Analisa Hubungan Karakteristik Perawat Dengan Tingkat Kepatuhanperawat Dalam Pelaksanaan Protap Pemasangan Infus Di Ruanganinterna Rsud Kelas c Kabupaten Sorong

Embed Size (px)

DESCRIPTION

education

Citation preview

ANALISA HUBUNGAN KARAKTERISTIK PERAWAT DENGAN TINGKAT KEPATUHANPERAWAT DALAM PELAKSANAAN PROTAP PEMASANGAN INFUS DI RUANGANINTERNA RSUD KELAS C KABUPATEN SORONGAnalicis correlation between the characteristics of the nurse and the level ofnursesobedience in implementing infusions SOPin the internal inpatient unitGeneral hospital Class C Sorong districtEsther Theresia Worengga, S.KepJl.A.Yani Komp.Perumahan Navigasi/Pelabuhan Kota SorongABSTRACTHospital is a place of health service and well care for the sick. Infection controlenforcement in hospitals is a must to protect patients from contaminated infection, inthe form of prevention, surveillance and rational treatment of nosocomial infectionsto patients who had infusion is one indicator of infection due to improper installationor care of patients with intravenous therapy.The purpose of this study is to find out the correlation between the characteristics ofthe nurse and the level of nurses obedience in implementing infusions SOPin theinternal inpatient unit General hospital Class C Sorong district.This study used cross-sectional descriptive correlations research design. The datawas analyzed by using Chi Square.The study of relationship between Age, gender, education, and the obedience inimplementing SOPof infusions installation (obedience and Disobedience) p =50%Patuh apabilakegiatandilaksanakan>50%D.Pengumpulan data dan analisa data1.Alat pengumpulan dataAlat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupakuisioner yang memuat beberapa pertanyaan yang mengacu padakerangka konsep. Pertanyaan, terdiri dari dua bagian. Bagian A memuat6 (enam) pertanyaan mengenai data karakteristik perawat, sedangkanbagian B memuat pedoman observasi pelaksanaan perawatan infussesuai dengan protap yang dimiliki RSUD kelaS C kabupaten sorong,

berisi 13 item untuk persiapan alat dan 16 item untuk pelaksanaantindakan.2.Metode pengumpulan dataPengumpulan data dilakukan dimasing-masing unit rawat inap interna RSUDkelas C kabupaten sorong dengan prosedur sebagai berikut : Mengajukan suratpermohonan izin penelitian dari institusi peneliti kepada direktur RSUD kelas Ckabupaten sorong setelah mendapatkan izin dari direktur, Kernudian mengadakanpendekatan dengan kepala ruangan dan perawat pelaksana, selanjutnya kepadaperawat pelaksana akan diberikan penjelasan tujuan penelitian dan dimohonkanbantuanya rnenjadi responden. Bila bersedia menjadi responden selanjutnyadipersilahkan menandatangani informed consent.Responden yang memenuhi kriteria diberikan angket agar mengisinya danpeneliti berada didekat responden agar bila ada pertanyaan dari responden,penelitidapat segera menjelaskannya. Responden diingatkan agar semua pertanyaan diisidengan lengkap, bila telah selesai diisi, selanjutnya dikembalikan kepada peneliti.Observasi dilakukan pada saat akan melakukan tindakan pemasangan infusdan kepada perawat diingatkan agar bekerja seperti biasa dan hasil pengamatan tidakakan mempengaruhi kondite kerja responden.E.Tempat dan Waktu penelitian1.Tempat : penelitian dilakukan diunit rawat inap interna RSUD kelas Ckabupaten sorong

2.Waktu : penelitian dilaksanakan pada bulan juni-juli 2009F.Analisa Data1.Analisa univariat dilakukan untuk mengetahui karakteristik perawatmeliputi: umur, jenis kelamin, pendidikan, masa kerja dan tingkatkepatuhan melaksanakan protap. Hasil dari setiap variabel ditampilkandalam bentuk distribusi frekuensi.2.Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabelindependen yaitu karakteristik perawat meliputi : umur, jenis kelamin,pendidikan, dan masa kerja; dengan variabel dependen yaitu tingkatkepatuhan perawat melaksanakan protap pemasangan infus.Hubungan antara kedua variabel dilihat dengan menggunakan ujikorelasiChi Squarejikaa.Ho di tolak jikapvalue atauasymp sig(a) < 0.05 maka adahubungan antara variabel Independen dan variabel Dependen.b.Ho Di terima jikapvalue atauasymp sig(a) > 0.05 maka tidakada hubungan antara variabel Independen dan variabelDependen.G.Hasil dan PembahasanAnalisis Univariabel1.Distribusi responden menurut umur di ruangan interna RSUD kelas Ckabupaten sorong terbagi atas umur 21-30 tahun,31-40 tahun,dan> 40 tahundapat di lihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1 Distribusi umurBerdasarkan tabel 1 diatas menunjukan bahwa sebagian besar respondenberumur antara 21-30 tahun berjumlah 16 (55,2%) sebalik nya responden yangberumur > 40 tahun berjumlah 5 ( 17,2%).2.Distribusi responden menurut Jenis Kelamin di interna RSUD kelas Ckabupaten sorong terbagi atas Laki-laki dan Perempuan dapat di lihat padatabel di bawah ini.Tabel 2 Distribusi jenis kelaminNo Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase(%)1 Laki-laki 7 24,12 Perempuan 22 75,9Total 29 100,0Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukan bahwa sebagian besarresponden berjenis kelamin perempuan berjumlah 22 (75,9%),dibandingkan dengan responden Laki-laki hanya berjumlah 7 ( 24,1%).3.Distribusi responden menurut Tingkat Pendidikan di ruangan internaRSUD kelas C kabupaten sorong terbagi atas dua yaltu D III keperawatandan SPK,dapat di lihat pada tabel di bawah iniTabel 3 Distribusi pendidikanNo Pendidikan Frekuensi Prosentase(%)1 D III 24 82,82 SPK 5 17,2Total 29 100,0Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukan bahwa sebagian besarresponden besar responden berpendidikan D. III Keperawatan berjumlah24 82, 8%) sebaliknya responden yang berpendidikan SPK berjumlah 5 (17,2%).4.Distribusi responden menurut lama kerja RSUD kelas C kabupatensorong terbagi atas < 10 tahun,10-20 tahun,> 20 tahun dapat di lihat pada tabeldi bawah ini.Tabel 4 Distribusi lama kerjaBerdasarkan tabel 4 diatas menunjukan bahwa sebagian besarresponden bekerja < 10 tahun berjumlah 22 ( 75,9 %),sebaliknyaresponden yang bekerja > 20 tahun hanya berjumlah 3 ( 10%).5.Distribusi responden menurut Protap Pemasangan Infus di ruanganintena RSUD kelas C kabupaten sorong terbagi atas Dua yaitu Patuh danTidak Patuh dapat di lihat pada tabel di bawah ini.No Lama Kerja Frekuensi Prosentase1 < 10 tahun 22 75,92 10-20 tahun 4 13,83 >20 tahun 3 10,3Total 29 100,0

Tabel 5 Distribusi protap pemasangan infusNo Pemasangan Infus Frekuensi Prosentase(%)1 Patuh 18 62,12 Tidak patuh 11 37,9Total 29 100,0Berdasarkan tabel 5 diatas menunjukan bahwa sebagian besarresponden patuh dalam protap pemasangan infus berjumlah 18 (62,1 %)sebaliknya tidak patuh hanya berjumlah 11 ( 37,9%)Analisis Bivariabel1.Analisa hubungan umur dengan protap pemasangan infus di ruanganintema RSUD kelas C kabupaten sorong.Tabel 6 Tabulasi Silang Umur dengan Protap Pemasangan InfusNo UmurPemasangan InfusTotalPatuh Tidak_patuhn % n % n %1 21-30 tahun 10 62,5% 6 37,5% 16 100,0%2 31-40 tahun 6 75,0% 2 25,2% 8 100,0%3 >40 tahun 2 40,0% 3 60,0% 5 100,0%Total 18 62,1% 11 37,9% 29 100,0%X2= 13.444p =0.000Pada tabel 6 menunjukkan bahwa responden yangmelakukan pemasangan infus patuh dengan umur 31-40 tahun(75,0%) lebih besar dari pada tidak patuh ( 25,0%). SebaliknyaResponden yang melakukan pemasangan infus tidak patuh dengan > 40tahun (60,0%) lebih besar dari pada patuh (40,0%). Danberdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakanchi square

menunjukan bahwa X2= 13.444p =0.000 ( < 0,05) artinya Haditerima sehingga ada hubungan antara umur dengan protappemasangan infus. Pada Penelitian Ernawati tahun 2006 menguraikanbahwa adanya hubungan umur dengan pelaksanaan protappemasangan infus.dimana dapat diperoleh gambaran bahwa umurseseorang tidak mempengaruhi dalam pelaksanaan protappemasangan infuse. Dalam kenyataannya di lapangan semua orangyang berusia Tua namun Patuh dalam pelaksanaan protappemasangan infus,dapat di lihat pada tabel 6 menunjukan bahwa umur31-40 tahun lebih patuh.Kepatuhan yang dimaksud diatas adalah jenis pekerjaan yangditaksanakan oleh perawat yang menggunakan kriteria adekuasiupaya, yaitu sampai seberapa jauh aktivitas dan tugas perawat yang secaraaktual dilakasanakan dibandingkan jumlah kategori pekerjaan (protap)secara normatif yang telah ditentukan (Supriyanto,1998).Hubungan umur dengan produktivitas, produktivitas seorang.karyawan menurun dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkankarena ketrampilan-ketrampilan fisik seperti kecepatan, kelenturan,kekuatan dan koordinasi akan menurun dengan bertambahnya umur.Tapi produktivitas seseorang tidak hanyatergantung padaketrampilanfisikserupa itu. Produktivitas karyawan yang sudah lama bekerja disebuahperusahaan artinya sudah bertambah tua, bisamengalamipeningkatankarena pengalaman dan lebih bijaksana dalam pengambilan keputusan (Muchlas, 1997). Demikian pula halnya dengan perawat yang senior danyang yunior. Walaupun usia salah satu perawat lebih tua dari perawatyang Iainnya, belum tentu produktivitas mereka jauh berkurang, bahkanmungkin jadi lebih produiktif dari yang muda karenapengalamannya dalam bekerja dan masalah-masalah akibat pekerjaanyang dilakukannya (Wijono, D.1999)2.Analisa hubungan pendidikan dengan protap pemasangan infus di ruanganinterna RSUD kelas C kabupaten sorong.Tabel 7 Tabulasi silang pendidikan dengan protappemasangan infusPada tabel 7 menunjukkan bahwa Responden yang melakukanpemasangan infus patuh dengan pendidikan D IIIKeperawatan (62,5 %)Iebih besar daripada tidak patuh ( 37,5%). Sebaliknya Respondenyang melakukan pemasangan infus patuh dengan pendidikan SPK(60,0 %) Iebih besar dari pada tidak patuh ( 40,0%). Dan berdasarkanhasil uji statistik dengan menggunakan chi suare menunjukan bahwa X2= 11.245 p = 0.000 ( < 0,05) artinya Ha diterima sehingga ada hubunganantara pendidikan dengan protap pemasangan infus. Penelitian Ernawati, terdiri dari kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Dimensikecerdasan telah dijumpai sebagai peramal yang kuat dari kinerja,kemampuan intelektual mempunyai peran yang besar dalam pekerjaanyang rumit, kemampuan fisik memiliki makna yang penting untukmelakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatandanketrampilan (Robbins,1997 dalam Muchlas, 1998).3.Analisa Hubungan Jenis Kelamin dengan Protap pemasangan infus diRuangan Interna RSUD Kelas C Kabupaten Sorong.Tabel 8. Tabulasi silang jenis kelamin dengan pemasangan infuseNo Jenis KelaminPemasangan InfusTotalPatuh Tidak patuhn % n % n %1 Laki-laki 5 71,4% 228,6% 7 100,0%2 Perempuan 13 59,1%9 40,9% 22 100,0%X2,---- 13.568p=0.000Pada tabel 8 menunjukkan bahwa Responden yangmelakukan pemasangan infus patuh dengan jenis kelamin laki-laki(71,4 %) lebih besar dari pada tidak patuh (28,6 %). SebaliknyaResponden yang melakukan pemasangan infus patuh denganperempuan (59,1 %) lebih besar dari pada tidak patuh ( 40,9 %). Danberdasarkan hasil uji statistik dengan menggunakanchi squaremenunjukan bahwa X2= 13.568 p = 0.000 ( < 0,05) artinya Haditerima sehingga ada hubungan antara jenis kelamin dengan protappemasangan infus. Penelitian Ernawati,2006 Ada Hubungan Jenis

Kelamin dengan Pelaksanaan pemasangan Infus Hal ini disebabkansetiap perawat bisa menjadi patuh maupun tidak patuh bila situasinyamemungkinkan. Selain itu seseorang dalam belajar, menganalisa,memecahkan masalah dan sebagainya tidak membedakan jeniskelamin.kenyataannya di lapangan bahwa laki-laki Patuh dalampelaksanaan protap pemasangan infus,dapat di lihat pada tabel 8menunjukan bahwa Laki-laki lebih patuh.Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sedikit sekali adaperbedaan yang dianggap penting antara karyawan laki-laki danwanita dalam prestasi kerja. Tidak jelas adanya perbedaan kedua jeniskaryawan ini dalam kemampuan menyelesaikan problem, ketrampilananalitis, nafsu bersaing dalam pekerjaan, motivasi kepemimpinan,kemampuan spesialisasi dan kemampuan belanjarnya (Robbins,1996).4.Analisa hubungan lama kerja dengan protap pemasangan infus diruangan Interna RSUD kelas C kabupaten sorong.Tabel 9 Tabulasi Silang Lama Kerja Dengan Pemasangan InfusNoLama KarjaPemasangan InfusTotalpatuh Tidak patuhn % n % n %1 20 tahun 1 33,3% 2 66,7% 3 100,0%Total 18 62,1% 11 37,9% 29 100,0%X2= 11.359p=0 000

Pada tabel 9 menunjukkan ,bahwa Responden yang melakukanpemasangan infus patuh dengan lama kerja 10-20 tahun (75,0 %) lebihbesar dari pada tidak patuh (25,0%). Sebaliknya Responden yangmelakukan pemasangan infus Tidak patuh dengan lama kerja > 20tahun (66,7 %) lebih besar daripada patuh (33,3 %). Dan berdasarkanhash uji statistik dengan menggunakanchi squaremenunjukan bahwaX2= 11.359 p = 0.000 ( < 0,05) artinya Ha diterima sehingga adahubungan antara lama kerja dengan protap pemasangan infus. PenelitianErnawati,2006 Ada Hubungan Lama Kerja dengan Pelaksanaanpemasangan Infus Sehingga dengan masa kerja yang lama yangdiekspresikan dengan pengalaman kerja belum tentu menjaminpelaksanaan protap pemasangan infus baik apabila dari dulu sudahterbiasa berperilaku tidak sesuai, kenyataannya di lapangan bahwaperawat yang junior Patuh dalam pelaksanaan protap pemasanganinfus,dapat di lihat pada tabel 9 menunjukan bahwa perawat yang juniorIebih patuh.Hubungan senioritas-produktivitas, kinerja masa lalu cenderungdikaitkan dengan keluaran dalam posisi baru, senioritas itu sendiritidaklah merupakan peramal yang baik dari produktivitas. Deegan katalain, jika semua hal lain sama, tidak ada alasan untuk meyakini bahwaorang-orang yang telah lama berada dalam pekerjaan akan lebih produktif ketimbang mereka yang baru bekerja pada tempat tersebut(Muchlas,1997)SIMPULAN DAN SARANA.KESIMPULAN1.Ada hubungan antara umur dengan protap pemasangan infus2.Ada hubungan antara pendidikan dengan protap pemasangan infus3.Ada hubungan antara jenis kelamin dengan protap pemasangan infus4.Ada hubungan antara lama kerja dengan protap pemasangan infusB.SARAN1.Bagi rumah sakit untuk menyediakan fasilitas di ruang-ruangperawatan sehingga perawat dapat bekerja sesuai dengan protap yang ada.2.Periu adanya pelatihan untuk perawat dalam meningkatkan ketrampilandasar maupun ketrampilan lanjutan sehingga perawat dapat melayanipasien sesuai dengan ilmu dan teknologi.3.Bagi perawat agar dalam bekerja hendaknya selalu memperhatikanteknik septik dan aseptik.4.Bagi penelitian selanjutnya agar meneliti faktor-faktor yangberhubungan dengan protap pemasangan infus. DAFTAR PUSTAKAAndrew MG. (1996).Penerapan Psikologi Dalam Perawatan,Edisi pertama, PenerjemahIka Pattinasarany. ANDI. Yogyakarta.Azwar A. (1996).Administrasi Kesehatan,Edisi ketiga. Binarupa Aksara. Jakarta.Bambang S. (1999).Pengaruh Kepemimpinan SMF Terhadap Kepatuhan PelaksanaanProtap Oleh Perawat,Tesis Universitas Airlangga Surabaya.Charles A. & Eamon S. (1997).Psikologi Sosial Untuk Perawat,Alih Bahasa Leoni SallyM. EGC. Jakarta.Ernawati.(2007)Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Pelaksanaan Pemasangan Infus diRuang Bedah Rumah SakitFaisah.Pontianak Handoko HT. (1997).ManajemenPersonelle dan Sumber Daya Manusia,Edisi 11. BPFE. Yogyakarta.Indriyo, G & I Nyoman Sudit. (1997).Perilaku Keorganisasian,Edisi pertama. BPFE.Yogyakarta.Muchlas, M. (1997).Perilaku Organisasi.CV Banyubiru. Yogyakarta.Noto Atmojo. (1993).llmu Kesehatan Masyarakat.PT Rineka Cipta. Jakarta. Nursalam &Siti Pariani. (2001). Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan.CVSagung Seto. Jakarta.Pandji Anoraga. (1998).Psikologi Kerja.PT Rineka Cipta. Jakarta.Pad Homy & Ken Blanchard. (1994).Manajemen Perilaku OrganisasiAsulayagunaanSumber Daya Manusia,Edisi keempat, Alih Bahasa was Dharma. Erlangga. Jakarta.Peter Salim & Yenny Salim. (1995).Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer!diadem EnglishPress. Jakarta. Robbins. (1996).Perilaku Organisasi 11,Alih Bahasa Hadyana Pujoatmoko. Teen Hallindo.Jakarta.Saifuddin Aswar. (2000).Penyusunan Skala Psikologi.Pustaka Pelajar. Yogyakarta.Scahffer, at all. (2000).Pencegahan Infeksi dan Praktik Yang Aman,Alih Bahasa Setiawan.Buku Kedokteran EGC. Jakarta.Siagian, SP. (1995).Teori Motivasi dan Aplikasinya,Edisi 2. PT Rineka Cipta. Jakarta.Supranto, J. (1997).Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan PangsaPasar.PT Rineka Cipta. Jakarta.Supriyanto S. (1999).Analisis Fungsi dan Tugas.Hand Out Kuliah MARS UniversitasAirlangga. Surabaya.Wijono, D. (1999).Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan, Teori, Stratetegi dan Aplikasi.Airlangga University Press. Surabaya.Zainudin M. (1998).Metodelogi Penelitian.Impress. Surabaya.Sugiyono, Metode penelitian, Edisi Kelima, Bandung : CV. Alfabeta; 2004