alex mampu
menyimpulkan jawabannya sendiri dari cerita Stefano.
Kemudian, pelanggaran maksim cara terjadi karena
Stefano tidak secara to the point mengutarakan
maksudnya untuk meminta Alex mengajari ilmu sirkus
baru kepada sirkus Zaragoza. Stefano memulai
pembicaraan untuk meminta Alex megajarinya sirkus
dengan bercerita terlebih dahulu mengenai masa lalu
dan masa kejayaan sirkus Zaragoza. Dalam hal ini, Stefano melakukan syarat pertama dari sebuah
persuasi, yaitu mendapatkan perhatian dari lawan
bicara karena inti dari persuasi adalah berhasil
mendapatkan atau menarik perhatian lawan bicara
untuk memengaruhi pikirannya untuk melakukan apa
yang kita inginkan. Dalam adegan ini, Stefano berhasil
mendapatkan perhatian Alex dan berhasil membuat
Alex mau mengajari Stefano dan kawan-kawannya
sebuah gaya sirkus baru.
Pelanggaran maksim pada adegan ini terjadi dengan disengaja. Pelanggaran maksim yang terjadi dalam
adegan ini berhasil menarik perhatian Alex, dan
akhirnya membuat Alex mau membantu Stefano dan
kawan-kawan karena Alex merasa kagum akan
kehebatan Stefano dan kawan-kawan. Selain itu, Alex
merasa bahwa Stefano dan kawan-kawan merupakan
kelompok sirkus yang hebat dan handal. Dalam hal ini
terdapat referent power dan expert power yang
membuat Alex akhirnya mau melakukan apa yang
diinginkan oleh Stefano. Selain itu, untuk mendapatkan
muka dari Alex, Stefano melakukan strategi assert or
presuppose S’s knowledge of and concern for H’s wants, yaitu strategi yang bertujuan untuk mengetahui
apakah penutur dan petutur saling bekerjasama dan
dengan sedikit “menekan” si petutur agar mau
bekerjasama dengan si penutur. Dalam hal ini, Stefano
memohon kerjasama dari Alex untuk membantu
rombongan sirkus Zaragoza agar bisa bangkit kembali
dari keterpurukannya. Kemudian, agar tetap
mendapatkan simpati dari rombongan sirkus Zaragoza,
Alex pun tetap berupaya dengan melakukan strategi
offer, promise, yaitu apapun yang diinginkan oleh
petutur, penutur juga menginginkannya dan akan membantunya untuk mendapatkannya. Dalam hal ini,
Alex pun berjanji untuk membantu Stefano dan kawan-
kawan untuk bangkit dari keterpurukan dengan cara
mengajarinya ilmu sirkus baru walaupun sebenarnya
Alex pun juga tidak terlalu yakin akan usahanya
tersebut karena ia bukanlah hewan sirkus.
i. Analisis Dialog Adegan 9
i.1 Gia : I admire how you have inspired these
animals.
Alex : Oh, thanks.
Gia : And what you said about passion, it was like poetry.
Alex : I love passion and poetry. They got
together, really. I know they don’t
rhyme.
Gia : Trapeze is my passion.
Alex : Terrific. I look forwad to seeing you
up there.
Gia : You can teach me!
Alex : What?
Gia : Teach me.
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
11
Alex : Well, I’ve always been kind of a solo act. So that kind of rules that out.
Gia : I wonder if you actually do trapeze.
Alex : Oh, I actually do do trapeze.
Gia : Show me!
Alex : “Show me?” What are we, five?
Gia : I am five, yes.
Pembahasan:
Latar dari adegan kesembilan ini adalah di sebuah
taman tempat mereka berlatih sirkus. Dialog (i.1) ini terjadi pada saat Gia meminta Alex untuk
mengajarinya trapeze. Gia meminta kepada Alex untuk
mengajarkan teknik trapeze seperti yang selalu
dilakukan Alex ketika melakukan aksi sirkus, dan
sekaligus untuk membuktikan bahwa Alex benar-benar
hewan sirkus seperti yang Alex katakan pada awal
pertemuan.
Pada dialog (i.1) terjadi violating maxim ketika Alex
berkata “Well, I’ve always been kind of a solo act. So
that kind of rules that out.” Pada saat itu, Alex tidak
berbohong karena ia memang selalu melakukan aksinya seorang diri ketika berada di kebun binatang di
New York. Namun, ia dengan sengaja melakukan
violating maxim karena ia mengatakan seperti itu untuk
menutupi kebohongannya bahwa ia tidak dapat
melakukan aksi seperti yang ia ceritakan di awal
pertemuan. Hal tersebut dimaksudkan agar Gia tidak
penasaran dan berhenti meminta Alex untuk
mengajarinya. Namun, hal tersebut tidak berhasil
karena Gia terus saja meminta Alex untuk
mengajarinya.
Pada adegan ini, pelanggaran maksim yang dilakukan
oleh Alex tidak membuahkan hasil. Gia tetap tidak mau
mengubah pikirannya dan tetap memaksa Alex untuk
melakukan sekaligus mengajarinya teknik sirkus
trapeze. Selain itu, untuk menghindari ketidaksetujuan
dari dari Gia, Alex pun menggunakan strategi white
lies, yaitu strategi untuk menghindari ketidaksetujuan
dari si petutur dan untuk menghindari muka positif si
petutur. Dalam hal ini, Alex tidak ingin merusak muka
positif dari Gia. Namun, sayangnya, strategi yang
dilakukan Alex kurang berhasil.
j. Analisis Dialog Adegan 10
(Dialog sebelumnya, yaitu Alex dengan para
penguin)
j.1 Penguin : Psstt. Senorita Bell-bottoms.
Tenemos una problema grande.
Alex : Que? Que grande problema?
Alex : Oh, no! She’s onto us!
Penguin : Shh! Don’t make it any easier on the
psycho.
Alex : What are we gonna do?
Penguin : We’d better vamose..pronto.
Alex : But we’re not ready. We’re ini the middle of rehearsals.
Penguin : Then why don’t you lit over, grab
your peduncle, and kiss New York
good-bye?
(Dialog Alex dengan Stefano)
j.2 Stefano : Are you sure we are ready?
Alex : Of course we are ready! Born ready!
Ready steady! Come on, let’s go!
Pembahasan:
Latar dari adegan ini adalah di sebuah taman, namun
mereka bersiap untuk melanjutkan perjalanan menuju
London. Dialog (j.1) ini terjadi pada saat mereka
sedang latihan sirkus untuk persiapan aksi sirkus
mereka di London. Kemudian datanglah Kapten
Chantal Dubois. Lalu, Alex dan para penguin
melakukan perundingan, dan akhirnya Alex dan para
penguin memutuskan untuk pergi dari tempat itu untuk
menghindari Kapten Chantal Dubois, dan melanjutkan
perjalanan menuju London.
Pelanggaran maksim terjadi pada saat Stefano
menanyakan kesiapan mereka untuk melakukan sirkus.
Pelanggaran maksim yang terjadi pada dialog (j.2)
adalah pelanggaran maksim kualitas karena Alex
mengatakan hal yang Alex sendiri tidak yakin akan
kebenarannya. Dalam adegan itu, Stefano bertanya
“Are you sure we are ready?”, dan Alex pun
menjawab “Of course, we’re ready! Born ready!
Ready steady! Come on, let’s go!”. Pelanggaran
maksim terjadi karena Alex tidak ingin menceritakan
yang sebenarnya bahwa Dubois datang, dan mereka harus segera meninggalkan tersebut. Akhirnya, Alex
memilih untuk melanggar maksim bahwa mereka
sudah sangat siap untuk melakukan aksi sirkus di
London.
Pada dialog ini, sebenarnya Alex tidak yakin akan
kesiapan teman-temannya untuk melakukan sirkus. Hal
tersebut terlihat dari dialog sebelumnya antara Alex
dan para penguin. Namun, dia harus meyakinkan
teman-temannya bahwa mereka sudah siap melakukan
sirkus dan segera meninggalkan tempat tersebut untuk
menghindari Dubois. Akhirnya, Alex pun berhasil memengaruhi pikiran teman-temannya bahwa mereka
siap melakukan sirkus, dan mereka pun melanjutkan
perjalanan kembali. Stefano dan kawan-kawan lainnya
akhirnya memercayai Alex karena mereka menganggap
Alex lebih berpengalaman dan memiliki kemampuan
sirkus yang lebih dari mereka semua (expert power).
Selain itu, mereka juga sangat mengagumi Alex karena
Alex telah berhasil mengajari ilmu-ilmu sirkus yang
baru (referent power). Kemudian, Alex pun juga
melakukan strategi repetition, yaitu pengulangan
digunakan untuk memberikan penekanan secara
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
12
emosional terhadap suatu hal. Dalam hal ini, Alex melakukan pengulangan kata ready yang dimaksudkan
untuk memberikan penekanan bahwa mereka telah siap
melakukan aksi sirkus sekaligus untuk menambah
semangat teman-temannya.
k. Analisis Dialog Adegan 11
k.1 Alex : Vitaly, what are you doing?
Vitaly : You missed.
Alex : You’re leaving? You’re just gonna
walk out on everybody?
Vitaly : They have good show without me. Alex : Look, I got a good left foot, but
without my right foot, I can’t walk.
Vitaly : You get fake foot, then you walk.
Alex : I don’t want fake foot! OK?
Vitaly : (groans)
Alex : What happened to “circus stick
together” huh? “The show must go on.”
Vitaly : Cliché.
Alex : Come on, man. Stop being this guy!
Be the other guy!
Vitaly : What other guy?
Alex : The guy who was all circus! The guy who jumped through hoops!
Alex : Give me that! The guy everybody
looked up to.
Alex : Come on. Where is that Vitaly?
Vitaly : That Vitaly is no more.
Alex : Listen, man. You may have given up
on yourself. But, your friends haven’t
given up on you.
Alex : Are you just going to turn your back
on them, and sit and eat borscht the rest
of your life? Or are you gonna get out there and jump through that tiny little
hoop?
Vitaly : (groans) It is impossible.
Alex : It’s always impossible, Vitaly. That’s
why the people loved it.
Vitaly : That is why I loved it. Because I did
the impossible! I was once a brave
tiger. And if I go down in flames.. so
be it!
Alex : You know, I think I might have an
idea for you.
Pembahasan:
Latar dari adegan ini adalah backstage atau belakang
panggung tempat pementasan sirkus di London.
Adegan kesebelas ini adalah ketika Alex berusaha
memengaruhi Vitaly agar mau melakukan lompatan
melalui lingkaran api seperti yang dahulu pernah Vitaly
lakukan.
Pelanggaran maksim yang terjadi pada adegan
kesebelas ini tidak terlalu sering intensitasnya.
Pelanggaran maksim hanya terjadi pada saat Alex hanya ingin mengubah pikiran Vitaly agar mau
melakukan lompatan api. Pelanggaran maksim yang
terjadi adalah metafora, salah satu bentuk pelanggaran
maksim kualitas. Dalam hal ini, untuk kembali
menyemangati Vitaly yang sudah hampir putus asa,
Alex melakukan metafora dengan membandingkan
persahabatan dengan sepasang kaki. Pada saat itu Alex
mengatakan “Look, I got a good left foot, but without
my right foot, I can’t walk.” Kalimat tersebut
bermakna bahwa persahabatan mereka akan terasa
pincang jika kehilangan salah satu orang saja. Perkataan Alex tersebut mulai memengaruhi pikiran
Vitaly, walaupun Vitaly tidak terlalu menampakannya.
Kemudian, pelanggaran maksim terjadi pada saat Alex
menawarkan sebuah ide untuk Vitaly (dialog
01:03:05), yaitu “You know, I think I might have an
idea for you.”. Pelanggaran maksim yang terjadi pada
saat itu adalah pelanggaran maksim kualitas. Hal
tersebut terjadi karena Alex sebenarnya tidak terlalu
yakin bahwa kondisioner rambut dapat membantu
Vitaly ketika melakukan lompatan di lingkaran api.
Alex hanya mengetahui bahwa kondisioner tersebut bukanlah bahan yang mudah terbakar seperti olive oil.
Ide Alex tersebut berhasil memengaruhi Vitaly, dan
akhirnya Vitaly pun mau melakukan lompatan di
lingkaran api tersebut dan berhasil melompatinya tanpa
terbakar.
Pada adegan ini, Alex mempunyai kuasa yang lebih
terhadap Vitaly karena Alex mengetahui tentang masa
lalu Vitaly sehingga ia bisa memengaruhi pikiran
Vitaly untuk melakukan lompatan api pada aksi sirkus
mereka. Selain itu, Alex pun sudah dianggap sebagai ketua karena berhasil mengajarkan teknik-teknik sirkus
yang baru. Kemudian, yang membuat akhirnya Vitaly
mau menerima dan memercayai ide yang ditawarkan
oleh Alex karena Vitaly merasa Alex mengetahui hal-
hal yang tidak ia ketahui mengenai kondisioner yagn
ditawarkan oleh Alex. Oleh sebab itu, Alex mampu
mengubah pikiran Vitaly, dan membuat Vitaly mau
melakukan apa yang diinginkan oleh Alex (expert
power). Kemudian, untuk mendapatkan muka dari
Vitaly, Alex pun melakukan strategi safe topics, yaitu
penutur memilih untuk membicarakan hal-hal yang
dianggap “aman” dan tidak menyinggung satu sama lain. Dalam hal ini, Alex mengatakan hal-hal yang
berhubungan dengan sahabat-sahabat Vitaly dan
kehebatan-kehebatan Vitaly pada waktu itu. Hal
tersebut dimaksudkan agar semangat Vitaly yang
dahulu dapat bangkit kembali dan ia bisa kembali
tampil bersama para sahabatnya.
Kesimpulan
Dari hasil analisis data yang telah dibahas sebelumnya,
dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pelanggaran-
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
13
pelanggaran maksim yang dilakukan oleh Alex dan kawan-kawan berhasil memengaruhi pikiran lawan
bicara mereka untuk melakukan hal-hal yang
diinginkan oleh Alex dan kawan-kawannya.
Pelanggaran maksim yang banyak terjadi dalam film
ini adalah pelanggaran maksim kualitas. Pelanggaran
maksim kualitas terjadi karena penutur mengatakan
sesuatu yang tidak benar. Selain itu, pelanggaran
maksim kualitas terjadi karena penutur tidak yakin
akan kebenaran dari ucapannya tersebut. Hal inilah
yang dilakukan oleh Alex, Marty, Melman, dan Gloria
untuk menarik perhatian dan memengaruhi pikiran lawan bicara. Namun, dalam melakukan pelanggaran-
pelanggaran maksim tersebut, yang dalam film ini
lebih banyak memanipulasi sebuah cerita, Alex tidak
asal dalam mengarang sebuah cerita. Alex dan kawan-
kawannya berbohong sesuai dengan situasi dan kondisi
pada saat itu.
Rasa solidaritas di antara keduanya dibangun dengan
menggunakan strategi positive politeness. Positive
politeness adalah sebuah tindakan yang dilakukan
untuk mencari kesamaan-kesamaan di antara penutur
dan petutur untuk membangun rasa solidaritas dan kerjasama di antara kedua belah pihak. Strategi-strategi
positive politeness yang sering mereka lakukan dalam
film ini adalah seperti notice, attend to H (his interests,
wants, needs, and goods), white lies, intensify interest
to H, dan token agreement. Semua itu mereka lakukan
untuk mencari kesamaan-kesamaan di antara keduanya
dan untuk mendapatkan muka agar Alex dan kawan-
kawan lebih dipercaya oleh kelompok hewan sirkus
Zaragoza, dan akhirnya mereka mau melakukan apa
yang menjadi keinginan dari Alex dan kawan-kawan.
Selain itu, hal tersebut dilakukan agar Alex dan kawan-kawan tetap terlihat menarik dan mendapat
kepercayaan dari rombongan hewan sirkus Zaragoza.
Faktor lain yang membuat kelompok hewan sirkus
Zaragoza akhirnya mau berubah pikiran adalah
mengenai relasi kuasa.
Relasi kuasa adalah sebuah tingkatan dalam kehidupan
sosial bermasyarakat sehingga dapat menentukan
bagaimana kita bersikap dan berbicara. Relasi kuasa
terbagi menjadi lima, yaitu legitimate power, referent
power, dan expert power. Relasi kuasa yang banyak
terdapat dalam film ini adalah referent power dan expert power. Pada film ini, Alex dan kawan-kawan
dianggap memiliki kuasa lebih terhadap kelompok
hewan Zaragoza karena Alex dan kawan-kawan
dianggap sudah ahli dalam melakukan aksi sirkus.
Selain itu, Alex dan kawan-kawan juga dikagumi oleh
kelompok hewan Zaragoza sehingga Alex dan kawan-
kawan dapat dengan leluasa memengaruhi pikiran
kelompok hewan Zaragoza agar mau melakukan apa
yang menjadi keinginan Alex dan kawan-kawan.
Selain itu, ketika kita melakukan persuasi dengan pelanggaran maksim, kita harus memperhatikan
intensitasnya. Dari analisis data yang telah dibuat, kita
dapat melihat bahwa semakin sering kita melakukan
strategi persuasi, semakin sering pula kita melakukan
pelanggaran maksim. Ketika kita ingin agar lawan
bicara kita semakin percaya kepada kita, intensitas
pelanggaran maksim semakin ditingkatkan. Namun,
pada saat kita telah mendapat kepercayaan dari lawan
bicara dan telah sedikit berhasil membangun rasa
solidaritas diantara lawan bicara, kita tidak terlalu
sering melakukan pelanggaran maksim karena lawan bicara kita sudah memercayai kita.
Kemudian, dari sisi komunikasi, terdapat lima syarat
bagi para persuader ketika melakukan sebuah strategi
persuasi. Lima syarat tersebut adalah, syarat pertama,
apapun pendekatan yang mereka ambil dan lakukan,
para persuader harus mendapatkan perhatian si lawan
bicara karena inti dari persuasion adalah berhasil
mendapatkan atau menarik perhatian lawan bicara
untuk memengaruhi pikirannya untuk melakukan apa
yang kita inginkan. Syarat kedua, para persuader harus
berusaha agar si lawan bicara mengerti pesan yang ingin disampaikan dari sebuah ujaran, sekecil apapun
pesan yang mereka dapatkan. Syarat ketiga, para
persuader harus mempelajari psikologi para lawan
bicaranya karena kita harus beradaptasi dengan lawan
bicara kita. Syarat keempat, para persuader harus
mengantipasi ketidak cocokan secara interpersonal.
Para persuader tidak boleh terlalu percaya terhadap apa
yang dianggap benar dan dirasakan oleh lawan bicara
kita. Para persuader harus membuat jarak antara apa
yang harus lawan bicara kita rasakan atau pikirkan
dengan apa yang dirasakan atau pikirkan oleh lawan bicara kita.
Dalam melakukan persuasi ini, Alex dan kawan-kawan
lebih sering memenuhi syarat pertama, kedua, dan
keempat. Dengan melanggar maksim-maksim yang
ada, Alex dan kawan-kawan berhasil melakukan
pendekatan kepada hewan-hewan kelompok sirkus
Zaragoza. Selain itu, kelompk hewan-hewan sirkus
Zaragoza juga mampu menangkap pesan-pesan yang
disampaikan oleh Alex dan kawan-kawan melalui
pelanggaran-pelanggaran maksim tersebut. Kemudian,
melalui pelanggaran maksim, Alex dan kawan-kawan berhasil melebur segala perbedaan-perbedaan yang
sangat terasa pada saat di awal pertemuan.
Sebagai co-active persuader, Alex dan kawan-kawan
mengikuti tiga dari lima hal penting dalam co-active
persuasion. Dalam hal ini, Alex dan kawan-kawan
sering kali melakukan rhetoric of identification. Para
co-active persuader mencari kesamaan-kesamaan
dengan si petutur atau target sasaran. Para co-active
persuader ini mencari kesamaan dengan
mengidentifikasi melalui kata-kata, sikap, pakaian, dan
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013
14
penampilan. Hal tersebut untuk mengidentifikasi persamaan minat dan kepentingan. Hal inilah yang
dilakukan oleh Alex dan kawan-kawan. Mereka
mengetahui bahwa mereka akan sangat membutuhkan
kelompok hewan sirkus Zaragoza agar bisa lari dari
kejaran Dubois dan kembali ke asal mereka di New
York, sehingga mereka pun akhirnya memanipulasi
cerita bahwa mereka adalah kelompok hewan sirkus
yang terkenal dari New York. Lalu, sangat kebetulan
bahwa saat itu kelompok hewan Zaragoza sedang
bermasalah sehingga kehadiran Alex dan kawan-kawan
dapat memberikan sebuah semangat baru bagi kelompok sirkus mereka. Kemudian, dalam melakukan
strategi-strategi retorik ini, sangat penting bagi para
persuader untuk melakukan avoidance of threats or
acts of force. Dalam hal ini, Alex dan kawan-kawan
pun melakukan hal yang serupa. Alex dan kawan-
kawan melakukan pendekatan secara emosional.
Pada akhirnya, Alex dan kawan-kawan pun berhasil
mendapatkan equal access terhadap lawan bicaranya.
Seiring dengan semakin meningkatnya kepercayaan
kelompok hewan-hewan sirkus Zaragoza kepada Alex
dan kawan-kawan, dalam hal ini, Alex dan kawan-kawan pun akhirnya berhasil ikut gabung dalam kereta
milik kelompok hewan sirkus Zaragoza. Lalu,
kelompok hewan-hewan sirkus Zaragoza pun akhirnya
memercayai Alex untuk mengajarkan aksi sirkus
dengan gaya yang baru kepada mereka. Selain itu, Alex
dan kawan-kawan pun akhirnya berhasil merebut hati
kelompok hewan sirkus Zaragoza sehingga mereka pun
akhirnya diperbolehkan untuk ikut kelompok hewan
sirkus Zaragoza menuju ke Roma.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa pelanggaran maksim dapat dijadikan sebagai sebuah strategi persuasi atau
strategi untuk memengaruhi pikiran lawan bicara kita
agar mau melakukan apa yang kita harapkan. Sebagai
sebuah strategi persuasi, pelanggaran maksim
didukung dan diperkuat oleh beberapa teori seperti
teori persuasion, teori rhetoric, teori relasi kuasa, dan
teori positive politeness. Beberapa teori tersebut saling
mendukung untuk melakukan strategi persuasi dengan
cara melanggar maksim-maksim yang ada.
Daftar Acuan
Acuan dari buku:
Brown, P., & Levinson, S.C. (1978). Politeness: some
universals in language usage. Cambridge:
Cambridge University Press
Cangara, H. (2006). Pengantar Ilmu Komunikasi.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Kridalaksana, H. (2005). Pragmatik. Dalam
Kushartanti, U. Yuwono., M.R.M.T Lauder (Ed.),
Pesona bahasa: langkah awal memahami linguistik (pp. 3-14). Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Kushartanti. (2005). Pragmatik. Dalam Kushartanti, U.
Yuwono., M.R.M.T Lauder (Ed.), Pesona
bahasa: langkah awal memahami linguistik (pp.
104-113). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Leech, G.N. (1983). Principles of Pragmatics. New
York: Longman Group Limited
Levinson, S.C. (1983). Pragmatics. Cambridge: Cambridge University Press
Riswandi. (2009). Ilmu Komunikasi. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Simons, H.W. (1976). Persuasion: understanding,
practice, and analysis. United States of America:
Newbery Award Records, Inc
Thomas, J. (1995). Meaning in interaction: an
introduction to pragmatics. United States of
America: Longman Group Limited
Yule, G. (1996). Pragmatics. Oxford: Oxford
University Press
Acuan dari skripsi/tesis/artikel ilmiah:
Amberg, J.S., & Vause, D.J. (2010). What is
language?. American English: History, Structure,
and Usage. United Kingdom: Cambridge
University Press, 1-10. Diunduh dari:
http://assets.cambridge.org/97805218/52579/excerpt/9780521852579_excerpt.pdf. Diakses pada 1
Oktober 2011, pukul 22:56
Carnegie, D.B. (1905). The sin of monotony. The Art
of Public Speaking, 12-15. Diunduh dari:
http://www.gutenberg.org. Diakses pada 1
Oktober 2011, pukul 22:19
Muryatina, R. (2009). Dialog Alex dan Jonathan dalam
film Everything is illuminated: analisis tindak
tutur dan implikatur dalam perbedaan budaya
(Skripsi, Universitas Indonesia, 2009). Diunduh dari: http://lontar.ui.ac.id/opac/ui/index.jsp
Acuan dari internet:
”Developing a Communication Strategy”, diunduh
dari: http://idrc.org/uploads/user-
S/11606746331Sheet01_CommStrategy.pdf.
Diakses pada 25 April 2011 pukul 15.20
Analisis pelanggaran...Ratih WInarti Rahayu, FIB-UI, 2013