Upload
ayu-nur-fauziah
View
82
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Akuntansi berbasis syariah
Citation preview
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya
berkat Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan lancar.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi, yang
didalamnya membahas tentang Akuntansi Syariah, yang merupakan salah
satu bahasan yang terdapat pada bahan pengajaran Teori Akuntansi.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan sehingga perlu dibenahi. Oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang sifatnya membangun guna
kesempurnaan makalah ini, agar makalah ini dapat berguna serta bermanfaat bagi
pengembangan wawasan yang senantiasa dinamis. Akhir kata, kami berharap makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan penyusun pada
khususnya.
Jakarta, 12 Januari 2013
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... 1
DAFTAR ISI....................................................................................................................2
PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH
I. Perkembangan Umum Akuntansi ......................................................................4II. Akuntansi Syariah: Antara Aliran Pragmatis dan Idealis………………..............4III. Proyek Implementasi Shari’ate Enterprise Theory…………………………….....6IV. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan
Dalam Akuntansi Bank Syariah………………………………………………….... 6A. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN TRANSAKSI DALAM
AKUNTANSI BANK SYARIAH1. Pengakuan dan Pengukuran Mudharabah.............................................. 7
2. Pengakuan dan Pengukuran Musyarakah................................................9
3. Pengakuan dan Pengukuran Murabahah...............................................12
4. Pengakuan dan Pengukuran Salam dan Salam Paralel........................15
5. Pengakuan dan Pengukuran Istishna dan Istishna Paralel................... 17
6. Pengakuan dan Pengukuran Ijarah dan Ijarah
Muntahiyah Bittamlik..............................................................................18
7. Pengakuan dan Pengukuran Wadi’ah................................................... 19
8. Pengakuan dan Pengukuran Qardh...................................................... 20
9. Pengakuan dan Pengukuran Sharf........................................................20
10. Pengakuan dan Pengukuran Kegiatan Bank
Syariah Berbasis Imbalan....................................................................... 21
B. PENYAJIAN DALAM AKUNTANSI SYARIAH........................................... 21
C. BENTUK LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH................................. 22
D. PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH........................22
E. BENTUK LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH................................. 23
2
F. PENGUNGKAPAN DALAM AKUNTANSI BANK SYARIAH......................38
G. PENGUNGKAPAN UNTUK SETIAP KOMPONEN
LAPORAN KEUANGAN.............................................................................39
V. Analisis Laporan Keuangan Bank Syariah...................................................... 42
VI. Keterbatasan-keterbatasan Laporan Keuangan............................................. 43
VII. Rasio-rasio Keuangan Bank Syariah di Indonesia.......................................... 44
VIII. Jenis-jenis Keuangan Rasio Keuangan Bank............................................44
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………46
3
PERKEMBANGAN AKUNTANSI SYARIAH
I. Perkembangan Umum Akuntansi
Hampir seluruh ‘peta’ akuntansi Indonesia merupakan by product Barat.
Akuntansi konvensional (Barat) di Indonesia bahkan telah diadaptasi tanpa
perubahan berarti. Hal ini dapat dilihat dari sistem pendidikan, standar, dan praktik
akuntansi di lingkungan bisnis. Kurikulum, materi dan teori yang diajarkan di Indonesia
adalah akuntansi pro Barat. Semua standar akuntansi berinduk pada landasan teoritis
dan teknologi akuntansi IASC (International Accounting Standards Committee).
Indonesia bahkan terang-terangan menyadur Framework for the Preparation and
Presentation of Financial Statements IASC, dengan judul Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang
dikeluarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI).
Perkembangan terbaru, saat ini telah disosialisasikan sistem pendidikan
akuntansi “baru” yang merujuk internasionalisasi dan harmonisasi standar akuntansi.
Pertemuan-pertemuan, workshop, lokakarya, seminar mengenai perubahan kurikulum
akuntansi sampai standar kelulusan akuntan juga mengikuti kebijakan IAI berkenaan
Internasionalisasi Akuntansi Indonesia tahun 2010.
II. Akuntansi Syariah: Antara Aliran Pragmatis dan Idealis
Perkembangan akuntansi syariah saat ini menurut Mulawarman (2006; 2007a;
2007b; 2007c) masih menjadi diskursus serius di kalangan akademisi akuntansi.
Diskursus terutama berhubungan dengan pendekatan dan aplikasi laporan keuangan
sebagai bentukan dari konsep dan teori akuntansinya. Perbedaan-perbedan yang
terjadi mengarah pada posisi diametral pendekatan teoritis antara aliran akuntansi
syariah pragmatis dan idealis.
Akuntansi Syariah Aliran Pragmatis
4
Aliran akuntansi syariah pragmatis lanjut Mulawarman (2007a)
menganggap beberapa konsep dan teori akuntansi konvensional dapat
digunakan dengan beberapa modifikasi (lihat juga misalnya Syahatah 2001;
Harahap 2001;Kusumawati 2005 dan banyak lagi lainnya).
Akuntansi Syariah Aliran Idealis
Aliran Akuntansi Syariah Idealis di sisi lain melihat akomodasi yang
terlalu“terbuka dan longgar” jelas-jelas tidak dapat diterima. Beberapa alasan
yang diajukan misalnya, landasan filosofis akuntansi konvensional
merupakan representasi pandangan dunia Barat yang kapitalistik, sekuler
dan liberal sertadidominasi kepentingan laba (lihat misalnya Gambling dan
Karim 1997; Baydoun dan Willett 1994 dan 2000; Triyuwono 2000a dan 2006;
Sulaiman 2001;Mulawarman 2006a)
Komparasi Antara Akuntansi Syariah Aliran Idealis dan Pragmatis
Kesimpulan yang dapat ditarik dari perbincangan mengenai perbedaanantara
aliran akuntansi syariah pragmatis dan idealis di atas adalah, pertama
akuntansi syariah pragmatis memilih melakukan adopsi konsep dasar teoritis
akuntansi berbasis entity theory. Konsekuensi teknologisnya adalah
digunakannya bentuk laporan keuangan seperti neraca, laporan laba rugi dan
laporan arus kasdengan modifikasi pragmatis. Kedua, akuntansi syariah
idealis memilih melakukan perubahan-perubahan konsep dasar teoritis
berbasis shari’ate ET. Konsekuensi teknologisnya adalah penolakan terhadap
bentuk laporan keuangan yang ada;sehingga diperlukan perumusan laporan
keuangan yang sesuai dengan konsep dasar teoritisnya. Untuk memudahkan
penjelasan perbedaan akuntansi syariah aliran pragmatis dan idealis,
III. Proyek Implementasi Shari’ate Enterprise Theory
Proses pencarian bentuk teknologis aliran idealis dimulai dari perumusan ulang
konsep Value Added (VA) dan turunannya yaitu Value Added Statement (VAS). VA
5
diterjemahkan oleh Subiyantoro dan Triyuwono (2004, 198-200) sebagai nilai tambah
yang berubah maknanya dari konsep VA yang konvensional. Substansi laba adalah
nilai lebih (nilai tambah) yang berangkat dari dua aspek mendasar, yaitu aspek keadilan
dan hakikat manusia.
IV. Pengakuan, Pengukuran, Penyajian, dan Pengungkapan Dalam Akuntansi
Bank Syariah
Dikeluarkannya pernyataan standar akuntansi keuangan no. 59 tentang
akutansi perbankan syariah Indonesia apasi oleh bank Indonesia (bi) merupakan hal
yang perlu kita syukuri keberadaannya. Adanya PSAK No. 59 dan PAPSI memiliki
banyak makna. Dari sudut pandang perkembangan industri perbankan syariah PSAK
dan PAPSI dapat diharapkansebagai instrument yang dapat meningkatkan
kepercayaan publik dalam menabung dan berbisnis dengan bank syariah yang pada
giliranya akan lebih memacu perkembangan industri bank syariah di Indonesia.
Sementara itu juga dilihat dari iklim bisnis masyarakat Indonesia yang masih rendah
tingkat integrasinya dengan nilai-nilai islam, PSAK No. 59dan PAPSI dapat diharapkan
sebagai ujung tombak baik dalam proses pengembangan bisnis yang islami maupun
dalam pengembangan ilmu bisnis yang peduli pada moralitas, spirit agama, dan
kepedulian sosial.
A. PENGAKUAN DAN PENGUKURAN TRANSAKSI DALAM AKUNTANSI BANK
SYARIAH
Dikeluarkannya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 59 tentang
Akuntansi perbankan Syariah oleh ikatan Akuntan Indonesia (IAI) bertujuan untuk
mengatur perlakuan akuntansi (pengakuan, pengukuran, penyajian dan
pengungkapan) transaksi khusus yang berkaitan dengan aktivitas bank syariah.
Pernyataan ini diterapkan untuk bank umum syariah, bank pengkreditan rakyat syariah,
dan kantor cabang syariah bank konvensional yang beroperasi di Indonesia. Hal-hal
6
umum yang tidak diatur dalam pernyataan ini memacu pada pernyataan
standar akuntansi yang berlaku umum sepanjang sepanjang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah. Pernyataann ini bukan nerupakan pengaturan penyajian laporan
keuangan sesuai permintaan khusus (statutorial) pemerintah, lembaga pemerintah
independent, dan bank sentral (Bank Indonesia). Laporan keuangan yang disajikan
berdasarkan pernyataan ini tidak dimaksudkan untukmemenuhi peraturan perundang-
undangan tersebut.
1. Pengakuan dan Pengukuran Mudharabah
Karakteristik
Mudharabah adaalah akad kerja sama usaha antara shahibul maal (pemilik dana) dan
mudharib (pengelola dana) dengan nisbah bagi hasil menurut kesepakatan dimuka.
Jika usaha mengalami kerugian, makaa seluruh kerugian ditanggung oleh pemilik dana,
kecuali ditemukan adanya kelalaian atau kesalahan oleh pengelola dan, seperti
penyelewengan, kecurangan, dan penyalahgunaan dana. Mudaharabah ada 2
jenis,yaitu ‘mudharabah mutlaqah (investasi tidak terikat) dan mudharabah
muqayyadah (investasi terikat).
1.1Bank Sebagai Shabibul Maal (pemilik Dana)
Pengakuan dan Pengukuran Pembiayaan Mudharabah
Pengakuan mudharabah adalah sebagai berikut:
1. Pembiayaan mudharabah diakui pada saat pembayaran kas atau penyerahan
aktiva non kas kepada pengelola dana;
2. Pembiayaan mudharabah yang diberikan secara bertahap diakui pada setiap
tahap pembayaran atau penyerahaan.
Pengukuran pembiayaan mudharabah adalah sebagai berikut:
7
1. Pembiayaan mudharabah dalam bentuk kas diukur sejumlah uang yang
diberikan bank pada saat pembayaran
2. Pembiayaan mudharabah dalam bentuk aktiva non kas diukur sebesar nilai
wajar aktiva non kas pada saat penyerahan dan selisih antara nilai wajar dan
nilai buku aktiva non kas diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank;
dan beban yang terjadi sehubungan dengan mudharabah tidak dapat diakui
sebagai bagian pembayaran mudharabah kecuali telah disepakati bersama.
1.2 Pengakuan Laba atau Rugi Mudharabah
Apabila pembiayaan mudharabah melewati satu periode pelaporan:
1. Laba pembayaran mudharabah diakui dalam periode terjadinya hak bagi hasil
sesuai nasabah yang disepakati.
2. Rugi yang terjadi diakui dalam periode terjadinya rugi tersebut dan
mengurangi saldo pembayaran mudharabah.
1.3Bank sebagai Mudharib (Pengelola Dana)
Dana investasi tidak terikat diakui sebagai investasi tidak terikat pada saat
terjadinya sebesar jumlah yang diterima. Pada akhir periode akuntansi, investasi tidak
terikat diukur sebesar nilai tercatat. Bagi hasil investasi tidak terikat dialokasikan
kepada bank dan pemilik dana sesuai dengan nisbah yang disepakati. Bagi hasil
mudharabah dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu bagi laba (profit
sharing) atau bagi pendapatan (revenue sharing). Kerugian kesalahan atau kelalaian
bank dibebankan kepada bank (pengelola dana).
1.4Bank sebagai Agen Investasi
8
Apabila bank bertindak sebagai agen dalam menyalurkan dana mudharabah
muqayyadah dan bank tidak menanggung risiko (Chanelling Agent), maka
pelaporannya tidak dilakukan dalam neraca tetapi dalam laporan perubahan dana
investasi terikat. Sedangkan dana yang diterima dan belum disalurkan diakui sebagai
titipan. Apabila bank bertindak sebagai agen dalam menyalurkan dana mudharabah
atau investasi terikat tetapi bank menanggung risiko atas penyaluran dana tersebut
(Executing Agent) maka pelaporanya dilakukan dalam neraca sebesar porsi yang
ditanggung oleh bank.
2. Pengakuan dan Pengukuran Musyarakah
Karakteristik
Musyarakah adalah akad kerja sama antara para pemilik modal yang
mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan. Dalam musyarakah,
mitra dan bank sama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu,
baik yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya mitra dapat mengembalikan
modal tersebut berikut bagi hasil yang telah disepakati secara bertahap atas sekaligus
kepada bank.
Pembiayaan musyarakah dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau
aktiva non kas, termasuk aktiva tidak terwujud, seperti lisensi dan hak paten. Karena
setiap mitra tidak dapat menjadi modal mitra lainnya, maka setiap mitra dapat meminta
mitra lainnya untuk menyediakan jaminan atas kelalaian atau kesalahan yang
disengaja. Beberapa hal yang menunjukan adanya kesalahan yang disengaja.
Beberapa hal yang menunjukan adanya kesalahan yang disengaja adalah: pelanggaran
terhadap akad antara lain penyalahgunaan dana pembiayaan, manipulasi biaya dan
pendapatan operasional, serta pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.
Jika tidak terdapat kesepakatan antara pihak yang bersengketa, kesalahan yang
disengaja harus dibuktikan berdasarkan badan arbitrase atau pengadilan.
Laba musyarakah dibagi diantara para mitra dan bank secara proposional sesuai
dengan modal yang disetorkan ( baik berupa kas maupun aktiva lainnya) atau sesuai
9
dengan yang disepakati oleh semua mitra. Sedangkan rugi dibebankan secara
proposional sesuai dengan modal yang disetorkan (baik berupa kas maupun aktiva
lainnya).
Musyarakah dapat bersifat permanen maupun menurun. Dalam
musyarakah permanen, bagi modal setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya
tetap hingga akhir masa akad. Sedangkan dalam musyarakah menurun, bagian modal
bank akan menurun dan pada akhir masa akad, mitra akan menjadi pemilik usaha
tersebut.
2.1Bank Sebagai Mitra
Pengakuan dan Pengukuran Awal Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan musyarakah diakui pada saat pembayaran tunai atau penyerahan
aktiva non kas kepada mitra musyarakah. Pengukuran pembiayaan musyarakah dalam
bentuk: Pembiayaan musyarakah dalam bentuk:
1. Kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan;
2. Aktiva non kas dinilai sebesar nilai wajar dan nilai buku aktiva non kas, maka
selisih tersebut diakui sebagai keuntungan atau kerugian bank pada
saat penyerahan;
3. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi kelayakan)
tidak dapat diakui sebagai bagian pembiayaan musyarakah kecuali
persetujuan dari seluruh mitra musyarakah.
2.2Pengukuran bagi Bank atas Pembiayaan Musyarakah Setelah Akad
10
Bagian pengukuran atas pembiayaan musyarakah permanen dinilai sebesar nilai
historis (jumlah yang dibayarkan atau nilai wajar aktiva non kas pada saat penyerahan
modal musyarakah) setelah dikurangi dengan kerugian, apabila ada.
Bagian bank atas pembiayaan musyarakah menurun dinilai sebesar nilai historis
setelah dikurangi dengan bagian pembiayaan bank yang telah dikembalikan oleh mitra
(yaitu sebesar harga jual yang wajar) dan kerugian, apabila ada. Selisih antara nilai
historis dan nilai wajar bagian pembiayaan musyarakah yang dikembalikan diakui
sebagai keuntungan atau kerugian ban pada periode berjalan.
Jika akad musyarakah yang belum jatuh tempo diakhiri dengan pengembalian
diakui sebagai laba atau rugi bank pada periode berjalan. Pada saat akad
diakhiri, pembiayaan musyarakah yang belum dikembalikan oleh mitra diakui sebagai
piutang jatuhtempo kepada mitra.
2.3Pengakuan Laba atau Rugi Musyarakah
Laba pembiayaan musyarakah diakui sebesar bagian bank sesuai dengan
nisbahyang disepakati atas hasil usaha musyaraah. Sedangkan rugi pembiayaan
musyarakah diakui secara proporsional sesuai dengan kontibusi modal. Apabila
pembiayaan musyarakah permanen melewati satu periode pelaporan maka:
1. Laba diakui dalam periode terjadinya sesuai dengan nisbah bagi hasil yang
disepakati;
2. Rugi diakui dalam periode terjadinya kerugian tersebut dan mengurangi
pembiayaan musyarakah.
Apabila pembiayaan musyarakah menurun melewati satu periode pelaporan dan
terdapat pengembalian sebagian atau seluruh pembiayaan, maka:
1. Laba diakui dalam periode terjadinya sesuai dengan nisbah yang disepakati;
2. Rugi diakui dalam periode terjadinya secara proporsional sesuai dengan
kontribusi modal dan mengurangi pembiayaan musyarakah.
11
Apabila terjadi rugi dalam musyarakah akibat kelalaian atau kesalahan
mitra pengelola usaha musyarakah, maka rugi tersebut ditanggung oleh mitra pengelola
usahamusyarakah. Rugi karena kelalaian mitra musyarakah tersebut diperhitungkan
sebagai pengurang modal mitra pengelola usaha, kecuali jika mitra mengganti kerugian
dengan dana baru.
3. Pengakuan dan Pengukuran Murabahah
Karakteristik
Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Murabahah dapat
dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa pesanan. Murabahah berdasarkan pesanan
dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang
dipesannya. Dalam murabahah pesanan mengikat pembeli tidak dapat membatalkan
pesanannya. Apabila aktiva murabahah yang telah dibeli bank (sebagai penjual) dalam
murabahah pesanan mengikat mengalami penurunan nilai sebelum diserahkan kepada
pembeli, maka penurunan nilai tersebt menjadi beban penjual (bank) dan penjual (bank)
akan mengurangi nilai akad. Pembayaran murabahah dapat dilakukan secara tunai
atau cicilan. Selain itu, dalam murabahah juga diperkenankan adanya perbedaan dalam
harga barang untuk cara pembayaran yang berbeda. Bank dapat memberikan potongan
apabila nasabah:
1. Mempercepat pembayaran cicilan
2. Melunasi piutang murabahah sebelum jatuh tempo.
Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual sedangkan harga
beli harus diberitahukan. Jika bank mendapat potongan dari pemasok, maka potongan
itumerupakan hak nasabah. Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad, maka
pembagian potongan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam
akad.
12
Bank dapat meminta nasabah menyediakan agunan atas piutang murabahah,
antara lain, dalam bentuk barang yang telah dibeli dari bank. Bank dapat meminta
kepada nasabah urban sebagai uang muka pembelian pada saat akad apabila kedua
belah pihak bersepakat. Urban menjadi bagian pelunasan piutang murabahah apabila
murabahah jadi dilaksanakan. Tetapi apabila murabahah batal, urban dikembalikan
kepada nasabah setelah dikurangidengan kerugian sesuai dengan kesepakatan. Jika
uang muka itu lebih kecil dari kerugian bank maka bank dapat meminta tambahan dari
nasabah.
Apabila nasabah tidak dapat memenuhi piutang murabahah sesuai dengan yang
diperjanjikan, bank berhak menggunakan denda kecuali jika dapat dibuktikan bahwa
nasabah tidak mampu melunasi. Denda ditetapkan berdasarkan pada pendekatan ta’zir
yaitu untuk membuat nasabah lebih disiplin terhadap kewajibannya. Besarnya denda
sesuai dengan yang diperjanjikan dalam akad dan dana yang berasal dari denda
diperuntukkan sebagai dana sosial ( Qardhul hasan).
3.1 Bank Sebagai Penjual
Pada saat perolehan, aktiva yang diproleh dengan tujuan untuk dijual kembali
dalam murabahah diakui sebagai aktiva murabahah sebagai biaya perolehan.
Pengukuran aktiva murababahah setelah perolehan adalah sebagai berikut:
1. Aktiva tersedia untuk dijual dalam murabahah pesanan mengikat:
2. Dinilai sebesar biaya perolehan;
3. Jika terjadi penurunan nilai akiva karena usang, rusak atau kondisi
lainnya, penurunan nilai tersebut diakui sebagai beban dan mengurangi nilai
aktiva;
Apabila dalam murabahah tanpa pesanan atau murabahah pesanan tidak
mengikat terdapat indikasi kuat pembeli batal melakukan transaksi, maka aktiva
murabahah:
1. Dinilai berdasarkan biaya perolehan atau nilai bersih yang dapat direalisasi,
mana yang lebih rendah;
13
2. Jika nilai bersih yang dapat direalisasi lebih rendah dari biaya perolehan,
maka selisihnya diakui sebagai kerugian.
Potongan pembelian dari pemasok diakui sebagai pengurangan biaya perolehan
aktiva murabahah. Pada saat akad, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan
aktiva murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Pada akhir periode laporan
keuangan, piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi, yaitu
saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang.
Keuntungan murabahah diakui:
1. Pada periode terjadiya, apabila akad berakhir pada periode laporan keungan
yang sama;
2. Selama periode akad secara proposional, apabila akad melampaui satu
periode laporankeuangan.
Potongan pelunasan dini diakui dengan menggunakan salah satu metode berikut:
1. Jika potongan pelunasan diberikan pada penyelesaian, bank mengurangi piutang
murabahah dan keuntungan murabahah;
2. Jika potongan pelunasan diberikan setelah penyelesaian, bank terlebih dulu
menerima pelunasan piutang murabahah dari nasabah, kemudian bank
membayar potongan pelunasan kepada nasabah dengan mengurangi
keuntungan murabahah.
Denda dikenakan apabila nasabah lalai dalam melakukan kewajibannya sesuai
denganakad. Pada saat diterima, denda diakui sebagai bagian dana sosial. Urban
diakui sebagai uang muka pembelian sebesar jumlah yang diterima bank pada saat
dterima, pada saat barang jadi dibeli oleh nasabah, maka urban diakui sebagai
pembayaran piutang dan jika barang batal dibeli oleh nasabah, maka urban
dikembalikan kepada nasabah setelahdiperhitungkan dengan biaya-biaya yang telah
dikeluarkan bank.
14
4. Pengakuan dan Pengukuran Salam dan Salam Paralel
Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan pengiriman
oleh penjual dan pelunasannya dilakukan secara segera oleh pembelian sebelum
barang pesanantersebut diterima sesuai dengan syarat-syarat tertentu.
Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi salam.
Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain
untuk menyediakan barang pesanan dengan cara salam maka hal ini disebut salam
peralel.
Salam parallel dapat dilakukan dengan syarat:
1. Akad kedua antara bank dan pemasok terpisah dari akad pertama antara
bank dan pembeli akhir,
2. Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.
4.1 Bank sebagai pembeli
Piutang salam diakui pada saat modal usaha salam dibayarkan atau dilihat
kepada penjual. Modal usaha salam dapat berupa kas dan aktiva non kas. Modal usaha
salam dapat berbentuk kas diukur sebesar jumlah yang dibayarkan, sedangkan modal
usaha salam dalam bentuk aktiva non kas diukur sebesar nilai wajar (nilai yang
disepakati antara bank dan nasabah).
Penerimaan barang pesanan diakui dan diukur sebagai berikut:
1. Jika barang pesanan sesuai dengan akad dilihat sesuai nilai yang disepakati
2. Jika barang pesanan berbeda kualitasnya, maka:
a. Barang pesanan yang diterima diukur sesuai dengan akad, jika nilai pasar
(nilai wajar jika nilaii pasar tidak tersedia) dari barang pesanan yang
diterima nilainya sama atau lebih tinggi dari nilai barang pesanan yang
tercantum di dalam akad.
15
b. Barang pesanan yang diterima diukur sesuai nilai pasar (nilai wajar jika
nilai pasar tidak tersedia) pada saat diterima dan selisihnya diakui sebagai
kelebihan jika nilai pasar dari barang pesanan lebih rendah dari barang
pesanan yang tercantum dalam akad.
3. Jika bank tidak menerima sebagian atau seluruh barang pesanan pada
tanggal jatuh tempo pengiriman, maka tanggal pengiriman diperpanjang nilai
tercatat piutang salam sebesar bagian yang belum dipenuhi tetap sesuai
dengan nilai yang tercantum dalam akad
4. Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya, maka piutang salam
berubah menjadi piutang yang harus dilunasi oleh nasabah sebesar bagian
yang tidak dapat dipenuhi.
5. Jika akad salam dibatalkan sebagian atau seluruhnya dan bank mempunyai
jaminan atas barang pesanan serta hasil penjualan jaminan tersebut lebih
kecil dari nilai tercatat piutang salam dan hasil penjualan tersebut diakui
sebagai piutang kepadanasabah yang telah jatuh tempo.
6. Bank dapat menggunakan denda kepada nasabah.
4.2 Bank sebagai penjual
Utang salam diakui pada saat bank menerima modal usaha salam yang
diterima.Modal usaha salam yang diterima dapat berupa kas dan aktiva non kas. Modal
usaha salam dalam bentuk aktiva non kas diukur sebesar nilai wajar.
5. Pengakuan dan Pengukuran Istishna dan Istishna Paralel
Istishna adalah akad jual beli antara pembeli dan penjual. Berdasarkan akad
tersebut, pembeli menugasi produsen untuk menyediakan barang pesanan sesuai
spesifikasi yang disyaratkan pembeli dan menjualnya dengan harga yang disepakati.
Spesifikasi dan barang pesanan disepakati oleh pembeli dan penjual diawal
akad. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya secara umum yang meliputi
16
jenis, spesifikasi teknis, kualitias dan kuantitas. Barang pesanan harus sesuai dengan
karakteristik antara pembeli dan penjual. Jika barang pasanan yang dikirim salah satu
cacat, maka penjual bertanggung jawab atas kelalaiannya.
Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu transaksi
istishna. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain
untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal ini disebut istihna
parallel.
Istishna Paralel dapat Dilakukan dengan Syarat:
1. Akad kedua antara bank dan subkontraktor terpisah dari akad pertama antara
bank dan pembeli akhir.
2. Akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.
Pada dasarnya istishna tidak dapt dibatalkan, kecuali memenuhi kondisi kedua
belah pihak setuju untuk menghentikannya,
3. Akad batal demi hukum karena timbul kondisi hukum yang dapat
menghalangi pelaksanaan atau penyelesaian akad.
4. Pembeli mempunyai hak untuk memperoleh jaminan dari penjual atas jumlah
yang telah dibayarkan.
5. Penyerahan barang pesanan sesuai dengan spesifikasi dan tepat waktu.
5.1 Pengakuan Pendapatan dan Keuntungan Istishna Paralel
Pendapatan istishna adalah total harga yang disepakati dalam akad antara bank
dan pembeli akhir, termasuk margin keuntungan. Margin keuntungan adalah selisih
antara pendapatan istishna dan harga pokok istishna. Pendapatan istishna diakui
denganmengenakan metode persentase penyelesaian atau metode akad.
5.2 Bank Sebagai Pembeli
17
Bank mengakui aktiva istihna dalam menyelesaikan sejumlah termin yang
ditagiholeh penjual dan sekaligus mengakui utang istishna kepada penjual. Apabila
barang pesanan terlambat diserahkan karena kelalaian atau kesalahan penjual dan
mengakibatkankerugian bank, maka kerugian itu dikurangkan dari garansi penyelesaian
proyek yang telahdiserahkan penjual. Apabila kerugian tersebut melebihi garansi
penyelesaian proyek, maka selisihnya akan diakui sebagai piutang jatuh tempo kepada
sub kontraktor.
6. Pengakuan dan Pengukuran Ijarah dan Ijarah Muntahiyah Bittamlik
Ijarah adalah akad sewa menyewa antara pemilik sewa dan penyewa
untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa dan penyewa untuk mendapatkan
imbalan atas objek sewa yang disewakan.
Ijarah muntahiyah bittamlik adalah akad sewa menyewa antara pemilik objek
sewadan penyewa untuk mendapatkan imbalan atas objek sewa yang disewakannya
dengan obsi perpindahan hak milik objek sewa pada saat tertentu sesuai dengan akad
sewa.
Perpindahan hak milik objek sewa kepada penyewa dalam ijarah
muntahiyah bittamlik dapat dilakukan dengan:
1. Hibah.
2. Penjualan sebelum akad berakhir sebesar harga yang sisa cicilan sewa.
3. Penjual pada akhir masa sewa dengan pembayaran tertentu yang disepakati
pada awal akad.
4. Penjual secara bertahap sebesar hraga tertentu yang disepakati dan
tercantum dalam akad.
18
6.1 Bank Sebagai Pemillik Objek Sewa
Objek sewa diakui sebesar biaya perolehan pada saat perolehan objek sewa dan
disusutkan sesuai dengan:
1. Kebijakan penyusutan pemilik objek sewa untuk aktiva sejenis jika
merupakan ijarah.
2. Masa sewa jika merupakan transaksi ijarah muntahiyah bittamlik
Pendapatan ijarah dan ijarah muntahiyah bittamllik diakui selama masa akad
secara proporsional kecuali pendapatan ijarah muntahiyah bittamlik memulai penjualan
secara bertahap maka besar pendapatan setiap periode akan menurun secara progresif
selama masaakad karena adanya pelunasan bagian per bagian objek sewa pada
periode tersebut.
7. Pengakuan dan Pengukuran Wadi’ah
Wadi’ah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat
apabila nasabah yang bersangkutan menghendaki. Bank bertanggung jawab
atas pengembalian ttitpan. Wadi’ah terbagi atas wadi’ah yad-dhamanah adalah titipan
yang selama belum dikembalikan kepada penitip dapat dimanfaatkan oleh penerima
titipan, dan wadi’ah yad-amanah apabila dari hasil pemanfaatan tersebut diperoleh
keuntungan, maka seluruhnya menjadi hak penerimaan titipan. Sedangkan dalam
prinsip wadia’ah yad-amanah, penerimaan titipan tidak boleh memanfaatkan barang
titipan tersebut sampai diambil kembali oleh penitip.
Penerimaan titipan dalam transaksi wadi’ah dapat:
1. Meminta ujrah (imbalan) atas penitipan barang/uang tersebut;
2. Memberikan bonus kepada penitip dari hasil pemanfaatan barang/uang titipan
(wadi’ahyad-amanah) namun tidak boleh diperjanjikan sebelumnya dan besarnya
tergantung pada kebijakan penerima titipan.
19
8. Pengakuan dan Pengukuran Qardh
Pinjaman Qardh adalah penyediaan dana atau tagihan yang dapat disamakan
denganitu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara peminjam dan pihak
yangdipinjamkan. Bank syariah disampingkan memberikan pinjaman qard juga dapat
menyalurkan pinjaman dalam bentuk qardhul hasan. Qardhul Hasan adalah pinjaman
tanpa pinjaman yang memungkinkan pinjaman untuk menggunakan dana tersebut
selam jangka waktu tertentu dan mengembalikan dalam jumlah yang sama pada akhir
periode yang disepakati.
Sumber dana qardhul hasan berasal dari eksternal dan internal. Sumber dana
eksternal meliputi dana qardh yang diterima bank syariah dari pihak lain (misal dari
sumbangan, infaq, shadaqah, dan hasil pendapatan nonhalal). Sumber dana internal
meliputi hasil tagihan pinjaman qaldhul hasan.
9. Pengakuan dan Pengukuran Sharf
Sharf adalah akad jual beli suatu valuta denan valuta lainnya. Transaksi valuta
asing pada bank syariah hanya dapat dilakukan untuk tujuan lindung nilai dan
dibenarkan untuk tujuan spekulatif. Pendapatan Sharf yaitu selisih antara kurs yang
diperjanjikan dalam kontrak dan kurs tunai pada tanggal penyerahan valuta diakui
sebagai keuntungan/kerugian pada saat penyerahan/penerimaan dana.
10.Pengakuan dan Pengukuran Kegiatan Bank Syariah Berbasis Imbalan
Kegiatan-kegiatan yang menghasilkan ujrah (imbalan ) antara lain:
1. Wakalah adalah akad pemberian kuasa dari pemberi kuasa /nasabah kepada
penerimakuasa /bank untuk melaksanakan suatu tugas atas nama pemberi
kuasa/. Akad wakalah tersebut dapat digunakan antara lain dalam pengiriman
transfer, penagihan utang baik melalui kliring maupun inkaso, dan realisasi
L/C.
20
2. Hiwalah adalah pemindahan pengalihan hak dan kewajiban, baik dalam
bentuk pengalihan piutang maupun utang, dan jasa pemindahan/pengalihan
dana dari suatu etnis kepada etnis lain.
3. Kafalah adalah akad pemberian pinjaman yang diberikan oleh penerima
jaminan dan peminjam bertanggung jawa atas pemenuhan kembali suatu
kewajiban yang menjadi hak penerima jaminan. Kafalah dapat digunakan
untuk pemberian jasa bank antara lain garansi bank, standy by L/C,
pembukaan L/C impor, dan lain-lain.
B. PENYAJIAN DALAM AKUNTANSI SYARIAH
Penyajian laporan akuntansi bank syariah telah diatur dengan Pedoman
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah
Indonesia(PABSI). Oleh karena itu laporan keuangan harus mampu memfasilitasi
semua pihak yang terikat dengan bank syariah. Laporan keuangan bank syariah yang
lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut:
Neraca
Laporan laba rugi
Laporan Arus Kas
Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan Perubahan Dana Infestasi Terikat
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat Infaq dan Shadaqah
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan
Catatan atas Laporan Keuangan
21
C. BENTUK LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH
Berdasarkan KDDPPLK Bank Syariah dijelaskan, maka laporan keuangan
bank syariah harus disusun berdasarkan kerangka dasar penyususunan dan
penyajiannya. Sebab laporan keuangan bank syariah tentunya memiliki perbedaan,
meskipun ada beberapa aspek yang mungKin sama dengan bentuk laporan keuangan
pada umumnya.
D. PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH
Seperti halnya dengan perusahaan lainnya, bank syariah secara umum
dalammelakukan penyusunan laporan keuangan melalui beberapa tahapan antara lain:
Bukti transaksi
Jurnal
Buku Besar
Neraca
Saldo
Jurnal Penyesuain
Laporan Keuangan
22
E. BENTUK LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH
1. Laporan posisi keuangan (Neraca)
(Nama Bank)
Laporan Posisi Keuangan Konsolidasi
Pada Bulan xx Tahun 20xx
Uraian
Catatan
xxxx (tahun)
Unit Moneter
xxxx (tahun)
Unit Moneter
Aktiva
Kas dan setara kas
Piutang Penjualan
Investasi
Investasi dalam surat-surat
berharga
Investasi mudharabah
Investasi Musyarakah
Penyertaan Modal
Persediaan
Investasi pada real estate
Aktiva yang disewakan
Istishna
Investasi lain-lain
8
9
10
11
12
13
14
15
16
xx.xxx.xxx
x.xxx.xxx
xx.xxx.xxx
xx.xxx.xxx
--
xxx.xxx.xxx
--
xx.xxx.xxx
xx.xxx.xxx
xx.xxx.xxx
xxx.xxx
xx.xxx.xxx
x.xxx.xxx
x.xxx.xxx
xxx.xxx.xxx
x.xxx.xxx
xx.xxx.xxx
xx.xxx.xxx
23
--
--
--
Total Investasi
Aktiva lainnya
Aktiva tetap (neto)
Total Aktiva
17
18
19
20
--
--
--
--
xxx.xxx.xxx
xxx.xxx
xx.xxx.xxx
xxx.xxx.xxx
x.xxx.xxx
--
--
--
xxx.xxx.xxx
xx.xxx.xxx
xx.xxx.xxx
xxx.xxx.xxx
24
(Nama Bank)
Laporan Posisi Keuangan Konsolidasi
Pada Bulan xx Tahun 20xx
Uraian Catatan
xxxx (tahun)
Unit Moneter
xxxx (tahun)
Unit Moneter
Kewajiban
Rekening koran dan
tabungan
Rekening koran bank dan
lembaga keuangan
Utang
Dividen yang diusulkan
Kewajiban lainnya
Total Kewajiban
Rekening investasi tidak
terbatas
Saham minoritas
21
22
23
xx.xxx.xxx
x.xxx.xxx
xxx.xxx
x.xxx.xxx
x.xxx.xxx
xx.xxx.xxx
x.xxx.xxx
x.xxx.xxx
xx.xxx.xxx
x.xxx.xxx
xxx.xxx
x.xxx.xxx
x.xxx.xxx
xx.xxx.xxx
x.xxx.xxx
x.xxx.xxx
25
Total Kewajiban, Rekening
Investasi Tidak Terbatas dan
Saham Minoritas
Ekuitas pemilik
Modal disetor
Cadangan
Laba ditahan
Total Ekuitas Pemilik
Total Kewajiban, Rekening
Investasi Tidak Terbatas,
Saham Minoritas dan Ekuitas
Pemilik
24,34
25
26
xx.xxx.xxx
xxx.xxx.xxx
x.xxx.xxx
x.xxx.xxx
xxx.xx.xxx
xxx.xxx.xxx
xx.xxx.xxx
xxx.xxx.xxx
x.xxx.xxx
x.xxx.xxx
xx.xxx.xxx
xxx.xxx.xxx
26
2. Laporan Laba Rugi
(Nama Bank)
Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir xxxx (tahun) dengan xxxx (tahun lalu)
Uraian Catatan xxxx (tahun)
Unit Moneter
xxxx (tahun)
Unit Moneter
Pendapatan
Penjualan tangguhan
Investasi
Dikurangi
Keuntungan rekening investasi tidak
terbatas sebelum bagian bank sebagai
mudharib
Bagian bank sebagai mudharib
Keuntungan terhadap rekening investasi
tidak terbatas sebelum pajak
Bagian bank pada pendapatan dari
29A
29B
28,29
xx.xxx
x.xxx.xxx
x.xxx.xxx
xxx.xxx
(xxx.xxx)
(xxx.xxx)
xx.xxx
x.xxx.xxx
x.xxx.xxx
xxx.xxx
(xx.xxx)
(xxx.xxx)
27
investasi
(sebagai mudharib dan sebagai pemilik
dana)
Pendapatan bank dari investasi
Bagian keuntungan bank dari rekening
Investasi terbatas sebagai mudharib
Fee bank sebagai agen investasi untuk
investasi terbatas
Pendapatan dan jasa-jasa perbankan
Pendapatan lain-lain
Total pendapatan bank
Biaya umum dan administrasi
Depresiasi
Pendapatan neto sebelum pajak dan
pajak
Provisi untuk zakat
Pendapatan neto sebelum saham
minoritas (saham minoritas)
Pendapatan neto
29B
30
x.xxx.xxx
xx.xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
x.xxx
x.xxx
xx.xxx.xxx
(x.xxx.xxx)
(x.xxx.xxx)
x.xxx.xxx
(x.xxx.xxx)
x.xxx.xxx
(x.xxx)
x.xxx.xxx
x.xxx.xxx
xx.xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
x.xxx
x.xxx
xx.xxx.xxx
(x.xxx.xxx)
(x.xxx.xxx)
x.xxx.xxx
(x.xxx.xxx)
x.xxx.xxx
(x.xxx)
x.xxx.xxx
28
3. Laporan Arus Kas
(Nama Bank)
Laporan Arus Kas
Untuk Tahun yang Berakhir xxxx (tahun) dengan xxx (tahun lalu)
Uraian Catatan
xxxx (tahun)
Unit Moneter
xx (ta xx hun)
Unit Moneter
Arus kas dari operasi
Pendapatan neto
Penyesuaian terhadap
pendapatan neto
Kas neto dari kegiatan
operasional
Depresiasi
Provisi rekening ragu-ragu
Provisi untuk zakat
Provisi untuk pajak
x.xxx.xxx
--
--
x.xxx.xxx
xx.xxx
x.xxx.xxx
--
(xxx.xxx)
--
--
--
--
--
--
--
--
--
--
29
Zakat yang dibayarkan
Pajak yang dbayarkan
Keuntungan dar rekening
investasi tidak terbatas
Keuntungan dari penjualan
aktiva tetap
Depresiasi dari aktiva yang
disewakan
Provisi untuk penurunan nilai
investasi pada surat-surat
berharga
Piutang ragu-ragu
Pembelian aktiva tetap
Arus kas neto dari operasi
Arus kas dari kegiatan
investasi
Penjualan real estat yang
disewakan
Pembelian real estat yang
disewakan
Penjualan real estat
Investasi pada surat-surat
xxx.xxx
--
x.xxx.xxx
xxx.xxx
(x.xxx)
(xxx.xxx)
xx.xxx.xxx
--
--
xx.xxx.xxx
--
(x.xxx.xxx)
x.xxx.xxx
x.xxx.xxx
(x.xxx.xxx)
x.xxx.xxx
--
--
--
--
--
--
--
--
--
--
--
--
--
--
--
--
30
berharga
Kenaikan pada investasi
mudharabah
Penjualan persediaan
Penjualan Istishna’
Kenaikan neto pada piutang
Arus kas neto dari kegiatan
investasi
Arus kas dari kegiatan
keuangan
Kenaikan neto pada rekening
investasi tidak terbatas
Kenaikan neto pada rekening
koran
Dividen yang dibayarkan
Kenaikan pada saldo kredit
dan biaya-biaya
(Penurunan) pada biaya
yang masih harus dibayar
Kenaikan pada saham
minoritas
xxx.xxx
x.xxx.xxx
x.xxx.xxx
xxx.xxx
(xx.xxx)
xxx.xxx
xx.xxx.xxx
xx.xxx.xxx
xx.xxx.xxx
xx.xxx.xxx
xx.xxx.xxx
--
--
--
--
--
--
--
--
--
--
--
31
Penurunan pada aktiva lain
Penurunan arus kas dari
kegiatan pembiayaan
Kenaikan/penurunan uang
kas dan setara kas
Kas dan setara kas pada
awal tahun
Kas dan setara kas pada
akhir tahun
32
33
4. Laporan Perubahan Modal atau Laporan Laba Ditahan
(Nama Bank)
Laporan Perubahan Modal
Untuk Tahun yang Berakhir xxxx (tahun) dengan xxxx (tahun lalu)
Uraian
Modal
Disetor
Unit
Moneter
Cadangan
Unit
Moneter
Yang Sah
Unit
Moneter
Umum
Laba
Ditahan Total
Saldo per xxxx
(tahun)
Emisi ( ) saham
Pendapatan
neto
Keuntungan
dibagikan
Transfer ke
cadangan
xxx.xxx.xxx
--
xxx.xxx.xxx
--
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
--
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
--
x.xxx.xxx
(x.xxx.xxx)
(x.xxx.xxx)
x.xxx.xxx
x.xxx.xxx
(x.xxx.xxx)
x.xxx.xxx
xxx.xxx.xxx
--
x.xxx.xxx
(x.xxx.xxx)
--
xxx.xxx.xxx
x.xxx.xxx
(x.xxx.xxx)
--
34
Neraca per xxxx
(tahun)
Pendapatan
neto
Keuntungan
dibagikan
Transfer ke
cadangan
Saldo per xxxx
(tahun)
xxx.xxx.xxx x.xxx.xxx x.xxx.xxx x.xxx.xxx xxx.xxx.xxx
35
5. Laporan Sumber-sumber dan Penggunaa Dana Zakat, Infaq, dan
Shadaqah
(Nama Bank)
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infaq dan Shadaqah
Untuk Tahun yang Berakhir xxx (tahun) dengan xxx (tahun lalu)
Uraian
Catatan
xxxx (tahun)
Unit Moneter
xxxx (tahun)
Unit Moneter
Sumber-sumber Zakat
dan Sumbangan
Zakat jatuh tempo dari
bank
Zakat jatuh tempo dari
pemilik rekening
Sumbangan
Total Sumber Zakat
x.xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
x.xxx.xxx
--
--
--
--
36
Penggunaan Zakat dan
Sumbangan
Zakat untuk fakir dan
miskin
Zakat untuk Ibnu Sabil
Zakat untuk Gharimin dan
membebaskan budak
Zakat untuk mu’allaf
Zakat untuk fisabilillah
Zakat untuk amil zakat
(biaya administrasi dan
umum)
Total Penggunaan Dana
Kenaikan (penurunan)
sumber-sumber terhadap
penggunaan
xxx.xxx
xxx.xxx
xx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
x.xxx.xxx
x.xxx.xxx
x.xxx.xxx
x.xxx.xxx
--
--
--
--
--
--
--
--
--
--
37
Zakat dan sumbangan
yang belum dibagikan
pada awal tahun
Zakat dan sumbangan
yang belum diberikan
pada akhir tahun
6. Laporan Sumber-sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan
(Nama Bank)
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan
Untuk Tahun yang Berakhir xxx (tahun) dengan xxx (tahun lalu)
Uraian
Catatan
xxxx (tahun)
Unit Moneter
xxxx (tahun)
Unit Moneter
Saldo Awal
Pinjaman kebajikan
Sumber-sumber dana
qardhul hasan
Alokasi dari rekening
koran
Alokasi dari
pendapatan yang
dilarang syariah
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
38
(haram)
Sumber di luar bank
Total Sumber Dana
Selama Tahun Ini
Penggunaan Qardhul
Hasan
Pinjaman kepada para
pelajar
Pinjaman kepada para
pengrajin
Penyelesaian rekening
koran
Total Penggunaan
Selama Tahun ini
Saldo Akhir Tahun
Pinjaman Kebajikan
Dana tersedia untuk
pinjaman
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
xxx.xxx
39
F. PENGUNGKAPAN DALAM AKUNTANSI BANK SYARIAH
Bank Syariah harus mengungkapkan hal-hal berikut:
1. Jenis aktiva produktif, sektor ekonomi, dan jumlah aktiva produktif masing-
masing.
2. Jumlah aktiva produktif yang diberikan kepada pihak yang mempunyai
hubungan istimewa.
3. Kedudukan bank dalam pembiayaan bersama dan besarnya porsi yang di
biayai.
4. Jumlah aktiva produktif yang telah direktrukturisasidan informasi lain tentang
aktiva produktif yang direktrukturisasi selama periode berjalan
5. Klasifikasi aktifa produktif menurut jangka waktu, kwalitas aktiva produktif,
valuta dan tingkat bagi hasil rata-rata.
6. Ikhtisar perubahan penyisihan kerugian dan penghapusan aktiva produktif
yang diberikan dalam tahun yang bersangkutan yang menunjukan saldo
awal, penyisihan selama tahun berjalan, penghapusan selama tahun
berjalan, pembayaran aktiva produktif yang telah dihapus bukukan dan saldo
penyisihan pada akhir tahun.
7. Kebijakan dan metode akuntansi penyisihan (penghapusan aktiva
produktif bermasalah).
8. Metode yang digunakan untuk menetukan penyisihan khusus dan umum.
9. Kebijakan, manajemen dan pelaksanaan pengendalian resiko portofolio
aktiva produktif.
10.Besarnya aktiva produktif bermasalah dan penyisihannya untuk setiap sektor
ekonomi.
11.Saldo aktiva yang sudah diaktifkan.
40
G. PENGUNGKAPAN UNTUK SETIAP KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN
Neraca
Pengungkapan pembiayaan mudharabah mencakup:
1. Jumlah pembiayaan mudharabah kasdan non kas.
2. Kerugian atas penurunan nilai aktiva mudharabah, apabila ada.
3. Persentase kepemilikan dana pada investasi tidak terikat yang signifikan
berdasarkan kepemilikan perorangan dan/atau badan hukum
Pengungkapan transaksi Istisna’:
1. Pendapatan dan keuntungan dari kontrak istisna’ selama periode berjalan.
2. Jumlah akumulasi biaya ataskontrak berjalan serta pendapatan dan
keuntungan sampai dengan akhir periode berjalan.
3. Jumlah sisa kontrak yang belum selesai menurut spesifikasi dan syarat
kontrak.
4. Klaim tambahan yang belum selesai dan semua denda yang bersifat
kontijan sebagaiakibat keterlambatan pengiriman barang.
5. Nilai kontrak Istisna’paralel yang sedang berjalan rentang periode
pelaksanaannya.
6. Nilai kontrak istisna’ yang telah ditanda tangani bank selama periode
berjalan tetapi belum dilaksanakan dan rentang periode pelaksanaannya.
Pengungkapan transaksi ijarah dan ijarah muntahiyah bittamlik mencakup :
1. Sumber dana yang digunakan dalam pembiayaan ijarah.
2. Jumlah piutang cicilan ijarah yang akan jatuh tempo hingga dua tahun
terakhir.
3. Jumlah objek sewa berdasarkan jenis transaksi (ijarah dan ijarah
muntahiyah bittamlik), jenis aktiva, dan akumulasi penyusutannya apabila
bank syariah sebagai pemilik objek sewa.
41
4. Jumlah utang ijarah yang jatuh tempo hingga dua tahun yang akan datang
apabila bank syariah sebagai penyewa .
5. Komitmen yang berhubungan dengan perjanjian ijarah muntahiyah
bittamlik yang berlaku efektif pada periode laporan keuangan berikutnya.
Pengungkapan transaksi wadiah mencakup:
1. Jumlah dana /barang yang mengikuti prinsip wadiah yad-amanah.
2. Jumlah dana wadiah yang di blokir sebagai jaminan pembiayaan atau
transaksi perbankan lainnya.
Laporan Laba Rugi
Pendapatan,beban, keuntungan, dan kerugian harus diungkapkan berdasarkan
jenis menurut karakteristik transaksi. Sejauh biasa dilaksanakan, hal-hal tersebut
dibawah ini yang berasaldari investasi yang dibiayai bersama oleh bank dan para
pemilik dana investasi tidak terikat dan investasi yang hanya dibiayai oleh bank harus
diungkapkan secara terpisah:
1. Pendapatan dan keuntungan investasi.
2. Beban dan kerugian investasiLaba(rugi) investasi.
3. Bagian para pemilik dana investasi tidak terikat pada pendapatan (kerugian )
dari investasi sebelum bagian pengelola dana.
4. Bagian bank pada pendapatan (kerugian) investasi.
5. Bagian bank pada pendapatan dana investasi tidak terikat sebagai pengelola
dana.
Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat
Pengungkapan hal-halyang berkaitan dengan laporan perubahan dana investasi
terikat dalam catatan atas laporan keuangan mencakup:
1. Periode yang dicakup laporan perubahan dana investasi terikat.
42
2. Secara terpisah saldo awal, keuntungan (kerugian) dan saldo akhir dana
investasi terikat yang berasal dari evaluasi dana investasi tidak terikat.
3. Sifat dari hubungan antara bank dan para pemilik dana investasi terikat, baik
bank sebagai pengelola dana maupun sebagai agen investasi.
4. Hak dan kewajiban yang dikaitkan dengan masing-masing jenis dana
investasi terikatatau unit investasi.
Laporan Sumber dan Penggunaan Zakat, infak, dan Shadaqah
Pengungkapan hal-hal yang berkaitan dengan sumber dan penggunaan dana
zakat, infak,dan shadaqah dalam catatan laporan keuangan mencakup:
1. Periode yang dicakup oleh laporan sumber dan penggunaan dana zakat,
infak dan shadaqah.
2. Dasar penentuan zakat para pemegang saham jika bank diharuskan
membayar zakat atas nama para pemegang saham.
3. Rincian sumber dana zakat,infak, dan shadaqah.
4. Dana zakat, infaq, dan shadaqah yang disalurkan bank selama periode.
5. Dana zakat,infaq, dan shadaqah yang belum disalurkan pada akhir periode
laporan.
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan
Pengungkapan hal-hal yang berkaitan dengan laporan sumber dan penggunaan
dan qardhul hasan dalam catatan atas laporan keuangan mencakup:
1. Periode yang dicakup laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan.
2. Rincian saldo qardhul hasan pada awal dan akhir periode berdasarkan
sumbernya.
3. Jumlah dana yang disalurkan dan sumber dana yang diterima selama periode
laporan berdasarkan jenisnya.
43
V. Analisis Laporan Keuangan Bank Syariah
Gambaran kinerja suatu bank baik umum maupun syariah biasanya tercermin
dalam laporan keuangannya. Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan
informasi yang bermanfaat bagi pihak – pihak yang berkepentingan dalam pengambilan
keputusanekonomi seperti :
Pemilik dana/ shahibul maal
Pihak-pihak yang memanfaatkan dan menerima penyaluran dana
Pembayar zakat, infak dan shadaqah
Pemegang saham
Otoritas pengawasan
Bank Indonesia
Pemerintah
Lembaga penjamin simpanan
Masyarakat.
VI. Keterbatasan – Keterbatasan Laporan Keuangan
Pengambilan keputusan ekonomi tidak dapat semata-mata didasarkan atas
informasiyang terdapat dalam laporan keuangan. Hal ini disebabkan karena laporan
keuangan memiliki keterbatasan, antara lain:
1. Bersifat historis yang menunjukkan transaksi dan peristiwa yang telah
lampau.
2. Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun manfaat bagi pihak pengguna.
44
3. Bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian . Apabila terdapat
beberapakemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu
pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai
aktiva yang paling kecil.
4. Lebih menekankan pada penyajian suatu peristiwa atau transaksi sesuai
substansinya dan realitas ekonomi daripada bentuk hukumnya (formalitas).
5. Disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis akuntansi dan pemakai
laporan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari
informasi yang dilaporkan.
6. Tidak luput dari penggunaan berbagai pertimbangan dan taksiran.Hanya
melaporkan informasi yang material.
7. Adanya berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan sehingga
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber daya ekonomis dan tingkat
kesuksesan antar bank.
8. Informasi yang bersifat kualitatif dan fakta yang tidak dapat dikualifikasikan
umumnya diabaikan.
VII. Rasio – Rasio Keuangan Bank Syariah di Indonesia
Hingga saat ini analisis rasio keungan bank syariah msih menggunakan aturan
yang berlaku di bank konvensional. Jenis analisis rasio keuangan dapat dilakukan
melalui duacara, yaitu:
1. Perbandingan internal. Analisis dengan membandingkan rasio periode
sekarang dengan periode yang lalu dan yang akan datang untuk perusahaan
yang sama.
2. Perbandingan eksternal. Analisis dilakukan dengan membandingkan rasio
perusahaandengan perusahaan lain yang sejenis dengan rata-rata industri
pada suatu titik yang sama.
VIII. Jenis – Jenis Rasio Keuangan Bank
45
Rasio Likuiditas, adalah ukuran kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya, meliputi :
Rasio Lancar (current ratio), adalah kemampuan bank untuk membayar
utangdengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki. Rasio lancar = Kas +
Penempatan / Utang lancer.
Rasio Cepat (quick ratio), adalah ukuran untuk mengetahui kemampuan
bank dalam utang jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang lebih likuid.
Rasio cepat = Kas / Utang lancer.
Rasio Pembiayaan terhadap Dana Pihak Ketiga (financiang Deposit Ratio),
menunjukkan kesehatan bank dalam memberikan pembiayaan. Rasio
Pembiayaan Terhadap Pihak Ketiga = Total Pembiayaan / Total DPK.
Rasio Aktivitas, adalah ukuran untuk menilai tingkat efesiensi bank dalam
memanfaatkan sumber dana yang dimilikinya, rasio ini meliputi :
Perputaran Aktiva Tetap, adalah kemampuan aktivitas (efesiensi) dana
yangtertanam dalam keseluruhan aktiva tetap bank dalam suatu periode
tertentudengan jumlah keseluruhan aktiva. Perputaran aktiva tetap = Aktiva
tetap / Total aktiva.
Perputaran Aktiva Total, adalah rasio yang menunjukkan kemampuan dana
yangtertanam dalam keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode
tertentuatau kemampuan bank dalam mengelola sumberdana dalam
menghasilkan pendapatan. Perputaran aktiva total = Pendapatan operasional
/ Total aktiva.
Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang menunjukkan tingkat efektivitas yang
dicapai melalui usaha operasional bank, yang meliputi :
Margin laba (profit margin), adalah gambaran efesiensi suatu bank dalam
menghasilkan laba. Margin laba = Laba / Total pendapatan.
Pengembalian atas aktiva (return on asset), adalah rasio yang
menggarkankemampuan bank dalam mengelola dana yang diinvestasikan
46
dalamkeseluruhan aktiva yang menghasilkan keuntungan. Pengembalian
atas aktiva = Laba / total aktiva.
Rasio Biaya, adalah menunjukkan tingkat efesiensi kinerja operasional bank.
Penentuan besarnya rasio ini dihitung dengan rumus sebagai berikut :Rasio
biaya = Biaya opersional / Pendapatan operasional
DAFTAR PUSTAKA
ajidedim.wordpress. 2008. “Akuntansi Syariah (Pengantar 1)” diakses pada tanggal 11
Januari 2013 dari http://islamic-accounting.blogspot.com/2008/02/akuntansi-syariah-
pengantar-1.html
imanph.wordpress. 2009. “Kumpulan Artikel Akuntansi Syariah” diakses pada tanggal
11 Januari 2013 dari http://imanph.wordpress.com/materi-kuliah/akuntansi-syariah/
Mulawarman, Aji Dedi. 2007c. Menggagas Laporan Keuangan Syariah Berbasis
TrilogiMa’isyah-Rizq-Maal. Simposium Nasional Ekonomi Islam 3. Unpad. Bandung.14-
15 Nopember.
47
48