Upload
votuyen
View
286
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
LAPORAN PENELITIAN MANDIRI
ANALISIS KADAR ION KLORIDA PADA SOSIS DAN NUGGETDENGAN METODE TITRASI ARGENTOMETRI VOLHARD
Oleh :Ahmad Fatoni, M.Si
DIBIAYAI OLEH :MANDIRI
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATSEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI BHAKTI PERTIWI
PALEMBANGJanuari 2017
ix
RINGKASAN DAN SUMMARY
ANALISIS KADAR ION KLORIDA PADA SOSIS DAN NUGGET DENGANMETODE TITRASI ARGENTOMETRI VOLHARD
Ahmad FatoniSTIFI Bhakti Pertiwi Palembang
Jln. Ariodillah 3 No. 22 A Palembang
Telah dilakukan penelitian analisis kadar ion klorida pada sosis dan nugget denganmetode titrasi argentometri volhard. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuikadar ion klorida pada sosis dan nugget dan mengetahui hubungan secara teori antarakontribusi ion klorida dengan asupan klorida per hari pada orang dewasa. Metode yangdigunakan untuk analisis ion klorida adalah metode titrasi secara argentometri Volhard.Hasil penelitian menunjukan bahwa kadar ion klorida pada sampel 1 sampai sampel 12berkisar antara 10,49 mEq – 29,80 mEq. Jika dihubungkan dengan konsumsi rata-rataion klorida perhari yaitu 50 – 200 mEq perhari maka asupan klorida dalam satu buahsosis ayam, sosis sapi, maupun nugget masih dibawah rata-rata konsumsi kloridaperhari.
Kata kunci : analisis, ion klorida, titrasi argentometri volhard.
xi
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN PENGESAHAN iSurat Keterangan Selesai Penelitian Mandiri iiBerita Acara Seminar Hasil Penelitian iiiHalaman Pengesahan Validasi Karya Ilmiah vSurat Pernyataan Keabsahan Karya Ilmiah viKontrak Penelitian MANDIRI viiRingkasan dan Summary ixKata Pengantar xDaftar Isi xiDaftar Gambar xiiDaftar Tabel xiiiDaftar Lampiran xivBAB I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang 11.2. Rumusan Masalah 2BAB II. TINJAUAN PUSTAKA2.1. Sosis dan Nugget 32.2. Garam dapur 32.3. Tujuan penambahan garam dapur pada sosis dan
nugget 42.4. Klorida2.5. Titrasi 52.6. Argentometri 52.7. Indikator Feri klorida 7BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN3.1. Tujuan Penelitian 83.2. Manfaat Penelitian 8BAB IV. METODE PENELITIAN4.1. Waktu dan Tempat Penelitian 94.2. Alat dan Bahan Penelitian 94.3. Prosedur Penelitian 94.4. Analisa Data 11BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN5.1. Hasil 125.2. Pembahasan 13BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN6.1. Kesimpulan 176.2. Saran 17
DAFTAR PUSTAKA 18
DAFTAR LAMPIRAN 20
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 5.1. Hasil Uji kualitatif sampel 12
2. Tabel 5.2. Hasil perhitungan pembakuan larutan KCNS 13
3. Tabel 5.3. Hasil perhitungan penetapan kadar klorida
pada sampel 13
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Lampiran 1. Perhitungan Pembuatan
Larutan Baku Primer AgNO3 0,01 N 20
2. Lampiran 2. Perhitungan Pembakuan Larutan KCNS 21
3. Lampiran 3. Perhitungan penetapan kadar 22
4. Lampiran 4. Sampel Awal yang Diuji 24
5. Lampiran 5. Hasil Filtrat Sampel 25
6. Lampiran 6. Uji Kualitatif Pembanding Sampel 26
7. Lampiran 7. Uji Kualitatif Pada Sampel 27
8. Lampiran 8. Pembakuan Larutan KCNS
dengan Larutan AgNO3 0,01 N 28
9. Lampiran 9. Penetapan Kadar Sampel 29
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Makanan siap saji seperti sosis dan nugget sudah menjadi kegemaran
keluarga mulai dari anak-anak hingga orang dewasa karena sangat praktis, enak dan
bergizi. Menurut Komariah, dkk (2005) kata sosis atau sausage berasal dari
bahasa Latin yaitu salsus yang berarti digarami. Secara harfiah, sosis dapat
diartikan sebagai daging yang diolah dengan proses penggaraman. Definisi lain
adalah sosis merupakan daging yang digiling lalu ditambah bumbu dan dimasukkan
ke dalam selongsong sebagai wadahnya. Sedangkan menurut Alamsyah (2008),
pembuatan nugget yaitu daging yang telah dihaluskan dicampur dengan garam,
tepung, dan bumbu lainnya yang diaduk hingga tercampur merata dan siap
dimasukkan ke dalam loyang. Penambahan garam kedalam sosis berfungsi untuk
melarutkan protein, memberikan cita rasa, dan untuk mengawetkan (Purwaningsih,
2007). Sedangkan penambahan garam kedalam nugget berfungsi untuk melarutkan
protein, meningkatkan daya ikat air, penegas cita rasa dan bahan pengawet ( Aswar,
2005).
Konsumsi asupan klorida pada orang dewasa dalam keadaan normal rata-
rata mengkonsumsi 50 – 200 mEq klorida perhari (Yaswir dan Ferawati, 2012).
Kekurangan klorida dalam tubuh dapat terjadi ketika tubuh Anda kehilangan banyak
cairan. Hal ini mungkin karena berkeringat berat, muntah, atau diare. Obat-obatan
seperti diuretik juga dapat menyebabkan kadar klorida rendah. Sedangkan kelebihan
klorida dapat meningkatkan tekanan darah, menyebabkan penumpukan cairan pada
orang dengan gagal jantung kongestif, sirosis, atau penyakit ginjal (Wax, 2015).
Kadar ion klorida (Cl-) dapat ditentukan dengan metode Titrasi. Salah satu
jenis titrasi yaitu Volumetri yang terdiri dari Asidimetri, Alkalimetri, Oksidimetri,
dan Argentometri. Titrasi Argentometri merupakan salah satu cara untuk
menentukan kadar zat (salah satunya ion Cl-) dalam suatu larutan yang dilakukan
dengan pembentukan endapan bersama ion Ag+. Titrasi Argentometri digunakan
untuk menetapkan kadar garam-garam halogenida, sianida, tiosianida, dan fosfat
2
(Agung, 2009). Titrasi ini dapat dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan indikatornya
yaitu Mohr, Volhard, dan Fajans. Metode Volhard termasuk jenis titrasi secara tidak
langsung. Klorida ditambahkan perak nitrat berlebih dan kelebihannya dititrasi
kembali dengan tiosianat standar (Underwood dan Day,1992). Larutan pada titrasi
metode Volhard harus dalam keadaan asam dengan pH larutan harus dibawah 3.
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang analisis kadar ion klorida yang terkandung didalam sosis dan nugget yang
tidak bermerek. Penetapan kadar klorida ini akan dilakukan dengan metode titrasi
Argentometri Volhard.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan pada penelitian ini
adalah:
1. Berapa kadar ion klorida yang terdapat pada sosis dan nugget ?
2. Bagaimana hubungan secara teori antara kontribusi ion klorida terhadap asupan
klorida orang dewasa ?
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sosis dan Nugget
Sosis adalah produk makanan yang diperoleh dari campuran daging halus
(tidak kurang dari 75%) dengan tepung atau pati tanpa penambahan bumbu-bumbu
dan bahan tambahan makanan lain yang diizinkan dan dimasukkan ke dalam
selongsong sosis. Bahan baku yang digunakan untuk membuat sosis terdiri dari
bahan utama dan bahan tambahan. Bahan utama yaitu daging, es, minyak, garam dan
lemak, sedangkan bahan tambahannya yaitu bahan pengisi, bahan pengikat, bumbu-
bumbu, bahan penyedap, dan bahan makanan lain yang diizinkan (bahan inovasi).
Isitilah sosis bersal dari kata dalam bahsa latin “salsus”, yang memiliki arti garam,
sehingga sosis dapat diartikan sebagai daging giling yang diawetkan dengan garam
(Kramilich, 1973). Pada umumnya, sosis dibuat dari daging sapi, daging ayam,
daging babi, dan ikan (Purwaningsih, 2007).
Nugget adalah suatu bentuk produk daging giling yang diselimuti oleh
breading, digoreng setengah matang lalu dibekukan untuk mempertahankan mutunya
selama penyimpanan. Pada dasarnya pembuatan nugget daging mencakup lima
tahap, yaitu penggilingan yang disertai dengan pencampuran bumbu, bahan pengikat,
dan emulsifier, pencetakan, breading, pre-frying dan pembekuan. Pembuatan nugget
memerlukan bahan pembantu yaitu garam, gula, bawang putih, dan merica (Aswar,
2005).
2.2. Garam Dapur
Garam dapur (NaCl) berbentuk hablur heksahedral tidak berwarna atau
serbuk hablur putih/berbentuk kristal putih, tidak berbau, rasa asin (Farmakope
Indonesia IV, 1995). Yang mempunyai berat molekul 58.44 g/mol dengan kelarutan
1 bagian larut dalam 3 bagian air, 10 bagian gliserol.
Secara fisik garam dapur adalah benda padatan yang merupakan kumpulan
senyawa dengan bagian terbesar natrium klorida (>80%) serta senyawa lainnya
seperti magnesium klorida, magnesium sulfat, kalsium klorida dan lain-lain. Garam
mempunyai sifat/karakteristik higroskopis yang berarti mudah menyerap air, bulk
4
density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8-0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 8010C
(Burhanuddin, 2001).
Garam Natrium Klorida untuk keperluan masak dan biasanya diperkaya
dengan unsur iodine (dengan menambahkan 5 g NaI per kg NaCl) padatan kristal
berwarna putih, berasa asin, tidak higrokopis bila mengandung MgCl2 menjadi
berasa agak pahit dan higroskopis. Digunakan terutama sebagai bumbu penting untuk
makanan, bahan baku pembuatan logam Na dan NaOH (bahan untuk pembuatan
keramik, kaca, dan pupuk) sebagai zat pengawet (Mulyono, 2009).
2.3. Tujuan Penambahan Garam pada Sosis dan Nugget
Garam yang digunakan dalam pembuatan produk sosis dan nugget adalah
jenis garam dapur (NaCl), garam dalam sosis tidak hanya berfungsi sebagai
pembentuk flavor, namun juga berpengaruh dalam pembentukan karakteristik fisik
dan adonan. Garam mempunyai peran yang cukup menentukan yaitu memberikan
kelezatan produk, mempertahankan flavor dari bahan-bahan yang digunakan,
berfungsi sebagai pengikat adonan sehingga mengurangi kelengketan. Selain itu,
garam juga dapat membantu mencegah berkembangnya mikroba yang ada dalam
adonan (Hui, 1992).
Sosis yang difermentasi umumnya mengandung garam 3-5%, sosis segar 1,5-
2%, dan produk sosis masak mengandung 2-3% (Purwaningsih, 2007). Sedangkan
penambahan garam kedalam nugget berfungsi untuk melarutkan protein terutama
myosin dari daging, meningkatkan daya ikat air sehingga terbentuk produk nugget
dengan tekstur yang baik, penegas cita rasa, dan bahan pengawet. Konsentrasi garam
yang ditambahkan biasanya berrkisar 2 sampai 3% dari berat daging yang digunakan
( Aswar, 2005).
2.4. Klorida
Klorida merupakan anion utama cairan ekstraseluler. Jumlah klor merupakan
0,15% berat badan. Jumlah klorida pada orang dewasa normal sekitar 30
mEq/KgBB. Konsentrasi klorida pada bayi lebih tinggi dibandingkan pada anak-anak
dan orang dewasa. Sekitar 88% klorida berada dalam cairan ekstraseluler dan 12%
dalam cairan intrasel. Konsentrasi klorida tertinggi adalah dalam cairan serebrosipnal
(otak dan sumsum tulang belakang), lambung, dan pankreas. Bila bereaksi dengan
5
natrium atau hydrogen, klor akan membentuk ion klor yang bermuatan negatif
(Sibagariang, dkk., 2010).
2.5. Titrasi
Salah satu cara untuk menentukan kadar asam-basa dalam suatu larutan
adalah dengan volumetri (titrasi). Volumetri (titrasi) merupakan cara penentuan
kadar suatu zat dalam larutannya didasarkan pada pengukuran volumenya
(Underwood dan Day, 1992).
Berdasarkan jalannya reaksi yang terjadi, titrasi dapat dibedakan atas :
a. Titrasi langsung (Direct titration), yaitu larutan sampel dapat langsung dititrasi
dengan larutan standar / baku.
b. Titrasi tidak langsung (Indirect titration), yaitu larutan sampel direaksikan dulu
dengan pereaksi yang jumlah kepekaannya tertentu, kemudian hasil reaksi dititrasi
dengan larutan standar / baku.
c.Titrasi kembali (Back titration), cara ini dilakukan bila sampel tidak bereaksi
dengan larutan baku atau reaksinya lambat. Dalam hal ini ditambahkan zat ketiga
yang telah diketahui kelebihannya dititrasi dengan larutan baku.
d. Titrasi pergantian (Displacement titration), cara ini dilakukan bila analit atau
unsur yang akan ditetapkan tidak bereaksi langsung dengan larutan baku, tidak
bereaksi secara stokiometri dengan penunjuk.
Berdasarkan pada jenis reaksinya, volumetri dibedakan atas (Underwood dan
Day, 1992):
1. Asidimetri dan Alkalimetri
Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi netralisasi asam-basa.
2. Oksidimetri
Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi oksidasi-reduksi.
3. Argentometri
Volumetri jenis ini berdasar atas reaksi presipitasi (pengendapan dari ion Ag+)
2.6. Argentometri
2.6.1. Prinsip
Istilah Argentometri diturunkan dari bahasa latin Argentum yang berarti
perak. Jadi, argentometri merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar zat
6
dalam suatu larutan yang dilakukan dengan titrasi berdasar pembentukan endapan
dengan ion Ag+. Pada titrasi argentometri, zat pemeriksaan yang telah dibubuhi
indikator dicampur dengan larutan standar garam perak nitrat (AgNO3). Dengan
mengukur volume larutan standar yang digunakan sehingga seluruh ion Ag+ dapat
tepat diendapkan, kadar garam dalam larutan pemeriksaan dapat ditentukan
(Underwood dan Day, 1992).
Dasar titrasi Argentometri adalah reaksi pengendapan (presipitasi) dimana zat
yang hendak ditentukan kadarnya diendapkan oleh larutan labu AgNO3. Zat tersebut
misalnya garam-garam halogenida (Cl, Br, I), sianida (CN), tiosianida (SCN) dan
fosfat (Agung, 2009).
2.6.2. Jenis-Jenis Argentometri
Berdasarkan pada indikator yang digunakan, argentometri dapat dibedakan
atas:
2.6.2.1. Metode Mohr (pembentukan endapan berwarna)
Seperti halnya suatu sistem asam-basa dapat digunakan sebagai suatu
indikator untuk titrasi asam-basa, maka pembentukan endapan yang lain dapat
digunakan untuk menunjukkan kesempurnaan suatu titrasi pengendapan. Contoh
untuk keadaan demikian adalah yang disebut dengan titrasi Mohr dari klorida dengan
ion perak yang dalam hal ion khromat digunakan sebagai indikator. Penampilan
utama yang tetap dari endapan perak khromat yang kemerah-merahan di anggap
sebagai titik akhir titrasi. Titrasi mohr terbatas pada larutan-larutan dengan harga pH
dari kira-kira 6-10 (Underwood dan Day, 1992).
Metode Mohr dapat juga digunakan untuk titrasi ion bromide dengan perak
dan juga ion sianida dalam larutan sedikit alkalis. Perak tidak dapat dititrasi secara
langsung dengan klorida dengan menggunakan indikator khromat. Endapan perak
khromat yang semula ada, larut kembali dengan hanya perlahan-lahan dekat titik
ekivalen. Akan tetapi larutan klorida standar dalam jumlah berlebih dapat
ditambahkan dan kemudian dititrasi kembali menggunakan indikator khromat
(Underwood dan Day, 1992).
2.6.2.2. Metode Volhard
7
Metode Volhard didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan
asam nitrat, dengan menggunakan ion besi (III) untuk meneliti ion tiosianat berlebih.
Metode ini dapat dipergunakan untuk titrasi langsung dengan perak dari larutan
tiosianat standar atau untuk titrasi tak langsung dari ion klorida. Pada keadaan
terakhir ini perak nitrat berlebih ditambahkan dan kelebihannya dititrasi dengan
tiosianat standar. Anion-anion yang lain seperti bromide dan iodide dapat ditentukan
dengan prosedur yang sama (Underwood dan Day, 1992).
2.6.2.3. Metode Fajans
Metode ini adalah sama seperti pada cara Mohr, hanya terdapat perbedaan
pada jenis indikator yang digunakan yaitu indikator absorbs seperti cosine atau
fluonescein menurut macam anion yang diendapkan oleh Ag+. Titrannya adalah
AgNO3 hingga suspense violet jadi merah. PH tergantung pada macam anion dan
indikator yang dipakai. Indikator absorbsi adalah zat yang dapat diserap oleh
permukaan endapan dan menyebabkan timbulnya warna (Khopkhar, 1990).
2.7. Indikator Ferri Klorida
Indikaror ferri klorida ini bila dilarutkan dalam air akan mengalami hidrolisis
yang merupakan reaksi eksotermis (menghasilkan panas) (Holleman, 2001).
Indikator ini digunakan pada metode volhard yang harus dalam keadaan asam. Jika
dalam suasana basa Fe3+ akan terhidrolisis (Harjadi, 1990).
8
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui kadar ion klorida pada sosis dan nugget.
2. Untuk mengetahui hubungan secara teori antara kontribusi ion klorida dengan
asupan klorida per hari pada orang dewasa.
3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Menentukan kadar ion klorida dalam suatu sampel melalui titrasi Argentometri
secara Volhard.
2. Memberikan gambaran secara teori tentang kontribusi ion klorida dengan asupan
klorida per hari pada orang dewasa.
9
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November-Desember 2016 di
Laboratorium Penelitian STIFI Bhakti Pertiwi Palembang.
4.2.Alat dan Bahan
4.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini alat-alat gelas standar laboratorium,
biuret, klem, statif dan alat pendukung lainnya.
4.2.2. Bahan
Larutan AgNO3 0,01 N, larutan KCNS 0,01 N, larutan indikator
FeCl3.6H2O 1 N, larutan HNO3 1 N, larutan KBr 0,01 N, larutan KI 0,01 N, larutan
NaCl 0,01 N, 12 sampel sosis dan nugget yang berbeda dan tidak bermerek, kertas
saring dan bahan pendukung lainnya..’
4.3. Prosedur Penelitian
4.3.1. Pengambilan Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah jenis sosis dan nugget curah yang dijual
dibeberapa mall kota Palembang yaitu Hypermart PSX (Matahari Mall), Carrefour
PS Mall, Transmart OPI Mall, dan PIM. Sampel diambil di setiap mall kota
Palembang yang menjual sosis ayam, sosis sapi, dan nugget curah. Seluruh populasi
sosis dan nugget curah yang didapat dijadikan sampel. Sampel yang digunakan
sebanyak 12 sampel sosis dan nugget yang berbeda serta tidak bermerek. Sampel
dimasukkan ke dalam plastik berbeda dan diberi label.
4.3.2. Preparasi Sampel (Glinski, 2000)
Timbang masing-masing sampel sosis dan nugget yang sudah dihaluskan
sebanyak 1 gram, kemudian dimasukkan kedalam erlemeyer 250 ml. lalu
ditambahkan dengan air panas hingga 50 ml dan kocok ± 2 menit agar semua garam
larut maksimal, kemudian dinginkan sebentar. Kemudian saring dengan
menggunakan kertas saring sehingga di dapat filtrat yang jernih.
4.3.3. Uji kualitatif ion klorida pada Sampel (Vogel, 1985)
10
a. Pipet larutan KBr 0,01 N sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Tambahkan larutan AgNO3 0,01 N sebanyak 1 ml kemudian kocoklah hingga
terbentuk endapan hijau.
b. Pipet larutan KI 0,01 N sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Tambahkan larutan AgNO3 0,01 N sebanyak 1 ml kemudian kocoklah hingga
terbentuk endapan kuning.
c. Pipet larutan NaCl 0,01 N sebanyak 1 ml, dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
Tambahkan larutan AgNO3 0,01 N sebanyak 1 ml kemudian kocoklah hingga
terbentuk endapan putih.
d. Pipet 1 ml sampel filtrat jernih dari masing-masing sampel dengan pipet volume,
masukkan ke dalam tabung reaksi. Tambahkan larutan AgNO3 0,01 N sebanyak 1 ml
kemudian kocoklah hingga terbentuk endapan. Bandingkan warna endapan yang
terjadi. Jika endapan berwarna putih maka positif mengandung klorida.
4.3.4. Pembakuan Larutan KCNS dengan Larutan AgNO3
(Sudarmadji dkk, 1997)
Masukan 2,5 ml larutan standar AgNO3 0,01 N dengan pipet volume ke
dalam Erlenmeyer 250 ml, tambahkan 1 ml larutan HNO3 1 N dan tambahkan 3 tetes
larutan indikator FeCl3.6H2O. Kemudian dititrasi dengan larutan KCNS yang akan
dibakukan sampai pertama kali terbentuk warna merah, catat volume KCNS yang
digunakan dan ulangi titrasi sebanyak 3 kali. Kemudian hitung Normalitas larutan
KCNS.
Perhitungan pembakuan :
NKCNS =( ) ( )
Keterangan :
VAgNO3 = Volume larutan AgNO3 0,1 N ( ml )
N AgNO3 = Normalitas larutan AgNO3
VKSCNS = Volume larutan KCNS yang digunakan ( ml )
NKCNS = Normalitas larutanKCNS
4.3.5. Penetapan Kadar (Sudarmadji dkk, 1997)
11
Pipet 2,5 ml sampel filrat jernih dari sampel dengan pipet volume, masukkan ke
dalam Erlenmeyer 250 ml. Lalu tambahkan larutan standar AgNO3 0,01 N sebanyak
3,5 ml. Kocoklah untuk mengkoagulasi endapan, kemudian saring melalui kertas
saring. Lalu filtrat hasil saringan tersebut tambahkan 1 ml asam nitrat encer 1 N dan
ditambah 3 tetes indikator FeCl3.6H2O 1 N. Lalu dititrasi dengan larutan KCNS
0,01 N sampai diperoleh warna merah kecoklatan yang permanen. Catat volume
KCNS yang digunakan dan ulangi titrasi sebanyak 3 kali.
Perhitungan :
mmol AgNO3 = mmol Cl- + mmol KCNS
( N AgNO3 x V AgNO3 ) = mmol Cl- + ( N KCNS x V KCNS )
Mmol Cl- = ( V AgNO3 x N AgNO3 ) - ( V KCNS x N KCNS )
Berat klorida(g)=( )– ( ) ,
x ,% Klorida =
( )x 100%
Keterangan :
VAgNO3= Volume AgNO3 mula-mula (ml)
NAgNO3= Normalitas AgNO3
VKCNS = Volume larutan KCNS yang digunakan (ml)
NKCNS = Normalitas larutan KCNS
4.4 Analisis Data
Pengamatan dilakukan dengan mencatat berbagai volume titrasi larutan
KCNS oleh larutan AgNO3. Data yang diperoleh tersebut akan dihitung dengan
perhitungan kesetaraan hingga diperoleh berat (gram) ion klorida. Ion klorida yang
diperoleh dihubungkan dengan perhitungan asupan klorida perhari untuk orang
dewasa.
12
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil
a. Uji kualitatif sampel
Adapun hasil uji kualitatif pada sampel adalah seperti pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Hasil Uji kualitatif sampel
No Sampel Jenis Sampel + / - Klorida
1 Ke-1 Sosis Ayam +
2 Ke-2 Sosis Ayam +
3 Ke-3 Sosis Ayam +
4 Ke-4 Sosis Ayam +
5 Ke-5 Sosis Sapi +
6 Ke-6 Sosis Sapi +
7 Ke-7 Sosis Sapi +
8 Ke-8 Sosis Sapi +
9 Ke-9 Nugget +
10 Ke-10 Nugget +
11 Ke-11 Nugget +
12 Ke-12 Nugget +
b. Pembakuan larutan KCNS dengan larutan AgNO3 0,01 N
Adapun hasil perhitungan pembakuan larutan KCNS adalah seperti pada tabel
5.2.
13
Tabel 5.2 Hasil perhitungan pembakuan larutan KCNS
No Pembakuan N KCNS (Setelah Pembakuan)
1 Ke-1 0,0153 N
2 Ke-2 0,0144 N
3 Ke-3 0,0134 N
4 Ke-4 0,0121 N
Perhitungan pembakuan larutan KCNS ada di lampiran 7.
c. Penetapan kadar sampel
Adapun hasil perhitungan penetapan kadar klorida pada sampel adalah seperti
pada tabel 5.3.
Tabel 5.3 Hasil perhitungan penetapan kadar klorida pada sampel
No SampelJenis Sampel Kadar klorida (mEq)
1 Ke-1 Sosis Ayam 18,64
2 Ke-2 Sosis Ayam 17,86
3 Ke-3 Sosis Ayam 16,48
4 Ke-4 Sosis Ayam 19,74
5 Ke-5 Sosis Sapi 23,51
6 Ke-6 Sosis Sapi 23,28
7 Ke-7 Sosis Sapi 28,29
8 Ke-8 Sosis Sapi 29,80
9 Ke-9 Nugget 11,49
10 Ke-10 Nugget 12,96
11 Ke-11 Nugget 11,06
12 Ke-12 Nugget 10,49
Perhitungan pembakuan larutan KCNS ada di lampiran 8.
5.2. Pembahasan
5.2.1. Reaksi kimia yang terjadi
14
a. Preparasi sampel
Sampel sosis dan nugget ini mengandung garam dapur (NaCl), dimana 1
bagian NaCl larut dalam 3 bagian air. Preparasi sampel dilakukan dengan cara
melarutkan sampel di dalam air panas karena sampel yang mengandung NaCl sangat
mudah larut di dalam air panas sehingga klorida akan ikut larut sempurna di dalam
air panas tersebut (Glinski, 2000).
b. Uji kualitatif pada sampel dengan menggunakan larutan AgNO3 0,01 N
Uji kualitatif pada sampel ini dilakukan dengan cara membandingkan hasil
reaksi KBr, KI, NaCl dan sampel yang ditambahkan larutan AgNO3 0,01 N.
Reaksi kimia yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut :
KBr + AgNO3 → ↓AgBr (putih kehijauan) + KNO3
KI + AgNO3 → ↓AgI (putih kekuningan) + KNO3
NaCl + AgNO3 → ↓AgCl (putih) + NaNO3
Hasil reaksi KBr ditambah larutan AgNO3 0,01 N yaitu mula-mula berwarna
putih keruh kemudian terbentuk endapan putih kehijauan. Hasil reaksi KI ditambah
larutan AgNO3 0,01 N yaitu mula-mula berwarna putih keruh kemudian terbentuk
endapan putih kekuningan. Hasil reaksi NaCl ditambah larutan AgNO3 0,01 N yaitu
mula-mula berwarna putih keruh kemudian terbentuk endapan putih. Hasil reaksi 12
sampel yang ditambah larutan AgNO3 0,01 N menunjukkan hasil larutan yang
hampir sama yaitu berwarna putih sampai kekuningan keruh dan membentuk sedikit
endapan putih (Vogel, 1985).
c. Pembakuan larutan KCNS dengan menggunakan larutan AgNO3 0,01 N
Pada penelitian ini larutan AgNO3 0,01 N dibuat beberapa kali dikarenakan
larutan AgNO3 mudah teroksidasi oleh udara. Jadi pembakuan larutan KCNS pun
dilakukan beberapa kali.
Reaksi yang terjadi dapat dijelaskan sebagai berikut :
AgNO3 + KCNS → AgCNS + KNO3
Fe3+ + KCNS → Fe(CNS)3 + K+
Reaksi pada pembakuan KCNS ini yaitu AgNO3 yang ditambahkan indikator
FeCl3 yang mula-mula berwarna putih agak keruh. Setelah bereaksi dengan larutan
KCNS larutan pun berubah warna semakin putih keruh. Setelah Ag habis bereaksi
15
maka kelebihan satu tetes dari larutan KCNS akan membuat larutan berubah warna
menjadi merah kecoklatan yang merupakan Titik Akhir Titrasi. Larutan merah
kecoklatan ini terbentuk Karena reaksi antara Fe3+ dengan CNS- menjadi Fe(CNS)3.
Hasil pembakuan yang dilakukan yaitu 0,0153 N, 0,0144 N, 0,0134 N, dan
0,0121 N dari konsentrasi awal 0,01 N. Perbedaan hasil pembakuan KCNS ini
mungkin dipengaruhi oleh tingkat ketelitian pada saat penimbangan bahan, dan
mungkin tidak semua bahan dapat bereaksi sempurna dengan pelarut.
d. Penetapan kadar sampel dengan menggunakan larutan KCNS
Penetapan kadar sampel dilakukan dengan mula-mula mereaksikan filtrat
sampel dengan larutan AgNO3 0,01 N yang berupa larutan putih keruh dan
membentuk sedikit endapan putih. Itu karena terjadi ikatan antara Ag dengan sampel
yang mengandung klorida yang membentuk ikatan AgCl.
Karena kelarutan AgCNS lebih kecil daripada kelarutan AgCl yang hasil
reaksinya akan bergeser ke arah kiri sehingga dapat mengakibatkan analisis klorida
menjadi lebih kecil maka dilakukan penyaringan pada larutan tersebut. Kemudian
sisa Ag akan bereaksi dengan larutan KCNS yang awalnya larutan berwarna putih
keruh. Setelah Ag habis bereaksi maka kelebihan satu tetes dari larutan KCNS akan
membuat larutan berubah warna menjadi merah kecoklatan yang merupakan Titik
Akhir Titrasi. Larutan merah kecoklatan ini terbentuk karena reaksi antara Fe3+
dengan CNS- menjadi Fe(CNS)3.
5.2.2 Hubungan antara kadar klorida dalam sampel dengan konsumsi
klorida perhari
Dari hasil penelitian didapat bahwa kadar klorida pada Sampel 1 sampai
Sampel 12 berkisar antara 10,49 mEq – 29,80 mEq. Jika dihubungkan dengan
konsumsi rata-rata klorida perhari menurut Yaswir dan Ferawati (2012) yaitu 50 –
200 mEq perhari maka asupan klorida dalam satu buah sosis ayam, sosis sapi,
maupun nugget masih dibawah rata-rata konsumsi klorida perhari. Akan tetapi
biasanya pada usia anak-anak konsumsi sosis dan nugget ini lebih dari satu buah baik
sosis maupun nugget. Jika konsumsi satu buah sosis dan nugget bisa mencapai ±30
mEq, jadi jika konsumsi sosis dan nugget 2 buah maka jumlah klorida yang
dikonsumsi yaitu 60 mEq. Itu artinya asupan klorida dari mengonsumsi 2 buah sosis
16
maupun nugget sudah memenuhi batas konsumsi klorida untuk setiap hari dan jika
banyak mengonsumsi makanan yang tinggi klorida lainnya maka total asupan klorida
setiap hari dapat melebihi batasnya.
BAB VI
17
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan :
1. Kadar ion klorida yang paling tinggi yaitu 29,80 mEq dan kadar klorida yang
paling rendah yaitu 10,49 mEq. Kadar ion klorida yang didapat untuk 12 sampel
sosis ayam, sosis sapi, dan nugget bervariasi, secara berurutan dari yang paling
terendah sampai yang tertinggi yaitu : 10,49 mEq (sampel 12), 11,06 mEq
(sampel 11), 11,49 mEq (sampel 9), 12,96 mEq (sampel 10), 16,48 mEq (sampel
3), 17,86 mEq (sampel 2), 18,64 mEq (sampel 1), 19,74 mEq (sampel 4), 23,28
mEq (sampel 6), 23,51 mEq (sampel 5), 28,29 mEq (sampel 7), 29,80 mEq
(sampel 8).
2. Semua sampel sosis ayam, sosis sapi maupun nugget mempunyai kadar ion
klorida yang masih dibawah rata-rata konsumsi klorida orang dewasa perhari.
Tetapi jika dalam satu hari konsumsi sosis dan nugget lebih dari satu maka asupan
klorida untuk setiap hari sudah tercapai.
6.2. Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya meneliti kadar ion klorida pada jenis
makanan maupun minuman lainnya.
2. Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk menguji bahan pengawet,
pewarna, bahkan bahan kimia berbahaya yang terdapat pada sosis, nugget maupun
jenis makanan siap saji lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
18
Agung, T. U. 2009 . Analisis kadar klorida pada air dan air limbah denganmetode argentometri. (KTI). Medan : Universitas Sumatera Utara.
Alamsyah,Y. 2008. Nugget. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Aswar. 2005. Pembuatan fish nugget dari ikan nila merah (Oreochromis Sp).(Skripsi). Teknologi Hasil Perikanan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Burhanuddin. 2001. Proseeding forum pasar garam indonesia. Jakarta : BadanRiset Kelautan Dan Perikanan.
Farmakope Indoneia. 1995. Farmakope indonesia. (Edisi IV). Jakarta : DepartemenKesehatan Republik Indonesia.
Glinski, Jacek. 2000. The argentometric determination of chlorides in food by themethod of mohr comparison of the fajans, mohr dan volhard recipes.Analytical Chemistry Dept. Poland : Faculty of Chemistry.
Harjadi, W. 1990. Ilmu kimia analitik dasar. Jakarta: Gramedia.
Hui, F.H. 1992. Encyclopedia of food science and technology. New York : JohnWilly and Sons, Inc.
Khopkhar,S M. 1990. Konsep dasar kimia analitik. Jakarta : Bumi Aksara.
Komariah, S dan Purnomo, D. 2005. Aneka olahan daging sapi. Jakarta :Agro Media Pustaka.
Kramlich,W.E. 1973. Sausage product. 2nd edition. San Fransisco: W.H Freemanand Company.
Mulyono, H. 2009. Kamus kimia. Jakarta : Bumi Aksara.
Purwaningsih, E. 2007. Cara pembuatan tahu dan manfaat kedelai. Jakarta :Ganeca Exact.
Sibagariang, E. E, Pusmaika, R dan Rismalinda. 2010 . Kesehatan reproduksiwanita. Jakarta : Trans Info Media.
Sudarmadji, S, Haryono, B dan Suhardi. 1997 . Prosedur analisa untuk bahanmakanan dan pertanian. (Edisi keempat). Yogyakarta : Liberty.
Underwood, A.L dan Day, R.A. 1992. Analisa kimia kuantitatif. (Edisi kelima).Jakarta : Erlangga.
19
Vogel, A.I. 1985. Buku teks analisis anorganik kualitatif makro dan semimikro.Bagian 2. (Edisi ke-5). Jakarta : Penerbit PT. Kalman Media Pustaka.
Wax, Emily. 2015. Referensi intakes diet (DRI) oleh badan pangan dan giziinstitute of medicine. https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/002417.htm. Diakses pada tanggal 16 Maret 2016 jam 11.00 WIB.
Yaswir, Rismawati dan Ferawati, Ira. 2012. Fisiologi dan gangguan keseimbangannatrium, kalium, dan klorida serta pemeriksaan laboratorium. JurnalKesehatan Andalas 1 (2) : 80-85.