Upload
buianh
View
228
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TUNGGAKAN KUR MIKRO BRI UNIT CIAMPEA BOGOR
INDAH PURNAMAWATI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Tunggakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro BRI Unit
Ciampea Bogor adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Indah Purnamawati
NIM H34110044
ABSTRAK
INDAH PURNAMAWATI. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tunggakan KUR
Mikro BRI Unit Ciampea, Bogor. Dibimbing oleh DWI RACHMINA.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik debitur Kredit
Usaha Rakyat (KUR) Mikro berdasarkan tunggakan dan menganalisis faktor yang
mempengaruhi tunggakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro di BRI Unit
Ciampea, Bogor. Lokasi penelitian ini di BRI Unit Ciampea yang terletak di Jalan
Letnan Sukarna, Warung Borong, Ciampea, Bogor. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu Metode Analisis Regresi Berganda. Hasil dari penelitian
ini terdapat tiga karakteristik yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi persentase total tunggakan KUR Mikro di BRI Unit Ciampea
yaitu karakteristik personal yang terdiri dari variabel tingkat pendidikan, jarak
rumah nasabah, jumlah tanggungan keluarga dan frekuensi menerima kredit.
Karakteristik kedua yaitu karakteristik usaha yang meliputi variabel jenis usaha,
pengalaman usaha, aset usaha dan omset usaha.Ketiga karakteristik Kredit
meliputi variabel jangka waktu menerima kredit dan penggunaan kredit untuk
usaha. Dari sepuluh variabel yang digunakan ada delapan variabel yang
berpengaruh nyata terhadap persentase total tunggakan KUR Mikro di BRI Unit
Ciampea (α = 10%) yaitu variabel tingkat pendidikan, jarak rumah nasabah,
frekuensi menerima kredit, jenis usaha, pengalaman usaha, aset usaha, omset
usaha dan penggunaan kredit untuk usaha. Sehingga berdasarkan hasil penelitian
pihak BRI Unit Ciampea harus memperhatikan faktor yang berpengaruh nyata
tersebut sebagai acuan dan penyalurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada calon
nasabah.
Kata kunci: karakteristik debitur KUR, tunggakan, variabel-variabel faktor
ABSTRACT
INDAH PURNAMAWATI. Analysis Of The Influensing Factors Arrears Of
Micro Credit Program In Bri Ciampea, Bogor. Supervisedby DWI RACHMINA.
This research aimed to identify the characteristics of micro credit program
customers based on the arrears and to analyze the influencing factors in BRI
Ciampea, Bogor using regression analysis method. There were three
characteristics used to analysis the factors influencing the arrears in BRI Ciampea,
namely personal, business and credit characteristic. The first characteristic was
personal characteristic including educational background variable, distance of the
customers’ houses, number of families to support, and frequency of credit
received. The second was business characteristic including business type variable,
business experience, business asset, and business revenue. The third was credit
characteristic including variable of credit acceptance period and credit utilization.
Of ten variables, eight significantly influenced the arrears (α = 10%), i.e.
educational background variable, distance of the customers’ houses, frequency of
credit received, business type, business experience, business asset, business
revenue, and credit utilization. BRI Ciampea should consider those influencing
factors as a reference in distribuuting the credit to the customers.
Keyword: characteristics customers KUR, arrears, variable’s factor
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TUNGGAKAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) MIKRO BRI
UNIT CIAMPEA BOGOR
INDAH PURNAMAWATI
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2014 ini ialah
pembiayaan, dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Tunggakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro BRI Unit Ciampea, Bogor.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Dwi Rachmina, MSi selaku
pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Furqon dan Bapak Jupri dari BRI Unit Ciampea, serta Bapak Iwa beserta staf Unit
yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2015
Indah Purnamawati
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 6
Manfaat Penelitian 6
Ruang Lingkup Penelitian 7
TINJAUAN PUSTAKA 7
Karakteristik UMKM 7
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tunggakan KUR Mikro 8
KERANGKA PEMIKIRAN 11
Kerangka Pemikiran Teoritis 11
Pengertian, Fungsi dan Tujuan Kredit 11
Risiko Kredit 13
Strategi Penghindaran Kredit Bermasalah 15
Kerangka Pemikiran Operasional 17
METODE PENELITIAN 21
Lokasi dan Waktu Penelitian 21
Jenis dan Sumber Data 21
Metode Pengambilan Sampel 22
Metode Pengolahan dan Analisis Data 22
Analisis Kualitatif 23
Anlaisis Kuantitatif 23
Analisis Regresi Linier Berganda 23
Definisi Operasional 28
GAMBARAN UMUM BRI UNIT CIAMPEA 29
Sejarah dan Struktur Organisasi BRI Unit Ciampea 29
Visi, Misi dan Tujuan BRI Unit Ciampea 31
Budaya Perusahaan 32
Bidang Usaha 32
Macam-Macam Kredit 33
Mekanisme Penyaluran KUR Mikro pada BRI Unit Ciampea 34
HASIL DAN PEMBAHASAN 36
Karakteristik Responden berdasarkan Tunggakan BRI Unit Ciampea 36
Karakteristik Personal 37
Karakteristik Usaha 40
Karakteristik Kredit 42
Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Tunggakan KUR Mikro BRI Unit
Ciampea 44
Karakteristik Personal 46
Karakteristik Usaha 49
Karakteristik Kredit 51
Implikasi Manajerial 52
KESIMPULAN DAN SARAN 53
Simpulan 53
Saran 54
DAFTAR PUSTAKA 55
LAMPIRAN 57
RIWAYAT HIDUP 60
DAFTAR TABEL
1 Perkembangan jumlah pelaku usaha menurut skala usaha tahun 2011-
2012 1
2 Perkembangan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) UMKM menurut
skala usaha tahun 2011-2012 atas harga konstan 2000 2
3 Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha
tahun 2011-2012 2
4 Perkembangan total plafon dari tahun 2012 hingga 31 Maret 2014 3 5 NPL pelayanan KUR dari tahun 2012 hingga 31 Maret 2014 4
6 Statistika deskriptif responden KUR BRI Unit Ciampea tahun 2014 37 7 Sebaran responden debitur KUR BRI Unit Ciampea tahun 2014
berdasarkan tingkat pendidikan 38 8 Sebaran responden debitur KUR BRI Unit Ciampea tahun 2014
berdasarkan jarak rumah nasabah 38 9 Sebaran responden debitur KUR BRI Unit Ciampea tahun 2014
berdasarkan jumlah tanggungan keluarga 39 10 Sebaran responden debitur KUR BRI Unit Ciampea tahun 2014
berdasarkan frekuensi menerima kredit 39 11 Sebaran responden debitur KUR BRI Unit Ciampea tahun 2014
berdasarkan jenis usaha 40 12 Sebaran responden debitur KUR BRI Unit Ciampea tahun 2014
berdasarkan pengalaman usaha agribisnis 40 13 Sebaran responden debitur KUR BRI Unit Ciampea tahun 2014
berdasarkan aset usaha 41 14 Sebaran responden debitur KUR BRI Unit Ciampea tahun 2014
berdasarkan omset usaha 42 15 Sebaran responden debitur KUR BRI Unit Ciampea tahun 2014
berdasarkan jangka waktu pelunasan kredit 42 16 Sebaran responden debitur KUR BRI Unit Ciampea tahun 2014
berdasarkan penggunaan kredit untuk usaha 43 17 Hasil pengujian model regresi linier berganda tunggakan KUR Mikro
BRI Unit Ciampea tahun 2014 45
DAFTAR GAMBAR
1 Perkembangan Debitur KUR BRI Unit Ciampea tahun 2013-2014 5 2 Keragaan KUR bermasalah BRI Unit Ciampea tahun 2013-2014 5
3 Alur Kerangka Pemikiran Operasional 20 4 Struktur Organisasi BRI Unit Ciampea 31
DAFTAR LAMPIRAN
1 Realisasi KUR menurut provinsi (31 Maret 2014) 57 2 Output regresi linier berganda pada analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea tahun 2014 58 3 Uji heteroskedastisitas dan uji normalitas pada analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea tahun
2014 59
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang
paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk
dikembangkan. UMKM dalam perekonomian nasional memiliki peran penting
dan strategis serta terbukti sebagai sektor usaha yang mampu bertahan terhadap
krisis ekonomi global yang sedang melanda kalangan usaha di tingkat
internasional maupun kalangan usaha di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari
jumlah UMKM yang mengalami peningkatan sebesar 2.41 persen pada tahun
2012, yaitu dari 55 206 444 unit pada tahun 2011 menjadi 56 534 592 unit pada
tahun 2012. Perkembangan jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1 Perkembangan jumlah pelaku usaha menurut skala usaha tahun 2011-
2012
No Skala Usaha Jumlah (Unit) Perkembangan
Tahun 2011 Tahun 2012 (Unit) (%)
1 Usaha Mikro 54 559 969 55 856 176 1 296 207 2.38 2 Usaha Kecil (UK) 602 195 629 418 27 223 4.52
3 Usaha Menengah (UM) 44 280 48 997 4 717 10.45
Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM)
55 206 444 56 534 592 1 328 147 2.41
4 Usaha Besar (UB) 4 952 4 968 16 0.32
Jumlah 55 211 396 56 539 560 1 328 163 Sumber: Kementerian Kopersi dan UMKM (2014)
Usaha Mikro merupakan salah UMKM yang memiliki jumlah pelaku usaha
menurut skala usaha paling besar dibandingkan dengan skala usaha lainnya
terhadap total usaha yang ada di Indonesia, yaitu sebesar 54 559 969 unit pada
tahun 2011 dan sebesar 55 856 176 unit pada tahun 2012. Sektor UMKM,
terutama Usaha Mikro merupakan salah satu sektor yang berperan penting
terhadap perekonomian nasional Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari kontribusi
sektor Usaha Mikro yang cukup signifikan terhadap pembentukan Produk
Domestik Bruto (PDB) di Indonesia. Pada tahun 2011, kontribusi Usaha Mikro
terhadap PDB nasional menurut harga konstan 2000 tercatat sebesar 761 228.8
milyar rupiah atau 32.02 persen, sedangkan pada tahun 2012 kontribusi Usaha
Mikro terhadap PDB nasional menurut harga konstan 2000 tercatat sebesar 790
825.6 milyar rupiah atau 31.32 persen. Perkembangan nilai produk domestik bruto
UMKM menurut skala usaha tahun 2011-2012 atas dasar harga konstan 2000
dapat dilihat pada Tabel 2.
2
Tabel 2 Perkembangan nilai Produk Domestik Bruto (PDB) UMKM menurut
skala usaha tahun 2011-2012 atas dasar harga konstan 2000
No Skala Usaha Jumlah (Rp Milyar) Perkembangan
Tahun 2011 Tahun 2012 (Jumlah) (%)
1 Usaha Mikro 761 228.8 790 825.6 29 396.8 3.89 2 Usaha Kecil (UK) 261 315.8 294 280.7 32 944.9 12.61
3 Usaha Menengah (UM) 346 781.4 366 373.9 19 592.5 3.63
Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM)
1 369 326 1 451 450 82 134.2 6.00
4 Usaha Besar (UB) 1 007 784 1 073 660 66 876.1 6.54
Jumlah 2 377 110 2 525 120 148 010.7 6.23 Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM (2014)
Selain memberikan kontribusi besar terhadap PDB nasional, UMKM juga
merupakan usaha yang dapat menciptakan lapangan pekerjaan karena sifatnya
yang padat karya, berbeda dengan usaha besar yang bersifat padat modal. Pada
tahun 2011, total tenaga kerja Indonesia yang terserap sebesar 101 722 458 orang,
sedangkan pada tahun 2012, total tenaga kerja yang terserap sebesar 107 657 509
orang. UMKM mampu menyerap tenaga kerja sebesar 97.24 persen dari total
tenaga kerja yang ada pada tahun 2011 dan 97.16 persen dari total penyerapan
tenaga kerja yang ada pada tahun 2012. Perkembangan jumlah tenaga kerja
menurut skala usaha tahun 2011-2012 dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Perkembangan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala usaha
tahun 2011-2012 No Skala Usaha Jumlah (Orang) Perkembangan
Tahun 2011 Tahun 2012 (Jumlah) (%)
1 Usaha Mikro 94 957 797 99 859 517 4 901 720 5.16
2 Usaha Kecil (UK) 3 919 992 4 535 970 615 977 15.71
3 Usaha Menengah (UM) 2 844 669 3 262 023 417 354 14.67 Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM)
101 722 458 107 657 509 5 935 051 5.83
4 Usaha Besar (UB) 2 891 224 3 150 645 259 422 8.97 Jumlah 104 613 681 110 808 154 6 194 473 5.92
Sumber: Kementerian Koperasi dan UMKM (2014)
Ternyata, Usaha Mikro juga memiliki kontribusi terbesar dalam penyerapan
tenaga kerja, yaitu sebesar 94 957 797 orang dari total tenaga kerja pada tahun
2011, begitu juga pada tahun 2012 sebesar 99 859 517 orang dari total tenaga
kerja yang terserap berasal dari Usaha Mikro. Hal ini menunjukkan bahwa Usaha
Mikro telah berperan besar dalam menciptakan lapangan pekerjaan sehingga dapat
mengatasi masalah pengangguran. Pelaku usaha pada Usaha Mikro pada
umumnya memiliki keterbatasan dalam akses permodalan di mana permodalan
tersebut dibutuhkan sebagai modal dan meningkatkan usahanya. Agar pelaku
Usaha Mikro mudah dalam memperoleh akses permodalan, pemerintah yaitu
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah menciptakan Kredit Usaha
3
Rakyat (KUR). KUR adalah pembiayaan untuk Usaha Mikro, Kecil, Menengah
(UMKM) dalam bentuk pemberian modal kerja yang didukung oleh fasilitas
peminjaman untuk usaha yang belum layak menurut perbankan namun sudah
feasible. Program KUR ini bertujuan agar pelaku usaha UMKM dapat mudah
dalam memperoleh pembiayaan.KUR disalurkan melalui beberapa bank seperti
BRI, BNI, Bank Mandiri, Bukopin, Bank Syariah Mandiri, Bank Tabungan
Negara, BNI Syari’ah dan Bank Pembangunan Daerah.Pemerintah memberikan
penjaminan 70 persen sementara 30 persen sisanya ditanggung oleh bank
pelaksana. Penjaminan KUR diberikan dalam rangka meningkatkan akses UMKM
pada sumber pembiayaan dalam rangka mendorong perekonomian nasional.
Perkembangan penyaluran realisasi KUR dari tahun 2012 hingga sekarang sangat
pesat. Penyaluran dana KUR yang setiap tahunnya ditingkatkan oleh pemerintah,
hal ini dapat dilihat berdasarkan perkembangan total plafon pada seluruh lembaga
penyalur program KUR dari tahun 2012 hingga 31 Maret tahun 2014 dapat dilihat
di Tabel 4.
Tabel 4 Perkembangan total plafon dari tahun 2012 hingga 31 Maret 2014
No BANK Total Plafon (RpJuta) Tahun ke-
2012 2013 31 Maret 2014
1 BNI 8 887 572 13 953 788 14 517 812 2 BRI (KUR Ritel) 11 433 848 17 093 831 18 442 301
3 BRI (KUR mikro) 40 198 535 69 908 640 78 080 302
4 Bank Mandiri 9 613 948 14 454 479 14 945 991 5 BTN 2 868 251 4 259 955 4 400 856
6 Bank Bukopin 1 233 318 1 778 625 1 798 407
7 Bank Syariah Mandiri 2 430 838 3 635 832 3 658 132
8 BNI Syariah 17 936 226 506 245 784 9 BPD 8 244 573 13 237 733 14 171 390
Sumber: Komite KUR Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (2014)
Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa perkembangan jumlah total
plafon terbesar masih di capai oleh Bank BRI KUR Mikro dan total plafon
terendah diraih oleh Bank Syariah. Pada tahun 2012 realisasi penyaluran KUR
mencapai Rp34 230 triliun, jumlah ini melampaui target pemerintah sebesar 30
triliun rupiah. Pada tahun 2013 realisasi KUR telah mencapai lebih dari target
pemerintah, di mana pada tahun ini pemerintah meningkatkan targer sebesat 36
triliun rupiah dan akhirnya pada tahun ini mampu direalisasikan penyalurannya
sebesar 47 trilun rupiah. Penyaluran realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) tidak
terlepas adanya masalah kredit macet yang diukur dengan nilai NPL (Non
Performing Loan), dimana semakin tinggi nilai NPL (Non Peforming Loan) maka
kinerja lembaga penyalur KUR semakin buruk. Berdasarkan data Tabel 5, BRI
Mikro adalah penyalur KUR yang memiliki NPL (Non Performing Loan) terkecil
dari tahun 2013 hingga saat ini yaitu sebesar 1.4 persen pada tahun 2013 dan pada
tahun 2014 sebesar 2.0 persen.
4
Tabel 5 NPL penyaluran KUR dari tahun 2012 hingga 31 Maret 2014
No BANK NPL KUR (%) Tahun ke-
2012 2013 31 Maret 2014
1 BNI 5.8 4.0 4.1
2 BRI (KUR Ritel) 3.8 2.1 3.3 3 BRI (KUR mikro) 2.2 1.4 2.0
4 Bank Mandiri 1.8 3.5 4.2
5 BTN 5.6 3.7 8.3
6 Bank Bukopin 11.6 4.5 4.9 7 Bank Syariah Mandiri 4.5 9.4 11.0
8 BNI Syariah 0.0 3.4 3.5
9 BPD 6.2 7.7 8.8 Sumber: Komite KUR Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (2014)
Di lihat dari sebaran wilayahnya (Lampiran 1), penyerapan KUR masih
terfokus di Pulau Jawa. Jawa Barat menduduki peringkat ketiga terbesar yang
menyerap KUR.Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran KUR oleh Bank
Pelaksana masih didominasi oleh sektor perdagangan.Penyaluran disektor
perdagangan mencapai 70.477 triliun rupiah dengan 6.094 juta debitur.Sektor
pertanian menjadi sektor kedua yang terbesar menyerap KUR dari bank pelaksana
yaitu sebesar 20.2 triliun rupiah kepada 1.34 juta debitur. Berdasarkan data
tersebut, maka diperlukan analisis faktor apa saja yang mempengaruhi persentase
total tunggakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro BRI Unit Ciampea Bogor, hal
ini dilakukan agar sebagai bahan acuan oleh Bank BRI dan dapat juga menjadi
bahan acuan bagi bank lain yang masih memiliki NPL besar.
Perumusan Masalah
Bank Rakyat Indonesia Unit Ciampea Cabang Dewi Sartika Bogor
merupakan salah satu dari kantor unit yang dibuka oleh BRI untuk melayani
masyarakat termasuk di dalamnya adalah memberikan pelayanan Kredit Usaha
Rakyat (KUR). Di antara unit-unit BRI yang berada dibawah Kantor Cabang
Dewi Sartika Bogor, BRI Unit Ciampea memiliki peluang terhadap sektor Usaha
Mikro.Secara umum fungsi dan tujuan yang dimilikinya sama dengan kantor
cabang lainnya yang ada di seluruh wilayah Indoensia. Banyak fasilitas yang
ditawarkan oleh produk simpanan Bank BRI dalam upaya mengumpulkan dana
dari masyarakat baik berupa tabungan maupun non tabungan dan produk
pinjaman berupa kredit. Sejak direalisasikannya penyaluran KUR oleh BRI,
jumlah debitur yang mengakses KUR pada BRI Unit Ciampea secara umum
cenderung memperlihatkan adanya peningkatan meskipun tidak begitu besar
peningkatannya (Gambar 1).
5
Gambar 1 Perkembangan debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR) BRI Unit Ciampea tahun 2013-2014
Sumber: BRI Unit Ciampea (2014)
Namun, seiring dengan peningkatan penyaluran KUR, peningkatan rasio
kredit bermasalah (NPL) KUR juga terjadi seperti ditunjukkan pada Gambar 2.
Selain menunjukkan adanya penurunan NPL pada bulan Desember 2013 sampai
bulan Maret 2014 sebesar 0.72 persen, namun pada bulan April 2014 sampai
bulan Agustus 2014 mengalami peningkatan NPL sebesar 2.84 persen. Kemudian
mengalami penurunan lagi hingga saat ini mencapai 1.15 persen, tingkat NPL
tersebut juga menunjukkan kinerja penyaluran KUR pada BRI Unit Ciampea
sudah berada di atas tingkat NPL KUR Mikro pada BRI secara keseluruhan. Per
31 Maret 2014, tingkat NPL KUR Mikro PT Bank BRI adalah sebesar 2.0 persen
sementara tingkat NPL KUR Mikro pada BRI Unit Ciampea sebesar 1.072 persen.
Gambar 2 Keragaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Bermasalah BRI
Unit Ciampea Tahun 2013-2014 Sumber: BRI Unit Ciampea (2014)
0200400600800
Ju
mla
h D
eb
itu
r
(Oran
g)
Bulan
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
NP
L (
%)
KU
R M
ikro
Bulan
6
Tingginya angka kredit bermasalah merupakan salah satu indikasi kurang
berhasilnya suatu unit kerja BRI. Oleh karena itu, Bank BRI harus terus
melakukan pengembangan salah satunya dengan terus mengembangkan
pengelolaan risiko kredit, terutama dalam hal penyeleksian calon debitur agar
dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas pembiayaan serta menyokong
pengembangan usaha mikro. Dengan demikian faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap tunggakan oleh debitur perlu menjadi hal yang diperhatikan oleh PT
Bank BRI agar angka kredit bermasalah dapat ditekan. Sehingga secara garis
besar masalah yang akan dibahas dan dirumuskan adalah Faktor apa saja yang
mempengaruhi tunggakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro BRI Unit Ciampea
sehingga dapat menurunkan tingkat NPL?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan:
1. Mengidentifikasi karakteristik debitur Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro BRI
Unit Ciampea Bogor berdasarkan tunggakan Kredit Usaha Rakyat.
2. Menganalisis faktor yang mempengaruhi tunggakan KUR Mikro BRI Unit
Ciampea Bogor.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai berikut:
1. Bagi pihak bank
Hasil penelitian ini memberikan manfaat sebagai gambaran tentang
keadaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro bagi para pengambil
keputusan untuk menetapkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan
kredit, khususnya dalam menyalurkan kredit yang lebih efektif bagi usaha
mikro dan menengah. Berguna untuk manajemen Bank BRI Unit Ciampea
Bogor agar mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tunggakan
Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro sehingga bisa meningkatkan kualitas
kredit dan bisa menekan NPL KUR Mikro sampai titik terendah dan
sebagai acuan bagi Bank lainnya untuk pengambilan keputusan dalam
menetapkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan kredit.
2. Bagi Pemerintah
Hasil penelitian ini memberikan manfaat bagi pemerintah sebagai bahan
evaluasi kebijakan KUR sehingga dapat digunakan sebagai acuan untuk
keberlanjutan program KUR tersebut kedepannya.
3. Bagi akademisi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi akademisi yang
ingin melakukan penelitian selanjutnya sebagai salah satu sumber
7
informasi.Diharapkan penelitian ini juga memberikan manfaat bagi
masyarakat pada umumnya dan dapat juga dijadikan sebagai bahan
perbandingan serta bahan kepustakaan guna menambah pengetahuan
mengenai dunia perbankan.
4. Bagi penulis
Penelitian ini bermanfaat untuk memperluas wawasan di bidang perbankan,
dapat menerapkan disiplin ilmu yang di dapat saat kuliah, berpikir kritis
dan sistematis, mengaplikasikan teori.
Ruang Lingkup Penelitian
Kegiatan penelitian atau penulisan ini dilakukan di Bank BRI Unit Ciampea
dengan pertimbangan bahwa Bank ini merupakan salah satu Bank Unit terbesar di
Bogor yang dikenal masyarakat di Kabupaten Bogor. Permasalahan yang diteliti
mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi tunggakan KUR Mikro serta
bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap tunggakan Kredit Usaha
Rakyat Mikro. Objek penelitian ini di batasi pada debitur yang menggunakan
KUR mikro yang masih aktif selama bulan Januari 2014 hingga Oktober 2014.
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik UMKM
Berdasarkan penelitian Raffinaldy (2006) yang berjudul Memeta Potensi
dan Karakteristik UMKM Bagi Penumbuhan Usaha Baru bahwa karakteristik
UMKM merupakan sifat atau kondisi fluktual yang melekat pada aktivitas usaha
maupun perilaku pengusaha yang bersangkutan dalam menjalankan bisnisnya.
Karakteristik ini yang menjadi ciri pembeda antar pelaku usaha sesuai dengan
skala usahanya. Kreteria UMKM berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun
2008 tentang Usaha Kecil, Mikro dan Menengah mengatakan bahwa berdasarkan
aspek komoditas yang dihasilkan, UMKM memiliki karakteristik tersendiri, yaitu:
1. Kualitasnya belum memenuhi standar, hal ini disebabkan karena sebagian
besar UMKM belum memiliki teknologi yang seragam dan biasanya produk
yang dihasilkan dalam bentuk hand made sehingga dari sisi kualitas relatif
beragam.
2. Keterbatasan desain produk yang dimiliki oleh produk UMKM karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalamannya tentang produk karena selama
ini UMKM bekerja didasarkan pada order, tidak banyak yang berani berkreasi
dengan mencoba desain baru.
8
3. Terbatasnya jenis produk, biasanya UMKM hanya memproduksi sejenis atau
terbatas sehingga apabila ada permintaan model baru dari buyer sulit untuk
memenuhi karena kesulitan dalam penyesuaian dan waktunya biasanya sangat
panjang untuk memenuhi order tersebut.
4. Terbatasnya kapasitas dan price list produknya, biasanya kapasitas produk
yang sulit untuk ditetapkan dan harga yang tidak terukur dapat menyulitkan
para pembeli atau konsumen.
Selain itu, karakteristik UMKM menurut Undang-Undang tersebut juga bisa
dilihat dari aspek komoditas yang dihasilkan, tetapi juga berdasarkan aspek
manajemen usahanya yang dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Usaha Mikro memiliki karakteristik (a) jenis komoditinya berubah-ubah dan
sewaktu-waktu dapat berganti produk/usaha, (b) tempat usahanya tidak selalu
menetap atau sewaktu-waktu dapat pindah, (c) belum adanya pencatatan
keuangan usaha secara baik, (d) sumber daya manusianya rata-rata masih
rendah, (e) pada umumnya belum mengenal perbankan dan lebih sering
berhubungan dengan tengkulak atau rentenir, (f) umumnya usaha ini tidak
memiliki ijin usaha.
2. Usaha Kecil biasanya memiliki karakteristik yaitu (a) komoditinya tidak
gampang berubah, (b) mempunyai kekayaan maksimal 200 juta dan dapat
menerima kredit maksimal 500 juta, (c) lokasi atau tempat usaha umumnya
sudah menetap, (d) sudah memiliki pembukuan walaupun masih sederhana
artinya pencatatan administrasi keuangan perusahaan sudah mulai dipisah, (e)
memiliki legalitas usaha atau perijinan lainnya, (f) sumber daya manusianya
sudah lumayan baik dari aspek tingkat pendidikan yakni setingkat SMU, (g)
sudah mulai mengenal perbankan.
3. Usaha Menengah memiliki karakteristik (a) kekayaan 200 juta sampai 10
milyar dan dapat menerima kredit antara 500 juta sampai 5 milyar, (b)
memiliki manajemen dan organisasi yang lebih teratur dan baik dengan
pembagian tugas yang lebih jelas antar unit, (c) telah memiliki sistem
manajemen keuangan sehingga memudahkan untuk dilakukan auditing
termasuk oleh pihak auditor publik, (d) telah melakukan penyesuaian terhadap
peraturan pemerintah di bidang ketenagakerjaan, Jamsostek, dan lain-lain, (e)
memiliki persyaratan legal secara lengkap, (f) sering bermitra dengan
perbankan dan pelaku usaha lainnya, (g) sumber daya manusianya jauh lebih
baik dan handal pada level Manajer dan Supervisor.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tunggakan Kredit
Penelitian-penelitian yang terkait dengan persentase total tunggakan Kredit
Usaha Rakyat (KUR) telah banyak dilakukan diantaranya oleh Rizka (2013) yang
meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kelancaran
pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro (Studi Kasus: PT Bank BRI
(Persero) Tbk Unit Tawangsari II, cabang Sukoharja Tahun 2013). Hasil
penelitian ini menghasilkan enam variabel yang mempengaruhi kelancaran
pengembalian KUR mikro. Dari keenam variabel ternyata hanya variabel jumlah
9
tanggungan keluarga dan omset usaha yang berpengaruh terhadap kelancaran
pengembalian KUR mikro. Sedangkan variabel usia, tingkat pendidikan, jumlah
pinjaman dan pengalaman usaha tidak berpengaruh terhadap kelancaran
pengembalian KUR mikro. Sedangkan Nastiti (2011) dalam penelitiannya yang
berjudul Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Tingkat Pengembalian
Kredit Pengusaha Kecil pada Program Kemitraan (Studi Kasus: PT PLN (Persero)
Distribusi Jawa Timur Area Malang) menganalisis bahwa ada tujuh variabel yang
digunakan yaitu jumlah pinjaman, penghasilan bersih usaha, usia, tingkat
pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usaha dan penghasilan di
luar usaha. Hasil analisa faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit
pengusaha kecil hanya variabel penghasilan bersih, sedangkan variabel yang lain
tidak berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit usaha kecil.
Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi persentase total
tungggakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) juga dilakukan oleh Sari (2011) dan
Auditiya (2011). Sari melakukan penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan Kredit
Umum Pedesaan (KUPEDES) (studi kasus: BRI Unit Cibungbulang, Bogor).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor jangka waktu pengembalian dan
tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap kelancaran pengembalian KUR
Mikro. Sedangkan faktor yang sebelumnya diduga dapat berpangaruh yaitu
jumlah tanggungan keluarga, frekuensi pinjaman nasabah, omset nasabah, agunan
yang diberikan serta pendapatan bersih rumah tangga ternyata tidak berperan
dalam menentukan kemampuan pengembalian kredit. Sedangkan Auditiya
melakukan penelitian untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi
pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro (studi kasus: BRI Unit Lalabata
Rilau, Soppeng). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor jarak tempat tinggal
nasabah BRI dan omset usaha berpengaruh nyata terhadap pengembalian KUR
Mikro di BRI Unit Lalabata. Semakin jauh jarak rumah debitur dengan BRI Unit
Lalabta akan memperbesar peluang untuk mengembalikan KUR Mikro secara
lancar serta semakin besar omset usaha yang dihasilkan oleh debitur akan semakin
memperbesar peluang mengembalikan kredit secara lancar. Jumlah omset yang
besar menunjukkan kalau usaha tersebut berjalan dengan baik. Sedangkan faktor
yang sebelumnya di dua berpengaruh secara nyata seperti usia, jumlah tanggungan
keluarga, jenis usaha, nilai RPC, jumlah pinjaman, jumlah angsuran serta jangka
waktu pengembalian kredit tidak berpengaruh dalam menentukan kemampuan
pengembalian kredit.
Secara garis besar, faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi
tunggakan kredit pada penelitian-penelitian terdahulu tersebut dapat diwakili oleh
karakteristik personal, karakteristik usaha, dan karakteristik kredit. Karakteristik
personal meliputi usia, jenis kelamin, jarak rumah nasabah dengan bank serta
jumlah tanggungan nasabah. Karakter usaha meliputi pengalaman usaha, omset
usaha, pendapatan bersih rumah tangga, jenis usaha, serta nilai RPC. Sedangkan
karakter kredit meliputi jumlah peminjaman, jumlah angsuran, beban bunga,
jangka waktu pengembalian, agunan, serta peggunaan kredit dan pola penagihan.
Setiap peneliti dalam penelitiannya tidak menggunakan seluruh faktor, tapi hanya
menggunakan faktor-faktor yang dianggap relevan oleh peneliti terhadap objek
penelitian, meskipun berbagai penelitian dengan objek kredit yang ditujukan
kepada golongan ekonomi yang cenderung lemah ini sudah banyak dilakukan,
10
namun penelitian terkait dengan objek serupa perlu untuk terus dilakukan. Hal ini
berkaitan dengan berkembangnya program pemerintah untuk terus mendukung
pengembangan golongan ekonomi lemah tersebut dan kajian serta evaluasi
terhadap keadaan yang terjadi di lapangan akan menjadi masukan bagi berbagai
pihak untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus. Penelitian ini memiliki
kesamaan dengan penelitian terdahulu. Kesamaan terdapat pada beberapa faktor
yang diduga berpengaruh terhadap tunggakan kredit. Faktor-faktor yang di dalam
penelitian ini diduga mempengaruhi tunggakan kredit (KUR) terdiri tingkat
pendidikan, jumlah tanggungan dalam keluarga, serta jarak rumah nasabah dengan
bank yang merupakan cakupan dari karakteristik personal. Karakteristik usaha
yang diduga berpengaruh terhadap tunggakan kredit adalah jenis usaha,
pendapatan/omset usaha dan pengalaman usaha. Sedangkan untuk karakteristik
kredit yaitu lamanya masa pengembalian yang disepakati.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu selain lokasi
yang masih tergolong baru dan belum pernah ada yang meneliti di BRI unit
Ciampea terkait KUR, penelitian ini juga meneliti mengenai program pemerintah
yang sudah tidak asing dibicarakan oleh berbagai pihak mengenai pembiayaan
sektor ekonomi lemah dari pemerintah yakni Kredit Usaha Rakyat (KUR). Selain
itu, penelitian ini juga menambahkan variabel-variabel lain yang di duga dapat
mempengaruhi tunggakan Kredit Usaha Rakyat. Variabel yang dipilih
berdasarkan pada kondisi yang terdapat di lapangan yang menunjukkan bahwa
masih banyaknya masyarakat yang mengandalkan kredit informal yang bunganya
tinggi. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi yang di dapat oleh
masyarakat tentang program-program pembiayaan yang dicanangkan oleh
lembaga keuangan seperti perbankan. Namun, pihak BRI Unit Ciampea berusaha
turun ke lapangan untuk menginformasikan kepada masyarakat tentang program
Kredit Usaha Rakyat yang bunga dan angsurannya bisa di jangkau oleh
masyarakat. Kondisi di lapangan hampir semua nasabah menyukai program
Kredit Usaha Rakyat ini dikarenakan bunga dan angsuran yang terjangkau, di
samping itu agunan yang dipersyaratkan terjangkau dan ringan. Meskipun
demikian, belum banyak masyarakat yang bersedia mengambil kredit di bank
karena jarak yang ditempuh masyarakat ke lokasi perbankan yang cenderung jauh.
Selain itu, alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dengan
penelitian sebelumnya, dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi
linier berganda.
11
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Pengertian, Fungsi dan Tujuan Kredit
Kredit berasal dari bahasa latin credere yang artinya mempercayai. Adapun
berbagai definisi kredit menurut beberapa pandangan adalah sebagai berikut:
1. Menurut UU No. 10 Tahun 1998 tentang Pokok-pokok Perbankan, kredit
merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjaman-pinjaman antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian
hasil keuntungan.
2. Dalam ensiklopedia umum, kredit dijelaskan sebagai sistem keuangan untuk
memudahkan pemindahan modal dari pemilik kepada pemakai dengan harapan
akan mendapatkan keuntungan.
Berdasarkan dua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kredit merupakan
bentuk kegiatan yang memiliki tujuan untuk saling menguntungkan antara pihak
debitur dan kreditur, dimana pihak kreditur akan mendapatkan keuntungan dari
penagihan bunga yang dibayarkan kepada debitur secara periodik dan debitur
mendapatkan keuntungan dari manfaat modal yang diperoleh dari kredit. Selain
itu, kredit juga dapat memberikan konsekuensi penangguhan risiko bersama, baik
oleh kreditur maupun debitur.Risiko yang mungkin ditanggung oleh kreditur
adalah apabila jasa kredit yang diberikan mempunyai masalah dalam
pengembaliannya. Sedangkan risiko yang mungkin ditanggung oleh debitur
adalah jika ia tidak mampu membayar lunas yang yang diterimanya sesuai dengn
kesepakatan perjanjian dengan pihak kreditur maka debitur akan dituntut dan akan
kehilangan agunan yang menjadi jaminan dalam pemberian kredit.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan unsur-unsur yang ada dalam kredit
yaitu:
1. Kepercayaan, keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan,
baik berupa barang atau jasa dapat dikembalikan kembali oleh si penerima
kredit dalam jangka waktu yang telah disepakati.
2. Waktu, yaitu lamanya masa yang telah disepakati oleh pihak pemberi kredit
dengan pihak penerima kredit yang mana dalam hal ini terkandung nilai waktu
dari dari uang yang mencerminkan sejumlah uang dengan nominal tertentu
nilainya akan lebih besar pada waktu sekarang dibandingkan dengan nilaipada
waktu mendatang
3. Adanya risiko, dalam hal ini risiko yang dihadapi akibat jangka waktu yang
memisahkan antara pemberian prestasi dan kontraprestasi yang akan diterima
di masa mendatang. Semakin lama jarak waktu tersebut maka tinggat risikonya
semakin tinggi. Dengan adanya unsur risiko ini maka timbul jaminan dalam
pemberian kredit.
12
Fungsi kredit berdasarkan yang dipaparkan oleh Thamrin dan Tantri (2012)
dapat dipaparkan sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan daya guna uang
Adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang, artinya jika uang hanya
disimpan saja tidak akan menghasilkan suatu yang lebih berguna. Dengan
diberikannya kredit uang tersebut dapat menjadi ada manfaatnya yang dapat
menghasilkan barang atau jasa oleh penerima kredit.
2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
Artinya uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari suatu wilayah
lainnya sehingga suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh
kredit, maka daerah tersebut akan memperoleh tambahan uang dari daerah
lainnya.
3. Untuk meningkatkan daya guna barang
Kredit yang diberikan oleh pihak bank akan digunakan untuk mengolah barang
oleh debitur, dimana barang yang diolah awalnya kurang berguna menjadi
lebih berguna.
4. Sebagai alat stabilitas ekonomi
Kredit yang diberikan dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena
dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang
diperlukan oleh masyarakat.
5. Untuk meningkatkan semangat usaha
Bagi penerima kredit maka akan dapat meningkatkan semangat usaha, apabila
nasabah yang memiliki modal pas-pasan
6. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan
Kredit yang disalurkan semakin banyak akan semakin baik, terutama dapat
meningkatkan pendapatan.
7. Untuk meningkatkan hubungan internasional
Penjaminan internasional akan dapat meningkatkan kerja sama internasional
yang lebih baik di berbagai sektor, sehingga dalam jangka panjang akan
menciptakan perdamaian antarbangsa.
Berdasarkan tujuan penggunaannya menurut Thamrin dan Tantri (2012),
kredit dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Kredit konsumtif
Kredit yang digunakan untuk dikonsumsi secara pribadi.Dalam kredit ini tidak
ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena di pakai oleh
seseorang atau badan usaha.
2. Kredit produktif
Kredit yang digunakan dengan tujuan untuk meningkatkan usaha atau produksi
atau investasi.Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.
3. Kredit perdagangan
Merupakan kredit yang digunakan untuk pedagangan, biasanya untuk membeli
barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang
dagangan tersebut.
Kasmir (2012) menyatakan bahwa dalam suatu pemberian kredit memilki
tujuan yang hendak di capai, dimana pencapain itu tergantung dari tujuan bank itu
sendiri. Tujuan yang hendak dicapai dalam pemberian suatu kredit dalam hal ini
disebutkan sebagai berikut:
1. Mencari keuntungan
13
Tujuan pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan.Hasil
keuntungan ini peroleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai
balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah.
Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. Di samping itu,
keuntungan juga dapat membesarkan usaha bank.
2. Membantu usaha nasabah
Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan
dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana
tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas
usahaya. Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan.
3. Membantu pemerintah
Tujuanya lainnya adalah membantu pemerintah dalam berbagai bidang. Bagi
pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan,
maka semakin baik mengingat semakin banyak kredit berarti adanya kucuran
dana dalam rangka peningkatan pembangunan di berbagai sektor terutama
sektor riil.
Risiko Kredit
Risiko kredit terjadi pada saat pihak kreditur dan debitur melakukan
tindakan yang tidak hati-hati dalam melakukan keputusan kredit. Ketidakhati-
hatian tersebut terjadi karena berbagai faktor baik disebabkan oleh keinginan
mendapatkan uang dengan cepat dan secepatnya mempergunakan uang serta
diharapkan mampu memberikan turnover yang maksimal, juga karena faktor
disengaja dengan alasan memperoleh komisi tersembunyi dari calon debitur.
Risiko kredit merupakan bentuk ketidakmampuan suatu nasabah dalam
menyelesaikan kewajiban-kewajibannya secara tepat waktu baik pada saat jatuh
tempo maupun sesudah jatuh tempo dan itu semua sesuai dengan aturan dan
kesepakatan yang berlaku. Perputaran uang menjadi terhambat dan laba menurun
akibat nasabah yang bermasalah dalam pengembalian kredit. Jika hal ini terjadi
dapat menghilangkan rasa kepercayaan dan sebagai keberlanjutannya terjadinya
penarikan secara besar-besaran secara serempak atas semua barang/kewajiban
lancar oleh semua nasabah. Keputusan menyalurkan kredit ke berbagai sektor
bisnis tidak selalu terjadi sesuai seperti apa yang diharapkan, karena ada berbagai
bentuk risiko yang akan dialami di sana baik risiko yang bersifat jangka pendek
maupun jangka panjang.
Risiko yang disebabkan karena ketidakmampuan suatu perusahan
memenuhi dan menyelesaikan kewajibannya yang bersifat jangka pendek
terutama di bagian kewajiban likuiditas termasuk dalam bentuk risiko jangka
pendek, sedangkan ketidakmampuan suatu nasabah dalam menyelesaikan
berbagai kewajibannya yang bersifat jangka panjang, seperti kegagalan untuk
menyelesaikan utang perusahan yang bersifat jangka panjang dan juga
kemampuan untuk menyelesaikan proyek hingga tuntas. Default risk merupakan
risiko gagal bayar terhadap sejumlah pinjaman kredit yang telah dipinjam secara
tepat waktu. Persoalan default risk sering dialami oleh para debitur pada saat
debitur tersebut tidak mampu mengembalikan pinjaman tersebut secara tepat
waktu yang disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
14
1. Kondisi makro ekonomi yang tidak stabil.
2. Kerugian perusahaan yang terjadi karena faktor menurunya angka penjualan
secara sistematis.
3. Terjadi korupsi secara besar-besaran yan menyebabkan menurunnya nilai
perusahan di mata publik.
4. Kudeta yang terjadi di negara yang bersangkutan.
5. Kekisruhan yang terjadi di perusahan tersebut baik di tingkat direksi maupun
manajer serta karyawan yang meluas pada terhentinya produk dan berpengaruh
pada penurunan penjualan perusahan.
Pada PT. Bank Rakyat Indonesia mengelompokkan kreditnya ke dalam dua
kelompok besar, yakni kredit lancar dan tidak lancar (menunggak). Pengembalian
kredit dikatakan lancar apabila pembayaran angsuran dan bunga dilakukan tepat
waktu dan pelunasan kredit tidak mengalami penundaan berdasarkan
pinjaman.Sedangkan pengembalian kredit digolongkan tidak lancar jika
pembayaran angsuran dan bunga mengalami penundaan dari waktu yang telah
disepakati. Pengembalian kredit yang tidak lancar ini digolongkan kembali ke
dalam lima tingkatan yaitu:
1 Dalam Perhatian Khusus (DPK)
Status ini diberikan pada debitur yang menunda pembayaran angsuran selama
satu minggu hingga 60 hari dari tanggal yang ditentukan.
2 Diragukan
Terhambatnya pengembalian kredit diindikasikan dengan kemerosotan yang
tajam dalam usahanya dan biasanya permasalahan yang terjadi mencakup
berbagai aspek usaha.Status ini diberikan pada debitur yang menunggak selama
lebih dari 90 hari hingga 120 hari.
3 Kurang Lancar
Apabila pembayaran angsuran oleh debitur sedikit terhambat karena ada
kecenderungan usaha nasabah mulai mengalami kesulitan, namun tingkat
kesulitan tersebut masih tergolong ringan dan menyangkut salah satu aspek
usaha saja.Status ini diberikan kepada debitur yang menunggak pembayaran
angsuran selama lebih dari 60 hari hingga 90 hari.
3 Macet
Status ini dikenakan kepada debitur yang tidak dapat membayar angsuran dan
bunga kredit dalam jangka waktu yang lama antara labih dari 120 hari hingga
270 hari.
Implikasi bagi pihak bank sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah
menurut Simorangkir (2004) sebagai berikut:
1. Hilangnya kesempatan untuk memperoleh income (pendapatan) dari kredit yan
diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk
bagi rentabilitas bank.
2. Rasio kualitas aktiva produktif atau yang lebih dikenal dengan BDR (bad debt
ratio) menjadi semakin besar yang menggambarkan terjadinya situasi yang
memburuk.
3. Bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif yang
diklasifikasikan berdasarkan ketentuan yang ada.
4. Return On Asset (ROA) mengalami penurunan.
15
Strategi Penghindaran Kredit Bermasalah
Kondisi terjadinya default risk telah menyebabkan timbulnya permasalahan
baik di pihak debitur maupun kreditur, maka untuk menghindari dari timbulnya
default risk ini ada beberapa tindakan yan harus dilakukan menurut Fahmi dan
Yovi (2010) yaitu:
1. Bagi kreditor akan menaikkan angka jaminan pada tingkat yang benar-benar
aman.
2. Menghindari jaminan yan memiliki tingkat risiko sehingga dengan menerima
benda tersebut sebagai jaminan malah akan menyebabkan perusahan
mengalami kesulitan di kemudian hari.
3. Menghindari benda jaminan yang dimiliki nilai fluktuasi di pasaran.
Bank sebagai kreditor berusaha menghindari timbulnya kredit macet, karena
semakin kecil kredit macet maka semakin lancar arus kas yang berasal dari kredit
yang masuk ke perbankan tersebut. Begitu sebaliknya bagi debitur sebagai
jaminan, semakin baik dan tepat waktu ia mengembalikan pinjaman maka
semakin baik pula reputasinya di mata perbankan. Aspek kelayakan usaha
merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan kredit ini.Namun, ternyata dalam
pelaksanaannya masih terdapat ketidaklancaran debitur dalam pengembalian
kredit maupun pelunasan kredit. Hal ini dapat terjadi jika debitur tidak mampu
memenuhi kewajibannya dalam membayar angsuran kredit serta bunganya sesuai
dengan perjanjian yang telah disepakati.Berbagai implikasi yang mungkin terjadi
membuat pihak bank harus segera mengatasi kredit bermasalah agar tidak
mengalami kerugian.Pengendalian kredit dapat dilakukan sebelum merealisasikan
kredit kepada debitur.Analisis yang biasa digunakan untuk mempertimbangkan
pengajuan kredit yaitu prinsip 6C. Menurut Dendawijaya (2001), meliputi:
1. Character (C-1)
Analisis karakter berkaitan dengan integritas dari calon debitur. Integritas
ini sangat menentukan willingness to pay atau kemampuan membayar kembali
nasabah atas kredit yang telah dinikmatinya. Penilaian terhadap kemauan baik
nasabah untuk memenuhi kewajibannya memang agak sulit untuk dilaksanakan,
terlebih lagi untuk nasabah yang baru dikenal oleh bank. Penilaian lebih mudah
dilakukan jika telah terjalin hubungan antara bank dengan calon debitur atau dapat
dicarikan dari informasi yan mendukung, baik dari kalangan perbankan maupun
dari kalangan bisnis. Informasi dari kalangan perbankan diperoleh melalui surat
menyurat/korespondensi antar bank yang dikenal dengan Bank Information,
termasuk permohonan resmi ke Bank Indonesia untuk memperoleh informasi
tentang calon debitur, baik mengenai pribadinya maupun perusahaan yang
dimilikinya.
2. Capital (C-2)
Pembiayaan suatu proyek yang akan dijalankan debitur tidak seluruhnya
berasal dari bank, tetapi dibiayai bersama antara bank dan debitur. Oleh karena itu,
pihak (calon) debitur wajib memiliki sejumlah dana guna dapat berpartisipasi
dalam pembiayaan proyeknya. Perbandingan antara besarnya pembiayaan dari
bank dengan besarnya modal sendiri yang dapat disediakan nasabah atau yang
disebut dengan debt equity ratio. Penilaian terhadap permodalan sangat erat
hubungannya dengan nilai modal yang dimiliki calon nasabah guna membiayai
proyek yang akan dijalaninya. Besarnya kemampuan modal calon nasabah dapat
16
diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang dimilikinya.Semakin besar
perusahaan yang dimiliki calon nasabah, semakin mudah memperoleh data
tentang modal sendiri.Perusahaan-perusahaan kecil umumnya tidak memiliki
laporan keuangan yang dapat di analisis oleh bank. Untuk itu, wirakredit (account
officer/credit officer) harus melakukan dialog, wawancara, dan kunjungan ke
perusahaan calon nasabah untuk menyusun sendiri perkiraan laporan keuangan
sehingga diperoleh informasi tentang modal sendiri yang bisa digunakan untuk
membiayai proyek di samping pembiayaan yang akan diberikan bank.
3. Capacity (C-3)
Capacity adalah penilaian terhadap calon nasabah kredit dalam hal
kemampuan memenuhi kewajibannya yang telah disepakati dalam perjanjian
pinjaman atau akad kredit, yakni melunasi pokok pinjaman disertai bunga sesuai
dengan ketentuan dan syarat-syarat yang diperjanjikan. Kemampuan-kemampuan
calon nasabah yang harus diukur adalah:
a. Kemampuan (calon) nasabah menyediakan dana untuk pembiayaan,
b. Kemampuan (calon) nasabah untuk membangun proyeknya,
c. Kemampuan nasabah untuk menghasilkan produk dari proyeknya,
d. Kemampuan nasabah untuk menjual hasil produksinya,
e. Kemampuan nasabah untuk memperoleh laba dari penjualan tersebut,
f. Kemampuan nasabah untuk menyediakan cash yang memadai untuk
membayar kewajiban-kewajibannya kepada bank.
4. Conditions of Economy (C-4)
Suatu proyek yang akan dibiayai bersama oleh bank dan nasabah kredit
tentu memiliki berbagai ciri tertentu, misalnya jenis bisnis yang akan digeluti,
jenis produk (atau jasa) yang akan diproduksi, sasaran pasar yang akan dituju,
harga yang akan ditawarkan, promosi yang akan dijalankan, dan sebagainya.
Faktor-faktor bisnis yan berada di lingkungan sekitar lokasi proyek akan
mempunyai pengaruh yang kuat terhadap ciri/corak bisnis atau proyek yang akan
dibangun, baik proyek baru maupun proyek perluasan.
5. Collateral (C-5)
Collateral atau agunan kredit merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi terlebih dahulu sebelum permohonan kredit disetujui atau
dicairkan.Collateral atau agunan pada umumnya adalah barang-barang yang
diserahkan peminjam kepada bank sebagai jaminan atas kredit atau pinjaman yang
diterimanya.
6. Constrains (C-6)
Contraints merupakan faktor hambatan atau rintangan berupa faktor-faktor
sosial psikologis yang ada pada suatu daerah atau wilayah tertentu yang
menyebabkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan.
Kendala yang dihadapi oleh perbankan dalam penyalurkan KUR adalah
sulitnya memperoleh calon debitur yang sesuai dengan kriteria yan diinginkan
oleh bank dalam bekerjasama dengan lembaga penjamin masih belum
jelas.Sedangkan pada sisi UMKM, penyaluran KUR telah memberikan
kesempatan pada pengusaha untuk mengembangkan usahanya ke arah yang lebih
besar. Akibat kredit yang tidak dapat ditagih akan menimbulkan kerugian yang
harus ditanggung oleh pihak bank. Sepandai apapun analis dalam menganalisa
kredit, kemungkinan kredit macet pasti ada. Menurut Kasmir (2002), penyebab
kemacetan suatu kredit disebabkan oleh dua unsur sebagai berikut:
17
1. Pihak Perbankan
Analis kredit dalam melakukan analis kreditnya kurang teliti, sehingga apa
yang seharusnya terjadi tidak diprediksi sebelumnya atau mungkin salah dalam
melakukan perhitungan. Selain itu, dapat pula terjadi akibat solusi dari pihak
analis kredit dari pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara
subyektif dan akal-akalan.
2. Pihak Nasabah
Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat dua hal yaitu
a. Adanya unsur kesengajaan
Nasabah sengaja untuk tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada
bank sehingga kredit yang diberikan macet, walaupun sebenarnya nasabah
mampu.
b. Adanya unsur tidak sengaja
Unsur ketidaksengajaan dalam hal ini si nasabah mau membayar akan tetapi
tidak mampu. Sebagai contoh kredit yang dibiayai mengalami musibah
seperti kebakaran, hama, kebanjiran dan sebagainya sehingga kemampuan
untuk membayar kredit tidak ada.
Penyelamatan terhadap kredit macet merupakan hal yang perlu dilakukan
oleh pihak bank, agar tidak menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan
apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu atau angsuran
terutama bagi kredit terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi kredit yang
sengaja lalai untuk membayar.
Kerangka Pemikiran Operasional
Kredit Usaha Rakyat (KUR) khususnya KUR Mikro merupakan kredit bagi
usaha mikro yang telah feasible namun membutuhkan modal baik dalam
menjalankan usaha maupun untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya sehingga
akan dapat memperlancar dan meningkatkan produktivitasnya usahanya dengan
pola penjaminan hingga 70 persen dari plafon kredit. Keterlambatan
pengembalian kredit akan merugikan pihak bank, modal bank menjadi beku dan
menurun serta berkurangnya pendapatan yang semestinya diperoleh dari hasil
pemberian kredit. Untuk itu, penelitian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap tunggakan kredit oleh debitur perlu dilaksanakan agar permasalahan
tersebut dapat diantisipasi sendini mungkin oleh pihak bank.
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tunggakan Kredit Usaha Rakyat
(KUR) Mikro pada BRI Unit Ciampea diantaranya yaitu kehati-hatian dari pihak
BRI dalam memilih calon nasabah yang mengajukan kredit ke BRI Unit Ciampea
dengan melihat pendapatan dari para calon nasabah serta melihat karakter
personal (perilaku) dengan mengoreksi atau survey melalui mengajukan
pertanyaan kepada orang lain yang mengenal calon nasabah. Faktor-faktor
tersebut diturunkan berdasarkan prinsip-prinsip yang diterapkan telah dalam
mempertimbangkan pengajuan permohonan kredit yaitu prinsip Character
(kepribadian), prinsip Capital (modal), dan prinsip Capacity (kemampuan).
Prinsip Collateral (agunan) dalam skim kredit ini dianggap telah terpenuhi dengan
18
adanya penjaminan dari pemerintah sehingga jaminan yang dipersyaratkan BRI
Ciampea yang dapat terjangkau oleh calon nasabah. Sementara prinsip Condition
of economy (kondisi ekonomi) dan Constrain (keterbatasan) diasumsikan tidak
mengalami perubahan (ceteris paribus) karena di dalam penelitian ini kedua
prinsip tersebut dianggap sebagai faktor di luar kendali debitur.
Faktor-faktor seperti tingkat pendidikan, jarak rumah nasabah dengan bank,
pengalaman usaha agribisnis serta frekuensi menerima kredit merupakan faktor
yang diduga dapat mempengaruhi tunggakan berdasarkan keikutsertaannya dalam
membentuk kepribadian debitur (character), yaitu kemauan dan kesungguhan
nasabah dalam membayar angsuran kredit yang dapat berpengaruh terhadap
integritas dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit dan dalam pemanfaatan
kredit dengan benar dan sesuai dengan apa yang telah disepakati. Faktor seperti
jenis kredit, penggunaan kredit dan jangka waktu pengembalian diduga dapat
mempengaruhi tunggakan yang sehubungan dengan kepemilikan debitur terhadap
modal dan berpengaruh terhadap besarnya perbandingan pembiayaan dari
pinjaman dengan modal sendiri (capital). Sementara faktor-faktor seperti jumlah
tanggungan dalam keluarga, aset usaha dan besarnya omset usaha diduga dapat
mempengaruhi tunggakan kredit yang berhubungan dengan kesanggupan dan
kemampuan debitur untuk melunasi pokok pinjaman disertai dengan bunga dan
syarat-syarat lain yang sudah ada didalam perjanjian (capacity).
Tingkat pendidikan, jarak rumah nasabah dengan bank, frekuensi menerima
kredit dan jumlah tanggungan dalam keluarga dalam penelitian ini akan
dikelompokkan ke dalam karakteristik personal debitur. Jenis usaha, pengalaman
usaha agribisnis, omset usaha serta asset usaha dikelompokkan dalam
karakteristik usaha debitur. Sementara untuk jangka waktu pelunasan kredit dan
penggunaan kredit untuk usaha dikelompokkan dalam karakteristik kredit.
Pemilihan faktor-faktor tersebut berdasarkan referensi hasil studi literatur
penelitian terdahulu serta hasil diskusi dengan pihak manajemen bank BRI Unit
Ciampea yang menangani bidang perkreditan, khususnya KUR Mikro. Secara
lebih detailnya beberapa faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi
tunggakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang berasal dari ketiga karakteristik
tersebut sebagai berikut:
1. Karakteristik Personal
Pada tingkat individual, pendidikan juga merupakan sarana yang sangat
efektif untuk mobilitas vertikal baik dalam aspek sosial, ekonomi, bisnis, maupun
politik. Semakin tinggi tingkat pendidikan, diduga semakin besar pula
wawasannya sehingga kemampuan untuk mengembalikan pinjaman kredit tepat
waktu semakin besar. Keterbatasan akses debitur ke lokasi bank juga diduga dapat
mempengaruhi pengembalian kredit tepat waktu, semakin jauh jarak rumah
debitur dengan lokasi perbankan diduga akan semakin tepat waktu nasabah dalam
mengembalikan kredit karena berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya
nasabah yang berlokasi jauh dari lokasi perbankan biasanya langsung membayar
angsurannya dua bulan atau tiga bulan sekaligus. Selain itu, jumlah tanggungan
keluarga debitur juga menjadi faktor yang perlu diperhatikan karena semakin
banyak tanggungan keluarga debitur maka diduga tunggakan kredit debitur
tersebut kecil sehingga dapat mengembalikan secara tepat waktu. Seberapa sering
juga menjadi pertimbangan dalam pemberian kredit pihak perbankan kepada calon
nasabah baru karena semakin besar frekuensi kredit nasabah berarti nasabah
19
tersebut sudah lebih besar dipercaya oleh pihak perbankan dari pada yang
frekuensi kreditnya kecil.
2. Karakteristik Usaha
Jenis usaha yang dijalankan oleh nasabah menjadi salah satu pertimbangan
oleh pihak perbankan karena pihak perbankan melihat jenis usaha yang di sektor
on-farm dianggap lebih berisiko dari pada di sektor off-farm, pengalaman usaha
agribisnis dapat mempengaruhi kemampuan individu dalam mengembangkan
usahanya serta dapat memudahkan individu untuk mengatasi risiko yang terjadi
pada usaha yang telah dijalankan oleh individu tersebut. Berdasarkan
pengalamannya, pengusaha dapat menghindari dan mengurangi risiko yang dapat
menyebabkan kegagalan usahanya (Agustina 2009). Oleh karena itu, pengalaman
usaha agribisnis diduga dapat mempengaruhi pengembalian kredit tepat waktu.
Aset usaha juga diduga dapat mempengaruhi debitur dalam mengembalikan
pinjaman secara tepat waktu, karena semakin banyak aset usaha yang dimiliki
oleh debitur maka ia akan semakin besar peluangnya dalam mengembangkan
usahanya sehingga nantinya berdampak terhadap kemampuan perusahaan dalam
mengembalikan kreditnya secara tepat waktu. Omset usaha diduga dapat
menentukan tingkat pendapatan pengusaha dari usaha yang dijalankannya.
Semakin tinggi omset usaha akan meningkatkan pendapatan usaha, sehingga akan
meningkatkan penghasilan yang dialokasikan untuk membayar kredit (Agustina
2009). Semakin besar pendapatan usaha maka kemampuan membayar angsuran
dan beban bunga akan semakin besar melakukan pengembalian kredit secara
lancar juga semakin besar. Oleh sebab itu, omset usaha diduga berpengaruh nyata
terhadap tunggakan KUR Mikro BRI Ciampea.
3. Karakteristik Kredit
Jangka waktu pelunasan kredit debitur juga diduga dapat menjadi faktor
yang mempengaruhi tunggakan kecil karena semakin lama jangka waktu
pengembalian kredit yang diambil debitur semakin kecil jumlah angsuran yang
akan dibayar. Oleh karena itu, semakin lama waktu debitur membayar
pinjamannya, peluang untuk mengembalikan secara tepat waktu juga diduga
semakin besar. Penggunaan uang pinjaman oleh debitur juga merupakan faktor
yang perlu diperhatikan, karena jika pinjaman yang telah dipinjam debitur tidak
digunakan untuk usaha tapi untuk konsumsi maka diduga peluang debitur dalam
mengembalikan kreditnya dapat menjadi kurang lancar.
Semua karakteristik di atas diduga memiliki pengaruh nyata terhadap
tunggakan KUR Mikro di BRI Unit Ciampea, untuk itu pihak manajemen BRI
harus mempertimbangkan ketiga karakteristik diatas saat debitur mengajukan
permohonan kredit agar debitur yang dipilih sesuai dengan apa yang diharapkan
pihak manajemen dan dapat mengembalikan kreditnya tepat waktu sehingga tidak
merugikan lembaga keuangan. Satu sisi, dengan adanya Kredit Usaha Rakyat ini
dapat menambah modal dalam mengembangkan usahanya sehingga dapat
memberikan solusi yang selama ini sering dihadapi oleh para pengusaha kecil
khususnya di daerah-daerah terpencil.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Ciampea tidak hanya berharap dan
berupaya menekan angka kredit bermasalah tetapi juga berupaya untuk sebisa
mungkin penyaluran KUR dapat mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan
yaitu dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya dalam rangka meningkatkan
produktivitas dan pengembangan usaha rakyat kecil. Penjaminan kredit yang
20
diberikan kepada debitur dimanfaatkan sebagaimana mestinya, pihak BRI juga
melakukan pengawasan kepada debitur tersebut khususnya menyangkut aktivitas
usaha debitur. Pembahasan pada penelitian ini akan dibatasi berdasarkan pada
kerangka operasional. Alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3 Alur kerangka pemikiran operasional
Faktor-faktor yang mempengaruhi NPL rendah
pada KUR Mikro BRI
KUR Mikro BRI Unit Ciampea
Karakteristik personal:
tingkat pendidikan, jarak
rumah nasabah, jumlah
tanggungan keluarga dan
frekuensi menerima
kredit.
Karakteristik usaha:
jarak usaha, pengalaman
usaha, aset usaha dan
omset usaha.
Karakteristik kredit:
jangka waktu pelunasan
kredit dan penggunaan
kredit untuk usaha.
Tunggakan Kredit Usaha Rakyat BRI Unit Ciampea
21
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan November 2014 hingga Februari 2015 pada
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Unit Ciampea Cabang Dewi Sartika. Pemilihan
tempat ini dilakukan secara sengaja, yakni sehubungan dengan aksesibilitas
peneliti kepada responden sehingga informasi yang terkait dengan debitur dapat
tergali dengan baik untuk keperluan penelititan ini serta rekomendasi dari BRI
Cabang Dewi Sartika dengan berbagai pertimbangan pihak manajemen yaitu salah
satu Bank Unit yang nasabahnya sebagian besar merupakan sektor agribisnis.
BRI Unit Ciampea merupakan salah satu dari kantor unit yang dibuka oleh
BRI untuk melayani masyarakat termasuk di dalamnya adalah memberikan
pelayanan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro. Di antara unit-unit BRI yang
berada dibawah Kantor Cabang Dewi Sartika, BRI Unit Ciampea memiliki
peluang terhadap pasar sektor ekonomi usaha mikro karena banyaknya unit
kegiatan usaha di daerah ini pada umumnya berskala mikro serta letak kantor BRI
unit Ciampea yang tidak jauh dari dengan pasar tradisional (Pasar Ciampea) serta
letaknya mudah dijangkau oleh masyarakat karena dekat dengan jalan raya. Selain
itu, lokasi juga dekat dengan salah satu pusat perdagangan sehingga semakin
mendukung penyaluran KUR bagi sektor tersebut. Hal ini dapat terlihat dengan
adanya kecenderungan peningkatan jumlah debitur yang mengakses KUR Mikro
pada BRI Unit Ciampea yang terjadi pada bulan Desember 2009 hingga Oktober
2014 (BRI 2014). Namun pada sisi lain, peningkatan dalam penyaluran KUR
tersebut ternyata juga diikuti dengan adanya peningkatan rasio kredit bermasalah.
Sehingga penelitian yang bermanfaat dalam pengembangan pengelolaan risiko
kredit ini, terutama dalam hal penyeleksian calon debitur diharapkan dapat
memberikan masukan bagi pihak manajemen BRI Unit Ciampea.
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan memberikan
kuisioner kepada nasabah/debitur yang menggunakan KUR Mikro di Bank BRI
Unit Ciampia. Di samping itu, agar pertanyaan dalam wawancara lebih sistematis
dan diskusi dengan pihak manajemen BRI Unit Ciampea. Data sekunder diperoleh
dari kantor pusat Bank BRI yang merupakan data kuantitatif yang diperoleh dari
data terkait debitur KUR Mikro serta laporan BRI Unit Ciampea dari jangka
waktu Desember 2009 hingga Oktober 2014 yang menyangkut KUR, studi
pustaka, jurnal, laporan penelitian, majalah dan internet yang relevan dengan topik
penelitian.
22
Metode Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua usaha mikro yang menjadi
debitur KUR Mikro BRI unit Ciampea dan masih tergolong aktif dari bulan
Januari 2014 hingga bulan Oktober 2014 dan telah memperoleh pinjaman KUR
dengan tujuan modal usaha bukan untuk investasi. Jumlah anggota populasi ini
sebanyak 4978 debitur yang terbagi dalam dua sub populasi yaitu debitur dengan
pengembalian lancar sebanyak 4683 orang dan debitur dengan pengembalian tidak
lancar sebanyak 295 orang, dimana populasi ini terbagi menjadi tiga sektor yaitu
terdiri dari 666 sektor pertanian, 1417 sektor perdagangan, 976 sektor industri,
dan 1919 sektor jasa. Sedangkan total nasabah KUR agribisnis berjumlah 3059
yang terdiri dari 2814 nasabah yang lancar dalam mengembalikan Kredit Usaha
Rakyat dan 245 nasabah yang kurang lancar dalam mengembalikan Kredit Usaha
Rakyat. Jumlah sampel yang diambil yaitu 40 responden, di mana terdiri dari 3
responden yang tidak lancar dalam pengembalikan kredit dan 37 responden yang
lancar dalam mengembalikan kredit. Hal ini diperoleh dari perhitungan sampel
dengan menggunakan metode cluster yang mengelompokkan responden
berdasarkan sektor pertanian, perdagangan dan industri. Penentuan jumlah sampel
dalam penelitian ini mengikuti pendapat dari Hair (1998) yang menyatakan bahwa
terdapat beberapa kesamaan antara analisis diskriminan dengan analisis regresi
diantaranya adalah populasi terbagi menjadi kelompok-kelompok tertentu dan
untuk dapat mewakili masing-masing kelompok dibutuhkan minimal 30 observasi
sebagai sampel dari masing-masing kelompok tersebut.
Heterogenitas populasi yang menjadi sasaran sangat penting dalam
menetapkan besarnya sampel. Dua pertimbangan yang sering kali dianggap
penting dalam menentukan besarnya sampel adalah waktu dan dana yang tersedia
bagi peneliti. Metode penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara
sengaja dan disproporsional sehingga semua anggota tidak memiliki peluang yang
sama untuk dijadikan sampel dan jumlah sampel yang mewakili kelompok-
kelompok dalam populasi tidak bersifat proporsional. Pemilihan sampel secara
sengaja dan tidak proporsional ini dilakukan karena keterbatasan jangkauan
terhadap debitur yang tempat tinggalnya cukup jauh sehingga debitur sampel yang
diambil adalah debitur yang relatif lebih mudah dijangkau dan lebih komunikatif
berdasarkan referensi petugas BRI Unit Ciampea, sehingga konsukuensi dari
penggunaan metode pemilihan sampel tersebut adalah responden yang diambil
kemungkinan tidak merepresentasikan sebagian dari populasi secara keseluruhan.
Metode Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan secara manual dan
komputerisasi. Pengolahan data dilakukan dengan melalui tiga tahap yaitu
penyuntingan (editing), pengkodean (coding), dan tabulasi (tabulating). Editing
dilakukan dengan memeriksa kembali setiap lembar kuisioner untuk memastikan
bahwa setiap pertanyaan di dalam kuisioner telah diisi dengan baik oleh setiap
23
responden.Setelah itu, coding dilakukan dengan memberi kode pada setiap
jawaban responden dalam kuisioner.Data-data yang telah di-coding kemudian
dimasukkan ke dalam bentuk tabel-tabel (tabulating) untuk diolah dengan
Microsoft Excel, SPSS 11 dan Minitab 16. Pengolahan data dilakukan untuk
menjawab setiap pertanyaan yang tercantum dalam tujuan penelitian. Penelitian
ini digunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.
Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis
deskripsif. Analisis deskriptif merupakan deskripsi yang akan menggambarkan
gambaran umum BRI Unit Ciampea serta karakteristik nasabah mengenai
hubungan karakteristik individu, karakteristik usaha dan karakteristik kredit yang
diduga dapat mempengaruhi tunggakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro BRI
Unit Ciampea yang didukung penyajian data dalam bentuk tabulasi. Analisis
deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik nasabah yang lancar dalam pengembalian kreditnya dengan debitur
yang tidak lancar dalam pengembalian kreditnya di Bank BRI Unit Ciampea.
Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif yang digunakan adalah analisis terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi tunggakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dengan
menggunakan model analisis regresi linier berganda sehingga diketahui variabel-
variabel bebas yang secara nyata berpengaruh atau tidak terhadap tunggakan
kredit sebagai variabel terikat. Variabel bebas dalam model tersebut terdiri dari
tingkat pendidikan, jarak rumah nasabah, jumlah tanggungan keluarga,
pengalaman usaha agribisnis, aset usaha, omset usaha, jangka waktu pelunasan
kredit, pengalaman menerima kredit dan penggunaan kredit untuk usaha.
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tunggakan KUR Mikro di BRI
Unit Ciampea akan dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda.
Regresi linier berganda adalah persamaan regresi dengan pendugaan nilai peubah
Y (variabel terikat) berdasarkan hasil pengukuran pada beberapa peubah bebas X
(variabel bebas) (Harmini 2009).
Variabel terikat merupakan tunggakan kredit yang diperoleh dari persentase
perbandingan Baki Debet terhadap total plafon nasabah KUR Mikro BRI Unit
Ciampea. Sedangkan variabel bebas terdiri dari tingkat pendidikan, jarak rumah
nasabah, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usaha, aset usaha, omset usaha,
jangka waktu pelunasan kredit, pengalaman menerima kredit dan penggunaan
24
usaha untuk usaha. Estimasi model untuk analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea adalah sebagai berikut:
Yi = b0+b1X1i+ b2X2i+b3X3i+b4X4i+b5X5i+b6X6i+b7X7i+b8X8i+b9X9i+b10X10i+e
Dugaan nilai parameter:
b1,b4,b5, b6, b7, b8,b9,b10< 0 adalah koefisien untuk faktor X1, X4, X5, X6, X7, X8,
X9 dan X10
b0, b2,b3> 0 adalah koefisien untuk konstanta, X2 dan X3
Dimana:
Yi = Tunggakan (%)
X1i = Tingkat pendidikan (tahun)
X2i = Jarak rumah nasabah (km)
X3i = Jumlah tanggungan keluarga (orang)
X4i = Frekuensi menerima kredit (kali)
X5i = Jenis usaha (dummy (on-farm = 1 dan off-farm = 0)
X6i = Pengaaman usaha agribisnis (tahun)
X7i = Aset usaha (juta rupiah)
X8i = Omset usaha (juta rupiah)
X9i = Jangka waktu pelunasan kredit (tahun)
X10i= Penggunaan kredit untuk usaha (%)
e = Kesalahan penganggu (disturbance error)
Hipotesis faktor-faktor yang diduga mempengaruhi tunggakan KUR Mikro
Unit Ciampea dalam penelitian adalah:
1. Tingkat pendidikan diduga mempengaruhi wawasan nasabah dalam
menjalankan usaha dan dalam mengambil keputusan secara rasional dalam
pengembangan usahanya. Hal ini karena semakin tinggi pendidikan
seseorang pada umumnya semakin meningkatnya wawasan dan
pengetahuan nasabah yang dianggap akan semakin mampu dalam
mengelola usahanya. Oleh karena itu tingkat pendidikan diduga
mempengaruhi secara nyata terhadap tunggakan KUR Mikro di BRI Unit
Ciampea dimana dengan semakin meningkatnya tingkat pendidikan, maka
tunggakan KUR Mikro akan semakin kecil. Berdasarkan hal tersebut,
hipotesis yang akan digunakan adalah:
H0 = Koefisien tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata
H1 = Koefisien tingkat pendidikan berpengaruh nyata
2. Jarak rumah nasabah diduga berimplikasi pada pengeluaran yang
dikeluarkan nasabah untuk transportasi menuju ke lokasi BRI Unit
Ciampea, sehingga semakin jauh jarak rumah nasabah dengan BRI Unit
Ciampea maka kemalasan dalam membayar secara tepat waktu samakin
besar. Dengan kata lain, jarak rumah nasabah berdampak terhadap
bertambahnya pengeluaran yang dikeluarkan oleh nasabah sehingga
cenderung besar tingkat kemalasannya. Hal ini akan berhubungan secara
positif terhadap tunggakan kredit. Semakin jauh jarak rumah nasabah
maka tunggakan akan semakin besar. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis
yang akan digunakan adalah:
H0 = Koefisien jarak rumah nasabah tidak berpengaruh nyata
H1 = Koefisien jarak rumah nasabah berpengaruh nyata
3. Jumlah tanggungan keluarga diduga berkorelasi pada pengeluaran
keluarga yang akan mempengaruhi kemampuan dalam tingkat
25
pengembalian kredit. Semakin besar jumlah tanggungan keluarga pada
umumnya semakin besar pula pengeluaran keluarga. Sehingga berdasarkan
hal ini jumlah tanggungan keluarga diduga berhubungan secara positif
terhadap tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea. Berdasarkan hal
tersebut, hipotesisi yang akan digunakan adalah:
H0 = Koefisien jumlah tanggungan keluarga tidak berpengaruh nyata
H1 = Koefisien jumlah tanggungan keluarga berpengaruh nyata
4. Frekuensi menerima kredit diduga berimplikasi terhadap kepercayaan
yang diberikan terhadap pihak manajemen perbankan terhadap para
debitur. Semakin sering frekuensi menerima kredit nasabah maka semakin
besar pula kepercayaan yang diberikan pihak manajemen terhadap nasabah.
Dengan kata lain, nasabah tersebut memiliki catatan pengembalian kredit
baik di pihak manajemen bank. Hal ini berpengaruh secara negatif
terhadap tunggakan KUR Mikro Unit Ciampea, semakin sering frekuensi
menerima kredit nasabah maka semakin kecil tunggakan kreditnya.
Berdasarkan hal ini, hipotesis yang digunakan adalah:
H0= Koefisien frekuensi menerima kredit tidak berpengaruh nyata
H1 = Koefisien frekuensi menerima kredit berpengaruh nyata
5. Jenis usaha diduga mempunyai pengaruh secara negatif terhadap
tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea. Jenis usaha dalam penelitian
ini berbentuk Dummy, ketika jenis usaha on-farm diberi nilai nol karena
dianggap sektor on-farm lebih berisiko dari pada sektor off-farm dan
ketika off-farm diberi nilai satu. Semakin besar nilai koefisein jenis usaha
yang diperoleh maka diduga tunggakan KUR Mikro Unit Ciampea
semakin kecil karena dianggap resiko usaha yang dijalankan oleh nasabah
kecil.
H0 = Koefisien jenis usaha tidak berpengaruh nyata
H1 = Koefisien jenis usaha berpengaruh nyata
6. Pengalaman usaha agribisnis diduga mempunyai pengaruh secara negatif
terhadap tunggakan KUR Mikro Unit Ciampea. Semakin berpengalaman
nasabah dalam menjalankan usahanya maka semakin besar juga nasabah
tersebut dalam mengembangkan usahanya, sehingga omset usaha akan
semakin besar. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan
adalah:
H0 = Koefisien pengalaman usaha tidak berpengaruh nyata
H1 = Koefisien pengalaman usaha berpengaruh nyata
7. Aset usaha diduga berimplikasi terhadap kelengkapan fasilitas yang
dimiliki oleh nasabah dalam menjalankan usahanya, sehingga akan
semakin menunjang perkembangan usahanya tersebut. Dengan kata lain,
semakin besar aset usaha yang dimiliki nasabah maka semakin besar pula
usaha tersebut akansemakin mampu berkembang. Hal ini akan
berhubungan negatif dengan tunggakan KUR Mikro Unit Ciampea.
Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah:
H0 = Koefisien aset usaha tidak berpengaruh nyata
H1 = Koefisien aset usaha berpengaruh nyata
8. Omset usaha diduga berpengaruh secara negatif terhadap tunggakan KUR
Mikro Unit Ciampea. Semakin besar omset usaha yang didapat oleh
nasabah dari hasil usahanya, maka akan semakin besar pula kesempatan
26
untuk mengembalikan kredit secara tepat waktu. Berdasarkan hal tersebut,
hipotesis yang akan digunakan adalah:
H0 = Koefisien omset usaha tidak berpengaruh nyata
H1 = Koefisien omset usaha berpengaruh nyata
9. Jangka waktu pelunasan kredit diduga berimplikasi terhadap besar
kecilnya jumlah angsuran yang harus dibayar debitur setiap bulannya.
Semakin lama jangka waktu pelunasan kredit semakin kecil jumlah
angsuran yang harus dibayar oleh debitur. Hal ini berpengaruh secara
negative terhadap tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea, semakin
lama jangka waktu pelunasan kredit yang diambil nasabah maka semakin
turun tunggakan kredit artinya persentase tunggakan nasabah semakin
kecil. Berdasarkan hal tersebut, hipotesis yang akan digunakan adalah:
H0 = Koefisien jangka waktu pelunasan kredit tidak berpengaruh
nyata
H1 = Koefisien jangka waktu pelunasan kredit berpengaruh nyata
10. Penggunaan kredit untuk usaha diduga berimplikasi terhadap semakin
besarnya kesempatan untuk mengembangkan usahanya karena semakin
besar alokasi pinjaman kredit untuk usaha, diharapkan akan semakin
mampu membantu dalam mendanai usaha nasabah, sehingga omset
usahanya semakin besar pula. Hal ini berpengaruh secara negatif terhadap
tunggakan KUR Mikro Unit Ciampea. Semakin besar penggunaan kredit
untuk usaha maka semakin kecil jumlah tunggakan yang akan dimiliki
oleh debitur sehingga persentase tunggakan kreditnya. Berdasarkan hal ini,
hipotesis yang digunakan adalah:
H0=Koefisien penggunaan kredit untuk usaha tidak berpengaruh
nyata
H1= Koefisien penggunaan kredit untuk usaha berpengaruh nyata
Untuk mengetahui persen variasi dalam variabel terikat (Y) yang
disebabkan oleh variabel bebas (X) maka digunakan koefisien determinasi
(Harmini 2009). Dalam regresi berganda, variasi ini akan disebabkan oleh
beberapa variabel bebas (X1,X2,X3 ,...,X9)
R2=
SSregression
SS total
Dimana:
R2 = Koefisien Determinasi
SSR = Jumlah Kuadrat Regresi
SSTotal = Jumlah Kuadrat Total
Jangkauannya berkisar antara 0-1.Nilai yang dekat dengan nol menunjukkan
hubungan yang lemah antara kelompok variabel bebas dan variabel
terikatnya.Sedangkan nilai yang dekat dengan satu menunjukkan hubungan yang
kuat yang berarti semakin tepat suatu garis regresi linier yang digunakan sebagai
pendekatan.
Untuk menentukan faktor yang berpengaruh nyata dan tidak berpengaruh
nyata digunakan uji sebagai berikut:
1. Uji Signifikansi Model Dugaan (Uji F)
Pemeriksaan akurasi model dugaan, selain menggunakan ukuran deskriptif
melalui R2 tersebut, juga dibutuhkan pemeriksaan inferensia statistika
yakni melalui uji hipotesis.Berdasarkan hal tersebut digunakan pengujian
serentak seluruh koefisien regresi (Uji F).
27
Fhit= [SSregression
DFregression]
[SSerror
DFerror]
Dimana:
SSR = jumlah dari kuadrat regresi
SSE = jumlah kesalahan kuadrat
k = jumlah variabel bebas
n = jumlah pengamatan
hipotesa:
H0 = β1 = β2 = ... = βj =... = βk = 0
H1 = Minimal ada satu Slope (β) yang ≠ 0
Kreteria ujia:
H0 ditolak apabila : Fhitung> Ftabel atau P- value< α, derajat bebas tertentu
H1 diterima apabila : Fhitung< Ftabel atau P- value< α, derajat bebas tertentu
Uji F ini digunakan untuk mengetahui kemampuan dari
sekelompok variabel bebas X1,X2,X3, ... , X9 untuk menjelaskan perilaku
variabel terikat Y. Jika tolak H0 berarti seluruh variabel bebas X
berpengaruh nyata terhadap variabel terikat Y. Sedangkan jika terima H0
berarti seluruh variabel bebas X tidak berpengaruh nyata terhadap variabel
terikat Y.
2. Uji Signifikansi Koefisien Model Dugaan (Uji T)
Apabila model dugaan disimpulkan signifikan, maka perlu diperiksa lebih
lanjut variabel independent mana saja yang berpengaruh signifikan
terhadap variabel dependent. Untuk memeriksa hal tersebut digunakan uji
T, yaitu:
Thitung = bj- βj Ho
StDev bj
Dimana:
bj= Koefisien model dugaan (slope) untuk variabel Xj
βj(Ho)= Nilai koefisien model (slope) untuk variabel Xj di bawah H0
StDev(bj) = Standae deviasi koefisien regresi ke i
Hipotesa:
H0 : bj = 0
H1 : bj ≠ 0
Kriteria uji:
H0 ditolak apabila : thitung> ttabel atau P-value< α, derajat bebas tertentu
H1 diterima apabila : thitung< ttabel atau P-value< α, derajat bebas tertentu
Uji T digunakan untuk melihat masing-masing koefisien regresi
berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikat.Jika tolak H0 berarti
variabel bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel terikat, sedangkan
jika terima H0 berarti variabel bebas yang diuji tidak berpengaruh nyata terhadap
variabel terikat.Pengujian ini menggunakan tingkat kepercayaan 90 persen atau
taraf nyata (α) sebesar 10 persen.
Selain itu, untuk mengevaluasi model dugaan terhadap adanya masalah pada
regresi linier berganda (Lind et al. 2007) harus memenuhi asumsi OLS
( Ordinary Least Square) antara lain:
1. Uji Normalitas
28
Uji normalitas digunakan untuk memastikan bahwa kesimpulan yang
diambil dalam uji global dan uji parsial valid adanya.Kenormalan
diketahui melalui sebaran regresi yang merata disetiap nilai. Cara yang
digunakan untuk melihat normalitas data salah satunya adalah melihat plot
garis dari strandardized residualcumulative probality (grafik probabilitas
normal). Apabila sebaran data berada pada garis normal atau cukup dekat
dengan garis lurus yang ditarik dari kiri bawah ke kanan atas dalam grafik,
maka dapat dikatakan bahwa data yang diuji memiliki sebaran normal.
2. Uji Autokorelasi
Autokorelasi terjadi ketika error-error berhubungan yang berada dalam
regresi saling berkorelasi.Adanya masalah autokorelasi diuji dengan
menggunakan uji Durbin-Watson.Nilai d (statistic Durbin-Watson)
berkisar 0-4. Jika nilai d berkisar pada angka dua, hal ini menunjukkan
bahwa model tersebut tidak mengandung autokorelasi.
3. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas terjadi ketika variabel-variabel bebasnya saling
berkorelasi.Variabel variabel yang berkorelasi ini membuat pendugaan
koefisien menjadi tidak stabil.Pengujian masalah multikolinier dilakukan
dengan melihat nilai VIF (Variance Inflation Factors) pada setiap variabel
bebas, jika nilai VIF lebih besar dari sepuluh menunjukkan adanya
masalah multikolinieritas.
4. Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas terjadi ketika variasi di sekitar persamaan regresi
bernilai berbeda untuk semua nilai variabel bebas. Untuk mengetahui ada
tidaknya heteroskedastisitas dengan cara membuat scatter plot dari model
persamaan regresi. Jika membentuk pola tertentu, maka akan terjadi
adanya heteroskedastisitas. Jika tidak membentuk pola yang jelas serta
titik tersebut tersebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka
heteroskedastisitas tidak terjadi atau disebut dengan homokedastisitas.Hal
ini juga dapat diperjelas dengan Test for Equal Variance for residual.Jika
P-value Bartlett’s test dan P-value Levene’s test > α, maka data tersebut
homogeny atau komponen error tidak heterokedastisitas.
Definisi Operasional
1. Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank. Pada penelitian ini
nasabah yang dimaksud adalah nasabah pengguna KUR Mikro BRI Unit
Ciampea.
2. Kredit lancar yaitu kredit yang tidak mengalami penundaan/penunggakan
dalam pembayaran pokok pinjaman dan bunga dari waktu yang ditetapkan.
3. Kredit tidak lancar (menunggak) kredit yang mengalami
penundaan/penunggakan dalam pembayaran pokok pinjaman dan bunga
dari waktu yang ditetapkan selama satu minggu atau lebih.
29
4. Tingkat pengembalian kredit merupakan persentase dari hasil
perbandingan dari Baki Debet terhadap total plafon nasabah KUR Mikro
BRI Unit Ciampea.
5. Baki Debet merupakan saldo pokok dari plafon pinjaman yang telah
disepakati dalam perjanjian kredit dan biasanya akan berkurang jika
angsuran rutin dilakukan atau sesuai dengan jadwal pembayaran oleh
debitur. Dengan kata lain, semakin besar Baki Debet debitur maka
semakin besar pula tunggakan yang dimiliki oleh debitur tersebut.
6. Tingkat pendidikan yaitu tingkat pendidikan formal yang pernah dijalani
oleh debitur, dihitung dalam satuan tahun (tidak lulus SD = 0 tahun, lulus
SD = 6 tahun, lulus SMP = 9 tahun, lulus SMA = 12 tahun, lulus D3 = 15
tahun, lulus S1 = 16 tahun, lulus S2 = 18 tahun).
7. Jarak tempat tinggal adalah jarak antara tempat tinggal debitur dengan
kantor pelayanan BRI, diukur dalam satuan kilometer.
8. Jumlah tanggungan dalam keluarga yaitu banyaknya orang yang menjadi
tanggungan debitur dalam keluarganya termasuk debitur sendiri dan
dihitung dalam satuan orang.
9. Frekuensi menerima kredit yaitu pengalaman debitur dalam mengambil
atau menerima kredit, dihitung dalam satuan kali.
10. Jenis usaha yaitu jenis usaha yang dijalankan oleh debitur apakah sektor
on-farm atau sektor off-farm dalam bentuk Dummy, dimana sektoron-farm
diberi nilai 0 dan sektor off-farmdiberi nilai 1.
11. Pengalaman usaha agribisnis yaitu lama usaha yang digeluti debitur,
dihitung dalam satuan tahun.
12. Aset usaha yaitu harta kekayaan yang dimiliki oleh debitur yang
digunakan untuk menjalankan atau mendukung usaha yang digelutinya.
13. Pendapatan/omset usaha yaitu jumlah penerimaan kotor rata-rata per bulan
dari hasil usaha debitur, dihitung dalam satuan juta rupiah.
14. Jangka waktu pengembalian yaitu lamanya masa pengembalian yang
disepakati baik oleh pihak BRI Unit Ciampea maupun oleh pihak debitur,
dihitung dalam satuan tahun.
15. Penggunaan kredit yaitu penggunaan kredit yang digunakan oleh debitur
untuk usaha, dihitung dalam satuan rupiah.
GAMBARAN UMUM BANK RAKYAT INDONESIA UNIT CIAMPEA
Sejarah dan Struktur Organisasi BRI Unit Ciampea
BRI Unit berdiri pada mulanya berawal dari dasar gagasan dari Dr.Soedarso
Hadisaputro dan disahkan berdasarkan Surat keputusan Direksi BRI Nokep: S.34-
31/ 9/69 tanggal 9 September 1969 tentang proyek pengembangan ekonomi
wilayah Unit Desa.Realisasi gagasan ini kemudian diawali di wilayah D.I.
Yogyakarta dengan 18 BRI Unit dengan 54 orang pegawai.Dalam proyek
30
pengembangan ekonomi wilayah pedesaan ini, BRI Unit berperan sebagai
penyalur kredit untuk para petani. Selanjutnya tahun 1970 proyek ini
dikembangkan ke seluruh pulau Jawa, hingga sampai menjangkau wilayah Jawa
Barat dimana salah satu BRI Unit yang ada adalah BRI Unit Ciampea Cabang
Dewi Sartika Bogor. BRI Unit Ciampea berdiri pada tahun 1972 yang pada
mulanya bertujuan untuk mengelola hasil dari penen dan untuk melakukan
penyetoran motor.
BRI Unit Ciampea merupakan kantor unit yang berada di bawah cabang dari
Dewi Sartika Bogor yang terletak di Jalan Letnan Sukarna, Warung Borong,
Ciampea tepatnya di Kecamatan Ciampea. Ruang lingkup BRI Unit Ciampea
yaitu di Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Tenjolaya.Mayoritas nasabah BRI
Unit Ciampea berdomisili di Kecamatan Ciampea. Masing-masing kecamatan
mencakup beberapa desa di Kecamatan Ciampea mencakup 13 desa yaitu,
Cihedeung Udik, Cihideung Ilir, Cibanteng, Bojong Jengkol, Banteng, Ciampea,
Ciampea Udik, Cibadak, Cinangka, Tegal Waru, Cicadas, Cibuntu dan Bojong
Rangkas dan Kecamatan Tenjolaya enam desa yaitu Tapos I, Tapos II, Gunung
Malang, Situ Daun, Cibitung Tengah dan Cinangneng. Pada awal berdirinya BRI
Unit Ciampea juga sebagai salah satu penyalur Kredit Bimas, untuk peminjaman
dikhususkan (sebagian besar) untuk nasabah di Kecamatan Ciampea dan adapula
beberapa berasal dari wilayah lain.
BRI Unit Ciampea dipimpin oleh seorang Kepala Unit (Kaunit) yang
membawahi Mantri, kemudian di bawah Mantri ada Deskman, Customer Service,
dan Teller (Gambar 4). Berdasarkan gambar 4 fungsi dari masing-masing pihak
dalam struktur organisasi di BRI Unit Ciampea tersebut memiliki perbedaan,
yaitu:
1. Kepala Unit (Kaunit) bertugas sebagai pemimpin kantor BRI Unit serta
bertanggung jawab atas seluruh kegiatan operasional yang dilakukan oleh BRI
Unit tersebut. Di samping itu juga mempunyai wewenang untuk melakukan
putusan kredit sebatas Kuasa Memutus Permohonan Pinjaman (KMPP) yang
dimilikinya.Kaunit mempunyai wewenang untuk memutuskan kredit sebesar
20 juta rupiah, lebih dari nilai tersebut harus diproses di Kantor Cabang.
2. Mantri Kupedes bertugas sebagai tenaga pemasar yang berfungsi ganda
sebagai lending atau funding officer di bagian kredit kupedes yang
dikhhususkan untuk pinjaman, mantri kupedes berfungsi sebagai seorang analis
kredit yang melakukan analisis dan merekomendasi putusan kredit kupedes
sekaligus berfungsi sebagai pembina nasabah kredit kupedes.
3. Mantri KUR bertugas sebagai tenaga pemasar yang berfungsi ganda sebagai
lending atau funding officer di bagian kredit KUR, dimana dalam hal ini
dikhususkan untuk pinjaman KUR, mantri KUR berfungsi sebagai seorang
analis kredit yang melakukan analisis dan merekomendasi putusan kredit KUR
sekaligus berfungsi sebagai pembina nasabah kredit KUR.
4. Deksmanbertugas melayani kebutuhan nasabah dalam melakukan transaksi di
BRI Unit yang bersifat administratif. Selain itu berfungsi untuk memberikan
informasi.
5. Customer Service bertugas melayani nasabah yang terbatas pada pelayanan
secara administratif dan juga memberikan informasi produk perbankan kepada
nasabah.Customer service juga melakukan registrasi dan pembuatan laporan
yang diperlukan oleh Kantor Cabang.
31
6. Teller bertugas melayani nasabah dalam bentuk transaksi tunai perbankan yang
meliputi setoran dan penarikan simpanan, setoran pinjaman, setoran transfer
dan kliring, serta transaksi tunai lainnya.
7. Satpam bertugas menjaga keamanan kantor Unit BRI Ciampea. Jumlah satpam
di BRI Unit Ciampea ada dua yang bertugas secara bergantian dari jam 09:00
WIB hingga 15:00 WIB.
8. Penjaga Malambertugas menjaga keamanan kantor Unit BRI Ciampea pada
malam hari.
9. Office Boy bertugas membersihkan seluruh kantor Unit BRI Ciampea serta
membantu kelancaran tugas Mantri, Deksman, Customer service, dan Teller.
Gambar 4 Struktur organisasi BRI Unit Ciampea
Visi, Misi, Tujuan BRI Unit Ciampea
Visi BRI adalah menjadi bank komersial yang selalu mengutamakan
kepuasan nasabah. Oleh karena itu, untuk mewujudkan visi tersebut BRI
menetapkan tiga misi yang harus dilaksanakan yaitu:
1. Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan memprioritaskan
pelayanan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk menunjang
perekonomian masyarakat.
2. Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang
tersebar luas dan didukung sumber daya manusia (SDM) yang profesional
dengan melakukan praktek tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate
Governance).
Kepala Unit
Mantri Kupedes Mantri KUR
Deskman Customer Service
Satpam Penjaga Malam
Teller
Ofiice Boy
32
3. Memberikan keuntungan dan manfaat seoptimal mungkin kepada berbagai
pihak yang berkepentingan.
Budaya Perusahaan
PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk memiliki nilai-nilai perusahaan (Good
Corporate Governance) yang menjadi landasan berpikir, bertindak, serta
berperilaku bagi setiap insan BRI dimana pun berada yaitu:
1. Integritas
2. Profesionalisme
3. Kepuasan nasabah
4. Keteladanan
5. Penghargaan kepada SDM
Kesadaran akan nilai-nilai tersebut menjadi kekuatan filosofi bisnis BRI dan
menjadi budaya kerja perusahaan (corporate culture) yang solid dan berkarakter.
Sebagai salah satu wujud penerapan budaya kerja dan kode etik banker, BRI
mematuhi seluruh ketentuan dan perundang-undangan yang terkait dengan
kegiatan operasional bank.Hal ini mendorongan kegiatan operasional bank. Hal
ini mendorong BRI untuk selalu mengedepankan asas kehati-hatian (prudential
banking) dan komitmen terhadap kepentingan stakeholders, dengan mewujudkan
bentuk tata kelola perusahaan sebagai berikut:
1. Mengintensifkan program budaya sadar risiko dan kepatuhan kepada setiap
pekerja di seluruh unit kerja
2. Mengintensifkan peningkatan kualitas pelayanan di seluruh unit kerja
3. Menjabarkan dan memonitor setiap kemajuan yang dicapai perusahaan ke
dalam rencana tindakan yang terukur dan dapat dipertanggungjawabkan oleh
setiap unit kerja.
Bidang Usaha
Bank BRI mempunyai berbagai bidang usaha yang secara garis besar dapat
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bidang usaha simpanan, pinjaman, dan jasa bank
lainnya.
1. Bidang Simpanan
Meliputi Giro BRI (Girobri), Deposito BRI (Depobri) baik dalam mata uang
rupiah maupun US Dollar, Sertifikat BRI (Sertibri), Tabungan Britama baik
Britama Rupiah maupun Britama Dollar, Tabungan Simaskot, Tabungan
Simpedes, dan Tabungan Haji.
2. Bidang Pinjaman
Melipuit Kredit Prioritas atau Kredit Program, Kredit Non Program,
Kredit Komersial, Kredit Kepemilikan Rumah, Kredit Kendaraan
Bermotor, Kredit Profesi, Kredit Ekspres, KreditPembinaan Peningkatan
33
Pendapatan Petani atau Nelayan (P4K), Kupedes, Kredit Golongan
Berpenghasilan Tetap, Kredit Pensiun, Kredit Cash Collateral, dan Kredit
Usaha Rakyat (KUR).
3. Usaha Jasa Bank
Meliputi transfer, Inkaso, Safe Deposit Box, Automatic Teller Machine
(ATM), Cek Perjalanan BRI (Cepebri), Kliring, dan jual beli Bank Notes
atau mata uang asing. Selain itu juga, jasa bank juga meliputi biaya
penyelenggaraan ibadah haji, penerimaan Surat Tanda Kendaraan
Bermotor (STNK), Surat Izin Mengemudi (SIM), Buku Kepemilikan
Kendaraan Bermotor (BPKB), penerimaan setoran tagihan telepon dan
listrik, pembayaran utang pension PT Taspen dan PT Asabri, pembayaran
Pajak Bea Cukai KPKN, pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
Subsidi Pembangunan Inpres (P2KP), pelayanan Setoran PT Pusri,
pelayanan pembayaran Pertamina dan pelayanan setoran Pegadaian.
Macam-Macam Kredit
Kredit-kredit yang dilayani BRI terdiri dari Kredit Kepada Golongan
Berpenghasilan Tetap (Kretap), Kredit Pensiun (Kresun), Kredit Umum Pedesaan
(Kupedes), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Kredit Kendaraan Bermotor (KKB), dan
Kredit Kepemilikan Rumah (KPR).
1. Kredit Kepada Golongan Berpenghasilan Tetap (Kretap)
Kredit Kepada Golongan Berpenghasilan tetap yang selanjutnya disebut
Kretap merupakan kredit yang diberikan kepada para pegawai instansi
pemerintah atau pegawai negeri sipil (PNS), Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Tentara Nasional
Indonesia (TNI), Polisi Republik Indonesia (POLRI) dan pegawai swasta
yang telah diangkat menjadi pegawai tetap. Kretap dilayani oleh BRI
Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu.Pemberian Kretap dilakukan
secara kolektif dengan rekomendasi dan adanya perjanjian bersama
dengan pimpinan instansi atau perusahaan tempat pegawai yang
bersangkutan bekerja. Kretap diberikan atas dasar penghasilan atau gaji
bulanan pegawai dan pembayaran angsurannya dilakukan dengan
mengadakan kerja sama pemotongan gaji dengan instansi atau perusahaan
dimana pegawai tersebut bekerja. Kredit diberikan dalam bentuk persekot
dengan angsuran bulanan secara tetap dan bunga.
2. Kredit Pensiun (Kresun)
Kredit Pensiun yang selanjutnya disebut Kresun adalah kredit yang
diberikan kepada pensiunan pegawai negeri sipil (PNS), pusat maupun
daerah ataupun jandanya, pensiunan pegawai BUMN dan BUMD ataupun
jandanya, pensiunan TNI dan POLRI ataupun jandanya, dan pensiunan
pegawai swasta yang instansinya mempunyai Yayasan Dana Pensiun
ataupun jandanya, pensiunan pegawai lainnya ataupun jandanya yang
menerima pensiun secara tetap dari perusahaan asuransi ataupun
perusahaan dana pensiun yang dapat dipercaya BRI. Kresun dilayani di
34
Kantor Cabang dan Kantor Cabang Pembantu. Pemberian Kresun atas
dasar penghasilan pensiunnya dan pembayarannya dilakukan dengan
mengadakan kerja sama pemotongan pensiun dengan lembaga yang
membayarkan pensiun. Kresun diberikan dalam bentuk persekot dengan
angsuran bulanan.
3. Kredit Umum Pedesaan (Kupedes)
Kupedes adalah fasilitas kredit yang bersifat umum, individual, selektif,
dan berbunga wajar yang bertujuan untuk mengembangkan atau
meningkatkan usaha mikro yang layak (feasible). Kupedes merupakan
kredit yang dilayani di BRI Unit dan diberikan dalam mata uang rupiah.
4. Kredit Usaha Rakyat (KUR)
KUR adalah fasilitas kredit atau pembiayaan yang khusus diperuntukkan
bagi usaha mikro, kecil, dan menengah serta koperasi yang usahanya layak
namun tidak memiliki agunan yang cukup sesuai persyaratan yang
ditetapkan BRI yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian di
tingkat usaha mikro, kecil, dan menengah dan juga koperasi. KUR
merupakan kredit yang dilayani saat ini hanya di BRI Unit dan diberikan
dalam bentuk mata uang rupiah.
5. Kredit Kendaraan Bermotor (KKB)
Kredit Kendaraan Bermotor merupakan kredit yang diberikan untuk
keperluan pembelian kendaraan bermotor. Kendaraan bermotoryang
dimaksud adalah kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat
baik yang masih baru maupun yang sudah bekas.Pasar sasarannya yaitu
perorangan maupun badan usaha atau instansi. Kredit kendaraan bermotor
ini dilayani di BRI Kantor Cabang.
6. Kredit Kepemilikan Rumah (KPR)
Kredit Kepemilikan Rumah adalah fasilitas kredit yang diberikan oleh BRI
kepada perorangan baik yang berpenghasilan tetap, professional, dan
wiraswasta untuk keperluan pembelian, pembangunan, maupun renovasi
rumah. Kredit Kepemilikan Rumah ini dilayani di BRI Kantor Cabang.
Mekanisme Penyaluran KUR Mikro pada BRI Unit Ciampea
BRI Unit Ciampea dalam penyaluran KUR secara umum melewati dua
tahap yaitu tahap pengajuan permohonan atau tahap pemberian kredit dan tahap
pembayaran kembali. Pada tahap pengajuan permohonan kredit atau pemberian
kredit diawali dengan mengisi formulir yang tersedia di BRI Unit Ciampea.
Selanjutnya akan ada penilaian kredit yang dilakukan oleh Mantri KUR BRI Unit
Ciampes. Setalah itu, Kaunit Ciampea meneliti data kredit yang telah
dikumpulkan dan mengambil keputusan, apabila usaha tersebut dinilai layak,
maka Kaunit dapat langsung memutuskan pemberian kredit. Plafon KUR di BRI
Unit Ciampea adalah maksimal lima juta rupiah. Bila permohonan kredit tersebut
dinilai tidak layak, maka Kaunit dapat langsung memberikan keputusan penolakan.
Mekanisme penyaluran kredit di BRI Unit Ciampea sama halnya dengan
mekanisme penyaluran kredit yang ada di bank unit yang lain, yaitu tidak terlepas
35
dari persyaratan maupun prosedur yang harus dipenuhi oleh debitur. Secara lebih
jelas prosedur penyaluran kredit yang dilakukanoleh BRI Unit Ciampea adalah:
1. Persyaratan Awal
Pendaftaran awal harus dilakukan di kantor BRI Unit Ciampea pada jam
kerja dan petugas yang melayani adalah Deskman. Calon nasabah harus
membawa kelengkapan identitas diri untuk permohonan pinjaman yaitu:
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) suami istri jika sudah
menikah
b. Pas foto suami istri bila sudah menikah
c. Fotokopi Kartu Keluarga dan Surat Nikah jika sudah menikah
d. KUR tidak diwajibkan menggunakan agunan, akan tetapi tidak
menutup kemungkinan pihak bank meminta jaminan atau agunan
ringan.
e. Surat Keterangan Tanah dari Desa/Kelurahan SPPT/STTS tahun
terkahir
f. Surat Keterangan Usaha (SKU) Desa
g. Calon nasabah punya usaha minimal 6 bulan yang bisa menerima
KUR
Calon nasabah dapat memilih jumlah serta jangka waktu pengembalian
KUR sesuai dengan kemampuannya berdasarkan prosedur KUR yang
berlaku.Jangka waktu angsuran KUR yang dapat dipilih calon debitur
yaitu selama 12, 18, 24 dan 36 bulan.Pada saat itu, deskman turut
membantu nasabah dalam memberikan pilihan pinjaman sesuai dengan
kemampuan usahanya.
2. Pendaftaran
Setelah proses pengajuan kredit dilakukan, selanjutnya dilaksanakan
proses administrasi. Dalam hal ini, deskman bertugas untuk memeriksa
apakah calon debitur termasuk dalam daftar hitam atau tidak. Selain itu,
deskman juga harus mempersiapkan pemeriksaan di tempat nasabah
sesuai dengan besar KUR dan memastikan pinjaman lama dengan
memeriksa berkas pinjaman yang lalu dan kartu pelunasannya, apabila
pernah atau sedang meminjam di BRI. Setelah itu, seluruh berkas
diberikan kepada Kaunit untuk diproses lebih lanjut. Kaunit akan
memeriksa kelengkapan persyaratan yang diperlukan dan berkas
pengajuan dari deskman. Sebelum memutuskan permohonan, Kaunit harus
menugaskan Mantri atau Kaunit sendiri yang melakukan pemeriksaan
kebenaran laporan usaha yang diberikan oleh calon debitur. Dalam hal ini
diharapkan Kaunit lebih mengenal karakter calon debitur.
3. Peninjauan terhadap usaha calon debitur
Peninjauan terhadap aspek-aspek usaha calon debitur juga sangat
diperlukan untuk meminimalkan risiko terjadinya penunggakan pada
pinjaman. Peninjauan dapat dilakukan secara langsung oleh Mantri
terhadap keadaan usahacalon debitur, untuk memperoleh informasi
tersebut, Mantri dapat melakukan wawancara baik langsung terhadap
calon nasabah maupun tetangga atau relasinya. Prinsip Lima C perlu
diperhatikan dalam pemeriksaan ini.Oleh karena itu, Mantri harus giat
mengamati dan mewawancarai orang-orang yang tepat guna mendapatkan
data yang akurat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam menganalisis
36
usaha calon nasabah. Peninjauan ini dilakukan oleh Mantri BRI unit
menentukan kelayakan calon debitur dalam menerima kredit. Selain itu,
peninjauan ini dilakukan untuk memastikan data yang dilaporkan oleh
calon nasabah benar-benar sesuai dengan keadaan yang terjadi tidak
direkayasa oleh calon debitur.
4. Pencairan
Pencairan dilakukan oleh BRI Unit setelah proses peninjauan dan menurut
laporan dari Mantri dan analisis Kaunit yang menyatakan layak untuk
diberikan kredit, baru setelah itu calon nasabah bisa langsung mengambil
uang pencaiaran di Bank Unit.
Produk yang ditawarkan oleh BRI Unit Ciampea adalah Simpedes,
Kupedes, KUR, tabungan Britama, Deposito BRI (Depobri), tabungan haji, dan
Simaskot (Simpanan Masyarakat Kota, pada akhir tahun 2005 ditiadakan dan
dilebur menjadi satu dengan Simpedes). Untuk lebih menarik minat nasabah
terhadap produk-produk yang ditawarkan BRI Unit Ciampea, maka BRI Unit
Ciampea memberikan fasilitas-fasilitas yang memudahkan nasabah, yaitu untuk
produk peminjaman, tidak ada persyaratan khusus hanya surat izin usaha yang
otentik dan jelas serta layak dan juga identitas diri. Selain itu, untuk produk
simpanan, dalam pembuatan simpanan hanya memerlukan KTP dan saldo awal
untuk setiap simpanan tidak terlalu besar, untuk Simpedes saldo awal sebesar 100
ribu rupiah, sedangkan untuk Britama saldo awal sebesar 200 ribu rupiah. Dalam
penarikan uang, nasabah dapat melakukannya di ATM BRI dimana saja, selain itu
BRI Unit Ciampea sudah on line sehingga nasabah dapat melakukan transaksi di
BRI mana pun.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Responden Berdasarkan Tunggakan KUR Mikro Mikro BRI
Unit Ciampea
Karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini mencakup
karakteristik personal yang mencakup variabel tingkat pendidikan, jarak rumah
debitur, jumlah tanggungan keluarga dan frekuensi menerima kredit. Karakteristik
kedua yaitu karakteristik usaha yang mencakup variabel jenis usaha, pengalaman
usaha agribisnis, aset usaha dan omset usaha. Sedangkan karakteristik ketiga yaitu
karakteristik kredit yang mencakup variabel jangka waktu pelunasan kredit dan
penggunaan kredit untuk usaha. Responden terdiri dari wanita dan laki-laki,
namun dalam hal ini jenis kelamin tidak menjadi variabel yang mempengaruhi
tunggakan Kredit Usaha Rakyat di BRI Unit Ciampea karena berdasarkan
pengalaman para menteri penggung jawab KUR Mikro umur tidak memberikan
pengaruh terhadap tunggakan kredit. Tingkat pendidikan responden dimulai dari
tamatan SD sampai D3 dengan jarak rumah debitur dimulai yang paling dekat 100
m sampai yang paling jauh 17 km, di mana responden memiliki jumlah
37
tanggungan keluarga antara 2 orang hingga 5 orang dengan pengalaman menerima
kredit antara 1 kali hingga 4 kali. Karakteristik usaha, kisaran omset responden
antara 0.8 juta rupiah hingga 108 juta rupiah dengan pengalaman usaha antara 2
tahun hingga 20 tahun, dimana aset yang dimiliki oleh respondan kisaran dari 0.2
juta rupiah hingga 17 juta rupiah dengan jenis usaha di sektor on-farm dan off-
farm. Sedangkan karakteristik kredit, penggunaan pinjaman kredit responden
berkisar antara 2 persen hingga 100 persendigunakan untuk usaha dengan jangka
waktu pengembalian kredit antara 1 tahun sampai 3 tahun (Tabel 6).
Tabel 6 Statistika deskriptif responden debitur KUR Mikro BRI Unit Ciampea
November 2014 - Januari 2015
Variabel Mean SE Mean St Dev Min Max
Tingkat pendidikan (tahun) 9.82 0.39 2.45 6.00 15.00
Jarak rumah debitur (km) 7.28 0.99 6.27 0.10 18.00
Jumlah tanggungan Keluarga (orang) 3.22 0.12 0.73 2.00 5.00
Frekuensi menerima kredit (kali) 1.43 0.11 0.71 1.00 4.00
Jenis usaha (dummy) - - - - -
Pengalaman usaha (tahun) 8.43 0.73 4.59 2.00 20.00
Aset usaha (juta rupiah) 5.44 0.74 4.66 0.20 17.00
Omset usaha (juta rupiah) 13.17 2.88 18.23 0.80 108.00
Jangka waktu pelunasan kredit (tahun) 2.05 0.08 0.49 1.00 3.00
Penggunaan kredit untuk usaha (persen)
16.09 0.85 5.36 2.00 100.00
Karakteristik Personal
Karakteristik individu diidentifikasi berdasarkan beberapa faktor yang
diduga berpengaruh terhadap tunggakan Kredit Usaha Rakyat, yaitu faktor tingkat
pendidikan, jarak rumah debitur dan jumlah tanggungan keluarga nasabah dari
BRI Unit Ciampea.
1. Tingkat pendidikan
Semakin tingginya tingkat pendidikan yang dimilki oleh seseorang, semakin
besar wawasan dan pengetahuannya dalam mengeksplor dirinya dalam suatu
usaha. Kaitannya tingkat pendidikan dengan tunggakan kredit yaitu jika semakin
tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh debitur maka akan semakin besar
potensi yang dimiliki oleh debitur dalam mengembangkan usahanya sehingga
akan meningkatkan omset penjualan usahanya dan kemudian semakin besar
peluang debitur dalam mengembalikan pengembalian kreditnya. Namun,
berdasarkan hasil penelitian di dapat bahwa sebagian besar pendidikan responden
setingkat SMP dan SMA/SMK yang proporsinya mencapai 35 persen sedangkan
tamatan D3 hanya mencapai 5 persen proporsinya, sementara pada debitur
menunggak semuanya rata-rata tamatan SMP (Tabel 7).
38
Tabel 7 Sebaran responden debitur KUR Mikro BRI Unit Ciampea
berdasarkan tingkat pendidikan November 2014 – Januari 2015
Tingkat
Pendidikan (Tahun)
Lancar Menunggak Total
Jumlah (Orang)
Proporsi (%)
Jumlah (Orang)
Proporsi (%)
Jumlah (Orang)
Proporsi (%)
SD 7.00 17.50 0.00 0.00 7.00 17.50
SMP 14.00 35.00 3.00 7.50 17.00 42.50
SMA/SMK 14.00 35.00 0.00 0.00 14.00 35.00 D III 2.00 5.00 0.00 0.00 2.00 5.00
Total 37.00 92.50 3.00 7.50 40.00 100.00
2. Jarak rumah debitur
Jarak rumah nasabah dapat menjadi salah satu penyebab kurang lancarnya
debitur dalam mengembalikan kredit karena semakin jauh jarak rumah debitur
dengan lokasi Bank Unit Ciampea maka biaya yang digunakan untuk menuju
lokasi juga semakin besar serta membutuhkan waktu yang lama untuk sampai ke
lokasi. Berdasarkan Tabel 8, bahwa rata-rata debitur yang lancar dalam
mengembalikan kredit berjarak lebih jauh dari lokasi BRI Unit Ciampea yaitu
lebih besar dari 10 km dari lokasi yang berarti bahwa jarak rumah debitur tidak
terbukti menjadi kendala dalam tunggakan KUR Mikro, karena justru debitur
yang menunggak dalam mengembalikan kredit justru rata-rata debitur yang
berlokasi dekat dengan BRI Unit Ciampea. Lokasi terjauh debitur KUR Mikro di
BRI Unit Ciampea berada di Kampung Ciangsana yang sekitar 18 km dari kantor
BRI Unit Ciampea sedangkan yang paling dekat berlokasi di sekitar BRI Unit
Ciampea yang berjarak 100 m.
Tabel 8 Sebaran responden debitur KUR Mikro BRI Unit Ciampea
berdasarkan jarak rumah debitur November 2014 – Januari 2015
Jarak Rumah
Debitur
(km)
Lancar Menunggak Total
Jumlah
(Orang)
Proporsi
(%)
Jumlah
(Orang)
Proporsi
(%)
Jumlah
(Orang)
Proporsi
(%)
≤ 2 11.00 27.50 1.00 2.50 12.00 30.00
3 – 9 10.00 25.00 1.00 2.50 11.00 27.50
≥ 10 16.00 40.00 1.00 2.50 17.00 42.50
Total 37.00 92.50 3.00 7.50 40.00 100.00
3. Jumlah tanggungan keluarga
Jumlah tanggungan keluarga kaitannya dengan tingkat pengembalian kredit
BRI Unit Ciampea yaitu semakin banyak jumlah tanggungan yang ditangung oleh
debitur, samakin besar pula pengeluaran yang dikeluarkan oleh debitur sehingga
peluang kredit macetnya besar jika pendapatan yang diperoleh debitur hanya
dihabiskan untuk mencukupi kehidupan keluarga. Berdasarkan Tabel 9, dapat
dilihat bahwa responden yang lancar dalam pengembalian memiliki jumlah
39
tanggungan keluarga rata-rata lima orang di mana proporsi terbesarnya berjumlah
tiga orang sampai lima orang yaitu sebesar 80 persen, sedangkan pada responden
yang menunggak dalam pengembalian kredit memiliki rata-rata jumlah
tanggungan keluarganya kurang dari dua orang.
Tabel 9 Sebaran responden debitur KUR Mikro BRI Unit Ciampea
berdasarkan jumlah tanggungan keluarga November 2014 – Januari
2015
Jumlah
Tanggungan Keluarga
(orang)
Lancar Menunggak Total
Jumlah (Orang)
Proporsi (%)
Jumlah (Orang)
Proporsi (%)
Jumlah (Orang)
Proporsi (%)
≤ 2 5.00 12.50 2.00 5.00 7.00 17.50
3 – 5 32.00 80.00 1.00 2.50 33.00 82.50 ≥ 5 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Total 37.00 92.50 3.00 7.50 40.00 100.00
4. Frekuensi Menerima Kredit
Frekuensi menerima kredit merupakan seberapa sering debitur dalam
menerima kredit, hal ini berkaitan dengan kepercayaan pihak perbankan terhadap
nasabah sehingga semakin sering nasabah dalam menerima kredit artinya
kepercayaan yang diberikan pihak perbankan semakin besar pula dan terdapat
catatan baik sehingga diberikan kredit lagi sama pihak perbankan. Rata-rata
responden BRI Unit Ciampea menerima kredit dua kali, di mana debitur paling
sering empat kali menerima kredit dan minimal satu kali menerima kredit (Tabel
10). Berdasarkan Tabel 10 menunjukkan bahwa responden yang lancar dalam
mengembalikan kreditnya rata-rata dua kali dalam menerima kredit dengan
proporsi 85 persen sedangkan untuk repsonden yang menunggak dalam
mengembalikan kredit rata-rata dua kali juga dalam pengalaman menerima
kreditnya dengan proporsi 7.5 persen.
Tabel 10 Sebaran responden debitur KUR Mikro BRI Unit Ciampea
berdasarkan frekuensi menerima kredit November 2014 – Januari
2015
Frekuensi Menerima
Kredit
(kali)
Lancar Menunggak Total
Jumlah
(Orang)
Proporsi
(%)
Jumlah
(Orang)
Proporsi
(%)
Jumlah
(Orang)
Proporsi
(%)
≤ 2 34.00 85.00 3.00 7.50 37.00 92.50 2 – 4 3.00 7.50 0.00 0.00 3.00 7.50
≥ 5 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Total 37.00 92.50 3.00 7.50 40.00 100.00
40
Karakteristik Usaha
Karakteristik usaha diidentifikasi berdasarkan beberapa faktor yang diduga
berpengaruh terhadap tunggakan kredit, yaitu faktor pengalaman usaha, aset usaha
dan omset nasabah dari BRI Unit Ciampea.
1. Jenis Usaha
Jenis usaha yang dijalankan nasabah BRI Unit Ciampea umumnya pada
sektor off-farm dibandingkan dengan disektor on-farm, hal ini juga dibuktikan
dengan nilai rata-rata variabel jenis usaha baik yang lancar maupun yang
menunggak keduanya di sektor off-farm sehingga nasabah KUR Mikro di BRI
Unit Ciampea rata-rata ada di sektor off-farm.
Tabel 11 Sebaran responden debitur KUR Mikro BRI Unit Ciampea
berdasarkan jenis usaha November 2014 – Januari 2015
Jenis Usaha
(dummy)
Lancar Menunggak Total
Jumlah (Orang)
Proporsi (%)
Jumlah (Orang)
Proporsi (%)
Jumlah (Orang)
Proporsi (%)
On-farm (0) 7.00 17.50 1.00 2.50 8.00 20.00
Off-farm (1) 30.00 75.00 2.00 5.00 32.00 80.00
Total 37.00 92.50 3.00 7.50 40.00 100.00
2. Pengalaman usaha agribisnis
Pengalaman usaha agribisnis dapat digunakan untuk mengetahui kehandalan
seseorang dalam menjalankan usahanya. Semakin lama pengalaman usaha
seseorang dalam menjalankan usahanya maka kemampuannya dalam mengelola
usaha akan semakin baik. Pengalaman usaha juga mencerminkan keberhasilannya
dalam bidang usaha yang telah ditekuni. Semakin lama seorang debitur telah
bergelut dalam usaha tersebut maka akan diikuti oleh peluang keberhasilan usaha
yang akan semakin besar sehingga secara tidak langsung dapat menjamin
kemampuan pengembalian kredit oleh debitur di BRI Unit Ciampea.
Tabel 12 Sebaran responden debitur KUR Mikro BRI Unit Ciampea berdasarkan pengalaman usaha November 2014 – Januari 2015
Pengalaman
Usaha
(tahun)
Lancar Menunggak Total
Jumlah
(Orang)
Proporsi
(%)
Jumlah
(Orang)
Proporsi
(%)
Jumlah
(Orang)
Proporsi
(%)
≤ 10 28.00 70.00 2.00 5.00 30.00 75.00
11 – 20 9.00 22.50 1.00 2.50 10.00 25.00
≥ 20 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
Total 37.00 92.50 3.00 7.50 40.00 100.00
Berdasarkan Tabel 12, responden yang melakukan pengembalian kredit
lancar rata-rata mempunyai pengalaman lebih lama dari pada responden yang
41
menunggak dalam mengembalikan kredit yaitu 9.2 tahun untuk debitur lancar dan
2.4 tahun untuk debitur menunggak. Responden lancar proporsi paling besar
memiliki pengalaman kurang dari sepuluh tahun dimana pada debitur yang
menunggak tidak jauh berbeda dengan debitur yang lancar pengembalian
kreditnya untuk proporsi pengalaman usaha paling besar.
3. Aset Usaha
Semakin besar dan lengkap aset yang dimiliki oleh debitur dalam
menjalankan usahanya, maka di duga akan dapat meningkatkan penjualan dari
usaha yang dijalankan debitur sehingga akan meningkatkan penjualannya.
Harapannya dengan hal itu, akan dapat memperlancar debitur dalam
mengembalikan kreditnya secara tepat waktu.
Tabel 13 Sebaran debitur KUR Mikro BRI Unit Ciampea responden berdasarkan aset usaha November 2014 – Januari 2015
Asset Usaha
(juta rupiah)
Lancar Menunggak Total
Jumlah
(Orang)
Proporsi
(%)
Jumlah
(Orang)
Proporsi
(%)
Jumlah
(Orang)
Proporsi
(%)
≤ 1 11.00 27.50 1.00 5.00 13.00 32.50 2 – 10 20.00 50.00 2.00 2.50 21.00 52.50
≥ 10 6.00 15.00 0.00 0.00 6.00 15.00
Total 37.00 92.50 3.00 7.50 40.00 100.00
Berdasarkan Tabel 13, bahwa rata-rata debitur BRI KUR Unit Ciampea
memiliki aset usaha kurang lebih lima juta rupiah, di mana debitur minimal
mempunyai aset usaha senilai dua ratus ribu rupiah dan maksimal memiliki aset
usaha senilai tujuh belas juta rupiah. Responden yang lancar dalam
mengembalikan kredit rata-rata memiliki aset sebelas juta rupiah dengan proporsi
terbesar aset yang dimilki antara dua juta rupiah sampai sepuluh juta rupiah,
sedangkan responden yang menunggak memilki rata-rata aset usaha sebesar tujuh
ratus ribu rupiah dengan proporsi terbesar aset yang dimiliki juga berasa antara
dua juta rupiah sampai sepuluh juta rupiah.
4. Omset Usaha
Omset usaha merupakan total penjualan kotor yang diperoleh seorang
pengusaha dalam satuan waktu tertentu, misalnya harian, bulanan maupun
tahunan. Faktor omset untuk debitur KUR Mikro BRI Unit Ciampea ini
diakumulasi per satu bulan untuk menyamaratakan nilai omset usaha budidaya
sayuran dengan jenis usaha lainnya. Semakin tinggi tingkat pendapatan usaha
seseorang maka akan semakin tinggi pula kemampuannya dalam membiayai
kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan kata lain, pendapatan seseorang berkorelasi
positif dengan tingkat kesejahteraanya. Kaitannya dengan tunggakan kredit yaitu
pendapatan usaha seorang debitur dapat mencerminkan kemampuannya dalam
memenuhi kewajiban pengembalian kredit dengan baik karena pendapatannya
tersebut sebagai sumber dalam membayar angsuran kredit. Semakin besar
pendapatan usaha debitur maka kemampuannya dalam membayar angsuran kredit
hingga lunas semakin terjamin. Omset usaha debitur KUR Mikro di BRI Unit
Ciampea cenderung rendah (Tabel 14), di mana rata-rata omset usaha nasabah
sekitar tiga belas juta rupiah. Sedangkan responden yang lancar dalam
42
mengembalikan kredit omset usahanya rata-rata dua belas juta rupiah dengan
proporsi terbesar omset usahanya 42.5 persen besarnya kisaran enam juta rupiah
sampai lima belas juta rupiah. Sedangkan untuk responden yang dalam
pengembalian kreditnya menunggak memiliki rata-rata omset sebesar enam ratus
ribu rupiah.Oleh karena itu, berdasarkan Tabel 14 menunjukkan bahwa nasabah
yang mempunyai omset yang tinggi dapat mengembalikan kreditnya dengan
lancar, sehingga variabel omset diduga mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
persentase total tunggakan kredit.
Tabel 14 Sebaran responden debitur KUR Mikro BRI Unit Ciampea
berdasarkan omset usaha November 2014 – Januari 2015
Omset Usaha
( juta rupiah)
Lancar Menunggak Total
Jumlah (Orang)
Proporsi (%)
Jumlah (Orang)
Proporsi (%)
Jumlah (Orang)
Proporsi (%)
≤ 5 11.00 27.50 2.00 5.00 13.00 32.50
6 – 15 17.00 42.50 1.00 2.50 18.00 45.00
≥ 15 9.00 22.50 0.00 0.00 9.00 22.50 Total 37.00 92.50 3.00 7.50 40.00 100.00
Karakteristik Kredit
Karakteristik kredit diidentifikasi berdasarkan beberapa faktor yang diduga
berpengaruh terhadap tunggakan kredit, yaitu faktor jangka waktu pengembalian
kredit, pengalaman menerima kredit dan pengunaan kredit untuk usaha nasabah
BRI Unit Ciampea.
1. Jangka Waktu Pelunasan Kredit
Tabel 15 Sebaran responden debitur KUR Mikro BRI Unit Ciampea
berdasarkan jangka waktu pelunasan kredit November 2014 –
Januari 2015
Jangka Waktu
Pelunasan Kredit
(tahun)
Lancar Menunggak Total
Jumlah (Orang)
Proporsi (%)
Jumlah (Orang)
Proporsi (%)
Jumlah (Orang)
Proporsi (%)
1 2.00 5.00 0.00 0.00 2.00 5.00
1.8 15.00 37.50 0.00 0.00 15.00 37.50 2 13.00 32.50 3.00 7.50 16.00 40.00
3 7.00 17.50 0.00 0.00 7.00 17.50
Total 37.00 92.50 3.00 7.50 40.00 100.00 Rata-rata 2.00 2.00 2.00
Nilai maksimum 3.00 2.00 3.00
Nilai minimun 0.00 1.00 1.00
Jangka waktu pelunasan kredit adalah batas waktu yang diberikan oleh bank
kepada debitur untuk membayar pinjamannya hingga lunas. Faktor ini diduga
43
akan mempengaruhi persentase total tunggakan kredit. semakin lama jangka
waktu pelunasan kredit maka jumlah angsuran yang diberikan semakin kecil,
sehingga semakin sedikit jangka waktu pelunasan kredit maka peluang kredit
macet lebih besar karena jumlah angsuran pengembalian semakin besar. Jangka
waktu pengembalian kredit di BRI Unit Ciampea terbagi ke dalam tiga empat
kategori yaitu 1 tahun, 1.8 tahun, 2 tahun dan 3 tahun (Tabel 15). Berdasarkan
Tabel 12, bahwa rata-rata jangka waktu pelunasan kredit pada debitur yang lancar
dalam pengembalian kredit adalah dua tahun dengan proporsi 37.5 persen jangka
waktu pelunasan kredit, sedangkan pada debitur yang menunggak dalam
mengembalikan kreditnya rata-rata jangka waktu pelunasan kredit dua tahun
dengan proporsi 7.5 persen pada jangka waktu pengembalian dua tahun.
2. Penggunaan Kredit untuk Usaha
Penggunaan kredit untuk usaha merupakan penggunaan pinjaman kredit
yang digunakan untuk mendanai kegiatan usahanya, sebagian besar responden
KUR Mikro di BRI Unit Ciampea tidak seluruhnya menggunakan uang
pinjamannya untuk mendanai usahanya, sebagian digunakan untuk konsumsi.
Semakin besar penggunaan pinjaman kredit yang digunakan untuk usaha maka
diharapkan usaha yang dijalankan semakin berkembang sehingga akan
meningkatkan pendapatan usahnya. Dengan kata lain, penggunaan kredit untuk
usaha berkorelasi positif dengan kenaikan omset usaha para debitur sehingga
debitur akan mampu mengembalikan kreditnya secara lancar. Berdasarkan (Tabel
16) menunjukkan bahwa rata-rata debitur yang lancar dalam mengembalikan
kreditnya lancar menggunakan kredit untuk usaha sebesar enam belas persen
dengan proporsi 72.5 persen penggunaanya untuk kredit enam puluh persen.
Sedangkan responden yang menunggak dalam mengembalikan kreditnya rata-rata
menggunakan kreditnya untuk usaha sebesar satu persen. Oleh karena itu,
penggunaan kredit untuk usaha pada debitur yang lancar lebih besar dibandingkan
dengan debitur yang menunggak sehingga hal ini di duga bahwa penggunaan
kredit untuk usaha dapat mempengaruhi tunggakan kredit di BRI Unit Ciampea.
Tabel 16 Sebaran responden debitur KUR Mikro BRI Unit Ciampea
berdasarkan penggunaan kredit untuk usaha November 2014 – Januari 2015
Penggunaan
Kredit untuk
Usaha (persen)
Lancar Menunggak Total
Jumlah
(Orang)
Proporsi
(%)
Jumlah
(Orang)
Proporsi
(%)
Jumlah
(Orang)
Proporsi
(%)
≤ 30 3.00 7.50 1.00 2.50 5.00 12.50
31 – 59 5.00 12.50 0.00 0.00 5 17.50
≥ 60 29.00 72.50 2.00 5.00 30 75.00 Total 37.00 92.50 3.00 7.50 40 100.00
44
Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Tunggakan Kredit Usaha
Rakyat (KUR) Mikro BRI Unit Ciampea
Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tunggakan Kredit
Usaha Rakyat Mikro BRI Unit Ciampea, maka dilakukan pengujian dengan
regresi linier berganda. Pada penelitian ini, diduga ada sembilan faktor yang
mempengaruhi tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea yang dikelompokkan
ke dalam tiga karakteristik yaitu karakteristik personal, karakteristik usaha dan
karakteristik kredit. Karakteristik personal meliputi faktor tingkat pendidikan (X1),
jarak rumah nasabah (X2), jumlah tanggungan keluarga (X3) dan frekuensi
menerima kredit (X4). Karakteristik usaha meliputi faktor jenis usaha (X5),
pengalaman usaha agribisnis (X6), aset usaha (X7) dan omset usaha (X8).
Sedangkan karakteristik kredit meliputi faktor jangka waktu pelunasan kredit (X9),
dan penggunaan kredit untuk usaha (X10). Pengujian ini menggunakan tingkat
kepercayaan 90 persen atau taraf nyata (α) 10 persen. Berdasarkan hasil analisis
regresi linier berganda dari 40 nasabah responden (Tabel 17), diperoleh
persamaan:
Y = 78.7 - 2.21 X1 - 0.820 X2 + 2.74 X3 - 11.2 X4 - 18.0 X5 - 1.30 X6 - 1.35 X -
0.333 X8 + 7.13 X9 - 1.83 X10
Ketepatan model diuji dengan menggunakan uji statistik, yaitu uji F, uji T
dan koefisien determinasi (R2). Diketahui bahwa P-value dari statistik F lebih
kecil dari taraf nyata sebesar 10 persen (P = 0.002 < α = 0.1) sehingga
keputusannya adalah menolak H0 artinya setidak-tidaknya ada satu variabel bebas
yang berpengaruh nyata terhadap variabel terikat (Tabel 14). Akurasi model
dugaan (goodness of fit) model dilakukan dengan memperhatikan koefisien
determinasi (R2), yaitu sebesar 43.5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar
43.5 persen variasi variabel terikat (tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea)
dapat dijelaskan secara nyata oleh variabel-variabel bebas (tingkat pendidikan,
jarak rumah nasabah, jumlah tanggungan keluarga, pengalaman usaha, aset usaha,
omset usaha, jangka waktu pelunasan kredit, pengalaman menerima kredit dan
penggunaan kredit untuk usaha) dalam model, sedangkan sisanya 56.5 persen
dapat dijelaskan oleh varaibel error (variabel lain yang tidak dimasukkan ke
dalam model).
Pengujian terhadap pengaruh nyata masing-masing variabel bebas secara
parsial dilakukan dengan uji T. Berdasarkan hasil uji, variabel-variabel yang
berpengaruh nyata terhadap tunggakan KUR Mikro Unit Ciampea berjumlah
delapan dari sepuluh variabel yang diduga, variabel-variabel tersebut adalah
variabel tingkat pendidikan, jarak rumah nasabah, aset usaha, omset usaha,
frekuensi menerima kredit, jenis usaha, pengalaman usaha agribisnis, dan
penggunaan kredit untuk usaha pada tingkat kepercayaan 90 persen.Sedangkan
variabel lainnya seperti jumlah tanggungan keluarga dan jangka waktu pelunasan
kredit tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian KUR Mikro BRI
Unit Ciampea.
Selain itu, dalam membuat suatu persamaan regresi linier berganda
diperlukan beberapa asumsi mendasar yang perlu diperhatikan, yaitu normalitas,
autokorelasi, multikolinieritas dan heteroskedasitas.
45
1. Normalitas, plot garis dari standardized residual cumulative probability
menunjukkan bahwa sebaran data berada pada garis normal. Berdasarkan
hasil uji, dapat dikatakan bahwa data penelitian ini memiliki sebaran yang
normal (Lampiran 3).
2. Autokorelasi melalui uji Durbin-Watson diperoleh nilai d = 1.84
(mendekati nilai d= 2) sehingga dapat dikatakan bahwa tidak terdapat
autokorelasi pada komponen error sehingga hasil uji F dan uji T adalah
valid (Lampiran 2).
3. Multikolineritas, berdasarkan pada hasil VIF (Variance Inflation Factors)
diketahui bahwa nilai VIF dari semua variabel independent adalah lebih
kecil dari 10 (Lampiran 2). Berdasarkan hal tersebut maka dapat
disimpulkan tidak terdapat masalah multikolinier diantara variabel
independent artinya tidak terdapat hubungan yang kuat diantara variabel-
variabel independent yang digunakan dalam penelitian ini.
4. Heteroskedasitas, plot antara standardized residual dengan variabel terikat
menunjukkan bahawa tidak terdapat suatu pola dalam plot tersebut
sehingga dapat dikatakan bahwa data tersebut homogen atau komponen
error tidak heterokedastisitas (Lampiran 3).
Tabel 17 Hasil pengujian model regresi linier berganda tunggakan KUR mikro
BRI Unit Ciampea November 2014 – Januari 2015
Notasi Variabel Koefisien Standard
Error
Thit P-value
β Konstanta 78.69 18.98 4.15 0.000
X1 Tingkat pendidikan (tahun) -2.209** 1.032 -2.14 0.041 X2 Jarak rumah nasabah (km) -0.8200* 0.4693 -1.75 0.091 X3 Jumlah tanggungan keluarga (orang) 2.744 3.469 0.79 0.435 X4 Frekuensi menerima kredit (kali) -11.162** 3.766 -2.96 0.006 X5 Jenis usaha (dummy) -18.031** 7.223 -2.50 0.018 X6 Pengalaman usaha agribisnis (tahun) -1.2993** 0.5330 -2.44 0.021 X7 Aset usaha (juta rupiah) -1.3466 * 0.6990 -1.93 0.064 X8 Omset usaha (juta rupiah) -0.3331** 0.1620 -2.06 0.049 X9 Jangka waktu pelunasan kredit
(tahun) 7.134 5.150 1.39 0.177
X10 Penggunaan kredit untuk usaha
(persen) -1.8285**
0.5994 -3.05 0.005
R2 = 56.5% R
2 (adj) = 43.5%
ANOVA
Source DF SS MS F P
Regression 10 7335.6 733.6 3.77 0.002 Residual Error 29 5647.0 194.7
Total 39 12982.6
Durbin-Watson statistic = 1,82 *) signifikan pada α = 10%
**) signifikan pada α = 5%
46
Karakter Personal
Variabel Tingkat Pendidikan (X1)
Tingkat pendidikan nasabah diduga berpengaruh negatif terhadap tunggakan
KUR Mikro BRI Unit Ciampea. Namun, hal ini berbeda dengan penelitian
sebelumnya bahwa peningkatan tingkat pendidikan pada umumnya akan
mempengaruhi wawasan dan pengetahuan berfikir yang lebih luas seseorang
sehingga semakin meningkatnya tingkat pendidikan nasabah dianggap dapat lebih
mampu mengembangkan usaha dan bertanggung jawab dalam memanfaatkan
pinjaman untuk mengembangkan usahanya. Semakin tinggi tingkat pendidikan,
nasabah dianggap akan semakin mampu mengembangkan usahanya sehingga
akan meningkatkan penjualan pada usaha yang digeluti nasabah tersebut.
Berdasarkan hasil uji, variabel tingkat pendidikan berpengaruh negatif
terhadap tunggakan KUR Mikro Unit Ciampea karena koefisien variabel tersebut
bernilai negatif, artinya apabila tingkat pendidikan nasabah bertambah satu tahun
maka diduga rata-rata tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea akan turun
sebesar 2.21 persen, ceteris paribus. Dengan kata lain, semakin bertambahnya
tingkat pendidikan nasabah maka tunggakannya semakin kecil. Hasil ini sesuai
dengan hipotesis penelitian, di mana semakin tinggi tingkat pendidikan nasabah
maka akan semakin kecil persentase total tunggakan KUR Mikro yang dimiliki
oleh nasabah.
Berdasarkan hasil regresi linier berganda tersebut, semakin tinggi tingkat
pendidikan nasabah akan mengurangi tunggakan kredit. Variabel tingkat
pendidikan ini berpengaruh nyata dalam mempengaruhi tunggakan KUR Mikro
Unit Ciampea, karena P-value lebih kecil dari taraf nyata (P = 0.041< α = 0.1).
Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan nasabah berpengaruh nyata
terhadap tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea. Tingkat pendidikan dalam
penelitian ini ternyata sebaran respondennya sebagian besar lulusan SMP dan
SMA, di mana keduanya memiliki proporsi yang sama yaitu 35 persen (Tabel 7).
Sehingga berdasarkan hal tersebut tingkat pendidikan responden debitur KUR
Mikro di BRI Unit Ciampea yang lancar dalam mengembalikan kredit ke bank
rata-rata lama dalam menempuh pendidikan. Hal ini mengindikasikan bahwa BRI
Unit Ciampea dalam memberikan pinjaman KUR Mikro terhadap nasabah
memperhatikan tingkat pendidikan nasabah dalam menyalurkan KUR Mikro.
Variabel Jarak Rumah Nasabah (X2)
Jarak rumah nasabah diduga berpengaruh positif terhadap tunggakan KUR
Mikro BRI Unit Ciampea. Semakin jauh jarak rumah nasabah terhadap lokasi BRI
Unit Ciampea, maka diduga tunggakan akan semakin besar pula, karena ada biaya
tambahan untuk transportasi sehingga asumsinya, semakin jauh jarak rumah
nasabah dari lokasi BRI Unit maka akan menambah pengeluaran nasabah
sehingga akan memberikan kesempatan menunggak dalam membayar.
Berdasarkan hasil uji, variabel jarak rumah nasabah berpengaruh negatif terhadap
tunggakan KUR Mikro Unit Ciampea karena koefisien variabel tersebut negatif,
47
artinya apabila jarak rumah nasabah ditambah satu km, maka tunggakan KUR
Mikro akan turun sebesar 0.820 persen, ceteris paribus. Pengaruh ini tidak sesuai
dengan hipotesis penelitian, di mana semakin jauh jarak rumah nasabah terhadap
kantor BRI Unit maka akan semakin besar tunggakan KUR Mikro di BRI Unit
Ciampea.
Berdasarkan hasil regresi linier berganda tersebut, semakin jauh jarak rumah
nasabah akan menurunkan tunggakan KUR Mikro Unit Ciampea. Akan tetapi,
variabel jarak rumah nasabah ini berpengaruh nyata dalam mempengaruhi
tunggakan KUR Mikro Unit Ciampea, karena P-value lebih kecil dari taraf nyata
(P = 0.091< α = 0.1). Hal ini berarti jarak rumah nasabah terhadap lokasi kantor
BRI Unit Ciampea berpengaruh terhadap tunggakan KUR Mikro BRI Unit
Ciampea. Dengan kata lain, mengindikasikan bahwa BRI Unit Ciampea dalam
memberikan pinjaman KUR Mikro terhadap nasabah mempertimbangkan variabel
jarak rumah nasabah.
Jarak rumah debitur lancar KUR Mikro di BRI Unit Ciampea ternyata
berdasarkan (Tabel 8) paling banyak berjarak lebih dari 10 km dari lokasi bank.
Sehingga dalam hal ini mengindikasikan bahwa BRI Unit Ciampea lebih banyak
mempertimbangkan memberikan kreditnya kepada debitur yang berjarak lokasi
jauh dari bank unit karena berdasarkan hasil wawancara juga bahwa pihak
manajemen BRI Unit Ciampea saat ini sedang melakukan upaya perluasan ruang
lingkup debitur yang mampu dijangkau oleh pihak bank unit.
Variabel Jumlah Tanggungan Keluarga (X3)
Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh positif terhadap tunggakan
KUR Mikro Unit Ciampea. Hal ini akan mempengaruhi nasabah dalam
melakukan pengembalian kreditnya karena semakin besar jumlah tanggungan
keluarga yang ditangung oleh nasabah maka semakin besar pula pengeluaran
rumah tangga yang dikeluarkan oleh nasabah sehingga kemampuan keuangannya
akan semakin kecil. Hal ini berarti semakin besar jumlah tanggungan keluarga
maka diduga semakin besar tunggakan kredit yang dimiliki oleh nasabah.
Berdasarkan hasil uji, variabel jumlah tanggungan keluarga nasabah
berpengaruh positif terhadap tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea karena
koefisien variabel tersebut bernilai positif, yaitu apabila jumlah tanggungan
keluarga menambah satu orang, maka rata-rata tunggakan KUR Mikro Unit BRI
meningkat sebesar 2.74 persen, ceteris paribus. Pengaruh ini sesuai dengan
hipotesis penelitian, dimana semakin banyak jumlah tanggungan keluarga
seseorang maka tunggakan yang dimiliki akan semakin besar pula.
Berdasarkan hasil regresi linier berganda tersebut, semakin besar jumlah
tanggungan keluarga akan menambah tunggakan KUR Mikro Unit Ciampea.
Akan tetapi, variabel jumlah tanggungan keluarga ini tidak berpengaruh nyata
dalam mempengaruhi tunggakan KUR Mikro Unit Ciampea, karena P-value lebih
besar dari taraf nyata (P = 0.435> α = 0.1). Hal ini berarti berapapun jumlah
tanggungan keluarga nasabah tidak berpengaruh terhadap tunggakan KUR Mikro
yang dimiliki oleh nasabah. Jumlah tanggungan keluarga debitur lancar KUR
Mikro di BRI Unit Ciampea ternyata paling banyak memiliki tanggungan
keluarga antara tiga orang sampai lima orang (Tabel 9). Sedangkan pada debitur
48
yang menunggak dalam mengembalikan kredit memiliki jumlah tanggungan
paling banyak dua orang, hal ini menunjukkan bahwa BRI Unit Ciampea dalam
memberikan kredit KUR Mikro tidak mempertimbangkan pada jumlah
tanggungan yang dimiliki oleh debitur.
Variabel Frekuensi Menerima Kredit (X4)
Frekuensi menerima kredit diduga berpengaruh negatif terhadap tunggakan
KUR Mikro di BRI Unit Ciampea. Berdasarkan hasil uji, variabel frekuensi
menerima kredit berpengaruh negatif terhadap tunggakan KUR Mikro di BRI Unit
Ciampea karena koefisien variabel ini bernilai negatif, artinya apabila frekuensi
menerima kredit bertambah satu kali, maka diduga rata-rata tunggakan KUR
Mikro di BRI Unit Ciampea akan menurun sebesar 11.2 persen, ceteris paribus.
Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana semakin berpengalaman
nasabah dalam menerima kredit maka total tunggakan KUR Mikro yang dimiliki
oleh nasabah tersebut akan semakin kecil. Dengan kata lain, banyaknya frekuensi
nasabah dalam menerima kredit berdampak terhadap tingkat kepercayaan yang
besar pihak manajemen BRI Unit Ciampea kepada nasabah tersebut sehingga
persentase total tunggakan KUR Mikro akan mampu ditekan karena sudah lebih
berpengalaman. Frekuensi menerima kredit menunjukkan apakah nasabah tersebut
pernah tidaknya mengajukan kredit sebelumnya. Frekuensi menerima kredit juga
dapat menunjukkan bahwa semakin seringnya nasabah dalam meminjam kredit
maka nasabah tersebut diduga akan lebih memahami tentang pinjaman yang
diberikan sehingga akan terlihat bagaimana aktivitas tersebut dalam
mengembalikan pinjamannya. Jika nasabah tergolong lancar maka tingkat
kepercayaan bank untuk merealisasikan pinjaman yang lebih besar akan semakin
tinggi.
Hasil analisis menunjukkan bahwa banyaknya frekuensi menerima kredit
berpengaruh nyata terhadap tunggakan KUR Mikro di BRI Unit Ciampea karena
P-value lebih kecil dari taraf nyata (P = 0.006< α = 0.1). Hal ini berarti semakin
banyaknya frekuensi nasabah dalam menerima kredit maka tunggakan KUR
Mikro di BRI Unit Ciampea akan semakin kecil. Dengan kata lain, semakin
banyaknya frekuensi nasabah menerima kredit akan mampu mengatasi dan
memahami aturan peminjaman di bank sehingga akan mampu menekan total
tunggakan serendah mungkin. Frekuensi menerima kredit debitur lancar KUR
Mikro BRI Unit Ciampea ternyata paling banyak memiliki pengalaman menerima
kredit kurang dari tiga kali (Tabel 10), dalam penelitian ini semua responden KUR
Mikro memiliki pengalaman kredit meskipun baru satu kali pengalaman
menerima kreditnya. Hal ini mengindikasikan bahwa BRI Unit Ciampea dalam
menyalurkan pinjaman KUR Mikro mempertimbangkan faktor frekuensi
menerima kredit sebagai salah satu faktor dalam menentukan besarnya jumlah
pinjaman yang akan diberikan.
49
Karakteristik Usaha
Variabel Jenis Usaha (X5)
Jenis usaha diduga berpengaruh negatif terhadap tunggakan KUR Mikro
BRI Unit Ciampea. Berdasarkan hasil uji, variabel jenis usaha berpengaruh
negatif terhadap tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea karena koefisien
bernilai negatif artinya rata-rata tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea pada
sektor off-farm diduga lebih rendah 18.0 persen, ceteris paribus. Variabel ini
berpengaruh nyata dalam mempengaruhi tunggakan KUR Mikro BRI Unit
Ciampea, karena P-Value lebih kecil dari taraf nyata (P = 0.018 <α = 0.1). Jenis
usaha debitur di BRI Unit Ciampea ternyata didominasi oleh sektor off-farm, di
mana pada sektor ini memiliki proporsi 80 persen dari keseluruhan responden
(Tabel 11). Hal ini menunjukkan bahwa BRI Unit Ciampea lebih banyak
mempertimbangkan sektor off-farm karena BRI Unit Ciampea menganggap sektor
off-farm lebih tidak berisiko dari pada sektor on-farm.
Variabel Pengalaman Usaha Agribisnis (X6)
Pengalaman usaha agribisnis diduga berpengaruh negatif terhadap
tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea. Berdasarkan hasil uji, variabel
pengalaman usaha agribisnis berpengaruh negatif terhadap tunggakan KUR Mikro
BRI Unit Ciampea karena koefisien variabel tersebut bernilai negatif, artinya
apabila pengalaman usaha agribisnis meningkat satu tahun, maka tunggakan KUR
Mikro BRI Unit Ciampea akan turun sebesar 1.30 persen, ceteris paribus.
Pengaruh ini sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana semakin besar
pengalaman usaha agribisnis yang dimiliki oleh nasabah maka tunggakan
kreditnya akan semakin kecil. Dengan kata lain, persentase tunggakan kredit yang
dimiliki nasabah akan semakin kecil jika pengalaman usaha agribisnis nasabah
tersebut meningkat.
Variabel ini berpengaruh nyata dalam mempengaruhi tunggakan KUR
Mikro BRI Unit Ciampea, karena P-value lebih kecil dari taraf nyata (P = 0.021<
α = 0.1). Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama pengalaman usaha agribisnis
yang dilakukan oleh nasabah, maka tunggakan KUR Mikro nasabah tersebut
semakin kecil. Semakin lama pengalaman usaha agribisnis yang digeluti oleh
nasabah maka akan lebih banyak berpengalaman dan berwawasan luas dalam
pengambilan keputusan dalam mengembangkan usahanya sehingga dapat
dianggap bahwa omset usaha akan semakin meningkat sehingga akan menekan
total tunggakan yang rendah. Dengan demikian, semakin lama pengalaman usaha
agribisnis nasabah maka semakin kecil tunggakan KUR Mikro yang dimiliki oleh
nasabah tersebut. Pengalaman usaha debitur KUR Mikro BRI Unit Ciampea
ternyata sebagian besar memiliki pengalaman usaha kurang dari sepuluh tahun
(Tabel 12), dimana proporsi total sebesar 75 persen. Hal ini mengindikasikan
bahwa BRI Unit Ciampea menjadikan pengalaman usaha agribisnis sebagai
sebuah faktor yang dipertimbangkan dalam merealisasikan pinjaman KUR Mikro
terhadap nasabah. Oleh karena itu, pengalaman usaha agribisnis tepat untuk
50
digunakan dalam menentukan pengembalian KUR Mikro di BRI Unit Ciampea
kepada nasabah.
Variabel Aset Usaha (X7)
Aset usaha diduga berpengaruh negatif terhadap tunggakan KUR Mikro
BRI Unit Ciampea. Berdasarkan hasil uji, variabel aset usaha memberikan
pengaruh yang negatif terhadap tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea karena
koefisien variabel ini bernilai negatif, yaitu ketika besarnya aset usaha yang
dimiliki oleh nasabah naik satu juta rupiah maka diduga rata-rata tunggakan KUR
Mikro BRI Unit Ciampea akan turun sebesar 1.35 persen, ceteris paribus. Hasil
ini sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana semakin besar jumlah aset usaha
yang dimiliki oleh nasabah maka tunggakan KUR Mikro yang dimiliki oleh
nasabah semakin menurun.
Variabel aset usaha menunjukkan bahwa semakin besar jumlah aset usaha
yang dimiliki oleh nasabah maka diduga nasabah akan mampu meningkatkan
penjualan usahanya karena ditunjang oleh fasilitas yang lengkap sehinga akan
mampu melunasi pinjaman KUR Mikro yang telah dipinjam. variabel aset usaha
ini berpengaruh nyata dalam mempengaruhi tunggakan KUR Mikro BRI Unit
Ciampea karena P-value lebih kecil dari taraf nyata (P = 0.064< α = 0.1). Aset
usaha debitur KUR Mikro BRI Unit Ciampea ternyata sebagian besar memiliki
aset sebesar dua juta rupiah sampai lima juta rupiah dengan proporsi 52.2 persen
dari total responden keseluruhan ( Tabel 13). Berdasarkan hal ini, pihak BRI Unit
Ciampea mempertimbangkan aset yang dimiliki oleh debitur karena dari hasil
penelitian debitur KUR Mikro di BRI Unit Ciampea minimal memiliki aset diatas
seratus ribu rupiah. Hal ini juga mengidikasikan bahwa BRI Unit Ciampea dalam
memberikan pinjaman terhadap nasabah juga berdasarkan pada jumlah aset usaha
yang dimiliki.
Variabel Omset Usaha (X8)
Omset usaha diduga berpengaruh negatif terhadap tunggakan KUR Mikro di
BRI Unit Ciampea. Berdasarkan hasil uji, variabel omset usaha berpengaruh
negatif terhadap tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea karena koefisien
variabel tersebut bernilai negatif, yaitu ketika jumlah omset usaha nasabah
bertambah satu juta rupiah, maka diduga rata-rata tunggakan KUR Mikro BRI
Unit Ciampea akan menurun sebesar 0.333 persen, ceteris paribus. Pengaruh ini
sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana semakin besar omset usaha yang
diperoleh nasabah maka tunggakan KUR Mikro yang dimiliki oleh nasabah di
BRI Unit Ciampea akan semakin kecil.
Hasil analisis menunjukkan besarnya jumlah omset usaha yang dimiliki oleh
nasabah berpengaruh nyata terhadap tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea
karena memiliki P-value lebih kecil dari taraf nyata (P = 0.049< α = 0.1). Hal ini
berarti bahwa semakin besar omset usaha yang dimiliki oleh nasabah BRI Unit
Ciampea maka tunggakan KUR Mikro yang dimilikinya akan semakin kecil.
Semakin besar omset usaha nasabah maka tunggakan yang dimiliki oleh nasabah
51
tersebut akan semakin kecil. Omset usaha debitur KUR Mikro di BRI Unit
Ciampea sebagian besar ternyata memiliki jumlah omset sebesar enam juta rupiah
sampai lima belas juta rupiah dengan proporsi sebesar 45 persen (Tabel 14).
Analisis ini mengidentifikasikan bahwa BRI Unit Ciampea dalam merealisasikan
KUR Mikro mempertimbangkan variabel omset usaha sebagai salah satu faktor
yang digunakan dalam menyalurkan KUR Mikro kepada nasabah. Hal ini karena
omset usaha sangat berkaitan erat dengan tujuan dari pinjaman yang diajukan oleh
nasabah sehingga tepat jika digunakan sebagai faktor penentu dalam menyalurkan
KUR Mikro kepada para nasabah.
Karakteristik Kredit
Variabel Jangka Waktu Pelunasan Kredit (X9)
Jangka waktu pelunasan kredit diduga berpengaruh negatif tunggakan KUR
Mikro di BRI Unit Ciampea. Berdasarkan hasil uji, variabel jangka waktu
pelunasan KUR Mikro di BRI Unit Ciampea yang berpengaruh positif terhadap
tunggakan KUR Mikro karena koefisen variabel ini bernilai positif, artinya
semakin lama jangka waktu pelunasan kredit yang dipilih oleh nasabah maka
diduga rata-rata tunggakan KUR Mikro di BRI Unit Ciampea akan meningkat
sebesar 7.13 persen, ceteris paribus. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis
penelitian, dimana semakin lama jangka waktu pelunasan kredit maka tunggakan
KUR Mikro akan semakin menurun karena secara umum bahwa semakin lama
jangka waktu pelunasan kredit maka jumlah angsuran yang harus dibayar nasabah
semakin kecil sehinga meringankan pembayaran, namun hipotesis ini tidak sesuai
dengan hasil penelitian.
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel jangka waktu pelunasan kredit
tidak berpengaruh nyata terhadap tunggakan KUR Mikro di BRI Unit Ciampea
karena P-value lebih besar dari taraf nyata (P = 0.409 > α = 0.1). Hal ini berarti
berapapun jangka waktu pelunasan kredit yang dipilih oleh nasabah KUR Mikro
BRI Unit Ciampea tidak berpengaruh terhadap tunggakan KUR Mikro yang
dimiliki oleh nasabah tersebut.
Jangka waktu pengembalian kredit debitur KUR Mikro BRI Unit Ciampea
ternyata paling banyak memilih pengembalian kredit yang jangka waktunya dua
tahun dengan proporsi 40 persen (Tabel 15). Oleh karena itu, berdasarkan hal ini
lamanya jangka waktu pengembalian yang dipilih oleh debitur KUR Mikro di BRI
Unit Ciampea tidak memberikan pengaruh terhadap pengembalian kredit yang
dilakukan oleh debitur. Hal ini mengindikasikan bahwa BRI Unit Ciampea dalam
menyalurkan KUR Mikro bukan berdasarkan pada jangka waktu pelunasan kredit
yang dipilih oleh nasabah, tetapi sejauh mana nasabah tersebut mampu
mengembalikan pinjaman KUR Mikro yang telah diberikan BRI Unit Ciampea
kepada nasabah.
52
Variabel Penggunaan Kredit untuk Usaha (X10)
Penggunaan kredit untuk usaha diduga berpengaruh negatif terhadap
tunggakan KUR mikro di BRI Unit Ciampea. Berdasarkan hasil uji, variabel
penggunaan kredit untuk usaha berpengaruh negatif terhadap tunggakan KUR
Mikro di BRI Unit Ciampea karena koefisien variabel ini bernilai negatif, artinya
ketika penggunaan kredit untuk usaha meningkat sebesar satu juta rupiah maka
diduga rata-rata tunggakan KUR Mikro di BRI Unit Ciampea akan menurun
sebesar 1.83 persen. Hasil ini sesuai dengan hipotesis penelitian, dimana semakin
besar alokasi penggunaan kredit untuk usaha maka tunggakan KUR Mikro di BRI
Unit Ciampea akan semakin kecil.
Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel penggunaan kredit usaha
berpengaruh nyata terhadap tunggakan KUR Mikro di BRI Unit Ciampea karena
P-value lebih kecil dari taraf nyata (P = 0.005< α = 0.1). Penggunaan kredit untuk
usaha pada debitur KUR Mikro BRI Unit Ciampea ternyata lebih dari 60 persen
dari jumlah pinjaman yang dipinjam digunakan untuk usaha dengan proporsi 75
persen (Tabel 16). Hal ini menunjukkan bahwa responden KUR Mikro di BRI
Unit Ciampea menggunakan kreditnya untuk pengembangan usahanya, di
samping itu berdasarkan hasil wawancara dengan responden bahwa sejauh ini
belum ada responden yang menggunakan kreditnya untuk keperluan konsumsi
semuanya minimal ada satu persen digunakan untuk usaha.
Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar alokasi penggunaan kredit usaha
maka tunggakan KUR Mikro yang dimiliki oleh nasabah semakin besar.
Indikasinya BRI Unit Ciampea dalam menyalurkan pinjaman KUR Mikro
tersebut mempertimbangkan faktor penggunaan kredit untuk digunakan modal
usaha, karena semakin besar penggunaan pinjaman jika digunakan untuk usaha
maka kesempatan nasabah tersebut akan mampu mengembangkan usahanya juga
akan semakin besar. Hal ini juga sesuai dengan tujuan dari BRI Uni Ciampea dan
program KUR itu sendiri bahwa pinjaman KUR Mikro hanya diperuntukan untuk
modal usaha bukan sebagai pinjaman konsumsi. Oleh karena itu, penggunaan
kredit untuk usaha tepat untuk digunakan dalam menentukan besarnya pinjaman
KUR Mikro yang akan diberikan BRI Unit Ciampea kepada nasabah.
Implikasi Manajerial
Dari hasil pembahasan dapat dilihat bahwa faktor yang berpengaruh nyata
terhadap tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea adalah tingkat pendidikan,
jarak rumah nasabah, frekuensi menerima kredit, jenis usaha, pengalaman usaha
agribisnis, aset usaha, omset usaha dan penggunaan kredit untuk usaha. Korelasi
negatif dari semua variabel yang mempengaruhi menunjukkan bahwa peningkatan
terhadap variabel tingkat pendidikan, frekuensi menerima kredit, jenis usaha,
pengalaman usaha agribisnis, aset usaha, omset usaha dan penggunaan kredit
untuk usaha mengakibatkan kemungkinan terjadinya penunggakan oleh responden
semakin kecil. Korelasi positif dari variabel jarak rumah nasabah menunjukkan
bahwa kemungkinan peningkatan terhadap variabel tersebut mengakibatkan
53
terjadinya penunggakan oleh responden semakin besar. Sedangkan variabel yang
tidak berpengaruh nyata terhadap tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea
hanya variabel jumlah tanggungan keluarga dan jangka waktu pengembalian
kredit. Hal ini mengindikasikan bahwa pihak BRI tidak mempertimbangkan
variabel jumlah tanggungan keluarga karena berdasarkan hasil wawancara dengan
pihak manajemen BRI Unit Ciampea dalam penyaluran KUR Mikro lebih
menekankan pada karakter usaha dan bagaimana kemampuan dalam melakukan
pelunasan kredit. Faktor jangka waktu pelunasan kredit pihak manajemen juga
tidak terlalu mempertimbangkan karena dianggap baik yang jangka waktu
pelunasan kredit cepat atau pun lama bunga yang diberikan relatif sama kecil
sehingga jumlah angsuran yang dibayar relatif sama.
Penghindaran terhadap moral hazard, pihak perbankan perlu melakukan
seleksi terhadap calon debitur.Seleksi ini bertujuan untuk menemukan debitur
yang layak mendapatkan kredit. Salah satu indikator yang digunkan yang
digunakan oleh pihak perbankan adalah karakter personal, karakter usaha dan
karakter kredit. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan di dalam karakter-
karakter tersebut berdasarkan hasil penelitian adalah tingkat pendidikan, jarak
rumah nasabah, frekuensi menerima kredit, jenis usaha, pengalaman usaha
agribisnis, jenis usaha, aset usaha, omset usaha dan penggunaan kredit untuk
usaha.Hal ini mengidikasikan bahwa pihak perbankan diperlukan seleksi yang
lebih ketat dalam mempertimbangkan penyaluran KUR Mikro karena
mempertimbangkan karakter usaha saja ternyata tidak cukup, karena faktor-faktor
dari karakter personal dan karakter kredit juga perlu diperhatikan. Berdasarkan
penelitian ini dapat dilihat bahwa BRI Unit Ciampea sebagian besar nasabahnya
berasal dari sektor off-farm dibandingkan dengan sektor on-farm, hal ini
menunjukkan bahwa pihak perbankan masih belum sepenuhnya memiliki
kepercayaan terhadap sektor on-farm karena dianggap resiko yang lebih besar
dibandingkan sektor yang lainnya. Implikasinya bahwa sektor on-farm masih
memiliki peluang untuk mengembangkan usahanya sehingga nantinya akan
mudah memperoleh pinjaman perbankan karena KUR Mikro diberikan kepada
usaha yang feasible namun belum bankable.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Karakteristik nasabah KUR Mikro di BRI Unit Ciampea yang digunakan
untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tunggakan KUR Mikro di
BRI Unit tersebut terbagi menjadi tiga karakteristik yaitu karakteristik personal
yang mencakup faktor tingkat pendidikan, jarak rumah nasabah dan jumlah
tanggungan keluarga. Kedua karakteristik usaha yang mencakup faktor
pengalaman usaha agribisnis, aset usaha dan omset usaha.Karakteristik ketiga
54
yaitu karakteristik kredit yang mencakup jangka waktu pelunasan kredit,
pengalaman menerima kredit dan penggunaan kredit untuk usaha.
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa
faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap tunggakan KUR Mikro di BRI
Unit Ciampea pada tingkat kepercayaan 90 persen yaitu pada karakterisktik
personal meliputi variabel tingkat pendidikan, jarak rumah nasabah dan frekuensi
menerima kredit sedangkan pada karakteristik usaha meliputi variabel jenis usaha,
pengalaman usaha agribisnis, aset usaha dan omset usaha kemudian pada
karakteristik personal meliputi variabel penggunaan kredit untuk usaha. Variabel-
variabel yang tidak berpengaruh nyata hanya variabel jumlah tanggungan keluarga
dan jangka waktu pelunasan kredit. Berdasarkan hasil penetian menunjukkan
bahwa penyalurkan program KUR Mikro sangat efektif karena banyak pengusaha
mikro yang merasakan manfaatnya dengan adanya program KUR Mikro tersebut.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, saran yang dapat dipaparkan
yaitu:
1. Pihak BRI Unit Ciampea sebaiknya memperhatikan karakteristik calon
nasabah khususnya faktor yang berpengaruh secara nyata yaitu faktor
tingkat pendidikan, jarak rumah nasabah, jenis usaha, pengalaman usaha,
aset usaha, omset usaha, frekuensi menerima kredit dan penggunaan kredit
untuk usaha dalam merealisasikan besarnya jumlah pinjaman yang akan
diberikan kepada calon debitur tersebut. Hal ini perlu dilakukan supaya
memperoleh nasabah yang bertanggung jawab dan mampu
mengembalikan pinjaman KUR Mikro secara lancar, sehingga NPL KUR
Mikro di BRI Unit Ciampea akan semakin rendah.
2. Pihak BRI Unit Ciampea diharapkan melakukan pembinaan kepada
debitur KUR Mikro terkait pembinaan usaha agar debitur dapat
menjadikan usahanya menjadi profitable dan lebih feasible lagi.
3. Harusnya pemerintah lebih mengkaji dan mengevaluasi ulang dengan
adanya kebijakan peniadaan program KUR Mikro di masyarakat, karena
program KUR Mikro sangat membatu masyakat dalam hal
pengembanagan usahanya lewat akses permodalan ke perbankan.
55
DAFTAR PUSTAKA
Agustania V. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kelancaran Pengembalian
Kredit Usaha Rakyat (KUR) (Studi Kasus pada PT Bank BRI Unit Unit
Cimanggis). [Skripsi] Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian
Bogor: Bogor.
Auditiya AY. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian
Kredit Usaha Mikro (Studi Kasus: BRI Unit Lalabata Rilau Soppeng).
[Skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
[BI] Bank Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia Tentang
Perbankan. Bank Indonesia. www.bi.go.id [2 Februari 2015]
[BI] Bank Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah. Bank Indonesia. www.bi.go.id [21 April 2015].
[BRI] Bank Rakyat Indonesia. 2008. Sejarah dan Perkembangan BRI. http://
http://www.bri.co.id/articles/9 ( 30 Januari 2015)
Dendawijaya L. 2001. MANAJEMEN PERBANKAN. Jakarta: GHALIA
INDONESIA.
Fahmi I, Yovi LH. 2010. PENGANTAR MANAJEMEN PERKREDITAN.
Bandung: ALFABETA.
Hair J, et al. 1998. Multivariate Data Analysis.New Jersey: Prentice Hall.
Harmini. 2009. Modul Mata Kuliah Metode Kuantitatif Bisnis I. Bogor:
Deaprtemen Agribisnis FEM-IPB.
Kasmir. 2002. DASAR-DASAR PERBANKAN. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Kasmir. 2012. DASAR-DASAR PERBANKAN Edisi Revisi. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Kementerian Koperasi dan UMKM. 2014. Statistik Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) Tahun 2011-2012. Jakarta: Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil dan Menengah.
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. 2014. Data Kredit Usaha Rakyat
(KUR) per Maret 2014. Jakarta: Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan
Menengah.
Lind DA, Marchal, Marchal WG, Wathen SA. 2007. Teknik-Teknik Statistika
dalam Bisnis dan Ekonomi Menggunakan Kelompok Data Global. Buku ke-
2 Ed ke-13. Sungkono C, Penerjemah; Jakarta: Salemba Empat. Terjemahan
dari: Statistical Techniques in Business and Economics.
Nastiti A. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Tingkat Pengembalian Kredit
Pengusaha Kecil Pada Program Kemitraan (Studi Kasus: PT PLN (Persero)
Distribusi Jawa Timur Area Malang). [Skripsi] Fakultas Ekonomi dan
Bisnis. Universitas Brawijaya, Malang.
Rafinaldy N. 2006. Memeta Potensi dan Karakteristik UMKM Bagi Penumbuhan
Usaha Baru. Infokop 22 (29): 32-37.
Rizka CM. 2013.Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran
Pengembalian Kredit Usaha Rakyat (Kur) Mikro. [Skripsi] Fakultas
Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro: Semarang.
56
Sari A. 2011. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengembalian Kredit
Usaha Rakyat Mikro dan Kredit Pedesaan (Studi Kasusu: BRI Unit
Ciampea, Cibungbulang, Bogor). [Skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Simorangkir. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan Bank & Non Bank. Bogor
Selatan: GHALIA INDONESIA.
Tantri F, Abdullah T. 2012. Manajemen Pemasaran Perbankan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
57
LAMPIRAN
Lampiran 1 Realisasi KUR Menurut Provinsi (31 Maret 2014)
NO PROVINSI TOTAL
TOTAL (Rp Juta) Outstanding (Rp
juta)
Debitur
1 Nanggroe Aceh Darussalam
2 058 174 593 756 149 196
2 Sumatra Utara 6 221 787 2 503 855 375 338
3 Sumatra Barat 3 875 146 1 585 943 215 913
4 Riau 3 786 939 1 790 235 154 741 5 Jambi 2 205 021 931 437 128 284
6 Sumatra Selatan 4 414 452 1 772 225 169 573
7 bengkulu 881 488 335 603 67 119 8 lampung 2 660 754 985 624 212 511
9 Kepulauan Riau 892 508 353 171 30 243
10 Bangka Belitung 382 028 151 884 21 836 11 DKI Jakarta 5 685 558 2 264 745 220 206
12 Jawa Barat 15 759 901 5 540 867 1 292 531
13 Jawa Tengah 19 060 935 6 288 299 1 143 682
14 D.I. Yogyakarta 2 401 184 931 801 237 78 15 Jawa Timur 18 623 234 6 654 016 1 583 972
16 Banten 2 573 210 905 066 141 905
17 Bali 2 732 571 1 041 451 210 502 18 NTB 1 509 760 535 216 137 298
19 NTT 1 311 053 450 391 93 141
20 Kalimantan Barat 2 713 458 1 231 175 105 894 21 Kalimantan Tengah 1 875 369 905 365 85 634
22 Kalimantan Selatan 3 037 783 1 337 467 169 191
23 Kalimantan timur 3 234 832 1 369 735 154 405
24 Sulawesi utara 1 261 802 512 662 86 696 25 Sulawesi tengah 1 494 256 616 7 115 805
26 Sulawesi selatan 6 982 441 2 517 225 502 096
27 Sulawesi tenggara 1 054 878 407 274 83 43 28 Gorontalo 613 127 176 351 57 629
29 Sulawesi barat 660 11 204 644 46 511
30 Maluku 922 203 291 333 46 511
31 Maluku Utara 476 991 157 441 22 435 32 Papua Barat 657 718 278 234 21 549
33 Papua 1 262 972 510 733 56 906
TOTAL 123 283 644 46 131 924 9 140 176 Sumber: Komite KUR Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (2014)
58
Lampiran 2 Output Regresi Linier pada Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tunggakan KUR Mikro BRI Unit Ciampea
November 2014 – Januari 2015
Regression Analysis: Y versus X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7, X8, X9, X10
The regression equation is
Y = 78.7 - 2.21 X1 - 0.820 X2 + 2.74 X3 - 11.2 X4 - 18.0 X5 - 1.30 X6 -
1.35 X7 - 0.333 X8 + 7.13 X9 - 1.83 X10
Predictor Coef SE Coef T P VIF
Constant 78.69 18.98 4.15 0.000
X1 -2.209 1.032 -2.14 0.041 1.3
X2 -0.8200 0.4693 -1.75 0.091 1.7
X3 2.744 3.469 0.79 0.435 1.3
X4 -11.162 3.766 -2.96 0.006 1.4
X5 -18.031 7.223 -2.50 0.018 1.7
X6 -1.2993 0.5330 -2.44 0.021 1.2
X7 -1.3466 0.6990 -1.93 0.064 2.1
X8 -0.3331 0.1620 -2.06 0.049 1.7
X9 7.134 5.150 1.39 0.177 1.3
X10 -1.8285 0.5994 -3.05 0.005 2.1
S = 13.95 R-Sq = 56.5% R-Sq(adj) = 41.5%
PRESS = 12361.9 R-Sq(pred) = 4.78%
Analysis of Variance
Source DF SS MS F P
Regression 10 7335.6 733.6 3.77 0.002
Residual Error 29 5647.0 194.7
Total 39 12982.6
Durbin-Watson statistic = 1.82
59
Lampiran 3 Uji Heteroskedastisitas dan Uji Normalitas pada Analisis Faktor-
aktor yang Mempengaruhi Tunggakan Kredit Usaha Rakyat (KUR)
Mikro BRI Unit Ciampea November 2014 – Januari 2015
403020100-10-20-30-40
99
95
90
80
70
60
50
40
30
20
10
5
1
Residual
Pe
rce
nt
Normal Probability Plot(response is Y)
605040302010
40
30
20
10
0
-10
-20
Fitted Value
Re
sid
ua
l
Versus Fits(response is Y)
4035302520151051
40
30
20
10
0
-10
-20
Observation Order
Re
sid
ua
l
Versus Order(response is Y)
3020100-10-20
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Residual
Fre
qu
en
cy
Histogram(response is Y)
60
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tuban pada tanggal 11 Februari 1993 dari ayah
Munasir dan ibu Warsulastri. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara.
Tahun 2011 penulis lulus dari MAN 1 Bojonegoro dan pada tahun yang sama
penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB dan diterima di Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen.
Selama mengikuti perkulihaan, penulis pernah menjadi Juara II menulis
Naskah Berita di Metro TV. Penulis juga pernah mengajar mata kuliah TPB di
bimbingan belajar Expert Course dan privat pelajaran matematika dan ekonomi
siswi kelas 3 SMA. Penulis juga pernah aktif sebagai Staf Departemen Project di
International Association of Students in Agricultural and Related Sciences
(IAAS) LC IPB.Bulan November 2014 – Februari 2015 penulis melaksanakan
Praktek Lapangan di BRI Unit Ciampea Bogor dengan judul Analisis Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Tunggakan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro.