27
ANALISIS JURNAL STASE KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS PASUNG: PHYSICAL RESTRAINT AND CONFINEMENT OF THE MENTALLY ILL IN THE COMMUNITY Disusun Oleh : Kelompok I Arisyanudin Presetyo 3215002 Dika Prasetya Wibowo 3215004 Dita Trinuryati 3215006 Lalu Rodi Sanjaya 3215010 Laili Sofianingtyas 3215011 Masriana Yuliani 3215012 Nuryanti Sindif 3215013 Selvia Rian Nasikha 3215014 Sri Ratna Dewi 3215015 Suci Ramadhani 3215016

Analisa Jurnal Stigma

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Analisa Jurnal NERS

Citation preview

ANALISIS JURNAL

STASE KEPERAWATAN JIWA KOMUNITASPASUNG: PHYSICAL RESTRAINT AND CONFINEMENT OF THE MENTALLY ILL IN THE COMMUNITY

Disusun Oleh :

Kelompok IArisyanudin Presetyo3215002

Dika Prasetya Wibowo3215004

Dita Trinuryati3215006

Lalu Rodi Sanjaya 3215010

Laili Sofianingtyas 3215011

Masriana Yuliani3215012

Nuryanti Sindif3215013

Selvia Rian Nasikha 3215014

Sri Ratna Dewi3215015

Suci Ramadhani3215016

PROGRAM PROFESI NERS STIKES JENDERAL ACHMAD YANIYOGYAKARTA

2015LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS JURNAL

STASE KEPERAWATAN JIWA KOMUNITAS PASUNG: PHYSICAL RESTRAINT AND CONFINEMENT OF THE MENTALLY ILL IN THE COMMUNITY

Disusun Oleh :

KELOMPOK ITelah disetujui pada

Hari

:

Tanggal :

Pembimbing Akademik

( )Pembimbing Klinik

( )

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa menurut World Health Organization adalah suatu keadaan bahagia yang dirasakan individu dalam mencapai kemampuan yang dimiliki, dapat mengatasi stres dalam hidupnya dengan baik, dapat bekerja secara produktif sehingga menjadi sukses, dan sanggup membuat konstribusi untuk masyarakat (Departemen Kesehatan RI, 2008). Kesehatan jiwa akan diperoleh seseorang manakala dalam diri seseorang tertanam nilai-nilai konsistensi dan realitas dalam kehidupannya dalam menghadapi stressor yang ada (Departemen Kesehatan RI, 2008). Stressor yang terdapat dalam setiap kehidupan manusia dapat teratasi jika individu memiliki koping untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi. Individu yang memliki koping adaptif dapat menyelesaikan masalahnya dan terhidar dari resiko terkena gangguan jiwa. Namun sebaliknya, apabila individu tersebut tidak mampu melakukan koping adaptif, maka individu tersebut akan beresiko mengalami gangguan jiwa.Gangguan jiwa masih menjadi masalah serius kesehatan mental di Indonesia yang perlu mendapat perhatian lebih dari pemangku kebijakan kesehatan nasional. Meskipun masih belum menjadi program prioritas utama kebijakan kesehatan nasional, namun dari angka yang didapatkan dari beberapa riset nasional menunjukkan bahwa penderita gangguan jiwa di Indonesia masih banyak dan cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 terdapat 0,46 persen dari total populasi Indonesia atau setara dengan 1.093.150 jiwa penduduk Indonesia berisiko tinggi mengalami skizofrenia (Lestari & Wardhani, 2014).

Hasil Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) tahun 1995 menunjukkan bahwa gejala gangguan kesehatan jiwa pada penduduk rumah tangga dewasa di Indonesia yaitu 185 kasus per 1.000 penduduk. Hasil SKMRT juga menyebutkan, gangguan mental emosional pada usia 15 tahun ke atas mencapai 140 kasus per 1. 000 penduduk, sementara pada rentang usia 514 tahun ditemukan 104 kasus per 1. 000 penduduk (Lestari & Wardhani, 2014).Masih banyak penderita gangguan jiwa berat yang tidak mendapat penanganan secara medis atau yang drop out dari penanganan medis dikarenakan oleh faktor-faktor seperti kekurangan biaya, rendahnya pengetahuan keluarga dan masyarakat sekitar terkait dengan gejala gangguan jiwa, dan sebagainya. Sehingga masih banyak penderita gangguan jiwa yang dipasung oleh anggota keluarganya, agar tidak mencederai dirinya dan/atau menyakiti orang lain di sekitarnya.

Pemasungan terhadap penderita gangguan jiwa masih banyak terjadi, di mana sekitar 20. 000 hingga 30. 000 penderita gangguan jiwa di seluruh Indonesia mendapat perlakuan tidak manusiawi dengan cara dipasung (Lestari & Wardhani, 2014). Pada tahun 2011 Menteri Kesehatan RI sudah mencanangkan program Indonesia Bebas Pasung pada tahun 2014. Namun sampai dengan sekarang (tahun 2014) belum terlihat penanganan yang signifikan dan komprehensif dalam penanganan dini penderita gangguan jiwa. Program Indonesia Bebas Pasung 2014 saat ini direvisi menjadi Program Indonesia Bebas Pasung 2019, sehingga Indonesia dalam menentukan ketercapaian target masih ada 5 tahun lagi atau bahkan lebih cepat karena proses ini masih berlangsung berkesinambungan dengan adanya komitmen dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi dan kota/kabupaten (Lestari & Wardhani, 2014).

Beban yang ditanggung oleh keluarga yang hidup bersama penderita gangguan jiwa berat meliputi beberapa faktor, baik secara ekonomi maupun sosial. Stigma di masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa juga mempersulit penanganan penderita gangguan jiwa secara komprehensif. Goffman (1963) menyatakan bahwa stigma terhadap penderita gangguan jiwa memiliki dua komponen utama, yaitu yang bersifat publik (reaksi umum dari publik terhadap orang yang menderita gangguan jiwa) dan stigma individu (prasangka orang itu sendiri terhadap gangguan jiwa yang diderita yang cenderung kembali kepada dirinya sendiri). Sehingga stigma terhadap penderita gangguan jiwa terutama gangguan jiwa berat masih perlu dikaji lebih mendalam, untuk mencari solusi yang tepat dalam penanganan penderita gangguan jiwa berat di masyarakat, dan lebih luas untuk mendukung program Indonesia Bebas Pasung 2019.

BAB II

JURNALPasung: Physical Restraint and Confinement of The Mentally Ill in The Community

TERLAMPIR

BAB III

RESUME JURNALA. Nama Peneliti1. Harry Minas2. Hervita DiatriB. Tempat dan Waktu PenelitianPulau Samosir, Sumatra, Indonesia.C. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan semua kasus pasung di Pulau Samosir, untuk menyelidiki keadaan dari restrain (pasung), dan untuk melepaskan dari restrain.D. Metode penelitianPenelitian ini menggunakan metode observasi dengan pendekatan cross sectional. E. Hasil penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama 6 bulan ditemukan 15 kasus dari pasung. 15 kasus dari pasung, terdiri dari laki-laki dan perempuan serta semua kasus yang ditemukan didiagnosis dengan skizofrenia. Durasi dari restrain (pasung) rata-rata dari 221 tahun.BAB IV

ANALISA JURNAL

A. Analisa Penelitian

1. PopulasiPopulasi pada penelitian ini adalah sebanyak 15 klien yang mengalami gangguan mental.2. Intervention

Pada penelitian ini tidak dilakukan intervensi karena termasuk penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional.3. Compare

Dalam penelitian ini juga tidak ada perbandingan dalam penanganan pasien karena dalam penelitian ini bertujuan untuk menemukan semua kasus pasung di Pulau Samosir melalui diskusi dan wawancara.4. OutputSelama 6 bulan ditemukan 15 kasus dari pasung. Macam dari pasung (restrain) yaitu menggunakan rantai dan kayu. Dari 15 kasus yang ditemukan 8 kasus laki-laki dan 7 kasus perempuan, dengan rata-rata usia dari 2556 tahun. Dari 13 kasus didiagnosa dengan skizofrenia. Untuk satu kasus didiagnosis dengan perubahan personal dan halusinasi serta riwayat epilepsi, dan kasus yang lainnya dengan diagnosis demensia yang tidak diketahui penyebabnya dengan gangguan perilaku. Durasi penyakit rata-rata dari 3 sampai 25 tahun. Sebelumnya 9 dari 15 kasus pernah mendapatkan perawatan kejiwaan.Bentuk paling umum digunakan untuk pemasungan adalah di ruangan kecil atau gubuk. Semua keluarga mempertahankan pemasungan. Durasi dari pasung rata-rata 2 - 21 tahun.B. Critical Appraisal

Komponen yang DinilaiYa / TdkPenjelasan

Judul dan abstrak :

Apakah judul sesuai dengan isi ?

YaJudul jurnal sesuai dengan isi abstrak, yaitu untuk menemukan semua kasus pasung di Pulau Samosir, untuk menyelidiki keadaan dari restrain (pasung), dan untuk melepaskan dari restrain (pengobatan gangguan mental tanpa pasung).

Apakah tujuan penelitian disebutkan? apa ?

YaTujuan dalam penelitian ini adalah untuk menemukan semua kasus pasung di Pulau Samosir, untuk menyelidiki keadaan dari restrain (pasung), dan untuk melepaskan dari restrain (pengobatan gangguan mental tanpa pasung).

Apakah abstrak memberikan informasi yang lengkap : latar belakang, tujuan, metode, hasil ?

yaAbstrak dalam jurnal sudah lengkap. Sudah menuliskan tujuan, telah menjabarkan tentang latar belakang, metode, hasil penelitian dan kesimpulan.

Justifikasi, metodologi, desain :Apakah dijelaskan alasan melakukan penelitian (di latar belakang dan tinjauan pustaka) ?

YaDalam penelitian ini sudah dijelaskan alasan atau tujuan melakukan penelitian di latar belakang penelitian, yaitu untuk menemukan semua kasus pasung di Pulau Samosir, untuk menyelidiki keadaan dari restrain (pasung), dan untuk melepaskan dari restrain

Apakah tinjauan pustakanya lengkap / cukup ?

YaTinjauan pustaka dalam jurnal ini sudah cukup sesuai aturan, tetapi dari 21 tinjauan pustaka ada 9 tinjauan pustaka yang belum sesuai aturan. Teori yang diambil dari beberapa referensi sudah sesuai dengan isi dalam jurnal yang dibahas.

Apakah menggunakan referensi terbaru ? (maksimal 5 tahun)YaDari 21 referensi yang digunakan terdapat 9 referensi merupakan referensi lama (> 5 tahun), dengan tahun referensi terlama adalah tahun 1998 dan referensi terbaru tahun 2008. Sedangkan 12 referensi adalah >5 tahu terakhir

Apakah hipotesisnya disebutkan ?Tidak Tidak dicantumkan hipotesa dalam penelitian. Seharusnya hipotesa selalu dicantumkan dalam penelitian yang dilakukan

Jika eksperimen, apakah kelompok intervensi dan kontrol dijelaskan ?Tidak Jurnal menggunakan non ekserimental / metode observasional dengan pendekatan cross sectional.

Apakah kelompok intervensi dan kontrol dimatchingkan atau tidak ?

TidakTidak terdapat kelompok kontrol dan intervensi.

Apakah eksperimennya blind atau double blind ?Tidak Jurnal menggunakan non ekserimental / metode observasional dengan pendekatan cross sectional

Kalau blind, bagaimana cara melakukan blindingnya ?Tidak-

Sampling :

Bagaimana populasi dipilih?

-Populasi dipilih melalui diskusi dengan dokter dan staff klinis lainnya di 11 puskesmas, datang ke desa dan diskusi dengan kepala desa dan anggota penting lainnya di masyarakat desa.

Menggunakan probability sampling atau non probability sampling ?-Menggunakan non probablility sampling (pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel) yaitu menggunakan teknik purposive sampling (teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan memilih sampling atas dasar pertimbangan sekelompok pakar di bidang ilmu yang sedang diteliti).

Apakah kriteria inklusi dan eksklusi disebutkan ? apa ?Tidak Tidak disebutkan dengan jelas kriteria inklusi dan ekslusi pada penelitian ini.

Apakah ukuran sampel cukup ?-Jumlah sampel 15 kasus, dalam penelitian ini tidak dikatakan sampel mencukupi atau tidak.

Pengumpulan data :

Bagaimana cara pengumpulan datanya (kuesioner atau ada yang lain)-Pengumpulan data dilakukan dengan diskusi dengan dokter dan staff klinis lainnya di 11 puskesmas, datang ke desa dan diskusi dengan kepala desa dan anggota penting lainnya di masyarakat desa. Selain itu, data juga didapat dari wawancara dengan orang yang dipasung dengan anggota keluarga yang bersedia dan anggota lain dari masyarakat desa yang memberikan informasi yang relevan.

Siapa yang mengumpulkan data ?-Dalam penelitian ini tidak dijelaskan siapa yang mengumpulkan data.

Apakah instrumen pengumpulan data dijelaskan ?TidakInstrumen pengumpulan data tidak dijelaskan di dalam penelitian dan tidak dilampirkan di dalam penjelasan.

Apakah instrumen diuji dulu ?Tidak Tidak dijelaskan bahwa instrumen sudah diuji atau belum. Uji validitas reliabilitas juga tidak ada atau tidak dijelaskan.

Apakah confounding (memalukan) factors diidentifikasi ?TidakConfounding factor dalam penelitian ini tidak teridentifikasi.

Apakah ada penjelasan validitas dan reliabilitas instrumen ?TidakJurnal tidak menyebutkan hasil uji validitas dan reliabilitas.

Pertimbangan etik :

Apakah penelitian menggunakan ethical approval dari komite etik ?Tidak Dalam penelitian ini tidak menjelaskan apakah menggunakan ethical approval atau tidak.

Apakah ada informed consent dalam penelitian ?Tidak Dalam penelitian ini, Inform consent tidak ada dan tidak dilampirkan dalam penelitian untuk membantu responden/peneliti lain mengetahui informed consent yang digunakan.

Analisis data dan hasil :

Apakah hasil disampaikan dengan jelas ?YaHasil penelitian dituliskan dengan jelas. Hasil penelitian yang disampaikan secara deskriptif. Hasilnya: Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama 6 bulan ditemukan 15 kasus dari pasung. 15 kasus dari pasung, terdiri dari laki-laki dan perempuan serta semua kasus yang ditemukan didiagnosis dengan skizofrenia. Durasi dari restrain (pasung) rata-rata dari 221 tahun.

Apakah p-value dan confidence interval dilaporkan ?Tidak Tidak dicantumkan p- value nya dan confidence interval

Apakah hasilnya signifikan ?Dalam penelitian tidak dijelaskan apakah hasilnya signifikan atau tidak akan tetapi hasil dalam penelitian ini dijelaskan dengan deskriptif.

Apakah kesimpulan penelitian ini ?-Penyediaan pelayanan kesehatan mental masyarakat dasar, di mana tidak ada sebelumnya, memungkinkan mayoritas orang di restrain untuk menerila perawatan psikiatrik dan melepaskan dari pasung.

Hasil dan keterbatasan penelitian :

Apakah hasil bisa digeneralisasikan?Ya.Hasil penelitian ini dapat diterapkan untuk menurunkan angka pemasungan pada orang dengan gangguan mental dan dapat diganti untuk mendapatkan perawatan atau pelayanan kesehatan mental di RS.

Apakah keterbatasan penelitian ini disebutkan ?TidakDalam penelitian ini tidak dijelaskan mengenai keterbasan dalam penelitian , sehingga pembaca tidak dapat mengetahui keterbatasan apa pada penelitian ini.

Apakah ada saran untuk penelitian selanjutnya ?TidakDalam penelitian ini tidak ada saran penelitian selanjutnya, dimana saran lebih baik dimasukkan untuk membantu peneliti selanjutnya dalam mengembangkan penelitian yang sudah ada.

Apakah implikasi penelitian tersebut? (yang disebutkan dalam jurnal)TidakImplikasi penelitiaan tidak dicantumkan dalam jurnal.

C. Hubungan hasil penelitian dengan kondisi riil di klinis atau di lapangan

Ketika dilakukan kunjungan ke rumah klien. Klien dipasung dengan rantai oleh keluarganya di luar rumah atau gubuk yang kecil. Klien dahulu pernah mendapatkan perawatan kejiwaaan tetapi sudah lama dibawa ke rumah karena tidak ada perubahan. Kelebihan dan kekurangan jurnal

1) Kelebihan Jurnal

Jurnal ini memiliki berbagai kelebihan :

Pada abstract menampilkan keterangan yang lengkap yaitu latar belakang, metode, hasil, dan tempat penelitian Waktu penelitian dicantumkan Penelitian ini bereferensi (> 5 tahun)2) Kekurangan Jurnal

Dalam jurnal ini peneliti memiliki berbagai kekurangan, antara lain:

Abstract tidak mencantumkan informasi tentang isi jurnal secara lengkap. Tidak ada hipotesanya Tidak ada kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian Instrumen penelitian tidak dicantumkan Keterbatasan tidak tercantumkanD. Perbandingan Isi Jurnal

1. Aplikasi pada kasus presentasi

Jurnal ini diaplikasikan pada pasien halusinasi pendengaran yang di pasung (restrain) oleh keluarga. Pihak keluarga melakukan pemasungan dengan dirantai di kakinya dan pihak keluarga tidak mau membawa pasien ke pelayanan kesehatan mental untuk mendapatkan pengobatan. Pihak keluarga beranggapan meskipun pasien dirawat di RS Jiwa tetap tidak ada perubahan atau tidak sembuh. 2. Perbandingan sisi jurnal dengan penelitian lain (metode dan tempat) terkait kasus

NoANALISAJURNAL PENELITIANJURNAL PEMBANDING

1.Judul penelitianPasung: physical restraint and confinement of the mentally ill in The community.Stigma dan penanganan penderita gangguan jiwa berat yang dipasung

(stigma and management on people with severe mental disorders with

pasung (physical restraint))

2.Nama penelitiHarry Minas

Hervita DiatriWeny LestariYurika Fauzia Wardhani

3.Tempat penelitianPulau Samosir, Sumatra, IndonesiaIndonesia (Banten, Jawa Timur, DI Yogyakarta, Aceh)

4.Metode penelitianObsevasional dengan pendekatan cross sectionalKualitatif (penggalian data)

5.Populasi penelitian15 orang6 orang

3. Perbandingan dengan teori yang sudah ada di textbook terkait kasus

Masih banyak penderita gangguan jiwa berat yang tidak mendapat penanganan secara medis atau yang drop out dari penanganan medis dikarenakan oleh faktor-faktor seperti kekurangan biaya, rendahnya pengetahuan keluarga dan masyarkat sekitar terkait dengan gejala gangguan jiwa, dan sebagainya. Sehingga masih banyak penderita gangguan jiwa yang dipasung oleh anggota keluarganya, agar tidak mencederai dirinya/ atau menyakiti orang lain di sekitarnya.4. Implikasi KeperawatanPasien dengan halusinasi membutuhkan perawatan secara psikis dan menggunakan obat-obatan secara rutin. Perawat sebagai tenaga kesehatan diharapkan tidak hanya memberi perawatan dengan obat-obatan tetapi juga perawat sebagai terapis dapat membantu recovery psikis pasien dengan memberikan penyuluhan kepada keluarga supaya pasien tidak di pasung tetapi pasien dibawa ke pelayanan kesehatan mental untuk mendapatakan pengobatan dan terapi karena dengan pemasungan tidak akan menjamin kesembuhan dari pasien. Sehingga dengan penyuluhan tersebut keluarga lebih paham dan akan mengurangi pemasungan pada pasien gangguan mental salah satunya pasien halusinasi.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama 6 bulan ditemukan 15 kasus dari pasung. 15 kasus dari pasung, terdiri dari laki-laki dan perempuan serta semua kasus yang ditemukan di diagnosis dengan skizofrenia. Durasi dari restrain (pasung) rata-rata dari 221 tahun

B. Saran Beberapa saran yang dapat disampaikan kepada Puskesmas Pandak 1 dan masyarakat terkhusus kepada para kader di dusun Pandak sebagai berikut :

1. Kepada Tenaga kesehatan diharapkan bisa menjadi terapis dan memberikan penyuluhan kepada keluarga pasien dengan gangguan mental yang dipasung (restrain).

2. Kepada masyarakat dan kader lebih mengenal tanda dan gejala gangguan jiwa serta yang beresiko gangguan jiwa, selain itu melakukan pendekatan kepada keluarga untuk tidak melakukan pemasungan kepada pasien yang mengalami gangguan jiwa.DAFTAR PUSTAKA

Dalami, Ermawati. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta : CV. Trans Info Media.

Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007, Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.Keliat, B.A., dkk. (2005). Modul BasicCourse Community Mental Health Nursing. Kerjasama FIK UI dan WHO.

Kementerian Kesehatan RI. 2010. Menuju Indonesia Bebas Pasung. Jakarta: Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Terdeia pada: http://www.depkes.go.id/index.php/ berita/press-release/1242-menuju-indonesia [diakses Jumat, 17 April 2015].Lestari, Weny dan Yurika Fauzia, Wardhani. (2014). Stigma dan penanganan penderita gangguan jiwa berat yang dipasung. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. Vol. 17 No. 2. http://www.a-pdf.com/?product-split-demo. Diakses pada Jumat 17 April 2015.Minas, Harry dan Hervitra, Diatri. (2008). Pasung: physical restraint and confinement of the mentally ill in The community. International Journal of Mental Health Systems, Vol: 2:8. http://www.ijmhs.com/content/2/1/8. Diakses pada Jumat 17 April 2015.

NANDA. (2005). Nursing Diagnoses : Definitions & Classification 2007- 2008. Philadelphia: NANDA International