Upload
ngocong
View
269
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KINERJA DAN NILAI TAMBAH
AGROINDUSTRI SAGU AREN DI LAMPUNG SELATAN
SKRIPSI
Oleh
Abu Haris Husain
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
ABSTRAK
ANALISIS KINERJA DAN NILAI TAMBAH
AGROINDUSTRI SAGU AREN DI LAMPUNG SELATAN
Oleh
Abu Haris Husain
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sistem pengadaan bahan baku
agroindustri sagu aren berdasarkan komponen enam tepat (waktu, tempat,
kualitas, kuantitas, organisasi, dan harga), kinerja agroindustri sagu aren, dan
nilai tambah agroindustri sagu aren di Lampung Selatan. Lokasi penelitian dipilih
secara sengaja (purposive) di empat Agroindustri Sagu Aren Lampung Selatan.
Pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret – April 2018. Metode penelitian
yang digunakan adalah studi kasus dengan pertimbangan hanya terdapat empat
agroindustri yang masih aktif memproduksi sagu aren di Kecamatan Natar
Lampung Selatan. Metode analisis data yang digunakan, yaitu analisis deskriptif
kualitatif dan kuantitatif, serta analisis nilai tambah. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat tiga agroindustri yang sudah memenuhi 6
komponen pengadaan bahan baku yaitu Agroindustri Sagu Aren Adi Putra, Oblak,
dan Surahmat, sedangkan terdapat satu agroindustri yang belum tepat dari sisi
kuantitas yaitu Agroindustri Kartim. Kinerja produksi pada keempat agroindustri
sudah baik karena empat dari lima indikator dalam kinerja produksi yaitu
produktivitas, kapasitas, kualitas, dan kecepatan pengiriman sudah sesuai.
Sementara indikator fleksibilitas pada keempat agroindustri sagu aren belum
optimal. Keempat agroindustri sagu aren layak diusahakan karena memberikan
nilai tambah yang positif.
Kata kunci : kinerja, nilai tambah, sagu aren
ABSTRACT
ANALYSIS PERFORMANCE AND VALUE ADDED OF ‘SAGU AREN’
AGROINDUSTRY IN SOUTH LAMPUNG
By
Abu Haris Husain
This research aims to analyze the procurement of raw material system based on
the sixth component of raw materials (time, place, quality, quantity, organization,
and price), the performance of sagu aren agroindustry, and the added value of
sagu aren agroindustry in South Lampung. This research location was selected
purposively in the four sagu aren agroindustries in South Lampung. Data were
collected from March to April 2018. The research samples consisted of four
agroindustries that were chosen by case study method considering that there are
only four sagu aren agroindustries that are still actively producing in Natar
District South Lampung. The methods of data analysis used in this research was
descriptive qualitative and quantitative analysis, and also analysis of added value.
The study shows that there are three agroindustries that has fulfilled 6 component
of raw materials procurement namely Agroindustries Adi Putra, Oblak and
Surahmat, while there is one agroindustry that has not been fulfilled in terms of
quantity namely Agroindustry Kartim. The production performance in the four
sagu aren agroindustries had been good because four of the five indicators in
production performance namely productivity, capacity, quality, and speed of
delivery were appropriate. Meanwhile the flexibility indicators in the four sagu
aren agroindustries were not optimal. The four sagu aren agroindustries were
viable because they had positive added value.
Key words: sagu aren, performance, value added
ANALISIS KINERJA DAN NILAI TAMBAH
AGROINDUSTRI SAGU AREN DI LAMPUNG SELATAN
Oleh
ABU HARIS HUSAIN
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2018
i
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Banda Aceh pada tanggal 6 Juli 1996 dari
pasangan Bapak Abdul Kohir dan Ibu Kamariah. Penulis
merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis
menyelesaikan studi tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) di Ikal
Dolog Palembang pada tahun 2002, tingkat Sekolah Dasar (SD) di SD Kartika II-
5 Bandar Lampung pada tahun 2008, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP
Negeri 23 Bandar Lampung pada tahun 2011, dan Sekolah Menengah Atas
(SMA) di SMA Negeri 16 Bandar Lampung pada tahun 2014. Penulis diterima di
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2014
melalui jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).
Selama menjadi mahasiswa di Universitas Lampung, penulis aktif dalam
organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian
(HIMASEPERTA) sebagai anggota Bidang Akademik dan Pengembangan Profesi
tahun 2014-2016. Penulis pernah menjadi asisten dosen mata kuliah Ekonomi
Makro pada Semester Ganjil tahun ajaran 2017/2018 dan mata kuliah Ekonomi
Mikro pada Semester Genap tahun ajaran 2017/2018.
Pada Januari 2017, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa
Rengas, Kecamatan Bekri, Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari.
ii
Selanjutnya, pada Juli 2017 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT
Perkebunan Nusantara VII Unit Way Lima Kabupaten Pesawaran selama 30 hari
kerja efektif. Penulis pernah terpilih menjadi Surveyor Konsumen Bank
Indonesia periode Juli – Desember 2018.
SANWACANA
Bismillahirahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil’alamin puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Kinerja dan Nilai Tambah
Agroindustri Sagu Aren di Lampung Selatan.
Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, arahan, bimbingan, dan dukungan
dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Dr. Teguh Endaryanto, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Agribisnis yang
telah memberikan arahan, saran, dan nasihat.
3. Ibu Dr. Ir. Ktut Murniati, M.T.A., sebagai Dosen Pembimbing Pertama yang
telah memberikan ilmu yang bermanfaat, motivasi, nasihat, arahan, dan
bimbingan selama proses penyelesaian skripsi.
4. Bapak Ir. Adia Nugraha, M.S., sebagai Dosen Pembimbing Ke dua yang telah
memberikan ilmu yang bermanfaat, motivasi, nasihat, arahan, dan bimbingan
selama proses penyelesaian skripsi.
iv
5. Ibu Dr. Ir. Fembriarti Erry Prasmatiwi, M.P., sebagai Dosen Penguji atas saran
dan arahan yang telah diberikan untuk penyempurnaan skripsi.
6. Bapak Dr. Ir. Sumaryo, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik atas
saran dan motivasi yang telah diberikan.
7. Keluargaku Ayahanda tercinta Alm Abdul Kohir dan Ibunda tercinta
Kamariah, adik ku Maulana Iqbal, serta keluarga besar H Surya Saad atas
semua limpahan kasih sayang, doa, nasihat, semangat, kebahagiaan, dan
perhatian yang tak pernah putus kepada penulis selama ini.
8. Seluruh Dosen Jurusan Agribisnis, atas semua ilmu yang telah diberikan
selama penulis menjadi mahasiswa di Universitas Lampung.
9. Karyawan-karyawati di Jurusan Agribisnis, Mba Iin, Mba Ayi, Mba Tunjung,
Mas Bukhari, dan Mas Boim atas semua bantuan dan kerjasama yang telah
diberikan.
10. Bapak Surahman, Ibu Yeni, Bapak Oblak, Bapak Surahmat, Bapak Kartim
dan para pekerja Agroindustri Sagu Aren di Lampung Selatan atas semua
arahan, bantuan, dan izin yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat seperjuangan penulis, Bagoes Prayogi, Danang Wicaksono,
Ade Putra Kurnia I, Citra Aji Pangestu, Aryan Dwi Novaldi, Fernando
Firdaus Marpaung, Bartolomeus Koko, Dian Mukri, Dewi Lestari Putri,
Aurora Afifah Yasmin, Chindy Yulianti, dan Adek Fitri, Faakhira Nadya
Syakina, Cindy Puri Andini, Fabiola Aprilia, Ekawati Wahyu Kusuma, Ajeng
Citra, Dayu Iluh atas bantuan, saran, dukungan, dan semangat yang telah
diberikan.
v
12. Teman-teman seperjuangan Agribisnis 2014, Anton, Nando, Rangga, Pandu,
Devira Nurani, Dita Nastiti, Asih Titiana, Defline Putri, Ayu Nirmala, Deta
Pratiwi, Dwi Novitasari, Dwi Febrina, Dela Fitriana, Anitha Andarini, Arum
Renanda, Dewi Irasanti, Desi Aditia, Dian Widya, dan teman-teman lainnya
yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaannya
selama ini.
13. Keluarga besar HIMASEPERTA, terima kasih atas kebersamaan dan
kenangannya selama ini.
14. Kawan-kawan surveyor konsumen, Karin , Kiki, Mamat, Marita, Luvita,
Othi, Aji, Defline dan Anita atas kebersamaan dan bantuannya selama ini.
15. Iyay Atu Agribisnis angkatan 2012 dan 2013 serta adik-adik Agribisnis
angkatan 2015, 2016, dan 2017 atas bantuan dan saran yang telah diberikan.
16. Almamater tercinta dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu, yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kesalahan dan masih jauh
dari kata sempurna, akan tetapi semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi berbagai pihak di masa yang akan datang. Penulis meminta maaf atas segala
kekurangan dan semoga Allah SWT membalas budi baik berbagai pihak atas
semua hal yang telah diberikan kepada penulis. Aamiin.
Bandar Lampung, 18 Oktober 2018
Penulis,
Abu Haris Husain
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………...7
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 8
D. Kegunaan Penelitian ........................................................................................ 9
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ...................... 10
A. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 10
1. Aren........................................................................................................ 10
2. Sagu Aren…......………………………………………………………. 15
3. Ruang lingkup Agribisnis dan Agroindustri…………………………...17
4. Pengadaan Bahan Baku……………………………………………….. 22
5. Pengolahan pada Agroindusri …………………………………………24
6. Kinerja ………...…………………………………………………….... 26
7. Nilai Tambah …………………………………………………………..30
B. Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 32
C. Kerangka Pemikiran ...................................................................................... 38
III. METODE PENELITIAN ............................................................................ 41
A. Metode Penelitian .......................................................................................... 41
B. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ........................................................ 41
C. Lokasi, dan Waktu Penelitian ........................................................................ 45
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ................................................... 47
E. Metode Analisis Data ..................................................................................... 47
1. Analisis Pengadaan Bahan Baku…..................................……………. 48
vii
2. Analisis Kinerja Agroindustri……...……………………………….... 48
a. Produktivitas Tenaga Kerja……………...……………………........ 48
b. Kapasitas Agroindustri …………………………………………….. 49
c. Kualitas………………………………………………………………50
d. Kecepatan Pengiriman……………………………………………… 50
e. Fleksibelitas………………………………………………………… 51
3. Analisis Nilai Tambah …………..…………………………………….51
IV. GAMABARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ..................................... 54
A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan .............................................. 54
1. Keadaan Geografis …..................................……………....................... 54
2. Keadaan Iklim......................................................................................... 55
3. Keadaan Demografi................................................................................ 55
B. Keadaan Umum Kecamatan Natar ................................................................ 56
1. Keadaan Geografis.................................................................................. 56
2. Keadaan Demografi................................................................................ 58
C. Gambaran Umum Agroindustri ..................................................................... 59
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 63
A. Karakteristik Responden Agroindustri Sagu Aren ........................................ 63
B. Pengadaan Bahan Baku Agroindustri Sagu Aren .......................................... 66
1. Waktu..................................................................................................... 69
2. Tempat.................................................................................................... 70
3. Kualitas................................................................................................... 71
4. Organisasi............................................................................................... 71
5. Kuantitas................................................................................................. 72
6. Harga....................................................................................................... 73
C. Penggunaan Sarana Produksi ......................................................................... 74
1. Bahan Baku Utama................................................................................ 74
2. Bahan Baku Penunjang.......................................................................... 74
a.) Karung Pengemasan ......................................................................... 75
b.) Solar.................................................................................................. 77
3. Biaya Pengangkutan............................................................................... 78
4. Peralatan................................................................................................ 80
5. Tenaga Kerja ......................................................................................... 81
D. Proses Produksi Sagu Aren ........................................................................... 83
1. Pemotongan Batang Aren....................................................................... 84
2. Pemarutan Batang Aren.......................................................................... 85
3. Pengayakan Saripati Aren....................................................................... 86
4. Pencucian ............................................................................................... 87
viii
5. Penjemuran............................................................................................. 88
6. Pengemasan............................................................................................ 89
E. Produksi Sagu Aren ....................................................................................... 90
F. Analisis Kinerja Produksi Agroindustri Sagu Aren ....................................... 93
1. Produktivitas........................................................................................... 93
2. Kapasitas................................................................................................. 96
3. Kualitas................................................................................................... 98
4. Kecepatan Pengiriman............................................................................ 99
5. Fleksibilitas........................................................................................... 101
G. Analisis Nilai Tambah Agroindustri Sagu Aren ......................................... 102
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 111
A. Kesimpulan .................................................................................................. 111
B. Saran ........................................................................................................... 112
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 113
LAMPIRAN ....................................................................................................... 116
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia atas dasar harga
berlaku menurut lapangan usaha tahun 2016 triwulan II……………………..2
2. Luas areal dan produksi tanaman perkebunan rakyat, perkebunan
besar negara, perkebunan besar swasta di Provinsi Lampung, 2014...………. 3
3. Produksi dan luas areal tanaman aren perkebunan rakyat menurut
kabupaten/kota di Provinsi Lampung 2014…………...…………………….. 4
4. Jumlah Industri / Kegiatan Usaha Kecil Agroindustri
Sagu Aren di Lampung Selatan ……….......................................................... 5
5. Penelitian terdahulu tentang analisis kinerja dan
nilai tambah agroindustri ………………………………………………… 34
6. Jumlah Industri / Kegiatan Usaha Kecil Agroindustri Sagu Aren
di Lampung Selatan ……………………………………………………… 45
7. Prosedur Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami ……………............. 52
8. Jumlah penduduk, luas wilayah, dan kepadatan
penduduk Kabupaten Lampung Selatan tahun 2016..................................... 56
9. Jumlah penduduk, luas wilayah, dan kepadatan penduduk
Kecamatan Natar tahun 2016........................................................................ 58
10. Karakteristik Agroindustri Sagu Aren di Lampung Selatan......................... 61
11. Karakteristik responden agroindustri sagu aren
di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan....................................... 64
12. Pengadaan bahan baku Agroindustri Sagu Aren di Lampung Selatan.......... 68
13. Kebutuhan dan biaya karung pengemasan per produksi
pada Agroindustri Sagu Aren di Lampung Selatan....................................... 76
x
14. Kebutuhan dan biaya solar per produksi pada
Agroindustri Sagu Aren di Lampung Selatan............................................... 78
15. Biaya pengangkutan per produksi pada
Agroindustri Sagu Aren di Lampung Selatan................................................ 79
16. Jenis dan jumlah peralatan yang terdapat pada
Agroindustri Sagu Aren di Lampung Selatan................................................ 80
17. Total biaya penyusutan peralatan yang terdapat pada
Agroindustri Sagu Aren di Lampung Selatan................................................ 81
18. Rata-rata penggunaan tenaga kerja per produksi pada
Agroindustri Sagu Aren di Lampung Selatan................................................ 83
19. Penggolongan bulan berdasarkan jumlah produksi pada
Agroindustri Sagu Aren di Lampung Selatan................................................ 93
20. Produktivitas pada Agroindustri Sagu Aren di Lampung Selatan................ 95
21. Kapasitas pada Agroindustri Sagu Aren di Lampung Selatan...................... 97
22. Kecepatan pengiriman Agroindustri Sagu Aren
di Lampung Selatan..................................................................................... 100
23. Fleksibilitas Agroindustri Sagu Aren di Lampung Selatan................ ........ 102
24. Nilai Tambah Sagu Aren pada Agroindustri Sagu Aren
di Lampung Selatan bulan Maret 2018....................................................... 104
25. Identitas responden Agroindustri Sagu Aren di Kecamatan Natar
Lampung Selatan......................................................................................... 117
26. Penerimaan Agroindustri Sagu Aren Adi Putra di Kecamatan Natar
Lampung Selatan......................................................................................... 117
27. Penerimaan Agroindustri Sagu Aren Oblok di Kecamatan Natar
Lampung Selatan......................................................................................... 118
28. Penerimaan Agroindustri Sagu Aren Surahmat di Kecamatan Natar
Lampung Selatan......................................................................................... 119
29. Penerimaan Agroindustri Sagu Aren Kartim di Kecamatan Natar
Lampung Selatan......................................................................................... 119
30. Penyusutan alat-alat Agroindustri Sagu Aren Adi Putra
di Kecamatan Natar Lampung Selatan........................................................ 120
xi
31. Penyusutan alat-alat Agroindustri Sagu Aren Oblok
di Kecamatan Natar Lampung Selatan........................................................ 120
32. Penyusutan alat-alat Agroindustri Sagu Aren Surahmat
di Kecamatan Natar Lampung Selatan........................................................ 121
33. Penyusutan alat-alat Agroindustri Sagu Aren Kartim
di Kecamatan Natar Lampung Selatan........................................................ 121
34. Tenaga kerja Agroindustri Sagu Aren Adi Putra
di Kecamatan Natar Lampung Selatan........................................................ 122
35. Tenaga kerja Agroindustri Sagu Aren Oblok
di Kecamatan Natar Lampung Selatan........................................................ 126
36. Tenaga kerja Agroindustri Sagu Aren Surahmat
di Kecamatan Natar Lampung Selatan........................................................ 130
37. Tenaga kerja Agroindustri Sagu Aren Kartim
di Kecamatan Natar Lampung Selatan........................................................ 134
38. Biaya sarana produksi Agroindustri Sagu Aren Adi Putra
di Kecamatan Natar Lampung Selatan....................................................... 138
39. Biaya sarana produksi Agroindustri Sagu Aren Oblok
di Kecamatan Natar Lampung Selatan....................................................... 139
40. Biaya sarana produksi Agroindustri Sagu Aren Surahmat
di Kecamatan Natar Lampung Selatan....................................................... 140
41. Biaya sarana produksi Agroindustri Sagu Aren Kartim
di Kecamatan Natar Lampung Selatan....................................................... 141
42. Kinerja produksi pada Agroindustri Sagu Aren di Kecamatan Natar
Lampung Selatan......................................................................................... 142
43. Nilai tambah Agroindustri Sagu Aren di Kecamatan Natar
di Lampung Selatan bulan Maret 2018....................................................... 143
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Diagram alir proses pembuatan sagu aren………………………………..... 15
2. Pohon industri tanaman aren ……………………………………...………. 17
3. Subsistem Agribisnis..................................................................................... 18
4. Bagan alir kerangka pemikiran analisis kinerja dan nilai tambah
Agroindustri Sagu Aren di Kecamatan Natar Lampung Selatan……..…..... 40
5. Peta batas wilayah Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan................... 55
6. Peta batas wilayah Kecamatan Natar Desa Branti Raya............................... 57
7. Pohon aren atau enau..................................................................................... 60
8. Proses pemotongan batang aren pada agroindustri sagu aren....................... 84
9. Proses pemarutan batang aren pada agroindustri sagu aren.......................... 85
10. Proses pengayakan saripati aren pada agroindustri sagu aren....................... 86
11. Proses pencucian sagu aren pada agroindustri sagu aren.............................. 87
12. Proses pengarungan sagu aren pada agroindustri sagu aren........................... 88
13. Proses penjemuran sagu aren pada agroindustri sagu aren............................ 89
14. Proses pengemasan sagu aren pada agroindustri sagu aren........................... 90
15. Produksi sagu aren (kg) pada Agroindustri Sagu Aren
di Lampung Selatan....................................................................................... 91
16. Sagu aren kualitas baik.................................................................................. 98
17. Sagu aren kualitas rendah............................................................................... 98
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah
mulai dari pertanian, kehutanan, perikanan, dan pertambangan. Sumberdaya alam
tersebut berkontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan memberikan
peran yang cukup besar dalam perekonomian secara keseluruhan. Distribusi
persentase Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku menunjukkan
bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan berkontribusi sebesar 13,44
persen pada triwulan kedua tahun 2017 (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2017).
Pertanian merupakan sumber mata pencaharian utama penduduk Indonesia,
sehingga sektor pertanian dapat menjadi motor penggerak dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat dan menciptakan kesempatan kerja. Pertanian memegang
peranan penting dalam upaya pencapaian tujuan pembangunan nasional untuk
meningkatkan hasil mutu produksi pertanian, taraf hidup masyarakat serta
menjamin ketersediaan pangan, bahan baku industri, dan kelestarian lingkungan.
Dengan demikian, perekonomian Indonesia sangat bertumpu pada perkembangan
sektor pertanian.
Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
perekonomiannya juga ditumpu oleh sektor pertanian. Peranan Produk Domestik
2
Regional Bruto (PDRB) Provinsi Lampung yang disajikan pada Tabel 1
menunjukkan bahwa sumbangan terbesar Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) pada tahun 2017 diperoleh dari usaha pertanian, diikuti dengan industri
pengolahan, dan sektor perdagangan. Akan tetapi, persentase usaha pertanian
mengalami penurunan selama lima tahun terakhir, sedangkan presentase industri
pengolahan mengalami fluktuasi.
Tabel 1. Peranan PDRB menurut lapangan usaha (persen), tahun 2013-2017
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2017
Provinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki aneka ragam produksi
tanaman perkebunan salah satunya ialah tanaman aren. Tanaman aren dinilai
Katagori Lapangan Usaha / Industri 2013 2014 2015 2016 2017
A
Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan 33,16 32,69 31,92 31,68 30,40
B Pertambangan dan Penggalian 6,39 6,29 5,68 5,47 5,62
C Industri Pengolahan 17,65 18,03 19,05 18,64 18,91
D Pengadaan Listrik dan Gas 0,06 0,07 0,08 0,11 0,16
E Pengadaan Air, Pengolahan
Sampah, Limbah, dan Daur Ulang 0,10 0,10 0,11 0,10 0,11
F Konstruksi 8,73 8,91 8,50 8,78 9,28
G Perdagangan Besar dan Eceran 11,33 11,02 10,86 11,18 11,42
H Transportasi dan Pergudangan 4,49 4,65 5,15 5,24 5,25
I Penyediaan Akomodasi dan Makan
Minum 1,40 1,45 1,51 1,54 1,54
J Informasi dan Komunikasi 3,54 3,46 3,55 3,74 3,90
K Jasa Keuangan dan Asuransi 2,36 2,24 2,20 2,21 2,19
L Real Estate 2,73 2,83 2,87 2,93 2,98
M,N Jasa Perusahaan 0,14 0,15 0,16 0,16 0,16
O
Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan, dan Jaminan Sosial
Wajib
3,35 3,54 3,70 3,53 3,49
P Jasa Pendidikan 2,84 2,84 2,82 2,86 2,78
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,93 0,92 0,98 0,99 0,94
R,S,T,U Jasa lainnya 0,79 0,80 0,87 0,87 0,90
Produk Domestik Regional Bruto 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
3
sebagai salah satu komoditas pertanian yang cukup strategis dalam mendukung
pengembangan perekonomian. Produksi tanaman perkebunan di Provinsi
Lampung dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Luas areal dan produksi tanaman perkebunan rakyat, perkebunan besar
negara, perkebunan besar swasta di Provinsi Lampung, 2014
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2014 (data diolah)
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari total luas areal tanaman aren di Provinsi
Lampung tahun 2014, sebesar 32,08% masih belum menghasilkan aren, 55%
sudah menghasilkan aren, sedangkan sisanya sebesar 12,92% tidak menghasilkan
aren. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada areal tanaman aren yang belum
Jenis
Tanaman
Komposisi Luas Areal (hektar)
Produksi
(ton) Muda /
Belum
Menghasilkan
Menghasilkan Tidak
Menghasilkan
2014 2014 2014 2014
Kopi Robusta 16.439 148.857 8.374 131.501
Kopi Arabika 104 29 16 16
Lada 8.285 47.625 4.570 23.350
Cengkeh 2.247 4.117 1.118 897
Karet 94.975 62.589 1.435 52.050
Kelapa Dalam 13.887 101.939 3.829 107.870
Tebu - 12.002 - 75.124
Tembakau - 533 - 407
Vanilli 64 226 117 63
Kayu Manis 355 859 62 563
Kapuk 294 899 104 187
Kelapa
Hybrida -
1.939 265 1.301
Kakao 35.014 32.057 1.081 28.067
Kelapa Sawit 33.678 63.752 454 172.427
Aren 455 780 183 216
Jambu Mete 12 56 1 12
Kemiri 297 290 31 91
Jarak Pagar 327 580 165 196
Nilam - 163 - 31
Pala 463 194 11 59
Pinang 300 731 87 188
Cabe Jamu 102 469 100 228
4
dikelola secara optimal, sehingga produksi aren pada tahun 2014 masih tergolong
rendah dibandingkan dengan komoditas perkebunan yang lain.
Beberapa wilayah di Provinsi Lampung tidak memiliki areal produksi tanaman
aren, hal ini dapat mempengaruhi tingkat produksi aren. Produksi tanaman aren
di Provinsi Lampung dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Produksi dan luas areal tanaman aren perkebunan rakyat menurut
kabupaten/kota di Provinsi Lampung
Wilayah
Luas Areal Produksi
Tanaman Aren Tanaman Aren
(hektar) (ton)
2014 2014
Lampung Barat 308 65
Tanggamus 536 39
Lampung Selatan 88 21
Lampung Timur 37 8
Lampung Tengah 45 7
Lampung Utara 109 29
Way Kanan 34 4
Tulang Bawang - -
Pesawaran 77 6
Pringsewu 35 6
Mesuji - -
Tulang Bawang Barat - -
Pesisir Barat 103 18
Bandar Lampung 46 13
Metro - -
Provinsi Lampung 1418 216
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2014 (data diolah)
Tabel 3 menunjukkan bahwa Kabupaten Tanggamus memiliki areal tanaman aren
terluas, yaitu 536 hektar. Akan tetapi, produksi aren di Kabupaten Tanggamus
lebih rendah dibandingkan produksi aren di Kabupaten Lampung Barat dengan
selisih 26 ton. Hal ini membuktikan bahwa produksi aren tidak tergantung pada
5
luas areal tanaman, melainkan pengelolaan tanaman yang tepat. Produksi aren
yang kurang optimal menyebabkan ketersediaan aren di Provinsi Lampung minim.
Namun, beberapa industri di Provinsi Lampung mampu memanfaatkan aren
menjadi produk olahan lain, salah satunya adalah sagu aren.
Sagu aren merupakan salah satu produk olahan aren yang diolah dari proses
penggilingan batang aren untuk diambil saripatinya lalu diendapkan menjadi sagu.
Menurut Dinas Perindustrian Kabupaten Lampung Selatan terdapat empat
Agroindustri Sagu Aren di Kabupaten Lampung Selatan yang dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4 Jumlah industri / kegiatan usaha kecil agroindustri sagu aren di Lampung
Selatan
No Nama Industri Jenis Industri Kapasitas Produksi (ton/tahun)
Terpasang Rill
1 Kartim Sagu Aren 286 ton 245 ton
2 Oblak Sagu Aren 873 ton 886 ton
3 Surahmat Sagu Aren 873 ton 863 ton
4 Adi Putra Sagu Aren 415 ton 365 ton
Sumber : Dinas Perindustrian Kabupaten Lampung Selatan, 2014 (data diolah)
Tabel 4 menunjukkan bahwa di Kabupaten Lampung Selatan terdapat empat
Agroindustri Sagu Aren yang berada di Kecamatan Natar. Keempat agroindustri
tersebut masih aktif dalam memproduksi sagu aren. Berdasarkan tabel diatas, dari
keempat pengolahan sagu tersebut terdapat tiga pengolahan sagu aren yang
produksi riilnya mengalami kesenjangan dengan kapasitas yang dapat diproduksi
yaitu Agroindustri Surahmat, Agroindustri Kartim dan Agroindustri Adi Putra.
Kesenjangan produksi ini dapat disebabkan oleh berbagai macam masalah seperti
bahan baku yang sulit diperoleh. Batang aren sebagai bahan baku utama
6
diperoleh dari berbagai macam wilayah di Lampung maupun luar wilayah
Lampung seperti daerah Bukit Kemuning, Liwa, Kalianda, Ogan Lima, Krui,
Lubuk Ringgau, Batu raja, dan Martapura. Keadaan wilayah yang jauh untuk
mendapatkan bahan baku dapat mempengaruhi kinerja agroindustri sagu aren
dalam memenuhi kebutuhan konsumen.
Masukan lain yang dapat mempengarui produksi sagu aren adalah mesin
pengolahan, tenaga kerja, ketersediaan air, dan cuaca. Proses produksi sagu aren
dipengaruhi oleh kinerja produksi. Kinerja produksi merupakan hasil kerja atau
prestasi kerja yang telah dilakukan oleh agroindustri. Kinerja produksi yang baik
akan menghasilkan keluaran yang baik. Oleh karena itu, perlu dianalisis apakah
rendahnya tingkat produksi agroindustri sagu aren dipengaruhi oleh kinerja
agroindustri yang belum optimal.
Bahan baku yang sulit diperoleh menyebabkan ketidakpastian bagi para pelaku
agroindustri sagu aren dalam hal keberlanjutan pengadaan bahan baku.
Pengadaan bahan baku merupakan hal yang sangat penting karena menentukan
keberhasilan agroindustri sagu aren. Ketersediaan bahan baku yang tepat waktu,
tempat, kualitas, kuantitas, organisasi, dan harga akan mempengaruhi kinerja
agroindustri sagu aren. Semakin baik kinerja agroindustri, maka semakin besar
nilai tambah yang dapat diperoleh, selanjutnya peningkatan nilai tambah akan
diikuti oleh peningkatan pendapatan dan keuntungan bagi agroindustri sagu aren.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Analisis Kinerja dan Nilai Tambah Agroindustri Sagu
Aren di Kecamatan Natar Lampung Selatan”.
7
B. Rumusan Masalah
Tanaman aren merupakan salah satu tanaman dengan prospek yang baik di masa
mendatang karena hampir seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan.
Tanaman aren akan memiliki nilai jual tinggi jika dapat diolah menjadi olahan
lain, seperti sagu aren. Bahan baku pembuatan sagu aren adalah batang aren yang
dapat diperoleh dari berbagai wilayah di Provinsi Lampung. Terdapat empat
industri sagu aren di Kecamatan Natar Lampung Selatan yang melakukan
kegiatan pengolahan batang aren menjadi sagu aren. Kegiatan tersebut bertujuan
untuk meningkatkan nilai tambah dan melakukan pemasarannya ke beberapa agen
di wilayah Lampung.
Dalam kegiatannya, Agroindustri Sagu Aren yang berada di Kecamatan Natar
Lampung Selatan ini menghadapi kendala dalam hal persediaan bahan baku
batang aren. Hal itu disebabkan oleh pertumbuhan tanaman aren yang belum bisa
mengimbangi produksi sagu aren dan tingkat permintaan pasar akibat pengaruh
cuaca maupun pengelolaan tanaman aren yang belum optimal. Ketidakpastian
dalam hal keberlanjutan pengadaan bahan baku aren dapat mengganggu kegiatan
produksi sagu aren yang akan berdampak pada keberlanjutan usaha agroindustri
sagu aren.
Permasalahan-permasalahan tersebut juga berkaitan erat dengan kinerja
agroindustri sagu aren dan pengaruhnya terhadap nilai tambah yang akan
diperoleh para pelaku agroindustri. Peningkatan nilai tambah akan diikuti oleh
peningkatan pendapatan dan keuntungan agroindustri sehingga diperlukan
evaluasi terhadap peningkatan kinerja agroindustri tersebut.
8
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan
yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana proses pengadaan bahan baku pada Agroindustri Sagu Aren di
Kecamatan Natar Lampung Selatan ?
2. Bagaimana kinerja Agroindustri Sagu Aren di Kecamatan Natar Lampung
Selatan ?
3. Bagaimana nilai tambah Agroindustri Sagu Aren di Kecamatan Natar
Lampung Selatan ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang disusun, maka tujuan penelitian ini, yaitu:
1. Menganalisis proses pengadaan bahan baku pada Agroindustri Sagu Aren di
Kecamatan Natar Lampung Selatan
2. Menganalisis kinerja Agroindustri Sagu Aren di Kecamatan Natar Lampung
Selatan.
3. Menganalisis nilai tambah Agroindustri Sagu Aren di Kecamatan Natar
Lampung Selatan.
9
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan berguna untuk :
1. Pengelola Agroindustri Sagu Aren di Lampung Selatan sebagai bahan
informasi dan masukan dalam penentuan strategi pengelolaan agroindustri.
2. Pemerintah atau instansi terkait sebagai bahan informasi dalam pengambilan
keputusan untuk mengembangkan Agroindustri Sagu Aren di Lampung
Selatan.
3. Peneliti lain sebagai bahan referensi atau pustaka untuk penelitian sejenis.
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Aren
Penelitian Lempang (2012) mengemukakan pengertian Aren (Arenga pinnata
Merr.) adalah pohon serbaguna yang sejak lama telah dikenal menghasilkan
bahan-bahan industri. Hampir semua bagian fisik dan produksi tumbuhan ini
dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi. Kegunaan aren dapat dirasakan
secara langsung oleh masyarakat baik di dalam maupun di sekitar hutan melalui
penggunaan secara tradisional. Akan tetapi, tumbuhan ini kurang mendapat
perhatian untuk dikembangkan, sehingga pohon aren yang dimanfaatkan pada
umumnya masih merupakan tumbuhan yang tumbuh liar di alam dan berkembang
secara alami. Kerusakan hutan dan konversi kawasan hutan untuk kebutuhan lain
telah menyebabkan populasi tumbuhan ini berkurang dengan cepat karena tidak
diimbangi dengan kegiatan budidaya yang memadai.
a. Budidaya
(1) Persyaratan Tumbuh Aren (Arenga pinnata)
Menurut peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 133 tahun 2013
tentang pedoman budidaya aren menyatakan bahwa tanaman aren tidak
11
membutuhkan kondisi tanah yang khusus, sehingga dapat tumbuh pada tanah
liat dan berpasir, akan tetapi tanaman aren tidak tahan pada tanah masam (pH
tanah yang rendah). Aren dapat tumbuh pada ketinggian 0 - 1.400 m di atas
permukaan laut, pada berbagai agroekosistem dan mempunyai daya adaptasi
yang tinggi terhadap lingkungan tumbuhnya. Aren paling baik
pertumbuhannya pada ketinggian 500 – 700 m di atas permukaan laut dengan
curah hujan lebih dari 1200 – 3500 mm/tahun. Kelembaban tanah dan curah
hujan yang tinggi berpengaruh dalam pembentukan mahkota daun tanaman
aren. Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik di daerah pegunungan, lembah,
dekat aliran sungai, dan hutan.
(2) Pembibitan Pohon Aren
Pohon aren berkembang biak secara generatif, yaitu menggunakan organ biji
yang diambil dari buah aren yang telah masak. Langkah terbaik dalam
menyiapkan benih adalah diambil dari pohon aren yang mempunyai ciri-ciri
yaitu buahnya relatif besar, pohonnnya kokoh dan diameter batangnya besar,
lamina daunnya lebih lebar, dan tanamannya sehat (Widyawati 2012).
Pembibitan pohon aren meliputi beberapa tahap penting, yaitu:
(a) Pengumpulan benih
(b) Pemroresan benih
(c) Perkecambahan benih
(d) Pemindahan kecambah dalam pembibitan
(e) Pemeliharaan bibit
12
(3) Penanaman
Penelitian Lempang (2012) mengemukakan teknik penanaman aren dapat
dilakukan dengan sistem monokultur atau dengan sistem tumpangsari.
Apabila dengan sistem monokultur maka terlebih dahulu dilakukan
pembersihan lapangan dari vegetasi yang ada dan pengolahan tanah dilakukan
dengan pembajakan serta pembuatan lubang tanaman. Ukuran pembuatan
lubang tanaman yaitu 40 × 40 × 40 cm dengan jarak antar lubang yaitu 5 × 5m
atau 9 × 9 m. Lubang tanaman diberi tanah yang telah dicampur dengan pupuk
kandang, urea, dan TSP. Setelah 7 hari pembuatan lubang tanaman kemudian
dilakukan penanaman. Bibit yang baru ditanam, sebaiknya diberi tanaman
naungan. Sistem tumpangsari dapat dilakukan dengan menanami bagian lahan
yang terbuka yaitu diantara kedua tanaman pokok dengan tanaman sayuran
atau tanaman palawija.
(4) Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman diperlukan agar budidaya aren dapat berhasil dengan
baik. Pemeliharaan tanaman aren meliputi:
(a) Pemupukan
Pemupukan dilakukan dua kali setahun yaitu pada awal dan akhir musim
hujan. Pupuk dimasukkan ke dalam parit kecil yang dibuat melingkari
pohon. Jarak parit dari tanaman yang akan dipupuk berbeda menurut umur
tanaman. Pada tanaman aren genjah yang baru ditanam jaraknya 50 cm,
tanaman umur 1-2 tahun jaraknya 75 cm dan tanaman umur > 3 tahun
jaraknya 100-150 cm. Tanaman aren muda dan produktif dapat dipupuk
dengan pupuk organik granuler yang diperkaya dengan mikroba. Takaran
13
pupuk organik untuk tanaman aren muda 400 g/pohon/tahun dan untuk
tanaman aren produktif 800 g/pohon/tahun (Peraturan Menteri Pertanian
RI No. 133/ Permentan/ OT.140/ 12/ 2013 tentang Pedoman Budidaya
Aren yang Baik).
(b) Pengendalian hama penyakit
Penelitian Lempang (2012) mengemukakan hama pada tanaman aren
antara lain berupa kumbang badak (Oryctes rhinoceros), kumbang sagu
(Rhinochophorus ferrugineus, belalang (Sexava spp), pengisap nira dan
bunga seperti lebah dan kelelawar. Pengendalian hama dapat dilakukan
dengan cara penyemprotan pestisida tertentu seperti Heptachlor dan
Diazinon. Jenis penyakit yang sering menyerang pohon aren di
persemaian adalah bercak dan kuning pada daun yang disebabkan oleh
Pestalotia sp., Helmiathosporus sp. Penanggulangan penyakit ini dapat
dilakukan dengan fungisida seperti Dithane N-45.
(5) Panen
Batang aren bisa diambil dengan pertimbangan kelangsungan populasi aren
maka yang diambil batangnya dan tidak disadap untuk diambil niranya.
Pengambilan batang aren biasanya dilakukan dengan melihat pati pada batang
aren dengan cara menancapkan kapak ke batang aren, dengan pertibangan lain
aren kurang lebih sudah berumur 10-15 tahun (Widyawati, 2012).
b. Manfaat Produksi Aren
Aren termasuk jenis palma yang multifungsi karena seluruh bagian
tanaman ini dapat dimanfaatkan. Manfaat dari setiap bagian aren adalah :
14
(1) Nira aren
Nira aren adalah cairan yang disadap dari bunga jantan pohon aren. Nira aren
mengandung gula antara 10 – 15 persen, sehingga nira aren dapat diolah
menjadi minuman ringan, sirup aren, gula aren, cuka aren, gula semut, dan
etanol (Widyawati 2012).
(2) Buah aren
Buah aren berupa buah buni, yaitu buah yang berair tanpa dinding dalam yang
keras. Bentuknya bulat lonjong, bergaris tengah 4 cm.. Buah aren yang
setengah masak, kulit bijinya tipis, lembek dan berwarna kuning. Inti biji
(endosperm) berwarna putih agak bening dan lunak. Inti biji ini yang disebut
kolang-kaling dan biasa digunakan sebagai bahan makanan (Lempang 2012).
(3) Batang Aren
Menurut Ismanto et al (1995) dalam penelitian Lempang (2012)
mengemukakan pohon aren yang tidak disadap niranya dapat ditebang dan
diambil tepungnya. Tepung dihasilkan dari batang pohon aren yang berumur
10-15 tahun. Batang aren terdiri dari dua bagian yaitu bagian luar (perifer)
yang berwarna hitam dan keras serta bagian sentral (empulur) yang berwarna
putih dan lunak. Tepung (pati) yang diperoleh dari ekstraksi bagian sentral
batang biasanya dilakukan ketika pohon aren tidak produktif menghasilkan
nira. Empulur batang aren berkadar tepung 48,9%. Setiap batang aren
menghasilkan100-150 kg tepung. Dalam pemasaran tepung aren dikenal
istilah ”hun kwe” dan tepung maizena. Tepung-tepung ini mengandung lebih
dari 85% tepung aren. Tepung aren tersebut banyak dipakai untuk bahan
15
makanan, antara lain kue, cendol, bakso, bakmie (mie), bihun, sohun dan hun
kwe.
(4) Ijuk
Ijuk dihasilkan dari pohon aren yang telah berumur lebih dari 5 tahun hingga
tandan-tandan bunganya keluar. Ijuk sebenarnya merupakan bagian pelepah
daun yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan anyaman.
2. Sagu Aren
Sagu aren adalah produk sagu yang diperoleh dari pengolahan batang aren. Sagu
aren sudah sejak lama diproduksi masyarakat. Bahan dasar untuk pengolahan
sagu aren adalah batang aren yang tidak disadap untuk diambil niranya serta
berumur 10-15 tahun.. Sagu aren diperoleh dengan cara sangat sederhana dan
tidak memerlukan modal yang terlalu besar. Proses pembuatan sagu aren dapat
dilakukan melalui tahapan-tahapan yang dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Diagram alir proses pembuatan sagu aren (Widyawati, 2012).
Pengemasan
Penjemuran
Pencucian
Pengayakan saripati aren
Pemarutan Batang Aren
Pemotongan Batang Aren
16
a) Pemotongan Batang Aren
Potong batang aren yang sudah ditebang menjadi beberapa bagian sepanjang
1,5 -2,0 m, lalu belah dan pisahkan kulit luar batang dengan empelurnya.
b) Pemarutan Batang Aren
Batang aren yang telah dipotong menjadi beberapa bagian tersebut diparut
menggunakan mesin parutan.
c) Pengayakan Saripati Aren
Batang aren yang telah diparut lalu dialirkan dengan air menuju mesin
pengayakan, dimana saripati aren yang telah diparut diayak dan dibuang
ampasnya.
d) Pencucian
Setelah batang diparut dan diayak di mesin pengayakan, saripati aren
mengendap menjadi sagu kemudian dicampur dengan air bersih kembali untuk
dicuci dan disaring agar sagu menjadi bersih lalu diendapkan beberapa menit.
Setelah sagu menjadi padatan berwarna putih, sagu dimasukkan ke dalam
karung lalu diendapkan semalaman (±12 jam).
e) Penjemuran
Sagu yang sudah dimasukkan kedalam karung, dikeluarkan kembali dan
dijemur di dalam tampah dengan bantuan sinar matahari selama 6-7 jam jika
panas matahari cukup, namun jika cuaca mendung perlu dilakukan
penjemuran lebih dari 6-7 jam.
f) Pengemasan
Setelah sagu kering dan diangkat dari penjemuran, lalu sagu dikemas
menggunakan karung berukuran 50 kg sesuai dengan pesanan.
17
Aren memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena hampir seluruh bagian
tanamannya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Berbagai macam industri
pengolahan memanfaatkan tanaman aren agar dapat dijadikan olahan yang bernilai
jual tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan maupun kebutuhan lainnya. Selain
diolah menjadi sagu, tanaman aren memiliki banyak manfaat untuk dijadikan
produk lainnya. Produk turunan dari aren yang berpotensi untuk dikembangkan
dapat dilihat pada Gambar 2
Akar Arak akar Industri obat
Industri alat rumah tangga/bangunan
Industri makanan
Batang Sagu
Industri lem
Aren Industri rokok
Daun Industri botol
Bunga Nira Gula Aren
Gula Semut
Buah Kolang-kaling Industri makanan
Gambar 2. Pohon industri tanaman aren (Widyawati, 2012)
3. Ruang lingkup Agribisnis dan Agroindustri
Agribisnis didefinisikan sebagai suatu rangkaian kegiatan mulai proses produksi,
panen, pasca panen, pemasaran dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengan
kegiatan pertanian tersebut. Secara harfiah, agribisnis terbentuk dari dua unsur
kata yaitu agri yang berasal dari kata agriculture yang berarti pertanian dan bisnis
dari kata business yang berarti usaha. Jadi agribisnis adalah perdagangan atau
pemasaran hasil pertanian sedangkan dalam arti luas bahwa konsep agribisnis
Industri makanan
dan minuman
18
Subsitem Pengadaan
dan Distribusi Sarana
dan Prasarana
sebenarnya adalah suatu konsep yang utuh, mulai dari proses produksi, mengolah
hasil, pemasaran dan aktivitas lain yang berkaitan dengan kegiatan
pertanian(Soekartawi, 2003).
Gambar 3. Subsistem Agribisnis (Soekartawi, 2003).
Agribisnis merupakan suatu cara lain melihat pertanian sebagai suatu sistim bisnis
yang terdiri dari empat subsistem yang berkaitan yaitu : subsistem agribisnis hulu,
(pengadaan dan penyaluran sarana produksi), subsistem agribisnis usaha tani
(produksi primer), subsistem agribisnis hilir (pengolahan, penyimpanan, distribusi
tata niaga), dan sub sistem jasa penunjang. Agribisnis secara umum mengandung
pengertian sebagai keseluruhan operasi yang terkait dengan aktivitas untuk
menghasilkan dan mendistribusikan input produksi, aktivitas untuk produksi
usaha tani, untuk pengolahan dan pemasaran (Saragih, 2010).
Agroindustri terdiri dari dua suku kata, yaitu agro yang berasal dari kata
agriculture yang berarti pertanian dan industri. Agroindustri adalah suatu sistem
pengolahan secara terpadu antara sektor pertanian dengan sektor industri sehingga
diperoleh nilai tambah dari hasil pertanian. Agroindustri merupakan bagian dari
agribisnis hilir atau subsistem dari sistem agribisnis yang memproses atau
mengolah dan mentransformasikan produk mentah hasil pertanian menjadi barang
Subsistem
Pemasaran
Subsistem
Pengolahan Hasil
Pertanian
Subsistem
Produksi
Pertanian
Subsistem
Penunjang
19
setengah jadi atau barang jadi, yang dapat langsung dikonsumsi atau digunakan
dalam proses produksi. Agroindustri merupakan industri bahan baku dari produk
pertanian (Soekartawi, 2000).
Agroindustri merupakan suatu kegiatan atau usaha yang mengolah bahan baku
yang berasal dari tanaman atau hewan melalui proses transformasi dengan
menggunakan perlakuan fisik dan kimia, penyimpanan, pengemasan, serta
distribusi. Ciri penting dari agroindustri adalah kegiatannya tidak tergantung
musim, membutuhkan manajemen usaha yang moderen, pencapaian skala usaha
yang optimal dan efisien, serta mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi
(Zakaria, 2007).
Pembangunan jangka panjang dalam pencapaian struktur ekonomi yang seimbang
dicapai dengan adanya kemampuan dan kekuatan pertanian yang tangguh.
Pengembangan sektor pertanian tersebut perlu didukung oleh sektor industri
pertanian atau disebut juga agroindustri. Peran agroindustri cukup penting dalam
meningkatkan nilai tambah komoditas pertanian, menyediakan lapangan kerja
produktif, dan sebagai salah satu sumber devisa negara (Haryono, 2009).
Pengaruh agroindustri mentransformasi produk primer ke produk olahan sehingga
menciptakan nilai tambah tinggi, melalui perubahan fisik atau kimia,
penyimpanan, pengemasan, dan distribusi. Perubahan terjadi dari proses
pengolahan komoditas pertanian menjadi produk antara (intermediate product)
maupun produk akhir (finish product), termasuk penanganan pasca panen, industri
pengolahan makanan dan minuman, industri biofarmaka, industri bioenergi,
industri pengolahan hasil ikutan (by-product), serta industri agrowisata. Dengan
20
demikian, agroindustri merupakan kegiatan lintas sektor yang memanfaatkan dan
memberi nilai tambah bagi sumberdaya pertanian (Arifin, 2004).
Ditinjau berdasarkan lokasi kegiatannya, agroindustri dapat berlangsung pada tiga
tempat, yaitu:
a) Dalam rumah tangga yang dilakukan oleh anggota rumah tangga petani
penghasil bahan baku.
b) Dalam bangunan yang terpisah dari tempat tinggal tetapi masih dalam satu
pekarangan dengan menggunakan bahan baku yang dibeli di pasar dan
menggunakan tenaga kerja dalam keluarga.
c) Dalam perusahaan kecil, sedang, maupun besar yang menggunakan buruh
upahan modal yang lebih intensif (Soekartawi, 2000).
Komponen agroindustri terdiri dari :
a) Bahan mentah dan bahan pembantu. Faktor-faktor yang harus diperhatikan
dalam pengadaan bahan mentah dan bahan pembantu adalah kontinuitas, kualitas,
kuantitas, dan harga.
b) Tenaga kerja. Faktor yang harus diperhatikan adalah kualifikasi atau
keterampilan dan upah.
c) Modal. Faktor yang harus diperhatikan dalam memperoleh modal adalah
kemudahan, tingkat bunga, dan ketersediannya.
d) Manajemen dan teknologi, meliputi tenaga manajemen yang memadai, kontrol
kualitas, dan ketersediaan teknologi yang sesuai.
e) Fasilitas penunjang, meliputi penelitian dan pengembangan, sistem informatika,
dan infrastruktur (Muelgini, dkk, 1993 dalam Hidayatullah, 2004).
21
Berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dapat dibedakan
menjadi:
a) Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang
dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga
kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri
biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya:
industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe atau tahu, dan industri
makanan ringan.
b) Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai
19 orang. Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil,
tenagakerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan
saudara. Misalnya: industri genteng, industri batu bata, dan industri
pengolahan rotan.
c) Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20
sampai 90 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup
besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan perusahaan
memiliki kemampuan manajerial tertentu. Misalnya: industri konveksi,
industri bordir, industri makanan dan industri keramik.
d) Industri besar, yaitu industri dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang.
Ciri industri besar adalah memiliki modal besar yang dihimpun secara kolektif
dalam bentuk pemilikan saham, tenaga kerja harus memiliki keterampilan
khusus, dan pimpinan perusahaan dipilih melalui uji kemampuan dan
kelayakan ( fit and profer test ). Misalnya: industri tekstil, industri mobil,
industri besi baja, dan industri pesawat terbang (Sajo, 2009).
22
Pentingnya agroindustri sebagai suatu pendekatan pembangunan pertanian dapat
dilihat dari kontribusinya, yaitu kegiatan agroindustri mampu meningkatkan
pendapatan pelaku agribisnis, mampu menyerap banyak tenaga kerja, mampu
meningkatkan perolehan devisa, dan mampu mendorong tumbuhnya industri yang
lain (Soekartawi, 2000).
Agroindustri sagu aren di Kecamatan Natar ada yang termasuk katagori
agroindustri skala kecil dan juga ada agroindustri skala sedang dengan jumlah
tenaga kerja berjumlah ±7-21 orang yang berasal dari lingkungan sekitar serta
jumlah modal yang relatif cukup. Peralatan yang digunakan pada agroindustri
sagu aren ini masih termasuk dalam kategori tradisional dan standar. Terdapat
tiga kegiatan utama dalam agroindustri sagu aren ini, yaitu kegiatan pengadaan
bahan baku, kegiatan pengolahan, dan kegiatan pemasaran.
4. Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku yaitu barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi
yang mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier
atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang
menggunakannya (Assauri, 1999). Analisis terhadap aktivitas pengadaan bahan
baku harus dilakukan sebelum memulai investasi pada usaha agroindustri. Dengan
adanya persediaan bahan baku yang cukup tersedia di gudang diharapkan dapat
memperlancar kegiatan produksi perusahaan dan dapat menghindari terjadinya
kekurangan bahan baku.
Pengadaan bahan baku berfungsi menyediakan bahan baku dalam jumlah yang
tepat, mutu yang baik, dan tersedia secara berkesinambungan dengan biaya yang
23
layak dan terorganisasi dengan baik. Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan
sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi untuk
mencapai tujuan tertentu, sedangkan biaya produksi adalah biaya yang digunakan
untuk mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Biaya terbesar dalam proses
pengolahan umumnya adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan
baku. Oleh karena itu, perhatian terhadap perhitungan dan pengendalian biaya
dalam pengadaan bahan baku merupakan hal yang sangat penting. Kekurangan
bahan baku atau ketersediaan bahan baku yang tidak kontinyu akan berakibat pada
sistem kerja yang tidak efektif dan efisien, serta menurunnya mutu bahan baku
sehingga dapat menurunkan mutu produk olahannya. Oleh karena itu, pengadaan
bahan baku bagi industri yang mengolah produk pertanian harus terorganisir
dengan baik (Mulyadi, 1990).
Terdapat lima faktor penting yang perlu diperhatikan dalam sistem pengadaan
bahan baku agar kegiatan pengolahan berjalan dengan lancar, yaitu:
a) Jumlah yang tepat. Masalah yang dihadapi adalah bahwa pabrik
bekerja jauh di bawah kapasitas produksi terpasang, karena kekurangan bahan
baku. Pengkajian faktor penentu produksi bahan baku dan penggunaan lain
dari bahan baku tersebut perlu perhatian khusus. Faktor yang menentukan
produksi bahan baku adalah luas lahan dan produktivitasnya.
b) Mutu bahan baku atau kualitas. Perusahaan tidak hanya memikirkan
ketersediaan bahan baku dari segi jumlah saja, tetapi juga dilihat dari segi
persyaratan mutu. Jumlah yang banyak tidak akan berguna jika mutunya tidak
sesuai dengan yang diperlukan.
24
c) Pemilihan waktu yang tepat. Waktu merupakan faktor yang penting dalam
sistem pengadaan bahan baku agroindustri karena sifat biologis dari bahan
baku tersebut. Karakteristik bahan baku yang tergantung pada waktu adalah
musim, daya tahan, dan ketersediaan.
d) Biaya/ harga yang layak. Biaya bahan baku merupakan biaya terbesar dari
proses agroindustri. Faktor produksi tambahan yang utama adalah tenaga
kerja. Oleh karena biaya bahan baku merupakan penentu utama, maka perlu
dilihat alternatif mekanisme harga dan kepekaan laba terhadap perubahan
biaya.
e) Organisasi. Ketersediaan mutu bahan baku pada waktu yang tepat dan biaya
yang layak akhirnya tergantung pada organisasi sistem pengadaan.
Pengorganisasian dapat diartikan sebagai penentuan pekerjaan-pekerjaan yang
harus dilakukan, pengelompokan tugas-tugas, dan membagikan pekerjaan pada
setiap karyawan, penetapan departemen dan hubungan-hubungan (Sembiring,
1991 dalam Hidayatullah, 2004).
5. Pengolahan pada Agroindustri
Agroindustri adalah sebagai kegiatan pengolahan sumber bahan baku yang
bersumber dari tanaman ataupun hewan. Artinya, bahwa kegiatan atau proses
agroindustri merupakan upaya: 1) untuk meningkatkan nilai tambah produk, 2)
menghasilkan produk yang dapat dipasarkan, dapat digunakan atau dapat
dimakan, 3) meningkatkan daya simpan, 4) menambah pendapatan dan
keuntungan bagi produsen (Soekartawi, 2000).
25
Pengolahan sebagai salah satu subsistem dalam agribisnis merupakan suatu
alternatif terbaik untuk dikembangkan. Artinya, pengembangan industri
pengolahan diperlukan guna terciptanya keterkaitan antara sektor pertanian
dengan sektor industri. Industri pengolahan (agroindustri) akan mempunyai
kemampuan yang baik jika kedua sektor tersebut diatas memiliki keterkaitan yang
sangat erat baik keterkaitan kedepan (forward linkage) maupun kebelakang
(backward linkage). Keterkaitan ke belakang karena proses produksi pertanian
memerlukan produksi dan alat pertanian. Keterkaitan ke depan karena ciri produk
pertanian bersifat musiman, bervolume, dan mudah rusak (Soekartawi, 2000).
Pengembangan agroindustri ke depan perlu diarahkan ke dalam struktur
agroindutri lebih ke hilir (pengolahan dan pemasaran), dengan tujuan menciptakan
dan meningkatkan nilai tambah (added value) sebesar mungkin di dalam negeri,
mendiversifikasikan produk yang mengakomodasikan preferensi konsumen, dan
memanfaatkan segmen-segmen pasar yang berkembang, baik dalam negeri
maupun di pasar internasional (Saragih, 1998 dalam Hidayatullah, 2004).
Terdapat beberapa alasan pentingnya peranan agroindustri pada pengolahan hasil
pertanian, antara lain:
a) Meningkatkan nilai tambah
Pengolahan hasil yang baik dilakukan produsen dapat meningkatkan nilai
tambah dari hasil pertanian yang diproses.
b) Meningkatkan kualitas hasil.
Kualitas hasil yang baik akan menyebabkan nilai barang menjadi lebih tinggi
dan keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja
26
menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi
harga barang itu sendiri.
c) Meningkatkan penyerapan tenaga kerja.
Bila hasil pertanian langsung dijual tanpa diolah terlebih dahulu maka
kesempatan kerja pada kegiatan pengolahan akan hilang, sebaliknya bila
dilakukan pengolahan hasil maka banyak tenaga kerja yang diserap.
Komoditas pertanian tertentu justru menuntut jumlah tenaga kerja yang relatif
besar pada kegiatan pengolahan.
d) Meningkatkan keterampilan produsen.
Keterampilan dalam mengolah hasil akan menyebabkan terjadi peningkatan
keterampilan secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh
hasil penerimaan usahatani yang lebih besar.
e) Meningkatkan pendapatan produsen.
Konsekunsi logis dari hasil olahan yang lebih baik adalah menyebabkan total
penerimaan lebih tinggi karena kualitas hasil yang lebih baik dan harganya
lebih tinggi (Soekartawi, 2000).
6. Kinerja Pengertian kinerja menurut Bernardin dan Russel (1993) adalah kinerja dilihat
dari hasil pengeluaran produksi atas fungsi dari pekerjaan tertentu atau aktivitas
selama periode tertentu. Dalam melakukan kegiatan usaha ada berbagai faktor
yang harus dikelola yang disebut sebagai faktor faktor produksi. Faktor-faktor
tersebut yaitu material atau bahan, mesin atau peralatan, manusia atau
karyawan, modal atau uang, dan manajemen yang akan mengfungsionalkan
keempat faktor yang lain. Hasibuan (2005) mengemukakan kinerja (prestasi
27
kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan
tugas-tugas yang dibebankan kepadannya yang didasarkan atas kecakapan,
pengalaman, dan kesungguhan serta waktu.
Kinerja perusahaan adalah keadaan perusahaan selama periode waktu tertentu
yang merupakan hasil atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional
perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki (Srimindarti, 2006).
Didu (2003), mengelompokkan pengukuran kinerja agroindustri dapat
dibagi menjadi :
a) Kinerja agroindustri
Sebagai suatu sistem, pengukuran kinerja agroindustri hendaknya menggunakan
pendekatan multikriteria. Kinerja agroindustri dapat diukur secara internal dan
eksternal. Kinerja internal dianalisis berdasarkan subsistem agroindustri,
sedangkan kinerja eksternal dianalisis berdasarkan output yang dihasilkan.
Kinerja internal dapat dianalisis berdasarkan pengelompokan berupa : (1) kinerja
subsistem rantai produksi, (2) kinerja subsistem kebijakan, (3) kinerja subsistem
kelembagaan, dan (4) kinerja subsistem pemasaran .
Indikator kinerja subsistem rantai produksi yang mencakup kegiatan pembibitan,
budidaya, dan pengolahan antara lain adalah : ( 1 ) peroduktivitas efisiensi, (2)
kualitas produk, dan (3) kemampuan melakukan diversifikasi. kinerja untuk
subsistem kebijakan antara lain : (1) perkembangan investasi, (2) penyebaran
lokasi usaha, (3) kesempatan berusaha, ( 4 ) diversifikasi usaha, dan (5)
perlindungan terhadap stakeholder yang lemah.
28
Indikator kinerja untuk subsistem kelembagaan antara lain : ( 1 ) efektivitas
dalam proses pengambilan keputusan, ( 2 ) distribusi tanggung jawab dan
kewenangan, (3) jangkauan pengaruh, dan (4) efektivitas pelayanan, sedangkan
indikator kinerja untuk subsistem pemasaran meliputi : ( 1 ) area pemasaran, (2)
luasan dan efektivitas jaringan, (3) jenis dan jumlah produk yang dipasarkan, dan
( 4 ) nilai produk yang dipasarkan.
b) Kinerja Ekonomi dan Sosial
Salah satu karakteristik penting agroindustri adalah melibatkan masyarakat
banyak pada lokasi yang luas, maka pengukuran kinerja ekonomi tidak dapat
dipisahkan dengan kinerja untuk aspek sosial. Dengan demikian, maka
pendekatan penilaian kinerja yang efektif adalah menggunakan multikriteria
untuk masing-masing komoditas.
c) Kinerja Usaha
Penilaian kinerja usaha agroindustri secara individu berintikan pada 3 (tiga) aspek,
yaitu : (1) kualitas (Quality), (2) efesiensi (Cost), dan (3) ketepatan penyerahan
(Delivery) yang dikenal dengan prinsip QCD. Untuk meningkatkan kinerja
efisiensi usaha agroindustri diuraikan kinerja produktivitas, analisis nilai tambah,
dan analisis finansial.
Menurut Prasetya dan Lukiastuti (2009) dalam penelitian Sari (2015) ada enam
tipe pengukuran kinerja, yaitu produktivitas tenaga kerja, kapasitas, kualitas,
kecepatan pengiriman, fleksibel, dan kecepatan proses.
a) Produktivitas tenaga kerja
Produktivitas adalah suatu ukuran seberapa besar nilai kita mengonversi input
29
dari proses transformasi ke dalam output. Produktivitas dari agroindustri dapat
dihitung dari unit yang diproduksi (output) dengan masukan yang digunakan
(tenaga kerja) yang dirumuskan sebagai berikut:
Produktivitas = Unit yang diproduksi (kg)
Masukan yang digunakan (HOK)
b) Kapasitas
Kapasitas adalah suatu tingkat keluaran atau output maksimum dari suatu sistem
produksi dalam periode tertentu dan merupakan kuantitas keluaran tertinggi yang
mungkin selama periode waktu itu .
Capacity Utiization = Actual Ouput
Design Capacity
c) Kualitas
Kualitas dari proses pada umumnya diukur dengan tingkat ketidaksesuaian dari
produk yang dihasilkan.
d) Kecepatan Pengiriman
Kecepatan pengiriman ada dua ukuran dimensi, pertama jumlah waktu antara
produk ketika dipesan untuk dikirimkan ke pelanggan, kedua adalah variabilitas
dalam waktu pengiriman.
e) Fleksibel
Ada tiga dimensi dari fleksibel, pertama bentuk dari fleksibel menandai
bagaimana kecepatan proses dapat masuk dari memproduksi satu produk atau
keluarga produk untuk yang lain. Kedua adalah kemampuan bereaksi untuk
berubah dalam volume. Ketiga, kemampuan dari proses produksi yang lebih dari
satu produk secara serempak, bagaimana kemampuan agroindustri dalam
mengubah batang aren menjadi produk selain sagu aren.
30
7. Nilai Tambah
Industri pengolahan hasil pertanian dapat menciptakan nilai tambah. Konsep nilai
tambah adalah suatu pengembangan nilai yang terjadi karena adanya input
fungsional seperti perlakuan dan jasa yang menyebabkan bertambahnya kegunaan
dan nilai komoditas selama mengikuti arus komoditas pertanian (Hardjanto 1993).
Input fungsional dapat berupa proses mengubah bentuk (from utility), menyimpan
(time utility), maupun melalui proses pemindahan tempat dan kepemilikan.
Sumber-sumber nilai tambah dapat diperoleh dari pemanfaatan faktor- faktor
produksi (tenaga kerja, modal, sumberdaya alam dan manajemen).
Analisis nilai tambah berfungsi sebagai salah satu indikator dalam keberhasilan
sektor agribisnis. Menurut Hardjanto (1993) kegunaan dari menganalisis nilai
tambah adalah untuk mengetahui:
a) Menghitung nilai tambah pada agroindustri sagu aren ini, besar nilai tambah
yang terjadi akibat perlakuan tertentu yang diberikan pada komoditas
pertanian.
b) Distribusi imbalan yang diterima pemilik dan tenaga kerja.
c) Besarnya kesempatan kerja yang diciptakan dari kegiatan pengolahan
bahan baku menjadi produk jadi.
d) Besarnya peluang serta potensi yang dapat diperoleh dari suatu sistem
komoditas di suatu wilayah tertentu dari penerapan teknologi pada satu atau
beberapa subsistem di dalam agribisnis.
Menurut Hayami (1987), analisis nilai tambah pengolahan produk pertanian dapat
dilakukan dengan cara sederhana, yaitu melalui perhitungan nilai tambah per
kilogram bahan baku untuk satu kali pengolahan yang menghasilkan produk
31
tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis
yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan
dan tenaga kerja, sedangkan faktor pasar yang berpengaruh ialah harga output,
upah kerja, harga bahan baku, dan nilai input lain selain bahan baku dan tenaga
kerja. Nilai input lain adalah nilai dari semua korbanan selain bahan baku dan
tenaga kerja yang digunakan selama proses pengolahan berlangsung.
Konsep pendukung dalam analisis nilai tambah metode Hayami pada subsistem
pengolahan adalah:
a) Faktor konversi, yang menunjukkan banyaknya output yang dapat dihasilkan
dari satu satuan input.
b) Koefisien tenaga kerja langsung, yang menunjukkan banyaknya tenaga kerja
langsung yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input.
c) Nilai output, menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu satuan input.
Analisis nilai tambah juga dapat dilakukan dengan menggunakan metode Hayami,
dimana perhitungannya berdasarkan satu satuan bahan baku utama dari produk
jadi (Hayami, 1987). Analisis nilai tambah melalui metode Hayami ini dapat
menghasilkan beberapa informasi penting, antara lain berupa :
a. Perkiraan nilai tambah (rupiah)
b. Rasio nilai tambah terhadap nilai produk jadi (persen)
c. Imbalan jasa tenaga kerja (rupiah)
d. Bagian tenaga kerja (persen)
e. Keuntungan yang diterima perusahaan (rupiah)
f. Tingkat keuntungan perusahaan (persen)
32
B. Kajian penelitian terdahulu
Penelitian terdahulu tentang analisis kinerja dan nilai tambah agroindustri telah
banyak dilakukan. Tinjauan penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan
referensi untuk mendukung penelitian yang akan dilakukan. Beberapa penelitian
terdahulu disajikan pada Tabel 5. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu terletak pada lokasi, topik penelitian, dan metode analisis data yang
digunakan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terdapat pada penelitian
Herdiyandi (2016), yaitu menggunakan analisis nilai tambah model Hayami.
Metode pengukuran tersebut digunakan untuk mengukur nilai tambah pada
agroindustri yang dipilih sebagai lokasi penelitian. Persamaan dalam penggunaan
analisis nilai tambah model Hayami juga terdapat pada penelitian Sari (2015),
penelitian Masesah (2013), penelitian Aldhariana (2016), penelitian Febriyanti
(2016), penelitian Putri (2016), dan penelitian Sagala (2013).
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu terletak pada penggunaan
metode pengukuran dalam mengukur kinerja agroindustri. Hal itu didapatkan
pada penelitian Febriyanti (2015) yang menggunakan analisis kinerja
produktivitas tenaga kerja dan kapasitas dalam mengukur kinerja agroindustri,
sedangkan penelitian ini menggunakan analisis kinerja produktivitas tenaga kerja,
kapasitas, kualitas, kecepatan pengiriman dan fleksibilitas. Perbedaan penelitian
ini dengan penelitian terdahulu juga terdapat pada topik penelitian. Penelitian ini
akan meneliti mengenai pengadaan bahan baku agroindustri melalui enam tepat,
kinerja agroindustri meliputi kinerja produktivitas tenaga kerja, kinerja kapasitas
33
kualitas, kecepatan pengiriman dan fleksibilitas serta menganalisis nilai tambah
agroindustri. Selanjutnya, dari hasil analisis tersebut akan diketahui apakah usaha
pada agroindustri yang dipilih sebagai lokasi penelitian memberikan nilai tambah
sehingga memberikan keuntungan pada agroindustri tersebut.
34
Tabel 5. Penelitian terdahulu tentang analisis kinerja dan nilai tambah agroindustri
No Nama
(Tahun)
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil Penelitian
1 Sari
(2015)
Kinerja Produksi dan Nilai
Tambah Agroindustri Emping
Melinjo di Kota Bandar
Lampung
Analisis kinerja
produksi, kesempatan
kerja, dan nilai tambah
1. Kinerja agroindustri emping melinjo di Kota Bandar
Lampung secara keseluruhan menguntungkan.
Produktivitas agroindustri emping sudah berkinerja
baik. Agroindustri emping melinjo mampu
memberikan kesempatan kerja sebesar 62,92 HOK
di Rajabasa dan 42,49 HOK di Sukamaju.
2. Kelurahan Rajabasa memberikan nilai tambah yang
positif sebesar 45,95 persen dan di Kelurahan
Sukamaju sebesar 48,63 persen.
2 Herdiyandi
(2016)
Analisis Nilai Tambah
Agroindustri Tepung Tapioka Di
Desa NegaraTengah Kecamatan
Cineam Kabupaten Tasikmalaya
Analisis pendapatan
dan nilai tambah
Hayami
1. Biaya yang dikeluarkan oleh pengusaha agroindustri
tepung tapioka dalam satu kali proses produksi
adalah Rp 3.007.536,22. Penerimaan Rp 4.200.000.
sehingga memperoleh pendapatan Rp.1.192.463,78
dalam satu kali proses produksi, dengan jumlah
bahan baku 2500 kilogram. Besarnya R/C
agroindustri tepung tapioka adalah 1,39, artinya dari
setiap Rp.1,00 biaya yang dikeluarkan pengusaha
agroindustri tepung tapioka diperoleh penerimaan
Rp.1,39 dan pendapatan Rp. 0,39 dengan demikian
agroindustri tepung tapioka di Perusahaan responden
menguntungkan.
2. Nilai tambah yang diperoleh pengusaha agroindustri
tepung tapioka yaitu Rp.662 per kilogram dengan
total produksi tepung tapioka 700 kilogram dalam
satu kali proses produksi
35
3 Aldhariana
(2016)
Keragaan Agroindustri Beras
Siger (Kasus di Agroindustri
Toga Sari Kabupaten Tulang
Bawang dan Agroindustri Mekar
Sari Kota Metro)
Analisis deskriptif
kualitatif dan analisis
deskriptif kuantitatif,
analisi pendapatan dan
nilai tambah Hayami.
1. Keenam komponen pengadaan bahan baku pada
Agroindustri TS sudah tepat, sedangkan pada
Agroindustri MS masih terdapat satu komponen
yang belum tepat yaitu harga. Pendapatan pada
Agroindustri TS lebih besar dibandingkan pada
Agroindustri MS.
2. Kedua agroindustri beras siger tersebut layak
dijalankan karena memiliki nilai tambah yang positif
dan cukup menguntungkan dilihat dari R/C rasio.
Nilai tambah pada Agroindustri MS yaitu
Rp1.104,24/kg bahan baku lebih besar dibandingkan
dengan nilai tambah pada Agroindustri TS yaitu
Rp703,74/kg bahan baku.
3. Strategi pemasaran beras siger pada kedua
agroindustri menggunakan marketing mix yang
terdiri dari produk, harga, tempat, dan promosi.
Dilihat dari komponen produk, harga, dan tempat,
Agroindustri TS lebih baik dibandingkan dengan
Agroindustri MS. Akan tetapi kedua agroindustri
beras siger ini memiliki kesamaan yaitu kegiatan
promosi yang dilakukan masih sangat minim.
4 Febriyanti
(2016)
Analisis Kinerja Agroindustri
Keripik Pisang Skala UMK di
Kota Metro
Analisis deskriptif
kuantitatif dan
kualitatif, analisis EOQ,
analisis nilai tambah,
dan analisis finansial.
1. Kinerja keripik pisang skala mikro dan skala kecil di
Kota Metro telah berproduksi dengan baik, yaitu
agroindustri keripik pisang skala mikro dengan
produktivitas sebesar 25,71 kg/HOK dan rata-rata
kapasitas sebesar 69 persen, sedangkan agroindustri
keripik pisang skala kecil dengan produktivitas
sebesar 34,95 kg/HOK dan kapasitas 90 persen.
2. Jumlah pembelian bahan baku yang ekonomis (nilai
EOQ) rata-rata untuk agroindustri keripik pisang
36
skala mikro di Kota Metro sebanyak 57 sisir dengan
frekuensi pembelian bahan baku yang dilakukan 5
kali.
3. Nilai tambah rata-rata agroindustri keripik pisang
skala mikro di Kota Metro sebesar Rp 15.481,97
sedangkan keripik pisang skala kecil sebesar Rp
27.528,19.
4. Agroindustri keripik pisang skala mikro dan
agroindustri keripik pisang skala kecil secara
finansial di Kota Metro layak untuk diusahakan.
5 Putri
(2016)
Nilai Tambah, Bauran
Pemasaran (Marketing Mix) Dan
Perilaku Konsumen Dalam
Pengambilan Keputusan
Pembelian Produk Rotan (Kursi
Teras Tanggok dan Kursi Teras
Pengki) di Kota Bandar
Lampung
Analisis deskriptif,
analisis nilai tambah
metode Hayami dan
analisis regresi logistik.
1. Pengadaan bahan baku pada agroindustri rotandi
Kota Bandar Lampung sudah memenuhi syarat
elemen pengadaan bahan baku yaitu tepat kuantitas,
tepat kualitas, tepat waktu, tepat biaya dan tepat
organisasi.
2. Besaran nilai tambah yang dihasilkan oleh satu set
kursi teras tanggok adalah sebesar Rp18.054,32
sementara untuk satu set kursi teras pengki sebesar
Rp 16.613,02
3. Persepsi konsumen pada produk, persepsi konsumen
pada promosi, faktor psikologis, faktor budaya,
pendapatan dan jenis kelamin adalah variabel yang
berpengaruh secara positif sementara persepsi
konsumen pada distribusi berpengaruh negatif dalam
pembelian produk rotan kursi teras tanggok dan
kursi teras pengki di Kota Bandar Lampung.
6 Arum
(2016)
Evaluasi Kelayakan Usaha dan
Nilai Tambah Agroindustri
Tempe
Analisis evaluasi
kelayakan dan nilai
tambah
1. Ketiga agroindustri tempe pada berbagai skala
produksi (besar, menengah, kecil) secara
keseluruhan menguntungkan dan layak untuk
dikembangkan.
37
2. Nilai tambah yang dihasilkan oleh ketiga
agroindustri tempe cukup besar walaupun masih
menggunakan teknologi yang tergolong sederhana
dan modal terbatas.
7 Sagala
(2013)
Kinerja Usaha Agroindustri
Kelanting di Desa Karang
Anyara Kecamatan Gedong
Tataan Kabupaten Pesawaran
Analisis pendapatan,
kinerja, dan nilai
tambah
1. Nilai rata-rata R/C rasio > 1 yaitu sebesar 1,24, BEP
sebesar 1042,69 kg atau lebih kecil dari 1168,80 kg
(output rata-rata), produktivitas sebesar 16,07
kg/HOK, dan kapasitas sebesar 0,92.
2. Nilai tambah yang diperoleh dari hasil pengolahan
ubi kayu menjadi kelanting adalah sebesar Rp.
1.184,02 per kilogram bahan baku ubi kayu atau
sebesar 34,57 persen.
8 Masesah
(2013)
Pengadaan Bahan Baku dan
Nilai Tambah Pisang Bolen di
Bandar Lampung
Analisis EOQ dan
nilai tambah model
Hayami
1. Persediaan rata-rata bahan baku pisang raja yang
digunakan selama satu bulan untuk CV Mayang Sari
sebanyak 3.000 sisir/bulan dan 520 sisir/bulan untuk
Harum Sari.
2. Nilai tambah rata-rata industri pisang bolen CV Mayang
Sari sebesar Rp3.937,60 per satu kotak dengan isi 10 kue
pisang bolen dan nilai tambah pisang bolen Harum Sari
sebesar Rp2.326,92 per satu kotak dengan isi 10 kue
pisang bolen.
38
C. Kerangka Pemikiran
Menurut Suryana (2005) agroindustri merupakan bagian atau subsistem dari
agribisnis yang memproses dan mentransformasikan produk mentah hasil
pertanian menjadi barang setengah jadi atau barang jadi yang dapat langsung
dikonsumsi atau dapat langsung digunakan dalam proses produksi. Komponen-
komponen produksi terdiri dari bahan mentah, bahan pembantu, tenaga kerja,
manajemen, teknologi, dan fasilitas penunjang yang dipengaruhi oleh kebijakan
yang ada dalam pelaksanaan sistem agroindustri
Agroindustri sagu aren bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah komoditas
aren dengan cara mengolah batang aren menjadi sagu aren. Proses produksi aren
menjadi sagu aren memerlukan berbagai input, yaitu bahan baku, peralatan,
tenaga kerja, dan input pendukung lainnya. Proses produksi tersebut memerlukan
persediaan input, khususnya bahan baku yang terjamin, sehingga tidak terjadi
hambatan produksi akibat kekurangan bahan baku. Oleh karena itu, diperlukan
analisis pengadaan bahan baku yang tepat waktu, tempat, kualitas, kuantitas,
organisasi dan harga agar Agroindustri Sagu Aren di Lampung Selatan
mengetahui besarnya bahan baku yang diperlukan.
Proses produksi batang aren menjadi sagu aren juga dipengaruhi oleh kinerja
agroindustri, meliputi kinerja produktivitas tenaga kerja, kapasitas, kualitas,
kecepatan pengiriman, dan fleksibel. Kinerja agroindustri tersebut akan
berpengaruh terhadap output atau hasil produksi. Berdasarkan kinerja tersebut
agroindustri harus mengetahui apakah usaha yang dijalankannya memberikan
nilai tambah atau tidak. Oleh karena itu, diperlukan analisis nilai tambah dengan
39
cara menghitung selisih antara nilai output (sagu aren) dikurangi biaya produksi
(bahan baku, peralatan, tenaga kerja). Apabila jumlah biaya produksi lebih kecil
dari nilai output (sagu aren), maka agroindustri sagu aren memberikan nilai
tambah begitupula sebaliknya. Nilai tambah yang diperoleh digunakan untuk
menutupi berbagai biaya yang ada dalam agroindustri, meliputi biaya pembelian
bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya lainnya dalam proses produksi. Selain
itu, nilai tambah yang diperoleh dapat memberikan keuntungan bagi pihak
agroindustri sagu aren. Bagan alir kerangka pemikiran analisis kinerja dan nilai
tambah agroindustri sagu aren dapat dilihat pada Gambar 4.
40
Gambar 4. Bagan alir kerangka pemikiran analisis kinerja dan nilai tambah
Agroindustri Sagu Aren di Kecamatan Natar Lampung Selatan.
Agroindustri Sagu Aren
Kegiatan Pengolahan Pengadaan Bahan Baku
harga
output
Penerimaan
Output:
- Sagu aren
Output
Analisis Nilai
Tambah Hayami
Nilai
Tambah
Analisis
Pengadaan
Bahan Baku
1. Kualitas
2. Kuantitas
3. Waktu
4. Biaya
5. Tempat
6. Organisasi
Input :
- Bahan baku
batang aren
- Tenaga kerja
- Peralatan
Kinerja:
- Produktivitas
- Kapasitas
- Kualitas
- Kecepatan
Pengiriman
- Fleksibilitas
harga
input
Biaya
Produksi
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus pada
Agroindustri Sagu Aren di Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
Menurut Iskandar (2009) dalam Herdiandi (2016) studi kasus bertujuan untuk
mengembangkan metode kerja paling efisien dengan cara melakukan penelitian
secara mendalam mengenai masalah penelitian di tempat yang akan di teliti
sehingga memberikan kesimpulan yang berlaku dan terbatas pada kasus tertentu.
Beberapa hal yang perlu dilakukan sebelum melakukan penelitian adalah
membuat konsep dasar dan definisi operasional, menentukan lokasi, responden,
waktu penelitian, jenis dan sumber data, serta menentukan metode analisis.
B. Konsep Dasar dan Batasan Operasional
Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang
digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan tujuan
penelitian.
Agribisnis dapat dipandang sebagai suatu sistem pertanian yang memiliki
beberapa komponen subsistem yaitu subsistem penyedia sarana produksi,
42
subsistem usahatani yang memproduksi bahan baku, subsistem pengolahan hasil
pertanian, dan subsistem pemasaran hasil pertanian.
Agroindustri adalah subsistem dari sistem agribisnis yang memanfaatkan dan
memiliki kaitan langsung dengan produk-produk pertanian yang akan
ditransformasikan menjadi produk yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Sagu aren adalah produk sagu yang diperoleh dari pengolahan batang aren untuk
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan mie soun, kue, bakmie, bakso dll
Pengadaan bahan baku adalah suatu kesatuan kegiatan yang dilakukan untuk
menyediakan batang aren pada agroindustri sagu aren.
Enam tepat dalam pengadaan bahan baku adalah kegiatan pengadaan bahan baku
yang sesuai dengan enam tepat yaitu tepat waktu, tepat tempat, tepat organisasi,
tepat kualitas, tepat kuantitas, dan tepat harga. Enam tepat ini diterapkan dalam
kegiatan pengadaan bahan baku agar memperlancar kegiatan pengadaan bahan
baku dan memberikan keuntungan yang maksimal bagi agroindustri sagu aren.
Tepat waktu adalah waktu yang tepat dalam kegiatan pengadaan bahan baku yaitu
saat jumlah bahan baku menipis, maka bahan baku dapat tersedia dengan cepat
agar tidak terjadi penundaan proses produksi.
Tepat tempat adalah tempat yang menjual bahan baku merupakan tempat yang
memberikan pelayanan yang memuaskan, mudah dijangkau, dan letaknya
strategis bagi pihak agroindustri.
Tepat kualitas adalah kualitas bahan baku yang akan digunakan untuk membuat
sagu aren merupakan kualitas yang baik. Kualitas batang aren yang baik adalah
43
batang aren yang tidak disadap untuk diambil niranya, tidak rusak, tidak busuk,
dan memiliki ukuran yang sedang hingga besar.
Tepat kuantitas adalah jumlah bahan baku yang tersedia untuk membuat sagu aren
sesuai dengan target produksi. Artinya, jumlah bahan baku yang digunakan dapat
mencerminkan hasil produksi yang akan diperoleh sehingga harus sesuai dengan
target sasaran produksi.
Tepat harga atau biaya adalah harga yang dikeluarkan untuk membeli batang aren
sebagai bahan baku relatif terjangkau yaitu tidak terlalu mahal dan melalui harga
bahan baku tersebut pihak agroindustri dapat memperoleh keuntungan yang telah
diperkirakan atau ditargetkan.
Tepat Organisasi adalah kelembagaan pendukung untuk pengadaan bahan baku
yang penting untuk diperhatikan karena berkaitan dengan banyak pihak untuk
mendukung proses produksi agroindustri.
Masukan (input) adalah sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan sagu
aren. Input berupa batang aren, tenaga kerja, peralatan, dan biaya-biaya lainnya.
Keluaran (Output) adalah hasil dari proses produksi yaitu berupa sagu aren diukur
dalam jumlah satuan kilogram (kg).
Pengolahan adalah suatu kesatuan kegiatan yang dilakukan untuk mengolah bahan
baku menjadi produk yang bernilai tambah. Pengolahan sagu aren adalah suatu
kesatuan kegiatan yang dilakukan untuk mengolah batang aren menjadi sagu aren.
Jumlah Tenaga Kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan baik dalam
keluarga maupun luar keluarga selama satu kali proses produksi sagu aren, diukur
dalam satuan hari orang kerja (HOK).
44
Upah tenaga kerja adalah upah rata-rata yang dikeluarkan oleh agroindustri untuk
tenaga kerja secara langsung dalam proses produksi, yang dihitung berdasarkan
tingkat upah yang berlaku di daerah penelitian, dan diukur dalam rupiah per HOK
(Rp/HOK).
Peralatan adalah alat-alat yang digunakan dalam proses produksi sagu aren, yaitu
mesin pemarut, karung, taman, timbangan, kapak.
Harga input adalah harga batang aren yang diterima oleh pelaku agroindustri dari
hasil pembelian yang diukur dalam satuan rupiah (Rp/unit).
Harga Produk (output) adalah harga sagu aren yang diterima oleh pengusaha
agroindustri dan diukur dalam satuan rupiah (Rp/kg).
Biaya Produksi adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi selama satu
bulan, diukur dalam satuan rupiah (Rp/siklus produksi ).
Penerimaan merupakan pendapatan yang diperoleh dari penjualan sagu aren
dengan mengalikan jumlah sagu aren yang dihasilkan dengan harga yang berlaku
diukur dalam satuan rupiah (Rp/siklus produksi).
Kinerja adalah hasil kerja atau prestasi kerja dari suatu agroindustri, dilihat dari
aspek teknis dan ekonomis meliputi produktivitas, kapasitas dan kualitas.
Produktivitas adalah perbandingan antara output dan input dalam proses produksi
batang aren menjadi sagu aren . Produktivitas dihitung bedasarkan output sagu
aren/(kg) terhadap tenaga kerja (HOK).
Kapasitas adalah perbandingan antara output (sagu aren) yang dihasilkan dalam
suatu proses produksi dengan kapasitas maksimal produksi sagu aren yang dapat
45
dihasilkan, dinyatakan dalam persen (%). Kapasitas dikatakan baik apabila
kapasitas bernilai lebih dari 50%.
Faktor konversi adalah banyaknya jumlah output yang dapat dihasilkan dalam
satu satuan input. Faktor konversi pada agroindustri sagu aren adalah
perbandingan antara sagu aren yang dihasilkan dengan penggunaan batang aren
dalam perhitungan nilai tambah.
Nilai tambah adalah selisih antara nilai output sagu aren dengan harga bahan baku
utama sagu aren dan sumbangan input lain yang diukur dalam satuan rupiah (Rp).
Sumbangan input lain adalah bahan-bahan penunjang yang digunakan dalam
pembuatan sagu aren dalam perhitungan nilai tambah dan diukur dalam satuan
rupiah (Rp/kg bahan baku).
C. Lokasi Penelitian, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di keempat Agroindusti Sagu Aren yang berada di
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penentuan lokasi penelitian
ditentukan secara sengaja (purposive). Waktu penelitian dilaksanakan pada
Maret-April 2018. Terdapat empat agroindustri yang berada di wilayah
kecamatan ini.
Tabel 6. Jumlah industri / kegiatan usaha kecil Agroindustri Sagu Aren di
Lampung Selatan
No Nama Industri Jenis Industri Kapasitas Produksi (ton/tahun)
Terpasang Rill
1 Surahmat Sagu Aren 286 ton 245 ton
2 Oblak Sagu Aren 873 ton 886 ton
3 Kartim Sagu Aren 873 ton 863 ton
4 Adi Putra Sagu Aren 415 ton 365 ton
Sumber : Dinas Perindustrian Kabupaten Lampung Selatan, 2014 (data diolah)
46
Tabel 6 menunjukkan bahwa terdapat empat agroindustri yang aktif
memproduksi sagu aren yaitu Agroindustri Surahmat, Agoindustri Oblak,
Agroindustri Kartim, dan Agroindustri Adi Putra. Terdapat tiga pengolahan sagu
aren yang produksi sebenarnya/riil mengalami kesenjangan dengan kapasitas yang
dapat diproduksi yaitu Agroindustri Surahmat, Agroindustri Kartim dan
Agroindustri Adi Putra .
Pemilihan keempat agroindustri dengan metode studi kasus ini didasarkan pada
adanya kesenjangan produksi riil dengan kapasitas yang dapat diproduksi di
beberapa agroindustri sagu aren. Kesenjangan produksi ini dapat disebabkan oleh
berbagai masalah seperti bahan baku yang sulit diperoleh, mesin pengolahan,
tenaga kerja, ketersediaan air dan cuaca. Selain itu, keempat agroindustri
dijadikan sebagai lokasi penelitian dengan harapan dapat membandingkan kinerja
dan nilai tambah masing-masing agroindustri.
Rendahnya tingkat produksi tersebut dapat menghambat proses produksi sagu
aren. Proses produksi juga dipengaruhi oleh kinerja produksi. Kinerja produksi
merupakan hasil kerja atau prestasi kerja yang telah dilakukan oleh agroindustri.
Kinerja produksi yang baik akan menghasilkan output yang baik, oleh karena itu
perlu dianalisis apakah rendahnya tingkat produksi agroindustri sagu aren
dipengaruhi oleh kinerja agroindustri yang belum optimal.
Agroindustri Sagu Aren yang berada di Kecamatan Natar Lampung Selatan telah
terbentuk sejak tahun 1972 sehingga dapat diasumsikan agroindustri tersebut telah
memiliki pengalaman usaha yang cukup dan dapat dihitung kapasitas
produksinya.
47
D. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara serta pengamatan langsung
tentang keadaan di lapangan selama dua kali produksi di masing-masing
agroindustri dengan tujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan selama
agroindustri melaksanakan kegiatan produksi. Analisis terhadap kinerja dan nilai
tambah masing-masing agroindustri sagu aren menggunakan daftar pertanyaan
kuisoner sebagai alat bantu pengumpulan data. Data sekunder diperoleh dari studi
literatur, jurnal ilmiah, penelitian terdahulu, dan pustaka lainnya yang
berhubungan dengan penelitian ini, serta lembaga/instansi yang terkait dalam
penelitian ini, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian Kabupaten
Lampung Selatan, dan data internal masing-masing Agroindustri Sagu Aren di
Kecamatan Natar Lampung Selatan.
E. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Analisis kuantitatif
digunakan untuk menjawab tujuan penelitian tentang kinerja dan nilai tambah
agroindustri sagu aren, sedangkan analisis kualitatif digunakan untuk menjawab
tujuan pertama mengenai pengadaan bahan baku dilihat dari pelaksanaan enam
tepat pada agroindustri sagu aren.
48
1. Analisis Pengadaan Bahan Baku
Metode analisis data yang digunakan pada tujuan pertama dalam penelitian ini
adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif kualitatif ini dilakukan dengan
mendeskripsikan dan menginterpretasikan variabel yang mengacu pada kajian
ilmiah yang mendasarinya. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk
menganalisis manajemen pengadaan bahan baku berupa pelaksanaan enam tepat
pada agroindustri sagu aren. Enam tepat tersebut adalah tepat waktu, tepat
tempat, tepat kualitas, tepat kuantitas, tepat organisasi dan tepat harga. Tidak
hanya itu, analisis deskriptif kualitatif ini juga digunakan untuk menganalisis
permasalahan atau kendala dalam pengadaan bahan baku serta langkah yang
dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut.
2. Kinerja
Analisis kinerja produksi pada penelitian ini dilakukan untuk melihat hasil kerja
dari agroindustri sagu aren yang dilihat dari aspek produktivitas tenaga kerja,
kapasitas, kualitas, kecepatan pengiriman, dan fleksibilitas.
a) Produktivitas tenaga kerja
Produktivitas tenaga kerja dari agroindustri dihitung dari unit yang diproduksi
(output) dengan masukan yang digunakan (tenaga kerja) yang dirumuskan
sebagai berikut (Prasetya dan Lukiastuti, 2009) :
Produktivitas tenaga kerja = Unit yang diproduksi (kg) .
Masukan yang digunakan (HOK)
Ukuran produktivitas ini dinyatakan dalam satuan kg/HOK, dimana semakin
besar angka produktivitas yang diperoleh maka semakin baik kinerja produksi
49
agroindustri yang dilaksanakan. Standar nilai produktivitas tenaga kerja
menurut Render dan Heizer (2001) dalam penelitian Sari (2015) adalah 7,2
kg/HOK. Hal ini berarti setiap satu HOK pada suatu agroindustri mampu
memproduksi sebesar 7,2 kg unit yang diproduksi.
Jika produktivitas > 7,2 kg sagu aren, maka kinerja agroindustri tersebut sudah
baik;
Jika produktivitas < 7,2 kg sagu aren, maka kinerja agroindustri tersebut
kurang baik.
b) Kapasitas agroindustri
Kapasitas yaitu suatu ukuran yang menyangkut kemampuan output dari suatu
proses. Kapasitas agroindustri diperoleh dari nilai actual output yaitu output
berupa sagu aren yang diproduksi dengan satuan kg dibagi dengan design capacity
yaitu kapasitas maksimal atau output maksimal yang mampu dihasilkan
agroindustri dalam memproduksi sagu aren dengan satuan kg. Kapasitas
agroindustri dapat dirumuskan sebagai berikut :
Capacity Utiization = Actual Ouput
Design Capacity
Keterangan :
Actual output : output yang diproduksi (kg)
Design Capacity : kapasitas maksimal memproduksi (kg)
Menurut Render dan Heizer (2001) dalam penelitian Sari (2015) :
Jika kapasitas > 0,5 atau 50%, maka agroindustri telah berproduksi secara
baik;
Jika kapasitas < 0,5 atau 50%, maka agroindustri berproduksi kurang
baik.
50
c) Kualitas
Kualitas dari proses pada umumnya diukur dengan tingkat ketidaksesuaian dari
produk yang dihasilkan. Mutu sagu aren dapat dinilai dengan mengunakan
parameter-parameter baik terhadap sifat yang dapat dilihat, misalnya warna putih
tidak kuning, kering, tidak berbau dan tekstur yang baik.
d) Kecepatan Pengiriman
Kecepatan pengiriman ada dua ukuran dimensi, pertama jumlah waktu antara
produk ketika dipesan untuk dikirimkan ke pelanggan, ke dua adalah ketepatan
waktu dalam pengiriman. Berdasarkan penelitian Sari (2015) tentang kecepatan
pengiriman emping melinjo dalam keragaan produksi, waktu yang dibutuhkan
untuk mengirimkan produk ke pelanggan membutuhkan waktu 30 menit dengan
jarak tempuh lima kilometer dan waktu tersebut dapat dikategorikan baik.
Apabila waktu yang dibutuhkan agroindustri sagu aren kurang atau sama dengan
30 menit dengan jarak tempuh sama atau lebih dari lima kilometer maka
dikategorikan baik karena asumsinya dengan waktu 30 menit dapat menempuh
jarak lima kilometer, sehingga ini dapat dijadikan standar pengukuran untuk
dimensi yang pertama dalam kecepatan pengiriman.
Saat peneliti melakukan penelitian, diperoleh informasi bahwa rata-rata
agroindustri sagu aren mengirimkan produk sagu aren ke pelanggan adalah
seminggu sekali. Hal ini dapat dijadikan standar pengukuran, apabila suatu
agroindustri melakukan pengiriman produk sekali dalam seminggu, maka dimensi
ke dua dalam kecepatan pengiriman dapat dikategorikan baik.
51
e) Fleksibilitas
Fleksibel yaitu mengukur bagaimana proses transformasi menjadi lebih baik. Ada
tiga dimensi dari fleksibel, pertama bentuk dari fleksibel dilihat dari kecepatan
proses transformasi batang aren menjadi sagu aren. Ke dua adalah kemampuan
bereaksi untuk berubah dalam volume, bagaimana kemampuan batang aren untuk
menghasilkan sagu aren. Ke tiga adalah kemampuan dari proses produksi yang
lebih dari satu produk secara serempak, bagaimana kemampuan agroindustri
dalam mengubah batang aren menjadi produk selain sagu aren.
3. Analisis Nilai Tambah Nilai tambah adalah pertambahan nilai suatu komoditi karena adanya input
fungsional yang diberikan pada komoditi yang bersangkutan. Input fungsional
tersebut berupa proses mengubah bentuk (form utility), memindahkan tempat
(place utility), maupun menyimpan (time utility) (Hayami,1987).
Analisis nilai tambah metode Hayami merupakan metode yang memperkirakan
perubahan nilai bahan baku setelah mendapatkan perlakuan. Nilai tambah yang
terjadi dalam proses pengolahan merupakan selisih dari nilai produk dengan
biaya bahan baku dan input lainnya. Beberapa faktor penentu dalam analisis
nilai tambah yaitu :
(a) Faktor teknis, mencakup kapasitas produksi dari satu unit usaha, jumlah
waktu kerja yang digunakan dan tenaga kerja yang dikerahkan.
(b) Faktor pasar, mencakup harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku,
dan nilai input lain.
52
Konsep pendukung dalam analisis nilai tambah metode Hayami pada
subsistem pengolahan adalah :
(a) Faktor konversi, menunjukkan banyaknya output yang dapat
dihasilkan satu satuan input.
(b) Koefisien tenaga kerja, menunjukkan banyaknya tenaga kerja
langsung yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input.
(c) Nilai output, menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu-satuan input.
Untuk mengetahui besarnya nilai tambah pada keempat agroindustri sagu aren
dapat dilakukan dengan menggunakan metode nilai tambah Hayami pada Tabel 7.
Tabel 7. Prosedur perhitungan nilai tambah metode hayami
No Variabel Nilai
1 Output (Kg/Bulan) A
2 Bahan Baku (Kg/Bulan) B
3 Tenaga Kerja (HOK/Bulan) C
4 Faktor Konversi D = A/B
5 Koefisien Tenaga Kerja E = C/B
6 Harga Output (Rp/Kg) F
7 Upah rata-rata tenaga kerja (Rp/HOK)
G
Pendapatan dan Keuntungan (Rp/kg)
8 Harga Bahan Baku (Rp/kg) H
9 Sumbangan Input Lain (Rp/kg) I
10 Nilai Output (Rp/kg) J=DxF
11 a Nilai Tambah (Rp/kg) K=J-I-F
b Rasio Nilai Tambah (%) L%= (K/J) x 100%
12 a Imbalan Tenaga Kerja (Rp/HOK) M= E x G
b Bagian Tenaga Kerja (%) N% = (M/K) x 100%
13 a Keuntungan (Rp) O = K – M
b Tingkat Keuntungan (%) P% = (O/K) x 100%
Balas Jasa Untuk faktor Produksi
14 Margin (Rp/kg) Q= J- H
a Keuntungan (%) R= O/Q x 100%
b Tenaga Kerja (%) S = M/Q x 100%
c Input Lain (%) T = I/Q x 100 %
Sumber : Hayami (1987)
53
Kriteria Nilai Tambah adalah :
(a) Jika NT > 0, berarti agroindustri sagu aren memberikan nilai tambah (positif).
(b) Jika NT < 0, berarti agroindustri sagu aren tidak memberikan nilai
tambah (negatif).
Keterangan:
A = Ouput/total produksi sagu aren yang dihasilkan oleh agroindustri.
B = Input/bahan baku berupa batang aren yang digunakan dalam proses
produksi.
C = Tenaga kerja yang digunakan dalam memproduksi sagu aren dihitung
dalam bentuk HOK (Hari Orang Kerja) dalam satu periode analisis.
F = Harga produk yang berlaku pada satu periode analisis.
G = Jumlah upah rata-rata yang diterima oleh pekerja dalam setiap satu periode
produksi yang dihitung berdasarkan per HOK (Hari Orang Kerja).
H = Harga input bahan baku utama per batang (kg) pada suatu periode analisis.
I = Sumbangan/biaya input lainnya yang terdiri dari biaya bahan baku
penolong biaya penyusutan, dan biaya packing.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan
1. Keadaan Geografis
Kabupaten Lampung Selatan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Lampung
yang memiliki wilayah daratan seluas 2.007,01 km2 dengan kantor Pusat
Pemerintahan di Kalianda. Kabupaten Lampung Selatan telah mengalami
pemekaran wilayah sebanyak dua kali. Kabupaten Lampung Selatan terbagi dalam
17 kecamatan yaitu Natar, Jati Agung, Tanjung Bintang, Tanjung Sari, Katibung,
Merbau Mataram, Way Sulan, Sidomulyo, Candipuro, Way Panji, Kalianda,
Rajabasa, Palas, Sragi, Penengahan, Ketapang, dan Bakauheni (BPS Kabupaten
Lampung Selatan, 2017). Lokasi keempat agroindustri sagu aren berada pada
Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Perolehan bahan baku batang aren
yang berasal dari wilayah Kabupaten Lampung Selatan saat ini hanya terdapat pada
Kecamatan Kalianda, Rajabasa, dan Tanjung Bintang sedangkan sisanya diperoleh
dari wilayah lain. Batas wilayah Kecamatan Natar di peta Kabupaten Lampung
Selatan berada di wilayah daerah berwarna biru tua pada Gambar 5.
55
Gambar 5. Peta batas wilayah Kecamatan di Kabupaten Lampung Selatan
2. Keadaan Iklim
Kabupaten Lampung Selatan merupakan daerah beriklim tropis dengan curah hujan
rata-rata 161,7 mm/bulan dan jumlah hari hujan rata-rata 15 hari/bulan. Aren paling
baik pertumbuhannya pada ketinggian 500 – 700 m di atas permukaan laut dengan
curah hujan lebih dari 1200 – 3500 mm/tahun. Suhu udara di Kabupaten Lampung
Selatan berselang antara 21,3o C sampai dengan 33
o C, sedangkan kelembaban udara
berselang antara 39 persen sampai dengan 100 persen. Rata-rata tekanan udara
minimal dan maksimal di Kabupaten Lampung Selatan adalah 1.007,4 Nbs dan
1.013,7 Nbs (BPS Kabupaten Lampung Selatan, 2017).
3. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2016 mencapai
982.885 jiwa terdiri dari 504.498 penduduk laki-laki dan 478.387 penduduk
perempuan. Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak berada di
Kecamatan Natar sebanyak 189.166 jiwa, sedangkan Way Panji memiliki jumlah
56
penduduk paling sedikit sebanyak 16.980 jiwa. Jumlah rumah tangga di Kabupaten
Lampung Selatan mencapai 259.336 dengan rata-rata anggota rumah tangga
sebanyak empat orang. Kepadatan penduduk di Kabupaten Lampung Selatan
adalah 490 jiwa/km2 dengan luas wilayah 2.007,01 km
2.
Tabel 8. Jumlah penduduk, luas wilayah, dan kepadatan penduduk Kabupaten
Lampung Selatan tahun 2016
Kecamatan
Luas Wilayah Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan
Penduduk
(jiwa/km2) km2 % Laki-laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa) Total (jiwa) %
Natar 213,77 10,65 96.462,00 92.704,00 189.166,00 19,25,00 885,00
Jati Agung 164,47 8,19 58.306,00 54.527,00 112.833,00 11,48,00 686,00
Tanjung
Bintang 129,72 6,46 38.144,00 36.767,00 74.911,00 7,62,00 577,00
Tanjung Sari 103,32 5,15 14.796,00 14.146,00 28.942,00 2,94,00 280,00
Katibung 175,77 8,76 34.431,00 32.504,00 66.935,00 6,81,00 381,00
Merbau
Mataram 113,94 5,68 25.011,00 23.676,00 48.687,00 4,95,00 427,00
Way Sulan 46,54 2,32 11.579,00 10.950,00 22.529,00 2,29,00 484,00
Sidomulyo 122,53 6,11 29.520,00 28.072,00 57.592,00 5,86,00 470,00
Candipuro 84,69 4,22 27.805,00 26.615,00 54.420,00 5,54,00 643,00
Way Panji 38,45 1,92 8.537,00 8.443,00 16.980,00 1,73,00 442,00
Kalianda 161,40 8,04 45.764,00 41.981,00 87.745,00 8,93,00 544,00
Rajabasa 100,39 5,00 11.671,00 10.500,00 22.171,00 2,26,00 221,00
Palas 171,39 8,54 28.778,00 27.863,00 56.641,00 5,76,00 330,00
Sragi 81,92 4,08 16.945,00 16.250,00 33.195,00 3,38,00 405,00
Penengahan 132,98 6,63 19.206,00 17.955,00 37.161,00 3,78,00 279,00
Ketapang 108,60 5,41 25.437,00 24.086,00 49.523,00 5,04,00 456,00
Bakauheni 57,13 2,85 12.106,00 11.348,00 23.454,00 2,39,00 411,00
Jumlah/Total 2.007,01 100,00 504.498,00 478.387,00 982.885,00 100,00 490,00
Sumber: BPS Kabupaten Lampung Selatan, 2017
B. Keadaan Umum Kecamatan Natar
1. Keadaan Geografis
Kecamatan Natar merupakan salah satu bagian dari Kabupaten Lampung Selatan
yang memiliki 26 desa dengan luas wilayah 253,74 km2. Kecamatan Natar
terbentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1964.
57
Secara administratif Kecamatan Natar memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut.
a. Sebelah Utara : Kabupaten Pesawaran
a. Sebelah Selatan : Kota Bandar Lampung
b. Sebelah Barat : Kabupaten Pesawaran
c. Sebelah Timur : Kecamatan Jati Agung
(BPS Kabupaten Lampung Selatan, 2017).
Lokasi keempat agroindustri sagu aren berada pada Kecamatan Natar Desa Branti
Raya yang dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Peta batas wilayah Kecamatan Natar Desa Branti Raya
Berdasarkan lokasi Desa Branti Raya diketahui bahwa lokasi pengolahan sagu aren
berada ditempat yang memiliki sumber air dan akses yang baik terhadap panas
matahari. Panas matahari merupakan faktor yang penting bagi industri pengolahan
sagu aren, sehingga lokasi usaha pengolahan sagu aren yang memiliki akses baik
terhadap sinar matahari akan mendukung keberhasilan usaha pengolahan sagu aren,
karena umumnya pengolahan sagu aren yang masih sederhana belum mampu
menyediakan teknologi pengering sagu aren. Ketersediaan air juga sangat penting,
terutama untuk penyucian dan penyaringan sagu aren.
58
2. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk di Kecamatan Natar pada tahun 2016 mencapai 189.165 jiwa
terdiri dari 96.462 penduduk laki-laki dan 92.703 penduduk perempuan. Tabel 9
menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak berada di Desa Hajimena sebanyak
18.054 jiwa, sedangkan Rulung Mulya memiliki jumlah penduduk paling sedikit
sebanyak 1.745 jiwa. Kepadatan penduduk di Kecamatan Natar adalah 701,70
jiwa/km2 dengan luas wilayah 270 km
2.
Tabel 9. Jumlah penduduk, luas wilayah, dan kepadatan penduduk Kecamatan
Natar tahun 2016
Desa
Luas Wilayah Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan
Penduduk
(jiwa/km2) km
2 %
Laki-laki
(jiwa)
Perempua
n (jiwa) Total (jiwa) %
Hajimena 7,50 2,78 9.056,00 8.998,00 18.054,00 9,54 2.407,17
Sidosari 2,97 1,10 2.368,00 2.204,00 4.572,00 2,42 1.539,57
Pemanggilan 1,18 0,44 4.591,00 4.383,00 8.974,00 4,74 7.605,55
Natar 16,15 5,99 8.530,00 8.177,00 16.707,00 8,83 1.034,47
Merak Batin 3,00 1,11 7.991,00 7.609,00 15.600,00 8,25 5.200,13
Krawang Sari 10,62 3,94 2.222,00 2.032,00 4.254,00 2,25 400,55
Muara Putih 16,85 6,25 2.963,00 2.758,00 5.721,00 3,02 339,49
Tanjung Sari 11,00 4,08 5.056,00 4.682,00 9.738,00 5,15 885,25
Negara Ratu 8,50 3,15 6.769,00 6.434,00 13.203,00 6,98 1.553,29
Rejosari 51,65 19,16 2.214,00 2.194,00 4.408,00 2,33 85,35
Bumisari 3,01 1,12 4.389,00 4.353,00 8.742,00 4,62 2.904,38
Candimas 10,28 3,81 5.448,00 5.391,00 10.839,00 5,73 1.054,29
Pancasila 10,88 4,04 1.498,00 1.457,00 2.955,00 1,56 271,57
Sukadamai 11,32 4,20 3.607,00 3.470,00 7.077,00 3,74 625,13
Bandar Rejo 8,17 3,03 1.765,00 1.687,00 3.452,00 1,82 422,52
Purwosari 10,27 3,81 1.784,00 1.668,00 3.452,00 1,82 336,12
Rulung Raya 10,07 3,74 2.624,00 2.515,00 5.139,00 2,72 510,32
Brantiraya 10,50 3,89 5.771,00 5.589,00 11.360,00 6,01 1.081,89
Haduyang 7,63 2,83 3.372,00 3.258,00 6.630,00 3,50 868,93
Banjarnegeri 4,25 1,58 2.577,00 2.589,00 5.166,00 2,73 1.215,61
Mandah 9,05 3,36 2.451,00 2.312,00 4.763,00 2,52 526,34
Rulunghelok 12,60 4,47 1.460,00 1.366,00 2.826,00 1,49 224,26
Kalisari 4,87 1,81 3.761,00 3.581,00 7.342,00 3,88 1.507,69
Wai Sari 6,40 2,37 1.362,00 1.347,00 2.709,00 1,43 423,29
Rulung Mulya 8,26 3,06 902,00 843,00 1.745,00 0,92 211,23
Rulung Sari 12,60 4,67 1.932,00 1.806,00 3.738,00 1,98 296,68
Total 269,58 100,00 96.462,00 92.703,00 189.165,00 100,00 701,70
Sumber: BPS Kabupaten Lampung Selatan, 2017
59
C. Gambaran Umum Agorindustri
Kabupaten Lampung Selatan merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi
Lampung yang memadukan sumberdaya pertanian dengan pengembangan
industrinya melalui agroindustri. Salah satu komoditas pertanian yang dinilai
cukup strategis dalam mendukung pengembangan agroindustri dan perekonomian
adalah tanaman aren. Produk yang dapat dihasilkan dari tanaman aren salah
satunya yaitu sagu aren yang diperoleh melalui pengolahan batang aren. Menurut
Dinas Perindustrian Kabupaten Lampung Selatan terdapat empat agroindustri sagu
aren di Kabupaten Lampung Selatan. Keempat agroindustri tersebut berlokasi di
Desa Brantiraya Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.
Pada dasarnya, kegiatan pengolahan sagu aren di keempat agroindustri ini memiliki
tahapan yang sama dimulai dari persediaan batang aren yang berasal dari pemasok
masing-masing agroindustri. Pemasok bahan baku memperoleh batang aren dari
beberapa wilayah di Provinsi Lampung maupun di luar Provinsi Lampung. Pada
awalnya, pemasok memperoleh tanaman aren yang berada di kebun warga.
Tanaman aren tersebut tidak dimanfaatkan oleh warga dan dapat dikatakan tumbuh
liar di wilayah kebun sehingga pemasok dapat membelinya. Tanaman aren tersebut
dibeli oleh pemasok dengan harga berkisar antara Rp500.000 – Rp1.000.000 sesuai
dengan besarnya batang aren. Pemasok bahan baku kemudian memilih batang aren
yang memiliki kriteria yang sesuai untuk dapat dijadikan bahan baku pengolahan
sagu aren. Selain itu, pohon aren diperoleh melalui petani yang memiliki tanaman
aren. Pada awalnya petani menanam tanaman aren dengan tujuan untuk
memperoleh nira aren yang dapat dijadikan produk gula aren. Akan tetapi, tidak
semua tanaman aren dapat menghasilkan nira aren.
60
Tanaman aren yang tidak dapat menghasilkan nira aren dapat ditebang dan dibeli
oleh pemasok untuk dijadikan bahan baku pengolahan sagu aren. Batang aren
biasanya dibeli oleh pemasok dengan harga berkisar antara Rp500.000 –
Rp1.000.000 per batang.
Gambar 7. Pohon aren atau enau
Batang aren yang telah ditebang dari kebun warga lalu dibawa ke tempat pemasok
agar pemilik agroindustri dapat dengan mudah mengambil bahan baku yang sudah
siap untuk dibawa ke agroindustri. Bahan baku yang sudah siap merupakan batang
aren yang sudah dipisahkan dengan daun dan pelepahnya sehingga batang tersebut
dapat dengan mudah diambil oleh pemilik agroindustri menggunakan truk coldisel.
Sebelum batang aren dimasukkan ke dalam truk, batang aren ditimbang bobotnya
agar dapat dibeli sesuai dengan harga per kilogramnya. Satu truk coldisel dapat
memuat bahan baku sebanyak dua hingga tiga batang aren dengan bobot berkisar
antara 8.000-12.000 kg batang aren.
Pengambilan batang aren membutuhkan waktu sekitar 1 hari untuk tersedia di
agroindustri sehingga pengadaan bahan baku perlu direncanakan agar kegiatan
61
pengolahan sagu aren dapat melakukan produksi setiap harinya. Setelah bahan
baku tersedia maka batang aren diolah melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut
antara lain pemotong batang aren, pemarutan batang aren, pengayakan saripati aren,
pencucian, penjemuran dan pengemasan. Keempat agroindustri ini memiliki
kesamaan dalam tahapan pengolahan sagu aren, akan tetapi keempat agroindustri
juga terdapat perbedaan mengenai alasan pendirian, jumlah tenaga kerja, dan mesin
pengolahan yang dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Karakteristik Agroindustri Sagu Aren di Lampung Selatan
Agroindustri
Sagu Aren
Tahun
Berdiri
Alasan
Pendirian
Agroindustri
Jumlah
Tenaga
Kerja
Jumlah
Mesin
Pengolahan
Lokasi Bahan
Baku
Adi Putra 1972
Lokasi
sumber
bahan baku
strategis
7 orang 1 mesin
pengolahan
Ogan Lima, Bukit,
Danau Ranau,
Batu Raja, Liwa,
dan Sekincau
Oblak 1980
Adanya
peluang
usaha yang
baik
21 orang 3 mesin
pengolahan
Tanjung Bintang,
Muara Dua, Batu
Raja, Martapura,
Kalianda, Bukit
Kemuning, dan
Ogan Lima
Surahmat 2001
Adanya
peluang
usaha yang
baik
14 orang 2 mesin
pengolahan
Muara Dua, Batu
Raja, Bukit
Kemuning, dan
Martapura
Kartim 1996
Adanya
pengalaman
kerja di
bidang
agroindustri
sagu aren
7 orang 1 mesin
pengolahan
Bukit Kemuning,
Danau Ranau,
Sekincau dan
Kalianda
Sumber : Data Primer, 2018 (diolah)
Berdasarkan Tabel 10 Agroindustri Sagu Aren Adi Putra didirikan pada tahun 1972
dan menjadi pelopor pertama bagi agroindustri sagu aren lainnya. Berdasarkan
hasil penelitian di tahun 2018, Agroindustri Adi Putra dan Kartim hanya memiliki
satu mesin pengolahan sedangkan Agroindustri Oblak memiliki tiga mesin, dan
62
Agroindustri Surahmat memiliki dua mesin pengolahan. Proses produksi sagu aren
pada keempat agroindustri dilakukan setiap hari Senin – Sabtu. Agroindustri ini
memperoleh bahan baku dengan volume pembelian rata-rata 10.000 kg/produksi.
Pemasaran yang dilakukan keempat agroindustri minimal satu kali dalam seminggu
ke beberapa wilayah seperti Bandar Lampung, Bandar Jaya, dan Tanjung Bintang,
Batu Raja, Bandar Jaya, Tanjung Bintang, Palembang, dan Martapura. Sagu aren
yang telah dijual dikemas kembali oleh beberapa agen atau digunakan sebagai
pembuatan bakso, kue, cendol, bakmie (mie), bihun, sohun dan hun kwe.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Keenam komponen pengadaan bahan baku yaitu waktu, tempat, kualitas,
organisasi, kuantitas, dan harga pada Agroindustri Sagu Aren Adi Putra,
Oblak, dan Surahmat sudah tepat karena sudah sesuai dengan harapan,
sedangkan pada Agroindustri Sagu Aren Kartim masih terdapat satu
komponen pengadaan bahan baku yang belum tepat atau belum sesuai dengan
harapan yaitu kuantitas.
2. Kinerja produksi pada Agroindustri Sagu Aren Kecamatan Natar Lampung
Selatan sudah dapat dikatakan baik karena empat dari lima indikator dalam
kinerja produksi yaitu produktivitas tenaga kerja, kapasitas, kualitas, dan
kecepatan pengiriman sudah sesuai, sedangkan indikator fleksibilitas pada
keempat agroindustri sagu aren belum optimal.
3. Agroindustri Sagu Aren di Kecamatan Natar Lampung Selatan memberikan
nilai tambah yang positif sehingga agroindustri sagu aren layak untuk
diusahakan.
112
B. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah :
1. Bagi pengusaha agroindustri sagu aren agar dapat menjaga keberlanjutan
pengadaan bahan baku dengan cara memperluas wilayah pemasok bahan baku
agar kegiatan pengolahan sagu aren dapat berkelanjutan.
2. Bagi dinas terkait yaitu Dinas Perindustrian Kabupaten Lampung Selatan
hendaknya dapat lebih mendukung pengembangan usaha sagu aren, salah
satunya dengan memberikan bantuan mesin atau peralatan yang dapat
menunjang kegiatan produksi sagu aren. Selain itu, dinas terkait dapat
memberikan ilmu mengenai pengolahan lain yang dapat dihasilkan dari batang
aren.
3. Bagi peneliti lain sebaiknya melakukan penelitian lanjutan mengenai strategi
pengembangan keempat Agroindustri Sagu Aren di Lampung Selatan.
DAFTAR PUSTAKA
Aldhariana, S.F., Lestari DAH., Ismono H. 2016. Keragaan Agroindustri Beras
Siger (Kasus di Agroindustri Toga Sari Kabupaten Tulang Bawang dan
Agroindustri Mekar Sari Kota Metro). Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis. Vol 4
(2) : 319-322
Arifin, B. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Penerbit Buku Kompas.
Jakarta.
Assauri,S. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi. BPFE UI. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2014. Luas areal dan produksi tanaman perkebunan rakyat,
perkebunan besar negara, perkebunan besar swasta di Provinsi Lampung.
Badan Pusat Statistik Lampung. Bandar Lampung.
_________________. 2014. Produksi dan luas areal tanaman aren perkebunan
rakyat menurut kabupaten/kota di Provinsi Lampung. Bandar Lampung.
_________________. 2017. Istilah PDRB. Badan Pusat Statistik Lampung.
Bandar Lampung.
_________________. 2017. PDB Triwulanan Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) 2013-2017. Badan Pusat
Statistik. Jakarta.
Bernardin,H.John & Joyce E.A. Russel. 2003. Human Resource Management.
Mc Graw Hill Inc. Singapura.
Didu, M.S. 2003. Kinerja Agroindustri Indonesia. Agrimedia Vol. 8, No. 2, April
2003:16-25. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/29155. Diakses
tanggal 23 November 2017.
Dinas Perindustrian Kabupaten Lampung Selatan. 2014. Jumlah Industri /
Kegiatan Usaha Kecil Agroindustri Sagu Aren di Lampung Selatan.
Lampung Selatan.
114
Febriyanti, Affandi MI, dan Kalsum U. Analisis Kinerja Agroindustri Keripik
Pisang Skala Usaha Mikro dan Kecil (UMKM) di Kota Metro. Jurnal
Ilmu-Ilmu Agribisnis. Vol 5 (1) : 51-52.
Hardjanto, W. 1993. Bahan Kuliah Manajemen Agribisnis. IPB. Bogor.
Haryono, D. 2009. Dampak Industrialisasi Pertanian Terhadap Kinerja Ekonomi,
Pendapatan Rumah Tangga dan Kemiskinan Pedesaan. (Aplikasi Model
Keseimbangan ekonomi). Seminar Disertasi Fakultas Pertanian.
Hasibuan,Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi.
Bumi Aksara. Jakarta.
Hayami,Y., Toshihiko, K., Yoshimori, M., dan M. Asjidin. 1987. Agricultural
marketing and Processing In Upland Java; A Perspektif From A Sunda.
Vilage The CGPRT center. Bogor
Herdiandi. 2016. Analisis Nilai Tambah Agroindustri Tepung Tapioka di Desa
Negaratengah Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Agroinfo Galuh Padjajaran Volume 2 Nomor 2.
Hidayatullah, S. 2004. Analisis Agroindustri Sate Bandeng (Kasus pada tiga
industri rumah tangga di Kabupaten Serang Propinsi Banten). Skripsi.
Universitas Lampung. Lampung.
Ismanto, A. 1995. Pohon Kehidupan : Aren (Arenga pinnata Merr). Badan
Pengelola Gedung Manggala Wanabakti dan Prosea Indonesia, Jakarta.
Hal 7-13. Jakarta.
Lempang, M. 2006. Pohon Aren dan Manfaat Produksinya. Jurnal Balai
Penelitian Kehutanan Vol.9 No.1 Tahun 2012, hal 37. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hasil Hutan, Makassar.
Mantra, I.B. 2004. Demografi Umum. Penerbit Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Masesah L, Hasyim A.I., dan Situmorang S. 2013. Analisis manajemen
pengadaan bahan baku, nilai tambah, dan strategi pemasaran pisang
bolen di Bandar Lampung. JIIA, 1 (4).
Mulyadi. 1990. Akuntansi Biaya. BPFE. Yogyakarta.
Prasetya, H. dan F. Lukiastuti 2009. Manajemen Operasi. Media Pressindo.
Yogyakarta.
Render B dan Heize J. 2001. Prinsip-prinsip Manajemen Operasi. PT. Salemba
Emban Patria. Jakarta.
115
Sagala I.C, Affandi M.I, dan Ibnu M. 2013. Kinerja Usaha Agroindustri
Kelanting di Desa Karang Anyar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten
Pesawaran. JIIA, 1 (1) : 62.
Sajo, D. 2009. Klasifikasi Industri. http://geografibumi.blogspot.com/2009/10/
klasifikasi-industri.html. Diakses pada 6 November 2017 pukul 19.00 WIB.
Saragih, B. 2010. Refleksi Agribisnis: 65 Tahun Profesor Bungaran Saragih.
Institut Pertanian Bogor Press. Bogor.
Sari I.R.M., Zakaria W.A, dan Affandi M.I. 2015. Kinerja Produksi Dan Nilai
Tambah Agroindustri Emping Melinjo Di Kota Bandar Lampung. Jurnal
Ilmu-Ilmu Agribisnis. Vol 3 (1) : 19-21.
Soekartawi. 2000. Pengantar Agrondustri . PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Srimindarti, C. 2006. Balanced Scorecard sebagai Alternatif Untuk Mengukur
Kinerja. STIE Etikubank. Semarang.
Suryana, A. 2005. Arah, Strategi dan Program Pembangunan Pertanian 2005-
2009. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian. Jakarta.
Widyawati, N. 2012. Sukses Investasi Masa Depan dengan Bertanam Pohon
Aren. Lily Publisher. Yogyakarta.
Zakaria, W.A. 2007. Analisis Nilai Tambah dan Kelayakan Finansial
Agroindustri Tahu dan Tempe di Kota Metro. Jurnal Sosio
Ekonomika,Volume 13 Nomor 1 Juni 2007. Bandar Lampung.