Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER
THINKING SKILL (HOTS) MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR
DUA VARIABEL (SPLDV) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 34
MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH :
SRI HARDIYANTI AMALIAH. A
NIM. 10536 11035 16
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
i
ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER
THINKING SKILL (HOTS) MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR
DUA VARIABEL (SPLDV) PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 34
MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
OLEH :
SRI HARDIYANTI AMALIAH. A
NIM. 10536 11035 16
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
LEMBAR PENGESAHAN
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
iv
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : SRI HARDIYANTI AMALIAH. A
Nim : 105361103516
Program Studi : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Higher Order
Thinking Skill (HOTS) Materi Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel (SPLDV) pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 34 Makassar
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim
penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuatkan oleh siapapun.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia
menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Februari 2021
Yang Membuat Pernyataan
Sri Hardiyanti Amaliah. A
NIM. 105361103516
v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SURAT PERJANJIAN
Nama : SRI HARDIYANTI AMALIAH. A
Nim : 105361103516
Program Studi : Pendidikan Matematika
Judul Skripsi : Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Higher Order
Thinking Skill (HOTS) Materi Sistem Persamaan
Linear Dua Variabel (SPLDV) pada Siswa Kelas VIII
SMP Negeri 34 Makassar
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam penyusunan skripsi ini saya selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi ini.
4. Apabila saya melanggar perjanjian saya seperti butir 1, 2, dan 3 maka saya
bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang ada.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Februari 2021
Yang Membuat Perjanjian
Sri Hardiyanti Amaliah. A
NIM. 105361103516
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
"Berbuat baiklah tanpa perlu alasan"
“Mulailah dengan penuh keyakinan, jalankan dengan penuh keikhlasan, dan selesaikan dengan penuh
kebahagiaan”
“If Allah is making you wait, then be prepared to receive more than what you asked for”
Kupersembahkan karya ini untuk:
Kepada kedua orangtua ku yang tiada hari tanpa bosan menanyakan kapan wisuda. Dan ku persembahkan karya ini untuk Prodiku tersayang Prodi Pendidikan Matematika serta almamaterku tercinta, Universitas Muhammadiyah Makassar.
Sri Hardiyanti Amaliah. A
NIM. 105361103516
vii
ABSTRAK
Sri Hardiyanti Amaliah A, 2021. Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Higher
Order Thinking Skill (HOTS) Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
(SPLDV) pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 34 Makassar. Skripsi. Program
Studi Pendidikan Matematika. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Baharullah dan
Pembimbing II Ma’rup.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan menyelesaikan
soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel pada siswa kelas VIII SMP Negeri 34 Makassar. Jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VIII.A SMP Negeri 34 Makassar sebanyak 3 orang. Teknik
penentuan subjek yaitu dengan memberikan tes kepada seluruh siswa kelas VIII.A
untuk memilih 3 orang siswa yang memperoleh nilai tertinggi dari hasil tes.
Penentuan subjek berdasarkan pertimbangan guru mata pelajaran dan skor hasil tes.
Penelitian ini mengacu pada tiga indikator kesulitan soal HOTS yaitu:
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Instrumen dalam penelitian ini adalah
tes kesulitan soal Higher Order Thinking Skill dan pedoman wawancara.
Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pada tahap menganalisis (C4),
mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6), subjek kesulitan konsep dan verbal. Karena
subjek tidak dapat menganalisis soal dengan baik untuk di ubah ke dalam bentuk
yang lebih kecil dan subjek kesulitan untuk menyelesaikan soal cerita serta tidak
dapat berbahasa dalam menyelesaikan soal yang ada. Dan hasil analisis kesulitan
siswa dalam menyelesaikan soal HOTS, sebagian besar subjek kesulitan dalam
menyelesaikan soal HOTS pada indikator mengevaluasi (C5) dan mencipta (C6)
yakni kesulitan dalam mempelajari konsep, menerapkan prinsip dan menyelesaikan
masalah verbal.
Kata kunci: Kesulitan Menyelesaikan Soal, SPLDV, Higher Order Thinking Skill
(HOTS)
viii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrabbil’alamiin, segala puji dan syukur penulis ucapkan atas
segala rahmat, hidayah, petunjuk, karunia, dan nikmat-Nya sehingga skripsi yang
berjudul “Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking Skill
(HOTS) Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) pada Siswa Kelas
VIII SMP Negeri 34 Makassar” dapat diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan motivasi dari banyak pihak,
maka skripsi ini tidak dapat diselesaikan sebagaimana mestinya. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Ayahanda Prof. Dr. H. Ambo Asse., M.Ag., Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
2. Ayahanda Erwin Akib, M.Pd., Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Ayahanda Mukhlis, S.Pd., M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar.
4. Ayahanda Ma’rup, S.Pd., M.Pd., Sekretaris Program Studi Pendidikan
Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Makassar sekaligus sebagai Pembimbing II yang telah
meluangkan waktunya untuk senantiasa memberikan bimbingan, petunjuk,dan
saran kepada penulis dalam penyusunan penulisan ini.
ix
5. Ayahanda Dr. Baharullah., M.Pd, Sebagai pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya untuk senantiasa memberikan bimbingan, petunjuk,dan
saran kepada penulis dalam penyusunan penulisan ini.
6. Ibunda Ikhbariaty Kautsar Qadri, S.Pd., M.Pd dan Ibunda Erni Ekafitria Bahar,
S.Pd., M.Pd sebagai Pembimbing Validasi instrument yang senantiasa
memberikan bimbingan dalam rangka penyempurnaan instrumen.
7. Ibunda Dr. Andi Husniati., M.Pd selaku Dosen Penasehat Akademik yang
senantiasa meluangkan setiap waktunya untuk memberikan bimbingan,
masukan, petunjuk serta motivasi kepada penulis.
8. Para Dosen serta Asisten Dosen di lingkungan Unismuh Makassar, khususnya
di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang mencurahkan segala perhatian
kepada penulis, yang sudah mencurahkan ilmunya kepada penulis dan
khususnya jurusan pendidikan matematika yang selama dalam perkuliahan
telah banyak membekali penulis dengan ilmu pengetahuan dan mendidik
penulis dengan sabar.
9. Kepala SMP Negeri 34 Makassar dan WAKASEK yang bersedia memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
10. Guru Matematika (Hadidjah Ibrahim S.Pd, Arwini Angraeni S.Pd dan Adriani
S.Pd) serta para siswa/siswi kelas VIII.A dengan segala keramahan dalam
membantu penulis melakukan dan menyelesaikan penelitian.
11. Para Kakanda yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis baik
dalam bentuk dukungan, nasehat, masukan serta do’a demi keberhasilan
penulis agar dapat menyelesaikan penulisan ini.
x
12. Teman-teman seperjuangan mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika
Algoritma 2016 khususnya Algoritma 2016A yang telah berjuang bersama
dibangku perkuliahan melewati berbagai macam drama, rintangan dan
halangan yang menerjang selama kurang lebih 4 tahun.
Hanya kepada Allah SWT penulis berharap semoga semua bantuan, arahan,
bimbingan, motivasi dan do’a yang diberikan oleh berbagai pihak dapat menjadi
bagian dari ibadah, sehingga memperoleh pahala yang setimpal di sisi Allah SWT.
Dan semoga rahmat dan karunia-Nya yang maha pemurah senantiasa menyertai
kita. Amin Ya Roabbal A’alamin...
Makassar, Februari 2021
Penulis
Sri Hardiyanti Amaliah. A
NIM.105361103516
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………..………. i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………….. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………… iii
SURAT PERNYATAAN………………………………………………. iv
SURAT PERJANJIAN………………………………………...………. v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……………………………..………… vi
ABSTRAK……………………………………………………..………… vii
KATA PENGANTAR…………………………………….….................. viii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………….. xiii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………..………… xiv
BAB I PENDAHULUAN………………………..…………….............. 1
A. Latar Belakang……………………………..…………….. 1
B. Rumusan Masalah………………………………..………. 10
C. Tujuan Penelitian…………………………………............ 10
D. Manfaat Penelitian……………………………..…………. 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA……………………………….…….…...... 11
A. Kajian Teori………………………………………………. 11
1. Hakikat Matematika……………………………..…… 11
2. Kesulitan Belajar…………………………………….. 13
3. Higher Order Thinking Skill (HOTS)………………… 17
4. Teori Kesulitan Menyelesaikan Soal HOTS 33
5. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)..….. 36
6. Penelitian Relevan………………………………....…. 37
B. Kerangka Pikir…………………………………….……... 39
BAB III METODE PENELITIAN……………………………..…….….. 41
A. Jenis Penelitian……………………………………….…. 41
B. Waktu dan Lokasi Penelitian…………………....…….….. 41
B. Fokus Penelitian……………..………………...………..… 41
C. Subjek Penelitian……………………………...….…… 42
D. Prosedur Penelitian…………………………...………….. 43
xii
E. Instrumen Penelitian………………………...………… 43
F. Teknik Pengumpulan Data…………………..……….….. 44
G. Teknik Analisis Data………………………..……… 46
H. Pengecekan Keabsahan Data ……………….………..…. 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN….……..….….. 49
A. Hasil Penelitian……………………………………… 49
B. Pembahasan Penelitian…………………………………… 71
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………….
A. Kesimpulan………………………………………………..
79
B. Saran………………………………..……………………... 80
DAFTAR PUSTAKA……………………..……………… C.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Indikator Kesulitan Menyelesaikan Soal………………………………16
2.2 Dimensi Berpikr Tingkat Tinggi……………………………………….17
2.3 Bagan Kerangka Pikir…………………………………………………..40
4.1 Kategori Kesulitan Menyelesaikan Soal HOTS………………………..49
4.2 Pemilihan Subjek Wawancara………………………………………….50
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
4.1 Hasil Tes Subjek S1-C4………………………………………………50
4.2 Hasil Tes Subjek S1-C5………………………………………………53
4.3 Hasil Tes Subjek S1-C6………………………………………………56
4.4 Hasil Tes Subjek S2-C4……………………………………………....57
4.5 Hasil Tes Subjek S2-C5……………………………………………....59
4.6 Hasil Tes Subjek S2-C6……………………………………………....61
4.7 Hasil Tes Subjek S3-C4……………………………………………....63
4.8 Hasil Tes Subjek S3-C5……………………………………………....65
4.9 Hasil Tes Subjek S3-C6……………………………………………....67
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zaman globalisasi adalah masa dimana teknologi berkembang secepat kilat
tanpa terikat suatu daerah. Terlihat mendapatkan informasi dengan mudah, tanpa
hasil aktual yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial. Aspek teknologi
informasi dan komunikasi merupakan pendukung utama globalisasi. Realitanya
dalam proses peningkatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) yang semakin maju tidak selamanya tertuju terhadap objek yang positif
tetapi lebih sering ke arah negatif. Sebab itu, pendidikan sangat diperlukan dalam
memberantas berbagai perkara yang akan dilalui. Dengan pendidikan yang baik,
keturunan bangsa dapat menyamai percepatan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Di zaman milenial pada masa ini, diperlukan keahlian manusia yang
masuk akal sehingga mampu menghadapi desakan atau ketentuan kemajuan
zaman yang semakin maju. Karakteristik keahlian manusia dapat diperoleh
melalui pendidikan yang berkualitas dan bermutu tinggi di semua jenjang
pendidikan. Pendidikan ialah hubungan individu dan sekitarnya dengan nyata dan
terstruktur untuk memajukan potensi jasmani dan rohani sehingga mengakibatkan
perubahan positif dan kemajuan kognitif, emosional dan psikomotorik yang
berlangsung seterusnya. Pendidikan merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari, pendidikan memberikan pengetahuan
tentang segala peristiwa mulai dari sosial, budaya, agama, sampai ilmu
2
pengetahuan dan teknologi. Pendidikan berperan penting dalam mempersiapkan
sumber daya manusia yang berkualitas yang mengikuti perkembangan zaman.
Menurut Ki Hajar Dewantara, Pendidikan adalah untuk meningkatkan
karakter, kecerdasan dan tubuh anak. Undang-undang
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 BAB 1,
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan masyarakat, bangsa
dan Negara”.
Meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab
seluruh pendidik. Namun dalam pendidikan formal peran guru sangat
berpengaruh, karena dalam proses pembelajaran guru berhubungan langsung
dengan siswa. Tidak mudah mencetak generasi abad 21 di era yang sudah rumit.
Geenrasi imi harus menguasai banyak keterampilan. Secara garis besar terbagi
menjadi tiga bagian yaitu kualitas karakter, kemampuan dan prestasi. Untuk
memperoleh semua keterampilan ini, siswa perlu dimotivasi. Salah satunya
mengajak siswa untuk memecahkan masalah atau masalah yang membutuhkan
kemampuan berpikir tinggi. Pada era modern jaman sekarang, teknologi sudah
semakin berkembang pesat dari tahun ke tahun. Dengan berkembangnya
teknologi, tentunya Pendidikan juga ikut berkembang.
Saat ini di dunia pendidikan sedang berlangsung perubahan di berbagai
dunia khususnya di Indonesia. Penguraian terjadi pada sistem evaluasi yang
mengarah pada pembelajaran khususnya matematika sepantasnya tidak hanya
3
mengarah pada kemampuan matematis dan pengetahuan dasar. Tetapi dipusatkan
untuk mengembangkan kecakapan peserta didik dalam memecahkan masalah baru
yang tidak rutin agar pembelajaran matematika bisa meraih totalitas dinamika
proses berpikir siswa.
Hingga saat ini dalam sejarah perkembangan peradaban manusia, peran
matematika menjadi semakin penting bagi perkembangan setiap orang. Peran
matematika dan pendidikan nmatematika menjadi semakin penting(Suwarsono,
1998). Apalagi di era globalisasi ada proses pendidikan yang global atau
komprehensif, setiap orang tidak mengenal batas negara, artinya setiap orang
dapat berkomunikasi dan bertukar informasi kapanpun dan dimanapun melalui
media cetak dan elektronik.
Untuk menghadapi era globalisasi ini diperlukan pendidikan, khususnya
pendidikan matematika. Di era globalisasi ini, peran pendidikan matematika anak
sangat menantang. Pentingnya matematika tidak terlepas dari perannya dalam
segala aspek kehidupan. Misalnya, membutuhkan kemampuan menghitung,
mengukur dan menyimpulkan. Matematika merupakan sarana penunjang dalam
segala aspek kehidupan, dan juga merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan
komunikasi dan informasi dalam teknologi saat ini.
Pada era revolusi industri 4.0 matematika merupakan ilmu dasar dan
fondasi perkembangan teknolog dan pengetahuan modern. Selain itu, matematika
juga dapat meningkatkan keterampilan dalam abstraksi, analisis masalah, dan
penalaran logis. Oleh karena itu, dengan kemampuan matematis ini, masyarakat
dapat mempelajari lingkungan sekitar untuk mengembangkan teknologi untuk
kepentingan umat manusia. Bahkan sebagai contoh dengan timbulnya masalah-
4
masalah dalam kehidupan sehari-hari akan dapat dipecahkan melalui pendekatan-
pendekatan matematis.
Menurut tujuan penyelenggaraan matematika disekolah, kita dapat melihat
bahwa matematika sekolah memainkan peran yang sangat penting. Siswa
membutuhkan matematika untuk memenuhi kebutuhan actual dan menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Namun hasil belajar matematika di sekolah
belum menunjukkan hasil yang menggembirakan, secara global kualitas
pendidikan di Indonesia masih belum memuaskan. Hal tersebut terlihat dari
pemeringkatan partisipasi Indonesia dalam beberapa jenis program asesmen
tingkat internasional, seperti Trend in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) dan Programme for International Student Assessment (PISA).
Dalam dua program internasional tersebut, Indonesia masih berada di
peringkat bawah. (Mullis, I, et all : 2012) mengemukakan bahwa salah satu faktor
penyebab masalah ini adalah kurangnya pelatihan siswa Indonesia dalam
memecahkan masalah situasional. kurangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi,
menuntut penalaran, argumentasi dan kreativitas dalam menyelesaikan soal
terutama dalam pelajaran matematika dimana soal-soal tersebut merupakan
karakteristik soal Higher Order Thinking Skill (HOTS). Survei International
Trends in Mathematics and Scientific Research (TIMSS) bidang matematika
tahun 2011 menunjukkan bahwa persentase siswa kelas delapan pada kategori
rendah, menengah, tinggi dan lanjutan masing-masing adalah 43%, 15%, 2% dan
0%. Skor rata-ratanya hanya 386, peringkat ke-38 dari 42 negara.
Hasil survei TIMSS ini sejalan dengan hasil survei International Student
Assessment Program (PISA) yang menempatkan Indonesia pada peringkat 64 dari
5
65 negara / wilayah pada pelaksanaan terakhir tahun 2012 dan memperoleh nilai
375 poin dari skor rata-rata internasional sebesar 494 matematika Indonesia.
survei dan standar konten menekankan semua aspek penalaran matematika dan
penggunaan konsep matematika untuk memecahkan masalah. Oleh karena itu,
kemampuan yang diukur dengan TIMSS dan PISA dikaitkan dengan standar isi
matematika Indonesia.
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting
karena matematika ialah ilmu yang dapat melatih keterampilan berpikir peserta
didik, terutama dalam hal keterampilan berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu,
dalam kurikulum pembelajaran matematika 2017 yang direvisi tahun 2013 ini
diharapkan siswa tidak hanya memiliki kemampuan menggunakan perhitungan
kemampuan menggunakan perhitungan atau rumus untuk soal tes, tetapi juga
menerapkan kemampuan penalaran dan analisisnya untuk menyelesaikan masalah
masalah sehari-hari. Pada tahun 2013, kurikulum mulai mengembangkan jenis
keretampilan berpikir tingkat tinggi. Soal tipe HOTS merupakan soal yang
membutuhkan kemampuan berpikir tingkat lanjut dan melibatkan proses
penalaran, sehingga dapat mengasah kemampuan berpikir kritis, logis, reflektif,
metakognitif dan kreatif. Soal HOTS melatih siswa untuk berpikir, menganalisis,
mengevaluasi dan mencipta.
Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau yang biasa dikatakan berpikir
tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir yang mengharuskan seseorang untuk
berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif dengan tujuan
peserta didik mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka
kembangkan selama belajar pada konteks yang baru. Semua peserta didik dapat
6
berpikir, tetapi sebagian besar peserta didik membutuhkan dorongan dan
bimbingan untuk proses berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir tingkat
tinggi mencakup tiga proses kognitif yaitu analisis, evaluasi, dan penciptaan.
Menurut Tomei (Ridwan Abdullah S, 2019) HOTS mencakup transformasi
informasi dan ide-ide. Transformasi ini terjadi jika siswa menganalisa, mensintesa
atau menggabungkan fakta dan ide, menggeneralisasi, menjelaskan, atau sampai
pada suatu kesimpulan atau interpretasi. Menurut King (Ridwan Abdullah, 2019)
mendefinisikan Higher Order Thingking Skill (HOTS) sebagai keterampilan
berpikir kritis, berpikir logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif. Menurut Arter
dan Salmon (Ridwan Abdullah, 2019) menyatakan bahwa kemampuan yang
dibutuhkan dalam HOTS adalah kemampuan menyelesaikan masalah dan
membuat keputusan.
Untuk menunjang penilaian-penilaian berstandar Internasional maka
pemerintah melakukan perubahan pada sistem penilaian ujian nasional untuk
pendidikan formal dan nonformal, pada jenjang SMP dan SMA sederajat tahun
2018 dengan memperkenalkan soal model penalaran. Namun, kebijakan ini
mendapat berbagai respon dari peserta UN dan masyarakat. Belakangan ini,
peserta tingkat SMP UNBK 2018 se-Indonesia mengeluhkan sulitnya mata
pelajaran tertentu karena sulitnya soal dan mereka sudah menerapkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS). Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan menyatakan hal itu dilakukan untuk meningkatkan daya saing siswa.
Mengingat prestasi baik yang diraih dalam kompetisi olimpiade internasional
yang diadakan oleh PISA, pelajar Indonesia tertinggal dari negara lain karena
7
kesulitan mengikuti olimpiade. Mendikbud sedang bekerja keras mengevaluasi
dan terus melakukan perbaikan
Dari beberapa informasi yang diperoleh oleh peneliti, siswa SMP Negeri
34 Makassar sering mengikuti lomba matematika antar sekolah maupun antar
kelas yang diadakan dan juga SMP Negeri 34 Makassar telah melaksanakan
peraturan pemerintah yaitu dengan menerapkan kurikulum 2013. Akan tetapi
sekolah tersebut belum terlalu menerapkan pembelajaran yang mengasah berpikir
tingkat tinggi siswa.
Berdasarkan observasi peneliti di SMP Negeri 34 Makassar, ditemukan
masalah yang diberikan oleh guru kepada siswa yaitu soal berpikir tingkat
menengah dan berpikir tingkat tingggi. Namun, kebanyakan siswa hanya dapat
menyelesaikan soal berpikir tingkat menengah dan hanya beberapa yang bisa
mengerjakan soal berpikir tingkat tinggi. Dimana soal berpikir tingkat menengah
tersebut hanya membuat siswa mengingat beberapa rumus atau peristiwa,
menghafal definisi/konsep, atau menyebutkan langkah-langkah (prosedur)
melakukan sesuatu dan kurang mengasah berpikir tingkat tinggi siswa. Kurangnya
soal-soal yang didesain khusus untuk melatih berpikir tingkat tinggi siswa
menjadi salah satu penyebab siswa hanya ingat rumus yang sudah diberikan. Hal
ini menyebabkan siswa terbiasa dengan masalah tidak melatih pemikiran tingkat
tinggi sehingga siswa masih kesulitan jika menemukan soal yang bertipe Higher
Order Thinking Skill.
Berdasarkan hasil observasi ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal matematika khususunya soal cerita materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Pada saat siswa mengerjakan soal,
8
siswa mengalami kesulitan dalam menganalisis soal dan ada juga siswa yang
mampu mengerjakan namun juga memiliki kesulitan karena hanya bisa
mengerjakan setengah perjalanan, hal ini disebabkan kurangnya kemampuan
membaca, memahami materi, mengetahui atau tidak paham dengan rumus yang
akan digunakan, serta malasnya belajar.
Berlandaskan hasil observasi peneliti, terdapat beberapa informasi yang
didapati yaitu:
1. Dilihat dari nilai Uiian Tengah Semester (UTS) dan penilaian harian, didapati
siswa memiliki nilai yang beragam. Hal tersebut secara tidak langsung
menunjukkan bahwa siswa juga memiliki kesulitan yang beragam dalam
menyelesaikan soal.
2. Guru masih kurang dalam memberikan soal–soal matematika tipe Higher
Order Thinking Skill (HOTS) kepada siswa dan lebih cenderung memberikan
soal berpikir tingkat menengah (MOTS).
3. Pada saat pengerjaan soal bertipe Higher Order Thinking Skill (HOTS),
masih banyak terdapat siswa yang memiliki kesulitan dalam menyelesaikan
soal berpikir tingkat tinggi.
4. Disemua mata pelajaran, siswa diharapkan mampu menguasai setiap materi
akan tetapi siswa tidak dilatih untuk mengembangkan keterampilan
memecahkan masalah, berpikir kritis, dan menciptakan suatu kreativitas di
mana hal tersebut bisa meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa.
Berdasarkan uraian di atas, ketika seseorang memiliki kemampuan
berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill), maka cara berpikir kritis
9
dan kreatif dapat terwujud. Oleh karena itu, siswa disemua jenjang Pendidikan
perlu dibekali dengan HOTS agar siap menghadapi segala tantangan abad ke-21.
Berdasarkan dari uraian di atas, penulis bermaksud mengadakan penelitian
yang berjudul “Analisis Kesulitan Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking
Skill (HOTS) Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Pada
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 34 Makassar”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana deskripsi kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal Higher
Order Thinking Skill (HOTS) materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
(SPLDV) pada siswa kelas VIII SMP Negeri 34 Makassar?
C. Tujuan penelitian
Sehubungan dengan permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan,
penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeskripsikan kesulitan siswa
dalam menyelesaikan soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) pada siswa kelas VIII SMP Negeri 34
Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat :
1. Menjadi bahan informasi dalam pengembangan khasanah ilmu pengetahuan
agar kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) siswa mendapat perhatian di
berbagai sekolah.
2. Sebagai bahan informasi bagi peneliti berikutnya yang mempunyai bahan
kajian dengan tulisan ini.
10
3. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah, dalam hal ini dinas pendidikan
dalam melakukan pembenahan kurikulum untuk memperhatikan peningkatan
kemampuan berpikir siswa.
4. Sebagai bahan masukan bagi guru agar mengadakan peningkatan kemampuan
berpikir siswa.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hakikat Matematika
Ilmu hitung ialah ilmu yang berkaitan dengan pengkajian bentuk atau
struktur yang abstrak serta hubungannya. Agar mampu memahami struktur dan
hubungannya dibutuhkan penguasaan tentang konsep-konsep dalam matematika.
Hal ini bermakna ilmu hitung merupakan belajar konsep dan struktur yang ada
dalam bahan yang dipelajari, serta mencari hubungan antara struktur dan konsep.
Menurut James (Rahmah, 2013:3) matematika adalah ilmu logika,
mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep yang berhubungan satu dengan
lainnya. Matematika terbagi dalam tiga bagian besar yaitu aljabar, analisis dan
geometri. Tetapi ada pendapat yang mengatakan bahwa matematika terbagi atas
emppat bagian yaitu aritmatika, aljabarr, geometris dan analisis dengaan
aritmatika mencakup teori bilangan dan statistika.
Matematika sekolah berfungsi mengembangkan kemampuan menghitung,
mengukur, menurunkan dan menggunakan rumus matematika yang diperlukan
dalam kehidupan sehari-hari diantaranya melalui materi pengukuran, geometri,
aljabar dan trigonometri. Matematika juga berfungsi mengembangkan
kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan Bahasa melalui model
matematika yang dapat berupa kalimat dan persamaan matematika, diagram,
grafik dan tabel
Matematika merupakan pola berpikir, pola mengorganisasikan
pembuktian logika, pengetahuan terstruktur yang memuat sifat-sifat, teori-teori
12
dibuat secara deduktif berdasarkan unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat
atau teori yang dibuktikan kebenarannya. Menurut Abdurrahman, 2009:252
pemikiran matematis berbeda-beda, tergantung pada pengalaman dan pengetahuan
masing-masing orang. Beberapa orang mengatakan bahwa matematika hanyalah
perhitungan yang mencakup penjumlahan, pengurangan, perkalian dan
pembagian. Tetapi beberapa melibatkan topik seperti aljabar, geometri, dan
trigonometri. Banyak orang beranggapan bahwa matematika mencakup segala
sesuatu yang berhubungan dengan berpikir logis.
Menurut Fanu (dalam Mubiar Agustin, 2014:45) elemen-elemen yang
dibutuhkan dalam belajar matematika adalah kemampuan membaca dan menulis,
kemampuan membedakan suatu ukuran, kemampuan mengidentifikasi urutan-
urutan, kemampuan menggunakan simbol-simbol abstrak, kemampuan aritmatika,
kemampuan spasial, kemampuan menggunakan logika,
Selanjutnya, menurut Johnson dan Myklebust (dalam Abdurrahman,
2003:252) matematika adalah bahasa simbolik yang fungsi praktisnya untuk
mengungkapkan kuantitas dan hubungan spasial, sedangkan secara teoritis untuk
mempromosikan pemikiran.
Matematika adalah bidang studi dan semua siswa belajar dari sekolah
dasar hingga sekolah menengah atas bahkan universitas. Ada banyak alasan
mengapa siswa belajar matematika. Cornelius (dalam Abdurrahman 2003:253)
mengemukakan lima alasan pembelajaran matematika adalah (1) cara berpikir
yang jelas dan logis, (2) cara memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari,
(3) hubungan antara gaya kognitif dan pengalaman, (4) mengembangkan
kreativitas, (5) meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.
13
2. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar merupakan kekurangan yang sifatnya berada di “dalam”
atau berkenaan dengan mental, suatu kualitas yang tidak tampak secara lahiriah.
Kesulitan belajar ditandai dengan adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf
intelegensi dengan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. Namun, guru
dan orang tua bisa mengenali ketidakmampuan dalam belajar dengan mengamati
tingkah laku dan kecenderungan peserta didik dalam belajar.
Menurut Yulianto (2015:1) “Kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses
belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar”.
Menurut Subini (Puspitasari dkk, tanpa tahun:2) “Kesulitan belajar merupakan
suatu kondisi kompetensi atau prestasi yang dicapai tidak sesuai dengan kriteria
standar yang telah ditetapkan, baik berbentuk sikap, pengetahuan maupun
keterampilan”.
Menurut Hamalik (1982:139), hal-hal yang mengakibatkan kegagalan atau
setidak-tidaknya menjadikan gangguan dalam kemajuan belajar disebut sebagai
kesulitan belajar. Selanjutnya kesulitan belajar diartikan oleh Soleh (1999:35)
sebagai kendala-kendala yang menyebabkan ketidakberhasilan dalam belajar. Jadi
dapat diartikan kesulitan belajar adalah kendala-kendala yang menyebabkan
ketidakberhasilan dalam belajar dan mengakibatkan kegagalan atau setidak-
tidaknya menjadikan gangguan dalam belajar.
Menurut Sholeh (1990:34) beberapa penyebab kesulitan belajar
matematika yang sering dialami peserta didik antara lain :
a. Fakta
14
Fakta merupakan perjanjian atau permufakatan yang dibuat dalam
matematika.
Misalnya lambang, nama, istilah serta perjanjian.
b. Konsep
Konsep merupakan pengertian abstrak yang memungkinkan seseorang
menggolongkan objek atau peristiwa.
c. Prinsip
Prinsip merupakan pernyataan yang menyatakan berlakunya suatu hubungan
antara beberapa konsep. Pernyataan itu dapat menyatakan sifat-sifat suatu
konsep atau teorema/dalil yang berlaku dalam konsep.
d. Skill
Skill merupakan prosedur mempercepat pengerjaan namun tetap didasari
logika yang benar (Soleh,1999:8).
Menurut Ainurrahman (Widodo, dkk, 2017:3) penyebab kesulitan siswa
dalam menguasai matematika yaitu:
a. Kesulitan dalam mengingat fakta
Fakta adalah suatu ide atau gagasan yang dibentuk dengan memandang sifat-
sifat dari sekumpulan eksemplar yang cocok.
b. Konsep yang tidak bisa dipahami
Berdasarkan pemahaman konsep tersebut, maka akan lahir teorema atau
rumus. Jadi konsep dan teorema ini dapat diterapkan pada situasi lain.
c. Prinsip yang sulit
Ketika sebuah ide menghubungkan dua atau lebih konsep, maka ide tersebut
disebut prinsip. Prinsip tersebut terdiri dari dua atau lebih konsep, jadi jika
15
kesulitan memahami konsep tersebut, maka akan sulit juga untuk memahami
prinsip.
d. Sulit menerapkan prinsip(konsep)
Untuk dapat menerapkan prinsip-prinsip dalam matematika, terlebih dahulu
harus memahami prinsip-prinsip matematika. Jika kesulitan dalam memahami
prinsip-prinsip, maka akan sulit untuk menerapkannya.
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa kesulitan
matematika adalah kesukaran siswa dalam menerima atau menyerap pelajaran di
sekolah, sehingga dapat menyebabkan siswa sulit dalam menyelesaikan soal
matematika. Maka dalam penelitian ini, peneliti menggunakan indikator kesulitan
konsep, kesulitan prinsip, dan kesulitan verbal.
Adapun indikator kesulitan pada penelitian ini yaitu menurut Cooney (Nur
fujianti Astuti & Alfa Galih, 2019) kesulitan dikategorikan dalam 3 jenis, yaitu:
a. Kesulitan dalam mempelajari konsep
Kesulitan konsep yang dimaksud adalah siswa sulit dalam menentukan
bentuk soal yang diberikan
b. Kesulitan dalam menerapkan prinsip
Kesulitan dalam menerapkan prinsip yang dimaksud adalah siswa sulit atau
tidak mengingat dalam penerapan/pengaplikasian rumus
c. Kesulitan dalam menyelesaikan masalah verbal
Kesulitan saat menyelesaikan masalah verbal yang dimaksud adalah kesulitan
siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan masalah
verbal atau soal cerita dan sulitnya berbahasa dalam menyelesaikan soal
tersebut
16
Berikut tabel indikator kesulitan yang akan digunakan dalam penelitian
ini, sebagaimana disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut.
Tabel 2.1 Indikator Kesulitan Menyelesaikan Soal
No Kesulitan Indikator
1 Kesulitan konsep
• Sulitnya peserta didik menyatakan arti dari istilah
konsep tersebut.
• Siswa sulit dalam menentukan bentuk soal yang
diberikan
2 Kesulitan prinsip • Sulitnya siswa dalam menerapkan rumus.
• Siswa sulit atau tidak mengingat dalam
penerapan/pengaplikasian rumus
3 Kesulitan verbal
• Sulitnya siswa dalam menyelesaikan soal-soal
yang berhubungan dengan masalah verbal atau
soal cerita.
• Sulitnya siswa berbahasa dalam menyelesaikan
soal tersebut.
• Kemampuan untuk menyelesaikan masalah verbal
sangat ditentukan oleh pengetahuan dan
kemampuan siswa dalam menggunakan konsep
dan prinsip.
3. Higher Order Thinking Skill (HOTS)
a. Pengertian
Higher Order Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir kritis,
logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif yang merupakan kemampuan
berpikir tingkat tinggi. Higher Order Thinking Skill (HOTS) atau kemampuan
berpikir tingkat tinggi merupakan suatu kemampuan berpikir yang tidak hanya
membutuhkan kemampuan mengingat saja, namun membutuhkan kemampuan
lain yang lebih tinggi, seperti kemampuan berpikir kreatif dan kritis.
Keterampilan berpikir merupakan gabungan dua kata yang memiliki
makna berbeda, yaitu berpikir (thinking) dan keterampilan (skill). Berpikir
merupakan proses kognitif yaitu mengetahui, mengingat, dan mempersiapkan.
17
Sedangkan arti dari keterampilan yaitu tindakan dari mengumpulkan dan
menyeleksi informasi, menganalisis, menarik kesimpulan, gagasan, pemecahan
persoalan, mengevaluasi pilihan, membuat keputusan dan merefleksikan (Wilson
dalam Fanani, 2018:60).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi atau dalam bahasa inggris dikenal
dengan istilah Higher Order Thinking Skill (HOTS) sebenarnya bukan
terminologi asing dalam pendidikan matematika. Anderson dan Krathwohl
(Widana, 2017:7) mengklasifikan dimensi berpikir tingkat tinggi sebagai berikut:
Tabel.2.2 Dimensi Berpikir Tingkat Tinggi Menurut Anderson &
Krathwohl (2001)
Tipe Indikator Sub Indikator
HOTS
Mengkreasi
• Mengkreasi ide/gagasan.
• Kata kerja: mengkonstruksi, desain, kreasi,
mengembangkan, menulis,
memformulasikan
Mengevaluasi
• Mengambil keputusan sendiri.
• Kata kerja : evaluasi, menilai,
menyanggah, memutuskan, memilih,
mendukung.
Menganalisis
• Menspesifikasikan aspek-aspek/elemen
• Kata kerja: membandingkan,
mengorganisasi, menghubungkan
Menurut analisis kemampuan Anderson & Krathwohl (2001) adalah
kemampuan menguraikan materi atau konsep menjadi beberapa bagian dan
18
menjelaskan bagaimana suatu bagian memiliki hubungan dengan bagian
lainnya.
1) Kemampuan analisis dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a) Membandingkan
Membandingkan yaitu melibatkan perbedaan bagian-bagian dari keseluruhan
struktur dalam hal relevansi atau pentingnya informasi. Perbandingan terjadi
ketika peserta didik membedakan mana yang relevan atau yang tidak relevan,
penting atau tidak penting dari informasi. Kemampuan membandingkan
memiliki kecenderungan untuk memilih informasi yang relevan atau penting
saja (Anderson & Krathwohl, 2001)
b) Mengorganisasi
Mengorganisasi yaitu melibatkan identifikasi elemen-elemen dari suatu
komunikasi atau situasi dan mengenali bagaimana elemen-elemen itu bersatu
dalam suatu struktur yang koheren. Dalam mengorganisasi, peserta didik
membangun koneksi yang sistematis dan koheren di antara potongan-
potongan informasi yang disajikan. Peserta didik pertama-tama
mengidentifikasi elemen-elemen yang relevan atau penting dan kemudian
menentukan struktur keseluruhan di mana elemen-elemen tersebut cocok
(Anderson & Krathwohl, 2001). Mengorganisasi melibatkan pengenaan
struktur pada materi (seperti garis besar, tabel, matriks, atau diagram hierarki)
(Anderson & Krathwohl, 2001).
c) Menghubungkan.
Ketika siswa mampu menentukan pandangan, prasangka, nilai-nilai atau niat
yang menjadi dasar komunikasi, dapat terjalin koneksi. Menghubungkan
19
melibatkan proses dekonstruksi, dimana pelajar dapat menentukan maksud
penulis untuk materi yang disajikan. Berbeda dengan penjelasan, dimana
pelajar mencoba untuk memahami makna dari materi yang disajikan, dimana
melibatkan perluasan pemahaman dasar untuk mendapatkan maksud atau
perspektif dari materi yang disajikan. Kemampuan menghubungkan dapat
dinilai dengan menyajikan beberapa materi tertulis atau lisan dan kemudian
meminta peserta didik untuk membangun atau memilih deskripsi dari sudut
pandang penulis, maksud, dan sejenisnya (Anderson & Krathwohl, 2001).
2) Mengevaluasi
Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat penilaian berdasarkan kriteria
dan standar. Kategori kemampuan evaluasi meliputi proses kognitif untuk
memeriksa penilaian tentang konsistensi internal dan mengkritik penilaian
berdasarkan kriteria eksternal. Fokus dalam kemampuan mengevaluasi yang
dibuat oleh peserta didik adalah penggunaan standar kinerja dengan kriteria
yang jelas. Apakah suatu alat bekerja seefisien seharusnya, apakah metode
yang dilakukan adalah cara terbaik untuk mencapai tujuan, apakah
pendekatan yang digunakan lebih hemat biaya daripada pendekatan lain,
pernyataan tersebut ditanggapi oleh orang yang terlibat dalam kegiatan
mengevaluasi. Secara lebih mendalam, kemampuan mengevaluasi
diklasifikasikan menjadi kemampuan mengecek dan mengkritik Kritik
melibatkan penilaian suatu produk atau operasi berdasarkan kriteria dan
standar yang tidak diketahui secara eksternal. Dalam mengkritik, siswa
memperhatikan aspek positif dan negatif dari produk dan mengevaluasinya.
20
Kritik adalah inti dari apa yang disebut pemikiran kritis (Anderson &
Krathwohl, 2001).
3) Mencipta
Ini melibatkan penggabungan elemen untuk membentuk keseluruhan yang
koheren atau fungsional. Tujuan mencipta adalah memungkinkan siswa
membuat produk baru melalui penataan ulang. Proses yang terlibat dalam
kemampuan kreatif biasanya dikoordinasikan dengan pengalaman belajar
siswa sebelumnya. Meskipun kemampuan kreatif membutuhkan pemikiran
kreatif siswa, itu tidak sepenuhnya merupakan ekspresi kreatif yang bebas,
tidak dibatasi oleh persyaratan tugas atau situasi pembelajaran dan
memerlukan Batasan tertentu. Kemampuan berkreasi dibagi menjadi
produksi, perencanaan dan produksi (Anderson & Krathwohl, 2001).
HOTS merupakan sebuah konsep pendidikan yang didasarkan pada
Taksonomi Bloom. Berdasarkan Taksonomi Bloom dalam mempelajari suatu
topik, ada beberapa tingkatan kemampuan berpikir, mulai dari tingkat rendah
sampai tingkat tinggi. Adapun karakteristik dari soal HOTS yaitu :
1) Mengukur Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah proses menganalisis,
merefleksi, memberikan argumen, dan menerapkan konsep dalam situasi
yang berbeda.
2) Berbasis Permasalahan Kontekstual
Soal HOTS adalah asesmen yang berbasis situasi nyata dan dirasakan
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, peserta didik diharapkan dapat
menerapkan konsep-konsep pembelajaran tersebut.
21
3) Menggunakan Bentuk Soal yang Beragam
Soal HOTS berbentuk beragam supaya dapat memberikan informasi
yang lebih rinci dan menyeluruh terhadap kemampuan peserta tes. Dengan
demikian, guru dapat memberikan penilaian yang lebih objektif. Ini berarti
bahwa penilaian guru tersebut sesuai dengan kondisi nyata.
Soal HOTS dan soal yang bukan HOTS tentunya sangatlah berbeda.
HOTS atau yang dikenal dengan istilah Higher Order Thinking Skill memerlukan
tingkat berpikir atau tingkat bernalar yang tinggi sedangkan soal yang bukan
HOTS atau yang dikenal dengan nama Low Order Thinking Skill (LOTS) hanya
memerlukan tingkat berpikir yang rendah.
Menurut Newman (Lewis, dkk. 2015:133) mengatakan bahwa kemampuan
berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan yang dapat memberi tantangan kepada
siswa untuk menafsirkan, menganalisis, dan memanipulasi suatu informasi.
Mainala (Sumaryanta, 2018:500) mengatakan bahwa “HOTS merupakan
kemampuan kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif”. Menurut Heong
(Mitri,2016:1) kemampuan berpikir tingkat tinggi didefinisikan sebagai
“Penggunaan pikiran secara luas untuk menemukan tantangan baru”. Menurut
King, dkk (Ridwan Abdullah, 2019) mendefinisikan Higher Order Thinking Skill
sebagai keterampilan berpikir kritis, berpikir logis, reflektif, metakognitif, dan
kreatif.
Sedangkan menurut Arter dan Salmon (Ridwan Abdullah, 2019) indikator
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu :
1) Kemampuan Menyelesaikan Masalah (Problem Solving)
2) Membuat Keputusan (Decision Making).
22
Menurut Krathwohl (Hamidah, 2018:68) untuk mengukur kemampuan
berpikir tingkat tinggi digunakan indikator yang meliputi:
1) Menganalisis yaitu memisahkan materi menjadi bagian-bagian
penyusunannya dan mendeteksi bagaimana suatu bagian berhubungan dengan
satu bagiannya yang lain.
2) Mengevaluasi yaitu membuat keputusan berdasarkan kriteria yang standar,
seperti mengecek dan mengkritik.
3) Menciptakan yaitu menempatkan elemen bersama-sama untuk membentuk
suatu keseluruhan yang koheren atau membuat hasil yang asli, seperti
menyusun, merencanakan dan menghasilkan
Menurut Lewis, dkk. (Hamidah, 2018:69) indikator kemampuan berpikir
tingkat tinggi adalah “Non algorithmic, cenderung kompleks, memiliki solusi
yang mungkin lebih dari satu (open ended approach), membutuhkan usaha untuk
menemukan struktur dalam ketidakteraturan”.
Dalam penelitian ini indikator yang digunakan adalah indikator menurut
Krathwohl (Surya puspitarini, 2018: 880) dikategorikan dalam 3 jenis, yaitu:
1) Menganalisis
a) Menganalisis informasi yang masuk dan membagi atau mengatur
informasi menjadi bagian-bagian yang lebih kecil untuk mengidentifikasi
pola atau hubungan.
b) Mampu mengidentifikasi dan membedakan sebab dan akibat scenario
yang kompleks.
c) Identifikasi/merumuskan pertanyaan.
23
2) Mengevaluasi
a) Menggunakan standar yang sesuai atau standar yang ada untuk
mengevaluasi solusi, gagasan dan metode untuk menentukan efektivitas
atau nilai manfaatnya.
b) Mengusulkan hipotesis, kritik dan tes.
Menerima atau menolak pernyataan sesuai standar yang telah ditentukan.
3) Mencipta
a) Meringkas pemikiran atau pendapat tentang sesuatu.
b) Rancang solusi untuk masalah tersebut.
c) Mengatur elemen atau bagian dalam struktur baru yang belum pernah ada
sebelumnya.
Higher Order Thinking Skill (HOTS) meliputi aspek kemampuan berpikir
kritis, kemampuan berpikir kreatif, dan kemampuan memecahkan masalah.
Berpikir kritis yaitu kemampuan untuk menganalisis, menciptakan dan
menggunakan kriteria secara objektif, serta mengevaluasi data. Berpikir kreatif
yaitu kemampuan untuk menggunakan struktur berpikir yang rumit sehingga
memunculkan ide yang baru dan orisinil. Kemampuan memecahkan masalah yaitu
kemampuan untuk berpikir secara kompleks dan mendalam untuk memecahkan
suatu masalah.
The Australian Council for Educational Research (Widana, 2017:3)
menyatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi merupakan “Proses
menganalisis, merefleksi, memberikan argumen (alasan), menerapkan konsep
pada situasi berbeda, menyusun, menciptakan. Kemampuan berpikir tingkat tinggi
bukanlah kemampuan untuk mengingat, mengetahui, atau mengulang.”
24
Berdasarkan teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa Higher Order
Thinking Skill (HOTS) adalah kemampuan berpikir yang mengharuskan seseorang
untuk berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan berpikir kreatif dengan
tujuan peserta didik mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang
mereka kembangkan selama belajar pada konteks yang baru.
b. Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Soal HOTS merupakan instrumen pengukuran yang digunakan untuk
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi, yaitu kemampuan berpikir yang
tidak sekedar mengingat, menyatakan kembali, atau rujuk tanpa melakukan
pengolahan. Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan :
1) Transfer satu konsep ke konsep lainnya,
2) Memproses dan menerapkan informasi,
3) Mencari kaitan dari berbagai informasi yang berbeda beda,
4) Menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah,menelaah ide
5) Informasi secara kritis.
Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang
lebih sulit daripada soal recall. (Widiana, 2017: 3). Soal HOTS pada umumnya
mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi
(Evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6).
Untuk mengukur kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal HOTS, maka
indikator yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Kesulitan dalam menganalisis.
25
Analisis adalah sekumpulan aktivitas dan proses. Salah satu bentuk analisis
adalah merangkum sejumlah besar data yang masih mentah menjadi
informasi yang dapat diinterpretasikan.
2) Kesulitan dalam mengevaluasi
Evaluasi dalam kata bahasa Inggris "evaluation" yang diartikan sebagai
penaksiran atau penilaian. Nurkancana (1983) menyatakan bahwa evaluasi
adalah kegiatan yang dilakukan berkenaan dengan proses untuk menentukan
nilai dari suatu hal.
3) Kesulitan dalam mencipta.Mencipta yaitu menempatkan bagian-bagian secara
bersama-sama ke dalam suatu ide, semuanya saling berhubungan untuk
membuat hasil yang baik (Kusnawa, 2012:115).
Berdasarkan pemaparan teori-teori diatas, dapat disimpulkan bahwa soal-
soal tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS) merupakan asesmen untuk
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang membutuhkan penalaran
yang tinggi. Dengan mengerjakan soal-soal HOTS maka siswa akan mencapai
level-level pada kemampuan literasi matematika siswa. Dari level yang terendah
yaitu mengidentifikasi informasi, kemudian menafsirkan atau memilah informasi,
menerapkan suatu prosedur atau cara untuk menyelesaikan masalah,
menghubungkan antara beberapa konsep yang saling berkaitan, menggunakan
pemikiran dan penalaran untuk memecahkan suatu persoalan kompleks dan
sampai pada level terakhir yaitu menggeneralisasikan beberapa informasi dan
menyusun strategi baru untuk memecahkan persoalan.
26
c. Ciri-Ciri Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Menurut Hamidah (2018:82) ciri-ciri soal-soal HOTS adalah sebagai
berikut:
1) Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan
masalah (problem solving), keterampilan berpikir kritis (critical thinking),
berpikir kreatif (creative thinking), kemampuan berargumen (reasoning), dan
kemampuan mengambil keputusan (decision making). Dengan demikian soal-
soal HOTS tidak tersurat secara eksplisit dalam stimulus.
2) Berbasis Permasalahan kontekstual
Soal HOTS merupakan asesmen yang didasarkan pada situasi aktual dalam
kehidupan sehari-hari, menuntut siswa menggunakan konsep pembelajaran
untuk menyelesaikan soal di kelas. Permasalahan situasional yang dihadapi
dunia saat ini terkait dengan lingkungan, Kesehatan, bumi dan angkasa, serta
pemanfaatan iptek dalam segala aspek kehidupan. Dalam pengertian ini,
termasuk juga keterampilan bagaimana siswa berhubungan, menjelaskan,
menerapkan dan mengintegrasikan pengetahuan dalam pembelajaran di kelas
untuk memecahkan masalah di lingkungan yang sebenarnya.
3) Gunakan Berbagai Bentuk Soal
Berbagai bentuk soal (soal HOTS) dalam tes yang digunakan dalam PISA
dirancang untuk memberikan informasi yang lebih detail dan lengkap tentang
kemampuan peserta tes. Bagi guru, hal ini penting diperhatikan agar evaluasi
dapat menjamin prinsip objektif. Artinya, hasil penilaian guru dapat
27
mendeskripsikan kemampuan siswa berdasarkan kondisi sebenarnya.
Penilaian memastikan akuntabilitas penilaian.
Terdapat beberapa alternatif bentuk soal yang dapat digunakan untuk
menulis butir soal HOTS (yang digunakan pada model pengujian PISA) sebagai
berikut:
1) Pilihan ganda
Pada umumnya soal-soal HOTS menggunakan stimulus yang bersumber pada
situasi nyata. Soal pilihan ganda terdiri dari 2 pokok soal dan pilihan
jawaban. Pilihan jawaban terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh. Kunci
jawaban adalah jawaban yang benar atau jawaban paling benar. Pengecoh
merupakan jawaban yang tidak benar, namun memungkinkan seseorang
terkecoh untuk memilihnya apabila tidak menguasai bahannya/materi
pelajarannya dengan baik. Jawaban yang diharapkan (kunci jawaban),
umumnya tidak termuat secara eksplisit dalam stimulus atau bacaan. Peserta
didik diminta untuk menemukan jawaban soal yang terkait dengan
stimulus/bacaan menggunakan konsep-konsep pengetahuan yang dimiliki
serta menggunakan logika/penalaran. Jawaban yang benar diberikan skor 1,
dan jawaban yang salah diberikan skor 0.
2) Pilihan ganda kompleks (benar/salah, atau ya/tidak)
Soal bentuk pilihan ganda kompleks bertujuan untuk menguji pemahaman
peserta didik terhadap suatu masalah secara komprehensif yang terkait antara
pernyataan satu dengan yang lainnya. Sebagaimana soal pilihan ganda biasa,
soal-soal HOTS yang berbentuk pilihan ganda kompleks juga memuat
stimulus yang bersumber pada situasi kontekstual. Peserta didik diberikan
28
beberapa pernyataan yang terkait dengan stimulus/bacaan,lalu peserta didik
diminta memilih benar/salah atau ya/tidak.
3) Isian dengan singkat pertanyaan atau melengkapi
Pertanyaan singkat atau tambahan adalah pertanyaan yang mengharuskan
kandidat untuk mengisi jawaban singkatnya dengan mengisi kata, frasa,
angka atau simbol. Ciri-ciri pertanyaan pendek atau tambahan adalah sebagai
berikut:
a) Bagian kalimat yang harus diselesaikan sebaiknya hanya menjelaskan
Sebagian dari proporsi proyek dan paling banyak ada dua bagian untuk
menghindari kebingungan siswa.
b) Jawaban pertanyaan harus singkat dan jelas, yaitu berupa kata, frasa,
angka, simbol, lokasi atau waktu.
4) Jawaban singkat
Jawaban singkat mengacu pada pertanyaan dalam bentuk kata-kata, kalimat
pendek atau frase pertanyaan. Ciri-ciri pertanyaan jawaban singkat adalah
sebagai berikut:
a) Gunakan pertanyaan langsung atau kalimat imperatif.
b) Soal atau perintah harus jelas dan mudah dipahami untuk mendapatkan
jawaban yang singkat; Panjang kata atau kalimat yang harus dijawab
siswa dalam semua soal harus dijaga agar relative sama.
c) Hindari penggunaan kata, kalimat atau frase yang diambil langsung dari
buku teks, karena hal ini akan mendorong siswa untuk mengingat atau
mengingat isi buku tersebut.
29
Setiap langkah/kata kunci yang dijawab benar diberikan skor 1, dan
jawaban yang salah diberikan skor 0.
5) Uraian
Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk
mengorganisasikan gagasan atau hal yang telah dipelajarinya dengan cara
mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut menggunakan
kalimatnya sendiri dalam bentuk tertulis.
d. Langkah-langkah penyusunan soal HOTS
Untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk dapat
menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan
dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan
perilaku yang diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan (yang
menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia dalam buku pelajaran. Oleh
karena itu penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan
dalam menulis soal (konstruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus
soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan.
Berikut dipaparkan langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS.
(Widana,2017:17).
1) Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
Terlebih dahulu kita memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
Tidak semua KD dapat dibuatkan soal model-model soal HOTS. Kita secara
mandiri dapat melakukan analisis KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.
2) Menyusun kisi-kisi soal
30
Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk membantu kita dalam
menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk
memandu kita dalam memilih KD yang akan dibuat soal-soal HOTS.
a) Memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji.
b) Merumuskan indikator soal.
c) Menentukan level kognitif
3) Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual
Stimulus yang digunakan hendaknya menarik artinya mendorong peserta
didik untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru,
belum pernah dibaca oleh peserta didik sedangkan stimulus kontekstual
berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari,
menarik, mendorong peserta didik untuk membaca. Dalam konteks ujian
sekolah, guru dapat memilih stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah
setempat.
4) Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal
HOTS. Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah
penulisan butir soal pada umumnya. Perbedaannya terletak aspek materi,
sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama.
5) Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman
penskoran atau kunci jawaban. Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal
uraian. Sedangkan kunci jawaban dibuat untuk bentuk soal pilihan ganda,
pilihan ganda kompleks(benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.
31
4. Teori Kesulitan Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS)
Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
Kemampuan berpikir ada dua macam, yaitu kemampuan berpikir tingkat
rendah (LOTS) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Coffman, 2013). Menurut
Lewis & Smith (1993), perbedaan antara pemikiran tingkat rendah dan pemikiran
tingkat tinggi adalah bahwa jika keduanya dapat diajarkan bersama di kelas, bagi
sebagian orang, kebutuhan untuk menggunakan pemikiran tingkat tinggi akan
bergantung pada karena sifat tugas dan sejarah intelektual seseorang. Newman
(1990) menjelaskan melalui penelitian eksperimental pada lima sekolah terpilih
bahwa LOTS adalah gagasan tingkat rendah yang hanya membutuhkan aplikasi
konvensional atau mekanis dari informasi yang diperoleh sebelumnya (seperti
daftar informasi yang diperoleh sebelumnya(seperti daftar informasi yang
sebelumnya dihafal), dan memasukkan angka kedalam rumus yang dipelajari
sebelumnya. Selain itu, Newman (1990) menjelaskan bahwa keterampilan
berpikir tingkat tinggi menantang kemampuan siswa untuk menafsirkan,
menganalisis, dan memanipulasi informasi.
Berdasarkan pemaparan telah ditunjukkan sebelumnya bahwa
keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah keterampilan yang membentuk 3
tingkat pertama dari klasifikasi Bloom yang telah direvisi. Ketiga tingkat
kemampuan tersebut adalah kemampuan analisis, evaluasi dan kreatif/mencipta.
Keterampilan berpikir tingkat tinggi meliputi keterampilan memecahkan masalah,
keterampilan berpikir kritis, keterampilan berpikir kreatif, kemampuan berdebat,
dan kemampuan membuat atau membuat keputusan. Soal HOTS belum tentu soal
yang sulit. Tingkat kesulitan soal berbeda jenis soal, jadi soal sulit belum tentu
32
soal HOTS. Oleh karena itu, soal HOTS bukanlah soal yang susah, melainkan
proses yang perlu dianalisis terlebih dahulu.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi muncul pada diri seseorang ketika
dapat menghubungkan informasi yang baru dengan informasi yang sebelumnya
dimiliki, kemudian mengintegrasikan informasi tersebut menjadi satu kesatuan
untuk digunakan dalam penyelesaian suatu masalah (Shadiq, 2014: 96). Jika
diartikan dalam Bahasa Indonesia, Higher order thinking skills (HOTS) berarti
keterampilan berpikir yang lebih tinggi. Pemikiran tingkat tinggi terjadi ketika
seseorang mengambil informasi baru dan menyimpannya dalam memori yang
relevan, dan mengatur ulang serta memperluas informasi untuk mencapai tujuan
atau menemukan kemungkinan jawaban dalam situasi kacau(Lewis & Smith,
1993). HOTS mencakup pemikiran kritis, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, dan pemikiran kreatif.
Menurut Susanto dan Retnawati (2016) keterampilan berpikir tingkat
tinggi perlu dikembangkan dalam pembelajaran, karena melalui HOTS dapat
mengembangkan kemampuan berpikir siswa secara logis, analitis, sistematis,
kritis, kreatif, dan memiliki kemampuan untuk bekerja sama. Namun, dalam
prakteknya guru masih belum maksimal dalam meningkatkan keterampilan
berpikir siswa.
Rendahnya kemampuan matematis siswa dalam penilaian internasional
dapat sebabkan karena siswa belum terbiasa mengerjakan masalah berbasis
HOTS, dan masih rendahnya kemampuan siswa dalam membaca masalah dengan
kalimat yang panjang (Alhassora, ddk., 2017). Hal serupa dijelaskan oleh Jupri
dan Drijvers (2016) bahwa siswa Indonesia masih kesulitan dalam penyelesaian
33
soal cerita, penyusunan model matematika, dan mengidentifikasi suatu kesalahan
pada persamaan matematika ataupun pada suatu diagram.
Kesulitan belajar yang dihadapi siswa pada mata pelajaran matematika
ditandai beberapa kekeliruan umum berupa memahami simbol, nilai tempat,
perhitungan, penggunaan proses yang keliru, dan tulisan yang tidak dapat dibaca,
kesulitan dalam mempelajari konsep, kesulitan dalam menerapkan prinsip ,
kesulitan dalam menyelesaikan masalah verbal.
Kekeliruan-kekeliruan tersebut yang menjadi kajian pokok bahasan pada
penelitian ini. Pembahasan tentang kesulitan belajar matematika pernah diulas
oleh Yuliardi (2017) menunjukan bahwa materi yang sulit yaitu bilangan bulat,
bentuk dan operasi aljabar, bentuk dan operasi bilangan pecahan, persamaan dan
pertidaksamaan variabel, perbandingan skala, dan lainnya. Selain itu, gangguan
visual juga merupakan kendala paling utama dalam belajar matematika. Faktor
yang berpengaruh dalam pembelajaran matematika siswa yaitu minat, keluarga,
motivasi, dan kurangnya media. Tetapi, ada upaya tersendiri dari gurunya untuk
mengatasi masalah tersebut yaitu mengadakan bimbingan dan jam tambahan. Soal
matematika berbasis HOTS yaitu soal yang mempunyai tingkat kognitif tinggi.
Soal tersebut berupa soal essay dengan materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV). Kemudian menggali faktor-faktor penyebab siswa kesulitan
dalam mengerjakan soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV).
34
5. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
a. Pengertian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) terdiri atas dua
persamaan linear dua variabel yang keduanya tidak berdiri sendiri, sehingga kedua
persamaan hanya memiliki satu penyelesaian. SPLDV adalah suatu sistem
persamaan atau bentuk relasi sama dengan dalam bentuk aljabar yang memiliki
dua variabel dan berpangkat satu dan apabila digambarkan dalam sebuah grafik
maka akan membentuk garis lurus.
1) Ciri-ciri Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
• Menggunakan relasi tanda sama dengan ( = )
• Memiliki dua variabel
• Kedua variabel tersebut memiliki derajat satu ( berpangkat satu )
2) Hal-hal yang Berhubungan dengan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
• Suku
• Variabel
• Koefisien
• Konstanta
3) Metode Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
• Metode Substitusi (Mengganti)
Metode substitusi yaitu metode atau cara menyelesaikan soal SPLDV
dengan mengganti salah satu peubah atau variabel.
• Metode Eliminasi (Menghilangkan)
Metode Eliminasi adalah metode atau cara untuk menyelesaikan sistem
persamaan linear dua variabel dengan cara mengeliminasi atau
35
menghilangkan salah satu peubah(variabel) dengan menyamakan koefisien
dari persamaan tersebut.
• Metode Gabungan (Substitusi dan Eliminasi)
Metode campuran atau biasa juga disebut dengan metode gabungan yaitu
suatu cara atau metode untuk menyelesaikan suatu persamaan linear
dengan menggunakan dua metode yaitu metode eliminasi dan substitusi
secara bersamaan.
• Metode Grafik
Pada metode grafik, kita akan menggambar grafik dari dua buah
persamaan yang telah kita buat pada langkah sebelumnya. Cara yang
paling mudah untuk menggambar grafik adalah dengan mencari titik
potong terhadap sumbu x dan sumbu y.
6. Penelitian yang Relevan
1) Penelitian Veronica Dwi Kristianti, 2017 yang berjudul “Analisis Kesulitan
dan Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Matematika Materi Kubus
dan Balok pada Siswa Kelas VIII A SMP Institut Indonesia Tahun Ajaran
2016/2017”, menunjukkan bahwa penelitian bertujuan untuk (1) mengetahui
kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal matematika pada
materi kubus dan balok. (2) mengetahui kemampuan yang dimiliki siswa
dalam menyelesaikan soal matematika pada materi kubus dan balok.kubus
dan balok. (3) mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan
soal matematika materi kubus dan balok. (4) mengetahui faktor penyebab
kesulitan belajar yang dialami siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas
VIII A SMP Institut Indonesia tahun ajaran 2016/2017 yang berjumlah 23
36
peserta didik. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pengambilan
data diperoleh dengan cara observasi, tes hasil belajar dan wawancara.
Adapun perbedaan pada penelitian ini yaitu pada penelitian Veronica Dwi
Kristianti meneliti tentang kesulitan dan juga kemampuan pada materi kubus dan
balok, sedangkan pada penelitian ini meneliti tentang kesulitan soal HOTS materi
sistem persamaan linear dua variabel. Dan penelitian Veronica Dwi Kristianti
menggunakan tahapan polya sedangkan pada penelitian ini menggunakan tahapan
taksonomi bloom yang direvisi oleh Krathwohl.
2) Hasil penelitian Shevia Annisa dan Ismi Ahdan Z (2019), yang berjudul
“Analisis Tingkat Kesulitan Soal HOTS pada Ujian Nasional Matematika
Tingkat SMA/SMK di Era Distributif)”. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis tingkat kesulitan soal Ujian Nasional Tipe HOTS. Subjek
penelitian adalah siswa kelas XII SMK Informatika, MAN 1 Kab.Serang,
SMKN 1 Kragilan dan SMKN Terbanggi Besar yang berjumlah 9 siswa.
Teknik pengumpulan data menggunakan tes tertulis berbentuk pilihan ganda.
Adapun perbedaan dari penelitian ini yaitu pada penelitian Shevia Annisa
dan Ismi Abdan Z meneliti tentang kesulitan soal HOTS matematika pada UN
tingkat SMA/SMK sedangkan pada penelitian ini yaitu meneliti tentang kesulitan
peserta didik pada soal HOTS materi SPLDV tingkat SMP, penelitian Shevia
Annisa dan Ismi Abdan Z mengambil 9 orang peserta didik sebagai subjek
penelitian sedangkan penelitian ini mengambil 3 orang peserta didik sebagai
subjek penelitian, serta pada penelitian Shevia Annisa dan Ismi Abdan Z
mengambil lebih dari satu sekolah untuk diteliti sedangkan penelitian ini hanya
mengambil satu sekolah untuk diteliti.
37
B. Kerangka Pikir
Belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia
menemukan hal-hal diluar informasi yang diberikan kepadanya. Belajar adalah
proses perilaku lebih baik melalui pengalaman dan aktivitas pribadi di
lingkungan.
Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan
prosedur operasi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah bilangan. Dalam
pembelajaran matematika biasanya terdapat permasalahan penerapan yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, permasalahannya bukanlah angka
melainkan cerita. Menurut pengalaman dan observasi dalam pemecahan masalah
cerita berbasis HOTS, kesulitan yang paling banyak ditemukan pada siswa adalah
materi tentang sistem persamaan linier dua variabel. Dalam cerita masalah
berbasis HOTS, diperlukan analisis tingkat tinggi untuk memahami makna
masalah cerita.
Soal cerita adalah salah satu bentuk tes esai. Ini akan membantu
mendiagnosis kesulitan yang dialami oleh peserta didik dalam menyelesaikan soal
yang membutuhkan penalaran tinggi misalnya soal cerita sistem persamaan linear
dua variabel. Soal cerita dapat digunakan sebagai indikator kesulitan yang dialami
peserta didik dalam menyelesaikan tes pada soal cerita tersebut.
Penelitian tentang kesulitan siswa yang telah dilakukan oleh Lambertus
(2007) diperoleh hasil bahwa kesulitan siswa dalam menentukan apa yang
diketahui dan yang ditanyakan di dalam soal disebabkan oleh kurangnya
kemampuan dasar dalam menyelesaikan sistem persamaan linear dua peubah.
Hasil penelitian Widiastuti (2009) menunjukkan bahwa penyebab kesulitan siswa
38
dalam menyelesaikan soal cerita adalah tidak mengetahui maksud soal, tidak bisa
menerjemahkan soal ke dalam kalimat matematika, tidak cermat dalam
menghitung, dan kesalahan dalam menulis angka.
Kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya
hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan
usaha yang lebih giat lagi dalam mengatasinya. Orang yang mengalami hambatan
dalam proses mencapai hasil belajar akan mendapatkan hasil di bawah
semestinya. Kesulitan sering dijumpai pada siswa dalam hal menyelesaikan
soal matematika terkhusus materi SPLDV. SPLDV merupakan ilmu yang
mempelajari tentang cara merencanakan, mengumpulkan data, menganalisis,
menginterpretasi, dan mempresentasikan data. Kesulitan ini pun terjadi jika soal
yang diselesaikan siswa adalah soal yang membutuhkan kemampuan berpikir
tingkat tinggi atau soal bertipe higher order thinking skill (HOTS).
Soal HOTS merupakan alat yang digunakan untuk mengatur kemampuan
berpikir lanjut yaitu kemampuan berpikir tidak hanya sekedar mengingat,
mengulang atau mengacu pada proses. Soal HOTS biasanya mengukur
kemampuan menganalisis, mengevaluasi dan membuat domain.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan peserta didik
dalam menyelesaikan soal cerita yang berbasis HOTS atau berpikir tingkat tinggi.
Kesulitan merupakan suatu kondisi tertentu yang ditandai dengan adanya
hambatan-hambatan dalam kegiatan mencapai tujuan, sehingga memerlukan
usaha yang lebih giat lagi dalam mengatasinya. Kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal HOTS pada penelitian ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu:
39
• Kesulitan Menganalisis
Menganalisis yaitu memecahkan materi menjadi bagian-bagian pokok dan
menggambarkan bagaimana bagian-bagian tersebut, dihubungkan satu sama
lain maupun menjadi sebuah struktur keseluruhan atau tujuan (Kusnawa,
2012:115).
• Kesulitan Mengevaluasi
Mengevaluasi adalah proses menetukan nilai untuk suatu hal atau objek yang
berdasarkan pada acuan-acuan tertentu untuk menentukan tujuan tertentu.
• Kesulitan Mencipta
Mencipta yaitu menempatkan bagian-bagian secara bersama-sama ke dalam
suatu ide, semuanya saling berhubungan untuk membuat hasil yang baik
(Kusnawa, 2012:115).
40
Gambar 2.2. Bagan Kerangka Pikir.
Materi SPLDV
Soal HOTS
Ciri-Ciri Soal HOTS
• Mengukur kemampuan berpikir
tingkat tinggi
• Berbasis permasalahan
konstektual
Kesulitan Siswa
Kesulitan
Menganalisis
Kesulitan
Mengevaluasi
Kesulitan
mencipta
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif digunakan
berdasarkan filosofi post-positivis untuk memeriksa kondisi benda alam.
Instrumen utama yaitu peneliti dan pengumpulan data menggunakan metode
triangulasi (kombinasi). Analisis data adalah metode induktif/kualitatif. Hasil
penelitian menekan makna bukan generasi (Sugiyono, 2017: 15).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kesulitan siswa kelas
VIII SMP Negeri 34 Makassar dalam menyelesaikan masalah Higher Order
Thinking Skill (HOTS).
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah semester ganjil pada
tahun ajaran 2020/2021. Penelitian ini menggunakan 3 tahapan yaitu tahap
persiapan, pelaksanaan dan penyelesaian.
Lokasi penelitian ini di lakukan pada SMP Negeri 34 Makassar berlokasi
di Jl. Terpedo 3 No.2, Sudiang Raya kec. Biringkanaya Kota Makassar.
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan pemaparan yang telah diuraikan, maka dapat ditemukan
permasalahan yaitu: (1) Matematika sebagai pelajaran yang sulit dipahami. (2)
Kurangnya aplikasi untuk masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari.
(3) Siswa kurang memahami keterkaitan matematika dengan kehidupan sehari-
42
hari. (4) Kurangnya latihan dalam memecahkan masalah berpikir tingkat lanjut.
(5) Masalah yang perlu diperhatikan untuk input HOTS.
Adapun penelitian berfokus pada kesulitan siswa dalam menyelesaikan
soal High-Order Thinking Skill (HOTS) pada materi persamaan linier dua
variabel (SPLDV).
D. Subjek Penelitian
Langkah-langkah pengambilan subjek dalam penelitian ini adalah:
1. Menetapkan kelas tempat melakukan penelitian.
2. Memilih satu kelas untuk diberikan tes soal High-Order Thinking Skill
(HOTS) dengan siswa yang mempunyai kemampuan matematika, yaitu
memilih kelas yang paling banyak terdapat siswa berprestasi atau aktif dalam
pelajaran matematika. Pernah mengikuti lomba olimpiade atau lomba
matematika dan disertai dengan pertimbangan dari guru mata pelajaran.
3. Melakukan tes soal HOTS kepada seluruh siswa pada kelas yang telah dipilih,
setelah dilakukan tes kemudian dipilih 3 siswa dengan nilai tertinggi sebagai
subjek penelitian dengan pertimbangan berupa prestasi siswa pada sekolah
maupun prestasi siswa dalam hal perlombaan matematika tetapi memiliki
kesulitan dalam menyelesaikan soal.
E. Prosedur Penelitian
Adapun prosedur penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Melakukan validasi instrumen kepada Validator.
b. Mengurus surat izin penelitian dan meminta izin kepada Kepala SMP
Negeri 34 Makassar.
43
c. Untuk menentukan kelas subjek dilakukan konsultasi bersama guru
matematika SMP Negeri 34 Makassar untuk menentukan kelas subjek
penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memberikan tes tulis soal HOTS.
b. Menentukan 3 subjek dengan kriteria 3 siswa yang mendapat nilai
tertinggi dari hasil tes tertulis dan pertimbangan dari guru matematika.
c. Melakukan wawancara kepada subjek
d. Mengumpulkan keseluruhan data
e. Menganalisis data
f. Menafsirkan dan membahas analisis data.
g. Menarik kesimpulan
3. Tahap Akhir
a. Menulis hasil penelitian
b. Meminta surat bukti telah melakukan penelitian disekolah SMP Negeri 34
Makassar
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan peneliti yaitu:
1. Instrumen Utama
Instrumen utama yang dimaksud yaitu peneliti itu sendiri dalam
observasi, inkuiri, menyimak, inkuiri dan pengambilan data penelitian. Peneliti
harus mendapatkan data yang valid, sehingga perlu adanya klarifikasi situasi
informan berdasarkan kebutuhan data agar data tersebut dapat teridentifikasi
sebagai data yang benar.
44
2. Instrumen Pendukung
a. Instrument tes
Lembar tes yang digunakan adalah soal esai materi sistem persamaan
linear dua variabel bertipe HOTS. Tes tersebut digunakan untuk mendeskripsikan
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal bertipe menganalisis, mengevaluasi,
dan mencipta. Soal tes ini menurut pendapat dan masukan dari tim validasi.
Setelah peneliti melakukan validasi, maka dapat disimpulkan bahwa tes tersebut
memenuhi validitas proyek karena memenuhi kurikulum (materi dan ujian) juga
kisi-kisi yang ada.
b. Instrumen Wawancara
Tekknik wawancara yang digunakan adalah teknik wawancara tidak
terstruktur, sehingga alat pertanyaan tidak disiapkan terlebih dahulu, tetapi
disesuaikan dengan keunikan situasi dan karakteristik narasumber
G. Teknik pengumpulan data
Teknik ini adalah strategi atau metode yang digunakan peneliti untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk penelitian ini. Pengumpulan data
bertujuan untuk mendapatkan bahan, informasi, fskta dan informasi yang dapat
dipercaya. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
1. Tes
Teknik tes pada penelitian ini merupakan cara pengumpulan data dengan
cara memberikan serangkaian tugas berupa tes tertulis berbentuk essay yang
dibagikan kepada subjek penelitian memperoleh hasil jawaban yang digunakan
untuk mengetahui kesulitan yang dihadapi siswa saat mengerjakan soal Higher
Order Thinking Skill (HOTS).
45
Pada tahap pelaksanaan tes, siswa diberi waktu untuk mengerjakan soal
tersebut tanpa membuka buku. Pengawasan dilakukan agar siswa tidak melakukan
kecurangan selama pengerjaan seperti bertanya kepada teman yang ada di
sekitarnya, serta minimalisir faktor lainnya. Tes tertulis ini diupayakan
dilaksanakan pada kondisi siswa dalam keadaan prima dalam menjawab soal
Higher Order Thinking Skill (HOTS), hal ini dilakukan agar pengambilan datanya
dapat maksimal.
2. Teknik Wawancara
Wawancara merupakan metode dalam mengumpulkan data secara
langsung kepada subjek dengan mengarahkan penanggung jawab pengumpulan
data dan orang yang menjadi sumber data atau objek penelitian secara tatap muka.
Wawancara dilakukan saat tes berakhir untuk mengetahui kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal berpikir tingkat tinggi (HOTS). Wawancara dilakukan
menggunakan handphone sebagai alat perekam, sehingga hasil wawancara
menunjukkan keabsahan data dan dapat tersusun dengan baik untuk analisis
selanjutnya. Wawancara dilakukan satu persatu, sehingga peneliti lebih mudah
menggambarkan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan soal yang
diberikan.
H. Teknik Analisis Data
Teknik ini untuk mencari dan meringkas data dari hasil wawancara,
catatan di tempat, dan dokumen. Dengan menyusun ke dalam kategori,
mendeskripsikannya berdasarkan unit, mensintesiskan dan menarik kesimpulan
sehingga dapat dengan mudah dipahami sendiri, dan lain-lain. Adapun analisis
data yang dimaksud yaitu:
46
1. Analisis Hasil Tes Kesulitan
Analisis hasil tes kesulitan menyelesaikan soal berpikir tingkat tinggi
(HOTS) pada siswa berdasarkan alternatif jawaban yang telah disusun peneliti.
Berdasarkan indeks kesulitan yang terdapat dalam pemecahan masalah tersebut,
dicek data kesulitan yang dihadapi siswa dalam menyelesaikan persamaan linier
dua variabel yang diberikan, kemudian data tersebut dianalisis untuk
mendapatkan gambaran dari kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal Higher
Order Thinking Skill (HOTS) materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
(SPLDV).
2. Wawancara
Menurut Miles dan Huberman(Sugiyono,2018:337) mengungkapkan
bahwa analisis data kualitas dilakukan secara interaktif dan berkesinambungan
sehingga data menjadi jenuh. Kegiatan tersebut sebagai berikut:
a. Reduksi data
Reduksi data mengacu pada kegiatan proses pemilihan, pemfokusan,
abstrak, dan transformasi data asli. Reduksi data dalam penelitian ini dilakukan
dengan cara mengabstraksi sesuai dengan tujuan penelitian yang meliputi: inti,
proses dan pernyataan. Istilah subjek yang tidak sesuai dihilangkan. Verifikasi
data dilakukan selama proses pengumpulan data, yaitu melalui verifikasi. Dalam
penelitian ini validasi data yang digunakan adalah triangulasi, yaitu
menggunakan metode yang berbeda (yaitu melalui tes dan wawancara) untuk
mengumpulkan data dari subjek.
47
b. Penyajian Data
Representasi data berupa informasi berupa teks naratif yang disusun,
diringkas dan disusun untuk memudahkan pemahaman dan perencanaan
pekerjaan penelitian selanjutnya. Dalam penelitian ini, dimungkinkan untuk
menarik kesimpulan dengan menyusun teks naratif dari kumpulan informasi dari
reduksi data hingga melakukan representasi data. Saat menampilkan data
dilengkapi dengan deskripsi data serta hasil wawancara yang mendukung
terlaksananya pada siswa.
c. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi
Setelah menyelesaikan kegiatan analisis data secara kontinu di lokasi,
langkah selanjutnya adalah menarik kesimpulan. Untuk mencapai kesimpulan
tersebut tentunya berdasarkan hasil analisis data, pengujian dan wawancara.
I. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam penelitan ini untuk menentukan validitas data menggunakan
standar metode triangulasi. Triangulasi yaitu metode dalam mengecek
keabsahan data yang menggunakan hal-hal selain data untuk memeriksa atau
membandingkan dengan data. Teknik triangulasi yang dipakai menggunakan
metode triangulasi yang digunakan untuk membandingkan dan memeriksa
kepercayaan dari informasi yang diperoleh dengan membandingkan data hasil tes
dengan data hasil wawancara.
49
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Sebelum peneliti mendeskripsikan hasil penelitian, maka kegiatan awal
adalah penentuan subjek penelitian pada penelitian ini, peneliti memilih 3 orang
peserta didik sebagai subjek yang memiliki kesulitan menyelesaikan soal HOTS
yang berkategori sangat baik dan baik karena yang ingin peneliti lihat yaitu
peserta didik yang mampu mengerjakan soal HOTS namun masih memiliki
kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut
Tabel 4.1 Kategori Kesulitan Menyelesaikan Soal HOTS
Nilai Siswa
Tingkat Kesulitan Menyelesaikan
Soal HOTS
80 < nilai ≤100 Sangat Baik
60 < nilai ≤ 80 Baik
40 < nilai ≤ 60 Cukup
20 < nilai ≤ 40 Kurang
0 < nilai ≤ 20 Sangat Kurang
Berdasarkan kategori tersebut peneliti mendapatkan 3 orang peserta didik
bernilai tinggi sebagai subjek yang akan di wawancara untuk mengetahui
deskripsi kesulitan menyelesaikan soal HOTS materi Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel (SPLDV).
50
Tabel 4.2 Pemilihan Subjek Wawancara
No. Nilai Peserta Didik Kode
1. 91 S1
2. 85 S2
3. 73 S3
Pada bagian ini, akan di paparkan deskripsi data dari tes kesulitan
menyelesaikan soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) materi SPLDV dan hasil
wawancara. Data hasil tes dan wawancara akan di deskripsikan sebagai berikut:
1. Deskripsi Kesulitan Subjek Nilai Tertinggi Pertama (S1) Dalam
Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking (HOTS) materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
Berikut ini adalah uraian hasil analisis kesulitan soal HOTS dari hasil tes
dan wawancara subjek:
a) Menganalisis (C4)
Gambar 4.1 Hasil Tes S1 (C4)
Berdasarkan gambar diatas pada tahap indikator menganalisis(C4) terlihat
bahwa S1 kesulitan dalam mengenali, menentukan dan memahami apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan pada soal. Jawaban S1 yang menjawab pada
51
bagian diketahui hanya menuliskan kembali soal yang ada dan pada bagian
ditanyakan hanya menuliskan “pendapatan uang parkir” yang seharusnya “jumlah
pendapatan uang parkir dari kendaraan yang ada”. Pada bagian pemisalan,
memisalkan “mobil dan motor” sebagai variabel yang seharusnya adalah “jumlah
mobil dan jumlah motor”. Terlihat bahwa S1 kesulitan menganalisis informasi
yang masuk dan tidak membagi-bagi atau menstrukturkan ke dalam bagian yang
lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya. Namun S1 tidak kesulitan
dalam menyelesaikan soal berdasarkan cara yang dia tahu.
Untuk mengetahui mengapa subjek mengalami kesulitan dalam menganalisis
soal tersebut, peneliti melakukan wawancara, berikut kutipan wawancara:
P : Peneliti
S1 : Subjek 1 (Nilai tertinggi pertama)
P : Kamu paham tidak dengan soal nomor 1? (memperlihatkan lembar soal)
S1 : Agak paham kak
P : Apa yang kamu pahami dari soal?
S1 : Yang ku pahami dari soal ini kak disebuah tempat parkir ada 90
kendaraan mobil dan motor. Jika dihitung roda keseluruhan adda 248
buah, biaya parkir mobil Rp 5000 dan motor Rp 2000
P : Lalu ?
S1 :Berapa jumlah pendapatan uang parkir dari 90 kendaraan itu kak
P : Bagaimana langkah awal kamu dalam menyelesaikan soal ini? (Tanpa
memperlihatkan lembar jawaban peserta didik)
S1 : Pertama kak ku misalkan dulu mobil dan motor sebagai variabel x dan
y lalu ku buatkan langkah-langkahnya.
P : Motor dan mobil yang kita jadikan sebagai variabel x dan y?
S1 : Iye kak
P : Oke, terus tadi kita bilang setelah di misalkan motor dan motor variabel,
kita buatkan langkah-langkah. Langkah-langkah bagaimana itu ?
S1: Langkah-langkah kak untuk ehmm (bingung).. itu kak yang buat
persamaan 1 dan 2 nya untuk kerja soal kak.
P : Coba bede kita jelaskan langkah-langkah ta dalam menyelesaikan
permasalahan dalam soal ini.
S1: Tidak dikasih lihat lembar jawaban ta kak ?
P: Sebentar pi dek, ku tes ki dulu bisa betulan jki kerja ini atau tidak. Sempat
jawaban ta di lembar jawaban ta benar karena punya nya teman ta
disalin, jadi saya tes ki dulu sebelum kasih lihat lembar jawaban ta.
52
S1: Oh iye pale kak
P: Jadi dek, seperti apa yang kita bilang tadi kita pakaikan langkah-
langkah. Bagaimana cara ta pakai langkah-langkah dengan yang sudah
di misalkan tadi?
S1 : Langkah-langkah ku ini kak, kan disebuah tempat parkir ada 90
kendaraan mobil dan motor berarti itu kak x + y = 90 dan roda kendaraan
masing-masing kak 4x + 2y = 248.
P: Kenapa bukan pernyataan biaya parkir mobil Rp 5000 dan motor Rp
2000 yang kita jadikan persamaan? Kan pertanyaannya tentang jumlah
biaya parkir.
S1: Pertamanya kak itu ku pakai waktu cakar ki,
P: Bagaimana persamaan awal ta sebelum di dapat ki ini?
S1: Ini kak mobil + motor = 248 baru biaya parkir mobil + motor =
90(menunjuk pernyataan dalam lembar soal). Jadi x + y = 248 dan
5000x + 2000y = 90.
P: Terus kenapa diganti? Kan bisa jadi yang ini betul.(melingkari
pernyataan dalam kertas kosong yang dituliskan oleh S1)
S1: Terlalu banyak kak.
P: Kan masing-masing bisa jki sederhanakan ki kalau memang dibilang
banyak sekali angkanya.
S1: Tidak bisa kak,
P: Sekarang kita jelaskan kenapa bisa ini kita kali 2 dan yang ini kali 1 ?
(memperlihatkan lembar jawaban)
S1: (mengamati)
Kan eliminasi ka kak jadi ini mau saya samakan nilainya y kak jadi bisa
hilang, makanya ku kali dengan 2 dan 1 kak.
P: Kita sudah dapat nilai x nya, jadi bagaimana dengan nilai y ?
S1: Ku kasih masuk di persamaan 1 kak.
P: Kenapa bukan persamaan 2?
S1 : Karena yang ini kak lebih mudah (menunjuk persamaan 1)
P : Oke nilai x dan y sudah kita dapatkan. Jadi apalagi yang kita cari atau
apa langkah selanjut ta?
S1 : Jadi ku kalikan mi kak dengan uang parkir masing-masing kendaraan.
P : Itu saja? Ada yang lain?
S1 : Iye itu ji kak
Berdasarkan hasil petikan wawancara di atas, dapat dilihat bahwa subjek
kesulitan dalam menganalisis informasi yang ada pada soal, dimana yang
seharusnya dijadikan sebagai variabel adalah jumlah mobil dan jumlah motor.
Tetapi subjek tidak kesulitan dalam menyelesaikan soal nomor 1 berdasarkan cara
pandang dan bahasanya sendiri.
Dalam hal ini pada tahap menganalisis subjek kesulitan konsep, dimana
subjek kesulitan menyatakan arti dari istilah konsep tersebut dan sulit untuk
53
menentukan bentuk soal yang diberikan. Namun, subjek tidak kesulitan dalam
prinsip dan verbal karena subjek dapat mengetahui rumus atau metode apa yang
digunakan dan dapat menyelesaikan soal dengan caranya sendiri.
b) Mengevaluasi (C5)
Gambar 4.2 Hasil Tes S1 (C5)
Berdasarkan gambar diatas pada indikator mengevaluasi(C5), S1 tidak
kesulitan mengenali, menentukan dan memahami apa yang diketahui. Namun
pada apa yang ditanyakan, terlihat subjek kesulitan konsep karena subjek tidak
dapat menyatakan arti dari istilah konsep tersebut. Subjek juga salah
mengeliminasi, subjek menulis mengeliminasi x tapi yang dieliminasi adalah y.
Subjek juga kesulitan menuliskan kesimpulan dari jawaban yang diperoleh.
Namun subjek dapat menyelesaikan soal dengan baik dan benar berdasarkan
caranya. Jadi, berdasarkan hasil tes menunjukkan bahwa S1 tidak mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal tahap mengevaluasi (C5). Namun subjek
kesulitan dalam menuliskan kesimpulan jawaban dari soal yang dipertanyakan.
Untuk memastikan apakah S1 kesulitan pada soal nomor 2, maka peneliti
melakukan wawancara. Berikut kutipan wawancara dengan S1:
P: Oke, di soal nomor 2 apa yang kamu pahami?
54
S1: Figo membeli 3 kaos dan 1 topi seharga Rp 150.000, Ginting membeli
2 kaos dan 2 topi seharga Rp 120.000. Laode juga ingin beli dengan uang
Rp 100.000.
P: Apa permasalahannya?
S1: Barang apa saja yang bisa dibeli Laode dengan uang yang
dimilikinya? Jelaskan!
P: Kalau kita perkecil atau persingkat itu dek dari yang kita bilang
ditanyakannya, bisa ki?
S1: Tidak paham ka kak mau di kasih kecil bagaimana ini yang
ditanyakan.
P: Maksud ku yang bagian pentingnya saja kita ambil atau sebut.
S1: Tidak ku tahu kak.
P: Coba kita jelaskan bagaimana cara ta atau langkah awal ta untuk
mencari barang apa saja yang bisa dibeli oleh Laode!
S1: Kan ada 2 barang kak kaos dan topi jadi ku misalkan kaos itu x dan
topi itu y baru ku bikinkan mi persamaannya kak.
P: Kaos dan topi yang kita misalkan?
S1: Iye kak
P: Oke, terus dimana ki dapat persamaannya?
S1: Dari belanjaannya Figo dan Ginting kak.
P : Apa itu persamaannya?
S1 : Figo 3x + y = 150.000. Ginting 2x + 2y = 120.000
P: Metode atau cara apa yang kita gunakan pada soal nomor 2? Kan tadi
waktu nomor1 eliminasi, sekarang nomor 2 pakai metode apa?
S1 : Hmm, eliminasi juga mungkin kak.
P : Kenapa mungkin?
S1 : Tidak ku ingat kak metode apa kak ku pakai.
P : Kan tadi kita bilang persamaan ta itu 3x + y = 150.000 dan 2x + 2y =
120.000.
S1 : Iye kak.
P : Jadi ini yang kita tulis diperoleh persamaan 2x + 2y = 120.000 dan x
+ y = 60.000 itu darimana? (memperlihatkan lembar jawaban)
S1 : (Mengamati)
S1 : Oh, ku sederhanakan kak. Masing-masing ku bagi dua.
P : Jadi metode apa yang kita gunakan ini?
S1: Samaji kak eliminasi juga.
P: Coba jelaskan ini bagaimana carata dapat nilai x dan nilai y.
S1: Ini kan kak 3x + y = 150.000, x + y = 60.000 sama-sama y nya 1 jadi
bisa langsung ku eliminasi jadi sisa 2y = 90.000. Ini 2 kak pindah jadi
penyebut jadi tinggal x disini. Jadi x nya 90.000 dibagi 2 dapat 45.000.
Terus ini x = 45.000 ku ganti x nya di Ginting yang sudah ku
sederhanakan kak jadi 45.000 + y = 60.000, 45.000 ku kasih pindah kak
jadi sisa y disini. Jadi y = 60.000 dikurang 45.000 tinggal 15.000. Jadi
harga 1 kaos Rp 45.000 dan 1 topi Rp 15.000 kak.
P: Kalau dalam tabel ini bagaimana carata dapat?(menunjuk cara kerja
belanjaan untuk Laode)
S1: Ini kak yang pertama 3 kaos dan 1 topi = 150.000 kan punya nya ji
Figo jadi tidak cukup uangnya Laode karena 100.000 ji. Baru ini kak yang
55
kedua ku balik belanjaannya Figo jadi 3 topi dan 1 kaos ternyata dapat
90.000 jadi bisa na beli itu Laode kak karena masih ada sisa uangnya
10.000. Ini yang ketiga 2 kaos dan 1 topi totalnya kurang ki 5000 uangnya
Laode jadi tidak cukup. Yang keempat belanjaanya Ginting kak tidak
cukup juga uangnya Laode. Jadi yang cukup itu Cuma ini kak 3 topi dan 1
kaos harga 90.000.
P :Kenapa tidak kita tulis kesimpulan ta pale dek kalau kita tau ji
bagaimana carata dapat untuk Laode?
S1 : Tidak ku tahu kak bagaimana mau ku bilang, karena ini ku tulis
berdasarkan yang ku tahu ji saja kak.
Berdasarkan wawancara diatas, menunjukkan bahwa S1 kesulitan konsep
karena subjek tidak dapat memisalkan dengan benar dari soal yang diberikan dan
menuliskan kesimpulan dari jawaban yang telah diperoleh. Dalam hal ini S1
kesulitan dalam masalah verbal, dimana subjek tidak dapat menyelesaikan soal
dengan bahasanya sendiri.
c) Mencipta (C6)
Gambar 4.3 Hasil Tes S1 (C6)
Berdasarkan gambar diatas, S2 tidak kesulitan dalam menjabarkan
informasi yang diketahui dan dapat mengidentifikasi yang ditanyakan pada soal,
namun kurang sempurna atau kurang tepat. Karena seharusnya pada bagian yang
ditanyakan itu “berapakah harga yang harus dibayar Ibu Damar” sedangkan yang
subjek tulis cuma “berapakah yang harus dibayar Ibu Damar”. Pada pemisalan
variabel juga subjek memiliki kesulitan karena hanya memisalkan “x = 2 ikat
56
bayam dan y = 1 ikat kangkung” yang seharusnya “x = harga 2x ikat kangkung
dan y = harga 1 ikat kangkung”
Pada lembaran jawaban, terlihat subjek tidak kesulitan dalam merancang
strategi pemecahan masalah dengan caranya sendiri untuk mencari jawaban yang
ditanyakan. Untuk memastikan apakah subjek tidak memiliki kesulitan dalam
menyelesaikan soal tersebut, peneliti melakukan wawancara. Berikut hasil
wawancaranya:
P : Oke sekarang nomor 3. Apa yang kita pahami dari soal nomor 3?
(memperlihatkan lembar soal)
S2 : Harga seikat bayam sama dengan harga dua kali lipat seikat
kangkung, Ibu Dewi membeli 20 ikat bayam dan 50 ikat kangkung seharga
Rp 225.000. Ibu Damar membeli 25 ikat bayam dan 60 ikat kangkung
berapa yang harus dibayar Ibu Damar?
P: Berapa yang harus di bayar dek?
S1: Iye kak.
P : Bagaimana langkah awal ta kerja soal nomor 3?
S2 : Misalkan bayam sebagai x dan kangkung sebagai y kak
P : Bayam dan kangkung sebagai variabel ta?
S1 : Iye kak
P : Apa persamaan yang kita peroleh dek?
S1 : (Mengamati)
S1 : Persamaan satu itu belanjaan Ibu Dewi kak dan persamaan kedua itu
belanjaannya Ibu Damar.
P : Iye, apa itu dek?
S1 : Persamaan satu 20x + 50y = 225.000, persamaan keduanya 25x +
60y = x (Bingung sendiri)
P : 2 x nya dipersamaan kedua ta dek?
S1 : Eh salah kayaknya kak. Persamaan kedua itu 25x + 60y = 0
P : Yakin?
S1 : Iye kak.
P : Oke, lalu metode apa yang kita gunakan?
S1 : Hmm.. Lupa kak. Eliminasi mungkin kak.
P : Jelaskan langkah selanjutnya setelah langkah awal tadi di misalkan
dulu bayam dan kangkungnya terus sudah kita buatkan persamaan
barusan. Setelah itu apa lagi dek langkah selanjutnya?
S1 : (Diam). Kan Punya Ibu Dewi 20x + 50y = 225.000 persamaan 1,
persamaan 2 Ibu Damar 25x + 60y = 0
P : Setelah itu?
S1 : (Bingung) Tidak tahu kak.
P : Pada lembar jawaban adik, disini tertulis kalau kita mampu
menyelesaikan masalah yang ada dinomor 3, tapi kenapa saat diminta
57
paparkan secara langsung menjadi tidak tahu. Coba dek kita jelaskan ini
darimana dapat x = 2y? (memperlihatkan lembar jawaban).
S1 : (mengamati kembali jawabannya)
P : Bagaimana dek, darimana itu kita dapat?
S1 : Oh iye kak, Ini kak kan nilai satu bayam sama dengan dua kali
kangkung jadi x=2y kak terus ku kasih masuk ke dalam belanjaannya Ibu
Dewi kak jadi 20 dikali 2y + 50y = 225.000. Jadi 40y + 50y = 225.000.
90y = 225.000 jadi y= 2.500 kak. Jadi x= 2 kali 2.500 jadi 5000 kak.
Begitu kak.
P : Yakin ki dek kalau begitu?
S1 : Tidak tahu juga kak.
Berdasarkan hasil tes dan wawancara diatas, subjek mengalami kesulitan
dalam merancang strategi pemecahan masalah dari soal yang ada. Dalam hal ini
subjek mengalami kesulitan dalam masalah prinsip dan verbal dimana subjek
kesulitan dalam penerapan rumus dan kesulitan dalam berbahasa untuk
menyelesaikan soal tersebut.
2. Deskripsi Kesulitan Subjek Nilai Tertinggi Kedua (S2) Dalam
Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) Materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
a) Menganalisis (C4)
Gambar 4.4 Hasil Tes S2 (C4)
58
Berdasarkan gambar diatas pada tahap memahami masalah terlihat bahwa
S2 kesulitan dalam menentukan dan memahami apa yang ditanyakan pada soal.
Terlihat bahwa jawaban subjek pada bagian ditanyakan hanya menuliskan
“berapakah pendapatan” yang seharusnya “berapa jumlah pendapatan”. Pada
bagian pemisalan, subjek memisalkan yang menjadi variabel adalah “motor dan
motor”, sedangkan yang seharusnya adalah “jumlah motor dan jumlah mobil”.
Namun subjek tidak kesulitan dalam mengenali unsur-unsur atau bagian-bagian
penting pada apa yang diketahui dan dapat menyelesaikan soal dengan benar
berdasarkan caranya sendiri.
Untuk memastikan apakah subjek kesulitan dalam memahami masalah
pada indikator menganalisis, maka peneliti melakukan wawancara. Berikut
kutipan wawancara dengan subjek:
P : Peneliti
S2 : Subjek 2 (Nilai tertinggi kedua).
P : Kamu paham tidak dengan soal nomor 1? (memperlihatkan lembar
soal)
S1 : Lumayan paham kak
P : Apa yang kamu pahami dari soal?
S1 : Jumlah kendaraan ditempat parkir ada 90 kendaraan, jumlah seluruh
roda kendaraan 248 buah. Biaya parkir mobil Rp 5000 dan biaya parkir
motor Rp 2000.
P : Apa yang disuruh cari dari soal?
S1: Pendapatan uang parkir kak.
P: Yakin?
S1: Iye kak.
P: Bagaimana langkah awal ta dek dalam menyelesaikan soal ini? (Tanpa
memperlihatkan lembar jawaban peserta didik)
S1: Pertama kak ku misalkan dulu mobil dan motor sebagai variabel x dan y
setelah itu buatkan persamaannya kak.
P: Motor dan mobil yang kita jadikan sebagai variabel x dan y?
S1 : Iye kak
P : Oke, terus tadi kita bilang setelah di misalkan motor dan motor variabel,
setelah itu kita buatkan persamaannya.
S1: Iye kak.
59
P: Apa persamaan yang kita dapat?
S1: Di sebuah tempat parkir ada 90 kendaraan mobil dan motor terus titik,
berarti itu kak x + y = 90 sebagai persamaan satu dan jika di hitung roda
keseluruhan ada 248 buah. Roda mobil kan empat dan roda motor dua
jadi roda kendaraan masing-masing kak 4x + 2y = 248 sebagai persamaan
kedua.
P: Setelah itu apalagi kita lakukan dek kalau di dapatmi persamaannya?
S1: Ku sederhanakan kayaknya kak ini deh.
P: Di sederhanakan jadi apa dek?
S1: Ini kak, yang persamaan kedua, karena sama-sama kelipatan dua saya
lihat kak.
P: Oke, kan tadi kita bilang itu setelah menentukan variabel, kita buatkan
persamaannya terus di sederhanakan.
S1: Iye kak.
P: Terus ini iya dek, kenapa bisa negatif disini pertamanya langsung berubah
positif di bawah? (memperlihatkan lembar jawaban subjek)
S1: (Mengamati lembar jawaban)
P: Bagaimana dek?
S1: Tidak tahu kak, salah tulis ka kayaknya kak, positif ji disini kak, tidak
negatif ki.
P: Jadi setelah kita dapat nilai x dan nilai y ta, kita apakan lagi supaya dapat
menjawab apa yang ditanyakan?
S1: Setelah itu kak langsung ku kalikan dengan biaya parkir masing-masing
kendaraan.
Berdasarkan hasil petikan wawancara di atas, dapat dilihat bahwa subjek
kesulitan dalam menganalisis informasi yang ada pada soal, dimana yang
seharusnya dijadikan sebagai variabel adalah “jumlah mobil dan jumlah motor”,
dan subjek menuliskan pada bagian ditanyakan “berapakah pendapatan uangnya?”
yang seharusnya “berapakah jumlah pendapatan uang parkir dari kendaraan yang
ada tersebut”. Tetapi subjek tidak kesulitan dalam menentukan bagian yang
penting pada soal dan tidak kesulitan dalam menyelesaikan soal nomor 1
berdasarkan cara pandang dan bahasanya sendiri. Dalam hal ini, subjek kesulitan
konsep dimana subjek kesulitan menyatakan arti dari istilah konsep tersebut dan
sulit untuk menentukan bentuk soal yang diberikan. Namun, subjek tidak
kesulitan dalam prinsip dan verbal karena subjek dapat mengetahui rumus atau
metode apa yang digunakan dan dapat menyelesaikan soal dengan caranya sendiri.
60
b) Mengevaluasi (C5)
Gambar 4.5 Hasil Tes S2 (C5)
Berdasarkan gambar diatas pada indikator mengevaluasi, S2 kesulitan
dalam menentukan apa yang di pertanyakan pada soal. Subjek menuliskan pada
bagian ditanyakan “barang apa saja yang dapat dibeli” yang seharusnya adalah
“berapa banyak barang yang bisa dibeli”. Pada bagian pemisalan juga, subjek
mengalami kesulitan dimana subjek memisalkan “x sebagai kaos dan y sebagai
topi”, yang seharusnya “x adalah harga kaos dan y adalah harga topi”. Serta
subjek kesulitan dalam menuliskan bagaimana cara Laode bisa membeli barang 1
kaos dan 1 topi karena subjek hanya langsung saja menjumlahkan hasil dari 1
kaos dan 3 topi tanpa penjelasan terlebih dahulu. Jadi, berdasarkan hasil tes
menunjukkan bahwa subjek mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal tahap
mengevaluasi (C5). Namun subjek tidak kesulitan dalam menentukan unsur-unsur
penting yang ada pada soal dan tidak kesulitan menuliskan kesimpulan jawaban
dari soal yang dipertanyakan.
61
Untuk memastikan apakah S2 kesulitan dalam memahami masalah pada
indikator mengevaluasi, maka peneliti melakukan wawancara. Berikut kutipan
wawancara dengan S2:
P: Oke, di soal nomor 2 apa yang kita pahami?
S1: Figo membeli 3 kaos dan 1 topi seharga Rp 150.000, Ginting membeli
2 kaos dan 2 topi seharga Rp 120.000. Laode juga ingin beli dengan uang
Rp 100.000.
P: Apa permasalahannya?
S1: Barang apa saja yang bisa dibeli Laode dengan uang yang
dimilikinya? Jelaskan!
P: Coba kita jelaskan bagaimana cara ta atau langkah awal ta untuk
mencari barang apa saja yang bisa dibeli oleh Laode!
S1: Ku misalkan kaos itu x dan topi itu y baru ku bikinkan mi
persamaannya kak dari belanjaan Figo dan Ginting.
P : Apa persamaannya dek?
S1 : Figo 3x + y = 150.000. Ginting 2x + 2y = 120.000
P: Metode atau cara apa yang kita gunakan dek?
S1 : Kayaknya, eliminasi mungkin kak.
P : Kalau tadi nomor satu ta iya dek pakai metode apa?
S1: Eliminasi juga kak.
P : Kan tadi kita bilang persamaan ta itu 3x + y = 150.000 dan 2x + 2y =
120.000.
S1 : Iye kak.
P: Jadi ini kenapa bisa berubah persamaan ta dek menjadi 3x + y =
150.000 dan x + y = 60.000? (memperlihatkan lembar jawaban)
S1: (Mengamati)
S1: Masing-masing ku bagi dua kak
P: Apa tadi yang ditanyakan dek?
S1: Barang yang bisa dibeli Laode kak dan disuruh jelaskan.
P: Nah, terus kenapa di lembar jawaban ta ini tidak ada penjelasan ta?
Kenapa bisa kita tahu kalau yang bisa di beli Laode itu 1 kaos dan 3 topi?
S1: Tidak ku tahu kak bagaimana caranya dijelaskan.
P: Maksudnya dek? Tidak paham ki atau nyontek ki atau asal jawab jki
atau apa dek?
S1: Tidak kak, maksud ku tidak tahu ka mau dikasih kata-kata bagaimana
kak. Karena ini 1 kaos dan 3 topi ku jawab berdasarkan yang ku pahami ji
kak.
P: Jelaskan ka coba bede dek bagaimana cara ta dapat ini.
S1: Kan harga 1 kaos tadi kak 45.000 jadi kalau beli 2 kaos sudah 90.000,
tidak bisa mi beli topi. Jadi kaos yang bisa dibeli Laode cuma satu kak.
Terus harganya satu topi ini 15.000 kak, sedangkan uangnya Laode tadi
masih ada kembaliannya 55.000 jadi bisa cukup beli topi 3 kak karena 3
kali 15 kan 45.000.
P: Jadi berapa banyak barang yang bisa dibeli Laode?
62
S1: Jadi total belanjaannya Laode semua 90.000 dengan barang yang
bisa dibeli itu 3 topi dan 1 kaos kak.
Berdasarkan wawancara diatas, menunjukkan bahwa subjek kesulitan dalam
masalah verbal. Dimana subjek kesulitan berbahasa untuk menyelesaikan soal
tersebut.
c) Mencipta (C6)
Gambar 4.6 Hasil Tes S2 (C6)
Berdasarkan gambar diatas, S1 tidak kesulitan dalam menjabarkan
informasi yang diketahui dan dapat mengidentifikasi yang ditanyakan pada soal,
namun kurang sempurna atau kurang tepat. Karena seharusnya pada bagian yang
ditanyakan itu “berapakah harga yang harus dibayar Ibu Damar” sedangkan yang
subjek tulis cuma “berapakah yang harus dibayar Ibu Damar”.
Pada lembaran jawaban, terlihat subjek tidak kesulitan dalam merancang
strategi pemecahan masalah dengan caranya sendiri untuk mencari jawaban yang
ditanyakan. Untuk memastikan apakah subjek tidak memiliki kesulitan dalam
menyelesaikan soal tersebut, peneliti melakukan wawancara. Berikut hasil
wawancaranya:
P : Oke sekarang nomor 3. Apa yang kita pahami dari soal nomor 3?
(memperlihatkan lembar soal)
S2 : Harga seikat bayam sama dengan harga dua kali lipat seikat
kangkung, Ibu Dewi membeli 20 ikat bayam dan 50 ikat kangkung seharga
63
Rp 225.000. Ibu Damar membeli 25 ikat bayam dan 60 ikat kangkung
berapa yang harus dibayar Ibu Damar?
P: Berapa yang harus di bayar dek?
S1: Iye kak.
P : Bagaimana langkah awal ta kerja soal nomor 3?
S2 : Pertama kak ku misalkan bayam sebagai x dan kangkung sebagai y
kak
P : Bayam dan kangkung sebagai variabel ta?
S1 : Iye kak
P : Apa persamaan yang kita peroleh dek?
S1 : Persamaan satu 20x + 50y = 225.000, persamaan keduanya 25x +
60y = 0
P: Kenapa sama dengan 0?
S1 : Eh salah kayaknya kak
P: Jadi apa ji yang benar dek?
S1: Tidak tahu kak, bingung ka.
P: Metode apa yang kita gunakan dek?
S1: Eliminasi kak.
P: Jadi bagaimana lagi selanjutnya kalau sudah kita dapatkan tadi
pemisalan ta dan persamaan ta?
S2: Eliminasi persamaan kak
P: Bagaimana cara ta eliminasi tadi persamaan yang kita dapat dek?
S2: Ih tidak tahu kak, menyerah ma kak. Bisa di lihat kah lembar jawaban
ta kak?
P: Tidak di tahu mi dek jelaskan ki bagaimana langkah selanjutnya?
S2: Iye kak.
P: Oke, sekarang lihat kenapa begini jawaban ta dan di lembar jawaban
ta ini kenapa di coret jawaban ta padahal selesai mki? (memperlihatkan
lembar jawaban)
S2: (mengamati kembali jawabannya)
P: Bagaimana dek,?
S2: Salah kasih masuk angka ka kak ini makanya ku coret. Baru ku
pindahkan ke belakang kak.
P: Bisa tidak dek, kita mencari hasil dari jawaban dari nomor 1 sampai
nomor 3 ini menggunakan rumus yang berbeda atau cara yang berbeda
diluar dari spldv?
S1: Tidak kak
Berdasarkan wawancara diatas, subjek mengalami kesulitan dalam
merancang strategi pemecahan masalah dari soal yang ada. Hal itu dikarenakan
subjek tidak paham dengan maksud soal, kemudian subjek kesulitan untuk
menentukan rumus yang tepat untuk menyelesaikan soal tersebut. Dalam hal ini
subjek mengalami kesulitan dalam masalah prinsip dan verbal dimana subjek
64
kesulitan dalam penerapan rumus dan kesulitan dalam berbahasa untuk
menyelesaikan soal tersebut.
3. Deskripsi Kesulitan Subjek Nilai Tertinggi Ketiga (S3) Dalam
Menyelesaikan Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS) Materi Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)
a) Menganalisis(C4)
Gambar 4.7 Hasil Tes S3 (C4)
Berdasarkan gambar diatas pada tahap memahami masalah terlihat bahwa
S3 kesulitan dalam mengenali, menentukan dan memahami apa yang diketahui
dan apa yang ditanyakan pada soal. Subjek menjawab pada bagian diketahui
hanya menuliskan kembali soal. yang ada dan pada bagian ditanyakan hanya
menuliskan “pendapatan uang parkir” yang seharusnya “jumlah pendapatan uang
parkir dari kendaraan yang ada”. Terlihat bahwa subjek kesulitan menganalisis
informasi yang masuk dan tidak membagi-bagi atau menstrukturkan ke dalam
bagian yang lebih kecil untuk mengenali pola atau hubungannya.
Namun subjek tidak kesulitan dalam menyelesaikan soal nomor 1
menggunakan caranya sendiri. Untuk mengetahui apakah subjek mengalami
65
kesulitan dalam menganalisis soal tersebut, peneliti melakukan wawancara
sebagai berikut:
P : Peneliti
S3 : Subjek 3 (Nilai tertinggi ketiga)
P : Kamu paham tidak dengan soal nomor 1? (memperlihatkan lembar
soal)
S3 : Agak paham kak
P : Apa yang kamu pahami?
S3 : Dalam sebuah tempat parkir terdapat 90 kendaraan mobil dan motor
dan jumlah roda keseluruhan ada 248 buah. Biaya parkir motor Rp 2000
dan biaya parkir mobil Rp 5000. Berapakah jumlah pendapatan uang
parkir dari kendaraan yang ada tersebut?
P : Apa yang disuruh cari?
S3 : Jumlah pendapatan uang parkir dari kendaraan yang ada tersebut
P : Coba dek sebutkan bagian-bagian yang penting pada soal ini.
S3 : (diam mengamati kembali soal)
P: Apa dek?
S3: Mobil, motor, jumlah kendaraan 90, jumlah roda 248, biaya parkir
mobil Rp 5000, biaya parkir motor Rp 2000
P: Metode apa yang kita gunakan dek?
S3: Eliminasi kayaknya kak
P: Apa langkah atau bagaimana langkah awal kamu untuk mencari
jawaban dari yang dipertanyakan tersebut? Coba jelaskan!
S3: Hmm, pertama itu kak ku misalkan mobil nya x dan motor y. Lalu ku
cari persamaannya.
P: Yang kita misalkan sebagai variabel x dan y itu mobil dan motor dek?
S1: Iye kak
P: Bagaimana cara ta cari persamaannya dek? Kan tadi bilang ki setelah
pemisalan, kita cari persamaannya.
S3: (diam mengamati kembali soal
S3: Persamaan satu itu kak x + y = 90 dan persamaan kedua itu 5000x +
2000y = 248 (ragu-ragu)
P: Yakin jki dek?
S3: Hmm, iye kak.
P: Setelah kita dapat mi persamaannya, apalagi yang kita lakukan dek?
S3: Mencari nilai x dan y kak.
P: Bagaimana caranya atau metode apa yang kita gunakan cari nilai x
dan y?
S3: Metode eliminasi mungkin kak
P: Memang ada berapa metode yang kita tahu? Coba sebut bede dek!
S3: Eliminasi, substitusi, diagram kak
P: Tadi kan persamaan satu ta x + y = 90, persamaan kedua ta 5000x +
2000y = 248. Tapi kenapa di lembar jawaban ta ini saya lihat berbeda
66
persamaan kedua ta. Darimana kita dapat ini dek 4x + 2y = 248?
(memperlihatkan lembar jawaban)
S3: (diam mengamati)
P: Bagaimana dek?
S3: Dari roda kendaraan kak? (menjawab sekaligus bertanya)
P: Ih, kita iya dek darimana dapat ki itu.
S3: Tidak tahu kak, tidak ku ingat darimana ku dapat itu..
P: Kan ini kita dapat mi nilai x ta 34 dan nilai y ta 56, Jadi setelah itu kita
apakan lagi supaya dapat menjawab jumlah pendapatan uang parkir?
S1: Ku kalikan dengan biaya parkir masing-masing kendaraan kak.
Berdasarkan hasil petikan wawancara di atas, dapat dilihat bahwa subjek
kesulitan dalam menganalisis informasi yang ada pada soal, dimana yang
seharusnya dijadikan sebagai variabel adalah “jumlah mobil dan jumlah motor”,
dan subjek menuliskan pada bagian ditanyakan “berapakah pendapatan uangnya?”
tetapi pada wawancara mengatakan “berapakah jumlah pendapatan uang parkir
dari kendaraan yang ada karena subjek hanya membaca ulang soal”. Tetapi subjek
tidak kesulitan dalam menyelesaikan soal nomor 1 berdasarkan caranya sendiri.
Dalam hal ini, subjek kesulitan konsep dimana subjek kesulitan
menyatakan arti dari istilah konsep tersebut dan sulit untuk menentukan bentuk
soal yang diberikan. Serta subjek kesulitan Namun, subjek tidak kesulitan dalam
prinsip dan verbal karena subjek dapat mengetahui rumus atau metode apa yang
digunakan dan dapat menyelesaikan soal dengan caranya sendiri.
b) Mengevaluasi (C5)
Gambar 4.8 Hasil Tes S3 (C5)
67
Berdasarkan gambar diatas pada indikator mengevaluasi, S3 kesulitan
dalam menentukan apa yang di pertanyakan pada soal karena hanya menuliskan
soal dan tidak lengkap. Subjek menuliskan pada bagian ditanyakan “barang apa
saja yang dapat dibeli” yang seharusnya adalah “berapa banyak barang yang bisa
dibeli”. Namun subjek tidak kesulitan dalam menentukan bagian pemisalan dan
tidak kesulitan dalam menyelesaikan soal bagaimana cara Laode bisa membeli
barang dengan uang seratus ribu. Jadi, berdasarkan hasil tes menunjukkan bahwa
subjek mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal tahap mengevaluasi (C5).
Namun subjek tidak kesulitan dalam menentukan unsur-unsur penting yang ada
pada soal dan tidak kesulitan menuliskan kesimpulan jawaban dari soal yang
dipertanyakan.
Untuk memastikan apakah S3 kesulitan dalam memahami masalah pada
indikator mengevaluasi, maka peneliti melakukan wawancara. Berikut kutipan
wawancara dengan S3:
P: Oke, di soal nomor 2 apa yang kita pahami?(memperlihatkan soal)
S3: Figo, Ginting dan Laode membeli kaos dan topi di toko olahraga yang
sama. Figo membeli 3 kaos dan 1 topi dengan membayar Rp 150.000.
Ginting membeli 2 kaos dan 2 topi dengan membayar 120.000. Laode juga
ingin membeli 2 jenis barang tersebut sebanyak-banyaknya, tetapi ia
hanya memiliki uang Rp 100.000. Berapa banyak barang yang bisa dibeli
oleh Laode dengan uang yang dimilikinya?
P: Apa yang ditanyakan dek?
S3: Berapa banyak barang yang bisa dibeli oleh Laode dengan uang yang
dimilikinya? Jelaskan!
P: Bagaimana cara ta atau langkah awal ta untuk mencari berapa banyak
barang apa saja yang bisa dibeli oleh Laode?
S1: Ku misalkan kaos itu x dan topi itu y baru bikin persamaannya
P: Kaos dan topi kita jadikan sebagai variabel x dan y?
S3: Iye kak.
P: Terus apa persamaannya dek yang kita dapatkan?
S1: Figo 3x + y = 150.000. Ginting 2x + 2y = 120.000
P: Metode atau cara apa yang kita gunakan dek?
S1: Hmm, eliminasi kak? (menjawab sekaligus bertanya)
P: Kan tadi kita bilang persamaan ta itu 3x + y = 150.000 dan 2x + 2y =
68
120.000.
S1: Iye kak.
P: Darimana ki dapat pale ini dek x + y = 60.000? (memperlihatkan
lembar jawaban)
S3: (Mengamati)
P: Bagaimana dek?
S3: Tidak tahu kak kayaknya masing-masing dibagi dua.
P: Apa tadi yang ditanyakan dek?
S1: Berapa banyak barang yang bisa dibeli oleh Laode dengan uang yang
dimilikinya? Jelaskan! (Membaca kembali soal)
P: Bagaimana cara ta dapat ini dek yang dalam kotak?
S3: Tidak tahu kak, lupa ma.
P: Tidak bisa mki jelaskan ki dek?
S3: Iye kak
Berdasarkan wawancara diatas, menunjukkan bahwa subjek kesulitan
dalam masalah prinsip dan verbal. Terlihat bahwa subjek kesulitan dalam
penerapan rumus dan kesulitan dalam berbahasa untuk menyelesaikan soal.
c) Mencipta (C6)
Gambar 4.9 Hasil Tes S3 (C6)
Berdasarkan gambar diatas, S1 kesulitan dalam menjabarkan informasi
yang diketahui dan tidak dapat mengidentifikasi yang ditanyakan pada soal. Serta
pada bagian penyelesaian, subjek tidak memisalkan apa-apa terlebih dahulu dan
langsung menyimpulkan persamaan yang dipakai dan hanya mengerjakan sampai
setengah perjalanan saja. Untuk memastikan apakah subjek kesulitan dalam
69
menyelesaikan soal tersebut, peneliti melakukan wawancara. Berikut hasil
wawancaranya:
P: Oke sekarang nomor terakhir, kamu paham tidak dengan soal nomor
3?
S1 : Sedikit kak
P : Apa yang kamu pahami dari soal nomor 3? (memperlihatkan lembar
soal)
S3 : Harga seikat bayam sama dengan harga dua kali ikat kangkung. Ibu
Dewi membeli 20 ikat bayam dan 50 ikat kangkung seharga Rp 225.000.
Jika Bu Damar membeli 25 ikat bayam dan 60 ikat kangkung,
P: Apa yang ditanyakan?
S3 : Berapakah yang harus dibayar Ibu Damar?
P : Apa langkah pertama dalam menyelesaikan soal ini?
S3 : Memisalkan bayam sebagai x dan kangkung sebagai y. Lalu buatkan
persamaan kak
P: Bayam dan kangkung yang kita misalkan?
S3: Iye kak
P: Saya lihat di lembar jawaban ta ini di bagian diketahui tidak lengkap
dan dibagian ditanyakan kosong. Kenapa? (Memperlihatkan lembar
jawaban)
S3 : Panjang kak yang mau ditulis.
P: Coba dek kita sebutkan bagian-bagian yang menurut ta penting pada
soal ini!
S3: Harga seikat bayam=harga seikat kangkung. Ibu Dewi membeli 20
ikat bayam dan 50 ikat kangkung seharga Rp 225.000. Jika Bu Damar
membeli 25 ikat bayam dan 60 ikat kangkung, berapakah yang harus
dibayar?
P : Metode apa yang kita gunakan dek?
S3 : (diam) Hmm, lupa kak.
P : Kalau ini, metode apa namanya ini dek kita pakai?
S3 : (diam) substitusi kak.
P: Baca coba dek persamaan satu dan persamaan dua ta.
S3: Persamaan satu x=2x, persamaan kedua 20x+50y=225.000
P: Persamaan satu x=2x ?
S3: Iye kak.
P : Terus bagaimana dengan kesimpulan dari harga yang harus di bayar
Ibu Damar? Kenapa tidak ada kita tulis?
S3 : Tidak tahu kak, cuma sampai disitu saja yang ku tahu kak.
Berdasarkan hasil wawancara diatas, terlihat bahwa S3 mengalami
kesulitan pada konsep, prinsip dan verbal pada indikator mencipta. Terlihat subjek
kesulitan dalam menentukan bentuk soal yang diberikan, kesulitan menerapkan
rumus dan kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita.
70
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis hasil tes dan hasil wawancara peserta didik,
dapat dijabarkan kesulitan subjek sebagai berikut :
1. Menganalisis
Pada bagian ini, dilakukan analisis data yang bertujuan untuk mengetahui
kesulitan yang dialami ketiga subjek dalam menyelesaikan soal nomor 1.
a) Kesulitan Subjek S1 (Nilai Tinggi Pertama)
Berdasarkan analisis hasil tes dan hasil wawancara, subjek S1 mengalami
kesulitan konsep karena subjek kesulitan memisalkan istilah yang akan dicari
ke dalam bentuk variabel dengan benar. Dimana subjek hanya menuliskan
apa yang diketahui dengan menulis kembali soal yang ada, apa yang
ditanyakan menuliskan pendapatan uang parkir yang seharusnya jumlah
pendapatan uang parkir, dan pada pemisalan yang seharusnya pemisalannya
adalah jumlah mobil dan jumlah motor tetapi subjek hanya memisalkan motor
dan mobil saja.
Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara keseluruhan terlihat bahwa
subjek S1 tidak kesulitan prinsip dan verbal. Subjek tidak kesulitan dalam
menerapkan rumus yang diketahuinya dan tidak mengalami kesulitan pada
soal cerita tahap menganalisis. Karena subjek dapat mengerjakan soal nomor
1 tahap menganalisis dengan baik dan dengan caranya sendiri dan kata-
katanya sendiri..
b) Subjek S2 (Nilai Tertinggi Kedua)
Berdasarkan analisis hasil tes dan hasil wawancara, subjek S2 mengalami
kesulitan konsep karena subjek kesulitan memisalkan istilah yang akan dicari
71
ke dalam bentuk variabel dengan benar. Dimana subjek hanya menuliskan
apa yang ditanyakan “pendapatan uang parkir” yang seharusnya “jumlah
pendapatan uang parkir”, dan pada pemisalan yang seharusnya pemisalannya
adalah “jumlah mobil dan jumlah motor” tetapi subjek hanya memisalkan
“motor dan mobil saja sebagai variabel x dan y”.
Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara keseluruhan terlihat bahwa
subjek tidak kesulitan prinsip dan verbal. Subjek tidak kesulitan dalam
menerapkan rumus yang diketahuinya dan tidak mengalami kesulitan pada
soal cerita tahap menganalisis. Karena subjek dapat mengerjakan soal nomor
1 tahap menganalisis dengan baik dan dengan caranya sendiri atau kata-
katanya sendiri.
c) Subjek S3 (Nilai Tertinggi Ketiga)
Berdasarkan analisis hasil tes dan hasil wawancara, subjek S3 mengalami
kesulitan konsep karena subjek kesulitan memisalkan istilah yang akan dicari
ke dalam bentuk variabel dengan benar. Dimana subjek hanya menuliskan
apa yang ditanyakan “pendapatan uang parkir” yang seharusnya “jumlah
pendapatan uang parkir”, dan pada pemisalan yang seharusnya pemisalannya
adalah “jumlah mobil dan jumlah motor” tetapi subjek hanya memisalkan
“motor dan mobil saja sebagai variabel x dan y”.
Berdasarkan hasil analisis tes dan wawancara keseluruhan terlihat bahwa
subjek tidak kesulitan prinsip dan verbal. Subjek tidak kesulitan dalam
menerapkan rumus yang diketahuinya dan tidak mengalami kesulitan pada
soal cerita tahap menganalisis. Karena subjek dapat mengerjakan soal nomor
72
1 tahap menganalisis dengan baik dan dengan caranya sendiri atau kata-
katanya sendiri
Berdasarkan hasil analisis tersebut pada indikator menganalisis(C4),
disimpulkan bahwa ketiga subjek kesulitan konsep pada soal nomor satu. Hal
tersebut karena ketiga subjek tidak menganalisis dengan baik apa yang ditanyakan
dan apa yang diketahui serta sulitnya menentukan unsur yang menjadi pemisalan
variabel.
2. Mengevaluasi (C5)
a) Subjek S1 (Nilai Tertinggi Pertama)
Berdasarkan analisis hasil tes dan hasil wawancara, subjek S1 mengalami
kesulitan verbal, dimana subjek tidak dapat menarik kesimpulan
menyelesaikan soal nomor 2 tahap mengevaluasi(C5) dengan bahasanya
sendiri.
b) Subjek S2 (Nilai Tertinggi Kedua)
Berdasarkan analisis hasil tes dan hasil wawancara, subjek S2 mengalami
kesulitan konsep karena subjek kesulitan memisalkan istilah yang akan dicari
ke dalam bentuk variabel dengan benar. Dimana subjek hanya menuliskan
apa yang ditanyakan “barang apa saja yang dapat dibeli” yang seharusnya
“berapa banyak barang yang bisa dibeli”, dan pada pemisalan yang
seharusnya pemisalannya adalah “harga kaos dan harga topi” tetapi subjek
hanya memisalkan “kaos dan topi sebagai variabel x dan y”. Subjek juga
kesulitan verbal pada soal nomor 2. Dimana subjek tidak dapat menjabarkan
cara mendapatkan barang yang bisa dibeli dengan bahasanya sendiri.
73
c) Subjek S3 (Nilai Tertinggi Ketiga)
Berdasarkan analisis hasil tes dan hasil wawancara, subjek S3 mengalami
kesulitan konsep karena subjek kesulitan memisalkan istilah yang akan dicari
ke dalam bentuk variabel dengan benar. Dimana subjek hanya menuliskan
pada pemisalan yang seharusnya pemisalannya adalah “harga kaos dan harga
topi” tetapi subjek hanya memisalkan “kaos dan topi sebagai variabel x dan
y”. Subjek juga kesulitan prinsip dan verbal pada soal nomor 2. Dimana
subjek kesulitan dalam penerapan rumus dan sulit untuk berbahasa dalam
menyelesaikan soal tersebut.
3. Mencipta
a) Subjek S1 (Nilai Tertinggi Pertama)
Berdasarkan analisis hasil tes dan hasil wawancara, S1 kesulitan konsep
karena sulit untuk mengidentifikasi apa yang ditanyakan pada soal. Subjek
menuliskan pada apa yang ditanyakan “berapa yang harus dibayar” yang
seharusnya “berapa harga yang harus dibayar”. Pada pemisalan subjek juga
kesulitan karena memisalkan “x=2 ikat bayam dan y= 1 ikat kangkung” yang
seharusnya “x=2x ikat kangkung dan y= 1 ikat kangkung”. Subjek juga
kesulitan prinsip dan verbal, dimana subjek kesulitan dalam penerapan rumus
dan sulit untuk berbahasa dalam menyelesaikan soal tersebut. Subjek juga
sulit dalam mengorganisasikan unsur-unsur menjadi struktur baru yang belum
pernah ada sebelumnya.
b) Subjek S2 (Nilai Tertinggi Kedua)
Berdasarkan analisis hasil tes dan hasil wawancara, S2 kesulitan konsep
karena sulit untuk mengidentifikasi apa yang ditanyakan pada soal. Subjek
74
menuliskan pada apa yang ditanyakan “berapa yang harus dibayar” yang
seharusnya “berapa harga yang harus dibayar. Subjek juga kesulitan dalam
merancang strategi pemecahan masalah dari soal karena subjek tidak paham
dengan maksud soal. Subjek juga kesulitan untuk menentukan rumus dalam
menyelesaikan permasalahan itu. Dalam hal ini subjek kesulitan prinsip dan
verbal karena subjek sulit penerapan rumus dan sulit dalam berbahasa untuk
menyelesaikan soal tersebut.
c) Subjek S3 (Nilai Tertinggi Ketiga)
Berdasarkan analisis hasil tes dan wawancara, subjek S3 kesulitan untuk
menjabarkan serta sulit mengidentifikasi permasalahan dari soal. Subjek juga
kesulitan dalam merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah serta
kesulitan mengorganisasikan unsur-unsur menjadi struktur baru yang belum
pernah ada sebelumnya. Dalam hal ini subjek kesulitan konsep, prinsip dan
verbal karena subjek sulit menentukan bentuk soal, subjek sulit menerapkan
rumus dan subjek sulit menyelesaikan soal cerita dengan bahasa sendiri.
Pada penelitian relevan yang dilakukan oleh Veronika dan juga penelitian
yang dilakukan oleh Shevia Annisa dan Ismi Ahdan Zakiyya, subjeknya kesulitan
pada masalah konsep dan prinsip. Dimana subjek mengalami kesulitan dalam
mengubah soal cerita menjadi kalimat matematika dan kesulitan melakukan
perhitungan karena kesalahan dalam menggunakan rumus. Sedangkan pada
penelitian ini, subjek kesulitan pada konsep dan verbal, dimana subjek sulit dalam
menyatakan arti dari istilah konsep tersebut dan subjek sulit dalam menentukan
bentuk soal yang diberikan. Subjek dapat menerapkan rumus tapi subjek sulit
berbahasa dalam menyelesaikan soal tersebut.
75
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa subjek masih banyak yang
mengalami kesulitan dalam memahami materi sistem persamaan linear dua
variabel khususnya dalam menyelesaikan soal cerita berbasis HOTS. Cooney
menyatakan bahwa kesulitan matematika ditandai oleh ketidakmampuan untuk
menyatakan arti dari suatu konsep tertemtu dan kemampuan menyimpulkan
informasi dari suatu konsep yang diberikan. Hasil yang diperoleh sejalan dengan
pendapat tersebut, bahwa subjek masih belum dapat memisalkan istilah yang akan
dicari ke dalam bentuk variabel dalam menyelesaikan soal HOTS materi sistem
persamaan linear dua variabel dengan benar. Penyebab kesulitan tersebut ialah
tidak dikuasainya konsep sistem persamaan linear dua variabel oleh subjek,
terlebih lagi jika hanya membaca soal tanpa memaknai artinya.
Cooney menyatakan kesulitan dalam matematika ditandai dengan
kesulitan menentukan faktor yang relevan dan akibatnya tidak mampu
mengabstraksikan pola-pola, kesulitan ini banyak dialami siswa saat tes. Hampir
sebagian mengalami kesulitan dalam mendapatkan nilai pengganti masing-masing
variabel. Kesulitan lainnya dikemukakan oleh Cooney adalah menyatakan suatu
prinsip tetapi tidak dapat mengutarakan artinya dan tidak dapat menerapkan
prinsip-prinsip tersebut, kesulitan yang dimaksudkan adalah siswa tidak mampu
mengubah nilai pengganti variabel ke dalam kalimat matematika. Kesulitan
menyelesaikan soal cerita meliputi kesulitan merumuskan apa yang diketahui dan
apa yang ditanyakan, kesulitan memodelkan soal dari apa yang diketahui dan
tidak memberikan kesimpulan jawaban sesuai konteks soal cerita. Kesulitan
tersebut mengakibatkan subjek tidak dapat menentukan langkah-langkah
penyelesaian yang sesuai dengan soal cerita.
76
Penelitian yang menguatkan yaitu penelitian oleh Yeo (2012) menyatakan
bahwa kesulitan yang dialami siswa kelas VIII dalam memecahkan masalah
matematika antara lain: (1) Memahami masalah yang diberikan. (2) Menentukan
strategi penyelesaian yang tepat. (3) Menerjemahkan masalah ke dalam bentuk
matematika. (4) Melakukan prosedur yang baik. Penelitian lain yang mendukung
yaitu penelitian yang dilakukan oleh Erny Untari (2014) yang menyatakan
kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal yaitu kesulitan memahami maksud dari
soal cerita. Hal tersebut karena siswa cenderung ceroboh dalam memahami
kalimat pada soal sehingga memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan
permasalahan dari soal cerita. Dalam penelitian ini subjek cenderung kurang teliti
dalam membaca dan memahami soal cerita sehingga subjek mengalami kesulitan
dalam menentukan unsur-unsur penting dan tidak dapat menyelesaikan soal
menggunakan bahasanya sendiri.
Sesuai dengan pendapat Hanafi dkk (2019) bahwa siswa kurang dalam
menentukan gagasan, kurang mampu mengkritik, memutuskan atau menilai suatu
gagasan(C5). Sehingga siswa tidak dapat mengubah salah satu data agar kedua
data memiliki satuan yang sama. Pendapat Ayuningtyas & Rahayu (2017) bahwa
siswa belum dapat melibatkan penemuan yang baru (C6). Hal tersebut dapat
disebabkan oleh kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan masalah
verbal yang berbentuk soal cerita, terlebih lagi soal berkategori tinggi yang
memang membutuhkan analisa yang baik pada soal. Menurut Nalurita dkk (2013)
bahwa siswa sangat baik dalam memahami soal dan melihat kembali penyelesaian
serta termasuk pada kategori baik dalam merencanakan penyelesaian dan
melakukan rencana penyelesaian.
79
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, peneliti memperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada soal nomor 1 pada tahap menganalisis, ketiga subjek tidak kesulitan
pada prinsip dan verbal. Tetapi masih ada subjek yang memiliki kesulitan
konsep karena tidak dapat memisahkan bagian-bagian penting yang ada pada
soal menjadi lebih kecil.
2. Pada soal nomor 2 mengukur tingkat mengevaluasi, rata-rata subjek kesulitan
pada konsep dan verbal. Karena adanya subjek yang kesulitan memahami
soal dan tidak dapat memberikan penilaian menggunakan informasi yang ada
pada soal hingga hanya dapat mengerjakan setengah perjalanan saja. Dan
juga adanya subjek yang kesulitan dalam membuat hipotesis dari penilaian
yang didapatkan. Serta sulintya subjek untuk berbahasa dalam menyelesaikan
soal.
3. Pada soal nomor 3 mengukur tingkat mencipta, masih perlu dikembangkan
lagi karena ketiga subjek mengalami kesulitan pada konsep, prinsip dan
verbal. Berdasarkan hasil pengerjaan soal oleh peserta didik sudah cukup baik
dalam membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap suatu soal.
Akan tetapi dalam dalam mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian
menggunakan rumus yang berbeda dan menjadi struktur baru yang belum
pernah ada sebelumnya masih memiliki kesulitan.
80
B. Saran
Hasil dari paparan diatas, peneliti memiliki saran yaitu :
1. Untuk Sekolah
Dimasa pandemic saat ini, alangkah baiknya jika masing-masing guru mata
pelajaran menyampaikan ke pimpinan sekolah khususnya pelajaran
matematika untuk sering mengadakan bimbingan belajar secara offline atau
online agar mengurangi tingkat kesulitan peserta didik dimata pelajaran
matematika khususnya materi sistem persamaan linear.
2. Untuk Guru Mata Pelajaran Matematika
Dalam masa pandemic saat ini kita diharuskan untuk mengajar dan belajar
melalui pertemuan virtual dengan batas waktu yang tidak cukup pastinya.
Kita sebagai guru dituntut agar dapat mengefisienkan waktu sebaik mungkin
agar para peserta didik lebih paham akan materi yang diajarkan daripada saat
melalui pelajaran secara offline. Peneliti menyarankan agar guru mata
pelajaran memberikan para peserta didik tambahan waktu belajar diluar dari
jam pelajaran atau tambahan tugas setelah jam pelajaran selesai untuk lebih
mengenal atau memahami dengan baik materi yang diajarkan. Dan peneliti
menyarankan agar guru mata pelajaran matematika lebih sering lagi dalam
memberikan contoh atau soal HOTS yang bervariasi dengan berbagai macam
materi soal ke para peserta didik tidak hanya soal LOTS.
3. Untuk Siswa
Siswa sepatutnya bersungguh-sungguh dan lebih semangat dalam
mengerjakan soal-soal khususnya soal HOTS agar dapat melatih kemampuan
menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Dan siswa harus sesekali
81
berdiskusi kepada guru terhadap isi dari mata pelajaran yang belum dikuasai
dan mengenai soal-soal HOTS.
4. Bagi Peneliti Lain
Bagi penelitian berikutnya, diharapkan menyiapkan persiapan yang matang
mengenai melakukan tes secara offline atau secara online jika nanti ada
keadaan yang tidak disangka-sangka. Dan agar dijadikan acuan meneliti
ditempat lain dan apabila terdapat kekurangan, agar diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
Bartolomeus Samho & Oscar Yasunari. 2010. Konsep Pendidikan Ki Hadjar
Dewantara dan Tantangan Implementasinya di Indonesia.
Ety Mukhlesi Yeni. 2015. Kesulitan Belajar Matematika di Sekolah Dasar. FKIP
Prodi PGSD Universitas Almuslim.
Hamalik. 1982. Hal-hal Yang Mengakibatkan Kegagalan Atau Setidak-tidaknya
Menjadikan Gangguan Dalam Kemajuan Belajar.
Hamidah, Luluk. 2018. Higher Order Thinking Skills (Seni Melatih Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi. Yogyakarta: Hijaz Pustaka Mandiri
Kusnawa. 2012. Pengertian Menganalisis, Mengevaluasi dan Mencipta.
Lambertus. 2007. Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Sistem
Persamaan Linear Dua Peubah Bentuk Soal Cerita pada Kelas II SLTP
Negeri 3 Moramo. Jurnal Ilmiah Indonesia Universitas haluoleo. [online]
.:http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html?act=tampil&id=6488&id
c=32 . Volume 14,Nomor 2.
Lewis, Arthur, & David, Smith. 2015. Define Higher Order Thinking Skill. JSTOR:
Taylor & Francis,Ltd.
Linda Destri Rahayu & Kusuma, Anggun Badu. 2019. Peran Pendidikan
Matematika di Era Globalisasi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Purwekerto
Mullis, I. (2012). TIMSS 2007 international mathematics IEA’s Trends in
International Mathematics and Science Studyat the fourth and eighth grades.
TIMSS & PISA International Student Assessment.
Nurfujiyanti Astuti & Alpha Galih. 2019. Analisis Kesulitan Siswa SMP dalam
Menyelesaikan Soal HOTS. (Online),
http://journal.unsika.ac.id/index.php/sesiomadika
Nurkancana, 1983 Pengertian Evaluasi, Defenisi,fungsi, jenis-jenis dan
tahapannya. (Online). http://www.zonareferensi.com/engertian-evaluasi/
PISA. 2016. Programme For International Student Assessment (PISA) Result From
PISA 2015. OECD.1-8.
Puspitasari, dkk. Tanpa Tahun. Analisis Kesulitan Siswa Menyelesaikan Soal
Cerita Materi SPLDV Di SMP Pontianak. Skripsi Tesis. Pontianak: Program
Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan.
Rahma. 2013. Hakikat Pendidikan Matematika. Prodi Pendidikan Matematika
STAIN Palopo.
Respina Kartikasari. 2017. Analisis Kesulitan dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Matematika pada Siswa SMP. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ridwan Abdulah. 2019. Cara Membuat Soal HOTS. Medan. Tsmart.
Sari, Linda Purnama. 2015. Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan Metakognitif pada Materi
Kubus dan Balok Kelas VIII SMP Swasta Amanah T.A 2014/2015. Skripsi.
Unimed.
Soleh. 1999. Kendala Yang Menyebabkan Ketidakberhasilan Dalam Belajar.
Soleh. 1999. Karakteristik Matematika Dan Penyebab Kesulitan Belajar
Matematika..
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Sumaryanta. 2018. Penilaian HOTS dalam Pembelajaran Matematika. Indonesian
Digital Journal of Mathematics and Education.
Suryapuspitarini, Kurnia, dkk. 2018. Analisis Soal-Soal Matematika Tipe Higher
Order Thinking Skill (HOTS) Pada Kurikulum 2013 Untuk Menunjang
Kemampuan Literasi Siswa. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional
Matematika. Universitas Negeri Semarang. Semarang. 20 Oktober.
Widana, Wayan. 2017. Modul Penyusunan Soal Higher Order Thinking Skill.
Jakarta: Depdikbud.
Widodo, dkk. 2017. Penyebab Kesulitan Siswa Dalam Menguasai Matematika.
Wilson. 2018. Pengertian Keterampilan.Fanani. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya
Yulianto. 2015. Menangani Kesulitan Belajar Pada Anak Diskalkulia. Yogyakarta:
Relasi Inti Media Group.
Veronica Kristanti. 2017. Analisis Kesulitan dan Kemampuan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Matematika Materi Kubus dan Balok pada Siswa Kelas
VIII A SMP Institut Indonesia. Skipsi. Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta
L
A
M
P
I
R
A
N
Lampiran 1
DAFTAR NAMA PESERTA TES KELAS VIII.A SMP NEGERI 34
MAKASSAR
No
Nama
L/P
1. Muh. Agung Pratama L 2. Amelia Abdullah P 3. Febrianty Rury Ikismiran P 4. Yudhi Saputra L 5. Andi Assifa Awaliah P 6. Rizky Auliah. M P 7. Muh. Irfan S L 8. Nilam P 9. Amelia Alle P 10. Feby Salmerany P 11. Riswar Septiady L 12. Muh. Fadhil L 13. Muh. Rafli Rizkullah L 14. Andi Muh. Zacky L 15. Aldino L 16. Muh. Riyanda A L 17. Dini Kamilah. T P 18. Syafiah Haerani P 19. Nurwulandari P 20. Annisa Alviah P 21. Azis Anggie Ardiansyah L
Lampiran 2
NILAI TES HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)
SISWA KELAS VIII A
SMP NEGERI 34 MAKASSAR
TAHUN AJARAN 2020/2021
Sesi Pertama Pagi (10.00-11.30)
No
Nama
L/P
Pengumpulan
Hasil
Nilai
1. Muh. Agung Pratama L 11.20 71,42 2. Yudhi Saputra L 11.22 48,2 3. Muh. Irfan S L 11.23 57,1 4. Muh. Fadhil L 11.24 53,57 5. Muh. Rafli Rizkullah L 11.24 37,5 6. Andi Muh. Zacky L 11.22 42,8 7. Aldino L 11.22 53,57 8. Muh. Riyanda A L 11.24 39,2 9. Azis Anggie Ardiansyah L 11.23 21,4 10. Amelia Abdullah P 11.23 58,9
Sesi Kedua Siang (11.30-13.00)
No
Nama
L/P
Pengumpulan Hasil
Nilai
11. Andi Assifa Awaliah P 12.49 55,35 12. Febrianty Rury Ikismiran P 12.49 58,92 13. Rizky Auliah. M P 12.46 85,7 14. Dini Kamilah. T P 12.46 73,21 15. Riswar Septiady L 12.51 60,7 16. Nilam P 12.30 46,4 17. Amelia Alle P 12.49 91,07 18. Feby Salmerany P 12.50 57,14 19. Syafiah Haerani P 12.52 60,7 20. Nurwulandari P 12.52 62,5
Lampiran 3
KISI-KISI
TES KESULITAN SOAL HOTS
Mata Pelajaran : Matematika
Sekolah : SMP Negeri 34 Makassar
Kelas : VIII
Bentuk Soal : Uraian
Alokasi Waktu : 90 menit
Kompetensi
Dasar Materi Indikator Soal Ranah Kognitif
No.
Soal
4.1
Menyelesaikan
masalah yang
berkaitan dengan
sistem persamaan
linear dua
variabel
Sistem
Persamaan
Linear
Dua
Variabel
(SPLDV)
Disajikan masalah
sehari-hari yang
berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua
variabel. Peserta didik
dapat membagi dan
menentukan unsur-
unsur yang ada pada
permasalahan soal.
Menganalisis
(C4) 1
Menyimpulkan
keputusan yang harus
diambil dalam
menyelesaikan
permasalahan soal
sistem persamaan linear
dua variabel.
Mengevaluasi
(C5) 2
Mengkombinasikan
variabel untuk
menyelesaikan
permasalahan yang
berkaitan dengan sistem
persamaan linear dua
variabel
Mencipta
(C6) 3
Lampiran 4
INSTRUMEN PENELITIAN
SOAL TES BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL (HOTS)
Mata Pelajaran : Matematika
Sekolah : SMP Negeri 34 Makassar
Materi : Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Kelas : VIII
Waktu : 90 Menit
Petunjuk Pengerjaan Soal :
1. Berdoalah telebih dahulu sebelum mengerjakan soal.
2. Tulis Nama, NISN, dan Kelas pada lembar yang telah disediakan.
3. Baca dan pahami soal sebelum menjawab. Lalu dahulukan menjawab
soal yang menurut Anda mudah.
4. Tuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan rencanakan
penyelesaian soal menurut strategi atau cara yang Anda ketahui dengan
benar.
5. Dilarang mencontek dan bekerja sama. Yakinlah pada jawabanmu sendiri.
6. Periksa kembali jawaban Anda sebelum dikumpul.
1. Dalam sebuah tempat parkir terdapat 90 kendaraan yang terdiri dari
kendaraan mobil dan motor. Jika dihitung roda keseluruhan ada 248 buah.
Biaya parkir sebuah mobil Rp. 5.000,00 sedangkan biaya parkir sebuah
motor Rp 2.000,00. Berapa jumlah pendapatan uang parkir dari kendaraan
yang ada tersebut?
2. Figo, Ginting, dan Laode membeli kaos dan topi di toko olahraga yang
sama. Figo membeli 3 kaos dan 1 topi dengan membayar Rp 150.000.
Ginting membeli 2 kaos dan 2 topi dengan membayar Rp 120.000. Laode
juga ingin membeli 2 jenis barang tersebut sebanyak-banyaknya, tetapi ia
hanya memiliki uang Rp 100.000. Barang apa saja yang dapat dibeli oleh
Laode dengan uang yang dimilikinya? Jelaskan alasannya!
3. Harga seikat bayam sama dengan harga dua kali ikat kangkung. Bu Dewi
membeli 20 ikat bayam dan 50 ikat kangkung seharga Rp. 225.000,00.
Jika Bu Damar membeli 25 ikat bayam dan 60 ikat kangkung, berapakah
yang harus dibayar?
..... SELAMAT MENGERJAKAN .....
Lampiran 5
PEDOMAN WAWANCARA
A. Tujuan Wawancara
Untuk mengetahui secara terperinci letak kesulitan siswa dalam
menyelesaikan soal HOTS materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel.
B. Metode
Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara tidak terstruktur.
C. Petunjuk Wawancara
1. Wawancara dilakukan setelah dilakukan pengerjaan soal tes kesulitan soal
HOTS
2. Narasumber yang diwawancarai adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 34
Makassar
3. Proses wawancara di dokumentasikan dengan menggunakan media
audio/dicatat.
D. Tata Cara Pelaksanaan Wawancara
Memilih 3 orang siswa sebagai subjek untuk diwawancarai dimana
masing-masing 1 siswa yang memiliki kemampuan tinggi namun memiliki
kesulitan, 1 siswa yang memiliki kemampuan sedang tertinggi dan memiliki
kesulitan, 1 siswa yang memiliki kemampuan rendah terttinggi dan memiliki
kesulitan.
Setelah itu dilakukan wawancara berdasarkan kesulitan indikator
HOTS terhadap ke-3 subjek tersebut.
E. Indikator Kesulitan dalam Berpikir Tingkat Tinggi Subjek Penelitian
Indikator kesulitan berpikir tingkat tinggi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah indikator yang disampaikan oleh krathwohl yang
meliputi keterampilan berpikir dalam menganalisis, keterampilan berpikir
dalam mengevaluasi, dan keterampilan berpikir dalam mencipta.
a. Menganalisis
1) Menganalisis informasi yang masuk dan membagi-bagi atau
menstrukturkan informasi kedalam bagian yang lebih kecil untuk
mengenali pola atau hubungannya;
2) Mampu mengenali serta membedakan faktor penyebab dan akibat
sebuah skenario yang rumit;
3) Mengidentifikasi/merumuskan pertanyaan.
b. Mengevaluasi
1) Memberikan penilaian terhadap solusi, gagasan, dan metodologi
dengan menggunakan kriteria yang cocok atau standar yang ada
untuk memastikan nilai efektivitas atau manfaatnya;
2) Membuat hipotesis, mengkritik, dan melakukan pengujian;
3) Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan.
c. Mencipta
1) Membuat generalisasi suatu ide atau cara pandang terhadap sesuatu;
2) Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah;
3) Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi struktur
baru yang belum pernah ada sebelumya.
F. Pertanyaan Pokok
Berdasarkan indikator maka pertanyaan-pertanyaan pokok yang akan
digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan yang
sifatnya mengeksporasi kemampuan yang dimiliki subjek adalah sebagai
berikut:
1. Apa yang Anda pahami dari soal ini?
2. Bagaimana langkah awal Anda dalam menyelesaikan soal tersebut?
3. Jelaskan cara atau metode yang Anda gunakan dalam menyelesaikan
permasalahan tersebut?
Lampiran 6
PEDOMAN PENSKORAN
NO
. Langkah Penyelesaian Skor
1. Langkah 1. Memahami masalah
Diketahui : Jumlah kendaraan = 90 2
Jumlah seluruh roda = 248 buah
Biaya parkir mobil = Rp 5.000,00 2
Biaya parkir motor = Rp 2.000,00
Ditanyakan : Berapa jumlah pendapatan uang parkir dari
kendaraan yang ada ? 1
5
Membedakan faktor penyebab dan akibat dari sebuah
scenario yang rumit.
4
Langkah 2.
Misalkan, Banyak mobil = x
Banyak motor = y 2
Mobil beroda 4 = 4x
Motor beroda 2 = 2y 2
Menstruktur informasi ke dalam bagian yang lebih kecil
untuk mengenali pola
5
Langkah 3.
Dari pernyataan yang diketahui diperoleh sistem persamaan
sebagai berikut
x + y = 90 → y = 90 – x ……..(i)
4x + 2y = 248 ………………..(ii) 2
Menghitung banyaknya mobil dengan cara substitusi nilai y =
90 – x ke persamaan 4x + 2y = 248.
Maka, 4x + 2y = 248
4x + 2(90 – x ) = 248
4x + 180 – 2x = 248 2
4x – 2x = 248 – 180
2x = 68
x = 34
Menghitung banyaknya motor (nilai y) :
y = 90 – x
= 90 – 34 = 56 1
Menghubungkan unsur-unsur bagian sehingga jelas
hierarkinya
3
Langkah 4. Menentukan banyaknya pendapatan uang parkir
dari masing-masing kendaraan
Karena banyaknya mobil adalah 34 dan banyaknya motor
adalah 56, maka jumlah pendapatan dari kendaraan ada
yang di parkiran adalah :
x . Rp. 5.000,00 + y . Rp. 2.000,00
= 34 . Rp. 5.000,00 + 56 . Rp. 2.000,00
= Rp. 170.000,00 + Rp. 112.000,00 3
= Rp. 282.000,00
2. Langkah 1. Memahami masalah
Diketahui :
Figo membeli 3 kaos dan 1 topi harganya
Rp 150.000 2
4
Ginting membeli 2 kaos dan 2 topi harganya Rp 120.000
Ditanyakan : Jelaskan barang yang dapat dibeli Laode
dengan uang Rp 100.000 2
Membuat Hipotesis, mengkritik dan melakukan pengujian
6
Langkah 2.
Penyelesaian :
Misal, x = harga kaos 2
y = harga topi
Figo : 3 kaos dan 1 topi seharga Rp 150.000,
maka diperoleh persamaan 3x + y = 15.000 ….(i) 4
Ginting :2 kaos dan 2 topi seharga Rp 120.000,
maka diperoleh persamaan 2x + 2y = 120.000 ….
x + y = 60.000…… (ii)
Memberikan penilaian terhadap solusi dan metodologi
dengan menggunakan kriteria yang sesuai untuk
memastikan nilai efektifitasnya.
6
Langkah 3.
Mencari harga kaos dan topi :
• Mengeliminasi y dari persamaan (i) dan (ii), sehingga
3x + y = 150.000
x + y = 60.000 -
2x = 90.000 2
x = 45.000
• Substitusi nilai x ke persamaan 2
x + y = 60.000
(45.000) + y = 60.000 2
y = 60.000 – 45.000
y = 15.000
Sehingga harga kaos Rp 45.000 dan harga topi Rp 15.000 2
Menerima atau menolak suatu pernyataan berdasarkan
kriteria yang telah di tetapkan
6
Langkah 4. Karena Laode juga ingin membeli 2 barang yang
banyak tetapi uangnya hanya Rp 100.000, maka kita misalkan
masing-masing barang yang mana lebih banyak dan cukup
dilihat dari banyaknya barang teman Laode.
• Figo : 3x + y = 150.000 → 3(45.000) + 15.000
= 135.000 + 15.000 = 150.000
Pemisalan 1 : 1x + 3y → 45.000 + 3(15.000) 2
= 45.000 + 45.000 = 90.000
• Ginting : 2x + 2y = 120.000 → 2(45.000) + 2(15.000)
= 90.000 + 30.000
= 120.000
Pemisalan 2 : 2x + y → 2(45.000) + 15.000 3
= 90.000 + 15.000 = 105.000
Pemisalan 3 : x + 2y → 45.000 + 2(15.000)
= 45.000 + 30.000 = 75.000
Karena dari ketiga pemisalan yang di dapatkan lebih bisa
membeli barang banyak dengan uang Rp 100.000 adalah
pemisalan pertama, maka sebaiknya Laode memilih 2
pemisalan 1 yaitu membeli 1 kaos dan 3 topi seharga Rp
90.000. 1
3 Langkah 1. Memisalkan masalah
Diketahui :
Harga 1 ikat bayam = 2x harga kangkung
Bu Dewi membeli 20 ikat bayam dan 50 ikat kangkung 3
seharga Rp 225.000
Bu Damar membeli 25 ikat bayam dan 60 ikat kangkung
Ditanyakan :
Harga yang harus dibayar Bu Damar ? 1
4
Merancang suatu cara untuk menyelesaikan masalah
3
Langkah 2. Membuat rencana
Misalkan : x = harga 1 ikat bayam
y = 1 ikat kangkung
Maka bentuk sistem persamaannya : 3
• 20x + 50y = Rp 225.000
(masing-masing bisa dibagi 10)
Jadi → 2x + 5y = Rp 22.500 ……..(i)
• 1x = 2y ……….(ii)
Membuat generalisasi suatu ide atau sudut pandang
Langkah 3. Menentukan nilai dari variabel yang telah
dibentuk
Dari persamaan yang telah diperoleh
2x + 5y = 22.500 …..(i) 2
1x – 2y = 0 → x = 2y …(ii)
Substitusi nilai x = 2y ke persamaan pertama, maka :
2(2y) + 5y = 22.500
4y + 5y = 22.500
9y=22.500 3
y = 2.500
Sehingga x = 2(2.500) = 5000
Mengorganisasikan unsur-unsur atau bagian-bagian menjadi
struktur baru
5
Langkah 4. Menentukan nilai akhir dari soal
Dengan harga 1 ikat bayam = 5.000 dan harga 1 ikat
kangkung = 2.500, maka harga 25 ikat bayam dan 60 ikat
kangkung : = 25x + 60y
= 25(5.000) + 60(2.500) 4
= 125.000 + 150.000
= 275.000
Jadi, harga yang harus dibayar Bu Damar
sebesar Rp 275.000 1
Skor Maksimal 56
𝑵𝒊𝒍𝒂𝒊 =𝑺𝒌𝒐𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒑𝒆𝒓𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒔𝒊𝒔𝒘𝒂
𝒔𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔𝒊𝒎𝒂𝒍 𝒙 𝟏𝟎𝟎
Lampiran 7
ABSEN KEDATANGAN dan NILAI SISWA
Lampiran 8
Lembar Kerja Subjek Tinggi
Lampiran 9
Lembar Kerja S2
Lampiran 10
Lembar Kerja S3
Lampiran 11
DOKUMENTASI
RIWAYAT HIDUP
Sri Hardiyanti Amaliah. A, lahir di Pangkep pada tanggal
15 Agustus 1997, merupakan anak ketiga dari lima
bersaudara. Dilahirkan dari pasangan Bapak Ahmuddin dan
Ibu Malidia. S. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD
Inpres Paccerakkang pada tahun 2009, kemudian
melanjutkan ke tingkat SMP Negeri 34 Makassar hingga tahun 2012. Pada tahun
2015, tamat dari SMA Negeri 1 Benteng, Di tahun 2016 penulis melanjutkan
pendidikan dengan mengambil program studi pendidikan matematika di
Universitas Muhammadiyah Makassar dan selesai pada tahun 2021.