Analisa Jurnal Kdrt

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KDRT

Citation preview

  • 5/19/2018 Analisa Jurnal Kdrt

    1/9

    ANALISIS JURNAL

    KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (DOMESTIC

    VIOLENCE)

    Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah stase Maternitas

    Disusun Oleh

    Febi Dwi Putri

    220112140040

    PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXVIII

    FAKULTAS KEPERAWATAN

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    BANDUNG

    2014

  • 5/19/2018 Analisa Jurnal Kdrt

    2/9

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Kejadian kekerasan dalam rumah tangga sering dialami oleh wanita

    sebagai bagian dari keluarga. Pemahaman patrilineal yang melekat erat dalam

    budaya timur khususnya menempatkan laki-laki sebagai sosok panutan dan wajib

    dipatuhi, tidak heran bila sebaliknya terjadi pada wanita dimana posisinya tidak

    lebih dianggap sebagai kaum lemah.

    Kenyataannya masih banyak kasus-kasus kekerasan dalam rumah tangga

    yang tidak dilaporkan. Hal ini disebabkan karena masih tabunya pemahaman

    masyarakat akan pentingnya melaporkan atau untuk segera mendapat pertolongan

    saat terjadi kasus kekerasan baik yang terjadi pada diri sendiri maupun

    lingkungannya.

    Berdasarkan fenomena diatas penulis ingin mengetahui lebih dalam hal-hal

    yang terkait kekerasan dalam rumah tangga, bentuk kekerasan, efek samping serta

    alasan mengapa istri/ wanita lebih memilih untuk menyimpan masalah kekerasan

    yang menimpanya.

  • 5/19/2018 Analisa Jurnal Kdrt

    3/9

    BAB II

    ANALISIS JURNAL

    Kekerasan dalam rumah tangga mencakup perilaku salah (abusive) dan

    perilaku kekerasan (violent) yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain

    dalam kehidupan perkawinan, seksual, hubungan orang tua dan anak, atau peran

    pengasuhan. Adapun bentuk agresi yang dilakukan terbagi kedalam tiga agresi

    yakni; fisik, dimana agresi berupa penyerangan kepada fisik sepeti melempar

    barang, pengendalian secara fisik, menjambak atau memukul. Kedua, verbal

    emosional dimana bentuk agresi berupa tindakan berteriak, membantak, melacak

    panggilan masuk atau keluar. Selanjutnya seksual berupa tindakan atau sentuhan

    yang tidak diinginkan, paksaan seksual, dll.

    Mayoritas korban kekerasan dalam rumah tangga adalah istri (perempuan)

    yang merupakan efek dari maskulinitas laki-laki yang cenderung merasa kuat dan

    harus dihargai serta karakteristik wanita sebagai kaum inferior yang

    menggambarkan kaum wanita lebih banyak bekerja di dapur dan di kasur. Laki-

    laki yang melakukan penyiksaan terhadap istrinya memiliki harga diri rendah dan

    memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap pasangan. Kekerasan dalam rumah

    tangga dapat terjadi pada pasangan heteroseksual maupun homoseksual termasuk

    didalamnya gay dan lesbian.

    Perilaku kekerasan dalam rumah tangga berefek pada fisik maupun non-

    fisik korbannya, umunya pada korban KDRT akan timbul rasa cemas berlebih,

    depresi kronis, nyeri kronis, kematian dan dehidrasi. Korban juga dapat menjadi

    seorang pecandu obat-obatan serta mengonsumsi alkohol secara berlebih, efek

    dari KDRT sendiri tidak hanya berimbas pada korban melainkan orang-orang

    disekitar korban termasuk ketidakmampuan menembangkan diri dan mengasuhan

    anak-anak.

    Seringkali tanpa disadari penganiayaan emosional terhadap istri dilakukan

    oleh pasangannya. Penganiayaan emosional terhadap istri dapat berupa:

  • 5/19/2018 Analisa Jurnal Kdrt

    4/9

    1. Degradasi ; usaha untuk mempermalukan, menghina atau meremhkan

    pasangan. Isteri dipersepsikan tidak berharga atau tidak diterima oleh

    orang lain

    2.

    Penciptaan rasa takut; perasaan cemas berlebihan terhadap

    keselamatan fisik dan rasa aman dari sisi emosi dan merasa dirinya

    dalam bahaya

    3. Objektivikasi; kekerasan dengan mempersepsikan istri sebagai objek

    tanpa energi, sumber daya, kebutuhan atau keinginan, posesif,

    memaksa istri untuk mengubah fisik dan tampilan eksetenalnya seperti

    memaksan menggunakan pakaian tetentu

    4.

    Deprivasi; secara ekonomi, dimana suami sesuka hati menggunakan

    atau mengalokasikan dana keluarga. Secara sosial, menghalangi

    kebebasan istri untuk berinteraksi

    5. Tanggung jawab yang berlenihan; istri bertanggung jawab terhadap

    seluruh masalah dan selalu dipersalahkan

    6. Distursi realitas subjekti; penyerangan terhadap keyakinan dalam

    persepsi diri atau dinamika hubungan

    Selain penganiayaan emosional terhadap istri, kaum wanita dalam hal ini

    ibu sering mendapatkan perlakuakn kekerasan dari anak. Kekerasan anak pada

    orang tua merupaka hal yang masih dianggap tabu, beberapa penelitian mencoba

    untuk melihat pengaruh kekerasan kepada anak sebagai bentuk pola asuh yang

    membentuk anak dalam melakukan kekerasan kepada orang tuanya.

    Adapun alasan melakukan tindak kekerasan pada istri adalah

    1.

    Biological aspect : dimana laki-laki lebih kuat dan persepsi tentang

    wanita yang lemah

    2.

    Psychological : mayoritas mereka yang melakukan tindak kekerasan

    memiliki gangguan mental seperti mudah marah, cemas, curiga yang

    berlebihan,dll

  • 5/19/2018 Analisa Jurnal Kdrt

    5/9

    3. Adiksi, alkohol ; penelitian menunjukan laki-laki yang melakukan

    kekerasan adalah mereka yang mengonsumsi alkohol

    4.

    Learnig; pola asuh semasa kecil, budaya, agama atau kepercayaan

    memperlihatkan tanggapan yang bebeda terhadap KDRT oleh karena

    itu pendekatan budaya, sosial dan ekonomi perli dilakukan.

    Kenyataannya seringkali kita temukan wanita dengan KDRT memilih untuk

    bertahan terhadap perilaku kekerasan yang dialaminya. Hal tersebut dipengaruhi

    oleh beberapa faktor, yakni;

    1.

    Konsep diri negatif dan harga diri rendah

    2.

    Kepercayaan suami akan berubah

    3. Masalah ketergantungan ekonomi, dan ketakutan tidak memiliki rumah

    4.

    Kebutuhan akan dukungan terhadap anak

    5. Ketakutan untuk bertahan sendiri dalam dunia yang kejam

    6. Perasaan malu, bersalah, dan berdosa

    7.

    Takut terhadap suami

    8. Keadaan rumah seperti penjara yang mengekang

    Adapun terapi yang dapat dilakukan dalam KDRT dapat dilakukan baik

    kepada pelaku maupun korban ;

    1. Individual terapi, suami sebagai pelaku kekerasan diterapi bagaimana

    menyelesaikan masalah secara kognitif maupun behaviour

    2. Behaviour Couple Therapy (BCT), terapi pada pasangan, dimana

    pasangan diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas atau diskusi

    bersama selama @ 6 jam dalam 12 minggu

    3. Dukungan sosial, bagi korban mendapatkan dukungan sosial dapat

    mengembalikan kepercayaan diri dan terapi ini membantu komunitas

    untuk lebih responsif terhadap kasus KDRT

    Resiko dari perilaku kekerasan memerlukan perhatian khusus dari

    pelayanan kesehatan. Layanan kesehatan dapat memberikan tanggapan yang baik

    untuk segera mengidentifikasi kebutuhan dan masalah yang timbul dari perilaku

  • 5/19/2018 Analisa Jurnal Kdrt

    6/9

    kekerasan. Adapun kendala yang dihadapi oleh pelayanan kesehatan dalam

    menanggulangi kasus KDRT adalah kurangnya kompetensi petugas kesehatan

    dalam memahami tindakan KDRT, manajemen pelaksanaan KDRT dan belum

    jelasanya kebijakan yang mengatur KDRT serta masih belum terkoordinasi

    dengan baik departemen-departemen yang terkait. Dengan adanya pengetahuan

    yang mapan oleh petugas kesehatan akan membantu korban dalam menangani

    kasus kekerasan yang dialaminya. Kebijakan yang jelas akan hukuman yang akan

    menimpa pelaku diharapkan dapat menimbulkan efek jera oleh pelaku kekerasan.

  • 5/19/2018 Analisa Jurnal Kdrt

    7/9

    BAB III

    PEMBAHASAN

    Selama mengikuti stase maternitas penulis belum memiliki pengalaman

    langsung berhadapan dengan klien yang menderita kekerasan dalam rumah

    tangga. Namun, ini menjadi perhatian tersendiri bagi penulis apakah benar tidak

    ada kasus KDRT atau memang benar ketidakpahaman masyarakat tentang

    pengertian dan bentuk-bentuk KDRT menyebabkan mereka untuk memilih diam

    dengan keadaan.

    Bentuk terapi yang didapatkan dari jurnal menurut hemat penulis akan sagat

    efektif bila masing-masing pihak (korban, pelaku, pelayanan kesehatan) saling

    berintegrasi sehingga dapat menemukan solusi dan pemecahan masalah yang

    bersifat holistik yakni intervensi yang bertujuan untuk kognitif dan tingkah laku

    pelaku, fisik dan non fisik pada korban.

  • 5/19/2018 Analisa Jurnal Kdrt

    8/9

    BAB IV

    SIMPULAN DAN SARAN

    1.

    Simpulan

    Tindakan kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya terjadi pada

    pasangan heteroseksual namun dapat pula terjadi pada pasangan

    homoseksual. Terdapat berbagai bentuk kekerasan yakni fisik, verbal

    emosional dan seksual. Dibutuhkan koordinasi yang baik bagi setiap

    komponen yang terlibat demi mencapai status kesehatan maksimal dan

    kepatuhan hukum.

    2.

    Saran

    Edukasi terkait bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga

    pada masyarakat

    Koordinasi yang baik pada semua pihak yang terlibat dalam

    mensukseskan penurunan angka kekerasan dalam rumah tangga.

  • 5/19/2018 Analisa Jurnal Kdrt

    9/9

    DAFTAR PUSTAKA

    Colombini, Manuela, Susannah Mayhew, Charlotte Watts. 2008. Health-

    sector Responses to Intimate Partner Violence in Low- and Middle-

    Income Settings; A Review of Current Models, Challenges and

    Opportunities.Bulletin of The World Health Organization 86 (8).

    Harahap, Farida. 2006. Kekerasan Dalam Rumah Tangga.Paradigma, No.

    01, Januari 2006 ISSN 1907-297X.

    Rahardjo, Wahyu. 2007. Penganiayaan Emosional Dan Kekerasan Dalam

    Rumah Tangga: Sebuah Potret Buram Kehidupan Berkeluarga.

    Jurnal Penelitian Psikologi, No. 1, Volume 12, Juni 2007.

    Sarookhani, B, F. Daneshian. 2014. The Survey of Reason and Parameters

    of Domestic Violence Against the Women. Kuwait Chapter of

    Arabian Journal of Business and Management Review Vol. 3,

    No.11; July. 2014.

    Wilcox, Paula. 2012. Is Parent Abuse a Forma of Domestic Violence?.

    Social Policy & Society 11;2, 277-288. Cambridge University

    Press.