26
ANALISIS KASUS 1. ANAMNESIS a. Identitas Nama : bpk. Nurcholis Umur : 58 tahun Jenis kelamin : laki-laki Agama : islam Suku bangsa : indonesia Pendidikan : kuliah ekonomi Pekerjaan : wiraswasta Status perkawinan : sudah menikah ANALISIS : Usia : Diabetes tipe 2 paling sering terjadi pada usia 40 tahun atau lebih, dan prevalensi penyakit ini meningkat dengan bertambahnya umur. Usia lanjut pada sebuah penduduk menjadi sebuah alasan umum terjadinya diabetes melitus tipe 2. Hampir semua diabetes melitus pada orang tua adalah diabtes melitus tipe 2. Jenis kelamin : Perempuan memiliki resiko lebih besar untuk menderita Diabetes Mellitus, berhubungan dengan paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah faktor resiko untuk terjadinya penyakit DM. Dalam penelitian Martono dengan desain cross sectional di Jawa Barat tahun 1999 ditemukan bahwa penderita DM lebih banyak pada perempuan (63%)

ANALISIS KASUS

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS KASUS

ANALISIS KASUS

1. ANAMNESIS

a. Identitas

Nama : bpk. Nurcholis

Umur : 58 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Agama : islam

Suku bangsa : indonesia

Pendidikan : kuliah ekonomi

Pekerjaan : wiraswasta

Status perkawinan : sudah menikah

ANALISIS :

Usia :

Diabetes tipe 2 paling sering terjadi pada usia 40 tahun atau lebih, dan

prevalensi penyakit ini meningkat dengan bertambahnya umur. Usia lanjut pada

sebuah penduduk menjadi sebuah alasan umum terjadinya diabetes melitus tipe

2. Hampir semua diabetes melitus pada orang tua adalah diabtes melitus tipe 2.

Jenis kelamin :

Perempuan memiliki resiko lebih besar untuk menderita Diabetes

Mellitus, berhubungan dengan paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah

faktor resiko untuk terjadinya penyakit DM. Dalam penelitian Martono dengan

desain cross sectional di Jawa Barat tahun 1999 ditemukan bahwa penderita DM

lebih banyak pada perempuan (63%) dibandingkan laki-laki (37%). Demikian pula

pada penelitian Media tahun 1998 di seluruh rumah sakit di Kota Bogor, proporsi

pasien DM lebih tinggi pada perempuan (61,8%) dibandingkan pasien laki-laki

(38,2%).

Page 2: ANALISIS KASUS

Suku bangsa :

Di Indonesia, sekitar 95 % kasus DM adalah DM Tipe 2, yang

cenderung disebabkan oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat. Prevalensi

diabetes melitus tipe 2 sangat bervariasi antara kelompok ras dan etnis. Diabetes

mellitus tipe 2 lebih umum di kalangan penduduk asli Amerika, Afrika Amerika,

dan Asia tenggara serta Pasifik barat. Memang, penyakit ini hampir menjadi

pandemi dalam beberapa kelompok penduduk asli Amerika. Risiko retinopati dan

nefropati tampaknya lebih besar pada orang kulit hitam dan penduduk asli

Amerika.

b. Riwayat Penyakit

Keluhan Utama : tangan dan kaki kesemutan

Keluahan tambahan : sakit gigi dan gusi bengkak serta lesi di tepi mukusa

mulut.

Analisis :

Keluhan utama :

Kesemutan pada tangan dan kaki terjadi karena kadar glukosa

darah yang tidak terkontrol dengan baik dalam waktu yang lama sehingga

pembuluh darah di berbagai jaringan di seluruh tubuh mengalami gangguan

fungsi akibatnya ketidak cukupan suplai darah ke jaringan sehingga aliran

darah tidak laancar menyebabakan darah yang mengalir di ujung-ujung saraf

terhambatdan berkurang karena penekanan yang terus menerus dala waktu

lama.

Keluhan tambahan :

Penyebab utama karies adalah adanya proses demineralisasi

pada email. Seperti kita ketahui bahwa email adalah bagian terkeras dari gigi,

Page 3: ANALISIS KASUS

bahkan paling keras dan padat di seluruh tubuh. Sisa makanan yang bergula

(termasuk karbohidrat) atau susu yang menempel pada permukaan email

akan bertumpuk menjadi plak, dan menjadi media pertumbuhan yang baik

bagi bakteri. Bakteri yang menempel pada permukaan bergula tersebut akan

menghasilkan asam dan melarutkan permukaan email sehingga terjadi proses

demineralisasi. Demineralisasi tersebut mengakibatkan proses awal karies

pada email. Bila proses ini sudah terjadi maka terjadi progresivitas yang tidak

bisa berhenti sendiri, kecuali dilakukan pembuangan jaringan karies dan

dilakukan penumpatan (penambalan) pada permukaan gigi yang terkena

karies oleh dokter gigi. Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang

semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi

lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi akan terasa

nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan suhu yang dingin, dan makanan

atau minuman yang manis.

Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 10 bulan terakhir ini, pasien sering merasakan jari kaki dan

tangan kesemutan. Tangan kesemutan sebelah kanan di jarinya. 10 bulan

yang lalu pasien mengalami kadar gula darah hingga 475 mg/dl. Dia

merasakan mudah lemas, letih dan jika minum air dingin sering buang air

kecil 10-11 kali dalam sehari dan jarang buang air besar, kadang 2 hari sekali

buang air besar karena fesesnya keras sehingga sering mengkonsumsi vegeta

untuk melancarkan buang air besar. Nafsu makan biasa saja tetapi berat

badan terus bertambah. Pasien sudah pernah berobat ke dokter, dia diberi

obat glibenklamid untuk mengatasi keluhan kadar gula darah yang meningkat

tersebut. Namun pasien minum obatnya tidak sesuai dengan anjuran dokter,

dia selalu melebihi dosis yang telah diberikan dari dokter.

Sudah 6 bulan yang lalu pasien menjalani operasi usus buntu.

sekarang pasien telah sembuh dari usus buntu.

Page 4: ANALISIS KASUS

Anamnesis Sistem :

Cerebrospinal : sakit kepala(-), pusing(-), demam(-)

Kardiovaskuler : berdebar-debar(-), sesak napas(-), nyeri dada(-)

Respirasi : sesak napas(-), batuk(-), pilek(-)

Digesti : mual(-), muntah(-), nafsu makan biasa dan BB

bertambah(+), BAB keras (+)

Urogenital : sering BAK (+)

Integumentum : kulit kering(-), nyeri otot(-) mudah lemas dan letih.

ANALISIS :

Kadar gula darah meningkat 475 mg/dl terjadi karena gaya hidup

pasien yang pola makan tidak teratur. Pasien lebih banyak mengkonsumsi

makan yang bersumber dari karbohidrat terutama makanan dan minuman

yang manis-manis. Hal ini menyebabkan kadar gula darah meningkat tajam

sehingga tubuh memberi kompensasi dalam menurunkan kadar gula darah

yang meningkat tersebut dengan cara mensekresikan banyak insulin sehingga

menyebabkan hiperinsulinemia tetapi jumlah reseptor berkurang akibatnya

insulin tidak bisa bekerja menyebabkan kelelahan sel beta sehingga terjadi

peningkatan kadar glukosa darah. ini terjadi akibat obesitas yang

berhubungan langsung dengan peningkatan derajat resistensi insulin.

Mudah lemas dan letih disebabkan oleh peningkatan kadar gula darah

yang tinggi menyebabkan glukosa tidak masuk ke dalam sel-sel tubuh dan

glukosa tetap berada dalam pembuluh darah sehingga sel-sel tidak dapat

mengubah glukosa menjadi energi akibatnya tubuh kehabisan energi karena

energi tidak terbentuk sehingga terjadi lemas dan letih. Oleh karena itu,

banyak glukosa yang terbuang ke dalam urin yang disebut glilkosuria.

Sering buang air kecil 10- 11kali disebabkan oleh kadar gula darah

yang tinggi yang akan dibuang melelui urin menyebabkan urin menjadi lebih

Page 5: ANALISIS KASUS

kental sehingga membutuhkan air untuk mengencerkannya, air yang

digunakan di ambil dalam tubuh akibatnya tubuh menjadi dehidrasi sehingga

membutuhkan banyak minum akibatnya sering buanga air kecil yang disebut

poliuria. Sering buang air kecil menyebabkan kehilangan air yang banyak

menimbulkan keadaan hiperosmolaritas dimana akan ditanggapi oleh

hipotalamus sebagai keaadaan dehidrasi yang menyebabkan bertambahnya

rasa haus sehingga timbul gejala banyak minum yang disebut polidipsia.

Buang air besar keras disebabkan karena pasien kurang suka makan

makanan yang berserat seperti sayuran dan buah-buahan sehingga tinjanya

sulit dicerna dan menumpuk di dalam usus dan ketika di keluarkan lewat

anus sulit. Oleh karena itu, pasien konsumsi vegeta untuk melancarkan buang

air besar. Selain itu, pasien punya riwayat operasi usus buntu. Usus buntu

bisa disebabkan oleh pengerasan bahan tinja (fekalit) akibatnya fekalit

terperangkap di dalam saluran apendiks sehingga terjadi sumbatan pada

saluran apendiks dan bisa menyebabkan apendiksitis.

Nafsu makan biasa saja tetapi berat badan terus bertambah terjadi

karena kompensasi sel-sel tubuh yang merasa kelaparan akibat tidak adanya

glukosa yang masuk kedalam sel.

Pasien diberi obat glibenklamid untuk menurunkan kadar glukosa

darah yang meningkat, namun minum obatnya tidak sesuai dengan anjuran

dokter, pasien selalu selalu melebihi dosis yang telah diberikan dari dokter.

bila ini terus terjadi bisa menyebabkan hipoglikemia akibat peningkatan

kadar insulin yang kurang tepat karena kelebihan dosis akibat kesalahan

pasien yang ketidak sesuaian kebutuhannya sehingga kadar glukosa darah

menjadi rendah.Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut pada

diabetes melitus.

Page 6: ANALISIS KASUS

Riwayat penyakit dahulu

10 bulan yang lalu pasien cek gula darah yaitu 475 mg/dl.

6 bulan yang lalu pasien menjalani operasi karena usus buntu.

ANALISIS :

Pasien cek gula darah karena pasien pada saat itu di hari lebaran dan

pada saat itu pasien banyak sekali konsumsi yang manis-manis dan makan

makanan yang berlemak sehingga pasien merasa badannya lemas. Oleh

karena itu pasien diminta bawa le dokter untuk cek gula darah, saat di cek

gula darahnya meningkat yaitu 475 mg/dl.

6 bualn yang lalu pasien menjalani operasi usus buntu, ketika mau di

operasi kadar glukosa pasien masih tinggi dan operasi ditunda sampai kadar

glukosa darah menjadi normal.

Riwayat penyakit keluarga

Istri pasien mengalami keluhan yang serupa.

Ibu pasien menderita paru basah tetapi sekarang sudah meninggal.

ANALISIS :

Istri pasien mengalami keluhan yang serupa ini terjadi karena gaya hidup di

keluarga pasien yang suka konsumsi makanan dan minuman yang manis sehingga

membuat keluarga pasien terkena diabetes melitus, namun kami hanya sedikit

menanyakan tentang keluhan kepada istri pasien karena pasien sedang sibuk.

Ibu pasien menderita paru basah, namun ibunya tidak tinggal satu rumah

dengan pasien dan sekarang ibunya telah meninggal.

Page 7: ANALISIS KASUS

Pola makan/minum

Jika pasien dalam keadaan sehat pola makan sering tidak teratur

dan sebaliknya jika sedang sakit makan lebih dari 5-6 kali dalam

sehari. Sering makan bersantan 2 kali seminggu. Pasien sering

makan daging kambing 1 kali seminggu.

ANALISIS :

Makan tidak teratur dapat berupa terlambat makan atau tidak makan

pada waktu makan utama, makan seadanya tanpa memperhatikan mutu

makanan, serta makan di luar jam makan utama. Faktor pencetus pola makan

tidak teratur, antara lain adanya gaya hidup yang berubah-rubah,kondisi

lingkungan yang mendesak, atau stres. Kalau makan tidak teratur bisa

menyebabkan asupan zat gizi berkurang atau zat gizi yang di konsumsi jadi

tidak seimbang. Jika itu terus terjadi bisa menyebabkan sakit mag.

Perkembangan pola makan yang salah arah mempercepat peningkatan

jumlah penderita DM di Indonesia. Makin banyak penduduk yang kurang

menyediakan makanan yang berserat di rumah. Makanan yang kaya

kolesterol, lemak, dan natrium (antara lain dalam garam dan penyedap rasa)

muncul sebagai tren menu harian, yang ditambah dengan meningkatnya

konsumsi minuman yang kaya gula

Sebaliknya jika makan yang berlebihan bisa menyebabkan obesitas

karena lebih suka makan makanan yang banyak mengandung karbohidrat

(gula), tinggi lemak, kolesterol, dan protein. Obesitas adalah salah satu faktor

resiko diabetes melitus type 2 karena obesitas dapat menutupi reseptor

insulin, sehingga insulin tidak bisa melekat pada reseptornya dan reseptor

pada orang obesitas menjadi sedikit akibat tertutup lemak. Konsumsi kalori

lebih dari yang dibutuhkan tubuh menyebabkan kalori ekstra akan disimpan

dalam bentuk lemak. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga

glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran

darah.

Page 8: ANALISIS KASUS

Kebiasaan

Pasien mempunyai kebiasaan merokok 3 bungkus per hari bahkan lebih

dan sering olahraga 2 kali seminggu.

ANALISIS :

Meskipun merokok tidak berkaitan langsung dengan timbulnya intoleransi

glukosa, tetapi merokok dapat memperberat komplikasi kardiovaskuler dari

intoleransi glukosa dan DM tipe 2. Karena merokok dapat mempengaruhi kadar HDL

dalam pembuluh darah sehingga bisa menyebabkan arteriklerosis. HDL berfungsi

mengangkut kolesterol yang berlebihan di pembuluh darah supaya kolesterol tidak

menumpuk dalam pembuluh darah.

Pasien dengan diabetes melitus type 2 yang disertai peningkatan

berat badan atau obesitas sangat di anjurkan olahraga untuk memecah lemak

yang ada dalam tubuh. Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara

teratur dapat membuang kelebihan kalori sehingga dapat mencegah

terjadinya kegemukan dan kemungkinan untuk menderita DM. Pada saat

tubuh melakukan aktivitas/gerakan, maka sejumlah gula akan dibakar untuk

dijadikan tenaga gerak. Sehingga sejumlah gula dalam tubuh akan berkurang

dan kebutuhan akan hormon insulin juga akan berkurang. Pada orang yang

jarang berolah raga zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar,

tetapi hanya akan ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Proses

perubahan zat makanan dan lemak menjadi gula memerlukan hormon

insulin. Namun jika hormon insulin kurang mencukupi, maka akan timbul

gejala DM. Olah raga teratur seminggu 2 kali minimal 30 menit agar terjadi

pembongkaran lemak.

2. Pemeriksaan Fisik

Tinggi badan : 166 cm

Berat badan : 72 kg

ANALISIS :

Tinggi badan dan berat badan dhitung untuk menentukan status gizi

berdasarkan indeks massa tubuh(IMT) pasien. IMT dihitung berdasarkan pembagian

Page 9: ANALISIS KASUS

berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi badan (dalam meter ) kuadrat.

Setelah di hitung hasilnya pasien dengan obes 1 yaitu 26,12, yang mana berat badan

normal 18,5-22,9.

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Nadi : 75x/menit

Nafas : 20x/menit

Suhu : 36,7 C

Keadaan umum : Sadar, tidak tampak lemas dan kesakitan.

Keadaan gizi : lebih dari cukup

Mata : tidak ada gangguan penglihatan.

konjungtiva anemis (-), Sklera ikterik (-).

Mulut : Mukosa mulut ada lesi.

Sering sakit gigi dan gusi bengkak.

Banyak karies gigi dan penanggalan gigi

THT : Telinga : indera pendengaran masih normal. Pembengkakan dan

kemerahan (-)

Hidung : indera penciuman masih normal. Pembengkakan (-)

Tenggorokan : nyeri dan pembesaran limfonodi (-)

Leher : Leher kanan dan kiri tampak simetris.

Benjolan (-), nyeri tekan atau menelan (-), massa (-), defisiasi (-)

dan tanda-tanda inflamasi(-).

Thorax : Dinding dada kanan dan kiri terlihat simetris. Tidak ada benjolan,

tidak ada luka dan tidak ada bekas operasi.

Page 10: ANALISIS KASUS

Jantung : Inspeksi :

Iktus cordis pasien tidak terlihat. Tidak ada bekas

operasi, benjolan dan kemerahan.

Palpasi :

Area apeks teraba di SIC 5 linea midclavicula sinistra.

Area trikuspidal, area septal, area pulmonal, area aorta tidak

teraba.

Perkusi : Batas Jantung :

Batas jantung kanan terletak di SIC 5 linea sternalis dextra.

Batas jantung kiri teletak di SIC 5 linea midclavikularis sinistra.

Batas jantung atas terletak di SIC 2 sternal sinistra.

Batas pinggang jantung terletak di SIC 3 linea parasternal sinistra.

Auskultasi :

Area apeks terdengar bunyi jantung 1,2 dan tidak ada suara

tambahan.

Area trikuspidal terdengar bunyi jantung 1 dan tidak ada suara

tambahan.

Area septal terdengar bunyi jantung 2 dan tidak ada suara

tambahan.

Area pulmonal terdengar bunyi jantung 1,2 dan tidak ada suara

tambahan.

Area aorta terdengar bunyi jantung 1,2 dan tidak ada suara

tambahan.

Area arteria carotis kanan dan kiri terdengar frekuensi denyutan

normal dan tidak ada peningkatan.

Paru : Inspeksi :

Dinding dada kanan dan kiri terlihat simetris. Dinding dada dan

dinding abdomen terlihat simetris. Bentuk dinding dada tidak ada

kelainan (funnel chest, barrel chest, pigeon chest).

Pemeriksaan thorax posterior :

Inspeksi : tidak ada devisiasi tulang belakang (kifosis, skoliosis,

lordosis). Tidak ada retraksi dinding dada.

Page 11: ANALISIS KASUS

Palpasi : tidak ada nyeri tekan. Perbandingan gerakan napas kanan

dan kiri tidak ada ketinggalan gerak. Vokal fremitus kanan dan kiri

hasilnya kuat dan sama (normal).

Perkusi : perbandingan paru kanan dan kiri dari atas ke bawah tidak

ada perbedaan. Batas pengembangan paru normal.

Askultasi : pada dinding punggung normal tidak ada suara bising.

Pemeriksaan thorax anterior :

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi : tidak ada nyeri tekan, dan benjolan atau massa tidak

teraba. Perbandingan gerakan napas kanan dan kiri tidak ada

ketinggalan gerak. Vokal fremitus kanan dan kiri normal sama kuat.

Perkusi : perbandingan paru kanan dan kiri dari atas ke bawah tidak

ada perbedaan (normal). Batas paru dan hati di SIC 6 linea

midclavicula dextra.

Abdomen : Perut tampak buncit dan ada bekas operasi usus buntu.

Palpasi tidak ada nyeri tekan

lien dan hepar tidak teraba.

Gerakan peristaltik normal.

Ektremitas : Akral dingin (-)

Kelemahan anggota gerak (+)

Nyeri otot (-)

Kesemutan di tangan dan kaki (+)

ANALISIS :

Penyebab utama karies adalah adanya proses demineralisasi pada

email. Seperti kita ketahui bahwa email adalah bagian terkeras dari gigi,

bahkan paling keras dan padat di seluruh tubuh. Sisa makanan yang bergula

Page 12: ANALISIS KASUS

(termasuk karbohidrat) atau susu yang menempel pada permukaan email

akan bertumpuk menjadi plak, dan menjadi media pertumbuhan yang baik

bagi bakteri. Bakteri yang menempel pada permukaan bergula tersebut akan

menghasilkan asam dan melarutkan permukaan email sehingga terjadi proses

demineralisasi. Demineralisasi tersebut mengakibatkan proses awal karies

pada email. Bila proses ini sudah terjadi maka terjadi progresivitas yang tidak

bisa berhenti sendiri, kecuali dilakukan pembuangan jaringan karies dan

dilakukan penumpatan (penambalan) pada permukaan gigi yang terkena

karies oleh dokter gigi. Bila enamel dan dentin sudah mulai rusak, lubang

semakin tampak. Daerah yang terkena akan berubah warna dan menjadi

lunak ketika disentuh. Karies kemudian menjalar ke saraf gigi akan terasa

nyeri. Nyeri dapat bertambah hebat dengan suhu yang dingin, dan makanan

atau minuman yang manis.

Kelemahan anggota gerak disebabkan oleh peningkatan kadar gula

darah yang tinggi menyebabkan glukosa tidak masuk ke dalam sel-sel tubuh

dan glukosa tetap berada dalam pembuluh darah sehingga sel-sel tidak dapat

mengubah glukosa menjadi energi akibatnya tubuh kehabisan energi karena

energi tidak terbentuk sehingga terjadi lemas dan letih. Oleh karena itu,

banyak glukosa yang terbuang ke dalam urin yang disebut glilkosuria.

Kesemutan pada tangan dan kaki terjadi karena kadar glukosa

darah yang tidak terkontrol dengan baik dalam waktu yang lama sehingga

pembuluh darah di berbagai jaringan di seluruh tubuh mengalami gangguan

fungsi akibatnya ketidak cukupan suplai darah ke jaringan sehingga aliran

darah tidak laancar menyebabakan darah yang mengalir di ujung-ujung saraf

terhambatdan berkurang karena penekanan yang terus menerus dalam

waktu lama.

Page 13: ANALISIS KASUS

3. Pemeriksaan penunjang

ANALISIS :

Pemeriksaan kadar glukosa darah

Tujuannya yaitu untuk mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai dan

untuk melakukan penyesuaian dosis obat, bila belum tercapai sasaran terapi.

Guna mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pemeriksaan kadar gula

darah puasa, glukosa 2 jam post prandial atau glukosa darah pada waktu

yang lain secara berkala sesuai kebutuhan.

Pemeriksaan A1C

Tes hemoglobin terglikosilasi, yang disebut juga sebagai glikohemoglobin

atau hemoglobin glikosilasi (A1C) merupakan cara yang digunakan untuk

menilai efek perubahan terapi 8-12 minggu sebelumnya. Tes ini tidak dapat

digunakan untuk menilai hasil pengobatan jangka pendek. Pemeriksaan A1C

dianjurkan dilakukan setiap 3 bulan, minimal 2 kali dalam setahun.

Pemeriksaan glukosa urine

Pengukuran glukosa urin memberikan penilaian yang tidak langsung. Hanya

digunakan pada pasien yang tidak dapat atau tidak mau memeriksa kadar

glukosa darah. Batas ekskresi glukosa renal rata-rata sekitar 180 mg/dL,

dapat bervariasi pada beberapa pasien, bahkan pada pasien yang sama

dalam jangka waktu lama. Hasil pemeriksaan sangat tergantung pada fungsi

ginjal dan tidak dapat dipergunakan untuk menilai keberhasilan terapi.

Pemantaun benda keton

Pemantaun benda keton dalam darah maupun dalam urine cukup penting terutama

pada penyandang DM tipe 2 yang terkendali buruk (kadar glukosa darah >300

mg/dL). Pemeriksaan benda keton juga diperlukan pada penyandang diabetes yang

sedang hamil. Tes benda keton ini mengukur kadar asetoasetat, sementara benda

keton yang penting adalah asam beta hodroksibutirat. Saat ini telah dapat dilakukan

pemeriksaan kadar asam beta hidroksibutirat dalam darah secara langsung dengan

Page 14: ANALISIS KASUS

menggunakan strip khusus. Kadar asam beta hidroksibutirat darah <0,6 mmol/L

dianggap normal,

4. Terapi

ANALISIS :

Metformin

Metformin adalah zat antihiperglikemik oral golongan biguanid untuk penderita

diabetes militus tanpa ketergantungan terhadap insulin. Mekanisme kerja metformin

yang tepat tidak jelas, walaupun demikian metformin dapat memperbaiki sensitivitas

hepatik dan periferal terhadap insulin tanpa menstimulasi sekresi insulin serta

menurunkan absorpsi glukosa dari saluran lambung-usus. Metformin hanya

mengurangi kadar glukosa darah dalam keadaan hiperglikemia serta tidak

menyebabkan hipoglikemia bila diberikan sebagai obat tunggal. Metformin tidak

menyebabkan pertambahan berat badan bahkan cendrung dapat menyebabkan

kehilangan berat badan. Obat ini mempunyai efek utama mengurangi produksi

glukosa hati (glukoneogenesis), di samping juga memperbaiki ambilan glukosa

perifer. Terutama dipakai pada penyandang diabetes gemuk.

Indikasi:

1. Untuk terapi pada pasien diabetes yang tidak tergantung insulin dan kelebihan berat

badan dimana kadar gula tidak bisa dikontrol dengan diet saja. Dapat dipakai sebagai

obat tunggal atau dapat diberikan sebagai obat kombinasi dengan sulfonilurea.

2. Untuk terapi tambahan pada penderita diabetes dengan ketergantungan terhadap

insulin yang simptomnya sulit dikontrol.

Kontra indikasi :

1. Hipersensitif terhadap obat ini.

2. Koma diabetik dan ketoasidosis.

3. Gangguan fungsi ginjal (serum kreatinin >1,5 mg/dL) dan hati.

4. Penyakit hati kronis, kegagalan jantung dan miokardial infark, alkoholisme, riwayat

atau keadaan yang berkaitan dengan laktat asidosis seperti syok atau insufisiensi

pulmonal, dan keadaan yang berhubungan dengan hipoksemia.

Page 15: ANALISIS KASUS

5. Kehamilan dan menyusui.

Dosis :

Metformin harus diberikan bersama dengan makan atau sesudah makan dalam dosis

terbagi.

Dosis awal 500 mg : 1 tablet 3 kali sehari.

Pemberian Metformin 500 mg dalam beberapa hari biasanya cukup dapat

mengendalikan penyakit diabetes, tetapi tidak jarang efek terlambat dicapai sampai

dua minggu. Apabila dosis yang diinginkan tidak tercapai, dosis dapat dinaikkan

secara berhati-hati (maksimum 3 gram sehari). Bila gejala diabetes telah dapat

dikontrol, dosis dapat diturunkan.

Efek samping :1. Metformin dapat digunakan pada pasien dengan hanya sedikit gangguan

gastrointestinal yang biasanya bersifat sementara. Hal ini umumnya dapat dihindari apabila metformin diberikan bersama makanan atau dengan mengurangi dosis secara temporer. Biasanya efek samping telah lenyap pada saat diabetes dapat dikontrol.

2. Bila tampak gejala-gejala intoleransi, penggunaan Metformin tidak perlu langsung dihentikan, biasanya efek samping demikian tersebut akan hilang pada penggunaan selanjutnya.

3. Anoreksia, mual, muntah, diare. 4. Berkurangnya absorbsi vitamin B12.

PSYLLIUMSetiap 100 gram psyllium mengandung 71 gram serat larut sementara oat dalam

jumlah yang sama hanya mengandung 5 gram serat larut. Serat merupakan unsur

penting bagi kesehatan. Serat membantu memperlancar pembuangan dan menjaga

kebersihan dan kesehatan kolon. Kolon yang sehat merupakan salah satu kunci

pertahaan melawan serangan patogen yang masuk ke dalam tubuh.

Page 16: ANALISIS KASUS

Cara kerja psyllium :

Saat dicampur dengan air, sekam berserat dari biji psyllium akan membentuk

gumpalan menyerupai gel yang menyerap kelebihan cairan dari usus halus dan

menghasilkan tinja yang lebih besar dan halus. Cara ini bisa membantu mengatasi

konstipasi karena membuat tinja bergerak lebih cepat.

Psyllium membantu menormalkan fungsi usus dari berbagai gangguan, termasuk

konstipasi, diverticulosis, wasir, dan sindrom iritasi usus. Meskipun tidak bisa

menyembuhkan wasir sepenuhnya, serat psyllium membantu mengurangi iritasi dengan

memperlancar aliran tinja di area yang sensitif. Begitu memasuki kolon, psyllium akan

menghasilkan gumpalan menyerupai spons yang bekerja menyerap racun. Gumpalan

psyllium menyerap kelebihan air dan mengembang, saat pecah maka akan menyerap sisa

racun yang terperangkap di celah dalam usus. Gumpalan serat ini selanjutnya menstimulasi

kontraksi yang perlu untuk gerakan usus dan mengeluarkan sampah.

Kalium Deklofenak

Kalium diklofenak adalah suatu zat anti inflamasi non steroid dan mengandung

garam kalium dari diklofenak. Pada kalium diklofenak, ion sodium dari sodium

diklofenak diganti dengan ion kalium. Zat aktifnya adalah sama dengan sodium

diklofenak. Obat ini mempunyai efek analgesik dan antiinflamasi. Tablet kalium

diklofenak memiliki mula kerja yang cepat. Penghambatan biosintesa prostaglandin,

yang telah dibuktikan pada beberapa percobaan, mempunyai hubungan penting

dengan mekanisme kerja kalium diklofenak. Prostaglandin mempunyai peranan

penting sebagai penyebab dari inflamasi, nyeri dan demam. Pada percobaan-

percobaan klinis Kalium Diklofenak juga menunjukkan efek analgesik yang nyata

pada nyeri sedang dan berat. Dengan adanya inflamasi yang disebabkan oleh trauma

atau setelah operasi, kalium diklofenak mengurangi nyeri spontan dan nyeri pada

waktu bergerak serta bengkak dan luka dengan edema. Kalium diklofenak secara in

vitro tidak menekan biosintesa proteoglikan di dalam tulang rawan pada konsentrasi

setara dengan konsentrasi yang dicapai pada manusia.

Indikasi:

Sebagai pengobatan jangka pendek untuk kondisi - kondisi akut sebagai berikut:

Page 17: ANALISIS KASUS

Nyeri inflamasi setelah trauma, seperti karena terkilir.

Nyeri dan inflamasi setelah operasi, seperti operasi tulang atau gigi.

Sebagai ajuvan pada nyeri inflamasi yang berat dari infeksi telinga, hidung

atau tenggorokan, misalnya faringotonsilitis, otitis.

Kontraindikasi : 

Penderita tukak lambung, penderita yang mempunyai hipersensitivitas

terhadap bahan aktif dari obat.

Penderita yang terkena serangan asma, urtikaria atau rhinitis akut yang

disebabkan oleh asam asetilsalisilat atau oleh obat lain yang mempunyai

aktivitas penghambatan terhadap pembentukan prostaglandin.

Dosis

Pada kasus ringan, dosis dewasa dan anak-anak diatas 14 tahun adalah 75-100

mg/hari, dibagi dalam 2-3 dosis. Untuk kasus yang lebih berat, dosis harus

dinaikkan sampai 100-150 mg/hari. Kalium diklofenak tablet tidak

direkomendasikan penggunaannya pada anak-anak. Sebaiknya digunakan bersama

dengan minuman, terutama sebelum makan.

Efek samping :

Saluran cerna :

Kadang-kadang : nyeri epigastrik, gangguan saluran cerna lain seperti mual,

muntah, diare, kram perut, dispepsia, flatulen, anoreksia.

Jarang: perdarahan saluran cerna, hematemesis, melena, tukak peptik

dengan atau tanpa perdarahan atau perforasi, diare berdarah.

Kasus khusus: gangguan saluran cerna bagian bawah seperti kolitis hemoragik

non-spesifik dan eksaserbasi kolitis ulseratif atau proktokolitis Crohn’s,

stomatitis aftosa, glositis, lesi esofagus, konstipasi.

Sistem saraf pusat dan perifer :

Kadang-kadang : sakit kepala, pusing atau vertigo.

Page 18: ANALISIS KASUS

Kasus khusus : gangguan perasaan (sensation), termasuk parestesia,

disorientasi, gangguan memori, gangguan penglihatan (penglihatan kabur,

diplopia) dan kurang pendengaran.