22
Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019 78 ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST) TERHADAP PENCAPAIAN LABA PADA RUMAH SAKIT SUMBER HIDUP KOTA AMBON Dominggus B Jotlely, St. Siaila Email: [email protected], [email protected] Abstract Quality costs are costs associated with preventing, identifying, repairing and correcting low quality products and with the opportunity costs of lost production and sales time as a result of poor quality. Quality costs are evaluated by comparing actual costs with budgeted costs. Comparison of quality costs still uses the absolute amount of costs actually spent with those budgeted. This study aims to calculate and analyze the costs of quality (prevention costs, valuation costs, failure costs) and profit achievement, so it can be seen that the variable costs have a significant relationship to the profit achievement of the Sumber Sumber Ambon Hospital. This type of research uses a quantitative methodology, by calculating the values in the financial statements of Sumber Hidup Hospital Ambon in 2015 - 2017. The results showed that the cost of quality has a positive and significant effect on the achievement of profits simultaneously. Partially, prevention costs have a positive and significant effect on the achievement of earnings, valuation costs have no significant effect on the achievement of profits, while the cost of failure has a negative and significant impact on the achievement of profits at the Ambon Sumber Hidup Hospital in 2015 - 2017. Keywords: Quality Cost, Achievement of Profit PENDAHULUAN Peningkatan kualitas produk sesuai standar yang telah ditetapkan dapat dipastikan yang menjadi focus adalah masalah pengendalian jumlah biaya kegagalan dalam suatu perusahaan. Akibat adanya usaha peningkatan kualitas maka timbul biaya kualitas. Biaya kualitas menurut Hansen dan Owen (2005) adalah biaya yang timbul karena terdapatnya produk yang dihasilkan ternyata yang buruk kualitasnya, yang berimplikasi pada biaya kualitas. Biaya kualitas tersebut terdiri atas 3 (tiga) kategori utama yakni biaya pencegahan (prevention cost), biaya penilaian (appraisal cost), dan biaya kegagalan (failure cost). Biaya pencegahan terjadi untuk mencegah kualitas yang buruk pada produk atau jasa yang dihasilkan. Biaya penilaian untuk menentukan apakah produk jasa yang telah sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan pelanggan. Biaya kegagalan terjadi karena produk jasa yang dihasilkan tidak sesuai dengan spesifikasi atau kebutuhan pelanggan, serta terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan gagal memenuhi persyaratan atau tidak memuaskan kebutuhan pelanggan setelah produk sampai kepada pelanggan. Alimin Maidin, dkk (2011) telah melakukan penelitian atas Biaya Kualitas Terhadap Profitabilitas Unit Perawatan VIP Rumah Sakit Stella Maris Makassar mengatakan bahwa dari keseluruhan kom- ponen biaya kualitas, terdapat beberapa jenis biaya yang dapat mempengaruhi profitabilitas unit perawatan VIP secara

ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

78

ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST)

TERHADAP PENCAPAIAN LABA PADA RUMAH SAKIT

SUMBER HIDUP KOTA AMBON

Dominggus B Jotlely, St. Siaila

Email: [email protected], [email protected]

Abstract

Quality costs are costs associated with preventing, identifying, repairing

and correcting low quality products and with the opportunity costs of lost

production and sales time as a result of poor quality. Quality costs are evaluated

by comparing actual costs with budgeted costs. Comparison of quality costs still

uses the absolute amount of costs actually spent with those budgeted.

This study aims to calculate and analyze the costs of quality (prevention

costs, valuation costs, failure costs) and profit achievement, so it can be seen

that the variable costs have a significant relationship to the profit achievement of

the Sumber Sumber Ambon Hospital. This type of research uses a quantitative

methodology, by calculating the values in the financial statements of Sumber

Hidup Hospital Ambon in 2015 - 2017.

The results showed that the cost of quality has a positive and significant

effect on the achievement of profits simultaneously. Partially, prevention costs

have a positive and significant effect on the achievement of earnings, valuation

costs have no significant effect on the achievement of profits, while the cost of

failure has a negative and significant impact on the achievement of profits at the

Ambon Sumber Hidup Hospital in 2015 - 2017.

Keywords: Quality Cost, Achievement of Profit

PENDAHULUAN

Peningkatan kualitas produk sesuai

standar yang telah ditetapkan dapat

dipastikan yang menjadi focus adalah

masalah pengendalian jumlah biaya

kegagalan dalam suatu perusahaan. Akibat

adanya usaha peningkatan kualitas maka

timbul biaya kualitas. Biaya kualitas

menurut Hansen dan Owen (2005) adalah

biaya yang timbul karena terdapatnya

produk yang dihasilkan ternyata yang

buruk kualitasnya, yang berimplikasi pada

biaya kualitas. Biaya kualitas tersebut

terdiri atas 3 (tiga) kategori utama yakni

biaya pencegahan (prevention cost), biaya

penilaian (appraisal cost), dan biaya

kegagalan (failure cost). Biaya pencegahan

terjadi untuk mencegah kualitas yang

buruk pada produk atau jasa yang

dihasilkan. Biaya penilaian untuk

menentukan apakah produk jasa yang telah

sesuai dengan persyaratan atau kebutuhan

pelanggan. Biaya kegagalan terjadi karena

produk jasa yang dihasilkan tidak sesuai

dengan spesifikasi atau kebutuhan

pelanggan, serta terjadi karena produk dan

jasa yang dihasilkan gagal memenuhi

persyaratan atau tidak memuaskan

kebutuhan pelanggan setelah produk

sampai kepada pelanggan.

Alimin Maidin, dkk (2011) telah

melakukan penelitian atas Biaya Kualitas

Terhadap Profitabilitas Unit Perawatan

VIP Rumah Sakit Stella Maris Makassar

mengatakan bahwa dari keseluruhan kom-

ponen biaya kualitas, terdapat beberapa

jenis biaya yang dapat mempengaruhi

profitabilitas unit perawatan VIP secara

Page 2: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

79

signifikan. Adapun jenis biaya tersebut

adalah biaya pencegahan, biaya penilaian,

dan biaya kegagalan eksternal. Biaya

pencegahan dan penilaian memiliki

koefisien korelasi yang positif untuk

meningkatkan profitabilitas, sedangkan

biaya kegagalan eksternal memiliki

koefisien korelasi negatif, yang dapat

menurunkan profitabilitas unit perawatan

VIP secara signifikan.

Rumah Sakit mempunyai tugas

melaksanakan upaya kesehatan yang

bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan untuk hidup

sehat. Namun saat ini rumah sakit bukan

hanya sebagai fasilitas sarana kesehatan

yang bergerak dibidang jasa tetapi juga

lebih mengarah seperti perusahaan-

perusahaan pada umumnya yakni bertujuan

untuk mencari laba (profit oriented).

Dengan berjalannya waktu, rumah sakit

telah menjadi institusi yang bersifat sosio-

ekonomis. Sehingga tidak heran sekarang

ini banyak dibangun rumah sakit baru yang

memiliki pelayanan seperti hotel

berbintang, teknologi baru dan canggih,

serta dikelola dengan manajemen

profesional yang tentunya berorientasi

profit (Sri. W.A, 1996).

Laba dalam ilmu ekonomi adalah

peningkatan kekayaan seorang investor

sebagai hasil penanam modalnya, setelah

dikurangi biaya-biaya yang berhubungan

dengan penanaman modal tersebut

(termasuk di dalamnya, biaya kesempatan).

Sedangkan pengertian laba dalam akun-

tansi adalah selisih antara harga penjualan

dengan biaya produksi. Publik dan

masyarakat bisnis pada umumnya

mendefinisikan laba dengan menggunakan

konsep akuntansi. Sedangkan dalam hal ini

laba merupakan pendapatan penjualan

setelah dikurangi biaya eksplisit yang

didalamnya juga terdapat biaya kualitas

untuk operasional pelayanan di Rumah

Sakit.

Kualitas merupakan hal dasar yang

menyangkut suatu produk, baik produk

barang atau jasa. Sejauh mana produk

sesuai dengan kebutuhan pemakainya

ditunjukkan dengan kualitas yang dimiliki.

Masalah kualitas akan timbul ketika

produk tidak dapat memberikan fungsinya

secara tepat dan sesuai dengan standar

yang telah ditetapkan. Peningkatan kualitas

dapat mengarah pada keunggulan pasar

yang dapat meningkatkan profitabilitas dan

memberikan kesejahteraan jangka panjang.

Demikian juga penerapannya pada Rumah

Sakit Sumber Hidup (RSSH) di mana biaya

kualitas yang dikeluarkan untuk

peningkatan pelayanan Rumah Sakit

diharapkan mengarah pada keunggulan

pelayanan sehingga akan meningkatkan

laba Rumah Sakit.

Pembahasan perkembangan RSSH

periode 2012-2017 dipisahkan pada 2 (dua)

hal penting yakni perkembangan pelayanan

RSSH dan perkembangan keuangan RSSH.

Perkembangan Pelayanan dikemu-kakan

dengan menyajikan perkembangan 4

(empat) indikator utama sedangkan

perkembangan keuangan RSSH akan

dibahas melalui indikator kemampuan

RSSH dalam menghasilkan dan

meningkatkan keuntungan (laba).

Keberhasilan rumah sakit diukur dari

kemampuan menghasilkan produk

pelayanan dengan efektif dan efisien,

kemampuannya melakukan pengembangan

organisasi, kemampuannya melakukan

adaptasi terhadap perubahan lingkungan

dan kemampuan memberikan kepuasan

bagi customer internal maupun eksternal.

Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu

adanya dukungan dari berbagai faktor yang

terkait antara lain melalui penyelenggaraan

rekam medis. Statistik rumah sakit juga

bermanfaat sebagai bahan acuan dan

sebagai bahan evaluasi untuk mening-

katkan mutu pelayanan di rumah sakit.

Setiap Tahun RSSH wajib

menyiapkan Rancangan Anggaran untuk

setahun kedepan yang akan digunakan

sebagai pedoman dalam pelaksanaan

operasi RSSH. Dalam Anggaran dan

Realisasi Laporan Laba Rugi RSSH,

ketiga biaya kualitas yang akan dijadikan

sebagai bahan penelitian dirinci sebagai

berikut. Biaya pencegahan terdiri dari

Page 3: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

80

tunjangan fungsional, tunjangan perbaikan

penghasilan, jasa dokter/petugas

IGD/OK/petugas medis, pengadaan

peralatan klinik dan non klinik, pengadaan

perlengkapan, pemeliharaan gedung dan

peralatan penunjang, pemeliharaan

kendaraan, biaya pendidikan dan latihan,

penyusunan anggaran biaya penyusunan

pedoman RS. Biaya penilaian terdiri dari

biaya rapat – rapat, biaya penunjang klinik

dan non klinik, biaya akreditasi. Biaya

kegagalan (internal dan eksternal) terdiri

dari biaya pemeliharaan peralatan klinik

dan non klinik serta asumsi potensi

kehilangan pangsa pasar yaitu perhitungan

perbandingan laba bersih terhadap Bed

Occupancy Rate (BOR). Berikut adalah

jumlah biaya kualitas yang dikeluarkan

RSSH selama 3 (tiga) tahun dari 2015

hingga 2017.

Berdasarkan grafif di atas

teridentifikasi biaya kualitas yang

dikeluarkan, terutama pada biaya

pencegahan (prevention cost). Menurut

teori dan penelitian terdahulu, peningkatan

biaya pencegahan dan biaya penilaian akan

berdampak pada peningkatan laba. Grafik

menunjukan tren penurunan terjadi pada

biaya pencegahan dan penilaian. Biaya

kegagalan (internal dan eksternal) berhasil

ditekan pada tahun 2016 tetapi di tahun

2017 mengalami tren menaik kembali.

Perkembangan biaya kualitas yang baik ini

akan berdampak baik bagi pencapaian laba

RSSH. Kondisi riil pada RSSH tidak

terjadi demikian, di mana peningkatan

biaya pencegahan dan biaya penilaian serta

biaya kegagalan yang ditekan tidak

berdampak maksimal terhadap peningkatan

laba. Untuk itu, perlunya dilakukan analisis

biaya kualitas guna memperoleh

pengukuran dalam nilai uang yang setiap

aktivitas kualitas. Selain itu juga

mengadakan pengukuran yang komparatif

untuk mengevaluasi program kualitas

dibandingkan dengan hasil yang dicapai.

Maka berdasarkan gambaran diatas, judul

yang diangkat untuk diteliti adalah

“Analisis Biaya Kualitas (Quality Cost)

Terhadap Pencapaian Laba Pada

Rumah Sakit Sumber Hidup Kota

Ambon”.

Rumusan permasalahan yang akan

dibahas adalah: (1) Bagaimana pengaruh

biaya pencegahan terhadap pencapaian

laba? (2) Bagaimana pengaruh biaya

penilaian terhadap pencapaian laba? (3)

Bagaimana pengaruh biaya kegagalan

terhadap pencapaian laba? (4) Bagaimana

pengaruh biaya pencegahan, biaya

penilaian, dan biaya kegagalan terhadap

pencapaian laba?

Tujuan yang ingin dicapai pada

penelitian ini adalah untuk mempelajari

dan menganalisis biaya kualitas (Quality

Cost) RSSH Kota Ambon yaitu : (1) Untuk

mengetahui pengaruh biaya pencegahan

terhadap pencapaian laba. (2) Untuk

mengetahui pengaruh biaya penilaian

terhadap pencapaian laba. (3) Untuk

mengetahui pengaruh biaya kegagalan

terhadap pencapaian laba. (4) Untuk

mengetahui pengaruh biaya pencegahan,

biaya penilaian, biaya kegagalan terhadap

pencapaian laba.

METODE

Biaya Kualitas

Menurut Blocher (2000) biaya

kualitas adalah biaya-biaya yang berkaitan

dengan pencegahan, pengidentifikasian,

perbaikan dan pembetulan produk yang

berkualitas rendah dan dengan opportunity

cost dari hilangnya waktu produksi dan

penjualan sebagai akibat rendahnya

kualitas. Sementara Hansen dan Mowen

(2005) mengatakan biaya kualitas adalah

biaya-biaya yang timbul karena mungkin

atau telah terdapat produk yang buruk

kualitasnya. Dari definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa biaya kualitas adalah

biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan

untuk untuk memperbaiki kualitas produk.

Menurut Tjiptono dan Diana (2003) biaya

kualitas dikategorikan kedalam empat

jenis, yaitu:

1. Biaya pencegahan, adalah pengeluaran-

pengeluaran yang dikeluarkan untuk

mencegah terjadinya cacat kualitas.

Biaya pencegahan ini terdiri dari:

Page 4: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

81

a) Biaya pelatihan kualitas, adalah

pengeluaran-pengeluaran untuk

program-program pelatihan internal

dan eksternal, yang meliputi upah

dan gaji yang dibayarkan dalam

pelatihan, biaya instruksi, biaya staf

klerikal dan macam-macam biaya

dan bahan habis pakai untuk

menyiapkan pegangan dan manual

instruksi.

b) Biaya perencanaan kualitas, adalah

upah dan overhead untuk

perencanaan kualitas, lingkaran

kualitas, desain prosedur baru, desain

peralatan baru untuk meningkatkan

kualitas, kehandalan, dan evaluasi

supplier.

c) Biaya pemeliharaan peralatan, adalah

biaya yang dikeluarkan untuk

memasang, menyesuaikan,

mempertahankan, memperbaiki dan

menginspeksi peralatan produksi,

proses, dan sistem.

d) Biaya penjaminan supplier, adalah

biaya yang dikeluarkan untuk

mengembangkan kebutuhan dan

pengukuran data, auditing, dan

pelaporan kualitas.

2. Biaya penilaian (deteksi), Biaya

penilaian (deteksi) dikeluarkan dalam

rangka pengukuran dan analisis data

untuk menentukan apakah produk atau

jasa sesuai dengan spesifikasinya.

Biaya-biaya ini terjadi setelah produksi

tetapi sebelum penjualan. Biaya

penilaian ini terdiri dari:

a) Biaya pengujian dan inspeksi, adalah

biaya yang dikeluarkan untuk

menguji dan menginspeksi bahan

yang datang, produk dalam proses

dan produk selesai atau jasa.

b) Peralatan pengujian, adalah

pengeluaran yang terjadi untuk

memperoleh, mengoperasikan atau

mempertahankan fasilitas, software,

mesin dan peralatan-peralatan

pengujian atau penilaian kualitas

produk, jasa atau proses.

c) Biaya informasi, adalah biaya untuk

menyiapkan dan membuktikan

laporan kualitas.

3. Biaya Kegagalan Internal, adalah biaya

yang dikeluarkan karena rendahnya

kualitas yang ditemukan sejak penilaian

awal sampai dengan pengiriman kepada

pelanggan. Biaya kegagalan internal ini

terdiri dari :

a) Biaya tindakan koreksi adalah biaya

untuk waktu yang dihabiskan untuk

menemukan penyebab kegagalan dan

untuk mengoreksi masalah.

b) Biaya pengerjaan kembali (rework)

dan biaya sisa produksi adalah

bahan, tenaga kerja langsung dan

overhead untuk sisa produksi,

pengerjaan kembali dan inspeksi

ulang.

c) Biaya proses adalah biaya yang

dikeluarkan untuk mendesain ulang

produk atau proses, pemberhentian

mesin yang tidak direncanakan, dan

gagalnya produksi karena ada

penyelaan proses untuk perbaikan

dan pengerjaan kembali.

d) Biaya ekspedisi adalah biaya yang

dikeluarkan untuk mempercepat

operasi pengolahan karena adanya

waktu yang dihabiskan untuk

perbaikan atau pengerjaan kembali.

e) Biaya inspeksi dan pengujian ulang

adalah gaji, upah dan biaya yang

dikeluarkan selama inspeksi ulang

atau pengujian ulang produk-produk

yang telah diperbaiki.

4. Biaya Kegagalan Eksternal, merupakan

biaya yang terjadi dalam rangka meralat

cacat kualitas setelah produk sampai

pada pelanggan dan laba yang gagal

diperoleh karena hilangnya peluang

sebagai akibat adanya produk atau jasa

yang tidak dapat diterima oleh

pelanggan. Biaya kegagalan eksternal

terdiri dari :

a) Biaya untuk menangani keluhan dan

pengembalian dari pelanggan adalah

gaji dan overhead administrasi untuk

departemen pelayanan kepada

pelanggan (departement ‘customer

Page 5: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

82

cervice’) memperbaiki produk yang

dikembalikan, cadangan atau

potongan untuk kualitas rendah, dan

biaya angkut.

b) Biaya penarikan kembali dan

pertanggungjawaban produk adalah

biaya administrasi untuk menangani

pengembalian produk.

c) Penjualan yang hilang karena produk

yang tidak memuaskan adalah

margin kontribusi yang hilang karena

pesanan yang tertunda, penjualan

yang hilang dan menurunnya pangsa

pasar.

Penggunaan perhitungan biaya

kualitas manfaat dalam upaya perbaikan

atau peningkatan dari pengurangan biaya

dan meningkatkan penghasilan penjualan.

Beberapa manfaat yang mungkin dicapai

adalah:

1. Mengurangi biaya kesalahan (error).

Penghematan yang diharapkan tentunya

harus berdasarkan rencana peningkatan

yang spesifik. Dalam mengestimasikan

present cost, jangan membesarkan atau

menggelembungkan present cost

dengan memasukkan perdebatan atau

batasan-batasan.

2. Meningkatkan kemampuan proses.

Penghematan diharapkan datang dari

pengurangan dalam variasi karakteristik

produk atau karakteristik proses dan

proses yang hilang lainnya seperti

pemilahan inspeksi, operasi berlebihan,

mengambil informasi yang terlewatkan,

dan berbagai kegiatan lainnya yang tak

bernilai tambah.

3. Mengurangi ketidakpuasan konsumen.

Indikator awal ketidaksukaan konsumen

bisa dilihat dari respon pasar dengan

memberikan pertanyaan kepada pasar,

“Apakah anda mau membeli barang ini

lagi?”. Jika dari hasil penelitian tersebut

memperlihatkan ketidakpuasan

konsumen maka perlu dilakukan

peningkatan untuk mengurangi

ketidakpuasan bahkan ketidaksukaan

konsumen. Parameter-parameternya

termasuk efek ekonomi dari kehilangan

konsumen selama masa “customer life”

untuk mempertahankan konsumen yang

ada sekarang, dan efek retensi kualitas

dari penanganan keluhan konsumen.

4. Peningkatan konsumen baru.

Peningkatan barang atau jasa yang

menarik konsumen akan meningkatan

penghasilan penjualan tetapi jumlah dan

waktunya tergantung pada banyak

tindakan internal dan kekuatan pasar

eksternal. Karena biaya kualitas

berkurang, sumberdaya tambahan

tersedia untuk membiayai barang atau

jasa tanpa meningkatkan harga.

Hasilnya bisa menjadi peningkatan

dramatis dalam jumlah pangsa.

Perusahaan yang memilih untuk

bersaing melalui harga yang rendah bukan

berarti memilih untuk memproduksi

dengan kualitas yang rendah. Harga yang

rendah tetap harus memenuhi harapan

pelanggan (Ishikawa,1987). Sementara itu

kualitas suatu produk dapat diukur secara

finansial maupun non finansial.

Kuantifikasi kualitas kedalam satuan uang

yang memuncukan adanya istilah biaya

kualitas. Sebagaimana yang telah

dipaparkan sebelumnya bahwa biaya

kualitas adalah biaya yang timbul karena

mungkin atau telah terdapat produk yang

buruk kualitasnya, selanjutnya di jalaskan

pula dalam kegiatan ini berimplikasi pada

biaya kualitas yang berhubungan dengan

dua sub kategori yang tekait dengan

kualitas yaitu kegiatan pengendalian dan

kegiatan karena kegagalan (Hansen dan

Mowen, 2005).

Biaya kualitas dipisahkan

kedalam empat kategori yaitu biaya

penilaian, biaya pencegahan, biaya

kegagalan internal, dan biaya kegagalan

eksternal adalah sebagai perangkat bagi

manajemen atau pihak lain untuk

mempermudah melakukan analisis

terhadap elemen-elemen biaya kualitas

baik itu dari segi sifat maupun hubungan

antar masing-masing elemen dalam biaya

tersebut. Empat penggolongan biaya diatas

kemudian dikelompokkan menjadi dua

kelompok yaitu biaya pengendalian yang

terdiri dari biaya penilaian dan biaya

Page 6: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

83

pencegahan serta biaya kegagalan yang

terdiri dari biaya kegagalan internal dan

biaya kegagalan eksternal. Semakin besar

investasi perusahaan pada aktivitas

pengendalian maka semekin kecil biaya

kegagalan yang akan terjadi.

Meningkatnya biaya pencegahan

yang dilakukan oleh perusahaan akan

menyebabkan biaya penilaian juga

meningkat. Hal itu disebabkan kerena

kedua biaya yang dikeluarkan tersebut

merupakan sutu kesatuan biaya

pengendalian yang dilakukan untuk

meningkatkan kualitas. Upaya peningkatan

biaya kualitas yang dilakukan tersebut

akan menyebabkan berkurangkan jumlah

produk cacat yang yang dihasilkan.

Pengurangan jumlah produk cacat akan

berakibat pada penghematan biaya untuk

perbaikan kembali terhadap produk-produk

yang cacat dan akan mengakibatkan

berkurangnya jumlah pengeluaran untuk

biaya kegagalan baik internal maupun

eksternal yang ada dalam perusahaan.

Berkurangnya biaya kegagalan inilah

yang menjadi salah satu indikasi bahwa

produk berkualitas yang dihasilkan

perusahaan mengalami peningkatan.

Produk yang berkualitas merupakan

produk yang memiliki nilai (value) yang

tinggi yang berdampak pada kepuasan

pelanggan akan produk tersebut.

Hipotesis Penelitian yang akan dibuktikan

dalam artikel ini adlaah : (1) Diduga biaya

pencegahan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap pencapaian laba

Rumah Sakit Sumber Hidup Kota Ambon

(H1). (2) Diduga biaya penilaian memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap

pencapaian laba Rumah Sakit Sumber

Hidup Kota Ambon (H2). (3) Diduga biaya

kegagalan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap pencapaian laba

Rumah Sakit Sumber Hidup Kota Ambon

(H3). (4) Diduga biaya pencegahan, biaya

penilaian, dan biaya kegagalan secara

simultan memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap pencapaian laba

Rumah Sakit Sumber Hidup Kota Ambon

(H4).

Metode penelitian yang digunakan

adalah metodologi kuantitatif diartikan

sebagai penelitian ilmiah yang sistematis

terhadap bagian – bagian dan fenomena

serta hubungan – hubungannya, dimana

tujuan dari penelitian kuantitatif itu sendiri

untuk mengembangkan model – model

matematis, teori – teori dan atau hipotesis

yang berkaitan dengan fenomena.

Lokasi penelitian adalah Rumah

Sakit Sumber Hidup (RSSH) Kota Ambon

dan sebagai objek penelitian adalah biaya

kualitas (Quality Cost) yang dikeluarkan

terhadap pencapaian laba pada Rumah

Sakit Sumber Hidup (RSSH) Kota Ambon.

Metode Analisis yang digunakan

adalah Regresi Linier Berganda dengan

Persamaan sebagai berikut:

Y = bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + €

Dimana :

Y : Pencapaian Laba

bo : Konstanta (intercept)

b1-b3 : Koefisien Regresi (parameter)

X1 : Biaya Pencegahan

X2 : Biaya Penilaian

X3 : Biaya Kegagalan

€ : Faktor Galat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Kinerja Rumah Sakit

Sumber Hidup (RSSH) Ambon

Pembahasan Kinerja RSSH periode

2015-2017 dipisahkan pada 2 (dua) hal

penting yakni perkembangan pelayanan

RSSH dan Perkembangan Keuangan

RSSH. Perkembangan Pelayanan dikemu-

kakan dengan menyajikan perkembangan

4 indikator utama. Selanjutnya perkem-

bangan keuangan RSSH akan dibahas

melalui indikator kemampuan RSSH dalam

menghasilkan keuntungan atau pencapaian

laba. Capaian pelayanan sebuah rumah

sakit diukur dengan capaian Bed

Occupancy Rate (BOR); Leght Of Stay

(LOS); Turn-over Internal (TOI) dan Bed

Tur-over (BTO) dengan rincian sebagai

berikut.

1. BOR RSSH tahun 2015 – 2017 disajikan

pada grafik berikut ini.

Page 7: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

84

Grafik 1.

Capaian Bed Occupancy Rate (BOR) RSSH

Periode Tahun 2015-2017

Standar BOR : 75 % - 85 %

Hasil yang dicapai menunjukan

peningkatan mulai dari 68.58% di tahun

2015 menjadi 75,15% di tahun 2017.

Keadaan ini menunjukan bahwa dalam

setahun 75% tempat tidur dimanfaatkan

untuk melayani pasien. Perkembangan

capaian layanan dibandingkan dengan

standar yang diberlakukan di semua

Rumah Sakit di Indonesia, terlihat bahwa

dari indikator BOR yang mengindikasikan

tingkat pemanfaatan tempat tidur telah

mencapai angka sesuai standar yang

ditetapkan. Perkembangan BOR ini

menggambarkan peningkatan pilihan

masyarakat yang memilih RSSH sebagai

fasilitas pelayanan jasa kesehatan mereka.

2. LOS RSSH yang dicapai selama

periode 2015-2017 adalah sebagai berikut.

Grafik 2.

Capaian Long Of Stay Rate (LOS) RSSH

Periode Tahun 2015-2017

Standar LOS 3 – 12 hari

Indikator LOS yang merupakan

indikator lama tinggal pasien di RSSH

fluktuatif dimana 4.11 hari di tahun 2015,

4.04 hari di tahun 2016 dan 4.05 hari di

tahun 2017. Kendati masih berada di posisi

standar yang ditetapkan, tetapi capaian ini

berdampak kurang baik karena pasien lebih

lama tinggal di rumah sakit tentu

membutuhkan pelayanan yang semakin

lama pula. Capaian LOS menunjukan

angka yang agak tinggi kendati masih

berada dibawah batas maksimum capaian

LOS yakni 12 hari. Tingginya capaian

LOS ini erat kaitanya dengan adanya

pasien dengan jenis penyakit tertentu yang

pada kenyataanya menjalani rawat inap

yang cukup lama mulai dari 2 minggu

hingga 1 bulan.

3. TOI yang dicapai periode 2015-2017

adalah sebagai berikut.

Page 8: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

85

Grafik 3.

Capaian Turn-Over Interval Rate (TOI) RSSH

Periode Tahun 2015-2017

Standar TOI: 1 – 3 hari

TOI adalah indikator yang

menunjukan angka selang waktu dimana

sebuah tempat tidur dari selesai dipakai

hingga dipakai kembali. Angka ini dari

semula 1.96 hari di tahun 2015 menjadi

1,32. Jadi indikator ini menunjukan bahwa

hampir setiap waktu RSSH melayani

pasien rawat inap dan jarang terjadi tempat

tidur yang tidak terisi lebih dari 2 hari. Jadi

dapat dikatakan bahwa sepanjang hari pada

tahun 2017 tidak ada fasilitas tempat tidur

pada berbagai ruang rawat inap di RSSH

tidak digunakan untuk merawat pasien

rawat inap. Capaian TOI yang cenderung

menurun ini menunjukan bahwa selang

waktu tidak terpakainya tempat tidur di

RSSH dari waktu ke waktu semakin

pendek bahkan hanya 1 hari lebih saja

sebuah tempat tidur tidak digunakan oleh

pasien rawat-inap. Ini menunjukan

tingginya minat masyarakat untuk

menjadikan RSSH sebagai rumah sakit

untuk mereka jalani perawatan.

4. BTO yang dicapai periode 2015 – 2017

adalah sebagai berikut.

Grafik 4.

Capaian Bed Turn-Over Rate (BTO) RSSH

Periode Tahun 2015-2017

BTO standar: ≥ 30 kali

BTO adalah indikator yang

menunjukan jumlah sebuah tempat tidur

digunakan untuk melayani pasien rawat

inap. Perhitungan BTO yang dicapai

mengalami peningkatan yang signifikan.

Tahun 2015 BTO mencapai 60.71 kali

terus meningkat menjadi 68,87 kali di

tahun 2017. Bila dihubungkan dengan

Page 9: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

86

standar penggunaan sebesar ≥ 30 kali,

sehingga diperoleh dindikasi bahwa

pelayanan yang diberikan telah melampaui

standard dan ini menunjukan kepercayaan

orang memilih RSSH guna menikmati

pelayanan kesehatan sangat tinggi.

4.1. Kondisi Keuangan RSSH

Kondisi keuangan RSSH yang ditandai

dengan pencapaian laba memperlihatkan

kondisi yang fluktuatif. Berikut ini

disajikan grafik perkembangan pencapaian

laba. Bagian ini perlu mendapat perhatian

untuk membandingkan apakah capaian

kinerja pelayanan rumah sakait yang baik

dari RSSH ini berdampak langsung

terhadap perkembangan keuangan RSSH

itu sendiri. Hal ini dikatakan demikian

terkait dengan logika bahwa pelayanan

yang baik akan menjadi daya Tarik bagi

pengguna jasa untuk mengunjungi RSSH

dan tentu kondisi ini akan berdampak

posisitif terhadap pencapaian kondisi

keuangan RSSH. Kadaan bisa menjadi

terbalik bilamana dalam memberikan

pelayanan tidak diikuti dengan

pengendalian biaya operasional dan atau

biaya kualitas yang dkeluarkan oleh pihak

RSSH.

Perkembangan keuangan RSSH

yang diidentifikasi pada capaian laba

bersih RSSH dapat dilihat pada paparan

grafik berikut ini.

Grafik 5.

Pencapaian Laba Bersih RSSH

Tahun 2015 – 2017

Perkembangan Biaya Kualitas

1. Biaya Pencegahan

Biaya pencegahan adalah pengeluaran-

pengeluaran yang dikeluarkan untuk

mencegah terjadinya cacat kualitas. Hasil identifikasi biaya pencegahan yang tersedia

pada laporan keuangan RSSH terdiri dari:

a. Tunjangan fungsional

b. Tunjangan perbaikan penghasilan

c. Jasa Dokter/Petugas IGD/OK/Petugas

Medis

d. Pengadaan Peralatan klinik dan non

klinik

e. Pengadaan Perlengkapan

f. Pemeliharaan Gedung dan Peralatan

Penunjang

g. Pemeliharaan kendaraan

h. Biaya Pendidikan dan Latihan

i. Penyusunan Anggaran

j. Biaya Penyusunan Pedoman RS

Besarnya biaya pencegahan yang

dikeluarkan oleh RSSH pada tahun 2015-

2017 dirinci per bulan dan disajikan dalam tabel sebagai berikut :

Pergerakan biaya pencegahan fluktuatif

dari bulan ke bulan sepanjang tahunnya.

Besaran biaya pencegahan ini rata-rata

tahun 2015 adalah sebesar Rp.

323.060.887,- meningkat menjadi Rp.

327.722.447,- di tahun 2016 dan menurun

menjadi Rp. 293.054.828,-

Perubahan yang terjadi menunjukan

adanya upaya untuk melakukan perbaikan-

perbaikan terhadap unsur-unsur biaya

pencegahan di tahun 2015-2016 masih

terus ditingkatkan seiring dengan kondisi

Page 10: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

87

pelayanan RSSH yang semakin meningkat

dari saat ke saat akan tetapi tahun 2017

ketika semua unsur biaya pencegahan

sudah mulai bisa dikendalikan dengan

baik, maka tahun 2017 besaran biaya ini

menurun yang menandakan unsur-unsur

pencegahan kegagalan cacat kualitas

pelayanan RSSH sudah mulai berjalan

dengan baik sehingga biaya yang timbul

atas unsur pencegahan terhadap kegagalan

kualitas pelayanan mulai menurun.

Angka-angka sebagaimana

diperlihatkan pada tabel di atas tiap

bulannya bila digambarkan dalam grafik

yang mampu memberikan gambaran yang

lebih jelas pergerakan biaya pencegahan

bulanan disepanjang tahun 2015-2017

dapat dilihat pada grafik yang di tampilkan

pada halaman berikut ini.

Grafik 6.

Trend Persentase Biaya Pencegahan Terhadap Laba Per Bulan

RSSH Kota Ambon Tahun 2015 – 2017

Grafik diatas dapat terlihat bahwa

pergerakan biaya pencegahan di tahun

2015 lebih besar pada bulan Maret dan

bulan Oktober. Keadaan ini dalam kondisi

nyata keadaan ini berkaitan dengan pada

bulan-bulan terebut aktivitas pendidikan

dan pelatihan yang diikuti oleh tenaga

medis dan non medis cukup banyak.

Perkembangan biaya pencegahan pada

tahun 2016 dan juga tahun 2017

berfluktuasi tetapi tidak terjadi lompatan-

lompatan biaya pencegahan yang tinggi

sebagaimana tahun 2015. Keadaan ini

berkaitan erat dengan sudah semakin stabilnya pengendalian biaya pencegahan

di RSSH dari waktu ke waktu. Sesuai

grafik nampak bahwa biaya pencegahan

sepanjang periode analisis lebih banyak

bergerak antara Rp. 200.000.000,- hingga

Rp. 400.000.000,-

2. Biaya Penilaian

Biaya penilaian (deteksi) dikeluarkan

dalam rangka pengukuran dan analisis data

untuk menentukan apakah produk atau jasa

sesuai dengan spesifikasinya.

Hasil identifikasi biaya penilaian yang

tersedia pada laporan keuangan RSSH

Kota Ambon terdiri dari:

a. Biaya rapat – rapat

b. Biaya penunjang klinik dan non klinik

c. Biaya Akreditasi

Perkembangan biaya penilaian pada

RSSH rata-rata berkisar pada nilai Rp.

28.270.683,- di tahun 2015, tahun 2016

besar biaya penilaian mengalami penurunan menjadi Rp. 24.897.607,- dan

tahun 2017 masih menurun menjadi Rp.

19.242.777. Lonjakan biaya penilaian

terjadi pada bulan Mei tahun 2015 dan

bulan Juni tahun 2016. Dari tabel jika

ditampilkan presentase biaya penilaian

terhadap laba perbulan setiap tahunnya

Page 11: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

88

kedalam grafik maka akan terlihat fluktuasi

pengeluaran biaya penilaian sebagai

berikut :

Grafik 7.

Perkembangan Biaya Penilaian

RSSH Kota Ambon Tahun 2015 – 2017

Grafik diatas dapat terlihat pada

bulan Mei dan Juni pada tahun 2015 dan

tahun 2016 terjadi peningkatan persentase

pengeluaran untuk biaya penilaian.

Lonjakan ini disebabkan oleh adanya pra

akreditasi di bulan Mei 2015 dan

kunjungan evaluasi persiapan akreditasi di

bulan Juni 2016. Sesuai jadwal akreditasi

SNARS akan diselenggarakan KARS pada

bulan Juni tahun 2019.

Keadaan lonjakan biaya penilaian

kendati tidak masuk dalam analisis, masih

terjadi pula lonjakan biaya penilaian di

bulan Juni akibat adanya kunjungan asesor

dari KARS untuk penyiapan akreditasi

SNARS.

3. Biaya Kegagalan Internal

Biaya kegagalan internal adalah

biaya yang dikeluarkan karena rendahnya

kualitas yang ditemukan sejak penilaian

awal sampai dengan pengiriman kepada

pelanggan. Hasil identifikasi biaya

kegagalan internal yang tersedia pada

laporan keuangan RSSH Kota Ambon

adalah biaya pemeliharaan peralatan klinik

dan non klinik.

Biaya kegagalan internal yang terjadi

selama periode tahun 2015 sampai 2017

masih berkisar antara Rp. 105.000,-sampai

Rp. 32.919.000. Biaya kegagalan internal

masih sering terjadi dan dalam jumlah

yang cukup tinggi terjadi di tahun 2015

dengan jumlah biaya kegagalan internal

sebesar Rp. 43.126.598. Dimana hanya

bulan Agustus hingga Oktober 2015 tidak

ada biaya kegagalan internal. Biaya

kegagalan internal di tahun 2015 ini

berkisar antara Rp. 1.081.500,- hingga Rp.

10.809.000,-. Biaya kegagalan internal di

tahun 2016 dengan jumlah sebesar Rp.

38.696.750,-. terjadi di bulan Februari

hingga bulan April 2016 dengan biaya

terendah Rp. 2.160.000,- terjadi di bulan

Februari 2016 dan tertinggi sebesar Rp.

32.919.000,- terjadi di bulan April 2019.

Di tahun 2017 biaya kegagalan

internal terjadi di bulan Agustus 2017 dan

bulan November dan Desember 2017.

Dengan besarnya biaya kegagalan

internalnya berkisar dari Rp. 105.000,-

hingga Rp. 700.000,- dengan jumlah

keseluruhan Rp. 1.213.000,-

Perkembangan biaya kegagalan

internal menunjukan bahwa hanya pada

Page 12: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

89

tahun 2015 terjadi biaya kegagalan internal

terbanyak dan dalam jumlah yang tinggi

pula. Tahun 2016 biaya kegagalan internal

hanya terjadi pada bulan Februari 2016

hingga bulan April 2017 tetapi dalam

jumlah yang tinggi sekali. Sementara itu di

tahun 2017 biaya kegagalan internal

cenderung semakin kecil, hanya terjadi

pada bulan Agustus, November dan

Desember. Perkembangan biaya kegagalan

internal yang sangat rendah juga

mengindikasikan adanya pengabaian

terhadap biaya pemeliharaan dan biaya

kalibrasi alat dan sterilisasi alat yang

sangat dibutuhkan dalam menjamin

keakurasian tindakan dan juga kemanan

pemanfaatan alat dalam melaksanakan

tindakan medik. Pergerakan biaya

kegagalan internal ini bila di gambarkan

dalam grafik sehingga akan nampak

dinamika perkembangan biaya kegagalan

internal ini dapat dilihat pada grafik berikut

ini.

Grafik 8.

Biaya Kegagalan Internal

RSSH Kota Ambon Tahun 2015 – 2017

4. Biaya Kegagalan Eksternal

Biaya kegagalan eksternal merupakan

biaya yang terjadi dalam rangka meralat

cacat kualitas setelah produk sampai pada

pelanggan dan laba yang gagal diperoleh

karena hilangnya peluang sebagai akibat

adanya produk atau jasa yang tidak dapat

diterima oleh pelanggan.

Pada pengambilan data di RSSH,

perhitungan kegagalan eksternal didapat

dari asumsi potensi kehilangan pangsa

pasar yaitu perhitungan perbandingan laba

bersih terhadap Bed Occupancy Rate

(BOR).

Perkembangan biaya kegagalan

eksternal sangat berbeda dengan biaya

kegagalan internal yang telah disajikan.

Jumlah biaya kegagalan internal di tahun

2015 adalah sebesar Rp. 2.243.509.465,04,

jumlah biaya kegagalan eksternal di tahun

2016 adalah sebesar Rp. 1.204.521.724,45

selanjutnya biaya kegagalan eksternal di

tahun 2017 adalah sebesar

Rp.1.507.458.994,92.

Biaya kegagalan eksternal di RSSH

ini ternyata sangat tinggi. Indikasi ini bila

dibandingkan dengan capaian BOR yang

tinggi maka dapat dikatakan bahwa

capaian BOR yang tinggi tidak diikuti oleh

adanya peningkatan pendapatan yang

tinggi pula sehingga terjadilah biaya

kegagalan eksternal. Dapat dikatakan

bahwa pelayanan yang telah berhasil

dilaksanakan oleh tenaga medis ternyata

tidak menghasilkan pendapatan di bulan

yang bersangkutan. Bila ditelusuri lebih

Page 13: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

90

jauh kondisi ini adalah akibat dari adanya

ketergantungan terhadap pemanfaatan

fasilitas BPJS Kesehatan. Untuk

penerimaan yang diperoleh dari

pemanfaatan BPJS Kesehatan ini akan

diklaim pada bulan berikutnya dengan

ketentuan paling cepat 5 (lima) hari setelah

bulan berlalu yang tentu akan

mengakibatkan realisasi pendapatan bulan

sekarang baru diterima sekitar pertengahan

di bulan berikutnya. Bahkan sering terjadi

justru klaim baru direalisasikan pada 2

(dua) bulan berikutnya bahkan akhir-akhir

ini justru lebih dari itu. Perkembangan

biaya kegagalan eksternal bila disajikan

dalam grafik akan terindentifikasi

dinamika capaian biaya kegagalan biaya

eksternal. Keadaan tersebut dapat dilihat

pada grafik berikut ini.

Grafik 9.

Biaya Kegagalan Eksternal Terhadap Laba Per Bulan

RSSH Kota Ambon Tahun 2015 – 2017

Grafik diatas dapat terlihat pada

perkembangan biaya kegagalan eksternal

sangat fluktuatif dan tidak memiliki pola

sesuai data bulanan. Besarnya biaya

kegagalan eksternal sepanjang periode

analisis dimulai dari Rp. 5.079.392,60 dan

berfluktuatif pada nilai tertinggi sebesar

Rp. 266,355,928.67 dan terbanyak biaya

kegagalan eksternal ini berada pada kisaran

antara Rp. 100.000.000,- hingga Rp.

200.000.000,-

Proporsi Biaya Kualitas terhadap Total

Biaya

Realisasi biaya kualitas menunjukan

biaya-biaya yang harus dikeluarkan oleh

RSSH dalam rangka menjamin terjadinya

penyajian pelayanan kepada pasien yang

kualitas sehingga pasien yang masuk ke

RSSH akan merasa yakin masalah

kesehatan yang dialami oleh pasien akan

disembuhkan atau memperoleh jalan keluar

yang jelas untuk memperoleh kesehatan.

Biaya pencegahan merupakan unsur

biaya kualitas yang nilainya tertinggi

dibandingkan unsur biaya kualitas lainya

dengan nilai rata-rata sebesar

Rp.314.612.720,- diikuti oleh biaya

kegagalan eksternal yang nilai rata-ratanya

sebesar Rp. 141.585.434,- selanjutnya

biaya penilaian sebesar Rp. 24.137.022,-

dan kegagalan internal dengan nilai Rp.

5.535.757.

Proporsi biaya kualitas terhadap total

biaya adalah sebesar 40,76% dengan nilai

proporsi tertinggi adalah sebesar 74,90%

yang terjadi di bulan Februari 2015 dan

proporsi terendah adalah sebesar 22,7%

terjadi di bulan Desember

2017.Perkembangan biaya kualitas dan

total biaya ini bila disajikan dalam bentuk

grafik sebagai berikut.

Page 14: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

91

Grafik 10.

Trend Persentase Biaya Kualitas Terhadap Total Pengeluaran Per Bulan

RSSH Kota Ambon Tahun 2015 – 2017

Grafik diatas dapat terlihat trend

biaya kualitas setiap tahun cenderung

terjadi penurunan persentase. Dapat

diartikan bahwa pihak manajemen rumah

sakit telah membuat keputusan yang

strategis sehingga mampu menurunkan

besarnya biaya kualitas dengan tetap

mempertahankan atau meningkatkan

pelayanan. Sebab bila dikaji pada capaian

kinerja pelayanan rumah sakit (BOR, LOS,

TOI dan BTO) pada satu sisi, terlihat

adanya peningkatan dan pada sisi lain bila

dikaitkan dengan proporsi biaya kualitas

yang memiliki kecenderungan menurun

maka dapat dikatakan bahwa upaya untuk

memberikan pelayanan yang berkualitas

telah berjalan dengan baik dan tentu

mengakibatkan kecenderungan penurunan

biaya.

4.1.1. Pengaruh Biaya Kualitas

terhadap Pencapaian Laba

Setelah besarnya biaya kualitas

diketahui, baik secara parsial maupun

secara keseluruhan, langkah selanjutnya

yaitu menganalisis pengaruh biaya kualitas

terhadap pencapaian laba. Pencapaian laba

diperoleh dari pengurangan total

pendapatan dengan total biaya

pengeluaran. Adapun pencapaian laba

RSSH tahun 2015-2017 adalah sebagai

berikut:

Grafik 11.

Proporsi Biaya Kualitas Terhadap Pencapaian Laba Per Bulan

RSSH Kota Ambon Tahun 2015 – 2017

Page 15: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

92

Grafik diatas dapat terlihat trend

biaya kualitas setiap tahun cenderung

terjadi penurunan, namun dari sisi

persentase pencapaian laba tidak terlihat

peningkatan. Dapat diartikan bahwa biaya

kualitas ditekan namun belum memberikan

pengaruh terhadap pencapaian laba di

RSSH tahun 2015-2017.

Komposisi Biaya Lainnya terhadap

Total Biaya

Pencapaian laba RSSH tahun 2015 –

2017 tidak hanya dipengaruhi oleh biaya

kualitas, tetapi juga oleh komposisi biaya

lainnya yang terdapat dalam laporan

keuangan RSSH namun tidak menjadi

objek dalam penelitian ini. Laporan

realisasi biaya lainnya di RSSH

dibandingkan dengan total biaya bulanan

di sepanjang Tahun 2015-2017 adalah

sebagai berikut:

Rata-rata besaran biaya lainya

terhadap total biaya adalah 77,22 %

dengan nilai biaya lainya tertinggi adalah

sebesar 95,37 % dan nilai biaya lainya

terendah adalah sebesar 61,55 %. Kondisi

ini menunjukan bahwa biaya kualitas

merupakan biaya dengan komposisi yang

besarnya lebih rendah dari biaya lainya.

Biaya lainya terbesar bersumber dari biaya

gaji pegawai RSSH tiap bulanya.

Analisis Pengaruh Biaya Pencegahan,

Biaya Penialaian Dan Biaya Kegagalan

Terhadap Laba Operasi RSSH.

Model regresi yang telah memenuhi

beberapa asumsi klasik sebagaimana

pembahasan di atas, ternyata tidak

memiliki gejala penyimpangan asumsi

klasik sehingga dapat digunakan untuk

mengestimasi. Model yang akan digunakan

dalam estimasi selanjutnya adalah: Laba Operasi = β0 + β1Biaya Pencehagan + β2

Biaya Penilaian + β3Biaya Kegagalan + Ɛ

Hasil yang diperoleh berdasarkan

cetakan perangkat komputer dapat dilihat

pada tabel berikut ini.

Tabel 14.

Hasil Analisis Regresi

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 9.099E8 2.936E8 3.100 .004

Biaya

Pencegahan

.759 .726 .845 2.518 .031

Biaya Penilaian .930 2.559 .006 .036 .971

Biaya Kegagalan -2.386 .900 -.455 -2.652 .013

F hitung = 2,668 ; Sig = 0,007; R = 0,459; R2 = 0,211

a. Dependent Variable: Laba

Sumber: Hasil Penelitian Lapangan

Hasil perhitungan regresi di atas

menghasilkan persamaan regresi sebagai

berikut:

Laba Operasi = 0,00009099 + 0,759

Biaya Pencegahan + 0,930 Biaya

Penilaian - 2,386 Biaya Kegagalan + Ɛ

Angka-angka persamaan di atas

memberikan informasi sebagai berikut:

a. Nilai konstanta sebesar 0,00009099

memberikan informasi bahwa apabila

variabel biaya pencegahan, biaya

penilaian dan biaya kegagalan tidak

mengalami perubahan, maka laba

operasi perusahaan akan mengalami

perubahan sebesar 0,01 %.

b. Variabel Biaya Pencegahan memiliki

koefisien variabel sebesar 0,759

Page 16: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

93

memberikan tanda bahwa bilamana

terjadi perubahan pada biaya

pencegahan sebesar Rp. 1 satuan akan

mengakibatkan peningkatan laba

operasi RSSH sebesar Rp. 0,75 dengan

asumsi variabel lain dianggap tidak

mengalami perubahan.

c. Koefisien variabel Biaya Penilaian

memiliki koefisien sebesar 0,930

mengindikasikan bahwa apabila terjadi

perubahan Rp. 1 pada Biaya Penilaian

akan meningkatkan laba operasi RSSH

Rp. 0,93.

d. Koefisien variabel Biaya Kegagalan

memiliki koefisien variabel sebesar

0,455 mengindikasikan bahwa bilamana

terjadi perubahan Biaya kegagalan

sebesar Rp. 1 akan mengakibatkan

penurunan laba operasi RSSH sebesar

koefisien regresi atau Rp. 0,45 dengan

asumsi variabel lain tetap.

Pengujian Parsial.

Pengujian parsial dilakukan dengan

mengacu pada tabel di atas dan

berdasarkan hasil angka-angka yang

tercatat pada tabel di atas dapat

disimpulkan bahwa:

a. Variabel biaya Pencegahan

memiliki probabilitasnya 0,031 < 0,05

maka dapat dikatakan bahwa variabel

biaya pencegahan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel laba operasi

RSSH. Ini berarti bahwa ketika terjadi

perubahan sebesar Rp. 1 biaya pencegahan

akan mengakibatkan peningkatan laba

operasi sebesar Rp. 0,75.

b. Bila melihat pada nilai probabilitas

dari variabel biaya penilaian yakni 0,971 >

0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

variabel biaya penilaian tidak berpengaruh

positif dan tidak signifikan terhadap laba

operasi RSSH.

c. Nilai probabilitas dari variabel

biaya kegagalan adalah 0,013 < 0,05 maka

angka-angka ini menunjukan bahwa secara

statistik variabel biaya pencegahan

berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap laba operasi RSSH. Jadi bilamana

terjadi satu peningkatan biaya kegagalan

akan mengakibatkan pengurangan laba

operasi RSSH sebesar koefisien regresinya

atau sebesar Rp. 2,386.

PEMBAHASAN

Pengaruh Biaya Pencegahan terhadap

Capaian Laba Operasi RSSH Ambon

Biaya pencegahan adalah

pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan

untuk mencegah terjadinya cacat kualitas.

Dalam penelitian ini biaya-biaya yang

termasuk dalam biaya pencegahan adalah :

tunjangan fungsional, tunjangan perbaikan

penghasilan, jasa dokter/petugas

IGD/OK/petugas medis, pengadaan

peralatan klinik dan non klinik, pengadaan

perlengkapan, pemeliharaan gedung dan

peralatan penunjang, pemeliharaan

kendaraan, biaya pendidikan dan latihan,

penyusunan anggaran biaya penyusunan

pedoman RS. Berdasarkan pada tabel 5,

pergerakan biaya pencegahan fluktuatif

dari bulan ke bulan sepanjang tahunnya.

Hasil dari penelitian ini pada tabel 13

adalah biaya pencegahan memiliki

probabilitas 0,031 < 0,05 maka dapat

dikatakan bahwa variabel biaya

pencegahan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap variabel laba operasi

RSSH. Ini berarti bahwa ketika terjadi

perubahan sebesar Rp. 1 biaya pencegahan

akan mengakibatkan peningkatan laba

operasi sebesar Rp. 0,75.

Hasil regresi ini menunjukan bahwa

apabila RSSH melakukan aktivitas yang

terkait dengan penyelenggaraan pelayanan

bagi pasien agar RSSH dapat memberikan

pelayanan yang maksimal guna

meningkatkan pencapaian kesembuhan

pasien, penanganan terhadap upaya

pelengkapan fasilitas penunjang klinik dan

non klinik berupa inventaris terutama

peralatan medik tentu akan mampu

memberikan kemampuan pelayanan pasien

yang jauh lebih baik dan berkualitas.

Dalam hal ini, RSSH perlu lebih

meningkatkan lagi alokasi biaya

pencegahannya untuk memaksimalkan

pencapaian laba sebagaimana dinyatakan

dalam hasil regresi.

Page 17: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

94

Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Alimin Maidin, dkk (2011) dengan judul

Analisis Biaya Kualitas Terhadap

Profitabilitas Unit Perawatan VIP Rumah

Sakit Stella Maris Makassar. Di mana pada

penelitian tersebut menunjukan adanya

pengaruh yang signifikan biaya pencgahan

terhadap profitabilitas dengan tingkat

signifikan sebesar 0,001. Koefisien

korelasi parsial dari biaya pencegahan

dengan nilai sebesar 0,521 memiliki arah

positif. Nilai ini berarti bahwa

meningkatnya biaya pencegahan akan

diikuti dengan peningkatan profitabilitas

secara signifikan.

Demikian juga dengan penelitian

terdahulu yang dilakukan Rimadhani

Martika Sari (2014) dengan judul Pengaruh

Biaya Kualitas Terhadap Tingkat

Profitabilitas (Studi Kasus pada Hotel

Group Dedy Jaya di Kabupaten Brebes

Jawa Tengah). Di mana pada penelitian

tersebut diinterpretasikan bahwa

berdasarkan pengujian statistik didapatkan

angka t-hitung antara biaya pencegahan

terhadap nilai probabilitas sebesar 0,000

lebih kecil dibandingkan taraf signifikansi

5% atau 0,05, sehingga secara parsial

terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan antara biaya pencegahan

terhadap profitabilitas.

Pengaruh Biaya Penilaian terhadap

Capaian Laba Operasi RSSH Ambon

Biaya penilaian (deteksi) dikeluarkan

dalam rangka pengukuran dan analisis data

untuk menentukan apakah produk atau jasa

sesuai dengan spesifikasinya. Biaya-biaya

ini terjadi setelah produksi tetapi sebelum

penjualan. Biaya penilaian ini terdiri dari :

biaya pengujian dan inspeksi, peralatan

pengujian, dan biaya informasi. Hasil

identifikasi biaya penilaian yang tersedia

pada laporan keuangan RSSH Kota Ambon

terdiri dari: biaya rapat – rapat, biaya

penunjang klinik dan non klinik, dan biaya

akreditasi. Bila melihat pada nilai

probabilitas dari variabel biaya penilaian

yakni 0,971 > 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa variabel biaya

penilaian tidak berpengaruh positif dan

tidak signifikan terhadap laba operasi

RSSH.

Hasil penelitian ini memberikan

informasi bahwa semua biaya yang terjadi

dan termasuk dalam biaya penilaian

memberi dampak positif terhadap

perolehan laba RSSH. Berdasarkan tabel 6

lonjakan biaya penilaian terjadi pada bulan

Mei tahun 2015 dan bulan Juni tahun 2016.

Lonjakan ini disebabkan oleh adanya pra

akreditasi di bulan Mei 2015 dan

kunjungan evaluasi persiapan akreditasi di

bulan Juni 2016. Sesuai jadwal akreditasi

SNARS akan diselenggarakan KARS pada

bulan Juni tahun 2019. Status akreditasi

sangat menentukan legalisasi RSSH dalam

melayani pasien BPJS. Seperti diketahui

bahwa sepanjang ini sektar 91% pasien

yang dilayani di RSSH adalah pasien

BPJS. Selanjutnya BPJS hanya akan

memberikan kesempatan bagi Rumah Sakit

yang telah terakreditasi yang melayani

pasien BPJS. RSSH adalah rumah sakit

yang telah terakreditasi tetapi sejak tahun

2016 sedang menjalani persiapan

penjajakan reakreditasi yang baru

dilaksanakan pada bulan Juni 2019.

Pihak RSSH memberikan perhatian

terhadap akreditasi yang merupakan

standar dasar bagi RSSH untuk terus dapat

melayani pasien dengan BPJS sangat

dibutuhkan. Tak dapat dipungkiri bahwa

biaya persiapan hingga pelaksanaan

reakreditasi membutuhkan dana yang

sangat besar. Namun berdasarkan data

bahwa selama ini pasien yang menjalani

perawatan di RSSH adalah pasien BPJS,

maka apabila RSSH telah melakukan

reakreditasi dapat dipastikan RSSH akan

memperoleh status yang lebih jelas dan

tentu lebih berpeluang dan lebih mampu

melayani pasien BPJS. Diketahui pula

bahwa pada bulan Mei tahun 2017 telah

dilakukan kunjungan asesor untuk

meninjau kesiapan RSSH untuk

melaksanakan reakreditasi, selanjutnya

bulan Juni 2018 dilakukan peninjauan

akhir untuk melihat kesiapan RSSH

Page 18: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

95

menjalani rekareditasi pada bulan Juni

2019. Oleh karena itu biaya penilaian

dominan hanya pada biaya akreditasi dan

biaya penujang fasilitas medis dan non

medis, sedangkan biaya rapat-rapat relatif

kecil.

Hasil penelitian ini berbeda dengan

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh

Alimin Maidin, dkk (2011) dengan judul

Analisis Biaya Kualitas Terhadap

Profitabilitas Unit Perawatan VIP Rumah

Sakit Stella Maris Makassar. Di mana pada

penelitian tersebut menunjukkan adanya

hubungan yang signifikan terhadap

profitabilitas. Selain itu, koefisien korelasi

parsial dari biaya penilaian dengan nilai

sebesar 0,716 memiliki arah yang positif.

Nilai ini berarti bahwa meningkatnya biaya

penilaian akan diikuti dengan peningkatan

profitabilitas secara signifikan. Perbedaan

ini terlihat pada biaya penilaian yang

diteliti mencakup beberapa komponen

biaya, yaitu biaya survei internal, biaya

evaluasi Asuhan Keperawatan, dan biaya

kalibrasi fasilitas medis unit perawatan

VIP Rumah Sakit Stella Maris. Sementara

pada RSSH tidak memiliki ketersediaan

data biaya-biaya tersebut pada laporan

keuangannya.

Demikian juga dengan penelitian

terdahulu yang dilakukan Rimadhani

Martika Sari (2014) dengan judul Pengaruh

Biaya Kualitas Terhadap Tingkat

Profitabilitas (Studi Kasus pada Hotel

Group Dedy Jaya di Kabupaten Brebes

Jawa Tengah). Di mana pada penelitian

tersebut diinterpretasikan bahwa

berdasarkan pengujian statistik didapatkan

angka t-hitung antara biaya penilaian

terhadap nilai probabilitas sebesar 0,001

lebih besar dibandingkan taraf signifikansi

5% atau 0,05, sehingga secara parsial

terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan antara biaya penilaian terhadap

Profitabilitas.

Perhatian RSSH terhadap status

akreditasi yang merupakan standar dasar

bagi RSSH untuk terus dapat melayani

pasien dengan BPJS sejalan dengan

penelitian terdahulu oleh Adityawarman

Adil, dkk (2016) dengan judul Pengaruh

Kualitas Pelayanan dan Biaya terhadap

Kepuasan dan Loyalitas Pasien RSUD

Kota Bogor. Pada penelitian tersebut

menyimpulkan bahwa variabel kualitas

pelayanan berpengaruh signifikan secara

langsung terhadap kepuasan pasien dan

variabel biaya berpengaruh signifikan

secara langsung terhadap kepuasan pasien.

Demikian hal apa yang dilakukan oleh

RSSH untuk memfokuskan biaya penilaian

pada biaya akreditasi agar mendapatkan

status yang lebih jelas dan tentu lebih

berpeluang dan lebih mampu melayani

pasien BPJS yang akan mengarah

kepuasan pasien.

Pengaruh Biaya Kegagalan terhadap

Capaian Laba Operasi RSSH Ambon

Biaya kegagalan internal adalah

biaya yang dikeluarkan karena rendahnya

kualitas yang ditemukan sejak penilaian

awal sampai dengan pengiriman kepada

pelanggan dan Biaya kegagalan eksternal

merupakan biaya yang terjadi dalam

rangka meralat cacat kualitas setelah

produk sampai pada pelanggan dan laba

yang gagal diperoleh karena hilangnya

peluang sebagai akibat adanya produk atau

jasa yang tidak dapat diterima oleh

pelanggan. Pada pengolahan data

penelitian ini kedua biaya tersebut diolah

secara bersama dalam satu variabel biaya

kegagalan. Dengan demikian variabel

biaya kegagalan memiliki nilai probabilitas

adalah 0,013 < 0,05 maka angka-angka ini

menunjukan bahwa secara statistik variabel

biaya kegagalan berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap laba operasi RSSH.

Jadi, apabila terjadi satu peningkatan biaya

kegagalan akan mengakibatkan

pengurangan laba operasi RSSH sebesar

koefisien regresinya atau sebesar Rp.

2,386. Hasil perhitungan tersebut

memberikan kejelasan bahwa biaya yang

ditimbulkan kegagalan baik itu kegagalan

internal maupun kegagalan eksternal

ternyata berpengaruh negatif juga

signifikan. Bila dibandingkan antara biaya

kegagalan internal dengan kegagalan

Page 19: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

96

eksternal maka diperoleh gambaran bahwa

biaya kegagalan internal hanya banyak

terjadi pada tahun 2015 dan selanjutnya

pada tahun 2016 dan tahun 2017 dengan

jumlah yang besar tetapi hanya pada

beberapa bulan tertentu saja. Sebaliknya

bila dibandingkan dengan biaya kegagalan

eksternal maka kondisinya jauh berbeda.

Biaya kegagalan eksternal frekuensinya

lebih sering dan dalam jumlah yang sangat

besar.

Perhitungan kegagalan eksternal

didapat dari asumsi potensi kehilangan

pangsa pasar yaitu perhitungan

perbandingan laba bersih terhadap Bed

Occupancy Rate (BOR). Indikasi besarnya

biaya eksternal ini adalah bila

dibandingkan dengan capaian BOR yang

tinggi maka dapat dikatakan bahwa

capaian BOR yang tinggi tidak diikuti oleh

adanya peningkatan pendapatan yang

tinggi pula sehingga terjadilah biaya

kegagalan eksternal. Selanjutnya bila

ditelusuri lebih lanjut, diketahui penyebab

besarnya biaya ini adalah sering

tertundanya pencairan klaim BPJS

kesehatan. Klaim BPJS untuk bulan

berjalan realisasinya paling cepat di bulan

yang akan datang bahkan lebih dari itu.

Padahal realisasi biaya kegagalan harus

dalam waktu yang sama berdampak pada

perolehan laba di bulan yang sama pula.

Kondisi panjangnya durasi waktu klaim

dan realisasi biaya kesehatan ini yang

kemudian menjadi faktor dominan

sehingga dampak biaya kegagalan

berdampak negatif terhadap laba yang

dicapai oleh RSSH.

Pada penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Alimin Maidin, dkk (2011)

dengan judul Analisis Biaya Kualitas

Terhadap Profitabilitas Unit Perawatan

VIP Rumah Sakit Stella Maris Makassar

menyimpulkan bahwa biaya kegagalan

internal memiliki tingkat signifikan sebesar

0,715, dimana menunjukkan tidak adanya

hubungan yang signifikan terhadap

profitabilitas. Adapun koefisien korelasi

parsial dari jenis biaya ini adalah 0,063 dan

memiliki arah yang positif. Sedangkan

biaya kegagalan eksternal memiliki tingkat

signifikan sebesar 0,003, dimana

menunjukkan adanya hubungan yang

signifikan terhadap profitabilitas. Sejalan

dengan hasil pada RSSH, adapun koefisien

korelasi parsial dari jenis biaya eksternal

pada Rumah Sakit Stella Maris Makassar

adalah -0,475 dan memiliki arah yang

negatif terhadap profitabilitas.

Hasil yang berbeda menurut

penelitian terdahulu yang dilakukan

Rimadhani Martika Sari (2014) dengan

judul Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap

Tingkat Profitabilitas (Studi Kasus pada

Hotel Group Dedy Jaya di Kabupaten

Brebes Jawa Tengah). Di mana pada

penelitian tersebut diinterpretasikan bahwa

berdasarkan pengujian statistik didapatkan

angka t-hitung antara biaya kegagalan

internal terhadap nilai probabilitas sebesar

0,017 lebih kecil dibandingkan taraf

signifikansi 5% atau 0,05; sehingga secara

parsial terdapat pengaruh yang positif dan

signifikan antara biaya kegagalan internal

terhadap profitabilitas. Sedangkan biaya

kegagalan eksternal terhadap profitabilitas

sebesar 1,532 dan nilai probabilitas sebesar

0,135 lebih besar dibandingkan taraf

signifikansi 5% atau 0,05 sehingga secara

parsial tidak terdapat pengaruh yang positif

dan tidak signifikan antara biaya kegagalan

eksternal terhadap profitabilitas.

Pengaruh Biaya Pencegahan, Biaya

Penilaian dan Biaya Kegagalan

terhadap Laba Operasi RSSH

Hasil pengujian ini berujuan untuk

mengetahui pengaruh semua variabel

analisis terhadap laba operasi RSSH

dengan menggunakan uji F. Hasil uji ini

memberikan informasi bahwa secara

keseluruhan variabel biaya pencegahan,

biaya penilaian dan biaya kegagalan secara

bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap laba operasi RSSH.

Oleh karena itu dapat dijelaskan

bahwa apabila RSSH ingin mengendalikan

laba operasi, maka variabel biaya

pecegahan, biaya penilaian dan biaya

kegagalan harus menjadi unsur penting

Page 20: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

97

dalam pengendaliannya. Selain itu ada

biaya-biaya lain termasuk didalamnya

biaya gaji, honor serta tunjangan dan jasa

dokter harus menjadi perhatian penting.

Karena jenis biaya ini juga merupakan

biaya yang jumlahnya tidak sedikit di

RSSH. Kondisi ini erat kaitannya dengan

hasil penilaian koefisien R square pada

model analisis diperoleh nilai sebesar

0,211 yang memiliki makna bahwa

variabel bebas biaya pencegahan, biaya

penilaian dan biaya kegagalan mampu

menjelaskan perubahan laba operasi RSSH

sebesar 21,1 % dan hanya perubahan laba

operasi RSSH dijelaskan oleh variabel

yang tidak terdapat pada model adalah

sebesar 78,9%. Hal ini sejalan dengan

tabel grafik 11 tentang proporsi biaya

kualitas terhadap pencapaian laba per

bulan dimana grafik tersebut menjelaskan

trend biaya kualitas setiap tahun cenderung

terjadi penurunan, dan dari sisi persentase

pencapaian laba tidak terlihat peningkatan.

Dengan demikian pihak RSSH harus

meningkatkan biaya pencegahan dan

penilaian serta meminimalkan biaya

kegagalan agar dapat meningkatkan

pencapaian laba.

Pada penelitian terdahulu yang

dilakukan oleh Alimin Maidin, dkk (2011)

menyimpulkan bahwa biaya penilaian,

biaya kegagalan internal, dan biaya

kegagalan eksternal memiliki hubungan

terhadap profitabilitas secara simultan.

Demikian juga penelitian terdahulu yang

dilakukan Rimadhani Martika Sari (2014)

variabel Biaya Pencegahan, Biaya

Penilaian, Biaya Kegagalan Internal dan

Biaya Kegagalan Eksternal secara

simultan/bersama-sama berpengaruh secara

signifikan dan positif terhadap

Profitabilitas. Pada penelitian lainnya oleh

Mathius Tandiontong, dkk (2010) dengan

judul Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap

Tingkat Profitabilitas Perusahaan (Studi

Kasus pada The Majesty Hotel and

Apartment, Bandung) menunjukan analisis

R Square diperoleh 38,1% peningkatan

terhadap profitabilitas dapat dijelaskan

oleh variabel biaya kualitas. Sedangkan

sisanya yaitu sebesar 61,9% dijelaskan

oleh faktor lain. Hasil penelitian tersebut

sejalan dengan hasil analisa yang

dilakukan pada RSSH dalam penelitian ini.

PENUTUP

Simpulan

Kesimpulan yang didapat dari penelitian

ini mengenai Analisis Biaya Kualitas

(Quality Cost) Terhadap Pencapaian Laba

Pada Rumah Sakit Sumber Hidup Kota

Ambon adalah :

1. Biaya Pencegahan memiliki hubungan

yang signifikan dan berpengaruh

positif terhadap Pencapaian Laba

Rumah Sakit Sumber Hidup Kota

Ambon.

2. Biaya penilaian memiliki hubungan

yang tidak signifikan dan tidak

berpengaruh positif terhadap

Pencapaian Laba Rumah Sakit Sumber

Hidup Kota Ambon. Namun telah

memberikan informasi bahwa semua

biaya yang terjadi dan termasuk dalam

biaya penilaian memberi dampak

positif terhadap pencapaian laba

Rumah Sakit Sumber Hidup Kota

Ambon.

3. Biaya kegagalan memiliki hubungan

yang signifikan namun berpengaruh

negatif terhadap Pencapaian Laba

Rumah Sakit Sumber Hidup Kota

Ambon.

4. Biaya pencegahan, biaya penilaian dan

biaya kegagalan secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap

pencapaian laba Rumah Sakit Sumber

Hidup Kota Ambon. Apabila Rumah

Sakit ingin mengendalikan laba, maka

variabel biaya pecegahan, biaya

penilaian dan biaya kegagalan harus

menjadi unsur penting dalam

pengendaliannya.

5. Biaya pencegahan, biaya penilaian dan

biaya kegagalan mampu menjelaskan

perubahan laba operasi RS Sumber

Hidup sebesar 21,1 % sedangkan

perubahan laba operasi RSSH sebesar

78,9% ditentukan oleh variabel lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Page 21: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

98

Saran

1. Biaya pencegahan memiliki nilai

korelasi positif terhadap pencapaian

laba, yang berarti bahwa peningkatan

biaya pencegahan dapat meningkatkan

pencapaian laba Rumah Sakit Sumber

Hidup Kota Ambon. Dengan

demikian, pihak rumah sakit perlu

meningkatkan alokasi biaya

pencegahan khususnya pada biaya

pengadaan peralatan medis untuk

mendukung program peningkatan

kualitas pelayanan di Rumah Sakit

Sumber Hidup Kota Ambon melalui

perencanaan anggaran pengawasan

operasional yang baik.

2. Biaya penilaian tidak berpengaruh

positif terhadap pencapaian laba, yang

berarti bahwa peningkatan biaya

penilaian tidak meningkatkan

pencapaian laba Rumah Sakit Sumber

Hidup Kota Ambon. Dengan

demikian, pihak rumah sakit perlu

mengkaji ulang alokasi biaya

penilaian.

3. Rumah Sakit Sumber Hidup Kota

Ambon perlu menekan biaya

kegagalan internal dan eksternal

dengan mengalokasikan biaya

pencegahan dan penilaian yang dapat

dipergunakan untuk pengendalian

kualitas secara berkesinambungan

sehingga dapat meningkatkan

pencapaian laba.

4. Rumah Sakit Sumber Hidup Kota

Ambon sebaiknya menerapkan

pelaporan biaya kualitas secara rutin

dengan diklasifikasikan ke dalam

empat golongan biaya kualitas setiap

bulannya agar dapat mengontrol dan

menghitung pencapaian laba secara

akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Algifari. 2000. Analisis Regresi.

Yogyakarta : Andi.

Bertalia, 2013. Analisis Pengaruh Biaya

Kegagalan Internal, Biaya

Kegagalan Eksternal, Dan Beban

Promosi Terhadap Kinerja Penjualan

Pada Perusahaan Makanan Dan

Minuman Yang Terdaftar Di Bursa

Efek Indonesia Tahun 2007-

2011.Sripsi :Jakarta barat.

Universitas Bina Nusantara.

Blocher, Edward J., Kung H. Chen, dan

Thomas W. Lin. 2000. Cost

Management : A Strategic

Emphasis.Terjemahan A. Susty

Ambarriani. Jakarta : Salemba

Empat.

Feigenbaum, A.V. 1992. Kendali Mutu

Terpadu. Jakarta : Erlangga.

Garvin A David, Managing Quality,

diterjemahkan oleh Nasution, M.N.

2001. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Gasperz, Vincent. 2005. Total Quality

Management. Jakarta : PT. Gramedia

Pustaka Umum.

Goetsch, David L. dan Stanley B. Davis.

2002. Total Quality Management,

diterjemahkan oleh Benyamin Molan.

Total Kualitas Mana:iemen. Jakarta:

Prenhallindo.

Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis

Multivariate dengan Program SPSS.

Semarang : Badan Penerbit UNDIP.

Hansen,Don R. dan Maryanne M. Mowen.

2005. Manajement Accounting.

Terjemahan Dewi Fitriasari dan Deny

Arnos Kwary. Jakarta : Salemba

Empat.

Ishkawa,K.dan J.LU,David.1987. What Is

Total Quality Control? diterjemahkan

oleh Budi Susanto Bandung: Remaja

Rosdakarya

Indriantoro, Nur dan Supomo Bambang.

1999. Metodologi Penelitian Bisnis

Untuk Akuntansi Dan Manajemen.

Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.

Maidin,Alimin.2011. Analisis Biaya

Kualitas Terhadap Profitabilitas Unit

Perawatan VIP Rumah Sakit Stella

Maris Makassar. Makassar.

Mulyadi. 1993. Akuntansi Biaya.

Yogyakarta : STIE-YKPN.

Pentury Thomas dan Ferdinandus Stenly.

2014. Metode Kuantitatif Untuk

Manajemen. Pensil Komunika.

Ambon.

Page 22: ANALISIS BIAYA KUALITAS (QUALITY COST TERHADAP PENCAPAIAN

Jurnal SOSOQ Volume 7 Nomor 1, Februari 2019

99

Rumah Sakit Sumber Hidup. 2015.

Laporan Keuangan. Ambon

Rumah Sakit Sumber Hidup. 2016.

Laporan Keuangan. Ambon

Rumah Sakit Sumber Hidup. 2017.

Laporan Keuangan. Ambon

Sandag, Nefriani.2014. Analisis Biaya

Kualitas Dalam Meningatkan

Profitabilitas Perusahan Pada CV.

Ake Abadi. Manado

Sugiyono PD. 2013. Memahami Penelitian

Kualitatif. CV. Alfabeta. Bandung

Sri W A. Manajemen Strategi. Jakarta:

Binarupa Aksara; 1996.

Tjiptono, Fandy dan Anastasia Diana.

2003. Total Quality Management

Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi.