Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS LQ/DLQ: POTENSI KEUNGGULAN
SEKTOR PARIWISATA DI EMPAT KEK
PARIWISATA INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Ferdinand Siahaan
2013110042
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM SARJANA EKONOMI PEMBANGUNAN Terakreditasi Berdasarkan Keputusan BAN-PT No. 1759/SK/BAN-PT/Akred/S/VII/2018
BANDUNG 2018
LQ/DLQ ANALYSIS: TOURISM SECTOR
POTENTIALS IN FOUR SEZ INDONESIA
UNDERGRADUATE THESIS
Submitted to complete part of the requirements for Bachelor's Degree in Economics
By Ferdinand Siahaan
2013110042
PARAHYANGAN CATHOLIC UNIVERSITY FACULTY OF ECONOMICS
PROGRAM IN DEVELOPMENT ECONOMICS Accredited by National Accreditation Agency No. 1759/SK/BAN-PT/Akred/S/VII/2018
BANDUNG 2018
i
ABSTRAK Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi, setiap wilayah perlu menemukan sektor unggulannya masing-masing. Langkah selanjutnya adalah mengarahkan alokasi sumberdaya yang dimiliki daerah secara tepat kepada sektor tersebut. Dalam penelitian ini konsep sektor unggulan akan dikaitkan dengan penentuan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui klasifikasi sektor pariwisata di empat KEK Pariwisata berdasarkan sektor unggulan atau sektor non-unggulan dan melihat potensi perubahan klasifikasi sektor pariwisata pada kawasan tersebut di masa mendatang. Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa sektor pariwisata tidak unggul di KEK Mandalika dan KEK Morotai. Hasil analisis DLQ menunjukkan bahwa sektor pariwisata di keempat kawasan tidak berpotensi unggulan. Sektor unggulan pada dasarnya bersifat dinamis sehingga bisa berubah setiap tahunnya. Perubahan sektor non-unggulan menjadi sektor unggulan dapat dirangsang oleh pembangunan infrastruktur pendukung yang saat ini terus berlangsung di tiap kawasan. Faktor ini mungkin menjadi salah satu pertimbangan pemerintah dalam memilih wilayah yang tepat untuk dikembangkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus.
Kata Kunci: Kawasan Ekonomi Khusus, sektor pariwisata, sektor unggulan, analisis LQ, analisis DLQ
ii
ABSTRACT To achieve economic growth, every region needs to find their respective leading sector. The next step is to direct the allocation of resources owned by region appropriately to that leading sector. In this study the concept of leading sector will be associated with the determination of Special Economic Zone (SEZ) of Tourism in Indonesia. This study aims to determine the classification of tourism sector in four SEZ of Tourism based on leading or non-leading sectors and see the potential for changes in the classification of tourism sector in the region. The result of LQ analysis shows that tourism is not a leading sector in SEZ Mandalika and SEZ Morotai. The results of DLQ analysis shows that tourism sector in the four regions has no potential to be leading sector. Leading sector is basically dynamic so it can change annually. Changes in non-leading sectors into leading sectors can be stimulated by the development of supporting infrastructure, that is currently ongoing in each region. This factor maybe one of the government’s considerations in choosing the right area to be developed into a Special Economic Zone.
Keywords: Special Economic Zones, Tourism Sector, Leading Sector, LQ analysis, DLQ analysis
iii
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat
dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis
LQ/DLQ: Potensi Keunggulan Sektor Pariwisata di Empat KEK Pariwisata
Indonesia”. Penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Katolik Parahyangan
Bandung. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak
sangat penulis harapkan demi perbaikan-perbaikan di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulis, baik dalam perkuliahan maupun dalam
penulisan skripsi ini, diantaranya:
1. Kedua orang tua penulis Bapak H. Siahaan dan Ibu C. Sibarani atas segala doa,
dukungan, kepercayaan dan motivasi yang tidak pernah putus diberikan kepada
penulis. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada kedua saudara
penulis Frans Siahaan dan Immanuel Siahaan atas segala dukungannya.
2. Ibu Hilda Leilani Masniaritta Pohan, SE., M.Si., Ph.D selaku dosen wali dan
pembimbing dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas seluruh waktu,
bimbingan, saran, kritik dan didikan yang telah diberikan kepada penulis, baik
dalam penulisan skripsi ini maupun selama perkuliahan.
3. Ibu Dra. Siwi Nugraheni, M. Env., Bapak Drs. M. Ishak Somantri, MSP serta Ibu
Dra. Anna Farina Poerbonegoro, M.A., selaku dosen bidang kajian Ekonomi
Kawasan dan Lingkungan. Terima kasih atas ilmu dan didikan yang telah
diberikan kepada penulis selama ini.
4. Ibu Dr. Miryam B. L. Wijaya selaku Kepala Program Studi Ekonomi
Pembangunan Unpar serta seluruh dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan
yang telah mendidik penulis sampai pada tahap ini. Terima kasih atas seluruh
ilmu, waktu dan teladan yang telah diberikan. Semoga semua hal tersebut dapat
bermanfaat bagi kehidupan kita semua nantinya.
5. Fikri, Benedict, Arga, Yosi, Albertini, Timmy, Arda, Ivan, Al Faisal, Andhika
Gema, Darryl, Aldwyn, Shafly, Aji Nugroho, Agung dan teman-teman dari
keluarga besar Ekonomi Pembangunan Unpar lain yang tidak dapat disebutkan
satu-persatu. Terima kasih untuk kebersamaan dan dukungan yang diberikan baik
dalam penyusunan skripsi ini maupun selama masa perkuliahaan.
iv
6. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini, yang tidak
dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai dan bersama kita semua. Demikian
skripsi ini disusun, semoga bermanfaat.
Bandung, 29 Juli 2018
Ferdinand Siahaan
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... i
ABSTRACT ................................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... viii
1. PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Penelitian .............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah Penelitian ......................................................................... 4
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................... 5
1.4. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 6
2. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 8
2.1. Tinjauan Teoritis ............................................................................................ 8
2.2. Tinjauan Empiris ......................................................................................... 14
2.3. Tinjauan terhadap Metode ........................................................................... 16
3. METODE DAN OBJEK PENELITIAN ................................................................ 19
3.1. Metode Penelitian ............................................................................................ 19
3.2. Deskripsi Objek Penelitian .............................................................................. 22
3.3. Data dan Sumber Data ..................................................................................... 30
4. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................................. 31
4.1. Hasil ................................................................................................................. 31
4.2. Pembahasan ..................................................................................................... 35
5. PENUTUP .............................................................................................................. 41
vi
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 44
LAMPIRAN I ........................................................................................................... A-1
LAMPIRAN II ......................................................................................................... A-2
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................................ B-1
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia. ...................... 4
Gambar 2. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 6
Gambar 3. Peta Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Kelayang ................................ 23
Gambar 4. Masterplan Pengembangan KEK Tanjung Kelayang ............................... 23
Gambar 5. Peta Kawasan Ekonomi Khusus Tanjung Lesung .................................... 24
Gambar 6. Masterplan Pengembangan KEK Tanjung Lesung .................................. 25
Gambar 7. Peta Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika ............................................. 26
Gambar 8. Masterplan Pengembangan KEK Mandalika ........................................... 26
Gambar 9. Peta Kawasan Ekonomi Khusus Morotai ................................................. 28
Gambar 10. Masterplan Pengembangan KEK Morotai .............................................. 28
Gambar 11. Diagram Klasifikasi Sektor Pariwisata di Wilayah Kawasan Ekonomi
Khusus Pariwisata. ..................................................................................................... 35
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia ........................................................ 3
Tabel 2. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara (jiwa). ..................................... 5
Tabel 3. Kriteria Penilaian Hasil Analisis LQ ............................................................ 17
Tabel 4. Kriteria Penilaian Hasil Analisis DLQ ......................................................... 18
Tabel 5. Kriteria Penilaian Gabungan Analisis LQ dan DLQ .................................... 18
Tabel 6. Insentif Usaha Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata di Indonesia ............ 28
Tabel 7. Hasil Perhitungan Analisis LQ dan DLQ Sektor Pariwisata Kawasan
Ekonomi Khusus Pariwisata ....................................................................................... 32
Tabel 8. Gabungan Hasil Analisis LQ dan DLQ Sektor Pariwisata Kawasan Ekonomi
Khusus Pariwisata ...................................................................................................... 34
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses menuju ke arah kehidupan yang lebih
baik dengan tujuan akhir untuk kesejahteraan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan
ekonomi diarahkan untuk meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja
(Witjaksono, 2009). Pembangunan ekonomi pada umumnya diikuti oleh pergeseran
struktur ekonomi dari sektor primer menuju sektor sekunder dan sektor tersier
(Thoha & Soekarni, 2000). Menurut Todaro (1984), terdapat tiga tujuan
pembangunan ekonomi, yaitu :
1. Meningkatkan ketersediaan dan memperluas penyebaran barang kebutuhan
pokok seperti makanan, tempat bernaung, kesehatan dan perlindungan bagi
semua anggota masyarakat.
2. Meningkatkan taraf hidup yang meliputi ketersediaan lapangan pekerjaan yang
lebih banyak, pendidikan yang lebih baik dan perhatian yang lebih besar terhadap
nilai dan budaya manusiawi.
3. Memperluas kesempatan ekonomi dan sosial bagi individu maupun bangsa
dengan memerdekakan mereka dari perbudakan dan ketergantungan, tidak saja
dalam hubungannya dengan orang dan bangsa asing, namun juga dari kebodohan
dan kepapanan manusia.
Proses pembangunan ekonomi suatu wilayah harus berangkat dari potensi dan
karakteristik yang dimiliki oleh wilayah tersebut (Prishardoyo, 2008). Perbedaan
ketersediaan sumber daya akan memengaruhi efisiensi dan efektivitas pencapaian
tujuan pembangunan. Hal ini relevan dengan kondisi fisik serta geografi wilayah di
Indonesia yang sangat beragam. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk
mengetahui potensi dan karakteristik ekonomi yang dimiliki oleh suatu wilayah
adalah sektor unggulan yang dimiliki oleh wilayah tersebut.
Alat analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui sektor unggulan suatu wilayah
adalah analisis location quotient (Widianingsih & Suryantini, 2015). Analisis
location quotient akan memberikan gambaran mengenai kontribusi suatu sektor
dalam perekonomian wilayah. Sektor yang memiliki kontribusi besar kemudian
dapat dikatakan sebagai sektor unggulan. Analisis location quotient sendiri bersifat
statis, dalam artian hanya memberikan gambaran kontribusi suatu sektor untuk satu
2
tahun tertentu saja. Hal ini tidak sesuai dengan sifat dari sektor perekonomian daerah
yang bersifat dinamis. Pada tahun tertentu mungkin saja suatu sektor merupakan
sektor unggulan, namun pada tahun berikutnya bisa saja sektor tersebut berubah
menjadi sektor non-unggulan. Untuk menambahkan aspek dinamis pada analisis
location quotient dapat digunakan alat analisis dynamic location quotient
(Widianingsih & Suryantini, 2015). Analisis dynamic location quotient
mengakomodasi aspek dinamis dari suatu sektor ekonomi melalui laju pertumbuhan
sektor tersebut dari waktu ke waktu. Gabungan hasil analisis location quotient dan
dynamic location quotient kemudian dapat digunakan untuk melihat potensi suatu
sektor perekonomian di masa mendatang.
Salah satu kebijakan pemerintah yang berhubungan dengan pembangunan ekonomi
berdasarkan kondisi fisik serta geografi di Indonesia pada saat ini adalah Kawasan
Ekonomi Khusus. Kawasan Ekonomi Khusus merupakan kawasan dengan batasan
tertentu yang diberikan fasilitas dan insentif khusus sebagai daya tarik investasi atas
dasar pertimbangan keunggulan geoekonomi dan geostrategis wilayah (Dewan
Nasional Kawasan Ekonomi Khusus, 2018).
Penyelenggaraan Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia tertuang dalam Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus. Kawasan
Ekonomi Khusus juga merupakan salah satu komponen pendukung penting Master
Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-
2025. Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi ini bertujuan untuk
memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah
serta memperbaiki ketimpangan sosial dan spasial pembangunan ekonomi Indonesia.
Pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus sudah banyak dilakukan oleh beberapa
negara di dunia. Dua negara yang dapat dikatakan sukses dalam pengembangan
Kawasan Ekonomi Khusus adalah Cina dan India. Menurut Wang (2012) Kawasan
Ekonomi Khusus menyumbang sebesar 46% FDI, 18,5% GDP dan 60% ekspor di
Cina pada tahun 2006. Sedangkan di India, Kawasan Ekonomi Khusus menyumbang
sebesar 22% dari total ekspor dan 6,9% dari total FDI pada tahun 2010 (Mukherjee,
et.al , 2016). Hal ini dapat menjadi gambaran bagaimana peran Kawasan Ekonomi
Khusus dalam perekonomian suatu negara.
Hingga akhir tahun 2017, telah ditetapkan dua belas Kawasan Ekonomi Khusus di
Indonesia seperti yang tercantum dalam Tabel 1. Secara garis besar terdapat dua
3
sektor perekonomian yang diberi tempat pada Kawasan Ekonomi Khusus, yaitu
sektor industri dan pariwisata. Kawasan industri diperuntukkan bagi kegiatan industri
yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan barang jadi
serta agroindustri. Kawasan pariwisata diperuntukkan bagi kegiatan usaha pariwisata
untuk mendukung penyelenggaraan hiburan dan rekreasi, pertemuan, pameran serta
kegiatan terkait.
Tabel 1. Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia
No. KEK Sektor Ekonomi
1. Arun Lhokseumawe Industri Minyak dan Gas, Petrokimia, Kertas dan
Logistik.
2. Sei Mangkei Industri Pengolahan Kelapa Sawit dan Karet.
3. Galang Batang Industri Pengolahan Biji Bauksit dan Aluminium,
Logistik dan Energi.
4. Tanjung Api-Api Industri Pengolahan Kelapa Sawit, Karet, Petrokimia
dan Logistik.
5. Tanjung Kelayang Pariwisata.
6. Maloy Batuta Trans
Kalimantan
Industri Pengolahan Kelapa Sawit dan Kayu; Logistik.
7. Tanjung Lesung Pariwisata
8. Bitung Industri Pengolahan Perikanan, Kelapa, Farmasi Herbal;
Logistik.
9. Palu Industri Pengolahan Nikel dan Biji Besi, Industri
Pengolahan Biji Coklat, Industri Pengolahan Rumput
Laut, Industri Pengolahan Rotan.
10. Mandalika Pariwisata.
11. Morotai Pariwisata.
12. Sorong Industri Galangan Kapal, Industri pengolahan
Perikanan, Perkebunan dan Hutan, Industri
Pertambangan dan Logistik.
Sumber: Dewan Nasional Kawasan Ekonomi Khusus (2017)
Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata menarik untuk diperbincangkan karena sektor
pariwisata termasuk dalam salah satu Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional Tahun 2015-2019 (Kementerian Pariwisata, 2017). Pada Gambar 1 dapat
4
dilihat jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia memiliki tren yang
positif dari tahun 2014-2017. Hal ini kemudian dapat dijadikan indikasi semakin
populernya pariwisata Indonesia di dunia. Tren positif kunjungan wisatawan
mancanegara ke Indonesia ini harus terus dijaga, salah satunya melalui
pengembangan daerah-daerah wisata baru.
Gambar 1. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia.
Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2018)
Secara makro, sektor pariwisata juga menunjukkan perkembangan dan kontribusi
yang terus meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 sektor
pariwisata menyumbang PDB sebesar 296 triliun rupiah dengan kontribusi sebesar
3,96%. Nilai ini terus meningkat hingga tahun 2016, dimana sumbangsih sektor
pariwisata terhadap PDB mencapai 500 triliun rupiah dengan kontribusi 4,03%.
Melihat tren yang positif ini, pada tahun 2020 diharapkan sektor pariwisata menjadi
penyumbang devisa terbesar bagi Indonesia, melewati sektor industri seperti migas,
batubara dan minyak kelapa sawit (Kementerian Pariwisata, 2017). Hanya saja tren
positif ini belum bisa membawa Indonesia menjadi negara dengan kunjungan
wisatawan mancanegara tertinggi setidaknya di kawasan ASEAN. Data terakhir pada
tahun 2016, kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia masih tertinggal dari
Thailand dan Singapura. Oleh karena itu, Indonesia harus terus mengembangkan
sektor pariwisata, salah satunya melalui empat Kawasan Ekonomi Khusus
pariwisata.
1.2. Rumusan Masalah Penelitian
Pemerintah menetapkan empat Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata di Indonesia.
Keempat kawasan tersebut adalah Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Mandalika
0
5000000
10000000
15000000
2014 2015 2016 2017
JumlahWisa
tawan
Tahun
5
dan Morotai. Kawasan Tanjung Lesung dan Kawasan Mandalika sudah resmi
beroperasi, sedangkan Kawasan Tanjung Kelayang dan Morotai ditargetkan
beroperasi pada akhir tahun 2018. Rata-rata dari keempat kawasan tersebut
diproyeksikan akan menarik investasi sebesar Rp42 triliun, menyerap 49.000 tenaga
kerja dengan modal pembangunan sebesar Rp3 triliun (Dewan Nasional Kawasan
Ekonomi Khusus, 2018). Akan tetapi sejak beroperasinya kedua kawasan pariwisata
ini, kawasan wisata Bali masih menjadi tujuan utama wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke Indonesia. Hal ini dapat dilihat pada gambar 2, dimana Bali masih
menjadi destinasi wisata dengan kunjungan tertinggi di Indonesia selama periode
tahun 2013-2016.
Tabel 2. Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara (jiwa).
Provinsi
Tahun
Bali NTB Banten
2013 3.278.598 565.944 189.269
2014 3.766.638 752.306 152.691
2015 4.001.835 1.061.292 125.162
2016 4.927.937 1.404.937 281.758
Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (2018)
Berdasarkan paparan tersebut muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah sektor pariwisata merupakan sektor unggulan di Kawasan Ekonomi
Khusus Pariwisata?
2. Apakah dalam jangka panjang sektor pariwisata berpotensi menjadi sektor
unggulan di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata?
3. Bagaimana perbandingan antara hasil analisis sektor unggulan dengan keputusan
pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata?
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab kedua pertanyaan penelitian yang sudah
dipaparkan di atas, yaitu: mengetahui klasifikasi sektor pariwisata di empat Kawasan
Ekonomi Khusus Pariwisata berdasarkan sektor unggulan atau sektor non-unggulan.
Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat potensi perubahan klasifikasi sektor
pariwisata pada kawasan tersebut di masa mendatang dari sektor unggulan menjadi
sektor non-unggulan ataupun sebaliknya. Penelitian ini diharapkan bisa memberi
6
manfaat berupa informasi mengenai klasifikasi sektor pariwisata di empat Kawasan
Ekonomi Khusus Pariwisata Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan
memberikan manfaat berupa perbandingan antara penetapan Kawasan Ekonomi
Khusus Pariwisata berdasarkan analisis sektor unggulan dan penetatapan Kawasan
Ekonomi Khusus Pariwisata berdasarkan keputusan pemerintah.
1.4. Kerangka Pemikiran
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
Pembangunan ekonomi di Indonesia idealnya dilandaskan pada kondisi geografis dan
potensi sumberdaya yang dimiliki masing-masing daerah. Hal ini kemudian menjadi
latar belakang dikembangkannya Kawasan Ekonomi Khusus di Indonesia. Sektor
pariwisata menjadi salah satu sektor yang diberikan tempat khusus pada
pengembangan kawasan ini. Terdapat empat kawasan pariwisata dari total dua belas
kawasan yang dikembangkan dan dua diantaranya sudah beroperasi. Dalam
pengembangannya, terdapat setidaknya dua faktor yang menjadi pertimbangan
pemerintah dalam melihat potensi pariwisata dari sebuah kawasan, yaitu 3A(Atraksi,
Aksesibilitas dan Amenitas) dan 3G (Greater Batam, Greater Jakarta dan Greater
Bali) (Thaib, 2017). Atraksi berupa daya tarik wisata alam, daya tarik budaya
maupun daya tarik buatan manusia. Aksesibilitas berarti prasarana transportasi,
sarana transportasi dan sistem transportasi. Amenitas menyangkut prasarana umum,
fasilitas umum dan fasilitas pariwisata. Sedangkan greater berkaitan dengan tiga
pintu masuk utama menuju Indonesia, yaitu Batam, Jakarta dan Bali (Thaib, 2017).
Berdasarkan pertimbangan tersebut pemerintah menetapkan empat kawasan, yaitu
PotensiWisata KawasanEkonomiKhususPariwisata
SektorUnggulan
SektorBerpotensiUnggulan
AnalisisLQ
AnalisisDLQ
• Atraksi• Aksesibilitas• Amenitas
• GreaterBatam• GreaterJakarta• GreaterBali
3A 3G
7
Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Mandalika dan Morotai, sebagai KEK
Pariwisata. Penelitian ini mencoba untuk melihat penetapan KEK melalui
pendekatan sektor unggulan dan sektor berpotensi unggulan. Alat analisis yang
digunakan adalah analisis location quotient dan analisis dynamic location quotient.
Variabel yang digunakan untuk analisis adalah nilai PDRB sektor pariwisata masing-
masing kawasan. Penelitian ini diharapkan memberikan perbandingan antara
penetapan KEK berdasarkan sektor unggulan dan penetapan KEK berdasarkan
keputusan pemerintah.