37

Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan
Page 2: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan
Page 3: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

1

Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

Masalah yang Terjadi di LPD

Penulis: Drs. I Gede Trunajaya

NIP : 19521231 198103 1 032

Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Universitas Udayana

2017

Page 4: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

2

Judul : Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelaskan Masalah yang Terjadi

LPD

:a .Nama : Drs. I Gede Trunajaya

b.Jenis kelamin : Laki-Laki

c.NIP/NIDEN : 19521231 1981031 032

d.Jabataan Struktural :-

e.Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

f.Fakultas/Jurusan : Ekonomi dan Bisnis Unud/Ekonomi Pembangunan

g.Pusat Penelitian : Universitas Udayana

h.Alamat : Kampus Bukit Jimbaran,Badung Bali

k.Telpon/Hp/E-mail : 08174766141

3. Jumlah Onggota Peneliti : - Orang

4. Jumlah Mahasiswa :- Orang

5. Pembiayaan : Pribadi

Jumlah biaya yang di butuhkan Rp.5,000,000

Mengetahui : Denpasar, Januari 2017

Ketua Jurusan Ekonomi dan Bisnis Peneliti

Unud

Dr.Dra Ida Ayu Nyoman Saskara,M.Si Drs I Gede Trunajaya

Nip. 195802191986012001 Nip. 19521231 1981031 032

Mengetahui :

Dekan Fak Ekonomi dan Bisnis Unud

Dr.I Nyoman Mahaendra Yasa,SE,M.Si

Nip. 19610620 198603 1 001

Page 5: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

3

Daftar Isi

Sampul Dalam ...................................................................................................... 1

Lembaran Pengesahan........................................................................................ 2

Daftar Isi................................................................................................................. 3

Abstrak ................................................................................................................... 5

BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 6

1.1 Latar Belakang ................................................................................................. 6

1 2. Rumusan Masalah ........................................................................................... 8

1 3. Pertanyaan Penelitian ...................................................................................... 9

1 4. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 9

BAB II. LANDASAN TEORI ............................................................................ 10

2.1 Pengertian LPD .............................................................................................. 10

2.2. Fungsi dan Tujuan LPD ................................................................................ 12

2.3 Ilmu Ekonomi Kelembagaan Baru ................................................................. 14

2.3.1 Teori Principal-Agent ................................................................................. 15

BAB III. METODA PENELITIAN ..................................................................... 21

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................... 21

3.2 Pendekatan Penelitian .................................................................................... 21

3.3 Unit Analisis................................................................................................... 24

3.4 Teknik Pemilihan Informasi ........................................................................... 23

3.5 Jenis Data ....................................................................................................... 24

3.6 Teknik Pengumpulan Data………………………………………………… 24

3 7.Teknik Analisis Data ...................................................................................... 25

Page 6: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

4

3 7.1 Analisis Statistik Deskriftif Cross Tabulation ...................................... 25

3 7.2 Analisis Kualitatif ................................................................................. 25

BAB IV. PEMBAHASAN ................................................................................... 27

4.1 Motivasi Menabung karena Undian Berhadiah dan Bukan Karena Undian

Berhadiah di LPD Desa Manuaba .................................................................. 27

4.2 Tingkat Kepuasan Nasabah atas Proses Undian Berhadiah di LPD Desa

Manuaba ........................................................................................................ 28

4.3 Penyebab Kredit Macet di LPD Desa Pekraman Se-Kecamatan Tembuka .. 29

4.4 Pendapat Nasabah Kredit dan Tabungan atas dilakukannya Undian

Berhadiah di Masa yang Akan Datang.......................................................... 30

BAB V PENUTUP ............................................................................................... 31

5.1 Kesimpulan .................................................................................................... 31

5.2 Saran ............................................................................................................... 33

Daftar Pustaka ...................................................................................................... 34

Page 7: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

5

Abstrak Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

Masalah yang Terjadi di LPD

Oleh:

Drs I Gede Trunajaya

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana

. LPD Desa Manuaba telah melaksanakan undian berhadiah untuk

meningkatkan kepuasan dan manarik nasabah tabungan dan nasabah kredit untuk

memiliki fasilitas tabungan atau fasilitas kredit di LPD Desa Manuaba. Pelaksanaan

undian berhadiah di LPD Manuaba masih dirasa kurang berjalan dengan baik.

Sehingga untuk itu penelitian ini ingin menganalisa masalah tersebut dengan

pendekatan ekonomi kelembagaandan metode kualitatif dengan alat analisis statistic

dekriftif. Untuk itu dalam penelitian ini terdapat tiga pertanyaan penelitian yang ingin

dijawab antara lain adalah 1.Apakah motivasi nasahab kredit dan tabungan menjadi

nasabah krdit dan tabungan karena undian berhadiah di LPD Desa Manuaba?,

2.Bagaimana tingkat kepuasan nasabah kredit dan tabungan atas proses pemberian

undian berhadiah di LPD Desa Manuaba?, 3.Bagaimana pendapat nasabah kredit dan

tabungan mengenai pelaksanaan undian berhadiah di tahun mendatang pada LPD

Desa Manuaba?. Hasil penelitian adalah terdapat total 80 persen nasabah tabungan

dan kredit memilih produk di LPD bukan karena ada undian berhadiah. Nasabah

tabungan dan kredit merasa tidak puas karena ada masalah hidden information dalam

proses pelaksanaan pengundian berhadiah, karena sering kali yang mendapatkan

undian adalah pegawai LPD Manuaba atau keluarga dari pegawai. Kesimpulan yang

terakhir adalah nasabah tabungan dan kredit berpedapat bahwa sebaiknya undian

berhadiah yang dimasa akan datang dilakukan dengan lebih baik dengan

menyempurnakan kontrak dalam proses pengundian, kontrak yang dimaksud adalah

aturan main dalam proses undian berhadiah.

Keyword : LPD, Hidden Information, Kontrak

Page 8: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lembaga perkreditan desa (LPD) merupakan lembaga keuangan non-informal

yang dibuat secara lokal untuk memfasilitasi dan mendukung ekonomi di tingkat

desa. Lembaga perkreditan desa (LPD) mejadi lembaga keuangan yang sangat unik

dibandingkan lembaga keuangan yang lain. Keunikannya adalah sebuah LPD hanya

boleh memberikan pinjaman kredit kepada anggota desa adat dimana LPD tersebut

bernaung dan LPD diatur dan didukung oleh aturan adat yang berlaku namun

pengelolaannya dilakukan secara moderen dengan mengedepankan kaidah dan

standar keuangan yang berlaku.

LPD sebagai lembaga kuangan dianggap sebuah lembaga yang mampu

memberikan dukungan yang besar terhadap perbaikan ekonomi masyarakat desa.

LPD yang merupakan lembaga keuangan tidak memiliki syarat yang rumit baik

pengajuan kredit dan proses tarik setor tabungan. LPD menjadi alternatif yang sangat

membantu karena memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan lembaga

keuangan formal, yaitu: 1. Pemberian kredit/pinjaman diprioritaskan bagi masyarakat

ekonomi lemah sebagai modal usaha, 2. Bunga pinjaman ringan (termasuk pinjaman

lunak), 3. Jangka waktu pengembalian 1-5 tahun tergantung besar kecilnya pinjaman,

dengan sistem bunga menurun, 4. Untuk pinjaman dalam jumlah tertentu dapat

diajukan tanpa agunan/barang jaminan, 5. Tidak dikenakan biaya administrasi, 6.

Prosesnya cepat (Widya, 2007).

Maksud didirikannya LPD di Bali ditujukan untuk membantu masyarakat di

daerah provinsi Bali dalam mengembangkan kegiatan ekonomi dan tujuan

pendidiriannya adalah untuk membantu masyarakat pedesaan khususnya bagi

masyarakat ekonomi lemah untuk memberantas ijon, rentenir dan lain- lain usaha

Page 9: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

7

sejenis yang kurang sehat, memajukan ekonomi masyarakat khususnya masyarakat di

pedesaan dan menyelenggarakan aktifitas perkreditan di pedesaan (Gunawan, 2009).

Usaha pengembengan ekonomi masyarakat desa dilakukan dengan menghimpun dana

masyarakat dan menyalurkan dalam bentuk kredit kepada masyarakat desa dimana

LPD tersebut bernaung. Usaha perbaikan dan pengembangan ekonomi didesa juga

dilakukan oleh LPD Desa Manuaba yang berlokasi di Desa Manuaba, Kecamatan

Tegalalang, Kabupaten Gianyar. LPD Desa Manuaba memiliki kondisi yang baik jika

dilihat dari Modal dan cadagang, serta Tabungan yang mampu diserap serta kredit

yang mampu di salurkan. Pada tahun 2006, jumlah modal dan cadagang di LPD

Manuaba adalah Rp. 520.447.500. dan pada tahun 2015 modal dan cadangan di LPD

Manuaba adalah Rp. 1.484.807.000.

Rata-rata pertumbuhan modal dan cadangan LPD Manuaba selama tahun

2006-2015 adalah 11.37 persen dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun

2012 dengan tingkat pertumbuhan mencapai 29.66 persen. Jumlah tabungan di LPD

Manuaba tahun 2006 adalah Rp. 1.073.140.800. dan jumlah tabungan tertinggi terjadi

pada tahun 2015 yaitu Rp. 5.540.193.000.. Rata-rata pertumbuhan tabungan di LPD

Manuaba adalah 19.52 persen dengan tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada

tahun 2011 dengan tingkat pertumbuhan mencapai 65.34 persen. Untuk jumlah kredit

di LPD Manuaba tahun 2006 adalah Rp. 1.612.485.000., jumlah kredit tertinggi ada

pada tahun 2015 yaitu Rp. 11.297.493.000.. Rata-rata pertumbuhan penyaluran kredit

selama tahun 2006-2015 adalah 23 persen, dengan tingkat pertumbuhan kredit

tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan tingkat pertumbuhan mencapai 88.8 persen.

Pertumbuhan modal dan cadangan, Tabungan dan kredit LPD Manuaba sudah sangat

baik. Sehingga dengan pertumbuhan kredit yang besar, maka sudah tentu banyak

penduduk di Desa Manuaba yang telah merasakan dampak dari kredit yang

disalurkan. Data Tabungan, kredit, modal dan cadagang LPD Manuaba tahun 2006-

2015 disajikan pada tabel 1.2 berikut ini.

Page 10: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

8

Tabel 1.2 Kondisi Modal dan Cadagang, Tabungan, dan Kredit di LPD Desa

Manuaba, Kecamatan Tegalalang, Kabupaten Gianyar Tahun 2006-2009.

Tahun Modal dan Cadagang Tabungan Kredit

2006 520.447.500. 1.073.140.800. 1.612.485.000.

2007 584.697.950. 1.322.625.800. 1.929.733.900.

2008 653.415.000. 1.565.637.800. 2.221.682.900.

2009 733.520.900. 1.582.557.100. 3.069.459.300.

2010 829.741.200. 1.584.000.900. 3.069.459.300.

2011 966.897.900. 2.619.038.600. 5.795.190.000.

2012 1.253.669.000. 2.892.279.000. 6.144.368.000.

2013 1.229.861.000. 3.120.515.000. 7.824.347.000.

2014 1.292.988.000. 4.735.656.000. 8.838.760.000.

2015 1.484.807.000. 5.540.193.000. 11.297.493.000.

Sumber : Laporan Keuangan LPD Manuaba (2016)

Pertumbuhan Tabungan dan kredit di LPD Manuaba merupakan hasil

kepercayaan dari Masyarakat Desa Manuaba yang telah mempercayakan dananya

dikelola oleh LPD. Selama periode tersebut untuk meningkatkan kepuasan maka LPD

Manuaba melakukan undian berhadiah yang dilakukan setiap setahun sekali. Melalui

undian berhadiah ini LPD memberikan peluang untuk seluruh nasabah tabungan dan

kredit untuk mendapatkan hadiah. Undian berhadiah ini juga berguna untuk menarik

minat penduduk untuk menabung atau memiliki fasilitas kredit di LPD Manuaba.

1.2. Rumusan Masalah

Undian Berhadian sering digunakan oleh lembaga keuangan untuk menarik

nasabah kredit atau tabungan untuk menjadi nasabah di lembaga kuangan. Hal ini

terjadi di Lembaga Pekreditan Desa (LPD) Desa Manuaba, Kecamatan Tegalalang,

Kabupaten Gianyar. Hadian undian berhadiah yang diberikan oleh LPD Desa

Manuaba sangat beragam setiap tahunya. Tetapi ada hal menarik dalam proses

pemberian undian berhadian tersebut, yaitu terindikasi terjadi proses pemberian

undian yang tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku sehingga ada rasa tidak puas

Page 11: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

9

dari para nasabah kredit atau tabungan. Untuk itu penelitian ini dilakukan oleh

peneliti.

1.3. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas maka pertanyaan penelitian ini adalah :

1) Apakah motivasi nasahab kredit dan tabungan menjadi nasabah krdit dan

tabungan karena undian berhadiah di LPD Desa Manuaba?

2) Bagaimana tingkat kepuasan nasabah kredit dan tabungan atas proses pemberian

undian berhadiah di LPD Desa Manuaba?

3) Bagaimana pendapat nasabah kredit dan tabungan mengenai pelaksanaan undian

berhadiah di tahun mendatang pada LPD Desa Manuaba?

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui motivasi nasahab kredit dan tabungan menjadi nasabah krdit

dan tabungan karena undian berhadiah di LPD Desa Manuaba

2) Untuk mengetahui tingkat kepuasan nasabah kredit dan tabungan atas proses

pemberian undian berhadiah di LPD Desa Manuaba

3) Untuk mengetahui pendapat nasabah kredit dan tabungan mengenai pelaksanaan

undian berhadiah di tahun mendatang pada LPD Desa Manuaba

Page 12: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian LPD

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Bali No.2 Tahun 1998 Bab 3 Pasal 3

dikemukakan pengertian tentang Lembaga Perkreditan Desa (LPD) adalah suatu

nama bagi badan usaha simpan pinjam yang dimiliki Desa Adat yang berada di

Provinsi Daerah Tingkat I Bali dan merupakan wadah perekonomian rakyat pedesaan.

Menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999. LPD merupakan lembaga keuangan

non-formal yang dikelola desa adat yang bertujuan untuk mensehjaterakan

masyarakat di desa adat tempat LPD tersebut ada. LPD merupakan lembaga

keuangan yang memiliki keterbatasan berupa tidak boleh menyalurkan kredit di luas

wilayah desa adat tempat LPD tersebut ada. Faktor yang melatarbelakangi karena

penerapan sanksi adat yang hanya berlaku pada suatu wilayah desa adat saja, untuk

itu LPD memiliki keterbatasan tersebut. Keunikan LPD dibandingkan lembaga

keuangan non-bank lainya adalah terdapat penggunaan sanksi dan aturan adat yang

mengikat debitur dan kreditur dalam proses penyaluran kredit. Adapun contoh dari

sanksi dan aturan adat yang berlaku seperti kasepekan/ dikucilkan. Perampasan harta

benda jika macet, dan tidak mendapatkan hak untuk menguburkan orang yang telah

meninggal di kuburan desa. Selanjutnya, dalam Pasal 1 huruf e Keputusan Gubernur

Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 972 Tahun 1984 disebutkan, bahwa: “ Lembaga

Perkreditan Desa adalah Lembaga Perkreditan Desa seluruh Bali”. Lebih lanjut dalam

Perda Provinsi Bali No.8 Tahun 2002 Bab I, pasal 1 “LPD adalah lembaga

Perkreditan Desa sebagai suatu badan simpan pinjam keuangan yang dimiliki desa

adat”. Selanjutnya dalam Perda Provinsi Bali No.8 Tahun 2002 dalam Bab I pasal 1

dijelaskan LPD adalah Lembaga Perkreditan Desa di Desa Pakraman dalam wilayah

Provinsi Bali.

Page 13: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

11

Dengan demikian LPD yang dimaksudkan adalah merupakan lembaga

keuangan desa mandiri, yang dimiliki oleh masyarakat desa setempat dan dikontrol

oleh pengawas yang terdiri dari ketua dan sekurang-kurangnya dua orang anggota.

Dalam Pasal 2 disebutkan: (1) ditiap- tiap LPD dibentuk Badan Pengawas LPD, (2)

badan pengawas terdiri dari seorang ketua dan sebanyak-banyaknya 2 (dua) orang

anggota, (3 ) Bendesa Adat secara exofficio sebagai ketua badan, dan (4) ketua dan

anggota pengawas tidak dibenarkan merangkap sebagai Badan Pengurus LPD. Dari

ketentuan ini tampak jelas bahwa operasionalisasi LPD akan diawasi atau dikontrol

oleh Bendesa Adat sebagai orang yang dituakan di desa yang bersangkutan, sehingga

perjalannya akan mencapai sasaran sesuai dengan tujuannya, yaitu sebagai usaha

peningkatan taraf hidup krama desa dalam menunjang pembangunan desa.

Sejarah tonggak awal dimulainya LPD di Bali adalah didasarkan pada

Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 972 tahun 1984 tertanggal 1

Oktober 1984 tentang Pendirian Lembaga Perkreditan Desa di Provinsi Daerah

Tingkat I Bali. Tujuan pendirian LPD untuk mempercepat pengembangan

perekonomian di daerah perdesaan, terutama bagi para petani dan pengusaha kecil.

Kemudian untuk memperkuat keberadaan LPD seperti dimaksudkan di atas,

maka berturut – turut dikeluarkan beberapa peraturan, yaitu antara lain :

1. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 180 Tahun 1989

tentang Pendirian Pusat Lembaga Perkreditan Desa Kecamatan (PLPDK) di

Provinsi Daerah Tingkat I Bali.

2. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 242 tahun 1992

tentang Pembentukan dan Susunan Keanggotaan badan Pembina LPD di

Provinsi Daerah Tingkat I Bali.

3. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 344 Tahun 1993

tentang Penunjukkan BPD Bali Sebagai Pembina Teknis LPD.

Page 14: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

12

4. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 401 Tahun 1997

tentang pembentukan dan Susunan Keanggotaan Badan Pembina Lembaga

Perkreditan Desa Provinsi Daerah Tingkat I Bali.

5. Keputusan Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 491Tahun 1998 Tentang

ketentuan Pembentukan, Pengangkatan dan Pemberhentian Badan Pengawas

Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Provinsi Daerah Tingkat I Bali.

6. Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali No. 13 Tahun 1999

tentang Pembagian dan Keuntungan Bersih Lembaga Perkreditan Desa Di

Provinsi Daerah Tingkat I Bali.

2.2. Fungsi dan Tujuan LPD

Kemudian jika dicermati lebih lanjut terhadap ketentuan yang ada dalam

Keputusan Gubernur dati I Bali No. 972 Tahun 1984 tersebut, maka fungsi dan tujuan

didirikan LPD telah dinyatakan secara eksplesit melalui pasal 3-nya yaitu dinyatakan

bahwa :

1. LPD adalah salah satu lembaga desa yang merupakan unit operasional serta

berfungsi sebagai wadah kekayaan desa yang berupa uang atau surat – surat

berharga lainnya.

2. Penggunaan dan pemanfaatan LPD harus ditujukan kepada usaha- usaha baik

yang menyangkut kepentingan desa maupun peningkatan taraf hidup warga

desa yang bersangkutan.

3. LPD didirikan dengan tujuan :

a) Memberantas ijon, gadai gelap, dan lain – lain yang dapat disamakan

dengan itu.

b) Meningkatkan daya beli masyarakat desa.

c) Melancarkan lalu lintas pembayaran dan pertukaran desa.

Page 15: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

13

Dari ketentuan di atas dapat dinyatakan, bahwa status LPD adalah sebagai alat

desa dan merupakan unit operasional, berfungsi sebagai wadah kekayaan desa yang

berupa uang atau surat- surat berharga lainnya yang penggunaan dan pemanfaatannya

ditujukan kepada usaha- usaha baik yang menyangkut kepentingan modal dengan

cara memberantas ijon, gadai gelap dan yang dipersamakan dengan itu, meningkatkan

daya beli masyarakat, dan memperlancar lalu lintas pembayaran dan pertukaran uang

di desa. Demikian pula mengenai tujuan didirikan LPD dipertegas lagi melalui

ketentuan Pasal 4 Perda Dati I Bali No. 2 tahun 1988 yang menyatakan LPD

didirikan dengan tujuan sebagai berikut :

a) Mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa melalui tabungan yang

terarah serta penyaluran modal yang efektif.

b) Memberantas sistem ijon, gadai gelap, dan lain – lain yang dapat

dipersamakan dengan itu di Pedesaan.

c) Menciptakan pemerataan dan kesempatan berusaha bagi warga desa dan

tenaga kerja di Pedesaan.

d) Meningkatkan daya beli dan memperlancar lalu lintas pembayaran dan

peredaran uang di Desa.

LPD dalam melakukan usaha-usaha untuk mencapai tujuan seperti dimaksud

dalam pasal 4 ini, secara normatif ditegaskan melalui ketentuan pasal 5 Perda Dati I

Bali No. 2 tahun 1988, yaitu :

a) Menerima Tabungan uang dari warga masyarakat desanya dalam bentuk

tabungan dan Tabungan berjangka yang sah menurut ketentuan yang berlaku.

b) Memberikan pinjaman untuk kegiatan- kegiatan yang bersifat produktif pada

sektor pertanian, sektor kerajinan kecil, perdagangan, dan usaha- usaha lain

yang dipandang perlu.

Page 16: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

14

c) Usaha- usaha lainnya yang bersifat pengerahan dana desa.

d) Penyertaan modal pada usaha- usaha lainnya.

e) Menerima pinjaman dan lembaga- lembaga keuangan.

Dari ketentuan di atas dapat dinyatakan, bahwa tujuan LPD adalah bertindak

sebagai perpanjangan tangan keuangan desa untuk meningkatkan ekonomi setempat.

LPD digunakan untuk menunjang bisnis setempat yang penting dan untuk

meningkatkan kondisi kehidupan anggota masyarakatnya. LPD didirikan juga untuk

menyaingi pemberi pinjaman di desa setempat dan untuk membasmi renternir,

dengan menyediakan kredit murah dan prosudur peminjaman sederhana. Selain itu,

LPD bermaksud untuk memperbaiki sikap masyarakat dalam hal pembayaran dan

pertukaran uang di tingkat pedesaan.

Jika dicermati dari segi kepemilikan dan permodalan, LPD sebagai lembaga

keuangan yang dengan kebijaksanaan Pemerintah Daerah Tingkat I Bali,

kepemilikannya diserahkan kepada desa adat dengan harapan dalam jangka panjang

desa adat dapat berperan lebih besar menopang pembangunan ekonomi, sosial, dan

spiritual di daerah perdesaan. Sedangkan sebagai sumber permodalan LPD berasal

dari: swadaya masyarakat sendiri atau urunan dari krama desa adat, bantuan

pemerintah daerah, dan pemupukan modal dari laba ditahan serta pemupukan

Tabungan masyarakat dan pinjaman dari BPD Bali. Untuk memotivasi pertumbuhan

LPD seperti ditegaskan dalam Pasal 22 ayat 1 Perda Provinsi Bali No. 8 tahun 2002,

maka pembagian keuntungan bersih pada akhir tahun ditetapkan sebagai berikut: (a)

Cadangan umum / modal 60%, (b) Dana Pembangunan Desa 20%, (c) Jasa Produksi

10%, (d) Dana Pembinaan, Pengawsan dan Perlindungan 5%, (e ) Dana sosial 5%.

2.3. Ilmu Ekonomi Kelembagaan Baru

Ilmu ekonomi memiliki banyak cabang ilmu, diantaranya ilmu ekonomi

kelembagaan. Ilmu ekonomi kelembagaan secara umum dibagi menjadi yaitu ilmu

Page 17: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

15

ekonomi kelembagaan lama (old institutional economics) dan ilmu ekonomi

kelembagaan baru (new institutional economics). Menurut Yustika (2008)

menyatakan Ilmu ekonomi kelembagaan lama (old institutional economics)

berargumentasi bahwa kelembagaan merupakan faktor kunci dalam menjelaskan dan

mempengaruhi perilaku ekonomi namun dengan sedikit pendekatan teoritis yang

mumpuni, sedangkan ekonomi kelembagaan baru (new institutional economics)

mencoba memperkenalkan pentingnya peran kelembagaan, namun tetap

berargumentasi bahwa pendekatan ini bisa disandingkan dengan kreangka neoklasik

tetapi dibawah ekonomi kelembagaan baru beberapa asumsi tidak dipakai seperti nilai

transaksi yang nol, rasionalitas yang lengkap serta informasi yang sempurna.

Ekonomi kelembagaan baru memiliki banyak cabang. Banyaknya cabang ekonomi

kelembagaan disebabkan karena ekonomi kelembagaan baru merupakan ilmu yang

secara umum merupakan sebuah studi multidisiplin. Cabang pertama dari ekonomi

kelembagaan baru adalah sejarah ekonomi baru, dan selanjutnya terdapat aliran

pilihan konsumen, teori tindakan kolektif, ekonomi dan hukum serta ekonomi biaya

transaksi yang terdiri dari teori modal sosial, teori hak kepemilikan dan ekonomi

informasi (Yustika, 2008).

2.3.1 Teori Principal-Agent

Kontrak merupakan aturan penting dalam mengatur berbagai kegiatan

khusunya kegiatan ekonomi, sehingga dalam kegiatan ekonomi tidak terdapat pihak

yang dirugikan dan diuntungkan. Menurut Yustika (2008), kontrak secara umum

menggambarkan kesepakatan satu pelaku untuk melakukan tindakan yang memiliki

nilai ekonomi kepada pihak lain, tentunya dengan konsekwensi adanya tindakan

balasan atau pembayaran. Dengan adanya kontrak yang jelas maka tidak ada pihak

yang merasa dirugikan atau diuntungkan. Dalam teori kontrak terdapat beberapa

permasalaha. Furubotn dan Richter (2001) terdapat beberapa 6 model teori kontrak

dan permasalahanya, diantaranya sebagai berikut :

Page 18: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

16

1. The expense-preference model of the managerial theory. Dalam teori ini

pemilik perusahaan memiliki informasi yang terbatas mengenai operasi dan

tidak dapat mengawasi kegiatan dari manajer. Disini terjadi masalah bahwa

keuntungan dan output maksimum tidak akan terjadi karena adanya

opportunistic behaviour setelah kontrak disetujui antara pemilik perusahaan

dengan manajer.

2. The principal-agent model of the moral hazard. Dalam teori ini diasumsikan

bahwa principal tidak memliki informasi yang lengkap mengenai agent dan

tidak dapat mengawasi kegiatan agent. Principal mencoba untuk secara aktif

mendekati utilitas maksimum nya yang pertama. Dimana dalam model ini

agent berusaha untuk mendapatkan keuntungan untuk dirinya dengan

melakukan kegiatan beresiko.

3. The principal-agent model of the adverese selcetion. Dalam teori ini masih

memiliki asumsi yang sama atas principal yang tidak memliki informasi yang

sempurna mengenai agent sebelum kontrak disetujui, dimana agent tidak

menggambarkan keadaan yang tidak sesunguhnya mengenai dirinya.

4. The theory of implicit contract deal. Dimana teori ini juga membahas

mengenai kekakuan upah. Dimana teori ini berbeda dengan teori

disekuilibrium, menyediakan penjelasan ekonomi mengenai kekakuan upah

dan perbedaan antara upah pekerja dan penerimaan marginal.

5. The incomplete contract model. Teori ini menjelaskan menganai dormula

pendekatan biaya transaksi williamson. Dimana terdapat 2 asumsi, yaitu

adanya informasi tidak sempurna antara pembuat keputusan dan

ketidakpastian masa depan.

6. Selft-enforcing agreements merupakan teori yang menjelaskan kontrak tidak

dapat diselengarakan pengadilan. Dalam situasi ini hanya suatu kegiatan

hanya dapat dilaksanakan dengan perjanjian yang berarti mengancam untuk

menghentikan perjanjian. Disini informasi dianggap sempurna dan

Page 19: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

17

keseimbangan akan mencapai steady state , dimana penjual selalu memenuhi

janjinya sepanjang waktu dan pembeli dapat memenuhi harapanya.

Dari 6 model masalah kontrak mana diturunkanlah teori mengenai pricipal-

agent. Teori pricipal-agent lebih dikenal sebagai teori yang memisahkan antara peran

pemilik lembaga yang sering disebut principal yang menyerahkan pengelolaan

lembaga terhadap tenaga-tenaga profesional atau orang yang berada dibawah

principal yang disebut agent yang lebih mengerti menjalankan non oprasional

lembaga sehari hari. Teori principal-agent menganalisis susunan kontraktual di antara

dua atau lebih individu, kelompok, atau organisasi. Salah satu pihak (principal)

membuat suatu kontrak, baik secara implisit maupun eksplisit, dengan pihak lain

(agent) dengan harapan bahwa agen akan bertindak/melakukan pekerjaan seperti

yang dinginkan oleh prinsipal (dalam hal ini terjadi pendelegasian wewenang) (Halim

dan Abdulah, 2010). Menurut Furubotn dan Richter (2001) menyatakan pricipal

dapat berupa pemilik dari perusahaan dan agent adalah manajer dari perusahaan

tersebut dan juga principal mungkin seperti yang memberikan pekerjaan dan agent

yang pekerjannya. Hal yang serupa dinyatakan oleh Berle dan Means (1932, dalam

Arifin, 2004) bahwa terpisahnya kepemilikan (ownership) dan manajemen (control)

akan memunculkan masalah karena kepentingan pemilik dan manajer tidak selalu

sejalan, permasalahan yang muncul karena seorang agent (orang yang menerima

tugas atau wewenang) tidak selalu bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal (orang

yang memberikan tugas atau wewenang) dikenal dengan nama masalah principal-

agent.

Masalah principle-agent disebabkan oleh informasi tidak sempurna diantara

principal dan agent, sehingga salah satu pihak memiliki informasi yang lebih

sempurna dari yang lain. Informasi asimetrik adalah kondisi yang menunjukkan

sebagian investor mempunyai informasi dan yang lainnya tidak memilikinya

(Jogianto dalam Muhamad, 2010). Menurut Furubotn dan Richter (2001), informasi

tidak sempurna merupakan asumsi dasar dari pendekatan principal-agent dimana,

Page 20: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

18

agent menikmati kelebihan informasi dari principal. Mishkin dalam Qurrata (2010)

mengungkapkan informasi tidak sempurna terjadi karena salah satu pihak lebih

mengetahui kelengkapan informasi dibandingkan pihak lain, sehingga pihak yang

tidak mengetahui informasi tersebut kesulitan untuk menentukan keputusan yang

tepat dibandingkan pihak yang memiliki informasi lebih lengkap.

Jika teori principal-agent diaplikasi pada pembiayaan pihak debitur sebagai

agent, pasti agent/debitur memiliki informasi yang lebih sempurna dibanding pihak

principal yaitu pihak LPD. Apabila dalam kontrak awal informasi yang disampaikan

pada dewan pengawas dan LPD tidak sempurna, maka tidak dapat dipungkiri lagi

principal-agent problem di antara pihak LPD dan debitur akan terjadi.

Informasi Tidak Sempurna

Principal-agent model memiliki masalah utama berupa informasi tidak

sempurna atau asymetric information, kelebihan informasi yang dimiliki oleh salah

satau pihak akan merugikan pihak lainya. Informasi yang tidak sempurna akan

membuahkan kondisi yang disebut dengan moral hazard dan adverse selection. Petrie

(2002, dalam Halim dan Abdulah,2010) mendefinisikan moral hazard dan adverse

selection sebagai berikut:

Moral hazard refers to the tendency of an agent, after the contract is entered

into, to shirk or otherwise not fully seek to promote the principal’s interests. Adverse

selection refers to the inability of a principal to determine, before the contract is

entered into, which among several possible agents is most likely to promote the

principal’s interests; and, given this imperfect information, the tendency for

candidates with less than average motivation or qualifications to apply.

Adverse Selection

Adverse selection adalah masalah yang terjadi karena informasi tidak

sempurna. Menurut Furubotn dan Richter (2001) dalam principal-agent dengan

Page 21: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

19

model adverse selection, terjadi masalah dimana principal tidak mengetahui kualitas

dari agent sebelum kontrak disetujui. Principal tidak dapat mengobservasi fungsi

biaya dari tiap agent dan juga principal tidak tidak mengetahui agen masuk pada tipe

yang mana, namun disisi lain agent mengetahui fungsi biaya dari dirinya sendiri

sebelum kontrak disetujui. Selanjutnya Gilardi (2001, dalam Halim dan Abdulah,

2010:3) menyatakan, bahwa:

Adverse selection (or ex-ante opportunism, or hidden information) occurs

whenever the principal cannot be sure that he is selecting the agent that has the most

appropriate skills or preferences and moral hazard (or ex-post opportunism, or

hidden action) occurs whenever the agent’s actions cannot be perfectly monitored by

the principal.

Didalam model Adverse Selection terdapat ungkapan yang disebut mengenai

lemon principal oleh Akerlof ( 1970, dalam Furubotn dan Richer, 2001). Contoh dari

principal lemon adalah pasar mobil bekas, dimana yang baik disebut peaches dan

yang buruk lemons. Penjual sebagai agent lebih mengetahui mengenai informasi

mobil, dimana pembeli sebagai principal tidak bisa membedakan mobil yang baik

atau yang buruk karena mobil baik dan buruk dijual pada harga yang sama. Selain itu,

kebanyakan mobil yang di jual adalah mobil dengan keadaan yang buruk dan mobil

dengan keadaan baik tidak akan dijual secara keseluruhan. Jika diaplikasikan dalam

pemberian kredit di LPD, maka pihak LPD yang memberikan kredit pada debitur

tidak mengetahui informasi secara sempurna mengenai debitur. Debitur umumnya

akan memperlihatkan kondisi yang dapat membuat pihak LPD mempercayakan

kreditnya kepada pihak debitur.

Moral Hazard

Miller dalam principal agent theory notes (2005, dalam Qurrata, 2010)

mengemukakan bahwa agent melakukan tindakan yang sangat beresiko karena ingin

meningkatkan profitabilitas, namun principal tidak dapat meninjau perilaku agent

tersebut. Dalam hal ini terdapat dua perilaku yang dapat dikatakan sebagai perilaku

Page 22: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

20

yang menyimpang dan menjadi moral hazard. Perilaku pertama agent akan

menggunakan yang seharusnya untuk modal usaha, dana tersebut untuk kepentingan

pribadinya seperti untuk berjudi, daripada untuk usaha.

Perilaku kedua Agent ingin meningkatkan profitabilitas sehingga ia memilih

usaha yang resikonya lebih besar dari yang seharusnya atau pihak agent berusaha

untuk memaksimumkan profit usahanya dengan memperbesar pengeluaran. Karena

modal seluruhnya berasal dari lender maka ia akan memaksimumkan kapasitas

usahanya untuk mendapatkan pendapatan yang lebih besar. Sehingga apabila

usahanya gagal, maka ia tidak akan dapat mengembalikan dana yang telah ia pinjam.

Kedua perilaku tersebut menyimpang dari perjanjian transaksi sehingga dikatakan

sebagai perilaku moral hazard.

Page 23: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

21

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kabupaten Gianyar, tepatnya di LPD

Desa Pakraman Manuaba, Kecamatan Tegalalang. Penelitian ini dialakukan di Desa

Manuaba karena di LPD Desa Manuaba telah dilakukan undian berhadiah tiap

tahunnya. Dimana hal tersebut merupakan fokus utama dalam penelitian ini.

3.2 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini diarahkan menggunakan pendekatan analisis kualitatif dan

kuantitatif untuk menangkap masalah yang ada dilapangan. Peneliti kualitatif

merupakan penelitian yang berusaha menjangkau berbagai aspek dari dunia sosial

yang membentuk suatu objek amatan yang sulit ditangkap melalui pengukuran yang

presisif atau diekspresikan dalam angka, dengan demikian, penelitian kualitatif lebih

bersifat transendental, termasuk di dalamnya memiliki tujuan menghilangkan

keyakinan palsu yang terbentuk pada sebuah objek kajian ( Somantri, 2005).

Sedangkan analisis kuantitatif adalah metode analisis data yang dilakukan dengan

cara mengklasifikasikan, membandingkan dan menghitung angka dengan rumus

relevan, dalam analisis kuantitatif pada penelitian ini menggunakan alat uji Man -

Whitney. Peneltian kualitatif memiliki beberapa macam jenis, antara lain biografi,

fenomenologi, grounded theory, etnografi, studi kasus. Menurut Afriani ( 2009)

menyatakan terdapat 5 jenis penelitian, yaitu:

1. Biografi

Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang

dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan

penelitian ini adalah mengungkap turning point moment atau epipani yaitu

pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup

Page 24: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

22

seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut

memposisikan dirinya sendiri.

2. Fenomenologi

Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna

konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi

pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami,

sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang

dikaji. Pendekatan fenomenologi yaitu menunda semua penilaian tentang

sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa

disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah

data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat

dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang

fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.

3. Grounded theory

Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman

untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk

menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi

tertentu . Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat

dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari

pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang

berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari.

4. Etnografi

Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok

sosial. Peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku,

kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari

sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang

cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut

peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara

Page 25: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

23

satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti

atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.

5. Studi kasus

Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah

dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan

menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu

dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas,

atau individu.

Dari 5 jenis penelitian diatas maka penelitian ini menggunakan pendekatan

fenomenologi karena dapat membantu peneliti dalam melakukan pengamatan,

imajinasi, berpikir secara abstrak, serta dapat merasakan atau menghayati fenomena

di lapangan penelitian, dimana dalam konteks ini adalah gambaran mengenai

fenomena ada atau tidaknya persoalan dalam Principal Agent Theory antara debitur

dengan dewan pengawas dan LPD.

3.3. Unit Analisis

Penelitian ini menggunakan unit analisis yang berfokus pada persoalan

penelitian sehingga tidak mengutamakan tempat. Dalam pengkajiannya, informan

yang dibutuhkan adalah informan kunci. Informan kunci dalam penelitian ini Ketua

pengawas LPD, Ketua LPD, bendesa adat dan debitur LPD untuk mengetahui

masalah yang menyebabkan terjadinya kasus kredit macet di LPD Desa Adat

Manuaba.

3.4 Teknik Pemilihan Informan

Penelitian ini mencoba menggunakan nonprobability sampling dengan

metode purposive sampling. Non probability sampling adalah pengambilan/penarikan

sampel dalam populasi berdasarkan pertimbangan pribadi (subyektif) atau tidak

memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap elemen atau anggota populasi untuk

Page 26: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

24

dipilih menjadi sampel (www.metodepenelitian.lecture.ub.ac.id). Dalam penelitian

ini metode purposive adalah taknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan

memilih satuan sampling atas dasar pertimbangan sekelompok pakar atau ahli di

bidang ilmu yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini sampling akan diberlakukan

pada informan yang berperan sebagai ketua badan pengawas, ketua LPD dan

beberapa debitur debitur LPD.

3.5. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang langsung didapatkan dari sumber informasi

tersebut, yang didapat dari wawancara dan dokumentasi yang dilakukan sendiri oleh

peneliti dan sumber ataupun informan. Data-data tersebut berupa data naratif,

deskriptif, dalam kata-kata mereka yang diteliti, dokumen pribadi, dan catatan

lapangan.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber lain selain

informan. Data tersebut berupa data dokumenter (arsip-arsip yang dimiliki oleh LPD

desa adat manuaba.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan beberapa cara,

antara lain:

a. Wawancara

Wawancara dengan metode semi terstruktur diperlukan agar peneliti dapat

leluasa melacak berbagai segi dan arah untuk mendapatkan informasi yang

selengkapnya dan secara mendalam. Dengan demikian, upaya understanding

of understanding dapat terpenuhi secara memadai. Wawancara ini dimulai

dari isyu yang dicakup dalam pedoman wawancara. Pedoman wawancara

Page 27: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

25

bukanlah jadwal seperti dalam penelitian kuantitatif. Pertanyaan tidaklah sama

pada tiap partisipan bergantung pada proses dan pedoman wawancara dapat

agak panjang dan rinci walaupun hal itu tidak perlu diikuti secara ketat,

pedoman wawancara berfokus pada subyek area tertentu yang diteliti, tetapi

dapat direvisi setelah wawancara karena ide yang baru muncul belakangan

(Rahcmawati, 2010).

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan bagian yang penting dalam kegiatan pengumpulan

data. Sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban atas kekayaan sumber,

dokumentasi dapat digunakan untuk pengujian, penafsiran, atau peramalan.

Dalam hal ini, contoh dokumentasi penelitian berupa foto-foto lapangan.

3 7. Teknik Analisis Data

3 7.1 Analisis Statistik Deskriftif Cross Tabulation

Analisis crosstab adalah suatu metode analisis berbentuk tabel, dimana

menampilkan tabulasi silang atau tabel kontingensi yang digunakan untuk

mengidentifikasi dan mengetahui apakah ada korelasi atau hubungan antara satu

variabel dengan variabel yang lain. Singkatnya, analisis crosstab merupakan metode

untuk mentabulasikan beberapa variabel yang berbeda ke dalam suatu matriks. Tabel

yang dianalisis di sini adalah hubungan antara variabel dalam baris dengan variabel

dalam kolom. Crosstabs (Tabulasi Silang) merupakan metode untuk mentabulasikan

beberapa variabel yang berbeda ke dalam suatu matriks. Hasil tabulasi silang

disajikan ke dalam suatu tabel dengan variabel yang tersusun sebagai kolom dan

baris.

3 7.2. Analisis Kualitatif

Pada penelitian kualitatif, data-data yang telah didapat kemudian

diklarifikasikan ke dalam tabel-tabel. Untuk kemudian dianalisis dengan proses

penalaran secara ilmiah, penuturan, penafsiran, perbandingan dan kemudian

Page 28: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

26

penggambaran fenomena-fenomena yang terjadi secara apa adanya, guna dapat

mengambil kesimpulan dan memberikan saran-saran dengan cara menguraikan dalam

kata-kata. Analisis data dalam penelitian kualitatif ini mempunyai beberapa proses,

yaitu :

1. Reduksi Data (Data Reduction)

Proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar

yang tercatat dilapangan. Dengan melakukan reduksi data diharapkan

menghasilkan data yang sesuai, terklasifikasi dengan jelas, tepat guna dan

terorganisir. Reduksi data ini berlangsung selama penelitian dilaksanakan.

2. Penyajian Data (Data Display)

Data yang telah terkumpul dan terklasifikasikan selanjutnya disajikan dalam

tabel maupun kalimat. Kumpulan data tersebut selanjutnya dapat menjadi

informasi yang tersusun dengan baik, sehingga memungkinkan penarikan

kesimpulan dan pengambilan tindakan.

3. Penarikan kesimpulan (Verification)

Data yang diperoleh dilapangan, dianalisis dengan beberapa cara untuk

mencapai validitas dan akuratisasi

Page 29: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

27

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Motivasi Menabung karena Undian Berhadiah dan Bukan Karena Undian

Berhadiah di LPD Desa Manuaba

LPD Desa Manuaba memiliki dua jenis produk keuangan yang paling diminati

yaitu produk tabungan dan produk kredit. Penelitian ini berusaha menjelaskan apakah

motivasi dari nasabah tabungan dan kredit memilih produk tabungan dan kredit di

LPD Desa Manuaba karena ada undian berhadiah atau tidak. Berdasarkan wawancara

yang dilakukan kepada 15 orang nasabah kredit dan 15 orang nasabah tabungan.

Terdapat 73.3 persen nasabah tabunga menyimpan uangnya di LPD Desa Manuaba

bukan karena ada undian berhadiah, dan sisanya 26.7 persen menabung di LPD Desa

Manuaba karena ada undian berhadiah. Untuk nasabah kredit diketahui bahwa

terdapat 86.7 persen yang memilih produk kredit di LPD Desa Manuaba bukan

karena undian berhadiah dan sisanya sebesar 13.3 persen memilih produk kredit LPD

Desa Manuaba karena ada undian berhadiah. Jika dilihat secara keseluruhan bahwa

hanya 20 persen dari nasabah kredit dan tabungan yang memilih produk tabungan dan

kredit di LPD Desa Manuaba karena ada undian berhadiah. Sisanya sekitar 80 persen

memilih produk tabungan dan kredit bukan karena undian berhadiah. Kebanyakan

orang yang memilih produk LPD bukan karena undian berhadiah namun disebabkan

oleh kemudahan-kemudahan yang tidak dimiliki oleh lembaga keuangan yang lain.

Misalnya syarat pengajuan kredit yang tidak terlalu banyak, kemudahan proses

analisa kredit. Untuk nasabah tabungan yang menabung di LPD bukan karena undian

berhadiah disebabkan karena kemudahan jarak yang dekat dari rumah dan proses

yang tidak ribet seperti di Bank dan tidak perlu antre dan tingkat kepercayaan

terhadap LPD Desa Adat Manuaba masih relatif baik. Berikut lebih jelas hal diatas

dijelaskan pada tabel 4.1 dibawah ini.

Page 30: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

28

Tabel. 4.1 Motivasi Menabung atau Meminjam Kredit di LPD Desa Manuaba

Tahun 2016

Jenis_nasabah * Motivitasi_menabung_Atau_Meminjam Crosstabulation

% within Jenis_nasabah

Motivitasi_menabung_Atau_Memin

jam

Total

Motivasi bukan

karena ada

undian

berhadiah

Motivasi karena

ada undian

berhadiah

Jenis_nasabah Nasabah Tabungan 73.3% 26.7% 100.0%

Nasabah Kredti 86.7% 13.3% 100.0%

Total 80.0% 20.0% 100.0%

Sumber: Data diolah (2016)

4.2 Tingkat Kepuasan Nasabah atas Proses Undian Berhadiah di LPD Desa

Manuaba

Perlu diketahui mengenai tingkat kepuasan nasabah kredit dan tabungan atas

proses undian berhadiah di LPD Desa Manuaba. Berdasarkan penelitian dilapangan

diketahui bahwa nasabah kredit dan tabungan seluruhnya tidak puas atas proses

undian berhadiah tersebut, dimana 100 persen nasabah kredit dan tabungan

menyatakan tidak puas atas proses undian berhadiah di LPD Desa Manuaba. Hal ini

terjadi karena sering kali terjadi bahwa undian dimenangkan oleh keluarga dari

karyawan yang bekerja di LPD atau karyawan LPD Desa Manuaba. Nasabah kredit

dan tabungan berpendapat proses tidak berjalan dengan adil dan informasi mengenai

proses undian tidak diektahui dengan baik oleh nasabah. Ini berarti berdasarkan teori

kelembagaan terjadi masalah hidden information dalam proses pelaksanaan undian,

sehingga terdapat peluang terjadinya proses kecurangan dalam proses undian.

Selanjutnya, disini terjadi masalah kontrak yang tidak sempurna, sehingga

Page 31: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

29

menyebabkan terjadi masalah berupa karyawan LPD atau keluarga karyawan

memenangkan undian. Kontrak mengenai proses pelaksanaan undian berarti masih

kurang sempurna, karena seharusnya di dalam kontrak undian yang sempurna

sebaikanya keluarga karyawan dan karyawan tidak boleh masuk sebagai nominasi

perserta undian berhadiah di LPD Desa Manuaba. Jadi ketidakpuasan nasabah atas

proses undian berhadiah disebabkan karena kontrak yang tidak sempurna dan

terjadinya masalah hidden information. Berikut pada tabel 4.2 disajikan data pengenai

tingkat kepuasan nasabah kredit dan tabungan atas proses pelaksanaan undian

berhadiah di LPD Manuaba tahun 2016.

Tabel. 4.2 Tingkat Kepuasan Nasabah kredit dan Tabungan atas Proses

Pelaksanaan Undian Berhadiah di LPD Desa Manuaba Tahun 2016

Jenis_nasabah *

Tingkat_Kepuasan_dalam_proses_pelaksanaan_undian

Crosstabulation

% within Jenis_nasabah

Tingkat_Kepuas

an_dalam_prose

s_pelaksanaan_

undian

Total Tidak Puas

Jenis_nasabah Nasabah Tabungan 100.0% 100.0%

Nasabah Kredti 100.0% 100.0%

Total 100.0% 100.0%

Sumber: Data diolah (2016)

Page 32: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

30

4.3 Pendapat Nasabah Kredit dan Tabungan atas dilakukannya Undian

Berhadiah di Masa yang Akan Datang

Berdasarkan penjelasan pada tingkat kepuasan mengenai proses pelaksanaan

undian berhadiah, maka perlu juga diketahui mengenai pendapat nasabah kredit dan

tabungan atas dilakukannya undian berhadiah di masa yang akan dating. Berdasarkan

survey lapangan yang diketahui bahwa terdapat 73.3% nasabah tabungan yang tidak

setuju dilakukannya undian berhadiah dimasa yang akan dating, dan 26.7 persen

nasabah tabungan yang setuju dilakukannya undian berhadiah di masa yang akan

dating. Untuk nasabah kredit yang setuju dilakukanya undian berhadiah di masa yang

akan dating adalah 20 persen dan yang tidak setuju dilakukannya undian berhadiah di

masa yang akan datang adalah 80 persen. Jika dijumlahkan maka terdapat 76.7

persen nasabah tabungan dan kredit yang tidak setuju dilakukannya undian berhadiah

di masa yang akan datang, selanjutnya terdapat 23.3 persen nasabah tabungan dan

kredit untuk dilakukannya undian berhadiah di masa yang akan datang. Walaupun

terdapat 100 persen nasabah tabungan dan kredit yang merasa tidak puas, namun

masih terdapat nasabah yang menginginkan dilakukannya undian berhadiah walapun

jumlahnya sedikit. Nasabah tabungan dan kredit yang menginginkan undian

berhadiah yang akan dilakukan di masa yang akan datang dengan syarat membuat

prsoses pengundiang lebih terbuka dan keluarga karyawan dan laryawan tidak boleh

mengikuti undian berhadiah.

Ini berarti nasabah menginginkan terjadinya perubahan kontrak agar kontrak

lebih sempurna sehingga tidak menimbulka kecurigaaan. Pelaksanaan undian

berhadiah dianggap cacat oleh pihak nasabah tabungan dan nasabah kredit karena

kontrak tidak dibuat sempurna. Pada ekonomi kelembagaan kontrak yang sempurna

adalah kontrak yang menyebabkan keuntungan dari dari principle dalam hal ini

nasabah tabungan dan nasabah kredit tidak berkurang. Sehingga sebelum dilakukan

undian sebaiknya pihak LPD dengan warga harus membuat suatu kontrak bersama

yang harus dipatuhi misalnya seperti pegawai LPD berserta keluarga tidak boleh

Page 33: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

31

sebagai perseta undian. Ini penting dilakukan untuk membuat kontrak yang sempurna

untuk meningkatkan kepuasan dan meningkatkan kepercayaan principle (nasabah

kredit dan tabungan) kepada agent (LPD Manuaba). Kontrak yang dimaksud adalah

aturan main yang lebih sempurna. Aturan main dalam proses pengundian harus dibuat

sebaik mungkin sehingga menyebabkan principle menjadi lebih baik. Berikut tabel

4.3 adalah disajikan pendapat nasabah kredit dan tabungan tentang pelaksanaan

undian berhadiah pada masa yang akan datang di LPD Mabuaba tahun 2016.

Tabel. 4.3 Pendapat Nasabah kredit dan Tabungan Pelaksanaan Undian

Berhadiah pada masa yang akan datang di LPD Desa Manuaba Tahun 2016

Jenis_nasabah * Setuju_Atau_tidak_Untuk_dilakukannya_UndianBerhadiah

Crosstabulation

% within Jenis_nasabah

Setuju_Atau_tidak_Untuk_dilakuka

nnya_UndianBerhadiah

Total Tidak Setuju Setuju

Jenis_nasabah Nasabah Tabungan 73.3% 26.7% 100.0%

Nasabah Kredti 80.0% 20.0% 100.0%

Total 76.7% 23.3% 100.0%

Sumber: Data diolah (2016)

Page 34: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

32

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diatas maka peneliti memiliki kesimpulan sebagai

berikut ini.

1. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa 20 persen dari nasabah kredit dan

tabungan yang memilih produk tabungan dan kredit di LPD Desa Manuaba

karena ada undian berhadiah. Sisanya sekitar 80 persen memilih produk

tabungan dan kredit bukan karena undian berhadiah. Kebanyakan orang yang

memilih produk LPD bukan karena undian berhadiah namun disebabkan oleh

kemudahan-kemudahan yang tidak dimiliki oleh lembaga keuangan yang lain.

Misalnya syarat pengajuan kredit yang tidak terlalu banyak, kemudahan

proses analisa kredit.

2. Terjadi ketidakpuasan atas kegiatan pengudian berhadiah karena terjadi

masalah hidden information karen kontrak tidak sempurna. Ini menyebabkan

principle ( nasabah tabungan dan kredit LPD Manuaba) tidak puas terhadap

pelaksanaan undian berhadiah yang telah dilakukan.

3. Nasabah tabungan dan kredit yang menginginkan undian berhadiah yang

akan dilakukan di masa yang akan datang dengan syarat membuat prsoses

pengundiang lebih terbuka dan keluarga karyawan dan laryawan tidak boleh

mengikuti undian berhadiah. Ini berarti nasabah menginginkan terjadinya

perubahan kontrak agar kontrak lebih sempurna sehingga tidak menimbulka

kecurigaaan. Pelaksanaan undian berhadiah dianggap cacat oleh pihak

nasabah tabungan dan nasabah kredit karena kontrak tidak dibuat sempurna.

Pada ekonomi kelembagaan kontrak yang sempurna adalah kontrak yang

menyebabkan keuntungan dari dari principle dalam hal ini nasabah tabungan

dan nasabah kredit tidak berkurang. Sehingga sebelum dilakukan undian

sebaiknya pihak LPD dengan warga harus membuat suatu kontrak bersama

Page 35: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

33

yang harus dipatuhi misalnya seperti pegawai LPD berserta keluarga tidak

boleh sebagai perseta undian. Ini penting dilakukan untuk membuat kontrak

yang sempurna untuk meningkatkan kepuasan dan meningkatkan kepercayaan

principle (nasabah kredit dan tabungan) kepada agent (LPD Manuaba).

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka peneliti memberikan saran –saran untuk

masalah yang terjadi di LPD Desa Manuaba atas kegiatan undian berhadiah. Berikut

merupakan saran- saran yang diberikan oleh peneliti.

1. Untuk meningkatkan kepuasan dan kepercayaan nasabah tabungan dan kredit

di LPD Desa Manuaba mengenai proses undian berhadiah maka perlu

dilakukannya penyempurnaan kontrak sebelum dilakukan undian berhadiah

dnegan cara musyawarah bersama antara pengelola LPD dan nasabah.

2. Untuk membuat proses undian berjalan dengan baik, maka sebaiknya

dilakukan kerjsama dengan pihak ketiga seperti lembaga terkait agar proses

pengundian berjalan sesuai dengan yang dinginkan.

Page 36: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

34

Daftar Pustaka

Anonim. Peraturan Gubernur Bali No. 16 Tahun 2008 Tentang Pengurus dan

Pengawas Internal Lembaga Perkreditan Desa.

Anonim. Undang-Undang RI No.10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang

No. 7 Tahun 1992.

Arsyad, Lincolin. 2005. “Institution Do realy matter : Important Lessons From

Village Credit Institution Of Bali”. Vol.20, no2. Jurnal Ekonomi dan Bisnis.

Arifin, Zaenal. 2004. “Solusi masalah agensi perusahaan publik di indonesia:

pendekatan game-modeling dan pendekatan positif empiris”. Jurnal Siasat

Bisnis. Vol 9.

Afriani, Iyan. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. www.penalaran-

unm.org/index.php.

Firdaus, M. Rachmat. 1994. Teori dan Analisa Kredit. Bandung : PT. Purna Sarana

Lingga Utama.

Furubotn, Eirik G and Richter Rudolf. 2001. Institutions and Economic Theory. USA.

The University Of Michigan Press.

Gunawan, ketut. 2009. Analisis Faktor Kinerja Organisasi Lembaga Perkreditan Desa

di Bali (Suatu Pendekatan Perspektif Balanced Scorecard). Jurnal manajemen

dan kewirausahaan, vol.11: 172-182.

Halim, Abdulah dan Abdulah Syukri. 2010. Hubungan dan Masalah Keagenan di

Pemerintah daerah. Jurnal Akuntansi Pemerintah.

Muhamad. 2010. Penyesuaian Masalah Agensi (Agency Problem) dalam Kontrak

Pembiayaan Mudharabah. www.journal.Uii.ac.id/index.php/Unisia/

article/view/143/107.

Rachmawati, Imami Nur. 2010. Metode Pengumpulan Data Dalam Penelitian

Kualitatif: Wawancara.

Somatri, Gumilar Rusliwa. 2005.”Memahami Metode Kualitatif”. Makara, Sosio

Humaniora. Vol.2 No 2.

Yustika, Ahmad Erani. 2008. Ekonomi Kelembagaan. Malang. Bayumedia

Publising.

Page 37: Analisis Ekonomi Kelembagaan untuk Menjelasakan

35

Wiyda, Tri Kurniasari. 2007. Lembaga Perkreditan Desa (Lpd) Dalam Perspektif

Hukum : Sebuah Lembaga Keuangan Adat Hindu Penggerak Usaha Sektor

Informal Di Bali. Jurnal Masyarakat dan Budaya. Volume 9: 1.

Web:

www. bank indonesia.go.id.20/08/2010.

www.metodepenelitian.lecture.ub.ac