182
ANALISIS KINERJA PEMBANGUNAN MANUSIA BERDASARKAN KONSEP MAQASHID SYARIAH (STUDI KASUS KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Aulia Nurul Fitri NIM: 11140860000078 JURUSAN EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M

ANALISIS KINERJA PEMBANGUNAN MANUSIA BERDASARKAN …

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

ANALISIS KINERJA PEMBANGUNAN MANUSIA BERDASARKAN

KONSEP MAQASHID SYARIAH

(STUDI KASUS KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Aulia Nurul Fitri

NIM: 11140860000078

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018 M

i

ANALISIS KINERJA PEMBANGUNAN MANUSIA BERDASARKAN

KONSEP MAQASHID SYARIAH

(STUDI KASUS KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh

Aulia Nurul Fitri

NIM: 11140860000078

Di Bawah Bimbingan

NIP. 198406282015031002

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1439 H/2018 M

Ali Rama S.E., M.Ec

ii

ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini, Senin 07 Mei 2018 telah dilakukan ujian komprehensif atas mahasiswa:

Nama : Aulia Nurul Fitri

NIM : 11140860000078

Jurusan : Ekonomi Syariah

Judul Skripsi : Analisis Kinerja Pembangunan Manusia Berdasarkan Konsep

Maqashid Syariah (Studi Kasus Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa

Tengah)

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan

yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa

mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan

ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 07 Mei 2018

1. Dr. M. Nur Rianto Al Arif, M.Si (________________)

NIP.19811013200801 1006 Penguji Ahli I

2. Yoghi Citra Pratama, M.Si. (________________)

NIP. 19830717 201101 1 011 Penguji Ahli II

iii

iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini 28 Agustus 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Aulia Nurul Fitri

2. NIM : 11140860000078

3. Jurusan : Ekonomi Syariah

4. Judul Skripsi: “Analisis Kinerja Pembangunan Manusia Berdasarkan

Konsep Maqashid Syariah (Studi Kasus Kabupaten/Kota

di Provinsi Jawa Tengah)”

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang

bersangkutan selama ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di

atas dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Jakarta, 28 Agustus 2018

1. Dr. Ade Sofyan Mulazid (________________)

NIP. 197501012005011008 Ketua

2. Ali Rama S.E., M.Ec (________________)

NIP. 198406282015031002 Sekretaris

3. Ali Rama S.E., M.Ec (________________)

NIP. 198406282015031002 Pembimbing I

4. Nur Hidayah, P.hD (________________)

NIP. 19761031200122002 Penguji Ahli

iv

iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Aulia Nurul Fitri

NIM : 11140860000078

Jurusan : Ekonomi Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan

mempertanggungjawabkan.

2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli

atau tanpa izin pemilik karya.

4. Tidak melakukan pemanipulasian atau pemalsuan data.

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas

karya ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah

melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang

ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap

dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 16 Agustus 2018

Yang Menyatakan

(Aulia Nurul Fitri)

v

v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. DATA PRIBADI

1. Nama : Aulia Nurul Fitri

2. Tempat & Tanggal Lahir : Bogor, 05 Agustus 1996

3. Tinggal di : Bogor

4. Agama : Islam

5. Alamat : Komplek Puri Husada Agung Blok D19 no

29A RT 002 RW 012 desa Cibinong,

Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten

Bogor 16340

6. Telepon : 085777219432

II. PENDIDIKAN FORMAL

1. SD : SDN 03 CIBINONG

2. SMP : SMPN 02 GUNUNG SINDUR

3. SMA: SMAN 01 PARUNG

4. S1 : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI

1. Anggota Departemen Sosial & Agama Himpunan Mahasiswa Jurusan

(HMJ) Ekonomi Syariah 2014/2015

2. Kepala Departemen Hubungan Masyarakat Dewan Eksekutif

Mahasiswa Fakultas Ekonomi & Bisnis 2016/2017

3. Anggota Lingkar Studi Ekonomi Islam (LISENSI)

4. Sekretaris Bakti Sosial HMJ Ekonomi Syariah 2015

vi

vi

5. Divisi Pubdekdok OPAK Jurusan Ekonomi Syariah 2015

6. Bendahara Umum Sharia Economics Festival 2015

7. Volunteer Indonesia - Malaysia Symposium on Southeast Asia Studies

2016

8. Bendahara 1st Indonesian Economics Summit (Project Official Youth

Economics Summit)

9. Ketua Pelaksana Studi Banding DEMA FEB UIN Jakarta dengan

BEM FEB Universitas Trisakti 2017

10. Steering Comitte 2nd Youth Economics Summit 2017

IV. PRESTASI

Nominasi terbaik karya ilmiah bidang pendidikan dalam simposium

“Indonesian Student Research Summit 2017”

V. LATAR BELAKANG KELUARGA

1. Ayah : Mursani

2. Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 31 Januari 1958

3. Alamat : Komplek Puri Husada Agung Blok D19 no

29A

RT 002 RW 012 desa Cibinong, Kecamatan

Gunung Sindur Kabupaten Bogor 16340

4. Telepon : 081294219351

5. Ibu : Siti Rohani

6. Tempat Tanggal Lahir : Bogor, 3 Juli 1972

7. Alamat : Komplek Puri Husada Agung Blok D19 no

vii

vii

29A RT 002 RW 012 desa Cibinong,

Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten

Bogor 16340

8. Telepon : 081575407446

9. Anak Ke dari : Ke-3 dari 6 bersaudara

viii

viii

ABSTRAK

ABSTRAK

Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis kinerja pembangunan manusia

di Jawa Tengah pada tahun 2010-2017 yang diukur berdasarkan I-HDI (Islamic

Human Development Index) yang mana konsep teori dasarnya sesuai dengan

pemenuhan lima kebutuhan dasar maqashid syariah Abu Ishaq Al Syatibi yaitu

dimensi Dimensi Agama, Dimensi Hidup, Dimensi Akal, Dimensi Keluarga dan

Dimensi Harta. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif

menggunakan data sekunder dari BPS provinsi Jawa Tengah dengan mengukur

indeks menggunakan geometrik mean dari rumus yang ada di dalam ketentuan

UNDP. Berikutnya dilakukan uji korelasi terhadap hasil kinerja pembangunan

manusia tersebut. Hasil perhitungan I-HDI menunjukkan bahwa secara umum

terdapat disparitas kualitas pembangunan manusia di masing-masing dimensinya

pada setiap wilayah kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah. Kota Salatiga dapat

menempati posisi tertinggi pada I-HDI (Islamic Human Development Index) di

provinsi Jawa Tengah. Masing-masing kabupaten/kota memiliki kekuatan kinerja

yang menonjol di satu dimensi tetapi lemah di dimensi yang lain.

Keyword : maqashid syariah, I-HDI, HDI, dimensi agama, dimensi hidup,

dimensi akal, dimensi keluarga, dimensi harta.

ix

ix

ABSTRACTS

This study is aimed at analyzing the performance of human development

in Central Java in 2010-2017 which is measured based on the I-HDI (Islamic

Human Development Index) in which the basic theoretical concepts are in

accordance with the fulfillment of the five basic needs of Abu Ishaq Al Syatibi,

namely the dimensions of Religion, Life Dimensions, Intellect Dimensions,

Family Dimensions and Property Dimensions. The research method used is

descriptive quantitative using secondary data from the Central Java provincial

BPS by measuring the index using the geometric mean of the formula contained

in the UNDP provisions. Next, a correlation test was performed on the results of

the human development performance. The results of I-HDI calculations show that

in general there is a disparity in the quality of human development in each

dimension in each district / city in the province of Central Java. Salatiga City can

occupy the highest position in the I-HDI (Islamic Human Development Index) in

the province of Central Java. Each district / city has a prominent performance

power in one dimension but is weak in another dimension.

Keywords: maqashid sharia, I-HDI, HDI, dimensions of religion, dimensions of

life, dimensions of the mind, family dimensions, dimensions of wealth.

x

x

KATA PENGANTAR

بسم الله انسحمه انسحيم

Alhamdulillahi rabbi-l-alamin, syukur alhamdulillah penulis panjatkan

atas kehadirat Allah SWT, dengan segala rahmat dan karunia-Nya akhirnya

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Analisis Kinerja

Pembangunan Manusia Berdasarkan Konsep Maqashid Syariah (Studi Kasus

Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah)”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat – syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari banyaknya

doa, dukungan, bantuan, bimbingan serta semangat dari orang – orang terbaik

yang ada disekeliling penulis. Maka dari itu penulis menyampaikan terima kasih

yang sebesar – besarnya kepada :

1. Allah SWT, karena tanpa kehendak dan pertolongannya tidak mungkin saya

dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kehidupan dari masa yang

kelam hingga masa modern seperti sekarang ini.

3. Kepada kedua orang tua terbaik saya, yaitu Ibu Siti Rohani dan Bapak

Mursani. Yang telah memberikan dukungan dan doa baik moral maupun

material.Saya akan berusaha untuk dapat membahagiakan kalian semua,

terima kasih banyak atas doa dan pengorbanannya untuk saya, terus doakan

saya karena saya akan selalu butuh doa kalian.

4. Kepada saudara-saudari terbaik saya, yaitu Utami, Alvia, Alm Yulia, Yusuf,

Ziah dan Aldin. Yang telah memberikan dukungan dan doa baik moral

maupun material.

5. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Ali Rama S.E., M.Ec selaku Dosen Pembimbing Skripsi saya yang

sudah banyak membantu saya dalam penulisan skripsi ini, atas pengarahan,

masukan dan waktunya saya ucapkan banyak terima kasih.

xi

xi

7. Ibu Nur Hidayah, P.hD dan Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid selaku Penguji

Ahli dan Ketua Penguji skripsi yang telah sangat berjasa dan memberikan

masukan yang bermanfaat.

8. Bapak Yoghi Citra Pratama, S.E., M.Si selaku Ketua Jurusan Ekonomi

Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Ibu RR Tini Anggraeni, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

banyak membantu.

10. Sahabat – sahabat terbaik saya yaitu Fitria, Bella, Adzkiyah, Chika,Riska,

Suci, Intan, Abyan, Nico, Angga, Harka, Raka, Ilham, Azmi, Zuhra, Nadiyah,

Ima dan Astika terima kasih banyak ku ucapakan atas pengorbanan waktu

kalian serta perhatian yang amat luar biasa, juga penyemangat selama

perkuliahan.

11. Senior-senior yang selalu memberikan support dan masukkan yang sangat

membantu ka Debby, ka Acin, ka Puspa, ka Ema dan senior lainnya yang

tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

12. Kelompok KKN Kopi Teras 020 yang sudah memberi warna dan

pengalaman baru dalam hidup saya selama kurang lebih satu bulan saya harus

jauh dari orang tua, namun ketakutan itu hilang ketika saya mendapatkan

teman terbaik di KKN Kopi Teras.

13. Teman – teman Eksyar angkatan 2014 yang saya cintai dan tidak bisa saya

sebutkan satu – persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan karena

keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh

karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan dan

kritik yang membangun dari semua pihak.

Tangerang Selatan, 16 Agustus 2018

Aulia Nurul Fitri

xii

xii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ............................................................ 1

B. RUMUSAN MASALAH ........................................................ 17

C. TUJUAN PENELITIAN ........................................................ 18

D. MANFAAT PENELITIAN .................................................... 19

E. SISTEMATIKA PENULISAN .............................................. 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Pembangunan Ekonomi ............................................ 22

B. Pembangunan Ekonomi dalam prespektif Islam .................... 24

C. Maqashid Syariah ................................................................... 32

D. Indeks Pembangunan Manusia(Human Development Index) 44

E. Islamic Human Development Index ....................................... 51

F. Penelitian Terdahulu ............................................................... 59

G. Kerangka Berfikir ................................................................... 69

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................... 69

B. Objek Penelitian ...................................................................... 69

C. Jenis dan Sumber Data ............................................................ 70

D. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 72

E. Metode Analisis ...................................................................... 73

1. Metode Pengukuran Indeks Maqashid Syariah ............... 73

2. Metode Analisis Korelasi dan Komparasi ...................... 75

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian .................................... 76

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah ............................... 94

1. Profil ................................................................................ 94

2. Sejarah ............................................................................. 94

3. Pemerintahan ................................................................... 96

xiii

xiii

4. Penduduk ......................................................................... 96

5. Perekonomian .................................................................. 98

6. Kondisi Pembangunan Manusia din Provinsi Jawa

Tengah ............................................................................. 99

B. Hasil Analisis dan Pembahasan .............................................. 100

1. Hasil pengukuran I-HDI serta Perbandingan Peringkatnya dengan HDI .......100

2. Kontribusi Masing-masing Dimensi ...............................................................106

3. Uji Korelasi .....................................................................................................115

E. Diskusi Temuan ............................................................................................118

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 125

B. Saran ........................................................................................................ 127

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xiv

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini keberhasilan pembangunan yang diidamkan penduduk

Indonesia patut dipertanyakan, apakah telah tercapai sebagian, sepenuhnya

atau bahkan belum tercapai sama sekali. Karena, apabila kita melihat pada

realita yang terjadi di masyarakat, sangat banyak lini kesejahteraan sosial yang

mengalami penurunan dan penyimpangan.

Meningkatnya kemiskinan dan pengangguran yang saat ini terjadi

menuntut semua pihak merumuskan kembali strategi pembangunan yang

sesuai untuk diterapkan di negeri ini. Sehingga tidak terdapat lagi masyarakat

yang tergeser, terjepit, dan terpinggirkan. Umumnya orang beranggapan

bahwa pembangunan adalah kata benda netral yang maksudnya adalah suatu

kata yang digunakan untuk menjelaskan proses dan usaha untuk meningkatkan

kehidupan ekonomi, politik, budaya, infrastruktur masyarakat, dan

sebagainya. Pandangan ini menjadi pandangan yang menguasai hampir setiap

diskursus mengenai perubahan sosial.

Pembangunan bidang ekonomi adalah salah satu strategi untuk

mencapai tujuan yang dicita-citakan bangsa Indonesia dalam mencapai

kehidupan rakyat yang sejahtera. Bidang ekonomi adalah salah satu bidang

yang menjadi perhatian serius dan sangat strategis karena berkaitan langsung

dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Berbagai perencanaan

pembangunan selalu mengarah pada penguatan bidang ekonomi ini. Indikator

2

keberhasilan pembangunan suatu negarapun dapat dilihat pada ketercapaian

target-target ekonominya. Pertumbuhan ekonomi, pendapatan perkapita

penduduk, jumlah pengangguran, tingkat kemiskinan, dan neraca pembayaran

adalah ukuran-ukuran yang dipakai dalam menilai tingkat keberhasilan

pembangunan ekonomi (Baswir,2009).

Pelaksanaan pembangunan ekonomi pada realisasinya perlu

membangkitkan masyarakat dengan memperhatikan karakteristik daerah dan

mayoritas utama penduduknya. Pendekatan industrialisasi (kapitalis) yang

diterapkan selama ini lebih mengedepankan pada padat modal yang tidak

memihak kepada masyarakat banyak. Sehingga kegiatan ekonomi yang

dilakukan tidak mencerminkan kemampuan dan keahlian masyarakat. Contoh

konkretnya pada sistem ekonomi kapitalisme telah mengajarkan bahwa

pertumbuhan ekonomi hanya akan terwujud, jika semua pelaku ekonomi

terfokus pada akumulasi kapital (modal). Kaum kapitalis lalu menciptakan

sebuah mesin “penyedot uang” yang dikenal dengan lembaga Perbankan. Oleh

lembaga ini, sisa-sisa uang di sektor rumah tangga yang tidak digunakan untuk

konsumsi akan “disedot”. Lalu yang akan memanfaatkan uang di Bank

tersebut tentu mereka yang mampu memenuhi ketentuan pinjaman (kredit)

dari Bank, yaitu: Fix return dan Agunan.

Konsekuensinya, hanya pengusaha besar dan sehat sajalah yang akan mampu

memenuhi ketentuan ini. Dan lagi pengusaha besar itu tidak lain adalah kaum

Kapitalis, yang sudah mempunyai perusahaan yang besar, untuk menjadi lebih

3

besar lagi. Nah, apakah adanya lembaga Perbankan ini sudah cukup? Bagi

kaum Kapitalis tentu tidak ada kata cukup. Mereka ingin terus membesar.

Dengan adanya pasar modal, para pengusaha besar cukup mencetak

kertas-kertas saham untuk dijual kepada masyarakat, dengan perjanjian akan

diberi deviden. Kemudian dengan persyaratan untuk bisa menjadi emiten dan

penilaian investor yang sangat ketat, lagi-lagi hanya perusahaan besar dan

sehat saja, yang akan dapat menjual sahamnya di pasar modal ini.

Tentu semua hal yang telah peneliti paparkan diatas adalah terdapat

peran pemimpin negara serta pemerintahannya yang belum memihak

kepentingan rakyat sepenuhnya, sehungga sangat dibutuhkan kebijakan-

kebijakan pemimpin negara yang pro rakyat.

همن أمو رمن شيئااللولا لمي تجبال مس تجبوف ق رىم وخلاتهم حاجتهم دونفاح دوناللاح ال قيامةي و موف ق رهحاجتو

“Barangsiapa yang diserahi kepemimpinan terhadap urusan kaum muslimin

namun ia menutup diri tidak mau tahu kebutuhan mereka dan kefakiran

mereka, niscaya Allah tidak akan memperhatikan kebutuhannya dan

kefakirannya di hari kiamat” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-

Tirmidziy].

ت ر عاهاللرعياةثال يط ها حراماللعلي والجناة.متفقعليو.وفيلفظ:يوتحيمناس بنص حإلاناة علي والج حرامالل .يوتوىوغاسلرعياتوإلا

”Barangsiapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya,

kemudian ia tidak mencurahkan kesetiaannya, maka Allah haramkan baginya

surga” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim]. Dalam lafadh yang lain

disebutkan : ”Ia mati dimana ketika matinya itu ia dalam keadaan menipu

rakyatnya, maka Allah haramkan baginya surga”.]

Dari hadist diatas sangat tidak dianjurkan pemimpin yang memiliki

karakter dan sifat yang buruk , kepemimpinan yang baik dalam islam menurut

Quraish Shihab dalam tafsir al-Misbah harus berdasarkan pada prinsip tauhid,

4

adil, tanggung jawab, musyawarah, amanah dan memiliki kemampuan.

Sehingga pemimpin yang adil dan mengutamakan kepentingan rakyat dengah

sepenuh hati serta pemimpin yang selalu menyertakan Allah SWT dalam

mengambil kebijakanlah yang dibutuhkan oleh rakyat.

Ditengah keterpurukan pembangunan yang berlandaskan pada sistem

kapitalisme dunia ini muncul sebuah alternatif sistem ekonomi yang

berbasiskan pada nilai-nilai ajaran syari‟ah Islam. Pada saat krisis ekonomi

moneter melanda dunia, lembaga-lembaga ekonomi yang menerapkan

mekanisme syari‟ah di Indonesia terbukti dapat bertahan dan bahkan

disebagiannya mampu untuk dapat tumbuh dan berkembang, salah satu

contohnya adalah Bank Muamalat pada krisis tahun 1998 bisa bertahan dan

berkembang hingga saat ini.

Menurut Hasan (2004) Islam melihat pembangunan ekonomi sebagai

pertumbuhan kematangan manusia, dimana kemajuan materi harus menunjang

kematangan spiritual. Beberapa tujuan penting mesti diprioritaskan seperti

pertumbuhan diiringi dengan tenaga kerja penuh, stabilitas ekonomi, keadilan

distributif dan kepedulian terhadap alam.

Sementara itu perspektif lain disampaikan oleh Muhammad (2010).

Dengan menggunakan pendekatan Ibnu Khaldun, ia menyimpulkan bahwa

pembangunan ekonomi yang ideal adalah yang mampu memenuhi kebutuhan

dasar seluruh umat manusia (basic needs), dan „dematerialisasi‟. Sebaliknya,

fenomena konsumsi berlebihan, korupsi moral dan keserakahan ekonomi

adalah indikator awal kejatuhan sebuah peradaban.

5

Pembangunan ekonomi dalam Islam menempatkan pemenuhan

kebutuhan dasar sebagai prioritas utama demi memelihara lima maslahat

pokok, yaitu pemeliharaan agama, jiwa, akal, keturunan

dan harta. Setiap individu berhak mendapatkan pemenuhan kebutuhan

dasarnya, agar dapat mempertahankan eksistensi hidup dan menjalankan peran

utamanya sebagai khalifah di bumi. Di sisi lain, pembangunan ekonomi dalam

perspektif Islam menempatkan manusia sebagai pusat pembangunan,

bertindak sebagai subjek sekaligus sebagai objek pembangunan itu sendiri.

Hal ini didasari oleh pandangan dunia Islam yang menempatkan manusia

sebagai pelaku utama dalam kehidupan manusia (Rama dan Makhlani, 2013).

Sejarah telah mencatat, ilmuwan dan ekonom dalam peradaban Islam

seperti Ibnu Taimiyah (1262-1328) dan Ibnu Khaldun (1332-1406) jauh hari

telah menulis dalam karyanya masing-masing terkait masalah-masalah

ekonomi seperti masalah buruh, masalah nilai, keuangan negara, pajak,

hubungan pertumbuhan populasi dengan pertumbuhan ekonomi, hingga

hukum permintaan dan penawaran (Aedy, 2011). Bahkan ekonomi

pembangunan pun telah lahir jauh sebelum itu, karena sejak instrumen zakat,

infak dan sedekah menjadi kewajiban dan anjuran bagi umat islam sebagai

solusi kemiskinan (tahun ke-2 Hijrah), maka instrumen-instrumen yang

disebutkan diatas membuktikan bahwa ekonomi Islam sejatinya telah

memahami problem utama ekonomi pembangunan. Ekonomi pembangunan

sesungguhnya hadir ditujukan khusus untuk mengatasi masalah-masalah yang

dihadapi oleh Negara-negara miskin (negara berkembang) yang merdeka

6

pasca perang dunia kedua. Namun faktanya, penduduk miskin di negara

berkembang tetap saja semakin banyak.

Nilai-nilai dasar dalam ekonomi Islam sebagaimana yang telah

diuraikan diatas menunjukkan bahwa terdapat keterpaduan antara unsur materi

dan spiritual, unsur keduniaan dan keakhiratan, dan unsur individu dan

masyarakat. Keseimbangan unsur-unsur ini akan berdampak pada

keberhasilan dan kesuksesan seseorang dan masyarakat dalam mencapai cita-

citanya. Kajian tentang pertumbuhan (growth) dan pembangunan

(development) ekonomi dapat ditemukan dalam konsep ekonomi Islam.

Konsep ini pada dasarnya telah dirangkum baik secara eksplisit maupun

implisit dalam Al-Qur‟an, sunnah, maupun pemikiran - pemikiran ulama

Islam terdahulu, namun kemunculan kembali konsep ini, khususnya beberapa

dasawarsa belakangan ini terutama berkaitan kondisi negara-negara Muslim

yang terbelakang yang membutuhkan formula khusus dalam strategi dan

perencanaan pembangunannya. Islam melihat pembangunan ekonomi sebagai

pertumbuhan kematangan manusia, dimana kemajuan materi yang ada pada

saat ini tidak bisa dihindari dan hal itu harus ditunjang dengan adanya

kekuatan kematangan spiritual.

Beberapa tujuan penting mesti diprioritaskan seperti : pertumbuhan

diiringi dengan tenaga kerja yang dapat diandalkan dan terampil di bidangnya,

akan menjadi suatu kualitas sendiri yang mempunyai hasil pekerjaan yang

bermutu, stabilitas ekonomi, keadilan distributif dan kepedulian terhadap

alam. Pembangunan ekonomi menurut ekonomi Islam memiliki dasar-dasar

7

filosofis yang berbeda, yaitu : (1). Tauhid rububiyah, yaitu konsep ini

mengajarkan bahwa Allah adalah sang pencipta atas segala sesuatu. Dia-Lah

yang menciptakan dunia dan alam. Untuk manusialah yang selanjutnya

mengatur model pembangunan yang berdasarkan Islam. (2). Keadilan, yaitu

pembangunan ekonomi yang merata (growth with equity), (3). Khalifah, yang

menyatakan bahwa manusia adalah wakil Allah Swt. di muka bumi untuk

memakmurkan dan bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya yang

diamanahkan kepadanya, dan (4). Tazkiyah, yaitu mensucikan manusia dalam

hubungannya dengan Allah, sesamanya dan alam lingkungan, masyarakat dan

negara.

Masalah utama ekonomi saat ini seperti kemiskinan, pengangguran,

kesenjangan ekonomi dan sosial antar individu masih belum bisa teratasi.

Salah satu alasannya adalah karena tidak diperhatikannya variabel lain seperti

sosial hukum, politik, budaya dan variabel pembangunan lainnya yang

dibuktikan dengan masih banyaknya penduduk yang hidup dibawah garis

kemiskinan, tingginya indeks kejahatan, masih banyaknya penduduk yang ada

di pelosok daerah tidak mengenyam pendidikan, tingginya jumlah penderita

penyakit serius, tingginya penderita gizi buruk dan masih banyak lagi. Di sisi

lain, ekonomi Islam memiliki misi yang jauh lebih luas dan komprehensif,

dimana pembangunan bukan sekadar membangun perekonomian rakyat

melainkan yang lebih penting adalah membangun sikap mental yang berarti

pula membangun manusia secara utuh. Bukan saja sisi jasmani, namun juga

kebutuhan spiritual transendental. Pertumbuhan ekonomi modern adalah

8

perkembangan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang

diproduksikan dalam masyarakat meningkat, yang selanjutnya diiringi dengan

peningkatan kemakmuran masyarakat. Dalam analisis makroekonomi, tingkat

pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara diukur dengan

perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai oleh suatu negara yaitu

Produk Nasional Bruto (PNB) atau Produk Domestik Bruto ( PDB). Dalam

kegiatan ekonomi yang sebenarnya, pertumbuhan ekonomi berarti

perkembangan ekonomi fiskal yang terjadi di suatu negara seperti

pertambahan jumlah dan produksi barang industri, infrastruktur, pertambahan

jumlah fasilitas publik, pertambahan produksi kegiatan-kegiatan ekonomi

yang sudah ada dan beberapa perkembangan lainnya.

Menurut Chapra (1992) salah satu cara yang paling konstruktif dalam

mempercepat pertumbuhan yang berkeadilan adalah dengan membuat

masyarakat dan individu untuk mampu semaksimal mungkin mengunakan

daya kreasi dan artistiknya secara profesional, produktif dan efisien. Dengan

demikian, semangat entrepreneurship (kewirausahaaan) harus ditumbuhkan

dan dibangun dalam jiwa masyarakat. Menumbuh kembangkan semangat jiwa

kewirausahawan akan dapat mendorong pengembangan usaha kecil secara

signifikan. Usaha kecil, khususnya di sektor produksi akan menyerap tenaga

kerja yang luas dan jauh lebih besar. Beberapa studi menunjukkan secara jelas

konstribusi yang besar dari industri kecil dan usaha mikro dalam memberikan

lapangan pekerjaan dan pendapatan. Mereka mampu menciptakan lapangan

kerja bahkan secara tidak langsung mereka berarti mengembangkan

9

pendapatan dan permintaan akan barang dan jasa, peralatan, bahan baku, dan

ekspor. Mereka adalah industri padat karya yang kurang memerlukan bantuan

dana luar (asing), bahkan kadang tidak begitu tergantung kepada kredit

pemerintah dibanding industri berskala besar (Mutairi, 2002).

Nurrohman Wijaya (2016) dalam penilitiannya yang berjudul

“Analisis Perkembangan Industri Kecil dan Rumah Tangga dengan

Pendekatan DPSIR: Studi Kasus di Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung”

membuktikan bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memiliki

potensi yang signifikan dalam berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi

lokal di Indonesia. Dalam perkembangan sektor ekonomi dan populasi

dinamis di Kecamatan Ciparay, UMKM industri manufaktur juga meningkat,

terutama industri kecil dan rumah tangga.

Bank Dunia yang selama dekade 1980-an begitu mengagung-agungkan

pertumbuhan ekonomi sebagai tujuan utama pembangunan, mulai menyadari

kekeliruannya. Oleh karena itu Bank Dunia melakukan perluasan makna

tentang pembangunan. Definisi ini dapat dilihat pada World Development

Report yang terbit pada tahun 1990 yang mempertegas bahwa,

“Tantangan utama pembangunan adalah memperbaiki kualitas kehidupan.

Kualitas hidup yang lebih baik mensyaratkan adanya pendapatan yang tinggi,

namun yang dibutuhkan bukan hanya itu. Pendapatan yang tinggi hanya

merupakan salah satu dari sekian banyak syarat yang harus dipenuhi. Banyak

hal lain yang juga harus diperjuangkan, yakni pendidikan yang lebih baik,

peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, pemberantasan kemiskinan,

10

perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan kesempatan, peningkatan

kebebasan individual dan pelestarian ragam kehidupan budaya.”

Menurut Todaro & Smith (2006) pembangunan harus dipandang sebagai suatu

proses yang multidimensional yang mencakup perubahan struktur sosial,

sikap-sikap masyarakat dan institusi-institusi nasional. Jadi pada hakekatnya,

pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat tanpa

mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun

kelompok-kelompok sosial yang ada didalamnya, untuk bergerak maju

menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik, secara material

maupun spiritual (Yusuf & Rama, 2018).

Menurut Yusuf & Rama (2018) Paradigma pembangunan yang sedang

berkembang dewasa ini adalah pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan

pembangunan manusia yang dilihat pada tingkat kualitas hidup manusia di

tiap-tiap negara. Persoalan tentang pencapaian pembangunan sejauh ini telah

menjadi perhatian penyelenggara pemerintah. Berbagai ukuran pembangunan

manusia dibuat namun tidak semuanya dapat digunakan sebagai ukuran

standar yang dapat mewakili dan dapat dibandingkan antar wilayah atau antar

negara. Oleh sebab itu Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menetapkan

suatu ukuran standar pembangunan manusia yaitu Human Development Index

(HDI) atau disebut juga Index Pembangunan Manusia (IPM) yang diukur

melalui kualitas tingkat pendidikan, kesehatan dan ekonomi (daya beli).

Namun keberhasilan pembangunan manusia tidak dapat dilepaskan dari

kinerja pemerintah yang berperan dalam menciptakan regulasi bagi

11

tercapainya tertib sosial. Adapun persoalannya adalah pencapaian

pembangunan manusia secara parsial sangat bervariasi dimana beberapa aspek

pembangunan tertentu berhasil dan beberapa aspek pembangunan lainnya

gagal.

IPM sendiri tidak pernah mengklaim menjadi sebuah pengukuran

komprehensif tentang konsep pembangunan manusia atau kesejahteraan (well-

being) tetapi lebih menjadi alternatif sederhana dari ukuran-ukuran ekonomi.

Oleh karena itu sejumlah studi dilakukan untuk mengkritisi konsep dan

dimensi-dimensi dari IPM demi mendapatkan konsep dan dimensi-dimensi

yang lebih komprehensif yang dapat mewakili konsep pembangunan manusia

seutuhnya. (Yusuf & Rama, 2018).

Bourgoin (2014) melakukan pengembangan dimensi dari IPM dengan

menambahkan dimensi pekerjaan (employement) dan kebebasan politik

(political freedoms). Studi ini mendefinisikan pembangunan manusia (human

development) dalam tiga komponen utama, yaitu kemampuan manusia (human

capabilities), pilihan (choices) dan kesempatan (opportunities). Komponen

tersebut lalu diturunkan menjadi enam dimensi yaitu pendidikan (education),

pekerjaan (employement), barang dan jasa (goods and services), kesehatan

(health) dan kebebasan (freedom) (Yusuf & Rama, 2018).

Stanton (2006) melakukan kritik terhadap model IPM yang tidak

memasukkan komponen kesenjangan distribusi pendapatan (inequality). Studi

tersebut selanjutnya mengajukan unsur kesenjangan ekonomi sebagai salah

satu komponen penting dalam model pembangunan manusia. Sementara studi

12

yang dilakukan Nevima & Kiszova (2016) melakukan kritik terhadap metode

penghitungan (pembobotan) pada indeks pembangunan manusia (Yusuf &

Rama, 2018).

Berdasarkan sejumlah studi tentang kritik terhadap IPM dapat

disimpulkan bahwa kritik lebih menekankan pada aspek indikator-indikator

yang digunakan oleh IPM dan juga pada aspek statistik dan metode

perhitungannya. Studi-studi tersebut selanjutnya menawarkan konsep indeks

yang lebih representatif dan relevan tetang pembangunan manusia. Akan

tetapi dari sekian tawaran model IPM jarang yang melakukan rekonstruksi

ulang terhadap konsep pembangunan manusia itu sendiri (Yusuf & Rama,

2018).

Sejumlah studi terbaru berusaha meredefinisi ulang tentang konsep

manusia dan pembangunan yang lebih komprehensif berdasarkan pada

pendekatan konsep ekonomi islam. Misalnya, studi yang dilakukan oleh Anto

(2011) memperkenalkan Indeks Pembangunan Manusia Islami (Islamic

Human Development Index) I-HDI melalui konsep Maqashid Shariah. Studi

ini mengasumsikan bahwa pembangunan dan kesejahteraan manusia

merupakan fokus utama dari tujuan syariah atau Maqashid Shariah. Anto

menurunkan 5 dimensi maqashid shariah menjadi 15 indikator (Yusuf &

Rama, 2018).

Selanjutnya, Ali & Hasan (2014) mengembangkan indeks Maqashid

Shariah yang lebih komprehensif dengan menggunakan metode survey.

Konsep indeks didasarkan pada lima dimensi utama dari Maqashid Shariah

13

(agama, jiwa, akal, keturunan, dan kekayaan) yang selanjutnya diturunkan

menjadi 28 indikator. Perbedaan studi Ali & Hasan (2014) dan Anto (2011)

terletak pada indikator-indikator yang digunakan untuk mewakili masing-

masing dimensi pembangunan manusia berdasarkan perspektif Maqashid

Shariah.

Aydin melakukan kajian perbandingan konsep antara indeks

pembangunan manusia dan IPMI (Indeks Pembangunan Manusia Islami).

Konsep Indeks Pembangunan Manusia Islami sendiri didasarkan pada 8

dimensi utama, yaitu fisik (physical self), sosial (social self), kebebasan

(deciding self), dan keamanan (oppressive self). Dimensi-dimensi ini

selanjutnya di representasikan oleh sejumlah indikator-indikator yang relevan

(Yusuf & Rama, 2018).

Indeks Pembangunan Manusia Islami atau Islamic Human

Development Index (I-HDI) merupakan alat yang digunakan untuk mengukur

perkembangan manusia Islam berdasarkan pada Maqashid shariah.

Pandangan Imam al-Syatibi yang terdiri dari lima dimensi kebutuhan pokok,

yaitu dengan panggilan terhadap agama (hifdzu ad-dien), kontrak terhadap

jiwa (hifdzu an-nafs), Perhatian terhadap akal (hifdzu al-'aql), perawatan

terhadap keturunan (hifdzu an-nasl), dan penjagaan harta (hifdzu al-maal).

Penelitian ini merujuk pada penelitian Yusuf & Rama (2018) yang

berjudul “Konstruksi Indeks Pembangunan Islami” namun sedikit berbeda

karena pada kesempatan kali ini peneliti berusaha untuk memasukkan

indikator-indikator yang tidak tersentuh seperti indikator kesehatan dan

14

jumlah tempat ibadah, serta mengembangkan indikator-indikator yang sudah

ada menjadi lebih detail dan komprehensif dari penelitian Yusuf & Rama

(2018) tersebut. Jika penelitian Yusuf & Rama (2018) pada studi kasusnya

menerapkan I-HDI dalam lingkup provinsi-provinsi yang ada di suatu

negara, maka studi kasus yang diambil pada penelitian kali ini mencoba

menerapkan indeks I-HDI tersebut dalam sub yang lingkupnya lebih detail dan

kecil yakni kabupaten/kota yang ada di suatu provinsi. Kemudian peneliti

mencoba menambahkan indikator pada dimensi agama dengan memasukkan

indikator jumlah tempat peribadatan, pada dimensi keluarga dengan

menambahkan indikator jumlah keluarga, pada dimensi akal menambahkan

indikator jumlah sekolah, murid & guru dan indikator rata-rata lama sekolah

serta dalam dimensi hidup menambahkan indikator kebutuhan hidup layak &

upah minimum dimana indikator-indikator ini tidak terdapat pada penelitian

sebelumnya.

Kemudian yang tidak kalah penting adalah aspek kesehatan yang tidak

terdapat pada penelitian sebelumnya, maka pada kesempatan kali ini peneliti

akan memasukkan aspek kesehatan sebagai salah satu elemen dalam dimensi

hidup.

Perbedaan konsep dan indikator yang digunakan dalam

mengembangkan suatu indeks untuk menggambarkan konsep pembangunan

manusia pada suatu negara atau wilayah memberikan hasil yang berbeda-beda.

Oleh karena itu, penelitian ini melakukan konstruksi konsep HDI (Human

Development Index) berdasarkan pada perspektif maqashid shariah atau

15

disebut Islamic Human Development Index. Penelitian ini akan merangking

tingkat kinerja Islamic Human Development Index (I-HDI) masing-masing

kabupaten/kota dan membandingkannya dengan Human Development Index

(HDI). Dan selanjutnya, penelitian ini menyajikan peluang I-HDI sebagai

konsep pengukuran pembangunan manusia, alternatif dari HDI.

Negara Indonesia merupakan salah satu Negara dengan jumlah

penduduk yang beragama islam terbesar di dunia. Begitupun dengan masing-

masing provinsinya yang mayoritas penduduknya beragama islam, salah

satunya adalah provinsi Jawa Tengah yang 94,16% penduduknya beragama

islam.

Tabel 1.1

Jumlah Penduduk Menurut Agama yang Dianut di Provinsi Jawa Tengah

(2015)

No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Islam 34.235.239 94,16%

2 Protestan 677.131 1,86%

3 Katolik 501.865 1,38%

4 Hindu 73.296 0,20%

5 Budha 865.878 2,38%

6 Lainnya 3.840 0,010%

Berdasarkan pada tabel 1.1, dapat diketahui bahwa persentase

penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus penduduk oleh BPS Jawa

Tengah tahun 2015 yang paling besar jumlahnya adalah penduduk

Jateng.bps.go.id ( Sumber data diolah )

16

beragama Islam yaitu 94,16%. Kemudian penduduk yang beragama selain

islam berturut-turut adalah agama Budha 2,38% ; Protestan sebesar 1,86%

; Katolik 1,38% ; Hindu 0,20% dan agama lainnya sekitar 0,010%.

Melihat fakta bahwa mayoritas penduduk provinsi Jawa Tengah

menganut agama Islam maka Islamic Human Development Index

dipandang sangat relevan bila digunakan dalam pengukuran pencapaian

pembangunan manusia pada kabupaten/kota yang ada di provinsi Jawa

Tengah.

Kemudian dilatarbelakangi oleh sebuah lembaga yang bergerak di

bidang kebudayaan dalam konteks keislaman, kemanusiaan, dan

keindonesiaan yakni Maarif Institute pada 17 Mei 2016 merilis hasil

penelitian yang menunjukkan indeks kota islami di Indonesia. Survey ini

melibatkan 29 kota dan menggunakan berbagai variabel, diantaranya

kebebasan beragama dan keyakinan, perlindungan hukum, kepemimpiman

dan pemenuhan hak politik perempuan serta hak anak dan difabel. Tidak

hanya itu, variabel kesejahteraan berdasarkan tingkat pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, kesehatan juga dinilai. Dan terakhir adalah variabel

kebahagiaan yang dinilai melalui sikap saling berbagi dan kesetiakawanan

serta harmoni dengan alam.

Semarang Ibu kota Provinsi Jawa Tengah ini berhasil menempati

urutan ke-8 dengan meraih nilai 75,58. Urutan ke-12 kota Surakarta

dengan nilai 72,66 dan urutan ke-13 kota Salatiga dengan nilai 71,22. Hal

17

ini menjadi menarik karena Provinsi Jawa Tengah menjadi Provinsi

dengan raihan kota terbanyak dalam 29 kota yang masuk kedalam indeks

islami tersebut dibandingkan dengan provinsi lain.

Selanjutnya alasan lain penelitian ini dilakukan pada

kabupaten/kota provinsi Jawa Tengah adalah karena Ketua Institut Harkat

Negeri, Sudirman Said dalam istighatsah kubro Forum Ulama Kabah dan

Silaturahim Ulama-Umaro Menyongsong Gubernur Jawa Tengah yang

Pro Umat di Semarang menyatakan bahwa Provinsi Jawa Tengah dinilai

memiliki potensi besar untuk maju dan sejajar dengan provinsi-provinsi

besar lain di Pulau Jawa. Untuk memaksimalkan potensi tersebut,

dibutuhkan wawasan dan strategi pembangunan baru yang berjangkauan

luas dan berorientasi jangka panjang. Jawa Tengah diperhitungkan

sebagai wilayah investasi nomor dua paling menarik di Indonesia setelah

DKI Jakarta.

Salah satu pencapaian yang disoroti Surdirman ialah pertumbuhan

ekonomi Jawa Tengah. Sudirman mengatakan Jawa Tengah memiliki luas

lima kali lipat lebih besar dari Jakarta dengan jumlah penduduk tiga kali

lipat lebih banyak. Akan tetapi, pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah saat

ini masih terbiang datar. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Jawa Tengah juga

tercatat paling kecil dibandingkan Jawa Timur dan Jawa Barat.

Di samping itu, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jawa Tengah

pun tertinggal dari IPM Jawa Barat dan Jawa Timur. Pertumbuhan IPM

18

Jawa Tengah pun tertinggal jika dibandingkan dengan indeks nasional. Hal

ini dapat terlihat dari pertumbuhan IPM Jawa Tengah dari 66,08 pada

2010 menjadi 69,98 pada 2016. Sedangkan IPM Nasional tercatat

mengalami peningkatan dari 66.53 menjadi 70.18 untuk periode yang

sama. Hal lain yang digarisbawahi Sudirman adalah angka partisipasi

pendidikan di Jawa Tengah. Tercatat hanya 20,57 persen masyarakat Jawa

Tengah yang mengenyam pendidikan di tingkat Universitas. Angka

tersebut lebih rendah dibandingkan angka nasional yaitu 22,95 persen. Hal

ini pula yang mendorong peneliti untuk melakukan pengukuran dan

analisis kinerja pembangunan manusia berdasarkan konsep maqashid

syariah di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010-2016.

Dilatarbelakangi oleh hal-hal yang telah dipaparkan diatas, maka

penulis memandang perlu untuk mengkaji dan menganalisis lebih jauh

dalam bentuk skripsi dengan judul “ANALISIS KINERJA

PEMBANGUNAN MANUSIA BERDASARKAN KONSEP MAQASHID

SYARIAH (STUDI KASUS KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA

TENGAH).”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana kinerja pembangunan manusia yang diukur dengan

perhitungan I-HDI (Islamic Human Development Index) berdasarkan

Maqashid Syariah pada kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah ?

19

2. Bagaimana perbandingan hasil dari pengukuran pembangunan manusia

yang diukur dengan perhitungan I-HDI (Islamic Human Development

Index) berdasarkan Maqashid Syariah dengan HDI (Human

Development Index) pada kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah ?

3. Bagaimana korelasi dan pola hubungan antara hasil perhitungan I-HDI

(Islamic Human Development Index) yang dikembangkan dalam

penelitian ini dengan hasil perhitungan HDI (Human Development

Index) BPS kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis kinerja pembangunan manusia

yang diukur dengan perhitungan I-HDI (Islamic Human Development

Index) berdasarkan Maqashid Syariah kabupaten/kota di provinsi

Jawa Tengah.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis perbandingan hasil dari

pengukuran pembangunan manusia yang diukur dengan perhitungan I-

HDI berdasarkan Maqashid Syariah dengan HDI (Human

Development Index) kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis korelasi dan pola hubungan antara

hasil perhitungan I-HDI (Islamic Human Development Index) yang

dikembangkan dalam penelitian ini dengan hasil perhitungan HDI

(Human Development Index) dalam publikasi BPS kabupaten/kota di

provinsi Jawa Tengah.

20

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi, yaitu :

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis,

sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi

dunia pendidikan.

2. Manfaat praktis

a. Bagi Penulis

Menambah wawasan penulis mengenai pembangunan manusia

berdasarkan Maqashid Syariah, untuk selanjutnya dijadikan

sebagai acuan dalam bersikap dan berperilaku.

b. Bagi Penyelenggara Pemerintahan

Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan

kualitas dan keberhasilan pembangunan manusia.

c. Bagi Ilmu Pengetahuan

Menambah khazanah keilmuan tentang pembangunan ekonomi

dalam perspektif islam serta I-HDI sebagai metode ukur

pencapaian dari pembangunan manusia. Serta sebagai bahan

referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat memperkaya dan

menambah wawasan.

21

d. Bagi Peneliti Berikutnya

Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau

dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang

sejenis.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini membahas tentang teori pembangunan

ekonomi, pembangunan manusia, dasar, dalil dan

pengertian maqashid syariah, penelitian terdahulu,

kerangka pemikiran dan hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini membahas ruang lingkup penelitian, jenis

dan sumber data penelitian, serta metode dan alat analisis

data.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini menguraikan tentang deskripsi pengolahan

data, pembahasan dan hasil analisis.

22

BAB V PENUTUP

Memuat tentang kesimpulan dan saran dari keseluruhan

hasil penelitian yang telah dilaksanakan dan saran-saran

yang diajukan bagi pihak yang terkait dalam mengambil

kebijakan terhadap permasalahan yang diteliti.

LAMPIRAN

23

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Pembangunan Ekonomi

Menurut Sadono Sukirno (1996: 33) pertumbuhan dan pembangunan

ekonomi memiliki definisi yang berbeda, yaitu pertumbuhan ekonomi ialah

proses kenaikan output perkapita yang terus menerus dalam jangka panjang.

Pertumbuhan ekonomi tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan

pembangunan. Dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi

biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat

indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan. Sedangkan pembangunan

ekonomi ialah usaha meningkatkan pendapatan perkapita dengan jalan

mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil melalui

penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan,

peningkatan ketrampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan

manajemen. Pembangunan ekonomi didefinisikan dalam beberapa pengertian

dengan menggunakan bahasa berbeda oleh para ahli, namun maksudnya tetap

sama.

Menurut Adam Smith pembangunan ekonomi merupakan proses

perpaduan antara pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi (Suryana,

2000:55). Todaro (dalam Lepi T. Tarmidi, 1992:11) mengartikan

pembangunan sebagai suatu proses multidimensional yang menyangkut

perubahan-perubahan besar dalam struktur sosial, sikap masyarakat,

kelembagaan nasional maupun percepatan pertumbuhan ekonomi,

24

pengurangan ketidakmerataan dan penghapusan dari kemiskinan mutlak.

Pembangunan ekonomi menurut Irawan (2002: 5) adalah usaha-usaha untuk

meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi

rendahnya pendapatan riil perkapita.

Prof. Meier (dalam Adisasmita, 2005: 205) mendefinisikan

pembangunan ekonomi sebagai proses kenaikan pendapatan riil perkapita

dalam suatu jangka waktu yang panjang.

Sadono Sukirno (1985:13) mendefinisikan pembangunan ekonomi

sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk

suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut

mengandung pengertian bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu

perubahan yang terjadi secara terus-menerus melalui serangkaian kombinasi

proses demi mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya peningkatan

pendapatan perkapita yang terus menerus berlangsung dalam jangka panjang.

B. Pembangunan Ekonomi dalam Perspektif Islam

Ekonomi Islam merealisasikan keseimbangan antara kepentingan

Individu dan kepentingan masyarakat. Cita-cita luhur, ekonomi Islam adalah

melaksanakan misi sebagai khalifah di bumi dengan tugas memakmurkannya.

Seorang muslim bahwanya berkeyakinan akan mempertanggungjawabkan

kewajibannya dihadapan Allah Swt. Keuntungan material yang dicapai dalam

kegiatan ekonomi, bagi seorang muslim adalah menjadi tujuan perantara

untuk meraih citacita insani berupa kepatuhan kepada Allah Swt. Dengan

25

kata lain cita-cita ekonomi Islam bukanlah menciptakan persaingan,

monopoli, atau mementingkan diri sendiri dengan mengumpulkan semua

harta kekayaan dunia dan mencegahnya dari orang lain, sebagaimana yang

terjadi pada sistem ekonomi penemuan manusia. Cita-cita ekonomi Islam

merealisasikan kekayaan, kesejahteraan hidup, dan keuntungan hidup bagi

seluruh masyarakat disertai niat melaksanakan hak khilafah dan mematuhi

perintah Allah Swt (Chapra, 1992).

Dalam berbagai literatur tentang ekonomi Islam. Ekonomi Islam pada

dasarnya memandang bahwa pertumbuhan ekonomi adalah bagian dari

pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi didefenisikan dengan: “a

suistained growth of a right kind of output which can contribute to human

welfare” (pertumbuhan terus-menerus dari faktor produksi secara benar yang

mampu memberikan konstribusi bagi kesejahteraan manusia). Berdasarkan

pengertian ini, maka pertumbuhan ekonomi menurut Islam merupakan hal

yang sarat nilai. Suatu peningkatan yang dialami oleh faktor produksi tidak

dianggap sebagai pertumbuhan ekonomi jika produksi tersebut misalnya

memasukkan barang-barang yang terbukti memberikan efek buruk dan

membahayakan manusia. (Sadeq, 2006). Berlandaskan kepada kedua sifat

dasar ini, maka analisa ekonomi pembangunan dapat suatu cabang ilmu

ekonomi yang bertujuan untuk menganalisa masalah-masalah yang dihadapi

oleh Negara-negara berkembang dan mendapatkan caracara untuk mengatasi

masalah-masalah itu supaya Negara-negara tersebut dapat membangun

ekonominya dengan lebih cepat lagi. Dalam perkembangannya, para ahli

26

memberikan pengertian atau batasan tentang ekonomi pembangunan

berdasarkan latar belakang tersebut.

Pembangunan Ekonomi dalam Perspektif (Almizan) Ekonomi

pembangunan adalah suatu studi yang ditujukan untuk meningkatkan taraf

hidup penduduk di negara-negara yang sedang berkembang, dengan

memecahkan masalah-masalah utamanya yakni kemiskinan, pengangguran

dan pemerataan. Pembangunan dinegara-negara berkembang pada

pelaksanaannya telah memunculkan pola, metode, atau model yang berbeda-

beda diantara mereka. Perbedaan ini telah menjadi paradigma atau

pandangan yang mendunia dalam melaksanakan pembangunan (Sukino,

2011).

Selaras dengan hal ini, (Ibrahim, 2011) mengutarakan bahwa concern

utama ekonomi pembangunan pada sistem ekonomi Islam adalah

kesejahteraan manusia (human welfare). Proses pembangunan ekonomi

dalam Islam menurutnya harus memanusiakan manusia. Ia harus terfokus

terhadap pendidikan, mengutamakan integrasi sosial dan konservasi terhadap

lingkungan. Baginya, pembangunan ekonomi harus berkelanjutan dan tidak

melupakan generasi yang akan datang (future generation).

Islam dalam mendefinisikan pembangunan ekonomi tidak menafikan

aspek pendapatan individu sebagai salah satu indikatornya. Karena Islam

sangat mendambakansuatu masyarakat yang sejahtera secara materi agar

mereka dapat melaksanakan kewajibanagamanya secara sempurna. Namun

27

disisi lain Islam menekankan pentingnya distribusikekayaan secara merata

dan adil. Bahkan Islam menciptakan instrumen seacra spesifik

untukmencapai distribusi tersebut melalui mekanisme zakat, infaq dan

sedekah (ZIS) serta penumbuhan sifat kepedulian dan saling tolong-

menolong di antara sesama dalam rangkamemenuhi kebutuhan

dasar.Pembangunan ekonomi harus berorientasi pada peningkatan komitmen

individu terhadap agamanya. Artinya harus ada korelasi antara pembangunan

ekononomi denganpeningkatan pemenuhan kewajiban-kewajiban terhadap

agama. Tujuan akhir daripembangunan ekonomi bukan seperti slogan

ekonomi konvensional yang berbunyi“homoeconomicus” tapi justru

terjadinya“homo Islamicus”, yaitu individu yang berperilaku sesuaidengan

tuntunan ajaran Islam (Ali Rama dan Makhlani : 2013)

Pembangunan ekonomi menurut ekonomi Islam memiliki dasar-dasar

filosofis yang berbeda, yaitu : (1). Tauhid rububiyah, yaitu konsep ini

mengajarkan bahwa Allah adalah sang pencipta atas segala sesuatu. Dia-Lah

yang menciptakan dunia dan alam. Untuk manusialah yang selanjutnya

mengatur model pembangunan yang berdasarkan Islam. (2). Keadilan, yaitu

pembangunan ekonomi yang merata (growth with equity), (3). Khalifah, yang

menyatakan bahwa manusia adalah wakil Allah Swt. di muka bumi untuk

memakmurkan dan bertanggung jawab atas pengelolaan sumber daya yang

diamanahkan kepadanya, dan (4). Tazkiyah, yaitu mensucikan manusia dalam

hubungannya dengan Allah., sesamanya dan alam lingkungan, masyarakat

dan negara.

28

Dasar-dasar filosofi pembangunan ekonomi yang islami dirumuskan

oleh Masudul Alam Choudhury dengan prisma ekonomi Islam. Prisma

ekonomi Islam yang dikemukan Choudhury sebagai prinsip-prinsip

pembangunan ekonomi yang harus diberlakukan oleh perancang ekonomi

pembangunan dalam membangun perekonomian negara dan masyarakat.

Gambar 2.1

Prisma Ekonomi Islam Versi Masudul Alam Choudhury

1. Tauhid (T)

Sebagai khalifah di bumi, manusia berkewajiban untuk

memanfaatkan bumi dan kekayaan yang terkandung didalamnya yang

serba berkecukupan itu untuk sebessr-besarnya kemaslahatan umat,

bukan untuk perorangan, karena setiap insan yang beriman mengakui

bahwa kepemilikan mutlak adalah pada Allah SWT.

29

Demi untuk mewujudkan prinsip tauhid dan persaudaraan, islam

melarang riba dalam segala bentuk dan manifestasinya. Secara tauhid,

Allah SWT sebagai pemilik sumber daya ekonomi telah menentukan

bahwa setiap kekayaan adalah untuk kepentingan semua manusia.

2. Work and Productivity (W)

Perintah bekerja telah Allah wajibkan sejak nabi yang pertama,

Adam As sampai nabi terakhir Muhammad Saw. Perintah ini tetap

berlaku kepada semua orang tanpa membeda-bedakan pangkat, status dan

jabatan seseorang. Berikut dalil QS. Jumuah (62):10 tentang kewajiban

bekerja.

ر ضف فإذاقضيتٱلصالوةفٱنتشروا لاعلاكم كثيراٱللاو وٱذ كرواٱللاوفض لمن وٱب ت غواٱل لحون ت ف

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di

muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-

banyak supaya kamu beruntung.” QS. Jumuah (62):10

Adapun tafsir ayat diatas dalam Surin (2004:2418) adalah

menunaikan shalat yang berguna untuk kemaslahatan kehidupan akhirat,

tunaikan pula usaha-usaha untuk kehidupan duniawi. Namun dalam

mencari kehidupan duniawi itu, hendaklah ingat kepada Allah, agar kita

dipelihara oleh Tuhan dari sikap “menghalalkan segala cara” untuk

mendapatkan rezeki itu. Hal ini relevan dengan kerja dan produktifitas

dalam perspektif islam adalah untuk mencapai 3 (tiga) sasaran, yaitu :

a) Mencukupi kebutuhan hidup (al-isyba)

b) Meraih laba yang wajar (al-irbah)

c) Menciptakan kemakmuran lingkungan baik social maupun alamiah

30

3. Cooperations (C)

Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara

orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau

tujuan bersama (Soekonto, 1990 dalam Rafsanjani (2004:16)). Kerjasama

(cooperation) adalah suatu usaha atau bekerja untuk mencapai suatu hasil

(Baron & Byane, 2000 dalam Rafsanjani (2014:16)).

Kerjasama merupakan karakter yang penting dalam system

ekonomi islam. Nilai kerjasama ekonomi ini harus dapat dicerminkan

dalam semua tingkatan kegiatan ekonomi, produksi, distribusi maupun

jasa. Doktrin kerjasama dalam bidang ekonomi ini akan dapat

menciptakan kerja produktif sehari-hari dari masyarakat, meningkatkan

kesejahteraan, mencegah penindasan ekonomi dan distribusi ekonomi

dan distribusi kekayaan yang tidak merata, dan melindungi kepentingan

ekonomi dari pihak atau golongan ekonomi lemah.

4. Ownership (O)

Prinsip ini adalah terjemahan dari nilai tauhid, pemilik primer

langit, bumi dan seisinya adalah Allah, sedangkan manusia diberi

amanah untuk mengelolanya. Jadi, manusia dianggap sebagai pemilik

sekunder. Konsep kepemilikan swasta diakui. Namun, untuk menjamin

keadilan, yakni supaya tidak ada proses penzaliman golongan orang

terhadap yang lain, maka cabang-cabang produksi yang penting dalam

menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara. Dengan

demikian, kepemilikan Negara dan nasionalisasi juga diakui.

31

Sistem kepemilikan campuran juga mendapat tempat dalam

islam, baik campuran swasta-negara, swasta domestic-asing, atau

Negara-negara asing. Semua konsep ini berasal dari filosofi, norma, dan

nilai-nilai Islam.

5. Distribution Equity (D)

Sistem ekonomi dalam islam, berbagai permasalahan

perekonomian telah dijamin dalam pengoptimalan distribusi, yaitu

dengan cara menentukan tata cara kepemilikan, tata cara mengelola

kepemilikan, serta menyuplai orang yang tidak sanggup untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dengan harta yang bisa menjamin hidupnya dalam

rangka mewujudkan keseimbangan dalam memenuhi kebutuhan-

kebutuhannya diantara sesama. Dengan demikian, Islam telah

memecahkan masalah buruknya distribusi tersebut. Instrument zakat

digunakan untuk menanggulangi kemiskinan dapat mencakup perluasan

kesempatan kerja, kesejahteraan keluarga, rehabilitas manusia usia lanjut,

asuransi pengangguran, kompensasi bagi yang kekurangan ketika resesi

dan depresi.

Adapun prinsip pembangunan ekonomi perspektif Islam antara

lain: (a) Pembangunan ekonomi dalam Islam bersifat komprehensif dan

mengandung unsur spiritual, moral, dan material. (b) Fokus utama

pembangunan adalah manusia dengan lingkungan kulturalnya. (c)

Pembangunan ekonomi adalah aktivitas multidimensional sehingga

semua usaha harus diserahkan pada keseimbangan berbagai faktor dan

32

tidak menimbulkan ketimpangan dan (d) Penekanan utama dalam

pembangunan menurut Islam, terletak pada pemanfaatan sumber daya

yang telah diberikan Allah kepada ummat manusia. Pendekatan konsep

ekonomi Islam ini juga sangat bergantung pada kualitas sumber daya

manusia yang dimiliki oleh suatu bangsa atau negara. Manusia adalah

subjek dan objek dari pembangunan. Kualitas dari SDM sangat

menentukan tingkat pencapaian keberhasilan pembangunan ekonomi

suatu negara. Oleh karena itu, pembangunan SDM perlu mendapatkan

perhatian yang sangat serius oleh bangsa, apalagi esensi atau aspek

kemajuan dari suatu bangsa di dunia adalah ditentukan oleh kualitas

sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa atau negara tersebut

(Beik, 2016).

C. Maqashid Syariah

Maqashid al-syari'ah terdiri dari dua kata, maqashid dan syari'ah.

Kata maqashid merupakan bentuk jama' dari maqshad yang berarti maksud

dan tujuan, sedangkan syari'ah mempunyai pengertian hukum-hukum Allah

yang ditetapkan untuk manusia agar dipedomani untuk mencapai

kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Maka dengan demikian,

maqashid al-syari'ah berarti kandungan nilai yang menjadi tujuan

pensyariatan hukum. Maka dengan demikian, maqashid al-syari'ah adalah

tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari suatu penetapan hukum (Asafri Jaya,

1996:5). Izzuddin ibn Abd al-Salam, sebagaimana dikutip oleh Khairul

33

Umam (2001:125), mengatakan bahwa segala taklif hukum selalu bertujuan

untuk kemaslahatan hamba (manusia) dalam kehidupan dunia dan akhirat.

Allah tidak membutuhkan ibadah seseorang, karena ketaatan dan maksiat

hamba tidak memberikan pengaruh apa-apa terhadap kemulian Allah. Jadi,

sasaran manfaat hukum tidak lain adalah kepentingan manusia. Menurut

Satria Efendi (1998:14), maqashid al-syari'ah mengandung pengertian

umum dan pengertian khusus. Pengertian yang bersifat umum mengacu pada

apa yang dimaksud oleh ayat-ayat hukum atau hadits-hadits hukum, baik

yang ditunjukkan oleh pengertian kebahasaannya atau tujuan yang

terkandung di dalamnya.

Pengertian yang bersifat umum itu identik dengan pengertian istilah

maqashid al-syari' (maksud Allah dalam menurunkan ayat hukum, atau

maksud Rasulullah dalam mengeluarkan hadits hukum). Sedangkan

pengertian yang bersifat khusus adalah substansi atau tujuan yang hendak

dicapai oleh suatu rumusan hukum. Sementara itu Wahbah al-Zuhaili

(1986:1017) mendefinisikan maqashid syari'ah dengan makna-makna dan

tujuan-tujuan yang dipelihara oleh syara' dalam seluruh hukumnya atau

sebagian besar hukumnya, atau tujuan akhir dari syari'at dan rahasia-rahasia

yang diletakkan oleh syara' pada setiap hukumnya. Kajian teori maqashid al-

syari'ah dalam hukum Islam adalah sangat penting. Urgensi itu didasarkan

pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut.

Pertama, hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari wahyu

Tuhan dan diperuntukkan bagi umat manusia. Oleh karena itu, ia akan selalu

34

berhadapan dengan perubahan sosial. Dalam posisi seperti itu, apakah hukum

Islam yang sumber utamanya (Al-Qur'an dan sunnah) turun pada beberapa

abad yang lampau dapat beradaptasi dengan perubahan sosial. Jawaban

terhadap pertanyaan itu baru bisa diberikan setelah diadakan kajian terhadap

berbagai elemen hukum Islam, dan salah satu elemen yang terpenting adalah

teori maqashid al-syari'ah.

Kedua, dilihat dari aspek historis, sesungguhnya perhatian terhadap

teori ini telah dilakukan oleh Rasulullah SAW, para sahabat, dan generasi

mujtahid sesudahnya. Ketiga, pengetahuan tentang maqashid al-syari'ah

merupakan kunci keberhasilan mujtahid dalam ijtihadnya, karena di atas

landasan tujuan hukum itulah setiap persoalan dalam bermu'amalah antar

sesama manusia dapat dikembalikan. Abdul Wahhab Khallaf (1968:198),

seorang pakar ushul fiqh, menyatakan bahwa nash-nash syari'ah itu tidak

dapat dipahami secara benar kecuali oleh seseorang yang mengetahui

maqashid al-syari'ah (tujuan hukum).

Al- Syatibi tidak mendefinisikan Maqashid Syariah yaitu mashlahah

atau kebaikan dan kesejahteraan umat manusia baik di dunia maupun

diakhirat. Oleh karena itu Asy-Syatibi meletakkan posisi maslahat

sebagai „illat hukum atau alasan pensyariatan hukum Islam, berbeda dengan

ahli ushul fiqih lainnya An-Nabhani misalnya beliau dengan hati-hati

menekankan berulang-ulang, bahwa maslahat itu bukanlah „illat atau motif

(al-ba„its) penetapan syariat, melainkan hikmah, hasil (natijah), tujuan

(ghayah), atau akibat („aqibah) dari penerapan syariat.

35

Mengapa An-Nabhani mengatakan hikmah tidak dikatakan „illat?

Karena menurut ia nash ayat-ayat yang ada jika dilihat dari segi bentuknya

(shighat) tidaklah menunjukkan adanya „illat (al-„illiyah), namun hanya

menunjukkan adanya sifat rahmat (maslahat) sebagai hasil penerapan syariat.

Misalnya firman Allah ta‟ala:

ا هميه إلا خساز ل مه ٱنقسءان ما هى شفآء وزحمت نهمؤمىيه ول يزيد ٱنظا ووىز

“Dan Kami turunkan dari Al Qur'an suatu yang menjadi penawar dan

rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Qur'an itu tidaklah

menambah kepada orang-orang yang lalim selain kerugian.” QS. Al-

Isra: 82.

هميه ك إلا زحمت نهع ومآ أزسهى

“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi)

rahmat bagi semesta alam.” QS. Al-Anbiyaa: 107.

Menurut An-Nabhani, ayat ini tidak mengandung

shighat ta„lil (bentuk kata yang menunjukkan„illat), misalnya dengan

adanya lam ta‟lil. Jadi maksud ayat ini, bahwa hasil (al-natijah) diutusnya

Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam adalah akan menjadi rahmat bagi

umat manusia. Artinya, adanya rahmat (maslahat) merupakan hasil

pelaksanaan syariat, bukan „illat dari penetapan syariat.

Maqashid Syari‟ah secara umum adalah kemaslahatan bagi manusia

dengan memelihara kebutuhan dharuriat mereka dan menyempurnakan

kebutuhan Hajiyat dan Tahsiniat mereka. Kesimpulannya bahwa Maqashid

Syari‟ah adalah konsep untuk mengetahui hikmah (nilai-nilai dan sasaran

syara' yang tersurat dan tersirat dalam Al-Qur‟an dan Hadits). yang

ditetapkan oleh Allah ta‟ala terhadap manusia adapun tujuan akhir hukum

36

tersebut adalah satu, yaitu mashlahah atau kebaikan dan kesejahteraan umat

manusia baik di dunia (dengan Mu‟amalah) maupun di akhirat (dengan

„aqidah dan Ibadah). Sedangkan cara untuk tercapai kemaslahatan tersebut

manusia harus memenuhi kebutuhan Dharuriat (Primer), dan

menyempurnakan kebutuhan Hajiyat (sekunder), dan Tahsiniat atau kamaliat

(tersier).

Apabila dipelajari secara seksama ketetapan Allah dan Rasul-Nya

yang terdapat di dalam Al-Quran dan kitab-kitab hadis yang sahih, kita segera

dapat mengetahui tujuan hukum Islam. Sering dirumuskan bahwa tujuan

hukum Islam adalah kebahagiaan hidup manusia di dunia ini dan di akhirat

kelak, dengan jalan mengambil (segala) yang bermanfaat dan mencegah atau

menolak yang mudarat yaitu yang tidak berguna bagi hidup dan kehidupan.

Dengan kata lain, tujuan hukum Islam adalah kemaslahatan hidup

manusia, baik rohani maupun jasmani, individual dan sosial. Kemaslahatan

itu tidak hanya untuk kehidupan dunia ini saja tetapi juga untuk kehidupan

yang kekal di akhirat kelak.

Abu Ishaq al-Shatibi merumuskan lima tujuan hukum Islam, yakni:

1. Hifdz Ad-Din (Memelihara Agama)

2. Hifdz An-Nafs (Memelihara Jiwa)

3. Hifdz Al‟Aql (Memelihara Akal)

4. Hifdz An-Nasb (Memelihara Keturunan)

5. Hifdz Al-Maal (Memelihara Harta)

37

Kelima tujuan hukum Islam tersebut di dalam kepustakaan disebut al-

maqasid al khamsah atau al-maqasid al- shari‟ah.

Tujuan hukum Islam tersebut dapat dilihat dari dua segi yakni (1) segi

Pembuat Hukum Islam yaitu Allah dan Rasul-Nya. Dan (2) segi manusia

yang menjadi pelaku dan pelaksana hukum Islam itu.

Jika dilihat dari pembuat hukum Islam tujuan hukum Islam itu adalah

: Untuk memelihara keperluan hidup manusia yang bersifat primer, sekunder,

dan tersier, yang dalam kepustakaan hukum Islam masing-masing disebut

dengan istilah daruriyyat, hajjiyat dan tahsniyyat. Kebutuhan primer adalah

kebutuhan utama yang harus dilindungi dan dipelihara sebaik-baiknya oleh

hukum Islam agar kemaslahatan hidup manusia bener-benar terwujud.

Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang diperlukan untuk mencapai

kehidupan primer, seperti kemerdekaan, persamaan, dan sebagaianya, yang

bersifat menunjang eksistensi kebutuhan primer. Kebutuhan tersier adalah

kebutuhan hidup manusia selain yang bersifat primer dan sekunder itu yang

perlu diadakan dan dipelihara untuk kebaikan hidup manusia dalam

masyarakat, misalnya sandang, pangan, perumahan dan lain-lain.

Tujuan hukum Islam adalah untuk ditaati dan dilaksanakan oleh

manusia dalam kehidupannya sehari-hari. Agar dapat ditaati dan dilaksanakan

dengan baik dan benar, manusia wajib meningkatkan kemampuannya untuk

memahami hukum Islam dengan mempelajari Ushul Fiqh yakni dasar

pembentukan dan pemahaman hukum Islam sebagai metodologinya.

38

Di samping itu dari segi pelaku hukum Islam yakni manusia sendiri,

tujuan hukum Islam adalah untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan

sejahtera. Caranya adalah, dengan mengambil yang bermanfaat, mencegah

atau menolak yang mudarat bagi kehidupan. Dengan kata lain tujuan hakiki

hukum Islam, jika dirumuskan secara umum, adalah tercapainya keridhaan

Allah dalam kehidupan manusia di bumi ini dan di akhirat kelak.

1. Memelihara Agama

Pemeliharan agama merupakan tujuan pertama hukum Islam.

Sebabnya adalah karena agama merupakan pedoman hidup manusia, dan

didalam agama Islam selain komponen-komponen akidah yang

merupakan sikap hidup seorang muslim, terdapat juga syariat yang

merupakan sikap hidup seorang muslim baik dalam berrhubungan dengan

Tuhannya maupun dalam berhubungan dengan manusia lain dan benda

dalam masyarakat.

Beragama merupakan kekhususan bagi manusia, merupakan

kebutuhan utama yang harus dipenuhi karena agamalah yang dapat

menyentuh nurani manusia. Allah memerintahkan kita untuk tetap

berusaha menegakkan agama, firmannya dalam surat Asy-Syura‟: 13:

ينماوصاىبو نآ وٱلاذىا نوحۦشرعلكممنٱلد ناوماإلي كأو حي وموسىإب رىيمۦ بووصاي ركيعلىكب ر فيو ت ت فراقواولٱلدين أقيمواأن وعيسى عوىم ماٱل مش ٱللاو إلي وتد دىيشآءمنإلي و ي تب ينيبمنإلي و وي ه

“Dia Telah mensyari'atkan bagi kamu tentang agama apa yang

Telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang Telah kami

wahyukan kepadamu dan apa yang Telah kami wasiatkan kepada

Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah

kamu berpecah belah tentangnya. amat berat bagi orang-orang

39

musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik

kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi

petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).”

(Q.S. As-Syura‟: 13)

2. Memelihara jiwa

Untuk tujuan ini, Islam melarang pembunuhan dan pelaku

pembunuhan diancam dengan hukuman Qishas (pembalasan yang

seimbang), sehingga dengan demikian diharapkan agar orang sebelum

melakukan pembunuhan, berpikir panjang karena apabila orang yang

dibunuh itu mati, maka si pembunuh juga akan mati atau jika orang yang

dibunuh itu tidak mati tetap hanya cedera, maka si pelakunya juga akan

cedera.

Mengenai hal ini dapat kita jumpai dalam firman Allah Swt dalam

QS Al-Baqarah ayat 178-179 yang berbunyi :

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash

berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka

dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita dengan

wanita. Maka barang siapa yang mendapat suatu pema‟afan dari

saudaranya, hendaklah (yang mema‟afkan) mengikuti dengan cara

yang baik, dan hendaklah (yang diberi ma‟af) membayar (diat)

kepada yang memberi ma‟af dengan cara yang baik (pula). yang

demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu dan suatu

rahmat. barangsiapa yang melampaui batas sesudah itu, Maka

baginya siksa yang sangat pedih. Dan dalam qishaash itu ada

(jaminan kelangsungan) hidup bagimu, Hai orang-orang yang

berakal, supaya kamu bertakwa.” (QS Al-Baqarah ayat 178-179)

40

3. Memelihara akal

Manusia adalah makhluk Allah SWT, ada dua hal yang membedakan

manusia dengan makhluk lain. Pertama, Allah SWT telah menjadikan

manusia dalam bentuk yang paling baik, dibandingkan dengan bentuk

makhluk-makhluk lain dari berbagai makhluk lain. Hal ini telah dijelaskan

oleh Allah SWT sendiri dalam Al-Quran At-Tiin Ayat 4 berbunyi :

نف نس ناٱل خلق سن لقد ت ق ويأح

“Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk

yang sebaik-baiknya.”

Akan tetapi bentuk yang indah itu tidak ada gunanya, kalau tidak ada hal

yang kedua, yaitu akal. Oleh karena itu Allah SWT melanjutkan Firman-

Nya dalam surat At-Tiin ayat 5 dan 6 yang berbunyi :

فلي فلس ردد نوأس ٱلاذينءامنوا .ثا ت وعملوا إلا ر ف لهم ٱلصالح م نونغي رأج

“Kemudian kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-

rendahnya (neraka), Kecuali orang-orang yang beriman dan

mengerjakan amal saleh; Maka bagi mereka pahala yang tiada

putus-putusnya.” (At-Tiin : 5-6)

Jadi, akal paling penting dalam pandangan Islam. Oleh karena itu

Allah SWT selalu memuji orang yang berakal. Hal ini dapat dilihat pada

firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 164 yang berbunyi :

41

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih

bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut

membawa apa yang

berguna bagi manusia, dan apa yang Allah

turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu dia hidupkan

bumi sesudah mati (kering)-nya dan dia sebarkan di bumi itu

segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang

dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-

tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang

memikirkan.” (Q.S. Al-Baqarah :164)

4. Memelihara Keturunan/Keluarga

Perlindungan Islam terhadap keturunan adalah dengan

mensyariatkannya pernikahan dan mengharamkan zina, menetapkan siapa-

siapa yang tidak boleh dikawini, bagaimana cara-cara perkawinan itu

dilakukan dan syarat-syarat apa yang harus dipenuhi, sehingga perkawinan

itu dianggap sah dan pencampuran antara dua manusia yang berlainan

jenis itu tidak dianggap sah dan menjadi keturunan sah dari ayahnya.

Sebagaimana firman Allah SWT :

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)

perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah

wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian

jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang

saja, atau budak-budak yang kamu miliki. yang demikian itu adalah lebih

dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (Q.S An-Nisa: 3-4)

“Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)

sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka

menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang

hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang

sedap lagi baik akibatnya.” (Q.S An-Nisa: 3-4)

42

5. Memilihara Harta Benda dan Kehormatan

Islam meyakini bahwa semua harta di dunia ini adalah milik Allah

SWT, manusia hanya berhak untuk memanfaatkannya saja. Meskipun

demikian Islam juga mengakui hak pribadi seseorang. Oleh karena

manusia itu manusia sangat tamak kepada harta benda, sehingga mau

mengusahakannya dengan jalan apapun, maka Islam mengatur supaya

jangan sampai terjadi bentrokan antara satu sama lain. Untuk ini Islam

mensyariatkan peraturan-peraturan mengenai muamalah seperti jual beli,

sewa-menyewa, gadai menggadai, dan sebagainya, serta melarang

penipuan, riba dan mewajibkan kepada orang yang merusak barang orang

lain untuk membayarnya, harta yang dirusak oleh anak-anak yang di

bawah tanggungannya, bahkan yang dirusak oleh binatang peliharaannya

sekalipun.

Perlindungan Islam terhadap harta benda seseorang tercermin

dalam firmanNya Q.S. An-Nisa: 29-32.

ىكم ي ؤيها ٱناريه ءامىىا ل تؤ سة عه تساض م طم إلا أن تكىن تج نكم بيىكم بٱنب ا أمى كهى

ا كان بكم زحيم أوفسكم إنا ٱللاا ول تقتهى

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta

sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang

berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu

membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang

kepadamu.”

ا فسىف وصهيه وا ا وظهم و نك عدواومه يفعم ذ يسيس نك عهى ٱللا ا وكان ذ ز

“Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya,

Maka kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. yang demikian

itu adalah mudah bagi Allah.”

43

ان تجتىبىا كبآئس ما تىهىن عى إ دخل كسيم اتكم وودخهكم م ه وكفس عىكم سيـ

“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang

kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus kesalahan-kesalahanmu

(dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke tempat yang mulia

(surga).”

(Q.S. An-Nisa: 29-32)

D. Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)

Indeks Pembangunan Manusia Dalam UNDP (United Nations

Development Programme), pembangunan manusia adalah suatu proses untuk

memperbesar pilihan-pilihan bagi manusia (“a process of enlarging people‟s

choices”). Konsep atau definisi pembangunan manusia tersebut pada dasarnya

mencakup dimensi pembangunan yang sangat luas. Dalam konsep

pembangunan manusia, pembangunan seharusnya dianalisis serta dipahami

dari sudut manusianya, bukan hanya dari pertumbuhan ekonominya.

Sebagaimana dikutip dari UNDP (Human Development Report, 1995:103),

sejumlah premis penting dalam pembangunan manusia adalah:

1. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian.

2. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi

penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh

karena itu konsep pembangunan manusia harus terpusat pada penduduk

secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek ekonomi saja.

3. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya

meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga dalam

upayaupaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut secara optimal.

44

4. Pembangunan manusia didukung oleh empat pilar pokok, yaitu:

produktifitas, pemerataan, kesinambingan, dan pemberdayaan.

5. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan

pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.

Berdasarkan konsep tersebut, penduduk di tempatkan sebagai tujuan akhir

sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana untuk mencapai

tujuan itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, ada

empat hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu:

a) Produktifitas Penduduk harus meningkatkan produktifitas dan

partisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan nafkah.

Sehingga pembangunan ekonomi merupakan bagian dari model

pembangunan manusia.

b) Pemerataan Penduduk memiliki kesempatan yang sama untuk

mendapatkan akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial. Semua

hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses

tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil manfaat

dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan produktif

yang dapat meningkatkan kualitas hidup.

c) Kesinambungan Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial

harus dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi yang akan

datang. Semua sumber daya fisik, manusia, dan lingkungan selalu

diperbaharui.

45

d) Pemberdayaan Penduduk harus berpartisipasi penuh dalam keputusan

dan proses yang akan menentukan (bentuk/arah) kehidupan mereka

serta untuk berpartisipasi dan mengambil keputusan dalam proses

pembangunan.

Menurut United Nations Development Programme (UNDP), dalam

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terdapat tiga indikator komposit yang

digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam

pembangunan manusia, yaitu: lama hidup, yang diukur dengan angka harapan

hidup ketika lahir; pendidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama

bersekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; standar

hidup yang diukur dengan pengeluaran perkapita yang telah disesuaikan

menjadi paritas daya beli. Nilai indeks ini berkisar antara 0-100.

IPM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan

komponen yaitu angka harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan, angka

melek huruf dan rata-rata lamanya bersekolah mengukur capaian

pembangunan di bidang pendidikan, dan kemampuan daya beli / paritas daya

beli (PPP) masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari

rata-rata besarnya pengeluaran perkapita sebagai pendekatan pendapatan yang

mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak. Konsep pembangunan

manusia seutuhnya merupakan konsep yang menghendaki peningkatan

kualitas hidup penduduk baik secara fisik, mental maupun secara spritual.

Bahkan secara eksplisit disebutkan bahwa pembangunan yang dilakukan

46

menitikberatkan pada pembangunan sumber daya manusia yang seiring

dengan pertumbuhan ekonomi.

Pembangunan sumber daya manusia secara fisik dan mental

mengandung makna peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian

akan memperbesar kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam proses

pembangunan yang berkelanjutan. Indeks Pembangunan Manusia, karena

dimaksudkan untuk mengukur dampak dari upaya peningkatan kemampuan

dasar tersebut, dengan demikian menggunakan indikator dampak sebagai

komponen dasar penghitungannya yaitu, angka harapan hidup waktu lahir,

pencapaian pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata

lama sekolah, serta pengeluaran konsumsi. Nilai IPM suatu negara atau

wilayah menunjukkan seberapa jauh negara atau wilayah itu telah mencapai

sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar

bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan

konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Pembentukan modal

manusia adalah suatu proses memperoleh dan meningkatkan jumlah orang

yang mempunyai keahlian, pendidikan, dan pengalaman yang menentukan

bagi pembangunan ekonomi suatu negara. Pembentukan modal 23 manusia

karenanya dikaitkan dengan investasi pada manusia dan pengembangannya

sebagai sumber yang kreatif dan produktif.

1. Komponen Pembangunan Manusia

Lembaga United Nations Development Programme (UNDP) telah

mempublikasikan laporan pembangunan sumber daya manusia dalam

47

ukuran kuantitatif yang disebut Human Development Indeks (HDI).

Meskipun HDI merupakan alat ukur pembangunan SDM yang dirumuskan

secara konstan, diakui tidak akan pernah menangkap gambaran

pembangunan SDM secara sempurna. Adapun indikator yang dipilih untuk

mengukur dimensi HDI adalah sebagai berikut: (UNDP, Human

Development Report 1993: 105-106)

1. Longevity, diukur dengan variabel harapan hidup saat lahir atau life

expectancy of birth dan angka kematian bayi per seribu penduduk atau

infant mortality rate.

2. Educational Achievement, diukur dengan dua indikator, yakni melek

huruf penduduk usia 15 tahun ke atas (adult literacy rate) dan tahun

rata-rata bersekolah bagi penduduk 25 ke atas (the mean years of

schooling).

3. Access to resource, dapat diukur secara makro melalui PDB rill

perkapita dengan terminologi purchasing power parity dalam dolar AS

dan dapat dilengkapi dengan tingkatan angkatan kerja.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa komponen-

komponen yang mempengaruhi IPM antara lain:

a) Indeks Harapan hidup Indeks

Harapan Hidup menunjukkan jumlah tahun hidup yang diharapkan

dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. Dengan memasukkan

informasi mengenai angka kelahiran dan kematian per tahun, variabel

tersebut diharapkan akan mencerminkan rata-rata lama hidup sekaligus

48

hidup sehat masyarakat. Sehubungan dengan sulitnya mendapatkan

informasi orang yang meninggal pada kurun waktu tertentu, maka

untuk menghitung angka harapan hidup digunakan metode tidak

langsung. Data dasar yang dibutuhkan dalam metode ini adalah rata-

rata anak lahir hidup dan rata-rata anak masih hidup dari wanita pernah

kawin. Secara singkat, proses penghitungan angka harapan hidup ini

disediakan oleh program Mortpak. Untuk mendapatkan Indeks

Harapan Hidup dengan cara menstandartkan angka harapan hidup

terhadap nilai maksimum dan minimumnya.

b) Indeks Hidup Layak

Untuk mengukur dimensi standar hidup layak (daya beli), UNDP

mengunakan indikator yang dikenal dengan real per kapita GDP

adjusted. Untuk perhitungan IPM sub nasional (provinsi atau

kabupaten/kota) tidak memakai PDRB per kapita karena PDRB per

kapita hanya mengukur produksi suatu wilayah dan tidak

mencerminkan daya beli riil masyarakat yang merupakan konsentrasi

IPM. Untuk mengukur daya beli penduduk antar provinsi di Indonesia,

BPS menggunakan data rata-rata konsumsi 27 komoditi terpilih dari

Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dianggap paling

dominan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan telah distandarkan

agar bisa dibandingkan antar daerah dan antar waktu yang disesuaikan

dengan indeks PPP (Purchasing Power Parity).

49

c) Indeks Pendidikan

Penghitungan Indeks Pendidikan (IP) mencakup dua indikator

yaitu angka melek huruf (LIT) dan rata-rata lama sekolah (MYS).

Populasi yang digunakan adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas

karena pada kenyataannya penduduk usia tersebut sudah ada yang

berhenti sekolah. Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih

mencerminkan kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang berusia

kurang dari 15 tahun masih dalam proses sekolah atau akan sekolah

sehingga belum pantas untuk rata-rata lama sekolahnya.

2. Pengukuran Indeks Pembangunan Manusia

Dalam indeks pembangunan manusia terdapat tiga komposisi indikator

yang digunakan untuk mengukur besar indeks pembangunan manusia

suatu negara, yaitu

a) Tingkat kesehatan diukur harapan hidup saat lahir (tingkat kematian

bayi)

b) Tingkat pendidikan diukur dengan angka melek huruf (dengan bobot

dua per tiga) dan rata-rata lama sekolah (dengan bobot sepertiga)

c) Standar kehidupan diukur dengan tingkat pengeluaran perkapita per

tahun. Rumus umum yang digunakan untuk menghitung Indeks

Pembangunan Manusia adalah sebagai berikut:

IPM = 1/3 (Indeks X1 + Indeks X2 + Indeks X3)

Dimana: X1 = Indeks harapan hidup, X3 = Indeks standar hidup layak,

X2 = Indeks pendidikan

50

E. Islamic Human Development Index

Konsep Human Development Index (HDI) oleh UNDP telah

mendapatkan popularitas sebagai ukuran komprehensif untuk pembangunan

sejak diperkenalkan dalam Laporan Pembangunan Manusia global pertama

pada tahun 1990. Perkembangan manusia adalah pusat tujuan pembangunan

ekonomi dalam perspektif Islam (Ahmad, 2006) . Namun bagaimanapun,

HDI tidak sepenuhnya kompatibel dan cukup untuk mengukur perkembangan

ekonomi dalam perspektif Islam.

Pemenuhan lima kebutuhan dasar di maqashid syariah akan menjadi

landasan teoritis untuk mengembangkan Indeks Pembangunan Manusia Islam

ini (I-HDI). Lima dimensi ini mengukur baik kinerja kesejahteraan material

(MW) maupun kesejahteraan non-material (NW). Pertama adalah

materialistik yang berkaitan dengan kinerja pemenuhan kebutuhan harta (m

l). Islam menyoroti pentingnya kepemilikan harta serta distribusinya di

kalangan masyarakat sebagai sarana untuk mencapai falah. Sistem Islam

mungkin akan memilih tingkat kepemilikan harta yang relatif lebih rendah

dengan distribusi pendapatan / kekayaan yang lebih baik dibandingkan

dengan kepemilikan harta tingkat tinggi namun dengan distribusi pendapatan

/ kekayaan yang buruk. Semakin tinggi kepemilikan kekayaan dan

distribusinya, semakin baik tingkat kesejahteraan material.

Yang kedua berhubungan dengan semua hal yang tidak berhubungan

langsung dengan hal-hal materi tapi mendasar untuk mencapai maslahah atau

ini disebut lingkungan dan nilai-nilai Islam (IEV). Ini semua berhubungan

51

dengan nafs, al aql, nasl, ad din di dalam maqashid syariah. Semakin lama

hidup, semakin baik, karena umur yang lebih panjang bisa diasumsikan

sebagai kesempatan yang lebih luas untuk melakukan banyak hal baik yang

bermanfaat untuk mencapai maslahah. Pengetahuan dan sains memiliki posisi

penting untuk pembangunan, sehingga semua anggota masyarakat layak

mendapat pendidikan. Proses pembangunan akan lebih efisien dan efektif jika

hubungan keluarga dan sosial antar anggota masyarakat harmonis. Keluarga

juga berperan penting dalam membangun generasi penerus yang penting

untuk mempertahankan pembangunan. Dan akhirnya, peran religiusitas

masyarakat tak tergantikan dalam perspektif Islam.

Mengikuti dasar teoritis di atas, perkembangan Islam bisa terjadi

dinyatakan sebagai berikut:

Wh = f (MW, NW) (3)

MW = f (PO, DE) (4)

NW = f (IEV) (5)

IEV = f (LE, E, FSR, R) (6)

dimana:

Wh : holistic welfare

MW : material welfare

NW : non material welfare

PO : property ownership

DE : distributional equity

IEV : Islamic environment and values

52

LE : life expectancy

E : education

F : family and social relationship

R : religiosity

Tahap selanjutnya adalah mengambil indikator yang dapat diukur

untuk semua dimensi tersebut. Indikator yang diusulkan ditunjukkan pada

tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1 Sumber :Jurnal Anto M.B.H (2011)

Objective of Dev. Dimensions of Dev. Dimension Indices

Maslahah Faith Faith Index

Life Life Index

Science Science Index

Family-social Family-social Index

Property Property Index

Freedom Freedom Index

Justice Justice Index

I-HDI merupakan alat yang digunakan untuk mengukur pembangunan

manusia dalam perspektif Islam. I-HDI mengukur pencapaian tingkat

kesejahteraan manusia dengan terpenuhinya kebutuhan dasar agar manusia

dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat (mencapai falah). Menurut alSyatibi,

mashlahah dasar bagi kehidupan manusia terdiri dari lima hal, yaitu agama

(ad-dien), jiwa (an-nafs), akal (al-„aql), keturunan (An-nasl), dan harta (al-

53

maal). Kelima hal tersebut merupakan kebutuhan dasar manusia, yaitu

kebutuhan yang mutlak harus dipenuhi agar manusia dapat hidup bahagia di

dunia dan akhirat. Jika salah satu dari kebutuhan dasar di atas tidak terpenuhi

atau terpenuhi dengan tidak seimbang niscaya kebahagiaan hidup juga tidak

tercapai dengan sempurna (P3EI:2012,5-6).

Lima Indeks yang Diusulkan mengukur kelima dimensi tersebut

dibentuklah suatu indeks yang mewakili dari masing-masing dimensi tersebut

dibentuklah suatu indeks yang diusulkan untuk mengukur kelima dimensi

tersebut yaitu: index ad-dien yang mewakili dimensi agama, index an-nafs

yang mewaili dimensi umur panjang dan sehat, index al-„aql yang mewakili

dimensi pengetahuan, index an-nasl yang mewakili dimensi keluarga dan

keturunan, dan index al-maal yang mewakili dimensi pendapatan. Berikut

tabel dimensi dan indikator I-HDI dalam Anto (2011) :

Gambar 2.2

Jurnal Anto, M. B. H. (2011)

54

I-HDI adalah indeks gabungan dari beberapa indikator yang berasal

dari lima kebutuhan dasar dalam rangka mencapai Maqashid Shariah.

Mengingat fitur multidimensi dan kompleksitas pembangunan dalam Islam,

maka untuk komponen variabel non kuantitatif seperti kebebasan, religiusitas

dan nilai-nilai keluarga dianggap akan lebih memadai dalam mengukur

pembangunan manusia.

Namun demikian, I-HDI menggabungkan kedua variabel kuantitatif

dan variabel dengan beragam persepsidari campuran berbagai jenis indikator

: input dan output, stok dan aliran, tunggal dan gabungan. Memang sulit, tapi

ini memang sifat dari fenomena studi ini, yang mana bertujuan untuk

memberikan patokan terukur dari semua indikator dalam pembangunan yang

kompleks.

Menurut Anto (2011) konsep Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang

dipublikasikan oleh UNDP telah menjadi rujukan yang luas dalam melihat kualitas

pembangunan manusia. Tentunya, indeks ini menjadi informasi penting bagi pihak

terkait dengan pembangunan manusia dan ekonomi. Akan tetapi, IPM belum

sepenuhnya tepat dan cocok untuk mengukur pembangunan manusia jika ditinjau

dari perspektif ajaran Islam. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengembangan indeks

yang sesuai pembangunan manusia yang sesuai pembangunan manusia yang sesuai

pembangunan manusia yang sesuai konsep ajaran islam (Yusuf & Rama, 2018).

Hapsari, M.I. & Herianingrum, S (2014) dalam jurnalnya yang berjudul

“Maqashid Index, a Success Indicator of The Social Economic

Development” merumuskan indeks kesejahteraan manusia dengan indikator

yang diusulkan adalah sebagai berikut :

55

a) Hifdzu ad-Dien : Jumlah masjid, puasa, zakat, haji, jumlah ulama dan

angka melek huruf arab.

b) Hifdzu an-Nafs : homicide index dan health index.

c) Hifdzu al-Aql : angka melek huruf, tingkat pendidikan, dan jumlah

pendidikan dasar.

d) Hifdzu an-Nasl : jumlah actual keluarga, tingkat kelahiran anak, tingkat

kematian bayi dan tingkat perceraian.

Pemenuhan atau penguatan lima kebutuhan dasar pada maqashid shariah

menjadi konsep dasar dari Indeks Pembangunan Manusia Islami. Dengan

demikian, lima dimensi maqashid shariah, yaitu agama, hidup, akal, keturunan

(keluarga) dan harta dijadikan sebagai dimensi utama dari IPMI. Tabel 2.4

menyajikan operasionalisasi dimensi-dimensi IPMI ke dalam indikator-

indikatornya.

Tabel 2.2

Sumber : Yusuf & Rama (2018)

Dimensi Indikator Data

Agama

Ibadah Penghimpuan zakat PDB

Akhlak (negatif)

Jumlah kriminalitas/jumlah

penduduk

Indeks Persepsi Korupsi

Hidup

Harapan hidup Tingkat harapan hidup

Peluang kerja Tingkat pengangguran

Kebebasan Indeks Demokrasi

Pemenuhan

Kebutuhan Dasar

Tingkat kemiskinan

Rata-rata pengeluaran

56

Akal Lembaga pendidikan Jumlah pendidikan per penduduk

Hasil pendidikan Tingkat melek huruf

Keluarga

Positif Tingkat fertilitas

Negatif

Pasangan talak dan cerai/jumlah

menikah

Tingkat kematian bayi

Harta

Kepemilikan

kekayaan PDB per kapita

Pertumbuhan

kekayaan Tingkat pertumbuhan ekonomi

Distribusi kekayaan Rasio gini

Tabel 2.2 merupakan hasil konstruksi pembangunan manusia berdasarkan

maqashid shariah yang dirumuskan oleh Yusuf & Rama (2018). Pada tabel

tersebut terdapat 5 dimensi utama yang merupakan tujuan dari maqashid shariah

yang dirumuskan oleh Abu Ishaq Al-Shatibi. 5 dimensi utama tersebut kemudian

diturunkan ke dalam indikator-indikator terukur. Mengacu pada konsep tersebut

maka pada kesempatan kali ini peneliti berusaha mengembangkan indikator-

indikator terukur yang relevan dan sesuai dengan ketersediaan data yang ada untuk

digunakan sebagai indeks pengukuran pencapaian pembangunan manusia

kabupaten/kota yang ada di provinsi Jawa Tengah. Adapun konsep pembangunan

manusia yang peneliti rumuskan adalah sebagai berikut :

Tabel 2.3

Dimensi Agama Ibadah Jumlah tempat peribadatan

Akhlak Jumlah tindak pidana

57

Dimensi Hidup

Harapan hidup Angka harapan hidup

Akses pekerjaan Tingkat Pengangguran

Kebebasan Banyaknya suara sah Pemilu 2014

Kebutuhan dasar

Tingkat kemiskinan

Upah Minimum Kabupaten

Pengeluaran perkapita

Kesehatan Jumlah fasilitas kesehatan

Jumlah kasus penyakit serius

Dimensi Akal

Lemb. Pendidikan Angka Partisipasi Sekolah

Kinerja Pendidikan Rata-rata lama sekolah

Harapan lama sekolah

Dimensi

Keturunan/keluarga

Kesuburan Jumlah kelahiran bayi

Keharmonisan Jumlah perceraian

Dimensi Harta

Pendapatan perkapita

Pertumbuhan harta Laju pertumbuhan PDRB

Distribusi

Pendapatan Rasio Gini

F. Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti,

Tahun, dan Judul

Penelitian

Model Analisis Hasil Penelitian Perbedaan

1. Yusuf & Rama

(2018) “Konstruksi

Indeks

Pembangunan

Manusia Islami”.

Kuantitatif

Deskriptif

dengan metode

indeksasi,

korelasi dan

komparasi

Terjadi perbedaan

peringkat antara

IPMI dan IPM. Di

satu sisi, sejumlah

provinsi

mengalami

peningkatan

peringkat secara

Terdapat

perbedaan studi

kasus dan

beberapa

perbedaan

indikator

komposit dari

setiap dimensi,

58

signifikan namun

di sisi lain

sejumlah provinsi

mengalami

penurunan

peringkat secara

signifikan. Di sisi

yang lainnya

terdapat hubungan

positif signifkan

antara IPMI dan

IPM, artinya IPMI

dapat menjadi

alternative dari

IPM dalam

mengukur kualitas

pembangunan

manusia.

salah satunya

dalam penelitian

Yusuf & Rama

belum ada

indikator

kesehatan

sehingga

peneliti

menambahkan

indikator

kesehatan

didalam dimensi

hidup.

2. Brata (2002)

“Pembangunan

Manusia

Dan Kinerja

Ekonomi Regional

Di Indonesia”.

Metode two-

stage least

square (TSLS)

dengan maksud

untuk

meminimalkan

bias simultan

yang ada dalam

model

simultan.

Hasil estimasi

memberikan bukti

adanya hubungan

dua arah antara

pembangunan

manusia dan

pembangunan

ekonomi regional

di Indonesia,

termasuk di masa

krisis.

Pembangunan

manusia yang

Dalam

penelitian Brata

(2002), tidak

memasukkan

konsep

maqashid

syariah. Serta

perbedaan

metode analisis.

59

berkualitas

mendukung

pembangunan

ekonomi dan

sebaliknya kinerja

ekonomi yang baik

mendukung

pembangunan

manusia.

3. Irawan (2009)

“Analisis Faktor-

faktor yang

Mempengaruhi

Indeks

Pembangunan

Manusia

(IPM) di Indonesia”.

Regresi Data

Panel

Hasil dari

penelitian ini

adalah tiga dari

empat variabel

memberikan

pengaruh positif

terhadap IPM di

Indonesia, yaitu

PDB, anggaran

pengeluaran

pemerintah,

penanaman modal

asing, dan variabel

lainnya yaitu

penanaman modal

dalam negeri tidak

signifikan tetapi

memberikan

pengaruh yang

positif terhadap

IPM di Indonesia.

Pada penelitian

Irawan (2009)

tidak

menggunakan

konsep

maqashid

syariah sebagai

dasar penentuan

indikator.

60

4. Andri Jaya (2016)

Maqashid Al-

Shariah Based

Measurement Index

For Socio-Economic

Development :

A Case Study In

North Sumatera

Indonesia.

Dengan

menggunakan

Structural

Equation

Modelling

(SEM) dan

Analisis Jalur

Metode

Statistik yang

dikembangkan

oleh Karl

Joreskog dan

Dag Sorbom.

Hasil penelitian

menunjukkan

bahwa dalam

rangka variabel

kualitas pendidikan

kemasyarakatan

kualitas kualitas

hubungan antar

agama dan kualitas

tingkat pendidikan

merupakan

indikator penentu

untuk memastikan

keberhasilan

pembangunan

sosio-ekonomi

berbasis maqashid

al-syariah di

Sumatera Utara

bersamaan dengan

memelihara hidup.

Perbedaan

indikator

penentu dan

perbedaan studi

kasus.

5. Anto M.B.H (2011)

“Introducing an

Islamic Human

Development Index

(I-HDI) to Measure

Development in OIC

Countries.”

(i)

membangun

pengukuran

baru

pembangunan

manusia di

bawah

perspektif

Islam, dan

kemudian

Temuan

menunjukkan

bahwa komposisi

peringkat antara I-

HDI dan IPM

sedikit berbeda. Di

satu sisi, sejumlah

negara menikmati

peringkat yang

lebih baik di I-HDI

Perbedaan studi

kasus dan

terdapat

beberapa

perbedaan

indikator

kompositnya.

61

(ii)

mensimulasika

n indeks ini

untuk

mengukur

tingkat

perkembangan

manusia di

negara-negara

OIC

(iii)

menggunakan

metode

indeksasi

dengan rumus

mean

geometric

untuk

mengukur HDI

dari UNDP.

dibandingkan

dengan IPM. Di

sisi lain, beberapa

negara mengalami

penurunan

peringkat yang

nyata. Kelompok

skor tinggi di I-

HDI masih

didominasi

sebagian besar oleh

Negara-negara

Timur Tengah dan

garis bawahnya

masih didominasi

oleh Negara-negara

Afrika. Secara

umum, kontribusi

indeks

kesejahteraan

material (MWI) di

seluruh I-IPM lebih

unggul yang

menunjukkan

pentingnya sumber

daya material.

6. Necati Aydin (2017)

“Islamic versus

conventional human

development index:

empirical evidence

Menghitung

indeks

komposit

dalam dua

langkah.

Peringkat iHDI

untuk semua

negara Muslim

kecuali

dua berbeda dari

Perbedaan studi

kasus dan

indikator

komposit.

62

from ten Muslim

countries”

Pertama,

menciptakan

indeks

dimensi;

kedua, kami

menghitung

devel manusia

tunggal

komposit

indeks oposisi

melalui mean

geometrik

sembilan

indeks.

Dimensi yang

ditambahkan

termasuk

indeks

spiritual, etika,

moral, sosial,

kebebasan, dan

keamanan.

Kami

kemudian

membandingka

n peringkat

negara-negara

Muslim di

iHDI dengan

yang dari

cHDI.

cHDI,

mengkonfirmasika

n perlunya

pengindeksan

alternatif

dari perspektif

Islam.

Perbedaannya lebih

besar untuk negara-

negara yang lebih

tinggi

pertumbuhan

ekonomi. Dengan

demikian,

peningkatan

peringkat untuk

negara-negara

Muslim di

sepanjang ekonomi

mereka

pengembangan ic

tidak selalu berarti

bahwa mereka

bergerak menuju

pengembangan

manusia yang ideal

opment seperti

yang disarankan

oleh cHDI yang

mendefinisikan

pengembangan

63

manusia

berdasarkan pada

penyediaan

pemasukan,

kesehatan, dan

pendidikan yang

memadai

7. Bourgoin (2014)

“A proposal for a

modified Human

Development Index”

modifikasi hdi

dihitung

menggunakan

logika yang

sama dengan

hdi, yakni rata-

rata geometrik

subindices

komponennya.

Karena

subindik ini

diberikan

secara

individual,

mereka

menggambarka

n kekuatan dan

kelemahan

masing-masing

negara dalam

hal

pembangunan

manusia

Hdi yang

dimodifikasi yang

dihitung untuk

negara-negara

terpilih lebih

rendah dari skor

hdi mereka. Hal ini

sama sekali tidak

mengurangi

prestasi yang telah

mereka buat dalam

pembangunan

manusia,

melainkan

memberikan "kaca

pembesar" yang

lebih akurat

menunjukkan di

mana kekuatan dan

kelemahan dari

metode tersebut.

Perbedaan studi

kasus dan

indikator

komposit.

64

8. Ali & Hasan (2014)

“Towards a Maqasid

al-Shariah based

Development Index”

Metodologi AF

mengusulkan

langkah dari

keluarga

multidimensi

dengan

memperluas

ukuran

kemiskinan

Foster-Greer-

Thorbeke

(FGT)

unidimensional

. Di antara

langkah-

langkah ini,

indeks

headcount

yang

disesuaikan

(Mo) adalah

pilihan yang

tepat di mana

tanggapan

survei bersifat

ordinal.

Perhitungan

Mo dalam

urutan 12

langkah

diberikan

Mengikuti

metodologi AF,

indeks headcount

(H) adalah 39%

yang menunjukkan

insiden kemiskinan

dalam arti jatuh

pendek dari tingkat

yang diinginkan

dalam Maqasid

Shariah. Dalam

contoh ini, itu

berarti 39% dari

populasi sampel

buruk dalam lebih

dari dua dimensi.

Intensitas

kemiskinan

dihitung dengan

rata-rata deprivasi

(A) yang ternyata

31%. Itu berarti

rata-rata orang

miskin dirampas

dalam 31%

dimensi.

Perbedaan studi

kasus dan

indikator

komposit.

65

dalam Alkire

dan Foster

(2007) 7

sedangkan

dalam hal

notasi

matematika

dan struktur,

itu diberikan

dalam Alkire

and Foster

(2011)

G. Kerangka Berpikir

Dalam kerangka pemikiran, peneliti berusaha untuk menggambarkan

permasalahan yang peneliti ambil dalam penelitian. Adapun masalah penelitian

ini mengenai “Analisis Kinerja Pembangunan Manusia Berdasarkan Konsep

(Maqashid Syariah) Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah”. Penelitian ini

terdiri dari 6 variabel, dimana variable X yaitu komponen yang terdapat dalam

Maqashid Shariah antara lain Dimensi Agama, Dimensi Akal, Dimensi Hidup,

Dimensi Keluarga dan Dimensi Harta sebagai variabel bebas (independent)

sedangkan variable Y yaitu Pencapaian Pembangunan Manusia Islami dalam

bentuk index sebagai variabel terikat (dependen).

79

Dimensi Agama

(X1)

Dimensi Hidup

(X2)

Dimensi

Keluarga (X4)

Dimensi Akal

(X3)

Dimensi Harta (X5)

1. Ibadah

2. Akhlak

1. Harapan hidup

2. Akses pekerjaan

3. Kebebasan

4. Kebutuhan dasar

5. Kesehatan

1. Lembaga

pendidikan

2. Kinerja

Pendidikan

1. Kepemilikan

harta

2. Pertumbuhan

harta

3. Distribusi

pendapatan

1. Kesuburan

2. Keharmonisan

I-HDI (Islamic Human Development Index) (Y)

Analisis Kinerja Pembangunan Manusia Berdasarkan Konsep Maqashid Syariah

(Studi Kasus Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah)

HDI (Human Development Index)

Metode Indeksasi

Metode Analisis

1. Komparatif

2. Korelasi & Regresi

Hasil dan Interpretasi

80

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis membatasi pembahasan pada pengukuran

pencapaian I-HDI (Islamic - Human Development Index) berdasarkan lima (5)

dimensi maqashid shariah yakni dimensi agama, dimensi hidup, dimensi akal,

dimensi keluarga dan dimensi harta dari seluruh kabupaten / kota yang ada di

wilayah provinsi Jawa Tengah dalam rentang waktu 2010-2017 sesuai dengan

ketersediaan sumber data yang ada. Kemudian peneliti melihat korelasi serta

membandingkan hasil pengukuran I-HDI tersebut dengan HDI yang ada pada

publikasi website BPS provinsi Jawa Tengah.

B. Objek penelitian

Penelitian ini menggunakan waktu pengamatan bervariasi yakni dari

tahun dasar 2010 sampai tahun terbaru yang datanya tersedia di website BPS

provinsi Jawa Tengah. Objek penelitian yang digunakan adalah 35 kota /

kabupaten di provinsi Jawa Tengah, seperti yang digambarkan dalam tabel 3.1

di bawah ini.

Tabel 3.1

Objek Penelitian

No Kota/Kabupaten No Kota/Kabupaten No Kota/Kabupaten

1 Cilacap 13 Karanganyar 25 Batang

2 Banyumas 14 Sragen 26 Pekalongan

3 Purbalingga 15 Grobogan 27 Pemalang

81

4 Banjarnegara 16 Blora 28 Tegal

5 Kebumen 17 Rembang 29 Brebes

6 Purworejo 18 Pati 30 Kota Magelang

7 Wonosobo 19 Kudus 31 Kota Surakarta

8 Magelang 20 Jepara 32 Kota Salatiga

9 Boyolali 21 Demak 33 Kota Semarang

10 Klaten 22 Semarang 34 Kota Pekalongan

11 Sukoharjo 23 Temanggung 35 Kota Tegal

12 Wonogiri 24 Kendal

C. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif yang bersumber dari

data sekunder. Data sekunder merupakan data yang tidak langsung

memberikan data untuk pengumpul data (Sugiyono, 2013: 225). Data

sekunder yang peneliti gunakan adalah data yang tersedia di publikasi website

BPS provinsi Jawa Tengah. Data-data sekunder yang dikumpulkan dan diolah

sesuai dengan kepentingan dan tujuan dari penelitian ini. Data yang

digunakan merupakan kumpulan informasi mengenai indikator-indikator

yang memenuhi kriteria 5 (lima) tujuan maqashid syariah sebagai

representatif pembangunan manusia berdasarkan perhitungan I-HDI (Islamic

- Human Development Index). Adapun data yang digunakan peneliti

meliputi:

82

Tabel 3.2

Indikator Penelitian

No. Dimensi Elemen Indikator Sumber

1. Dimensi

Agama

Ibadah Jumlah tempat ibadah

BPS

2. Akhlak Jumlah tindak pidana

3.

Dimensi

Hidup

Harapan Hidup Angka harapan hidup

4. Akses Pekerjaan Tingkat pengangguran terbuka

5.

Kebebasan

Banyaknya suara sah pada

PEMILU

6.

Kebutuhan Dasar

Tingkat kemiskinan

7. Upah Minimum

Kabupaten/Kota

8. Pengeluaran perkapita

9. Kesehatan

Jumlah fasilitas kesehatan

10. Jumlah kasus penyakit serius

12. Dimensi

Akal

Lembaga Pendidikan Angka Partisipasi Sekolah

13. Kinerja Pendidikan

Rata-rata lama sekolah

14. Harapan lama sekolah

15.

Dimensi

Keluarga

Kesuburan Jumlah kelahiran bayi

16. Keharmonisan

Jumlah keluarga prasejahtera

17. Jumlah perceraian

18.

Dimensi

Harta

Kepemilikan Harta PDRB perkapita

19. Pertumbuhan Harta Laju pertumbuhan PDRB

20. Distribusi Harta Rasio Gini

83

D. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

teknik dokumenter. Teknik dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan

data kualitatif dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang

dibuat subjek sendiri atau oleh orang lain. Moleong dalam Herdiansyah (2010:

143), menggunakana dua bentuk dokumen yang dapat dijadikan bahan studi

dokumentasi, yaitu:

1. Dokumentasi Pribadi

Dokumentasi pribadi adalah catatan atau karangan seseorang

secara langsung tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya.

Tujuan dari dokumentasi ini adalah untuk memperoleh sudut pandang

orisinil dari kejadian situasi nyata.

2. Dokumen Resmi

Menurut Moleong dalam Herdiansyah (2010: 145-146) Dokumen

resmi dapat dibagi kedalam dua bagian. (1) Dokumen internal, yaitu dapat

berupa catatan seperti memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu

lembaga, sistem yang diberlakukan, hasil notulensi rapat keputusan

pimpinan dll.

(2) Dokumentasi eksternal, yaitu dapat berupa bahan-bahan informasi

yang dihasilkan oleh suatu lembaga seperti, majalah, koran, buletin,

website resmi dll.

Adapun bentuk dokumen yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu dokumen resmi eksternal, karena dokumen yang diambil berbentuk

84

data-data statistik yang berasal dari website resmi Badan Pusat Statistik

(BPS) Jawa Tengah.

E. Metode Analisis

1. Metode Pengukuran Indeks Maqashid syariah

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengukur dan menganalisis

kinerja pembangunan manusia yang ada di seluruh kabupaten/kota di

provinsi Jawa Tengah dengan menggunakan indeks berdasarkan konsep

maqashid shariah melalui indikator indikator terukur. Penelitian ini

mengadopsi konsep maqashid shariah yang dikembangkan oleh Yusuf &

Rama (2018). Konsep maqashid shariah dari lima (5) tujuan utama Hifdz

Ad-Din (Memelihara Agama), Hifdz An-Nafs (Memelihara Jiwa), Hifdz

Al‟Aql (Memelihara Akal), Hifdz An-Nasb (Memelihara Keturunan)

dan Hifdz Al-Maal (Memelihara Harta).

Operasionalisasi lima (5) tujuan utama yang dalam dan indikator-

indikator terukur dilakukan pada metode yang dikembangkan Anto M. B.

H. (2011), yaitu suatu model operasionalisasi konsep ke dalam bentuk

beberapa dimensi yang kemudian diderivasikan ke dalam beberapa elemen

terukur. Metode penghitungan indeks yang digunakan dalam studi ini

menggunakan metode penghitungan geometric mean sebagai metode baru

yang dikembangkan oleh UNDP. Setiap komponen dari I-HDI di

standarisasi dengan nilai minimum dan maksimum sebelum digunakan

85

untuk menghitung indeks I-HDI. Adapun rumus yang digunakan sebagai

berikut :

Nilai aktual adalah nilai/angka yang terjadi pada setiap dimensi atau

indikator di masing-masing objek penelitian. Sementara nilai maks dan

min adalah nilai maksimum dan nilai minimum di setiap dimensi atau

indikator. Kemudian setelah dihitung dengan rumus diatas maka

dilanjjutkan dengan melakukan normalisasi data agar acuannya menjadi

seragam. Setelah dilakukan normalisasi data dilanjutkan dengan mencari

rata-rata geometrik dari masing-masing variabel dari kelima dimensi yang

ada yaitu dimensi agama, hidup, akal, keluarga, dan kekayaan. Adapun

rumusnya adalah sebagai berikut :

Metode penghitungan indeks yang digunakan dalam studi ini

menggunakan metode penghitungan yang dikembangkan oleh UNDP.

Setiap komponen dari I-HDI di standarisasi dengan nilai minimum dan

86

maksimum sebelum digunakan untuk menghitung indeks 1-HDI. Adapun

rumus yang digunakan sebagai berikut :

Rumus diatas dapat kita gunakan setelah variabel x selesai

dihitung. Penghitungan I-HDI (Islamic Human Development Index) ini

dengan menggunakan rata-rata geometrik dari seluruh dimensi yang

digunakan dalam penelitian yaitu agama, hidup, akal, keluarga, dan harta.

2. Uji Korelasi

Analisis statistik adalah cara-cara mengolah data yang terkumpul

untuk kemudian dapat memberikan interprestasi. Hasil pengolahan data ini

digunakan untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dan

mendukung hasil pengukuran yang dilakukan oleh peneliti. Analisis ini

digunakan untuk menunjukkan hubungan atau korelasi antara I-HDI, HDI

dan 5 (lima) dimensi maqashid syariah yang digunakan peneliti. Dalam uji

statistik ini peneliti menggunakan uji korelasi.

3. Uji Komparasi

Setelah mendapatkan hasil pengukuran I-HDI dalam periode waktu

2010 -2017, maka peneliti akan mencoba membandingkannya dengan HDI

hasil pengukuran BPS provinsi Jawa Tengah yang datanya diambil dari

tahun 2010 2017 kemudian dirata-ratakan agar sebanding dan tidak timpang

dalam melihat secara keseluruhan antara I-HDI dengan HDI dalam

I-HDI = (indeks agama x indeks hidup x indeks akal x indeks keluarga x

Indeks harta)1/5

87

satu periode tertentu yakni hanya dari tahun 2010 sampai 2016, karena dari

20 indikator, yang datanya tersedia sampai tahun 2017 hanya terdapat 3

indikator, sedangkan 17 indikator lainnya tidak tersedia data tahun 2017.

G. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat

dan variabel bebas. Variabel terikat adalah tipe variabel yang dijelaskan atau

dipengaruhi oleh variabel bebas, sedangkan variabel bebas adalah tipe

variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah I-HDI (Islamic Human Development

Index) Variabel dependen dalam penelitian yang diproksikan dari hasil

perhitungan seluruh lima (5) dimensi maqashid shariah yang datanya diambil

dari website BPS provinsi Jawa Tengah. Untuk menghitung variabel

dependen I-HDI (Islamic Human Development Index). I-HDI merupakan

hasil komposit indeks dari 5 (lima) dimensi utama maqashid shariah.

Masing-masing dimensi selanjutnya di derivasikan menjadi beberapa elemen

dan terakhir diturunkan menjadi indikator-indikator yang relevan dan terukur.

Adapun merupakan adaptasi dari studi-studi sebelumnya seperti Ali & Hasan

(2014), Amin et al. (2010), Anto (2011) dan Yusuf & Rama (2018).

Kemudian untuk variabel bebasnya adalah 5 (lima) dimensi maqashid

syariah antara lain dimensi agama, dimensi hidup, dimensi akal, dimensi

keluarga dan dimensi harta.

88

1. Islamic Human Development Index

I-HDI (Islamic Human Development Index) merupakan alat yang

digunakan untuk mengukur kinerja pembangunan manusia dalam

perspektif islam. I-HDI mengukur pencapaian tingkat kesejahteraan

manusia dengan terpenuhinya kebutuhan dasar agar manusia dapat hidup

bahagia di dunia dan akhirat (mencapai falah). Menurut al-syatibi,

mashlahah dasar bagi kehidupan manusia terdiri dari lima hal, yaitu

agama (ad dien), jiwa (an-nafs), akal (al-aql), keturunan (An-nasl), dan

harta (al-maal). Kelima hal tersebut merupakan kebutuhan dasar

manusia, yaitu kebutuhan yang mutlak harus dipenuhi agar manusia

dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat. Jika salah satu dari kebutuhan

dasar tidak terpenuhi atau terpenuhi dengan tidak seimbang niscaya

kebahagiaan hidup juga tidak tercapai dengan sempurna (P3El: 2012, 5

6).

Pemenuhan lima kebutuhan dasar maqashid syariah yang

didasarkan pada pandangan Imam al-syatibi akan dijadikan sebagai dasar

toritis untuk membangun konsep pengukuran Islamic Human

Development Index. Sehubungan dengan hal itu, maka dalam penelitian

ini diusulkan lima (5) dimensi untuk membangun I-HDI. Berdasarkan

pada pandangan Imam al-Syatibi, maka langkah selanjutnya untuk

membangun I-HDI yaitu membentuk sebuah indeks yang terukur untuk

mengukur semua dimensi. Indeks yang diusulkan untuk mengukur semua

dimensi ditunjukkan pada Tabel 3.3 dibawah ini.

89

Tabel 3.3

Lima (5) Indeks yang Diusulkan

Sumber: Anto, 2009. Introduction an Islamic Human Development Index (I-HDI)

to Measure Development in OIC Countries, disesuaikan, dalam Rafsanjani, 2014.

Analisis Islamic Human Development Index di Indonesia.

Berdasarkan pada Tabel 3.3, maka dapat diketahui bahwa tujuan

dari pembangunan ekonomi dalam perspektif Islam yaitu berdasarkan

pada maslahah. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa

maslahah dasar manusia terdiri dari lima hal, yaitu dengan pemeliharaan

terhadap agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Sehubungan dengan hal

itu, maka untuk mengukur kelima dimensi tersebut dibentuklah suatu

indeks yang diusulkan untuk mengukur kelima dimensi tersebut yaitu:

indeks ad-dien yang mewakili dimensi agama, indeks an-nafs yang

mewakili dimensi umur panjang dan sehat, indeks al -aql yang mewakili

dimensi akal/pengetahuan, indeks an-nasl yang mewakili dimensi

keluarga dan keturunan, dan indeks al maal yang mewakili dimensi

harta/kekayaan.

Kelima indeks yang diusulkan tersebut digunakan untuk

mengukur dari kelima dimensi maqashid syariah. Nilai dari indeks yang

telah diusulkan diatas akan dihitung berdasarkan pada indikator-indikator

yang mencerminkan dari masing-masing dimensi maqashid syariah.

Tujuan Pembangunan Dimensi Indeks Dimensi

Hifdzu ad-Dien Indeks ad-Dien

Hifdzu an-Nafs Indeks an-Nafs

Hifdzu al-Aql Indeks al-Aql

Hifdzu an-Nasl Indeks an-Nasl

Hifdzu al-Maal Indeks al-Maal

Maslahah

90

Penjelasan dari masing-masing indeks dimensi dengan indikator yang

diusulkan adalah sebagai berikut.

1) Hifdzu ad-Dien ( Dimensi Agama)

Islam mengajarkan agar manusia menjalani kehidupannya

secara benar, sebagaimana telah diatur oleh Allah. Ukuran baik

buruk kehidupan sesungguhnya tidak diukur dari indikator-indikator

lain melainkan dari sejauh mana seorang manusia berpegang teguh

kebada kebenaran (P3El, 2012: 7). Untuk itu, manusia membutuhkan

suatu pedoman tentang kebenaran dalam hidup, yaitu agama (dien).

Agama merupakan kebutuhan manusia yang paling penting

dalam menjalankan kehidupan. Islam mengajarkan bahwa agama

bukanlah ritualitas, namun agama berfungsi untuk menuntun

keyakinan, memberikan ketentuan atau aturan berkehidupan dan

membangun moralitas manusia. Agama dibutuhkan oleh manusia

kapanpun dan dimanapun ia berada.

Untuk mengukur indeks ad-Dien dengan menggunakan

indikator yang dapat mencerminkan dari dimensi agama. Adapun

beberapa indikator yang dikelompokkan kedalam beberapa elemen

untuk mengukur dimensi agama dapat dilihat pada gambar dibawah

ini.

Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk membentuk

indeks ad-dien yang dimana akan digunakan untuk mengukur

dimensi agama secara umum dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu

91

indikator positif dan negatif. Beberapa indikator yang berdimensi

positif telah diambil dari beberapa rukun Islam, kecuali syahadat

yang terdiri dari: jumlah masjid, puasa, zakat, haji, jumlah ulama,

keterlibatan sekolah agama , dan realisasi dana amal. Sementara itu,

indikator yang berdimensi negatif terdiri dari angka kriminalitas dan

Corruption Perception Index (CPI).

Beberapa indikator yang telah disebutkan diatas merupakan

indikator yang dapat digunakan untuk mengukur indeks pada

dimensi agama. Penjelasan dari masing-masing indikator tersebut di

ambil dari 3 jurnal internasional, 1) Hapsari & Herianingrum, 2)

Amin, Dkk, dan 3) Anto dalam Rafsanjani (2014). Namun tidak

semua dari beberapa indikator yang telah digunakan di sini, adapun

alasannya adalah 1) ketersediaan data, 2) tidak semua penduduk

Jawa Tengah beragama Islam, sehingga ada beberapa indikator yang

tidak dapat digunakan, oleh sebab itu dalam penelitian ini angka

kriminalitas diganti menjadi angka tindak pidana yang

mencerminkan elemen akhlak dan jumlah masjid dan mushola

mencerminkan elemen ibadah. Derivasi dimensi menjadi elemen dan

kemudian menuju indikator terukur ini peneliti ambil dari penelitian

Yusuf & Rama, (2018).

92

Gambar 3.1

a) Jumlah Tempat Ibadah

Jumlah tempat ibadah adalah total jumlah masjid dan

mushola yang ada disetiap kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah

dibagi dengan jumlah penduduk di setiap kabupaten/kota itu

sendiri sesuai periode tahun tertentu. Namun karena di BPS

provinsi Jawa Tengah hanya tersedia data pada tahun 2015, maka

peneliti hanya dapat menggunakan data pada tahun tersebut.

b) Angka Tindak Pidana

Angka tindak pidana adalah angka yang menunjukkan pada

tingkat kerawanan suatu jenis kejahatan pada suatu daerah

(kabupaten/kota) dalam waktu tertentu (BPS). Rumus yang

digunakan untuk mengukur Angka tindak pidana adalah Jumlah

tindak pidana di setiap kabupaten/kota dibagi dengan Jumlah

tindak pidana total di provinsi Jawa Tengah di periode tertentu.

Dimensi Agama

Angka Tindak

Pidana

Jumlah Tempat

Ibadah

Akhlak

Ibadah

93

2) Hifdzu an-nafs (Dimensi Hidup)

Kehidupan sangat dijunjung tinggi oleh ajaran Islam, karena

itu merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada hambanya

untuk dapat digunakan sebaik-baiknya. Segala sesuatu yang dapat

membantu eksistensi kehidupan secara otomatis menjadi kebutuhan,

dan sebaiknya segala sesuatu yang mengancam kehidupan pada

dasarnya harus dijauhi.

Pada dimensi hidup ini dalam menentukan setiap indikatornya

peneliti merujuk pada penelitian terdahulu yakni Yusuf & Rama

(2018). Berdasarkan pada pandangan-pandangan dalam penelitian

terdahulu, penelitian ini mengembangkan lima (5) indikator utama

dari dimensi hidup yaitu (i) harapan hidup, hak hidup merupakan hak

mendasar setiap orang. Indikator ini di representasikan oleh angka

harapan hidup. Semakin panjang hidup manusia maka diasumsikan

semakin besar peluang untuk melakukan kebaikan. (ii) Akses pada

pekerjaan, akses pada pekerjaan merupakan hak mendasar untuk

melangsungkan kehidupan. Bekerja merupakan kewajiban demi

melangsungkan kehidupan. Tingkat pengangguran merupakan

representasi indikator ini. (iii) Kebebasan, yaitu tabiat dasar dari

manusia. Indikator ini direpresentasikan oleh rasio antara banyaknya

suara sah dengan banyaknya hak pilih pada pemilu 2014. Semakin

tinggi rasio jumlah suara sah di setiap kabupaten/kota maka semakin

tinggi aspek kebebasan karena penduduk dapat menyampaikan

94

suaranya dalam memilih pemimpin. (iv) Pemenuhan kebutuhan

dasar. Aspek ini direpresentasikan oleh tingkat kemiskinan, Upah

Minimum Kabupaten/Kota, Rasio gini dan pengeluaran

perkapita. Dan yang terakhir (v) Kesehatan, adalah aspek yang

sangat vital dalam menentukan kualitas hidup setiap manusia.

Indikator kesehatan ini di representasikan dengan jumlah fasilitas

kesehatan dan jumlah kasus penyakit serius di setiap kabupaten/kota.

Gambar 3.2

Angka Harapan

Hidup

UMK

Jumlah Fasilitas

Kesehatan

Pengeluaran

Perkapita

Tingkat

Kemiskinan

Suara Sah

Pemilu

Tingkat

Pengangguran

Terbuka

Harapan Hidup

Dimensi Hidup

Kesehatan

Akses Pekerjaan

Kebebasan

Kebutuhan Dasar

Jumlah Kasus

Penyakit Serius

95

Hifdzu an-nafs ini adalah dimensi hidup, maka beberapa

indikator yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi hidup ini

adalah seperti pada gambar 3.2 diatas.

a) Angka Harapan Hidup

Dalam BPS Angka harapan hidup merupakan alat untuk

mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan

kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan

derajat kesehatan pada khususnya.

b) Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Dalam BPS Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah

indikasi tentang penduduk usia kerja yang termasuk dalam

kelompok pengangguran. Kegunaan dari

indikator pengangguran terbuka ini baik dalam satuan unit

(orang) maupun persen berguna sebagai acuan pemerintah bagi

pembukaan lapangan kerja baru.

c) Suara Sah Pemilu

Suara sah pemilu disini adalah jumlah suara sah dalam

pemilu DPR, DPRD dan DPD dirata-ratakan kemudian dibagi

dengan jumlah hak pilih pada Pemilu tahun 2014.

d) Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi

ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti

makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan

96

kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat

pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap

pendidikan dan pekerjaan. Menurut Bank

Dunia mendefinisikan Kemiskinan absolut sebagai hidup dengan

pendapatan dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan

menengah untuk pendapatan dibawah USD $2/hari.

e) Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK)

UMK merupakan upah minimum yang berlaku untuk

daerah kabupaten/kota yang juga ditetapkan oleh gubernur atas

rekomendasi Dewan Pengupahan Provinsi dan Bupati/Walikota.

Untuk besarannya sendiri UMK lebih besar dari UMP. Pada

penentuan UMK berdasarkan PP , mekanismenya terdiri dari 2

komponen yang sangat menentukan yaitu inflasi dan

pertumbuhan ekonomi. kedua komponen tersebut tergantung

dnegan perekonomian Indonesia yang tercatat oleh Badan Pusat

Statistik.

f) Pengeluaran Rata-rata per Kapita

Dalam BPS Pengeluaran rata-rata per kapita adalah biaya

yang dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota rumah tangga

selama sebulan baik yang berasal dari pembelian, pemberian

maupun produksi sendiri dibagi dengan banyaknya anggota

rumah tangga dalam rumah tangga tersebut.

97

g) Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan dalam data yang peneliti olah

adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang dapat digunakan dalam

rangka menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan orang-

perorangan, baik secara promotif, preventif, kuratif maupun

rehabilitatif yang bisa dilakukan oleh pemerintah ataupun

masyarakat umum dibagi dengan jumlah penduduk per

kabupaten dalam tahun tertentu.

h) Jumlah Penyakit Serius

Jumlah penyakit serius dalam data yang peneliti olah

adalah jumlah penyakit serius yang meliputi penyakit Diare,

Malaria, DBD, HIV, AIDS, Tuberculosis dalam tiga tahun

2013,2014 dan 2015 perkabupaten dibagi dengan jumlah

penyakit serius di provinsi Jawa Tengah pada tahun yang sama.

3) Hifdzu al-Aql (Dimensi Akal)

Untuk dapat memahami alam semesta (ayat-ayat kauniyah)

dan ajaran agama dalam Al-Qur'an dan Hadist (ayat-ayat qauliyah)

manusia membutuhkan ilmu pengetahuan. Tanpa ilmu pengetahuan

maka manusia tidak akan dapat memahami dengan baik kehidupan

ini sehingga akan mengalami kesulitan dan penderitaan. Sehubungan

dengan hal itu, Islam memberikan perintah yang sangat tegas bagi

seorang mukmin untuk menuntut Ilmu (Rafsanjani, 2014: 44). Ibn

98

„Ashur (1998) mendefinisikan pemeliharaan akal (hifz „aql) sebagai

perlindungan akal manusia dari sesuatu yang dapat merusaknya.

Segala bentuk yang dapat memperkuat akal seperti pendidikan dan

penelitian merupakan hal yang sangat dianjurkan dan merupakan

bagian dari pelestarian akal.

Karena keterbatasan data terkait pendidikan di BPS provinsi

Jawa Tengah maka pada indikator (i) lembaga pendidikan di

representasikan dengan Angka Partisipasi Sekolah. Dan untuk

indikator selanjutnya (ii) kinerja pendidikan, di representasikan

dengan rata-rata lama sekolah dan harapan lama sekolah. Semakin

tinggi tingkat indikator lembaga pendidikan dan kinerja pendidikan

maka semakin terpelihara akal manusia.

Untuk mengukur dimensi hifdzu akal, maka di bentuk indeks

al-aql dengan menggunakan indikator yang dapat mencerminkan dari

dimensi akal. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk

mengukur dimensi akal diantaranya seperti yang ditujukkan dalam

gambar 3.3.

Gambar 3.3

Dimensi Akal

Harapan Lama

Sekolah

Rata-rata Lama

Sekolah

Angka Partisipasi

Sekolah

Kinerja Pendidikan

Lembaga Pendidikan

99

a) Angka Partisipasi Sekolah

Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan ukuran daya

serap lembaga pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. APS

merupakan indikator dasar yang digunakan untuk melihat akses

penduduk pada fasilitas pendidikan khususnya bagi penduduk

usia sekolah. Semakin tinggi Angka Partisipasi Sekolah semakin

besar jumlah penduduk yang berkesempatan mengenyam

pendidikan. Namun demikian meningkatnya APS tidak selalu

dapat diartikan sebagai meningkatnya pemerataan kesempatan

masyarakat untuk mengenyam pendidikan.

Rumus: APS (7-12) = {(Jumlah penduduk berumur 7-12

tahun yang masih sekolah:Jumlah penduduk umur 7─12

tahun) X 100 }

APS(13-15) = {(Jumlah penduduk berumur 13-15 tahun

yang masih sekolah: Jumlah penduduk umur 13-15 tahun)

X 100}

b) Rata-rata Lama Sekolah

Menurut BPS Rata Rata Lama Sekolah adalah indikator

yang digunakan untuk melihat kualitas penduduk dalam hal

mengenyam pendidikan formal. Tingginya angka Rata-rata

Lama Sekolah menunjukkan jenjang pendidikan yang

pernah/sedang diduduki oleh seseorang. Semakin tinggi angka

100

Rata-rata Lama Sekolah maka semakin lama/tinggi jenjang

pendidikan yang ditamatkannya.

c) Harapan Lama Sekolah

Selain rata-rata lama sekolah, komponen IPM dari unsur

pendidikan adalah Harapan Lama Sekolah (HLS). Dalam BPS

Harapan Lama Sekolah didefinisikan sebagai

lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan

dirasakan oleh anak pada umur tertentu di masa mendatang.

4) Hifdzu an-Nasl (Dimensi Keluarga)

Untuk menjaga kontinuitas kehidupan, maka manusia harus

memelihara keturunan dan keluarga (nasl). Meskipun seorang

mukmin meyakini bahwa horizon waktu kehidupan tidak hanya

mencakup kehidupan dunia melainkan hingga akhirat, tetapi

kelangsungan kehidupan dunia juga amatlah penting. Manusia akan

menjaga keseimbangan kehidupan di dunia dan diakhirat.

Kelangsungan keturunan yang berkelanjutan dari generasi ke generasi

harus perhatikan. Ini merupakan kebutuhan yang amat penting bagi

eksistensi manusia (Rafsanjani, 2014: 49).

Anto (2011) mengembangkan pendekatan positif dan negatif

dalam melakukan identifikasi indikator dari pelestarian keturunan.

Positif contohnya seperti jumlah anggota keluarga dan tingkat

fertilitas, sementara negatif adalah seperti tingkat mortalitas, tingkat

perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga.

101

Berdasarkan pada kajian penelitian sebelumnya, penelitian ini

menggunakan indikator (i) kesuburan yang direpresentasikan oleh

jumlah kelahiran bayi selamat. (ii) Keharmonisan di representasikan

oleh jumlah keluarga prasejahtera dan jumlah perceraian/jumlah

perkawinan. Keturunan (nash) pada penelitian ini lebih diperluas

menjadi dimensi keluarga. Jumlah pernikahan dan jumlah kelahiran

bayi selamat yang tinggi mengindikasikan terjadinya komitmen yang

tinggi akan terjadinya keberlangsungan generasi selanjutnya.

Sebaliknya, jumlah keluarga prasejahtera dan jumlah perceraian

dalam rumah tangga adalah bentuk yang dapat mengancam

keberlangsungan kehidupan manusia.

Gambar 3.4

a) Jumlah Bayi Lahir

Jumlah kelahiran bayi dalam indikator yang peneliti

gunakan ini adalah jumlah anak yang pada saat dilahirkan telah

menunjukkan tanda-tanda kehidupan, walaupun sesaat, seperti

adanya detak jantung, bernafas, menangis dan tanda-tanda

Dimensi Keluarga

Jumlah bayi lahir

Keharmonisan

Keturunan

Tingkat perceraian

Jumlah keluarga

prasejahtera

102

kehidupan lainnya di setiap kabupaten/kota yang ada di

provinsi Jawa Tengah.

b) Tingkat Perceraian (Jumlah perceraian/jumlah

perkawinan)

Menurut BPS (2010), pernikahan adalah sebuah status

dari mereka yang terikat dalam pernikahan dalam pencacahan,

baik tinggal bersama maupun terpisah. Dalam hal ini tidak saja

mereka yang kawin sah secara hukum (adat, agama, Negara,

dan sebagainya), tetapi mereka yang hidup bersama dan oleh

masyarakat sekeliling dianggap sah sebagai suami dan istri.

Perceraian menurut Undang - Undang Republik

Indonesia No.1 tahun 1994 (pasal 16), terjadi apabila antara

suami-istri yang bersangkutan tidak mungkin lagi didamaikan

untuk hidup rukun dalam suatu rumah tangga. Perceraian

terjadi terhitung pada saat perceraian itu dinyatakan didepan

sidang pengadilan (pasal 18). Gugatan perceraian dapat

diajukan oleh suami atau istri atau kuasanya pada pengadilan

dengan alasan–alasan yang dapat diterima oleh pengasilan yang

bersangkutan.

Dalam hal ini peneliti menggunakan data jumlah

perceraian dibagi dengan jumlah perkawinan pada tahun 2016

di setiap kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah.

103

c) Jumlah Keluarga Pra Sejahtera

Keluarga Sejahtera adalah keluarga yang dibentuk

berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi

kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertaqwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi,

selaras dan seimbang antar anggota dan antar keluarga dengan

masyarakat dan lingkungan (Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 52 tahun 2009).

Sedangkan Keluarga Pra Sejahtera adalah keluarga

yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5

kebutuhan dasarnya (basic needs) Sebagai keluarga Sejahtera,

seperti kebutuhan akan pengajaran agama, pangan, papan,

sandang dan kesehatan. (bKkbN)

Adapun ciri-ciri Keluarga Pra Sejahtera adalah sebagai

berikut :

- Tidak mampunya memenuhi kebutuhan mendasar

- Tidak mampu menjangkau pelayanan kesehatan

- Bagian lantai dari rumah adalah tanah

- Minimnya pendidikan

Dalam hal ini peneliti mengambil jumlah Keluarga Pra

Sejahtera dibagi dengan jumlah keluarga secara keseluruhan di

setiap kabupaten/kota.

104

5) Hifdzu al-maal (Dimensi Harta)

Harta material (al-Maal) sangat dibutuhkan, baik untuk

kehidupan duniawi maupun ibadah. Manusia membutuhkan harta

untuk pemenuhan kebutuhan makanan, pakaian, rumah, kendaraan

dan sebagainya untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Selain itu,

hamper semua ibadah memerlukan harta, misalnya zakat, infak,

sedekah, haji, menuntut ilmu, dll. Tanpa harta yang memadai maka

kehidupan akan menjadi susah, termasuk menjalankan ibadah

(Rafsanjani, 2014: 54-55).

Adapun indikator yang dapat digunakan untuk mengukur

dimensi harta dapat dikategorikan menjadi tiga (3) yaitu indikator

yang mewakili kepemilikan atas harta, pertumbuhan harta, dan

distribusi harta.

Gambar 3.5

a) PDRB perkapita

Pendapatan perkapita adalah besarnya pendapatan rata-rata

penduduk di suatu negara, yang diperoleh dari hasil

pembagian pendapatan nasional suatu negara dengan jumlah

Dimensi Harta Laju PDRB Pertumbuhan Harta

Distribusi Harta

Kepemilikan Harta PDRB per

kapita

Rasio Gini

105

penduduk negara tersebut. Biasanya, pendapatan perkapita

sering disebut dengan PDB (produk domestik bruto)

perkapita. Pada indikator ini peneliti menggunakan data

PDRB dibagi jumlah penduduk setiap kabupaten/kota di

provinsi Jawa Tengah pada tahun 2013-2016.

b) Laju PDRB

Menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa

di suatu wilayah perekonomian dalam selang waktu tertentu.

Pada indikator ini peneliti menggunakan data Laju PDRB

setiap kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah pada tahun

2010-2016.

c) Rasio gini

Koefisien Gini (Gini Ratio) atau Indeks Gini adalah

ukuran yang dikembangkan oleh statistikus Italia, Corrado

Gini, dan dipublikasikan pada tahun 1912 dalam karyanya,

Variabilità e mutabilità. Koefisien Gini merupakan salah satu

ukuran yang paling sering digunakan untuk mengukur tingkat

ketimpangan pendapatan secara menyeluruh di suatu wilayah.

Pada indikator ini peneliti menggunakan data rasio gini setiap

kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah pada tahun 2010-

2015.

106

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Provinsi Jawa Tengah

1. Profil

Jawa Tengah adalah sebuah provinsi Indonesia yang terletak di

bagian tengah Pulau Jawa. Ibu kotanya adalah Semarang. Provinsi ini

berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, SamudraHindia

dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, JawaTimur di

sebelah timur, dan Laut Jawa di sebelah utara. Luas wilayahnya

32.548 km², atau sekitar 28,94% dari luas pulau Jawa. Provinsi Jawa

Tengah juga meliputi Pulau Nusakambangan di sebelah selatan (dekat

dengan perbatasan Jawa Barat), serta KepulauanKarimun Jawa di Laut

Jawa.

Pengertian Jawa Tengah secara geografis dan budaya kadang juga

mencakup wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Jawa Tengah dikenal

sebagai "jantung" budaya Jawa. Meskipun demikian di provinsi ini ada

pula suku bangsa lain yang memiliki budaya yang berbeda dengan suku

Jawa seperti suku Sunda di daerah perbatasan dengan Jawa Barat. Selain

ada pula warga Tionghoa-Indonesia, Arab-Indonesia dan India-Indonesia

yang tersebar di seluruh provinsi ini.

107

2. Sejarah

Jawa Tengah sebagai provinsi dibentuk sejak zaman HindiaBelanda.

Hingga tahun 1905, Jawa Tengah terdiri atas 5 wilayah (gewesten)

yakni Semarang, Pati, Kedu, Banyumas, dan Pekalongan. Surakarta masih

merupakan daerah swapraja kerajaan (vorstenland) yang berdiri sendiri

dan terdiri dari dua wilayah, KasunananSurakarta dan Mangkunegaran,

sebagaimana Yogyakarta. Masing-masing gewestterdiri atas kabupaten-

kabupaten. Waktu itu Pati Gewest juga meliputi Regentschap Tuban dan

Bojonegoro.

Setelah diberlakukannya Decentralisatie Besluit tahun 1905, gewesten

diberi otonomi dan dibentuk Dewan Daerah. Selain itu juga

dibentuk gemeente (kotapraja) yang otonom, yaitu Pekalongan, Tegal,

Semarang, Salatiga, dan Magelang.

Sejak tahun 1930, provinsi ditetapkan sebagai daerah otonom yang juga

memiliki Dewan Provinsi (Provinciale Raad). Provinsi terdiri atas

beberapa karesidenan (residentie), yang meliputi beberapa kabupaten

(regentschap), dan dibagi lagi dalam beberapa kawedanan (district).

Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 5 karesidenan, yaitu: Pekalongan, Pati,

Semarang, Banyumas, dan Kedu.

Menyusul kemerdekaan Indonesia, pada tahun 1945 Pemerintah

membentuk daerah swapraja Kasunanan dan Mangkunegaran; dan

dijadikan karesidenan. Pada tahun 1950 melalui Undang-undang

ditetapkan pembentukan kabupaten dan kotamadya di Jawa Tengah yang

108

meliputi 29 kabupaten dan 6 kotamadya. Penetapan Undang-undang

tersebut hingga kini diperingati sebagai Hari Jadi Provinsi Jawa Tengah,

yakni tanggal 15 Agustus 1950.

3. Pemerintahan

Secara administratif, Provinsi Jawa Tengah terdiri atas 29 kabupaten dan

6 kota. Administrasi pemerintahan kabupaten dan kota ini terdiri atas

545 kecamatan dan 8.490 desa/kelurahan.

Sebelum diberlakukannya Undang-undang Nomor 22/1999 tentang

Pemerintahan Daerah, Jawa Tengah juga terdiri atas 3 kota administratif,

yaitu Kota Purwokerto, Kota Cilacap, dan Kota Klaten. Namun sejak

diberlakukannya Otonomi Daerah tahun 2001 kota-kota administratif

tersebut dihapus dan menjadi bagian dalam wilayah kabupaten.

Menyusul otonomi daerah, 3 kabupaten memindahkan pusat

pemerintahan ke wilayahnya sendiri, yaitu Kabupaten Magelang (dari

Kota Magelang ke Mungkid), Kabupaten Tegal (dari Kota Tegal

ke Slawi), serta Kabupaten Pekalongan (dari Kota Pekalongan ke Kajen).

4. Penduduk

Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah adalah 39.298.765 jiwa

terdiri atas 19.281.140 laki-laki dan 19.989.547 perempuan.

Kabupaten/kota dengan jumlah penduduk terbesar adalah Kabupaten

Brebes (2,342 juta jiwa), Kabupaten Cilacap (2,227 juta jiwa),

dan Kabupaten Banyumas (1,953 juta jiwa).

109

Sebaran penduduk umumnya terkonsentrasi di pusat-pusat kota,

baik kabupaten ataupun kota. Kawasan permukiman yang cukup padat

berada di daerah Semarang Raya (termasuk Ungaran dan sebagian

wilayah Kabupaten Demak dan Kendal), daerah Salatiga Raya ( termasuk

wilayah Ambarawa, Bringin, Kopeng, Tengaran dan Suruh), Solo

Raya (termasuk sebagian wilayah Kabupaten Karanganyar, Sukoharjo,

dan Boyolali), serta Tegal-Brebes-Slawi.

Pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,67% per

tahun. Pertumbuhan penduduk tertinggi berada di Kabupaten Demak

(1,5% per tahun), sedang yang terendah adalah Kota Pekalongan (0,09%

per tahun).

Dari jumlah penduduk ini, 47% di antaranya merupakan angkatan

kerja. Mata pencaharian paling banyak adalah di sektor pertanian

(42,34%), diikuti dengan perdagangan (20,91%), industri (15,71%), dan

jasa (10,98%).

Mayoritas penduduk Jawa Tengah adalah Suku Jawa. Jawa Tengah

dikenal sebagai pusat budaya Jawa, di mana di kota Surakarta dan

Yogyakarta terdapat pusat istana kerajaan Jawa yang masih berdiri hingga

kini. Suku minoritas yang cukup signifikan adalah Tionghoa, terutama di

kawasan perkotaan meskipun di daerah pedesaan juga ditemukan. Pada

umumnya mereka bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Komunitas

Tionghoa sudah berbaur dengan Suku Jawa, dan banyak di antara mereka

yang menggunakan Bahasa Jawa dengan logat yang kental sehari-harinya.

110

Pengaruh kental bisa kita rasakan saat berada di kota Semarang serta

kota Lasem yang berada di ujung timur laut Jawa Tengah,

bahkan Lasem dijuluki Le Petit Chinois atau Kota Tiongkok Kecil.

Selain itu di beberapa kota-kota besar di Jawa Tengah ditemukan pula

komunitas Arab-Indonesia. Mirip dengan komunitas Tionghoa, mereka

biasanya bergerak di bidang perdagangan dan jasa. Di daerah perbatasan

dengan Jawa Barat terdapat pula orang Sunda yang sarat akan budaya

Sunda, terutama di wilayah Cilacap, Brebes, dan Banyumas. Di

pedalaman Blora (perbatasan dengan provinsi JawaTimur) terdapat

komunitas Samin yang terisolir, yang kasusnya hampir sama

dengan orang Kanekes di Banten.

5. Perekonomian

Pertanian merupakan sektor utama perekonomian Jawa Tengah, di

mana mata pencaharian di bidang ini digeluti hampir separuh dari

angkatan kerja terserap. Kawasan hutan meliputi 20% wilayah provinsi,

terutama di bagian utara dan selatan. Daerah Rembang, Blora, Grobogan

merupakan penghasil kayu jati. Jawa Tengah juga terdapat sejumlah

industri besar dan menengah. Daerah Semarang-Ungaran-Demak-Kudus

merupakan kawasan industri utama di Jawa Tengah. Kudus dikenal

sebagai pusat industri rokok. Di Cilacap terdapat industri semen.

Solo, Pekalongan, Juwana, dan Lasem dikenal sebagai kota Batik yang

kental dengan nuansa klasik.

111

Blok Cepu di pinggiran Kabupaten Blora (perbatasan Jawa Timur

dan Jawa Tengah) terdapat cadangan minyak bumi yang cukup signifikan,

dan kawasan ini sejak zaman Hindia Belanda telah lama dikenal sebagai

daerah tambang minyak.

6. Kondisi Pembangunan Manusia di Jawa Tengah

Provinsi Jawa Tengah mencatat prestasi kinerja yang sangat

signifikan di tahun 2016. Bahkan dari sejumlah capaian indikator yang

berlangsung selama 2016, beberapa di antaranya melebihi angka nasional.

Hal tersebut terungkap saat Gubernur Jawa Tengah H Ganjar

Pranowo SH MIP membacakan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

(LKPJ) Gubernur Jateng 2016 pada Rapat Paripurna DPRD Jateng, Senin

(20/3). Dikatakan, pertumbuhan ekonomi Jateng mencapai 5,28% atau

lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar

5,02%. Sementara, Produk Domestik Regional Bruto per kapita Jateng

atas dasar harga berlaku pada 2016 sebesar Rp 32,10 juta, meningkat

7,15% dibandingkan 2015 yang tercatat Rp 29,95 juta. Laju inflasi Jawa

Tengah pada 2016 sebesar 2,36%, lebih baik dari laju inflasi nasional

sebesar 3,02% dan tahun sebelumnya yang sebesar 2,73%,

Sedangkan Indeks Gini, imbuh Ganjar, pada 2016 sebesar 0,37, lebih

baik dari angka nasional sebesar 0,40 dan dari tahun sebelumnya sebesar

0,38. Penurunan Indeks Gini ini mempunyai arti semakin berkurangnya

kesenjangan antar kelompok pendapatan penduduk di Jateng.

112

Penduduk miskin Jateng pada 2016 tercatat 13,19%, menurun 0,13%

dibandingkan dengan tahun lalu, namun masih diatas rata-rata nasional

sebesar 10,70%. Persentase penduduk miskin Jateng lebih banyak ada di

pedesaan sebesar 14,88%, dibandingkan di perkotaan sebesar 11,38%.

Empat strategi utama penanggulangan kemiskinan yang akan

dilakukan Pemprov yaitu pengurangan beban masyarakat miskin,

peningkatan pendapatan masyarakat miskin, pengembangan dan

penjaminan keberlanjutan UMK, dan sinergi kebijakan dan program

penanggulangan kemiskinan.

Tingkat pengangguran terbuka pada 2016 sebesar 4,63% lebih

rendah dari rata-rata nasional sebesar 5,61% dan lebih rendah

dibandingkan kondisi tahun sebelumnya yaitu 4,99%. Terakhir, untuk

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Jateng, pada 2015 mencapai angka

69,49, atau lebih baik dibandingkan 2014 (68,78), namun sedikit dibawah

IPM Nasional 69,55. Jika dilihat dari sisi pertumbuhan, IPM Jawa Tengah

masih lebih tinggi dari pertumbuhan IPM Nasional, yaitu 1,03%

dibanding 0,94%. Ini berarti pembangunan manusia di Jawa Tengah

mengalami progres yang lebih baik.

B. Hasil Analisis dan Pembahasan

1) Hasil Pengukuran I-HDI serta Perbandingan Peringkatnya dengan

HDI

113

Penelitian ini mengukur dan menghasilkan indeks pembangunan

manusia dengan menggunakan konsep maqashid shariah, yaitu

penguatan (pembangunan) pada lima dimensi utama : agama, hidup, akal,

keturunan dan harta. Konsep maqashid shariah diturunkan ke indikator-

indikator terukur dan relevan. Kajian empiris ini menggunakan data

sekunder di seluruh kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah yang

bersumber dari publikasi website resmi BPS provinsi Jawa Tengah.

Tabel 4.1

Peringkat I-HDI dan HDI

Wilayah IHDI Peringkat HDI Peringkat

Kota Salatiga 54.6 1 79.7 1

Kota Surakarta 53.3 2 79 2

Kabupaten Semarang 52.9 3 71.2 10

Kabupaten Sragen 52.7 4 69.7 13

Kabupaten Kudus 52.7 5 71.3 9

Kabupaten Sukoharjo 52.0 6 73.3 5

Kabupaten Klaten 51.6 7 72.4 7

Kabupaten Blora 51.4 8 65.1 29

Kabupaten Pati 51.3 9 66.9 19

Kabupaten Banyumas 51.3 10 68.7 16

Kabupaten Karanganyar 49.3 11 72.9 6

Kabupaten Kendal 49.0 12 68.1 18

Kabupaten Demak 48.0 13 68.2 17

Kabupaten Jepara 47.9 14 68.8 15

Kabupaten Cilacap 47.7 15 66.4 22

Kabupaten Rembang 47.0 16 66.7 21

Kabupaten Magelang 46.9 17 65.6 25

Kabupaten Kebumen 45.4 18 65.2 28

114

Kabupaten Boyolali 44.2 19 70.2 12

Kabupaten Wonogiri 43.6 20 66.2 23

Kabupaten Grobogan 43.0 21 66.9 20

Kota Magelang 42.4 22 75.4 4

Kabupaten Temanggung 42.0 23 65.5 27

Kabupaten Purworejo 42.0 24 69.7 14

Kabupaten Purbalingga 41.7 25 65.6 26

Kota Semarang 40.5 26 78.9 3

Kabupaten Pekalongan 39.6 27 66 24

Kabupaten Batang 38.4 28 63.8 31

Kabupaten Pemalang 37.9 29 61.6 35

Kota Tegal 37.3 30 71.5 8

Kabupaten Tegal 36.9 31 63.5 32

Kota Pekalongan 30.3 32 71 11

Kabupaten Banjarnegara 29.9 33 63 33

Kabupaten Brebes 29.0 34 61.8 34

Kabupaten Wonosobo 25.6 35 64.5 30

Tabel 4.1 menampilkan Islamic Human Development Index (I-

HDI) dan Human Development Index (HDI) di masing-masing

kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah. Secara umum terlihat bahwa

provinsi yang menempati urutan 5 (lima) teratas dari segi nilai I-HDI

dimana peringkat pertama adalah kota Salatiga, kemudian disusul

berurutan oleh kota Surakarta, kabupaten Semarang, kabupaten Sragen

dan kabupaten Kudus. Kemudian pada pengukuran HDI yang datanya

adalah hasil pengukuran BPS menunjukan hal yang cukup menarik, kota

Salatiga dan kota Surakarta menjadi wilayah dengan indeks HDI tertinggi

yang secara otomatis menjadi peringkat pertama dan kedua dimana hal

115

ini sama dengan peringkat pertama dan kedua pada hasil pengukuran I-

HDI yang telah dilakukan oleh peneliti. Hal ini menunjukkan bahwa kota

Salatiga dan kota Surakarta secara konkret telah membuktikan bahwa

indikator-indikator I-HDI yang juga mencakup indikator HDI berada

pada kondisi paling baik dibandingkan dengan wilayah lainnya di

provinsi Jawa Tengah.

Namun di sisi lain kita lihat pada kota Semarang, peringkat kota ini

pada index I-HDI bertolak belakang dengan index HDI. Pada hasil

pengukuran I-HDI kota Semarang hanya meraih peringkat 26 sedangkan

pada hasil pengukuran HDI kota Semarang meraih peringkat yang cukup

tinggi yaitu peringkat ke 3. Hal ini menunjukkan bahwa indikator-

indikator keislaman yang mewakilkan 5 (lima) dimensi maqashid syariah

sebagai dasar pengukuran I-HDI berpengaruh signifikan terhadap

perbedaan hasil pengukuran I-HDI dengan HDI. Kondisi merosotnya

posisi pada hasil pengukuran I-HDI tersebut juga terjadi di kota Tegal

dari peringkat 8 di HDI menjadi peringkat 30 di I-HDI, kota Pekalongan

dari peringkat 11 di HDI menjadi peringkat 32 di I-HDI, dan kota

Magelang dari peringkat 4 di HDI menjadi peringkat 22 di I-HDI.

Kondisi sebaliknya terjadi peningkatan peringkat I-HDI pada

beberapa wilayah antara lain kabupaten Semarang dari peringkat 10 di

HDI menjadi peringkat 3 di I-HDI, kabupaten Banyumas dari peringkat

16 di HDI menjadi peringkat 10 di I-HDI, kabupaten Pati dari peringkat

19 di HDI menjadi peringkat 9 di I-HDI.

116

Selanjutnya terdapat beberapa wilayah yang memiliki kinerja yang

relatif stabil atau sama persis peringkatnya di kedua konsep pengukuran

indeks I-HDI dan HDI yaitu kota Salatiga yang meraih peringkat

pertama, kota Surakarta dan kabupaten Klaten selanjutnya di peringkat

kedua dan ketujuh pada kedua konsep pengukuran pembangunan

manusia tersebut. Dalam artian bahwa kedua kota tersebut memiliki

kinerja yang tinggi di kedua indeks tersebut. Kemudian kabupaten

Banjarnegara dan kabupaten Brebes secara konsisten berada pada

peringkat terendah ketiga dan peringkat terendah kedua dari keseluruhan

35 kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah dalam hasil pengukuran

kedua indeks tersebut. Dalam artian bahwa kedua kota tersebut memiliki

kinerja yang rendah di kedua indeks tersebut.

Menelaah ke wilayah lainnya yang hanya terpaut selisih satu atau

dua di kedua konsep indeks tersebut adalah kabupaten Sukoharjo dalam

indeks HDI peringkat 5 dan dalam indeks I-HDI peringkat 6. Kabupaten

Jepara dalam indeks HDI peringkat 15 dan dalam indeks I-HDI peringkat

14. Kabupaten Purbalingga dalam indeks HDI peringkat 26 dan dalam

indeks I-HDI peringkat 25. Kabupaten Tegal dalam indeks HDI

peringkat 32 dan dalam indeks I-HDI peringkat 31.

Secara umum dapat dilihat bahwa terdapat 19 kabupaten yang

mengalami peningkatan peringkat di I-HDI dibandingkan dengan HDI

yakni semua berada di wilayah kabupaten antara lain Semarang,

Banyumas, Kudus, Pati, Sragen, Kendal, Demak, Jepara, Magelang,

Cilacap, Rembang, Blora, Wonogiri, Kebumen, Purbalingga,

117

Temanggung, Batang, Tegal dan Pemalang. Kemudian pada kondisi

sebaliknya terdapat 9 kabupaten/kota mengalami penurunan peringkat di

I-HDI dibandingkan dengan HDI. Proporsinya berjumlah 4 di kota

Magelang, Tegal, Semarang, dan Pekalongan serta berjumlah 5 untuk

wilayah kabupaten Karanganyar, Boyolali, Pekalongan, Purworejo,

Grobogan, dan Wonosobo. Hal ini menunjukkan bahwa adanya variasi

komposisi dari kedua indeks tersebut memiliki konsep dan indikator

pembeda yang menjadikan indeks hasil pengukuran keduanya banyak

memiliki perbedaan walaupun ada sebagian kecil hasilnya serupa. Di sisi

lain, wilayah yang memiliki kinerja yang tinggi pada HDI belum tentu

memiliki kinerja yang sama pada I-HDI, dan begitu sebaliknya.

Tabel 4.2

Pencapaian HDI

Jumlah

Kota/Kabupaten

Tinggi (HDI > 80) 0

Menengah Atas (66 < HDI < 80) 24

Menengah Bawah (50 < HDI < 66) 11

Rendah (HDI < 50) 0 Sumber : Publikasi HDI 2010-2017 oleh BPS

Berdasarkan skala internasional pencapaian HDI dapat

dikategorikan menjadi empat : kategori tinggi (HDI > 80), kategori

menengah atas (66 < HDI < 80), kategori menengah bawah (50 < HDI <

66), dan kategori rendah (HDI < 50). Jika diukur menurut skala

internasional, berdasarkan pada 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah 24

kabupaten/kota masuk dalam kategori menengah atas dan 11

kabupaten/kota masuk dalam kategori menengah bawah. Dimana dapat

118

dikatakan kategori menengah atas mendominasi dalam pencapaian HDI

tersebut.

Tabel 4.3

Pencapaian I-HDI

Jumlah

Kota/Kabupaten

Tinggi (I-HDI > 80) 0

Menengah Atas (66 < I-HDI < 80) 0

Menengah Bawah (50 < I-HDI < 66) 10

Rendah (I-HDI < 50) 25

Sumber : Hasil perhitungan I-HDI

Berdasarkan skala internasional, pencapaian I-HDI juga dapat

dikategorikan menjadi 4 (empat) : kategori tinggi (HDI > 80), kategori

menengah atas (66 < HDI < 80), kategori menengah bawah (50 < HDI <

66), dan kategori rendah (HDI < 50). Jika diukur menurut skala

internasional, berdasarkan pada 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah

terdapat 10 kabupaten/kota masuk dalam kategori menengah bawah dan

25 kabupaten/kota masuk dalam kategori rendah. Dimana dapat

dikatakan kategori rendah mendominasi dalam pencapaian I-HDI

tersebut, dan sangat memprihantinkan bahwa pencapaian I-HDI tidak ada

satupun kabupaten/kota yang masuk kedalam kategori menengah atas.

2) Kontribusi Masing-masing Dimensi

Gambar 4.1

119

120

Selanjutnya, melihat kontribusi masing-masing dimensi maqashid

syariah (agama, hidup, akal, keluarga dan harta) terhadap I-HDI menjadi

hal menarik yang perlu dilakukan. Peringkat kabupaten/kota di masing-

masing dimensi berbeda pada hasil pengukuran I-HDI. Gambar 4.1

menampilkan nilai skor dimensi agama dari maqashid syariah.

Kabupaten Banjarnegara, Rembang, Grobogan, Batang dan Wonosobo

secara berurutan menempati peringkat 5 tertinggi dengan nilai indeks 98,

97, 96, 94 dan 94. Dengan demikian, kabupaten Banjarnegara memiliki

keunggulan pembangunan manusia pada aspek agama yang lebih

menonjol dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Dapat dilihat

pada tabel bahwa mayoritas wilayah lainnya memiliki kinerja

pembangunan manusia dari aspek agama relatif baik, yaitu diatas 50 poin

terdapat 24 kabupaten dan 4 kota di provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya

terdapat 2 kota yang memiliki poin rendah yakni kota Surakarta dengan

38 poin dan kondisi yang paling ironis yaitu kota yang sering

mendapatkan penghargaan kota/kabupaten terbaik di provinsi Jawa

Tengah bahkan di tingkat nasional dan internasional hanya meraih 7

poin dari skala 100. Terlepas dari poin rendah yang didapat oleh kota

Semarang, dapat disimpulkan bahwa kabupaten/kota di provinsi Jawa

Tengah secara rata-rata memiliki kinerja pada kategori menengah atas

untuk aspek penguatan agama ini.

121

Gambar 4.2

Nilai indeks dimensi hidup pada maqashid syariah di masing-

masing kabupaten/kota menunjukkan perbedaan yang relative besar.

Nilai indeks tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.2 . Kabupaten

Temanggung muncul sebagai wilayah yang memiliki kinerja

pembangunan manusia pada aspek penguatan hidup yang tertinggi

dibandingkan kabupaten/kota lainnya dengan meraih nilai 77 poin.

Kemudian kota Salatiga sebagai peringkat pertama dalam hasil

pengukuran index I-HDI meraih poin tertinggi kedua dalam kinerja

penguatan hidup ini dengan nilai 74 poin.

Selanjutnya kabupaten Boyolali menyusul dengan nilai 72 poin.

Setidaknya ada 18 kabupaten/kota yang masih berada di kategori

menengah bawah dengan nilai diatas 50 poin. 14 wilayah kabupaten/kota

lainnya cukup memprihatinkan karena menghasilkan nilai dibawah 50

poin dengan posisi terendah adalah kabupaten Brebes dengan capaian

122

nilai hanya 12 poin dari skala 1-100 poin. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah secara rata-rata memiliki

kinerja yang cukup baik pada aspek penguatan hidup.

Gambar 4.3

Dimensi yang ketiga yakni dimensi akal dapat dilihat pada

Gamar 4.3 menunjukkan hasil yang sangat fluktuatif dan beragam. Kota

Salatiga yang meraih peringkat pertama pembangunan manusia dalam

hasil index I-HDI membuktikan kinerjanya dengan meraih nilai 95 poin

pada aspek penguatan akal atau pendidikan. Kota Surakarta, kota

Semarang dan kota Magelang menyusul dengan nilai berturut-turut 89,

85 dan 84 poin. Namun bila dilihat secara keseluruhan hanya ada 11 dari

35 wilayah kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah yang meraih nilai

diatas 50 poin. Sehingga 24 wilayah kabupaten/kota lainnya berada pada

posisi dengan nilai poin yang rendah. Adapun 3 wilayah terendah secara

berturut adalah kabupaten Brebes dengan nilai 10 poin, kabupaten

Banjarnegara dengan nilai 5 poin dan yang terendah kabupaten

123

Wonosobo dengan nilai poin 4. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah secara rata-rata memiliki

kinerja pembangunan pada penguatan akal dan pendidikan manusia yang

masih tergolong rendah.

Gambar 4.4

Pembangunan manusia pada aspek penguatan keluarga di

masing-masing wilayah kabupaten/kota dapat dilihat pada Gambar 4.4

menampilkan nilai skor dimensi keluarga dari maqashid syariah.

Kabupaten Sukoharjo, kabupaten Rembang, kabupaten Kebumen,

kabupaten Banyumas dan kota Semarang secara berurutan menempati

peringkat 5 tertinggi dengan nilai indeks berturut-turut 74, 68, 66, 65

dan 65. Dengan demikian, kabupaten Sukoharjo memiliki keunggulan

pembangunan manusia pada aspek penguatan keluarga yang lebih

menonjol dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Mayoritas

kabupaten/kota memiliki kinerja pembangunan manusia dari aspek

penguatan keluarga relatif baik, yaitu diatas 50 poin terdapat 15

124

kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya terdapat 2

wilayah yang memiliki poin rendah yakni kabupaten Purworejo dengan

nilai 7 poin dan kota Salatiga dengan nilai 15 poin.

Gambar 4.5

Dimensi terakhir dari konsep maqashid syariah yang digunakan

dalam menyusun I-HDI adalah dimensi harta atau kekayaan. Nilai

indeks dimensi harta pada masing-masing kabupaten/kota terlihat pada

Gambar 4.5. Secara umum terlihat bahwa tidak terdapat provinsi yang

dominan di semua indikator dari dimensi harta. Hal ini terlihat pada

nilai poin tertinggi hanya sebesar 55 poin di raih oleh satu wilayah

yakni kota Semarang. 34 wilayah kabupaten/kota lainnya berada pada

kondisi yang memprihatinkan karena berada pada kategori rendah

yakni dibawah nilai 50 poin. Wilayah yang berada di posisi terendah

adalah kabupaten Purworejo, Wonosobo dan Grobogan dengan nilai 18

poin serta kabupaten Temanggung dengan nilai 16 poin. Dari hasil

125

pengukuran tersebut mengindikasikan bahwa pembangunan pada aspek

penguatan harta/kekayaan cenderung rendah di seluruh kabupaten/kota

di provinsi Jawa Tengah, dalam artian bahwa terjadi variasi yang

relatif signifikan antara satu indikator dengan indikator lainnya dalam

dimensi harta ini.

Tabel 4.4

Kontribusi Masing-masing Dimensi

Kabupaten/Kota Dimensi

Agama Hidup Akal Keluarga Harta IHDI

Kabupaten Cilacap 83 39 36 65 32 48

Kabupaten Banyumas 90 44 43 65 31 51

Kabupaten Purbalingga 78 43 24 43 36 42

Kabupaten Banjarnegara 98 48 5 45 22 30

Kabupaten Kebumen 53 38 53 55 33 45

Kabupaten Purworejo 54 59 62 36 18 42

Kabupaten Wonosobo 94 43 4 37 18 26

Kabupaten Magelang 87 60 33 47 29 47

Kabupaten Boyolali 91 72 42 24 26 44

Kabupaten Klaten 69 60 66 51 26 52

Kabupaten Sukoharjo 68 66 73 39 30 52

Kabupaten Wonogiri 58 64 44 37 26 44

Kabupaten Karanganyar 76 68 66 37 24 49

Kabupaten Sragen 91 55 52 45 35 53

Kabupaten Grobogan 96 48 31 58 18 43

Kabupaten Blora 92 50 33 66 36 51

Kabupaten Rembang 96 52 36 36 35 47

Kabupaten Pati 85 42 33 74 41 51

Kabupaten Kudus 72 61 46 47 43 53

Kabupaten Jepara 73 61 33 56 31 48

Kabupaten Demak 83 50 42 55 27 48

126

Kabupaten Semarang 80 69 49 39 39 53

Kabupaten Temanggung 85 77 20 61 16 42

Kabupaten Kendal 83 50 39 54 33 49

Kabupaten Batang 94 49 13 37 37 38

Kabupaten Pekalongan 81 45 15 44 40 40

Kabupaten Pemalang 76 25 14 61 47 38

Kabupaten Tegal 76 20 27 52 33 37

Kabupaten Brebes 77 12 10 68 33 29

Kota Magelang 50 58 84 15 36 42

Kota Surakarta 38 66 89 45 42 53

Kota Salatiga 65 74 95 31 34 55

Kota Semarang 7 62 85 56 55 41

Kota Pekalongan 65 52 35 7 32 30

Kota Tegal 64 34 47 17 42 37

Tabel 4.4 menyajikan nilai dari masing-masing dimensi dari I-

HDI untuk untuk masing-masing kabupaten/kota di provinsi Jawa

Tengah. Dimensi-dimensi tersebut adalah agama, hidup, akal, keluarga

dan harta. Secara umum terlihat bahwa terdapat disparitas kualitas

pembangunan manusia di masing-masing dimensinya pada setiap

wilayah kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah. Kota Salatiga yang

menempati peringkat pertama di indeks HDI ternyata dapat

membuktikan kinerja pembangunan yang sama di dalam indeks I-HDI

menempati peringkat pertama juga. Namun hal yang perlu digaris

bawahi yaitu capaian nilai dari masing-masing indeks tersebut berbeda,

dalam HDI masuk dalam kategori menengah atas sedangkan dalam I-

127

HDI masuk kategori menengah bawah. Dapat kita lihat pada tabel

bahwa kota Salatiga memiliki kinerja tertinggi pada dimensi akal

sedangkan kinerja paling rendah adalah pada dimensi harta. Kondisi

berbeda terjadi pada kota Semarang yang meraih peringkat ke 3 dalam

HDI namun hanya meraih peringkat ke 24 dalam I-HDI. Sebenarnya

kota Semarang memiliki kinerja yang tinggi pada dimensi akal namun

memiliki kinerja yang sangat rendah pada dimensi agama yang

selanjutnya berdampak pada nilai rata-rata indeks yang turun secara

signifikan dalam indeks I-HDI. Kabupaten Banjarnegara, Grobogan,

Rembang, Batang dan Wonosobo disisi lain secara berturut-turut

menempati peringkat 33, 29, 18, 30 dan 35 dalam I-HDI (Islamic

Human Development Index) dan begitupula peringkat yang tidak jauh

berbeda pada HDI (Human Development Index) secara berturut-turut

menempati peringkat menempati peringkat 33, 19, 21, 31 dan 30

memiliki peringkat yang rendah dan nilai poin yang rendah pada 4

dimensi yaitu dimensi hidup, akal, keluarga dan harta. Namun yang

sangat menarik kelima wilayah tersebut berhasil menempati 5 posisi

tertinggi pada dimensi agama dengan capaian nilai menakjubkan yaitu

secara berturut-turut 98, 96, 96, 94 dan 94 poin.

Kabupaten Banjarnegara, Grobogan, Rembang, Batang dan

Wonosobo disisi lain secara berturut-turut menempati peringkat 33, 29,

18, 30 dan 35 dalam I-HDI (Islamic Human Development Index) dan

begitupula peringkat yang tidak jauh berbeda pada HDI (Human

128

Development Index) secara berturut-turut menempati peringkat

menempati peringkat 33, 19, 21, 31 dan 30 memiliki peringkat yang

rendah dan nilai poin yang rendah pada 4 dimensi yaitu dimensi hidup,

akal, keluarga dan harta. Namun yang sangat menarik kelima wilayah

tersebut berhasil menempati 5 posisi tertinggi pada dimensi agama

dengan capaian nilai menakjubkan yaitu secara berturut-turut 98, 96,

96, 94 dan 94 poin.

Kemudian kita lihat masing-masing dimensi yang menjadi

komposisi dari pembentukan I-HDI, pertama pada dimensi agama nilai

tertinggi yakni 98 poin diraih oleh kabupaten Banjarnegara sedangkan

untuk nilai terendah dan cukup ironis didapatkan oleh kota Semarang

dengan nilai 7 poin. Kedua, pada dimensi hidup nilai tertinggi yakni 77

poin diraih oleh kabupaten Temanggung sedangkan untuk nilai terendah

didapatkan oleh kabupaten Brebes dengan nilai 12 poin. Ketiga, pada

dimensi akal nilai tertinggi yakni 96 poin diraih oleh kota Salatiga

sedangkan untuk nilai terendah didapatkan oleh kabupaten Wonosobo

dengan nilai 5 poin. Keempat, pada dimensi keluarga nilai tertinggi

yakni 75 poin diraih oleh kabupaten Banyumas sedangkan untuk nilai

terendah didapatkan oleh kota Pekalongan dengan nilai 31 poin.

Terakhir, pada dimensi harta nilai tertinggi yakni poin 55 diraih oleh

kota Semarang sedangkan untuk nilai terendah didapatkan oleh

kabupaten Temanggung dengan nilai 16 poin.

129

Kota Salatiga dapat menempati posisi tertinggi pada I-HDI

(Islamic Human Development Index) di provinsi Jawa Tengah

dikarenakan kinerja yang baik pada dimensi agama (65 poin), hidup (74

poin) dan akal (95 poin), namun relatif rendah pada dimensi keluarga

(36 poin) dan harta (34 poin). Hal ini menyiratkan bahwa meskipun

memiliki pada indeks I-HDI tidak berarti menjadi tertinggi pada semua

dimensinya. Masing-masing kabupaten/kota memiliki kekuatan kinerja

yang menonjol di satu dimensi tetapi lemah di dimensi yang lain.

Tabel 4.5

Correlations

AGAMA HIDUP AKAL KELUARGA HARTA IHDI HDI

AGAMA Pearson

Correlation 1 -.188 -.690**

-.103 -.442**

-.195 -

.640**

Sig. (2-

tailed)

.279 .000 .557 .008 .262 .000

N 35 35 35 35 35 35 35

HIDUP Pearson

Correlation -.188 1 .547**

-.381* -.206 .579

** .624

**

Sig. (2-

tailed) .279

.001 .024 .235 .000 .000

N 35 35 35 35 35 35 35

AKAL Pearson

Correlation -.690**

.547**

1 -.187 .234 .711**

.915**

Sig. (2-

tailed) .000 .001

.283 .176 .000 .000

N 35 35 35 35 35 35 35

KELUARGA Pearson

Correlation -.103 -.381* -.187 1 .216 -.052 -.228

Sig. (2-

tailed) .557 .024 .283

.212 .765 .187

N 35 35 35 35 35 35 35

130

Correlations

AGAMA HIDUP AKAL KELUARGA HARTA IHDI HDI

AGAMA Pearson

Correlation 1 -.188 -.690**

-.103 -.442**

-.195 -

.640**

Sig. (2-

tailed)

.279 .000 .557 .008 .262 .000

N 35 35 35 35 35 35 35

HIDUP Pearson

Correlation -.188 1 .547**

-.381* -.206 .579

** .624

**

Sig. (2-

tailed) .279

.001 .024 .235 .000 .000

N 35 35 35 35 35 35 35

AKAL Pearson

Correlation -.690**

.547**

1 -.187 .234 .711**

.915**

HARTA Pearson

Correlation -.442**

-.206 .234 .216 1 .231 .288

Sig. (2-

tailed) .008 .235 .176 .212

.182 .094

N 35 35 35 35 35 35 35

IHDI Pearson

Correlation -.195 .579**

.711**

-.052 .231 1 .642**

Sig. (2-

tailed) .262 .000 .000 .765 .182

.000

N 35 35 35 35 35 35 35

HDI Pearson

Correlation -.640**

.624**

.915**

-.228 .288 .642**

1

Sig. (2-

tailed) .000 .000 .000 .187 .094 .000

N 35 35 35 35 35 35 35

**Correlation is significant at the 0.01 level (2- tailed)

**Correlation is significant at the 0.01 level (2- tailed)

131

Selanjutnya, uji korelasi dilakukan untuk melihat hubungan antar

variabel-variabel tersebut. Tabel 4.5 memperlihatkan bahwa nilai koefisien

korelasi antara dimensi hidup dengan I-HDI (r) adalah 0,579 positif

dengan nilai sig. 0,000 < 0,005. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat

hubungan signifikan positif antara dimensi hidup dengan I-HDI.

Kemudian dapat lihat pula bahwa nilai koefisien korelasi antara dimensi

akal dengan I-HDI (r) adalah 0,711 positif dengan nilai sig. 0,000 < 0,005.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan positif antara

dimensi akal dengan I-HDI. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa

dimensi hidup dan dimensi akal berkontribusi signifikan pada

pembangunan manusia di provinsi Jawa Tengah. Semakin bagus kualitas

hidup dan akal (pendidikan) maka semakin tinggi tingkat kualitas

pembangunan manusia. Sebaliknya dimensi agama, keluarga dan harta

tidak menunjukkan korelasi atau hubungan yang signifikan dengan I-HDI.

Hasil menarik selanjutnya adalah bahwa terdapat korelasi positif

signifikan HDI dengan I-HDI dengan koefisien korelasi 0,642 dan nilai

sig. 0,000. Hal ini terjadi karena indikator dan konsep perhitungan yang

digunakan relative sama. Hal ini juga menunjukkan bahwa konsep I-HDI

(Islamic Human Development Index) dapat digunakan sebagai alternative

dari HDI (Human Development Index), sehingga dapat dikatakan bahwa

hasil indeks I-HDI bisa menjadi alat prediksi pada tingkat HDI.

Gambar 4.6 memperkuat pola hubungan antara I-HDI dan HDI.

Gambar tersebut memperlihatkan hubungan linier positif antara I-HDI dan

132

HDI. Dengan demikian, semakin tinggi HDI maka semakin tinggi pula

nilai I-HDI. Artinya pengukuran konsep I-HDI bisa menjadi alternatif

dalam pengukuran pembangunan manusia berdasarkan konsep yang lebih

islami.

Gambar 4.6

B. Diskusi Temuan

1) Kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah yang menempati urutan 5

(lima) teratas dari hasil pengukuran I-HDI (Islamic Human Development

Index) dengan peringkat pertama adalah kota Salatiga, kemudian disusul

berurutan oleh kota Surakarta, kabupaten Semarang, kabupaten

Sukoharjo dan kabupaten Klaten. Kemudian pada pengukuran HDI yang

datanya adalah hasil pengukuran BPS menunjukan hal yang cukup

menarik, kota Salatiga dan kota Surakarta menjadi wilayah dengan

indeks HDI tertinggi yang secara otomatis menjadi peringkat pertama

133

dan kedua dimana hal ini sama dengan peringkat pertama dan kedua

pada hasil pengukuran I-HDI yang telah dilakukan oleh peneliti. Hal ini

menunjukkan bahwa kota Salatiga dan kota Surakarta bersama-sama

secara konsisten telah membuktikan bahwa indikator-indikator dalam 5

(lima) dimensi pembentuk I-HDI yang didalamnya mencakup indikator

HDI yang bersifat materiil (Material Welfare) berada pada kondisi

paling baik dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di provinsi

Jawa Tengah.

2) Di sisi lain pada kota Semarang, peringkat kota ini pada index I-HDI

bertolak belakang dengan index HDI. Pada hasil pengukuran I-HDI kota

Semarang hanya meraih peringkat 24 sedangkan pada hasil pengukuran

HDI kota Semarang meraih peringkat yang cukup tinggi yaitu peringkat

ke 3. Hal ini menunjukkan bahwa nilai indikator-indikator keislaman

yang bersifat non materiil (Non Material Welfare) yang ada dalam 5

(lima) dimensi maqashid syariah sebagai dasar pengukuran I-HDI

berpengaruh terhadap perbedaan hasil pengukuran I-HDI dengan HDI.

Kondisi merosotnya posisi pada hasil pengukuran I-HDI tersebut juga

terjadi di kota Tegal dari peringkat 8 di HDI menjadi peringkat 23 di I-

HDI, kota Pekalongan dari peringkat 11 di HDI menjadi peringkat 27 di

I-HDI, dan kota Magelang dari peringkat 4 di HDI menjadi peringkat 11

di I-HDI.

3) Terdapat beberapa wilayah yang memiliki kinerja yang relatif stabil atau

sama persis peringkatnya di kedua konsep pengukuran indeks I-HDI dan

134

HDI yaitu kota Salatiga yang meraih peringkat pertama dan kota

Surakarta selanjutnya di peringkat kedua pada kedua konsep pengukuran

pembangunan manusia tersebut. Dalam artian bahwa kedua kota tersebut

memiliki kinerja yang tinggi di kedua indeks tersebut. Kemudian

kabupaten Banjarnegara dan kabupaten Brebes secara konsisten berada

pada peringkat terendah ketiga dan peringkat terendah kedua dari

keseluruhan 35 kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah dalam hasil

pengukuran kedua indeks tersebut. Dalam artian bahwa kedua kota

tersebut memiliki kinerja yang rendah di kedua indeks tersebut.

4) Wilayah lainnya yang hanya terpaut selisih satu atau dua di kedua

konsep indeks tersebut adalah kabupaten Sukoharjo dalam indeks HDI

peringkat 5 dan dalam indeks I-HDI peringkat 4. Kabupaten Klaten

dalam indeks HDI peringkat 7 dan dalam indeks I-HDI peringkat 5.

Kabupaten Karanganyar dalam indeks HDI peringkat 6 dan dalam

indeks I-HDI peringkat 7. Kabupaten Kudus dalam indeks HDI

peringkat 9 dan dalam indeks I-HDI peringkat 8. Kabupaten Jepara

dalam indeks HDI peringkat 15 dan dalam indeks I-HDI peringkat 14.

Kabupaten Temanggung dalam indeks HDI peringkat 27 dan dalam

indeks I-HDI peringkat 25. Kabupaten Karanganyar dalam indeks HDI

peringkat 24 dan dalam indeks I-HDI peringkat 26. Kabupaten Batang

dalam indeks HDI peringkat 31 dan dalam indeks I-HDI peringkat 30.

Kabupaten Tegal dalam indeks HDI peringkat 32 dan dalam indeks I-

HDI peringkat 31.

135

5) Secara umum dapat dilihat bahwa terdapat 21 kabupaten yang

mengalami peningkatan peringkat di I-HDI dibandingkan dengan HDI

yakni di semua berada di wilayah kabupaten antara lain Semarang,

Sukoharjo, Klaten, Banyumas, Kudus, Pati, Sragen, Kendal, Demak,

Jepara, Magelang, Cilacap, Rembang, Blora, Wonogiri, Kebumen,

Purbalingga, Temanggung, Batang, Tegal dan Pemalang. Kemudian

pada kondisi sebaliknya terdapat 10 kabupaten/kota mengalami

penurunan peringkat di I-HDI dibandingkan dengan HDI. Proporsinya

berjumlah 4 di kota Magelang, Tegal, Semarang, dan Pekalongan serta

berjumlah 6 untuk wilayah kabupaten Karanganyar, Boyolali,

Pekalongan, Purworejo, Grobogan, dan Wonosobo. Hal ini menunjukkan

bahwa adanya variasi komposisi dari kedua indeks tersebut memiliki

konsep dan indikator pembeda yang menjadikan indeks hasil pengukuran

keduanya banyak memiliki perbedaan walaupun ada sebagian kecil

hasilnya serupa. Di sisi lain, wilayah yang memiliki kinerja yang tinggi

pada HDI belum tentu memiliki kinerja yang sama pada I-HDI, dan

begitu sebaliknya.

6) Berdasarkan skala internasional, pencapaian I-HDI juga dapat

dikategorikan menjadi 4 (empat) : kategori tinggi (HDI > 80), kategori

menengah atas (66 < HDI < 80), kategori menengah bawah (50 < HDI <

66), dan kategori rendah (HDI < 50). Jika diukur menurut skala

internasional, berdasarkan pada 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah

kabupaten/kota masuk dalam kategori menengah bawah dan 26

136

kabupaten/kota masuk dalam kategori rendah. Dimana dapat dikatakan

kategori rendah mendominasi dalam pencapaian I-HDI tersebut, dan

sangat memprihantinkan bahwa pencapaian I-HDI tidak ada satupun

kabupaten/kota yang masuk kedalam kategori menengah atas.

7) Selanjutnya, melihat kontribusi masing-masing dimensi maqashid

syariah (agama, hidup, akal, keluarga dan harta) terhadap I-HDI.

Peringkat kabupaten/kota di masing-masing dimensi berbeda pada hasil

pengukuran I-HDI. Nilai skor dimensi agama dari maqashid syariah.

Kabupaten Banjarnegara, Rembang, Grobogan, Batang dan Wonosobo

secara berurutan menempati peringkat 5 tertinggi dengan nilai indeks 98,

97, 96, 94 dan 94. Dengan demikian, kabupaten Banjarnegara memiliki

keunggulan pembangunan manusia pada aspek agama yang lebih

menonjol dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Kemudian

mayoritas wilayah lainnya memiliki kinerja pembangunan manusia dari

aspek agama relatif baik, yaitu diatas 50 poin terdapat 24 kabupaten dan

4 kota di provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya terdapat 2 kota yang

memiliki poin rendah yakni kota Surakarta dengan 38 poin dan kondisi

yang paling ironis yaitu kota yang sering mendapatkan penghargaan

kota/kabupaten terbaik di provinsi Jawa Tengah bahkan di tingkat

nasional dan internasional hanya meraih 7 poin dari skala 100. Terlepas

dari poin rendah yang didapat oleh kota Semarang, dapat disimpulkan

bahwa kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah secara rata-rata memiliki

kinerja pada kategori menengah atas untuk aspek penguatan agama ini.

137

8) Nilai indeks dimensi hidup pada maqashid syariah di masing-masing

kabupaten/kota menunjukkan perbedaan yang relative besar. Kabupaten

Temanggung muncul sebagai wilayah yang memiliki kinerja

pembangunan manusia pada aspek penguatan hidup yang tertinggi

dibandingkan kabupaten/kota lainnya dengan meraih nilai 77 poin.

Kemudian kota Salatiga sebagai peringkat pertama dalam hasil

pengukuran index I-HDI meraih poin tertinggi kedua dalam kinerja

penguatan hidup ini dengan nilai 74 poin. Selanjutnya kabupaten

Boyolali menyusul dengan nilai 72 poin. Setidaknya ada 18

kabupaten/kota yang masih berada di kategori menengah bawah dengan

nilai diatas 50 poin. 14 wilayah kabupaten/kota lainnya cukup

memprihatinkan karena menghasilkan nilai dibawah 50 poin dengan

posisi terendah adalah kabupaten Brebes dengan capaian nilai hanya 12

poin dari skala 1-100 poin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah secara rata-rata memiliki

kinerja yang cukup baik pada aspek penguatan hidup.

9) Dimensi yang ketiga yakni dimensi akal menunjukkan hasil yang sangat

fluktuatif dan beragam. Kota Salatiga yang meraih peringkat pertama

pembangunan manusia dalam hasil index I-HDI membuktikan

kinerjanya dengan meraih nilai 95 poin pada aspek penguatan akal atau

pendidikan. Kota Surakarta, kota Semarang dan kota Magelang

menyusul dengan nilai berturut-turut 89, 85 dan 84 poin. Namun bila

dilihat secara keseluruhan hanya ada 11 dari 35 wilayah kabupaten/kota

138

di provinsi Jawa Tengah yang meraih nilai diatas 50 poin. Sehingga 24

wilayah kabupaten/kota lainnya berada pada posisi dengan nilai poin

yang rendah. Adapun 3 wilayah terendah secara berturut adalah

kabupaten Brebes dengan nilai 10 poin, kabupaten Banjarnegara dengan

nilai 5 poin dan yang terendah kabupaten Wonosobo dengan nilai poin 4.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kabupaten/kota di provinsi

Jawa Tengah secara rata-rata memiliki kinerja pembangunan pada

penguatan akal dan pendidikan manusia yang masih tergolong rendah.

10) Pembangunan manusia pada aspek penguatan keluarga, hasil yang

didapatkan adalah Kabupaten Sukoharjo, kabupaten Rembang,

kabupaten Kebumen, kabupaten Banyumas dan kota Semarang secara

berurutan menempati peringkat 5 tertinggi dengan nilai indeks berturut-

turut 74, 68, 66, 65 dan 65. Dengan demikian, kabupaten Sukoharjo

memiliki keunggulan pembangunan manusia pada aspek penguatan

keluarga yang lebih menonjol dibandingkan dengan kabupaten/kota

lainnya. Mayoritas kabupaten/kota memiliki kinerja pembangunan

manusia dari aspek penguatan keluarga relatif baik, yaitu diatas 50 poin

terdapat 15 kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya

terdapat 2 wilayah yang memiliki poin rendah yakni kabupaten

Purworejo dengan nilai 7 poin dan kota Salatiga dengan nilai 15 poin.

11) Pembangunan manusia pada aspek penguatan keluarga di masing-

masing wilayah kabupaten/kota menampilkan nilai skor dimensi

keluarga dari maqashid syariah. Kabupaten Banyumas, kota Semarang,

139

kabupaten Brebes, kabupaten Pemalang dan kabupaten Tegal secara

berurutan menempati peringkat 5 tertinggi dengan nilai indeks berturut-

turut 75, 72, 69, 68 dan 67. Dengan demikian, kabupaten Banyumas

memiliki keunggulan pembangunan manusia pada aspek penguatan

keluarga yang lebih menonjol dibandingkan dengan kabupaten/kota

lainnya. Mayoritas kabupaten/kota memiliki kinerja pembangunan

manusia dari aspek penguatan keluarga relatif baik, yaitu diatas 50 poin

terdapat 19 kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya

terdapat 2 wilayah yang memiliki poin rendah yakni kabupaten

Purworejo dengan nilai 32 poin dan kemudian kondisi yang paling

memprihatinkan yaitu kota Pekalongan dengan nilai 31 poin.

12) Dimensi terakhir dari konsep maqashid syariah yang digunakan dalam

menyusun I-HDI adalah dimensi harta atau kekayaan. Nilai indeks

dimensi harta pada masing-masing kabupaten/kota secara umum terlihat

bahwa tidak terdapat provinsi yang dominan di semua indikator dari

dimensi harta. Hal ini terlihat pada nilai poin tertinggi hanya sebesar 55

poin di raih oleh satu wilayah yakni kota Semarang. 34 wilayah

kabupaten/kota lainnya berada pada kondisi yang memprihatinkan

karena berada pada kategori rendah yakni dibawah nilai 50 poin.

Wilayah yang berada di posisi terendah adalah kabupaten Purworejo,

Wonosobo dan Grobogan dengan nilai 18 poin serta kabupaten

Temanggung dengan nilai 16 poin. Dari hasil pengukuran tersebut

mengindikasikan bahwa pembangunan pada aspek penguatan

140

harta/kekayaan cenderung rendah di seluruh kabupaten/kota di provinsi

Jawa Tengah, dalam artian bahwa terjadi variasi yang relatif signifikan

antara satu indikator dengan indikator lainnya dalam dimensi harta ini.

141

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1) Kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah secara rata-rata memiliki

kinerja pada kategori menengah atas untuk dimensi agama.

Kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah secara rata-rata memiliki

kinerja yang cukup baik pada aspek dimensi hidup. Kemudian dari

mayoritas kabupaten/kota memiliki kinerja pembangunan manusia dari

aspek penguatan keluarga diatas 50 poin terdapat 15 kabupaten/kota di

provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya terdapat wilayah yang memiliki nilai

poin terendah yakni kota Pekalongan dengan nilai 7 poin.

2) Selanjutnya dimensi akal bila dilihat secara keseluruhan hanya ada 10

dari 35 wilayah kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah yang meraih

nilai diatas 50 poin. Sehingga 25 wilayah kabupaten/kota lainnya berada

pada posisi dengan nilai poin yang rendah. Adapun 3 wilayah terendah

secara berturut adalah kabupaten Brebes dengan nilai 10 poin, kabupaten

Banjarnegara dengan nilai 5 poin dan yang terendah kabupaten

Wonosobo dengan nilai poin 4. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah secara rata-rata memiliki

kinerja pembangunan pada penguatan akal dan pendidikan manusia yang

masih tergolong rendah.

142

3) Kemudian pada dimensi harta hasil pengukuran yang didapat

mengindikasikan bahwa pembangunan pada aspek penguatan

harta/kekayaan cenderung rendah di seluruh kabupaten/kota di provinsi

Jawa Tengah, dalam artian bahwa terjadi variasi yang relatif signifikan

antara satu indikator dengan indikator lainnya dalam dimensi harta ini.

4) Kota Salatiga dapat menempati posisi tertinggi pada I-HDI (Islamic

Human Development Index) di provinsi Jawa Tengah dikarenakan kinerja

yang baik pada dimensi agama (65 poin), hidup (74 poin) dan akal (95

poin), namun relatif rendah pada dimensi keluarga (31 poin) dan harta

(34 poin). Hal ini menyiratkan bahwa meskipun memiliki nilai poin

tinggi pada salah satu dimensi pada indeks I-HDI tidak berarti menjadi

tertinggi pada semua dimensinya. Masing-masing kabupaten/kota

memiliki kekuatan kinerja yang menonjol di satu dimensi tetapi lemah di

dimensi yang lain.

5) Kota Salatiga yang menempati peringkat pertama di indeks HDI ternyata

dapat membuktikan kinerja pembangunan yang sama di dalam indeks I-

HDI menempati peringkat pertama juga. Namun hal yang perlu digaris

bawahi yaitu capaian nilai dari masing-masing indeks tersebut berbeda,

dalam HDI masuk dalam kategori menengah atas sedangkan dalam I-

HDI masuk kategori menengah bawah.

6) Secara umum terlihat bahwa terdapat disparitas kualitas pembangunan

manusia di masing-masing dimensinya pada setiap wilayah

kabupaten/kota di provinsi Jawa Tengah.

143

7) Pada uji korelasi menghasilkan korelasi positif signifikan HDI dengan I-

HDI dengan koefisien korelasi 0,642 dan nilai sig. 0,000. Hal ini terjadi

karena indikator dan konsep perhitungan yang digunakan relatif sama.

Hal ini juga menunjukkan bahwa konsep I-HDI (Islamic Human

Development Index) dapat digunakan sebagai alternatif dari HDI

(Human Development Index), sehingga dapat dikatakan bahwa hasil

indeks I-HDI bisa menjadi alat prediksi pada tingkat HDI.

8) Studi ini telah mengeksplorasi sedikit usaha untuk membangun model

khusus untuk mengukur pembangunan manusia dalam perspektif Islam.

Harapannya adalah dengan adanya I-HDI kinerja dan tingkat

pembangunan manusia di wilayah kabupaten/kota atau suatu negara

dapat diukur secara lebih komprehensif dan akurat.

9) Temuan menunjukkan bahwa sebagian besar komposisi peringkat antara

I-HDI dan HDI terdapat sedikit perbedaan. Di satu sisi, sejumlah wilayah

meraih peringkat yang lebih baik di I-HDI dibandingkan dengan HDI. Di

sisi lain, beberapa wilayah mengalami tanda deteriorasi pangkat.

10) Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam pengukuran kinerja

pembangunan manusia berdasarkan konsep maqashid syariah di

kabupaten/kota provinsi Jawa Tengah maka I-HDI (Islamic Human

Development Index) dapat menjadi alternatif dalam mengukur kinerja

pembangunan manusia di suatu wilayah atau suatu negara dalam

perspektif islam. Karena indikator-indikator yang digunakan dalam

pengukuran I-HDI ini adalah indikator yang relevan dan sesuai kriteria 5

144

tujuan konsep maqashid syariah yakni (ad-dien), (an-nafs), (al-„aql),

(An-nasl) dan (al-maal). Sehingga I-HDI dapat menggambarkan serta

mewakilkan secara lebih komprehensif kinerja pembangunan manusia

dalam perspektif islam.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan hasil analisis data dapat diajukan saran sebagai

berikut:

Bagi peneliti selanjutnya :

1) Memperbarui kualitas indikator yang digunakan untuk mengukur I-HDI

(Islamic Human Development Index) untuk tiap dimensi dan sekiranya

mampu merepresentasikan dan menjelaskan makna dari pentingnya

konsep maqashid syariah sebagai pedoman kualitas pembangunan

manusia. Terutama pada indikator-indikator dalam dimensi agama,

contohnya seperti jumlah implementasi zakat sebagai cerminan rukun

iman yang ketiga dan jumlah jemaah haji sebagai cerminan rukun iman

kelima.

2) Karena sudah banyak penelitian sebelumnya dan juga penelitian yang

saat ini dibuat menggunakan metode Geometrik Mean dari UNDP

untuk mengukur I-HDI (Islamic Human Development Index) , maka

perlu bagi peneliti selanjutnya untuk mengukur menggunakan metode

perhitungan yang lebih baik.

Bagi Pemerintah :

145

3) Mengurangi disparitas yang terjadi di provinsi Jawa Tengah dengan

cara mengeksplorasi potensi kabupaten/kota yang wilayahnya

tergolong masih rendah dalam kinerja pembangunannya dengan

memaksimalkan potensi sumber daya alam yang ada dengan

pemenuhan fasilitas teknologi, infrastruktur dan kesempatan kerja yang

memadai serta peningkatan kualitas dan kemudahan akses terhadap

fasilitas pendidikan dan kesehatan.

146

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita. H.R. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah. Graha Ilmu. Jakarta. 2005.

Aedy, Hasan. Teori dan Aplikasi Ekonomi Pembangunan Perspektif Islam:

Sebuah Studi Komparasi. Graha Ilmu. Yogyakarta. 2011.

.Anto, MH. Introducing an Islamic Human Development Index (I-HDI) to

Measure Development in OIC Countries. 2009.

Asmuni. 2003. Konsep Pembangunan Ekonomi Islam. Al-Mawarid Edisi X. 2013

Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah

Beik, Irfan Syauqi. Ekonomi Pembangunan Syariah. Jakarta: Raja Grafindo

Persada. 2016.

Bourgoin, Maria A.S. A proposal for a modified Human Development Index.

2014.

Castrenaningtyas, Mega. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Disparitas

Regional Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Jawa Timur: Studi

kasus Kawasan Gerbangkertosusuila dan Wilayah Tapal Kuda.

Skripsi. Surabaya. 2011.

Chapra, M. Umer. Islam and The Economic Challenge. The Islamic Foundation

and IIIT: United Kingdom. 1992.

Choudury, M.A. Cotributions to Islamic Economic Theory. New York: St.

Martin‟s, Press. 1986.

Hasan, Zubair. Measuring Efficiency of Islamic Banks: Criteria, Methods, and

Social Priorities. Review of Islamic Economics. 2004.

http://www.ptun-semarang.go.id/profil/sekilas-jawa-tengah.html

https://jatengprov.go.id/publik/indeks-pembangunan-manusia-jateng-membaik/

Ibrahim, Patmawati, Siti Arni Basir, and Asmak Ab Rahman. Sustainable

Economic Development: Concept, Principles and Management from

Islamic Perspective. European Journal of Social Sciences. 2011.

Irawan dan M. Suparmoko. Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: BPFE. (2002).

Kovacevic, Milorad. Review of HDI Critiques and Potential Improvements.

Human Development Research Paper 2010/33. 2011.

147

Masita, Maya. Pencapaian Pembangunan Manusia Berdasarkan Islamic Human

Development Index (Maqashid Syariah) Kabupaten/Kota di Jawa

Timur 2010-2014. Skripsi. 2016.

Mohammad, Tahir Sabit Haji. Principles of Sustainable Development in Ibn

Khaldun‟s Economic Thought. Malaysian Journal of Real Estate.

2010.

Mutairi, Hezam Mater. Ethics of Administration and Development in Islam : A

Comparative Perspective. Journal of King Saud University,

Administrative Sciences. 2002.

Qardhawi, Yusuf. Fiqih Maqashid Syariah. Pustaka Al-Kautsar. Jakarta Timur.

Rafsanjani, Haqiqi. Analisis Islamic Human Development Index Di Indonesia.

Tesis, Surabaya: Program Pascasarjana Universitas Airlangga. 2014.

Rama dan Makhlani. Pembangunan Ekonomi dalam Tinjauan Maqashid Syariah.

Refrison, Baswir. Manifesto Ekonomi Kerakyatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2009.

Sadeq, Abulhasan M. Development issues in Islam. Kuala lumpur: IIUM

Research Center. 2006.

Sen, Amartya. A Decade of Human Development. Journal of Human

Development. 2000.

Sen, Amartya. Development as freedom. 1999.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2013.

Sukirno, Sadono. Pengantar Teori Makroekonomi : Edisi Kedua. PT.

RajaGrafindo Persada, Jakarta. 1996.

Tambunan, Tulus T.H. Perekonomian Indonesia : Beberapa Masalah Penting.

Jakarta : Ghalia Indonesia. 2003.

Todaro, Michael dan Stephen C. Smith. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga.

United Nations Development Program (UNDP). 2003.

UNDP. Human Development Report. 1990.

Yusuf B. dan Rama Ali. Jurnal : Konstruksi Index Pembangunan Manusia Islam.

Jakarta. 2018.

148

LAMPIRAN

149

Dimensi

Elemen

Indikator

NO Kabupaten/Kota 2013 2014 2015

1 Kabupaten Cilacap 0.0044 76.6 0.0279 0.0238 0.0245 0.0254 0.97 90

2 Kabupaten Banyumas 0.0050 90.2 0.0273 0.0239 0.0351 0.0288 0.97 90

3 Kabupaten Purbalingga 0.0037 62.4 0.0232 0.0213 0.0215 0.0220 0.98 93

4 Kabupaten Banjarnegara 0.0054 97.1 0.0105 0.0096 0.0133 0.0111 0.99 99

5 Kabupaten Kebumen 0.0013 12.6 0.0252 0.0204 0.0187 0.0215 0.98 94

6 Kabupaten Purworejo 0.0015 16.2 0.0241 0.0230 0.0220 0.0230 0.98 93

7 Kabupaten Wonosobo 0.0051 90.9 0.0134 0.0117 0.0134 0.0128 0.99 98

8 Kabupaten Magelang 0.0046 80.1 0.0199 0.0137 0.0247 0.0194 0.98 95

9 Kabupaten Boyolali 0.0050 89.2 0.0245 0.0247 0.0223 0.0238 0.98 92

10 Kabupaten Klaten 0.0034 56.5 0.0461 0.0438 0.0439 0.0446 0.96 82

11 Kabupaten Sukoharjo 0.0029 45.6 0.0276 0.0272 0.0271 0.0273 0.97 91

12 Kabupaten Wonogiri 0.0016 19.1 0.0125 0.0149 0.0121 0.0132 0.99 98

13 Kabupaten Karanganyar 0.0036 60.0 0.0245 0.0274 0.0223 0.0247 0.98 92

14 Kabupaten Sragen 0.0051 90.4 0.0210 0.0201 0.0291 0.0234 0.98 93

15 Kabupaten Grobogan 0.0052 93.4 0.0098 0.0095 0.0124 0.0106 0.99 99

16 Kabupaten Blora 0.0050 89.0 0.0155 0.0189 0.0183 0.0176 0.98 95

17 Kabupaten Rembang 0.0055 100.0 0.0258 0.0205 0.0212 0.0225 0.98 93

18 Kabupaten Pati 0.0046 81.2 0.0309 0.0351 0.0304 0.0321 0.97 88

19 Kabupaten Kudus 0.0032 52.1 0.0282 0.0256 0.0230 0.0256 0.97 91

20 Kabupaten Jepara 0.0038 63.9 0.0366 0.0468 0.0479 0.0438 0.96 82

21 Kabupaten Demak 0.0044 77.2 0.0342 0.0284 0.0247 0.0291 0.97 90

22 Kabupaten Semarang 0.0043 74.5 0.0352 0.0376 0.0419 0.0382 0.96 85

23 Kabupaten Temanggung 0.0045 78.2 0.0232 0.0252 0.0233 0.0239 0.98 92

24 Kabupaten Kendal 0.0041 71.1 0.0189 0.0183 0.0249 0.0207 0.98 94

25 Kabupaten Batang 0.0051 90.7 0.0107 0.0107 0.0185 0.0133 0.99 98

26 Kabupaten Pekalongan 0.0039 66.9 0.0196 0.0158 0.0145 0.0166 0.98 96

27 Kabupaten Pemalang 0.0035 57.9 0.0145 0.0194 0.0238 0.0192 0.98 95

28 Kabupaten Tegal 0.0034 55.3 0.0137 0.0156 0.0156 0.0150 0.99 97

29 Kabupaten Brebes 0.0034 55.1 0.0096 0.0093 0.0100 0.0096 0.99 99

30 Kota Magelang 0.0007 0.0 0.0086 0.0088 0.0118 0.0097 0.99 99

31 Kota Surakarta 0.0017 20.6 0.0985 0.0925 0.0999 0.0970 0.90 56

32 Kota Salatiga 0.0028 43.9 0.0378 0.0443 0.0312 0.0377 0.96 85

33 Kota Semarang 0.0014 13.3 0.2104 0.2214 0.1938 0.2085 0.79 0

34 Kota Pekalongan 0.0025 37.2 0.0240 0.0228 0.0232 0.0233 0.98 93

35 Kota Tegal 0.0023 32.2 0.0218 0.0156 0.0193 0.0189 0.98 95

MS

Agama

2015

Akhlak

Jml Tindak Pidana kab/Jml Tindak Pidana prov Step 1Step 2

Normalisasi

0.0038

0.0044

0.0050

0.0037

0.0054

0.0013

0.0015

0.0051

0.0046

0.0050

0.0034

0.0029

0.0016

0.0036

0.0051

0.0052

Ibadah

Jml Tempat Ibadah /Jml penduduk

0.0023

0.0017

0.0028

0.0014

0.0025

Step 1 Step 3

0.0039

0.0035

0.0034

0.0034

0.0007

0.0044

0.0043

0.0045

0.0041

0.0051

0.0050

0.0055

0.0046

0.0032

Step 3

150

Kebebasan

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2017

72.45 73 72.65 72.75 72.8 73 73.11 72.8 51.7 10 10.82 7.29 6.68 5.65 8.01 6.3 8 92.2 27.1 0.60 0.60 40.172.67 72.74 72.82 72.89 72.92 73.12 73.23 72.9 53.3 7.37 6.61 5.11 5.45 5.37 6.37 4.62 6 94.2 56.1 0.63 0.63 55.472.56 72.63 72.69 72.76 72.8 72.81 72.86 72.7 51.4 3.82 5.1 5.02 5.63 5.13 4.84 5.33 5 95.0 68.9 0.57 0.57 25.273.09 73.17 73.25 73.34 73.39 73.59 73.69 73.4 57.9 3.1 4.97 3.69 4.16 4.06 5.05 4.72 4 95.8 79.9 0.60 0.60 39.272.24 72.36 72.49 72.61 72.67 72.77 72.87 72.6 49.7 8.02 4.73 3.58 3.52 3.25 4.14 5.58 5 95.3 73.3 0.57 0.57 23.873.45 73.56 73.66 73.77 73.83 74.03 74.14 73.8 62.3 3.4 5.3 3.2 5.15 5.1 4.01 3.64 4 95.7 79.7 0.60 0.60 40.970.37 70.5 70.63 70.76 70.82 71.02 71.16 70.8 30.7 4.04 4.92 5.21 5.82 5.34 4.47 4.18 5 95.1 70.8 0.58 0.58 32.0

73 73.07 73.14 73.21 73.25 73.27 73.33 73.2 56.1 2.97 6.83 4.38 6.13 7.45 5.16 2.44 5 94.9 67.9 0.69 0.69 82.975.41 75.46 75.52 75.58 75.61 75.63 75.67 75.6 80.8 3.9 5.81 4.43 5.44 4.95 2.03 3.67 4 95.7 78.8 0.66 0.66 72.076.37 76.42 76.47 76.52 76.54 76.55 76.59 76.5 90.6 4.5 7.63 3.7 5.34 4.75 2.51 4.35 5 95.3 73.4 0.63 0.63 54.077.37 77.4 77.42 77.44 77.45 77.46 77.46 77.4 100.3 7.4 6.27 6.1 5.98 4.6 4.52 2.27 5 94.7 64.1 0.64 0.64 61.975.58 75.65 75.72 75.8 75.84 75.86 75.88 75.8 82.9 4.7 3.82 3.46 3.61 3.45 3.07 2.38 3 96.5 91.1 0.60 0.60 38.476.61 76.64 76.67 76.7 76.71 77.11 77.11 76.8 93.7 6.62 5.78 5.82 3.84 3.54 3.6 3.17 5 95.4 74.3 0.65 0.65 64.475.05 75.13 75.2 75.27 75.31 75.41 75.43 75.3 77.7 4.09 8.43 5.88 5.63 6.04 4.51 4.55 6 94.4 59.9 0.61 0.61 43.673.8 73.87 73.95 74.03 74.07 74.27 74.37 74.1 65.1 4.6 5.33 4.2 6.1 4.25 5.22 3.02 5 95.3 73.5 0.58 0.58 29.273.51 73.6 73.7 73.79 73.84 73.85 73.88 73.7 61.9 5.49 6.9 4.75 6.23 4.3 4.68 2.85 5 95.0 68.2 0.58 0.58 30.473.97 74.03 74.09 74.16 74.19 74.22 74.27 74.1 66.0 4.89 7.22 5.75 5.97 5.23 4.51 3.19 5 94.7 64.9 0.58 0.58 31.075.23 75.29 75.34 75.4 75.43 75.63 75.69 75.4 79.5 6.22 11.17 11.98 7.29 6.37 4.43 3.83 7 92.7 33.9 0.57 0.57 22.776.33 76.35 76.37 76.39 76.4 76.41 76.43 76.4 89.4 6.22 8.32 5.89 8.07 5.03 5.04 3.56 6 94.0 53.5 0.62 0.62 50.175.58 75.59 75.61 75.63 75.64 75.65 75.67 75.6 81.5 4.56 5.48 4.29 6.34 5.09 3.12 4.84 5 95.2 71.4 0.68 0.68 79.275.05 75.09 75.12 75.16 75.18 75.21 75.27 75.2 76.6 5.69 5.03 8.4 7.08 5.17 6.02 4.47 6 94.0 54.0 0.60 0.60 40.075.4 75.42 75.45 75.48 75.5 75.52 75.54 75.5 79.9 6.25 6.16 4.87 3.9 4.38 2.57 1.78 4 95.7 79.5 0.66 0.66 67.775.17 75.22 75.26 75.31 75.34 75.35 75.39 75.3 78.0 3.6 3.54 3.39 4.87 3.19 1.5 2.97 3 96.7 94.1 0.72 0.72 98.973.92 73.98 74.05 74.11 74.14 74.15 74.2 74.1 65.4 5.57 6.54 6.31 6.43 6.15 7.07 4.93 6 93.9 51.6 0.58 0.58 29.074.22 74.28 74.33 74.38 74.4 74.42 74.46 74.4 68.3 6.48 6.66 5.88 7.02 7.42 4.56 5.82 6 93.7 49.8 0.58 0.58 28.373.08 73.15 73.23 73.3 73.33 73.35 73.41 73.3 56.9 4.04 6.91 5.08 4.78 6.03 5.1 4.39 5 94.8 65.8 0.54 0.54 11.872.26 72.37 72.48 72.59 72.64 72.77 72.87 72.6 49.7 11.45 7.37 4.85 6.48 7.44 6.53 5.59 7 92.9 37.3 0.53 0.53 6.170.32 70.46 70.59 70.73 70.8 70.9 71.02 70.7 30.1 7.48 10.59 6.12 6.89 8.47 9.52 7.33 8 91.9 23.0 0.52 0.52 -1.567.29 67.46 67.63 67.81 67.9 68.2 68.41 67.8 0.1 8.21 11.08 8.22 9.61 9.53 6.49 8.04 9 91.3 12.8 0.54 0.54 9.576.39 76.44 76.49 76.54 76.57 76.58 76.62 76.5 90.8 13.28 11.51 8.99 6.75 7.38 6.43 6.68 9 91.3 13.2 0.65 0.65 63.376.85 76.89 76.93 76.97 76.99 77 77.03 77.0 95.3 8.73 7.7 6.29 7.22 6.16 4.53 4.47 6 93.6 47.1 0.66 0.66 72.376.48 76.5 76.52 76.53 76.53 76.83 76.87 76.6 91.8 10.22 9.02 6.84 6.21 4.46 6.43 3.96 7 93.3 42.8 0.68 0.68 78.277.17 77.17 77.18 77.18 77.18 77.2 77.21 77.2 97.8 8.98 7.65 6.01 6.02 7.76 5.77 6.61 7 93.0 39.2 0.65 0.65 64.473.91 73.96 74.01 74.06 74.09 74.11 74.15 74.0 65.0 7 8.06 7.67 5.28 5.42 4.1 5.05 6 93.9 52.5 0.57 0.57 26.473.83 73.91 73.98 74.06 74.1 74.12 74 74.0 64.9 14.22 9.77 8.75 9.32 9.2 8.06 8.19 10 90.4 -0.7 0.53 0.53 7.4

Hidup

Step 3Harapan Hidup

Angka Harapan Hidup Step 1 Step 3Akses Pekerjaan

Step 1 Step 3Tingkat Pengangguran Terbuka Step 1Step 2

NormalisasiSuara Sah Pemilu/Jml

pemilih 2014

151

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2010 2011 2012 2013 2014 2015 201618.11 17.15 15.92 15.24 14.21 14.39 14.12 13.94 15.39 84.62 39.0 698 333.33 718 666.67 773 000.00 887 666.67 1 016 666.67 1 195 666.67 1 527 000.00 1 693 689.00 1 063 836.13 36.2 8520.27 8800.85 8969.12 9070.61 9091.04 9351 9677 9068.56 30.620.2 21.11 19.44 18.44 17.45 17.52 17.23 17.05 18.56 81.45 20.2 670 000.00 750 000.00 795 000.00 877 500.00 1 000 000.00 1 100 000.00 1 350 000.00 1 461 400.00 1 000 487.50 14.7 8969.67 9241.18 9446.51 9560.78 9579.95 10104 10554 9636.58 38.4

24.58 23.06 21.19 20.53 19.75 19.7 18.98 18.8 20.82 79.18 6.7 695 000.00 765 000.00 818 500.00 896 500.00 1 023 000.00 1 101 600.00 1 377 500.00 1 522 500.00 1 024 950.00 23.0 7930.41 8228.05 8449.59 8535.28 8538.62 8938 9159 8539.85 23.419.17 20.38 18.87 18.71 17.77 18.37 17.46 17.21 18.49 81.51 20.5 662 000.00 730 000.00 765 000.00 835 000.00 920 000.00 1 112 500.00 1 265 000.00 1 370 000.00 957 437.50 0.0 6930.82 7361.95 7570.15 7654.03 7683.73 7930 8400 7647.24 11.122.7 24.06 22.4 21.32 20.5 20.44 19.86 19.6 21.36 78.64 3.6 700 000.00 727 500.00 770 000.00 835 000.00 975 000.00 1 157 500.00 1 324 600.00 1 433 900.00 990 437.50 11.2 7367.88 7456.91 7638.2 7729.61 7754.85 8008 8276 7747.35 12.5

16.61 17.51 16.32 15.44 14.41 14.27 13.91 13.81 15.29 84.72 39.5 719 000.00 755 000.00 809 000.00 849 000.00 910 000.00 1 165 000.00 1 300 000.00 1 445 000.00 994 000.00 12.4 8619.02 8921.18 9022.49 9155.28 9189.4 9305 9497 9101.34 31.123.15 24.21 22.5 22.08 21.42 21.45 20.53 20.32 21.96 78.04 0.0 715 000.00 775 000.00 825 000.00 880 000.00 990 000.00 1 166 000.00 1 326 000.00 1 457 100.00 1 016 762.50 20.2 9032.28 9274.72 9403.93 9458.32 9491.02 9736 9877 9467.61 36.114.14 15.18 13.97 13.96 12.98 13.07 12.67 12.42 13.55 86.45 49.8 752 000.00 802 500.00 870 000.00 942 000.00 1 152 000.00 1 255 000.00 1 410 000.00 1 570 000.00 1 094 187.50 46.6 7232.95 7457.73 7689.51 7856.02 7877.09 8182 8501 7828.04 13.613.72 14.97 13.88 13.27 12.36 12.45 12.09 11.96 13.09 86.91 52.6 748 000.00 800 500.00 836 000.00 895 000.00 1 116 000.00 1 197 800.00 1 403 500.00 1 519 289.00 1 064 511.13 36.5 10840.22 11147.29 11381.36 11490.12 11503.79 11806 12192 11480.11 63.717.47 17.95 16.71 15.6 14.56 14.89 14.46 14.15 15.72 84.28 36.9 735 000.00 766 022.00 812 000.00 871 500.00 1 026 600.00 1 170 000.00 1 400 000.00 1 528 500.00 1 038 702.75 27.7 10333.17 10592.92 10858.3 10961.9 10965.4 11178 11227 10873.81 55.410.94 11.13 10.15 9.87 9.18 9.26 9.07 8.75 9.79 90.21 72.1 769 500.00 790 500.00 843 000.00 902 000.00 1 150 000.00 1 223 000.00 1 396 000.00 1 513 000.00 1 073 375.00 39.5 9638.95 9922.39 10111.79 10247.4 10264.48 10416 10452 10150.43 45.515.67 15.74 14.67 14.02 13.09 12.98 13.12 12.9 14.02 85.98 47.0 695 000.00 730 000.00 775 000.00 830 000.00 954 000.00 1 101 000.00 1 293 000.00 1 401 000.00 972 375.00 5.1 7556.76 7928.31 8132.52 8234.95 8248.68 8417 8589 8158.17 18.113.98 15.29 14.07 13.58 12.62 12.46 12.49 12.28 13.35 86.65 51.0 761 000.00 801 500.00 846 000.00 896 500.00 1 060 000.00 1 226 000.00 1 420 000.00 1 560 000.00 1 071 375.00 38.8 9712.07 10023.49 10190.83 10285.65 10313.38 10486 10722 10247.63 46.817.49 17.95 16.72 15.93 14.87 14.86 14.38 14.02 15.78 84.22 36.6 724 000.00 760 000.00 810 000.00 864 000.00 960 000.00 1 105 000.00 1 300 000.00 1 422 585.52 993 198.19 12.2 10163.87 10508.88 10698.31 10856.62 10876.04 11434 11688 10889.39 55.617.86 17.38 16.13 14.87 13.86 13.68 13.57 13.27 15.08 84.92 40.8 687 500.00 735 000.00 785 000.00 842 000.00 935 000.00 1 160 000.00 1 305 000.00 1 435 000.00 985 562.50 9.6 8674.42 8960.73 9208.27 9284.18 9303.26 9457 9487 9196.41 32.416.27 16.24 15.1 14.64 13.66 13.52 13.33 13.04 14.48 85.53 44.3 742 000.00 816 200.00 855 500.00 932 000.00 1 009 000.00 1 180 000.00 1 328 500.00 1 438 100.00 1 037 662.50 27.3 7965.99 8245.73 8447.93 8539.54 8568.16 8699 8846 8473.19 22.423.4 23.71 21.88 20.97 19.5 19.28 18.54 18.35 20.70 79.30 7.4 702 000.00 757 600.00 816 000.00 896 000.00 985 000.00 1 120 000.00 1 300 000.00 1 408 000.00 998 075.00 13.8 8388.92 8705.49 8881.77 8994.14 9013.01 9122 9453 8936.90 28.8

14.48 14.69 13.61 12.94 12.06 11.95 11.65 11.38 12.85 87.16 54.0 733 000.00 769 550.00 837 500.00 927 600.00 1 013 027.00 1 176 500.00 1 310 000.00 1 420 500.00 1 023 459.63 22.5 8541.02 8828.24 8997.04 9087.98 9106.28 9380 9548 9069.79 30.69.01 9.45 8.63 8.62 7.99 7.73 7.65 7.59 8.33 91.67 80.7 775 000.00 840 000.00 889 000.00 990 000.00 1 150 000.00 1 380 000.00 1 608 200.00 1 740 900.00 1 171 637.50 72.9 9477.07 9747.37 9964.02 10082.38 10102.14 10203 10348 9989.14 43.3

10.18 10.32 9.38 9.23 8.55 8.5 8.35 8.12 9.08 90.92 76.3 702 000.00 758 000.00 800 000.00 875 000.00 1 000 000.00 1 150 000.00 1 350 000.00 1 600 000.00 1 029 375.00 24.5 8550.4 8821.42 8999 9176.98 9194.97 9504 9695 9134.54 31.518.76 18.21 16.73 15.72 14.6 14.44 14.1 13.41 15.75 84.25 36.8 813 400.00 847 987.00 893 000.00 995 000.00 1 280 000.00 1 535 000.00 1 745 000.00 1 900 000.00 1 251 173.38 100.0 8420.51 8727.59 8924.47 8982.63 9003.5 9118 9377 8936.24 28.810.5 10.3 9.4 8.51 8.05 8.15 7.99 7.78 8.84 91.17 77.8 824 000.00 880 000.00 941 600.00 ########## 1 208 200.00 1 419 000.00 1 610 000.00 1 745 000.00 1 209 850.00 85.9 9929.96 10230.66 10458.81 10561.76 10585.86 10778 11102 10521.01 50.6

13.46 13.38 12.32 12.42 11.55 11.76 11.6 11.46 12.24 87.76 57.6 709 500.00 779 000.00 866 000.00 940 000.00 1 050 000.00 1 178 000.00 1 313 000.00 1 431 500.00 1 033 375.00 25.9 7438.1 7751.1 7951.82 8041.58 8062.36 8369 8593 8029.57 16.414.47 14.26 13.17 12.68 11.8 11.62 11.37 11.1 12.56 87.44 55.7 780 000.00 843 750.00 893 000.00 953 100.00 1 206 000.00 1 383 450.00 1 639 600.00 1 774 867.00 1 184 220.88 77.2 9357.73 9701.35 9909.52 10079.54 10125.64 10419 10631 10031.97 43.914.67 13.47 12.4 11.96 11.13 11.27 11.04 10.8 12.09 87.91 58.5 745 000.00 805 000.00 880 000.00 970 000.00 1 146 000.00 1 270 000.00 1 467 500.00 1 603 000.00 1 110 812.50 52.2 7273.52 7609.69 7821.37 7966.91 8011.69 8244 8568 7927.88 15.016.29 15 13.85 13.51 12.57 12.84 12.9 12.61 13.70 86.30 49.0 760 000.00 810 000.00 873 000.00 962 000.00 1 145 000.00 1 271 000.00 1 463 000.00 1 583 697.50 1 108 462.19 51.4 8403.12 8575.66 8751.74 8883.8 8937.57 9208 9300 8865.70 27.819.96 20.68 19.27 19.27 18.44 18.3 17.58 17.37 18.86 81.14 18.4 675 000.00 725 000.00 793 000.00 908 000.00 1 066 000.00 1 193 400.00 1 325 000.00 1 460 000.00 1 018 175.00 20.7 6258.62 6487.66 6725.09 6863.49 6910.76 7177 7447 6838.52 0.013.11 11.54 10.75 10.58 9.87 10.09 10.1 9.9 10.74 89.26 66.5 687 000.00 725 000.00 795 000.00 850 000.00 1 000 000.00 1 155 000.00 1 373 000.00 1 487 000.00 1 009 000.00 17.6 7429.03 7713.16 7894.25 8001.08 8049.7 8367 8709 8023.32 16.323.01 22.72 21.12 20.82 20 19.79 19.47 19.14 20.76 79.24 7.1 681 000.00 717 000.00 775 000.00 859 000.00 1 000 000.00 1 166 550.00 1 310 000.00 1 418 100.00 990 831.25 11.4 8392.58 8491.61 8591.81 8730.59 8783.61 8898 9148 8719.46 25.810.51 11.06 10.31 9.8 9.14 9.05 8.79 8.75 9.68 90.32 72.8 745 000.00 795 000.00 837 000.00 915 900.00 1 145 000.00 1 211 000.00 1 341 000.00 1 453 000.00 1 055 362.50 33.3 9680.96 9921.71 10169.04 10257.8 10344.34 10793 11090 10322.41 47.813.96 12.9 12 11.74 10.95 10.89 10.88 10.65 11.75 88.25 60.5 785 000.00 826 252.00 864 450.00 974 000.00 1 170 000.00 1 222 400.00 1 418 000.00 1 534 985.00 1 099 385.88 48.3 12123.32 12464.26 12680.17 12819.73 12907.29 13604 13900 12928.40 83.68.28 7.8 7.11 6.4 5.93 5.8 5.24 5.07 6.45 93.55 91.9 803 185.00 843 469.00 901 396.00 ########## 1 423 500.00 1 287 000.00 1 450 953.00 1 596 844.87 1 189 430.98 79.0 13410.68 13727.32 13966.44 14124.89 14204.82 14600 14811 14120.74 100.05.12 5.68 5.13 5.25 5.04 4.97 4.85 4.62 5.08 94.92 100.0 939 756.00 961 323.00 991 500.00 980 000.00 1 165 000.00 1 685 000.00 1 909 000.00 2 125 000.00 1 344 572.38 131.8 11986.75 12271.29 12488.37 12713.53 12802.48 13589 13909 12822.92 82.29.36 10.04 9.47 8.26 8.02 8.09 7.92 7.47 8.58 91.42 79.3 760 000.00 810 000.00 895 500.00 860 000.00 1 044 000.00 1 291 000.00 1 500 000.00 1 623 750.00 1 098 031.25 47.9 10223.67 10559.72 10755.91 10922.29 11006.44 11253 11721 10920.29 56.1

10.62 10.81 10.04 8.84 8.54 8.26 8.2 8.11 9.18 90.82 75.7 700 000.00 735 000.00 795 000.00 914 275.68 1 066 603.43 1 206 000.00 1 385 000.00 1 499 500.00 1 037 672.39 27.3 10644.42 10965.49 11250.69 11415.77 11519.21 11748 11849 11341.80 61.8

Hidup

Step 1Step 2

NormalisasiStep 3

Tingkat Kemiskinan

Kebutuhan Dasar

Pengeluaran Perkapita Step1 Step 3UMKStep 1 Step 3

152

2015 2016 2013 2014 2015

0.001472214 0.001463552 0.0015 31.10 0.020176 0.039047 0.037147 0.0321 0.968 48.90

0.001822228 0.001410981 0.0016 37.92 0.036296 0.044383 0.049616 0.0434 0.957 27.28

0.001597327 0.001591172 0.0016 36.89 0.019712 0.025100 0.030002 0.0249 0.975 62.64

0.002029216 0.002024443 0.0020 56.74 0.026618 0.032334 0.035509 0.0315 0.969 50.12

0.002077 0.00209069 0.0021 59.35 0.029159 0.041119 0.094588 0.0550 0.945 5.25

0.002691494 0.002684212 0.0027 87.06 0.011463 0.014653 0.022646 0.0163 0.984 79.25

0.001935346 0.001941616 0.0019 52.68 0.025728 0.010622 0.016549 0.0176 0.982 76.61

0.002146133 0.002123102 0.0021 61.68 0.053895 0.029778 0.013903 0.0325 0.967 48.140.00215422 0.002146855 0.0022 62.41 0.009278 0.013841 0.008107 0.0104 0.990 90.42

0.002226451 0.002192194 0.0022 65.11 0.053032 0.043381 0.052317 0.0496 0.950 15.53

0.001631554 0.001624977 0.0016 38.45 0.032322 0.021299 0.019110 0.0242 0.976 63.97

0.002598478 0.002590404 0.0026 82.77 0.013157 0.016672 0.008112 0.0126 0.987 86.14

0.001899093 0.001924722 0.0019 51.46 0.021521 0.024998 0.015681 0.0207 0.979 70.68

0.002159206 0.002157376 0.0022 62.77 0.033010 0.029229 0.024123 0.0288 0.971 55.28

0.001419238 0.001392811 0.0014 28.26 0.029206 0.022996 0.021526 0.0246 0.975 63.33

0.001840142 0.001589578 0.0017 42.42 0.016593 0.024817 0.013221 0.0182 0.982 75.51

0.002275616 0.002312144 0.0023 68.99 0.010510 0.010464 0.011310 0.0108 0.989 89.75

0.001538662 0.001546788 0.0015 34.53 0.037777 0.037910 0.039093 0.0383 0.962 37.17

0.001166843 0.001165777 0.0012 17.26 0.022009 0.024941 0.012359 0.0198 0.980 72.52

0.001134404 0.001113783 0.0011 15.33 0.042391 0.040946 0.017676 0.0337 0.966 45.94

0.001331956 0.001273357 0.0013 23.52 0.031472 0.047320 0.062087 0.0470 0.953 20.54

0.001772428 0.001886219 0.0018 47.68 0.030915 0.039733 0.031182 0.0339 0.966 45.42

0.002351758 0.003598738 0.0030 100.24 0.027080 0.033308 0.016827 0.0257 0.974 61.11

0.001695881 0.001736371 0.0017 42.48 0.033882 0.022600 0.046686 0.0344 0.966 44.57

0.001927088 0.00191138 0.0019 51.80 0.018840 0.023942 0.028878 0.0239 0.976 64.65

0.001831837 0.001847534 0.0018 48.15 0.036734 0.034393 0.026482 0.0325 0.967 48.11

0.001029042 0.001030474 0.0010 11.00 0.034289 0.041503 0.047547 0.0411 0.959 31.71

0.001250622 0.001246689 0.0012 21.04 0.078424 0.024954 0.058377 0.0539 0.946 7.23

0.00108736 0.00115659 0.0011 15.23 0.051516 0.064852 0.013022 0.0431 0.957 27.86

0.001763362 0.001833014 0.0018 46.25 0.005049 0.002329 0.008805 0.0054 0.995 100.01

0.001374393 0.001369194 0.0014 26.69 0.020381 0.017591 0.013634 0.0172 0.983 77.43

0.001686478 0.001679004 0.0017 40.95 0.006477 0.006801 0.011292 0.0082 0.992 94.67

0.001021096 0.001013254 0.0010 10.42 0.052799 0.067816 0.052340 0.0577 0.942 0.09

0.001589047 0.0015039 0.0015 34.70 0.017892 0.013858 0.018102 0.0166 0.983 78.55

0.0007923 0.000788797 0.0008 0.03 0.010398 0.010468 0.022143 0.0143 0.986 82.91

Hidup

Step 1Step 2

NormalisasiStep 3

Kesehatan

Jml FasilKes/Jml Penduduk Jumlah Kasus Penyakit SeriusStep 1 Step 3

153

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

77.77 79.21 79.71 86.64 89.04 86.83 90.69 84.27 50.62 6.26 6.27 6.28 6.43 6.48 6.58 6.9 6.4571 18.40 10.56 10.71 11.34 11.98 12.27 12.28 12.29 11.63286 25.75

79.30 80.54 83.14 83.94 88.96 85.26 89.08 84.32 50.91 6.82 6.94 7.06 7.18 7.31 7.31 7.39 7.1443 33.34 11.69 11.78 11.95 12.11 12.56 12.57 12.58 12.17714 38.71

79.99 75.69 77.67 75.37 82.18 87.15 86.52 80.65 29.72 6.22 6.33 6.44 6.68 6.84 6.85 6.86 6.6029 21.57 10.71 10.84 10.98 11.1 11.51 11.78 11.93 11.26429 16.97

69.58 70.59 71.67 77.45 79.25 86.63 81.35 76.64 6.56 5.84 5.84 5.85 5.86 5.9 6.17 6.26 5.9600 7.58 9.72 9.9 10.22 10.53 10.7 11.39 11.4 10.55143 0.00

84.62 87.14 90.28 87.56 90.68 90.88 92.35 89.07 78.39 6.21 6.29 6.3 6.39 6.75 7.04 7.05 6.5757 20.98 11.04 11.65 11.74 11.83 12.07 12.49 12.61 11.91857 32.55

83.68 87.73 89.25 86.26 92.51 90.12 91.60 88.74 76.45 7.39 7.45 7.51 7.57 7.63 7.65 7.66 7.5514 42.20 12.26 12.69 12.74 12.83 13.03 13.04 13.05 12.80571 53.67

68.36 72.10 76.34 73.45 76.69 79.86 81.76 75.51 -0.01 5.81 5.87 5.9 5.92 6.07 6.11 6.12 5.9714 7.83 9.96 10.09 10.83 11.03 11.34 11.43 11.67 10.90714 8.47

74.52 82.10 81.05 80.91 84.25 85.74 87.02 82.23 38.83 6.46 6.73 6.8 6.88 7.02 7.19 7.4 6.9257 28.59 10.82 10.96 11.08 11.76 12 12.14 12.15 11.55857 23.9885.42 83.81 80.96 85.41 90.41 91.32 84.93 86.04 60.84 6.5 6.53 6.55 6.61 6.69 7.1 7.17 6.7357 24.46 11.11 11.15 11.24 11.33 11.65 12.13 12.14 11.53571 23.44

88.93 86.60 90.99 90.92 93.10 92.46 91.61 90.66 87.58 7.33 7.35 7.43 7.74 7.92 8.16 8.22 7.7357 46.21 11.89 11.97 12.12 12.27 12.74 12.84 12.85 12.38286 43.61

89.43 88.80 86.30 88.98 95.05 94.45 93.46 90.92 89.10 7.66 7.94 8.09 8.25 8.41 8.5 8.58 8.2043 56.40 12.43 12.55 12.61 12.66 12.96 13.42 13.79 12.91714 56.33

82.45 86.58 84.69 84.26 93.58 90.56 90.01 87.45 69.00 5.58 5.66 6.03 6.12 6.23 6.39 6.57 6.0829 10.25 11.15 11.31 11.47 11.77 11.94 12.42 12.43 11.78429 29.35

83.31 88.16 87.99 87.05 91.62 91.69 92.79 88.94 77.66 7.26 7.46 7.8 8.38 8.47 8.48 8.49 8.0486 53.01 12.03 12.11 12.67 12.86 13.26 13.27 13.64 12.83429 54.35

87.05 85.77 87.32 89.75 91.70 90.22 90.75 88.94 77.62 6.24 6.26 6.28 6.69 6.85 6.86 6.87 6.5786 21.04 11.16 11.21 11.68 11.92 12.19 12.21 12.3 11.81000 29.97

76.29 80.20 82.25 81.39 86.60 87.54 84.49 82.68 41.45 6.13 6.18 6.23 6.25 6.32 6.33 6.62 6.2943 14.85 10.44 10.79 11.3 12.06 12.24 12.25 12.26 11.62000 25.44

81.78 78.58 81.94 85.62 90.11 87.86 86.36 84.61 52.59 5.48 5.77 5.83 5.9 6.02 6.04 6.18 5.8886 6.03 10.75 10.79 11.16 11.53 11.75 11.91 11.92 11.40143 20.24

78.61 82.30 81.82 85.34 89.03 87.41 86.99 84.50 51.97 6.15 6.28 6.41 6.7 6.9 6.92 6.93 6.6129 21.78 10.6 10.81 11.02 11.24 11.46 12.02 12.03 11.31143 18.10

81.35 81.70 82.36 80.99 88.34 87.72 87.95 84.35 51.07 6.08 6.11 6.15 6.27 6.35 6.71 6.83 6.3571 16.22 10.63 10.77 10.9 10.93 11.24 11.79 11.92 11.16857 14.69

79.90 81.42 81.54 81.70 85.48 88.00 90.90 84.13 49.85 7.45 7.48 7.6 7.73 7.83 7.84 7.85 7.6829 45.06 11.18 11.47 11.71 12.34 12.58 13.14 13.19 12.23000 39.97

72.46 76.72 81.59 81.95 84.28 87.69 85.05 81.39 34.00 6.52 6.72 6.96 7.09 7.29 7.31 7.32 7.0300 30.86 11.34 11.58 11.82 12.06 12.25 12.27 12.28 11.94286 33.13

80.39 82.53 85.96 84.16 88.40 88.86 84.74 85.00 54.88 6.56 6.75 6.88 7.22 7.44 7.45 7.46 7.1086 32.57 10.98 11.12 11.37 11.62 11.84 12.43 12.44 11.68571 27.01

85.39 82.73 86.29 83.73 86.08 85.50 88.91 85.52 57.86 7.12 7.2 7.24 7.28 7.31 7.33 7.48 7.2800 36.30 11.81 12.11 12.33 12.55 12.81 12.82 12.83 12.46571 45.58

76.84 75.11 76.24 78.71 81.31 82.87 87.07 79.74 24.43 5.99 6.03 6.08 6.13 6.18 6.52 6.55 6.2114 13.05 10.24 10.7 11.05 11.39 11.69 11.89 12.06 11.28857 17.55

79.18 79.06 83.55 86.01 90.02 89.30 87.78 84.99 54.78 6.11 6.24 6.36 6.42 6.53 6.64 6.65 6.4214 17.62 11.17 11.32 11.47 11.6 11.83 12.41 12.68 11.78286 29.32

74.16 74.55 77.45 74.12 81.26 86.45 86.61 79.23 21.50 5.62 5.66 5.7 5.88 6 6.41 6.42 5.9557 7.49 10 10.32 10.43 10.45 10.65 11.09 11.51 10.63571 2.01

69.53 75.96 76.00 77.40 80.74 82.04 81.10 77.54 11.72 5.93 6.04 6.15 6.37 6.53 6.55 6.56 6.3043 15.07 10.5 10.99 11.17 11.55 11.93 12 12.15 11.47000 21.87

75.31 73.35 77.02 79.28 84.11 84.28 81.75 79.30 21.92 4.94 5.19 5.51 5.72 5.87 6.04 6.05 5.6171 0.12 10.25 10.45 10.64 11.05 11.26 11.86 11.87 11.05429 11.97

74.54 79.34 81.04 81.92 86.70 86.84 84.78 82.16 38.47 5.67 5.71 5.78 5.85 5.93 6.3 6.54 5.9686 7.77 10.61 10.9 11.16 11.63 11.99 12 12.01 11.47143 21.91

71.11 74.34 76.38 79.57 83.25 80.41 84.07 78.45 16.98 5.09 5.24 5.38 5.68 5.86 5.88 6.17 5.6143 0.06 9.97 10.48 10.51 10.75 11.03 11.34 11.37 10.77857 5.41

90.17 88.08 87.44 92.38 96.32 90.17 93.89 91.21 90.74 10.08 10.14 10.2 10.22 10.27 10.28 10.29 10.2114 100.06 12.22 12.33 12.49 12.65 12.98 13.1 13.55 12.76000 52.59

90.85 91.02 87.27 88.34 92.68 93.08 94.87 91.16 90.45 9.99 10.05 10.11 10.25 10.33 10.36 10.37 10.2086 100.00 13.17 13.34 13.5 13.64 13.92 14.14 14.5 13.74429 76.02

91.52 90.45 92.77 93.00 95.24 91.57 95.09 92.81 99.98 8.86 8.97 9.09 9.2 9.37 9.81 9.82 9.3029 80.30 14.56 14.59 14.6 14.61 14.95 14.97 14.98 14.75143 100.00

86.52 86.96 87.69 89.88 91.98 92.39 93.52 89.85 82.89 9.61 9.8 9.92 10.06 10.19 10.2 10.49 10.0386 96.30 13.12 13.26 13.37 13.66 13.97 14.33 14.7 13.77286 76.70

78.88 76.02 78.70 79.09 79.74 85.07 87.37 80.70 29.98 7.6 7.72 7.8 7.96 8.12 8.28 8.29 7.9671 51.24 10.96 11.05 11.13 11.56 11.93 12.59 12.77 11.71286 27.65

82.11 80.92 80.54 85.76 88.37 88.84 86.11 84.66 52.92 7.46 7.66 7.85 8.05 8.26 8.27 8.28 7.9757 51.43 11.15 11.24 11.33 11.61 11.96 12.46 12.88 11.80429 29.83

Akal

Step 1 Step3Harapan Lama Sekolah

Kinerja PendidikanStep 1 Step 3

Lembaga Pendidikan

Angka Partisipasi Sekolah Step 1 Step 3 Rata-rata Lama Sekolah

154

Kesuburan

Jml Kelahiran Bayi Jml Kel Pra/ Jml kel

2015 2015

29536 29536 88.09 0.1595149 0.159515 0.8405 84.39 0 0 0.0000 0.00

28810 28810 85.80 0.1660942 0.166094 0.8339 83.13 0.166666667 0.16667 0.8333 43.85

14730 14730 41.40 0.1747750 0.174775 0.8252 81.48 0.163366337 0.16337 0.8366 45.03

15798 15798 44.77 0.1547302 0.154730 0.8453 85.30 0 0 0.0000 0.00

20436 20436 59.40 0.1348341 0.134834 0.8652 89.10 0 0 0.0000 0.00

9289 9289 24.25 0.1924125 0.192412 0.8076 78.11 0 0 0.0000 0.00

13044 13044 36.09 0.1677180 0.167718 0.8323 82.82 0.182539683 0.18254 0.8175 38.16

17956 17956 51.58 0.2745816 0.274582 0.7254 62.43 0.171428571 0.17143 0.8286 42.1414705 14705 41.33 0.2899836 0.289984 0.7100 59.50 0.271929825 0.27193 0.7281 6.12

17002 17002 48.57 0.1427055 0.142705 0.8573 87.60 0.141975309 0.14198 0.8580 52.70

12574 12574 34.61 0.1187040 0.118704 0.8813 92.18 0.168493151 0.16849 0.8315 43.19

11588 11588 31.50 0.1305599 0.130560 0.8694 89.91 0.169934641 0.16993 0.8301 42.68

12975 12975 35.87 0.1045386 0.104539 0.8955 94.88 0.184549356 0.18455 0.8155 37.44

13847 13847 38.62 0.3196388 0.319639 0.6804 53.84 0 0 0.0000 0.00

22089 22089 64.61 0.6017677 0.601768 0.3982 0.01 0.149425287 0.14943 0.8506 50.03

12013 12013 32.84 0.5995220 0.599522 0.4005 0.43 0.01 0.01 0.9900 100.00

9014 9014 23.38 0.3313726 0.331373 0.6686 51.60 0.151785714 0.15179 0.8482 49.18

17909 17909 51.43 0.2882926 0.288293 0.7117 59.82 0.021008403 0.02101 0.9790 96.05

15587 15587 44.11 0.1356429 0.135643 0.8644 88.94 0 0 0.0000 0.00

21116 21116 61.54 0.2588454 0.258845 0.7412 65.44 0.148284314 0.14828 0.8517 50.44

20665 20665 60.12 0.2646244 0.264624 0.7354 64.33 0.15 0.15 0.8500 49.82

14127 14127 39.50 0.2221066 0.222107 0.7779 72.45 0.179487179 0.17949 0.8205 39.25

10959 10959 29.51 0.1949532 0.194953 0.8050 77.63 0.029612271 0.02961 0.9704 92.97

15456 15456 43.69 0.2967805 0.296781 0.7032 58.20 0.11 0.11 0.8900 64.16

12589 12589 34.65 0.2747180 0.274718 0.7253 62.41 0.181034483 0.18103 0.8190 38.70

15596 15596 44.13 0.1640393 0.164039 0.8360 83.53 0.166666667 0.16667 0.8333 43.85

24590 24590 72.50 0.2089176 0.208918 0.7911 74.96 0.148148148 0.14815 0.8519 50.48

27314 27314 81.09 0.1643092 0.164309 0.8357 83.47 0.225165563 0.22517 0.7748 22.88

33312 33312 100.00 0.2095452 0.209545 0.7905 74.84 0 0 0.0000 0.00

1600 1600 0.00 0.0891488 0.089149 0.9109 97.82 0.202702703 0.2027 0.7973 30.93

10324 10324 27.51 0.0777109 0.089149 0.9109 97.82 0.113067655 0.11307 0.8869 63.06

2684 2684 3.42 0.1063370 0.077711 0.9223 100.00 0.187713311 0.18771 0.8123 36.30

27334 27334 81.15 0.0941968 0.106337 0.8937 94.54 0.200441413 0.20044 0.7996 31.74

5921 5921 13.63 0.0779340 0.094197 0.9058 96.85 0.288888889 0.28889 0.7111 0.04

4374 4374 8.75 0.0944389 0.077934 0.9221 99.96 0.21875 0.21875 0.7813 25.18

Keharmonisan

Step 1Step 2

NormalisasiStep 3

Step 1 Step 3 Step 1Step 2

NormalisasiStep 3Jml Perceraian / Jml

Perkawinan 2014

Keluarga

155

2013 2014 2015 2016 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2010 2011 2012 2013 2014 2015

4,028,338 4,122,665 4,344,242 4,540,963 4259052 60.81 4.4149 4.0716 1.9773 1.6567 2.9237 5.9432 5.0627 3.7214 0.00 0.25 0.3 0.32 0.37 0.34 0.34 0.32 0.68 36.36

1,442,524 1,509,964 1,587,541 1,668,613 1552160 11.42 5.7741 6.6110 5.8828 6.9701 5.6652 6.1196 6.0522 6.1536 63.17 0.34 0.35 0.34 0.36 0.32 0.32 0.34 0.66 19.70

1,210,232 1,255,636 1,310,310 1,358,752 1283733 6.52 5.6742 5.6691 5.7888 5.2714 4.8473 5.4345 4.7510 5.3481 42.25 0.24 0.28 0.33 0.32 0.3 0.3 0.30 0.71 59.09

1,034,120 1,081,599 1,133,445 1,187,414 1109145 3.33 4.8871 5.4352 5.2345 5.4397 5.3134 5.4704 5.4101 5.3129 41.34 0.26 0.36 0.33 0.39 0.34 0.34 0.34 0.66 21.21

1,015,147 1,070,029 1,133,415 1,186,072 1101166 3.19 4.1520 6.1533 4.8823 4.5690 5.7890 6.2815 4.9683 5.2565 39.87 0.23 0.34 0.35 0.31 0.28 0.28 0.30 0.70 56.06

1,165,910 1,213,848 1,274,735 1,336,067 1247640 5.86 5.0083 5.6419 4.5857 4.9406 4.4775 5.3691 5.1507 5.0248 33.86 0.29 0.36 0.31 0.34 0.38 0.38 0.34 0.66 15.15

1,119,250 1,166,742 1,217,513 1,275,405 1194727 4.90 4.2911 5.3701 4.7036 4.0042 4.7844 4.8549 5.2498 4.7512 26.75 0.25 0.35 0.38 0.34 0.35 0.35 0.34 0.66 21.21

1,161,028 1,211,550 1,260,432 1,316,223 1237308 5.67 4.5097 6.6824 4.8822 5.9088 5.3789 5.0293 5.4012 5.3989 43.57 0.25 0.32 0.33 0.34 0.34 0.34 0.32 0.68 36.361,424,174 1,491,815 1,570,438 1,643,649 1532519 11.06 3.5978 6.3427 5.3313 5.8330 5.4213 5.9051 5.2738 5.3864 43.25 0.27 0.36 0.38 0.4 0.3 0.3 0.34 0.67 22.73

1,468,044 1,547,083 1,622,301 1,699,161 1584147 12.00 1.7271 6.2892 5.7055 5.9627 5.8449 5.2951 5.1374 5.1374 36.78 0.25 0.32 0.33 0.34 0.36 0.36 0.33 0.67 30.30

1,903,508 1,988,752 2,083,999 2,183,911 2040042 20.32 4.6535 5.8837 5.9043 5.7771 5.3970 5.6877 5.6661 5.5671 47.94 0.3 0.33 0.35 0.34 0.35 0.35 0.34 0.66 21.21

1,353,176 1,419,416 1,490,770 1,563,649 1456753 9.68 5.8722 3.5772 5.9360 4.7805 5.2571 5.3974 5.2155 5.1480 37.05 0.29 0.35 0.32 0.34 0.33 0.33 0.33 0.67 30.30

1,909,916 1,990,434 2,071,784 2,163,219 2033838 20.21 5.4167 4.9487 5.8959 5.6920 5.2238 5.0529 5.3674 5.3711 42.85 0.29 0.37 0.4 0.33 0.36 0.36 0.35 0.65 7.58

1,825,533 1,919,586 2,027,893 2,136,462 1977369 19.18 6.0939 6.5540 6.1165 6.7036 5.5891 6.0538 5.7209 6.1188 62.27 0.28 0.35 0.37 0.35 0.33 0.33 0.34 0.67 22.73

902,651 934,067 984,305 1,022,930 960988 0.63 5.0468 3.1857 5.0812 4.5707 4.0742 5.9621 4.4605 4.6259 23.49 0.28 0.32 0.35 0.34 0.34 0.34 0.33 0.67 28.79

1,156,003 1,201,024 1,259,874 1,549,978 1291720 6.67 5.0421 4.4205 4.8986 5.3580 4.3944 5.3601 23.5267 7.5715 100.00 0.26 0.33 0.38 0.41 0.39 0.39 0.36 0.64 0.00

1,338,602 1,395,655 1,460,317 1,524,606 1429795 9.18 4.4463 5.1920 5.3229 5.4282 5.1481 5.5035 5.2325 5.1819 37.94 0.19 0.27 0.33 0.32 0.33 0.33 0.30 0.71 59.09

1,527,845 1,588,688 1,673,057 1,750,013 1634901 12.93 5.1113 5.9139 5.9266 5.9669 4.6374 5.9367 5.2021 5.5278 46.92 0.24 0.29 0.29 0.3 0.31 0.31 0.29 0.71 63.64

6,160,344 6,352,488 6,519,172 6,596,108 6407028 100.00 4.1716 4.2361 4.1051 4.3588 4.4310 3.8983 2.5329 3.9620 6.25 0.24 0.35 0.34 0.34 0.37 0.37 0.34 0.67 22.73

1,128,895 1,165,508 1,206,242 1,248,351 1187249 4.76 4.5238 4.9224 5.8601 5.3878 4.8066 5.0422 5.0160 5.0799 35.28 0.2 0.32 0.35 0.33 0.31 0.31 0.30 0.70 51.52

1,027,812 1,060,561 1,111,740 1,155,969 1089021 2.97 4.1249 5.3913 4.4602 5.2717 4.2906 5.9340 5.0381 4.9301 31.40 0.24 0.31 0.34 0.33 0.32 0.32 0.31 0.69 45.45

2,203,549 2,300,543 2,395,348 2,488,533 2346993 25.92 4.9018 6.2735 6.0250 5.9712 5.8467 5.5221 5.2719 5.6874 51.07 0.28 0.33 0.36 0.31 0.31 0.31 0.32 0.68 39.39

1,286,483 1,338,474 1,395,155 1,451,942 1368014 8.06 4.3096 6.0902 4.2655 5.1984 5.0298 5.2143 4.9998 5.0154 33.61 0.28 0.38 0.35 0.34 0.38 0.38 0.35 0.65 7.58

2,012,871 2,098,594 2,190,738 2,295,425 2149407 22.31 5.9681 6.5653 5.2080 6.2176 5.1403 5.2459 5.6014 5.7066 51.56 0.27 0.37 0.36 0.32 0.34 0.34 0.33 0.67 24.24

1,268,370 1,323,144 1,382,486 1,437,814 1352953 7.78 4.9704 6.1151 4.6225 5.8754 5.3059 5.4203 4.9300 5.3199 41.52 0.28 0.28 0.31 0.3 0.29 0.29 0.29 0.71 62.12

1,164,640 1,213,011 1,261,897 1,317,826 1239344 5.71 4.2697 5.6550 4.8056 5.9882 4.9487 4.7837 5.1618 5.0875 35.48 0.23 0.28 0.28 0.27 0.29 0.29 0.27 0.73 78.79

857,837 901,922 948,960 996,937 926414 0.00 4.9394 5.0079 5.3180 5.5688 5.5163 5.5763 5.3845 5.3302 41.79 0.2 0.26 0.25 0.24 0.28 0.28 0.25 0.75 98.48

1,063,045 1,112,525 1,169,252 1,239,793 1146154 4.01 4.8283 6.3900 5.2292 6.7291 5.0334 5.4530 6.3675 5.7187 51.88 0.3 0.28 0.32 0.32 0.33 0.33 0.31 0.69 42.42

1,124,282 1,178,271 1,243,084 1,298,176 1210953 5.19 4.9449 6.6490 4.5763 5.9149 5.3003 5.9769 4.8717 5.4620 45.21 0.23 0.33 0.32 0.31 0.32 0.32 0.31 0.70 50.00

3,305,480 3,454,137 3,620,094 3,797,232 3544236 47.77 6.1220 6.1072 5.3718 6.0394 4.9846 5.1126 5.1711 5.5584 47.71 0.31 0.34 0.37 0.33 0.36 0.36 0.35 0.66 13.64

4,206,345 4,408,301 4,629,059 4,856,746 4525113 65.66 5.9364 6.4225 5.5817 6.2507 5.2774 5.4444 5.3170 5.7472 52.62 0.34 0.33 0.37 0.35 0.36 0.36 0.35 0.65 7.58

3,258,861 3,391,193 3,517,659 3,649,828 3454385 46.13 5.0109 6.5819 5.5325 6.2988 5.5658 5.1659 5.2277 5.6262 49.48 0.35 0.34 0.35 0.37 0.35 0.35 0.35 0.65 7.58

4,915,011 5,135,995 5,343,983 5,556,807 5237949 78.67 5.8732 6.5808 5.9657 6.2481 6.3148 5.7985 5.6921 6.0676 60.94 0.32 0.35 0.35 0.35 0.31 0.31 0.33 0.67 25.76

1,563,006 1,632,882 1,699,003 1,773,286 1667044 13.51 5.5120 5.4943 5.6060 5.9083 5.4816 5.0009 5.3644 5.4811 45.71 0.28 0.31 0.33 0.32 0.34 0.34 0.32 0.68 36.36

2,762,110 2,888,465 3,031,690 3,183,145 2966353 37.22 4.6058 6.4653 4.2081 5.6689 5.0364 5.4474 5.4620 5.2705 40.24 0.24 0.32 0.33 0.32 0.31 0.31 0.31 0.70 50.00

Step 2

NormalisasiStep 3

Distribusi Harta

Rasio Gini

Kepemilikan Harta

PDRB per Kapita

Harta

Step 1Step 1 Step 3 Step 1 Step 3Pertumbuhan Harta

Laju PDRB

156

Dimensi

Elemen

Kabupaten/Kota

Kabupaten Cilacap 76.6 90 83 51.7 27.1 40.1 35.3 40.00 39 51 22 36 88 42 65 61 0 36 32 48

Kabupaten Banyumas 90.2 90 90.0 53.3 56.1 55.4 24.4 32.60 44.4 50.91 36.03 43.47 85.80 63.49 74.65 11.42 63.17 19.70 31.43 53

Kabupaten Purbalingga 62.4 93 77.8 51.4 68.9 25.2 17.7 49.77 42.6 29.72 19.27 24.50 41.40 63.25 52.33 6.52 42.25 59.09 35.95 43Kabupaten

Banjarnegara97.1 99 97.9 57.9 79.9 39.2 10.5 53.43 48.2 6.56 3.79 5.18 44.77 42.65 43.71 3.33 41.34 21.21 21.96 30

Kabupaten Kebumen 12.6 94 53.1 49.7 73.3 23.8 9.1 32.30 37.6 78.39 26.76 52.58 59.40 44.55 51.97 3.19 39.87 56.06 33.04 45

Kabupaten Purworejo 16.2 93 54.5 62.3 79.7 40.9 27.7 83.15 58.8 76.45 47.94 62.19 24.25 39.06 31.65 5.86 33.86 15.15 18.29 41

Kabupaten Wonosobo 90.9 98 94.4 30.7 70.8 32.0 18.8 64.65 43.4 -0.01 8.15 4.07 36.09 60.49 48.29 4.90 26.75 21.21 17.62 27

Kabupaten Magelang 80.1 95 87.3 56.1 67.9 82.9 36.7 54.91 59.7 38.83 26.28 32.56 51.58 52.29 51.93 5.67 43.57 36.36 28.54 48

Kabupaten Boyolali 89.2 92 90.8 80.8 78.8 72.0 50.9 76.42 71.8 60.84 23.95 42.39 41.33 32.81 37.07 11.06 43.25 22.73 25.68 48

Kabupaten Klaten 56.5 82 69.3 90.6 73.4 54.0 40.0 40.32 59.7 87.58 44.91 66.24 48.57 70.15 59.36 12.00 36.78 30.30 26.36 53

Kabupaten Sukoharjo 45.6 91 68.1 100.3 64.1 61.9 52.3 51.21 66.0 89.10 56.36 72.73 34.61 67.68 51.14 20.32 47.94 21.21 29.82 55

Kabupaten Wonogiri 19.1 98 58.4 82.9 91.1 38.4 23.4 84.46 64.0 69.00 19.80 44.40 31.50 66.29 48.90 9.68 37.05 30.30 25.68 46

Kabupaten Karanganyar 60.0 92 75.9 93.7 74.3 64.4 45.5 61.07 67.8 77.66 53.68 65.67 35.87 66.16 51.01 20.21 42.85 7.58 23.54 53

Kabupaten Sragen 90.4 93 91.5 77.7 59.9 43.6 34.8 59.02 55.0 77.62 25.50 51.56 38.62 26.92 32.77 19.18 62.27 22.73 34.72 49

Kabupaten Grobogan 93.4 99 96.2 65.1 73.5 29.2 27.6 45.80 48.2 41.45 20.15 30.80 64.61 25.02 44.81 0.63 23.49 28.79 17.64 41

Kabupaten Blora 89.0 95 92.3 61.9 68.2 30.4 31.4 58.97 50.2 52.59 13.13 32.86 32.84 50.22 41.53 6.67 100.00 0.00 35.56 47

Kabupaten Rembang 100.0 93 96.5 66.0 64.9 31.0 16.7 79.37 51.6 51.97 19.94 35.95 23.38 50.39 36.88 9.18 37.94 59.09 35.40 47

Kabupaten Pati 81.2 88 84.7 79.5 33.9 22.7 35.7 35.85 41.5 51.07 15.46 33.26 51.43 77.94 64.68 12.93 46.92 63.64 41.16 50

Kabupaten Kudus 52.1 91 71.8 89.4 53.5 50.1 65.6 44.89 60.7 49.85 42.51 46.18 44.11 44.47 44.29 100.00 6.25 22.73 42.99 52

Kabupaten Jepara 63.9 82 73.1 81.5 71.4 79.2 44.1 30.63 61.4 34.00 31.99 33.00 61.54 57.94 59.74 4.76 35.28 51.52 30.52 49

Kabupaten Demak 77.2 90 83.4 76.6 54.0 40.0 55.2 22.03 49.6 54.88 29.79 42.33 60.12 57.08 58.60 2.97 31.40 45.45 26.61 49

Kabupaten Semarang 74.5 85 79.8 79.9 79.5 67.7 71.4 46.55 69.0 57.86 40.94 49.40 39.50 55.85 47.68 25.92 51.07 39.39 38.79 55

Kabupaten Temanggung 78.2 92 85.2 78.0 94.1 98.9 33.3 80.68 77.0 24.43 15.30 19.87 29.51 85.30 57.41 8.06 33.61 7.58 16.41 41

Kabupaten Kendal 71.1 94 82.5 65.4 51.6 29.0 58.9 43.53 49.7 54.78 23.47 39.13 43.69 61.18 52.44 22.31 51.56 24.24 32.71 49

Kabupaten Batang 90.7 98 94.2 68.3 49.8 28.3 41.9 58.23 49.3 21.50 4.75 13.12 34.65 50.55 42.60 7.78 41.52 62.12 37.14 40

Kabupaten Pekalongan 66.9 96 81.4 56.9 65.8 11.8 42.7 48.13 45.1 11.72 18.47 15.10 44.13 63.69 53.91 5.71 35.48 78.79 39.99 41

Kabupaten Pemalang 57.9 95 76.3 49.7 37.3 6.1 13.0 21.36 25.5 21.92 6.05 13.98 72.50 62.72 67.61 0.00 41.79 98.48 46.76 39

Kabupaten Tegal 55.3 97 76.0 30.1 23.0 -1.5 33.4 14.13 19.8 38.47 14.84 26.65 81.09 53.18 67.13 4.01 51.88 42.42 32.77 39

Kabupaten Brebes 55.1 99 77.3 0.1 12.8 9.5 14.8 21.54 11.8 16.98 2.74 9.86 100.00 37.42 68.71 5.19 45.21 50.00 33.47 29

Kota Magelang 0.0 99 49.7 90.8 13.2 63.3 51.3 73.13 58.4 90.74 76.32 83.53 0.00 64.37 32.19 47.77 47.71 13.64 36.37 49

Kota Surakarta 20.6 56 38.2 95.3 47.1 72.3 64.2 52.06 66.2 90.45 88.01 89.23 27.51 80.44 53.97 65.66 52.62 7.58 41.95 55

Kota Salatiga 43.9 85 64.7 91.8 42.8 78.2 90.3 67.81 74.2 99.98 90.15 95.07 3.42 68.15 35.78 46.13 49.48 7.58 34.39 56

Kota Semarang 13.3 0 6.7 97.8 39.2 64.4 104.7 5.26 62.3 82.89 86.50 84.69 81.15 63.14 72.14 78.67 60.94 25.76 55.12 43

Kota Pekalongan 37.2 93 64.9 65.0 52.5 26.4 61.1 56.63 52.3 29.98 39.45 34.72 13.63 48.45 31.04 13.51 45.71 36.36 31.86 41

Kota Tegal 32.2 95 63.5 64.9 -0.7 7.4 55.0 41.47 33.6 52.92 40.63 46.77 8.75 62.57 35.66 37.22 40.24 50.00 42.49 43

Agama

Ibadah Akhlak

Nilai

Elemen

Nilai

Elemen

Hidup

Harapan

Hidup

Akses

PekerjaanKebebasan

Kebutuhan

DasarKesehatan

Lembaga

Pendidikan

Kinerja

Pendidikan

AkalNilai

Elemen

Keluarga

Kesuburan Keharmonisan

Nilai

ElemenGM

Nilai

Elemen Kepemilikan

Harta

Pertumbuhan

Harta

Distribusi

Harta

Harta

157

39.0 36.2 30.6 35.3 84.39 0.00 42.19 31.10 48.90 40.00 18.40 25.75 22.07

20.2 14.7 38.4 24.4 83.13 43.85 63.49 37.92 27.28 32.60 33.34 38.71 36.03

6.7 23.0 23.4 17.7 81.48 45.03 63.25 36.89 62.64 49.77 21.57 16.97 19.27

20.5 0.0 11.1 10.5 85.30 0.00 42.65 56.74 50.12 53.43 7.58 0.00 3.79

3.6 11.2 12.5 9.1 89.10 0.00 44.55 59.35 5.25 32.30 20.98 32.55 26.76

39.5 12.4 31.1 27.7 78.11 0.00 39.06 87.06 79.25 83.15 42.20 53.67 47.94

0.0 20.2 36.1 18.8 82.82 38.16 60.49 52.68 76.61 64.65 7.83 8.47 8.15

49.8 46.6 13.6 36.7 62.43 42.14 52.29 61.68 48.14 54.91 28.59 23.98 26.28

52.6 36.5 63.7 50.9 59.50 6.12 32.81 62.41 90.42 76.42 24.46 23.44 23.95

36.9 27.7 55.4 40.0 87.60 52.70 70.15 65.11 15.53 40.32 46.21 43.61 44.91

72.1 39.5 45.5 52.3 92.18 43.19 67.68 38.45 63.97 51.21 56.40 56.33 56.36

47.0 5.1 18.1 23.4 89.91 42.68 66.29 82.77 86.14 84.46 10.25 29.35 19.80

51.0 38.8 46.8 45.5 94.88 37.44 66.16 51.46 70.68 61.07 53.01 54.35 53.68

36.6 12.2 55.6 34.8 53.84 0.00 26.92 62.77 55.28 59.02 21.04 29.97 25.50

40.8 9.6 32.4 27.6 0.01 50.03 25.02 28.26 63.33 45.80 14.85 25.44 20.15

44.3 27.3 22.4 31.4 0.43 100.00 50.22 42.42 75.51 58.97 6.03 20.24 13.13

7.4 13.8 28.8 16.7 51.60 49.18 50.39 68.99 89.75 79.37 21.78 18.10 19.94

54.0 22.5 30.6 35.7 59.82 96.05 77.94 34.53 37.17 35.85 16.22 14.69 15.46

80.7 72.9 43.3 65.6 88.94 0.00 44.47 17.26 72.52 44.89 45.06 39.97 42.51

76.3 24.5 31.5 44.1 65.44 50.44 57.94 15.33 45.94 30.63 30.86 33.13 31.99

36.8 100.0 28.8 55.2 64.33 49.82 57.08 23.52 20.54 22.03 32.57 27.01 29.79

77.8 85.9 50.6 71.4 72.45 39.25 55.85 47.68 45.42 46.55 36.30 45.58 40.94

57.6 25.9 16.4 33.3 77.63 92.97 85.30 100.24 61.11 80.68 13.05 17.55 15.30

55.7 77.2 43.9 58.9 58.20 64.16 61.18 42.48 44.57 43.53 17.62 29.32 23.47

58.5 52.2 15.0 41.9 62.41 38.70 50.55 51.80 64.65 58.23 7.49 2.01 4.75

49.0 51.4 27.8 42.7 83.53 43.85 63.69 48.15 48.11 48.13 15.07 21.87 18.47

18.4 20.7 0.0 13.0 74.96 50.48 62.72 11.00 31.71 21.36 0.12 11.97 6.05

66.5 17.6 16.3 33.4 83.47 22.88 53.18 21.04 7.23 14.13 7.77 21.91 14.84

7.1 11.4 25.8 14.8 74.84 0.00 37.42 15.23 27.86 21.54 0.06 5.41 2.74

72.8 33.3 47.8 51.3 97.82 30.93 64.37 46.25 100.01 73.13 100.06 52.59 76.32

60.5 48.3 83.6 64.2 97.82 63.06 80.44 26.69 77.43 52.06 100.00 76.02 88.01

91.9 79.0 100.0 90.3 100.00 36.30 68.15 40.95 94.67 67.81 80.30 100.00 90.15

100.0 131.8 82.2 104.7 94.54 31.74 63.14 10.42 0.09 5.26 96.30 76.70 86.50

79.3 47.9 56.1 61.1 96.85 0.04 48.45 34.70 78.55 56.63 51.24 27.65 39.45

75.7 27.3 61.8 55.0 99.96 25.18 62.57 0.03 82.91 41.47 51.43 29.83 40.63

Rata-rata

Kinerja Pendidikan

cerai/

kawin

kel pra/

jml kel

Keharmonisan

Rata-rata

Kesehatan

FasilkesKasus

penyakitRata-rata HLS RLS

Tingkat

KemiskinanUMK

Pengeluaran

perkapita

Kebutuhan Dasar

Rata-rata

158

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

Kabupaten Cilacap 64.18 64.73 65.72 66.8 67.25 67.77 68.6 66.44

Kabupaten Banyumas 66.87 67.45 68.06 68.55 69.25 69.89 70.49 68.65

Kabupaten Purbalingga 63.61 64.33 64.94 65.53 66.23 67.03 67.48 65.59

Kabupaten Banjarnegara 60.7 61.58 62.29 62.84 63.15 64.73 65.52 62.97

Kabupaten Kebumen 63.08 64.05 64.47 64.86 65.67 66.87 67.41 65.20

Kabupaten Purworejo 68.16 69.11 69.4 69.77 70.12 70.37 70.66 69.66

Kabupaten Wonosobo 62.5 63.07 64.18 64.57 65.2 65.7 66.19 64.49

Kabupaten Magelang 63.28 64.16 64.75 65.86 66.35 67.13 67.85 65.63

Kabupaten Boyolali 68.76 69.14 69.51 69.81 70.34 71.74 72.18 70.21

Kabupaten Klaten 70.76 71.16 71.71 72.42 73.19 73.81 73.97 72.43

Kabupaten Sukoharjo 71.53 72.34 72.81 73.22 73.76 74.53 75.06 73.32

Kabupaten Wonogiri 63.9 64.75 65.75 66.4 66.77 67.76 68.23 66.22

Kabupaten Karanganyar 70.31 71 72.26 73.33 73.89 74.26 74.9 72.85

Kabupaten Sragen 67.67 68.12 68.91 69.95 70.52 71.1 71.43 69.67

Kabupaten Grobogan 64.56 65.41 66.39 67.43 67.77 68.05 68.52 66.88

Kabupaten Blora 63.02 63.88 64.7 65.37 65.84 66.22 66.61 65.09

Kabupaten Rembang 64.53 65.36 66.03 66.84 67.4 68.18 68.6 66.71

Kabupaten Pati 65.13 65.71 66.13 66.47 66.99 68.51 69.03 66.85

Kabupaten Kudus 69.22 69.89 70.57 71.58 72 72.72 72.94 71.27

Kabupaten Jepara 66.76 67.63 68.45 69.11 69.61 70.02 70.25 68.83

Kabupaten Demak 66.02 66.84 67.55 68.38 68.95 69.75 70.1 68.23

Kabupaten Semarang 69.58 70.35 70.88 71.29 71.65 71.89 72.4 71.15

Kabupaten Temanggung 63.08 64.14 64.91 65.52 65.97 67.07 67.6 65.47

Kabupaten Kendal 66.23 66.96 67.55 67.98 68.46 69.57 70.11 68.12

Kabupaten Batang 61.64 62.59 63.09 63.6 64.07 65.46 66.38 63.83

Kabupaten Pekalongan 63.75 64.72 65.33 66.26 66.98 67.4 67.71 66.02

Kabupaten Pemalang 58.64 59.66 60.78 61.81 62.35 63.7 64.17 61.59

Kabupaten Tegal 61.14 61.97 62.67 63.5 64.1 65.04 65.84 63.47

Kabupaten Brebes 59.49 60.51 60.92 61.87 62.55 63.18 63.98 61.79

Kota Magelang 73.99 74.47 75 75.29 75.79 76.39 77.16 75.44

Kota Surakarta 77.45 78 78.44 78.89 79.34 80.14 80.76 79.00

Kota Salatiga 78.35 78.76 79.1 79.37 79.98 80.96 81.14 79.67

Kota Semarang 76.96 77.58 78.04 78.68 79.24 80.23 81.19 78.85

Kota Pekalongan 68.95 69.54 69.95 70.82 71.53 72.69 73.32 70.97

Kota Tegal 69.33 70.03 70.68 71.44 72.2 72.96 73.55 71.46

Kabupaten / Kota

Indeks Pembangunan Manusia (metode baru)

Indeks Pembangunan Manusia HDI

159

Masjid/ MosqueTOTAL

Jumlah

pendudukNilai

1. 1 864 5 588 7 452 1694726 0.0043972. 2 057 6 202 8 259 1635909 0.0050493. 1 012 2 326 3 338 898376 0.0037164. 1 547 3 306 4 853 901826 0.0053815. 1 178 392 1 570 1184882 0.0013256. 486 579 1 065 710386 0.0014997. 1 570 2 380 3 950 777122 0.0050838. 2 025 3 660 5 685 1245496 0.0045649. 2 288 2 531 4 819 963690 0.00500110. 2 696 1 284 3 980 1158795 0.00343511. 1 914 602 2 516 864207 0.00291112. 319 1 234 1 553 949017 0.00163613. 2 555 526 3 081 856198 0.00359814. 1 832 2 617 4 449 879027 0.00506115. 1 396 5 636 7 032 1351429 0.00520316. 1 108 3 147 4 255 852108 0.00499317. 525 2 892 3 417 619173 0.00551918. 1 118 4 578 5 696 1232889 0.0046219. 665 2 013 2 678 831303 0.00322120. 876 3 624 4 500 1188289 0.00378721. 710 4 237 4 947 1117905 0.00442522. 1 580 2 719 4 299 1000887 0.00429523. 1 510 1 825 3 335 745825 0.00447224. 915 2 979 3 894 942283 0.00413325. 801 2 970 3 771 743090 0.00507526. 744 2 690 3 434 873986 0.00392927. 876 3 634 4 510 1288577 0.003528. 959 3 850 4 809 1424891 0.00337529. 690 5 302 5 992 1781379 0.003364

- 1. 21 66 87 120792 0.000722. 666 209 875 512226 0.0017083. 217 303 520 183815 0.0028294. 1 161 1 151 2 312 1701114 0.0013595. 118 625 743 296404 0.0025076. 206 352 558 246119 0.002267

40 205 88 029

Jumlah Tempat Peribadatan Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, 2015

Number of Worship Facilities by Regency/Municipality in Jawa Tengah Province, 2015

Source: Ministry of Religious Affairs of Jawa Tengah Province

Semarang

Pekalongan

Tegal

Jawa Tengah

Sumber: Kanwil Departemen Agama Provinsi Jawa Tengah

Tegal

Brebes

Kota/Municipality

Magelang

Surakarta

Salatiga

Semarang

Temanggung

Kendal

Batang

Pekalongan

Pemalang

Blora

Rembang

Pati

Kudus

Jepara

Demak

Klaten

Sukoharjo

Wonogiri

Karanganyar

Sragen

Grobogan

Banjarnegara

Kebumen

Purworejo

Wonosobo

Magelang

Boyolali

Kabupaten/Regency

Cilacap

Banyumas

Purbalingga

Kabupaten/Kota

Regency/MunicipalityMushola/ Mushola

160

2013 2014 2015Tahun Tahun Tahun

PROVINSI JAWA TENGAH 16872 15855 14387

Kabupaten Cilacap 471 377 353

Kabupaten Banyumas 460 379 505

Kabupaten Purbalingga 392 337 310

Kabupaten Banjarnegara 177 152 191

Kabupaten Kebumen 426 324 269

Kabupaten Purworejo 406 365 316

Kabupaten Wonosobo 226 186 193

Kabupaten Magelang 335 218 356

Kabupaten Boyolali 413 391 321

Kabupaten Klaten 778 695 631

Kabupaten Sukoharjo 465 431 390

Kabupaten Wonogiri 211 236 174

Kabupaten Karanganyar 413 434 321

Kabupaten Sragen 354 319 419

Kabupaten Grobogan 166 150 178

Kabupaten Blora 262 300 263

Kabupaten Rembang 435 325 305

Kabupaten Pati 521 556 438

Kabupaten Kudus 476 406 331

Kabupaten Jepara 618 742 689

Kabupaten Demak 577 451 355

Kabupaten Semarang 594 596 603

Kabupaten Temanggung 392 399 335

Kabupaten Kendal 319 290 358

Kabupaten Batang 181 170 266

Kabupaten Pekalongan 330 251 209

Kabupaten Pemalang 245 308 342

Kabupaten Tegal 231 248 224

Kabupaten Brebes 162 147 144

Kota Magelang 145 140 170

Kota Surakarta 1662 1467 1437

Kota Salatiga 637 702 449

Kota Semarang 3550 3510 2788

Kota Pekalongan 405 361 334

Kota Tegal 368 248 278

Wilayah JatengJumlah Tindak Pidana Yang Dilaporkan Menurut Kepolisian Resort di Provinsi Jawa Tengah

161

7-12 THN 13-15 THN 15-18 THN TOTAL/3 7-12 THN 13-15 THN 15-18 THN TOTAL/3 7-12 THN 13-15 THN 15-18 THN TOTAL/3 7-12 THN 13-15 THN 15-18 THN TOTAL/3 7-12 THN 13-15 THN 15-18 THN TOTAL/3 7-12 THN 13-15 THN 15-18 THN TOTAL/3 7-12 THN 13-15 THN 15-18 THN TOTAL/3

Kabupaten Cilacap 99.45 85.74 48.11 77.76667 98.63 91.91 47.09 79.21 97.67 92.82 48.64 79.71 99.38 87.07 73.46 86.63667 99.84 91.41 75.86 89.03667 99.58 96.28 64.63 86.83 99.8 97.55 74.71 90.68667

Kabupaten Banyumas 98.74 87.74 51.43 79.30333 98.81 86.56 56.26 80.54333 99.14 83.77 66.5 83.13667 99.2 91.32 61.3 83.94 99.73 97 70.15 88.96 98.44 88.96 68.38 85.26 99.3 96.61 71.33 89.08

Kabupaten Purbalingga 99.38 86.85 53.74 79.99 97.69 84.76 44.62 75.69 98.22 85.42 49.36 77.66667 98.67 85.65 41.8 75.37333 100 94.27 52.28 82.18333 99.36 95.3 66.78 87.14667 99.22 92.82 67.51 86.51667

Kabupaten Banjarnegara 98.95 75.88 33.9 69.57667 96.95 71.76 43.06 70.59 98.4 82.01 34.6 71.67 100 85.31 47.05 77.45333 99.08 87.36 51.3 79.24667 100 93.46 66.42 86.62667 99.36 90.29 54.4 81.35

Kabupaten Kebumen 98.8 91.56 63.49 84.61667 97.43 91.36 72.63 87.14 98.88 94.23 77.73 90.28 99.3 93.75 69.63 87.56 99.42 96.86 75.75 90.67667 99.73 96.24 76.66 90.87667 99.61 97.13 80.32 92.35333

Kabupaten Purworejo 99.17 89.54 62.33 83.68 99.4 92.01 71.78 87.73 100 91.8 75.96 89.25333 98.97 94.47 65.33 86.25667 100 97.13 80.39 92.50667 100 97.2 73.17 90.12333 100 97 77.79 91.59667

Kabupaten Wonosobo 98.75 66.03 40.3 68.36 98.22 80.46 37.61 72.09667 99.28 86.27 43.46 76.33667 99.51 83.42 37.42 73.45 100 86.4 43.66 76.68667 100 90.61 48.97 79.86 99.7 94.37 51.22 81.76333

Kabupaten Magelang 98.32 77.21 48.02 74.51667 98.7 89.35 58.24 82.09667 99.51 85.3 58.35 81.05333 99.54 89.06 54.13 80.91 99.56 93.24 59.96 84.25333 99.74 94.08 63.39 85.73667 98.18 95.65 67.24 87.02333

Kabupaten Boyolali 99.19 89.84 67.22 85.41667 97.49 88.66 65.28 83.81 99.14 87.27 56.46 80.95667 99.11 93.72 63.39 85.40667 100 98.41 72.82 90.41 99.18 100 74.77 91.31667 100 97.07 57.73 84.93333

Kabupaten Klaten 99.58 95.81 71.41 88.93333 98.68 94.08 67.05 86.60333 99.85 97.47 75.64 90.98667 99.74 95.26 77.77 90.92333 99.69 96.87 82.75 93.10333 100 97.48 79.91 92.46333 99.55 99.49 75.8 91.61333

Kabupaten Sukoharjo 99.69 96.81 71.79 89.43 99.58 94.11 72.7 88.79667 100 94.57 64.34 86.30333 100 93.31 73.62 88.97667 100 99.49 85.67 95.05333 100 98.09 85.26 94.45 100 99.35 81.03 93.46

Kabupaten Wonogiri 98.93 86.92 61.49 82.44667 98.48 94.86 66.4 86.58 99.08 92.49 62.49 84.68667 99.31 90.93 62.55 84.26333 100 98.14 82.6 93.58 100 99.21 72.47 90.56 98.94 97.99 73.11 90.01333

Kabupaten Karanganyar 99.36 90.17 60.41 83.31333 100 95.76 68.73 88.16333 99.48 94.82 69.67 87.99 99.61 93.18 68.35 87.04667 99.64 100 75.21 91.61667 98.76 98.74 77.57 91.69 99.22 97.69 81.47 92.79333

Kabupaten Sragen 99.61 92.97 68.56 87.04667 98.54 93.52 65.25 85.77 99.32 94.35 68.3 87.32333 99.72 94.81 74.73 89.75333 99.06 98.59 77.45 91.7 99.13 98.36 73.17 90.22 99.82 94.71 77.72 90.75

Kabupaten Grobogan 98.79 79.99 50.08 76.28667 99.01 91.26 50.32 80.19667 99.31 90.93 56.52 82.25333 98.87 93.25 52.04 81.38667 99.32 97.02 63.47 86.60333 99.69 97.22 65.72 87.54333 100 94.26 59.21 84.49

Kabupaten Blora 99.19 88.87 57.28 81.78 99.14 88.13 48.48 78.58333 98.5 94.78 52.54 81.94 98.87 93.84 64.15 85.62 99.56 98.1 72.67 90.11 100 94.27 69.32 87.86333 99.52 99.44 60.11 86.35667

Kabupaten Rembang 99 84.26 52.58 78.61333 98.81 90.04 58.05 82.3 99.35 97.76 48.34 81.81667 99.62 95.8 60.6 85.34 99.69 100 67.41 89.03333 99.6 95.74 66.88 87.40667 100 100 60.97 86.99

Kabupaten Pati 99.05 90.46 54.55 81.35333 100 91.53 53.58 81.70333 98.22 90.93 57.93 82.36 98.35 93.33 51.29 80.99 99.65 98.18 67.19 88.34 100 97.62 65.55 87.72333 99.57 95.64 68.63 87.94667

Kabupaten Kudus 99.61 91.02 49.07 79.9 98.78 90.04 55.45 81.42333 97.99 86.68 59.94 81.53667 99.48 90.23 55.38 81.69667 99.52 96.51 60.4 85.47667 100 96.71 67.3 88.00333 99.71 97.26 75.74 90.90333

Kabupaten Jepara 99.73 79.16 38.48 72.45667 98.82 91.55 39.8 76.72333 99.67 90.2 54.9 81.59 99.72 91.46 54.67 81.95 100 94.49 58.36 84.28333 99.82 95.13 68.12 87.69 100 92.4 62.74 85.04667

Kabupaten Demak 99.37 91.59 50.2 80.38667 98.5 91.93 57.15 82.52667 99.13 91.36 67.39 85.96 99.79 92.3 60.38 84.15667 98.97 97.07 69.17 88.40333 100 100 66.57 88.85667 100 92.45 61.76 84.73667

Kabupaten Semarang 100 94.83 61.35 85.39333 99.81 94.16 54.21 82.72667 99.8 89.12 69.96 86.29333 100 95.08 56.1 83.72667 100 96.89 61.34 86.07667 99.21 97.58 59.72 85.50333 100 95.65 71.09 88.91333

Kabupaten Temanggung 98.92 87.65 43.95 76.84 99.15 82.95 43.24 75.11333 98.43 86.76 43.52 76.23667 99.79 89.26 47.09 78.71333 99.71 91.42 52.8 81.31 99.68 96.83 52.11 82.87333 99.32 96.01 65.89 87.07333

Kabupaten Kendal 99.22 90.15 48.17 79.18 99.71 85.44 52.04 79.06333 99.6 91.65 59.41 83.55333 99.66 95.23 63.14 86.01 100 96.4 73.66 90.02 100 95.3 72.61 89.30333 99.54 96.04 67.77 87.78333

Kabupaten Batang 99.61 81.39 41.48 74.16 98.71 82.88 42.06 74.55 98.6 85.78 47.98 77.45333 99.8 83.72 38.83 74.11667 100 93.14 50.65 81.26333 99.87 92.63 66.84 86.44667 99.73 95.63 64.48 86.61333

Kabupaten Pekalongan 98.43 70.86 39.3 69.53 97.81 76.16 53.9 75.95667 99.01 83.59 45.39 75.99667 99.46 86.39 46.35 77.4 99.5 91 51.71 80.73667 99.81 90.15 56.16 82.04 100 87.9 55.41 81.10333

Kabupaten Pemalang 99.13 79.51 47.3 75.31333 96.57 84.29 39.2 73.35333 99.09 83.19 48.78 77.02 99.35 87.57 50.93 79.28333 99.66 92.74 59.92 84.10667 99.43 93.01 60.41 84.28333 99.64 89.61 56.01 81.75333

Kabupaten Tegal 98.47 80.19 44.95 74.53667 98.23 85.86 53.93 79.34 97.56 88.06 57.49 81.03667 97.68 87.74 60.34 81.92 98.12 92.26 69.71 86.69667 99.19 93.2 68.14 86.84333 100 91.95 62.39 84.78

Kabupaten Brebes 97.18 73.49 42.66 71.11 98.97 80.21 43.83 74.33667 98.22 83.73 47.19 76.38 98.54 85.3 54.88 79.57333 98.74 88.85 62.16 83.25 98.89 90.35 51.99 80.41 99.74 95.79 56.68 84.07

Kota Magelang 100 96.77 73.73 90.16667 100 91.81 72.43 88.08 99.21 96.86 66.25 87.44 100 98.92 78.23 92.38333 100 100 88.97 96.32333 97.36 100 73.15 90.17 100 98.37 83.3 93.89

Kota Surakarta 100 91.67 80.87 90.84667 99.55 96.05 77.47 91.02333 99.54 97.94 64.34 87.27333 99.82 95.79 69.42 88.34333 99.6 97.21 81.22 92.67667 100 96.34 82.89 93.07667 98.91 99.22 86.48 94.87

Kota Salatiga 98.92 97.78 77.87 91.52333 99.52 99.11 72.73 90.45333 99.61 96.17 82.53 92.77 99.61 95.14 84.25 93 100 98.73 87 95.24333 98.8 100 75.9 91.56667 100 100 85.27 95.09

Kota Semarang 97.74 94.49 67.34 86.52333 98.95 96.21 65.72 86.96 98.71 95.15 69.22 87.69333 99.21 95.1 75.33 89.88 98.83 96.63 80.49 91.98333 99.33 98.2 79.63 92.38667 98.41 98.59 83.56 93.52

Kota Pekalongan 98.98 84.13 53.54 78.88333 98.87 84.35 44.85 76.02333 98.12 89.14 48.84 78.7 99.65 88.17 49.45 79.09 99.24 89.34 50.64 79.74 99.5 95.05 60.66 85.07 100 96.04 66.08 87.37333

Kota Tegal 98.03 80.49 67.8 82.10667 96.33 85.6 60.84 80.92333 96.42 86.87 58.33 80.54 99.28 93.76 64.23 85.75667 99.83 95.14 70.15 88.37333 100 92.16 74.37 88.84333 99.55 93.21 65.57 86.11

2015 2016KABUPATEN/KOTA

ANGKA PARTISIPASI SEKOLAH

2010 2011 2012 2013 2014

162

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016PROVINSI JAWA TENGAH 11.09 11.18 11.39 11.89 12.17 12.38 12.45

Kabupaten Cilacap 10.56 10.71 11.34 11.98 12.27 12.28 12.29

Kabupaten Banyumas 11.69 11.78 11.95 12.11 12.56 12.57 12.58

Kabupaten Purbalingga 10.71 10.84 10.98 11.1 11.51 11.78 11.93

Kabupaten Banjarnegara 9.72 9.9 10.22 10.53 10.7 11.39 11.4

Kabupaten Kebumen 11.04 11.65 11.74 11.83 12.07 12.49 12.61

Kabupaten Purworejo 12.26 12.69 12.74 12.83 13.03 13.04 13.05

Kabupaten Wonosobo 9.96 10.09 10.83 11.03 11.34 11.43 11.67

Kabupaten Magelang 10.82 10.96 11.08 11.76 12 12.14 12.15

Kabupaten Boyolali 11.11 11.15 11.24 11.33 11.65 12.13 12.14

Kabupaten Klaten 11.89 11.97 12.12 12.27 12.74 12.84 12.85

Kabupaten Sukoharjo 12.43 12.55 12.61 12.66 12.96 13.42 13.79

Kabupaten Wonogiri 11.15 11.31 11.47 11.77 11.94 12.42 12.43

Kabupaten Karanganyar 12.03 12.11 12.67 12.86 13.26 13.27 13.64

Kabupaten Sragen 11.16 11.21 11.68 11.92 12.19 12.21 12.3

Kabupaten Grobogan 10.44 10.79 11.3 12.06 12.24 12.25 12.26

Kabupaten Blora 10.75 10.79 11.16 11.53 11.75 11.91 11.92

Kabupaten Rembang 10.6 10.81 11.02 11.24 11.46 12.02 12.03

Kabupaten Pati 10.63 10.77 10.9 10.93 11.24 11.79 11.92

Kabupaten Kudus 11.18 11.47 11.71 12.34 12.58 13.14 13.19

Kabupaten Jepara 11.34 11.58 11.82 12.06 12.25 12.27 12.28

Kabupaten Demak 10.98 11.12 11.37 11.62 11.84 12.43 12.44

Kabupaten Semarang 11.81 12.11 12.33 12.55 12.81 12.82 12.83

Kabupaten Temanggung 10.24 10.7 11.05 11.39 11.69 11.89 12.06

Kabupaten Kendal 11.17 11.32 11.47 11.6 11.83 12.41 12.68

Kabupaten Batang 10 10.32 10.43 10.45 10.65 11.09 11.51

Kabupaten Pekalongan 10.5 10.99 11.17 11.55 11.93 12 12.15

Kabupaten Pemalang 10.25 10.45 10.64 11.05 11.26 11.86 11.87

Kabupaten Tegal 10.61 10.9 11.16 11.63 11.99 12 12.01

Kabupaten Brebes 9.97 10.48 10.51 10.75 11.03 11.34 11.37

Kota Magelang 12.22 12.33 12.49 12.65 12.98 13.1 13.55

Kota Surakarta 13.17 13.34 13.5 13.64 13.92 14.14 14.5

Kota Salatiga 14.56 14.59 14.6 14.61 14.95 14.97 14.98

Kota Semarang 13.12 13.26 13.37 13.66 13.97 14.33 14.7

Kota Pekalongan 10.96 11.05 11.13 11.56 11.93 12.59 12.77

Kota Tegal 11.15 11.24 11.33 11.61 11.96 12.46 12.88

Wilayah JatengIndeks Pembangunan Manusia (metode baru)

Harapan Lama Sekolah (tahun)

163

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

PROVINSI JAWA TENGAH 6.71 6.74 6.77 6.8 6.93 7.03 7.15

Kabupaten Cilacap 6.26 6.27 6.28 6.43 6.48 6.58 6.9

Kabupaten Banyumas 6.82 6.94 7.06 7.18 7.31 7.31 7.39

Kabupaten Purbalingga 6.22 6.33 6.44 6.68 6.84 6.85 6.86

Kabupaten Banjarnegara 5.84 5.84 5.85 5.86 5.9 6.17 6.26

Kabupaten Kebumen 6.21 6.29 6.3 6.39 6.75 7.04 7.05

Kabupaten Purworejo 7.39 7.45 7.51 7.57 7.63 7.65 7.66

Kabupaten Wonosobo 5.81 5.87 5.9 5.92 6.07 6.11 6.12

Kabupaten Magelang 6.46 6.73 6.8 6.88 7.02 7.19 7.4

Kabupaten Boyolali 6.5 6.53 6.55 6.61 6.69 7.1 7.17

Kabupaten Klaten 7.33 7.35 7.43 7.74 7.92 8.16 8.22

Kabupaten Sukoharjo 7.66 7.94 8.09 8.25 8.41 8.5 8.58

Kabupaten Wonogiri 5.58 5.66 6.03 6.12 6.23 6.39 6.57

Kabupaten Karanganyar 7.26 7.46 7.8 8.38 8.47 8.48 8.49

Kabupaten Sragen 6.24 6.26 6.28 6.69 6.85 6.86 6.87

Kabupaten Grobogan 6.13 6.18 6.23 6.25 6.32 6.33 6.62

Kabupaten Blora 5.48 5.77 5.83 5.9 6.02 6.04 6.18

Kabupaten Rembang 6.15 6.28 6.41 6.7 6.9 6.92 6.93

Kabupaten Pati 6.08 6.11 6.15 6.27 6.35 6.71 6.83

Kabupaten Kudus 7.45 7.48 7.6 7.73 7.83 7.84 7.85

Kabupaten Jepara 6.52 6.72 6.96 7.09 7.29 7.31 7.32

Kabupaten Demak 6.56 6.75 6.88 7.22 7.44 7.45 7.46

Kabupaten Semarang 7.12 7.2 7.24 7.28 7.31 7.33 7.48

Kabupaten Temanggung 5.99 6.03 6.08 6.13 6.18 6.52 6.55

Kabupaten Kendal 6.11 6.24 6.36 6.42 6.53 6.64 6.65

Kabupaten Batang 5.62 5.66 5.7 5.88 6 6.41 6.42

Kabupaten Pekalongan 5.93 6.04 6.15 6.37 6.53 6.55 6.56

Kabupaten Pemalang 4.94 5.19 5.51 5.72 5.87 6.04 6.05

Kabupaten Tegal 5.67 5.71 5.78 5.85 5.93 6.3 6.54

Kabupaten Brebes 5.09 5.24 5.38 5.68 5.86 5.88 6.17

Kota Magelang 10.08 10.14 10.2 10.22 10.27 10.28 10.29

Kota Surakarta 9.99 10.05 10.11 10.25 10.33 10.36 10.37

Kota Salatiga 8.86 8.97 9.09 9.2 9.37 9.81 9.82

Kota Semarang 9.61 9.8 9.92 10.06 10.19 10.2 10.49

Kota Pekalongan 7.6 7.72 7.8 7.96 8.12 8.28 8.29

Kota Tegal 7.46 7.66 7.85 8.05 8.26 8.27 8.28

Wilayah JatengIndeks Pembangunan Manusia (metode baru)

Rata-rata Lama Sekolah (tahun)

164

1. 81 022.67 83 391.50 88 347.61 92 820.36

2. 27 793.14 29 367.69 31 164.88 33 051.05

3. 12 778.31 13 397.71 14 125.81 14 796.92

4. 11 043.08 11 629.85 12 266.05 12 929.66

5. 14 333.33 15 163.09 16 115.55 16 917.22

6. 9 870.97 10 312.94 10 866.65 11 426.36

7. 10 333.76 10 828.17 11 353.87 11 949.93

8. 17 020.76 17 936.29 18 838.35 19 855.84

9. 16 266.50 17 148.35 18 160.98 19 118.76

10. 20 241.43 21 424.52 22 558.98 23 717.93

11. 19 401.89 20 449.01 21 612.08 22 836.64

12. 15 303.28 16 107.80 16 977.20 17 862.65

13. 19 256.52 20 262.44 21 286.29 22 428.80

14. 19 102.18 20 169.82 21 390.87 22 614.62

15. 14 474.73 15 064.46 15 962.62 16 674.63

16. 11 712.50 12 227.20 12 882.59 15 913.43

17. 9 780.75 10 284.27 10 850.27 11 418.01

18. 22 329.69 23 365.21 24 752.33 26 039.96

19. 59 944.56 62 593.02 65 032.89 66 607.42

20. 15 623.74 16 374.72 17 200.37 18 063.13

21. 13 499.23 14 078.42 14 913.84 15 665.20

22. 25 758.12 27 264.11 28 769.68 30 286.38

23. 11 299.34 11 867.68 12 486.49 13 110.80

24. 22 386.12 23 536.83 24 771.54 26 159.09

25. 11 104.70 11 693.90 12 327.74 12 935.49

26. 12 034.81 12 630.37 13 234.56 13 917.70

27. 13 172.06 13 898.67 14 673.70 15 463.80

28. 18 050.29 18 958.84 19 992.68 21 265.72

29. 23 812.06 25 074.17 26 572.83 27 867.37

1. Magelang 4 755.09 4 992.11 5 247.34 5 518.68

2. Surakarta 25 631.68 26 984.36 28 453.49 29 966.37

3. Salatiga 6 989.05 7 378.04 7 759.18 8 164.81

4. Semarang 96 985.40 103 109.87 109 088.69 115 298.17

5. Pekalongan 5 456.20 5 755.28 6 043.10 6 367.27

6. Tegal 8 084.18 8 491.33 8 953.88 9 442.94

726 652.11 763 212.06 805 034.96 848 473.12

Jepara

Karanganyar

Demak

Wonosobo

Magelang

Temanggung

Kendal

Rembang

Pati

Blora

Kudus

Kabupaten/Kota

Regency/Municipality

Sragen

Grobogan

Kebumen

Purworejo

Cilacap

Banyumas

Purbalingga

Banjarnegara

Sukoharjo

Boyolali

Klaten

Batang

Pekalongan

Pemalang

Semarang

Brebes

Tegal

Wonogiri

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi

Jawa Tengah (miliar rupiah), 2013−2016

Gross Regional Domestic Product at 2010 Constant Market Prices by Regency/Municipality in Jawa

Tengah Province (billion rupiahs), 2013−2016

Sumber: BPS Provinsi Jawa Tengah

Source: BPS-statistics of jawa Tengah Province

2013 2014 2015 2016

Kabupaten/Regency

165

2013 2014 2015 2016

Kabupaten Cilacap 1676098 1685631 1694726 1703390 4,028,338 4,122,665 4,344,242 4,540,962.54

Kabupaten Banyumas 1605585 1620772 1635909 1650625 1,442,524 1,509,964 1,587,541 1,668,612.73

Kabupaten Purbalingga 879880 889172 898376 907507 1,210,232 1,255,636 1,310,310 1,358,752.11

Kabupaten Banjarnegara 889894 896038 901826 907410 1,034,120 1,081,599 1,133,445 1,187,414.12

Kabupaten Kebumen 1176622 1180894 1184882 1188603 1,015,147 1,070,029 1,133,415 1,186,071.63

Kabupaten Purworejo 705527 708006 710386 712686 1,165,910 1,213,848 1,274,735 1,336,067.02

Kabupaten Wonosobo 769396 773391 777122 780793 1,119,250 1,166,742 1,217,513 1,275,404.85

Kabupaten Magelang 1221673 1233701 1245496 1257123 1,161,028 1,211,550 1,260,432 1,316,222.59

Kabupaten Boyolali 951809 957913 963690 969325 1,424,174 1,491,815 1,570,438 1,643,648.61

Kabupaten Klaten 1149002 1154028 1158795 1163218 1,468,044 1,547,083 1,622,301 1,699,160.65

Kabupaten Sukoharjo 849392 856861 864207 871397 1,903,508 1,988,752 2,083,999 2,183,911.20

Kabupaten Wonogiri 942430 945682 949017 951975 1,353,176 1,419,416 1,490,770 1,563,648.55

Kabupaten Karanganyar 840199 848326 856198 864021 1,909,916 1,990,434 2,071,784 2,163,219.39

Kabupaten Sragen 871991 875615 879027 882090 1,825,533 1,919,586 2,027,893 2,136,462.04

Kabupaten Grobogan 1336317 1343985 1351429 1358404 902,651 934,067 984,305 1,022,930.20

Kabupaten Blora 844325 848387 852108 855573 1,156,003 1,201,024 1,259,874 1,549,978.01

Kabupaten Rembang 608891 614065 619173 624096 1,338,602 1,395,655 1,460,317 1,524,606.35

Kabupaten Pati 1217930 1225603 1232889 1239989 1,527,845 1,588,688 1,673,057 1,750,012.52

Kabupaten Kudus 810893 821109 831303 841499 6,160,344 6,352,488 6,519,172 6,596,107.91

Kabupaten Jepara 1153321 1170785 1188289 1205800 1,128,895 1,165,508 1,206,242 1,248,350.67

Kabupaten Demak 1094495 1106209 1117905 1129298 1,027,812 1,060,561 1,111,740 1,155,969.22

Kabupaten Semarang 974115 987597 1000887 1014198 2,203,549 2,300,543 2,395,348 2,488,532.88

Kabupaten Temanggung 731927 738881 745825 752486 1,286,483 1,338,474 1,395,155 1,451,942.37

Kabupaten Kendal 926791 934627 942283 949682 2,012,871 2,098,594 2,190,738 2,295,425.12

Kabupaten Batang 729591 736497 743090 749720 1,268,370 1,323,144 1,382,486 1,437,813.57

Kabupaten Pekalongan 861125 867701 873986 880092 1,164,640 1,213,011 1,261,897 1,317,826.42

Kabupaten Pemalang 1279581 1284171 1288577 1292609 857,837 901,922 948,960 996,937.24

Kabupaten Tegal 1414983 1420106 1424891 1429386 1,063,045 1,112,525 1,169,252 1,239,793.24

Kabupaten Brebes 1764982 1773373 1781379 1788880 1,124,282 1,178,271 1,243,084 1,298,175.92

Kota Magelang 119879 120438 120792 121112 3,305,480 3,454,137 3,620,094 3,797,232.13

Kota Surakarta 507798 510105 512226 514171 4,206,345 4,408,301 4,629,059 4,856,745.62

Kota Salatiga 178719 181304 183815 186420 3,258,861 3,391,193 3,517,659 3,649,827.54

Kota Semarang 1644374 1672994 1701114 1729083 4,915,011 5,135,995 5,343,983 5,556,807.03

Kota Pekalongan 290903 293718 296404 299222 1,563,006 1,632,882 1,699,003 1,773,285.66

Kota Tegal 243901 244978 246119 247212 2,762,110 2,888,465 3,031,690 3,183,145.43

2013 2014 2015 2016

Jumlah Penduduk

Wilayah Jateng

PDRB Perkapita/bulan

166

2010 2011 2012 2013 2014 2015* 2016**

1 Cilacap 4.41 4.07 1.98 1.66 2.92 5.94 5.06

2 Banyumas 5.77 6.61 5.88 6.97 5.67 6.12 6.05

3 Purbalingga 5.67 5.67 5.79 5.27 4.85 5.43 4.75

4 Banjarnegara 4.89 5.44 5.23 5.44 5.31 5.47 5.41

5 Kebumen 4.15 6.15 4.88 4.57 5.79 6.28 4.97

6 Purworejo 5.01 5.64 4.59 4.94 4.48 5.37 5.15

7 Wonosobo 4.29 5.37 4.70 4.00 4.78 4.85 5.25

8 Magelang 4.51 6.68 4.88 5.91 5.38 5.03 5.40

9 Boyolali 3.60 6.34 5.33 5.83 5.42 5.91 5.27

10 Klaten 1.73 6.29 5.71 5.96 5.84 5.30 5.14

11 Sukoharjo 4.65 5.88 5.90 5.78 5.40 5.69 5.67

12 Wonogiri 5.87 3.58 5.94 4.78 5.26 5.40 5.22

13 Karanganyar 5.42 4.95 5.90 5.69 5.22 5.05 5.37

14 Sragen 6.09 6.55 6.12 6.70 5.59 6.05 5.72

15 Grobogan 5.05 3.19 5.08 4.57 4.07 5.96 4.46

16 Blora 5.04 4.42 4.90 5.36 4.39 5.36 23.53

17 Rembang 4.45 5.19 5.32 5.43 5.15 5.50 5.23

18 Pati 5.11 5.91 5.93 5.97 4.64 5.94 5.20

19 Kudus 4.17 4.24 4.11 4.36 4.43 3.90 2.53

20 Jepara 4.52 4.92 5.86 5.39 4.81 5.04 5.02

21 Demak 4.12 5.39 4.46 5.27 4.29 5.93 5.04

22 Semarang 4.90 6.27 6.03 5.97 5.85 5.52 5.27

23 Temanggung 4.31 6.09 4.27 5.20 5.03 5.21 5.00

24 Kendal 5.97 6.57 5.21 6.22 5.14 5.25 5.60

25 Batang 4.97 6.12 4.62 5.88 5.31 5.42 4.93

26 Pekalongan 4.27 5.66 4.81 5.99 4.95 4.78 5.16

27 Pemalang 4.94 5.01 5.32 5.57 5.52 5.58 5.38

28 Tegal 4.83 6.39 5.23 6.73 5.03 5.45 6.37

29 Brebes 4.94 6.65 4.58 5.91 5.30 5.98 4.87

1 Magelang 6.12 6.11 5.37 6.04 4.98 5.11 5.17

2 Surakarta 5.94 6.42 5.58 6.25 5.28 5.44 5.32

3 Salatiga 5.01 6.58 5.53 6.30 5.57 5.17 5.23

4 Semarang 5.87 6.58 5.97 6.25 6.31 5.80 5.69

5 Pekalongan 5.51 5.49 5.61 5.91 5.48 5.00 5.36

6 Tegal 4.61 6.47 4.21 5.67 5.04 5.45 5.46

KABUPATEN / KOTA

Kabupaten

Kota

Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah

(Persen), 2010 - 2016

167

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

PROVINSI JAWA TENGAH 72.73 72.91 73.09 73.28 73.88 73.96 74.02

Kabupaten Cilacap 72.45 72.55 72.65 72.75 72.8 73 73.11

Kabupaten Banyumas 72.67 72.74 72.82 72.89 72.92 73.12 73.23

Kabupaten Purbalingga 72.56 72.63 72.69 72.76 72.8 72.81 72.86

Kabupaten Banjarnegara 73.09 73.17 73.25 73.34 73.39 73.59 73.69

Kabupaten Kebumen 72.24 72.36 72.49 72.61 72.67 72.77 72.87

Kabupaten Purworejo 73.45 73.56 73.66 73.77 73.83 74.03 74.14

Kabupaten Wonosobo 70.37 70.5 70.63 70.76 70.82 71.02 71.16

Kabupaten Magelang 73 73.07 73.14 73.21 73.25 73.27 73.33

Kabupaten Boyolali 75.41 75.46 75.52 75.58 75.61 75.63 75.67

Kabupaten Klaten 76.37 76.42 76.47 76.52 76.54 76.55 76.59

Kabupaten Sukoharjo 77.37 77.4 77.42 77.44 77.45 77.46 77.46

Kabupaten Wonogiri 75.58 75.65 75.72 75.8 75.84 75.86 75.88

Kabupaten Karanganyar 76.61 76.64 76.67 76.7 76.71 77.11 77.11

Kabupaten Sragen 75.05 75.13 75.2 75.27 75.31 75.41 75.43

Kabupaten Grobogan 73.8 73.87 73.95 74.03 74.07 74.27 74.37

Kabupaten Blora 73.51 73.6 73.7 73.79 73.84 73.85 73.88

Kabupaten Rembang 73.97 74.03 74.09 74.16 74.19 74.22 74.27

Kabupaten Pati 75.23 75.29 75.34 75.4 75.43 75.63 75.69

Kabupaten Kudus 76.33 76.35 76.37 76.39 76.4 76.41 76.43

Kabupaten Jepara 75.58 75.59 75.61 75.63 75.64 75.65 75.67

Kabupaten Demak 75.05 75.09 75.12 75.16 75.18 75.21 75.27

Kabupaten Semarang 75.4 75.42 75.45 75.48 75.5 75.52 75.54

Kabupaten Temanggung 75.17 75.22 75.26 75.31 75.34 75.35 75.39

Kabupaten Kendal 73.92 73.98 74.05 74.11 74.14 74.15 74.2

Kabupaten Batang 74.22 74.28 74.33 74.38 74.4 74.42 74.46

Kabupaten Pekalongan 73.08 73.15 73.23 73.3 73.33 73.35 73.41

Kabupaten Pemalang 72.26 72.37 72.48 72.59 72.64 72.77 72.87

Kabupaten Tegal 70.32 70.46 70.59 70.73 70.8 70.9 71.02

Kabupaten Brebes 67.29 67.46 67.63 67.81 67.9 68.2 68.41

Kota Magelang 76.39 76.44 76.49 76.54 76.57 76.58 76.62

Kota Surakarta 76.85 76.89 76.93 76.97 76.99 77 77.03

Kota Salatiga 76.48 76.5 76.52 76.53 76.53 76.83 76.87

Kota Semarang 77.17 77.17 77.18 77.18 77.18 77.2 77.21

Kota Pekalongan 73.91 73.96 74.01 74.06 74.09 74.11 74.15

Kota Tegal 73.83 73.91 73.98 74.06 74.1 74.12 74.18

Wilayah JatengIndeks Pembangunan Manusia (metode baru)

Angka Harapan Hidup saat Lahir (tahun)

168

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2017

PROVINSI JAWA TENGAH 7.7 7.35 7.33 6.21 7.07 5.61 6.01 5.68 4.99 4.57

Kabupaten Cilacap 11.48 10.16 11.45 9.75 10.82 7.29 6.68 5.65 8.01 6.3

Kabupaten Banyumas 8.07 8.05 8.05 7.37 6.61 5.11 5.45 5.37 6.37 4.62

Kabupaten Purbalingga 7.56 7.08 4.66 3.82 5.1 5.02 5.63 5.13 4.84 5.33

Kabupaten Banjarnegara 6.39 4.91 5.07 3.1 4.97 3.69 4.16 4.06 5.05 4.72

Kabupaten Kebumen 7.18 6.12 8.12 8.02 4.73 3.58 3.52 3.25 4.14 5.58

Kabupaten Purworejo 5.43 4.32 4.94 3.4 5.3 3.2 5.15 5.1 4.01 3.64

Kabupaten Wonosobo 5.68 5.5 3.62 4.04 4.92 5.21 5.82 5.34 4.47 4.18

Kabupaten Magelang 6.26 5.06 4.95 2.97 6.83 4.38 6.13 7.45 5.16 2.44

Kabupaten Boyolali 7.25 5.9 5.51 3.9 5.81 4.43 5.44 4.95 2.03 3.67

Kabupaten Klaten 8.19 7.26 6.36 4.5 7.63 3.7 5.34 4.75 2.51 4.35

Kabupaten Sukoharjo 9.45 8.12 8.28 7.4 6.27 6.1 5.98 4.6 4.52 2.27

Kabupaten Wonogiri 5.2 5.73 5.03 4.7 3.82 3.46 3.61 3.45 3.07 2.38

Kabupaten Karanganyar 6.63 5.7 8.26 6.62 5.78 5.82 3.84 3.54 3.6 3.17

Kabupaten Sragen 6.21 5.64 5.78 4.09 8.43 5.88 5.63 6.04 4.51 4.55

Kabupaten Grobogan 5.83 6.19 6.07 4.6 5.33 4.2 6.1 4.25 5.22 3.02

Kabupaten Blora 3.92 5.71 6.99 5.49 6.9 4.75 6.23 4.3 4.68 2.85

Kabupaten Rembang 5.7 5.89 5.64 4.89 7.22 5.75 5.97 5.23 4.51 3.19

Kabupaten Pati 8.38 9.36 7.68 6.22 11.17 11.98 7.29 6.37 4.43 3.83

Kabupaten Kudus 7.03 6.15 7.36 6.22 8.32 5.89 8.07 5.03 5.04 3.56

Kabupaten Jepara 5.78 5.76 4.4 4.56 5.48 4.29 6.34 5.09 3.12 4.84

Kabupaten Demak 7.04 6.64 5.72 5.69 5.03 8.4 7.08 5.17 6.02 4.47

Kabupaten Semarang 9.36 7.39 7.88 6.25 6.16 4.87 3.9 4.38 2.57 1.78

Kabupaten Temanggung 6.77 4.9 4.24 3.6 3.54 3.39 4.87 3.19 1.5 2.97

Kabupaten Kendal 5.42 6.39 5.64 5.57 6.54 6.31 6.43 6.15 7.07 4.93

Kabupaten Batang 8.13 8.77 7.11 6.48 6.66 5.88 7.02 7.42 4.56 5.82

Kabupaten Pekalongan 7.93 7.38 4.18 4.04 6.91 5.08 4.78 6.03 5.1 4.39

Kabupaten Pemalang 8.53 9.97 12.26 11.45 7.37 4.85 6.48 7.44 6.53 5.59

Kabupaten Tegal 9.38 9.56 9.24 7.48 10.59 6.12 6.89 8.47 9.52 7.33

Kabupaten Brebes 9.01 7.92 9.42 8.21 11.08 8.22 9.61 9.53 6.49 8.04

Kota Magelang 12.37 12.28 14.95 13.28 11.51 8.99 6.75 7.38 6.43 6.68

Kota Surakarta 9.31 9.57 10.44 8.73 7.7 6.29 7.22 6.16 4.53 4.47

Kota Salatiga 11.35 11.27 10.95 10.22 9.02 6.84 6.21 4.46 6.43 3.96

Kota Semarang 11.39 11.51 10.66 8.98 7.65 6.01 6.02 7.76 5.77 6.61

Kota Pekalongan 9.64 9.75 8.61 7 8.06 7.67 5.28 5.42 4.1 5.05

Kota Tegal 14.75 13.32 15.74 14.22 9.77 8.75 9.32 9.2 8.06 8.19

Wilayah JatengTingkat Pengangguran Terbuka (TPT) (Persen)

169

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017PROVINSI JAWA TENGAH 16.11 16.21 14.98 14.44 13.58 13.58 13.27 13.01

Kabupaten Cilacap 18.11 17.15 15.92 15.24 14.21 14.39 14.12 13.94

Kabupaten Banyumas 20.2 21.11 19.44 18.44 17.45 17.52 17.23 17.05

Kabupaten Purbalingga 24.58 23.06 21.19 20.53 19.75 19.7 18.98 18.8

Kabupaten Banjarnegara 19.17 20.38 18.87 18.71 17.77 18.37 17.46 17.21

Kabupaten Kebumen 22.7 24.06 22.4 21.32 20.5 20.44 19.86 19.6

Kabupaten Purworejo 16.61 17.51 16.32 15.44 14.41 14.27 13.91 13.81

Kabupaten Wonosobo 23.15 24.21 22.5 22.08 21.42 21.45 20.53 20.32

Kabupaten Magelang 14.14 15.18 13.97 13.96 12.98 13.07 12.67 12.42

Kabupaten Boyolali 13.72 14.97 13.88 13.27 12.36 12.45 12.09 11.96

Kabupaten Klaten 17.47 17.95 16.71 15.6 14.56 14.89 14.46 14.15

Kabupaten Sukoharjo 10.94 11.13 10.15 9.87 9.18 9.26 9.07 8.75

Kabupaten Wonogiri 15.67 15.74 14.67 14.02 13.09 12.98 13.12 12.9

Kabupaten Karanganyar 13.98 15.29 14.07 13.58 12.62 12.46 12.49 12.28

Kabupaten Sragen 17.49 17.95 16.72 15.93 14.87 14.86 14.38 14.02

Kabupaten Grobogan 17.86 17.38 16.13 14.87 13.86 13.68 13.57 13.27

Kabupaten Blora 16.27 16.24 15.1 14.64 13.66 13.52 13.33 13.04

Kabupaten Rembang 23.4 23.71 21.88 20.97 19.5 19.28 18.54 18.35

Kabupaten Pati 14.48 14.69 13.61 12.94 12.06 11.95 11.65 11.38

Kabupaten Kudus 9.01 9.45 8.63 8.62 7.99 7.73 7.65 7.59

Kabupaten Jepara 10.18 10.32 9.38 9.23 8.55 8.5 8.35 8.12

Kabupaten Demak 18.76 18.21 16.73 15.72 14.6 14.44 14.1 13.41

Kabupaten Semarang 10.5 10.3 9.4 8.51 8.05 8.15 7.99 7.78

Kabupaten Temanggung 13.46 13.38 12.32 12.42 11.55 11.76 11.6 11.46

Kabupaten Kendal 14.47 14.26 13.17 12.68 11.8 11.62 11.37 11.1

Kabupaten Batang 14.67 13.47 12.4 11.96 11.13 11.27 11.04 10.8

Kabupaten Pekalongan 16.29 15 13.85 13.51 12.57 12.84 12.9 12.61

Kabupaten Pemalang 19.96 20.68 19.27 19.27 18.44 18.3 17.58 17.37

Kabupaten Tegal 13.11 11.54 10.75 10.58 9.87 10.09 10.1 9.9

Kabupaten Brebes 23.01 22.72 21.12 20.82 20 19.79 19.47 19.14

Kota Magelang 10.51 11.06 10.31 9.8 9.14 9.05 8.79 8.75

Kota Surakarta 13.96 12.9 12 11.74 10.95 10.89 10.88 10.65

Kota Salatiga 8.28 7.8 7.11 6.4 5.93 5.8 5.24 5.07

Kota Semarang 5.12 5.68 5.13 5.25 5.04 4.97 4.85 4.62

Kota Pekalongan 9.36 10.04 9.47 8.26 8.02 8.09 7.92 7.47

Kota Tegal 10.62 10.81 10.04 8.84 8.54 8.26 8.2 8.11

Wilayah JatengKemiskinan

Persentase Penduduk Miskin (persen)

170

DPR - RI DPRD DPD

PROVINSI

01. Kab. Ci lacap 904 868 896 486 839 221 2,640,575 3 880191.7 1466650 0.6001375

02. Kab. Banyumas 869 262 851 211 768 542 2,489,015 3 829671.7 1315239 0.63081437

03. Kab. Purbal ingga 457 082 427 518 346 277 1,230,877 3 410292.3 719290 0.57041295

04. Kab. Banjarnegara 485 861 465 749 403 944 1,355,554 3 451851.3 755202 0.59831851

05. Kab. Kebumen 632 632 596 464 532 545 1,761,641 3 587213.7 1034732 0.56750315

06. Kab. Purworejo 395 384 386 932 348 355 1,130,671 3 376890.3 626177 0.60189105

07. Kab. Wonosobo 410 148 397 763 334 601 1,142,512 3 380837.3 652109 0.58400871

08. Kab. Magelang 706 981 679 614 569 081 1,955,676 3 651892 950694 0.68570118

09. Kab. Boyola l i 574 204 547 418 456 368 1,577,990 3 525996.7 792152 0.66400977

10. Kab. Klaten 682 743 652 886 545 871 1,881,500 3 627166.7 998696 0.62798556

11. Kab. Sukoharjo 463 063 443 840 386 220 1,293,123 3 431041 669478 0.6438464

12. Kab. Wonogiri 557 484 552 808 508 369 1,618,661 3 539553.7 904133 0.5967636

13. Kab. Karanganyar 478 979 453 513 391 310 1,323,802 3 441267.3 680085 0.64884144

14. Kab. Sragen 491 671 490 673 418 094 1,400,438 3 466812.7 768727 0.60725416

15. Kab. Grobogan 678 346 646 868 569 742 1,894,956 3 631652 1091974 0.57844967

16. Kab. Blora 430 700 428 511 356 735 1,215,946 3 405315.3 697762 0.58087906

17. Kab. Rembang 310 325 298 454 221 296 830,075 3 276691.7 475381 0.58204191

18. Kab. Pati 652 561 615 464 465 787 1,733,812 3 577937.3 1022345 0.56530558

19. Kab. Kudus 428 791 387 580 293 257 1,109,628 3 369876 596381 0.62020084

20. Kab. Jepara 602 451 582 537 502 734 1,687,722 3 562574 829287 0.67838276

21. Kab. Demak 548 578 532 330 411 935 1,492,843 3 497614.3 829368 0.5999922

22. Kab. Semarang 529 162 515 170 420 229 1,464,561 3 488187 744958 0.65532151

23. Kab. Temanggung 437 357 425 574 385 126 1,248,057 3 416019 579617 0.7177481

24. Kab. Kendal 486 236 471 758 355 686 1,313,680 3 437893.3 757475 0.57809609

25. Kab. Batang 369 046 360 133 274 508 1,003,687 3 334562.3 580188 0.5766447

26. Kab. Pekalongan 428 715 408 702 312 026 1,149,443 3 383147.7 704714 0.54369243

27. Kab. Pemalang 618 513 615 952 505 756 1,740,221 3 580073.7 1089960 0.53219721

28. Kab. Tegal 666 008 630 502 530 613 1,827,123 3 609041 1178114 0.5169627

29. Kab. Brebes 855 193 821 691 705 307 2,382,191 3 794063.7 1473004 0.53907774

30. Kota Magelang 64 445 63 303 51 486 179,234 3 59744.67 92389 0.64666429

31. Kota Surakarta 290 818 282 809 241 707 815,334 3 271778 408951 0.66457351

32. Kota Sa latiga 92 579 90 099 77 057 259,735 3 86578.33 127991 0.67644079

33. Kota Semarang 751 127 745 135 647 247 2,143,509 3 714503 1101290 0.64878733

34. Kota Pekalongan 137 372 132 664 99 811 369,847 3 123282.3 215200 0.5728733

35. Kota Tegal 114 774 108 639 91 574 314,987 3 104995.7 196347 0.53474546

Rata-rataJumlah

pemilih

Rata-rata

/jml pemilih

Banyaknya Suara yang Sah Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Bulan April 2014

Number of Voice Result by Regency/City in Jawa Tengah on April 2014

Kabupaten/Kota

Regency/CityTotal

171

2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016

PROVINSI JAWA TENGAH 8991.96 9296.37 9497.15 9617.92 9639.74 9930 10153

Kabupaten Cilacap 8520.27 8800.85 8969.12 9070.61 9091.04 9351 9677

Kabupaten Banyumas 8969.67 9241.18 9446.51 9560.78 9579.95 10104 10554

Kabupaten Purbalingga 7930.41 8228.05 8449.59 8535.28 8538.62 8938 9159

Kabupaten Banjarnegara 6930.82 7361.95 7570.15 7654.03 7683.73 7930 8400

Kabupaten Kebumen 7367.88 7456.91 7638.2 7729.61 7754.85 8008 8276

Kabupaten Purworejo 8619.02 8921.18 9022.49 9155.28 9189.4 9305 9497

Kabupaten Wonosobo 9032.28 9274.72 9403.93 9458.32 9491.02 9736 9877

Kabupaten Magelang 7232.95 7457.73 7689.51 7856.02 7877.09 8182 8501

Kabupaten Boyolali 10840.2 11147.3 11381.4 11490.1 11503.8 11806 12192

Kabupaten Klaten 10333.2 10592.9 10858.3 10961.9 10965.4 11178 11227

Kabupaten Sukoharjo 9638.95 9922.39 10111.8 10247.4 10264.5 10416 10452

Kabupaten Wonogiri 7556.76 7928.31 8132.52 8234.95 8248.68 8417 8589

Kabupaten Karanganyar 9712.07 10023.5 10190.8 10285.7 10313.4 10486 10722

Kabupaten Sragen 10163.9 10508.9 10698.3 10856.6 10876 11434 11688

Kabupaten Grobogan 8674.42 8960.73 9208.27 9284.18 9303.26 9457 9487

Kabupaten Blora 7965.99 8245.73 8447.93 8539.54 8568.16 8699 8846

Kabupaten Rembang 8388.92 8705.49 8881.77 8994.14 9013.01 9122 9453

Kabupaten Pati 8541.02 8828.24 8997.04 9087.98 9106.28 9380 9548

Kabupaten Kudus 9477.07 9747.37 9964.02 10082.4 10102.1 10203 10348

Kabupaten Jepara 8550.4 8821.42 8999 9176.98 9194.97 9504 9695

Kabupaten Demak 8420.51 8727.59 8924.47 8982.63 9003.5 9118 9377

Kabupaten Semarang 9929.96 10230.7 10458.8 10561.8 10585.9 10778 11102

Kabupaten Temanggung 7438.1 7751.1 7951.82 8041.58 8062.36 8369 8593

Kabupaten Kendal 9357.73 9701.35 9909.52 10079.5 10125.6 10419 10631

Kabupaten Batang 7273.52 7609.69 7821.37 7966.91 8011.69 8244 8568

Kabupaten Pekalongan 8403.12 8575.66 8751.74 8883.8 8937.57 9208 9300

Kabupaten Pemalang 6258.62 6487.66 6725.09 6863.49 6910.76 7177 7447

Kabupaten Tegal 7429.03 7713.16 7894.25 8001.08 8049.7 8367 8709

Kabupaten Brebes 8392.58 8491.61 8591.81 8730.59 8783.61 8898 9148

Kota Magelang 9680.96 9921.71 10169 10257.8 10344.3 10793 11090

Kota Surakarta 12123.3 12464.3 12680.2 12819.7 12907.3 13604 13900

Kota Salatiga 13410.7 13727.3 13966.4 14124.9 14204.8 14600 14811

Kota Semarang 11986.8 12271.3 12488.4 12713.5 12802.5 13589 13909

Kota Pekalongan 10223.7 10559.7 10755.9 10922.3 11006.4 11253 11721

Kota Tegal 10644.4 10965.5 11250.7 11415.8 11519.2 11748 11849

Wilayah Jateng

Indeks Pembangunan Manusia (metode baru)

Pengeluaran per kapita Disesuaikan (ribu rupiah/orang/tahun)

172

2017

UMK UMK UMK UMK UMK UMK UMK UMK

1. 698 333.33 718 666.67 773 000.00 887666.6667 1016666.667 1195666.667 1527000 1 693 689.00

2. Banyumas 670 000.00 750 000.00 795 000.00 877 500.00 1 000 000.00 1 100 000.00 1 350 000.00 1 461 400.00

3. Purbalingga 695 000.00 765 000.00 818 500.00 896 500.00 1 023 000.00 1 101 600.00 1 377 500.00 1 522 500.00

4. Banjarnegara 662 000.00 730 000.00 765 000.00 835 000.00 920 000.00 1 112 500.00 1 265 000.00 1 370 000.00

5. Kebumen 700 000.00 727 500.00 770 000.00 835 000.00 975 000.00 1 157 500.00 1 324 600.00 1 433 900.00

6. Purworejo 719 000.00 755 000.00 809 000.00 849 000.00 910 000.00 1 165 000.00 1 300 000.00 1 445 000.00

7. Wonosobo 715 000.00 775 000.00 825 000.00 880 000.00 990 000.00 1 166 000.00 1 326 000.00 1 457 100.00

8. Magelang 752 000.00 802 500.00 870 000.00 942 000.00 1 152 000.00 1 255 000.00 1 410 000.00 1 570 000.00

9. Boyolali 748 000.00 800 500.00 836 000.00 895 000.00 1 116 000.00 1 197 800.00 1 403 500.00 1 519 289.00

10. Klaten 735 000.00 766 022.00 812 000.00 871 500.00 1 026 600.00 1 170 000.00 1 400 000.00 1 528 500.00

11. Sukoharjo 769 500.00 790 500.00 843 000.00 902 000.00 1 150 000.00 1 223 000.00 1 396 000.00 1 513 000.00

12. Wonogiri 695 000.00 730 000.00 775 000.00 830 000.00 954 000.00 1 101 000.00 1 293 000.00 1 401 000.00

13. Karanganyar 761 000.00 801 500.00 846 000.00 896 500.00 1 060 000.00 1 226 000.00 1 420 000.00 1 560 000.00

14. Sragen 724 000.00 760 000.00 810 000.00 864 000.00 960 000.00 1 105 000.00 1 300 000.00 1 422 585.52

15. Grobogan 687 500.00 735 000.00 785 000.00 842 000.00 935 000.00 1 160 000.00 1 305 000.00 1 435 000.00

16. Blora 742 000.00 816 200.00 855 500.00 932 000.00 1 009 000.00 1 180 000.00 1 328 500.00 1 438 100.00

17. Rembang 702 000.00 757 600.00 816 000.00 896 000.00 985 000.00 1 120 000.00 1 300 000.00 1 408 000.00

18. Pati 733 000.00 769 550.00 837 500.00 927 600.00 1 013 027.00 1 176 500.00 1 310 000.00 1 420 500.00

19. Kudus 775 000.00 840 000.00 889 000.00 990 000.00 1 150 000.00 1 380 000.00 1 608 200.00 1 740 900.00

20. Jepara 702 000.00 758 000.00 800 000.00 875 000.00 1 000 000.00 1 150 000.00 1 350 000.00 1 600 000.00

21. Demak 813 400.00 847 987.00 893 000.00 995 000.00 1 280 000.00 1 535 000.00 1 745 000.00 1 900 000.00

22. Semarang 824 000.00 880 000.00 941 600.00 1 051 000.00 1 208 200.00 1 419 000.00 1 610 000.00 1 745 000.00

23. Temanggung 709 500.00 779 000.00 866 000.00 940 000.00 1 050 000.00 1 178 000.00 1 313 000.00 1 431 500.00

24. Kendal 780 000.00 843 750.00 893 000.00 953 100.00 1 206 000.00 1 383 450.00 1 639 600.00 1 774 867.00

25. Batang 745 000.00 805 000.00 880 000.00 970 000.00 1 146 000.00 1 270 000.00 1 467 500.00 1 603 000.00

26. Pekalongan 760 000.00 810 000.00 873 000.00 962 000.00 1 145 000.00 1 271 000.00 1 463 000.00 1 583 697.50

27. Pemalang 675 000.00 725 000.00 793 000.00 908 000.00 1 066 000.00 1 193 400.00 1 325 000.00 1 460 000.00

28. Tegal 687 000.00 725 000.00 795 000.00 850 000.00 1 000 000.00 1 155 000.00 1 373 000.00 1 487 000.00

29. Brebes 681 000.00 717 000.00 775 000.00 859 000.00 1 000 000.00 1 166 550.00 1 310 000.00 1 418 100.00

1. Magelang 745 000.00 795 000.00 837 000.00 915 900.00 1 145 000.00 1 211 000.00 1 341 000.00 1 453 000.00

2. Surakarta 785 000.00 826 252.00 864 450.00 974 000.00 1 170 000.00 1 222 400.00 1 418 000.00 1 534 985.00

3. Salatiga 803 185.00 843 469.00 901 396.00 1 209 100.00 1 423 500.00 1 287 000.00 1 450 953.00 1 596 844.87

4. Semarang 939 756.00 961 323.00 991 500.00 980 000.00 1 165 000.00 1 685 000.00 1 909 000.00 2 125 000.00

5. Pekalongan 760 000.00 810 000.00 895 500.00 860 000.00 1 044 000.00 1 291 000.00 1 500 000.00 1 623 750.00

6. Tegal 700 000.00 735 000.00 795 000.00 914 275.68 1 066 603.43 1 206 000.00 1 385 000.00 1 499 500.00

2014

Upah Minimum Kabupaten/Kota Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2000 - 2017 (Rupiah)

20122010 2013

Cilacap

Kabupaten/Regency

Kabupaten/Kota

Regency/Municipa

lity

201620152011

173

Jumlah Bayi Lahir, Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), BBLR Dirujuk, dan Bergizi Buruk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, 2015

Kabupaten/Kota Regency/Municipality

Bayi Lahir/ Births BBLR/LBW Gizi Buruk/ Malnutrition

Kabupaten/Regency 1. Cilacap 29 536 1 254 76 2. Banyumas 28 810 10 319 57 3. Purbalingga 14 730 781 8

4. Banjarnegara 15 798 1 057 23 5. Kebumen 20 436 928 13

6. Purworejo 9 289 508 35 7. Wonosobo 13 044 622 20 8. Magelang 17 956 775 32

9. Boyolali 14 705 340 6 10. Klaten 17 002 887 13 11. Sukoharjo 12 574 486 12 12. Wonogiri 11 588 558 48 13. Karanganyar 12 975 647 9 14. Sragen 13 847 499 6

15. Grobogan 22 089 787 26 16. Blora 12 013 630 55

17. Rembang 9 014 475 31 18. Pati 17 909 654 33 19. Kudus 15 587 462 16

20. Jepara 21 116 671 45 21. Demak 20 665 693 13

22. Semarang 14 127 660 26

23. Temanggung 10 959 516 27 24. Kendal 15 456 269 28 25. Batang 12 589 726 27 26. Pekalongan 15 596 618 46 27. Pemalang 24 590 788 5 28. Tegal 27 314 1 253 57

29. Brebes 33 312 1 572 82

Kota/Municipality 1. Magelang 1 600 97 9 2. Surakarta 10 324 264 - 3. Salatiga 2 684 98 3 4. Semarang 27 334 311 13 5. Pekalongan 5 921 299 7

6. Tegal 4 374 239 15

174

Jumlah Keluarga Menurut Kabupaten/Kota dan Klasifikasi di Provinsi Jawa Tengah, 2015

Number of Households by Regency/Municipality and Household Clasification in Jawa Tengah Province, 2015

Kabupaten/Kota Regency/Municipality

Pra Sejahtera

Keluarga Sejahtera

Jumlah Total

Prosperous Family

Pre-prosperous Family I II III III+

1 Cilacap 87 448 326 279 134 485 - - 548 212

2 Banyumas 70 499 248 090 105 863 - - 424 452

3 Purbalingga 44 730 144 904 66 295 - - 255 929

4 Banjarnegara 37 253 135 445 68 063 - - 240 761

5 Kebumen 48 096 223 605 85 004 - - 356 705

6 Purworejo 42 238 132 901 44 379 - - 219 518

7 Wonosobo 41 426 135 393 70 179 - - 246 998

8 Magelang 94 458 183 281 66 268 - - 344 007

9 Boyolali 83 700 140 040 64 897 - - 288 637

10 Klaten 52 689 238 684 77 842 - - 369 215

11 Sukoharjo 28 698 155 022 58 041 - - 241 761

12 Wonogiri 43 096 216 122 70 868 - - 330 086

13 Karanganyar 27 548 158 725 77 247 - - 263 520

14 Sragen 86 111 126 568 56 722 - - 269 401

15 Grobogan 267 032 114 948 61 766 - - 443 746

16 Blora 165 558 76 077 34 515 - - 276 150

17 Rembang 58 082 77 738 39 457 - - 175 277

18 Pati 117 037 202 358 86 571 - - 405 966

19 Kudus 29 847 133 993 56 201 - - 220 041

20 Jepara 86 539 163 216 84 572 - - 334 327

21 Demak 78 549 136 744 81 539 - - 296 832

22 Semarang 67 657 157 717 79 241 - - 304 615

23 Temanggung 41 719 114 875 57 401 - - 213 995

24 Kendal 81 674 133 201 60 325 - - 275 200

25 Batang 37 046 67 714 30 091 - - 134 851

26 Pekalongan 46 046 164 363 70 292 - - 280 701

27 Pemalang 82 816 215 520 98 069 - - 396 405

28 Tegal 63 691 223 760 100 178 - - 387 629

29 Brebes 102 428 264 389 121 994 - - 488 811

1 Magelang 2 919 22 582 7 242 - - 32 743

2 Surakarta 8 665 77 509 25 329 - - 111 503

3 Salatiga 4 482 27 283 10 384 - - 42 149

4 Semarang 32 821 220 001 95 608 - - 348 430

5 Pekalongan 5 782 49 250 19 159 - - 74 191

6 Tegal 7 287 50 052 19 822 - - 77 161

175

Laporan Penerbitan Akta Perkawinan Berdasarkan Domisili Kepemilikan Akta Pencatatan Sipil Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, 2016

Kabupaten/ Kota Regency/ Municipality

Domisili/ Domicile Luar Domisili/

Outside of Domicile

Jumlah/

Total %

Jumlah/ Total

%

Kabupaten/ Regency

1. Cilacap

68.00

0.38

-

-

-

-

2. Banyumas

966.00

5.33

-

-

161.00

0.17

3. Purbalingga

202.00

1.12

-

-

33.00

0.16

4. Banjarnegara

-

-

-

-

-

5. Kebumen

-

-

-

-

-

6. Purworejo

-

-

-

-

-

7. Wonosobo

126.00

0.70

-

-

23.00

0.18

8. Magelang

105.00

0.58

-

-

18.00

0.17

9. Boyolali

114.00

0.63

-

-

31.00

0.27

10. Klaten

648.00

3.58

-

-

92.00

0.14

11. Sukoharjo

730.00

4.03

29.00

1.49

123.00

0.17

12. Wonogiri

153.00

0.84

2.00

0.10

26.00

0.17

13. Karanganyar

233.00

1.29

-

-

43.00

0.18

14. Sragen

-

-

-

-

-

15. Grobogan

609.00

3.36

-

-

91.00

0.15

16. Blora

722.00

3.99

27.00

1.39

7.00

0.01

17. Rembang

112.00

0.62

-

-

17.00

0.15

18. Pati

476.00

2.63

-

-

10.00

0.02

19. Kudus

20.00

0.11

-

-

-

-

20. Jepara

816.00

4.51

1.00

0.05

121.00

0.15

176

21. Demak

20.00

0.11

-

-

3.00

0.15

22. Semarang

156.00

0.86

-

-

28.00

0.18

23. Temanggung 4

694.00

25.92

-

-

139.00

0.03

24. Kendal

37.00

0.20

-

-

4.00

0.11

25. Batang

116.00

0.64

-

-

21.00

0.18

26. Pekalongan

6.00

0.03

-

-

1.00

0.17

27. Pemalang

27.00

0.15

3.00

0.15

4.00

0.15

28. Tegal

151.00

0.83

5.00

0.26

34.00

0.23

29. Brebes

2.00

0.01

-

-

-

-

Kota/ Municipality

1. Kota Magelang

370.00

2.04

2.00

0.10

75.00

0.20

2. Kota Surakarta 1

079.00

5.96

-

-

122.00

0.11

3. Kota Salatiga

293.00

1.62

-

-

55.00

0.19

4. Kota Semarang 4

984.00

27.52 1

872.00

96.45

999.00

0.20

5. Kota Pekalongan

45.00

0.25

-

-

13.00

0.29

6. Kota Tegal

32.00

0.18

-

-

7.00

0.22

177

Laporan Penerbitan Akta Perkawinan Berdasarkan Domisili Kepemilikan Akta Pencatatan Sipil Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah, 2016

Angka Perceraian/Angka Perkawinan

Kabupaten/ Kota Regency/ Municipality

Domisili/ Domicile Luar Domisili/

Outside of Domicile

Jumlah/ Total

% Jumlah/

Total %

Kabupaten/ Regency

1. Cilacap

68.00

0.38

-

-

-

-

2. Banyumas

966.00

5.33

-

-

161.00

0.17

3. Purbalingga

202.00

1.12

-

-

33.00

0.16

4. Banjarnegara

-

-

-

-

-

5. Kebumen

-

-

-

-

-

6. Purworejo

-

-

-

-

-

7. Wonosobo

126.00

0.70

-

-

23.00

0.18

8. Magelang

105.00

0.58

-

-

18.00

0.17

9. Boyolali

114.00

0.63

-

-

31.00

0.27

10. Klaten

648.00

3.58

-

-

92.00

0.14

11. Sukoharjo

730.00

4.03

29.00

1.49

123.00

0.17

12. Wonogiri

153.00

0.84

2.00

0.10

26.00

0.17

13. Karanganyar

233.00

1.29

-

-

43.00

0.18

14. Sragen

-

-

-

-

-

15. Grobogan

609.00

3.36

-

-

91.00

0.15

16. Blora

722.00

3.99

27.00

1.39

7.00

0.01

17. Rembang

112.00

0.62

-

-

17.00

0.15

18. Pati

476.00

2.63

-

-

10.00

0.02

19. Kudus

20.00

0.11

-

-

-

-

178

20. Jepara

816.00

4.51

1.00

0.05

121.00

0.15

21. Demak

20.00

0.11

-

-

3.00

0.15

22. Semarang

156.00

0.86

-

-

28.00

0.18

23. Temanggung 4

694.00

25.92

-

-

139.00

0.03

24. Kendal

37.00

0.20

-

-

4.00

0.11

25. Batang

116.00

0.64

-

-

21.00

0.18

26. Pekalongan

6.00

0.03

-

-

1.00

0.17

27. Pemalang

27.00

0.15

3.00

0.15

4.00

0.15

28. Tegal

151.00

0.83

5.00

0.26

34.00

0.23

29. Brebes

2.00

0.01

-

-

-

-

Kota/ Municipality

1. Kota Magelang

370.00

2.04

2.00

0.10

75.00

0.20

2. Kota Surakarta 1

079.00

5.96

-

-

122.00

0.11

3. Kota Salatiga

293.00

1.62

-

-

55.00

0.19

4. Kota Semarang 4

984.00

27.52 1

872.00

96.45

999.00

0.20

5. Kota Pekalongan

45.00

0.25

-

-

13.00

0.29

6. Kota Tegal

32.00

0.18

-

-

7.00

0.22

179

2010 2011 2012 2013 2014 2015PROVINSI JAWA TENGAH 0.34 0.38 0.38 0.39 0.38 0.38

Kabupaten Cilacap 0.25 0.3 0.32 0.37 0.34 0.34

Kabupaten Banyumas 0.34 0.35 0.34 0.36 0.32 0.32

Kabupaten Purbalingga 0.24 0.28 0.33 0.32 0.3 0.3

Kabupaten Banjarnegara 0.26 0.36 0.33 0.39 0.34 0.34

Kabupaten Kebumen 0.23 0.34 0.35 0.31 0.28 0.28

Kabupaten Purworejo 0.29 0.36 0.31 0.34 0.38 0.38

Kabupaten Wonosobo 0.25 0.35 0.38 0.34 0.35 0.35

Kabupaten Magelang 0.25 0.32 0.33 0.34 0.34 0.34

Kabupaten Boyolali 0.27 0.36 0.38 0.4 0.3 0.3

Kabupaten Klaten 0.25 0.32 0.33 0.34 0.36 0.36

Kabupaten Sukoharjo 0.3 0.33 0.35 0.34 0.35 0.35

Kabupaten Wonogiri 0.29 0.35 0.32 0.34 0.33 0.33

Kabupaten Karanganyar 0.29 0.37 0.4 0.33 0.36 0.36

Kabupaten Sragen 0.28 0.35 0.37 0.35 0.33 0.33

Kabupaten Grobogan 0.28 0.32 0.35 0.34 0.34 0.34

Kabupaten Blora 0.26 0.33 0.38 0.41 0.39 0.39

Kabupaten Rembang 0.19 0.27 0.33 0.32 0.33 0.33

Kabupaten Pati 0.24 0.29 0.29 0.3 0.31 0.31

Kabupaten Kudus 0.24 0.35 0.34 0.34 0.37 0.37

Kabupaten Jepara 0.2 0.32 0.35 0.33 0.31 0.31

Kabupaten Demak 0.24 0.31 0.34 0.33 0.32 0.32

Kabupaten Semarang 0.28 0.33 0.36 0.31 0.31 0.31

Kabupaten Temanggung 0.28 0.38 0.35 0.34 0.38 0.38

Kabupaten Kendal 0.27 0.37 0.36 0.32 0.34 0.34

Kabupaten Batang 0.28 0.28 0.31 0.3 0.29 0.29

Kabupaten Pekalongan 0.23 0.28 0.28 0.27 0.29 0.29

Kabupaten Pemalang 0.2 0.26 0.25 0.24 0.28 0.28

Kabupaten Tegal 0.3 0.28 0.32 0.32 0.33 0.33

Kabupaten Brebes 0.23 0.33 0.32 0.31 0.32 0.32

Kota Magelang 0.31 0.34 0.37 0.33 0.36 0.36

Kota Surakarta 0.34 0.33 0.37 0.35 0.36 0.36

Kota Salatiga 0.35 0.34 0.35 0.37 0.35 0.35

Kota Semarang 0.32 0.35 0.35 0.35 0.31 0.31

Kota Pekalongan 0.28 0.31 0.33 0.32 0.34 0.34

Kota Tegal 0.24 0.32 0.33 0.32 0.31 0.31

Wilayah Jateng Gini Rasio

180

Jumlah Fasilitas Kesehatan Menurut Kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah, 2015 - 2016

Number of Health Facilities by Regency/Municipality in Jawa Tengah Province, 2015 - 2016

2016 2015 2016 2015 2016

1. 2 493 1694726 1703390 0.001472214 0.0014642. 2 329 1635909 1650625 0.001822228 0.0014113. 1 444 898376 907507 0.001597327 0.0015914. 1 837 901826 907410 0.002029216 0.0020245. 2 485 1184882 1188603 0.002077 0.0020916. 1 913 710386 712686 0.002691494 0.0026847. 1 516 777122 780793 0.001935346 0.0019428. 2 669 1245496 1257123 0.002146133 0.0021239. 2 081 963690 969325 0.00215422 0.00214710. 2 550 1158795 1163218 0.002226451 0.00219211. 1 416 864207 871397 0.001631554 0.00162512. 2 466 949017 951975 0.002598478 0.0025913. 1 663 856198 864021 0.001899093 0.00192514. 1 903 879027 882090 0.002159206 0.00215715. 1 892 1351429 1358404 0.001419238 0.00139316. 1 360 852108 855573 0.001840142 0.0015917. 1 443 619173 624096 0.002275616 0.00231218. 1 918 1232889 1239989 0.001538662 0.00154719. 981 831303 841499 0.001166843 0.00116620. 1 343 1188289 1205800 0.001134404 0.00111421. 1 438 1117905 1129298 0.001331956 0.00127322. 1 913 1000887 1014198 0.001772428 0.00188623. 2 708 745825 752486 0.002351758 0.00359924. 1 649 942283 949682 0.001695881 0.00173625. 1 433 743090 749720 0.001927088 0.00191126. 1 626 873986 880092 0.001831837 0.00184827. 1 332 1288577 1292609 0.001029042 0.0010328. 1 782 1424891 1429386 0.001250622 0.00124729. 2 069 1781379 1788880 0.00108736 0.0011571. Magelang 222 120792 121112 0.001763362 0.0018332. Surakarta 704 512226 514171 0.001374393 0.0013693. Salatiga 313 183815 186420 0.001686478 0.0016794. Semarang 1 752 1701114 1729083 0.001021096 0.0010135. Pekalongan 450 296404 299222 0.001589047 0.0015046. 195 246119 247212 0.0007923 0.000789Tegal

Pekalongan

Pemalang

Tegal

Brebes

Jepara

Demak

Semarang

Temanggung

Kendal

Batang

Sragen

Grobogan

Blora

Rembang

Pati

Kudus

Magelang

Boyolali

Klaten

Sukoharjo

Wonogiri

Karanganyar

Purbalingga

Banjarnegara

Regency/Municipality

Kebumen

Purworejo

Wonosobo

Kabupaten/Regency

Cilacap

Banyumas

Jumlah total

fasilkes jumlah pendudukfasilitas/penduduk

Kabupaten/KotaRumah Sakit/ Hospital

181

2013 2014 20151. 2992.8 4597.8 34932. 5384 5226.2 4665.53. 2924 2955.6 2821.1674. 3948.4 3807.4 33395. 4325.4 4841.8 8894.3336. 1700.4 1725.4 2129.57. 3816.4 1250.8 1556.1678. 7994.6 3506.4 1307.3339. 1376.2 1629.8 762.333310. 7866.6 5108.2 4919.511. 4794.6 2508 179712. 1951.6 1963.2 762.833313. 3192.4 2943.6 1474.514. 4896.6 3441.8 2268.33315. 4332.4 2707.8 2024.16716. 2461.4 2922.2 1243.16717. 1559 1232.2 1063.518. 5603.8 4464 367619. 3264.8 2936.8 1162.16720. 6288.2 4821.4 1662.16721. 4668.4 5572 5838.16722. 4585.8 4678.6 2932.16723. 4017 3922 1582.33324. 5026 2661.2 439025. 2794.6 2819.2 2715.526. 5449 4049.8 2490.16727. 5086.4 4887 447128. 11633.2 2938.4 5489.33329. 7641.8 7636.4 1224.51. Magelang 749 274.2 8282. Surakarta 3023.2 2071.4 12823. Salatiga 960.8 800.8 1061.8334. Semarang 7832 7985.4 4921.6675. Pekalongan 2654 1631.8 1702.1676. 1542.4 1232.6 2082.167Tegal

Tegal

Brebes

Jumlah Kasus HIV/AIDS, IMS, DBD, Diare, TB, dan Malaria

Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah

Semarang

Temanggung

Kendal

Batang

Pekalongan

Pemalang

Sukoharjo

Wonogiri

Karanganyar

Sragen

Grobogan

Blora

Rembang

Pati

Purworejo

Wonosobo

Magelang

Boyolali

Klaten

Kudus

Jepara

Demak

Kabupaten/Regency

Cilacap

Banyumas

Purbalingga

Banjarnegara

Kebumen

kasus penyakit seriusKabupaten/Kota

Regency/Municipality