Analgetik Opioid

Embed Size (px)

DESCRIPTION

opioid

Citation preview

Analgetik Opioid

Analgetik OpioidPutu Reza SP406127060OPIOIDMerupakan kelompok obat yang memiliki sifat seperti opium. Meskipun mempelihatkan berbagai efek farmakologik yang lain, golongan obat ini digunakan terutama untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Opioum yang berasal dari getah Papaver somniferum mengandung sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya morfin, kodein, tebain, papaverin. Farmakologi OpioidPenggunaan istilah opioid untuk menunjukkan semua substansi eksogen, alami atau buatan, yang mengikat secara spesifik reseptor opioid dan menimbulkan beberapa gejala agonis seperti morfin. Opioid khusus menimbulkan analgesi tanpa kehilangan sensasi rabaan, proprioseptik ataupun kesadaran. Opioid dibagi menjadi opioid agonis, opioid agonis-antagonis dan opioid antagonis Tabel 1. Contoh Obat OpioidDikutip dari : Opioid Agonists and Antagonists. In : Pharmacology & Physiology in Anestetic Practice 4th edition. 88

Mekanisme KerjaOpioid bekerja pada reseptor opioid di presinaps dan postsinaps di sistem saraf pusat (SSP) terutama batang otak (gray matter periakuduktus batang otak, amigdala, korpus striatum, dan hipothalamus) medula spinalis (substansia gelatinosa)jaringan perifer. Pada jaringan perifer opioid berikatan dengan reseptor opioid endogen (endorfin, enkefalin, dan dinorfin) kemudian mengaktifkan sistem antinosiseptif. Di presinaps, Opioid menurunkan sekresi neurotransmiter inhibisi mencegah aktivasi reseptor (asetilkolin, dopamin, norefinefrin, substansi P). Efek biokimia opioid meningkatkan penghantaran kalium (sehingga terjadi hiperpolarisasi), inaktivasi kanal kalsium, atau keduanya yang menghambat efek pelepasan neurotransmiter.

Terdapat tiga jenis reseptor opioid, yakni reseptor mu (MOR)kappa (KOR)delta (DOR). Reseptor opioid merupakan gianine (G) protein-coupled receptor yang merupakan 80% dari keseluruhan reseptor muskarinik, adrenergik, GABA, dan somatostatin.

Ketiga dari resptor opioid menghambat adenil siklase, menurunkan konduksi kanal kalsiummembuka gerbang potasiumEfek dari ketiga reseptor tersebut menurunkan aktifitas neuron

Preparat OpioidMorfinMeperidinFentanylTramadol

MorfinBentuk pertama agonis opioid dan pembanding bagi opioid lainnya. Morfin tidak menghilangkan penyebab nyeri, tetapi meningkatkan ambang nyeriEfek analgesia akan optimal apabila morfin diberikan sebelum stimulus nyeri timbul. Farmakokinetik MorfinMorfin diabsorbsi dengan baik setelah pemberian IMonset antara 15 -30 menitefek tertinggi antara 45-90 menitdurasinya sekitar 4 jamMorfin biasa diberikan secara IV selama masa operasi. Efek puncak setelah pemberian morfin IV lebih lambat dibandingkan dengan opioid lain seperti fentanyl, dan alfentanyl, yaitu sekitar 15-30 menit.Pemberian cepat IV tidak memeiliki pengaruh farmakologis karena lambatnya obat menembus sawar darah otak. Analgesia cukup mungkin membutuhkan rumatan konsentrasi plasma morfin paling tidak 0,05g/ml. Pada pasien yang dipindahkan biasanya membutuhkan analgesia post operatif yang cukup, dengan dosis morfin total antara 1,3-2,7 mg/jam.

Penyebab lambatnya penetrasi morfin ke CNS antara lain:Kelarutan lemak yang rendah.Tingginya derajat ionisasi pada pH fisiologis.Ikatan protein.Konjugasi cepat dengan asam glukoronat.

Efek Samping MorfinSistem kardiovaskulerMorfin akan menurunkan pengaruh sistem simpatik pada jaringan perifer sehingga terjadi penurunan venous return, cardiac output dan tekanan darah. Morfin juga dapat menyebabkan bradikardi akibat peningkatan aktivitas vagal sehingga terjadi penurunan tekanan darah. Morfin menimbulkan efek depresi langsung pada SA node dan memperlambat konduksi impuls jantung melalui AV node. Penggunaan opioid (morfin) sebagai premedikasi dan sebelum induksi (fentanyl) bertujuan menurunkan denyut jantung selama penggunaan gas anestesi inhalasi.PernapasanSemua agonis opioid akan menimbulkan depresi pernapasan dengan semakin besarnya dosisnya dan jenis kelamin dari pasien. Agonis opioid bekerja pada reseptor 2 yang menekan pusat pernapasan di batang otak. Tingkat depresi napas yang ditimbulkan seiring dengan analgesik yang didapatkan dan pengurangan terhadap depresi napas juga akan mengurangi analgesik yang didapatkan Sistem SarafOpioid harus digunakan secara hati-hati pada pasien trauma kepala karena hubungannya dengan kesulitan sadarmiosis yang ditimbulkanpenekanan pernapasan yang akan meningkatkan tekanan intra kranial jika PaCO2 meningkat. Cedera kepala juga dapat merusak sawar darah otak sehingga meningkatkan sensitivitas otak terhadap opioid.

MeperidinMeperidine adalah agonis opioid sintetik pada reseptor mu dan kappa yang diturunkan dari fenilpiperidine. Ada beberapa analog dari meperidine termasuk fentanyl, sufentanyl, alfentanyl dan remifentanyl. Secara struktur, meperidine mirip dengan atropin dan memiliki efek anti spasmodik yang ringan. Namun, secara farmakalogi efek meperidine sama dengan morfin Farmakokinetik MiperidinPotensi meperidine sekitar sepersepuluh dari morfin, dimana dosis 80-100 mg IM meperidine sama dengan 10 mg morfin. Durasi kerja meperidine sekitar 2-4 jam, lebih pendek daripada morfin. Pada dosis analgesik yang sama, meperidine memiliki efek samping yang sama dengan morfin. Meperidin diserap lebih baik melalui saluran cerna dibandingkan morfin, walaupun hanya setengahnya yang efektif dibandingkan dengan pemberian IM.

Metabolisme MeperidinMetabolisme di hati memegang peranan besar, 90% obat akan mengalami demetilasi menjadi normeperidine dan dihidrolisis menjadi asam meperidinic. Ekskresi melalui urin tergantung pada pH, pada pH yang asam meperidine akan lebih banyak diekskresikan secara utuh. Waktu paruh meperidine berkisar 3-5 jam bergantung kepada metabolisme di hepar.

Meperidine digunakan sebagai analgesik selama proses persalinan dan post operasi. Meperidine akan bekerja secara baik apabila diberikan secara intra tekal. Konsentrasi analgesik palsma meperidine sangat bervariasi diantara pasien. Konsetrasi plasma meperidine sekitar 0,7 g/mL akan memberikan analgesia yang cukup pada post operasi. Dosis total yang diberikan antara 12-36 mg/jam.

Efek SampingEfek samping yang timbul antara lain hipotensi ortostatic akibat kompensasi reflek saraf simpatik. Meperidin lebih sering meningkatkan denyut jantung daripada bradikardi. Delirium dan kejang juga terjadi akibat akumulasi normeperidine di dalam CNS. Serotonin sindrom (hipertensi tidak stabil, takikardi, diaforesis, hipertermi, confusion, delirium dan hiperreflek) dapat terjadi bila meperidine diberikan pada pasien yang mendapat obat-obatan antidepressant (MAO inhibitor, fluoxetine).

FentanylFentanyl adalah opioid sintetik turunan fenilpiperidine yang secara struktur mirip dengan meperidine. Sebagai analgesik, fentanyl lebih kuat 75-125 kali morfin.

Farmakokinetik FentanylDosis tunggal fentanyl secara IV memiliki onset yang lebih cepat dan durasi yang lebih pendek daripada morfin. Onset fentanyl yang cepat menunjukkan kelarutan lemak yang lebih tinggi dan durasi yang pendek menunjukkan distribusi yang cepat ke jaringan yang tidak aktif dibandingkan dengan morfin.

Metabolisme FentanylFentanyl dimetabolisme oleh N-demethylation menjadi norfentanyl, hydroxyproprionil-fentanyl dan hidroxyproprionyl-fentanyl. Metabolit ini diekskresikan melaui ginjal dan dapat dideteksi dalam urin hingga 72 jam pemberian. Aktivitas farmakologis metabolit fentanyl sangat minimal.

Penggunaan KlinisDosis penggunaan klinis fentanil cukup lebar. Dosis kecil fentanil, 1-2 g/kg IV menyebabkan analgesiadosis 2-20 g/kg IV sebagai tambahan anestesi inhalasi. Penggunaan fentanil sebagai analgesik sebelum operasi membantu pengurangan dosis opioid yang digunakan sebagai anlgesik post operasi.

Keuntungan penggunaan fentanil sebagai obat tunggal yaitu, (a) kurangnya efek depresi miokard(b) tidak terjadinya pelepasan histamin(c) tidak ada stress terhadap pembedahan. Kerugian yang didapat yaitu(a) tidak dapat mencegah respon simpatis terhadap nyeri(b) kemungkinan pasien sadar(c) depresi napas post operasi.

Efek SampingKardiovaskularFentanyl dalam dosis besar tidak mendorong terjadinya pelepasan histamin sehingga tidak menimbulkan terjadinya hipotensi. Namun efek bradikardi lebih tinggi dibanding morfin yang dapat menurunkan cardiac output dan mengganggu tekanan darah.KejangKejang dapat timbul pada pemberian cepat IV fentanil, sufentanil dan alfentanil. Walaupun dalam pemeriksaan EEG tidak ditemukan adanya aktivitas kejang.

Tekana IntrakranialPemberian fentanil dan sufentanil pada pasien cedera kepala akan menaikkan sedikit ICP (6-9 mmHg) dan juga diikuti penurunan tekanan arteri rata-rata dan tekanan perfusi otak.

Interaksi ObatKonsentrasi analgesik fentanil akan mempotensiasi efek midazolam dan menurunkan dosis propofol yang dibutuhkan. Kombinasi opioid-benzodiazepine menunjukkan sinergi antara hypnosis dan depresi napas. Namun keuntungan kombinasi ini lebih besar dibandingkan kerugian yang didapat TramadolTramadol merupakan analgesik yang bekerja secara sentral dengan berikatan pada reseptor mu dan berikatan lemah pada reseptor kappa dan delta. Potensi analgesik tramadol 5-10 kali lebih lemah daripada morfin. Tramadol dengan dosis 3 mg/kg dapat diberikan secara oral, IM atau IV untuk mengatasi nyeri sedang hingga berat.

Keuntungan pemberian tramadoltidak adanya depresi napas, dan tidak menyebabkan ketergantungan pada obat serta memiliki toksisitas organ yang rendah. Selain itu, efek perlambatan pengosongan lambung juga lebih rendah dibanding opioid lain dan efek sedasi yang minimal. Kerugian penggunaan tramadol interaksinya dengan antikoagulan koumadin dan kemungkinan terjadinya kejang pada pasien epilepsi. Tramadol juga mendorong timbulnya mual dan muntah pada pemberian perioperatif. OpioidsOpioid Agonis-AntagonisOpioid Antagonis

MorphineMorphine 6-glucorinideMeperidineSufentanilFentanilAlfentanilRamifenttanilCodeineTramadolHydromorphineMethadoneHeroinPentazocaineButophanolNalbuphineNalorphineDezocineNaloxoneNaltrexoneNalmefene

Mu1Mu2DeltaKappa

EfekAnlagesia (supraspinal dan spinal)Euphoria

Potensi disalahgunakan rendah

MiosisBradikardiHipotermiaRetensi urinAnlagesia (spinal)

Depresi ventilasi

Efek ketergantungan

KonstipasiAnalgesi (supraspinal)

Dysphoria, sedasi

Miosis

DiuresisAnalgesia (supraspinal dan spinal)Depresi ventilasi

Efek ketergantungan

Konstipasi

Retensi urin

AgonisEndorfinMorfinOpioid sintetikEndorfinMorfinOpioid sintetikDinorfinEnkefalin

AntogonisNaloxoneNaltrexonNalmefeneNaloxoneNaltrexonNalmefeneNaloxoneNaltrexonNalmefeneNaloxoneNaltrexonNalmefene