Upload
hoangdan
View
235
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL
CERITA MATERI SEGIEMPAT DAN SEGITIGA KELAS VII
SMP NEGERI 1 GATAK TAHUN AJARAN 2017/2018
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan
Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh :
FATIMAH NUR HASANAH
A410140052
PROGRAMSTUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Materi Segiempat dan
Segitiga Kelas VII SMP Negeri 1 Gatak Tahun Ajaran 2017/2018
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Oleh :
FATIMAH NUR HASANAH
A410140052
Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh :
Surakarta, 12 Desember 2018
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Budi Murtiyasa, M.Kom
NIP/NIK. 196107221985031003
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ANALISIS KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL
CERITA MATERI SEGIEMPAT DAN SEGITIGA KELAS VII
SMP NEGERI 1 GATAK TAHUN AJARAN 2017/2018
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
FATIMAH NUR HASANAH
A410140052
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
Pada hari :
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Dewan Penguji :
1. Prof. Dr. Budi Murtiyasa, M.Kom (..............................)
(Ketua Dewan Penguji)
2. Rita P Khotimah, S.Si., M.Si (..............................)
(Anggota I Dewan Penguji)
3. Dra. Nining Setyaningsih, M.Si (..............................)
(Anggota II Dewan Penguji)
Surakarta, Desember 2018
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dekan,
Prof.Dr. Harun Joko Prayitno, M.Hum.
NIP. 19650428 199303 1001
iii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ilmiah ini
tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di
suatu perguruan tinggi lain dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan orang lain, kecuali secara
tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila kelak terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya diatas,
maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.
Surakarta, 11 Desember 2018
Penulis
Fatimah Nur Hasanah
A410140052
1
KEMAMPUAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA
MATERI SEGIEMPAT DAN SEGITIGA KELAS VII SMP NEGERI 1
GATAK TAHUN AJARAN 2017/2018
Abstrak
Kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan cara berpikir dalam
menyelesaikan suatu masalah yang berkaitan dengan matematika. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 1
Gatak dalam menyelesaikan soal cerita materi segiempat dan segitiga. Jenis
penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara dan dokumentasi. Teknik
analisis data dilakukan melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan. Keabsahan data dengan menggunakan triangulasi teknik. Subjek
penelitian ini yaitu 6 siswa kelas VII D dengan kategori tinggi, kategori sedang,
dan kategori rendah. Hasil penelitian menunjukan bahwa subjek dengan
kemampuan tinggi telah memahami masalah, merencanakan masalah,
menyelesaikan masalah dan memeriksa kembali hasil pekerjaannya. Subjek
dengan kemampuan sedang mampu memahami masalah dan menyusun rencana,
namun sebagian besar siswa tidak menyelesaikan masalah dengan tepat dan
memeriksa kembali hasil pekerjaannya. Subjek dengan kemampuan rendah
mengalami kesulitan dalam memahami masalah, pada tahap menyusun rencana
subjek tidak menuliskan kalimat matematikanya terlebih dahulu, subjek juga tidak
menggunakan rumus yang sesuai. Subjek juga tidak mampu menyelesaikan
masalah dengan tepat serta tidak memeriksa kembali hasil pekerjaannya. Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa siswa belum menggunakan kemampuan
menyelesaikan soal cerita berdasarkan pada langkah-langkah Polya yaitu
memahami masalah, merencanakan masalah, melakukan penyelesaian masalah
dan memeriksa kembali pada penulisan penyelesaian masalah.
Kata kunci: kemampuan pemecahan masalah, polya, segiempat dan segitiga
Abstract
The research aimed to describe the ability of seventh grade students of SMP
Negeri 1 Gatak in solving the material of triangular and rectangular story cases.
This research uses qualitative descriptive method. Data assembly obtained from
an interview and documentation activity. Based on the results of this reserch can
be concluded that subjects with high competence are able to understand ptoblems,
plan a problem solving, and solve them . There is only one subject who did
crosscheck of this work. Subjects with intermediate competence are able to
understand the problem and plan a problem solving, but most of them cannot
solve the problem correctly and didn’t crosscheck their work. Subjects with low
competence have difficulty understanding problems. At the planning stage of
problem solving, they do not write mathematical analysis first and cannot solve
the problem correctly, as well as they didn’t crosscheck their work. The result
2
showed that the subject did not use the Polya method in solving story cases,
namely understanding the problem, planning problem solving, solving problems
and doing crosscheck results.
Keywords: analytical ability, Polya, triangular and rectangular, story cases.
1. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dan kemampuan
seseorang menuju ke arah yang lebih baik berupa kemajuan dan peningkatan.
Ghufron (2017: 128) mengungkapkan bahwa pendidikan adalah upaya sadar yang
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan individu agar dapat menentukan
kehidupan secara mandiri. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah menyiapkan
individu yang dapat membentuk manusia berwawasan luas dan berpikir kreatif,
sehingga mampu memecahkan permasalahan-permasalahan yang dihadapi serta
dapat memberikan solusi untuk sebuah permasalahan.
Matematika merupakan mata pelajaran yang penting pada jenjang
sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, hingga
perguruan tinggi. Menurut Abdullah (2000:37) tujuan utama belajar matematika
adalah memberikan pemahaman kepada peserta didik agar dapat memecahkan
masalah. Permendikbud No 64 Tahun 2013 menyatakan bahwa “tujuan
pembelajaran geometri adalah menunjukkan sikap logis, kritis, analitis, teliti,
bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan
masalah”. Salah satu cara guru untuk mewujudkan tujuan tersebut dengan
memberikan soal-soal cerita. Menurut Abdurrahman (2012: 225) berpendapat
bahwa Matematika adalah bahasa simbolis untuk mengekspresikan hubungan-
hubungan kuantitatif dan keruangan, yang memudahkan manusia berpikir dalam
memecahan masalah sehari-hari.
Kemampuan pemecahan masalah matematika merupakan cara berpikir
dalam menyelesaikan suatu masalah yang berkaitan dengan matematika. Dalam
kehidupan sehari-hari kita selalu dihadapakan dengan berbagai masalah yang
beraneka ragam. Masalah merupakan suatu situasi yang perlu dipecahkan dan
setiap masalah tertentun memeliki strategi pemecahan masalah masing-masing.
Dalam menyelesaikan masalah matematika memerlukan strategi yang tepat dalam
3
menyelesaikannya. Strategi pemecahan masalah matematika yang sering
digunakan adalah memecahkan suatu masalah adalah langkah-langkah
penyelesaian masalah yang disusun oleh George Polya. Polya menyusun empat
langkah penyelesaian masalah yaitu memahami masalah, menyusun rencana
penyelesaian masalah, menyelesaikan rencana penyelesaian, memeriksa kembali.
Berdasarkan uraian diatas, penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi
segiempat dan segitiga kelas VII SMP Negeri 1 Gatak Tahun Ajaran 2017/2018.
2. METODE
Jenis penelitian ini berdasarkan pendekatan kualitatif, dimana penelitian ini
mendeskripsikan suatu keadaan atau fenomena-fenomena apa adanya dan
penggambaran keadaan secara naratif (Sutama, 2016: 38). Sumber data penelitian
ini diperoleh dari dokumen hasil ulangan harian siswa, wawancara dan
dokumentasi. Dokumen hasil ulangan siswa merupakan hasil pekerjaan siswa
dalam menyelesaikan masalah yang diberikan. Wawancara dilakukan dengan
siswa kelas VII D SMP Negeri 1 Gatak. Dokumentasi berupa foto semua proses
dan hasil penelitian, profil sekolah, dan identitas siswa.
Hasil penelitian diperoleh dengan teknik analisis data yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Reduksi data yang dilakukan dalam
penelitian ini yaitu memilih hal-hal yang pokok kemudian difokuskan pada hal-
hal penting yang berhubungan dengan kemampuan pemecahan masalah dan
membuang hal-hal yang tidak penting. Data yang telah direduksi kemudian
disajikan dalam bentuk uraian deskriptif naratif dengan tiga kategori berdasarkan
kemampuan kategori tinggi, kategori sedang, dan kategori rendah. Langkah
terakhir adalah penarikan kesimpulan dari hasil penelitian yang memuat jawaban
pertanyaan pada perumusan masalah. Keabsahan data dilakukan dengan
menggunakan triangulasi teknik yang dilakukan dengan cara mengecek data
kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiono, 2016: 121).
Peneliti memperoleh data dari hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan soal
cerita materi segiempat dan segitiga, kemudian dilakukan wawancara untuk
4
mengklarifikasi siawa mengenai penyelesaian soal cerita ditinjau berdasarkan
langkah-langkah Polya setelah mengerjakan soal yang diberikan.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini akan membahas hasil dari deskripsi kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita materi segiempat dan segitiga yang dilakukan oleh
keenam subjek. Soal cerita materi segiempat dan segitiga terdiri dari lima soal
yang dikerjakan oleh siswa kelas VII D kemudian diambil enam hasil pekerjaan
siswa berdasarkan kategori tinggi, kategori sedang dan kategori rendah.
Berdasarkan hasil analisis data penelitian dari beberapa subjek siswa, pembahasan
mengenai kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita berdasarkan
langkah-langkah Polya sebagai berikut.
3.1 Siswa dengan Kemampuan Kategori Tinggi
Gambar 1 Penyelesaian Soal Nomor 1
Hasil pekerjaan subjek tersebut menunjukkan bahwa subjek mampu
menyelesaikan soal nomor 1. Subjek tidak menuliskan apa yang diketahui
dan ditanyakan dalam soal. Subjek merencanakan dengan cara mencari
keliling. Selanjutnya subjek menyelesaikan masalah dengan mencari
banyaknya pohon dengan informasi keliling. Langkah terakhir subjek
menuliskan kesimpulannya.
5
Gambar 2 Penyelesaian Soal Nomor 2
Hasil pekerjaan subjek tersebut menunjukkan bahwa subjek mampu
menyelesaikan soal nomor 2. Subjek memahami masalah namun tidak
menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal. Selanjutnya
subjek merencanakan penyelesaian dengan cara mencari nilai lebar dengan
menggunakan rumus keliling persegi. Langkah ketiga subjek menyelesaikan
masalah dengan perhitungan hasil dari nilai panjang dan lebar kemudian
dihasilkan jumlah singkong. Langkah terakhir subjek menuliskan kesimpulan.
Hasil deskripsi data sebelumnya, tampak bahwa siswa dengan
kemampuan tinggi yang diwakili oleh siswa S-14 dan siswa S-27 dapat
menyelesaikan lima soal yang diberikan. Penyelesaian tahap awal pada soal
tersebut adalah subjek telah memahami permasalahan dalam soal, kedua
subjek menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal di
hasil pekerjaan subjek. Subjek dapat mengelola informasi yang terdapat
dalam soal, yaitu merencanakan permasalahan kedalam bentuk matematika.
Perumusan masalah telah menggunkan langkah yang tepat yaitu dengan
memisalkan variabel atau disimbolkan dengan variabel yang siswa ketahui
berdasarkan apa yang dikatahui dalam soal. Subjek mampu merencanakan
masalah dengan baik sehingga mampu menyelesaikan permasalahan.
Perhitungan yang dilakukan subjek sudah tepat dan menyimpulakan
penyelesaian masalah dengan benar. Selain itu, subjek juga mampu
menjelaskan prosedur yang digunakan dalam penyelesaian masalah, subjek
menjelaskan dengan kalimatnya sendiri. Hal ini sejalan dengan penelitian
Susanti, R. D. (2014) menyatakan bahwa subjek berkepribadian ekstrover
6
dalam menyelesaikan soal cerita. Pada tahap memahami, kedua subjek dapat
menceritakan kembali apa yang diketahui, dan ditanyakan dalam soal dengan
kalimat sendiri. Dalam merencanakan penyelesaian, masing-masing subjek
mempunyai strategi yang berbeda. Sedangkan pada tahap melaksanakan
rencana penyelesaian dan memeriksa kembali penyelesaian, kedua subjek
mengaitkan penyelesaian yang diperoleh dengan persamaan yang diketahui
pada soal.
Pada langkah memeriksa kembali prosedur dan hasil penyelesaian
kedua subjek sudah melakukannya. Pada kemampuan kategori tinggi ini
sejalan dengan penelitian Sulestry, dkk (2017) menyatakan bahwa hasil
analisis deskriptif siswa yaitu (1) kemampuan siswa dalam menentukan hal
yang diketahui dikategorikan tinggi, (2) kemampuan dalam menentukan yang
ditanyakan dikategorikan tinggi, (3) kemampuan dalam membuat model
matematika dikategorikan tinggi, (4) kemampan siswa dalam menyelesaikan
model matematika dikategorikan rendah, (5) kemampuan siswa dalam
menyimpulkan jawaban dari soal cerita matematika dikategorikan rendah.
3.2 Siswa dengan Kemampuan Kategori Sedang
Gambar 3 Penyelesaian Soal Nomor 3
Hasil pekerjaan subjek tersebut menunjukkan bahwa subjek mampu
menyelesaikan soal nomor 3. Subjek menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan dalam soal. Subjek merencanakan dengan cara mencari luas ubin
dan luas lantai. Selanjutnya hasil yang diperoleh untuk mencari luas lantai
7
dan luas ubin sudah benar, tetapi subjek salah dalam menghitung banyaknya
ubin yang dibutuhkan. Langkah terakhir subjek menuliskan kesimpulannya.
Gambar 4 Penyelesaian Soal Nomor 4
Hasil pekerjaan subjek tersebut menunjukkan bahwa subjek mampu
menyelesaikan soal nomor 4. Subjek menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan dalam soal. Subjek menggunakan rumus banyak sisi segitiga
dibagi jarak yang ditempuh. Pada tahap melakukan perhitungan, langkah
perhitungan dan hasil yang diperoleh dari rumus banyak sisi segitiga di bagi
dengan jarak yang ditempuh kemudian hasilnya di kali dua karena berputar
dua kali, sehingga terlihat bahwa subjek belum mampu melakukan
perhitungan dengan benar. Langkah terakhir subjek menuliskan
kesimpulannya.
Berdasarkan deskripsi data sebelumnya siswa dengan kemampuan
kategori sedang yang diwakili oleh siswa S-11 dan S-16 tampak bahwa
subjek dapat menyelesaikan soal tetapi kurang tepat dalam mengerjakan.
Kedua subjek telah memahami apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal,
karena kedua subjek menuliskan unsur-unsur yang dikatahui dan ditanyakan
dalam hasil pekerjaannya. Kedua subjek mampu mengelola informasi yang
terdapat dalam soal dengan cara memisalkan dengan simbol-simbol yang
dipahami oleh subjek berdasarkan apa yang diketahui. Dengan tidak
menuliskan unsur-unsur yang diketahui dan ditanyakan dalam soal, subjek
secara langsung dapat menyelesaikan masalah dengan menggunakan
kemampuan berpikirnya. Hal ini sejalan dengan penelitian dari In’am (2014)
menyatakan bahwa (1) pemahaman dapat dilakukan dengan siswa sebelum
mereka menerapkan aspek masalah lebih lanjut; (2) perencanaan sebagai
8
langkah kedua dalam memecahkan masalah secara keseluruhan telah
dilakukan oleh siswa, tetapi beberapa dari mereka tidak melakukan langkah
ini; (3) aspek pelaksanaan pemecahan masalah secara keseluruhan telah
dilakukan oleh siswa, tapi karena beberapa dari mereka tidak bisa memahami
masalah dengan baik, meskipun aspek ini dilakukan, mereka bisa tidak tentu
memecahkan masalah dengan benar dan 4) di aspek melihat kembali,
meskipun siswa memahami bahwa aspek ini adalah penting untuk dilakukan,
tetapi dalam prakteknya sebagian besar siswa tidak melakukannya.
Perhitungan yang dilakukan masih kurang teliti sehingga hasil yang
diperoleh tidak tepat, tetapi subjek mampu menjelaskan prosedur yang
digunakan dalam penyelesaian masalah. Hal ini sejalan dengan penelitian
Loc dan Tong (2017) menyatakan bahwa siswa melakukan banyak kesalahan
dalam menyelesaikan soal seperti: subjektifitas, kecerobohan, salah
penerapan aturan perhitungan, identifikasi jenis masalah yang salah dan salah
dalam perhitungan. Pada langkah memeriksa kembali prosedur dan hasil
penyelesaian kedua subjek kurang memperhatikan hal tersebut, sehingga
langkah tersebut tidak terlaksanan setelah menyelesaiakan masalah. Subjek
sudah yakin dengan jawaban yang diperoleh dan langsung menuliskan
jawabannya tanpa mengecek ulang jawaban terhadap informasi yang terdapat
dalam soal. Dapat dikatakan bahwa kedua subjek belum mampu
menyelesaikan permasalahan dengan tepat dan benar, dalam penulisannya
pun masih kurang sistematis. Hal ini sejalan dengan penelitian Novriani, dkk
(2017) menyatakan bahwa persentase kemampuan pemecahan masalah adalah
perencanaan masalah 84,62%; perencanaan masalah 61,54%; melakukan
penyelesaian masalah 39,74% dan memeriksa kembali 32,05%. Kesulitan
siswa dalam memecahkan masalah yaitu (1) siswa mengalami kesulitan
memahami masalah, (2) siswa selalu salah menafsirkan masalah, (3) Jika
siswa tidak memahami masalah maka mereka akan menebak jawaban dari
masalah, (4) siswa tidak ingin mengetahui solusi dari masalah yang diberikan,
(5) siswa mengalami kesulitan dalam memahami masalah sehingga tidak bisa
menafsirkan menjadi bentuk simbol.
9
3.3 Siswa dengan Kemampuan Kategori Rendah
Gambar 5 Penyelesaian Soal Nomor 5
Hasil pekerjaan subjek tersebut menunjukkan bahwa subjek mampu
menyelesaikan soal nomor 5. Subjek tidak menuliskan apa yang diketahui
dan ditanyakan dalam soal. Subjek belum mampu memahami soal dengan
benar sehingga subjek salah dalam mengartikan unsur-unsur yang diketahui.
Terlihat bahwa subjek belum mampu menyusun rencana penyelesaian dengan
rinci. Selanjutnya, subjek langsung menuliskan hasil dari diagonal sisi satu
dan diagonal sisi dua, kemudian mencari layang-layang yang dibutuhkan
dengan membagi kertas dengan luas layang-layang, sehingga terlihat bahwa
subjek belum mampu melakukan perhitungan dengan benar. Pada tahap
memeriksa kembali, subjek tidak menuliskan kesimpulan.
Berdasarkan deskripsi data sebelumnya siswa dengan kemampuan
kategori rendah yang diwakili siswa S-10 dan S-22, siswa S-10 dapat
menyelesaikan dua soal benar dari kelima soal yang diberikan dan siswa S-22
hanya menyelesaiakan satu soal benar dari kelima soal yang diberikan. Kedua
subjek mampu memahami beberapa permasalahan, namun ada beberapa
informasi yang tidak dipahami. Hal ini sejalan dengan penelitian Ristiana,
dkk (2015) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa dengan kemampuan
pemecahan masalah yang digunakan siswa hanya mampu memilih informasi
dengan menuliskan apa saja yang diketahui didalam soal belum sampai pada
memilih langkah-langkah penyelesaian yang sesuai dengan soal.
Dalam hasil pekerjaannya, subjek juga tidak menuliskan unsur-unsur
yang diketahui dan ditanyakan dalam soal. Kedua subjek merencanakan
masalah dengan cara mengelola informasi yang terdapat dalam soal dan
10
mengubahnya kedala bentuk simbol-simbol matematika yang dipahami oleh
subjek berdasarkan apa yang diketahui dalam soal. Prosedur penyelesaian
kedua subjek masih kurang teliti saat proses perhitungan sehingga hasil yang
diperoleh tidak tepat. Hal ini sejalan dengan penelitian Wahyudi, dkk (2016)
menyatakan kemampuan dalam menyelesaikan soal cerita dengan tingkat van
heile berbeda-beda. (1) kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah
dengan baik dikategorikan baik (2) kemampuan menyelesaikan masalah
dikategorikan rendah (3) kemampuan melakukan pengecekan kembali
dikategorikan rendah.
Padahal pada tahap awal subjek sudah benar dalam melakukan
perhitungannya. Kedua subjek juga tidak mampu menjelaskan prosedur
penyelesaian dengan benar sebelum menuliskan kesimpulan, kedua subjek
tidak memeriksa kembali pekerjaannya. Hal tersebut dikarenakan subjek telah
yakin dengan jawaban dan perhitungan yang mereka selesaikan, padahal
langkah ini sangat penting untuk dilaksanakan. Dapat dikatakan bahwa kedua
subjek tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang diberikan, dalam
penulisannya pun masih kurang sistematis. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan Hidayah (2016) bahwa dalam menyelesaikan soal cerita,
kesalahan siswa memahami soal dapat dilihat dari pekerjaan siswa ketika
menuliskan apa yang dikatahui dan ditanya dari soal sebesar 5,00%,
kesalahan menyusun rencana dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa ketika
siswa menuliskan pemisalan variabel, model matematika serta langkah-
langkah dalam menyelesaikan soal sebesar 21,50%, kesalahan melaksanakan
rencana dapat dilihat ketika siswa tidak menyelesaikan model matematika
yang telah disusun, operasi hitung, serta tidak menuliskan kesimpulan sebesar
22,88%, dan kesalahan memeriksa kembali solusi yang diperoleh dapat
dilihat ketika siswa menuliskan pembuktian tanpa melalui langkah-langkah
yang seharusnya diselesaikan sebesar 18,00%.
Berdasarkan hasil pembahasan tersebut, dapat diketahui bahwa
kemampuan penyelesaian masalah subjek dengan kategori tinggi lebih baik
dari pada siswa dengan kemampuan sedang dan kemampuan rendah. Hal ini
11
didukung oleh penelitian yang dilakukan Safrida (2015) bahwa (1) Siswa
berkemampuan pemecahan masalah matematika tinggi mampu memahami
masalah, menyusun rencana, dan melihat kembali; (2) Siswa berkemampuan
pemecahan masalah matematika sedang mampu memahami masalah dan
menyusun rencana namun sebagian besar siswa tidak melaksanakan rencana
dan melihat kembali; (3) Siswa berkemampuan pemecahan masalah
matematika rendah mengalami kesulitan dalam memahami masalah,
menyusun rencana, melaksanakan rencana, dan melihat kembali. Juga sejalan
dengan penelitian Masrukhan, dkk (2015) menyatakan bahwakemampuan
yang kurang dikuasai siswa yaitu (1) kemampuan menuliskan yang diketahui
dan ditanyakan (2) kemampuan menulis jawaban sesuai dengan perintah (3)
kemampuan menulis alasan dalam memecahkan masalah (4) kemampuan
membuat sketsa permasalahan (5) kemampuan menuliskan kesimpulan. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Siswa mampu menguasai kemampuan
komunikasi matematika tahap 1, 2, 3, dan 4 tetapi tidak menguasai 5; (2)
Siswa mampu menguasai kemampuan komunikasi matematika tahap 1, 2, dan
3 tetapi tidak menguasai 4 dan 5; (3) Siswa mampu menguasai kemampuan
komunikasi matematika di semua tahap; (4) Siswa mampu menguasai
kemampuan komunikasi matematika tahap 1, 2, dan 4 tetapi tidak menguasai
tahap 3 dan 5. Selain itu juga sejalan dengan penelitian Suyitno (2015) yang
menyatakan bahwa kemampuan seorang siswa membaca masalah, memahami
makna masalah, mampu menulis apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan, mampu menentukan rumus yang akan digunakan secara tepat,
berdasarkan rumus untuk menghitung atau secara akurat, dan kemampuan
menemukan jawabannya dengan benar, hal ini diperlukan oleh setiap siswa.
4. PENUTUP
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa subjek
dengan kemampuan tinggi telah memahami masalah, merencanakan masalah,
menyelesaikan masalah dan memeriksa kembali hasil pekerjaannya. Subjek
dengan kemampuan sedang mampu memahami masalah dan menyusun rencana,
namun sebagian besar siswa tidak menyelesaikan masalah dengan tepat dan
12
memeriksa kembali hasil pekerjaannya. Subjek dengan kemampuan rendah
mengalami kesulitan dalam memahami masalah, pada tahap menyusun rencana
subjek tidak menuliskan kalimat matematikanya terlebih dahulu, subjek juga tidak
menggunakan rumus yang sesuai. Subjek juga tidak mampu menyelesaikan
masalah dengan tepat serta tidak memeriksa kembali hasil pekerjaannya. Hasil
penelitian memperlihatkan bahwa siswa belum menggunakan kemampuan
menyelesaikan soal cerita berdasarkan pada langkah-langkah Polya yaitu
memahami masalah, merencanakan masalah, melakukan penyelesaian masalah
dan memeriksa kembali pada penulisan penyelesaian masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah. (2000). Memecahkan Masalah dalam Matematika. Jurnal (Volume 3).
Gentengkali.
Abdurrahman, Mulyono. 2012. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta : Rineka Cipta.
Ghufron, Muh. (2017). Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Kalimedia.
Hidayah, Shofia. (2016). Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Soal
Cerita SPLDV Berdasarkan Langkah Penyelesaian Polya.
Proseding Seminar Nasional Pendidikan Matematika (1) : 182-
190.
In’am, Akhsanul. (2014). Evaluation of Students’ Mathematical Problem Solving Skills
in Relation to Their Reading Levels. International Electronic Jurnal
of Elementary Education, Vol.7.
Loc, P. N., & Tong, H. D. (2017). Students’ errors In Solving Mathematical Word
Problems And Their Ability In Identifying Error In wrong
Solutions. European Journal of Educations Studies, 3(6), 226-
241.
Masrukan, Susilo, B. E., & Pertiwi, A. D. (2015). Analysis of Mathematical
Communication Ability Through 4K Mdel Based on 7th
Graders’ personality Types. International Jurnal of Education
and Research, Vol.3.
Novriani, M. R., & Surya, E. (2017). Anilysis of Student Difficulties in
Mathematics Problems Solving Ability at MTs SWASTA IRA
Medan. International Journal of Sciences: Basic and Applied
Research. 33,3, 63-75
Ristiana, M., Ratu, N., & Yunianta T. N. H. (2015). Strategi Pemecahan Masalah
dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Persamaan dan
13
Pertidaksamaan Linear Satu Variabel Siswa Kelas VII A SMP
Kristen 02 Salatiga. Satya Widya 31(1) : 8-16.
Safrida, L. N. (2015). Analisis Proses Berpikir Siswa dalam Pemecahan Masalah
terbuka Berbasis Polya Sub Bab Bahasan Tabung Kelas IX”.
Kadikma (6) : 25-38.
Sugiono. (2016). Memahami penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sulestry, A. I., & Meliyana S. M.. (2017). Analisis Kemampuan menyelesaikan
Soal Cerita matematika pada Siswa kelas VII SMP Negeri 1
Bulukumba. Jurnal (Volume 3).
Susanti, R. D. (2014). Kemampuan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita
Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Ditinjau dari
Tipe Kepribadian Ekstrover-Introver. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Matematika, 3(3).
Suyitno, A. (2015). Learning Therapy for Students in Mathematics
Communication Correctly Based-On Application of Newman
Procedure. International Journal of Education and Research,
3(1), 529-538.
Wahyudi, & Dewi, S. A. (2016). Analisis kemampuan menyelesaikan Soal Cerita
Matematika Siswa Kelas VIII SMP negeri 03 Tuntang tentang
Bangun Datar ditinjau dari Teori Van Hiele.