31
laporan farmakologi ANALGETIKA I. TUJUAN Mahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui pengaruh pemberian dan efektivitas analgetika sedian obat (paracetamol, ibuprofen, asam mefenamat, dan antalgin) pada mencit. II. DASAR TEORI Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Nyeri adalah perasaansensoris dan emosional yang tidak nyaman,berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan halhanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentangadanya gangguan di jaringan seperti peradangan, rematik, encok atau kejang otot (Tjay, 2007). Reseptor nyeri (nociceptor) merupakan ujung saraf bebas, yang tersebar di kulit, otot, tulang, dan sendi. Impuls nyeri disalurkan ke susunan saraf pusat melalui dua jaras, yaitu jaras nyeri cepat dengan neurotransmiternya glutamat dan jaras nyeri lambat dengan neurotransmiternya substansi P (Guyton & Hall, 1997;Ganong, 2003). Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine, bradikin, leukotriendan prostaglandin merangsang reseptor nyeri (nociceptor )di ujung-ujung saraf bebasdi kulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksiradang dan kejang-kejang. Nociceptor ini juga terdapat di seluruh jaringan dan organtubuh, terkecuali di SSP. Dari tempat ini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk- tajuk neuron dengan sangat banyak sinaps via sumsum- belakang, sumsum-lanjutan dan otak-tengah. Dari thalamus impuls kemudianditeruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjaydan Rahardja, 2007). Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi melindungi tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang adanya ganguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri.

laporan farmakologi(analgetik)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: laporan farmakologi(analgetik)

laporan farmakologiANALGETIKA

I.       TUJUANMahasiswa dapat mempelajari dan mengetahui pengaruh pemberian dan efektivitas

analgetika sedian obat (paracetamol, ibuprofen, asam mefenamat, dan antalgin) pada mencit.II.    DASAR TEORI

Obat analgesik adalah obat yang dapat mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri dan akhirnya akan memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita. Nyeri adalah perasaansensoris dan emosional yang tidak nyaman,berkaitan dengan ancaman kerusakan jaringan. Rasa nyeri dalam kebanyakan halhanya merupakan suatu gejala yang berfungsi sebagai isyarat bahaya tentangadanya gangguan di jaringan seperti peradangan, rematik, encok atau kejang otot (Tjay, 2007).

Reseptor nyeri (nociceptor) merupakan ujung saraf bebas, yang tersebar di kulit, otot, tulang, dan sendi. Impuls nyeri disalurkan ke susunan saraf pusat melalui dua jaras, yaitu jaras nyeri cepat dengan neurotransmiternya glutamat dan jaras nyeri lambat dengan neurotransmiternya substansi P (Guyton & Hall, 1997;Ganong, 2003).

Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine, bradikin, leukotriendan prostaglandin merangsang reseptor nyeri (nociceptor )di ujung-ujung saraf bebasdi kulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksiradang dan kejang-kejang. Nociceptor ini juga terdapat di seluruh jaringan dan organtubuh, terkecuali di SSP. Dari tempat ini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sangat banyak sinaps via sumsum- belakang, sumsum-lanjutan dan otak-tengah. Dari thalamus impuls kemudianditeruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjaydan Rahardja, 2007).

Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya merupakan suatu gejala yang berfungsi

melindungi tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai isyarat bahaya tentang adanya

ganguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang otot. Nyeri

yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis dapat menimbulkan

kerusakan pada jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu

yang disebut mediator nyeri. Mediator nyeri antara lain dapat mengakibatkan reaksi

radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung saraf bebas di

kulit, mukosa dan jaringan lain. Nocireseptor ini terdapat diseluruh jaringan dan organ

tubuh, kecuali di SSP. Dari sini rangsangan di salurkan ke otak melalui jaringan lebat

dari tajuk-tajuk neuron dengan amat benyak sinaps via sumsumtulang belakang,

sumsum lanjutan, dan otak tengah. Dari thalamus impuls kemudian diteruskan ke

pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjay, 2007).

Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan yaitu :a.  Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)

Page 2: laporan farmakologi(analgetik)

Secara farmakologis praktis dibedakan atas kelompok salisilat (asetosal, diflunisal) dan non salisilat. Sebagian besar sediaan–sediaan golongan non salisilat ternmasuk derivat as. Arylalkanoat (Gilang, 2010).

b.  Analgesik Opioid/Analgesik NarkotikaAnalgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau

morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Tetap semua analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan.

Ada 3 golongan obat ini yaitu(Medicastore,2006) :1)      Obat yang berasal dari opium-morfin2)      Senyawa semisintetik morfin3)      Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.

Mekanisme Kerja Obat Analgesika.  Analgesik Nonopioid/Perifer (Non-Opioid Analgesics)

Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase (COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri . Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors. Efek samping yang paling umum dari golongan obat ini adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta reaksi alergi di kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan dosis besar (Anchy, 2011).b.  Analgesik Opioid/Analgesik Narkotika

Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgesiknya dan efek sampingnya. Kebanyakan analgesik OAINS diduga bekerja diperifer . Efek  analgesiknya telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah pemberian per-oral. Sementara efek antiinflamasi OAINS telah tampak dalam waktu satu-dua minggu pemberian, sedangkan efek maksimalnya timbul berpariasi dari 1-4 minggu. Setelah pemberiannya peroral, kadar puncaknya NSAID didalam darah dicapai dalam waktu 1-3 jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak dipengaruhi oleh adanya makanan. Volume distribusinya relatif kecil (< 0.2 L/kg) dan mempunyai ikatan dengan protein plasma yang tinggi biasanya (>95%). Waktu paruh eliminasinya untuk golongan derivat arylalkanot sekitar 2-5 jam, sementara waktu paruh indometasin sangat berpariasi diantara individu yang menggunakannya, sedangkan piroksikam mempunyai waktu paruh paling panjang (45 jam) (Gilang, 2010).Mekanisme kerja antalgin :

Antalgin termasuk derivat metasulfonat dari amidopiryn yang mudah larut dalam air dan cepat diserap ke dalam tubuh. Bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Antalgin merupakan inhibitor selektif dari prostaglandin F2α yaitu: suatu mediator inflamasi yang menyebabkan reaksi radang seperti

Page 3: laporan farmakologi(analgetik)

panas, merah, nyeri, bengkak, dan gangguan fungsi yang biasa terlihat pada penderita demam rheumatik dan rheumatik arthritis. Antalgin mempengaruhi hipotalamus dalam menurunkan sensifitas reseptor rasa sakit dan thermostat yang mengatur suhu tubuh (Lukmanto, 1986).

MONOGRAFIPemerian         :Serbuk hablur putih atau putih kekuninganKelarutan        : Larut dalam air dan HCl 0,02 NPenyimpanan   : Dalam wadah tertutup baik ( Anonim, 1995 )Khasiat            : AnalgetikDosis               : 500 mg ( Anonim, 1979 )

Mekanisme kerja ibuprofen  :Ibuprofen menimbulkan efek analgesik dengan menghambat secara langsung dan selektif

enzim-enzim pada system saraf pusat yang mengkatalis biosintesis prostaglandin seperti siklooksigenase sehingga mencegah sensitasi reseptor rasa sakit oleh mediator-mediator rasa sakit seperti bradikinin, histamin, serotonin, prostasiklin, prostaglandin, ion hidrogen dan kalium yang dapat merangsang rasa sakit secara mekanis atau kimiawi (Siswandono dan Soekardjo, B., 2000).

MONOGRAFIPemerian         : Serbuk hablur; putih hingga hampir putih; berbau khas lemah.

Kelarutan          : Praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol.Penyimpanan    : Dalam wadah tertutup rapat (anonim, 1995).Khasiat             : AnalgetikDosis                 : 400 mg tiap 4-6 jam (Charles,2009)

Mekanisme kerja asam mefenamat :Asam mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non steroid, bekerja dengan

menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase, sehingga mempunyai efek analgesik, anti inflamasi dan antipiretik. Cara Kerja Asam mefenamat adalah seperti OAINS (Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid atau NSAID) lain yaitu  menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja enzim cyclooxygenase (COX-1 & COX-2). Asam mefenamat mempunyai efek antiinflamasi, analgetik (antinyeri) dan antipiretik. Asam mefenamat  mempunyai khasiat sebagai analgesik dan antiinflamasi. Asam mefenamat merupakan satu-satunya fenamat yang menunjukan kerja pusat dan juga kerja perifer. Dengan mekanisme menghambat kerja enziim sikloogsigenase ( Goodman, 2007 ).MONOGRAFI

Pemerian                 : Serbuk hablur; putih atau hampir putih; melebur pada suhu ±  2300 C disertai peruraian.Kelarutan                : Larut dalam alkali hidroksida, agak sukar larut dalam kloroform, sukar larut dalam etanol dan

metanol, praktis tidak larut dalam air.Penyimpanan          :Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya (Anonim,1995).

Khasiat                   : Analgetik (Anonim, 1979)Dosis                       : 500 mg (Anonim, 2000)

Page 4: laporan farmakologi(analgetik)

Mekanisme kerja Paracetamol :Parasetamol menghambat siklooksigenase sehingga konversi asam arakhidonat menjadi

prostaglandin terganggu. Setiap obat menghambat siklooksigenase secara berbeda (Wilmana, 1995). Parasetamol menghambat siklooksigenase pusat lebih kuat dari pada aspirin, inilah yang menyebabkan parasetamol menjadi obat antipiretik yang kuat melalui efek pada pusat pengaturan panas. Parasetamol hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer (Dipalma, 1986). Inilah yang menyebabkan parasetamol hanya menghilangkan atau mengurangi rasa nyeri ringan sampai sedang. Parasetamol tidak mempengaruhi nyeri yang ditimbulkan efek langsung prostaglandin, ini menunjukkan bahwa parasetamol menghambat sintesa prostaglandin dan bukan blokade langsung prostaglandin. (Wilmana, 1995).        MONOGRAFI

Pemerian         : serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahitKelarutan        : larut dalam air mendidih , mudah larut dalam etanol.Penyimpanan   : Dalam wadah tertutup rapat tidak tembus cahaya (Anonim,1995).Khasiat            : Analgetik, antipiretik

                    Dosis               : 500 – 2000 mg per hari (Anonim, 1979).

III. ALAT DAN BAHAN1.      Alata.       Labutakar 50 ml “pyrex”                          j. Stopwatchb.      Beker glass 100 ml “pyrex”                      k. Ram kawatc.       Beker glass 300 ml”pyrex”                       l. Jarum suntikd.      Cawan porselin                                         m. Spuit orale.       Mortir dan stamper                                   n. Hand glove dan maskerf.       Timbangan analitik digital                        o. Tempat minum mencitg.      Sendok plastic                                           p. Tempat makan mencith.      Kandang mencit                                        q. Water Bath                         i.        Sekat kaca

2.      Bahana.       Mencit putih                                              f. Asam mefenamatb.      CMC. Na                                                  g. Ibuprofenc.       Aquadest                                                   h. Antalgind.      Aquabidest                                                i. Asam asetat 1%e.       Paracetamol

IV.       PROSEDUR  KERJAa.      Pembuatan Larutan Paracetamol

Ditimbang CMC.Na,

Dipanaskanaquadestsecukupnya     diambil 20 X beratCMC.Na

Page 5: laporan farmakologi(analgetik)

DitaburkanCMC.Napadaaquadest,adukhinggamengembangdan homogenDiambil 1 tablet paracetamol 500 mg

Dimasukkan dalam mortir dan gerus sampai halus

DicampurkanCMC.NadenganParacetamolyang telah dihaluskandalammortir.Diaduk hingga homogen          masukkan kedalam labu takar, ditambahkan aquadest hingga 50 ml

b.      Pembuatan Larutan IbuprofenDitimbang CMC.Na,

Dipanaskan aquadest secukupnya      diambil 20 X berat CMC.Na

Ditaburkan CMC.Na pada aquadest, aduk hingga mengembang dan homogen

Diambil ½  tablet Ibuprofen 400 mg

Dimasukkan dalam mortir dan gerus sampai halus

Dicampurkan CMC.Na dengan Ibuprofen yang telah dihaluskan dalam mortir.

Diaduk hingga homogen          masukkan ke dalam labu takar, ditambahkanaquadest  hingga 50 ml

c.       Pembuatan Larutan Asam mefenamatDitimbang CMC.Na,

Dipanaskan aquadest secukupnya      diambil 20 X berat CMC.Na

Ditaburkan CMC.Na pada aquadest, aduk hingga mengembang dan homogen

Diambil 1 tablet Asam Mefenamat 500 mg

Dimasukkan dalam mortir dan gerus sampai halus

Dicampurkan CMC.Na dengan Asam mefenamat yang telah dihaluskan dalam mortir.Diaduk hingga homogen          masukkan ke dalam labu takar, ditambahkan aquadest  hingga 50 ml

d.      Pembuatan Larutan AntalginDitimbang CMC.Na,

Page 6: laporan farmakologi(analgetik)

Dipanaskan aquadest secukupnya      diambil 20 X berat CMC.Na

Ditaburkan CMC.Na pada aquadest, aduk hingga mengembang dan homogen

Diambil 1 tablet  Antalgin 500 mg

Dimasukkan dalam mortir dan gerus sampai halus

Dicampurkan CMC.Na dengan Antalgin yang telah dihaluskan dalam mortir.

Diaduk hingga homogen          masukkan kedalam labu takar, ditambahkan aquadest  hingga 50 ml

e.       Pengujian Efektivitas AnalgetikaDiberikan secara oral bahan obat (Paracetamol, asam mefenamat, ibuprofen, antalgin) dan kontrol negatif, ditunggu selama 30 menit.

Diberikan asam asetat 1% secara intra peritoneal pada mencit

Dilakukan pengamatan :

a. Catat jumlah geliat selama 30 menit dengan selang waktu 5 menit

b. Lakukan analisis secara statistik dengan ANOVA (uji rancangan acak lengkap)

V.        HASIL DAN PENGOLAHAN DATA SERTA GRAFIK1.      Perhitungan Larutan Stoka.       Larutan Stok Antalgin = 500 mg /tablet

= 10 mg/ml  X  50 ml     = 500 mg (1 tablet)            CMC Na         = 0,5 mg  x  50 ml       = 0,25 gram                                        100            Aquadest untuk CMC Na = 0,25  x  20 = 5 ml            Aquadest  ad  50 ml

b.      Larutan Stok Paracetamol = 500 mg /tablet= 10 mg/ml  X  50 ml     = 500 mg (1 tablet)            CMC Na         = 0,5 mg  x  50 ml       = 0,25 gram                                        100            Aquadest untuk CMC Na = 0,25  x  20 = 5 ml            Aquadest  ad  50 ml

c.       Larutan Stok Asam Mefenamat = 500 mg /tablet= 10 mg/ml  X  50 ml     = 500 mg (1 tablet)            CMC Na         = 0,5 mg  x  50 ml       = 0,25 gram

Page 7: laporan farmakologi(analgetik)

                                        100            Aquadest untuk CMC Na = 0,25  x  20 = 5 ml            Aquadest  ad  50 ml

d.      Larutan Stok Ibuprofen = 400 mg /tablet= 4 mg/ml  X  50 ml       = 200 mg (1/2 tablet)            CMC Na         = 0,5 mg  x  50 ml       = 0,25 gram                                        100            Aquadest untuk CMC Na = 0,25  x  20 = 5 ml            Aquadest  ad  50 ml

e.       Kontrol  negativeCMC Na         = 0,5 mg  x  25 ml       = 0,125 gram                            100Aquadest untuk CMC Na = 0,125  x  20 = 2,5 ml ; Aguadest ad 25 ml2.  Perhitungan Dosis Asam Asetat  1 %

Pengenceran Asam Mefenamat            V1  X  C1         = V2  X  C2

            50  x  1 %        = V2   X  99,7%                  V2        = 0,5 ml            Dosis Asam Asetat     : 262,5 mg / KgBB                        BJ        = 1,040 – 1,042 gram/ml                                    = 1,041                        1ml asam asetat ~ 1,041 gram/ml

a.       Dosis mencit I (BB: 25,01)Dosis   = BB mencit  x  262,5 mg

                            1000                        = 25,01 kg  x  262,5    = 6,57 mg                              1000            Volume Pemberian      =   a    x  50 ml                                                    BJ                                                =     6,57 mg    x  50 ml                                                    1.041mg                                                = 0,32 ml

b.      Dosis mencit II (BB: 29,77)Dosis   = BB mencit  x  262,5 mg

                            1000                        = 29,77 kg  x  262,5    = 7,81 mg                              1000

Volume Pemberian      =   a    x  50 ml                                                   BJ                                                =     7,81 mg    x  50 ml                                                     1041mg

Page 8: laporan farmakologi(analgetik)

                                                = 0,38 ml

c.       Dosis mencit III (BB: 25,53)Dosis   = BB mencit  x  262,5 mg

                            1000                        = 25,53 kg  x  262,5    = 6,70 mg                              1000            Volume Pemberian      =   a    x  50 ml                                                    BJ                                                =     6,70 mg    x  50 ml                                                    1.041mg                                                                                               = 0,32 ml

d.      Dosis mencit IV (BB: 28,94)Dosis   = BB mencit  x  262,5 mg

                            1000                        = 28,94 kg  x  262,5    = 7,60 mg                              1000            Volume Pemberian      =   a    x  50 ml                                                    BJ                                                =     7,60 mg    x  50 ml                                                    1.041gram                                                                                               =  0,37 ml

e.       Dosis mencit V (BB: 31,06)Dosis   = BB mencit  x  262,5 mg

                            1000                        = 31,06 kg  x  262,5    = 8,15 mg                              1000

Volume Pemberian      =   a    x  50 ml                                                    BJ                                                =   8,15 mg       x  50 ml                                                    1.041mg

                                                = 0,39 ml

Page 9: laporan farmakologi(analgetik)

Tabel 1.  Berat Badan Mencit dan Keterangan

Nomor Urut Mencit

Berat Badan Mencit Keterangan

I 25,01 g Antalgin

II 29,77 g Paracetamol

III 25,53 g Asam Mefenamat

IV 28,94 g Ibuprofen

V 31,06 g Kontrol Negatif

3.    Perhitungan Dosis Mencit Berdasarkan Konsentrasi Dosisa.       Dosis Antalgin      = 500 – 1000 mg (Anonim, 1979).

Dosis 70 kg        = 70 kg     X  500 mg                              50 kg                           = 700 mgDosis untuk 20 gram mencit      : 0,0026  x  700 mg                                                   : 1,82 mg                           25,01 mg         : 25,01 mg  x  1,82      = 2,28 mg                                                          20Volume pemberian        : D  x  BB        = C  x  V                                            2,28            = 10 mg/ml  X  V                                                   V         = 0,23 ml

b.      Dosis Paracetamol = 500 mg (Anonim, 1979).Dosis 70 kg        = 70 kg     X  500 mg                              50 kg                           = 700 mgDosis untuk 20 gram mencit      : 0,0026  x  700 mg                                                   : 1,82 mg                           29,77 mg         : 29,77 mg  x  1,82      = 2,71 mg                                                          20

Volume pemberian        : D  x  BB        = C  x  V                                            2,71            = 10 mg/ml  X  V                                                   V         = 0,27 ml

c.       Dosis Asam Mefenamat    = 500 mg, 3 x sehari (Anonim, 2000).Dosis 70 kg        = 70 kg     X  500 mg                              50 kg                           = 700 mgDosis untuk 20 gram mencit      : 0,0026  x  700 mg

Page 10: laporan farmakologi(analgetik)

                                                   : 1,82 mg                           25,53 mg         : 25,53 mg  x  1,82      = 2,32 mg                                                          20Volume pemberian        : D  x  BB        = C  x  V                                            2,32            = 10 mg/ml  X  V                                                   V         = 0,23 ml

d.      Dosis Ibuprofen    = 400 mg (Charles, 2009).Dosis 70 kg        = 70 kg     X  400 mg                              50 kg                           = 560 mgDosis untuk 20 gram mencit      : 0,0026  x  560 mg                                                   : 1,46 mg                           28,94 mg         : 28,94 mg  x  1,46      = 2,11 mg                                                          20Volume pemberian        : D  x  BB        = C  x  V                                            2,11            = 4 mg/ml  X  V                                                   V         = 0,53 mle. Kontrol negatif :   BB mencit       = 31,06                           = 1/2  X vol maksimal personal                           =  1/2  X 1 ml    = 0,5 ml

3.      Tabel  Data Percobaan Writhing mencit

Interval waktu

KelompokParacetamol

Asam Mefenamat

Ibuprofen Antalgin K (-)

Geliat ∑ Geliat ∑ Geliat ∑ Geliat ∑ Geliat ∑0-5’ 1 9

21

17

34

10

33

4

13

0

272 0 14 13 0 173 9 3 10 5 104 3 0 0 4 0

5-10’ 1 15

35

17

78

11

39

6

24

22

712 0 20 20 0 213 14 10 8 10 254 6 31 0 8 3

10-15’ 1 24

52

17

73

12

39

12

55

27

712 0 22 21 0 243 8 9 6 22 104 20 25 0 21 10

Page 11: laporan farmakologi(analgetik)

15-20’ 1 16

46

17

64

16

43

15

44

17

492 0 16 16 0 163 7 6 11 8 54 23 25 0 21 11

20-25’ 1 13

41

12

46

17

38

13

43

15

622 0 14 14 0 173 9 6 7 12 164 19 14 0 18 14

25-30’ 1 840

744

1346

1133

1168

2 0 13 13 0 153 21 14 20 10 264 11 10 0 12 16

∑ XT 235 339 238 212 348∑ XT2 9767 20717 9540 8644 21680

(∑ XT)2 55225 114921 56644 44944 121104

∑ X T  = ∑ X PCT + ∑ X As.mef + ∑ X Ibuprofen + ∑XAntalgin  +  ∑ X K (-)            = 235 + 339  +  238  +  212  +  348            = 1372∑ T2     = ∑ X PCT2 + ∑ X As.mef2 + ∑X Ibuprofen2 + ∑XAntalgin2 + ∑ X K (-)2

            = 9767  +  20717  +  9540  +  8644  +  2168            = 70348∑ Kuadrat total     = ∑ X T2  -   (∑x T) 2                                                      n total                               = 70348 – (1372) 2                                                   30                               =70348  -  62746,133                               = 7601,87

∑ Jumlah Kuadrat Efektivitas Analgetik  ∑x PCT 2  + ∑x As.mef 2  + ∑x Ibuprofen 2  + ∑x Antalgin 2  + ∑CMC Na 2     -   ∑xtotal 2

  n PCT         n As.mef      n Ibuprofen         n Antalgin     n CMC Na         n total

=  235 2  + 339 2  + 238 2  + 212 2   +  348 2    -  1372 2     6             6       6          6         6          30

=  9204,17 + 19153,5 + 9440,67 + 7490,67 + 20184 – 62746,133

=  2726,88

Galat   =  ∑ Kuadrat total  – ∑ kuadrat Efektivitas Analgetik=  7601,87 -  2726,88=  4874,99

Page 12: laporan farmakologi(analgetik)

4.      Tabel F hitung

Sumber Variasi JK Dk JK/dk

Perlakuan   2726,88 5 – 1 = 4 2726,88   = 681,72     4

Galat 4874,99 30 – 5 = 25 4874,99  = 194,99    25

Total 7601,87 25 + 4 = 29 7601,87  = 262,133     29

F hitung           =  K uadrat rata-rata   perlakuan                                             Kuadrat rata-rata galat                                    = 681,72    = 3,50                                       194,99

F kritis            =  F ( α ; dk variasi pemberian analgetik ; dk galat )                       =  F ( 0,05 ; 4 ; 25 )                       =  2,76

F hitung > F kritis  =  3,50 > 2,76  Berbeda bermaknaBerbeda bermakna artinya pemberian obat analgetik yang berbeda pada hewan uji

mencit akan mempengaruhi frekuensi geliat mencit, sesuai dengan efektivitas obat sebagai analgetik, yaitu  antalgin > Paracetamol > ibuprofen > asam mefenamat.

5. % Daya Analgetik      a. Paracetamol = 100 – ( Perlakuan / kontrol x 100 )                                          = 100 – ( 235 / 348 x 100 )                                          = 32,5 %                           b. Asam mefenamat = 100 – ( Perlakuan / kontrol x 100 )                                          = 100 – ( 339 / 348 x 100 )                                          = 2,6 %

c. Ibuprofen                = 100 – ( Perlakuan / kontrol x 100 )                                          = 100 – ( 238 / 348 x 100 )                                          = 31,6 %

d. Antalgin                  = 100 – ( Perlakuan / kontrol x 100 )                                          = 100 – ( 212 / 348 x 100 )                                          = 39,1 %

6.   Grafik Jumlah Writhing mencit 

   7. Grafik Jumlah Geliat Dibanding dengan % Analgetik

Page 13: laporan farmakologi(analgetik)

VI. PEMBAHASANMahasiswa melakukan praktikum farmakologi dengan materi analgetik. Tujuan dari

praktikum ini adalah mempelajari dan mengetahui efektivitas analgetika sedian obat (paracetamol, ibuprofen, asam mefenamat, dan antalgin) pada hewan uji mencit sehingga kita dapat membandingkan daya analgetika dari obat – obat tersebut setelah mencit diberi induktor nyeri asam asetat 1 %.

Percobaan ini menggunakan metode Witkin ( Writhing Tes / Metode Geliat ), dengan prinsip yaitu memberikan asam asetat 1% (indikator nyeri) kepada mencit yang akan menimbulkan geliat ( Writhing ), sehingga dapat diamati respon mencit ketika menahan nyeri pada perut dengan cara menarik abdomen, menarik kaki kebelakang, dan membengkokan kepala ke belakang. Dengan pemberian obat analgetik (paracetamol, ibuprofen, asam mefenamat, dan antalgin)  akan mengurangi respon tersebut.

Larutan stok dibuat dengan mensuspensikaan tablet paracetamol, asam mefenamat, ibuprofen, dan antalgin, karena bahan obat sukar larut di dalam air dengan suspending agent CMC Na. Digunakan konsentrasi CMC Na yang rendah 0,5% agar suspensi tidak terlalu kental sehingga mudah untuk mengambil suspensi dengan spuit jarum oral dan mudah masuk ke dalam esofagus mencit.

Pemberian obat-obat analgetik pada mencit dilakukan secara peroral,setiap mencit diberikan suspensi obat yang berbeda, sebagai kontrol negatif diberikan CMC Na, setelah obat diberikan mencit didiamkan selama 30 menit. Kemudian disuntik secara intraperitoneal dengan larutan induksi asam asetat 1 %. Pemberian dilakukan secara intraperitoneal karenamemungkinkan sediaan lebih mudah diabsorbsi oleh tubuh, cepat memberikan efek,mencegah penguraian asam asetat pada jaringan fisiologik organ tertentu, serta efek merusak jaringan tubuh jika pada organ tertentu. Misalnya apabila asam asetat 1% diberikan per oral,akan merusak saluran pencernaan, karena sifat kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan terhadap asam.

Larutan asam asetat diberikan setelah 30 menit, ini bertujuan agar obat yang telah diberikan sebelumnya sudah mengalami fase absorbsi untuk meredakan rasa nyeri. Selama beberapa menit kemudian, setelah diberi larutan asam asetat 1% mencit akan menggeliat dengan ditandai perut kejang dan kaki ditarik ke belakang. Jumlah geliat mencit dihitung setiap 5 menit selama 30 menit.

Penggunaan asam asetat sebagai induktor dalam percobaan ini karena asam asetat merupakan asam lemah yang tidak terkonjugasi dalam tubuh, pemberian sediaan asetat terhadap hewan percobaan akan merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri akibat adanya kerusakan jaringan atau inflamasi.  Prostaglandin meyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi sehingga prostaglandin dapat menimbulkan keadaan hiperalgesia, kemudian mediator kimiawi seperti bradikinin dan histamin merangsangnya dan  menimbulkan  nyeri yang  nyata, sehingga mencit akan menggeliatkan kaki belakang saat efek dari penginduksi ini bekerja.

Page 14: laporan farmakologi(analgetik)

Setelah dilakukan percobaan didapatkan hasil bahwa urutan obat yang memiliki daya analgetik paling tinggi atau kuat adalah antalgin, paracetamol, ibuprofen, dan asam mefenamat. Hasil yang didapat setelah diuji dengan menggunakan tabel ANOVA yang kemudian didapat hasil “berbeda bermakna”, artinya pemberian obat analgetik yang berbedapada hewan uji mencit akan mempengaruhi frekuensi geliat mencit, sesuai dengan efektivitas obat sebagai analgetik, yaitu  antalgin > Paracetamol > ibuprofen > asam mefenamat.

Hasil untuk Asam mefenamat sudah sesuai karena obat memberikan efek analgetik yang lebih ringandisebabkan oleh sifat asam dan efek samping nyeri pada lambung. Sehingga dengan sifat dan efek sampingnya ini justru dapat meningkatkan nyeri pada lambung mencit.

Namun hasil ini juga kurang sesuai dengan teori, karena yang seharusnya memiliki efek analgetik yang lebih kuat adalah ibuprofen, karena  absorbsinya lebih cepat di lambung, sementara indikator nyeri juga diberikan pada lambung.

Kemudian yang seharusnya memiliki efek analgetik yang terkuat kedua setelah ibuprofen adalah Antalgin, karena bekerja secara sentral pada otak untuk menghilangkan nyeri, menurunkan demam dan menyembuhkan rheumatik. Dan diikuti oleh parasetamol, karena hanya mempunyai efek ringan pada siklooksigenase perifer.

Penyimpangan ini dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu ketika sudah 30 menit setelah pemberian analgetik, tidak segera disuntikan asam asatet sehingga efek obat analgetiknya sudah berkurang, faktor fisiologis dari mencit, yang mengalami beberapa kali percobaan sehingga kemungkinan mencit stress, Waktu penyuntikan ada larutan yang tumpah sehingga mengurangi dosis obat analgetik yang diberikan, pengambilan larutaan stock yang tidak dikocok dahulu, sehingga dosis yang diambil tiap spuit berbeda, karena larutan stock yang dibuat adalah bentuk sediaan suspensi, seharusnya dalam pengambilan dikocok terlebih dahulu, agar bahan obat yang diambil, bukan hanya larutannya.

Page 15: laporan farmakologi(analgetik)

VII.     DAFTAR PUSTAKA

 

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia edisi 3, Departemen Kesehatan RepublikIndonesia, Jakarta.

Charles,dkk.2009.Drug Information Handbook. Apha.Ohio.Lexi-Com inc.Diphalma, J. R., Digregorio, G. J. 1986. Basic Pharmacology in Medicine. 3th ed.

New York: Mcgraw-hill Publishing Company: 319-20Ganong, William F, 2003. Fisiologi Saraf & Sel Otot. Dalam H. M. Djauhari          Widjajakusumah: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta:         EGC.Gilang. 2010. Analgesik non-opioid atau NSAID/OAINS.Goodman and Gilman, 2007, Dasar Farmakologi Terapi, Edisi 10, diterjemahkan

                   oleh Amalia, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

 Lukmanto, H., 1986, Informasi Akurat Produk Farmasi di Indonesia, Edisi II,   Jakarta.Medicastore. 2006. Obat Analgesik Antipiretik.Siswandono dan Soekardjo, B., (2000). Kimia Medisinal. Edisi 2. Surabaya:

                   Airlangga University Press.

Tjay,Tan Hoan dan K. Rahardja, 2007, Obat-obat Penting, PT Gramedia, Jakarta.

Sunaryo, Wilmana. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta: Penerbit FKUI: 224-33

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI  IIIANALGETIKA

Page 16: laporan farmakologi(analgetik)

Disusun Oleh :Nama Mahasiswa :      1. Alvian Dumingan                (11.0163)

            2. Cike Nopiyandha                (11.0188)            3. Melly Nilasari                      (11.0214)

4. Munalisa Rahmawati          (11.0174)5. Rica Wijayanti                    (11.0202)6. Yolandha Greta V              (11.0186)

                        Hari,tanggal Praktikum : Senin 13 Mei 2013                        Dosen Pembimbing : Paulina Maya Octasari, S.Farm.,Apt

LABORATORIUM FARMAKOLOGIA K A D E M I  F A R M A S I  T H E R E S I A N A

SEMARANG

2013

Page 17: laporan farmakologi(analgetik)

UJI ANALGETIKA PADA MENCIT

I.   TUJUANMengenal,mempraktekan dan membandingkan daya analgetik asetosal dengan paracetamol menggunakan metode rangsang kimia.

II. DASAR TEORIAnalgetika atau obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau

rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (Tan hoan,1964, hal.295).Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering.Walaupun sering berfungsi

untuk mengingatkan, melindungi dan sering memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang tak mengenakkan, kebanyakan menyiksa dankarena itu berusaha untuk bebas darinya. Seluruh kulit luar mukosa yang membatasi jaringan dan juga banyak organ dalam bagian luar tubuh peka terhadap rasa nyeri,tetapi ternyata terdapat juga organ yang tak mempunyai reseptor nyeri, seperti misalnya otak.Nyeri timbul jika rangsang mekanik, termal, kimia atau listrik melampaui suatu nilai ambang tertentu (nilai ambang nyeri)dan karena itumenyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebasan yang disebut senyawa nyeri (Mutschler,1999).

Semua senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti histamine, bradikin, leukotriendan prostaglandin merangsang reseptor nyeri (nociceptor )di ujung-ujung saraf bebasdi kulit, mukosa serta jaringan lain dan demikian menimbulkan antara lain reaksiradang dan kejang-kejang. Nociceptor ini juga terdapat di seluruh jaringan dan organtubuh, terkecuali di SSP. Dari tempat ini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan lebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sangat banyak sinaps via sumsum- belakang, sumsum-lanjutan dan otak-tengah. Dari thalamus impuls kemudianditeruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tjaydan Rahardja, 2007).

Mediator nyeri penting adalah amin histamine yang bertanggungjawab untuk kebanyakan reaksi alergi (bronchokonstriksi, pengembangan mukosa, pruritus) dan nyeri. Bradikinin adalah polipeptida (rangkaian asam amino)yang dibentuk dari protein plasma.Prostaglandin mirip strukturnya dengan asam lemak dan terbentuk dari asam arachidonat.Menurut perkiraan zat-zat ini meningkatkan kepekaan ujung-saraf sensoris bagi rangsangan nyeri yang diakibatkan oleh mediator lainnya. Zat-zat ini berkhasiat vasodilatasi kuat dan meningkatkan permeabilitas kapiler yang mengakibatkan radang dan udema. Berhubung kerjanya serta inaktivasinya pesat dan bersifat local, maka juga dinamakan hormon lokal.Mungkin sekali zat-zat ini juga bekerja sebagai mediator demam (Collins,et.al., 2000).

Terkadang, nyeri dapat berarti perasaan emosional yang tidak nyaman dan berkaitan dengan ancaman seperti kerusakan pada jaringan karena pada dasarnya rasanyeri merupakan suatu gejala, serta isyarat bahaya tentang adanya gangguan pada tubuh umumnya dan jaringan khususnya. Meskipun terbilang ampuh, jenis obat ini umumnya dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakai. Untuk mengurangi atau meredakan rasa sakit atau nyeri tersebut maka banyak digunakan obat-obat analgetik (seperti parasetamol, asam mefenamat dan antalgin) yang bekerja dengan memblokir  pelepasan mediator nyeri sehingga reseptor nyeri tidak menerima rangsang nyeri (Green, 2009).

Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak enak yang berkaitandengan (ancaman) kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi dan ambang toleransi nyeri berbeda-beda bagi setiap orang. Batas nyeri untuk suhu adalah konstan yakni pada 44-

Page 18: laporan farmakologi(analgetik)

45ºC. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya meruapakan suatu gejala, yang berfungsi melindungi tubuh. Nyeri harus dianggap sebagai suatu isyarat bahaya tentang adanya ganggguan di jaringan, seperti peradangan (rema,encok ), infeksi jasad renik, atau kejang otot. Nyeri yang disebabkan oleh rangsangan mekanis, kimiawi,  atau fisis(kalor, listrik ), dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan.

Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentuyang disebut mediator nyeri. Mediator nyeri antara lain mengakibatkan reaksi radang dan kejang-kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri di ujung-ujung saraf bebas dikulit, mukosa, dan jarigan lainnya.Nociceptor ini terdapat diseluruh jaringan danorgan tubuh, kecuali di system saraf pusat. Dari sini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan yang hebat dari tajuk-tajuk neuron dengan sinaps yang amat banyak melalui sum-sum tulang belakang, sum-sum tulang lanjutan dan otak tengah. Dari thalamus impuls diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri (Tan Hoan,1964, hal.296).

Mediator nyeri yang lain, disebut juga sebagai autakoid antara lain serotonin,histamine, bradikinin, leukotrien dan prostaglandin 2. Bradikinin merupakan polipeptida (rangkaian asam amino) yang diberikan dari protein plasma. Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkatan (level) dimana nyeri dirasakan untuk yang pertama kali. Jadi, intesitas rangsangan yang terendah saat seseorang merasakan nyeri. Untuk setiap orang ambang nyerinya adalah konstan (Medicafarma, 2008).Adapun jenis nyeri beserta terapinya, yaitu (Medicafarma,2008):

a.    Nyeri ringanContohnya: sakit gigi, sakit kepala, sakit otot karena infeksi virus, nyeri haid,keseleo. Pada nyeri dapat digunakan analgetik perifer seperti parasetamol, asetosaldan glafenin.

b.    Rasa nyeri menahunContohnya: rheumatic dan arthritis. Pada nyeri ini dapat digunakan analgetik anti-inflamasi, seperti:asetosal, ibuprofendan indometasin.

c.    Nyeri hebatContoh: nyeri organ dalam, lambung, usus, batu ginjal, batu empedu. Pada nyeri ini dapat digunakan analgetik sentral berupa atropine, butilskopolamin(bustopan), camylofen ( ascavan).

d.   Nyeri hebat menahunContoh: kanker, rheumatic, neuralgia berat. Pada nyeri ini digunakan analgetik narkotik, seperti fentanil, dekstromoramida, bezitramida.Penanganan rasa nyeri Berdasarkan proses terjadinya, rasa nyeri dapat dilawan dengan beberapacara,yakni (Tan Hoan,1964, hal.296):

Merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri pada perifer dengan analgetika perifer .

Merintangi penyaluran rangsangan di saraf-saraf sensoris, misalnya dengan  anestetika local.

Blockade pusat nyeri di ssp dengan analgetika sentral (narkotika) atau dengan anestetika umum.Atas dasar kerja farmakologinya, analgetika dibagi dalam dua kelompok yaitu(Tan Hoan,1964, hal.296):

1. Analgetika perifer (non-narkotik ), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral, Seperti golongan salisilat seperti aspirin, golongan para amino fenol seperti paracetamol, dan golongan lainnya seperti ibuprofen, asam mefenamat, naproksen/naproxen dll.

Page 19: laporan farmakologi(analgetik)

2. Analgetik narkotik khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti padafractura dan kanker .Analgesik opioid / analgesik narkotika Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri.Tetapi semua analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan, maka usaha untuk mendapatkan suatu analgesik yang ideal masih tetap diteruskan dengan tujuan mendapatkan analgesik yang sama kuat dengan morfin tanpa bahaya adiksi (Medicastore,2006). Ada 3 golongan obat ini yaitu(Medicastore,2006):

 Obat yang berasal dari opium-morfin Senyawa semisintetik morfin Senyawa sintetik yang berefek seperti morfin.

Mekanisme kerja obat analgesik antipiretik serta obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAIDs) merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, dan beberapa obat memiliki perbedaan secara kimia. Namun, obat-obat NSAID mempunyai banyak persamaan dalam efek terapi dan efek sampingnya.

Prototipe obat golongan ini adalah aspirin,sehingga sering disebut juga sebagai aspirin like drugs. Efek terapi dan efek sampingdari obat golongan NSAIDs sebagian besar tergantung dari penghambatan biosintesis prostaglandin. Namun, obat golongan NSAIDs secara umum tidak menghambat biosintesis leukotrien yang berperan dalam peradangan. Golongan obat NSAIDs bekerja dengan menghambat enzim siklo-oksigenase, sehingga dapat mengganggu perubahan asam arakhidonat menjadi prostaglandin. Setiap obat menghambat enzimsiklo-oksigenase dengan cara yang berbeda(Ian Tanu,1972, hal.231).

Parasetamol dapat menghambat biosintesis prostaglandin apabila lingkungannya mempunyai kadar peroksida yang rendah seperti di hipotalamus, sehingga parasetamol mempunyai efek anti-inflamasi yang rendah karena lokasi peradangan biasanya mengandung banyak peroksida yang dihasilkan oleh leukosit(Ian Tanu,1972, hal.231).

Aspirin dapat menghambat biosintesis prostaglandin dengan cara mengasetilasi gugus aktif serin dari enzim siklo-oksigenase. Thrombosit sangat rentan terhadap penghambatan enzim siklo-oksigenase karena thrombosit tidak mampu mengadakan regenerasi enzim siklo-oksigenase(Ian Tanu,1972, hal.231).

Semua obat golongan NSAIDs bersifat antipiretik, analgesik, dan anti-inflamasi. Efek samping obat golongan NSAIDs didasari oleh hambatan pada sistem biosintesis prostaglandin. Selain itu, sebagian besar obat bersifat asam sehingga lebih banyak terkumpul dalam sel yang bersifat asam seperti di lambung, ginjal, dan jaringan inflamasi. Efek samping lain diantaranya adalah gangguan fungsi thrombosit akibat penghambatan biosintesis tromboksan A2 dengan akibat terjadinya perpanjangan waktu perdarahan. Namun, efek ini telah dimanfaatkan untuk terapi terhadap thrombo-emboli(Gunawan, 2009).

Selain itu, efek samping lain diantaranya adalah ulkuslambung dan perdarahan saluran cerna, hal ini disebabkan oleh adanya iritasi akibat hambatan biosintesis prostaglandin PGE2 dan prostacyclin. PGE2 dan PGI2 banyak ditemukan di mukosa lambung dengan fungsi untuk menghambat sekresi asam lambung dan merangsang sekresi mukus usus halus yang bersifat sitoprotektan (IanTanu,1972,hal.231).Contoh obat analgesic dan antipiretik(Junaidi, 2009, hal.270-277).:

1.    Aspirin/asam asetil salisilatIndikasi:meringankan sakit kepala, pusing, sakit gigi, nyeri otot, menurunkandemam.Dosis: dewasa 500-600 mg/4jam. Sehari maksimum 4 gram. Anak-anak 2-3 tahun 80-90 mg, 4-5

Page 20: laporan farmakologi(analgetik)

tahun160-240 mg,6-8 tahun 240-320 mg, 9-10 tahun 320-400 mg, >11tahun 400-480 mg. Semua diberikan tiap 4 jam setelah makan. Kontraindikasi: ulkus peptikum, kelainan perdarahan, asma. Efek samping: gangguan gastrointestinal, pusing, reaksi hipersensitif .

 2. Asam mefenamat sebagai analgetik, obat ini adalah satu-satunya yang mempunyai kerja yang baik  pada pusat sakit dan saraf perifer. Asam mefenamat cepat diserapdan konsentrasi puncak dalam darah dicapai dalam 2 jam setelah pemberian, dan diekskresikan melalui urin. Indikasi: untuk mengatasi rasa sakit dan nyeri yang ditimbulkan dari rematik akutdan kronis,luka pada jaringan lunak, pegal pada otot dansendi,dismonore, sakit kepala, sakit gigi, setelah operasi dll. Dosis: sebaiknya diberikan sewaktu makan, dan pemakaian tidak boleh lebih dari 7 hari.Anak-anak >6  bulan: 3-6,5mg/kgBB tiap 6 jam atau 4 kali perhari. Dewasa dan anak >14tahun:dosisi awal 500 mg,kemudian 250mg setiap 6 jam. Kontraindikasi: kepekaan terhadap asam mefenamat, radang atau tukak padasaluran pencernaan. Efek samping: dapat mengiritasi system pencernaan,dan mengakibatkan konstipasiatau diare.

3. Parasetamol diserap dengan cepat dan tanpa menimbulkan iritasi disaluran pencernaan,methemoglobin, atau konstipasi. Indikasi: menghilangkan demam dan rasa nyeri pada otot/sendi yang menyertai influenza, vaksinasi dan akibat infelsi lain, sakit kepala, sakitgigi,dismonere, artritis, dan rematik . Dosis: tablet =anak-anak :0,5-1tab 3-4kali perhari,dewasa:1-2tab 3-4kali perhari Sirup=bayi 0,25-0,5sdt 3-4kali perhari,anak-anak :2-5tahun,1sdt 3-4kali perhari.6-12 tahun, 2sdt 3-4kali perhari. Di Indonesia penggunaan parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati analgesik .Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasi dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektivitasnya tanpa perlu meningkatkan dosisnya (Medicastore,2006).

III. ALAT DAN BAHAN1.      Alat :         Spuit injeksi 0.1 – 1 ml                       2 buah         Jarum sonde                                        1 buah         Beaker Glass 500 ml                           3 buah         Stop watch                                          1 buah         Masker                                                            10 buah         Handscoon                                          10 pasang

2.      Bahan         Steril Asam Asetat 1%                        5 ml         Larutan CMC 1%                               2.5 ml         Larutan Paracetamol dalam CMC      2 ml         Tissue                                                  secukupnya         Mencit                                                 5 ekor

IV. HASIL

Mencit Menit pengamatan JumlahI(5’) II(10’) III(15’) IV(20’) V VI

1 1 15 15 19 10 12 722 0 7 7 4 3 1 22

Page 21: laporan farmakologi(analgetik)

3 0 0 5 9 2 2 184 0 1 2 5 2 1 115 0 0 3 5 2 0 10

Berat Badan tikusI = 46 g + CMC 0,5 ml + SAA 1 mlII = 44,8 g + PCT 0,5 ml + SAA 1 mlIII = 45,6 g + PCT 0,5 ml + SAA 1 mlIV = 41,2 g + PCT 1 ml + SAA 1 mlV = 38,6 g + PCT 1 ml + SAA 1 ml

Perhitungan dosis SAATikus I = 300 mg x 0,046 = 13,8 ml/10mg/ml = 1,38 mgTikus II = 300 mg x 0,0448 = 13,44 ml/10mg/ml = 1,344 mgTikus III = 300 mg x 0,0456 = 13,68 ml/10mg/ml = 1,368 mgTikus IV = 300 mg x 0,0412 = 12,36 ml/10mg/ml = 1,236 mgTikus V = 300 mg x 0,0386 = 11,58 ml/10mg/ml = 1,158 mgcatatan :  dosis parasetamol yang diberikan disetarakan yaitu sebanyak 1 ml.

Perhitungan daya analgetik :% Daya analgetik = 100 – (P/K x 100)Keterangan :            P = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi obat analgetik            K = jumlah kumulatif geliat mencit yang diberi CMC (kontrol)% Daya analgetik =     100 – (61/72 x 100)                                    100 – (84,72) = 15,28 %

V. PEMBAHASANAnalgetika

adalah  obat  atau  senyawa  yang  dipergunakan  untuk  mengurangi  atau menghalau  rasa  sakit  atau  nyeri.  Tujuan  dari  percobaan kali  ini  adalah  mengenal, mempraktekkan,  dan  membandingkan  daya analgetika  dari  obat  parasetamol berdasarkan perbedaan jumlah dosis pemberian menggunakan  metode  rangsang  kimia. Percobaan  ini  dilakukan  terhadap hewan  percobaan,  yaitu  mencit  (Mus  muscullus). Metode  rangsang  kimia digunakan  berdasarkan  atas  rangsang  nyeri  yang  ditimbulkan oleh  zat-zat kimia yang digunakan untuk penetapan daya analgetika.

Percobaan  menggunakan  metode  rangsangan kimia  yang  ditujukan  untuk melihat respon  mencit  terhadap  Steril Asam Asetat (SSA) 1%  yang  dapat  menimbulkan respon menggeliat dan menarik kaki ke belakang dari mencit ketika menahan nyeri pada perut. Pada percobaan kali ini menggunakan SSA yang berfungsi sebagai induksi nyeri dan mencit yang digunakan dalam percobaan sebanyak 5 ekor.

Langkah  pertama  yang  dilakukan  adalah  pemberian  obat-obat  analgetik  pada tiap mencit.  Mencit pertama berlaku sebagai control yang diberikan larutan CMC 1% secara per oral sebanyak 0.5 ml. Mencit kedua dan ketiga diberikan larutan parasetamol dalam CMC 1% sebanyak 0.5 ml serta mencit keempat dan kelima diberikan larutan parasetamol dalam CMC 1%

Page 22: laporan farmakologi(analgetik)

sebanyak 1 ml.  Setelah  5  menit  masing-masing mencit  diinjeksi  secara intraperitoneal  dengan  larutan  induksi  Steril Asam Asetat  1  % sebanyak 1 ml.  Pemberian dilakukan  secara  intraperitoneal  karena untuk  mencegah  penguraian  steril asam asetat saat  melewati  jaringan  fisiologik  pada  organ  tertentu.  Dan  laruran steril asam  asetat dikhawatirkan  dapat  merusak  jaringan  tubuh  jika diberikan melalui rute lain, misalnya per oral, karena sifat kerongkongan cenderung bersifat tidak tahan terhadap pengaruh asam. 

Larutan  steril asam  asetat  diberikan  setelah  5  menit  karena  diketahui bahwa obat  yang  telah  diberikan  sebelumnya  sudah  mengalami  fase absorbsi  untuk meredakan  rasa  nyeri.  Selama  beberapa  menit  kemudian, setelah diberi larutan steril asam asetat 1 % mencit akan  menggeliat dengan ditandai dengan kejang perut dan  kaki ditarik  ke  belakang.  Jumlah  geliat  mencit  dihitung setiap selang waktu  5  menit selama 30 menit.  Pengamatan  yang  dilakukan  agak  rumit  karena  praktikan sulit  membedakan antara  geliatan  yang  diakibatkan  oleh  rasa  nyeri  dari obat  atau  karena  mencit  merasa kesakitan  akibat  penyuntikan intraperitoneal pada perut mencit.

Parasetamol adalah obat  analgetik  yang  memiliki  daya  analgetik  dengan  presentasi yang  tidak  terlalu  tinggi yaitu sebesar 15.28 %, dimana Parasetamol  yang  merupakan derivat-asetanilida  adalah  metabolit  dari fenasetin.  Parasetamol  berkhasiat  sebagai analgetik  dan  antipiretik. Umumnya  parasetamol  dianggap  sebagai  zat  anti nyeri  yang paling  aman, juga  untuk  swamedikasi  (pengobatan  mandiri). 

Pada mencit yang diperlakukan sebagai control, tercatat jumlah akumulasi geliat selama 30 menit adalah sebanyak 72 kali. Pada mencit kedua dan ketiga yang diberikan larutan parasetamol dengan dosis  0.5 ml terhitung jumlah akumulasi geliat adalah sebanyak 40 kali. Dan pada mencit keempat dan kelima yang diberikan larutan parasetamol dengan dosis 1 ml terhitung jumlah akumulasi geliat adalah sebanyak 21 kali.

Dari data percobaan tersebut, diketahui bahwa pada pemberian parasetamol dengan dosis 0.5 ml menghasilkan lebih banyak geliat pada mencit daripada dosis 1 ml. Hal ini berarti pada dosis yang lebih tinggi, parasetamol dapat lebih efektif dalam mengatasi nyeri yang diakibatkan oleh rangsangan kimia.

Dalam praktikum kali ini, ada kemungkinan data yang didapatkan kurang valid. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor, antara  lain  faktor  penyuntikan  yang  salah  atau kurang  tepat  sehingga volume  obat  yang  disuntikan  tidak  tepat.  Dapat  juga dikarenakan  faktor fisiologis  dari  mencit,  mengingat  hewan  percobaan  ini  telah mengalami percobaan sebelumnya sehingga  dapat  terjadi  kemungkinan  hewan percobaan yang  stress  dan  juga  kelelahan. Penyimpangan pengambilan data juga dapat terjadi karena pengamatan praktikan yang kurang seksama sehingga ada data geliat mencit yang mungkin terlewat tidak diamati. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi hasil dan perhitungan yang dibuat.

KESIMPULANDari  percobaan  yang  telah  dilakukan  dapat  ditarik  beberapa kesimpulan  yaitu :

         Analgetik  merupakan  obat  yang  dapat  menghilangkan rasa  nyeri  tanpa  menghilangkan kesadaran.

Page 23: laporan farmakologi(analgetik)

         Pada praktikum kali ini digunakan analgetik parasetamol yang mempunyai daya analgetik sebesar 15,28 %

         Dari hasil percobaan, diketahui bahwa pemberian dosis parasetamol yang lebih tinggi yaitu 1 ml, dapat meningkatkan daya analgetik dilihat dari jumlah geliat mencit yang lebih sedikit daripada pemberian dengan dosis 0.5 ml

DAFTAR PUSTAKACollins, S.L, et.al. 2000. Antidepressants and  Anticonvulsants. PharmWkbl. hal.449-454.Green.2009.Analgetika.Available online at:http://greenhati.blogspot.com/2009/05/obat-

analgetik dan farmakodinamikanya.html(diakses 23 Maret 2012).Gunawan, Aris. 2009. Perbandingan Efek Analgesik antara Parasetamol dengan

Kombinasi Parasetamol dan Kafein pada Mencit. Jurnal Biomedika, Volume 1, Nomor 1. Diakses 23 Maret 2012.

Ian Tanu. 1976. Farmakologi dan Terapi Edisi Kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.Junaidi, Iskandar. 2009. Pedoman Praktis Obat Indonesia. Jakarta: Buana Ilmu Populer.Medicafarma. 2008. AnalgesikAntipiretikdanNSAID. http://medicafarma.

blogspot.com/2008/04/analgesik-antipiretik-dan-antiinflamasi. html(diakses pada tanggal 23 Maret 2012).

Medicastore. 2006. Obat Analgesik Antipiretikhttp://medicastore.com/apotik_online/obat_saraf_otot/obat_nyeri.htm

(diakses pada tanggal 23 Maret 2012).Mutschler, E. 1999. Dinamika Obat. Bandung : ITBTan Hoan, dan Kirana Rahardja. 1964. Obat-Obat Penting Edisi Kelima. Jakarta: PT.

Gramedia.Tjay dan K .Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting . Jakarta; PT Elex Media Komputindo

hal.312-318.