14
Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 Mei, 2014 i ISBN: 978-602-7998-43-8 PROSIDING SEMINAR NASIONAL AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2014

AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-2.pdfAgribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 ... Makalah kunci disampaikan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-2.pdfAgribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 ... Makalah kunci disampaikan

Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

Mei, 2014

i

ISBN: 978-602-7998-43-8

PROSIDING

SEMINAR NASIONAL

AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN

EKONOMI PERDESAAN I

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO

MADURA

2014

Page 2: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-2.pdfAgribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 ... Makalah kunci disampaikan

Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

ii

AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PERDESAAN I

Penanggung Jawab:

Ketua Program Studi Agribisnis Universitas Trunojoyo Madura

Editor:

Andrie Kisroh Sunyigono

Ellys Fauziyah

Mardiyah Hayati

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

2014

Page 3: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-2.pdfAgribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 ... Makalah kunci disampaikan

Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

Mei, 2014

iii

Katalog dalam Terbitan

Proceeding: Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan I

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura,

UTM Press 2014

viii + 396 hlm.; 17x24 cm

ISBN 978-602-7998-43-8

Editor: : Andrie Kisroh Sunyigono

Ellys Fauziyah

Mardiyah Hayati

Layouter : Taufik R D A Nugroho

Cover design : Didik Purwanto

Penerbit : UTM Press

* Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Jl. Raya Telang PO Box. 2 Kamal Bangkalan

Telp : 031-3013234

Fax : 031-3011506

Page 4: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-2.pdfAgribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 ... Makalah kunci disampaikan

Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

iv

KATA PENGANTAR

KETUA PANITIA

Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Bismillahirrohmanirrohim

Segala puji kami panjatkan ke hadapan Illahi atas terselenggaranya Seminar

Nasional “Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan I” Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura pada tanggal 21 Mei

2014. Seminar ini merupakan seminar yang diselenggarakan secara mandiri oleh

Program Studi Agribisnis untuk pertama kalinya dan direncanakan dilakukan secara

rutin tiap tahun. Tujuan diselenggarakannya seminar ini adalah untuk: 1) Memberikan

rekomendasi kebijakan, langkah dan strategi dalam upaya pengembangan sektor

agribisnis yang terkait erat dengan wilayah perdesaan, 2) Memberikan wadah untuk

berbagi pengalaman dan tukar menukar ide bagi semua stakeholder terkait baik

akademisi, pelaku bisnis dan pemerintah, 3) Menumbuhkan komitmen bersama dalam

pengembangan sektor agribisnis yang bertitik tumpu pada wilayah perdesaan dalam

upaya mencapai visi pembangunan pertanian. Selanjutnya, pada akhir seminar

diharapkan tergalang sinergi untuk meningkatkan mutu dan dayaguna penelitian dan

dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak yang berwenang dalam pengambilan

kebijakan.

Makalah kunci disampaikan oleh Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani, MS selaku Guru

Besar Universitas Brawijaya Malang, dan makalah utama oleh Dr.Ir. Agus Wahyudi,

SE; MM (Badan Pengembangan Wilayah Suramadu/BPWS), Andrie Kisroh Sunyigono,

PhD selaku Pakar Ekonomi Pertanian Universitas Trunojoyo Madura dan. Dr. Sitti Aida

Adha Taridala, SP, M.Si sebagai pemakalah terbaik dari Universitas Halu Uleo.

Disamping itu terdapat makalah penunjang bersumber dari berbagai instansi/lembaga

penelitian seperti BPTP antara lain dari Bogor dan Jawa Timur, Loka Penelitian Sapi

Potong Pasuruan, serta Perguruan Tinggi dari berbagai wilayah seperti Jakarta,

Gorontalo, Bandung, Tegal, Surabaya, Malang dan Madura. Topik-topik yang disajikan

sangat bervariasi, secara garis besar terhimpun ke dalam 4 bidang yakni agribisnis,

sosiologi, nilai tambah dan sosial ekonomi.

Terima kasih kepada semua pihak yang memberikan kontribusi utamanya PT

Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO).

Akhirnya selamat mengkaji makalah-makalah di prosiding ini.

Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatu

Bangkalan, Juni 2014.

Ketua Panitia,

Ihsannudin, MP.

Page 5: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-2.pdfAgribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 ... Makalah kunci disampaikan

Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

Mei, 2014

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR KETUA PANITIA ................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................................. v

AGRIBISNIS

MANAJEMEN AGRIBISNIS DAN PERMASALAHANNYA .................................. 3

P. Julius F. Nagel

TANGGAPAN KONSUMEN TERHADAP ECO-LABEL PADA PRODUK

PERTANIAN ............................................................................................................... 14

Joko Mariyono

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI DAN TEKNOLOGI INFORMASI

TERHADAP STRATEGI BERSAING DAN KINERJA PERUSAHAAN ................ 21

Hary Sastrya Wanto, Ruswiati Suryasaputra

PERANAN BAITUL MAAL WATTAMWIL UNTUK PENINGKATAN

SEKTOR PERTANIAN .............................................................................................. 32

Renny Oktafia

PENINGKATAN MUTU BUAH APEL SEPANJANG RANTAI PASOK

DARI PASCAPANEN SAMPAI DISPLAY SUPER MARKET ............................... 41

I Nyoman Sutapa, Jani Rahardjo, I Gede Agus Widyadana, Elbert Widjaja

ANALISIS PENGEMBANGAN DESA WISATA BERBASIS POTENSI

LOKAL KECAMATAN KARANGPLOSO KABUPATEN MALANG ................... 57

Selamet Joko Utomo

RISIKO USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR UTAMA

KECAMATAN GALIS KABUPATEN PAMEKASAN ............................................ 68

Lilis Suryani, Aminah H.M Ariyani

KELAYAKAN EKONOMI USAHA GARAM RAKYAT DENGAN

TEKNOLOGI MADURESSE BERISOLATOR ......................................................... 83

Makhfud Efendy, Ahmad Heryanto

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PLINTIR PISANG DI

KECAMATAN ARJASA KEPULAUAN KANGEAN ............................................. 107

Mu’awana, Taufik Rizal Dwi Adi Nugroho

SOSIOLOGI

RELASI AKTOR DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI

PRODUK TERRA (TERONG RAKYAT) ................................................................. 121

Titis Puspita Dewi, Mohammad Asrofin, Erwin Merawati, Ali Imron

Page 6: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-2.pdfAgribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 ... Makalah kunci disampaikan

Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

vi

PERLUNYA KECUKUPAN BAHAN PANGAN DALAM PEMENUHAN

KEBUTUHAN MASYARAKAT SECARA NASIONAL ........................................ 133

Isbandi dan S.Rusdiana

RELASI SEGI TIGA SISTEM KREDIT DALAM MASYARAKAT

PERDESAAN STUDI KASUS DI DESA MAJENANG, KECAMATAN

KEDUNGPRING, KABUPATEN LAMONGAN, JAWA TIMUR .......................... 146

Indah Rusianti, Faridatus Sholihah, Arini Nila Sari

DAMPAK SOSIAL DAN EKONOMI PEMBANGUNAN AGROPOLITAN

DI DESA NGRINGINREJO, KECAMATAN KALITIDU, KABUPATEN

BOJONEGORO .......................................................................................................... 159

Alifatul Khoiriyah, Santi Yuli Hartika, Yunny Noevita Sari, dan Ali Imron

PEMANFAATAN PERAN MODAL SOSIAL PADA PEKERJA SEKTOR

INFORMAL PEREMPUAN (Studi Pada Pedagang Kaki Lima Perempuan Di

Kota Malang) .............................................................................................................. 168

Ike Kusdyah Rachmawati

PROGRAM AKSI MEDIA KOMUNITAS PEDESAAN BAGI WARGA

KEPULAUAN TIMUR MADURA SEBAGAI SARANA PENINGKATAN

AKSES, KETERBUKAAN INFORMASI, DAN PEMBERDAYAAN PUBLIK ..... 181

Surokim, Teguh Hidayatul Rachmad

MODEL PENGEMBANGAN KOMPETENSI PENYULUH PERTANIAN DI

PROVINSI GORONTALO ........................................................................................ 194

Mohamad Ikbal Bahua

NILAI TAMBAH

PENERAPAN QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) UNTUK

PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK OLAHAN WORTEL ...... 213

Yurida Ekawati, Surya Wirawan Widiyanto

PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS JAGUNG DI

KABUPATEN BANGKALAN .................................................................................. 224

Weda Setyo Wibowo, Banun Diyah Probowati, Umi Purwandari

STRATEGI PENGUATAN POSISI TAWAR PETANI KENTANG MELALUI

PENGUATAN KELEMBAGAAN ............................................................................ 234

Ana Arifatus Sa’diyah dan Dyanasari

INOVASI TEKNOLOGI SAPI POTONG BERBASIS MANAJEMEN

BUDIDAYA DAN REPRODUKSI MENUJU USAHATANI KOMERSIAL .......... 250

Jauhari Efendy

Page 7: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-2.pdfAgribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 ... Makalah kunci disampaikan

Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

Mei, 2014

vii

POTENSI SAMPAH ORGANIK SEBAGAI PELUANG BISNIS PUPUK

ORGANIK DAN PAKAN TERNAK ......................................................................... 258

Jajuk Herawati, Yhogga Pratama Dhinata, Indarwati

UJI KELAYAKAN PENGOLAHAN SERBUK INSTAN BEBERAPA

VARIETAS JAHE DALAM UPAYA MENINGKATKAN NILAI EKONOMI ...... 270

Indarwati, Jajuk Herawati, Tatuk Tojibatus, Koesriwulandari

POTENSI CACING TANAH SEBAGAI PELUANG BISNIS ................................. 280

Yhogga Pratama Dhinata, Jajuk Herawati, Indarwati

PEMBUATAN DAGING TIRUAN MURNI (MEAT ANALOG) SEBAGAI

UPAYA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK .......................................... 290

Sri Hastuti

STRATEGI PERCEPATAN PENGEMBANGAN USAHATANI TEBU DI

MADURA301

Miellyza Kusuma Putri, Mokh Rum

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SALAK DI

KABUPATEN BANGKALAN .................................................................................. 312

Iffan Maflahah

SOSIAL EKONOMI

PEMANFAATAN SUMBERDAYA PEKARANGAN MELALUI PROGRAM

KRPL DI PUHJARAK, KEDIRI ................................................................................ 331

Kuntoro Boga Andri dan Putu Bagus Daroini

PERSEPSI PETANI TERHADAP NILAI LAHAN SEBAGAI DASAR

PENETAPAN LAHAN PERTANIAN PADI SAWAH BERKELANJUTAN .......... 343

Mustika Tripatmasari, Firman Farid Muhsoni, Eko Murniyanto

PARTISIPASI ANGGOTA KOPERASI SERBA USAHA (KSU) TUNAS

MAJU DI KECAMATAN SAMIGALUH, KABUPATEN KULONPROGO .......... 351

Eni Istiyanti, Lestari Rahayu, Supriyadi

VEGETABLE CONSUMPTION PATTERN IN EAST JAVA AND BALI ............. 367

Evy Latifah, Hanik A. Dewi, Putu B. Daroini, Kuntoro B. Andri,Joko

Mariyono

ANALISIS DINAMIKA PERDAGANGAN BERAS DAN GANDUM DI

INDONESIA ............................................................................................................... 381

Tutik Setyawati

KERAGAAN HASIL BEBERAPA VARIETAS UNGGUL BARU KEDELAI

DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI DI LOKASI

PENDAMPINGAN SL-PTT KABUPATEN SAMPANG ......................................... 389

Moh. Saeri, Sri Harwanti dan Suyamto

Page 8: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-2.pdfAgribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 ... Makalah kunci disampaikan

Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

14

TANGGAPAN KONSUMEN TERHADAP ECO-LABEL

PADA PRODUK PERTANIAN

Joko Mariyono

Fakultas Ekonomi, Universitas Pancasakti – Tegal

[email protected]

ABSTRAK

Pemasaran memegang peranan penting dalam menentukan hidup matinya suatu

kegiatan bisnis. Salah satu strategi dalam pemasaran adalah eco-labeling, yaitu

memanfaatkan segmen tertentu konsumen yang peduli terhadap kualitas barang yang

berhubugan dengan lingkungan. Namun demikian, adalah pertanyaan besar apakah

konsumen tersebut menunjukkan kesediaan membayar harga premium sebagai nilai

tambah dari kualitas barang yang memperhatikan lingkungan. Tinjauan ini mencoba

mengidentifikasi tanggapan konsumen terhadap jenis barang yang berkualitas

lingkungan. Tinjauan ini dilakukan dengan memposisikan karya Nimon dan Beghin

sebagai acuan dasar, kemudian membandingkan dengan beberapa hasil karya yang lain.

Hasilnya menunjukkan bahwa jenis barang tertentu mendapat tanggapan positif dari

konsumen. Hanya barang yang lansung memberikan manfaat lingkungan bagi dirinya

akan mendapat tanggapan posistif, artinya konsumen bersedia membayar harga

premium sebagai penghargaan atas kualitas lingkungan yang berguna bagi dirinya.

Sebaliknya barang yang memberikan manfaat lingkungan tidak langsung tidak

mendapat tanggapan positif.

Kata kunci: Eco-label, Harga Premium, Kesediaan Membayar

RESPONSE OF CONSUMERS TO ECO-LABEL ON FARMING PRODUCT

ABSTRACT

Marketing plays an important role in determining survival of business activities. One of

strategies in marketing is eco-labeling, that is, utilizing certain segment of consumers

having awareness to the quality of goods associated with environment. It is, however, a

big question that the consumers demonstrate willingness to pay for premium price as a

value added of the environmental quality attributed in such goods. This review tries to

identify consumers’ response on the kind of goods having environmental quality. This

review posits the work of Nimon and Beghin as basic reference, and afterward

compares it with others. The results of this review show that certain kinds of goods are

responded positively by consumers. Only goods that provide direct environmental

benefit for consumers will be responded positively. This means that consumers are

willing to pay for premium price as an appreciation of environmental quality that is

useful for them. In contras, goods that provide indirect environmental benefit do not

have positive response from consumers.

Keywords: Eco-label, Premium Price, Willingness to Pay

PENDAHULUAN

Eco-label atau sering disebut sebagai label yang memberikan petunjuk bahwa

produk tersebut diproduksi dengan proses produksi yang ramah lingkungan. Gejala ini

sedang mewabah pada sejumlah produk di Amerika Serikat (AS) dan negara-negara

Eropa. Di Eropa, “White Swan” adalah salah satu contoh label yang menunjukkan

Page 9: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-2.pdfAgribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 ... Makalah kunci disampaikan

Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

Mei, 2014

15

bahwa produk tersebut telah mendapat sertifikasi karena meminimalkan efek negatif

terhadap lingkungan. Sedangkan di AS, label “no animal testing” pada produk

kosmetik; dan “dolphin safe” pada produk ikan tuna kalengan, merupakan label yang

menunjukkan industri tersebut telah berusaha untuk ramah lingkungan pada saat

memproduksi barang.

Sebagai gambaran umum yang menunjukkan perkembangan pasar organik adalah

industri pakaian. Pasar kapas organik di AS muncul beberapa tahun yang lalu, sekarang

telah meluas dengan mengembangkan lahan yang sangat luas untuk budidaya kapas

organik. Sebagai gambaran, pada tahun 1991 hanya terdapat 800 acre budidaya kapas

organik, tetapi pada tahun 1994 telah meningkat secara dramatis menjadi 36.000 acre.

Kapas organik ini ditanam tanpa menggunakan insektisida, fungisida, dan pupuk

sintetis. Dengan menggunakan bahan yang non sintetis ada beberapa manfaat dari

kandungan alam yang diperoleh dengan serat organik dalam pakaian.

Yang menjadi perhatian terhadap produk ini adalah adanya manfaat kesehatan,

khususnya bagi anak kecil. Manfaat kesehatan merupakan sumber yang potensial bagi

permintaan akan pakaian dengan kapas organik. Ada sedikit bukti bahwa pakaian

dengan kapas konvensional mengandung residu pestisida yang dapat menyebabkan efek

merugikan terhadap kesehatan. Ini ditegaskan dalam katalog pakaian yang menyebutkan

“aman untuk bayi karena tidak terdapat residu pestisida atau bahan kimia yang dapat

diserap melalui kulit”. Setelah kapas organik dapat dipahami oleh banyak pihak,

kemudian produsen juga mencantumkan bahwa potensi keracunan juga dapat terjadi

karena dioksin yang dihasilkan pada proses pemutihan dan pencelupan kain.

Sejak diketahui bahwa tuntunan kesehatan telah dipenuhi, konsumen mulai

percaya bahwa terdapat manfaat dari nilai kesehatan untuk mengenakan pakaian dari

bahan kapas organik, khususnya bagi golongan muda. Jika ada yang merasa bahwa

terdapat manfaat kesehatan, maka orang akan mengharapkan adanya harga premium

untuk pakaian organik yang mengandung tambahan komponen kesehatan, di samping

terdapat manfaat lingkungan. Disini akan dicari adanya harga premium yang

berhubungan dengan pakaian organik dan proses pencelupan untuk pakaian anak-anak.

Harga premium untuk barang organik

Untuk meninjau apakah eco-label dapat memberikan nilai pasar yang berarti bagi

produsen dan konsumen, Nimon dan Beghin (1998) mengkaji eco-label yang terdapat

pada industri pakaian atau industri tekstil. Ada dua tujuan yang ingin dicapai dalam

analisis ini, yaitu (1) ingin mengestimasi harga premium untuk pakaian yang terbuat

dari kapas organik, dan proses pencelupan yang ramah lingkungan, (2) ingin

mengetahui perilaku harga eceran pada tingkat produsen dalam pasar ‘hijau’ pakaian

(green apparel market).

Untuk mencapai tujuan di atas, metode analisis yang digunakan adalah kerangka

teori fungsi harga hedonic yang sudah biasa digunakan oleh para ekonom dan pelaku

bisnis sebagai alat untuk menganalisis nilai ekonomi suatu lingkungan. Untuk dapat

mengestimasi harga premium tersebut, Nimon dan Beghin menggunakan data harga dan

karakteristik pakaian yang dikumpulkan dari berbagai katalog pada tingkat eceran. Dari

Page 10: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-2.pdfAgribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 ... Makalah kunci disampaikan

Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

16

hasil pengumpulan data diperoleh 27 perusahaan pakaian, dan 15 di antaranya khusus

untuk pakaian organik. Dari data tersebut juga diperoleh sebanyak 794 orang, dengan

364 pengamatan untuk pakaian konvensional, dan 430 pengamatan untuk pakaian

organik.

Dengan menggunakan kerangka teori hedonic, mengestimasi fungsi permintaan

pakaian dengan menggunakan bentuk fungsi semilog. Tujuannya adalah mengetahui

harga implicit atau harga premium yang berhubungan dengan komponen kapas organik

dalam pakaian (Nimon dan Beghin, 1998). Disini ditunjukkan dua model yaitu: (1)

secara katagori variabel dummy untuk kapas organik, dan (2) secara kuantitatif untuk

persen kandungan kapas organik. Dua model yang digunakan adalah:

ln harga = h (jenis barang, gender, golongan umur, dummy tipe celup, dummy bahan

organik) ......................……………………………….................. (1)

ln harga = h (jenis barang, gender, golongan umur, dummy tipe celup,

% bahan organik, % sintetis) ........………………………..….…..(2)

Dua model di atas selanjutnya dikembang.kan dengan melihat interaksi antara

variabel golongan umur dengan tipe pencelupan; dan golongan umur dengan bahan

organik. Interaksi ini dikaji lebih lanjut karena sebagian besar jenis pakaian yang ber-

eco-label merupakan pakaian anak-anak.

Hasil estimasi dari model di atas dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 terlampir.

Seperti ditunjukkan pada spesifikasi 1, koefisien variabel organik menunjukkan nilai

yang positif dan signifikan. Nilai koefisien menunjukkan 0,321879, yang jika dihitung

dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Halvorsen,-Palmquist-Kennedy1,

berarti terdapat harga premium sebesar 37,7%.

Pada spesifikasi 2, yang menggunakan variabel kuantitatif untuk kapas organik

juga menunjukkan hasil yang hampir sama, yaitu harga premium sebesar 35,7%.

Sedangkan proses pencelupan tidak menunjukkan harga premium yang signifikan,

meskipun keduanya bernilai positif.

Pada Tabel 2 yang memperhatikan interaksi antara golongan umur dengan bahan

organik; dan golongan umur dengan proses pencelupan, ditunjukkan interaksi positif

yang kuat antara bahan organik dan pakaian untuk anak, walaupun secara individual,

golongan umur untuk anak menunjukkan nilai negatif yang kuat. Interaksi ini

memberikan harga premium sebesar 72,8% - 90,2%. Hal ini disebabkan oleh harga

pakaian konvensional yang sangat rendah. Sedangkan untuk interaksi proses pencelupan

tidak menunjukkan hasil yang signifikan.

Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa adanya harga premium ini

merupakan hasil dari peduli kesehatan pada konsumen yang membeli, dengan harga

premium rata-rata berkisar antara 32%-46,1%. Sedangkan dengan estimasi dengan

model menunjukkan harga premium sebesar 37,7%.

1 Rumus Halvorsen-Palmquist-Kennedy digunakan untuk estimasi variabel dummy dalam persamaan

semi-logaritma.

Page 11: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-2.pdfAgribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 ... Makalah kunci disampaikan

Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

Mei, 2014

17

Selanjutnya untuk melihat perilaku harga pakaian dengan bahan kapas organik,

dilihat dengan harga premium yang diterima oleh masing-masing perusahaan. Dari

sembilan perusahaan yang dikaji lebih lanjut, tidak menunjukkan perbedaan harga yang

signifikan. Artinya bahwa harga pakaian organik ini tidak menunjukkan variasi. Ini

menyatakan bahwa perilaku harga pasar pakaian dengan bahan kapas organik mendekati

persaingan, sehingga semua perusahaan pakaian organik tidak dapat menentukan harga

tetapi merupakan penerima harga.

Karasteristik Barang Menentukan Tanggapan Konsumen

Hasil analisis menunjukkan bahwa harga premium yang yang lebih tinggi untuk

barang yang ber-ecolabel, disebabkan oleh peduli kesehatan bagi yang membeli.

Artinya konsumen bersedia membeli dengan harga yang lebih tinggi jika barang yang

dibeli selain memberi kepuasan terhadap fungsi barang tersebut juga memberi rasa

aman bila digunakan. Jadi perbedaan harga yang lebih tinggi merupakan penghargaan

karakteristik barang tersebut yaitu yang dapat menyebabkan pemakai merasa lebih sehat

dibanding jika menggunakan barang lain yang tidak tentu karakteristiknya.

Hasil kajian Nimon dan Beghin tersebut sejalan dengan kajian yang dilakukan

oleh Akgüngör et al. (1999), yang menghitung consumers’ willingness to pay (WTP)

untuk tomat yang bebas residu pestisida. Kajian yang dilakukan di Turki tersebut

menunjukkan bahwa konsumen rata-rata bersedia membayar harga premium lebih tinggi

sebesar 2 persen untuk tomat yang tidak mengandung residu pestisida pada tingkat yang

membahayakan. Hasil ini jauh lebih kecil dibanding harga premium pada kapas organik

karena, pasar untuk tomat yang berlabel rendah residu pestisida di Turki belum ada.

Seperti pada industri kapas organik, konsumen tomat rendah residu pestisida ini

bersedia membayar harga premium karena berorientasi pada kesehatan. Ini ditunjukkan

dengan konsumen yang mempunyai tingkat pendidikan dan pendapatan yang lebih

tinggi membeli lebih banyak tomat yang rendah residu, serta adanya alasan risiko

kesehatan pada saat membeli tomat ber-eco-label.

Mourato et al. (2000) menggunakan pendekatan yang berbeda, contingent

valuation, untuk mengestimasi WTP konsumen roti dan kue di Inggris. Hasilnya

menunjukkan bahwa konsumen bersedia membayar lebih tinggi untuk roti dan kue yang

bahan bakunya diproduksi tanpa menggunakan bahan kimia: pupuk dan pestisida. Ada

dua alasan yang dinyakan oleh konsumen: (1) alasan kesehatan (2) alasan lingkungan.

Untuk alasan lingkungan, konsumen berharap dengan membeli barang tersebut akan

dapat melestarikan lingkungan. Dalam hal kesehatan, Henson (1996) menunjukkan hasil

yang sama. Konsumen bersedia membeli dengan harga yang lebih tinggi terhadap

barang yang lebih aman terhadap kesehatan. Temuan Henson menunjukan bahwa di

Inggris, konsumen bersedia membeli daging ayam dan telur dengan harga yang lebih

tinggi untuk daging ayam dan telur yang bebas bakteri Salmonella. Faktor yang

mempengaruhi WTP untuk makanan yang risiko rendah untuk keracunan adalah:

tingkat bahaya keracunan; gender, dengan wanita lebih tinggi; dan tingkat pendapatan.

Dalam hubungannya dengan tingkat pendapatan, Feng dan Chern (2000), menunjukan

bahwa di AS, elastisitas pendapatan yang lebih besar untuk sayuran dan buah segar,

Page 12: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-2.pdfAgribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 ... Makalah kunci disampaikan

Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

18

daripada bahan olahan. Sayuran dan buah segar dianggap lebih sehat dari pada bahan-

bahan olahan.

Nilai WTP yang lebih tinggi terhadap barang yang aman terhadap kesehatan tidak

saja untuk barang konsumsi, tetapi juga terdapat pada barang input. Ini ditunjukkan oleh

hasil kajian yang dilakukan oleh Owens et al. (1998), yang meneliti WTP petani jagung

di AS terhadap herbisida yang aman. Karakteristik herbisida yang berhubungan dengan

kesehatan adalah tidak menyebabkan kanker bagi manusia. Sedangkan yang

berhubungan dengan lingkungan adalah aman terhadap ikan, dan tidak mencemari air

tanah. WTP yang berhungan dengan risiko kanker menunjukkan nilai lebih tinggi

dibanding WTP yang berhubungan dengan pencemaran tanah, dan WTP yang

berhubungan dengan pencemaran tanah lebih tinggi dibanding dengan WTP yang

berhubungan dengan aman untuk ikan (WTPkanker > WTPpencemaran > WTPaman untuk ikan).

WTP untuk kanker dan pencemaran lebih tinggi dibanding WTP aman ikan karena

secara langsung akan berpengaruh kepada petani yang menggunakan. Sedangkan WTP

aman untuk ikan lebih rendah karena efeknya tidak langsung kepada petani pemakai,

dan efek ini akan berpengaruh kepada wilayah yang lebih rendah karena akan mendapat

aliran dari daerah yang lebih tinggi. Seperti hasil kajian lainnya bahwa banyaknya

pemakaian herbisida yang aman dipengaruhi oleh tingkat pendapatan di samping

kekayaan yang ditunjukkan dengan luas lahan yang lebih besar.

Intinya, bahwa produk pangan yang ber-ecolabel secara lansung memperngaruhi

perilaku konsumen (Chriest, 2011). Di sektor perikanan, ekolabel juga menunjukan

kesediaan membayar lebih tinggi, karena masyarakat juga merasa lebih sejahtera

dengan menkonsumsi produk yang ber-ecolabel (Teisl, et al. 2002).

Tidak hanya di sektor pangan yang secara langsung memberikan manfaat

kesehatan, di sektor transportansi-pun, penumpang (konsumen) bersedia membayar

lebih pada moda transportasi yang ber-ecolabel. Ini sejalan dengan dengan prinsip

makanan karena moda transportansi tersebut dampak negatif terhadap kesehatan lebih

rendah (Noblet et al. 2006).

Tidak seperti hasil-hasil kajian di atas, harga premium barang ber-ecolabel tidak

begitu nyata jika barang tersebut tidak mempunyai nilai tambah secara langsung

terhadap konsumen. Ini ditunjukkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sedjo

dan Swallow (1999), yang mengestimasi harga premium untuk produk kayu yang

berasal dari hasil hutan yang pengelolaannya berorientasi pada kelestarian lingkungan.

Secara langsung konsumen merasa tidak perlu untuk membayar lebih tinggi terhadap

produk kayu yang ber-ecolabel karena bagi kebanyakan konsumen manfaatnya sama

saja dengan produk kayu biasa. Hanya konsumen yang peduli lingkungan saja yang

bersedia membayar harga premium. Akibatnya produsen kayu tidak bersedia memasang

eco-label karena biaya untuk memperoleh sertifikasi eco-label sangat tinggi sehingga

tidak dapat dicukupi oleh harga premium yang dibayar konsumen. Jadi jika eco-label

tidak memberikan manfaat tambahan secara langsung kepada konsumen pada

umumnya, maka dengan harga premium tidak akan menyebabkan konsumen bersedia

untuk membeli.

Page 13: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-2.pdfAgribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 ... Makalah kunci disampaikan

Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

Mei, 2014

19

Hal yang penting adalah, perilaku konsumen terhadap produk pertanian ber-

ecolabel sangat tergantung pada kemapanan produk. Bagi pemain baru, kosumen masih

berhati-hati dalam mengambil sikap. Tentu saja konsumen akan mencari informasi

tentang produk baru tersebut. Pengalaman dan motivasi konsumen juga sangat

menuntukan (Thøgersen, 2010)

Kesimpulan dan Implikasi

Dari hasil uraian di atas dapat disimpulkan bahwa eco-label akan mempunyai nilai

yang berarti jika barang yang mendapat sertifikasi label akan mempunyai manfaat

tambahan secara langsung bagi konsumen, sehingga konsumen bersedia membayar

harga premium. Untuk mendapatkan sertifikasi eco-label dari badan yang berwenang

memerlukan biaya tambahan yang harus dikeluarkan produsen. Jika biaya sertifikasi

masih lebih rendah daripada harga premium, maka produsen masih untung, dan

konsumen yang membeli juga merasa lebih puas.

Lain halnya dengan barang eco-label yang hanya ditujukan untuk segmen sangat

sempit, yaitu konsumen yang peduli lingkungan, akan merugikan produsen karena

jumlah konsumsi akan sangat kecil. Ini akan menyebabkan produsen tidak mendapat

insentif untuk menerapkan proses produksi yang ramah lingkungan. Keadaan ini akan

lebih parah bagi produsen jika struktur pasar produk berada pada kondisi persaingan,

dengan banyaknya konsumen tidak peduli terhadap kelestarian lingkungan dan

kesehatan.

Implikasi bisnis yang dapat dikemukakan dari tinjauan ini adalah bahwa terdapat

peluang bisnis menjanjikan untuk barang-barang konsumsi yang memberi manfaat

langsung kepada konsumen. Harga premium dan elastisitas pendapatan yang tinggi

terhadap barang yang aman, terutama bagi kesehatan konsumen merupakan indikasi

bahwa bisnis produk-produk organik akan dapat mempunyai keunggulan kompetitif.

Meskipun kondisi tersebut di atas terjadi di negara maju, kondisi ini bukanlah suatu

hambatan, mengingat perdagangan bebas – yang menuntut adanya keunggulan, baik

komparatif maupun kompetitif – sudah ada di depan mata.

DAFTAR PUSTAKA

Akgüngör, S.; Miran, B.; Abay, C., 1999. Consumer Willingness to Pay for Reduced

Pesticides Residues in Tomatoes: the Turkish case. Paper presented at Amer.

Agric. Econ. Association Annual Meeting, Tennessee.

Chriest, Nathaniel 2011, Do Eco-labels Effect Consumer Choice? University of Alaska

Anchorage. www.uaa.alaska.edu/.../Nathaniel-Chriest

Feng, X. dan Chern, W. S., 2000. Demand for Healthy Food in the United States. Paper

presented at Amer. Agric. Econ. Association Annual Meeting, Florida.

Henson, S., 1996. Consumer Willingness to Pay for Reduction in the Risk of Food

Poisoning in the UK. Journal of Agricultural Economics, 47 (3): 403-420.

Page 14: AGRIBISNIS DAN PENGEMBANGAN EKONOMI …agribisnis.trunojoyo.ac.id/wp-content/uploads/2015/06/AGRIBISNIS-2.pdfAgribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1 ... Makalah kunci disampaikan

Mei, 2014 Seminar Nasional Agribisnis dan Pengembangan Ekonomi Perdesaan 1

20

Mourato, S.; Ozdemiroglu, E. dan Foster, V., 2000. ‘Evaluating Health and

Environmental Impact of Pesticide Use: Implication for the design of ecolabel

and pesticide taxes’. Environmental Science Technology, 34 (8): 1456-1461

Nimon, W. dan Beghin, J., 1998. Are Eco-labels Valuable?: Evidence from the apparel

industry. Paper presented at Amer. Agric. Econ. Association Annual Meeting,

Salt Lake City.

Noblet, Caroline L., Teisl, Mario and Rubin, F. Jonathan 2006. Factors affecting

consumer assessment of eco-labeled vehicles. Transportation Research Part D,

vol. 11: 422–431

Owens, N. N.; Swinton, S. M. dan Ravenswaay, E. O., 1998. Farmer Willingness to Pay

for Herbicide Safety Characteristics. Paper presented at Amer. Agric. Econ.

Association Annual Meeting, Salt Lake City.

Sedjo, R. A. dan Swallow, S. K., 1999. Eco-labeling and the Price Premium. Discussion

Paper 00-04. Resource for the Future, Washington.

Teisl, Mario F.; Roe, Brian and Hicks, Robert L. 2002. Can Eco-labels Tune a Market?

Evidence from Dolphin-Safe Labeling, Journal of Environmental Economics and

Management 43, 339-359.

Thøgersen, John; Haugaard, Pernille and Olesen, Anja (2010) "Consumer responses to

ecolabels", European Journal of Marketing, Vol. 44 Iss: 11/12, pp.1787 – 1810