Upload
lekhuong
View
238
Download
5
Embed Size (px)
ANALISIS BIAYA DAN PENETAPAN HARGA POKOK
PENJUALAN NATA DE COCO KOKTAIL (Sun Coco)
(Kasus: PT. Tonsu Wahana Tirta, Kota Depok, Jawa Barat)
SKRIPSI
YUDISTIRA MARFIANDA
A14105627
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
RINGKASAN
YUDISTIRA MARFIANDA. Analisis Biaya dan Penetapan Harga Pokok
Penjualan Nata de Coco Koktail (Sun Coco), Kasus: PT. Tonsu Wahana
Tirta, Kota Depok, Jawa Barat. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan
RAHMAT YANUAR).
Perusahaan dalam kegiatannya sehari-hari (bekerja dengan tujuan) untuk mencari
laba. Untuk tetap dapat beroperasi dan menghasilkan keuntungan yang diharapkan
perusahaan harus berproduksi dengan biaya seefisien mungkin. PT Tonsu
Wahana Tirta sebagai perusahaan pengolahan nata de coco yang berada di kota
Depok, Jawa Barat, dalam aktivitas produksinya selalu berusaha untuk
meningkatkan kinerja dan mempertahankan kelanjutan usaha dimana laba atau
profitabilitas perusahaan sangat mempengaruhi kinerja perusahaan terutama
dalam menghadapi persaingan di antara para perusahaan pesaingnya. Tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) menganalisis dan mengidentifikasi
biaya-biaya yang menjadi dasar penetapan harga pokok penjualan serta bagaimana
proyeksinya terhadap profitabilitas perusahaan, (2) menganalisis biaya-biaya apa
saja yang mengalami penyimpangan dan paling berpengaruh terhadap penetapan
harga pokok penjualan perusahaan serta tindakan korektif apa yang paling tepat.
Penelitian ini dilakukan di PT. Tonsu Wahana Tirta di Jalan Pendowo
Raya No 46, Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat.
Waktu penelitian dilakukan pada bulan November sampai dengan bulan
Desember tahun 2009. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak
pimpinan manajemen perusahaan serta laporan keuangan perusahaan. Penelitian
ini menggunakan analisis variance metode satu selisih dan tiga selisih, Metode
penetapan harga pokok penjualan adalah metode harga pokok proses (Process
Cost Method) dengan pendekatan variabel costing dan full costing. untuk
menganalisis kemampuan menghasilkan laba digunakan analisis laba kotor,
marjin kontribusi, BEP, MIR dan MOS.
Prioritas utama yang harus diperbaiki perusahaan dalam penyusunan biaya
standarnya kedalam harga pokok penjualannya adalah dengan memperhatikan
setiap biaya yang ikut serta dalam tahapan produksinya. Analisis penyusunan
biaya ke dalam harga pokok penjualan, biaya standar yang ditetapkan melalui
perhitungan metode perusahaan adalah lebih besar dari metode perhitungan
analisis, Sehingga menyebabkan harga pokok penjualan per unit standar Nata de
Coco koktail (produk akhir) menurut perhitungan metode perusahaan (Rp 551)
adalah lebih besar dari perhitungan harga pokok penjualan standar metode analisis
yaitu metode full costing dan variabel costing (Rp 549).
Hasil analisis profitabilitas memperlihatkan bahwa keuntungan yang
diperoleh PT Tonsu Wahana Tirta dengan metode penetapan biaya standar dan
harga pokok analisis adalah profitabilitas yang terbesar, yaitu 34,20%. Selisih
hasil perhitungan metode analisis menemukan banyak kerugian karena adanya
penyimpangan terhadap waktu pengerjaan standar yang menyebabkan tarif upah
menjadi naik. Waktu selisih terbanyak terjadi pada proses kegiatan perebusan,
pemasukan dalam loyang serta pengepakan. Sedangkan pada selisih BOP pada
metode analisis memperlihatkan bahwa biaya variabel aktual adalah lebih tinggi
dari biaya variabel yang dianggarkan sehingga memberikan selisih yang
merugikan, mengindikasikan bahwa menurut metode analisis perusahaan tidak
dapat menekan biaya variabel aktualnya yaitu pada biaya aktual bahan penolong
terutama gula dan bahan bakar (LPG).
Hasil kalkulasi BEP menjelaskan jumlah peningkatan biaya pada
perhitungan metode perusahaan adalah lebih besar dari peningkatan biaya dari
perhitungan metode analisis, walaupun dari hasil analisa laba kotor pertambahan
bersih dalam laba kotor metode perusahaan adalah lebih besar dari metode
analisis. Berdasarkan analisa MOS metode penetapan biaya dan harga pokok
standar metode perusahaan menghasilkan nilai MOS lebih kecil dari metode
analisis, namun memiliki rentang kenaikan paling besar pada kondisi aktualnya
jika dibandingkan pada metode analisis.
ANALISIS BIAYA DAN PENETAPAN HARGA POKOK
PENJUALAN NATA DE COCO KOKTAIL (Sun Coco) (Kasus: PT. Tonsu Wahana Tirta, Kota Depok, Jawa Barat)
YUDISTIRA MARFIANDA
A14105627
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pertanian
Pada
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
Judul Skripsi : Analisis Biaya dan Penetapan Harga Pokok Penjualan Nata
de Coco Koktail (Sun Coco) Kasus: PT. Tonsu Wahana
Tirta, Kota Depok, Jawa Barat
Nama : Yudistira Marfianda
Nrp : A14105627
Disetujui,
Pembimbing
Rahmat Yanuar, SP. MSi
NIP 197 601 012 006 041 010
Diketahui
Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr
NIP 195 712 221 982 031 002
Tanggal Lulus Ujian :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Analisis Biaya dan
Penetapan Harga Pokok Penjualan Nata de Coco Koktail (Sun Coco) Kasus:
PT. Tonsu Wahana Tirta, Kota Depok, Jawa Barat” adalah karya sendiri dan
belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar
pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Maret 2010
Yudistira Marfianda
A14105627
RIWAYAT HIDUP
Penulis Dilahirkan di Curup, Bengkulu pada tanggal 28 Maret 1985,
putera dari bapak Komarudin dan ibu Effi. Penulis merupakan putera pertama dari
tiga bersaudara.
Penulis memulai pendidikan dasar di SD 1 Argamakmur pada tahun 1990
selama dua tahun, kemudian melanjutkan ke SD 12 Rejang Lebong hingga lulus
pada tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP 1 di Rejang Lebong
pada tahun yang sama hingga lulus pada tahun 1999. Pendidikan selanjutnya di
tempuh penulis di SMUN 1 Curup dari tahun 1999 hingga tahun 2002. Pada tahun
yang sama penulis melanjutkan pendidikan tinggi dan diterima sebagai mahasiswa
Diploma Tiga pada Program Studi Teknik Instrumentasi dan Kontrol, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI dan berhasil
lulus pada tahun 2005. Penulis kemudian melanjutkan studi di Program Sarjana
Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT atas ni’mat iman, islam,
kekuatan, keselamatan, kesehatan dan kemudahan yang selalu penulis dapatkan
selama menjalani perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini. Skripsi ini
berjudul “Analisis Biaya dan Penetapan Harga Pokok Penjualan Nata de Coco
Koktail (Sun Coco) Studi Kasus di PT. Tonsu Wahana Tirta, Kota Depok, Jawa
Barat”, disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada
Program Sarjana (S1) Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Pemilihan topik dan judul penelitian ini diawali dengan ketertarikan
penulis terhadap usaha Nata de Coco terutama terhadap proses pengolahannya dan
kutipan dari berbagai artikel di internet yang menginformasikan bahwa bisnis
Nata de Coco sangat potensial sekaligus menguntungkan. Sebagai kebijakan
untuk mendukung program penelitian penulis memilih PT Tonsu Wahana Tirta
yang berada di kota Depok dengan pertimbangan perusahaan tersebut mengolah
bahan baku air kelapa hingga menjadi produk olahannya yaitu Nata de Coco
Koktail, selain itu perusahaan tersebut telah berpengalaman dalam berproduksi
karena telah lama berdiri yaitu sejak tahun 2000.
Perusahaan seperti PT. Tonsu Wahana Tirta dalam aktifitas sehari-hari
dalam pemasaran hasil produknya bertindak sebagai penerima harga, namun
dalam proses produksinya perusahaan sering mengalami kendala terhadap
fluktuasi harga bahan penolong, oleh karena itu untuk tetap bertahan dan
memenangkan persaingan dalam industrinya perhatian manajemen harus tertuju
terhadap biaya produksinya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biaya
standar yang menjadi dasar pengendalian biaya dan penetapan harga pokok
penjualan dan bagaimana proyeksinya terhadap profitabilitas perusahaan.
Alternatif penyusunan biaya yang dihasilkan dalam penelitian ini
diharapkan dapat menjadi bahan referensi serta pertimbangan pihak manajemen
dalam mengambil kebijakan dalam penyusunan biaya produksi kedalam harga
pokok penjualan dan penetapan biaya standarnya pada periode selanjutnya.
Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Maret 2010
Yudistira Marfianda
A14105627
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis sangat bersyukur atas bantuan yang telah diberikan oleh berbagai
pihak selama kegiatan penelitian dilakukan hingga skripsi ini ditulis. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Rahmat Yanuar, SP, M.Si, selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar, tulus dan bijaksana meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga dalam
memberikan bimbingan, motivasi, dan arahan sejak perencanaan penulisan
proposal, pelaksanaan penelitian hingga penulisan skripsi ini.
2. Ibu Dr.Ir. Anna Fariyanti, MS, atas evaluasi, saran, motivasi dan masukan
yang sangat berharga selama penulis menyelesaikan studi hingga skripsi
ini diselesaikan.
3. Ibu Ir. Juniar Atmakusuma, MS selaku dosen penguji komdik atas kritik
dan saran yang sangat berharga untuk perbaikan skripsi
4. Seluruh staf Program Ekstensi Manajemen Agribisnis Mba Nur, Mba
Rahmi, dan Mba Maya atas masukan dan kerjasamanya selama penulis
menyelesaikan studi hingga skripsi ini diselesaikan.
5. Abi Rahmat yang telah memberikan dukungan, motivasi, semangat dan
bimbingan spiritual yang sangat berharga selama ini kepada penulis,
semoga Alllah SWT memberikan keberkahan dunia dan akhirat kepada
kita semua.
6. Bapak Komarudin, Ibunda Effi dan kedua adik tersayang Rangki
Marfianda, dan Almira Tri Rahma Zella, yang telah memberikan semangat
,doa dan dukungan selama penulis menyelesaikan studi.
7. Bapak Toni selaku manajer dan seluruh staf karyawan PT. Tonsu Wahana
Tirta atas waktu, kesempatan dan kerjasamanya dalam memberikan
informasi serta masukan selama penulis menyelesaikan skripsi.
8. Mr. Zamani Akbar terima kasih atas masukan dan sharenya selama ini
metode anda memang brilliant.
9. Mr. Tenri Wali BS. Terima kasih atas bantuannya dalam pembahasan
seminar penulis, arahan anda sungguh baik.
10. Sahabat-sahabatku warga Paladium Akbar Zamani (Bamz), Abdi Haris
(Igor), Alam Lazuardi (Roev), Agung Wibowo (Jappy), Eko Hendrawanto
(Doc), Kholid Syamsurijal (Jaloe), Rudi (uda faisal), Tenri Wali (Boy),
Faiq Al syawaf (Gabol), Dafri Ariyadi (Duff), Dimaz, Evan marheky
(Brimob), Irvan Lubiz (Sensei), Zacky Adnany (Jack), Atas masukan,
canda tawa, dukungan, semangat, kritik, dan saran yang telah diberikan
kepada penulis.
11. Terima kasih juga untuk ibu yayuk atas menu-menu makanan special yang
disajikan serta dukungannya.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Skripsi ini ditulis dengan segala keterbatasan wawasan dan pikiran
penulis, sehingga sangat disadari bahwa masih banyak kekurangan pada tulisan
ini. Kritik dan saran sangat diharapkan sebagai masukan sehingga dimasa
mendatang dapat lebih baik. Semoga apa yang telah dituangkan dalam skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Maret 2010
Yudistira Marfianda
A 14105627
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ....................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Permasalahan ............................................................................... 7
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 11
1.4. Kegunaan Penelitian ..................................................................... 11
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................. 12
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nata de Coco .............................................................................. 13
2.2. Proses Produksi Nata de Coco ..................................................... 14
2.3. Biaya ........................................................................................... 15
2.3.1. Klasifikasi Biaya .............................................................. 15
2.3.2. Pengendalian Biaya .......................................................... 16
2.4. Produksi ....................................................................................... 18
2.4.1. Biaya Produksi .................................................................. 19
2.5. Penelitian Terdahulu ..................................................................... 20
2.5.1. Penelitian Tentang Biaya dan Harga Pokok ....................... 20
2.5.2. Penelitian Tentang Nata de coco ........................................ 22
2.5.3. Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu ........................... 24
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................................... 26
3.1.1. Biaya dan Keuntungan Bagi Perusahaan ............................ 26
3.1.2. Pengendalian Biaya ........................................................... 26
3.1.2.1. Biaya Standar ....................................................... 27
3.1.2.2. Biaya Aktual ......................................................... 30
3.1.3. Analisis Varians ................................................................ 30
3.1.4. Metode Harga Pokok ......................................................... 32
3.1.5. Analisis laba Kotor ............................................................ 35
3.1.6. Perencanaan Keuntungan Penjualan dan Biaya .................. 36
3.1.5.1. Analisis Titik Impas .............................................. 36
3.1.5.2. Marjin Kontribusi ................................................. 37
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................. 38
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 41
4.2. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 41
4.3. Metode Pengambilan Data ............................................................ 41
4.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ......................................... 42
4.4.1. Analisis Harga Pokok ....................................................... 43
4.4.2. Analisis Biaya Standar ....................................................... 44
4.4.2.1. Biaya Standar Bahan Baku .................................... 44
4.4.2.2. Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung .................. 45
4.4.2.3. Biaya Standar Overhead Pabrik ............................. 45
4.4.3. Analisis Penyimpangan (Variance) .................................... 45
4.4.3.1. Analisis Selisih Biaya Bahan Baku ....................... 48
4.4.3.2. Analisis Selisih Biaya TKL ................................... 49
4.4.3.3. Analisis Selisih BOP ............................................. 49
4.4.4. Analisis Laba Kotor ........................................................... 49
4.4.5. Kemampuan Menghasilkan Laba ....................................... 50
4.4.5.1. Marjin Kontribusi ................................................. 50
4.4.5.2. Titik Impas (BEP) ................................................. 50
4.4.5.3. Analisis Profitabilitas ............................................ 51
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Latar Belakang Perusahaan ........................................................... 52
5.2. Struktur Organisasi Perusahaan ..................................................... 53
5.3. Aktifitas Perusahaan ..................................................................... 54
5.3.1. Aktifitas Pembelian Bahan Baku ....................................... 54
5.3.2. Aktifitas Produksi .............................................................. 55
5.4. Lokasi Pabrik ................................................................................ 55
5.5. Fasilitas Produksi dan Peralatan .................................................... 55
5.6. Bahan Baku .................................................................................. 57
5.7. Tenaga Kerja ................................................................................ 58
5.8. Teknologi ..................................................................................... 58
5.9. Proses Produksi ............................................................................. 58
ANALISIS BIAYA PRODUKSI
6.1. Biaya Standar ................................................................................ 63
6.1.1. Biaya Standar Metode Perusahaan ..................................... 63
6.1.1.1. Biaya Standar Bahan Baku .................................... 63
6.1.1.2. Biaya Standar TKL ............................................... 69
6.1.1.3. Biaya Standar Overhead Pabrik ............................. 74
6.1.2. Biaya Standar Metode Analisis .......................................... 75
6.1.2.1. Biaya Standar Bahan Baku .................................... 75
6.1.2.2. Biaya Standar TKL ............................................... 75
6.1.2.3. Biaya Standar Overhead Pabrik ............................. 87
6.2. Biaya Aktual ................................................................................. 90
6.2.1. Biaya Aktual Metode Perusahaan ...................................... 90
6.2.1.1. Biaya aktual Bahan Baku ...................................... 90
6.2.1.2. Biaya Aktual TKL ................................................ 93
6.2.1.3. Biaya Aktual Overhead Pabrik .............................. 94
6.2.2. Biaya Aktual Metode Analisis ........................................... 95
6.2.2.1. Biaya Aktual Bahan Baku ..................................... 95
6.2.2.2. Biaya Aktual TKL ................................................ 96
6.2.2.3. BOP Aktual .......................................................... 100
6.2. Analisis Selisih Biaya .................................................................. 102
6.3.1. Analisis Selisih Biaya Metode Perusahaan ......................... 103
6.3.1.1. Analisis Selisih Biaya Bahan Baku ....................... 103
6.3.1.2. Analisis Selisih Biaya TKL ................................... 106
6.3.1.3. Analisis Selisih BOP ............................................. 110
6.3.2. Analisis Selisih Biaya Metode Analisis .............................. 111
6.3.2.1. Analisis Selisih Biaya Bahan Baku ....................... 111
6.3.2.2. Analisis Selisih Biaya TKL ................................... 115
6.3.2.3. Analisis Selisih BOP ............................................. 123
VII. ANALISIS BIAYA DAN PENGENDALIAN BUDJET
7.1. Harga Jual Nata de coco Koktail ................................................... 125
7.2. Harga Pokok Penjualan ................................................................. 125
7.2.1. Harga Pokok Penjualan Metode Perusahaan ...................... 125
7.2.2. Harga Pokok penjualan Metode Analisis............................ 127
7.3. Analisis Laba Kotor ...................................................................... 131
7.3.1. Analisis Laba Kotor Metode Perusahaan............................ 132
7.3.2. Analisis Laba Kotor Metode Analisis ................................ 135
7.4. Analisis Titik Impas ..................................................................... 138
7.4.1. Analisis Titik Impas Metode Perusahaan ........................... 138
7.4.2. Analisis Titik Impas Metode Analisis ................................ 140
7.5. Analisis Marjin Kontribusi ........................................................... 142
7.6. Analisis Marjin of Safety .............................................................. 143
7.7. Analisis Profitabilitas .................................................................... 144
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan ................................................................................... 145
8.2. Saran............................................................................................. 146
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 148
LAMPIRAN ................................................................................................ 150
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Proyeksi Luas Areal dan Produksi Kelapa Menurut Jenis
Pengusahaan Tahun 2006 - 2010 .................................................... 1
2. Produksi Kelapa di Jawa Barat 2004-2007 ...................................... 4
3. PDRB Kota Depok Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga
Konstan 2000 Periode 2003 – 2007 (Dalam juta Rupiah) ................. 5
4. Beberapa Jenis Produk Minuman Nata de Coco (Koktail) ............... 6
5. Biaya Operasional (Variabel) Nata de Coco (Sun Coco 220 ml)
Lempeng dan Kemasan (50 Kg Nata Lembaran) ............................. 8
6. Harga Pembelian Bahan Penolong dan Botol Pengemasan
Tahun 2009 ..................................................................................... 9
7. Faktor Penyebab Terjadinya penyimpangan ................................... 10
8. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 42
9. Kapasitas Produksi Bulanan Nata de Coco Koktail di PT Tonsu
Wahana Tirta Tahun 2008-2009 ...................................................... 65
10. Total Kebutuhan Bahan Baku (Air Kelapa) Pembuatan Nata de Coco
(Sun Coco) ...................................................................................... 65
11. Jumlah Total Kebutuhan Air Kelapa ................................................ 66
12. Kuantitas Standar Kebutuhan Bahan Baku Pembuatan Nata
Mentah Lembaran ........................................................................... 66
13. Standar Harga Bahan Baku Air Kelapa Pada PT Tonsu Wahana
Tirta Metode Perusahaan ................................................................. 67
14. Perhitungan Harga Pokok Produksi Standar Per unit Pembuatan
Nata Mentah Lembaran Metode Perusahaan .................................... 68
15. Kapasitas Produksi Rata-rata Bibit Nata di PT Tonsu Wahana Tirta
Bulan Oktober 2008 - September 2009 ............................................ 70
16. Penentuan Tarif Upah Standar Tenaga Kerja Borongan per
Unit Proses Pengembangan Bibit Nata Metode Perusahaan ............ 70
17. Kapasitas Rata-rata Produksi Nata de coco Koktail di PT Tonsu
Wahana Tirta Bulan Oktober 2008 – September 2009 ..................... 71
18. Penentuan Tarif Upah Standar Tenaga Kerja Borongan per Unit
Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Perusahaan ....... 72
19. Kapasitas Rata-rata Produksi Nata Mentah Lembaran di PT Tonsu
Wahana Tirta Bulan Oktober 2008 – September 2009 ..................... 73
20. Penentuan Tarif Upah Standar Tenaga Kerja Borongan per Unit
Proses Pembuatan Nata de coco Koktail Metode Perusahaan ........... 73
21. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Standar
di PT. Tonsu Wahana Tirta Metode Perusahaan .............................. 74
22. Prosedur Penetapan Biaya Standar BOP per Unit Metode
Perusahaan. ..................................................................................... 75
23. Perhitungan Harga Pokok Produksi Per unit Pengembangan
Bibit Metode Analisis ..................................................................... 77
24. Perhitungan Harga Pokok Produksi Standar Per unit Pembuatan
Nata Mentah Lembaran Metode Analisis ......................................... 78
25. Spesifikasi Standar Produk Pengembangan Bibit Nata Metode
Analisis ........................................................................................... 79
26. Waktu Standar Untuk Tiap Tahapan Proses Pengembangan
Bibit Nata ....................................................................................... 80
27. Spesifikasi Produk Nata Mentah Lembaran ..................................... 82
28. Waktu Standar Untuk Tiap Tahapan Proses Pembuatan Nata
Mentah Lembaran ........................................................................... 83
29. Spesifikasi Produk Nata de coco Koktail ......................................... 85
30. Waktu Standar Untuk Tiap Tahapan Proses Pembuatan Nata de
Coco Koktail ................................................................................... 85
31. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Standar Biaya Overhead Pabrik
Metode Full Costing ....................................................................... 87
32. Prosedur Penetapan Biaya Standar BOP per Unit Metode Full
Costing. ........................................................................................... 88
33. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Standar
Variabel Costing ............................................................................. 89
34. Rekapitulasi BOP Standar per Unit Metode Variabel Costing ......... 90
35. Prosedur Penetapan BOP Standar per Unit Metode Variabel
Costing ............................................................................................ 90
36. Produksi Aktual Nata de Coco Kemasan (Koktail) Selama 15
Hari Pada Bulan November Tahun 2009 ......................................... 91
37. Perhitungan Harga Pokok Produksi Per unit Aktual Pembuatan
Nata Mentah Lembaran Metode Perusahaan ................................... 92
38. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Aktual
Metode Perusahaan ......................................................................... 94
39. Prosedur Penetapan Biaya Overhead Pabrik Aktual per Unit
Metode Perusahaan. ........................................................................ 95
40. Perhitungan Harga Pokok Produksi Per unit Aktual Pembuatan
Nata Mentah Lembaran Metode Analisis ......................................... 96
41. Rata-rata Waktu Aktual Untuk Tiap Tahapan Proses
Pengembangan Bibit Nata ............................................................... 97
42. Rata-rata Waktu Aktual Untuk Tiap Tahapan Proses Pembuatan
Nata Mentah Lembaran ................................................................... 98
43. Rata-rata Waktu Aktual Untuk Tiap Tahapan Proses Pembuatan
Nata de coco Koktail ...................................................................... 99
44. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Aktual
Analisis Metode Full Costing ......................................................... 100
45. Prosedur Penetapan BOP Aktual Analisis per Unit Metode Full
Costing. ........................................................................................... 101
46. Rekapitulasi BOP Aktual Analisis per Unit Metode Variabel
Costing. ........................................................................................... 102
47. Prosedur Penetapan BOP Aktual Analisis per Unit Metode
Variabel Costing. ............................................................................ 102
48. Perbandingan Biaya Standar dan Biaya Aktual Bahan Baku
Nata de coco Koktail Per Unit Metode Perusahaan ......................... 104
49. Selisih Harga Bahan Baku Nata de coco Koktail Metode
Perusahaan ...................................................................................... 105
50. Selisih Kuantitas Bahan Baku Nata de coco Koktail Metode
Perusahaan ...................................................................................... 106
51. Selisih Tarif Upah TKL Proses Pembuatan Nata Mentah
Lembaran Metode Perusahaan ......................................................... 107
52. Selisih Kuantitas Bahan Baku Proses Pembuatan Nata Mentah
Lembaran Metode Perusahaan ......................................................... 108
53. Selisih Tarif / Kuantitas Upah TKL Proses Pembuatan Nata
Mentah Lembaran Metode Perusahaan ............................................ 108
54. Selisih Harga Bahan Baku Proses Pembuatan Nata de coco
Koktail Metode Perusahaan ............................................................. 109
55. Selisih Kuantitas Proses Pembuatan Nata de coco Koktail ............... 109
56. Selisih Harga / Kuantitas Proses Pembuatan Nata de coco
Koktail ............................................................................................ 109
57. Perbandingan BOP Standar dan BOP Pembuatan Nata de coco
Koktail aktual Metode Perusahaan .................................................. 110
58. Perhitungan Selisih BOP Full Costing (satu selisih) Pembuatan
Nata de coco Koktail Metode Perusahaan ....................................... 110
59. Selisih BOP Metode Variabel Costing Pembuatan Nata de coco
Koktail Metode Perusahaan ............................................................. 111
60. Perbandingan Harga Standar dan Harga Aktual Bahan Baku
Nata de coco Koktail Per Unit Metode Analisis ............................... 112
61. Selisih Harga Bahan Baku Pembuatan Nata de coco Koktail
Metode Analisis .............................................................................. 113
62. Selisih Kuantitas Bahan Baku Pembuatan Nata de coco Koktail
Metode Analisis .............................................................................. 114
63. Selisih Harga / Kuantitas Bahan Baku Nata de coco Koktail
Metode Analisis .............................................................................. 114
64. Perbandingan Tarif Upah TKL Proses Pembuatan Bibit Nata
Metode Analisis .............................................................................. 115
65. Perbandingan Waktu Pengerjaan Proses Pembuatan Bibit Nata ......
........................................................................................................ 116
66. Selisih Tarif Upah TKL Pembuatan Bibit Nata Metode Analisis ..... 116
67. Selisih Kuantitas Proses Pembuatan Bibit Nata Metode Analisis ..... 117
68. Selisih Tarif Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode
Analisis ........................................................................................... 118
69. Perbandingan Waktu Pengerjaan Proses Pembuatan Nata
Mentah Lembaran .......................................................................... 118
70. Selisih Kuantitas Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran
Metode Analisis .............................................................................. 119
71. Selisih Harga / Kuantitas Proses Pembuatan Nata Mentah
Lembaran Metode Analisis .............................................................. 119
72. Selisih Tarif Upah TKL Proses Pembuatan Nata de coco
Koktail Metode Analisis .................................................................. 120
73. Perbandingan Waktu Pengerjaan Proses Pembuatan Nata de
coco koktail ..................................................................................... 121
74. Selisih Kuantitas Proses PembuatanNata de coco Koktail
MetodeAnalisis ............................................................................... 121
75. Selisih Harga / Kuantitas Proses Pembuatan Nata de coco
Koktail Metode Analisis ................................................................. 122
76. Perbandingan BOP Standar dan BOP Pembuatan Nata de coco
Koktail aktual Metode Analisis ....................................................... 123
77. Perhitungan Selisih BOP Full Costing (satu selisih) Pembuatan
Nata de coco Koktail Metode Analisis ............................................ 123
78. Selisih BOP Metode Variabel Costing Pembuatan Nata de coco
Koktail Metode Analisis .................................................................. 124
79. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Standar Nata de coco
Koktail PT Tonsu Wahana Tirta Metode Perusahaan ...................... 126
80. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Aktual Nata de coco
Koktail PT Tonsu Wahana Tirta Metode Perusahaan ....................... 127
81. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Standar Nata de coco
Koktail PT Tonsu Wahana Tirta Metode Full Costing .................... 128
82. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Standar Nata de coco
Koktail PT Tonsu Wahana Tirta Metode Variabel Costing ............. 129
83. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Aktual Nata de coco
Koktail PT Tonsu Wahana Tirta Metode Full Costing .................... 130
84. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Aktual Nata de coco
Koktail PT Tonsu Wahana Tirta Metode Variabel Costing ............. 131
85. Perhitungan laba Kotor Nata de Coco Koktail Metode
Perusahaan ...................................................................................... 132
86. Kalkulasi Selisih Harga Jual – Kuantitas Penjualan
MetodePerusahaan .......................................................................... 133
87. Kalkulasi Selisih Harga Pokok Penjualan – Kuantitas biaya
Metode Perusahaan ......................................................................... 133
88. Kalkulasi Selisih Penjualan Campuran dan Kuantitas Penjualan
Terakhir Metode Perusahaan ........................................................... 134
89. Perhitungan laba Kotor Nata de Coco Koktail Metode Analisis ....... 135
90. Kalkulasi Selisih Harga Jual – Kuantitas Penjualan Metode
Analisis ........................................................................................... 136
91. Kalkulasi Selisih Harga Pokok Penjualan – Kuantitas Biaya
Nata de Coco Koktail Metode Analisis ............................................ 136
92. Kalkulasi Selisih Penjualan Campuran dan Kuantitas Penjualan
Terakhir Nata de Coco Koktail Metode Analisis .............................. 137
93. Perbandingan Jumlah Pendapatan dan Biaya Standar dan
Aktual Nata de Coco Koktail Metode Perusahaan ........................... 139
94. Perbandingan Nilai Titik Impas Standar dan Aktual Metode
Perusahaan ...................................................................................... 139
95. Perbandingan Jumlah Pendapatan dan Biaya Standard dan
Aktual Nata de Coco Koktail Metode Analisis ................................ 140
96. Perbandingan Nilai Titik Impas Standar dan Aktual Metode
Analisis .......................................................................................... 141
97. Perbandingan Nilai Marjin Kontribusi Metode Perusahaan dan
Metode Analisis .............................................................................. 142
98. Perbandingan Nilai Marjin of Safety (MOS) Metode
Perusahaan dan Metode Analisis ..................................................... 143
99. Perbandingan Kemampuan Memperoleh laba di PT Tonsu
Wahana Tirta .................................................................................. 144
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Jenis Perusahaan Nata de coco ........................................................ 3
2. Harga Pokok Produk dan Total Harga Pokok Produk Menurut
Metode Variabel Costing ................................................................ 33
3. Harga Pokok Produksi dan Total Harga Pokok Produk Menurut
Metode Full Costing ....................................................................... 34
4. Kerangka Pemikiran Operasional ................................................... 40
5. Grafik Perhitungan Selisih Harga dan Kuantitas Standar Lebih
Rendah dari Kuantitas Dan Harga Sesungguhnya ............................ 46
6. Grafik Perhitungan Selisih Harga dan Kuantitas Standar Lebih
Tinggi dari Kuantitas dan Harga Sesungguhnya .............................. 47
7. Grafik Harga Standar Lebih Rendah dari Harga Sesungguhnya
dan Kuantitas Standar Lebih Tinggi dari Kuantitas Aktual .............. 48
8. Grafik Harga standar Lebih Tinggi dari Harga Aktual dan
Kuantitas Standar Lebih Rendah dari Kuantitas Aktual. .................. 48
9. Tata Letak PT. Tonsu Wahana Tirta ................................................ 52
10. Struktur Organisasi PT. Tonsu Wahana Tirta 2009 .......................... 53
11. Proses Pembuatan Nata de coco Lembaran ...................................... 59
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Harga Pokok Produksi Standar Nata Mentah Lembaran Metode
Perusahaan ...................................................................................... 150
2. Harga Pokok Penjualan Standar Nata de coco Koktail Metode
Perusahaan ...................................................................................... 151
3. Harga Pokok Produksi Standar Bibit Nata Metode Analisis
........................................................................................................ 153
4. Harga Pokok Produksi Standar Nata Mentah Lembaran Metode
Analisis ........................................................................................... 154
5. Harga Pokok Penjualan Standar Nata Koktail Metode Analisis
Full Costing .................................................................................... 155
6. Harga Pokok Produksi Standar Nata Koktail Metode Analisis
Variabel costing .............................................................................. 157
7. Harga Pokok Produksi Nata Lembaran Aktual Metode
Perusahaan ...................................................................................... 158
8. Harga Pokok Penjualan Nata de coco Koktail Metode
Perusahaan ...................................................................................... 159
9. Harga Pokok Produksi Bibit Nata Aktual Metode Analisis ..............
........................................................................................................ 161
10. Harga Pokok Produksi Aktual Nata Mentah Lembaran Metode
Analisis ........................................................................................... 162
11. Harga Pokok Penjualan Aktual Nata de coco Koktail Metode
Analisis Full costing ........................................................................ 163
12. Waktu Standar Operasi Pembuatan Bibit Nata de Coco Analisis ..... 165
13. Waktu Standar Operasi Pembuatan Nata mentah Lembaran
Metode Analisis .............................................................................. 166
14. Waktu Standar Operasi Pembuatan Nata de coco Koktail
Metode Analisis .............................................................................. 167
15. Peralatan Pembuatan Bibit Nata de coco ......................................... 168
16. Peralatan Pembuatan Nata Mentah Lembaran .................................. 169
17. Peralatan Pembuatan Nata de coco Koktail (Kemasan) .................... 170
18. Waktu Aktual Proses Pembuatan Bibit Nata Selama 15 Hari ......... 171
19. Waktu Aktual Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran
Selama 15 Hari ................................................................................ 172
20. Waktu Aktual Proses Pembuatan Nata de coco Koktail Selama
15 Hari ............................................................................................ 173
21. Alur Proses Pembuatan dan Pengembangan Bibit Nata .................... 174
22. Alur Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran .............................. 175
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kelapa merupakan komoditi sosial yang pengembangannya di Indonesia
sudah berkembang secara tradisional turun temurun tersebar di seluruh Nusantara.
Pertanaman kelapa tersebar di seluruh kepulauan Indonesia seluas 3,8 juta Ha
yaitu Sumatera (34,6%), Jawa (22,9%), Sulawesi (18,9%), Bali, NTB, dan NTT
(7,6%), Maluku dan Papua (8,6%) serta Kalimantan (7,4%), Jika ditinjau dari luas
areal kelapa dunia (11,8 juta Ha), areal kelapa Indonesia mencapai 26,23% dari
areal dunia, dengan produksi buah kelapa rata-rata 15,5 milyar butir per tahun,
total bahan ikutan yang dapat diperoleh 3,75 juta ton air, 0,75 juta ton arang
tempurung, 1,8 juta ton serat sabut, dan 3,3 juta ton debu sabut (Konferensi
Nasional Kelapa VI 2006).
Berdasarkan prosiding konferensi nasional kelapa VI di Gorontalo
2006, diperkirakan proyeksi areal dan produksi kelapa sampai dengan tahun 2010
akan terus meningkat (Tabel 1), hal ini disebabkan adanya rencana jangka panjang
pemerintah (2025) dalam pengembangan agribisnis kelapa pada tingkat makro
sebagai komoditas andalan yang meliputi intensifikasi, peremajaan dan
pengembangan yaitu dengan merealisasikan biaya yang berasal dari berbagai
sumber seperti perbankan, pemerintah pusat dan daerah, pengusaha dan dana dari
komoditi sebesar 7.432 milyar sampai dengan tahun 2010.
Tabel 1. Proyeksi Luas Areal dan Produksi Kelapa Indonesia Menurut Jenis
Pengusahaan Tahun 2006-2010 No Tahun Areal (000 ha) Produksi (000 ton)
PR PBN PBS Jml PR PBN PBS jml
1 2006 3.815 7 72 3.894 3.237 5 85 3.327
2 2007 3.819 7 72 3.898 3.269 5 86 3.360
3 2008 3.823 7 72 3.902 3.302 5 87 3.394
4 2009 3.827 7 72 3.906 3.335 5 88 3.428
5 2010 3.830 7 72 3.910 3.368 5 89 3.462 Sumber : (APCC) Prosiding Konferensi Nasional Kelapa VI Tahun 2006.
Keterangan : PR : Perkebunan Rakyat
PBN : Perkebunan Negara
PBS : Perkebunan Swasta
Sekalipun terlihat adanya kenaikan luas areal lahan dan produksi kelapa
untuk tahun-tahun berikutnya, permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan
agribisnis kelapa di Indonesia salah satunya adalah daya saing. Industri
pengolahan buah kelapa umumnya masih terfokus kepada pengolahan hasil
daging buah sebagai hasil utama, sedangkan industri yang mengolah hasil
samping buah (by-product) seperti air, sabut, dan tempurung kelapa masih secara
tradisional dan berskala kecil, padahal potensi ketersediaan bahan baku untuk
membangun industri pengolahannya masih sangat besar.
Tanaman kelapa sering juga disebut sebagai pohon kehidupan (tree of life),
karena hampir semua bagiannya dapat dimanfaatkan oleh manusia dan
mempunyai nilai ekonomis salah satunya adalah air kelapa. Air kelapa pada
dasarnya merupakan hasil samping dari produksi kopra atau kelapa parut kering
(desiccated coconut). Sekitar 40% butir kelapa yang dihasilkan diolah menjadi
kopra (5 milyar butir/tahun), terdapat bahan ikutan berupa air kelapa sebesar 3,75
ton, dengan asumsi luas areal kelapa pada tahun 2009 mencapai 3,8 juta ha
dengan produksi 3 juta ton setara kopra maka pada tahun 2009 akan diperoleh
sekitar 450 juta liter air kelapa. Jumlah air kelapa yang melimpah untuk setiap
tahun merupakan suatu peluang untuk meningkatkan daya saing produk kelapa
melalui program pengembangan diversifikasi produk dari air kelapa (Asian
Pacific Coconut Community 2006).
Air kelapa dapat dimanfaatkan untuk pembuatan minuman ringan, jelly,
ragi, alkohol, nata de coco, dextran, anggur, cuka, ethyl acetat, dan sebagainya.
Komposisi kimia air kelapa adalah; specific grafity 1,02%, bahan padat 4,71%,
gula 2,56%, abu 0,46%, minyak 0,74%, protein 0,55%, dan senyawa khlorida
0,17%. Air kelapa yang dapat diolah untuk menghasilkan beberapa produk
bernilai ekonomi seperti minuman ringan, cuka, dan nata de coco. Nata de coco
sendiri selain sebagai makanan berserat, juga dapat digunakan dalam industri
akustik. Saat ini baru nata de coco yang telah berkembang mulai dari skala
industri rumah tangga hingga industri besar.
Berdasarkan profil usaha, saat ini terdapat tiga jenis industri nata de coco
yang berkembang, yaitu perusahaan yang hanya menghasilkan nata de coco
mentah (lembaran), perusahaan yang hanya menghasilkan nata de coco kemasan
(syrup), dan perusahaan menghasilkan nata de coco mentah sekaligus
mengolahnya menjadi nata de coco kemasan (Gambar 1).
Gambar 1. Jenis Perusahaan Nata de coco.
Produk nata de coco dapat diolah menjadi berbagai minuman segar, seperti
puding, koktail nata dalam sirup, campuran jelly, manisan dan produk lainnya.
Komponen yang dikandung nata de coco terutama air dan serat kasar yang
berguna untuk pencernaan. Potensi pengusahaan nata de coco sangat menjanjikan.
Hal ini mengingat bahan baku limbah air kelapa yang melimpah, bahan pembantu
mudah didapat dan teknologi pengolahannya relatif mudah. Produk olahan nata de
coco mempunyai daya tahan relatif lama, dikemas siap saji, disukai konsumen
dari berbagai kalangan, makanan berserat tinggi, biaya produksi relatif rendah
sehingga produk ini dapat mudah bersaing dipasaran.
Adanya prospek yang menjanjikan dalam industri nata de coco, membuat
semakin banyak pihak investor yang menanamkan modalnya ke dalam industri
ini. sehingga saat ini banyak bermunculan perusahaan baik berskala besar-
menengah maupun perusahaan kecil-rumah tangga. Tentu saja mereka memiliki
segmentasi pasar sendiri-sendiri. Perusahaan besar-menengah memiliki pasar
yang relatif lebih luas mencakup pasar domestik dan pasar ekspor.
Jawa barat merupakan salah satu daerah penghasil kelapa di Indonesia,
Daerah-daerah penghasil kelapa di Jawa Barat adalah Banten, Ciamis, Cianjur,
Garut, Sukabumi, dan Tasikmalaya. Produksi kelapa di jawa barat tahun 2004
sampai dengan 2007 dapat dilihat pada Tabel 2. Daerah pengolahan kelapa
menjadi produk turunanya biasanya sangat dekat dengan daerah pemasarannya
misalnya di daerah Bekasi, Depok, Bogor, dan Tanggerang sebagai salah satu
contohnya PT. Putra Jalasutra Kencana, PT. Fortuna Co, yang berada di daerah
Bekasi, PT. Graha Putraindo yang merupakan perusahaan pemasaran dan
pengolahan kopra yang terdapat di daerah Depok. Daerah Depok strategis sebagai
tempat berdirinya berbagai perusahaan pengolahan hasil pertanian salah satunya
adalah pengolahan kelapa menjadi produk turunannya, karena posisinya yang
strategis sebagai kota satelit.
Tabel 2. Produksi Kelapa di Jawa Barat Tahun 2004-2007.
Tahun Perkebunan Rakyat (PR) Perkebunan Swasta(PBS)
Luas areal (Ha) Produksi (Ton) Luas areal (Ha) Produksi (Ton)
2004 172.500,60 155.512,70 699,15 341,34
2005 182.463,00 177.436,10 668,43 422,45
2006 183.360,07 148.099,22 660,69 114,42
2007 177.450,00 136.831,00 670,00 142,00 Sumber : Badan Pusat Statistik (Jawa Barat dalam angka 2008
Kota Depok sebagai wilayah termuda di provinsi Jawa barat dengan luas
200,29 km2, terbentuk pada tahun 1999 berdasarkan UU Nomor 15 tahun 1999
tentang pembentukan kotamadya daerah tingkat II Depok dan kotamadya daerah
tingkat II Cilegon. Peningkatan pendapatan domestik bruto (PDRB) kota Depok
dapat menjadi indikator pesatnya pertumbuhan ekonomi kota Depok dari tahun ke
tahun. PDRB adalah total nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam waktu
tertentu (satu tahun) di wilayah regional tertentu. Perkembangan dan pertumbuhan
sektor-sektor perekonomian kota Depok baik dari segi perubahan besarnya
distribusi maupun kontribusi tiap sektor dapat terlihat dengan jelas dalam PDRB
kota Depok.
Dapat dilihat dalam PDRB kota Depok periode 2003 – 2007 (Tabel 3),
industri pengolahan memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB yaitu sebesar
40,10 % pada tahun 2003 dan mengalami peningkatan menjadi 40,39 % pada
tahun 2007. Adanya optimisme pemerintah kota Depok terhadap kemajuan
pembangunan terutama sebagai tempat berdirinya berbagai perusahaan
pengolahan hasil pertanian salah satunya adalah pengolahan kelapa menjadi
produk turunannya.
Adanya faktor sumber bahan baku, dan minat para investor untuk
menanamkan investasinya di bisnis pengolahan ini, maka usaha pengolahan hasil
buah kelapa salah satunya adalah nata de coco sangat layak untuk didirikan di
kota Depok. Daerah survey penelitian di kota Depok terdapat tiga jenis usaha Nata
de Coco, yaitu: pertama, usaha membuat nata de coco lembaran (mentah) saja,
kedua usaha membuat nata de coco kemasan saja dan ketiga, usaha membuat nata
de coco lembaran sekaligus kemasan.
Tabel 3. PDRB Kota Depok Menurut lapangan Usaha Berdasarkan Harga
Konstan 2000 Periode 2003 – 2007 (Dalam juta Rupiah) Sektor 2003 2004 2005 2006 2007
Pertanian 153.071,52
(3,67)
159.556,91
(3,59)
167.053,64
(3,52)
159.921,17
(3,16)
161.095,98
(2,97)
Pertambangan
dan
Penggalian
-
(0)
-
(0)
-
(0)
-
(0)
-
(0)
Industri
Pengolahan
1.671.366,52
(40,30)
1.793.348,32
(40,38)
1.954.749,67
(41,15)
2.096.462,49
(41,34)
2.188.502,41
(40,39)
Listrik, Gas
dan Air
Bersih
138.496,57
(3,32)
146.341,60
(3,30)
157.857,97
(3,32)
162.625,11
(3,21)
168.289,13
(3,11)
Bangunan/
konstruksi
269.033,15
(6,45)
284.053,85
(6.40)
289.734,93
(6,10)
299.855,37
(3,92)
330,725,45
(6,10)
Perdagangan,
Hotel dan Restoran
1.221.192,62
(29,29)
1.293.418,42
(29,13)
1.371.884,46
(28,88)
1.500.643,82
(29,62)
1,680.841,66
(31,02)
Pengangkutan
dan Komunikasi
225.171,34
(5,40)
240.540,33
(5,42)
259.654,73
(5,47)
265.439,68
(5,42)
272.608,12
(5,03)
Keuangan, Persewaan, &
Jasa
Perusahaan
163.791,87
(3,93)
180.689,28
(4,07)
192.688,45
(4,06)
198.084,51
(3,91)
216.184,33
(3,99)
Jasa-jasa 327.129,36
(7,85)
342.927,92
(7.72)
356.430,25
(7,50)
385.097,91
(7,60)
399.999,46
(7,38)
PDRB 4.369.755,44
(100)
4.440.876,83
(100)
4.750.034,10
(100)
5.066.129,06
(100)
5.618.246,94
(100) Sumber : BPS Kota Depok, 2003 – 2007.
( ) = Persentase kontribusi tiap sektor terhadap PDRB Kota Depok
PT. Tonsu Wahana Tirta adalah salah satu perusahaan yang sejak tahun
2000 bergerak dalam usaha pengolahan air kelapa menjadi nata de coco dalam
kemasan (Koktail) yang terletak di kota Depok. Perusahaan ini selain mengolah
air kelapa menjadi lembaran nata de coco juga mengolahnya langsung menjadi
minuman sari kelapa (Koktail) nata de coco dalam kemasan. Produk akhir yang
dihasilkan PT Tonsu Wahana Tirta adalah nata de coco dalam kemasan gelas
plastik 220 ml dengan label kemasan bermerek Sun coco dengan bahan baku
utama adalah air kelapa. Kapasitas produksi PT Tonsu Wahana Tirta mencapai
175 karton perhari dengan isi dalam kemasan karton adalah 24 cup atau setara
dengan 4.200 cup per hari.
Banyaknya perusahaan-perusahaan sejenis di propinsi Jawa Barat baik
dalam skala perusahaan maupun usaha rumah tangga yang muncul secara
sporadis, sehingga dalam menjalankan usahanya sehari-hari PT Tonsu Wahana
Tirta menghadapi persaingan. Tingkat persaingan terjadi lebih ketat terutama
pada input air kelapa dari sumber yang relatif sama terutama saat permintaan
meningkat terutama pada hari-hari besar keagamaan, selain itu persaingan juga
terjadi dalam pemasaran produknya, karena saat ini banyak ditemukan berbagai
macam produk sejenis dan merk di pasaran. Beberapa produk minuman nata de
coco berdasarkan observasi pasar bulan Oktober 2009 adalah sebagai berikut pada
(Tabel 4).
Tabel 4. Beberapa Jenis Produk Minuman Nata de coco (Koktail) Produk Vol isi/Kemasan (ml) Kisaran Harga (Rp)
Kara 220 2.200 – 2.500
Wong Coco 245 3.200 – 3.500
King Coco 245 2.200 – 2.500
Mama 240 2.200 – 2.500
Okky jely 190 1.000 – 1.500 Sumber : Observasi Pasar Bulan Oktober 2009.
Berdasarkan survey pasar harga untuk produk nata de coco kemasan rata-
rata 220 ml berkisar antara Rp 1.000 – Rp 2.500. Berdasarkan informasi yang
diperoleh dari pimpinan perusahaan, bahwa dalam penetapan harga jual
produknya PT Tonsu Wahana Tirta mengikuti harga pasar (price taker). Harga
jual yang ditetapkan untuk produknya (Sun coco) adalah Rp 1.000
Perusahaan seperti PT Tonsu Wahana Tirta dalam kegiatannya sehari-hari
(bekerja dengan tujuan) untuk mencari laba. Laba adalah kelebihan penerimaan
penjualan terhadap biaya atau pengeluaran. Manajer perusahaan biasanya hanya
sedikit atau bahkan sama sekali tidak dapat mengendalikan harga penjualan.
Selain masalah harga, kendala lain yang dihadapi perusahaan adalah untuk tetap
bertahan dalam persaingan dengan produk-produk sejenis. Untuk tetap dapat
beroperasi dan menghasilkan keuntungan yang diharapkan perhatian perusahaan
harus tercurah pada biaya atau pengeluaran, perusahaan harus berusaha untuk
berproduksi dengan biaya seefisien mungkin.
Efisiensi biaya produksi yang ingin dicapai perusahaan tidak lepas dari
pengendalian dan perencanaan terhadap biaya-biaya produksi yang akan
dikeluarkan. Perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan tentang apa
yang akan dilaksanakan, bagaimana menentukan strategi pencapaiannya dengan
mempertimbangkan kemampuan yang ada guna mencapai tingkat keuntungan
yang diinginkan. Sedangkan pengendalian berkaitan dengan usaha, prosedur dan
metode serta langkah yang harus ditempuh agar apa yang telah direncanakan
dapat terlaksana dengan baik mencapai sasaran yang ditetapkan. Dengan adanya
perencanaan dan pengendalian terhadap biaya produksi yang dikeluarkannya
maka manajemen perusahaan dapat menentukan apakah biaya itu lebih tinggi atau
lebih rendah dari yang diharapkan. Berdasarkan indikasi tersebut penulis merasa
penting untuk melihat lebih lanjut tentang biaya produksi yang dikeluarkan
perusahaan selama berproduksi terutama dalam perencanaan dan pengendalian
serta penetapan harga pokok penjualannya.
1.2. Permasalahan
PT Tonsu Wahana Tirta sebagai perusahaan pengolahan nata de coco yang
beroperasi sejak tahun 2000, dalam aktivitas produksinya perusahaan selalu
berusaha untuk meningkatkan kinerja dan mempertahankan kelanjutan usaha.
Laba atau profitabilitas perusahaan sangat mempengaruhi kinerja perusahaan
terutama dalam menghadapi persaingan di antara para perusahaan pesaingnya.
Dalam upaya meningkatkan daya saing hasil produksinya, PT Tonsu
Wahana Tirta senantiasa melakukan peninjauan kembali terhadap seluruh sistem
operasional dan produksi yang telah berjalan, misalnya dengan meningkatkan
produktivitas, peningkatan waktu penyelesaian sesuai dengan perjanjian, dan
peningkatan mutu produk.
Profitabilitas yang diperoleh PT Tonsu Wahana Tirta sangat tergantung
pada alur produksinya yang berimplikasi terhadap besar kecilnya korbanan biaya
yang dikorbankan. Besar kecilnya keuntungan yang diperoleh perusahaan sangat
bergantung dari besar kecilnya total biaya produksi. Untuk memproduksi nata de
coco dibutuhkan input yang dibedakan atas input tetap (fixed input) dan input
variabel (variabel input). Pemakaian input membawa konsekuensi pada biaya
yang terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost).
Biaya operasional usaha nata de coco merupakan biaya variabel (variable
cost) yang besarnya tergantung dengan jumlah nata de coco yang diproduksi. Pada
(Tabel 5) menunjukkan biaya operasional usaha nata de coco lembaran sekaligus
kemasan. Untuk 50 lembaran (kurang lebih 50 kg) dibutuhkan biaya
produksi/biaya operasional sebesar Rp 142.349 per hari. Dengan 50 lembaran
dapat diproduksi 375 nata de coco kemasan gelas (16 karton).
Tabel 5. Biaya Operasional (Variabel) Nata de coco (Sun Coco 220 ml)
Lempeng dan Kemasan (50 Kg Nata lembaran)
No
A. Biaya Variabel (Nata Mentah Lembaran)
Uraian Satuan Jumlah Harga/Satuan
(Rp)
Jumlah
Harga (Rp)
1 Air Kelapa Liter 50 200 10.000
2 Starter Botol (63 ml) 2 20.000 40.000
3 Za Kg 0,125 1.500 188
4 Gula Kg 1 8.000 8.000
5 Asam Asetat Liter 0,5 20.000 10.000
6 LPG Tabung (13kg) 1 13.000 13.000
7 Karet Bungkus 1 3.000 3.000
8 Tenaga Kerja Lembar 50 150 7.500
Total A 91.688
B. Biaya Variabel (Nata Koktail)
1 Gula Kg 4 8.000 32.000
2 Natrium Benzoat Liter 0,015 15.000 225
3 Siklamat Kg 0,003 2.150 6
4 Essence Botol 1 5.000 5.000
5 Kemasan Cup 130 100 13.000
6 Tenaga Kerja (10) Dus 4 100 400
Total B 50.661
Total (A+B) 142.349 Sumber : Pimpinan PT Tonsu Wahana Tirta (Maret 2009)
Harga jual merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam
persaingan, dimana dalam pemasaran produknya perusahaan mengikuti harga
pasaran yang berlaku. Untuk produk nata de coco (220 ml) harga eceran yang
ditetapkan perusahaan adalah mengikuti harga pasar (price taker) sebesar
Rp 800. Harga pasar merupakan faktor eksternal yang tidak bisa dikendalikan
oleh pengusaha, maka untuk memperoleh keuntungan masksimum pengusaha
pengolah harus menekan harga jual dengan salah satu cara mengefisiensi biaya
produksi.
Perusahaan dalam aktifitasnya sehari-hari sering mengalami kendala
terhadap fluktuasi harga, terutama terhadap kenaikan harga bahan penolong dan
kemasan melebihi harga standar pembelian yang telah ditetapkan oleh perusahaan
sebelumnya. Biaya bahan penolong dan kemasan yang terdapat di perusahaan
dapat dilihat pada (Tabel 6).
Tabel 6. Harga Pembelian Bahan Penolong dan Botol Pengemasan Tahun 2009
Bulan
Bahan Penolong Botol Pengemasan (250 ml)
Asam
Sitrat
(25 Kg)
Benzoat
(25 Kg)
Siklamat
(75 Kg)
Gula
(50 Kg)
Pembelian
(Unit)
Harga
(Rp)
Total
(Rp)
Januari Rp 8.000 Rp 20.000 Rp 135.000 Rp 325.000 3.000 100 300.000
Februari Rp 8.000 Rp 20.000 Rp 135.000 Rp 325.000 3.000 100 300.000
Maret Rp 9.200 Rp 20.000 Rp 135.000 Rp 325.000 3.000 100 300.000
April Rp 9.200 Rp 20.000 Rp 155.250 Rp 325.000 3.000 100 300.000
Mei Rp 9.600 Rp 23.000 Rp 162.000 Rp 325.000 3.000 150 450.000
Juni Rp 9.600 Rp 23.000 Rp 162.000 Rp 325.000 3.000 150 450.000
Juli Rp 9.600 Rp 24.000 Rp 162.000 Rp 325.000 3.000 150 450.000
Sumber : PT. Tonsu Wahana Tirta, 2009.
Semakin tinggi persaingan pada tahun-tahun terakhir ini, perusahan
PT Tonsu Wahana Tirta harus semakin jeli dalam menganalisis kondisi
perusahaan sehingga tidak terjadi kekeliruan dalam pengambilan keputusan
manajemen. Harga pasar yang sulit dikendalikan dan harga bahan penolong yang
sering berfluktuasi mempengaruhi pendapatan atau laba perusahaan, sehingga
untuk mengatasinya perhatian manajer perusahaan harus tercurah terhadap biaya-
biaya atau pengeluaran yang digunakannya. Pimpinan harus menilai apakah biaya
tersebut lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang diharapkan, dan menilai
faktor-faktor yang mungkin terjadi dari penyimpangan biaya (Tabel 7).
Penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dapat dikendalikan perusahaan
apabila perusahaan menetapkan suatu pola perencanaan dan penetapan biaya
produksi yang tepat. Pengendalian biaya harus didahului dengan penentuan biaya
yang seharusnya dikeluarkan untuk memproduksi satu satuan produk, namun
salah satu permasalahan yang kadangkala dialami perusahaan adalah perusahaan
kurang jeli dalam proses pencatatan biaya-biaya kedalam harga pokoknya.
Perusahaan seringkali mengabaikan proses pencatatan menurut sistem akuntansi
yang lazim terutama terhadap pengelompokkan dan pencatatan biaya overhead
pabrik dan biaya non produksi lainnya, sehingga biaya-biaya tersebut yang
sebenarnya telah dikeluarkan tidak terhitung dan tidak menjadi komponen harga
pokok penjualannya yang ditetapkan.
Berdasarkan keterangan diatas di indikasikan bahwa PT Tonsu Wahana
Tirta kurang memperhatikan serapan biaya pada proses produksi secara teliti dan
cermat dalam menentukan harga pokok penjualannya, sehingga perusahaan sulit
melakukan pengendalian dan perencanaan.
Tabel 7. Faktor Penyebab Terjadinya Penyimpangan No Penyimpangan Faktor-faktor Tindakan Korektif yang
Mungkin
I . BAHAN
A. Harga Kenaikan Harga Pasar - Menaikkan Harga Jual
- Mengganti Bahan
- Mengurangi Sisa yang
Dibuang - Membeli Sebelumnya
Mutu Terlalu Bagus, Mutu Biasa Tidak Ada
- Membeli Sebelumnya - Menambah Persediaan
B. Pemakaian Bahan Bermutu Rendah - Pesan Lebih Tepat - Meningkatkan Pemeriksaan
Banyak Sisa yang
Terbuang
- Pengawasan yang Lebih
Baik
Pekerjaan Bermutu
Rendah
- Pengawasan yang Lebih
Baik - Meningkatkan Pemeriksaan
II. UPAH
A. Tingkatan Upah Persetujuan dengan
Serikat Buruh
- Meningkatkan Harga Jual
- Meningkatkan Efisiensi
Lembur - Pengawasan yang Lebih
Baik
III. EFFISIENSI
A. Kinerja Karyawan Bekerja di Bawah Standar - Pengawasan yang Lebih Baik
- Melatih Para Petugas
B. Menunggu Bahan Pesan Terlalu Lambat - Memesan Lebih Awal
Keterlambatan
Pengiriman
- Mengejar Pesanan
Penumpukan Barang di
Gudang
- Pengeluaran yang Lebih
Baik
C. Menunggu Kerja Keterlambatan dalam
Proses
- Pengawasan yang Lebih
Baik
Pengeluaran Terlambat - Perencanaan Kerja yang
Lebih Baik
D. Kerusakan Mesin Kerusakan - Pemeliharaan Preventif
Penggunaan yang Salah - Pelatihan Lebih Baik
IV. BIAYA UMUM
A. Gaji Terlalu Banyak Karyawan - Mengurangi Karyawan
B. Telepon, Listrik,
dll
Pemborosan Pemakaian - Pengawasan yang Lebih
Baik
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka menjadi penting untuk mengkaji
bagaimana penentuan harga pokok penjualan yang wajar dan pengendalian biaya
dengan menghitung biaya standar yang ditentukan dari pengalaman periode
sebelumnya untuk kemudian diaplikasikan pada periode yang akan datang.
Selanjutnya dapat dilakukan pengendalian terhadap biaya-biaya yang mengalami
penyimpangan yaitu dengan membandingkan antara penetapan biaya standar dan
biaya aktual perusahaan, sehingga dapat diambil tindakan korektif, dengan pola
penetapan biaya standar yang baru. Selaras dengan pernyataan yang dikemukakan
diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah identifikasi biaya dalam memproduksi produk Nata de
Coco di PT Tonsu Wahana Tirta?
2. Apakah biaya standar yang ditetapkan perusahaan masih sesuai
sebagai dasar pengendalian biaya dan penetapan harga pokok
penjualanya?
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Menganalisis dan mengidentifikasi biaya-biaya yang menjadi dasar
penetapan harga pokok penjualan serta bagaimana proyeksinya
terhadap profitabilitas perusahaan.
2. Menganalisis biaya-biaya apa saja yang mengalami penyimpangan dan
paling berpengaruh terhadap penetapan harga pokok penjualan
perusahaan serta tindakan korektif apa yang paling tepat.
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini
adalah :
1. Memberikan masukan dan saran sebagai bahan pertimbangan bagi
manajemen PT Tonsu Wahana Tirta dalam menjalankan usaha
pengolahan dan pembuatan nata de coco untuk produksi dan penjualan
di masa yang akan datang.
2. Bagi penulis khususnya untuk mendapatkan pengalaman dan sarana
untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah.
3. Sebagai bahan acuan bagi pihak-pihak yang tertarik untuk melakukan
studi lanjutan.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah bahwa analisis dan penetapan biaya
standar dan pengumpulan biaya kedalam harga pokok penjualan dianggap sesuai
dengan kondisi lingkungan internal dan ekternal perusahaan. Perubahan dalam
pemilihan alternatif penetapan biaya standar dan metode pengumpulan ke dalam
harga pokok penjualan yang telah dirumuskan setelah penelitian ini mungkin
dapat menyebabkan metode penyusunan dan penetapan biaya standar menjadi
tidak sesuai. Hal ini menjadi batasan mengingat kondisi lingkungan bisnis yang
terus mengalami perubahan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nata de Coco
Nata de coco adalah hidangan penutup yang terlihat seperti jeli, berwarna
putih hingga bening dan bertekstur kenyal. Makanan ini dihasilkan dari fermentasi
air kelapa, dan mulanya dibuat di Filipina. nata de coco dalam bahasa Spanyol
berarti krim kelapa. Krim yang dimaksudkan adalah santan kelapa. Penamaan nata
de coco dalam bahasa Spanyol karena Filipina pernah menjadi koloni Spanyol.
Bakteri pembentuk nata adalah Acetobacter xylinum. Jika ditumbuhkan
dalam medium yang mengandung gula, bakteri tersebut dapat mengubah 19%
gula menjadi selulosa. Selulosa ini berupa benang-benang yang bersama-sama
dengan polisakarida berlendir membentuk suatu masa dan dapat mencapai
ketebalan beberapa sentimeter. Beberapa faktor yang mempengaruhi
perkembangan bakteri Acetobacter xylinum adalah tingkat keasaman medium,
lama fermentasi, sumber karbon, sumber nitrogen, suhu dan konsentrasi bibit
(starter). Pada dasarnya proses pembuatan biakan murni bakteri dapat dilakukan
secara laboratories maupun secara sederhana.
Acetobacter xylinum dapat tumbuh pada pH 3,5 – 7,5, namun akan tumbuh
optimal bila pH nya 4,3, sedangkan suhu ideal bagi pertumbuhan bakteri
Acetobacter xylinum pada suhu 28°–31°C. Bakteri ini sangat memerlukan
oksigen.
Asam asetat atau asam cuka digunakan untuk menurunkan pH atau
meningkatkan keasaman air kelapa. Asam asetat yang baik adalah asam asetat
glacial (99,8%). Asam asetat dengan konsentrasi rendah dapat digunakan, namun
untuk mencapai tingkat keasaman yang diinginkan yaitu pH 4,5 – 5,5 dibutuhkan
dalam jumlah banyak. Selain asam asetat, asam-asam organik dan anorganik lain
bisa digunakan 1
1 http://id.wikipedia.org/wiki/Nata_de_coco
2.2. Proses Produksi Nata de Coco
Menurut Rony (1990), produksi adalah kegiatan suatu organisasi atau
perusahaan untuk memproses atau merubah bahan baku (raw material) menjadi
barang jadi (finished goods) melalui penggunaan tenaga kerja dan fasilitas
produksi lainnya.
Menurut Mulyadi (1993), untuk menentukan harga pokok produk
diperlukan pemahaman terhadap proses pembuatan produk dari pengolahan bahan
baku hingga menjadi produk jadi. Setiap tahap pengolahan bahan baku
memerlukan pengorbanan sumber ekonomi, sehingga informasi biaya sangat
diperlukan untuk mengetahui setiap sumber ekonomi yang dikorbankan dalam
setiap tahap pengolahan tersebut.
Secara garis besar, cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua
macam produksi atas dasar pesanan dan produksi massa. Perusahaan yang
berproduksi berdasarkan pesanan melaksanakan pengolahan produknya atas dasar
pesanan yang diterima pihak luar, sedangkan perusahaan yang berproduksi massa
melaksanakaan pengolahan produksinya untuk memenuhi persediaan di gudang.
Dapat disimpulkan bahwa proses produksi nata de coco adalah kegiatan
suatu organisasi atau perusahaan untuk memproses air kelapa menjadi nata de
coco melalui penggunaan tenaga kerja dan fasilitas produksi lainnya yang
menunjang proses tersebut.
Secara umum produk nata de coco yang terdapat di pasaran terdiri dari
produk nata de coco dalam bentuk lembaran dan dalam bentuk kemasan (syrup).
Proses pembuatan (produksi) nata de coco dari air kelapa terdiri dari enam tahap,
yaitu penyaringan, pemasakan dan pencampuran bahan pembantu, penempatan
dalam cetakan dan pendinginan, inokulasi (penanaman/penebaran) bibit (starter),
pemeraman (fermentasi), serta pemanenan. Sedangkan produksi nata de Coco
dalam bentuk kemasan (syrup) harus melalui beberapa proses yaitu, pembuatan
syrup, pencampuran nata de coco dan bahan lain, pengemasan dan pengepakan
(Bank Indonesia – Industri Pengolahan Nata de Coco 2004).
2.3. Biaya
Menurut Buffa dan K.Sarin (1996) biaya adalah variabel yang dapat
memungkinkan harga lebih rendah namun tetap memungkinkan, sedangkan
menurut prinsip akuntansi Indonesia (PAI) biaya atau cost adalah pengorbanan
yang dilakukan untuk memperoleh barang atau jasa yang diukur dengan nilai
uang, baik itu pengeluaran berupa uang, melalui tukar menukar ataupun melalui
pemberian jasa.
Menurut Mulyadi (1993) dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber
ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok dalam
definisi biaya tersebut yaitu biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi,
diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang secara potensial akan
terjadi, dan pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.
2.3.1. Klasifikasi Biaya
Pengelompokan biaya meliputi penentuan, akumulasi, peringkasan,
pencatatan, dan penginterpretasian terhadap biaya-biaya yang terjadi, dan
kemudian biaya-biaya tersebut diklasifikasikan, dalam perusahaan industri
pengklasifikasian dari biaya terbagi atas dua bagian yaitu biaya-biaya produksi
atau pabrik, dan biaya-biaya distribusi (Sembiring 1991).
Biaya-biaya pabrik meliputi, bahan baku langsung, tenaga kerja langsung,
beban-beban biaya overhead pabrik yang terjadi secara langsung dalam
memproduksi suatu jenis produk. Seluruh biaya-biaya lainnya dari sebuah
perusahaan industri dapat meliputi biaya overhead pabrik atau biaya yang ada
hubungannya dengan pendistribusian produk.
Menurut Mulyadi (1993) dalam akuntasi biaya, biaya digolongkan dengan
berbagai macam cara, umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar
tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam
akuntansi biaya dikenal konsep different cost for different purposes, berdasarkan
hal tersebut biaya digolongkan menurut; (1) objek pengeluaran, (2) fungsi pokok
dalam perusahaan, (3) hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai, (4) perilaku
biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, dan (5) Jangka
waktu manfaatnya.
Menurut Mulyadi (1993) dalam perusahaan manufaktur biaya dapat
digolongkan menurut fungsi pokoknya yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran,
serta fungsi administrasi dan umum. Oleh karena itu dalam perusahaan
manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Biaya Produksi.
Biaya produksi merupakan biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap dijual. Menurut objek pengeluarannya,
secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku
dan biaya tenaga kerja langsung disebut pula dengan istilah biaya utama
(prime cost), sedangkan biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead
pabrik sering pula disebut dengan istilah biaya konversi, yang merupakan
biaya untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadi.
2. Biaya Pemasaran.
Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan
kegiatan pemasaran yang biasanya meliputi biaya iklan, biaya promosi,
biaya angkutan dari perusahaan ke gudang pembeli, biaya gaji karyawan
bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran, serta biaya contoh
(sample).
3. Biaya Administrasi dan Umum.
Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk
mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Biaya
administrasi ini biasanya meliputi biaya gaji karyawan bagian keuangan,
akuntansi, personalia, dan bagian hubungan masyarakat, biaya
pemerikasaan akuntan, serta biaya fotocopy.
2.3.2. Pengendalian Biaya
Perusahaan (bekerja dengan tujuan) untuk mencari laba. Laba adalah
kelebihan penerimaan penjualan terhadap biaya atau pengeluaran. Manajer
perusahaan biasanya hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak dapat
mengendalikan harga penjualan dan karenannya perhatiannya harus tercurah pada
biaya atau pengeluaran.
Pimpinan menerima laporan periodik (biasanya bulanan) tentang biaya
yang benar-benar dikeluarkan, dan ia harus menilai ini untuk menentukan apakah
biaya itu lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang diharapkan, atau kurang
lebih sama. Ia akan tertarik kepada biaya yang lebih tinggi daripada yang
diharapkan, sehingga dengan demikian dapat dilakukan tindakan untuk
menekannya. Tetapi ia juga tertarik kepada biaya yang lebih rendah untuk melihat
apakah penghematan itu dapat dipertahankan. Untuk dapat menentukan apakah
biaya itu lebih tinggi atau lebih rendah ia harus mengetahui berapa besar biaya
yang diharapkan (Murphy 1973).
Pada dasarnya fungsi manajemen mencakup aspek perencanaan dan
pengendalian semua aktifitas suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan oleh organisasi itu sendiri. Usaha manajemen mencapai tujuan
perusahaan sangat ditentukan oleh sejauh mana manajemen mampu menjalankan
fungsi perencanaan dan pengendalian atas keseluruhan aktivitas perusahaan.(Rony
1990).
Perencanaan adalah suatu proses pengambilan keputusan tentang apa yang
akan dilaksanakan, bagaimana menentukan strategi pencapaiannya dengan
mempertimbangkan kemampuan yang ada guna mencapai tingkat keuntungan
yang diinginkan. Untuk ini memerlukan adanya data-data yang berkaitan dengan
aktivitas produksi meliputi pengelolaan material, pengelolaan buruh dan
pengelolaan peralatan produksi, serta perencanaan penjualan dan kegiatan
administratif.
Pengendalian berkaitan dengan usaha, prosedur, metode serta langkah
yang harus ditempuh agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan
baik mencapai sasaran yang ditetapkan.
Pengendalian biaya yang efektif mempunyai dua aspek pokok yaitu,
pengendalian operasional dan pengendalian akuntansi. Pengendalian biaya yang
efektif bergantung kepada pengumpulan data serta penyajian laporan yang
relevan. Pengendalian biaya dimulai dengan melakukan pencatatan-pencatatan
semua transaksi yang dilakukan oleh perusahaan. Untuk pengendalian biaya yang
efektif, diperlukan adanya sistem akuntansi biaya, yang mencatat dan melaporkan
semua biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan (Sembiring 1990).
Budget merupakan alat pengendalian yang efektif bagi perusahaan dalam
melakukan perencanaan yang diharapkan, oleh karena itu dalam penentuan budget
harus objektif. Penentuan pos-pos budget yang efektif akan memberikan hasil
yang bermanfaat dalam tahun penggunaanya. Adanya selisih-selisih terhadap
rencana biaya yang telah ditetapkan sebelumnya, maka harus dilakukan analisis
mengenai sebab-sebab terjadinya dan melakukan tindakan revisi kembali,
sehingga dapat disesuaikan kembali dengan rencana yang sebenarnya.
Berdasarkan tinjauan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengendalian
biaya mengandung pengertian suatu metode pencatatan, pengumpulan, dan
penyajian yang berkaitan dengan sistem mengenai perencanaan terhadap biaya-
biaya yang telah dikeluarkan agar dapat mencapai sasaran yang ditetapkan.
2.4. Produksi
Secara umum pengertian produksi adalah kegiatan suatu organisasi atau
perusahaan untuk memproses dan merubah bahan baku (raw material) menjadi
barang jadi (finished goods) melalui penggunaan tenaga kerja dan fasilitas
produksi lainnya (Sembiring 1990). Sedangkan sistem produksi menurut Buffa
(1996) adalah alat yang digunakan untuk mengubah masukan sumber daya guna
menciptakan barang dan jasa yang berguna sebagai keluaran.
Kegiatan produksi menurut Sembiring yang dilakukan perusahaan
membutuhkan modal investasi dan modal kerja yang meliputi antara lain :
1. Sarana Produksi seperti tanah untuk bangunan, gudang penyimpanan
bahan baku dan produksi akhir, pabrik, mesin-mesin lainnya yang
berkaitan dengan berbagai sarana penunjang untuk kelancaran aktifitas
produksi.
2. Tenaga kerja yang berkaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan
kegiatan produksi seperti buruh pabrik, mandor, tenaga operator, tenaga
pembersih gedung dan peralatan pabrik lainnya.
3. Bahan-bahan yang meliputi bahan baku utama, bahan pembantu dan
penunjang lainnya seperti bahan bakar, pelumas, dan lain sebagainya.
Sembiring (1990) menjelaskan tentang ciri-ciri produksi, bahwa proses
produksi dapat dibedakan berdasarkan pelaksanaan proses produksi yang
dilakukan. Cara pelaksanaan proses produksi juga akan mempengaruhi
perhitungan harga pokok dan sistem pelaporannya, secara umum, proses produksi
dapat dibedakan atas dua golongan utama yaitu :
1. Produksi atas dasar pesanan, yaitu produksi yang dilakukan bila ada
pesanan.
2. Produksi untuk persediaan, yaitu produksi yang dilakukan untuk
memenuhi persediaan digudang, artinya walaupun tidak ada pesanan
proses produksi tetap dilaksanakan sepanjang tidak melebihi budget
produksi yang telah ditetapkan.
2.4.1. Biaya Produksi
Dalam buku PAI dinyatakan biaya produksi dikatagorikan menjadi 3 (tiga)
jenis biaya yaitu :
1. Biaya Bahan Baku Langsung (Direct Material Cost)
Suatu biaya produksi disebut biaya bahan baku langsung bila bahan
tersebut merupakan bagian yang integral, dapat dilihat atau diukur secara
jelas dan mudah serta ditelusuri baik fisik maupun nilainya dalam wujud
produksi yang dihasilkan.
2. Biaya Buruh Langsung (Direct Labor Cost)
Suatu produksi disebut biaya buruh langsung bila biaya itu dikeluarkan
atau dibebankan karena adanya pembayaran upah kepada buruh yang
langsung ikut serta bekerja dalam membentuk produksi akhir. Biaya ini
dapat ditelusuri karena secara jelas dapat diukur dengan waktu yang
dipergunakannya dalam keikutsertaannya secara langsung membentuk
produksi akhir.
3. Biaya Pabrik Lainnya (Factory Overhead Cost)
Pengelompokkan biaya ini adalah semua biaya pabrik yang bukan bahan
baku langsung dan buruh langsung yang timbul dan dibebankan terhadap
pabrik karena sifatnya baik sebagai bagian yang memiliki eksistensi dalam
produksi akhir maupun hanya memberikan pelayanan guna menunjang,
memperlancar, mempermudah atau sebagai penggerak kegiatan itu sendiri.
2.5. Penelitian Terdahulu
2.5.1. Penelitian Tentang Biaya dan Harga Pokok
Kajian penetapan harga pokok yang dilakukan oleh Muharjadi (2005) di
PD. Central Nata de coco (CNDC) di Bogor Jawa Barat. diketahui bahwa harga
jual/unit produk Mc Coco dengan perhitungan perusahaan lebih tinggi daripada
harga jual/unit dengan perhitungan full costing, hal tersebut disebabkan karena
harga jual produk perusahaan dihitung dengan rumusan tersendiri yaitu
menjumlahkan biaya produksi, biaya pemasaran. Hasil perhitungan HPP/unit
secara full costing untuk produk Mc Coco adalah sebesar Rp 367,73 adalah lebih
besar daripada metode perusahaan yaitu sebesar Rp 458,33 atau lebih tinggi
Rp 65,6. Rendahnya perhitungan HPP/unit dengan metode perusahaan
disebabkan adanya biaya-biaya yang tidak dimasukkan dalam perhitungan harga
pokoknya seperti biaya administrasi dan umum, serta biaya penyusutan aktiva
yang dimiliki perusahaan.
Analisis biaya dan penetapan harga pokok produksi kayu gergajian (Sawn
Timber) hutan rakyat CV. Sinar Kayu Bogor, Jawa Barat dilakukan Permata
(2008). Hasil analisis selisih biaya standar dan biaya aktual terdapat selisisih yang
defisit, baik dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead pabrik. Selisih biaya bahan baku dari kedua jenis bahan baku
merupakan selisih yang defisit dimana biaya aktual yang sebenarnya terjadi lebih
besar dari biaya standar yang ditetapkan.
Analisis struktur biaya pada CV Sinar Kayu menjelaskan bahwa terjadi
perbedaan dalam penetapan kebijakan harga jual antara secara eceran ke
konsumen langsung dan distributor. Harga jual yang ditetapkan dengan sistem
penjualan ke distributor lebih rendah jika dibandingkan dengan harga jual dengan
sistem penjualan ke konsumen langsung. Harga pokok produksi berdasarkan biaya
standar untuk kaso 57 Rp 4.316,92 per unit sedangkan produk kaso 46 adalah
Rp 3.103,28 per unit. Dengan demikian keuntungan per unit yang ingin di peroleh
oleh CV Sinar Kayu untuk produk kaso 57 lebih besar jika dibandingkan
penjualan produk kaso 46 untuk ke dua sistem penjualan.
Penelitian tentang penetapan harga pokok produksi dilakukan oleh
Roslinawati (2007) dengan judul Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Benih
Padi Pada PT. Sang Hyang Seri RM 1 Sukamandi, Subang, Jawa Barat. Dari hasil
perhitungan didapatkan rata-rata harga pokok produksi metode perusahaan
menghasilkan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan rata-rata harga pokok
produksi dengan menggunakan metode full costing dan variabel costing. Hal ini
disebabkan karena adanya perbedaan dalam menganalisis biaya. Pada metode
perusahaan memasukkan biaya pengemasan kedalam perhitungan harga pokok
produksinya, yang seharusnya tidak dilakukan karena biaya pengemasan
merupakan biaya pemasaran dan bukan termasuk biaya produksi.
Yulianti (2007) melakukan penelitian dengan judul Penetapan Harga
Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Meises Cokelat (kasus : PT G di Bandung,
Jawa Barat). Hasil penelitian menunjukan bahwa perhitungan harga pokok produk
meises cokelat 818 biru dengan menggunakan metode full costing periode tahun
2006 yaitu Rp 6.282 per kg atau Rp 78.530 per dus. Harga pokok meises dengan
menggunakan metode full costing lebih tinggi dari pada harga pokok produk
dengan metode PT G, disebabkan karena metode full costing mengakumulasikan
seluruh biaya termasuk biaya tetap dan biaya variabel.
Ivana Eva (2004) dalam penelitiannya yang berjudul Penentuan Harga
Pokok Produksi Karkas dengan menggunakan metode full costing, variabel
costing, dan ABC costing pada studi kasus rumah potong ayam Asia Afrika,
Bogor Jawa Barat. Berdasarkan hasil analisis dapat dilihat bahwa rata-rata harga
pokok untuk menghasilkan 1 kg karkas dengan menggunakan metode variabel
costing merupakan harga pokok rata-rata yang paling rendah dan laba kotor rata-
rata tertinggi, hal ini disebabkan dalam metode variabel costing komponen
pembentuk harga pokok produksi adalah biaya produksi yang bersifat variabel
yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
variabel, sehingga total biaya produksi yang akan menjadi lebih kecil bila
dibandingkan dengan metode lain.
Harga pokok rata-rata yang tertinggi dan laba kotor terendah diperoleh
dengan menggunakan metode full costing, hal ini disebabkan dalam metode full
costing penentuan harga pokok produksi dilakukan dengan memperhitungkan
semua unsur biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, biaya overhead pabrik tetap dan variabel, sehingga total biaya
produksi akan menjadi lebih besar bila dibandingkan metode yang lain.
Harga pokok dan laba kotor rata-rata yang menggunakan metode ABC
costing tidak menghasilkan nilai yang terlalu tinggi ataupun terlalu rendah, hal ini
disebabkan dalam metode ABC penentuan harga pokok produksi berdasarkan
biaya aktivitas-aktivitasnya yang dilakukan untuk menghasilkan produk, sehingga
dalam metode ABC harga pokok produksi yang dihasilkan benar-benar
mencerminkan konsumsi sumber daya aktivitas yang dikeluarkan untuk
menghasilkan harga pokok yang undercosted untuk produk yang diproduksi
dalam volume tinggi dan overcosted untuk produk yang diproduksi dalam volume
rendah.
2.5.2. Penelitian Tentang Nata de Coco
Penelitian tentang Analisis House of Quality untuk Pengembangan Strategi
Pemasaran Minuman Nata de Coco Dalam kemasan CV. Triangel, Bogor
dilakukan oleh Rahmawanti (2009). Hasil analisis House of Quality menjelaskan
bahwa terdapat 14 atribut keinginan konsumen yang akan dikembangkan
perusahaan untuk pengembangan produk dan peningkatan kinerja agar dapat
meningkatkan pendapatan dan juga menambah daerah pemasaran.
Berdasarkan bobot relatif persyaratan konsumen, diketahui prioritas
persyaratan konsumen yang harus dipenuhi oleh Sari koko untuk meningkatkan
kepuasan konsumennya adalah dapat dibeli di swalayan, bentuk potongan
seragam, after taste sesuai flavour, bentuk potongan dadu sedang (1x1x1 cm),
warna nata putih sedikit transparan, dilengkapi sendok dan berfungsi membuka
tutup kemasan, jenis pemanis gula, air sirup berwarna bening, kemasan cup
plastic, volume kemasan 220ml, karakteristik rasa sesuai flavour, harga Rp 1000 -
Rp 2000, kenyal dan jenis flavour lychee.
Berdasarkan analisis kesenjangan, kesenjangan yang tinggi dengan
competitor didapatkan dari dapat dibeli dibeli di swalayan, after taste sesuai
flavour, bentuk potongan dadu sedang dan seragam. Kesimpulan yang didapatkan
dari penelitian ini yaitu terdapat 14 atribut persyaratan konsumen nata de coco, 12
atribut persyaratan teknik yang perlu dikembangkan. Terdapat tiga persyaratan
konsumen yang mempunyai kesenjangan tinggi yang lebih diprioritaskan untuk
diperhatikan.
Optimalisasi produksi Nata de Coco pada PT FITS Mandiri oleh Marety
(2005) hasil penelitiannya menjelaskan bahwa pada tingkat produksi yang
dihasilkan oleh PT FITS Mandiri pada kondisi aktual masih belum optimal.
Perusahaan masih dapat mengoptimalkan jumlah produksinya menjadi 27.200 cup
untuk Nata de Coco kubus dan 172.800 cup untuk Nata de Coco bentuk slice.
Keuntungan yang diperoleh perusahaan apabila berproduksi pada kondisi optimal
juga akan meningkat sebesar 14,39 persen (Rp. 4.283.571,34).
Penggunaan sumberdaya, hanya bahan baku nata mentah saja yang sudah
dimanfaatkan secara optimal yang dilihat dari nilai slack/surplus sebesar (0) dan
menunjukkan bahwa nata mentah berstatus sebagai sumberdaya pembatas. Untuk
penggunaan sumberdaya lain, seperti gula pasir, pengemasan, jam tenaga kerja
langsung, dan jam kerja mesin pada kondisi optimal ketersediaannya masih
berlebih. Hal ini dapat dilihat dari nilai slack/surplus berturut-turut untuk gula
pasir, cup, lid, sendok plastic, jam tenaga kerja langsung, jam tenaga kerja mesin
pemotong nata, dan jam kerja mesin filler sebesar 500, 26.666, 33.333, 1. 505,
168, dan 138.
Analisis product positioning serta preferensi konsumen Nata de coco pada
PT. FITS Mandiri di Kota Bogor oleh Arisandy (2005). Penelitian yang dilakukan
bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis keputusan pembelian terhadap nata
de coco serta atribut yang mempengaruhi dan tingkat kepentingannya, serta
menganalisis segmen dan pasar target.
Hasil penelitian menjelaskan pada tahap keputusan pembelian konsumen
menganggap produk Nata de Coco lebih sebagai minuman ringan biasa, tidak
terdapat alokasi waktu khusus untuk pencarian informasi produk yang dilakukan
oleh konsumen. Kriteria yang dianggap sebagai pilihan utama adalah: Rasa manis
yang sedang, bentuk irisan dadu, kemasan berupa gelas (cup), serta adanya
variansi dalam hal rasa. Kecenderungan konsumen dalam melakukan penggantian
merek tinggi dan umumnya konsumen tidak merasa puas setelah melakukan
pembelian produk Nata de Coco. Nilai tertinggi hingga yang paling rendah adalah
atribut tanggal masa kadaluarsa, nomor izin Depkes, kesesuaian isi, kandungan zat
additive, kejernihan isi produk, harga, rasa manis, bentuk kemasan, kemudahan
diperoleh, produsen produk, dan merek produk. Pasar target yang dipilih
perusahaan adalah para remaja dengan menggunakan pola spesialisasi pasar.
Hasil analisis product positioning Nata de Coco “Fm” hanya memiliki
keunggulan pada atribut nomor izin Depkes dan tanggal masa kaduluarsa yang
jelas. Kelemahan yang paling mendasar terletak pada atribut merek produk yang
tidak terkenal dan rasa manis yang kurang ideal. Produk yang diusulkan
menyangkut perbaikan bahan baku terutama zat pemanis, mempertimbangkan
variasi rasa, serta mempertahankan kelebihan yang telah ada. Dari sisi harga,
perusahaan dapat tetap menjalankan kebijakan yang selama ini telah dilakukan.
Dari sisi tempat, perlunya jaringan distribusi penjualan yang lebih luas, terutama
di supermarket dan warung dekat pemukiman serta menjaga kontinuitas pasokan
produk. Menyangkut aspek promosi, perusahaan harus lebih gencar melakukan
kegiatan dalam rangka pengenalan produk serta pembangunan citra perusahaan di
masa konsumen.
2.5.3. Keterkaitan dengan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan, biaya dan harga pokok sudah banyak
dilakukan sebelumnya, Hasil dari setiap penelitian sangat beragam, namun
terdapat kesamaan pada metode analisis yang digunakan. Kesamaan lain yaitu dari
tujuan yang ingin dicapai, yaitu menentukan suatu penetapan harga pokok, biaya,
dan tingkat volume produksi yang sesuai bagi perusahaan.
Penelitian yang berhubungan nata de coco telah sering dilakukan, namun
penelitian yang penulis lakukan mempunyai perbedaan yaitu penelitian terhadap
analisis biaya dan harga pokok dengan perhitungan penetepan harga pokok yaitu
menggunakan pendekatan harga pokok proses dengan metode perhitungan
menggunakan analisis harga pokok variabel costing dan full costing. Analisis
biaya pada penelitian ini merupakan analisis biaya standar perusahaan terhadap
biaya aktualnya dengan metode perhitungan analisis menggunakan pendekatan
model tiga selisih untuk selisih biaya bahan baku dan selisih biaya tenaga kerja
langsung, sedangkan analisis selisih biaya overhead pabrik menggunakan model
satu selisih. Studi kasus yang dilakukan, yaitu di PT Tonsu Wahana Tirta, kota
Depok.
Perubahan dapat terjadi karena pengaruh waktu, harga input dan output
mungkin telah mengalami perubahan sejak penelitian dilakukan. Penelitian ini
dilakukan dengan harapan dapat diperoleh suatu penetapan harga pokok penjualan
yang sesuai bagi perusahaan sehingga dapat menjadi suatu bahan kebijakan bagi
perusahaan dalam menetapkan tingkat laba dan harga jual produknya. Perbedaan
dengan penelitian terdahulu terletak pada waktu, tempat dan metode yang dipilih.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Biaya dan Keuntungan Bagi Perusahaan
Perusahaan (bekerja dengan tujuan) untuk mencari laba. Laba adalah
kelebihan penerimaan penjualan terhadap biaya atau pengeluaran. Manajer
perusahaan biasanya hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak dapat
mengendalikan harga penjualan dan karenannya perhatiannya harus tercurah pada
biaya atau pengeluaran.
Pimpinan menerima laporan periodik (biasanya bulanan) tentang biaya
yang benar-benar dikeluarkan, dan ia harus menilai ini untuk menentukan apakah
biaya itu lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang diharapkan, atau kurang
lebih sama. Ia akan tertarik kepada biaya yang lebih tinggi daripada yang
diharapkan, sehingga dengan demikian dapat dilakukan tindakan untuk
menekannya, tetapi ia juga tertarik kepada biaya yang lebih rendah untuk melihat
apakah penghematan itu dapat dipertahankan. Untuk dapat menentukan apakah
biaya itu lebih tinggi atau lebih rendah ia harus mengetahui berapa besar biaya
yang diharapkan.
Untuk membandingkan biaya yang sebenarnya dengan biaya yang
diharapkan dibutuhkan suatu alat pengukur, dan alat ukur yang paling baik ialah
angka yang menunjukkan berapa besar biaya itu seharusnya. Dapat dikatakan
bahwa angka ini ialah merupakan standar yang kita harapkan akan kita capai, dan
karenanya alat pengukur ini disebut biaya.
3.1.2. Pengendalian Biaya
Kamus ensiklopedia Amerika merumuskan kata pengendalian yaitu
menjalankan pengendalian atau bertanggung jawab atas, mengendalikan atau
mengawasi atau mengekang. Kata biaya tidak memiliki arti yang khas, tetapi
mempunyai arti harfiah yang berarti tentang pengaturan, pembatasan atau
penetapan-penetapan biaya. Pengendalian berkaitan dengan usaha, prosedur,
metode serta langkah yang harus ditempuh agar apa yang telah direncanakan
dapat terlaksana dengan baik mencapai sasaran yang ditetapkan. Berdasarkan
tinjauan tersebut pengendalian biaya mengandung pengertian mengenai suatu
metode pencatatan, pengumpulan, dan penyajian yang berkaitan dengan sistem
mengenai perencanaan terhadap biaya-biaya yang telah dikeluarkan agar dapat
mencapai sasaran yang ditetapkan.
Budget merupakan alat pengendalian yang efektif bagi perusahaan dalam
melakukan perencanaan yang diharapkan, oleh karena itu dalam penentuan budget
harus objektif. Penentuan pos-pos budget yang efektif akan memberikan hasil
yang bermanfaat dalam tahun penggunaanya. Adanya selisih-selisih terhadap
rencana biaya yang telah ditetapkan sebelumnya, maka harus dilakukan analisis
mengenai sebab-sebab terjadinya dan melakukan tindakan revisi kembali sehingga
dapat disesuaikan kembali dengan rencana yang sebenarnya.
Pengendalian biaya yang efektif mempunyai dua aspek pokok, yaitu
pengendalian operasional dan pengendalian akuntansi, karena sasaran pokok
tertuju pada pengelompokkan biaya, maka perhatian yang lebih besar akan tertuju
kepada pengendalian akuntansi.
Pengendalian akuntansi bertujuan untuk menciptakan suatu sistem
pencatatan yang dapat mengembangkan pertanggungjawaban biaya-biaya dan arus
pekerjaan, serta memberikan laporan singkat tentang hal-hal yang berkaitan
dengan pengendalian dan laporan statistik. Pengendalian akuntansi dapat
menyajikan atau menyediakan informasi yang menggambarkan kebutuhan-
kebutuhan dari perusahaan, juga dapat mengadakan koreksi terhadap kekurangan-
kekurangan serta hal-hal yang tidak memadai yang ada dalam perusahaan dan
dapat merencanakan dengan cermat prosedur pelaksanaan untuk masa yang akan
datang.
3.1.2.1. Biaya Standar
Pengembangan biaya standar adalah merupakan dasar untuk menyusun
budget. Setelah perusahaan berpengalaman dalam menyusun budget, yaitu untuk
menetapkan apa yang diharapkan di masa yang akan datang, maka penyusunan
biaya standar merupakan jalan pintas untuk menyusun rencana dimasa mendatang.
Budget adalah suatu pengertian yang menyangkut seluruh aspek operasi
termasuk pelaksanaannya dan hasil yang diharapkan, oleh sebab itu angka-angka
budget harus disusun secara terperinci dan jelas. Angka-angka dari budget adalah
merupakan dasar dari pengukuran statistik dari hasil yang diperoleh.
Definisi biaya standar adalah biaya yang ditentukan lebih dahulu yang
dihitung berdasarkan standar yang dipakai oleh pimpinan tentang operasi yang
efisien dan pengeluaran yang dianggap perlu serta relevan. yang khas dari biaya
standar dibandingkan biaya yang lain adalah kenyataannya bahwa biaya standar
ditentukan sebelum adanya kegiatan produksi. Kata yang paling penting dalam
definisi biaya standar adalah ditentukan lebih dahulu.
Penetapan biaya standar sangat bermanfaat bagi manajemen dalam
perencanaan dan pengendalian aktifitas perusahaan. Adapun manfaat biaya
standar antara lain (Rony, 1990) yaitu :
1. Dasar pertimbangan pembuatan budget.
2. Pengendalian biaya dan mengukur efisiensi
3. Mendorong kemungkinan pengurangan biaya.
4. Memudahkan dalam pencatatan dan pelaporan biaya.
5. Merencanakan biaya bahan baku, pekerjaan dalam proses maupun produk
jadi.
6. Sebagai penetapan harga penawaran dalam suatu proyek atau kontrak
tertentu.
Teknik biaya standar adalah persiapan dan pemakaian biaya standar,
perbandingannya dengan biaya sebenarnya, dan analisa mengenai penyimpangan
untuk mencari sebab dan akibatnya. Kata yang paling penting dalam definisi
sistem biaya standar adalah perbandingan. Perbandingan merupakan inti dari
sistem biaya standar, karena dengan ini dapat menilai apakah biaya itu lebih
rendah atau lebih tinggi daripada yang diharapkan.
Bila membicarakan biaya, biasanya yang dimaksud adalah bahwa barang
yang dibuat atau dihasilkan ada biayanya, dan biaya yang dimaksud disini adalah
biaya produk, dan karenanya biaya tersebut kita sebut biaya per unit.
Biaya standar biasanya diartikan sebagai biaya standar untuk setiap unit
barang. Tentu saja dapat dibuat perbandingan yang perlu antara biaya standar per
unit dan biaya sebenarnya per unit. Biaya yang sebenarnya akan memberi
gambaran tentang apa yang telah terjadi, dan inilah yang akan dikendalikan.
Untuk mendapatkan biaya per unit yang sebenarnya terlebih dahulu harus
mengalokasikan atau membagi semua pengeluaran yang sebenarnya kepada setiap
barang. Hal ini sangat mahal dan banyak memakan waktu. Sebagai contoh bahan
mentah tertentu dari biaya standar per unit dapat dilihat antara lain berapa yang
harus dikeluarkan untuk bahan mentah untuk satu unit barang, jika dikalikan
jumlah barang yang diproduksi misalnya dalam satu bulan dengan biaya standar
bahan mentah per unit produk, dapat dilihat, berapa banyak bahan mentah yang
harus dihabiskan dalam satu bulan, dinyatakan dalam rupiah.
Jumlah barang yang diproduksi dikalikan dengan biaya standar bahan
mentah per unit barang menunjukkan berapa seharusnya nilai bahan yang dipakai
selama periode yang bersangkutan, dan ini disebut standar. Standar ini kemudian
dibandingkan dengan nilai bahan mentah yang sebenarnya dipakai secara
keseluruhan. Pengalaman menunjukkan bahwa nilai standar dan nilai sebenarnya,
jarang atau bahkan tidak pernah sama. Jadi hampir selalu terjadi suatu
pengeluaran yang lebih rendah atau lebih tinggi.
Tentu saja biaya pembuatan barang tidaklah terbatas pada bahan mentah
saja ada biaya-biaya lain, atau unsur-unsur biaya yang lain. Jika prosedur
memungkinkan standar itu dilakukan untuk semua unsur biaya, kita menilai
produksi untuk bulan itu berdasarkan biaya standar per unit. dan ini disebut nilai
standar produksi (SVP = standar value produced) atau NSP.
Nilai standar produksi adalah alat pengukur yang dipakai, perbandingan
antara pengeluaran yang sebenarnya dengan nilai standar produksi akan
menunjukkan pengeluaran yang lebih rendah atau lebih tinggi yang disebut
penyimpangan, dengan cepat penyimpangan akan menunjukkan hal-hal yang tidak
beres, dan kemudian dapat diambil tindakan perbaikan. Teknik yang merupakan
salah satu manfaat utama dari sistem biaya standar, dikenal dengan nama
manajemen berdasarkan perkecualian, yaitu teknik yang dapat dipakai untuk
dengan mudah dan cepat mengetahui daerah-daerah persoalannya dan kemudian
mengambil tindakan koreksinya.
Banyaknya pos pengeluaran akan menunjukkan adanya penyimpangan,
maka harus menentukan mana yang penting dan mana yang tidak. Memang selalu
ada kecenderungan untuk mencoba memperhitungkan semua penyimpangan,
tetapi bahwa sebelum dapat menyelesaikan semua penyimpangan dan persoalan
untuk suatu bulan tertentu, penyimpangan itu akan menjadi tanggung jawab, dan
tugas kita sekarang adalah membuat suatu daftar prioritas, sehingga dapat
mengambil tindakan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang paling penting
terlebih dahulu, tetapi bagaimana caranya kita menentukan apa yang penting, dan
apa yang tidak. Pertama-tama kita periksa penyimpangannya dan
menghubungkannya dengan jumlah yang seharusnya dikeluarkan. Jadi yang kita
lihat adalah jumlah yang relatif dari penyimpangannya.
Salah satu petunjuk mengenai pentingnya suatu penyimpangan adalah nilai
relatifnya, dan dalam mempertimbangkan jumlah penyimpangan kita lihat nilai
mutlaknya. Jadi ada dua faktor yang perlu dipertimbangkan besarnya angka
penyimpangan yang relatif dan yang mutlak. Penyimpangan memberikan
gambaran bahwa kenyataan tidak sesuai dengan rencana, dan dengan sendirinya
kita ingin memperbaiki ini. Atas dasar ini dapat dikatakan bahwa tujuan dari
penggunaan biaya standar bukanlah mencari penyimpangan melainkan
menentukan tindakan untuk menyehatkan perusahaan kembali.
3.1.2.2. Biaya Aktual
Biaya aktual merupakan biaya yang sesungguhnya terjadi dalam
memproses suatu produk, pesanan atau jasa yang dihasilkan. Perhitungan biaya
aktual ini hanya dapat dilakukan pada akhir periode tertentu. Seperti halnya
dengan biaya standar perhitungan biaya aktual juga terdiri dari biaya aktual bahan
baku, biaya aktual tenaga kerja langsung, biaya aktual overhead pabrik.
3.1.3. Analisis Varians
Untuk mendapatkan suatu patokan biaya yang baik, terlebih dahulu harus
diketahui biaya-biaya apa saja yang diperlukan dan berapa nilai dari masing-
masing biaya tersebut. Oleh karena itu, sebelum produksi dimulai, terlebih dahulu
masing-masing unsur biaya (biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead) harus dianalisa untuk mengetahui berapa besarnya masing-
masing biaya seharusnya dalam suatu keadaan tingkat harga dan cara produksi
yang normal. Biaya yang seharusnya dan ditetapkan secara ilmiah ini dinamakan
biaya standar (Hartanto, 1981).
Biaya standar ini merupakan target yang dituju dan sekaligus merupakan
patokan yang dipakai untuk mengukur dan menilai biaya sesungguhnya. Biaya
standar juga membantu manajemen dalam bidang perencanaan, khususnya
mengenai biaya pabrikasi dapat dilakukan sampai unsur biaya yang sekecil-
kecilnya.
Jika kita membandingkan biaya standar dengan biaya sesungguhnya (biaya
aktual), maka biasanya akan terdapat perbedaan-perbedaan (Garrison dan Eric,
1997). Selisih tersebut dapat dibedakan menjadi selisih harga dan selisih jumlah.
Alasan pembedaan analisis selisih ini adalah karena keputusan pengendalian yang
berkaitan dengan harga dan pengendalian yang berkaitan dengan jumlah
dilakukan pada waktu yang berbeda. Perbedaan tersebut yang merupakan
penyimpangan dapat dianalisa menjadi penyimpangan mengenai:
1. Biaya bahan langsung (penentuan harga bahan dan penyimpangan efisiensi
bahan baku). Selisih ini dapat terjadi karena kesalahan penentuan harga
dan inefisiensi penggunaan bahan baku.
2. Biaya tenaga kerja langsung (penyimpangan penentuan tingkat upah dan
efisiensi tenaga atau jam kerja). Selisih yang dapat ditemui pada
perhitungan biaya tenaga kerja langsung adalah inefisiensi tenaga atau jam
kerja.
3. Biaya overhead (2 metode yaitu 3-variance methods dan 2-variance
methods). Dalam 3 variance methods akan diukur penyimpangan yang
terjadi pada penentuan budget/standar, penyimpangan kapasitas dan
penyimpangan efisiensi. Sedangkan 2-variance methods penyimpangan
biaya overhead dipecahkan menjadi penyimpangan yang dapat
dikendalikan (Controllable Variance) dan penyimpangan yang tidak dapat
dikendalikan (Noncontrolable Variance). Penyimpangan yang dapat
dikendalikan terdiri dari penyimpangan dalam pengeluaran dan efisiensi,
dan yang tidak dapat dikendalikan ialah penyimpangan yang disebabkan
biaya tetap. Selisih yang ditemui pada perhitungan biaya overhead pabrik
akibat perbedaan biaya yang dianggarkan (tarif) dengan biaya overhead
pabrik yang sesungguhnya dikeluarkan.
3.1.4 Metode Harga Pokok
Metode harga pokok dapat dibagi menjadi dua yaitu metode harga pokok
pesanan (job order cost method) dan metode harga pokok proses (process cost
method) (Mulyadi, 1993).
1. Metode Harga Pokok Pesanan
Metode harga pokok pesanan mengumpulkan biaya produksi menurut
pesanan. Perhitungan harga pokok produksi per satuan dihitung dengan cara
membagi total biaya yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu dengan jumlah
satuan produk yang dihasilkan dalam pesanan yang bersangkutan. Perhitungan ini
dilakukan pada saat pesanan telah selesai di produksi. Penggolongan biaya
produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung dan biaya produksi tidak
langsung. Biaya produksi langsung dibebankan kepada produk berdasarkan biaya
yang sesungguhnya terjadi, sedangkan biaya produksi tidak langsung dibebankan
kepada produk berdasarkan tarif yang ditentukan di muka. Biaya overhead pabrik
terdiri dari biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya
produksi lain selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya
overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif yang ditentukan di
muka.
2. Metode Harga Pokok Proses
Metode harga pokok proses mengumpulkan biaya produksi per
departemen produksi per periode akuntansi. Perhitungan harga pokok produksi
persatuan dilakukan dengan cara membagi total biaya produksi yang dikeluarkan
selama periode tertentu dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan selama
periode yang bersangkutan. Perhitungan ini dilakukan setiap akhir periode
akuntansi (biasanya akhir bulan). Harga pokok per satuan produk dihitung setiap
akhir bulan, sehingga umumnya biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk
atas dasar biaya yang sesungguhnya terjadi. Biaya overhead pabrik terdiri dari
biaya produksi selain biaya bahan baku dan bahan penolong dan biaya tenaga
kerja (baik langsung maupun tidak langsung). Biaya overhead pabrik dibebankan
kepada produk sebesar biaya yang sesungguhnya terjadi selama periode akuntansi
tertentu.
Gambar 2. Harga Pokok Produk dan Total Harga Pokok Produk Menurut
Metode Variabel Costing. (Mulyadi, 1993).
Menurut Mulyadi (1993) dalam memperhitungkan biaya-biaya ke dalam
harga pokok produksi, terdapat dua pendekatan yaitu variable costing dan full
costing. Metode variable costing merupakan metode penentuan harga pokok
produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang bersifat variable ke
dalam harga pokok produksi. Biaya yang diperhitungkan dalam variable costing
terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead
pabrik variable.
Variable Costing bermanfaat dalam pembuatan rencana jangka pendek
dengan memisahkan biaya variabel dan tetap dalam laporan rugi laba, sehingga
akan diketahui Contribution Margin. Dengan kedua hal itu maka manajemen bisa
merencanakan berapa laba yang akan diperoleh.
Harga pokok produk yang dihitung dengan menggunakan metode variable
costing terdiri dari harga pokok produksi variable (biaya bahan baku, biaya tenaga
Biaya
Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja
Langsung
Biaya Overhead
Pabrik Variabel
Biaya Adm. Dan
Umum Variabel
Harga Pokok
Produksi Variabel
Biaya Adm. Dan
Umum Tetap
Biaya Pemasaran
Variabel
Biaya Overhead
Pabrik Tetap
Biaya Pemasaran
Tetap
Total Harga
Pokok Produk
Biaya Periode
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variable). Kemudian ditambah dengan
biaya non produksi variable yang terdiri dari biaya pemasaran dan biaya
administrasi dan umum variable, dan biaya tetap yang terdiri dari biaya overhead
pabrik tetap, biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan umum tetap
(Gambar 2)
Metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi
yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi baik yang bersifat variable
maupun tetap, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung,
dan biaya overhead pabrik. Harga pokok produk yang dihitung dengan
menggunakan metode full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi yaitu
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variable
dan biaya overhead pabrik tetap. Kemudian ditambah dengan biaya non produksi
yang terdiri dari biaya pemasaran, dan biaya administrasi dan umum. (Gambar 3)
memperlihatkan unsur harga pokok produksi dan harga pokok produk dengan
pendekatan full costing.
B.Utama
B.Konversi
Gambar 3. Harga Pokok Produksi dan Total Harga Pokok Produk Menurut
Metode Full Costing (Mulyadi, 1993)
Biaya
Bahan Baku
Biaya Tenaga Kerja
Langsung Harga Pokok
Produksi
Biaya Overhead
Pabrik Variabel
Biaya Overhead
Pabrik Tetap
Biaya
Pemasaran
Biaya
Administrasi
dan Umum
Total
Harga
Pokok Produk
3.1.5 Analisis Laba Kotor
Keuntungan kotor adalah selisih hasil penjualan terhadap harga pokok
barang yang dijual. Sebagaimana diketahui hasil penjualan merupakan perkalian
antara volume terhadap harga satuan barang yang dijual. Sedangkan harga pokok
barang yang dijual adalah perkalian antara volume yang dijual terhadap harga
pokoknya (bahan baku, buruh dan biaya pabrik lainnya).
Faktor yang mempengaruhi keuntungan kotor adalah perubahan salah satu
atau kombinasi dari hal-hal sebagai berikut :
1. Perubahan harga jual produk.
2. Perubahan dalam volume penjualan terdiri dari :
a. Perubahan jumlah satuan fisik produk yang dijual
b. Perubahan dari jenis-jenis produk campuran atau penjualan
campuran.
3. Perubahan dalam unsur biaya produksi (bahan baku, biaya buruh, dan
biaya pabrik lainnya).
Untuk tujuan analisis keuntungan kotor ini perlu ditetapkan dasar sebagai
faktor pembanding baik bersumber dari data akuntansi yang lampau atau tahun
tertentu yang dipilih maupun berupa standar atau anggaran harga dan biaya
produksi produk yang akan dijual. Analisis keuntungan kotor dapat dihitung
melalui pendekatan dengan beberapa metode sebagai berikut:
1. Analisis keuntungan kotor berdasarkan data historis
Untuk menguraikan analisis atas dasar data historis atau periode
sebelumnya, maka diperlukan data-data akuntansi yang berkaitan dengan
laporan hasil usaha periode sebelumnya dan kemudian diperbandingkan
dengan laporan hasil usaha periode berjalan.
2. Analisis keuntungan kotor berdasarkan biaya standar dan anggaran
Untuk menguraikan analisa keuntungan kotor berdasarkan biaya standar
dan anggaran laporan hasil usaha dengan metode biaya standar, di
perbandingkan dengan laporan hasil usaha aktual pada periode tahun
berjalan.
3.1.6 Perencanaan Keuntungan Penjualan dan Biaya
Untuk mengetahui kemampuan menghasilkan laba suatu perusahaan atau
yang masih tersembunyi sangat diperlukan analisis biaya kegiatan laba (BKL).
Analisis BKL ini merupakan faktor kunci dalam dasar pengambilan keputusan
meliputi pemilihan jenis produk, penetapan harga jual produk, strategi pemasaran
dan penggunaan fasilitas produksi (Garrison, 1997). Jadi dengan melakukan
analisis BKL ini seorang manajer dengan cepat mampu mengambil keputusan
teknis terhadap perubahan-perubahan variabel yang berpengaruh.
Untuk mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan laba, perlu
dihitung titik impas (Break Event) yang dapat diartikan sebagai suatu keadaan
dimana dalam operasinya, perusahaan tersebut tidak memperoleh laba dan tidak
menderita kerugian (Munawir, 1996). Suatu usaha dikatakan impas jika jumlah
pendapatan (CM), yaitu pendapatan penjualan dikurangi biaya variabel total,
hanya dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap saja (Mulyadi, 1993). Analisis
titik impas merupakan suatu cara untuk mengetahui batas penjualan minimum
agar perusahaan tidak merugi, tetapi belum memperoleh laba.
3.1.6.1. Analisis Titik Impas
Analisis titik impas dan hubungannya terhadap analisis biaya, volume dan
biaya keuntungan merupakan sarana bagi manajemen dalam mempersiapkan
perencanaan keuntungan, penetapan kebijaksanaan dan alat untuk mengambil
keputusan.
Analisis titik impas sangat bermanfaat bagi manajemen dalam menjelaskan
beberapa keputusan operasional yang penting dalam tiga cara yang berbeda
namun tetap berkaitan yaitu (Rony, 1990):
1. Pertimbangan tentang produk baru dalam menentukan beberapa tingkat
penjualan yang harus dicapai agar perusahaan memperoleh laba.
2. Sebagai kerangka dasar penelitian pengaruh ekspansi terhadap tingkat
operasional.
3. Membantu manajemen dalam menganalisis konsekuensi penggeseran
biaya variabel menjadi biaya tetap karena otomisasi kerja dengan
peralatan yang canggih.
Analisis titik impas merupakan sarana bagi manajemen untuk mengetahui
pada titik berapa hasil penjualan sama dengan jumlah biaya sehingga perusahaan
tidak memperoleh keuntungan atau kerugian. Untuk mengetahui hal tersebut,
maka perlu dilakukan pemisahan biaya tetap dengan biaya variabel secara jelas
dan benar. Biaya variabel mencakup biaya bahan baku variabel, biaya buruh
langsung, biaya pabrik lainnya, biaya administrasi dan pemasaran yang variabel.
Sedangkan biaya tetap meliputi biaya pabrik lainnya, biaya administrasi tetap dan
biaya pemasaran tetap.
3.1.6.2. Margin Kontribusi
Margin kontribusi dapat diartikan sebagai jumlah yang tersisa dari
penjualan setelah dikurangi biaya variable. Nilai dari margin kontribusi dapat
digunakan untuk menutupi biaya tetap dan untuk mendapatkan laba pada periode
tertentu (Garrison, 1997). Margin kontribusi ini selalu digunakan untuk menutupi
biaya tetap selama biaya tetapnya belum tertutupi sampai dengan batas titik impas
suatu perusahaan atau dapat dikatakan sebagai pengurangan potensi kerugian yang
ditunjukkan oleh biaya tetap, namun setelah semua biaya tetap tertutupi (diatas
titik impas), margin kontribusi berfungsi sebagai penghasil laba.
Jadi dapat disimpulkan bahwa selama perusahaan berproduksi dibawah
titik impas, maka margin kontribusi berfungsi sebagai pengurangan potensi
kerugian yang digunakan untuk menutupi biaya tetap. Pengurangan potensi
kerugian akibat adanya biaya tetap akan sebanding dengan kenaikan margin
kontribusi persatuan untuk setiap satuan tambahan yang terjual. Setelah produksi
perusahaan berada diatas titik impas maka margin kontribusi berperan sebagai
penghasil laba. Pada kondisi ini kenaikan laba bersih keseluruhan sebanding
dengan margin kontribusi yang dihasilkan.
Margin kontribusi dapat dinyatakan dengan nilai mata uang atau dengan
perbandingan relatif. Perbandingan relatif margin kontribusi terhadap penjualan
total disebut nisbah margin kontribusi (nisbah M/K) atau nisbah laba volume
(nisbah L/V), (Garrison, 1997). Nisbah MK dapat menggambarkan dengan cepat
pengaruh perubahan margin kontribusi jika terjadi perubahan penjualan.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Perusahaan (bekerja dengan tujuan) untuk mencari laba. Laba adalah
kelebihan penerimaan penjualan terhadap biaya atau pengeluaran. Manajer
perusahaan biasanya hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak dapat
mengendalikan harga penjualan dan karenannya perhatiannya harus tercurah pada
biaya atau pengeluaran.
Pimpinan menerima laporan periodik (biasanya bulanan) tentang biaya
yang benar-benar dikeluarkan, dan ia harus menilai ini untuk menentukan apakah
biaya itu lebih tinggi atau lebih rendah daripada yang diharapkan, atau kurang
lebih sama.
PT Tonsu Wahana Tirta dalam aktifitas pemasarannya bertindak sebagai
penerima harga (price taker) sehingga kemungkinan kecil untuk dapat
mengendalikan harga jualnya, oleh karena itu perhatian manajer terfokus terhadap
biaya produksinya, dengan menekan biaya produksi berarti dapat meningkatkan
keuntungan perusahaan. Untuk menentukan jumlah biaya yang akan
dikeluarkannya, perusahaan menyusun biaya dalam bentuk biaya produksi standar
dan harga pokok penjualannya.
Untuk melihat apakah biaya-biaya yang ditetapkan PT. Tonsu Wahana
Tirta selama ini telah sesuai untuk dijadikan dasar penetapan harga pokok
penjualannya, maka perlu dilakukan analisis biaya dan membandingkan harga
pokok penjualan yang didasarkan pada perhitungan perusahaan dengan harga
pokok penjualan melalui pendekatan analisis. Selanjutnya setelah diketahui
jumlah biaya standar dari masing-masing metode maka akan dilakukan analisis
penyimpangan biaya (variance), yaitu untuk mengetahui apakah terjadi
penyimpangan yang positif atau negatif biaya standar yang telah ditetapkan dari
masing-masing perhitungan terhadap biaya-biaya aktualnya.
Analisis yang dilakukan pada penelitian ini dibedakan atas analisis selisih
biaya dan analisis terhadap metode perhitungan harga pokok penjualan. Analisis
selisih biaya menjelaskan penyimpangan yang terjadi terhadap biaya-biaya
penyusun harga pokok produksi perusahaan, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang ditetapkan sebelumnya (standar)
terhadap biaya-biaya yang sebenarnya dikeluarkan (aktual). Perhitungan terhadap
penetapan biaya standar dibedakan dalam dua metode yaitu biaya standar yang
ditetapkan perusahaan dan biaya standar dengan pendekatan analisis.
Analisis harga pokok penjualan yaitu menganalisis perbedaan metode
perhitungan dan pengumpulan biaya ke dalam harga pokok penjualan metode
perusahaan terhadap metode perhitungan analisis. Hal ini didasarkan atas
perbedaan metode pengumpulan dan perhitungan biaya ke dalam harga pokok
penjualan akan menghasilkan harga pokok penjualan per unit yang berbeda.
Untuk kepentingan analisis ini maka perbedaan yang dimaksud adalah selisih
keuntungan yang disebabkan perbedaan harga pokok penjualan standar
perusahaan terhadap harga pokok penjualan yang dihitung melalui pendekatan
analisis. Komponen biaya-biaya penyusun harga pokok produksi standar
perusahaan adalah biaya produksi standar perusahaan, sedangkan harga pokok
produksi standar analisis adalah biaya standar yang ditetapkan dari perhitungan
analisis.
Hasil selisih terhadap biaya dan harga pokok penjualan adalah keuntungan
ataupun kerugian yang ditimbulkan terhadap adanya penyimpangan biaya dan
metode pengumpulan biaya dalam harga pokok penjualan. Hasil tersebut
digunakan sebagai koreksi dan rekomendasi terhadap biaya produksi standar yang
ditetapkan perusahaan beserta cara pengumpulan biayanya didalam metode
penetapan harga pokok penjualan per unitnya.
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional
Analisis Harga Pokok Analisis Biaya Produksi
Biaya Produksi
Standar
Perusahaan
Biaya Produksi
Standar Analisis Metode
Perusahaan Metode
Analisis
Proyeksi Penjualan Aktual Terhadap Biaya Produksi
Standar Perusahaan (Laba Kotor)
Biaya Produksi
Standar Perusahaan
Laporan hasil
penjualan Aktual
Analisis Biaya dan Harga Pokok
Pengendalian Biaya Produksi
PT TONSU WAHANA TIRTA
Keuntungan dan Kerugian dalam Perusahaan
Perencanaan Keuntungan, Penjualan, Biaya
Analisis (BEP, MIR, MOS, MK, dan NMK)
Analisis Penyimpangan
• Biaya Bahan Baku
• Biaya Tenaga kerja
• Biaya Overhead Pabrik
Harga Pokok
Standar
Harga Pokok
Aktual Harga Pokok
Standar Harga Pokok
Aktual
Selisih Analisis Laba Kotor
Metode Harga Pokok dengan
laba kotor Terbaik
Biaya Produksi Standar Terkoreksi
Selisih Analisis Laba Kotor
Rekomendasi dan Alternatif Tindakan
Koreksi
(Biaya Produksi Standar)
Biaya Aktual
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT. Tonsu Wahana Tirta di Jalan Pendowo Raya
No 46, Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat. Pemilihan
lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive) dengan pertimbangan
bahwa PT. Tonsu Wahana Tirta merupakan salah satu perusahaan yang mengolah
air kelapa menjadi nata de coco dan terdapat di daerah kota Depok. Waktu
penelitian dilakukan pada bulan November sampai dengan bulan Desember tahun
2009, sedangkan pengambilan data mengenai waktu pengerjaan proses pembuatan
nata de coco dilakukan selama 15 hari.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak
pimpinan manajemen perusahaan serta laporan keuangan perusahaan. Data
sekunder diperoleh dari catatan-catatan yang dimiliki PT. Tonsu Wahana Tirta,
skripsi dan literatur-literatur yang relevan dengan penelitian ini.
4.3. Metoda Pengambilan Data
Data primer diperoleh langsung dengan metode wawancara kepada pihak
manajemen perusahaan menggunakan kuesioner, serta melakukan pengamatan
langsung pada kegiatan produksi perusahaan. Pencarian informasi mengenai
aktifitas produksi perusahaan dilakukan selama 15 hari pada bulan November
dengan metode pengamatan dan wawancara langsung dengan pihak manajemen
yang paling mengerti mengenai aktifitas produksi dan mengetahui tentang
gambaran perusahaan secara keseluruhan yaitu manajer sekaligus pemilik
perusahaan.
Tabel 8. Jenis dan Sumber Data No Jenis Data Sumber Data
1 Gambaran Umum Perusahaan Manajemen Perusahaan
1. Profil Perusahaan
2. Jumlah Karyawan Tetap
2 Data Produksi Bagian Produksi, Administrasi
1. Kapasitas Produksi 2. Realisasi Produksi
3. Rata-rata Produksi Harian
4. Persediaan Produk akhir 5. Kebutuhan Bahan Baku
6. Persediaan Bahan Baku
7. Sumber Bahan Baku
8. Harga Bahan baku
3 Biaya Produksi dan Non Produksi Bagian Produksi, Administrasi dan
Pemasaran
1. Biaya Bahan Baku
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
3. Biaya Overhead Pabrik
4. Biaya Administrasi dan Umum
5. Biaya Pemasaran
4 Data Pemasaran Bagian Pemasaran
1. Jumlah Penjualan 2. Harga Jual
3. Daerah Pemasaran
4. Jumlah Pelanggan 5. Jumlah Pesaing
4.4. Metoda Pengolahan dan Analisis Data
Data dan informasi yang didapat, kemudian diolah dan dianalisis, tujuannya
adalah untuk menyederhanakan data yang terkumpul dari hasil pengisian
kuesioner. Data berupa biaya produksi kemudian dianalisis dan dihitung untuk
mencari jumlah penetapan harga pokok penjualan.
Biaya produksi yang dianalisis terdiri dari biaya produksi aktual dan biaya
produksi standar. Biaya produksi standar merupakan biaya produksi yang
ditetapkan oleh perusahaan berdasarkan kapasitas rata-rata, sedangkan biaya
produksi aktual merupakan biaya produksi berdasarkan biaya yang terjadi pada
kapasitas aktual.
Analisis harga pokok yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
penetapan harga pokok metode variabel costing dan full costing yaitu untuk
mengetahui seberapa besar harga pokok yang akan ditetapkan sebagai harga
pokok penentu harga jual. Analisis yang kedua adalah alat analisis penyimpangan
yang digunakan untuk menganalisis penyimpangan biaya. Penyimpangan biaya
terdiri dari penyimpangan terhadap biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan penyimpangan biaya overhead pabrik. Dalam perhitungan analisis
selisih biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung ,akan digunakan metode
tiga selisih (the three-way model), yaitu selisih biaya standar dengan biaya
sesungguhnya dipecah menjadi tiga macam selisih yaitu selisih harga, selisih
kuantitas dan selisih gabungan. Selisih biaya overhead pabrik akan dihitung
dengan model satu selisih, dalam model ini selisih biaya overhead pabrik dihitung
dengan cara mengurangi biaya overhead pabrik standar dengan tarif standar pada
kapasitas standar dengan biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Analisis yang ketiga adalah analisis profitabilitas yaitu untuk mengukur
kemampuan perusahaan menghasilkan laba, yang meliputi analisis laba kotor,
analisis titik impas dan analisis marjin kontribusi. Analisis profitabilitas akan
digunakan pihak manajemen untuk menyesuaikan kembali standar biaya yang
telah ditetapkan sebelumnya.
4.4.1. Analisis Harga Pokok
Analisis penetapan harga pokok digunakan untuk penentuan harga jual
produk per unit. Metode yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode harga
pokok proses (Process Cost Method) karena perusahaan berproduksi secara massa
tanpa dibatasi oleh ada atau tidaknya pesanan. Perhitungan harga pokok proses
dilakukan dengan pendekatan variabel costing dan full costing, dalam metode ini
pengumpulan biaya-biaya untuk setiap departemen pada periode tertentu
(November 2009 sampai Desember 2009).
Biaya produksi ini jika ditambahkan dengan biaya non produksi akan
menghasilkan harga pokok produk. Komponen-komponen yang termasuk
kedalam biaya non produksi diantaranya adalah biaya pemasaran dan biaya
administrasi dan umum. Perhitungan harga pokok produk per satuan dilakukan
dengan membagi total biaya produksi dan non produksi yang dikeluarkan selama
periode tertentu dengan kuantitas produk yang dihasilkan pada periode tersebut
(Mulyadi, 1993).
4.4.2. Analisis Biaya Standar
Penetapan biaya standar merupakan seni yang menggabungkan antara
pemikiran dan kepakaran semua orang yang memiliki tanggung jawab atas harga
dan jumlah input. Titik awal dalam penetapan biaya standar merupakan
pengalaman masa lalu, selain itu harus juga dikoreksi dengan situasi
perekonomian yang terus berubah, perilaku permintaan dan penawaran yang
berubah dan teknologi yang berubah.
Terdapat dua metode dalam penetapan biaya standar yaitu biaya standar
ideal dan biaya standar praktis. Penetapan biaya standar ideal didasarkan pada
kondisi yang paling terbaik yakni pekerja yang paling terlatih, efisiensi
maksimum sepanjang waktu dan tanpa memperhatikan kemungkinan masa henti
mesin dan masa istirahat pekerja. Sedangkan penetapan biaya standar praktis
memperhitungkan kondisi kemungkinan masa henti mesin, masa istirahat pekerja
pada kondisi yang wajar. Dalam penelitian ini untuk mengetahui biaya standar
menggunakan metode biaya standar praktis.
4.4.2.1. Biaya Standar Bahan Baku
Biaya standar bahan baku pembuatan minuman sari kelapa Sun coco
merupakan hasil perkalian antara harga standar bahan baku yang dibutuhkan
untuk menghasilkan produk Sun coco dengan jumlah (kuantitas) standar bahan
baku yang dibutuhkan untuk memproduksi minuman sari kelapa (koktail) Sun
coco. Harga standar bahan baku pembuatan minuman sari kelapa (koktail) Sun
coco terdiri harga beli bahan baku, biaya angkut bahan baku sampai ke pabrik dan
pengurangan dari pemotongan pembelian. Dengan demikian harga standar bahan
baku minuman Sun coco merupakan harga akhir bahan baku sampai pada
perusahaan. Sedangkan kuantitas standar dari bahan baku Sun coco terdiri dari
kebutuhan bahan baku untuk satuan unit produk yang dihasilkan. Dalam
perhitungan kuantitas standar ini juga harus memasukkan variabel kelonggaran
produk sisa, rusak dan kuantitas produk cacat, dengan demikian semua bahan
baku dalam satu proses produksi sudah teridentifikasi dan terhitung dalam
penetapan kuantitas standar.
4.4.2.2. Biaya Standar Tenaga Kerja langsung
Biaya standar tenaga kerja langsung terkait dengan proses produksi
merupakan hasil perkalian tarif standar per jam atau per unit tenaga kerja
langsung dengan jam atau kapasitas standar tenaga kerja langsung yang
dibutuhkan unttuk memproduksi satuan unit produk. Tarif standar per jam atau
per unit mencakup tarif upah dasar yang ditetapkan, pajak pekerja dan beberapa
tunjangan sosial. Sedangkan jam kerja standar mencakup waktu kerja yang
dibutuhkan untuk memproduksi satuan unit produk, kelonggaran waktu istirahat
minimum dan kebutuhan pribadi, kelonggaran untuk membersihkan tempat kerja,
dan kelonggaran waktu untuk memperbaiki produk cacat.
4.4.2.3. Biaya Standar Overhead Pabrik
Biaya standar overhead pabrik pembuatan sari kelapa Sun coco diperoleh
dari perkalian antara jam standar tenaga kerja langsung dengan tarif overhead
standar pabrik. Tarif overhead standar diperoleh dengan pembagian biaya
overhead yang dianggarkan dengan kapasitas normal (dalam jam) pabrik dalam
memproduksi minuman sari kelapa (koktail) Sun coco (Garrison, 1997).
4.4.3. Analisis Penyimpangan (Variance)
Penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut dengan
selisih (variance) selisih biaya sesungguhnya dengan biaya standar dianalisis, dan
dari analisis ini diselidiki penyebab terjadinya, untuk kemudian dicari jalan untuk
mengatasi terjadinya selisih yang merugikan. Pada penelitian ini digunakan
analisis model tiga selisih (Three-Way Model). Pada model ini, selisih antara
biaya standar dengan biaya sesungguhnya dipecah menjadi tiga macam selisih
yaitu selisih harga, selisih kuantitas, dan selisih harga atau kuantitas. Hubungan
harga dan kuantitas standar dengan harga dan kuantitas sesungguhnya dapat
terjadi dengan tiga kemungkinan:
1. Harga dan kuantitas standar masing-masing lebih besar atau lebih kecil
dari harga dan kuantitas sesungguhnya.
2. Harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya
kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya.
3. Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya
kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya.
Model tiga selisih, rumus perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas
tergantung dari jenis hubungan harga dan kuantitas standar dengan harga dan
kuantitas sesungguhnya.
1. Harga standar dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi atau lebih
rendah dari harga sesungguhnya dan kuantitas sesungguhnya.
a. Rumus perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas dalam kondisi
harga standar dan kuantitas standar masing-masing lebih rendah dari
harga dan kuantitas sesungguhnya dapat dinyatakan dalam persamaan
berikut.
SH = (HSt – HS) x KSt Untuk menghitung selisih harga.
SK = (KSt – KS) x HSt Untuk menghitung selisih kuantitas.
SHK = (HSt – HS) x (KSt – KS) Untuk menghitung selisih gabungan.
HS
HSt
KSt KS
Gambar 5. Grafik Perhitungan Selisih Harga dan Kuantitas Standar lebih Rendah
dari Kuantitas dan Harga Sesungguhnya. Ket :
HS = Harga Sesungguhnya = Selisih Harga
HSt = Harga Standar = Selisih Kuantitas
KS = Kapasitas Sesungguhnya = Selisih Gabungan
KSt = Kapasitas Standar
Harga dan kuantitas standar yang lebih tinggi atau lebih rendah
dari harga dan kuantitas sesungguhnya, sehingga menimbulkan selisih
gabungan (joint variance) yang mengandung unsur selisih harga dan
kuantitas. Dalam hubungannya dengan bahan baku, selisih harga bahan
baku menjadi tanggung jawab fungsi pembelian, sedangkan selisih
kuantitas bahan baku menjadi tanggung jawab fungsi produksi. Selisih
gabungan menjadi tanggung jawab bersama fungsi pembelian dan fungsi
produksi.
b. Harga standar dan kuantitas standar masing-masing lebih tinggi dari
harga dan kuantitas sesungguhnya
SH = (HSt – HS) x KS Untuk menghitung selisih harga
SK = (KSt – KS) x HS Untuk menghitung selisih kuantitas
SHK = (HSt – HS) x (KSt – KS) Untuk menghitung selisih gabungan
HSt
HS
KS KSt
Gambar 6. Grafik Perhitungan Selisih Harga dan Kuantitas Standar lebih Tinggi
dari Kuantitas dan Harga Sesungguhnya.
2. Harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya
kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya. Jika harga
standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya,
kuantitas standar lebih tinggi dari kuantitas sesungguhnya, maka selisih
gabungan yang merupakan selisih harga atau kuantitas tidak akan terjadi.
Dengan demikian perhitungan selisih harga dan selisih kuantitas dalam
kondisi seperti ini dengan model tiga selisih dilakukan dengan rumus
SH = (HSt – HS) x KS Untuk menghitung selisih harga.
SK = (KSt – KS) x HSt Untuk menghitung selisih Kuantitas
Selisih harga atau kuantitas sama dengan nol.
HS
HSt
KS KSt
Gambar 7. Grafik Harga Standar Lebih Rendah dari Harga Sesungguhnya dan
Kuantitas Standar lebih Tinggi dari Kuantitas Aktual
3. Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya
kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya. Jika harga
standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun sebaliknya kuantitas
standar lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya, selisih gabungan tidak
akan terjadi. Dengan demikian perhitungan selisih harga dan kuantitas
dalam kondisi seperti ini dengan model tiga selisih dilakukan dengan
rumus berikut:
SH = (HSt – HS) x KSt Untuk menghitung selisih harga.
SK = (KSt – KS) x HS Untuk menghitung selisih kuantitas.
HSt
HS
KSt KS
Gambar 8. Grafik Harga Standar Lebih Tinggi dari Harga Aktual
dan Kuantitas Standar lebih Rendah dari Kuantitas Aktual
4.4.3.1. Analisis Selisih Biaya Bahan Baku
Selisih biaya bahan baku terdiri dari selisih harga bahan baku dan selisih
jumlah (kuantitas) bahan baku. Selisih harga terjadi karena adanya perbedaan
antara harga pembelian bahan baku standar yang ditetapkan saat perencanaan
dengan harga pembelian bahan baku yang sesungguhnya terjadi pada saat proses
produksi dilakukan. Sedangkan selisih jumlah bahan baku merupakan perbedaan
jumlah bahan baku standar proses produksi dengan jumlah bahan baku yang
sesungguhnya.
4.4.3.2. Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung (TKL)
Selisih biaya TKL terdiri dari selisih tarif upah TKL dan selisih jam kerja
TKL. Selisih tarif upah terjadi karena adanya perbedaan antara tarif atau upah
standar yang ditetapkan saat perencanaan dengan tarif atau upah TKL yang
sesungguhnya terjadi pada saat produksi dilaksanakan. Sedangkan selisih jam
kerja merupakan perbedaan jam kerja standar untuk melakukan proses produksi
terhadap jam kerja sesungguhnya.
4.4.3.3. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Untuk menganalisis selisih biaya overhead pabrik dengan metode satu
selisih. Metode satu selisih dapat dihitung dengan mengurangi biaya overhead
pabrik berdasarkan tarif standar pada kapasitas normal dengan biaya overhead
pabrik pada kapasitas aktual.
4.4.4. Analisis Laba Kotor
Keuntungan kotor adalah selisih hasil penjualan terhadap harga pokok
barang yang dijual. Sebagaimana diketahui hasil penjualan merupakan perkalian
antara volume terhadap harga satuan barang yang dijual. Sedangkan harga pokok
barang yang dijual adalah perkalian antara volume yang dijual terhadap harga
pokoknya (bahan baku, buruh dan biaya pabrik lainnya).
Dalam penelitian ini akan dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi
keuntungan kotor akibat perubahan salah satu atau kombinasi dari hal-hal seper
berikut
a. Perubahan harga jual produk
b. Perubahan dalam volume penjualan terdiri dari
1. Perubahan jumlah satuan fisik produk yang dijual
2. Perubahan dari jenis-jenis produk yang dijual dimana sering
disebut produk campuran atau penjualan campuran.
c. Perubahan dalam unsur biaya produksi (bahan baku buruh dan biaya
pabrik lainnya)
Dalam menganalisa penyebab bertambah atau berkurangnya keuntungan
kotor adalah sama dengan analisa selisih dalam biaya standar disamping data-data
historis mengenai harga dan biaya tahun-tahun sebelumnya. Untuk tujuan analisis
perubahan keuntungan ini perlu ditetapkan dasar sebagai faktor pembanding, baik
bersumber dari data akuntansi yang lampau atau tahun tertentu yang dipilih
maupun berupa standar atau anggaran harga dan biaya produk yang akan dijual.
4.4.5. Kemampuan Menghasilkan Laba
4.4.5.1. Marjin Kontribusi (MK)
Nilai dari margin kontribusi dapat digunakan untuk menutupi biaya tetap
dan untuk mendapatkan laba pada periode tertentu (Garrison 2007).
MK = Penjualan – Total Biaya Variabel
MK (per Unit) = Penjualan Per Unit – Biaya Variabel per Unit
4.4.5.2. Titik Impas (Break Event Point)
Merupakan informasi yang digunakan oleh manajemen untuk
mendapatkan gambaran tentang tingkat volume penjualan minimum agar
perusahaan tidak mengalami kerugian atau laba. Menurut (Munawir, 1996) titik
impas merupakan suatu tittik atau keadaan dimana perusahaan tidak mengalami
kerugian maupun keuntungan. Titik Impas Dapat dihitung menggunakan rumus :
Keterangan:
BEP = Nilai Impas Produksi (Rp)
TFC = Total Biaya Tetap (Rp)
P = Harga Output (Rp/Unit)
VC = Biaya Variabel (Rp/Unit)
4.4.5.3. Analisis Profitabilitas
Analisis profitabilitas merupakan analisis untuk mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba, dengan terlebih dahulu menghitung marginal
income ratio (MIR) dan margin of safety (MOS). Sehingga dengan adanya
analisis profitabilitas manajemen dapat menyesuaikan kembali standar biaya yang
telah ditetapkan sebelumnya. Perhitungan MIR dan MOS dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
MIR (%) = 1 – VC/P x 100%
MIR = Marginal Income Ratio (%)
VC = Biaya Variabel Rata-rata
P = Harga Output per Unit Produk (Rp/unit)
Perhitungan nilai MOS dapat di hitung menggunakan rumus :
MOS = Margin Of Safety (%)
BEP = Titik Impas
Q = Jumlah Output (unit)
Perhitungan laba atau keuntungan dapat dihitung menggunakan rumus :
Π = Kemampuan memperoleh laba perusahaan (%)
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
5.1. Latar Belakang Perusahaan
PT. Tonsu Wahana Tirta didirikan pada bulan Maret 2000 yang terletak di
Jalan Pendowo Raya No 46, Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, Kota Depok,
Jawa Barat. Perusahaan ini bergerak dalam bidang pengolahan bahan baku
menjadi suatu produk dalam bentuk minuman atau cairan. Tujuan didirikannya
PT. Tonsu Wahana Tirta adalah untuk memanfaatkan bahan-bahan makanan yang
tidak terpakai atau bahan baku yang belum pernah dimanfaatkan sebelumnya
untuk kemudian diolah menjadi produk baru yang bermanfaat dan mempunyai
nilai jual. Perusahaan ini memiliki luas areal tanah ± 1.000 M2 dengan luas
bangunan ± 600 M2. Tata letak perusahaan terdiri dari tempat produksi atau
pengolahan, pusat administrasi dan tempat pemasaran, tempat pengemasan,
tempat pembersihan peralatan dan bahan baku, serta areal parkir
Gambar 9. Tata Letak PT. Tonsu Wahana Tirta.
Sumber : PT. Tonsu Wahana Tirta, 2009.
U
Kantor
Manajer
Tempat
Produksi dan
Pengolahan
Tempat
Pembersihan
Peralatan dan
Bahan Baku
Tempat
Pengemasan
Kantor
Administrasi
dan Pemasaran
Areal Parkir
Ruang Istirahat
Pegawai
5.2. Struktur Organisasi Perusahaan
Bentuk perusahaannya adalah PT (Perseroan Terbatas) dalam bidang
industri pengolahan buah. Berdasarkan struktur organisasi PT. Tonsu Wahana
Tirta, perusahaan ini dipimpin oleh seorang manajer yang sekaligus pemilik
perusahaan yang membawahi bagian Administrasi, Bagian Produksi dan Bagian
Pemasaran (Marketing).
Struktur organisasi yang sederhana akan memudahkan dalam pembagian
tugas dan wewenang serta pengawasan kepada tiap bagian pekerja. Pembagian
tugas kinerja dilakukan secara berjenjang dari pimpinan ke tiap bagian perusahaan
yang dilanjutkan kepada masing-masing karyawan.
Pimpinan bertugas untuk mengawasi dan memberikan arahan demi
kemajuan dan tujuan perusahaan. Bagian administrasi bertugas untuk menjalankan
kegiatan internal dan mengontrol keuangan perusahaan. Bagian produksi bertugas
untuk melakukan pengolahan produk yang sesuai dengan keinginan perusahaan
dan bagian pemasaran (Marketing) bertugas untuk memasarkan dan
mempromosikan produk.
Gambar 10. Struktur Organisasi PT. Tonsu Wahana Tirta.
Sumber : PT. Tonsu Wahana Tirta, 2009.
MANAGER / OWNER
BAGIAN
PRODUKSI
BAGIAN
ADMINISTRASI
Karyawan
Karyawan Produksi
Karyawan
BAGIAN
MARKETING
Karyawan Karyawan
5.3. Aktivitas Perusahaan
P.T Tonsu Wahana Tirta merupakan salah satu perusahaan pengolahan dan
pembuatan nata de coco di kota Depok. Produk yang dihasilkan adalah nata de
coco lembaran dan produk minuman olahan (koktail) nata de coco kemasan 220
ml dengan merek dagang Sun Coco. Kegiatan pengolahaan dilakukan oleh 20
karyawan yang dibawahi oleh tiga orang penanggung jawab kegiatan pada bagian
administrasi, bagian produksi dan bagian pemasaran yang kemudian akan
memberikan laporan kinerja langsung kepada pimpinan. Jam kerja karyawan
dimulai pada pukul 08:00 sampai dengan pukul 16:00 dari hari Senin sampai
dengan hari Sabtu.
Aktivitas utama yang dilakukan oleh perusahaan dalam memproduksi
Nata de coco terdiri dari aktivitas pembelian bahan baku, aktivitas produksi dan
aktivitas penjualan.
5.3.1. Akivitas Pembelian Bahan Baku
Ketersediaan bahan baku untuk pengolahan sari kelapa nata de coco sangat
penting untuk menjaga kelancaran dan kontinuitas perusahaan dalam kegiatan
produksi. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan nata de coco koktail
meliputi bahan baku utama berupa air kelapa, dan bahan-bahan pendukung atau
penolong. Bahan baku air kelapa dibeli dari produsen kopra yang terdapat di
sekitar daerah jabodebetabek. Bahan baku diperoleh dengan mendistribusikan
jerigen-jerigen berkapasitas 20 liter ke produsen kopra dengan asumsi bahwa
setiap produsen kopra mampu menghasilkan 10 jerigen atau 200 liter dalam satu
hari. Harga air kelapa dari produsen kopra berkisar Rp 200 - Rp 300 per liter, air
kelapa bagi perusahaan pengolahan kopra merupakan limbah atau sisa hasil
buangan dari buah utuh selain tempurung dan sabut kelapa. Selain itu air kelapa
juga diperoleh dari pedagang kelapa eceran, kapasitas yang diperoleh dari satu
pedagang kelapa eceran adalah kurang lebih sekitar tiga ember atau 45 liter setiap
hari.
Untuk bahan-bahan pendukung atau penolong serperti asam sitrat, natrium
benzoate dan asam siklamat didapat dari toko bahan kimia yang berada didaerah
Bogor. Sedangkan untuk gula pasir biasanya dibeli di salah satu toko di pasar
Anyar Bogor, Jawa Barat. Botol pengemasan ukuran 220 mililiter dan kardus
pengemasannya di beli di PT. Citra yang berlokasi di Bumi Serpong Damai.
5.3.2. Aktivitas Produksi
Proses produksi merupakan cara atau metode dan teknik dalam
menciptakan suatu produk melalui pemanfaatan sumber daya yang tersedia.
Sistem produksi dalam industri nata de coco meliputi segala aspek yang
menunjang efisiensi dan efektifitas produksi, termasuk di dalamnya adalah
pengadaan bahan dan penanganannya, proses (dari preparasi hingga fermentasi)
dan pengendaliannya, serta pemanenan dan penanganan pascafermentasi.
5.4. Lokasi Pabrik
Lokasi Pabrik untuk semua jenis usaha nata de coco tidak menuntut
tempat khusus dan tidak harus dekat dengan sumber inputnya. Usaha nata de coco
lembaran tidak harus dekat dengan sumber pasokan air kelapa mengingat air
kelapa yang digunakan tidak harus air kelapa segar. Air kelapa bisa ditampung
selama kurang lebih lima sampai enam hari sebelum memasuki proses produksi.
Begitu juga usaha nata de coco kemasan tidak harus dekat dengan sumber nata de
coco lembaran mengingat nata de coco lembaran dapat disimpan dengan teknologi
yang sederhana yaitu, mengganti air rendaman dan perebusan.
5.5. Fasilitas Produksi dan Peralatan
Dalam proses pembuatan nata de coco, terdapat fasilitas dan peralatan
yang dibutuhkan. Usaha ini sangat membutuhkan fasilitas bangunan, sumber air
dan pembuangan limbah cair. Peralatan usaha nata de coco sangat sederhana dan
dapat ditemukan dengan mudah di sekitar lokasi usaha. Berikut ini adalah fasilitas
dan peralatan yang biasa digunakan:
Fasilitas :
1. Bangunan untuk proses produksi. Proses produksi membutuhkan
suhu kamar yang optimal.
2. Pompa air untuk memasok air dari sumur.
3. Tandon air untuk tempat menyimpan cadangan air dalam proses
pencucian.
4. Tempat pembuangan limbah cair.
Peralatan:
5. Botol bekas syrup untuk tempat menyiapkan starter atau bibit.
6. Jerigen untuk mengumpulkan air kelapa dari sumber: petani kopra, pasar
dan lain-lain.
7. Hand refractometer untuk mengukur kandungan padatan air kelapa.
8. Ember untuk menampung air kelapa dan membersihkan lembaran nata de
coco.
9. Penyaring digunakan untuk memisahkan material lain (seperti serabut,
pecahan tempurung, dll) dari air kelapa.
10. Panci/dandang perebus sebaiknya terbuat dari stainless steel untuk
menghindari reaksi dengan media maupun produk nata de coco yang
dihasilkan. Panci ini digunakan untuk memasak air kelapa dan juga nata de
coco.
11. Kompor (minyak atau gas) ataupun tungku (kayu bakar). Jenis kompor
bisa dengan kompor spiral yang dilengkapi dengan selenoid.
12. Pengaduk sebaiknya dari kayu atau stainless steel.
13. Lori (kereta dorong) digunakan untuk sarana mengangkut/ memindahkan.
14. Gayung plastik (gelas ukur/alat pengukur volume) digunakan untuk
menuangkan bahan air kelapa yang sudah di masak ke dalam baki plastik.
15. Meja panjang untuk menempatkan baki/nampan fermentasi.
16. Baki/nampan plastik digunakan untuk tempat media fermentasi.
17. Kain saring atau kertas koran sebagai penutup baki/nampan plastic selama
proses fermentasi.
18. Tali karet (elastik) untuk mengikat kain/koran penutup baki/nampan.
19. Ember pencuci.
20. Pisau dan talenan digunakan untuk mengiris nata de coco yang semula
berbentuk lembaran agar menjadi bentuk kubus. Pisau mesin dapat
digunakan untuk menjaga standarisasi bentuk kubus nata de coco.
21. Rak untuk fermentasi dan pengeringan alat.
22. Teko.
23. Kursi.
24. Sepatu plastik.
25. Sarung tangan.
26. Timbangan.
27. Mesin press.
5.6. Bahan Baku
Bahan-bahan yang digunakan meliputi bahan baku dan bahan pembantu.
Bahan baku pembuatan nata de coco adalah air kelapa yang telah dibasikan atau
disimpan kurang lebih lima sampai enam hari. Bahan pembantu digunakan untuk
mempercepat proses pertumbuhan bakteri (Acetobacter xylinum) dan untuk
mengatur kondisi air kelapa agar sesuai bagi pertumbuhan bakteri. Penggunaan
bahan baku tersebut bervariasi tergantung dari produsen. Berikut ini adalah bahan
tambahan yang biasa digunakan:
Untuk nata de coco lembaran:
a. Air Kelapa
b. Gula pasir sebagai sumber karbohidrat
c. Asam cuka glasial/cuka untuk membantu mengatur tingkat keasaman (pH)
d. Pupuk ZA sebagai sumber nitrogen
e. Garam inggris untuk membantu pembentukan lapisan nata de coco
f. Asam sitrat (zitrun zuur)
g. Bibit nata de coco
h. Air
Untuk nata de coco kemasan:
a. Gula/syrup
b. Pewarna
c. Pewangi
d. Pengawet
e. Kemasan (gelas plastik, penutup, sendok plastik)
f. Kardus
g. Lakban
5.7. Tenaga Kerja
Produksi nata de coco tidak membutuhkan pendidikan formal atau
pengetahuan khusus tetapi lebih memerlukan keterampilan dan ketekunan.
Kebutuhan tenaga dapat dipenuhi dari keluarga sendiri atau dari tetangga sekitar.
Tenaga kerja biasanya ada yang tetap dan tidak tetap (borongan). Tenaga kerja
tetap bekerja kurang lebih delapan jam per hari, sedangkan tenaga tidak tetap
biasanya berdasarkan borongan.
5.8. Teknologi
Teknologi produksi nata de coco adalah teknologi sederhana dan tepat
guna. Untuk usaha nata de coco lembaran atau kemasan bisa dilakukan tanpa
peralatan mekanis. Kalaupun menggunakan peralatan mekanis, peralatan tersebut
dapat dirancang sendiri. Sebagai contoh, pisau atau mesin pemotong nata
lembaran menjadi kubus ukuran 1x1x1 cm3 dapat dirancang sendiri dan dipesan di
pasar lokal. Namun demikian, terdapat beberapa mesin seperti mesin kemasan
yang harus didatangkan dari luar daerah sebab memiliki disain khusus.
5.9. Proses Produksi
Proses pembuatan nata de coco terdiri dari enam tahap, yaitu penyaringan,
pemasakan dan pencampuran bahan pembantu, penempatan dalam nampan dan
pendinginan, inokulasi penebaran bibit (starter), pemeraman (fermentasi), panen
dan pasca panen (pengolahan lanjut sampai setengah jadi atau siap konsumsi).
Berikut proses pembuatan nata de coco dapat dilihat pada (Gambar 11) berikut
Gambar 11. Proses Pembuatan Nata de coco Lembaran
1. Penyaringan. Air kelapa bisa dibasikan selama kurang lebih empat hari.
Kemudian, air kelapa tersebut disaring dengan menggunakan penyaring
lembut untuk memisahkan air kelapa dengan material-material atau
kotoran-kotoran seperti: sabut, pecahan batok kelapa, cikal/buah kelapa
dan lain-lain. Kandungan air kelapa yang masih segar berkisar antara 400-
500 ml per butir. Buah kelapa yang berumur empat sampai lima bulan
memiliki volume air yang maksimum. Namun demikian, kualitas air
kelapa yang paling baik adalah ketika buah kelapa berumur kurang lebih
lima bulan dengan kandungan total padatan maksimal enam gram per 100
ml. Kandungan gula terlarut biasa diukur dengan menggunakan hand
refractometer.
PEMBUATAN STARTER
Media Cair Starter
Pendidihan
Inokulasi Kultur Murni
Pemeraman ± 4 hari
Bibit Starter
Air Kelapa
Penyaringan
Pendidihan dan
Penambahan Bahan
Pembantu
Didiamkan Satu Malam
Inokulasi Bibit Starter
Fermentasi 6-7 hari, Suhu
Kamar
Didiamkan Satu malam
Pewadahan Dalam
Kondisi Panas dan
Penutupan
2. Pemasakan dan pencampuran bahan pembantu. Air kelapa yang sudah di
saring selanjutnya dimasukkan ke dalam panci/dandang stainless steel
untuk dimasak sampai mendidih selama kurang lebih 30 menit. Selama
mendidih bahan-bahan pembantu seperti: gula pasir; pupuk ZA; garam
inggris, asam sitrat (zitrun zuur) ditambahkan. Sebelum pendidihan
diakhiri, ditambahkan asam asetat glasial/cuka hingga mencapai pH
kurang lebih 3,2. Tidak terdapat relevansi antara cita rasa dengan pH.
3. Penempatan dalam baki/nampan plastik. Semua peralatan harus bersih dan
steril. Nampan plastik yang digunakan harus terlebih dahulu dibersihkan
dan disterilkan. Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara dicelup dalam air
mendidih, dijemur, dibasahi dengan alkohol 70% atau spiritus. Media
fermentasi (air kelapa dan bahan tambahan yang dididihkan) dituangkan
dalam nampan dan selanjutnya segera ditutup rapat dengan koran dan
diikat karet/elastik. Volume media fermentasi sebanyak 1,2 sampai 1,3
liter untuk setiap nampan tergantung ukurannya. Kemudian, media
fermentasi tersebut dibiarkan sampai hangat-hangat kuku selama satu
malam.
4. Inokulasi bibit (starter). Setiap nampan yang berisi fermentasi yang telah
didinginkan selama satu malam tersebut ditambahkan bibit (starter)
sebanyak dengan perbandingan 10% bibit (kurang lebih 13 ml). Inokulasi
bibit dengan cara membuka sedikit tutup kain/koran dan segera ditutup
kembali.
5. Fermentasi. Media fermentasi yang sudah ditambahkan bibit selanjutnya
diperam selama enam sampai tujuh hari. Kebersihan tempat pemeraman
dengan suhu kamar (28-31 derajat celcius) sangat mutlak diperlukan untuk
menghindari kontaminasi dengan mikroba lain atau serangga yang dapat
menggagalkan proses fermentasi. Keberhasilan proses fermentasi ini dapat
dilihat dari ada tidaknya lapisan tipis pada permukaan media fermentasi
setelah dua hari dan akan semakin bertambah tebal dari hari ke hari.
6. Panen dan Pasca Penen. Setelah pemeraman selama enam sampai tujuh
hari, lapisan nata de coco akan memiliki ketebalan 0,8-1,5 cm berbentuk
lembaran-lembaran (slab) yang asam dalam bau, cita rasa dan pH-nya.
Lembaran-lembaran ini kemudian diangkat dan lendirnya dibuang melalui
pencucian. Lembaran-lembaran ini siap untuk di jual atau mungkin harus
di potong kecil-kecil berbentuk kubus, tergantung dari permintaan. Baik
dalam bentuk lembaran ataupun potongan kubus harus direndam dalam air
bersih selama 2-3 hari. Air rendaman setiap hari harus diganti agar bau dan
rasa asam hilang. Kemudian, nata de coco dicuci kembali dan direbus
untuk mengawetkan dan sekaligus menyempurnakan proses penghilangan
bau dan rasa asam. Pencucian dan perebusan ini pada hakekatnya
dilakukan hingga nata de coco menjadi tawar. Penyimpanan nata de coco
tawar cukup dilakukan dengan merendamnya dalam air tawar yang harus
sering diganti.
Di pasaran, nata de coco sering diminta dalam bentuk lembaran, bentuk
kubus kecil-kecil tawar atau sudah dalam keadaan manis larutan gula atau syrup.
Bentuk lembaran dan kubus-kubus kecil tawar biasanya diminta oleh
produsen/pengusaha lain untuk diolah kembali. Dengan kata lain nata de coco
lembaran dan kubus-kubus kecil tawar sebagai bahan baku proses produksi nata
de coco dalam syrup. Bila nata de coco ingin dipasarkan dalam keadaan tawar
maka, nata de coco tersebut direbus kembali dengan air bersih hingga mendidih
dan dalam keadaan panas segera dilakukan pengemasan dalam kantung plastik
dan diikat rapat dan didinginkan. Sedangkan nata de coco dalam syrup siap untuk
dikonsumsi harus melalui beberapa proses pembuatan syrup, pencampuran nata de
coco dan bahan lain, pengemasan dan pengepakan. Pembuatan Nata de Coco
dalam bentu kemasan adalah sebagai berikut :
1. Pembuatan Syrup. Gula dituangkan ke dalam air dan dipanaskan sampai
mendidih dan disaring beberapa kali sampai jernih. Tingkat kemanisan
syrup disesuaikan dengan selera. Komposisi umum untuk tiga kg nata de
coco dibutuhkan dua kg gula pasir dan 4,5 liter air.
2. Pencampuran. Nata de coco kubus kecil-kecil tawar dicampur dalam
larutan syrup dan dididihkan selama 15 menit. Bisa ditambahkan: garam,
cita rasa (flavour misal vanili, frambosen, cocopandan, rose, mangga) dan
essence. Kemudian, nata de coco dibiarkan selama kurang lebih setengah
hari dengan tujuan terjadi proses penyerapan gula dan cita rasa. Nata de
coco direbus kembali dalam larutan syrup (gula) dan untuk mengawetkan
bisa ditambah natrium benzoat 0,1 persen ke dalam larutan syrup
perendam.
3. Pengemasan dan Pengepakan. Dalam keadaan panas, nata de coco
dimasukkan ke dalam kemasan kantong/gelas plastik pengemas, ditutup
rapat dan direbus dalam air mendidih selama 30 menit. Selanjutnya,
kantong/gelas plastik diangkat dan disimpan dalam suhu kamar dalam
posisi terbalik. Pengepakan dilakukan dan siap untuk dipasarkan.
VI. ANALISIS BIAYA PRODUKSI
6.1. Biaya Standar
Biaya standar merupakan biaya yang telah ditentukan sebelumnya untuk
memproduksi satuan unit produk atau sejumlah produk tertentu selama periode
tertentu. Biaya standar yang diterapkan perusahaan merupakan biaya standar yang
diperoleh dari pengalaman masa lalu perusahaan (historis). Dalam berproduksi
perusahaan menggunakan biaya standar sebagai patokan biaya produksinya untuk
satu periode kedepan, biaya standar sangat penting bagi perusahaan sebagai tolak
ukur perusahaan dalam berproduksi. Biaya standar harus merupakan alat
pengukur yang dipakai untuk membandingkan semua biaya yang sebenarnya,
karenanya angka-angka biaya standar harus dibuat sebelum kegiatan dilakukan.
Segera setelah ditentukan biaya standar untuk masa mendatang, maka ini harus
dibebankan pada setiap produk bila produk itu melewati setiap pusat biaya.
sebelum menentukan biaya standar terlebih dahulu ada dua keputusan yang harus
dibuat yaitu, (1) jumlah input yang seharusnya digunakan per unit produk dan, (2)
jumlah yang seharusnya dibayar untuk kuantitas input yang digunakan (keputusan
harga). Keputusan kuantitas dan harga yang ditentukan meliputi biaya bahan
baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya operasional produk (biaya overhead
pabrik).
Produksi nata de coco pada perusahaan (PT Tonsu Wahana Tirta) seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan perusahaan pengolahan nata de coco
kategori tiga, yaitu perusahaan yang memproduksi nata de coco lembaran
sekaligus nata de coco kemasan. Biaya produksi pembuatan nata de coco terdiri
dari biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja langsung, dan
biaya overhead pabrik.
6.1.1. Biaya Standar Metode Perusahaan
6.1.1.1. Biaya Standar Bahan Baku
Sebelum menetapkan biaya standar bahan suatu produk ada dua hal yang
harus diperhitungkan yaitu harga standar bahan baku dan kuantitas standar bahan
baku. Pada proses produksi di PT Tonsu Wahana Tirta proses produksi terdiri dari
proses pembuatan atau pengembang biakan bibit, pembuatan nata mentah
lembaran, dan pembuatan nata de coco koktail (nata kemasan). Dari ketiga proses
tersebut yang langsung memanfaatkan air kelapa sebagai bahan baku langsung
adalah proses pengembangan bibit nata dan proses pembuatan nata lembaran,
sementara pembuatan nata koktail memanfaatkan bahan baku berupa nata
lembaran dari proses produksi sebelumnya.
Besarnya biaya standar dihitung berdasarkan jumlah nata mentah lembaran
yang diperlukan untuk membuat jumlah unit produk jadi. Berapa rupiah biaya
yang dikeluarkan dibagi total unit produk. Produk yang dimaksud adalah produk
nata de coco koktail.
Dalam penentuan biaya standar baku pembuatan nata de coco koktail ada
dua hal yang harus diperhatikan yaitu harga standar bahan baku dan kuantitas
standar bahan baku. Pada PT Tonsu Wahana Tirta harga standar bahan baku yang
dimaksud adalah harga standar bahan baku bagi proses pembuatan nata de coco
koktail yaitu harga standar nata mentah lembaran, sehingga perlu terlebih dahulu
untuk menghitung kuantitas dan harga standar bagi proses pembutan nata mentah
lembaran yaitu kuantitas dan harga standar air kelapa, sedangkan kuantitas standar
bahan baku pembuatan nata de coco koktail ditentukan berdasarkan jumlah bahan
baku yang diperlukan untuk membuat jumlah unit produk jadi yang terdiri dari
jumlah bahan baku bagi proses pembuatan nata mentah lembaran dan
pengembangan bibit nata.
Penentuan biaya bahan baku bagi proses pembuatan nata mentah
lembaran (air kelapa) ditentukan berdasarkan pengalaman perusahaan dimasa lalu
dimana jumlah kebutuhan air kelapa bergantung dari jumlah produk akhir
(Tabel 9)
Berdasarkan data produksi bulan-bulan sebelumnya didapatkan bahwa
rata-rata perusahaan dapat memproduksi kurang lebih 4.169 cup nata de coco
koktail per hari. Maka sebagai kuantitas produksi perusahaan menetapkan untuk
dapat berproduksi sebanyak 4.169 cup per hari atau sama dengan 174 dus (satu
dus 24 cup). Kebutuhan bahan baku (air kelapa) perusahaan untuk tetap dapat
menghasilkan produk jadi (nata kemasan) merupakan jumlah dari standar
kebutuhan air kelapa untuk proses mengembangkan bibit dan proses pembuatan
nata lempeng.
Tabel 9. Kapasitas Produksi Bulanan Nata de Coco Koktail di PT Tonsu
Wahana Tirta Bulan Oktober 2008 - September 2009
No Bulan Kapasitas Produksi (cup)
Harga/Kemasan (Rp)
Penerimaan (Rp)
1 Oktober 148.440 800 118.752.000
2 November 120.480 800 96.384.000
3 Desember 132.360 800 105.888.000
4 Januari 110.112 800 88.089.600
5 February 116.400 800 93.120.000
6 Maret 120.000 800 96.000.000
7 April 125.808 800 100.646.400
8 Mei 130.344 800 104.275.200
9 Juni 132.072 800 105.657.600
10 Juli 132.432 800 105.945.600
11 Agustus 102.288 800 81.830.400
12 September 130.248 800 104.198.400
Total 1.500.984
1.200.787.200
Rata-rata (Bulan) 125.082
100.065.600
Rata-rata (Hari) 4.169
3.335.520
Rata-rata(Dus = 24 cup) 174
Kebutuhan bahan baku membuat satu cup nata koktail dibutuhkan 74 gr
nata mentah (standar kemasan), sehingga untuk memproduksi 4.169 cup nata
koktail dibutuhkan 308,506 kg nata mentah. Kebutuhan air kelapa untuk membuat
per kilogram nata mentah adalah satu liter, sehingga total kebutuhan air kelapa
untuk membuat nata lembaran adalah 308,506 liter (Tabel 10).
Tabel 10. Total Kebutuhan Bahan Baku (air kelapa) Pembuatan Nata de Coco
(Sun Coco)
Nata de Coco
Koktail (Cup)
Nata Mentah
(Lembar)
Bibit Nata
(Botol)
Produksi 4.169 308,5 68
Keb. B.Baku/ Unit 0,074* 1** 0,54**
Kebutuhan Total (Liter) 308,5 308,5 37
Keb. Air Kelapa (Liter) 308,5 308,5 37
Sumber : PT. Tonsu Wahana Tirta, 2009
Keterangan : *) Nata Mentah Lembaran (Kg)
: **) Air Kelapa (Liter)
Kebutuhan bahan baku untuk membuat satu lembar nata lempeng (berat
satu kg) membutuhkan air kelapa sebanyak satu liter, air kelapa kemudian di
inokulasi di dalam loyang plastik yang berukuran 31x24x4 cm3 selama enam hari.
Hasil akhir berupa nata de coco lempeng berumur enam hari dengan berat berkisar
kurang lebih satu kg. sehingga untuk menghasilkan Nata de Coco koktail
sebanyak 4.196 cup membutuhkan nata lempeng sebanyak 308,506 lembar nata
mentah atau setara dengan 308,506 liter air kelapa.
Untuk mengembangkan bibit nata diperlukan air kelapa sebagai media
tempat berkembang biaknya bibit. Bibit dari hasil pembiakan kultur murni
selanjutnya dikembangkan sesuai kebutuhan nata lempeng yang akan di produksi.
Bibit nata dari biakan murni dikembangkan dalam botol berkapasitas 630 ml
dengan volume air kelapa per botol yaitu 540 ml. Bibit nata dalam botol 630 ml
berumur enam hari dapat digunakan untuk menginokulasi lima loyang (satu
loyang per satu liter membutuhkan 120 ml bibit).
Jumlah volume air kelapa yang di butuhkan untuk menginokulasi 308,506
lembar nata lempeng atau setara dengan 308,506 kg nata mentah adalah 37 liter
air kelapa atau setara dengan 69 botol (kebutuhan untuk bibit nata). Sehingga
jumlah air kelapa yang dibutuhkan untuk memproduksi nata de coco koktail
sebanyak 4.169 cup merupakan jumlah total air kelapa yang dibutuhkan untuk
pengembangan bibit dan pembuatan nata lembaran (Tabel 11)
Tabel 11. Jumlah Total Kebutuhan Air Kelapa No Uraian Kebutuhan Air Kelapa Satuan Jumlah
1 Proses Pengembang Biakan Kultur Murni Liter 37,020
2 Proses Pembuatan Nata Lembaran Liter 308,506
Total Kebutuhan Liter 345,526
Kebutuhan standar bahan baku bagi pembuatan nata mentah lembaran
sangat dipengaruhi oleh reindemen proses produksi dan volume dari produk yang
dihasilkan. Standar rendemen yang ditetapkan perusahaan adalah 90,3%, sehingga
kuantitas standar bahan baku yang dibutuhkan untuk proses produksi pembuatan
nata mentah lembaran pada PT Tonsu Wahana Tirta dapat dilihat pada (Tabel 12)
sebagai berikut
Tabel 12. Kuantitas Standar Kebutuhan Bahan Baku Pembuatan Nata Mentah
Lembaran
No Uraian Satuan Jumlah Rendemen (%)
Kuantitas Standar
1 Nata Bibit Liter 37,020 90,3 40,589
2 Nata Mentah lembaran Liter 308,506 90,3 338,431
Total Kebutuhan Liter 345,526 379,02
Bahan baku bagi proses pembuatan nata de coco (air kelapa) untuk proses
pembuatan nata de coco pada PT Tonsu Wahana Tirta sangat bergantung dari
kuantitas rata-rata produksi per hari. Sehingga Untuk memproduksi 4.169 cup
nata de coco per hari dengan reindemen standar perusahaan 90,3% membutuhkan
air kelapa sebanyak 379,02 liter. Bahan baku diperoleh dari produsen kopra dan
pedagang kelapa eceran di sekitar daerah jabodebetabek, dengan mendistribusikan
jerigen berkapasitas 20 liter.
Standar harga pembelian bahan baku pada PT Tonsu Wahana Tirta terdiri
dari variabel pembelian bahan baku dan biaya transportasi. Potongan pembelian
biasanya jarang didapatkan perusahaan. Frekuensi pemesanan bahan baku
dilakukan perusahaan biasanya dua sampai tiga kali per minggu sehingga satu
bulan dapat mencapai sepuluh kali pemesanan.
Kapasitas rata-rata per satu kali pemesanan adalah 900 liter tergantung
dari kapasitas produksi dan permintaan pasar. Biaya transportasi untuk satu kali
pemesanan ditanggung oleh perusahaan sebesar Rp 50.000,-. Harga rata-rata air
kelapa dari produsen kelapa dan pedagang kelapa eceran biasanya berkisar
Rp 200,- per liternya. Standar harga bahan baku air kelapa dapat dilihat pada
(Tabel 13) berikut
Tabel 13. Standar Harga Bahan Baku Air Kelapa Pada PT Tonsu Wahana Tirta
Metode Perusahaan
No Uraian Satuan Jumlah Harga (Rp)
1 Harga Air kelapa Liter 1 200
2 Harga Pembelian Air Kelapa Liter 900 180.000
3 Biaya Transportasi Rupiah 1 50.000
4 Total Standar harga Bahan baku Rupiah 900 230.000
Standar Harga Bahan Baku Per unit Rupiah/liter 1 255,55
Berdasarkan data standar harga bahan baku dan standar kuantitas bahan
baku bagi pembuatan nata mentah lembaran, maka dapat diperoleh biaya standar
per unit bagi proses pembuatan nata de coco koktail adalah dengan menghitung
harga pokok produksi pembuatan nata mentah lembaran terlebih dahulu. Harga
pokok bagi pembuatan nata mentah lembaran merupakan harga pokok
produksinya, dikarenakan nata mentah lembaran merupakan bahan baku bagi
pembuatan nata koktail, harga pokok pembuatan nata mentah lembaran metode
perusahaan dapat dilihat pada (lampiran 1). Ringkasan biaya penyusun harga
pokok produksi per unit proses pembuatan nata mentah lembaran metode
perusahaan dapat dilihat pada (Tabel 14) sebagai berikut
Tabel 14. Perhitungan Harga Pokok Produksi Standar Per unit Pembuatan Nata
Mentah Lembaran Metode Perusahaan No Uraian Total Biaya (Rp)
1. Biaya Bahan Baku
• Air Kelapa Untuk Nata Bibit 10.373
• Air kelapa Untuk Nata lembaran 86.486
Total Biaya Bahan Baku 96.859
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 74.999
3. Biaya Overhead Pabrik
• Biaya Bahan Penolong 66.555
• Biaya Bahan Bakar 17.333
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK 83.888
HARGA POKOK PRODUKSI 255.746
JUMLAH UNIT PRODUK JADI (Lembar) 308,506
HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT 828,98
Berdasarkan keterangan tabel diatas didapatkan harga pokok produksi per
unit nata mentah lembaran yaitu sebesar harga pokok produksi di bagi jumlah unit
produk, sehingga harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp 828,98-. Pada
penjelasan sebelumnya biaya bahan baku standar terdiri dari harga standar dan
kuantitas standar, biaya standar diperoleh dari hasil perkalian antara harga standar
dengan kuantitas standar.
Pada metode perusahaan, proses penentuan biaya standar bahan baku
pembuatan nata de coco koktail yang menjadi harga standar bahan baku adalah
harga pokok produksi nata mentah lembaran, sehingga harga standar bahan baku
bagi proses pembuatan nata de coco koktail dari hasil proses perhitungan di
dapatkan sebesar Rp 828,98- per (Kg). Kuantitas standar bahan baku bagi
pembuatan nata de coco koktail dari penjelasan sebelumnya diperoleh perusahaan
berdasarkan pengalaman perusahaan selama satu tahun sebelumnya, yaitu untuk
memproduksi 4.169 cup Nata de Coco koktail membutukan nata mentah lembaran
sebanyak 338,431 kg (rendemen 90.3 %), sehingga kuantitas standar kebutuhan
bahan baku bagi pembuatan nata de coco koktail adalah 338,431 kg. Biaya standar
bagi pembuatan Nata de Coco koktail adalah Rp 280.552, yaitu hasil perkalian
antara harga standar Rp 828,98/unit dengan kuantitas standar sebesar 338,431 kg.
6.1.1.2. Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung merupakan pengeluaran yang terjadi akibat
penggunaan tenaga kerja langsung, yaitu tenaga kerja yang terlibat langsung
dalam proses pembuatan produk. Pada PT Tonsu Wahana Tirta yang merupakan
tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja borongan, sehingga biaya tenaga kerja
langsung merupakan upah tenaga kerja borongan pada masing-masing tenaga
kerja pada proses pengolahan bahan baku air kelapa hingga menjadi produk akhir,
seperti diketahui bahwa proses produksi pembuatan nata de coco koktail pada
PT Tonsu Wahana Tirta terdiri dari tiga proses, yaitu proses pengembangan bibit,
proses pembuatan nata lembaran, dan proses pengolahan nata lembaran menjadi
nata syrup atau koktail (kemasan).
Penentuan biaya standar tenaga kerja langsung per unit yang ditetapkan
perusahaan adalah berdasarkan jumlah standar per unit produk yang dihasilkan
dalam satu kali produksi, dalam penentuannya biaya standar tenaga kerja langsung
yang ditetapkan perusahaan terdiri dari tarif upah standar tenaga kerja langsung
dan kuantitas standar produksi. Tarif upah standar tenaga kerja langsung
ditentukan berdasarkan tarif per unit produk yang dihasilkan, sehingga untuk
mendapat tarif upah per unit sebelumnya harus ditetapkan dasar pembebanan yang
sama, dasar pembebanan dalam penentuan tarif upah standar adalah upah tenaga
kerja harian sebesar Rp 15.000,- per hari, sedangkan kuantitas standar ditentukan
berdasarkan kapasitas rata-rata produk jadi yang dihasilkan dalam satu kali
produksi berdasarkan pengalaman perusahaan dalam satu tahun sebelumnya.
1. Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung Pengembangan Bibit Nata
Biaya standar yang ditentukan perusahaan untuk proses pengembangan
bibit nata dari hasil biakan kultur murni merupakan hasil perkalian tarif standar
tenaga kerja langsung per unit dengan kuantitas standar produk bibit per hari.
Dasar pembebanan tarif standar tenaga kerja langsung per unit yang ditetapkan
perusahaan untuk proses pengembangan bibit nata adalah berdasarkan tarif tenaga
kerja harian sebesar Rp 15.000,-. Sedangkan penentuan kuantitas standar produksi
per hari berdasarkan jumlah rata-rata produk yang dihasilkan dalam waktu satu
hari. Jumlah rata-rata produk yang dihasilkan dalam satu hari pada perusahaan
diperoleh berdasarkan pengalaman perusahaan dalam satu tahun dapat dilihat
seperti (Tabel 15) berikut.
Tabel 15. Kapasitas Produksi Rata-rata Bibit Nata di PT Tonsu Wahana Tirta
Bulan Oktober 2008 – September 2009
No Bulan Kapasitas Produksi
(cup)
Jumlah Botol
(unit)
Jumlah (liter)
Harga Air Kelapa/Liter
(Rp)
Biaya Bahan Baku
(Rp)
1 Oktober 148.440 2.441 1.318 200 263.629
2 November 120.480 1.981 1.070 200 213.972
3 Desember 132.360 2.177 1.175 200 235.071
4 Januari 110.112 1.811 978 200 195.559
5 February 116.400 1.914 1.034 200 206.726
6 Maret 120.000 1.973 1.066 200 213.120
7 April 125.808 2.069 1.117 200 223.435
8 Mei 130.344 2.143 1.157 200 231.491
9 Juni 132.072 2.172 1.173 200 234.560
10 Juli 132.432 2.178 1.176 200 235.199
11 Agustus 102.288 1.682 908 200 181.663
12 September 130.248 2.142 1.157 200 231.320
Total 1.500.984 24.683 13.329 2.665.748
Rata-rata (Bulan) 125.082 2.057 1.111 222.146
Rata-rata (Hari) 4.169 69 37 7.405
Kapasitas standar produksi perusahaan didapatkan berdasarkan
pengalaman perusahaan selama satu tahun produksi. berdasarkan tabel di atas
diketahui bahwa rata-rata produk bibit nata per hari yang dihasilkan perusahaan
adalah 69 botol. Sehingga tarif upah standar borongan per unit yang ditetapkan
perusahaan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 16. Penentuan Tarif Upah Standar Tenaga Kerja Borongan per Unit
Proses Pengembangan Bibit Nata Metode Perusahaan
No Uraian Satuan Jumlah
1. Pembebanan Tarif Standar Upah TKL Rp/Hari 15.000
2. Kuantitas Standar Botol/Hari 69
3. Tarif Standar Upah Tenaga Kerja Borongan / Unit Rp/Unit 217,391
Berdasarkan tabel diatas diperoleh besarnya tarif upah standar tenaga kerja
borongan bagi proses pengembangan bibit nata yaitu Rp 217,391,- per unit, yang
diperoleh dari hasil pembagian tarif pembebanan dengan kuantitas standar,
sehingga besarnya biaya standar tenaga kerja langsung ditentukan berdasarkan
perkalian antara tarif upah standar per unit dengan kuantitas standar. Besarnya
biaya standar tenaga kerja langsung adalah Rp 14.999,97,- yaitu hasil perkalian
antara tarif upah standar Rp 217,391/unit dengan kuantitas standar bahan baku
bibit 69 botol.
2. Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung Pembuatan Nata de coco Mentah
Lembaran
Penentuan biaya standar tenaga kerja langsung per unit untuk
memproduksi nata lempeng yang ditetapkan perusahaan adalah didasarkan atas
jumlah unit produk jadi rata-rata yang dihasilkan untuk satu kali produksi per
harinya. Biaya standar tenaga kerja langsung per unit yang ditetapkan perusahaan
terdiri dari penentuan tarif standar tenaga kerja langsung per unit, dan penentuan
kuantitas standar produksi pembuatan nata lempeng per harinya. Kuantitas standar
Nata de Coco koktail diperoleh berdasarkan pengalaman perusahaan selama satu
tahun berproduksi sebelumnya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada (Tabel 17)
sebagai berikut
Tabel 17. Kapasitas Rata-rata Produksi Nata de coco Koktail di PT Tonsu
Wahana Tirta Bulan Oktober 2008 – September 2009
No Bulan Kapasitas Produksi
(cup)
Jumlah
Nata
Mentah
(lembar)
Jumlah
(liter)
Harga Air Kelapa/Liter
(Rp)
Biaya Bahan
Baku (Rp)
1 Oktober 148.440 10.985 10.985 200 2.196.912
2 November 120.480 8.916 8.916 200 1.783.104
3 Desember 132.360 9.795 9.795 200 1.958.928
4 Januari 110.112 8.148 8.148 200 1.629.658
5 February 116.400 8.614 8.614 200 1.722.720
6 Maret 120.000 8.880 8.880 200 1.776.000
7 April 125.808 9.310 9.310 200 1.861.958
8 Mei 130.344 9.645 9.645 200 1.929.091
9 Juni 132.072 9.773 9.773 200 1.954.666
10 Juli 132.432 9.800 9.800 200 1.959.994
11 Agustus 102.288 7.569 7.569 200 1.513.862
12 September 130.248 9.638 9.638 200 1.927.670
Total 1.500.984 111.073 111.073 22.214.563
Rata-rata (Bulan) 125.082 9.256 9.256 1.851.214
Rata-rata (Hari) 4.169 308,506 309 61.707
Biaya standar yang ditentukan perusahaan untuk proses pembuatan nata
mentah lembaran merupakan hasil perkalian tarif standar tenaga kerja langsung
per unit dengan kuantitas standar produk nata mentah lembaran per hari. Dasar
pembebanan tarif standar tenaga kerja langsung per unit yang ditetapkan
perusahaan untuk proses pembuatan nata mentah lembaran adalah berdasarkan
tarif tenaga kerja harian sebesar Rp 15.000,- Sedangkan penentuan kuantitas
standar produksi per hari berdasarkan jumlah kapasitas rata-rata produk yang
dihasilkan dalam waktu satu hari.
Kuantitas standar produksi perusahaan didapatkan berdasarkan
pengalaman perusahaan selama satu tahun produksi. berdasarkan tabel di atas
diketahui bahwa rata-rata produksi nata mentah lembaran bibit per hari yang
dihasilkan perusahaan adalah 308,506 lembar. Sehingga tarif upah standar
borongan per unit yang ditetapkan perusahaan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 18. Penentuan Tarif Upah Standar Tenaga Kerja Borongan per Unit
Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Perusahaan
No Uraian Satuan Jumlah
1. Pembebanan Tarif Standar Upah TKL Rp/Hari 15.000,-
2. Kuantitas Standar Lembar 308,506
3. Tarif Standar Upah Tenaga Kerja Borongan /
Unit
Rp/unit 48,62
Berdasarkan tabel 18 diperoleh besarnya tarif upah standar tenaga kerja
borongan bagi proses pembuatan nata mentah lembaran yaitu Rp 48,62,- per unit,
yang diperoleh dari hasil pembagian tarif pembebanan dengan kuantitas standar,
sehingga besarnya biaya standar tenaga kerja langsung ditentukan berdasarkan
perkalian antara tarif upah standar per unit dengan kuantitas standar. Besarnya
biaya standar tenaga kerja langsung adalah Rp 14.999,56 yaitu hasil perkalian tarif
upah standar Rp 48,62 / unit dengan kuantitas standar bahan baku yaitu 308,506
lembar nata mentah.
3. Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung Pembuatan Nata de Coco koktail
Penentuan tarif standar tenaga kerja borongan untuk proses pembuatan
Nata de Coco syrup (koktail) merupakan hasil bagi dasar pembebanan tarif
standar tenaga kerja langsung dengan kuantitas standar produksi. Dasar
pembebanan tarif standar tenaga kerja langsung per unit yang ditetapkan
perusahaan untuk proses pengembangan bibit nata adalah berdasarkan tarif tenaga
kerja harian sebesar Rp 15.000, Sedangkan penentuan kuantitas standar produksi
per hari berdasarkan jumlah rata-rata produk yang dihasilkan dalam waktu satu
hari. Jumlah rata-rata produk yang harus dihasilkan dalam satu hari pada
perusahaan diperoleh berdasarkan pengalaman perusahaan dalam satu tahun dapat
dilihat seperti tabel berikut.
Tabel 19. Kapasitas Rata-rata Produksi Nata Mentah Lembaran di PT Tonsu
Wahana Tirta Bulan Oktober 2008 – September 2009
No Bulan Kapasitas Produksi
(cup)
Jumlah Nata
Mentah
(lembar)
Jumlah
(liter)
Harga Air Kelapa/liter
(Rp)
Biaya Bahan
Baku (Rp)
1 Oktober 148.440 10.985 10.985 200 2.196.912
2 November 120.480 8.916 8.916 200 1.783.104
3 Desember 132.360 9.795 9.795 200 1.958.928
4 Januari 110.112 8.148 8.148 200 1.629.658
5 February 116.400 8.614 8.614 200 1.722.720
6 Maret 120.000 8.880 8.880 200 1.776.000
7 April 125.808 9.310 9.310 200 1.861.958
8 Mei 130.344 9.645 9.645 200 1.929.091
9 Juni 132.072 9.773 9.773 200 1.954.666
10 Juli 132.432 9.800 9.800 200 1.959.994
11 Agustus 102.288 7.569 7.569 200 1.513.862
12 September 130.248 9.638 9.638 200 1.927.670
Total 1.500.984 111.073 111.073 22.214.563
Rata-rata (Bulan) 125.082 9.256 9.256 1.851.214
Rata-rata (Hari) 4.169 308,54 309 61.707
Kapasitas standar produksi perusahaan didapatkan berdasarkan
pengalaman perusahaan selama satu tahun produksi. berdasarkan tabel di atas
diketahui bahwa rata-rata produk nata de coco koktail yang dihasilkan perusahaan
adalah 4.169 cup per hari. Sehingga tarif upah standar borongan per unit yang
ditetapkan perusahaan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 20. Penentuan Tarif Upah Standar Tenaga Kerja Borongan per Unit
Proses Pembuatan Nata de coco Koktail Metode Perusahaan
No Uraian Satuan Jumlah
1. Pembebanan Tarif Standar Upah TKL Rp/hari Rp.15.000,-
2. Kuantitas Standar Cup/hari 4.169 Cup
3. Tarif Standar Upah Tenaga Kerja Borongan /
Unit
Rupiah/unit Rp.3,59
Berdasarkan tabel diatas diperoleh besarnya tarif upah standar tenaga kerja
borongan bagi proses pembuatan nata de coco koktail yaitu Rp 3,59,- per unit,
yang diperoleh dari hasil pembagian tarif pembebanan dengan kuantitas standar,
sehingga besarnya biaya standar tenaga kerja langsung ditentukan berdasarkan
perkalian antara tarif upah standar per unit dengan kuantitas standar. Besarnya
biaya standar tenaga kerja langsung adalah Rp 14.996,71 yaitu hasil dari perkalian
tarif upah standar Rp 3,59 dengan kuantitas standar bahan baku yaitu 4.169 cup.
6.1.1.3. Biaya Standar Overhead Pabrik
Salah satu unsur biaya produksi adalah biaya overhead pabrik, biaya
overhead pabrik ini meliputi semua biaya-biaya yang bukan diklasifikasikan
sebagai biaya bahan langsung maupun biaya buruh langsung. Biaya overhead
pabrik pada PT Tonsu Wahana Tirta terdiri dari biaya overhead pabrik tetap dan
biaya overhead pabrik variabel (Lampiran 2). Biaya overhead pabrik variabel
terdiri dari biaya bahan penolong, serta biaya bahan bakar (gas). Sedangkan biaya
overhead pabrik tetap perusahaan terdiri dari biaya listrik, biaya telpon serta biaya
tenaga kerja karyawan tetap. Untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 21. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Standar di
PT. Tonsu Wahana Tirta Metode Perusahaan
No Uraian Kategori Biaya / Produksi (Rp)
1 Biaya Bahan Penolong BOP Variabel 1.796.229
2 Biaya Bahan Bakar BOP Variabel 34.667
3 Biaya Listrik BOP Tetap 5.769
4 Biaya Penyusutan Peralatan BOP Tetap 27.900
5 Biaya Penyusutan Bangunan BOP Tetap 4.767
6 Biaya Telpon BOP Tetap 5.769
7 Biaya Angkut B.Baku BOP Tetap 21.056
7 Biaya Gaji Karyawan tetap BOP Tetap 96.154
TOTAL 1.992.311
Berdasarkan sifat biaya overhead pabrik yang merupakan biaya tak
langsung produk, dasar perhitungan dari besaran biaya ini dilakukan dengan
mekanisme penjatahan. Penjatahan pembebanan biaya overhead harus
menetapkan dasar kegiatan yang sama terhadap semua jenis produk yang
diproduksi oleh perusahaan tersebut, maka pada PT Tonsu Wahana Tirta yang
dijadikan standar pembebanan biaya overhead pabrik adalah standar jam kerja
harian karyawan, karena jumlah produk yang dihasilkan sangat tergantung dari
jumlah jam kerja harian karyawan.
Berdasarkan tabel diketahui bahwa pembebanan BOP selama periode
analisis adalah sebesar Rp 1.992.331 Dasar pembebanan terhadap biaya overhead
pabrik perusahaan adalah berdasarkan jam kerja harian karyawan perusahaan
yaitu delapan jam perhari. Besarnya biaya standar overhead produksi diperoleh
dengan membagi pembebanan biaya overhead pabrik pada kuantitas normal
dengan jam standar karyawan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di
bawah berikut ini.
Tabel 22. Prosedur Penetapan Biaya Standar BOP per Unit Metode Perusahaan
NO Uraian Satuan Jumlah
1 Total Pembebanan BOP Rp 1.992.311
2 Standar Jam Kerja / Hari Jam 8
3 Biaya Standar BOP /jam Rp / Jam 249.038,88
4 Unit Produk jadi / Hari Unit / Hari 4.169
5 Unit Produk jadi / jam Unit / Jam 521,125
6 Tarif Standar BOP / Unit Rp / Unit 477,89
Rata-rata total unit produk yang dihasilkan menurut pengalaman
perusahaan selama satu tahun adalah sebesar 4.169 cup nata de coco koktail per
hari produksi, dengan standar jam kerja karyawan selama delapan jam per hari,
sehingga diperoleh biaya standar BOP per jam sebesar Rp 249.038,88. Unit
produk jadi yang dapat dihasilkan perusahaan pada kuantitas normal per jam
adalah 521 unit, sehingga besar penetapan biaya standar BOP per unit oleh
perusahaan adalah sebesar Rp 477,89 per unit.
6.1.2. Biaya Standar Metode Analisis
6.1.2.1. Biaya Standar Bahan Baku
Sebelum menetapkan biaya standar bahan suatu produk ada dua hal yang
harus diperhitungkan yaitu harga standar bahan baku dan kuantitas standar bahan
baku. Penetapan biaya standar bahan baku metode analisis yaitu dengan terlebih
dahulu merincikan setiap tahap proses produksi, dikarenakan sasaran penetapan
biaya standar bahan baku di tujukan adalah pada produk akhir yaitu nata koktail
yang bahan bakunya adalah nata mentah lembaran. Pada proses produksi di
PT Tonsu Wahana Tirta proses produksi terdiri dari proses pembuatan bibit,
pembuatan nata lembaran, dan pembuatan nata koktail. Dari ketiga proses tersebut
yang langsung memanfaatkan air kelapa sebagai bahan baku langsung adalah
proses pengembangan bibit nata dan proses pembuatan nata lembaran, sementara
pembuatan nata koktail memanfaatkan bahan baku berupa nata lembaran dari
proses produksi sebelumnya.
Perbedaan antara metode penetapan biaya standar bahan baku metode
perusahaan dengan metode analisis yaitu terletak pada pengumpulan biaya
penyusun harga pokok produksi nata mentah lembaran yang digunakan sebagai
harga standar bahan baku bagi produk akhir, pada metode perusahaan biaya
penyusun bahan baku pembuatan nata mentah lembaran yakni dengan
menyatukan biaya bahan baku (air kelapa) untuk proses pembuatan bibit dan
bahan baku (air kelapa) untuk proses pembuatan nata mentah lembaran,
sedangkan harga bibit yang merupakan biaya bahan penolong menggunakan harga
bibit (starter), yaitu bibit yang dapat di beli dipasar dengan harga Rp 20.000,- per
liter.
Metode analisis biaya bahan baku pembuatan nata mentah lembaran hanya
terdiri dari biaya bahan baku air kelapa, sedangkan biaya bibit dihitung secara
terpisah yaitu dengan menghitung harga pokok bibit terlebih dahulu, sehingga
yang termasuk kedalam biaya bahan penolong (harga bibit) dalam perhitungan
harga pokok nata mentah lembaran, adalah harga bibit hasil perhitungan harga
pokok produksi bibit per unit.
Penentuan harga pokok nata lembaran terlebih dahulu harus mengetahui
semua unsur biaya penyusunnya termasuk proses pembuatannya, yang terdiri dari
biaya bahan baku, biaya upah tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.
Pada biaya bahan penolong proses pembuatan nata mentah lembaran terdapat satu
unsur biaya bibit, sehingga perlu juga untuk dihitung harga pokoknya yang akan
dibebankan kepada biaya bahan penolong pada proses perhitungan harga pokok
produksi nata mentah lembaran.
Metode penentuan harga pokok produksi pada proses pembuatan nata
mentah lembaran dan pengembangan bibit dihitung dengan metode variabel
costing, dengan alasan bahwa biaya yang paling berpengaruh bagi harga pokok
produksinya adalah biaya variabel, selain itu untuk mencegah terjadinya
perhitungan dua kali atau double counting pada proses perhitungan harga pokok
produk akhir (Nata koktail). Sehingga semua unsur biaya tetap dan penyusutan
dihitung atau dimasukkan pada harga pokok produksi produk akhir yaitu pada
proses penetapan harga pokok produksi nata koktail (kemasan). Untuk lebih
jelasnya proses perhitungan harga pokok produksi dapat dilihat pada
(lampiran 10).
Tabel 23. Perhitungan Harga Pokok Produksi Per Unit Pengembangan Bibit
Metode Analisis No Uraian Total Biaya (Rp)
1. Biaya Bahan Baku 10.373
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 3.907
3. Biaya Overhead Pabrik
• Biaya Bahan Penolong 32.444
• Biaya Bahan Bakar 4.333
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK 36.777
HARGA POKOK PRODUKSI 51.057
JUMLAH UNIT PRODUK JADI (Botol) 69
HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT 740
Harga pokok produksi per unit pada proses pembuatan bibit selanjutnya
akan menjadi harga standar bibit per unit pada proses perhitungan harga pokok
produksi pembuatan nata mentah lembaran. Harga pokok produksi nata lembaran
per unit selanjutnya akan menjadi harga standar bahan baku per unit bagi proses
pembuatan nata koktail.
Berdasarkan tabel diatas besarnya harga pokok produksi bibit per unit
adalah Rp 740,- yang diperoleh dari hasil pembagian harga pokok produksi
dengan jumlah unit produk jadi yaitu sejumlah 69 botol. Jumlah unit produk jadi
(bibit/botol) merupakan jumlah kuantitas standar rata-rata yang diperoleh dari
jumlah standar yang dibutuhkan untuk menghasilkan sejumlah nata lembaran
yang nantinya akan digunakan perusahaan untuk menghasilkan produk akhir,
yaitu nata koktail sejumlah 4.169 unit (cup). Botol yang digunakan untuk
pengembangbiakan bibit menggunakan botol bekas sirup ABC dengan volume
630 ml per botol. Jumlah standar kebutuhan bibit (usia enam hari) untuk
memproduksi satu lembar nata mentah (1kg/lembar) adalah 120 ml, sehingga satu
botol dapat digunakan untuk menginokulasi lima lembar nata lempeng.
Harga pokok produksi per unit bibit selanjutnya akan menjadi harga bibit
per unit pada proses perhitungan harga pokok produksi pembuatan nata mentah
lembaran (lampiran 4). Hasil perhitungan harga pokok produksi per unit
pembuatan nata mentah lembaran beserta biaya penyusunya dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut.
Tabel 24. Perhitungan Harga Pokok Produksi Standar Per unit Pembuatan Nata
Mentah Lembaran Metode Analisis No Uraian Total Biaya (Rp)
1. Biaya Bahan Baku 86.486
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 18.510
3. Biaya Overhead Pabrik
• Biaya Bahan Penolong 91.955
• Biaya Bahan Bakar 13.000
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK 104.955
HARGA POKOK PRODUKSI 209.951
JUMLAH UNIT PRODUK JADI (LEMBAR) 308,506
HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT 681
Berdasarkan keterangan tabel diatas didapatkan harga pokok produksi per
unit nata mentah lembaran yaitu sebesar harga pokok produksi di bagi jumlah unit
produk, sehingga harga pokok produksi per unit adalah sebesar Rp 681. Pada
penjelasan sebelumnya biaya bahan baku standar terdiri dari harga standar dan
kuantitas standar, biaya standar diperoleh dari hasil perkalian antara harga standar
dengan kuantitas standar. Pada metode analisis dalam proses penentuan biaya
standar bahan baku pembuatan nata de coco koktail yang menjadi harga standar
bahan baku adalah harga pokok produksi nata mentah lembaran.
Harga standar bahan baku bagi proses pembuatan nata de coco koktail dari
hasil proses perhitungan di dapatkan sebesar Rp 681 per (Kg), sehingga biaya
standar bahan baku bagi produk akhir (nata koktail) adalah Rp 210.092,- yang
diperoleh dari hasil perkalian harga standar bahan baku Rp 681/ unit dengan
kuantitas standar 308,506 lembar nata mentah.
6.1.2.2. Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung
Pada penentuan biaya standar tenaga kerja langsung yang dimaksud tenaga
kerja langsung disini adalah tenaga kerja yang langsung ikut serta dalam proses
produksi, dan bukan merupakan tenaga kerja yang tidak memiliki kegiatan
langsung pada kegiatan produksi. Biaya standar tenaga kerja langsung terdiri dari
penentuan tarif standar upah per unit dan kuantitas standar produksi per hari.
Penentuan biaya standar upah tenaga kerja langsung metode analisis
menggunakan standar pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai. Standar jenis ini
didasarkan pada tingkat pelaksanaan yang dapat dicapai dengan memperhitungkan
kegiatan yang tidak efisien yang tak dapat dihindarkan terjadinya lagi, selain itu
perlu diperhatikan produk dengan standar kualitas terbaik yang dapat dihasilkan.
Penentuan biaya standar upah tenaga kerja langsung pada metode analisis terdiri
dari penentuan tarif upah standar tenaga kerja langsung per unit pada masing-
masing kegiatan produksi yaitu produksi pengembangan bibit nata, pembuatan
nata mentah lembaran, pembuatan nata koktail (kemasan), dan penentuan
kuantitas standar produksi per hari
1. Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung Proses Pengembangan Bibit Nata
Penentuan biaya standar tenaga kerja langsung pada metode analisis terdiri
dari penentuan tarif upah standar per unit dan kuantitas standar produksi. Pada
penentuan biaya standar upah tenaga kerja langsung metode analisis
menggunakan standar pelaksanaan terbaik untuk menghasilkan produk terbaik,
sehingga sebelum menentukan tarif standar upah tenaga kerja langsung per unit
perlu diketahui spesifikasi standar produk terbaik yang dapat dihasilkan
perusahaan (Tabel 25).
Tabel 25. Spesifikasi Standar Produk Pengembangan Bibit Nata Metode Analisis Produk yang akan dihasilkan
Jenis Produk Spesifikasi Produk
1. Nata Bibit 1. Warna Putih Kekeruhan
2. Terdapat Lapisan Tipis
di Permukaan.
3. Tidak Terdapat Jamur
4. Tidak Terdapat Ruang Kosong Antar Cairan
Untuk menghasilkan produk terbaik berdasarkan spesifikasi pada tabel
diatas maka sebelumnya perlu ditetapkan formula untuk menghasilkannya, selain
itu perlu diperhatikan waktu standar pada tiap-tiap proses kegiatan. Pada metode
analisis, formula standar yang dijadikan dasar dalam penentuan waktu standar
pengerjaan produk yang dihasilkan adalah 20 liter bahan baku (air kelapa), dengan
alasan bahwa formula 20 liter bahan baku adalah formula pada kuantitas normal
yang dapat dikerjakan oleh satu orang karyawan untuk menghasilkan produk
dengan spesifikasi terbaik.
Tabel 26. Waktu Standar Untuk Tiap Tahapan Proses Pengembangan Bibit Nata Teknik Proses (Formula 20 Liter Air Kelapa)
Tahapan Proses Waktu Standar (menit)
1. Penyiapan Alat 10
2. Penyiapan Bahan 10
3. Penyiapan dan Pencucian Botol 30
4. Penyaringan Air Kelapa 15
5. Penimbangan Bahan Kimia dan Pengukuran air kelapa 15
6. Perebusan 30
7. Pemasukan ke Dalam Botol 15
8. Inokulasi Bibit 30
9. Fermentasi ( 6 hari)
TOTAL WAKTU PRODUKSI (menit) 155
Pada metode analisis penentuan waktu standar di dasarkan atas standar
pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai untuk tiap-tiap tahapan proses produksi.
Standar jenis ini didasarkan pada tingkat pelaksanaan yang dapat dicapai dengan
memperhitungkan kegiatan yang tidak efisien yang tak dapat dihindarkan
terjadinya lagi. Standar waktu proses pengembangan bibit nata selengkapnya
dapat dilihat pada (lampiran 11).
Berdasarkan keterangan yang diperoleh dari tabel diatas, bahwa total
waktu standar pengerjaan proses pengembangan bibit untuk formula 20 liter
bahan baku adalah 155 menit atau sama dengan 2,58 jam, formula standar 20 liter
mampu menghasilkan sekitar 37 botol bibit nata dengan pertimbangan bahwa air
kelapa yang dijadikan media pengembangbiakan bibit per botol adalah 540 ml
atau 0,54 liter, sehingga waktu standar per unit adalah 0,07 jam atau 155 menit ,
yang diperoleh dari hasil pembagian total waktu standar terhadap jumlah total unit
produk jadi.
Penentuan tarif standar upah tenaga kerja langsung per unit pada metode
analisis sebelumnya terlebih dahulu didasarkan atas pengalaman perusahaan pada
tahun-tahun sebelumnya mengenai dasar pembebanan upah standar tenaga kerja
langsung (per hari) kemudian selanjutnya pada metode analisis dasar pembebanan
upah standar harian per tenaga kerja langsung diproyeksikan terhadap waktu
standar pengerjaan metode analisis.
Tarif standar upah tenaga kerja langsung per unit metode analisis terlebih
dahulu harus mengetahui dasar pembebanan tarif standar upah tenaga kerja
langsung yang bersumber dari perusahaan terhadap total waktu standar metode
analisis yaitu dengan memproyeksikannya. Dasar pembebanan tarif standar upah
tenaga kerja langsung yang ditetapkan perusahaan adalah sebesar Rp.15.000,
perhari dengan standar waktu kerja perhari adalah delapan jam kerja. Dari hasil
perhitungan didapatkan bahwa besarnya pembebanan tarif standar upah tenaga
kerja langsung perusahaan terhadap total waktu standar metode analisis adalah
sebesar Rp 5.806,- yang diperoleh dari hasil pembagian pembebanan tarif standar
perusahaan sebesar Rp 15.000,- per hari (delapan jam kerja) dengan total waktu
proses kegiatan produksi metode analisis yaitu 2,58 jam.
Jumlah produk yang dihasilkan berdasarkan total waktu standar pengerjaan
pada metode analisis adalah 37 botol, sehingga untuk satu jam produk yang dapat
dihasilkan adalah 14 botol. Berdasarkan hasil proyeksi perhitungan didapatkan
pembebanan tarif standar upah per unit untuk tenaga kerja langsung per jam
adalah sebesar Rp. 405. per unit per jam, yang diperoleh dari hasil pembagian
pembebanan tarif standar upah perusahaan per total waktu metode analisis
Rp 5.806 dengan jumlah unit per jam metode analisis yaitu sejumlah 14 botol.
Tarif standar upah tenaga kerja langsung metode analisis merupakan tarif
standar upah tenaga kerja langsung per unit, yang berarti jumlah tarif standar upah
tenaga kerja langsung yang dikeluarkan untuk mengerjakan satu unit produk jadi.
Dari hasil perhitungan diperoleh tarif standar upah per unit tenaga kerja langsung
adalah sebesar Rp 28,31 per unit,- yang diperoleh dari hasil perkalian pembebanan
tarif standar upah tenaga kerja langsung per unit yaitu sebesar Rp 405 dengan
waktu standar pengerjaan per unit selama 0,07 jam per unit.
Kuantitas standar produksi pada metode analisis diperoleh berdasarkan
pengalaman perusahaan selama satu tahun produksi. Berdasarkan data historis
perusahaan diketahui bahwa rata-rata produk bibit nata per hari yang dihasilkan
perusahaan adalah 69 botol. Sehingga biaya standar upah tenaga kerja langsung
pengembangan bibit adalah Rp 1.953,39 yang diperoleh dari hasil perkalian tarif
upah standar Rp 28,31 dengan kuantitas standar yaitu 69 botol.
2. Biaya Standar Tenaga Kerja Langsung Pembuatan Nata Mentah
Lembaran
Seperti pada penentuan biaya standar upah tenaga kerja langsung
sebelumnya proses penentuan biaya standar upah tenaga kerja langsung
pembuatan nata de coco mentah lembaran metode analisis juga menggunakan
standar pelaksanaan terbaik yang dapat dilakukan, maka selain memperhitungkan
waktu pada setiap tahap proses kegiatan, selain itu perlu juga diperhatikan
spesifikasi terhadap produk yang dihasilkan. Spesifikasi produk yang dihasilkan
merupakan produk terbaik yang dapat dihasilkan perusahaan, spesifikasi produk
nata mentah lembaran dapat dilihat pada Tabel 27.
Untuk menghasilkan produk terbaik berdasarkan spesifikasi pada tabel 27
maka sebelumnya perlu ditetapkan formula bahan baku untuk menghasilkannya,
selain itu juga perlu diperhatikan waktu standar pada tiap-tiap proses kegiatan.
Pada metode analisis, formula standar yang dijadikan dasar penentuan spesifikasi
produk yang dihasilkan adalah 50 liter bahan baku (air kelapa), dengan alasan
bahwa formula 50 liter bahan baku adalah formula pada kapasitas normal yang
dapat dikerjakan oleh satu orang karyawan untuk menghasilkan produk dengan
spesifikasi terbaik.
Tabel 27. Spesifikasi Produk Nata Mentah Lembaran Produk yang akan dihasilkan
Jenis Produk Spesifikasi Produk
2. Nata Mentah Lembaran 1. Warna Putih Kekeruhan
2. Ketebalan 1,5-2 cm
3. Tidak Terdapat Jamur
4. Permukaan Tidak Cacat
Biaya standar upah tenaga kerja langsung pada metode analisis terdiri dari
penentuan tarif standar per unit dan kuantitas produksi standar. Penetapan tarif
standar pengerjaan per unit dalam metode analisis di dasarkan atas pelaksanaan
terbaik yang dapat dilakukan dengan memperhitungkan kegiatan yang tidak
efisien yang tak dapat dihindarkan terjadinya lagi. Waktu standar pengerjaan
untuk setiap tahap kegiatan pada metode analisis merupakan jumlah waktu terbaik
yang dapat dicapai per orang karyawan dengan memperhitungkan kegiatan yang
tidak efisien yang tidak dapat dihindarkan lagi. Waktu standar pengerjaan
pembuatan nata mentah lembaran dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
Tabel 28. Waktu Standar Untuk Tiap Tahapan Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran
Teknik Proses (Formula 50 Liter Air Kelapa)
Tahapan Proses Waktu Standar (menit)
1. Penyiapan Alat 10
2. Penyiapan Bahan 10
3. Penyiapan dan Pencucian Loyang 45
4. Penyaringan Air Kelapa 15
5. Penimbangan Bahan 15
6. Perebusan 30
7. Pemasukan Dalam Loyang 45
8. Inokulasi Bibit 30
9. Fermentasi (6 hari)
TOTAL WAKTU PRODUKSI (menit) 200
Berdasarkan keterangan tabel diatas total standar waktu pengerjaan
pembuatan nata mentah lembaran dengan formula 50 liter air kelapa adalah 200
menit per orang karyawannya, atau setara dengan 3,33 jam. Formula 50 liter air
kelapa dapat menghasilkan 50 lembar nata mentah hasil inokulasi selama enam
hari. Berat per lembar nata mentah kurang lebih satu kg, sehingga 50 liter air
kelapa mampu menghasilkan 50 Kg nata lempeng.
Untuk mendapatkan standar waktu pengerjaan per unit yaitu dengan
membagi total waktu standar pengerjaan metode analisis dengan jumlah total
produk jadi formula standar. Dari hasil perhitungan diperoleh standar waktu
pengerjaan per unit produk adalah empat menit, yang diperoleh dari hasil
pembagian total waktu standar analisis yaitu 200 menit dengan jumlah produk
yang dihasilkan pada formula standar yaitu 50 liter sama dengan 50 Kg.
Untuk menetapkan biaya standar upah per unit, hal yang harus
diperhatikan pula adalah penentuan pembebanan tarif standar upah pengerjaan per
unitnya. pembebanan tarif standar upah tenaga kerja langsung per jam metode
analisis terlebih dahulu harus mengetahui pembebanan tarif standar upah tenaga
kerja langsung yang bersumber dari perusahaan terhadap total waktu standar
metode analisis yaitu dengan memproyeksikannya terlebih dahulu. Pembebanan
tarif standar upah tenaga kerja langsung yang ditetapkan perusahaan adalah
sebesar Rp 15.000,- perhari dengan standar waktu kerja perhari adalah delapan
jam kerja. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa besarnya pembebanan tarif
standar upah tenaga kerja langsung perusahaan terhadap total waktu standar
metode analisis adalah sebesar Rp 4.500,- yang diperoleh dari hasil pembagian
pembebanan tarif standar upah perusahaan sebesar Rp 15.000,- per hari (delapan
jam kerja) dengan total waktu proses kegiatan produksi metode analisis yaitu 3,33
jam.
Jumlah produk yang dihasilkan berdasarkan total waktu standar pengerjaan
pada metode analisis adalah 50 lembar nata mentah, sehingga untuk satu jam
metode analisis produk yang dapat dihasilkan adalah 15 lembar nata mentah.
Berdasarkan hasil proyeksi perhitungan didapatkan pembebanan tarif standar upah
per unit untuk tenaga kerja langsung adalah sebesar Rp 300, yang diperoleh dari
hasil pembagian pembebanan tarif standar upah perusahaan per total waktu
metode analisis Rp 4.500 dengan jumlah unit per jam metode analisis sejumlah 15
lembar nata mentah.
Tarif standar upah tenaga kerja langsung metode analisis merupakan tarif
standar tenaga kerja langsung per unit, yang berarti jumlah tarif upah tenaga kerja
langsung yang dikeluarkan untuk mengerjakan satu unit produk jadi. Dari hasil
perhitungan diperoleh tarif standar upah per unit tenaga kerja langsung adalah
sebesar Rp 20,- yang diperoleh dari hasil perkalian besarnya pembebanan tarif
upah tenaga kerja langsung per unit yaitu sebesar Rp 300 dengan waktu standar
pengerjaan per unit selama 0,07 jam per unit.
Kuantitas standar produksi pada metode analisis diperoleh berdasarkan
pengalaman perusahaan selama satu tahun produksi. Berdasarkan data historis
perusahaan diketahui bahwa rata-rata produk nata mentah lembaran per hari yang
dihasilkan perusahaan adalah 308,506 lembar. Sehingga biaya standar upah tenaga
kerja langsung pembuatan nata mentah lembaran metode analisis adalah
Rp 6.170,12 yang diperoleh dari hasil perkalian tarif upah standar Rp 20/unit
dengan kuantitas standar 308,506 lembar.
3. Biaya Standar Tenaga Kerja langsung Pembuatan Nata Koktail.
Penentuan biaya standar upah tenaga kerja langsung pada proses
pembuatan nata de coco koktail terdiri dari penentuan tarif per unit tenaga kerja
langsung dan kuantitas standar produksi. Penentuan tarif standar upah tenaga kerja
langsung pada proses pembuatan nata de coco koktail menggunakan standar
pelaksanaan terbaik yang dapat dicapai perusahaan untuk menghasilkan sejumlah
produk dengan standar kualitas terbaik. formula standar yang digunakan dalam
penentuan biaya standar tenaga kerja langsung metode analisis yaitu formula 10
kg nata, dari hasil 10 kg nata mentah lembaran dapat menghasilkan 135 cup nata
koktail. Data spesifikasi produk nata de coco koktail dengan standar terbaik yang
mampu dicapai perusahaan adalah seperti pada tabel berikut
Tabel 29. Spesifikasi Produk Nata de coco Koktail
Produk yang Akan Dihasilkan (Formula 10 Kg Nata Mentah Lembaran)
Jenis Produk Spesifikasi Produk
3. Nata Koktail 1.Ukuran Potongan Nata Seragam
2. Warna Putih Transparan
3. Nata Digigit Renyah
4. Rasa Tidak Terlalu Manis
5. Rasa Nata Seperti Agar
6. Jumlah Nata Tiap cup 38 Butir
7. Tidak Terdapat Kotoran
8. Cup Plastik Jernih
9. Tutup cup Rapat dan Tidak Bocor
10. Kemasan Tidak Lengket
11. Hasil Produk 135 cup
Berdasarkan spesifikasi produk di atas maka untuk menghasilkan jenis
produk yang diharapkan, perlu ditetapkan waktu untuk setiap tahap proses
kegiatan, penetapan waktu didasarkan atas standar pengerjaan terbaik yang
mampu dicapai satu orang karyawan. Standar waktu dan tahapan proses
pembuatan nata de coco koktail dapat dijelaskan seperti pada tabel berikut
Tabel 30. Waktu Standar Untuk Tiap Tahapan Proses Pembuatan Nata de coco
Koktail Teknik Proses (Formula 10 Kg Nata Mentah Lembaran)
Tahapan Proses Waktu Standar (menit)
1. Penyiapan Alat 10
2. Penyiapan Bahan 10
3.Pembersihan dan Pemotongan 30
4. Sortasi dan Grading 15
5. Netralisasi 60
6. Penimbangan Bahan Baku 10
7. Perebusan dan Pencampuran 60
8. Pembuatan Sirup 20
9. Pemasukan Bahan dalam Cup 30
10. Pengemasan 30
11. Pengepakan 15
TOTAL WAKTU PRODUKSI (menit) 290
Berdasarkan keterangan tabel diatas total standar waktu pengerjaan
pembuatan nata de coco koktail dengan formula 10 kg nata mentah lembaran
adalah 290 menit per orang karyawannya, atau setara dengan 4,83 jam. Formula
10 kg nata mentah dapat menghasilkan 135 cup nata de coco koktail. Berat padat
standar yang ditetapkan perusahaan untuk satu cup nata de coco koktail adalah 74
gr atau setara dengan 0,074 Kg.
Penentuan tarif standar upah tenaga kerja langsung per unit metode
analisis yaitu dengan memproyeksikan pembebanan tarif standar upah tenaga
kerja langsung yang ditetapkan perusahaan terhadap total waktu standar
pengerjaan metode analisis, dari keterangan yang diperoleh dari perusahaan
bahwa pembebanan tarif upah standar tenaga kerja langsung adalah Rp 15.000,-
dengan standar waktu kerja perhari adalah delapan jam kerja. Dari hasil
perhitungan didapatkan bahwa besarnya pembebanan tarif standar upah tenaga
kerja langsung perusahaan terhadap total waktu standar metode analisis adalah
sebesar Rp 3.103,- yang diperoleh dari hasil pembagian pembebanan tarif standar
upah tenaga kerja langsung perusahaan sebesar Rp 15.000,- per hari (delapan jam
kerja) dengan total waktu proses kegiatan produksi metode analisis yaitu 4,83 jam.
Jumlah produk yang dihasilkan berdasarkan total waktu standar pengerjaan
pada metode analisis adalah 135 cup nata koktail, sehingga untuk satu jam metode
analisis, produk yang dapat dihasilkan adalah 28 cup nata koktail. Berdasarkan
hasil proyeksi perhitungan didapatkan pembebanan tarif standar upah tenaga kerja
langsung per unit adalah sebesar Rp 111,- per unit per jam, yang diperoleh dari
hasil pembagian pembebanan tarif standar upah perusahaan per total waktu
metode analisis sebesar Rp 3.103,- dengan jumlah unit per jam metode analisis
sejumlah 28 cup nata koktail.
Tarif standar upah tenaga kerja langsung metode analisis merupakan tarif
standar upah tenaga kerja langsung per unit, yang berarti jumlah tarif upah tenaga
kerja langsung yang dikeluarkan untuk mengerjakan satu unit produk jadi. Dari
hasil perhitungan diperoleh tarif standar upah tenaga kerja langsung per unit
adalah sebesar Rp 3,98,- yang diperoleh dari hasil perkalian pembebanan tarif
standar upah tenaga kerja langsung per unit yaitu sebesar Rp. 111,- dengan waktu
standar pengerjaan per unit selama 0,04 jam per unit.
Kuantitas standar produksi pada metode analisis diperoleh berdasarkan
pengalaman perusahaan selama satu tahun produksi. berdasarkan data historis
perusahaan diketahui bahwa rata-rata produk nata de coco koktail per hari yang
dihasilkan perusahaan adalah 4.169 cup. Sehingga biaya standar upah tenaga kerja
langsung pembuatan nata de coco koktail metode analisis adalah Rp 16.592 yaitu
hasil perkalian tarif upah standar Rp 3,98/ unit dengan kuantitas standar 4.169
cup.
6.1.2.3. Biaya Standar Overhead Pabrik
Salah satu unsur biaya produksi adalah biaya overhead pabrik, biaya
overhead pabrik ini meliputi semua biaya-biaya yang bukan diklasifikasikan
sebagai biaya bahan langsung maupun biaya buruh langsung. perhitungan biaya
overhead pabrik pada metode analisis terdiri dari dua metode yaitu perhitungan
biaya overhead pabrik metode full costing dan perhitungan biaya overhead pabrik
metode variabel costing.
Perhitungan biaya overhead pabrik metode full costing terdiri dari biaya
overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik variabel, biaya overhead pabrik
variabel terdiri dari biaya bahan penolong dan biaya bahan bakar, sedangkan
biaya overhead pabrik tetap terdiri dari biaya penyusutan peralatan, penyusutan
bangunan, biaya listrik, biaya telpon, dan biaya gaji karyawan tetap bagian
produksi. Hasil rekapitulasi perhitungan biaya overhead pabrik metode full
costing dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 31. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Standar Biaya Overhead Pabrik
Metode Full Costing No Uraian Kategori Biaya / Produksi (Rp)
1 Biaya Bahan Penolong BOP Variabel 1.729.678
2 Biaya Bahan Bakar BOP Variabel 17.333
3 Biaya Penyusutan Peralatan BOP Tetap 27.900
4 Biaya Penyusutan Bangunan BOP Tetap 4.767
4 Biaya Listrik BOP Tetap 5.769
5 Biaya Telpon BOP Tetap 5.769
6 Biaya Gaji Karyawan Tetap BOP Tetap 19.231
TOTAL 1.810.447
Perbedaaan prosedur penetapan biaya overhead metode analisis dengan
metode perusahaan yaitu pada metode perusahaan tidak terdapat biaya penyusutan
peralatan dan bangunan, serta biaya total gaji karyawan tetap merupakan total gaji
dari seluruh karyawan di semua departemen, sedangkan pada metode analisis
yang menggunakan metode full costing, pengumpulan biaya overhead pabrik tetap
memasukkan semua unsur penyusutan yang meliputi penyusutan peralatan dan
bangunan. Biaya gaji karyawan tetap pada metode analisis diperoleh dengan
memisahkan karyawan antara departemen, sehingga biaya gaji karyawan yang
termasuk dalam perhitungan metode analisis full costing adalah biaya gaji
karyawan bagian produksi, sedangkan biaya gaji karyawan bagian pemasaran dan
administrasi di hitung sebagai biaya pemasaran dan administrasi pada penetapan
harga pokok penjualan produk akhir.
Berdasarkan sifat biaya overhead pabrik yang merupakan biaya tak
langsung produk, dasar perhitungan dari besaran biaya ini dilakukan dengan
mekanisme penjatahan. Penjatahan pembebanan biaya overhead harus
menetapkan dasar kegiatan yang sama terhadap semua jenis produk yang
diproduksi oleh perusahaan tersebut, maka pada metode analisis mekasnisme
penjatahan menggunakan mekanisme penjatahan yang sama dengan metode
perusahaaan yaitu standar jam kerja harian karyawan, karena jumlah produk yang
dihasilkan sangat tergantung dari jumlah jam kerja harian karyawan.
Tabel 32. Prosedur Penetapan Biaya Standar BOP per Unit Metode Full Costing.
NO Uraian Satuan Jumlah
1 Total Pembebanan BOP Rp 1.810.447
2 Standar Jam Kerja / Hari Jam 8
3 Biaya Standar BOP Rp / Jam 226.305,97
4 Unit Produk jadi Hari 4.169
5 Unit Produk jadi Hari / Jam 521,125
6 Biaya Standar BOP Rp / Unit 434,26
Berdasarkan tabel diketahui bahwa pembebanan BOP selama periode
analisis adalah sebesar Rp 1.810.448. Dasar pembebanan terhadap biaya overhead
pabrik perusahaan adalah berdasarkan jam kerja harian karyawan perusahaan
yaitu delapan jam perhari, dengan besarnya biaya standar overhead produksi
diperoleh dengan membagi pembebanan biaya overhead pabrik pada kapasitas
normal dengan jam standar karyawan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel di bawah berikut ini
Rata-rata total unit produk yang dihasilkan menurut pengalaman
perusahaan selama satu tahun adalah sebesar 4.169 unit per hari produksi, dengan
standar jam kerja karyawan selama delapan jam per hari, sehingga diperoleh biaya
standar BOP per jam sebesar Rp 226.305,97. Unit produk jadi yang dapat
dihasilkan perusahaan pada kuantitas normal per jam adalah 521 unit, sehingga
besar penetapan biaya standar per unit metode full costing adalah sebesar
Rp 434,26 per unit.
Perhitungan biaya overhead pabrik metode variabel costing hanya terdiri
dari biaya overhead pabrik variabel, sehingga yang termasuk ke dalam biaya
overhead pabrik tetap tidak dimasukkan, biaya overhead pabrik variabel terdiri
dari biaya bahan penolong dan biaya bahan bakar. Hasil rekapitulasi perhitungan
biaya overhead pabrik metode variabel costing dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut.
Tabel 33. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Standar
Variabel Costing No Uraian Kategori Biaya / Produksi (Rp)
1 Biaya Bahan Penolong BOP Variabel 1.729.678
2 Biaya Bahan Bakar BOP Variabel 17.333
TOTAL 1.747.011
Metode penjatahan pada perhitungan standar biaya overhead pabrik
metode variabel costing menggunakan mekanisme penjatahan yang sama dengan
metode perusahaaan yaitu standar jam kerja harian karyawan, karena jumlah
produk yang dihasilkan sangat tergantung dari jumlah jam kerja harian karyawan.
Berdasarkan tabel diketahui bahwa pembebanan BOP variabel selama
periode analisis adalah sebesar Rp 1.747.011. dasar pembebanan terhadap biaya
overhead pabrik perusahaan adalah berdasarkan jam kerja harian karyawan
perusahaan yaitu delapan jam perhari, dengan besarnya biaya standar overhead
produksi variabel diperoleh dengan membagi pembebanan biaya overhead pabrik
pada kuantitas normal dengan jam standar karyawan, untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel di bawah berikut ini.
Tabel 34. Rekapitulasi BOP Standar per Unit Metode Variabel Costing NO Uraian Satuan Jumlah
1 Total Pembebanan BOP Rp 1.747.011
2 Standar Jam Kerja / Hari Jam 8
3 Biaya Standar BOP Rp / Jam 218.376,42
4 Unit Produk jadi Unit / Hari 4.169
5 Unit Produk jadi Unit / Jam 521,125
6 Biaya Standar BOP Rp / Unit 419,05
Rata-rata total unit produk yang dihasilkan menurut pengalaman
perusahaan selama satu tahun adalah sebesar 4.169 unit per hari produksi, dengan
standar jam kerja karyawan selama delapan jam per hari, sehingga diperoleh biaya
standar BOP per jam sebesar Rp 218.376,42. unit produk jadi yang dapat
dihasilkan perusahaan pada kuantitas normal per jam adalah 521 unit, sehingga
besar penetapan biaya standar per unit metode full costing adalah sebesar
Rp 419,- per unit.
Tabel 35. Prosedur Penetapan BOP Standar per Unit Metode Variabel Costing NO Uraian Satuan Jumlah
1 Total Pembebanan BOP Rp 1.747.011
2 Standar Jam Kerja / Hari Jam 8
3 Biaya Standar BOP Rp / Jam 218.376,42
4 Unit Produk jadi Hari 4.169
5 Unit Produk jadi Hari / Jam 521,125
6 Biaya Standar BOP Rp / Unit 419,05
6.2. Biaya Aktual
6.2.1. Biaya Aktual Metode Perusahaan
6.2.1.1. Biaya Aktual Bahan Baku
Biaya bahan baku aktual adalah biaya bahan baku yang sebenarnya
dikeluarkan untuk menghasilkan produk jadi. Bahan baku bagi pembuatan nata de
coco koktail adalah nata mentah lembaran. Sehingga biaya bahan baku aktual
pembuatan nata de coco koktail adalah biaya nata mentah lembaran yang
sebenarnya dikeluarkan untuk menghasilkan produk nata de coco koktail
(kemasan). Untuk mengetahui biaya bahan baku aktual, maka terlebih dahulu
harus mengetahui jumlah produk jadi (nata de coco koktail), dan jumlah bahan
baku yang digunakan. Pada periode analisis menggunakan pengamatan terhadap
produksi di PT Tonsu Wahana Tirta selama 15 hari. Sehingga jumlah produksi
nata de coco koktail (nata kemasan) selama 15 hari dapat dilihat seperti pada tabel
berikut.
Tabel 36. Produksi Aktual Nata de Coco Kemasan (Koktail) Selama 15 Hari
Pada Bulan November Tahun 2009
NO HARI
UNIT
PRODUK
(DUS)
UNIT
PRODUK
(CUP)
BERAT
PADAT PRODUK
(KG)
BERAT
B.BAKU
(KG)
BERAT
SISA
(KG)
SISA (%)
RENDEMEN (%)
1 1 55 1.320 97,68 117 19,32 16,51 83,49
2 2 177 4.248 314,352 362 47,65 13,16 86,84
3 3 399 9.576 708,624 748 39,38 5,26 94,74
4 4 208 4.992 369,408 399 29,59 7,42 92,58
5 5 72 1.728 127,872 144 16,13 11,20 88,80
6 6 133 3.192 236,208 262 25,79 9,84 90,16
7 7 130 3.120 230,88 246 15,12 6,15 93,85
8 8 342 8.208 607,392 666 58,61 8,80 91,20
9 9 258 6.192 458,208 524 65,79 12,56 87,44
10 10 199 4.776 353,424 371 17,58 4,74 95,26
11 11 408 9.792 724,608 783 58,39 7,46 92,54
12 12 377 9.048 669,552 738 68,45 9,27 90,73
13 13 389 9.336 690,864 760 69,14 9,10 90,90
14 14 185 4.440 328,56 370 41,44 11,20 88,80
15 15 218 5.232 387,168 406 18,83 4,64 95,36
TOTAL 3,550 85.200 6.304,8 6.896,00 591,20
RATA-RATA 237 5.680 420,32 459,73 39,41 9,15 90,85
Berdasarkan keterangan pada tabel diatas diketahui bahwa jumlah total
produksi aktual nata de koko koktail selama 15 hari adalah 85.200 cup atau setara
dengan 3.550 dus dengan rata-rata produksi harian adalah 5.680 cup atau 237 dus.
Untuk menelusuri jumlah bahan baku yang sebenarnya digunakan maka dilakukan
pendekatan hasil rendemen dengan mula-mula mengetahui jumlah produk sisa
hasil produksi. Perhitungan rendemen proses pembuatan Nata de Coco koktail
dapat dilakukan dengan membandingkan antara berat seluruh bahan baku hasil
output nata de coco koktail dengan berat bahan baku inputnya yaitu berat nata
mentah lembaran yang digunakan untuk membuat Nata de Coco koktail.
Bahan baku bagi proses pembuatan nata de coco koktail adalah nata
mentah lembaran, dimana pada penjelasan sebelumnya bahwa untuk mendapatkan
harga per unit nata mentah lembaran terlebih dahulu harus menghitung harga
pokok produksi per unit terlebih dahulu.
Berdasarkan data pada tabel produksi nata de coco (kemasan) pada bulan
November, diketahui bahwa rendemen aktual produksi nata de coco koktail adalah
90,85 %, sehingga kebutuhan bahan baku aktual bagi proses pembuatan Nata de
Coco adalah 459,73 Kg. pada perhitungan harga pokok produksi nata mentah
lembaran, rendemen produksi aktual nata mentah lembaran tidak jauh berbeda
dengan rendemen standar yaitu 90,3 %, sehingga kebutuhan air kelapa pada
rendemen aktual untuk memproduksi 459,73 nata mentah lembaran adalah
504,323 liter. Perhitungan harga pokok produksi aktual nata mentah lembaran
metode perusahaan dapat dilihat pada (lampiran 8), hasil rekapitulasi perhitungan
harga pokok produksi per unit nata mentah lembaran dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut
Tabel 37. Perhitungan Harga Pokok Produksi Per unit Aktual Pembuatan Nata
Mentah Lembaran Metode Perusahaan Rendemen 90,3% No Uraian Total Biaya (Rp)
1. Biaya Bahan Baku
• Air kelapa Untuk Bibit Nata 10.373
• Air kelapa Untuk Nata lembaran 128.880
Total Biaya Bahan Baku 139.252
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 97.056
3. Biaya Overhead Pabrik
• Biaya Bahan Penolong 90.280
• Biaya Bahan Bakar 30.333
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK 120.613
HARGA POKOK PRODUKSI 356.922
JUMLAH RATA-RATA UNIT PRODUK JADI (LEMBAR) 459,73
HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT 776,37
Berdasarkan tabel diatas diperoleh harga nata mentah lembaran aktual dari
perhitungan harga pokok produksi per unit adalah Rp 776,37 per unit. Kuantitas
rata-rata bahan baku bagi proses pembuatan Nata de Coco koktail selama pada
bulan November (rendemen 90,3%) adalah 459,73 lembar, sehingga biaya bahan
baku aktual menurut metode perhitungan perusahaan adalah Rp 356.922,- yang
diperoleh dari hasil perkalian harga bahan baku aktual Rp 776,37 per unit dengan
kuantitas bahan baku aktual sebesar 459,73 lembar.
Biaya bahan baku aktual nata de coco koktail adalah sama dengan harga
pokok produksi nata mentah lembaran yaitu Rp 356.922,- sedangkan harga aktual
bahan baku per unit sama dengan harga pokok produksi per unit nata mentah
mentah lembaran yaitu Rp 776,37 per unit.
6.2.1.2. Biaya Aktual Tenaga Kerja Langsung
1. Biaya aktual Upah Tenaga Kerja Langsung Proses Pembuatan Bibit
Nata Metode Perusahaan.
Biaya aktual upah tenaga kerja langsung metode perusahaan terdiri dari
tarif upah aktual dan kuantitas aktual. Biaya aktual perusahaan untuk proses
pengembangan bibit nata dari hasil biakan kultur murni merupakan hasil perkalian
tarif aktual tenaga kerja langsung per unit dengan kuantitas aktual produk bibit
selama bulan November. Kapasitas produksi pembuatan bibit nata selama 15 hari
pada bulan November tidak berbeda jauh dengan kapasitas standar, sehingga tarif
upah aktual dan biaya aktual tenaga kerja langsung menurut metode perusahaan
selama 15 hari pada bulan November tidak mengalami perubahan yaitu sebesar
Rp 217.391,-
2. Biaya Aktual Upah Tenaga Kerja Langsung Proses Pembuatan Nata
Mentah Lembaran Metode Perusahaan.
Biaya aktual perusahaan untuk pembuatan nata mentah lembaran
merupakan hasil perkalian tarif aktual tenaga kerja langsung per unit dengan
kuantitass rata-rata aktual produk bibit selama 15 hari pada bulan November.
Tarif aktual upah tenaga kerja langsung per unit yang ditetapkan perusahaan
selama periode analisis pada bulan November sama dengan tarif standar upah
tenaga kerja langsung yang ditetapkan perusahaan sebelumnya, yaitu sebesar tarif
standar Rp 48,62,-
Kuantitas aktual produksi nata mentah lembaran perusahaan didapatkan
berdasarkan kuantitas rata-rata perusahaan selama 15 hari pada bulan November.
berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kuantitas rata-rata aktual produksi nata
mentah lembaran per hari yang dihasilkan perusahaan adalah 459,73 lembar.
Sehingga, besarnya biaya aktual tenaga kerja langsung metode perusahaan adalah
Rp 22.352 yang diperoleh dari hasil perkalian tarif upah aktual Rp 48,62 dengan
kuantitas rata-rata aktual sebesar 459,73 lembar.
3. Biaya Aktual Upah Tenaga Kerja Langsung Proses Pembuatan Nata de
coco Koktail Metode perusahaan.
Biaya aktual perusahaan untuk pembuatan nata de coco koktail merupakan
hasil perkalian tarif aktual tenaga kerja langsung per unit dengan rata-rata
kapasitas aktual produk nata de coco koktail selama 15 hari pada bulan
November. Tarif aktual upah tenaga kerja langsung per unit yang ditetapkan
perusahaan selama periode analisis pada bulan November sama dengan tarif
standar upah tenaga kerja langsung yang ditetapkan perusahaan sebelumnya, yaitu
sebesar tarif standar Rp 3,59,-.
Kapasitas aktual produksi nata de coco koktail (kemasan) perusahaan
didapatkan berdasarkan kapasitas rata-rata perusahaan selama 15 hari pada bulan
November. Berdasarkan tabel produksi nata de coco perusahaan diketahui bahwa
rata-rata produksi nata de coco koktail per hari yang dihasilkan perusahaan adalah
5,680 cup. Sehingga, besarnya biaya aktual tenaga kerja langsung proses
pembuatan nata de coco koktail adalah Rp 20.391,- yang diperoleh dari hasil
perkalian tarif upah aktual tenaga kerja langsung pembuatan Nata de Coco koktail
dengan kapasitas aktual bahan baku sebesar 5.680 cup.
6.2.1.3. Biaya Aktual Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik pada PT Tonsu Wahana Tirta terdiri dari biaya
overhead pabrik tetap dan biaya overhead pabrik variabel (Lampiran 8). Biaya
overhead pabrik variabel terdiri dari biaya bahan penolong, serta biaya bahan
bakar (gas). Sedangkan biaya overhead pabrik tetap perusahaan terdiri dari biaya
listrik, biaya telpon serta biaya tenaga kerja karyawan tetap. Untuk selengkapnya
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 38. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Aktual
Metode Perusahaan
No Uraian Kategori Biaya / Produksi
(Rp)
1 Biaya Bahan Penolong BOP Variabel 2.446.819
2 Biaya Bahan Bakar BOP Variabel 65.000
3 Biaya Listrik BOP Tetap 5.769
4 Biaya Penyusutan Peralatan BOP Tetap 27.900
5 Biaya Penyusutan Bangunan BOP Tetap 4.767
6 Biaya Telpon BOP Tetap 5.769
7 Biaya Angkut B.Baku BOP Tetap 30.273
7 Biaya gaji Karyawan tetap BOP Tetap 96.154
TOTAL 2.682.451
Berdasarkan sifat biaya overhead pabrik yang merupakan biaya tak
langsung produk, dasar perhitungan dari besaran biaya ini dilakukan dengan
mekanisme penjatahan. Penjatahan pembebanan biaya overhead harus
menetapkan dasar kegiatan yang sama terhadap semua jenis produk yang
diproduksi oleh perusahaan tersebut, maka pada PT Tonsu Wahana Tirta yang
dijadikan standar pembebanan biaya overhead pabrik adalah standar jam kerja
harian karyawan, karena jumlah produk yang dihasilkan sangat tergantung dari
jumlah jam kerja harian karyawan.
Berdasarkan tabel diketahui bahwa pembebanan BOP aktual selama 15
hari pada bulan November adalah sebesar Rp 2.682.451,- Dasar pembebanan
terhadap biaya overhead pabrik aktual perusahaan adalah berdasarkan jam kerja
harian karyawan perusahaan yaitu delapan jam perhari dengan. Besarnya biaya
overhead produksi aktual diperoleh dengan membagi pembebanan biaya overhead
pabrik aktual pada kapasitas aktual dengan jam standar karyawan, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel di bawah berikut ini.
Tabel 39. Prosedur Penetapan Biaya Overhead Pabrik Aktual per Unit Metode
Perusahaan NO Uraian Satuan Jumlah
1 Total Pembebanan BOP Rp 2.682.451
2 Aktual Jam Kerja / Hari Jam 8
3 Biaya Aktual BOP / jam Rp / Jam 335.306,36
4 Unit Produk jadi / Hari Unit / Hari 5.680
5 Unit Produk jadi / jam Unit / Jam 710
6 Tarif Aktual BOP / Unit Rp / Unit 472,26
Rata-rata total unit produk yang dihasilkan perusahaan selama bulan
November adalah sebesar 5.680 cup nata de coco koktail perhari, dengan standar
jam kerja karyawan selama delapan jam per hari, sehingga diperoleh BOP aktual
per jam sebesar Rp 335.306,36. Unit produk jadi yang dapat dihasilkan
perusahaan pada kuantitas aktual per jam adalah 710 unit, sehingga besar BOP
aktual per unit oleh perusahaan adalah sebesar Rp 472,26,- per unit.
6.2.2. Biaya Aktual Metode Analisis
6.2.2.1. Biaya Aktual Bahan Baku
Proses penentuan biaya bahan baku aktual nata de coco koktail metode
analisis adalah dengan menghitung harga pokok produksi bibit nata terlebih
dahulu, dan selanjutnya harga pokok bibit per unit dibebankan terhadap harga
pokok proses pembuatan nata mentah lembaran. Diketahui bahwa selama periode
analisis bulan November, jumlah produksi bibit aktual tidak jauh berbeda dengan
yang telah ditetapkan sebelumnya, akan tetapi terjadi perbedaan pada biaya upah
pengerjaan bibit per unit.
Tabel 40. Perhitungan Harga Pokok Produksi Per unit Aktual Pembuatan Nata
Mentah Lembaran Metode Analisis Rendemen 90,3% No Uraian Total Biaya (Rp)
1. Biaya Bahan Baku 128.880
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 35.721
3. Biaya Overhead Pabrik
• Biaya Bahan Penolong 138.653
• Biaya Bahan Bakar 30.333
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK 168.986
HARGA POKOK PRODUKSI 333.587
JUMLAH RATA-RATA UNIT PRODUK JADI (LEMBAR) 459,73
HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT 725,62
Berdasarkan tabel diatas diperoleh harga nata mentah lembaran aktual per
unit adalah Rp 725,62,- per unit. Kuantitas bahan baku bagi proses pembuatan
nata de coco koktail pada bulan November (rendemen 90,85%) adalah 459,73
lembar, sehingga biaya bahan baku aktual menurut metode perhitungan analisis
adalah Rp 333.589,- yang diperoleh dari hasil perkalian harga bahan baku aktual
Rp 725,62 per unit dengan kuantitas bahan baku aktual sebesar 459,73 lembar.
6.2.2.2. Biaya Aktual Tenaga Kerja Langsung
1. Biaya Aktual Upah Tenaga Kerja Langsung Proses Pembuatan Bibit Nata
Metode Analisis.
Biaya aktual tenaga kerja langsung pembuatan bibit nata merupakan biaya
yang sesungguhnya dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja langsung
yang digunakan untuk memproduksi produk bibit nata. Biaya aktual tenaga kerja
langsung pada metode analisis terdiri dari tarif upah aktual yang diterima pekerja
dan kuantitas aktual produksi bibit selama 15 hari pada bulan November.
Penentuan tarif aktual tenaga kerja langsung pembuatan bibit pada metode
analisis menggunakan standar formula pengerjaan bibit yaitu formula standar
pengerjaan 20 liter bahan baku. Dengan formula standar pengerjaan bibit maka
akan ditelusuri waktu aktual pengerjaan pada setiap tahap pengerjaan selama 15
hari pada bulan November. Dari hasil pengamatan maka diperoleh waktu aktual
pengerjaan pembuatan bibit nata selama 15 hari pada bulan November (lampiran
17), rata-rata waktu aktual pengerjaan bibit pada formula standar untuk
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 41. Rata-rata Waktu Aktual Untuk Tiap Tahapan Proses Pengembangan
Bibit Nata
Teknik Proses (Formula 20 liter Air Kelapa)
Tahapan Proses Waktu Aktual (menit)
1. Penyiapan Alat 13
2. Penyiapan Bahan 13
3.Penyiapan dan Pencucian Botol 45
4. Penyaringan Air Kelapa 11
5. Penimbangan Bahan Kimia dan pengukuran air kelapa 17
6. Perebusan 48
7. Pemasukan ke dalam botol 22
8. Inokulasi Bibit 43
9. Fermentasi ( 6 hari)
TOTAL RATA-RATA WAKTU AKTUAL 212
Berdasarkan tabel diatas diketahui total rata-rata waktu aktual pengerjaan
bibit nata selama 15 hari pada bulan November yaitu 212 menit atau setara dengan
3,53 jam. Dalam penentuan tarif aktual digunakan dasar pembebanan yang sama
dengan metode standar yaitu standar upah harian tenaga kerja langsung sebesar
Rp 15.000,-, perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Hasil perhitungan diperoleh tarif aktual upah per unit tenaga kerja
langsung pembuatan bibit adalah sebesar Rp 38,71,- yang diperoleh dari hasil
perkalian besarnya pembebanan tarif upah tenaga kerja langsung per unit yaitu
sebesar Rp 405 dengan rata-rata waktu aktual pengerjaan per unit selama 0,10 jam
per unit.
Kuantitas aktual produksi pada metode analisis diperoleh berdasarkan rata-
rata produksi aktual perusahaan selama 15 hari pada bulan November. Rata-rata
produksi aktual pembuatan bibit nata tidak berbeda jauh dengan produksi standar
yaitu 69 botol bibit per hari. Sehingga biaya aktual upah tenaga kerja langsung
pembuatan bibit nata adalah Rp 2.670,99,- yang diperoleh dari hasil perkalian
antara tarif upah aktual sebesar Rp 38,71 per unit dengan kuantitas produksi
aktual yaitu 69 botol.
2. Biaya Aktual Upah Tenaga Kerja Langsung Proses Pembuatan Nata
Mentah Lembaran Metode Analisis
Penentuan tarif aktual tenaga kerja langsung pembuatan nata mentah
lembaran pada metode analisis menggunakan standar formula pengerjaan yaitu
formula standar pengerjaan 50 liter bahan baku. Dengan formula standar
pengerjaan nata mentah lembaran, maka akan ditelusuri waktu aktual pengerjaan
pada setiap tahap pengerjaan selama 15 hari pada bulan November. Dari hasil
pengamatan maka diperoleh waktu aktual pengerjaan pembuatan nata mentah
lembaran selama 15 hari pada bulan November (lampiran 18), rata-rata waktu
aktual pengerjaan nata mentah lembaran pada formula standar untuk selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 42. Rata-rata Waktu Aktual Untuk Tiap Tahapan Proses Pembuatan Nata
Mentah Lembaran Teknik Proses (formula 20 liter Air kelapa)
Tahapan Proses Waktu Standar (menit)
1. Penyiapan alat 19
2. Penyiapan bahan 14
3. Penyiapan dan pencucian Loyang 54
4. Penyaringan air kelapa 20
5. Penimbangan Bahan 20
6. Perebusan 46
7. Pemasukan dalam Loyang 48
8. Inokulasi bibit 38
9. Fermentasi (6 hari)
TOTAL RATA-RATA WAKTU AKTUAL 259
Berdasarkan tabel diatas diketahui total rata-rata waktu aktual pengerjaan
bibit nata selama 15 hari pada bulan November yaitu 259 menit atau setara dengan
4,32 jam. Dalam penentuan tarif aktual digunakan dasar pembebanan yang sama
dengan metode standar yaitu standar upah harian tenaga kerja langsung sebesar
Rp 15.000,-, perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Hasil perhitungan diperoleh tarif aktual upah per unit tenaga kerja
langsung pembuatan bibit adalah sebesar Rp 25,90,- yang diperoleh dari hasil
perkalian besarnya pembebanan tarif upah tenaga kerja langsung per unit yaitu
sebesar Rp. 300 dengan rata-rata waktu aktual pengerjaan per unit selama 0,09
jam per unit.
Kuantitas aktual produksi pada metode analisis diperoleh berdasarkan rata-
rata produksi aktual perusahaan selama 15 hari pada bulan November rata-rata
produksi aktual nata mentah lembaran adalah 459,73 lembar nata mentah,
sehingga biaya aktual yang dikeluarkan perusahaan selama bulan November
adalah Rp 11.907,- yang diperoleh dari hasil perkalian antara tarif upah aktual
sebesar Rp 25,90 dengan kuantitas produksi aktual sebesar 459,73 lembar.
3. Biaya Aktual Upah Tenaga Kerja Langsung Proses Pembuatan Nata de
coco Koktail Metode Analisis
Penentuan tarif aktual tenaga kerja langsung pembuatan nata mentah
lembaran pada metode analisis menggunakan standar formula pengerjaan yaitu
formula standar pengerjaan 10 Kg nata mentah, dengan menggunakan formula
standar pengerjaan, maka akan ditelusuri waktu aktual pengerjaan pada setiap
tahap pengerjaan selama 15 hari pada bulan November. Dari hasil pengamatan
maka diperoleh waktu aktual pengerjaan pembuatan Nata de Coco koktail selama
15 hari, rata-rata waktu aktual pengerjaan nata de coco koktail pada formula
standar 10 Kg untuk selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 43. Rata-rata Waktu Aktual Untuk Tiap Tahapan Proses Pembuatan Nata
de coco Koktail Teknik Proses (Formula 10 Kg Nata)
Tahapan Proses Waktu Aktual (menit)
1. Penyiapan Alat 16
2. Penyiapan Bahan 16
3. Pembersihan dan Pemotongan 32
4. Sortasi dan Grading 26
5. Netralisasi 59
6. Penimbangan Bahan Baku 17
7. Perebusan dan Pencampuran 63
8. Pembuatan Sirup 32
9. Pemasukan Bahan dalam Cup 37
10. Pengemasan 43
11. Pengepakan 33
TOTAL RATA-RATA WAKTU AKTUAL 374
Berdasarkan tabel diatas diketahui total rata-rata waktu aktual pengerjaan
pembuatan nata de coco koktail (kemasan) selama 15 hari pada bulan November
yaitu 374 menit atau setara dengan 6,23 jam. Dalam penentuan tarif aktual
digunakan dasar pembebanan yang sama dengan metode standar yaitu standar
upah harian tenaga kerja langsung sebesar Rp 15.000,-, perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada (lampiran 19).
Hasil perhitungan diperoleh tarif aktual upah per unit tenaga kerja
langsung pembuatan nata de coco koktail adalah sebesar Rp 5,13,- yang diperoleh
dari hasil perkalian besarnya pembebanan tarif upah tenaga kerja langsung per
unit yaitu sebesar Rp 111,- dengan rata-rata waktu aktual pengerjaan per unit
selama 0,05 jam per unit.
Kuantitas aktual produksi pada metode analisis diperoleh berdasarkan rata-
rata produksi aktual perusahaan selama 15 hari pada bulan November. Rata-rata
produksi aktual nata de coco koktail adalah 5.680 cup per harinya, sehingga biaya
aktual upah tenaga kerja langsung rata-rata yang dikeluarkan perusahaan untuk
proses pembuatan nata de coco koktail selama 15 hari pada bulan November
adalah Rp 29.138,- yang diperoleh dari hasil perkalian antara tarif upah aktual
Rp. 29.138,- dengan kuantitas produksi aktual Nata de Coco koktail metode
analisis sebesar 5.680 cup.
6.2.2.3. BOP Aktual
Perhitungan BOP aktual metode full costing terdiri dari biaya overhead
pabrik aktual tetap dan biaya overhead pabrik aktual variabel, biaya overhead
pabrik aktual variabel terdiri dari biaya aktual bahan penolong dan biaya aktual
bahan bakar, sedangkan biaya overhead pabrik aktual tetap terdiri dari biaya
penyusutan peralatan, penyusutan bangunan, biaya listrik, biaya telpon, dan biaya
gaji karyawan tetap bagian produksi. Hasil rekapitulasi perhitungan biaya
overhead pabrik aktual metode full costing dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
Tabel 44. Hasil Rekapitulasi Perhitungan Biaya Overhead Pabrik Aktual
Analisis Metode Full Costing No Uraian Kategori Biaya / Produksi (Rp)
1 Biaya Bahan Penolong BOP Variabel 2.356.540
2 Biaya Bahan Bakar BOP Variabel 65.000
3 Biaya Penyusutan Peralatan BOP Tetap 27.900
4 Biaya Penyusutan Bangunan BOP Tetap 4.767
4 Biaya Listrik BOP Tetap 5.769
5 Biaya Telpon BOP Tetap 5.769
6 Biaya Gaji Karyawan tetap BOP Tetap 19.231
TOTAL 2.484.976
Berdasarkan sifat biaya overhead pabrik yang merupakan biaya tak
langsung produk, dasar perhitungan dari besaran biaya ini dilakukan dengan
mekanisme penjatahan. Penjatahan pembebanan biaya overhead harus
menetapkan dasar kegiatan yang sama terhadap semua jenis produk yang
diproduksi oleh perusahaan tersebut, maka pada metode analisis mekasnisme
penjatahan menggunakan mekanisme penjatahan yang sama dengan metode
perusahaaan yaitu standar jam kerja harian karyawan, karena jumlah produk yang
dihasilkan sangat tergantung dari jumlah jam kerja harian karyawan.
Berdasarkan (Tabel 44) diketahui bahwa pembebanan BOP aktual full
costing selama 15 hari bulan November adalah sebesar Rp 2.484.976,- Dasar
pembebanan terhadap biaya overhead pabrik perusahaan adalah berdasarkan jam
kerja harian karyawan perusahaan yaitu delapan jam perhari, dengan besarnya
biaya overhead pabrik aktual produksi diperoleh dengan membagi pembebanan
biaya overhead pabrik pada kuantitas aktual dengan jam standar kerja karyawan,
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah berikut ini.
Tabel 45. Prosedur Penetapan BOP Aktual Analisis per Unit Metode Full
Costing. NO Uraian Satuan Jumlah
1 Total Pembebanan BOP Rp 2.484.976
2 Standar Jam Kerja / Hari Jam/hari 8
3 Biaya Aktual BOP Rp / Jam 310.622,05
4 Rata-rata Aktual Produk jadi Unit/ Hari 5.680
5 Rata-rata Aktual Produk jadi Unit / Jam 710
6 Biaya Aktual BOP Rp / Unit 437,50
Rata-rata total unit produk yang dihasilkan perusahaan selama 15 hari
pada bulan November adalah sebesar 5.680 unit (cup) per hari, dengan standar
jam kerja karyawan per hari adalah delapan jam, sehingga diperoleh BOP aktual
per jam sebesar Rp 310.622,05. unit produk jadi yang dapat dihasilkan perusahaan
pada kuantitas aktual per jam adalah 710 unit, sehingga besar penetapan BOP
aktual per unit metode analisis full costing adalah sebesar Rp 437,50 per unit.
Perhitungan biaya overhead pabrik metode variabel costing hanya terdiri
dari biaya overhead pabrik variabel, sehingga yang termasuk ke dalam biaya
overhead pabrik tetap tidak dimasukkan, biaya overhead pabrik variabel aktual
terdiri dari biaya bahan penolong dan biaya bahan bakar aktual. Hasil rekapitulasi
perhitungan biaya overhead pabrik aktual metode variabel costing dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut.
Tabel 46. Rekapitulasi BOP Aktual Analisis per Unit Metode Variabel
Costing. No Uraian Kategori Biaya / Produksi (Rp)
1 Biaya Bahan Penolong BOP Variabel 2.356.540
2 Biaya Bahan Bakar BOP Variabel 65.000
TOTAL 2.421.540
Rata-rata aktual produk yang dihasilkan selama 15 hari pada bulan
November adalah sebesar 5.680 unit per hari produksi, dengan standar jam kerja
karyawan selama delapan jam per hari, sehingga diperoleh BOP aktual per jam
sebesar Rp 302.692,50, rata-rata aktual unit produk jadi yang dapat dihasilkan
perusahaan pada kapasitas aktual per jam adalah 710 unit, sehingga besar
penetapan BOP aktual per unit metode variabel costing adalah sebesar
Rp 426,33,- per unit.
Tabel 47. Prosedur Penetapan BOP Aktual Analisis per Unit Metode Variabel
Costing. NO Uraian Satuan Jumlah
1 Total Pembebanan BOP Rp 2.421.540
2 Standar Jam Kerja / Hari Jam 8
3 Biaya Standar BOP Rp / Jam 302.692,50
4 Unit Produk jadi Hari 5.680
5 Unit Produk jadi Hari / Jam 710
6 Biaya Standar BOP Rp / Unit 426,33
6.3. Analisis Selisih Biaya
Selisih biaya merupakan perbedaan antara biaya standar yang ditetapkan
dengan biaya aktual yang terjadi sesunguhnya. perbandingan antara pengeluaran
yang sebenarnya dengan nilai standar produksi akan menunjukkan pengeluaran
yang lebih rendah atau lebih tinggi yang disebut penyimpangan, dengan cepat
penyimpangan akan menunjukkan hal-hal yang tidak beres, dan kemudian dapat
diambil tindakan perbaikan atau koreksi.
Analisis selisih biaya menunjukkan perbedaan antara biaya standar yang
telah ditetapkan sebelumnya terhadap biaya aktual. Seperti yang telah diketahui
bahwa penentuan biaya standar dalam penelitian ini, terdiri dari penentuan biaya
standar metode perusahaan dan metode analisis, sehingga analisis biaya yang akan
ditelusuri adalah analisis selisih biaya pada masing-masing metode, yaitu analisis
selisih biaya metode perusahaan dan analisis biaya metode analisis. Analisis biaya
metode perusahaan yaitu perbedaan antara biaya standar dan biaya aktual menurut
perhitungan perusahaan, sedangkan analisis selisih biaya metode analisis yaitu
perbedaan antara biaya standar dan biaya aktual menurut metode analisis. Analisis
selisih biaya yang akan ditelusuri meliputi selisih biaya bahan baku, selisih upah
tenaga kerja langsung, dan analisis selisih biaya overhead pabrik.
6.3.1. Analisis Selisih Biaya Metode Perusahaan
6.3.1.1. Analisis Selisih Biaya Bahan Baku
Selisih biaya bahan baku pada metode perusahaan merupakan perbedaan
antara biaya bahan baku yang telah ditetapkan (standar perusahaan) dengan biaya
aktual yang terjadi. Pada analisis selisih biaya bahan baku metode perusahaan
menggunakan model analisis tiga selisih (the three-way model), yaitu selisih
biaya dipecah menjadi tiga macam selisih, yaitu selisih harga bahan baku, selisih
kuantitas bahan baku, dan selisih gabungan. Perhitungan metode tiga selisih
dipilih dengan pertimbangan model tiga selisih menghasilkan informasi selisih
yang lebih teliti untuk pertanggungjawaban selisih.
Selain itu seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam
menentukan biaya standar dan biaya aktual bahan baku bagi proses produksi Nata
de Coco koktail adalah melalui perhitungan harga pokok produksi nata mentah
lembaran, dimana besarnya biaya bahan baku bagi proses pembuatan nata de coco
koktail adalah besarnya harga pokok produksi nata mentah lembaran, Sehingga
perlu dihitung besarnya selisih yang terjadi pada masing-masing metode yaitu
perbandingan antara besarnya selisih biaya pada perhitungan harga pokok
produksi standar nata mentah lembaran terhadap perhitungan harga pokok
produksi aktualnya.
1. Analisis Selisih Harga Bahan Baku
Analisis selisih harga bahan baku merupakan perbedaan antara harga
bahan baku aktual dengan harga bahan baku standar. Bahan baku bagi proses
pembuatan Nata de Coco koktail (kemasan) adalah nata mentah lembaran, sebagai
mana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam menentukan harga bahan
baku bagi proses pembuatan nata de coco koktail (kemasan) adalah dengan
mengetahui harga pokok produksi nata mentah lembaran.
Harga pokok produksi aktual nata mentah lembaran sangat dipengaruhi
biaya-biaya penyusun harga pokoknya. Pada periode analisis bulan November
harga-harga aktual penyusun biaya produksi nata mentah lembaran, seperti harga
air kelapa, harga bahan penolong, serta harga bahan bakar (LPG) tidak mengalami
perubahan. Perbedaan terjadi pada kuantitas bahan baku, bahan penolong, dan
bahan bakar, bagi proses pembuatan nata mentah lembaran, dikarenakan adanya
peningkatan permintaan terhadap nata de coco koktail, sehingga hal tersebut
mempengaruhi besarnya harga per unit nata mentah lembaran. Seperti diketahui
pada penjelasan sebelumnya bahwa harga pokok produksi per unit nata mentah
lembaran merupakan harga bahan baku per unit nata de coco koktail, sehingga
perbandingan harga standar dan aktual bahan baku nata de coco koktail per unit
metode perusahaan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 48. Perbandingan Biaya Standar dan Biaya Aktual Bahan Baku Nata de
Coco Koktail Per Unit Metode Perusahaan No Uraian Harga Standar (Rp) Harga Aktual (Rp)
1. Biaya Bahan Baku
• Air kelapa Untuk Bibit Nata 10.373 10.373
• Air kelapa Untuk Nata Lempeng 86.486 128.880
Total Biaya Bahan Baku 96.859 139.252
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung 74.999 97.056
3. Biaya Overhead Pabrik
• Biaya Bahan Penolong 66.555 90.280
• Biaya Bahan Bakar 17.333 30.333
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK 83.888 120.613
HARGA POKOK PRODUKSI 255.746 356.922
JUMLAH UNIT PRODUK JADI (LEMBAR) 308,506 459,73
HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT 828,98 776,37
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa terjadi perbedaan pada harga
pokok produksi standar per unit terhadap produksi aktual per unit metode
perusahaan, dimana terjadi peningkatan harga pokok produksi aktual dari harga
pokok produksi standar pada bulan November. Jumlah rata-rata produksi aktual
selama 15 hari pada bulan November mengalami peningkatan menjadi 459,73 unit
dari kuantitas standar 308,506 unit, sehingga harga pokok produksi aktual nata
mentah lembaran atau harga bahan baku aktual nata de coco koktail sebesar
Rp 776,37,- adalah lebih kecil dari harga bahan baku standar sebesar Rp 828,98,-
,hal ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya kapasitas produksi nata
menyebabkan harga pokok produksi atau harga bahan baku per unit turun.
Harga pokok produksi per unit nata mentah lembaran merupakan harga
bahan baku per unit Nata de Coco koktail. Dari perhitungan standar harga pokok
produksi nata mentah lembaran dan perhitungan harga pokok produsi aktual nata
mentah lembaran menghasilkan harga bahan baku yang berbeda, sehingga selisih
harga bahan baku menurut metode perhitungan tiga selisih adalah
Tabel 49. Selisih Harga Bahan Baku Nata de coco Koktail Metode Perusahaan SELISIH HARGA Jumlah (Rp)
Harga Standar / unit 828,98
Harga Aktual / unit 776,37
Nilai Selisih Rp / Unit 52,61
Kuantitas Standar (Unit) 308,506
Jumlah Selisih Harga (Rp) 16.230,50
Berdasarkan keterangan tabel diatas harga aktual bahan baku per unit
Rp 776,37,- adalah lebih rendah jika dibandingkan harga per unit pada penetapan
standar Rp 828,98, sehingga berdasarkan perhitungan metode tiga selisih, selisih
harga bahan baku adalah Rp 16.230,50. nilai selisih harga bahan baku tersebut
merupakan keuntungan yang diperoleh perusahaan karena adanya penurunan
harga bahan baku (harga pokok nata mentah lembaran) dari harga bahan baku
yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Selisih Jumlah Bahan Baku
Selisih jumlah bahan baku merupakan perbedaan antara bahan baku yang
sebenarnya digunakan untuk memproduksi Nata de Coco koktail dengan bahan
baku yang telah ditetapkan sebelumnya (bahan baku standar). Bahan baku
pembuatan nata de coco koktail adalah nata mentah lembaran. Untuk keperluan
analisis maka selisih jumlah ini akan diukur dalam satuan mata uang.
Seperti pada proses penentuan selisih harga bahan baku, penentuan selisih
jumlah bahan baku terlebih dahulu harus mengetahui jumlah bahan baku yang
sebenarnya dan jumlah bahan baku standar yang seharusnya dipakai. untuk
keperluan hal tersebut maka dilakukan pendekatan rendemen proses produksi,
jumlah bahan baku yang sebenarnya diperoleh dengan membagi berat bahan padat
produk akhir yaitu berat total nata pada produk akhir (Nata de Coco koktail)
dengan reindemen aktualnya. Jumlah bahan baku standar merupakan jumlah
bahan baku yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perusahaan.
Berdasarkan keterangan yang telah diketahui sebelumnya bahwa kuantitas
standar bahan baku adalah 308,506 unit, sedangkan kuantitas aktual bahan baku
yang diperoleh dari pendekatan rendemen aktual proses (90,85%) adalah 459,73
unit sehingga selisih kuantitas bahan baku adalah sebagai berikut pada tabel
berikut
Tabel 50. Selisih Kuantitas Bahan Baku Nata de coco Koktail Metode
Perusahaan SELISIH KUANTITAS Jumlah (Rp)
Kuantitas Standar 308,506
Kuantitas Aktual 459,73
Nilai Selisih -151,224
Harga Aktual 776,37
Jumlah Selisih Kuantitas -117.405,78
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hasil selisih antara kuantitas
standar dan kuantitas aktual adalah sebesar Rp 117.405,78 hasil selisih tersebut
merupakan defisit atau kerugian bagi perusahaan,. walaupun hasil selisih harga
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan, akan tetapi hasil selisih kuantitas
menghasilkan kerugian yang lebih besar jika dibandingkan keuntungan yang
diperolehnya. Pada perhitungan analisis selisih biaya bahan baku metode
perusahaan diketahui harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun
sebaliknya kuantitas standar lebih rendah dari kuantitas sesungguhnya, sehingga
selisih gabungan tidak akan terjadi.
6.3.1.2. Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung
Analisis selisih biaya tenaga kerja langsung merupakan perbedaan antara
biaya aktual tenaga kerja langsung dengan biaya standar tenaga kerja langsung
untuk memproduksi Nata de Coco koktail. Pada penentuan analisis selisih biaya
tenaga kerja langsung pada proses pembuatan Nata de Coco koktail metode
perusahaan di bedakan atas analisis selisih biaya tenaga kerja langsung proses
pembuatan nata bibit, pembuatan nata mentah lembaran, dan analisis selisih biaya
tenaga kerja langsung proses pengolahan nata mentah lembaran menjadi Nata de
Coco koktail.
Biaya tenaga kerja langsung metode perusahaan merupakan hasil perkalian
tarif upah per unit dengan kuantitas produksi. Metode perhitungan analisis selisih
biaya tenaga kerja langsung metode perusahaan menggunakan metode analisis
tiga selisih, dimana selisih dibedakan menjadi tiga yaitu selisih tarif, selisih
kuantitas, dan selisih gabungan.
Analisis selisih biaya tenaga kerja langsung proses pembuatan bibit
metode perusahaan adalah 0 dikarenakan tidak ada perbedaan antara tarif dan
kuantitas standar dengan tarif dan kuantitas aktual.
1. Analisis Selisih Biaya TKL Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran
Analisis selisih biaya tenaga kerja langsung proses pembuatan nata mentah
lembaran terdiri dari selisih tarif dan selisih kuantitas, pada selisih tarif tidak ada
ditemukan besarnya selisih atau selisih tarif upah pembuatan nata mentah
lembaran pada metode perusahaan adalah 0, dikarenakan tarif upah standar
pembuatan nata mentah lembaran tidak jauh berbeda dengan tarif upah pembuatan
nata mentah lembaran aktual. Selisih tarif upah TKL proses pembuatan nata
mentah lembaran metode perusahaan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
Tabel 51. Selisih Tarif Upah TKL Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran
Metode Perusahaan
SELISIH TARIF Jumlah (Rp)
Tarif Standar (Rp) 48,62
Tarif Aktual (Rp) 48,62
Nilai Selisih 0
Kuantitas Standar (Unit) 465,47
Selisih Tarif (Rp) 0,00
Selisih kuantitas pembuatan nata mentah lembaran metode perusahaan,
yaitu membandingkan antara kuantitas standar nata mentah lembaran terhadap
kuantitas aktualnya. Proses perhitungan selisih kuantitas dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut
Tabel 52. Selisih Kuantitas Bahan Baku Proses Pembuatan Nata Mentah
Lembaran Metode Perusahaan SELISIH KUANTITAS Jumlah (Rp)
Kuantitas Standar 308,506
Kuantitas Aktual 459,73
Nilai Selisih -151,224
Tarif Standar 48,62
Jumlah Selisih Kuantitas -7.352,51
Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil perhitungan analisis selisih
kuantitas menghasilkan selisih sebesar Rp 7.352,51 hasil selisih tersebut
merupakan kerugian bagi perusahaan dikarenakan dengan peningkatan kuantitas
aktual dari kuantitas standar, menghasilkan biaya tenaga kerja langsung yang
lebih besar dari biaya tenaga kerja langsung yang telah ditetapkan perusahaan
sebelumnya. Hasil selisih gabungan yang diperoleh dari hasil perhitungan adalah
0, hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
Tabel 53. Selisih Tarif / Kuantitas Upah TKL Proses Pembuatan Nata Mentah
Lembaran Metode Perusahaan SELISIH TARIF / KUANTITAS Jumlah (Rp)
Tarif Standar 48,62
Tarif Aktual 48,62
Selisih 0
Kuantitas Standar 308,506
Kuantitas Aktual 459,73
Selisih -151,224
Selisih Harga / Kuantitas 0
2. Analisis Selisih Biaya TKL Proses Pembuatan Nata de Coco Koktail
Analisis selisih biaya tenaga kerja langsung proses pembuatan nata de
coco koktail metode perusahaan terdiri dari selisih tarif dan selisih kuantitas, pada
selisih tarif tidak ada ditemukan besarnya selisih atau selisih tarif upah pembuatan
Nata de Coco koktail pada metode perusahaan adalah 0, dikarenakan tarif upah
standar pembuatan Nata de Coco koktail tidak jauh berbeda atau sama dengan
tarif upah pembuatan Nata de Coco koktail aktual. Selisih tarif upah TKL proses
pembuatan Nata de Coco koktail metode perusahaan dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut.
Tabel 54. Selisih Harga Bahan Baku Proses Pembuatan Nata de coco Koktail
Metode Perusahaan SELISIH TARIF Jumlah (Rp)
Tarif Standar 3,59
Tarif Aktual 3,59
Nilai Selisih 0
Kuantitas Standar 308,506
Selisih Tarif 0,00
Selisih kuantitas pembuatan Nata de Coco koktail metode perusahaan,
yaitu membandingkan antara kuantitas standar Nata de Coco koktail terhadap
kuantitas aktualnya. Proses perhitungan selisih kuantitas dapat dilihat pada Tabel
55
Tabel 55. Selisih Kuantitas Proses Pembuatan Nata de coco Koktail
SELISIH KUANTITAS Jumlah (Rp)
Kuantitas Standar 308,506
Kuantitas Aktual 459,73
Nilai Selisih -151,224
Tarif Standar 3,59
Jumlah Selisih Kuantitas -542,89
Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil perhitungan analisis selisih
kuantitas menghasilkan selisih sebesar Rp 542,89,- hasil selisih tersebut
merupakan kerugian bagi perusahaan dikarenakan dengan peningkatan kuantitas
aktual dari kuantitas standar, menghasilkan biaya tenaga kerja langsung yang
lebih besar dari biaya tenaga kerja langsung yang telah ditetapkan perusahaan
sebelumnya. Dari hasil perhitungan analisis gabungan diperoleh hasil selisih
kuantitas atau tarif adalah 0, hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 56
Tabel 56. Selisih Harga / Kuantitas Proses Pembuatan Nata de coco Koktail SELISIH TARIF / KUANTITAS Jumlah (Rp)
Tarif Standar 3,59
Tarif Aktual 3,59
Selisih 0
Kuantitas Standar 308,506
Kuantitas Aktual 459,73
Selisih -151,224
Selisih Harga / Kuantitas 0
6.3.1.3. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Analisis selisih biaya overhead pabrik adalah perbedaan tarif biaya
overhead pabrik yang dianggarkan dengan biaya aktual overhead pabrik pada
periode tertentu. Pada analisis selisih biaya overhead pabrik metode perusahaan
menggunakan dua metode analisis yaitu metode full costing dan variabel costing.
Perbandingan BOP standar dan BOP aktual dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut
Tabel 57. Perbandingan BOP Standar dan BOP Pembuatan Nata de Coco
Koktail Aktual Metode Perusahaan STANDAR AKTUAL
Uraian Satuan Jumlah Satuan Jumlah
Total Pembebanan BOP Rp 1.992.311 Rp 2.682.451
Standar Jam Kerja / Hari Jam 8 Jam 8
Pembebanan BOP / Jam Rp / Jam 249.038,88 Rp / Jam 335.306,38
Unit Produk jadi / Hari Unit / Hari 4.169 Unit / Hari 5.680
Unit Produk jadi / Jam Unit / Jam 521,125 Unit / Jam 710
Tarif Standar BOP / Unit Rp / Unit 477,89 Rp / Unit 472,26
Pada perhitungan analisis selisih biaya metode perusahaan dengan
pendekatan full costing adalah dengan model satu selisih, dalam model ini selisih
biaya overhead pabrik dihitung dengan cara mengurangi biaya overhead pabrik
aktual terhadap BOP standar yang dibebankan pada kuantitas aktual
Tabel 58. Perhitungan Selisih BOP Full Costing (satu selisih) Pembuatan Nata
de coco Koktail Metode Perusahaan Uraian Jumlah (Rp)
BOP Standar 2.682.451
BOP yang dibebankan
Unit Aktual / jam 710
Waktu Standar / Hari 8
Tarif Standar BOP / Unit 477,89
BOP yang Dibebankan 2.714.415
Selisih BOP -31.964
Biaya overhead pabrik yang dianggarkan pada satu kali produksi
perusahaan adalah Rp 2.682.451,-.Berdasarkan waktu standar per hari yaitu
delapan jam maka dari besarnya biaya overhead pabrik standar diperoleh tarif
standar BOP per unit yaitu Rp 477,89,- sehingga besarnya nilai BOP yang
dibebankan pada kuantitas aktual 710 unit adalah Rp 2.714.415.- besarnya selisih
BOP diperoleh dari hasil pengurangan BOP standar dengan BOP yang dibebankan
yaitu Rp 31.964.-
Nilai selisih tersebut merupakan kerugian bagi perusahaan sebesar
Rp 31.964. Hal itu menunjukkan bahwa pada BOP aktual pabrik untuk
menghasilkan unit aktual sejumlah 710 unit per jam masih terlalu besar, sehingga
perusahaan perlu meninjau kembali kuantitas bahan-bahan yang digunakan dalam
proses produksi.
Nilai selisih BOP metode perusahaan untuk kepentingan analisis juga
dihitung dengan metode variabel costing, yaitu untuk mengetahui besarnya
kerugian atau keuntungan perusahaan terhadap selisih biaya dinilai dari
pengeluaran biaya-biaya variabelnya, hasil selengkapnya dapat disimak pada tabel
sebagai berikut
Tabel 59. Selisih BOP Metode Variabel Costing Pembuatan Nata de coco
Koktail Metode Perusahaan Uraian Jumlah (Rp)
BOP Variabel Aktual 2.511.819
BOP Variabel Dibebankan
Unit Aktual / jam 710
Waktu Standar / hari 8
Tarif Standar BOP / Unit 442,22
BOP Variabel Dibebankan 2.511.809,60
Selisih BOP 9,40
Berdasarkan keterangan pada tabel, selisih yang disebabkan adanya
perbedaan biaya variabel aktual terhadap biaya variabel standar proses pembuatan
nata de coco koktail adalah Rp 9,40,- hal tersebut merupakan selisih yang positif
bagi perusahaan yaitu keuntungan yang diperoleh perusahaan dimana perusahaan
dapat menekan biaya variabelnya.
6.3.2. Analisis Selisih Biaya Metode Analisis
6.3.2.1. Analisis Selisih Biaya Bahan Baku
Selisih biaya bahan baku pada metode analisis merupakan perbedaan
antara biaya bahan baku yang telah ditetapkan (standar perusahaan) dengan biaya
aktual yang terjadi. Pada analisis selisih biaya bahan baku metode analisis
menggunakan model analisis tiga selisih (the three-way model), yaitu selisih biaya
dipecah menjadi tiga macam selisih, yaitu selisih harga bahan baku, selisih
kuantitas bahan baku, dan selisih gabungan. Perhitungan metode tiga selisih
dipilih dengan pertimbangan model tiga selisih menghasilkan informasi selisih
yang lebih teliti untuk pertanggungjawaban selisih.
Seperti yang telah diketahui bahwa dalam menghitung harga bahan baku
bagi proses pembuatan nata de coco koktail metode analisis adalah dengan
menghitung harga pokok produksi bibit nata terlebih dahulu, dan selanjutnya
harga pokok bibit per unit dibebankan terhadap harga pokok proses pembuatan
nata mentah lembaran. Diketahui bahwa selama periode analisis bulan November,
jumlah produksi bibit aktual tidak jauh berbeda dengan yang telah ditetapkan
sebelumnya, akan tetapi terjadi perbedaan pada biaya upah pengerjaan bibit per
unit. Perbandingan harga pokok produksi standar dan harga pokok produksi aktual
proses pembuatan nata mentah lembaran metode analisis dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut
Tabel 60. Perbandingan Harga Standar dan Harga Aktual Bahan Baku Nata de
Coco Koktail Per Unit Metode Analisis
No Uraian STANDAR (Rp) AKTUAL (Rp)
1 Biaya Bahan Baku 86.486 128.880
2 Biaya Tenaga Kerja Langsung 18.510 35.721
3 Biaya Overhead Pabrik
• Biaya Bahan Penolong 91.955 138.653
• Biaya Bahan Bakar 13.000 30.333
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK 104.955 168.986
HARGA POKOK PRODUKSI 209.951 333.587
JUMLAH UNIT PRODUK JADI (LEMBAR) 308,506 459,73
HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT 681 725,62
Berdasarkan hasil perbandingan harga pokok produksi nata mentah
lembaran, diketahui bahwa harga pokok produksi dan jumlah unit produk aktual
yang dihasilkan sama-sama lebih besar dari harga pokok produksi dan jumlah unit
produk standar, sehingga harga pokok produksi per unit aktual nata mentah
lembaran Rp 725,62 adalah lebih besar dari harga pokok produksi standar per
unitnya.
Harga pokok produksi per unit nata mentah lembaran merupakan harga
bahan baku per unit nata de coco koktail. Dari perhitungan standar harga pokok
produksi nata mentah lembaran dan perhitungan harga pokok produksi aktual nata
mentah lembaran menghasilkan harga bahan baku yang berbeda, sehingga selisih
harga bahan baku menurut metode perhitungan tiga selisih adalah sebagai berikut
Tabel 61. Selisih Harga Bahan Baku Pembuatan Nata de Coco Koktail Metode
Analisis SELISIH HARGA Jumlah (Rp)
Harga Standar / Unit (Rp) 681
Harga Aktual / Unit (Rp) 725,62
Nilai Selisih (Rp) -44,62
Kuantitas Standar (Cup) 308,506
Jumlah Selisih Harga (Rp) -13.765,54
Harga aktual bahan baku pembuatan Nata de Coco koktail atau harga
pokok produksi nata mentah lembaran adalah Rp 725,62,- adalah lebih besar dari
harga bahan baku yang telah ditetapkan sebelumnya Rp 681, sehingga jumlah
selisih harga yang dibebankan pada kuantitas standar produksi menghasilkan
selisih negatif Rp 13.756,54, nilai selisih tersebut merupakan kerugian bagi
perusahaan, dimana terjadi kenaikan kuantitas dan harga pokok produksi aktual
bahan baku yang melebihi dari standar yang telah ditetapkan, sehingga
menghasilkan harga bahan baku per unit aktual yang lebih besar dari harga per
unit bahan baku standar, hal tersebut disebabkan karena harga pokok produksi
aktual bahan baku menjadi terlalu besar akibat kenaikan kebutuhan bahan baku,
sehingga perusahaan perlu mempertimbangan biaya-biaya yang berkaitan dengan
bahan penolong, bahan bakar, serta biaya upah tenaga kerja langsung proses
pembuatan per unit.
Selisih jumlah bahan baku merupakan perbedaan antara bahan baku yang
sebenarnya digunakan unttuk memproduksi Nata de Coco koktail dengan bahan
baku yang telah ditetapkan sebelumnya (bahan baku standar). Bahan baku
pembuatan Nata de Coco koktail adalah nata mentah lembaran. Untuk keperluan
analisis maka selisih jumlah ini akan diukur dalam satuan mata uang. Perhitungan
selisih kuantitas bahan baku berdasarkan perhitungan analisis selisih kuantitas
diperoleh besarnya selisih sebagai berikut
Tabel 62. Selisih Kuantitas Bahan Baku Pembuatan Nata de Coco Koktail
Metode Analisis SELISIH KUANTITAS Jumlah (Rp)
Kuantitas Standar 308,506
Kuantitas Aktual 459,73
Nilai Selisih -151,224
Harga Aktual 681
Jumlah Selisih Kuantitas -102.983,54
Berdasarkan hasil perhitungan analisis diperoleh hasil yang negatif yaitu
Rp 102.983,54,- sehingga hal tersebut merupakan kerugian bagi perusahaan
dimana kuantitas aktual melebihi kuantitas yang telah ditetapkan sebelumnya,
kerugian yang timbul akibat selisih kuantitas bahan baku dinilai lebih besar dari
kerugian yang timbul akibat adanya selisih harga bahan baku. kenaikan jumlah
bahan baku yang dibutuhkan telah menyebabkan harga pokok aktual meningkat
melebihi harga pokok standar, tetapi tidak diikuti dengan efisiensi produksi
terutama dalam penentuan kuantitas bahan-bahan yang dipakai. Kerugian di
timbulkan akibat adanya selisih harga dan kuantitas metode analisis dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut.
Tabel 63. Selisih Harga / Kuantitas Bahan Baku Nata de Coco Koktail Metode
Analisis SELISIH HARGA / KUANTITAS Jumlah (Rp)
Harga Standar 681
Harga Aktual 725,62
Selisih -44,62
Kuantitas Standar 308,506
Kuantitas Aktual 459,73
Selisih -151,224
Selisih Harga / Kuantitas 6.747,61
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hasil selisih gabungan yang
disebabkan adanya selisih harga dan selisih kuantitas adalah sebesar
Rp 6.747,61,- hal itu merupakan nilai defisit atau kerugian bagi perusahaan,
kerugian terbesar disebabkan adanya selisih kuantitas bahan baku, sehingga
pembebanan terbesar menjadi tanggung jawab manajemen bagian produksi, hal-
hal yang perlu diperhatikan pada bagian produksi adalah tindakan koreksi
terhadap kuantitas bahan-bahan yang dibutuhkan terutama mengenai tingkat
efisiensi penggunaan bahan baku, bahan penolong, dan bahan bakar.
6.3.2.2. Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung
Selisih biaya tenaga kerja langsung metode analisis merupakan selisih
antara biaya tenaga kerja langsung aktual metode analisis dengan biaya tenaga
kerja langsung yang telah dianggarkan metode analisis. Pada metode analisis,
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam penentuan biayanya
menggunakan dasar pembebanan waktu standar pengerjaan terbaik yang dapat
dicapai.
Proses pengolahan air kelapa menjadi Nata de Coco koktail (kemasan)
pada perusahaan, terdiri dari proses pembuatan bibit nata, proses pembuatan nata
mentah lembaran dan pengolahan nata mentah lembaran menjadi nata de coco
koktail. Oleh karena itu penentuan selisih biaya metode analisis terdiri dari
penentuan besarnya selisih biaya upah tenaga kerja langsung pembuatan bibit
nata, pembuatan nata mentah lembaran, dan pembuatan Nata de Coco koktail.
1. Analisis Selisih Biaya Tenaga kerja Langsung Pembuatan Bibit Nata
Metode Analisis
Penentuan selisih biaya tenaga kerja langsung proses pembuatan bibit pada
metode analisis adalah menggunakan metode analisis tiga selisih, dimana selisih
biaya dipecah menjadi menjadi selisih tarif upah, selisih kuantitas, selisih tarif dan
kuantitas. Selisih tarif merupakan selisih antara tarif upah aktual terhadap tarif
upah yang telah ditetapkan sebelumnya, pembebanan terhadap tarif aktual dan
standar pada metode analisis yaitu menggunakan pembebanan tarif upah standar
harian tenaga kerja langsung yaitu Rp 15.000 per hari, sedangkan penentuan
besarnya tarif upah per unit menggunakan dasar pembebanan waktu pengerjaan.
Perbandingan Penentuan tarif upah tenaga kerja langsung proses pembuatan bibit
nata dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
Tabel 64. Perbandingan Tarif Upah TKL Proses Pembuatan Bibit Nata Metode
Analisis
Uraian Standar Aktual
Total waktu Produksi (Menit) 155 212
Total waktu Produksi (Jam) 2,58 3,53
Jumlah Unit Formula (unit) 37 37
Pembebanan Tarif (Rp/hari) 15.000 15.000
Pembebanan / Waktu pengerjaan (Rp) 5.806 4.245
Waktu / Unit (Jam/unit) 0,07 0,1
Tarif TKL 28,31 38,71
Berdasarkan tabel diatas besarnya tarif upah aktual TKL proses pembuatan
bibit nata adalah Rp 38,71 yaitu lebih besar dari penentuan tarif upah TKL yang
telah ditetapkan perusahaan sebelumnya yaitu Rp 28,31, hal ini disebabkan
adanya peningkatan jumlah waktu pengerjaan aktual dari waktu standar.
Perbandingan waktu pengerjaan proses pembuatan bibit aktual dan standar adalah
sebagai berikut.
Tabel 65. Perbandingan Waktu Pengerjaan Proses Pembuatan Bibit Nata Teknik Proses Pembuatan Bibit
Tahapan Proses
Waktu
Standar
(menit)
Waktu Aktual
(menit)
1. Penyiapan Alat 10 13
2. Penyiapan Bahan 10 13
3. Penyiapan dan Pencucian Botol 30 45
4. Penyaringan Air Kelapa 15 11
5. Penimbangan Bahan Kimia dan Pengukuran Air Kelapa 15 17
6. Perebusan 30 48
7. Pemasukan ke Dalam Botol 15 22
8. Inokulasi Bibit 30 43
9. Fermentasi (6 hari)
TOTAL WAKTU PRODUKSI (menit) 155 212
Total waktu rata-rata proses pembuatan bibit nata selama 15 hari pada
bulan November adalah 212 menit yaitu 57 menit melebihi waktu yang telah
ditetapkan sebelumnya yaitu 155 menit, sehingga besarnya selisih tarif proses
pembuatan nata bibit pada metode analisis dapat dilihat pada Tabel 66
Tabel 66. Selisih Tarif Upah TKL Pembuatan Bibit Nata Metode Analisis SELISIH TARIF Jumlah (Rp)
Tarif Standar / unit 28,31
Tarif Aktual / unit 38,71
Nilai Selisih -10,4
Kuantitas Standar 69
Jumlah Selisih Tarif -717,60
Tarif upah TKL aktual pembuatan bibit nata pada metode analisis adalah
Rp 38,71 yaitu melebihi tarif standar yang telah ditetapkan, sehingga selisih tarif
upah menghasilkan nilai negatif, yaitu Rp 717,60, hal tersebut merupakan
kerugian bagi perusahaan yang disebabkan adanya kelebihan waktu pengerjaan
bibit nata dari standar yang telah ditetapkan. Kelebihan waktu tersebut
menyebabkan naiknya biaya upah per unit, sehingga hal tersebut harus menjadi
tanggung jawab bagian produksi dalam hal menangani efisiensi waktu pengerjaan
pada tiap proses pembuatan nata bibit.
Berdasarkan perbandingan waktu pengerjaan terjadi beberapa
penyimpangan waktu aktual terhadap waktu standar, kecuali proses tahap
penyaringan air kelapa. Hal yang harus menjadi perhatian pihak yang bertanggung
jawab pada bagian produksi terhadap waktu proses pembuatan nata bibit adalah
terutama terhadap waktu persiapan dan pencucian botol, waktu perebusan, serta
waktu inokulasi. Selisih kuantitas merupakan tanggung jawab manajemen bagian
produksi, dimana waktu pengerjaan sangat dipengaruhi kuantitas produksi yang
dibebankan terhadap jumlah buruh bagian produksi. selisih kuantitas proses
pembuatan bibit nata metode analisis dapat dilihat seperti pada Tabel 67 berikut
Tabel 67. Selisih Kuantitas Proses Pembuatan Bibit Nata Metode Analisis
SELISIH KUANTITAS Jumlah (Rp)
Kuantitas Standar 69
Kuantitas Aktual 69
Nilai Selisih 0
Tarif Aktual 38,71
Jumlah Selisih Kuantitas 0,00
Berdasarkan keterangan pada tabel diatas diketahui bahwa tidak terdapat
perbedaan antara kuantitas produksi aktual terhadap kuantitas produksi pembuatan
bibit nata standar, sehingga selisih kuantitas menghasilkan nilai nol, atau dapat
disimpulkan bahwa bagian produksi bibit nata dapat mengatur efisiensi produksi
bibitnya untuk kebutuhan pembuatan nata mentah lembaran. Hasil selisih
gabungan juga menghasilkan nilai 0, sehingga tidak terdapat besarnya selisih
gabungan yang menjadi tanggung jawab manajemen bagian produksi.
2. Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung Pembuatan Nata Mentah
Lembaran Metode Analisis
Analisis selisih biaya tenaga kerja langsung pembuatan nata mentah
lembaran menggunakan analisis tiga selisih, dimana selisih biaya dibedakan atas
selisih tarif, selisih kuantitas, dan selisih gabungan tarif kuantitas. Dasar
penentuan tarif upah pembuatan nata mentah lembaran pada metode analisis sama
seperti dasar penentuan upah pada pembuatan bibit nata yang telah dijelaskan
sebelumnya. Besarnya selisih tarif upah pengerjaan nata mentah lembaran dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut
Tabel 68. Selisih Tarif Pembuatan Nata Mentah Lembaran Metode Analisis
SELISIH TARIF Jumlah (Rp)
Tarif Standar / Unit 20
Tarif Aktual / Unit 25,9
Nilai Selisih -5,9
Kuantitas Standar 308,506
Jumlah Selisih Tarif -1.820,19
Pada penjelasan sebelumnya diketahui bahwa tarif dan kuantitas standar
masing-masing lebih rendah dari tarif dan kuantitas aktual, sehingga besarnya
selisih tarif menurut metode analisis tiga selisih adalah Rp 1.820,19,- besarnya
selisih tersebut merupakan defisit atau kerugian bagi perusahaan, tarif aktual
menjadi lebih besar dikarenakan adanya penyimpangan waktu pengerjaan proses
pembuatan nata mentah lembaran, dimana waktu aktual menjadi lebih besar dari
waktu standar. Hasil perbandingan waktu standar dan waktu aktual proses
pembuatan nata mentah lembaran dapat disimak pada tabel sebagai berikut
Tabel 69. Perbandingan Waktu Pengerjaan Proses Pembuatan Nata Mentah
Lembaran
Teknik Proses
Tahapan Proses Waktu Standar (menit) Waktu Aktual (menit)
1. Penyiapan alat 10 19
2. Penyiapan bahan 10 14
3. Penyiapan dan pencucian loyang 45 54
4. Penyaringan air kelapa 15 20
5. Penimbangan Bahan 15 20
6. Perebusan 30 46
7. Pemasukan dalam loyang 45 48
8. Inokulasi bibit 30 38
9. Fermentasi (6 hari)
TOTAL 200 259
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa waktu aktual proses pengerjaan
nata mentah lembaran, adalah lebih besar dari standar yang telah ditetapkan,
sehingga hal tersebut patut menjadi perhatian pihak manajemen produksi,
terutama terhadap tahapan proses yang memilki jumlah penyimpangan waktu
paling besar, terutama terhadap waktu perebusan bahan. Adanya penyimpangan
waktu yang melebihi standar menyebabkan tarif upah ikut menjadi lebih besar.
Selisih kuantitas merupakan tanggung jawab manajemen bagian produksi,
dimana waktu pengerjaan sangat dipengaruhi kuantitas produksi yang dibebankan
terhadap jumlah buruh bagian produksi. selisih kuantitas proses pembuatan nata
mentah lembaran metode analisis dapat dilihat seperti pada tabel berikut
Tabel 70. Selisih Kuantitas Proses Pembuatan Nata Mentah lembaran Metode
Analisis SELISIH KUANTITAS Jumlah (Rp)
Kuantitas Standar 308,506
Kuantitas Aktual 459,73
Nilai Selisih -151,224
Tarif Standar 20
Jumlah Selisih Kuantitas -3.024,48
Pada selisih kuantitas diketahui bahwa kuantitas aktual 459,73 unit
meningkat melebihi kuantitas standar yang telah ditetapkan, sehingga berdasarkan
analisis selisih dengan tarif upah standar pengerjaan per unit diperoleh hasil
analisis yang negatif, sebesar Rp 3.024,48 nilai tersebut merupakan defisit atau
kerugian bagi perusahaan, karena adanya tambahan kuantitas menyebabkan biaya
upah yang dikeluarkan oleh perusahaan menjadi lebih besar dari standar yang
telah ditetapkan. Pada analisis gabungan yaitu untuk melihat besarnya keuntungan
atau kerugian yang ditimbulkan akibat timbulnya selisih terhadap tarif dan
kuantitas, hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
Tabel 71. Selisih Harga/Kuantitas Proses Pembuatan Nata Mentah Lembaran
Metode Analisis
SELISIH HARGA / KUANTITAS Jumlah (Rp)
Tarif Standar 20
Tarif Aktual 25,9
Selisih -5,9
Kuantitas Standar 308,506
Kuantitas Aktual 459,73
Selisih -151,224
Selisih Tarif / Kuantitas 892,22
Berdasarkan pada tabel diketahui bahwa tarif upah TKL dan kuantitas
standar memiliki nilai yang lebih kecil dari tarif upah dan kuantitas yang
sebenarnya, sehingga besarnya selisih yang timbul akibat adanya perbedaan kedua
hal tersebut adalah Rp 892,22, hal tersebut merupakan defisit atau kerugian bagi
perusahaan, yang disebabkan adanya kelebihan waktu pengerjaan dari standar
yang telah ditetapkan. Kelebihan waktu tersebut menyebabkan naiknya biaya
upah per unit, sehingga hal tersebut harus menjadi tanggung jawab bagian
produksi dalam hal menangani efisiensi waktu pengerjaan pada tiap proses
pembuatan nata mentah lembaran.
3. Analisis Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung Pembuatan Nata de coco
Koktail Metode Analisis
Analisis selisih biaya tenaga kerja langsung pembuatan Nata de Coco
koktail metode analisis menggunakan analisis tiga selisih, dimana selisih biaya
dibedakan atas selisih tarif, selisih kuantitas, dan selisih gabungan tarif kuantitas.
Dasar penentuan tarif upah pembuatan Nata de Coco koktail pada metode analisis
sama seperti dasar penentuan upah pada pembuatan bibit nata yang telah
dijelaskan sebelumnya. Besarnya selisih tarif upah pengerjaan nata mentah
lembaran dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
Tabel 72. Selisih Tarif Upah TKL Proses Pembuatan Nata de Coco Koktail
Metode Analisis SELISIH TARIF Jumlah (Rp)
Tarif standar / unit 3,98
Tarif Aktual / unit 5,13
Nilai Selisih -1,15
Kuantitas Standar 4.169
Jumlah Selisih Tarif -4.794,35
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa tarif aktual upah TKL proses
pembuatan Nata de coco koktail lebih besar dari upah standar yang telah
ditetapkan perusahaan sebelumnya, perbedaan tarif tersebut menyebabkan
perusahaan membayar lebih banyak upah dari standar yang telah ditetapkan.
Kenaikan tarif tersebut disebabkan waktu aktual pengerjaan melebihi waktu
standar, sehingga waktu aktual yang dibebankan terhadap penetapan tarif upah
per unit menjadi lebih besar dari tarif upah standar, oleh karena itu hal ini harus
menjadi perhatian manajemen produksi terutama terhadap efisiensi penggunaan
waktu pengerjaan proses. Selisih waktu proses pengerjaan Nata de Coco koktail
dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
Tabel 73. Perbandingan Waktu Pengerjaan Proses Pembuatan Nata de coco
Koktail Teknik Proses
Tahapan Proses Waktu Standar
(menit)
Waktu Aktual
(menit)
1. Penyiapan Alat 10 16
2. Penyiapan Bahan 10 16
3. Pembersihan dan Pemotongan 30 32
4. Sortasi dan Grading 15 26
5. Netralisasi 60 59
6. Penimbangan Bahan Baku 10 17
7. Perebusan dan Pencampuran 60 63
8. Pembuatan Sirup 20 32
9. Pemasukan Bahan dalam Cup 30 37
10. Pengemasan 30 43
11. Pengepakan 15 33
TOTAL 290 374
Perbedaan total waktu aktual proses pembuatan nata de coco koktail
adalah 84 menit dari total waktu standar, selisih waktu paling banyak terjadi pada
tahapan pengepakan, pengemasan, pembuatan sirup, dan sortasi. Selisih waktu
telah menyebabkan kenaikan tarif upah pengerjaan per unit, sehingga
menyebabkan perusahaan mengeluarkan biaya upah pengerjaan lebih besar dari
seharusnya yang dianggarkan. Jumlah tenaga kerja borongan perusahaan pada
proses pembuatan Nata de Coco koktail adalah 10 orang, efisiensi waktu
pengerjaan dinilai kurang baik, sehingga bagian manajemen produksi seharusnya
memperhatikan waktu efektif setiap karyawan produksi.
Selisih kuantitas merupakan tanggung jawab manajemen bagian produksi,
dimana waktu pengerjaan sangat dipengaruhi kapasitas produksi yang dibebankan
terhadap jumlah buruh bagian produksi. selisih kuantitas proses pembuatan Nata
de Coco koktail metode analisis dapat dilihat seperti pada tabel berikut
Tabel 74. Selisih Kuantitas Proses Pembuatan Nata de Coco Koktail Metode
Analisis
SELISIH KUANTITAS Jumlah (Rp)
Kuantitas Standar 4.169
Kuantitas Aktual 5.680
Nilai Selisih -1.511
Tarif Standar 3,98
Jumlah Selisih Kuantitas -6.013,78
Selama bulan November terjadi peningkatan permintaan terhadap nata de
coco koktail, sehingga jumlah kuantitas produksi aktual melebihi kuantitas standar
perusahaan. Menurut metode analisis selama bulan November telah terjadi
perubahan tarif upah per unit, akibat adanya perubahan waktu dari standar yang
telah ditetapkan, sehingga perusahaan harus membayar biaya upah pembuatan
bibit melebihi biaya yang seharusnya. Peningkatan jumlah produksi tanpa
diimbangi efisiensi waktu pengerjaan telah menyebabkan perusahaan mengalami
kerugian sebesar jumlah selsisih kuantitas yaitu Rp 6.013,78. kerugian tersebut
merupakan tanggung jawab manajemen bagian produksi, terutama dalam
mengatur tingkat efisiensi waktu tenaga kerja misalnya dengan memberikan
keterampilan, pelatihan, serta teknik pengerjaan yang lebih efektif. jumlah
keuntungan ataupun kerugian perusahaan menurut metode analisis dapat dilihat
dari Tabel 75 berikut
Tabel 75. Selisih Harga / Kuantitas Proses Pembuatan Nata de coco Koktail
Metode Analisis SELISIH HARGA / KUANTITAS Jumlah (Rp)
Tarif Standar 3,98
Tarif Aktual 5,13
Selisih -1,15
Kuantitas Standar 4.169
Kuantitas Aktual 5.680
Selisih -1.511
selisih Tarif / Kuantitas 1.737,65
Berdasarkan tabel diatas jumlah tarif dan kuantias aktual memiliki nilai
yang lebih besar jika dibandingkan tarif dan kuantitas standar, peningkatan
kuantitas tanpa di imbangi dengan efisiensi waktu pengerjaan telah menyebabkan
kenaikan tarif upah per unit, sehingga hal tersebut telah menyebabkan kerugian
perusahaan sebesar Rp 1.737,65. kerugian tersebut dapat ditangani jika
perusahaan dapat meningkatkan efisiensi waktu pengerjaan pada setiap tahap
proses produksi, misalnya dengan memberikan pelatihan, peningkatan
keterampilan pengerjaan, atau pengaturan jumlah karyawan pada di tiap tahap
proses pengerjaan.
6.3.2.3. Analisis Selisih Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Analisis selisih biaya overhead pabrik adalah perbedaan tarif biaya
overhead pabrik yang dianggarkan dengan biaya aktual overhead pabrik pada
periode tertentu. Pada analisis selisih biaya overhead pabrik metode analisis
menggunakan dua metode perhitungan yaitu metode full costing dan variabel
costing. Perbandingan BOP standar dan BOP aktual metode analisis dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut.
Tabel 76. Perbandingan BOP Standar dan BOP Pembuatan Nata de coco Koktail
Aktual Metode Analisis
NO Uraian Satuan Standar Aktual
1 Total Pembebanan BOP Rp 1.810.448 2.484.976
2 Standar Jam Kerja / Hari Jam 8 8
3 Biaya Standar BOP Rp / Jam 226.305,97 310.622,05
4 Unit Produk jadi Hari 4.169 5.680
5 Unit Produk jadi Hari / Jam 521,125 710
6 Biaya Standar BOP Rp / Unit 434,26 437,5
Dari hasil perbandingan diketahui bahwa BOP aktual memiliki nilai yang
lebih besar dari BOP yang telah dianggarkan, pada perhitungan analisis selisih
biaya metode perusahaan dengan pendekatan full costing adalah dengan model
satu selisih, dalam model ini selisih biaya overhead pabrik dihitung dengan cara
mengurangi biaya overhead pabrik aktual terhadap BOP standar yang dibebankan
pada kuantitas aktual
Tabel 77. Perhitungan Selisih BOP Full Costing (satu selisih) Pembuatan Nata
de Coco Koktail Metode Analisis Uraian Jumlah (Rp)
BOP Standar 1.810.448
BOP yang dibebankan
Unit Aktual 710
Waktu Standar 8
Tarif Standar BOP / Unit 434,26
BOP yang dibebankan 2.466.597
Selisih BOP -656.149
Biaya overhead pabrik standar pada satu kali produksi perusahaan adalah
Rp 1.810.448,-.Berdasarkan waktu standar per hari yaitu delapan jam kerja, maka
dari besarnya biaya overhead pabrik standar diperoleh tarif standar BOP per unit
yaitu Rp 477,89,- sehingga besarnya nilai BOP yang dibebankan pada kuantitas
aktual 710 unit adalah Rp 2.466.597.- besarnya selisih BOP diperoleh dari hasil
pengurangan BOP standar dengan BOP yang dibebankan yaitu Rp 656.149.-
Nilai selisih tersebut merupakan kerugian bagi perusahaan sebesar
Rp 656.149,-. Hal itu menunjukkan bahwa pada produksi aktual biaya overhead
pabrik untuk menghasilkan unit aktual sejumlah 710 unit masih terlalu besar,
sehingga perusahaan perlu meninjau kembali kuantitas bahan-bahan yang
digunakan dalam proses produksi.
Nilai selisih BOP metode perusahaan untuk kepentingan analisis juga
dihitung dengan metode variabel costing, yaitu untuk mengetahui besarnya
kerugian atau keuntungan perusahaan terhadap selisih biaya dinilai dari
pengeluaran biaya-biaya variabelnya, hasil selengkapnya dapat disimak pada tabel
sebagai berikut
Tabel 78. Selisih BOP Metode Variabel Costing Pembuatan Nata de Coco
Koktail Metode Analisis BOP Variabel Aktual 2.421.540
BOP Variabel Dibebankan
Unit Aktual 710
Waktu Standar 8
Tarif Standar BOP / Unit 419,05
BOP Variabel Dibebankan 2.380.204.
Selisih BOP 41.336.
Berdasarkan keterangan pada tabel, selisih yang disebabkan adanya
perbedaan biaya variabel aktual terhadap biaya variabel standar proses pembuatan
nata de coco koktail adalah Rp 41.336.,- hal tersebut merupakan selisih yang
negatif bagi perusahaan yaitu kerugian yang diperoleh perusahaan dimana
perusahaan tidak dapat menekan biaya variabelnya terutama biaya aktual bahan
penolong.
VII. ANALISIS BIAYA DAN PENGENDALIAN BUDJET
7.1. Harga Jual Nata de coco Koktail (Nata Kemasan)
Harga jual suatu produk terbentuk dipasar sebagai interaksi antara jumlah
permintaan dan penawaran pasar. Namun manajemen puncak memerlukan
informasi biaya untuk memperhitungkan konsekuensi laba dari setiap alternatif
harga jual yang terbentuk dipasar. Harga jual nata de coco koktail dari PT Tonsu
Wahana Tirta adalah berdasarkan harga jual yang terbentuk dipasar, sehingga
perusahaan bertindak sebagai penerima harga (Price Taker). Harga jual produk
yang diterima perusahaan untuk nata de coco koktail kemasan 220 ml Rp 1.000,-
ke konsumen langsung, dan Rp 800 ke pedagang grosir atau pengecer. Harga jual
nata de coco koktail pada bulan november yang ditetapkan perusahaan sama
dengan harga pasar yaitu Rp 1.000,- dan Rp 800,- ke pedagang grosir atau
pengecer. Saluran pemasaran pada perusahaan yaitu produk dijual langsung ke
pedagang grosir atau pengecer.
7.2. Harga Pokok Penjualan
7.2.1. Harga Pokok Penjualan Metode Perusahaan
Harga pokok perusahaan terdiri dari biaya produksi dan biaya non
produksi. Besar kecilnya harga pokok penjualan yang akan dibebankan kepada
unit produk sangat tergantung dari besar kecilnya biaya-biaya penyusun harga
pokok tersebut. Untuk perusahaan yang bersifat price taker besar kecilnya
keuntungan perusahaan sangat tergantung dari besar kecilnya harga pokok
produksinya. Harga pokok perusahaan terdiri dari harga pokok standar dan harga
pokok aktual. Harga pokok produksi standar merupakan harga pokok yang
dianggarkan perusahaan untuk memproduksi sejumlah unit produk, sedangkan
harga pokok produksi aktual perusahaan merupakan harga pokok yang sebenarnya
terjadi selama periode produksi. Rekapitulasi harga pokok penjualan standar
perusahaan adalah seperti pada tabel sebagai berikut
Tabel 79. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Standar Nata de coco Koktail
PT Tonsu Wahana Tirta Metode Perusahaan I Biaya Produksi Keterangan Jumlah (Rp)
1 Biaya Bahan Baku 75.804
2 Biaya TKL 224.666
3 BOP
BOP Variabel
Biaya Bahan Penolong 1.796.229
Biaya Bahan Bakar 34.667
Total BOP Variabel 1.830.896
BOP Tetap
Biaya Listrik 5.769
B. Penyusutan Peralatan 27.900
B.Penyusutan Bangunan 4.767
Biaya Telpon 5.769
Biaya Angkut 21.056
B. Gaji Karyawan Tetap 96.154
Total BOP Tetap 161.415
Total BOP 1.992.311
Harga Pokok Produksi 2.292.780
Unit Produksi Standar 4.169
Harga Pokok Produksi / Unit 550
II Biaya Non Produksi
Biaya Administrasi 5.769
Harga Pokok Penjualan 2.298.549
Harga Pokok Penjualan / Unit 551
Harga pokok penjualan standar nata de coco koktail per unit metode
perusahaan adalah Rp 551,- sedangkan harga pokok produksi per unit standar
perusahaan berdasarkan perhitungan harga pokok metode perusahaan adalah
Rp 550,- harga pokok per unit diperoleh berdasarkan total harga pokok dibagi unit
produksi standar perusahaan yaitu 4.169 cup nata de coco koktail per hari.
Besarnya harga pokok aktual perusahaan merupakan harga pokok yang
sebenarnya diterima perusahaan selama 15 hari pada bulan November atas biaya-
biaya aktualnya selama periode analisis, perhitungan harga pokok aktual
perusahaan dihitung dengan metode perusahaan dapat dilihat pada tabel sebagai
berikut
Tabel 80. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Aktual Nata de coco Koktail
PT Tonsu Wahana Tirta Metode Perusahaan I Biaya Produksi Keterangan Jumlah (Rp)
1 Biaya Bahan Baku 108.982
2 Biaya TKL 300.098
3 BOP
BOP Variabel
Biaya Bahan Penolong 2.446.819
Biaya Bahan Bakar 65.000
Total BOP Variabel 2.511.819
BOP Tetap
Biaya Listrik 5.769
B. Penyusutan Peralatan 27.900
B.Penyusutan Bangunan 4.767
Biaya Telpon 5.769
Biaya Angkut 30.273
B. Gaji Karyawan Tetap 96.154
Total BOP Tetap 170.632
Total BOP 2.682.451
Harga Pokok Produksi 3.091.531
Unit Produksi Aktual 5.680
Harga Pokok Produksi / unit 544
II Biaya Non Produksi
Biaya Administrasi 5.769
Harga Pokok Penjualan 3.097.300
Harga Pokok Penjualan / Unit 545
Berdasarkan tabel diketahui bahwa harga pokok produksi per unit nata de
coco koktail aktual metode perusahaan adalah Rp 544,- sedangkan harga pokok
penjualan per unit diketahui adalah Rp 545,- per unit.
7.2.2. Harga Pokok Penjualan Metode Analisis
Harga pokok penjualan metode analisis terdiri dari penentuan harga pokok
standar dan harga pokok aktual, Harga pokok standar metode analisis merupakan
harga pokok perusahaan yang dianggarkan dengan teknik perhitungan analisis.
Harga pokok penjualan terdiri dari biaya produksi dan biaya non produksi.
Perhitungan harga pokok penjualan standar nata de coco koktail metode analisis,
terdiri dari perhitungan metode full costing dan variabel costing. Perhitungan
harga pokok penjualan metode full costing dapat dilihat pada (Tabel 81) sebagai
berikut
Tabel 81. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Standar Nata de coco Koktail
PT Tonsu Wahana Tirta Metode Full Costing I Biaya Produksi Keterangan Jumlah (Rp)
1 Biaya Bahan Baku 230.472
2 Biaya TKL 165.926
3 BOP
BOP Variabel
Biaya Bahan Penolong 1.729.678
Biaya Bahan Bakar 17.333
Total BOP Variabel 1.747.011
BOP Tetap
Biaya Listrik 5.769
B. Penyusutan Peralatan 27.900
B.Penyusutan Bangunan 4.767
Biaya Telpon 5.769
B. Gaji Karyawan Tetap 19.231
Total BOP Tetap 63.436
Total BOP 1.810.447
Harga Pokok Produksi 2.206.845
Unit Produksi Standar 4.169
Harga Pokok Produksi / Unit 529
II Biaya Non Produksi
Biaya Gaji Karyawan Pemasaran 38.462
Biaya Gaji Karyawan Administrasi 38.462
Biaya Administrasi 5.769
Total Biaya Nonproduksi 82.693
Harga Pokok Penjualan 2.289.538
Harga Pokok Penjualan / Unit 549
Hasil rekapitulasi harga pokok penjualan standar nata de coco koktail
analisis metode full costing menghasilkan harga pokok penjualan per unit sebesar
Rp 549,- sedangkan harga pokok produksi per unit metode full costing adalah
Rp 529,-. Selain metode full costing perhitungan harga pokok penjualan standar
per unit metode analisis juga dihitung dengan metode variabel costing, hasil
rekapitulasi selengkapnya dapat dilihat pada (Tabel 82) sebagai berikut
Tabel 82. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Standar Nata de coco Koktail
PT Tonsu Wahana Tirta Metode Variabel Costing I Biaya Produksi Keterangan Jumlah (Rp)
1 Biaya Bahan Baku 230.472
2 Biaya TKL 165.926
3 BOP
BOP Variabel
Biaya Bahan Penolong 1.729.678
Biaya Bahan Bakar 17.333
Total BOP Variabel 1.747.011
Harga Pokok Produksi 2.143.409
Unit Produksi Standar 4.169
Harga Pokok Produksi / unit 514
BOP Tetap
Biaya Listrik 5.769
B. Penyusutan Peralatan 27.900
B.Penyusutan Bangunan 4.767
Biaya Telpon 5.769
B. Gaji karyawan tetap 19.231
Total BOP Tetap 63.436
II Biaya Non Produksi
B. Gaji karyawan Pemasaran 38.462
B. Gaji Karyawan Administrasi 38.462
B. Administrasi 5.769
Total Biaya Nonproduksi 82.693
Harga Pokok Penjualan 2.289.538
Harga Pokok Penjualan / Unit 549
Hasil penentuan harga pokok per unit analisis metode variabel costing
menghasilkan harga pokok produksi per unit Rp 514 sementara dari hasil
perhitungan diperoleh harga pokok penjualan per unit Rp 549. Besarnya harga
pokok aktual perusahaan merupakan harga pokok yang sebenarnya diterima
perusahaan selama 15 hari pada bulan November atas biaya-biaya aktualnya,
perhitungan harga pokok aktual perusahaan dihitung dengan metode analisis full
costing dapat dilihat pada (Tabel 83) sebagai berikut
Tabel 83. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Aktual Nata de coco Koktail
PT Tonsu Wahana Tirta Metode Full Costing I Harga Pokok Produksi Keterangan Jumlah (Rp)
1 Biaya Bahan Baku 333.589
2 Biaya TKL 291.384
3 BOP
BOP Variabel
Biaya Bahan Penolong 2.356.540
Biaya Bahan Bakar 65.000
Total BOP Variabel 2.421.540
BOP Tetap
Biaya Listrik 5.769
B. Penyusutan Peralatan 27.900
B.Penyusutan Bangunan 4.767
Biaya Telpon 5.769
B. Gaji karyawan tetap 19.231
Total BOP Tetap 63.436
Total BOP 2.484.976
Harga Pokok Produksi 3.109.949
Unit Produksi Aktual 5.680
Harga Pokok Produksi / unit 548
II Biaya Non Produksi
Biaya Gaji karyawan Pemasaran 38.462
Biaya Gaji Karyawan Administrasi 38.462
Biaya Administrasi 5.769
Total Biaya Nonproduksi 82.693
Harga Pokok Penjualan 3.192.642
Harga Pokok Penjualan / Unit 562
Hasil perhitungan harga pokok penjualan aktual nata de coco koktail
metode full costing menghasilkan harga pokok penjualan aktual per unit Rp 562,
sementara dari hasil perhitungan harga pokok produksi aktual full costing,
menghasilkan harga pokok produksi per unit sebesar Rp 548. Untuk
membandingkan hasil perhitungan harga pokok penjualan metode analisis
dilakukan perhitungan metode variabel costing, hasil rekapitulasi selengkapnya
dapat dilihat pada (Tabel 84) sebagai berikut
Tabel 84. Rekapitulasi Harga Pokok Penjualan Aktual Nata de coco Koktail
PT Tonsu Wahana Tirta Metode Variabel Costing I Harga Pokok Produksi Keterangan Jumlah (Rp)
1 Biaya Bahan Baku 333.589
2 Biaya TKL 291.384
3 BOP
BOP Variabel
Biaya Bahan Penolong 2.356.540
Biaya Bahan Bakar 65.000
Total BOP Variabel 2.421.540
Total Harga Pokok Produksi 3.046.513
Unit Produksi Aktual 5.680
HP Produksi / unit 536
BOP Tetap
Biaya Listrik 5.769
B. Penyusutan Peralatan 27.900
B.Penyusutan Bangunan 4.767
Biaya Telpon 5.769
B. Gaji karyawan tetap 19.231
Total BOP Tetap 63.436
II Biaya Non Produksi
B. Gaji karyawan Pemasaran 38.462
B. Gaji Karyawan Administrasi 38.462
B. Administrasi 5.769
Total Biaya Nonproduksi 82.693
Harga Pokok Penjualan 3.192.642
Harga Pokok Penjualan / Unit 562
Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil perhitungan harga pokok aktual
metode variabel costing menghasilkan harga pokok produksi per unit sebesar
Rp 536, sementara dari hasil perhitungan harga pokok penjualan pada kuantitas
produksi aktual sebesar 5.680 unit menghasilkan harga pokok produksi penjualan
per unit sebesar Rp 562.
7.3. Analisis Laba Kotor
Analisis keuntungan kotor adalah selisih hasil penjualan terhadap harga
pokok barang yang dijual. Sebagaimana yang telah diketahui sebelumnya bahwa
hasil penjualan merupakan hasil perkalian antara volume terhadap harga satuan
barang yang dijual. Sedangkan harga pokok barang yang dijual adalah perkalian
antara volume barang yang dijual terhadap harga pokoknya (bahan baku, buruh
dan biaya overhead pabrik).
Untuk menganalisis penyebab bertambah atau berkurangnya keuntungan
kotor adalah sama dengan analisa selisih dalam biaya standar disamping data-data
historis mengenai harga dan biaya tahun-tahun sebelumnya. Untuk tujuan analisis
perubahan keuntungan kotor ini perlu di tetapkan dasar sebagai faktor
pembanding, dasar faktor pembanding dalam analisis ini adalah harga pokok
standar baik yang ditentukan melalui metode perusahaan maupun metode analisis.
7.3.1. Analisa Laba Kotor Metode Perusahaan
Analisa keuntungan kotor metode perusahaan adalah menganalisis jumlah
pertambahan atau pengurangan keuntungan yang disebabkan adanya perbedaan
antara harga pokok penjualan standar yang telah ditetapkan perusahaan terhadap
harga pokok penjualan aktualnya. Analisa keuntungan kotor pada penelitian ini
dibedakan menjadi analisa keuntungan kotor terhadap metode perhitungan harga
pokok penjualan perusahaan dan analisa keuntungan kotor terhadap metode
perhitungan harga pokok penjualan metode analisis.
Analisa keuntungan kotor metode perusahaan merupakan selisih hasil
penjualan terhadap harga pokok barang yang dijual metode perusahaan. untuk
menguraikan analisa atas dasar data standar memerlukan data-data akuntansi yang
berkaitan dengan laporan hasil usaha. Berdasarkan informasi sebelumnya
diperoleh data-data lebih lanjut mengenai hasil penjualan dan harga pokok
penjualan yang ditetapkan melalui metode perusahaan seperti termuat dalam tabel
di bawah ini
Tabel 85. Perhitungan Laba Kotor Nata de Coco Koktail Metode Perusahaan
Uraian
HASIL PENJUALAN HARGA POKOK
PENJUALAN
Kuantitas
(Unit)
Harga
Satuan
(Rp)
Jumlah (Rp)
Harga Pokok
penjualan
Per unit (Rp)
Jumlah (Rp)
Standar 4.169 800 3.335.200 551 2.297.119
Laba Kotor
1.038.081
Aktual 5.680 800 4.544.000 545 3.095.600
Laba Kotor
1.448.400
Kalkulasi laba kotor dari tabel penjualan dan harga pokok penjualan
standar metode perusahaan diatas adalah Rp 1.038.081,- dan pada tabel penjualan
dan harga pokok penjualan aktual metode perusahaan adalah Rp 1.448.400,- yang
berarti laba kotor aktual mengalami kenaikan sebesar Rp 410.319,- dibandingkan
harga pokok standar.
Analisa angka-angka pada perhitungan penjualan dan harga pokok
penjualan aktual bila dibandingkan dengan data-data harga penjualan dan harga
pokok penjualan yang telah dianggarkan, maka akan diperoleh dua penyebab
utama perbedaan atau kenaikan tersebut yakni harga jual dan kuantitas produk
yang dijual serta harga pokok penjualan dan volume produk yang dijual. Analisis
perbedaan dimaksud dibagi dalam tiga tahap yaitu kalkulasi selisih disebabkan
harga jual, dan kuantitas penjualan, kalkulasi selisih disebabkan harga pokok
penjualan dan kuantitas biaya, serta selisih disebabkan penjualan campuran dan
kuantitas penjualan terakhir.
Tabel 86. Kalkulasi Selisih Harga Jual – Kuantitas Penjualan Nata de Coco
Koktail Metode Perusahaan
Uraian Kuantitas
(Unit)
Harga Jual
(Rp)
Jumlah
(Rp)
Jumlah
(Rp)
Realisasi Penjualan Aktual
Kuantitas Aktual x Harga Aktual 5.680 800 4.544.000
Kuantitas Aktual x Harga Standar 5.680 800 4.544.000
Selisih disebabkan Harga Jual 0
Kuantitas Aktual x Harga Standar 5.680 800 4.544.000
Penjualan Standar
Kuantitas Standar x Harga Standar 4.169 800 3.335.200
Selisih disebabkan Kuantitas- Penjualan 1.208.800
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hasil kalkulasi yang disebabkan
adanya selisih harga jual adalah nol, hal ini mengindikasikan bahwa antara harga
jual standar dan harga jual aktual pada periode analisis tidak terdapat perbedaan,
sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian. Sedangkan hasil kalkulasi
selisih yang disebabkan adanya perubahan kuantitas adalah Rp 1.208.800. Hal
tersebut merupakan selisih yang menguntungkan. Hasil kalkulasi yang disebabkan
harga pokok penjualan dan kuantitas biaya dapat dilihat pada tabel seperti berikut.
Tabel 87. Kalkulasi Selisih Harga Pokok Penjualan – Kuantitas biaya Nata de
Coco Koktail Metode Perusahaan
Uraian Kuantitas
(Unit)
HPP/Unit
(Rp)
Jumlah
(Rp)
Jumlah
(Rp)
Realisasi Harga Pokok Penjualan Aktual
Kuantitas Aktual x HPP Aktual 5.680 545 3.095.600
Kuantitas Aktual x HPP Standar 5.680 551 3.129.680
Selisih Disebabkan Harga Pokok Penjualan -34.080
Kuantitas Aktual x HPP Standar 5.680 551 3.129.680
Penjualan Standar Kuantitas Standar x HP Standar 4.169 551 2.297.119
Selisih Disebabkan Kuantitas- Biaya 832.561
Hasil kalkulasi selisih harga pokok penjualan dan kapasitas biaya metode
perusahaan menghasilkan selisih yang disebabkan adanya perbedaan antara harga
pokok penjualan aktual dan harga pokok penjualan standar yang dihitung dengan
metode perusahaan menghasilkan selisih Rp 34.080, hal ini merupakan surplus
atau keuntungan yang diterima perusahaan dengan metode perhitungan harga
pokoknya, karena harga pokok penjualan aktual menjadi lebih kecil dari harga
pokok penjualan standarnya, sehingga semakin besar keuntungan yang diterima
perusahaan karena selisih antara harga pokok penjualan dan harga jual aktual
lebih besar dari selisih harga pokok penjualan dan harga jual standar. hasil selisih
gabungan kemudian memperlihatkan jumlah keuntungan ataupun kerugian yang
ditimbulkan adanya penjualan campuran dan kapasitas penjualan terakhir dapat
dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 88. Kalkulasi Selisih Penjualan Campuran dan Kuantitas Penjualan
Terakhir Nata de Coco Koktail Metode Perusahaan Uraian Jumlah (Rp) Jumlah (Rp)
Selisih disebabkan Harga Jual 0
Selisih Bersih disebabkan Kuantitas
Selisih disebabkan Kuantitas Penjualan 1.208.800
Selisih disebabkan Kuantitas Biaya 832.561
Nilai Selisih 376.239
Selisih Bersih disebabkan Kuantitas 376.239
Selisih disebabkan Harga Pokok Penjualan 34.080
Pertambahan Bersih dalam Laba Kotor 410.319
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa laba kotor yang dihasilkan
akibat adanya selisih harga adalah nol, atau tidak terdapat adanya keuntungan, hal
ini disebabkan karena selama periode analisis tidak terjadi perubahan harga dari
harga yang ditetapkan sebelumnya, harga jual nata de coco koktail merupakan
harga yang diterima perusahaan adalah mengikuti harga pasar, sehingga
perusahaan bertindak sebagai price taker atau penerima harga.
Hasil selisih bersih yang disebabkan adanya kenaikan jumlah kuantitas
aktual dari jumlah kuantitas produksi dari yang telah ditetapkan sebelumnya
adalah Rp 376.239,- hal tersebut merupakan keuntungan atau surplus yang
diterima perusahaan. Selisih yang disebabkan harga pokok adalah Rp 34.080. Hal
ini merupakan keuntungan yang diterima perusahaan karena adanya penurunan
harga pokok penjualan per unit dari harga pokok penjualan per unit standar
sehingga keuntungan yang diterima perusahaan dari selisih harga jual dan harga
pokok penjualan aktual adalah lebih besar jika dibandingkan selisih harga jual dan
harga pokok penjualan per unit standar.
7.3.2. Analisis Laba Kotor Metode Analisis
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa analisa laba kotor
merupakan selisih hasil penjualan terhadap harga pokok penjualan barang yang
dijual. Analisa laba kotor pada metode analisis adalah untuk melihat besarnya
kerugian atau keuntungan kotor yang diterima perusahaan dari selisih penjualan
terhadap harga pokok penjualan produk yang ditetapkan dengan metode analisis.
Berdasarkan informasi sebelumnya diperoleh data-data lebih lanjut mengenai
hasil penjualan dan harga pokok penjualan yang ditetapkan melalui metode
analisis seperti termuat dalam tabel di bawah ini
Tabel 89. Perhitungan Laba Kotor Nata de Coco Koktail Metode Analisis
Uraian
HASIL PENJUALAN HARGA POKOK
PENJUALAN
Kuantitas
yang dijual
(Unit)
Harga
Satuan
(Rp)
Jumlah
(Rp)
HPP/ unit
(Rp) Jumlah (Rp)
Standar 4.169 800 3.335.200 549 2.288.781
Laba Kotor 1.046.419
Aktual 5.680 800 4.544.000 562 3.192.160
Laba kotor 1.351.840
Kalkulasi laba kotor dari tabel penjualan dan harga pokok penjualan
standar metode analisis diatas adalah Rp 1.046.419,- dan pada tabel penjualan dan
harga pokok penjulalan aktual metode analisis adalah Rp 1.351.840,- yang berarti
laba kotor aktual mengalami kenaikan sebesar Rp 305.421,- dibandingkan harga
pokok penjualan standar. jumlah kenaikan laba kotor metode analisis adalah lebih
rendah jika dibandingkan dengan kenaikan laba kotor metode perusahaan yaitu Rp
410.319. Dengan selisih kenaikan laba kotor sebesar Rp 104.898. Hal itu
disebabkan adanya perbedaan metode penetapan harga pokok penjualan.
Pada metode penetapan harga pokok penjualan analisis yaitu menghitung
semua unsur biaya yang terjadi akibat adanya perubahan produk dari bahan baku
menjadi produk setengah jadi dan produk jadi, sehingga keuntungan atau kerugian
lebih terinci termasuk kerugian adanya penyusutan produk akibat adanya
pengolahan di setiap tahapan proses produksi. Kerugian pada metode analisis
menjadi lebih besar, hal itu menggambarkan kerugian sebenarnya yang diterima
perusahaan jika dibandingkan metode perhitungan yang ditetapkan para pihak
manajemen perusahaan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa analisis perbedaan pada
metode analisis yang dimaksud dibagi dalam tiga tahap yaitu kalkulasi selisih
disebabkan harga jual dan kuantitas penjualan, kalkulasi selisih disebabkan harga
pokok penjualan dan kuantitas biaya, serta selisih disebabkan penjualan campuran
dan kuantitas penjualan terakhir. Hasil kalkulasi selengkapnya dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut
Tabel 90. Kalkulasi Selisih Harga Jual – Kuantitas Penjualan Nata de Coco
Koktail Metode Analisis
Uraian
Kuantitas
(Unit)
Harga Jual
(Rp)
Jumlah
(Rp)
Jumlah
(Rp)
Realisasi Penjualan Aktual
Kuantitas Aktual x Harga Aktual 5.680 800 4.544.000
Kuantitas Aktual x Harga Standar 5.680 800 4.544.000
Selisih Disebabkan Harga Jual 0
Kuantitas Aktual x Harga Standar 5.680 800 4.544.000
Penjualan Standar
Kuantitas Standar x Harga Standar 4.169 800 3.335.200
Selisih Disebabkan Kuantitas Penjualan 1.208.800
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hasil kalkulasi yang disebabkan
adanya selisih harga jual adalah nol, hal ini mengindikasikan bahwa antara harga
jual standar dan harga aktual pada periode analisis tidak terdapat perbedaan,
sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian. Sedangkan hasil kalkulasi
selisih yang disebabkan adanya perubahan kuantitas adalah Rp 1.208.800,-. Hal
tersebut merupakan selisih yang menguntungkan. Hasil kalkulasi yang disebabkan
harga pokok penjualan dan kapasitas biaya dapat dilihat pada tabel seperti berikut
Tabel 91. Kalkulasi Selisih Harga Pokok Penjualan – Kuantitas Biaya Nata de
Coco Koktail Metode Analisis
Uraian Kuantitas (Unit)
Harga Pokok
/ Unit (Rp) Jumlah (Rp) Jumlah (Rp)
Realisasi HP Aktual
Kuantitas Aktual x HPP Aktual 5.680 562 3.192.160
Kuantitas Aktual x HPP Standar 5.680 549 3.118.320
Selisih disebabkan HPP 73.840
Kuantitas Aktual x HPP Standar 5.680 549 3.118.320
Penjualan Standar
Kuantitas Standar x HPP Standar 4.169 549 2.288.781
Selisih disebabkan Kuantitas Biaya 829.539
Selisih disebabkan harga pokok penjualan dari hasil kalkulasi metode
analisis adalah Rp 73.840 hal tersebut merupakan kerugian bagi perusahaan
karena keuntungan perusahaan dari hasil selisih harga jual dan harga pokok
penjualan aktualnya menjadi lebih kecil jika dibandingkan dengan harga pokok
penjualan standarnya. Hasil kalkulasi selisih yang disebabkan kuantitas biaya
memberikan keuntungan bagi perusahaan karena adanya kenaikan permintaan
akan produknya sebesar Rp 829.539. Untuk melihat jumlah keuntungan ataupun
kerugian yang ditimbulkan adanya penjualan campuran dan kuantitas penjualan
terakhir dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 92. Kalkulasi Selisih Penjualan Campuran dan Kuantitas Penjualan
Terakhir Nata de Coco Koktail Metode Analisis Uraian Jumlah (Rp) Jumlah (Rp)
Selisih disebabkan Harga Jual 0
Selisih Bersih disebabkan Kuantitas
Selisih disebabkan Kuantitas Penjualan 1.208.800
Selisih disebabkan Kuantitas Biaya 829.539
Nilai Selisih 379.261
Selisih Bersih disebabkan Kuantitas 379.261
Selisih disebabkan Harga Pokok Penjualan -73.840
Pertambahan Bersih dalam Laba Kotor 305.421
Hasil kalkulasi selisih memperlihatkan bahwa tidak terdapat selisih harga,
hal tersebut menjelaskan bahwa selama periode analisis tidak terjadi perubahan
harga jual, perusahaan bertindak sebagai penerima harga sehingga harga jual nata
de coco koktail ditentukan berdasarkan harga pasaran yang berlaku untuk jenis
produk yang sama.
Selisih bersih perusahaan yang disebabkan adanya kenaikan permintaan
atau kuantitas produksi adalah Rp 379.261, hal tersebut memiliki nilai yang lebih
besar jika dibandingkan selisih bersih kapasitas metode perhitungan perusahaan
yaitu sebesar Rp 376.239. Harga pokok penjualan aktual metode perusahaan
menggambarkan jumlah yang menurun dari harga pokok penjualan standar yaitu
dari Rp 551 per unit menjadi Rp 545, sedangkan sebaliknya harga pokok
penjualan melalui metode perhitungan analisis menunjukkan peningkatan, yakni
dari harga pokok penjualan standar Rp 549 meningkat menjadi Rp 562 pada
kondisi aktual.
Kenaikan atau penurunan harga pokok penjualan tersebut sangat
mempengaruhi besarnya keuntungan perusahaan. Pada hasil perhitungan
diperoleh nilai selisih yang disebabkan harga pokok penjualan yaitu Rp 73.840.
Hal tersebut merupakan kerugian bagi perusahaan, dikarenakan harga pokok
penjualan aktual yang meningkat dari jumlah yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kenaikan harga pokok penjualan tersebut disebabkan adanya kerugian-kerugian
yang timbul dari berbagai hal terutama terhadap efisiensi waktu pengerjaan dan
penggunaan sejumlah kapasitas selama masa produksi aktual.
Hasil kalkulasi gabungan menjelaskan bahwa pertambahan atau
pengurangan bersih laba kotor yang diperoleh perusahaan melalui perhitungan
metode analisis adalah sebesar Rp 305.421. Yakni sejumlah nilai yang lebih kecil
dari yang diperoleh melalui perhitungan metode perusahaan yaitu sejumlah
Rp 410.319. Hasil selisih kedua metode yaitu sebesar Rp 104.898 adalah jumlah
kerugian yang sebenarnya diterima perusahaan dari metode perhitungan harga
pokok penjualannya
7.4. Analisis Titik Impas
Titik impas merupakan gambaran bagi perusahaan untuk mengetahui batas
minimal pendapatan yang harus diperoleh agar perusahaan tidak mengalami
kerugian ataupun keuntungan. Dengan kata lain dapat diartikan bahwa titik impas
ini menunjukkan nilai total penjualan sama dengan biaya total yang dikeluarkan
untuk memproduksi produk. Berkaitan dengan harga jual per unit, titik impas ini
menunjukkan harga jual sama dengan harga pokok penjualan produk per unit.
7.4.1. Analisis Titik Impas Metode Perusahaan
Analisis titik impas metode perusahaan adalah untuk mengetahui jumlah
pendapatan yang harus diperoleh perusahaan dimana perusahaan tidak
memperoleh keuntungan ataupun kerugian. Untuk mengetahui besarnya titik
impas terlebih dahulu harus mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh
perusahaan dari hasil penjualannya serta jumlah biaya-biaya yang dikeluarkannya.
Untuk kepentingan analisis maka jumlah penjualan dan biaya analisis titik impas
standar perusahaan merupakan penjualan sebesar unit produksi standar, sedangkan
biaya-biaya yang dikeluarkannya merupakan biaya standar metode perusahaan.
untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan seperti pada tabel berikut
Tabel 93. Perbandingan Jumlah Pendapatan dan Biaya Standar dan Aktual
Nata de Coco Koktail Metode Perusahaan
Uraian STANDAR AKTUAL
Produk Rata-rata (Unit) 4.169 5.680 Harga Jual (Rp) 800 800 Pendapatan Penjualan (Rp) 3.335.200 4.544.000 Biaya Tetap (Rp) 167.184 176.401 Biaya Variabel (Rp) 2.131.366 2.920.899
Jumlah unit penjualan standar perusahaan merupakan jumlah unit standar
rata-rata produksi yang dianggarkan perusahaan dengan asumsi jumlah produk
terjual habis dipasaran. Sedangkan jumlah biaya adalah biaya standar perusahaan
yang terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Hasil analisa memperlihatkan
besarnya standar titik impas yang diperoleh perusahaan atas penetapan penjualan
dan biaya standarnya adalah Rp 463.180. Sehingga perusahaan harus menjual
lebih banyak dari 841 unit nata de coco koktail perharinya agar perusahaan tidak
mengalami kerugian, Hasil perhitungan selengkapnya seperti pada tabel berikut.
Tabel 94. Perbandingan Nilai Titik Impas Standar dan Aktual Metode
Perusahaan Uraian STANDAR AKTUAL
Harga Jual (Rp) 800 800
(P) Penjualan (Rp) 3.335.200 4.544.000
(BT) Biaya Tetap (Rp) 167.184 176.401
(BV) Biaya Variabel (Rp) 2.131.366 2.920.899
BV / P 0,639 0,643
1-BV/P 0,361 0,357
Titik Impas (Rp) 463.180 493.849
Titik Impas (Unit) 841 906
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada metode analisis
terdapat kondisi aktual dimana terjadi kegiatan produksi dan pemasaran yang
sebenarnya dialami perusahaan, sehingga perlu diketahui juga besarnya titik
impas pada periode analisis atau aktual perusahaan. untuk kepentingan analisis
maka jumlah penjualan adalah jumlah penjualan rata-rata aktual perusahaan
selama 15 hari pada bulan November 2009, sedangkan biaya-biaya yang
dikeluarkan adalah biaya pada kuantitas rata-rata produksi aktual.
Pada tabel diketahui selama kondisi aktual jumlah unit penjualan (P) rata-
rata adalah 5.680 cup nata de coco koktail, sehingga pengeluaran biaya tetap (BT)
adalah Rp 176.401 dan biaya variabel (BV) adalah sebesar Rp 2.920.899. Jumlah
titik impas perusahaan yang disebabkan adanya penjualan dan biaya aktualnya
adalah Rp 493.849. Merupakan hasil yang meningkat jika dibandingkan titik
impas yang diperoleh perusahaan atas biaya dan penjualan standarnya. Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat seperti pada tabel di bawah sebagai
berikut.
Berdasarkan tabel 94 diketahui bahwa pada kondisi aktual telah terjadi
peningkatan titik impas perusahaan dari yang telah dianggarkan sebelumnya, hal
ini menjelaskan bahwa selama periode analisis atau aktual telah terjadi
peningkatan biaya produksi dalam perusahaan sehingga agar tidak mengalami
kerugian perusahaan harus menjual lebih dari 906 cup nata de coco koktail per
harinya.
7.4.2. Analisis Titik Impas Metode Analisis
Perbedaan antara analisis titik impas metode analisis dan metode
perusahaan adalah pada metode perusahaan perhitungan mengacu kepada biaya
dan harga pokok penjualan yang diperoleh dari perhitungan menurut perusahaan,
sedangkan analisis titik impas metode analisis mengacu kepada biaya dan harga
pokok penjualan yang ditetapkan melalui perhitungan menurut teori yang ada.
Analisis titik impas pada metode analisis terdiri dari analisis titik impas standar
dan analisis titik impas pada kondisi penjualan dan biaya yang terjadi. Jumlah
penjualan standar dan aktual pada metode analisis adalah sama dengan jumlah
unit produksi rata-rata standar dan aktualnya dengan asumsi jumlah produk habis
terjual dipasaran. Hasil perhitungan metode memperlihatkan jumlah pendapatan
beserta biaya standar yang dikeluarkan perusahaan adalah seperti pada tabel
sebagai berikut
Tabel 95. Perbandingan Jumlah Pendapatan dan Biaya Standar dan Aktual
Nata de Coco Koktail Metode Analisis
Uraian STANDAR AKTUAL
Produk Rata-rata (Unit) 4.169 5.680 Harga Jual (Rp) 800 800 Pendapatan Penjualan (Rp) 3.335.200 4.544.000 Biaya Tetap (Rp) 63.436 63.436 Biaya Variabel (Rp) 2.143.409 3.046.513
Hasil analisa memperlihatkan besarnya standar titik impas yang diperoleh
perusahaan atas penetapan penjualan dan biaya standarnya dengan perhitungan
analisis adalah Rp 177.524. Hasil perhitungan selengkapnya seperti pada tabel
berikut
Tabel 96. Perbandingan Nilai Titik Impas Standar dan Aktual Metode Analisis Uraian STANDAR AKTUAL
Harga Jual (Rp) 800 800
(P) Penjualan (Rp) 3.335.200 4.544.000
(BT) Biaya Tetap (Rp) 63.436 63.436
(BV) Biaya Variabel (Rp) 2.143.409 3.046.513
BV / P 0,643 0,670
1-BV/P 0,357 0,330
Titik Impas (Rp) 177.524 192.491
Titik Impas (Unit) 323 343
Jumlah unit pada perhitungan standar titik impas metode analisis adalah
323 unit cup nata de coco koktail, sehingga agar perusahaan tetap mendapatkan
keuntungan dari hasil penjualannya, maka perusahaan harus menjual produk
diatas unit BEP. Pada analisa titik impas juga memperlihatkan pada kondisi
aktual, yaitu untuk melihat apakah terjadi perubahan titik impas pada kondisi
aktual, sehingga melalui perhitungan biaya dan harga pokok penjualan metode
analisis diketahui besarnya pendapatan dari hasil penjualan aktual. Penjelasan
selengkapnya dapat dilihat seperti pada tabel sebagai berikut
Pada tabel diketahui bahwa pada unit aktual 5.680 menghasilkan
pendapatan penjualan sebesar Rp 5.544.000. Dengan jumlah biaya tetapnya
adalah Rp 63.436. dan biaya variabel aktual adalah Rp 3.046.513 Sehingga
besarnya titik impas perusahaan adalah seperti pada tabel sebagai berikut
Berdasarkan hasil kalkulasi didapatkan titik impas aktual metode analisis
adalah sebesar Rp 192.491. Yaitu jumlah pendapatan yang diterima perusahaan
saat perusahaan tidak mengalami kerugian atau keuntungan. Jumlah tersebut
menjelaskan bahwa selama kondisi aktual telah terjadi peningkatan nilai titik
impas perusahaan dari yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu Rp 177.524.
Jumlah unit impas perusahaan pada kondisi aktual menunjukkan peningkatan
sebesar 343 unit dari titik impas standarnya yaitu 323 unit. Jumlah peningkatan
BEP pada perhitungan analisis yaitu 20 unit adalah tidak sebesar jumlah
peningkatan BEP pada perhitungan metode perusahaan yaitu sejumlah 65 unit, hal
ini berarti jumlah peningkatan biaya pada metode perusahaan adalah lebih besar
dari peningkatan biaya dari metode analisis.
7.5. Analisis Marjin Kontribusi (MK)
Marjin kontribusi (MK) adalah jumlah yang tersisa dari penghasilan
penjualan setelah dikurangi dengan biaya variabel. Nilai MK ini dapat digunakan
untuk menutupi biaya tetap dan kemudian sisanya dapat menghasilkan laba pada
periode tertentu. Namun secara hierarki urutan penggunaan nilai marjin kontribusi
pertama kali sering digunakan untuk menutupi biaya tetap kemudian sisa nilai
MK tersebut menggambarkan kemampuan laba yang diperoleh.
Marjin kontribusi dapat dinyatakan dengan total penjualan dikurangi
dengan total biaya variabel yang dikorbankan untuk menghasilkan produk pada
periode tertentu. Dalam analisis marjin kontribusi dibedakan atas marjin
kontribusi yang dihasilkan pada perhitungan metode perusahaan dan marjin
kontribusi hasil perhitungan metode analisis. Perbandingan nilai marjin kontribusi
standar dan aktual dari masing masing metode dapat dilihat seperti pada tabel
sebagai berikut
Tabel 97. Perbandingan Nilai Marjin Kontribusi Metode Perusahaan dan
Metode Analisis
Uraian METODE PERUSAHAAN METODE ANALISIS
STANDAR AKTUAL STANDAR AKTUAL Penjualan (Rp) 3.335.200 4.544.000 3.335.200 4.544.000 Biaya Variabel (Rp) 2.131.366 2.920.899 2.143.409 3.046.513 Marjin Kontribusi (%) 36,09 35,72 36 33 Marjin Kontribusi (Rp) 1.203.834 1.623.101 1.191.791 1.497.487
Berdasarkan informasi pada tabel diatas diketahui bahwa nilai selisih
marjin kontribusi standar dan aktual dari hasil perhitungan biaya dan harga pokok
metode perusahaan adalah Rp 419.267. Sedangkan nilai selisih marjin kontribusi
standar dan aktual pada perhitungan biaya dan harga pokok metode analisis adalah
Rp 305.606. Perhitungan metode perusahaan didapatkan jumlah selisih MK yang
lebih besar dibandingkan dengan selisih MK metode analisis, hal ini
menggambarkan jumlah keuntungan yang diperoleh dengan metode perusahaan
adalah lebih besar dibandingkan metode perhitungan analisis, akan tetapi dalam
metode perusahaan tidak menggambarkan keuntungan yang sebenarnya, sehingga
perlu dihitung realisasi keuntungan sebenarnya pada metode analisis.
7.6. Analisis Marjin of Safety (MOS)
Marjin of Safety (MOS) merupakan analisis yang menunjukkan seberapa
seberapa jauh volume penjualan atau pendapatan penjualan boleh mengalami
penurunan agar perusahaan tidak mengalami kerugian. Dengan kata lain, MOS
merupakan selisih antara pendapatan penjualan dengan pendapatan pada titik
impas. Sehingga dengan kata lain bahwa MOS merupakan tingkat penurunan
produksi yang ditolerir sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian. Nilai
MOS juga dapat dinyatakan dengan membagi nilai MOS dengan total penjualan.
Besarnya nilai MOS pada metode perusahaan dan metode analisis dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut
Tabel 98. Perbandingan Nilai Marjin of Safety (MOS) Metode Perusahaan dan
Metode Analisis
METODE PERUSAHAAN METODE ANALISIS STANDAR AKTUAL STANDAR AKTUAL
Penjualan (Rp) 3.335.200 4.544.000 3.335.200 4.544.000 Penjualan BEP (Rp) 463.180 493.849 177.524 192.491 MOS (Rp) 2.872.020 4.050.151 3.157.676 4.351.509 % MOS 86 89 95 96
Berdasarkan hasil perhitungan MOS metode perusahaan dapat dikatakan
bahwa jika sistem penetapan biaya dan harga pokok penjualan dilakukan dengan
sistem yang ditetapkan perusahaan maka batas minimal penjualan yang dapat
ditolerir agar perusahaan tidak mengalami kerugian adalah untuk biaya dan harga
pokok standar adalah 86%, sedangkan pada kondisi aktualnya adalah 89%.
Berdasarkan hasil perhitungan MOS metode analisis dapat dikatakan
bahwa jika sistem penetapan biaya dan harga pokok penjualan dilakukan dengan
sistem yang ditetapkan melalui perhitungan metode analisis maka batas minimal
penjualan yang dapat ditolerir agar perusahaan tidak mengalami kerugian adalah
untuk biaya dan harga pokok standar adalah 95%, sedangkan pada kondisi
aktualnya adalah 96%.
Berdasarkan analisa MOS Jika dibandingkan penampilan metode
penetapan biaya dan harga pokok standar terhadap penetapan biaya dan harga
pokok aktual perusahaan dengan kedua metode tersebut, maka metode penetapan
biaya dan harga pokok standar metode perusahaan menghasilkan nilai MOS lebih
kecil dari metode analisis, namun memiliki rentang kenaikan paling besar pada
kondisi aktualnya jika dibandingkan pada metode analisis.
7.7. Analisis Profitabilitas
Profitabilitas perusahaan atau kemampuan perusahaan untuk memperoleh
laba merupakan hasil perkalian antara persentase margin kontribusi dengan
persentase MOS. Kemampuan PT Tonsu Wahana Tirta dalam menghasilkan laba
akibat penetapan biaya standar dan penyusunan harga pokoknya adalah 31,04%
dan 31,79% pada kondisi aktual. Profitabilitas perusahaan melalui perhitungannya
mengalami kenaikan sebesar 0,75% dari standar yang telah ditetapkan. Untuk
lebih jelasnya mengenai perbandingan kemampuan profitabilitas PT Tonsu
Wahana Tirta dapat dilihat seperti pada tabel sebagai berikut.
Tabel 99. Perbandingan Kemampuan Memperoleh Laba di PT Tonsu Wahana
Tirta
Uraian Persentase MK (%) Persentase MOS Profitabilitas (%)
Standar Aktual Standar Aktual Standar Aktual
PERUSAHAAN 36,09 35,72 86 89 31,04 31,79
ANALISIS 36 33 95 96 34,20 31,68
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa keuntungan yang diperoleh
PT Tonsu Wahana Tirta dengan metode penetapan biaya standar dan harga pokok
analisis adalah profitabilitas yang terbesar, yaitu 34,20% jika dibandingakan
dengan metode penetapan biaya standar dan harga pokok metode perusahaan.
pada kondisi aktual menurut metode analisis perusahaan mengalami penurunan
keuntungan 2,52% dari target profitabilitas yang telah ditetapkan sebelumnya
yaitu 34,20% turun menjadi 31,68%, sedangkan pada metode perhitungan
perusahaan, perusahaan mengalami kenaikan profitabilitas sebesar 0.75% dari
keuntungan standarnya.
VIII KESIMPULAN DAN SARAN
8.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas maka penelitian ini dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. Pada metode analisis penyusunan biaya ke dalam harga pokok penjualan
produk akhir adalah dengan mengikuti setiap tahapan proses produksi,
sedangkan pada penyusunan biaya dan perhitungan harga pokok penjualan
produk akhir pada perhitungan metode perusahaan adalah tanpa
memperhatikan tahapan proses produksi melainkan dengan
mengakumulasi semua biaya. Sehingga biaya standar yang ditetapkan
melalui perhitungan metode perusahaan adalah lebih besar dari metode
perhitungan analisis, yang menyebabkan harga pokok penjualan per unit
standar nata de coco koktail (produk akhir) menurut perhitungan metode
perusahaan (Rp 551) adalah lebih besar dari perhitungan harga pokok
penjualan standar metode analisis yaitu metode full costing dan variabel
costing (Rp 549).
2. Hasil analisis profitabilitas memperlihatkan bahwa keuntungan yang
diperoleh PT Tonsu Wahana Tirta dengan metode penetapan biaya standar
dan harga pokok penjualan analisis adalah profitabilitas yang terbesar,
yaitu 34,20% jika dibandingakan dengan metode penetapan biaya standar
dan harga pokok penjualan metode perusahaan. Pada kondisi aktual
menurut metode analisis perusahaan mengalami penurunan keuntungan
2,52% dari target profitabilitas yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu
34,20% turun menjadi 31,68%, sedangkan pada metode perhitungan
perusahaan, perusahaan mengalami kenaikan profitabilitas sebesar 0,75%
dari keuntungan standarnya.
3. Hasil analisis selisih biaya bahan baku pada perhitungan perusahaan
menghasilkan kerugian lebih besar akibat adanya selisih kuantitas
(Rp 117.405,78), sedangkan selisih yang disebabkan harga bahan baku
pada perhitungan perusahaan menghasilkan keuntungan (Rp 16.230,50)
akan tetapi pada perhitungan analisis menghasilkan kerugian sebesar
Rp 13.765,54. Hasil analisis selisih biaya tenaga kerja langsung dari kedua
metode menjelaskan bahwa selisih hasil perhitungan metode analisis
menemukan banyak kerugian karena adanya penyimpangan terhadap
waktu pengerjaan standar.
8.2. Saran
Perusahaan dalam memproduksi nata de coco koktail, selama pengamatan
merupakan perusahaan yang mengolah bahan baku menjadi produk setengah jadi,
kemudian mengalami proses lanjutan hingga menjadi produk jadi yaitu nata de
coco koktail. Selama berproduksi terjadi peningkatan nilai tambah produk yaitu
dari bahan baku air kelapa menjadi produk jadi yaitu nata de coco koktail yang
mengikut sertakan sejumlah biaya dalam setiap tahapan proses produksinya.
Sehingga perusahaan harus memperhatikan setiap biaya yang ikut serta dalam
tahapan produksinya. Dengan memperhatikan biaya yang ikut dalam setiap
tahapan proses produksinya perusahaan akan mengetahui jumlah keuntungan atau
kerugian yang sebenarnya.
Berdasarkan perhitungan analisa selisih biaya metode analisis diketahui
bahwa telah terjadi penurunan efisiensi waktu tenaga kerja yang menyebabkan
perusahaan mengalami kerugian dari sisi biaya upah tenaga kerja, sedangkan pada
metode perusahaan tidak menggambarkan kerugian yang sebenarnya timbul dari
biaya upah tenaga kerja langsung. Perusahaan perlu memperhatikan dan
meningkatkan efisiensi tenaga kerja dan efisiensi produksi terutama terhadap
penggunaan bahan penolong dan bahan bakar. Dalam hal efisiensi tenaga kerja
misalnya dengan meningkatkan pengawasan dan pengaturan jumlah tenaga kerja
pada setiap proses produksi, serta memberikan pelatihan dan peningkatan
keterampilan karyawan. Sedangkan dalam hal efisiensi produksi perusahaan perlu
memperhatikan optimalisasi produksinya serta penyesuaian penggunaan bahan
baku dan penolong terhadap tingkat produksi. dalam hal ini perusahaan perlu
mengkaji kembali penetapan biaya standarnya agar keuntungan yang dihasilkan
dapat lebih maksimal.
Berdasarkan hasil perbandingan kedua metode, perusahaan perlu
mengkoreksi kembali metode penetapan biaya dan penyusunan biaya di dalam
harga pokok penjualannya, sehingga dapat menetapkan biaya standar dan harga
pokok standar yang lebih teliti pada periode produksi selanjutnya. Berdasarkan
selisih biaya perusahaan perlu mengadakan revisi terhadap kehilangan keuntungan
akibat berkurangnya efisiensi produksi terutama terhadap efisiensi waktu tenaga
kerja langsung dan efisiensi dalam menggunakan bahan baku serta bahan
penolong dalam proses produksi.
DAFTAR PUSTAKA
Ashurst, P, R. 1995. Production And Packaging Of Non-Carbonated Fruit Juice
And Fruit Beverages Blackie Academic And Proffesional. London.
Arisandy B. 2005. Analisis Produk Positioning Serta Preferensi Konsumen Nata
de Coco Pada PT. FITS MANDIRI, [Skripsi] Bogor: Departemen Ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
[APCC] Asian Pacific Coconut Community. Prosiding Konferensi Nasional
Kelapa VI . 2006. Buku-1 Gorontalo: Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
(Buffa S.Elwood, & Sarin K. Rakesh 1996). Manajemen Operasi dan Produksi
Modern, Ed Ke-8, Jilid I. Maulana A, Penerjemah; Jakarta: Binarupa
Aksara.
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2008. Produksi Kelapa di Jawa Barat. Jawa Barat.
[BSN] 1995. SNI 01-3719-1995, Tentang Minuman Sari Buah. Jakarta: Badan
Standarisasi Nasional.
Permata Dian 2008. Analisis Biaya dan Penetapan Harga Pokok Produksi Kayu
Gergajian (Sawn Timber) Hutan Rakyat CV. Sinar kayu Bogor, Jawa Barat
[Skripsi] Bogor : Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Rahmawanti. 2009. Analisis House Of Quality Untuk Pengembangan Strategi
Pemasaran Minuman Nata de Coco Dalam Kemasan di CV. TRI ANGEL,
[Skripsi] Bogor : Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Eva. 2004. Penentuan Harga Pokok Produksi Karkas (Studi kasus Rumah Potong Ayam
Asia Afrika, Bogor, Jawa Barat). [Skripsi]. Departemen Ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
(Garrison H, & Eric W. Moreen. 2007). Akuntansi Manajerial, Buku II. Hinduan
N dan Tanujaya E, Terjemahan; Jakarta: Salemba Empat.
Horngren, T. Charles. 1984. Pengantar Akuntansi Manajemen, Ed ke-6, jilid I.
Moh. Badjuri dan Kusnedi, Terjemahan; Jakarta: Erlangga.
Kotler P. 2002. Manajemen Pemasaran, Ed milenium. Benyamin M
,Terjemahan; Jakarta: Prenhallindo.
Mulyadi. 1993. Akuntansi Biaya Edisi Kelima, Cetakan III. Yogyakarta: Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Murphy D. 1973. Biaya Standar, The English Universities Press Ltd. Pramana F,
Terjemahan; Jakarta: Yayasan Kanisius.
Muharjadi A. 2005. Kajian Harga Pokok Pesanan Untuk Menentukan Harga Jual
Nata de Coco pada PD. CNDC, [Skripsi] Bogor: Program Sarjana
Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian,
Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Marety W. 2005. Optimalisasi Produksi Nata de Coco Pada PT. FITS MANDIRI,
[Skripsi] Bogor : Departemen Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Institut
Pertanian Bogor.
Pambayun R. 2006. Teknologi Tepat Guna Teknologi Pengolahan Nata de Coco.
Yogyakarta: Kanisius.
Rony H. 1990. Akuntansi Biaya Pengantar Untuk Perencanaan dan
Pengendalian Biaya Produksi. Bogor: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
UI.
Roslinawati (2007) Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Benih pada PT. Sang
Hyang Seri RM1 Sukamandi, Subang , Jawa Barat. [Skripsi]. Departemen Ilmu
Sosial Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Sembiring Y. 1990. Pengendalian Biaya. Bandung: Pionir Jaya.
Sutarminingsih L, Ch. 2004. Teknologi Pengolahan Pangan Peluang Usaha Nata
de Coco. Yogyakarta: Kanisius.
Yulianti. 2007. Penetapan Harga Pokok Dan Zona Fleksibilitas Harga Meises
Cokelat (kasus : PT G di Bandung, Jawa Barat). [Skripsi] . Program Studi
Ekstensi Managemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor.
LAMPIRAN – LAMPIRAN
LAMPIRAN (1) . HARGA POKOK PRODUKSI STANDAR NATA MENTAH LEMBARAN ( 308,506 Kg ) METODE PERUSAHAAN
URAIAN TOTAL (Rp)
I BIAYA BAHAN BAKU URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH HARGa SATUAN (Rp) TOTAL (Rp)
Biaya Bahan Baku (Rendemen 90,3%)
Air Kelapa Untuk Bibit 100 liter 40,58 255,55 10.373
Air Kelapa Untuk Nata 100 liter 338,43 255,55 86.486
TOTAL BIAYA BAHAN BAKU 96.859 96.859
II BIAYA TKL ( 8 JAM KERJA) STANDAR KARYAWAN UPAH / TK (Rp) UNIT TOTAL UPAH
URAIAN
Upah TK Borongan Bibit Biaya Upah per Hari 2 217,39 69 30.000
Upah Tk Borongan Nata Lembaran Biaya Upah per Hari 3 48,62 308,506 44.999
TOTAL BIAYA TKL 74.999
III BIAYA OVERHEAD PABRIK
A. BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL
1 Biaya Bahan Penolong
URAIAN SATUAN NATA BIBIT NATA LEMBARAN TOTAL HARGA / SATUAN (Rp) TOTAL(Rp)
Gula Kg 0,31 2,59 2,9 8.000 23.200
ZA Kg 0,12 1,05 1,17 1.500 1.755
Asam Asetat Liter 0,15 1,3 1,45 20.000 29.000
Bibit Liter 0,63
0,63 20.000 12.600
TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG
66.555
2
Biaya Bahan Bakar (gas
3kg) PEMBELIAN UNIT JUMLAH (Rp) PEMAKAIAN BIAYA / PRODUKSI (Rp)
13.000 4 52.000 3 17.333
TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR 17.333
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL 83.888
TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI 255.746
UNIT PRODUK JADI (Lembar) 308,506
HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT 828,98
LAMPIRAN (2) HARGA POKOK PENJUALAN STANDAR NATA DE COCO KOKTAIL ( 4.169 CUP ) METODE PERUSAHAAN URAIAN TOTAL (Rp)
I BIAYA BAHAN BAKU URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH
HARGA
/SATUAN (Rp)
JUMLAH
(Rp)
B.Baku (Rendemen 90,3%)
Air Kelapa Untuk Bibit 100 liter 40,58 200 8.118
Air Kelapa Untuk
Nata 100 liter 338,43 200 67.686
TOTAL BIAYA BAHAN BAKU 75.804 75.804
II BIAYA TKL ( 8 JAM KERJA) STANDAR UPAH KARYAWAN UPAH / TK (Rp) UNIT TOTAL UPAH
URAIAN
Upah TK Borongan Bibit Biaya Upah per Hari 2 217,39 69 30.000
Upah Tk Borongan Nata
Lempeng Biaya Upah per Hari 3 48,62 308,50 44.999
Upah Borongan Koktail Biaya Upah per Hari 10 3,59 4.169 149.667
TOTAL BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG 224.666
III BIAYA OVERHEAD PABRIK
A. BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL
1 Biaya Bahan Penolong
URAIAN SATUAN NATA BIBIT NATA LEMBARAN NATA KOKTAIL TOTAL (Rp)
HARGA /
SATUAN (Rp)
JUMLAH
(Rp)
Gula Kg 0,31 2,59 123,526 126,426 8.000 1.011.408
ZA Kg 0,12 1,05 1,17 1.500 1.755
Asam Asetat liter 0,15 1,3 1,45 20.000 29.000
Bibit Liter 0,63 0,63 20.000 12.600
Na Benzoat liter 0,463 0,463 15.000 6.945
Na
Metabisulfit Kg 0,003 0,003 15.000 45
Siklamat Kg 0,093 0,093 2.160 201
Essence Kg 3,243 3,243 333 1.080
Cup Plastik pcs 4.169 4.169 130 541.970
Plastik Seal pcs 4.169 4.169 25 104.225
Karton pcs 174 174 500 87.000
TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG 1.796.229
2
Biaya Bahan Bakar (gas
3kg) PEMBELIAN UNIT PEMBELIAN (Rp)
PEMAKAIAN /
UNIT BIAYA / PRODUKSI (Rp)
13.000 8 104.000 3 34.667
TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR 34.667
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL 1.830.895
B. BIAYA OVERHEAD PABRIK TETAP
BIAYA / BULAN (Rp) BIAYA/PRODUKSI
1 Biaya Listrik (26 HARI KERJA)
TOTAL BIAYA LISTRIK 150.000 5.769 5.769
2
Biaya Penyusutan
Peralatan PENYUSUTAN
12 BULAN 1 X PRODUKSI
10.183.525 27.900
TOTAL BIAYA PENYUSUTAN PERALATAN 27.900
3 Biaya Penyusutan Bangunan PENYUSUTAN
NILAI INVESTASI (Rp) NILAI SISA (Rp) EKONOMIS (Tahun) 12 BULAN 1 X PRODUKSI
90.000.000 3.000.000 50 1.740.000 4.767
TOTAL BIAYA PENYUSUTAN BANGUNAN 4.767
4 Biaya Telpon BIAYA / BULAN (Rp) BIAYA / PRODUKSI (Rp)
26 HARI KERJA
BIAYA TELPON
150.000 5.769
5.769
BIAYA / BULAN (Rp) PESAN / BULAN 1 X PESAN (LITER) BIAYA / UNIT (Rp)
VOLUME / PRODUKSI
(LITER)
5 Biaya Angkut B.Baku 500.000 10 900 56 379
TOTAL BIAYA ANGKUT PER PRODUKSI 21.056
6 Biaya Gaji Karyawan Tetap STANDAR UPAH (Rp) KARYAWAN
UPAH /KARYAWAN
(Rp) GAJI / BULAN (Rp) BIAYA / PRODUKSI
Bulan 5 500.000 2.500.000 96.154
TOTAL BIAYA GAJI KARYAWAN TETAP 96.154
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK TETAP 161.415
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK 1.992.311
TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI 2.292.780
TOTAL UNIT PRODUK JADI (Cup) 4.169
HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT 550
BIAYA NON PRODUKSI
1 Biaya Pemasaran
TOTAL BIAYA PEMASARAN
2 Biaya Administrasi TOTAL / BULAN (Rp) 1 X PRODUKSI
TOTAL BIAYA ADMINISTRASI
BIAYA ADMINISTRASI LAIN-LAIN 150.000 5.769 5.769
TOTAL BIAYA NON PRODUKSI 5.769
TOTAL HARGA POKOK PENJUALAN 2.298.549
TOTAL HARGA POKOK PENJUALAN / UNIT 551
LAMPIRAN (3) HARGA POKOK PRODUKSI STANDAR BIBIT NATA (37 Liter = 69 Botol) METODE ANALISIS URAIAN TOTAL BIAYA
I BIAYA BAHAN BAKU URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH B.BAKU / SATUAN (Rp) JUMLAH HARGA (Rp)
(Rendemen 90,3%)
Air Kelapa 100 liter 40,589 255,55 10.373
TOTAL BIAYA BAHAN BAKU 10.373
II BIAYA TKL ( 8 JAM KERJA) STANDAR UPAH JUMLAH UNIT BIAYA UPAH / UNIT (Rp) KARYAWAN (orang) JUMLAH BIAYA (Rp) UPAH/KARYAWAN (Rp)
Biaya Upah Per unit 69 28,31 2 3.906,78 1.953,39
TOTAL BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG 3.907
III BIAYA OVERHEAD PABRIK
URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH B.BAKU/SATUAN (Rp) JUMLAH HARGA (Rp)
1 Biaya Bahan Penolong
Gula 0,835 kg 0,31 8.000 2.480
ZA 0,335 kg 0,12 1.500 180
Asam asetat 0,415 liter 0,15 20.000 3.000
Bibit 10 liter 4,32 6.200 26.784
0
0
TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG 32.444
2 Biaya Bahan Bakar (gas 3kg) PEMBELIAN UNIT PEMBELIAN (Rp) PEMAKAIAN BIAYA / PRODUKSI (Rp)
13.000 1 13.000 3 4.333
TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR 4.333
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK
36.777
TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI 51.057
TOTAL UNIT PRODUK JADI (Botol) 69
HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT 740
LAMPIRAN (4) HARGA POKOK PRODUKSI STANDAR NATA MENTAH LEMBARAN (308,506 liter = 308,506 LEMBAR) METODE ANALISIS
URAIAN
TOTAL (Rp)
I BIAYA BAHAN BAKU URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH B.BAKU /SATUAN (Rp) JUMLAH HARGA (Rp)
(Rendemen 90,3%)
Air Kelapa 100 liter 338,431 255,55 86.486
TOTAL BIAYA BAHAN BAKU 86.486
II BIAYA TKL ( 8 JAM KERJA)
STANDAR UPAH UNIT BIAYA UPAH/UNIT (Rp) KARYAWAN JUMLAH BIAYA (Rp) UPAH/KARYAWAN
Biaya Upah Per
Unit 308,506 20 3 18.510,36 6.170
TOTAL BIAYA TKL 18.510
III BIAYA OVERHEAD PABRIK
URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH HARGA BAHAN BAKU/SATUAN (Rp) JUMLAH HARGA (Rp)
1 Biaya Bahan Penolong
Gula 0,835 kg 2,59 8.000 20.720
ZA 0,335 kg 1,05 1.500 1.575
Asam asetat 0,415 liter 1,3 20.000 26.000
Bibit 10 botol 59 740 43.660
TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG 91.955
PEMBELIAN UNIT PEMBELIAN (Rp) PEMAKAIAN BIAYA/ PRODUKSI (Rp)
2 Biaya Bahan Bakar (gas13kg) 13.000 3 39.000 3 13.000
TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR 13.000
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK 104.955
TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI 209.951
TOTAL UNIT PRODUK JADI (Lembar) 308,506
HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT 681
LAMPIRAN (5) HARGA POKOK PENJUALAN STANDAR NATA KOKTAIL ( 4.169 CUP ) METODE ANALISIS FULL COSTING URAIAN
TOTAL
I BIAYA BAHAN BAKU URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH SATUAN (Rp) JUMLAH (Rp)
(Rendemen 90.3%)
Nata Mentah 100 Kg 338,431 681 230.472
TOTAL BIAYA BAHAN BAKU 230.472
II BIAYA TKL( 8 JAM KERJA) STANDAR UPAH UNIT BIAYA UPAH/UNIT (Rp) KARYAWAN UPAH/KARYAWAN
Biaya Upah/Per unit 4.169 3,98 10 16.593
TOTAL BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG 165.926
III BIAYA OVERHEAD PABRIK
A. BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL
1 Biaya Bahan Penolong URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH HARGA / SATUAN (Rp) JUMLAH(Rp)
Gula untuk Nata 0,835 kg 46,322 8.000 370.578
Gula Untuk Sirup 0,335 kg 77,204 8.000 617.630
Natrium Benzoat 0,415 kg 0,463 15.000 6.948
Natrium metabisulfit 10 kg 0,003 15.000 46
Siklamat kg 0,093 2.160 200
Essence kg 3,243 333 1.081
Cup Plastik pcs 4.169 130 541.970
Plastik Seal pcs 4.169 25 104.225
Karton pcs 174 500 87.000
TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG 1.729.678
2 Biaya Bahan Bakar (gas 3kg) PEMBELIAN (Rp) UNIT PEMBELIAN (Rp) PEMAKAIAN / UNIT BIAYA / PRODUKSI (Rp)
13.000 4 52.000 3 17.333
TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR 17.333
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL 1.747.011
B. BIAYA OVERHEAD PABRIK TETAP
1 Biaya Penyusutan Peralatan PENYUSUTAN
12 BULAN 1 X PRODUKSI
10.183.525 27.900
TOTAL BIAYA PENYUSUTAN PERALATAN 27.900
2 Biaya Penyusutan Bangunan PENYUSUTAN
INVESTASI (Rp) SISA (Rp) UMUR EKONOMIS (Tahun) 12 BULAN 1 X PRODUKSI
90.000.000 3.000.000 50 1.740.000 4.767
TOTAL BIAYA PENYUSUTAN BANGUNAN 4.767
BIAYA / BULAN (Rp) BIAYA / PRODUKSI
3 Biaya Listrik 150.000 5.769
TOTAL BIAYA LISTRIK 5.769
4 Biaya Telpon BIAYA / BULAN (Rp) BIAYA / PRODUKSI
150.000 5.769
TOTAL BIAYA TELPON 5.769
5
Biaya Gaji Karyawan Tetap Bagian
Produksi UPAH (Rp) KARYAWAN UPAH / KARYAWAN (Rp) TOTAL / BULAN (Rp) 1 X PRODUKSI
Bulan 1 500.000 500.000 19.231
TOTAL BIAYA GAJI KARYAWAN TETAP 19.231
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK TETAP 63.436
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK 1.810.448
TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI 2.206.845
TOTAL UNIT PRODUK JADI (Cup) 4.169
HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT 529
BIAYA NON PRODUKSI
1 B. Gaji Karyawan Tetap Bagian Pemasaran STANDAR UPAH (Rp) KARYAWAN UPAH /KARYAWAN (Rp) TOTAL / BULAN (Rp) 1 X PRODUKSI
Bulan 2 500.000 1.000.000 38.462
BIAYA GAJI KARYAWAN PEMASARAN 38.462
2
B.Gaji Karyawan Tetap Bagian
Administrasi STANDAR UPAH (Rp) KARYAWAN UPAH /KARYAWAN (Rp) TOTAL / BULAN (Rp) 1 X PRODUKSI
Bulan 2 500.000 1.000.000
BIAYA GAJI KARYAWAN ADMINISTRASI 38.462
BIAYA LAIN-LAIN ADMINISTRASI 150.000 5.769 44.231
TOTAL BIAYA NON PRODUKSI 82.692
TOTAL HARGA POKOK PENJUALAN 2.289.538
TOTAL HARGA POKOK PENJUALAN / UNIT 549
LAMPIRAN (6) HARGA POKOK PRODUKSI STANDAR NATA KOKTAIL ( 4.169 CUP ) METODE ANALISIS VARIABEL COSTING URAIAN
TOTAL
I BIAYA BAHAN BAKU URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH HARGA /SATUAN (Rp) JUMLAH HARGA (Rp)
(Reindemen 90.3%)
Nata Mentah 100 Kg 338,431 681 230.472
TOTAL BIAYA BAHAN BAKU 230.472
II BIAYA TKL ( 8 JAM KERJA) STANDAR UPAH JUMLAH UNIT BIAYA UPAH/UNIT (Rp) KARYAWAN (orang) UPAH/KARYAWAN
Biaya Upah/Per unit 4.169 3,98 10 16.593
TOTAL BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG 165.926
III BIAYA OVERHEAD PABRIK
A. BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL
1 Biaya Bahan Penolong URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH HARGA / SATUAN (Rp) JUMLAH HARGA (Rp)
Gula untuk Nata 0,835 kg 46,322 8.000 370.578
Gula Untuk Sirup 0,335 kg 77,204 8.000 617.630
Natrium Benzoat 0,415 kg 0,463 15.000 6.948
Natrium metabisulfit 10 kg 0,003 15.000 46
Siklamat kg 0,093 2.160 200
Essence kg 3,243 333 1.081
Cup Plastik pcs 4.169 130 541.970
Plastik Seal pcs 4.169 25 104.225
Karton pcs 174 500 87.000
TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG 1.729.678
2 Biaya Bahan Bakar (gas 3kg) PEMBELIAN UNIT (TABUNG) PEMBELIAN (Rp) PEMAKAIAN / UNIT BIAYA / PRODUKSI (Rp)
13.000 4 52.000 3 17.333
TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR 17.333
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL 1.747.011 1.747.011
TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI VARIABEL 2.143.409
TOTAL UNIT PRODUK JADI (Cup) 4.169
HARGA POKOK PRODUKSI VARIABEL / UNIT 514
LAMPIRAN (7) HARGA POKOK PRODUKSI NATA LEMBARAN AKTUAL(459,73 KG) METODE PERUSAHAAN RENDEMEN 90.3 % URAIAN TOTAL BIAYA
I BIAYA BAHAN BAKU URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH SATUAN (Rp) JUMLAH HARGA (Rp)
B. Bahan Baku (Rendemen 90.3%)
Air Kelapa untuk Bibit 100 liter 40,589 255,55 10.373
Air Kelapa Untuk Nata 100 liter 504,323 255,55 128.880
TOTAL BIAYA BAHAN BAKU 139.252 139.252
II BIAYA TKL ( 8 JAM KERJA) STANDAR KARYAWAN UPAH / TK (Rp) UNIT PRODUK TOTAL UPAH
URAIAN
Upah TK Borongan Bibit Biaya Upah per Hari 2 217,391 69,00 30.000
Upah Tk Borongan Nata Lembaran Biaya Upah per Hari 3 48,62 459,730 67.056
TOTAL BIAYA TKL 97.056
III BIAYA OVERHEAD PABRIK
A BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL
1 Biaya Bahan Penolong
URAIAN SATUAN NATA BIBIT NATA LEMBAR TOTAL HARGA / SATUAN TOTAL(Rp)
Gula Kg 0,31 3,86
4,17 8.000 33.360
ZA Kg 0,12 1,56
1,68 1.500 2.520
Asam Asetat liter 0,15 1,94
2,09 20.000 41.800
Bibit Liter 0,63 0,63 20.000 12.600
TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG 90.280
2 Biaya Bahan Bakar (gas 3kg) PEMBELIAN UNIT (TABUNG) PEMBELIAN (Rp) PEMAKAIAN / UNIT BIAYA / PRODUKSI (Rp)
13.000 7 91.000 3 30.333
TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR 30.333
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL 120.613
TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI 356.922
UNIT PRODUK JADI (Lembar) 459,73
LAMPIRAN (8) HARGA POKOK PENJUALAN NATA DE COCO KOKTAIL AKTUAL (5.680 CUP) METODE PERUSAHAAN URAIAN
TOTAL
I BIAYA BAHAN BAKU URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH /SATUAN (Rp) JUMLAH(Rp)
(Rendemen 90,3%) Air Kelapa untuk Bibit 100 liter 40,58 200 8.118
(Rendemen 90,3 %) Air Kelapa Untuk Nata 100 liter 504,32 200 100.865
TOTAL BIAYA BAHAN BAKU 108.982 108.982
II BIAYA TKL( 8 JAM KERJA) STANDAR UPAH KARYAWAN UPAH / TK (Rp) UNIT TOTAL (Rp)
URAIAN
Upah TK Borongan Bibit Biaya Upah per Hari 2 217,39 69 30.000
Upah Tk Borongan Nata Lembaran Biaya Upah per Hari 3 48,62 459,73 67.056
Upah Borongan Nata Koktail Biaya Upah per Hari 10 3,59 5.680 203.912
TOTAL BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG 300.968
III BIAYA OVERHEAD PABRIK
A. BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL
1 Biaya Bahan Penolong
URAIAN SATUAN NATA BIBIT NATA LEMPENG NATA KOKTAIL TOTAL HARGA / SATUAN JUMLAH (Rp)
Gula Kg 0,31 3,86 168,29 172,46 8.000 1.379.728
ZA Kg 0,12 1,56 1,68 1.500 2.520
Asam Asetat liter 0,15 1,94 2,09 20.000 41.800
Bibit Liter 0,63 0,63 20.000 12.600
Na Benzoat liter 0,631 0,631 15.000 9.465
Na Metabisulfit Kg 0,004 0,004 15.000 60
Siklamat Kg 0,127 0,127 2.160 274
Essence Kg 4,41 4,41 333 1.471
Cup Plastik pcs 5.680 5.680 130 738.400
Plastik Seal pcs 5.680 5.680 25 142.000
Karton pcs 237 237 500 118.500
TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG 2.446.819
2 Biaya Bahan Bakar (gas 3kg) PEMBELIAN UNIT PEMBELIAN (Rp) PEMAKAIAN / UNIT BIAYA / PRODUKSI (Rp)
13.000 15 195.000 3 65.000
TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR 65.000
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL 2.511.819
B. BIAYA OVERHEAD PABRIK TETAP
BIAYA / BULAN (Rp) BIAYA/PRODUKSI
1 Biaya Listrik (26 HARI KERJA)
TOTAL BIAYA LISTRIK 150.000 5.769 5.769
2 Biaya Penyusutan Peralatan
PENYUSUTAN
12 BULAN 1 X PRODUKSI
10.183.525 27.900
TOTAL BIAYA PENYUSUTAN PERALATAN 27.900
3 Biaya Penyusutan Bangunan PENYUSUTAN
NILAI INVESTASI (Rp) NILAI SISA (Rp) UMUR EKONOMIS (Tahun) 12 BULAN 1 X PRODUKSI
90.000.000 3.000.000 50 1.740.000 4.767
TOTAL BIAYA PENYUSUTAN BANGUNAN 4.767
4 Biaya Telpon BIAYA / BULAN (Rp) BIAYA / PRODUKSI
26 HARI KERJA
TOTAL BIAYA TELPON 150.000 5.769 5.769
BIAYA / BULAN (Rp) PESAN / BULAN 1 X PESAN (LITER) BIAYA / UNIT (Rp) PRODUKSI (Ltr)
5 Biaya Angkut B.Baku 500.000 10 900 56 544.912
TOTAL BIAYA ANGKUT PER PRODUKSI 30.273
6 Biaya Gaji Karyawan Tetap STANDAR UPAH (Rp) KARYAWAN UPAH / KARYAWAN (Rp) GAJI / BULAN (Rp) BIAYA / PRODUKSI
Bulan 5 500.000 2.500.000 96.154
TOTAL BIAYA GAJI KARYAWAN TETAP 96.154
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK TETAP 170.632
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK 2.682.451
TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI 3.092.401
TOTAL UNIT PRODUK JADI (Cup) 5.680
HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT 544
BIAYA NON PRODUKSI
1 Biaya Pemasaran
TOTAL BIAYA PEMASARAN
2 Biaya Administrasi
TOTAL BIAYA ADMINISTRASI
BIAYA ADMINISTRASI LAIN-LAIN 150.000 5.769 5.769
TOTAL BIAYA NON PRODUKSI 5.769
TOTAL HARGA POKOK PENJUALAN 3.098.171
TOTAL HARGA POKOK PENJUALAN / UNIT 545
LAMPIRAN (9) HARGA POKOK PRODUKSI BIBIT NATA AKTUAL (37 liter = 69 botol) METODE ANALISIS URAIAN TOTAL BIAYA
I B. BAHAN BAKU URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH HARGA B. BAKU / SATUAN (Rp) JUMLAH HARGA (Rp)
(Rendemen 90,3%)
Air Kelapa 100 liter 40,58 255,55 10.373
TOTAL BIAYA BAHAN BAKU 10.373
II B. TKL ( 8 JAM KERJA) STANDAR UPAH UNIT BIAYA UPAH / UNIT (Rp) KARYAWAN JUMLAH (Rp) UPAH/KARYAWAN (Rp)
Biaya Upah Per Unit 69 38,71 2 5.341,98 2.670,99
TOTAL BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG 5.342
III B. OVERHEAD PABRIK
URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH HARGA BAHAN BAKU/SATUAN (Rp) JUMLAH HARGA (Rp)
1 B. Bahan Penolong
Gula 0,835 kg 0,31 8.000 2.480
ZA 0,335 kg 0,12 1.500 180
Asam asetat 0,415 liter 0,15 20.000 3.000
bibit 10 liter 4,32 6.200 26.784
0
0
TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG 32.444
2 B. Bahan Bakar (gas 3kg) PEMBELIAN UNIT PEMBELIAN (Rp) PEMAKAIAN BIAYA / PRODUKSI (Rp)
13.000 1 13.000 3 4.333
TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR 4.333
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK 36.777
TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI 52.492
TOTAL UNIT PRODUK JADI (Botol) 69
HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT 761
LAMPIRAN (10) HARGA POKOK PRODUKSI AKTUAL NATA MENTAH LEMBARAN (459,73 liter = 459,73 LEMPENG) METODE ANALISIS
RENDEMEN 90,3% URAIAN TOTAL
I BIAYA BAHAN BAKU URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH HARGA /SATUAN (Rp) JUMLAH (Rp)
(Rindemen 90,3%)
Air kelapa 100 liter 504,32 255,55 128.880
TOTAL BIAYA BAHAN BAKU 128.880
II BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG ( 8 JAM KERJA)
STANDAR UPAH UNIT UPAH/UNIT (Rp) KARYAWAN BIAYA (Rp) UPAH/KARYAWAN
Biaya Upah Per
Unit 459,73 25,9 3 35.721,02 11.907
TOTAL BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG 35.721
III BIAYA OVERHEAD PABRIK
URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH BAHAN BAKU/SATUAN (Rp) JUMLAH (Rp)
1 Biaya Bahan Penolong
Gula 0,835 kg 3,86 8.000 30.880
ZA 0,335 kg 1,56 1.500 2.340
Asam asetat 0,415 liter 1,94 20.000 38.800
bibit 10 Botol 87,56 761 66.633
0
0
TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG 138.653
PEMBELIAN (Rp) UNIT PEMBELIAN (Rp) PEMBELIAN (UNIT) BIAYA / PRODUKSI (Rp)
2 Biaya Bahan Bakar (gas13kg) 13.000 7 91.000 3 30.333
TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR 30.333
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK 168.986
TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI 333.587
TOTAL UNIT PRODUK JADI (Lembar) 459,73
HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT 725.62
LAMPIRAN(11) HARGA POKOK PENJUALAN AKTUAL NATA DE COCO KOKTAIL(5.680 CUP) METODE ANALISIS FULL COSTING URAIAN
TOTAL
I BIAYA BAHAN BAKU URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH /SATUAN (Rp) HARGA (Rp)
(Rendemen 90,3 %)
Nata Mentah 100 Kg 459,73 725,62 333.589
TOTAL BIAYA BAHAN BAKU 333.589
II BIAYA TKL( 8 JAM KERJA) UPAH UNIT BIAYA UPAH/UNIT (Rp) KARYAWAN (orang) UPAH/KARYAWAN
Biaya Upah/Per unit 5.680 5,13 10 29.138
TOTAL BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG 291.384
III BIAYA OVERHEAD PABRIK
A. BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL
1 Biaya B. Penolong URAIAN PERSEN(%) SATUAN JUMLAH SATUAN (Rp) HARGA (Rp)
Gula untuk Nata 0,835 kg 105,18 8.000 841.480
Gula Untuk Sirup 0,335 kg 63,11 8.000 504.888
Natrium Benzoat 0,415 kg 0,631 15.000 9.465
Natrium metabisulfit 10 kg 0,004 15.000 60
Siklamat kg 0,127 2.160 274
Essence kg 4,41 333 1.473
Cup Plastik pcs 5.680 130 738.400
Plastik Seal pcs 5.680 25 142.000
Karton pcs 237 500 118.500
TOTAL BIAYA BAHAN PENOLONG 2.356.540
2 B. Bahan Bakar (gas 3kg) PEMBELIAN UNIT HARGA (Rp) PEMAKAIAN / UNIT BIAYA (Rp)
13.000 15 195.000 3 65.000
TOTAL BIAYA BAHAN BAKAR 65.000
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK VARIABEL 2.421.540
B. BIAYA OVERHEAD PABRIK TETAP
1 Biaya Penyusutan Peralatan PENYUSUTAN
12 BULAN 1 X PRODUKSI
10.183.525 27.900
TOTAL BIAYA PENYUSUTAN PERALATAN 27.900
2 B.Penyusutan Bangunan PENYUSUTAN
INVESTASI (Rp) SISA (Rp) EKONOMIS (Tahun) 12 BULAN 1 X PRODUKSI
90,000,000 3.000.000 50 1.740.000 4.767
TOTAL BIAYA PENYUSUTAN BANGUNAN 4.767
BIAYA / BULAN (Rp) BIAYA / PRODUKSI
3 Biaya Listrik 150.000 5.769
TOTAL BIAYA LISTRIK 5.769
4 Biaya Telpon BIAYA / BULAN (Rp) BIAYA / PRODUKSI
150.000 5.769
TOTAL BIAYA TELPON 5.769
5 Gaji Karyawan Tetap UPAH (Rp) KARYAWAN UPAH / KARYAWAN (Rp) GAJI / BULAN (Rp) 1 X PRODUKSI
Bulan 1 500.000 500.000 19.231
TOTAL BIAYA GAJI KARYAWAN TETAP 19.231
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK TETAP 63.436
TOTAL BIAYA OVERHEAD PABRIK 2.484.976
TOTAL HARGA POKOK PRODUKSI 3.109.950
TOTAL UNIT PRODUK JADI (Cup) 5.680
HARGA POKOK PRODUKSI / UNIT 548
BIAYA NON PRODUKSI
1 Gaji Karyawan Tetap Pemasaran UPAH (Rp) KARYAWAN UPAH /KARYAWAN (Rp) TOTAL / BULAN (Rp) 1 X PRODUKSI
Bulan 2 500.000 1.000.000 38.462
BIAYA GAJI KARYAWAN PEMASARAN 38.462
2 Gaji Karyawan Tetap Administrasi UPAH (Rp) KARYAWAN UPAH /KARYAWAN (Rp) TOTAL / BULAN (Rp) 1 X PRODUKSI
Bulan 2 500.000 1.000.000 38.462
BIAYA GAJI KARYAWAN ADMINISTRASI
BIAYA LAIN-LAIN ADMINISTRASI 150.000 5.769 44.231
TOTAL BIAYA NON PRODUKSI 82.692
TOTAL HARGA POKOK PENJUALAN 3.192.642
TOTAL HARGA POKOK PENJUALAN / UNIT 562
LAMPIRAN (12) WAKTU STANDAR OPERASI PEMBUATAN BIBIT NATA DE COCO METODE ANALISIS
(FORMULA 20 LITER) = 37 BOTOL (1 X MASAK)
Produk yang Akan Dihasilkan Teknik Proses Unit
(botol)
Waktu/unit
(menit) Jenis Produk Spesifikasi Produk Tahapan Proses Waktu Standar (menit)
2. Nata Bibit 1. Warna Putih Kekeruhan 1. Penyiapan Alat 10 37 0.27
2. Terdapat Lapisan Tipis 2. Penyiapan Bahan 10 37 0.27
di Permukaan. 3.Penyiapan dan Pencucian Botol 30 37 0.81
3. Tidak Terdapat Jamur 4. Penyaringan Air Kelapa 15 37 0.41
4. Tidak Terdapat Ruang 5. Penimbangan Bahan Kimia dan Pengukuran Air
Kelapa
15 37 0.41
Kosong Antar Cairan 6. Perebusan 30 37 0.81
7. Pemasukan ke Dalam Botol 15 37 0.41
8. Inokulasi Bibit 30 37 0.81
9. Fermentasi ( 6 hari)
Total Waktu Produksi (menit) 155 4.19
Total Waktu Produksi (Jam) 2.58 37
Total Waktu / Unit (Jam) 0.07
Jumlah Unit / Jam (unit/jam) 1 14.32
Tarif Pembebanan (Rp/hari) 15,000
Tarif Pembebanan / Total waktu Standar analisis (Rp) 5,806
Tarif Pembebanan / Unit standar analisis per jam (Rp/unit) 405
Waktu Standar/ Unit (Jam/unit) 0.07
Tarif Standar TKL / Unit (Rp/unit) 28.31
LAMPIRAN (13) TABEL WAKTU STANDAR OPERASI PEMBUATAN NATA MENTAH LEMBARAN METODE ANALISIS
(FORMULA 50 LITER) = 50 LEMPENG 1 X MASAK
Produk yang Akan Dihasilkan Teknik Proses Unit
(Lembar)
Waktu/unit
(menit) Jenis Produk Spesifikasi Produk Tahapan Proses Waktu Standar (menit)
2. Nata Lempeng 1. Warna Putih Kekeruhan 1. Penyiapan Alat 10 50 0.2
2. Ketebalan 1.5-2 cm 2. Penyiapan Bahan 10 50 0.2
3. Tidak Terdapat Jamur 3. Penyiapan dan Pencucian Loyang 45 50 0.9
4. Permukaan Tidak Cacat 4. Penyaringan Air Kelapa 15 50 0.3
5. Penimbangan Bahan 15 50 0.3
6. Perebusan 30 50 0.6
7. Pemasukan Dalam Loyang 45 50 0.9
8. Inokulasi Bibit 30 50 0.6
9. Fermentasi (6 hari)
Total Waktu Produksi (menit) 200 4
Total Waktu Produksi (Jam) 3.33 50
Total Waktu / Unit (Jam) 0.07
Jumlah Unit / Jam (unit/jam) 1 15.00
Tarif Pembebanan (Rp/hari) 15,000
Tarif Pembebanan / Total Waktu Standar Analisis (Rp) 4,500
Tarif Pembebanan / Unit Standar Analisis per Jam (Rp/unit) 300
Waktu Standar/Unit (Jam/unit) 0.07
Tarif Standar TKL / Unit (Rp/unit) 20.00
LAMPIRAN (14) TABEL WAKTU STANDAR OPERASI PEMBUATAN NATA DE COCO KOKTAIL METODE ANALISIS
(FORMULA 10 KG NATA) = 1 X MASAK
Produk yang Akan Dihasilkan Teknik Proses Unit (Cup) Waktu/unit
(menit) Jenis Produk Spesifikasi Produk Tahapan Proses Waktu Standar (menit)
2. Nata Koktail 1.Ukuran Potongan Nata Seragam 1. Penyiapan Alat 10 135 0.07
2. Warna Putih Transparan 2. Penyiapan Bahan 10 135 0.07
3. Nata Digigit Renyah 3. Pembersihan dan Pemotongan 30 135 0.22
4. Rasa Tidak Terlalu Manis 4. Sortasi dan Grading 15 135 0.11
5. Rasa Nata Seperti Agar 5. Netralisasi 60 135 0.44
6. Jumlah Nata Tiap Cup 38 Butir 6. Penimbangan Bahan Baku 10 135 0.07
7. Tidak Terdapat Kotoran 7. Perebusan dan Pencampuran 60 135 0.44
8. Cup Plastik Jernih 8. Pembuatan Sirup 20 135 0.15
9. Tutup cup rapat dan tidak bocor 9. Pemasukan Bahan dalam Cup 30 135 0.22
10. Kemasan Tidak Lengket 10. Pengemasan 30 135 0.22
11. Hasil Produk 135 Cup 11. Pengepakan 15 135 0.11
Total Waktu Produksi (menit) 290 2.15
Total Waktu Produksi (Jam) 4.83 135
Total Waktu / Unit (Jam) 0.04
Jumlah Unit / Jam (unit/jam) 1 27.93
Tarif Pembebanan (Rp/hari) 15,000
Tarif Pembebanan / Total Waktu Standar Analisis (Rp) 3,103
Tarif Pembebanan / Unit Standar Analisis per Jam (Rp/unit) 111
Waktu Standar/Unit (Jam/unit) 0.04
Tarif Standar TKL / unit (Rp/unit) 3.98
LAMPIRAN (15) PERALATAN PEMBUATAN BIBIT NATA DE COCO
PERALATAN PEMBUATAN BIBIT NATA KAPASITAS 37 LITER = 69 BOTOL (2
Karyawan Harian)
Harga/
Satuan
Total
Harga Nilai Baru
Usia
Ekonomi
s
Nilai
Sisa
/satua
n
Nilai
Sisa
Total
(Nilai
baru -
Nilai sisa
Total)
Jumlah Penyusutan
(Rp) (Rp) (Rp) (thn) (Rp) (Rp) (Rp) 12 bln
(Rp) 1x Prod. (Rp)
No Jenis Alat Spesifikasi Jumlah Keterangan
1 Botol sirup ABC
Transparan Kap.630
ml 414
Wadah Media Pada Saat
Inkubasi (69 x 6 hari Kerja) 1,000 414,000 414,000 2 100 41,400 372,600 186,300 510.41
2 Timbangan 1000 gr 2
Menimbang Bahan di Bawah 1
mg 60,000 120,000 120,000 2 5,000 10,000 110,000 55,000 150.68
3 Corong Plastik Diameter 10 cm 2
Memasukkan Cairan Bibit ke Dalam Botol
1,000 2,000 2,000 1 100 200 1,800 1,800 4.93
4 Kompor Gas Gas Portable 2 Alat Memanaskan Campuran 90,000 180,000 180,000 5 25,000 50,000 130,000 26,000 71.23
5 Saringan Plastik Diameter 30 cm 1
Alat Untuk Memisahkan
Filtrat 5,000 5,000 5,000 1 100 100 4,900 4,900 13.42
6 Panci Stainless Kap. 60 liter 2
Wadah Untuk Memanaskan
Larutan 450,000 900,000 900,000 3 25,000 50,000 850,000 283,333 776.26
7 Pisau Stainless Steel 2 Alat Untuk Memotong 10,000 20,000 20,000 1 1,000 2,000 18,000 18,000 49.32
8 Kertas Koran
Ukuran 7 x 7 cm (414 lembar)
0.5 Menutup Botol Selama Inkubasi (Rp 1500/kg)
1,500 750 750 0.04 0 0 750 18,750 51.37
9 Gelas Ukur Plastik Kap. 1 liter 2 Alat Ukur Volume 15,000 30,000 30,000 1 1,000 2,000 28,000 28,000 76.71
10 Selang Gas Panjang 1 meter 2 Saluran Gas ke Kompor 85,000 170,000 170,000 2 2,000 4,000 166,000 83,000 227.40
11 Sikat Botol 2 Pembersih Botol 1,000 2,000 2,000 0.08 0 0 2,000 25,000 68.49
12 Regulator
Regulator Tabung
Gas 2 Pengatur Tekanan Gas 50,000 100,000 100,000 2 15,000 30,000 70,000 35,000 95.89
13 Karet Gelang 414 pcs 0.4
Pengikat Tutup Botol
(Rp.10.000/Kg) 10,000 4,000 4,000 0.04 0 0 4,000 100,000 273.97
14 Tabung Gas Kapasitas 3 Kg 2 180,000 360,000 360,000 5 20,000 40,000 320,000 64,000 175.34
15 Pengaduk Kayu 2
Pengaduk Bahan Selama Pemasakan
15,000 30,000 30,000 2 1,000 2,000 28,000 14,000 38.36
TOTAL 974,500 2,337,750 2,337,750 95,300 231,700 2,106,050 943,083 2,584
LAMPIRAN (16) PERALATAN PEMBUATAN NATA MENTAH LEMBARAN
PERALATAN PEMBUATAN NATA DE COCO LEMPENG KAPASITAS 308.506 LITER
= 308.506 LEMBAR NATA (3 Karyawan Harian)
Harga/
Satuan
Total
Harga Nilai Baru
Usia
Ekonomis
Nilai
Sisa/
Satuan
Nilai Sisa
Total
(Nilai baru
- Nilai sisa
Total)
Jumlah Penyusutan
(Rp) (Rp) (Rp) (tahun) (Rp) (Rp)
12 bln (Rp)
1x prod.
(Rp)
No Jenis Alat Spesifikasi Jumlah Keterangan
1 Loyang
Dimensi 31 x 24 x 4
cm 1854 6 hari x 309 loyang 6,000 11,124,000 11,124,000 2 500 927,000 10,197,000 5,098,500 13,968.49
2 Timbangan kap. 1000 gr
2 Timbangan u/ Menimbang Bahan di Bawah 1000 gr
60,000 120,000 120,000 2 5,000 10,000 110,000 55,000 150.68
3 Kompor Gas Gas Portable
3
Alat Untuk Memanaskan
Campuran 90,000 270,000 270,000 5 25,000 75,000 195,000 39,000 106.85
4 Corong Plastik
3 Alat Untuk Memasukkan Air Kelapa
1,000 3,000 3,000 1 100 300 2,700 2,700 7.40
5 Saringan
Plastik Diameter 30
cm 3
Alat Untuk Memisahkan
Kotoran 5,000 15,000 15,000 1 100 300 14,700 14,700 40.27
6 Panci
Stainless Kapasitas 60 liter 3 Wadah Untuk Merebus Bahan
450,000 1,350,000 1,350,000 3 25,000 75,000 1,275,000 425,000 1,164.38
7 Bak
Plastik Kapasitas 30
liter 20
Wadah Penampung Nata
Lempeng 50,000 1,000,000 1,000,000 3 5,000 100,000 900,000 300,000 821.92
8 Kertas Koran
36 x 28 cm
(kebutuhan 2 kg) 2
Digunakan u/ Menutup Loyang
Selama Fermentasi 1,500 3,000 3,000 0.04 0 0 3,000 75,000 205.48
9
Gelas Ukur
Plastik Kap. 1 liter
3
Alat Ukur Menuang Vol.
Cairan ke Dalam Lempeng 15,000 45,000 45,000 1 1,000 3,000 42,000 42,000 115.07
10 Kain Lap
3
Digunakan Untuk
Membersihkan Loyang 3,500 10,500 10,500 0.08 0 0 10,500 131,250 359.59
11 Karet Ban 1854 pcs (1 kg)
1
Digunakan Untuk Mengikat
Koran Pada Loyang 1,250 1,250 1,250 0.08 0 0 1,250 15,625 42.81
12 Karet Gelang 3708 pcs (1 kg)
1
Mengikat Koran Agar Loyang
Tidak Menempel di Media 1,500 1,500 1,500 0.04 0 0 1,500 37,500 102.74
13 Pengaduk Kayu
3
Alat Untuk Mengaduk Air
Kelapa 15,000 45,000 45,000 2 1,000 3,000 42,000 21,000 57.53
14 Regulator
Regulator Tabung
Gas 3 Pengatur Tekanan Gas 50,000 150,000 150,000 2 15,000 45,000 105,000 52,500 143.84
15 Selang Gas Panjang 1 meter 3 Saluran Gas ke Kompor 85,000 255,000 255,000 2 2,000 6,000 249,000 124,500 341.10
16 Tabung gas Kapasitas 3 Kg 3 180,000 540,000 540,000 5 20,000 60,000 480,000 96,000 263.01
TOTAL 1,014,750 14,933,250 14,933,250 99,700 1,304,600 13,628,650 6,530,275 17,891
LAMPIRAN (17) PERALATAN PEMBUATAN NATA DE COCO KOKTAIL KEMASAN
PERALATAN PEMBUATAN NATA DE COCO KEMASAN KAPASITAS 308.506 KG = 4169
CUP (10 KARYAWAN HARIAN)
Harga/
Satuan
Total
Harga
Nilai
Baru
Usia
Ekonomis
Nilai
sisa/sat
uan
Nilai Sisa
Total
(Nilai baru -
Nilai sisa
total)
Jumlah Penyusutan
(Rp) (Rp) (Rp) (tahun) (Rp) (Rp) 12 bln (Rp)
1x prod.
(Rp)
No Jenis Alat Spesifikasi Jumlah Keterangan
1 Kompor Gas Portabel 4 Alat Perebus 90,000 360,000 360,000 5 25,000 100,000 260,000 52,000 142.47
2 Talenan Plastik Plastik 10 Bantalan Untuk Memotong 50,000 500,000 500,000 2 1,000 10,000 490,000 245,000 671.23
3 Pisau Stainless Steel
10
Alat Pemotong Dan
Pembersih Nata 10,000 100,000 100,000 1 1,000 10,000 90,000 90,000 246.58
4 Pengaduk Kayu
4
Pengaduk Bahan Ketika
Memasak 15,000 60,000 60,000 2 1,000 4,000 56,000 28,000 76.71
5 Saringan Bambu 10 Alat Untuk Penirisan 5,000 50,000 50,000 1 0 0 50,000 50,000 136.99
6 Timbangan Kap. 5 kg 4 Alat Untuk Menimbang 80,000 320,000 320,000 2 5,000 20,000 300,000 150,000 410.96
7 Gelas Ukur
Plastik Ukuran
500 ml 10
Alat Untuk Memasukan
Nata Dalam Cup 15,000 150,000 150,000 1 1,000 10,000 140,000 140,000 383.56
8 Sendok Makan Stainless Steel
10
Alat Untuk Memasukan
Nata Dalam Cup 2,000 20,000 20,000 2 100 1,000 19,000 9,500 26.03
9 Cup Sealer 1 Alat Pengemas 650,000 650,000 650,000 5 150,000 150,000 500,000 100,000 273.97
10 Loyang Plastik Kap. 10 liter 10 Wadah Nata Dalam Sirup 6,000 60,000 60,000 2 500 5,000 55,000 27,500 75.34
11 Panci Perebus Kap. 60 liter 4 Pemanas Bahan 450,000 1,800,000 1,800,000 3 25,000 100,000 1,700,000 566,667 1,552.51
12 Gunting 10 Untung Memotong Plastik 5,000 50,000 50,000 2 500 5,000 45,000 22,500 61.64
13 Mesin Press 1 Mengepress Nata 1,850,000 1,850,000 1,850,000 5 500,000 500,000 1,350,000 270,000 739.73
14 Jerigen Plastik Kap 20 liter
30 Penampung Air Kelapa dr Prod Kopra
42,500 1,275,000 1,275,000 2 10,000 300,000 975,000 487,500 1,335.62
15 Ember Plastik Kap. 5 liter
10
Memasukkan Air Kelapa ke
Penampungan 8,500 85,000 85,000 2 1,000 10,000 75,000 37,500 102.74
16 Pompa Air Sanyo
1
Alat Pemompa air Dari
Sumber Mata Air 400,000 400,000 400,000 5 50,000 50,000 350,000 70,000 191.78
17 Tabung Gas Kapasitas 3 Kg 4 180000 720000 720,000 5 20,000 80,000 640,000 128,000 350.68
18 Regulator Gas
Regulator Tabung
Gas 4 Pengatur Tekanan Gas 50,000 200,000 200,000 2 15,000 60,000 140,000 70,000 191.78
19 Selang Gas Panjang 2 Meter 4 Saluran Gas ke Kompor 85,000 340,000 340,000 2 2,000 8,000 332,000 166,000 454.79
TOTAL 3,994,000 8,990,000 8,990,000 808,100 1,423,000 7,567,000 2,710,167 7,425
LAMPIRAN (18) WAKTU AKTUAL PROSES PEMBUATAN BIBIT NATA SELAMA 15 HARI
PT TONSU WAHANA TIRTA
Teknik Proses Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari TOTAL
(Menit)
RATA-
RATA
Waktu Standar
(Menit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1. Penyiapan Alat 10 6 12 14 15 8 10 10 17 17 12 13 16 20 15 7 192 13
2. Penyiapan Bahan 10 4 12 19 13 5 8 8 18 17 12 19 10 20 12 13 190 13
3.Penyiapan dan Pencucian Botol 30 11 35 73 39 14 25 24 65 51 36 76 72 74 36 40 671 45
4. Penyaringan Air Kelapa 15 6 10 11 12 10 8 6 5 11 11 10 17 13 15 15 160 11
5.Penimbangan Bahan Kimia dan
Pengukuran Air Kelapa 15 6 17 15 19 7 13 12 20 26 18 25 19 27 18 20 262 17
6. Perebusan 30 30 35 73 39 44 25 24 65 51 36 76 72 74 36 40 720 48
7. Pemasukan ke Dalam Botol 15 6 17 20 19 7 21 12 32 26 18 38 36 37 18 20 328 22
8. Inokulasi Bibit 30 34 12 73 42 17 27 21 60 49 38 67 59 78 28 43 648 43
9. Fermentasi ( 6 hari)
LAMPIRAN (19) WAKTU AKTUAL PROSES PEMBUATAN NATA MENTAH LEMBARAN SELAMA 15 HARI
PT TONSU WAHANA TIRTA
Teknik Proses Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari TOTAL
(Menit) RATA-
RATA
Tahapan Proses Waktu Standar
(Menit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1. Penyiapan Alat 10 23 27 15 18 29 5 19 13 10 14 27 18 15 24 21 278 19
2. Penyiapan Bahan 10 17 17 15 14 9 12 9 13 10 14 15 14 15 14 18 206 14
3.Penyiapan dan Pencucian
Loyang 45 55 46 73 59 30 36 21 99 72 34 70 66 84 33 36 814 54
4. Penyaringan Air Kelapa 15 35 11 22 12 34 29 14 20 15 11 23 22 28 11 12 299 20
5. Penimbangan Bahan 15 15 10 22 12 33 29 14 20 16 16 25 21 28 11 22 294 20
6. Perebusan 30 40 67 49 39 86 57 48 40 31 22 47 43 56 22 44 691 46
7. Pemasukan dalam loyang 45 56 45 67 35 30 23 31 59 47 34 70 66 68 30 65 726 48
8. Inokulasi Bibit 30 40 21 44 23 56 57 48 40 31 22 47 44 45 22 34 574 38
9. Fermentasi (6 hari)
LAMPIRAN (20) WAKTU AKTUAL PROSES PEMBUATAN NATA DE COCO KOKTAIL SELAMA 15 HARI
PT TONSU WAHANA TIRTA
Teknik Proses Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari TOTAL
(Menit)
RATA-
RATA Tahapan Proses Waktu Standar (Menit) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1. Penyiapan Alat 10 15 23 9 17 12 16 21 15 14 13 10 14 21 20 18 238 16
2. Penyiapan Bahan 10 10 15 9 17 18 26 21 8 9 14 15 24 12 23 18 239 16
3. Pembersihan dan Pemotongan 30 23 44 28 39 34 29 33 24 36 25 26 20 34 38 47 480 32
4. Sortasi dan Grading 15 14 32 10 25 19 35 34 32 23 31 18 33 37 29 18 390 26
5. Netralisasi 60 58 68 42 49 68 49 57 64 52 63 52 67 59 76 68 892 59
6. Penimbangan Bahan Baku 10 12 15 19 27 12 23 23 18 19 14 15 10 12 25 18 262 17
7. Perebusan dan Pencampuran 60 57 78 56 69 78 49 87 67 75 44 52 40 49 96 48 945 63
8. Pembuatan Sirup 20 19 29 14 31 25 47 62 26 17 38 51 40 33 14 27 473 32
9. Pemasukan Bahan dalam Cup 30 23 44 28 29 38 56 34 24 32 61 21 31 45 38 52 556 37
10. Pengemasan 30 29 44 28 39 47 45 33 24 34 61 76 20 75 25 63 643 43
11. Pengepakan 15 14 47 45 55 19 35 34 12 68 53 18 15 37 17 24 493 33
LAMPIRAN (21). ALUR PROSES PEMBUATAN DAN PENGEMBANGAN BIBIT NATA
LAMPIRAN (22). ALUR PROSES PEMBUATAN NATA MENTAH LEMBARAN (NATA LEMPENG)