237
ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) OLEH : EKA ARI NURYANTI NIM : 1112101000050 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016 M / 1438 H

ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT

WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

OLEH :

EKA ARI NURYANTI

NIM : 1112101000050

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2016 M / 1438 H

Page 2: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

i

LEMBAR PERSETUJUAN

Page 3: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

ii

Page 4: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Page 5: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

iv

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

PEMINATAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Skripsi, Desember 2016

Eka Ari Nuryanti, NIM : 1112101000050

Analisis Determinan Kualitas Tidur pada Pekerja Shift Wanita di PT.

Sandratex Tahun 2016

xvi + 188 halaman + 24 tabel + 2 bagan + 3 lampiran

ABSTRAK

Penerapan shift kerja pada suatu industri diketahui memberikan dampak yaitu

berupa gangguan tidur. Gangguan tidur tersebut kemudian akan mempengaruhi

kualitas tidur. Diketahui bahwa pekerja wanita merupakan kelompok yang lebih

berisiko mengalami gangguan tidur. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembuktian

terhadap determinan yang diduga mempengaruhi kualitas tidur pada pekerja shift

wanita.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas tidur

dengan determinan kualitas tidur pada pekerja shift wanita di PT. Sandratex Tahun

2016. Data yang digunakan adalah data primer dan dikumpulkan dengan

menggunakan kuesioner. Desain yang digunakan yaitu cross sectional deskriptif

dan analitik. Populasi pada penelitian ini yaitu seluruh pekerja shift wanita.

Kemudian, sampel diperoleh dengan menggunakan teknik sampling simple random

sampling, dengan jumlah sampel yang berhasil terkumpul dan dianalisis yaitu

sebanyak 126 sampel. Setelah itu, analisa data dilakukan dengan menggunakan uji

Chi-Square dan Mann-Withney.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja shift wanita

memiliki kualitas tidur yang buruk (88,9%). Hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa pada ⍺ 5%, ada hubungan yang signifikan antara penyakit fisik (p value =

0,042) dan kelelahan (p value = 0,048) dengan kualitas tidur pada pekerja shift

wanita.

Saran yang diberikan pada perusahaan yaitu dengan melakukan pengaturan

terhadap shift kerja, konsumsi pekerja, dan tempat kerja. Selain itu, perusahaan juga

disarankan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dan

melaksanakan upaya pelayanan kesehatan di tempat kerja secara komprehensif.

Kemudian, saran yang diberikan pada pekerja yaitu dengan melakukan pengaturan

terhadap konsumsi makanan, minuman, dan obat-obatan; memperbaiki pola tidur

dengan tidur malam lebih awal; menghindari tekanan stres; meningkatkan

kemampuan adaptasi serta koping terhadap stres; berolahraga teratur minimal dua

puluh menit per hari; melakukan relaksasi setiap harinya; menciptakan lingkungan

tidur yang sejuk dan nyaman; dan segera beristirahat dan tidur cukup setelah pulang

bekerja terutama setelah bekerja pada shift malam.

Kata Kunci : Kualitas Tidur, Pekerja Shift Wanita.

Daftar Bacaan : 117 (1989-2016)

Page 6: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

v

STATE ISLAMIC UNIVERSITY OF SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES

PROGRAM STUDY OF PUBLIC HEALTH

OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH DEPARTEMENT

Undergraduate Thesis, December 2016

Eka Ari Nuryanti, NIM : 1112101000050

Determinant Analysis of Sleep Quality in Woman Shift Workers at PT.

Sandratex Year 2016

xvi + 188 pages, 24 tables, 2 diagrams, 3 attachements

ABSTRACT

Application of shift work in an industry known give an impact to sleep

disorders. The sleep disturbance then affects the quality of sleep. It is known that

woman workers are the group that is at risk of sleep disorders. Therefore, there

should be proof against the suspected determinant affecting sleep quality in woman

shift workers.

This study aims to investigate the relationship between sleep quality with the

determinants of sleep quality in woman shift workers at PT. Sandratex Year 2016.

The data used are primary data and collected by using a questionnaire. The design

used is cross sectional descriptive and analytic. The population in this study is the

entire woman shift workers. Then, the samples were obtained using a sampling

technique is simple random sampling, with a number of samples were collected and

analyzed are 126 samples. After that, the data analysis is done by using Chi-square

and Mann-Whitney test.

The results showed that the majority of woman shift workers have poor sleep

quality (88.9%). The results also showed that on the ⍺ 5%, there is a significant

relationship between physical illness (p value = 0.042) and fatigue (p value = 0,048)

with sleep quality of woman shift workers.

The advice given to the company is to make the adjustment to shift work, the

workers consumption, and the workplaces. In addition, the company also adviced

to conduct regular health checks and implement comprehensive health care efforts

in the workplace. Then, the advice given to workers is to make the adjustment to

the consumption of food, beverages, and pharmaceuticals; creating a comfortable

sleeping environment; improve sleep patterns at night to sleep early; avoid the

pressure of stress; increasing adaptability and coping with stress; exercise regularly

at least twenty minutes per day; relaxation each day; and soon enough rest and sleep

after returning to work, especially after working on the night shift.

Keywords : Sleep Quality, Woman Shift Worker.

References : 117 (1989-2016)

Page 7: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Eka Ari Nuryanti

TTL : Sukoharjo, 28 Januari 1995

Alamat : Gg. H. Sadeng RT/RW 002/006 No. 50 Rempoa,

Ciputat Timur, Tangerang Selatan, 15412

Telp. : 0857 1612 7050

Email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

2000 – 2006 : SD Negeri 08 Pondok Pinang

Jakarta Selatan

2006 – 2009 : SMP Negeri 87

Jakarta Selatan

2009 – 2012 : SMA Negeri 87

Jakarta Selatan

2012 – Sekarang : Program Studi Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Tangerang Selatan

PENGALAMAN ORGANISASI

2012 – 2013 : Staff Divisi Keputrian Komisariat Dakwah (Komda) FKIK

2013 – 2014 : Sekretaris Departemen Kemahasiswaan Badan Eksekutif

Mahasiswa (BEM) Prodi Kesehatan Masyarakat

2013 – 2015 : Staff OSH Science Departement Forum Studi Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (FSK3)

2015 – 2016 : Bendahara I Himpunan Mahasiswa Program Studi

(HMPS) Kesehatan Masyarakat

2015 – 2016 : Manager Finance Departement Forum Studi Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (FSK3)

Page 8: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang berkah

limpahan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

Skripsi yang berjudul “Analisis Determinan Kualitas Tidur pada Pekerja Shift

Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016”. Sholawat serta salam senantiasa tercurah

kepada junjungan kita Sayyidina wa Maulana Muhammad SAW beserta keluarga,

sahabat, serta pecintanya hingga akhir kiamat kelak.

Banyak pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Skripsi ini, baik

dalam bentuk moriil maupun materiil, untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih

yang tak terhingga kepada :

1. Kedua Orang Tua dan Adik yang senantiasa memberi doa, dukungan materil

dan moril, serta kasih sayang kepada saya. Mereka adalah sumber motivasi dan

alasan mengapa saya harus terus berjuang.

2. Seluruh Keluarga Besar yang terus memberikan semangat, memotivasi, arahan,

dan mendoakan.

3. Ibu Yuli Amran, SKM., MKM. selaku Dosen Pembimbing Akademik

sekaligus Dosen Pembimbing I Skripsi yang selalu memberikan arahan,

motivasi, dan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini.

4. Ibu Izzatu Millah, SKM., M.KKK. selaku Dosen Pembimbing II Skripsi yang

selalu memberikan arahan, motivasi, dan bimbingan dalam penyusunan Skripsi

ini.

5. Ibu Meilani M. Anwar, SKM., M.T. selaku Dosen Penguji I Sidang Proposal

Skripsi yang banyak memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan

Skripsi ini.

6. Ibu Siti Rahmah Hidayatullah Lubis, SKM., M.KKK. selaku Dosen Penguji I

Skripsi yang banyak memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan

Skripsi ini.

7. Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM., MHS. selaku Dosen Penguji II Skripsi yang

banyak memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan Skripsi ini.

8. Ibu Putri Handayani, SKM., M.KKK. selaku Dosen Penguji III Skripsi yang

banyak memberikan arahan dan masukan dalam penyusunan Skripsi ini.

Page 9: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

viii

9. Pak Nanang selaku Kepala Personalia dan seluruh karyawan PT. Sandratex

yang telah membantu penelitian ini.

10. Pengurus PT. Argo Pantes Tbk yang telah membantu dalam uji validitas dan

reliabilitas kuesioner penelitian ini.

11. Kak Nur Najmi, SKM., M.KKK. yang sudah banyak membantu, membimbing,

dan memberikan arahan dengan sangat sabar.

12. Devina, Fita, dan Lilis (Geng Indah Kiat) teman seperjuangan saat magang

yang telah banyak membantu dan memotivasi.

13. Lola, Cinddy, Hani, dan Ayu, yang sudah banyak membantu, memberikan

semangat, memotivasi, dan mendoakan.

14. Anis Rohmana Malik, partner turlap skripsi yang kompak bekerjasama dalam

menyukseskan penelitian Skripsi kita.

15. Rr. Putri Annisya, teman seperjuangan yang sudah banyak membantu,

memotivasi, dan memberikan arahan dalam menyelesaikan Skripsi ini.

16. Viral, Nova El, Elsya, Kak Rahma, yang telah membantu, memberikan

pencerahan, dan terus memotivasi.

17. Teman-teman mahasiswa bimbingan Bu Yuli dan Bu Izza yang telah

memberikan informasi dan memotivasi untuk bimbingan.

18. Teman-teman Katiguys yang luar biasa. Terima kasih atas kebersamaan,

kekeluargaan, dan kerjasamanya, semoga kelak sama-sama bertemu dalam

keadaan yang lebih baik dan lebih sukses.

19. Teman-teman Kesehatan Masyarakat 2012, Kesehatan Masyarakat Seluruh

Angkatan, HMPS Kesmas, FSK3 UIN, Paskibra SMAN 87, Pandawa Lima,

MT Nurul Hidayah, dan Remaja Mushollah Baaburrahim yang telah

memberikan semangat, memotivasi, dan mendoakan.

20. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu.

Peneliti berharap agar seluruh kebaikan yang diberikan Allah SWT balas

dengan kebaikan yang tak terhingga. Aamiin.

Jakarta, Desember 2016

Peneliti

Page 10: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................. i

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ iii

ABSTRAK ......................................................................................................... iv

ABSTRACT ........................................................................................................ v

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi

KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii

DAFTAR BAGAN ........................................................................................... xiv

DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................. 10

C. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 10

D. Tujuan Penelitian ............................................................................... 12

1. Tujuan Umum ............................................................................. 12

2. Tujuan Khusus ............................................................................ 12

E. Manfaat Penelitian ............................................................................. 13

1. Bagi Pekerja ................................................................................ 13

2. Bagi PT. Sandratex...................................................................... 13

3. Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................ 13

F. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 15

A. Kualitas Tidur .................................................................................... 15

1. Definisi Kualitas Tidur ................................................................ 15

2. Fisiologi Tidur ............................................................................ 16

3. Manfaat Tidur Berkualitas ........................................................... 21

4. Gangguan Tidur .......................................................................... 22

5. Kebutuhan Tidur Wanita ............................................................. 26

6. Instrumen Pengukuran Kualitas Tidur ......................................... 28

B. Determinan Kualitas Tidur ................................................................. 30

1. Jenis Shift Kerja .......................................................................... 30

2. Stres Emosional .......................................................................... 41

3. Motivasi ...................................................................................... 45

4. Aktivitas Fisik ............................................................................. 46

5. Kebiasaan Makan ........................................................................ 49

6. Asupan Obat-Obatan ................................................................... 51

7. Penyakit Fisik ............................................................................. 53

8. Hipersomnia ................................................................................ 56

Page 11: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

x

9. Sindrom Pramenstruasi................................................................ 60

10. Kehamilan ................................................................................... 64

11. Menopause .................................................................................. 65

12. Kelelahan .................................................................................... 68

C. Kerangka Teori .................................................................................. 73

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ................. 74

A. Kerangka Konsep ............................................................................... 74

B. Definisi Operasional .......................................................................... 75

C. Hipotesis ............................................................................................ 79

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ........................................................... 81

A. Desain Penelitian ............................................................................... 81

B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................ 81

C. Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 81

1. Populasi ...................................................................................... 81

2. Sampel ........................................................................................ 82

D. Instrumen Penelitian .......................................................................... 83

1. Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................................... 93

E. Metode Pengumpulan Data ................................................................ 95

F. Pengolahan Data ................................................................................ 95

G. Analisa Data ...................................................................................... 97

BAB V HASIL PENELITIAN ........................................................................... 99

A. Analisis Univariat .............................................................................. 99

1. Gambaran Kualitas Tidur pada Pekerja Shift Wanita di PT.

Sandratex Tahun 2016 ................................................................. 99

2. Gambaran Determinan Kualitas Tidur pada Pekerja Shift Wanita di

PT. Sandratex Tahun 2016 .......................................................... 99

B. Analisis Bivariat .............................................................................. 106

1. Hubungan antara Faktor Pekerjaan dengan Kualitas Tidur pada

Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016 .................... 106

2. Hubungan antara Faktor Psikologis dengan Kualitas Tidur pada

Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016 .................... 107

3. Hubungan antara Faktor Latihan Fisik dengan Kualitas Tidur pada

Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016 .................... 109

4. Hubungan antara Faktor Konsumsi dengan Kualitas Tidur pada

Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016 .................... 110

5. Hubungan antara Faktor Fisiologis dengan Kualitas Tidur pada

Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016 .................... 112

BAB VI PEMBAHASAN ................................................................................ 117

A. Keterbatasan Penelitian .................................................................... 117

B. Kualitas Tidur .................................................................................. 117

C. Determinan Kualitas Tidur ............................................................... 122

Page 12: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

xi

1. Hubungan antara Faktor Pekerjaan dengan Kualitas Tidur pada

Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016 .................... 122

2. Hubungan antara Faktor Psikologis dengan Kualitas Tidur pada

Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016 .................... 131

3. Hubungan antara Faktor Latihan Fisik dengan Kualitas Tidur pada

Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016 .................... 138

4. Hubungan antara Faktor Konsumsi dengan Kualitas Tidur pada

Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016 .................... 145

5. Hubungan antara Faktor Fisiologis dengan Kualitas Tidur pada

Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016 .................... 156

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 180

A. Simpulan.......................................................................................... 180

B. Saran................................................................................................ 181

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 184

LAMPIRAN .................................................................................................... 190

Page 13: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kelebihan dan Kekurangan Instrumen Pengukuran Kualitas Tidur..... 28

Tabel 2.2. Kelebihan dan Kekurangan Instrumen Pengukuran Aktivitas Fisik .... 48

Tabel 2.3. Kebutuhan Zat Makanan Pada Wanita ............................................... 50

Tabel 2.4. Kelebihan dan Kekurangan Instrumen Pengukuran Hipersomnia ....... 58

Tabel 2.5. Kelebihan dan Kekurangan Instrumen Pengukuran Sindrom

Pramenstruasi .................................................................................................... 63

Tabel 2.6. Kelebihan dan Kekurangan Instrumen Pengukuran Kelelahan ........... 71

Tabel 3.1. Definisi Operasional .......................................................................... 75

Tabel 4.1. Jumlah Sampel Tiap Variabel ............................................................ 83

Tabel 4.2. Nomor Pertanyaan Tiap Komponen PSQI ......................................... 84

Tabel 4.3. Nomor Pertanyaan Kuesioner ESS .................................................... 91

Tabel 4.4. Coding pada Tiap Variabel ................................................................ 95

Tabel 5.1. Distribusi Kualitas Tidur Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun

2016................................................................................................................... 99

Tabel 5.2. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Berdasarkan Faktor Pekerjaan .......................................................................... 100

Tabel 5.3. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Berdasarkan Faktor Psikologis ......................................................................... 101

Tabel 5.4. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Berdasarkan Faktor Latihan Fisik ..................................................................... 101

Tabel 5.5. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Berdasarkan Faktor Konsumsi ......................................................................... 102

Tabel 5.6. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Berdasarkan Faktor Fisiologis .......................................................................... 103

Tabel 5.7. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Berdasarkan Faktor Fisiologis (Variabel Kelelahan)......................................... 104

Tabel 5.8. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Berdasarkan Faktor Pekerjaan dengan Kualitas Tidur....................................... 106

Tabel 5.9. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Berdasarkan Faktor Psikologis dengan Kualitas Tidur ...................................... 108

Page 14: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

xiii

Tabel 5.10. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Berdasarkan Faktor Latihan Fisik dengan Kualitas Tidur ................................. 109

Tabel 5.11. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Berdasarkan Faktor Konsumsi dengan Kualitas Tidur ...................................... 110

Tabel 5.12. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Berdasarkan Faktor Fisiologis dengan Kualitas Tidur....................................... 113

Tabel 5.13. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Berdasarkan Variabel Kelelahan dengan Kualitas Tidur ................................... 113

Page 15: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

xiv

DAFTAR BAGAN

Bagan 2. 1. Kerangka Teori................................................................................ 73

Bagan 3. 1. Kerangka Konsep ............................................................................ 74

Page 16: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

xv

DAFTAR ISTILAH

BSR : Bulbar Synchronizing Region

EDS : Excessive Daytime Sleepiness

EEG : Elektroensefalogram

EKG : Elektrokardiogram

EMG : Elektromiogram

EOG : Elektrookulogram

ESS : Epworth Sleepiness Scale

IPAQ : International Physical Activity Questionnaire

METs : Metabolic Equivalents

NREM : Nonrapid Eye Movement

PMS : Premenstrual Syndrome

PSG : Polysomnography

PSQI : The Pittsburgh Sleep Quality Index

RAS : Reticular Activating System

REM : Rapid Eye Movement

RMR : Resting Metabolic Rate

SCN : Supra Chiasmatic Nucleus

SPAF : Shortened Premenstrual Assessment Form

SPSS : Statistical Program for Social Science

SSRT : Subjective Self Rating Test

SWS : Slow Wave Sleep

Page 17: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Balasan

Lampiran 2 Kuesioner

Lampiran 3 Output

Page 18: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada saat ini, terdapat berbagai macam industri yang didirikan untuk

memenuhi kebutuhan hidup manusia dan meningkatkan perekonomian suatu

negara. Industri tersebut banyak mempekerjakan tenaga kerja baik laki-laki

maupun wanita pada setiap proses produksinya. Menurut data BPS, sampai

dengan bulan Agustus 2014, jumlah angkatan kerja di Indonesia telah

mencapai 114,63 juta orang, dimana 42,38 juta orang di antaranya adalah

buruh/karyawan. Jumlah tenaga kerja diperkirakan akan terus mengalami

peningkatan seiring dengan perkembangan zaman, peningkatan jumlah

angkatan kerja, dan bertambahnya kebutuhan hidup manusia. Namun,

peningkatan jumlah tenaga kerja ternyata juga diikuti oleh permasalahan-

permasalahan di tempat kerja. Permasalahan yang timbul yaitu seperti

kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Selanjutnya, baik kecelakaan maupun

penyakit akibat kerja tersebut dapat mempengaruhi produktifitas, profitabilitas,

dan mengancam kelangsungan tempat kerja.

Kecelakaan maupun penyakit akibat kerja dapat disebabkan oleh banyak

faktor yang saling berkaitan. Menurut Kodrat (2011), kecelakaan dan

kesehatan kerja selalu berhubungan dengan kelelahan, shift, dan waktu kerja.

Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi konsentrasi, performa,

kewaspadaan, maupun ketelitian seseorang dalam melakukan pekerjaan.

Namun, Kodrat (2011) lebih spesifik menyebutkan bahwa tingkat kecelakaan

Page 19: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

2

kerja dapat meningkat seiring dengan meningkatnya ketidakpuasan akibat shift

kerja.

Pada umumnya, shift kerja terdiri dari 3 jenis shift, yaitu shift pagi, siang,

dan malam. Dari ketiga jenis shift tersebut, shift malam diketahui mendominasi

tingginya tingkat kecelakaan di tempat kerja. Selain itu, tingkat kelelahan,

tekanan darah sistol dan diastol, denyut nadi, stres fisik dan stres mental pada

pekerja shift malam lebih tinggi daripada pekerja shift pagi (Kodrat, 2011).

Dari keseluruhan dampak yang ditimbulkan dari shift malam, gangguan tidur

merupakan keluhan yang paling sering dirasakan dan merupakan masalah

utama yang berkaitan dengan shift kerja (Handayani, 2008; Agustin, 2012).

Namun, gangguan tidur tidak hanya dapat dialami oleh pekerja shift malam,

melainkan juga pada seluruh pekerja yang bekerja dalam sistem shift kerja. Hal

ini dikarenakan sistem shift kerja membuat perubahan pola tidur yang

kemudian akan menyebabkan pekerja memiliki permasalahan atau gangguan

tidur. Selaras dengan Epstein dan Mardon (2010) yang menyebutkan bahwa

sekitar 60% hingga 70% pekerja shift mengalami gangguan tidur.

Tidur secara kuantitas menunjukkan durasi atau lamanya tidur, sedangkan

secara kualitas menunjukkan kedalaman tidur. Diketahui bahwa pemenuhan

kebutuhan tidur seseorang tidak bergantung pada kuantitasnya, melainkan

lebih kepada kualitasnya. Meskipun secara kuantitas tidur tidak lama, namun

jika mendapatkan tidur yang berkualitas maka ketika bangun tubuh akan terasa

segar kembali dan pola tidur yang demikian tidak mengganggu kesehatan

(Lanywati, 2001).

Page 20: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

3

Seseorang yang mendapatkan kualitas tidur yang baik ditandai dengan

tidur yang tenang, merasa segar pada pagi hari, dan merasa bersemangat untuk

melakukan aktivitas (Craven dan Hirnle, 2000). Jika terjadi gangguan terhadap

pemenuhan tidurnya, maka akan berpengaruh terhadap kualitas tidur dan

tentunya akan menyebabkan seseorang mengalami gangguan tidur. Hasil

survey pada tahun 2005 menunjukkan bahwa secara keseluruhan, orang

dewasa memiliki rata-rata jam tidur sekitar 6,9 jam setiap hari dan 65% di

antaranya mengeluhkan penurunan kuantitas tidur (lama waktu tidur), serta

40% responden mengalami penurunan jam tidur menjadi di bawah 7-8 jam

pada hari kerja (NSF, 2005).

Tidur merupakan kebutuhan wajib yang harus terpenuhi oleh setiap

manusia. Jika tidak ditangani, gangguan tidur dapat menimbulkan dampak

yang serius terhadap pekerja. Hal ini dikarenakan tidur merupakan kebutuhan

fisiologis yang paling dasar dari piramida kebutuhan dasar manusia (Tarihoran

dkk., 2015). Seperti pada tahun 1989, pernah terjadi kecelakaan kapal tanker

minyak Exxon Valdez yang disebabkan oleh kurangnya tidur dan penambahan

jam kerja (NTSB, 1995). Terhadap kesehatan, gangguan tidur juga dapat

menyebabkan kelelahan, gangguan pencernaan, gangguan psikologis, dan

gangguan metabolisme tubuh (Suma'mur, 2009). Selain terhadap keselamatan

dan kesehatan, gangguan tidur juga berkontribusi terhadap peningkatan biaya

kesehatan. Penelitian terhadap gangguan tidur yang dilakukan oleh pusat

nasional di Amerika memperkirakan bahwa setiap tahunya, gangguan tidur,

kurang tidur, dan rasa kantuk menambah setidaknya 15,9 milyar dollar

Amerika untuk tagihan perawatan kesehatan, dan perhitungan tersebut masih

Page 21: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

4

belum termasuk dengan biaya hilangnya produktivitas dan kecelakaan (Epstein

dan Mardon, 2010).

Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui

bahwa dampak gangguan tidur pada pekerja wanita lebih berpengaruh negatif

bila dibandingkan dengan pekerja laki-laki. Studi yang dilakukan di Amerika

menunjukkan bahwa sekitar 20% wanita dewasa melaporkan telah mengalami

kantuk yang berlebihan, kelelahan atau bahkan keduanya, serta wanita muda

yang cenderung memiliki masalah tidur (NSF, 2016). Hasil survey tersebut

juga menunjukkan kecenderungan wanita dibandingkan pria mengalami

insomnia setidaknya beberapa malam perminggu dengan presentase sebesar

63% (NSF, 2016). Penelitian Haryono, dkk. (2009) dan Sumirta dan Laraswati

(2014) juga menunjukkan hal serupa, dimana responden wanita cenderung

memiliki prevalensi gangguan tidur yang lebih besar dari laki-laki. Hal ini

dapat disebabkan oleh perbedaan faktor fisiologis dan psikologis antara laki-

laki dan wanita.

Laki-laki diketahui memiliki tingkat toleransi yang lebih tinggi terhadap

shift kerja dibandingkan dengan wanita (EKU Online, 2016). Secara alamiah

wanita juga membutuhkan waktu tidur yang lebih lama dan lebih mudah

mengalami kelelahan dibandingkan dengan laki-laki (Oginska dan Pokorskri,

2006). Hal ini dapat disebabkan oleh keberadaan hormon estrogen dan

progesteron yang lebih dominan pada wanita, dimana hormon tersebut sangat

mempengaruhi kualitas tidur. Hormon tersebut diketahui turut berperan dalam

proses tidur seseorang.

Page 22: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

5

Secara psikologis, kemampuan koping dalam mengatasi masalah pada

wanita lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, sehingga wanita lebih

mudah mengalami kecemasan yang dapat menyebabkan insomnia (Sumirta

dan Laraswati, 2014). Permasalahan baik dari faktor fisiologis maupun

psikologis tersebutlah yang membuat permasalahan tidur wanita menjadi lebih

kompleks.

Selain faktor jenis shift kerja, terdapat faktor-faktor lain yang juga dapat

mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Faktor psikologis seperti motivasi dan

stres emosional dapat mempengaruhi tidur seseorang. Seseorang yang

mengalami stres emosional akan merasa cemas, sensitif, mudah tersinggung,

fikiran kacau, marah, mental terganggu, dll. Perasaan tersebut yang kemudian

dapat menimbulkan gangguan tidur yang serius (Potter dan Perry, 2005).

Pekerjaan yang meletihkan dan penuh dengan stres juga dapat menyebabkan

seseorang mengalami kelelahan yang berlebihan sehingga membuat pekerja

tersebut menjadi sulit tidur (Potter dan Perry, 2005). Kemudian, ketika

mengalami rintangan atau halangan untuk dapat tidur, maka motivasi untuk

tidur juga akan hilang. Motivasi berpengaruh terhadap tidur dan dapat

menimbulkan keinginan untuk tetap terjaga dan waspada menahan kantuk

(Tarwoto dan Wartonah, 2010). Keinginan tersebut yang membuat seseorang

menjadi mengalami gangguan tidur.

Aktivitas fisik diketahui dapat mempengaruhi tidur. Seseorang yang

melakukan aktivitas fisik dan kemudian mengalami kelelahan akan lebih cepat

tertidur. Kelelahan menengah membuat seseorang akan memperoleh tidur yang

mengistirahatkan, khususnya jika kelelahan disebabkan oleh pekerjaan atau

Page 23: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

6

latihan yang menyenangkan (Agustin, 2012). Kelelahan akan membuat tahap

tidur gelombang lambat (NREM) diperpendek (Uliyah dan Hidayat, 2008).

Namun, berbeda halnya jika yang dialami adalah aktivitas fisik berat. Aktivitas

fisik yang menimbulkan kelelahan berlebihan terutama jika dilakukan

menjelang waktu tidur akan membuat seseorang sulit tidur dan tetap terjaga

(Rafknowledge, 2004).

Faktor konsumsi seperti kebiasaan makan dan asupan obat-obatan juga

dapat mempengaruhi tidur. Terpenuhinya kebutuhan asupan makanan dapat

mempercepat tidur, namun jika asupanya tidak adekuat maka dapat

menyebabkan seseorang menjadi sulit tidur (Uliyah dan Hidayat, 2008). Hal

ini dikarenakan ketika seseorang mengkonsumsi makanan yang adekuat maka

akan menyuplai kadar gula darah dalam tubuh sehingga membantu tidur. Selain

itu, konsumsi obat-obatan juga akan mengganggu tidur. Terdapat beberapa

jenis obat yang dapat mengganggu fisiologi tidur, misalnya analgetika (yang

mengandung kofein), anoreksansia, glukokortikoida, agonis dopamin, beta-

blockers, dan beberapa obat psikotropik (fluoksetin, risperidon, sindrom

penarikan benzodiazepin) (Tjay dan Rahardja, 2007). Pada umumnya,

gangguan tidur disebabkan oleh obat-obatan yang dapat mengurangi tidur

REM dan membuat seseorang menjadi lebih sulit tertidur (Gracia dkk., 2011).

Konsumsi obat sangat erat kaitannya dengan penyakit fisik yang dialami.

Penyakit yang dialami seseorang dapat meningkatkan atau mengurangi tidur.

Penyakit akan mengganggu fungsi organ tubuh dan dapat menyebabkan

seseorang menjadi sulit untuk memulai tidur (initial insomnia) (Lanywati,

2001). Namun, orang yang sedang sakit pada umumnya juga membutuhkan

Page 24: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

7

waktu istirahat dan tidur yang lebih banyak dikarenakan tubuh sedang bekerja

keras untuk menyediakan energi agar dapat segera pulih (Nurlela dkk., 2009).

Keluhan kesehatan yang ditimbulkan penyakit juga diketahui akan

mengganggu tidur seseorang. Keluhan yang ditimbulkan dapat berbeda-beda,

seperti nyeri, sesak nafas, ketidaknyamanan, dll. Hal tersebut yang kemudian

menyebabkan seseorang mengalami permasalahan pada tidurnya.

Secara alamiah, jumlah hormon estrogen dan progesteron pada wanita yang

lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Fluktuasi jumlah hormon tersebut

terjadi ketika wanita mengalami sindrom pramenstruasi, hamil, dan

menopause. Bahkan, gangguan tidur seperti hipersomnia juga dapat terjadi

ketika hormon tersebut mengalami penurunan. Selain itu, penurunan hormon

tersebut juga dapat mempengaruhi kualitas tidur. Penurunan kadar estrogen

dan progesteron menyebabkan wanita mengalami gangguan tidur seperti

insomnia, hipersomnia, dan mimpi buruk (Gracia dkk., 2011; Sulistiyowati dan

Nisa, 2014). Kualitas tidur terganggu akibat reseptor hormon tersebut yang

terletak pada bagian tersendiri di hipotalamus, dimana posisi tersebut

mempengaruhi irama sirkadian dan pola tidur secara langsung (Prasadja,

2009). Kemudian, hipersomnia diketahui dapat mempengaruhi tidur akibat

ketidakmampuan mempertahankan kondisi terjaga. Seseorang yang

mengalami hipersomnia membutuhkan waktu tidur yang lebih lama, namun

selalu merasa lesu dan letih sepanjang hari (Apriadji, 2007).

Dari berbagai industri yang ada, jenis industri yang paling banyak

menerapkan sistem shift kerja adalah industri manufaktur dan produksi dengan

persentase sebesar 83% (EKU Online, 2016). PT. Sandratex merupakan

Page 25: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

8

perusahaan yang bergerak di bidang produksi tekstil yang berlokasi di

Tangerang Selatan dan turut mempekerjakan pekerja shift wanita pada seluruh

jenis shift kerjanya. Proses produksi yang dijalankan perusahaan tersebut yaitu

terdiri dari proses pembuatan kapas menjadi benang dan setelah itu diproses

kembali sampai menjadi kain. Proses produksi tersebut dilakukan terus-

menerus selama 24 jam.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada perwakilan

pekerja, terdapat beberapa fenomena terkait dengan permasalahan kualitas

tidur pekerja shift wanita. Pekerja sering mengeluhkan kondisi tubuh yang

tidak fit terutama setelah bekerja pada shift malam. Selain itu, pekerja wanita

sering merasakan rasa kantuk yang tak tertahankan dan sakit kepala setelah

pulang bekerja. Hal tersebut tentu membuat pekerja wanita tidak dapat

mengerjakan pekerjaan rumah dan kegiatan sosial lainnya setelah pulang

bekerja.

Hasil wawancara tersebut didukung dengan hasil studi pendahuluan yang

dilakukan kepada 30 pekerja shift wanita di PT. Sandratex. Hasil studi

pendahuluan menunjukkan bahwa mayoritas pekerja shift wanita memiliki

kualitas tidur yang buruk (70%). Dari 70% pekerja yang memiliki kualitas tidur

yang buruk tersebut, 42,86% di antaranya dialami oleh pekerja shift malam,

38,09% oleh pekerja shift pagi, dan 19,05% oleh pekerja shift siang. Hasil studi

pendahuluan yang telah dilakukan juga dikuatkan dengan hasil wawancara

dengan pengawas dan perwakilan pekerja. Berdasarkan hasil wawancara

tersebut, diketahui bahwa terdapat beberapa kasus kecelakaan yang disebabkan

oleh rasa kantuk yang dialami pekerja. Kecelakaan yang dialami yaitu seperti

Page 26: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

9

tergores, terjepit, tertabrak dan menabrak mesin, serta tertarik mesin. Selain itu,

baik rekan kerja maupun pengawas juga kerap kali menemukan pekerja yang

tidur di saat seharusnya mereka bekerja atau bahkan mengerjakan pekerjaanya

sambil tertidur.

Rasa kantuk yang dialami pekerja ketika menjalankan pekerjaan

merupakan salah satu indikasi buruknya kualitas tidur pekerja. Namun, tidak

diketahui secara pasti berapa banyak kejadian kecelakaan yang berhubungan

dengan gangguan tidur maupun jumlah pekerja. Pekerjaan yang dilakukan

dalam proses produksi tekstil tergolong ke dalam pekerjaan yang

membutuhkan tingkat kewaspadaan yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan

pekerja berhadapan langsung dengan mesin yang berpotensi menyebabkan

pekerja mengalami kecelakaan seperti tergores, terpotong, tertarik, dsb. Oleh

karena itu, jika pekerja melakukan pekerjaan sambil tertidur, maka dapat

sangat membahayakan dirinya dan dapat menyebabkan kecelakaan serius.

Gangguan terhadap kualitas tidur merupakan permasalahan yang paling

sering dialami oleh pekerja shift. Keseluruhan dampak yang ditimbulkan juga

dapat berimbas pada produktifitas, profitabilitas, dan mengancam

kelangsungan tempat kerja. Perlu dilakukan penelitian yang difokuskan untuk

meneliti kualitas tidur pada pekerja shift wanita. Dengan demikian, dapat

diketahui faktor pencetus yang mempengaruhi kualitas tidur pada pekerja shift

wanita. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti merasa tertarik untuk

melakukan penelitian yang berjudul analisis determinan kualitas tidur pada

pekerja shift wanita di PT. Sandratex tahun 2016.

Page 27: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

10

B. Rumusan Masalah

Penerapan shift kerja telah menimbulkan dampak negatif yang cukup

serius terhadap pekerja. Dari keseluruhan dampak yang ditimbulkan, gangguan

tidur merupakan masalah utama yang berkaitan dengan shift kerja. Gangguan

tidur terjadi disebabkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan tidur seseorang.

Kemudian, diketahui bahwa pemenuhan tidur seseorang bergantung pada

kualitas tidurnya. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan kepada

30 pekerja shift wanita PT. Sandratex, diketahui terdapat 70% pekerja wanita

memiliki kualitas tidur yang buruk. Hal tersebut diduga disebabkan oleh faktor

pekerjaan (jenis shift kerja), faktor psikologis (stres emosional), faktor latihan

fisik (aktivitas fisik), faktor konsumsi (kebiasaan makan dan asupan obat-

obatan), dan faktor fisiologis (penyakit fisik, hipersomnia, sindrom

pramenstruasi, menopause, dan kelelahan). Jika permasalahan tersebut tidak

diatasi, maka dapat menimbulkan dampak yang serius bagi pekerja shift

wanita. Keseluruhan dampak yang ditimbulkan tersebut juga akan berimbas

pada produktifitas, profitabilitas, dan mengancam kelangsungan tempat kerja.

Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dilakukan pembuktian apakah

faktor-faktor tersebut berhubungan dengan kualitas tidur pada pekerja shift

wanita.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran kualitas tidur pada pekerja shift wanita di PT.

Sandratex Tahun 2016 ?

Page 28: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

11

2. Bagaimana gambaran determinan kualitas tidur yaitu faktor pekerjaan

(jenis shift kerja), faktor psikologis (stres emosional), faktor latihan fisik

(aktivitas fisik), faktor konsumsi (kebiasaan makan dan asupan obat-

obatan), dan faktor fisiologis (penyakit fisik, hipersomnia, sindrom

pramenstruasi, menopause, dan kelelahan) ada pekerja shift wanita di PT.

Sandratex Tahun 2016 ?

3. Apakah terdapat hubungan antara faktor pekerjaan (jenis shift kerja)

dengan kualitas tidur pada pekerja shift wanita di PT. Sandratex Tahun

2016 ?

4. Apakah terdapat hubungan antara faktor psikologis (stres emosional)

dengan kualitas tidur pada pekerja shift wanita di PT. Sandratex Tahun

2016 ?

5. Apakah terdapat hubungan antara faktor latihan fisik (aktivitas fisik)

dengan kualitas tidur pada pekerja shift wanita di PT. Sandratex Tahun

2016 ?

6. Apakah terdapat hubungan antara faktor konsumsi (kebiasaan makan dan

asupan obat-obatan) dengan kualitas tidur pada pekerja shift wanita di PT.

Sandratex Tahun 2016 ?

7. Apakah terdapat hubungan antara faktor fisiologis (penyakit fisik,

hipersomnia, sindrom pramenstruasi, menopause, dan kelelahan) dengan

kualitas tidur pada pekerja shift wanita di PT. Sandratex Tahun 2016 ?

Page 29: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

12

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya determinan kualitas tidur pada pekerja shift wanita di

PT. Sandratex Tahun 2016.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya gambaran kualitas tidur pada pekerja shift wanita di PT.

Sandratex Tahun 2016.

b. Diketahuinya gambaran determinan kualitas tidur yaitu faktor

pekerjaan (jenis shift kerja), faktor psikologis (stres emosional), faktor

latihan fisik (aktivitas fisik), faktor konsumsi (kebiasaan makan dan

asupan obat-obatan), dan faktor fisiologis (penyakit fisik,

hipersomnia, sindrom pramenstruasi, menopause, dan kelelahan).

c. Diketahuinya hubungan antara faktor pekerjaan (jenis shift kerja)

dengan kualitas tidur pada pekerja shift wanita di PT. Sandratex Tahun

2016.

d. Diketahuinya hubungan antara faktor psikologis (stres emosional)

dengan kualitas tidur pada pekerja shift wanita di PT. Sandratex Tahun

2016.

e. Diketahuinya hubungan antara faktor latihan fisik (aktivitas fisik)

dengan kualitas tidur pada pekerja shift wanita di PT. Sandratex Tahun

2016.

f. Diketahuinya hubungan antara faktor konsumsi (kebiasaan makan dan

asupan obat-obatan) dengan kualitas tidur pada pekerja shift wanita di

PT. Sandratex Tahun 2016.

Page 30: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

13

g. Diketahuinya hubungan antara faktor fisiologis (penyakit fisik,

hipersomnia, sindrom pramenstruasi, menopause, dan kelelahan)

dengan kualitas tidur pada pekerja shift wanita di PT. Sandratex Tahun

2016.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pekerja

Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi pekerja, sehingga

pekerja dapat mengetahui determinan kualitas tidur. Dengan demikian,

pekerja dapat meningkatkan kualitas tidurnya.

2. Bagi PT. Sandratex

Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi, masukan, dan

pertimbangan bagi perusahaan untuk melakukan upaya yang dapat

meningkatkan kualitas tidur pekerja shift wanita di PT. Sandratex.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi bagi peneliti

selanjutnya terkait dengan determinan kualitas tidur pada pekerja

khususnya pekerja shift wanita. Selain itu, penelitian ini juga dapat

menjadi referensi bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian serupa

maupun yang ingin mengembangkan penelitian.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui determinan kualitas tidur pada

pekerja shift wanita di PT. Sandratex. Penelitian ini perlu dilakukan karena

Page 31: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

14

perusahaan ini telah menerapkan shift kerja dan turut mempekerjakan wanita

dalam sistem shift kerjanya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni –

September 2016. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

menggunakan desain cross sectional deskriptif dan analitik. Populasi pada

penelitian adalah pekerja shift wanita di PT. Sandratex dan sampel penelitian

dipilih menggunakan metode simple random sampling. Data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan dengan

menggunakan kuesioner. Uji statistik dilakukan dengan menggunakan analisis

Chi-Square dan Mann-Whitney.

Page 32: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kualitas Tidur

1. Definisi Kualitas Tidur

Kualitas tidur menunjukkan kedalaman tidur seseorang (Lanywati,

2001). Siagian (2014) mendefinisikan kualitas tidur sebagai kepuasan

seseorang terhadap tidurnya. Menurut Mutfiani (2012), kualitas tidur

merupakan kemampuan individu untuk tidur dan memperoleh jumlah

istirahat sesuai dengan kebutuhannya. Menurut Dariah dan Okatiranti

(2015) kualitas tidur adalah jumlah tahapan NREM dan REM yang dialami

seseorang dalam siklus tidurnya secara normal. Kemudian, Nashori dan

Diana (2005) mendefinisikan kualitas tidur sebagai suatu keadaan dimana

tidur yang dijalani seorang individu menghasilkan kesegaran dan

kebugaran di saat terbangun. Kualitas tidur mencakup aspek-aspek

kuantitatif tidur, seperti onset tidur latensi, efisiensi tidur, dan fragmentasi

tidur, serta aspek yang lebih subjektif, seperti "kedalaman" atau

"restfulness" tidur (Perumal dkk., 2016). Kualitas tidur yang baik ditandai

dengan tidur yang tenang, merasa segar pada pagi hari, dan merasa

bersemangat untuk melakukan aktivitas (Craven dan Hirnle, 2000).

Page 33: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

16

2. Fisiologi Tidur

Fisiologi tidur merupakan suatu pengaturan kegiatan tidur yang

melibatkan hubungan mekanisme serebral secara bergantian agar

mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk dapat tidur dan bangun

(Uliyah dan Hidayat, 2008). Fisiologi tidur diatur di otak tepatnya di dalam

mesensefalon dan bagian atas pons. Ketika tidur, aktivitas saraf

parasimpatis meningkat, kemudian terjadi penyempitan pupil (myosis),

perlambatan pernapasan dan sirkulasi darah (bronchokonstriksi dan

menurunnya kegiatan jantung), serta simulasi aktivitas saluran cerna

dengan penguatan peristaltik dan sekresi getah lambung-usus (Tjay dan

Rahardja, 2007).

Fisiologis tidur dapat diketahui dengan menggunakan

polysomnography (PSG). PSG merupakan seperangkat alat yang mampu

menganalisis peristiwa yang terjadi di dalam tubuh selama proses tidur

berlangsung (Prasadja, 2009). Seperangkat alat PSG terdiri dari

elektroensefalogram (EEG), elektromiogram (EMG), elektrookulogram

(EOG), elektrokardiogram (EKG), gerakan nafas, aliran udara nafas,

gerakan kaki, posisi tubuh, dan kadar oksigen dalam darah (Prasadja,

2009). Fungsi EEG, EMG, EOG, dan EKG yaitu untuk mengukur aktivitas

listrik otak, mengukur tonus otot, mengukur gerakan bola mata, dan

mengukur denyut jantung. Fisiologi tidur juga dikendalikan oleh sistem

Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region

(BSR). Seseorang terbangun akibat neuron dalam sistem RAS yang

Page 34: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

17

melepaskan katekolamin seperti norepinefrin dan pada saat tidur terjadi

pelepasan serum serotonin dari sel BSR (Uliyah dan Hidayat, 2008).

a. Irama Sirkadian (Circadian Rhythm)

Proses tidur diatur oleh mekanisme alamiah yang disebut dengan

irama sirkadian atau circadian rhythm. Irama sirkadian merupakan

siklus yang berlangsung selama 24 jam, dimana bermacam-macam

fungsi tubuh mengalami fluktuasi (Hidayat, 2011). Fungsi tubuh yang

mengalami fluktuasi berhubungan dengan suhu tubuh, tingkat

metabolisme, detak jantung, tekanan darah, dan komposisi kimia

tertentu dalam tubuh (Maurits dan Widodo, 2008).

Dalam keadaan normal, irama sirkadian berfungsi mengatur

siklus biologi irama tidur bangun dimana sepertiga waktu untuk tidur

dan dua pertiga untuk bangun atau beraktivitas (Saftarina dan

Hasanah, 2014). Siklus irama sirkadian dapat mengalami pergeseran.

Jika siklus tidur bangun mengalami perubahan, maka akan

menghasilkan kualitas tidur yang buruk. Gejala umum yang

menunjukkan gangguan siklus tidur yaitu seperti kecemasan, kurang

istirahat, mudah tersinggung, dan gangguan penilaian (Potter dan

Perry, 2005). Irama sirkadian sangat erat kaitannya dengan gangguan

tidur serta keluhan-keluhan yang ditimbulkan dengan gangguan tidur.

Irama sirkadian berperan sebagai jam biologis dalam tubuh

(Prasadja, 2009). Jam biologis memberikan sensasi rasa segar

sehingga seseorang akan terjaga. Oleh karena itu, penting untuk

memperhatikan jam biologis dan jangan beraktivitas melawan jam

Page 35: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

18

biologis tersebut. Irama sirkadian terletak di Supra Chiasmatic

Nucleus (SCN) yang berada tepat di atas persilangan saraf mata,

sehingga pengaturan jam biologis sangat peka terhadap perubahan

cahaya (Prasadja, 2009). Oleh karena itu, ketika cahaya mulai

meredup tubuh secara otomatis akan mempersiapkan diri untuk tidur.

Jika sudah memasuki waktu dimana tubuh harus tidur namun cahaya

dalam ruangan sangat terang, maka tubuh akan melawan perintah

untuk tidur.

Melatonin merupakan hormon yang mengatur irama sirkadian

(Sumirta dan Laraswati, 2014). Ketika tidur, tubuh akan

meningkatkan kadar melatonin dan menjaga agar kadar melatonin

tetap tinggi sepanjang malam, dimana hormon melatonin sangat

berperan dalam proses tidur dan kualitas tidur seseorang (Potter dan

Perry, 2005). Hormon melatonin juga sangat peka terhadap cahaya.

Cahaya dapat menghambat dan menurunkan kadar hormon tersebut.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa cahaya dapat

menghambat mekanisme irama sirkadian (jam biologis) (Prasadja,

2009).

b. Tahapan Siklus Tidur

Siklus tidur terbagi menjadi dua tahapan, yaitu sebagai berikut :

1) Tidur Gelombang Lambat atau Nonrapid Eye Movement atau

Slow Wave Sleep (NREM 1 – NREM 3)

Nonrapid Eye Movement (NREM) atau Slow Wave Sleep

(SWS) dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh, dengan

Page 36: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

19

gelombang otak yang lebih lambat, atau juga dikenal dengan tidur

nyenyak (Uliyah dan Hidayat, 2008). Tahapan tidur NREM

dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu :

a) Tahap NREM 1

Pada tahap NREM 1, seseorang akan mulai mengantuk

dan kehilangan kesadaran. Tahap NREM 1 merupakan tahap

drowsiness, yaitu tahapan dimana pikiran melayang-layang

tidak menentu tetapi masih menyadari kondisi di sekeliling

(Prasadja, 2009). Pada tahapan ini seseorang juga lebih

mudah terbangun karena masih dalam tidur yang dangkal.

Namun, aktivitas fisik, tanda vital, dan metabolisme sudah

mulai mengalami penurunan (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

b) Tahap NREM 2

Pada tahap NREM 2, seseorang akan menjadi sulit

dibangunkan. Namun, pada tahapan ini kemungkinan

terbangun masih lebih mudah. Proses tubuh terus mengalami

penurunan dan tahapan ini berlangsung selama 10 hingga 20

menit (Potter dan Perry, 2005). Pada tahapan ini, otot juga

mulai mengalami relaksasi (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

c) Tahap NREM 3

Tahap NREM 3 sebelumnya dikenal dengan tahapan

NREM 3 dan NREM 4. Namun, karena dianggap tidak

terdapat perbedaan bermakna secara klinis, maka tahapan

NREM 3 dan NREM 4 diubah menjadi N3 (Prasadja, 2009).

Page 37: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

20

Tahapan ini disebut juga tidur dalam (slow wave). Pada

tahapan ini seseorang menjadi sulit dibangunkan dan tahapan

ini merupakan awal dari tidur nyenyak (Tarwoto dan

Wartonah, 2010). Dibutuhkan rangsangan yang kuat untuk

membangunkan seseorang yang telah memasuki tahap

NREM 3.

Ketika terbangun dari tidur dalam, seseorang

membutuhkan waktu beberapa saat untuk mengembalikan

kesadaran. Pada tahapan ini, tubuh juga mengeluarkan

hormon pertumbuhan atau growth hormone dan prolaktin.

Hormon pertumbuhan berfungsi untuk pertumbuhan dan

perbaikan jaringan yang rusak, sedangkan prolaktin banyak

terdapat pada ibu menyusui (Prasadja, 2009). Kemudian,

pada tahapan ini juga terjadi restorasi dan istirahat, tonus otot

menurun, sekresi lambung menurun, dan gerak bola mata

cepat (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

2) Tidur Paradoks atau Rapid Eye Movement (REM)

Pada tahapan ini seseorang akan mengalami mimpi yang

penuh warna dan tampak hidup (Potter dan Perry, 2005).

Menjelang pagi hari, tubuh akan melepaskan hormon kortisol

(hormon stres) yang membuat tubuh siap menghadapi hari baru

dengan segar (Prasadja, 2009). Tahapan tidur ini sangat penting

untuk keseimbangan mental, emosi, memori, dan adaptasi

(Tarwoto dan Wartonah, 2010).

Page 38: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

21

3. Manfaat Tidur Berkualitas

Tidur yang berkualitas memberikan banyak manfaat bagi tubuh.

Memperoleh kualitas tidur terbaik merupakan hal penting yang bertujuan

untuk meningkatkan kesehatan dan pemulihan seseorang yang sakit

(Potter dan Perry, 2005). Selain itu, ketika seseorang mendapatkan tidur

yang berkualitas, maka dapat memelihara otot jantung, memperbaiki

proses biologis secara rutin, menyimpan energi selama tidur, dan untuk

pemulihan fungsi kognitif (Umami dan Priyanto, 2012). Umami dan

Priyanto (2012) juga menyebutkan bahwa tidur yang berkualitas

berpengaruh terhadap pemulihan fungsi kognitif, dimana pada tahan tidur

REM terjadi perubahan aliran darah serebral, peningkatan aktivitas

kortikal, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin.

Menurut Uliyah dan Hidayat (2008), secara umum tidur memberikan

dua efek fisiologis pada tubuh. Efek pertama yaitu terhadap sistem saraf

yang dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara

berbagai susunan saraf dan efek kedua terhadap struktur tubuh yang dapat

memulihkan kesegaran dan fungsi organ dikarenakan selama tidur terjadi

penurunan aktivitas organ-organ tubuh. Selain itu, menurut Maghfirah

(2015) bila dilihat secara spesifik, manfaat dari tidur yaitu :

a. Terjadi penguraian zat sisa metabolisme tubuh.

b. Proses perbaikan sel-sel tubuh.

c. Terjadi proses regenerasi (perbaikan, perubahan, dan perkembangan)

sel.

d. Terjadi proses stabilisasi hormonal ketika tidur.

Page 39: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

22

4. Gangguan Tidur

Gangguan tidur merupakan masalah yang dialami seseorang terhadap

pemenuhan kebutuhan tidurnya. Kurang tidur dapat menimbulkan efek

negatif seperti menurunnya kemampuan berpikir dan bekerja, membuat

kesalahan, dan sulit untuk mengingat sesuatu (Amran dan Handayani,

2012). Selain itu, tidur yang tidak adekuat juga dapat berdampak pada

aspek fisiologi seperti penurunan aktivitas sehari-hari, rasa capai, lemah,

proses penyembuhan lambat, daya tahan tubuh menurun, dan

ketidakstabilan tanda-tanda vital (Nurlela dkk., 2009).

Penting sekali mengetahui gangguan tidur apa yang diderita

seseorang. Hal ini dikarenakan gangguan tidur dapat memberikan dampak

negatif baik terhadap keselamatan maupun kesehatan. Pengetahuan yang

memadai mengenai gangguan tidur dapat menghindarkan diri dari efek

negatif serta dapat dilakukan upaya yang tepat untuk mengatasinya.

Gangguan tidur yang dialami antara satu orang dengan orang lainnya

dapat berbeda-beda. Gangguan tidur yang umum terjadi yaitu sebagai

berikut :

a. Insomnia

Insomnia merupakan salah satu gangguan tidur yang paling

sering dialami oleh seseorang. Insomnia atau sukar tidur merupakan

suatu keadaan yang menyebabkan individu tidak mampu

mendapatkan tidur yang adekuat baik secara kualitas maupun

kuantitas, sehingga individu tersebut hanya tidur sebentar atau susah

untuk tertidur (Uliyah dan Hidayat, 2008). Terdapat tanda dan gejala

Page 40: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

23

insomnia. Insomnia ditandai dengan gejala kesulitan memulai tidur

(initial insomnia) dan bangun terlalu awal (early awakening)

(Lanywati, 2001).

Definisi insomnia kini juga disertai dengan gejala atau keluhan di

siang hari berupa rasa lelah, kantuk, gangguan mood, penurunan

kemampuan kognitif, dan gangguan hubungan sosial (Prasadja, 2009).

Insomnia akan merubah pola tidur dan membuat tubuh menjadi tidak

bertenaga. Hal ini dikarenakan insomnia menyebabkan penderitanya

tidak mendapatkan tidur yang berkualitas, sehingga mengalami tidur

yang dangkal dan tidak menyegarkan walaupun cukup waktu dan

tidak terbangun (Prasadja, 2009).

Insomnia dapat disebabkan oleh banyak faktor. Antara satu orang

dengan orang lainnya memiliki faktor penyebab atau pencetus yang

berbeda. Insomnia kerap ditemukan pada lansia, wanita hamil, wanita

PMS, dll. Insomnia dapat disebabkan oleh stres situasional (masalah

keluarga, kerja, jet lag, penyakit, atau kehilangan orang yang dicintai),

kekhawatiran, kecemasan, dan kebiasaan tidur yang buruk (Potter dan

Perry, 2005).

b. Apnea Tidur

Apnea tidur dikenal juga dengan sleep apnea atau obstructive

sleep apnea atau tidur mendengkur. Apnea tidur merupakaan keadaan

dimana seseorang mengalami kekurangan aliran udara melalui hidung

dan mulut selama 10 detik atau lebih pada saat tidur (Potter dan Perry,

2005).

Page 41: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

24

Mendengkur hingga saat ini masih dianggap sebagai keadaan

seseorang yang tertidur lelap. Padahal mendengkur merupakan

gangguan tidur yang paling banyak dialami dan dapat sangat

berbahaya. Seseorang yang mengalami apnea tidur akan mengalami

berhenti bernafas ketika tidur (Prasadja, 2009).

Apnea tidur dapat menyebabkan seseorang tidak mendapatkan

tidur yang berkualitas. Hal ini dikarenakan pada saat berhenti

bernafas, akan diikuti dengan usaha nafas (gasping) yang

membangunkan otak sejenak (micro arousal), sehingga akan

memotong tidur seseorang (Prasadja, 2009). Selain itu, gejala yang

umum terjadi pada penderita apnea tidur yaitu adalah hipersomnia

atau EDS (Prasadja, 2009). Dengan demikian, penderita apnea tidur

akan mengalami rasa kantuk yang berlebihan pada saat siang hari.

Rasa kantuk yang berlebihan tersebut tentu dapat mengancam

keselamatan penderitanya.

c. Narkolepsi

Narkolepsi merupakan gangguan tidur yang menyebabkan

seseorang merasakan kantuk yang berlebihan pada siang hari.

Meskipun sudah tidur dalam waktu 15 menit, namun dalam waktu

singkat rasa kantuk akan datang kembali. Pada malam hari, banyak

penderita narkolepsi yang mengalami kesulitan untuk tidur (Prasadja,

2009). Ketika seseorang menderita narkolepsi, maka orang tersebut

akan mengalami disfungsi mekanisme yang mengatur keadaan

bangun dan tidur (Potter dan Perry, 2005).

Page 42: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

25

Rasa kantuk yang menyerang ketika siang hari ini sangat

mengganggu aktivitas sehari-hari. Penderitanya tidak mampu

mengendalikan keinginan untuk tidur (Tarwoto dan Wartonah, 2010).

Terutama jika rasa kantuk muncul ketika sedang melakukan

pekerjaan. Tentu hal ini dapat mengancam keselamatan orang

tersebut. Tak jarang, seseorang yang menderita narkolepsi dianggap

sebagai seorang pemalas, kurang antusias, dan tidak bersemangat

dalam melakukan pekerjaan. Ciri-ciri seseorang yang menderita

narkolepsi yaitu (Prasadja, 2009):

1) Excessive Daytime Sleepiness

2) Cataplexy

3) Sleep Paralysis

4) Hypnagogic/Hypnopompic Hallucination

d. Sleep Paralysis

Sleep paralysis merupakan suatu keadaan dimana seseorang

mengalami kelumpuhan atau tidak dapat menggerakkan tubuhnya

ketika tidur (Prasadja, 2009). Sleep paralysis terjadi ketika tubuh

mengalami kelelahan dan penumpukkan utang tidur. Hal tersebut

menyebabkan otot-otot tidak dapat dikendalikan atau tidak dapat

digerakkan. Ketika mengalami sleep paralysis, menandakan bahwa

seseorang tersebut memasuki tahap tidur REM, dimana pada tahapan

tersebut hanya otot mata dan pernafasan yang tidak mengalami

kelumpuhan (Prasadja, 2009).

Page 43: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

26

5. Kebutuhan Tidur Wanita

Pada umumnya, baik laki-laki maupun wanita dapat mengalami

gangguan pada tidurnya. Namun, wanita memiliki problematika tidur

tersendiri yang membutuhkan penanganan yang lebih kompleks. Wanita

diketahui memiliki kecenderungan untuk mengalami gangguan tidur.

Gangguan tidur yang cenderung dialami wanita seperti mengalami mimpi

buruk, kesulitan tidur, dan sering terbangun dibandingkan dengan pria

(Sumirta dan Laraswati, 2014). Penelitian-penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya juga menunjukkan bahwa gangguan tidur pada pekerja wanita

lebih berpengaruh negatif dibandingkan pada pekerja laki-laki. Seperti

pada penelitian yang dilakukan oleh Haryono, dkk. (2009) dan Sumirta

dan Laraswati (2014) yang menunjukkan bahwa terdapat kecenderungan

responden wanita memiliki prevalensi gangguan tidur yang lebih besar

dari laki-laki. Hal tersebut dapat terjadi disebabkan oleh perbedaan

fisiologis dan psikologis antara laki-laki dan wanita.

Bekerja secara shift sangat berpengaruh terhadap wanita. Laki-laki

diketahui memiliki tingkat toleransi yang lebih tinggi terhadap shift kerja

dibandingkan dengan wanita (EKU Online, 2016). Secara alamiah, wanita

diketahui membutuhkan waktu tidur yang lebih lama dan lebih mudah

mengalami kelelahan dibandingkan dengan laki-laki (Oginska dan

Pokorskri, 2006). Hal ini dapat disebabkan oleh ketahanan fisik laki-laki

yang lebih kuat dibandingkan dengan wanita. Wanita memiliki massa otot

yang lebih sedikit dan kekuatan fisik yang lebih kecil (Harrington dan Gill,

Page 44: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

27

2003). Hal tersebut yang kemudian dapat menyebabkan wanita lebih

mudah mengalami kelelahan.

Kelelahan yang disertai dengan stres emosional juga dapat

menyebabkan permasalahan lain terhadap tidurnya. Stres akan semakin

meningkatkan munculnya gangguan tidur akibat dari kecemasan dan

hilangnya ketenangan. Kelelahan hanya dapat diatasi dengan cara istirahat

yang cukup (Fajarwati dkk., 2011). Hal ini dikarenakan, ketika dalam

keadaan istirahat dan tidur, tubuh akan melakukan proses pemulihan untuk

mengembalikan stamina tubuh hingga dapat kembali ke dalam kondisi

yang optimal (Asmadi, 2008).

Ketika tidur terganggu, maka akan terjadi gangguan akibat perubahan

metabolisme tubuh. Salah satu perubahan yang terjadi yaitu pada produksi

hormon. Selain itu, terdapat perbedaan hormonal pada laki-laki dan

wanita. Jumlah hormon estrogen dan progesteron pada wanita lebih

dominan dibandingkan dengan laki-laki. Reseptor hormon estrogen dan

progesteron terletak pada bagian tersendiri di hipotalamus, dimana posisi

tersebut mempengaruhi irama sirkadian dan pola tidur secara langsung

(Prasadja, 2009). Keberadaan hormon estrogen dan progesteron pada

wanita secara langsung juga sangat berpengaruh pada masa Premenstrual

Syndrome (PMS), kehamilan, dan menopause. Keberadaan hormon

tersebut dapat menimbulkan gangguan tidur pada wanita.

Secara psikologis, kemampuan koping dalam mengatasi masalah pada

wanita lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, sehingga wanita lebih

mudah mengalami kecemasan yang dapat menyebabkan insomnia

Page 45: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

28

(Sumirta dan Laraswati, 2014). Permasalahan secara psikologis dapat

memperburuk kualitas tidur wanita.

6. Instrumen Pengukuran Kualitas Tidur

Pengukuran kualitas tidur seseorang dapat dilakukan dengan

menggunakan beberapa instrumen. Berikut adalah kelebihan dan

kekurangan dari masing-masing instrumen kualitas tidur yang ada :

Tabel 2.1. Kelebihan dan Kekurangan Instrumen Pengukuran Kualitas Tidur

No Kuesioner Kelebihan Kekurangan

1 The Pittsburgh

Sleep Quality

Index (PSQI)

Mudah dalam

pengisiannya.

Waktu pengisian relatif

singkat.

Banyak digunakan untuk

meneliti kualitas tidur.

Telah diterjemahkan ke

dalam 48 bahasa (Buysse

dkk., 2008).

Telah digunakan dalam

berbagai studi berbasis

populasi dan klinis (Buysse

dkk., 2008).

Lebih terkait dengan

penilaian gejala psikologis

dan pengukuran catatan

harian tidur dibandingkan

dengan ESS (Buysse dkk.,

2008).

Memiliki konsistensi

internal dan koefisien

reliabilitas (Cronbach

Alpha) 0,83 dari 7

komponennya (Smyth,

1999).

Memiliki sensitivitas

89,6% dan spesifisitas

86,5% (Buysse dkk., 2008).

Tidak dapat

menggantikan

polysomnographic

(PSG), dikarenakan skor

PSQI tidak berkorelasi

dengan PSG (Grandner

dkk., 2006).

Tidak dapat digunakan

untuk skrining kelainan

tidur polysomnographic

(Buysse dkk., 2008).

Page 46: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

29

No Kuesioner Kelebihan Kekurangan

Telah dilakukan uji

validitas yaitu sebesar 0,89

(Cunha, dkk., 2008), 0,84

(Fauziah, 2013).

Telah dilakukan uji

realibilitas sebesar 0,88

(Cueller dan Ratcliffe,

2008).

Telah dilakukan uji

realibilitas sebesar 0,766

(Agustin, 2012).

2 Sleep Quality

Scale (SQS) Waktu pengisian relatif

singkat

Instrumen yang valid dan

reliabel untuk pengukuran

kualitas tidur orang dewasa

(Kastler dan Davidson,

2007).

Dibandingkan dengan

PSQI, SQS mencakup item

tentang fungsi restoratif

setelah tidur, kesulitan

dalam bangun, dan

berbagai disfungsi siang

hari karena tidur (Kastler

dan Davidson, 2007).

Memiliki koefisien

Cronbach Alpha 0,92 (Yi

dkk., 2006).

Konsistensi internal dan

koefisien korelasi 0,81 (Yi

dkk., 2006).

Instrumen yang lebih

baru dari PSQI, sehingga

belum begitu banyak

digunakan seperti PSQI.

Belum banyak digunakan

di Indonesia sebagai

instrumen pengukuran

kualitas tidur.

3 Polysomnography

(PSG) Dilakukan oleh orang yang

sudah profesional.

Metode yang objektif untuk

pengukuran kualitas tidur

(Buysse dkk., 2008).

Metode yang tidak

praktis untuk digunakan

sebagai alat skrining

klinis atau penelitian

(Buysse dkk., 2008)

Mahal.

Hanya dapat dilakukan

oleh kalangan tertentu.

Page 47: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

30

B. Determinan Kualitas Tidur

1. Jenis Shift Kerja

Pada umumnya, waktu kerja telah diatur oleh Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi dalam keputusan menteri. Menurut KEP.102/MEN/VI/2004,

waktu kerja normal untuk 6 hari kerja yaitu 7 jam/hari (hari ke 1-5), 5

jam/hari (hari ke 6) atau 40 jam/minggu, sedangkan untuk 5 hari kerja

yaitu 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Jika waktu kerja lebih dari waktu

tersebut, maka dihitung sebagai waktu kerja lembur. Agar dapat beroprasi

secara maksimal selama 24 jam, maka perusahaan menerapkan sistem shift

kerja dalam proses produksinya.

Shift kerja merupakan suatu cara mengorganisir waktu kerja harian

pada orang atau tim yang berbeda secara berturut-turut untuk waktu kerja

yang biasanya 8 jam, dan meliputi waktu keseluruhan 24 jam (Agustin,

2012). Definisi lain menyebutkan bahwa shift kerja merupakan pekerjaan

dengan jam kerja yang tidak biasa atau pekerjaan dimana jam kerjanya

berubah-ubah dan tidak teratur (Revalicha dan Sami'an, 2013). Kemudian,

Murits dan Widodo (2008) mendefinisikan shift kerja sebagai periode

waktu dimana suatu kelompok pekerja dijadualkan bekerja pada tempat

kerja tertentu.

Diketahui jumlah pekerja shift di Negara Uni Eropa hampir mencapai

22% (Utami dan Bayhakki, 2009). Sedangkan, di negara berkembang

sendiri jumlah pekerja shift diperkirakan berkisar antara 15-30% (Silaban,

1998 dalam Dewi, 2006). Belum diketahui secara pasti berapa banyak

jumlah pekerja shift di Indonesia. Namun, diperkirakan jumlah pekerja

Page 48: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

31

shift di Indonesia terus mengalami peningkatan seiring dengan

bertambahnya jumlah angkatan kerja.

Pada umumnya, shift kerja terdiri dari tiga jenis, yatu shift pagi, siang,

dan malam. Durasi atau jam kerja pada tiap-tiap perusahaan dapat berbeda-

beda tergantung dengan jenis dan kebutuhan perusahaan. Penerapan shift

kerja dilakukan untuk meningkatkan produktivitas suatu perusahaan.

Namun, penerapan shift ternyata memberikan dampak negatif terhadap

pekerja, baik terhadap keselamatan maupun kesehatan. Shift kerja akan

berdampak dan mempengaruhi pekerja pada aspek-aspek sebagai berikut :

a. Aspek Fisiologis

Pada aspek fisiologis, shift kerja akan mempengaruhi irama

sirkadian seseorang. Hal ini dikarenakan irama sirkadian adalah dasar

pada siklus tidur dan bangun harian (Maurits dan Widodo, 2008). Efek

negatif yang ditimbulkan pada aspek fisiologis yaitu kapasitas fisik

menurun akibat perasaan mengantuk dan lelah, menurunnya nafsu

makan, dan gangguan pencernaan (Saftarina dan Hasanah, 2014).

b. Aspek Psikologis

Stres merupakan aspek psikologis yang sering terjadi pada

pekerja. Stres akibat shift akan menyebabkan kelelahan (fatigue) yang

dapat menyebabkan gangguan psikis pada pekerja seperti

ketidakpuasan dan iritasi, sehingga seiring dengan meningkatnya

stres, fatigue dan ketidakpuasan akibat shift juga dapat meningkatkan

kecelakaan (Maurits dan Widodo, 2008). Stres juga dapat

menimbulkan dampak bagi kesehatan. Stres akan mempengaruhi

Page 49: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

32

keseimbangan sistem kekebalan tubuh (Wildani, 2012). Sistem

kekebalan tubuh yang terganggu dapat membuat tubuh mudah

terserang berbagai penyakit.

c. Aspek Kinerja

Menurut Hidayat (2011), kinerja secara umum diukur dalam tiga

variabel yaitu produktivitas, jumlah kesalahan, dan jumlah

kecelakaan. Pada malam hari, tingkat produktivitas, jumlah kesalahan,

dan jumlah kecelakaan jauh lebih buruk bila dibandingkan dengan

siang hari. Hal tersebut disebabkan oleh menurunnya konsentrasi dan

kewaspadaan akibat pekerja yang mengantuk. Seseorang yang kurang

tidur tidak dapat mengenali saat-saat kantuk akan menyerang

(Prasadja, 2009). Hal tersebut membuat seseorang tidak tahu kapan

dirinya harus berhenti untuk beristirahat agar konsentrasi dan

kewaspadaan dapat tetap terjaga.

d. Aspek Domestik dan Sosial

Secara sosial, shift kerja juga akan mempengaruhi sosialisasi

pekerja karena interaksinya terhadap lingkungan menjadi terganggu

(Maurits dan Widodo, 2008). Hal ini disebabkan oleh waktu

sosialisasi di lingkungan selain lingkungan pekerjaan yang semakin

berkurang. Pekerja yang yang bekerja dalam sistem peputaran jadwal

shift sulit untuk mengembangkan dan mempertahankan interaksi

sosial dengan teman-teman yang kebetulan berada di pergeseran

berbeda karena proses rotasi, sehingga pekerja mengalami isolasi

sosial (Hidayat, 2011).

Page 50: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

33

Dari ketiga shift yang umum diterapkan, shift malam memiliki

dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan kedua jenis shift

lainnya. Pekerja pada shift malam memiliki tingkat kelelahan, tekanan

darah sistol dan diastol, denyut nadi, stres fisik dan stres mental lebih

tinggi daripada pekerja shift pagi (Kodrat, 2011). Kelelahan pada kerja

shift malam relatif sangat besar dikarenakan faktor faal dan metabolisme

yang tidak dapat diserasikan serta kuatnya kerja saraf parasimpatis pada

malam hari (Suma'mur, 2009).

Secara teoritis, gangguan tidur terhadap wanita memiliki dampak

negatif yang lebih besar dibandingkan dengan laki-laki, meskipun

keduanya dapat mengalami gangguan tidur yang sama. Ketika bekerja

pada shift malam, produksi hormon melatonin juga menjadi tidak sesuai,

sehingga dapat meningkatkan risiko terhadap penyakit kanker payudara

(Agustin, 2012).

a. Pengaturan Shift Kerja

Penerapan sistem shift kerja di perusahaan harus memperhatikan

aturan-aturan tertentu. Hal tersebut bertujuan untuk mencegah atau

mengurangi dampak yang diberikan oleh penerapan shift kerja.

berikut adalah hal-hal yang harus diperhatikan dalam penyusunan

shift kerja :

1) Menurut Suma’mur (1999) dan Suma’mur (2009)

a) Waktu bekerja dalam seminggu maksimal 40-50 jam, lebih

dari itu maka berkemungkinan besar akan menimbulkan

dampak negatif bagi tenaga kerja.

Page 51: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

34

b) Setiap bekerja pada shift siang atau malam sebaiknya diikuti

dengan paling sedikit 24 jam libur dan tiap shift malam paling

sedikit 2 hari libur, sehingga pekerja dapat mengatur

kebiasaan tidur.

c) Tidak boleh meniadakan hari libur bersama (minggu, hari

libur nasional, dan lainnya).

d) Sistem kerja bergilir tiga regu (dari 8 jam) jauh lebih baik

dari 2 regu (dari 12 jam).

e) Waktu gilir kerja sebaiknya pendek (2 sampai beberapa hari)

untuk mengurangi terjadinya efek kumulatif.

2) Menurut Grandjean (1986) dalam Nurmianto (2004)

a) Waktu pergantian shift lebih baik dilakukan pada pukul

07.00, 15.00, dan 23.00 atau 08.00, 16.00, dan 24.00.

b) Pekerja shift sebaiknya berumur 25-50 tahun.

c) Pekerja yang mempunyai masalah perut dan usus, serta

emosi yang tidak stabil disarankan untuk tidak dipekerjakan

pada shift malam.

d) Pekerja yang memiliki tempat tinggal jauh dari tempat kerja

atau berada di lingkungan yang ramai sebaiknya tidak

dipekerjakan pada sistem shift kerja.

e) Rotasi pendek lebih baik daripada rotasi panjang dan

dihindarkan dari shift malam secara terus menerus.

f) Rotasi kerja yang baik yaitu dengan pola 2-2-2 (metropolitan

pola) atau 2-2-3 (continental pola).

Page 52: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

35

g) Kerja dengan shift malam selama 3 hari secara berturut-turut

seharusnya diikuti istirahat paling sedikit 24 jam.

h) Perancangan shift kerja perlu mempertimbangkan waktu

libur 2 hari berurutan.

i) Tiap shift kerja terdiri dari satu kali istirahat yang cukup

untuk makan.

3) Menurut Tayyari dan Smith (1997)

a) Jika memungkinkan, shift malam dikurangi tanpa

mengurangi kompensasi dan benefit lainnya.

b) Jumlah pekerja shift malam dikurangi.

c) Waktu kerja shift tidak melebihi 8 jam.

d) Tiap shift siang atau malam diikuti dengan paling sedikit 24

jam libur dan tiap shift malam paling sedikit 2 hari libur.

e) Musik yang tidak monoton selama bekerja shift malam dapat

dilakukan.

4) Menurut UU No. 13 Tahun 2003

a) Pekerja atau buruh perempuan yang berumur kurang dari 18

tahun dilarang dipekerjakan antara pukul 23.00 sampai

dengan pukul 07.00.

b) Pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja atau buruh

perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya

bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun

dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan

pukul 07.00.

Page 53: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

36

c) Pengusaha yang mempekerjakan pekerja atau buruh

perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00

wajib :

(1) Memberikan makanan dan minuman bergizi.

(2) Menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat

kerja.

(3) Menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja atau

buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja

antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00.

5) Menurut LaDou (1994)

a) Kecepatan Rotasi Kerja

Kecepatan rotasi kerja dapat mempengaruhi waktu

pekerja untuk beradaptasi dan mendapatkan waktu istirahat

yang cukup sesuai dengan jenis pekerjaan. Kecepatan rotasi

kerja dibagi menjadi dua, yaitu :

(1) Rotasi Lambat

Rotasi lambat membuat pekerja mendapat giliran

kerja setiap 5 hari. Dengan kata lain, setiap 5 hari pekerja

akan mengalami pergantian shift setelah 5 hari bekerja.

Jenis rotasi ini memiliki kelebihan yakni memberikan

waktu bagi pekerja untuk beradaptasi baik secara

fisiologis maupun sosial.

Page 54: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

37

(2) Rotasi Cepat

Rotasi cepat membuat pekerja mendapat giliran

kerja setiap 1-3 hari. Pekerja akan mengalam pergantian

shift kerja setelah 1-3 hari bekerja. Namun, jenis rotasi

ini memberikan dampak negatif, yaitu menyebabkan

pekerja sulit untuk beradaptasi terhadap shift malam.

b) Arah Rotasi Kerja

Arah rotasi menunjukkan arah perubahan antara satu

shift dengan shift lainnya. Arah rotasi kerja terdiri dari rotasi

maju dan rotasi mundur. Rotasi maju merupakan arah rotasi

yang jauh lebih baik daripada rotasi mundur. Hal ini

dikarenakan rotasi maju memberikan waktu kepada pekerja

untuk bangun lebih telat. Dengan demikian, waktu tidur

menjadi lebih lama. Adapun arah rotasi kerja dibagi menjadi

dua, yaitu :

(1) Rotasi Maju

Arah rotasi ini mengikuti arah jarum jam. Rotasi

kerja akan dimulai dari shift pagi, kemudian ke shift

siang, dan selanjutnya shift malam.

(2) Rotasi Mundur

Arah rotasi ini berlawanan dengan arah jarum jam.

Rotasi kerja dimulai dari shift pagi, kemudian ke shift

malam, dan selanjutnya shift siang.

Page 55: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

38

6) Menurut Kuswadji (1997)

Shift kerja dapat digolongkan berdasarkan desain, jumlah

jam kerja, jumlah hari kerja maupun karakteristik pekerjaan.

Penggolongan shift kerja dijelaskan sebagai berikut :

a) Pembagian shift kerja berdasarkan awal dan akhir jam kerja

shift, lama satu shift, dan keteraturannya yaitu sebagai

berikut :

(1) Sistem 3 Shift Biasa

Pada sistem shift ini, pekerja akan bekerja 8 jam

sehari selama 24 jam. Waktu kerja terbagi menjadi tiga

shift, yaitu shift pagi yang dimulai pada pukul 06.00

hingga 14.00, shift sore yang dimulai pada pukul 14.00

hingga 22.00, dan shift malam yang dimulai pada pukul

22.00 hingga 06.00.

Dari ketiga shift tersebut, shift malam diketahui

memiliki dampak negatif yang lebih besar dibandingkan

dengan kedua shift lainnya. Bekerja pada shift malam

akan mengganggu waktu berkumpul bersama keluarga.

Selain itu, waktu beristirahat yang dilakukan pada siang

hari setelah pulang bekerja pada shift malam umumnya

akan terganggu akibat suara bising, kegiatan bersama

keluarga, dll.

Berbeda halnya jika pekerja bekerja pada shift pagi.

Bekerja pada shift pagi dapat memungkinkan pekerja

Page 56: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

39

untuk mengerjakan kegiatan pada sore dan malam

harinya. Pada shift sore juga memungkinkan pekerja

untuk mendapatkan tidur dan istirahat yang cukup.

(2) Sistem Amerika

Menurut sistem shift Amerika, jam kerja shift pagi

akan dimulai pada pukul 08.00 hingga pukul 16.00, shift

sore pada pukul 16.00 hingga pukul 24.00, dan shift

malam pada pukul 24.00 hingga pukul 08.00. Sistem

shift ini banyak memberikan keuntungan bagi pekerja, di

antaranya memberikan kesempatan pekerja untuk

mendapatkan waktu makan bersama keluarga dan untuk

tidur lebih lama terutama pada shift pagi dan sore.

(3) Sistem 12-12

Sistem shift ini biasa digunakan oleh pekerja di

penambangan minyak lepas pantai. Sistem shift ini

dibagi menjadi dua shift yakni shift pagi dan malam.

Shift pagi dimulai antara pukul 07.00 hingga pukul 19.00

dan shift malam dimulai antara pukul 19.00 hingga pukul

07.00. Setelah bekerja selama 2 minggu setelah shift

malam, biasanya pekerja akan pulang ke rumah. Namun,

bila dipandang dari sudut pandang kesehatan atau

ergonomi sistem shift ini tidak baik untuk diterapkan.

Page 57: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

40

b) Pembagian shift kerja menurut jumlah hari kerja malam yang

berturut-turut paling sedikit ada tiga jenis, yaitu sebagai

berikut :

(1) Metropolitan Rota

Menurut Grandjean (1986) dalam Nurmianto

(2004), sistem rotasi pada shift ini dianggap sangat baik

untuk diterapkan di tempat kerja. Metropolitan rota

merupakan sistem shift dimana pekerja akan bekerja

menurut giliran 2-2-2 (pagi, pagi, siang, siang, malam,

malam, libur, libur). Hari libur pada hari sabtu dan

minggu hanya terjadi sekali dalam 8 minggu.

(2) Continental Rota

Menurut Grandjean (1986) dalam Nurmianto

(2004), sistem rotasi pada shift ini juga dianggap sangat

baik untuk diterapkan di tempat kerja. Continental rota

merupakan shift dimana pekerja akan bekerja menurut

giliran 2-2-3 (pagi, pagi, siang, siang, malam, malam,

malam, libur, libur). Hari libur pada hari jumat, sabtu,

dan minggu akan terjadi setiap 4 minggu.

(3) Sistem 4 Orang Siklus 32 Jam

Sistem shift ini lepas jaga tidak ada dan tidak ada

libur. Namun, sistem ini memberikan keuntungan pada

pekerja. Keuntungan dari sistem shift ini yaitu setiap

pekerja tidak mengalami kerja shift pagi sebanyak lima

Page 58: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

41

kali seminggu. Pergantian shift pada tengah malam,

sehingga pekerja dapat tidur pada malam hari baik

sebelum maupun sesudah bekerja.

2. Stres Emosional

Stres merupakan suatu ancaman nyata atau yang dirasakan yang

tertuju pada kondisi fisik, emosi, dan sosial seseorang (Tamher dan

Noorkasiani, 2009). Tamher dan Noorkasiani (2009) juga menambahkan

bahwa stres merupakan kejadian eksternal serta situasi lingkungan yang

membebani kemampuan adaptasi individu, terutama beban emosional dan

kejiwaan. Kemudian, menurut Wildani (2012), stres merupakan suatu

respon seseorang yang dapat bersifat positif atau negatif, yang dapat

mempengaruhi fisik, perkembangan, emosional, intelektual, sosial, dan

spiritual.

Setiap orang pasti pernah mengalami stres dalam hidupnya. Stres

emosional banyak terjadi diakibatkan oleh masalah pribadi. Selain berasal

dari lingkungan keluarga, stres juga dapat berasal dari lingkungan

pekerjaan. Stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan disebut

dengan stresor (Potter dan Perry, 2005). Stres emosional disebabkan oleh

permasalahan yang bersifat psikologis. Stres juga sangat erat kaitanya

dengan seberapa besar kemampuan seseorang untuk mengatasi perubahan

dalam hidupnya, baik itu dengan lingkungan keluarga, lingkungan kerja,

maupun lingkungan sosialnya (Stranks, 2005).

Page 59: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

42

Penyebab stres atau stresor dikelompokkan menjadi dua, yaitu

(Gunarsa, 2002) :

a. Stresor fisik : lingkungan, yaitu faktor-faktor luar yang menjadi

penyebab stres seperti makanan, obat-obatan, hamil, abortus, operasi,

cedera, penyakit, panas, dingin, haus, dan kelelahan.

b. Stresor psikososial : situasi sosial, yaitu peristiwa yang menyebabkan

perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang tersebut harus

mengadakan adaptasi, berusaha menanggulangi stresor yang timbul.

Stresor psikososial yaitu seperti :

1) Pernikahan yang tidak bahagia, perceraian

2) Pekerjaan : penempatan tenaga kerja, peralatan yang canggih

3) Keluarga : anak yang berubah, berkembang, kematian.

Selain itu, penyebab stres juga dapat dikelompokkan sebagai berikut

(Stranks, 2005) :

a. Stresor lingkungan

Stresor yang berasal dari lingkungan seperti temperatur dan

kelembapan ekstrim, pencahayaan dan ventilasi yang tidak adekuat,

kebisingan dan getaran, serta keberadaan kontaminan udara seperti

debu, asap, dan gas.

b. Stresor pekerjaan

Stresor yang berhubungan dengan pekerjaan yang terlalu banyak

atau terlalu sedikit, kenaikan atau penurunan jabatan, tuntutan kerja

yang berlawanan, atasan atau pimpinan yang tidak kompeten, jam

Page 60: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

43

kerja yang terlalu banyak, dan interaksi antara pekerjaan dan

komitmen keluarga.

c. Stresor Sosial

Stresor yang berhubungan dengan kehidupan keluarga, hubungan

perkawinan, kehilangan. Hal tersebut merupakan masalah yang dapat

ditemukan setiap hari.

Salah satu dampak yang ditimbulkan dari stres emosional yaitu

menyebabkan seseorang mengalami kesulitan tidur, sering terbangun

selama siklus tidur, atau bahkan lebih banyak tidur (Potter dan Perry,

2005). Hal ini dapat terjadi disebabkan oleh aktivitas saraf dalam tubuh.

Seseorang yang mengalami stres akan merangsang sistem saraf simpatis

untuk mengeluarkan katekolamin, glukagon, dan hormon kortisol-steroid

yang mempengaruhi SSP dalam meningkatkan rasa gelisah, nafas cepat,

hipertensi, dan ketegangan otot (Suwartika dan Cahyati, 2015).

Kecemasan, sensitif atau marah membuat mental terganggu dan

keseluruhan hal tersebut yang kemudian dapat menimbulkan gangguan

tidur yang serius (Potter dan Perry, 2005). Gejala atau dampak yang

ditimbulkan dari stres tersebut lah yang kemudian membuat seseorang

mengalami gangguan tidur.

Diketahui bahwa kesulitan tidur pada umumnya banyak terjadi pada

seseorang yang baru saja kehilangan orang yang dicintai, bercerai, atau

berada di bawah tekanan stres di tempat kerja (NHLBI, 2011). Agar tidak

menimbulkan dampak negatif, maka dapat dilakukan upaya pengendalian

terhadap stres emosional. Stres emosional dapat diatasi dengan

Page 61: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

44

menghindari stres sebisa mungkin, serta meningkatkan kemampuan

adaptasi dan koping terhadap stres.

Ketika mengalami tekanan, maka seseorang akan beradaptasi atau

menanggulagi stresor yang timbul (Hidayati, 2013). Kemampuan adaptasi

yang kemudian membuat seseorang lebih kuat terhadap tekanan-tekanan

yang dapat menimbulkan stres. Selain itu, perlu dilakukan koping terhadap

stres. Koping merupakan cara berpikir dan bereaksi yang ditujukan untuk

mengatasi beban atau transaksi yang menyakitkan (stresor) (Tamher dan

Noorkasiani, 2009).

Terdapat dua tipe coping yang dapat menurunkan stres, yakni problem

focused coping dan emotion focused coping (Fink, 2010). Problem focused

coping merupakan metode yang dilakukan dengan cara menghadapi dan

menyelesaikan masalah yang menyebabkan stres emosional. Kemudian,

emotion focused coping lebih ditujukan untuk menghilangkan emosi

negatif dalam menyikapi masalah dan melihat sisi positif dari sebuah

masalah. Kedua metode tersebut dapat membuat fikiran dan perasaan

menjadi tenang. Fikiran dan perasaan yang tenang tentu akan

memudahkan pekerja untuk memperoleh istirahat yang baik. Dengan

demikian, hal tersebut akan menyelesaikan masalah dan mengubah situasi

stres.

Olahraga juga diketahui dapat mengatasi stres emosional. Olahraga

dapat berfungsi sebagai psychological relaxer yang mengalihkan perhatian

dari hal-hal yang membuat stres (Widyarini, 2009). Olahraga juga

diketahui dapat meningkatkan tidur jika dilakukan selama dua puluh menit

Page 62: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

45

per hari (Rafknowledge, 2004). Kemudian, rileksasi juga diketahui dapat

mencegah stres dengan cara menurunkan denyut jantung dan tekanan

darah, serta memberikan rasa tenang (Widyarini, 2009). Relaksasi yang

dapat dilakukan yaitu seperti meditasi, yoga, latihan pernafasan dalam, tai

chi, pemijatan, shalat, berdoa (dzikir), dll.

3. Motivasi

Motivasi untuk tidur merupakan suatu dorongan atau keinginan

seseorang untuk tidur (Uliyah dan Hidayat, 2008). Motivasi berpengaruh

terhadap tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap terjaga dan

waspada menahan kantuk (Tarwoto dan Wartonah, 2010). Agar dapat

tidur, seseorang harus memiliki motivasi untuk dapat tidur. Jika seseorang

tidak memiliki keinginan untuk tidur, maka dapat membuat seseorang

terjaga dan sulit untuk memulai tidur. Menurut Bastable (2002), faktor

yang dapat mempengaruhi motivasi seseorang yaitu adalah faktor insentif

atau rintangan dalam mendapatkan perilaku yang diinginkan.

Faktor yang bersifat memfasilitasi atau mengahalangi terbentuknya

motivasi dapat digolongkan ke dalam tiga kategori utama, yakni (1) atribut

pribadi, yang terdiri dari komponen fisik, perkembangan, dan psikologis;

(2) pengaruh lingkungan yang mencakup kondisi fisik dan sikap; (3)

sistem hubungan dengan pihak lain seperti keluarga, komunitas, rekan

kerja, dll (Bastable, 2002). Seseorang dapat memiliki rintangan dalam

mendapatkan pemenuhan kebutuhan tidurnya.

Page 63: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

46

Pada dasarnya setiap orang memiliki motivasi untuk tidur. Namun,

seseorang akan kehilangan motivasi untuk tidur ketika mendapatkan

rintangan, baik yang berasal dari internal maupun eksternal. Rintangan

tersebut dapat membuat seseorang tidak memiliki keinginan untuk tidur,

sehingga akan mengalami gangguan tidur.

4. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh yang

memerlukan tenaga yang cukup (Dewi, 2014). Azis (2015) menambahkan

bahwa aktivitas fisik merupakan gerakan tubuh oleh otot tubuh dan sistem

penunjangnya yang membutuhkan sejumlah energi. Definisi lain

menyebutkan bahwa aktivitas fisik adalah gerakan otot bergaris yang

membakar energi tubuh (Tandra, 2009). Tandra (2009) juga

mengungkapkan bahwa aktivitas fisik mencakup semua olahraga, semua

gerakan tubuh, pekerjaan, rekreasi, kegiatan sehari-hari, sampai dengan

berlibur atau waktu senggang (Tandra, 2009). Dapat disimpulkan, kegiatan

yang termasuk dalam aktivitas fisik adalah setiap kegiatan yang dilakukan

yaitu seperti jalan kaki, bersepeda, berkebun, melakukan pekerjaan rumah,

berlari, jogging, dll.

Olahraga masuk ke dalam jenis kegiatan dalam aktivitas fisik.

Olahraga didefinisikan sebagai gerakan tubuh yang berirama dan teratur

untuk memperbaiki dan meningkatkan kebugaran (Tandra, 2009).

Olahraga masuk ke dalam aktivitas fisik dengan intensitas tinggi, sehingga

Page 64: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

47

dibutuhkan usaha yang cukup besar untuk melakukan kegiatan yang

termasuk ke dalam kategori olahraga.

Seseorang yang melakukan aktivitas fisik dan kemudian mengalami

kelelahan akan lebih cepat tertidur karena tahap tidur gelombang lambat

(NREM) diperpendek (Uliyah dan Hidayat, 2008). Menurut Agustin

(2012), seseorang yang melakukan olahraga di siang hari akan mudah

tertidur di malam harinya. Hal ini dikarenakan olahraga dapat

mempertinggi pengeluaran hormon pertumbuhan nokturnal, meredakan

dengkuran dan keluhan tidur apnea obstruktif (Rafknowledge, 2004).

Selain itu, diketahui bahwa olahraga akan menimbulkan rasa santai

dan relaks dari ketegangan otot dan aktivasi saraf simpatis yang terjadi

akibat peningkatan kecemasan atau stres yang menyebabkan gangguan

tidur (Suastari dkk., 2014). Olahraga berfungsi sebagai psychological

relaxer yang mengalihkan perhatian dari hal-hal yang membuat stres

(Widyarini, 2009). Namun, yang perlu diperhatikan yaitu durasi olahraga

yang dilakukan. Olahraga dapat meningkatkan tidur seseorang jika

dilakukan selama dua puluh menit per hari (Rafknowledge, 2004).

Aktivitas fisik terutama olahraga dapat menimbulkan gangguan tidur.

Hal ini terjadi jika aktivitas fisik atau olahraga yang dilakukan

menimbulkan kelelahan yang berlebihan, terutama jika dilakukan

menjelang waktu tidur, sehingga akan membuat seseorang sulit tidur dan

tetap terjaga (Rafknowledge, 2004). Selain itu, diketahui bahwa aktivitas

fisik yang padat dan mengikuti sistem shift kerja malam dapat

menyebabkan gangguan tidur yang disebabkan oleh peningkatan suhu

Page 65: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

48

tubuh dan ketegangan otot yang membutuhkan beberapa jam untuk

kembali ke keadaan normal, sehingga pikiran merasa tegang (Azis, 2015).

Dibutuhkan istirahat dan tidur yang cukup setelah pulang bekerja

terutama setelah bekerja pada shift malam untuk mengatasi kelelahan

akibat aktivitas fisik yang dilakukan. Hal ini dikarenakan, ketika dalam

keadaan istirahat dan tidur, tubuh akan melakukan proses pemulihan untuk

mengembalikan stamina tubuh hingga dapat kembali ke dalam kondisi

yang optimal (Asmadi, 2008).

a. Instrumen Pengukuran Aktivitas Fisik

Terdapat beberapa jenis kuesioner yang digunakan untuk

mengukur aktivitas fisik seseorang. Berikut adalah kelebihan dan

kekurangan dari masing-masing kuesioner aktivitas fisik yang ada :

Tabel 2.2. Kelebihan dan Kekurangan Instrumen Pengukuran Aktivitas Fisik

No Kuesioner Kelebihan Kekurangan

1 International

Physical

Activity

Questionnaire

(IPAQ)

Mudah dimengerti.

Pertanyaan sedikit,

sehingga cepat dalam

pengisiannya.

Cepat dan bisa diterapkan

secara masal (Sudibjo dkk.,

2013).

Telah divalidasi di berbagai

negara termasuk Indonesia

(Sudibjo dkk., 2013).

Pertanyaan bersifat

terbuka, sehingga ada

kemungkinan responden

sulit mengisi kuesioner.

Bergantung pada

kemampuan subjek untuk

mengingat kembali

kebiasaanya secara rinci

(Sudibjo dkk., 2013).

Sulit mengkonversikan

informasi aktivitas

kualitatif menjadi data

kuantitatif (Sudibjo dkk.,

2013).

2 Physical

Activity

Questionnaire

for Children

(PAQ-C)

Biaya dan waktu yang

efisien (Kowalski dkk.,

2004).

Instrumen yang valid dan

reliabel untuk mengukur

Hanya dapat digunakan

untuk anak-anak usia 8-14

tahun dalam sistem

sekolah (Kowalski dkk.,

2004).

Page 66: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

49

No Kuesioner Kelebihan Kekurangan

tingkat aktivitas fisik umum

dari masa kanak-kanak

hingga remaja (Kowalski

dkk., 2004).

Menggunakan isyarat

memori seperti item siang

dan malam untuk

meningkatkan kemampuan

mengingat anak-anak dan

remaja (Kowalski dkk.,

2004).

Mudah diterapkan pada

populasi dengan skala yang

besar dan menampilkan sifat

distribusi normal (Kowalski

dkk., 2004).

Tidak memberikan

perkiraan pengeluaran

kalori atau frekuensi,

waktu, dan informasi

intensitas tertentu

(Kowalski dkk., 2004).

Tidak membedakan antara

intensitas kegiatan

tertentu, seperti kegiatan

moderat dan kuat, namun

hanya memberikan skor

aktivitas ringkasan

(Kowalski dkk., 2004).

Hanya sesuai bila

digunakan selama sekolah,

sehingga tidak dapat

digunakan untuk menilai

aktivitas fisik dalam

periode liburan (Kowalski

dkk., 2004).

5. Kebiasaan Makan

Kebiasaan mengkonsumsi makanan diketahui dapat membantu atau

bahkan mempersulit tidur. Kebiasaan makan dapat mempengaruhi tidur

seseorang disebabkan oleh waktu seseorang mengkonsumsi makanan.

Pekerja yang bekerja secara shift, terutama pada shift malam, dapat

mempengaruhi kebiasaan makannya.

Kebiasaan makan yang baik adalah kebiasaan mengkonsumsi

makanan sebelum tidur setelah pulang bekerja. Hal ini dikarenakan

terpenuhinya kebutuhan makanan dapat mempercepat tidur, namun jika

asupanya tidak adekuat maka dapat menyebabkan seseorang menjadi sulit

tidur (Uliyah dan Hidayat, 2008). Jika asupan makanan seseorang

terpenuhi, maka dapat menyuplai kebutuhan kadar gula darah dalam

tubuh. Namun jika terjadi penurunan kadar gula darah dalam tubuh, maka

Page 67: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

50

akan menyebabkan kesulitan tidur di malam hari (Rafknowledge, 2004).

Selain itu, kadar gula dalam darah dibutuhkan pekerja sebagai bahan bakar

untuk menghasilkan energi bagi keperluan melaksanakan pekerjaan

(Suma'mur, 2009). Kebiasaan mengkonsumsi makanan sebelum tidur

setelah pulang bekerja dapat menggantikan atau menjadi sumber energi

untuk melaksanakan pekerjaan selanjutnya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyebutkan

bahwa salah satu kewajiban pengusaha yang mempekerjakan

pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00

yaitu wajib memberikan makanan dan minuman yang bergizi. Menurut

KEP.102/MEN/VI/2004 turut menyebutkan bahwa makanan dan

minuman yang diberikan sekurang-kurangnya 1.400 kalori apabila kerja

lembur dilakukan selama tiga jam atau lebih dan pemberian makan dan

minum tersebut tidak dapat digantikan dengan uang. Kemudian, menurut

Suma’mur (2009), kebutuhan makanan tenaga kerja wanita yang memiliki

rerata postur tubuh dengan tinggi badan 155 cm dengan berat badan 55 Kg

yaitu sebagai berikut :

Tabel 2.3. Kebutuhan Zat Makanan Pada Wanita

Usia Kilo-

kalori

Protein

(g)

Kalsium

(g)

Zat

Besi

(mg)

Vit A sbg

karoten

(mikrogram)

Tiamin

(mg)

Ribo-

flavin

(mg)

Niasin

(mg)

Vit

C

(mg)

20-39 2.500 65 0,6 14 4.500 0,9 1,3 15 70

40-59 2.400 65 0,6 14 4.500 0,9 1,2 15 70

>60 2.300 65 0,6 14 4.500 0,7 1,0 11 70

Sumber : Suma’mur (2009)

Page 68: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

51

Kebiasaan mengkonsumsi makanan sangat penting untuk

diperhatikan. Ketika pekerja wanita bekerja pada shift malam, maka pola

makannya juga akan mengalami perubahan. Oleh karena itu, dibutuhkan

asupan makanan yang cukup agar dapat membantu menjaga kesehatan

pekerja serta mencegah kualitas tidur yang buruk akibat asupan makanan

yang tidak adekuat.

Begitu pentingnya memberikan pengetahuan kepada pekerja

mengenai betapa pentinganya membiasakan diri untuk mengkonsumsi

makanan dengan gizi yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pekerja shift

wanita. Dengan demikian, pekerja shift wanita dapat mengatur pola makan

yang baik dalam kesehariannya dan mencegah kualitas tidur yang buruk.

6. Asupan Obat-Obatan

Terdapat banyak sekali obat resep atau obat bebas yang dapat

menimbulkan rasa kantuk sebagai efek sampingnya. Gangguan tidur

disebabkan oleh obat-obatan yang dapat mengurangi tidur REM dan

membuat seseorang menjadi lebih sulit tertidur (Gracia dkk., 2011).

Beberapa jenis obat dapat mengganggu fisiologi tidur, misalnya analgetika

(yang mengandung kofein), anoreksansia, glukokortikoida, agonis

dopamin, beta-blockers, dan beberapa obat psikotropik (fluoksetin,

risperidon, sindrom penarikan benzodiazepin) (Tjay dan Rahardja, 2007).

Jenis obat lain yang juga dapat mempengaruhi proses tidur yaitu jenis

diuretik yang dapat menyebabkan insomnia; antidepresan yang dapat

menekan REM; kafein yang dapat meningkatkan saraf simpatis sehingga

Page 69: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

52

menyebabkan kesulitan untuk tidur; golongan beta bloker yang dapat

berefek pada timbulnya insomnia; dan golongan narkotik yang dapat

menekan REM sehingga mudah mengantuk (Uliyah dan Hidayat, 2008).

Seseorang pada umumnya mengkonsumsi obat tidur untuk

mempermudah tidurnya. Hal ini biasa dialami oleh orang yang mengalami

kesulitan tidur. Konsumsi obat tidur membuat seseorang menjadi lebih

mudah untuk mengantuk sehingga dapat tertidur. Obat tidur pada

umumnya menekan fase 3 dan 4 dari SWS serta tidur REM sehingga

sekresi growth hormone menurun (Tjay dan Rahardja, 2007). Sekresi

growth hormone atau hormon pertumbuhan terjadi sewaktu tidur yaitu

pada fase 3 dan 4 SWS dan tidur REM, dimana hormon tersebut berfungsi

penting sekali bagi pertumbuhan tubuh, sintesa protein, dan stimulasi

reabsorpsi asam amino oleh jaringan (Tjay dan Rahardja, 2007).

Konsumsi obat tidur akan sangat berpengaruh terhadap pemenuhan

kebutuhan tidur dan akan mengakibatkan terganggunya pola tidur.

Mengkonsumsi obat tidur lebih dari satu atau dua kali seminggu tidak

dianjurkan (Colligan dan Rosa, 1997). Konsumsi obat tidur yang

berlebihan akan memberikan efek yang berlangsung lama, dimana orang

yang mengkonsumsinya akan terus merasakan kantuk bahkan setelah

terbangun dari tidur (Amran dkk., 2010). Dosis obat tidur yang lebih besar

juga akan menyebabkan kantuk, bicara sempoyongan, dan lebih jauh lagi

dapat menyebabkan koma hingga kematian (Martono dan Joewana, 2006).

Tentunya, konsumsi obat tidur secara terus-menerus dalam jangka waktu

Page 70: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

53

yang lama akan merubah pola tidur dan menimbulkan gangguan tidur

secara permanen.

Efek obat antara satu orang dengan orang lainnya dapat berbeda

dipengaruhi oleh faktor individual (Thay dan Rahardja, 2007. Faktor

tersebut yang kemudian memberikan efek atau respon yang berbeda sesuai

dengan kepekaan masing-masing orang terhadap obat tersebut. Inilah yang

kemudian menyebabkan dosis obat antara satu orang dengan orang lainnya

tidak dapat memberikan efek yang sama. Konsumsi obat dengan dosis

yang besar juga diketahui akan menyebabkan ketergantungan

(Prijosaksono dan Sembel, 2002). Oleh karena itu, konsumsi obat tidur

haruslah sesuai dengan resep dan anjuran dari dokter. Hal ini bertujuan

untuk menghindari efek obat tidur yang tidak diinginkan.

7. Penyakit Fisik

Terdapat beberapa penyakit yang dapat mempengaruhi kebutuhan

tidur. Penyakit tersebut dapat meningkatkan atau mengurangi tidur. Orang

yang sedang sakit pada umumnya akan membutuhkan waktu istirahat dan

tidur yang lebih banyak dikarenakan tubuh sedang bekerja keras untuk

menyediakan energi agar dapat segera pulih, namun banyak aspek

penyakit yang juga dapat membuat seseorang menjadi sulit dalam

memenuhi kebutuhan tidur dan istirahat (Nurlela dkk., 2009). Lanywati

(2001) juga menyebutkan bahwa penyakit akan mengganggu fungsi organ

tubuh dan dapat menyebabkan seseorang menjadi sulit untuk memulai

tidur (initial insomnia).

Page 71: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

54

Keluhan kesehatan yang ditimbulkan penyakit diketahui akan

mengganggu tidur seseorang. Keluhan yang ditimbulkan dapat berbeda-

beda, seperti nyeri, sesak nafas, ketidaknyamanan, dll. Pada penelitian

Nurlela, dkk. (2009) menunjukkan bahwa faktor fisiologis seperti nyeri,

mual, dan muntah dapat mempengaruhi kualitas tidur. Penelitian Bukit

(2005) juga menunjukkan bahwa penyebab utama gangguan tidur pasien

pada tingkat gangguan yang tinggi adalah nyeri, sesak nafas, dan batuk.

Penyakit gagal jantung juga merupakan salah satu penyakit yang dapat

mempengaruhi tidur karena penderitanya akan merasa sesak nafas dan

kesulitan tidur karena kesulitan bernafas (Suwartika dan Cahyati, 2015).

Seseorang yang mengalami sesak nafas atau mengalami gangguan

pernafasan sering mengalami kesulitan untuk tidur (Nurlela dkk., 2009).

Penyakit pernafasan dapat mengganggu tidur dikarenakan terjadinya

perubahan irama pernafasan, kemudian pada seseorang yang pilek akan

mengalami kongesti nasal, drainase sinus, dan sakit tenggorok (Potter dan

Perry, 2005).

Rasa nyeri merupakan salah satu tanda fisiologis yang mengganggu

kualitas tidur. Rasa nyeri dapat mengganggu kualitas tidur dikarenakan

membuat seseorang menjadi tidak nyaman (Nurlela dkk., 2009). Nyeri

yang dialami seseorang dapat timbul akibat infeksi pernapasan,

pencernaan, dispepsia, serangan angina, MCI, kanker, dll (Bukit, 2005).

Penyakit lainnya yang dapat mengganggu tidur yaitu penyakit diabetes

mellitus tipe 2. Selaras dengan penelitian Maurits dan Widodo (2008) yang

menunjukkan sebagian besar pasien dengan diabetes mellitus tipe 2

Page 72: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

55

memiliki kualitas tidur yang buruk. Kemudian diketahui bahwa salah satu

penyakit yang dapat memperbesar kebutuhan tidur yaitu seperti penyakit

infeksi terutama infeksi limpa (Uliyah dan Hidayat, 2008). Infeksi limpa

membuat penderitanya mengalami keletihan sehingga kebutuhan tidurnya

mengalami peningkatan.

Keluhan kesehatan yang biasa terjadi pada pekerja shift ialah

gangguan sistem pencernaan (nyeri peru, konstipasi, diare, dan kehilangan

nafsu makan), kelelahan, insomnia, stres, gangguan pola tidur

(Occupational Health Clinics for Ontario Workers Inc, 2005 dalam

Agustin 2012). Keluhan kesehatan tersebut akan menimbulkan rasa

ketidaknyamanan, nyeri, kecemasan atau depresi yang menyulitkan

seseorang untuk tertidur atau bahkan untuk memasuki tidur REM. Namun,

tidak menutup kemungkinan keluhan kesehatan lainnya juga turut

mempengaruhi tidur pekerja.

Gangguan tidur yang dialami pekerja shift wanita pada umumnya

dapat diatasi dengan upaya pelayanan kesehatan yang komprehensif. Hal

tersebut sesuai dengan Permenaker No. 03 tahun 1982 dimana perusahaan

wajib memberikan pelayanan kesehatan kerja kepada semua tenaga

kerjanya yang meliputi upaya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.

Kemudian, dalam KEP.22/DJPPK/V/2008 menyebutkan bahwa

perusahaan dapat menyelenggarakan sendiri pelayanan kesehatan kerjanya

dalam bentuk klinik atau rumah sakit perusahaan, atau juga dapat

bekerjasama dengan pihak di luar perusahaan seperti rumah sakit,

puskesmas, poliklinik, balai pengobatan, Perusahaan Jasa K3 (PJK3)

Page 73: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

56

bidang kesehatan kerja, dan pelayanan kesehatan lainnya yang telah

memiliki perijinan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Jika pekerja

memeriksakan kesehatan secara teratur, maka dapat dilakukan penanganan

yang tepat untuk mengatasi penyakit fisik yang sedang dialaminya.

Penanganan yang tepat dan cepat dapat meredakan atau bahkan

menghilangkan penyakit fisik yang dialami pekerja shift wanita, sehingga

juga akan mengurangi gejala atau keluhan kesehatan yang dapat

mengganggu tidur.

8. Hipersomnia

Hipersomnia juga dikenal dengan istilah EDS (Excessive Daytime

Sleepiness). Hipersomnia sering diartikan sebagai rasa kantuk yang

berlebihan pada waktu yang tidak semestinya (Prasadja, 2009). Seseorang

yang mengalami hipersomnia dapat tidur pada saat menjalankan kegiatan

seperti berkendara, rapat, menonton di bioskop, dll. Hipersomnia

merupakan keadaan dimana seseorang mengantuk di siang hari pada

beberapa situasi yang bersifat subjektif (Rachmawati, 2013). Hipersomnia

berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mempertahankan keadaan

siaga selama periode terjaga (Slater dan Steier, 2012). Seseorang yang

mengalami hipersomnia membutuhkan waktu tidur yang lebih lama,

namun selalu merasa lesu dan letih sepanjang hari (Apriadji, 2007).

Hipersomnia terjadi disebabkan oleh buruknya kualitas tidur akibat

gangguan tidur yang diderita seperti insomnia, sindrom tungkai gelisah,

dan sleep apnea (Prasadja, 2009). Namun, diketahui penyebab yang paling

Page 74: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

57

sering dari hipersomnia yaitu tidur yang tidak adekuat yang terjadi secara

kronik (Rachmawati, 2013). Tidak hanya disebabkan oleh kualitas tidur

yang buruk, hipersomnia juga dapat menyebabkan kualitas tidur yang

buruk. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan mempertahankan keadaan

siaga selama proses terjaga akan merubah pola tidur. Jika berlangsung

selama terus-menerus, perubahan pola tidur tersebut akan menimbulkan

gangguan tidur secara permanen.

Prevalensi penderita hipersomnia diperkirakan mencapai 18% (Slater

dan Steier, 2012). Kemudian, menurut Rachmawati (2013) gangguan tidur

ini merupakan salah satu gejala yang paling sering berhubungan dengan

tidur dan dialami setidaknya oleh 20% dari populasi manusia di dunia.

Jumlah tersebut akan terus bertambah seiring dengan perubahan gaya

hidup seseorang. Gaya hidup tersebut meliputi shift kerja, kualitas tidur

yang buruk, kebiasaan sebelum tidur, konsumsi kafein yang berlebihan,

dll.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menangani hipersomnia yaitu

dengan memperbaiki pola tidur dengan tidur malam lebih awal. Hal

tersebut akan memperbaiki waktu tidur secara bertahap (Prasadja, 2009).

Selain itu, pekerja shift harus menghindari konsumsi kafein yang

berlebihan. Konsumsi kafein diketahui dapat memperburuk hipersomnia

yang dialami pekerja shift. Terlebih jika kafein dikonsumsi ketika tubuh

merasa kantuk dan sebelum tidur. Hal tersebut dikarenakan kafein akan

meningkatkan kewaspadaan dan tubuh menjadi sulit untuk memulai tidur.

Page 75: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

58

Konsumsi kafein > 250 mg dapat menyebabkan sindrom intoksikasi

seperti gejala cemas, tegang, diuresis, takikardia, agitasi, dan insomnia

(Sumirta dan Laraswati, 2014). Hal ini disebabkan oleh kinerja kafein

yang dapat meningkatkan pengeluaran norepinefrin, epinefrin, dopamine,

dan serotonin (Sumirta dan Laraswati, 2014). Efek kafein juga diketahui

baru akan menghilang seluruhnya dalam waktu 6-8 jam setelah konsumsi

(National Heart Lung and Blood Institute, 2011). Oleh karena itu, pekerja

sebaiknya menghindari konsumsi minuman yang banyak mengandung

kafein. Kafein dapat ditemukan dalam minuman kopi atau coke, dan

sejumlah kecil cokelat dan teh (Rafknowledge, 2004).

Hipersomnia dapat terjadi pada waktu yang tidak semestinya. Bila

tidak ditangani, hipersomnia dapat sangat membahayakan keselamatan.

Seperti pada kasus kecelakaan kereta cepat Shinkansen di Osaka, Jepang

akibat masinis yang tertidur selama 8 menit dan seorang pilot penerbangan

domestik yang tertidur di cockpit (Prasadja, 2009).

a. Instrumen Pengukuran Hipersomnia

Terdapat beberapa jenis kuesioner yang digunakan untuk

mengukur status hipersomnia seseorang. Berikut adalah kelebihan dan

kekurangan dari masing-masing kuesioner hipersomnia yang ada :

Tabel 2.4. Kelebihan dan Kekurangan Instrumen Pengukuran Hipersomnia

No Kuesioner Kelebihan Kekurangan

1 The Epworth

Sleepiness Scale Mudah dalam pengisiannya.

Singkat, mudah dipahami,

telah digunakan secara luas

baik secara klinis maupun

pengaturan penelitian di

Tidak mampu mendeteksi

semua tingkatan keparahan

apnea (tidak mampu

mendeteksi dalam kategori

Page 76: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

59

No Kuesioner Kelebihan Kekurangan

seluruh dunia (Spilsbury

dkk., 2007).

Tidak memakan waktu

untuk mengisinya (Wu dkk.,

2012).

Banyak digunakan dalam

praktek klinis dan protokol

penelitian sebagai penilaian

cepat sederhana kantuk

secara subjektif (Wu dkk.,

2012).

Pengukuran di kalangan

orang dewasa (Spilsbury

dkk., 2007).

ringan dan sedang) (Boari

dkk., 2004).

2 The Cleveland

Adolescent

Sleepiness

Questionnaire

(CASQ)

Valid dilakukan pada

kalangan remaja usia 11 –

17 tahun (Spilsbury dkk.,

2007).

Telah divalidasi di beberapa

negara.

Korelasi internal 0,89

(Spilsbury dkk., 2007).

Validitas konstruk sudah

terbukti (Spilsbury dkk.,

2007).

Pengukuran menggunakan

instrumen ini tidak dapat

dilakukan pada rentang

usia > 17 tahun.

Belum banyak digunakan

secara luas (Spilsbury

dkk., 2007).

3 The Pediatric

Daytime

Sleepiness Scale

(PDSS)

Alat ukur yang sederhana

(Spilsbury dkk., 2007).

Telah divalidasi di beberapa

negara.

Valid dilakukan pada

kalangan remaja usia 11-15

tahun (Spilsbury dkk.,

2007).

Konsistensi internal dapat

diterima yang diharapkan

memiliki hasil terkait

dengan rasa kantuk seperti

penurunan waktu tidur, nilai

buruk, moods negatif

(Spilsbury dkk., 2007).

Telah digunakan dengan

sampel remaja yang

overweight atau epilepsi

(Spilsbury dkk., 2007).

Pengukuran menggunakan

instrumen ini tidak dapat

dilakukan pada rentang

usia > 15 tahun.

Belum diuji secara khusus

dengan remaja yang

mengalami masalah tidur

yang dikenal (Spilsbury

dkk., 2007).

Beberapa poin pertanyaan

mengandung dua perilaku

terpisah, misalnya fall

asleep atau get drowsy,

yang mungkin dapat

terjadi pada tingkat yang

sangat berbeda, sehingga

membuat kesulitan untuk

menyelesaikannya

(Spilsbury dkk., 2007).

Page 77: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

60

9. Sindrom Pramenstruasi

Setiap wanita akan mengalami menstruasi ketika sudah memasuki

masa pubertas atau kematangan secara seksual. Kematangan seksual

antara wanita satu dengan lainnya berbeda-beda yang berkisar dari 9 tahun

atau bahkan hingga 17 tahun. Siklus menstruasi wanita dikenal sebagai

irama infradian, dimana siklus ini terjadi dalam siklus yang lebih lama dari

24 jam (Potter dan Perry, 2005).

Pada beberapa wanita, sebelum memasuki siklus menstruasi dapat

mengalami gejala-gejala yang disebut dengan sindrom pramenstruasi atau

Premenstrual Syndrome (PMS). PMS adalah kumpulan gejala fisik,

psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita (Sarah

dan Moesijanti, 2008). Gejala-gejala yang ditimbulkan pada saat PMS

yaitu seperti sakit kepala, nyeri payudara, ketidakstabilan emosional, dan

berkurangnya konsentrasi (Prasadja, 2009). Gejala-gejala tersebut akan

dirasakan pada 7-10 hari sebelum datangnya haid dan memuncak pada saat

haid timbul (Sarah dan Moesijanti, 2008). Gejala yang ditimbulkan ketika

PMS antara satu wanita dengan wanita lainnya berbeda-beda. Namun,

pada umumnya gejala yang dialami tersebut dapat membuat wanita

mengalami gangguan tidur.

Ketika mengalami PMS, terjadi penurunan kualitas tidur pada saat

fase luteal dan awal masa folikular yang menyebabkan wanita akan

mengalami gangguan tidur berupa insomnia, hipersomnia, dan mimpi

buruk (Gracia dkk., 2011). Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar

serotonin pada fase luteal yang terjadi bersamaan dengan penurunan kadar

Page 78: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

61

estrogen. Hormon serotonin menyiapkan otak dan seluruh tubuh untuk

masuk ke tahap tidur dalam dengan cara mengurangi sistem aktivitas

tubuh, sehingga penurunan hormon ini akan mempengaruhi kualitas tidur

seseorang (Prasadja, 2009). Hal ini selaras dengan penelitian Bakhshani,

dkk. (2009) menyebutkan bahwa 66% responden mengalami gangguan

tidur pada masa PMS. Penelitian Gracia, dkk. (2011) juga menunjukkan

bahwa sebanyak 70% responden mengalami gangguan tidur pada masa

PMS.

Terdapat beberapa hal yang harus dihindari wanita agar dapat

mencegah atau mengurangi gejala PMS. Hal-hal yang harus dihindari

yaitu seperti stres dan konsumsi minuman berkafein. Stres diketahui dapat

memperburuk gejala PMS yang dialami oleh wanita. Ketika stres, siklus

menstruasi bisa memendek menjadi 21 hari atau biasa disebut polimenorea

(Mesarini dan Astuti, 2013). Siklus menstruasi yang pendek dapat

membuat wanita menjadi lebih sering mengalami gejala PMS. Oleh karena

itu, untuk mencegah dampak yang ditimbulkan dari stres tersebut wanita

harus menghindari stres emosional serta meningkatkan kemampuan

adaptasi dan koping terhadap stres. Dengan demikian, fikiran akan

menjadi tenang dan gejala PMS dapat dihindari.

Konsumsi minuman yang banyak mengandung kafein seperti kopi,

teh, dan minuman bersoda ketika sedang haid juga dapat mempengaruhi

gejala PMS. Hal ini dikarenakan kafein akan mempengaruhi sistem saraf

dan memperparah gejala PMS (NS, 2010). Oleh karena itu, pekerja yang

sedang menstruasi harus menghindari konsumsi kafein.

Page 79: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

62

Upaya lainnya yang dapat dilakukan untuk mengurangi gejala PMS

yaitu dengan berolahraga. Olahraga yang dilakukan secara teratur

diketahui dapat meredakan nyeri ketika sedang haid (NS, 2010). Olahraga

dapat meredakan nyeri haid dikarenakan olahraga akan meningkatkan

produksi endorphin, dimana hormon tersebut merupakan pembunuh rasa

sakit alami tubuh (Pratiwi, 2014).

Secara teoritis, olahraga juga dapat meningkatkan tidur jika dilakukan

selama dua puluh menit per hari (Rafknowledge, 2004). Selain itu,

olahraga teratur juga dapat menghilangkan stres dan meningkatkan

kemampuan untuk tidur teratur (Pratiwi, 2014). Hal ini dikarenakan

olahraga berfungsi sebagai psychological relaxer yang mengalihkan

perhatian dari hal-hal yang membuat stres (Widyarini, 2009). Oleh karena

itu, pekerja shift wanita harus membiasakan diri untuk melakukan olahraga

dengan teratur setiap harinya untuk mencegah atau meringankan gejala

PMS yang dialami.

a. Instrumen Pengukuran Sindrom Pramenstruasi

Terdapat beberapa jenis kuesioner yang digunakan untuk

mengukur gejala sindrom pramenstruasi seseorang. Berikut adalah

kelebihan dan kekurangan dari masing-masing kuesioner sindrom

pramenstruasi yang ada :

Page 80: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

63

Tabel 2.5. Kelebihan dan Kekurangan Instrumen Pengukuran Sindrom

Pramenstruasi

No Kuesioner Kelebihan Kekurangan

1 Short

Premenstrual

Assessment Form

(SPAF)

Mudah dalam

pengisiannya.

Memiliki jumlah

pertanyaan yang relatif

lebih sedikit.

Tidak memakan banyak

waktu untuk mengisinya.

Lebih sederhana dari

kuesioner PAF

(Anggrajani dan Muhdi,

2011).

Sudah teruji validitas dan

realibilitasnya (Anggrajani

dan Muhdi, 2011).

Sangat bermanfaat untuk

membedakan antara

kelompok PMDD dan

kelompok non PMDD

(Anggrajani dan Muhdi,

2011).

Konsistensi internal

(Cronbach Alpha) 0,91

(Anggrajani dan Muhdi,

2011).

Nilai sensitivitas 75,0%

dan spesifisitas 76,9%

(Anggrajani dan Muhdi,

2011).

Pertanyaan dalam

instrument ini tidak

selengkap PAF.

Memiliki rentang hasil

ukur yang cukup lebar,

sehingga menyebabkan

tingkat subjektivitas dalam

penentuan skor cukup

tinggi.

2 Premenstrual

Assessment Form

(PAF)

Mudah pengisiannya.

Sudah teruji validitas dan

realibilitasnya.

Memiliki pertanyaan yang

komprehensif mengenai

PMS.

Memiliki jumlah

pertanyaan yang banyak.

Membutuhkan waktu yang

lama dalam pengisiannya,

sehingga kurang cocok

digunakan untuk beberapa

kondisi klinis maupun

untuk penelitian.

Page 81: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

64

10. Kehamilan

Pada masa kehamilan, wanita dapat mengalami gangguan tidur.

Gangguan tidur yang dialami membuat wanita hamil membutuhkan tidur

yang lebih lama atau bahkan mengalami kesulitan untuk tidur. Jika wanita

hamil mengalami penurunan durasi tidur, maka dapat membuat kondisi

tubuh menurun, kurang konsentrasi, mudah lelah, badan terasa pegal, tidak

mood bekerja, dan lebih emosional (Wahyuni dan Ni'mah, 2013).

Gangguan tidur yang dialami oleh wanita hamil dapat terjadi dimulai dari

trimester pertama hingga puncaknya pada trimester ketiga dengan

penyebab dan manifestasi yang berbeda-beda.

Pada trimester pertama, wanita hamil membutuhkan waktu tidur yang

lebih lama. Hal ini disebabkan oleh tingginya hormon progesteron yang

merangsang rasa kantuk dan memberikan efek melemaskan otot termasuk

otot kandung kemih yang menyebabkan wanita hamil dapat terganggu oleh

dorongan untuk buang air kecil di malam hari (Prasadja, 2009). Morning

sickness seperti mual dan muntah juga disebabkan oleh tingginya kadar

hormon tersebut, dan dapat terjadi di malam hari sehingga tidur menjadi

berkurang dan tidak nyenyak (Prasadja, 2009). Morning sickness tersebut

akan berkurang sampai trimester pertama berakhir (Wahyuni dan Ni'mah,

2013)

Memasuki trimester kedua, kualitas tidur pada ibu hamil akan menjadi

lebih baik. Akan tetapi, peningkatan berat badan yang cukup drastis dan

gangguan pernapasan dapat menyebabkan wanita hamil menjadi

pendengkur (sleep apnea) (Prasadja, 2009). Kemudian pada trimester

Page 82: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

65

akhir, gangguan tidur pada wanita hamil akan mengalami peningkatan.

Menurut Wahyuni dan Ni’mah (2013), gangguan tidur ini disebabkan oleh

ketidaknyamanan seperti nyeri pinggang, banyak buang air kecil, dan

spontan terbangun ketika tidur. Selain itu, gangguan tidur juga terjadi

akibat kekhawatiran akan proses melahirkan, posisi tidur yang sulit, dan

sering buang air kecil (Prasadja, 2009). Kesulitan bernafas juga kerap

dialami oleh wanita hamil akibat janin tumbuh semakin besar sehingga

perut yang besar menekan usus ke atas hingga mendesak diafragma

(Puspita, 2014).

11. Menopause

Penuaan atau aging merupakan proses yang pasti dialami oleh setiap

manusia. Menopause merupakan salah satu proses penuaan dan

merupakan sebuah proses alami yang pasti terjadi pada setiap wanita.

Menopause didefinisikan sebagai suatu akhir proses biologis yang

menandai berakhirnya masa subur seorang wanita dan pada saat itu siklus

menstruasi telah berhenti selama 12 bulan (Sulistiyowati dan Nisa, 2014).

Definisi lain menyebutkan bahwa menopause merupakan peristiwa

fisiologis yang disebabkan oleh menuanya ovarium yang mengarah pada

penurunan produksi hormon estrogen dan progesteron (Handayani, 2014).

Ketika memasuki masa menopause, wanita akan mengalami

insomnia. Insomnia yang dialami wanita ketika memasuki masa

menopause merupakan insomnia yang terberat (Prasadja, 2009). Insomnia

terjadi akibat penurunan hormon progesteron dan serotonin yang terjadi

Page 83: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

66

seiring dengan penurunan estrogen (Sulistiyowati dan Nisa, 2014). Selain

disebabkan oleh perubahan hormonal, insomnia juga dapat disebabkan

oleh gangguan emosi dan rasa panas (hot flushes) (Prasadja, 2009).

Gejala-gejala yang dialami wanita ketika menjelang atau memasuki

masa menopause juga dapat mempengaruhi kualitas tidur wanita. Gejala

yang biasa dialami oleh wanita menopause yaitu seperti seperti hot flashes

(rasa panas), insomnia, perubahan pada tulang, perubahan kardiovaskular,

gangguan kejiwaan, sulit tidur, keletihan, dan kekeringan vaginal dll.

(Heffner dan Schust, 2006; Muaris, 2004). Selain itu, Gunarsa (2002) juga

menyebutkan bahwa gejala-gejala yang dirasakan wanita pada masa

menjelang dan pada saat menopause yaitu sebagai berikut :

a. Berhentinya haid secara tiba-tiba dapat menimbulkan kegelisahan dan

kecemasan

b. Berkurangnya hormon estrogen mengganggu keseimbangan

fisiologis, dan berakibat pada timbulnya ledakan emosi, suasana hati

(mood), yang menyulitkan adaptasi sosial

c. Hot flushes atau perasaan panas tubuh, keringat dingin, gelisah dan

depresif

d. Menurunnya pengendalian diri dan perasaan adekuat, ketidakcocokan

terhadap diri sendiri dan orang lain.

Keseluruhan gejala tersebut akan menimbulkan ketidaknyamanan

pada penderitanya yang dapat mengganggu tidur. Namun, gejala yang

menopause tersebut dapat diatasi dengan mengatur pola makan. Salah satu

penyebab menopause yaitu adalah perubahan pola makan yang tidak sehat

Page 84: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

67

seperti mengkonsumsi makanan cepat saji, lebih mengutamakan

kepraktisan dan kelezatan, namun tidak memperhatikan kandungan

nutrisinya (Muaris, 2004). Muaris (2004) mengungkapkan bahwa pola

makan tersebut yang kemudian merubah sistem hormon estrogen dalam

tubuh.

Pencegahan menopause dini dapat dilakukan dengan cara

menghindari makanan instan atau cepat saji. Selain itu, pekerja wanita juga

dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung

fitoestrogen. Fitoestrogen diketahui dapat menghambat terjadinya

menopause (Muaris, 2004). Makanan yang kaya akan kandungan

fitoestrogen dapat ditemukan pada apel, anggur, bawang putih, brokoli,

jagung, barley, cabe, kol, kacang kedelai, stroberi, ketimun, tomat, dan

wortel (Wirakusumah, 2003).

Selain mengatur pola makan, juga perlu dilakukan pengaturan pada

lingkungan kerja dan tempat istirahat serta lingkungan tidur. Lingkungan

kerja dan tempat istirahat serta lingkungan tidur bagi pekerja harus sejuk

dan nyaman. Exhaust dan pendingin ruangan di tempat kerja harus

dipastikan dapat berfungsi dengan baik. Selain itu, lingkungan tidur juga

harus dipastikan memiliki ventilasi dan peredaran udara yang baik.

Lingkungan yang sejuk dan nyaman tersebut dapat membantu pekerja

yang menjelang maupun sudah mengalami menopause untuk meringankan

gejala hot flashes (rasa panas) yang dialami.

Page 85: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

68

12. Kelelahan

Kelelahan adalah kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu

kegiatan (Muizzudin, 2013). Definisi lain menyebutkan bahwa kelelahan

merupakan suatu keadaan yang menunjukkan hilangnya efisiensi dan

penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh (Chesnal dkk., 2014).

Ketika tubuh mengalami kelelahan, maka akan mengakibatkan penurunan

daya kerja dan ketahanan tubuh untuk bekerja (Basri dan Apriliani, 2014).

Kondisi tubuh yang mengalami penurunan tenaga tersebut yang kemudian

akan menyebabkan penurunan daya dan kapasitas kerja serta konsentrasi

dalam melakukan pekerjaan.

Kelelahan dapat disebabkan oleh aktivitas kerja maupun di luar

aktivitas kerja. Kelelahan menyebabkan hilangnya kemauan untuk

bekerja, yang penyebabnya adalah keadaan persarafan sentral atau kondisi

psikis-psikologis (Suma’mur, 2009). Namun, pada umumnya kelelahan

pada pekerja lebih banyak disebabkan oleh aktivitas kerja.

Kelelahan pada pekerja dapat disebabkan oleh pengaturan shift yang

terlalu panjang dan tidak tepat, intensitas dan durasi suatu pekerjaan

dilaksanakan terlalu tinggi, disain pekerjaan tidak tepat, lingkungan kerja

yang tidak nyaman, cara kerja yang tidak efektif (ergonomis), dan adanya

stres (Kodrat, 2011). Suma’mur (2009) juga menyebutkan bahwa akar

masalah kelelahan adalah monotonnya pekerjaan, intensitas dan lamanya

kerja mental dan fisik yang tidak sejalan dengan kehendak tenaga kerja

yang bersangkutan, keadaan lingkungan yang berbeda dari estimasi

Page 86: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

69

semula, tidak jelasnya tanggung jawab, kekhawatiran yang mendalam dan

konflik batin, serta kondisi sakit yang diderita.

Dampak yang ditimbulkan dari kelelahan dapat berakibat cukup serius

terhadap pekerja. Kelelahan dapat menyebabkan kecelakaan kerja. Seperti

yang telah diketahui bahwa sebagian besar kecelakaan kerja sangat erat

kaitannya dengan kelelahan (Kodrat, 2011). Selain itu, Kodrat (2011) juga

menyebutkan bahwa kelelahan dapat mengakibatkan kesulitan konsentrasi

dalam bekerja, meningkatkan risiko kesalahan (human error),

menurunkan kualitas dan kecepatan.

Kelelahan juga dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Pada

umumnya, kelelahan dapat meningkatkan tidur seseorang jika kelelahan

yang dialami merupakan kelelahan menengah, yaitu dengan intensitas

ringan hingga sedang. Seseorang yang mengalami kelelahan menengah

maka akan memperoleh tidur yang mengistirahatkan, khususnya jika

kelelahan disebabkan oleh pekerjaan atau latihan yang menyenangkan

(Agustin, 2012). Kelelahan dapat membuat seseorang lebih cepat tidur

dikarenakan tahap tidur gelombang lambatnya (NREM) diperpendek

(Uliyah dan Hidayat, 2008).

Berbeda halnya jika seseorang mengalami kelelahan yang berlebihan

atau kelelahan berat. Kelelahan yang berlebihan diketahui dapat

menyebabkan seseorang menjadi sulit untuk memulai tidur (initial

insomnia) (Lanywati, 2001). Pekerjaan yang meletihkan dan penuh

dengan stres juga dapat menyebabkan seseorang mengalami kelelahan

Page 87: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

70

yang berlebihan sehingga membuat pekerja tersebut menjadi sulit tidur

(Potter dan Perry, 2005).

Kelelahan yang berlebihan harus diatasi agar tidak menimbulkan

dampak terutama pada pekerja wanita. Hal ini dikarenakan ketahanan fisik

wanita yang lebih lemah dan wanita lebih mudah mengalami kelelahan

(Oginska dan Pokorskri, 2006). Kelelahan dapat diatas dengan cara

mengatur suhu ruangan agar tidak terlalu tinggi. Suhu yang terlalu tinggi

diketahui akan meningkatkan kelelahan (Suma’mur, 1999).

Pengaturan juga dapat dilakukan pada sistem shift kerja. Menurut

Grandjean (1986) dalam Nurmianto (2004), waktu pergantian shift lebih

baik dilakukan pada pukul 07.00, 15.00, dan 23.00 atau 08.00, 16.00, dan

24.00. Waktu pergantian shift ini dapat lebih memberikan waktu bagi

pekerja untuk bersiap berangkat ke tempat kerja dan untuk beristirahat.

Pekerja yang memiliki jarak antara tempat tinggal dengan tempat kerja

yang jauh lebih baik untuk tidak dipekerjakan pada sistem shift. Hal

tersebut juga dapat membantu meminimalisir kelelahan yang dapat

dialami oleh pekerja.

Kelelahan juga dapat diatasi dengan mengatur hari libur pekerja.

Menurut Suma’mur (1999), setiap bekerja pada shift siang atau malam

sebaiknya diikuti dengan paling sedikit 24 jam libur dan tiap shift malam

paling sedikit 2 hari libur, sehingga pekerja dapat mengatur kebiasaan

tidur. tidur yang cukup akan sangat berpengaruh terhadap kelelahan. Hal

ini dikarenakan pemulihan terhadap kelelahan terjadi ketika seseorang

mendapatkan istirahat yang cukup (Fajarwati dkk., 2011).

Page 88: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

71

a. Instrumen Pengukuran Kelelahan

Terdapat beberapa jenis kuesioner yang digunakan untuk

mengukur status kelelahan seseorang. Berikut adalah kelebihan dan

kekurangan dari masing-masing kuesioner kelelahan yang ada :

Tabel 2.6. Kelebihan dan Kekurangan Instrumen Pengukuran Kelelahan

No Kuesioner Kelebihan Kekurangan

1 Subjective Self Rating

Test (SSRT) Mudah dalam

pengisiannya.

Berisikan gejala

kelelahan yang sangat

terperinci.

Lebih dapat

menggambarkan gejala

kelelahan secara

keseluruhan.

Telah dilakukan uji

validitas di berbagai

negara termasuk

Indonesia.

Memiliki pertanyaan yang

cukup banyak (30

pertanyaan), sehingga

membutuhkan waktu yang

lebih lama untuk

mengisinya.

2 Fatigue Severity Scale

(FSS) Mudah dalam

pengisiannya.

Memiliki skala ukur

dengan rentang yang

luas.

Memiliki pertanyaan

yang lebih sedikit, yaitu

9 pertanyaan.

Membutuhkan waktu

yang singkat untuk

mengisinya.

Telah diuji validitas dan

realibilitasnya.

FSS telah divalidasi

dengan konsistensi

internal yang tinggi

(Cronbach Alpha) 0,81

(Huisinga dkk., 2011).

Skala ukur tidak terperinci

sehingga subjektifitas

dalam pemilihan skala

sangat tinggi.

Kurang dapat

menggambarkan gejala

kelelahan secara detail.

3 KAUPK2 (Kuesioner

Alat Ukur Perasaan

Kelelahan Kerja)

Mudah dalam

pengisiannya.

Tidak dapat

mengklasifikasikan

Page 89: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

72

No Kuesioner Kelebihan Kekurangan

Jumlah pertanyaan yang

relatif sedikit (17

pertanyaan).

tingkat kelelahan yang

dialami pekerja

Memiliki skala ukur ya

dan tidak, sehingga

kurang dapat mewakili

tingkat kelelahan yang

dirasakan pekerja.

4 The

Electroencephalograph Alat ukur yang bersifat

objektif.

Alat ini telah sesuai

dengan standar riset di

laboratorium

(Dirgayudha, 2014).

Kelelahan dan keadaan

mengantuk dapat dilihat

dengan menangkap

aktivitas listrik di otak

melalui penempelan

elektroda pada

permukaan kulit

(Dirgayudha, 2014).

Mahal.

Hanya dapat dilakukan

oleh ahlinya.

Membutuhkan waktu

yang lama untuk

mengukur seluruh subjek

penelitian.

Page 90: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

73

C. Kerangka Teori

Kerangka teori pada penelitian ini yaitu sebagai berikut.

Sumber : (Azis, 2015; Rosanti, 2011; Uliyah dan Hidayat, 2008; Potter dan

Perry, 2005; dan Rafknowledge, 2004)

Bagan 2. 1. Kerangka Teori

PMS

Kehamilan

Menopause

Kelelahan

Stres

Emosional

Motivasi

Kualitas Tidur

Penurunan

Fungsi Faal

Tubuh

Hipersomnia

Irama Sirkadian

Jenis Shift

Kerja

Kebiasaan

Makan

Makanan

Asupan

Obat-Obatan

Penyakit

Fisik

Aktivitas

Fisik Penurunan

Hormon Estrogen

dan Progesteron

Page 91: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

74

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini yaitu sebagai berikut.

Bagan 3. 1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini menggambarkan determinan kualitas

tidur pada pekerja shift wanita. Variabel dependen pada penelitian ini yaitu

kualitas tidur, sedangkan variabel independen pada penelitian ini jenis shift

kerja, stres emosional, aktivitas fisik, kebiasaan makan, asupan obat-obatan,

penyakit fisik, hipersomnia, sindrom pramenstruasi, menopause, dan

Kualitas Tidur

Faktor Pekerjaan

- Jenis Shift Kerja

Faktor Konsumsi

- Kebiasaan Makan

- Asupan Obat-Obatan

Faktor Psikologis

- Stres Emosional

Faktor Fisiologis

- Penyakit Fisik

- Hipersomnia

- Sindrom Premenstruasi

- Menopause

- Kelelahan

Faktor Latihan Fisik

- Aktivitas Fisik

Page 92: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

75

kelelahan. Faktor-faktor tersebut akan diteliti pada pekerja wanita yang

mengalami shift kerja.

Faktor yang tidak diteliti yaitu faktor motivasi dan kehamilan. Faktor

motivasi tidak diteliti karena terkendala dengan perizinan perusahaan. Motivasi

pekerja sangat erat kaitannya dengan aspek besaran gaji, fasilitas perusahaan,

dan kepuasan pekerja terhadap perusahaan. Aspek-aspek tersebut bersifat

rahasia, sehingga tidak dapat dijadikan variabel penelitian. Faktor kehamilan

juga tidak diteliti karena menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003,

pekerja wanita yang sedang hamil tidak diperkenankan untuk bekerja pada shift

malam yang menurut dokter dapat membahayakan bagi kesehatan dan

keselamatan kandungan maupun dirinya. Selain itu, PT. Sandratex tidak

memiliki pekerja shift wanita yang sedang hamil pada saat dilakukan

penelitian.

B. Definisi Operasional

Definisi Operasional pada penelitian ini yaitu sebagai berikut.

Tabel 3.1. Definisi Operasional

Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1 Variabel Dependen

Kualitas Tidur Suatu keadaan

yang

menunjukkan

kedalaman tidur

serta kepuasan

responden

terhadap tidur

Kuesioner The

Pittsburgh

Sleep Quality

Index (PSQI)

(Buysse dkk.,

1989)

Menyebarkan

kuesioner

kepada

pekerja

1. Buruk : Jika

total skor > 5

2. Baik : Jika

total skor ≤ 5

(Buysse, dkk.,

1989; Agustin,

Ordinal

Page 93: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

76

Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

yang

diperolehnya.

2012; Indrawati,

2012; Prasasti,

2013; dan Hanifa,

2016)

2 Variabel Independen

a Faktor Pekerjaan

Jenis Shift

Kerja

Pembagian

waktu atau

periode waktu

kerja dimana

responden

dijadualkan

melaksanakan

pekerjaan

selama 8 jam per

hari.

Kuesioner Menyebarkan

kuesioner

kepada

pekerja

1. Shift Malam

2. Shift Siang

3. Shift Pagi

(Rosanti, 2011)

Nominal

b Faktor Psikologis

Stres

Emosional

Respon yang

ditimbulkan

sebagai akibat

dari tekanan

psikososial yang

dapat berasal

dari tempat kerja

maupun luar

tempat kerja.

Kuesioner Menyebarkan

kuesioner

kepada

pekerja

Data berdistribusi

tidak normal

sehingga

menggunakan

median (median :

2).

1. Ya: jika total

skor ≥ nilai

median (≥ 2)

2. Tidak: jika

total skor <

nilai median

(< 2)

(Agustin, 2012)

Ordinal

c Faktor Latihan Fisik

Aktivitas Fisik Setiap gerakan

tubuh yang

membutuhkan

pengeluaran

energi dan

mencakup

seluruh gerakan

yang dilakukan

oleh tubuh.

Kuesioner

International

Physical

Activity

Questionnaire

(IPAQ)

(IPAQ, 2005)

Menyebarkan

kuesioner

kepada

pekerja

1. Berat : jika

jumlah

aktivitas fisik

yang

dilakukan >

3000 MET-

menit/minggu

2. Rendah

Sedang : jika

jumlah

aktivitas fisik

Ordinal

Page 94: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

77

Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

yang

dilakukan ≤

3000 MET-

menit/minggu

d Faktor Konsumsi

Kebiasaan

Makan

Kebiasaan

responden

mengkonsumsi

makanan

sebelum tidur

setelah pulang

bekerja.

Kuesioner Menyebarkan

kuesioner

kepada

pekerja

Data berdistribusi

tidak normal

sehingga

menggunakan

median (median :

2)

1. Tidak

Konsumsi :

jika total skor

< atau median

(< 2)

2. Konsumsi :

jika total skor

≥ nilai median

(≥ 2)

(Agustin, 2012)

Ordinal

Asupan Obat-

Obatan

Zat atau bahan

kimia baik resep

dokter maupun

bukan resep

dokter yang

dikonsumsi

responden untuk

mengobati

penyakit tertentu

yang

menyebabkan

responden lebih

mudah atau lebih

sulit tidur.

Kuesioner Menyebarkan

kuesioner

kepada

pekerja

1. Konsumsi :

jika total skor

≥ 1

2. Tidak

Konsumsi :

jika total skor

= 0

Ordinal

e Faktor Fisiologis

Penyakit Fisik Suatu keadaan

yang

menyebabkan

gangguan pada

tubuh responden

dan

menimbulkan

Kuesioner Menyebarkan

kuesioner

kepada

pekerja

Data berdistribusi

tidak normal

sehingga

menggunakan

median (median :

1)

Ordinal

Page 95: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

78

Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

keluhan

kesehatan yang

dapat

mempengaruhi

tidur responden.

1. Ada : jika total

skor ≥ nilai

median (≥ 1)

2. Tidak Ada:

jika total skor

< nilai median

(< 1)

(Agustin, 2012)

Hipersomnia Suatu keadaan

dimana

responden

mengalami rasa

kantuk yang

berlebihan di

siang hari serta

merasa lemah

dan tidak

bertenaga

sepanjang

waktu.

Kuesioner

Epworth

Sleepiness

Scale (ESS)

(Johns, 1991)

Menyebarkan

kuesioner

kepada

pekerja

1. Ya : Jika total

skor ≥ 10

2. Tidak : jika

total skor < 10

(Johns, 1991;

Damarany, 2012;

Rachmawati,

2013; dan

Tubagus, 2013)

Ordinal

Sindrom

Pramenstruasi

Kumpulan gejala

yang dialami

responden pada

7 hari sebelum

menstruasi atau

hingga 1-2 hari

ketika

menstruasi.

Kuesioner

Shortened

Premenstrual

Assessment

Form (SPAF)

(Allen dkk.,

1991)

Menyebarkan

kuesioner

kepada

pekerja

1. Gejala sedang

hingga gejala

berat: jika total

skor ≥ 30

2. Tidak ada

gejala hingga

gejala ringan:

jika total skor

< 30

(Allen, dkk., 1991

dan Ratikasari,

2015)

Ordinal

Menopause Suatu keadaan

dimana

responden sudah

tidak mengalami

menstruasi

selama minimal

12 bulan

terakhir.

Kuesioner Menyebarkan

kuesioner

kepada

pekerja

1. Sudah : jika

tidak haid ≥ 12

bulan terakhir

2. Belum : jika

masih haid

atau tidak haid

< 12 bulan

terakhir

Ordinal

Page 96: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

79

Variabel Definisi

Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

(Sulistiyowati dan

Nisa, 2014).

Kelelahan Kondisi

melemahnya

tenaga

responden yang

menyebabkan

penurunan

fungsi tubuh,

performa kerja,

kekuatan atau

ketahanan tubuh

untuk

melanjutkan

kegiatan.

Kuesioner

Subjective Self

Rating Test

(SSRT)

(RCIF, 1969

dalam Sudo

dan Ohtsuka,

2002)

Menyebarkan

kuesioner

kepada

pekerja

Total skor Rasio

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep penelitian, maka rumusan hipotesis dalam

penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara faktor pekerjaan (jenis shift kerja) dengan kualitas

tidur pada pekerja shift wanita di PT. Sandratex Tahun 2016.

2. Ada hubungan antara faktor psikologis (stres emosional) dengan kualitas

tidur pada pekerja shift wanita di PT. Sandratex Tahun 2016.

3. Ada hubungan antara faktor latihan fisik (aktivitas fisik) dengan kualitas

tidur pada pekerja shift wanita di PT. Sandratex Tahun 2016.

4. Ada hubungan antara faktor konsumsi (kebiasaan makan dan asupan obat-

obatan) dengan kualitas tidur pada pekerja shift wanita di PT. Sandratex

Tahun 2016.

Page 97: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

80

5. Ada hubungan antara faktor fisiologis (penyakit fisik, hipersomnia,

sindrom pramenstruasi, menopause, dan kelelahan) dengan kualitas tidur

pada pekerja shift wanita di PT. Sandratex Tahun 2016.

Page 98: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

81

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross

sectional deskriptif dan analitik. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan

gambaran hubungan antara variabel dependen yaitu kualitas tidur dengan

variabel independen yaitu determinan kualitas tidur. Determinan kualitas tidur

yang diteliti yaitu faktor pekerjaan (jenis shift kerja), faktor psikologis (stres

emosional), faktor latihan fisik (aktivitas fisik), faktor konsumsi (kebiasaan

makan dan asupan obat-obatan), dan faktor fisiologis (penyakit fisik,

hipersomnia, sindrom pramenstruasi, menopause, dan kelelahan).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di bagian produksi PT. Sandratex, dimana PT.

Sandratex merupakan pabrik tekstil yang beroperasi selama 24 jam dan

menerapkan sistem shift kerja dalam proses produksinya. PT. Sandratex

berlokasi di Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Provinsi

Banten. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni – September tahun 2016.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pekerja wanita dengan

jumlah 291 pekerja yang mendapatkan shift kerja pagi, siang, dan malam.

Page 99: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

82

2. Sampel

Metode sampling yang digunakan adalah simple random sampling,

dimana seluruh anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk

menjadi sampel. Kemudian, perhitungan besar sampel dilakukan dengan

menggunakan rumus sampling uji beda dua proporsi sebagai berikut

(Lameshow dkk., 1990).

𝐧 = [𝐙𝟏− ∝ 𝟐⁄ √𝟐�̅�(𝟏 − �̅�) + 𝐙𝟏−𝛃√𝐏𝟏(𝟏 − 𝐏𝟏) + 𝐏𝟐(𝟏 − 𝐏𝟐)]𝟐

(𝐏𝟏 − 𝐏𝟐)𝟐

Keterangan :

n : Besar sampel minimal

P : Rata-rata proporsi (Azis, 2015)

P1 : Proporsi kejadian kualitas tidur buruk pada pekerja dengan

aktivitas fisik tinggi

P2 : Proporsi kejadian kualitas tidur buruk pada pekerja dengan

aktivitas fisik rendah

Z1-α/2 : 1,96 (derajat kemaknaan CI = 95% dengan ⍺ = 5%)

Z1-β : 0,84 (kekuatan uji 1-β = 80%)

Sebelum menentukan besar sampel minimal, dilakukan perhitungan

besar sampel pada beberapa variabel yang diteliti. Perhitungan besar

sampel menggunakan nilai P1 dan P2 variabel independen hasil penelitian

Page 100: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

83

sebelumnya yang memiliki hubungan dengan variabel dependen. Adapun

besar sampel minimal pada beberapa variabel yaitu sebagai berikut.

Tabel 4.1. Jumlah Sampel Tiap Variabel

Variabel Penelitian

Sebelumnya P1 P2 n (n x 2)

Jenis Shift Kerja (Zakariyati, 2013) 88,9 60,4 36 72

Stres Emosional (Febriana dan

Wahyuningsih, 2011) 64 2 8 16

Aktivitas Fisik (Azis, 2015) 76,9 53,1 62 124

Obat-Obatan (Handayani, 2012) 87,9 41,1 16 32

Penyakit Fisik (Agustin, 2012) 73,1 38,9 32 64

Hipersomnia (Gracia dkk., 2011) 33,3 3,33 25 50

Sindrom

Pramenstruasi (Gracia dkk., 2011) 70 6,67 8 16

Berdasarkan perhitungan besar sampel yang dilakukan, diketahui

bahwa besar sampel minimal yang diambil adalah 124 orang. Peneliti

mempertimbangkan faktor non respon sebesar 10%, sehingga jumlah

sampel menjadi 137 orang. Namun, setelah dilakukan penyebaran

kuesioner di lapangan, jumlah kuesioner yang berhasil terkumpul dan

dianalisis yaitu sebanyak 126 kuesioner.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner mencakup pertanyaan mengenai kualitas tidur dan determinan

kualitas tidur. Adapun penjelasan dari masing-masing kuesioner yang

digunakan yaitu sebagai berikut :

Page 101: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

84

1. Kualitas Tidur

Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui kualitas tidur responden

adalah kuesioner The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). Kuesioner

ini dipilih dikarenakan memiliki sejumlah kelebihan. Adapun kelebihan

kuesioner ini yaitu mudah dalam pengisiannya; waktu pengisian relatif

singkat; telah diterjemahkan ke dalam 48 bahasa; memiliki konsistensi

internal dan koefisien reliabilitas (Cronbach Alpha) atau validitas dan

realibilitas serta sensitivitas dan spesifisitas yang cukup tinggi; telah

digunakan dalam berbagai studi berbasis populasi dan klinis; serta lebih

terkait dengan penilaian gejala psikologis dan pengukuran catatan harian

tidur dibandingkan dengan ESS.

Kuesioner yang memuat pertanyaan mengenai kualitas tidur terdapat

pada bagian B nomor B1 – B9. Kuesioner PSQI terdiri dari tujuh

komponen yaitu latensi tidur, durasi tidur, kualitas tidur, efisiensi

kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan gangguan

fungsi tubuh di siang hari dalam satu bulan terakhir. Nomor masing –

masing komponen pertanyaan yang terdapat pada kuesioner PSQI dapat

dilihat dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 4.2. Nomor Pertanyaan Tiap Komponen PSQI

Komponen Nomor Pertanyaan

Efisiensi kebiasaan tidur 1, 3, 4

Latensi tidur 2, 5a

Durasi tidur 4

Gangguan tidur 5b-5i

Penggunaan obat tidur 6

Gangguan fungsi tubuh 7, 8

Kualitas tidur 9

Page 102: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

85

Masing-masing pertanyaan dikalkulasikan menggunakan skala likert

dengan skor 0 – 3. Skor 0 menunjukkan bahwa tidak adanya kebiasaan

tersebut, sedangkan skor 3 menunjukkan bahwa presentasi yang tinggi dari

kebiasaan tersebut. Skor pada komponen 1, 3, dan 6 diperoleh langsung

dari skor yang dipilih responden. Skor pada komponen 2 diperoleh dari

penjumlahan kuesioner nomor 2 dan 5a yang kemudian hasilnya akan

menentukan skor yang diperoleh. Skor pada komponen 4 diperoleh dari

lamanya waktu tidur dibagi waktu lamanya di atas tempat tidur kemudian

dikalikan 100%.

a. Jika hasilnya > 85% diberi skor 0.

b. Jika hasilnya 75-84% diberi skor 1.

c. Jika hasilnya 65-74 % diberi skor 2.

d. Jika hasilnya < 65% diberi skor 3.

Skor pada komponen 5 diperoleh dari penjumlahan kuesioner nomor

5b hingga 5i yang kemudian hasilnya akan menentukan skor yang

diperoleh. Kemudian skor pada komponen 7 diperoleh dari penjumlahan

kuesioner nomor B7 dan B8 yang kemudian hasilnya akan menentukan

skor yang diperoleh. Setelah mengetahui skor pada 7 komponen yang ada,

kemudian skor pada ketujuh komponen tersebut dijumlahkan. Skor yang

diperoleh memiliki rentang 0 – 21. Hasil data dikelompokkan ke dalam

dua kategori, yaitu :

a. Buruk : jika total skor > 5.

b. Baik : jika total skor ≤ 5.

Page 103: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

86

2. Jenis Shift Kerja

Kuesioner berisi pertanyaan mengenai jenis shift kerja yang sedang

dijalani pekerja. Kuesioner yang memuat pertanyaan mengenai variabel

jenis shift kerja terdapat pada bagian A nomor A3. Hasil data

dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu :

a. Shift Malam.

b. Shift Siang.

c. Shift Pagi.

3. Stres Emosional

Kuesioner berisi pertanyaan mengenai tekanan mental atau psikologis

yang dapat mengganggu tidur responden. Kuesioner yang memuat

pertanyaan mengenai variabel stres emosional terdapat pada bagian C2

nomor C2a – C2c. Hasil data dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu:

a. Ya : jika total skor ≥ nilai median (median : 2).

b. Tidak : jika total skor < nilai median (median : 2).

4. Aktivitas Fisik

Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui aktivitas fisik responden

adalah kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ).

Kuesioner ini dipilih dikarenakan memiliki sejumlah kelebihan. Adapun

kelebihan kuesioner ini yaitu mudah dimengerti; pertanyaan sedikit,

sehingga cepat dalam pengisiannya; dapat diterapkan secara masal; telah

divalidasi di berbagai negara termasuk Indonesia; dan tingkat validitas

serta realibilitasnya cukup tinggi.

Page 104: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

87

Kuesioner yang memuat pertanyaan mengenai variabel aktivitas fisik

terdapat pada bagian C9 nomor C9a – C9h. Kuesioner IPAQ terdiri dari

beberapa pertanyaan tentang aktivitas fisik yaitu waktu olahraga, waktu

luang, aktivitas di tempat kerja dan aktivitas kesenangan lainnnya dalam

kurun waktu satu minggu. Skor pada seluruh pertanyaan diperoleh

langsung dari jawaban responden.

Total skor diperoleh dari nilai aktivitas fisik dalam satuan METs-

menit/minggu berdasarkan penjumlahan aktivitas berjalan, aktivitas

sedang, dan aktivitas berat dalam durasi (menit sehari) dan frekuensi (hari

seminggu) (IPAQ, 2005). Nilai METs merupakan hasil kelipatan dari

Resting Metabolic Rate (RMR) dimana 1 METs adalah energi yang

dikeluarkan per menit/Kg BB orang dewasa (1 METs = 1,2 kkal/menit

aktivitas fisik dinyatakan dalam skor yaitu METs-menit sebagai jumlah

kegiatan setiap menit) (Putri, 2015). Nilai MET untuk aktivitas berjalan

adalah 3.3 METs, aktivitas sedang adalah 4.0 METs, dan aktivitas berat

adalah 8.0 METs (IPAQ, 2005).

Total METs-menit/minggu = aktivitas berjalan (METs x durasi x

frekuensi) + aktivitas sedang (METs x

durasi x frekuensi) + aktivitas berat

(METs x durasi x frekuensi).

Aktivitas fisik dapat diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan, yakni

aktivitas fisik rendah, sedang, dan berat.

a. Berat : jika jumlah aktivitas fisik yang dilakukan > 3000 MET-

menit/minggu.

Page 105: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

88

b. Sedang : jika jumlah aktivitas fisik yang dilakukan > 600 MET-

menit/minggu.

c. Rendah : jika jumlah aktivitas fisik yang dilakukan < 600 MET-

menit/minggu.

Pada penelitian ini, hasil data dikelompokkan ke dalam dua kategori.

Hal ini dikarenakan terdapat distribusi angka 0 pada kategori aktivitas fisik

rendah dengan kualitas tidur yang baik, sehingga pengelompokkan data

menjadi sebagai berikut :

a. Berat : jika jumlah aktivitas fisik yang dilakukan > 3000 MET-

menit/minggu.

b. Rendah Sedang : jika jumlah aktivitas fisik yang dilakukan ≤ 3000

MET-menit/minggu.

5. Kebiasaan Makan

Kuesioner berisi pertanyaan mengenai kebiasaan konsumsi makanan

sebelum tidur setelah pulang bekerja. Kuesioner yang memuat pertanyaan

mengenai variabel kebiasaan makan terdapat pada bagian C4 nomor C4a

– C4c. Hasil data dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu :

a. Tidak Konsumsi : jika total skor < nilai median (median : 2).

b. Konsumsi : jika total skor ≥ nilai median (median : 2).

6. Asupan Obat-Obatan

Kuesioner berisi pertanyaan mengenai obat-obatan yang dikonsumsi

responden yang dapat mempengaruhi tidur. Kuesioner yang memuat

pertanyaan mengenai variabel obat-obatan terdapat pada bagian C5 nomor

Page 106: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

89

C5a – C5b dan nomor B6. Hasil data dikelompokkan ke dalam dua

kategori, yaitu :

a. Konsumsi : jika total skor ≥ 1.

b. Tidak Konsumsi : jika total skor = 0.

7. Penyakit Fisik

Kuesioner berisi pertanyaan mengenai keluhan kesehatan yang dapat

mengganggu tidur responden. Kuesioner yang memuat pertanyaan

mengenai variabel penyakit fisik terdapat pada bagian C1 nomor C1a –

C1d. Hasil data dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu :

a. Ada : jika total skor ≥ nilai median (median : 1).

b. Tidak ada : jika total skor < nilai median (median : 1).

8. Hipersomnia

Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui hipersomnia responden

adalah kuesioner Epworth Sleepiness Scale (ESS). Kuesioner ini dipilih

dikarenakan memiliki sejumlah kelebihan. Adapun kelebihan kuesioner

ini yaitu mudah dalam pengisiannya; singkat, mudah dipahami dan tidak

memakan waktu untuk mengisinya; biasa digunakan untuk pengukuran di

kalangan orang dewasa; banyak digunakan dalam praktek klinis dan

protokol penelitian sebagai penilaian cepat sederhana kantuk secara

subjektif; dan telah digunakan secara luas baik secara klinis maupun

pengaturan penelitian di seluruh dunia.

Kuesioner yang memuat pertanyaan mengenai variabel hipersomnia

terdapat pada bagian C6 nomor C6a – C6h. Kuesioner ESS terdiri dari 8

kegiatan atau aktivitas sehari-hari. Pada pertanyaan nomor C6g, peneliti

Page 107: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

90

merubah pertanyaan dari yang semula “minum alkohol” menjadi “minum

kopi atau teh”. Hal ini dikarenakan peneliti menyesuaikan dengan

kebiasaan atau budaya masyarakat di Indonesia, dimana masyarakat pada

umumnya lebih sering mengkonsumsi kopi atau teh dibandingkan dengan

alkohol terutama pada waktu setelah makan siang. Selain itu, baik asupan

alkohol maupun teh dan kopi sama-sama memiliki efek menyulitkan tidur.

Konsumsi alkohol meskipun dalam jumlah sedikit dapat mengurangi mutu

dan lama total tidur REM, mengganggu tidur dalam, menjadikan tidur

terputus-putus, dan melumpuhkan otot saluran napas atas yang akan

memperparah dengkuran dan penderitaan bagi penderita apnea obstruktif

(Rafknowldge, 2004).

Masing-masing pertanyaan pada kuesioner dikalkulasikan

menggunakan skala likert dengan skor 0 – 3. (0 = tidak pernah mengantuk,

1 = sedikit mengantuk, 2 = cukup mengantuk, dan 3 = sangat mengantuk

dan jatuh tertidur). Skor seluruh pertanyaan kemudian dijumlahkan. Hasil

data dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu :

1. Ya : Jika total skor ≥ 10.

2. Tidak : jika total skor < 10.

9. Sindrom Pramenstruasi

Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui sindrom pramenstruasi

responden adalah kuesioner Shortened Premenstrual Assessment Form

(SPAF). Kuesioner ini dipilih dikarenakan memiliki sejumlah kelebihan.

Adapun kelebihan kuesioner ini yaitu mudah dalam pengisiannya;

memiliki jumlah pertanyaan yang relatif lebih sedikit dan lebih sederhana

Page 108: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

91

dari kuesioner PAF; tidak memakan banyak waktu untuk mengisinya;

sudah teruji dan memiliki nilai validitas, realibilitas, sensitivitas, dan

spesifisitas yang cukup tinggi; dan sangat bermanfaat untuk membedakan

antara kelompok PMDD dan kelompok non PMDD.

Kuesioner yang memuat pertanyaan mengenai variabel sindrom

pramenstruasi terdapat pada bagian C7 nomor C7a – C7j. Kuesioner SPAF

terdiri dari 10 pertanyaan terkait gejala PMS yang terdiri dari tiga sub skala

yakni nyeri, emosi, dan retensi air. Nomor masing – masing komponen

pertanyaan yang terdapat pada kuesioner SPAF dapat dilihat dalam tabel

sebagai berikut.

Tabel 4.3. Nomor Pertanyaan Kuesioner ESS

Sub Skala Nomor Pertanyaan

Nyeri 1, 6, 8

Emosi 2-5

Durasi tidur 7, 9, 10

Masing-masing pertanyaan dikalkulasikan menggunakan skala likert

dengan skor 1 – 6 (1 = tidak mengalami, 2 = sangat ringan, 3 = ringan, 4

= sedang, 5 = berat, dan 6 = ekstrim). Skor seluruh pertanyaan kemudian

dijumlahkan. Hasil data dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu :

a. Gejala sedang hingga gejala berat : jika total skor ≥ 30.

b. Tidak ada gejala hingga gejala ringan : jika total skor < 30.

10. Menopause

Kuesioner terdiri dari pertanyaan mengenai siklus haid atau

menstruasi responden. Kuesioner yang memuat pertanyaan mengenai

Page 109: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

92

variabel menopause terdapat pada bagian C8 nomor C8a. Hasil data

dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu :

a. Sudah : jika tidak haid ≥ 12 bulan terakhir.

b. Belum : jika masih haid atau tidak haid < 12 bulan terakhir.

11. Kelelahan

Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui kelelahan responden

adalah kuesioner Subjective Self Rating Test (SSRT) dari Industrial

Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang. Kuesioner ini dipilih

dikarenakan memiliki sejumlah kelebihan. Adapun kelebihan kuesioner

ini yaitu mudah dalam pengisiannya; berisikan gejala kelelahan yang

sangat terperinci; lebih dapat menggambarkan gejala kelelahan secara

keseluruhan; dan telah dilakukan uji validitas di berbagai negara termasuk

Indonesia.

Kuesioner yang memuat pertanyaan mengenai variabel kelelahan

terdapat pada bagian C3 nomor C3.1 – C3.30. Kuesioner SSRT terdiri dari

30 pertanyaan terkait gejala kelelahan subjektif. Masing-masing

pertanyaan dikalkulasikan menggunakan skala likert dengan skor 0 - 3 (0

= tidak pernah, 1 = kadang-kadang, 2 = sering, 3 = sangat sering). Skor

seluruh pertanyaan kemudian dijumlahkan.

Skor kelelahan dapat dikategorikan menjadi beberapa tingkatan

kelelahan. Berikut merupakan distribusi tingkat kelelahan berdasarkan

kuesioner SSRT :

a. Kelelahan Berat : Jika total skor 91-120.

b. Kelelahan Sedang : Jika total skor 61-90.

Page 110: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

93

c. Kelelahan Ringan : Jika total skor 31-60.

d. Tidak Lelah : Jika total skor 30.

Pada penelitian ini, data dianalisis berdasarkan total skor yang

diperoleh responden. Namun, untuk crosstab tetap menggunakan hasil

ukur sesuai dengan pengelompokkan tingkatan kelelahan.

1. Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum melakukan pengumpulan data dengan menyebarkan

kuesioner kepada responden penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji

validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner tersebut. Uji validitas

merupakan ketepatan atau kecermatan pengukuran, dimana pertanyaan

mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut

(Oktavia, 2015). Kemudian, uji reliabilitas (keandalan) merupakan ukuran

suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab hal yang

berkaitan dengan konstruk-konstruk pertanyaan yang merupakan dimensi

suatu variabel dan disusun dalam suatu bentuk kuesioner (Gumilar, 2007).

Uji validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menyebarkan kuesioner

ke tempat yang berbeda, namun memiliki responden dengan karakteristik

yang sama dengan responden pada penelitian ini. Peneliti melakukan uji

validitas dan reliabilitas dengan menyebarkan 30 kuesioner kepada 30

pekerja shift wanita di PT. Argopantes Tbk. Perusahaan tersebut

merupakan perusahaan tekstil yang memiliki latar belakang dan

karakteristik yang sama dengan PT. Sandratex.

Uji validitas pada variabel yang memiliki jawaban dengan

menggunakan skala likert dilakukan dengan cara membandingkan nilai r

Page 111: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

94

hitung (r pearson) dengan nilai r tabel. Instrumen dikatakan valid jika nilai

r hitung (r pearson) ≥ nilai r tabel (Oktavia, 2015). Nilai r tabel yang

digunakan untuk sampel dengan jumlah 30 orang yaitu adalah 0,3610.

Selain itu, uji validitas pada variabel yang memiliki jawaban dengan

menggunakan skala guttman dilakukan dengan cara validitas konten.

Validitas konten dilakukan dengan melihat estimasi waktu responden

dalam mengisi kuesioner dan pemahaman responden terhadap isi

kuesioner (Di lorio, 2005). Instrumen dikatakan valid jika pekerja dapat

mengerjakan kuesioner dengan waktu yang tidak terlalu lama dan

memahami seluruh pertanyaan dalam kuesioner.

Berdasarkan hasil uji validitas, diketahui bahwa terdapat 8 pertanyaan

pada kuesioner terstandar (3 pertanyaan pada kuesioner kualitas tidur, 1

pertanyaan pada kuesioner hipersomnia, dan 4 pertanyaan pada kuesioner

kelelahan) yang memiliki nilai di bawah nilai r tabel, sehingga pertanyaan

tersebut tidak valid. Namun, pertanyaan yang tidak valid tersebut tetap

disertakan ke dalam kuesioner dikarenakan pertanyaan tersebut sangat

diperlukan untuk proses analisis. Selain iu, beberapa pekerja tidak

memahami arti kata “retensi air” yang terdapat pada kuesioner sindrom

pramenstruasi. Kemudian, peneliti menambahkan keterangan “retensi air

(penimbunan air)” agar responden dapat memahami arti kata tersebut.

Uji reliabilitas dilakukan dengan cara membandingkan nilai

Cronbach’s Alpha pada tabel Reliability Statistics. Instrumen dikatakan

reliabel jika nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,6 (Oktavia, 2015). Berdasarkan

hasil uji reliabilitas, diketahui bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini

Page 112: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

95

memiliki nilai Cronbach’s Alpha ≥ 0,6. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa seluruh variabel dalam penelitian ini reliabel.

E. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam analisis data pada penelitian ini adalah data

primer. Data primer diperoleh secara langsung dengan memberikan kuesioner

kepada pekerja shift wanita yang berisikan variabel dependen dan independen.

F. Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul akan diolah melalui tahapan-tahapan

pengolahan data yaitu sebagai berikut :

1. Data Coding

Data coding merupakan kegiatan yang dilakukan untuk

mempermudah proses pemasukan data. Data yang terkumpul akan

diklasifikasikan dan diberi kode, baik pada variabel dependen yaitu

kualitas tidur maupun pada variabel independen yaitu jenis shift kerja, stres

emosional, aktivitas fisik, kebiasaan makan, asupan obat-obatan, penyakit

fisik, hipersomnia, sindrom pramenstruasi, dan menopause. Coding tiap

variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.4. Coding pada Tiap Variabel

No. Variabel Kode

1 Kualitas Tidur a. Buruk = 1

b. Baik = 2

2 Jenis Shift Kerja c. Shift Malam = 1

d. Shift Siang = 2

e. Shift Pagi = 3

Page 113: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

96

No. Variabel Kode

3 Stres Emosional a. Ya = 1

b. Tidak = 2

4 Aktivitas Fisik a. Berat = 1

b. Rendah Sedang = 2

5 Kebiasaan Makan a. Tidak Konsumsi = 1

b. Konsumsi = 2

6 Asupan Obat-

Obatan

a. Konsumsi = 1

b. Tidak Konsumsi = 2

7 Penyakit Fisik a. Ada = 1

b. Tidak Ada = 2

8 Hipersomnia a. Ya = 1

b. Tidak = 2

9 Sindrom

Pramenstruasi

a. Gejala sedang hingga

gejala berat = 1

b. Tidak ada gejala hingga

gejala ringan = 2

10 Menopause a. Sudah = 1

b. Belum = 2

2. Data Editing

Data editing merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memastikan

bahwa data yang ada tidak ada yang missing atau tidak diisi oleh

responden. Data yang sudah terkumpul akan dilakukan penyuntingan, jika

ditemukan terdapat data yang tidak terisi maka dapat segera diklarifikasi

kepada responden. Penyuntingan dilakukan di lapangan setelah menerima

kuesioner yang baru diisi oleh responden.

3. Data Entry

Data entry merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memasukkan

data menggunakan fasilitas analisis data. Data yang dimasukkan adalah

data pada kuesioner yang tidak ada missing satu pun. Fasilitas analisis data

yang digunakan adalah SPSS.

Page 114: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

97

4. Data Cleaning

Data Cleaning merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memeriksa

kembali dan memastikan bahwa tidak ada kesalahan data atau data yang

tidak lengkap ketika proses entry. Setelah melakukan pembesihan data,

maka data dapat diolah dan dianalisis.

G. Analisa Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang bertujuan untuk

mendeskripsikan atau menggambarkan distribusi variabel dependen dan

variabel independen dalam bentuk proporsi dan persentase. Variabel

dependen dalam penelitian ini yaitu kualitas tidur, sedangkan variabel

independen dalam penelitian ini yaitu jenis shift kerja, stres emosional,

aktivitas fisik, kebiasaan makan, asupan obat-obatan, penyakit fisik,

hipersomnia, sindrom pramenstruasi, menopause, dan kelelahan.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap variabel

independen yang diduga memiliki hubungan dengan variabel dependen.

Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara kualitas tidur

dengan determinan kualitas tidur pada pekerja.

Teknik analisis data yang dilakukan yaitu dengan menggunakan uji

Chi-Square dan Mann-Withney. Uji Chi-Square digunakan untuk

mengetahui hubungan atau pengaruh signifikan pada dua variabel

kategori. Uji Chi-Square pada penelitian ini digunakan pada variabel jenis

Page 115: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

98

shift kerja, stres emosional, aktivitas fisik, kebiasaan makan, asupan obat-

obatan, penyakit fisik, hipersomnia, sindrom pramenstruasi, dan

menopause. Sementara, uji Mann-Withney digunakan untuk mengetahui

hubungan atau pengaruh signifikan pada dua variabel numerik dan

kategorik namun data tidak berdistribusi normal. Uji Mann-Withney pada

penelitian ini digunakan pada variabel kelelahan.

Page 116: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

99

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Analisis Univariat

1. Gambaran Kualitas Tidur pada Pekerja Shift Wanita di PT.

Sandratex Tahun 2016

Gambaran distribusi kualitas tidur responden dikelompokkan ke

dalam dua kategori, yaitu kualitas tidur baik dan kualitas tidur buruk.

Distribusi responden menurut kualitas tidur dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Distribusi Kualitas Tidur Pekerja Shift Wanita di PT.

Sandratex Tahun 2016

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

Kualitas Tidur

Buruk 112 88,9%

Baik 14 11,1%

Jumlah 126 100%

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.1. diketahui bahwa sebagian

besar responden masuk ke dalam kategori kualitas tidur buruk, dengan

jumlah responden sebanyak 112 orang (88,9%) responden.

2. Gambaran Determinan Kualitas Tidur pada Pekerja Shift Wanita di

PT. Sandratex Tahun 2016

a. Faktor Pekerjaan

Faktor pekerjaan dalam penelitian ini meliputi jenis shift kerja.

Jenis shift kerja dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yakni shift

Page 117: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

100

pagi, siang, dan malam. Distribusi responden menurut faktor

pekerjaan dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex

Tahun 2016 Berdasarkan Faktor Pekerjaan

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

Jenis Shift Kerja

Malam 43 34,1%

Siang 42 33,3%

Pagi 41 32,5%

Jumlah 126 100%

1) Jenis Shift Kerja

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.2. diketahui bahwa

sebagian besar responden bekerja pada shift malam, dengan

jumlah responden sebanyak 43 orang (34,1%) responden.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis dalam penelitian ini meliputi stres emosional.

Stres emosional dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni

mengalami dan tidak mengalami stres emosional. Distribusi

responden menurut faktor psikologis dapat dilihat pada tabel 5.3.

Page 118: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

101

Tabel 5.3. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex

Tahun 2016 Berdasarkan Faktor Psikologis

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

Stres Emosional

Ya 64 50,8%

Tidak 62 49,2%

Jumlah 126 100%

2) Stres Emosional

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.3. diketahui bahwa

sebagian besar responden masuk ke dalam kategori mengalami

stres emosional dengan jumlah responden sebanyak 64 orang

(50,8%) responden.

c. Faktor Latihan Fisik

Faktor latihan fisik dalam penelitian ini meliputi aktivitas fisik.

Aktivitas fisik dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni memiliki

aktivitas fisik rendah sedang dan berat. Distribusi responden menurut

faktor latihan fisik dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex

Tahun 2016 Berdasarkan Faktor Latihan Fisik

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

Aktivitas Fisik

Berat 102 81,0%

Rendah Sedang 24 19,0%

Jumlah 126 100%

Page 119: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

102

2) Aktivitas Fisik

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.4. diketahui bahwa

sebagian besar responden masuk ke dalam kategori aktivitas fisik

berat dengan jumlah responden sebanyak 102 orang (81,0%)

responden.

d. Faktor Konsumsi

Faktor konsumsi dalam penelitian ini meliputi kebiasaan makan

dan asupan obat-obatan. Kebiasaan makan dan asupan obat-obatan

dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu konsumsi dan tidak

konsumsi. Distribusi responden menurut faktor konsumsi dapat dilihat

pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex

Tahun 2016 Berdasarkan Faktor Konsumsi

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

Kebiasaan Makan

Tidak Konsumsi 26 20,6%

Konsumsi 100 79,4%

Asupan Obat-Obatan

Konsumsi 25 19,8%

Tidak Konsumsi 101 80,2%

1) Kebiasaan Makan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.5. diketahui bahwa

sebagian besar responden masuk ke dalam kategori memiliki

kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan jumlah responden

sebanyak 100 orang (79,4%) responden.

Page 120: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

103

2) Asupan Obat-Obatan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.5. diketahui bahwa

sebagian besar responden masuk ke dalam kategori tidak

mengkonsumsi obat-obatan dengan jumlah responden sebanyak

101 orang (80,2%) responden.

e. Faktor Fisiologis

Faktor fisiologis dalam penelitian ini meliputi penyakit fisik,

hipersomnia, sindrom pramenstruasi, menopause, dan kelelahan.

Penyakit fisik dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu memiliki

dan tidak memiliki penyakit fisik. Hipersomnia dikelompokkan ke

dalam dua kategori, yaitu mengalami dan tidak mengalami

hipersomnia. Sindrom pramenstruasi juga dikelompokkan ke dalam

dua kategori, yaitu sindrom pramenstruasi dengan gejala sedang

hingga gejala berat dan tidak ada gejala hingga gejala ringan.

Kemudian, menopause dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu

sudah dan belum menopause. Distribusi responden menurut faktor

fisiologis dapat dilihat pada tabel 5.6. dan 5.7.

Tabel 5.6. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex

Tahun 2016 Berdasarkan Faktor Fisiologis

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

Penyakit Fisik

Ada 95 75,4%

Tidak Ada 31 24,6%

Hipersomnia

Ya 35 27,8%

Page 121: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

104

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak 91 72,2%

Sindrom Pramenstruasi

Gejala Sedang Hingga

Gejala Berat

29 23,0%

Tidak Ada Gejala

Hingga Gejala Ringan

97 77,0%

Menopause

Sudah 43 34,1%

Belum 83 65,9%

Variabel kelelahan merupakan variabel numerik yang memiliki

analisis data berbeda dengan faktor-faktor lainnya. Variabel kelelahan

dilihat berdasarkan total skor kelelahan responden. Distribusi

responden menurut variabel kelelahan dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun

2016 Berdasarkan Faktor Fisiologis (Variabel Kelelahan)

Variabel Mean SD Min Maks 95% CI P value

Kelelahan 24,01 12,371 3 – 71 21,83 – 26,19 0,045

1) Penyakit Fisik

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6. diketahui bahwa

sebagian besar responden masuk ke dalam kategori memiliki

penyakit fisik dengan jumlah responden sebanyak 95 orang

(75,4%) responden.

2) Hipersomnia

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6. diketahui bahwa

sebagian besar responden masuk ke dalam kategori tidak

Page 122: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

105

mengalami hipersomnia dengan jumlah responden sebanyak 91

orang (72,2%) responden.

3) Sindrom Pramenstruasi

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6. diketahui bahwa

sebagian besar responden masuk ke dalam kategori tidak

memiliki gejala hingga gejala ringan sindrom pramenstruasi

dengan jumlah responden sebanyak 97 orang (77,0%) responden.

4) Menopause

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.6. diketahui bahwa

sebagian besar responden masuk ke dalam kategori belum

mengalami menopause dengan jumlah responden sebanyak 83

orang (65,9%) responden.

5) Kelelahan

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.7. diketahui bahwa

rata-rata total skor kelelahan responden adalah 24,01 skor (21,83

– 26,19 skor) dengan standar deviasi 12,371 skor. Total skor

paling rendah adalah 3 skor dan paling tinggi adalah 71 skor.

Selain itu, berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov, diketahui nilai

probabilitas sebesar 0,045 (nilai probabilitas < 0,05), yang artinya

variabel kelelahan tidak berdistribusi normal.

Page 123: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

106

B. Analisis Bivariat

1. Hubungan antara Faktor Pekerjaan dengan Kualitas Tidur pada

Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Faktor pekerjaan dalam penelitian ini meliputi jenis shift kerja. Jenis

shift kerja dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, yakni shift pagi, siang,

dan malam. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-Square

antara faktor pekerjaan dengan kualitas tidur responden dapat dilihat pada

tabel 5.8.

Tabel 5.8. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Berdasarkan Faktor Pekerjaan dengan Kualitas Tidur

Variabel

Kualitas Tidur Total OR

(95% CI)

P

value Buruk Baik

n % n % n %

Jenis Shift Kerja

Malam 39 90,7% 4 9,3% 43 100% 0,738 (0,184-2,967) 0,894 Siang 37 88,1% 5 11,9% 42 100% 0,973 (0,259-3,649)

Pagi 36 87,8% 5 12,2% 41 100% 1

Jumlah 112 88,9% 14 11,1% 126 100%

a. Hubungan antara Jenis Shift Kerja dengan Kualitas Tidur

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.8. diketahui bahwa di

antara 43 orang responden yang bekerja pada shift malam, terdapat 39

orang (90,7%) responden yang memiliki kualitas tidur buruk.

Kemudian, di antara 42 orang responden yang bekerja pada shift

siang, terdapat 37 orang (88,1%) responden yang memiliki kualitas

tidur buruk, sedangkan di antara 41 orang responden yang bekerja

Page 124: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

107

pada shift pagi, terdapat 36 orang (87,8%) responden yang memiliki

kualitas tidur buruk.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (P

value) sebesar 0,894, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada ⍺ 5%,

tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis shift kerja dengan

kualitas tidur responden. Diketahui nilai OR shift malam sebesar

0,738 (95% CI ; 0,184 – 2,967), yang artinya responden yang bekerja

pada shift malam dapat mencegah risiko kualitas tidur yang buruk

0,738 kali dibandingkan dengan responden yang bekerja pada shift

pagi. Kemudian, diketahui nilai OR shift siang sebesar 0,973 (95% CI

; 0,259 – 3,649), yang artinya responden bekerja pada shift siang dapat

mencegah risiko kualitas tidur yang buruk 0,973 kali dibandingkan

dengan responden yang bekerja pada shift pagi.

2. Hubungan antara Faktor Psikologis dengan Kualitas Tidur pada

Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Faktor psikologis dalam penelitian ini meliputi stres emosional. Stres

emosional dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni mengalami stres

emosional dan tidak mengalami stres emosional. Hasil analisis statistik

dengan menggunakan uji Chi-Square antara faktor psikologis dengan

kualitas tidur pada responden dapat dilihat pada tabel 5.9.

Page 125: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

108

Tabel 5.9. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Berdasarkan Faktor Psikologis dengan Kualitas Tidur

Variabel

Kualitas Tidur Total OR

(95% CI)

P

value Buruk Baik

n % n % n %

Stres Emosional

Ya 58 90,6% 6 9,4% 64 100% 1,432 (0,467-4,396) 0,729

Tidak 54 87,1% 8 12,9% 62 100% 1

Jumlah 112 88,9% 14 11,1% 126 100%

a. Hubungan antara Stres Emosional dengan Kualitas Tidur

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.9. diketahui bahwa di

antara 64 orang responden yang mengalami stres emosional, terdapat

58 orang (90,6%) responden yang memiliki kualitas tidur buruk,

sedangkan di antara 62 orang responden yang tidak mengalami stres

emosional, terdapat 54 orang (87,1%) responden yang memiliki

kualitas tidur buruk.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (P

value) sebesar 0,729, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada ⍺ 5%,

tidak ada hubungan yang signifikan antara stres emosional dengan

kualitas tidur responden. Kemudian, diketahui nilai OR sebesar 1,432

(95% CI ; 0,467 – 4,396), yang artinya responden yang mengalami

stres emosional memiliki risiko 1,432 kali mengalami kualitas tidur

yang buruk dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami

stres emosional.

Page 126: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

109

3. Hubungan antara Faktor Latihan Fisik dengan Kualitas Tidur pada

Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Faktor latihan fisik dalam penelitian ini meliputi aktivitas fisik.

Aktivitas fisik dikelompokkan ke dalam dua kategori, yakni memiliki

aktivitas fisik rendah sedang dan berat. Hasil analisis statistik dengan

menggunakan uji Chi-Square antara faktor latihan fisik dengan kualitas

tidur pada responden dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016 Berdasarkan

Faktor Latihan Fisik dengan Kualitas Tidur

Variabel

Kualitas Tidur Total OR

(95% CI)

P

value Buruk Baik

n % n % n %

Aktivitas Fisik

Berat 91 89,2% 11 10,8% 102 100% 1,182 (0,303-4,613) 0,729

Rendah Sedang 21 87,5% 3 12,5% 24 100% 1

Jumlah 112 88,9% 14 11,1% 126 100%

a. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Kualitas Tidur

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.10. diketahui bahwa di

antara 102 orang responden yang memiliki aktivitas fisik berat,

terdapat 91 orang (89,2%) responden yang memiliki kualitas tidur

buruk, sedangkan di antara 24 orang responden yang memiliki

aktivitas fisik rendah sedang, terdapat 21 orang (87,5%) responden

yang memiliki kualitas tidur buruk.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (P

value) sebesar 0,729, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada ⍺ 5%,

tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan

Page 127: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

110

kualitas tidur responden. Kemudian, diketahui nilai OR sebesar 1,182

(95% CI ; 0,303 – 4,613), yang artinya responden yang memiliki

aktivitas fisik berat memiliki risiko 1,182 kali mengalami kualitas

tidur yang buruk dibandingkan dengan responden yang memiliki

aktivitas fisik rendah sedang.

4. Hubungan antara Faktor Konsumsi dengan Kualitas Tidur pada

Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Faktor konsumsi dalam penelitian ini meliputi kebiasaan makan dan

asupan obat-obatan. Kebiasaan makan dan asupan obat-obatan

dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu mengkonsumsi dan tidak

mengkonsumsi. Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-

Square antara faktor konsumsi dengan kualitas tidur pada responden dapat

dilihat pada tabel 5.11.

Tabel 5.11. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Berdasarkan Faktor Konsumsi dengan Kualitas Tidur

Variabel

Kualitas Tidur Total OR

(95% CI)

P

value Buruk Baik

n % n % n %

Kebiasaan Makan

Tidak Konsumsi 24 92,3% 2 7,7% 26 100% 1,636 (0,343-7,815) 0,733

Konsumsi 88 88,0% 12 12,0% 100 100% 1

Asupan Obat-Obatan

Konsumsi 25 100% 0 ,0% 25 100% - 0,070

Tidak Konsumsi 87 86,1% 14 13,9% 101 100% 1

Page 128: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

111

a. Hubungan antara Kebiasaan Makan dengan Kualitas Tidur

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.11. diketahui bahwa di

antara 26 orang responden yang memiliki kebiasaan tidak

mengkonsumsi makanan, terdapat 24 orang (92,3%) responden yang

memiliki kualitas tidur buruk, sedangkan di antara 100 orang

responden yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan,

terdapat 88 orang (88,0%) responden yang memiliki kualitas tidur

buruk.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (P

value) sebesar 0,733, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada ⍺ 5%,

tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan dengan

kualitas tidur responden. Kemudian, diketahui nilai OR sebesar 1,636

(95% CI ; 0,343 – 7,815), yang artinya responden yang memiliki

kebiasaan tidak mengkonsumsi makanan memiliki risiko 1,636 kali

mengalami kualitas tidur yang buruk dibandingkan dengan responden

yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan.

b. Hubungan antara Asupan Obat-Obatan dengan Kualitas Tidur

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.11. diketahui bahwa di

antara 25 orang responden yang mengkonsumsi obat-obatan,

seluruhnya (100%) memiliki kualitas tidur buruk, sedangkan di antara

101 orang responden yang tidak mengkonsumsi obat-obatan, terdapat

87 orang (86,1%) responden yang memiliki kualitas tidur buruk.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (P

value) sebesar 0,070, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada ⍺ 5%,

Page 129: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

112

tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan obat-obatan dengan

kualitas tidur responden. Namun, nilai OR pada variabel ini tidak

dapat diketahui dikarenakan terdapat distribusi angka 0 pada kategori

responden yang mengkonsumsi obat-obatan dan memiliki kualitas

tidur baik.

5. Hubungan antara Faktor Fisiologis dengan Kualitas Tidur pada

Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Faktor fisiologis dalam penelitian ini meliputi penyakit fisik,

hipersomnia, sindrom pramenstruasi, menopause, dan kelelahan. Penyakit

fisik dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu memiliki dan tidak

memiliki penyakit fisik. Hipersomnia dikelompokkan ke dalam dua

kategori, yaitu mengalami dan tidak mengalami hipersomnia. Sindrom

pramenstruasi dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu sindrom

pramenstruasi dengan gejala sedang hingga gejala berat dan tidak ada

gejala hingga gejala ringan. Kemudian, menopause dikelompokkan ke

dalam dua kategori, yaitu sudah dan belum menopause. Hasil analisis

statistik dengan menggunakan uji Chi-Square antara faktor fisiologis

dengan kualitas tidur pada responden dapat dilihat pada tabel 5.12.

Page 130: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

113

Tabel 5.12. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Berdasarkan Faktor Fisiologis dengan Kualitas Tidur

Variabel

Kualitas Tidur Total OR

(95% CI)

P

value Buruk Baik

n % n % n %

Penyakit Fisik

Ada 88 92,6% 7 7,4% 95 100% 3,667 (1,172-11,473) 0,042

Tidak 24 77,4% 7 22,6% 31 100% 1

Hipersomnia

Ya 30 85,7% 5 14,3% 35 100% 0,659 (0,204-2,123) 0,531

Tidak 82 90,1% 9 9,9% 91 100% 1

Sindrom Pramenstruasi

Gejala Sedang

Hingga Gejala

Berat

26 89,7% 3 10,3% 29 100% 1,109 (0,287-4,275) 1,000

Tidak Ada

Gejala Hingga

Gejala Ringan

86 88,7% 11 11,3% 97 100% 1

Menopause

Sudah 39 90,7% 4 9,3% 43 100% 1,336 (0,393-4,537) 0,770

Belum 73 88,0% 10 12,0% 83 100% 1

Berdasarkan hasil uji normalitas, diketahui bahwa variabel kelelahan

tidak berdistribusi normal, sehingga dilakukan uji Mann-Withney untuk

melihat hubungan antara variabel kelelahan dengan kualitas tidur. Variabel

kelelahan dilihat dari total skor kelelahan responden. Hasil analisis

statistik dengan menggunakan uji Mann-Withney antara kelelahan dengan

kualitas tidur pada responden dapat dilihat pada tabel 5.13.

Tabel 5.13. Distribusi Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun

2016 Berdasarkan Variabel Kelelahan dengan Kualitas Tidur

Kelelahan N Mean rank P value

Kualitas Tidur

Buruk 112 65,78 0,048

Baik 14 45,29

Page 131: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

114

a. Hubungan antara Penyakit Fisik dengan Kualitas Tidur

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.12. diketahui bahwa di

antara 95 orang responden yang memiliki penyakit fisik, terdapat 88

orang (92,6%) responden yang memiliki kualitas tidur buruk,

sedangkan di antara 31 orang responden yang tidak memiliki penyakit

fisik, terdapat 24 orang (77,4%) responden yang memiliki kualitas

tidur buruk.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (P

value) sebesar 0,042, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada ⍺ 5%,

ada hubungan yang signifikan antara penyakit fisik dengan kualitas

tidur responden. Kemudian, diketahui nilai OR sebesar 3,667 (95% CI

; 1,172 – 11,473), yang artinya responden yang memiliki penyakit

fisik memiliki risiko 3,667 kali mengalami kualitas tidur yang buruk

dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki penyakit fisik.

b. Hubungan antara Hipersomnia dengan Kualitas Tidur

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.12. diketahui bahwa di

antara 35 orang responden yang mengalami hipersomnia, terdapat 30

orang (85,7%) responden yang memiliki kualitas tidur buruk,

sedangkan di antara 91 orang responden yang tidak mengalami

hipersomnia, terdapat 82 orang (90,1%) responden yang memiliki

kualitas tidur buruk.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (P

value) sebesar 0,531, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada ⍺ 5%,

tidak ada hubungan yang signifikan antara hipersomnia dengan

Page 132: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

115

kualitas tidur responden. Kemudian, diketahui nilai OR sebesar 0,659

(95% CI ; 0,204 – 2,123), yang artinya responden yang mengalami

hipersomnia dapat mencegah risiko kualitas tidur yang buruk 0,659

kali dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami

hipersomnia.

c. Hubungan antara Sindrom Pramenstruasi dengan Kualitas

Tidur

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.12. diketahui bahwa di

antara 29 orang responden yang mengalami gejala sedang hingga

gejala berat sindrom pramenstruasi, terdapat 26 orang (89,7%)

responden yang memiliki kualitas tidur buruk, sedangkan di antara 97

orang responden yang tidak mengalami gejala hingga gejala ringan

sindrom pramenstruasi, terdapat 86 orang (88,7%) responden yang

memiliki kualitas tidur buruk.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (P

value) sebesar 1,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada ⍺ 5%,

tidak ada hubungan yang signifikan antara sindrom pramenstruasi

dengan kualitas tidur responden. Kemudian, diketahui nilai OR

sebesar 1,109 (95% CI ; 0,287– 4,275) yang artinya responden yang

mengalami gejala sedang hingga gejala berat sindrom pramenstruasi

memiliki risiko 1,109 kali mengalami kualitas tidur yang buruk

dibandingkan dengan responden yang tidak mengalami gejala hingga

gejala ringan sindrom pramenstruasi.

Page 133: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

116

d. Hubungan antara Menopause dengan Kualitas Tidur

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.12. diketahui bahwa di

antara 43 orang responden yang sudah menopause, terdapat 39 orang

(90,7%) responden yang memiliki kualitas tidur buruk, sedangkan di

antara 83 orang responden yang belum menopause, terdapat 73 orang

(88,0%) responden yang memiliki kualitas tidur buruk.

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas (P

value) sebesar 0,770, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada ⍺ 5%,

tidak ada hubungan yang signifikan antara menopause dengan kualitas

tidur responden. Kemudian, diketahui nilai OR sebesar 1,336 (95% CI

; 0,393 – 4,537), yang artinya responden yang sudah menopause

memiliki risiko 1,336 kali mengalami kualitas tidur yang buruk

dibandingkan dengan responden yang belum menopause.

e. Hubungan antara Kelelahan dengan Kualitas Tidur

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.13. diketahui bahwa

nilai mean rank responden yang mengalami kelelahan dan memiliki

kualitas tidur yang buruk yaitu sebesar 65,78, sedangkan responden

yang mengalami kelelahan dan memiliki kualitas tidur baik yaitu

45,29. Kemudian, diketahui berdasarkan hasil uji statistik diperoleh

nilai probabilitas (P value) sebesar 0,048 sehingga dapat disimpulkan

bahwa pada ⍺ 5%, ada hubungan yang signifikan antara kelelahan

dengan kualitas tidur responden.

Page 134: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

117

BAB VI

PEMBAHASAN

A. Keterbatasan Penelitian

1. Belum dilakukan pengukuran gejala dengan menggunakan indikator yang

bersifat objektif melalui pemeriksaan fisik. Pengukuran variabel pada

penelitian ini lebih kepada gejala atau indikator subjektif dengan

menggunakan kuesioner. Hal ini menyebabkan masih memungkinkan

terjadinya bias karena subjektifitas responden dalam menilai gejala yang

dirasakan.

2. Distribusi data pada variabel dependen homogen, sehingga pada analisis

bivariat distribusi data juga menjadi homogen. Hal tersebut yang

kemudian membuat sebagian besar variabel independen menjadi tidak

berhubungan dengan variabel dependen.

B. Kualitas Tidur

Tidur merupakan kebutuhan yang bersifat fisiologis dan paling dasar dari

piramida kebutuhan manusia (Tarihoran dkk., 2015). Dengan kata lain, tidur

merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi oleh setiap orang. Fisiologi tidur

dikendalikan oleh sistem Reticular Activating System (RAS) dan Bulbar

Synchronizing Region (BSR). Seseorang terbangun akibat neuron dalam sistem

RAS yang melepaskan katekolamin seperti norepinefrin dan pada saat tidur

terjadi pelepasan serum serotonin dari sel BSR (Uliyah dan Hidayat, 2008).

Page 135: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

118

Tidur yang berkualitas sangat dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini dikarenakan

tidur memberikan efek fisiologis pada tubuh yaitu terhadap sistem saraf yang

dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan di antara berbagai

susunan saraf, serta terhadap struktur tubuh yang dapat memulihkan kesegaran

dan fungsi organ dikarenakan selama tidur terjadi penurunan aktivitas organ-

organ tubuh (Uliyah dan Hidayat, 2008). Selain itu, tidur bermanfaat untuk

memelihara otot jantung, memperbaiki proses biologis secara rutin,

menyimpan energi selama tidur, dan untuk pemulihan fungsi kognitif (Umami

dan Priyanto, 2012). Seseorang yang mendapatkan tidur yang berkualitas dapat

meningkatkan kesehatan dan pemulihan seseorang yang sakit (Potter dan

Perry, 2005). Tidur yang berkualitas juga akan berpengaruh positif terhadap

pemulihan fungsi kognitif, dimana pada tahap tidur REM terjadi perubahan

aliran darah serebral, peningkatan aktivitas kortikal, peningkatan konsumsi

oksigen, dan pelepasan epinefrin (Umami dan Priyanto, 2012).

Begitu pentingnya pemenuhan kebutuhan tidur bagi setiap orang. Oleh

karena itu, ketika pemenuhannya terganggu, maka akan menimbulkan dampak

seperti menurunnya kemampuan berpikir dan bekerja, membuat kesalahan, dan

sulit untuk mengingat sesuatu (Amran dan Handayani, 2012). Selain itu, tidur

yang tidak adekuat juga dapat berdampak pada aspek fisiologi seperti

penurunan aktivitas sehari-hari, rasa capai, lemah, proses penyembuhan

lambat, daya tahan tubuh menurun, dan ketidakstabilan tanda-tanda vital

(Nurlela dkk., 2009).

Kualitas tidur merupakan faktor dependen yang diteliti dalam penelitian

ini. Analisis kualitas tidur dilakukan dengan menggunakan kuesioner The

Page 136: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

119

Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang terdiri dari tujuh komponen. Tujuh

komponen tersebut terdiri dari latensi tidur, durasi tidur, kualitas tidur, efisiensi

kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan obat tidur, dan gangguan fungsi

tubuh di siang hari dalam satu bulan terakhir.

Seseorang dikatakan mendapatkan tidur yang berkualitas jika

mendapatkan tidur dengan penuh ketenangan, merasa segar pada pagi hari, dan

merasa bersemangat untuk melakukan aktivitas (Craven dan Hirnle, 2000).

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk dialami

oleh 88,9% pekerja shift wanita. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar pekerja shift wanita memiliki kualitas tidur yang buruk. Hal

tersebut tentu dapat menimbulkan dampak yang negatif bagi pekerja wanita

terutama jika tidak dilakukan penanggulangan atau pengendalian yang tepat.

Secara teoritis, wanita diketahui memiliki kecenderungan untuk

mengalami gangguan tidur. Wanita diketahui memiliki kecenderungan untuk

mengalami mimpi buruk, kesulitan tidur, dan sering terbangun dibandingkan

dengan pria (Sumirta dan Laraswati, 2014). Hal ini yang kemudian

menyebabkan jumlah wanita yang mengalami gangguan tidur lebih banyak dari

laki-laki. Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Haryono, dkk. (2009)

dan Sumirta dan Laraswati (2014) yang menunjukkan bahwa terdapat

kecenderungan responden wanita memiliki prevalensi gangguan tidur yang

lebih besar dari laki-laki. Hasil pada penelitian ini juga menunjukkan hasil

yang serupa dengan teori dan hasil penelitian lainnya, dimana sebagian besar

pekerja shift wanita memiliki kualitas tidur yang buruk.

Page 137: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

120

Lebih buruknya kualitas tidur pada wanita disebabkan oleh faktor

fisiologis maupun psikologis. Secara fisiologis, laki-laki diketahui memiliki

tingkat toleransi yang lebih tinggi terhadap shift kerja dibandingkan dengan

wanita (EKU Online, 2016). Hal ini dapat dikarenakan wanita yang lebih

mudah mengalami kelelahan dibandingkan dengan laki-laki (Oginska dan

Pokorskri, 2006). Ketahanan fisik laki-laki diketahui lebih kuat dibandingkan

dengan wanita. Wanita memiliki massa otot yang lebih sedikit dan kekuatan

fisik yang lebih kecil (Harrington dan Gill, 2003). Hal tersebut lah yang

kemudian membuat wanita lebih mudah mengalami kelelahan.

Perbedaan hormonal antara wanita dan laki-laki juga memberikan

pengaruh terhadap kualitas tidur, dimana hormon estrogen dan progesteron

pada wanita lebih dominan dibandingkan dengan laki-laki. Keberadaan

hormon ini sangat berpengaruh terhadap siklus tidur. Reseptor hormon

estrogen dan progesteron terletak pada bagian tersendiri di hipotalamus,

dimana posisi tersebut mempengaruhi irama sirkadian dan pola tidur secara

langsung (Prasadja, 2009).

Irama sirkadian berfungsi mengatur siklus biologi irama tidur bangun

dimana sepertiga waktu untuk tidur dan dua pertiga untuk bangun atau

beraktivitas (Saftarina dan Hasanah, 2014). Dengan demikian, irama sirkadian

yang mengalami perubahan maka akan mempengaruhi pola tidur dan dapat

menyebabkan gangguan tidur.

Keberadaan hormon estrogen dan progesteron pada wanita secara

langsung juga sangat berpengaruh pada masa Premenstrual Syndrome (PMS),

kehamilan, dan menopause. Penurunan kadar estrogen dan progesteron

Page 138: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

121

menyebabkan wanita mengalami gangguan tidur seperti insomnia,

hipersomnia, dan mimpi buruk (Gracia dkk., 2011) dan (Sulistiyowati dan

Nisa, 2014).

Secara psikologis, juga diketahui bahwa kemampuan koping dalam

mengatasi masalah pada wanita lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki,

sehingga wanita lebih mudah mengalami kecemasan yang dapat menyebabkan

insomnia (Sumirta dan Laraswati, 2014). Permasalahan secara psikologis juga

dapat memperburuk kualitas tidur wanita. Wanita yang mengalami tekanan

secara psikologis dapat menyebabkan seseorang mengalami kesulitan tidur,

sering terbangun selama siklus tidur, atau bahkan lebih banyak tidur (Potter

dan Perry, 2005).

Berdasarkan hasil wawancara kepada pengawas dan perwakilan pekerja,

diketahui bahwa terdapat beberapa kasus kecelakaan kerja yang disebabkan

oleh rasa kantuk yang dialami pekerja. Selain itu, baik rekan kerja maupun

pengawas juga kerap kali menemukan pekerja yang tidur di saat seharusnya

mereka bekerja atau bahkan mengerjakan pekerjaanya sambil tertidur. Rasa

kantuk yang dialami pekerja ketika melakukan pekerjaan merupakan salah satu

indikasi buruknya kualitas tidur pekerja. Namun, tidak diketahui secara pasti

berapa banyak kejadian kecelakaan yang berhubungan dengan gangguan tidur

maupun jumlah pekerja yang tidur ketika bekerja dikarenakan tidak tersedianya

data.

Pekerjaan yang dilakukan dalam proses produksi perusahaan tekstil

tergolong ke dalam pekerjaan yang membutuhkan tingkat kewaspadaan yang

tinggi. Hal tersebut dikarenakan pekerja akan berhadapan langsung dengan

Page 139: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

122

mesin yang berpotensi menyebabkan pekerja mengalami kecelakaan seperti

tergores, terpotong, tertusuk, tertarik, dsb. Pekerjaan yang dilakukan akan

sangat berbahaya jika dilakukan dalam keadaan mengantuk atau bahkan

tertidur. Rasa kantuk yang dialami akibat tidak terpenuhinya kebutuhan tidur

dapat sangat membahayakan dirinya dan dapat menyebabkan kecelakaan

serius. Rasa kantuk yang tak tertahankan tersebut juga dapat mempengaruhi

tingkat produktivitas dan profitabilitas kerja. Dengan demikian, akan

menimbulkan kerugian yang cukup besar terhadap perusahaan.

Buruknya kualitas tidur pekerja shift wanita diduga disebabkan oleh

beberapa faktor yang dapat berasal dari faktor internal maupun eksternal. Oleh

karena itu, peneliti ingin melihat beberapa variabel independen yang diduga

memiliki hubungan dengan kualitas tidur pada pekerja shift wanita di PT.

Sandratex tahun 2016. Adapun variabel independen yang diteliti hubunganya

dengan kualitas tidur yaitu faktor pekerjaan yang meliputi jenis shift kerja,

faktor psikologis yang meliputi stres emosional, faktor latihan fisik yang

meliputi aktivitas fisik, faktor konsumsi yang meliputi kebiasaan makan dan

asupan obat-obatan, dan faktor fisiologis yang meliputi penyakit fisik,

hipersomnia, sindrom pramenstruasi, menopause, dan kelelahan.

C. Determinan Kualitas Tidur

1. Hubungan antara Faktor Pekerjaan dengan Kualitas Tidur pada

Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Faktor pekerjaan dalam penelitian ini meliputi jenis shift kerja.

Hubungan antara faktor pekerjaan dengan kualitas tidur pekerja shift

Page 140: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

123

wanita di bagian produksi PT. Sandratex akan dijelaskan pada pembahasan

di bawah ini.

a. Hubungan antara Jenis Shift Kerja dengan Kualitas Tidur

Jenis shift kerja merupakan salah satu faktor yang diduga

memiliki hubungan dengan kualitas tidur. Pada saat ini, penerapan

shift kerja banyak dilakukan di tempat kerja. Hal ini bertujuan untuk

mengoptimalkan produktivitas produksi. Tempat kerja yang

menerapkan sistem shift kerja yaitu seperti rumah sakit, kantor polisi,

industri transportasi, dan manufaktur (NSF, 2005). Namun, dari

berbagai industri yang ada, jenis industri yang paling banyak

menerapkan sistem shift kerja adalah industri manufaktur dan

produksi dengan persentase sebesar 83% (EKU Online, 2016).

PT. Sandratex merupakan pabrik tekstil dan turut menerapkan

sistem shift kerja dalam menjalankan kegiatan produksinya. Selain itu,

PT. Sandratex juga banyak mempekerjakan wanita pada seluruh shift

kerjanya, sehingga sesuai dengan kriteria lokasi dalam penelitian ini.

Bila dilihat dari waktunya, sistem shift kerja yang dilaksanakan

di PT. Sandratex merupakan sistem shift biasa yang terdiri dari 3 jenis

shift kerja. Jenis shift kerja yang dijalani yaitu shift pagi, siang, dan

malam. Shift pagi dimulai dari pukul 06.00 WIB hingga pukul 14.00

WIB, shift siang dimulai pukul 14.00 WIB hingga pukul 22.00 WIB,

sedangkan shift malam dimulai pukul 22.00 WIB hingga pukul 06.00

WIB. Pekerja wanita pada unit produksi dipekerjakan pada seluruh

jenis shift kerja.

Page 141: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

124

Bila dilihat dari kecepatan rotasinya, PT. Sandratex menerapkan

rotasi lambat. PT. Sandratex melaksanakan rotasi kerja setiap dua

minggu. Pekerja shift wanita akan mengalami pergantian shift kerja

setiap dua minggu sekali. Jenis rotasi lambat sangat baik untuk

diterapkan. Hal ini dikarenakan jenis rotasi tersebut memberikan

waktu kepada pekerja untuk dapat beradaptasi dengan shift kerja baik

secara fisiologis maupun secara sosial (LaDou, 1994).

Arah rotasi yang diterapkan di PT. Sandratex adalah rotasi

mundur. Pekerja shift wanita bekerja dimulai dari shift siang, shift

pagi, dan kemudian shift malam. Arah rotasi ini merupakan arah rotasi

yang kurang baik dibandingkan dengan rotasi maju. Hal ini

dikarenakan arah rotasi ini tidak memberikan waktu tidur dan istirahat

lebih lama kepada pekerja seperti pada rotasi maju (LaDou, 1994).

Dengan demikian, pekerja tidak mendapatkan waktu istirahat yang

cukup.

Hari libur yang diterapkan di PT. Sandratex setelah bekerja shift

adalah satu hari pada setiap minggunya, baik itu pada pekerja shift

pagi, siang, maupun malam. Penerapan hari libur tersebut diketahui

kurang baik untuk diterapkan. Hari libur yang baik diterapkan pada

pekerja shift malam sedikitnya adalah 2 hari (Tayyari dan Smith,

1997). Penerapan satu hari libur setelah bekerja pada shift malam

kurang memberikan waktu bagi pekerja untuk menyesuaikan

perubahan pola tidur akibat bekerja pada shift malam. Akibatnya,

pekerja kurang mendapatkan waktu tidur atau istirahat yang cukup.

Page 142: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

125

Kurangnya waktu tidur tentu dapat menimbulkan dampak negatif

pada tubuh. Efek yang ditimbulkan dari kurang tidur yaitu seperti

menurunnya kemampuan berpikir dan bekerja, membuat kesalahan,

dan sulit untuk mengingat sesuatu (Amran dan Handayani, 2012).

Selain itu, tidur yang tidak adekuat juga dapat berdampak pada aspek

fisiologi seperti penurunan aktivitas sehari-hari, rasa capai, lemah,

proses penyembuhan lambat, daya tahan tubuh menurun, dan

ketidakstabilan tanda-tanda vital (Nurlela dkk., 2009).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pekerja shift wanita

yang bekerja pada shift malam lebih banyak dari kedua shift lainnya,

yaitu sebanyak 34,1%. Kemudian, hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa kualitas tidur yang buruk ditemukan di seluruh jenis shift kerja.

Namun, kualitas tidur yang buruk lebih banyak dialami oleh pekerja

wanita yang bekerja pada shift malam, yaitu sebanyak 90,7%.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang menyebutkan

bahwa dari keseluruhan dampak yang ditimbulkan dari shift malam,

gangguan tidur merupakan keluhan yang paling sering dirasakan dan

merupakan masalah utama yang berkaitan dengan shift kerja

(Handayani, 2008; Agustin, 2012). Shift malam akan merubah pola

tidur pekerja sehingga pekerja akan mengalami pergeseran waktu

tidur. Hal tersebut yang kemudian menyebabkan shift malam menjadi

masalah utama yang berkaitan dengan tidur.

Shift malam juga diketahui memberikan dampak negatif yang

lebih besar dibandingkan dengan kedua jenis shift kerja lainnya. Shift

Page 143: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

126

malam akan berdampak pada kesehatan dan keselamatan pekerja.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecelakaan pada

shift malam lebih tinggi dibandingkan dengan kedua shift lainnya.

Kodrat (2011) juga mengungkapkan bahwa pekerja pada shift malam

memiliki tingkat kelelahan, tekanan darah sistol dan diastol, denyut

nadi, stres fisik dan stres mental lebih tinggi daripada pekerja shift

pagi.

Hasil uji statistik juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara jenis shift kerja dengan kualitas tidur pekerja

shift wanita. Kemudian, hasil uji keeratan hubungan menunjukkan

bahwa pekerja wanita yang bekerja pada shift malam dapat mencegah

risiko kualitas tidur yang buruk 0,738 kali dibandingkan dengan

pekerja wanita yang bekerja pada shift pagi, sedangkan pekerja wanita

yang bekerja pada shift siang dapat mencegah risiko kualitas tidur

yang buruk 0,973 kali dibandingkan dengan pekerja wanita yang

bekerja pada shift pagi.

Hasil pada penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang ada,

dimana secara teoritis shift kerja diketahui dapat mempengaruhi

kualitas tidur seseorang. Hal ini dikarenakan shift kerja akan

mempengaruhi irama sirkadian. Irama sirkadian adalah dasar pada

siklus tidur dan bangun harian (Murits dan Widodo, 2008).

Bermacam-macam fungsi tubuh seperti suhu tubuh, tingkat

metabolisme, detak jantung, tekanan darah, dan komposisi kimia

tertentu dalam tubuh mengalami fluktuasi ketika siklus irama

Page 144: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

127

sirkadian berlangsung (Hidayat, 2011; Murits dan Widodo, 2008).

Ketika irama sirkadian seseorang mengalami perubahan, maka secara

otomatis juga akan mempengaruhi kualitas tidur.

Tidak berhubungannya jenis shift kerja dengan kualitas tidur

dapat disebabkan oleh distribusi data kualitas tidur yang buruk antara

pekerja yang bekerja pada shift pagi, siang, dan malam tidak berbeda

signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur yang

buruk dialami oleh 90,7% pekerja shift malam, 88,1% pekerja shift

siang, dan 87,8% pekeja shift pagi. Hal tersebut menunjukkan bahwa

sebagian besar pekerja shift wanita, baik yang bekerja pada shift pagi,

siang, dan malam seluruhnya sama-sama memiliki kualitas tidur yang

buruk.

Perbedaan hasil penelitian ini dengan teori juga dapat disebabkan

oleh faktor lain yang lebih dominan dalam mempengaruhi kualitas

tidur yang buruk pada pekerja shift wanita. Peneliti berasumsi bahwa

faktor yang lebih dominan tersebut yaitu faktor kelelahan dan

menopause.

Secara teoritis, salah satu efek negatif yang ditimbulkan shift

kerja pada aspek fisiologis yaitu kelelahan (Saftarina dan Hasanah,

2014). Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja shift

wanita yang bekerja baik itu pada shift malam, siang, maupun pagi

sebagian besar tidak mengalami kelelahan. Adapun pekerja yang

mengalami kelelahan hanya berkisar pada kelelahan ringan hingga

sedang.

Page 145: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

128

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 86,0% pekerja

shift malam, 71,4% pekerja shift siang, dan 53,7% pekerja shift pagi

tidak mengalami kelelahan. Kemudian, kelelahan ringan dialami oleh

14,0% pekerja shift malam, 23,8% pekerja shift siang, dan 43,9%

pekerja shift pagi. Sementara itu, kelelahan sedang hanya dialami oleh

4,8% pekerja shift siang dan 2,4% pekerja shift pagi. Tidak ada pekerja

shift wanita dalam penelitian ini yang mengalami kelelahan berat.

Hasil tersebut tidak sejalan dengan teori dimana diketahui bahwa

pekerja shift malam memiliki tingkat kelelahan lebih tinggi daripada

pekerja shift pagi (Kodrat, 2011). Tingkat kelelahan pada shift malam

lebih tinggi dikarenakan faktor faal dan metabolisme yang tidak dapat

diserasikan serta kuatnya kerja saraf parasimpatis pada malam hari

(Suma'mur, 2009).

Berdasarkan hasil studi literatur yang telah dilakukan

sebelumnya, diketahui bahwa kelelahan menengah dapat membantu

tidur sehingga pekerja akan memperoleh tidur yang mengistirahatkan

(Agustin, 2012). Kelelahan dapat membuat seseorang lebih cepat tidur

dikarenakan tahap tidur gelombang lambatnya (NREM) diperpendek

(Uliyah dan Hidayat, 2008). Berbeda halnya jika mengalami

kelelahan berat. Kerja yang meletihkan atau penuh stres dapat

menyebabkan seseorang mengalami kelelahan yang berlebihan

sehingga membuat pekerja tersebut menjadi sulit tidur (Potter dan

Perry, 2005). Meskipun bekerja secara shift, namun jika pekerja shift

Page 146: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

129

wanita tidak mengalami kelelahan berat dan mengalami kelelahan

menengah, maka tidurnya tidak akan terganggu.

Secara teoritis, wanita memiliki kecenderungan mengalami

gangguan tidur. Hal ini disebabkan oleh penurunan hormon estrogen

dan progesteron. Reseptor hormon estrogen dan progesteron terletak

pada bagian tersendiri di hipotalamus, dimana posisi tersebut

mempengaruhi irama sirkadian dan pola tidur secara langsung

(Prasadja, 2009). Penurunan kadar estrogen dan progesteron juga

menyebabkan wanita mengalami gangguan tidur seperti insomnia,

hipersomnia, dan mimpi buruk (Gracia dkk., 2011; Sulistiyowati dan

Nisa, 2014). Insomnia yang dialami wanita ketika memasuki masa

menopause juga diketahui merupakan insomnia yang terberat

(Prasadja, 2009).

Ketika menopause juga akan muncul gejala-gejala yang dapat

mempengaruhi kualitas tidur. Gejala-gejala tersebut seperti hot

flashes (rasa panas), insomnia, perubahan pada tulang, perubahan

kardiovaskular, gangguan kejiwaan, sulit tidur, keletihan, dan

kekeringan vaginal dll. (Heffner dan Schust, 2006; Muaris, 2004). Hal

ini yang kemudian dapat membuat pekerja shift wanita secara

signifikan mengalami perubahan pola tidur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja shift

diketahui belum mengalami menopause. Diketahui sebanyak 72,1%

pekerja shift malam, 66,7% pekerja shift siang, dan 58,5% pekerja

shift pagi, belum mengalami menopause. Hal tersebut yang kemudian

Page 147: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

130

diduga menyebabkan jenis shift kerja tidak mempengaruhi buruknya

kualitas tidur. Meskipun bekerja secara shift, namun jika pekerja shift

wanita tersebut belum mengalami menopause maka tidak memiliki

kecenderungan kualitas tidur yang buruk.

Meskipun jenis shift kerja tidak berhubungan dengan kualitas

tidur, namun penerapan shift tetap berisiko menyebabkan kualitas

tidur yang buruk dan dapat memberikan dampak negatif kepada

pekerja. Terlebih pekerja shift wanita akan mendapatkan giliran

bekerja pada shift malam yang berisiko mengubah irama sirkadian

seseorang. Melihat permasalahan tersebut, maka peneliti memberikan

saran kepada perusahaan agar melakukan pengaturan terhadap pekerja

wanita yang bekerja pada sistem shift.

Menurut Grandjean (1986) dalam Nurmianto (2004), waktu

pergantian shift lebih baik dilakukan pada pukul 07.00, 15.00, dan

23.00 atau 08.00, 16.00, dan 24.00. Waktu pergantian shift tersebut

dapat lebih memberikan waktu bagi pekerja untuk bersiap berangkat

ke tempat kerja dan untuk beristirahat. Istirahat yang cukup dapat

membantu proses pemulihan. Hal ini dikarenakan pemulihan terhadap

kelelahan terjadi ketika seseorang mendapatkan istirahat yang cukup

(Fajarwati dkk., 2011).

Selama ini, diketahui bahwa PT. Sandratex menggunakan waktu

pergantian shift pada pukul 06.00, 14.00, dan 22.00 WIB. Hal tersebut

menyebabkan pekerja tidak mendapatkan waktu tidur dan istirahat

yang optimal. Selain itu, agar waktu istirahat lebih optimal, pekerja

Page 148: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

131

yang memiliki jarak antara tempat tinggal dengan tempat kerja yang

jauh lebih baik untuk tidak dipekerjakan pada sistem shift. Hal

tersebut akan menghindarkan pekerja dari kelelahan yang berlebihan.

Perusahaan juga perlu mengatur arah rotasi kerja menjadi rotasi

maju. Hal tersebut dikarenakan rotasi maju memberikan waktu tidur

dan istirahat lebih lama kepada pekerja (LaDou, 1994). Dengan

demikian, pekerja tidak mendapatkan waktu istirahat yang cukup.

Perusahaan juga perlu mengatur waktu libur bagi pekerja shift wanita.

Selama ini, PT. Sandratex menerapkan satu hari libur di setiap

minggunya termasuk pada pekerja shift malam. Menurut Suma’mur

(1999), setiap bekerja pada shift siang atau malam sebaiknya diikuti

dengan paling sedikit 24 jam libur dan tiap shift malam paling sedikit

2 hari libur, sehingga pekerja dapat mengatur kebiasaan tidur.

2. Hubungan antara Faktor Psikologis dengan Kualitas Tidur pada

Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Faktor psikologis dalam penelitian ini meliputi stres emosional.

Hubungan antara faktor psikologis dengan kualitas tidur pekerja shift

wanita di bagian produksi PT. Sandratex akan dijelaskan pada pembahasan

di bawah ini.

a. Hubungan Antara Stres Emosional dengan Kualitas Tidur

Stres emosional merupakan salah satu faktor yang diduga

memiliki hubungan dengan kualitas tidur. Stres sangat erat kaitanya

dengan seberapa besar kemampuan seseorang untuk mengatasi

Page 149: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

132

perubahan dalam hidupnya, baik itu dengan lingkungan keluarga,

lingkungan kerja, maupun lingkungan sosialnya (Stranks, 2005).

Stresor dapat berasal dari lingkungan, pekerjaan, maupun kegiatan

sosial (Stranks, 2005). Selain itu, stresor juga dapat dikelompokkan

menjadi stresor psikososial dan fisik (Gunarsa, 2002). Keseluruhan

stresor tersebut sangat memungkinkan dialami oleh pekerja wanita.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja shift

wanita mengalami stres emosional, yaitu sebanyak 50,8%. Kemudian,

hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk banyak

dialami oleh pekerja shift wanita yang mengalami stres emosional,

yaitu sebanyak 90,6%. Berdasarkan hasil uji statistik juga diketahui

bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara stres emosional

dengan kualitas tidur. Jika dilihat dari hasil uji keeratan hubungan,

diketahui bahwa pekerja shift wanita yang mengalami stres emosional

memiliki risiko 1,432 kali mengalami kualitas tidur yang buruk

dibandingkan dengan pekerja shift wanita yang tidak mengalami stres

emosional.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa stres emosional tidak

mempengaruhi kualitas tidur. Hasil pada penelitian ini tidak sejalan

dengan teori yang ada, dimana stres emosional diketahui dapat

mempengaruhi tidur seseorang. Secara teoritis, stres dapat

mempengaruhi kualitas tidur dikarenakan stres yang dialami akan

membuat seseorang menjadi sulit atau sering terbangun dari tidur atau

bahkan lebih banyak tidur (Potter dan Perry, 2005). Seseorang yang

Page 150: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

133

mengalami stres akan merangsang sistem saraf simpatis untuk

mengeluarkan katekolamin, glukagon, dan hormon kortisol-steroid

yang mempengaruhi SSP dalam meningkatkan rasa gelisah, nafas

cepat, hipertensi, dan ketegangan otot (Suwartika dan Cahyati, 2015).

Kecemasan, sensitif atau marah membuat mental terganggu dan

keseluruhan hal tersebut yang kemudian dapat menimbulkan

gangguan tidur yang serius (Potter dan Perry, 2005).

Wanita yang mengalami stres emosional akan memiliki gangguan

tidur yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini

dikarenakan kemampuan koping dalam mengatasi masalah pada

wanita lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, sehingga wanita

lebih mudah mengalami kecemasan yang dapat menyebabkan

insomnia (Sumirta dan Laraswati, 2014). Permasalahan psikologis

dapat memperburuk kualitas tidur wanita dikarenakan wanita juga

memiliki kecenderungan untuk mengalami mimpi buruk, kesulitan

tidur, dan sering terbangun dibandingkan dengan pria (Sumirta dan

Laraswati, 2014).

Tidak berhubungannya stres emosional dengan kualitas tidur

dapat disebabkan oleh distribusi data kualitas tidur buruk antara

pekerja shift wanita yang mengalami maupun tidak mengalami stres

emosional tidak berbeda signifikan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kualitas tidur yang buruk dialami oleh 90,6% pekerja shift

wanita yang mengalami stres emosional dan 87,1% pekerja yang tidak

mengalami stres emosional. Hal tersebut menunjukkan bahwa

Page 151: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

134

sebagian besar pekerja shift wanita, baik yang mengalami stres

emosional maupun tidak mengalami stres emosional sama-sama

memiliki kualitas tidur yang buruk.

Perbedaan hasil penelitian ini dengan teori juga dapat disebabkan

oleh faktor lain yang lebih dominan dalam mempengaruhi kualitas

tidur yang buruk pada pekerja shift wanita. Peneliti berasumsi bahwa

faktor yang lebih dominan tersebut yaitu faktor kelelahan dan

menopause.

Salah satu stresor fisik atau penyebab stres dari faktor fisik yaitu

adalah kelelahan (Gunarsa, 2002). Namun, hasil penelitian

menunjukkan bahwa pekerja shift wanita yang mengalami stres

emosional sebagian besar tidak mengalami kelelahan. Adapun pekerja

yang mengalami kelelahan hanya berkisar pada kelelahan ringan

hingga sedang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja shift wanita yang

mengalami stres emosional, 59,4% di antaranya tidak mengalami

kelelahan. Kemudian, 35,9% mengalami kelelahan ringan dan hanya

4,7% yang mengalami kelelahan sedang. Tidak ada pekerja shift

wanita dalam penelitian ini yang mengalami kelelahan berat.

Meskipun stres emosional secara teoritis juga dapat menyebabkan

kelelahan (Kodrat, 2011).

Stres yang disertai kelelahan dapat memperburuk kualitas tidur.

Namun, jika pekerja shift wanita mengalami kelelahan ringan hingga

sedang, maka dapat membantu tidur (Agustin, 2012). Kelelahan dapat

Page 152: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

135

membuat seseorang lebih cepat tidur dikarenakan tahap tidur

gelombang lambatnya (NREM) diperpendek (Uliyah dan Hidayat,

2008). Berbeda halnya jika pekerja shift wanita mengalami kelelahan

berat. Kelelahan berat dapat menyebabkan kelelahan yang berlebihan,

sehingga dapat menyebabkan pekerja tersebut menjadi sulit tidur

(Potter dan Perry, 2005). Dengan demikian, meskipun pekerja shift

wanita mengalami stres emosional namun jika tidak mengalami

kelelahan berat maka tidak akan mengganggu kualitas tidur.

Peneliti juga berasumsi bahwa kelelahan yang dialami pekerja

shift wanita didukung oleh faktor menopause. Ketika mengalami

menopause, wanita akan memiliki kecenderungan mengalami

gangguan tidur akibat penurunan hormon estrogen dan progesteron.

Reseptor hormon estrogen dan progesteron terletak pada bagian

tersendiri di hipotalamus, dimana posisi tersebut mempengaruhi irama

sirkadian dan pola tidur secara langsung (Prasadja, 2009). Selain itu,

penurunan kadar estrogen dan progesteron juga menyebabkan wanita

mengalami gangguan tidur seperti insomnia, hipersomnia, dan mimpi

buruk (Gracia dkk., 2011; Sulistiyowati dan Nisa, 2014). Insomnia

yang dialami wanita ketika memasuki masa menopause diketahui

merupakan insomnia yang terberat (Prasadja, 2009).

Ketika mengalami menopause, juga akan muncul gejala-gejala

yang dapat mempengaruhi kualitas tidur. Gejala-gejala tersebut

seperti hot flashes (rasa panas), insomnia, perubahan pada tulang,

perubahan kardiovaskular, gangguan kejiwaan, sulit tidur, keletihan,

Page 153: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

136

dan kekeringan vaginal dll. (Heffner dan Schust, 2006; Muaris, 2004).

Gunarsa (2002) juga menyebutkan bahwa timbulnya ledakan emosi

dan suasana hati (mood) juga kerap muncul pada masa menjelang dan

pada saat menopause. Gangguan psikologis tersebut dapat

memperberat stres emosional yang dialami oleh pekerja shift wanita.

Keseluruhan hal tersebut yang kemudian akan membuat pekerja shift

wanita secara signifikan mengalami gangguan tidur.

Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa 64,1% pekerja shift

wanita yang mengalami stres emosional, belum mengalami

menopause. Hal ini yang kemudian diduga menyebabkan pekerja shift

wanita tidak mengalami gangguan tidur meskipun mengalami stres

emosional. Dengan kata lain, pekerja shift wanita tidak mempunyai

kecenderungan memiliki kualitas tidur yang buruk karena belum

mengalami menopause.

Perlu dilakukan upaya agar tidak terjadi peningkatan prevalensi

atau semakin memburuknya tingkat stres emosional pada pekerja shift

wanita. Terlebih wanita juga diketahui lebih mudah mengalami stres

emosional, sehingga dapat mencegah kualitas tidur yang buruk pada

pekerja shift wanita. Oleh karena itu, peneliti memberikan saran agar

pekerja menghindari stres emosional serta meningkatkan kemampuan

adaptasi dan koping terhadap stres.

Koping merupakan cara berpikir dan bereaksi yang ditujukan

untuk mengatasi beban atau transaksi yang menyakitkan (stresor)

(Tamher dan Noorkasiani, 2009). Seseorang yang melakukan koping

Page 154: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

137

terhadap stres berarti melakukan upaya untuk mengatasi stres yang

dihadapinya. Pada umumnya, ketika mengalami tekanan, maka

seseorang akan beradaptasi atau menanggulagi stresor yang timbul

(Hidayati, 2013). Kemampuan adaptasi yang kemudian membuat

seseorang lebih kuat terhadap tekanan-tekanan yang dapat

menimbulkan stres. Adaptasi dan koping stres yang baik dapat

membuat fikiran dan perasaan menjadi tenang. Fikiran dan perasaan

yang tenang tentu akan memudahkan pekerja untuk memperoleh

istirahat yang baik.

Terdapat dua tipe coping yang dapat menurunkan stres, yakni

problem focused coping dan emotion focused coping. Pekerja shift

wanita dapat menurunkan stres dengan menerapkan kedua tipe koping

stres tersebut. Pekerja harus menghadapi dan menyelesaikan masalah

yang menyebabkan stres emosional. Selain itu, pekerja harus

menghilangkan emosi negatif dalam menyikapi masalah. Menghadapi

masalah dengan berusaha melihat sisi positif dari sebuah masalah

akan membuat fikiran menjadi tenang. Dengan demikian hal tersebut

akan menyelesaikan masalah dan mengubah situasi stres.

Peneliti juga menyarankan agar pekerja berolahraga secara

teratur. Hal ini dikarenakan olahraga berfungsi sebagai psychological

relaxer yang mengalihkan perhatian dari hal-hal yang membuat stres

(Widyarini, 2009). Selain itu, diketahui bahwa olahraga dapat

meningkatkan tidur jika dilakukan selama dua puluh menit per hari

(Rafknowledge, 2004). Pekerja juga dianjurkan untuk melakukan

Page 155: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

138

relaksasi setiap harinya seperti misalnya meditasi, yoga, latihan

pernafasan dalam, tai chi, pemijatan, shalat, atau berdoa (dzikir), dll.

Rileksasi terbukti dapat mencegah stres. Rileksasi dapat mencegah

stres dengan cara menurunkan denyut jantung dan tekanan darah, serta

memberikan rasa tenang (Widyarini, 2009).

3. Hubungan antara Faktor Latihan Fisik dengan Kualitas Tidur pada

Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Faktor latihan fisik dalam penelitian ini meliputi aktivitas fisik.

Hubungan antara faktor latihan fisik dengan kualitas tidur pekerja shift

wanita di bagian produksi PT. Sandratex akan dijelaskan pada pembahasan

di bawah ini.

a. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Kualitas Tidur

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang diduga memiliki

hubungan dengan kualitas tidur. Pada umumnya setiap hari seseorang

akan melakukan aktivitas fisik yang dapat tergolong ke dalam

aktivitas rendah, sedang, maupun berat. Aktivitas fisik mencakup

semua gerakan tubuh, olahraga, pekerjaan, rekreasi, kegiatan sehari-

hari, sampai dengan berlibur atau waktu senggang (Tandra, 2009).

Kegiatan yang termasuk dalam aktivitas fisik yaitu seperti jalan kaki,

bersepeda, berkebun, melakukan pekerjaan rumah, berlari, jogging,

dll. Ketika seseorang melakukan aktivitas fisik, maka akan

melibatkan gerakan otot tubuh dan sistem penunjangnya yang

membutuhkan sejumlah energi (Azis, 2015).

Page 156: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

139

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

memiliki aktivitas fisik yang berat dengan jumlah responden sebanyak

81,0%. Kemudian, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pekerja

shift wanita yang memiliki aktivitas fisik berat sebagian besar

memiliki kualitas tidur yang buruk yaitu sebanyak 89,2%. Selain itu,

diketahui bahwa pekerja shift wanita yang memiliki aktivitas fisik

berat memiliki risiko 1,182 kali mengalami kualitas tidur yang buruk

dibandingkan dengan pekerja shift wanita yang memiliki aktivitas

fisik rendah sedang.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa aktivitas fisik tidak

mempengaruhi kualitas tidur responden. Hasil pada penelitian ini

tidak sejalan dengan teori yang ada, dimana secara teoritis aktivitas

fisik dapat mempengaruhi kualitas tidur. Seseorang yang melakukan

aktivitas fisik dan kemudian mengalami kelelahan akan lebih cepat

tertidur karena tahap tidur gelombang lambat (NREM) diperpendek

(Uliyah dan Hidayat, 2008). Aktivitas fisik sedang hingga rendah akan

memudahkan seseorang untuk mendapatkan tidur yang baik.

Berbeda halnya jika seseorang melakukan aktivitas fisik berat.

Menurut Rafknowledge (2004), aktivitas fisik terutama olahraga yang

dilakukan dan menimbulkan kelelahan yang berlebihan, terlebih jika

dilakukan menjelang waktu tidur akan membuat seseorang sulit tidur

dan tetap terjaga. Aktivitas fisik berat membutuhkan pengeluaran

energi yang besar dan melibatkan kerja otot yang berlebihan.

Peningkatan suhu tubuh dan ketegangan otot membutuhkan waktu

Page 157: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

140

beberapa jam untuk kembali ke keadaan normal, sehingga membuat

pikiran merasa tegang (Azis, 2015).

Tidak berhubungannya aktivitas fisik dengan kualitas tidur dapat

disebabkan oleh distribusi data kualitas tidur buruk antara pekerja shift

wanita yang memiliki aktivitas fisik berat maupun yang memiliki

aktivitas fisik rendah sedang tidak berbeda signifikan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk dialami oleh 89,2%

pekerja shift wanita yang memiliki aktivitas fisik berat dan 87,5%

pekerja shift wanita yang memiliki aktivitas fisik rendah sedang. Hal

tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja shift wanita, baik

yang memiliki aktivitas fisik berat maupun yang memiliki aktivitas

fisik rendah sedang sama-sama memiliki kualitas tidur yang buruk.

Perbedaan hasil penelitian ini dengan teori juga dapat disebabkan

oleh faktor lain yang lebih dominan dalam mempengaruhi kualitas

tidur yang buruk pada pekerja shift wanita. Peneliti berasumsi bahwa

faktor yang lebih dominan tersebut yaitu faktor kelelahan, kebiasaan

makan, dan menopause.

Peneliti berasumsi bahwa tidak adanya hubungan antara aktivitas

fisik dengan kualitas tidur pekerja terjadi dikarenakan aktivitas fisik

yang dilakukan pekerja tidak menyebabkan kelelahan yang

berlebihan, meskipun sebagian besar pekerja masuk ke dalam kategori

memiliki aktivitas fisik berat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebanyak 68,6% pekerja shift wanita yang memiliki aktivitas fisik

berat, tidak mengalami kelelahan. Kemudian, 30,4% mengalami

Page 158: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

141

kelelahan ringan, dan hanya 1,0% yang mengalami kelelahan sedang.

Selain itu, diketahui bahwa tidak ada pekerja shift wanita yang

mengalami kelelahan berat.

Seseorang yang melakukan aktivitas fisik dan kemudian

mengalami kelelahan diketahui akan lebih cepat tertidur. Agustin

(2012) mengungkapkan bahwa kelelahan ringan membuat seseorang

memperoleh tidur yang mengistirahatkan. Hal ini dikarenakan

kelelahan akan mempengaruhi tahapan tidur. Seseorang yang

mengalami kelelahan maka tahap tidur gelombang lambat (NREM)

diperpendek (Uliyah dan Hidayat, 2008). Berbeda halnya dengan

kelelahan berat. Kelelahan berat merupakan kelelahan yang

berlebihan. Kelelahan yang berlebihan dapat membuat pekerja

tersebut menjadi sulit tidur (Potter dan Perry, 2005). Meskipun

memiliki aktivitas fisik yang cenderung berat, namun aktivitas fisik

yang dilakukan tidak menyebabkan kelelahan berat maka tidak

mengganggu tidurnya.

Peneliti juga berasumsi bahwa aktivitas fisik yang dijalankan

merupakan aktivitas fisik yang menyenangkan. Kelelahan menengah,

terutama akibat pekerjaan atau latihan yang menyenangkan dapat

membantu tidur (Agustin, 2012). Sebagian besar pekerja shift wanita

merupakan ibu rumah tangga, aktivitas fisik yang dilakukan selain

bekerja yaitu meliputi pekerjaan rumah tangga yang secara langsung

berinteraksi dengan anak, suami, orang tua, mertua, maupun sanak

saudara. Aktivitas tersebut dapat menjadi aktivitas fisik yang

Page 159: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

142

menyenangkan. Dengan demikian, meskipun memiliki aktivitas fisik

berat namun pekerja shift wanita mengalami kelelahan menengah dan

kelelahan tersebut berasal dari aktivitas fisik yang menyenangkan,

maka tidak mempengaruhi buruknya kualitas tidur.

Pekerja shift wanita yang memiliki aktivitas fisik berat sebagian

besar memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan sebelum tidur.

Sebanyak 81,4% pekerja shift wanita yang memiliki aktivitas fisik

berat, memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan sebelum tidur

setelah pulang bekerja. Terpenuhinya kebutuhan asupan makanan

dapat mempercepat tidur seseorang (Uliyah dan Hidayat, 2008).

Asupan makanan yang adekuat dapat mengembalikan kalori yang

dikeluarkan ketika pekerja shift wanita melakukan aktivitas fisik.

Asupan makanan juga dapat meningkatkan kadar gula dalam darah.

Kadar gula dalam darah akan menghasilkan energi bagi keperluan

melaksanakan pekerjaan (Suma'mur, 2009). Kalori dan kadar gula

menghasilkan energi yang kemudian digunakan untuk beraktivitas

sehingga dapat mencegah kelelahan lebih lanjut. Meskipun memiliki

aktivitas fisik yang berat, namun jika terbiasa mengkonsumsi

makanan dengan asupan yang cukup maka tidak mempengaruhi

kualitas tidur yang buruk pada pekerja shift wanita.

Aktivitas fisik tidak berhubungan dengan kualitas tidur juga

diduga disebabkan oleh faktor menopause. Wanita yang memasuki

masa menopause akan memiliki kecenderungan untuk mengalami

gangguan tidur. Hal tersebut terjadi akibat penurunan hormon

Page 160: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

143

estrogen dan progesteron. Reseptor hormon tersebut berada di

hipotalamus, sehingga mempengaruhi irama sirkadian dan pola tidur

secara langsung (Prasadja, 2009). Selain itu, penurunan kadar

estrogen dan progesteron juga menyebabkan wanita mengalami

gangguan tidur seperti insomnia, hipersomnia, dan mimpi buruk

(Gracia dkk., 2011; Sulistiyowati dan Nisa, 2014).

Ketika memasuki masa menopause, wanita juga akan mengalami

gejala-gejala menopause yang sangat mengganggu kualitas tidurnya.

Gejala-gejala tersebut seperti hot flashes (rasa panas), insomnia,

perubahan pada tulang, perubahan kardiovaskular, gangguan

kejiwaan, sulit tidur, keletihan, dan kekeringan vaginal dll. (Heffner

dan Schust, 2006; Muaris, 2004). Hal ini yang kemudian akan

membuat pekerja shift wanita secara signifikan mengalami perubahan

pola tidur. Insomnia yang dialami wanita ketika memasuki masa

menopause juga diketahui merupakan insomnia yang terberat

(Prasadja, 2009). Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebanyak 63,7% pekerja shift wanita yang memiliki aktivitas fisik

berat, belum mengalami menopause. Hal ini yang kemudian diduga

menyebabkan pekerja shift wanita tidak mengalami gangguan tidur

meskipun memiliki aktivitas fisik berat. Pekerja shift wanita tidak

mempunyai kecenderungan memiliki kualitas tidur yang buruk karena

belum mengalami menopause.

Aktivitas fisik yang berat sangat berisiko menyebabkan kelelahan

yang berlebihan. Kelelahan yang berlebihan tersebut yang kemudian

Page 161: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

144

akan mengganggu tidur. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya agar

aktivitas fisik yang dijalani tersebut tidak menyebabkan kelelahan

berlebihan.

Agar kualitas tidur pekerja dapat ditingkatkan, maka peneliti

memberikan saran kepada pekerja agar segera beristirahat dan tidur

yang cukup setelah pulang bekerja terutama setelah bekerja pada shift

malam. Hindari melakukan aktivitas fisik lain setelah pulang bekerja.

Istirahat dan tidur yang cukup akan mengembalikan stamina tubuh ke

dalam kondisi yang optimal, karena dalam keadaan istirahat dan tidur

tubuh akan melakukan proses pemulihan (Asmadi, 2008). Dengan

demikian, ketika bangun maka tubuh akan siap untuk menjalankan

aktivitas.

Peneliti juga menyarankan agar pekerja melakukan olahraga

secara teratur. Olahraga diketahui dapat mempertinggi pengeluaran

hormon pertumbuhan nokturnal, meredakan dengkuran dan keluhan

tidur apnea obstruktif (Rafknowledge, 2004). Selain itu, dengan

berolahraga maka akan menimbulkan rasa santai dan relaks dari

ketegangan otot dan aktivasi saraf simpatis yang terjadi akibat

peningkatan kecemasan atau stres yang menyebabkan gangguan tidur

(Suastari dkk., 2014). Namun, durasi atau lama olahraga perlu

diperhatikan. Olahraga dapat meningkatkan tidur jika dilakukan

selama dua puluh menit per hari (Rafknowledge, 2004).

Page 162: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

145

4. Hubungan antara Faktor Konsumsi dengan Kualitas Tidur pada

Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Faktor konsumsi dalam penelitian ini meliputi kebiasaan makan dan

asupan obat-obatan. Hubungan antara faktor konsumsi dengan kualitas

tidur pekerja shift wanita di bagian produksi PT. Sandratex akan dijelaskan

pada pembahasan di bawah ini.

a. Hubungan antara Kebiasaan Makan dengan Kualitas Tidur

Kebiasaan makan merupakan salah satu faktor yang diduga

memiliki hubungan dengan kualitas tidur. Kebiasaan makan yang

diteliti merupakan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang dilakukan

sebelum tidur setelah pulang bekerja. Makanan yang dikonsumsi

pekerja shift wanita sebelum tidur setelah pulang bekerja diketahui

dapat membantu atau bahkan mempersulit tidur. Terpenuhinya

kebutuhan asupan makanan dapat mempercepat tidur, namun jika

asupanya tidak adekuat maka dapat menyebabkan seseorang menjadi

sulit tidur (Uliyah dan Hidayat, 2008).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja shift wanita yang

memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan yaitu sebanyak 79,4%.

Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pekerja shift wanita

memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan sebelum tidur setelah

pulang bekerja. Selain itu, diketahui bahwa sebagian besar pekerja

shift wanita memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan yang

mengandung karbohidrat tinggi seperti nasi, roti gandum, ubi jalar,

talas, biskuit, sereal, mie basah, kentang, jagung, dll. sebelum tidur

Page 163: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

146

setelah pulang bekerja. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

pekerja shift wanita memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan

sebelum tidur dan asupan makanan yang dikonsumsinya merupakan

asupan makanan yang adekuat.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kualitas tidur yang

buruk lebih banyak dialami oleh pekerja shift wanita yang yang

memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan dengan persentase

sebesar 88,0%. Berdasarkan hasil uji statistik juga diketahui bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan makan dengan

kualitas tidur. Selain itu, diketahui bahwa pekerja shift wanita yang

memiliki kebiasaan tidak mengkonsumsi makanan memiliki risiko

1,636 kali mengalami kualitas tidur yang buruk dibandingkan dengan

pekerja shift wanita yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi

makanan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan makan tidak

mempengaruhi kualitas tidur. Hasil pada penelitian ini tidak sejalan

dengan teori yang ada, dimana secara teoritis kebiasaan makan dapat

mempengaruhi kualitas tidur. Menurut Uliyah dan Hidayat (2008),

terpenuhinya kebutuhan asupan makanan dapat mempercepat tidur

dan sebaliknya jika kebutuhan akan asupan makanan tidak adekuat

maka dapat menyebabkan seseorang menjadi sulit tidur. Asupan

makanan yang adekuat akan menyuplai kadar gula darah dalam tubuh.

Penurunan kadar gula darah dapat menyebabkan seseorang kesulitan

tidur di malam hari (Rafknowledge, 2004).

Page 164: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

147

Tidak berhubungannya kebiasaan makan dengan kualitas tidur

dapat disebabkan oleh distribusi data kualitas tidur buruk antara

pekerja shift wanita yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi maupun

yang memiliki kebiasaan tidak mengkonsumsi makanan tidak berbeda

signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas tidur yang

buruk dialami oleh 92,3% pekerja yang memiliki kebiasaan tidak

mengkonsumsi makanan dan 88,0% pekerja yang memiliki kebiasaan

mengkonsumsi makanan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian

besar pekerja shift wanita, baik yang memiliki kebiasaan

mengkonsumsi maupun tidak mengkonsumsi makanan sama-sama

memiliki kualitas tidur yang buruk.

Perbedaan hasil penelitian ini dengan teori juga dapat disebabkan

oleh faktor lain yang lebih dominan dalam mempengaruhi kualitas

tidur yang buruk pada pekerja shift wanita. Peneliti berasumsi bahwa

faktor yang lebih dominan tersebut yaitu faktor kelelahan dan jenis

shift kerja.

Pekerja shift wanita yang memiliki kebiasaan tidak

mengkonsumsi makanan, 61,5% diantaranya tidak mengalami

kelelahan. Selain itu, 30,8% lainnya mengalami kelelahan ringan dan

hanya 7,7% yang mengalami kelelahan sedang. Tidak ada pekerja

shift wanita yang mengalami kelelahan berat. Berdasarkan studi

literatur yang telah dilakukan sebelumnya, diketahui bahwa asupan

makanan dapat meningkatkan kadar gula darah. Kadar gula dalam

darah dibutuhkan pekerja sebagai bahan bakar untuk menghasilkan

Page 165: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

148

energi bagi keperluan melaksanakan pekerjaan (Suma'mur, 2009).

Energi tersebut akan menjadi sumber tenaga untuk melakukan

aktivitas sehingga akan mencegah maupun mengurangi kelelahan

yang berlebihan.

Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja yang memiliki

kebiasaan tidak mengkonsumsi makanan tidak mengalami kelelahan

atau hanya mengalami kelelahan ringan dan sedang. Secara teoritis,

kelelahan menengah dapat membantu tidur sehingga pekerja akan

memperoleh tidur yang mengistirahatkan (Agustin, 2012). Kelelahan

dapat membuat seseorang lebih cepat tidur dikarenakan tahap tidur

gelombang lambatnya (NREM) diperpendek (Uliyah dan Hidayat,

2008). Meskipun pekerja memiliki kebiasaan tidak mengkonsumsi

makanan sebelum tidur setelah pulang bekerja, namun jika pekerja

shift wanita mengalami kelelahan ringan maka dapat membantu

tidurnya. Berbeda halnya jika pekerja shift wanita mengalami

kelelahan berat. Hal ini dikarenakan kerja yang meletihkan atau penuh

stres dapat menyebabkan seseorang mengalami kelelahan yang

berlebihan sehingga membuat pekerja tersebut menjadi sulit tidur

(Potter dan Perry, 2005). Dengan demikian, meskipun memiliki

kebiasaan tidak mengkonsumsi makanan, namun jika pekerja shift

wanita tidak mengalami kelelahan yang berlebihan maka tidak

mengganggu tidurnya.

Faktor kelelahan juga didukung oleh faktor jenis shift kerja. Shift

kerja dapat memberikan pengaruh terhadap kebiasaan mengkonsumsi

Page 166: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

149

makan. Pekerja yang bekerja secara shift pada umumnya dapat

mengalami penurunan nafsu makan dan gangguan pencernaan

(Saftarina dan Hasanah, 2014). Jenis shift kerja yang dapat

mempengaruhi kebiasaan makan yaitu adalah shift malam. Jenis shift

kerja tersebut akan mempengaruhi kebiasaan mengkonsumsi

makanan dan menyebabkan gangguan pada pencernaan.

Pada saat malam hari, tubuh memberikan sinyal untuk segera

tidur. Pada saat yang sama pula, tubuh akan mengalami penurunan

dan perlambatan metabolisme tubuh (Prasadja, 2009). Bekerja pada

shift malam memaksa tubuh untuk meningkatkan kinerja organ

termasuk organ pencernaan untuk tetap bekerja, sedangkan secara

fisiologis pada waktu tersebut organ sudah mengalami penurunan

kinerja. Namun, hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja yang

memiliki kebiasaan tidak mengkonsumsi makanan sebagian besar

bekerja pada shift pagi dan siang dengan persentase sebesar 34,6% dan

38,5%. Dengan demikian, meskipun tidak mengkonsumsi makanan

namun tidak bekerja pada shift malam, maka tidak terjadi perubahan

kebiasaan makan, sehingga kualitas tidur juga tidak akan terganggu.

Kebiasaan makan sangat penting untuk diperhatikan. hal ini

dikarenakan asupan makanan juga merupakan kebutuhan fisiologis

yang wajib terpenuhi setiap harinya. Agar kebiasaan makan tidak

menyebabkan kualitas tidur yang buruk pada pekerja shift wanita,

maka peneliti memberikan saran kepada perusahaan agar perusahaan

Page 167: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

150

memberikan makanan dan minuman yang bergizi kepada pekerja

wanita terutama yang bekerja pada shift malam.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 yang

mengatur tentang kewajiban memberikan makanan dan minuman

yang bergizi jika mempekerjakan pekerja/buruh wanita antara pukul

23.00 sampai dengan pukul 07.00. KEP.102/MEN/VI/2004 juga

mengatur mengenai pemberian makanan dan minuman yang

sekurang-kurangnya 1.400 kalori apabila kerja lembur dilakukan

selama tiga jam atau lebih dan pemberian makan dan minum tersebut

tidak dapat digantikan dengan uang. Dengan demikian, pekerja

terjamin asupan makanan selama ia bekerja, sehingga dapat menjaga

kadar gula darah serta energi yang dibutuhkan untuk aktivitas

pekerjaan. Selain itu, perusahaan juga perlu memberikan pengetahuan

kepada pekerja mengenai asupan gizi yang baik dan sesuai dengan

kebutuhan pekerja shift wanita, agar mereka dapat mengatur pola

makan yang baik dalam kesehariannya.

b. Hubungan antara Asupan Obat-Obatan dengan Kualitas Tidur

Asupan obat-obatan merupakan salah satu faktor yang diduga

memiliki hubungan dengan kualitas tidur. Banyak obat resep atau obat

bebas yang diketahui dapat menimbulkan rasa kantuk sebagai efek

sampingnya. Obat tersebut dikonsumsi untuk mengatasi kesulitan

tidur. Selain itu, obat juga dikonsumsi dengan tujuan untuk mengobati

penyakit tertentu. Namun, diketahui bahwa terdapat beberapa obat

yang dapat menimbulkan rasa kantuk yang tidak tertahankan atau

Page 168: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

151

bahkan kesulitan tidur. Jika obat-obatan tersebut dikonsumsi terus

menerus, tentu dapat mengubah pola tidur secara permanen.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja shift wanita yang

tidak mengkonsumsi obat-obatan yaitu sebanyak 80,2%. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pekerja shift

wanita tidak mengkonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi tidur.

Kemudian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja shift

wanita yang mengkonsumsi obat-obatan, seluruhnya (100%)

memiliki kualitas tidur yang buruk. Hal ini menunjukkan bahwa obat-

obatan yang dikonsumsi pekerja shift wanita menyebabkan pekerja

shift wanita mengalami kesulitan tidur atau menjadi sering

mengantuk.

Hasil analisis menunjukkan bahwa sebanyak 6,3% pekerja shift

wanita sedang mengkonsumsi obat-obatan yang memberikan efek

samping rasa kantuk dan sebanyak 1,6% lainnya sedang

mengkonsumsi obat-obatan yang memberikan efek samping kesulitan

tidur. Kemudian, diketahui bahwa sebanyak 15,9% pekerja shift

wanita mengkonsumsi obat tidur untuk membantu tidur (baik resep

mau pun dari toko). Dari 15,9% pekerja shift wanita yang

mengkonsumsi obat tidur tersebut, diketahui bahwa 9,5% di antaranya

mengkonsumsi obat tersebut 1 kali seminggu; 5,6% mengkonsumsi 2

kali seminggu; dan 0,8% mengkonsumsi lebih dari sama dengan 3 kali

seminggu.

Page 169: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

152

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan

yang signifikan antara obat-obatan dengan kualitas tidur responden.

Namun, nilai OR pada variabel ini tidak dapat diketahui dikarenakan

terdapat distribusi angka 0 pada kategori responden yang

mengkonsumsi obat-obatan dan memiliki kualitas tidur baik. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa asupan obat-obatan

mempengaruhi kualitas tidur responden.

Hasil pada penelitian ini diketahui tidak sejalan dengan teori yang

ada, dimana secara teoritis diketahui bahwa obat-obatan dapat

mempengaruhi tidur. Gangguan tidur disebabkan oleh obat-obatan

yang dapat mengurangi tidur REM dan membuat seseorang menjadi

lebih sulit tertidur (Gracia dkk., 2011). Beberapa jenis obat dapat

mengganggu fisiologi tidur, misalnya analgetika (yang mengandung

kofein), anoreksansia, glukokortikoida, agonis dopamin, beta-

blockers, dan beberapa obat psikotropik (fluoksetin, risperidon,

sindrom penarikan benzodiazepin) (Tjay dan Rahardja, 2007). Jenis

obat lain yang juga dapat mempengaruhi proses tidur yaitu jenis

diuretik yang dapat menyebabkan insomnia; antidepresan yang dapat

menekan REM; kafein yang dapat meningkatkan saraf simpatis

sehingga menyebabkan kesulitan untuk tidur; golongan beta bloker

yang dapat berefek pada timbulnya insomnia; dan golongan narkotik

yang dapat menekan REM sehingga mudah mengantuk (Uliyah dan

Hidayat, 2008).

Page 170: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

153

Seseorang pada umumnya mengkonsumsi obat tidur untuk

membantu mempermudah tidurnya. Hal ini biasa dilakukan oleh

orang yang mengalami kesulitan tidur. Obat tidur bekerja untuk

memberikan rangsangan rasa kantuk agar yang mengkonsumsinya

dapat tertidur. Obat tidur pada umumnya menekan fase 3 dan 4 dari

SWS serta tidur REM sehingga sekresi growth hormone menurun

(Tjay dan Rahardja, 2007). Sekresi growth hormone atau hormon

pertumbuhan terjadi sewaktu tidur yaitu pada fase 3 dan 4 SWS dan

tidur REM, dimana hormon tersebut berfungsi penting sekali bagi

pertumbuhan tubuh, sintesa protein, dan stimulasi reabsorpsi asam

amino oleh jaringan (Tjay dan Rahardja, 2007).

Tidak berhubungannya asupan obat-obatan dengan kualitas tidur

dapat disebabkan oleh distribusi data kualitas tidur buruk antara

pekerja shift wanita yang mengkonsumsi maupun yang tidak

mengkonsumsi obat-obatan tidak berbeda signifikan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk dialami oleh 100%

pekerja yang mengkonsumsi obat-obatan dan 86,1% pekerja yang

tidak mengkonsumsi obat-obatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa

sebagian besar pekerja shift wanita, baik yang mengkonsumsi maupun

tidak mengkonsumsi obat-obatan sama-sama memiliki kualitas tidur

yang buruk.

Perbedaan hasil penelitian ini dengan teori juga dapat disebabkan

oleh faktor lain yang lebih dominan dalam mempengaruhi kualitas

Page 171: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

154

tidur yang buruk pada pekerja shift wanita. Peneliti berasumsi bahwa

faktor yang lebih dominan tersebut yaitu faktor menopause.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja shift wanita yang

mengkonsumsi obat-obatan sebagian besar belum mengalami

menopause. Kencederungan akan kualitas tidur yang buruk

disebabkan oleh penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron,

serta gangguan akibat gejala yang muncul ketika masa menopause.

Reseptor hormon estrogen dan progesteron diketahui terletak

pada bagian tersendiri di hipotalamus, dimana posisi tersebut

mempengaruhi irama sirkadian dan pola tidur secara langsung

(Prasadja, 2009). Selain itu, gangguan pola tidur seperti insomnia,

hipersomnia, dan mimpi buruk akan terjadi seiring dengan penurunan

kadar estrogen dan progesteron (Gracia dkk., 2011; Sulistiyowati dan

Nisa, 2014). Gangguan tidur yang umum terjadi ketika memasuki

masa menopause adalah insomnia. Insomnia yang dialami wanita

ketika memasuki masa menopause merupakan insomnia yang terberat

(Prasadja, 2009).

Gejala-gejala yang muncul akibat penurunan hormon juga dapat

memperburuk kualitas tidur wanita. Gejala-gejala tersebut seperti hot

flashes (rasa panas), insomnia, perubahan pada tulang, perubahan

kardiovaskular, gangguan kejiwaan, sulit tidur, keletihan, dan

kekeringan vaginal dll. (Heffner dan Schust, 2006; Muaris, 2004).

Pekerja shift wanita yang mengkonsumsi obat-obatan sebagian

besar belum mengalami menopause dengan persentase sebesar 56,0%.

Page 172: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

155

Hal tersebut yang kemudian diduga menyebabkan tidak

berhubunganya asupan obat-obatan dengan kualitas tidur yang buruk.

Meskipun mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi

kualitas tidur, namun jika pekerja shift wanita belum mengalami

menopause, maka ia tidak mengalami kualitas tidur buruk.

Obat-obatan yang memiliki efek terhadap tidur dan jika rutin

dikonsumsi oleh pekerja shift wanita tanpa dosis yang tepat maka

dapat menimbulkan permasalahan terhadap kualitas tidurnya. Oleh

karena itu, peneliti memberikan saran kepada pekerja agar tidak

mengkonsumsi obat tidur.

Menurut Colligan dan Rosa (1997), konsumsi obat tidur lebih dari

satu atau dua kali seminggu tidak dianjurkan. Hal ini dikarenakan

konsumsi obat tidur akan memberikan efek yang berlangsung lama,

dimana orang yang mengkonsumsinya akan terus merasakan kantuk

bahkan setelah terbangun dari tidur (Amran dkk., 2010). Dosis obat

tidur yang lebih besar juga akan menyebabkan kantuk, bicara

sempoyongan, dan lebih jauh lagi dapat menyebabkan koma hingga

kematian (Martono dan Joewana, 2006). Jika obat tidur dikonsumsi

terus-menerus dalam jangka waktu yang lama tentu akan merubah

pola tidur dan menimbulkan gangguan tidur permanen.

Peneliti juga memberikan saran kepada pekerja agar tidak

mengkonsumsi obat-obatan di luar resep maupun anjuran dokter.

Menurut Thay dan Rahardja (2007), efek obat antara satu orang

dengan orang lainnya berbeda dipengaruhi oleh faktor individual.

Page 173: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

156

Faktor tersebut yang kemudian memberikan efek atau respon yang

berbeda sesuai dengan kepekaan masing-masing orang terhadap obat

tersebut. Inilah yang kemudian menyebabkan dosis obat antara satu

orang dengan orang lainnya tidak dapat memberikan efek yang sama.

Konsumsi obat dengan dosis yang besar juga diketahui akan

menyebabkan ketergantungan (Prijosaksono dan Sembel, 2002). Oleh

karena itu, konsumsi obat sesuai dengan resep dokter sangat penting

karena bertujuan agar obat memberikan efek dengan dosis yang sesuai

dan mencegah ketergantungan, mencegah peningkatan dosis serta

agar sesuainya efek obat yang ditimbulkan dengan yang diharapkan.

5. Hubungan antara Faktor Fisiologis dengan Kualitas Tidur pada

Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016

Faktor fisiologis dalam penelitian ini meliputi penyakit fisik,

hipersomnia, sindrom pramenstruasi, menopause, dan kelelahan.

Hubungan antara faktor fisiologis dengan kualitas tidur pekerja shift

wanita di bagian produksi PT. Sandratex akan dijelaskan pada pembahasan

di bawah ini.

a. Hubungan antara Penyakit Fisik dengan Kualitas Tidur

Penyakit fisik merupakan salah satu faktor yang diduga memiliki

hubungan dengan kualitas tidur. Terdapat beberapa penyakit yang

dapat meningkatkan atau bahkan mengurangi kebutuhan tidur

seseorang. Orang yang sedang sakit akan membutuhkan waktu

istirahat dan tidur yang lebih banyak dikarenakan tubuhya sedang

Page 174: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

157

bekerja keras untuk menyediakan energi agar dapat segera pulih,

namun banyak aspek penyakit yang juga dapat membuat seseorang

menjadi sulit dalam memenuhi kebutuhan tidur dan istirahat (Nurlela

dkk., 2009).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja shift wanita yang

memiliki penyakit fisik yaitu sebanyak 75,4%. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pekerja shift wanita

memiliki penyakit fisik. Kemudian, hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk banyak dialami oleh

pekerja shift wanita yang memiliki penyakit fisik, yaitu sebanyak

92,6%. Hasil uji statistik juga menunjukkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara penyakit fisik dengan kualitas tidur. Jika dilihat

dari hasil uji keeratan hubungan, diketahui bahwa pekerja shift wanita

yang memiliki penyakit fisik memiliki risiko 3,667 kali mengalami

kualitas tidur yang buruk dibandingkan dengan pekerja shift wanita

yang tidak memiliki penyakit fisik.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa penyakit fisik

mempengaruhi kualitas tidur responden. Dengan demikian, hasil pada

penelitian ini sejalan dengan teori yang ada. Secara teoritis, penyakit

fisik mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Lanywati (2001)

menyebutkan bahwa penyakit akan mengganggu fungsi organ tubuh

dan dapat menyebabkan seseorang menjadi sulit untuk memulai tidur

(initial insomnia). Penyakit fisik pada umumnya akan menimbulkan

gangguan tidur akibat keluhan kesehatan yang ditimbulkannya.

Page 175: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

158

Keluhan yang ditimbulkan penyakit tersebut berbeda-beda, seperti

nyeri, sesak nafas, batuk, ketidaknyamanan, mual, muntah, cemas,

depresi, dll. (Nurlela dkk., 2009; Potter dan Perry, 2005; Bukit, 2005).

Diketahui bahwa keseluruhan keluhan yang ditimbulkan tersebut

dapat mempengaruhi tidur. Keluhan tersebut dapat membuat

seseorang menjadi sulit tidur atau sering terbangun.

Pada penelitian ini diketahui terdapat beberapa gejala atau

keluhan yang mengganggu tidur pekerja shift wanita. Sebanyak 22,2%

memiliki penyakit yang membuat sangat mudah atau sulit tidur;

38,1% sulit tidur akibat merasa nyeri pada bagian tubuh tertentu;

50,0% sering terbangun di tengah malam akibat ingin buang air kecil;

dan 9,5% merasa tidak dapat bernafas dengan nyaman saat tidur.

Keluhan penyakit tersebut yang kemudian diduga menyebabkan

gangguan tidur pada pekerja shift wanita.

Rasa nyeri diketahui dapat mengganggu kualitas tidur

dikarenakan akan membuat seseorang menjadi tidak nyaman (Nurlela

dkk., 2009). Selain itu, gangguan pernafasan juga akan menyebabkan

gangguan tidur akibat perubahan irama pernafasan, dan pada

seseorang yang pilek akan mengalami kongesti nasal, drainase sinus,

dan sakit tenggorok (Potter dan Perry, 2005). Bukit (2005) juga

mengungkapkan bahwa penyebab utama gangguan tidur pada tingkat

gangguan yang tinggi adalah nyeri, sesak nafas, dan batuk. Beberapa

penyakit yang menimbulkan gangguan tidur yaitu seperti gagal

jantung, penyakit pernafasan, diabetes mellitus tipe 2, diare, infeksi

Page 176: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

159

pernafasan, limpa, pencernaan, dispepsia, serangan angina, MCI,

kanker, dll.

Menurut Occupational Health Clinics for Ontario Workers Inc

(2005) dalam Agustin (2012), keluhan kesehatan yang biasa terjadi

pada pekerja shift ialah gangguan sistem pencernaan (nyeri peru,

konstipasi, diare, dan kehilangan nafsu makan), kelelahan, insomnia,

stres, dan gangguan pola tidur. Secara teoritis, pekerja wanita yang

bekerja pada shift malam juga berisiko mengalami penyakit kanker

payudara akibat produksi hormon melatonin yang menjadi tidak

sesuai (Agustin, 2012).

Penyakit kanker payudara memiliki gejala seperti timbul rasa

sakit atau nyeri pada payudara, benjolan yang semakin membesar,

perubahan bentuk dan pembengkakan payudara, timbul luka pada

puting, kulit payudara menjadi keriput, dan keluar cairan atau darah

dari puting (Mardiana, 2009). Gejala atau keluhan kesehatan yang

dialami tersebut yang kemudian mengganggu tidur. Namun, pada

penelitian ini tidak dikaji penyakit apa saja yang dialami pekerja shift

wanita, sehingga tidak dapat dilakukan analisis selanjutnya.

Gangguan tidur yang dialami pekerja akan semakin buruk

terlebih jika penyakit tidak ditangani dan diatasi dengan baik.

Gangguan tidur akan meningkat seiring dengan keluhan penyakit

yang semakin memburuk. Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan

yang tepat agar dapat mencegah dan mengobati penyakit yang

dirasakan. Peneliti memberikan saran agar perusahaan melakukan

Page 177: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

160

pemeriksaan kesehatan secara berkala kepada pekerja shift wanita,

sehingga dapat diketahui penyakit apa saja yang diderita pekerja

terutama penyakit yang dapat mengganggu pekerja shift wanita.

Dengan demikian, dapat dilakukan penanganan yang tepat terhadap

penyakit yang dirasakan. Selain itu, juga dapat ditentukan upaya

pelayanan kesehatan yang lebih komprehensif sesuai dengan penyakit

yang diderita pekerja shift wanita.

Peneliti juga memberikan saran kepada perusahaan agar

melakukan upaya pelayanan kesehatan kerja secara komprehensif. PT.

Sandratex diketahui belum melaksanakan upaya pelayanan kesehatan

kerja di perusahaan. Permenaker No. 03 tahun 1982 menyebutkan

bahwa perusahaan wajib memberikan pelayanan kesehatan kerja

kepada semua tenaga kerjanya yang meliputi upaya preventif,

promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Kemudian, dalam

KEP.22/DJPPK/V/2008 menyebutkan bahwa perusahaan dapat

menyelenggarakan sendiri pelayanan kesehatan kerjanya dalam

bentuk klinik atau rumah sakit perusahaan, atau juga dapat

bekerjasama dengan pihak di luar perusahaan seperti rumah sakit,

puskesmas, poliklinik, balai pengobatan, Perusahaan Jasa K3 (PJK3)

bidang kesehatan kerja, dan pelayanan kesehatan lainnya yang telah

memiliki perijinan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pelaksanaan

upaya pelayanan kesehatan yang komprehensif di tempat kerja dapat

mengatasi penyakit yang dialami pekerja, sehingga dapat mencegah

Page 178: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

161

penyakit, mengurangi gejala atau keluhan kesehatan, serta mencegah

komplikasi lebih lanjut.

b. Hubungan antara Hipersomnia dengan Kualitas Tidur

Hipersomnia merupakan salah satu faktor yang diduga memiliki

hubungan dengan kualitas tidur. Hipersomnia atau yang biasa dikenal

dengan istilah EDS (Excessive Daytime Sleepiness) merupakan

keadaan dimana seseorang mengantuk di siang hari pada beberapa

situasi yang bersifat subjektif (Rachmawati, 2013).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja shift wanita yang

tidak mengalami hipersomnia yaitu sebanyak 72,2%. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pekerja shift

wanita tidak mengalami hipersomnia. Kemudian hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk sebagian besar dialami

oleh pekerja shift wanita yang tidak mengalami hipersomnia dengan

persentase 90,1%. Berdasarkan hasil uji statistik juga diketahui bahwa

tidak ada hubungan yang signifikan antara hipersomnia dengan

kualitas tidur. Selain itu, diketahui bahwa pekerja shift wanita yang

mengalami hipersomnia dapat mencegah kualitas tidur yang buruk

sebesar 0,659 kali dibandingkan dengan pekerja shift wanita yang

tidak mengalami hipersomnia.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa hipersomnia tidak

mempengaruhi kualitas tidur pekerja shift wanita. Hasil pada

penelitian ini tidak sejalan dengan teori, dimana secara teoritis

menyebutkan bahwa gangguan tidur ini merupakan salah satu gejala

Page 179: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

162

yang paling sering berhubungan dengan tidur (Rachmawati, 2013).

Hipersomnia membuat penderitanya tidak mampu mempertahankan

keadaan siaga selama periode terjaga (Slater dan Steier, 2012).

Meskipun penderitanya mendapatkan tidur dengan waktu tidur yang

lebih lama, namun selalu merasa lesu dan letih sepanjang hari

(Apriadji, 2007).

Menurut Prasadja (2009), hipersomnia terjadi disebabkan oleh

buruknya kualitas tidur akibat gangguan tidur yang diderita seperti

insomnia, sindrom tungkai gelisah, dan sleep apnea. Namun,

penyebab yang paling sering dari hipersomnia yaitu tidur yang tidak

adekuat yang terjadi secara kronik (Rachmawati, 2013). Selain

disebabkan oleh kualitas tidur yang buruk, hipersomnia juga dapat

menyebabkan kualitas tidur yang buruk. Hal ini dikarenakan

ketidakmampuan mempertahankan keadaan siaga selama proses

terjaga akan merubah pola tidur. Jika berlangsung terus-menerus,

maka perubahan pola tidur tersebut akan menimbulkan gangguan

tidur secara permanen.

Tidak berhubungannya hipersomnia dengan kualitas tidur dapat

disebabkan oleh distribusi data kualitas tidur buruk antara pekerja shift

wanita yang mengalami maupun tidak mengalami hipersomnia tidak

berbeda signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas

tidur yang buruk dialami oleh 85,7% pekerja yang mengalami

hipersomnia dan 90,1% pekerja yang tidak mengalami hipersomnia.

Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja shift wanita,

Page 180: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

163

baik yang mengalami maupun tidak mengalami hipersomnia sama-

sama memiliki kualitas tidur yang buruk.

Perbedaan hasil penelitian ini dengan teori juga dapat disebabkan

oleh faktor lain yang lebih dominan dalam mempengaruhi kualitas

tidur yang buruk pada pekerja shift wanita. Peneliti berasumsi bahwa

faktor yang lebih dominan tersebut yaitu faktor jenis shift kerja dan

menopause.

Hipersomnia diketahui berkaitan erat dengan gaya hidup

seseorang. Gaya hidup yang dapat menyebabkan seseorang

mengalami hipersomnia salah satunya yaitu shift kerja (Prasadja,

2009). Shift kerja dapat mengubah pola tidur, sehingga tidur yang

didapatkan pekerja menjadi tidak adekuat. Shift kerja yang umumnya

berisiko menyebabkan gangguan tidur yaitu adalah shift malam.

Bekerja pada shift malam membuat pekerja mengalami pergeseran

pola tidur. Pada penderita hipersomnia, hal ini tentu dapat

menimbulkan pergeseran waktu istirahat, sehingga akan

memperburuk hipersomnia yang dialami.

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja shift wanita

yang mengalami hipersomnia sebagian besar tidak bekerja pada shift

malam. Pekerja shift wanita yang bekerja pada shift malam dan

mengalami hipersomnia yaitu sebanyak 34,3%, sementara 40,0%

lainnya bekerja pada shift pagi dan 25,7% pada shift siang. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa pekerja shift wanita yang

mengalami hipersomnia sebagian besar tidak bekerja pada shift

Page 181: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

164

malam yang berisiko menyebabkan gangguan tidur. Hal tersebut yang

kemudian diduga menyebabkan hipersomnia tidak mempengaruhi

kualitas tidur pekerja.

Jenis shift kerja yang dialami pekerja shift wanita juga didukung

oleh faktor menopause. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerja

shift wanita yang mengalami hipersomnia sebagian besar belum

mengalami menopause dengan persentase sebesar 62,9%.

Hipersomnia diketahui erat kaitannya dengan menopause. Hal ini

dikarenakan hipersomnia dan menopause terjadi ketika wanita

mengalami penurunan kadar estrogen dan progesteron (Gracia dkk.,

2011). Dengan demikian, hipersomnia yang disertai dengan

menopause akan meningkatkan keluhan tidur akibat gejala yang

ditimbulkan dari menopause dirasakan bersamaan dengan gangguan

tidur hipersomnia.

Wanita yang sudah mengalami menopause akan memiliki

kecenderungan mengalami gangguan tidur akibat penurunan hormon

estrogen dan progesteron. Irama sirkadian dan pola tidur secara

langsung akan terpengaruh akibat posisi reseptor hormon estrogen dan

progesteron yang terletak pada bagian tersendiri di hipotalamus

(Prasadja, 2009). Selain itu, insomnia yang dialami wanita ketika

memasuki masa menopause juga diketahui merupakan insomnia yang

terberat (Prasadja, 2009).

Gangguan tidur juga akan semakin diperparah dengan munculnya

gejala-gejala menopause. Gejala-gejala tersebut seperti hot flashes

Page 182: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

165

(rasa panas), insomnia, perubahan pada tulang, perubahan

kardiovaskular, gangguan kejiwaan, sulit tidur, keletihan, dan

kekeringan vaginal dll. (Heffner dan Schust, 2006; Muaris, 2004). Hal

ini yang kemudian membuat pekerja shift wanita secara signifikan

mengalami perubahan pola tidur. Namun, dikarenakan hasil pada

penelitian ini menunjukkan bahwa pekerja shift wanita yang

mengalami hipersomnia sebagian besar belum mengalami

menopause, maka hal ini yang kemudian diduga menyebabkan wanita

tidak memiliki kecenderungan mengalami kualitas tidur yang buruk.

Hipersomnia bersifat kronis, yang artinya membutuhkan waktu

yang lama dengan paparan determinan yang terus berulang. Perlu

dilakukan upaya agar jumlah penderitanya tidak terus mengalami

peningkatan dan agar tidak memberikan dampak terhadap buruknya

kualitas tidur pada pekerja shift wanita. Oleh karena itu, peneliti

memberikan saran kepada pekerja agar tidak mengkonsumsi kafein

pada saat tubuh merasa kantuk dan sebelum tidur.

Pada umumnya, kafein dapat ditemukan dalam minuman kopi

atau coke, dan sejumlah kecil cokelat dan teh (Rafknowledge, 2004).

Konsumsi kafein dapat meningkatkan kewaspadaan dan membuat

seseorang tetap terjaga ketika melakukan aktivitas atau pekerjaan.

Konsumsi kafein > 250 mg dapat menyebabkan sindrom intoksikasi

seperti gejala cemas, tegang, diuresis, takikardia, agitasi, dan

insomnia (Sumirta dan Laraswati, 2014). Hal ini disebabkan oleh

Page 183: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

166

kinerja kafein yang dapat meningkatkan pengeluaran norepinefrin,

epinefrin, dopamine, dan serotonin (Sumirta dan Laraswati, 2014).

Konsumsi kafein pada saat tubuh merasa kantuk dan dikonsumsi

sebelum tidur akan meningkatkan keterjagaan dan tubuh menjadi sulit

untuk memulai tidur. Efek kafein juga diketahui baru akan

menghilang seluruhnya dalam waktu 6-8 jam setelah konsumsi

(NHLBI, 2011). Selain itu, Peneliti juga memberikan saran agar

pekerja memperbaiki pola tidur dengan tidur malam lebih awal. Hal

tersebut akan memperbaiki waktu tidur secara bertahap (Prasadja,

2009).

c. Hubungan antara Sindrom Pramenstruasi dengan Kualitas Tidur

Sindrom pramenstruasi merupakan salah satu faktor yang diduga

memiliki hubungan dengan kualitas tidur. Ketika sudah mengalami

menstruasi, beberapa wanita dapat mengalami gejala-gejala yang

muncul sebelum hingga memasuki masa menstruasi. Gejala tersebut

yang kemudian dikenal dengan sindrom pramenstruasi atau

Premenstrual Syndrome (PMS). PMS adalah kumpulan gejala fisik,

psikologis, dan emosi yang terkait dengan siklus menstruasi wanita

(Sarah dan Moesijanti, 2008).

Gejala yang ditimbulkan ketika mengalami PMS dapat

bermacam-macam. Gejala tersebut seperti sakit kepala, nyeri

payudara, ketidakstabilan emosional, dan berkurangnya konsentrasi

(Prasadja, 2009). Namun, tidak semua wanita akan mengalami gejala

PMS. Wanita yang mengalami gejala pun antara satu wanita dengan

Page 184: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

167

wanita lainnya akan mengalami gejala yang berbeda-beda dengan

tingkat keparahan yang berbeda-beda pula.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja shift

wanita tidak memiliki gejala hingga gejala ringan PMS, dengan

jumlah pekerja sebanyak 77,0%. Kemudian, hasil penelitian juga

menunjukkan bahwa kualitas tidur yang buruk sebagian besar dialami

oleh pekerja shift wanita yang tidak mengalami gejala hingga gejala

ringan PMS, yaitu sebanyak 88,7%. Hasil uji statistik juga

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara PMS

dengan kualitas tidur. Kemudian, hasil uji keeratan hubungan

menunjukkan bahwa pekerja shift wanita yang mengalami gejala

sedang hingga gejala berat dapat memiliki risiko 1,109 kali

mengalami kualitas tidur yang buruk dibandingkan dengan pekerja

shift wanita yang tidak mengalami gejala hingga gejala ringan.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa PMS tidak

mempengaruhi kualitas tidur pekerja shift wanita. Hasil pada

penelitian ini tidak sejalan dengan teori yang ada. Secara alamiah,

ketika wanita mengalami PMS maka akan terjadi penurunan kualitas

tidur pada saat fase luteal dan awal masa folikular yang menyebabkan

wanita akan mengalami gangguan tidur berupa insomnia,

hipersomnia, dan mimpi buruk (Gracia dkk., 2011). Hal ini

disebabkan oleh penurunan kadar serotonin pada fase luteal yang

terjadi bersamaan dengan penurunan kadar estrogen. Hormon

serotonin menyiapkan otak dan seluruh tubuh untuk masuk ke tahap

Page 185: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

168

tidur dalam dengan cara mengurangi sistem aktivitas tubuh, sehingga

penurunan hormon ini akan mempengaruhi kualitas tidur seseorang

(Prasadja, 2009).

Reseptor hormon estrogen dan progesteron terletak pada bagian

tersendiri di hipotalamus, dimana posisi tersebut mempengaruhi irama

sirkadian dan pola tidur secara langsung (Prasadja, 2009). Irama

sirkadian adalah dasar pada siklus tidur dan bangun harian (Murits dan

Widodo, 2008). Ketika irama sirkadian seseorang mengalami

perubahan, maka secara otomatis juga akan mempengaruhi kualitas

tidur.

Secara teoritis, gejala yang ditimbulkan ketika PMS juga dapat

membuat wanita mengalami gangguan tidur. Hal ini dikarenakan

gejala tersebut akan membuat wanita merasakan ketidaknyamanan.

Gejala tersebut akan dirasakan pada 7-10 hari sebelum datangnya haid

dan memuncak pada saat haid timbul (Sarah dan Moesijanti, 2008).

Oleh karena itu, selama gejala tersebut muncul dengan tingkatan

sedang hingga berat, maka wanita akan mengalami gangguan tidur.

Tidak berhubungannya PMS dengan kualitas tidur dapat

disebabkan oleh distribusi data kualitas tidur yang buruk antara

pekerja shift wanita yang mengalami gejala sedang hingga gejala berat

maupun yang tidak mengalami gejala hingga gejala ringan tidak

berbeda signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas

tidur yang buruk dialami oleh 89,7% pekerja shift wanita yang

mengalami gejala sedang hingga gejala berat dan 88,7% pekerja shift

Page 186: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

169

wanita yang tidak mengalami gejala hingga gejala ringan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja shift wanita, baik yang

mengalami gejala sedang hingga gejala berat maupun yang tidak

mengalami gejala hingga gejala ringan sama-sama memiliki kualitas

tidur yang buruk.

Perbedaan hasil penelitian ini dengan teori juga dapat disebabkan

oleh faktor lain yang lebih dominan dalam mempengaruhi kualitas

tidur yang buruk pada pekerja shift wanita. Peneliti berasumsi bahwa

faktor yang lebih dominan tersebut yaitu faktor kelelahan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 37,9% pekerja

yang mengalami PMS dengan gejala sedang hingga berat, tidak

mengalami kelelahan. Kemudian, sebanyak 51,7% mengalami

kelelahan ringan dan 10,3% mengalami kelelahan sedang. Tidak ada

pekerja shift wanita yang mengalami kelelahan berat.

Kelelahan diketahui dapat menyebabkan siklus menstruasi

menjadi tidak lancar (Subakti, 2007). Selain itu, kelelahan berat juga

dapat meningkatkan gejala PMS yang dialami pekerja shift wanita.

Kelelahan berat dapat merubah pola menstruasi menjadi semakin

panjang atau bahkan semakin pendek. Seringnya wanita mengalami

menstruasi dapat meningkatkan kemungkinan wanita mengalami

gejala PMS. Hal tersebut yang kemudian mengganggu tidur wanita.

Pekerjaan yang meletihkan dan penuh dengan stres juga dapat

menyebabkan seseorang mengalami kelelahan yang berlebihan

sehingga membuat pekerja tersebut menjadi sulit tidur (Potter dan

Page 187: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

170

Perry, 2005). Tidak berhubunganya PMS dengan kualitas tidur diduga

disebabkan oleh pekerja shift wanita yang mengalami PMS dengan

gejala sedang hingga berat tidak mengalami kelelahan berat. Hal

tersebut yang kemudian membuat kualitas tidur menjadi tidak

terganggu.

Gejala PMS dapat saja muncul dan mengganggu tidur pekerja,

mengingat sebagian besar pekerja shift wanita masih mengalami

menstruasi. Oleh karena itu, peneliti memberikan saran kepada

pekerja shift wanita agar menghindari stres emosional serta

meningkatkan kemampuan adaptasi dan koping terhadap stres.

Adaptasi dan koping stres yang baik dapat membuat fikiran dan

perasaan menjadi tenang. Fikiran dan perasaan yang tenang tentu akan

memudahkan pekerja untuk memperoleh istirahat yang baik.

Terdapat dua tipe coping yang dapat menurunkan stres, yakni

problem focused coping dan emotion focused coping. Pekerja shift

wanita dapat menurunkan stres dengan menerapkan kedua tipe koping

stres tersebut. Pekerja harus menghadapi dan menyelesaikan masalah

yang menyebabkan stres emosional. Selain itu, pekerja harus

menghilangkan emosi negatif dalam menyikapi masalah. Menghadapi

masalah dengan berusaha melihat sisi positif dari sebuah masalah

akan membuat fikiran menjadi tenang. Dengan demikian, akan

menyelesaikan masalah dan mengubah situasi stres.

Peneliti juga menyarankan agar pekerja shift wanita tidak

mengkonsumsi minuman berkafein seperti kopi, teh, dan minuman

Page 188: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

171

bersoda ketika sedang haid. Hal ini dikarenakan minuman tersebut

mempengaruhi sistem saraf dan memperparah gejala PMS (NS,

2010).

Pekerja juga disarankan untuk melakukan olahraga secara teratur.

Olahraga yang dilakukan secara teratur dapat meredakan nyeri ketika

sedang haid (NS, 2010). Hal ini dikarenakan dengan berolahraga

maka akan meningkatkan produksi endorphin yang merupakan

pembunuh rasa sakit alami tubuh (Pratiwi, 2014). Olahraga juga

diketahui berfungsi sebagai psychological relaxer yang mengalihkan

perhatian dari hal-hal yang membuat stres (Widyarini, 2009). Namun,

perlu diperhatikan durasi atau lama waktu yang dapat digunakan

untuk berolahraga. Olahraga dapat meningkatkan tidur jika dilakukan

selama dua puluh menit per hari (Rafknowledge, 2004). Oleh karena

itu, penting sekali bagi pekerja shift wanita untuk berolahraga secara

teratur setiap harinya.

d. Hubungan antara Menopause dengan Kualitas Tidur

Menopause merupakan salah satu faktor yang diduga memiliki

hubungan dengan kualitas tidur. Menopause merupakan proses

alamiah yang dialami wanita sebagai suatu akhir proses biologis yang

menandai berakhirnya masa subur seorang wanita dan pada saat itu

siklus menstruasi telah berhenti selama 12 bulan (Sulistiyowati dan

Nisa, 2014). Ketika memasuki masa menopause, maka fertilitas akan

mengalami penurunan. Fertilitas akan mengalami penurunan secara

drastis pada wanita saat memasuki usia 35 tahun dan lebih cepat lagi

Page 189: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

172

setelah usia 40 tahun (Heffner dan Schust, 2006). Namun, pada

umumnya wanita akan mengalami menopause ketika memasuki usia

diatas 40 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja shift

wanita belum mengalami menopause, yaitu sebanyak 65,9%.

Kemudian hasil hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kualitas

tidur yang buruk sebagian besar dialami oleh pekerja shift wanita yang

belum mengalami menopause, yaitu sebanyak 88,0%. Hasil uji

statistik juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan

antara menopause dengan kualitas tidur. Kemudian, hasil uji keeratan

hubungan menunjukkan bahwa pekerja shift wanita yang sudah

mengalami menopause memiliki risiko kualitas tidur yang buruk

1,336 kali dibandingkan dengan pekerja shift wanita yang belum

mengalami menopause.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa menopause tidak

mempengaruhi kualitas tidur. Hasil pada penelitian tidak sejalan

dengan teori yang ada. Secara teoritis, diketahui bahwa menopause

dapat mempengaruhi kualitas tidur. Ketika wanita mengalami

menopause, maka akan terjadi penurunan hormon estrogen,

progesteron, dan serotonin. Penurunan hormon tersebut menyebabkan

seseorang mengalami insomnia. Insomnia yang dialami wanita ketika

memasuki masa menopause merupakan insomnia yang terberat

(Prasadja, 2009).

Page 190: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

173

Gejala-gejala yang timbul ketika masa menjelang maupun pada

saat menopause juga diketahui memiliki pengaruh terhadap buruknya

kualitas tidur. Gejala yang biasa dialami oleh wanita menopause yaitu

seperti seperti hot flashes (rasa panas), insomnia, perubahan pada

tulang, perubahan kardiovaskular, gangguan kejiwaan, gelisah,

cemas, ledakan emosi, keringat dingin, depresif, sulit tidur, sulit

beradaptasi, keletihan, dan kekeringan vaginal dll. (Heffner dan

Schust, 2006; Muaris, 2004; Gunarsa, 2002). Keseluruhan gejala

tersebut akan menimbulkan ketidaknyamanan pada penderitanya dan

dapat mengganggu kualitas tidurnya.

Tidak berhubungannya menopause dengan kualitas tidur dapat

disebabkan oleh distribusi data kualitas tidur yang buruk antara

pekerja shift wanita yang mengalami maupun tidak mengalami

menopause tidak berbeda signifikan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa kualitas tidur yang buruk dialami oleh 90,7% pekerja shift

wanita yang sudah mengalami menopause dan 88,0% pekerja shift

wanita yang belum mengalami menopause. Hal tersebut menunjukkan

bahwa sebagian besar pekerja shift wanita, baik yang mengalami

maupun tidak mengalami menopause sama-sama memiliki kualitas

tidur yang buruk.

Perbedaan hasil penelitian ini dengan teori juga dapat disebabkan

oleh faktor lain yang lebih dominan dalam mempengaruhi kualitas

tidur yang buruk pada pekerja shift wanita. Peneliti berasumsi faktor

yang lebih dominan tersebut yaitu faktor kelelahan dan hipersomnia.

Page 191: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

174

Menopause tidak berhubunganya dengan kualitas tidur diduga

disebabkan oleh faktor kelelahan. Ketika memasuki masa menopause,

salah satu gejala yang juga ditimbulkan yaitu adalah kelelahan

(Heffner dan Schust, 2006). Kelelahan yang berlebihan (berat) atau

penuh stres dapat menyebabkan pekerja menjadi sulit tidur (Potter dan

Perry, 2005). Berbeda halnya dengan kelelahan menengah. Kelelahan

menengah diketahui membuat seseorang memperoleh tidur yang

mengistirahatkan (Agustin, 2012). Kelelahan dapat membuat

seseorang lebih cepat tidur dikarenakan tahap tidur gelombang

lambatnya (NREM) diperpendek (Uliyah dan Hidayat, 2008).

Hasil pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 79,1%

pekerja shift wanita yang sudah menopause, tidak mengalami

kelelahan. Kemudian, 16,3% lainnya mengalami kelelahan ringan dan

hanya 4,7% yang mengalami kelelahan sedang. Tidak ada pekerja

shift wanita yang mengalami kelelahan berat. Meskipun mengalami

menopause, namun jika pekerja shift wanita tidak mengalami

kelelahan maka kualitas tidurnya tidak akan terganggu.

Hipersomnia juga erat kaitanya dengan menopause. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 69,8% pekerja shift wanita

yang mengalami menopause, tidak mengalami hipersomnia.

Hipersomnia dan menopause terjadi ketika wanita mengalami

penurunan kadar estrogen dan progesteron (Gracia dkk., 2011).

Seseorang yang mengalami hipersomnia tidak mampu

mempertahankan keadaan siaga selama periode terjaga (Slater dan

Page 192: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

175

Steier, 2012). Hipersomnia akan menyebabkan penderitanya

membutuhkan waktu tidur yang lebih lama, namun selalu merasa lesu

dan letih sepanjang hari (Apriadji, 2007). Dengan demikian, jika

pekerja shift wanita mengalami menopause disertai dengan

hipersomnia, maka akan meningkatkan keluhan tidur akibat gejala

yang ditimbulkan dari menopause dirasakan bersamaan dengan

hipersomnia.

Pada akhirnya, setiap wanita akan mengalami menopause.

Rentang usia pekerja shift wanita di PT. Sandratex juga diketahui telah

masuk ke dalam masa menjelang atau bahkan telah mengalami

menopause. Oleh karena itu, dibutuhkan penanganan yang tepat agar

gejala yang muncul tidak mempengaruhi kualitas tidur pekerja.

Peneliti memberikan saran agar perusahaan mengatur lingkungan

kerja dan tempat istirahat bagi pekerja sehingga menjadi sejuk dan

nyaman. Exhaust dan pendingin ruangan harus dipastikan dapat

berfungsi dengan baik. Dengan demikian, keluhan hot flushes (rasa

panas) dapat diminimalisir, sehingga pekerja shift wanita yang

menjelang maupun sudah mengalami menopause dapat bekerja dan

beristirahat dengan nyaman. Selain itu, pekerja juga harus

menciptakan lingkungan tidur yang sejuk dan nyaman bagi dirinya.

Pastikan lingkungan tidur memiliki ventilasi dan peredaran udara

yang baik. Hal ini juga dapat membantu meringankan gejala hot

flashes yang dialami pekerja shift wanita menjelang maupun sudah

mengalami menopause.

Page 193: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

176

Menurut para ahli, salah satu penyebab menopause adalah

perubahan pola makan yang tidak sehat seperti mengkonsumsi

makanan cepat saji, lebih mengutamakan kepraktisan dan kelezatan,

namun tidak memperhatikan kandungan nutrisinya (Muaris, 2004).

Muaris (2004) juga mengungkapkan bahwa pola makan tersebut yang

kemudian merubah sistem hormon estrogen dalam tubuh. Oleh karena

itu, peneliti memberikan saran kepada pekerja agar merubah pola

makan dengan menghindari makanan instan atau cepat saji serta rajin

mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung fitoestrogen.

Fitoestrogen diketahui dapat menghambat terjadinya menopause

(Muaris, 2004). Makanan yang banyak mengandung fitoestrogen

dapat ditemui pada apel, anggur, bawang putih, brokoli, jagung,

barley, cabe, kol, kacang kedelai, stroberi, ketimun, tomat, dan wortel

(Wirakusumah, 2003).

e. Hubungan antara Kelelahan dengan Kualitas Tidur

Kelelahan merupakan salah satu faktor yang diduga memiliki

hubungan dengan kualitas tidur. Kelelahan merupakan kondisi

melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan (Muizzudin,

2013). Ketika seseorang mengalami kelelahan, maka akan mengalami

kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan

tubuh (Chesnal dkk., 2014). Dengan demikian, akan mengakibatkan

penurunan daya kerja dan ketahanan tubuh untuk bekerja (Basri dan

Apriliani, 2014). Kondisi tubuh yang mengalami penurunan tenaga

Page 194: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

177

tersebut yang kemudian akan menyebabkan penurunan daya dan

kapasitas kerja serta konsentrasi dalam melakukan pekerjaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata total skor

kelelahan pekerja shift wanita adalah 24,01 skor (21,83 – 26,19 skor)

dengan standar deviasi 12,371 skor. Total skor paling rendah yaitu 3

skor dan paling tinggi 71 skor. Hal tersebut menunjukkan bahwa

sebagian besar pekerja shift wanita mengalami kelelahan ringan. Hal

ini dikarenakan rata-rata skor kelelahan pekerja di bawah 60, dimana

cut of point seseorang mengalami kelelahan adalah jika skornya di

atas 60 skor. Selain itu, berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov,

diketahui nilai probabilitas sebesar 0,045 (nilai probabilitas < 0,05),

artinya variabel kelelahan tidak berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil uji statistik, diketahui nilai mean rank skor

kelelahan pekerja shift wanita yang memiliki kualitas tidur yang buruk

lebih besar daripada pekerja shift wanita yang mengalami kualitas

tidur baik. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada hubungan

yang signifikan antara kelelahan dengan kualitas tidur. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa kelelahan mempengaruhi

kualitas tidur.

Hasil pada penelitian ini sejalan dengan teori yang ada. Kelelahan

dapat membantu tidur jika mengalami kelelahan menengah khususnya

jika kelelahan disebabkan oleh pekerjaan atau latihan yang

menyenangkan, sehingga pekerja akan memperoleh tidur yang

mengistirahatkan (Agustin, 2012). Kelelahan dapat membuat

Page 195: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

178

seseorang lebih cepat tidur dikarenakan tahap tidur gelombang

lambatnya (NREM) diperpendek (Uliyah dan Hidayat, 2008).

Berbeda halnya jika seseorang mengalami kelelahan yang berlebihan.

Diketahui bahwa kelelahan yang berlebihan dapat menyebabkan

seseorang menjadi sulit untuk memulai tidur (initial insomnia)

(Lanywati, 2001). Pekerjaan yang meletihkan dan penuh stres juga

dapat menyebabkan seseorang mengalami kelelahan yang berlebihan

sehingga membuat pekerja tersebut menjadi sulit tidur (Potter dan

Perry, 2005). Hal tersebut tentunya akan mempengaruhi kualitas tidur

seseorang.

Meskipun mayoritas pekerja shift wanita tidak mengalami

kelelahan dan hanya beberapa yang mengalami kelelahan ringan

hingga sedang, namun jika terdapat perubahan kondisi, maka pekerja

shift wanita dapat mengalami kelelahan berat. Dengan demikian,

kelelahan dapat mempengaruhi tidur, terutama jika kelelahan yang

dialami semakin berat dan tidak diatasi.

Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa kelelahan dapat

disebabkan oleh pengaturan shift yang terlalu panjang dan tidak tepat,

intensitas dan durasi suatu pekerjaan dilaksanakan terlalu tinggi,

disain pekerjaan tidak tepat, lingkungan kerja yang tidak nyaman, cara

kerja yang tidak efektif (ergonomis), dan adanya stres (Kodrat, 2011).

Oleh karena itu, harus dilakukan penanganan yang tepat agar

kelelahan yang dirasakan pekerja tidak semakin memburuk.

Page 196: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

179

Peneliti memberikan saran agar perusahaan memastikan exhaust

dan pendingin ruangan berfungsi dengan baik. Hal ini dikarenakan

suhu yang terlalu tinggi akan meningkatkan kelelahan (Suma’mur,

1999). Pengaturan terhadap pekerja wanita yang bekerja pada sistem

shift juga perlu diperhatikan. Menurut Grandjean (1986) dalam

Nurmianto (2004), waktu pergantian shift lebih baik dilakukan pada

pukul 07.00, 15.00, dan 23.00 atau 08.00, 16.00, dan 24.00. Waktu

pergantian shift ini dapat lebih memberikan waktu bagi pekerja untuk

bersiap berangkat ke tempat kerja dan untuk beristirahat. Selama ini,

diketahui bahwa PT. Sandratex menggunakan waktu pergantian shift

pada pukul 06.00, 14.00, dan 22.00 WIB.

Agar waktu istirahat lebih optimal, pekerja yang memiliki jarak

antara tempat tinggal dengan tempat kerja yang jauh lebih baik untuk

tidak dipekerjakan pada sistem shift (Grandjean, 1986 dalam

Nurmianto, 2004). Menurut Suma’mur (1999), setiap bekerja pada

shift siang atau malam sebaiknya juga diikuti dengan paling sedikit 24

jam libur dan tiap shift malam paling sedikit 2 hari libur, sehingga

pekerja dapat mengatur kebiasaan tidur.

Kepada pekerja, peneliti memberikan saran agar pekerja shift

wanita segera beristirahat dengan cukup setelah pulang bekerja

terutama setelah bekerja pada shift malam. Hal ini dikarenakan

pemulihan terhadap kelelahan terjadi ketika seseorang mendapatkan

istirahat yang cukup (Fajarwati dkk., 2011).

Page 197: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

180

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja shift wanita

di PT. Sandratex memiliki kualitas tidur yang buruk. Hasil penelitian terhadap

gambaran determinan kualitas tidur pekerja shift wanita juga menunjukkan

bahwa sebagian besar pekerja bekerja pada shift malam, mengalami stres

emosional, memiliki aktivitas fisik berat, mengkonsumsi makanan, tidak

mengkonsumsi obat-obatan, memiliki penyakit fisik, tidak mengalami

hipersomnia, tidak memiliki gejala hingga gejala ringan sindrom

pramenstruasi, belum mengalami menopause, dan tidak mengalami kelelahan.

Hasil uji statistik antara variabel dependen dengan independen

menunjukkan bahwa terdapat dua variabel yang berhubungan yang signifikan

dengan kualitas tidur. Variabel tersebut yakni variabel penyakit fisik dan

kelelahan. Sementara itu, variabel lainnya yaitu jenis shift kerja, stres

emosional, aktivitas fisik, kebiasaan makan, asupan obat-obatan, hipersomnia,

sindrom pramenstruasi, dan menopause menunjukkan tidak ada hubungan

yang signifikan dengan kualitas tidur.

Tidak adanya hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen dapat disebabkan oleh distribusi data kualitas tidur buruk pada tiap

kategori variabel independen yang tidak berbeda signifikan. Selain itu, tidak

berhubunganya variabel independen dengan dependen juga dapat disebabkan

Page 198: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

181

oleh faktor lain yang lebih dominan dalam mempengaruhi buruknya kualitas

tidur pada pekerja shift wanita.

B. Saran

1. Bagi PT. Sandratex

a. Melakukan pengaturan terhadap shift kerja dengan :

1) Merubah waktu pergantian shift kerja pada pukul 07.00, 15.00,

dan 23.00 WIB atau 08.00, 16.00, dan 24.00 WIB.

2) Pekerja yang memiliki jarak antara tempat tinggal dengan tempat

kerja yang jauh lebih baik untuk tidak dipekerjakan pada sistem

shift.

3) Merubah arah rotasi kerja menjadi rotasi maju.

4) Setiap bekerja pada shift siang atau malam sebaiknya diikuti

dengan paling sedikit 24 jam libur dan tiap shift malam paling

sedikit 2 hari libur.

b. Melakukan pengaturan terhadap konsumsi pekerja dengan :

1) Memberikan makanan dan minuman yang bergizi kepada pekerja

wanita yang bekerja pada shift malam. Selain itu, pemberian

makanan dan minuman sekurang-kurangnya 1.400 kalori apabila

kerja lembur dilakukan selama tiga jam atau lebih dan pemberian

makan dan minum tersebut tidak dapat digantikan dengan uang.

2) Memberikan pengetahuan kepada pekerja mengenai asupan gizi

yang baik dan sesuai dengan kebutuhan pekerja shift wanita.

c. Memastikan exhaust dan pendingin ruangan berfungsi dengan baik.

Page 199: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

182

d. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

e. Melaksanakan upaya pelayanan kesehatan kerja secara komprehensif

di perusahaan, baik itu dengan menyelenggarakan sendiri pelayanan

kesehatan kerjanya dalam bentuk klinik atau rumah sakit perusahaan,

atau juga dapat bekerjasama dengan pihak di luar perusahaan.

2. Bagi Pekerja

a. Melakukan pengaturan terhadap konsumsi pekerja dengan :

1) Tidak mengkonsumsi minuman berkafein pada saat tubuh merasa

kantuk dan sebelum tidur.

2) Tidak mengkonsumsi minuman berkafein seperti kopi, teh, dan

minuman bersoda ketika sedang haid.

3) Tidak mengkonsumsi obat tidur.

4) Tidak mengkonsumsi obat-obatan di luar resep atau anjuran

dokter.

5) Merubah pola makan dengan menghindari makanan instan.

6) Mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung fitoestrogen.

b. Memperbaiki pola tidur dengan tidur malam lebih awal.

c. Menghindari tekanan stres sebisa mungkin dan meningkatkan

kemampuan adaptasi serta koping terhadap stres.

d. Berolahraga secara teratur dan setidaknya dilakukan selama dua puluh

menit per hari.

Page 200: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

183

e. Melakukan relaksasi setiap harinya dengan melakukan meditasi, yoga,

latihan pernafasan dalam, tai chi, pemijatan, shalat, atau berdoa

(dzikir), dll.

f. Menciptakan lingkungan tidur yang sejuk dan nyaman dengan

memastikan lingkungan tidur memiliki ventilasi dan peredaran udara

yang baik.

g. Segera beristirahat dan tidur yang cukup setelah pulang bekerja

terutama setelah bekerja pada shift malam.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Membandingkan kualitas tidur antara pekerja wanita yang bekerja

dengan sistem shift kerja dan dengan wanita yang bekerja tidak

dengan sistem shift kerja. Dengan demikian, dapat dilihat apakah shift

kerja benar-benar memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

kualitas tidur pada pekerja wanita.

b. Mengukur variabel dengan melakukan pemeriksaan fisik agar dapat

lebih objektif dalam melihat keluhan atau gejala yang dialami

responden.

c. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam

oprasional riset permasalahan kualitas tidur, terutama pada wanita.

Page 201: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

184

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

KEP.102/MEN/VI/2004 tentang Waktu Kerja Lembur dan Upah Kerja Lembur

KEP.22/DJPPK/V/2008 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Pelayanan

Kesehatan Kerja

Permenaker No. 03 tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja

Agustin, D. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur pada Pekerja

Shift di PT. Krakatau Tirta Industri Cilegon. Depok: FIK Universitas Indonesia.

Allen, S. S., Bride, C. M. M. dan Pirie, P. L. 1991. The Shortened Premenstrual

Assessment Form. J Reprod Med, 36, 769-72.

Amran, Y. dan Handayani, P. 2012. Hubungan Pergantian Waktu Kerja dengan

Pola Tidur Pekerja. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 6.

Amran, Y., Shofwati, I. dan Puti, N. 2010. Hubungan Penerapan Shift Kerja dengan

Kelelahan Kerja. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Anggrajani, F. dan Muhdi, N. 2011. Korelasi Faktor Risiko dengan Derajat

Keparahan Premenstrual Syndrome pada Dokter Perempuan. Surabaya: FK

Universitas Airlangga.

Apriadji, W. H. 2007. Good Mood Food, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.

Asmadi 2008. Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep dan Aplikasi Kebutuhan

Dasar Klien, Jakarta, Salemba Medika.

Azis, A. 2015. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kualitas Tidur Perawat di RSUD

Ungaran Kabupaten Semarang. Semarang: PSK STIKES Ngudi Waluyo.

Bakhshani, N. M., Mousavi, M. N. dan Khodabandeh, G. 2009. Prevalence and

Severity of Premenstrual Symptoms among Iranian Female University

Students. J Pak Med Assoc, 59.

Basri, S. dan Apriliani, S. 2014. Hubungan Shift Kerja dengan Tingkat Kelelahan

Operator Produksi di PT Pertamia Eksplorasi dan Produksi (EP) Kecamatan

Balongan Kabupaten Indramayu Tahun 2014. Kesehatan Masyarakat Afiasi.

Bastable, S. B. 2002. Perawat sebagai Pendidik : Prinsip-Prinsip Pengajaran dan

Pembelajaran, Jakarta, EGC.

Boari, L., Cavalcanti, C. M., Bannwart, S. R. F. D., Sofia, O. B. dan Dolci, J. E. L.

2004. Evaluation of Epworth Sleepiness Scale in Patients with Obstructive

Sleep Apnea - Hypopnea Syndrome. Revista Brasileira de

Otorrinolaringologia, 70.

BPS 2014. Kebutuhan Data Ketenagakerjaan untuk Pembangunan Berkelanjutan.

Jakarta: Badan Pusat Statistik.

Bukit, E. K. 2005. Kualitas Tidur dan Faktor-Faktor Gangguan Tidur Klien Lanjut

Usia yang Dirawat Inap di Ruang Penyakit Dalam Rumah Sakit Medan 2003.

Keperawatan Indonesia, 9, 41-47.

Buysse, D. J., Hall, M. L., Strollo, P. J., Kamarck, T. W., Owens, J., Lee, L., Reis,

S. E. dan Matthews, K. A. 2008. Relationship Between the Pittsburgh Sleep

Quality Index (PSQI), Epworth Sleepiness Scale (ESS), and

Clinical/Polysomnographic Measures in a Community Sample. Journal of

Clinical Sleep Medicine, 4.

Buysse, D. J., III, C. F. R., Monk, T. H., Berman, S. R. dan Kupfer, D. J. 1989. The

Pittsburgh Sleep Quality Index : A New Instrument for Psychiatric Practice and

Research. Psychiatry Research, 28, 193-213.

Page 202: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

185

Chesnal, H., Rattu, A. J. M. dan Lampus, B. S. 2014. Hubungan antara Umur, Jenis

Kelamin, dan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja pada Tenaga Kerja di Bagian

Produksi PT. Putra Karangetan Popontolen Minahasa Selatan. Manado: FKM

Universitas Sam Ratulangi.

Colligan, M. J. dan Rosa, R. R. 1997. Plain Languange About Shift Work, US,

National Institude for Occupational Safety and Health (NIOSH).

Craven, R. F. dan Hirnle, C. J. 2000. Fundamental of Nursing : Human Health and

Function, Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins.

Dariah, E. D. dan Okatiranti 2015. Hubungan Kecemasan dengan Kualitas Tidur

Lansia di Posbindu Anyelir Kecamatan Cisarua Kabuoaten Bandung Barat.

Ilmu Keperawatan, 3.

Dewi, P. 2006. Perbedaan Kelelahan Kerja pada Perawat Shift Malam di Ruang

ICU dan Ruang Arrijal di Rumah Sakit Haji Tahun 2006. Sumatera Utara:

FKM Universitas Sumatera Utara.

Dewi, S. R. 2014. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Yogyakarta, Deepublish.

Di lorio, C. K. 2005. Measurement in Health Behavior : Methods for Research and

Education. United States of America: Jossey Bass.

Dirgayudha, D. 2014. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kelelahan Kerja

pada Pembuat Tahu di Wilayah Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur Tahun

2014. Jakarta: FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

EKU Online. 2016. The Health Hazards of Shift Work [Online]. Richmond: Eastern

Kentucky University. Tersedia:

http://safetymanagement.eku.edu/resources/infographics/the-health-hazards-

of-shift-work/.

Epstein, L. J. dan Mardon, S. 2010. The Harvard Medical School Guide o a Good

Night's Sleep, New York, Harvard Medical School.

Fajarwati, F. D., Hidayat, R. dan Agustuna, F. 2011. Pengaturan Sistem Shift Kerja

untuk Meningkatkan Performance serta Mengurangi Keluhan Karyawan.

Tekhnologi Technoscientia, 4.

Febriana, D. dan Wahyuningsih, A. 2011. Kajian Stres Hospitalisasi terhadap

Pemenuhan Pola Tidur Anak Usia Prasekolah di Ruang Anak RS Baptis Kediri.

STIKES RS Baptis Kediri, 4.

Fink, G. 2010. Stress Consequences : Mental, Neuropsychological, and

Socioeconomic, UK, Academic Press.

Gracia, M., Wangsa, B., Agung, N. dan Sidharta, V. M. 2011. Pengaruh Sindroma

Premenstruasi terhadap Gangguan Tidur pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran

Universitas Katolik Atma Jaya. Damianus Journal of Medicine, 10, 77-80.

Grandner, M. A., Kripke, D. F., Yoon, I.-Y. dan Youngstedt, S. D. 2006. Criterion

Validity of The Pittsburgh Sleep Quality Index : Investigation in A Non-

Clinical Sample. Sleep Biol Rhythms, 4, 129-139.

Gumilar, I. 2007. Metode Riset untuk Bisnis dan Manajemen, Bandung,

Widyatama.

Gunarsa, Y. S. D. 2002. Asas-Asas Psikologi Keluarga Idaman, Jakarta, Gunung

Mulia.

Handayani, P. 2008. Hubungan antara Penerapan Shift Kerja dengan Pola Tidur

Pekerja di Bagian Produksi PT. Enka Parahyangan Tahun 2008. Jakarta: FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 203: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

186

Handayani, Y. 2014. Hubungan antara Aktivitas Fisik dengan Tingkat Keluhan

Klimakterium pada Wanita Usia 45-65 Tahun. Surakarta: FIK Universitas

Muhammadiyah Surakarta.

Harrington, J. M. dan Gill, F. S. 2003. Buku Saku Kesehatan Kerja, Jakarta, EGC.

Haryono, A., Rindiarti, A., Arianti, A., Pawitri, A., Ushuluddin, A., Setiawati, A.,

Reza, A., Wawolumaja, C. W. dan Sekartini, R. 2009. Prevalensi Gangguan

Tidur pada Remaja Usia 12-15 Tahun di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama.

Sari Pediatri, 11.

Heffner, L. J. dan Schust, D. J. 2006. At a Glance Sistem Reproduksi Edisi Kedua,

Jakarta, Erlangga.

Hidayat, A. T. 2011. Analisis Pengaruh Shift Kerja terhadap Beban Kerja pada

Pekerja di PT. Primarindo Asia Infrastructure, Tbk. Bandung: FT Universitas

Islam Bandung.

Hidayati, E. 2013. Strategi Coping Stress Perempuan dengan HIV/AIDS. 9.

Huisinga, J. M., Filipi, M., Schmid, K. K. dan Stergiou, N. 2011. Is There a

Relationship Between Fatigue Questionnaires and Gait Mechanics in Persons

with Multiple Sclerosis? Journal Articles, 103.

Indrawati, N. 2012. Perbandingan Kualitas Tidur Mahasiswa yang Mengikuti UKM

dan Tidak Mengikuti UKM pada Mahasiswa Reguler FIK UI. Depok: FIK

Universitas Indonesia.

IPAQ 2005. Guidelines for Data Processing and Analysis of the International

Physical Activity Questionnaire (IPAQ) - Short and Long Forms. USA: IPAQ.

Johns, M. W. 1991. A New Method for Measuring Daytime Sleepiness : The

Epworth Sleepiness Scale. American Sleep Disorders Association and Sleep

Research Society, 14, 540-545.

Kastler, E. C. dan Davidson, K. 2007. Evaluation of Quality of Life and Quality of

Sleep in Clinical Practice. European Association of Urology, 6, 576-584.

Kodrat, K. F. 2011. Pengaruh Shift Kerja terhadap Kelelahan Pekerja Pabrik Kelapa

Sawit di PT. X Labuhan Batu. Jurnal Teknik Industri, 12, 110-117.

Kowalski, K. C., Crocker, P. R. E. dan Donen, R. M. 2004. The Physical Activity

Questionnaire for Children (PAQ-C) and Adolescents (PAQ-A) Manual.

Canada: University of Saskatchewan.

Kuswadji, S. 1997. Pengaturan Tidur Pekerja Shift. Cermin Dunia Kedokteran.

LaDou, J. 1994. Occupational Health and Safety 2nd Edition, National Safety

Council.

Lameshow, S., Hosmer, D. W., Klar, J., Lwanga, S. K. dan Organization, W. H.

1990. Adequacy of Sample Size in Health Studies. New York: John Wiley &

Sons.

Lanywati, E. 2001. Insomnia, Yogyakarta, Penerbit Kanisius.

Maghfirah, N. 2015. 99 Fenomena Menakjubkan Dalam Al-Quran, Bandung,

Penerbit Mizania.

Mardiana, L. 2009. Kanker pada Wanita : Mencegah dan MEngobati Kanker pada

Wanita dengan Tanaman Obat, Jakarta, Penebar Swadaya.

Martono, L. H. dan Joewana, S. 2006. Pencegahan dan Penanggulangan Narkoba

Berbasis Sekolah, Jakarta, PT Balai Pustaka

Maurits, L. S. dan Widodo, I. D. 2008. Faktor dan Penjadualan Shift Kerja. Jurnal

Teknoin, 13, 11-22.

Page 204: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

187

Mesarini, B. A. dan Astuti, V. W. 2013. Stres dan Mekanisme Koping terhadap

Gangguan Siklus Menstruasi pada Remaja Putri. Jurnal STIKES 6.

Muaris, H. 2004. Makan Sehat dan Lezat di Masa Menopause, Jakarta, PT

Gramedia Pustaka Utama.

Muftiani, I. 2012. Perbedaan Kualitas Tidur Antara Pasien Asma dan Pasien Tb

Paru. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.

Muizzudin, A. 2013. Hubungan antara Kelelahan Kerja dengan Produktivitas Kerja

pada Tenaga Kerja Bagian Tenun di PT. Alkatex Tegal. Semarang: FIK

Universitas Negeri Semarang.

Nashori, F. dan Diana, R. R. 2005. Perbedaan Kualitas Tidur dan Kualitas Mimpi

antara Mahasiswa Laki-Laki dan Mahasiswa Perempuan. Indonesian

Psychological Journal, 2, 77-88.

NHLBI 2011. Your Guide to Healthy Sleep, United State, U.S. Deparement of

Health and Human Services.

NS, S. 2010. Serba Serbi Kesehatan Perempuan, Jakarta, Bukune.

NSF. 2005. Strategies for Shift Worker : The Night Shift Worker and Sleep [Online].

National Sleep Foundation.

NSF. 2016. National Sleep Foundation. Tersedia:

https://sleepfoundation.org/excessivesleepiness/content/sleepiness-women

[Diakses pada 27 November 2016].

NTSB 1995. Grounding of the US Tankship Exxon Valdez on Bligh Reef, Prince

William Sound near Valdez, Alaska. Washington DC: National Transportation

Safety Board.

Nurlela, S., Saryono dan Yuniar, I. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kualitas Tidur Pasien Post Operasi Laparatomi di Ruang Rawat Inap Rumah

Sakit PKU Muhammadiyah Gombong. Ilmiah Keperawatan, 5.

Nurmianto, E. 2004. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Surabaya, Guna

Widya.

Oginska, H. dan Pokorskri, J. 2006. Fatigue and Mood Correlates of Sleep Length

in Three Age-Social Groups : School Children, Students, and Employees.

Chronobiology International, 23, 1317-1328.

Oktavia, N. 2015. Sistematika Penulisan Karya Ilmiah, Yogyakarta, Deepublish.

Perumal, S. R. P., Narasimhan, M. dan Kramer, M. 2016. Sleep and Psychosomatic

Medicine, New York, CRC Press.

Potter, P. A. dan Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,

Proses, dan Praktik, Jakarta, EGC.

Prasadja, A. 2009. Ayo Bangun dengan Bugar karena Tidur yang Benar, Jakarta,

Hikmah.

Pratiwi, A. M. 2014. Aktivitas Olahraga dengan Kejadian Sindrom Pramenstruasi

pada Anggota Perempuan UKM INKAI UNS. Ners dan Kebidanan Indonesia,

2, 76-80.

Prijosaksono, A. dan Sembel, R. 2002. Control Your Life : Aplikasi Manajemen

Diri dalam Kehidupan Sehari-Hari, Jakarta, PT Elex Media Komputindo.

Puspita, E. 2014. Aktivitas Fisik dan Gaya Hidup dengan Kualitas Tidur pada Ibu

Hamil Trimester III di BPM Ny. "M". Mojokerto: Poltekes Majapahit.

Putri, H. 2015. Faktor yang Berhubungan dengan Kebugaran pada Mahasiswa

Program Studi Kesehatan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

2015. Jakarta: FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 205: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

188

Rachmawati, D. 2013. Rerata Nilai Kualitas Hidup pada Mahasiswa PSPD FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Excessive Daytime Sleepiness (EDS)

dan Tanpa EDS. Jakarta: FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Rafknowledge 2004. Insomnia dan Gangguan Tidur Lainnya, Jakarta, PT Elex

Media Komputindo.

Ratikasari, I. 2015. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Sindrom

Pramenstruasi (PMS) pada Siswi SMA 112 Jakarta Tahun 2015. Jakarta: FKIK

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Revalicha, N. S. dan Sami'an 2013. Perbedaan Stres Kerja Ditinjau dari Shift Kerja

pada Perawat di RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Jurnal Psikologi Industri dan

Organisasi, 2.

Rosanti, E. 2011. Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Tenaga Kerja Wanita Antara

Shift Pagi, Shift Sore, dan Shift Malam di Bagian Winding PT. Iskandar Indah

Printing Textile Surakarta. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas

Maret.

Saftarina dan Hasanah 2014. Hubungan Shift Kerja dengan Gangguan Pola Tidur

pada Perawat Instalasi Rawat Inap di RSUD Abdul Moeloek Bandar Lampung

2013. Medula, 2.

Sarah dan Moesijanti 2008. Hubungan Asupan Kalsium dengan Sindrom

Pramenstruasi (PMS) pada Siswi Remaja di Jakarta. Gizi Indon, 31, 115-122.

Siagian, H. 2014. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kualitas Tidur Lansia di Desa

Parsuratan Kecamatan Balige. Medan: FIK Universitas Sumatera Utara.

Slater, G. dan Steier, J. 2012. Excessive Daytime Sleepiness in Sleep Disorders.

Journal of Thoracic Disease, 4.

Smyth, C. 1999. The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI). New York: The

Hartford Institute for Geriatric Nursing.

Spilsbury, J. C., Drotar, D., Rosen, C. L. dan Redline, S. 2007. The Cleveland

Adolescent Sleepiness Questionnaire. Journal of Clinical Sleep Medicine, 3,

603-612.

Stranks, J. 2005. Stress at Work : Management and Prevention, Burlington,

Elsevier.

Suastari, N. M. P., Tirtayasa, P. N. B., Aryana, I. G. P. S. dan Kusumawardhani, R.

T. 2014. Hubungan antara Sikap Sleep Hygiene dengan Derajat Insomnia pada

Lansia di Poliklinik Geriatri RSUP Sanglah Denpasar. Denpasar: FK

Universitas Udayana.

Subakti, Y. dan Anggraini, D. R. 2007. Ensiklopedia Calon Ibu, Jakarta,

QultumMedia.

Sudibjo, P., Arovah, N. I. dan A, R. L. 2013. Tingkat Pemahaman dan Survei Level

Aktivitas Fisik, Status Kecukupan Energi dan Status Antropometrik

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga FIK UNY.

Medikora, 11.

Sudo, N. dan Ohtsuka, R. 2002. Fatigue Complaints Among Female Shift Workers

in a Computer Factory of Japan. Journal of Human Ergology, 31, 41-51.

Sulistiyowati dan Nisa, K. 2014. Perbedaan Insomnia Sebelum dan Sesudah Mandi

Air Hangat pada Wanita Menopause di Dusun Laren Desa Laren Kecamatan

Laren - Lamongan. Jurnal Surya, 3.

Suma'mur 1999. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja, Jakarta, Haji Masagung.

Page 206: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

189

Suma'mur 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes), Jakarta,

Sagung Seto.

Sumirta, I. N. dan Laraswati, A. I. 2014. Faktor yang Menyebabkan Gangguan

Tidur (Insomnia) pada Lansia. Denpasar: Politeknik Kesehatan Denpasar.

Suwartika, I. dan Cahyati, P. 2015. Analisis Faktor yang Berpengaruh terhadap

Kualitas Tidur Pasien Gagal Jantung di RSUD Kota Tasikmalaya. Skolastik

Keperawatan, 1.

Tamher, S. dan Noorkasiani 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan

Asuhan Keperawatan, Jakarta, Salemba Medika.

Tandra, H. 2009. Osteoporosis, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.

Tarihoran, A., Muttaqin, A. dan Mulyani, Y. 2015. Hubungan Kualitas Tidur

dengan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal

Caring, 1.

Tarwoto dan Wartonah 2010. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan,

Jakarta, Salemba Medika.

Tayyari, F. dan Smith, J. L. 1997. Occupational Ergonomic Principles and

Application, Great Britain, T J Press Ltd.

Tjay, T. H. dan Rahardja, K. 2007. Obat-Obat Penting Kasiat, Penggunaan dan

Efek-Efek Sampingnya, Jakarta, PT Elex Media Komputindo.

Uliyah, M. dan Hidayat, M. A. A. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk

Kebidanan, Jakarta, Salemba Medika.

Umami, R. dan Priyanto, S. 2012. Hubungan Kualitas Tidur dengan Fungsi

Kognitif dan Tekanan Darah pada Lansia di Desa Pasuruan Kecamatan

Mertoyudan Kabupaten Magelang. Magelang: FIK Universitas

Muhammadiyah Magelang.

Utami, A. Y. dan Bayhakki 2009. Perbedaan Tingkat Tolransi Perubahan Irama

Sirkadian Perawat tanpa Kerja Shift Malam dengan Dua dan Tiga Shift Malam.

Ilmu Keperawatan, 4.

Wahyuni dan Ni'mah, L. 2013. Manfaat Senam Hamil untuk Meningkatkan Durasi

Tidur Ibu Hamil. Kesehatan Masyarakat, 8, 145-152.

Widyarini, M. M. N. 2009. Kunci Pengembangan Diri, Jakarta, PT Elex Media

Komputindo.

Wildani, A. A. 2012. Gambaran Tingkat Stres Kerja pada Pegawai Dinas Kesehatan

Kota Depok. Depok: FIK Universitas Indonesia.

Wirakusumah, E. S. 2003. Tip dan Diet untuk Tetap Sehat, Cantik, dan Bahagia di

Masa Menopause, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama.

Wu, S., Wang, R., Ma, X., Zhao, Y., Yan, X. dan He, J. 2012. Excessive Daytime

Sleepiness Assessed by The Epworth Sleepiness Scale and Its Association with

Health Related Quality of Lif : aPopulation - Based Study in China. BMC

Public Health, 12.

Yi, H., Shin, K. dan Shin, C. 2006. Development of the Sleep Quality Scale. Journal

of Sleep Research, 15, 309-16.

Zakariyati 2013. Hubungan Pola Shift Pagi dengan Kualitas Tidur dan Kualitas

Makan Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit TK II Pelamonia

Makassar. Makassar: FK Universitas Hasanuddin.

Page 207: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

190

LAMPIRAN

(Buysse dkk., 1989, Lameshow dkk., 1990, Allen dkk., 1991, Johns, 1991, LaDou, 1994, NTSB, 1995, Kuswadji, 1997,

Tayyari dan Smith, 1997, Allen, 1998, Smyth, 1999, Suma'mur, 1999, Craven dan Hirnle, 2000, Lanywati, 2001, Bastable,

2002, Gunarsa, 2002, Prijosaksono dan Sembel, 2002, Sudo dan Ohtsuka, 2002, Harrington dan Gill, 2003, Wirakusumah,

2003, Boari dkk., 2004, Kowalski dkk., 2004, Muaris, 2004, Nurmianto, 2004, Rafknowledge, 2004, Bukit, 2005, Di lorio,

2005, IPAQ, 2005, Nashori dan Diana, 2005, NSF, 2005, Potter dan Perry, 2005, Stranks, 2005, Dewi, 2006, Grandner dkk.,

2006, Heffner dan Schust, 2006, Martono dan Joewana, 2006, Oginska dan Pokorskri, 2006, Yi dkk., 2006, Amir, 2007,

Apriadji, 2007, Gumilar, 2007, Kastler dan Davidson, 2007, Spilsbury dkk., 2007, Subakti dan Anggraini, 2007, Tjay dan

Rahardja, 2007, Asmadi, 2008, Buysse dkk., 2008, Handayani, 2008, Maurits dan Widodo, 2008, Sarah dan Moesijanti, 2008,

Uliyah dan Hidayat, 2008, Bakhshani dkk., 2009, Haryono dkk., 2009, Mardiana, 2009, Nurlela dkk., 2009, Prasadja, 2009,

Suma'mur, 2009, Tamher dan Noorkasiani, 2009, Tandra, 2009, Utami dan Bayhakki, 2009, Widyarini, 2009, Amran dkk.,

2010, Epstein dan Mardon, 2010, Fink, 2010, NS, 2010, Tarwoto dan Wartonah, 2010, Anggrajani dan Muhdi, 2011,

Fajarwati dkk., 2011, Febriana dan Wahyuningsih, 2011, Gracia dkk., 2011, Hidayat, 2011, Huisinga dkk., 2011, Kodrat,

2011, NHLBI, 2011, Rosanti, 2011, Agustin, 2012, Amran, 2012, Amran dan Handayani, 2012, Indrawati, 2012, Slater dan

Steier, 2012, Umami dan Priyanto, 2012, Wildani, 2012, Wu dkk., 2012, Hidayati, 2013, Mesarini dan Astuti, 2013,

Muizzudin, 2013, Rachmawati, 2013, Revalicha dan Sami'an, 2013, Sudibjo dkk., 2013, Wahyuni dan Ni'mah, 2013,

Zakariyati, 2013, Andriyani, 2014, Basri dan Apriliani, 2014, BPS, 2014, Chesnal dkk., 2014, Dewi, 2014, Dirgayudha, 2014,

Hananta dkk., 2014, Handayani, 2014, Pratiwi, 2014, Puspita, 2014, Saftarina dan Hasanah, 2014, Siagian, 2014, Suastari

dkk., 2014, Sulistiyowati dan Nisa, 2014, Sumirta dan Laraswati, 2014, Azis, 2015, Dariah dan Okatiranti, 2015, Maghfirah,

2015, Oktavia, 2015, Putri, 2015, Ratikasari, 2015, Suwartika dan Cahyati, 2015, Tarihoran dkk., 2015, EKU Online, 2016,

NSF, 2016, Perumal dkk., 2016)

LAMPIRAN

Page 208: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

1

LAMPIRAN 1

Page 209: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

2

LAMPIRAN 2

KUESIONER

“ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT

WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016”

Assalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.

Saya Eka Ari Nuryanti, mahasiswa Peminatan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (K3) Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini merupakan tugas akhir

untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Responden diharapkan menjawab setiap pertanyaan dengan sejujur-jujurnya.

Setiap jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan tidak akan mempengaruhi

penilaian terhadap kinerja responden. Dengan segala kerendahan hati dimohon

agar responden bersedia menjawab seluruh pertanyaan yang ada di dalam

kuesioner ini.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih atas kesediaan menjadi responden

dalam penelitian ini. Semoga Allah menjadikan sebagai amal ibadah di sisi-Nya

dan semoga Allah membalas dengan kebaikan yang banyak. Aamiin.

Wassalamu’alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh.

..................................................................................................................................

Formulir Persetujuan Menjadi Responden

Saya yang bertAnda tangan di bawah ini menyatakan bersedia secara

sukarela menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Analisis Determinan

Kualitas Tidur Pada Pekerja Shift Wanita di PT. Sandratex Tahun 2016” yang

dilakukan oleh Eka Ari Nuryanti, mahasiswa Peminatan Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran

dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Saya

akan memberikan informasi dengan sebenar-benarnya dan sejujurnya. Saya sudah

mengetahui tujuan dan manfaat dari penelitian ini, serta Saya mengerti bahwa data

yang telah diberikan akan dijaga kerahasiaannya, digunakan hanya untuk

kepentingan penelitian, dan tidak akan mempengaruhi penilaian terhadap kinerja

Saya di perusahaan.

Demikian pernyataan ini saya buat tanpa tekanan dari pihak manapun.

Rempoa, Agustus 2016

Responden

_________________________

Page 210: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

3

A. IDENTITAS RESPONDEN

No Pertanyaan Jawaban

A1 Nama

A2 Divisi/Bagian Kerja Spining 1

Wiving 2

A3 Jenis shift kerja yang sedang dijalani

saat ini

Shift Pagi 0

Shift Siang 1

Shift Malam 2

Isilah Pertanyaan di Bawah Ini Sesuai dengan yang Anda Rasakan

B. KUALITAS TIDUR

Kuesioner The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI)

No Pertanyaan Jawaban

B1 Selama 1 bulan terakhir, sekitar pukul berapa biasanya Anda

tidur di malam hari?

______.______

WIB

B2 Selama 1 bulan terakhir, berapa lama (dalam menit) biasanya

Anda membutuhkan waktu untuk dapat tidur di malam hari?

____________

Menit

B3 Selama 1 bulan terakhir, sekitar pukul berapa biasanya Anda

bangun tidur di pagi hari?

______.______

WIB

B4 Selama 1 bulan terakhir, berapa jam Anda dapat tidur nyenyak

di malam hari? ____________ Jam

Isilah Pertanyaan dengan Melingkari (O), Memberi Tanda Silang (X), atau Tanda

Ceklis ( ) pada Jawaban yang Sesuai dengan yang Anda Rasakan

B5

SELAMA 1 BULAN TERAKHIR

Seberapa sering masalah-masalah di

bawah ini mengganggu Anda?

Tidak

pernah

(0)

1x

seminggu

(1)

2x

seminggu

(2)

≥ 3x

seminggu

(3)

B5a Tidak dapat tertidur dalam waktu 30 menit 0 1 2 3

B5b Terbangun di tengah malam atau pagi-

pagi sekali 0 1 2 3

B5c Terbangun karena ingin ke toilet 0 1 2 3

B5d Tidak dapat bernapas dengan leluasa 0 1 2 3

B5e Batuk atau mendengkur 0 1 2 3

B5f Merasa kedinginan di malam hari 0 1 2 3

B5g Merasa kepanasan di malam hari 0 1 2 3

B5h Mimpi buruk 0 1 2 3

B5i Merasa nyeri 0 1 2 3

B6

Selama 1 bulan terakhir, seberapa sering

Anda mengkonsumsi obat untuk

membantu Anda agar dapat tertidur (resep

atau pun dari toko obat) ?

0 1 2 3

Page 211: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

4

B5

SELAMA 1 BULAN TERAKHIR

Seberapa sering masalah-masalah di

bawah ini mengganggu Anda?

Tidak

pernah

(0)

1x

seminggu

(1)

2x

seminggu

(2)

≥ 3x

seminggu

(3)

B7

Selama 1 bulan terakhir, seberapa sering

Anda mengantuk saat berkendaraan,

makan, atau ketika melakukan aktivitas

sosial ?

0 1 2 3

Tidak

Menjadi

Masalah

(0)

Hanya

Masalah

Kecil

(1)

Agak

Menjadi

Masalah

(2)

Masalah

Besar

(3)

B8

Selama 1 bulan terakhir, seberapa besar

Anda untuk dapat tetap bersemangat atau

antusias dalam mengerjakan sesuatu ?

0 1 2 3

Sangat

Baik

(0)

Baik

(1)

Buruk

(2)

Sangat

Buruk

(3)

B9

Selama 1 bulan terakhir, bagaimana

Anda menilai kualitas tidur Anda secara

keseluruhan ?

0 1 2 3

C. DETERMINAN KUALITAS TIDUR

C1. PENYAKIT FISIK

No Pertanyaan Ya

(0)

Tidak

(1)

C1a Apakah Anda memiliki penyakit yang membuat Anda merasa mudah

atau sulit untuk tidur? 0 1

C1b Apakah Anda mengalami kesulitan tidur karena merasa nyeri pada

bagian tubuh tertentu ? 0 1

C1c Apakah Anda sering terbangun di tengah malam karena ingin pergi ke

toilet untuk buang air kecil? 0 1

C1d Apakah Anda dapat bernapas dengan nyaman saat tidur? 0 1

C2. STRES EMOSIONAL

No Pertanyaan Ya

(0)

Tidak

(1)

C2a Apakah saat ini Anda sedang mengalami permasalahan yang cukup

mengganggu fikiran Anda? 0 1

C2b Ketika Anda memiliki permasalahan di tempat kerja, apakah Anda

mengalami sulit tidur? 0 1

C2c Ketika Anda memiliki permasalahan apakah Anda sering terbangun dari

tidur karena memikirkan permasalahan tersebut? 0 1

Page 212: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

5

C3. KELELAHAN

Kuesioner Subjective Self Rating Test (SSRT)

No Pertanyaan Tidak

Pernah

(0)

Kadang

-

Kadang

(1)

Sering

(2)

Sangat

Sering

(3)

Apakah Anda Merasakan Hal-Hal di

Bawah ini?

C4.1 Berat di bagian kepala setelah bekerja 0 1 2 3

C3.2 Lelah pada seluruh badan setelah bekerja 0 1 2 3

C3.3 Kaki terasa berat setelah bekerja 0 1 2 3

C3.4 Menguap setelah bekerja 0 1 2 3

C3.5 Fikiran terasa kacau setelah bekerja 0 1 2 3

C3.6 Mengantuk setelah bekerja 0 1 2 3

C3.7 Ada beban pada mata setelah bekerja 0 1 2 3

C3.8 Kaku/canggung dalam bergerak setelah

bekerja 0 1 2 3

C3.9 Sempoyongan / tidak berdiri stabil setelah

bekerja 0 1 2 3

C3.10 Ada perasaan ingin berbaring setelah bekerja 0 1 2 3

C3.11 Susah berfikir setelah bekerja 0 1 2 3

C3.12 Lelah untuk berbicara setelah bekerja 0 1 2 3

C3.13 Menjadi gugup setelah bekerja 0 1 2 3

C3.14 Tidak bisa berkonsentrasi setelah bekerja shift

malam 0 1 2 3

C3.15 Tidak bisa memusatkan perhatian terhadap

sesuatu setelah bekerja 0 1 2 3

C3.16 Punya kecenderungan untuk lupa setelah

bekerja 0 1 2 3

C3.17 Kurang percaya diri setelah bekerja 0 1 2 3

C3.18 Cemas terhadap sesuatu setelah bekerja 0 1 2 3

C3.19 Tidak dapat mengontrol sikap setelah bekerja 0 1 2 3

C3.20 Tidak dapat tekun dalam pekerjaan setelah

bekerja 0 1 2 3

C3.21 Sakit dikepala 0 1 2 3

C3.22 Kaku di bagian bahu setelah bekerja 0 1 2 3

C3.23 Nyeri di punggung setelah bekerja 0 1 2 3

C3.24 Nafas terasa tertekan setelah bekerja 0 1 2 3

C3.25 Haus setelah bekerja 0 1 2 3

C3.26 Suara terasa serak setelah bekerja 0 1 2 3

C3.27 Pening setelah bekerja 0 1 2 3

C3.28 Kelopak mata terasa kejang setelah bekerja 0 1 2 3

C3.29 Anggota badan terasa bergetar (tremor)

setelah bekerja 0 1 2 3

C3.30 Merasa kurang sehat setelah bekerja 0 1 2 3

Page 213: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

6

C4. KEBIASAAN MAKAN

No Pertanyaan Ya

(0)

Tidak

(1)

C4a Apakah Anda mengkonsumsi makanan sebelum tidur? 0 1

C4b Apakah Anda menahan lapar sebelum tidur setelah bekerja? 0 1

C4c

Apakah Anda mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat

tinggi (seperti nasi, roti gandum, ubi jalar, talas, biskuit, sereal, mie

basah, kentang, jagung) sebelum tidur?

0 1

C5. OBAT-OBATAN

No Pertanyaan Ya

(0)

Tidak

(1)

C5a Apakah Anda sedang mengkonsumsi obat-obatan yang memberikan

efek samping rasa kantuk? 0 1

C5b Apakah Anda sedang mengkonsumsi obat-obatan yang memberikan

efek samping kesulitan untuk tidur? 0 1

Isilah Pertanyaan dengan Melingkari (O), Memberi Tanda Silang (X), atau Tanda Ceklis

( ) pada Jawaban yang Sesuai dengan yang Anda Rasakan DI SIANG HARI pada Tiap

Kegiatan di Bawah Ini

C6. HIPERSOMNIA

Kuesioner Epworth Sleepiness Scale (ESS)

No Kegiatan

Tidak

Pernah

Mengantuk

(0)

Sedikit

Mengantuk

(1)

Cukup

Mengantuk

(2)

Sangat

Mengantuk

dan Jatuh

Tertidur

(3)

C6a Duduk dan membaca 0 1 2 3

C6b Menonton televisi 0 1 2 3

C6c

Duduk diam di tempat umum

(misalnya bioskop atau sedang

rapat)

0 1 2 3

C6d Sebagai penumpang mobil/motor

selama satu jam tanpa istirahat 0 1 2 3

C6e

Rebahan untuk beristirahat di

siang hari ketika keadaan

memungkinkan

0 1 2 3

C6f Duduk dan berbicara dengan

seseorang 0 1 2 3

C6g Duduk tenang setelah makan siang

tanpa minum kopi atau teh 0 1 2 3

C6h

Di dalam mobil dan mobil berhenti

selama beberapa menit karena

macet

0 1 2 3

Page 214: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

7

Isilah Pertanyaan dengan Melingkari (O) atau Memberi Tanda Silang (X) pada Jawaban

yang Sesuai dan Menggambarkan INTENSITAS GEJALA PRAMENSTRUASI PADA

SIKLUS MENSTRUASI TERAKHIR. Gejala-Gejala di bawah ini merupakan gejala yang

mungkin terjadi selama fase pramenstruasi. Fase ini dimulai sekitar 7 hari sebelum siklus

menstruasi dimulai dan berakhir hingga menstruasi dimulai.

C7. SINDROM PRAMENSTRUASI

Kuesioner Shortened Premenstrual Assessment Form (SPAF)

No. Pertanyaan Tidak

Mengalami

(1)

Sangat

Ringan

(2)

Ringan

(3)

Sedang

(4)

Berat

(5)

Ekstrim

(6)

C7a

Payudara terasa nyeri saat

ditekan atau tanpa ditekan,

terjadi pembesaran atau

pembengkakan

1 2 3 4 5 6

C7b

Merasa tidak mampu

mengatasi atau kewalahan

oleh tuntutan atau persoalan

yang biasanya dijalani

1 2 3 4 5 6

C7c Merasa di bawah tekanan

(cemas/tertekan) 1 2 3 4 5 6

C7d

Mudah tersinggung, lekas

marah yang meledak-ledak

atau berlebihan

1 2 3 4 5 6

C7e

Merasa sedih, galau, tidak

bersemangat, sensitif terhadap

penolakan meningkat, mudah

menangis

1 2 3 4 5 6

C7f

Sakit punggung dan panggul,

nyeri sendi dan otot, atau

kekakuan sendi

1 2 3 4 5 6

C7g Peningkatan berat badan 1 2 3 4 5 6

C7h Perut terasa berat, tidak

nyaman, sakit atau nyeri 1 2 3 4 5 6

C7i

Adanya edema,

pembengkakan/bengkak, atau

retensi air (penimbunan air)

pada kaki atau pergelangan

kaki

1 2 3 4 5 6

C7j Perut terasa kembung 1 2 3 4 5 6

C8. MENOPAUSE

No. Pertanyaan Ya

(0)

Tidak

(1)

C8a Apakah Anda masih mengalami haid/menstruasi selama 12 bulan

terakhir? 0 1

Page 215: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

8

C9. AKTIVITAS FISIK

Kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ)

Isilah pertanyaan di bawah ini sesuai dengan AKTIVITAS FISIK ANDA

SELAMA 7 HARI TERAKHIR

Aktivitas fisik berat adalah aktivitas yang menggunakan tenaga fisik kuat

sehingga nafas jauh lebih cepat dari biasanya. Seperti : jalan cepat, jogging/berlari,

bersepeda di medan berliku/tanjakan, dansa, menari, berkebun (dengan

menggunakan peralatan berat, memanjat, memotong ranting), melakukan pekerjaan

rumah tangga (memindahkan furniture, membawa belanja dan benda berat sambil

menaiki/menuruni tangga, bermain dengan anak-anak (berlari, bersepeda), senam

aerobik yang dilakukan minimal selama 10 menit.

C9a. Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari Anda melakukan aktivitas fisik berat

seperti yang dijelaskan di atas?

______________________________ hari seminggu

Cb. Berapa lama waktu yang Anda gunakan untuk melakukan aktivitas fisik berat

tersebut dalam sehari?

_____________ jam ______________ menit sehari

Aktivitas fisik sedang adalah aktivitas yang menggunakan daya fisik yang sedang

sehingga membuat Anda bernafas agak lebih kuat dari biasanya, seperti : yoga,

senam bukan aerobik (golf, tennis, voli, bulu tangkis), berolahraga di rumah (sit up,

push up), berkebun (membersihkan rumput dan daun yang berserakan, mencangkul,

menanam), pekerjaan rumah tangga (mengepel lantai dan membersihkan rumah

dengan banyak menggunakan tangan, menjemur pakaian yang dilakukan minimal

selama 10 menit.

C9c. Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari Anda melakukan aktivitas fisik sedang

seperti yang dijelaskan di atas?

______________________________ hari seminggu

C9d. Berapa lama waktu yang Anda gunakan untuk melakukan aktivitas fisik

sedang tersebut dalam sehari?

_____________ jam ______________ menit sehari

Berjalan kaki termasuk berjalan kaki di rumah, di tempat kerja, berjalan kaki dari

suatu tempat ke tempat lain dan berjalan kaki untuk rekreasi, berolahraga, bersenam

atau berjalan kaki pada waktu senggang yang dilakukan minimal selama 10

menit.

C9e. Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari Anda berjalan kaki seperti yang

dijelaskan di atas?

______________________________ hari seminggu

Page 216: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

9

C9f. Berapa lama waktu yang Anda gunakan untuk berjalan kaki tersebut dalam

sehari?

_____________ jam ______________ menit sehari

Duduk termasuk bagian dari perilaku sedetary. Waktu yang digunakan untuk

duduk pada hari kerja atau dalam rumah termasuk juga waktu duduk yang

dihabiskan di tempat kerja, si rumah, waktu mengerjakan tugas, pada waktu

senggang, mengunjungi teman-teman, membaca, atau duduk atau berbaring sambil

menonton televisi yang dilakukan minimal selama 10 menit.

C9g. Selama 7 hari sebelumnya, berapa hari Anda duduk seperti yang dijelaskan di

atas?

______________________________ hari seminggu

C9h. Berapa lama waktu yang Anda gunakan untuk duduk tersebut dalam sehari?

_____________ jam ______________ menit sehari

Modifikasi kuesioner Rosanti, 2011; Agustin, 2012; dan Sulistiyowati dan Nisa,

2014.

Page 217: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

10

LAMPIRAN 3

Output

A. VALIDITAS DAN RELIABILITAS

1. Kualitas Tidur

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.867 13

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

B5a Tidak dapat tertidur dalam waktu 30 menit

7.57 26.254 .733 .844

B5b Terbangun di tengah malam atau pagi-pagi sekali

7.67 29.195 .612 .855

B5c Terbangun karena ingin ke toilet

7.73 28.616 .703 .850

B5d Tidak dapat berbapas dengan leluasa

7.67 32.299 .097 .877

B5e Batuk atau mendengkur 7.57 25.771 .752 .843

B5f Merasa kedinginan di malam hari

7.57 26.116 .751 .843

B5g Merasa kepanasan di malam hari

7.67 26.368 .793 .841

B5h Mimpi buruk 7.70 28.700 .692 .851

B5i Merasa nyeri 7.53 29.292 .511 .859

B6 Selama 1 bulan terakhir, seberapa sering Anda mengkonsumsi obat untuk memb

7.80 32.234 .019 .894

B7 Selama 1 bulan terakhir, seberapa sering Anda mengantuk saat berkendaraan,

7.63 25.620 .801 .839

B8 Selama 1 bulan terakhir, seberapa besar Anda untuk dapat tetap bersemangat

7.70 28.700 .692 .851

B9 Selama 1 bulan terakhir, bagaimana Anda menilai kualitas tidur Anda secara

7.40 33.076 -.025 .883

2. Hipersomnia

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.790 8

Page 218: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

11

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

C7a Duduk dan membaca 7.83 14.213 .739 .725

C7b Menonton televisi 7.90 18.300 .251 .798

C7c Duduk diam di tempat umum (misalnya bioskop atau sedang rapat)

7.83 15.178 .579 .753

C7d Sebagai penumpang mobil/motor selama satu jam tanpa istirahat

7.23 15.151 .539 .760

C7e Rebahan untuk beristirahat di siang hari ketika keadaan memungkinkan

7.13 14.602 .506 .769

C7f Duduk dan berbicara dengan seseorang

8.17 16.420 .446 .775

C7g Duduk tenang setelah makan siang tanpa minum kopi atau teh

7.80 15.821 .466 .772

C7h Di mobil/motor dan mobil/motor berhenti selama beberapa menit karena macet

8.40 17.076 .453 .775

Page 219: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

12

3. Sindrom Pramenstruasi

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.886 10

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

C8a Payudara terasa nyeri saat ditekan atau tanpa ditekan, terjadi pembesaran

18.73 58.685 .540 .881

C8b Merasa tidak mampu mengatasi atau kewalahan oleh tuntutan atau persoalan y

17.97 52.309 .812 .861

C8c Merasa di bawah tekanan (cemas/tertekan)

18.63 55.826 .553 .880

C8d Mudah tersinggung, lekas marah yang meledak-ledak atau berlebihan

18.30 56.907 .596 .877

C8e Merasa sedih, galau, tidak bersemangat, sensitif terhadap penolakan mening

18.53 56.602 .673 .873

C8f Sakit punggung dan panggul, nyeri sendi dan otot, atau kekakuan sendi

17.93 53.857 .629 .875

C8g Peningkatan berat badan

18.30 54.355 .602 .877

C8h Perut terasa berat, tidak nyaman, sakit atau nyeri

18.40 55.972 .565 .879

C8i Adanya edema, pembengkakan/bengkak, atau retensi air (penimbunan air) pada

17.90 52.852 .670 .872

C8j Perut terasa kembung 18.30 54.355 .602 .877

4. Kelelahan

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.912 30

Page 220: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

13

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

C4.1 Berat di bagian kepala setelah bekerja

27.07 201.099 .558 .927

C4.2 Lelah pada seluruh badan setelah bekerja

26.63 203.482 .470 .928

C4.3 Kaki terasa berat setelah bekerja

27.10 201.610 .484 .928

C4.4 Menguap setelah bekerja 26.90 201.748 .457 .928

C4.5 Fikiran terasa kacau setelah bekerja

26.13 194.326 .596 .926

C4.6 Mengantuk setelah bekerja 26.70 195.045 .683 .925

C4.7 Ada beban pada mata setelah bekerja

26.67 188.437 .780 .923

C4.8 Kaku/canggung dalam bergerak setelah bekerja

26.47 196.120 .543 .927

C4.9 Sempoyongan / tidak berdiri stabil setelah bekerja

26.67 200.230 .473 .928

C4.10 Ada perasaan ingin berbaring setelah bekerja

26.67 193.402 .674 .925

C4.11 Susah berfikir setelah bekerja

27.23 203.426 .416 .928

C4.12 Lelah untuk berbicara setelah bekerja

27.00 200.690 .389 .929

C4.13 Menjadi gugup setelah bekerja

27.23 205.357 .291 .930

C4.14 Tidak bisa berkonsentrasi setelah bekerja shift malam

27.07 200.202 .607 .926

C4.15 Tidak bisa memusatkan perhatian terhadap sesuatu setelah bekerja

27.13 198.326 .695 .925

C4.16 Punya kecenderungan untuk lupa setelah bekerja

27.13 203.430 .421 .928

C4.17 Kurang percaya diri setelah bekerja

27.40 205.766 .337 .929

C4.18 Cemas terhadap sesuatu setelah bekerja

27.20 205.959 .285 .930

C4.19 Tidak dapat mengontrol sikap setelah bekerja

26.07 194.340 .626 .926

C4.20 Tidak dapat tekun dalam pekerjaan setelah bekerja

26.97 205.689 .241 .930

C4.21 Sakit dikepala 26.73 196.754 .565 .927

C4.22 Kaku di bagian bahu setelah bekerja

26.67 195.402 .622 .926

C4.23 Nyeri di punggung setelah bekerja

26.67 193.678 .693 .925

C4.24 Nafas terasa tertekan setelah bekerja

26.93 197.306 .489 .928

C4.25 Haus setelah bekerja 26.43 199.013 .431 .929

C4.26 Suara terasa serak setelah bekerja

26.77 189.564 .751 .924

C4.27 Pening setelah bekerja 26.67 193.333 .707 .925

Page 221: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

14

C4.28 Kelopak mata terasa kejang setelah bekerja

26.07 194.340 .626 .926

C4.29 Anggota badan terasa bergetar (tremor) setelah bekerja

27.10 203.472 .364 .929

C4.30 Merasa kurang sehat setelah bekerja

26.80 195.890 .602 .926

B. HASIL

1. UNIVARIAT

a. Kualitas Tidur b_kualitastidur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid buruk 112 88.9 88.9 88.9

baik 14 11.1 11.1 100.0

Total 126 100.0 100.0

b. Jenis Shift Kerja a3_jenis_shiftkerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid malam 43 34.1 34.1 34.1

siang 42 33.3 33.3 67.5

pagi 41 32.5 32.5 100.0

Total 126 100.0 100.0

c. Stres Emosional c2_stres_emosional

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 64 50.8 50.8 50.8

tidak 62 49.2 49.2 100.0

Total 126 100.0 100.0

d. Aktivitas Fisik c9_aktivitas_fisik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Berat 102 81.0 81.0 81.0

rendah sedang 24 19.0 19.0 100.0

Total 126 100.0 100.0

Page 222: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

15

e. Kebiasaan Makan c4_kebiasaan_makan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak konsumsi 26 20.6 20.6 20.6

Konsumsi 100 79.4 79.4 100.0

Total 126 100.0 100.0

f. Asupan Obat-Obatan c5_asupan_obat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Konsumsi 25 19.8 19.8 19.8

tidak konsumsi 101 80.2 80.2 100.0

Total 126 100.0 100.0

g. Penyakit Fisik c1_penyakit_fisik1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada 95 75.4 75.4 75.4

tidak ada 31 24.6 24.6 100.0

Total 126 100.0 100.0

h. Hipersomnia c6_hipersomia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 35 27.8 27.8 27.8

tidak 91 72.2 72.2 100.0

Total 126 100.0 100.0

i. Sindrom Pramenstruasi c7_pms

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid gejala sedang hingga gejala berat

29 23.0 23.0 23.0

tidak ada gejala hingga gejala ringan

97 77.0 77.0 100.0

Total 126 100.0 100.0

Page 223: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

16

j. Menopause c8_menopause

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sudah 43 34.1 34.1 34.1

belum 83 65.9 65.9 100.0

Total 126 100.0 100.0

k. Kelelahan Descriptives

Statistic Std. Error

skor_kelelahan Mean 24.01 1.102

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 21.83

Upper Bound 26.19

5% Trimmed Mean 23.40

Median 23.00

Variance 153.032

Std. Deviation 12.371

Minimum 3

Maximum 71

Range 68

Interquartile Range 16

Skewness .781 .216

Kurtosis 1.415 .428

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

skor_kelelahan .080 126 .045 .955 126 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Page 224: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

17

2. BIVARIAT

a. Jenis Shift Kerja Crosstab

b_kualitastidur

Total buruk baik

a3_jenis_shiftkerja malam Count 39 4 43

% within a3_jenis_shiftkerja 90.7% 9.3% 100.0%

siang Count 37 5 42

% within a3_jenis_shiftkerja 88.1% 11.9% 100.0%

pagi Count 36 5 41

% within a3_jenis_shiftkerja 87.8% 12.2% 100.0%

Total Count 112 14 126

% within a3_jenis_shiftkerja 88.9% 11.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square .218a 2 .897

Likelihood Ratio .224 2 .894

Linear-by-Linear Association .179 1 .672

N of Valid Cases 126

a. 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,56.

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper

Step 1a a3_jenis_shiftkerja .217 2 .897

a3_jenis_shiftkerja(1) -.303 .710 .183 1 .669 .738 .184 2.967

a3_jenis_shiftkerja(2) -.027 .674 .002 1 .968 .973 .259 3.649

Constant -1.974 .477 17.109 1 .000 .139

a. Variable(s) entered on step 1: a3_jenis_shiftkerja.

b. Stres Emosional Crosstab

b_kualitastidur

Total buruk baik

c2_stres_emosional ya Count 58 6 64

% within c2_stres_emosional 90.6% 9.4% 100.0%

tidak Count 54 8 62

% within c2_stres_emosional 87.1% 12.9% 100.0%

Total Count 112 14 126

% within c2_stres_emosional 88.9% 11.1% 100.0%

Page 225: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

18

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .397a 1 .529

Continuity Correctionb .120 1 .729

Likelihood Ratio .398 1 .528

Fisher's Exact Test .581 .365

Linear-by-Linear Association .394 1 .530

N of Valid Casesb 126

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,89.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for c2_stres_emosional (ya / tidak)

1.432 .467 4.396

For cohort b_kualitastidur = buruk

1.041 .919 1.178

For cohort b_kualitastidur = baik

.727 .267 1.973

N of Valid Cases 126

c. Aktivitas Fisik Crosstab

b_kualitastidur

Total buruk baik

c9_aktivitas_fisik

Berat Count 91 11 102

% within c9_aktivitas_fisik 89.2% 10.8% 100.0%

rendah sedang Count 21 3 24

% within c9_aktivitas_fisik 87.5% 12.5% 100.0%

Total Count 112 14 126

% within c9_aktivitas_fisik 88.9% 11.1% 100.0%

Page 226: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

19

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .058a 1 .810

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .056 1 .812

Fisher's Exact Test .729 .523

Linear-by-Linear Association .057 1 .811

N of Valid Casesb 126

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,67.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for c9_aktivitas_fisik (berat / rendah sedang)

1.182 .303 4.613

For cohort b_kualitastidur = buruk

1.020 .864 1.203

For cohort b_kualitastidur = baik

.863 .261 2.855

N of Valid Cases 126

d. Kebiasaan Makan

c4_kebiasaan_makan * b_kualitastidur Crosstabulation

b_kualitastidur

Total buruk baik

c4_kebiasaan_makan

tidak konsumsi Count 24 2 26

% within c4_kebiasaan_makan

92.3% 7.7% 100.0%

konsumsi Count 88 12 100

% within c4_kebiasaan_makan

88.0% 12.0% 100.0%

Total Count 112 14 126

% within c4_kebiasaan_makan

88.9% 11.1% 100.0%

Page 227: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

20

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .388a 1 .534

Continuity Correctionb .074 1 .785

Likelihood Ratio .419 1 .518

Fisher's Exact Test .733 .414

Linear-by-Linear Association .385 1 .535

N of Valid Casesb 126

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,89.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for c4_kebiasaan_makan (tidak konsumsi / konsumsi)

1.636 .343 7.815

For cohort b_kualitastidur = buruk

1.049 .919 1.198

For cohort b_kualitastidur = baik

.641 .153 2.688

N of Valid Cases 126

e. Asupan Obat-Obatan Crosstab

b_kualitastidur

Total buruk baik

c5_asupan_obat

Konsumsi Count 25 0 25

% within c5_asupan_obat 100.0% .0% 100.0%

tidak konsumsi Count 87 14 101

% within c5_asupan_obat 86.1% 13.9% 100.0%

Total Count 112 14 126

% within c5_asupan_obat 88.9% 11.1% 100.0%

Page 228: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

21

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 3.899a 1 .048

Continuity Correctionb 2.621 1 .105

Likelihood Ratio 6.613 1 .010

Fisher's Exact Test .070 .037

Linear-by-Linear Association 3.868 1 .049

N of Valid Casesb 126

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,78.

b. Computed only for a 2x2 table

f. Penyakit Fisik c1_penyakit_fisik1 * b_kualitastidur Crosstabulation

b_kualitastidur

Total buruk baik

c1_penyakit_fisik1 Ada Count 88 7 95

% within c1_penyakit_fisik1 92.6% 7.4% 100.0%

tidak ada Count 24 7 31

% within c1_penyakit_fisik1 77.4% 22.6% 100.0%

Total Count 112 14 126

% within c1_penyakit_fisik1 88.9% 11.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 5.476a 1 .019

Continuity Correctionb 4.044 1 .044

Likelihood Ratio 4.805 1 .028

Fisher's Exact Test .042 .027

Linear-by-Linear Association 5.433 1 .020

N of Valid Casesb 126

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,44.

b. Computed only for a 2x2 table

Page 229: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

22

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for c1_penyakit_fisik1 (ada / tidak ada)

3.667 1.172 11.473

For cohort b_kualitastidur = buruk

1.196 .981 1.459

For cohort b_kualitastidur = baik

.326 .124 .857

N of Valid Cases 126

g. Hipersomnia Crosstab

b_kualitastidur

Total buruk baik

c6_hipersomia ya Count 30 5 35

% within c6_hipersomia 85.7% 14.3% 100.0%

tidak Count 82 9 91

% within c6_hipersomia 90.1% 9.9% 100.0%

Total Count 112 14 126

% within c6_hipersomia 88.9% 11.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .495a 1 .482

Continuity Correctionb .150 1 .699

Likelihood Ratio .473 1 .492

Fisher's Exact Test .531 .338

Linear-by-Linear Association .491 1 .484

N of Valid Casesb 126

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,89.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for c6_hipersomia (ya / tidak)

.659 .204 2.123

For cohort b_kualitastidur = buruk

.951 .818 1.107

For cohort b_kualitastidur = baik

1.444 .520 4.011

N of Valid Cases 126

Page 230: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

23

h. Sindrom Pramenstruasi (PMS) Crosstab

b_kualitastidur

Total buruk baik

c7_pms gejala sedang hingga gejala berat

Count 26 3 29

% within c7_pms 89.7% 10.3% 100.0%

tidak ada gejala hingga gejala ringan

Count 86 11 97

% within c7_pms 88.7% 11.3% 100.0%

Total Count 112 14 126

% within c7_pms 88.9% 11.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .022a 1 .881

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .023 1 .880

Fisher's Exact Test 1.000 .592

Linear-by-Linear Association .022 1 .882

N of Valid Casesb 126

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,22.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for c7_pms (gejala sedang hingga gejala berat / tidak ada gejala hingga gejala ringan)

1.109 .287 4.275

For cohort b_kualitastidur = buruk

1.011 .877 1.166

For cohort b_kualitastidur = baik

.912 .273 3.051

N of Valid Cases 126

Page 231: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

24

i. Menopause Crosstab

b_kualitastidur

Total buruk baik

c8_menopause sudah Count 39 4 43

% within c8_menopause 90.7% 9.3% 100.0%

belum Count 73 10 83

% within c8_menopause 88.0% 12.0% 100.0%

Total Count 112 14 126

% within c8_menopause 88.9% 11.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .216a 1 .642

Continuity Correctionb .028 1 .868

Likelihood Ratio .222 1 .638

Fisher's Exact Test .770 .444

Linear-by-Linear Association .215 1 .643

N of Valid Casesb 126

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,78.

b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate

Value

95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for c8_menopause (sudah / belum)

1.336 .393 4.537

For cohort b_kualitastidur = buruk

1.031 .910 1.168

For cohort b_kualitastidur = baik

.772 .257 2.318

N of Valid Cases 126

j. Kelelahan Ranks

b_kualitastidur N Mean Rank Sum of Ranks

skor_kelelahan Buruk 112 65.78 7367.00

Baik 14 45.29 634.00

Total 126

Page 232: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

25

Test Statisticsa

skor_kelelahan

Mann-Whitney U 529.000

Wilcoxon W 634.000

Z -1.981

Asymp. Sig. (2-tailed) .048

a. Grouping Variable: b_kualitastidur

C. CROSSTABS

1. Jenis Shift Kerja Crosstab

c3_kelelahan_kategorik

Total sedang ringan tidak lelah

a3_jenis_shiftkerja

malam Count 0 6 37 43

% within a3_jenis_shiftkerja .0% 14.0% 86.0% 100.0%

siang Count 2 10 30 42

% within a3_jenis_shiftkerja 4.8% 23.8% 71.4% 100.0%

pagi Count 1 18 22 41

% within a3_jenis_shiftkerja 2.4% 43.9% 53.7% 100.0%

Total Count 3 34 89 126

% within a3_jenis_shiftkerja 2.4% 27.0% 70.6% 100.0%

a3_jenis_shiftkerja * c8_menopause Crosstabulation

c8_menopause

Total sudah belum

a3_jenis_shiftkerja

malam Count 12 31 43

% within a3_jenis_shiftkerja 27.9% 72.1% 100.0%

siang Count 14 28 42

% within a3_jenis_shiftkerja 33.3% 66.7% 100.0%

pagi Count 17 24 41

% within a3_jenis_shiftkerja 41.5% 58.5% 100.0%

Total Count 43 83 126

% within a3_jenis_shiftkerja 34.1% 65.9% 100.0%

Page 233: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

26

2. Stres Emosional Crosstab

c3_kelelahan_kategorik

Total sedang ringan tidak lelah

c2_stres_emosional

ya Count 3 23 38 64

% within c2_stres_emosional 4.7% 35.9% 59.4% 100.0%

tidak Count 0 11 51 62

% within c2_stres_emosional .0% 17.7% 82.3% 100.0%

Total Count 3 34 89 126

% within c2_stres_emosional 2.4% 27.0% 70.6% 100.0%

Crosstab

c8_menopause

Total sudah belum

c2_stres_emosional Ya Count 23 41 64

% within c2_stres_emosional 35.9% 64.1% 100.0%

Tidak Count 20 42 62

% within c2_stres_emosional 32.3% 67.7% 100.0%

Total Count 43 83 126

% within c2_stres_emosional 34.1% 65.9% 100.0%

3. Aktivitas Fisik Crosstab

c3_kelelahan_kategorik

Total sedang ringan tidak lelah

c9_aktivitas_fisik

berat Count 1 31 70 102

% within c9_aktivitas_fisik 1.0% 30.4% 68.6% 100.0%

rendah sedang Count 2 3 19 24

% within c9_aktivitas_fisik 8.3% 12.5% 79.2% 100.0%

Total Count 3 34 89 126

% within c9_aktivitas_fisik 2.4% 27.0% 70.6% 100.0%

Crosstab

c8_menopause

Total sudah belum

c9_aktivitas_fisik Berat Count 37 65 102

% within c9_aktivitas_fisik 36.3% 63.7% 100.0%

rendah sedang Count 6 18 24

% within c9_aktivitas_fisik 25.0% 75.0% 100.0%

Total Count 43 83 126

% within c9_aktivitas_fisik 34.1% 65.9% 100.0%

Page 234: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

27

c9_aktivitas_fisik * c4_kebiasaan_makan Crosstabulation

c4_kebiasaan_makan

Total tidak konsumsi konsumsi

c9_aktivitas_fisik

Berat Count 19 83 102

% within c9_aktivitas_fisik 18.6% 81.4% 100.0%

rendah sedang Count 7 17 24

% within c9_aktivitas_fisik 29.2% 70.8% 100.0%

Total Count 26 100 126

% within c9_aktivitas_fisik 20.6% 79.4% 100.0%

4. Kebiasaan Makan Crosstab

c3_kelelahan_kategorik

Total sedang ringan tidak lelah

c4_kebiasaan_makan

tidak konsumsi Count 2 8 16 26

% within c4_kebiasaan_makan

7.7% 30.8% 61.5% 100.0%

Konsumsi Count 1 26 73 100

% within c4_kebiasaan_makan

1.0% 26.0% 73.0% 100.0%

Total Count 3 34 89 126

% within c4_kebiasaan_makan

2.4% 27.0% 70.6% 100.0%

Crosstab

a3_jenis_shiftkerja

Total malam siang pagi

c4_kebiasaan_makan

tidak konsumsi

Count 7 10 9 26

% within c4_kebiasaan_makan

26.9% 38.5% 34.6% 100.0%

konsumsi Count 36 32 32 100

% within c4_kebiasaan_makan

36.0% 32.0% 32.0% 100.0%

Total Count 43 42 41 126

% within c4_kebiasaan_makan

34.1% 33.3% 32.5% 100.0%

Page 235: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

28

5. Asupan Obat-Obatan Crosstab

c8_menopause

Total sudah belum

c5_asupan_obat Konsumsi Count 11 14 25

% within c5_asupan_obat 44.0% 56.0% 100.0%

tidak konsumsi Count 32 69 101

% within c5_asupan_obat 31.7% 68.3% 100.0%

Total Count 43 83 126

% within c5_asupan_obat 34.1% 65.9% 100.0%

6. Hipersomnia Crosstab

a3_jenis_shiftkerja

Total malam siang pagi

c6_hipersomia ya Count 12 9 14 35

% within c6_hipersomia 34.3% 25.7% 40.0% 100.0%

tidak Count 31 33 27 91

% within c6_hipersomia 34.1% 36.3% 29.7% 100.0%

Total Count 43 42 41 126

% within c6_hipersomia 34.1% 33.3% 32.5% 100.0%

Crosstab

c8_menopause

Total sudah belum

c6_hipersomia ya Count 13 22 35

% within c6_hipersomia 37.1% 62.9% 100.0%

tidak Count 30 61 91

% within c6_hipersomia 33.0% 67.0% 100.0%

Total Count 43 83 126

% within c6_hipersomia 34.1% 65.9% 100.0%

7. Sindrom Pramenstruasi c7_pms * c3_kelelahan_kategorik Crosstabulation

c3_kelelahan_kategorik

Total sedang ringan tidak lelah

c7_pms gejala sedang hingga gejala berat

Count 3 15 11 29

% within c7_pms 10.3% 51.7% 37.9% 100.0%

tidak ada gejala hingga gejala ringan

Count 0 19 78 97

% within c7_pms .0% 19.6% 80.4% 100.0%

Total Count 3 34 89 126

% within c7_pms 2.4% 27.0% 70.6% 100.0%

Page 236: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

29

8. Menopause Crosstab

c3_kelelahan_kategorik

Total sedang ringan tidak lelah

c8_menopause sudah Count 2 7 34 43

% within c8_menopause 4.7% 16.3% 79.1% 100.0%

belum Count 1 27 55 83

% within c8_menopause 1.2% 32.5% 66.3% 100.0%

Total Count 3 34 89 126

% within c8_menopause 2.4% 27.0% 70.6% 100.0%

Crosstab

c6_hipersomia

Total ya tidak

c8_menopause sudah Count 13 30 43

% within c8_menopause 30.2% 69.8% 100.0%

belum Count 22 61 83

% within c8_menopause 26.5% 73.5% 100.0%

Total Count 35 91 126

% within c8_menopause 27.8% 72.2% 100.0%

D. JAWABAN PERTANYAAN

C1A_n

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 98 77.8 77.8 77.8

ya 28 22.2 22.2 100.0

Total 126 100.0 100.0

C1B_n

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 78 61.9 61.9 61.9

ya 48 38.1 38.1 100.0

Total 126 100.0 100.0

C1C_n

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 63 50.0 50.0 50.0

Ya 63 50.0 50.0 100.0

Total 126 100.0 100.0

Page 237: ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT€¦ · ANALISIS DETERMINAN KUALITAS TIDUR PADA PEKERJA SHIFT. WANITA DI PT. SANDRATEX TAHUN 2016. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi

30

C1D_n

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya 114 90.5 90.5 90.5

tidak 12 9.5 9.5 100.0

Total 126 100.0 100.0

c6a_rec

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 118 93.7 93.7 93.7

ya 8 6.3 6.3 100.0

Total 126 100.0 100.0

c6b_rec

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 124 98.4 98.4 98.4

ya 2 1.6 1.6 100.0

Total 126 100.0 100.0

b6_rec

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 106 84.1 84.1 84.1

ya 20 15.9 15.9 100.0

Total 126 100.0 100.0

B6 Selama 1 bulan terakhir, seberapa sering Anda mengkonsumsi obat untuk

memb

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak pernah 106 84.1 84.1 84.1

1x seminggu 12 9.5 9.5 93.7

2x seminggu 7 5.6 5.6 99.2

>= 3x seminggu 1 .8 .8 100.0

Total 126 100.0 100.0