43
ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC (Tetrahidrokannabinol) MENGGUNAKAN STRIP TEST TUGAS AKHIR ETRI SHINTA DEVI RAMBE 142401100 PROGRAM STUDI D3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

  • Upload
    others

  • View
    23

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

(Tetrahidrokannabinol) MENGGUNAKAN STRIP TEST

TUGAS AKHIR

ETRI SHINTA DEVI RAMBE

142401100

PROGRAM STUDI D3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

(Tetrahidrokannabinol) MENGGUNAKAN STRIP TEST

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar

Ahli Madya

ETRI SHINTA DEVI RAMBE

142401100

PROGRAM STUDI D3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2017

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

i

PERSETUJUAN

Judul : Analisa Narkoba Jenis Morfin, Amfetamin dan THC

(Tetrahidrokannabinol) Menggunakan Strip Test

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Etri Shinta Devi Rambe

Nomor Induk Mahasiswa : 142401100

Program Studi : Diploma (D3) Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sumatera Utara

Disetujui di

Medan, Juli 2017

Disetujui Oleh

Program Studi D3 Kimia FMIPA USU

Ketua, Pembimbing,

Dr. Minto Supeno, MS Dr. Darwin Yunus Nst, MS

NIP. 196105091987031002 NIP. 195508101981031006

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua,

Dr. Cut Fatimah Zuhra, M. Si

NIP. 197404051999032001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

ii

PERNYATAAN

ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN

THC(Tetrahidrokannabinol) MENGGUNAKAN STRIP TEST

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil karya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan

ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2017

ETRI SHINTA DEVI RAMBE

142401100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

iii

PENGHARGAAN

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan

karunia-Nya berupa kesehatan dan keterbukaan pikiran bagi penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini yang berjudul “Analisa Narkoba Jenis Morfin, Amfetamin dan

THC (Tetrahidrokannabinol) Menggunakan Strip Test”.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada keluarga terutama kedua orangtua terkasih dari penulis yang telah membesarkan dan

mendidik serta memberikan dorongan moral dan material kepada penulis dalam

menyelesaikan tugas akhir ini.

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan

program studi D3 Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Sumatera Utara.

Selesainya tugas akhir ini juga tak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai

pihak, maka dengan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Darwin Yunus Nst, MS selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis

dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

2. Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, S. Si M. Si selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Minto Supeno, MS selaku Ketua Program Studi D3 Kimia Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh keluarga dan saudara yang telah memberi doa serta semangat kepada penulis.

5. Kepada Chrystel Thadea (Kak Cita, Anita Sitanggang, Anita Rohadame, Mawar

Siboro).

6. Teman-temanyang selalu mendoakan dan memberi semangat Eben, Naldi, Mula,

Fery, Alex, Andre, Deon, Meylia, Rika dan Olan.

7. Teman sepermainan Yulia, Mawar, Putri, Debby, Elsa, Yuni, Fitri, Anita dan teman

seperjuangan Kimia Kelas C. Terimakasih untuk kekompakan, kebersamaan,

semangat, bantuan, keceriaan,kegilaan, persaudaraan dan doa yang diberikan kepada

penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dan kesalahan dalam tugas akhir ini

karena keterbatasan kemampuan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari semua pihak demi kesempurnaan tugas akhir ini. Akhir kata penulis

berharap semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Juli 2017

Penulis

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

iv

ANALISA NARKOBAJENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN

THC(Tetrahidrokannabinol) MENGGUNAKAN STRIP TEST

ABSTRAK

Telah dilakukan analisa narkoba jenis morfin, amfetamin dan THC (Tetrahidrokannabinol)

menggunakan strip test. Analisa dilakukan pada 3 sampel urine yang berasal dari pasien yang

berbeda. Metode dilakukan dengan mencelupkan strip test secara vertikal kedalam spesimen

urine selama 10 – 15 detik kemudian ditunggu sampai terbentuk garis pada alat strip test.Dari

hasil analisa tersebut diperoleh hasil negatif pada satu sampel urine dan hasil positif pada dua

sampel urine yang mengandung amfetamin dan tetrahidrokannabinol. Dilakukan dengan

pemeriksaan skrining metode immunoassay denganhasil yang cepat, sensitif, tidak mahal

dengan tingkat presisi dan akurasi yang masih dapat diterima walaupun kurang spesifik.

Kata kunci : Narkoba, Morfin, Amfetamin, Tetrahidrokannabinol, Strip test.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

v

DRUG ANALYSIS OF MORPHINE, AMPHETAMINE AND THC

(Tetrahidrokannabinol) USING STRIP TEST

ABSTRACT

The research have done of drug analysis morphine, amphetamine and THC

(Tetrahidrokannabinol) using strip test. Analysis did on three urine samples from different

patients. This method is done by dipping the strip test vertically into the urine specimen for

ten until fifteen seconds and then waiting until the line is formed on the test strip tool. From

the analysis results obtained negative results on one sample of urine and positif results in two

urine samples containing amphetamine and tetrahidrokannabinol. Done with immunoassay

screening tests with fast, sensitive, inexpensive results with an acceptable level of precision

and accuracy although less spesific.

Keyword : Drug, Morphine, Amphetamine, Tetrahidrokannabinol, Strip test.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

vi

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

PENGHARGAAN iii

ABSTRAK iv

ABSTRACT v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 2

1.3. Tujuan 2

1.4. Manfaat 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Narkoba 3

2.2. Jenis-jenis Narkoba 4

2.2.1. Narkotika 4

2.2.1.1. Opioid 8

2.2.1.1.1. Morfin 10

2.2.1.1.2. Heroin 11

2.2.1.2. Amphetamin 12

2.2.1.3. THC 13

2.2.2. Psikotropika 15

2.2.3. Zat Adikitif Lainnya 17 2.3. Cara Penggunaan Narkoba 17

2.4. Tanda dan Gejala Narkoba 19

2.5. Urine 20

2.6. Pemeriksaan Narkoba 20

2.6.1. Biochip Array Technology 21

2.6.2. FTIR (fourier transform infrared) 22

2.6.3. XRD (X-Ray Diffrection) 22

2.6.4. Strip Test 23

BAB 3 METODE PERCOBAAN

3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 25

3.2. Alat dan Bahan 25

3.2.1. Alat 25

3.2.2. Bahan 25

3.3. Prosedur Kerja 26

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data dan Hasil Percobaan 27

4.2. Pembahasan 28

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 31

5.2. Saran 31

DAFTAR PUSTAKA 32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Halaman

4.1. Hasil Tes Narkoba Dalam Urine 27

4.2. Rentang Waktu Deteksi Narkotika dan Psikotropika 29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar

2.1. Tanaman Papaver somniferum 9

2.2. Struktur Opium 10

2.3. Struktur Morfin 11

2.4. Struktur Heroin 12

2.5. Struktur Amfetamin 13

2.6. Daun Cannabis sativa 14

2.7. Struktur Utama Cannabissativa 14

2.8. Hasil Positif dan Negatif Pada Strip Test 23

4.1. Hasil Strip Test Nomor 026 dan Rozi 29

4.2. Hasil Strip Test Nomor 326 29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Narkotika berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata Narke yang berarti beku, lumpuh dan

dungu. Menurut Farmakologi medis, yaitu “Narkotika adalah obat yang dapat menghilangkan

(terutama) rasa nyeri yang berasal dari daerah Visceral dan dapat menimbulkan efek stupor

(bengong masih sadar namun harus digertak) serta adiksi (Darman, 2006).

Semua istilah ini sebenarnya mengacu pada sekelompok zat yang umumnya

mempunyai resiko yang oleh masyarakat disebut berbahaya yaitu kecanduan (adiksi).

Narkotik dan kombinasi narkotik dengan depresan lain kadang-kadang digunakan untuk

mencapai stadium operasi pada pasien yang tidak dapat menerima obat anestetik umum

secara utuh/lengkap. Morfin danfentanil merupakan narkotik yang paling sering digunakan.

Karena obat ini secara tunggal dapat menyebabkan depresi pernapasan yang nyata, maka obat

obat ini digunakan dalam dosis rendah dan dikombinasikan dengan barbiturat untuk

mencapai stadium operasi (Munaf, 1994).

Untuk menentukan pemakaian narkoba pada seorang individu, pemeriksaan narkoba

seringkali dilakukan menggunakan berbagai spesimen biologis seperti darah, urine, cairan

oral, keringat ataupun rambut. Urinalisa adalah metode analisa untuk mendapatkan bahan-

bahan atau zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine dan juga untuk melihat

adanya kelainan pada urine. Tes urine adalah jenis tes yang paling umum dan dianggap

sebagai gold standard pengujian obat. Alat tes urine sudah tersedia seperti pada tempat-

tempat tes narkoba, analisis laboratorium, atau toko alat kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

2

Indonesia sendiri sudah banyak membuat kemajuan dalam bebarapa tahun terakhir

dalam hal menyita narkotika dan obat bius illegal dalam jumlah besar yang masuk dari luar

negeri, terutama bahan-bahan methamphetamine yang di Indonesia dikenal dengan sebutan

sabu-sabu. Untuk membuktikan hasil tangkapan atau penyitaan tersebut, perlu dicari metode-

metode yang cukup teruji untuk dapat menganalisa narkotika dan obat bius dengan hasil yang

cepat, akurat, efesien dan dapat memberikan informasi tambahan seperti sifat fisika dan sifat

kimia suatu sampel. Selama ini identifikasi narkoba dilapangan menggunakan narcotictest

dan untuk penelitian-penelitian tentang identifikasi narkoba baru menggunakan HPLC dan

MS.

1.2. Permasalahan

Pemeriksaan narkoba secara kualitatif dengan metode sederhana menggunakan alat

strip test untuk mengetahui jenis narkoba amfetamin, morfin dan THC.

1.3. Tujuan

1.Untuk mengetahui cara pemeriksaan narkoba menggunakan alat strip test dari sampel urine.

2. Untuk mengetahui ada atau tidaknya narkoba yang terkandung dalam sampel urine.

1.4. Manfaat

1.Dapat mengetahui cara pemeriksaan narkoba menggunakan alat strip test dari sampel urine.

2. Dapat mengetahui ada atau tidaknya narkoba yang terkandung dalam sampel urine.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

3

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Narkoba

Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti perasaan, pikiran,

suasana hati serta perilaku jika masuk ke dalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan,

diminum, dihirup, suntik, intravena, dan lain sebagainya (Kurniawan, 2008).

Menurut Hawari (2009) selain narkoba, istilah lain yang diperkenalkan khususnya

oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia adalah NAPZA atau NAZA yang merupakan

singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif. Narkoba merupakan bahan/zat yang

bila masuk ke dalam tubuh akan menyebabkan gangguan fisik, psikis/jiwa dan fungsi sosial.

Semua zat yang termasuk NAZA menimbulkan adiksi (ketagihan) yang pada gilirannya

berakibat pada dependensi (ketergantungan). Zat yang termasuk NAZA memiliki sifat

sebagai berikut:

a. Keinginan yang tak tertahankan (an over-powering desire) terhadap zat yang

dimaksud dan akan melakukan segala cara untuk memperolehnya.

b. Kecenderungan untuk menambah takaran (dosis) sesuai dengan toleransi tubuh.

c. Ketergantungan psikologis, yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan

menimbulkan gejala-gejala kejiwaan seperti kegelisahan, kecemasan, depresi dan

sejenisnya.

d. Ketergantungan fisik, yaitu apabila pemakaian zat dihentikan akan menimbulkan

gejala fisik yang dinamakan gejala putus zat (with drawal symptoms).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

4

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat/bahan berbahaya. Lama kelamaan

disadari bahwa kepanjangan narkoba tersebut keliru sebab istilah obat berbahaya dalam ilmu

kedokteran adalah obat-obatan yang tidak boleh dijual bebas, karena pemberiannya dapat

membahayakan bila tidak melalui pertimbangan medis. Banyak jenis narkotika dan

psikotropika memberi manfaat yang besar bila digunakan dengan baik dan benar dalam

bidang kedokteran. Tindakan operasi (pembedahan) yang dilakukan oleh dokter harus

didahului dengan pembiusan. Orang mengalami stres dan gangguan jiwa diberi obat-obatan

yang tergolong psikotropika oleh dokter agar dapat sembuh. Banyak jenis narkoba yang

sangat bermanfaat dalam bidang kedokteran. Karena sikap antinarkoba sangat keliru, yang

benar adalah anti penyalahgunaan narkoba (Partodiharjo, 2003).

Beberapa obat bertindak sebagai stimulan yang memberi rasa nyaman, hilaritas,

ekspansifitas yang pada akhirnya mengurangi pengguna menjadi makhluk non produktif yang

hanya bergantung pada obat-obatan dan merasa “bahagia”. Kelompok obat lain adalah

depresan yang menenangkan seorang yang merasa terbebani secara mental (Nandy, 1995).

2.2. Jenis-jenis Narkoba

Narkoba dibagi dalam 3 jenis, yaitu narkotika, psikotropika dan bahan adiktif lainnya.

Tiap jenis dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa kelompok (Partodiharjo, 2003).

2.2.1. Narkotika

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik

sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,

serta hilangnya rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

menimbulkan ketergantungan. Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat.

Narkotika juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang

sangat tinggi (Partodiharjo, 2003).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

5

Narkotika termasuk obat tertua dalam praktik kedokteran. Pada tahun 1680 Sydenham

menulis, “Dari obat-obatan yang telah disiapkan para dokter kepada pasien untuk

meringankan penyakitnya, tidak ada yang begitu baik dan sangat manjur seperti opium”.

Seperti banyak obat atau bahan yang memiliki manfaat namun ada yang harus

dipertimbangkan dalam hal kerugian tertentu dan narkotika memiliki kekurangan tersebut.

Begitu banyak perhatian publik pada penyebaran dan penyalahgunaan gelap narkotika

sehingga nilai medis yang besar sering diabaikan (Coggeshall, 1964).

Menurut Undang-Undang No. 22 tahun 1997 yang dimaksud dengan narkotika

meliputi :

1. Golongan Opiat : heroin, morfin, madat dan lain-lain.

2. Golongan Kanabis : ganja, hashish.

3. Golongan Koka : kokain, crack.

a. Alkohol adalah minuman yang mengandung etanol.

b. Psikotropika menurut Undang-Undang No. 5 tahun 1997 meliputi : ecxtasy,

shabu-shabu, Isd, obat penenang/obat tidur, obat anti depresi dan anti psikosis.

c. Zat adiktif lain termasuk inhalansia (aseton, thinner cat, lem atau glue), nikotin

(tembakau), kafein (kopi).

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 pasal 6, jenis

narkotika di bagi atas 3 golongan :

1. Narkotika golongan I : adalah narkotika yang paling berbahaya, daya adiktif sangat

tinggi menyebabkan ketergantungan. Tidak dapat digunakan untuk kepentingan

apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan. Contoh : ganja, morphine,

putauw.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

6

2. Narkotika golongan II : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif kuat, tapi

bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : petidindan turunannya,

benzetidin,betametadol.

3. Narkotika golongan III : adalah narkotika yang memiliki daya adiktif ringan, tetapi

dapat bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contoh : codein dan turunannya

(Makarao, 2003).

Narkotika Golongan II dan III yang berupa bahan baku, baik alami maupun sintesis,

yang digunakan untuk produksi obat diatur dengan Peraturan Menteri. Untuk kepentingan

pengobatan dan berdasarkan indikasi medis, dokter dapat memberikan Narkotika Golongan II

atau Golongan III dalam jumlah terbatas dan sediaan tertentu kepada pasien sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan (Partodiharjo, 2003).

Berdasarkan cara pembuatannya, narkotika dibedakan kedalam 3 golongan juga, yaitu

narkotika alami, narkotika semisintesis dan narkotika sintesis (Partodiharjo, 2003).

1. Narkotika alami

Narkotika alami adalah narkotika yang zat adiktifnya diambil dari tumbuh-tumbuhan

(alam). Contohnya :

a. Ganja

Tanaman perdu dengan daun menyerupai daun singkong dan berbulu halus, jumlah

jarinya selalu ganjil, yaitu 5,7,9. Tumbuhan ini banyak tumbuh di beberapa daerah di

Indonesia seperti Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Pulau Jawa dan lain-lain.

Daun ganja sering digunakan sebagai bumbu penyedap masakan. Bila digunakan

sebagai bumbu masak, daya adiktifnya rendah. Namun, tidak demikian bila dibakar dan

asapnya dihirup.Cara penyalahgunaannya adalah dengan mengeringkan dan dicampur

dengan tembakau rokok atau langsung dijadikan rokok lalu dibakar dan dihisap.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

7

b. Hasis

Hasis adalah tanaman serupa ganja yang tumbuh di Amerika Latin dan Eropa. Daun

ganja, hasis dan mariyuana juga dapat disuling dan diambil sarinya. Dalam bentuk cair,

harganya sangat mahal. Gunanya adalah untuk disalahgunakan oleh pemadat-pemadat

“kelas tinggi”.

c. Koka

Koka adalah tanaman perdu mirip pohon kopi. Buahnya yang matang berwarna merah

seperti biji kopi. Dalam komunitas masyarakat Indian kuno, biji koka sering digunakan

untuk menambah kekuatan orang yang berperang atau berburu binatang. Koka

kemudian diolah menjadi kokain.

d. Opium

Opium adalah bunga dengan bentuk dan warna yang indah. Dari getah bunga opium

dihasilkan candu (opiat). Di Mesir dan daratan Cina, opium dulu digunakan untuk

mengobati beberapa penyakit, memberi kekuatan, atau menghilangkan rasa sakit pada

tentara yang terluka sewaktu berperang atau berburu.

2. Narkotika semisintesis

Narkotika semisintesis adalah narkotika alami yang diolah dan diambil zat aktifnya (inti

sarinya) agar memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan kedokteran. Contohnya :

a. Morfin : dipakai dalam dunia kedokteran untuk menghilangkan rasa sakit atau

pembiusan pada operasi (pembedahan).

b. Kodein : dipakai untuk obat penghilang batuk. Ikatan dengan protein rendah.

Potensi untuk di salahgunakan sedang. Efektif dan paling banyak digunakan

sebagai penekan batuk (Munaf, 1994).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

8

c. Heroin : tidak dipakai dalam pengobatan karena daya adiktifnya sangat besar dan

manfaatnya secara medis belum ditemukan. Dalam perdagangan gelap, heroin

diberi nama putaw atau pete. Bentuknya seperti tepung terigu halus, putih dan agak

kotor.

d. Kokain : hasil olahan dari biji koka.

3. Narkotika sintesis

Narkotika sintesis adalah narkotika palsu yang dibuat dari bahan kimia. Narkotika ini

digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi orang yang menderita ketergantungan

narkoba (substitusi). Contohnya :

a. Petidin : untuk obat bius lokal, operasi kecil, sunat, dsb.

b. Methadon : untuk pengobatan pecandu narkoba.

c. Naltrexon : untuk pengobatan pecandu narkoba.

Selain untuk pembiusan narkotika sintesis biasanya diberikan oleh dokter kepada

penyalahguna narkoba untuk menghentikan kebiasannya yang tidak kuat melawan suggesti

(relaps) atau sakaw. Narkotika sintesis berfungsi sebagai “pengganti sementara”. Bila sudah

benar-benar bebas, asupan narkoba sintesis dikurangi sedikit demi sedikit sampai akhirnya

berhenti total (Partodiharjo, 2003).

2.2.1.1. Opioid

Anelgesik opioid adalah golongan obat penghilang nyeri alamiah, semisintetik dan

sintetik yang sebagian sifat-sifatnya sama atau hampir sama dengan opium atau morfin.

Penggunaan utama ialah untuk mengatasi rasa nyeri yang tidak hilang dengan anelgesik

biasa. Bahaya penggunaan obat golongan opioid ini ialah terjadinya adiksi dan

ketergantungan obat, yang dapat menimbulkan penyalahgunaan berat dengan dampak

negatifnya pada masalah sosial dalam masyarakat. Karena itu distribusi dan pengedarannya

diawasi dengan ketat dan diatur oleh undang-undang. Golongan opioid ini disebut juga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

9

sebagai opiat atau narkotik. Opiat adalah istilah yang pertama kali digunakan untuk semua

obat yang diturunkan dari opium, seperti morfin, kodein dan derivat-derivat semisintetik dan

sintetik lain. Karena obat ini menurunkan kesadaran, maka muncul istilah narkotik (Munaf,

1994).

Berdasarkan bukti arkeologis dan historis menunjukkan bahwa opium telah digunakan

sebagai analgesik sejak abad ketiga SM (Rodger, 1980).

Opium adalah obat yang menginduksi kantuk. Berasal dari buah mentah yaitu

tanaman Papaver somniferum (tanaman poppy). Getah kental berwarna putih dari sayatan

pada buah ini dikeringkan untuk mendapatkan jenis opium coklat tua. Opium memiliki rasa

pahit dan bau khas. Hal itu menyebabkan depresi C.N.S, analgesia dan hipnosis. Kombinasi

analgesia dan hipnosis adalah pembiusan. Opium adalah narkotika sejati (Nandy, 1995).

Gambar 2.1. Tanaman Papaver somniferum

Sumber: (Nandy, 1995)

Dosis fatal pada opium 2,0 mg, morfin melalui mulut 200 – 250 mg, morfin parenteral

80 – 100 mg dan kodein 500 mg. Toleransi untuk opium dan morfin terjadi dengan mudah

dan cepat yaitu toleransi sejati karena laju metabolisme meningkat secara bertahap (Nandy,

1995).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

10

Gambar 2.2. Struktur Opium

Sumber: (Hill, 2002)

2.2.1.1.1.Morfin

MenurutAgoes (2001) morfin adalah alkaloida terpenting yang terdapat dalam candu,

yaitu getah yang dikeringkan dari tumbuhan Papaver somniferum. Sebagai zat psikotrop,

morfin memiliki tiga kelompok khasiat penting, yaitu :

1. Menekan SSP : analgetis, hipnotis, supresi pernapasan dan kadang kala menimbulkan

euforia.

2. Menstimulasi SSP : miosis, mual, muntah, eksitasi dan konvulsi.

3. Efek perifer : obstipasi dan retensi urine.

Morfin merupakan ikatan protein rendah. Pemberian umumunya secara parenteral dan

pada pemberian oral sebagian besar mengalami metabolisme lintas pertama di hepar. Potensi

tinggi untuk disalahgunakan. Penggunaan untuk penghilang rasa nyeri hebat, edema paru dan

angina pektoris (Munaf, 1994).

Morfin sangat lipofilik dan tidak dapat langsung diekskresi karena dengan cepat ia

diserap kedalam jaringan padat lemak termasuk otak. Namun, morfin mengalami konjugasi

fase kedua dengan asam glukoronida dalam hati, membentuk metabolit morfin-3-gluku-

ronida. Metabolit ini larut dalam air dan tidak langsung masuk ke otak; konjugasinya lalu

siap diekskresi (Gibson, 1991).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

11

Eksresi morfin dari darah terjadi cepat, sekitar 80% dari dosis yang diberikan

diekresikan dalam urine dalam waktu 8 jam meskipun tandanya masih dapat dideteksi 72 –

100 jam setelah pemberian, terutama pada pecandu. Morfin utamanya dimetabolisme di hati

(Glare, 1991).

Gambar 2.3.Struktur Morfin

Sumber: (Hill, 2002)

2.2.1.1.2. Heroin

Heroin (diamorphine) adalah candu yang berasal dari opium poppy (papaver

somniferum). Heroin dapat berbentuk serbuk putih, sekalipun biasanya ditemukan juga warna

kecokelatan (Rozak, 2006).

Menurut Fessenden dan Fessenden (1989) heroin tidak terdapat dalam alam,

melainkan disintesis dari morfina di laboratorium. Heroin seperti kodeina dan morfin

merupakan penghilang nyeri yang ampuh. Dipelbagai belahan dunia heroin digunakan untuk

menghilangkan rasa sakit pada pasien kanker stadium akut karena lebih membuat ketagihan

daripada morfina, penggunaanya sebagai obat dilarang di Amerika Serikat.

Heroin pertama kali di sintesiskan dari morfin pada tahun 1874, heroin belum

digunakan secara meluas dalam dunia pengobatan hingga awal abad ini. Produksi komersial

penghilang rasa sakit yang baru ini pertama kali dimulai pada tahun 1898. Tidak hanya

diterima secara luas oleh mereka yang berprofesi di dunia medis, selama bertahun-tahun para

dokter tetap tidak tahu potensi heroin ini sebagai zat adiktif. Tidak digunakan di klinik.

Mempunyai efek efori yang lebih kuat dan lebih menyenangkan dibanding dengan morfin.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

12

Paling banyak disalahgunakan secara tidak legal. Mempunyai potensi untuk disalahgunakan

yang tinggi, dan berpenetrasi lebih cepat dari morfin (Munaf, 1994).

Heroin (diasetilmorfin, diamorfin) adalah derivat semi-sintesis dengan khasiat sentral

2 kali lebih kuat. Resorpsinya dari usus dan selaput lendir baik. Dalam darah heroin

dideasetilasi menjadi 6-monoasetilmorfin (yang juga farmakologis aktif) dan lalu menjadi

morfin. Kedua metabolit ini melintasi barrier darah-liquor dengan cepat. Adiksi dapat timbul

pesat sekali, sehingga tidak digunakan lagi dalam terapi (Tjay, 2002).

Gambar 2.4. Struktur Heroin

Sumber: (Hill, 2002)

2.2.1.2. Amfetamin

Amfetamin merupakan salah satu obat bius yang dapat ditemukan dalam bentuk pil,

kapsul ataupun bubuk. Obat bius ini sebenarnya berguna untuk menstimulasikan

moodpengguna menjadi tinggi (Rozak, 2006).

Amfetamin terdiri dari MDMA (methylen dioxy methamphetamin) dan meth-

amfetamin. MDMA atau ekstasi, contohnya adalah ineks berbentuk tablet atau pil yang

diminum. Meth-amfetamin, contohnya shabu-shabu berbentuk kristal yang penggunaannya

dengan cara dibakar, asapnya dihisap (Nurhaeni, 2009).

Amfetamindiindikasikan untuk penyakit kurang perhatian pada anak-anak (disfungsi

otak yang minimal, hiperaktivitas) sebagai narkolepsi, penekan nafsu makan, hanya

digunakan untuk jangka pendek (beberapa minggu) karena efek adiksinya. Adanya rebound

weight again menghilangkan manfaat ini. Efek samping dapat berupa kelemahan, pusing,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

13

insomnia, disforia, tremor, sakit kepala, reaksi psikotik (jarang), palpitasi, takikardi,

hipertensi, diare atau kontipasi dan impoten. Penyalahgunaan dapat menimbulkan

ketergantungan obat (Munaf, 1994).

Amfetamin pertama dibuat di Jerman pada akhir abad ke-19 tetapi baru dipatenkan

pada 1930-an. Pada 1940-an amfetamin mulai dipakai sebagai terapeutik untuk berbagai

macam kondisi medis seperti ayan, depresi dan untuk anak yang hiperkinetik. Merupakan zat

perangsang sintetik yang dapat berbentuk tablet, kapsul serta bentuk lainnya yang digunakan

untuk kepentingan medis. Efek amfetaminbiasanya hilang setelah 3-6 jam dan pemakai dapat

secara tiba-tiba menjadi lelah, suka marah, murung dan tidak bisa konsentrasi, peningkatan

kewaspadaan, peningkatan tenaga dan kegiatan, mengurangi nafsu makan dan kepercayaan

diri. Penggunaan jangka panjang dapat mengakibatkan malnutrisi, kelelahan, depresi dan

psikosis (Nurhaeni, 2009).

Gambar 2.5. Struktur Amfetamin

Sumber: (Hill, 2002)

2.2.1.3 THC

Ganja sering pula disebut dengan cannabis, yakni sejenis tanaman yang dikeringkan

yang mengandung zat delta-9, yakni tetrahydrocannabinol (THC). Istilah yang sering

digunakan untuk menyebutkan istilah ganja ini antara lain adalah rumput, grass, gele, daun

layus, gum, cimeng, marijuana dan lain-lain (Rozak, 2006).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

14

Gambar 2.6. Daun Cannabis sativa

Sumber: (Nurhaeni, 2009)

Tiga cannabinoid utama telah ditemukan pada cannabis; cannabidiol (CBD), Δ9-

tetrahydrocannabinol (THC), dan cannabinol(CBN). Alur biosintesis dimulai dengan CBD,

diolah menjadi THC dan diakhiri dengan CBD.THC mempunyai efek-efek farmakologis

yang bervariasi yang menyerupai amphetamine, LSD, alkohol, sedative, atropinedan

morphine. Sehingga obat tersebut tidak sesuai dengan klasifikasi farmakologis tradisional dan

harus dipertimbangkan sebagai kelompok terpisah (Katzung, 2002).

Gambar 2.7. Struktur Utama Cannabis

Sumber: (Katzung, 2002)

Cara penggunaan yang paling disukai di negara-negara Barat adalah dengan merokok.

Tingginya daya larut lipid (solubilitas lipid) dari THC menyebabkannya lebih mudah terjebak

pada lapisan surfaktan paru. Perokok marijuana yang ahli sering kali sadar akan efek obat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

15

setelah dua atau kali hirup. Karena merokok secara kontinyu, efeknya meningkat, mencapai

maksimum sekitar 20 menit setelah rokok dihabiskan (Katzung, 2002).

Alkoloid utama yang terdapat dalam terdapat dalam mariyuana adalah dronabinol

yang juga disebut Δ9-tetrahydrocannabinol (THC). Dronabinol menyebabkan euforia yang

diikuti mengantuk dan relaksasi, tergantung pada situasi sosial. THC menghambat memori

jangka pendek dan aktivitas mental. Mengurangi kekuatan otot dan menganggu aktivitas

motor yang terlatih tinggi, seperti yang diperlukan untuk mengendarai mobil. Menurunkan

nafsu makan, menyebabkan mulut kering, halusinasi visual, delusi dan meningkatkan

aktivitas sensoris (Agoes, 2001).

Efek THC terlihat segera setelah mengisapnya tetapi efek maksimal sekitar 20 menit

kemudian. Setelah 3 jam, sebagian besar efek tersebut hilang. Efek samping termasuk

peningkatan denyut jantung, penurunan tekanan darah dan konjungtiva merah. Pada dosis

tinggi, terjadi psikosis toksik. Penggunaan berulang dapat menyebabkan toleransi dan

ketergantungan fisik. THC kadang-kadang diberikan untuk muntah hebat yang disebabkan

pengobatan obat pada kemoterapi kanker (Agoes, 2001).

2.2.2. Psikotropika

Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis, bukan narkotika yang

berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktifitas mental dan perilaku, digunakan untuk mengobati gangguan

jiwa (Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997).

Menurut Partodiharjo (2003) jenis psikotropika dibagi atas 4 golongan :

a. Golongan I : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat untuk

menyebabkan ketergantungan, belum diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan

sedang diteliti khasiatnya seperti esktasi (metamphetamine dalam bentuk tablet atau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

16

kapsul), sabu-sabu (berbentuk kristal berisi zat metamphetamin). Contohnya adalah

MDMA, ekstasi, LSD dan STP.

b. Golongan II : adalah psikotropika dengan daya aktif yang kuat untuk menyebabkan

sindroma ketergantungan serta berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contoh :

amphetamin dan metamphetamin.

c. Golongan III : adalah psikotropika dengan daya adiktif yang sedang berguna untuk

pengobatan dan penelitian. Contoh: lumibal, fleenitrazepam.

d. Golongan IV : adalah psikotropika dengan daya adiktif ringan berguna untuk

pengobatan dan penelitian. Contoh: nitrazepam, diazepam.

Efek pemakaian psikotropika yaitu dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang

susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya halusinasi

(mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan dalam perasaan dan dapat

menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi (merangsang) bagi para

pemakainya. Pemakaian Psikotropika yang berlangsung lama tanpa pengawasan dan

pembatasan pejabat kesehatan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit serta kelainan

fisik bahkan menimbulkan kematian (Darman, 2006).

Zat psikotropika yang sering disalahgunakan menurut WHO 1992 adalah :

1. Alkohol (semua minuman beralkohol).

2. Opioida (heroin, morfin, pethidin, candu).

3. Kanabinoida/hipnotika ganja = mariyuana, hashish).

4. Sedative/hipnotika (obat penenang/tidur).

5. Kokain : daun koka, serbuk kokain, creck.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

17

6. Stimulansia lain, termasuk kafein, ecstasy dan shabu-shabu.

7. Halusinogenika : Isd, mushroom, mescalin.

8. Tembakau (mengandung nikotin).

9. Pelarut yang mudah menguap seperti aseton, glue atau lem.

10. Multipel (kombinasi) dan lain-lain, misalnya kombinasi heroin dan shabu-shabu,

alkohol dan obat tidur.

2.2.3. Zat Adikitif Lainnya

Zat adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika dan psikotropika yang dapat

menimbulkan ketergantungan pada pemakainya, diantaranya adalah :

a) Rokok.

b) Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan menimbulkan ketagihan.

c) Thiner dan zat lainnya, seperti lem kayu, penghapus cair dan aseton, cat, bensin yang

bila dihirup akan dapat memabukkan (Joewana, 2001).

2.3. Cara Penggunaan Narkoba

Menurut Darman (2006) dari cara penggunaanya, narkoba dapat digolongkan ke

dalam empat bagian besar yaitu :

1. Ditelan atau diminum

Pada umumnya yang termasuk dalam penggolongan ini merupakan jenis narkoba

yang diracik dalam bentuk pil atau biji-bijian atau juga minuman keras. Yang

termasuk di dalam penggolongan ini adalah ekstasi, lexotan, biji ganja dan minuman

keras.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

18

2. Dihisap

Yang termasuk dalam golongan ini adalah daun ganja dan tembakau.

3. Dihirup

Yang termasuk golongan ini adalah kokain, hashis dan shabu-shabu.

4. Disuntik

Penggunaan narkoba jenis ini melalui alat suntik yakni dengan memasukkan cairan

(zat adiktif). Yang termasuk golongan ini adalah heroin, morfin dan amfetamin.

Menurut efek yang ditimbulkan terbagi dalam 3 golongan (Darman, 2006) :

1. Depresan

Adalah obat yang berfungsi mengurangi aktivitas fungsional tubuh. Obat ini dapat

membuat sipemakai menjadi tenang dan bahkan membuatnya tertidur atau tak

sadarkan diri. Jenis obat ini antara lain : opioida, opium, morfin, heroin, opiat sintetik

dan sedative.

2. Stimulan

Stimulan adalah berbagai jenis zat yang dapat merangsang fungsi tubuh dan

meningkatkan kegairahan kerja serta kesadaran, jenis zat ini antara lain : kafein,

kokain, amfetamin dan ekstasi.

3. Halusinogen

Merupakan zat atau obat yang dapat merangsang efek halusinasi yang bersifat

merubah perasaan dan pikiran yang seringkali menciptakan daya pandang berbeda

sehingga seluruh perasaan dapat terganggu. Zat jenis ini antara lain : ganja/kanabis,

mescalin.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

19

2.4. Tanda dan Gejala Narkoba

Menurut Nurhaeni (2009) pengaruh narkoba pada tubuh disebut intoksikasi. Selain

itu, ada juga sindroma putus zat yaitu sekumpulan gejala yang timbul akibat penggunaan zat

yang dikurangi atau dihentikan. Tanda dan gejala intoksikasi dan putus zat berbeda pada jenis

zat yang berbeda. Tanda dan gejala intoksikasi adalah sebagai berikut :

1. Opiat : eforia, mengantuk, bicara cadel, konstipasi, penurunan kesadaran.

2. Ganja : eforia, mata merah, mulut kering, banyak bicara dan tertawa, nafsu makan

meningkat, gangguan persepsi.

3. Sedatif-hipnotik : pengendalian diri berkurang, jalan sempoyongan, mengantuk,

memperpanjang tidur, hilang kesadaran.

4. Alkohol : mata merah, bicara cadel, jalan sempoyongan, perubahan persepsi,

penurunan kemampuan menilai.

5. Amfetamin : selalu terdorong untuk bergerak, berkeringat, gemetar, cemas, depresi,

paranoid.

Tanda dan gejala putus zat yaitu (Nurhaeni, 2009) :

1. Opiat : nyeri, mata dan hidung berair, perasaan panas dingin, diare, gelisah, tidak bisa

tidur.

2. Ganja : jarang ditemukan.

3. Sedatif-hipnotik : cemas, tangan gemetar, perubahan persepsi, gangguan daya ingat,

tidak bisa tidur.

4. Alkohol : cemas, depresi, muka merah, mudah marah, tangan gemetar, mual muntah,

tidak bisa tidur.

5. Amfetamin : cemas, depresi, kelelahan, energi berkurang, kebutuhan tidur meningkat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

20

2.5. Urine

Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal

yang kemudian oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses

urinalisasi. Ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah

yang disaring oleh ginjaldan untuk menjaga homeostatis cairan tubuh. Dalam

mempertahankan homeostatis tubuh peranan urine sangat penting, karena sebagian

pembuangan cairan oleh tubuh adalah melalui sekresi urine (Indrati, 2015).

Urine merupakan spesimen yang paling sering digunakan untuk pemeriksaan narkoba

rutin karena ketersediaannya dalam jumlah besar dan memiliki kadar obat dalam jumlah

besar sehingga lebih mudah mendeteksi obat dibandingkan pada spesimen lain. Teknologi

yang digunakan pada pemeriksaan narkoba pada urine sudah berkembang baik. Kelebihan

lain spesimen urine adalah pengambilannya yang tidak invasif dan dapat dilakukan oleh

petugas yang bukan medis. Urine merupakan matriks yang stabil dan dapat disimpan beku

tanpa merusak integritasnya. Obat-obatan dalam urine biasanya dapat dideteksi sesudah 1 – 3

hari. Kelamaan pemeriksaan urine adalah mudah dilakukan pemalsuan dengan cara substitusi

dengan bahan lain maupun diencerkan sehingga mengacaukan hasil pemeriksaan (Indrati,

2015).

Tingkat akurasi uji narkoba melalui rambut lebih tinggi dibanding via urine. Jika

pemakai narkoba berhenti mengkonsumsi selama satu bulan, saat diuji urine tidak akan

terdeteksi. Namun dengan uji rambut masih dapat terdeteksi . Itu karena komponen drugs

akan terbawa kerambut dan bisa bertahan dalam jangka waktu 60 – 90 hari. Jadi meskipun

pengguna berhenti selama satu tahun masih bisa terdeteksi (Indrati, 2015).

2.6. Pemeriksaan Narkoba

Pemeriksaan narkoba seringkali dibagi menjadi pemeriksaan skrining dan

konfirmatori. Pemeriksaan skrining merupakan pemeriksaan awal pada obat pada golongan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

21

yang besar atau metabolitnya dengan hasil presumptif positif dan negatif. Secara umum

pemeriksaan skrining merupakan pemeriksaan yang cepat, sensitif, tidak mahal dengan

tingkat presisi dan akurasi yang masih dapat diterima, walaupun kurang spesifik dan dapat

menyebabkan hasil positif palsu karena terjadinya reaksi silang dengan substansi lain dengan

struktur kimia yang mirip. Pada pemeriksaan skrining, metode yang sering digunakan adalah

immunoassay dengan prinsip pemeriksaan adalah reaksi antigen dan antibodi secara

kompetisi. Pemeriksaan skrining dapat dilakukan diluar laboratorium dengan metode ELISA

(enzyme linked immunosorbent assay) (Indrati, 2015).

Pemeriksaan konfirmasi digunakan pada spesimen dengan hasil positif pada

pemeriksaan skrining. Pemeriksaan konfirmasi digunakan pada spesimen dengan hasil positif

palsu. Metode konfirmasi yang sering digunakan adalah gas chromatography/mass

spectrometry (GC/MS) atau liquid chromatography yang dapat mengidentifikasi jenis obat

secara spesifik dan tidak dapat bereaksi silang dengan substansi lain. Kekurangan metode

konfirmasi adalah waktu pengerjaannya yang lama, membutuhkan keterampilan tinggi serta

biaya pemeriksaan yang tinggi (Lum, 2004).

2.6.1.Biochip Array Technology

Biochip Array Technology merupakan metode pemeriksaan dengan teknologi nano

yang prinsip kerjanya berdasarkan metode ELISA. Metode yang digunakan untuk

pemeriksaan toksikologi memiliki prinsip kerjanya berdasarkan ELISA kompetitif. Pada

biochip tersebut sudah tertanam antibodi spesifik yang dapat beriteraksi dengan antigen yang

diinginkan maupun antigen spesifik yang tertaut enzim sinyal atau antigen yang tidak

berinteraksi dengan antigen spesifik (Fitzgerald, et al. 2005).

Kelemahan dari pemeriksaan skrining menggunakan metode ELISA adalah adanya

reaksi silang terhadap zat yang diperiksa yang memiliki kemiripan struktur kimia Berdasakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

22

penelitian yang sudah dilakukan , pemeriksaan dengan metode Biochip Array Technology

meminimalisir terjadinya reaksi silang tersebut (Fitzgerald, et al. 2005).

2.6.2. FTIR (fourier transform infrared)

Spektroskopi FTIR (fourier transform infrared) merupakan salah satu teknik analitik

yang sangat baik dalam proses identifikasi struktur molekul suatu senyawa. Informasi

struktur molekul dapat diperoleh secara tepat dan akurat (memiliki resolusi yang tinggi).

Keuntungan yang lain dari metode ini adalah dapat digunakan untuk mengidentifikasi sampel

dalam berbagai fase (Harmita, 2006).

2.6.3.XRD (X-Ray Diffrection)

Metode XRD sangat potensial untuk mengidentifikasi material diberbagai bidang hal

ini karena pola XRD yang dihasilkan tergantung pada jarak antar-atom dan antar-molekul

dari material yang diperiksa dan ini akan menghasilkan pola difraksi yang khas untuk

masing-masing material. Secara khusus, telah menunjukkan bahwa energi dipersif dari XRD

memungkinkan untuk identifikasi narkoba (Pani, et al. 2009).

2.6.4. Gas Chromatography Mass Spectrometry (GC/MS)

GC/MS merupakan salah satu metode analisis yang mengkombinasi teknik Gas-

LiquidChromatography dan Mass Spectrometry untuk mengidentifikasi zat tertentu dalam

suatu uji laboratorium. Kombinasi teknik pemeriksaan gas Chromatography dan Mass

Spectrometry (GC/MS) mulai dikenal sejak tahun 1960 sebagai alat yang paling sensitif dan

serbaguna untuk mengidentifikasi senyawa organik yang mudah menguap. Saat ini

penggunan GC/MS untuk penghitungan kuantitatif senyawa-senyawa organik yang spesifik

menjadi aplikasi utamanya. Hal tersebut dikarenakan alat GC/MS memiliki sensitivitas,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

23

akurasi dan fleksibilitas yang tidak tertandingi dengan teknik lainnya, termasuk jenis

pemeriksaan teknik immunoassay (Rodger, et al. 1980).

2.6.5. Strip Test

Strip Test adalah metode immunoassay dengan prinsip pemeriksaan yaitu reaksi

antigen dan antibodi secara kompetisi yang mungkin ada dalam spesimen urine dan bersaing

melawan konjugat obat untuk mengikat situs pada antibodi. Selama pengujian, spesimen

urine bermigrasi keatas dengan aksi kapiler dengan prinsip pemeriksaan adalah reaksi antigen

dan antibodi secara kompetisi (Baselt, 1982).

Spesimen urine dengan hasil positif tidak akan membentuk garis berwarna pada

daerah garis uji karena persaingan obat, sementara spesimen urine dengan hasil negatif akan

menghasilkan garis di daerah uji karena adanya kompetisi obat. Berfungsi sebagai kontrol

prosedural, garis berwarna akan selalu muncul di garis kontrol, menunjukkan bahwa jumlah

spesimen yang tepat telah ditambahkan (Baselt, 1982).

Gambar 2.8. Hasil Positif dan Negatif Pada Strip Test

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

24

Kontrol prosedural disertakan dalam tes. Sebuah garis merah muncul di kontrol

wilayah (C) dianggap sebagai pengendalian prosedural positif internal.

1. Negatif : Dua baris muncul. Satu garis merah harus berada di wilayah kontrol (C) dan

garis merah atau pink yang lain yang jelas harus berada di daerah uji (T).

2. Positif : Satu garis merah muncul diwilayah kontrol (C). Tidak ada garis yang masuk

pada daerah uji (T).

3. Invalid: Garis kontrol gagal muncul. Volume spesimen tidak mencukupi atau teknik

prosedural yang salah adalah alasan yang paling mungkin untuk kegagalan kontrol.

Tinjau kembali prosedur dan ulangi dengan strip test baru.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

25

BAB 3

METODE PERCOBAAN

3.1. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan Analisa dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Daerah di Medan yang

dilakukan 06 Februari 2017.

3.2. Alat dan Bahan

3.2.1. Alat

1. Strip test

2. Penetes

3. Tissue

4. Tube

5. Timer

3.2.2. Bahan

1. Urine pasien 0326

2. Urine pasien 026

3. Urine Rozi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

26

3.3. Prosedur Kerja

1. Diambil sampel urine yang akan di periksa.

2. Dimasukkan kedalam tube secukupnya.

3. Dibuka alat strip test yang telah disediakan.

4. Diletakkan diatas meja datar.

5. Ditulis label sampel.

6. Dicelupkan secara vertikal strip pada spesimen urine selama 10 – 15 detik.

7. Ditunggu hingga terbentuk garis C dan T pada alat strip test.

8. Dibaca alat striptest, apabila hanya terbentuk pita pink pada Control (C) maka hasil positif,

terbentuk dua pita pink pada Control (C) dan pada Test (T) dinyatakan hasil negatif, dan

alat invalid apabila tidak terbentuk pita pink pada Control (C) dan pada Test (T) atau

terbentuk pita pink pada Test (T) sedangkan pada Control (C) tidak terbentuk pita.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

27

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data dan Hasil Percobaan

Data hasil tes narkoba dalam sampel urine pada tanggal 06 Maret 2017 di Laboratorium

Kesehatan Daerah Medan dapat dilihat pada tabel 4.1 yakni sebagai berikut:

Tabel 4.1. Hasil Tes Narkoba Dalam Urine

Sampel MOP THC AMP

Urine pasien 0326 - - +

Urine pasien 026 - - -

Urine Rozi - + +

Keterangan :

MOP = Morfin

THC = Ganja

AMP = Amfetamin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

28

4.2. Pembahasan

Narkotik berasal dari bahasa Yunani untuk menyatakan penurunan kesadaran (stupor)

(Nandy, A. 1995).

Soerdjono Dirjosisworo mengatakan bahwa pengertian narkotika adalah zat yang bisa

menimbulkan pengaruh tertentu bagi yang menggunakannya dengan memasukkan kedalam

tubuh. Pengaruh tersebut bisa berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit, rangsangan semangat

dan halusinasi atau timbulnya khayalan-khayalan. Sifat-sifat tersebut yang diketahui dan

ditemukan dalam dunia medis bertujuan dimanfaatkan bagi pengobatan dan kepentingan

manusia dibidang pembedahan, menghilangkan rasa sakit dan lain lain (Pieter, 2010).

Urine merupakan matriks yang stabil dan dapat disimpan beku tanpa merusak

integritasnya (Dasgupta, 2007).

Metabolit yang di ketemukan pada urine untuk psikotropika sebagian besar dalam

bentuk bebas sedangkan untuk narkotika sebagian besar dalam bentuk konjugasi atau

diperlukan pengasaman atau hidrolisis untuk memutuskan ikatan konjugasi tersebut sehingga

dapat dideteksi. Pendeteksian narkotika dan psikotropika di dalam urine berbeda dengan

bentuk aslinya yaitu termetabolisme oleh tubuh sehingga menghasilkan dua atau tiga zat

(dalam keadaan bebas maupun terkonjugasi) (Moffat, et al. 2004).

Menurut Stimmel (1993) bahwa masing-masing obat (narkotika atau psikotropika)

memiliki waktu pendeteksian yang berbeda-beda. Golongan amphetamine masih dapat

dideteksi pada rentang waktu satu hingga maksimal tiga hari. Golongan barbiturate masih

dapat dideteksi pada rentang waktu tiga hingga maksimal empat hari. Golongan cocaine

masih dapat dideteksi pada rentang waktu dua hingga tiga hari. Golongan opiat seperti

codeine dan heroin(dideteksi sebagai morphine) masih dapat dideteksi pada rentang waktu

dua hingga maksimal empat hari. Golongan mariyuana masih dapat dideteksi pada rentang

waktu satu hingga maksimal sepuluh hari.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

29

Tabel 4.2. Rentang Waktu Deteksi Narkotika dan Psikotropika

Jenis Narkotika/Psikotropika Rentang Waktu Deteksi

Amphetamine 1 - 3 hari

Barbiturat 3 - 4 hari

Cocaine 2 - 3 hari

Codein & Morphine 2 - 4 hari

Mariyuana 1 - 10 hari

Sumber : Stimmel (1993)

Sampel urine yang digunakan adalah urine pasien nomor 326, nomor 026 dan

Roziyang diduga positif mengandung narkoba. Strip test pada sampel urine nomor 326 positif

(+) amfetamin, pada sampel urine nomor 026 negatif (-) narkoba dan pada sampel rozi positif

(+) THC dan amfetamin.

Gambar 4.1. Hasil Strip Test 026 dan Rozi

Gambar 4.2. Hasil Strip Test 326

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

30

Metode yang digunakan dalam pemeriksaan narkoba adalah Immunochromatografi

Kompetitif, strip dicelupkan secara vertikal pada spesimen urine lalu ditunggu beberapa

menit dan dilihat hasilnya, jika tertera garis pada control dan test menunjukkan negatif, jika

tertera garis pada control menunjukkan positif sedangkan jika tidak tertera garis

menunjukkan invalid. Sehingga diperoleh hasil bahwa sampel urine yang diuji menunjukkan

hasil positif berarti pasien merupakan pengguna narkoba.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

31

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Pemeriksaan narkoba dengan sampel urine menggunakan Strip Test. Di peroleh hasil positif

pada sampel urine nomor 326 yang mengandung amfetamin yang ditandai dengan terbentuk

garis pada area control amfetamin, pada sampel urine nomor 026 di peroleh hasil negatif

ditandai dengan terbentuknya 2 garis pada area control dan test, dan pada sampel rozi hasil

positif THC dan amfetamin yaitu terbentuk garis pada area control THC dan amfetamin.

5.2. Saran

Dari pihak Laboratorium Kesehatan sendiri hendaknya melakukan pengujian yang

lebih spesifik dan meyakinkan untuk analisa narkoba serta kandungan yang ada didalamnya

agar diperoleh hasil yang lebih akurat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

32

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A. 2001. Farmakologi: Ulasan Bergambar. Jakarta: Widya Medika.

Baselt, R. 1982. Disposition of Toxic Drugs and Chemicals in Man. 2nd Edition. Davis CA:

Biomedical Publish.

Coggeshall, L. 1964. Report of The Commission on Drug Safety. Canada: American

Societies for Experimental Biology.

Darman, F. 2006. Mengenal Jenis dan Efek Buruk Narkoba. Tangerang: Visimedia.

Dasgupta, A. 2010. Beating Drug Tests and Defending Positive Results. Yogyakarta: LLC.

Fitzgerasld, S., Lamont, J., Connel, R. and Benchikh, O. 2005. Development of a High-

Throughput Automated Analyzer Using Biochip Array Technology. New York:

Clinical Chemistry.

Gibson, G. 1991. Pengantar Metabolisme Obat. Jakarta: UI Press.

Glare, P. and Walsh, T. 1991. Clinical Pharmacokinetics of Morphine. Ther Drug Monit.

Hakim, A. 2004. Bahaya Narkoba Alkohol. Bandung: Nuansa.

Hill, J. 2002. General Chemistry An Integrated Approach. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Indrati, A. 2005. Pemeriksaan Laboratorium Patologi Klinik Narkoba. Bandung: Fakultas

Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Joewana, S. 2001. Narkoba: Petunjuk Praktis Bagi Keluarga Untuk Mencegah

Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta: Media Pressindo.

Julinawati., Ginting, B., Delfiendra. dan Sholih, R. 2016. Karakterisasi Jenis Narkoba

Menggunakan Metoda Fourier Transform Infra Red (FTIR) dan X-Ray Diffraction

(XRD). Balai Pengujian dan Identifikasi Barang (BPIB) Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai Jakarta. [Skripsi]. Aceh: UNSYAH.

Katzung, B. 2002. Farkamalogi: Dasar dan Klinik. Jakarta: Salemba Medika.

Lum, G. and Mushlin, B. 2004. Urine Drug Testing: Approachesto Screening and

Confirmation Testing. Volume 35. USA: Laboratory Medicine.

Makarao, T., Suhasril. dan Zakky, M. 2003. Tindak Pidana Narkotika. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Michael, S., Eric, S. and Jacquelyn, S. 2011. Urinary Excretion Profiles for Total Morphine,

Free Morphine, and 6-acetylmorphine Following Smoked and Intravenous

Heroin. Journal of Analytical Toxicology.

Munaf, S. 1994. Catatan Kuliah Farmakologi. Bagian II. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Nandy, A. 1995. Principles of Forensic Medicine. India: New Central Book Agency (P)

LTD. Page: 517 – 518.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: ANALISA NARKOBA JENIS MORFIN, AMFETAMIN DAN THC

33

Nurhaeni, H., Sumiati., Dinarti. dan Aryani. R. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling.

Jakarta: Trans Info Media. Halaman: 98 – 100.

Pani, S., Cooke, E,. Horrocks, J., George, L., Hardwick, S. and Speller, R. 2009. Modeling an

Energy-Dispersive X-ray Diffraction System for Drug Detection

Partodiharjo, S. 2003. Kenali Narkoba dan Musuhi Penyalahgunaannya. Jakarta: ESENSI.

Rodger, F., Allison, F. and Ruth, F. 1980. GC/MS Assay for Abused Drugs in Body

Fluids. Maryland: NIDA Research Monograph.

Rozak, A. 2006. Remaja dan Bahaya Narkoba. Jakarta: Prenada Media Group.

Stimmel, M. 1993. The Facts About Drug Use Coping With Drugs in Your Family, at Work,

in Your Community. New York: The Haworth Medical Press.

Stuart, B. 2004. Infrared Spectroscopy: Fundamentals and Application Analytical

Techniques in the Sciences. Chichester: John Wiley & Sons.

Syarif, K. 2013. Hasil Test Urine Dalam Pembuktian Tindak Pidana Narkotika Yang

Dilakukan Oleh Oknum Anggota Kepolisian. Kantor Kepolisian Kota Besar

Makassar. [Skripsi]. Makassar: Universitas Hasanuddin Makassar.

Tanaka. 2006. Manual for Use by National Drug Testing Laboratories. New York:

United Nations Publication.

Tjay, T. dan Rahardja, K. 2002. Obat-obat Penting. Edisi Keenam. Jakarta: Gramedia.

Wulansari, Y. 2006. Kamus Narkoba: Istilah-istilah Narkoba dan Bahaya

Penyalahgunaannya. Jakarta: Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA